[media-dakwah] TIGA LANDASAN UTAMA DINUL ISLAM
TIGA LANDASAN UTAMA DINUL ISLAM Saudaraku Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda. Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu : [1] Ilmu, ialah mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil. [2] Amal, ialah menerapkan ilmu ini. [3] Da'wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini. [4] Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda'wah kepadanya. Dalilnya, firman Allah Ta'ala. Artinya : Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar. [Al-'Ashr : 1-3]. Imam Asy-Syafi'i [1] Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :Seandainya Allah hanya menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka. Dan Imam Al-Bukhari [2] Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :Bab Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan. Dalilnya firman Allah Ta'ala. Artinya : Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu. [Muhammad : 19] Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) .. [3] sebelum ucapan dan perbuatan. Saudaraku, Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda. Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini : [1] Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka. Allah Ta'ala berfirman :Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir'aun seorang rasul, tetapi Fir'aun mendurhakai rasul itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat. [Al-Muzammil : 15-16] [2] Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus manjadi rasul. Allah Ta'ala berfirman :Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang-pun di dalamnya disamping (menyembah) Allah. [Al-Jinn : 18] [3] Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah, tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga dekat. Allah Ta'ala berfirman : Artinya : Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. [Al-Mujaadalah : 22] Saudaraku Semoga Allah membimbing anda untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah, bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya itu sebenarnya mereka diciptakan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku. [Adz-Dzaariyaat : 56] Ibadah dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan perintah Allah yang paling agung adalah Tauhid, yaitu : Memurnikan ibadah untuk Allah semata-mata. Sedang larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu : Menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya. Allah Ta'ala berfirman : Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya. [An-Nisaa : 36] Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab : Yaitu mengenal Tuhan Allah 'Azza wa Jalla, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. [Lihat buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad At-Tammi An-Nazdji, hal 5-9, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da'wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi] Fote Note. [1] Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi'i Al-Hasyim Al-Quraisy Al-Muthallibi (150-204H - 767-820M) Salah seorang imam empat. Dilahirkan di Gaza
[media-dakwah] Syarat-Syarat Ibadah
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM IBADAH Dibimbing Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin Perlu diketahui bahwa mutaba'ah (Meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syari'at dalam enam perkara. Pertama : Sebab. Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak disyari'atkan, maka ibadah tersebut adalah bid'ah dan tidak diterima (ditolak). Contoh : Ada orang yang melakukan shalat tahajud pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab, dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi'raj Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dinaikkan ke atas langit). Shalat tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut menjadi bid'ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak ditetapkan dalam syari'at. Syarat ini -yaitu : ibadah harus sesuai dengan syari'at dalam sebab - adalah penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang dianggap termasuk sunnah, namun sebenarnya adalah bid'ah. Kedua : Jenis. Artinya : ibadah harus sesuai dengan syari'at dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima. Contoh : Seorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan syari'at dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan kurban yaitu unta, sapi dan kambing. Ketiga : Kadar (Bilangan). Kalau seseorang yang menambah bilangan raka'at suatu shalat, yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid'ah dan tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari'at dalam jumlah bilangan rakaatnya. Jadi, apabila ada orang shalat zhuhur lima raka'at, umpamanya, maka shalatnya tidak sah. Keempat : Kaifiyah (Cara). Seandainya ada orang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syari'at. Kelima : Waktu. Apabila ada orang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak menurut ajaran Islam. Saya pernah mendengar bahwa ada orang bertaqarub kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid'ah, karena tidak ada sembelihan yang ditujukan untuk bertaqarrub kepada Allah kecuali sebagai kurban, denda haji dan akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan i'tikad mendapat pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana dalam Idul Adha adalah bid'ah. Kalau menyembelih hanya untuk memakan dagingnya, boleh saja. Keenam : Tempat. Andaikata ada orang beri'tikaf di tempat selain masjid, maka tidak sah i'tikafnya. Sebab tempat i'tikaf hanyalah di masjid. Begitu pula, andaikata ada seorang wanita hendak beri'tikaf di dalam mushalla di rumahnya, maka tidak sah i'tikafnya, karena tempat melakukannya tidak sesuai dengan ketentuan syari'at, Contoh lainnya : Seseorang yang melakukan thawaf di luar Masjid Haram dengan alasan karena di dalam sudah penuh sesak, tahawafnya tidak sah, karena tempat melakukan thawaf adalah dalam Baitullah tersebut, sebagaimana firman Allah Ta'ala. Artinya : Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf. [Al-Hajj : 26]. Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa ibadah seseorang tidak termasuk amal shaleh kecuali apabila memenuhi dua syarat, yaitu : 1. Ikhlas 2. Mutaba'ah (Meneladani sunnah Nabi) Dan Mutaba'ah tidak akan tercapai kecuali dengan enam perkara yang telah diuraikan tadi. [Disalin dari buku Al-Ibdaa' fi Kamaalisy Syar'i wa Khatharil Ibtidaa' edisi Indonesia Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid'ah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin, penerjemah Ahmad Masykur MZ, terbitan Yayasan Minhajus Sunnah, Bogor - Jabar] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=1192bagian=0 [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Al-Islam Dinul Haq
AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA YANG HAQ (BENAR) YANG DIBAWA OLEH MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambaNya. Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyempurnakan kenikmatanNya dan meridhai Islam sebagai agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, kepercayaan selain Islam tidak akan diterima Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali 'Imran: 85] Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama Islam karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : Artinya : Katakanlah: 'Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada Kalimat-KalimatNya (Kitab-Kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk [Al-A'raaf: 158] Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya : Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, tidaklah mendengar seorang dari ummat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya Muhammad, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang diutus dengannya (Islam), niscaya dia termasuk penghuni Neraka.[1] Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, artinya membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh apa yang dibawanya bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun dia membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia membenarkan pula bahwa Islam adalah agama yang terbaik. Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam agama-agama terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat dan kondisi ummat. Artinya : Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain...[Al-Maa-idah: 48] Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat dan kondisi ummat maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat bahkan, dengan Islam ini ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Tetapi harus diingat bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, tempat dan kondisi ummat sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari'at Islam. Agama Islam adalah agama yang benar, Allah menjanjikan kemenangan kepada orang yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala perbuatan syirik, menuntut ilmu syar'i dan mengamalkan amal yang shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyu-kainya. [At-Taubah: 33] Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik. [An-Nuur: 55] Islam adalah agama yang sempurna dalam 'aqidah dan syari'at. Bentuk kesempurnaannya di antaranya adalah [1]. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik. [2]. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap bohong. [3]. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim. [4]. Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang ingkar janji. [5]. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang bersikap khianat. [6]. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-bapak serta me-larang mendurhakainya. Dan yang lainnya. Secara umum Islam memerintahkan agar berakhlak yang mulia, bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan yang buruk Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman.
[media-dakwah] Risalah AQIDAH Islamiyyah
DEFENISI AQIDAH 'Aqidah menurut bahasa berasal dari kata al-'Aqdu yang berarti ikatan, at-Tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-Ihkamu artinya mengokohkan/ menetapkan, dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat.[1] Sedangkan menurut istilah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Jadi, 'Aqidah Islamiyah adalah: Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid [2] dan ta'at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (kon-sensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah yang shahih serta ijma' Salafush Shalih.[3] [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M] _ Foote Note [1] Lisaanul 'Arab (IX/311:) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) Rahimahullah dan Mu'jamul Wasiith (II/614:) [2] Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma' dan Shifat Allah. [3] Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdil Kariem al-'Aqil, cet. II, Daarul 'Ashimah-1419 H, 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdil Kariem al-'Aqil. == OBJEK KAJIAN ILMU 'AQIDAH Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 1/2 'Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus Sunnah wal Jama'ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyat (hal-hal ghaib), kenabian, taqdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang qath'i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap Ahlul Ahwa' wal Bida', semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesat-kan serta sikap terhadap mereka. Disiplin ilmu 'Aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah (golongan-golongan) lainnya. Di antara nama-namanya menurut ulama Ahlus Sunnah adalah: [1]. 'Aqidah (I'tiqad dan 'Aqa-id) Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah 'Aqidah Salaf, 'Aqidah Ahlul Atsar di dalam kitab-kitab mereka.[2] [2]. Tauhid Karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau peng-esaan kepada Allah di dalam Uluhiyyah, Rububiyyah dan Asma' wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu 'aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Maka, dari itulah ilmu ini disebut ilmu Tauhid secara umum menurut Ulama Salaf [3] [3]. As-Sunnah As-Sunnah artinya jalan. 'Aqidah Salaf disebut as-Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah j dan para Shahabat g di dalam masalah 'aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga ge-nerasi pertama.[4] [4]. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath'i serta hal-hal yang telah menjadi ke-sepakatan para ulama.[5] [5]. Al-Fiqh al-Akbar Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqh al-Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.[6] [6]. Asy-Syari'ah Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah 'aqidah).[7] Itulah beberapa nama lain dari Ilmu 'Aqidah yang paling terkenal, dan adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menama-kan 'aqidah mereka dengan nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaa'irah (Asy'ariyah), terutama para ahli hadits dari kalangan mereka. _ Foote Note [1] Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 12-14). [2] Seperti 'Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H), Syarh Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 5-6) oleh Imam al-Laalika-iy (wafat th. 418 H) dan al-I'tiqaad oleh Imam al-Baihaqy (wafat th. 458 H). Rahimahullah [3] Seperti Kitabut Tauhid di dalam Shahih al-Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitabut Tauhid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), Kitab I'tiqaad at-Tauhid oleh Abu 'Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H), Kitabut Tauhid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabut Tauhid oleh Muhammad bin 'Abdil Wahhab (wafat th. 1206 H). Rahimahullah [4] Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat
[media-dakwah] MANHAJ, AQIDAH DAN USLUB DA'WAH
APA PERBEDAAN ANTARA MANHAJ, AQIDAH DAN USLUB DA'WAH Dibimbing Oleh : Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary Pertanyaan. Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary ditanya : Aku adalah pemula dalam menuntut ilmu syar'i, dengan ini kuharap anda dapat menerangkan perbedaan antara manhaj dan aqidah, dan apakah ada beda antara uslub dakwah dan manhaj dakwah? Jawaban. Manhaj dakwah adalah penyampaian materi ilmiyyah yang merupakan landasan dasar berpijaknya aqidah. Sangat Mustahil suatu aqidah yang benar diletakkan dalam suatu tempat yang batil kemudian aqidah ini tetap bersih, umpamakan kita meletakkan air yang bersih lagi jernih di dalam sebuah gelas yang bernajis dan kotor sekelilingnya, apakah air tadi tetap bersih dan jernih atau berubah menjadi kotor disebabkan najis dan kotoran yang melekat di gelas tadi ? Begitu jugalah hubungan antara manhaj dan aqidah. Sebagaimana kita ketahui bahwa aqidah yang dibawa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan diterima oleh para sahabatnya melaui proses talaqqi tentulah melalui cara-cara tertentu yang disebut dengan manhaj (metode). Maka kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Jika terkadang berpisah satu sama lainnya dalam realita atau situasi dan kondisi tertentu tetapi sebenarnya keduanya akan tetap saling memepengaruhi satu sama lainnya. Hanya ada dua kemungkinan : Pertama: Aqidah salaf yang merubah suatu manhaj menyimpang sehingga menjadi bermanhaj salafi, atau kemungkinan kedua : Malah sebaliknya manhaj menyimpang yang merubah aqidah salaf. Nauzubillah. Yaitu berubahnya seseorang yang manhajnya menyimpang dengan aqidah yang menyimpang menjadi selamat manhajnya seperti aqidahnya yang selamat (dengan mengikuti aqidah yang benar) atau sebaliknya aqidahnya mengikuti manhajnya yang keliru sehingga aqidahnya menjadi menyimpang pula. ini poin pertama. Adapun poin kedua, yakni dalam bergaul dan menyikapi manusia dalam permasalahan ini ada beberapa sikap: Pertama: Yaitu orang-orang yang menerima da'wah ini dan tunduk dibawah hukum-hukumnya. Orang seperti ini harus dipergauli dengan cara baik-baik, dan jika dia berbuat kesalahan atau kekeliruan maka kesalahnnya ini tidak dapat disamakan dengan jenis manusia berikutnya,maka orang seperti ini harus dinasehati diperingati, diperintahkan kepada kabajikan dan dilarang dari kemungkaran, dipersilahkan untuk turut dalam majlis-majlis ilmu. Jika dia memiliki ijtihad ilmiyyah dalam permasalahan yang diperbolehkan berijtihad di dalamnya, sementara dalam pandanganmu ijtihadnya keliru, maka hendaklah engkau berbuat sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kita. Tetapi jika ijtihadnya bukan pada masalah-masalah yang boleh diijtihadkan, ataupun pada masalah-masalah yang telah baku maka ijtihadnya tidak dianggap dan tidak didengar. Hal seperti ini harus diterangkan terlebih dahulu kepadanya dan dinasehati. Tetapi jika dia tidak menerima nasehat dan malah membantah maka dia diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan jenis orang berikut ini. Kedua : Adapun jenis kedua. Yaitu orang-orang yang memang pada dasarnya tidak mengakui manhaj salaf dan tidak mengikuti sunnah bagaimana kita dapat memakaikannya pakaian yang dia sendiri melepaskannya (maksudnya bagaimana kita menisbahkannya kepada salaf sementara dia sendiri tidak mengakuinya, -pent) [Seri Soal Jawab Dauroh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002 Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu Diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan , Lc] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=1599bagian=0 [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Jadwal Kajian Islamy @Jabotabek
Assalamu'alaikum .. Kaum Muslimin sekalian, hadirilah Majlis Ilmu Islamiyyah yg akan diadakan sbb : Selasa ba'da Zhuhur tempat : Dewan Dakwah Kramat Raya dekat PMI/Xerox, Jakarta Penceramah : Ust. Yazid Bin Abdul Qodir Jawas Pembahasan : Kitab Fathul Mazid (Tauhid dan menumpas akar kesyirikan dan lainnya). Kamis ba'da Ashar sampai Maghrib tempat : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman Jakarta Penceramah : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad Pembahasan : Risalah - risalah Bid'ah. Khotib Jum'at setiap awal bulan (minggu/pekan I) tempat : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman Khotib : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad Khotib setiap Jum'at tempat : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman Penceramah : Ustadz - ustadz Salaf (Insya ALLAH) Sabtu Pagi pukul: 09.00-11.00 wib tempat : Masjid Mubarok, Jl. Kebahagiaan Krukut Hayam Wuruk, Kota belakang Poskota Penceramah : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad Pembahasan : Kitab Shohih Al Imam Bukhari Ahad ba'da Ashar sampai selesai tempat : Masjid Muhajirin, belakang RS. Mitra Persahabatan Bekasi Penceramah : Ust. Zainal Abidin. Lc Pembahasan : Tafsir Ibnu Katsir Ahad ke-3 setiap bulan tempat : Masjid Romadhon, Galaxy Bekasi Penceramah : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad Pembahasan : Kitab Shohih Al Imam Muslim Wassalamu'alaikum... [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] SISI PALING RAHASIA PENGGEMPURAN LEBANON
SISI PALING RAHASIA PENGGEMPURAN LEBANON Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah-Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia Editor dan Penerjemah: Muhammad Ihsan Zainuddin[1] Dari semua yang terungkap dan terbaca, ada banyak rahasia yang tak terketahui. Karena itu, jangan pernah tertipu mendengar lolongan serigala, Menyaksikan musang kenakan sorban, sebab mereka-lah penipu tercerdik dalam sejarah. (Suara hati sendiri) [1] Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Jakarta Angkatan IX 2005/2006. Catatan Editor: Dalam hitungan hari saja, dunia terperangah. Dan seolah tak pernah jemu, seluruh wajah dunia kembali berpaling ke wilayah paling panas di seantero jagat: Palestina dan Lebanon. Ada puluhan rudal mungkin yang ditumpahkan ke kepingan wilayah itu, dan kemudian ada puluhan -bahkan mungkin ratusan- nyawa tak berdosa yang melayang, ratusan rumah tempat bernaung nyaris rata dengan tanah, dan gelombang pengungsian lalu menjadi fenomena yang tak terbendungkan. Hampir bisa dipastikan, bahwa mayoritas -jika tidak semua- korban kekejian itu -baik yang meninggal maupun yang harus berlari dengan wajah ketakutan meninggalkan negrinya- adalah sekumpulan manusia yang tidak tahu menahu mengapa orang-orang tercinta mereka harus menjadi korban... mengapa tempat bernaung yang selama ini mereka bangun bata demi bata harus diremukkan begitu saja...Yah, mereka tidak pernah tahu, setidaknya hingga kini. Mereka tidak tahu... dan kita, kaum muslimin di Indonesia pun mungkin tak tahu mengapa Hizbullah Lebanon menculik 2 tentara Israel. Tapi ketika Presiden Iran, Ahmadi Nejad datang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, kita dihinggapi sebuah euphoria yang gempita. Sebagian kita bahkan seperti menyambut seorang pahlawan agung. Kita kagum hanya karena kesederhanaannya... (Memang susah kita ini, karena jarang menemukan pemimpin yang sederhana, maka musang yang berlagak sederhana pun dengan mudah kita percayai...) Apakah kita kagum akan keberanian Iran -yang merupakan representasi kekuatan Syiah abad ini- 'melawan' Amerika dalam hal nuklir? Apakah sebagai umat yang selama ini roda peradabannya sedang berada di bawah, kita menganggap 'keberanian' Iran itu sebagai awal kemenangan Islam? Bila jawabannya adalah 'iya', maka ketahuilah ada banyak hal yang tidak kita ketahui dari semua peristiwa itu... Dalam terminology Sunnah, kita saat ini sedang berhadapan dengan sebuah fitnah. Fitnah itu adalah saat berbagai peristiwa berkalut-kelindan satu sama lain, hingga kita terjebak dalam situasi dimana kita kehilangan nalar sehat untuk memilah mana hal dan pernyataan yang harus diapresiasi secara positif dan tidak. Atau dalam bahasa yang lebih tegas: nalar syar'i kita menjadi tumpul dalam menentukan yang haq dan yang batil. Akibatnya, karena kita merasa sebagai umat yang kalah, segala bentuk perlawanan yang memakai label keummatan kita dengan segera kita anggap sebagai pahlawan Islam. Meski sesungguhnya ia tak lebih dari musang berbulu domba! 'Tulisan' ini sebenarnya adalah pengantar saja terhadap sebuah tulisan yang ditulis untuk menyikapi berbagai 'kekacaubalauan' yang hingga kini terus terjadi di Semenanjung Arabia; secara spesifik di Irak, dan Palestina serta Lebanon belakangan ini. Tulisan ini sengaja saya terjemahkan dengan harapan agar kita semua dapat melihat krisis Timur-Tengah itu dengan pandangan yang jernih. Agar simpati yang terkirim tak menjelma menjadi simpati yang sia-sia karena salah alamat (Hmm, bukankah salah alamat jika Anda bersimpati pada musang dan serigala??). Tulisan yang saya maksud adalah: Mengapa Hizbullah Menyulik 2 Tentara Israel?; Membaca Tujuan Hakiki di Balik Itu. Ditulis oleh DR. Muhammad Bassam, anggota Dewan Pendiri Rabithah Udaba' al-Syam (Ikatan Sastrawan Syam). Artikel ini dimuat dalam situs www.almoslim.net, edisi 21/6/1427. Semoga bermanfaat! MENGAPA HIZBULLAH MENYULIK 2 TENTARA ISRAEL? Membaca Tujuan Hakiki di Balik Itu DR. Muhammad Bassam Pada awal tulisan ini, menjadi penting untuk dijelaskan bahwa Israel tidak lebih dari sebuah lembaga zionis yang 'disisipkan' dalam tubuh wilayah Arab-Islam kita. Dan sang penyusup ini harus dilawan dengan segala cara yang memungkinkan, hingga Palestina dapat dibebaskan. Seluruh Palestina...dari ujung laut hingga sungainya. Lembaga zionis ini tidak lebih dari sebuah kangker yang ditanamkan Barat di pusat kawasan Islam demi melanggengkan tujuannya: memecah belah dan menghalangi terwujudnya sebuah kekuatan negara berperadaban yang menjadi Islam sebagai referensi tertingginya. Meskipun kita sangat yakin, bahwa 'proyek' zionis itu akan berjalan menuju kepunahannya sebagai sebuah akibat yang pasti dari Sunnatullah di muka bumi ini. Musibah apapun yang menimpa lembaga zionis itu, dan apapun yang menimpa tentara-tentara negara pencuri itu; semuanya akan membuat kita gembira, ridha dan semakin yakin bahwa
[media-dakwah] Penyebab Terhinanya Kaum Muslimin (Pentingnya Tashfiyah Dan Tarbiyah)
Penyebab Terhinanya Kaum Muslimin (Pentingnya Tashfiyah Dan Tarbiyah) Dibimbing Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Kami harus menjelaskan pada kesempatan ini, suatu hal yang amat penting namun dilalaikan oleh mayoritas kaum muslimin. Saya katakan : Penyebab keabadian kaum muslimin pada kondisi mereka yang terpuruk berupa kehinaan dan penindasan kaum kafir, bahkan kaum yahudi terhadap sebagian dunia Islam, penyebabnya bukanlah karena mayoritas ulama Islam tidak memahami Fiqhul Waqi' atau tidak mengetahui rencana-rencana dan tipu daya orang-orang kafir sebagaimana anggapan sebagian orang. Oleh sebab itu saya berpendapat bahwa perhatian yang dicurahkan secara berlebihan terhadap Fiqhul Waqi' , hingga menjadikannya sebagai manhaj bagi para da'i dan generasi muda, dimana mereka membina dan terbina di atasnya, dengan menganggapnya sebagai jalan kesalamatan, ini adalah sebuah kesalahan yang sangat nyata dan kekeliruan yang amat jelas. Sedangkan suatu hal yang telah menjadi kesepakatan para fuqaha' dan tidak terdapat perbedaan di antara mereka, bahwa penyebab yang paling mendasar bagi kehinaan kaum muslimin sehingga terhentinya perjalanan mereka (untuk terus maju) adalah: Kejahilan/kebodohan kaum muslimin terhadap Islam yang diturunkan Allah Jalla Jalaluhu, ke dalam hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mayoritas kaum muslimin yang mengetahui hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan berbagai kepentingan mereka, tidak melaksanakannya, mereka cenderung mengentengkan, menggampangkan dan menyia-nyiakan. TASHFIYAH DAN TARBIYAH Dengan demikian, kata kunci bagi kembalinya kemuliaan Islam adalah dengan penerapan ilmu yang bermanfaat dan pengamalannya. Keduanya adalah perkara yang mulia, tidak mungkin dicapai oleh kaum muslimin kecuali dengan menerapkan manhaj/metode tasfiyah dan tarbiyah yang merupakan dua kewajban besar yang amat penting. Yang saya maksudkan dengan tasfiyah (pemurnian) adalah : Pemurnian aqidah Islam dari sesuatu yang tidak dikenal dan telah menyusup masuk kedalamnya, seperti kesyirikan, pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah Jalla Jalaluhu, atau penakwilannya, penolakan hadits-hadits shahih yang berkaitan dengan aqidah dan lain sebagainya. Pemurnian fiqh Islam dari segala bentuk ijtihad yang keliru yang menyelisihi al-Qur'an dan as-Sunnah, serta pembebasan akal dari pengaruh-pengaruh taqlid[1] dan kegelapan sikap fanatisme. Pemurnian kitab-kitab tafsir al-Qur'an, fiqh, kitab-kitab yang berhubungan erat dengan raqa'iq (kelembutan hati), dan kitab-kitab lainnya dari hadits-hadits lemah dan palsu, serta dongeng israiliyyat dan kemunkaran-kemunkaran lainnya. Adapun kewajiban kedua (tarbiyah), yang saya maksudkan adalah pembinaan generasi baru muslim, diatas Islam yang telah dibersihkan dari hal-hal yang telah kami sebutkan, dengan sebuah pembinaan secara Islami yang benar sejak usia dini tanpa pengaruh oleh pendidikan ala barat dan kafir. Tidak diragukan lagi bahwasanya upaya untuk mewujudkan kedua kewajiban ini, memerlukan dan menuntut kesungguhan ruhnya dengan penuh keihlasan, baik secara kolektif maupun individual (perseorangan). Sikap ini sangat diperlukan dari semua komponen masyarakat yang benar-benar berkepentingan untuk menegakkan sebuah masyarakat yang Islami yang menjadi idaman, disetiap negeri yang telah rapuh pilar-pilarnya, semua pihak bekerja pada bidang dan spesialisasi masing-masing. Maka wajib bagi para ulama yang mengetahui hukum-hukum Islam yang benar, harus sungguh-sungguh mencurahkan perhatian mereka, mengajak kaum muslimin kepada pemahaman Islam yang benar, baik aqidah maupun manhaj, serta memahamkannya kepada kaum muslimin. Kemudian ditindaklanjuti dengan pembinaan mereka diatas pemahaman tersebut, seperti apa yang telah difirmankan oleh Allah Jalla Jalaluhu. Artinya : Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani [2] karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya [Ali-Imran : 79] Inilah jalan satu-satunya dalam pemecahan problematika ummat yang dikandung oleh ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Jalla Jalaluhu. Artinya : ... Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu [Muhammad : 7] [Disalin dari Majalah : as-Salafiyah, edisi ke 5/Th 1420-1421. hal 41-48, dengan judul asli Hukmu fiqhil Waqi' wa Ahammiyyatuhu. Diterjemahkan oleh Mubarak BM Bamuallim LC dalam Buku Biografi Syaikh Al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini hal. 127-150 Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i] __ Foote Note. [1] Taqlid adalah : Sikap/prilaku menerima pendapat seseorang tanpa hujjah dan dalil (lihat Ta/rifat oleh Al-Jurjani hal.64) [2] Rabbani ialah orang yang bijaksana, alim dan penyantun serta banyak ibadah dan ketakwaannya (lihat Tafsir Ibnu Katsit I/356) Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=658bagian=0 Subscribe : Assunnah@yahoogroups.com [Non-text portions
[media-dakwah] kajian Islami live via paltalk
Assalamu'alaikum.. Kajian live via paltalk dari Mushollah Ma'had ali Al-Irsyad As-salafi Surabaya Ikhwani dan Akhawati fillah, anda bisa mengikuti pelajaran tentang aqidah, sejarah Nabi, Hadits, akhlak dan Manhaj Salaf, bersama kami Kajian live disiarkan dari Masjid Daarul Hijrah komplek Ma'had Ali Al-Irsyad As-Salafi Surabaya Indonesia via paltalk room Islam - kajian salaf indonesia ... lihat www.salafindo.com Sekilas Jadwal Kajian : Ustadz Imam Wahyudi bin Muhammad Badri Tiap hari Senin, ba'da Maghrib Manhajul anbiya fi tazkitun nufus Ustadz Salim bin Ali Ghanim Tiap hari Selasa, ba'da Maghrib Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid Ustadz Abdurrahman bin Abdulkarim At-Tamimi Tiap hari Rabu, ba'da Maghrib Suwar Min Hayatis Sohabah Ustadz Mubarak bin Mahfudz Bamualim Tiap hari Kamis, ba'da Maghrib Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadush Shalihin Ustadz Abdurrahman bin Tayyib Tiap hari jum'at, ba'da Maghrib Ushulus Sunnah Li Imam Ahmad Juga bisa download atau dengar langsung kajian secara online di http://www.assunnah.mine.nu Nama kajiannya DAUROH KOBE1 oleh Ustadz.Yazid Jawas, Bahasan inti adalah : 1. Ahlul Sunnah Wal Jama'ah 2. Sifat Sholat Nabi 3. Dzikir-dzikir setelah sholat 4. Kesalahan-kesalahan dalam sholat Barokallahu fiikum 'ala 'llmin nafi'a... Wassalamu'alaikum [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/zAINmC/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM ~- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Yahudi Akan TERBASMI, Insya Allah
YAHUDI AKAN TERBASMI, INSYA ALLAH [HADITS TENTANG PERANG MELAWAN YAHUDI] Dijelaskan Oleh : Asy-Syaikh Muhaddist Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari Hafidzohullah Diantara hal yang membuat hati kaum Mukminin tenteram dan karenanya mereka semakin yakin ialah ; bahwa negeri yang menjadi tempat berkumpulnya bebagai macam suku Yahudi Dunia, yang kemudian secara zalim dan bathil dinamakan negara Israel, adalah negara yang akan musnah dan terhapus dari muka bumi. Saya tidak katakan tanggal sekian dan tanggal sekian seperti yang dilakukan secara tidak benar oleh sebagian orang yang memiliki semangat menggebu. Bisa jadi waktunya akan datang sebelum ramalan mereka jatuh tempo, dan itu tidak sulit bagi Allah. Ya, bisa jadi (waktunya akan datang) jauh sebelum itu. Artinya : Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabb-mu kecuali Dia [Al-Muddatstsir : 31] Tidak ada yang mengetahui kecuali Dia Yang Maha Tahu dan Maha Waspada. Karena itulah ada tokoh politik (Muslim) kontemporer yang mengatakan :Sesungguhnya perdamaian kita bersama Yahudi hanya semata-mata perdamaian politis, bukan keyakinan. Sesungguhnya ada beberapa riwayat hadits Nabi yang shahih dan tegas, bahwa pertempuran besar (melawan bangsa Yahudi-pen) akan terjadi, pasti. Dan bahwa kalimat Tauhid pasti akan mengalahkan orang-orang Yahudi tersebut, baik majikan-majikan maupun budak-budaknya (para pemimpinnya maupun pengikut-pengikutnya -pen). Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Kalian akan memerangi bangsa Yahudi sampai seseorang di antara mereka bersembunyi di belakang batu. Maka batu itu berkata : Wahai hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, bunuhlah !. Imam Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di belakang batu atau pohon. Maka batu -atau- pohon itu berkata : Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah. Kecuali pohon Gharqad (sebuah pohon berduri yang dikenal dikalangan bangsa Yahudi), sesungguhnya Gharqad itu adalah salah satu pohon bangsa Yahudi. Dua riwayat di atas adalah riwayat paling kuat dan paling shahih yang di satu sisi menjelaskan pasti dan benar-benarnya kejadian perang melawan Yahudi, sedangkan di sisi lain menjelaskan tentang yakin (pasti)nya kemenangan di tangan kaum Muslimin. Riwayat tersebut -segala puji bagi Allah, dan dengan taufiq-Nya amat sangat jelas, jelas dan jelas. Tidak perlu komentar dan tidak membutuhkan keterangan. Dalam dua nash di atas terdapat berbagai petunjuk manhaji (bersifat manhaj/bersifat ajaran), yang paling menonjol di antaranya adalah dua hal : Pertama. Berkaitan dengan awalnya, yaitu perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabat :Kalian pasti akan memerangi (orang Yahudi). Sabda ini memberi petunjuk yang tegas bahwa masa depan hanya untuk Islam saja -bi idznillah-, akan tetapi tentu Islam yang sesuai dengan manhaj Salaf. [Lihat : Basha'ir Dzawisy Syaraf Bisyarhi Marwiyyaati Manhajis Salaf, karya Syaikh Salim al-Hilali hal. 151-165]. Kedua. Berkaitan dengan akhirnya, yaitu sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika menceritakan perkataan pohon atau batu : Wahai Muslim, wahai hamba Allah!. Kisah ini menunjukkan bahwa manhaj Tarbawi Ishlahi (pola pendidikan yang bertujuan perbaikan) yang tegak berdasarkan realisasi tauhid dan peribadatan adalah betul-betul memiliki kesiapan untuk menegakkan syari'at Allah di muka bumi dan untuk memulai kehidupan baru dengan kehidupan Islami yang sesuai dengan pola kenabian. [Lihat pula : Madaarij al-Ubudiyah min Hadyi Khairil Bariyyah karya Syaikh Salim al-Hilali hal. 145-153]. Di sana ada riwayat lemah -dari berbagai periwayatan- yang tersebar di tengah-tengah masyarakat dan bergulir di kalangan orang-orang khusus dan orang-orang awam, yang wajib diungkap dan dijelaskan (yaitu) : Riwayat Ibnu Sa'd dalam Tahabaqatnya VII/422, Al-Bazzar dalam Musnadnya IV/138, Az-Zawaid, Ibnu Abi Ashim dalam Al-Ahad wa Al-Matsani 2458, dan lain-lain, dari Nahik bin Shuraim As-Sakuni, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Musyrikin sampai akhirnya sisa-sisa (pasukan) kalian akan memerangi Dajjal di sekitar sungai di Urdun (Yordan), kalian di sebelah timurnya dan mereka di sebelah baratnya. Perawinya berkata : Saya tidak tahu di bumi sebelah manakah Urdun (Yordan) pada waktu itu. Hadits ini sanadnya dha'if, di dalamnya terdapat Muhammad bin Aban Al-Qurasyi. Imam Abu Dawud, Ibnu Ma'in, Al-Bukhari dan imam-imam lain mendha'ifkan (melemahkan)nya. Guru kami, 'Allamah, Imam (Imam diantara Muhadditsin abad 20), lautan ilmu, Syaikh Abu Abdir Rahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani -semoga Allah
[media-dakwah] PERMUSUHAN ABADI ANTARA UMAT ISLAM DENGAN BANGSA KAFIR YAHUDI
PERMUSUHAN ABADI ANTARA UMAT ISLAM DENGAN BANGSA KAFIR YAHUDI Disalin dari : Editorial Majalah Salafiyah Al-Ashalah Pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksitensi (karena seorang muslim itu bagaikan 1 tubuh, bila ada bahagian yg sakit maka bahagian lainnya ikut merasakan sakit), bukan hanya sekedar persengketaan perbatasan. Musuh-musuh Islam dan pengikut-pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakikat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, konflik perbatasan, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana hidup) berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah, dan mendirikan sebuah negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama, semenjak berdirinya negara Islam di Madinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi seluruh manusia, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah telah menceritakan kepada kita hakikat kedengkian dan permusuhan orang-orang Yahudi kepada Umat Islam dan Umat Tauhid (dalam firman-Nya) : Artinya : Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik ... [Al-Maidah : 82] Perhatikan, bagaimana Allah menyebutkan permusuhan orang-orang Yahudi terlebih dahulu, baru kemudian permusuhan orang-orang musyrik, padahal kekafiran merupakan satu agama, namun tingkat permusuhan mereka terhadap umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berbeda-beda. (Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman ) : Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga mengikuti agama mereka [Al-Baqarah : 120] Sejak tarikan nafas umat Islam pertama dalam Islam, orang-orang Yahudi sudah melancarkan permusuhannya kepada umat Islam dan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah aman dari ganguan bangsa Yahudi itu sendiri. Mereka pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tiga kali. Pertama : Percobaan pembunuhan dengan menjatuhkan batu penggiling gandum di kepala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kedua : Ketika mereka meletakkan racun dalam daging kambing yang diperuntukkan bagi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketiga : Ketika Labid bin A'sham al-Yahudi -la'natullah 'alaih- menyihirnya. Lihatlah (kini) bangsa Amerika, ternyata selalu membekali orang-orang Yahudi dengan senjata-senjata penghancur yang tak tanggung-tanggung, supaya dapat digunakan untuk membunuh anak-anak, para wanita dan orang-orang tua muslim bangsa Palestina. Pada saat yang sama bangsa Amerika membikin sibuk dunia dengan pemilihan Presidennya, guna menutupi penyembelihan-penyembelihan masal muslim bangsa Palestina yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Perhatikan pula bangsa Inggris. Mereka juga senantiasa membekali orang-orang Yahudi dengan peluru-peluru berhulu ledak pemusnah yang mengakibatkan terbunuhnya manusia secara biadab dan menimbulkan cacat seumur hidup bagi para pemuda Palestina. Inilah umat yang, baik pemuda, orang tua, anak-anak maupun wanita, menjadi sasaran bantai orang-orang Yahudi dan kaki tangannya. Lihatlah para kaki tangan Yahudi membikin sibuk umat dengan luka-luka rakyat Palestina yang muslim, di sisi lain mereka menutupi kejahatan orang-orang Yahudi dengan mengadakan pertandingan-pertandingan olah raga yang tiada guna serta acara-acara sia-sia yang dapat meracuni dan menina bobokan umat. Belumlah kaum Muslimin menyadari bahwa pertarungan kita dengan kaum Yahudi adalah pertarungan aqidah, pertarungan budaya, pertarungan peradaban, pertarungan eksistensi dan pertarungan identitas ? Bukankah kaum Yahudi membakar masjid Al-Aqsha, bukankah mereka menggali lobang-lobang di bawahnya supaya bangunan itu runtuh ? Bukankah mereka membantai kaum Muslimin ketika tengah bersujud pada bulan Ramadhan di masjidnya nabi Ibrahim Al-Khalil 'Alaihis sallam itu ? Bukankah mereka merobek-robek perut wanita hamil, membantai anak-anak balita serta membumi hanguskan segalanya, baik yang hijau basah maupun yang kering kerontang ? Bukankah bangsa Yahudi telah menjadikan masid-masjid di Palestina sebagai toko-toko minuman keras dan tempat-tempat perjudian ? Bukankah mereka juga menjadikan sebagian masjid itu sebagai kandang-kandang ternak dan tempat pembuangan sampah? Apakah setelah itu semua, lalu dikatakan bahwa pertarungan kita melawan Yahudi sekedar pertarungan memperebutkan tanah perbatasan yang penyelesainnya adalah dengan mendirikan sebuah negari kecil Palestina dengan ibukotanya Al-Quds As-Syarief, sebuah negeri yang -menurut anggapan mereka- mampu menghimpun pemeluk tiga
[media-dakwah] Mufti ARAB SAUDI Serukan Qunut Nazilah Untuk Palestina!!!
