8<--  
Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater      
Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697   
-->8 
  
   On Tue, 9 Dec 2003 23:01:27 -0800 (PST)
Rifki Muhida wrote:

> > Budaya Jepang berbeda dg budaya kita, mrk lbh individual sementara
> > kita  komunal. 

> Dalam kacamata kita mereka terlihat seperti individual tetapi
> kenyataanya mereka adalah orang yang sangat koperatif sesama mereka,
> dan ini sudah diakui, bahwa kerja kelompok orang jepang sangat
> efektif. Kekuatan kelompok itu dibangun dari SD, contohnya saat
> berangkat sekolah atau pulang sekolah harus bersama-sama, kalau ada
> yang tertinggal harus ditunggu, kalau terlambat dihukum semua
> termasuk orang yang dituakan diantara mereka, ya seperti latihan
> menwa (kebetulan rumah saya dekat SD). 

Bagus sekali, alangkah baiknya jika Depdiknas kita memperhatikan hal
ini, y.i. mencakup soal pengajaran bukan sekedar pendidikan formal.
Kalau Depdiknas tidak bisa, maka siswa tsb perlu mengikuti pendidikan
Resimen Mahasiswa yg pada prakteknya melakukan hal yg sama/mirip
(heran... kenapa banyak mahasiswa/orang tua yg tidak menyadari hal ini
shg Menwa sekarang ini malah jadi kurang diminati :-( ).

> Justru pola pendidikan individual sangat ketara di Indonesia, bahkan
> anak2 yang pintar bisa loncat kelas, bisa menyandang gelar hebat
> tanpa dituntut karyanya, begitupun anak2 yang kaya bisa memlih
> sekolah dengan tingkat prestise seperti apapun. 

Ini pola Amerika, mungkin dampak dari banyaknya Doktor di Depdiknas yg
lulusan Amerika.

> Selain itu masyarakat jepang sangat homogen semntara kita sangat
> heterogen. Komunitas yang dibangun dengan tingat heterogen yang
> tinggi memerlukan energi extra yang mungkin lebih besar dari energi
> internal.  

Anda benar, faktor homogen ini penting.
Rasanya saya pernah posting di milis ini soal komentar teman saya dari
Jamaika yg bilang betapa beratnya tugas Presiden di negeri ini agar bisa
memajukan bangsanya karena heterogenitas ini.

Tindakan Pak Harto dulu yg mensosialisasikan Panca Sila secara merata
dan berkesinambungan adalah tindakan yg benar dan mesti diteruskan
(IMHO of course), krn Panca Silalah yg mrpkan sistem nilai yg harus jadi
acuan bersama di negeri ini, bukan adat Jawa, Sunda, Batak, Melayu atau
lainnya. 
Saya ingat betapa Astra dulu mau keluarkan uang dan waktu yg besar
hanya untuk mensosialisasikan Panca Dharma Astra demi homogenitas (mulai
karyawan terendah s/d tertinggi di training P4 dan Panca Dharma Astra,
di konsinyir di Training Center Sunter sana, tidak ngantor).

-- 
syafril
-------
Syafril Hermansyah


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------   
Arsip           : http://yonsatu.mahawarman.net  
News Groups     : gmane.org.region.indonesia.mahawarman  
News Arsip      : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman  

Kirim email ke