Benar, Pak Darius. Islam bukanlah agama yang disembunyikan dalam hati atau ditinggalkan di ambang pintu ketika keluar rumah seperti yang diharapkan musuh-musuh Islam. Islam memiliki syi'ar yang memang untuk ditampakkan seperti contoh shalat 'id tersebut, bahkan kita disyari'atkan untuk berjalan kaki ke tempat shalat sambil bertakbir dengan keras padahal biasanya berdzikir lebih disukai dengan suara lirih.
Termasuk dalam syari'at adalah penampilan fisik. Memang jangan sampai kita salah kaprah antara budaya dan syari'at, namun juga jangan sampai kita salah kaprah mengatakan bahwa segala urusan penampilan luar adalah budaya. Misalnya muslimah diwajibkan untuk menutup aurat di hadapan selain mahramnya. Disepakati bahwa selain wajah dan telapak tangan wajib ditutup; perselisihan hanyalah apakah wajah dan telapak tangan itu boleh ditampakkan atau tidak. Ajaibnya ada pula orang sekarang yang menyalahgunakan perbedaan pendapat itu untuk mengatakan hijab sebagai budaya saja. Sebagaimana halnya penampilan muslimah diatur, sesungguhnya Islam juga mengatur penampilan untuk muslim. Misalnya tentang pakaian, Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda (yang artinya): "Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Dawud) Kalau hanya urusan budaya, tentulah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam tidak membawa-bawa urusan neraka. Perselisihan masyhur yang ada di antara ulama adalah bahwa apakah yang dilarang itu memanjangkan kain di bawah mata kaki secara mutlak ataukah yang karena sombong saja. Jadi jangan pula dikatakan itu hanya budaya orang Arab. BTW, orang Arab juga tidak semuanya pakaiannya di atas mata kaki kok jadi lebih aneh lagi jika dikatakan itu adalah budaya Arab. Kemudian juga ada masalah jenggot. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika menyebutkan perkara-perkara fitrah di antaranya menyebutkan memelihara jenggot. Beliau juga bersabda (yang artinya): “Selisilah orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot, dan cukur habislah kumis.” (HR. al-Bukhari). Jadi sayang sekali juga jika dikatakan bahwa jenggot hanya budaya. BTW, memelihara jenggot bukan berarti harus berjenggot ya, namun kalau ada, biarkan saja paling tidak segenggaman dan jangan dicukur habis. Allahu Ta'ala a'lam. Wassalaamu'alaykum, -- Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe To unsubscribe from this group, send email to rantaunet+unsubscribegooglegroups.com or reply to this email with the words "REMOVE ME" as the subject.