Mbak Meidya,
Saya jadi ingin ikut bersuara nih tentang ari-ari.
Dulu sekali (netter yang sudah lama pasti masih ingat)
masalah ini pernah menjadi bahan diskusi yang hangat.
Saya setuju kalau masalah keagamaan harus dimurnikan
dari budaya setempat yang tidak sejalan, namun kita
juga harus mencari bagaimana perlakuan yang yang benar
menurut agama.
Terus terang saya sendiri belum pernah membaca
bagaimana memperlakukan ari-ari sesuai syariat agama (
tolong ya rekans netter yang bisa memberi keterangan
akurat memberi informasi).
Kalau saya menganalogikan ari-ari sebagai bagian dari
tubuh kita seperti kaki, tangan dll. Untuk bagian
tubuh seperti ini sudah ada aturan pengurusannya yaitu
dimandikan (dicuci), dikafani dan dikuburkan (tidak
perlu dishalatkan), jadi menurut saya seperti itulah
yang harus kita lakukan kepada ari-ari yang merupakan
bagian tubuh dari para ibu.

Mamanya Dafi

--- Meidya Derni <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Dear Netters,
> 
> Tanam ari2 hanyalah budaya yang sangat bersifat
> lokal, berbeda2 praktiknya 
> tergantung etnis yang bersangkutan dan berkaitan
> erat dengan tingkat 
> pemahaman seseorang terhadap agama yang diyakininya.
> kalau misalnya 
> keyakinannya masih campur aduk dengan unsur2 mistis,
> ya praktek2 tersebut 
> akan tetap berlangsung. Seiring dengan meningkatnya
> pendidikan dan 
> pemahaman seseorang, mudah2an praktek2 seperti itu
> dihilangkan saja. Tidak 
> ada manfaatnya sama sekali.
> 
> Salam,
> Mediya Derni


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get personalized email addresses from Yahoo! Mail - only $35 
a year!  http://personal.mail.yahoo.com/

>> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


















Kirim email ke