On Thu, Aug 25, 2005 at 07:52:43PM +0700, Budi Rahardjo wrote: > On Thu, Aug 25, 2005 at 06:58:27PM +0700, Sammy Pangerapan wrote: > ... > > Tarif yg ada sekarang ini (Rp. 150.000 + Ppn 10%) hasil penggodokan APJII. > > Whuaha ha ha ... Ini baru lucu.
Saya ndak ngerti ini lucu apa ndak, habis ndak mau cerita sih :-) Tapi, terus terang tidak bisa terang terus-terusan, yang membuat saya heran: bagaimana mungkin suatu institusi tidak berminat mencampuri/mengelola so called y-idnic, tetapi di saat yang sama getol menggodok soal tarif. ntar isinya itu y-idnic kayaknya cuman kacung doang kayak saya :-) dilepas kepalanya dipegang ekornya. mudah-mudahan jabang y-idnic itu laki-laki, yang dipegang adalah ekor depannya. win-win solution gitu loh :P Saya ndak bertanya kok, cuman bertanya-tanya doang, lah wong tanya juga pasti dicuekin :-) Kalau gini terus-terusan, ini kan cuman ngurusin domain punya orang lain, kalau masalah-masalah lain yang gedhe gimana? Skrg ini kan logic/common-sense bertekuk lutut dibawah jargon 'institusi' dan aturan main. Asal bisa mengatasnamakan komunitas legitimately langsung maju jalan, kemudian bersembunyi dibalik kesantunan (what the h*ck?) dan aturan main. Apa itu tidak baik? Lho, yang bilang gitu sapa? Tapi lantas *semua* pertanyaan dan usulan-usulan logis dicuekin-abis lantaran hanya karena belum kumpul tanda tangan atau dibawah naungan organisasi. kok bisa begitu itu cerita dari mana. Barangkali sudah saatnya kita mendidik anak-anak kita untuk gak usah sekolah saja (lagian mahal!), kita latih mereka mengumpulkan massa dan konco biar punya power. toh logic/common-sense sudah ndak ada nilainya lagi. Ayo kita semua ikut berperan aktif ikut serta dalam pembangunan, berjuang dengan pensil dan buku! :-) Aspirasi kita akan selalu ditampung dst..dst.. apa iya kita terus-terusan mau bernaung dibawah naungan manajemen preman ... ? Didengerin sukur, nggak ya sukur. Nggih sampun ... Salam, P.Y. Adi Prasaja