Setuuujuuuu, masalahnya pada kesalahan paradigma saja, dirasakan pekerjaan babu 
adalah pekerjaan rendah, terhina! Padahal apa bedanya pekerjaan babu, pelayan, 
kuli, buruh, dokter bahkan presiden, ...? Itulah pekerjaan yang berbeda-beda 
dalam masyarakat yang harus ada orang-orang yang mengerjakan, tidak boleh 
kosong dan masyarakat itu akan menjadi tumpukan sampah kalau tidak ada 
orang-orang yang mengerjakan PEMBERSIHAN!

Sementara masih banyak orang tersinggung, atau merasa terhina, merasa 
direndahkan dengan sebutan babu, kuli, tapi tidak kalau disebut pelayan, TKW 
(Tenaka Kerja Wanita), atau PRT (Pembantu Rumah Tangga), padahal sama saja 
pekerjaan yang dikerjakan. Begitu juga seperti orang tidak suka dikatakan 
“kuli” tapi lebih suka dikatakan “buruh”, ... padahal, masalah utama yang 
dihadapi adalah bagaimana menuntut Pemerintah memperbaiki NASIB yang dihadapi 
dengan pekerjaannya itu! BUKAN mengganti sebutan BABU dengan pelayan, atau 
menjadi PRT, KULI menjadi buruh, ... Tapi, bagaimana pemerintah memperbaiki 
kebijaksanaan dalam mengirim keluar TKI sampai lebih 10 juta itu, ... bagaimana 
usaha pemerintah MELINDUNGI dengan sebaik-baiknya agar warga yg terpaksa 
memburuh di luarnegeri bisa mendapat perlakuan layak sebagai MANUSIA! Menjawab 
dengan tepat mengapa TKI yang diperkosa bahkan dianiaya sampai meninggal di LN 
itu tapi bisa/berani berteriak mendapatkan KEADILAN! Bahkan KBRI setempat juga 
tidak bisa memberi pembelaan/melindungi warganya sendiri??? Dimana masalah 
sesungguhnya? Ini yang TIDAK diungkap baik oleh Fahri Hamzah, juga tidak oleh 
jubir JBMI, Eni Lestari!

Saya ditahun 08 pernah mencoba meneliti mengapa TKW di HK terjadi 
“underpayment” dan mengapa mereka TIDAK BERANI mengadukan masalah 
ketidak-adilan yang menimpa dirinya??? Ketika itu saya banyak menemui TKW, dan 
antara lain bisa berkenalan juga dengan Eni, ... dan tentunya juga beberapa 
Agen-Babu dari Indonesia dan Philipina. Apa yang membedakan TKW dari Indonesia 
dan Philipina sesungguhnya dan mengapa akhirnya jumlah TKW Indonesia 
mengalahkan yang dari Philipina?

Kesimpulan saya ketika itu, masalah utama terletak pada TKW itu adalah 
anak-anak perempuan yang diambil dari desa-desa dan tidak pernah bekerja 
sebagai pembantu rumahtangga, sama sekali tidak ada pengetahuan bagaimana cara 
masak sekalipun yang sederhana, apalagi menggunakan alat-alat masak modern di 
kota, bagaimana merawat anak-bayi atau melayani orang-tua, ... jadi, agen yang 
di Ind. HARUS lebih dahulu memberi PENDIDIKAN dasar selama beberapa bulan dan 
agen untuk bisa mendapatkan paspor dan ijin kerja keLN, ... harus keluarkan 
pungli juga! Jadi, semua biaya (sekitar HK$10 ribu) kebutuhan seorang TKW itu 
untuk bekerja diLN lebih dahulu ditanggung agen ini menjadi HUTANG yang harus 
dibayar kembali dengan angsuran 7-10 bulan kerja di HK! Akibat “HUTANG” 
dipundak yang menindih mereka inilah, TKW2 itu jadi TAKUT kalau mengadukan 
ketidak-adilan perlakuan majikan bisa dipulangkan dan hutang sebanyak itu tidak 
kebayar, ... cita-cita bekerja di LN untuk memperbaiki ekonomi keluarga di 
kampung jadi LUDES! Inilah yang membedakan TKW Indonesia dengan Philipina. TKW 
Philipina tidak ada HUTANG pada agen itu, jadi mereka begitu bekerja di HK 
sudah bisa dapatkan upah penuh! Jadi, TKW Philipina bisa lebih mudah/ringan 
dalam mengadukan perlakuan yang majikan yang dirasakan tidak adil dan melanggar 
ketentuan Perburuhan di HK!

Saya ketika itu mengajukan usul yang PALING mudah pada KJRI, kemungkinan biaya 
pembuatan paspor dan ijin kerja ke LN itu dibebaskan bagi TKI? Dan, ternyata 
biaya inilah bagian terbesar hutang mereka. Bukankah mereka sudah dinobatkan 
menjadi PAHLAWAN DEVISA! Pemerintah sudah jauh mendapatkan KEUNTUNGAN lebih 
besar dari desiva yg didapatkan dari TKW, ... Kalau saja hutang untuk 
pendidikan/latihan beberapa bulan itu, sudah bisa lunas dalam 3 bulan, ... rasa 
ketakutan untuk mengadukan masalah juga dipersingkat. Dan, ... tentu sebelum 
berangkat TKW-TKW itu dikasih pengertian, harus BERANI mengadukan masalah yang 
dihadapi!

Masalah kedua, ternyata ada kebijakan pemerintah, TKW2 di HK untuk ganti 
majikan harus lewat agen. Memang ketentuan ini digunakan untuk “melindungi” 
kepentingan majikan, biar TKW tidak bisa lari begitu saja tanpa menyelesaikan 
kontraknya dengan pindah bekerja di majikan baru. Tapi dalam praktek, kebijakan 
ini hanya menguntungkan agen saja, karena TKW jadi terikat harus bayar pada 
agen untuk bisa dapatkan majikan yang tidak disukai dan bermasalah! Kebijakan 
ini tentu membuat TKW takut dipulangkan kalau mengadukan masalah dan tidak 
berhasil mendapatkan majikan baru lewat agen. Bersyukurlah akhirnya tahun yl. 
kebijakan ini dihapus, ... dan TKW diberi kebebasan untuk meneruskan kerja di 
HK setelah dapatkan majikan baru dan bisa itu bisa terjadi tanpa harus melalui 
agen.

Tentu yang lebih PENTING diatas segalanya, ... bagi PEMERINTAH yang baik, harus 
bisa meningkatkan kemampuan menampung TENAGA KERJA ditanahairnya sendiri, 
sebaik mungkin membangkitkan usaha, bukan mengambil jalan pintas eksport babu, 
... saja! Seperti kata Eni, sejak tahun 1990 pemerintah RI sudah menargetkan 
pengiriman TKI keluarnegeri untuk dapatkan pemasukan devisa, ... KURANG AJAR! 
Pemerintah BABU! Pemerintah apa itu kalau berusaha mendapatkan valuta asing 
dengan mempekerjakan warganya jadi babu dan TANPA memikirkan bagaimana memberi 
PERLINDUNGAN pada warganya yang tidak diperlakukan layak sebagai manusia. Di HK 
yang berlakukan HUKUM cukup baik, masih bisa memberi perlindungan TKW sekalipun 
warga asing, tapi di negara-negara Arab sana (dan ternyata jumlahnya 
terbanyak!) bahkan negara tetangga terdekat, Malaysia justru lebih sering kita 
dengar terjadi pemerkosaan dan teraniaya tanpa bisa mendapatkan perlindungan 
HUKUM, ... Lalu, bagaimana ketegasan sikap Pemerintah menghadapi perlakuan 
BURUK dinegara-negara Arab, Malaysia, ...?

Salam,
ChanCT


Begini Alasan Fahri Hamzah Sebut TKI Babu di Twitter



Devira Prastiwi

25 Jan 2017,  
http://news.liputan6.com/read/2836341/begini-alasan-fahri-hamzah-sebut-tki-babu-di-twitter
 



Inilah belasan kicauan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah usai turut serta dalam demo 
4 November 2016. (Liputan6.com)



Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah akhirnya menghapus tweet 
dalam akun Twitter pribadinya. Ia punya alasan menghapus tweet yang diduga 
melukai hati para buruh migran itu.

"Saya menghapus supaya enggak salah paham. Karena memang terminologi itu 
mengganggu di kupingnya (banyak orang). Padahal saya enggak maksud ke arah 
sana, tapi enggak apa-apa sosmed (sosial media) kan gitu, enggak ada masalah," 
ujar Fahri di Jakarta, Selasa 24 Januari 2017.



BACA JUGA

·         Rieke PDIP Luruskan Pernyataan Fahri soal TKI Sebagai Babu

·         Menaker Hanif: Biarkan Para TKI Menilai Ucapan Fahri Hamzah

·         Nasir PKS Minta Fahri Mohon Maaf Terkait Cuitannya soal Babu



Fahri menjelaskan bahwa tweet tersebut sebenarnya agar masyarakat fokus kepada 
isu nasional. Awalnya, ia merasa saat ini masyarakat seperti kehilangan fokus 
menyelesaikan masalah.

Di antaranya, Fahmi melanjutkan, terlihat dari simpatisan Front Pembela Islam 
(FPI) bernama Nurul Fahmi alias NF pembawa bendera Merah Putih bertuliskan 
Arab, yang akhirnya dilepas usai dipolisikan.

"Jadi tadi si pembawa bendera itu sudah dilepas. Ini kan polisi bekerja 
berdasarkan provokasi, terutama dari media dan sosmed, lalu dia memilih 
kasus-kasus untuk menyibukkan diri, padahal itu enggak ada manfaatnya," kata 
dia.

Kasus lainnya, Fahri mencontohkan, adalah dugaan adanya makar dari sejumlah 
aktivis dan tokoh. Menurut dia, pada akhirnya tidak terbukti semua.

"Saya tahu misalnya isu makar akhirnya enggak ada juga, semua orang diperiksa, 
dijadikan tahanan. Lalu tahanan kota akhirnya enggak jadi juga, ada yang diajak 
damai dan seterusnya," kata dia.

Jadi ini semua, kata Fahri, bangsa Indonesia seperti kehilangan prioritas. 
Menurut dia, banyak kasus yang harusnya menjadi prioritas seperti hutan yang 
dibabat dan pipa-pipa baja disedot oleh negeri orang.

"Prioritas kita ini saya tunjukkan bahwa hutan kita dibabat orang, pipa-pipa 
baja kita disedot negeri orang. Padahal warga negara kita mengemis meminta 
kerja menjadi pakai istilah babu. Sebenarnya istilah ini enggak ada, sementara 
pekerja asing kita biarkan merajalela. Konsen saya adalah kita prioritas, gitu 
loh," dia memaparkan.

Menurut Fahri, dirinya sebagai ketua pengawas tenaga kerja Indonesia (TKI) tahu 
betul bagaimana nasib pekerja Indonesia di luar negeri, dan ada yang lebih 
tragis dari sekadar memakai kata-kata diperbudak.

Dia pun mengaku mendapat laporan adanya praktik perbudakan di kapal ikan dan 
Myanmar. Menurut Fahri, keduanya adalah kasus besar.

"Saya enggak ada hubungannya dengan kasus melakukan penghinaan. Saya ini 
mengadvokasi pekerja yang ada di luar negeri, saya pernah memulangkan mayat 
warga NTB dari Saudi Arabia ke sini (Indoneisa), berkomunikasi dengan kedutaan, 
memulangkan mereka, itu rutin saya lakukan," dia mengklaim.



Tak Ditangani Baik

Fahri menyebut, dari identifikasi tim pengawas penempatan TKI di luar negeri, 
ada beberapa sektor yang tidak ditangani dengan baik.

"Pertama sektor persiapan. Enggak ada persiapan menyiapkan tenaga kerja," ujar 
dia.

Kedua, kata Fahri, adalah penempatan. Karena tidak ada keahlian, akhirnya para 
tenaga kerja ini ditempatkan sembarangan. "Ini ada kasus yang saya baru 
dilaporkan, nah ini (human) trafficking (perdagangan manusia)."

"Ada 1.000 orang dikirim ke Timur Tengah, padahal itu sudah ditutup pintunya 
tapi masi terus berjalan, memakai visa non-tenaga kerja. Jadi ini residu 
pemerintah yang enggak beres, masih banyak. Orang-orang balik ke sini bagaimana 
mengurusnya," dia melanjutkan.

Namun, Fahri mengaku ikhlas melihat banyak netizen yang menanggapi negatif 
tweet-nya di Twitter. Dirinya akan tetap berusaha terus tersenyum.

"Harus banyak senyum, harus menerima baik kritikan orang. Introspeksi biar 
positif lah," Fahri menandaskan.

Tweet Fahri Hamzah di Twitter memang telah ramai dibahas di media sosial. Dalam 
tulisannya, anggota DPR asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyinggung soal 
nasib tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekeja di luar negeri.

"Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing 
merajalela," tweet Fahri dalam akun Twitter pribadinya @Fahrihamzah, Selasa 23 
Januari 2017.

Akibat banyaknya netizen yang menanggapi tweet tersebut dan dianggap melukai 
para buruh migran atau TKI di luar negeri, Fahri Hamzah pun menghapusnya.




From: nesa...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Sunday, January 29, 2017 12:37 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: RE: [GELORA45]

  

Kesalahan fahri hamzah ini berangkat dari kesalahan paradigma.

Fahri pakai paradigme: babu itu pekerjaan rendah.

Kalau dia merubah paradigma ini menjadi: semua pekerjaan itu adalah sama 
kwalitasnya, dia tidak akan berpikiran menghina pekerjaan seorang babu. Yang 
membedakan dalam mengerjakan suatu pekerjaan itu adalah ketrampilan dan 
keinginan bukan hina tidaknya pekerjaan itu sendiri.


Begitu juga bagi mereka2 yang menganggap pekerjaan babu itu rendah, paradigma 
yang dipakai sama saja dengan fahri Hamza.


Jadi ketika ada yang membela pembantu itu karena menganggap pekerjaan babu itu 
adalah hina, mereka2 ini sama saja berparadigma seperti fahri hamzah.


Orang mau jadi babu, dokter, pengacara, montir dll itu apa salahnya?

Apa hebatnya pekerjaan seorang presiden dibandingkan seorang kuli bangunan?

Apa hebatnya pekerjaan seorang direktur perusahaan besar dibandingkan seorang 
ibu rumah tangga?


Bagi saya tidak ada. Mereka semua manusia yang menjalankan pekerjaannya 
masing2. Itulah kehidupan didunia ini. Persoalan setelah mati dari dunia ini, 
mungkin akan menjadi pertanyaan selanjutnya bagaimana mempertanggungjawabkan 
pekerjaan2 yang telah dilakoni didunia ini.


Nesare



From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Saturday, January 28, 2017 9:07 AM
To: Yahoogroups <temu_er...@yahoogroups.com>; DISKUSI FORUM HLD 
<diskusifo...@googlegroups.com>; GELORA_In <gelora45@yahoogroups.com>
Cc: Jonathan Goeij <jonathango...@yahoo.com>; Lusi.D <lus...@rantar.de>; Daeng 
<menakjin...@t-online.de>; Roeslan <roesla...@googlemail.com>; Rachmat 
Hadi-Soetjipto <nc-hadis...@netcologne.de>; Mitri <scorpio200...@yahoo.de>; Gol 
<gogo...@gmail.com>; Harry Singgih <harrysing...@gmail.com>; Lingkar Sitompul 
<lingkarsitom...@gmail.com>; Ronggo A. <ronggo...@gmail.com>; Ajeg 
<ajegil...@yahoo.com>; Farida Ishaja <farida.ish...@gmail.com>; Marsiswo 
Dirgantoro <mdirgant...@yahoo.com>; Billy Gunadi <billyguna...@rogers.com>; 
writejo...@gmail.com; in...@ozemail.com.au; Karma I Nengah [PT. Altus Logistic 
Service Indonesia] <ineng...@chevron.com>; C. Manuputty 
<c.manuput...@upcmail.nl>; octaviasyafarw...@gmail.com; 
denise_zai...@hotmail.com; Oman Romana <oromana0...@gmail.com>
Subject: [GELORA45] 


  

"Fahri Harusnya Paham, Anak Bangsa Menjadi Babu karena Kemiskinan"
JAKARTA, KOMPAS.com



— Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) meminta Fahri Hamzah dicopot dari 
jabatannya. Permintaan itu menyusul kicauan di akun Twitter Fahri yang dianggap 
menghina TKI.

Melalui keterangan tertulis, juru bicara JBMI Eni Lestari menilai,Fahri Hamzah 
tidak layak duduk di jabatan tersebut. 

Kicauan Fahri pada akun Twitter resminya, @Fahrihamzah, Selasa (24/1/2017), 
berisi "Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing 
merajalela."

"Fahri Hamzah tidak layak menjadi perwakilan rakyat dan buruh migran. JBMI 
menuntut Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) untuk menurunkan Fahri Hamzah dari 
jabatannya sebagai Ketua Tim Pengawasan TKI," ujar Eni, Rabu (25/1/2017).

Sebagai Ketua Tim Pengawasan TKI, kata Eni, Fahri gagal memahami persoalan 
mendasar dan solusi yang dibutuhkan buruh migran di luar negeri.

Lebih dari 10 juta buruh migran di luar negeri teraniaya dan telantar karena 
tidak diakui sebagai pekerja di dalam hukum Indonesia dan di hukum negara 
penempatan.

Hak-hak buruh migran ditiadakan dan dipaksa hidup di bawah naungan Pelaksana 
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan agen

Eni menuturkan, sejak 1990, pemerintah memang sudah menarget pengiriman TKI 
setiap tahun dan menjadikan devisa TKI sebagai andalan pemasukan negara.

(Baca: TKI di Hongkong Tuntut Fahri Hamzah Minta Maaf atas Kicauan di Twitter)

Namun, ketika mereka telantar di luar negeri, menuntut pelayanan dan 
perlindungan, pemerintah belum berupaya maksimal.

"Tetapi, tampaknya kenyataan-kenyataan ini tidak dijadikan perhatian utama 
Fahri untuk dipecahkan," kata Eni.

"Jika Fahri mempelajari seluk-beluk persoalan buruh migran, tentu dia tahu 
bahwa anak bangsa menjadi 'babu' di negeri orang karena memang negara gagal 
mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja layak di 
dalam negeri," katanya.

Selain itu, menurut Eni, pada awal 2017, Fahri juga pernah melontarkan 
pernyataan yang tidak berlandaskan fakta, merusak reputasi buruh migran, dan 
menjerumuskan masyarakat.

Eni mengutip pemberitaan di media massa online yang memuat pernyataan Fahri 
yang menyebut 30 persen TKI di Hongkong mengidap HIV.

(Baca: TKI di Hongkong Anggap Permintaan Maaf Fahri Hamzah Belum Cukup)

Sementara itu, LSM PathFinders membantah telah membuat pernyataan bahwa 30 
persen dari tenaga kerja di Hongkong mengidap HIV/AIDS.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sekjen DPP Perempuan Bangsa Luluk Nur Hamidah. 
Dia menyesalkan pernyataan Fahri Hamzahyang tidak sensitif dan justru tidak 
membantu penuntasan masalah mendasar yang dialami TKI.

(Baca: "Tweet" Fahri Hamzah yang Memancing Reaksi TKI hingga Menaker...)

Luluk menuturkan, dengan menjabat sebagai Ketua Pengawas TKI, Fahri seharusnya 
bisa menggunakan kewenangannya untuk menuntaskan revisi Undang-Undang No 39 
Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri 
(PPTKILN).

"Harusnya Fahri bisa gunakan kewenangan dan tugas utamanya sebagai pengawas, 
sekaligus pimpinan DPR untuk menuntaskan revisi UU yang terkait tenaga kerja 
kita di luar negeri agar menjadi prioritas prolegnas 2016. Sayangnya, revisi 
itu tidak jelas kapan akan tuntas," ujar Luluk melalui pesan singkat 
kepadaKompas.com, Rabu.


  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Hsin Hui Lin ehh...@gmail.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • [GELORA45] mj marthaja...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke