Re: [ccTLD-ID] OOT: Country may have high rate of fraud
On Thu, 22 Dec 2005, Fahrizal Razak wrote: Halo semua, Ternyata predikat ini masih melekat kuat untuk country Indonesia, sehingga DNSStuff perlu menambahkan Merchan Note pada hasil search-nya. (lihat lampiran hasil search di bawah) Disamping rame-rame membicarakan pengelolaan / penggunaan domain .ID, tampaknya perlu juga sekalian diperjuangkan agar predikat ini tidak lagi menempel pada Indonesia. Mungkinkah?!, dan Adakah yang peduli?!. ^^ we all care pak, tetapi solusi untuk mencapai kondisi perbaikan nya membutuhkan perubahan budaya di level masyarakat pengguna Internet Indonesia (I mean to preserve the fraud acident will be need more complex solution). Perubahan budaya semakin sulit bila kondisi dari budaya lama telah menciptakan insan insan yang ter-stereotype oleh kondisi yang kurang baik. Perubahan budaya yang kurang baik bukanlah sesuatu yang cukup diatasi dengan sebuah himbauan, melainkan perlu diatasi dengan step by step action yang arahnya jelas dan dapat dipartisipasi 'i oleh berbagai lapisan masyarakat dalam berbagai real action, sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi memiliki kapasitas diri dan citra yang lebih baik :-). Salam, -marno- --- Untuk unsubscribe: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan Subject: unsubscribe ---
Ngabar Hayam (was Re: [ccTLD-ID] Hi)
* Trademark have been registered. Sejak kapan buka konsultan merknya pak :-) kok ndak ngabari tumpengannya (maaf, kata ngabar disini bukan kata ngabar bahasa sunda pak). Kalau boleh saya jelaskan arti kata ngabar dalam bahasa sunda kurang lebih artinya latihan adu ayam seperti yg sering saya liat dilakukan anak anak kecil di halaman rumah sambil berteriak abarkeun abarkeun euy ... :-) dan ayam jantan mudanya dilemparkan ke arah ayam jantan lainnya ... ah dasar anak anak yang belum mengetahui soal undang undang adu ayam tahun 2005 dan belum memaklumi soal PP tarif BBM 2005. Dalam rangka ngabuburit di bulan puasa, ketika mereka tak dapat uang jajan seperti biasanya sebelum BBM naik, maka dengan diam diam ayam kesayangan ortupun jadilah mainan untuk ngabuburit (kebetulan ortunya sedang bekerja siang hari). Walau ngabar ayam bersifat negatif (melanggar hukum), langkah begitu masih tergolong positif kalau dibandingkan main petasan yg bisa mencederai tubuhnya.. agak membingungkan melanggar hukum kok disebut hal yang positif sih. Dasar anak kecil, kita sering teringat pelanggaran hukum dilakukan mereka. Kata seorang arif sih anak anak itu dalam rangka mempelajari soal kehidupan, bukan soal hukum, jadi biarkan saja anak anak itu jangan dimasukan penjara, cukup ditegur, dijewer, digaplok atau dipecut dengan sabuk tentara atau sabuk Elvis yang gespernya gede . kalau nggak punya sabuk, beli dulu nih ada merk terkenal mau pesen nggak ..murah murah katanya. Saya agak heran orang arif kok jadi jualan sabuk gitu ... mungkin dalam rangka mencari bekal untuk lebaran... bisa aja ya orang usaha :-). Namun saya setuju dg pendapat orang arif itu, maka pantaslah kalau begitu alasannya, sebab sekolah kehidupan sampai hari ini masih belum pernah saya dengar ada... negara sendiri masih belum berminat mendirikannya ... mungkin karena tidak jelas profitnya dan atau tidak jelas pula prospek menimbulkan pujian dari negara majunya apalagi harus diskusi dulu dengan Tuhan sebelum mendirikannya. karena itu anak anak itu biarkanlah tumbuh berkembang di lingkungannya, kalau punya duit banyak biarkan anak anak tumbuh berkembang di banyak lingkungan mulai dari kutub utara dg orang eskimo, sub tropis, tropis sampai kutub selatan, saya kira anak itu akan berkembang menjadi orang yang amat bijak dan pandai karena bisa memahami dunia ini ... tidaklah sesempit daun kelor (edi d iskandar, 1980)... menurut seorang pakar psikologi sih anak seperti itu kelak bisa disebut anak yang serba bisa, katanya :-). Salam gembira ria, wassalam, -marno- --- Untuk unsubscribe: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan Subject: unsubscribe ---
Re: [ccTLD-ID] kesalahan pemerintah Indonesia ?
On Tue, 4 Oct 2005, Irwan Effendi wrote: Tindakan memaksakan pergantian pengelolaan itu sendiri sudah masuk kategori tidak bijaksana. Coba dipikir, Indonesia ingin mengatur internetnya sendiri, Cina ingin mengatur internetnya sendiri, Brazil ingin mengatur internetnya sendiri, nah kalau semua sudah dibiarkan mengatur sendiri-sendiri, apakah namanya masih internet ? Itukan sudah jadi Intranet Indonesia, Intranet Cina dan Intranet Brazil? mereka bersikap begitu karena dunia Internasional tidak pernah kasih bantuan gratis buat bikin backbone nasionalnya termasuk ongkos listrik dllnya pak. Kalau begitu bagus dong pak, ada Intranet Indonesia dan Internet Indonesia :-). Agar supaya pemilik situs sekolah dan usaha kecil s/d besar nasional bisa dikenal masyarakat via intranet yg murah, cepat aksesnya dan tidak ada alasan bandwith mahal hehehehehe kan intranet ya... kalau mereka mau tersambung ke Internet baru dikenakan biaya tambahan sesuai harga bandwithnya. Kalau dikatakan bahwa pengaturannya akan dilakukan secara bersama-sama, mengapa mesti buat organisasi baru? mengapa tidak bisa push saja untuk ICANN menyediakan satu kursi khusus untuk wakil dari tiap negara? ICANN . ITU .. haruskah bangsa Indonesia dikendalikan oleh kedua lembaga itu ? tentu saja tidak ya pak . karena kita tidak terikat kontrak mati dg lembaga lembaga itu... kita masih merdeka sebagai bangsa. Salam, -marno- Selamat menunaikan ibadah di Bl Ramadhan --- Untuk unsubscribe: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan Subject: unsubscribe ---
Re: [ccTLD-ID] salam ...
Mudah mudahan pemerintah RI diberikan kebijaksanaan yang bijaksana dan tidak mengabaikan soal riset dan development Internetnya baik di lingkungan nasional maupun Internasional. Sampai hari ini, dalam riset Internet, Indonesia masih diwakili oleh lembaga pendidikan tinggi saja . padahal dalam riset itu banyak wakil negara lain duduk disana sebagai wakil negara yang melakukan risetnya kita masih sibuk mempetentangkan soal tata krama dan harga bbm. Wassalam -marno- On Mon, 3 Oct 2005, Irwan Effendi wrote: Depkominfo ngotot mendukung pembentukan lembaga pengendali internet baru dibawah ITU, walaupun tidak ada dukungan dari komunitas-komunitas internet. Alasannya, supaya bisa sama-sama mengendalikan internet, pertanyaannya: sama siapa? Kalau di summit pembentukan lembaga baru ini disetujui, ICANN otomatis demisioner dan kepmen yang dijadikan sumber amanah oleh TAP dalam mengobrak-abrik manajemen ccTLD.id akan berubah bunyinya menjadi dikelola oleh pemerintah --- Untuk unsubscribe: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan Subject: unsubscribe ---
Re: [ccTLD-ID] Fwd: Kurusetra !!
