CiKEAS Fw: [pantau-komunitas] Diskusi Bersama Soemarsono soal 'Revolusi Agustus'
- Original Message - From: siti_pantau To: pantau-nar...@yahoogroups.com ; pantau-komuni...@yahoogroups.com Sent: Tuesday, July 21, 2009 5:13 AM Subject: [pantau-komunitas] Diskusi Bersama Soemarsono soal 'Revolusi Agustus' --- In pantau-kontribu...@yahoogroups.com, Andreas Harsono andreashars...@... wrote: Pantau dan TUK Madiun Affair 1948 Diskusi Bersama Soemarsono Soemarsono, pada 1945, sebagai ketua Pemuda Republik Indonesia, melucuti senjata Jepang dan memimpin perang lawan tentara Inggris di Surabaya. Mayor Jenderal Soemarsono lantas jadi Gubernur Militer Pemerintahan Front Nasional daerah Madiun pada September 1948. Bersama Amir Sjarifuddin, dia memimpin long march 100 hari melawan terror putih pemerintahan Perdana Menteri Moh. Hatta. Lantas dia sembunyi di Pematang Siantar hingga 1964. Pada 1965 dia ditangkap dan ditahan 10 tahun di Salemba. Pada 1987, pindah ke Sydney dan menjadi warganegara Australia. Siapa yang musti memproklamasikan dan menjadi Presiden Republik Indonesia pertama? Pertama kali yang dicalonkan adalah Amir Sjarifuddin. Semua pemuda menerima. Cuma Soekarni tanya, `Bung Amir dimana?' Dia sebenarnya tahu Bung Amir ditawan Jepang di Lowokwaru, Malang . Umpamanya dia diketahui Jepang, lalu dibunuh. Nah kita mempunyai presiden pertama sudah dibunuh. Bagaimana bisa? Saya ini pelaku, saya saksi. Bahwa sampai kapan pun Peristiwa Madiun itu bukan suatu pemberontakan, tetapi penindasan dari satu pemerintah yang melaksanakan Red Drive Proposal dari Amerika Serikat, mau membasmi kaum kiri dan kami melakukan perlawanan. Lha Berontak Madiun! Berontak apa? Buktinya apa? Teater Utan Kayu Jl. Utan Kayu 68H Jumat, 24 Juli 2009 pukul 16:00-19:00 Penanggap: Baskara T. Wardaya, sejarawan, menulis disertasi Cold War Shadow: United States Policy Toward Indonesia 1953-1963; serta buku Bung Karno Menggugat. Wilson, sejarawan, menulis buku Orang dan Partai NASI di Indonesia, sedang bikin documentary soal Soemarsono Moderator: Andreas Harsono, wartawan, kini menulis buku A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism Screening Film: Saksi Mata Yang Terlupakan produksi Jaringan Videomaker Independen --- End forwarded message ---
CiKEAS [Konsultasi Hukum Gratis] Renovasi Rumah yang melanggar batas Tanah Hak Milik...
saya ingin menanyakan tentang status saya dimata hukum. begini kondisinya: Ketika ketika ayah saya masih hidup pernah membeli sebidang tanah milik tantenya (adik kandung dari nenek) dan sertifikatnya sekarang sudah menjadi hak milik atas nama ayah saya, tanah tersebut satu halaman dengan tanah milik nenek saya (saat ini nenek dan kakek saya juga sudah meninggal, dengan anak berjumlah 9, ayah saya urutan 2) dan ditengahnya berdiri sebuah bangunan rumah yang sejak dulu ditempati oleh keluarga nenek, sekarang hanya tinggal adik ayah saya yang bungsu yang menempati, rumah tersebut juga dibuat tempat berkumpul keluarga ayah saya sesekali waktu. Kondisi yang sekarang rumah dan tanah tersebut sedang direnovasi oleh saudara-saudara saya, bahkan sampai menjalar ke tanah milik Alm ayah saya, akan tetapi tidak ada satupun pemberitahuan kepada kami (ibu dan adik saya) tentang adanya renovasi tersebut. Apakah tindakan yang demikian dibenarkan dan harus bagaimakah saya?? karena nantinya saya juga ingin memanfaatkan (paling tidak hanya) tanah tersebut untuk dibangun rumah ataupun untuk dijual, apakah memungkinkan? Terima kasih atas kesediaanya membalas surat saya. salam sy JAWAB : Terima kasih telah menghubungi saya ... Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Aturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menyatakan Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Terkait dengan sertifikat hak milik, Hukum mensyaratkan bahwa Sertifikat Hak Milik merupakan alat pembuktian yang kuat sebagaimana dimaksud Pasal19 ayat (2) huruf (c) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Aturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo. Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang pada pokoknya menyatakan Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak diberikan sertipikat hak atas tanah. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Pasal 571 KUHPerdata menyatakan pada pokoknya bahwa Hak milik atas sebidang tanah meliputi hak milik atas segala sesuatu yang ada di atasnya dan didalam tanah itu. Di atas sebidang tanah, pemilik boleh mengusahakan segala tanaman dan mendirikan bangunan yang dikehendakinya. Di bawah tanah itu ia boleh membangun dan menggali sesuka hatinya dan mengambil semua hasil yang diperoleh dari galian itu. Berdasarkan ketentuan di atas, sebagai ahli waris atas pemegang hak milik tanah, Anda dapat menegaskan tentang hak-hak anda sebagai ahli waris atas tanah dimaksud dan menegur para pelanggar hak untuk menghentikan aktivitasnya yang dapat merugikan hak-hak ahli waris. Bilamana setelah anda melakukan peneguran, mereka tetap melakukan aktivitasnya yang notabene melakukan revonasi yang menyentuh dan melanggar batas tanah hak milik Almarhum, maka Anda sebagai Ahli waris dapat menuntut mereka secara pidana dan atau perdata. Berikut kutipan Pasal 167 KUHPidana yang dapat digunakan: (1) Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan me- lawan hukum atau berada disitu dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Barang siapa masuk dengan merusak atau memanjat, dengan menggunakan anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jahatan palsu, atau barang siapa tidak setahu yang berhak lebih dahulu serta bukan karena kekhilafan masuk dan kedapatan di situ pada waktu malam, dianggap memaksa masuk. (3) Jika mengeluarkan ancaman atau menggunakan sarana yang dapat menakutkan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan. (4) Pidana tersebut dalam ayat 1 dan 3 dapat ditambah sepertiga jika yang melakukan kejahatan dua orang atau lebih dengan bersekutu. -- Posting oleh NM. WAHYU KUNCORO, SH ke Konsultasi Hukum Gratis pada 7/22/2009 11:04:00 PM
CiKEAS Kenapa Pengebom bulenya banyak wong Malaysia
Kenapa Pengebom bulenya banyak wong Malaysia Pada hakekatnya orang2 bule itu kepingin hidup ditempat yang nyaman dan aman, kalo lingkungan tempat tiggalnya dirasa tidak aman penuh ancaman terror tentu wajar mereka akan pindah ketempat yang diketahuinya lebih aman. Sebenarnya bukan cuma orang2 bule saja, juga muslimin, kalo didholimi ditanah airnya sendiri tentu mereka mengungsi ke negara2 kafirun. Seperti di Indonesia, bukan cuma non-muslim saja yang didholimi, bahkan juga sesama muslim dan bahkan burung gereja sekalipun sekarang sudah tidak ada lagi diudara tanah air kita karena burung2 pun merasakan hawa terror dialam Indonesia yang Islamiah ini. tawangalun tawanga...@... wrote: Baik Dr Azhari, Nurdin Ngetop yang dicari cari sekarang adalah wong Malaysia. Kenapa kok harus jauh2 2 ngebom bule di JKT padahal di Malaysia juga lebih banyak bule,kan jumlah turis kita kalah banyak. Kalo bule dibomb di Jakarta, tentu dia larinya ke Malaysia. Sebaliknya kalo bule2 dibomi di Malaysia, bule2nya lari ke Indonesia dan ekonomi Indonesia dong yang lebih maju jadinya. Ini khan cuma masalah logika ekonomi saja. Malaysia lebih pandai berlogika katimbang Indonesia. Ulama2 Indonesia yang dikirim dan diundang ke Malaysia untuk mengajarkan Islam yang baik, Islam yang bekerja sama, Islam yang bisa bertoleransi, dan Islam yang bisa menerima perbedaan. Sebaliknya, ulama Malaysia yang bertandang ke Indonesia justru mengajarkan bagaimana cara2nya membuat bomb, meledakkan bomb, dan memfitnah satu sama lainnya. Jadi enggaklah mengherankan kalo ekonomi Malaysia maju lebih pesat, teknologi berkembang lebih cepat. Rakyat Malaysia dididik untuk merasa malu dengan perbuatan terror, merasa malu adanya Noordin M Top dan Dr. Azhari, tetapi perbuatan terror mereka berdua dari Malaysia ini justru menjadi kebanggaan ulama2 dan umat di Indonesia, kita ingin meneladani kedua orang ini yang mampu melaksanakan sunnah nabi kita. Ny. Muslim binti Muskitawati
CiKEAS Kalahkan Terorisme - Sebaiknya..
== THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme bangsa Indonesia. == [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Mensyukuri Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Kalahkan Terorisme Kamis, 23 Juli 2009 | 05:00 WIB Oleh: Edy Prasetyono Pemilu berjalan aman meski terjadi ketidakpuasan di sebagian masyarakat. Harapan bahwa Indonesia akan bangkit secara ekonomi dan politik tampak cerah. Masyarakat Indonesia dan banyak negara lain menaruh harapan besar terhadap proses demokratisasi dan keamanan di Indonesia yang akan menjadi modal pembangunan ekonomi. Tiba-tiba bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Semua orang tersentak dan marah. Presiden membuat pernyataan. Ada kekecewaan, kekhawatiran, dan kemarahan atas tragedi ini. Muncul reaksi terhadap pidato Presiden. Sebagian menganggap pidato ini ditujukan kepada pihak-pihak tertentu. Sebagian lain melihat itu sebagai pernyataan yang harus dibuat oleh seorang kepala negara, bukan sebagai seorang capres yang sementara sedang unggul dalam perhitungan suara dalam pemilu presiden yang baru lalu. Yang jelas, tragedi ini terjadi dalam situasi yang tidak menguntungkan. Sensitivitas masih melingkupi interaksi kekuatan-kekuatan politik pada pascapemilu ini. Lawan terorisme Dalam situasi seperti itu, aksi terorisme telah berhasil mempermainkan emosi dan merusak harapan-harapan kita ke depan. Terorisme juga berhasil mengusik kebersamaan kita untuk membangun kehidupan politik dan ekonomi pascapemilu. Inilah yang harus kita sikapi bersama dengan tidak saling menyalahkan yang sekaligus seolah membuat para teroris bersorak gembira terhadap keberhasilan mereka dan sikap kita. Apa pun dan siapa pun kita, serangan terorisme mestinya membuat kita lebih teguh untuk tidak membiarkan semua kekuatan perusak menghancurkan Indonesia. Sejarah mencatat, bangsa ini telah menunjukkan kegigihannya melewati masa-masa sulit. Kita mewarisi negeri yang luar biasa hebat, baik secara geografis, sejarah, keragaman sosial-budaya, maupun kekayaan alam. Kita dituntut untuk menjaganya dan memajukannya dengan membuat sistem politik, ekonomi, dan hukum yang adil untuk mewujudkan Indonesia bagai kapal yang besar dan kuat, dengan mesin yang andal mengarungi lautan bebas dan membawa persahabatan kepada semua bangsa di dunia. Kapal besar dibuat untuk menantang gelombang besar guna mengarungi perjalanan laut/samudra yang luas. Sementara itu, kapal kecil, betapa pun canggihnya, tidak dirancang untuk mengarungi samudra besar. Karena itu, jangan pernah menyerah kepada terorisme karena kita tidak ingin mewariskan Indonesia yang rusak kepada generasi penerus kelak. Anak cucu dan keturunan kita kelak akan marah dan mengutuk karena mewarisi Indonesia yang hancur, terlebih jika hancur karena ulah para teroris. Tanpa kompromi Masyarakat juga harus sepenuhnya mengembangkan sikap tidak kompromi (zero tolerance) terhadap terorisme, apalagi melihat mereka bak pahlawan karena kesalahan penanganan terhadap para teroris, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun media massa. Ekspose besar-besaran menjelang eksekusi Amrozi cs beberapa waktu lalu pada tingkat tertentu justru menjadikan mereka bagai ”pejuang” ketidakadilan. Perlu digarisbawahi bahwa terorisme juga tidak dapat dibenarkan dengan alasan reaksi atas ketidakadilan. Meski terorisme bisa disebabkan oleh ketidakadilan, hal itu tidak dapat diterima jika ketidakadilan membenarkan aksi terorisme. Penyebab bukanlah suatu alasan untuk melakukan kekerasan, kekejian, dan kejahatan. Kemiskinan bisa menyebabkan orang untuk merampok, tetapi kemiskinan tetap tidak bisa membenarkan tindakan perampokan. Ends (and causes) do not justify the means. Ekstrem-radikal Terorisme selalu bermain pada tataran ideologis dan psikologis. Ia adalah anak ideologi ekstrem-radikal. Sifatnya mendadak, semua dicekam dalam situasi tidak menentu, dan tidak tahu kapan serangan akan dilakukan. Kita semua sering dibuat kalah satu langkah atau lebih. Kita sering bereaksi sesaat dan setelah itu kehidupan dianggap normal. Pada saat itulah teroris hidup lebih leluasa di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, upaya melawan terorisme memerlukan komitmen total baik pemerintah maupun masyarakat untuk menindak dan menghilangkan penyebab terorisme (root causes). Kita harus menang melawan terorisme dan jangan lagi dipermalukan dan dihancurkan oleh aksi-aksi brutal mereka. [Edy Prasetyono Manajer Riset dan Publikasi FISIP UI; Peneliti IODAS, Kompas] --- Sebaiknya.. Sebaiknya, peristiwa terorisme yang baru saja terjadi bisa menjadi tonggak penyambung kembali benang-benang pengusutan jaringan terorisme di Indonesia yang selama
Re: CiKEAS Pelaku Pengeboman Tidak Harus Selalu Mati
Anda senang hidup dgn fitnah. Semoga anak cucu anda tidak akan difitnah oleh siapapun... Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Hafsah Salim muskitaw...@yahoo.com Date: Wed, 22 Jul 2009 12:13:19 To: CIKEAS@yahoogroups.com Subject: CiKEAS Pelaku Pengeboman Tidak Harus Selalu Mati Pelaku Pengeboman Tidak Harus Selalu Mati Apa yang direlease oleh Kepolisian selama ini sangat lah irrasional hingga bisa disimpulkan semua keterangan2 polisi yang ditulis dalam berbagai surat2 kabar di Indonesia se-mata2 jebakan untuk mengecoh para pelakunya sejauh mana polisi menguasai informasi yang didapatkannya dari lapangan. Misalnya saja, tentang tidak ada kecocokan DNA Ibrahim dengan identifikasi DNA dari mayat2 yang ditemukan, oleh Kepolisian disimpulkan bahwa Ibrahim bukanlah pelaku pengeboman. Padahal pelaku pengeboman tidak selalu harus mati, dan mereka yang mati juga tidak bisa dituduh salah satunya sebagai pelaku pengeboman. Karena untuk meledakkan bomb dihotel JW-Marriot dan Ritz-Carlton tidak perlu harus bunuh diri, bomb bisa ditinggalkan di kakus, bisa ditinggalkan dibawah kursi atau meja di Lounge dan kemudian diledakkan dengan remote dari jauh. Bahkan bisa diledakkan dengan telephon celluler. Yang enggak pernah disinggung di-koran2 adalah bahwa semua pegawai dikedua hotel itu diseleksi oleh bekas jendral2 di DepHanKam. Bahwa sekeras dan sejelimet gimanapun screening untuk keluar masuk hotel, tetap saja para bekas anggauta Abri atau Kopasus bisa lewat tanpa harus diperiksa. Kesimpulannya sangat jelas, semua keterangan dari kepolisian sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan pengejaran terhadap para pelakunya, malah menyesatkan kepada mereka yang tidak terkait sebagai pelaku seperti Noordin M Top. Apalagi Noordin M Top itu sendiri bukanlah pemain tunggal, tidak mungkin dia bisa gampang2 hidup di Indonesia apalagi tidak kerja atau kerja ber-pindah2. Padahal orang Indonesia sendiri susah hidupnya, apalagi Noordin M Top yang orang asing ini. Transfer uang dari luar negeri untuk menunjang kehidupan Noordin M Top juga bisa gampang dilacak. Sejak di-kejar2, Noordin M Top ini susah bergerak, kesempatan melakukan terror yang begitu ketat pengamanannya seperti meledakkan bomb didalam Lounge JW-Marriott betul2 mustahil kalo tidak ada bantuan dari sekurity, abri, atau kepolisian. Juga keterlibatan orang2 didalam sendiri bisa dipastikan, mereka bisa menyusup kebagian house-keeping, security, kitchen. Jadi kalo dalam waktu sekian lama belum juga terpecahkan siapa pelakunya, maka memang tidak mungkin lagi dipecahkan atau sengaja ditutupi karena kejadian ini kemungkinan besar seperti yang diucapkan oleh SBY hingga penyelesaiannya cuma mungkin dibelakang layar saja. Bagi intel2 abri, apalagi bekas jendral sekualitas SBY, kejadian ini sudah bisa langsung diketahui siapa2 saja yang ada dibelakang kejadian ini tanpa harus mengumpulkan bukti2 lagi. Memang gampang kalo menyiarkan berita bahwa pelakunya adalah bomb bunuh diri yang juga mati dalam pemboman ini. Se-olah2 si pelaku menggunakan kamar sewaan 1808 untuk merakit dan menyimpan bomb itu, padahal tak perlu sewa kamar, gudang JW-Marriott sendiri bisa digunakan untuk menyimpan bomb2 ini dan sewa kamar 1808 hanyalah untuk menyesatkan saja dengan meletakkan bomb2 lain yang se-olah2 belum diledakkan. Yang sangat khas disini adalah bahan ledak yang digunakan adalah TNT yang low explosive. Ini adalah bahan peledak yang cuma digunakan militer bukan terrorist jihad Islam. Bom Bali menggunakan bahan RDX yang termasuk jenis High Explosive, sebaliknya bom JW-Marriot adalah TNT jenis Low Explosive yang menjadi standard bahan peledak militer. RDX bahan peledak yang digunakan Amrozy, bahan2nya harus diimport, sebaliknya, sedangkan yang digunakan di JW-Marriott bisa dibeli dari abri. Ny. Muslim binti Muskitawati.
CiKEAS Hendrawan Sering Gunakan Bahasa Inggris dan Prilaku Aneh
Rfeleksi: Apakah para teroris berbahasa Inggris? Agaknya harus hati-hati bila berbahasa Inggris karena bisa ditangkap polisi. http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=9322 Rabu, 22 Juli 2009 HUKUM-KRIMINAL Hendrawan Sering Gunakan Bahasa Inggris dan Prilaku Aneh MALANG (LampostOnline): Tingkah laku Hendrawan, pria yang ditangkap Densus 88, diluar kebiasaan warga setempat. Sehari-hari dia menggunakan bahasa Inggris. Lampu rumahnya tidak dinyalakan bila malam dan kaca jendela rumah ditutup dengan kertas. Demikian kesaksian Ketua RT 04/ RW 01, Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur, Sunardi dan istrinya, Anik, Rabu (22-7). Hendrawan pernah mengontrak rumah Sunardi selama 6 bulan. Saya sempat coba intip di sela- sela kertas yang menutup jendela. Tidak ada yang mencurigakan. Tapi mengapa semua ditutup pakai kertas dan tidak pernah menyalakan lampu itu masih menjadi pertanyaan, ungkap bapak empat anak ini. Sunardi mengaku dirinya takut untuk menanyakan perilaku aneh Hendrawan. Sampai empat bulan kemudian mereka memutuskan pindah di rumah Kamsun (58), warga Jalan Mawarputih No 111 RT 04/RW12, Dusun Sukorembug, Desa Sidomulyo, Kecamatan/Kota Batu yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer. Sementara itu, Kurniawan (29) putra Sunardi mengaku di dalam rumah Hendrawan tidak ditemukan keanehan. Tidak ada kursi, hanya menggelar karpet, dan memang semua kaca ditutup kertas. Saya mulai kenal tidak ada yang aneh. Karena orangnya baik dan sesama penjual bunga, kata Kurniawan yang mendampingi ayahnya. Sementara Anik, sitri Sunardi menjelaskan, Hendrawan bersama istrinya sering menggunakan bahasa Inggris dalam keseharian. Kedua anak mereka yaitu Khalid (19) dan Abdullah Zubair (20) hanya dua kali berkunjung ke rumah kontrakan orang tuanya itu. Karena selama ini kedua anaknya itu tinggal di Solo. Kalau bertengkar sering pakai bahasa Inggris. Jadi kami tidak banyak mengerti, jelas Anik. DTC/L-1 Cetak Berita bening.gifcetak.gif
CiKEAS Laka di Mile 45, Satu Anggota Brimob Tewas
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=30220 23 Juli 2009 06:00:18 Laka di Mile 45, Satu Anggota Brimob Tewas Diduga Kembali Terjadi Penembakan di Mile 51 TIMIKA - Kecelakaan maut terjadi di Mile 45, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, sekitar pukul 12.00 WIT, Rabu (22/7) kemarin. Satu anggota Brimob Detasemen B Timika, Brigadir Ismail Tudoho meninggal dunia, sedangkan dua anggota Brimob lainnya, masing-masing Brigadir Patrik Tobi dan Briptu Petrus Uluhayanan menderita luka. Brigadir Ismail meninggalkan seorang istri bernama Salma dan dua orang anak yang masih kecil. Data yang berhasil dihimpun Radar Timika (grup Cenderawasih Pos) di lapangan menyebutkan, kejadian naas itu terjadi saat rombongan Brimob yang ditempatkan di Mile 48 itu hendak mengecek pos yang dibangun di Mile 45. Dalam perjalanan, mobil jenis bak terbuka yang dikemudikan Patrik Tobi itu mengalami kecelakaan. Jenazah Brigadir Ismail dan para korban terluka selanjutnya dievakuasi ke Klinik Kuala Kencana. Sekitar pukul 16.00 WIT sore kemarin, jenazah Brigadir Ismail Tudoho dibawa ke Kamar Mayat RS Mitra Masyarakat (RSMM). Pemindahan jenazah korban dari Klinik Kuala Kencana ke RSMM mendapat pengawalan ketat dari Sat Lantas Polres Mimika dan anggota brimob baik dari rekan korban maupun Provost Brimob. Iring-iringan mobil ambulance yang membawa jenazah korban disambut histeris oleh keluarga dan kerabat korban yang lebih dulu tiba di RSMM. Salma, istri almarhum saat itu tak kuasa membendung air matanya. Jasad almarhum diturunkan dari mobil Ambulance milik RSMM ke kamar mayat. Setelah dibersihkan, jenazah almarhum disemayamkan di asrama Brimob di Mile 32. Rencananya hari ini (Kamis, 23/7) jenazah Brigadir Ismail akan diterbangkan ke kampung halamannya di Ternate, Maluku Utara (Malut). Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Fx Bagus Ekodanato saat dihubungi wartawan melalui telepon, Rabu sore kemarin membenarkan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan satu anggota Brimob meninggal dunia tersebut. Ini kecelakaan murni di Mile 45 dan tidak ada kaitannya dengan kasus penembakan sebelumnya, tegas Kapolda. Penembakan di Mile 51 Sementara itu, Kapolda saat ditanya adanya isu bahwa Rabu siang kemarin juga terjadi penembakan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) di Mile 51, Tembagapura, menyatakan belum menerima laporan. Saya tidak tahu apakah ada atau tidak, karena saya belum dapat laporannya. Tidak ada bus (bus perusahaan PT Freeport Indonesia, Red) yang ditembaki, tegas Kapolda. Kapolda menjelaskan kalau kemarin ada 23 bus PT Freeport yang mengangkut karyawan ke Tembagapura, kemudian 16 bus mengangkut karyawan dari Tembagapura menuju Timika. Selain itu ada 12 truk container dan 4 unit trailer yang juga beroperasi di area perusahaan. Bus dan kendaraan-kendaraan itu diperiksa di Mile 50. Semuanya berjalan aman, tukas Kapolda. Meski demikian, menurut sumber Radar Timika, kabarnya telah terjadi penembakan lagi di Mile 51. Kabarnya, penembakan oleh orang tak dikenal itu melukai jari tangan Briptu Frits Mori, personel Dalmas Polres Mimika. Penembakan itu ditengarai terjadi saat polisi mengawal perjalanan bus karyawan turun dari Tembagapura ke Timika. Bahkan isunya, akibat penembakan itu ada seorang karyawan yang dikabarkan mengalami cedera ringan. (eng/lrk
CiKEAS Terorisme Bukan Ajaran Islam
? http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=9356 2009-07-23 Terorisme Bukan Ajaran Islam [JAKARTA] Terorisme sangat tidak sesuai dengan ajaran Islam. Agama Islam memiliki etika yang mulia, termasuk dalam berperang. Umat Islam tidak akan menyerang lebih dahulu, umat Islam hanya membalas serangan orang yang menyerang mereka. Karena itu, umat Islam wajib menolak dan melawan terorisme. Demikian ditegaskan Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang, Salahuddin Wahid kepada SP, Kamis (23/7). Ia menyatakan sangat prihatin atas aksi pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7) lalu. Terorisme sangat tidak sesuai dengan esensi Islam. Selain itu dalam Islam, haram hukumnya kalau dalam peperangan harus membunuh anak kecil, orang-orang tua dan para jompo-lansia. Para tawanan juga harus diperlakukan dengan baik. Moralitas yang tinggi diterapkan dalam peperangan, kata Gus Solah, panggilan akrab Salahuddin Wahid. Menurut adik kandung Gus Dur ini, kalau teroris yang mendalangi aksi tersebut beragama Islam, maka orang tersebut sesungguhnya tidak mengerti ajaran Islam. Pelaku pengeboman bukan penganut Islam yang benar. Dalam Islam ditegaskan bahwa barang siapa yang membunuh orang yang tidak membunuh orang lain, dosanya sama seperti membunuh semua manusia di dunia, sambungnya. Tak Bisa Dibenarkan Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan menegaskan, ajaran agama apapun tidak pernah membenarkan aksi teror. Oleh karena itu, sangat tidak layak apabila aksi teror, terutama yang terjadi di Tanah Air dikaitkan dengan agama tertentu. Kalau agama sebagai sumber inspirasi, seharusnya tidak ada teror. Saya kira ada sumber lain, tetapi agama yang digunakan untuk justifikasi. Saya kasihan, kalau persoalan ini dilihat dari sudut pandang agama tertentu, ujarnya kepada SP di Jakarta, Rabu (22/7) malam. Saat ini, sambung Anies, untuk menghentikan kekejian teroris, pemerintah perlu mencari tahu penyebab teror. Cari dan selidiki pelakunya, tetapi jangan prematur. Kemudian, coba gali apa motivasi si pelaku melakukan teror, tegasnya. Anies mengakui, pemerintah cukup serius menangani persoalan teror. Dunia melihat kita, Indonesia. Jadi, tidak mungkin pemerintah tidak serius. Pemerintah serius. Namun, apakah keseriusan ini nantinya membuahkan hasil, itu yang belum kita tahu, katanya. Ideologi di Balik Bom Peneliti terorisme dan ideologi gerakan transnasional, Agus Maftuh Abegebriel, keterkaitan pelaku bom bunuh diri di JW Marriott dan Ritz-Carlton dengan keberadaan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia memang menjadi realita yang sulit terbantahkan. Gerakan mereka sangat rapi dengan pedoman yang bertitelkan PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Jamaah Islamiyah), yang memuat tujuan, target, dan strategi untuk proyek pembentukan khilafah, kata dosen Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini. Menurutnya, JI telah mempersiapkan segalanya termasuk pengambilalihan NKRI sebagai area aman atau basecamp menuju terbentuknya khilafah Islamiyah atau negara Islam model propetik. JI pun memiliki nidlom asasi, semacam UUD 1945, yang mengatur mekanisme gerakan, dan pelatihan militer dengan empat materi pokok. Yakni, penggunaan senjata, teknik infanteri, membaca peta, dan teknik lapangan lengkap dengan pelatihan pengeboman, yang merupakan oleh-oleh dari para alumni Afghanistan ketika dididik di Akademi Militer Peshawar (AMPES), yang merupakan Virtual Universities for Future Islamic Radicalism. Dijelaskan, JI menempatkan Islam sebagai sebuah ideologi alternatif untuk mengubah tatanan peradaban manusia, yang menurut mereka telah gagal sebagai akibat intervensi Barat dan segala produknya, seperti demokrasi, HAM, dan masyarakat madani. Penulis buku 'Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia' ini menyimpulkan bahwa diaspora ideologi JI memang sudah menjadi wacana pembebasan gerakan fatwa surgawi demi mewujudkan cita-cita politik Al-Khilafah Al-Islamiyyah atau disebut juga khilafah global. Namun lepas dari persoalan tudingan bahwa JI atau kelompok lain yang bertanggung jawab di balik bom Kuningan II, Agus memaparkan bahwa bahaya ideologis justru lebih mengancam NKRI. Karena itu saya seringkali mengusulkan agar pemerintah membentuk pertahanan ideologi forensik atau membedah ideologi yang tertanam itu untuk mengetahui seluk beluk fatwa yang ditanamkan. Sekaligus mencari faedah hukum yang bisa diterapkan untuk menganulir fatwa kekerasan atau dishumanitas itu, katanya. Ideologi mereka yang jelas adalah membubarkan NKRI dan anti Pancasila. Inilah bahayanya. Soal nama pelaku di balik bom itu memang penting untuk penyelidikan Kepolisian. Tetapi jangan terjebak pada satu atau dua nama. Ideologi inilah yang jelas-jelas mengancam, ujarnya. Meski JI di Indonesia telah kocar-kacir, menurut Agus, tetap saja fatwa itu tertanam rapat dan hanya dibungkus dengan nama dan struktur baru. Memang lebih tepat gerakan radikal itu dinamai
CiKEAS Teror dan Bahaya Failed State!
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=9324 2009-07-21 Teror dan Bahaya Failed State! Christianto Wibisono Majalah Foreign Policy, Juli/Agustus 2009, masih menempatkan Indonesia di zona in danger dalam indeks failed state. Bila elitenya masih selalu menggunakan pola Orde Baru yang sepupu dengan teror. Itu tidak akan berhasil menumpas terorisme. Sebab, jati diri elite itu sendiri masih tersandera oleh gen impunitas praktik pelanggaran HAM pola Orde Baru. Teror JW Marriott dan Ritz Carlton tidak lepas dari penyakit generic terorris dari oknum yang memakai nama identitas Nur Hasbi. Yang check in 15 Juli dan check out 17 Juli, langsung ke akhirat bersama 9 korban bom bunuh dirinya. Pakar terorisme dari International Crisis Group (ICG), Sidney Jones, dalam wawancara dengan pelbagai jaringan TV menyatakan, oknum Nur Hasbi merupakan bagian dari sempalan Jamaah Islamiyah (JI). Sebagian sudah berganti nama atau sudah bertobat dari gerakan kekerasan menjadi gerakan dakwah. Media massa juga menampilkan Nasir Abbas, mantan anggota komplotan Noordin M Top, yang sekarang sudah menjadi pendakwah bersama 580 mantan JI lain. Nasir dkk, menjadi bagian dari operasi appeasement Polri untuk mempertobatkan mantan rekan-rekan teroris agar menjadi orang baik-baik. Juga, tersiar pernyataan Jamaah Islamiyah bahwa JI tidak terlibat dengan pengeboman Jakarta. Teror 17 Juli membuat berang Presiden SBY, dan dalam pidato Jumat siang, mengungkit laporan intelijen tentang rencana pembunuhan, kekacauan, dan pendudukan kantor KPU serta revolusi semacam Iran. Yang langsung ditanggapi oleh Megawati, Prabowo, dan Jusuf Kalla serta para pengamat. Malamnya, Rafsanjani dalam kotbah Jumat siang, waktu Teheran, mengecam Ahmadinejad dan menyatakan Iran dalam keadaan krisis karena pilpres yang dinilai curang. Pernyataan SBY tentu bukan main-main karena dalam era real time internet, pelbagai peristiwa di seluruh penjuru dunia akan saling memengaruhi dan memicu inspirasi dalam itikad baik maupun hasutan teror. Mengutuk Bangsa Indonesia sekarang harus membuktikan setelah serangan 17 Juli bahwa tidak ada lagi toleransi untuk kebiadaban. Apalagi yang bermotif politik warisan Orde Baru, yang dikombinasi dengan terorisme internasional untuk menghancurkan citra RI. Dewan Keamanan PBB yang bersidang dalam 12 jam, telah mengutuk pengeboman Marriott - Ritz Carlton. Watapri Marty Natalegawa, dengan meyakinkan telah berpidato dan diliput seluruh media massa, Indonesia akan membawa pelaku teror ke pengadilan apa pun motif politiknya. Waktunya sudah tiba untuk elite Teheran dan Jakarta maupun dunia ketiga lain, tidak mudah belajar mempraktikkan demokrasi secara jujur dan adil. Tapi, tidak berarti demokrasi itu hanya monopoli Al Gore dan George Bush. Sebab pada tahun 2000, juga hampir terjadi anarki dan chaos ketika surat suara di Florida dihitung ulang beberapa kali, yang akhirnya memenangkan George Bush dan mengalahkan Al Gore. Waktu itu, almarhum Dan Lev sempat mengatakan bahwa AS mirip Dunia Ketiga yang perlu bantuan pengamat pemilu supaya jujur dan adil. Pemilihan umum terbersih dan terjujur adalah waktu PM Burhanudin Harahap dari Masyumi menyelenggarakan Pemilu DPR 29 September dan 15 Desember untuk Konstituante. Padahal, Burhanudin Harahap baru diangkat menjadi Perdana Menteri pada bulan Agustus. Masyumi dan PNI muncul sebagai partai besar dengan jumlah kursi sama walaupun popular vote PNI lebih besar. Di tempat ketiga Nahdlatul Ulama dan di tempat keempat PKI. Setelah itu Bung Karno mendekritkan kembali ke UUD 1945 dengan sistem presidensial dan membubarkan DPR hasil pemilu 1955 itu pada 1960. Karena Masyumi dan PSI yang terlibat pemberontakan PRRI/Permesta dibubarkan dan anggota DPR dari kedua partai itu dipecat, dan dibentuk DPR Gotong Royong, di mana pimpinannya dijadikan anggota kabinet diberi pangkat menteri. Suatu keamburadulan eksekutif legislatif yang salah kaprah. Bung Karno hanya 5 tahun berkuasa secara diktator karena sejak 1 Oktober 1965 mulai ditantang oleh matahari baru, Soeharto yang menolak perintah Bung Karno untuk datang ke Halim. Secara merangkak Soeharto mengkup Bung Karno sejak 11 Maret 1966, dan kabinet 100 menteri dibubarkan setelah 15 menteri ditangkap pada 18 Maret 1966. Soeharto kemudian mengadakan konsolidasi dan pemilu bohongan diawali tahun 1971. Soeharto terpilih terus dan hanya mengganti wakil presiden sebagai ban serep yang terus hilang lenyap, kecuali yang terakhir BJ Habibie. Napoleon dari Sulawesi ini menyerobot jadi presiden ketika Soeharto lengser. Mengundang dendam kesumat Soeharto yang tidak mau bertemu Habibie sampai akhir hayatnya. Politik Indonesia karena itu, memang tidak pernah mengenal kompetisi secara sehat, beradab, dan berbudaya. Selalu harus melalui perselingkuhan, persekongkolan, kemunafikan dan watak Ken Arok. Soeharto diangkat oleh Sukarno seperti Zia ul Haq diangkat oleh Ali Bhutto, tapi Zia ul Haq tega menggantung Ali
CiKEAS Laporkan Orang Asing yang Mencurigakan
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=9374 2009-07-23 Laporkan Orang Asing yang Mencurigakan [SEMARANG] Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah (Jateng) Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo meminta warga Jateng meningkatkan kewaspadaan dan segera melaporkan adanya orang asing yang gerak-geriknya dinilai mencurigakan. Warga dan aparat keamanan harus bekerja sama meningkatkan kewaspadaan dan keamanan. Kami minta warga aktif melaporkan jika di lingkungan sekitarnya ada aktivitas orang asing yang mencurigakan, kata Alex, seusai menghadiri peringatan Hari Bhakti Adhyaksa di Semarang, Rabu (22/7). Jateng saat ini masih memberlakukan siaga I. Status itu sudah diberlakukan sejak menjelang pemilu legislatif lalu. Dengan adanya kasus bom Kuningan, maka kewaspadaan lebih ditingkatkan, antara lain dengan meningkatkan patroli, razia, pengamanan objek vital, hingga pengamanan tempat- tempat umum, katanya. Kami mohon masyarakat ikut meningkatkan kewaspadaan, ketahanan masyarakat, dan tidak gampang terpengaruh oleh ajakan-ajakan yang menyesatkan, tegasnya. Sementara itu, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Haryadi Soetanto, seusai serah terima jabatan tiga komandan batalion di lingkungan Kodam IV/Diponegoro, menegaskan, Kodam IV/Diponegoro melakukan operasi intelijen secara intensif. Keterlibatan TNI ini merupakan bagian dari 14 tugas operasi militer selain perang. Sedangkan, Kepala Polda Sumatera Utara Irjen Pol Badrodin Haiti menyatakan, masalah teroris merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dan menjalin kerja sama dengan pihak kepolisian. [AHS/142/151/106/133]
CiKEAS Diprotes, Pemindahan Komodo ke Bali
Refleksi: Kalau 10 komondo dipindahkan ke Bali berarti para turis tidak perlu lagi ke NTT, beginilah cara terselubung memiskin NTT dari sumber pendapatan http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=9348 2009-07-22 Diprotes, Pemindahan Komodo ke Bali [KUPANG] Rencana pemindahan 10 ekor satwa langka komodo dari habitatnya di Wae Wuul, Manggarai Barat dan Riung, Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Bali ditolak Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT. Pasalnya, komodo dilindungi dan menarik minat wisatawan mancanegara itu lebih ideal kalau berada di habitat aslinya di Taman Nasional Komodo (TNK). Wakil Gubernur NTT Esthon Leyloh Foenay, di Kupang, Selasa (21/7) mengatakan, Pemprov NTT sangat keberatan atas permintaan Menteri Kehutanan MS Kaban untuk memindahkan 10 ekor komodo ke Bali dengan alasan menghindari kepunahan. Kami segera sampaikan keberatan itu secara lisan, dan tertulis kepada Menteri Kehutanan, tegasnya. Dikatakan, rencana penangkapan 10 ekor komodo tidak menjadi masalah kalau untuk dipindahkan ke TNK karena karakteristik wilayahnya sangat cocok dengan binatang komodo. Apalagi, komodo merupakan aset NTT yang bernilai jual internasional. Selain itu, saat ini komodo masuk dalam kontes pemilihan tujuh keajaiban dunia. Jika dipindahkan, dikhawatirkan mengganggu kontes tujuh keajaiban dunia yang sedang berlangsung, imbuhnya. Pelaksana Tugas Kepala Bidang Teknis Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTT, Agus Bere Lake membenarkan adanya surat permintaan dari Menteri Kehutanan untuk menangkap 10 ekor komodo yang hidup di kawasan konservasi alam Wae Wuul. Dikatakan, di Kabupaten Manggarai dan Ngada, terdapat sejumlah kawasan konservasi yang memiliki binatang komodo. [120]
CiKEAS Ahmad Jenggot, Penghubung Jaringan Teroris Cilacap-Sumatera
http://www.surya.co.id/2009/07/23/ahmad-jenggot-penghubung-jaringan-teroris-cilacap-sumatera.html Ahmad Jenggot, Penghubung Jaringan Teroris Cilacap-Sumatera Kamis, 23 Juli 2009 | 19:06 WIB | Posts by: Sugeng Wibowo | CILACAP | SURYA Online - Pasca penyerahan diri Ahmadi alias Ahmad Jenggot, ke Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Jateng), saat ini di kalangan warga beredar dugaan bahwa Ahmadi bukan sekadar pedagang sapu dan keset ke Lampung. Akan tetapi, ia sekaligus dicurigai sebagai penghubung kelompok teroris Cilacap dan Sumatera. Soal dugaan itu memang belum ada konfirmasi, tetapi seringnya Ahmadi bepergian ke Lampung dengan alasan menjual sapu dan keset itu menguatkan dugaan itu. Sebelumnya, Kepala Polda Jateng Irjen Alex Bambang Riatmojo menyebutkan, pria berinisial A yang ditangkap di Cilacap itu diduga sebagai anggota jaringan Noordin M Top. Sejumlah warga Dusun Sigaru, Desa Cikaco, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, menyatakan, Ahmadi sering bepergian ke Lampung untuk menjual sapu dan keset, meskipun warga tak pernah melihat dia membuat barang kerajinan dari kelapa itu. Juga tak pernah warga melihat Ahmadi membawa barang dagangannya. Ahmadi sebenarnya warga asli Desa Cikaco. Ia lahir dan besar di desa itu, tetapi kemudian ikut orangtuanya transmigrasi ke Lampung. Sekitar 10 tahun lalu dia kembali ke Cikaco dan menikahi Ikah, gadis setempat. Dari perkawinan itu lahir seorang anak yang sekarang berusia 9 tahun. Saat ini, Ikah tengah mengandung tujuh bulan. Sehari-hari, Ahmadi dikenal sebagai peternak dan memelihara ayam di kandang samping rumah mertuanya. Akan tetapi, dia lebih sering bepergian dibandingkan di rumah. Kadang sebulan, kadang dua minggu dia meninggalkan rumah. Kalau di rumah, Ahmadi diketahui sering datang ke rumah Syaefudin Zuhri yang sudah ditangkap polisi pada bulan Juni lalu. Sejak penangkapan Zuhri itu, warga tak pernah melihat Ahmadi, sampai kemunculannya pada hari Selasa lalu. mohamad burhanudin/kcm Berita Terkait
CiKEAS Negara Ikut Lahirkan Terorisme
Jawa Pos Kamis, 23 Juli 2009 ] Negara Ikut Lahirkan Terorisme Oleh: Toto Suparto PELEDAKAN bom di Mega Kuningan, Jakarta, belum lama ini melahirkan opini publik bahwa pelakunya adalah kelompok fanatik agama tertentu. Opini ini dibangun secara sistematis sehingga muncul kesan hanya orang-orang fanatik yang rela menjadi martir bom bunuh diri. Pelaku dianggap lebih memburu surgawi ketimbang duniawi. Janji surga menggerakkan pelaku untuk menerima tantangan mematikan. Kalau mau memperhatikan secara lebih jernih akar teror itu, akan tampak bahwa bukan melulu janji surga yang menggerakkan para teroris. Bukan pula hanya soal ideologi. Tetap saja ada pengukur materi. Filsafat teror melihat terorisme di sini mengandung ekspresi kaum marginal terhadap kemapanan, entah itu kemapanan yang dinikmati elite politis maupun birokrat. Yang paling mencolok adalah ekspresi ketidaksetaraan antarbelahan dunia yang ditunjukkan oleh ketimpangan ekonomi. Terorisme Global Kita mulai dulu dari skala luas. Dalam tatanan dunia, terorisme tumbuh akibat ketimpangan belahan dunia. Entah itu di Bali atau di Mega Kuningan, sasaran teror adalah simbol-simbol Barat. Kapitalisme Barat sangat nyata mengalir ke negeri ini dan celakanya malah memperlebar ketimpangan. Karena itu, Barat menjadi metafor keserakahan yang harus dihentikan. Inilah yang acap disebut terorisme global. Terorisme global adalah menebar ketakutan kepada dunia atas penolakan ketimpangan globalisasi. Secara eksplisit para teroris itu ingin menunjukkan penolakan terhadap jenis modernitas dan sekularisasi. Simbol modernitas dan sekularisasi adalah Barat. Teroris itu menyerang akses Barat di Indonesia, sebagai wujud perlawanan terhadap kecongkakan globalisasi. Sudah lama diingatkan oleh para pemikir sosial bahwa globalisasi telah membagi masyarakat dunia ke dalam kelompok-kelompok pemenang, penerima keuntungan, dan para pecundang. Terorisme global adalah perlawanan para pecundang terhadap pemenang. Para pecundang punya dalih bahwa globalisasi merupakan pencabutan cara-cara hidup tradisional dengan jalan kekerasan. Si pencabut itu justru Barat lewat modernisasi. Mereka yang kalah lebih rapuh terhadap modernisasi yang kejam, yang justru dibawa oleh pasar global dan celakanya, didominasi oleh sejumlah kecil korporasi internasional. Kalau kita pinjam pandangan filsuf Jurgen Habermas, terorisme merupakan efek trauma modernisasi yang telah menyebar ke seantero dunia dengan suatu kecepatan patologis. Sementara Jacques Derrida melihat terorisme sebagai suatu gejala elemen traumatis yang intrinsik terhadap pengalaman modern. Fokusnya selalu pada hari depan yang acapkali dipahami sebagai janji, harapan, dan penegasan diri. Karena itu, momok terorisme global menghantui cita rasa kita akan masa depan karena ia membunuh harapan. Marginalitas Terorisme Bicara soal harapan, kita akan berhadapan dengan fakta bahwa banyak anggota masyarakat hidup tanpa harapan. Ketika berharap untuk menumbuhkan keluarga sehat, mereka berhadapan dengan adagium kapitalisme sehat itu mahal. Karena itu, senantiasa dipelesetkan, Orang miskin jangan sakit. Begitupun manakala berkeinginan menyekolahkan anaknya, mereka terbentur sebuah fakta semu dari sekolah gratis. Kenyataannya sekolah masih saja membutuhkan biaya tinggi. Ketimbang berpengharapan tanpa terwujudkan, masyarakat pun memilih hidup tanpa harapan. Orang hidup tanpa harapan sesungguhnya ketiadaan akses. Mereka yang punya akses lebih mudah mewujudkan segala harapan tersebut. Inilah kondisi mengkhawatirkan, yakni ketika ada orang tanpa harapan dan orang berpengharapan dan ini acap dinamakan ketimpangan. Di mana pun kita duduk, apakah itu di birokrasi atau kancah politik, tetap harus menjaga agar tidak terlalu njomplang ketidaksetaraan. Memang sebuah konsekuensi, ada yang tersisih dalam sebuah proses mewujudkan itu. Namun, kalau membiarkan kian banyak yang tersisih, sama artinya menyimpan bom waktu yang suatu saat meledak dahsyat. Tanggung Jawab Negara Agar bom waktu tidak meledak, negara punya peran. Hakikatnya, kesenjangan dan ketidaksetaraan bisa ditekan jika negara secara maksimal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ketimpangan global bisa pula dimanipulasi bila negara bisa memfilter kapitalisme Barat. Namun, apa lacur, negara lebih berfungsi bagi segelintir orang ketimbang rakyat kebanyakan. Akibatnya, ekspresi kesenjangan, ketidaksetaraan maupun ketimpangan global itu terus terjadi. Bentuk ekspresi yang paling nyata adalah terorisme. Ini berarti tatkala negara membiarkan kesenjangan maupun ketimpangan, sama artinya ikut melahirkan terorisme. Jadi, sekali lagi, teror tidak sekadar berkedok agama. Masih sangat memungkinkan teror disebabkan oleh warna ekonomi dan budaya. Wajar jika senantiasa diingatkan oleh para pengamat, tak selayaknya buru-buru melihat agama demi memberangus terorisme. Pada dasarnya agama sekadar penguatan sekaligus percepatan. Cukup memakai dalil agama,
CiKEAS Quote : Waste Of Human Resources
The biggest tragedy in America is not the great waste of natural resources - though this is tragic; the biggest tragedy is the waste of human resources because the average person goes to his grave with his music still in him. --Oliver Wendell Holmes http://ariefbudi.wordpress.com http://jalanku.multiply.com http://teknofood.blogspot.com FaceBook : http://id-id.new.facebook.com/people/Arief-Budi-Setyawan/1663852032 ...Bila engkau penat menempuh jalan panjang, menanjak dan berliku.. dengan perlahan ataupun berlari, berhenti dan duduklah diam.. pandanglah ke atas.. 'Dia' sedang melukis pelangi untukmu.. Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
CiKEAS Meluruskan Isu Politik di Balik Ledakan Bom
Jawa Pos [ Kamis, 23 Juli 2009 ] Meluruskan Isu Politik di Balik Ledakan Bom BOM yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tak hanya meninggalkan duka mendalam bagi para korban. Selain menuntut aparat bekerja keras mencari para dalang teror yang membuat seluruh dunia bersedih, ledakan itu juga memunculkan konflik baru dan saling curiga di antara para elite politik. Ini berawal dari sikap reaksional Presiden SBY selaku petinggi negeri ini dalam pernyataan pertama hanya beberapa jam dari peristiwa bom itu. Kita paham, situasi saat itu membawa kita ke dalam amarah. Semua orang marah besar. Rakyat Indonesia marah tak terkira. Sejumlah petinggi negara marah dengan mengutuk. Presiden SBY juga terbawa dalam situasi kemarahan dan kegeraman yang luar biasa. Saat itu SBY menyebut eskalasi politik sedang tinggi. Dia pun mengutip laporan intelijen tentang adanya kelompok politik tertentu yang bersiap melakukan huru-hara dalam bentuk revolusi atau menduduki KPU (Komisi Pemilihan Umum). Bahkan, sebuah foto dirinya yang menjadi sasaran latihan teroris diperlihatkan. Memang, tidak ada tudingan langsung, tapi muncul persepsi bahwa ada korelasi antara bom dan eskalasi politik pasca pemilihan presiden. Ketika arah penyidikan bom di Marriott dan Ritz-Carlton itu semakin mengerucut ke kelompok teroris pimpinan Noordin M. Top, wajar orang bertanya tenatng hubungan dua bom yang memakan sembilan korban jiwa itu dengan eskalasi politik pascapilpres? Apakah presiden telah melakukan kebohongan publik? Kesan yang muncul, SBY seakan-akan memanfaatkan momentum bom ini untuk menembak lawan politiknya. Apalagi, foto yang diperlihatkan itu adalah foto pada 2004. Rakyat Indonesia tentu tak ingin pernyataan SBY menjadi bola panas yang membuat negeri yang sudah menderita karena bom itu semakin panas. Kita tentu tak ingin pernyataan presiden tersebut menjadi bahan perang elite. Walaupun saat ini, para lawan politik SBY, seperti kubu Mega-Prabowo meminta SBY membuktikan keterlibatan elite politik. Bahkan, sudah ada pihak yang meminta SBY meminta maaf? Intinya, kita tidak ingin ada persoalan baru di negeri ini. Ledakan bom sudah memunculkan trauma mendalam. Belum lagi, masalah teknis pilpres yang masih dipersoalkan sejumlah kalangan. Kita tak ingin ruwet. Tidak ada salahnya bila presiden mengklarifikasi pernyataannya itu. Atas nama kearifan, SBY sebagai kepala negara bisa menjelaskan duduk persoalan sebenarnya sehingga masalah ini tidak menjadi bola politik yang liar. Selain itu, agar rakyat tidak bingung karena terjebak dalam isu-isu politik. Untuk ke depan, aparat intelijen kita harus memberi masukan akurat kepada presiden. Sebab, apa yang dikatakan presiden selalu dipegang rakyat. Dan, rakyat tak ingin presidennya terbelit masalah. Mari kita semua bergandeng tangan dan fokus memerangi teroris.(*)
CiKEAS Setelah Larangan Terbang Dicabut
Jawa Pos [ Rabu, 22 Juli 2009 ] Setelah Larangan Terbang Dicabut SETELAH dua tahun membelenggu dan mencoreng reputasi penerbangan Indonesia di mata dunia, Uni Eropa (UE) akhirnya mencabut larangan terbang bagi maskapai penerbangan tanah air. Pencabutan larangan terbang itu merupakan kabar baik bagi para pelaku industri penerbangan di tanah air. Yakni, sebagai upaya mengembalikan kepercayaan diri mereka dalam melayani jalur internasional. Di antara 51 perusahaan penerbangan di Indonesia, empat disebut oleh UE boleh masuk ke wilayah udara mereka. Yakni, dua penerbangan berjadwal Garuda Indonesia dan Mandala Airlines serta dua penerbangan carter Ekspres Transportasi Antarbenua (PremiAir) dan Airfast Indonesia. Di antara empat maskapai itu, Garuda yang sudah mengemukakan segera memanfaatkan peluang tersebut dengan berencana membuka jalur ke Amsterdam (Belanda). Itulah salah satu jalur internasional yang pada masa lalu merupakan andalan perusahaan penerbangan nasional tertua tersebut (tahun ini merayakan ulang tahun ke-60). Pelajaran apa yang bisa ditarik dari pencabutan terbang yang dilakukan Uni Eropa itu? Barangkali, salah satu yang penting adalah kita tak boleh bersikap semata-mata reaktif. Dalam menghadapi tekanan internasional seperti itu, kita harus menjawab dengan bukti yang konkret. Sebagaimana diketahui, larangan terbang bagi 51 penerbangan Indonesia diberlakukan UE sejak Juli 2007. Langkah itu diambil setelah melihat banyaknya kasus kecelakaan penerbangan di tanah air. Menurut pihak otoritas penerbangan Eropa, Indonesia masuk daftar negara yang belum menerapkan standar keselamatan penerbangan yang memadai. Semua kalangan di Indonesia, khususnya para pelaku industri penerbangan di Indonesia, memang marah terhadap keputusan yang dianggap sepihak itu. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu sempat dikabarkan menunda kunjungan kenegaraan ke Eropa sebagai bentuk protes atas keputusan tersebut. Saat itu juga ada usul untuk melakukan aksi balasan dengan melarang penerbangan berbendera Eropa masuk ke Indonesia. Yang kita sesalkan, dalam menanggapi itu, kita hanya marah. Marah memang boleh, tapi mestinya hal tersebut diimbangi dengan upaya yang konkret. Yakni, dengan memperbaiki standar kualitas keselamatan penerbangan yang serius. Kita melihat, sejak kasus hilangnnya pesawat Adam Air di perairan Laut Sulawesi (Januari 2007) yang berujung larangan terbang UE itu, dunia penerbangan terus diwarnai banyak insiden penerbangan. Banyaknya insiden tersebut, boleh jadi, merupakan akibat ketatnya persaingan antarmaskapai penerbangam pada masa lalu atau longgarnya kontrol otoritas penerbangan dalam negeri. Hal-hal itulah yang harus diperbaiki. Ditjen Perhubungan Udara, misalnya, begitu ada larangan terbang seperti itu, mestinya juga membuat rencana langkah-langkah perbaikan (corrective action plan/CAP) yang jelas. Akibat tidak adanya CAP itu pula, maka UE tahun lalu terpaksa memperpanjang larangan terbang tersebut. Setelah larangan terbang UE dicabut, kita berharap hal itu tak membuat kita lalai. Upaya memperbaiki standar keselamatan penerbangan di tanah air tetap harus diteruskan. Berkaca kepada peristiwa-peristiwa kecelakaan penerbangan beberapa bulan terakhir, harus jujur kita akui bahwa nilai rapor kita masih jauh dari ideal. Saat ini, misalnya, maskapai di tanah air baru memenuhi sekitar 60 persen item temuan-temuan International Civil Aviation Organization (ICAO) yang harus diperbaiki. Kita berharap di masa depan angka itu bisa naik menjadi 100 persen. Dengan demikian, semua orang merasa aman naik penerbangan berbendera Indonesia.
CiKEAS Lebih Serius Melawan Teroris
Jawa Pos [ Senin, 20 Juli 2009 ] Lebih Serius Melawan Teroris Oleh Ardi Winangun Ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, merupakan kali kesekian di Indonesia. Ledakan tersebut tentu saja membuat kita terenyak lagi di tengah perasaan bahwa terorisme di Indonesia sudah berakhir. Sebab, trio bom Bali sudah dihukum mati dan desk antiteror atau Detasemen 88 sudah dibentuk di tiap kabupaten. Namun, perasaan dan anggapan terorisme di Indonesia sudah berakhir ternyata hanya impian. Ledakan tersebut tentu sangat kita sesalkan. Sebab, selain menimbulkan korban jiwa, ledakan itu merusak citra aman Indonesia yang mulai terbangun. Bagi penggemar Manchester United FC, ledakan tersebut membuyarkan impian untuk bisa melihat secara langsung bintang-bintang sepak bola dunia itu. *** Banyak dugaan dan spekulasi atas ledakan tersebut. Namun, kalau ditelusuri, ada beberapa kemungkinan. Pertama, di luar dugaan, faktor itu tidak kita sadari. Yakni, kita merasa bahwa lingkungan kita aman. Sehingga, kita tenang-tenang saja. Setelah tragedi 11 September lalu di Amerika, kita merasa bahwa peristiwa tersebut tidak terjadi di Indonesia. Namun, tanpa kita sadari, terorisme menyusup dalam lingkungan kita. Faktor tersebut biasanya natural dan kita belum pernah menghadapi terorisme. Kedua adalah kelengahan dan pembiaran. Seharusnya, kasus bom Bali I menjadi pelajaran bagi kita bahwa terorisme sudah ada di sekitar kita. Tapi sayang, kita tidak pernah belajar dari peristiwa tersebut. Sehingga, rentetan terorisme berlanjut, bahkan dengan kadar yang setara dengan bom Bali I. Misalnya bom Bali II serta peledakan di Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta, dan JW Marriott I. Faktor itu bukan natural, melainkan disebabkan kelengahan atau lemahnya fungsi intelijen yang ada. Seolah-olah, terorisme dibiarkan dan masih diberi ruang yang begitu luas. Nah, itulah yang perlu kita sesalkan. Aparat yang seharusnya bertanggung jawab terhadap serangan teroris ternyata tidak berjalan. Bukankah selepas bom Bali I, polisi dan TNI sering menjalani latihan antiteror? Kerja sama penanggulangan teror dengan berbagai negara dan biaya yang sangat besar pun telah dilaksanakan. Misal, kerja sama penanganan terorisme antara Indonesia dan Amerika Serikat yang dijalin sejak 2005 sampai September 2008 dengan biaya bantuan Amerika Serikat sebesar USD 400.000. Latihan dan bantuan itu ternyata tidak sesuai dengan harapan. Buktinya, selepas ledakan di JW Marriott dan Ritz-Carlton, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mengakui bahwa ledakan tersebut tidak terdeteksi oleh pihaknya. Menurut dia, peristiwa itu bisa terjadi di negara mana pun, termasuk negara superpower. Kalau begitu, di mana letak tanggung jawab mereka dari pengalaman dan latihan sebelumnya? Ketiga, by design. Terorisme yang sudah diatur sedemikian rupa bertujuan memfitnah, menjelekkan lawan untuk kepentingan politis dan ekonomi. Pascaledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton, terjadilah lempar saling duga. Saat konferensi beberapa jam setelah ledakan, Presiden SBY mengatakan ada rencana kelompok tertentu berbuat di luar hukum untuk mereaksi hasil pilpres dengan rencana pendudukan KPU saat hasil Pilpres 2009 ditetapkan. SBY pun menuturkan bahwa pihaknya telah mengendus rencana untuk membikin Indonesia seperti Iran dan menghalangi dirinya agar tidak dilantik sebagai presiden terpilih. Menanggapi hal tersebut, tentu saja kubu JK dan Megawati melontarkan tepisan. Antara lain, JK membantah anggapan bahwa serangan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton terkait dengan hasil pilpres. Menurut dia, dirinya dan Megawati tidak akan berbuat seperti itu. *** Setelah bom Bali I, terorisme di Indonesia, menurut saya, cenderung disebabkan faktor kelengahan, pembiaran, dan by design. Gerakan terorisme tidak lagi muncul secara natural, melainkan sebenarnya sudah bisa dibaca dari jaringan atau tahap yang berjalan. Misalnya, tahap perakitan bom, masuknya pelaku ke tempat sasaran, kemudian peledakan diri. Seharusnya, bila kita tidak lengah atau membiarkan, rantai atau tahap tersebut bisa segera diputus. Jika mau, saya yakin bahwa kita bisa memutus rantai tersebut. Sebab, kita berpengalaman merasakan teror dan sering berlatih. Buktinya, sebelum ledakan JW Marriott dan Ritz-Carlton, polisi mengungkap dokumen yang disita saat penggerebekan di Cilacap, Jawa Tengah. Dalam dokumen itu disebut Presiden SBY telah menjadi target serangan kelompok teroris. Seharusnya, bila demikian, tahap selanjutnya dari gerakan terorisme harus dicegah. Tapi sayang, setelah data itu diperoleh, aparat tidak melakukan tahap selanjutnya. Apalagi setelah dibentuknya desk antiteror di tiap kabupaten. Seharusnya lebih bisa. Namun, lagi-lagi patut disayangkan, fungsi intelijen kita ternyata belum maksimal. Nah, di situlah mungkin kita harus benar-benar serius melawan terorisme. Mungkin, selama ini kita tidak serius melawan
CiKEAS Bom JW Marriott dan Ritz Carlton
http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/07/86735/4/2/Depdag-Perketat-Pengawasan-Penjualan-Bahan-Kimia-dan-Peledak Bom JW Marriott dan Ritz Carlton Depdag Perketat Pengawasan Penjualan Bahan Kimia dan Peledak Kamis, 23 Juli 2009 20:21 WIB Penulis : Jajang JAKARTA-MI: Pascaledakan bom Mega Kuningan, Departemen Perdagangan (Depdag) memperketat perdagangan bahan berbahaya seperti peledak dan bahan kimia. Kita meminta supaya pengetatan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk terkait kejadian bom di dua hotel pekan lalu. Kami sudah menginstruksikan dinas perdagangan yang ada di daerah untuk memperketat pengawasan penjualan mercon, kembang api dan barang sejenis yang sekiranya dapat digunakan untuk bahan baku perakitan bom, ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, Gunaryo, di Jakarta, Kamis (23/7). Pengawasan ini, imbuh Gunaryo, akan menitikberatkan pada pantuan transaksi bahan-bahan peledak dan bahan kimia yang biasa di jual di masyarakat. Dari laporan lapangan, belum ada transaksi dalam jumlah besar terkait barang berbahaya apalagi untuk perakitan bom, ujar. Gunaryo. Depdag sendiri kini sudah memperketat pengawasan mulai dari proses impor hingga transaksi ke pemakai bahan berbahaya tersebut. Meskipun beberapa barang peledak dan bahan kimia diperjualbelikan secara bebas di masyarakat, kita tetap lakukan kontrol dengan pantuan langsung di beberapa daerah, ujar Gunaryo. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan barang tersebut. Kami sudah koordinasi dengan daerah agar pengawasan distribusi bahan baku berbahaya itu makin diperketat, tegasnya. Namun, lanjut Gunaryo, pembuatan bom oleh pihak tertentu, tidak hanya terpaku pada bahan baku berbahaya yang diawasi secara ketat. Sebab, ada beberapa bahan baku yang beredar secara luas dan sulit diawasi bisa menjadi bahan bom. Misalnya saja pupuk urea yang banyak digunakan sebagai bahan baku peledak dalam beberapa kasus pemboman di negara kita, pungkas Gunaryo. (Jaz/OL-7)
CiKEAS Depdag Perketat Pengawasan Penjualan Bahan Kimia dan Peledak
http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/07/86735/4/2/Depdag-Perketat-Pengawasan-Penjualan-Bahan-Kimia-dan-Peledak Bom JW Marriott dan Ritz Carlton Depdag Perketat Pengawasan Penjualan Bahan Kimia dan Peledak Kamis, 23 Juli 2009 20:21 WIB Penulis : Jajang JAKARTA-MI: Pascaledakan bom Mega Kuningan, Departemen Perdagangan (Depdag) memperketat perdagangan bahan berbahaya seperti peledak dan bahan kimia. Kita meminta supaya pengetatan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk terkait kejadian bom di dua hotel pekan lalu. Kami sudah menginstruksikan dinas perdagangan yang ada di daerah untuk memperketat pengawasan penjualan mercon, kembang api dan barang sejenis yang sekiranya dapat digunakan untuk bahan baku perakitan bom, ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, Gunaryo, di Jakarta, Kamis (23/7). Pengawasan ini, imbuh Gunaryo, akan menitikberatkan pada pantuan transaksi bahan-bahan peledak dan bahan kimia yang biasa di jual di masyarakat. Dari laporan lapangan, belum ada transaksi dalam jumlah besar terkait barang berbahaya apalagi untuk perakitan bom, ujar. Gunaryo. Depdag sendiri kini sudah memperketat pengawasan mulai dari proses impor hingga transaksi ke pemakai bahan berbahaya tersebut. Meskipun beberapa barang peledak dan bahan kimia diperjualbelikan secara bebas di masyarakat, kita tetap lakukan kontrol dengan pantuan langsung di beberapa daerah, ujar Gunaryo. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan barang tersebut. Kami sudah koordinasi dengan daerah agar pengawasan distribusi bahan baku berbahaya itu makin diperketat, tegasnya. Namun, lanjut Gunaryo, pembuatan bom oleh pihak tertentu, tidak hanya terpaku pada bahan baku berbahaya yang diawasi secara ketat. Sebab, ada beberapa bahan baku yang beredar secara luas dan sulit diawasi bisa menjadi bahan bom. Misalnya saja pupuk urea yang banyak digunakan sebagai bahan baku peledak dalam beberapa kasus pemboman di negara kita, pungkas Gunaryo. (Jaz/OL-7)
CiKEAS Blackmailers of raped boy held
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=124801d=23m=7y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom Thursday 23 July 2009 (30 Rajab 1430 Blackmailers of raped boy held Arab News MAKKAH: The Commission for the Promotion of Virtue and Prevention of Vice in Makkah arrested two men who have been accused of repeatedly raping a young boy and then blackmailing him with images of the crime in order to keep him quiet and lure him back for more sexual abuse. The authorities did not provide the ages of the men and the boy. They said one of the men, whom they also did not identify, was a foreign resident who could not produce an iqama. According to the commission, the men used the images to lure the child back for repeated offenses under the threat of publicizing the images. The commission did not say how many times he was lured back to the men before he went to his father for a way out. The commission set up a sting and the men were arrested when the boy returned to them.
CiKEAS Indonesian terror changes face
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/KG25Ae01.html Jul 25, 2009 Indonesian terror changes face By Nelson Rand The day before last week's bombings of two luxury hotels in Jakarta, the Australian Strategic Policy Research Institute (ASPRI) released a report warning of possible new attacks by Jemaah Islamiyah (JI), Southeast Asia's largest terrorist network. The report Jemaah Islamiyah: A renewed struggle? indicated a possible resurgence of attacks because of competition among extremist factions inside JI seeking to establish dominance. The day before the report's release, two newly recruited suicide bombers checked into the JW Marriott hotel in Jakarta. They later smuggled explosives into the hotel, which was highly secured by armed guards and metal detectors, and used room 1808 as a makeshift command center to assemble the bombs and make final preparations for Indonesia's first terrorist attack in nearly four years. Closed-circuit television footage from the JW Marriott on the morning of Friday, July 17, shows one of the suicide bombers, wearing a baseball cap, carrying a backpack on his chest and wheeling a suitcase, as he walked purposefully toward a hotel cafe where 18 business executives and an Australian trade commissioner were having a breakfast meeting. About two minutes later, his partner in terror detonated himself at the restaurant of the nearby Ritz Carlton. The attacks killed nine people, including the two bombers, and injured over 50 others. They came nine days after presidential elections in which incumbent president Susilo Bambang Yudhoyono was re-elected in a landslide. The elections have been hailed as the most peaceful in Indonesia's history, and while pre-election violence was always a possibility considering the country's turbulent past, few expected such deadly attacks would occur well after the vote. Earlier speculation that Yudhoyono's political enemies may have played a role in the bombings has been widely discounted due to the nature of the explosives and method of attack. The attacks come at an unexpected time and are intended to rattle the country after the most trouble-free election Indonesia has ever seen, wrote STRATFOR, a US-based private intelligence firm in an analysis of the bombings. By attacking five-star hotels in the capital, the perpetrators have reminded the international business community of Indonesia's inherent security concerns. One of Yudhoyono's bigger achievements in his first term was the curbing of Islamic extremism. Dozens of JI members were arrested or killed and several deadly plots were thwarted, including a planned bombing of a cafe frequented by Western tourists in West Sumatra in 2008. According to several assessments, the international linkages that gave JI members access to funds and training have been decimated. Yudhoyono notched those successes by addressing terrorist threats more through police work than military means, establishing village-level intelligence networks, rehabilitating and reintegrating former militants into society, and allowing opportunities for Islamists to participate in above-ground politics and organizations. Those policies have been coupled with substantial outside assistance from the United States and Australia, including the establishment, funding, equipping and training of the country's elite Detachment 88 counter-terrorism taskforce. [Yudhoyono] has done exceptionally well in terms of arresting JI members and making them talk, said Noor Huda Ismail, executive director of Indonesia's International Institute for Peacebuilding and co-author of the recent ASPRI paper. Those policies, however, have not come without criticism. Human rights groups say the country's anti-terror legislation and decrees curb basic human rights, while Yudhoyono has been repeatedly criticized for over-accommodating Islamic hardliners and allowing them to influence government policy. Extreme splinters At the same time, Yudhoyono's counter-terrorism successes have apparently caused a reactive transformation of the group. I'm not sure JI or any other label has any relevance any more, said long-time Indonesia observer and veteran journalist John McBeth. There are obviously networks, but they are pretty fragmented and disparate. According to the ASPRI report, JI has fractured into three categories: those who are cooperative with the authorities, those whose position is unclear, and those who continue to resist the authorities. Violence-prone splinter groups, consisting of members of the latter category, are now seeking to reassert themselves, according to the ASPRI research. JI is no longer a cohesive organization with a clear, unified leadership structure, the same report argues. The continued leadership split in the JI organization and the release from prison of unreformed members of the group ... raises the possibility that splinter factions might now seek
CiKEAS Bom Dalam Kamar Hotel Didesain Meledak Lebih Dulu
http://www.antaranews.com/berita/1248359807/bom-dalam-kamar-hotel-didesain-meledak-lebih-dulu Bom Dalam Kamar Hotel Didesain Meledak Lebih Dulu Kamis, 23 Juli 2009 21:36 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Jakarta (ANTARA News) - Bom yang ditemukan polisi di kamar 1808 Hotel JW Marriott ternyata telah didesain untuk lebih dulu meledak dibandingkan dengan dua bom lainnya. Karena diduga ada gangguan teknis, bom di dalam kamar tidak meledak, kata Kepala Bidang Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Ketut Untung Yoga Ana di Jakarta Media Center, Bellagio Mall, Jl Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis petang. Jika kedua bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada Jumat (17/7) pukul 07:43 WIB dan 07:47 WIT maka bom yang berada dalam kamar telah didesain untuk meledak sebelum jam itu. Hal ini terlihat jelas karena bom yang ada dalam hotel dilengkapi dengan timer yang menunjukkan waktu ledakan. Pokoknya, bom ini meledak sebelum dua bom lainnya, katanya. Yoga memastikan bahwa bom dalam kamar itu telah aktif sehingga satu-satunya cara untuk menjinakkan bom adalah diledakkan di tempat yang aman. Menurut dia, dilihat dari materi bom yakni black powder maka diduga kuat bom yang ditemukan dalam kamar identik dengan dua bom yang meledak. Ledakan bom di kedua hotel itu menyebabkan sembilan orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Ketika menyisir kedua hotel itu pascaledakan dua bom, polisi menemukan satu bom di kamar 1808 Hotel JW Marriott. Namun Polri belum dapat memastikan apakah bom itu dirakit dalam kamar hotel atau tempat lain karena masih dalam penyelidikan polisi. Pada bagian lain, Yoga Ana mengatakan, adanya informasi bahwa seseorang bernama N dan I diduga menjadi pelaku bom bunuh diri ternyata tidak benar. Polisi telah mengambil sampel DNA dari ayah N dan I untuk dicocokkan dengan jenazah yang belum teridentifikasi dan hasilnya tidak ada yang identik. Untuk mengetahui identitas dua pelaku bom bunuh diri itu, polisi kini telah mengeluarkan sketsa wajah yang dibuat berdasarkan data potongan kepala yang ditemukan di lokasi kejadian yang hingga kini belum teridentifikasi.(*) COPYRIGHT © 2009
CiKEAS Menelisik Dalang-dalang Bom Mega Kuningan
http://www.gatra.com/artikel.php?id=128564 Menelisik Dalang-dalang Bom Mega Kuningan Pasca-meledaknya bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, polisi menyelidiki dugaan keterlibatan Al-Qaeda dan jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Dari penyelidikan yang dilakukan, polisi memperoleh nama Nur Aziz, yang diduga menjadi pengebom JW Marriott. Lelaki itu diketahui check-in di kamar 1808 Hotel JW Marriott pada 15 Juli, dengan nama Nur Aziz. Untuk menginap tiga hari di kamar deluxe bertarif US$ 154 itu, Nur Aziz menaruh deposit tunai US$ 264. Dari rekaman CCTV hotel diketahui, Nur Aziz check-in di resepsionis hotel sekitar pukul 15.00. Penampilannya sama persis dengan gambar yang tertangkap CCTV menjelang ledakan. Polisi menduga, dua aksi pengeboman itu dimatangkan di kamar 1808 yang dijadikan markas darurat. Di kamar mewah itu ditemukan satu paket bom utuh. Rangkaian bom yang disimpan dalam tas laptop ukuran 14 inci itu dibungkus dengan kardus warna hijau, yang dijejali ratusan mur dan baut, seta dililit dengan lakban warna hitam. Dua lampu kecil warna merah menyembul dari kotak plastik yang mewadahinya. Ketika bom itu dievakuasi dari kamar 1808, wartawan Gatra Gandhi Achmad melihat dua kabel warna merah dan biru terjuntai dan bergoyang-goyang. Pada saat ditemukan polisi, bom rakitan yang siap diledakkan itu berada di atas meja di sisi tempat tidur. Entah apa maksudnya ditinggal begitu saja oleh si empunya. Semula ada dugaan, bom itu akan diledakkan untuk menghancurkan kamar dan menghilangkan barang bukti di situ. Pertanyaannya: bukti apa yang hendak dilenyapkan? Di kamar itu tak ada bukti lain selain bom tadi. Spekulasi pun sempat merebak: jangan-jangan ada pihak lain yang sengaja meletakkan bom tersebut di sana dengan maksud mengecoh. Misalnya untuk memberi kesan kuat bahwa pelakunya adalah kelompok tertentu, seperti Jamaah Islamiah, yang biasa menggunakan bom rakitan model itu. Spekulasi ini pun sulit dibuktikan. Apalagi, ada spekulasi lain bahwa mungkin saja bom itu digunakan untuk meledakkan target lain. Polisi belum hendak membedah spekulasi-spekulasi ini. Yang jelas, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, menegaskan bahwa antara dua bom yang meledak dengan bom tidak meledak yang ditemukan di kamar 1808 ada kesamaan. ''Sama-sama terbuat dari campuran black powder yang tergolong low explosive, ditambah mur dan baut untuk menambah efek merusak,'' kata Nanan kepada Gatra. Bom seperti ini juga sama dengan bom yang ditemukan polisi di Cilacap, Jawa Tengah, dua pekan lalu. Bom dan bahan pembuat bom itu ditemukan di halaman belakang rumah Baridin alias Bahrudin Latif di Kampung Mulele, Desa Pesuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap. Baridin, yang diburu polisi karena diduga terlibat dalam jaringan teroris Noor Din Mohd. Top, sampai kini masih buron. Polisi pun menduga, Nur Aziz adalah Nur Hasbi, yang disebut polisi sebagai orang lama dalam jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Hasbi pula yang menyewakan rumah buat Noor Din Mohd. Top --gembong teroris asal Malaysia-- di Wonosobo, Jawa Tengah. Pada 2006, polisi menggerebek rumah itu. Noor Din lolos, sedangkan dua rekan Hasbi, Jabir dan Abdul Hadi, tewas. Benarkah Nur Aziz adalah Nur Hasbi atau Nur Said? Siti Lestari, mertua Nur Said, yakin bahwa Nur Aziz seperti tampak pada rekaman CCTV Hotel JW Marriott bukanlah Nur Said menantunya. Menurut Siti, yang tinggal di Klaten, Jawa Tengah, perawakan Nur Aziz beda dari perawakan Nur Said. Paman Nur Said, Hasyim, mengatakan kepada Arif Koes Hernawan dari Gatra, ''Saya tak yakin Said terlibat pengeboman.'' Siapa di belakang para operator lapangan itu? Betulkah sang dalang sesungguhnya adalah pihak intelijen Barat? Taufik Alwie, Herry Mohammad, Cavin R. Manuputty, dan Sukmono Fajar Turido [Laporan Utama, Gatra Nomor 37 Beredar Kamis, 23 Juli 2009]
CiKEAS Ratusan Karyawan Freeport Tertahan
http://www.gatra.com/artikel.php?id=128559 Ratusan Karyawan Freeport Tertahan Timika, 22 Juli 2009 14:10 Sekitar 400 karyawan PT Freeport yang akan berangkat ke Tembagapura, Rabu siang (22/7), tertahan di mile 50 setelah konvoi bus mereka ke pertambangan ditembaki orang tak dikenal. Sebuah sumber di Timika, Rabu membenarkan, ratusan karyawan Freeport itu diangkut dengan menggunakan 12 bus pengangkut karyawan. Konvoi bus karyawan itu sekitar pukul 11.15 WIT diserang orang tak dikenal saat melintas di mile 51. Akibat serangan itu, konvoi kendaraan karyawan balik arah ke mile 50. Selain kasus penyerangan itu, di ruas jalan Timika-Tembagapura juga terjadi kecelakaan lalu lintas. PLT Kabid Humas Polda Papua AKBP Nurhabri ketika dihubungi mengakui adanya kedua insiden di wilayah kerja PT Freeport itu. Memang ada dua kasus yakni kecelakaan lalu lintas di mile 45 yang mencederai lima orang dan saat ini belum diketahui dengan pasti kondisi mereka karena masih ditangani tim medis RS Kuala Kencana, sedangkan kasus penembakan di mile 51, belum diketahui ada korban atau tidak, kata AKBP Nurhabri. Sumber lain menyatakan, kecelakaan di mile 45 menyebabkan satu anggota brimob tewas, yakni Bripka Ismail Todoho, dan empat lainnya luka-luka yakni Lettu Sriono dari Brigif dan Pratu Triono dari Yon 754. Kemudian Petrus Uluhayanan, anggota brimob, dan Patrik Tabi. Mereka saat ini masih ditangani tim medis di RS Kuala Kencana. Para korban itu menggunakan mobil LWB dengan no lambung 01-3498 milik PT Freeport. [TMA, Ant]
CiKEAS Megawati-Prabowo Tak Akan Tolak Hasil Pilpres
Refleksi : Apakah Bu Mega akan pensiun atau akan coba lagi pada tahun 2014? http://pemilu.detiknews.com/read/2009/07/23/221249/1170553/700/megawati-prabowo-tak-akan-tolak-hasil-pilpres Kamis, 23/07/2009 22:12 WIB Megawati-Prabowo Tak Akan Tolak Hasil Pilpres Laurencius Simanjuntak - detikPemilu Jakarta - Pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto menyatakan tidak akan menolak apapun hasil Pilpres 2009 yang akan diumumkan KPU. Alasannya, menolak hasil Pilpres sama saja dengan menolak konstitusi dan menolak rakyat yang telah menggunakan hak pilihnya. Kita ini kalau ikut pemilu tidak ada dalam benak kita untuk menolak hasil. Bahwa kita beri catatan, minderheit nota itu harus dilakukan. Jadi hal yang dikembangkan bahwa kita menolak hasil pemilu itu sama dengan menolak konstitusi, sama dengan menolak rakyat yang menggunakan hak pilih, kata penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Megawati-Prabowo, Pramono Anung. Hal itu dikatakan dia dalam jumpa pers usai rapat DPP PDIP di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jaksel, Kamis (23/7/2009). TKN Mega-Prabowo, lanjut Pramono, akan tetap mengedepankan jalur hukum dalam penyelesaian sengketa hasil Pilpres, yaitu dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tak ada bayangan kita menolak. Bahwa kita melakukan persengketaan gugatan itu diatur dalam undang-undang, tegas Pramono. Mengenai wacana penolakan tanda tangan dalam berita acara rekapitulasi perhitungan suara nasional, Pramono menjelaskan, hal itu merupakan kesatuan sikap dari gugatan yang akan dilakukan pihaknya terhadap hasil Pilpres. Kalau kita sudah tanda tangan rekapitulasi artinya kita menyetujui itu. Maka dengan demikian kalau ada gugatan ke MK, maka gugatan itulah yang akan kita gunakan. Bahwa kita belum tanda tangan rekapitulasi, kita masih memberikan minderheit nota, kita melakukan keberatan, itu merupakan bagian dari persengketaan pemilu dan itu diatur dalam undang-undang, paparnya. ( lrn / irw )
CiKEAS KPK Pelajari Dugaan Korupsi Ibadah Haji
Refleksi: Mau puji Allah pun dikorupsi, celaka negeri yang nama NKRI. Tak heran kalau bencana silih berganti dianugerahkan. http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=9202 2009-07-14 KPK Pelajari Dugaan Korupsi Ibadah Haji [JAKARTA] Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mempelajari laporan dan aduan masyarakat mengenai dugaan korupsi dalam penyelenggaraan haji. Hal tersebut dikatakan Kepala Biro Humas KPK Johan Budi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (14/7). Kita masih telaah semua. Karena ada beberapa laporan dari masyarakat yang masuk, dan itu harus dipelajari dulu, ujarnya. Johan pun membantah bahwa kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji sudah masuk tahap penyelidikan. Sementara itu, Wakil Koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho mempertanyakan lambannya pengusutan dugaan korupsi penyelenggaraan haji yang dilakukan KPK. Seharusnya, kasus ini menjadi prioritas KPK. Kenapa sampai sekarang belum juga jelas statusnya, ujarnya. Seperti diketahui, Senin (13/7), ICW kembali melaporkan dua bentuk dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2008 ke bagian pengaduan masyarakat KPK. Dua dugaan itu adalah korupsi biaya penerbangan dan biaya operasional dalam negeri dan Arab Saudi senilai US$ 127,7 juta atau Rp 1,28 triliun. Menurut ICW, dalam pelaksanaan biaya haji tahun 2008, harga avtur mencapai titik terendah. Sehingga, komponen biaya penerbangan semestinya bisa jauh lebih rendah. Tapi dalam pelaksanaannya, biaya penerbangan yang ditanggung oleh jemaah jauh lebih besar, ujar Koordinator Pelayanan Publik ICW, Ade Irawan kepada wartawan, di gedung KPK, kemarin. Berdasarkan data ICW, harga avtur tahun 2007 senilai US$ 75,30 per barel. Saat itu, biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) yang dibayarkan jemaah senilai US$ 1.327. Sedangkan tahun 2008 ketika harga avtur turun menjadi US$ 60 per barel, jemaah membayar BPIH sebesar US$ 1.867. Sehingga, terjadi kelebihan biaya penerbangan secara keseluruhan US$ 102,2 juta atau US$ 532 per jemaah, ujar Ade Irawan. Biaya Operasional Sementara itu, untuk biaya operasional di dalam negeri dan Arab Saudi, ICW menemukan dugaan korupsi total sebesar US$ 25,5 juta. Selisih biaya tersebut berasal dari berbagai komponen, seperti konsumsi jemaah dan petugas, alat tulis kantor, honor dan perjalanan dinas petugas, general service, akomodasi, konsumsi jemaah, serta petugas. Selain itu, ICW juga melaporkan soal temuan adanya manipulasi penetapan biaya penyelenggaraan ibadah haji tahun 2008 senilai US$ 3.458 per jamaah, yang diajukan oleh Departemen Agama. Persetujuan itu, kini sudah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2009. ICW menemukan ketidakwajaran dalam beberapa komponen biaya, seharusnya jemaah bisa membayar biaya haji lebih murah, yaitu US$ 1695 per jemaah, ujar Peneliti ICW, Firdaus Ilyas. Akibatnya, kata dia, terjadi selisih kemahalan US$ 382 per jemaah haji. Sebelumnya, pada 4 Desember 2008, ICW pernah melaporkan adanya dugaan kasus penyalahgunaan dana biaya haji di Departemen Agama ke KPK. [M-17]
CiKEAS Civil Fights: Listen to the Left
Civil Fights: Listen to the Left Jul. 22, 2009 Evelyn Gordon , THE JERUSALEM POST Too many articles lambasting the continued Jewish support for US President Barack Obama have overlooked a crucial point: Many American Jews agree with his positions on Israel. Like him, they think Israel should completely freeze the settlements, withdraw to the 1967 lines and divide Jerusalem, and that peace would break out if only it did so. None of these views are shared by a majority of Israelis. But as long as American Jews hold them, expecting them to echo mainstream Israeli concerns over these policies is delusional. What is genuinely puzzling, however, is why Obama supporters appear equally deaf to the anguished cries of Israel's left, which has long advocated precisely these policies. When the editorial staff of Haaretz, a bastion of Israel's hard left, pens three opinion pieces criticizing Obama in the space of 10 days, it ought to be clear even to left-of-center American Jews that Obama has an Israel problem. THE FIRST, by veteran diplomatic correspondent and columnist Aluf Benn, appeared on July 10. Titled The left went to the beach, it sought to explain why Israeli leftists, who vocally supported previous American demands for a settlement freeze, have not rallied behind Obama's. Not only have there been no demonstrations, but at a Knesset debate in early July, he noted, not a single MK urged compliance with Obama's demand. One reason, Benn posited, is that Obama never tried to communicate with the Israeli public. He spoke to Arabs and Muslims, but not Israelis. His neglect increased Israelis' fears that we do not have a friend in the White House. This impression was bolstered by the administration's pathetic attempt to deny the existence of understandings on settlement construction between Obama's predecessor and Israel: It was possible to accuse Israel of violating its promises, or to say that the policy had changed and explain why, but not to lie. Additionally, Obama obtained nothing from the Palestinians and the Arab states in exchange, and his insistence on a settlement freeze only encouraged Palestinian Authority President Mahmoud Abbas in his refusal to negotiate with [Binyamin] Netanyahu. Under these circumstances, it is hard for the Israeli left to blame the government for ruining the chances for peace. Finally, the more time passes, the more it appears that the demand to freeze settlement construction was meant to demonstrate a distancing from Israel. Obama has turned a settlement freeze into a matter of honor, and when the argument is about who is stronger instead of the real issue, anyone who urges Netanyahu to give in to Obama will be accused of being unpatriotic. And the Israeli left does not want to be backed into that corner. Thus after six months in office, Obama has made even Israeli leftists, who enthusiastically supported his election, doubt his friendship with Israel, rendering them unable to support his policies without appearing unpatriotic. And, equally grave, he has actually undermined the peace process by encouraging Abbas's refusal to negotiate. A week later, Haaretz devoted its editorial to the Obama problem. Titled Speak to us, too, it began by slamming Netanyahu for entering into an unnecessary and harmful conflict with Obama's administration and rejecting Obama's essential desire to bring peace. Obama's presidency, it asserted, has created a unique opportunity for peacemaking that it would be a shame to miss. But then came the punch line: Now, the US administration must convince the Israeli public that it has a friend in the White House, and that the administration's positions correspond with Israel's national interests. After talking to the Arabs, Muslims and Iranians, in speeches and on television, it is only right that Obama also address the Israeli public. Again, the message was clear: Even Israel's left wants convincing that Obama will not sacrifice Israel's interests. THEN, LAST Friday, star columnist Yoel Marcus chimed in. For all Obama's goodwill, he wrote, there is something naive, not to say infuriating, about his policy of dialogue and about the whistle stops he has chosen in his travels regarding our issue. He spoke in Turkey, he spoke in Egypt, he appeared before students in Saudi Arabia, Paris, England, Ghana and Australia. Even there the Israeli-Palestinian conflict was mentioned... The only place he hasn't been is Israel. He has spoken about us, but not to us. Moreover, Obama is behaving as though everything starts and ends with the question of whether Israel will or will not freeze construction in the settlements, completely ignoring such crucial details as that the Oslo Accords resulted in waves of suicide bombers and the Gaza pullout in daily rocket attacks. His obscuring of the fact that the Palestinians have not managed to overcome their passions and be worthy partners for a peace
CiKEAS Life not so sweet as mafia cafe seized
Refleksi: Apakah polisi NKRI berani bertindak menyita harta kekayaan haram koruptor seperti apa yang dilakukan polisi Italia? http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,25825558-2703,00.html Life not so sweet as mafia cafe seized July 24, 2009 Article from: The Australian ITALIAN authorities yesterday seized Rome's Cafe de Paris, symbol of the 1950s lifestyle captured in the film La Dolce Vita, from a powerful southern crime syndicate, a leading anti-mafia prosecutor said. Rome is one of the places where criminal clans and big international traffickers grow by infiltrating the economy by laundering illicit profits, Pietro Grasso said. The cafe, on Rome's upmarket Via Veneto close to the US embassy, was seized along with nine other eating or drinking establishments and other assets in the Italian capital worth E200million ($348.4m), he said. The property belonged to the Alvaro clan of the 'Ndrangheta mafia based in the southern Calabria region, which made the investments using money raised through arms and drugs trafficking, Mr Grasso said. A feud between clans of the 'Ndrangheta, the most powerful and violent of Italy's crime syndicates, was behind the 2007 shooting of six men in Duisburg, western Germany. Items seized included businesses, apartments and luxury cars, Mr Grasso added. The Cafe de Paris, valued at E55m, was allowed to reopen its doors yesterday even while a search continued. The restaurant was a favourite haunt of cinema stars such as Frank Sinatra and La Dolce Vita director Federico Fellini, as well as Italian intellectuals. The seizure took place as the governor of the Bank of Italy warned that Italian businesses were less able to resist pressure from the mafia because of the financial crisis. Businesses are seeing their cash takings diminishing and the value of their holdings plummeting. It is therefore a lot easier for criminal organisations to target these businesses, Mario Draghi told a parliamentary commission into the prevention of money-laundering. He said the mafia was putting pressure on businesses through loans at extortionate rates that allowed them to launder cash. Mr Draghi said criminal organisations were among the obstacles curbing the rate of growth and preventing the economy from bouncing back. The fight against laundering must be even more determined during the financial crisis, he said. AFP
CiKEAS Beware of hackers, spyware
http://www.kuwaittimes.net/read_news.php?newsid=NDcxOTcyMjky Local News Beware of hackers, spyware Published Date: July 23, 2009 By Hussain Al-Qatari, Staff writer KUWAIT: Following the recent news reports about spyware and Blackberry users in the UAE, an IT-savvy expert cautioned users in Kuwait not to visit suspicious sites or download unauthorized software. The smart phone's security can be penetrated, and users' private information and text messages can fall victim to spyware. Reports this week circulated news about a text message which was sent by UAE Blackberry provider Etisalat to its subscribers advising them to download a patch to improve the performance of their Blackberry handset. Customers reported that the patch has reduced the mobile's battery life, overheated the mobile phones, and some people reported that their phones stopped working completely. Yesterday, Canada's Research In Motion (RIM), the developer of Blackberry released a statement on their website saying that the Etisalat update is not a RIM-authorized update and was not developed by RIM. Independent sources have concluded that the Etisalat update is not designed to improve performance of your BlackBerry handheld, but rather to send received messages back to a central server. Kuwait Times addressed the question of privacy and users' data security to an IT expert working in one of Kuwait's telecommunication companies. The source who agreed to speak on condition of anonymity cautioned users in Kuwait to be careful when upgrading their phones, and advised an upgrade only through the website of the service provider or the official Blackberry website. We always advise our clients to come to our branches and speak to the IT department when they want to upgrade their mobile phones. A software usually upgrades automatically, but if the phone operating system needs an upgrade this has to be done through the provider, he said elaborating that people who are not tech-savvy should not attempt to upgrade the OS on their own. Many Blackberry users have reported various problems with their smart phones in Kuwait. Mohammad Al-Yaseen,32, said that he received a voice clip from a friend via the Blackberry Messenger, and as soon as he clicked on the link to listen, his phone froze and stopped working. Ever since, I learnt not to click on any links that look weird to me, he said. Fajir Al-Matrook, 19, said she received a message from a friend telling her about a new release of the Blackberry Messenger. I tried downloading it, but it stopped halfway through downloading. Hours later my Blackberry Messenger was gone, and two other applications on my phone did not work; when I opened them, the phone rebooted. I had to take it to the agent and have it replaced with another Blackberry. The IT source said that carrying a Blackberry is like carrying a compact computer and computers are prone to being hacked and infected with viruses. That being said, he advises that the handset should not be used to replace a computer. Blackberries should keep you connected on the go, not replace your laptop computer. My advice is to be careful. Smartphones can be penetrated by hackers and spyware easier than you can imagine, the source said. On a final note he cautioned, If you use your Blackberry to browse suspicious websites then you are risking the safety of the device and the information stored on the device. Be careful, and avoid overloading your device with unnecessary applications.
CiKEAS OOT: anggun mempesona
Judul: Blazer Muslim outfit Tag: fashion, butik, taylor, outfit, blazer, seragam, jas, stelan, pakaian Muslim, Muslimah Thayara Outfit Muslimwear: konveksi kilat, outfit diukur di tempat; pakaian Muslim dan Muslimah, seragam kantor, seragam pabrik, jas dokter, seragam perawat, stelan eksekutif, dll. Warna: oren, ungu, coklat, maroon, biru, toscha , coklat, abu-abu Ukuran: S, M, L, XL, XXL, XXXL Bahan : Triton, Laviola, Vintage, Cellini, Winterland Harga : Rp185.000 (sudah termasuk stelan celana) Harga sudah termasuk biaya kurir khusus Jabodetabek. Untuk luar kota/Jawa ditambah ongkos kirim sesuai tarif Lihat gambar: http://www.surau.net/epromo_blazer.html Langsung pesan: http://www.surau.net/contactme/pesanblazer.htm Harga khusus untuk pesanan partai sedang dan besar Dicari agen untuk seluruh wilayah Indonesia (ready factory stock: 800 stel) Dukung industri kreatif Indonesia, cintai produksi dalam negeri (Forward ke kerabat dan sahabat / simpan jika sewaktu2 perlu) Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com
CiKEAS Aljazeera Publikasikan Dokumen Rahasia PT. Medco Soal Lapindo
Aljazeera Publikasikan Dokumen Rahasia PT. Medco Soal Lapindo Dokumen rahasia terkait semburan lumpur Lapindo, yang ditujukan untuk kepentingan PT. Medco Energi itu kini muncul di website Aljazeera versi bahasa Inggris. Terdapat dua dokumen yang dipublikasikan oleh Aljazeera. Dokumen pertama berjudul “PRELIMINARY REPORT on the FACTORS and CAUSES IN THE LOSS OF WELL BANJAR PANJI-1” yang dikeluarkan oleh Simon Wilson C.Eng. M.Sc. D.I.C Petroleum Consultant. Dokumen kedua berjudul “Causation Factors for the Banjar Panji No. 1 Blowout” yang dikeluarkan oleh Neal Adams Services. Akankah dokumen rahasia itu menjadi pukulan bagi pihak-pihak yang menyatakan bahwa semburan lumpur Lapindo disebabkan oleh bencana alam? Selengkapnya dokumen tersebut dapat dilihat di : 1. http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009/6/17/2009617151210657572TriTech_Lukman_report_-_East_Java_Well_Blow-out_Assessment_-_Preliminary_Report_Document.pdf 2. http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009/6/17/2009617151816979683Final%20Report%20Sidoarjo%20Neil%20Adams.pdf
CiKEAS Study in contrasts
http://weekly.ahram.org.eg/2009/956/in3.htm 16 - 22 July 2009 Issue No. 956 Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875 Study in contrasts The US slaughter in Afghanistan makes the Chinese creeping colonisation of Urumqi look like a picnic, bemoans Eric Walberg Click to view caption The Grand Bazaar in Urumqi following fighting between Muslim Uighurs and Han Chinese (photos: AFP) -- Last week's riots in Urumqi, resulting in 180 deaths, recall similar protests in Tibet last year, though only 19 people were killed there. Both Uighurs and Tibetans exiles demonstrated during the Chinese Olympics, to little effect. Both regions, remote from the heart of Han China, were taken over under the communists, and are important strategically and as storehouses of mineral wealth to feed the new capitalist China's voracious appetite. They remind us that old- fashion colonialism is alive and well. Neither the Uighurs nor the Tibetans have any hope of independence, but they rightly would like the Han to be less greedy and invasive. Like Tibet, it is the flood of Han immigrants and the wholescale destruction of their culture that is the problem. The massive recent influx of Han Chinese, who now make up more than 50 per cent of the population (70 per cent in the major cities Urumqi and Kashgar), has reduced Uighurs to a minority in their homeland, ominously called Xinjiang (New Frontier) in Chinese. The use of Eastern Turkistan, the traditional name for this region, is outlawed, along with the blue star-crescent Uighur flag. Ethnic Han Chinese dominate nearly all big businesses in the region. All Uighurs must study Chinese, and very few Uighurs can dream of going to university. Like the Kurds, they have no official state, only a hollow autonomous region, along with large diaspora communities in Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan and the West. They number 8-10 million worldwide. There are Uighur neighbourhoods in Beijing and Shanghai. Their history is the story of an obscure nomadic tribe from the Altai Mountains rising to challenge the Chinese empire, founding their own in the 8th century, which stretched from the Caspian Sea to Manchuria. Because of their strategic location on the Silk Road, they thrived on trade. They came under Han sovereignty only in the 17th century, but after numerous revolts expelled Qing officials in 1864 and founded an independent Kashgaria kingdom, recognised by the Ottoman Empire, Russia and Great Britain, which even had a mission in the capital, Kashgar. As usual British support depended on its imperial schemes and when the Chinese attacked in 1876, fearing Tsarist expansion, Great Britain supported the Manchu invasion forces. The Brits (excuse me, the Manchus) won and East Turkestan became Xinjiang. The Soviets established the Revolutionary Uighur Union in 1921, but dissolved it in 1926 when Stalin abandoned dreams of world revolution. Undeterred, Uighur independence activists staged several uprisings, briefly in 1933 and and then in 1944. In 1949, East Turkestan's revolutionaries agreed to form a confederacy within Mao's People's Republic of China; however, on the way to Beijing to negotiate the terms, the Chinese plane crash, killed all the leaders. The Chinese army immediately invaded what is now Xinjiang Uighur Autonomous Region. As with the Tibetans a decade later, East Turkestan Republic loyalists went into exile. Uprisings occurred through the 1990s, supported by exiles in the West and Western governments, who are happy to use disgruntled expatriates from countries such as Iraq, Iran, China and Russia as geopolitical pawns, promoting unrest and calling for independence. The World Uighur Congress (WUC), based in Munich, and the Uighur American Association work hand-in- glove with the US government-funded National Endowment for Democracy and the Soros- funded Human Rights Watch. The Uighurs and Tibetans have old and unique cultures which the Chinese would do well to respect and nurture within greater China. But supporting the independence struggle is part of a cynical geopolitical chess game, and merely worsens the Uighurs' plight. We are reminded of Britain's scheming there in the 19th century. If Britain had stood by the Uighurs then, there would probably be an Uighuistan today. Instead, the destruction of Urumqi and the Old City in Kashgar continue. The latter will soon be a theme park where Uighurs will dress up and sell Han tourists plastic souvenirs. Classic colonialism. However, Chinese colonialism -- Veni, vidi, vici -- pales in comparison to the US/ British variant in nearby Afghanistan -- We came, destroy, and murder in the name of freedom. It is galling for Western media to take such delight in exposing China's dirty linen, as it
CiKEAS Oemar Dani Masuk ICU RSP AU
http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/07/86751/18/1/Oemar-Dani-Masuk-ICU-RSP-AU Oemar Dani Masuk ICU RSP AU Kamis, 23 Juli 2009 18:51 WIB Penulis : Muhammad Fauzi Oemar Dani saat menghadiri ultah Guruh--MI/TERESIA JAKARTA-MI; Mantan Kepala Saff Angkatan Udara (Kasau) Marsekal (purn) Oemar Dani kritis. Pejabat era Orde Lama ini masuk ICU RS Pusat Angkatan Udara Halim, Jakarta, sejak Selasa pagi (22/7). Bapak memang sudah sepuh (tua), penyakitnya hanya karena tua, ujar Dian, putri ke dua Oemar Dani yang menunggu di Ruang ICU, RS Halim. Echi, putra bungsu Oemar Dani, menambahkan selain sudah tua bapaknya juga memiliki penyakit hepatitis. Dengan semakin bertambahnya usia maka sangat mudah terjadi infeksi. Saat ini empat anak Oemar tengah menunggu ayahanda mereka yang tengah dirawat di Ruang ICU RS Pusat AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, itu. Mereka yakni putra sulung Peri, lalu Dian, Cicha dan putra bungsu Echi. Adik kandung Oemar, Toeti Sukirman juga tampak selalu berada di tempat yang sama.(Faw) Sent from my BlackBerry® powered by 20090723_074619_z-omar.jpgic_indosat.gif
CiKEAS Anak Terlantar Makin Banyak
Refleksi: Dirgahayu NKRI ! http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/07/85843/92/14/Anak-Terlantar-Makin-Banyak Anak Terlantar Makin Banyak Jumat, 17 Juli 2009 16:43 WIB MI/ADAM DWI JAKARTA--MI: Meski angka kemiskinan secara keseluruhan dilaporkan menurun dari tahun ke tahun namun jumlah anak terlantar justru mengalami kenaikan signifikan. Tahun 2000 yang terlantar masih 5,3 persen, kemudian bertambah menjadi 5,4 persen pada 2003 dan naik lagi menjadi 6,5 persen dari keseluruhan populasi anak usia 0-18 tahun pada 2006. Keterlantaran di sini bukan hanya secara ekonomi, tapi juga pendidikan, kata Direktur Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Harry Hikmat di Jakarta, Jumat. Jumlah total anak (usia 0-18 tahun) diperkirakan sepertiga dari total populasi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 230,6 juta jiwa pada 2009. Selain itu, kata Harry, analisis deskriptif terhadap data BPS tahun 2006 juga menunjukkan bahwa 83,28 persen anak terlantar punya orang tua lengkap; 12,38 persen yatim; 2,55 persen piatu; 1,07 persen yatim piatu dan sisanya tidak diketahui. Ada kecenderungan orang tua melepaskan tanggung jawab pengasuhan atas anak mereka ketika beban ekonomi menghimpit. Hal ini terlihat pula dari hasil survei yang menunjukkan sebagian besar penghuni panti sosial masih punya orang tua lengkap, katanya. Dia menjelaskan, pemerintah sudah memiliki strategi dan menerapkan berbagai kebijakan untuk memberikan perlindungan dan mengatasi berbagai permasalahan sosial pada anak, namun semuanya belum mampu menurunkan besaran masalah itu secara bermakna. Hal itu, menurut dia, terjadi karena strategi penanganan masalah sosial anak selama ini belum terintegrasi, masih dilakukan secara sektoral, dan masih terfokus pada program berbasis panti dengan cakupan rendah. Penanganan masalah masih dilakukan berdasarkan tren isu, sifatnya reaktif dan berorientasi pada krisis. Strategi semacam ini harus segera diubah, katanya. Ia mengatakan, pemerintah secara bertahap akan melakukan perubahan strategi dan memperbaiki program-program penanganan masalah sosial pada anak. Ke depan, dia melanjutkan, program penanganan masalah sosial pada anak mesti terkoordinasi secara rapi dengan melibatkan semua sektor. Penanganan persoalan tidak lagi dilakukan berdasarkan tren isu, harus ada strategi utama yang dijalankan berlanjut. Dan harus ada sistem pencegahan dengan memperkuat peran keluarga supaya tidak semuanya ditumpukan ke panti, panti itu pilihan terakhir, katanya. Ia menjelaskan pula bahwa tahun depan pihaknya berencana menjalankan program bantuan sosial, program dukungan keluarga, penguatan kapasitas lembaga dan sumber daya manusia, serta pelayanan alternatif bagi anak terlantar. Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menambahkan, penanganan masalah sosial pada anak seharusnya tidak hanya dibebankan kepada pemerintah atau Departemen Sosial. Menurut dia, semua pihak termasuk pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat dan komponen masyarakat yang lain mesti ikut berperan dalam upaya perlindungan anak dan penanganan masalah sosial pada anak-anak. Potret anak-anak Indonesia ini adalah refleksi yang harus disikapi bersama, demikian Arist Merdeka Sirait. (Ant/OL-06) 20090717_054637_z-anak.jpg
CiKEAS Eropa Terbanyak Minta Tenaga Kerja Indonesia
Refleksi: Di Europa, Jepang dan Amerika dengan adanya krisis global menimbulkan lebih meningkatnya penganguran, kalau diminta tenaga kerja dari Indonesia untuk ke ngereri-negerti tsb mungkin disebabkan adanya alasan istimewa yang tidak disebutkan direktur Reyna Usaman Ahmadi. Rahasia politik perbudakan terselubung pemerintah NKRI? http://www.mediaindonesia.com/read/2009/07/07/86556/18/1/Eropa-Terbanyak-Minta-Tenaga-Kerja-Indonesia Eropa Terbanyak Minta Tenaga Kerja Indonesia Kamis, 23 Juli 2009 00:21 WIB MAKASSAR-MI: Negara-negara di Uni Eropa tercatat sebagai negara yang terbanyak menawarkan peluang kerja pada tenaga kerja Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Permintaan tersebut terutama pada tenaga kesehatan. Direktur Pengembangan Pasar Kerja Binapentas, Depnakertrans, Reyna Usman Ahmadi, di Makassar, Rabu (22/7), mengatakan, Indonesia menerima permintaan tenaga kerja terbanyak dari negara-negara di Uni Eropa dalam tiga bulan terakhir. Selain tenaga perawat, tenaga kerja di bidang jasa pariwisata dan tenaga kerja di kapal-kapal pesiar juga dibutuhkan oleh negara-negara tersebut. Amerika, Australia, dan Jepang juga termasuk negara yang membutuhkan banyak tenaga kerja dari Indonesia. Jepang kini tengah mengalami booming (puncak) penduduk usia nonproduktif serta kehabisan tenaga kerja di usia produktif, jelasnya. Usia produktif di negara tersebut telah mencapai puncak karirnya dan duduk sebagai pimpinan-pimpinan perusahaan, akibatnya kelas pekerja menjadi langka. Sementara itu, di Arab Saudi, pemerintahnya tengah gencar melakukan penghijauan di wilayahnya. Arab butuh banyak tenaga kerja di bidang pemeliharaan gedung dan pertamanan, katanya. Namun, pemerintah Indonesia tidak bisa memaksimalkan permintaan tersebut karena kualifikasi yang diinginkan oleh negara tujuan tidak seluruhnya bisa dipenuhi. Kualifikasi kompetensi negara tujuan kurang bisa dipenuhi oleh pemerintah, katanya. Meskipun pasar kerja di luar negeri terhitung luas, pihaknya lebih berharap jika potensi sumber daya manusia dalam negeri berkarya di dalam negeri sendiri. Industri kreatif dalam negeri dinilai cukup membantu menyerap tenaga kerja dalam negeri dan membantu mengurangi jumlah pengangguran setiap tahunnya. (Ant/OL-7
CiKEAS Ditunggu, Barisan Sakit Hati dari Kubu SBY
Refleksi : Supaya lebih ramai gembira ria hendaklah barisan sakit hati ini ditingkatkan menjadi barisan malas hidup . http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/07/23/1708201/ditunggu.barisan.sakit.hati.dari.kubu.sby Ditunggu, Barisan Sakit Hati dari Kubu SBY Kamis, 23 Juli 2009 | 17:08 WIB Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik JAKARTA, KOMPAS.com - Formasi dan kekuatan oposisi di parlemen ke depan juga turut ditentukan oleh SBY jika dinyatakan menang dalam putusan Pemilu Presiden 2009. Fungsionaris PDI Perjuangan, Panda Nababan, sangat yakin bahwa kekuatan oposisi yang siap dibangun PDI-P, dan mungkin Golkar, jika jadi akan turut diramaikan oleh barisan sakit hati dari partai-partai yang semula mendukung pasangan SBY-Boediono. Sangat ditentukan formasi kabinet yang dibentuk SBY. Kok saya yakin kalau ada yang berkoalisi sekarang akan lari balik ke kita karena kecewa. Itu bisa saja terjadi, ujar Panda seusai diskusi bertajuk Membangun Tradisi Oposisi Politik di Kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Kamis (23/7). Menurut Panda, saat ini tentu banyak partai pendukung yang bermimpi mendapat bagian di kabinet. Namun, faktanya, kursi di kabinet tentu tak cukup untuk dibagi rata. Belum lagi jika merujuk kepada tipe SBY, seperti saat memutuskan Boediono menjadi wakilnya, yang tidak dapat diduga. Misalnya, ada partai, dia mimpi dapat tiga, eh cuma dikasih satu. Bisa saja, dia lari ke kita kan. Kemungkinan-kemungkinannya ada saja, tandas Panda.
CiKEAS BELAJAR DARI BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON JAKARTA
BELAJAR DARI BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON JAKARTA Kejadian Bomb Marriot 2 memang sangat memukul kita semua bagaimana tidak, sebuah hotel yang telah mempunyai pengalaman yang sangat memilukan menjadi sasaran bomb pada tahun 2005 dan telah meningkatkan system pengamanannya sehingga, dari kaca mata public hotel Marriot menjadi salah satu hotel dengan sytem pengamanan terbaik, ternyata masih dapat diserang kembali oleh terrorist. Kejadian ini telah membuat orang mencoba menganalisa dengan persepsinya sendiri sendiri. Ada yang menghubungkan hal ini dengan system security out sourcing, tapi banyak object vital di Dunia yang meng outsourcing kan petugas securitynya seperti antara lain NASA , Airport Schiphol, Belanda dan masih banyak lagi object lain yang menganut system outsourcing. ada yang menilai penerapan walk through metal detector dan hand held metal detector tidak effective. Karena memang hanya menditeksi metal Atau cctv tidak dapat merekam dengan jelas wajah dan masih banyak analisa lainnya. Tapi ada pula yang mengaitkan dengan politik. Mana dari analisa diatas yang merupakan sumber nya. Sebagai praktisi security saya cenderung melihat kedalam system security yang paling mendalam tidak secara partial yaitu dengan membuat pertanyaan berikut 1. Apakah tujuan utama system security hotel marriot ? Apakah system security dibuat untuk meningkatkan rasa aman tamu hotel atau untuk mencegah serangan terrorist. 2. Apakah Scenario ancaman yang diusahakan untuk dicegah dengan system pengamanan tersebut ? Pertanyaan 1 Pertanyaan tersebut sangat penting dan selalu di gunakan oleh semua ahli security. Arah dari sebuah system adalah tujuannya, demikian pula dalam system pengamanan Tujuan Utama Security menentukan systemnya. Dilihat dari pengamanan Hotel Marriot dan berbintang lainnya saya menyimpulkan tujuan system security mereka adalah meningkatkan rasa aman para tamu bukan mencegah serangan terrorist. Mengapa saya berpendapat demikian. System yang diterapkan saat ini lebih mengutamakan factor deterrence dan factor deterrence ini telah meningkatkan rasa aman atau menurunkan fear of crime sehingga Hotel yang pernah di bomb beberapa tahun yang silam bisa kembali ramai. Hotel juga masih belum mau mengorbankan kenyamanan tamu demi keamanan. Contoh suatu pengamanan yang bertujuan mencegah masuknya barang barang berbahaya adalah kapal terbang adalah Airport. Sebagian besar airport besar international sudah tidak memperdulikan kenyamanan penumpang , mereka lebih peduli pada keamanan. System Security Hotel karena masih mengutamakan kenyamanan maka mereka belum mengutamakan factor detection. Coba kita amati kembali bagaimana petugas security bekerja di check point. Mereka hanya menggunakan metal detector yang pasti tidak dapat mendekteksi bahan bomb yang tidak terbuat dari metal, dan mereka hanya melakukan gerakan memeriksa tanpa benar benar ingin mendeteksi isinya, dan hal ini dilakukan secara rutin sehingga sudah kehilangan arahnya sebagai factor detection. Bagi orang awam security hotel memang terlihat baik, namun tentu saja tidak demikian mata terrosist. Bagi terrorist system ini sangat mudah di kelabuhi dan hanya dalam waktu yang tidak cukup lama terrorist sudah dapat menyimpulkan kelemahannya. Pertanyan 2 Pertanyaan ini penting karena dengan dapat membayangkan scenario penyerangan atau AMO (aggressor methods of operation) maka kita dapat menentukan langkah pengcegahannya (counter measures). Bila kita lihat system pengamanan hotel maka kemungkinan besar scenario ancaman atau AMO yang dibayangkan adalah terrorist membawa bomb dari luar dalam keadaan telah jadi , bukan dalam bentuk komponen bomb yang masuk secara terpisah. Dan asusmi ancaman adalah dari tamu sehingga pemeriksaan terhadap karyawan tidak seketat tamu. AMO terrorist selalu berubah sehingga system securitynyapun harus dinamik tidak statis. Seharusnya peristiwa serangan terrorist di Negara lain harus menjadi referensi perbaikan system keamanan. Kalo kita belajar dari penyerangan hotel dan penyanderaan tamu di Mumbai dilakukan dengan kerja sama orang dalam, yaitu menyelundupkan senjata melalu pegawai hotel maka system security kita harusnya sudah dirubah untuk menangkal AMO baru itu. Namun ternyata kita masih menggunakan scenario lama. Kesimpulan : Serangan terrorist pada ke dua hotel Marriot dan Ritz Carlton terjadi karena memang Security System hotel Marriot maupun Ritz Carlton tidak dirancang untuk menangkal dengan AMO menggunakan orang dalam dan merakit bomb didalam kamar. Saran Perbaikan : 1. Redesigned security objective menjadi mencegah serangan terrorist 2. Lakukan Screen terhadap karyawan dan back ground check sebelum mendapat ID permanent. 3. Kembangkan system informasi tentang perilaku abnormal karyawan. 4. Buat Surveilance Detection Team untuk mengolah semua informasi tentang hal hal yang mencurigakan
CiKEAS The Leader In Amalia
