[media-dakwah] TIGA LANDASAN UTAMA DINUL ISLAM

2006-08-04 Terurut Topik Benny Kurniawan
TIGA LANDASAN UTAMA DINUL ISLAM

Saudaraku
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.

Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu :

[1] Ilmu, ialah mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama
Islam berdasarkan dalil-dalil.

[2] Amal, ialah menerapkan ilmu ini.

[3] Da'wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini.

[4] Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam
menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda'wah kepadanya.

Dalilnya, firman Allah Ta'ala.

Artinya : Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada
dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal
shalih dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta
nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar. [Al-'Ashr : 1-3].

Imam Asy-Syafi'i [1] Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :Seandainya Allah
hanya menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa
hujjah lain, sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka.

Dan Imam Al-Bukhari [2] Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :Bab Ilmu
didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan. 

Dalilnya firman Allah Ta'ala.
Artinya : Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq)
selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu. [Muhammad : 19]

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu
(berpengetahuan)  .. [3] sebelum ucapan dan perbuatan.


Saudaraku,
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.

Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk
mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini :

[1] Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada
kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi
mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul
tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan
masuk neraka. 

Allah Ta'ala berfirman :Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu
seorang rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah
mengutus kepada Fir'aun seorang rasul, tetapi Fir'aun mendurhakai rasul
itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat. [Al-Muzammil :
15-16]

[2] Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya,
Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat
yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus manjadi rasul. Allah
Ta'ala berfirman :Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan
Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang-pun di dalamnya
disamping (menyembah) Allah. [Al-Jinn : 18]

[3] Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah,
tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga dekat.

Allah Ta'ala berfirman :

Artinya : Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan mereka
akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan
mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.
[Al-Mujaadalah : 22]

Saudaraku
Semoga Allah membimbing anda untuk taat kepada-Nya.

Ketahuilah, bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah
ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah
yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya itu
sebenarnya mereka diciptakan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk
beribadah kepada-Ku. [Adz-Dzaariyaat : 56]

Ibadah dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan perintah Allah yang paling
agung adalah Tauhid, yaitu : Memurnikan ibadah untuk Allah semata-mata.
Sedang larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu : Menyembah
selain Allah di samping menyembah-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
apapun dengan-Nya. [An-Nisaa : 36]

Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib
diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab : Yaitu mengenal
Tuhan Allah 'Azza wa Jalla, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

[Lihat buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad At-Tammi
An-Nazdji, hal 5-9, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da'wah dan
Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi]

Fote Note.
[1] Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin
Syafi'i Al-Hasyim Al-Quraisy Al-Muthallibi (150-204H - 767-820M) Salah
seorang imam empat. Dilahirkan di Gaza 

[media-dakwah] Syarat-Syarat Ibadah

2006-08-04 Terurut Topik Benny Kurniawan
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM IBADAH


Dibimbing Oleh :
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin



Perlu diketahui bahwa mutaba'ah (Meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai
dengan syari'at dalam enam perkara.

Pertama : Sebab.
Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang
tidak disyari'atkan, maka ibadah tersebut adalah bid'ah dan tidak
diterima (ditolak). Contoh : Ada orang yang melakukan shalat tahajud
pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab, dengan dalih bahwa malam itu
adalah malam Mi'raj Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dinaikkan
ke atas langit). Shalat tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan
dengan sebab tersebut menjadi bid'ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas
sebab yang tidak ditetapkan dalam syari'at. Syarat ini -yaitu : ibadah
harus sesuai dengan syari'at dalam sebab - adalah penting, karena dengan
demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang dianggap termasuk
sunnah, namun sebenarnya adalah bid'ah.

Kedua : Jenis.
Artinya : ibadah harus sesuai dengan syari'at dalam jenisnya. Jika
tidak, maka tidak diterima. Contoh : Seorang yang menyembelih kuda untuk
kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan syari'at dalam
jenisnya. Yang boleh dijadikan kurban yaitu unta, sapi dan kambing.

Ketiga : Kadar (Bilangan).
Kalau seseorang yang menambah bilangan raka'at suatu shalat, yang
menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid'ah dan
tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari'at dalam
jumlah bilangan rakaatnya. Jadi, apabila ada orang shalat zhuhur lima
raka'at, umpamanya, maka shalatnya tidak sah.

Keempat : Kaifiyah (Cara).
Seandainya ada orang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka,
maka tidak sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan
syari'at.

Kelima : Waktu.
Apabila ada orang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama
bulan Dzul Hijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak
menurut ajaran Islam.

Saya pernah mendengar bahwa ada orang bertaqarub kepada Allah pada bulan
Ramadhan dengan menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid'ah,
karena tidak ada sembelihan yang ditujukan untuk bertaqarrub kepada
Allah kecuali sebagai kurban, denda haji dan akikah. Adapun menyembelih
pada bulan Ramadhan dengan i'tikad mendapat pahala atas sembelihan
tersebut sebagaimana dalam Idul Adha adalah bid'ah. Kalau menyembelih
hanya untuk memakan dagingnya, boleh saja.

Keenam : Tempat.
Andaikata ada orang beri'tikaf di tempat selain masjid, maka tidak sah
i'tikafnya. Sebab tempat i'tikaf hanyalah di masjid. Begitu pula,
andaikata ada seorang wanita hendak beri'tikaf di dalam mushalla di
rumahnya, maka tidak sah i'tikafnya, karena tempat melakukannya tidak
sesuai dengan ketentuan syari'at, Contoh lainnya : Seseorang yang
melakukan thawaf di luar Masjid Haram dengan alasan karena di dalam
sudah penuh sesak, tahawafnya tidak sah, karena tempat melakukan thawaf
adalah dalam Baitullah tersebut, sebagaimana firman Allah Ta'ala.

Artinya : Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf.
[Al-Hajj : 26].


Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa ibadah seseorang tidak
termasuk amal shaleh kecuali apabila memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Ikhlas 
2. Mutaba'ah (Meneladani sunnah Nabi)

Dan Mutaba'ah tidak akan tercapai kecuali dengan enam perkara yang telah
diuraikan tadi.


[Disalin dari buku Al-Ibdaa' fi Kamaalisy Syar'i wa Khatharil Ibtidaa'
edisi Indonesia Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid'ah karya Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin, penerjemah Ahmad Masykur MZ, terbitan
Yayasan Minhajus Sunnah, Bogor - Jabar]

Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=1192bagian=0






[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Al-Islam Dinul Haq

2006-07-31 Terurut Topik Benny Kurniawan

AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA YANG HAQ (BENAR) YANG DIBAWA OLEH MUHAMMAD SHALLALLAHU 
'ALAIHI WA SALLAM



Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengakhiri serta menyempurnakan 
agama-agama lain untuk para hambaNya. 
Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyempurnakan kenikmatanNya dan 
meridhai Islam sebagai agama. 
Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, 
kepercayaan selain Islam tidak akan diterima Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali 
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk 
orang-orang yang rugi. [Ali 'Imran: 85]

Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama 
Islam karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk seluruh 
manusia, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

Artinya : Katakanlah: 'Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah 
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada 
yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, maka 
berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada 
Allah dan kepada Kalimat-KalimatNya (Kitab-Kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya 
kamu mendapat petunjuk [Al-A'raaf: 158]

Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Artinya : Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, tidaklah mendengar 
seorang dari ummat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya Muhammad, 
kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang diutus dengannya 
(Islam), niscaya dia termasuk penghuni Neraka.[1]

Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, artinya membenarkan 
dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh apa yang dibawanya bukan 
hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun dia membenarkan apa yang dibawa oleh 
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia membenarkan pula bahwa Islam adalah 
agama yang terbaik.

Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam agama-agama 
terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai untuk setiap 
masa, tempat dan kondisi ummat.

Artinya : Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, 
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) 
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain...[Al-Maa-idah: 48]

Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat dan kondisi ummat 
maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan 
kemaslahatan ummat bahkan, dengan Islam ini ummat akan menjadi baik, sejahtera, 
aman dan sentausa. Tetapi harus diingat bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, 
tempat dan kondisi ummat sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. 
Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka 
mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari'at Islam.

Agama Islam adalah agama yang benar, Allah menjanjikan kemenangan kepada orang 
yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat mereka 
harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala perbuatan syirik, menuntut ilmu 
syar'i dan mengamalkan amal yang shalih.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

Artinya : Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk 
(al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, 
walaupun orang-orang musyrik tidak menyu-kainya. [At-Taubah: 33]

Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara 
kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan 
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka 
agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah 
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. 
Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan 
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah 
orang yang fasik. [An-Nuur: 55]

Islam adalah agama yang sempurna dalam 'aqidah dan syari'at. Bentuk 
kesempurnaannya di antaranya adalah

[1]. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik.
[2]. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap bohong.
[3]. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim.
[4]. Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang ingkar janji.
[5]. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang bersikap khianat.
[6]. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-bapak serta me-larang 
mendurhakainya.

Dan yang lainnya.

Secara umum Islam memerintahkan agar berakhlak yang mulia, bermoral baik dan 
melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan 
melarang perbuatan yang buruk

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman.


[media-dakwah] Risalah AQIDAH Islamiyyah

2006-07-31 Terurut Topik Benny Kurniawan
DEFENISI AQIDAH

'Aqidah menurut bahasa berasal dari kata al-'Aqdu yang berarti ikatan,
at-Tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-Ihkamu
artinya mengokohkan/ menetapkan, dan ar-rabthu biquwwah yang berarti
mengikat dengan kuat.[1]

Sedangkan menurut istilah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak
ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, 'Aqidah Islamiyah adalah: Keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban,
bertauhid [2] dan ta'at kepada-Nya, beriman kepada
Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir,
taqdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih
tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib,
beriman kepada apa yang menjadi ijma' (kon-sensus) dari Salafush Shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun
secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah
yang shahih serta ijma' Salafush Shalih.[3]


[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor
16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_
Foote Note
[1] Lisaanul 'Arab (IX/311:) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H)
Rahimahullah dan Mu'jamul Wasiith (II/614:)
[2] Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma' dan Shifat Allah.
[3] Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12)
oleh Dr. Nashir bin 'Abdil Kariem al-'Aqil, cet. II, Daarul
'Ashimah-1419 H, 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya
Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal
Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdil Kariem al-'Aqil.
==
 OBJEK KAJIAN ILMU 'AQIDAH 

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 1/2


'Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep
Ahlus Sunnah wal Jama'ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam,
masalah ghaibiyat (hal-hal ghaib), kenabian, taqdir, berita-berita
(tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar-dasar
hukum yang qath'i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan,
termasuk pula sanggahan terhadap Ahlul Ahwa' wal Bida', semua aliran dan
sekte yang menyempal lagi menyesat-kan serta sikap terhadap mereka.

Disiplin ilmu 'Aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya,
dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah
(golongan-golongan) lainnya.

Di antara nama-namanya menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:

[1]. 'Aqidah (I'tiqad dan 'Aqa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah 'Aqidah Salaf, 'Aqidah
Ahlul Atsar di dalam kitab-kitab mereka.[2]

[2]. Tauhid
Karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau peng-esaan kepada
Allah di dalam Uluhiyyah, Rububiyyah dan Asma' wa Shifat. Jadi, Tauhid
merupakan kajian ilmu 'aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan
utamanya. Maka, dari itulah ilmu ini disebut ilmu Tauhid secara umum
menurut Ulama Salaf [3]

[3]. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. 'Aqidah Salaf disebut as-Sunnah karena para
penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah j dan para
Shahabat g di dalam masalah 'aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah
masyhur (populer) pada tiga ge-nerasi pertama.[4]

[4]. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah
yang qath'i serta hal-hal yang telah menjadi ke-sepakatan para ulama.[5]

[5]. Al-Fiqh al-Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqh al-Ashghar,
yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.[6]

[6]. Asy-Syari'ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa
Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang
paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah 'aqidah).[7]

Itulah beberapa nama lain dari Ilmu 'Aqidah yang paling terkenal, dan
adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menama-kan 'aqidah mereka dengan
nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran
Asyaa'irah (Asy'ariyah), terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.


_
Foote Note
[1] Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 12-14).
[2] Seperti 'Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat
th. 449 H), Syarh Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 5-6)
oleh Imam al-Laalika-iy (wafat th. 418 H) dan al-I'tiqaad oleh Imam
al-Baihaqy (wafat th. 458 H). Rahimahullah
[3] Seperti Kitabut Tauhid di dalam Shahih al-Bukhari karya Imam
al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitabut Tauhid wa Itsbaat Shifaatir Rabb
karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), Kitab I'tiqaad at-Tauhid oleh
Abu 'Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H), Kitabut Tauhid oleh
Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabut Tauhid oleh Muhammad bin
'Abdil Wahhab (wafat th. 1206 H). Rahimahullah
[4] Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 

[media-dakwah] MANHAJ, AQIDAH DAN USLUB DA'WAH

2006-07-31 Terurut Topik Benny Kurniawan
 APA PERBEDAAN ANTARA MANHAJ, AQIDAH DAN USLUB DA'WAH  


Dibimbing Oleh :
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary



Pertanyaan.
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary ditanya : Aku adalah
pemula dalam menuntut ilmu syar'i, dengan ini kuharap anda dapat
menerangkan perbedaan antara manhaj dan aqidah, dan apakah ada beda
antara uslub dakwah dan manhaj dakwah?

Jawaban.
Manhaj dakwah adalah penyampaian materi ilmiyyah yang merupakan landasan
dasar berpijaknya aqidah. Sangat Mustahil suatu aqidah yang benar
diletakkan dalam suatu tempat yang batil kemudian aqidah ini tetap
bersih, umpamakan kita meletakkan air yang bersih lagi jernih di dalam
sebuah gelas yang bernajis dan kotor sekelilingnya, apakah air tadi
tetap bersih dan jernih atau berubah menjadi kotor disebabkan najis dan
kotoran yang melekat di gelas tadi ? Begitu jugalah hubungan antara
manhaj dan aqidah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa aqidah yang dibawa Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam dan diterima oleh para sahabatnya melaui proses
talaqqi tentulah melalui cara-cara tertentu yang disebut dengan manhaj
(metode). Maka kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Jika terkadang berpisah satu sama lainnya dalam realita atau situasi dan
kondisi tertentu tetapi sebenarnya keduanya akan tetap saling
memepengaruhi satu sama lainnya. Hanya ada dua kemungkinan : 

Pertama: Aqidah salaf yang merubah suatu manhaj menyimpang sehingga
menjadi bermanhaj salafi, atau kemungkinan kedua : Malah sebaliknya
manhaj menyimpang yang merubah aqidah salaf. Nauzubillah.

Yaitu berubahnya seseorang yang manhajnya menyimpang dengan aqidah yang
menyimpang menjadi selamat manhajnya seperti aqidahnya yang selamat
(dengan mengikuti aqidah yang benar) atau sebaliknya aqidahnya mengikuti
manhajnya yang keliru sehingga aqidahnya menjadi menyimpang pula. ini
poin pertama.

Adapun poin kedua, yakni dalam bergaul dan menyikapi manusia dalam
permasalahan ini ada beberapa sikap:

Pertama:
Yaitu orang-orang yang menerima da'wah ini dan tunduk dibawah
hukum-hukumnya. Orang seperti ini harus dipergauli dengan cara
baik-baik, dan jika dia berbuat kesalahan atau kekeliruan maka
kesalahnnya ini tidak dapat disamakan dengan jenis manusia
berikutnya,maka orang seperti ini harus dinasehati diperingati,
diperintahkan kepada kabajikan dan dilarang dari kemungkaran,
dipersilahkan untuk turut dalam majlis-majlis ilmu.

Jika dia memiliki ijtihad ilmiyyah dalam permasalahan yang diperbolehkan
berijtihad di dalamnya, sementara dalam pandanganmu ijtihadnya keliru,
maka hendaklah engkau berbuat sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum
kita. Tetapi jika ijtihadnya bukan pada masalah-masalah yang boleh
diijtihadkan, ataupun pada masalah-masalah yang telah baku maka
ijtihadnya tidak dianggap dan tidak didengar. Hal seperti ini harus
diterangkan terlebih dahulu kepadanya dan dinasehati. Tetapi jika dia
tidak menerima nasehat dan malah membantah maka dia diperlakukan
sebagaimana kita memperlakukan jenis orang berikut ini.

Kedua :
Adapun jenis kedua. Yaitu orang-orang yang memang pada dasarnya tidak
mengakui manhaj salaf dan tidak mengikuti sunnah bagaimana kita dapat
memakaikannya pakaian yang dia sendiri melepaskannya (maksudnya
bagaimana kita menisbahkannya kepada salaf sementara dia sendiri tidak
mengakuinya, -pent)


[Seri Soal Jawab Dauroh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002 Dengan
Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani
Hafidzahumullahu Diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan , Lc]



Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=1599bagian=0






[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Jadwal Kajian Islamy @Jabotabek

2006-07-31 Terurut Topik Benny Kurniawan
Assalamu'alaikum ..

Kaum Muslimin sekalian, hadirilah Majlis Ilmu Islamiyyah yg akan
diadakan sbb :

Selasa ba'da Zhuhur
tempat  : Dewan Dakwah Kramat Raya dekat PMI/Xerox, Jakarta
Penceramah  : Ust. Yazid Bin Abdul Qodir Jawas
Pembahasan  : Kitab Fathul Mazid (Tauhid dan menumpas akar
kesyirikan
dan lainnya).

Kamis ba'da Ashar sampai Maghrib
tempat  : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman Jakarta
Penceramah  : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad
Pembahasan  : Risalah - risalah Bid'ah.

Khotib Jum'at setiap awal bulan (minggu/pekan I)
tempat  : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman
Khotib  : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad

Khotib setiap Jum'at
tempat  : Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sudirman
Penceramah  : Ustadz - ustadz Salaf (Insya ALLAH)

Sabtu Pagi pukul: 09.00-11.00 wib
tempat  : Masjid Mubarok, Jl. Kebahagiaan Krukut Hayam Wuruk,
Kota
belakang Poskota
Penceramah  : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad
Pembahasan  : Kitab Shohih Al Imam Bukhari

Ahad ba'da Ashar sampai selesai
tempat  : Masjid Muhajirin, belakang RS. Mitra Persahabatan
Bekasi
Penceramah  : Ust. Zainal Abidin. Lc
Pembahasan  : Tafsir Ibnu Katsir

Ahad ke-3 setiap bulan
tempat  : Masjid Romadhon, Galaxy Bekasi
Penceramah  : Ust. Abdul Hakim Bin Amir Abdad
Pembahasan  : Kitab Shohih Al Imam Muslim


Wassalamu'alaikum...


[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] SISI PALING RAHASIA PENGGEMPURAN LEBANON

2006-07-30 Terurut Topik Benny Kurniawan

SISI PALING RAHASIA PENGGEMPURAN LEBANON
Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah-Shafawis
terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia

Editor dan Penerjemah: Muhammad Ihsan Zainuddin[1]
Dari semua yang terungkap dan terbaca,
ada banyak rahasia yang tak terketahui.
Karena itu, jangan pernah tertipu
mendengar lolongan serigala,
Menyaksikan musang kenakan sorban,
sebab mereka-lah penipu tercerdik dalam sejarah.
(Suara hati sendiri)


[1] Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia Jakarta Angkatan IX 2005/2006.


Catatan Editor:
Dalam hitungan hari saja, dunia terperangah. Dan seolah tak pernah jemu,
seluruh wajah dunia kembali berpaling ke wilayah paling panas di
seantero jagat: Palestina dan Lebanon. Ada puluhan rudal mungkin yang
ditumpahkan ke kepingan wilayah itu, dan kemudian ada puluhan -bahkan
mungkin ratusan- nyawa tak berdosa yang melayang, ratusan rumah tempat
bernaung nyaris rata dengan tanah, dan gelombang pengungsian lalu
menjadi fenomena yang tak terbendungkan.

Hampir bisa dipastikan, bahwa mayoritas -jika tidak semua- korban
kekejian itu -baik yang meninggal maupun yang harus berlari dengan wajah
ketakutan meninggalkan negrinya- adalah sekumpulan manusia yang tidak
tahu menahu mengapa orang-orang tercinta mereka harus menjadi korban...
mengapa tempat bernaung yang selama ini mereka bangun bata demi bata
harus diremukkan begitu saja...Yah, mereka tidak pernah tahu, setidaknya
hingga kini.

Mereka tidak tahu... dan kita, kaum muslimin di Indonesia pun mungkin
tak tahu mengapa Hizbullah Lebanon menculik 2 tentara Israel. Tapi
ketika Presiden Iran, Ahmadi Nejad datang ke Indonesia beberapa waktu
yang lalu, kita dihinggapi sebuah euphoria yang gempita. Sebagian kita
bahkan seperti menyambut seorang pahlawan agung. Kita kagum hanya karena
kesederhanaannya... (Memang susah kita ini, karena jarang menemukan
pemimpin yang sederhana, maka musang yang berlagak sederhana pun dengan
mudah kita percayai...) Apakah kita kagum akan keberanian Iran -yang
merupakan representasi kekuatan Syiah abad ini- 'melawan' Amerika dalam
hal nuklir? Apakah sebagai umat yang selama ini roda peradabannya sedang
berada di bawah, kita menganggap 'keberanian' Iran itu sebagai awal
kemenangan Islam? Bila jawabannya adalah 'iya', maka ketahuilah ada
banyak hal yang tidak kita ketahui dari semua peristiwa itu...

Dalam terminology Sunnah, kita saat ini sedang berhadapan dengan sebuah
fitnah. Fitnah itu adalah saat berbagai peristiwa berkalut-kelindan satu
sama lain, hingga kita terjebak dalam situasi dimana kita kehilangan
nalar sehat untuk memilah mana hal dan pernyataan yang harus diapresiasi
secara positif dan tidak. Atau dalam bahasa yang lebih tegas: nalar
syar'i kita menjadi tumpul dalam menentukan yang haq dan yang batil.
Akibatnya, karena kita merasa sebagai umat yang kalah, segala bentuk
perlawanan yang memakai label keummatan kita dengan segera kita anggap
sebagai pahlawan Islam. Meski sesungguhnya ia tak lebih dari musang
berbulu domba!

'Tulisan' ini sebenarnya adalah pengantar saja terhadap sebuah tulisan
yang ditulis untuk menyikapi berbagai 'kekacaubalauan' yang hingga kini
terus terjadi di Semenanjung Arabia; secara spesifik di Irak, dan
Palestina serta Lebanon belakangan ini. Tulisan ini sengaja saya
terjemahkan dengan harapan agar kita semua dapat melihat krisis
Timur-Tengah itu dengan pandangan yang jernih. Agar simpati yang
terkirim tak menjelma menjadi simpati yang sia-sia karena salah alamat
(Hmm, bukankah salah alamat jika Anda bersimpati pada musang dan
serigala??). Tulisan yang saya maksud adalah: Mengapa Hizbullah Menyulik
2 Tentara Israel?; Membaca Tujuan Hakiki di Balik Itu. Ditulis oleh DR.
Muhammad Bassam, anggota Dewan Pendiri Rabithah Udaba' al-Syam (Ikatan
Sastrawan Syam). Artikel ini dimuat dalam situs www.almoslim.net, edisi
21/6/1427.
Semoga bermanfaat!