Mufti ARAB SAUDI Serukan Qunut Nazilah Untuk Palestina!!! Senin, 03 Juli 06 Mufti umum kerajaan Arab Saudi, Fadhilah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh menyerukan dilakukannya Qunut Nazilah untuk penduduk Palestina yang saat ini menghadapi serangan brutal pasukan pendudukan Israel. Dalam pembicaraan via teleponnya dengan salah satu situs Islam terkenal di Timur Tengah, 'al-Islam el-Youm', Samahah al-Mufti, Alu Syaikh berpendapat bahwa cobaan yang dialami rakyat Palestina tersebut mengajak kita untuk berinisiatif segera melakukan Qunut Nazilah di masjid-masjid. Dalam khutbah jum'at lalu yang disampaikannya di sebuah Jami' al-Kabir, Riyadh, Fadhilat Syaikh Alu Syaikh mengatakan, Sesungguhnya saudara-saudara kita di Palestina tengah melewati masa-masa yang amat berat dan berbagai cobaan pedih yang menyayat-nyayat setiap hati Muslim atas kezhaliman, tindakan biadab dan pelanggaran yang dilakukan terhadap kaum wanita, anak-anak dan orang-orang tua tidak berdosa di sana, yang tidak memiliki daya dan upaya. Musuh, Sang Pencaplok telah menghancurkan bumi mereka, merobohkan infrastruktur-inftrastruktur negeri dan seluruh instalasi-instalasi vital lainnya.!! Beliau menambahkan, Sungguh! Itu merupakan petaka bagi Islam dan pemeluknya. Kita memohon kepada Allah agar menyatukan hati mereka, menganugerahkan mereka ketegaran, pertolongan dan taufiq-Nya serta semoga mereka merapatkan barisan dan bersatu melawan musuh-musuh Islam.!! Amiin [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Check out the new improvements in Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM ~- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] MENGKAFIRKAN KAUM YAHUDI DAN NASHRANI
MENGKAFIRKAN KAUM YAHUDI DAN NASHRANI Dibimbing Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin sumber http://www.almanhaj.or.id Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Seorang penceramah agama di salah satu masjid di Eropa beranggapan bahwa tidak boleh menyatakan kaum Yahudi dan Nashrani kafir. Bagaimana pendapat Syaikh yang mulia? Jawaban. Pernyataan penceramah ini sesat dan boleh jadi suatu pernyataan kekafiran, karena kaum Yahudi dan Nashrani telah Allah nyatakan sebagai golongan kafir.Allah berfirman: Artinya : Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putra Allah dan orang Nasrani berkata: Al Masih itu putra Allah. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka;bagaimana mereka sampai berpaling?. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan [At Taubah : 30-31] Dengan demikian ayat tersebut menyatakan bahwa mereka itu adalah golongan musyrik. Pada beberapa ayat lain Allah menyatakan dengan tegas bahwa mereka itu kafir, sebagaimana ayat-ayat berikut. Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : 'Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam. [Al Maidah:17] Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga [Al Maidah:73] Artinya : Orang-orang kafir dari Bani Israel telah dilaknat melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam [Al Maidah : 78] Artinya : Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam.. [Al Bayyinah : 6] Ayat-ayat tentang hal ini banyak sekali, begitu juga hadits-hadits. Orang yang mengingkari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani berarti tidak beriman dan mendustakan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, ia juga mendustakan Allah, sedang mendustakan Allah itu kafir. Seseorang yang meragukan kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani tidak diragukan lagi bahwa ia telah kafir. Demi Allah, bagaimana penceramah agama seperti itu rela berkata bahwa kaum Yahudi dan Nashrani tidak boleh dinyatakan sebagai golongan kafir, padahal mereka sendiri mengatakan Allah itu adalah salah satu dari tiga tuhan? Allah sendiri telah menyatakan mereka itu kafir. Mengapa ia tidak ridha menyatakan golongan Yahudi dan Nasrani itu kafir, padahal mereka telah mengatakan: Isa bin Maryam adalah putra Allah. Tangan Allah terbelenggu, Allah miskin dan kami adalah orang-orang kaya? Bagaimana penceramah itu tidak rela menyatakan golongan Yahudi dan Nasrani adalah kafir padahal mereka telah menyebut tuhan mereka dengan sifat-sifat yang buruk yang semua sifat tersebut merupakan aib, cacat, dan kalimat celaan? Saya (Syaikh Utsaimin) menyeru penceramah ini supaya tobat kepada Allah dan membaca firman Alah : Artinya : Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu) [Al Qalam :9] Hendaklah penceramah ini tidak bersikap lunak terhadap kekafiran mereka.Ia harus menerangkan kepada semua orang bahwa kaum Yahudi dan Nasrani adalah golongan kafir dan termasuk penghuni neraka. Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Artinya : Demi dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya. Tiada seorang-pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani,tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka.[Hadits Riwayat Muslim no.153 dalam kitabul Iman] Artinya : Tiga golongan yang akan mendapatkan dua pahala :Seseorang dari golongan Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam [Hadits Riwayat. Bukhari no.97 dalam Kitabul Ilmu ; Muslim no.153 dalam Kitabul Iman] Selanjutnya, saya (Syaikh Utsaimin) membaca pernyataan pengarang Kitaabul Iqna' dalam bab Hukum Orang Murtad. Dalam kitab ini beliau berkata :Orang yang tidak mengkafirkan seseorang yang beragama selain Islam seperti Nasrani atau meragukan kekafiran mereka atau menganggap mazhab mereka benar,maka ia adalah orang kafir. Dikutip dari pernyataan Syaikhul Islam suatu pernyataan : Barangsiapa beranggapan bahwa gereja adalah rumah Allah dan di tempat itu Allah disembah, dan beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nashrani adalah suatu ibadah kepada Allah, ketaatan kepadaNya dan kepada RasulNya, atau ia senang dan ridha terhadap hal semacam itu, atau ia membantu kaum Yahudi dan Nasrani untuk memenangkan dan menegakkan agama mereka serta beranggapan bahwa perbuatan mereka itu adalah ibadah dan ketaatan kepada Allah ,maka orang ini telah kafir. Ditempat lain beliau berkata :Barang siapa beranggapan bahwa kunjungan golongan dzimmi (penganut agama non-Islam) ke gereja-gerejanya adalah suatu ibadah kepada Allah, maka ia
[media-dakwah] Asy-Syaikhsiyyah : Tak Kenal Maka Tak Sayang
SEKILAS BIOGRAFI SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYYAH RAHIMAHULLAH Demi Allah, tidaklah benci kepada Ibnu Taimiyah melainkah orang yang bodoh atau pengikut hawa nafsu [Abdul Bar As-Subky] NAMA DAN NASAB Beliau adalah imam, Qudwah, 'Alim, Zahid dan Da'i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu'alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy. Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu'ul Awal tahun 661H. Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka. Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Ta'ala. Akhirnya mereka bersama kitab-kitabnya dapat selamat. PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur'an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mendalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu'jam At-Thabarani Al-Kabir. Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia. Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu'alaihi wa sallam. Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku. Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha' dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi. PUJIAN ULAMA Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain. Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam serta lebih ittiba' dibandingkan beliau. Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manusia seperti anda. Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ? Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul
[media-dakwah] Hukum Jihad fi Sabilillah
ADA ORANG YANG MEWAJIBKAN JIHAD SAAT SEKARANG, APAKAH BERDOSA JIKA MEREKA KELUAR BERJIHAD? Dibimbing Oleh : Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan sumber http://www.almanhaj.or.id assunnah@yahoogroups.com Pertanyaan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana pendapat anda tentang orang yang mewajibkan jihad saat sekarang, dan apakah berdosa seandainya salah seorang mereka keluar berjihad ? Jawaban Berjihad harus memenuhi aturan-aturan dan syarat-syaratnya. Seorang muslim berjihad merupakan suatu yang baik, akan tetapi selama aturan-aturan dan syarat-syaratnya belum terpenuhi, maka tidak ada jihad secara syari'at, karena hanya akan menimbulkan bahaya yang lebih banyak bagi kaum muslimin daripada manfaatnya. Engkau memukul seorang kafir akan tetapi orang kafir akan menyiksa kaum muslimin sehingga akan menimbulkan dampak seperti yang engkau telah dengar. Ini tidak diperbolehkan. Selama tidak terpenuhi aturan-aturan dan syarat-syaratnya serta bersama pemimpin kaum muslimin dan panji Islam, maka jihad belum bisa dilakukan. Jika maksud orang baik dan ia ingin berjihad maka ia diberikan pahala dengan niatnya akan tetapi ia telah keliru dalam masalah ini. Pertanyaan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Anda menyebutkan bahwasanya harus memperhatikan keadaan kaum muslimin dan mengetahui orang kafir yang wajib dibunuh dan orang yang kafir tidak boleh diperangi. Kami mohon kepada anda berikan contoh orang kafir yang tidak boleh diperangi dan berapa lama waktunya ? Dan bagaimana keadaan mereka ? Jawaban Orang kafir yang tidak boleh diperangi adalah orang-orang kafir yang kita tidak mampu memerangi/mengalahkannya begitu juga mereka yang dalam perjanjian dan perdamaian dengan kaum muslimin, mereka ini tidak boleh diperangi sampai akhir masa perdamaian atau mereka melanggar perdamaian. Adapun jika perdamaian masih berlangsung maka mereka terlindungi, kaum muslimin tidak boleh memerangi mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap merekla. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawa At-Taubah : 7] Artinya : Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari satu golongan [Al-Anfal ; 58] Maksudnya jika mereka dalam perdamaian. Artinya : Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang baik [Al-Anfal : 58] Jika engkau ingin mengakhiri perjanjian antara engkau dan mereka maka beritahukan kepada mereka -umumkan hal ini kepada mereka- sampai mereka berada dalam kejelasan. Perjanjian bukanlah suatu yang sepele. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dan penuhilah janji ; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawaban [Al-Isra : 34] Tidak boleh membatalkannya kecuali dengan alasan secara syar'i, serta perintah dari imam yang menandatangani perjanjian itu bersama mereka, karena imamlah yang memegang urusan perjanjian serta pembatalannya dan ini merupakan wewenang seorang imam dan bukan wewenang seorang pun selainnya, agar permasalahan tidak menjadi kacau. [Disalin dari kitab Fatawa Al-Aimmah Fil An-Nawazil Al-Mudlahimmah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Seputar Terorisme, Penyusun Muhammad bin Husain bin Said Ali Sufran Al-Qathani, Terbitan Pustaka At-Tazkia] JIHAD-JIHAD YANG FARDHU 'AIN Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin sumber http://www.almanhaj.or.id Artinya : Dari 'Aisyah, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah [Dikeluarkan oleh al-Bukhari No. 2783 kitab al-Jihad wa as-siyar dan Muslim No. 1864 kitab al-Imaarah] Maknanya : Tidak ada hijrah dari Mekkah karena dia telah menjadi negeri Islam. [Keterangan dari Imam Nawawiy penulis kitab Riyadhush Shalihin -pent] Permasalahan jihad yang hukumnya fardhu 'ain merupakan permasalahan besar yang belum banyak diketahui oleh kaum muslimin. Sehingga banyak para da'i berfatwa dan menyerukan jihad yang hukumnya (dianggap) fardhu 'ain terhadap setiap pribadi tanpa dasar kaidah yang jelas, dan terkadang dibuat dalam rangka mewujudkan keinginan-keinginan pribadi dan sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kami merasa perlu memuat suatu penjelasan singkat tentang hal tersebut dari seorang alim ulama yang telah dikenal ilmu dan kesholehannya, agar kita semua dapat beramal diatas ilmu, dan mudah-mudahan Allah memberi taufiq-Nya kepada kita untuk berjalan di jalan yang lurus. Syarah Hadits. Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah dengan sabdanya : Tidak ada hijrah. Peniadaan ini bukan untuk keumumannya, maknanya hijrah tersebut tidak batal dengan penaklukan kota Mekkah, karena hijrah tersebut tidak akan hilang sampai hari kiamat sebagaimana telah ada dalam hadits Rasulullah
[media-dakwah] Syarah : Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Defenisi : AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH Oleh : Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Wuhaibi sumber http://www.almanhaj.or.id - Assunnah@yahoogroups.com As-Sunnah dalam istilah mempunyai beberapa makna[1]. Dalam tulisan ringkas ini tidak hendak dibahas makna-makna itu. Tetapi hendak menjelaskan istilah As-Sunnah atau Ahlus Sunnah menurut petunjuk yang sesuai dengan i'tiqad Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan : . Dari Abu Sufyan Ats-Tsauri ia berkata : Artinya : Berbuat baiklah terhadap ahlus-sunnah karena mereka itu ghuraba[2] Yang dimaksud As-Sunnah menurut para Imam yaitu : Thariqah (jalan hidup) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dimana beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat berada di atasnya. Yang selamat dari syubhat dan syahwat, oleh karena itu Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan : Ahlus Sunnah itu orang yang mengetahui apa yang masuk kedalam perutnya dari (makanan) yang halal.[3] Karena tanpa memakan yang haram termasuk salah satu perkara sunnah yang besar yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Kemudian dalam pemahaman kebanyakan Ulama Muta'akhirin dari kalangan Ahli Hadits dan lainnya. As-Sunnah itu ungkapan tentang apa yang selamat dari syubhat-syubhat dalam i'tiqad khususnya dalam masalah-masalah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, begitu juga dalam masalah-masalah Qadar dan Fadhailush-Shahabah (keutamaan shahabat). Para Ulama itu menyusun beberapa kitab dalam masalah ini dan mereka menamakan karya-karya mereka itu sebagai As-Sunnah. Menamakan masalah ini dengan As-Sunnah karena pentingnya masalah ini dan orang yang menyalahi dalam hal ini berada di tepi kehancuran. Adapun Sunnah yang sempurna adalah thariqah yang selamat dari syubhat dan syahwat.[4] Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi mengatakan : . Tidak diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.[5] Kata Ahlus-Sunnah mempunyai dua makna : Pertama. Mengikuti sunah-sunah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam. Kedua. Lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama dimana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma'. Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah. Ibnu Sirin rahimahullah mengatakan :Mereka (pada mulanya) tidak pernah menanyakan tentang sanad. Ketika terjadi fitnah (para ulama) mengatakan : Tunjukkan (nama-nama) perawimu kepada kami. Kemudian ia melihat kepada Ahlus Sunnah sehingga hadits mereka diambil. Dan melihat kepada Ahlul Bi'dah dan hadits mereka tidak di ambil.[6] Al-Imam Malik rahimahullah pernah ditanya :Siapakah Ahlus Sunnah itu ? Ia menjawab : Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqab (julukan) yang sudah terkenal yakni bukan Jahmi, Qadari, dan bukan pula Rafidli.[7] Kemudian ketika Jahmiyah mempunyai kekuasaan dan negara, mereka menjadi sumber bencana bagi manusia, mereka mengajak untuk masuk ke aliran Jahmiyah dengan anjuran dan paksaan. Mereka menggangu, menyiksa dan bahkan membunuh orang yang tidak sependapat dengan mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Al-Imam Ahmad bin Hanbal untuk membela Ahlus Sunnah. Dimana beliau bersabar atas ujian dan bencana yang ditimpakan mereka. Beliau membantah dan patahkan hujjah-hujjah mereka, kemudian beliau umumkan serta munculkan As-Sunnah dan beliau menghadang dihadapan Ahlul Bid'ah dan Ahlul Kalam. Sehingga, beliau diberi gelar Imam Ahlus Sunnah. Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah Ahlus Sunnah terkenal dikalangan Ulama Mutaqaddimin (terdahulu) dengan istilah yang berlawanan dengan istilah Ahlul Ahwa' wal Bida' dari kelompok Rafidlah, Jahmiyah, Khawarij, Murji'ah dan lain-lain. Sedangkan Ahlus Sunnah tetap berpegang pada ushul (pokok) yang pernah diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabat radhiyallahu 'anhum. AHLUS SUNNAH WAL-JAMA'AH Istilah yang digunakan untuk menamakan pengikut madzhab As-Salafus Shalih dalam i'tiqad ialah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Banyak hadits yang memerintahkan untuk berjama'ah dan melarang
[media-dakwah] Kumpulan Risalah Mengenai Al-Qur'anul Karim
Adab Membaca Al Quran Al Quranul Karim adalah firman Alloh yang tidak mengandung kebatilan sedikit pun. Al Quran memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh taala. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al Quran. Sebagaimana sabda Nabi sholallahu alaihi wa sallam, Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.(HR. Bukhari) Ketika membaca Al Quran, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al Quran: 1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al Quran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, Orang yang membaca Al Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama. (At Tibyan, hal. 58-59) 2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rosululloh bersabda, Siapa saja yang membaca Al Quran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan). Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al Quran sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al Quran setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al Quran sekali dalam seminggu. 3. Membaca Al Quran dengan khusyu, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Alloh ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu (Al-Isra: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat. 4. Membaguskan suara ketika membacanya. Sebagaimana sabda Rosululloh sholallahu alaihi wa sallam, Hiasilah Al Quran dengan suaramu (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Quran (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya. 5. Membaca Al-Quran dimulai dengan Istiadzah. Alloh subhanahu wa taala berfirman, Dan bila kamu akan membaca Al Quran, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk (An Nahl: 98) 6. Membaca Al Quran dengan tidak mengganggu orang yang sedang sholat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang sedang-sedang saja secara khusyu. Rosululloh bersabda, Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al Quran) (HR. Abu Dawud, Nasai, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a'lam. [sumber: Buletin At Tauhid] BOLEHKAH MENAFSIRKAN AL-QURAN AL-KARIM DENGAN TEORI ILMIAH ? Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin sumber http://www.almanhaj.or.id Pertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bolehkah menafsirkan Al-Quran Al-Karim dengan teori ilmiah modern ? Jawaban Menafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah mengandung bahaya. Karena, jika kita menafsirkan Al-Quran dengan teori tersebut kemudian datang teori lain yang menyelisihinya, maka konsekwensinya adalah Al-Quran menjadi tidak benar dalam pendangan musuh-musuh Islam. Adapun dalam pandangan kaum muslimin, mereka akan mengatakan bahwa kesalahan terletak pada orang yang menafsirkan Al-Quran dengan teori tadi, akan tetapi musuh-musuh Islam akan selalu menunggu kesempatan. Oleh karena itu, saya mengingatkan dengan amat sangat agar tidak tergesa-gesa dalam manafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah ini. Apabila Al-Quran terbukti dalam realita maka kita tidak perlu mengatakan bahwa Al-Quran telah menetapkan realita itu. Al-Quran turun untuk menerangkan ibadah, akhlak, dan sebagai bahan renungan. Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Artinya : Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran [Shaad : 29] Dan bukan untuk perkara-perkara seperti ini yang diketahui melalui eksperimen dan diketahui oleh manusia dengan ilmu mereka. Terkadang
[media-dakwah] TAUHID, Prioritas Pertama Utama
WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA METODE PARA NABI DAN RASUL Dibimbing Oleh: Syaikh Al-Muhadditsin Muhammad Nashiruddin Al-Albani sumber http://www.almanhaj.or.id - Assunnah@yahoogroups.com Pertanyaan: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia, tidak ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik. Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan ghirah (semangat)orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan danjama'ah-jama'ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam-selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil,bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi mengatasi kenyataan pahit ini. Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam menyelesaikannya. Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan jama'ah-jama'ah tersebut .? Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan ini.? Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini dihadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .? Jawaban: Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu berupa buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya kenyataan yang menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi orang Arab pada zaman jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara kita dan kesempurnaannya, serta adanya kelompok yang eksis di atas Al-Haq (kebenaran), memberi petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !. Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah jalan keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah mengobati jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang ini harus meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha Illallah, dan harus mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang menimpa mereka dengan pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini jelas sekali apabila kita memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla. Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al-Ahzab : 21] Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang mengharuskan kita untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu : A. Pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah kaum-muslimin. B. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. C. Serta yang ketiga adalah akhlak mereka. Bukannya yang saya maksud dari urutan ini adanya pemisahan perkara antara satu dengan yang lainnya, artinya mendahulukan yang paling penting kemudian sebelum yang penting, dan selanjutnya !. Tetapi yang saya kehendaki adalah agar kaum muslimin memperhatikan dengan perhatian yang sangat besar dan serius terhadap perkara-perkara di atas. Dan yang saya maksud dengan kaum muslimin adalah para juru da'wah, atau yang lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan mereka, karena sangat disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim
[media-dakwah] ASY-SYAIKHSYIYYAH : IMAM ASY-SYAFI'I
