liat konteknya dong pak.
ada yg memang gajinya terlalu kecil buat beli rumah.
ada yg emang berniat menguasai rumah dinas.
ada yg sudah punya rumah laen ttp pingin rumah dinas juga.
dan ada niatan2 yg laen.
ini yg hrsnya dipilah pilah dan disinergikan dng kebijakan proyektifnya ke 
depan.
bukan digeneralisasi yg justru berpeluang menciptakan masalah baru yg lebih 
ruwet.
 

  ----- Original Message ----- 
  From: Priatna Dimas 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 15, 2010 4:25 PM
  Subject: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Rumah Dinas


    
  Nimbrung ahhh! saya anak Polri, bapak saya pensiun tahun 1983 dan langsung 
angkat kaki 3 bulan kemudian karena rumah kami akan ditempati oleh lulusan 
AKABRI Polisi yang menjabat sebagai Wadan di asrama kami. Kalau kita meneempati 
rumah dinas dan waktunya harus keluar ya keluar, rumah dinas ini untuk orang 
atau prajurit yang berhak menempati, begitu kata Ayah saya ketika kami 
menanyakan. Kalau dikaitkan dengan ribut-ribut rumah dinas saat ini, saya pikir 
mereka (para purnawairawan TNI/Polri?PNS) tidak pantas untuk mempertahankannya. 
Kalau dimasalahkan adalah jasa terhadap negara ayah saya adalah seorang 
pejuang, karena beliau berdinas di Polri sejak tahun 1945 dan mendapat 
penghargaan bintang gerilya dari Pemerintah RI. 
  Istilah Gus Dur mengapa repot-repot, pindah aja, kalau masalah tidak ada dana 
atau uang untuk membeli rumah, sala mereka sendiri mengapa tidak menabung. 

  _

Reply via email to