Kedah oge dibentenkeun antawis Consumer bankinng sareng Investment banking. Tetep wae HESE nambut artos jumlah ageung kanggo Investasi anpa aguna mah..TETEP HESE di bank Syariah oge...
On 2/5/08, Rahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com <Baraya_Sunda%40yahoogroups.com>, > "Dian Nugraha" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > > > Bank-bank raksasa seperti ABN Amro, City Bank, dan HSBC sejak lama > > menerapkan sistem syariah. Demikian pula ANZ Australia, juga membuka > unit > > syariah dengan nama First ANZ International Modaraba, Ltd. > > > > Jepang, Korea, Belanda juga siap mengakomodasi sistem syariah. > Bagaimana PDS > > memandang fakta-fakta ini? Aneh dan ajaib. > > Booming? Alesan na mah basajan pisan. Pangsa pasar syariah kaitung > badag! Ari bank mah pan bisnis.... Lain kulantaran percaya sistem > syariah adil atawa teu adil.... Ngan keur pihak bank mah anu penting > NGUNTUNGKEUN! > > Mun teu nguntungkeun mah dijamin MOAL daraekeun he he he... Sakali > deui...Bank LAIN organisasi sosial. > > Aya deui anu kairong ku bank2 badag siga kieu. Marketing na gampil > pisan. Kolaborasi jeung (organisasi) ulama... ditanggung halal bakal > loba client na! > > Sistem syariah ceuk kuring mah TEU kompatibel jeung sistem sekuler, > sabab DASAR sistem syariah mah teologis (teuing)? > > Meureun ketah.... ;)) > > baktos, > > Rahman > > > > > Fakta itu sejalan dengan laporan The Banker yang menyebut Bank Islam > bukan > > hanya didirikan dan dimiliki oleh negara atau kelompok Muslim, > tetapi juga > > di negara-negara non-Muslim, seperti Inggris, AS, Kanada, Luxemburg, > Swiss, > > Denmark, Afrika Selatan, Australia, India, Sri Lanka, Filipina, Siprus, > > Virgin Island, Cayman Island, dan Bahama. > > > > Sekadar contoh, di Luxemburg yang menjadi *managing directors* di > Islamic > > Bank Internasional of Denmark adalah non-Muslim, yaitu Dr Ganner > Thorland > > Jepsen dan Mr Erick Trolle Schulzt. > > > > Kedua, kajian akademis mengenai ekonomi syariah juga banyak dilakukan di > > universitas Amerika dan negara Barat lainnya. Di antaranya, Universitas > > Loughborough, Universitas Wales, Universitas Lampeter yang semuanya di > > Inggris. Demikian pula di Harvard School of Law (AS), Universitas > Durhem, > > Universitas Wonglongong, Australia. > > > > Di Harvard University setiap tahun digelar seminar ekonomi syariah > bernama > > Harvard University Forum yang membahas *Islamic finance*. Malah, > tahun 2000 > > Harvard University menjadi tuan rumah pelaksanaan konferensi > internasional > > ekonomi Islam ketiga. > > > > Perhatian mereka kepada ekonomi syariah dikarenakan keunggulan > doktrin dan > > sistem ekonomi syariah. Banyak ekonom non-Muslim yang menaruh perhatian > > padanya serta memberikan dukungan dan rasa salut pada ajaran ekonomi > > syariah, seperti Prof Volker Ninhaus dari Jerman (Bochum Universitry), > > William Shakpeare, dan Rodney Wilson. > > > > Dr Iwan Triyuwono, ahli akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas > > Brawijaya, ketika menulis disertasinya tentang akuntansi syariah di > > Universitas Wolongong, Australia, mendapat bimbingan dari promotor > seorang > > ahli akuntansi syariah yang ternyata seorang pastur. > > > > Ketiga, harus pahami larangan riba (*usury*) yang menjadi jantung sistem > > ekonomi syariah bukan saja ajaran agama Islam, tetapi juga larangan > > agama-agama lainnya, seperti Nasrani dan Yahudi. Dengan demikian, bagi > > pemeluk agama mana pun, ekonomi syariah sesungguhnya tidak menjadi > masalah. > > > > Pandangan Yahudi mengenai bunga terdapat dalam kitab Perjanjian Lama > pasal > > 22 ayat 25 yang berbunyi: ''Jika engkau meminjamkan uang kepada salah > > seorang dari umatku yang miskin di antara kamu, maka janganlah engkau > > berlaku seperti orang penagih utang dan janganlah engkau bebankan > bunga uang > > padanya, melainkan engkau harus takut pada Allahmu supaya saudaramu > dapat > > hidup di antaramu.'' > > > > Pandangan agama Nasrani mengenai bunga terdapat dalam kitab > Perjanjian Lama, > > Kitab Deuteronomiy pasal 23 ayat 19. ''Janganlah engkau membungakan uang > > terhadap saudaramu baik uang maupun bahan makan yang dibungakan.'' > > Selanjutnya dalam perjanjian baru dalam Injil Lukas ayat 34 disebutkan, > > ''Jika kamu mengutangi kepada orang yang kamu harapkan imbalannya, > maka di > > mana sebenarnya kehormatan kamu, tetapi berbuatlah kebajikan dan > berikanlah > > pinjaman dengan tidak mengharapkan kembalinya karena pahala kamu akan > > banyak.'' > > > > Melihat pandangan kedua agama tersebut tentang pelarangan bunga, amatlah > > tepat untuk menyimpulkan bahwa no-Muslim pun harus menyambut baik > > lembaga-lembaga keuangan dan sistem ekonomi tanpa bunga. Ini karena > ekonomi > > syariah memberikan jalan keluar dari larangan kitab suci di atas. > > > > Inilah sarana yang paling tepat untuk mengembangkan kerja sama dalam > > memerangi bunga. Fakta kerja sama ini telah banyak terjadi di Indonesia, > > seperti di Kupang, Palu, Manado, dan Maluku Utara. Deposan dan nasabah > > bank-bank syariah banyak (dominan) dari kalangan non-Muslim dan tokohnya > > para pendeta. > > > > Keempat, para filosof Yunani yang tidak beragama Islam juga mengecam > sistem > > bunga. Sejarah mencatat bangsa Yunani kuno yang mempunyai peradaban > tinggi, > > melarang peminjaman uang dengan bunga. Aristoteles dalam karyanya, > *Politics > > *, telah mengecam sistem bunga yang berkembang pada masa Yunani > kuno. Dengan > > mengandalkan pemikiran rasional filosofis, tanpa bimbingan wahyu, ia > menilai > > sistem bunga tidak adil. > > > > Menurutnya, uang bukan seperti ayam yang bisa bertelur. Sekeping > mata uang > > tidak bisa beranak kepingan uang yang lain. Dia mengatakan > meminjamkan uang > > dengan bunga adalah sesuatu yang rendah derajatnya. > > > > Sementara itu, Plato (427-345 SM) dalam bukunya, *LAWS*, juga > mengutuk bunga > > dan memandangnya sebagai praktik yang zalim. Menurut Plato, uang hanya > > berfungsi sebagai alat tukar, pengukuran nilai, dan penimbunan kekayaan. > > Uang bersifat mandul (tidak bisa beranak dengan sendirinya). > > > > Uang baru bisa bertambah kalau ada aktivitas bisnis. Pendapat yang > sama juga > > dikemukan Cicero. Ketiga filosof Yunani yang paling terkemuka itu > dipandang > > cukup representatif untuk mewakili pandangan filosof Yunani tentang > larangan > > bunga. > > > > *Tata dunia baru* > > Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka tidak perlu ada yang takut pada > > ekonomi syariah. Manfaatnya dinikmati semua komponen di Indonesia, > bahkan di > > skala global akan menciptakan tata ekonomi dunia yang adil dan makmur. > > > > Ekonomi syariah akan menciptakan stabilitas ekonomi bangsa secara > > menyeluruh. Ekonomi syariah yang mengedepankan gerakan sektor riil > (bukan > > derivatif) akan secara signifikan menumbuhkan ekonomi nasional dan > tentunya > > ekonomi rakyat. Tegasnya, akan membantu pembangunan ekonomi negara dan > > bangsa. > > > > Ada beberapa alasan penerimaan RUU Perbankan dan RUU Surat Berharga > Syariah > > Negara menjadi undang-undang. Pertama, secara yuridis kehadiran UU > Sukuk dan > > UU Perbankan syariah didasarkan pada Pancasila dan UUD 45. Jadi, > penerapan > > hukum ekonomi syariah memiliki dasar sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 > ayat > > (1) dengan tegas menyatakan Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha > Esa, > > pada dasarnya mengandung tiga makna. > > > > Makna pertama, negara tidak boleh membuat peraturan > perundang-undangan atau > > melakukan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan dasar > keimanan kepada > > Tuhan Yang Maha Esa. Makan kedua, negara berkewajiban membuat peraturan > > perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi > pelaksanaan wujud > > rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dari segolongan pemeluk > agama yang > > memerlukannya. Makna ketiga, negara berkewajiban membuat peraturan > > perundang-undangan yang melarang siapa pun melakukan pelecehan terhadap > > ajaran agama (paham ateisme). > > > > Dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa negara menjamin > > kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan > > untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kata 'menjamin' > > sebagaimana termaktub dalam ayat (2) pasal 29 UUD 1945 tersebut bersifat > > 'imperatif'. Artinya, negara berkewajiban secara aktif melakukan > upaya-upaya > > agar tiap penduduk dapat memeluk agama dan beribadat menurut agama dan > > kepercayaannya itu. > > > > Melalui ketentuan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, seluruh syariat Islam, > > khususnya yang menyangkut bidang-bidang hukum muamalat, pada > dasarnya dapat > > dijalankan secara sah dan formal oleh Muslimin, baik secara langsung > maupun > > tidak langsung, dengan jalan diadopsi dalam hukum positif nasional. > > > > Keharusan tiadanya materi konstitusi dan peraturan > perundang-undangan yang > > bertentangan dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut adalah > > konsekuensi diterapkannya Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai > salah satu > > prinsip dasar penyelenggaraan negara. Jadi, kehadiran kedua UU ekonomi > > syariah tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 45, dan tidak > > menggangu keutuhan NKRI. > > > > Kedua, secara faktual sistem ekonomi syariah melalui perbankan telah > > terbukti menunjukkan keunggulannya di masa krisis. Ketika semua bank > > terguncang dan sebagian besar dilikuidasi, bank syariah aman dan selamat > > dari badai hebat tersebut karena sistemnya bagi hasil. > > > > Ajaibnya, bank syariah dapat berkembang tanpa dibantu sepeser pun oleh > > pemerintah, sementara bank konvensional hanya dapat bertahan karena > memeras > > dana APBN dalam jumlah ratusan triliun melalui BLBI dan bunga > obligasi. Hal > > itu berlangsung sampai detik ini. Padahal, APBN adalah hak seluruh > rakyat > > Indonesia. > > > > Perbankan syariah tampil sebagai penyelamat ekonomi. Karena itu, sangat > > tidak logis dan irasional, jika ada pihak yang menolak kehadiran > regulasi > > syariah. Jadi, yang hendak ditawarkan ekonomi syariah bukanlah > ajaran agama > > tertentu, tetapi adalah nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, > > tanggung jawab, yang menjadi nilai-nilai universal bagi semua orang. > > Nilai-nilai itu berasal dari Alquran dan Hadis. > > > > Ketiga, secara historis, pengundangan (legislasi) hukum syariah di > Indonesia > > telah banyak terjadi, seperti UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama yang > > selanjutnya diamendemen UU No 3 Tahun 2006. Demikian pula UU tentang > > pengelolaan zakat, UU Perwakafan, dan UU Haji. Undang-Undang yang > mengatur > > hukum untuk umat Islam saja dapat diterima DPR, apalagi UU ekonomi yang > > bertujuan untuk kebaikan, kemajuan, dan *kemaslahatan* bangsa dan negara > > secara universal, jelas semakin penting untuk diterima dan diwujudkan. > > > > Keempat, dengan diundangkannya RUU Sukuk (SBSN) maka aliran dana > investasi > > ke Indonesia akan meningkat, baik dari luar negeri (utamanya Timur > Tengah) > > maupun dalam negeri. Menolak RUU tersebut berarti menolak investasi > masuk ke > > Indonesia dan berarti menolak kemajuan ekonomi bangsa. > > > > Harus disadari bahwa tujuan ekonomi syariah adalah untuk > > *kemaslahatan*seluruh bangsa, bukan kelompok tertentu. Pihak yang > > menolak, seperti PDS, > > harus berbesar hati dan bergembira dengan kehadiran kedua UU > tersebut. Bukan > > malah takut dan membabi buta menolak dengan alasan sentimentil > (*hamiyyah*) > > atau kebencian kepada agama tertentu. > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > [Non-text portions of this message have been removed]