IMAM ASY-SYAFI'I (PEMBELAANNYA TERHADAP AS-SUNNAH) Rasanya, tidak ada seorang pun yang diberi kemudahan oleh Allah di dalam menuntut ilmu, yang tidak mengetahui sosok satu ini. Sosok salah seorang ulama di antara empat madzhab terkenal di muka bumi ini, bila tidak dikatakan, yang paling menonjol dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan ulama madzhab lainnya. Dialah, Imam Asy-Syafi'i yang madzhabnya lahir setelah melewati fase pematangan dari dua madzhab sebelumnya yang boleh dikatakan berbeda pandangan di dalam banyak hal. Tulisan sederhana di dalam lembaran terbatas ini, dimaksudkan agar kita dapat mengenal lebih dekat lagi terhadap sosok yang ulama satu ini, terutama tentang pembelaan beliau terhadap sunnah Rasulullah, sehingga mereka yang selalu menisbatkan dirinya kepada beliau dapat mengetahui secara persis sosok beliau dan tidak hanya sekedar menyatakan bermadz-hab Syafi'i' alias menisbatkan pendapat-nya kepada beliau, tetapi jauh dari sikap beliau di dalam berpegang teguh kepada As-Sunnah dan memberantas bid'ah. Sehingga dizamannya beliau diberi gelar dengan Saifus-Sunnah (Pedang As-Sunnah). Dengan begitu, kita telah memberikan hak beliau sebagaimana layaknya dan tidak menzhalimi apalagi menisbatkan diri kepadanya secara dusta. Di sini juga perlu dipilah antara istilah - madzhab Asy-Syafi'i (dinisbat-kan kepada Imam Asy-Syafi'i, sang Imam) dan - madzhab Asy-Syafi'iyyah (dinisbatkan kepada pendapat para pengikut Imam Asy-Syafi'i dan belum tentu pendapat sang Imam). Biografi Singkat Imam Asy-Syafi'i Beliau bernama Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin 'Ubaid bin 'Abd Yazid bin Hasyim bin 'Abdul Muththalib bin 'Abdi Manaf. Jadi, dari sisi nasab, bertemu dengan nasab Rasulullah n. Karena itu pula, beliau sering dijuluki dengan 'Al-Imam Al-Muththalib Al-Hasyimiy Al-Qurasyi'. Dilahirkan pada tahun 150 H di kota Ghazzah (Gaza) di Palestina, yaitu tepat di tahun wafatnya salah seorang Imam empat madzhab lainnya, Abu Hanifah. Ayah beliau meninggal saat beliau masih di ayunan, sehingga tumbuh di dalam kondisi yatim dan faqir. Sedangkan ibunya, berasal dari suku Azd, salah satu suku di Yaman. Beliau wafat di Mesir pada tahun 204 H. Pembelaannya terhadap As-Sunnah Imam Asy-Syafi'i dijuluki oleh kalangan Ahlu Al-Hadits sebagai Nashir As-Sunnah (pembela As-Sunnah). Ini tentu saja merupakan penghargaan tertinggi terhadap sosok beliau dan bukan hanya sekedar simbol belaka. Sikap, ucapan dan karya-karya tulis beliau menjadi saksi untuk itu. Di masa hidup beliau, timbul bermacam-macam aliran keagamaan yang mayoritas selalu menyerang As-Sunnah. Mereka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Pertama, mengingkari As-Sunnah, secara keseluruhan (seperti para Mu'tazilah Aqlaniyyun Tasawwuf-sufi) Kedua, tidak menerima As-Sunnah kecuali bila semakna dengan Al-Qur'an. (seperti Khowarij Sufi) Ketiga, menerima As-Sunnah yang mutawatir saja dan tidak menerima selain itu alias menolak Hadits Ahad. (seperti Hizbut-Tahrir produknya Ikhwanul-Muslimin) Beliau menyikapi ketiga kelompok tersebut dengan tegas, yaitu ~ Terhadap kelompok pertama, beliau menyatakan bahwa tindakan mereka tersebut amat berbahaya karena dengan begitu rukun Islam, seperti shalat, zakat, haji dan kewajiban-kewajiban lainnya menjadi tidak dapat dipahami bila hanya berpijak kepada makna global dari Al-Qur'an kecuali dari makna secara etimologisnya saja. Demikian pula terhadap kelompok ke dua, bahwa implikasinya sama saja dengan kelompok pertama. ~ Sedangkan terhadap kelompok ke tiga, beliau membantah pendapat mereka dengan argumentasi yang valid (tepat) dan detail terperinci. Di antara bantahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Di dalam mengajak kepada Islam, Rasulullah mengirim para utusan yang jumlahnya tidak mencapai angka mutawatir. Maka bila memang angka mutawatir tersebut urgen sekali, tentu Rasulullah tidak merasa cukup dengan jumlah tersebut sebab pihak yang dituju oleh utusan tersebut juga memiliki hak untuk menolak mereka dengan alasan tidak dapat mempercayai dan mengakui berita yang dibawa oleh mereka. 2. Bahwa di dalam peradilan perdata dan pidana yang terkait dengan harta, darah dan nyawa harus diperkuat oleh dua orang saksi padahal yang menjadi landasannya adalah khabar (hadits) yang diriwayatkan oleh jumlah yang tidak mencapai angka mutawatir alias Hadits Ahad, tetapi meskipun demikian, Asy-Syari' (Allah Subhanahu wa Ta'ala ) tetap mewajibkan hal itu. 3. Nabi membolehkan orang yang mendengar darinya untuk menyampaikan apa yang mereka dengar tersebut, meskipun hanya oleh satu orang saja. Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: 'Mudah-mudahan Allah memperbaiki akhlaq dan derajat seseorang (seorang hamba) yang mendengar hadits dari kami lantas menghafalnya hingga menyampaikannya'. (H.R. Abu Daud) 4. Para shahabat menyampaikan hadits-hadits Rasulullah n secara individu-individu dan tidak menyarat-kan harus diriwayatkan oleh orang yang banyak sekali. Demikianlah di antara
[media-dakwah] DAUROH ILMIYYAH PARA ULAMA AHLUS-SUNNAH KE INDONESIA
DAUROH ILMIYYAH PARA ULAMA AHLUS-SUNNAH KE INDONESIA Alhamdulillah washsholatu wassalaamu 'ala Rosulillah Berikut ini informasi terbaru tentang dauroh para ulama dari Kerajaan Saudi Arabia. Mahad Ali al-Irsyad as-Salafi Surabaya Indonesia bekerjasama dengan Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah, Kerajaan Saudi Arabia. WAKTU DAN TEMPAT Dauroh ini akan diadakan pada tgl 14-17 Jumadil ats-Tsaniyah 1427/10-13 Juli 2006 di Agrowisata - Kebun teh - Wonosari - Lawang - Malang PEMATERI Daurah kali ini insya Alloh akan diisi oleh 2 (Dua) syaikh dari Universitas Islam Madinah: Syaikh DR Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily : (Doktor di bidang akidah dan asisten profesor di jurusan aqidah, fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah) Syaikh DR Sulaiman bin Saliimullah ar Ruhaili : (Doktor di bidang fikih dan asisten profesor di jurusan fikih, fakultas Syari'ah, Universitas Islam Madinah) Adapun Syaikh Prof Dr Abdurrazzak bin Abdul Muhsin al-Abbad (Profesor di jurusan akidah, fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah dan putra ahli hadits yang masih hidup pada zaman ini yaitu Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhohumalloh) akan datang pada tgl 15 Juli 2006, dan akan berkeliling ke beberapa kota di Indonesia untuk mengadakan kajian umum, di antaranya Jogja, Surabaya, Balikpapan dan lain-lain. insya Allah. (TIDAK ADA MUQOBALAH) ~dikutip dengan sedikit perubahan dari www.salafindo.com- Redaksi muslim.or.id: Semoga Alloh memberikan balasan pada panitia serta kemudahan pada panitia untuk melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Kami menunggu kedatangan para masyayikh di Jogja untuk memberikan nasihat. Jazaakumullohu ahsanal jaza' Wassalamu'alaikum [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Check out the new improvements in Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM ~- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Jadwal Kajian Islamiyyah di Surabaya
Jadwal Kajian SALAFY di Surabaya SENIN Tazkiyatunnufus Kitab : Manhajul Anbiya' fi Tazkyatin Nufus Karya : Syaikh Salim bin Ied al-Hilali Ba'da Maghrib MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Pengajar : Ust. Imam Wahyudi, Lc SELASA Tauhid Kitab : Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid Ba'da Maghrib MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Pengajar : Ust. Salim Ghonim, Lc RABU Sirah Nabawiyyah Kitab : Sirah an-Nabawiyah ash-Shahihah Karya : DR. Akram Dhiya'il 'Umari Ba'da Maghrib MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Pengajar : Ust. Abdurrahman at-Tamimi KAMIS Hadits Kitab : Bahjatun Naadhirin Syarh Riyadhis Shalihin Karya : Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly Ba'da Maghrib MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Pengajar : Ust. Mubarak Bamu'allim, Lc JUM'AT Hadits Kitab : Iiqozhul Himmah littiba'i Nabiyyil Ummah Karya : Syaikh DR. Kholid Su'ud al-Ajmi Ba'da Maghrib MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Pengajar : Ust. Abdurrahman Thayib, Lc KETERANGAN : Kajian di atas insya Allah 'live' via Paltalk, Category : Islam, Room : Live Pengajian Al-Irsyad Surabaya Indonesia SABTU DAN AHAD pukul 08.00 â dhuhur Tempat : Sabtu : Musholla Poltek ELKA ITS Ahad : Masjid Baitul Muttaqin, Keputih Pasar ITS Materi dan Pemateri : - Syarah Arba'in Nawawi karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad oleh Ust. Imam Wahyudi. - Syarah Aqidah ath-Thohawiyah oleh Ust. Ma'ruf Nur Salam, Lc. - Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah karya Syaikh Abdul Adhim Badawi oleh Ust. Ahmad Sabiq, Lc. - As-Sirah an-Nabawiyah oleh Ust. Nurul Mukhlishin Asyrafudin, Lc. - Maqoolat Salafiyah karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilali oleh Ust. Abdurrahman Thayib, Lc. Contact : FSMS (FORUM SILATURRAHIM MAHASISWA AS-SUNNAH) SURABAYA MA'HAD MAHASISWA AS-SUNNAH Sekretariat : Asrama Ihya'us Sunnah, Jl. Keputih Timur I/15 âLewat Keputih Perintis IV- Telp : 031-5992853. Email : [EMAIL PROTECTED] Personal Contact : Adit (Tekkim '02) 08155193851, Priyo (Tekpal '04) : 081553563972 MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya Telp. Kantor 3298993 Perpustakaan 3286649 Abu abdirrahman bin misdi al-carati [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Check out the new improvements in Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM ~- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi
Oleh : Ust. Yazid bi Abdul Qadir jawas Ghuluw artinya melampaui batas. Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw jika ia melampaui batas dalam ukuran. Allah azza wa jall berfirman: Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Nisaa': 171) Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. [1] Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar. Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) Allah Subhaanahu wa ta'aala, menisbatkan kepada-nya sebagian dan sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain Allah Subhaanahu wa ta'aala, perbuatan ini adalah syirik. Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau: Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji 'Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ' 'Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya). [2] Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap 'Isa 'alaihis salam sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagai mana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka atakanlah: Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3] 'Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, Ketika aku pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, Engkau adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen) Spontan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala! Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya. Serta merta beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan: Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaitan. [4] Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata, Sebagian orang berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami (sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!' Maka seketika itu juga Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku. [5] Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak. Meskipun demikian, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang mereka agar menjauhkan mereka dan sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan 'aqidah. Dua sifat itu adalah 'Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah). Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi dan apa yang Allah Subhaanahu wa ta'aala berikan dan Allah ridhai. Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo'a kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, bersumpah dengan namanya serta meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Subhaanahu wa ta'aala. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan maulid Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dalam kasidah atau anasyid, dimana mereka tidak
[media-dakwah] PENGERTIAN BID'AH MENURUT SYAR'IYYAH
PENGERTIAN BID'AH MENURUT SYARI'AT Oleh Muhammad bin Husain Al-Jizani sumber http://www.almanhaj.or.id Banyak sekali hadits-hadits nabawi yang mengisyaratkan makna syar'i dari kata bid'ah, di antaranya: [1]. Hadits Al Irbadh Ibnu Sariyah, di dalam hadits ini ada perkataan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam: Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat. [Dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan teksnya milik Abu Dawud 4/201 no. 4608, Rmu Majah 1/15 No. 42, At-Tirmidzi 5/44 no. 2676 dan beliau berkata bahwa ini hadits hasan shahih dan hadits ini dishahihkan oleh Al Albaniy dalam Dhilaalul Jannah fii Takhriijissunnah karya lbnu Abi Ashim: no. 27] [2]. Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata dalam khuthbahnya: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Mnbammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat dan setap kesesatan itu (tempatnya) di neraka. [Dikeluarkan dengan lafadz ini oleh An- Nasa'i dalam As-Sunan 3/188 dan asal hadits dalam Shahih Muslim 3/153. Untuk menambah wawasan coba lihat kitab Khutbat Al-Haajah, karya Al-Albany] Dan jika telah jelas dengan kedua hadits ini, bahwa bid'ah itu adalah al-mubdatsah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama), maka hal ini menuntut (kita) untuk meneliti makna ibda' (mengada-adakan dalam agama) di dalam sunnah, dan ini akan dijelaskan dalam hadits-badits berikut: [3]. Hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini, padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka dia itu tertolak. [Hadits Riwayat Al-Bukhari 5/301 no. 2697, Muslim 12/61 dan lafadz ini milik Muslim] [4]. Dalam Riwayat Lain: Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada dasarnya dalam urusan(agama) kami, maka dia akan tertolak. [Hadits Riwayat. Muslim 12/16] Keempat hadits di atas, jika diteliti secara seksama, maka kita akan mendapatkan bahwa semuanya menunjukkan batasan dan hakikat bid'ah menurut syari'at. Maka dari itu bid'ah syar'iyyah memiliki tiga batasan (syarat) yang khusus. Dan sesuatu tidak bisa dikatakan bid'ah menurut syari'at, kecuali jika memenuhi tiga syarat, yaitu: [a]. Al-Ihdaats (mengada-adakan) [b]. Mengada-adakan ini disandarkan kepada agama [c]. Hal yang diada-adakan ini tidak berpijak pada dasar syari'at, baik secara khusus maupun umum. [A]. Al-Ihdats (Mengada-ada) Sesuatu yang Baru Dalil syarat ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam Artinya : Barang siapa mengada-ada (sesuatu yang baru). Dan sabdanya: Artinya : Dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid'ah. Jadi yang dimaksud al-ihdaats adalah mendatangkan sesuatu yang baru, dibuat-buat, dan tidak ada contoh sebelumnya. [1] Maka masuk di dalamnya: segala sesuatu yang diada-adakan, baik yang tercela maupun yang terpuji, baik dalam agama atau bukan. Dan dengan batasan ini maka yang tidak diada-adakan tidak dapat disebut bid'ah misalnya melaksanakan semua syi'ar agama seperti shalat fardlu, puasa ramadlan, dan melakukan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti makan, pakaian dan lain-lain. Karena hal yang baru itu bisa terjadi dalam urusan duniawi dan urusan agama (dien) untuk itu perlu adanya pembatasan dalam dua batasan berikut ini: [B]. Sesuatu Yang Baru Itu Disandarkan Kepada Agama Dalil batasan ini adalah sabda Rasuhdlah Shalallahu 'Alaihi Wasallam: Artinya : Dalam urusan (agama) kami ini. Dan yang dimaksud dengan urusan nabi di sini adalah agama dan syari'atnya. [Lihat Jami'ul Uluum wal Hikam 1/177] Maka makna yang dimaksud dalam bid'ah itu adalah bahwa sesuatu yang baru itu disandarkan kepada syari'at dan dihubungkan dengan agama dalam satu sisi dari sisi-sisi yang ada, dan makna ini bisa tercapai bila mengandung salah satu dari tiga unsur berikut ini: Pertama : Mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari'atkan. Kedua : Keluar menentang (aturan) agama. Ketiga : Yaitu hal-hal yang bisa menggiring kepada bid'ah. Dengan batasan (syarat) yang ke dua ini, maka hal-hal yang baru dalam masalah-masalah materi dan urusan-urusan dunia tidak termasuk dalam pengertian bid'ah, begitu juga perbuatan-perbuatan maksiat dan kemungkaran yang baru, yang belum pernah terjadi pada masa dahulu, semua itu bukan termasuk bid'ah, kecuali jika hal-hal itu dilakukan dengan cara yang menyerupai taqarrub (kepada Allah) atau ketika melakukannya bisa menyebabkan adanya anggapan bahwa hal itu termasuk bagian agama. [C]. Hal Yang Baru Ini Tidak Berlandaskan Syari'at, Baik Secara Khusus Maupun Umum. Dalil batasan (syarat) ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam: Artinya : Sesuatu yang bukan darinya. Dan sabdanya: Artinya : Yang tidak ada dasarnya dalam urusan kami. Dengan batasan ini, maka
[media-dakwah] ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Ulama Ahli Hadist Kaliber Internasional Abad 20) sumber http://www.almanhaj.or.id Pertanyaan. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Asas-asas apakah yang dapat menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .? Jawaban. Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia merupakan jawaban tegas terhadap pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan pada masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya : Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah (seseorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali dengan harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dien kamu. [Hadist Shahih riwayat Abu Dawud]. Jadi Asasnya ialah Rujuk (Kembali) Kepada Islam. Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam sebuah kalimat ma'tsur yang ditulis dengan tinta emas : Barangsiapa mengada-adakan bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu baik, berarti ia telah menganggap Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghianati risalah. Bacalah firman Allah Tabaraka wa Ta'ala. Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu. [Al-Maaidah : 3]. Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan agama, dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini Kalimat terakhir (Imam Malik) di atas itulah yang berkaitan dengan jawaban dari pertanyaan ini, yaitu pernyataannya : Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini. Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak menjadi baik keadaannya kecuali setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa wahyu dari langit, yang telah menyebabkan kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan akhirat. Demikian pula seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi kehidupan Islami nan membahagiakan di masa kini, yakni tiada lain hanyalah rujuk (kembali) kepada Al-Kitab wa Sunnah. Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa banyak jama'ah serta golongan-golongan di lapangan mengaku bahwa mereka telah meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan dengannya terwujud masyarakat Islam dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam. Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa jalan bagi terwujudnya itu semua hanya ada satu jalan, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firmannya. Artinya : Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. [Al-An'am : 153]. Dan sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menjelaskan makna ayat ini kepada para shahabatnya. Beliau pada suatu hari menggambarkan kepada para shahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan menggambar garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi. Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat di atas ketika menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas garis yang lurus dan kemudian menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda: Artinya : Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada setiap muara jalan-jalan tersebut ada syaithan yang menyeru kepadanya. [Shahih sebagaimana terdapat di dalam Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 16-17]. Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, dengan ayat lain, yaitu firman-Nya. Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk (kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-seburuk tempat kembali. [An-Nisaa : 115] Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengikatkan jalannya orang-orang mukmin kepada apa yang telah di bawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal inilah yang telah diisyaratkan oleh Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits iftiraq (perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An Najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab : Artinya : (Yaitu) apa yang aku dan shahabatku hari ini ada di
[media-dakwah] Dasar-dasar Dakwah Islamiyyah
Ditulis Oleh: Syaikh Al-Muhaddist Mumammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah (Ulama Ahli Hadist Kaliber Internasional Abad 20) PERTAMA : Al Quranul Karim KEDUA : Sunnah shahihah (hadits-hadits shahih) Para Salafiyyin di seluruh penjuru negeri memusatkan pada hadits shahih, (mengapa demikian?) karena didalam sunnah (dengan kesepakatan para ulama) terdapat hadits-hadits palsu (maudhu) atau hadits-hadits lemah (dhaif), (yang bercampur dengan hadits shahih) semenjak sepuluh abad yang lalu, dan hal ini adalah perkara yang tidak ada perselisihan. Para ulama juga bersepakat atas perlunya mentasfiyah (menyeleksi) mana yang hadits dan mana yang bukan hadits. Oleh karena itu para Salafiyyin bersepakat bahwa dasar yang kedua ini (yaitu Sunnah), tidak sepatutnya diambil apa adanya (tanpa melihat shahih atau tidaknya), karena dalam hadits-hadits tersebut terdapat hadits dhaif maupun maudhu yang tidak boleh di amalkan sekalipun dalam fadhailul amal. KETIGA : Al Qur'an dan Sunnah wajib difahami dengan pemahaman sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tabiin serta tabiut tabiin. Inilah yang membedakan dakwah salafiyyah atas seluruh dakwah-dakwah yang tegak diatas bumi hari ini, dalam dakwah-dakwah itu, ada ajaran Islam dan ada juga ajaran-ajaran yang bukan berasal dari Islam. Dakwah salafiyyah mempunyai keistimewaan dengan dasar yang ketiga ini yaitu bahwa Al qur'an dan sunnah wajib difahami diatas manhaj salafus shalih dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tabiin (orang yang berguru kepada sahabat Nabi r) dan tabiut tabi'in (orang yang berguru kepada tabi'in), yaitu pada tiga masa yang pertama (100H-300H) yang telah dipersaksikan dengan hadits-hadits yang telah diketahui, bahwa masa itu adalah masa sebaik-baik umat. Dan ini adalah dalil yang cukup yang menjadikan kita mengatakan dengan pasti bahwa setiap orang yang memahami Islam dari Al Qur'an dan hadits tanpa disertai landasan yang ketiga ini, akan datang dengan membawa ajaran agama Islam yang baru. Dalil yang terbesar dari hal ini, adanya kelompok-kelompok Islam yang (semakin) bertambah tiap hari. Penyebabnya adalah tidak berpegang teguh pada tiga landasan ini, yaitu Al Qur'an, Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan pemahaman Salafus Shalih. Oleh karena itu kita dapati sekarang di negeri-negeri Islam, satu kelompok yang belum lama munculnya di Mesir (yaitu jama'ah takfir wal hijrah). Kelompok ini menyebarkan pemikiran-pemikiran dan racun-racunnya diberbagai negeri Islam dan mendakwakan berada diatas Al Qur'an dan Sunnah. Alangkah serupanya dakwaan mereka itu dengan dakwaan kelompok khawarij. Karena kelompok khawarij juga mengajak kepada Al Qur'an dan Sunnah, akan tetapi mereka menafsirkan Al Qur'an dengan hawa nafsu mereka dengan tanpa melihat pemahaman Salafus Shalih khususnya sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dan saya telah bertemu dengan banyak dari anggota mereka serta berdebat dengan salah seorang pemimpin mereka, yang mengatakan bahwa ia tidak menerima tafsir ayat walaupun datang dari puluhan sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam , ia tidak menerima tafsir itu jika tidak sesuai dengan pendapatnya. Dan yang mengatakan perkataan ini tidak mampu membaca ayat Al Quran dengan tanpa kesalahan. Inilah sebab penyelewengan khawarij terdahulu yang mereka orang Arab asli, maka apa yang kita katakan pada orang khawarij pada masa kini yang mereka itu jika bukan orang-orang non Arab secara nyata tetapi mereka adalah orang-orang Arab yang tidak fasih, dan bukan orang-orang Ajam yang fasih bahasa Arab? Inilah kenyataan mereka, maka mereka itu menjelaskan bahwa mereka tidak menerima tafsir nash secara mutlak kecuali jika Salafush Shalih bersepakat atasnya, demikianlah yang dikatakan salah seorang di antara mereka (sebagai usaha penyesata dan pengkaburan). Maka aku berkata (Syekh Al albani) : Apakah kamu meyakini kesepakatan Salafush Shalih dalam memahami penafsiran suatu nash dari Al Qur'an? dia berkata : tidak ini mustahil maka kukatakan : jika demikian engkau ingin berpegang dengan yang mustahil atau engkau menyembunyikan lalu diapun terdiam. Inti masalahnya, bahwa penyebab kesesatan seluruh kelompok-kelompok dari masa lampau maupun sekarang, adalah tidak berpegang pada landasan yang ketiga ini, yaitu bahwa kita harus memahami Al Qur'an Dan Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. Mu'tazilah, Murji'ah, Qadariyyah, Asy'ariyyah, Maturidiyyah dan seluruh penyelewengan yang terdapat pada kelompok-kelompok itu penyebabnya adalah bahwa mereka tidak berpegang teguh pada pemahaman Salafush Shalih, oleh karena itu para ulama' berkata : Segala kebaikan adalah dengan mengikuti Salafush Shalih Segala kejahatan adalah dengan (mengikuti) perbuatan yang dibikin khalaf (generasi sesudah salafus shalih). Ini bukanlah si'ir, ini adalah perkataan yang diambil dari kitab dan Sunnah, Allah berfirman : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min,
[media-dakwah] Syaikhsyah : IMAM AL-BUKHARY
MENGENAL IMAM AL-BUKHARY Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata, Saya terilham/menghafal hadits ketika masih dalam asuhan belajar. Lalu saya bertanya, Umur berapakah anda pada waktu itu? Beliau menjawab, Sepuluh tahun atau kurang. (Riwayat al-Farbari dari Muhammad Ibnu Abi Hatim, seorang juru tulis al-Imam al-Bukhari). Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliau didengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah mereka untuk menguji kehebatan hafalan beliau tentang hadits. Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits. Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebut sengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanad lain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matan lain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikan kepada sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagian sepuluh buah hadits. Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati. Berbondong-bondonglah para ulama dan tim penguji itu, serta para ulama dari Khurasan dan negeri-negeri lain serta penduduk Baghdad menuju tempat yang telah ditentukan. Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang dari kesepuluh tim penguji mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakan sebuah hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya kepada al-Imam al-Bukhari. Ketika ditanyakan kepada beliau, al Imam al-Bukhari menjawab, Saya tidak kenal hadits itu. Demikian seterusnya satu persatu dari kesepuluh hadits penguji pertama itu dibacakan, dan al-Imam al-Bukhari selalu menjawab, Saya tidak kenal hadits itu. Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, Orang ini berarti faham. Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidak mengerti, hingga menyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbatas pengetahuannya dan lemah hafalannya. Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telah dibolak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, Saya tidak kenal hadits itu. Begitulah, orang kedua ini pun membacakan sepuluh hadits yang menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau, Saya tidak kenal hadist itu. Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampai orang kesepuluh, semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukhari memberikan jawaban tidak lebih daripada kata-kata, Saya tidak kenal hadits itu. Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orang pertama seraya berkata, Hadits yang pertama anda katakan begini, padahal yang benar adalah begini, lalu hadits anda yang kedua anda katakan begini padahal yang benar seperti ini. Begitulah seterusnya hingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak sanad serta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semua sanad dan matannya menjadi benar kedudukannya. Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada para penguji berikutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka, orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalan serta kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani mengatakan, Yang hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikan kedudukan hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, tetapi yang hebat justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para penguji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengan sekali mendengar. Siapakah al-Imam al-Bukhari Beliau adalah Abu Abdillah, bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja'fi. Kakek moyang Bardizbah (begitulah cara pengucapannya menurut Ibnu Hajar al-'Asqalani) adalah orang asli Persia. Bardizbah, menurut penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkan kakek buyutnya, al-Mughirah bin Bardizbah, masuk Islaam di tangan al-Yaman al-Ja'fi ketika beliau datang di Bukhara. Selanjutnya nama al-Mughirah dinisbatkan (disandarkan) kepada al-Ja'fi sebagai tanda wala' kepadanya, yakni dalam rangka mempraktekkan pendapat yang mengatakan, bahwa seseorang yang masuk Islam, maka wala'nya kepada orang yang mengislamkannya. Adapun mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, Ibnu Hajar al-'Asqalani mengatakan, Kami tidak mengetahui (menemukan) sedikit pun tentang kabar beritanya. Sedangkan tentang ayahnya, Ismail bin Ibrahim, Ibnu Hibban telah menuliskan tarjamah (biografi)-nya dalam kitabnya ats-Tsiqat (orang-orang yang tsiqah/terpercaya) dan beliau mengatakan, Ismail bin Ibrahim, ayahnya al-Bukhari, mengambil riwayat (hadits) dari Hammad bin Zaid dan Malik. Dan riwayat Ismail diambil oleh ulama-ulama Irak. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani juga telah menyebutkan riwayat hidup ismail ini di dalam Tahdzibut Tahdzib. Ismail bin Ibrahim wafat ketika Muhammad (al-Bukhari) masih kecil. Kelahiran Dan Wafatnya Dilahirkan di Bukhara, sesudah shalat Jum'at pada tanggal 13 Syawal 194 H. Beliau dibesarkan dalam suasana rumah tangga yang ilmiah, tenang, suci dan bersih dari barang-barang
[media-dakwah] Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi
Ghuluw artinya melampaui batas. Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw jika ia melampaui batas dalam ukuran. Allah azza wa jall berfirman: Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Nisaa': 171) Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. [1] Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar. Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) Allah Subhaanahu wa ta'aala, menisbatkan kepada-nya sebagian dan sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain Allah Subhaanahu wa ta'aala, perbuatan ini adalah syirik. Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau: Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji 'Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ' 'Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya). [2] Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap 'Isa 'alaihis salam sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagai mana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka atakanlah: Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3] 'Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, Ketika aku pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, Engkau adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen) Spontan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala! Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya. Serta merta beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan: Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaitan. [4] Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata, Sebagian orang berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami (sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!' Maka seketika itu juga Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku. [5] Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak. Meskipun demikian, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang mereka agar menjauhkan mereka dan sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan 'aqidah. Dua sifat itu adalah 'Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah). Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi dan apa yang Allah Subhaanahu wa ta'aala berikan dan Allah ridhai. Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo'a kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, bersumpah dengan namanya serta meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Subhaanahu wa ta'aala. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan maulid Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dalam kasidah atau anasyid, dimana mereka tidak membedakan antara hak Allah Subhaanahu wa ta'aala
[media-dakwah] Bab FIQH An Najaasaat
Serial Fiqh : Kitab *Thaharah* Bab *An Najaasaat* *An Najasaat* adalah bentuk plural dari *najasah*, yaitu semua yang dianggap menjijikan oleh orang yang bertabiat normal. Mereka menjaga diri darinya dan mencuci pakaian mereka jika terkena olehnya seperti kotoran dan air seni (*Ar Raudhah An Nadiyyah* I/12 oleh Syaikh Shidiq Hasan Khan) Hukum asal segala sesuatu adalah boleh dan suci. Barangsiapa menyatakan nasjisnya suatu materi, maka ia harus mendatangkan dalil. Namun bila ia tidak bisa membawakan suatu hujjah maka wajib mengikuti hukum asal, yaitu segala sesuatu boleh dan suci. Maka tidak boleh mengatakan tentang najisnya sesuatu kecuali dengan dalil (Syaikh Albani dalam *Shahiih Sunan Abu Dawud* no. 834 dan Syaikh Shidiq Hasan Khan dalam *Ar Raudhah An Nadiyyah* I/15). Hal - hal yang terdapat dalil tentang kenajisan serta cara menyucikannya adalah : 1. Air seni. Dari Anas ra., *Seorang Arab Badui buang air di Mesjid, lalu segolongan orang menghampirinya. Rasulullah ShallallaHu alaihi wa sallam lantas bersabda, 'Biarkanlah ia jangan kalian hentikan kencingnya'.* Lalu Anas ra. melanjutkan, *Tatkala ia sudah menyelesaikan kencingnya, beliau ShallallaHu alaiHi wa sallam memerintahkan agar dibawakan setimba air lalu diguyurkan di atasnya *(HR. Al Bukhari no. 6025 dan Muslim no. 284) [Secara umum, zat untuk membersihkan diri dari najis adalah dengan menggunakan air, kecuali syariat membolehkan membersihkannya dengan selain air, seperti menggunakan tanah] Adapun cara menyucikan pakaian yang terkena kencing bayi yang masih menyusu adalah sebagaimana sabda Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam*, *Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi diperciki* (HR. An Nasa'i I/158 dan Abu Dawud no. 372, di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan an Nasa'i* no. 293) 2. Kotoran manusia. Dari Hudzaifah ra., Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam* bersabda, *Jika salah seorang diantara kalian menginjak al adzaa dengan sandalnya, maka tanah adalah penyucinya* (HR. Abu Dawud no. 381, di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Abi Dawud* no. 834) *Al Adzaa* adalah segala sesuatu yang engkau merasa tersakiti olehnya, seperti najis, kotoran dan sebagainya *('Aunul Ma'buud* II/44). 3. Madzi. Madzi adalah cairan bening, encer dan lengket yang keluar ketika naiknya syahwat. Dialami pria maupun wanita. Ali ra. berkata, *Aku adalah laki - laki yang sering keluar madzi. Aku malu menanyakannya pada Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam karena kedudukan putri beliau. Lalu kusuruh al Miqdad bin al Aswad untuk menanyakannya. Beliau ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, 'Dia harus membasuh kemaluannya dan berwudhu'* (HR Al Bukhari no. 132 dan Muslim no. 303) Untuk pakaian yang terkena madzi Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam memberikan panduannya, *Cukup ambil segenggam air lalu guyurkan pada pakaianmu yang terkena olehnya* (HR. Abu Dawud no. 207, At Tirmidzi no. 115 dan Ibnu Majah no. 506, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahiih Sunan Ibni Majah no. 409) 4. Wadi Wadi adalah cairan bening dan kental yang keluar setelah buang air. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, *Mani, wadi dan madzi. Adapun mani maka wajib mandi. Sedangkan untuk wadi dan madzi beliau ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,* * * *'Basulah dzakar atau kemaluanmu dan wudhulah sebagaimana engkau berwudhu untuk shalat'* (HR. Abu Dawud dan Al Baihaqi I/115, di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Abi Dawud* no. 190) * * 5. Kotoran hewan yang tidak halal dimakan dagingnya. Dari Abdullah ra., ia berkata, *Ketika Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam hendak buang hajat, beliau berkata, 'Bawakan aku 3 batu'. Aku menemukan dua batu dan sebuah kotoran keledai. Lalu beliau mengambil kedua batu itu dan membuang kotoran tadi lalu berkata, '(Kotoran) itu najis'* (HR. Ibnu Majah, di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Ibnu Majah* no. 2530) 6. Darah haidh Dari Asma' binti Abi Bakar ra. ra, ia berkata, *Seorang wanita datang kepada kepada Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam lalu berkata, 'Baju seorang diantara kami terkena darah haidh, apa yang ia lakukan ?'* * * *Beliau ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, Keriklah, kucek dengan air, lalu guyurlah. Kemudian shalatlah dengan (baju) itu'* (HR. Al Bukhari no. 307 dan Muslim no. 291) 7. Air liur anjing. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam* bersabda, *(Cara) menyucikan bejana salah seorang diantara kalian jika dijilat anjing adalah membasuhnya tujuh kali. Yang pertama dengan tanah* (HR. Muslim no. 276) 8. Bangkai Yaitu segala sesuatu yang mati tanpa disembelih secara syar'i. Dasarnya adalah sabda Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam*, *Kulit bangkai apa saja jika disamak, maka ia suci* (HR. Ibnu Majah, Ahmad dalam *Al Fathur Rabbani* no. 49, At Tirmidzi no. 1782, Ibnu Majah no. 3609 dan An Nasa'iVII/173, dari Ibnu Abbas ra., di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Ibni Majah* no. 2907) Maraji :
[media-dakwah] HUKUM MENGOLOK-OLOK AGAMA
HUKUM MENGOLOK-OLOK AGAMA Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Ulama Robbani Abad 20) Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum mengolok-olok Allah Subhanahu wa Taala atau RasulNya Shallallahualaihi wa sallam atau sunnahnya ? Jawaban Mengolok-olok Allah Subhanahu wa Taala atau RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam atau sunnah adalah suatu kekufuran dan riddah (keluar dari Islam), mengeluarkan pelakunya dari ke-Islamannya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala. Artinya : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok ?. Tidak usah kami minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman [At-Taubah : 65-66] Jadi, setiap yang mengolok-olok Allah atau RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam atau sunnah beliau, berarti ia kafir dan murtad, ia wajib bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Jika ia bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya, berdasarkan firmanNya kepada orang yang mengolok-olok. Artinya : Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa [At-Taubat : 66] Allah menjelaskan bahwa Ia bisa memaafkan segolongan dari antara mereka, dan itu hanya terjadi dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Taala dari kekufuran mereka yang disebabkan oleh olok-olok mereka terhadap Allah, ayatNya dan RasulNya. [Al-Majmu Ats-Tsamin, Juz 1, hal. 72-73, Syaikh Ibnu Utsaimin] [Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Terbitan Darul Haq] [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] SPONSORED LINKS Rek Beyond belief Islam online Nation of islam Media YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "media-dakwah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[media-dakwah] Hukum Sesuatu Yang Tidak Terdapat Dalam Al-Qur'an
Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Senin, 28 Februari 2005 07:37:55 WIB Kategori : Al-Qur'an : Tanya Jawab Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=""> Pertanyaan : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian orang melakukan pembenaran terhadap amalan dan perbuatannya yang jahat, seperti merokok atau yang semcamamnya dengan alasan bahwa hal tersebut tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah di dalamnya, maka bagaimana Syaikh menasehati mereka ? Jawaban : Sesungguhnya merupakan sesuatu hal yang wajib diketahui bahwa agama Islam disyari’atkan sejak diutusnya Nabi hingga datangnya hari kiamat. Seandainya setiap kejadian yang terjadi itu dinashkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka tentulah Al-Qur’an akan menjadi berjilid-jilid tanpa batas, dan As-Sunnah pun akan menjadi seperti itu. Akan tetapi syariat Islam –salah satu kekhususannya- adalah ia merupakan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip umum. Dan masuklah ke dalam kaidah dan prinsip umum ini berbagai masalah (juz’iyat) yang tak dapat dihitung kecuali oleh Allah Azza wa Jalla. Maka (dalam masalah rokok ini) hendaklah kita merujuk kepada firman Allah Azza wa Jalla. “Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu†[An-Nisa : 29] Kita merujuk kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan†[An-Nisa : 5] Rujuk pula sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Tidak ada kemudharatan dan tidak (boleh) menyebabkan mudharat (kepada orang lain)†[1] Ini merupakan kaidah-kaidah umum, yang dapat kita terapkan pada masalah rokok dan yang semacamnya. Maka rokok termasuk sebab yang mematikan, dan merujuklah kepada hasil-hasil penelitian yang memperhatikan masalah ini, berapa banyak yang meninggal akibat mengisap rokok setiap tahunnya ? Dengan demikian, berarti termasuk dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian†[An-Nisa : 29] Mengisap rokok juga membuang-buang harta, karena seseorang tidak mendapatkan faidah sedikitpun darinya. Dan Allah telah menyebut harta sebagai qiyaam (pendukung) untuk manusia. “Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan†[An-Nisa : 5] Yang dengannya kalian dapat menegakkan kemaslahatan kalian, maslahat Ad-Din dan dunia, sementara mengisap rokok dan yang semcamnya sama sekali tidak mengandung maslahat secara agama demikian pula secara duniawi Dan marilah kita merujuk kepada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Tidak ada mudharat dan tidak (boleh menimpakan) kemudharatan kepada orang lain†Dan ternyata kita menemukan rokok membahayakan/mendatangkan kemudharatan berdasrkan kesepakatan para dokter saat ini, oleh karena itu sebagian Negara-negara maju telah melarang pengiklanannya di depan umum –walaupun (Negara-negara) itu adalah Negara kafir- karena mengetahui mudharatnya. Dengan demikian rokok termasuk dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Tidak ada kemudharatan dan tidak (boleh) mendatangkan kemudharatanâ€. Dan tidak perlu untuk menyebutkan nash (khusus) dalam masalah ini, karena boleh jadi akan terjadi lagi banyak hal yang serupa dengannya. Dan boleh jadi pada abad-abad pertengahan telah terjadi banyak hal yang tidak kita ketahui, namun salah satu keitimewaan Dinul Islam serta nash-nash syar’i adalah ia berupa kaidah-kaidah umum, yang masuk kedalamnya berbagai masalah yang tak dapat dihitung kecuali oleh Allah hingga tiba hari kiamat. [Disalin dari kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Darul Haq] _ Foote Note [1]. HAdits Riwayat Ibnu Majah no 2340 dan 2341, Ahmad 1/313 (2867 menurut urutan Ahmad Syakir). Ahmad Syakir berkata : Sanadnya lemah disebabkan kelemahan Jabir bin Al-Ju'fiy, namun maknanya shahih dan tsabit dengan sanad yang shahih (dalam riwayat) Ibnu Majah juga hadits Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu 'anhu [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] SPONSORED LINKS Rek Beyond belief Islam online Nation of islam Media YAHOO! GROUPS LINKS
[media-dakwah] HUKUM DAN ETIKA MALAM PERTAMA
[HUKUM DAN ETIKA MALAM PERTAMA] --- Pertama Dianjurkan kepada sang suami bersikap lemah lembut pada malam pertama dengan mengajak bicara sehingga terjadi keakraban atau menyuguhkan segelas minuman sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam. Kedua Dianjurkan untuk meletakkan tangan kanan di atas ubun ubun sang istri kemudian membaca doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.. Bismillah Allahumma bariklii fii zaujatii .. Ketiga Dianjurkan kepada sang suami shalat dua raka'at bersama istrinya dan sang istri berada di belakangnya. Sebab demikian itu lebih melanggengkan kasih sayang. Keempat Jika ingin melakukan hubungan sebadan hendaknya berdoa: Bismillah, allahumma jannibnasy syaithaan wa jannibisy syaithaan maa razaqtanaa Kelima Tidak boleh sang suami menggauli istri kecuali di tempat jalan lahirnya bayi dan boleh melakukan cumbu rayu sesuka hati namun tidak boleh menggaulinya ketika masa haid atau nifas. Keenam Apabila sang suami memiliki lebih dari satu istri maka pada pagi hari dari malam pertama hendaknya sang suami mendatangi istri istri lain dengan tujuan saling mendoakan. Ketujuh Diharamkan bagi kedua mempelai menyebarkan rahasia hubungan seksual karena hal itu termasuk dosa besar. [HAK HAK SUAMI DAN ISTRI] Diantara hak hak yang harus ditegakkan bersama sama sebagai berikut: Pertama Kerja sama dalam rangka menegakkan ketaatan kepada Allah, satu dengan yang lain saling mengingatkan kepada nilai ketakwaan. Diantara contoh yang paling indah adalah kerjasama antara suami dengan istri dalam menghidupkan qiyamul lail sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam (yang artinya) : Semoga Allah merahmati seorang laki laki yang bangun malam kemudian shalat dan membangunkan istrinya untuk shalat dan bila tidak mau bangun maka ia memerciki dengan air di wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang perempuan yang bangun malam lalu shalat dan membangunkan suaminya untuk shalat, bila tidak mau bangun maka ia memerciki dengan air di wajahnya. (HR. Ahmad, Ahlul Sunan kecuali At Tirmidzi dan hadits ini shahih). Kedua Menjalani kehidupan rumah tangga dengan tulus, ikhlas, setia dan penuh kasih sayang. Ketiga Hendaknya masing masing suami istri merasa memiliki tanggung jawab penuh terhadap tugas dan kewajiban yang ada di pundaknya. Masing masing harus tahu bahwa dia dituntut untuk menunaikan kewajiban secara baik dan sempurna sebagaimana sabda Nabi (yang artinya) Setiap kalian adalah pemimpiin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan imam adalah pemimpin, dan orang laki laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggungjawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (HR. Al Bukhari) Keempat Antara suami dan istri harus kerjasama secara baik dalam rangka mewujudkan suasana tenang dan gembira serta berusaha semaksimal mungkin menjauhkan perkara perkara yang mendatangkan keburukan dan kesedihan. Betapa indahnya ucapan Abu Darda' ketika berkata kepada istrinya : Jika kamu sedang melihatku dalam keadaan marah maka carilah sesuatu yang bisa menyenangkanku dan jika aku melihatmu sedang marah maka aku akan mencari sesuatu yang bisa menyenangkanmu, dan bila tidak seperti itu maka kita tidak usah berkumpul saja. Kelima Tidak menyebarkan rahasia masing masing dan tidak menyebut nyebut keburukan pasangannya di depan orang lain karena demikian itu melecehkan harga diri pasangannya di depan orang lain. Ketika itu ia telah melakukan ghibah yang dibenci lagi berdosa. Keenam Hendaknya masing masing memperhatikan gaya dan penampilan, istri berdandan yang bagus untuk suami dan suami juga berdandan yang bagus untuk sang istri.. Ibnu Abbas berkata : Saya sangat senang berdandan untuk istriku sebagaimana saya senang bila ia berdandan untukku, karena Allah berfirman :'Dan bagi istri istri hak yang sepadan dengan kewajiban kewajibannya dengan baik'. [PERSONAL VIEW] Ini adalah buku saku yang cukup ringkas memuat permasalahan tentang pernikahan. Yaitu tentang alasan alasan mengapa harus menikah, bagaimana memilih jodoh, hukum dan etika meminang, seputar akad nikah, etika malam pengantin, dll. Termasuk juga hak hak dan kewajiban suami dan juga istri. Cukup baik sekali buat dibaca oleh mereka yang akan menikah dan juga bagi mereka yang sudah menikah, sebagai pengantar untuk membaca buku buku pernikahan yang lain yang pembahasannya lebih luas. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] SPONSORED LINKS Rek Beyond belief Islam online Nation of islam
[media-dakwah] Bila Aqidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!
