Memang, kok kayaknya MMC ini kacau balau begini ya. Ini saya forward, cerita
lain ttg MMC (true story kawan sekantor saya):

-----Original Message-----
From: Asrijani Asrin [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:57 PM
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: [IDAI-OT] Pengalaman di MMC


Kepada ibu Maimun Utami saya turut berduka cita atas meninggalnya Ade.

Saya juga pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan di RS (orang kaya)
MMC. Kejadiannya saat lebaran hari pertama tanggal 27 December 2000.
Anak saya, Oyi (3 thn), mengalami panas tinggi sejak 3 hari terakhir puasa
saat itu, hari pertama anak saya mengalami panas tinggi saya bawa ke klinik
24 jam ternyata didiagnosa thypus dan diberi obat penurun panas serta
antibiotik, karena panasnya tidak turun dan tidak mau makan setelah 3 hari
(hari terakhir puasa) Oyi saya bawa ke DSA langganan di Bogor dan setelah
diperiksa Lab ternyata memang Oyi menderita gejala thypus tapi menurut DSA
nya kecil persentasenya (bahasa awam saya) , oleh DSA nya Oyi diberi obat
penurun panas Luminal dan di antara obat-obatnya ada Kemicytin (saya lupa
penulisannya) dengan dosis sehari 4 x 3 sendok teh.

Pagi hari pada saat sholat Iedul Fitri anak saya sudah dingin tapi di
kakinya keluar bintik-bintik timbul berwarna merah karena hari itu hari raya
maka tidak ada DSA yang praktek,  Oyi saya bawa ke Klinik 24 jam di Bogor,
dan diduga bintik-bintik itu bukan demam berdarah karena hasil Lab
kemarinnya trombosyt anak saya di atas angka normal.

Dengan agak tenang saya bawa lagi anak saya pulang ke Jakarta ternyata di
tengah jalan Oyi mengeluh sakit perut dan akhirnya muntah sampai 3 kali.....
langsung saya cari RS terdekat ternyata Lab nya tutup dan olah dokter di RS
tersebut saya di sarankan ke MMC yang setelah ditelepon Lab nya buka.
Sampai di UGD MMC anak saya di sambut seorang suster dan seorang dokter,
pada saat di UGD dalam waktu 15 menit anak saya muntah 2 kali dan saya hanya
diberi tempat muntah untuk menampung muntahnya tanpa ada yang membantu,
setelah dokter memeriksa anak saya dan bertanya-tanya pada saya, Oyi
diputuskan untuk opname. 

Suami saya diminta mengurus administrasi dan oleh petugas Adm. suami saya
diminta deposit uang 1,5 juta dan krn hari itu hari besar tidak ada bank
buka serta uang di ATM tidak mencukupi juga uang tunai ada di rumah, suami
saya mencoba bernegosiasi untuk membayar sejuta dulu, dijawab oleh petugas
adm tersebut "kalau tidak ada ya tidak usah dirawat saja!!" Suami saya cukup
shock dengan jawaban tersebut, sementara saya menunggu di UGD dan anak saya
sudah muntah lagi sampai cairan hijau yang keluar dari perutnya, dokter dan
suster UGD tidak mengambil tindakan berarti sampai ada lampu hijau dari
petugas adm.
Akhirnya kami panik mencari pinjaman 500 ribu yang bisa didapat saat itu
juga agar anak kami dapat segera diinfus dan dirawat.

Ketika urusan keuangan selesai, saya tanyai mau dirawat DSA siapa, pilihan
kali jatuh pada dokter X ternyata dokter tersebut lagi cuti sampai akhirnya
pilihan sama dengan dokter tersbut di bawah,
 
Dokternya langsung datang malam itu juga dan dosis Kemicityn dikurangi
menjadi 4x2 sdk teh, selama dua sehari lebih  anak saya masih muntah terus
dan tidak mau makan tetapi sudah diinfus dengan cairan nutrisi sehingga
tidak lemas, cuma herannya sampai hari ketiga (bahkan sampai pulang) OYi
tidak diketahui penyakitnya walaupun sudah diperiksa Lab untuk darah dan
kotorannya, ibu dokter kalau ditanya hanya bilang mungkin ada virus, sampai
pada suatu saat oom saya menjenguk dan mengatakan mungkin anak saya begitu
karena Kemicityn, akhirnya tanpa setahu dokter dan suster saya coba hentikan
obat tersebut sehari, besoknya bintik merah pada kaki Oyi hilang dan tidak
muntah lagi, tapi kemudian Suster memberi Kemicityn lagi langsung pada sore
harinya anak saya mulai muntah lagi dan bintik merah di kaki timbul kembali,
akhirnya pagi harinya kerika DSA visit, saya katakan mungkin Oyi alergi
Kemicityn, tapi ternyata obat tersbut tidak dihentikan, akhirnya saya dan
suami ambil keputusan untuk tidak memberikan obat itu lagi.

Pada hari kelima tersebut DSA menyatakan anak saya boleh pulang, tapi kami
putuskan untuk pulang pada hari keenam, dan kami lihat perbedaan yang
terjadi...anak saya mau makan, tidak muntah sama sekali dan bintik merahnya
hilang.

Akhirnya kami ambil kesimpulan anak kami mungkin alergi obat dan hal itu
sama sekali tidak dapat di ketahui oleh DSA dan perawatnya, syukur
Alhamdullilah Oyi sekarang telah sehat kembali dan saya serta suami saya
berniat tidak ingin kembali ke MMC lagi jika sakit.

Semoga para pengelola RS dan para Dokter dapat mengambil pelajaran berharga
dari beberapa kejadian ini bahwa pertolongan pertama dengan sebaik-baiknya
adalah perlu bukan cuma bisa menarik uang saja.

-----Original Message-----
From: Sofie [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Friday, March 30, 2001 2:29 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Melahirkan di Rumah Sakit MMC


Dear Mbak Tina,

Sekedar sharing aja, waktu saya hamil muda saya pernah masuk RS MMC
Ceritanya begini, saya susah makan muntah2 melulu singkat kata udah
lemas dan call ke Dokter yang menangani saya yaitu DR. Yoso kebetulan
dia lagi ada operasi di RS MMC saya langsung disuruh kesana ketemu
dengan dia. Tiba disana, Dokter langsung bilang harus diinfus karena
sudah lemas, saya sih maunya di YPK aja Dokternya sih terserah tapi
melihat kondisi saya yang sudah lemas dia bilang lebih baik disini
aja (maksudnya di MMC) karena toh sudah tiba di MMC. Akhirnya saya
setuju. 

Setelah masuk ke kamar waktu itu kamar VIP, saya kira pasti pelayanan
nya OK, karena VIP ternyata setiap kali si Suster harus dipanggil
bukannya setiap berapa jam dia ngontrol ke kita. Sampai pernah botol
infus saya habis, akhirnya darah keluar sampai tempat tidur pada basah
Waktu kira2 sisa 1/4 saya sudah warning ke susternya karena saya susah
tidur sehingga kalau pada saat ngantuk datang, saya benar2 ketiduran
sehingga nggak bisa lihatin botol infus terus. 

4 hari saya di RS MMC tetap aja saya yang harus kontrol diri sendiri
sudah complain berkali2 tetap aja nggak diladenin. Setiap ganti botol
infus saya hitung and catat berapa yang sudah dipakai takut2 ntar kalau
keluar RS salah hitung, benar aja, waktu hitung2an ada kelebihan botol
infus, terus obat2an yang lebih lah, lama kamar yang lebih lah..
wah kacau deh.. akhirnya setelah kita protes baru di ganti tapi kan
kitanya udah gondok duluan, coba kalau kita tidak teliti, bablas deh.

Saya sih lebih sreg di YPK mbak, susternya ramah2 makanannya enak lagi
lho.. Coba deh..

Salam,
Sofie



At 12:22 PM 3/30/01 +0700, you wrote:
>
>Dear Netters...,
>
>Saya sangat terpukul sekaligus terharu membaca berita kematian Adek di RS
MMC. Sungguh tak disangka ya rumah sakit yang kelihatannya mewah itu telah
memperlakukan pasiennya sedemikian rupa. 
>
>Saya memang belum mempunyai anak, tapi saat ini saya tengah hamil 5 bulan
dan selama ini saya selalu memeriksakan kandungan saya pada DSOG di RS MMC.
Sejak semula saya sudah merencanakan untuk melahirkan di RS tersebut karena
jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah saya (Pejompongan). Namun setelah
membaca berita tentang bagaimana dokter dan perawat di RS tersebut
memperlakukan pasien "Adek" hingga akhirnya meninggal dunia, saya menjadi
khawatir. Jangan-jangan nanti kalau saya melahirkan disana juga tidak akan
diperhatikan dan diperlakukan kurang baik.
>
>Dengan ini saya mohon sharing dari netters apa yang sebaiknya saya lakukan.
Bisakah saya melahirkan di rumah sakit / klinik bersalin lainnya sementara
DSOG-nya hanya praktek di RS MMC tersebut ? Mungkin saya bisa mendapatkan
informasi mengenai RS / Klinik mana yang pelayanannya bagus dan biayanya
terjangkau.
>
>Terimakasih:
>Ibu Tina
>


>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com

>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




















>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




















Kirim email ke