RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Benar sekali Pak. Pak Ilik memang pemegang rekor. Topik beliau yang diminati berbagai spesialisasi (geologi, solid geophysics, seismology dll) tentu menjadi factor yang mem-boost nilai CI-nya. Paper tomography-nya, terutama yang pertama (1997) ini memang sangat fenomenal, dan software tomography yang beliau kembangkan sejak disertasinya sudah menjadi acuan dunia. Salam DHN From: E. Suryana [mailto:ec...@yahoo.com] Sent: Wednesday, February 29, 2012 12:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny yang baik, ngomong2 ttg CI, kita patut berbangga karena ilmuwan/geosaintis kita Sri Widiyantoro, professor seismologi pertama ITB&Indonesia, papernya berjudul “The Evidence for deep mantle circulation from Global tomography” yang dimuat di jurnal sangat bergengsi di dunia “Nature” volume 386, Tahun 1997, misalnya telah dirujuk 576 kali!!! Sri Widiyantoro telah menulis 18 paper yang dimuat di jurnal-jurnal papan atas, selain Nature juga antara lain dimuat di jurnal sangat kredibel di dunia yakni “Science”, “Review of Geophysics”, “Journal of Geophysical Research-Solid Earth”, “Earth and Planetary Science Letters”. Total Times Cited (jumlah paper dirujuk) Sri Widiyantoro versi Scopus adalah 1.472 sedangkan versi ISI Web of Knowledge adalah 1.240, merupakan yang tertinggi di Asean. Jadi sebenarnya ukuran ilmuwan itu berkelas dunia,rekam jejaknya sudah pasti terukur dan pasti juga tidak ada acara klaim-klaiman hehehe _ From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, February 29, 2012 12:14 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Waduuh kok kesan Pak Yatno seperti itu ya? Mohon dibaca lagi lebih tenang k e-mail saya dan e-mail2 sebelumnya pak. Rasanya ulasan saya tidak pake kesel tuh biasa-biasa saja. “Lack of knowledge” disini tidak juga dimaksudkan untuk mendeskriditkan atau melecehkan siapa2 kok pak. Denger – denger teman2 di ITB lagi seneng hobi iseng-iseng mengukur diri dengan citation index ini he he he. Saya engga punya akses ke SCORPUS pak, tapi kebetulan ketemu “search engine” gratis di http://code.google.com/p/citations-gadget/. Menurut situs ini, Paper Pak Yatno banyak juga ya, sampai 400-an dsengan “H-Index” 11. Tapi saya lebih banyak pak, paper sampai 1200-an dengan H Index 19 J Silahkan teman-teman yang iseng mencoba juga. Salam DHN From: Yustinus Suyatno Yuwono [mailto:yuw...@gc.itb.ac.id] Sent: Tuesday, February 28, 2012 4:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Miko, Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita- kita ini ( geologiwan Indonesia ) :“lack of knowledge” pada bidang tertentu, karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya tahu, supaya saya tidak dicap “lack of knowledge”, atau dianggap sok pintar. Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google, untuk melihat “citation index”. Dari citation index ini akan kelihatan siapa saja yang dianggap Danny sebagai “lack of knowledge” Salam, YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya) From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal s
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny yang baik, ngomong2 ttg CI, kita patut berbangga karena ilmuwan/geosaintis kita Sri Widiyantoro, professor seismologi pertama ITB&Indonesia, papernya berjudul “The Evidence for deep mantle circulation from Global tomography” yang dimuat di jurnal sangat bergengsi di dunia “Nature” volume 386, Tahun 1997, misalnya telah dirujuk 576 kali!!! Sri Widiyantoro telah menulis 18 paper yang dimuat di jurnal-jurnal papan atas, selain Nature juga antara lain dimuat di jurnal sangat kredibel di dunia yakni “Science”, “Review of Geophysics”, “Journal of Geophysical Research-Solid Earth”, “Earth and Planetary Science Letters”. Total Times Cited (jumlah paper dirujuk) Sri Widiyantoro versi Scopus adalah1.472sedangkan versiISI Web of Knowledge adalah1.240, merupakan yang tertinggi di Asean. Jadi sebenarnya ukuran ilmuwan itu berkelas dunia,rekam jejaknya sudah pasti terukur dan pasti juga tidak ada acara klaim-klaimanhehehe From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, February 29, 2012 12:14 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Waduuh kok kesan Pak Yatno seperti itu ya? Mohon dibaca lagi lebih tenang k e-mail saya dan e-mail2 sebelumnya pak. Rasanya ulasan saya tidak pake kesel tuh biasa-biasa saja. “Lack of knowledge” disini tidak juga dimaksudkan untuk mendeskriditkan atau melecehkan siapa2 kok pak. Denger – denger teman2 di ITB lagi seneng hobi iseng-iseng mengukur diri dengan citation index ini he he he. Saya engga punya akses ke SCORPUS pak, tapi kebetulan ketemu “search engine” gratis di http://code.google.com/p/citations-gadget/. Menurut situs ini, Paper Pak Yatno banyak juga ya, sampai 400-an dsengan “H-Index” 11. Tapi saya lebih banyak pak, paper sampai 1200-an dengan H Index 19 J Silahkan teman-teman yang iseng mencoba juga. Salam DHN From:Yustinus Suyatno Yuwono [mailto:yuw...@gc.itb.ac.id] Sent: Tuesday, February 28, 2012 4:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Miko, Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita- kita ini ( geologiwan Indonesia ) :“lack of knowledge” pada bidang tertentu, karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya tahu, supaya saya tidak dicap “lack of knowledge”, atau dianggap sok pintar. Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google, untuk melihat “citation index”. Dari citation index ini akan kelihatan siapa saja yang dianggap Danny sebagai “lack of knowledge” Salam, YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya) From:miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan d
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Waduuh kok kesan Pak Yatno seperti itu ya? Mohon dibaca lagi lebih tenang k e-mail saya dan e-mail2 sebelumnya pak. Rasanya ulasan saya tidak pake kesel tuh biasa-biasa saja. "Lack of knowledge" disini tidak juga dimaksudkan untuk mendeskriditkan atau melecehkan siapa2 kok pak. Denger - denger teman2 di ITB lagi seneng hobi iseng-iseng mengukur diri dengan citation index ini he he he. Saya engga punya akses ke SCORPUS pak, tapi kebetulan ketemu "search engine" gratis di http://code.google.com/p/citations-gadget/. Menurut situs ini, Paper Pak Yatno banyak juga ya, sampai 400-an dsengan "H-Index" 11. Tapi saya lebih banyak pak, paper sampai 1200-an dengan H Index 19 J Silahkan teman-teman yang iseng mencoba juga. Salam DHN From: Yustinus Suyatno Yuwono [mailto:yuw...@gc.itb.ac.id] Sent: Tuesday, February 28, 2012 4:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Miko, Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita- kita ini ( geologiwan Indonesia ) :"lack of knowledge" pada bidang tertentu, karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya tahu, supaya saya tidak dicap "lack of knowledge", atau dianggap sok pintar. Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google, untuk melihat "citation index". Dari citation index ini akan kelihatan siapa saja yang dianggap Danny sebagai "lack of knowledge" Salam, YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya) From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita l
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Miko, Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita- kita ini ( geologiwan Indonesia ) :"lack of knowledge" pada bidang tertentu, karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya tahu, supaya saya tidak dicap "lack of knowledge", atau dianggap sok pintar. Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google, untuk melihat "citation index". Dari citation index ini akan kelihatan siapa saja yang dianggap Danny sebagai "lack of knowledge" Salam, YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya) From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IA
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekan-rekan, Baru saja beberapa hari yang lalu saya ngomong, minta supaya diskusinya yang baik-2, proporsional, supaya tambah ilmu, malah sekarang ada yang marah- marah. Ini forum sharing, bukan forum saling menjatuhkan. Tak iyo? Buat rekan saya Danny dan Andang, maju terus penelitiannya ya, yang mungkin bias saya kategorikan bidang Geologi Kwarter, cuma pesan saya satu yaitu proporsional di bidang kita aja, yaitu geologi. Untuk bidang arkheologi, ilmu kita ini hanya membantu memecahkan masalah mereka. Salam, YSY From: andangbacht...@yahoo.com [mailto:andangbacht...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 12:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi sin
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Ok, dah kelanjur Maaf, maaf. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ok Taufik Date: Tue, 28 Feb 2012 15:03:01 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Japri saja 2012/2/28 Bandono Salim > Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl > VW 72 yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu > kaya dong. > Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya > terimakasih sama TuhanN mblku awet. > Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > *From: *"Yustinus Suyatno Yuwono" > *Date: *Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 +0700 > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Mas Bandono, > > Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil > dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih? > > Salam, > > YSY > > ** ** > > *From:* Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > *Sent:* Sunday, February 26, 2012 5:02 PM > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho. > Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan. > Salam. > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > > *From: *"yahdi zaim" > > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 + > > *To: * > > *ReplyTo: * > > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Rekans,agak panjang sy tulis ini. > Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn > penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia > melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi > yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM > lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt > dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris > tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun > berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian > ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua > Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian > dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan > banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia > krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk > diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? > Wasalam, > Zaim yang ningrat > > Powered by Telkomsel BlackBerry®**** > ------------------ > > *From: *Franciscus B Sinartio > > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST) > > *To: *iagi-net@iagi.or.id > > *ReplyTo: * > > *Subject: *[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] > Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Pak Danny dan Pak Argo, > > menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan > stalagtit untuk deteksi MFS. > > Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? **** > > ** ** > > boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. > > ** ** > > fbs > > ** ** > > ** ** > -- > > *From:* Danny Hilman Natawidjaja > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Sunday, February 26, 2012 3:06 PM > *Subject:* RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. > > Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah > “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, > karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk > reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya > lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan > sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th > radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi > untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja > span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk > merekonstruksi paleoclimate-environment sa
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Japri saja 2012/2/28 Bandono Salim > Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl > VW 72 yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu > kaya dong. > Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya > terimakasih sama TuhanN mblku awet. > Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > *From: *"Yustinus Suyatno Yuwono" > *Date: *Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 +0700 > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Mas Bandono, > > Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil > dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih? > > Salam, > > YSY > > ** ** > > *From:* Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > *Sent:* Sunday, February 26, 2012 5:02 PM > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho. > Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan. > Salam. > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > > *From: *"yahdi zaim" > > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 + > > *To: * > > *ReplyTo: * > > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: > [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Rekans,agak panjang sy tulis ini. > Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn > penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia > melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi > yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM > lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt > dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris > tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun > berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian > ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua > Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian > dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan > banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia > krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk > diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? > Wasalam, > Zaim yang ningrat > > Powered by Telkomsel BlackBerry®**** > ------------------ > > *From: *Franciscus B Sinartio > > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST) > > *To: *iagi-net@iagi.or.id > > *ReplyTo: * > > *Subject: *[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] > Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Pak Danny dan Pak Argo, > > menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan > stalagtit untuk deteksi MFS. > > Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? **** > > ** ** > > boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. > > ** ** > > fbs > > ** ** > > ** ** > -- > > *From:* Danny Hilman Natawidjaja > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Sunday, February 26, 2012 3:06 PM > *Subject:* RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > ** ** > > Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. > > Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah > “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, > karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk > reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya > lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan > sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th > radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi > untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja > span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk > merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. > Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi > rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang > selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environmen
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl VW 72 yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu kaya dong. Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya terimakasih sama TuhanN mblku awet. Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yustinus Suyatno Yuwono" Date: Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Bandono, Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih? Salam, YSY From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 5:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho. Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs _ From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti -
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekan Danny yang bijak, Maju terus Kang, Geologi Kwarter akan makin penting di depan, anda bias kerjasama dengan rekan lain di Perguruan Tinggi (misalnya Pak Zaim), nanti akan membuahkan hasil. Saya berjuang 20 th lebih (sejak 1987) untuk memasyarakatkan surface mapping di volcanic terrain alhamdullilah, sekarang sudah banyak mhs yang ambil tugas akhir volkanik. Kuliah elektif saya (Petrogenesis) peminatnya tiap semester antara 20-35 mhs, lumayan buat bidang petrologi yang termasuk kategori kering juga. Semua perlu komitmen dan perjuangan. Salam, YSY From: Danny Hilman Natawidjaja [mailto:danny.hil...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 3:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian 'geologi-gua' ini adalah "frontier research" yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah "multi-proxy recorder" yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi 'manusia gua' di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia,
RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Bandono, Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih? Salam, YSY From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 5:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho. Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs _ From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Yth. Pak Andang , Mohon beribu maaf kalau mang Okim keliru mengartikan tulisan sahabat kita Pak Danny. Mungkin hal ini terjadi karena mang Okim sehari-harinya banyak bergaul dan terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran sederhana dari masyarakat pengrajin batumulia. Mungkin karena itu pulalah pemikiran mang Okim menjadi sederhana saja khususnya dalam membaca dan menginterpretasi fenomena alam, yaitu menerapkan konsep-konsep geologi yang diajarkan di bangku kuliah ( ITB dan IFP ), ditambah dengan pengalaman geologi praktis selama hampir 50 tahunan tanpa jedah ( mang Okim sudah diangkat sebagai pegawai tugas belajar di Direktorat Geologi Bandung sejak tahun 1963 ). Kepada Pak Danny, maapin ya kalau remark mang Okim kurang / tidak berkenan. Walaupun semua itu diniatkan demi kebaikan kita semua, cara mang Okim menyampaikannya sering kurang bijak, padahal di umur yang sudah senja ini , sebaiknya mang Okim harus lebih banyak mawas diri - - - ta’ iya ( terima kasih kepada buku ESQ nya pak Ary Ginanjar yang mang Okim buka lagi sejak kemaren, khususnya yang membahas tentang Zero Mind Process dan menanamkan God Spot dalam diri kita ). Pesan khusus buat pak Danny dan Spouse, kalau kebetulan di Bandung, please do come ke regular meeting di Grand Royal Panghegar nanti malam pkl. 18.30. Thanks. Wassalam, Mang Okim From: sanggam hutabarat [mailto:shthutaba...@yahoo.com] Sent: 26 Februari 2012 17:36 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak berbeda itu luar biasa.. thanks dr penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium From: "andangbacht...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, 26 February 2012, 7:26 Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 + To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita seka
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Hehe potongan 13, 30 sd 40 mas. Mana bisa bagus? Termasuk banguna sekolah, bantuan bencana dll. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bob yuris Date: Mon, 27 Feb 2012 09:32:11 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Melihat kualitas jalan yang ada, dulu saya juga pernah berfikir kalau Insinyur sipil kita kalah hebat dengan Insinyur Londo. Ternyata saya keliru, urusan "mutu" jalan ini bukan berkaitan dengan penguasaan teknologi tetapi lebih pada besarnya upeti. Bob Yuris Candra Independent Palynologist From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 27, 2012 8:14 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR :) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya termasuk kekuatan juga ada di SNI. Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. Kalau aku bilang secara umum "ada rupa ada harga" kalau tdk sesuai itu tertipu atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):) Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia kurang pas hk hk hk. Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat. Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Selamat pagi. Wah, Pak Ban ini serius amat ya J Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu. Dan kita dengan berbagai cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh para penjajah). Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang (secara terselubung). Sekedar contoh kecil. Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya selama 1600 tahun). Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya batubata jaman sekarang. Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak selaras bukan? Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja. Wass DHN From:Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara From:Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny, Melihat kualitas jalan yang ada, dulu saya juga pernah berfikir kalau Insinyur sipil kita kalah hebat dengan Insinyur Londo. Ternyata saya keliru, urusan "mutu" jalan ini bukan berkaitan dengan penguasaan teknologi tetapi lebih pada besarnya upeti. Bob Yuris Candra Independent Palynologist From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 27, 2012 8:14 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR :) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya termasuk kekuatan juga ada di SNI. Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. Kalau aku bilang secara umum "ada rupa ada harga" kalau tdk sesuai itu tertipu atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):) Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia kurang pas hk hk hk. Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat. Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Selamat pagi. Wah, Pak Ban ini serius amat ya J Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu. Dan kita dengan berbagai cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh para penjajah). Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang (secara terselubung). Sekedar contoh kecil. Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya selama 1600 tahun). Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya batubata jaman sekarang. Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak selaras bukan? Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja. Wass DHN From:Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara From:Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 2
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Sekedar menambahkan, Seingat saya waktu saya di SD atau SMP oleh bapak/ibu guru diajarkan bahwa jaman sejarah adalah jaman mulai ditemukannya bukti bukti tertulis, meskipun itu hanya berupa prasasti diatas batu. Jaman pra-sejarah adalah jaman dimana tidak ada peninggalan berupa tulisan, bisa jadi peninggalannya hanya peralatan berburu, meramu dan bertani. Oleh karena itu, jaman sejarah dan pra-sejarah dalam skala lokal bisa berbeda-beda. Jadi keselarasan dan ketidakselarasan pra-sejarah dan sejarah pada suatu tempat, boleh jadi berkaitan dengan perkembangan pengetahuan/budaya baca-tulis. Tanpa adanya penelitian mendalam tentang perkembangan evolusioner dari budaya baca-tulis pada suatu daerah dan hanya berdasarkan bukti prasasti, tentu saja yang muncul adalah ketidakselarasan jaman pra-sejarah dengan jaman sejarah. Bob Yuris Candra Independent Palynologist From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 27, 2012 4:33 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J(bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam ‘destruktif’ dan ‘konstruktif’ yang terlihat sekar
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
:) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya termasuk kekuatan juga ada di SNI. Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. Kalau aku bilang secara umum "ada rupa ada harga" kalau tdk sesuai itu tertipu atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):) Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia kurang pas hk hk hk. Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat. Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Selamat pagi. Wah, Pak Ban ini serius amat ya J Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu. Dan kita dengan berbagai cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh para penjajah). Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang (secara terselubung). Sekedar contoh kecil. Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya selama 1600 tahun). Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya batubata jaman sekarang. Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak selaras bukan? Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja. Wass DHN From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara _ From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidaksel
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Selamat pagi. Wah, Pak Ban ini serius amat ya J Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu. Dan kita dengan berbagai cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh para penjajah). Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang (secara terselubung). Sekedar contoh kecil. Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya selama 1600 tahun). Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya batubata jaman sekarang. Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak selaras bukan? Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja. Wass DHN From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara _ From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umum
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar. Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda. Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan masih nyambung. Mungkin erosi budaya dan pendidikan "sekuler" itu yang menyebabkan rasa ketidak selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir "dunia barat/baru". Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak nurut pola pikir "dunia modern"? Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr maksud, lha aku kan bukan budayawan Salam n selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bosman batubara Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J(bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam ‘destruktif’ dan ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini. Mudah-mudahan ‘isue piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian "ketidakselarasan budaya" dan budaya yang "kurang waras"? Makasih duluan... tabik bosman batubara From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J(bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam ‘destruktif’ dan ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini. Mudah-mudahan ‘isue piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Avi, Yang dimaksud dengan iklim dingin atau panas bukan musim tahunan, winter atau summer,tetapi iklim yg disebabkan oleh perubahan tmperatur global bumi yg antara lain oleh orbital force bumi. Perubahan ini bisa mengakibatkan terjadinya naik-turun suhu bumi secara ekstrem yg dpt pula menyebabkan terjadinya perubahan muka-laut-sea level changes/Eustacy, yg dpt pula berdampak pada proses weathering, erosi dan sedimentasi. Produk yg kita lihat lazimnya adlh di singkapan sedimen dan atas dasar singkapan sedimen pulalah Milankovich melakukan studi dan meyakini adanya korelasi kuat antara suhu bumi,klimatologi,sea level changes dan proses sedimentasi yg dikenal dg Siklus Milankovich. Pada Zaman Kuarter suhu ekstrem dingin bumi dikenal dg Zaman Glasial Wslm, Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 13:27:23 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Yahdi Ini menarik dari uraian bapak yg dimaksud musim dingin ini apa winter begitu, kalau iya maka waktunya pendek sekali, akan lebih menarik kalau timing yg ada di skala kwarter ini di hubungkan dg Eustacy yg berskala halus misalnya order diatas 5, karena kalau mau menarik katastropi purba tentu mencari dimana titik maximum flood ini berada shg kalau hasil riset di gua bisa di link and match dg the most recent uestacy mungkin akan terkuak tabir ato memang tidak ada sama sekali Makasi dan selamat malam Senen Avi 0 nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Yahdi Ini menarik dari uraian bapak yg dimaksud musim dingin ini apa winter begitu, kalau iya maka waktunya pendek sekali, akan lebih menarik kalau timing yg ada di skala kwarter ini di hubungkan dg Eustacy yg berskala halus misalnya order diatas 5, karena kalau mau menarik katastropi purba tentu mencari dimana titik maximum flood ini berada shg kalau hasil riset di gua bisa di link and match dg the most recent uestacy mungkin akan terkuak tabir ato memang tidak ada sama sekali Makasi dan selamat malam Senen Avi 0 nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke A
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Biarkan seribu bunga berkembang bersama Keindahan dan keharuman Memperhalus jiwa raga Salam, selamat menjelang malam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nataniel Mangiwa Date: Sun, 26 Feb 2012 18:30:22 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR sepakat! jangan pernah menseragamkan pendapat..kalau seragam apa bedanya dengan dpr. dan ga perlu harus menseragamkan / takut mendebat siapapun hanya karena posisinya (dia siapa dan jabatannya apa). lihat pendapatnya..bukan orangnya. salute untuk semua.. natan On Feb 26, 2012 5:36 PM, "sanggam hutabarat" wrote: > Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru > biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak > berbeda itu luar biasa.. > > thanks dr > penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium > > *From:* "andangbacht...@yahoo.com" > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Sunday, 26 February 2012, 7:26 > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Mang Okim yang saya hormati, > > Nyuwun sewu, > > Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan > kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak > didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. > > Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia > mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh > beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa > usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih > ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg > "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). > > Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu > berbeda dr kesan saya ya? > > Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu > mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. > > > Salam > ADB > Powered by Telkomsel BlackBerry® > *From: *"miko" > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 + > *To: *iagi-net@iagi.or.id > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Pak Danny, > > Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, > khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang > kualitas para lulusannya. > > Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas > ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof > Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, > Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, > > Salam prihatin, > > Mang Okim > > *From: *"Danny Hilman Natawidjaja" > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Artikel yang sangat menarik dan bagus. > Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi > konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan > peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak > kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. > Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak > harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses > alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka > airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan > pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 > tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari > 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 > meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari > perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan > dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan > perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga > kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah > dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun > kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya > kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J (bercanda). > > Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah > dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga > diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu > geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya > mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa > pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan > bebatuan, b
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
sepakat! jangan pernah menseragamkan pendapat..kalau seragam apa bedanya dengan dpr. dan ga perlu harus menseragamkan / takut mendebat siapapun hanya karena posisinya (dia siapa dan jabatannya apa). lihat pendapatnya..bukan orangnya. salute untuk semua.. natan On Feb 26, 2012 5:36 PM, "sanggam hutabarat" wrote: > Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru > biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak > berbeda itu luar biasa.. > > thanks dr > penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium > > *From:* "andangbacht...@yahoo.com" > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Sunday, 26 February 2012, 7:26 > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Mang Okim yang saya hormati, > > Nyuwun sewu, > > Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan > kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak > didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. > > Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia > mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh > beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa > usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih > ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg > "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). > > Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu > berbeda dr kesan saya ya? > > Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu > mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. > > > Salam > ADB > Powered by Telkomsel BlackBerry® > *From: *"miko" > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 + > *To: *iagi-net@iagi.or.id > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Pak Danny, > > Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, > khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang > kualitas para lulusannya. > > Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas > ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof > Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, > Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, > > Salam prihatin, > > Mang Okim > > *From: *"Danny Hilman Natawidjaja" > *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR > > Artikel yang sangat menarik dan bagus. > Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi > konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan > peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak > kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. > Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak > harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses > alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka > airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan > pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 > tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari > 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 > meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari > perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan > dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan > perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga > kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah > dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun > kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya > kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J (bercanda). > > Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah > dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga > diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu > geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya > mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa > pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan > bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk > eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses > dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita > sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau > ketemu si
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak berbeda itu luar biasa.. thanks dr penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium From: "andangbacht...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, 26 February 2012, 7:26 Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 + To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’ J(bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam ‘destruktif’ dan ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini. Mudah-mudahan ‘isue piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak b
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho. Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Ke
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekans,agak panjang sy tulis ini. Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT?? Wasalam, Zaim yang ningrat Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder peru
Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mungkin aku perlu banyak belajar nih tapi aku kok ngga nyambung ya misalnya menghubungkan endapan gua dg Eustacy, trus secara geology rock record apa yg aka di pake untuk mengkorelasikan dating di gua dg record sedimentasi di singkapan. Karena yg mengakibatkan katastropi itu bakan hanya flood yg ada di gua aja tapi lebih ke flood yg sifatnya major, sedangkan tsunami, secara Geologi mungkin tidak meninggalkan rock record, krn occationnya yg begitu cepat Kalo ini berupa reset brp sih biayanya, kenapa saya bertanya biaya, krn sesuatu meaningful reseach itu cuman bisa dilakukan dg biaya yg cukup dan terintegrasi dg timeline dan objective yg jelas apa aja yg akan dilakukan Sampai saat ini saya kok belum melihat maksud dan tujuan dari semua ini (baca katastropi purba) Salam Avi 0666 nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Wah maaf, karena banyak teorinya dari ahli gn api, ku kira mereka juga promotor. Terimakasih pak atas pembetulan prof. Zaim. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Sun, 26 Feb 2012 08:50:42 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Benar Pak Bandono, beliau Dr. Sri Mulyaningsih, bimbingan Prof.Sampurno sbg Pembimbing Utama/Ketua Tim Promotor,dgn Anggota Pembimbing saya dan Prof.Denny Juanda. Disertasinya tentang Geoarkeologi yg membahas pengaruh Erupsi Gn.Merapi dgn perkembangan Kerajaan Mataram pada Abad 9AD. Tesis Dr. Sri sdh banyak dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan seminar nasional dan internasional.Saya kira Dr. Sri yg skrg sbg Kaprodi Teknik Geologi AKPRIND Yogya lbh relevan mengungkap hasil penelittian doktornya... Wslm, Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Sun, 26 Feb 2012 08:24:13 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak Sam, Sutikno. Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Agus Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM yg menjadi matakuliah pilihan sejak kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th (2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan apa pun oleh mhsw adalah sah sah sj. Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011. Salam, agus hend Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. Sent from my iPad On 26 Feb 2012, at 11:35, "Danny Hilman Natawidjaja" wrote: Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan ‘pengajaran geologi singkapan’. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya ‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan… Sekarang tentunya tidak lagi… From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: &qu
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Benar Pak Bandono, beliau Dr. Sri Mulyaningsih, bimbingan Prof.Sampurno sbg Pembimbing Utama/Ketua Tim Promotor,dgn Anggota Pembimbing saya dan Prof.Denny Juanda. Disertasinya tentang Geoarkeologi yg membahas pengaruh Erupsi Gn.Merapi dgn perkembangan Kerajaan Mataram pada Abad 9AD. Tesis Dr. Sri sdh banyak dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan seminar nasional dan internasional.Saya kira Dr. Sri yg skrg sbg Kaprodi Teknik Geologi AKPRIND Yogya lbh relevan mengungkap hasil penelittian doktornya... Wslm, Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Sun, 26 Feb 2012 08:24:13 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak Sam, Sutikno. Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Agus Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM yg menjadi matakuliah pilihan sejak kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th (2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan apa pun oleh mhsw adalah sah sah sj. Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011. Salam, agus hend Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. Sent from my iPad On 26 Feb 2012, at 11:35, "Danny Hilman Natawidjaja" wrote: Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan ‘pengajaran geologi singkapan’. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya ‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan… Sekarang tentunya tidak lagi… From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa p
[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo, menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit untuk deteksi MFS. Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja? boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini. fbs From: Danny Hilman Natawidjaja To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditut
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak Sam, Sutikno. Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Agus Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM yg menjadi matakuliah pilihan sejak kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th (2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan apa pun oleh mhsw adalah sah sah sj. Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011. Salam, agus hend Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. Sent from my iPad On 26 Feb 2012, at 11:35, "Danny Hilman Natawidjaja" wrote: Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan ‘pengajaran geologi singkapan’. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya ‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan… Sekarang tentunya tidak lagi… From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘te
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo. Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian 'geologi-gua' ini adalah "frontier research" yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua ini adalah "multi-proxy recorder" yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment. Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi 'manusia gua' di jaman modern sekarang ini J Wass DHN From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir". Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja? Salam, Argo - 3711 - Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon maaf jk salah2 tulis - Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: "Dan
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Ulasan menarik Pak Avi. Masalah Ice Age - Global warming - Volcanisms sekarang sedang menjadi "frontier research". Beberapa hari lalu saya baru terima proposal kerjasama dari Michael Gagan dan Group-nya di RSES-ANU dalam penelitian Paleo-climate dan disaster (LIPI, khususnya Prof. Wahyu Hantoro, dan ANU sudah bekerjasama lebih dari 10 tahun). Beberapa poin penting yang diutarakan dalam proposal 2012 ini: - Ingin meneliti kenapa manusia kerdil di Flores (Homo Floresiensis) punah pada perioda sekitar 18.000 - 12.000 tahun lalu (Morwood et al, 2004)? - Sudah ditemukan data ada letusan gunung api katastropik pada masa kepunahan si manusia kerdil itu (Roberts et al, 2009, Westaway et al, 2009) - Data GISP-2 Ice Core (Greenland) menunjukkan bahwa selama 110.000 tahun terakhir signal/data LETUSAN GUNUNG API yang paling besar dan paling banyak ditemukan adalah pada masa antara 17.000 s/d 6000 tahun lalu (e.g. Zielinsky et al, 2002). Hipotesanya: "crustal stresses" karena efek "post-glacial sea-level rise" dapat memicu kenaikkan letusan gunung api di wilayah seperti Indonesia! - Hasil Penelitian RSES-ANU dan Geoteknologi LIPI menunjukkan bahwa dari sekitar 15.000 s/d 8000 tahun lalu terjadi perubahan lingkungan yang luarbiasa drastic, ditunjukkan oleh analisis oksigen isotop ( O18/O16) dari sampel stalagtit-stalagmit (speleothem) - ongoing research - masa dimana terjadi tiga kali 'pembanjiran besar Sundaland'. Ada banyak hal yang luarbiasa menarik dan menakjubkan di dunia penelitian geologi, diluar petroleum dan mining geology. Untuk kita, kalangan ilmiah geologi, masalah piramid dan Atlantis bukan untuk di-madzhab-kan; tapi ada banyak teka-teki alam besar yang patut diteliti. Boleh jadi teka-teki itu akan sangat mengejutkan kita, dan bukan sekadar tentang ada tidaknya piramid dan Atlantis. Wass DHN From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:10 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan banyak yg mendukung tapi tidak rame Tapi berhubung Gunung "Piramid?" disini yg menjadi titik masalahnya, seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi yg mungkin itu memang bukan bidang geologi. Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya? Salam science cak Avi Al Haj 0666 Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 +0000 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM yg menjadi matakuliah pilihan sejak kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th (2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan apa pun oleh mhsw adalah sah sah sj. Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011. Salam, agus hend Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. Sent from my iPad On 26 Feb 2012, at 11:35, "Danny Hilman Natawidjaja" wrote: Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan ‘pengajaran geologi singkapan’. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya ‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan… Sekarang tentunya tidak lagi… From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan J
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Lha kan sekarang sudah mulai bnjir kecil2an. Tapi kalo nenggelamkan dunia waah mustahil. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "AWY" Date: Sun, 26 Feb 2012 06:27:28 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir". Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja? Salam, Argo - 3711 - Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon maaf jk salah2 tulis - Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message----- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir". Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja? Salam, Argo - 3711 - Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon maaf jk salah2 tulis - Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketida
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Amin, Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:26:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-n
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Naa kan bener, tukar info jadi tukar padu. Nnti saja buktinya kita liat kalau ada duit gede buat bongkat gunung. Basik dari interpretasi adalah konsep yang digunakan. Lapisan oleh geolog, bisa diterjemahkan lorong oleh arkeolog. Karena konsepnya beda. Salam, selamat siang. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:09:05 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Hey every body stay cool harap dimaafkan kata2 pak DH di milist pagi ini, dari tadi saya juga mau comen tapi saya tahan aja mas Miko Saran saya memang di milis ini kita stay cool aja Salam Avi 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan banyak yg mendukung tapi tidak rame Tapi berhubung Gunung "Piramid?" disini yg menjadi titik masalahnya, seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi yg mungkin itu memang bukan bidang geologi. Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya? Salam science cak Avi Al Haj 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman do
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Jadi ingat "puisi" ADB yg di share beberapa hari yg lalu... hmm . Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:26:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.co
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Bukan "mainstream science" pak, tapi "mainstream geologi di Indonesia" (mungkin dunia, saya tidak tahu). Ini memang sejalan dengan prinsip ekonomi. No doubt. From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 11:46 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama k
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaa
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang.
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak R
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Hey every body stay cool harap dimaafkan kata2 pak DH di milist pagi ini, dari tadi saya juga mau comen tapi saya tahan aja mas Miko Saran saya memang di milis ini kita stay cool aja Salam Avi 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Wah ndak bisa dibaca pakai bb kecil. Kalau saya sih masih pake pedoman "sekarang kunci masa lalu" karena proses alam tetap sama, hanya intensitasnya beda. Usaha manusia untuk mengatasinya yaa gak jauh beda. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari Date: Sat, 25 Feb 2012 19:50:43 To: IAGI Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -