Wa'alaikum salam wr. wb.

Mba imbuh, saya tidak sedang merendahkan kemampuan pemahaman Ibu Sri,
yang saya sampaikan adalah sebuah kritikan dan teguran secara khusus,
bahwa : ketika menyampaikan sesuatu dalam sebuah diskusi, hendaknya
jangan telampau emosi sehingga bukan point diskusi yang dibicarakan,
tapi malah menghina keberadaan ulama secara umum. saya ulang sekali
lagi SECARA UMUM.
Akhirnya kelihatan sekali bahwa lawan bicara kita asal ngejeplak.

Boleh jadi ibu sri melihat disekitarnya ada ulama yang seperti itu,
mungkin jumlahnya misalkan 10 orang.
Tapi kalau dia sdudah mengungkapkan BANYAK ULAMA itu artinya secara
total adalah hampir keseluruhan, bukan 10 orang lagi.
Karena di negeri kita ulama, ustad, kiyai dan sebagainya itu jumlahnya
sdh jutaan orang.

Saya bukan temasuk dalam bagian dari para ulama, saya hanya seorang
Usahawan, tapi kalau orang2 awam seperti kita sudah menyampaikan
sesuatu keburukan SECARA UMUM dengan mengatakan BANYAK ULAMA bgni dan
bgtu, itu akan mempengaruhi sikap orang2 yang belum mengenal ulama
secara dekat, dan itu akhirnya makin menjauhkan ummat islam dari para
ulama dan ilmu Agama. Karena belum apa2 sudah ada perasaan sindrom.

Pertanyaannya : kenapa ketika ibu Sri menghina SECARA UMUM/BANYAK
ULAMA di forum umum, dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan wajar ?
Tapi ketika saya berusaha menyadarkan ibu sri, dengan mengatakan
Minimnya ilmu karena karena ketidak tahuannya, lantas harus dihadapkan
dengan jiwa yang besar ?

Mba imbuh sudah mengatakan saya ga "berjiwa besar" aja, saya ga marah
dan emosi kok, karena saya memang nyadar bahwa diri saya hanyalah
orang kecil, jadi ga merasa terhina kalau dibilang tidak berjiwa besar.

Bisa difahamin...? :)

Tapi mba Imbuh jangan ikut2an emosi ya mentang2 sama2 cewe... :))

wassalam,
Arland-JKT.



--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "imbuhs" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum;
> 
> Menghina mungkin lebih dilihat dari intensi-nya.  Kalau pengungkapan 
> fakta tujuannya adalah supaya orang dapat belajar, tentu berbeda 
> dengan tujuannya untuk merendahkan. Faktanya sama, tetapi muatan 
> penyampaiannya berbeda.
> Kalau bu Sri menunjukkan kekecewaan terhadap ulama pada umumnya, 
> tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena disekitarnya beredar hal 
> seperti itu. Tidak ada seorangpun yang bisa mengatur persepsi dan 
> penilaian terhadap dirinya.  Kalau ulama memang buruk, yang 
> sejatinya menghina adalah dirinya sendiri, kelakuannya, 
> kesombongannya, ke-takaburannya.  Orang lain hanya 
> memberikan 'label' sesuai dengan persepsinya.  Ulama seharusnya 
> selalu ngaca dan introspeksi saja.  Diatas langit masih ada langit.  
> Kang Arland juga harus.  Makin tinggi kelasnya, makin tinggi 
> ilmunya, harusnya requirement-nya makin tinggi.  
> Maaf saya salah satu silent admirer kang Arland.  Tapi sedikit 
> kecewa ketika jelas2 menyatakan bahwa ilmu bu Sri masih rendah. Gak 
> kelas banget kang Arland menyebutkan hal seperti itu, untuk 
> membela 'ulama'.  Ulama tidak perlu dibela, dengan cara merendahkan 
> kemampuan orang yang mungkin belum sampai pemahamannya.
> It's not fair, not wise.  Banyak cara untuk menunjukkan orang masih 
> harus banyak belajar, tetapi tidak dengan menyebutkan seperti itu.
> Menurut saya, jika Akang benar berkelas, pasti tidak dengan cara 
> seperti itu. Ilmu akang tinggi dan saya kagumi, tetapi tidak berjiwa 
> besar, of course. Perdebatan yang beda kelas tapi di hajar juga.  
> Akang mestinya menurunkan level-sehingga dalam bahasa yang setara.  
> Gak mungkin mudah untuk yang rendah naik, yang ada yang tinggi 
> menahan diri. 
> Nah, balik lagi ke awal, terserah persepsi akang, kalau menganggap 
> saya ilmunya cethek, I don't mind, dan gak penting.  apakah belajar 
> sesuatu dalam diskusi ini untuk kepentingan akang sendiri ketimbang 
> sibuk menyadarkan kebodohan orang.  Hard skill Kang Arland sih oke, 
> tapi soft skill-nya need to be improved.
> Mohon maaf bila kurang berkenan
> 
> Wassalam
> Imbuh
> 
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Arland" <hmd098@> wrote:
> >
> > Assalamu;alaikum Wr. wb.
> > 
> > Riwayat Hidup orang2 besar biasanya memang ditulis secara gamblang 
> dan
> > panjang lebar oleh dirinya atau oleh murid2 mereka.
> > Suatu profesi pekerjaan seseorang belum tentu menghinakan orang
> > tersebut di mata orang lain, tergantung siapa yang yang menilai.
> > 
> > Ustad Anton Medan misalnya, beliau bahkan sering mengungkapkan di
> > hadapan murid2nya siapa dirinya dahulu sebelum bertaubat.
> > Dan beliau bahkan tidak pernah merasa dihina oleh siapapun, 
> bilamana
> > riwayat hidupnya di masa lalu ditulis di media.
> > 
> > Begitu juga tentang Syekh Albani, riwayat hidup beliau banyak 
> ditulis
> > di situs-situs islam, dan beliau memang sejak remaja hingga dewasa,
> > profesinya memang tukang service jam, dan Beliaupun mungkin seperti
> > halnya Ustad Anton Medan, tidak merasa terhina dengan profesinya 
> itu,
> > hingga menjadikannya seorang yang dikenal di dunia Islam.
> > 
> > Kiayi Abdurrahman Wahid, seorang yang juga terkenal di dunia Islam,
> > tidak pernah merasa terhina mengakui dirinya bahwa masa remajanya 
> dulu
> > adalah satu-satunya orang yang paling nakal diantara saudara
> > kandungnya, bahkan beliau untuk menyelesaikan kuliahnya hingga 8 
> tahun.
> > Tapi apa dia bilang, dengan masa kuliahnya begitu panjang justru
> > memberikan dirinya lebih banyak waktu untuk memperdalam ilmunya.
> > 
> > Jadi kalau ada orang yang menggangap ungkapan2/ riwyat hidup secara
> > khusus seperti itu dianggap sebagai suatu penghinaan, saya rasa ada
> > yang aneh dalam menilai informasi yang didapat. mungkin karena 
> terlalu
> > terbawa emosi sesaat.
> > 
> > 
> > Terima kasih bila pak Wandy ga bisa menjelaskan batasan2 penghinaan
> > dalam Agama Islam.
> > 
> > Demikian, semoga kedepan kita tidak lagi terlampau emosi dalam
> > berdiskusi, khususnya kepada sebagian ummat islam bergaris keras 
> ala
> > wahabi.
> > 
> > Wassalam,
> > Arland-Jkt.
> > 
> > 
> > 
> > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "wandysulastra"
> > <wandysulastra@> wrote:
> > >
> > > 'alaikum salam wr wb,
> > > 
> > > Jawaban saya singkat saja pak, saya pikir kita semua disini bukan
> > > orang bodoh yang tidak tahu mana tulisan yang secara jujur 
> berniat
> > > mengungkap fakta atau sejarah seseorang dan mana yang bermaksud
> > > menghina/melecehkan seseorang.
> > > 
> > > Ga baik pak, kalau kita melecehkan atau menghina orang yang 
> diakui
> > > oleh orang lain sebagai ulama besar. Karena hal itu justru hanya 
> akan
> > > menunjukkan kalau ilmu yang menempel di kepala kita itu masih 
> sangat
> > > minim.
> > > 
> > > Jadi disini saya hanya ingin ikut mengingatkan saja, mumpung lagi
> > > berbicara ttg tread penghinaan kepada ulama. Bukan hanya untuk 
> Ibu Sri
> > > tapi untuk KITA SEMUA, mari kita semua ber-Istighfar sebelum 
> pintu
> > > taubat ditutup oleh si pemilik ampunan.
> > > 
> > > Mohon maaf kalau saya banyak mengutip perkataan pak Arland 
> sendiri...
> > > 
> > > Wassalam :)
> > > 
> > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Arland" <hmd098@> wrote:
> > > >
> > > > Assalamu'alaikum wr. wb
> > > > 
> > > > Mumpung lagi berbicara ttg tread penghinaan kepada ulama.
> > > > Supaya pemahaman kita ga kabur antara pengungkapan 
> fakta/riwayat hidup
> > > > dengan suatu penghinaan, Saya ingin bertanya kepada pak Wandy,
> > > > bagaimana BATASAN pernghinaan dalam Agama Islam.
> > > > 
> > > > Misalkan penghinaan terhadap sesama muslim, atau lebih khusus 
> lagi
> > > > kepada ulama secara UMUM.
> > > > 
> > > > Saya ambil CONTOH  misalkan begini Pak :
> > > > Ustad Anton Medan adalah seorang muballigh, Beliau dulunya 
> seorang
> > > > preman sekaligus penjahat. Banyak sekali kejahatan yang 
> dilakukannya
> > > > antara lain, merampok, membunuh, mengompas hak orang lain. Tapi
> > > > sekarang beliau sudah insyaf dan merubah dirinya menjadi 
> seorang
> > ustad.
> > > > 
> > > > SyeKh Albany, dia adalah seorang kiyai, dulunya dia seorang 
> tukang
> > > > service jam tangan dan weker, konon menurut suatu riwayat, 
> ketika
> > > > setiap kali beristirahat dalam memperbaiki weker2 yang rusak, 
> sambil
> > > > memikirkan pekerjaannya beliau sering membaca buku2 hadits dan 
> mencoba
> > > > mentakhkik hadits sesuai dengan perawinya.
> > > > 
> > > > 
> > > > ungkapan di atas adalah secara KHosh dengan menyebut namanya 
> langsung,
> > > > apakah ini termasuk suatu penghinahan kepada Beliau?
> > > > 
> > > > Ada lagi ungkpan secara Am. misalkan :
> > > > 
> > > > Banyak ulama, ustad, kiyai yang mejual ayat demi mencari 
> pembenaran
> > > > diri sendiri.
> > > > 
> > > > Ini tidak disebut nama, tapi SECARA UMUM dan berdasarkan 
> Asumsi,
> > > > sehingga terkesan SEMUA Ulama, kiyai, ustad adalah tukang 
> menjaual
> > > > ayat demi mencari pembenaran diri sendiri.
> > > > 
> > > > Dari kedua contoh di atas, mana yang menurut anda termasuk 
> katagori
> > > > penghinaan terhadap ulama, pak.
> > > > 
> > > > Mohon tausyiahnya.
> > > > 
> > > > Wassalam,
> > > > Arland-Jkt.
> > > > 
> > > > 
> > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "wandysulastra"
> > > > <wandysulastra@> wrote:
> > > > >
> > > > > Untuk pernyataan yang ini saya setuju sekali, janganlah kita 
> yang
> > > > > taraf keilmuannya masih sangat minim sekali ini berani 
> menghina
> > mereka
> > > > > para ulama. Ulama disini  bukan hanya Ulama menurut versi 
> kita saja,
> > > > > tapi tentunya semua ulama selama mereka masih berpegang 
> kepada
> > > > > al-quran dan as-sunnah.
> > > > > 
> > > > > Banyak diantara kita yang begitu berani menghina seorang 
> ulama hanya
> > > > > karena beda pemahaman. Pernah di milis ini bahkan sampai ada 
> yang
> > > > > berani menghina ulama hanya karena pekerjaan awalnya adalah 
> seorang
> > > > > tukang sevis jam, bahkan juga menghina fisik seorang ulama 
> yang
> > buta.
> > > > > Padahal mereka adalah ulama2 besar yang diakui dunia, walau 
> fatwa
> > > > > mereka tidak cocok dengan pemahaman kita, tapi bukan berarti 
> lantas
> > > > > kita boleh menghina mereka. Adalah tugas mereka sebagai 
> seorang
> > ulama
> > > > > untuk berijtihad dalam memutuskan suatu hal atau perkara. 
> Sebagai
> > > > > seorang manusia biasa (bukan Nabi) tentu hasil ijtihadnya 
> itu belum
> > > > > tentu benar. Tapi, apalah kita jika dibandingkan dengan 
> mereka. 
> > > > > 
> > > > > Jadi saya kutip lagi perkataan pak Arland di bawah, marilah 
> kita
> > semua
> > > > > ber-Istighfar sebelum pintu taubat ditutup oleh si pemilik 
> ampunan.
> > > > > 
> > > > > Wassalam :)
> > > > > 
> > > > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Arland" <hmd098@> 
> wrote:
> > > > > >
> > > > > > Assalamu'alaikum wr. wb.
> > > > > > 
> > > > > > Ibu Sri yang baik,
> > > > > > Diskusi lewat milist, jangan emosi bu.
> > > > > > Semakin ibu emosi, akan semakin nampak bahwa walaupun 
> katanya ibu
> > > > > > sering mengunjungi Majlis Ta'lim, keliahatan sekali bahwa 
> ibu
> > masih
> > > > > > sangat minim ilmu yang menempel dikepala ibu, karena belum 
> semua
> > > ilmu
> > > > > > yang dapat ibu fahami, sudah sebegitu hebatnya ibu 
> menghina ulama,
> > > > > > ustad, kiyai dsb secara UMUM, dengan mengatakan :
> > > > > > 
> > > > > > Saya kutip :====sekarang banyak sekali seorang kyai, ustad
> > yang jual
> > > > > > ayat demi mencari pembenaran diri sendiri=====
> > > > > > 
> > > > > > 
> > > > > > Itu ga baik bu, Istighfarlah sebelum pintu taubat ditutup 
> oleh si
> > > > > > pemilik ampunan, ingatlah akan firman Allah, Innama
> > yahsyallohi min
> > > > > > ibadihil 'ulama... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di 
> antara
> > > > > > hamba-hambanya hanyalah Ulama.
> > > > > > dan ayat Fash'alu ahlaz-zikri in kuntum laa ta'lamun...  
> maka
> > > > > > tanyakanlah olehmu kepada orang2 yg berilmu, yakni ulama, 
> jika
> > kamu
> > > > > > tiada mengetahui.
> > > > > > 
> > > > > > ---
> > > > >
> > > >
> > >
> >
>


Kirim email ke