Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud. Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan $ 4/bbl. Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa dapet duit gratis $4/bbl. Betul? Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan forward contract kan? Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract tersebut. Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya. Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga minyak akan naik luar biasa tinggi. Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi consumer surplus, di mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah kepastian harga). Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang terjadi menjadi Dan begitu seterusnya. Skema ini cuma terjadi kalau ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya. Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi. Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen seenaknya. Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging, dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau domino berantai. Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat.. Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak? Sekarang saya tanya, tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan. Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa pesat.. Salam :) Salam,
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Uhm.. kalo ngomong korelasi antar parameter terlalu jauh.. apalagi saya tidak punya datanya... dan model econometricnya akan rumit. Apalagi kalau dibandingkan dengan Indonesia, yang serikat buruhnya tidak kuat, tapi unemployment-nya tinggi. Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang. Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh lebih lemah dari karyawan tetap. Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap, masyarakat, dan negara. Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia. BR, -=ContraDictionary=- 2008/5/14 Glenn Hassan [EMAIL PROTECTED]: Bung contra, kalo liat perancis sama jerman yang anda bilang serikat buruhnya kuat, ternyata tingkat unemploymentnya kok tinggi yah? perancis 8% german 9%. kalo liat juga tingkat unemployment yang tinggi di amerika, ternyata kebanyakan di daerah2 yang serikat buruhnya kuat, contoh Michigan 7%. kenapa yah? saya gak bilang kalo ada causal relationship.. tapi kepikiran juga.. kok bisa begitu? saya gak familiar dengan keadaan outsourcing di indonesia, tapi kalo di us sini kebanyakan kerjaan di outsource ke india atau china.. atau juga indonesia kalau nanti tenaga kerja kita bisa bersaing. india dan china sejak ikutan outsourcing jadi makmur.. kok anda malah protest? bukannya bagus kalo perusahaan nge outsource? apa sekarang di indonesia lagi ada trend perusahaan ngeoutsource ke negara lain? kalo ke negara kita sendiri khan kita juga yang untung? kalo anda duduk enak2, ikutan serikat buruh, dan ada orang lain yang lebih giat kerjanya dan mau mengerjakan pekerjaan anda untuk gaji lebih dikit (dari perusahaan outsourcing) terus masalahnya dimana? khan ga ada yang maksa dia untuk kerja lebih keras dari anda dengan gaji yang lebih dikit. mungkin anda harus kerja di perusahaan outsourcing kali.. di sini kalo yang dibilang contract/temp worker yang dibayar perjam malah kalo diitung gajinya lebih gede dari perkerja tetap.. saya kerja kalo di itung perjamnya mungkin malah gajinya lebih kecil.. kalo soal kepastian karier khan tergantung anda sendiri.. kalo anda punya skill yang berharga yah ga usah takut. mustinya anda yang menjual skill anda ke penawar tertinggi.. kalo anda gak punya skill yang berharga yah mustinya sih anda usaha cari skill yang berharga. jamannya menggantungkan diri ke perusahaan sudah lewat.. 2008/5/13 Contradictionary Antithesis [EMAIL PROTECTED]contradictionary%40gmail.com : Pertama... hidup penuh resiko. Pekerja ada resiko, pengusaha juga ada resiko. Harus ada kompromi dong, ga boleh juga pengusaha maunya resiko serendah mungkin terus. Memangnya jadi pekerja tetap ga ada resiko? Pasti ada kan yg jadi pekerja tetap di milis ini, malah mungkin mayoritas, doba dipikir2 lagi sebelum berkesimpulan bahwa resiko sebagai pekerja tetap tidak ada. Sebelum mencela pekerja yang protes soal outsourcing, coba dulu rasakan jadi pekerja outsource. Rasakan pahit dan pedihnya hidup tanpa kepastian masa depan dan kepastian karir. Kalau belum ngerasain bagaimana mau komentar? Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Justru disini ini serikat buruhnya
RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
Terimakasih atas komentar Bapak. Komentar saya cukup mengulangi point disclaimer yang sudah tertulis di email sebelumnya: : Think out of the box. Skenario yang saya kemukakan di atas bisa terjadi kalau kondisinya relevan. Kalau kondisinya berubah, strategi pun berubah Salam :) Original Message Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80 From: Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, May 13, 2008 11:05 pm To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud. Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan $ 4/bbl. Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa dapet duit gratis $4/bbl. Betul? Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan forward contract kan? Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract tersebut. Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya. Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga minyak akan naik luar biasa tinggi. Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi consumer surplus, di mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah kepastian harga). Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang terjadi menjadi Dan begitu seterusnya. Skema ini cuma terjadi kalau ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya. Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi. Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen seenaknya. Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging, dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau domino berantai. Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat.. Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak? Sekarang saya tanya, tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan. Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa pesat.. Salam :) Salam,
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Kemacetan ini mempersulit pilihan kebijaksanaan, sebab apa yang mau dibikin terancam macet ditengah jalan. Proyek2 pemerintah maupun PEMDA merangkak demikian lambat sehingga anggaran diakhir tahun banyak yang tersisa. Kemacetan ini dizaman sekarang ini kalau mau gampang diselesaikan, tetapi departemen dalam negeri kita kelihatannya tidak punya mandat untuk itu, cuma sibuk bagi2 kabupaten menjadi unit2 yang kecil2 saja. Singkat kata supaya ada aparat effektiv sistem kabinet kita perlu disederhanakan dan banyak departemen dan kantor2 perlu dilebur jadi satu. Sebelum itu terjadi usaha kita putar otak cari jalan keluar agak percuma sebab pelaksanaan tidak effektiv. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote: Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain. Beberapa bagian telah saya edit sedikit. == Yang gue gak setuju. BLT. Ngajarin orang jadi males. Gak mau usaha. Easy money. Mental pengemis. Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak. Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena alternatifnya nggak lebih baik. Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima bantuan. Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin. Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan. Bagaimana dengan sisi penerimanya? Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket sembako lainnya. Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak dibagikannya duit saja? Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang dalam bentuk lain. Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat rendah. Terlampau rendah. Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist. Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan. Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin, solar, minyak tanah dll. Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing. Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi. Terang aja tekor. Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan. Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau nggak terlibat). Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak udel. Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang paling pintar ngejarah ekonomi itu
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu. kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial dlm memanage problem yg akan kolaps. ---Original Message--- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, May 14, 2008 13:13:19 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat At 12:46 PM 5/14/2008, you wrote: bagi saya, akan lebih obyektif jika melihat juga sisi yg lain. inlasi, economic growt, etc adalah indikator pakem kinerja ekonomi suatu negara. text book bahuela sampe kini gak ada perubahan. tidak fair lah menilai chaves cuma dari sisi ini. = Text Book jaman baheula...? Apa saya nggak salah baca? Saya mungkin terlalu gegabah -- tapi saya berpendapat bahwa anda salah pilih text book -- kalau memang kita mau bicara soal ekonomi negara. Inflasi itu masalah yang relevan dan akan selalu relevan selama masih ada benda bernama duit. Mengapa? Karena duit itu terkait dengan daya beli masyarakat. Semakin berharga suatu mata uang - semakin diminati orang sekalipun tingkat bunganya kecil. Semakin tidak berharga suatu mata uang - semakin dijauhi orang sekalipun bunganya setinggi langit. Lalu apa penentu bunga? Ya tingkat inflasi. Dengan tingkat inflasi 29% - berarti Chavez sudah sukses memiskinkan setiap pemegang mata uang Bolivar sehingga daya beli uang tersebut terkuras hampir sepertiganya PER TAHUN. Ini efeknya sama dengan memberlakukan pajak (siluman) sebesar 29%...! (Belum lagi ditambah dengan pajak resmi). Kalau sebuah pemerintah tidak peduli pada mata uangnya sendiri -- apa lagi yang mereka pedulikan? Messages in this topic (5) Reply (via web post) | Start a new topic Messages = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity a.. 9New Members Visit Your Group Y! Messenger Files to share? Send up to 1GB of files in an IM. Need traffic? a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ouea9is/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210752922/L=/B=JYk3AULaX9A-/J=1210745722999140/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8182 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga mereka mau jujur. undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan pengusaha. banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat undang-undang perburuhan. akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan. pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk melatih mereka. belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu. At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote: Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] obral BUMN
Salam Experts, Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep mau dijual. Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang berikutnya dilego dengan berbagai alasan. So, kalo gini terus, bukan ngga mungkin 5-10 taon lagi negara kita bakal ganti nama jadi (maaf) Republik Jablai, karena terus saja ngejualin aset2 strategisnya. Atau (maaf lagi) Republik Germo, karena sebagai orang tua, pemerintah seperti menjual BUMN yang sudah seperti anak-anaknya, yang di-pioner-i pemerintahan ibu Megakarti (bukan nama sebenarnya)itu. Salam
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Seorang teman pengusaha mengeluh bahwa UU perburuhan kita keterlaluan, sebab pegawai yang berbuat kesalahan besar hampir tidak mungkin dipecat. Sebab itu mungkin terjadi kebiasaan yang Anda utarakan dibawah. Salam Hok An Nugroho Dewanto schrieb: tak perlu jauh-jauh di luar negeri, disinipun jumlah anggota serikat buruh makin menyusut karena kena phk atau putus kontrak. sila dicek ke organisasi serikat buruh. semoga mereka mau jujur. undang-undang perburuhan yang terlalu membela buruh dalam kenyataannya merugikan buruh sendiri dan pengusaha. banyak pengusaha memilih mengakali undang-undang itu dengan cara melakukan kontrak dan outsourcing ketimbang mengangkat karyawan tetap karena berisiko diikat undang-undang perburuhan. akibatnya buruh frustasi karena tak kunjung diangkat menjadi karyawan tetap dan merasa tak memiliki masa depan. pengusaha juga rugi karena tiap kali harus melatih lagi karyawan baru. karyawan lama yang sudah pandai terpaksa diputus kontrak sesuai ketentuan undang-undang. padahal pengusaha sudah menghabiskan waktu dan uang untuk melatih mereka. belakangan antar pengusaha dan buruh sudah sering melakukan diskusi. hasilnya mereka menyepakati lebih mengedepankan penyelesaian bipartit bila terjadi perselisihan. pemerintah sebagai pihak ketiga mendukung kesepakatan itu. At 02:15 PM 5/14/2008 +0700, you wrote: Terimakasih atas masukan datanya, Bang. Kalau begitu artinya tren serikat buruhnya di negara maju sudah mulai menurun. Namun kalau dibandingkan dengan disini, masih jauh lebih kuat disana. Begitu mungkin kesimpulannya. Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. 2008/5/14 Poltak Hotradero mailto:hotradero%40gmail.com[EMAIL PROTECTED]: At 05:20 PM 5/13/2008, you wrote: Semakin maju suatu negara rasanya justru makin solid serikat pekerjanya. Eropa daratan paling kuat, liat aja Perancis sama Jerman. Amerika yang lebih liberal juga ternyata serikat buruhnya kuat, walau mungkin ga sekuat yang di Eropa. Solid bagaimana? Makin kencang ngomongnya? Atau makin banyak anggotanya? Kalau memang definisi solid adalah keanggotaan yang meningkat -- maka faktanya tidak begitu. Keanggotaan serikat pekerja di berbagai negara selama 40 tahun terakhir ini turun terus. Perancis yang tahun 1968 pemogokan buruhnya berhasil menggulingkan Presiden De Gaulle - saat ini anggota Labor Union-nya cuma sekitar 12% -- masih lebih rendah daripada Amerika yang sekitar 22%. Dan kita tahu bahwa puncaknya gerakan Labor Union di Amerika terjadi tahun 1960-an ketika keanggotaanya sekitar 40%. Padahal jelas antara tahun 1960 sampai sekarang jumlah angkatan kerja sudah meningkat sangat tajam. Ini berarti keanggotaan Labor Union amblas dari dua sisi - secara persentase terhadap pekerja dan angka nominalnya. Mengapa Labor Union menurun? Karena ekonomi bergerak dari sektor industri ke sektor jasa. Sektor jasa lebih terdiversifikasi dan fleksibel, sehingga asumsi dasar labor union banyak yang tidak lagi relevan. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote: Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Bung Hok An, Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna. Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik. Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis. APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.
Re: [Keuangan] obral BUMN
At 02:47 PM 5/14/2008, you wrote: Salam Experts, Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep mau dijual. Anda yakin kalau KS itu sehat? Atau itu cuman fenomena 2-3 tahun terakhir? Coba anda lihat performa keuangan Krakatau Steel dalam 30 tahun terakhir -- berapa puluh tahun perusahaan itu rugi melulu? Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang berikutnya dilego dengan berbagai alasan. Bagusnya memang dijual aja. Terus DPR-nya sidang pakai teleconference dari rumah dinas masing-masing. Atau kalau mau lebih afdol lagi - rumah dinas anggota DPR juga sekalian aja dijual - terus kalau mau sidang anggota parlemen tinggal nyewa Istora Senayan. Lumayan bisa menghemat anggaran. Cari duit itu susah.
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 02:15 PM 5/14/2008, you wrote: Ngomong2, bisa dielaborasi lebih jauh Bang, maksudnya asumsi dasar labor union yg sudah tidak relevan itu seperti apa? Pengen dapat pencerahan nih. Sektor jasa. Asumsi dasar labor union adalah membuat manusia sebagai bagian dari proses manufaktur. Ini berarti yang dibeli adalah waktu dan tenaga. Kalau anda baca bukunya Marx akan sangat jelas hal itu disebut oleh Marx sebagai bagian dari konsep kapital. Sementara di sektor jasa -- yang dibeli dari seorang pekerja adalah daya analitis, kreativitas, keahlian (skill) yang lebih condong pada kualitas ketimbang kuantitas kerja. Itu sebabnya labor union menjadi lebih sulit diimplementasikan pada sektor jasa -- karena di sektor jasa komponen skill manusia jauh lebih berharga dan lebih berpengaruh ketimbang komponen fixed asset sebagaimana yang ada pada dunia manufaktur. Coba lihat sektor mana yang paling tinggi muatan komponen jasa manusianya ketimbang fixed assetnya - yaitu perbankan dan pasar modal. Apa anda ketemu labor union yang efektif di situ?
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 02:40 PM 5/14/2008, you wrote: penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu. kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial dlm memanage problem yg akan kolaps. Begini saja deh. Kalau inflasi Indonesia naik sampai 29% sementara inflasi Venezuela bisa turun sampai cuma 9% saya akan akui bahwa Chavez lebih cerdas dalam soal ekonomi dibanding pimpinan Indonesia manapun. Deal?
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
Bung Poltak, Kalau betul mau, memang BLT bisa dibagi tanpa birokrasi banyak dengan effektiv dan sederhana. Misalnya pakai sistem stempel yang tidak mudah hilang. Dalam pengalman Jerman sesudah PDII ternyata menggelontor duit mempunyai effek luar biasa positif untuk menanamkan optimisme sehingga waktu itu walaupun uang dipotong, pedagang2 memajang barangnya kembali, pasar gelap hilang dan penduduk belanja sehingga ekonomi bisa start up. Aksi G. Bush akhir2 ini kurang effektiv, mungkin jumlahnya tidak cukup. Mengenai masalah aparat birokrasi kita diantara tentara saja ada yang hilang kesabarannya. Disa dilihat dari buku Saurip Kadi yang dibicarakan di: http://www.mail-archive.com/[EMAIL PROTECTED]/msg00821.htm Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote: Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Bung Hok An, Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna. Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik. Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis. APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 12:39 PM 5/14/2008, you wrote: menarik nih Bung Poltak, informasi bahwa setelah Hugo Chavez berkuasa inflasi jadi 29% itu saya kira belum terlalu banyak orang yg tahu. tapi mungkin kiranya berkenan bung poltak menjelaskan kajian ekonominya hubungan antara naiknya Hugo Chavez dengan meningkatnya inflasi? Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi y-o-y terakhir bulan lalu. Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling up to date. Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu sumber yang paling utama adalah defisit pemerintah. Mengapa? Karena cuma pemerintah yang punya hak monopoli mencetak uang. Ketika pendapatan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih tersebut ditutup dengan mencetak uang. Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral akan menyedot uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di mana orang bisa menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah dengan imbalan bunga. (uang kartal secara riilnya adalah obligasi pemerintah tanpa bunga). Semakin banyak uang yang harus disedot - maka semakin tinggi bunga yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah. Bila ternyata ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat - maka peminat obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari dalam maupun luar negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih ringan. Bila ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek buruknya akan menjadi berganda. atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi kabarnya pengangguran juga tinggi? Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka Iran punya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerimaan dari minyak mentah. Ditambah dengan beban subsidi yang besar (hampir sepertiga budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai stimulus ekonomi menjadi tumpul. Pada ekonomi yang relatif terbuka - tumpulnya peran pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor privat. Tetapi sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang luas. Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran.
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote: Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Touche! Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang lain soal moral... Seolah berbicara itu sama dengan berbuat.
RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
Udah lah gak usah panjang-panjang Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan sebesar-besar2nya Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas dll sebesar2nya Dari 2 tujuan ini jelas2 bertolak belakang, jadi yg paling mungkin dicapai adalah Kesepakatan Bersama antara PEKERJA dan PENGUSAHA kalau seandainya Pekerja itu adalah orang yang potensial tentu pengusaha juga tidak ingin kehilangan pekerja seperti itu dan perusahaan bisa saja akhirnya mengikat pekerja bersangkutan dengan status karyawan tetap + beragam fasilitas yg bisa diberikan perusahaan sedangkan kalau Pekerja itu tidak berkualitas, maka sudah bekerja saja sudah untung meski itu dengan bayaran uang harian Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha ardhi -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Amitz Sekali Sent: 14 Mei 2008 16:50 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Contradictionary Antithesis [EMAIL PROTECTED] wrote: ..deleted Anyway, percayalah bahwa hubungan kerja model outsourcing itu cuma manifestasi dari keserakahan pemilik modal utk keuntungan setinggi-tingginya, yang akan mengorbankan semua pekerja. Perasaan sering sekali ada artikelnya di The Economist atau bahkan Business Week, bahwa di negara maju tingkat persentase karyawan kontrak meningkat, dan bidang lapangan kerja makin sempit (karena banyak jenis pekerjaan yang sudah diekspor ke India dan Cina) yang cenderung juga menyebabkan tingkat unemployment lokal juga jadi naik. Dari sisi masyarakat, jelas ada porsi Bukankah itu berarti amat menguntungkan negara2 yang standar gajinya rendah seperti Indonesia? pendapatan pekerja yang hilang dan kabur ke negara lain, menyebabkan tingkat konsumsi tidak tumbuh dengan seharusnya. Dari sisi negara, ada porsi pajak pendapatan yang hilang ke negara lain. Semua2nya akan bermuara dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan neraca dagang. Seperti yang saya sebut di atas, kalaupun negara yang mencari karyawan outsource itu merugi (which is arguably not), kan untung besar bagi negara yang penduduknya dijadikan pegawai outsourcing. Indonesia tidak perlu tergantung dari lapangan kerja lokal untuk mengurangi pengangguran. Kan enak!? Karyawan kontrak lebih enak? Buat yg mikir jangka pendek dari renumerasi bulanan, iya, itupun kalau memang gaji bulanannya lebih besar dari yang karyawan tetap. Tapi mayoritas manusia kan inginnya berkeluarga. Setahu saya sih, jarang ada yg sudah berkeluarga namun tetap tidak ingin punya masa depan yang pasti. Ngomongin karir di perusahaan outsource... sebaik apapun skill anda... anda tidak akan pernah pergi jauh2 dari tempat anda mulai Jangankan karir, pas kontrak abis saja masih khawatir kontrak akan diteruskan atau tidak. Posisi karyawan kontrak sangat-sangat lemah, jauh lebih lemah dari karyawan tetap. Kita sekarang sudah masuk ranah budaya. Ada yang suka kepastian meskipun karirnya ya begitu2 aja, ada yang bisa mentoleransi ketidakpastian asal dihargai sesuai prestasi. Kalau Bapak mau kerja di perusahaan yang memberikan kepastian pensiun selama-lamanya atau pesangon super besar, ya siap2 gajinya di..sesuaikan untuk membiayai itu semua. Seperti yang sudah saya ulang berkali-kali di posting2 sebelumnya, aturan perundang-undangan yang sekarang membebani pengusaha, TANPA KEUNTUNGANNYA BISA DIRASAKAN PEKERJA. Masih mending kalau pengusaha terbeban tapi keuntungannya bisa langsung dirasakan pengusaha. Tapi ini tidak bisa dirasakan pekerja, kecuali dia keluar atau di-PHK.. Saya kuatir sekarang ini dengan potensi inflasi dan krisis Indonesia dalam waktu dekat ini. Di satu sisi ingin gaji dinaikkan, tapi di sisi lain sadar kalau resiko finansial kenaikan gaji itu terlalu besar.. Sungguh Indonesia perlu reformasi aturan ketenagakerjaan. Jadi, konsep outsourcing selalu punya imbas negatif, terutama utk karyawan outsource. Namun konsep ini juga punya efek negatif terhadap karyawan tetap, masyarakat, dan negara. Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Yg terburuk dari semua outsourcing, adalah outsourcing di Indonesia. BR, -=ContraDictionary=- Salam, = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members
RE: [Keuangan] obral BUMN
Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya.. Dasar perspektif yang dipakai dalam penjualan BUMN ini apa? Kalau cuma mau cari untung aja sih ga perlu dijual, cukup rekrut direksi dan dewan pengawas dari luar aja, kasih aja ke perusahaan outsourcing untuk cari direksi baru (yg bukan titipan penguasa) Pasti tuh BUMN untung (kecuali bbrp BUMN yg bersifat sosial) Tapi soal penjualan PT. Krakatau Steel, saya melihatnya dari sisi Startegis nya (yg paling penting) Karena sangat jarang didunia ini negara yg punya Industri Baja Terpadu, dan kalau satu lagi sumber daya indonesia lepas ke tangan asing, otomatis Indonesia 99,99% jadi Konsumen bukan Produsen. Dan posisi Konsumen jelas lebih rentan dengan krisis Perusahaan khan tinggal naikin harga, lha kalau konsumen bisa nurunin harga? ardhi -Original Message- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: 14 Mei 2008 15:28 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] obral BUMN At 02:47 PM 5/14/2008, you wrote: Salam Experts, Wah kacau ne ye. Koq pemerintah nepsong (napsu)banget ngelego BUMN-BUMN ya??? YAng terakhir ini loh. KS yang sedemikian sehat tetep mau dijual. Anda yakin kalau KS itu sehat? Atau itu cuman fenomena 2-3 tahun terakhir? Coba anda lihat performa keuangan Krakatau Steel dalam 30 tahun terakhir -- berapa puluh tahun perusahaan itu rugi melulu? Saya sih kawatirnya ntar gedung BH (DPR RI)yang berikutnya dilego dengan berbagai alasan. Bagusnya memang dijual aja. Terus DPR-nya sidang pakai teleconference dari rumah dinas masing-masing. Atau kalau mau lebih afdol lagi - rumah dinas anggota DPR juga sekalian aja dijual - terus kalau mau sidang anggota parlemen tinggal nyewa Istora Senayan. Lumayan bisa menghemat anggaran. Cari duit itu susah.
RE: [Keuangan] obral BUMN
At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote: Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya.. Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa performanya bagus - why not? Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional --- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara profesional? Kalau kata orang Glodok: Ada harga ada rupa... Dasar perspektif yang dipakai dalam penjualan BUMN ini apa? Kalau cuma mau cari untung aja sih ga perlu dijual, cukup rekrut direksi dan dewan pengawas dari luar aja, kasih aja ke perusahaan outsourcing untuk cari direksi baru (yg bukan titipan penguasa) Pasti tuh BUMN untung (kecuali bbrp BUMN yg bersifat sosial) Ada banyak motif - mulai dari yang mulia sampai yang hina. Yang hina: - supaya dapat komisi dari advisor MA Yang mulia: - supaya ada transparansi dan akuntabilitas lebih besar, - mengurangi resiko pemerintah (karena BUMN rugi sama dengan ngejebol APBN), - memungkinkan masuknya modal baru, expertise, akses pasar, pemilikan publik - mendorong efisiensi (karena pemegang saham baru pasti ingin modalnya cepat balik) - menghilangkan praktek monopoli (karena kebanyakan BUMN berbisnis secara monopolistis). - menghilangkan sumber pendanaan politik kotor (karena BUMN adalah sumber dana politik kotor) - memperoleh pendapatan lebih besar dari pajak (keuntungan naik berarti setoran pajak juga naik) Tapi soal penjualan PT. Krakatau Steel, saya melihatnya dari sisi Startegis nya (yg paling penting) Karena sangat jarang didunia ini negara yg punya Industri Baja Terpadu, dan kalau satu lagi sumber daya indonesia lepas ke tangan asing, otomatis Indonesia 99,99% jadi Konsumen bukan Produsen. Itu berarti KS adalah monopoli - dan itu saja sudah merupakah kesalahan...! Kesalahan itu sudah dipelihara bertahun-tahun. Praktek monopoli oleh KS berarti konsumen (dalam hal ini rakyat Indonesia) harus bayar lebih mahal. Bayar lebih mahal berarti harga jual harus lebih tinggi. Harga jual lebih tinggi berarti membuat konsumen Indonesia daya belinya lebih rendah. Itukah yang disebut menguntungkan rakyat Indonesia Mau solusi? Jual saja Krakatau Steel disertai dengan kontrak kewajiban supply sekian juta ton dengan harga fixed untuk rentang waktu sekian puluh tahun. Kalau harga baja naik -- maka konsumen Indonesia bisa selamat karena tetap dapat supply baja dengan harga fixed. Kalau harga baja turun -- maka yang nanggung selisih harga adalah pembeli Krakatau Steel. Kalau perlu pemerintah jual 100% saham Krakatau Steel untuk ditukar dengan kontrak kewajiban supply. Ini berarti kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi (lewat kontrak tersebut) -- dan selanjutnya Accellor-Mittal silahkan ekspansi KS segede-gedenya supaya cost kewajiban supply itu menjadi seringan mungkin buat Accellor-Mittal... (ekspansi segede-gedenya berarti penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, penyerapan modal, dll. yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi). Dengan sistem kontrak kewajiban supply, ini berarti Indonesia bisa punya supply besi baja tanpa harus punya pabrik... ... plus nggak ada lagi yang bisa korupsi di Krakatau Steel.
RE: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
At 05:41 PM 5/14/2008, you wrote: Sudah kita ketahui bersama kalau tujuan didirikannya KORPORASI (corporation) adalah meraih keuntungan sebesar-besar2nya Bukankah itu juga peri laku tiap orang? Bukankah anda juga begitu? Sedangkan tujuan orang bekerja adalah mendapat penghasilan dan fasilitas dll sebesar2nya Tidakkah itu juga sama dengan definisi keuntungan sebesar-besarnya? Setiap pegawai berusaha untuk bekerja seringan-ringannya dengan bayaran sebesar-besarnya. Bila memang korporasi dan pegawai motifnya sama -- kenapa harus bicara standar moral yang berbeda?
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 11:35 AM 5/14/2008, you wrote: Great post, I admire the clarity of your thought process. This is one of the smartest post in this milist. I especially love this line : Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti angka inflasi yang sekarang ada di Venezuela. Thank you for reading my postings. I can ask nothing more.
Re: [Keuangan] obral BUMN
Secara historis kita ini jagoan outsourcing. Bupati2 Jawa mula2 outsourcing penyelesaian konflik kepada VOC, kemudian masalah2 keamanan dst.-nya. Pemerintah Hindia Belanda juga bagi2 tugas dengan Inggris ingat saya urusan tanam beras dan pertahanan udara diserahkan kepada Inggris, untuk itu perusahaan USA dilarang masuk. Selain itu ada kasus Bea Cukai yang hasilnya setahu saya positif. Setahu saya biaya outsourcing disektor jaza sangat besar dan menjadi sebab utama mengapa surplus ekspor kadang2 habis. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote: Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya.. Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa performanya bagus - why not? Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional --- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara profesional? Kalau kata orang Glodok: Ada harga ada rupa... ...
Re: [Keuangan] The global slump of 2008-09 has begun as poison spreads
e Bush rescue package - $800 in rebate cheques per household === ini jelas2 ngarang.. rebate checknya $600 per orang.. untuk yang berpenghasilan kurang dari $75K.. Rasanya penjelasan anda juga tidak terlalu tepat (ada faktor pembeda antara household (seperti yang tertulis) dan orang (seperti yang anda sebut)) - karena masih ada tambahan rebate checks untuk setiap anak dibawah usia 17 dalam keluarga wah bang poltak mungkin anda perlu baca lebih lanjut tentang rebate check ini.. mungkin angka yang lebih bagus adalah $1800, 600 untuk bapaknya 600 untuk ibunya, dan 300 untuk anaknya.. kalau anda lihat average household income di america kira2 $48k di tahun 2006, mungkin lebih rendah sekarang. kalau kita lihat lebih lanjut, ternyata sekitar 70% household di america incomenya lebih rendah dari $75k.. jadi 70% bakal dapet kira2 lebih dari $1200 (mungkin banyak yang gak punya anak).. tapi jelas jumlahnya lebih dari 800.. jadi seperti saya bilang sebelumnya.. mendingan anda baca financial times atau economist.. daripada dengerin mas Ambrose yang nulis artikel di atas. soal cash balance dari SP500 mungkin lebih baik saya pas kerja nanti liat database di kantor dan analisa lebih lanjut supaya kita gak ngomong asal2an.. kalo soal debt Debt as a percentage of net worth for non-financial companies outside of farming was 61.3 in the fourth quarter of last year, compared with 68 at the start of the 2001 recession and 93.6 in the 1990- 91 contraction, Fed figures show. kalo anda mau saya bisa lihat lagi data2 ini supaya, seperti yang saya bilang, kita gak ngomong asal2an. Seluruh perusahaan di SP 500 menurut link yang anda referkan - punya $615 Billion in cash TAPI kelihatan sekali jomplangnya. Gabungan Exxon Mobil ($34.5 Billion), Pfizer Inc ($25.5 Billion) dan Cisco ($22.7 Billion) sudah setara dengan $82.7 Billion atau 13% dari seluruh cash SP500. Lha bagaimana dengan 497 perusahaan lainnya? Bagaimana juga dengan posisi liabilities (baik jangka panjang maupun pendek)...? Anda bilang artikel saya mengatakan seluruh perusahaan di SP500 punya $625 B in cash, tapi jelas2 artikelnya bilang industrial corporations lihat di bawah ini: As a result, industrial corporations in the Standard Poor's 500 have amassed $615.5 billion in cash and cash equivalents Berarti keadaan saat ini sangat ekstreme antara yang kelebihan duit dan yang kekurangan duit. Apalagi kalau kita membandingkan antara posisi cash terhadap asset secara historis. anda yakin ini yang terjadi saat ini? apakah benar cash as a percentage dari BV sekarang lebih rendah dari pada historical average? 2008/5/14 Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]: At 10:23 AM 5/14/2008, you wrote: Diane Vazza, SP's credit chief, says defaults are rising at almost twice the rate of past downturns. Companies are heading into this recession with a much more toxic mix. Their margin for error is razor-thin, she said. Two-thirds have a speculative rating, compared to 50pc before the dotcom bust, and 40pc in the early 1990s. The culprit is debt. They ramped it up in the last 18 months of the credit boom. A lot of deals were funded that should not have been funded, she said. Ini orang ngarang apa nyolong motong quote orang? setau saya companies di sini malah flush with cash. coba anda baca artikel ini http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601109sid=aUv3WCFs__qwrefer=homehttp://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601109sid=aUv3WCFs__qwrefer=home Mungkin perlu diteliti dulu perusahaan mana yang flushed with cash - dan mana yang nggak. Seluruh perusahaan di SP 500 menurut link yang anda referkan - punya $615 Billion in cash TAPI kelihatan sekali jomplangnya. Gabungan Exxon Mobil ($34.5 Billion), Pfizer Inc ($25.5 Billion) dan Cisco ($22.7 Billion) sudah setara dengan $82.7 Billion atau 13% dari seluruh cash SP500. Lha bagaimana dengan 497 perusahaan lainnya? Bagaimana juga dengan posisi liabilities (baik jangka panjang maupun pendek)...? Berarti keadaan saat ini sangat ekstreme antara yang kelebihan duit dan yang kekurangan duit. Apalagi kalau kita membandingkan antara posisi cash terhadap asset secara historis. e Bush rescue package - $800 in rebate cheques per household === ini jelas2 ngarang.. rebate checknya $600 per orang.. untuk yang berpenghasilan kurang dari $75K.. Rasanya penjelasan anda juga tidak terlalu tepat (ada faktor pembeda antara household (seperti yang tertulis) dan orang (seperti yang anda sebut)) - karena masih ada tambahan rebate checks untuk setiap anak dibawah usia 17 dalam keluarga.
[Keuangan] Wolf: The market sets high oil prices to tell us what to do
The market sets high oil prices to tell us what to do By Martin Wolf Published: May 13 200819:09| Last updated: May 13 200819:09 Oil at $200 a barrel: that was the warning from Goldman Sachs, published last week. The real price is already at an all-time high (see chart). At $200 it would be twice as high as it was in any previous spike. Even so, it would be a mistake to focus in shock only on the short-term jump in prices. The bigger issues are longer term. Here are three facts about oil: it is a finite resource; it drives the global transport system; and if emerging economies consumed oil as Europeans do, world consumption would jump by 150 per cent. What is happening today is an early warning of this stark reality. It is tempting to blame the prices on speculators and big bad oil companies. The reality is different. Demand for oil grows steadily, as the vehicle fleets of the world expand. Today, the UShas 250m vehicles and Chinajust 37m. It takes no imagination to see where the Chinese fleet is headed. Other emerging countries will follow Chinas example. Meanwhile, spare capacity in members of the Organisation of the Petroleum Exporting Countries is currently at exceptionally low levels, while non-Opec production has equally consistently disappointed expectations. (See charts.) It looks increasingly hard to expand supply by the annual amount of about 1.4m barrels a day needed to meet demand. This means an extra Saudi Arabiaevery seven years. According to the International Energy Agency, almost two-thirds of additional capacity needed over the next eight years is required to replace declining output from existing fields. This makes the task even harder than it seems. As the latest World Economic Outlook from the International Monetary Fund adds, the fact that peak production is reached sooner, because of todays efficient technologies, also means that subsequent declines are steeper. This is not to argue that speculation has played no role in recent rises in prices. But it is hard to believe it has been a really big one. True, the dollar price has risen sharply, but that is partly the result of the decline in the dollars relative value (see chart). As I have argued before, if speculation were raising prices above the warranted level, one would expect to see inventories piling up rapidly, as supply exceeds the rate at which oil is burned. Yet there is no evidence of such a spike in inventories, as Goldman Sachs and the IMF point out. Similarly, it is not even true that the investment needed to boost the constrained production capacity has been lagging. The WEO shows that nominal investment by national and international oil companies more than doubled between 2000 and 2006. But real investment hardly increased, because of a global scarcity of rigs and associated skilled labour services. Against this background, it seems far more likely that such speculation as there is has been stabilising, rather than destabilising: in other words, it is moving prices in the right direction, in order to reduce demand. Will the high prices succeed in doing this? Certainly. Demand has to match supply for a simple reason: we cannot burn oil that does not exist. The price spikes of the 1970s were followed by big absolute falls in demand and output (see chart). This was partly because of the recessions and partly because of rising efficiency. Both forces should work again this time, but to a much smaller extent. The slowdown in the USeconomy is indeed likely to be significant. Slowdowns will also occur in western Europe and Japanand even in the emerging world. But the latter will still grow rapidly. Overall, the world economy and so world oil demand is likely to continue to grow reasonably briskly. Similarly, the improved efficiency of use of petroleum, as people switch to more efficient vehicles, notably in north America (where the room for doing so is so large), will be offset by the rising tide of demand for motorised transport in the worlds fast-growing emerging countries. On balance, it is quite unlikely that aggregate demand for oil will collapse, as it did after the two previous price spikes, just as it is unlikely that massive net new oil supplies will come on stream in the near future. This does not mean that prices will remain as high as they are today for the indefinite future: such stability is improbable. But it means we should expect a sustained period of relatively high prices even if peak oil theorists are proved wrong. If proved right, this would be true in spades. So what should be the response to these simple realities? Here are some obvious do nots and dos. First, do not blame conspiracies by speculators, oil companies or even Opec. These are the messengers. The message is one of fundamental shifts in demand and supply. If speculators push prices up in response, they are helping the adjustment. Even if Opec keeps output back, it is preserving a valuable resource for the future. Second,
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 04:50 PM 5/14/2008, you wrote: Yg untung hanya pemilik modal, semata. Terutama karena mereka Tuhannya adalah uang, tidak peduli karyawan, tidak peduli negara, tidak peduli agama, tidak peduli masyarakat, pedulinya cuma ROI, ROE, ROA, dividen. Saya serius membaca tulisan Bapak rasanya seperti membaca buku PMP, banyak tuntutan moral dan statement2 tapi minim penjelasan.. Touche! Beberapa orang memang nggak bisa menahan diri untuk menggurui orang lain soal moral... Seolah berbicara itu sama dengan berbuat. Banyak orang memang tidak pernah berusaha memahami dilema dalam pengambilan keputusan di lapangan, akibatnya tidak bisa membayangkan kalau keputusan yang menyangkut orang banyak pasti akan selalu punya sisi immoralnya.
Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?!
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ardhi DJ [EMAIL PROTECTED] wrote: ..deleted Yang harus melindungi Pekerja atau rakyat pada umumnya ya negara Baik itu melalui program jaminan sosial atau program lainnya Jadi jangan dicampur adukkan antara tugas negara dengan tugas pengusaha ardhi Negara, meskipun wajib melindungi rakyatnya, tidak bisa selamanya diharapkan. Seperti yang dikatakan rekan2 lain, dengan berbagai cara hukum bisa dimanipulasi sehingga aturan bagaimanapun yang melindungi pekerja tidak efektif. Maka kalau menurut saya daripada habis2-an mengubah hukum dan penerapannya agar lebih pro-pekerja lagi, lebih baik habis2-an meningkatkan daya tawar pekerja. Meningkatkan daya tawar bisa dengan memberikan pelatihan untuk bekerja di berbagai tempat, misalnya pelatihan untuk kerja di konstruksi, berbagai macam pabrik, konveksi, dll. Harapannya pekerja jadi lebih fleksibel bisa diterima di mana saja dan produktivitasnya langsung tinggi, jadi gajinya juga makin tinggi. Sayangnya saya ragu inisiatif pelatihan seperti ini datang dari serikat pekerja, sebab fleksibilitas kerja karyawan akan memperlemah insentif bagi karyawan untuk melakukan kemauan serikat pekerja.. Salam,
[Keuangan] Becker Posner: The Rise in the Price of Oil
The Rise in the Price of Oil http://www.becker-posner-blog.com/ Gary S. Becker[1] The run-up in the world price of oil during the past several years, and especially the rapid climb during the last few weeks to over $120 per barrel, has fueled predictions that the price will reach $200 a barrel in the rather near future. Such predictions are not based on much analysis, and mainly just extrapolate this sharp upward trend in oil prices into the future. The price of oil in real terms (i.e., relative to general prices) will not reach $200 in this time frame without either terrorist or other attacks that destroy major oil-producing facilities, or huge taxes on oil consumption. I try to explain why in the following. The two previous sharp increases in the world price of oil, in 1973-4 and 1980-81, were due to supply disruptions. The first one was the result of the formation of OPEC that led to output restrictions by members of this cartel, while the later one was due to the Iran-Iraq war that curtailed petroleum production in these two countries. Although the world price of petroleum rose by a lot in all three episodes, worldwide oil production went down in the two earlier ones, while production has risen during the current price boom. The present boom in oil prices has been mainly driven by increases in demand from the rapidly growing developing nations, especially China, India, and Brazil, although output growth in the US and European have added to world demand, and speculation on potential future price increases also contributed to the increased price of oil. To be sure, supply problems in Nigeria, Venezuela, Russia, and other major oil-producing states have contributed to accelerations in the oil price increases at times during the current boom. Note the contrast between the major causes of the current explosions in oil and food prices. Although the sharply rising prices of different commodities are often lumped together, increases in the prices of corn and other foods have in larger part come from the supply side rather than from demand. The main supply culprits in the market for foods have been the diversion of corn acreage to the production of ethanol, and the increased cost of fertilizers and chemicals used in food production due to the rise in the price of oil (see my discussion of rising food prices on April 13 and 17). The rapid growth of world oil prices during 1973-74 and 1980-81 contributed in a significant way to the world recessions during those years. Yet even though world oil prices in real terms are now above the prices in 1981, the previous peak in oil prices, and despite the sharp run-up in prices during the past couple of years, the world economy has not (yet!) been pushed into recession. One reason for the difference is that unlike the previous episodes, the current price rises have slowed rather than eliminated the boom in world output. Another difference from the previous episodes is that the share of oil and other energy inputs in GDP is down by a lot in the developed world since 1980, especially in Japanand Europe, but also in the US. Of course, even with energy's smaller role in the production of output, any rise in oil prices to over $200 a barrel in the next few years would have serious disruptive effects on the world economy. To many persons who have commented on this prospect, such a high oil price seems plausible, given the expected continuation of the rapid growth in the GDP of China, India, Brazil, and other major developing countries. For the evidence is rather strong that the short run response of both the supply of and the demand for oil to price increases is rather small. The small elasticity of both the supply and demand for oil explains why the moderate reductions in world oil supply during the earlier price spikes, and the moderate increase in world demand during the current price boom, produced such large increases in price. However, the long run response to price increases of both the demand and supply for oil and other energy inputs is considerable. For example, given enough time to adjust, families react to much higher gasoline prices by purchasing cars, such as hybrids and compacts, that use less gasoline per mile driven. They also substitute trains and other public transportation for driving to work and for leisure purposes. High energy prices, and hence the opportunity for large profits, induce entrepreneurs to work more aggressively to find fuel-efficient technologies, including the use of batteries as a replacement for the internal combustion engine. Clearly, given high enough oil prices, many ways are available to increase the supply of petroleum, Explorations for additional supplies will be extended deeper into oceans and other remote places because the high cost of extracting oil from these sources would be offset by the high energy prices. Usable petroleum is also already being extracted from oil sands and oil shale, and high and rising oil prices will
Re: [Keuangan] obral BUMN
Selama ini masih banyak yang belum paham akan arti outsourcing yang kedengarannya mengerikan. Padahal outsourcing itu banyak macamnya. Terlebih lebih jaman sekarang ini sudah waktunya untuk tiap perusahaan mencari kelebihan masing masing sedangkan bagian yang kurang kuat di outsourcingkan. Dunia makin global, informasi makin mudah didapat, kita harus tahu keunggulan kompetitif masing masing masing dan memanfaatkan kelebihan pihak lain. Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Secara historis kita ini jagoan outsourcing. Bupati2 Jawa mula2 outsourcing penyelesaian konflik kepada VOC, kemudian masalah2 keamanan dst.-nya. Pemerintah Hindia Belanda juga bagi2 tugas dengan Inggris ingat saya urusan tanam beras dan pertahanan udara diserahkan kepada Inggris, untuk itu perusahaan USA dilarang masuk. Selain itu ada kasus Bea Cukai yang hasilnya setahu saya positif. Setahu saya biaya outsourcing disektor jaza sangat besar dan menjadi sebab utama mengapa surplus ekspor kadang2 habis. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 05:31 PM 5/14/2008, you wrote: Ga sekalian Bang, presidennya di outsource? Hehe Hebat yach topik ini masih nyambung ke topik lainnya.. Kalau memang UUD memungkinkan - dan memang ada jaminan bahwa performanya bagus - why not? Kalau urusan kesehatan kita berani menggaji dokter profesional, untuk urusan mendirikan bangunan kita berani menggaji arsitek profesional --- masak nggak berani menggaji CEO Republik Indonesia secara profesional? Kalau kata orang Glodok: Ada harga ada rupa... ... - Support Victims of the Cyclone in Myanmar (Burma). Donate Now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara
Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara). Hal-hal yang bisa diperoleh secara internal adalah 1. memasak nasi, memasak lauk dan menghidangkannya diatas meja (boleh dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 2. mencuci baju, menyetrika dan menyimpannya di almari (boleh dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 3. menyapu, mengepel dan membersihkan kamar mandi (boleh dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 4. Memanen pisang dan menjualnya dipasar (boleh dikerjakan, boleh tidak, bisa mendatangkan rupiah) Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh secara internal adalah : 1. Beras dan bahan-bahan lauk pauknya (belanja, perlu rupiah) 2. Sabun cuci (beli, perlu rupiah) 3. Kain pel, aksi pembersih lantai (beli, perlu rupiah) 4. listrik (langganan, perlu rupiah) 5. telpon (langganan, perlu rupiah) 6. sekolah (bulanan, perlu rupiah) 7. transportasi (harian, perlu rupiah) Semua kebutuhan yang diperoleh secara eksternal harus dibayar dengan uang sungguhan (devisa), tidak bisa dibayar dengan kupon oleh karenanya sangat tergantung dari pendapatan kepala keluarga dalam hal ini adalah gaji bulanan. Katakanlah anak-anak mau mengerjakan pekerjaannya masing-masing jika setiap transaksi pekerjaan secara internal diberi tanda dengan kupon yang memiliki nilai nominal. Dan si anak berharap bahwa kupon ini bisa ditukarkan pada orang tuanya dengan rupiah beneran (devisa) jika dia perlu sesuatu yang diperoleh secara eksternal. Misal si anak ingin beli game Sebetulnya sebuah negarapun memiliki pola yang demikian juga dan ini yang tidak pernah disadari. Tentunya orang tua harus menyediakan rupiah beneran sehingga sewaktu- waktu sianak mau nukerin kuponnya uang tersedia. nah bagaimana jika orang tua tidak punya rupiah yang sebenarnya atau rupiah sebenarnya tiap bulan habis dibelanjakan sehingga tidak ada tabungan sama sekali ? Mungkinkah ketika harga beras naik siorang tua narik kupon yang ada ditangan anak-anaknya untuk beli beras ? Dalam jumlah kecil dan terbatas bisa yakni ada pihak yang mau bayar kupon dengan uang beneran untuk membeli hasil panen pisang dari keluarga tersebut, namun dalam jumlah besar tentu tidak apalagi jika tidak ada sesuatupun yang dapat di beli dari keluarga tersebut. Semua yang saya gambarkan diatas sebenarnya adalah dasar-dasar hidup bernegara. Seluruh pengguna kupon memiliki nasib yang sama. Sangat tergantung pada pendapatan orang tua dan kemampuan menjual pisang yang dikelola oleh salah satu anak dalam keluarga tersebut salam RM
[Keuangan] Resale International Branded equipment = Transfer Pricing?
RR, Teman saya (lokasi di USA) dari milis sebelah mendapatkan info dari koleganya untuk mendapatkan peralatan dan spare parts telekomunikasi dari Indonesia seperti Avaya, Nortel, Cisco, dll yang notabene branded equipment yang juga dari USA. Alasan utama keinginan rekannya utk membeli dari Indonesia Kalau di beli di Amerika dan Kanada, harganya jauh lebih mahal. Yang menjadi pertanyaan, 1. Apakah dibolehkan oleh pihak Produsen kepada dealer/reseller untuk melakukan pembelian secara random di negara manapun agar mereka mendapatkan harga yang lebih murah? dan apakah pihak dealer lokal bisa menjual ke LN tanpa sepengatahuan produsen? 2. Apakah ini bisa di kategorikan sebagai Transfer Pricing yang tidak diperkenankan oleh Kantor Pajak baik Indonesia maupun Internasional? Karena akan timbul prilaku penghindaran pajak? baik dari pihak LN ataupun dari pihak Indonesia. Mohon tanggapan rekan-rekan, karena setahu saya prilaku seperti ini sepertinya dilarang baik dari pihak produsen maupun dari kantor pajak setempat. Tks byk, Rio N
[Keuangan] Usul pemecahan maalah subsidi BBM
Rekan-rekan Anggota Milis Ahli Keuangan Yth., Subsidi BBM telah menjadi wacana hangat, sampai sampai seperti tidak ada titik temu antara Pemerintah dengan masyarakat terutama parpol dan mahasiswa. Kami dari MPEL menawarkan suatu solusi yang mungkin sulit diterima oleh kalangan Pemerintah (karena khawatir dampak terhadap inflasi), tetapi kami rasa perlu memperoleh pertimbangan. Solusi tersebut kami tuangkan dalam bentuk press release di bawah ini. Mohon tanggapan. Wasalam, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL) Press Release 15 Mei 2008 Berkenaan dengan rencana penyesuaian harga BBM Wacana penyesuaian harga BBM di antara beberapa tokoh masyarakat, termasuk di antaranya para pejabat Pemerintah, telah menimbulkan berbagai reaksi dari kalangan masyarakat luas baik dari pihak yang dapat menerima hal tersebut sebagai langkah yang patut didukung karena telah melambungnya harga minyak internasional dari sekitar $ 30/bbl pada akhir tahun 2003 hingga saat ini sekitar $ 120/bbl, maupun dari pihak yang merasa belum dapat menerima kenaikan harga BBM dengan alasan bahwa antara lain hal tersebut bakal dapat lebih mempersulit lagi perjuangan hidup mereka di masa mendatang. Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL) dengan ini menyampaikan bahwa kami: 1. Mendukung penaikan harga rata-rata BBM dalam waktu dekat sampai sebatas 20 persen atau maksimal 25 persen. Bila tidak dinaikkan maka struktur APBN-P akan habis untuk subsidi BBM, pangan dan listrik hingga tidak cukup tersisa untuk menjalankan pemerintahan secara efektif. Selain itu MPEL juga mendukung sebagian penerimaan kenaikan BBM dikembalikan dalam satu dan lain bentuk guna membantu meringankan beban hidup masyarakat miskin. Sudah tentu program bidang energi lainnya seperti diversifikasi, pengalihan dari minyak tanah ke gas, peningkatan BBG untuk sektor transportasi, peningkatan efisiensi energi serta konservasi energi, perlu tetap dilanjutkan terus. 2. Mensinyalir pula bahwa kenaikan harga BBM tersebut tidaklah cukup tanpa disertai upaya dan kebijakan harga lainnya yang perlu diterapkan ke depan untuk dapat menyelesaikan masalah harga energi dalam negeri secara tuntas. Upaya dan kebijakan harga lainnya tersebut adalah: (a) Keputusan untuk melakukan penaikan harga rata-rata BBM secara perlahan dan bertahap sampai suatu saat rata-rata harga domestik BBM mendekati titik keekonomian; penaikan yang diperlukan sekitar lima persen setiap triwulan, mulai 1 Oktober 2008. (b) Penetapan harga energi domestik (BBM, listrik, gas) dilakukan sejauh mungkin berdasarkan nilai kalor setiap jenis energi; penyesuaian harga dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun tidak ada lagi insentif untuk melakukan pengoplosan dan penyelundupan. (c) Penetapan harga energi domestik dilakukan secara merata untuk seluruh wilayah R.I., atas dasar pengertian bahwa biaya operasional perusahaan energi di luar Jawa-Bali mendapatkan subsidi-silang internal dari biaya operasional perusahaan di dalam wilayah Jawa-Bali. (d) Penetapan harga batubara dan gas untuk ekspor diserahkan kepada mekanisme pasar internasional, tetapi untuk keperluan domestik ditetapkan setiap triwulan sekitar 5 persen di bawah harga internasional. Pertimbangan-pertimbangan usulan tersebut di atas adalah. 1. Harga minyak internasional dan dampaknya Harga minyak internasional sudah melambung tinggi dan belum ada tanda-tanda kenaikan akan berhenti. Pada akhir tahun 2003 harga tersebut pada tingkat sekitar $ 30/bbl, dan pada akhir tahun 2007 telah mencapai sekitar $ 90/bbl, berarti telah meningkat dengan laju 32 persen/tahun. Kini bahkan sudah mencapai $ 120/bbl. Harga BBM dalam negeri seharusnya sebagai sasaran jangka menengah ditetapkan mendekati harga minyak internasional. Bila tidak, penyusunan APBN akan senantiasa menghadapi masalah karena penentuan harga BBM harus dilakukan dengan kejutan yang berdampak negatif. Tetapi bilamana harga BBM dalam negeri sudah mencapai kesetaraan dengan harga internasional, maka kita akan selalu mampu dan dapat mengimpor dari mana pun, jika diperlukan. 2. Harga BBM dalam negeri secara bertahap harus disesuaikan Kenyataan perkembangan harga minyak internasional selama empat tahun terakhir ini menyudutkan kita untuk mengambil tindakan penyesuaian harga dari waktu ke waktu. Kenyataan pula bahwa penyesuaian yang drastis seperti yang dilakukan pada tahun 2005 telah menimbulkan dampak yang amat merugikan. Kenyataan pula bahwa penyesuaian harga secara bertahap selama pertengahan tahun 2001 hingga akhir tahun 2003 tidak berdampak secara berarti terhadap inflasi. Oleh karena itulah maka di samping kenaikan sebesar 20 persen atau maksimal 25 persen sekitar tanggal 1 Juni 2008 nanti, sebaiknya pula Pemerintah sekaligus mencanangkan akan dinaikkannya harga BBM sebanyak sekitar 5 persen setiap triwulan ke depan sehingga mendekati tingkat harga internasional. Sebaliknya apabila terjadi penurunan harga minyak internasional kebijakan harga
[Keuangan] Bantuan Tunai Langsung Perlukah?
Banyak pro dan kontra terhadap adanya program Bantuan Langsung Tunai atau yang kita sebut sebagai BLT. Yang kontra biasanya dilandasi oleh pemikiran bahwa hal ini akan membuat orang semakin malas bekerja. Ada juga yang berpandangan bahwa BLT hanya akan diberikan dalam jumlah yang lebih besar untuk masyarakat di Jawa, sementara di luar Jawa tidak dapat porsi yang diharapkan. Ada juga yang berpandangan bahwa penyaluran BLT sarat akan penyelewengan karena mekanismenya yang kurang sempurna atau banyak yang pegang amanah justru tidak menyadari pentinya BLT. Jika kita perhatikan kondisi Indonesia saat ini, memang transaksi dengan uang terhadap barang dan jasa belumlah sempurna. Banyak masyarakat yang dapat bertransakasi antar sesamanya tidak menggunakan tanda uang, namun menggunakan simbol-simbol yang ada dalam suatu masyarakat. Beberapa kota besar memang sudah mulai meninggalkan simbol-simbol ini sehingga terkesan materialistik. Setiap transaksi yang ada di kota besar baik berupa barang atau jasa hampir semuanya dihitung dengan uang. Peralihan ini memang bagian dari peradaban umat manusia. Cara- cara konvensional dalam bertansaksi memang mengalami perubahan drastis semenjak di temukannya alat-alat produksi (Ini akan saya tuliskan dalam Manusia Modern dan Alat Produksi). Memang akan terus terjadi ketimpangan jika ada masyarakat yang tidak menghitung barang dan jasanya dengan uang sementara ada juga yang menghitung setiap barang dan jasanya dengan uang. Masyarakat yang tidak berhitung inilah yang mengalami isolasi terhadap dunia luar. Dan umumnya urbanisasi terjadi guna menghitung setiap jasanya dengan uang agar bisa ditukarkan dengan barang dan jasa lainnya yang disediakan sesama umat manusia Kembali ke BLT, maka BLT adalah bagaimana upaya agar pihak-pihak yang mengukur segala jasa dan barangnya dengan uang dapat di akses atau diperoleh oleh sebagian masyarakat yang terkendala mengukur jasanya dengan uang. Terkendala dapat terjadi dalam banyak hal, bisa karena cacat fisik, cacat mental, berpenyakit, kurangnya pendidikan, jompo atau hal-hal lain yang mengakibatkan seseorang terkendala menjual barang atau jasanya. Dengan adanya BLT maka yang berproduksi dapat tetap berproduksi sementara yang terkendala dapat memperoleh kebutuhan dasarnya berdasarkan perhitungan ongkos produksi yang benar. Inilah pentingnya hidup bermasyarakat secara modern. Salam RM Belajar ke Negeri Cina http://rachmad.kuyasipil.net/?p=11
Re: [Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara
At 07:34 AM 5/15/2008, you wrote: Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara). Bung Rachmad, Saya agak terganggu dengan pembandingan antara negara dan keluarga sebagai sebangun. Keluarga memiliki komponen historis sosiologis yang bernama kepala keluarga. Sementara negara (yang adalah sebuah konsep abstrak) - kepala negara berperan sebagai manajer. Peran sebagai manajer inipun bersifat estafet -- berpindah dari satu pemegang ke pemegang lain. Dan itu semua semata karena pemegang kekuasaan sebenarnya adalah justru rakyat. Saya sangat tidak setuju bila pemerintah diposisikan sebagai kepala keluarga (orang tua) - sementara rakyat diposisikan sebagai anak-anak dalam keluarga. Ini bertolak belakang dari realita. Selain itu - ini juga tidak relevan dengan prinsip dasar pemerintahan demokratik. Pemerintah ada dan berlangsung semata-mata karena ditunjuk dan diminta oleh rakyat. Rakyat membiayai pemerintahan sepenuhnya - semisal lewat pajak. Pemerintah tidak lebih tahu, juga tidak lebih pintar, serta tidak lebih kaya daripada rakyatnya. Harta pemerintah semata-mata adalah pinjaman dari rakyat. Rakyat Indonesia menggunakan rupiah semata-mata atas dasar suka rela. Dan memang seharusnya demikian. Kalau pemerintah tidak becus - maka rakyat Indonesia bisa memilih: mengganti pemerintah atau menggunakan pembayaran alternatif non rupiah (bisa mata uang negara lain ataupun komoditi semisal emas). Rakyat Indonesia pun harus punya kebebasan akan menikmati hasil usahanya dalam bentuk rupiah atau dalam bentuk apapun. Kalau pemerintah tidak becus menjaga daya beli rupiah (semisal dengan membiarkan hyper inflation terjadi) - maka rakyat punya hak sepenuhnya untuk tidak menggunakan rupiah. Dengan cara pandang ini - maka kedaulatan politik adalah semata-mata kedaulatan ekonomi. Kekuatan politik adalah semata-mata kekuatan ekonomi oleh rakyat. Kedaulatan rakyat adalah ketika pemerintah takut pada rakyatnya. Takut setakut-takutnya. Mengapa? Karena setiap pejabat pemerintahan dibiayai oleh rakyat - sampai ke kolor-kolornya... Dan apa yang diberi - bisa diambil kembali. Atas dasar tersebut maka saya tidak bisa menerima gambaran anda yang men-sebangunkan negara dan keluarga --- karena posisi aktor di dalamnya saja sudah tidak tepat. Prinsip pengelolaan keuangannya pun ikut pula menjadi tidak tepat.
Re: [Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara
Bung Poltak ysh, Saya terima keberatannya, pun demikian model ini mewakili kondisi nyata dalam kehidupan bernegara. Saya rasa selama suatu negara masih punya bank sentral serta bisa menerbitkan mata uang maka maka seluruh resiko menggunakan mata uang tersebut menjadi tanggungan anak bangsa. Saya akan senang sekali kalau suatu saat hanya ada satu mata uang saja didunia ini. Saya tidak memikul kesalahan kelolala teman-teman sebangsa dan setanah air dan bisa fokus pada usaha saya sendiri :-) Dan rasanya memang point ini yang membedakan antara negarawan dan ekonom. Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 07:34 AM 5/15/2008, you wrote: Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara). Bung Rachmad, Saya agak terganggu dengan pembandingan antara negara dan keluarga sebagai sebangun. Keluarga memiliki komponen historis sosiologis yang bernama kepala keluarga. Sementara negara (yang adalah sebuah konsep abstrak) - kepala negara berperan sebagai manajer. Peran sebagai manajer inipun bersifat estafet -- berpindah dari satu pemegang ke pemegang lain. Dan itu semua semata karena pemegang kekuasaan sebenarnya adalah justru rakyat. Saya sangat tidak setuju bila pemerintah diposisikan sebagai kepala keluarga (orang tua) - sementara rakyat diposisikan sebagai anak- anak dalam keluarga. Ini bertolak belakang dari realita. Selain itu - ini juga tidak relevan dengan prinsip dasar pemerintahan demokratik. Pemerintah ada dan berlangsung semata-mata karena ditunjuk dan diminta oleh rakyat. Rakyat membiayai pemerintahan sepenuhnya - semisal lewat pajak. Pemerintah tidak lebih tahu, juga tidak lebih pintar, serta tidak lebih kaya daripada rakyatnya. Harta pemerintah semata-mata adalah pinjaman dari rakyat. Rakyat Indonesia menggunakan rupiah semata-mata atas dasar suka rela. Dan memang seharusnya demikian. Kalau pemerintah tidak becus - maka rakyat Indonesia bisa memilih: mengganti pemerintah atau menggunakan pembayaran alternatif non rupiah (bisa mata uang negara lain ataupun komoditi semisal emas). Rakyat Indonesia pun harus punya kebebasan akan menikmati hasil usahanya dalam bentuk rupiah atau dalam bentuk apapun. Kalau pemerintah tidak becus menjaga daya beli rupiah (semisal dengan membiarkan hyper inflation terjadi) - maka rakyat punya hak sepenuhnya untuk tidak menggunakan rupiah. Dengan cara pandang ini - maka kedaulatan politik adalah semata- mata kedaulatan ekonomi. Kekuatan politik adalah semata-mata kekuatan ekonomi oleh rakyat. Kedaulatan rakyat adalah ketika pemerintah takut pada rakyatnya. Takut setakut-takutnya. Mengapa? Karena setiap pejabat pemerintahan dibiayai oleh rakyat - sampai ke kolor-kolornya... Dan apa yang diberi - bisa diambil kembali. Atas dasar tersebut maka saya tidak bisa menerima gambaran anda yang men-sebangunkan negara dan keluarga --- karena posisi aktor di dalamnya saja sudah tidak tepat. Prinsip pengelolaan keuangannya pun ikut pula menjadi tidak tepat.