Suai bana ambo jo Pak BSP ko mah. Sabagian 'penyeru' kadang suko labiah manonjolkan tampilan luar daripado 'yg didalam'
Labiah suko pakai baju gamih nan panjang2 tu, sarato sarawa diateh mato kaki, kaniang hitam bakeh 'sujuik' dan penggunaan beberapa istilah arab dlm mangecek jo urang awam, sebutan 'ana' pun lah barubah manjadi 'ana (pakai 'ain). Padahal itu kadang terkesan balabiah2an... Apo salahnyo nan labiah ditonjolkan tu isi, bukan kulik. Misalnyo 'akhlah yg mulia' (baso basi caro awak e), sarato ilmu nan mambumi sekaligus malangik, faham makrifat jo hakikat. Bukan samato mangajak urang manjalankan syariat tapi dak tahu apo hukimah dibaliak syariat tsb. Mgkn itu sakatek ulehan dari ambo. Mokasih dan maaf kl kurang bakanan. Wassalam Abu 'aisha, syafroni bin jamalus bin khatib josan bin khatib nuh (1399 H/1979 M) http://lubukgambir.wordpress.com/ ________________________________ From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Bot S Piliang Sent: Thursday, March 25, 2010 9:14 AM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [...@ntau-net] Orang Kristen Teriaki Juru Dakwah "Jin Masuk Kampung" Artikel yang menarik... Satu yang jadi pertanyaan saya, apakah pakaian jubah atau gamis seperti itu adalah pakaian Islam?? Atau timur tengah??? Atau sekedar unjuk eksistensi saja? Saya kira disinilah letak kekalahan pendakwah Islam dengan misionaris kristen. Saat ini, pendakwah Islam menempatkan local genious, budaya setempat sebagai musuh dan harus di basmi, di ganti dengan pola budaya yang mereka bawa (yang menurut saya tidak 100 % Islam, tapi lebih ke arah arabisasi, atau timur tengahisasi...:). Sedangkan kaum misionaris tak segan-segan melakukan studi sosiologi dan antropologi terhadap komunitas yang akan mereka masuki, melebur dan menjadikan local genious sebagai alat untuk menyebarkan paham keagamaan mereka. Mungkin ada yang tidak sependapat dengan saya, tapi mungkin perlu dikaji lagi seperti apa metode dakwah rasulullah sehingga bisa masuk ke struktur masyarakat Yahudi di Yastrib, atau Kekaisaran Kristen di Eithipia. Dan salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa, Sunan Kalijaga juga telah mencontohkan bagaimana ia menghargai local genious dan menjadikannya sebagai alat untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dan Imam Bonjol pun diakhir perjuangannya pun juga kemudian bernegosiasi dengan adat Minangkabau sehingga terciptalah keharmonisan yang mampu melahirkan generasi Renaisance Indonesia di Alam Minangkabau. Seperti kasus diatas, mungkin lain ceritanya kalau para da'i tersebut tidak petantang petenteng berjubah/gamis ke lokasi pedalaman yang notabene mayoritas non muslim, atau tidak terbiasa dengan pekaian seperti itu. Toh tidak akan kurang keIslaman dan Keimanannya hanya gara-gara sementara mengganti jubah/gamis mereka dengan kemeja dan celana panjang kan..:) Salam Bot Sosani Piliang Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream www.botsosani.wordpress.com -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe To unsubscribe from this group, send email to rantaunet+unsubscribegooglegroups.com or reply to this email with the words "REMOVE ME" as the subject.