On Mar 28, 2012, at 8:30 PM, Konoha Amano wrote:

> On  0, Nur Aini Rakhmawati <nur.a...@kluwek.linux.or.id> wrote:
>> menurut saya sebuah project OSS yang dibentuk oleh komunitas dan
>> perusahaan sepertinya memang akan berbeda. kalau dibentuk oleh
>> komunitas biasanya semakin banyak projek tersebut dipakai, maka
>> developernya senang secara batin dan ikut kecipratan rejekinya meski
>> secara tidak langsung seperti menjadi konsultan dan pembicara
>> dimana-mana.
>> Kita tidak tahu berapa bayaran Mark datang ke conference gedhe dunia.
>> 
> 
> Duh... top posting -____-"
> 

Anda nggak top posting tapi nggak menghapus pesan yang tidak perlu :-)

> 
> BTT, karena paradigma dan visinya dari awal sudah beda, model bisnisnya
> juga beda. RedHat karena sudah berorientasi profit, mereka merencanakan
> model bisnis secara matang dari awal.

Inilah tujuan saya mengangkat thread ini. Kebanyakan yang bergerak di dunia 
Linux/Open Source berangkat dari voluntary. Dana mengandalkan donasi/sponsor. 
Tapi, IMHO, ini membuat perangkat lunak yang bersangkutan jadi sulit 
berkembang, kecuali aplikasi yang benar-benar dibutuhkan orang banyak hingga 
mencapai titik kritis masal. Harus ditemukan model bisnis yang sesuai dengan 
ekosistem di Indonesia. Linux di Indonesia sudah mulai sejak 1996, tapi belum 
ada satu entitas yang benar-benar mengandalkan hidup dari sini. Entah nature 
Linux-nya sendiri (dalam hal ini GPL) yang memang tidak dikembangkan untuk 
cocok dengan model bisnis yang sudah ada, atau karena hal lain. Yang jelas, 
Redhat saat ini sudah membuktikan kesuksesannya, dan patut dipelajari bagaimana 
mereka melakukan itu, mengingat banyak sekali distro2 yang berguguran.

Salam,
AS
--
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke