> Usul saya, harga domain tidak usah ditentukan.
> Biaya di atas (50 juta) langsung dibagi ke registrar, misalnya Rp. 5 
> juta/bulan kalau ada 10 registrar. (Kalau cuman mau 5 
> registrar ya berarti 10 
> juta/bulan/registrar).
> 
> Dengan cara ini, maka harga domain di end-user bisa turun drastis.
> Kalau si registrar hanya mampu mendapatkan 100 domain (baru 
> dan perpanjangan) 
> per bulan, mungkin harga jual ya kurang lebih seperti dugaan 
> Pak Indra (85rb 
> - 150rb). Tapi kalau sang registrar yakin bisa mendapatkan 
> lebih banyak 
> domain (baru & perpanjangan), harga domain bisa turun drastis.
> 
> Untuk bisa mendapatkan tambahan domain, maka sang registrar 
> tentu saja 
> **terpaksa** melakukan segala jenis strategi marketing mereka, yang 
> ujung-ujungnya sangat menguntungkan IDNIC, yaitu 
> mempopulerkan penggunaan 
> domain .ID.
> 
> Harga domain tidak akan naik melampaui harga sekarang, selama 
> ada minimal satu 
> registrar (misalnya IDNIC atau APJII) yang berkomitmen untuk 
> menjual dengan 
> harga lama (atau lebih rendah).

Menurut saya ini usul yg menarik sekali. Beberapa tujuan sekaligus dicapai:
1. IDNIC hanya mengurus bottom-line price, ngga peduli dengan berapa harga
yg dijual ke end-user
2. Registrar "terpacu" untuk menjual domain sebanyak2nya, krn makin banyak
dia menjual domain, makin besar kemungkinan dia bisa menurunkan harga, dan
otomatis, keuntungan yg dipetik juga bisa lebih besar.
3. Krn Registrar dipacu berjualan domain, otomatis jumlah domain juga akan
meningkat.

Saya usulkan "protokol" tambahan:
1. Biaya per registar akan di-"tinjau" setiap 6 bulan, atau setiap 1 tahun.
IDNIC harus mengeluarkan detail biaya operasional nya, yang akan menjadi
patokan biaya yg harus dibayar oleh registar. Proses ini harus transparan,
krn inilah kunci dari semua biaya.
2. Penambahan jumlah registrar juga akan dibahas pada meeting tsb, sekalian
untuk mengurangi jumlah biaya yg harus dibayar oleh masing2 registrar.

Hal yg harus dipikirkan:
1. Bagaimana memastikan bahwa registrar tidak menunggak? Takutnya ada alasan
klasik: "bisnis sedang sepi, ngga ada yg beli domain, jadi ngga mampu
bayar".
2. Bagaimana memastikan bahwa IDNIC bisa transparan? perlu auditor?

- irving
http://www.irvingevajoan.com 

Reply via email to