Reposting Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..! Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah Perhatian umat untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin yang terbelakang dan senantiasa banyak menelan kekalahan sebenarnya cukup tinggi. Lihatlah, demikian banyak tokoh atau kelompok yang berupaya melakukan perbaikan dengan berbagai cara dan trik. Namun sayang, sampai sekarang kondisi umat masih begini-begini saja, malah terlihat makin terpuruk. Apa penyebabnya? Tahukah anda apa yang dimaksud dengan kata-kata kulit? Dan siapakah yang memunculkan statemen ini? Kulit dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang enteng, remeh, kecil tidak berguna, dan akan dibuang. Padahal secara rasio, kulit itu sangat menentukan isi dan bila kulit itu rusak maka isinya pun akan ikut rusak. Bahkan terkadang kulit lebih besar manfaatnya dari isinya. Anda bisa membayangkan bila aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang prinsipil di dalam agama hanya dianggap sebagai kulit oleh mereka. Yang memunculkan statemen ini adalah ahli bidah dari kalangan hizbiyyun. Ketahuilah bahwa kerusakan moral di dalam beragama sesungguhnya merupakan imbas kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan peribadahan setiap orang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan akibat dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan bermuamalah dengan sesama merupakan percikan dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan implementasi dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan aqidah dan tauhid merupakan muara dan poros dari segala kerusakan di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya: ÙóåóÑó ÇáúÝóÓóÇÏõ Ýöí ÇáúÈóÑöø æóÇáúÈóÍúÑö ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöí ÇáäøóÇÓö áöíõÐöíúÞóåõãú ÈóÚúÖó ÇáøóÐöí ÚóãöáõæÇ áóÚóáøóåõãú íóÑúÌöÚõæúäó Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan-tangan manusia, dan Allah akan merasakan kepada mereka akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali. (Ar-Rum: 41) Di dalam banyak ayat, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis suatu kaum atau individu sebagai orang-orang yang melakukan kerusakan di muka bumi dan menjelaskan bentuk-bentuk kerusakan mereka. 1. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis orang-orang munafik dengan kekufurannya sebagai perusak di muka bumi, setelah mereka mencoba cuci tangan dari berbuat kerusakan. æóÅöÐóÇ Þöíúáó áóåõãú áÇó ÊõÝúÓöÏõæÇ Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÞóÇáõæÇ ÅöäøóãóÇ äóÍúäõ ãõÕúáöÍõæúäó. ÃóáÇó Åöäøóåõãú åõãõ ÇáúãõÝúÓöÏõæúäó æóáóßöäú áÇó íóÔúÚõÑõæúäó Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi! Mereka menjawab: Bahkan sesungguhnya kamilah yang melakukan perbaikan. (Allah mengatakan) ketahuilah sesungguhnya merekalah yang melakukan kerusakan namun mereka tidak merasa. (Al-Baqarah: 11-12) 2. Allah telah menvonis orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kepada para rasul sebagai perusak di muka bumi. æóÇáøóÐöíúäó íóäúÞõÖõæúäó ÚóåúÏó Çááåö ãöäú ÈóÚúÏö ãöíúËóÇÞöåö æóíóÞúØóÚõæúäó ãóÇ ÃóãóÑó Çááåõ Èöåö Ãóäú íõæúÕóáó æóíõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÃõæáóÆößó áóåõãõ ÇááøóÚúäóÉõ æóáóåõãú ÓõæúÁõ ÇáÏøóÇÑö Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah telah perintahkan untuk dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang telah memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Ar-Radu: 25) 3. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis kaum Nabi Shalih yang menentang seruannya sebagai perusak di muka bumi. ÇáøóÐöíúäó íõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáÇó íõÕúáöÍõæúäó Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan. (Asy-Syuara`: 152) æóßóÇäó Ýöí ÇáúãóÏöíúäóÉö ÊöÓúÚóÉõ ÑóåúØò íõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáÇó íõÕúáöÍõæúäó Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) 4. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis Firaun dengan segala tindak tanduknya sebagai perusak. ÂúáÂäó æóÞóÏú ÚóÕóíúÊó ÞóÈúáõ æóßõäúÊó ãöäó ÇáúãõÝúÓöÏöíúäó Apakah sekarang (baru kamu mau percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91) 5. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam banyak ayat telah memerintahkan kepada setiap hamba-hamba-Nya agar melihat apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perbuat terhadap kaum yang melakukan kerusakan, seperti di dalam Surat Al-Araf ayat 86 dan 103 dan Surat An-Naml ayat 14. æóÇäúÙõÑõæÇ ßóíúÝó ßóÇäó ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáúãõÝúÓöÏöíúäó Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan kerusakan. (Al-Araf: 86) Dari gambaran ayat di atas, betapa jelasnya makna perbuatan merusak di muka bumi. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengutus seluruh rasul untuk melakukan perombakan dan perbaikan atas segala bentuk kerusakan tersebut. Perlu diingat bahwa para nabi tidak membuat rancangan sendiri dalam melakukan perbaikan situasi dan
[media-dakwah] ARTI NASEHAT KEPADA PARA PEMIMPIM KAUM MUSLIMIN
Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh.. Al-Imam Ibnu Nashr Al-Marwazi rahimahullah berkata. Sedangkan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin dengan cinta akan ketaatan mereka kepada Allah, cinta akan kelurusan dan keadilan mereka, dan cinta bersatunya umat di bawah pengayoman mereka, dan benci kepada perpecahan umat dengan melawan mereka, dan mengimani bahwa dengan taat kepada mereka dalam rangka taat kepada Allah dan benci kepada orang yang keluar dari ketataatan kepada mereka (yaitu dengan tidak mengakui kekuasaan mereka dan menganggap halal darah mereka, pent). Dan cinta akan kejayaan mereka dalam taat kepada Allah. [1] Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi rahimahullah berkata (Dan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin), yaitu kepada para penguasa mereka, maka dia menerima perintah mereka, mendengar dan taat kepada mereka dalam hal yang bukan maksiat dikarenakan tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khaliq [2] dan tidak memerangi mereka selama mereka belum kafir, dan dia berusaha untuk memperbaiki keadaan mereka dan membersihkan kerusakan mereka dan memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran dan mendoakan agar mereka mendapatkan kebaikan dikarenakan dalam kebaikan mereka berarti kebaikan bagi rakyat, dan dalam kerusakan mereka berarti kerusakan bagi rakyat.[3] Al-Imam An-Nawawi rahimahullah (wafat tahun 677 H) berkata. Sedangkan nasehat kepada pemimpin kaum muslimin adalah dengan menolong mereka di atas kebenaran dan taat kepada mereka dalam hal kebenaran, dan mengajak, memperingatkan dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut kepada kebenaran dan memberi tahu mereka akan kelalaian mereka, dan barangkali belum sampai berita kepada mereka akan kelalaian mereka yang berkenaan dengan hak-hak kaum muslimin, dan tidak keluar dari ketaatan kepada mereka dan melunakkan hati-hati manusia untuk taat kepada mereka. Al-Khaththabi rahimahullah berkata. Dan termasuk dari menasehati kepada mereka adalah dengan shalat di belakang mereka dan berjihad bersama mereka (ketika penguasa berperang dengan orang-orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah, pent.), dan menunaikan zakat kepada mereka (ditampung dalam baitul mal kaum muslimin, pent.), dan tidak keluar mengangkat senjata melawan mereka, meskipun mereka berbuat zalim, dan agar tidak menipu mereka (sekaligus menipu umat, pent) dengan puji-pujian yang penuh kedustaan, dan dengan mendoakan mereka agar mendapatkan kebaikan, dan ini semua menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan para pemimpin kaum muslimin adalah para khalifah dan selain mereka dari para penguasa yang bertugas mengurusi urusan kaum muslimin, dan makna ini yang masyhur. Al-Khaththabi setelah menyebutkan hal ini, kemudian beliau berkata, Dan mungkin pula untuk ditafsirkan dengan makna para ulama dien, dan nasehat kepada mereka, yaitu dengan menerima apa yang mereka riwayatkan dan mengikuti mereka dalam masalah syariat dan berprasangka baik kepada mereka.[4] Setelah kita membaca penjelasan dari para ulama tentang arti nasehat kepada para penguasa muslim, timbul pertanyaan, Apakah para penguasa kaum muslimin di belahan bumi yang tidak berhukum dengan apa-apa yang telah Allah turunkan telah kafir keluar dari Islam? Apabila mereka telah kafir keluar dari Islam, apakah boleh kita mengangkat senjata melawan mereka sekarang ini? Permasalahan ini penting untuk diketahui, maka kita tidak boleh ceroboh dalam membuat kesimpulan, kita tidak boleh memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemikiran dan hawa nafsu kita, tetapi harus memahaminya dengan pemahaman para shahabat, kita tidak boleh mengutamakan emosi dan perasaan di atas mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah. Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan. Kenyataan yang menyakitkan yang sedang kita hadapi pada hari ini, telah mendorong sebagian dari orang-orang yang menaruh perhatian besar kepada permasalahan-permasalahan umat dan mempunyai kecemburuan yang tinggi terhadap dien Allah ini kepada perbuatan ghuluw (belebih-lebihan) dalam dien ini tanpa adanya pembahasan yang teliti terhadap apa-apa yang mereka yang lakukan, atau tanpa penelitian yang mendalam terhadap apa-apa yang mereka katakan! Tidak ragu lagi bahwa ini semua jauh dari metode yang adil sebagaimana yang telah Allah karuniakan kepada Ahli Sunnah dan para juru da'wah kepada tauhid.[5] Marilah kita menyimak nasehat yang sangat berharga dari seorang ulama rabbani, yaitu Syaikh Muhammad Nahiruddin Al-Albani rahimahullah setelah beliau menjelaskan tentang keharusan berpegang teguh dengan manhaj salaf, kemudian beliau menjelaskan tafsir Ibnu Abas radliyallahu'anhuma sampai beliau memberi kesimpulan. Bahwasanya kekufuran, kefasikan dan kezaliman dibagi menjadi 2 macam. [a]. Yang mengeluarkan seseorang dari Islam, yang demikiandisebabkan adanya penghalalan dari hati. [b]. Dan selain itu, kembalinya kepada penghalalan secara amaliah, maka seluruh pelaku maksiat dan khususnya
[media-dakwah] Pentingnya AQIDAH ISLAMIYYAH
Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh.. Sesungguhnya agama Islam adalah akidah dan syariah. Adapun yang dimaksud dengan akidah yaitu setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa, yang dengannya hati menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya. Adapun yang dimaksud syariah adalah tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan oleh Islam, seperti salat, zakat, puasa, berbakti kepada orang tua, dan lain sebagainya. Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk. Dalilnya adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu itu menurut ukuran. Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 49--50). Sabda Nabi saw. yang artinya, Iman adalah hendaknya engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Kemudian, dan percaya kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk. (HR Muslim). Pentingnya Akidah Islamiah Pentingnya akidah Islamiah tampak dalam banyak hal, di antaranya sebagai berikut. 1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segala kebutuhan, dan kepentingan kita terhadap akidah adalah di atas segala kepentingan. Sebab, tidak ada kebahagiaan, kenikmatan, dan kegembiraan bagi hati, kecuali dengan beribadah kepada Allah, Rab dan Pencipta segala sesuatu. 2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yang paling besar dan yang paling ditekankan. Karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan kepada manusia. Rasulullah saw. bersabda, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. (HR Bukhari dan Muslim). 3. Bahwa akidah Islamiah adalah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan keamanan dan kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan. (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah: 112). Demikian pula, hanya akidah Islamiah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan kecukupan dan kesejahteraan. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (Al-A'raaf: 96). 4. Sesungguhnya akidah Islamiah adalah sebab sehingga bisa berkuasa di muka bumi dan sebab bagi berdirinya daulah Islamiah. Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shaleh. (Al-Anbiya': 105) Referensi: Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal al-'Aliy, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] SPONSORED LINKS Rek Beyond belief Islam online Nation of islam Media YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "media-dakwah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[media-dakwah] Antara Banyak dan Sedikit
ANTARA BANYAK DAN SEDIKIT Oleh : Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi sumber http://www.almanhaj.or.id Di antara kaidah yang diterapkan ulama adalah, bahwa merebaknya suatu perbuatan tidak menunjukkan atas kebolehannya, sebagaimana tersembunyinya suatu perbuatan tidak menunjukkan atas dilarangnya.[1] Ibnu Muflih dalam Al-Adab Asy-Syar'iyyah (I/163) berkata, Seyogyanya diketahui bahwa hal yang dilakukan banyak manusia adalah bertentangan dengan ketentuan syar'i dan hal tersebut masyhur di antara mereka dan banyak manusia yang melakukannya. Yang wajib bagi orang yang arif adalah tidak mengikuti mereka, baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan janganlah dia terpengaruh oleh hal tersebut setelah tersebar jika dalam kesendirian dan sedikitnya kawan. Syaikh Muhyiddin An-Nawawi berkata, Janganlah manusia terpedaya oleh banyaknya orang yang melakukan sesuatu yang dilarang melakukannya, yaitu kepadanya oleh orang yang tidak menjaga adab-adab ini. Laksanakanlah apa yang dikatakan Fudhail bin 'Iyadh, 'Janganlah kamu menganggap buruk jalan-jalan kebaikan karena sedikitnya orang yang melakukannya, dan janganlah kamu terpedaya dengan banyaknya orang-orang yang binasa'. [2] Abu Wafa' bin 'Uqail dalam Al-Funun berkata, Barangsiapa yang keyakinannya lahir dari bukti-bukti dalil, maka akan hilang pada diri sikap ikut arus dan terpengaruh oleh perubahan kondisi orang banyak. Firman-Nya, Apakah jika dia wafat atau terbunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? [Ali 'Imran : 144] Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhu adalah orang yang kokoh pendiriannya dalam berbagai keadaan, berbeda-beda berbagai kondisi tidak menjadikannya goyah ketika kaki-kaki jatuh tergelincir. Sampai dia berkata, Dan terkadang seseorang Muslim sampai dipersempit kehidupannya. Dan sesungguhnya agama kami berlandaskan pada mengambil dunia dan kebaikan akhirat, maka siapat yang mencari kehidupan dunia dengan cara meninggalkan kebaikan akhirat maka dia salah jalan. Jika kita telah mengetahui hal tersebut maka tampak kebatilan argumen yang dibuat orang banyak yang jatuh ke dalam sebagian bid'ah dan hal-hal yang baru, Bahwa mayoritas manusia melakukan ini, atau alasan-alasan lain yang batil dan penakwilan-penakwilan yang tumpul. Dalam buku saya Dzam Al-Katsrat wal Mutakatstsirin terdapat banyak keterangan dari ayat Al-Qur'an dan hadits yang mengecam orang yang terpedaya dengan paham mayoritas dan bangga dengan memperbanyak amal. Al-'Allamah Ibnul Qayyim dalam Ighatsah Al-Lahfan min Masyahid Asy-Syaithan (hal. 132-135 -Mawarid Al-Aman) berkata. Orang yang cermat pandangannya dan benar imannya tidak akan merasa gelisah karena sedikitnya kawan dan bahkan dari tiadanya kwan jika hatinya telah merasa berteman dengan generasi pertama dari orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang membenarkan, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh, dan mereka itulah sebaik-baik teman. Maka kesendirian seseorang dalam pencariannya sebagai bukti kesungguhan dia dalam mencari kebenaran. Ishaq bin Rahawaih pernah ditanya tentang suatu masalah, lalu dia menjawab. Maka dikatakan kepadanya, Sesungguhnya saudaramu Ahmad bin Hanbal mengatakan masalah ini seperti itu. Maka dia menjawab, Saya tidak menyangka bahwa seseorang sepakat denganku dalam masalah ini. Dia tidak merasa kesepian setelah tampak kebenaran baginya meskipun tidak ada yang sependapat dengannya. Sesungguhnya kebenaran jika telah tampak dengan jelas, maka tidak membutuhkan saksi yang mendukungnya. Sebab hati melihat kebenaran sebagaimana mata melihat matahari. Maka, jika seseorang telah melihat matahari, dan berdasarkan keilmuan dan keyakinannya bahwa matahari telah terbit, maka dia tidak membutuhkan saksi untuk itu dan tidak membutuhkan orang untuk menyetujui atas apa yang dilihatnya. Betapa bagusnya apa yang dikatakan Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma'il yang terkenal dengan Abu Syamah [3] dalam kitabnya tentang hal-hal baru dan bentuk-bentuk bid'ah [4], terdapat perintah memegang teguh jama'ah. Maka yang dimaksud denganya adalah, memegang teguh kebenaran dan mengikutinya, meskipun orang yang berpegang teguh kepadanya sedikit, sedangkan orang yang melanggarnya banyak. Sebab kebenaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh jama'ah pertama pada masa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan shahabatnya, dan tidak diukur oleh banyaknya orang yang mengikuti bid'ah mereka. 'Amr bin Maimun Al-Audi berkata, Saya telah menyertai Mu'adz di Yaman, dan saya tidak berpisah dengannya hingga saya menguburkannya di Syam. Kemudian setelah itu, saya selalu menyertai orang terpandai dalam ilmu fiqh, Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, maka saya mendengar dia berkata, 'Hendaklah kalian memegang teguh jama'ah. Sebab tangan Allah di atas jama'ah.' Pada suatu hari saya mendengar dia berkata, 'Akan memimpin kalian para pemimpin yang mengakhirkan shalat dari waktunya, maka shalatlah kalian tepat pada waktunya,
[media-dakwah] [Tazkiyatun Nufs] T A U B A T
T A U B A T Oleh * Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin * Taubat adalah kembali dari bermaksiat kepada Allah menuju ketaatan kepadaNya. Taubat itu disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Artinya : Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri [Al-Baqarah : 222] Taubat itu wajib atas setiap mukmin Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya [At-Tahrim : 8] Taubat itu salah satu faktor keberuntungan. Artinya : Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung [An-Nur : 31] Keberuntungan ialah mendapatkan apa yang dicarinya dan selamat dari apa yang dikhawatirkannya. Dengan taubat yang semurni-murninya Allah akan menghapuskan dosa-dosa meskipun besar dan meskipun banyak. Artinya : Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semunya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Az-Zumar : 53] Jangan berputus asa, wahai saudaraku yang berdosa, dari rahmat Tuhanmu. Sebab pintu taubat masih terbuka hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Allah membentangkan tanganNya pada malam hari agar pelaku dosa pada siang hari bertaubat, dan membentangkan tanganNya di siang hari agar pelaku dosa malam hari bertubat hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya [Hadits Riwayat Muslim dalam At-Tubah, No. 2759] Betapa banyak orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang banyak dan besar, lalu Allah menerima taubatnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain berserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih ; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Al-Furqan : 68-70] Taubat yang murni ialah taubat yang terhimpun padanya lima syarat. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan meniatkan taubat itu karena mengharapkan wajah Allah dan pahalanya serta selamat dari adzabnya. Kedua : Menyesal atas perbuatan maksiat itu, dengan bersedih karena melakukannya dan berangan-angan bahwa dia tidak pernah melakukannya. Ketiga : Meninggalkan kemasiatan dengan segera. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka ia meninggalkannya, jika itu berupa perbuatan haram dan ia segera mengerjakannya, jika kemaksiatan tersebut adalah meninggalkan kewajiban. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak makhluk, maka segera ia membebaskan diri darinya, baik dengan mengembalikannya kepada yang berhak maupun meminta maaf kepadanya. Keempat : Bertekad untuk tidak kembali kepada kemasiatan tersebut di masa yang akan datang. Kelima : Taubat tersebut dilakukan sebelum habis masa penerimaannya, baik ketika ajal datang maupun ketika matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan. 'Sesungguhnya saya bertaubat sekarang [An-Nisa : 18] Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Barangsiapa bertubat sebelum matahri terbit dari tempat tenggelamnya, maka Allah menerima taubatnya [Hadits Riwayat Muslim daalm Adz-Dzikir wa Ad-Du'a, No. 2703] Ya Allah, berilah kami taufik untuk bertaubat semurni-murninya dan terimalah amalan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Risalah fi Shifati Shalatin Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal. 44-45, Syaikh Ibn Utsaimin] [Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq] ISTIGHFAR DAN TAUBAT Oleh Syaikh Dr. Fadhl Ilahi Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua pembahasan. Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat Kedua : Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki. Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan. Artinya : Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Tetapi
[media-dakwah] RE: Kupas Peringatan thd Kesesatan Jama'ah Tabligh
-Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga- [EMAIL PROTECTED] On Behalf Of wandysulastra Sent: Saturday, April 22, 2006 12:39 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] Re: Kupas Peringatan thd Kesesatan Jama'ah Tabligh Akhina Benny Kurniawan, ana 100% setuju dengan pendapat antum. Tapi etika dan cara dalam ber-amar ma'ruf nahi mungkar ini pun perlu diperhatikan. Jangan sampai tujuan antum yang mulia tersebut malah menimbulkan mudharat yang lebih besar, yaitu perpecahan diantara kita. Bukankah kita diperintahkan untuk selalu memilih ucapan yang terbaik dan terbagus dalam berdiskusi? Allah berfirman. Artinya : Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia [Al- Baqarah : 83] Allah memerintahkan kita untuk berlemah lembut dan bersikap halus dalam berdakwah. Apalagi dalam masalah2 yang terdapat perbedaan pendapat, berhati2lah jangan sampai melontarkan kalimat2 yang bisa menyebabkan perpecahan, perselisihan, saling membenci dan saling menjauhi. Dengan tutur kata yang halus, diharapkan ucapan kita bisa diterima dan hati pun tidak saling menjauhi, sebagaimana Allah swt berfirman kepada NabiNya saw. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu [Ali-Imran : 159] Jika saja nabi saw keras dalam berdakwah, tentunya pada masa beliau Islam tidak akan dapat berkembang dengan pesat. Semoga dapat direnungi Wassalam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Benny Kurniawan kurniawan@ wrote: Benar sekali apa yg akhi telah dibahas pada Nash-nash dibawah ini.. Jangan sampai kita mengikuti jejaknya Ahlul Kitab (Yahudi Nashoro) yg dilaknat Allah diakibatkan mereka menyembunyikan kebenaran dan membiarkan kebatilan serta kemungkaran merajalela dengan mesra dimuka bumi Allah ini. Kita semua sebagai Khalifah Allah dimuka bumi ini hendaknya saling Amar bil maââ'¬â¢ruf wa Nahi ââ'¬?anil munkar. Sebaik-baik manusia adalah Rasulullah saw dan sebaik-baik kaum adalah Para shohabat radhiallahu ââ'¬?anhum ajmaââ'¬â¢in serta yang mentauladani mereka dengan baik yang tentunya dengan bimbingan ââ'¬?Ulama yang teguh membela memperjuangkan As-Sunnah Nabawiyyah demi kemurnian Agama Allah ââ'¬?Azza wa Jalla. Persatuan dan Kesatuan kaum muslimin haruslah dibina diatas Kebenaran yaitu Tauhidullah (bersih dari Syirik besar maupun kecil) As-sunnah (bersih dari bidââ'¬â¢ah2x dan maksiat2x), bukannya dibina diatas kemungkaran kebatilan yg dilaknat Allah sehingga mengakibatkan murka Allah berupa bencana mulai dari timur sampai ke barat yg tiada henti-hentinya silih berganti. DEMI ALLAH, tidak akan bisa kaum muslimin bisa bersatu bisa berjaya kembali sebagaimana Zaman keemasan Islam dimasa Rasululah Para Shohabat jika dari dalam diri kita sendiri kita tidak mampu membersihkan diri dari Syirik, Bid'ah Maksiat sebagai musuh dalam selimut didalam tubuh Islam yang harus diberantas segera. Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka yg belum engkau pahamkan tentang agama-Mu sehingga mereka bisa selamat didunia Akhirat kelak. Engkau adalah Robb mereka dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Wallahu'alam wal Musta'an. -x Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "media-dakwah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[media-dakwah] SHIFAT SHOLAT NABI
SHIFAT SHOLAT NABI BAB : Bangkit menuju roka'at berikutnya, bertumpu dengan tangan dikepal Pertanyaan : Tolong jelaskan dalil yang menyebutkan bahwa saat bangkit menuju roka'at berikutnya kita bertumpu pada lantai dengan kedua tangan dikepalkan! Jawab: Pertanyaan ini mengandung dua permasalahan. Segi permasalahan pertama : Tentang bertumpu dengan kedua tangan pada lantai. Ini berdasarkan dalil : æóÅöÐóÇ ÑóÝóÚó ÑóÃúÓóåõ Úóäö ÇáÓøóÌúÏóÉö ÇáÓøóÇ äöíóÉö ÌóáóÓó æóÇÚúÊóãóÏó Úóáóì ÇúáÃóÑúÖö Ôõãøó ÞóÇãó Dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua, beliau duduk dan bertumpu pada bumi (lantai) kemudian berdiri Hadits ini shohih riwayat Al Imam Al Bukhori dalam Shahihnya ; Kitab : Al Adzan, Bab Kaifa ya'tamidu 'alal ardhi idza qoma minar rok'ah, no 781 Juga An Nasai meriwayatkan hadits ini dalam Sunan beliau, Jilid 1, Juz 2 hal, 234, Bab Al I'timad 'alal ardhi 'indan nuhudh, no 1141 Sebelumnya Al Imam Syafi'I juga telah meriwayatkan hadits ini sebagaimana termaktub dalam Kitab Al Umm; Bab : Al Qiyam minal julus, Juz 1 hal 116 Asy Syafi'I berkata : æáÇÃÍÈ Ãä íäåÖ ÈÛíÜÑ ÇÚÊãÇÏ ÝÅäå íÑæì Úä ÇáäÈí ÕáìÇááå Úáíå æÓáã Ãäå ßÇä íÚÊãÏ ÚáÜì ÇáÃÑÖ ÅÐÇ ÃÑÇÏ ÇáÞíÜÇã (ÇáÃãÌ. 1¡Õ.116) Dan aku tidak menyukai seseorang bangkit tanpa bertumpu, karena sesungguhnya telah diriwayatkan Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã bahwa beliau bertumpu pada tanah apabila beliau hendak bangkit. [Al Umm, Juz 1, Hal 116] Lebih jauh beliau berkata : æåÐÇ äÃÎС ÝóäÜÃã ãä ÓÌæ ÏÃæÌáæÓ Ýí ÇáÕáÇÉÃä ÈÚÊãÏ Úáì ÇáÃÑÖ ÈíÏíå ãÚÇ ÇÊÈÇÚÇ ááÓÜäÉ (ÇáÃã Ì.1¡Õ.117) Berdasarkan dalil ini kami menetapkan, maka kami memerintahkan orang yang berdiri dari sujud atau dari duduk didalam sholat, untuk bertumpu pada bumi dengan kedua tangan bersama-sama sebagai upaya mengikuti sunnah [ Al Umm, Juz 1, hal 117] Segi permasalahan ke dua, tentang mengepalkan tangan saat bertumpu pada lantai. Ini berdasarkan dalil : ÞóÇáó ÇáÃóÒúÑóÞ Èä ÞóíúÓ : ÑóÃíúÊõ ÇÈúäó ÚõãóÑó íóÚúÌöäõ Ýöí ÇáÕøóÜáÇÉó íóÚúÊóãöÏõ Úóáóì íóÏóíúåö ÅöÐóÇ ÞóÇãó ÝóÞõáúÊõ áóåõ¿ ÝóÞóÇáó: ÑóÃóíúÊõ ÑóÓõÜæúáó Çááåö Õóáøóì Çááå õÚóáóíåö æóÓóáøóãó íóÝúÚóáõåõ Al Azroq bin Qoys berkata : Aku melihat Ibnu Umar melakukan 'ajn didalam sholat, beliau bertumpu pada dua tangannya apabila hendak berdiri. Maka aku bertanya kepada beliau. Beliau menjawab : Aku melihat Rosululloh Õáì Çááå Úáíå æÓáã melakukannya. Hadits ini adalah riwayat Abu Ishaq Al Harbi. Menurut Syaikh Al Albani sanad hadits ini shalih (baik). [Lihat Tamaamul minnah, hal 196 dan Sifat Sholat Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã , hal 155] Demikianlah dalam riwayat di atas disebutkan bahwa Ibnu Umar ÑÖí Çááå Úäå melakukan 'ajn didalam sholat. Apa makna 'ajn ? Dalam Kamus Lisanul 'Arob dijelaskan : ÚóÌóäó ÇáÔí Úó íóÚúÌöäõå ÚóÌúäðÇ: ÇöÚúÊóãóÏóÚóáÜíúåö ÈÌõãÚå íóÛúãöÜÒõå æóÇáÚóÇÌöäõ ãöäóÇáÑøóÌóÇáö: ÇáÜãõÚúÊóãöÐõÚóáóÜìÇáÃóÑúÖö ÈÌõãúÚÜå ÅöÐÇ ÃóÑóÇÏó ÇáäøõåæÖó ãöäú ßöÈóÑòÃóæúÈõÏúäò Artinya : Ajanasy syay-a (seseorang melakukan 'ajn terhadap sesuatu) bentuk fi'il mudhori'nya : ya'jinu sedang bentuk masdharnya 'ajn berarti : orang itu bertumpu padanya sambil mengepal-kannya dan meremasnya. Sedang Al 'aajin [] ialah seorang laki-laki yang bertumpu pada bumi dengan mengepal apabila hendak bangkit berdiri, karena usia lanjut atau kegemukan. Barangkali terbetik dalam benak kita : Jika demikian maknanya, maka mungkin saja baik Rosululloh Õáì Çááå Úáíå æÓáã maupun Ibnu Umar ÑÖí Çááå Úäå melakukan hal tersebut karena faktor usia lanjut atau kegemukan. Sebuah pertanyaan yang logis dan juga selaras dengan makna kebahasaan sebagaimana dijelaskan dalam kamus di atas. Namun demikian, di dalam Sunan Al Baihaqi Al Kubro; Juz 2 hal 135, no 2632 ada tambahan keterangan yang menepis hal itu. Bahwa ternyata Ibnu Umar melakukan 'ajn bukanlah karena faktor usia lanjut ataupun karena kegemukan, melainkan karena memang demikianlah semestinya dilakukan orang didalam sholat. Berikut petikan riwayat Albaihaqi : Úóäö ÇáÃóÒúÑóÞ Èä ÞóíúÓ ÞóÇáó: ÑóÃóíúÊõ Èúäó ÚõãóÑóÅöÐóÇÞóÜÇãó ãöÜäó ÇáÑøóßúÚóÊóíúäö ÇÚúÊóãóÏó Úóáóì ÇáÃóÑúÖö ÈöíóÏóíúåö¡ ÝóÞõáÊõ áöæó áóÏöåö æóáöÌõáóÓóÇÆöåö: áóÚóáøóåõ íóÝúÚóáõ åÐóÇãöäó ÇáßöÈóÑöÞóÇáõæúÇ: áÇó¡ æóáßöäú åßóÐóÇ íóßõæúäõ! Dari Al Azroq bin Qoys, beliau berkata ; Aku melihat Ibnu Umar apabila hendak berdiri dari dua roka'at, beliau bertumpu pada bumi dengan kedua tangannya. Maka aku bertanya pada anaknya dan orang yang duduk di majelisnya, Barangkali beliau melakukan demikian karena usia lanjut ? Mereka menjawab : Tidak, tapi memang demikian adanya. Riwayat ini menurut Syaikh Al Albani sanadnya Jayyid/ Shahih [lihat Tamaamul minnah, hal 196 dan Sifat Sholat Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã, hal 155] Lebih lanjut Al Baihaqi menuturkan : æÑæíäÇÚä äÇÝÚ Úä Èä ÚãÑ Ãäå ßÇä íÚäãÏ Úáì íÏíå ÅÐÇ åÖ æßÐáß ßÇä íÝÚá ÇáÍÓä æÛíÑ æÇÍÏ ãä ÇáÊÇÈÚíä Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Nafi dari Ibnu Umar sesungguhnya beliau bertumpu pada kedua tangannya apabila hendak bangkit, dan demikian pula Al Hasan dan bukan satu orang saja dari kalangan tabi'in yang
[media-dakwah] FW: PP IMAM BUKHARI SOLO: INFORMASI PENERIMAAN SANTRI BARU T/A 2006-2007
ãÚåÏ ÇáÅãÇã ÇáÈÎÇÑí áÊÚáíã ÇáÞÑÂä æÇáÓäÉ Úáì äåÌ ÓáÝ ÇáÃãÉ INFORMASI PENERIMAAN SANTRI BARU PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI TAHUN PELAJARAN 2006-2007 Sekretariat : Jl. Raya Solo Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Karanganyar 57183 Solo. Telp. (0271) 761017 Fax. (0271) 665450 HP 081329985144, 081329776541. Pondok Pesantren Imam Bukhari menerapkan pola pendidikan Islam yang bertitik tekan pada tasfiyah dan tarbiyah, tasfiyah berarti memurnikan ajaran Islam dari segala noda syirik, bidah, khurafat, gerakan-gerakan dan pemikiran-pemikiran yang merusak Islam. Tarbiyah berarti mendidik kaum muslimin menjadi terbiasa mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sudah dipahami secara benar. Hafalan Quran adalah Program Unggulan Pondok Pesantren Imam Bukhari yang diterapkan di program Ibtidaiyyah Tahfidzul Quran. Diharapkan santri mempu menghafal 30 juz al-Quran selama 6 tahun. Penguasaan terhadap ilmu-ilmu pokok agama islam seperti Aqidah, Fiqih, Hadits, Tafsir dan ilmu-ilmu alat lainnya, juga merupakan program yang sangat ditekankan. Disamping itu juga memberikan kesempatan kepada setiap santri untuk mendapatkan ijasah pemerintah dengan menjalin kerja sama dengan Diknas, sehingga santri mendapat peluang untuk melanjutkan belajar pada jenjang yang lebih tinggi. Program Pendidikan : 1. Program Ibtidaiyah Tahfidzul Quran (Setingkat SD) 6 tahun Putra dan Putri (terpisah) (Program I'dad dihilangkan, Santri langsung masuk kelas 1 Ibtida'iyyah) Berijasah Pesantren dan Pemerintah Target: Hafal Al-Quran 30 juz, hafal Hadits Arbain Nawawi, memahami ilmu Syar'i dasar, dan menguasai bahasa arab dasar. 2. Program Mutawasithah (setingkat SLTP) berlanjut Tsanawiyah (setingkat SMU) 6 Tahun Putra dan Putri (terpisah) Berijasah Pesantren dan Pemerintah Target: Hafalan Al Qur'an 10 Juz, hafalan hadits-hadits, memahami pelajaran ilmu-ilmu syar'i tingkat menengah, dan memahami dan menguasai bahasa arab tingkat menengah. 3. Program Tsanawiyah (setingkat SMU Lanjutan dari Mutawasithah) Putra dan Putri (terpisah) Berijasah Pesantren dan Pemerintah Target: Target hafalan Al Qur'an 10 Juz, hafal hadits-hadits hukum dan umum, memahami dan menguasai pelajaran ilmu-ilmu syar'iyyah tingkat menengah, Memahami dan menguasai bahasa arab tingkat menengah atas 4. Progam I'dad Lughawi 1 tahun Putra dan Putri (terpisah) Tujuan : Menjaring lulusan SMP/SLTP/MTS/Sederajat putra putri untuk dipersiapkan masuk program Tsanawi 5. Program Idad Muhafidz Putra dan Putri (terpisah) GRATIS Tujuan : Program ini dibuka secara gratis, sebagai pendidikan calon guru hafalan al-Qur'an selama 3 tahun. Dan program ini merupakan program Ikatan Dinas. (dikenakan biaya pendaftaran saja) PROGRAM BEASISWA bagi yang berprestasi FASILITAS Masjid Jami' kapasitas 500 jama'ah, Masjid khusu putri, gedung belajar dan asrama yang representatif, ruang makan yang representatif, pelayanan kesehatan 24 jam, wartel 24 jam, laboratorium komputer (putra), ketrampilan menjahit (putri), pakaian dicucikan (program Ibtida'iyyah), sarana olah raga, toko/kantin, ruang tamu, ruang kegiatan santri (OSPIM) dan penerbitan buletin ilmiah santri AL-ILMU, dll TENAGA PENDIDIK Alumni Timur Tengah, Pakistan, LIPIA, Pesantren, Hafidz dan Hafidzah, Perguruan Tinggi, dan tenaga-tenaga ahli lainnya. PRESTASI HAFALAN AL-QUR'AN : 1. Prestasi terbaik, selesai hafal 30 juz di kelas V Ibtida'iyyah 02 santri 2. Santri hafal Al-Qur'an 30 juz 20 santri 3. Santri hafal Al-Qur'an 20 juz ke atas 20 santri PRESTASI UAN : 1. Nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional tingkat SD42,00 2. Nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional tingkat SLTP47,07 Waktu Pendaftaran (Hanya di buka 1 gelombang) 1. Waktu Pendaftaran di kantor pusat: 10 26 Juni 2006 2. Waktu Pendaftaran di perwakilan: 10 20 Juni 2006 3. Tes seleksi: 28 29 Juni 2006 (jam 08.00 15.00 WIB) 4. Pengumuman: 30 Juni 2006 Tempat Pendaftaran Pusat : Pondok Pesantren Imam Bukhari Jl. Raya Solo-Purwodadi Km. 8 Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar 57183Solo Telp. 0271-761017 HP 081329985144, 081329776541. Perwakilan : 1. Jakarta Utara Bapak Bahruddin/Abu Rahmat 021-70991342 / 08151104 2. Jakarta Selatan Bapak Tatang / Abu Budi 021-7440651 / 085692096662 3. Bekasi dr. Kardi 021-70965683, 82418305 4. Bandung Bapak Salman 022-7831717 / 081573663221 5. Sulawesi Bapak Andi Kasmir0411-5779933 / 08124104081 6. Riau/Kerinci Bapak Suranto 08127525474 7. Riau/Perawang Bapak Imam Tohari08127572807 8. Palembang
[media-dakwah] INDAHNYA ISLAM
INDAHNYA ISLAM Oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman sumber http://www.almanhaj.or.id Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilanngan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah. Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam [Ali-Imran : 19] Juga firmanNya. Artinya : Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima [Ali-Imran : 85] Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barangsiapa mentaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini. Allah berfirman. Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya. [Asy-Syura : 42] Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhlukNya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya. Allah berfirman. Artinya : Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya [Asy-Syura : 42] Sebagian ahli ilmu mengatakan : Sebelumya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba padaNya dengan dasar ayat. Artinya : Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya [Al-Ma'idah : 54] Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan dasar ayat. Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka meridhainya [At-Taubah : 100] Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepadaNya dengan dasar ayat. Artinya : Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya [At-Taubah : 118] Demikianlah, bila Allah mencitai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah bersabda. Artinya : Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nashrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali syurga akan haram buat dirinya [Hadits Riwayat Muslim] Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadataian. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya. Allah berfirman. Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [Al-Hijr : 9] Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya. Allah berfirman. Artinya : Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab [Al-Ma'idah : 44] Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur'an, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat. Artinya : Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya [Al-Hajj : 15] Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi : Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan ? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma) ? Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah, yaitu Roma yang tertelak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Islam adalah agama (yang sesuai
[media-dakwah] Ghibah Ruang Lingkupnya
Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki dampak negatif yang cukup besar. Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan ukhuwah sesama manusia. Seseorang yang berbuat ghibah berarti dia telah menebarkan kedengkian dan kejahatan dalam masyarakat. Walaupun telah jelas besarnya bahaya ghibah, tapi masih banyak saja orang yang melakukannya dan menganggap remeh bahaya ghibah (mengum-pat/menggunjing). Akan tetapi ternyata ada beberapa hal yang mengakibatkan seseorang diperbolehkan untuk mengumpat/menggunjing. Namun sebelum mengetahui kriteria masalah apa saja yang membolehkan seseorang untuk melakukan ghibah, ada baiknya kita mengetahui dahulu apa itu ghibah. Definisi Ghibah Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah berikut ini: Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci. Si penanya kembali bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ? Rasulullah menjawab, kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada). (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad). Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah I berfirman: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12) Bentuk-bentuk Ghibah yang Diperbolehkan. Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin, menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' yaitu yang disebabkan oleh enam hal, yaitu: 1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 148: Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nisa' : 148). Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang teraniaya boleh menceritakan keburukan perbuatan orang yang menzhaliminya kepada khalayak ramai. Bahkan jika ia menceritakannya kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan wewenang untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, seperti seorang pemimpin atau hakim, dengan tujuan mengharapkan bantuan atau keadilan, maka sudah jelas boleh hukumnya. Tetapi walaupun kita boleh mengghibah orang yang menzhalimi kita, pemberian maaf atau menyembunyikan suatu keburukan adalah lebih baik. Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya, yaitu Surat An-Nisa ayat 149: Jika kamu menyatakan kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa: 149) 2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil. 3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih. 4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan seperti: a. Apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti ini jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits. Apalagi hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah Al-Qur'an. b. Apabila kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli budak (untuk masa sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang pembantu rumah tangga) yang pencuri, peminum, dan sejenisnya, sedangkan si pembelinya tidak mengetahui. Ini
[media-dakwah] Kupas Peringatan thd Kesesatan Jama'ah Tabligh
Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuhuu Source-link 1 Fatawa Para Ulama tentang Jamaah tabligh (Syaikh Rabi` afidzahullah) http://geocities.com/abu_amman/JamaahTabligh.htm 2.Jamaah Tabligh Sufi Gaya Baru (Syaikh Albani) http://geocities.com/abu_amman/JamaahTabligh.htm 3.Studi Kritis Jamaah Tabligh http://geocities.com/abu_amman/StudiKkritisJT.htm Untuk yang ketiga ini saya copas-kan Studi Kritis Jamaah Tabligh SEJARAH SINGKAT Jama'ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi -Rahimahullah- di benua hindia, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Beliau orang yang hafidz (hafal Qur'an) dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba'iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Al-Katskuhi. Pusat perkembangan jama'ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da'wah jama'ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah[1] yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar[2]. AQIDAH MEREKA Jama'ah tabligh bermanhaj shufi dalam masalah aqidah. Tasawwuf sangatlah mendominasi anggota-anggota jama'ah dimana mereka sangat bersemangat dalam ibadah, dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur dan berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan takwilnya. Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama'ah adalah rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama'ah tabligh tercampur baur dengan syirik, khurafat, bid'ah, wihdatul wujud dan hulul [3]. Mereka berkeyakinan akan adanya mukasyafah [4], wali-wali aqhtab [5], dan mereka membenarkan ucapan-ucapan syatahat [6]. Mereka juga menghidupkan dan mengajarkan bid'ah-bid'ah syirkiyyat seperti tabaruk [7], tawassul terhadap makhluk, terhadap kuburan-kuburan nabi dan wali, dan kesyirikan-kesyirikan yang nyata lainnya. Mereka juga menghidupkan bid'ah-bid'ah mawalid dengan membaca qashidah burdah yang penuh dengan kesyirikan dan kebid'ahan.[8] KHURUJ METODE DAKWAH BID'AH Mereka begitu mencintai metode dakwah mereka yang mereka nama khuruj ini, bahkan seolah-olah khuruj ini termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari syariat islam yang murni dan suci ini. Mereka telah mengotori manhaj dakwah nabi dengan memasukkan apa-apa yang bukan dari-nya. Mereka begitu mengagung-agungkan metode ini, sampai-sampai jika ada diantara jama'ah yang disuruh memilih antara khuruj dan haji, maka mereka lebih memilih dan menyatakan keutamaan khuruj, sembari menyatakan, jika kita berhaji maka pahalanya dan kebaikannya adalah untuk kita sendiri, namun jika kita melaksanakan khuruj maka pahala dan kebaikannya selain untuk kita, juga untuk manusia lainnya. Bahkan mereka lebih memuliakan khuruj dibandingkan jihad fi sabilillah, sebab menurut mereka khuruj itulah jihad fi sabilillah. Mereka berdalil tentang disyariatkannya khuruj ini dengan mimpi pendiri jama'ah tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Al-Qur'an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : Kuntum khoiru ummatin UKHRIJAT linnasi . mereka menafsirkan kata ukhrijat dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah). Sungguh penafsiran yang bathil yang menyelisihi hampir seluruh kitab tafsir ulama' salaf dan khalaf. Mereka pun ketika khuruj dan berdakwah kepada ummat tanpa disertai ilmu dan bashirah (hujjah yang nyata dan jelas). Mereka mengajak kaum muslimin untuk menegakkan sholat namun mereka tidak mau membahas permasalahan sholat secara mendalam beserta hujjah dan dalilnya sehingga mereka tidak tahu bagiamana sifat sholat rasulullah yang benar itu. Mereka mengajak untuk mencontoh kepada rasulullah sedangkan mereka tidak mengetahui sunnah-sunnah dan hadits rasulullah, mereka tidak peduli entah yang mereka gunakan itu hadits dhaif atau maudhu', yang penting hadits.!!! Mereka telah menetapkan sesuatu syariat yang seharusnya menjadi hak Allah dan rasul-Nya, mereka mengkhususkan bilangan jumlah hari dalam dakwah (baca : khuruj) secara tertentu tanpa ada keterangannya dari rasulullah, mereka menentukan bilangan hari dalam khuruj dengan bilangan yang tidak ada dasarnya sama sekali dari sunnah. Mereka menentukan bilangan hari khuruj selama 6 bulan, 3 bulan, 40 hari, 20 hari, 7 hari lalu seminggu. Suatu pengkhususan yang tidak berdasar dalam manhaj da'wah rasulullah. Mereka begitu terdorong dan bersemangat mengikuti hadits rasulullah yang menyatakan : Balligu `anni walau aayah. (Sampaikan
[media-dakwah] FW: SALAM PENGHUNI SYURGA
=== 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. === -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ahmad Sulhani Sent: Tuesday, April 11, 2006 7:06 AM Subject: [CR] SALAM PENGHUNI SYURGA assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM ~- Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] FW: [CR] Bag.4 - hukum memotret dan memajang photo
Insya-Allah bermanfaat bagi yg diberi taufiq cahaya Bashiroh didalam hatinya oleh Allah swt. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ahmad Sulhani Sent: Monday, April 17, 2006 10:11 AM Subject: [CR] Bag.4 - hukum memotret dan memajang photo assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] RE: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny
Assalamu' alaikum, Saya memaklumi bahwa anda masih belum mengerti blm bisa membedakan dengan benar pengertian Syubhat dengan Fitnah. Insya Allah jika anda pelajari Aqidah Manhaj Islamiyyah As-shohihah menurut tuntunan Rasulullah, Para shohabat, tabi'in wattabi'ut tabi'in, Para Imam Madzhab Para Imam Ahlus-sunnah dari kalangan Para Muhadditsin Para Imam Salafush Sholih anda akan mengerti makna keduanya dengan benar. Mengenai Brillian Kafir yg saya sebutkan sebelumnya mereka adalah Ignaz Goldziher (1850-1921) orientalis Yahudi kelahiran Hungaria yg melancarkan Syubhat tentang Al-Qur'an, Hadist menghujat Para Imam Ahli Hadist Ahli Fiqh yg diteruskan jejaknya oleh Arent Jan Wensinck (1882-1939), Joseph Schacht (1902-1969) Maurice Bucaille. Namun Usaha mereka diluluh-lantakkan oleh Allah swt dengan menampilkan Ulama-Ulama Kaliber Internasional yg membantah menelanjangi kebohongan, kedustaan serta kebodohan mereka diantaranya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani, Asy-Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthofa 'Azami, Prof. Dr. Musthofa As-Siba'i, Asy-Syaikh Ahmad Syakir serta Asy-Syaikh Shaifurrahman Al Mubarok-Furi sehingga Cahaya Agama Allah tetap bersinar cemerlang tetap kokohnya Agama ini dengan Existnya Cahaya Al-haq dengan kemurnian risalah hingga hari akhir Insya-Allah. Wallahu A'lam bis showwab Wassalam. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kang-Nceps Sent: Thursday, April 13, 2006 5:57 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Cc: media-dakwah@yahoogroups.com; assunnah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny waalaikumsalam mas, terus terang saya benar - benar belum memahami tetang syubhat ini, karena itu saya mohon maaf kalau bertanya lagi, 1. pernyataan sampeyan ini lebih membingungkan saya lagi, pengkaburan terhadap Al-haq atau sesuatu hal yang belum jelas sehingga dapat menimbulkan keraguan dalam hati saya lihat kalau -pengkaburan terhadap sesuatu yang haq -ini berarti kita mengaburkan suatu perkaran yang sudah jelas tadinya menjadi membingungkan , maka lebih identik dan dekat dengan fitnah atau pembelokan kebenaran bukan masalah syubhat lagi 2.sedangkan sesuatu yang belum jelas dan menimbulkan keraguan dalam hati biasa disebut samar-samar dan tidak diketahui asal usulnya atau bahasa umumnya mungkin biasa disebut syubhat, dan ini identik dengan perkara halal dan haram dan sesuatu yang belum berkategori halal dan kategori haram , 3.kalau sudah menurun kepada majelis ilmu maka bisa diambil contoh dari 4 imam mazhab bahwa ilmu yang sama bisa menghasilkan kesimpulan berbeda tergantung majelis ilmunya selama tidak menentang ibadah-ibadah utama dan tata cara ibadah utama, karena itu sering menjadi perdebatan majelis ilmunya siapa selama tidak bertentangan dengan perbuatan rasul dan perintah gusti Alloh, tapi begitu turun kepada area ijtihad maka masing -masing akan bisa berbeda 4. siapakah yang dimaksud Godzhiller, schatch yang anda tulis, boleh bercerita sedikit disini ? wassalam KnC Pada tanggal 4/13/06, Benny Kurniawan [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] menulis: Assalamu'alaikum, Syubhat lebih mutawatir secara syar'i disebut sebagai pengkaburan terhadap al-haq atau sesuatu hal yg belum jelas sehingga dapat menimbulkan keraguan didalam hati. Syubhat bisa diakibatkan oleh bbrp hal : 1. Kedangkalan Ilmunya, sehingga didalam memahami sesuatu tidak bersesuaian dgn yg dimaksud sebenarnya. Hal ini dapat dikikis sedikit demi sedikit dengan rajinnya dia hadir dimajlis Ilmu 2. Bisikan Hawa-Nafsu, sehingga segala hal yg bertentangan dengan pribadi kehendak hawa nafsunya ditolak dengan berdalih dan berdalil tanpa didasari dengan petunjuk Ilmu yg benar. bahkan kalau perlu dengan kebohongan2x serta menghalalkan yg haram mengharamkan yg halal agar hal tsb bersesuaian dgn hawa-nafsunya. Para 'Ulama berkewajiban membantah menjelaskan syubhat yg dibuat2x oleh para Ahlul Hawa ini, bahkan syubhat ini juga dilancarkan oleh para brillian Kuffar seperti Godzhiller, Schath dll Mungkin Ibu rahima, Ibu Aisha, Sdr Wandy dan yg lainnya yg mumpuni mengerti dengan As-Sunnah dapat menambahi dari ringkasan diatas sebagai bahan diskusi untuk menapaki Al-haq. Wassalam. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of kang nceps Sent: Thursday, April 13, 2006 4:07 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny mas beny, kalau boleh saya bertanya yang dimaksud secara spesifik tentang syubhat itu apa? siapa tau bisa menjadi bahan diskusi wassalam KnC --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Benny Kurniawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum, Apa yg telah dijelaskan Sdr. Wandy itu sudah sangat jelas sekali penjabarannya. Namun anda membuat syubhat yg baru tanpa dilandasi oleh kefaqihan Ilmu sehingga
[media-dakwah] RE: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar'
Ikwan Ahkwat fillah sekalian, Nash-nash yg menguatkan keterangan tersebut adalah : Allah Azza wa Jalla berfirman : As-sabiqunal awwalun (orang-orang yg pertama masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin Anshor dan yg mengikuti (jejak mentauladani) mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka merekapun ridho kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yg besar ( QS - At-taubah : 100) Rasulullah saw bersabda: Diriwayakatkan dari Irbadh bin Sariyyah rodhiallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah memberi nasihat kepada kami yang membuat hati kami bergetar dan berlinangan/bercucuran air-mata (karena sangat terharu). Kami berkata : Ya Rosulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Maka beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada kamu sekalian untuk tetap bertaqwa kepada Allah dan senantiasa mendengar taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Barangsiapa hidup (berumur panjang) diantara kalian niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu kalian wajib berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin yang telah diberi petunjuk sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian (erat-erat). Dan jauhilah perkara-perkara baru yg dibuat-buat (diada-adakan dalam urusan agama). Karena setiap perkara yg baru itu adalah Bid'ah dan setiap Bid'ah itu Sesat. Hadist ditakhrij oleh Imam Ahmad (4/126), Abu Dawud hadist no.4607, At-Tirmidzi hadist no.2676 dinyatakan beliau hadist ini Hasan Shohih. Ibnu Majah hadist no.44. Ad-Darimi 1/44-45 Al Bazzar Ibnu 'Abdil Bar menyatakan Hadist ini Tsabit Shohih didalam kitab Jami'ul Bayan Al 'Ilmi hal.549 Huttaqi adalah seorang yg berfikiran menyimpang diakibatkan oleh aliran tarikat/tasawwuf-sufi yg dianutnya. Wallahu 'alam wa musta'an -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Iskandar Sent: Saturday, April 15, 2006 10:10 PAGI To: Riswan Jufara Subject: Re: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar' Assalamu'laikum wr-wb, Didalam hadistnya yg masyhur Rasulullah saw bersabda : Ikutilah sunnahku sunnahnya Khulafaur Rasyidin. Jelas sekali disini bahwasannya segala sesuatu yg diperbuat dianjurkan oleh Rasulullah Khulafaur Rasyidin adalah AS-SUNNAH sebagai petunjuk kejalan Jannatun Na'im. Rasulullah, Khulafaur-Rasyidin para Shahabat r.a ajma'in adalah penghuni syurga yg telah dijamin oleh Allah Rasulnya. Segala sesuatu yg mereka perbuat kerjakan adalah Rhodiallahu 'anhum wa Rhodu 'anhu. Jelas sekali pernyataan dibawah ini mengisyaratkan kedangkalan tentang Dinul Islam buta mata-hatinya. Semoga Allah swt membukakan mata-hatinya menjauhkan kaum muslimin dari virusnya yg membahayakan aqidah ini. Wassalamu'alaikum. - Original Message - From: Huttaqi mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, April 14, 2006 7:51 AM Subject: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar' Bidah terbesar adalah PENGKITABAN AL QURAN... Di zaman Rosulullah saw, al Quran, meskipun sudah dihafalkan dan dicatat sebagian-sebagian, tetapi TIDAK ADA PERINTAH ROSULULLAH SAW untuk MENGKITABKAN... Dan IDE pengkitaban juga baru muncul di zaman Abu Bakar (Abu Bakar Shiddiqi, Haekal Muhammad), yakni setelah perang Yamamah, Perang melawan orang2 yang mau murtad dari Islam dngan cara tidak mau membayar pajak. Di perang itulah, banyak umat Islam, hafiz-hafiz para penghafal al Quran yang meninggal, sehingga menurut catatan sejarah pada waktu itu tinggal 70 orang penghafal al Quran. Umar memandang bahwa kondisi ini membahayakan untuk kelangsungan al Quran, oleh sebab itu, beliau Umar MENGUSULKAN kepada Abu Bakar untuk MENGKITABKAN al Quran. Abu Bakar tidak langsung mengiyakan, sebab PENGKITABAN AL QURAN BELUM DILAKUKAN di zaman Rosulullah saw. Oleh sebab itu setelah beliau berijtihad, beliau memanggil para sahabat diajak musyawarah dan diputuskan pada waktu itu bahwa al Quran di kitabkan. Al Quran yang zaman Rosulullah saw belum dikitabkan dan TIDAK ADA Perintah untuk dikitabkan, di zaman Abu Bakar atas IDE Umar, maka al Quran di kitabkan. Menurut konsepsi Bid'ah : Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan masuk dalam neraka. Maka marilah kita menjauhi KITAB al Quran, sebab KITAB al Quran adalah sesuatu perkara yang baru, yang dizaman ROsulullah saw belum ada, dan setiap perkara baru adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan dan setiap kesesatan adalah masuk neraka he..he..he.. begitu kah mas ?? salam huttaqi - Original Message - From: Aboe Hanifa mailto:[EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent:
RE: [media-dakwah] janggut
Ya benar, Dia hanya akal2xan mengutak-atik tafsir Al-Qur'an menurut hawa nafsunya. Jelas sekali bertentangan dgn Al-Qur'an Sunnah yg Shohihah. Salam -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 13, 2006 8:39 AM To: dokm kent Cc: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: Re: [media-dakwah] janggut Saya sangat tidak sepaham dengan artikel/tulisan anda tentang Janggut. Anda tidak bisa hanya memakai Al-Quran semata tentang Janggut / jenggot. Karena dasar untuk mengamalkan syariat Islam dengan benar kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Apakah anda termasuk penganut paham Inkarus Sunnah ?? Anda salah satu anggota milis ( ???) yang tidak berani memberikan identitas pribadi anda dalam ber-email kepada anggota yang lain dalam milis Media-Dakwah. Iwan R [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/