The Leader In Amalia By: agussyafii Bagian yang paling saya suka di Rumah Amalia adalah bertanya untuk apa kalian belajar? Anak-anak Amalia akan menjawab 'untuk menjadi pemimpin.' karena saya mengajarkan mereka agar mereka memiliki kebiasaan seorang pemimpin. Dengan memulai memimpin dirinya sendiri kelak mereka juga mampu memimpin ditengah keluarga dan masyarakat. Pernah pada suatu malam, ketika saya bersama anak-anak Amalia belajar mengaji. Saya selalu mengajarkan 7 kebiasaan anak Amalia. 7 Kebiasaan Amalia saya peroleh dari buku 'The Leader In Me' Karya Stephen R. Covey. saya bertanya, apa kebiasaan pertama anak Amalia? Hampir semua angkat tangan. Duduk paling depan adalah Egga, kakaknya bernama Eggi. 'Ayo Eggi, apa kebiasaan pertama anak Amalia?' tanya saya. 'Menjadi proaktif..kak.'jawab Egga. 'Coba beri contoh menjadi proaktif seperti apa?' tanya saya. 'Begini kak, menjadi proaktif, kalo saya habis makan saya mencuci piring sendiri tanpa disuruh oleh mamah.' jawab Egga dengan semangat. Anak-anak Amalia tertawa melihat wajah Egga yang terlihat lucu. begitulah saya mengajarkan kepada anak-anak Amalia jiwa kepimpinan. Kepimpinan berarti bertanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan bertanggungjawab terhadap pilihan hidupnya. Anak-anak Amalia bertanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia. Kami memfasilitasi untuk semua kegiatan. Untuk minum selalu disediakan tempat minum, anak-anak Amalia bertanggungjawab untuk mencuci gelasnya sendiri, dengan mempercayai mereka sekaligus memberikan mereka tanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia membuat anak-anak menjadi bersemangat dan lebih giat melakukan semua aktifitas. Itulah yang kami sebuat sebagai 'The Leader In Amalia.' - Sebaik-baiknya pemimpin diantara kamu adalah mereka mencintai kamu dan kamupun mencintainya (al-hadist) Wassalam, agussyafii -- Terima kasih atas dukungan dan partisipasi teman2 semua pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Teriring doa 'Semoga Alloh SWT membalas kebaikan teman2 semua' amin ya robbal alamin..info dan dukungan silahkan ke http://agussyafii.blogspot.com, http://www.facebook.com/agussyafii atau sms 087 8777 12431
CiKEAS [Konsultasi Hukum Gratis] kasus kwitansi pembayaran uang muka mobil
Kepada: Bp. Wahyu Kuncoro -Advokat Kantor Advokat WahyuMitra di Tanggerang. Dengan hormat, Nama saya ZMH di Bogor Jawa Barat. Saat ini saya mengalami sebuah kasus yang cukup membuat saya pening dan pusing kepala. Adapun kasus tersebut adalah sebagai berikut: Pada tanggal 02 Mei 2009 yang lalu saya ingin membeli 2 mobil dari seseorang yang tinggal di Jakarta, sebut saja namanya AA. Sebelumnya saya sudah sepakat secara lisan untuk membeli 2 buah mobil dari si AA tersebut yakni Toyota Kijang Avanza dan Toyota Kijang Inova. Keduanya memang milik si Abdul Azis tersebut (setelah saya melihat dan check BPKB mobil tersebut). Kami sudah sepakat tentang harga kedua mobil tersebut yakni: untuk Toyota Kijang Avanza senilai Rp.120.000.000. (seratus dua puluh juta rupiah), sedang untuk Toyota Kijang Inova seharga Rp.180.000.000. Jadi total semua uang yang harus saya bayar sebesar Rp.300.000.000.(tiga ratus juta rupiah). Tapi karena pada bulan Mei 2009 saat itu saya hanya memegang uang cash sebesar Rp.150.000.000. (seratus lima puluh juta rupiah). Maka saya katakan pada si AA saya membayar dalam 2 kali angsuran. Cicilan pertama saya bayar sebesar Rp.140.000..000. (seratus empat puluh juta rupiah), sedangkan cicilan kedua sebesar Rp..160.000.000. (seratus enam puluh juta rupiah) akan saya bayar setelah mencairkan tabungan deposito di BNI 46 pada 05 Juni 2009. Si AA setuju dengan permintaan saya tersebut. Setelah membayar cicilan pertama Rp.140.000.000. (seratus empat puluh juta) mobil Toyota Kijang Avanza dan BPKB-nya langsung diserahkan kepada saya. Tapi si AA belum bersedia memberikan mobil Toyota Kijang Inova dan BPKB-nya kepada saya, dengan alasan masih ada sisa angsuran pembayaran yang belum dilunasi yakni sebesar Rp.160.000.000. Alasan ini dapat saya terima, karena memang saya belum membayar lunas semuanya. Kemudian si AA membuat kwitansi tanda pembayaran yang menyatakan saya telah membayar UANG MUKA sebesar Rp.140.000.000.(seratus empat puluh juta) untuk pembelian mobil Toyota Kijang Avanza dan mobil Toyota Kijang Inova dengan harga keseluruhan sebesar Rp.300.000.000. (tiga ratus juta rupiah) Dan kami kedua belah pihak memberikan tanda tangan di kwitansi tersebut, dengan seorang saksi bernama AG yang masih keluarga dengan si A A. Kemudian setelah menunggu 1 bulan, pada tanggal 6 Juni 2009, setelah mencairkan deposito milik saya di BNI 46. Saya bermaksud membayar sisa angsuran kedua sebesar Rp.160.000.000 (seratus enam puluh juta rupiah) kepada si AA. Tapi setelah bertemu, si AA mengatakan bahwa dia sudah menjual mobil Toyota Kijang Inova tersebut kepada orang lain yakni si AG. Setelah saya mengkonfirmasikan tentang persetujuan yang telah kita tanda tangani dalam kwitansi yang dia buat, si AA mengatakan: Dalam kwitansi tersebut hanya disebutkan pembayaran uang muka sebesar Rp.140.000.000. untuk pembelian 2 buah mobil. Jadi karena disebutkan pembayaran uang muka atau dia sebut DP (down payment), dia menganggap kwitansi tersebut tidak memiliki kekuatan mengikat kedua belah pihak yang bertanda tangan pada kwitansi tersebut. Karena tidak mengikat kedua belah pihak, si AA mengatakan dia bebas menjual mobil kedua yakni TOYOTA Kijang Inova kepada pihak lain. Tentu saja sangat kecewa dan merasa dirugikan dengan apa yang telah dilakukan si AA tersebut. Kemudian saya menuntut pengembalian uang saya sebesar Rp.20.000.000. (dua puluh juta rupiah), karena saya telah membayar cicilan pertama Rp.140.000.000. sedangkan harga mobil Toyota Kijang Avanza yang sudah jadi milik saya adalah Rp.120.000.000. Menanggapi permintaan saya tersebut, si AA mengatakan beliau tidak bersedia mengembalikan uang saya sebesar Rp.20.000.000. karena kwitansi bersifat tidak mengikat, karena hanya tertulis pembayaran uang muka/DP (down payment). Dan AA mengatakan bahwa sebetulnya uang muka atau DP tidak dapat diminta kembali. Beliau juga menambahkan; lain halnya bila persetujuan tersebut sudah dibuat dalam bentuk AKTA PERJANJIAN, maka isi akta perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak yang bertanda tangan di dalamnya. Mendengar hal ini..., tentu saja saya merasa sangat kecewa karena ditipu dan dirugikan Rp.20.000.000. Maklum saya tidak punya pengetahuan sama sekali tentang hukum. Untuk itu saya ingin menanyakan: 1. Apakah saya bisa menuntut kembali uang sebesar Rp.20.000.000. yang sudah saya bayarkan tersebut ? 2. apakah memang benar suatu kesepakatan pembayaran uang muka yang dibuat dalam bentuk kwitansi bersifat tidak mengikat dan bisa dibatalkan oleh salah satu pihak ? 3. Apakah tindakan dari si AA tersebut bisa dikatakan sebagai tindak pidana penipuan ? 4. Langkah-langkah atau upaya hukum apa yang bisa saya tempuh untuk menuntut kembali uang saya Rp.20.000.000. tersebut ? Itu saja dulu pertanyaan dari saya, dan mohon penjelasan dari bapak Wahyu Kuncoro.Terima kasih. JAWAB : Terima kasih telah menghubungi saya ... 1) Pasal 1457 KUHPerdata menyatakan : Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
CiKEAS Kaya Rasa, Kaya Makna
= = = = == THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme bangsa Indonesia. = = = = == [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Mensyukuri Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Jumat, 24 Juli 2009 Kaya Rasa, Kaya Makna Oleh : Gede Prama “Cingkul, Cungkul, cangkul yang dalam...” Kemiskinan badan berjumpa kemiskinan batin, demikian seorang murid mendengar bisikan gurunya pada akhir meditasi. Rumah sakit yang seyogianya menjadi tempat penyembuhan, tidak saja mahal, malah mengirim pasiennya ke penjara. Sekolah yang dulu menggembirakan kini pada saat ujian dijaga polisi, bahkan terjadi berbagai penangkapan, menakutkan. Sekolah yang Indah Di banyak tempat ditemukan home schooling. Anak-anak takut ke sekolah karena dipukuli teman, guru galak, pekerjaan rumah tak ada habisnya. Ini memberi inspirasi, saatnya merekontruksi sekolah agar indah. Di sebuah pelatihan sopir taksi pernah dilakukan latihan memberi yang menarik. Pada hari pertama peserta diminta membawa makanan nasi bungkus karena tidak disediakan makan siang. Peserta berlomba membawa makanan yang enak. Ketika makan, peserta diminta meletakkan nasinya di kelas sebelah untuk dimakan peserta sebelah. Sementara yang bersangkutan memakan makanan yang dibawa orang lain. Pada hari kedua juga diminta bawa nasi bungkus. Setelah tahu kalau nasi yang dibawa untuk kelas sebelah, banyak yang membawa nasi seadanya. Tidak sedikit hanya membawa nasi putih saja. Teryata aturannya berubah, peserta harus memakan nasi yang dibawa sendiri. Yang ingin diilustrasikan disini, menyangkut perut sendiri betapa borosnya manusia memberi, bahkan banyak yang stroke. Namun terkait perut orang betapa sedikit yang diberikan. Tiba-tiba para sopir tersentak, betapa egoisnya hidup. Ego inilah yang menciptakan penderitaan. Maka ada guru yang berpesan: “Memberi, memberi, memberi. Lihat bagaimana hidupmu menjadi sejuk dan lembut setelah rajin memberi”. Di sekolah, guru boleh meniru pola pelatihan sopir itu, bisa juga mengajak anak didik ke panti asuhan, bermain bola bersama anak kampung. Intinya, menyadarkan pentingnya memberi. Dalam bahasa manusia jenis ini, saat memberi sebenarnya orang tidak saja mengurangi beban pihak lain, tetapi juga sedang membangun potensi kebajikan dalam diri. Ini yang kelak memancarkan kebahagiaan. Tiga tangga pemberian Pemberian terdiri tiga tangga. Pertama, semua makhluk sama dengan kita. “mau bahagia, tidak mau menderita”. Karena itu, jangan pernah menyakiti. Kedua, para makhluk lebih penting. Nasi, udara, pekerjaan, semua yang memungkinkan hidup berputar, dihasilkan makhluk lain. Binatang hahkan terbunuh agar manusia bisa makan daging. Untuk itu, banyaklah menyayangi. Dari menanam pohon, melepas burung, menyayangi keluarga, bekerja jujur, tulus, sampai memberi beasiswa anak-anak miskin. Ketiga, karena semua makhluk lebih penting, belajarlah memberi kebahagiaan, mengambil sebagian penderitaannya. Perhatikan doa Santo Fransiskus dari Asisi. Beri saya kesempatan menjadi budak perdamaian. Di mana ada kegelapan kemarahan, biar saya hadir membawa cahaya kasih. Di mana ada bara api kebencian, biar batin ini muncul membawakan air suci memaafkan. Mistikus sufi Kabir berkata, “Nur terlihat hanya beberapa detik, tetapi ia mengubah seorang penyembah menjadi pelayan.” Dalai Lama kerap menitikkan air mata saat membacakan doa ini, “Semasih ada ruang, semasih ada makhluk. Izinkan saya terus terlahir ke tempat ini, agar ada yang membantu semua makhluk keluar dari penderitaan.” Penggalan laga di awal tulisan mengingatkan, dengan mencangkul yang dalam, akar-akar pohon membantu batang, daun, bunga dan buah bertumbuh. Kehidupan manusia juga serupa. Hanya pemberian yang memungkinkan seseorang. “mencangkul hidupnya” secara mendalam. Hasilnya, bunga kehidupan mekar: kaya rasa, kaya makna. Sampai di sini, guru berbisik bahkan kematian pun bisa berwajah menawan. Pertama, bagi yang terbiasa memberi (melepaskan), tidak lagi tersisa kelekatan yang membuat kematian menakutkan. Kematian menakutkan karena manusia belum terbiasa melepaskan. Kedua, melalui kematian manusia melaksanakan kesempurnaan pemberian. Jangankan uang, tubuh pun diikhlaskan. Tubuh menyatu dengan tanah, ikut menghidupi makhluk di bumi karena menghasilkan padi, sayur, buah. Unsur air bergabung dengan air agar makhluk tidak kehausan. Unsur api menyatu degan api agar makhluk bisa memasak Unsur udara bersatu dengan udara agar makhluk bisa bernapas. Unsur jiwa (ada yang menyebut kesadaran) menyatu dengan semua jiwa (kesadaran) agar semua makhluk teduh. Inilah kematian yang menawan. Melalui kematian manusia bukan kehilangan, malah memberikan. Guru, semoga
CiKEAS SEMINAR NASIONAL KEKERASAN DALAM MASA BERPACARAN
SEMINAR NASIONAL KEKERASAN DALAM MASA BERPACARAN 1 dari 5 remaja putri, pernah mengalami Dating Violence (Konferensi Pers 8 April 2008, gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera dan Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan) 25-26 Juli 2009 - Auditorium Universitas Widya Mandala Madiun Rekan, tim gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera!, bersama dengan STATUS BAND dan Penerbit Kanisius, mendapat undangan untuk berbicara dan berbagi tentang kondisi kehidupan anak muda terkini dengan fokus masalah dating violence. Seperti diketahui, sejak 11 April 2007, gerakan JBDK yang didirikan oleh Sony Set telah memfokuskan diri sebagai gerakan pendamping anak muda Indonesia yang berada dalam konteks masalah teknologi, penyimpangan pornografi dan masalah kekerasan dalam masa berpacaran. Dimulai dengan buku pertama berjudul 500+ Gelombang Video Porno yang memaparkan perkembangan technopornography terkini yang diterbitkan pada 2007, dilanjutkan dengan pembuatan film dokumenter dan tayangan televisi bersama METRO TV Metro Realitas - Bisnis Video Bugil, SCTC SIGI - Pornografi dan Anakmuda, ANTEVE Jangan Bugil Sembarangan, TRansTV Reportase Investigasi - Warnet Mesum dan bekerja sama dengan majalah HAI dan KAWANKU, serta dukungan media massa di seluruh Indonesia, kami dari tim gerakan JBDK mencoba menyebarkan gerakan kesadaran baru di kalangan anak muda. Gerakan itu disebut dengan JBDK - Stop Teen Dating Violence Mengapa harus berbicara di area Dating dan Violence? Pada tahun 2008, gerakan JBDK bersama Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, mengeluarkan sebuah rilis ke media massa, hasil riset tentang kekerasan dalam masa berpacaran yang melanda jutaan anak muda Indonesia. Dating bukan persoalan main-main. Banyak sekali orang tua yang justru melarang atau mengabaikan anak-anak mereka sendiri, ketika mereka telah masuk ke usia puber dan mulai mencoba melakukan dating. Akibatnya, banyak anak muda usia sekolah yang menjalani masa dating/berpacaran dengan cara backstreet alias sembunyi-sembunyi. Orang tua banyak yang hanya bisa melarang, tanpa mengindahkan pola ketertarikan antar lawan jenis yang meledak-ledak dalam tubuh anak-anak kandungnya yang seharusnya menjadi sebuah perhatian tersendiri. Jarang sekali anak usia sekolah yang mendapatkan support maupun dukungan dari orang tua. Mereka tidak mendapatkan pendidikan tentang pacaran yang sehat. Alasan masih kecil dan harus berkonsentrasi terhadap pelajaran sekolah, membuat kasus dating di kalangan jutaan remaja di Indonesia tidak terdata dengan apik. Di Amerika Serikat, tumbuh sebuah protokol yang disebarluaskan di kalangan remaja, guru, sekolah dan orang tua. Protokol itu semacam sebuh peraturan dating. Di 40 negara bagian di Amerika Serikat, ada sebuah protokol dating yang sangat unik. Yaitu dengan menyebarkan sebuah SURAT KONTRAK DATING. SURAT KONTRAK DATING Maka, tumbuhlah kesadaran bersama dikalangan pelajar, orang tua dan pihak sekolah di Amerika Serikat untuk bersama-sama mengawasi lingkungan dan cara pergaulan remaja di sana. Setiap remaja yang telah melakukan DATING/berpacaran, wajib menandatangani sebuah SURAT KONTRAK DATING yang isinya menyebutkan tentang masalah hak dan kewajiban. Selain itu, surat KONTRAK DATING ini juga mengatur pola hubungan yang sehat. Yang isinya juga menyebutkan bagaimana setiap remaja, tidak boleh menyakiti pasangannya dan memperlakukan pola hubungan Dating sebagai sebuah simbiosis mutualisme. Hal ini, dilakukan untuk mendata para pasangan dating muda yang dididik untuk saling menghormati dan tidak melakukan kecerobohan dalam hal berpacaran. Tentu saja sebuah cara yang sangat unik, ketika peran orang tua dan guru dilibatkan untuk bersama mengawasi aktifitas dating yang dilakukan oleh anak-anaknya. Bagaimana dengan di Indonesia? Walaupun terdengar aneh, gerakan JBDK - STOP TEEN DATING VIOLENCE bersama rekan-rekan pemerhati masalah remaja, mencoba untuk menyadarkan jutaan remaja dan orang tua di sana. Bahwa, persoalan Dating adalah persoalan serius. Kita berpikir untuk mendidik para remaja untuk melakukan dating dengan sehat dan tidak melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Tepat pada tanggal 14 Februari 2009, sebuah buku berjudul STOP TEEN DATING VIOLENCE karangan Sony Set, Kanisius, diluncurkan melalui acara APAKABAR INDONESIA- TV ONE. Sony Set mencoba memaparkan bagaimana persoalan kekerasan dalam berpacaran adalah masalah yang sangat serius. Banyak sekali remaja putri (korban terbesar dating Violence), teraniaya secara fisik dan psikis akibat perlakuan yang buruk dari pasangannya. Mereka mengira, bahwa hal-hal yang berkaitan dengan masalah pacaran, menjadi masalah privat yang tabu dibicarakan. Akibatnya, mereka (para korban dating violence), terisolir dari teman-temannya dan menjadi bulan-bulanan bertahun-tahun, justru dari kekasih yang dicintainya. Penyiksaan dan penderaan baik secara fisik maupun psikis, banyak diterima remaja putri yang terlanjur habis-habisan