MENGAPA HIZBULLAH MENYULIK 2 TENTARA ISRAEL?
Membaca Tujuan Hakiki di Balik Itu
DR. Muhammad Bassam

Pada awal tulisan ini, menjadi penting untuk dijelaskan bahwa Israel
tidak lebih dari sebuah lembaga zionis yang 'disisipkan' dalam tubuh
wilayah Arab-Islam kita. Dan sang penyusup ini harus dilawan dengan
segala cara yang memungkinkan, hingga Palestina dapat dibebaskan.
Seluruh Palestina...dari ujung laut hingga sungainya. Lembaga zionis ini
tidak lebih dari sebuah kangker yang ditanamkan Barat di pusat kawasan
Islam demi melanggengkan tujuannya: memecah belah dan menghalangi
terwujudnya sebuah kekuatan negara berperadaban yang menjadi Islam
sebagai referensi tertingginya. Meskipun kita sangat yakin, bahwa
'proyek' zionis itu akan berjalan menuju kepunahannya sebagai sebuah
akibat yang pasti dari Sunnatullah di muka bumi ini.

Musibah apapun yang menimpa lembaga zionis itu, dan apapun yang menimpa
tentara-tentara negara pencuri itu; semuanya akan membuat kita gembira,
ridha dan semakin yakin bahwa 

[media-dakwah] Penyebab Terhinanya Kaum Muslimin (Pentingnya Tashfiyah Dan Tarbiyah)

2006-07-27 Terurut Topik Benny Kurniawan
Penyebab Terhinanya Kaum Muslimin (Pentingnya Tashfiyah Dan Tarbiyah)


Dibimbing Oleh :
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


   Kami harus menjelaskan pada kesempatan ini, suatu hal yang amat
penting namun dilalaikan oleh mayoritas kaum muslimin. Saya katakan :
Penyebab keabadian kaum muslimin pada kondisi mereka yang terpuruk
berupa kehinaan dan penindasan kaum kafir, bahkan kaum yahudi terhadap
sebagian dunia Islam, penyebabnya bukanlah karena mayoritas ulama Islam
tidak memahami Fiqhul Waqi' atau tidak mengetahui rencana-rencana dan
tipu daya orang-orang kafir sebagaimana anggapan sebagian orang.

Oleh sebab itu saya berpendapat bahwa perhatian yang dicurahkan secara
berlebihan terhadap Fiqhul Waqi' , hingga menjadikannya sebagai manhaj
bagi para da'i dan generasi muda, dimana mereka membina dan terbina di
atasnya, dengan menganggapnya sebagai jalan kesalamatan, ini adalah
sebuah kesalahan yang sangat nyata dan kekeliruan yang amat jelas.

Sedangkan suatu hal yang telah menjadi kesepakatan para fuqaha' dan
tidak terdapat perbedaan di antara mereka, bahwa penyebab yang paling
mendasar bagi kehinaan kaum muslimin sehingga terhentinya perjalanan
mereka (untuk terus maju) adalah:

Kejahilan/kebodohan kaum muslimin terhadap Islam yang diturunkan Allah
Jalla Jalaluhu, ke dalam hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mayoritas kaum muslimin yang mengetahui hukum-hukum Islam yang berkaitan
dengan berbagai kepentingan mereka, tidak melaksanakannya, mereka
cenderung mengentengkan, menggampangkan dan menyia-nyiakan.


 TASHFIYAH DAN TARBIYAH 

Dengan demikian, kata kunci bagi kembalinya kemuliaan Islam adalah
dengan penerapan ilmu yang bermanfaat dan pengamalannya. Keduanya adalah
perkara yang mulia, tidak mungkin dicapai oleh kaum muslimin kecuali
dengan menerapkan manhaj/metode tasfiyah dan tarbiyah yang merupakan
dua kewajban besar yang amat penting.

Yang saya maksudkan dengan tasfiyah (pemurnian) adalah : Pemurnian
aqidah Islam dari sesuatu yang tidak dikenal dan telah menyusup masuk
kedalamnya, seperti kesyirikan, pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah
Jalla Jalaluhu, atau penakwilannya, penolakan hadits-hadits shahih yang
berkaitan dengan aqidah dan lain sebagainya.

Pemurnian fiqh Islam dari segala bentuk ijtihad yang keliru yang
menyelisihi al-Qur'an dan as-Sunnah, serta pembebasan akal dari
pengaruh-pengaruh taqlid[1] dan kegelapan sikap fanatisme.

Pemurnian kitab-kitab tafsir al-Qur'an, fiqh, kitab-kitab yang
berhubungan erat dengan raqa'iq (kelembutan hati), dan kitab-kitab
lainnya dari hadits-hadits lemah dan palsu, serta dongeng israiliyyat
dan kemunkaran-kemunkaran lainnya.

Adapun kewajiban kedua (tarbiyah), yang saya maksudkan adalah pembinaan
generasi baru muslim, diatas Islam yang telah dibersihkan dari hal-hal
yang telah kami sebutkan, dengan sebuah pembinaan secara Islami yang
benar sejak usia dini tanpa pengaruh oleh pendidikan ala barat dan
kafir.

Tidak diragukan lagi bahwasanya upaya untuk mewujudkan kedua kewajiban
ini, memerlukan dan menuntut kesungguhan ruhnya dengan penuh keihlasan,
baik secara kolektif maupun individual (perseorangan).

Sikap ini sangat diperlukan dari semua komponen masyarakat yang
benar-benar berkepentingan untuk menegakkan sebuah masyarakat yang
Islami yang menjadi idaman, disetiap negeri yang telah rapuh
pilar-pilarnya, semua pihak bekerja pada bidang dan spesialisasi
masing-masing.

Maka wajib bagi para ulama yang mengetahui hukum-hukum Islam yang benar,
harus sungguh-sungguh mencurahkan perhatian mereka, mengajak kaum
muslimin kepada pemahaman Islam yang benar, baik aqidah maupun manhaj,
serta memahamkannya kepada kaum muslimin. Kemudian ditindaklanjuti
dengan pembinaan mereka diatas pemahaman tersebut, seperti apa yang
telah difirmankan oleh Allah Jalla Jalaluhu.

Artinya :  Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
rabbani [2] karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya [Ali-Imran : 79]

Inilah jalan satu-satunya dalam pemecahan problematika ummat yang
dikandung oleh ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Jalla Jalaluhu.

Artinya : ... Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu [Muhammad : 7]


[Disalin dari Majalah : as-Salafiyah, edisi ke 5/Th 1420-1421. hal
41-48, dengan judul asli Hukmu fiqhil Waqi' wa Ahammiyyatuhu.
Diterjemahkan oleh Mubarak BM Bamuallim LC dalam Buku Biografi Syaikh
Al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini hal. 127-150 Terbitan
Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
__
Foote Note.
[1] Taqlid adalah : Sikap/prilaku menerima pendapat seseorang tanpa
hujjah dan dalil (lihat Ta/rifat oleh Al-Jurjani hal.64)
[2] Rabbani ialah orang yang bijaksana, alim dan penyantun serta banyak
ibadah dan ketakwaannya (lihat Tafsir Ibnu Katsit I/356)


Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=658bagian=0
Subscribe : Assunnah@yahoogroups.com






[Non-text portions 

[media-dakwah] kajian Islami live via paltalk

2006-07-26 Terurut Topik Benny Kurniawan
Assalamu'alaikum..

Kajian live via paltalk dari Mushollah Ma'had ali Al-Irsyad As-salafi
Surabaya

Ikhwani dan Akhawati fillah, anda bisa mengikuti pelajaran tentang
aqidah, sejarah Nabi, Hadits, akhlak dan Manhaj Salaf, bersama kami
Kajian live disiarkan dari Masjid Daarul Hijrah komplek Ma'had Ali
Al-Irsyad As-Salafi Surabaya Indonesia via paltalk room Islam - kajian
salaf indonesia ...

lihat www.salafindo.com

Sekilas Jadwal Kajian :

Ustadz Imam Wahyudi bin Muhammad Badri
Tiap hari Senin, ba'da Maghrib
Manhajul anbiya fi tazkitun nufus

Ustadz Salim bin Ali Ghanim
Tiap hari Selasa, ba'da Maghrib
Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid

Ustadz Abdurrahman bin Abdulkarim At-Tamimi
Tiap hari Rabu, ba'da Maghrib
Suwar Min Hayatis Sohabah

Ustadz Mubarak bin Mahfudz Bamualim
Tiap hari Kamis, ba'da Maghrib
Bahjatun Nadhirin Syarh Riyadush Shalihin

Ustadz Abdurrahman bin Tayyib
Tiap hari jum'at, ba'da Maghrib
Ushulus Sunnah Li Imam Ahmad


Juga bisa download atau dengar langsung kajian secara online  di
http://www.assunnah.mine.nu
Nama kajiannya DAUROH KOBE1 oleh Ustadz.Yazid Jawas, Bahasan inti adalah
:

1. Ahlul Sunnah Wal Jama'ah
2. Sifat Sholat Nabi
3. Dzikir-dzikir setelah sholat
4. Kesalahan-kesalahan dalam sholat


Barokallahu fiikum 'ala 'llmin nafi'a...

Wassalamu'alaikum


[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/zAINmC/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Yahudi Akan TERBASMI, Insya Allah

2006-07-26 Terurut Topik Benny Kurniawan
YAHUDI AKAN TERBASMI, INSYA ALLAH [HADITS TENTANG PERANG MELAWAN YAHUDI]


Dijelaskan Oleh :
Asy-Syaikh Muhaddist Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari Hafidzohullah


Diantara hal yang membuat hati kaum Mukminin tenteram dan
karenanya mereka semakin yakin ialah ; bahwa negeri yang menjadi tempat
berkumpulnya bebagai macam suku Yahudi Dunia, yang kemudian secara zalim
dan bathil dinamakan negara Israel, adalah negara yang akan musnah dan
terhapus dari muka bumi. Saya tidak katakan tanggal sekian dan tanggal
sekian seperti yang dilakukan secara tidak benar oleh sebagian orang
yang memiliki semangat menggebu.

Bisa jadi waktunya akan datang sebelum ramalan mereka jatuh tempo, dan
itu tidak sulit bagi Allah. Ya, bisa jadi (waktunya akan datang) jauh
sebelum itu.

Artinya : Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabb-mu kecuali Dia
[Al-Muddatstsir : 31]

Tidak ada yang mengetahui kecuali Dia Yang Maha Tahu dan Maha Waspada.

Karena itulah ada tokoh politik (Muslim) kontemporer yang mengatakan
:Sesungguhnya perdamaian kita bersama Yahudi hanya semata-mata
perdamaian politis, bukan keyakinan.

Sesungguhnya ada beberapa riwayat hadits Nabi yang shahih dan tegas,
bahwa pertempuran besar (melawan bangsa Yahudi-pen) akan terjadi, pasti.
Dan bahwa kalimat Tauhid pasti akan mengalahkan orang-orang Yahudi
tersebut, baik majikan-majikan maupun budak-budaknya (para pemimpinnya
maupun pengikut-pengikutnya -pen).

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar
Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.

Artinya : Kalian akan memerangi bangsa Yahudi sampai seseorang di
antara mereka bersembunyi di belakang batu. Maka batu itu berkata :
Wahai hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, bunuhlah !.

Imam Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.

Artinya : Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin
memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin membunuh mereka
sampai orang Yahudi bersembunyi di belakang batu atau pohon. Maka batu
-atau- pohon itu berkata : Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini di
belakangku ada Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah. Kecuali pohon Gharqad
(sebuah pohon berduri yang dikenal dikalangan bangsa Yahudi),
sesungguhnya Gharqad itu adalah salah satu pohon bangsa Yahudi.

Dua riwayat di atas adalah riwayat paling kuat dan paling shahih yang di
satu sisi menjelaskan pasti dan benar-benarnya kejadian perang melawan
Yahudi, sedangkan di sisi lain menjelaskan tentang yakin (pasti)nya
kemenangan di tangan kaum Muslimin.

Riwayat tersebut -segala puji bagi Allah, dan dengan taufiq-Nya amat
sangat jelas, jelas dan jelas. Tidak perlu komentar dan tidak
membutuhkan keterangan.

Dalam dua nash di atas terdapat berbagai petunjuk manhaji (bersifat
manhaj/bersifat ajaran), yang paling menonjol di antaranya adalah dua
hal :

Pertama.
Berkaitan dengan awalnya, yaitu perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam kepada para sahabat :Kalian pasti akan memerangi (orang
Yahudi). Sabda ini memberi petunjuk yang tegas bahwa masa depan hanya
untuk Islam saja -bi idznillah-, akan tetapi tentu Islam yang sesuai
dengan manhaj Salaf. [Lihat : Basha'ir Dzawisy Syaraf Bisyarhi
Marwiyyaati Manhajis Salaf, karya Syaikh Salim al-Hilali hal. 151-165].

Kedua.
Berkaitan dengan akhirnya, yaitu sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
ketika menceritakan perkataan pohon atau batu : Wahai Muslim, wahai
hamba Allah!. Kisah ini menunjukkan bahwa manhaj Tarbawi Ishlahi (pola
pendidikan yang bertujuan perbaikan) yang tegak berdasarkan realisasi
tauhid dan peribadatan adalah betul-betul memiliki kesiapan untuk
menegakkan syari'at Allah di muka bumi dan untuk memulai kehidupan baru
dengan kehidupan Islami yang sesuai dengan pola kenabian. [Lihat pula :
Madaarij al-Ubudiyah min Hadyi Khairil Bariyyah karya Syaikh Salim
al-Hilali hal. 145-153].

Di sana ada riwayat lemah -dari berbagai periwayatan- yang tersebar di
tengah-tengah masyarakat dan bergulir di kalangan orang-orang khusus dan
orang-orang awam, yang wajib diungkap dan dijelaskan (yaitu) :

Riwayat Ibnu Sa'd dalam Tahabaqatnya VII/422, Al-Bazzar dalam
Musnadnya IV/138, Az-Zawaid, Ibnu Abi Ashim dalam Al-Ahad wa
Al-Matsani 2458, dan lain-lain, dari Nahik bin Shuraim As-Sakuni, bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Artinya : Musyrikin sampai akhirnya sisa-sisa (pasukan) kalian akan
memerangi Dajjal di sekitar sungai di Urdun (Yordan), kalian di sebelah
timurnya dan mereka di sebelah baratnya.

Perawinya berkata : Saya tidak tahu di bumi sebelah manakah Urdun
(Yordan) pada waktu itu.

Hadits ini sanadnya dha'if, di dalamnya terdapat Muhammad bin Aban
Al-Qurasyi. Imam Abu Dawud, Ibnu Ma'in, Al-Bukhari dan imam-imam lain
mendha'ifkan (melemahkan)nya.

Guru kami, 'Allamah, Imam (Imam diantara Muhadditsin abad 20), lautan
ilmu, Syaikh Abu Abdir Rahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani -semoga
Allah 

[media-dakwah] PERMUSUHAN ABADI ANTARA UMAT ISLAM DENGAN BANGSA KAFIR YAHUDI

2006-07-26 Terurut Topik Benny Kurniawan
PERMUSUHAN ABADI ANTARA UMAT ISLAM DENGAN BANGSA KAFIR YAHUDI


Disalin dari :
Editorial Majalah Salafiyah Al-Ashalah



Pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksitensi (karena
seorang muslim itu bagaikan 1 tubuh, bila ada bahagian yg sakit maka
bahagian lainnya ikut merasakan sakit), bukan hanya sekedar
persengketaan perbatasan.

Musuh-musuh Islam dan pengikut-pengikutnya yang bodoh terus berupaya
membentuk opini bahwa hakikat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas
pertarungan memperebutkan wilayah, konflik perbatasan, persoalan
pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir
dengan (diciptakannya suasana hidup) berdampingan secara damai, saling
tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan
wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah, dan mendirikan sebuah
negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak
zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi
negara zionis.

Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah
pertarungan lama, semenjak berdirinya negara Islam di Madinah dibawah
kepemimpinan utusan Allah bagi seluruh manusia, yaitu Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah telah menceritakan kepada kita hakikat kedengkian dan permusuhan
orang-orang Yahudi kepada Umat Islam dan Umat Tauhid (dalam firman-Nya)
:

Artinya : Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi
dan orang-orang Musyrik ... [Al-Maidah : 82]

Perhatikan, bagaimana Allah menyebutkan permusuhan orang-orang Yahudi
terlebih dahulu, baru kemudian permusuhan orang-orang musyrik, padahal
kekafiran merupakan satu agama, namun tingkat permusuhan mereka terhadap
umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berbeda-beda. (Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman ) :

Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga mengikuti agama mereka [Al-Baqarah : 120]

Sejak tarikan nafas umat Islam pertama dalam Islam, orang-orang Yahudi
sudah melancarkan permusuhannya kepada umat Islam dan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak pernah aman dari ganguan bangsa Yahudi itu sendiri. Mereka
pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam sebanyak tiga kali.

Pertama : Percobaan pembunuhan dengan menjatuhkan batu penggiling gandum
di kepala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Kedua : Ketika mereka meletakkan racun dalam daging kambing yang
diperuntukkan bagi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ketiga : Ketika Labid bin A'sham al-Yahudi -la'natullah 'alaih-
menyihirnya.

Lihatlah (kini) bangsa Amerika, ternyata selalu membekali orang-orang
Yahudi dengan senjata-senjata penghancur yang tak tanggung-tanggung,
supaya dapat digunakan untuk membunuh anak-anak, para wanita dan
orang-orang tua muslim bangsa Palestina. Pada saat yang sama bangsa
Amerika membikin sibuk dunia dengan pemilihan Presidennya, guna menutupi
penyembelihan-penyembelihan masal muslim bangsa Palestina yang dilakukan
oleh orang-orang Yahudi.

Perhatikan pula bangsa Inggris. Mereka juga senantiasa membekali
orang-orang Yahudi dengan peluru-peluru berhulu ledak pemusnah yang
mengakibatkan terbunuhnya manusia secara biadab dan menimbulkan cacat
seumur hidup bagi para pemuda Palestina. Inilah umat yang, baik pemuda,
orang tua, anak-anak maupun wanita, menjadi sasaran bantai orang-orang
Yahudi dan kaki tangannya.

Lihatlah para kaki tangan Yahudi membikin sibuk umat dengan luka-luka
rakyat Palestina yang muslim, di sisi lain mereka menutupi kejahatan
orang-orang Yahudi dengan mengadakan pertandingan-pertandingan olah raga
yang tiada guna serta acara-acara sia-sia yang dapat meracuni dan menina
bobokan umat.

Belumlah kaum Muslimin menyadari bahwa pertarungan kita dengan kaum
Yahudi adalah pertarungan aqidah, pertarungan budaya, pertarungan
peradaban, pertarungan eksistensi dan pertarungan identitas ? Bukankah
kaum Yahudi membakar masjid Al-Aqsha, bukankah mereka menggali
lobang-lobang di bawahnya supaya bangunan itu runtuh ? Bukankah mereka
membantai kaum Muslimin ketika tengah bersujud pada bulan Ramadhan di
masjidnya nabi Ibrahim Al-Khalil 'Alaihis sallam itu ? Bukankah mereka
merobek-robek perut wanita hamil, membantai anak-anak balita serta
membumi hanguskan segalanya, baik yang hijau basah maupun yang kering
kerontang ? Bukankah bangsa Yahudi telah menjadikan masid-masjid di
Palestina sebagai toko-toko minuman keras dan tempat-tempat perjudian ?
Bukankah mereka juga menjadikan sebagian masjid itu sebagai
kandang-kandang ternak dan tempat pembuangan sampah? Apakah setelah itu
semua, lalu dikatakan bahwa pertarungan kita melawan Yahudi sekedar
pertarungan memperebutkan tanah perbatasan yang penyelesainnya adalah
dengan mendirikan sebuah negari kecil Palestina dengan ibukotanya
Al-Quds As-Syarief, sebuah negeri yang -menurut anggapan mereka- mampu
menghimpun pemeluk tiga 

[media-dakwah] Mufti ARAB SAUDI Serukan Qunut Nazilah Untuk Palestina!!!

2006-07-03 Terurut Topik Benny Kurniawan

Mufti ARAB SAUDI Serukan Qunut Nazilah Untuk Palestina!!!
Senin, 03 Juli 06 


Mufti umum kerajaan Arab Saudi, Fadhilah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Abdullah Alu Syaikh menyerukan dilakukannya Qunut Nazilah untuk penduduk
Palestina yang saat ini menghadapi serangan brutal pasukan pendudukan
Israel. 

Dalam pembicaraan via teleponnya dengan salah satu situs Islam terkenal
di Timur Tengah, 'al-Islam el-Youm', Samahah al-Mufti, Alu Syaikh
berpendapat bahwa cobaan yang dialami rakyat Palestina tersebut mengajak
kita untuk berinisiatif segera melakukan Qunut Nazilah di masjid-masjid.


Dalam khutbah jum'at lalu yang disampaikannya di sebuah Jami' al-Kabir,
Riyadh, Fadhilat Syaikh Alu Syaikh mengatakan, Sesungguhnya
saudara-saudara kita di Palestina tengah melewati masa-masa yang amat
berat dan berbagai cobaan pedih yang menyayat-nyayat setiap hati Muslim
atas kezhaliman, tindakan biadab dan pelanggaran yang dilakukan terhadap
kaum wanita, anak-anak dan orang-orang tua tidak berdosa di sana, yang
tidak memiliki daya dan upaya. Musuh, Sang Pencaplok telah menghancurkan
bumi mereka, merobohkan infrastruktur-inftrastruktur negeri dan seluruh
instalasi-instalasi vital lainnya.!! 

Beliau menambahkan, Sungguh! Itu merupakan petaka bagi Islam dan
pemeluknya. Kita memohon kepada Allah agar menyatukan hati mereka,
menganugerahkan mereka ketegaran, pertolongan dan taufiq-Nya serta
semoga mereka merapatkan barisan dan bersatu melawan musuh-musuh
Islam.!! 

Amiin


[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] MENGKAFIRKAN KAUM YAHUDI DAN NASHRANI

2006-07-03 Terurut Topik Benny Kurniawan
MENGKAFIRKAN KAUM YAHUDI DAN NASHRANI

Dibimbing Oleh :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Seorang penceramah
agama di
salah satu masjid di Eropa beranggapan bahwa tidak boleh menyatakan kaum
Yahudi dan Nashrani kafir. Bagaimana pendapat Syaikh yang mulia?

Jawaban.
Pernyataan penceramah ini sesat dan boleh jadi suatu pernyataan
kekafiran,
karena kaum Yahudi dan Nashrani telah Allah nyatakan sebagai golongan
kafir.Allah berfirman:

Artinya : Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putra Allah dan orang
Nasrani berkata: Al Masih itu putra Allah. Demikian itulah ucapan
mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka;bagaimana mereka sampai
berpaling?.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan
selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan [At Taubah : 30-31]

Dengan demikian ayat tersebut menyatakan bahwa mereka itu adalah
golongan
musyrik. Pada beberapa ayat lain Allah menyatakan dengan tegas bahwa
mereka
itu kafir, sebagaimana ayat-ayat berikut.

Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata :
'Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam. [Al Maidah:17]

Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
Bahwasanya
Allah salah satu dari yang tiga [Al Maidah:73]

Artinya : Orang-orang kafir dari Bani Israel telah dilaknat melalui
lisan
Daud dan Isa putra Maryam [Al Maidah : 78]

Artinya : Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan
orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam.. [Al Bayyinah : 6]

Ayat-ayat tentang hal ini banyak sekali, begitu juga hadits-hadits.
Orang
yang mengingkari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani berarti tidak
beriman
dan mendustakan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, ia juga
mendustakan Allah, sedang mendustakan Allah itu kafir. Seseorang yang
meragukan kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani tidak diragukan lagi bahwa
ia
telah kafir.

