Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-14 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud.
 Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan
 $ 4/bbl.
 Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa
 dapet duit gratis $4/bbl. Betul?

Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan
forward contract kan?

 Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
 naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
 tersebut.
 
 
 Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi 
 $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau
 serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak
 ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise
 price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya.

Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract
yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga
minyak akan naik luar biasa tinggi.

Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi consumer surplus, di
mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang
rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah
kepastian harga).

Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang
terjadi menjadi Dan begitu seterusnya. Skema ini cuma terjadi kalau
ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama
seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga
akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya.
Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan
harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi.

Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward
contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen
seenaknya.

 Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah
 mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging,
 dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau
 domino berantai.
 
 
 Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..
 
 Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak?
 Sekarang saya tanya,
 tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang
 tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan.

Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa pesat..

 Salam :)
 
Salam,




Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Contradictionary Antithesis
Uhm.. kalo ngomong korelasi antar parameter terlalu jauh.. apalagi saya
tidak punya datanya... dan model econometricnya akan rumit. Apalagi kalau
dibandingkan dengan Indonesia, yang serikat buruhnya tidak kuat, tapi
unemployment-nya tinggi.

Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma
manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan
setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering
sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di
negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang
lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah
diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat
unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi
pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat
konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak
pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas
pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang.

Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi
bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang
karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya
sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa
depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun
skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai
Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan
diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh
lebih lemah dari karyawan tetap.

Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan
outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap,
masyarakat, dan negara.

Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama,
tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia.

BR,

-=ContraDictionary=-


2008/5/14 Glenn Hassan [EMAIL PROTECTED]:

   Bung contra,

 kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat,
 ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german
 9%.

 kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata
 kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%.
 kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi
 kepikiran juga.. kok bisa begitu?

 saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo
 di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau
 juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing.

 india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah
 protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource?
 apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke
 negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung?

 kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang
 lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji
 lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana?
 khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan
 gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan
 outsourcing kali..

 di sini kalo yang dibilang contract/temp worker yang dibayar perjam
 malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja
 kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil..

 kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda
 punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang
 menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill
 yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga.
 jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat..

 2008/5/13 Contradictionary Antithesis [EMAIL 
 PROTECTED]contradictionary%40gmail.com
 :

 
 
 
 
 
 
  Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada
  resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko
  serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko?
 Pasti
  ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas,
 doba
  dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap
  tidak
  ada.
 
  Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan
  jadi
  pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa
  depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar?
 
  Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
  Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
  lebih
  liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat
 yang
  di
  Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya 

RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-14 Terurut Topik jerry . matanari
Terimakasih atas komentar Bapak.
Komentar saya cukup mengulangi point disclaimer yang sudah tertulis di
email sebelumnya:


 : Think out of the box. Skenario yang saya kemukakan di atas
bisa terjadi kalau kondisinya relevan. Kalau kondisinya berubah,
strategi pun berubah

 
Salam :)


 Original Message 
Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
From: Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, May 13, 2008 11:05 pm
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud.
 Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan
 $ 4/bbl.
 Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa
 dapet duit gratis $4/bbl. Betul?

Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan
forward contract kan?

 Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
 naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
 tersebut.
 
 
 Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi 
 $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau
 serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak
 ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise
 price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya.

Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract
yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga
minyak akan naik luar biasa tinggi.

Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi consumer surplus, di
mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang
rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah
kepastian harga).

Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang
terjadi menjadi Dan begitu seterusnya. Skema ini cuma terjadi kalau
ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama
seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga
akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya.
Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan
harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi.

Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward
contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen
seenaknya.

 Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah
 mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging,
 dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau
 domino berantai.
 
 
 Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..
 
 Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak?
 Sekarang saya tanya,
 tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang
 tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan.

Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa
pesat..

 Salam :)
 
Salam,






Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Contradictionary Antithesis
Terimakasih atas masukan datanya, Bang.

Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai
menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat
disana. Begitu mungkin kesimpulannya.

Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.

2008/5/14 Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]:

   At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:

 Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
 Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
 lebih
 liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang
 di
 Eropa.

 Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya?

 Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka
 faktanya tidak begitu.

 Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
 terakhir ini turun terus.
 Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan
 Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar
 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
 kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
 tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.

 Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja
 sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
 amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka
 nominalnya.

 Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
 industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
 fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi
 relevan.

  



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Hok An
Bung Poltak,

pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita.
Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan
dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan.  Sistem negara kita
balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur.
Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
kita adalah macetnya reformasi birokrasi.

Kemacetan ini mempersulit pilihan kebijaksanaan, sebab apa yang mau
dibikin terancam macet ditengah jalan. Proyek2 pemerintah maupun PEMDA
merangkak demikian lambat sehingga anggaran diakhir tahun banyak yang
tersisa. Kemacetan ini dizaman sekarang ini kalau mau gampang
diselesaikan, tetapi departemen dalam negeri kita kelihatannya tidak
punya mandat untuk itu, cuma sibuk bagi2 kabupaten menjadi unit2 yang
kecil2 saja.

Singkat kata supaya ada aparat effektiv sistem kabinet kita perlu
disederhanakan dan banyak departemen dan kantor2 perlu dilebur jadi
satu. Sebelum itu terjadi usaha kita putar otak cari jalan keluar agak
percuma sebab pelaksanaan tidak effektiv.

Salam

Hok An


Poltak Hotradero schrieb:

 At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote:

 Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain.
 Beberapa bagian telah saya edit sedikit.

 ==

 Yang gue gak setuju. BLT.
 Ngajarin orang jadi males.
 Gak mau usaha.
 Easy money.
 Mental pengemis.
 Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak.

 Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena
 alternatifnya nggak lebih baik.
 Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja
 sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima
 bantuan.

 Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal
 beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada
 ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya
 yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket
 sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang
 bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan
 dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin.

 Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan.
 Bagaimana dengan sisi penerimanya?

 Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket
 sembako lainnya.
 Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan
 kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam
 bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak
 sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja
 paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit
 itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun
 drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak
 dibagikannya duit saja?

 Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam
 bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di
 gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos
 logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada
 ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang
 dalam bentuk lain.

 Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai
 pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah
 atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat
 rendah. Terlampau rendah.

 Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara
 gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist.

 Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan.
 Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin,
 solar, minyak tanah dll.
 Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing.
 Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi.
 Terang aja tekor.

 Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan.
 Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di
 dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus
 juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin
 kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena
 korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau
 nggak terlibat).

 Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan
 Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi
 normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik
 terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak
 udel.

 Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang
 paling pintar ngejarah ekonomi itu 

Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik EKO KERTAJAYA

penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu.
kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau
indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial
dlm memanage problem yg akan kolaps.

---Original Message---

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, May 14, 2008 13:13:19
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

At 12:46 PM 5/14/2008, you wrote:

bagi saya, akan lebih obyektif jika melihat juga sisi yg lain.
inlasi, economic growt, etc adalah indikator pakem kinerja
ekonomi suatu negara. text book bahuela sampe kini gak
ada perubahan. tidak fair lah menilai chaves cuma dari sisi
ini.

=
Text Book jaman baheula...?
Apa saya nggak salah baca?
Saya mungkin terlalu gegabah -- tapi saya berpendapat bahwa anda 
salah pilih text book -- kalau memang kita mau bicara soal ekonomi negara.

Inflasi itu masalah yang relevan dan akan selalu relevan selama masih 
ada benda bernama duit.
Mengapa? Karena duit itu terkait dengan daya beli masyarakat.

Semakin berharga suatu mata uang - semakin diminati orang sekalipun 
tingkat bunganya kecil.
Semakin tidak berharga suatu mata uang - semakin dijauhi orang 
sekalipun bunganya setinggi langit.

Lalu apa penentu bunga? Ya tingkat inflasi.

Dengan tingkat inflasi 29% - berarti Chavez sudah sukses memiskinkan 
setiap pemegang mata uang Bolivar sehingga daya beli uang tersebut 
terkuras hampir sepertiganya PER TAHUN.

Ini efeknya sama dengan memberlakukan pajak (siluman) sebesar 
29%...! (Belum lagi ditambah dengan pajak resmi).

Kalau sebuah pemerintah tidak peduli pada mata uangnya sendiri -- apa 
lagi yang mereka pedulikan?



 
Messages in this topic (5) Reply (via web post) | Start a new topic 
Messages 
=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnya 
 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity
  a..  9New Members
Visit Your Group 
Y! Messenger
Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Need traffic?
a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ouea9is/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210752922/L=/B=JYk3AULaX9A-/J=1210745722999140/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8182
 



PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER:

This email and any files transmitted with it are confidential and
intended solely for the use of the individual or entity to whom they
are addressed. If you have received this email in error please notify
the system manager. This message contains confidential information
and is intended only for the individual named. If you are not the
named addressee you should not disseminate, distribute or copy this
e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have
received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your
system. If you are not the intended recipient you are notified that
disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Nugroho Dewanto

tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota
serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus
kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga
mereka mau jujur.

undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh
dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan
pengusaha.

banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu
dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang
mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat
undang-undang perburuhan.

akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat
menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan.
pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi
karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa
diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal
pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk
melatih mereka.

belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan
diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan
penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah
sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu.




At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote:

Terimakasih atas masukan datanya, Bang.

Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai
menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat
disana. Begitu mungkin kesimpulannya.

Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.

2008/5/14 Poltak Hotradero 
mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]:

  At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:
 
  Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya.
  Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang
  lebih
  liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang
  di
  Eropa.
 
  Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya?
 
  Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka
  faktanya tidak begitu.
 
  Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
  terakhir ini turun terus.
  Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan
  Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar
  12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
  kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
  tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.
 
  Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja
  sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
  amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka
  nominalnya.
 
  Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
  industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
  fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi
  relevan.
 
 
 

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik jeff_andra
Salam Experts,
Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego
BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep
mau dijual. Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang
berikutnya dilego dengan berbagai alasan.

So, kalo gini terus, bukan ngga mungkin 5-10 taon lagi negara kita
bakal ganti nama jadi (maaf) Republik Jablai, karena terus saja
ngejualin aset2 strategisnya. Atau (maaf lagi) Republik Germo, karena
sebagai orang tua, pemerintah seperti menjual BUMN yang sudah
seperti anak-anaknya, yang di-pioner-i pemerintahan ibu Megakarti
(bukan nama sebenarnya)itu.

Salam



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Hok An
Seorang teman pengusaha mengeluh bahwa UU perburuhan kita keterlaluan,
sebab pegawai yang berbuat kesalahan besar hampir tidak mungkin dipecat.
Sebab itu mungkin terjadi kebiasaan yang Anda utarakan dibawah.

Salam

Hok An

Nugroho Dewanto schrieb:


 tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota
 serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus
 kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga
 mereka mau jujur.

 undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh
 dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan
 pengusaha.

 banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu
 dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang
 mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat
 undang-undang perburuhan.

 akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat
 menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan.
 pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi
 karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa
 diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal
 pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk
 melatih mereka.

 belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan
 diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan
 penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah
 sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu.

 At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote:

 Terimakasih atas masukan datanya, Bang.
 
 Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai

 menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih
 kuat
 disana. Begitu mungkin kesimpulannya.
 
 Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar
 labor
 union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan
 nih.
 
 2008/5/14 Poltak Hotradero
 mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]:
 
   At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote:
  
   Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat
 pekerjanya.
   Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika
 yang
   lebih
   liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga
 sekuat yang
   di
   Eropa.
  
   Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak
 anggotanya?
  
   Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat --
 maka
   faktanya tidak begitu.
  
   Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun
   terakhir ini turun terus.
   Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan

   Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar

   12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan
   kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi
   tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%.
  
   Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan
 kerja
   sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union
   amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan
 angka
   nominalnya.
  
   Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor
   industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan
   fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak
 lagi
   relevan.
  
  
  
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 

 [Non-text portions of this message have been removed]

 




Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote:

Bung Poltak,

pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita.
Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan
dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita
balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur.
Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
kita adalah macetnya reformasi birokrasi.


Bung Hok An,

Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di 
negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, 
harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan 
dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima 
bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima 
yang sudah disusun.  Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna.

Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program 
BLT yang lalu - hal itu pun terjadi.  Tetapi ketimbang harus 
disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada 
seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik.

Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis.
APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.




Re: [Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:47 PM 5/14/2008, you wrote:

Salam Experts,
Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego
BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep
mau dijual.

Anda yakin kalau KS itu sehat?
Atau itu cuman fenomena 2-3 tahun terakhir?
Coba anda lihat performa keuangan Krakatau Steel dalam 30 tahun 
terakhir -- berapa puluh tahun perusahaan itu rugi melulu?


Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang
berikutnya dilego dengan berbagai alasan.

Bagusnya memang dijual aja.
Terus DPR-nya sidang pakai teleconference dari rumah dinas masing-masing.
Atau kalau mau lebih afdol lagi - rumah dinas anggota DPR juga 
sekalian aja dijual - terus kalau mau sidang anggota parlemen tinggal 
nyewa Istora Senayan.

Lumayan bisa menghemat anggaran.

Cari duit itu susah. 



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:15 PM 5/14/2008, you wrote:

Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor
union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih.


Sektor jasa.

Asumsi dasar labor union adalah membuat manusia sebagai bagian dari 
proses manufaktur.
Ini berarti yang dibeli adalah waktu dan tenaga.  Kalau anda baca 
bukunya Marx akan sangat jelas hal itu disebut oleh Marx sebagai 
bagian dari konsep kapital.

Sementara di sektor jasa -- yang dibeli dari seorang pekerja adalah 
daya analitis, kreativitas, keahlian (skill) yang lebih condong pada 
kualitas ketimbang kuantitas kerja.

Itu sebabnya labor union menjadi lebih sulit diimplementasikan pada 
sektor jasa -- karena di sektor jasa komponen skill manusia jauh 
lebih berharga dan lebih berpengaruh ketimbang komponen fixed asset 
sebagaimana yang ada pada dunia manufaktur.

Coba lihat sektor mana yang paling tinggi muatan komponen jasa 
manusianya ketimbang fixed assetnya - yaitu perbankan dan pasar 
modal.  Apa anda ketemu labor union yang efektif di situ?




Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:40 PM 5/14/2008, you wrote:

penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu.
kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau
indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial
dlm memanage problem yg akan kolaps.


Begini saja deh.
Kalau inflasi Indonesia naik sampai 29% sementara inflasi Venezuela 
bisa turun sampai cuma 9% saya akan akui bahwa Chavez lebih cerdas 
dalam soal ekonomi dibanding pimpinan Indonesia manapun.

Deal?



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Hok An

Bung Poltak,

Kalau betul mau, memang BLT bisa dibagi tanpa birokrasi banyak dengan
effektiv dan sederhana.
Misalnya pakai sistem stempel yang tidak mudah hilang.

Dalam pengalman Jerman sesudah PDII ternyata menggelontor duit mempunyai
effek luar biasa positif untuk menanamkan optimisme
sehingga waktu itu walaupun uang dipotong, pedagang2 memajang barangnya
kembali, pasar gelap hilang dan penduduk belanja sehingga ekonomi bisa
start up.
Aksi G. Bush akhir2 ini kurang effektiv, mungkin jumlahnya tidak cukup.

Mengenai masalah aparat birokrasi kita diantara tentara saja ada yang
hilang kesabarannya.
Disa dilihat dari buku Saurip Kadi yang dibicarakan di:
http://www.mail-archive.com/[EMAIL PROTECTED]/msg00821.htm

Salam

Hok An

Poltak Hotradero schrieb:

 At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote:

 Bung Poltak,
 
 pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan
 kita.
 Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
 sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
 masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
 publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
 harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan

 dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara
 kita
 balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan
 struktur.
 Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
 kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
 kita adalah macetnya reformasi birokrasi.

 Bung Hok An,

 Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di
 negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup,
 harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan
 dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima
 bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima
 yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna.

 Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program
 BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus
 disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada
 seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik.

 Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis.
 APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan
 kerjanya.







Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:39 PM 5/14/2008, you wrote:

menarik nih Bung Poltak, informasi bahwa setelah Hugo
Chavez berkuasa inflasi jadi 29% itu saya kira belum
terlalu banyak orang yg tahu. tapi mungkin kiranya
berkenan bung poltak menjelaskan kajian ekonominya
hubungan antara naiknya Hugo Chavez dengan
meningkatnya inflasi?


Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi y-o-y terakhir 
bulan lalu.
Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling up to date.

Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu sumber yang paling 
utama adalah defisit pemerintah.  Mengapa?  Karena cuma pemerintah 
yang punya hak monopoli mencetak uang.  Ketika pendapatan pemerintah 
lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih tersebut ditutup 
dengan mencetak uang.

Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral akan menyedot 
uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di mana orang bisa 
menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah dengan imbalan 
bunga.  (uang kartal secara riilnya adalah obligasi pemerintah tanpa bunga).

Semakin banyak uang yang harus disedot - maka semakin tinggi bunga 
yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah.  Bila ternyata 
ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat - maka peminat 
obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari dalam maupun luar 
negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih ringan.  Bila 
ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek buruknya akan menjadi berganda.



atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya
bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi
kabarnya pengangguran juga tinggi?

Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka Iran punya 
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerimaan dari minyak 
mentah.  Ditambah dengan beban subsidi yang besar (hampir sepertiga 
budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai stimulus ekonomi 
menjadi tumpul.  Pada ekonomi yang relatif terbuka - tumpulnya peran 
pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor privat.  Tetapi 
sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang luas.

Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran. 



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote:

 
  Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
  adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
peduli agama,
  tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..


Touche!

Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang 
lain soal moral...
Seolah berbicara itu sama dengan berbuat. 



RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Ardhi DJ
Udah lah gak usah panjang-panjang

Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan 
didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
sebesar-besar2nya

Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
dll sebesar2nya

Dari 2 tujuan ini jelas2 bertolak belakang, jadi yg paling mungkin
dicapai adalah
Kesepakatan Bersama antara PEKERJA dan PENGUSAHA

kalau seandainya Pekerja itu adalah orang yang potensial
tentu pengusaha juga tidak ingin kehilangan pekerja seperti itu
dan perusahaan bisa saja akhirnya mengikat pekerja bersangkutan 
dengan status karyawan tetap + beragam fasilitas yg bisa diberikan
perusahaan

sedangkan kalau Pekerja itu tidak berkualitas, maka sudah bekerja saja
sudah untung
meski itu dengan bayaran uang harian

Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara
Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya
Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha

ardhi


-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Amitz
Sekali
Sent: 14 Mei 2008 16:50
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Contradictionary
Antithesis [EMAIL PROTECTED] wrote:

..deleted

 Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma
 manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan
 setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan
sering
 sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week,
bahwa di
 negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang
 lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah
 diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat
 unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada
porsi

Bukankah itu berarti amat menguntungkan negara2 yang standar gajinya
rendah seperti Indonesia?

 pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan
tingkat
 konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi
pajak
 pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan
berimbas
 pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang.

Seperti yang saya sebut di atas, kalaupun negara yang mencari karyawan
outsource itu merugi (which is arguably not), kan untung besar bagi
negara yang penduduknya dijadikan pegawai outsourcing. Indonesia tidak
perlu tergantung dari lapangan kerja lokal untuk mengurangi
pengangguran. Kan enak!?

 Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari
renumerasi
 bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari
yang
 karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga.
Setahu saya
 sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya
masa
 depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik
apapun
 skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda
mulai
 Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan
 diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah,
jauh
 lebih lemah dari karyawan tetap.

Kita sekarang sudah masuk ranah budaya. Ada yang suka kepastian
meskipun karirnya ya begitu2 aja, ada yang bisa mentoleransi
ketidakpastian asal dihargai sesuai prestasi. Kalau Bapak mau kerja di
perusahaan yang memberikan kepastian pensiun selama-lamanya atau
pesangon super besar, ya siap2 gajinya di..sesuaikan untuk membiayai
itu semua.

Seperti yang sudah saya ulang berkali-kali di posting2 sebelumnya,
aturan perundang-undangan yang sekarang membebani pengusaha, TANPA
KEUNTUNGANNYA BISA DIRASAKAN PEKERJA. Masih mending kalau pengusaha
terbeban tapi keuntungannya bisa langsung dirasakan pengusaha. Tapi
ini tidak bisa dirasakan pekerja, kecuali dia keluar atau di-PHK.. 

Saya kuatir sekarang ini dengan potensi inflasi dan krisis Indonesia
dalam waktu dekat ini. Di satu sisi ingin gaji dinaikkan, tapi di sisi
lain sadar kalau resiko finansial kenaikan gaji itu terlalu besar..
Sungguh Indonesia perlu reformasi aturan ketenagakerjaan.

 Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk
karyawan
 outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap
karyawan tetap,
 masyarakat, dan negara.

 Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya
 adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
peduli agama,
 tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.

Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..

 
 Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia.
 
 BR,
 
 -=ContraDictionary=-
 
Salam,




=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain
games atau just have fun together. Compulsory bagi new members 

RE: [Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik Ardhi DJ
Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe
Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya..

Dasar perspektif yang dipakai dalam penjualan BUMN ini apa?
Kalau cuma mau cari untung aja sih ga perlu dijual, cukup rekrut direksi
dan dewan pengawas dari luar aja, kasih aja ke perusahaan outsourcing
untuk cari direksi baru (yg bukan titipan penguasa)
Pasti tuh BUMN untung (kecuali bbrp BUMN yg bersifat sosial)

Tapi soal penjualan PT. Krakatau Steel, saya melihatnya dari sisi
Startegis nya (yg paling penting)
Karena sangat jarang didunia ini negara yg punya Industri Baja Terpadu,
dan kalau satu lagi sumber daya indonesia lepas ke tangan asing,
otomatis Indonesia 99,99% jadi Konsumen bukan Produsen.

Dan posisi Konsumen jelas lebih rentan dengan krisis
Perusahaan khan tinggal naikin harga, lha kalau konsumen bisa nurunin
harga?

ardhi


-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Poltak
Hotradero
Sent: 14 Mei 2008 15:28
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] obral BUMN

At 02:47 PM 5/14/2008, you wrote:

Salam Experts,
Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego
BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep
mau dijual.

Anda yakin kalau KS itu sehat?
Atau itu cuman fenomena 2-3 tahun terakhir?
Coba anda lihat performa keuangan Krakatau Steel dalam 30 tahun 
terakhir -- berapa puluh tahun perusahaan itu rugi melulu?


Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang
berikutnya dilego dengan berbagai alasan.

Bagusnya memang dijual aja.
Terus DPR-nya sidang pakai teleconference dari rumah dinas
masing-masing.
Atau kalau mau lebih afdol lagi - rumah dinas anggota DPR juga 
sekalian aja dijual - terus kalau mau sidang anggota parlemen tinggal 
nyewa Istora Senayan.

Lumayan bisa menghemat anggaran.

Cari duit itu susah. 




RE: [Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote:

Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe
Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya..

Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa 
performanya bagus - why not?
Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk 
urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional 
--- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara profesional?

Kalau kata orang Glodok:  Ada harga ada rupa...


Dasar perspektif yang dipakai dalam penjualan BUMN ini apa?
Kalau cuma mau cari untung aja sih ga perlu dijual, cukup rekrut direksi
dan dewan pengawas dari luar aja, kasih aja ke perusahaan outsourcing
untuk cari direksi baru (yg bukan titipan penguasa)
Pasti tuh BUMN untung (kecuali bbrp BUMN yg bersifat sosial)

Ada banyak motif - mulai dari yang mulia sampai yang hina.

Yang hina:
- supaya dapat komisi dari advisor MA

Yang mulia:
- supaya ada transparansi dan akuntabilitas lebih besar,
- mengurangi resiko pemerintah (karena BUMN rugi sama dengan ngejebol APBN),
- memungkinkan masuknya modal baru, expertise, akses pasar, pemilikan publik
- mendorong efisiensi (karena pemegang saham baru pasti ingin 
modalnya cepat balik)
- menghilangkan praktek monopoli (karena kebanyakan BUMN berbisnis 
secara monopolistis).
- menghilangkan sumber pendanaan politik kotor (karena BUMN adalah 
sumber dana politik kotor)
- memperoleh pendapatan lebih besar dari pajak (keuntungan naik 
berarti setoran pajak juga naik)


Tapi soal penjualan PT. Krakatau Steel, saya melihatnya dari sisi
Startegis nya (yg paling penting)
Karena sangat jarang didunia ini negara yg punya Industri Baja Terpadu,
dan kalau satu lagi sumber daya indonesia lepas ke tangan asing,
otomatis Indonesia 99,99% jadi Konsumen bukan Produsen.

Itu berarti KS adalah monopoli - dan itu saja sudah merupakah kesalahan...!
Kesalahan itu sudah dipelihara bertahun-tahun.

Praktek monopoli oleh KS berarti konsumen (dalam hal ini rakyat 
Indonesia) harus bayar lebih mahal.
Bayar lebih mahal berarti harga jual harus lebih tinggi.
Harga jual lebih tinggi berarti membuat konsumen Indonesia daya 
belinya lebih rendah.

Itukah yang disebut menguntungkan rakyat Indonesia

Mau solusi?  Jual saja Krakatau Steel disertai dengan kontrak 
kewajiban supply sekian juta ton dengan harga fixed untuk rentang 
waktu sekian puluh tahun.  Kalau harga baja naik -- maka konsumen 
Indonesia bisa selamat karena tetap dapat supply baja dengan harga 
fixed.  Kalau harga baja turun -- maka yang nanggung selisih harga 
adalah pembeli Krakatau Steel.

Kalau perlu pemerintah jual 100% saham Krakatau Steel untuk ditukar 
dengan kontrak kewajiban supply.

Ini berarti kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi (lewat kontrak 
tersebut) -- dan selanjutnya Accellor-Mittal silahkan ekspansi KS 
segede-gedenya supaya cost kewajiban supply itu menjadi seringan 
mungkin buat Accellor-Mittal...  (ekspansi segede-gedenya berarti 
penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, penyerapan modal, dll. 
yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi).

Dengan sistem kontrak kewajiban supply, ini berarti Indonesia bisa 
punya supply besi baja tanpa harus punya pabrik...


... plus nggak ada lagi yang bisa korupsi di Krakatau Steel.



RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:41 PM 5/14/2008, you wrote:

Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan
didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan
sebesar-besar2nya

Bukankah itu juga peri laku tiap orang?
Bukankah anda juga begitu?


Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas
dll sebesar2nya

Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya?
Setiap pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan 
bayaran sebesar-besarnya.

Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus 
bicara standar moral yang berbeda?



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 11:35 AM 5/14/2008, you wrote:


Great post,
I admire the clarity of your thought process.

This is one of the smartest post in this milist.

I especially love this line :

  Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia -
  maka angka inflasi
  di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti
  angka inflasi
  yang sekarang ada di Venezuela.
 


Thank you for reading my postings.
I can ask nothing more.



Re: [Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik Hok An
Secara historis kita ini jagoan outsourcing.
Bupati2 Jawa mula2 outsourcing penyelesaian konflik kepada VOC, kemudian
masalah2 keamanan dst.-nya.
Pemerintah Hindia Belanda juga bagi2 tugas dengan Inggris ingat saya
urusan tanam beras dan pertahanan udara diserahkan kepada Inggris, untuk
itu perusahaan USA dilarang masuk.

Selain itu ada kasus Bea Cukai yang hasilnya setahu saya positif.
Setahu saya biaya outsourcing disektor jaza sangat besar dan menjadi
sebab utama mengapa surplus ekspor kadang2 habis.

Salam

Hok An

Poltak Hotradero schrieb:

 At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote:

 Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe
 Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya..

 Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa
 performanya bagus - why not?
 Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk
 urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional
 --- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara
 profesional?

 Kalau kata orang Glodok: Ada harga ada rupa...

...




Re: [Keuangan] The global slump of 2008-09 has begun as poison spreads

2008-05-14 Terurut Topik Glenn Hassan
e Bush rescue package - $800 in
rebate cheques per household === ini jelas2 ngarang.. rebate checknya
$600 per orang.. untuk yang berpenghasilan kurang dari $75K..

Rasanya penjelasan anda juga tidak terlalu tepat (ada faktor pembeda
antara household (seperti yang tertulis) dan orang (seperti yang anda
sebut)) - karena masih ada tambahan rebate checks untuk setiap anak
dibawah usia 17 dalam keluarga

wah bang poltak mungkin anda perlu baca lebih lanjut tentang rebate
check ini.. mungkin angka yang lebih bagus adalah $1800, 600 untuk
bapaknya 600 untuk ibunya, dan 300 untuk anaknya..

kalau anda lihat average household income di america kira2 $48k di
tahun 2006, mungkin lebih rendah sekarang. kalau kita lihat lebih
lanjut, ternyata sekitar 70% household di america incomenya lebih
rendah dari $75k.. jadi 70% bakal dapet kira2 lebih dari $1200
(mungkin banyak yang gak punya anak).. tapi jelas jumlahnya lebih dari
800.. jadi seperti saya bilang sebelumnya.. mendingan anda baca
financial times atau economist.. daripada dengerin mas Ambrose yang
nulis artikel di atas.

soal cash balance dari SP500 mungkin lebih baik saya pas kerja nanti
liat database di kantor dan analisa lebih lanjut supaya kita gak
ngomong asal2an..

kalo soal debt Debt as a percentage of net worth for non-financial
companies outside of farming was 61.3 in the fourth quarter of last
year, compared with 68 at the start of the 2001 recession and 93.6 in
the 1990- 91 contraction, Fed figures show.

kalo anda mau saya bisa lihat lagi data2 ini supaya, seperti yang saya
bilang, kita gak ngomong asal2an.

Seluruh perusahaan di SP 500 menurut link yang anda referkan - punya
$615 Billion in cash TAPI kelihatan sekali jomplangnya. Gabungan
Exxon Mobil ($34.5 Billion), Pfizer Inc ($25.5 Billion) dan Cisco
($22.7 Billion) sudah setara dengan $82.7 Billion atau 13% dari
seluruh cash SP500. Lha bagaimana dengan 497 perusahaan
lainnya? Bagaimana juga dengan posisi liabilities (baik jangka
panjang maupun pendek)...?

Anda bilang artikel saya mengatakan seluruh perusahaan di SP500 punya
$625 B in cash, tapi jelas2 artikelnya bilang industrial
corporations lihat di bawah ini:

As a result, industrial corporations in the Standard  Poor's 500
have amassed $615.5 billion in cash and cash equivalents


Berarti keadaan saat ini sangat ekstreme antara yang kelebihan duit
dan yang kekurangan duit.
Apalagi kalau kita membandingkan antara posisi cash terhadap asset
secara historis.

anda yakin ini yang terjadi saat ini? apakah benar cash as a
percentage dari BV sekarang lebih rendah dari pada historical average?



2008/5/14 Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]:






 At 10:23 AM 5/14/2008, you wrote:

  Diane Vazza,
  SP's credit chief, says defaults are rising at almost twice the rate of
  past downturns. Companies are heading into this recession with a much
 more
  toxic mix. Their margin for error is razor-thin, she said.
  Two-thirds have a
  speculative rating, compared to 50pc before the dotcom bust, and 40pc in
 the
  early 1990s. The culprit is debt. They ramped it up in the last 18 months
 of
  the credit boom. A lot of deals were funded that should not have been
 funded,
  she said.
  
  Ini orang ngarang apa nyolong motong quote orang? setau saya companies
  di sini malah flush with cash. coba anda baca artikel ini

 http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601109sid=aUv3WCFs__qwrefer=homehttp://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601109sid=aUv3WCFs__qwrefer=home

  Mungkin perlu diteliti dulu perusahaan mana yang flushed with cash -
  dan mana yang nggak.
  Seluruh perusahaan di SP 500 menurut link yang anda referkan - punya
  $615 Billion in cash TAPI kelihatan sekali jomplangnya. Gabungan
  Exxon Mobil ($34.5 Billion), Pfizer Inc ($25.5 Billion) dan Cisco
  ($22.7 Billion) sudah setara dengan $82.7 Billion atau 13% dari
  seluruh cash SP500. Lha bagaimana dengan 497 perusahaan
  lainnya? Bagaimana juga dengan posisi liabilities (baik jangka
  panjang maupun pendek)...?

  Berarti keadaan saat ini sangat ekstreme antara yang kelebihan duit
  dan yang kekurangan duit.
  Apalagi kalau kita membandingkan antara posisi cash terhadap asset
  secara historis.


  e Bush rescue package - $800 in
  rebate cheques per household === ini jelas2 ngarang.. rebate checknya
  $600 per orang.. untuk yang berpenghasilan kurang dari $75K..

  Rasanya penjelasan anda juga tidak terlalu tepat (ada faktor pembeda
  antara household (seperti yang tertulis) dan orang (seperti yang anda
  sebut)) - karena masih ada tambahan rebate checks untuk setiap anak
  dibawah usia 17 dalam keluarga.

  


[Keuangan] Wolf: The market sets high oil prices to tell us what to do

2008-05-14 Terurut Topik sidqy suyitno
The market sets
high oil prices to tell us what to do
By Martin Wolf
Published: May 13 200819:09| Last updated: May 13 200819:09
Oil at $200 a barrel: that was the warning from
Goldman Sachs, published last week. The real price is already at an
all-time high (see chart). At $200 it would be twice as high as it was in any
previous spike. Even so, it would be a mistake to focus in shock only on the
short-term jump in prices. The bigger issues are longer term. 
Here are three facts about oil: it is a
finite resource; it drives the global transport system; and if emerging
economies consumed oil as Europeans do, world consumption would jump by 150 per
cent. What is happening today is an early warning of this stark reality. It is
tempting to blame the prices on speculators and big bad oil companies. The
reality is different.
Demand for oil grows steadily, as the vehicle fleets of the
world expand. Today, the UShas 250m vehicles and Chinajust 37m. It takes no 
imagination to see
where the Chinese fleet is headed. Other emerging countries will follow China’s 
example. 
Meanwhile, spare capacity in members of the
Organisation of the Petroleum Exporting Countries is currently at exceptionally
low levels, while non-Opec production has equally consistently disappointed
expectations. (See charts.)
It looks increasingly hard to expand supply
by the annual amount of about 1.4m barrels a day needed to meet demand. This
means an extra Saudi Arabiaevery seven years. According to the
International Energy Agency, almost two-thirds of additional capacity needed
over the next eight years is required to replace declining output from existing
fields. This makes the task even harder than it seems. As the latest
World Economic Outlook from the International Monetary Fund adds, the fact
that peak production is reached sooner, because of today’s efficient
technologies, also means that subsequent declines are steeper.
This is not to argue that speculation has
played no role in recent rises in prices. But it is hard to believe it has been
a really big one. True, the dollar price has risen sharply, but that is partly
the result of the decline in the dollar’s relative value (see chart). As I have
argued before, if speculation were raising prices above the warranted level,
one would expect to see inventories piling up rapidly, as supply exceeds the
rate at which oil is burned. Yet there is no evidence of such a spike in
inventories, as Goldman Sachs and the IMF point out. 
Similarly, it is not even true that the
investment needed to boost the constrained production capacity has been
lagging. The WEO shows that nominal investment by national and international
oil companies more than doubled between 2000 and 2006. But real investment
hardly increased, because of a global scarcity of rigs and associated skilled
labour services. Against this background, it seems far more likely that such
speculation as there is has been stabilising, rather than destabilising: in
other words, it is moving prices in the right direction, in order to reduce
demand.
Will the high prices succeed in doing this?
Certainly. Demand has to match supply for a simple reason: we cannot burn oil
that does not exist. 
The price spikes of the 1970s were followed
by big absolute falls in demand and output (see chart). This was partly because
of the recessions and partly because of rising efficiency. Both forces should
work again this time, but to a much smaller extent. The slowdown in the 
USeconomy is indeed likely to be significant.
Slowdowns will also occur in western Europe and Japanand even in the emerging 
world. But the
latter will still grow rapidly. Overall, the world economy – and so world oil
demand – is likely to continue to grow reasonably briskly. Similarly, the
improved efficiency of use of petroleum, as people switch to more efficient
vehicles, notably in north America (where the room for doing so is so large),
will be offset by the rising tide of demand for motorised transport in the
world’s fast-growing emerging countries. 
On balance, it is quite unlikely that
aggregate demand for oil will collapse, as it did after the two previous price
spikes, just as it is unlikely that massive net new oil supplies will come on
stream in the near future. This does not mean that prices will remain as high
as they are today for the indefinite future: such stability is improbable. But
it means we should expect a sustained period of relatively high prices even if
“peak oil” theorists are proved wrong. If proved right, this would be true in
spades.
So what should be the response to these
simple realities? Here are some obvious “do nots” and “dos”.
First, do not blame conspiracies by
speculators, oil companies or even Opec. These are the messengers. The message
is one of fundamental shifts in demand and supply. If speculators push prices
up in response, they are helping the adjustment. Even if Opec keeps output
back, it is preserving a valuable resource for the future.
Second, 

Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)

2008-05-14 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote:
 
  
   Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka
Tuhannya
   adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak
 peduli agama,
   tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen.
 
 Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP,
 banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan..
 
 
 Touche!
 
 Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang 
 lain soal moral...
 Seolah berbicara itu sama dengan berbuat.

Banyak orang memang tidak pernah berusaha memahami dilema dalam
pengambilan keputusan di lapangan, akibatnya tidak bisa membayangkan
kalau keputusan yang menyangkut orang banyak pasti akan selalu punya
sisi immoralnya.



Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?!

2008-05-14 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ardhi DJ
[EMAIL PROTECTED] wrote:

..deleted
 Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara
 Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya
 Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha
 
 ardhi

Negara, meskipun wajib melindungi rakyatnya, tidak bisa selamanya
diharapkan. Seperti yang dikatakan rekan2 lain, dengan berbagai cara
hukum bisa dimanipulasi sehingga aturan bagaimanapun yang melindungi
pekerja tidak efektif. Maka kalau menurut saya daripada habis2-an
mengubah hukum dan penerapannya agar lebih pro-pekerja lagi, lebih
baik habis2-an meningkatkan daya tawar pekerja.

Meningkatkan daya tawar bisa dengan memberikan pelatihan untuk bekerja
di berbagai tempat, misalnya pelatihan untuk kerja di konstruksi,
berbagai macam pabrik, konveksi, dll. Harapannya pekerja jadi lebih
fleksibel bisa diterima di mana saja dan produktivitasnya langsung
tinggi, jadi gajinya juga makin tinggi.

Sayangnya saya ragu inisiatif pelatihan seperti ini datang dari
serikat pekerja, sebab fleksibilitas kerja karyawan akan memperlemah
insentif bagi karyawan untuk melakukan kemauan serikat pekerja..

Salam,



[Keuangan] Becker Posner: The Rise in the Price of Oil

2008-05-14 Terurut Topik sidqy suyitno
The Rise in the Price of Oil
http://www.becker-posner-blog.com/
Gary S. Becker[1]
The run-up in the world price of oil during
the past several years, and especially the rapid climb during the last few
weeks to over $120 per barrel, has fueled predictions that the price will reach
$200 a barrel in the rather near future. Such predictions are not based on much
analysis, and mainly just extrapolate this sharp upward trend in oil prices
into the future. The price of oil in real terms (i.e., relative to
general prices) will not reach $200 in this time frame without either terrorist
or other attacks that destroy major oil-producing facilities, or huge taxes on
oil consumption. I try to explain why in the following.
The two previous sharp increases in the
world price of oil, in 1973-4 and 1980-81, were due to supply disruptions. The
first one was the result of the formation of OPEC that led to output
restrictions by members of this cartel, while the later one was due to the
Iran-Iraq war that curtailed petroleum production in these two countries.
Although the world price of petroleum rose by a lot in all three episodes,
worldwide oil production went down in the two earlier ones, while production
has risen during the current price boom. The present boom in oil prices has
been mainly driven by increases in demand from the rapidly growing developing
nations, especially China, India, and Brazil, although output growth in the US
and European have added to world demand, and speculation on potential future
price increases also contributed to the increased price of oil. To be sure,
supply problems in Nigeria, Venezuela, Russia, and other major oil-producing 
states have
contributed to accelerations in the oil price increases at times during the
current boom.
Note the contrast between the major causes
of the current explosions in oil and food prices. Although the sharply rising
prices of different commodities are often lumped together, increases in the
prices of corn and other foods have in larger part come from the supply side
rather than from demand. The main supply culprits in the market for foods have
been the diversion of corn acreage to the production of ethanol, and the
increased cost of fertilizers and chemicals used in food production due to the
rise in the price of oil (see my discussion of rising food prices on April 13
and 17).
The rapid growth of world oil prices during
1973-74 and 1980-81 contributed in a significant way to the world recessions
during those years. Yet even though world oil prices in real terms are now
above the prices in 1981, the previous peak in oil prices, and despite the
sharp run-up in prices during the past couple of years, the world economy has
not (yet!) been pushed into recession. One reason for the difference is that
unlike the previous episodes, the current price rises have slowed rather than
eliminated the boom in world output. Another difference from the previous
episodes is that the share of oil and other energy inputs in GDP is down by a
lot in the developed world since 1980, especially in Japanand Europe, but also 
in the US.
Of course, even with energy's smaller role
in the production of output, any rise in oil prices to over $200 a barrel in
the next few years would have serious disruptive effects on the world economy.
To many persons who have commented on this prospect, such a high oil price
seems plausible, given the expected continuation of the rapid growth in the GDP
of China, India, Brazil, and other major developing countries. For
the evidence is rather strong that the short run response of both the supply of
and the demand for oil to price increases is rather small. The small elasticity
of both the supply and demand for oil explains why the moderate reductions in
world oil supply during the earlier price spikes, and the moderate increase in
world demand during the current price boom, produced such large increases in
price.
However, the long run response to price
increases of both the demand and supply for oil and other energy inputs is
considerable. For example, given enough time to adjust, families react to much
higher gasoline prices by purchasing cars, such as hybrids and compacts, that
use less gasoline per mile driven. They also substitute trains and other public
transportation for driving to work and for leisure purposes. High energy
prices, and hence the opportunity for large profits, induce entrepreneurs to
work more aggressively to find fuel-efficient technologies, including the use
of batteries as a replacement for the internal combustion engine. 
Clearly, given high enough oil prices, many
ways are available to increase the supply of petroleum, Explorations for
additional supplies will be extended deeper into oceans and other remote places
because the high cost of extracting oil from these sources would be offset by
the high energy prices. Usable petroleum is also already being extracted from
oil sands and oil shale, and high and rising oil prices will 

Re: [Keuangan] obral BUMN

2008-05-14 Terurut Topik Heri Setiono
Selama ini masih banyak yang belum paham akan arti outsourcing yang 
kedengarannya mengerikan.
  Padahal outsourcing itu banyak macamnya. Terlebih lebih jaman sekarang ini 
sudah waktunya untuk tiap perusahaan mencari kelebihan masing masing sedangkan 
bagian yang kurang kuat di outsourcingkan. Dunia makin global, informasi makin 
mudah didapat, kita harus tahu keunggulan kompetitif masing masing masing dan 
memanfaatkan kelebihan pihak lain.
  

Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Secara historis kita ini jagoan outsourcing.
Bupati2 Jawa mula2 outsourcing penyelesaian konflik kepada VOC, kemudian
masalah2 keamanan dst.-nya.
Pemerintah Hindia Belanda juga bagi2 tugas dengan Inggris ingat saya
urusan tanam beras dan pertahanan udara diserahkan kepada Inggris, untuk
itu perusahaan USA dilarang masuk.

Selain itu ada kasus Bea Cukai yang hasilnya setahu saya positif.
Setahu saya biaya outsourcing disektor jaza sangat besar dan menjadi
sebab utama mengapa surplus ekspor kadang2 habis.

Salam

Hok An

Poltak Hotradero schrieb:

 At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote:

 Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe
 Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya..

 Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa
 performanya bagus - why not?
 Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk
 urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional
 --- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara
 profesional?

 Kalau kata orang Glodok: Ada harga ada rupa...

...



   

   
-
Support Victims of the Cyclone in Myanmar (Burma). 
   Donate Now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M

Seperti dalam tulisan saya  Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya 
akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah 
rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang 
digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi 
internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari 
luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji 
bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara).

Hal-hal yang bisa diperoleh secara internal adalah

1. memasak nasi, memasak lauk dan menghidangkannya diatas meja (boleh 
dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
2. mencuci baju, menyetrika dan menyimpannya di almari (boleh 
dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
3. menyapu, mengepel dan membersihkan kamar mandi (boleh dikerjakan, 
boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
4. Memanen pisang dan menjualnya dipasar (boleh dikerjakan, boleh 
tidak, bisa mendatangkan  rupiah) 

Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh secara internal adalah :

1. Beras dan bahan-bahan lauk pauknya (belanja, perlu rupiah) 
2. Sabun cuci (beli, perlu rupiah) 
3. Kain pel, aksi pembersih lantai (beli, perlu rupiah) 
4. listrik (langganan, perlu rupiah) 
5. telpon (langganan, perlu rupiah) 
6. sekolah (bulanan, perlu rupiah) 
7. transportasi (harian, perlu rupiah) 

Semua kebutuhan yang diperoleh secara eksternal harus dibayar dengan 
uang sungguhan (devisa), tidak bisa dibayar dengan kupon oleh 
karenanya sangat tergantung dari pendapatan kepala keluarga dalam hal 
ini adalah gaji bulanan.

Katakanlah anak-anak mau mengerjakan pekerjaannya masing-masing jika 
setiap transaksi pekerjaan secara internal diberi tanda dengan kupon 
yang memiliki nilai nominal. Dan si anak berharap bahwa kupon ini 
bisa ditukarkan pada orang tuanya dengan rupiah beneran (devisa)  
jika dia perlu sesuatu yang diperoleh secara eksternal. Misal si anak 
ingin beli game  

Sebetulnya sebuah negarapun memiliki pola yang demikian juga dan ini 
yang tidak pernah disadari.

Tentunya orang tua harus menyediakan rupiah beneran sehingga sewaktu-
waktu sianak mau nukerin kuponnya uang tersedia. nah bagaimana jika 
orang tua tidak punya rupiah yang sebenarnya  atau rupiah sebenarnya 
tiap bulan habis dibelanjakan sehingga tidak ada tabungan sama 
sekali ? Mungkinkah ketika harga beras naik siorang tua narik kupon 
yang ada ditangan anak-anaknya untuk beli beras ?  Dalam jumlah kecil 
dan terbatas bisa yakni ada pihak yang mau bayar kupon dengan uang 
beneran  untuk membeli hasil panen pisang dari keluarga tersebut, 
namun dalam jumlah besar tentu tidak apalagi jika tidak ada 
sesuatupun yang dapat di beli dari keluarga tersebut.

Semua yang saya gambarkan diatas sebenarnya adalah dasar-dasar hidup 
bernegara. Seluruh pengguna kupon memiliki nasib yang sama. Sangat 
tergantung pada pendapatan orang tua dan kemampuan menjual pisang 
yang dikelola oleh salah satu anak dalam keluarga tersebut

salam

RM





[Keuangan] Resale International Branded equipment = Transfer Pricing?

2008-05-14 Terurut Topik riomudjid
RR,

Teman saya (lokasi di USA) dari milis sebelah mendapatkan info dari 
koleganya untuk mendapatkan peralatan dan spare parts telekomunikasi 
dari Indonesia seperti Avaya, Nortel, Cisco, dll yang notabene 
branded equipment yang juga dari USA.

Alasan utama keinginan rekannya utk membeli dari Indonesia Kalau di 
beli di Amerika dan Kanada, harganya jauh lebih mahal.

Yang menjadi pertanyaan, 
1. Apakah dibolehkan oleh pihak Produsen kepada dealer/reseller 
untuk melakukan pembelian secara random di negara manapun agar 
mereka mendapatkan harga yang lebih murah? dan apakah pihak dealer 
lokal bisa menjual ke LN tanpa sepengatahuan produsen?
2. Apakah ini bisa di kategorikan sebagai Transfer Pricing yang 
tidak diperkenankan oleh Kantor Pajak baik Indonesia maupun 
Internasional? Karena akan timbul prilaku penghindaran pajak?
baik dari pihak LN ataupun dari pihak Indonesia.

Mohon tanggapan rekan-rekan, karena setahu saya prilaku seperti ini 
sepertinya dilarang baik dari pihak produsen maupun dari kantor 
pajak setempat.

Tks byk,
Rio N




[Keuangan] Usul pemecahan maalah subsidi BBM

2008-05-14 Terurut Topik Budi Sudarsono
Rekan-rekan Anggota Milis Ahli Keuangan Yth.,

Subsidi BBM telah menjadi wacana hangat, sampai sampai seperti tidak
ada titik temu antara Pemerintah dengan masyarakat terutama parpol
dan mahasiswa.
Kami dari MPEL menawarkan suatu solusi yang  mungkin sulit diterima
oleh kalangan Pemerintah (karena khawatir dampak terhadap inflasi),
tetapi kami rasa perlu memperoleh pertimbangan.
Solusi tersebut kami tuangkan dalam bentuk „press release“ di bawah
ini. 
Mohon tanggapan.

Wasalam,




Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan
(MPEL)

Press Release 15 Mei 2008
Berkenaan dengan rencana penyesuaian harga BBM



Wacana penyesuaian harga BBM di antara beberapa tokoh masyarakat,
termasuk di antaranya para pejabat Pemerintah, telah menimbulkan
berbagai reaksi dari kalangan masyarakat luas baik dari pihak yang 
dapat menerima hal tersebut sebagai langkah yang patut didukung
karena telah melambungnya harga minyak internasional dari sekitar $
30/bbl pada akhir tahun 2003 hingga saat ini sekitar $ 120/bbl,
maupun dari pihak yang merasa belum dapat menerima kenaikan harga BBM
dengan alasan bahwa antara lain hal tersebut bakal dapat lebih
mempersulit lagi perjuangan hidup mereka di masa mendatang.

Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL) dengan ini
menyampaikan bahwa kami:

1.   Mendukung penaikan harga rata-rata BBM dalam waktu dekat sampai
sebatas 20 persen atau maksimal 25 persen. Bila tidak dinaikkan maka
struktur APBN-P akan “habis” untuk subsidi BBM, pangan dan listrik
hingga tidak cukup tersisa untuk menjalankan pemerintahan secara
efektif. Selain itu MPEL juga mendukung sebagian penerimaan kenaikan
BBM dikembalikan dalam satu dan lain bentuk guna membantu meringankan
beban hidup masyarakat miskin. Sudah tentu program bidang energi
lainnya seperti diversifikasi, pengalihan dari minyak tanah ke gas,
peningkatan BBG untuk sektor transportasi, peningkatan efisiensi
energi serta konservasi energi, perlu tetap dilanjutkan terus. 

2.  Mensinyalir pula bahwa kenaikan harga BBM tersebut  tidaklah
cukup  tanpa  disertai upaya dan kebijakan harga lainnya yang perlu
diterapkan ke depan untuk dapat menyelesaikan masalah harga energi
dalam negeri secara tuntas. Upaya dan kebijakan harga lainnya
tersebut adalah: 
(a) Keputusan untuk melakukan penaikan harga rata-rata BBM secara
perlahan dan bertahap sampai suatu saat rata-rata harga domestik BBM
mendekati titik keekonomian; penaikan yang diperlukan sekitar lima
persen setiap triwulan, mulai 1 Oktober 2008.
(b) Penetapan harga energi domestik (BBM, listrik, gas) dilakukan
sejauh mungkin berdasarkan nilai kalor setiap jenis energi;
penyesuaian harga dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam jangka
waktu dua sampai tiga tahun tidak ada lagi insentif untuk melakukan
pengoplosan dan penyelundupan. 
(c) Penetapan harga energi domestik dilakukan secara merata untuk
seluruh wilayah R.I., atas dasar pengertian bahwa biaya operasional
perusahaan energi di luar Jawa-Bali mendapatkan subsidi-silang
internal dari biaya operasional perusahaan di dalam wilayah
Jawa-Bali.
(d) Penetapan harga batubara dan gas untuk ekspor diserahkan kepada
mekanisme pasar internasional, tetapi untuk keperluan domestik
ditetapkan setiap triwulan sekitar 5 persen di bawah harga
internasional. 

Pertimbangan-pertimbangan usulan tersebut di atas adalah.

1. Harga minyak internasional dan dampaknya
Harga minyak internasional sudah melambung tinggi dan belum ada
tanda-tanda kenaikan akan berhenti. Pada akhir tahun 2003 harga
tersebut pada tingkat sekitar $ 30/bbl, dan pada akhir tahun 2007
telah mencapai sekitar $ 90/bbl, berarti telah meningkat dengan laju 
32 persen/tahun. Kini bahkan sudah mencapai $ 120/bbl.
Harga BBM dalam negeri seharusnya sebagai sasaran jangka menengah
ditetapkan mendekati harga minyak internasional. Bila tidak,
penyusunan APBN akan senantiasa menghadapi masalah karena penentuan
harga BBM harus dilakukan dengan kejutan yang berdampak negatif.
Tetapi bilamana harga BBM dalam negeri sudah mencapai kesetaraan
dengan harga internasional, maka kita akan selalu mampu dan dapat
mengimpor dari mana pun, jika diperlukan.

2. Harga BBM dalam negeri secara bertahap harus disesuaikan
Kenyataan perkembangan harga minyak internasional selama empat tahun
terakhir ini menyudutkan kita untuk mengambil tindakan penyesuaian
harga dari waktu ke waktu. Kenyataan pula bahwa penyesuaian yang
drastis seperti yang dilakukan pada tahun 2005 telah menimbulkan
dampak yang amat merugikan. Kenyataan pula bahwa penyesuaian harga
secara bertahap selama pertengahan tahun 2001 hingga akhir tahun 2003
tidak berdampak secara berarti terhadap inflasi.
Oleh karena itulah maka di samping kenaikan sebesar 20 persen atau
maksimal 25 persen sekitar tanggal 1 Juni 2008 nanti, sebaiknya pula
Pemerintah sekaligus mencanangkan akan dinaikkannya harga BBM
sebanyak sekitar 5 persen setiap triwulan ke depan sehingga mendekati
tingkat harga internasional. Sebaliknya apabila terjadi penurunan
harga minyak internasional kebijakan harga 

[Keuangan] Bantuan Tunai Langsung Perlukah?

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M
Banyak pro dan kontra terhadap adanya program Bantuan Langsung Tunai
atau yang kita sebut sebagai BLT. Yang kontra biasanya dilandasi oleh
pemikiran bahwa hal ini akan membuat orang semakin malas bekerja. Ada
juga yang berpandangan bahwa BLT hanya akan diberikan dalam jumlah
yang lebih besar untuk masyarakat di Jawa, sementara di luar Jawa
tidak dapat porsi yang diharapkan. Ada juga yang berpandangan bahwa
penyaluran BLT sarat akan penyelewengan karena mekanismenya yang
kurang sempurna atau banyak yang pegang amanah justru tidak menyadari
pentinya BLT.

Jika kita perhatikan kondisi Indonesia saat ini, memang transaksi
dengan uang terhadap barang dan jasa belumlah sempurna. Banyak
masyarakat yang dapat bertransakasi antar sesamanya tidak menggunakan
tanda uang, namun menggunakan simbol-simbol yang ada dalam suatu
masyarakat.

Beberapa kota besar memang sudah mulai meninggalkan simbol-simbol ini
sehingga terkesan materialistik. Setiap transaksi yang ada di kota
besar baik berupa barang atau jasa hampir semuanya dihitung dengan
uang. Peralihan ini memang bagian dari peradaban umat manusia. Cara-
cara konvensional dalam bertansaksi memang mengalami perubahan
drastis semenjak di temukannya alat-alat produksi (Ini akan saya
tuliskan dalam Manusia Modern dan Alat Produksi).

Memang akan terus terjadi ketimpangan jika ada masyarakat yang tidak
menghitung barang dan jasanya dengan uang sementara ada juga yang
menghitung setiap barang dan jasanya dengan uang. Masyarakat yang
tidak berhitung inilah yang mengalami isolasi terhadap dunia luar.
Dan umumnya urbanisasi terjadi guna menghitung setiap jasanya dengan
uang agar bisa ditukarkan dengan barang dan jasa lainnya yang
disediakan sesama umat manusia

Kembali ke BLT, maka BLT adalah bagaimana upaya agar pihak-pihak yang
mengukur segala jasa dan barangnya dengan uang dapat di akses atau
diperoleh oleh sebagian masyarakat yang terkendala mengukur jasanya
dengan uang. Terkendala dapat terjadi dalam banyak hal, bisa karena
cacat fisik, cacat mental, berpenyakit, kurangnya pendidikan, jompo
atau hal-hal lain yang mengakibatkan seseorang terkendala menjual
barang atau jasanya.

Dengan adanya BLT maka yang berproduksi dapat tetap berproduksi
sementara yang terkendala dapat memperoleh kebutuhan dasarnya
berdasarkan perhitungan ongkos produksi yang benar. Inilah pentingnya
hidup bermasyarakat secara modern.

Salam

RM
Belajar ke Negeri Cina http://rachmad.kuyasipil.net/?p=11



Re: [Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 07:34 AM 5/15/2008, you wrote:


Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya
akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah
rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang
digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi
internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari
luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji
bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara).


Bung Rachmad,

Saya agak terganggu dengan pembandingan antara negara dan keluarga 
sebagai sebangun.
Keluarga memiliki komponen historis sosiologis yang bernama kepala keluarga.

Sementara negara (yang adalah sebuah konsep abstrak) - kepala negara 
berperan sebagai manajer.
Peran sebagai manajer inipun bersifat estafet -- berpindah dari satu 
pemegang ke pemegang lain.
Dan itu semua semata karena pemegang kekuasaan sebenarnya adalah justru rakyat.

Saya sangat tidak setuju bila pemerintah diposisikan sebagai kepala 
keluarga (orang tua) - sementara rakyat diposisikan sebagai anak-anak 
dalam keluarga.  Ini bertolak belakang dari realita.  Selain itu - 
ini juga tidak relevan dengan prinsip dasar pemerintahan demokratik.

Pemerintah ada dan berlangsung semata-mata karena ditunjuk dan 
diminta oleh rakyat.
Rakyat membiayai pemerintahan sepenuhnya - semisal lewat pajak.

Pemerintah tidak lebih tahu, juga tidak lebih pintar, serta tidak 
lebih kaya daripada rakyatnya.  Harta pemerintah semata-mata adalah 
pinjaman dari rakyat.  Rakyat Indonesia menggunakan rupiah 
semata-mata atas dasar suka rela.  Dan memang seharusnya demikian.

Kalau pemerintah tidak becus - maka rakyat Indonesia bisa 
memilih:  mengganti pemerintah atau menggunakan pembayaran alternatif 
non rupiah (bisa mata uang negara lain ataupun komoditi semisal emas).

Rakyat Indonesia pun harus punya kebebasan akan menikmati hasil 
usahanya dalam bentuk rupiah atau dalam bentuk apapun.  Kalau 
pemerintah tidak becus menjaga daya beli rupiah (semisal dengan 
membiarkan hyper inflation terjadi) - maka rakyat punya hak 
sepenuhnya untuk tidak menggunakan rupiah.

Dengan cara pandang ini - maka kedaulatan politik adalah semata-mata 
kedaulatan ekonomi.
Kekuatan politik adalah semata-mata kekuatan ekonomi oleh rakyat.

Kedaulatan rakyat adalah ketika pemerintah takut pada rakyatnya.
Takut setakut-takutnya.
Mengapa?  Karena setiap pejabat pemerintahan dibiayai oleh rakyat - 
sampai ke kolor-kolornya...

Dan apa yang diberi - bisa diambil kembali.


Atas dasar tersebut maka saya tidak bisa menerima gambaran anda yang 
men-sebangunkan negara dan keluarga --- karena posisi aktor di 
dalamnya saja sudah tidak tepat.  Prinsip pengelolaan keuangannya pun 
ikut pula menjadi tidak tepat.





Re: [Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M
Bung Poltak ysh,

Saya terima keberatannya, pun demikian model ini mewakili kondisi 
nyata dalam kehidupan bernegara. Saya rasa selama suatu negara masih 
punya bank sentral serta bisa menerbitkan mata uang maka maka seluruh 
resiko menggunakan mata uang tersebut menjadi tanggungan anak bangsa. 

Saya akan senang sekali kalau suatu saat hanya ada satu mata uang 
saja didunia ini. Saya tidak memikul kesalahan kelolala  teman-teman 
sebangsa dan setanah air dan bisa fokus pada usaha saya sendiri :-)

Dan rasanya memang point ini yang membedakan antara negarawan dan 
ekonom.

Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 07:34 AM 5/15/2008, you wrote:
 
 
 Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya
 akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. 
Marilah
 rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang
 digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi
 internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari
 luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji
 bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara).
 
 
 Bung Rachmad,
 
 Saya agak terganggu dengan pembandingan antara negara dan keluarga 
 sebagai sebangun.
 Keluarga memiliki komponen historis sosiologis yang bernama kepala 
keluarga.
 
 Sementara negara (yang adalah sebuah konsep abstrak) - kepala 
negara 
 berperan sebagai manajer.
 Peran sebagai manajer inipun bersifat estafet -- berpindah dari 
satu 
 pemegang ke pemegang lain.
 Dan itu semua semata karena pemegang kekuasaan sebenarnya adalah 
justru rakyat.
 
 Saya sangat tidak setuju bila pemerintah diposisikan sebagai kepala 
 keluarga (orang tua) - sementara rakyat diposisikan sebagai anak-
anak 
 dalam keluarga.  Ini bertolak belakang dari realita.  Selain itu - 
 ini juga tidak relevan dengan prinsip dasar pemerintahan demokratik.
 
 Pemerintah ada dan berlangsung semata-mata karena ditunjuk dan 
 diminta oleh rakyat.
 Rakyat membiayai pemerintahan sepenuhnya - semisal lewat pajak.
 
 Pemerintah tidak lebih tahu, juga tidak lebih pintar, serta tidak 
 lebih kaya daripada rakyatnya.  Harta pemerintah semata-mata adalah 
 pinjaman dari rakyat.  Rakyat Indonesia menggunakan rupiah 
 semata-mata atas dasar suka rela.  Dan memang seharusnya demikian.
 
 Kalau pemerintah tidak becus - maka rakyat Indonesia bisa 
 memilih:  mengganti pemerintah atau menggunakan pembayaran 
alternatif 
 non rupiah (bisa mata uang negara lain ataupun komoditi semisal 
emas).
 
 Rakyat Indonesia pun harus punya kebebasan akan menikmati hasil 
 usahanya dalam bentuk rupiah atau dalam bentuk apapun.  Kalau 
 pemerintah tidak becus menjaga daya beli rupiah (semisal dengan 
 membiarkan hyper inflation terjadi) - maka rakyat punya hak 
 sepenuhnya untuk tidak menggunakan rupiah.
 
 Dengan cara pandang ini - maka kedaulatan politik adalah semata-
mata 
 kedaulatan ekonomi.
 Kekuatan politik adalah semata-mata kekuatan ekonomi oleh rakyat.
 
 Kedaulatan rakyat adalah ketika pemerintah takut pada rakyatnya.
 Takut setakut-takutnya.
 Mengapa?  Karena setiap pejabat pemerintahan dibiayai oleh rakyat - 
 sampai ke kolor-kolornya...
 
 Dan apa yang diberi - bisa diambil kembali.
 
 
 Atas dasar tersebut maka saya tidak bisa menerima gambaran anda 
yang 
 men-sebangunkan negara dan keluarga --- karena posisi aktor di 
 dalamnya saja sudah tidak tepat.  Prinsip pengelolaan keuangannya 
pun 
 ikut pula menjadi tidak tepat.