Pak Tole, anda dapat meminta admin jaringan anda untuk memblokir IP address dari milis ini, agar anda tidak menerima email dari sini lagi. Atau jika cara itu sulit, anda dapat melakukan cara ini yaitu biarkan mailbox anda penuh sampai kuota yang telah ditentukan, dan biarkan peringatan dari adminnya. Maka eaccount email anda akan segera dihapus oleh sang admin, tentunya dengan syarat anda mau merelakan mailbox anda dihapus dan anda tidak memakai account email anda itu lagi. Karena biasanya pelayanan email gratis tidak memberikan layanan hapus account oleh usernya sendiri. Kalau anda ingin minta fasilitas filter mungkin anda harus membayar jenis email premium. Atau kalau anda bersedia mengomel tiap hari, lakukan saja mendelete setiap email dari sini sambil mengomel terus menerus, jangan lupa setiap minggu konsultasi ke dokter agar kesehatan anda tetap baik walau setiap hari mengomel :-). Anda tidak perlu meminta polis asuransi kepada admin milis ini sebagai usaha anda untuk meminta ganti rugi atas terganggunya kesehatan anda ketika mendelete email dari sini. Karena admin disini tidak merangkap sebagai sales asuransi kesehatan. Ini penting anda perhatikan. Maaf agak panjang lebar, mudah mudahan saran dari saya cukup berguna buat anda. Terimakasih. Wassalam -marno- On Mon, 19 Sep 2005, Muhamad Tole wrote: Sir, I know most all of us is not a blind man. A blind man is always need everything with braile fonts, so if you wanna sell piza to them, don't forget attach with a braile note that explain about the piza. They can move their face up and down as a mark that they are understand to our note, ... they have touch the font and read it. Best Regards mt I wanna unsubscribe from this blindly milist sir, thankyou
Re: [ccTLD-ID] Beberapa usulan
On Wed, 7 Sep 2005, Penicillin wrote: Tul.. client akan memaklumi klo ada kejelasan KAPAN mereka dapat tambah/ubah/hapus domain .ID mereka. ampe ada pengumuman dari pengelolanya dong Klo tidak ada kejelasan, yahhh... mau sampai kapan ISP2 atau perusahaan2 yg mengkhususkan diri dlm pengurusan domain, akan bertahan menghadapi cercaan dari masyarakat IT ?? sabar dikit gpp kan Klo client minta duitnya dibalikin, emank kita bisa minta balik ke depkominfo ?? pajak aja bisa diminta balik, aye yakin kominfo mau kasih balik uang rakyat. Paling banter solusi yg diberikan adl ganti nama ke .COM atau .NET atau yg laen asal bukan .ID tempo ari ada yang kasi alternatif doman .ri lho Tapi klo rasa nasionalisme client lebih tinggi dari kita2 disini, yahh plg alasan yg bisa diberikan yahh mo gimana lagi pak, dari sononya juga begitu jadi kita ga bisa berkutik juga. So... ??? kalau jualan di tingkat retail emang sering ketekan pak ama grosir. belon lagi bbm naek, bandar ikut naikin harga. Trus pertanyaan knp biaya internet disini lebih mahal drpd di LN, coba disurpey dulu di internet, berape grosir banwith mau kasih harga pada ISP Indonesia... mungkin krn pemerintah ISP2 disini udah di set otaknya klo Internet itu termasuk kebutuhan sekunder dan mahal, oleh karena itu musti dibebani pajak yg tinggi (krn klo mau berinternet, musti ada PC, modem, dll dimana PC aja bagi sebagian masyarakat Indonesia pada umumnya, masi merupakan brg mewah. kalo pandangannya itu sebagai barang mewah, apa mau dikata om :-). kalo gitu sekola nggak perlu ada internet, cukup nebeng ama tetangga yang kaya en punya internet macam jaman dulu, nonton tevenya di rumah tetangga :-0 Boro2 beli pc, bisa makan sehari aja masi untung). he 'eh. kalau masih perlu makan jangan beli komputer dan internet eh salah kali ya, kalau belum punya uang cukup jangan beli komputer dan internet dulu, tapi bayar sekolah anak dulu :-). Btw, udah ada yg masukin di Surat Pembaca Kompas ?? kali aja dimuat en diliat oleh yg berwajib menangani urusan ini. wah kalo ude ada yang kasih lapor yang berwajib, yang berwajib akan mendatangi kominfo dong tapi jangan salah sangka dulu, itu bisa saja undangan ulang tahun, makan makan :-). Salam, -marno-
Re: [ccTLD-ID] Beberapa usulan
On Thu, 8 Sep 2005, Muhamad Tole wrote: pak aku kira kasus begini tidak masuk dalam pertimbangan manajemen modern pak tole, dalam negara modernpun, apabila landasan juridisnya masih belum ada masih mmerlukan masa tenggang waktu. Dulu Jepang dalam usaha mendirikan pabrik mobilnya juga menjual mobil kecil dulu ke sini, sebagai output sebuah industri percobaannya. Untungnya orang Indonesia saat itu tidak cepat komplain meminta mobil mazda keluaran th 2005, saat itu masih tahun 1966 :-). sabar dikit gpp kan maksud bapak orang sabar kekasih Tuhan ? saya kira setiap orang menyadari hal ini, bagaimana mungkin orang tidak sabar menyebrangi sungai yang hanya memiliki sebuah jembatan selebar 1 meter dan yang akan menyebrang ada 1 juta orang. Berapa lama kesabaran harus dimiliki tiap orang ? itu relatif. Bagi orang yang antri pada posisi ke sejuta akan memiliki waktu sabar kurang lebih 5 juta menit, apa bila diasumsikan seorang penyebrang berhasil sampai ke seberang setelah 5 menit. Tentunya pengantri itu dianjurkan membawa tenda dan bekal secukupnya agar tidak kelaparan dalam antrian. orang awam masih berjarak dengan penguasa pak atau sebaliknya nah disinilah orang awam perlu memiliki kepercayaan diri yang baik ketika berhadapan dg birokrat atau sebaliknya. agar misunderstanding yg ada tidak diberitakan secara negatid oleh media. kebeneran, dimana... itu kan baru rumor pak aku kira domain berbeda dengan barang yang dijual di grosiran... ya jelas beda, coba tanyakan ke grosir gula pasir, pasti dia nggak akan mengerti apa itu domain :-). lha ada peraturan ya pak, kalo bener gitu anakku bakalan kutolak minta duit buat iuran internetnya. hus itu bukan aturan baru, tetapi itu wacana baru ups :-). sekarang pc baru (rakitan) berharga 5 juta, bisa buat hidup 5 bulan makan dengan tahu tempe. masih murah dong pak dibandingkan Compaq notebook yang US$ 1000,- ah pak marno tampaknya mengikuti pengadilan korupsi ya ya iya dong sebagai orang biasa, perlu memonitor berita di media masa, pernah mencoba membanding sebuah berita dari berbagai koran ? coba deh pusingnya hehehehehehe Wass -marno-
Re: [ccTLD-ID] Beberapa usulan
On Thu, 8 Sep 2005, Marowa wrote: Systemnya terlambat 1 bulanan dari kontrak yang kita tanda tangani. Padahal kita sudah wanti-wanti sebelumnya, bahwa tanpa itu, kita tidak bisa ngapa-ngapain di kantor. lha iya dong namanya perusahaan yg bergerak di bidang e commerce dg media Internet, kalau ndak ada Internet ndak bisa usaha, ngelamun saja di kantor :-). Kenyataannya, kita masih dipimpong dgn alasan sana dan alasan sini. Kabarnya network Indonesia terlalu cepat tumbuh, shg birokrasi yg ada tidak dapat menandingi kebutuhan masyarakat. Eksesnya seperti yg anda alami dulu. Atau hal seperti ini memang hal yang wajar-wajar(dibenarkan) saja? wajar dengan benar memang agak mirip. memasukan konektor UTP ke port modem pc bisa disebut tidak benar, bukan tidak wajar. Tetapi kalau memasukan sendok makan ke hidung pada waktu makan namanya tidak wajar, sedang mabuk kali :-). Tampaknya kedua proses itu terkait dg soal prosedur. Persoalannya dulu prosedur itu masih baru dan belum tersosialisasi ke masyarakat dan anda sebagai masyarakat pada saat itu jadi merasa di pimpong. Saya tidak begitu tau tentang pajak atau apalah namanya. Tapi setidaknya naluri saya bilang, tidak segampang itu, bung! benar paling tidak menunggu usulan uang kembali diacc dulu oleh pimpinannya selama ada waktu :-). repotnya kalau pimpinan ndak ada waktu ... bisa berbulan bulan hehehehe nungguin kabarnya. kalau jualan di tingkat retail emang sering ketekan pak ama grosir. belon lagi bbm naek, bandar ikut naikin harga. Kalo saya sendiri, maaf., gelap ama grosir-gosiran. Pengennya kerja yang fair,tidak licik, bayar pajak sesuai dengan aturan yang ada, bayar kewajiban, dan hak saya terpenuhi. pedagang grosir juga dianjurkan fair dan membayar pajak dg baik kok pak, kalau tidak, bisa kena denda. coba disurpey dulu di internet, berape grosir banwith mau kasih harga pada ISP Indonesia... Yang kita tau, koq di sana ama di sini keadaannya seperti langit dan bumi. Indonesia sudah sejak dulu memberikan gambaran fenomena aneh di dunia, dulu sempat harga gula pasir termasuk paling mahal di dunia :-). Saya rasa ini hanya berupa sebuah pandangan. Dan kalau kita sudah berhenti dan menganggap cukup apa yang ada sekarang, yah jalan di tempat namanya. Setiap orang memiliki pandangan maju kok pak, persoalannya di level praktek, kadang pandangan ini hilang oleh target fisik dan batasan dana lembaga pelaksana. Sehingga dirasakan banyak orang yang berperan sebagai usernya, pencapaian titik akhir kemajuan itu kok semakin terasa jauh saja seperti akan mencapai fatamorgana. Bisa nggak dikira-kira secara kasar perbandingan orang yang makai komputer di rumah dengan yang connect ke internet secara intensif! Sulit, kalau dirunut dari bon bon yg disetor oleh pedagang pc ke dirjen pajak, bisa kadaluarsa juga sebab umur pc itu tidak lama, selain umur bon bon itu juga tidak lama mudah dimakan kutu buku atau dijual ke pedagang kacang goreng. Salam, -marno-
Re: [ccTLD-ID] Beberapa usulan
On Fri, 9 Sep 2005, Muhamad Tole wrote: Pak, aku lihat posisi kalian berdua sama, hanya sebagai orang biasa, terimakasih telah mengingatkan kami pak, mohon maaf kalau telah merepotkan pak Tole dan lainnya. tulisan saya tiada lain hanya untuk mencairkan suasana yang sendu tiada akhir di milis ini not more pak. so... what ever you are talking about domain .id, kalian berdua tidak akan dapat mendapat jawaban exac. About time.I don't care with your time :-). uh jadi gitu . -marno-
Re: [ccTLD-ID] Beberapa usulan
Mas apakah client anda telah dikirimi pengumuman cctld-id tempo hari ? kalau sudah tentu mereka juga dapat memakluminya kok. -marno- On Wed, 7 Sep 2005, Marowa wrote: Kayaknya percuma ngoceh kiri-kanan di milis ini. Nggak ada tanggapan. Apa memang nggak ada yang punya sedikit kekuatan untuk bisa menyampaikan suara ini biar bisa didengar oleh yang wajib mendengar? Terus terang kalo saya, nggak punya. Paling bisanya nampang dibundaran HI, minta belas kasih orang lain, dan sekalian mengganggu kelancaran perjalanannya.:-( Saya hanya mengkhawatirkan hal-hal seperti yang mr. Penicillin alami. Dan potensi itu cukup besar, kalo masalah seperti ini berkepanjangan. Yah, client itu terkadang nggak mau tau dengan urusan APJII atau apalah namanya, yang penting urusannya tidak terganggu. salam damai, Marowa
Re: [ccTLD-ID] MoM20050822
On Thu, 25 Aug 2005, Agus Supriadhie wrote: Quoting JPN. Sumarno [EMAIL PROTECTED]: Soal data kepemilikan domain tentu akan disampaikan kepada pengelola baru, akan tetapi dalam bentuk file lain. Soal pengelola baru akan menyatukan data itu kedalam zone file-nya atau tidak tergantung kebijakan pengelola baru. Ah ... pernyataan ini yang membuat saya lega :) Thx Pak :) Saya teringat ketika pak Harto lengser, orang Indonesia banyak yang bingung apakah Indonesia akan tetap ada atau tidak, atau apakah proyeknya bisa terus atau habis.. Nyatanya Indonesia tetap ada bahkan sampai beberapa kali ganti presiden . IT Indonesia bukan sekedar perlu dukungan infrastruktur dan legalitas, akan tetapi soliditas dan kemampuan berkembang-nya juga diperlukan pada prosesnya. Dan itu tidaklah sederhana. karena di tataran praktis, kerjasamanya juga tidaklah mudah selain menunut biaya besar. Maukah komunitas pemakai domain .id mengumpulkan uang untuk membeli PATEN root server dns bersama negara lain ke Departemen of Commerce US ? mungkin cita cita ini terlalu jauh ya walaupun bertujuan agar supaya negara negara di dunia tidak under US law ketika memakai domain nya karena root server itu berada di bawah PBB :-) Wass -marno-
Sekolah (wass Re: [ccTLD-ID] Official ... )
On Fri, 26 Aug 2005, adi wrote: Saya ndak bertanya kok, cuman bertanya-tanya doang, lah wong tanya juga pasti dicuekin :-) barangkali sedang sibuk pak . sms presiden saja harus sabar menunggu hasilnya :-). Kalau gini terus-terusan, ini kan cuman ngurusin domain punya orang lain, kalau masalah-masalah lain yang gedhe gimana? jawabannya kemungkinan pilihannya ; a. makin ruwet, b.tidak ruwet, c. ruwet, d. diselesaikan sesuai SOP Barangkali sudah saatnya kita mendidik anak-anak kita untuk gak usah sekolah saja (lagian mahal!), kita latih mereka mengumpulkan massa dan konco biar punya power. toh logic/common-sense sudah ndak ada nilainya lagi. hehehe wah kalau begitu tidak membuat manusia homo homini socius dong pak. Orang sebagai mahluk sosial dan kemudian mendapat pendidikan di sekolah akan dapat mengembangkan budaya yang lebih baik. Persoalannya budaya baik itu relatif, seperti pemakaian tatoo menurut sebagian orang termasuk bentuk budaya yg baik, sedangkan bagi orang yg beragama Islam, disebut budaya yang tidak baik. Budaya kebiasaan pengumpulan masa, akan menghasilkan orang orang yg tidak dapat mandiri. Ketidakmandirian ini bisa berakibat fatal bagi kelangsungan hidup bangsa atau ketika berjalan di hutan sendirian. Ayo kita semua ikut berperan aktif ikut serta dalam pembangunan, berjuang dengan pensil dan buku! :-) Pak Adi, ada baiknya dibuka forum diskusi gratis, dan tiap peserta bawa sangu masing masing termasuk bekal minum dan makanannya sendiri mirip acara buka puasa di masjid di kampung. Pada akhir sesion diskusi selalu dituliskan tanya jawab oleh notulen. Pada akhirnya hasil diskusi dan ulasan para pakar itu bisa dijadikan sebuah buku yg berguna bagi anak cucu kelak dalam menghadapi perkembangan IT di Indonesia dan di pergaulan Internasional. Dan bukan sekedar menjadi member organisasi internasional dg status yes selalu. Buku sejenis pernah saya baca untuk bidang kedokteran yang mengulas penyakit penyakit umum yg sering timbul di masyarakat berikut tanya jawab serta saran tindak perawatan di rumah yg mudah diikuti oleh masyarakat. Status hak cipta buku itu kelak tentunya bukan milik perorangan akan tetapi milik stakeholder, hanya saja didalam pengurusan Hak Ciptanya mungkin bisa diwakili oleh sebuah lembaga dimana para peserta diskusi yg menjadi stakeholder bernaung didalamnya. Lembaga ini tentu bukan hanya menaungi pengguna domain .id, pemberi jasa ISP, atau jasa hosting, melainkan semua orang yg bergaul dg IT secara formal atau tidak formal. Mungkin di LII itu bisa digelar, dg cara seperti buka puasa di kampung itu, masing masing peserta membawa bekal sendiri, minuman dan makanan sendiri serta kantong keresek sampah sendiri termasuk buku tulis dan pensil beli sendiri :-). Jika buku itu bisa laris selama 50 tahun, maka stakeholder akan menerima royalty terus menerus. 50 tahun buku itu akan menjadi publik domain (milik publik). Salam, -marno-
RE: *****SPAM***** Re: [ccTLD-ID] MoM20050822
Selain itu, kita harus dorong Kominfo agar root server dns under Depart of Commerce US segera dialihkan tanggungjawabnya ke ICANN agar hukum penggunaan sarana itu bagi negara lain bukan hukum United State of America, mungkin ICANN bisa bekerjasama dg PBB nantinya walau di PBB sudah ada ITU. Negara kita juga punya hukum, jangan sampai karena kondisi perdomain .id sedang transisi, Kominfo dan komunitas pengguna domain .id lupa pada posisinya sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Wass -marno- On Wed, 24 Aug 2005, Endy Washipa wrote: Dear All, Ngomong2 yg 'nantinya' akan megang delegasi domain .ID udah baca belum yah ICANN/IANA ICP-1 (http://www.icann.org/icp/icp-1.htm) Di situ udah jelas lah, yang diinginkan oleh ICANN/IANA untuk ccTLD Admin dan Delegation, lihat point2 pada 'Management of Delegated Domain' mulai dari sub (a) sampai sub (f). Semua kecemasan kita di bawah, sama seperti kecemasan ICANN/IANA. Jadi 7 hari lagi, siapin deh : - Manager dan Admin dengan technical expertise mengenai domain - Application untuk Operational Status dan Database yang akurat untuk dipantau ICANN/IANA - Service yang memuaskan untuk Nasional, dan Global Internet Community Kalo sampai problem operation, yah paling di 'revoke' sama ICANN/IANA untuk dialihkan/redelegate ke manager lainnya. Satu lagi, ngomong2 peralihannya : Redelegasi dari BR ke KOMINFO, udah itu dari KOMINFO ke Badan Domain Indonesia yang baru ? Aih, good luck ! Mudah2an ini memang membawa ke perkembangan internet yang lebih baik. Semua sudah terjadi, dan sudah diputuskan. Perubahan harus terjadi. Yg bisa bantu, mohon bantulah. Iseng2 liat ke website http://www.cctld.or.id jumlah domain kita udah mencapai 21,891 domain. Jadi udah pasti akan terjadi kekalutan kalau proses transfer tidak smooth. Lupakan dulu pertikaian, sekarang cari sama2 solving problemnya. Best Regards, Endy Ws. PS : Kang Budi, sebagai (yg nantinya akan menjadi) previous ccTLD manager mungkin ada saran pak, atau memberikan bantuan untuk terakhir kalinya pak. Yg penting niat baiknya pak, ngga terbalas di sini tapi tetap tercatat sebagai amal ibadah pak. Nothin' to lose. Rekan lainnya, Kang Maman, Bob, Bang Johar, Bill, dll. Please advise. Perwakilan APJII ? Ada advise ? -Original Message- From: Agus Supriadhie [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 24, 2005 6:02 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: *SPAM* Re: [ccTLD-ID] MoM20050822 Pak Apa cukup info kepemilikan dengan nama pt ? Person in charge nya ga dapet ? Admin-c Billing-C Teknik-C ? Mungkin pak Bob bisa kasih pencerahan sample zone file yang ada? Kalau di dig soalnya hanya nama Organisasinya yang ada. Quoting Jonathan S Hasugian [EMAIL PROTECTED]: On Wed, 2005-08-24 at 15:42, Agung Bintoro wrote: contoh : aaj NS ns1.cbn.net.id. NS ns2.cbn.net.id. TXT PT. Affia Andal Jasa Bismatamma:MS5151:19980305:19990111: [EMAIL PROTECTED] set type=any aaj.co.id Server: 202.159.65.166 Address:202.159.65.166#53 Non-authoritative answer: aaj.co.id mail exchanger = 10 mail.aaj.co.id. aaj.co.id mail exchanger = 20 mail2.aaj.co.id. aaj.co.id text = PT. Affia Andal Jasa Bismatamma aaj.co.id origin = ns1.cbn.net.id mail addr = hostmaster.cbn.net.id serial = 2005082001 refresh = 10800 retry = 3600 expire = 1209600 minimum = 10800 aaj.co.id nameserver = ns1.cbn.net.id. aaj.co.id nameserver = ns2.cbn.net.id. This message was sent using http://webmail2.javaonline.co.id -- JPN. Sumarno
Re: [ccTLD-ID] MoM20050822
Mas tidak semua zone file Bind memiliki fasilitas file .txt. So kita tak dapat menyalahkan orang orang yg memakai Bind lama agar mau menambahan data txt. Itu jelas diluar spesifikasi softwarenya. Disinilah salah satu problem IT di Indonesia, ketika kita berbicara application, mungkin kita juga perlu melihat tipe distro apa yang dipakai atau yg dianjurkan dipakai berikut sysopnya. Dari situ kita dapat bersikap bijak kepada pemakainya. Dan kita tidak lantas menekan pemakai itu agar menambahkan fasilitas seperti yg ada pada benak kita yg berdasarkan distro yg berbeda. Ketika server hang, lalu setelah di reboot, pemakai Linux dan FreeBSD akan berteriak fsck agar terjadi recovery server. Akan tetapi ketika hendak menseting aplikasi tertentu... ada perintah dan direktori yg berbeda :-). Komunitas IT Indonesia memang dianjurkan lebih bijaksana kalau melihat sisi prakteknya seperti itu, ada banyak gap bahasa yang perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga komunikasi lintas komunitas yang berbeda mazab sistem operasi, bisa berjalan baik. Wass -marno- On Thu, 25 Aug 2005, Agus Supriadhie wrote: Pak, Ga pak data yang di query dari nslookup, dig, etc etc cuma di ambil dari zone file aaj.co.id itu sendiri yang terletak di cbn. Kebetulan zone file aaj.co.id yang punya domain aaj ada record TXT nya, dan admin cbn rajin pas create zone domainya. :) Tapi coba nslookup,dig domain2 .id yang lain. Kosong :) nah perlu klarifikasi lagi TXT nya di record sekaligus admin-c etc etc address info etc etc .. yang saya rasa tidak mungkin di zone file. Tapi itu kan hanya pemikiran saya hehe dan bisa salah :P Mudah2an info2 tersebut berada dalam zone file yang di maksud oleh pak BR :) Kalau tidak .. bisa gawat
RE: [ccTLD-ID] usulan untuk regenerasi ccTLD
On Thu, 4 Aug 2005, Irving Hutagalung wrote: sebenarnya bouncing, jadi realnya hanya 146 orang. Dari jumlah itu, 21 orang adalah TAP beserta staf dan eks staf nya yang disuruh menjadi anggota, berarti tersisa 125 orang yang bisa dimintain suaranya. Wah, ngga demokratis dong. Masa yg 21 orang itu ngga boleh vote? Apa alasannya? Jadi penasaran. - irving http://www.irvingevajoan.com Mas Irving benar, didalam prakteknya, mantan presiden RI masih harus mencoblos pemilu untuk pemilihan presiden periode mandatang kok :-). -marno-
Re: [ccTLD-ID] usulan untuk regenerasi ccTLD
lah pak Irwan saya memang cuma punya KTP Bandung, belum punya kartu anggota ISOC ID :-). Karena berita ISOC ID banyak di milis ini saya kira saya boleh komentar soal berita ISOC itu. Kalau komentar saya tidak dinilai sebagai sebuah vote atas tulisan ISOC ID tentu tidak salah, akan tetapi karena pak Irwan menilai itu sebagai sebuah vote, maka saya dan pak Irwan menjadi salah paham :-). Secara administratifpun pak Irwan telah memiliki kartu anggota ISOC ID, saya hanya punya KTP Bandung. Ini sebuah perbedaan mendasar yg memang saya kira sulit disatukan, dan pada umumnya perbedaan ini berhubungan dengan fasilitas organisasi atau lembaga, penyuaraann ide, hubungan dg demokrasi dll. Sebagai contoh saya memiliki kartu Pusat perkulakan Makro, maka saya boleh belanja disitu dg fasilitas diskon, kalau hanya berbekal KTP tetap kena harga tinggi :-). Oleh karena saya tak memiliki kartu ISOC ID, maka saya tidak pantas menulis komentar atas tulisan ISOC ID di mailing list ini. Terus terang tempo hari nama saya telah dituliskan di milis isoc-id, dimana saya baca disana ada banyak email bertopik unsubscribe. Saya agak bingung juga kala itu, pantaskah saya menerima berita email dari mailing list itu ? karena saya bimbang kepantasannya apakah mengikuti cara Makro diatas atau ada tata cara lain, maka saya enjoy saja. Baiklah sekian dulu dan terimakasih pak, saya cukup memahami situasi nya,saya mohon maaf lho..:-D. Salam, -marno- On Mon, 8 Aug 2005, Irwan Effendi wrote: ?? Pak, salah paham kali? Voting nya voting pengurus ISOCID yang didaftarkan sebagai stakeholder yayasan IDNIC, bukan vote untuk ccTLD. Nama dan alamat email bapak sudah saya cek tidak ada dalam daftar anggota yang saya terima dari ISOC pusat pak :) salam, Irwan Effendi
Re: [ccTLD-ID] usulan untuk regenerasi ccTLD
On Thu, 4 Aug 2005, Irwan Effendi wrote: Usul dari saya, sebelum bapak menyerahkan tanggung jawab pada penerus, calon-calon nya di bina dulu dan diadakan fit and proper test. Pendapat saya pribadi, yang namanya regenerasi itu mestinya sifatnya upgrade, bukan downgrade, jadi penerus bapak harus memiliki pengetahuan teknis yang lebih mantap, bukan hanya sekedar pengetahuan politik ditambah kulit-kulit teknis. Apalagi soal moral, harus mengikuti jejak pendahulunya, jangan sampai begitu pindah tangan malah timbul kasus korupsi. Good point bos, btw new leader's fp test procedure depend on the new organization consideration. Kalau tidak, maka pak Budi akan dibebani kembali dan disisi lain lembaga baru itu bisa dinilai orang tidak available. Gimana dengan usulan saya ini pak ? Kalau rekan-rekan lain juga sependapat, diumumkan saja DICARI!, calon pengelola domain .id. Ide ini baik bos, akan tetapi mengingat begitu banyaknya komunitas IT di Indonesia, maka ada baiknya kalau lembaga baru itu memasang iklan seperti itu seperti yg mirip dilakukan KPK, jangan lupa umurnya 27 tahun saja, supaya lebih tahan ditekan oleh US law :-). Menjadi admin .id adalah menjadi martir bagi bangsa Indonesia pada saat ini sampai waktu yg tidak ditentukan, kecuali ada progress dari perwakilan pemerintah sedunia di ICANN, berupa usaha pemindahan tangungjawab root server dari Depart of Commerce US ke ICANN yg saat ini dikenal bergerak di urusan Internasional-nya. Kalau ketemu calon-calon yang layak secara moral, sedikit kekurangan pengetahuan teknis tidak apa-apa, ISOCID bersedia membantu memberikan pelatihan pada para kandidat berdasarkan semua stok RFC yang saat ini berlaku. Ide ini amat baik sekali, walau saat ini akan dilihat orang sebagai sebuah usaha untuk menjadikan seseorang lainnya menjadi martir lagi :-). Ini memang dilematis, disisi lain harus menjunjung demokrasi, disisi lain malahan demokrasi IT Indonesia tertindas oleh US law :-). Salam, -marno-
Demokrasi (was Re: [ccTLD-ID] Usulan.. )
On Tue, 26 Jul 2005, Budi Rahardjo wrote: Saya sendiri, *tidak berminat* dan tidak akan ikutan dalam yayasan baru ini karena banyak alasan pribadi, salah satunya dimana saya merasa sudah waktunya untuk regenerasi. (Meskipun akan aneh kalau nanti yayasannya berisi orang lama :( bukan anak muda yang baru.) Dari titik ini, kita dapat melihat nantinya apakah organisasi IT atau lembaga yang memakai IT di Indonesia sudah dapat menyiapkan kader masing masing agar kelak dapat duduk terpilih didalam yayasan itu, rela menjadi martir bagi bangsa Indonesia ? menjadi martir karena di satu sisi terkena tekanan US law, sekaligus melindungi pemerintah Indonesia dari tekanan itu, disisi lain memuluskan user Internet Indonesia memiliki domain identitas Indonesia. Persoalannya kaderisasi di organisasi dg di lembaga akan berbeda karena kepentingannya juga berbeda dan belum tentu mau menjadi martir seperti itu :-). Apalagi kalau akan memasukan lapisan masyarakat lainnya misalnya masyarakat petani atau toko kelontong, lapisan masyarakat penjahit, dlsb. dg amat banyak model urusan dan kepentingannya, serta tingkat emosi yang bermacam macam. Akhirnya berinisiatif sukarela di Internet Indonesia memang tidak mudah, dan memerlukan kesabaran ruar biasa, walau tidak meminum M150 :-). Salam, -marno-
Re: No jabatan seumur hidup? (was:Re: [ccTLD-ID] pendaftaran domain)
On Fri, 22 Jul 2005, Budi Rahardjo wrote: Jadi, kalau mengacu kepada hal tersebut, maksimum waktu yang boleh saya gunakan adalah sampai Agustus 2008. Tidak boleh lebih. [Saya pribadi tidak berniat untuk menunggu sampai waktu itu.] ya pak, biar gantian pusingnya dan dijajah US nya hehehe -marno-
Feeling Bisnis Intenet (was Re: [ccTLD-ID]..)
Namanya bisnis ternyata bukan hanya didapat dari sekedar membuat toko atau warung. Ada juga dengan cara berjalan jalan dan duduk ditempat rapat instansi pemerintah sudah bisa mendapatkan bisnis. Tetapi fenomena itu agak ironis ketika begitu terdengar pengangguran amat banyak di Indonesia, padahal ketika mengurus STNK motor sendiri saja, si Akang penjual kopi manispun telah menjadi pebisnis pengurusan STNK. Ketika Internet muncul dan banyak orang berduit ramai duduk disitu, kondisi ironis di atas itu tidak pernah tersentuh secara nyata, agak berbeda dengan Canada dan US yang telah lama memulai pembangunan super store, sehingga orang orang di dunia bisa menjadi agennya baik secara gratis ataupun iuran bulanan. Mata uang merekapun terus mengalir ke seluruh dunia melahap berbagai jenis mata uang lokalan. Hebat !!! begitulah pikir seorang ahli pembuat uang, karena produknya terpakai diseluruh dunia, tampaknya mengikuti pembuat mobil pandangan seperti itu. Cita cita mendunia selalu ada di hati orang mulai dari orang baik sampai orang jahat, seperti ditampilkan di film anak anak jaman sekarang. Itu memang situasi sekarang, akan tetapi di Indonesia sebenarnya feeling bisnis dengan media Internet tak kalah ramainya. Seperti di Korea, Taiwan, dan Jepang, Indonesia pun telah mengikuti fenomena itu, walau bentuknya mungkin belum mencapai tahapan super store dan super courier corporation dan belum juga di dukung terabyte national infrastructure. Dengan fasilitas pembayaran baru pada tahap ATM bersama, sudah dirasa cukup bagi pelaku bisnis di Indonesia. Saya heran ketika memahami Internet ada banyak Internet Resources yang diperlukan masih dikelola secara serabutan dan menjadi rebutan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sehingga orang orang yang akan turut serta meramaikan bisnis Internet menjadi termanggu manggu disini, terkubu kubu seperti ramainya kubu politik jaman sekarang. Kaget bercampur resah, mau diapakan Internet di Indonesia. Mungkin kira kira begitu pikirannya, walau hatinya masih lega, masih ada alternatif lain. Misunderstanding memang selalu terjadi dimana mana, mulai dari perusahaan sekelas warung tegal sampai dengan sekelas Multi National Coporation, masih ada saja, walaupun sudah dibuatkan System Operation Procedure (SOP). Rupanya masalah setiap masa selalu berbeda, entah SDM, entah mesin, entah Regulasi, entah pasar, entah budaya, entah perang, entah penyakit dll penyebabnya, sehingga fenomena misunderstanding terus berlanjut sampai generasi cucu dan cicit manusia. Walau prospek bisnis misunderstanding terlihat luas, akan tetapi lembaga misunderstanding servis masih belum banyak dibuat orang. Masalahnya misunderstanding bisa lama atau cepat selesai. Seperti ketika kakek lupa kacamata, dia berkali kali bertanya dan marah pada cucunya sampai lebih dari seminggu, padahal dia kan yang nyimpan di atas lemari baju :-). Kalau suami marah lebih dari satu minggu kepada istri tentulah akan dianjurkan membuat surat talak bagi yang beragama Islam, apalagi kalau lebih dari satu bulan tidak memberikan nafkah talak dua istilahnya. Bagaimana jika itu terjadi pada lembaga publik servis seperti perbankan yang dulu ramai rami kena rush... Kemarahan pun bisa terjadi karena kekurangan pemahaman soal server, pernah suatu ketika saya bermusuhan dengan orang karena saya tidak dapat meluluskan permintaannya IP dg nomor hoki yaitu 999.999.999.999. Walau saya berkali kali sudah minta maaf saya bukan pengikut kebatinan, tetapi setelah saya sampaikan penjelasan keterbatasan IP address yang ada malah menjadikan misunderstanding. Mungkin ada pemberi servis web hosting diminta mendaftarkan domain nonok.web.id, untung saya berbekal kamus bahasa daerah Sumatra Selatan, saya katakan kata itu sebaiknya diubah pak agar tidak mengandung arti tak senonoh. Dia kebingungan karena saya pun mengucapkan kata yang hampir mirip dg yang diusulkannya. Dan itu nama dia sendiri yang sudah diselamati dengan bubur merah putih. Ketika saya tahu begitu bodohnya server yang tidak dapat menampilkan web site dengan domain yang sama, maka malahan saya menjadi dibodoh bodohi orang karena tidak dapat memberikan dia domain yang sama dengan punya orang. yang bodoh saya atau orang itu. kalau menurut software Apache, saya tidak bodoh, entah menurut software Java. Mungkin software java barangkali memilik fasilitas aliasing yang lebih canggih seperti IPv6 yang dapat mengakomodasi sekian miliar manusia di bumi. Persoalan semakin ramai ketika Dinas Pajak menanyakan kepada saya ketika saya berlaku sebagai web hosting service. Apakah anda dapat membantu kami menyebutkan identitas perusahaan anu, karena kami lihat situs webnya, karena dia belum membaya pajak saya hanya dapat mengurut dada, betapa sulitnya bisnis Internet disini, sejak awal sudah dimaki user, semakin hari semakin dihimpit misunderstanding. Belum lagi bandwith semakin tinggi seperti layang layang yang
Mailing list sebagai media pembelajaran orang Indonesia (was Re: [ccTLD-ID] ..)
Di jaman Internet begini, orang biasa (yang tidak berpendidikan luar biasa) masih dapat belajar secara informal di media Internet baik dengan cara membaca situs ilmu pengetahuan atau bisa juga dengan aktif di mailing list yang diminati, misalnya mailing list tentang bisnis, tentang penggunaan sistem operasi atau tentang pemakaian software aplikasi server. Mailing list sebagai media belajar orang Indonesia tergolong cukup strategis karena cara itu dapat memintarkan orang orang Indonesia yang rata rata malu bertanya kepada guru di dalam kelas (misalnya), karena salah satu ketertinggalan Indonesia di kancah Internasional adalah disebabkan malu bertanya kepada guru ketika sekolah. Walaupun kebanyakan email dari mailing list agak cukup menantang dan terus terang telah mengharuskan saya membuat semacam bak penampung dulu supaya bisa dibaca pada waktu yang akan datang. Akan tetapi mungkin saja banyak anak sekolah yang tidak dapat berkonsentrasi dengan cara belajar melalui mailing list. Soalnya anak pergi kesekolah bukan semata mata menuntut ilmu dari gurunya melainkan juga bersosialisasi dengan temannya, mungkin ada yg curhat di warung pojok sekolah atau ada yg diskusi sambil bermain basket di lapangan basket sekolah dengan anak anak yang bebeda suku bangsa :-). Suatu ketika ada mailing list yang isinya hanya cercaan melulu soal agama orang, akhirnya banyak orang yang meninggalkan mailing list itu. Memang soal cerca mencerca antara dua orang sahabat yg erat bukan persoalan apa apa, namun kalau diperhatikan maka saya kira rata rata orang Indonesia sebenarnya memiliki perasaan yang halus, dan menjunjung tinggi kehormatan orang lain, karena dirinya ingin dihormati juga oleh orang lain. Akan tetapi bagi orang atau anak anak yang masih senang untuk mengetahui apa yang akan terjadi ketika melempar batu ke kolam atau melempar batu dari ketinggian tebing yg tak keliatan dasar tebingnya seperti di Gunung Rinjani, misalnya. Karena hal yang ingin diketahuinya yaitu suara air atau dasar tebing yang terantuk batu tidak terdengar saja, maka rasa penasarannya akan terus menghantui dan mendorong untuk melakukan hal serupa sampai petugas setempat harus menegur atau mengingatkan bahwa hari telah menjelang malam, apakah akan terus terperangkap oleh perasaan kagum dg eksotisme alam seperti itu, padahal disitu tidak ada fasilitas publik seperti penginapan atau wc, dan untuk sampai ke sana pun masih harus berjalan kaki selama beberapa jam menyusuri jalan setapak yang kadang tidak jelas arahnya karena tanda tanda alam disitu amat samar berbaur dengan bebatuan. Kalau orang orang itu tidak mengikuti saran dari petugas wisata, tentulah akan terlanjur malam di tepian tebing curam, dan akan percuma menggantungkan diri kepada seorang pemandu dan sebuah senter isi dua batu baterai. Perjalanan beberapa jam yang melalui tebing curam pada malam hari bukan hal yang mudah, maka sudah barang tentu sebelum sampai di tujuan senter itu akan kehabisan baterai. Mungkin saat itu akan ada rasa syukur kepada Tuhan manakala ada sinar bulan turut menyertai dalam perjalanan. Kemajuan orang Indonesia yang belajar melalui mailing list amat tergantung kepada kehadiran orang orang yang mau memberikan pengajaran secara sukarela di Internet. Di dunia Internet, orang sulit menggantungkan diri pada kehadiran sinar purnama atau matahari justru kehadiran badai matahari amat tidak diharapkan, agar blackout tidak terjadi pada komunikasi satelit, katanya. Kalau demikian orang Indonesia yang berinteraksi dengan Internet, mutlak dituntut untuk memiliki kesadaran, kewaspadaan, kepandaian, kekuatan, dan kerjasama erat antar elemen bangsa agar orang Indonesia masih tetap dapat berjalan mencapai tujuan globalisasi yang masih samar dan masih belum banyak tanda tanda (hasil karya para sukarelawan terdahulu) yg bisa ditemukan selama dalam perjalannya menuju cita cita Indonesia yang adil dan makmur. Seperti banyaknya para pendaki gunung Rinjani yang dapat tiba dengan selamat di puncaknya berkat banyaknya dukungan berbagai petunjuk tanda tanda jalan yg disusun dari bebatuan oleh para sukarelawan pendaki gunung pada jauh-jauh hari sebelumnya. Wassalam -marno-
[ccTLD-ID] Ide dan tempat memajukan bangsa ( was Re: Ini ..)
Sebuah milis memang harus hidup, sebagai cerminan adanya kehidupan anggotanya. Mengapa anggota milis tidak bereaksi terhadap sebuah ide maju atau gugatan/cercaan atau ajakan oleh anggota lain. Sebenarnya fenomena itu jangan dijadikan dasar untuk mencap bahuwa anggota milis ini terbelakang. Di dunia nyata, dalam masyarakat yang beragam kesibukannya dan minatnya, akan lebih dibutuhkan bentuk bentuk ajakan yang amat bijaksana, sehingga walaupun orang semua sibuk, masih menaruh simpati, masih dapat memberikan reaksi atau memberikan support secara baik. Kalau pake paksa paksaan pastilah akan dibantah emang lo sape kata orang betawi. Ke la anan, saha salira teh kata orang sunda. Mengko sik, sinten panjenengan kata orang jawa. Kalau dijawab saya abdi dalem Yogyakarta ntar orang Surabaya menjawab yo, tapi aku ini dari Majapahit, bedho wilaya Om, jangan paksa paksa disini ntar dilaporken pak RT lho. Saya teringat ketika seorang rekan yang berprofesi sebagai sales, dulu harus repot repot belajar golf atau tenis karena dia ingin mendapatkan nasabah seorang pejabat yang kabarnya senang bermain golf atau tenis. Rekan saya itu berusaha keras sampai sampai uang jajan anaknya terpakai untuk membeli tiket olah raga itu. Mungkin semacam persistance pays method. Katanya hanya pada saat berolahraga itulah, dia dapat mengetahui kebutuhan calon nasabahnya dg baik, sehinga dia dapat menawarkan produk produk yg dia jual. Menurut kabar, calon nasabahnya hanya memiliki waktu untuk berbicara dengan rekan saya pada saat berolahraga saja. Ketika jam sibuk, di kantor, pastilah rekan saya itu tidak akan diterima, dg alasan sedang ada tamu sampai beberapa jam, atau diusir satpam dan lain lain sikap antipati yang menyakitkan hati orang. Apakah ajakan memajukan bangsa dalam mailing list ini harus dilalui dengan mempergunakan teknik seperti itu ? memberikan traktiran tenis dan golf terlebih dahulu ? saya kira sebuah ide memajukan bangsa Indonesia tidak harus hadir di kedua lapangan itu, bagi saya ide-ide memajukan bangsa masih bisa saya terima walaupun ide-ide itu lahir ditengah tengah rawa yang banyak nyamuknya, atau dibawah pohon besar di tengah hutan, atau di warung kopi yang terbuat dari bilik bambu reyot sekalipun, atau dari sebuah komputer XT sekalipun. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki strata sosial setara, seperti dalam maling list CCTLD ID, atau dalam kebangsaan Indonesia yang menganut pandangan bahwa dari suku mana saja setara, sama sama manusia, sama sama berperanan sebagai elemen penting bangsa Indonesia, maka diperlukan model model kemasyarakatan yang mencerminkan adanya penerapan sikap sikap bijaksana didalam masyarakat itu. Salam, -marno-
Re: [ccTLD-ID] Asosiasi Pengguna Domain .id
On Wed, 13 Jul 2005, Beast wrote: M. Arief wrote: Dear all, Kayaknya kita pengguna yang sudah mendaftarkan domain kurang terlalu diperhatikan ya dalam perebutan penguasa domain .id. Padahal menurut saya, kita lah stakeholder terbesarnya dibandingkan dengan ISP atau yang lainnya. IMO, lebih cocok disebut konsumen, bukan stakeholder. Organisasinya pun mungkin bisa menginduk ke YLKI. saya kira pendapat mas Beast ini lebih wise sekalian membesarkan organisasi YLKI yg masih belum menyentuh soal perlindungan user Internet. Nanti kalau banyak pengguna biogas untuk kendaraan bermotor, asosiasi pengguna biogas bahan bakar kendaraan itu juga harus masuk ke YLKI supaya tambah besar usaha perlindungan konsumen Indonesia oleh organisasi itu. Kalau ternyata user Indonsia juga banyak yang memakai sarana angkutan ke bulan, maka YLKI juga harus melindungi konsumen itu :-). -marno-
[ccTLD-ID] Idealisme sebagai jembatan bagi Generasi Mendatang
Saya telah membaca sejarah Indonesia, pada saat itu merdeka sudah diumumkan. Tetapi karena masa transisi maka kabarnya ada beberapa kali perubahan bentuk negara dari RI menjadi RIS kemudian menjadi RI kembali. UUD juga berubah dan kembali menjadi UUD 45. Itu terjadi karena banyak orang yang memiliki konsep bernegara selain karena masih adanya tekanan dari Belanda dulu. Ibukotapun sempat berpindah beberapa kali dari Jakarta, Yogya, dan Bukittinggi (reff : http://id.wiki.org). Kemerdekaan pada saat itu merupakan sebuah idaman dan sebuah situasi baru masyarakat, begitu tiba pada realitanya yang menjadi berbeda dari imajinya, mungkin oleh beberapa pihak sulit diterima. Seperti kita membaca cerita novel atau Kho Ping Hoo, begitu menonton filmnya yg dibuat orang kok aktor yang dulu dibayangkan cantik malah tidak tampak cantik. Sayangnya baik cerita Indonsia merdeka dan cerita Kho Ping Hoo, selalu menampilkan fakta berdarah darah sebagai simbol keunggulan pelakunya. barangkali disitu tantangan penulisan sejarah, bagaimana idealisme yg diperjuangkan bisa ditampilkan utuh dg menunjukan usaha dan pengorbanan pelakunya. Dan mungkin saja disitu kita bisa melihat sebuah idealisme yg dijunjung tinggi banyak orang malah berubah menjadi sebuah artefak yang tidak bermakna dikemudian hari, menjadi patung patung yang bisu yang bisa digeser oleh orang ke arah mana saja dan dimana saja didudukan karena pada saat itu masyarakat telah menganggap bahwa bentuk fisik idealisme itu telah menjadi sebuah faktor estetika di rumahnya dan dikantornya dan berubah menjadi patung patung yang membisu. Kita mungkin tidak ingin idealisme yg berubah menjadi bentuk fisik dan berguna bagi orang banyak menjadi sebuah patung yg menghalangi pemandangan atau ingatan generasi mendatang. Kita tak ingin membuat jalan jalan layang idealisme yg tak terpakai, dan penuh dengan ilalang. Padahal jalan jalan itu telah dibangun dengan keringat, dana dan waktu para penjunjung idealisme itu. Biarkanlah generasi penerus menikmati jalan jalan yg terbentuk dari transformasi idealisme itu menjadi fasilitas yg menunjang kehidupan mereka. Dapatkah kita berhenti sejenak sambil menarik napas, dan hati bersyukur kepada Nya untuk mengenang masa kisruh pasca merdeka dulu, dan memikirkan idealisme apa yg akan diterapkan pada Internet Indonesia agar anak cucu orang Indonesia walau bukan cucu pejabat atau cucu orang kaya masih bisa menikmati manfaatnya. Energi mereka adalah tulang punggung bangsa Indonesia kelak, maka penyaluran dan pengarahan atau rencana penempatan energi mereka secara baik akan amat tergantung dari masyarakat sekarang, termasuk kita kita dalam bagaimana merencanakan, membangun dan mengembangkan kapasitas kapasitas ataupun menjalankan fungsi fungsi dari transofrmasi idealisme Internet tersebut ke dalam sarana sarana publik yang berguna bagi masyarakat Indonesia sekarang dan nanti. Wassalam -marno- On Thu, 14 Jul 2005, Indra S wrote: Pak Sekjen, Kalau mengingat masa lalu, kami SANGAT BERTERIMA-KASIH kepada ISP-ISP pertama, yang berusaha memasyarakatkan internet (kalo bahasa jawanya NGE-LARISIN) sehingga kami semua bisa ber-internet-ria. Kalau-lah masalah DNS server dan domain bertautan, kenapa sekarang tidak dikenakan Charge untuk hosting domain? Belajar dari pengalaman domain dotcom saya, saya beli US$ 8.75/tahun untuk domain saja, kalau mau hosting DNS ada charge tambahan. Hosting DNS-nya, saya cari sendiri di server lain (yg gratisan aja). Kalau yang berjalan selama ini, domain id gak beda jauh dengan dotcom. Bayar ke ccTLD (dh IDNIC), trus pasang/cari DNS server sendiri. Kenapa konsep terakhir dari bp Budi ttg Registrar-Registry tidak dijalankan saja? toh yang jadi Registrar itu hampir semuanya anggota APJII !!! Kalau konsep ini dijalankan, bisa jadi seperti yang domain dotcom juga kok. Kalau memang mau model Managed Services, buat apa kita malu kepada orang asing pengelola Dotcom diluar? Asal memang semua TRANSPARANT dan tidak tilep-tilepan, saya rasa semua akan setuju kok. Apalagi dengan services yang sama domain ID sekarang ini lebih mahal dari .com, .net, .org, bahkan .biz !!! Kami menggunakan domain id, hanya untuk identitas patriotisme saja kok. Kalau masalah gengsi, lebih bergengsi dotcom lho. Lihat saja di angkutan-angkutan umum/barang di jalanan... stiker-stiker di kaca mereka tulisannya pakai dotcom: asalaja.com, yangpentinghappy.com, ayu-adine.com, dll. Domain-domain tsb, gak bakal kita lihat di whois-nya internic !! Salam. - Original Message - From: APJII [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, July 13, 2005 18:11 Subject: Re: [ccTLD-ID] bingung apjii -cctld Pada waktu itu, belum ada pelayanan domreg untuk publik serta kebijakan2nya, para ISP yang duluan nyalain dns mesinnya banyak permintaan2 domain dari calon pelanggannya, minta ke mana? Lahir lah program tersebut di atas, jadi merupakan strategic plan dari pelayanan internet ke publik
Re: [ccTLD-ID] Usul CO/NET.ID
On Wed, 6 Jul 2005, Muhamad Tole wrote: On Wed, 6 Jul 2005 10:48:43 +0700 (WIT) pak marno aku coba beranalogi begini, kalau nantinya cctld mengeksekusi domain yg berisi dokumen palsu misalnya sebuah PT. ICM (pe te Indonesia Cepat Makmur). pak contohnya itu kok seperti mencerminkan ketidaksabaran Indonesia yg belum tinggal landas :-). apa tidak ada contoh lain seperti pt maju mundur atau pt rindu order :-). Setelah diusut oleh kehakiman, PT itu bodong alias palsu dan tidak terdaftar disana. Jadilah kasus itu menjadi sebuah kasus kriminal, kasus adu domba antar negara dll. Selanjutnya aku tak mau pikirkan korbannya atau nasib negara yg diadu, karena itu hanya cerita misalkan saja dan disini aku ingin tulis kemungkinan posisi cctld saja pada kasus itu. anda menulis cerita mengalir begitu saja. Apakah anda telah memahami aturan permainannya ? dalam aturan permainan selalu dibuat semacam konvensi, ketentuan, kalau melanggar konvensi nggak aci jadinya. Aturan perdagangan perempuan masih tidak jelas bagi saya karena saya bukan pelaku perdagangan perempuan. Tetapi saya cukup maklum kalau anda tidak ingin menaruh perhatian kepada korban dalam cerita anda karena itu hanya sebuah contoh buatan anda sendiri. Bagaimana kaitannya dg soal cctld, apakah bisa lebih to the point ? kepalsuan pt itu kepada cctld tidak akan merugikan cctld karena yg akan berhadapan dg pihak penegak hukum adalah pelaku itu sendiri, apalagi sampai melakukan penjualan perempuan, itu barangkali jelas sudah melanggar KUHP nya soal perdagangan perempuan (cmiiw). Dalam hal ini cctld telah membantu pemerintah secara sukarela dg membuat tambahan aturan perlu adanya npwp perusahaan. Untungnya hukum di Indonesia tidak berburuk sangka (hukum positif), sehingga CCTLD dijadikan hanya sebatas sebagai saksi. Jangan takut dihukum karena bisa memesan LAPAS yg mewah di Jakarta. ah anda kebanyakan baca koran tabloid ya, memang saya dengar lapas politikkus dan kriminal biasa jauh berbeda walau tujuannya sama saja yaitu mengembalikan nilai nilai kemasyarakatan pelaku melalui lembaga pemasyarakatan, saya dengar disitu salah satu kegiatannya adalah kesenian dan keagamaan. Aku tidak ingin mengusulkan cctld menjadi agen polisi dan harus menyarankan tiap pendaftar domain .id memekai cap jempolnya, karena di negara majupun lembaga non profit, tidak pernah menjadi agen polisi, selain cara seperti itu hanya akan memenuhi bandwith internet Indonesia dg pixel cap jempol pendaftar domain .id. lembaga yg mensupport pembangunana di Indonsia umumnya juga memiliki sebutan sebagai mitra pembangunan pemerintah. Kalau salah satu bagian pemerintah adalah kepolisian, maka kemitraannya sudah jelas aturan permainannya. Justru masyarakat yg dianjurkan sadar hukum memerlukan sistem hukum yg baik sehingga kesadaran masyarakatnya tidak cepat hilang. Ini seperti orang yg sudah sadar kemudian diberi obat bius lagi, maka kesadarannya akan hilang kembali. agak percuma ya. FYI saja, soal macetnya bandwith Internet bukan semata mata karena ada pixel cap jempol di Internet, melainkan karena pertambahan user Internet di Indonesia tidak diantisipasi oleh infrastruktur penunjangnya. Mungkin saat ini pemerintah dan masyarakat masih belajar mencari solusi terbaiknya sesuai dg kemampuan yg ada. Karena kalau hanya bergantung kepada pemerintah terus, maka masyarakat harus selalu bersabar. Kalau bergantung kepada kemampuan masyarakatpun, masyarakat tetap harus bersabar. Namun kalau kedua proses bergantungan itu bisa diukur, maka lama waktu untuk bersabar masyarakat bisa dihitung dan bisa dimasukan ke dalam bisnis plan masing masing orang karena setiap proses itu erat kaitannya dg masyarakat. Dalam Internet yg macet bandwithnya, maka moto 1x24 jam full support akan tidak tercapai secara baik. Prospek pengembangan aplikasi Internet pun akan mengalami kendala ketika memasuki tahap uji sistem aplikasinya. Saya mohon maaf telah menulis agak panjang karena perntanyaan dan pernyataan pak Tole menurut hemat saya perlu dijawab secara jelas. Terimakasih. Wassalam, -marno-
Re: [ccTLD-ID] ISO MA #1 dan #2
On Tue, 5 Jul 2005, APJII wrote: Soal ini saya hanya bingung kalau memikirkan apa atau bagaimana DSN menyikapi perubahan wilayah administrasi propinsi sekarang. Apakah pemerintah harus membayar DSN untuk perubahan data wilayah itu agar DSN bisa membayar kepada konsultan luar negeri codenya. kalau ya, pemerintah RI mendatang akan mikir beberapa kali untuk membuat propinsi atau kabupaten baru :-). Wass -marno-
Kesan mantan presiden dan matematika (was Re: [ccTLD-ID] Sebut)
Halo, spada :-). On Sun, 29 May 2005, Michael wrote: - maaf dihapus- Kalau boleh saya usul, persiapkan dulu baru direformasi... Saya kira perlu dibentuk badan pengawasan. Kalau sudah barulah... Jangan sampai sekarang bisa menjelek-jelekan orang, tapi sesudah diangkat... hasilnya setali tiga uang... dan dia akan gantian dijelek-jelekan. kesimpulan ini mirip kesan dan pesan pak habibie ketika selesai menjadi presiden ( dan ketika saya menonoton televisi itu bertanya tanya dalam hati sendiri, bukan hati tetangga, apakah bangsa ini masih belum dapat berterima kasih kepada pemimpinnya sendiri... ya tentu saja, hal itu mungkin dikarenakan sebagian besar bangsa Indonesia masih belum mengalami pendidikan cara berterimakasih kepada orang tuaah kesimpulan ini terlalu absurd, padahal pada prakteknya banyak adat istiadat lokal mengajarkan soal menghormati dan menghargai orang tua saat itu saya masih terus bertanya tanya dan menantikan novel berjudul jawaban soal terimakasih kepada pemimpin). Memang bagi orang yang belum pernah merasakan kadang berkomentar yang sempurna, seakan itu masalah sepele yang mudah dilakukan seperti membalikan telapak tangan... Bicara mudah, tapi melakukan itu lebih sulit. Dalam matematika sebuah fungsi biasanya menganut asumsi. Fungsi yg berperan membangun bangsa bisa saja berupa Y=K+P+S+G+L dimana K=kesejahteraan, P =pendidikan, S=kesehatan, G=penghasilan/gaji, L=lingkungan yg harmonis (dirumah atau di kantor atau di kampung/kota/mailing list dll). Fungsi itu masih menganut asumsi bahwa fungsi membangun bangsa adalah sebuah fungsi linier, dg paramater parameter yg digambarkan linier. Ketika dipraktekan, ternyata ada beberapa faktor faktor yg sebenarnya tidak linier, ada yang bersifat logaritmik atau -ada juga yang bersifat lainnya. Untunglah pada masa itu pemerintah dan anggota DPR menjadi pelindung masyarakat, sehingga walau belum ada program gerakan matematika nasional program 100 th pendidikan gratis agar masyarakat bisa survive mengatasi akibat adanya kesalahan pembangunan itu. Walau masyarakat adalah grassroot bangsa ini, namun pada prakteknya banyaklah hasil pikir atau kerja dari kedua lembaga itu (pemerintah dan DPR) yg berperan penting. Jadi wajar saja apabila usaha usaha mengurangi eror dari sebuah rencana yg salah, harus dimulai dari kedua lembaga itu sendiri. Janganlah masyarakat kemudian diberi beban lagi, karena sudah menderita menanggung utang negara sampai tujuh turunan.. Sekali lagi ini hanya pendapat anak SMA yang pengalamannya masih jauh dibawah Anda, jadi apabila ada kekeliruan, saya mohon maaf... saya bersykur membaca tulisan anak sma sudah mencerminkan kematangan berbangsa dan bernegara eh maksud saya bermasyarakat :-). Semoga masalah ini cepat selesai, dan maju terus Indonesiaku... di Indonesia saya melihat masalah itu selalu mudah diselesaikan atau mudah dibiarkan tergantung daripada sebab sebabnya. Oleh karena itu penelitian sebab sebab terbengkalainya masalah itu perlu dilakukan agar masalah itu bisa diselesaikan dengan sebaik baiknya. Akan tetapi pada prakteknya soal penelitian ini bukanlah hal yg otomatis, di perguruan tinggi sering dipengaruhi oleh trend trend riset dari DIKTI. Padahal kalau masyarakat peneliti dibiarkan menyampaikan instuisinya sendiri, dan dibiarkan meminta dananya kepada masyarakat sendiri, tentulah variasi hasil riset di Indonesia akan berlimpah dan bisa dimasukan ke dalam search engine, sehingga orang orang yg pas pasan seperti kita kita akan mudah mendapatkan solusi bagi penyelesaian masalah yg undang udang atau aturannya atau surat kontrak perjanjiannya amat memusingkan, selain bukunya sulit dicari atau konsultannya sulit ditemukan di Indonesia (dg sebab alasan hukumnya atau legal aspeknya belum jelas). Tentu saja didalamnya perlu disebutkan semacam disclaimer : search engine tidak bertanggungjawab pada pembaca apabuila pembaca mmpraktekan metoda atau Undang undang hukum yg ada didalamnya. Tindakan karena membaca informasi dari search engine adalah menjadi tanggungjawab pribadi masing masing. Selain itu saya akan setuju apabila dalam memajukan bangsa ini tidak perlu diadakan pendidikan bertingkat search engine dg arahan agar lulusannya bisa langsung menjadi presiden Indonesia dg argumen pendidikan itu dapat menciptakan manusia serba tahu. Ini melangar fitrah manusia itu sendiri. Kalaulah itu diaplikasikan, saya hawatir calon presiden Indonesia akan memiliki karakter akan mirip search engine yg tidak memiliki nurani, padahal bangsa Indonesia membutuhkan pemimpion yg memiliki hati nurani kebangsaan. Permasalahan yg kita hadapi ternyata bukan hanya masalah kita sendiri melainkan masalah banyak orang. Bagaimana agar orang yg memiliki masalah yg sama bisa diidentifikasi bahwa itu adalah masalah si A, si B, si C atau itu berhubungan dg lembaga Keuangan, dg lembaga Pemda dll. Saya kira dalam masyarakat yg maju akan selalu diperlukan guidance apablagi jika populasi sudah semakin
Re: Freedom of Speech vs Rule and Guidance ? Re: Re: [ccTLD-ID] Peta..
On Wed, 20 Apr 2005, muhammad catur Rahmatullah wrote: Ya, saya setuju dengan Anda. Oleh karena itu katanya ada program registrar-registry yang akan dijalankan, kenapa bukan itu yang dirembug gimana supaya berjalan sukses, kalau saya lihat banyak topik yang perlu dibahas agar bisa berjalan dengan baik, tapi malah kelihatannya sodok-menyodok mempertahankan hal-hal yang saya kira malah tidak mensukseskan program tersebut atau mungkin ada pihak-pihak yang sengaja tidak ingin sukses program tersebut ? Menurut saya diskusi disini bukan tidak ingin mensukseskan program itu, namun ingin agar program itu bisa berjalan lebih baik. Mudah mudahan pada beberapa bulan mendatang kita bisa melihat perubahan yang lebih baik lagi. Memang urusan internet di Indonesia selalu berubah sejalan dg perubahan di dunia Internasional. Kondisi ini merupakan ciri dari adanya keadaan dinamis dari komunitas Internet di Indonesia. Menurut hemat saya, sebenarnya kondisi itu modal yg penting. Karena hanya pada kondisi dinamislah maka kita selalu dapat memberikan repson terhadap perubahan yg datang dari dunia Internasional. Walaupun perubahan di dunia Internasional itupun salah satunya dipengaruhi oleh perubahan perubahan pemakaian Internet di tiap negara (seperti munculnya kebutuhan tulisan cina atau jepang dan arab dimasukan ke dalam url, kebutuhan alokasi ip v4 yg lebih ketat karena sudah terbatas dll) selain juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan Ipoleksosbud-nya di masing masing negara. Salam, -Marno-
Hirarki Tradisional (was Re: [ccTLD-ID] Move ...)
Wah, gimana dong ya Om jadinya kalau improvement Internet Indonesia memasukan hirarki kepemimpinan tradisional :-). Sedangkan istilah tekniknya aja masih sulit dipahami (oleh anak anak) karena masih memakai bahasa Inggris. Saya hawatir, pas ada tamu dari APNIC atau ICANN atau dari Insitutsi Internet asing ke Indonesia, akan kebingungan pasalnya contact person yg mudah dimengerti mereka kok sulit yah, karena disini memakai hirarki kepemimpinan tradisional...apakah hal ini perlu diusulkan menjadi sebuah RFC seperti ramenya bahasa nasional cina, jepang, arab yg didiskusikan supaya bisa masuk kedalam url. Sebut saja konvensi hirarki tradisinoal Indonesia sudah diterima menjadi RFC setelah melalui diskusi dan rapat yg lama di luar negeri, akan tetapi itu tentunya hanya akan diketahui oleh para pelaku IT saja, sedangkan pelaku dibidang lain seperti imigrasi mungkin belum kenal. Sehingga pada suatu hari bisa saja ada seorang petugas imigrasi di bandara, kebingungan karena seorang tamu asing yg datang ke Indonesia akan mengunjungi seorang prabu atau seorang bapak raja atau seorang Yang Dipertuan Agong Internet Indonesia dari lembaga Galura. Kata Galura sudah masuk RFC, padahal Galura yg dikenal umum adalah nama koran di berbahasa Sunda di Bandung. Untungnya petugas bandara itu bisa berbahasa Sunda, ketika ditanya Bade kamana (mau kemana) tamu asing itu hanya diam seribu bahasa, lagian kartu namanya atau print out dari web sitenya lupa tidak dia bawa. Maka petugas imigrasi itu akan melakukan tindakan..dalam hatinya daripada gue pusing lebih baik ni orang dimasukin daftar teroris internasional aja, lumayan dapat sekian miliar dolar dari US :-). Salam, Marno On Fri, 15 Apr 2005, ACCESS wrote: At 01:53 PM 4/15/2005, Euis Luhuanam wrote: Siapa yang oknum, kalo boleh pinjam istilah tsb. Hm... bagaimana kalau yang satu oknum dan yang satu lagi prabu? Ah sok kitu akang mah; Janten Akang jadi naon atuh? Ah suka begitu Mas/Abang sih; Jadi Mas/Abang jadi apa dong? -teddy