Demi Allah, bagaimana penceramah agama seperti itu rela berkata bahwa
kaum
Yahudi dan Nashrani tidak boleh dinyatakan sebagai golongan kafir,
padahal
mereka sendiri mengatakan Allah itu adalah salah satu dari tiga tuhan?
Allah
sendiri telah menyatakan mereka itu kafir. Mengapa ia tidak ridha
menyatakan
golongan Yahudi dan Nasrani itu kafir, padahal mereka telah mengatakan:
Isa
bin Maryam adalah putra Allah. Tangan Allah terbelenggu, Allah miskin
dan
kami adalah orang-orang kaya?

Bagaimana penceramah itu tidak rela menyatakan golongan Yahudi dan
Nasrani
adalah kafir padahal mereka telah menyebut tuhan mereka dengan
sifat-sifat
yang buruk yang semua sifat tersebut merupakan aib, cacat, dan kalimat
celaan?

Saya (Syaikh Utsaimin) menyeru penceramah ini supaya tobat kepada Allah
dan
membaca firman Alah :

Artinya : Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu
mereka
bersikap lunak (pula kepadamu) [Al Qalam :9]

Hendaklah penceramah ini tidak bersikap lunak terhadap kekafiran
mereka.Ia
harus menerangkan kepada semua orang bahwa kaum Yahudi dan Nasrani
adalah
golongan kafir dan termasuk penghuni neraka. Nabi Shalallahu alaihi wa
sallam bersabda:

Artinya : Demi dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya. Tiada seorang-pun
dari
umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani,tetapi ia
tidak
beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia
termasuk penghuni neraka.[Hadits Riwayat Muslim no.153 dalam kitabul
Iman]

Artinya : Tiga golongan yang akan mendapatkan dua pahala :Seseorang
dari
golongan Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada
Muhammad
Shalallahu alaihi wa sallam [Hadits Riwayat. Bukhari no.97 dalam
Kitabul
Ilmu ; Muslim no.153 dalam Kitabul Iman]

Selanjutnya, saya (Syaikh Utsaimin) membaca pernyataan pengarang
Kitaabul
Iqna' dalam bab Hukum Orang Murtad. Dalam kitab ini beliau berkata
:Orang
yang tidak mengkafirkan seseorang yang beragama selain Islam seperti
Nasrani
atau meragukan kekafiran mereka atau menganggap mazhab mereka benar,maka
ia
adalah orang kafir.

Dikutip dari pernyataan Syaikhul Islam suatu pernyataan : Barangsiapa
beranggapan bahwa gereja adalah rumah Allah dan di tempat itu Allah
disembah, dan beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan
Nashrani adalah suatu ibadah kepada Allah, ketaatan kepadaNya dan kepada
RasulNya, atau ia senang dan ridha terhadap hal semacam itu, atau ia
membantu kaum Yahudi dan Nasrani untuk memenangkan dan menegakkan agama
mereka serta beranggapan bahwa perbuatan mereka itu adalah ibadah dan
ketaatan kepada Allah ,maka orang ini telah kafir.

Ditempat lain beliau berkata :Barang siapa beranggapan bahwa kunjungan
golongan dzimmi (penganut agama non-Islam) ke gereja-gerejanya adalah
suatu
ibadah kepada Allah, maka ia 

[media-dakwah] Asy-Syaikhsiyyah : Tak Kenal Maka Tak Sayang

2006-07-03 Terurut Topik Benny Kurniawan
SEKILAS BIOGRAFI SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYYAH RAHIMAHULLAH

Demi Allah, tidaklah benci kepada Ibnu Taimiyah melainkah orang yang
bodoh atau pengikut hawa nafsu [Abdul Bar As-Subky]

NAMA DAN NASAB

Beliau adalah imam, Qudwah, 'Alim, Zahid dan Da'i ila Allah, baik dengan
kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam,
pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu'alaihi wa sallam
yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin
Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy  Al-Harrany
Ad-Dimasyqy. Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia
yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari
Senin 10 Rabiu'ul Awal tahun 661H.

Beliau  berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya
ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas
negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan
menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu,
bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor
binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga
hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini,
mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Ta'ala.
Akhirnya mereka bersama  kitab-kitabnya dapat selamat.

PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU

Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau.
Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur'an dan mencari
berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits
negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama
tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai
ilmu Ushuluddin dan sudah mendalami bidang-bidang tafsir, hadits dan
bahasa Arab.

Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai
beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu'jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama
besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja
datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah
yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan
tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata
Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula
ketika disampaikan  kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat
pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut
berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan
besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama,
mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa
kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk
belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah
Rasul-Nya shallallahu'alaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan
teguh berpijak pada garis-garis yang telah  ditentukan Allah, mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah
berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu
merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu
kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah
itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di
madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar
hingga terpenuhi cita-citaku.

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada
putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh
fuqaha' dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

PUJIAN ULAMA

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib
AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap
jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang
memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh
Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid
An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam
ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti
Ibnu Taimiyah  dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu
terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam
serta lebih ittiba' dibandingkan beliau.

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: Setelah aku berkumpul
dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan
matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya,
terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: Aku tidak pernah
menyangka akan tercipta manusia seperti anda.

Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul
Islam, lalu siapa dia ini ?

Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul 

[media-dakwah] Hukum Jihad fi Sabilillah

2006-07-03 Terurut Topik Benny Kurniawan

ADA ORANG YANG MEWAJIBKAN JIHAD SAAT SEKARANG, APAKAH BERDOSA JIKA
MEREKA 
KELUAR BERJIHAD?

Dibimbing Oleh :
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
sumber http://www.almanhaj.or.id  assunnah@yahoogroups.com

Pertanyaan
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana pendapat anda
tentang 
orang yang mewajibkan jihad saat sekarang, dan apakah berdosa seandainya

salah seorang mereka keluar berjihad ?

Jawaban
Berjihad harus memenuhi aturan-aturan dan syarat-syaratnya. Seorang
muslim 
berjihad merupakan suatu yang baik, akan tetapi selama aturan-aturan dan

syarat-syaratnya belum terpenuhi, maka tidak ada jihad secara syari'at, 
karena hanya akan menimbulkan bahaya yang lebih banyak bagi kaum
muslimin 
daripada manfaatnya.

Engkau memukul seorang kafir akan tetapi orang kafir akan menyiksa kaum 
muslimin sehingga akan menimbulkan dampak seperti yang engkau telah
dengar. 
Ini tidak diperbolehkan. Selama tidak terpenuhi aturan-aturan dan 
syarat-syaratnya serta bersama pemimpin kaum muslimin dan panji Islam,
maka 
jihad belum bisa dilakukan. Jika maksud orang baik dan ia ingin berjihad

maka ia diberikan pahala dengan niatnya akan tetapi ia telah keliru
dalam 
masalah ini.

Pertanyaan
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Anda menyebutkan bahwasanya

harus memperhatikan keadaan kaum muslimin dan mengetahui orang kafir
yang 
wajib dibunuh dan orang yang kafir tidak boleh diperangi. Kami mohon
kepada 
anda berikan contoh orang kafir yang tidak boleh diperangi dan berapa
lama 
waktunya ? Dan bagaimana keadaan mereka ?

Jawaban
Orang kafir yang tidak boleh diperangi adalah orang-orang kafir yang
kita 
tidak mampu memerangi/mengalahkannya begitu juga mereka yang dalam 
perjanjian dan perdamaian dengan kaum muslimin, mereka ini tidak boleh 
diperangi sampai akhir masa perdamaian atau mereka melanggar perdamaian.

Adapun jika perdamaian masih berlangsung maka mereka terlindungi, kaum 
muslimin tidak boleh memerangi mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman.

Artinya : Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu 
berlaku lurus (pula) terhadap merekla. Sesungguhnya Allah menyukai 
orang-orang yang bertawa At-Taubah : 7]

Artinya : Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari
satu 
golongan [Al-Anfal ; 58]

Maksudnya jika mereka dalam perdamaian.

Artinya : Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara
yang 
baik [Al-Anfal : 58]

Jika engkau ingin mengakhiri perjanjian antara engkau dan mereka maka 
beritahukan kepada mereka -umumkan hal ini kepada mereka- sampai mereka 
berada dalam kejelasan. Perjanjian bukanlah suatu yang sepele. Allah 
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

Artinya : Dan penuhilah janji ; sesungguhnya janji itu pasti diminta 
pertanggung jawaban [Al-Isra : 34]

Tidak boleh membatalkannya kecuali dengan alasan secara syar'i, serta 
perintah dari imam yang menandatangani perjanjian itu bersama mereka,
karena 
imamlah yang memegang urusan perjanjian serta pembatalannya dan ini 
merupakan wewenang seorang imam dan bukan wewenang seorang pun
selainnya, 
agar permasalahan tidak menjadi kacau.

[Disalin dari kitab Fatawa Al-Aimmah Fil An-Nawazil Al-Mudlahimmah edisi

Indonesia Fatwa-Fatwa Seputar Terorisme, Penyusun Muhammad bin Husain
bin 
Said Ali Sufran Al-Qathani, Terbitan Pustaka At-Tazkia]

JIHAD-JIHAD YANG FARDHU 'AIN

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
sumber http://www.almanhaj.or.id

Artinya : Dari 'Aisyah, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa 
sallam bersabda :Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, akan 
tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka

pergilah [Dikeluarkan oleh al-Bukhari No. 2783 kitab al-Jihad wa
as-siyar 
dan Muslim No. 1864 kitab al-Imaarah]

Maknanya : Tidak ada hijrah dari Mekkah karena dia telah menjadi negeri 
Islam. [Keterangan dari Imam Nawawiy penulis kitab Riyadhush Shalihin
-pent]

Permasalahan jihad yang hukumnya fardhu 'ain merupakan permasalahan
besar 
yang belum banyak diketahui oleh kaum muslimin. Sehingga banyak para
da'i 
berfatwa dan menyerukan jihad yang hukumnya (dianggap) fardhu 'ain
terhadap 
setiap pribadi tanpa dasar kaidah yang jelas, dan terkadang dibuat dalam

rangka mewujudkan keinginan-keinginan pribadi dan sekelompok orang
tertentu 
saja. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kami merasa perlu memuat
suatu 
penjelasan singkat tentang hal tersebut dari seorang alim ulama yang
telah 
dikenal ilmu dan kesholehannya, agar kita semua dapat beramal diatas
ilmu, 
dan mudah-mudahan Allah memberi taufiq-Nya kepada kita untuk berjalan di

jalan yang lurus.

Syarah Hadits.
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan
tidak 
ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah dengan sabdanya :  Tidak ada 
hijrah.

Peniadaan ini bukan untuk keumumannya, maknanya hijrah tersebut tidak
batal 
dengan penaklukan kota Mekkah, karena hijrah tersebut tidak akan hilang 
sampai hari kiamat sebagaimana telah ada dalam hadits Rasulullah

[media-dakwah] Syarah : Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

2006-06-29 Terurut Topik Benny Kurniawan

Defenisi : AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

Oleh :
Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Wuhaibi
sumber http://www.almanhaj.or.id - Assunnah@yahoogroups.com


As-Sunnah dalam istilah mempunyai beberapa makna[1]. Dalam tulisan
ringkas 
ini tidak hendak dibahas makna-makna itu. Tetapi hendak menjelaskan
istilah 
As-Sunnah atau Ahlus Sunnah menurut petunjuk yang sesuai dengan
i'tiqad 
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan : . Dari Abu Sufyan 
Ats-Tsauri ia berkata :

Artinya : Berbuat baiklah terhadap ahlus-sunnah karena mereka itu 
ghuraba[2]

Yang dimaksud As-Sunnah menurut para Imam yaitu : Thariqah (jalan
hidup) 
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dimana beliau Shallallahu 'alaihi wa 
sallam dan para shahabat berada di atasnya. Yang selamat dari syubhat
dan 
syahwat, oleh karena itu Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan : Ahlus
Sunnah 
itu orang yang mengetahui apa yang masuk kedalam perutnya dari (makanan)

yang halal.[3]

Karena tanpa memakan yang haram termasuk salah satu perkara sunnah yang 
besar yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para 
shahabat radhiyallahu 'anhum. Kemudian dalam pemahaman kebanyakan Ulama 
Muta'akhirin dari kalangan Ahli Hadits dan lainnya. As-Sunnah itu
ungkapan 
tentang apa yang selamat dari syubhat-syubhat dalam i'tiqad khususnya
dalam 
masalah-masalah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
para 
Rasul-Nya, Hari Akhir, begitu juga dalam masalah-masalah Qadar dan 
Fadhailush-Shahabah (keutamaan shahabat).

Para Ulama itu menyusun beberapa kitab dalam masalah ini dan mereka 
menamakan karya-karya mereka itu sebagai As-Sunnah. Menamakan masalah
ini 
dengan As-Sunnah karena pentingnya masalah ini dan orang yang
menyalahi 
dalam hal ini berada di tepi kehancuran. Adapun Sunnah yang sempurna
adalah 
thariqah yang selamat dari syubhat dan syahwat.[4]

Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu
'alaihi wa 
sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum.

Al-Imam Ibnul Jauzi mengatakan : . Tidak diragukan bahwa Ahli Naqli
dan 
Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar
para 
shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.[5]

Kata Ahlus-Sunnah mempunyai dua makna :

Pertama.
Mengikuti sunah-sunah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah 
shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum, 
menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa

yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan
ahkam.

Kedua.
Lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian
ulama 
dimana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu 
Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, 
Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih

yang ditetapkan dengan nash dan ijma'.

Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu 
kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih
wa 
sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus
Sunnah 
adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah.

Ibnu Sirin rahimahullah mengatakan :Mereka (pada mulanya) tidak pernah 
menanyakan tentang sanad. Ketika terjadi fitnah (para ulama) mengatakan
: 
Tunjukkan (nama-nama) perawimu kepada kami. Kemudian ia melihat kepada
Ahlus 
Sunnah sehingga hadits mereka diambil. Dan melihat kepada Ahlul Bi'dah
dan 
hadits mereka tidak di ambil.[6]

Al-Imam Malik rahimahullah pernah ditanya :Siapakah Ahlus Sunnah itu ?
Ia 
menjawab : Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqab (julukan)
yang 
sudah terkenal yakni bukan Jahmi, Qadari, dan bukan pula Rafidli.[7]

Kemudian ketika Jahmiyah mempunyai kekuasaan dan negara, mereka menjadi 
sumber bencana bagi manusia, mereka mengajak untuk masuk ke aliran
Jahmiyah 
dengan anjuran dan paksaan. Mereka menggangu, menyiksa dan bahkan
membunuh 
orang yang tidak sependapat dengan mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa 
Ta'ala menciptakan Al-Imam Ahmad bin Hanbal untuk membela Ahlus Sunnah. 
Dimana beliau bersabar atas ujian dan bencana yang ditimpakan mereka.

Beliau membantah dan patahkan hujjah-hujjah mereka, kemudian beliau
umumkan 
serta munculkan As-Sunnah dan beliau menghadang dihadapan Ahlul Bid'ah
dan 
Ahlul Kalam. Sehingga, beliau diberi gelar Imam Ahlus Sunnah.

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah Ahlus Sunnah 
terkenal dikalangan Ulama Mutaqaddimin (terdahulu) dengan istilah yang 
berlawanan dengan istilah Ahlul Ahwa' wal Bida' dari kelompok Rafidlah, 
Jahmiyah, Khawarij, Murji'ah dan lain-lain. Sedangkan Ahlus Sunnah tetap

berpegang pada ushul (pokok) yang pernah diajarkan Rasulullah
shallallahu 
'alaihi wa sallam dan shahabat radhiyallahu 'anhum.

AHLUS SUNNAH WAL-JAMA'AH
Istilah yang digunakan untuk menamakan pengikut madzhab As-Salafus
Shalih 
dalam i'tiqad ialah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Banyak hadits yang 
memerintahkan untuk berjama'ah dan melarang 

[media-dakwah] Kumpulan Risalah Mengenai Al-Qur'anul Karim

2006-06-29 Terurut Topik Benny Kurniawan

Adab Membaca Al Quran   

   Al  Quranul Karim adalah firman Alloh yang tidak mengandung
kebatilan  sedikit pun. Al Quran memberi petunjuk jalan yang lurus dan
memberi  bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan
hidupnya,  agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam
golongan  orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh taala. Untuk
itulah  tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim
melebihi  keutamaan mempelajari Al Quran. Sebagaimana sabda Nabi
sholallahu  alaihi wa sallam, Sebaik-baik kamu adalah orang yg
mempelajari Al  Quran dan mengajarkannya.(HR. Bukhari)
  
  Ketika membaca Al Quran, maka seorang muslim perlu memperhatikan
adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam
membaca Al Quran: 
1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam
membaca Al Quran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun,
diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam
Haromain berkata, Orang yang membaca Al Quran dalam keadaan najis, dia
tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia
meninggalkan sesuatu yang utama. (At Tibyan, hal. 58-59)

2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat
menghayati  ayat yang dibaca. Rosululloh bersabda, Siapa saja yang
membaca Al  Quran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak
memahami (HR.  Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan). Sebagian
sahabat membenci  pengkhataman Al Quran sehari semalam, dengan dasar
hadits di atas.  Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk
mengkhatamkan  Al Quran setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori,
Muslim). Sebagaimana  yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin
Affan, Zaid bin Tsabit,  mereka mengkhatamkan Al Quran sekali dalam
seminggu. 

3. Membaca Al Quran dengan khusyu, dengan menangis, karena sentuhan
pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Alloh
ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, 
   Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu (Al-Isra: 109). Namun demikian tidaklah
disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan
yang dibuat-buat.

4. Membaguskan suara ketika membacanya. Sebagaimana  sabda Rosululloh
sholallahu alaihi wa sallam, Hiasilah Al Quran  dengan suaramu (HR
Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, Tidak
termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Quran (HR. Bukhari dan
Muslim).  Maksud hadits ini adalah membaca Al Quran dengan susunan
bacaan yang  jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya
bacaan, tidak  sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang
tidak perlu  melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.

5. Membaca Al-Quran dimulai dengan Istiadzah. Alloh subhanahu wa taala
berfirman, 
   Dan  bila kamu akan membaca Al Quran, maka mintalah perlindungan
kepada  Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk (An Nahl: 98)

6. Membaca Al Quran dengan tidak mengganggu orang yang sedang sholat,
dan  tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di
tempat  yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang sedang-sedang saja
secara khusyu.  Rosululloh bersabda, Ingatlah bahwasanya setiap dari
kalian  bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu
mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara
lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al Quran) (HR. Abu
Dawud, Nasai, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a'lam. 
[sumber: Buletin At Tauhid]


BOLEHKAH MENAFSIRKAN AL-QURAN AL-KARIM DENGAN TEORI ILMIAH ?

Oleh : 
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
sumber http://www.almanhaj.or.id


Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bolehkah menafsirkan
Al-Quran Al-Karim dengan teori ilmiah modern ?

Jawaban
Menafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah mengandung bahaya. Karena, jika
kita menafsirkan Al-Quran dengan teori tersebut kemudian datang teori
lain yang menyelisihinya, maka konsekwensinya adalah Al-Quran menjadi
tidak benar dalam pendangan musuh-musuh Islam. Adapun dalam pandangan
kaum muslimin, mereka akan mengatakan bahwa kesalahan terletak pada
orang yang menafsirkan Al-Quran dengan teori tadi, akan tetapi
musuh-musuh Islam akan selalu menunggu kesempatan. Oleh karena itu, saya
mengingatkan dengan amat sangat agar tidak tergesa-gesa dalam
manafsirkan Al-Quran dengan teori ilmiah ini. Apabila Al-Quran terbukti
dalam realita maka kita tidak perlu mengatakan bahwa Al-Quran telah
menetapkan realita itu. Al-Quran turun 
untuk menerangkan ibadah, akhlak, dan sebagai bahan renungan.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Artinya : Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah
agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal
mengambil pelajaran [Shaad : 29]

Dan bukan untuk perkara-perkara seperti ini yang diketahui melalui
eksperimen dan diketahui oleh manusia dengan ilmu mereka. Terkadang

[media-dakwah] TAUHID, Prioritas Pertama Utama

2006-06-29 Terurut Topik Benny Kurniawan

WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA
METODE PARA NABI DAN RASUL

Dibimbing Oleh:
Syaikh Al-Muhadditsin Muhammad Nashiruddin Al-Albani
sumber http://www.almanhaj.or.id - Assunnah@yahoogroups.com


Pertanyaan:
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia, tidak
ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami
umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan
masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi
pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah
Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan
manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik.

Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan
ghirah (semangat)orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk
mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka
berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena
perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda
ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan danjama'ah-jama'ah Islam
Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam-selama
berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil,bahkan
gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam
fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj
mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu
'alaihi wa sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa
kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi
mengatasi kenyataan pahit ini.

Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan
mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para
sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa
dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan
ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam
menyelesaikannya.

Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan
jama'ah-jama'ah tersebut .?

Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan
ini.?

Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini
dihadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .?

Jawaban:
Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu
berupa buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya
kenyataan yang menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi
orang Arab pada zaman jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam diutus kepada mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara
kita dan kesempurnaannya, serta adanya kelompok yang eksis di atas
Al-Haq (kebenaran), memberi
petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah,
ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan
orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan
kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !.

Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah
jalan keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah
mengobati jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang
ini harus meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha
Illallah, dan harus mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang
menimpa mereka dengan pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini
jelas sekali apabila kita memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla.

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[Al-Ahzab : 21]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik
dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia
modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang
mengharuskan kita untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh
Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu :

A. Pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah
kaum-muslimin.
B. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. 
C. Serta yang ketiga adalah akhlak mereka.

Bukannya yang saya maksud dari urutan ini adanya pemisahan perkara
antara satu dengan yang lainnya, artinya mendahulukan yang paling
penting kemudian sebelum yang penting, dan selanjutnya !. Tetapi yang
saya kehendaki adalah agar kaum muslimin memperhatikan dengan perhatian
yang sangat besar dan serius terhadap perkara-perkara di atas. Dan yang
saya maksud dengan kaum muslimin adalah para juru da'wah, atau yang
lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan mereka, karena sangat
disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim 

[media-dakwah] ASY-SYAIKHSYIYYAH : IMAM ASY-SYAFI'I

2006-06-27 Terurut Topik Benny Kurniawan

IMAM ASY-SYAFI'I (PEMBELAANNYA TERHADAP AS-SUNNAH)

Rasanya, tidak ada seorang pun yang diberi kemudahan oleh Allah  di
dalam menuntut ilmu, yang tidak mengetahui sosok satu ini. Sosok salah
seorang ulama di antara empat madzhab terkenal di muka bumi ini, bila
tidak dikatakan, yang paling menonjol dan memiliki keunggulan tersendiri
dibandingkan ulama madzhab lainnya.

Dialah, Imam Asy-Syafi'i yang madzhabnya lahir setelah melewati fase
pematangan dari dua madzhab sebelumnya yang boleh dikatakan berbeda
pandangan di dalam banyak hal.
Tulisan sederhana di dalam lembaran terbatas ini, dimaksudkan agar kita
dapat mengenal lebih dekat lagi terhadap sosok yang ulama satu ini,
terutama tentang pembelaan beliau terhadap sunnah Rasulullah, sehingga
mereka yang selalu menisbatkan dirinya kepada beliau dapat mengetahui
secara persis sosok beliau dan tidak hanya sekedar  menyatakan
bermadz-hab Syafi'i' alias menisbatkan pendapat-nya kepada beliau,
tetapi jauh dari sikap beliau di dalam berpegang teguh kepada As-Sunnah
dan memberantas bid'ah.

Sehingga dizamannya beliau diberi gelar dengan Saifus-Sunnah (Pedang
As-Sunnah).
Dengan begitu, kita telah memberikan hak beliau sebagaimana layaknya dan
tidak menzhalimi apalagi menisbatkan diri kepadanya secara dusta.

Di sini juga perlu dipilah antara istilah
- madzhab Asy-Syafi'i (dinisbat-kan kepada Imam Asy-Syafi'i, sang Imam)
dan
- madzhab Asy-Syafi'iyyah (dinisbatkan kepada pendapat para pengikut
Imam Asy-Syafi'i dan belum tentu pendapat sang Imam).

Biografi Singkat Imam Asy-Syafi'i

Beliau bernama Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi'
bin As-Saib bin 'Ubaid bin 'Abd Yazid bin Hasyim bin 'Abdul Muththalib
bin 'Abdi Manaf. Jadi, dari sisi nasab, bertemu dengan nasab Rasulullah
n. Karena itu pula, beliau sering dijuluki dengan 'Al-Imam Al-Muththalib
Al-Hasyimiy Al-Qurasyi'.
Dilahirkan pada tahun 150 H di kota Ghazzah (Gaza) di Palestina, yaitu
tepat di tahun wafatnya salah seorang Imam empat madzhab lainnya, Abu
Hanifah.
Ayah beliau meninggal saat beliau masih di ayunan, sehingga tumbuh di
dalam kondisi yatim dan faqir. Sedangkan ibunya, berasal dari suku Azd,
salah satu suku di Yaman. Beliau wafat di Mesir pada tahun 204 H.

Pembelaannya terhadap As-Sunnah
Imam Asy-Syafi'i dijuluki oleh kalangan Ahlu Al-Hadits sebagai Nashir
As-Sunnah (pembela As-Sunnah). Ini tentu saja merupakan penghargaan
tertinggi terhadap sosok beliau dan bukan hanya sekedar simbol belaka.
Sikap, ucapan dan  karya-karya tulis beliau menjadi saksi untuk itu.

Di masa hidup beliau, timbul bermacam-macam aliran keagamaan yang
mayoritas selalu menyerang As-Sunnah. Mereka dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :

Pertama, mengingkari As-Sunnah, secara keseluruhan (seperti para
Mu'tazilah Aqlaniyyun  Tasawwuf-sufi)
Kedua, tidak menerima As-Sunnah kecuali bila semakna dengan Al-Qur'an.
(seperti Khowarij  Sufi)
Ketiga, menerima As-Sunnah yang mutawatir saja dan tidak menerima selain
itu alias menolak Hadits Ahad. (seperti Hizbut-Tahrir produknya
Ikhwanul-Muslimin)

Beliau menyikapi ketiga kelompok tersebut dengan tegas, yaitu
~ Terhadap kelompok pertama, beliau menyatakan bahwa tindakan mereka
tersebut amat berbahaya karena dengan begitu rukun Islam, seperti
shalat, zakat, haji dan kewajiban-kewajiban lainnya menjadi tidak dapat
dipahami bila hanya berpijak kepada makna global dari Al-Qur'an kecuali
dari makna secara etimologisnya saja. Demikian pula terhadap kelompok ke
dua, bahwa implikasinya sama saja dengan kelompok pertama.

~ Sedangkan terhadap kelompok ke tiga, beliau membantah pendapat mereka
dengan argumentasi yang valid (tepat) dan detail terperinci. Di antara
bantahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Di dalam mengajak kepada Islam, Rasulullah mengirim para utusan yang
jumlahnya tidak mencapai angka mutawatir. Maka bila memang angka
mutawatir tersebut urgen sekali, tentu Rasulullah tidak merasa cukup
dengan jumlah tersebut sebab pihak yang dituju oleh utusan tersebut juga
memiliki hak untuk menolak mereka dengan alasan tidak dapat mempercayai
dan mengakui berita yang dibawa oleh mereka.

2. Bahwa di dalam peradilan perdata dan pidana yang terkait dengan
harta, darah dan nyawa harus diperkuat oleh dua orang saksi padahal yang
menjadi landasannya adalah khabar (hadits) yang diriwayatkan oleh jumlah
yang tidak mencapai angka mutawatir alias Hadits Ahad, tetapi meskipun
demikian, Asy-Syari' (Allah Subhanahu wa Ta'ala ) tetap mewajibkan hal
itu.

3. Nabi membolehkan orang yang mendengar darinya untuk menyampaikan apa
yang mereka dengar tersebut, meskipun hanya oleh satu orang saja. Beliau
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
'Mudah-mudahan Allah memperbaiki akhlaq dan derajat seseorang (seorang
hamba) yang mendengar hadits dari kami lantas menghafalnya hingga
menyampaikannya'. (H.R. Abu Daud)

4. Para shahabat menyampaikan hadits-hadits Rasulullah n secara
individu-individu dan tidak menyarat-kan harus diriwayatkan oleh orang
yang banyak sekali.

Demikianlah di antara 

[media-dakwah] DAUROH ILMIYYAH PARA ULAMA AHLUS-SUNNAH KE INDONESIA

2006-06-25 Terurut Topik Benny Kurniawan
DAUROH ILMIYYAH PARA ULAMA AHLUS-SUNNAH KE INDONESIA

Alhamdulillah washsholatu wassalaamu 'ala Rosulillah
Berikut ini informasi terbaru tentang dauroh para ulama dari Kerajaan
Saudi Arabia.
Mahad Ali al-Irsyad as-Salafi Surabaya Indonesia bekerjasama dengan
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah, Kerajaan Saudi
Arabia.

WAKTU DAN TEMPAT
Dauroh ini akan diadakan pada tgl 14-17 Jumadil ats-Tsaniyah 1427/10-13
Juli 2006
di Agrowisata - Kebun teh - Wonosari - Lawang - Malang

PEMATERI
Daurah kali ini insya Alloh akan diisi oleh 2 (Dua) syaikh dari
Universitas Islam Madinah:
 Syaikh DR Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily : 
  (Doktor di bidang akidah dan asisten profesor di jurusan aqidah,
fakultas Dakwah dan 
   Ushuluddin, Universitas Islam Madinah)
 Syaikh DR Sulaiman bin Saliimullah ar Ruhaili :
  (Doktor di bidang fikih dan asisten profesor di jurusan fikih,
fakultas Syari'ah, 
   Universitas Islam Madinah)

Adapun Syaikh Prof Dr Abdurrazzak bin Abdul Muhsin al-Abbad (Profesor di
jurusan akidah, fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam
Madinah dan putra ahli hadits yang masih hidup pada zaman ini yaitu
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhohumalloh) akan datang pada tgl 15
Juli 2006, dan akan berkeliling ke beberapa kota di Indonesia untuk
mengadakan kajian umum, di antaranya Jogja, Surabaya, Balikpapan dan
lain-lain. insya Allah. (TIDAK ADA MUQOBALAH)

~dikutip dengan sedikit perubahan dari www.salafindo.com-

Redaksi muslim.or.id:
Semoga Alloh memberikan balasan pada panitia serta kemudahan pada
panitia untuk melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Kami
menunggu kedatangan para masyayikh di Jogja untuk memberikan nasihat.
Jazaakumullohu ahsanal jaza'


Wassalamu'alaikum



[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] Jadwal Kajian Islamiyyah di Surabaya

2006-06-25 Terurut Topik Benny Kurniawan
Jadwal Kajian SALAFY di Surabaya

SENIN
Tazkiyatunnufus
Kitab : Manhajul Anbiya' fi Tazkyatin Nufus
Karya : Syaikh Salim bin Ied al-Hilali
Ba'da Maghrib
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Pengajar : Ust. Imam Wahyudi, Lc

SELASA
Tauhid
Kitab : Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid
Ba'da Maghrib
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Pengajar : Ust. Salim Ghonim, Lc

RABU
Sirah Nabawiyyah
Kitab : Sirah an-Nabawiyah ash-Shahihah
Karya : DR. Akram Dhiya'il 'Umari
Ba'da Maghrib
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Pengajar : Ust. Abdurrahman at-Tamimi

KAMIS
Hadits
Kitab : Bahjatun Naadhirin Syarh Riyadhis Shalihin
Karya : Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly
Ba'da Maghrib
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Pengajar : Ust. Mubarak Bamu'allim, Lc

JUM'AT
Hadits
Kitab : Iiqozhul Himmah littiba'i Nabiyyil Ummah
Karya : Syaikh DR. Kholid Su'ud al-Ajmi
Ba'da Maghrib
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Pengajar : Ust. Abdurrahman Thayib, Lc

KETERANGAN :
Kajian di atas insya Allah 'live' via Paltalk, Category : Islam, Room : Live 
Pengajian
Al-Irsyad Surabaya Indonesia

SABTU DAN AHAD
pukul 08.00 – dhuhur
Tempat :
Sabtu : Musholla Poltek ELKA ITS
Ahad  : Masjid Baitul Muttaqin, Keputih Pasar ITS
Materi dan Pemateri :
- Syarah Arba'in Nawawi karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad oleh Ust. Imam 
Wahyudi.
- Syarah Aqidah ath-Thohawiyah oleh Ust. Ma'ruf Nur Salam, Lc.
- Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah karya Syaikh Abdul Adhim Badawi oleh Ust. Ahmad 
Sabiq, Lc.
- As-Sirah an-Nabawiyah oleh Ust. Nurul Mukhlishin Asyrafudin, Lc.
- Maqoolat Salafiyah karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilali oleh Ust. Abdurrahman 
Thayib, Lc.

Contact :
FSMS (FORUM SILATURRAHIM MAHASISWA AS-SUNNAH) SURABAYA
MA'HAD MAHASISWA AS-SUNNAH
Sekretariat : Asrama Ihya'us Sunnah, Jl. Keputih Timur I/15 –Lewat Keputih 
Perintis IV- Telp
: 031-5992853. Email : [EMAIL PROTECTED]
Personal Contact : Adit (Tekkim '02) 08155193851, Priyo (Tekpal '04) : 
081553563972
MASJID AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya
Telp. Kantor 3298993
Perpustakaan 3286649


Abu abdirrahman bin misdi al-carati



[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



 Oleh : Ust. Yazid bi Abdul Qadir jawas
 
 Ghuluw artinya melampaui batas.
 Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw  jika ia melampaui batas dalam
ukuran. 
 Allah azza wa jall berfirman:
 Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Nisaa': 171)
 
 Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama,
karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang
sebelum kalian. [1]
 
 Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap
ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali,
maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo'a
kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
 Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam
memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam
hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam
menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba
dan Rasul (utusan) Allah Subhaanahu wa ta'aala, menisbatkan kepada-nya
sebagian dan sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan
meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul
dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau,
sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain Allah Subhaanahu wa ta'aala,
perbuatan ini adalah syirik.
 Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah
melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
 Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana
orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji 'Isa putera Maryam.
Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ' 'Abdullaah wa Rasuuluhu
(hamba Allah dan Rasul-Nya). [2]
 
 Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan
janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana
yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap 'Isa 'alaihis
salam sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya,
sifatilah aku sebagai mana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka
atakanlah:
 Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3]
 
 'Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, Ketika aku
pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, Engkau adalah sayyid
(penghulu) kami! (sayyidinaa-pen) Spontan Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam menjawab:
 Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala!
 Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang paling utama dan
paling agung kebaikannya. Serta merta beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam mengatakan:
 Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau
seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh
syaitan. [4]
 
 Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata, Sebagian orang berkata
kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kami
dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami
(sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!' Maka seketika itu juga Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
 Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan!
Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad,
hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat
(menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan
kepadaku. [5]
 
 Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika orang-orang
memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau adalah sayyidku,
engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang
yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung
di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak.
Meskipun demikian, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang mereka
agar menjauhkan mereka dan sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan
dalam menyanjung hak beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam, juga untuk
menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang
merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada
ghuluw serta tidak membahayakan 'aqidah. Dua sifat itu adalah 'Abdullaah
wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).
 Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi
dan apa yang Allah Subhaanahu wa ta'aala berikan dan Allah ridhai.
Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi shallallaahu 'alaihi
wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo'a kepadanya, meminta
pertolongan kepadanya, bersumpah dengan namanya serta meminta kepadanya
sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Subhaanahu wa
ta'aala. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan
maulid Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dalam kasidah atau anasyid,
dimana mereka tidak 

[media-dakwah] PENGERTIAN BID'AH MENURUT SYAR'IYYAH

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan




PENGERTIAN BID'AH MENURUT SYARI'AT

Oleh
Muhammad bin Husain Al-Jizani
sumber http://www.almanhaj.or.id

Banyak sekali hadits-hadits nabawi yang mengisyaratkan makna syar'i dari
kata bid'ah, di antaranya:

[1]. Hadits Al Irbadh Ibnu Sariyah, di dalam hadits ini ada perkataan
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam:

Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu
adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat. [Dikeluarkan oleh Abu Dawud
dalam Sunannya dan teksnya milik Abu Dawud 4/201 no. 4608, Rmu Majah
1/15 No. 42, At-Tirmidzi 5/44 no. 2676 dan beliau berkata bahwa ini
hadits hasan shahih dan hadits ini dishahihkan oleh Al Albaniy dalam
Dhilaalul Jannah fii Takhriijissunnah karya lbnu Abi Ashim: no. 27]

[2]. Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam
pernah berkata dalam khuthbahnya:

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan
sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Mnbammad dan urusan yang
paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap
yang diada-adakan (dalam
agama) itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat dan setap kesesatan
itu
(tempatnya) di neraka. [Dikeluarkan dengan lafadz ini oleh An- Nasa'i
dalam As-Sunan 3/188 dan asal hadits dalam Shahih Muslim 3/153. Untuk
menambah wawasan coba lihat kitab Khutbat Al-Haajah, karya Al-Albany]

Dan jika telah jelas dengan kedua hadits ini, bahwa bid'ah itu adalah
al-mubdatsah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama), maka hal ini
menuntut
(kita) untuk meneliti makna ibda' (mengada-adakan dalam agama) di dalam
sunnah, dan ini akan dijelaskan dalam hadits-badits berikut:

[3]. Hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:

Barangsiapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini,
padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka dia itu tertolak.
[Hadits Riwayat Al-Bukhari 5/301 no. 2697, Muslim 12/61 dan lafadz ini
milik Muslim]

[4]. Dalam Riwayat Lain:

Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada dasarnya dalam
urusan(agama) kami, maka dia akan tertolak. [Hadits Riwayat. Muslim
12/16]

Keempat hadits di atas, jika diteliti secara seksama, maka kita akan
mendapatkan bahwa semuanya menunjukkan batasan dan hakikat bid'ah
menurut syari'at. Maka dari itu bid'ah syar'iyyah memiliki tiga batasan
(syarat) yang khusus. Dan sesuatu tidak bisa dikatakan bid'ah menurut
syari'at, kecuali jika memenuhi tiga syarat, yaitu:

[a]. Al-Ihdaats (mengada-adakan)
[b]. Mengada-adakan ini disandarkan kepada agama
[c]. Hal yang diada-adakan ini tidak berpijak pada dasar syari'at, baik
secara khusus maupun umum.

[A]. Al-Ihdats (Mengada-ada) Sesuatu yang Baru

Dalil syarat ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam

Artinya : Barang siapa mengada-ada (sesuatu yang baru).

Dan sabdanya:

Artinya : Dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid'ah.

Jadi yang dimaksud al-ihdaats adalah mendatangkan sesuatu yang baru,
dibuat-buat, dan tidak ada contoh sebelumnya. [1]

Maka masuk di dalamnya: segala sesuatu yang diada-adakan, baik yang
tercela maupun yang terpuji, baik dalam agama atau bukan.

Dan dengan batasan ini maka yang tidak diada-adakan tidak dapat disebut
bid'ah misalnya melaksanakan semua syi'ar agama seperti shalat fardlu,
puasa ramadlan, dan melakukan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti
makan, pakaian dan lain-lain. Karena hal yang baru itu bisa terjadi
dalam urusan duniawi dan urusan agama (dien) untuk itu perlu adanya
pembatasan dalam dua batasan berikut ini:

[B]. Sesuatu Yang Baru Itu Disandarkan Kepada Agama

Dalil batasan ini adalah sabda Rasuhdlah Shalallahu 'Alaihi Wasallam:

Artinya : Dalam urusan (agama) kami ini.

Dan yang dimaksud dengan urusan nabi di sini adalah agama dan
syari'atnya. [Lihat Jami'ul Uluum wal Hikam 1/177]

Maka makna yang dimaksud dalam bid'ah itu adalah bahwa sesuatu yang baru
itu disandarkan kepada syari'at dan dihubungkan dengan agama dalam satu
sisi dari sisi-sisi yang ada, dan makna ini bisa tercapai bila
mengandung salah satu dari tiga unsur berikut ini:

Pertama : Mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak
disyari'atkan.

Kedua : Keluar menentang (aturan) agama.

Ketiga : Yaitu hal-hal yang bisa menggiring kepada bid'ah.

Dengan batasan (syarat) yang ke dua ini, maka hal-hal yang baru dalam
masalah-masalah materi dan urusan-urusan dunia tidak termasuk dalam
pengertian bid'ah, begitu juga perbuatan-perbuatan maksiat dan
kemungkaran yang baru, yang belum pernah terjadi pada masa dahulu, semua
itu bukan termasuk bid'ah, kecuali jika hal-hal itu dilakukan dengan
cara yang menyerupai taqarrub (kepada Allah) atau ketika melakukannya
bisa menyebabkan adanya anggapan bahwa hal itu termasuk bagian agama.

[C]. Hal Yang Baru Ini Tidak Berlandaskan Syari'at, Baik Secara Khusus
Maupun Umum.

Dalil batasan (syarat) ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wasallam:

Artinya : Sesuatu yang bukan darinya.

Dan sabdanya:

Artinya : Yang tidak ada dasarnya dalam urusan kami.

Dengan batasan ini, maka 

[media-dakwah] ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



Oleh :
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Ulama Ahli Hadist Kaliber
Internasional Abad 20)
sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Asas-asas apakah yang
dapat 
menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .?

Jawaban.
Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia
merupakan 
jawaban tegas terhadap pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan

pada masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam.

Artinya : Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah
(seseorang 
menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi 
sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali
dengan 
harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha

dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan

kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari

dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dien kamu. [Hadist Shahih 
riwayat Abu Dawud].

Jadi Asasnya ialah Rujuk (Kembali) Kepada Islam.

Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam
sebuah 
kalimat ma'tsur yang ditulis dengan tinta emas : Barangsiapa
mengada-adakan 
bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu baik, berarti ia
telah 
menganggap Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghianati risalah. 
Bacalah firman Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah 
Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi
agama 
bagimu. [Al-Maaidah : 3].

Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan 
agama, dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang
telah 
baik pada awal umat ini

Kalimat terakhir (Imam Malik) di atas itulah yang berkaitan dengan
jawaban 
dari pertanyaan ini, yaitu pernyataannya :

Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah
baik 
pada awal umat ini.

Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak
menjadi 
baik keadaannya kecuali setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad
Shallallahu 
'alaihi wa sallam dengan membawa wahyu dari langit, yang telah
menyebabkan 
kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan
akhirat. 
Demikian pula seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi
kehidupan 
Islami nan membahagiakan di masa kini, yakni tiada lain hanyalah rujuk 
(kembali) kepada Al-Kitab wa Sunnah.

Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa
banyak 
jama'ah serta golongan-golongan di lapangan mengaku bahwa mereka telah

meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan dengannya terwujud masyarakat

Islam dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam.

Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa jalan bagi terwujudnya itu semua
hanya 
ada satu jalan, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala
dalam 
firmannya.

Artinya : Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang 
lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang

lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. 
[Al-An'am : 153].

Dan sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menjelaskan 
makna ayat ini kepada para shahabatnya. Beliau pada suatu hari
menggambarkan 
kepada para shahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan 
menggambar garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi.

Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat di atas
ketika 
menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas garis yang lurus dan
kemudian 
menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:

Artinya : Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada
setiap 
muara jalan-jalan tersebut ada syaithan yang menyeru kepadanya. [Shahih

sebagaimana terdapat di dalam Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 
16-17].

Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, dengan
ayat 
lain, yaitu firman-Nya.

Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk 
(kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang 
mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya 
itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-seburuk 
tempat kembali. [An-Nisaa : 115]

Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahwa Allah 
Subhanahu wa Ta'ala mengikatkan jalannya orang-orang mukmin kepada apa

yang telah di bawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal
inilah 
yang telah diisyaratkan oleh Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam 
hadits iftiraq (perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An 
Najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab :

Artinya : (Yaitu) apa yang aku dan shahabatku hari ini ada di 

[media-dakwah] Dasar-dasar Dakwah Islamiyyah

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



Ditulis Oleh: Syaikh Al-Muhaddist Mumammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah (Ulama Ahli Hadist Kaliber Internasional Abad 20)

PERTAMA : Al Quranul Karim

KEDUA : Sunnah shahihah (hadits-hadits shahih)

Para Salafiyyin di seluruh penjuru negeri memusatkan pada hadits
shahih, (mengapa demikian?) karena didalam sunnah (dengan kesepakatan
para ulama) terdapat hadits-hadits palsu (maudhu) atau hadits-hadits
lemah (dhaif), (yang bercampur dengan hadits shahih) semenjak sepuluh
abad yang lalu, dan hal ini adalah perkara yang tidak ada perselisihan.
Para ulama juga bersepakat atas perlunya mentasfiyah (menyeleksi) mana
yang hadits dan mana yang bukan hadits. Oleh karena itu para Salafiyyin
bersepakat bahwa dasar yang kedua ini (yaitu Sunnah), tidak
sepatutnya diambil apa adanya (tanpa melihat shahih atau tidaknya),
karena dalam hadits-hadits tersebut terdapat hadits dhaif maupun maudhu
yang tidak boleh di amalkan sekalipun dalam fadhailul amal.

KETIGA :
Al Qur'an dan Sunnah wajib difahami dengan pemahaman sahabat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, tabiin serta tabiut tabiin.
Inilah yang membedakan dakwah salafiyyah atas seluruh dakwah-dakwah
yang tegak diatas bumi hari ini, dalam dakwah-dakwah itu, ada ajaran
Islam dan ada juga ajaran-ajaran yang bukan berasal dari Islam.

Dakwah salafiyyah mempunyai keistimewaan dengan dasar yang ketiga ini
yaitu bahwa Al qur'an dan sunnah wajib difahami diatas manhaj salafus
shalih dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
tabiin (orang yang berguru kepada sahabat Nabi r) dan tabiut tabi'in
(orang yang berguru kepada tabi'in), yaitu pada tiga masa yang pertama
(100H-300H) yang telah dipersaksikan dengan hadits-hadits yang telah
diketahui, bahwa masa itu adalah masa sebaik-baik umat. Dan ini adalah
dalil yang cukup yang menjadikan kita mengatakan dengan pasti bahwa
setiap orang yang memahami Islam dari Al Qur'an dan hadits tanpa
disertai landasan yang ketiga ini, akan datang dengan membawa ajaran
agama Islam yang baru.

Dalil yang terbesar dari hal ini, adanya kelompok-kelompok Islam yang
(semakin) bertambah tiap hari. Penyebabnya adalah tidak berpegang teguh
pada tiga landasan ini, yaitu Al Qur'an, Sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam dan pemahaman Salafus Shalih. Oleh karena itu kita
dapati sekarang di negeri-negeri Islam, satu kelompok yang belum lama
munculnya di Mesir (yaitu jama'ah takfir wal hijrah). Kelompok ini
menyebarkan pemikiran-pemikiran dan racun-racunnya diberbagai negeri
Islam dan mendakwakan berada diatas Al Qur'an dan Sunnah. Alangkah
serupanya dakwaan mereka itu dengan dakwaan kelompok khawarij. Karena
kelompok khawarij juga mengajak kepada Al Qur'an dan Sunnah, akan
tetapi mereka menafsirkan Al Qur'an dengan hawa nafsu mereka dengan
tanpa melihat pemahaman Salafus Shalih khususnya sahabat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam.

Dan saya telah bertemu dengan banyak dari anggota mereka serta berdebat
dengan salah seorang pemimpin mereka, yang mengatakan bahwa ia tidak
menerima tafsir ayat walaupun datang dari puluhan sahabat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam , ia tidak menerima tafsir itu jika tidak
sesuai dengan pendapatnya. Dan yang mengatakan perkataan ini tidak
mampu membaca ayat Al Quran dengan tanpa kesalahan. Inilah sebab
penyelewengan khawarij terdahulu yang mereka orang Arab asli, maka apa
yang kita katakan pada orang khawarij pada masa kini yang mereka itu
jika bukan orang-orang non Arab secara nyata tetapi mereka adalah
orang-orang Arab yang tidak fasih, dan bukan orang-orang Ajam yang
fasih bahasa Arab?

Inilah kenyataan mereka, maka mereka itu menjelaskan bahwa mereka tidak
menerima tafsir nash secara mutlak kecuali jika Salafush Shalih
bersepakat atasnya, demikianlah yang dikatakan salah seorang di antara
mereka (sebagai usaha penyesata dan pengkaburan). Maka aku berkata
(Syekh Al albani) : Apakah kamu meyakini kesepakatan Salafush Shalih
dalam memahami penafsiran suatu nash dari Al Qur'an? dia berkata :
tidak ini mustahil maka kukatakan : jika demikian engkau ingin
berpegang dengan yang mustahil atau engkau menyembunyikan lalu diapun
terdiam.

Inti masalahnya, bahwa penyebab kesesatan seluruh kelompok-kelompok
dari masa lampau maupun sekarang, adalah tidak berpegang pada landasan
yang ketiga ini, yaitu bahwa kita harus memahami Al Qur'an Dan Sunnah
dengan pemahaman Salafush Shalih. Mu'tazilah, Murji'ah, Qadariyyah,
Asy'ariyyah, Maturidiyyah dan seluruh penyelewengan yang terdapat pada
kelompok-kelompok itu penyebabnya adalah bahwa mereka tidak berpegang
teguh pada pemahaman Salafush Shalih, oleh karena itu para ulama'
berkata :

Segala kebaikan adalah dengan mengikuti Salafush Shalih
Segala kejahatan adalah dengan (mengikuti) perbuatan yang dibikin
khalaf (generasi sesudah salafus shalih).

Ini bukanlah si'ir, ini adalah perkataan yang diambil dari kitab dan
Sunnah, Allah berfirman :

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, 

[media-dakwah] Syaikhsyah : IMAM AL-BUKHARY

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



MENGENAL IMAM AL-BUKHARY

Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata, Saya terilham/menghafal hadits ketika
masih dalam asuhan belajar. Lalu saya bertanya, Umur berapakah anda
pada waktu itu? Beliau menjawab, Sepuluh tahun atau kurang. (Riwayat
al-Farbari dari Muhammad Ibnu Abi Hatim, seorang juru tulis al-Imam
al-Bukhari).

Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliau
didengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah mereka
untuk menguji kehebatan hafalan beliau tentang hadits.

Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits.
Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebut
sengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanad
lain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matan
lain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikan kepada
sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagian sepuluh
buah hadits.

Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati. Berbondong-bondonglah
para ulama dan tim penguji itu, serta para ulama dari Khurasan dan
negeri-negeri lain serta penduduk Baghdad menuju tempat yang telah
ditentukan.

Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang dari kesepuluh
tim penguji mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakan sebuah hadits
yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya kepada al-Imam al-Bukhari.
Ketika ditanyakan kepada beliau, al Imam al-Bukhari menjawab, Saya
tidak kenal hadits itu. Demikian seterusnya satu persatu dari kesepuluh
hadits penguji pertama itu dibacakan, dan al-Imam al-Bukhari selalu
menjawab, Saya tidak kenal hadits itu.

Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, Orang
ini berarti faham. Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidak
mengerti, hingga menyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbatas
pengetahuannya dan lemah hafalannya.

Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telah
dibolak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, Saya
tidak kenal hadits itu. Begitulah, orang kedua ini pun membacakan
sepuluh hadits yang menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau,
Saya tidak kenal hadist itu.
Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampai orang
kesepuluh, semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yang telah
dibolak-balik matan dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukhari memberikan
jawaban tidak lebih daripada kata-kata, Saya tidak kenal hadits itu.

Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orang
pertama seraya berkata, Hadits yang pertama anda katakan begini,
padahal yang benar adalah begini, lalu hadits anda yang kedua anda
katakan begini padahal yang benar seperti ini. Begitulah seterusnya
hingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak sanad
serta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semua
sanad dan matannya menjadi benar kedudukannya.

Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada para
penguji berikutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka,
orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalan serta
kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani mengatakan, Yang
hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikan kedudukan
hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, tetapi yang hebat
justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para
penguji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengan sekali
mendengar.

Siapakah al-Imam al-Bukhari

Beliau adalah Abu Abdillah, bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja'fi. Kakek moyang Bardizbah (begitulah
cara pengucapannya menurut Ibnu Hajar al-'Asqalani) adalah orang asli
Persia. Bardizbah, menurut penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkan
kakek buyutnya, al-Mughirah bin Bardizbah, masuk Islaam di tangan
al-Yaman al-Ja'fi ketika beliau datang di Bukhara. Selanjutnya nama
al-Mughirah dinisbatkan (disandarkan) kepada al-Ja'fi sebagai tanda
wala' kepadanya, yakni dalam rangka mempraktekkan pendapat yang
mengatakan, bahwa seseorang yang masuk Islam, maka wala'nya kepada orang
yang mengislamkannya.

Adapun mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, Ibnu Hajar
al-'Asqalani mengatakan, Kami tidak mengetahui (menemukan) sedikit pun
tentang kabar beritanya. Sedangkan tentang ayahnya, Ismail bin Ibrahim,
Ibnu Hibban telah menuliskan tarjamah (biografi)-nya dalam kitabnya
ats-Tsiqat (orang-orang yang tsiqah/terpercaya) dan beliau mengatakan,
Ismail bin Ibrahim, ayahnya al-Bukhari, mengambil riwayat (hadits) dari
Hammad bin Zaid dan Malik. Dan riwayat Ismail diambil oleh ulama-ulama
Irak. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani juga telah menyebutkan riwayat
hidup ismail ini di dalam Tahdzibut Tahdzib. Ismail bin Ibrahim wafat
ketika Muhammad (al-Bukhari) masih kecil.

Kelahiran Dan Wafatnya

Dilahirkan di Bukhara, sesudah shalat Jum'at pada tanggal 13 Syawal 194
H. Beliau dibesarkan dalam suasana rumah tangga yang ilmiah, tenang,
suci dan bersih dari barang-barang 

[media-dakwah] Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



 Ghuluw artinya melampaui batas.
 Dikatakan: gholaa, yaghluu, ghuluw  jika ia melampaui batas dalam
ukuran. 
 Allah azza wa jall berfirman:
 Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Nisaa': 171)
 Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama,
karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang
sebelum kalian. [1]
 Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap
ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali,
maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo'a
kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
 Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih lebihan) dalam
memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam
hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam
menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba
dan Rasul (utusan) Allah Subhaanahu wa ta'aala, menisbatkan kepada-nya
sebagian dan sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan
meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul
dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau,
sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain Allah Subhaanahu wa ta'aala,
perbuatan ini adalah syirik.
 Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah
melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
 Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana
orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji 'Isa putera Maryam.
Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ' 'Abdullaah wa Rasuuluhu
(hamba Allah dan Rasul-Nya). [2]
 
 Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan
janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana
yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap 'Isa 'alaihis
salam sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya,
sifatilah aku sebagai mana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka
atakanlah:
 Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya. [3]
 
 'Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, Ketika aku
pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, Engkau adalah sayyid
(penghulu) kami! (sayyidinaa-pen) Spontan Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam menjawab:
 Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala!
 Lalu kami berkata, Dan engkau adalah orang yang paling utama dan
paling agung kebaikannya. Serta merta beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam mengatakan:
 Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau
seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh
syaitan. [4]
 
 Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata, Sebagian orang berkata
kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kami
dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami
(sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!' Maka seketika itu juga Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
 Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan!
Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad,
hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat
(menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan
kepadaku. [5]
 
 Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika orang-orang
memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: Engkau adalah sayyidku,
engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang
yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung
di antara kami. Padahal sesungguhnya beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak.
Meskipun demikian, beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang mereka
agar menjauhkan mereka dan sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan
dalam menyanjung hak beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam, juga untuk
menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang
merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada
ghuluw serta tidak membahayakan 'aqidah. Dua sifat itu adalah 'Abdullaah
wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).
 Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi
dan apa yang Allah Subhaanahu wa ta'aala berikan dan Allah ridhai.
Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi shallallaahu 'alaihi
wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo'a kepadanya, meminta
pertolongan kepadanya, bersumpah dengan namanya serta meminta kepadanya
sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Subhaanahu wa
ta'aala. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan
maulid Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dalam kasidah atau anasyid,
dimana mereka tidak membedakan antara hak Allah Subhaanahu wa ta'aala

[media-dakwah] Bab FIQH An Najaasaat

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



Serial Fiqh : Kitab *Thaharah*
Bab *An Najaasaat*

*An Najasaat* adalah bentuk plural dari *najasah*, yaitu semua yang
dianggap menjijikan oleh orang yang bertabiat normal. Mereka menjaga
diri
darinya dan mencuci pakaian mereka jika terkena olehnya seperti kotoran
dan
air seni (*Ar Raudhah An Nadiyyah* I/12 oleh Syaikh Shidiq Hasan Khan)

Hukum asal segala sesuatu adalah boleh dan suci. Barangsiapa menyatakan
nasjisnya suatu materi, maka ia harus mendatangkan dalil. Namun bila ia
tidak bisa membawakan suatu hujjah maka wajib mengikuti hukum asal,
yaitu
segala sesuatu boleh dan suci.

Maka tidak boleh mengatakan tentang najisnya sesuatu kecuali dengan
dalil
(Syaikh Albani dalam *Shahiih Sunan Abu Dawud* no. 834 dan Syaikh Shidiq
Hasan Khan dalam *Ar Raudhah An Nadiyyah* I/15).

Hal - hal yang terdapat dalil tentang kenajisan serta cara menyucikannya
adalah :

1. Air seni.

Dari Anas ra., *Seorang Arab Badui buang air di Mesjid, lalu segolongan
orang menghampirinya. Rasulullah ShallallaHu alaihi wa sallam lantas
bersabda, 'Biarkanlah ia jangan kalian hentikan kencingnya'.* Lalu
Anas
ra. melanjutkan, *Tatkala ia sudah menyelesaikan kencingnya, beliau
ShallallaHu alaiHi wa sallam memerintahkan agar dibawakan setimba air
lalu
diguyurkan di atasnya *(HR. Al Bukhari no. 6025 dan Muslim no. 284)

[Secara umum, zat untuk membersihkan diri dari najis adalah dengan
menggunakan air, kecuali syariat membolehkan membersihkannya dengan
selain
air, seperti menggunakan tanah]

Adapun cara menyucikan pakaian yang terkena kencing bayi yang masih
menyusu
adalah sebagaimana sabda Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam*,
*Air
kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi diperciki*
(HR.
An Nasa'i I/158 dan Abu Dawud no. 372, di*shahih*kan oleh Syaikh Albani
dalam *Shahih Sunan an Nasa'i* no. 293)

2. Kotoran manusia.

Dari Hudzaifah ra., Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam* bersabda,
*Jika
salah seorang diantara kalian menginjak al adzaa dengan sandalnya, maka
tanah adalah penyucinya* (HR. Abu Dawud no. 381, di*shahih*kan oleh
Syaikh
Albani dalam *Shahih Sunan Abi Dawud* no. 834)

*Al Adzaa* adalah segala sesuatu yang engkau merasa tersakiti olehnya,
seperti najis, kotoran dan sebagainya *('Aunul Ma'buud* II/44).

3. Madzi.

Madzi adalah cairan bening, encer dan lengket yang keluar ketika naiknya
syahwat. Dialami pria maupun wanita.

Ali ra. berkata, *Aku adalah laki - laki yang sering keluar madzi. Aku
malu menanyakannya pada Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam karena
kedudukan
putri beliau. Lalu kusuruh al Miqdad bin al Aswad untuk menanyakannya.
Beliau
ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, 'Dia harus membasuh kemaluannya
dan
berwudhu'* (HR Al Bukhari no. 132 dan Muslim no. 303)

Untuk pakaian yang terkena madzi Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam
memberikan panduannya,

*Cukup ambil segenggam air lalu guyurkan pada pakaianmu yang terkena
olehnya* (HR. Abu Dawud no. 207, At Tirmidzi no. 115 dan Ibnu Majah no.
506, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahiih Sunan Ibni Majah no.
409)

4. Wadi

Wadi adalah cairan bening dan kental yang keluar setelah buang air.
Dari
Ibnu Abbas ra., ia berkata, *Mani, wadi dan madzi. Adapun mani maka
wajib
mandi. Sedangkan untuk wadi dan madzi beliau ShallallaHu alaiHi wa
sallam
bersabda,*
* *
*'Basulah dzakar atau kemaluanmu dan wudhulah sebagaimana engkau
berwudhu
untuk shalat'* (HR. Abu Dawud dan Al Baihaqi I/115, di*shahih*kan oleh
Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Abi Dawud* no. 190)
* *

5. Kotoran hewan yang tidak halal dimakan dagingnya.


Dari Abdullah ra., ia berkata, *Ketika Nabi ShallallaHu alaiHi wa
sallam
hendak buang hajat, beliau berkata, 'Bawakan aku 3 batu'. Aku menemukan
dua
batu dan sebuah kotoran keledai. Lalu beliau mengambil kedua batu itu
dan
membuang kotoran tadi lalu berkata, '(Kotoran) itu najis'* (HR. Ibnu
Majah,
di*shahih*kan oleh Syaikh Albani dalam *Shahih Sunan Ibnu Majah* no.
2530)

6. Darah haidh

Dari Asma' binti Abi Bakar ra. ra, ia berkata, *Seorang wanita datang
kepada kepada Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam lalu berkata, 'Baju
seorang
diantara kami terkena darah haidh, apa yang ia lakukan ?'*
* *
*Beliau ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, Keriklah, kucek dengan
air,
lalu guyurlah. Kemudian shalatlah dengan (baju) itu'* (HR. Al Bukhari
no.
307 dan Muslim no. 291)

7. Air liur anjing.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam*
bersabda,
*(Cara) menyucikan bejana salah seorang diantara kalian jika dijilat
anjing
adalah membasuhnya tujuh kali. Yang pertama dengan tanah* (HR. Muslim
no.
276)

8. Bangkai

Yaitu segala sesuatu yang mati tanpa disembelih secara syar'i. Dasarnya
adalah sabda Rasulullah *ShallallaHu alaiHi wa sallam*, *Kulit bangkai
apa
saja jika disamak, maka ia suci* (HR. Ibnu Majah, Ahmad dalam *Al
Fathur
Rabbani* no. 49, At Tirmidzi no. 1782, Ibnu Majah no. 3609 dan An
Nasa'iVII/173, dari Ibnu Abbas ra., di*shahih*kan oleh Syaikh Albani
dalam *Shahih
Sunan Ibni Majah* no. 2907)

Maraji :

[media-dakwah] HUKUM MENGOLOK-OLOK AGAMA

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



HUKUM MENGOLOK-OLOK AGAMA

Oleh :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Ulama Robbani Abad 20)

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum mengolok-olok
Allah Subhanahu wa Taala atau RasulNya Shallallahualaihi wa sallam atau
sunnahnya ?

Jawaban
Mengolok-olok Allah Subhanahu wa Taala atau RasulNya Shallallahu alaihi
wa
sallam atau sunnah adalah suatu kekufuran dan riddah (keluar dari
Islam),
mengeluarkan pelakunya dari ke-Islamannya, berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Taala.

Artinya : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanya
bersenda
gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, Apakah dengan Allah,
ayat-ayatNya
dan RasulNya kamu selalu berolok-olok ?. Tidak usah kami minta maaf
karena
kamu kafir sesudah beriman [At-Taubah : 65-66]

Jadi, setiap yang mengolok-olok Allah atau RasulNya Shallallahu alaihi
wa
sallam atau sunnah beliau, berarti ia kafir dan murtad, ia wajib
bertaubat
kepada Allah Subhanahu wa Taala. Jika ia bertaubat kepada Allah, maka
Allah
akan menerima taubatnya, berdasarkan firmanNya kepada orang yang
mengolok-olok.

Artinya : Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman.
Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya
Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa [At-Taubat : 66]

Allah menjelaskan bahwa Ia bisa memaafkan segolongan dari antara mereka,
dan
itu hanya terjadi dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Taala dari
kekufuran mereka yang disebabkan oleh olok-olok mereka terhadap Allah,
ayatNya dan RasulNya.

[Al-Majmu Ats-Tsamin, Juz 1, hal. 72-73, Syaikh Ibnu Utsaimin]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3,
Terbitan Darul Haq]



[Non-text portions of this message have been removed]










Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Rek
  
  
Beyond belief
  
  
Islam online
  
  


Nation of islam
  
  
Media
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "media-dakwah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[media-dakwah] Hukum Sesuatu Yang Tidak Terdapat Dalam Al-Qur'an

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Senin, 28 Februari 2005 07:37:55 WIB
Kategori : Al-Qur'an : Tanya Jawab

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action="">

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian orang melakukan
pembenaran terhadap amalan dan perbuatannya yang jahat, seperti merokok atau
yang semcamamnya dengan alasan bahwa hal tersebut tidak terdapat dalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah di dalamnya, maka bagaimana Syaikh menasehati
mereka ?

Jawaban :
Sesungguhnya merupakan sesuatu hal yang wajib diketahui bahwa agama Islam
disyari’atkan sejak diutusnya Nabi hingga datangnya hari kiamat.
Seandainya setiap kejadian yang terjadi itu dinashkan dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah, maka tentulah Al-Qur’an akan menjadi berjilid-jilid tanpa
batas, dan As-Sunnah pun akan menjadi seperti itu.

Akan tetapi syariat Islam –salah satu kekhususannya- adalah ia merupakan
kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip umum. Dan masuklah ke dalam kaidah dan
prinsip umum ini berbagai masalah (juz’iyat) yang tak dapat dihitung
kecuali oleh Allah Azza wa Jalla. Maka (dalam masalah rokok ini) hendaklah
kita merujuk kepada firman Allah Azza wa Jalla.

“Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” [An-Nisa : 29]

Kita merujuk kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan” [An-Nisa : 5]

Rujuk pula sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Tidak ada kemudharatan dan tidak (boleh) menyebabkan mudharat
(kepada orang lain)” [1]

Ini merupakan kaidah-kaidah umum, yang dapat kita terapkan pada masalah
rokok dan yang semacamnya.

Maka rokok termasuk sebab yang mematikan, dan merujuklah kepada hasil-hasil
penelitian yang memperhatikan masalah ini, berapa banyak yang meninggal
akibat mengisap rokok setiap tahunnya ? Dengan demikian, berarti termasuk
dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian” [An-Nisa :
29]

Mengisap rokok juga membuang-buang harta, karena seseorang tidak mendapatkan
faidah sedikitpun darinya. Dan Allah telah menyebut harta sebagai qiyaam
(pendukung) untuk manusia.

“Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan” [An-Nisa : 5]

Yang dengannya kalian dapat menegakkan kemaslahatan kalian, maslahat Ad-Din
dan dunia, sementara mengisap rokok dan yang semcamnya sama sekali tidak
mengandung maslahat secara agama demikian pula secara duniawi

Dan marilah kita merujuk kepada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

“Artinya : Tidak ada mudharat dan tidak (boleh menimpakan) kemudharatan
kepada orang lain”

Dan ternyata kita menemukan rokok membahayakan/mendatangkan kemudharatan
berdasrkan kesepakatan para dokter saat ini, oleh karena itu sebagian
Negara-negara maju telah melarang pengiklanannya di depan umum –walaupun
(Negara-negara) itu adalah Negara kafir- karena mengetahui mudharatnya.
Dengan demikian rokok termasuk dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

“Artinya : Tidak ada kemudharatan dan tidak (boleh) mendatangkan
kemudharatan”.

Dan tidak perlu untuk menyebutkan nash (khusus) dalam masalah ini, karena
boleh jadi akan terjadi lagi banyak hal yang serupa dengannya.

Dan boleh jadi pada abad-abad pertengahan telah terjadi banyak hal yang
tidak kita ketahui, namun salah satu keitimewaan Dinul Islam serta nash-nash
syar’i adalah ia berupa kaidah-kaidah umum, yang masuk kedalamnya berbagai
masalah yang tak dapat dihitung kecuali oleh Allah hingga tiba hari kiamat.

[Disalin dari kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi
Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, terbitan Darul Haq]
_
Foote Note
[1]. HAdits Riwayat Ibnu Majah no 2340 dan 2341, Ahmad 1/313 (2867 menurut
urutan Ahmad Syakir). Ahmad Syakir berkata : Sanadnya lemah disebabkan
kelemahan Jabir bin Al-Ju'fiy, namun maknanya shahih dan tsabit dengan sanad
yang shahih (dalam riwayat) Ibnu Majah juga hadits Ubadah bin Ash-Shamit
Radhiyallahu 'anhu



[Non-text portions of this message have been removed]









Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Rek
  
  
Beyond belief
  
  
Islam online
  
  


Nation of islam
  
  
Media
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS

[media-dakwah] HUKUM DAN ETIKA MALAM PERTAMA

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



[HUKUM DAN ETIKA MALAM PERTAMA]
---

Pertama
Dianjurkan kepada sang suami bersikap lemah lembut pada malam pertama
dengan
mengajak bicara sehingga terjadi keakraban atau menyuguhkan segelas
minuman
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.

Kedua
Dianjurkan untuk meletakkan tangan kanan di atas ubun ubun sang istri
kemudian membaca doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
sallam..

Bismillah Allahumma bariklii fii zaujatii ..

Ketiga
Dianjurkan kepada sang suami shalat dua raka'at bersama istrinya dan
sang
istri berada di belakangnya. Sebab demikian itu lebih melanggengkan
kasih
sayang.

Keempat
Jika ingin melakukan hubungan sebadan hendaknya berdoa:

Bismillah, allahumma jannibnasy syaithaan wa jannibisy syaithaan maa
razaqtanaa

Kelima
Tidak boleh sang suami menggauli istri kecuali di tempat jalan lahirnya
bayi
dan boleh melakukan cumbu rayu sesuka hati namun tidak boleh
menggaulinya
ketika masa haid atau nifas.

Keenam
Apabila sang suami memiliki lebih dari satu istri maka pada pagi hari
dari
malam pertama hendaknya sang suami mendatangi istri istri lain dengan
tujuan
saling mendoakan.

Ketujuh
Diharamkan bagi kedua mempelai menyebarkan rahasia hubungan seksual
karena
hal itu termasuk dosa besar.


[HAK HAK SUAMI DAN ISTRI]
Diantara hak hak yang harus ditegakkan bersama sama sebagai berikut:

Pertama
Kerja sama dalam rangka menegakkan ketaatan kepada Allah, satu dengan
yang
lain saling mengingatkan kepada nilai ketakwaan. Diantara contoh yang
paling
indah adalah kerjasama antara suami dengan istri dalam menghidupkan
qiyamul
lail sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam (yang artinya)
:

Semoga Allah merahmati seorang laki laki yang bangun malam kemudian
shalat
dan membangunkan istrinya untuk shalat dan bila tidak mau bangun maka ia
memerciki dengan air di wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang
perempuan yang bangun malam lalu shalat dan membangunkan suaminya untuk
shalat, bila tidak mau bangun maka ia memerciki dengan air di wajahnya.
(HR. Ahmad, Ahlul Sunan kecuali At Tirmidzi dan hadits ini shahih).

Kedua
Menjalani kehidupan rumah tangga dengan tulus, ikhlas, setia dan penuh
kasih
sayang.

Ketiga
Hendaknya masing masing suami istri merasa memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas dan kewajiban yang ada di pundaknya. Masing masing harus
tahu
bahwa dia dituntut untuk menunaikan kewajiban secara baik dan sempurna
sebagaimana sabda Nabi (yang artinya)

Setiap kalian adalah pemimpiin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya dan imam adalah pemimpin, dan orang laki laki adalah
pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggungjawab atas rumah
suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian
akan
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (HR. Al Bukhari)

Keempat
Antara suami dan istri harus kerjasama secara baik dalam rangka
mewujudkan
suasana tenang dan gembira serta berusaha semaksimal mungkin menjauhkan
perkara perkara yang mendatangkan keburukan dan kesedihan. Betapa
indahnya
ucapan Abu Darda' ketika berkata kepada istrinya :

Jika kamu sedang melihatku dalam keadaan marah maka carilah sesuatu
yang
bisa menyenangkanku dan jika aku melihatmu sedang marah maka aku akan
mencari sesuatu yang bisa menyenangkanmu, dan bila tidak seperti itu
maka
kita tidak usah berkumpul saja.

Kelima
Tidak menyebarkan rahasia masing masing dan tidak menyebut nyebut
keburukan
pasangannya di depan orang lain karena demikian itu melecehkan harga
diri
pasangannya di depan orang lain. Ketika itu ia telah melakukan ghibah
yang
dibenci lagi berdosa.

Keenam
Hendaknya masing masing memperhatikan gaya dan penampilan, istri
berdandan
yang bagus untuk suami dan suami juga berdandan yang bagus untuk sang
istri..
Ibnu Abbas berkata :

Saya sangat senang berdandan untuk istriku sebagaimana saya senang bila
ia
berdandan untukku, karena Allah berfirman :'Dan bagi istri istri hak
yang
sepadan dengan kewajiban kewajibannya dengan baik'.

[PERSONAL VIEW]
Ini adalah buku saku yang cukup ringkas memuat permasalahan tentang
pernikahan. Yaitu tentang alasan alasan mengapa harus menikah, bagaimana
memilih jodoh, hukum dan etika meminang, seputar akad nikah, etika malam
pengantin, dll. Termasuk juga hak hak dan kewajiban suami dan juga
istri.
Cukup baik sekali buat dibaca oleh mereka yang akan menikah dan juga
bagi
mereka yang sudah menikah, sebagai pengantar untuk membaca buku buku
pernikahan yang lain yang pembahasannya lebih luas.


[Non-text portions of this message have been removed]










Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Rek
  
  
Beyond belief
  
  
Islam online
  
  


Nation of islam
  
  

[media-dakwah] Bila Aqidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan
Reposting
Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!
Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah 
 
Perhatian umat untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin yang terbelakang dan 
senantiasa banyak menelan kekalahan sebenarnya cukup tinggi. Lihatlah, demikian 
banyak tokoh atau kelompok yang berupaya melakukan perbaikan dengan berbagai 
cara dan trik. Namun sayang, sampai sekarang kondisi umat masih begini-begini 
saja, malah terlihat makin terpuruk. Apa penyebabnya?
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan kata-kata kulit? Dan siapakah yang 
memunculkan statemen ini?
Kulit dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang enteng, remeh, kecil tidak 
berguna, dan akan dibuang. Padahal secara rasio, kulit itu sangat menentukan 
isi dan bila kulit itu rusak maka isinya pun akan ikut rusak. Bahkan terkadang 
kulit lebih besar manfaatnya dari isinya.
Anda bisa membayangkan bila aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang prinsipil di 
dalam agama hanya dianggap sebagai kulit oleh mereka. Yang memunculkan statemen 
ini adalah ahli bid’ah dari kalangan hizbiyyun.
Ketahuilah bahwa kerusakan moral di dalam beragama sesungguhnya merupakan imbas 
kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan peribadahan setiap orang kepada Allah 
Subhanahu wa Ta'ala merupakan akibat dari kerusakan aqidah dan tauhid. 
Kerusakan bermuamalah dengan sesama merupakan percikan dari kerusakan aqidah 
dan tauhid. Kerusakan dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara 
merupakan implementasi dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan aqidah dan 
tauhid merupakan muara dan poros dari segala kerusakan di muka bumi ini. Allah 
Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya:

ÙóåóÑó ÇáúÝóÓóÇÏõ Ýöí ÇáúÈóÑöø æóÇáúÈóÍúÑö ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöí ÇáäøóÇÓö 
áöíõÐöíúÞóåõãú ÈóÚúÖó ÇáøóÐöí ÚóãöáõæÇ áóÚóáøóåõãú íóÑúÌöÚõæúäó

“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan-tangan 
manusia, dan Allah akan merasakan kepada mereka akibat perbuatan mereka agar 
mereka mau kembali.” (Ar-Rum: 41)
Di dalam banyak ayat, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis suatu kaum atau 
individu sebagai orang-orang yang melakukan kerusakan di muka bumi dan 
menjelaskan bentuk-bentuk kerusakan mereka.
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis orang-orang munafik dengan 
kekufurannya sebagai perusak di muka bumi, setelah mereka mencoba cuci tangan 
dari berbuat kerusakan.

æóÅöÐóÇ Þöíúáó áóåõãú áÇó ÊõÝúÓöÏõæÇ Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÞóÇáõæÇ ÅöäøóãóÇ äóÍúäõ 
ãõÕúáöÍõæúäó. ÃóáÇó Åöäøóåõãú åõãõ ÇáúãõÝúÓöÏõæúäó æóáóßöäú áÇó íóÔúÚõÑõæúäó

“Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kalian melakukan kerusakan di muka 
bumi! Mereka menjawab: “Bahkan sesungguhnya kamilah yang melakukan perbaikan. 
(Allah mengatakan) ketahuilah sesungguhnya merekalah yang melakukan kerusakan 
namun mereka tidak merasa.” (Al-Baqarah: 11-12)
2. Allah telah menvonis orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kepada para 
rasul sebagai perusak di muka bumi.

æóÇáøóÐöíúäó íóäúÞõÖõæúäó ÚóåúÏó Çááåö ãöäú ÈóÚúÏö ãöíúËóÇÞöåö æóíóÞúØóÚõæúäó 
ãóÇ ÃóãóÑó Çááåõ Èöåö Ãóäú íõæúÕóáó æóíõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÃõæáóÆößó 
áóåõãõ ÇááøóÚúäóÉõ æóáóåõãú ÓõæúÁõ ÇáÏøóÇÑö

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan 
memutuskan apa-apa yang Allah telah perintahkan untuk dihubungkan dan 
mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang telah memperoleh 
kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (Ar-Ra’du: 25)
3. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis kaum Nabi Shalih yang menentang seruannya 
sebagai perusak di muka bumi.

ÇáøóÐöíúäó íõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáÇó íõÕúáöÍõæúäó

“Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” 
(Asy-Syu’ara`: 152)

æóßóÇäó Ýöí ÇáúãóÏöíúäóÉö ÊöÓúÚóÉõ ÑóåúØò íõÝúÓöÏõæúäó Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáÇó 
íõÕúáöÍõæúäó

“Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka 
bumi dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (An-Naml: 48)
4. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis Fir’aun dengan segala tindak tanduknya 
sebagai perusak.

ÂúáÂäó æóÞóÏú ÚóÕóíúÊó ÞóÈúáõ æóßõäúÊó ãöäó ÇáúãõÝúÓöÏöíúäó

“Apakah sekarang (baru kamu mau percaya) padahal sesungguhnya kamu telah 
durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” 
(Yunus: 91)
5. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam banyak ayat telah memerintahkan 
kepada setiap hamba-hamba-Nya agar melihat apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala 
perbuat terhadap kaum yang melakukan kerusakan, seperti di dalam Surat Al-‘Araf 
ayat 86 dan 103 dan Surat An-Naml ayat 14.

æóÇäúÙõÑõæÇ ßóíúÝó ßóÇäó ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáúãõÝúÓöÏöíúäó

“Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan kerusakan.” 
(Al-A’raf: 86)
Dari gambaran ayat di atas, betapa jelasnya makna perbuatan merusak di muka 
bumi. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengutus seluruh rasul untuk 
melakukan perombakan dan perbaikan atas segala bentuk kerusakan tersebut. Perlu 
diingat bahwa para nabi tidak membuat rancangan sendiri dalam melakukan 
perbaikan situasi dan 

[media-dakwah] ARTI NASEHAT KEPADA PARA PEMIMPIM KAUM MUSLIMIN

2006-06-01 Terurut Topik Benny Kurniawan



Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh..

Al-Imam Ibnu Nashr Al-Marwazi rahimahullah berkata.
Sedangkan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin dengan cinta akan 
ketaatan mereka kepada Allah, cinta akan kelurusan dan keadilan mereka,
dan 
cinta bersatunya umat di bawah pengayoman mereka, dan benci kepada 
perpecahan umat dengan melawan mereka, dan mengimani bahwa dengan taat 
kepada mereka dalam rangka taat kepada Allah dan benci kepada orang yang

keluar dari ketataatan kepada mereka (yaitu dengan tidak mengakui
kekuasaan 
mereka dan menganggap halal darah mereka, pent). Dan cinta akan kejayaan

mereka dalam taat kepada Allah. [1]

Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi rahimahullah berkata
(Dan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin), yaitu kepada para 
penguasa mereka, maka dia menerima perintah mereka, mendengar dan taat 
kepada mereka dalam hal yang bukan maksiat dikarenakan tidak ada
ketaatan 
kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khaliq [2] dan tidak
memerangi 
mereka selama mereka belum kafir, dan dia berusaha untuk memperbaiki
keadaan

mereka dan membersihkan kerusakan mereka dan memerintahkan mereka kepada

kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran dan mendoakan agar mereka 
mendapatkan kebaikan dikarenakan dalam kebaikan mereka berarti kebaikan
bagi

rakyat, dan dalam kerusakan mereka berarti kerusakan bagi rakyat.[3]

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah (wafat tahun 677 H) berkata.
Sedangkan nasehat kepada pemimpin kaum muslimin adalah dengan menolong 
mereka di atas kebenaran dan taat kepada mereka dalam hal kebenaran, dan

mengajak, memperingatkan dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut
kepada 
kebenaran dan memberi tahu mereka akan kelalaian mereka, dan barangkali 
belum sampai berita kepada mereka akan kelalaian mereka yang berkenaan 
dengan hak-hak kaum muslimin, dan tidak keluar dari ketaatan kepada
mereka 
dan melunakkan hati-hati manusia untuk taat kepada mereka.

Al-Khaththabi rahimahullah berkata.
Dan termasuk dari menasehati kepada mereka adalah dengan shalat di
belakang

mereka dan berjihad bersama mereka (ketika penguasa berperang dengan 
orang-orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah, pent.), dan
menunaikan 
zakat kepada mereka (ditampung dalam baitul mal kaum muslimin, pent.),
dan 
tidak keluar mengangkat senjata melawan mereka, meskipun mereka berbuat 
zalim, dan agar tidak menipu mereka (sekaligus menipu umat, pent) dengan

puji-pujian yang penuh kedustaan, dan dengan mendoakan mereka agar 
mendapatkan kebaikan, dan ini semua menunjukkan bahwa yang dimaksud
dengan 
para pemimpin kaum muslimin adalah para khalifah dan selain mereka dari
para

penguasa yang bertugas mengurusi urusan kaum muslimin, dan makna ini
yang 
masyhur. Al-Khaththabi setelah menyebutkan hal ini, kemudian beliau 
berkata, Dan mungkin pula untuk ditafsirkan dengan makna para ulama
dien, 
dan nasehat kepada mereka, yaitu dengan menerima apa yang mereka
riwayatkan 
dan mengikuti mereka dalam masalah syariat dan berprasangka baik kepada 
mereka.[4]

Setelah kita membaca penjelasan dari para ulama tentang arti nasehat
kepada 
para penguasa muslim, timbul pertanyaan, Apakah para penguasa kaum
muslimin

di belahan bumi yang tidak berhukum dengan apa-apa yang telah Allah
turunkan

telah kafir keluar dari Islam? Apabila mereka telah kafir keluar dari
Islam,

apakah boleh kita mengangkat senjata melawan mereka sekarang ini?

Permasalahan ini penting untuk diketahui, maka kita tidak boleh ceroboh 
dalam membuat kesimpulan, kita tidak boleh memahami Al-Qur'an dan
As-Sunnah 
menurut pemikiran dan hawa nafsu kita, tetapi harus memahaminya dengan 
pemahaman para shahabat, kita tidak boleh mengutamakan emosi dan
perasaan di

atas mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah.

Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan.
Kenyataan yang menyakitkan yang sedang kita hadapi pada hari ini, telah

mendorong sebagian dari orang-orang yang menaruh perhatian besar kepada 
permasalahan-permasalahan umat dan mempunyai kecemburuan yang tinggi 
terhadap dien Allah ini kepada perbuatan ghuluw (belebih-lebihan) dalam
dien

ini tanpa adanya pembahasan yang teliti terhadap apa-apa yang mereka
yang 
lakukan, atau tanpa penelitian yang mendalam terhadap apa-apa yang
mereka 
katakan! Tidak ragu lagi bahwa ini semua jauh dari metode yang adil 
sebagaimana yang telah Allah karuniakan kepada Ahli Sunnah dan para juru

da'wah kepada tauhid.[5]

Marilah kita menyimak nasehat yang sangat berharga dari seorang ulama 
rabbani, yaitu Syaikh Muhammad Nahiruddin Al-Albani rahimahullah setelah

beliau menjelaskan tentang keharusan berpegang teguh dengan manhaj
salaf, 
kemudian beliau menjelaskan tafsir Ibnu Abas radliyallahu'anhuma sampai 
beliau memberi kesimpulan.

Bahwasanya kekufuran, kefasikan dan kezaliman dibagi menjadi 2 macam.

[a]. Yang mengeluarkan seseorang dari Islam, yang demikiandisebabkan
adanya 
penghalalan dari hati.

[b]. Dan selain itu, kembalinya kepada penghalalan secara amaliah, maka 
seluruh pelaku maksiat dan khususnya 

[media-dakwah] Pentingnya AQIDAH ISLAMIYYAH

2006-06-01 Terurut Topik Benny Kurniawan



Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh..

Sesungguhnya agama Islam adalah akidah dan syariah. Adapun yang dimaksud
dengan akidah yaitu setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa, yang
dengannya hati menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi para
pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya. Adapun yang
dimaksud syariah adalah tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan oleh
Islam, seperti salat, zakat, puasa, berbakti kepada orang tua, dan lain
sebagainya. 

Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan
beriman kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk. 

Dalilnya adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang
artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan
nabi-nabi. 

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu itu menurut ukuran. Dan
perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar:
49--50). 

Sabda Nabi saw. yang artinya, Iman adalah hendaknya engkau percaya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya,
hari Kemudian, dan percaya kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang
buruk. (HR Muslim). 

Pentingnya Akidah Islamiah 

Pentingnya akidah Islamiah tampak dalam banyak hal, di antaranya sebagai
berikut. 
1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segala
kebutuhan, dan kepentingan kita terhadap akidah adalah di atas segala
kepentingan. Sebab, tidak ada kebahagiaan, kenikmatan, dan kegembiraan
bagi hati, kecuali dengan beribadah kepada Allah, Rab dan Pencipta
segala sesuatu. 

2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yang paling besar dan
yang paling ditekankan. Karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali
diwajibkan kepada manusia. Rasulullah saw. bersabda, Aku diperintahkan
untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. (HR Bukhari dan Muslim). 

3. Bahwa akidah Islamiah adalah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan
keamanan dan kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan. (Tidak demikian)
bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
(Al-Baqarah: 112). 

Demikian pula, hanya akidah Islamiah satu-satunya akidah yang bisa
mewujudkan kecukupan dan kesejahteraan. Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (Al-A'raaf: 96). 

4. Sesungguhnya akidah Islamiah adalah sebab sehingga bisa berkuasa di
muka bumi dan sebab bagi berdirinya daulah Islamiah. Dan sungguh telah
Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shaleh. (Al-Anbiya':
105) 

Referensi: Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal al-'Aliy, Dr. Shalih bin
Fauzan bin Abdullah al-Fauzan.



[Non-text portions of this message have been removed]










Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Rek
  
  
Beyond belief
  
  
Islam online
  
  


Nation of islam
  
  
Media
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "media-dakwah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[media-dakwah] Antara Banyak dan Sedikit

2006-05-10 Terurut Topik Benny Kurniawan



ANTARA BANYAK DAN SEDIKIT

Oleh :
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi
sumber http://www.almanhaj.or.id


Di antara kaidah yang diterapkan ulama adalah, bahwa merebaknya suatu 
perbuatan tidak menunjukkan atas kebolehannya, sebagaimana
tersembunyinya 
suatu perbuatan tidak menunjukkan atas dilarangnya.[1]

Ibnu Muflih dalam Al-Adab Asy-Syar'iyyah (I/163) berkata, Seyogyanya 
diketahui bahwa hal yang dilakukan banyak manusia adalah bertentangan
dengan 
ketentuan syar'i dan hal tersebut masyhur di antara mereka dan banyak 
manusia yang melakukannya. Yang wajib bagi orang yang arif adalah tidak 
mengikuti mereka, baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan janganlah dia 
terpengaruh oleh hal tersebut setelah tersebar jika dalam kesendirian
dan 
sedikitnya kawan.

Syaikh Muhyiddin An-Nawawi berkata, Janganlah manusia terpedaya oleh 
banyaknya orang yang melakukan sesuatu yang dilarang melakukannya, yaitu

kepadanya oleh orang yang tidak menjaga adab-adab ini. Laksanakanlah apa

yang dikatakan Fudhail bin 'Iyadh, 'Janganlah kamu menganggap buruk 
jalan-jalan kebaikan karena sedikitnya orang yang melakukannya, dan 
janganlah kamu terpedaya dengan banyaknya orang-orang yang binasa'. [2]

Abu Wafa' bin 'Uqail dalam Al-Funun berkata, Barangsiapa yang
keyakinannya 
lahir dari bukti-bukti dalil, maka akan hilang pada diri sikap ikut arus
dan 
terpengaruh oleh perubahan kondisi orang banyak.

Firman-Nya, Apakah jika dia wafat atau terbunuh kamu berbalik ke
belakang 
(murtad)? [Ali 'Imran : 144]

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhu adalah orang yang kokoh
pendiriannya 
dalam berbagai keadaan, berbeda-beda berbagai kondisi tidak
menjadikannya 
goyah ketika kaki-kaki jatuh tergelincir.

Sampai dia berkata, Dan terkadang seseorang Muslim sampai dipersempit 
kehidupannya. Dan sesungguhnya agama kami berlandaskan pada mengambil
dunia 
dan kebaikan akhirat, maka siapat yang mencari kehidupan dunia dengan
cara 
meninggalkan kebaikan akhirat maka dia salah jalan.

Jika kita telah mengetahui hal tersebut maka tampak kebatilan argumen
yang 
dibuat orang banyak yang jatuh ke dalam sebagian bid'ah dan hal-hal yang

baru, Bahwa mayoritas manusia melakukan ini, atau alasan-alasan lain
yang 
batil dan penakwilan-penakwilan yang tumpul.

Dalam buku saya Dzam Al-Katsrat wal Mutakatstsirin terdapat banyak 
keterangan dari ayat Al-Qur'an dan hadits yang mengecam orang yang
terpedaya 
dengan paham mayoritas dan bangga dengan memperbanyak amal.

Al-'Allamah Ibnul Qayyim dalam Ighatsah Al-Lahfan min Masyahid 
Asy-Syaithan (hal. 132-135 -Mawarid Al-Aman) berkata.

Orang yang cermat pandangannya dan benar imannya tidak akan merasa
gelisah 
karena sedikitnya kawan dan bahkan dari tiadanya kwan jika hatinya telah

merasa berteman dengan generasi pertama dari orang-orang yang diberikan 
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang membenarkan, 
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh, dan mereka itulah 
sebaik-baik teman. Maka kesendirian seseorang dalam pencariannya sebagai

bukti kesungguhan dia dalam mencari kebenaran.

Ishaq bin Rahawaih pernah ditanya tentang suatu masalah, lalu dia
menjawab. 
Maka dikatakan kepadanya, Sesungguhnya saudaramu Ahmad bin Hanbal 
mengatakan masalah ini seperti itu. Maka dia menjawab, Saya tidak 
menyangka bahwa seseorang sepakat denganku dalam masalah ini.

Dia tidak merasa kesepian setelah tampak kebenaran baginya meskipun
tidak 
ada yang sependapat dengannya. Sesungguhnya kebenaran jika telah tampak 
dengan jelas, maka tidak membutuhkan saksi yang mendukungnya. Sebab hati

melihat kebenaran sebagaimana mata melihat matahari. Maka, jika
seseorang 
telah melihat matahari, dan berdasarkan keilmuan dan keyakinannya bahwa 
matahari telah terbit, maka dia tidak membutuhkan saksi untuk itu dan
tidak 
membutuhkan orang untuk menyetujui atas apa yang dilihatnya.

Betapa bagusnya apa yang dikatakan Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma'il
yang 
terkenal dengan Abu Syamah [3] dalam kitabnya tentang hal-hal baru dan 
bentuk-bentuk bid'ah [4], terdapat perintah memegang teguh jama'ah. Maka

yang dimaksud denganya adalah, memegang teguh kebenaran dan
mengikutinya, 
meskipun orang yang berpegang teguh kepadanya sedikit, sedangkan orang
yang 
melanggarnya banyak. Sebab kebenaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh 
jama'ah pertama pada masa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan
shahabatnya, 
dan tidak diukur oleh banyaknya orang yang mengikuti bid'ah mereka.

'Amr bin Maimun Al-Audi berkata, Saya telah menyertai Mu'adz di Yaman,
dan 
saya tidak berpisah dengannya hingga saya menguburkannya di Syam.
Kemudian 
setelah itu, saya selalu menyertai orang terpandai dalam ilmu fiqh,
Abdullah 
bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, maka saya mendengar dia berkata,
'Hendaklah 
kalian memegang teguh jama'ah. Sebab tangan Allah di atas jama'ah.' Pada

suatu hari saya mendengar dia berkata, 'Akan memimpin kalian para
pemimpin 
yang mengakhirkan shalat dari waktunya, maka shalatlah kalian tepat pada

waktunya, 

[media-dakwah] [Tazkiyatun Nufs] T A U B A T

2006-04-24 Terurut Topik Benny Kurniawan



 
T A U B A T
 
Oleh
 * Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin *
 
 
Taubat adalah kembali dari bermaksiat kepada Allah menuju ketaatan
kepadaNya.
 
Taubat itu disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
 
Artinya : Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri [Al-Baqarah : 222]
 
Taubat itu wajib atas setiap mukmin
 
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang semurni-murninya [At-Tahrim : 8]
 
Taubat itu salah satu faktor keberuntungan.
 
Artinya : Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung [An-Nur : 31]
 
Keberuntungan ialah mendapatkan apa yang dicarinya dan selamat dari apa
yang dikhawatirkannya.
 
Dengan taubat yang semurni-murninya Allah akan menghapuskan dosa-dosa
meskipun besar dan meskipun banyak.
 
Artinya : Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semunya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Az-Zumar : 53]
 
Jangan berputus asa, wahai saudaraku yang berdosa, dari rahmat Tuhanmu.
Sebab pintu taubat masih terbuka hingga matahari terbit dari tempat
tenggelamnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
 
Artinya : Allah membentangkan tanganNya pada malam hari agar pelaku
dosa pada siang hari bertaubat, dan membentangkan tanganNya di siang
hari agar pelaku dosa malam hari bertubat hingga matahari terbit dari
tempat tenggelamnya [Hadits Riwayat Muslim dalam At-Tubah, No. 2759]
 
Betapa banyak orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang banyak dan besar,
lalu Allah menerima taubatnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
 
Artinya : Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain berserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan
amal shalih ; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Al-Furqan :
68-70]
 
Taubat yang murni ialah taubat yang terhimpun padanya lima syarat.
 
Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan meniatkan
taubat itu karena mengharapkan wajah Allah dan pahalanya serta selamat
dari adzabnya.
 
Kedua : Menyesal atas perbuatan maksiat itu, dengan bersedih karena
melakukannya dan berangan-angan bahwa dia tidak pernah melakukannya.
 
Ketiga : Meninggalkan kemasiatan dengan segera. Jika kemaksiatan itu
berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka ia meninggalkannya,
jika itu berupa perbuatan haram dan ia segera mengerjakannya, jika
kemaksiatan tersebut adalah meninggalkan kewajiban. Jika kemaksiatan itu
berkaitan dengan hak makhluk, maka segera ia membebaskan diri darinya,
baik dengan mengembalikannya kepada yang berhak maupun meminta maaf
kepadanya.
 
Keempat : Bertekad untuk tidak kembali kepada kemasiatan tersebut di
masa yang akan datang.
 
Kelima : Taubat tersebut dilakukan sebelum habis masa penerimaannya,
baik ketika ajal datang maupun ketika matahari terbit dari tempat
tenggelamnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
 
Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) ia mengatakan. 'Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang [An-Nisa : 18]
 
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
 
Artinya : Barangsiapa bertubat sebelum matahri terbit dari tempat
tenggelamnya, maka Allah menerima taubatnya [Hadits Riwayat Muslim
daalm Adz-Dzikir wa Ad-Du'a, No. 2703]
 
Ya Allah, berilah kami taufik untuk bertaubat semurni-murninya dan
terimalah amalan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
 
[Risalah fi Shifati Shalatin Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal.
44-45, Syaikh Ibn Utsaimin]
 
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah
Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa
Terkini-3, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit
Darul Haq]
 
 
ISTIGHFAR DAN TAUBAT
 
Oleh
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
 

Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar (memohon
ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi
(kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi
dua pembahasan.

Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat
Kedua : Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki.


Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat

Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup
dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan.

Artinya : Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.

Tetapi 

[media-dakwah] RE: Kupas Peringatan thd Kesesatan Jama'ah Tabligh

2006-04-24 Terurut Topik Benny Kurniawan
 
 
 -Original Message-
 From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-
[EMAIL PROTECTED] 
 On Behalf Of wandysulastra
 Sent: Saturday, April 22, 2006 12:39 PM
 To: keluarga-islam@yahoogroups.com
 Subject: [keluarga-islam] Re:  Kupas Peringatan thd Kesesatan 
Jama'ah 
 Tabligh 
 
 Akhina Benny Kurniawan, ana 100% setuju dengan pendapat antum. Tapi
 etika dan cara dalam ber-amar ma'ruf nahi mungkar ini pun perlu
 diperhatikan. Jangan sampai tujuan antum yang mulia tersebut malah
 menimbulkan mudharat yang lebih besar, yaitu perpecahan diantara
 kita. Bukankah kita diperintahkan untuk selalu memilih ucapan yang
 terbaik dan terbagus dalam berdiskusi?
 
 Allah berfirman.
 
 Artinya : Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia 
[Al-
 Baqarah : 83]
 
 Allah memerintahkan kita untuk berlemah lembut dan bersikap halus
 dalam berdakwah. Apalagi dalam masalah2 yang terdapat perbedaan
 pendapat, berhati2lah jangan sampai melontarkan kalimat2 yang bisa
 menyebabkan perpecahan, perselisihan, saling membenci dan saling
 menjauhi. Dengan tutur kata yang halus, diharapkan ucapan kita bisa
 diterima dan hati pun tidak saling menjauhi, sebagaimana Allah swt
 berfirman kepada NabiNya saw.
 
 Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
 terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
 tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu [Ali-Imran : 
159]
 
 Jika saja nabi saw keras dalam berdakwah, tentunya pada masa beliau
 Islam tidak akan dapat berkembang dengan pesat.
 
 Semoga dapat direnungi
 
 Wassalam
 
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Benny Kurniawan
 kurniawan@ wrote:
 
 
  Benar sekali apa yg akhi telah dibahas pada Nash-nash dibawah 
ini..
 
  Jangan sampai kita mengikuti jejaknya Ahlul Kitab (Yahudi 
 Nashoro) yg dilaknat Allah diakibatkan mereka menyembunyikan
 kebenaran dan membiarkan kebatilan serta kemungkaran merajalela
 dengan mesra dimuka bumi Allah ini.
 
  Kita semua sebagai Khalifah Allah dimuka bumi ini hendaknya 
saling
 Amar bil maââ'¬â¢ruf wa Nahi ââ'¬?anil munkar. Sebaik-baik 
manusia adalah
 Rasulullah saw dan sebaik-baik kaum adalah Para shohabat 
radhiallahu
 ââ'¬?anhum ajmaââ'¬â¢in serta yang mentauladani mereka dengan 
baik yang
 tentunya dengan bimbingan ââ'¬?Ulama yang teguh membela 
 memperjuangkan As-Sunnah Nabawiyyah demi kemurnian Agama Allah
 ââ'¬?Azza wa Jalla.
 
  Persatuan dan Kesatuan kaum muslimin haruslah dibina diatas
 Kebenaran yaitu Tauhidullah (bersih dari Syirik besar maupun kecil)
  As-sunnah (bersih dari bidââ'¬â¢ah2x dan maksiat2x), bukannya 
dibina
 diatas kemungkaran  kebatilan yg dilaknat Allah sehingga
 mengakibatkan murka Allah berupa bencana mulai dari timur sampai ke
 barat yg tiada henti-hentinya silih berganti.
 
  DEMI ALLAH, tidak akan bisa kaum muslimin bisa bersatu  bisa
 berjaya kembali sebagaimana Zaman keemasan Islam dimasa Rasululah 
 Para Shohabat jika dari dalam diri kita sendiri kita tidak mampu
 membersihkan diri dari Syirik, Bid'ah  Maksiat sebagai musuh dalam
 selimut didalam tubuh Islam yang harus diberantas segera.
 
  Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka yg belum engkau pahamkan
 tentang agama-Mu sehingga mereka bisa selamat didunia  Akhirat
 kelak. Engkau adalah Robb mereka  dan hanya kepada Engkaulah kami
 kembali.
 
 
  Wallahu'alam wal Musta'an.
 
 
 
  -x
 
 
 
 
 
 Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala 
kepada seluruh 
 manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu 
pengamalannya 
 adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
 Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah 
Subhanahu 
 wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, 
beritahulah orang 
 yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah 
ilmu itu 
 sebatas yang engkau mampu.
 Yahoo! Groups Links







Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links



 











Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "media-dakwah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[media-dakwah] SHIFAT SHOLAT NABI

2006-04-23 Terurut Topik Benny Kurniawan
 
SHIFAT SHOLAT NABI
BAB : Bangkit menuju roka'at berikutnya, bertumpu dengan tangan dikepal
Pertanyaan : Tolong jelaskan dalil yang menyebutkan bahwa saat bangkit menuju 
roka'at berikutnya kita bertumpu pada lantai dengan kedua tangan dikepalkan!
Jawab: Pertanyaan ini mengandung dua permasalahan.
Segi permasalahan pertama : Tentang bertumpu dengan kedua tangan pada lantai.
Ini berdasarkan dalil :
æóÅöÐóÇ ÑóÝóÚó ÑóÃúÓóåõ Úóäö ÇáÓøóÌúÏóÉö ÇáÓøóÇ äöíóÉö ÌóáóÓó æóÇÚúÊóãóÏó
Úóáóì ÇúáÃóÑúÖö Ôõãøó ÞóÇãó
Dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua, beliau duduk 
dan bertumpu pada bumi (lantai) kemudian berdiri
Hadits ini shohih riwayat Al Imam Al Bukhori dalam Shahihnya ; Kitab : Al 
Adzan, Bab Kaifa ya'tamidu 'alal ardhi idza qoma minar rok'ah, no 781 Juga An 
Nasai meriwayatkan hadits ini dalam Sunan beliau, Jilid 1, Juz 2 hal, 234, Bab 
Al I'timad 'alal ardhi 'indan nuhudh, no 1141
Sebelumnya Al Imam Syafi'I juga telah meriwayatkan hadits ini sebagaimana 
termaktub dalam Kitab Al Umm; Bab : Al Qiyam minal julus, Juz 1 hal 116
Asy Syafi'I berkata :
 æáÇÃÍÈ Ãä íäåÖ ÈÛíÜÑ ÇÚÊãÇÏ ÝÅäå íÑæì Úä ÇáäÈí ÕáìÇááå Úáíå æÓáã Ãäå
ßÇä íÚÊãÏ ÚáÜì ÇáÃÑÖ ÅÐÇ ÃÑÇÏ ÇáÞíÜÇã
(ÇáÃãÌ. 1¡Õ.116)
……Dan aku tidak menyukai seseorang bangkit tanpa bertumpu, karena sesungguhnya 
telah diriwayatkan Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã bahwa beliau bertumpu pada tanah 
apabila beliau hendak bangkit. [Al Umm, Juz 1, Hal 116]
Lebih jauh beliau berkata :
æåÐÇ äÃÎС ÝóäÜÃã ãä ÓÌæ ÏÃæÌáæÓ Ýí ÇáÕáÇÉÃä ÈÚÊãÏ Úáì ÇáÃÑÖ ÈíÏíå ãÚÇ
ÇÊÈÇÚÇ ááÓÜäÉ (ÇáÃã Ì.1¡Õ.117)
Berdasarkan dalil ini kami menetapkan, maka kami memerintahkan orang yang 
berdiri dari sujud atau dari duduk didalam sholat, untuk bertumpu pada bumi 
dengan kedua tangan bersama-sama sebagai upaya mengikuti sunnah [ Al Umm, Juz 
1, hal 117]
Segi permasalahan ke dua, tentang mengepalkan tangan saat bertumpu pada lantai.
Ini berdasarkan dalil :
ÞóÇáó ÇáÃóÒúÑóÞ Èä ÞóíúÓ : ÑóÃíúÊõ ÇÈúäó ÚõãóÑó íóÚúÌöäõ Ýöí ÇáÕøóÜáÇÉó
íóÚúÊóãöÏõ Úóáóì íóÏóíúåö ÅöÐóÇ ÞóÇãó ÝóÞõáúÊõ áóåõ¿ ÝóÞóÇáó: ÑóÃóíúÊõ
ÑóÓõÜæúáó Çááåö Õóáøóì Çááå õÚóáóíåö æóÓóáøóãó íóÝúÚóáõåõ
Al Azroq bin Qoys berkata : Aku melihat Ibnu Umar melakukan 'ajn didalam 
sholat, beliau bertumpu pada dua tangannya apabila hendak berdiri. Maka aku 
bertanya kepada beliau. Beliau menjawab : Aku melihat Rosululloh Õáì Çááå Úáíå 
æÓáã melakukannya.
Hadits ini adalah riwayat Abu Ishaq Al Harbi. Menurut Syaikh Al Albani sanad 
hadits ini shalih (baik). [Lihat Tamaamul minnah, hal 196 dan Sifat Sholat Nabi 
Õáì Çááå Úáíå æÓáã , hal 155]
Demikianlah dalam riwayat di atas disebutkan bahwa Ibnu Umar ÑÖí Çááå Úäå 
melakukan 'ajn didalam sholat.
Apa makna 'ajn ? Dalam Kamus Lisanul 'Arob dijelaskan :
ÚóÌóäó ÇáÔí Úó íóÚúÌöäõå ÚóÌúäðÇ: ÇöÚúÊóãóÏóÚóáÜíúåö ÈÌõãÚå íóÛúãöÜÒõå
æóÇáÚóÇÌöäõ ãöäóÇáÑøóÌóÇáö: ÇáÜãõÚúÊóãöÐõÚóáóÜìÇáÃóÑúÖö ÈÌõãúÚÜå
ÅöÐÇ ÃóÑóÇÏó ÇáäøõåæÖó ãöäú ßöÈóÑòÃóæúÈõÏúäò
Artinya : Ajanasy syay-a (seseorang melakukan 'ajn terhadap sesuatu) – bentuk 
fi'il mudhori'nya : ya'jinu sedang bentuk masdharnya 'ajn – berarti : orang itu 
bertumpu padanya sambil mengepal-kannya dan meremasnya. Sedang Al 'aajin [] 
ialah seorang laki-laki yang bertumpu pada bumi dengan mengepal apabila hendak 
bangkit berdiri, karena usia lanjut atau kegemukan.
Barangkali terbetik dalam benak kita : Jika demikian maknanya, maka mungkin 
saja baik Rosululloh Õáì Çááå Úáíå æÓáã maupun Ibnu Umar ÑÖí Çááå Úäå melakukan 
hal tersebut karena faktor usia lanjut atau kegemukan. Sebuah pertanyaan yang 
logis dan juga selaras dengan makna kebahasaan sebagaimana dijelaskan dalam 
kamus di atas. Namun demikian, di dalam Sunan Al Baihaqi Al Kubro; Juz 2 hal 
135, no 2632 ada tambahan keterangan yang menepis hal itu. Bahwa ternyata Ibnu 
Umar melakukan 'ajn bukanlah karena faktor usia lanjut ataupun karena 
kegemukan, melainkan karena memang demikianlah semestinya dilakukan orang 
didalam sholat.
Berikut petikan riwayat Albaihaqi :
Úóäö ÇáÃóÒúÑóÞ Èä ÞóíúÓ ÞóÇáó: ÑóÃóíúÊõ Èúäó ÚõãóÑóÅöÐóÇÞóÜÇãó ãöÜäó
ÇáÑøóßúÚóÊóíúäö ÇÚúÊóãóÏó Úóáóì ÇáÃóÑúÖö ÈöíóÏóíúåö¡ ÝóÞõáÊõ áöæó áóÏöåö
æóáöÌõáóÓóÇÆöåö:
áóÚóáøóåõ íóÝúÚóáõ åÐóÇãöäó ÇáßöÈóÑöÞóÇáõæúÇ: áÇó¡ æóáßöäú åßóÐóÇ íóßõæúäõ!
Dari Al Azroq bin Qoys, beliau berkata ; Aku melihat Ibnu Umar apabila hendak 
berdiri dari dua roka'at, beliau bertumpu pada bumi dengan kedua tangannya. 
Maka aku bertanya pada anaknya dan orang yang duduk di majelisnya, Barangkali 
beliau melakukan demikian karena usia lanjut ? Mereka menjawab : Tidak, tapi 
memang demikian adanya.
Riwayat ini menurut Syaikh Al Albani sanadnya Jayyid/ Shahih [lihat Tamaamul 
minnah, hal 196 dan Sifat Sholat Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã, hal 155]
Lebih lanjut Al Baihaqi menuturkan :
æÑæíäÇÚä äÇÝÚ Úä Èä ÚãÑ Ãäå ßÇä íÚäãÏ Úáì íÏíå ÅÐÇ åÖ
æßÐáß ßÇä íÝÚá ÇáÍÓä æÛíÑ æÇÍÏ ãä ÇáÊÇÈÚíä
Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Nafi dari Ibnu Umar sesungguhnya beliau 
bertumpu pada kedua tangannya apabila hendak bangkit, dan demikian pula Al 
Hasan dan bukan satu orang saja dari kalangan tabi'in yang 

[media-dakwah] FW: PP IMAM BUKHARI SOLO: INFORMASI PENERIMAAN SANTRI BARU T/A 2006-2007

2006-04-23 Terurut Topik Benny Kurniawan
 

ãÚåÏ ÇáÅãÇã ÇáÈÎÇÑí


áÊÚáíã ÇáÞÑÂä æÇáÓäÉ Úáì äåÌ ÓáÝ ÇáÃãÉ 


INFORMASI PENERIMAAN SANTRI BARU


PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI


TAHUN PELAJARAN 2006-2007


Sekretariat : Jl. Raya Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Karanganyar 
57183 Solo. Telp. (0271) 761017 Fax. (0271) 665450 HP 081329985144, 
081329776541.

Pondok Pesantren Imam Bukhari menerapkan pola pendidikan Islam yang bertitik 
tekan pada tasfiyah dan tarbiyah, tasfiyah berarti memurnikan ajaran Islam dari 
segala noda syirik, bid’ah, khurafat, gerakan-gerakan dan pemikiran-pemikiran 
yang merusak Islam. Tarbiyah berarti mendidik kaum muslimin menjadi terbiasa 
mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sudah dipahami secara benar.

Hafalan Qur’an adalah Program Unggulan Pondok Pesantren Imam Bukhari yang 
diterapkan di program Ibtida’iyyah Tahfidzul Qur’an. Diharapkan santri mempu 
menghafal 30 juz al-Qur’an selama 6 tahun. 

Penguasaan terhadap ilmu-ilmu pokok agama islam seperti Aqidah, Fiqih, Hadits, 
Tafsir dan ilmu-ilmu alat lainnya, juga merupakan program yang sangat 
ditekankan.


Disamping itu juga memberikan kesempatan kepada setiap santri untuk mendapatkan 
ijasah pemerintah dengan menjalin kerja sama dengan Diknas, sehingga santri 
mendapat peluang untuk melanjutkan belajar pada jenjang yang lebih tinggi.




Program Pendidikan :


1.   Program Ibtidaiyah Tahfidzul Qur’an (Setingkat SD) 6 tahun Putra dan 
Putri (terpisah)

(Program I'dad dihilangkan, Santri langsung masuk kelas 1 Ibtida'iyyah) 
Berijasah Pesantren dan Pemerintah

Target:  Hafal Al-Qur’an 30 juz, hafal Hadits Arba’in Nawawi, memahami ilmu 
Syar'i dasar, dan menguasai bahasa arab dasar.

2.   Program Mutawasithah (setingkat SLTP) berlanjut Tsanawiyah  (setingkat 
SMU) 6 Tahun Putra dan Putri (terpisah) Berijasah Pesantren dan Pemerintah

Target:  Hafalan Al Qur'an 10 Juz, hafalan hadits-hadits, memahami pelajaran 
ilmu-ilmu syar'i tingkat menengah, dan memahami dan menguasai bahasa arab 
tingkat menengah.  

3.   Program Tsanawiyah  (setingkat SMU Lanjutan dari Mutawasithah) Putra 
dan Putri (terpisah)

Berijasah Pesantren dan Pemerintah

Target:  Target hafalan Al Qur'an 10 Juz, hafal hadits-hadits hukum dan umum, 
memahami dan menguasai pelajaran ilmu-ilmu syar'iyyah tingkat menengah, 
Memahami dan menguasai bahasa arab tingkat menengah atas

4.  Progam I'dad Lughawi 1 tahun Putra dan Putri (terpisah)

Tujuan : Menjaring lulusan SMP/SLTP/MTS/Sederajat putra putri untuk 
dipersiapkan masuk program Tsanawi

5. Program I’dad Muhafidz Putra dan Putri (terpisah) GRATIS

Tujuan : Program ini dibuka secara gratis, sebagai pendidikan calon guru 
hafalan al-Qur'an selama 3 tahun. Dan program ini merupakan program Ikatan 
Dinas. (dikenakan biaya pendaftaran saja)

PROGRAM BEASISWA bagi yang berprestasi

FASILITAS 

Masjid Jami' kapasitas 500 jama'ah,  Masjid khusu putri, gedung belajar dan 
asrama yang representatif, ruang makan yang representatif, pelayanan kesehatan 
24 jam, wartel 24 jam, laboratorium komputer (putra), ketrampilan menjahit 
(putri), pakaian dicucikan (program Ibtida'iyyah), sarana olah raga, 
toko/kantin, ruang tamu, ruang kegiatan santri (OSPIM) dan penerbitan buletin 
ilmiah santri AL-ILMU, dll 

TENAGA PENDIDIK

Alumni Timur Tengah, Pakistan, LIPIA, Pesantren, Hafidz dan Hafidzah, Perguruan 
Tinggi, dan tenaga-tenaga ahli lainnya.

   

PRESTASI HAFALAN AL-QUR'AN :

1. Prestasi  terbaik, selesai hafal 30 juz di kelas V Ibtida'iyyah
02 santri

2. Santri hafal Al-Qur'an 30 juz
 20 santri

3. Santri hafal Al-Qur'an 20 juz ke atas 20 
santri

PRESTASI UAN :

1. Nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional tingkat SD42,00

2. Nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional tingkat SLTP47,07

Waktu Pendaftaran (Hanya di buka 1 gelombang)

1. Waktu Pendaftaran di kantor pusat: 10 – 26 Juni 2006 

2. Waktu Pendaftaran di perwakilan: 10 – 20 Juni 2006

3. Tes seleksi: 28 – 29 Juni 2006 (jam 
08.00 – 15.00 WIB)

4. Pengumuman: 30 Juni 2006

Tempat Pendaftaran 

Pusat : 

Pondok Pesantren Imam Bukhari Jl. Raya Solo-Purwodadi Km. 8 Selokaton, 
Gondangrejo, Karanganyar 57183–Solo Telp. 0271-761017  HP 081329985144, 
081329776541.

Perwakilan :

1.   Jakarta Utara  Bapak Bahruddin/Abu Rahmat  021-70991342 / 
08151104

2.   Jakarta Selatan  Bapak Tatang / Abu Budi  021-7440651 / 
085692096662   

3.   Bekasi  dr. Kardi   021-70965683, 
82418305

4.   Bandung   Bapak Salman   022-7831717 / 
081573663221

5.   Sulawesi   Bapak Andi Kasmir0411-5779933 / 
08124104081

6.   Riau/Kerinci   Bapak Suranto   08127525474

7.   Riau/Perawang Bapak Imam Tohari08127572807

8.   Palembang

[media-dakwah] INDAHNYA ISLAM

2006-04-18 Terurut Topik Benny Kurniawan
INDAHNYA ISLAM

Oleh
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman
sumber http://www.almanhaj.or.id


Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas
dengan bilanngan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui
adalah firman Allah.

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam [Ali-Imran : 19]

Juga firmanNya.

Artinya : Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka
tidak akan diterima [Ali-Imran : 85]

Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus
para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak
agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan
Allah. Barangsiapa mentaati mereka, maka para rasul akan memberikan
kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul
akan menjadi peringatan baginya.

Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini. Allah
berfirman.

Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu
Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk
kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya. [Asy-Syura : 42]

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhlukNya. Agama yang
dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima
agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan
diridhaiNya. Allah berfirman.

Artinya : Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan
memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya
[Asy-Syura : 42]

Sebagian ahli ilmu mengatakan : Sebelumya aku mengira bahwa orang yang
bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang
yang meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa
yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku
membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului
kecintaan hamba padaNya dengan dasar ayat.

Artinya : Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya [Al-Ma'idah :
54]

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan
dasar ayat.

Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka meridhainya [At-Taubah :
100]

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat
seorang hamba kepadaNya dengan dasar ayat.

Artinya : Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam
taubatnya [At-Taubah : 118]

Demikianlah, bila Allah mencitai seorang manusia, maka Dia akan
melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam shahihain, dari Abu Hurairah, ia
berkata : Rasulullah bersabda.

Artinya : Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya. Tidak ada seorang
Yahudi dan Nashrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali
syurga akan haram buat dirinya [Hadits Riwayat Muslim]

Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus
menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid
dan syahadataian.

Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah
menjamin penjagaan terhadapnya. Allah berfirman.

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [Al-Hijr : 9]

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.
Allah berfirman.

Artinya : Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
[Al-Ma'idah : 44]

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu
yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan
sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena
itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero
dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur'an, demikian juga Nabi
dalam Sunnahnya.

Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan
seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.

Artinya : Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak
menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia
merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian
hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang
menyakitkan hatinya [Al-Hajj : 15]

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya
kepada Nabi : Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan ?
Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma) ? Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab, Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan
pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah, yaitu Roma yang tertelak di
Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya,
Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar
sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai 

[media-dakwah] Ghibah Ruang Lingkupnya

2006-04-18 Terurut Topik Benny Kurniawan
 
Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki dampak
negatif yang cukup besar. Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih
sayang dan ukhuwah sesama manusia. Seseorang yang berbuat ghibah berarti
dia telah menebarkan kedengkian dan kejahatan dalam masyarakat. Walaupun
telah jelas besarnya bahaya ghibah, tapi masih banyak saja orang yang
melakukannya dan menganggap remeh bahaya ghibah
(mengum-pat/menggunjing).

Akan tetapi ternyata ada beberapa hal yang mengakibatkan seseorang
diperbolehkan untuk mengumpat/menggunjing. Namun sebelum mengetahui
kriteria masalah apa saja yang membolehkan seseorang untuk melakukan
ghibah, ada baiknya kita mengetahui dahulu apa itu ghibah.

Definisi Ghibah

Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah  berikut ini:
Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia
benci. Si penanya kembali bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah
pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ? Rasulullah
menjawab, kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika
tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada). (HR.
Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu
menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun
hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan
keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci
perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang
memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah I berfirman:

 Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12)
 
Bentuk-bentuk Ghibah yang Diperbolehkan.
Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin,
menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' yaitu
yang disebabkan oleh enam hal, yaitu:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan
kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim
atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka
menuntut haknya.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 148:

Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang
kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. An-Nisa' : 148).

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang teraniaya boleh menceritakan
keburukan perbuatan orang yang menzhaliminya kepada khalayak ramai.
Bahkan jika ia menceritakannya kepada seseorang yang mempunyai
kekuasaan, kekuatan, dan wewenang untuk menegakkan amar ma'ruf nahi
munkar, seperti seorang pemimpin atau hakim, dengan tujuan mengharapkan
bantuan atau keadilan, maka sudah jelas boleh hukumnya.

Tetapi walaupun kita boleh mengghibah orang yang menzhalimi kita,
pemberian maaf atau menyembunyikan suatu keburukan adalah lebih baik.
Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya, yaitu Surat An-Nisa ayat 149:

Jika kamu menyatakan kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan
sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Kuasa. (QS. An-Nisa: 149)

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang
berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar.
Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah
kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak.
Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf
nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan
kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari
hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang
bathil.

3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal.
Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk
meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya
menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak
lebih.

4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan seperti:

a. Apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau
kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib
memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk
memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti ini jelas
diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits. Apalagi
hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah
Al-Qur'an.

b. Apabila kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli
budak (untuk masa sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang
pembantu rumah tangga) yang pencuri, peminum, dan sejenisnya, sedangkan
si pembelinya tidak mengetahui. Ini 

[media-dakwah] Kupas Peringatan thd Kesesatan Jama'ah Tabligh

2006-04-18 Terurut Topik Benny Kurniawan
 
 
Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuhuu
 
 
Source-link
1 Fatawa Para Ulama tentang Jamaah tabligh (Syaikh Rabi` afidzahullah) 
http://geocities.com/abu_amman/JamaahTabligh.htm
 
2.Jamaah Tabligh Sufi Gaya Baru (Syaikh Albani) 
http://geocities.com/abu_amman/JamaahTabligh.htm
 
3.Studi Kritis Jamaah Tabligh http://geocities.com/abu_amman/StudiKkritisJT.htm
Untuk yang ketiga ini saya copas-kan
 
 
Studi Kritis Jamaah Tabligh 
 
SEJARAH SINGKAT
Jama'ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail 
Al-Kandahlawi Al-Hanafi -Rahimahullah- di benua hindia, tepatnya di kota Sahar 
Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti 
thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Beliau orang yang hafidz (hafal Qur'an) 
dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba'iat oleh guru besar 
Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Al-Katskuhi.
 
Pusat perkembangan jama'ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan 
Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang 
dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid 
tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da'wah 
jama'ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia 
timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina 
ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah[1] yang lebih menekankan kepada aspek 
pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan 
sabar[2].
 
AQIDAH MEREKA
Jama'ah tabligh bermanhaj shufi dalam masalah aqidah. Tasawwuf sangatlah 
mendominasi anggota-anggota jama'ah dimana mereka sangat bersemangat dalam 
ibadah, dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur dan 
berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan 
takwilnya. Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama'ah adalah 
rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama'ah tabligh tercampur baur 
dengan syirik, khurafat, bid'ah, wihdatul wujud dan hulul [3].
 
Mereka berkeyakinan akan adanya mukasyafah [4], wali-wali aqhtab [5], dan 
mereka membenarkan ucapan-ucapan syatahat [6]. Mereka juga menghidupkan dan 
mengajarkan bid'ah-bid'ah syirkiyyat seperti tabaruk [7], tawassul terhadap 
makhluk, terhadap kuburan-kuburan nabi dan wali, dan kesyirikan-kesyirikan yang 
nyata lainnya. Mereka juga menghidupkan bid'ah-bid'ah mawalid dengan membaca 
qashidah burdah yang penuh dengan kesyirikan dan kebid'ahan.[8]
 
KHURUJ METODE DAKWAH BID'AH
Mereka begitu mencintai metode dakwah mereka yang mereka nama khuruj ini, 
bahkan seolah-olah khuruj ini termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari 
syariat islam yang murni dan suci ini. Mereka telah mengotori manhaj dakwah 
nabi dengan memasukkan apa-apa yang bukan dari-nya. Mereka begitu 
mengagung-agungkan metode ini, sampai-sampai jika ada diantara jama'ah yang 
disuruh memilih antara khuruj dan haji, maka mereka lebih memilih dan 
menyatakan keutamaan khuruj, sembari menyatakan, jika kita berhaji maka 
pahalanya dan kebaikannya adalah untuk kita sendiri, namun jika kita 
melaksanakan khuruj maka pahala dan kebaikannya selain untuk kita, juga untuk 
manusia lainnya. Bahkan mereka lebih memuliakan khuruj dibandingkan jihad fi 
sabilillah, sebab menurut mereka khuruj itulah jihad fi sabilillah.
 
Mereka berdalil tentang disyariatkannya khuruj ini dengan mimpi pendiri jama'ah 
tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir 
Al-Qur'an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : Kuntum khoiru ummatin UKHRIJAT 
linnasi . mereka menafsirkan kata ukhrijat dengan makna keluar untuk 
mengadakan perjalanan (siyahah). Sungguh penafsiran yang bathil yang 
menyelisihi hampir seluruh kitab tafsir ulama' salaf dan khalaf.
 
Mereka pun ketika khuruj dan berdakwah kepada ummat tanpa disertai ilmu dan 
bashirah (hujjah yang nyata dan jelas). Mereka mengajak kaum muslimin untuk 
menegakkan sholat namun mereka tidak mau membahas permasalahan sholat secara 
mendalam beserta hujjah dan dalilnya sehingga mereka tidak tahu bagiamana sifat 
sholat rasulullah yang benar itu. Mereka mengajak untuk mencontoh kepada 
rasulullah sedangkan mereka tidak mengetahui sunnah-sunnah dan hadits 
rasulullah, mereka tidak peduli entah yang mereka gunakan itu hadits dhaif atau 
maudhu', yang penting hadits.!!!
 
Mereka telah menetapkan sesuatu syariat yang seharusnya menjadi hak Allah dan 
rasul-Nya, mereka mengkhususkan bilangan jumlah hari dalam dakwah (baca : 
khuruj) secara tertentu tanpa ada keterangannya dari rasulullah, mereka 
menentukan bilangan hari dalam khuruj dengan bilangan yang tidak ada dasarnya 
sama sekali dari sunnah. Mereka menentukan bilangan hari khuruj selama 6 bulan, 
3 bulan, 40 hari, 20 hari, 7 hari lalu seminggu. Suatu pengkhususan yang tidak 
berdasar dalam manhaj da'wah rasulullah.
 
Mereka begitu terdorong dan bersemangat mengikuti hadits rasulullah yang 
menyatakan : Balligu `anni walau aayah. (Sampaikan 

[media-dakwah] FW: SALAM PENGHUNI SYURGA

2006-04-17 Terurut Topik Benny Kurniawan
===
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
===

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of Ahmad Sulhani
Sent: Tuesday, April 11, 2006 7:06 AM
Subject: [CR] SALAM PENGHUNI SYURGA



assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 





[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] FW: [CR] Bag.4 - hukum memotret dan memajang photo

2006-04-17 Terurut Topik Benny Kurniawan
Insya-Allah bermanfaat bagi yg diberi taufiq  cahaya Bashiroh didalam
hatinya oleh Allah swt.

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of Ahmad Sulhani
Sent: Monday, April 17, 2006 10:11 AM
Subject: [CR] Bag.4 - hukum memotret dan memajang photo



assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 
 


[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] RE: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny

2006-04-16 Terurut Topik Benny Kurniawan
Assalamu' alaikum,
 
Saya memaklumi bahwa anda masih belum mengerti  blm bisa membedakan
dengan benar pengertian Syubhat dengan Fitnah. Insya Allah jika anda
pelajari Aqidah  Manhaj Islamiyyah As-shohihah menurut tuntunan
Rasulullah, Para shohabat, tabi'in wattabi'ut tabi'in, Para Imam Madzhab
 Para Imam Ahlus-sunnah dari kalangan Para Muhadditsin  Para Imam
Salafush Sholih  anda akan mengerti makna keduanya dengan benar.
 
Mengenai Brillian Kafir yg saya sebutkan sebelumnya mereka adalah Ignaz
Goldziher (1850-1921) orientalis Yahudi kelahiran Hungaria yg
melancarkan Syubhat tentang Al-Qur'an, Hadist  menghujat Para Imam Ahli
Hadist  Ahli Fiqh yg diteruskan jejaknya oleh Arent Jan Wensinck
(1882-1939), Joseph Schacht (1902-1969)  Maurice Bucaille.
 
Namun Usaha mereka diluluh-lantakkan oleh Allah swt dengan menampilkan
Ulama-Ulama Kaliber Internasional yg membantah  menelanjangi
kebohongan, kedustaan serta kebodohan mereka diantaranya Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin Albani, Asy-Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthofa
'Azami, Prof. Dr. Musthofa As-Siba'i, Asy-Syaikh Ahmad Syakir serta
Asy-Syaikh Shaifurrahman Al Mubarok-Furi sehingga Cahaya Agama Allah
tetap bersinar cemerlang  tetap kokohnya Agama ini dengan Existnya
Cahaya Al-haq dengan kemurnian risalah hingga hari akhir Insya-Allah.
 
Wallahu A'lam bis showwab
 
Wassalam.
 
 
-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kang-Nceps
Sent: Thursday, April 13, 2006 5:57 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com; assunnah@yahoogroups.com;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny
 
waalaikumsalam mas,
 
terus terang saya benar - benar belum memahami tetang syubhat ini,
karena itu saya mohon maaf kalau bertanya lagi,
 
1. pernyataan sampeyan ini lebih membingungkan saya lagi,  pengkaburan
terhadap Al-haq atau sesuatu hal yang belum jelas sehingga dapat
menimbulkan keraguan dalam hati
saya lihat kalau -pengkaburan terhadap sesuatu yang haq -ini berarti
kita mengaburkan suatu perkaran yang sudah jelas tadinya menjadi
membingungkan , maka lebih identik dan dekat dengan fitnah atau
pembelokan kebenaran bukan masalah syubhat lagi 
 
2.sedangkan sesuatu yang belum jelas dan menimbulkan keraguan dalam hati
biasa disebut samar-samar dan tidak diketahui asal usulnya atau bahasa
umumnya mungkin biasa disebut syubhat, dan ini identik dengan perkara
halal dan haram dan sesuatu yang belum berkategori halal dan kategori
haram , 
 
3.kalau sudah menurun kepada majelis ilmu maka bisa diambil contoh dari
4 imam mazhab bahwa ilmu yang sama bisa menghasilkan kesimpulan berbeda
tergantung majelis ilmunya selama tidak menentang ibadah-ibadah utama
dan tata cara ibadah utama, karena itu sering menjadi perdebatan 
majelis ilmunya siapa  selama tidak bertentangan dengan perbuatan rasul
dan perintah gusti Alloh, tapi begitu turun kepada area ijtihad maka
masing -masing akan bisa berbeda 
 
4. siapakah yang dimaksud Godzhiller, schatch yang anda tulis, boleh
bercerita sedikit disini ?
 
 
wassalam
KnC

 
Pada tanggal 4/13/06, Benny Kurniawan [EMAIL PROTECTED]
mailto:[EMAIL PROTECTED]  menulis: 

Assalamu'alaikum,
Syubhat lebih mutawatir secara syar'i disebut sebagai pengkaburan
terhadap al-haq atau sesuatu hal yg belum jelas sehingga dapat 
menimbulkan keraguan didalam hati.

Syubhat bisa diakibatkan oleh bbrp hal :
1. Kedangkalan Ilmunya, sehingga didalam memahami sesuatu tidak
bersesuaian dgn yg dimaksud sebenarnya. Hal ini dapat dikikis sedikit 
demi sedikit dengan rajinnya dia hadir dimajlis Ilmu 

2. Bisikan Hawa-Nafsu, sehingga segala hal yg bertentangan dengan
pribadi  kehendak hawa nafsunya ditolak dengan berdalih dan berdalil
tanpa didasari dengan petunjuk  Ilmu yg benar. bahkan kalau perlu 
dengan kebohongan2x serta menghalalkan yg haram  mengharamkan yg halal
agar hal tsb bersesuaian dgn hawa-nafsunya. Para 'Ulama berkewajiban
membantah  menjelaskan syubhat yg dibuat2x oleh para Ahlul Hawa ini, 
bahkan syubhat ini juga dilancarkan oleh para brillian Kuffar seperti
Godzhiller, Schath dll


Mungkin Ibu rahima, Ibu Aisha, Sdr Wandy dan yg lainnya yg mumpuni 
mengerti dengan As-Sunnah dapat menambahi dari ringkasan diatas sebagai 
bahan diskusi untuk menapaki Al-haq.

Wassalam. 




-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com 
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of kang nceps
Sent: Thursday, April 13, 2006 4:07 PM 
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] syubhat , ---to mas benny

mas beny, 
kalau boleh saya bertanya yang dimaksud secara spesifik 
tentang syubhat itu apa?

siapa tau bisa menjadi bahan diskusi 

wassalam
KnC
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Benny Kurniawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu'alaikum,
 
 Apa yg telah dijelaskan Sdr. Wandy itu sudah sangat jelas sekali
 penjabarannya. Namun anda membuat syubhat yg baru tanpa dilandasi 
oleh
 kefaqihan Ilmu sehingga

[media-dakwah] RE: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar'

2006-04-16 Terurut Topik Benny Kurniawan
Ikwan  Ahkwat fillah sekalian,
 
Nash-nash yg menguatkan keterangan tersebut adalah :
 
Allah Azza wa Jalla berfirman :
As-sabiqunal awwalun (orang-orang yg pertama masuk Islam) diantara orang-orang 
Muhajirin  Anshor dan yg mengikuti (jejak  mentauladani) mereka dengan baik, 
Allah ridho kepada mereka  merekapun ridho kepada Allah, dan Allah menyediakan 
bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal 
didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yg besar ( QS - At-taubah : 100)
 
Rasulullah saw bersabda:
Diriwayakatkan dari Irbadh bin Sariyyah rodhiallahu 'anhu ia berkata : 
Rasulullah memberi nasihat kepada kami yang membuat hati kami bergetar dan 
berlinangan/bercucuran air-mata (karena sangat terharu). Kami berkata : Ya 
Rosulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami 
wasiat. Maka beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada kamu sekalian untuk tetap 
bertaqwa kepada Allah dan senantiasa mendengar  taat walaupun yang memimpin 
kalian adalah seorang budak. Barangsiapa hidup (berumur panjang) diantara 
kalian niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu 
kalian wajib berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin 
yang telah diberi petunjuk sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham 
kalian (erat-erat). Dan jauhilah perkara-perkara baru yg dibuat-buat 
(diada-adakan dalam urusan agama). Karena setiap perkara yg baru itu adalah 
Bid'ah dan setiap Bid'ah itu Sesat.
 
Hadist ditakhrij oleh Imam Ahmad (4/126), Abu Dawud hadist no.4607, At-Tirmidzi 
hadist no.2676 dinyatakan beliau hadist ini Hasan Shohih. Ibnu Majah hadist 
no.44. Ad-Darimi 1/44-45 Al Bazzar  Ibnu 'Abdil Bar menyatakan Hadist ini 
Tsabit Shohih didalam kitab Jami'ul Bayan Al 'Ilmi hal.549
 
 
Huttaqi adalah seorang yg berfikiran menyimpang diakibatkan oleh aliran 
tarikat/tasawwuf-sufi yg dianutnya.
 
 
Wallahu 'alam wa musta'an
 
-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
Iskandar
Sent: Saturday, April 15, 2006 10:10 PAGI
To: Riswan Jufara
Subject: Re: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin 
Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar'
Assalamu'laikum wr-wb,
Didalam hadistnya yg masyhur Rasulullah saw bersabda :  Ikutilah sunnahku  
sunnahnya Khulafaur Rasyidin. Jelas sekali disini bahwasannya segala sesuatu 
yg diperbuat  dianjurkan oleh Rasulullah  Khulafaur Rasyidin adalah AS-SUNNAH 
sebagai petunjuk kejalan Jannatun Na'im.
 
Rasulullah, Khulafaur-Rasyidin  para Shahabat r.a ajma'in adalah penghuni 
syurga yg telah dijamin oleh Allah  Rasulnya. Segala sesuatu yg mereka perbuat 
 kerjakan adalah Rhodiallahu 'anhum wa Rhodu 'anhu.
 
Jelas sekali pernyataan dibawah ini mengisyaratkan kedangkalan tentang Dinul 
Islam  buta mata-hatinya. Semoga Allah swt membukakan mata-hatinya  
menjauhkan kaum muslimin dari virusnya yg membahayakan aqidah ini.
 
 
Wassalamu'alaikum.
- Original Message - 
From: Huttaqi mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Sent: Friday, April 14, 2006 7:51 AM
Subject: [keluarga-islam] BID'AH TERBESAR Re: [md02] '...Kullu Bid'atin 
Dholaalah wa Kullu Dholaalatin fiy nNaar'
 
 
 
Bidah terbesar adalah PENGKITABAN AL QURAN...
Di zaman Rosulullah saw, al Quran, meskipun sudah dihafalkan dan dicatat 
sebagian-sebagian, tetapi TIDAK ADA PERINTAH ROSULULLAH SAW untuk 
MENGKITABKAN...
 
Dan IDE pengkitaban juga baru muncul di zaman Abu Bakar (Abu Bakar Shiddiqi, 
Haekal Muhammad), yakni setelah perang Yamamah, Perang melawan orang2 yang mau 
murtad dari Islam dngan cara tidak mau membayar pajak. Di perang itulah, banyak 
umat Islam, hafiz-hafiz para penghafal al Quran yang meninggal, sehingga 
menurut catatan sejarah pada waktu itu tinggal 70 orang penghafal al Quran. 
Umar memandang bahwa kondisi ini membahayakan untuk kelangsungan al Quran, oleh 
sebab itu, beliau Umar MENGUSULKAN kepada Abu Bakar untuk MENGKITABKAN al Quran.
 
Abu Bakar tidak langsung mengiyakan, sebab PENGKITABAN AL QURAN BELUM DILAKUKAN 
di zaman Rosulullah saw. Oleh sebab itu setelah beliau berijtihad, beliau 
memanggil para sahabat diajak musyawarah dan diputuskan pada waktu itu bahwa al 
Quran di kitabkan.
 
Al Quran yang zaman Rosulullah saw belum dikitabkan dan TIDAK ADA Perintah 
untuk dikitabkan, di zaman Abu Bakar atas IDE Umar, maka al Quran di kitabkan.
 
Menurut konsepsi Bid'ah :
Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara
baru adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan dan
setiap kesesatan masuk dalam neraka.
 
Maka marilah kita menjauhi KITAB al Quran, sebab KITAB al Quran adalah sesuatu 
perkara yang baru, yang dizaman ROsulullah saw belum ada, dan setiap perkara 
baru adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan dan setiap kesesatan adalah 
masuk neraka
 
he..he..he..
begitu kah mas ??
 
salam
huttaqi
 
 
 
- Original Message - 
From: Aboe Hanifa mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: 

RE: [media-dakwah] janggut

2006-04-12 Terurut Topik Benny Kurniawan
Ya benar,
Dia hanya akal2xan mengutak-atik tafsir Al-Qur'an menurut hawa nafsunya.
Jelas sekali bertentangan dgn Al-Qur'an  Sunnah yg Shohihah.

Salam

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, April 13, 2006 8:39 AM
To: dokm kent
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: Re: [media-dakwah] janggut

Saya sangat tidak sepaham dengan artikel/tulisan anda tentang Janggut.

Anda tidak bisa hanya memakai Al-Quran semata tentang Janggut / jenggot.
Karena dasar untuk mengamalkan syariat Islam dengan benar kembali kepada
Al-Quran dan As-Sunnah.

Apakah anda termasuk penganut paham   Inkarus Sunnah ??

Anda salah satu anggota milis ( ???)  yang tidak berani memberikan 
identitas pribadi anda
dalam ber-email kepada anggota yang lain dalam milis Media-Dakwah.

Iwan R

[Non-text portions of this message have been removed]







Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links



 








Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/