masih ingat tulisan ini ?
(sambungan ada di bawah )

On 5/2/08, noni marlini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> http://jawapos. com/index. php?act=detail_ c&id=337871
>
> Rabu, 23 Apr 2008,
> Yang Sesat dan Yang Ngamuk
>
> Oleh A. Mustofa Bisri
>
> Karena melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang
> ditayangkan TV itu adalah orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya,
> mereka seperti kalap. Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan
> berita sejak awal, mereka itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap
> kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan sesat oleh MUI.
>
> Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang -yang dinyatakan- sesat harus
> diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi
> ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat-
> menempelenginya. Aneh dan lucu.
>
> Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang
> beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa
> dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang
> beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana
> Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
>
> Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa
> mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal
> pemimpin agung mereka, Rasulullah SAW.
>
> Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah
> mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam -yang mengaku
> pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil
> 'aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri).
> Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah
> pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan
> akhlak manusia.
>
> Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat "Ya ayyuhalladziina
> aamanuu kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al- aayah" (Q. 5: 8).
> Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak
> kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali
> kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil.
> Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah.
> Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.
>
> Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi
> Muhammad SAW atau membaca firman Allah kepada beliau, "Fabimaa rahmatin
> minaLlahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min
> haulika… al-aayah" (Q. 3: 159). Artinya, maka disebabkan rahmat dari
> Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau
> kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…"
>
> Tak Mengerti
>
> Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran
> mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti
> dicontoh-ajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan
> bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan
> kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).
>
> Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa-
> tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan
> orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah,
> menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan
> kepada orang.
>
> Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah
> dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi
> berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang
> Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti
> kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.
>
> Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami
> dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?
>
> Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu
> menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang
> diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…
>
>
> KH A. Mustofa Bisri, pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang



========





*Ngawurnya A. Mustofa Bisri
*
*dalam Membela Ahmadiyah
*Oleh Hartono Ahmad Jaiz

Masih ingat pembela goyang ngebor Inul Daratista? Pembelanya banyak, tetapi
yang khas membela dengan lukisan yang melecehkan dzikir, berjudul Dzikir
Bersama Inul, itu hanya satu, yakni A. Mustofa Bisri.

Kemudian di saat kaum sepilis (sekulerisme,pluralisme agama, dan
liberalisme) disengat MUI dengan fatwanya tentang haramnya sepilis itu  dalam
Munas VII di Jakarta, Juli 2005, muncul pula A. Mustofa Bisra mertua
dedengkot JIL Ulil Abshar Abdalla ini dengan suara aneh, membela sepilis dan
menghantam fatwa MUI.

Belakangan di saat gonjang-ganjing Ahmadiyah yang direkomendasikan Bakor
Pakem Kejagung pada 16 April 2008 agar Ahmadiyah menghentikan kegiatannya
karena terbukti menyimpang dari pokok-pokok agama Islam, maka A. Mustofa
Bisri pun bertandang untuk membela Ahmadiyah.

Berikut ini saya kutip tulisan A. Mustofa Bisri yang dimuat Koran Indo Pos,
Rabu, 23 April 2008 berjudul Yang Sesat dan Yang Ngamuk. Kutipan ini satu
persatu saya tanggapi atau saya komentari.

Kutipan:
*Yang Sesat dan Yang Ngamuk
Oleh A. Mustofa Bisri

Karena melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang
ditayangkan TV itu adalah  orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya,
mereka seperti kalap. Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan
berita sejak awal, mereka itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap
kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan sesat oleh MUI.
Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang –yang dinyatakan- sesat harus
diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi
ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat-
menempelenginya. Aneh dan
lucu.
*
Komentar kami:
Kyai NU yang mertua Ulil Abshar Abdalla ini tidak dapat membedakan antara
yang tersesat di jalan dengan Ahmadiyah yang sesat karena mengikuti nabi
palsu dan memiliki kitab suci sendiri, Tadzkirah, serta mempunyai tanah suci
sendiri yaitu Qadyan dan Rabwah, namun justru mereka mengklaim bahwa itu
yang benar Islamnya, dan yang lain kafir lagi musuh; serta kesesatannya itu
disebarkan untuk membujuk manusia agar ikut sesat, sebagaimana syetan
membujuk manusia agar sesat dan kelak menjadi temannya di neraka.
Jadi masalahnya, kalau mau diibaratkan, mereka membuat plang petunjuk jalan
dan dipasang agar orang mengikuti, namun plang itu menyesatkan (misalnya
dari Semarang ke Surabaya mestinya ke timur, tapi malah ke barat, maka
menyesatkan; bukannya sampai Surabaya tapi malah ke Jakarta); maka wajar
kalau plang yang menyesatkan itu
dirusak orang, agar tidak menyesatkan. Selama plang itu masih dipasang maka
tetap akan
menyesatkan orang, merugikan banyak orang. Bila kita tahu tetapi diam saja,
maka berarti ikut merugikan banyak orang. Maka yang aneh justru orang yang
mendukung adanya plang yang menyesatkan itu tetap dipasang dan tidak boleh
dirusak. Lebih buruk lagi, sudah mendukung yang menyesatkan itu, masih
mengecam orang yang ingin
memberantas kesesatan. Betapa buruknya itu, namun anehnya justru bangga
dengan keburukannya hingga mengecam orang lain sambil mengajak ke jalannya
yang buruk itu.

*Kutipan:
Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama
Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa dan
berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi
dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Kalau benar mereka orang-orang Islam
pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam, mengapa mereka tampil
begitu sangar, mirip
preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah
shallallahu ‘alahi wasallam.
Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah
mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam –yang mengaku
pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil
‘aalamiin,tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri).
Masak mereka tidak tahu
bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullahshallallahu ‘alahi wasallam, adalah
pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan
akhlak manusia.
Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat Ya ayyuhalladziina aamanuu
kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al-aayah_ (Q.S 5:8). *
*Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak
kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah.
Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau
kerjakan.
*
Komentar:
Gambaran sangar, tidak berlaku adil dan semacamnya serta perilaku itu
dinisbatkan kepada umat Islam dan imam-imamnya, itu juga belum menunjukkan
sikap yang adil. Sikap yang adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Untuk itu harus diketahui lebih dulu duduk soalnya, dan siapa mereka itu,
baik yang melakukan apa yang
disebut mengamuk maupun yang sesat dalam kasus ini Ahmadiyah. Lha kalau
melihat televise berupa gambar sepotong pada buntutnya, lalu bertanya kepada
isterinya yang menonton tayangan berita tivi itu dari semula, lalu menulis
kecaman ini dan itu; apa itu adil? Padahal yang namanya berita di leveisi
itu sendiri untuk dijadikan landasan atau sumber untuk mengomentari suatu
peristiwa, dalam kasus ini justru yang dikomentari bahkan dikecam adalah
umat Islam, perlu ditelusuri dulu; seberapa akurasi berita
itu dalam hal menayangkan kejadian sebenarnya.
Ketika melihat berita sepenuhnya di televise itupun belum tentu kita dapat
langsung
melontarkan komentar dengan ditulis panjang lebar apalagi kecaman. Karena
berita itu sendiri juga tidak sepi dari aneka hal yang melingkupi, termasuk
belum tentu akurat, dan ada maksud-maksud tertentu, misalnya dalam rangka
membela Ahmadiyah. Sehingga sangat tidak adil ketika Tuan A Mustofa Bisri
begitu bersemangatnya untuk menulis kecaman hanya berlandaskan sepotong
tayangan televise (entah televise mana, tanggal
berapa jam berapa, kasus di mana) lalu bertanya kepada isterinya yang
menonton berita tivi itu sejak awal.
Menyuruh orang lain agar adil, bahkan mengecamnya, namun tidak menyadari
kepada dirinya sendiri apakah memang sudah adil, itu justru lebih baik diam,
karena tidak akan menjatuhkan kedzaliman kepada orang lain. Menimpakan ayat
untuk orang lain tetapi untuk dirinya sendiri dilupakan, itu justru telah
dikecam oleh Allah subhanahu wata’ala, yang dilontarkan kepada orang-orang
yang sudah dikenal licik yaitu kaum Yahudi:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?†(QS Al-Baqarah: 44).

Bagaimana pula kalau memang mereka yang mengamuk itu hanya merupakan akibat
dari suatu sebab yang sebabnya itu sendiri tidak ditayangkan dalam berita
tivi yang memang biasanya mengejar batasan waktu yang sangat singkat?
Padahal kalau Tuan A Mustofa Bisri mau membaca tentang kejahatan-kejahatan
Ahmadiyah terhadap Islam, di antaranya memalsu kenabian, memutar balikkan
dan membajak-bajak kitab suci Al-Qur’an; maka seharusnya muncul ghirah
Islamiyahnya, kalau memang masih hidup ghirah Islamiyah itu, akibat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam dan kitab suci Al-Qur’an dipalsu
dan dibajak oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Coba dibandingkan, mana yang lebih dulu menjahati dan buruk perlakuannya:
Ahmadiyah yang memalsu kenabian dan memalsu kitab suci Al-Quran, membajaknya
dan memutarbalikkanya itu,
Ataukah tiba-tiba orang yang Tuan kecam sebagai sangar itu tanpa ada sebab
ini dan itu langsung mengamuk?
Dan mana yang lebih berharga, Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam
yang dipalsu serta kitab suci Al-Qur’an yang dibajak
Atau tempat “ibadah†pemalsu dan pembajak yang diamuk orang itu?

Coba, sudah adilkah Tuan dalam bersikap?
Kenapa kejahatan Ahmadiyah yang sangat tinggi Tuan sembunyikan, sedang
kejahatan yang hanya sebagai akibat dan tingkatnya tidak sebanding dengan
penyebabnya, justru Tuan kecam lebih dulu sambil seolah tak ada masalah
tentang kejahatan Ahmadiyah? Ada apa  sebenarnya.

*Kutipan:
Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam atau membaca firman Allah kepada
beliau, wabimaa rahmatin minallahi linta lahum walau kunta fazhzhan
ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika... al-aayah_ (Q.S 3: 159). *
*Artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya
mereka akan lari menjauhimu…_
*
Komentar:
Ayat lain juga perlu Tuan baca. Fatwa ulama juga perlu Tuan baca. Ahmadiyah
(baik Qadyan maupun Lahore) itu telah dinyatakan kafir oleh Mujamma’
al-Fiqh Al-Islami (Akademi Fiqh Islam) Organisasi Konferensi Islam . Teks
Keputusannya sebagai berikut:
"Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya,
tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya
adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah
diketahui kebenarannya secara qath’i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran
Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan
tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorangpun setelah
itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat
dia sendiri dan pegikutnya menjadi
murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah
adalah sama,
meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza
Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam “.
(Keputusan Mujamma’ al-Fiqh al-Islami â€"Akademi Fiqih Islamâ€" Organisasi
Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab
Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H / 22-28 Desember 1985 M).

Orang kafir itu satu sama lain berteman, Bantu membantu atau bela membela.
Allah swt berfirman:
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa
yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka
bumi dan kerusakan yang besar. (Qs Al-Anfaal: 73).

Ketika sudah diingatkan bahwa orang kafir itu satu sama lain saling
melindungi, sedang
Ahmadiyah termasuk kafir, maka sebagai orang Islam mestinya Tuan A Mustofa
Bisri paling kurang adalah menyelamatkan diri lebih dulu jangan sampai
kecemplung dalam lingkaran yang termasuk melindungi Ahmadiyah alias
melindungi orang kafir sebagaimana para kafirin melindunginya. Kalau sudah
selamat dari itu, kemudian betapa bagusnya kalau menuntun umat ini agar
menyikapi masalah itu sebaik-baiknya. Bagaimana agar terwujud masyarakat
yang sesuai dengan yang disifati dengan baik oleh Allah subhanahu
wata’ala:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame
mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam
Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang  mu'min).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Fat-h: 29).

*Kutipan:
Tak Mengerti
Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran
mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti
dicontoh-ajarkan Rasulullah shallallahu'alahi wasallam di saat menang. Atau,
sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak
minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas
(menang). Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata
orang Jawa- tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang
dengan orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak
menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati
mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.
Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah dianggap
atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar
dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa
Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap
mereka yang dianggap sesat.Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah?
Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang
tidak sesat saja? Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja
berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas
seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi …….*
**A. Mustofa Bisri, pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang
(Indo Pos, Rabu, 23 April 2008)
*
Komentar:
Ada hal-hal yang belum jelas, namun kemudian dikomentari dengan ketidak
mengertian pula. Siapa pelaku-pelaku itu belum jelas, sudah dilontari bahwa
itu orang Islam dan imam-iamamnya. Padahal di Indonesia yang orang Muslimnya
200-an juta orang ini tidak dapat langsung disebut orang Islam dengan
imam-imamnya. Tempatnya di mana, dalam keadaan bagaimana dan penyebabnya
apa, itu semua harus jelas.
Dalam ketidak jelasan itu kemudian dilontarkan tanda tanya- tanda tanya yang
tidak jelas pula. Lalu dikaitkan dengan pengandaian mayoritas-minoritas,
kalah-menang, dan dakwah. Masalahnya lebih tidak jelas lagi.
Yang namanya kebenaran itu tidak tergantung dengan mayoritas dan minoritas.
Demikian pula kejahatan dan kesesatan, sekalipun Ahmadiyah itu minoritas,
maka kejahatan (memalsu kenabian dan membajak-bajak Al-Qur'an dan merusak
aqidah Islam) tetap merupakan kejahatan yang amat besar.
Apakah karena mereka minoritas, kemudian tidak boleh diberantas
kejahatannya? Apakah ada orang Ahmadiyah yang ditelanjangi lalu disunduti
api seluruh tubuhnya? Dan kalau ada, apakah sudah dtelusuri siapa pelakunya
dan apa sebabnya serta apa maksud di balik itu dan aneka rangkaiannya?
Sebenarnya justru kekerasan lewat kata-kata yang ditulis secara serampangan
oleh Tuan A Mustofa Bisri itu lebih keras ketimbang perilaku mereka yang
Tuan A Mustofa Bisri kecam itu. Karena skalanya hanya terbatas, dan sudah
jelas sasarannya yaitu benda orang Ahmadiyah di tempat tertentu, yang
Ahmadiyah itu sendiri kejahatannya dalam agama sudah jelas. Sementara itu
kecaman Tuan A Mustofa Bisri ini melontar tak keruan ke
mana-mana, skalanya tak terbatas, sasarannya pun melebar luas, tidak
ditujukan kepada orang-orang tertentu secara terbatas.
Seandainya niatnya untuk memperbaiki umat Islam, tampaknya niat itu tinggal
niat. Dan seandainya ada maksud-maksud lain, Allah lah yang lebih tahu.

Yang jelas lontaran yang ditulisnya itu bukan pula sikap tawadhu' seperti
yang dia sendiri sarankan, karena sasarannya tidak terbatas dan masalahnya
pun belum jelas. Adapun sikap adil yang sejak awal dia sarankan, justru dari
awal pula telah dia langgar. Maka benarlah nasihat nabi Muhammad shallallahu
'alahi wasallam:
30 Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya:
Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat,
maka hendaklah dia berkata hanya perkara yang baik atau diam (HR Muttafaq
'alaih).

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana sikap A Mustofa Bisri dalam menghadapi
masalah yang berkaitan dengan Islam, mari kita tengok di antara ungkapan A
Mustafa Bisri ketika diwawancarai untuk menanggapi sebelas fatwa hasil Munas
VII Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhir bulan Juli 2005:

*Bagaimana pandangan Anda tentang haramnya pluralisme, liberalisme, dan
sekularisme agama?
*Paham itu kan gagasan (ide) dan isme itu pemikiran. Saya kira, menghukumi
pemikiran,
selain tidak lazim, juga sia-sia. Itu sama saja dengan melarang orang
berpikir. Mestinya,
pemikiran harus dilawan dengan pemikiran juga.
Kecuali bila pemikiran itu diejawantahkan dalam tindakan yang merusak dan
merugikan orang banyak. Kalau sudah demikian, yang berwenang mengambil
tindakan adalah pemerintah.
Jadi, kalau pemikirannya sendiri, gagasan-gagasan, tidak bisa diharamkan.
Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru haram kalau
Anda laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa. (Novriantoni dari
Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) mewawancarai pengasuh Pondok Pesantren
Raudlatut Thalibin,
Rembang, KH Mustofa Bisri, Kamis (4 Agustus2005) lalu mengenai dampak fatwa
itu).

Itulah ungkapan A Mustofa Bisri, dalam rangka membela sepilis (sekulerisme,
pluralisme agama, dan liberalisme) dia berani berkata:
Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru haram kalau
Anda
laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa.

Perkataan A Mustofa Bisri itu coba kita bandingkan dengan sabda Nabi
shallallahu ˜alahi wasallam :
1550 Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata: Nabi
shallallahu ˜alahiwasallam bersabda: Allah subhanahu wata'ala telah mencatat
bahwa anak Adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak
dapat dielakkan lagi, di mana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk
pandangan, zina mulut dalam bentuk pertuturan, zina perasaan yaitu
bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya manakala kemaluanlah yang
menentukannya berlaku atau tidak * (Muttafaq ˜alaih).

Dari hadits yang shahih ini maka benarlah sabda Nabi saw, dan dustalah A
Mustafa Bisri yang berani mengatakan: 'Kalau Sampean punya gagasan akan
menzinahi bintang film, ia baru haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih
gagasan, tidak apa-apa.'

Kalau dia mau berfikir sedikit saja, tentu akan tahu. Misalnya orang
menulis-nulis atau
menyiarkan kepada umum bahwa mencuri harta orang ataupun isteri orang itu
boleh-boleh saja. Karena harta dan wanita itu ibarat air dan rumput, siapa
saja boleh mengambil dan menggunakannya. Gagasan yang disiarkan kepada umum
seperti itu apakah tidak apa-apa selagi belum dipraktekkan? Apakah itu tidak
boleh dihukumi haram, tidak boleh
dilarang karena baru berupa gagasan yang diedarkan, belum dilaksanakan?
Apakah baru salah ketika dilaksanakan dengan menzinai isteri Tuan?
Kalau baru gagasan berupa bujukan untuk menzinai isteri Tuan, maka walau
disiarkan bolehnya menzinai, tidak Tuan apa-apakan, asal tidak dilakukan
zina betulan, baru penyebaran bolehnya dizinai?

Yang dilakukan kaum sepilis bukan sekadar gagasan terpendam dalam batin yang
tak dikeluarkan dan tak disiarkan. Tetapi adalah gagasan-gagasan busuk yang
menjeru-muskan dan merusak aqidah Islam diwujudkan dalam propaganda yang
luar biasa lewat aneka sarana.

Perkataan dusta A Mustofa Bisri (Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi
bintang film, ia baru haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih gagasan,
tidak apa-apa.) itupun masih pula untuk menohok fatwa MUI yang mengharamkan
sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) demi membela
sepilis yang merusak aqidah Islam itu.

Rupanya bukan hanya angan-angannya yang jorok, namun angan-angan itupun
diwujudkan dengan nyata yaitu membela Inul Daratista yang dipersoalkan umat
karena ulahnya yang erotis, yaitu yang disebut joget goyang ngebor.
Pembelaan A Mustofa
Bisri itu diujudkan dengan membuat lukisan dinamai BERZIKIR BERSAMA INUL,
sebuah bentuk pembelaannya atas GOYANG NGEBOR INUL. Yaitu lukisan perempuan
berjoget goyang-goyang dengan menonjolkan (maaf) pantatnya di tengah
lingkaran lelaki yang berdzikir.

Demikianlah adanya. Ahmadiyah dibela, sepilis pun dibela, goyang maksiat
juga dibela, sedang fatwa MUI dibantah-bantah sekenanya. Pemimpin pesantren
kok seperti itu lakonnya. Mudah-mudahan saja lekas sadar.
sumber: http://www.nahimunk ar.com/?p=
49#more-49<http://www.nahimunkar.com/?p=49#more-49>
<http://www.nahimunk ar.com/?p=
49#more-49<http://www.nahimunkar.com/?p=49#more-49>
>


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke