On Mar 28, 2012, at 1:20 PM, adi wrote:

> On Wed, Mar 28, 2012 at 11:24:08AM +0700, Ahmad Sofyan wrote:
>> youtube model bisnisnya jelas, mirip TV, dari iklan. Berikut kutipannya:
> 
> iyo mas. itu nggak ada (belum ada) duitnya. setidaknya google
> belum nemu jalan untuk itu sampai sekarang. nanti mungkin ada.

Sudah ketemu kok mas. Kalau modelnya seperti TV, dapetnya dari iklan.

http://techcrunch.com/2011/03/21/citi-google-local-youtube-1-billion/

Statistik pendapatan Google:
http://venturebeat.com/2012/01/29/google-advertising/

Kedua hal itu mungkin bisa disimpulkan sendiri, konteksnya youtube seperti apa.

> canonical juga begitu dengan ubuntunya. sekarang tekor, besok
> belum tentu. kita nggak ngerti target canonical bukan berarti
> model bisnis yang diterapkan salah toh. kita akan tahu itu salah
> kalau canonical sudah chapter 9.
> 

Saya nggak bilang kalau modelnya canonical salah :-) 
Saya bilang kalau mau mengadopsi, adopsilah Redhat. Sumberdaya kita terbatas, 
modal terbatas.
Karena dari awal sudah fokus, dan sudah terbukti perolehannya. Sedangkan 
Canonical masih coba-coba. Di samping itu bisa dibilang uang modal awalnya 'tak 
terbatas'.
Mark sendiri sudah njagani, kalau Canonical bangkrut, masih ada yayasan (dengan 
uang 2jt dolar) yang akan menjaga ubuntu tetap free.

> 
> dulu google juga begitu. nggak jelas mau dapat duit dari mana.
> karena ada venture capital yang pinter saja, lantas bisa jadi
> seperti sekarang. dan itu pun nggak semua proyek yang dia
> jalankan berhasil toh. itu kalau nggak boleh saya bilang banyak
> proyek google yang rontok. itu lah bisnis. sampeyan menggabungkan
> dua hal yang berbeda: target dan nasib :-)
> 

Iya. 36% (90 dari 251 sejak 1998) produk Google, gagal. Ada banyak kuburan 
produknya. Tapi itu hal yang berbeda di model bisnis. 
Karena sumber penghasilannya dari iklan, Google pasti membangun banyak kanal 
untuk iklan2nya.

Nasib, tidak bisa didiskusikan. Tapi cara, bisa dipelajari. 
Yang saya diskusikan: dengan mempelajari cara-cara perusahaan bisa 'berhasil' 
(dalam konteks judul ini adalah perusahaan komersial open source), cara mana 
yang bisa kita adopsi.

> 
> ikut seperti redhat pun bukannya tidak ada masalah. masalah di
> indonesia itu belum ada investor yang bersedia bisnis jangka
> panjang. tanpa itu, mau sampai bagaimana pun bakalan susah.
> paling bikin startup company terus dijual :-)
> 

Harusnya inipun bisa diakalin :-) modal besar, jika model usahanya keliru, juga 
mati. Banyak ketemu juga.

AS


--
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke