menurut saya sebuah project OSS yang dibentuk oleh komunitas dan
perusahaan sepertinya memang akan berbeda. kalau dibentuk oleh
komunitas biasanya semakin banyak projek tersebut dipakai, maka
developernya senang secara batin dan ikut kecipratan rejekinya meski
secara tidak langsung seperti menjadi konsultan dan pembicara
dimana-mana.
Kita tidak tahu berapa bayaran Mark datang ke conference gedhe dunia.

Masalah twitter, saya sendiri sudah bisa membayangkan hidden profit
dari twitter karena belakangan ini twitter menutup akses datanya dari
peneliti web of data dunia. Data yang terkumpul di twitter itu sangat
berharga. Jika digali lebih lanjut, investor tidak rugi, jika dia
ingin mengetahui karakteristik seluruh orang di dunia berkaitan dengan
produknya. Karena itulah dia berani berinvestasi.

On 3/28/12, Ahmad Sofyan <asof...@python.or.id> wrote:
>
>
> On Mar 28, 2012, at 1:20 PM, adi wrote:
>
>> On Wed, Mar 28, 2012 at 11:24:08AM +0700, Ahmad Sofyan wrote:
>>> youtube model bisnisnya jelas, mirip TV, dari iklan. Berikut kutipannya:
>>
>> iyo mas. itu nggak ada (belum ada) duitnya. setidaknya google
>> belum nemu jalan untuk itu sampai sekarang. nanti mungkin ada.
>
> Sudah ketemu kok mas. Kalau modelnya seperti TV, dapetnya dari iklan.
>
> http://techcrunch.com/2011/03/21/citi-google-local-youtube-1-billion/
>
> Statistik pendapatan Google:
> http://venturebeat.com/2012/01/29/google-advertising/
>
> Kedua hal itu mungkin bisa disimpulkan sendiri, konteksnya youtube seperti
> apa.
>
>> canonical juga begitu dengan ubuntunya. sekarang tekor, besok
>> belum tentu. kita nggak ngerti target canonical bukan berarti
>> model bisnis yang diterapkan salah toh. kita akan tahu itu salah
>> kalau canonical sudah chapter 9.
>>
>
> Saya nggak bilang kalau modelnya canonical salah :-)
> Saya bilang kalau mau mengadopsi, adopsilah Redhat. Sumberdaya kita
> terbatas, modal terbatas.
> Karena dari awal sudah fokus, dan sudah terbukti perolehannya. Sedangkan
> Canonical masih coba-coba. Di samping itu bisa dibilang uang modal awalnya
> 'tak terbatas'.
> Mark sendiri sudah njagani, kalau Canonical bangkrut, masih ada yayasan
> (dengan uang 2jt dolar) yang akan menjaga ubuntu tetap free.
>
>>
>> dulu google juga begitu. nggak jelas mau dapat duit dari mana.
>> karena ada venture capital yang pinter saja, lantas bisa jadi
>> seperti sekarang. dan itu pun nggak semua proyek yang dia
>> jalankan berhasil toh. itu kalau nggak boleh saya bilang banyak
>> proyek google yang rontok. itu lah bisnis. sampeyan menggabungkan
>> dua hal yang berbeda: target dan nasib :-)
>>
>
> Iya. 36% (90 dari 251 sejak 1998) produk Google, gagal. Ada banyak kuburan
> produknya. Tapi itu hal yang berbeda di model bisnis.
> Karena sumber penghasilannya dari iklan, Google pasti membangun banyak kanal
> untuk iklan2nya.
>
> Nasib, tidak bisa didiskusikan. Tapi cara, bisa dipelajari.
> Yang saya diskusikan: dengan mempelajari cara-cara perusahaan bisa
> 'berhasil' (dalam konteks judul ini adalah perusahaan komersial open
> source), cara mana yang bisa kita adopsi.
>
>>
>> ikut seperti redhat pun bukannya tidak ada masalah. masalah di
>> indonesia itu belum ada investor yang bersedia bisnis jangka
>> panjang. tanpa itu, mau sampai bagaimana pun bakalan susah.
>> paling bikin startup company terus dijual :-)
>>
>
> Harusnya inipun bisa diakalin :-) modal besar, jika model usahanya keliru,
> juga mati. Banyak ketemu juga.
>
> AS
>
>
> --
> Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
> Arsip dan info: http://linux.or.id/milis
>
>


-- 
---------------
Nur Aini Rakhmawati Gunawan
Keyrani Android http://ai23.wordpress.com/keyrani

-- 
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke