Dari sisi bank, apalagi untuk BRI yang sedang naik daun sejak mulai
nge-trend-nya likuidasi mereka merasa tidak akan rugi untuk memilih-milih
nasabah yang kelihatannya akan menguntungkan saja karena dianggap akan lebih
profitable. Pikirannya, kalau melayani transaksi kecil hanya merepotkan dan
boros waktu, slip nota kredit, slip jurnal dan pencocokan pembukuan.
Berbeda dengan bank swasta yang berusaha menarik nasabah dengan pelayanan
yang seramah mungkin dan tidak pilih-pilih. 

you wrote :
SATU rupiah PUN mestinya tak jadi soal!! Terlebih sistem yg digunakan on
line antar bank. 

Memang masuk akal kalau mereka membatasi nilai transaksi minimum 10.000 tapi
kalau 
100.000 itu keterlaluan. Mungkin BRI belum benar-benar on-line tapi hanya
semi on-line 
sehingga masih banyak paper work yang masih harus dilakukan secara manual di
back office.

you wrote :
Persisnya: banyak kemungkinan mbak teller (baca: manager bank) tak mau
melayani "partai teri" sebab membuang-buang waktu (?). 
Coba kalo kirimannya partai kakap, senyumnya pasti seluebaarrr ikan hiu!

Sepertinya ini penyakit lama yang tidak bisa hilang. Coba saja anda pakai
dasi, pasti pelayanannya beda dengan anda pakai kaus oblong.
Biasanya bank swasta lebih jeli terhadap nasabah, sebab tidak sedikit
nasabah yang datang dengan memakai celana pendek dan kaus oblong sambil
membawa kantung plastik yang ternyata isinya uang tunai semua.

wenny

______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!


Kirim email ke