Assalamu'alaikum wr.wb., Lembang Alam
6. ZIARAH DI MADINAH Hari Ahad tanggal 25 Januari, hari ketiga kami berada di Madinah ada acara ziarah yang dikordinir oleh penyelenggara. Jam setengah sembilan pagi kami sudah bersiap-siap untuk berangkat. Rombongan kami yang 60 orang kembali bergabung dengan rombongan besar yang dua ratus orang lebih. Rombongan gabungan itu menggunakan tujuh buah bus. Di setiap bus ada seorang ustad pembimbing. Tujuan pertama adalah ke mesjid Quba. Mesjid yang pertama kali dibangun Rasulullah SAW di kota ini. Sebelum berangkat kami sudah dalam keadaan berwudhuk, karena ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, ‘Barangsiapa berwudhu di rumahnya dan pergi ke mesjid Quba lalu shalat di dalamnya, maka dia mendapat pahala seperti pahala umrah.’ (Hadits riwayat Ibnu Majah dan Hakim). Mesjid Quba lumayan besar dan terpelihara kebersihannya. Bercat putih bersih. Kami memasukinya secara terpisah antara jamaah laki-laki dan wanita. Setelah shalat dua rakaat di dalamnya rombongan peziarah ini berfoto-foto di pekarangan mesjid. Saya yang pernah dua kali kesempatan sebelum ini datang untuk haji dan umrah tidak pernah mau difoto karena ingin menghindari kesan sedang piknik, kali ini jadi luluh dan mau juga dijepret oleh anak saya yang membawa kamera digitalnya. Dari mesjid Quba kami melanjutkan kunjungan ke bukit (jabal) Uhud. Saya sekeluarga ikut naik ke bukit Uhud yang tidak seberapa tinggi. Bukit batu cadas seperti bukit-bukit lainnya di sekitar Madinah ini. Memandang ke sekitar sambil membayangkan (mengkhayalkan) suasana perang Uhud waktu itu. Tentu dari balik bukit sebelah sana Khalid bin Walid yang waktu itu memimpin tentara pasukan kafir Quraisy melakukan serangan balik ketika pasukan pemanah berlarian turun dari atas bukit ini untuk mengejar rampasan perang. Tentu dalam rombongan Khalid bin Walid itu ikut Wahsyi si ahli tombak yang berhasil melemparkan tombaknya ke dada Hamzah radiallahu anhu. Tentu disana, di dalam kompleks yang sekarang dipagari dengan tembok itu perang itu berkecamuk. Dan disitu Hamzah gugur dan kemudian dimakamkan beserta para syuhada lainnya. Tentu somewhere di bawah sini Rasulullah SAW waktu itu berdiri dibentengi oleh Ali beserta sahabat lainnya radiallahu anhum yang benar-benar pasang badan melindungi Rasulullah. Subhanallah. Disini, di tempat ini perang yang dahsyat itu terjadi waktu itu. Dan perang yang meminta korban 70 orang syuhada dari kalangan kaum Muslimin. Dan konon menurut riwayat, empat puluh enam tahun sesudah peristiwa itu, terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir sehingga makam para syuhada itu diguyur air bah dan jasad para syuhada itu terbawa keluar. Dan jasad itu masih seperti itu, seperti ketika mereka dikuburkan, dengan senyuman terpancar diwajah mereka. Subhanallah. Bahkan sampai sekarangpun, saya yakin seyakin-yakinnya jasad mereka masih seperti itu. Seperti ketika mereka gugur 1400 + tahun yang lalu. Dari bukit Uhud kami melanjutkan perjalanan ke tempat percetakan al Quran. Masuk ke dalam kompleks percetakan dan melihat pekerjaan pencetakan itu dari pelataran seperti balkon, sementara aula besar tempat mesin-mesin percetakan itu berada di bawah kami. Tidak banyak orang yang bekerja di aula itu. Pekerjaan ini dilakukan oleh mesin yang tidak banyak memerlukan tenaga manusia. Al Quran memang dicetak dalam jumlah jutaan, dengan terjemahan ke berbagai bahasa, termasuk ke bahasa Indonesia. Semua dicetak disini. Tidak lupa kami mampir ke toko yang menjual al Quran yang dicetak disana yang terletak bersebelahan dengan percetakan itu. Di toko itu dijual juga kaset maupun CD al Quran. Saya membeli beberapa mushaf al Quran dan kaset untuk oleh-oleh. Dari percetakan itu kami menuju ke mesjid Qiblatain. Mesjid dimana perintah shalat menghadap ke Baitul Maqdis dirubah Allah menjadi ke Masjidil Haram. Kami tidak turun di mesjid ini karena waktu sudah menjelang siang. Agenda berikutnya harusnya ke pasar korma untuk berbelanja korma dan oleh-oleh. Ibu-ibu biasanya sudah punya rencana tersendiri untuk acara seperti ini. Anak-anak sayapun masing-masing punya daftar nama teman-temannya yang nanti akan dibawakan oleh-oleh. Bisa dibayangkan kalau pergi kesana, waktu shalat zuhur pasti akan terliwatkan. Untunglah akhirnya fihak panitia membatalkan acara itu dan menjanjikan akan mencarikan waktu lain sehingga kami bisa segera kembali ke pemondokan. Sebelum pulang sambil lalu ditunjukkan juga tempat dimana dulu digali parit untuk menghadapi tentara kafir Quraisy yang bersekutu dengan kaum Yahudi di Madinah pada peperangan Ahzab. Bekas parit itu tentu saja sudah tidak terlihat lagi sekarang. Kami sampai di depan hotel sudah jam dua belas siang, cepat sekali waktu berlalu. Turun dari bus sayup-sayup terdengar azan. Saya bergegas menuju mesjid tanpa mampir lagi ke pondokan. Istri dan anak-anak saya tetap harus naik dulu karena barang bawaan dan belanjaan mereka tidak mungkin dibawa-bawa ke mesjid. Saya berwudhu dulu di tempat wudhu sebelum masuk ke mesjid. Dan ternyata saya hanya kebagian tempat di shaf paling belakang di mesjid yang luar biasa besar ini. Masih mendingan, karena jamaah lain ada yang shalat di pekarangan mesjid. Indahnya iman yang bertaburan di tanah Haram ini, semua seperti takut ketinggalan shalat berjamaah. Setiap kali shalat jamaah membludak sampai ke luar mesjid. Allahu Akbar. Demikianlah acara ziarah kami pada hari itu. Sorenya sesudah ashar panitia menepati janjinya menyediakan waktu untuk ‘menziarahi’ pasar korma. Istri dan anak-anak saya ikut. Tapi saya memilih tidak ikut karena khawatir kehilangan waktu maghrib lagi. **** ===== St. Lembang Alam __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Search - Find what you’re looking for faster http://search.yahoo.com ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________