CiKEAS> Benturan Naratif -Pahlawan

2009-11-11 Thread Retno Kintoko

= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2009 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Benturan Naratif 
Rabu, 11 November 2009 | 02:31 WIB
Oleh : YF La Kahija 
Semua kebenaran melalui tiga tahap. Pertama, ia ditertawakan. Kedua, ia 
mendapat serangan hebat. Ketiga, ia terbukti benar (Arthur Schopenhauer).
Baik KPK maupun kepolisian sebagai lembaga penegak hukum sedang menjalani 
masa-masa beratnya dalam mencitrakan diri secara positif. Banyak pujian telah 
menyertai kinerja kedua lembaga ini. Namun, belakangan, keduanya terlibat 
konflik yang harus segera diselesaikan.
Konflik antara KPK dan kepolisian kembali menyedot perhatian pascapenahanan 
Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Bila benar kepolisian bersandar pada 
bukti kuat, tak ada yang salah dalam proses hukum ini. Sudah sepantasnya, 
sebagai penegak hukum, kepolisian berusaha mengungkap kebenaran.
Persoalan yang muncul tampaknya terkait interpretasi mengenai kemungkinan 
penggembosan kinerja KPK yang sudah mendapat persepsi positif dari masyarakat. 
Kehilangan yang dianggap baik itu pasti menggelisahkan. Karena itu, juga tidak 
salah bila muncul kecurigaan tentang motif penggembosan KPK.
Konflik naratif
Kini, hubungan antara KPK dan kepolisian bisa dilihat sebagai konflik naratif 
atau cerita. Menurut Sara Crobb, akar konflik sebenarnya amat sederhana, yaitu 
kecenderungan manusia untuk berasumsi negatif tentang pihak lain. Asumsi 
negatif ini lalu bertransformasi menjadi macam-macam cerita subyektif yang 
melebar dan meluas sehingga mengaburkan inti permasalahannya.
Dalam teori naratif, konflik selalu dilihat sebagai persaingan antarcerita. Di 
satu sisi, masyarakat mendengar cerita tentang penyalahgunaan wewenang dan 
pemerasan pimpinan KPK; di sisi lain masyarakat mendengar tentang kriminalisasi 
KPK oleh kepolisian. Cerita itu lalu diinterpretasikan lagi sehingga muncul 
cerita-cerita baru.
Fakta sosial yang terjadi adalah KPK membentuk cerita tentang kepolisian dan 
kepolisian membentuk cerita tentang KPK. Dalam konflik, kita selalu dihadapkan 
pada dua cerita. Apa pun bentuknya, setiap pihak yang bercerita pasti 
menampilkan alur cerita menurut versinya. Dalam alur itu, informasi yang 
menguatkan akan diangkat dan informasi yang melemahkan akan diredam.
Dampak terjauh dari pengekangan informasi seperti ini adalah kebuntuan atau 
polarisasi antara kepolisian dan KPK. Baik KPK maupun kepolisian seolah 
memiliki amunisi untuk saling memerkarakan. Bila ini berlarut-larut, eskalasi 
konflik akan meninggi dan kepercayaan masyarakat akan penegak hukum akan 
merosot.
Kehadiran mediator
Supaya akar konflik bisa terlihat jelas, perbedaan yang ada antara KPK dan 
kepolisian sebaiknya tidak disembunyikan, tetapi ditonjolkan sejelas-jelasnya. 
Ini mungkin terasa aneh, tetapi begitulah hukum psikologis cerita. Semakin kita 
meredam informasi, semakin banyak suara penasaran yang mengganggu. Sebaliknya, 
semakin kita memperjelas informasi, semakin banyak suara bisa diredam.
Untuk meluruskan cerita yang berkembang tentang KPK dan kepolisian saat ini, 
dibutuhkan mediator. Dari mediator ini, kita bisa mengharapkan tiga langkah.
Pertama, merancang sesi-sesi pertemuan pribadi untuk mendapatkan gambaran 
komprehensif sambil berusaha melihat keterkaitan isi cerita kedua pihak. 
Prinsipnya, ”informasi yang lengkap akan memperjelas duduk perkara”.
Kedua, mediator bertindak sebagai fasilitator, berusaha menemukan niat positif 
setiap pihak. Di sini mediator harus menjadi pendengar yang baik dengan menjaga 
netralitas dalam mendengarkan alasan-alasan yang mendasari tindakan setiap 
pihak. Prinsipnya, ”ada niat positif di balik setiap tindakan”.
Ketiga, mediator bisa menggunakan keingintahuan dan kebingungan publik sebagai 
pertanyaan-pertanyaan yang membantu kedua pihak melihat secara jernih 
tindakannya. Lewat pertanyaan-pertanyaan seperti itu, harapan akan solusi yang 
ideal bisa dimunculkan. Prinsipnya, ”di balik mendung, selalu ada matahari”.
Dalam proses itu, baik kepolisian maupun KPK mungkin memperlihatkan perbedaan 
dalam dasar-dasar pemikiran mereka. Bukan masalah. Lewat proses itu, masyarakat 
bisa mendapatkan cerita-cerita baru, yaitu cerita-cerita yang sebelumnya tidak 
dimunculkan. Pada gilirannya, cerita-cerita ini dapat membantu masyarakat 
merevisi persepsinya tentang KPK dan kepolisian.
Menuju harmoni
Salah satu sumber konflik yang kerap diangkat untuk menggambarkan konflik 
kepolisian versus KPK ini adalah metafora ”buaya lawan cicak”. Sekilas, 
metafora ini menunjukkan superioritas kepolisian. Superioritas di sini 
tampaknya tidak dimaksudkan untuk arogan, te

CiKEAS> Tiga Hari Diperiksa Penyidik, Wiliardi Tidak Boleh Tidur

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Tidak boleh tidur juga dikenal dengan istilah "sleep deprivition" 
adalah salah bentuk penyiksaan (torture)  yang dipakai dalam pemeriksaan 
terhadap tertuduh dengan maksud untuk orang mengakui apa yang dituduhkan 
kepadanya. SBY sebagai anggota militer yang pernah ikut pendidikan pada "the 
scool of assasination" di Fort Bening tentu tahu tentang hal ini dan oleh 
karena itu rezimnya terus mempraktek penyiksaan tsb. Penyiksan tidak boleh 
tidur  ini  teristimewa dipakai juga pada para tahanan politik 1965/1966. 
Selebihnya secara singkat akibat dari penyiksaan tidak boleh tidur adalah sbb: 
" Going without sleep is intensely stressful, with unpredictable short and 
long-term effects. People lose the ability to act and think coherently. And as 
it leaves no physical mark on the victim, the interrogator can claim that they 
never laid a finger on those in their charge. "

http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/11/15150654/Tiga.Hari.Diperiksa.Penyidik..Wiliardi.Tidak.Boleh.Tidur

Rabu, 11 November 2009 | 15:15 WIB
Tiga Hari Diperiksa Penyidik, Wiliardi Tidak Boleh Tidur



JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kapolres Jakarta Selatan Wiliardi Wizar pada awal 
pemeriksaan diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya dengan berbagai tekanan 
tanpa didamppingi kuasa hukum. Bahkan, tidak diperkenankan tidur selama tiga 
hari. 

"Bagaimana dia (Wiliardi) bisa makan dan tidur kalau diintrogasi terus menerus 
selama tiga hari," ungkap kuasa hukum Wiliardi, Apollo Djara Bonga, di Mabes 
Polri, Rabu (11/11 ). Ia datang untuk menemai kliennya dalam agenda pemeriksaan 
oleh penyidik. "Belum tahu pemeriksaan terkait apa. Mungkin terkait pernyataan 
pak Wili kemarin," tambah dia.

Wiliardi menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Direktur PT 
Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulakarnain. Kasus ini juga melibatkan mantan 
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar. Dalam kesaksiannya pada 
persidangan Antasari, Wiliardi mencabut berita acara pemeriksaan (BAP) dan 
mengungkapkan adanya rekayasa dalam pembuatan BAP. 

Apollo menjelaskan, selama pemeriksaan awal pada tanggal 28-30 April 2009, 
Wiliardi diperiksa tanpa didampingi kuasa hukum dan tanpa surat penangkapan. 
Padalah, tersangka dengan ancaman hukuman penjara di atas lima tahun harus 
didampingi kuasa hukum seperti diatur dalam KUHAP.

Selain itu, kata dia, selama pemeriksaan tiga hari tersebut, keluarga serta 
rohaniwan tidak diperkenankan untuk membesuk. "Selama pemeriksaan itu ada 
intimidasi. Keluarga atau rohaniwan tidak diperkenankan besuk," jelas dia.

Sebenarnya, tambah Apollo, Wiliardi telah lama ingin mengungkapkan adanya 
rekayasa dalam proses hukum mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Namun, dulu ia 
masih ingin menjaga nama baik institusi Polri sehingga tidak mengungkapkannya.

"Dulu momennya masih dalam proses penyidikan. Tapi karena sudah masuk proses 
pengadilan maka dianggap perlu oleh pak Wili untuk katakan itu (mengungkap 
dugaan rekayasa). Kami telah laporkan ke Komnas HAM bulan Juli lalu tapi belum 
tahu perkembanganya," jelas dia.




CiKEAS> Iran Baik2i Amerika

2009-11-11 Thread muskitawati
Iran Baik2i Amerika
   
Ahmad Dineyad meminta Obama memilih antara Israel atau Iran, padahal tak perlu 
dijawab karena sudah jelas Amerika lebih memilih Israel yang loyal terhadap 
sahabat, jujur tidak khianat seperti Iran dan Revolusi Islamnya yang oleh 
rakyatnya sendiripun dimusuhi.

Artinya, kalo Obama memilih Israel tentu Iran juga bisa ditekannya, sebaliknya 
kalo Obama memilih Iran selain Israel tidak bisa dikontrolnya malah dikhianati 
Iran hasilnya.

Iran cukup jadi budak Amerika, sebaliknya Israel menjadi aliansi Amerika.

Harusnya yang ditanyakan itu bukan Obama tetapi raja Arab Saudia dan jemaah 
Islam Ahmadiah.  Tentu mereka tidak akan berani bilang agar Obama memilih 
Israel, tetapi mereka akan berkata Amerika harus memusuhi Iran dan menumpas 
Syiahnya.

Ajaran Islam itu berbahaya karena akan memenggal kepala anda dari belakang tak 
peduli meskipun anda juga sesama Islam.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






CiKEAS> Heboh Polri-KPK-Kejaksaan Agung di website

2009-11-11 Thread Umar Said


Heboh Polri-KPK-Kejaksaan Agung,

dan kasus Bank Century di website



Mengingat makin serunya persoalan kisruh antara POLRI-KPK-Kejaksaan sekitar
kasus usaha meng-kriminalisasi dan melemahkan KPK, yang sudah melebar ke
berbagai bidang kehidupan bangsa kita, maka website  http://umarsaid.free.fr
akan terus-menerus sesering mungkin (dan juga sebanyak mungkin) menyajikan
kumpulan berita, komentar, analisa, atau bahan-bahan informasi lainnya
mengenai  segala  seluk beluk kasus besar tersebut serta perkembangannya.



Dengan penyajian bahan-bahan tersebut,  yang diusahakan dikumpulkan  dari
berbagai sumber, dimaksudkan untuk membantu memudahkan para pembaca  supaya
bisa mengikuti perkembangan persoalan besar dan dahsyat ini , yang
membongkar kebobrokan moral atau kebusukan  akhlak yang sudah merusak hati
nurani pejabat-pejabat negara kita yang bersekongkol dengan
penjahat-penjahat besar yang tergabung dalam mafia hukum, mafia peradilan
dan mafia kekuasaan.



Dari penyajian bahan-bahan bacaan ini, kita semua akan dapat memperoleh
sedikit gambaran tentang persoalan yang dihadapi pimpinan KPK Bibit Slamet
Riyanto dan Chandra Hamzah, dan  juga Antasari., serta besarnya dan luasnya
dukungan masyarakat  kepada KPK yang sedang diserang oleh POLRI (dan
Kejaksaan Agung) melalui  berbagai rekayasa.



Yang lebih penting lagi, adalah bahwa kasus POLRI-KPK-Kejaksaan ini
memberikan indikasi-indikasi ke arah  persoalan yang jauh  lebih besar lagi,
yaitu kasus bank Century, yang terkait dengan skandal besar  dana sebanyak
Rp 6,7 triliun yang merugikan negara dan rakyat.



Semuanya ini merupakan pendidikan politik dan  moral yang bagus sekali bagi
rakyat kita secara besar-besaran dan berskala nasional, dan sekaligus
menjadi kesempatan emas bagi banyak kalangan dalam masyarakat untuk
memperjuangkan dan mendorong adanya perubahan-perubahan drastis dan
fundamental  di negara kita.



Paris, 11 November 2009

A. Umar Said









CiKEAS> Heboh Polri-KPK-Kejaksaan Agung di website

2009-11-11 Thread Umar Said


Heboh Polri-KPK-Kejaksaan Agung,

dan kasus Bank Century di website



Mengingat makin serunya persoalan kisruh antara POLRI-KPK-Kejaksaan sekitar
kasus usaha meng-kriminalisasi dan melemahkan KPK, yang sudah melebar ke
berbagai bidang kehidupan bangsa kita, maka website  http://umarsaid.free.fr
akan terus-menerus sesering mungkin (dan juga sebanyak mungkin) menyajikan
kumpulan berita, komentar, analisa, atau bahan-bahan informasi lainnya
mengenai  segala  seluk beluk kasus besar tersebut serta perkembangannya.



Dengan penyajian bahan-bahan tersebut,  yang diusahakan dikumpulkan  dari
berbagai sumber, dimaksudkan untuk membantu memudahkan para pembaca  supaya
bisa mengikuti perkembangan persoalan besar dan dahsyat ini , yang
membongkar kebobrokan moral atau kebusukan  akhlak yang sudah merusak hati
nurani pejabat-pejabat negara kita yang bersekongkol dengan
penjahat-penjahat besar yang tergabung dalam mafia hukum, mafia peradilan
dan mafia kekuasaan.



Dari penyajian bahan-bahan bacaan ini, kita semua akan dapat memperoleh
sedikit gambaran tentang persoalan yang dihadapi pimpinan KPK Bibit Slamet
Riyanto dan Chandra Hamzah, dan  juga Antasari., serta besarnya dan luasnya
dukungan masyarakat  kepada KPK yang sedang diserang oleh POLRI (dan
Kejaksaan Agung) melalui  berbagai rekayasa.



Yang lebih penting lagi, adalah bahwa kasus POLRI-KPK-Kejaksaan ini
memberikan indikasi-indikasi ke arah  persoalan yang jauh  lebih besar lagi,
yaitu kasus bank Century, yang terkait dengan skandal besar  dana sebanyak
Rp 6,7 triliun yang merugikan negara dan rakyat.



Semuanya ini merupakan pendidikan politik dan  moral yang bagus sekali bagi
rakyat kita secara besar-besaran dan berskala nasional, dan sekaligus
menjadi kesempatan emas bagi banyak kalangan dalam masyarakat untuk
memperjuangkan dan mendorong adanya perubahan-perubahan drastis dan
fundamental  di negara kita.



Paris, 11 November 2009

A. Umar Said









CiKEAS> MBTI Smiley - ENTP ;-)

2009-11-11 Thread Rina Andriani M



 
The "other side" of ENTP type ..;-)


Have A Great Day..
Service Leadership Training 
www.serviceleadership.web.id
Email : i...@serviceleadership.web.id
Cell 08129766822 , 0812.802.8352

"Knowing others is intelligence; knowing yourself is true wisdom.
Mastering others is strength; mastering yourself is true power."
-Lao Tzu 






Service Leadership Training Agenda :

 
2-3 December 09 Batch 6- Training For Trainer 
4-5 December 09 Batch 8- MBTI Training For Senior Executives 
9-10 December 09 Contact Center That Your Customers Love 
16-17 December 09 Batch 9-Expanded DISC : Mastering The DISC Profile 
Info : 0812.802.8352 / 0812.9766.822
www.serviceleadership.web.id


  

CiKEAS> Indonesians stand up to corruption

2009-11-11 Thread sunny

Bagi yang mau lihat tv footage, click situs : 

http://english.aljazeera.net/news/asia-pacific/2009/11/2009133250544572.html

Wednesday, November 11, 2009 
18:08 Mecca time, 15:08 GMT 


  Indonesians stand up to corruption  
 


  The deputy chief of Indonesia's anti-corruption body has told Al Jazeera 
that he is being framed in a police investigation against him.

  Chandra Hamzah is facing charges of corruption, but says he is the target 
of a conspiracy to weaken the anti-graft agency.

  His case has drawn sympathy from the Indonesian public who want a total 
clean up of corruption - a demand that is becoming harder for the government to 
ignore.

  Al Jazeera's Step Vaessen reports from Jakarta in Indonesia.
 






CiKEAS> Boat people 'are emotional blackmailers'

2009-11-11 Thread sunny
http://news.theage.com.au/breaking-news-national/boat-people-are-emotional-blackmailers-20091112-ia93.html


Boat people 'are emotional blackmailers'
November 12, 2009 - 6:54AM 
AAP 

Sri Lanka's ambassador to the United Nations has condemned 78 asylum seekers 
aboard an Australian Customs ship as emotional blackmailers.

The ethnic Tamils are still refusing to leave the Oceanic Viking, which has 
been anchored off the Indonesian island of Bintan for two-and-a-half weeks.

They were rescued in international waters inside Indonesia's search and rescue 
zone en route to the Australian outpost Christmas Island last month.

Sri Lanka's United Nations representative Dr Palitha Kohona on Wednesday 
condemned the group's stubbornness.

"It is wrong for anybody to go to a strange land and then exert emotional 
pressure of this kind on the intended destination and expect people to react 
positively," he told ABC TV.

"I think this is emotional blackmail."

Dr Kohona said he didn't believe those aboard the ship were true refugees and 
called for them to be returned to Sri Lanka.

"They are economic refugees looking for greener pastures elsewhere," he said.

"I think they should be returned to Sri Lanka, that is where they belong, and 
if that happens it is quite likely that others will not make this journey 
again."

Dr Kohona said Sri Lanka was working closely with Australian authorities to 
control "illicit migration" from the south Asian nation.

But he denied the problem was significant, saying Tamils were simply using 
"push factors" like the country's recent civil war as an excuse to seek asylum 
abroad.

Dr Kohona said reports of squalid conditions in Sri Lankan internment camps was 
the work of the Liberation Tigers of Tamil Eelam's "propaganda machine."

Already the Sri Lankan government had returned 156,000 displaced citizens to 
their villages and towns, while he said 138,000 remained in the camps.

"We expect to have the bulk of the people in the camps back in their villages 
by the end of January," Dr Kohona said.

He defended his government's decision to expel Australian UNICEF spokesman 
James Elder from the country after he spoke out about conditions in the camps.

"I do not think it is UNICEF's role to advocate anything, they are an aid 
agency," Dr Kohona said.

"It is not for them to go out making statements which could embarrass a host 
government."


CiKEAS> Then suddenly it was gone

2009-11-11 Thread sunny
http://www.dawn.com/wps/wcm/connect/dawn-content-library/dawn/the-newspaper/columnists/mahir-ali-then-suddenly-it-was-gone


Then suddenly it was gone 
By Mahir Ali 
Wednesday, 11 Nov, 2009 


Perhaps it was the surprise factor, more than anything else, that accounted for 
the spontaneous outbreak of euphoria. The vast majority of those who had grown 
up - or grown old - on either side of the Berlin Wall accepted it as an 
indelible feature of their lives. 

Even those who fantasised by night about a barrier-free Berlin were always 
aware in the back of their minds that when they woke up in the morning, it 
would still be there. And then, all of a sudden, it wasn't. 

By most accounts, it was an unauthorised announcement by a mid-level East 
German ruling party apparatchik 20 years ago this week that led Berliners to 
assume that the gates at Checkpoint Charlie had been flung open. Evidently, a 
decision had indeed been taken to relax controls at the Cold War's symbolic 
frontier, but not with immediate effect. The party official's erroneous 
declaration, however, translated into a self-fulfilling prophecy. 

Things could still have gone horribly wrong beyond that point. What if the 
border guards, out of deeply ingrained habit, had opened fire instead of 
standing aside? Chances are the course of history would not have changed 
direction in the slightly longer run, but it's possible that Germans would, on 
Nov 9, have been compelled to commemorate a 9/11 of their own - perhaps an echo 
of the Tiananmen Square tragedy that had, earlier that year, put paid to 
Chinese aspirations for a variant of perestroika.Instead, that is, of Monday's 
celebrations, presided over by a woman who, as a young scientist, was among the 
East Germans who walked into West Berlin on that historic night two decades 
ago. Among Angela Merkel's guests this week was Nicolas Sarkozy, who posted 
pictures on Facebook that show him chipping away at the Berlin Wall. 

Merkel also played host to a pair of considerably more momentous European 
figures: Mikhail Gorbachev and Lech Walesa. The latter's Solidarity movement in 
Poland undoubtedly played a significant role through much of the 1980s in 
transforming popular perceptions of Eastern Europe. But it was, above all, 
Gorbachev who, upon taking over as the secretary general of the Communist Party 
of the Soviet Union in 1985, paved the way for the transformation that 
followed. 

"On the day I became Soviet leader in March 1985," he recalls in a recent 
interview with the editor of the American weekly The Nation, "I had a special 
meeting with the leaders of the Warsaw Pact countries, and told them: 'You are 
independent. You are responsible for your policies, we are responsible for 
ours. We will not intervene in your affairs, I promise you.' And we did not 
intervene, not once, not even when they later asked us to." 

It is perfectly possible that he was, at the time, not taken at his word. There 
was a tradition, after all, of Soviet leaders not saying quite what they meant. 
The fact that Gorbachev was decidedly younger than his recent predecessors was 
insufficient cause for presupposing that his mentality would be markedly 
different. 

In nominating him for the topmost post in the USSR, Andrei Gromyko had remarked 
that behind Mikhail Sergeyevich's disarming smile lay teeth of steel. 
Fortuitously, and not for the first time, Mr Nyet - as Gromyko was dubbed by 
some of his sparring partners during his seemingly interminable tenure as 
Soviet foreign minister - turned out to be gravely mistaken. 

Had Gorbachev decided simply to carry on from where Leonid Brezhnev, Yuri 
Andropov and Konstantin Chernenko had left off, chances are that the Soviet 
Union and its Eastern bloc would have stayed intact for several years longer, 
and that attempts to overturn the status quo may well have been characterised 
by considerable bloodshed and waves of repression, on a pattern not far removed 
from the experiences of Hungary in 1956 and Czechoslovakia in 1968. 

Intriguingly, in 1989 and the years that followed, significant violence 
occurred only in states that could not seriously be described as Soviet 
satellites: Josip Broz Tito and Nicolae Ceausescu prided themselves on their 
independence from the Kremlin. The balkanisation of Yugoslavia may anyhow have 
proved unavoidable but, ironically, chances are the bloody denouement in 
Romania could have been averted had Bucharest been as beholden to Moscow as its 
neighbours. 

It is not exactly uncommon, meanwhile, for the events of 1989 to be deployed in 
the defence of spurious conclusions. For instance, it's a popular misconception 
among neoconservatives that Ronald Reagan's hawkishness played a crucial role 
in the demise of East European communism. In fact, it was not his and Margaret 
Thatcher's visceral anti-communism but their willingness to engage with 
Gorbachev and respond to his overtures that facilitated the landmark changes 
tha

CiKEAS> American Muslims grieved, fear backlash

2009-11-11 Thread sunny
http://www.pakobserver.net/200911/11/Articles04.asp

American Muslims grieved, fear backlash 
Abdus Sattar Ghazali

The seven million strong American Muslim community has reacted, with grief and 
fear of backlash, at the shooting at Fort Hood in Texas by Army Maj Nidal Malik 
Hasan. All major Arab and Muslim organizations were swift in unequivocally 
condemning this heinous incident which claimed the lives of 13 people and 
injured scores other. 

Within hours after the attack, all major civil advocacy Arab and Muslim groups 
and Islamic Centers vehemently denounced the vicious attack and stressed that 
"No religious or political ideology could ever justify or excuse such wanton 
and indiscriminate violence." Fearing a backlash, the American-Arab 
Anti-Discrimination Committee (ADC) called upon law enforcement agencies to 
provide immediate protection for all Mosques, community centers, schools, and 
any locations that may be identified or misidentified with being Arab, Muslim, 
South Asian or Sikh as a clear backlash has already started. "The actions of a 
few should not invite a backlash on innocent members of any community and we 
urge law enforcement and others to keep that in mind." The Arab American 
Institute (AII) pointed out that thousands of Arab Americans and American 
Muslims serve honorably everyday in all four branches of the U.S. military and 
in the National Guard. "Additionally, many of our sons and daughters have 
willingly stepped forward to fulfill their duty with their fellow soldiers in 
Afghanistan, Iraq and other locations around the globe." Courageous Muslims 
like Kareem Rashad Sultan Khan, praised by Colin Powell in his endorsement 
speech of Barack Obama, gave his life for his country, and was posthumously 
awarded the Purple Heart, Bronze Star and the honor of being buried in 
Arlington cemetery. American Muslim Taskforce on Civil Right and Elections, an 
umbrella group representing major Muslim organizations, urged the national 
political and religious leaders and media professionals to set a tone of calm 
and unity. For example: Fox News host Shepard Smith asked Senator Kay Bailey 
Hutchison of Texas on air: 

The name tells us a lot, does it not, senator?" Hutchinson's response was: "It 
does. It does, Shepard." As John Nichols, author of "Horror at Fort Hood 
Inspires Horribly Predictable Islamophobia," said with those words, the senator 
leapt from making assumptions about one man to making assumptions about a whole 
religion. What could Hutchinson have said that might have been more responsible 
response? She could have emphasized that the investigation of the shooting 
spree has barely begun. 

Nichols went on to say: "It should be understood that to assume a follower of 
Islam who engages in violence is a jihadist is every bit as absurd as to assume 
that a follower of Christianity who attacks others is a crusader." Not 
surprisingly, the Washington Post, a major reputable newspaper, ran a story 
titled "Suspect, devout Muslim from Va. Wanted Army discharge" The story 
was illustrated with a picture of an Islamic center and this caption: "The 
Muslim Community Center in Silver Spring where Maj. Nidal M. Hasan used to 
pray. John Esposito, Professor of religion, international affairs and Islamic 
studies at Georgetown University, asks why immediately rush to brushstroke 
Islam, Hasan's religion, by linking it to this tragedy? Prof. Esposito says 
there can be no excuse, personal, political, or religious, to justify this 
senseless act of mass murder. 

Why this common tendency and double standard towards Islam and Muslims 
post-9/11? he asked and added: We judge the religion and majority of mainstream 
Muslims by the acts of an individual or an aberrant minority of extremists. 
Yet, when Jewish fundamentalists kill a prime minister or innocent Palestinians 
or Christian extremists blow up abortion clinics or assassinate their 
physicians, somehow the media is capable of sticking to all the facts and 
distinguishing between the use and abuse of a religion. Several new reports 
suggested that Maj. Nidal Malik Hasan saw a deployment to Iraq as his "worst 
nightmare" and recounted how he had treated victims of combat-related stress 
and was upset about the war. He began having second thoughts about a military 
career a few years ago after other soldiers harassed him for being a Muslim. 
Alluding to these reports Prof. Esposito pointed out that it apparently wasn't 
challenging enough to figure out an already complex puzzle: (1) Why had this 
American-born psychiatrist, a serious, quiet, and reserved military officer, 
who joined the Army over his parents' initial objections in order to serve his 
country, made substantial efforts to get out of the military in recent years? 
(2) What was the connection between reports that Hasan had been deeply affected 
by his work with veterans from the Iraq war and his refusal to accept the fact 
that he was to be deployed to Iraq? (3)

CiKEAS> Indian Army to deploy more troops along Arunachal border

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Apakah antara India cuma main-main saja ataukah akan sungguh-sungguh 
berhantam-hantaman tentang perbatasan?

http://www.hindustantimes.com/Indian-Army-to-deploy-more-troops-along-Arunachal-border/H1-Article3-475434.aspx


Indian Army to deploy more troops along Arunachal border


Arun Joshi, Hindustan Times
Email Author
Jammu, November 12, 2009
Last Updated: 01:00 IST(12/11/2009)
  

India is quietly beefing up its defences along the China border in Arunachal 
Pradesh, even as it publicly downplays the growing diplomatic spat with Beijing 
over the Dalai Lama's visit to the state.

The Indian Army will deploy its new 15,000-strong 56 Division in Arunachal, 
which China claims as its own, within four weeks, a senior defence official 
told HT, requesting anonymity. 

Simultaneously, it has put out a Request for Information (RFI) for acquiring 
300 lightweight tanks that can be deployed in the North East and Jammu & 
Kashmir.

The purpose is to leave nothing to chance, notwithstanding the show of bonhomie 
between Prime Minister Manmohan Singh and his Chinese counterpart Wen Jiabao at 
their October 25 meeting in Thailand.

A second division will be deployed in Arunachal Pradesh in the next 12-18 
months, the official added.

The army's RFI states the light tanks should be capable of destroying bunkers 
and soft-skin vehicles up to 3,000m away and should have armour-piercing 
anti-tank guided missiles and anti-aircraft machine guns. 

The RFI, which is in HT's possession, also stipulates these tanks should "have 
protection against nuclear, chemical and biological warfare".

In recent months, India activated three airfields along the 646 km Line of 
Actual Control (LAC) with China, last used during the 1962 war with China. The 
army and the Indo-Tibetan Border Police have also stepped up patrolling along 
the LAC. 

CiKEAS> Science at Crossroads, Medvedev Told

2009-11-11 Thread sunny
http://www.themoscowtimes.com/news/article/science-at-crossroads-medvedev-told/389323.html

Science at Crossroads, Medvedev Told 
12 November 2009
By Alexander Bratersky

Top scientists will be watching President Dmitry Medvedev's state-of-the-nation 
address Thursday to hear how he intends to rescue the country's scientific 
community as part of his ambitious plan to modernize the economy.

Russian science is at the brink of collapse, but it represents Medvedev's only 
hope of ending the economy's dependence on energy resources through 
modernization, scientists said. 

With many scientists aged over 50, the Kremlin has only a window of a few years 
to revive what's left of a community that won acclaim for its huge scientific 
advances in Soviet times, the scientists said.

"If we don't take a closer look at science, we will lose everything that is 
left - and there is not much left," said Dmitry Badovsky, a scientist at Moscow 
State University's Institute of Social Systems and a member of the Public 
Chamber. 

But scientists are hopeful that Medvedev's state-of-the-nation speech, which 
will focus on modernization, will put their plight in the spotlight and lead to 
change. Medvedev has said his speech will be based on his September article 
titled "Go, Russia!" - which calls for Russia to be turned into an innovative 
power with "a smart economy producing unique scientific knowledge and exporting 
new technology."

"Questions about why we need science at all and how we can become competitive 
have not been discussed at the political level for a long time," Badovsky said.

Once considered a prestigious career path, science has fallen to new lows in 
recent years. Only 1 percent of 1,600 respondents named science as a 
prestigious career in a VTsIOM poll in 2006. A more recent survey, conducted by 
the Higher School of Economics in June, found that most students want to become 
executives at state gas giant Gazprom or work in the Kremlin. Of the top-30 
places to work, not one of the more than 900 students surveyed named a 
scientific research institution.

One big reason that science is shunned is because of a lack of money, said 
Yelena Daineko, a state award-winning biologist.

"When the state gives money to science, it should also take control over it and 
not to let it disappear somewhere," said Daineko, who recently joined 400 other 
members of the Russian Academy of Science in signing an open letter to Medvedev 
deploring the current state of science. 

The letter warns that Russia only has five to seven years left to train young, 
new scientists. "If young people are not brought into science during this 
period, plans to create an innovative economy can be forgotten," the letter 
says, adding that the average age of members of the Academy of Science is well 
over 50.

Daineko said attracting young talent is near impossible with the government's 
monthly stipend of 5,000 rubles ($170) for students. "How can a young man 
survive with this money? He has no choice but to work nights unloading boxcars 
on a train," she told The Moscow Times. 

Daineko said she feels no satisfaction over the state awards that she has 
received for her work training future biologists because few are employed in 
Russia. "Why do I need those medals when many of my students are writing to me 
from abroad?" she said, bitterly.

During the Soviet years, the state heavily invested in science, primarily 
physics and math, and the resulting breakthroughs were used in the 
military-industrial complex. Many scientists enjoyed privileges like their own 
cars and elite summer houses. Most scientific laboratories were connected to 
the defense industry. 

Nearly two decades have passed since the Soviet collapse, but the country still 
lives off the scientific and technological advances made from that time.

New innovations are "mostly a repeat or a modification of someone else's ideas 
or achievements," said Vladimir Travkin, a mathematician and former researcher 
with the Academy of Science of Soviet Ukraine.

Like many of his former colleagues, Travkin now works in Germany, where he said 
research facilities are more sophisticated than in Russia. Before moving to 
Germany, he spent 15 years at the University of California in Los Angeles. 

Travkin said he keeps in daily contact with former colleagues from Moscow and 
Kiev, but he plans to continue working in Germany because he sees few prospects 
in modern-day Russia.

The amount of state and private money invested into science has swelled in 
comparison to the 1990s, when many scientific institutions suffered from a lack 
of state funding and scientists went to work in private businesses to make ends 
meet. Last year, Prime Minister Vladimir Putin promised more than 60 billion 
rubles ($2 billion) per year to the Russian Academy of Science, almost double 
the amount spent in 2007. In contrast, Harvard University's annual budget 
topped $3 billion in 2008.

But Putin's spending 

CiKEAS> Patung John Lie Sebaiknya Dibangun di Pinggiran Pantai

2009-11-11 Thread sunny
Harian Komentar
11 November 2009

  Patung John Lie Sebaiknya Dibangun di Pinggiran Pantai


 


USULAN agar Pemerintah Propinsi Sulut membangun patung John Lie yang baru saja 
dianugerahi oleh Presiden SBY sebagai Pahlawan Nasional RI, ditanggapi positif 
kalangan DPRD Sulut. Wakil Ketua DPRD Sus Sualang-Pangemanan dan anggota DPRD 
dari PDS Sye-nie Kalangi mendukung usulan yang disampaikan tokoh muda Sulut, 
Jeffrey Johanes Massie (JJM) dan Sejarawan Unsrat Raymon Mawikere MHum. 


Namun menurut Sus Pange-manan, patung John Lie sebaik-nya dibangun di pinggiran 
pantai, mengingat jasa-jasanya banyak didedikasi sebagai se-orang pejuang di 
kebaharian. "Karena jasa beliau (Lie, red) juga berkaitan dengan bahari, 
sebaiknya patung tersebut di bangun di kawasan pesisir pantai. Di kawasan 
Boulevard misalnya. Atau bisa juga diba-ngun di pintu masuk Manado dari arah 
utara, di kawasan Mar-kas Lantamal di Kairagi. Tapi ini hanya usul saja. Yang 
pasti, saya mendukung kalau beliau diberi penghargaan walau pun hanya dalam 
bentuk patung," ungkapnya. 


Lantas, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap pembangunan patung 
terse-but? Menurut Sus, sebaiknya ini menjadi tanggung jawab pemprop. Sebab 
selain bahari, jasa Lie di bidang kema-syarakatan juga sangat ba-nyak. 
Jasa-jasa dan pengab-dian Lie sendiri tidak hanya terfokus di suatu wilayah 
seperti Kota Manado saja, tapi tersebar di beberapa daerah di Sulut. "Jadi 
sebaiknya pro-pinsi saja yang tangani. Kan ini bukan suatu beban berat," 
pungkas Pangemanan.


Sedangkan Syenie Kalangi mengusulkan, agar bisa me-manfaatkan lahan di kawasan 
reklamasi yang merupakan milik daerah. 
"Soal lokasi, saya kira tidak masalah. Tapi kalau ada sebagian lahan di kawasan 
Megamas yang menjadi hak pemerintah, kalau tidak salah Pemerintah Kota Manado, 
sebaiknya dibangun di sana saja. Supaya pemerintah tidak susah-susah lagi cari 
lokasi. Yang pasti, antara Pemerintah Manado dan pro-pinsi harus saling 
koordinasi," tandasnya.(dav)


CiKEAS> Citra kepolisian makin terpuruk

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Sudah lama buruk, cuma kebetulan saja sekarang masalah tersangkut 
saling cecok  mengenai pembagian  jatah rejeki korupsi antara para penguasa  di 
Jakarta, maka oleh karena itu polisi kena "spotlight" dan dipersoalkan secara 
umum. Tetapi, kalau Kapolda Firman Gani mengistruksikan Laskar Jihad untuk 
menyerang  pulau Saparua, dan kemudian dia  diangkat  menjadi Kapolda Jakarta 
pada masa kekuasaan Megawati tak ada yang protes sekalipun menggap dirinya 
progresif, ini karena pendapat umum mewajarkan untuk penduduk daerah luar harus 
disikat, agar berikan tempat bagi yang membutuhkan. SBY pun mengsponsor 
pengiriman Laskar Jihad ke Sulawesi dan Maluku, korban jiwa puluhan ribu.

http://www.harianterbit.com/artikel/fokus/artikel.php?aid=80042


Citra kepolisian makin terpuruk

  Tanggal :  11 Nov 2009 
  Sumber :  Harian Terbit 


JAKARTA - Ketua Presidium Police Warch Neta Pane mengatakan citra Kepolisiran 
Republik Indonesia (Polri) saat ini semakin amburadul. Masyarakat sudah 
memandang sebelah mata terhadap polisi terkait tudingan rekayasa-rekayasa kasus 
kriminalisasi pimpinan KPK yang melibatkan Bibit Samad Rianto-Chandra M Hamzah 
dan kasus pembunuhan Direktur PT Citra Rajawali Banjaran Nasruddin Zulkarnain 
yang melibatkan mantan Ketua KPK Antasari Azhar.

Di masyarakat Polisi saat ini sudah mendapat pandangan negative. "Masyarakat 
saat ini sudah tidak simpati lagi dengan Polri. Kinerjanya sangat amburadul. 
Tentu saja hal itu bisa menimbulkan rasa keadilan di masyarakat semakin 
berkurang," tegas Neta S Pane pada Harian Terbit, Rabu (11/11).

Menurutnya, polisi saat ini sudah melawan arus. Keadaan ini bisa sangat 
membahayakan keutuhan bangsa dan Negara. Seharusnya Polri jangan sekali-sekali 
melawan masyarakat sehingga keadaan tidak menjadi kisruh.

"Bila Polri melawan arus akan semakin membingungkan masyarakat. Jika sudah 
bingung tentu saja akan mengurangi rasa percaya dan curiga, ada apa sebenarnya 
Polri," Neta Pane mempertanyakan.

Koordinator Inisiatif Insitut (LSM yang bergerak di bidang anti korupsi dan 
Good Government ), Hermananto kepada Harian Terbit, Rabu pagijuga mengemukakan 
hal yang sama. Menurut Hermananto, kasus Bibit/Chandra dan Antasari Azhar 
bagaikan puncak gunung es. "Dari pengalaman saya ketika masih di LBH cukup 
banyak kasus yang alat buktinya sumir dipaksakan maju ke kejaksaan dan 
pengadilan," katanya.

Kasus ini mestinya dijadikan titik tolak oleh Presiden SBY untuk melakukan 
reformasi total di tubuh polri. "Selama ini ada pemahaman keliru yang dianut 
penyidik polri. Mereka merasa bangga kalau kasus yang ditanganinya diterima 
kejaksaan (P21) karena bisa mendapat kenaikan pangkat. 

Akibatnya perkara yang alat buktinya sumir dipaksakan ke pengadilan.

Namun kiriminolog , Adrianus Meliala berpendapat lain. Dia mengatakan pengakuan 
Wiliardi Wizar bisa saja hanya sebagai taktik untuk menghancurkan citra polri 
karena merasa kecewa atau untuk membela dirinya.

"Karena kasusnya sudah dipengadilan masalahnya terpulang kepada keyakinan 
hakim. Misalnya, hakim bisa saja mengahdirkan oknum polri yang disebut Wiliardi 
mengkondisikan BAP itu ke persidangan. Kalau hakim yakin terjadi rekayasa dia 
bisa membuat putusan sela ," katanya. 

Sebaiknya, kata Neta, tubuh Polri harus dibersihkan sehingga tidak ada kotoran 
atau oknum yang mencoreng lembaga terhormat ini. Oknum-oknum ini merupakan 
tikus kantor yang harus di basmi.

"Jangan sampai pandangan negative selalu hadir dan ada di Negara tercinta 
Indonesia. Jangan sampai tercoreng oleh segelintir oknum yang dapat merugikan 
kesatuan Polri. Oknum-oknum yang tidak beres harus segera diganti. Lingkaran 
setan di tubuh Polri harus segera diputus.

Neta S Pane mendesak pengakuan Wiliardi Wizar tentang rekayasan penahanan 
Antasari Azhar diungkap. Tiga nama penyidik Polri yang disebut Wiliardi dalam 
persidangan harus diperiksa di persidangan untuk mengungkap kebenaran pengakuan 
Wiliardi.

"Majelis hakim harus segera memeriksa 3 orang penyidik Polri yang namanya 
disebut Wiliardi untuk mengungkap kebenaran pengakuan Wiliardi," tegas Neta S 
Pane, Rabu.

Neta yakin, pemeriksaan terhdap tiga penyidik Polri tersebut akan membongkar 
sejauh nama keterlibatan Polri dalam merekayasa kasus Antasari.Jika kemudian 
terbukti ketiga penyidik Polri itu terlibat dalam rekayasa penahanan Antasari 
seperti yang diungkapkan Wiliardi, maka ketiga orang itu harus diperiksa dan 
diproses secara hukum.

"Ketiganya harus diproses secara hukum karena terlibat dalam rekayasa ini," 
tandasnya. Dalam sidang Antasari di PN Jakarta Selatan, Selasa 10 November 
kemarin, Wiliardi mengungkapkan rekayasa kasus Antasari yang melibatkan 
petinggi Polri. Dia menyebut tiga nama petinggi Polri yakni mantan 
Wakabareskrim Irjen Pol Hadiatmoko, Brigjen Pol Iriawan Dahlan, dan Dirkrimum 
Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Pol M Iriawan.

"Jadi waktu itu saya dikondisikan oleh direktur, wadir, kabag, kasat, semuanya 
hadir di situ. Mereka menyebutkan 

CiKEAS> Korupsi di Balik Formal Legalistik!

2009-11-11 Thread sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009110908010616

  Senin, 9 November 2009 
 
  BURAS 
 
 
 
Korupsi di Balik Formal Legalistik! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya



  "SEPEKAN ini informasi kontroversial dari berbagai sisi terkait kasus 
kriminalisasi KPK melimpah!" ujar cucu. "Bagaimana menilai mana yang benar?"

  "Kebenaran setiap informasi tergantung bukti-bukti pendukungnya!" tegas 
kakek. "Sulit menilai mana yang benar, karena banjir informasi itu terkait 
kekuasaan, yang cenderung korup seperti kata Lord Acton! Selain korupsi juga 
merupakan kejahatan luar biasa, extraordinary crime!"

  "Contoh kekuasaan cenderung korup!" kejar cucu.

  "Dengan kekuasaan orang bisa membuat aturan untuk semua, tapi hanya 
menguntungkan diri dan kelompoknya!" tegas kakek. "Dengan itu, ketika ia 
menjalankan aturan itu secara formal legalistik, yang efektif terjadi justru 
sebuah korupsi--dengan benefit berupa apa pun itu!"

  "Korupsi sebagai kejahatan luar biasa!" kejar cucu.

  "Ketika pejabat main mata dengan pengusaha dalam proyek, misal, 
rehabilitasi jalan!" jelas kakek. "Semua aturan main formal legalistik 
dijalankan, tender, pengawasan dengan menguji di semua titik kualitas 
proyeknya! Tapi, setelah proyek selesai, jalan yang seharusnya tahan dua tahun 
saat musim hujan sudah berlubang-lubang kembali! Itu contoh korupsi kejahatan 
luar biasa, selalu ada hal-hal yang sukar disingkap di balik formal legalistik 
yang serbaberes itu!"

  "Jadi rakyat tahu ada korupsi karena jalan cepat rusak lagi, atau 
bangunan baru ambruk tanpa gempa atau badai, aparat hukum tak bisa menemukan 
kesalahan karena aturan formal legalistiknya beres!" timpal cucu. "Begitulah 
korupsi sebagai kejahatan luar biasa! Cuma, kembali ke masalah tadi, bagaimana 
jutaan orang bisa menilai lalu mendukung salah satu pihak--seperti dilakukan 
facebookers--padahal tak mudah memastikan bentuk dan sifat korupsi kekuasaan di 
balik proses formal legalistik?"

  "Kalau orang banyak begitu, penilaian bertolak dari pengalaman bersama 
bersifat umum, hingga masalah terakhir itu cuma salah satu dari semua 
pengalaman bersama yang dirasakan tentang praktek di balik proses formal 
legalistik--dalam hal ini yang dilakukan polisi!" jawab kakek. "Contoh, 
sebagian besar facebooker itu pernah mengurus SIM dengan tarif formal 
legalistik di formulir Rp52.500, tapi entah berapa yang mereka bayar! Ini 
membuat mereka bisa cepat memihak!"

  "Penilaian orang banyak itu bisa salah, jika kali ini polisi melakukannya 
dengan benar!" timpal cucu.

  "Memang!" tegas kakek. "Tapi kasus terakhir ini bagi mereka cuma pemicu, 
sedang tujuan mereka perbaikan praktek formal legalistik polisi secara 
komprehensif dan mendasar, mengubah total budaya kerja polisi yang mereka 
anggap korup! Karena itu, kalau mereka salah dalam kasus ini, tekanan opini 
mereka justru akan jadi lebih besar, karena selain penasaran, kasus terakhir 
ini juga cuma sasaran antara! Masalahnya, kenapa diberi peluang dapat 
pemicu--trigger factor!?"
 
<><>

CiKEAS> Indian Army to deploy more troops along Arunachal border (RALAT)

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Apakah antara India dan Tiongkok cuma main-main saja ataukah akan 
sungguh-sungguh berhantam-hantaman tentang perbatasan?

http://www.hindustantimes.com/Indian-Army-to-deploy-more-troops-along-Arunachal-border/H1-Article3-475434.aspx


Indian Army to deploy more troops along Arunachal border


Arun Joshi, Hindustan Times
Email Author
Jammu, November 12, 2009
Last Updated: 01:00 IST(12/11/2009)
  

India is quietly beefing up its defences along the China border in Arunachal 
Pradesh, even as it publicly downplays the growing diplomatic spat with Beijing 
over the Dalai Lama's visit to the state.

The Indian Army will deploy its new 15,000-strong 56 Division in Arunachal, 
which China claims as its own, within four weeks, a senior defence official 
told HT, requesting anonymity. 

Simultaneously, it has put out a Request for Information (RFI) for acquiring 
300 lightweight tanks that can be deployed in the North East and Jammu & 
Kashmir.

The purpose is to leave nothing to chance, notwithstanding the show of bonhomie 
between Prime Minister Manmohan Singh and his Chinese counterpart Wen Jiabao at 
their October 25 meeting in Thailand.

A second division will be deployed in Arunachal Pradesh in the next 12-18 
months, the official added.

The army's RFI states the light tanks should be capable of destroying bunkers 
and soft-skin vehicles up to 3,000m away and should have armour-piercing 
anti-tank guided missiles and anti-aircraft machine guns. 

The RFI, which is in HT's possession, also stipulates these tanks should "have 
protection against nuclear, chemical and biological warfare".

In recent months, India activated three airfields along the 646 km Line of 
Actual Control (LAC) with China, last used during the 1962 war with China. The 
army and the Indo-Tibetan Border Police have also stepped up patrolling along 
the LAC

CiKEAS> Demokrasi di Indonesia Masih Prosedural

2009-11-11 Thread sunny
Refelksi : Demokrasi di Negara Kleptorasi Replubik Indonesia berlaku prsedural 
dan juga substansial, prosedural yaitu menurut cara main rakyat bisa bersuasa 
sedangkan substansialnya rakyat tidak ikut atau dikutsertakan, karena pada 
umumnya pesta demokrasi  banyak yang dipanggil sedikit yang menikmati madu 
kekuasaan dalam mana korupsi adalah porsi utama.  

http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=12066

  Selasa, 10 November 2009 
 
  POLITIK 
 
 
 
Demokrasi di Indonesia Masih Prosedural 


  JAKARTA (LampostOnline): Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum 
mengatakan demokrasi di Indonesia masih sebatas demokrasi prosedural belum 
sampai pada demokrasi substansial.

  "Agar bisa naik kelas menjadi demokrasi substansial, pemerintah Indonesia 
harus bisa melakukan sejumlah agenda politik," kata Anas Urbaningrum pada 
seminar politik "Agenda Strategis Pemerintahan Baru di Bidang Politik, di Hotel 
Gran Melia, Jakarta, Selasa (10-11).

  Dikatakannya, agenda politik tersebut antara lain penyederhanaan partai 
peserta pemilu, karena pembangunan demokrasi di Indonesia tidak bisa 
mengandalkan banyak partai.

  Penyederhanaan partai, kata dia, sudah dilakukan sejak Pemilu 2004 dengan 
menerapkan syarat administrasi pendirian partai dan "parliamentary treshold".

  Dikatakannya, dengan menetapkan persyaratan administrasi yang berat 
seperti tertuang dalam undang-undang pemilu baik organisasi maupun keanggotaan, 
sehingga hanya orang yang sungguh-sungguh yang mendirikan partai.

  Kemudian persyaratan "parliamentary treshold" yang telah diterapkan pada 
pemilu 2004 yakni 2,5 persen.

  Dikatakannya, dengan persyaratan tersebut hanya sembilan partai yang bisa 
memenuhi persyaratan tersebut.

  Namun dalam pelaksanaannya, kata dia, terjadi konflik-konflik tidak hanya 
antar-partai, antar-caleg dari partai berbeda, juga antar-caleg dalam satu 
partai.

  "Dalam menghadapi Pemilu 2014 diwacaakan untuk dinaikkan secara bertahap 
menjadi tiga persen, empat persen, dan kemudian lima persen," kata Ketua Fraksi 
Partai Demokrat DPR ini.

  "Parliementary treshold" ini, kata dia, juga diwacanakan tidak hanya 
diterapkan di DPR juga di DPRD provinsi dan kabupaten/kota, sehingga bisa 
mengurangi keanekaragaman politik di DPRD.

  Dalam praktek penyederhanaan partai ini, Anas juga mengusulkan agar 
daerah pemilihan tidak terlalu luas, sehingga caleg dari partai yang kuat bisa 
terpilih lebih banyak dari setiap daerah pemilihan.

  Sembilan partai yang lolos "parliamentary treshlod" pada pemilu 2004 
yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKS, PAN, PPP, PKB, 
Partai Gerindra, dan Partai Hanura. ANT/L-1
 

<>

CiKEAS> Kejagung Periksa Dirut Bank Mutiara Terkait Dugaan Korupsi

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Korupsi di bank ini agaknya bukan dilakukan dalam satu hari 
belakangan ini, tetapi pasti sudah berjalan lama, jadi bisa saja dipertanyakan 
mengapa pada penerintahan lalu tidak diungkapkan kasusnya  dan baru sekarang? 
Apakah rezim SBY sekarang lebih anti korupsi dari rezim SBY yang lalu? Ataukah 
hiruk pikuk ini hanya suatu sendiwara belaka agar kasus korupsi raksasa 
dihilangkan dari ingatan masyarakat? Jadi dibuat sendiwara  bersenario akal 
bulus untuk fulus berjumlah raksasa. Jauh lebih besar lagi dari biaya 
sendiwara. 

Bukankah harta hasil korupsi Soeharto yang disembunyikan sana mempunyai jumlah 
kurang lebih sama dengan  cadangan devisa NKRI? Para petinggi tentunya 
berhutang budi kepada Pak Harto yang tidak tanggung-tangung korupsinya  patut 
diselamatkan namanya dari segala cap buruk dan tuntutan hukum,  kemudian 
setelah situasi dianggap matang diberikan gelar pahlawan yang lebih tinggi dari 
gelar Bapak Pembangunan yang telah diperoleh.. 



Jawa Pos
Kamis, 12 November 2009

[ Rabu, 11 November 2009 ] 


Kejagung Periksa Dirut Bank Mutiara Terkait Dugaan Korupsi 


Penyidikan kasus dugaan korupsi Bank Century terus bergulir di Kejaksaan Agung. 
Tim penyidik memeriksa dua saksi, yakni Dirut Bank Mutiara (dulu Bank Century) 
Maryono dan anggota Tim Bersama Penanganan Permasalahan Bank Century Didi 
Haryanto, di Gedung Bundar kemarin (10/11).

''Betul tadi dilakukan pemeriksaan oleh penyidik dalam kapasitas sebagai saksi. 
Ini merupakan kegiatan dalam rangka penyidikan," kata Kapuspenkum Kejagung 
Didiek Darmanto ketika dihubungi tadi malam. Namun, dia tidak memantau secara 
penuh pemeriksaan karena mendampingi Jaksa Agung Hendarman Supandji dalam 
lanjutan rapat kerja dengan Komisi III (bidang hukum) DPR.

Maryono yang juga salah seorang banker terbaik Bank Mandiri itu disodori 15 
pertanyaan oleh tim penyidik. Pemeriksaan berlangsung sekitar tiga jam, mulai 
pukul 09.30. Menurut Didiek, kedua saksi memberikan penjelasan kepada penyidik 
terkait dengan implikasi permasalahan surat-surat berharga terhadap keuangan 
Bank Century.

Selain itu, berdasar laporan yang diterima, dua saksi itu memberikan keterangan 
tentang surat-surat berharga yang bersifat unrated (tidak berharga), unlisted 
(tidak terdaftar), dan kesulitan likuiditas. "Juga, masalah penyetoran modal 
pemerintah Rp 6,7 triliun dan pendokumentasian aset para tersangka di luar 
negeri," urai mantan Wakajati Jatim itu.

Didiek mengatakan, hingga saat ini Kejagung sudah menetapkan dua tersangka yang 
sama-sama buron, yakni Hesyam Al Waraq (wakil Komisaris Utama) dan Rafat Ali 
Rizvi (pemegang saham mayoritas/pengendali). Ravat adalah warga keturunan 
Pakistan berkebangsaan Inggris dan Hesham merupakan warga Arab Saudi. ''Nanti 
masih ada pendalaman dari saksi-saksi lain," tuturnya.

Seperti diketahui, penyidikan Kejagung didasari temuan Pusat Pelaporan dan 
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang aliran uang Bank Century. Asetnya 
mencapai Rp 11,9 triliun. Berdasar penelusuran PPATK, ditemukan aset Bank 
Century yang tersimpan di Hongkong dan Jersey, Inggris. 

Rinciannya, aset milik Robert Tantular Rp 192,5 miliar serta aset atas nama 
Hesham dan Rafat Rp 11,64 triliun. Dengan menggunakan instrumen UU 
Pemberantasan Tipikor, Kejagung berupaya menarik aset-aset tersebut. (fal/agm)



CiKEAS> Semua Kabupaten Pemekaran Masuk Daerah Tertinggal

2009-11-11 Thread sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=11730

2009-11-11 
Semua Kabupaten Pemekaran Masuk Daerah Tertinggal 


SP/YC Kurniantoro



Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faisal Zaini memberikan 
penjelasan saat kunjungan silaturahmi ke kantor "Suara Pembaruan" di Jakarta, 
Selasa (10/11).

[JAKARTA] Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (Menneg PDT), A Helmy 
Faisal Zaini, mengatakan, seluruh kabupaten hasil pemekaran yang berjumlah 
sebanyak 34 kabupaten, masuk dalam kategori daerah tertinggal. Kabupaten 
pemekaran itu menambah jumlah daerah tertinggal menjadi 183 kabupaten.

Hal itu dituturkan Helmy Faisal Zaini, saat berkunjung ke Redaksi Suara 
Pembaruan, di Jakarta, Selasa (10/11). Disebutkan pula, 183 kabupaten 
tertinggal tersebut, tersebar di 32.000 desa. 

Berkaitan dengan itu pula, Kementerian PDT akan mengubah paradigma pembangunan 
daerah tertinggal yang selama ini berbasis pengembangan kawasan menjadi 
berbasis perdesaan. Diharapkan dengan paradigma ini, permasalahan 
ketertinggalan desa bisa terpetakan dan diketahui apa kebutuhannya.

Menurut Helmy, beberapa kriteria ditetapkan untuk menjadikan suatu daerah 
sebagai daerah tertinggal, yakni angka kemiskinan di daerah tersebut lebih dari 
50 persen, aksesibilitas terhadap pelayan publik sangat rendah, infrastruktur 
berupa sarana dan prasarana, celah fiskal, karakteristik daerah, dan tingkat 
perekonomian. 

Diakui pula, 62 persen dari 32.000 desa tertinggal itu, berada di kawasan 
Indonesia bagian Timur. "Karena itu, perlu ada perlakuan khusus terhadap 
daerah-daerah tertinggal sehingga terjadi percepatan pembangunan," katanya. 

Helmy menjelaskan, pembangunan berbasis perdesaan yang akan dikembangkan nanti 
diwujudkan dalam program bedah desa terpadu, yang intinya pemberdayaan potensi 
desa dengan menggenjot ekonomi perdesaaan. Program terobosan tersebut antara 
lain, pasar desa, jalan poros desa, listrik desa, warung informasi desa atau 
desa bordering juga fokus pada pengembangan agribisnis perdesaaan," tuturnya.

Dengan adanya program-program tersebut Kementerian PDT, lanjut Helmy, saat ini 
telah melakukan koordinasi khususnya dengan beberapa departemen/kementerian 
yang terkait dengan ketertinggalan pembangunan. Antara lain Departemen 
Pekerjaan Umum guna mengejar ketertinggalan di bidang infrastruktur, Departemen 
Kesehatan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, serta Departemen 
Pendidikan untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan.

Sedangkan, di bidang ekonomi Menteri PDT mengaku telah bekerja sama dengan 
Departemen Keuangan untuk percepatan. Dia mengusulkan, agar ada dana 
perimbangan dari pusat ke daerah yang mempunyai dimensi keberpihakan pada 
daerah tertinggal daripada daerah yang telah maju. 


Reformasi Agraria

Lebih konkret lagi, katanya pemerintah pusat akan memformulasikan dua persen 
dari total anggaran dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) 
nasional untuk daerah tertinggal. "Perlu ada perlakukan khusus dari pemerintah 
pusat terkait DAU dan DAK daerah tertinggal" ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Pemimpin Redaksi SP, Primus Dorimulu, memberi 
masukan kepada pemerintah melalui Kementerian PDT, yakni tentang masalah 
reformasi agraria. Menurut Primus, salah satu persoalan terpenting yang perlu 
segera dituntaskan Pemerintah untuk menanggulangi daerah tertinggal adalah 
melakukan reformasi agraria.

"Sebagian besar masyarakat kita di daerah tertinggal itu petani. Tetapi, 
kenyataannya petani itu tidak memiliki hak atas tanah," katanya.

Dia mencontohkan, petani-petani di Kalimantan tidak banyak memiliki tanah 
karena sebagian besar lahan yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan 
bercocok tanam dan menjadi mata pencaharian tetap petani telah dikuasai oleh 
pengusaha hak pengelolaan hutan (HPH) dari Jakarta. Saat ini, kata Primus, 
rata-rata luas lahan yang dimiliki petani Indonesia sekitar 0,3 hektare, masih 
jauh dari ideal, yakni 2 hektare.

Menanggapi masukan itu, Helmy menyatakan, sebenarnya dalam kegiatan National 
Summit 2009, reformasi agraria merupakan salah satu isu sentral yang dibahas. 
Disebutkan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan formulasi kebijakan 
agraria yang diharapkan bisa menguntungkan petani pada umumnya. [E-7]



CiKEAS> DPR dalam "Executive Heavy"

2009-11-11 Thread sunny
Refleksi : Prediksi untuk menjadi "tukang stempel",  kemungkinannya besar 
sekali, karena banyak diantara mereka yang menjadi anggota DPR mengadaikan 
rumah untuk pinjaman di bank atau menjual mobil dsb untuk kampanye dipilih 
menjadi anggota DPR. Maksud utamanya dengan pinjaman bank bukan untuk 
memperjuang tuntutan dan hak rakyat, tetapi  kepentingan pribadi, agar 
pinjamannya  bisa dilunasi dengan  laba bagi dirinya. Jadi  kepentingan bisnis 
pribadi yang dinomorsatukan. Usaha bisnis pribadiini  ini pasti seperti bisnis 
lainnya yaitu yang motonya : "ongkos sedikit, laba besar", untuk itu tidak 
perlu repot-repot melelahkan diri,  cukup mnenjadi tukan stempel saja dan duit 
pun mengalir masuk kantong. Syukuralhamdullilah panen rejeki setiap waktu!

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=opini

2009-11-11 
DPR dalam "Executive Heavy"


Toto Sugiarto

Politik republik berada dalam executive heavy. DPR, yang sejak awal reformasi 
merupakan lembaga yang paling powerful, diprediksi akan mendekat kembali ke 
karakter saat Orde Baru, yaitu sebagai "tukang stempel".

Itulah yang terpikir ketika Sebastian Salang meminta saya memberikan pengantar 
diskusi pada Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi), beberapa 
minggu yang lalu, dengan tajuk "DPR dalam Executive Heavy". Yang dimaksud 
executive heavy di sini tentu tidak dalam bentuk legal-formal. Berdasarkan 
undang-undang, tata negara kita berada dalam legislative Heavy. Kekuasaan 
presiden banyak berkurang dibanding saat Orde Baru. 

Kewenangan tersebut berpindah ke DPR. Hal ini terlihat dari dominannya peran 
DPR. Undang-undang yang disetujui DPR, misalnya, tetap berlaku meskipun tanpa 
pengesahan presiden (setelah 30 hari) dan kewenangan fit and proper test banyak 
pejabat negara ada pada DPR.

Namun, pada tataran praksis, lebih dari 70 persen anggota DPR periode 2009-2014 
berasal dari partai yang berkoalisi dengan pemerintah. Koalisi ini juga secara 
dominan "menguasai" kursi ketua komisi-komisi. Sembilan dari sebelas kursi 
ketua komisi diduduki wakil rakyat dari partai koalisi. Akibatnya, meskipun 
secara legal-formal kita berada dalam legislative heavy, secara praksis 
diperkirakan kita telah beralih ke executive heavy. 

Ibarat berada di kandang macan, kita sekarang berada di kandang yang macannya 
sudah dicabuti giginya. Macannya tetap sebagai macan, namun telah kehilangan 
kekuatannya. Bahkan, tidak lagi memiliki kemampuan mengunyah makanan. Itulah 
kira-kira analogi bagi DPR sekarang yang berada dalam atmosfer executive heavy.

Dengan demikian, bukan ayat undang-undang yang diubah, sehingga lokus 
kewenangan berubah, melainkan pengaruh terhadap orang di dalamnya yang berubah 
dari potensial sebagai spoiler menjadi supporter pemerintah. Dari potensi 
penentang menjadi pendukung. Dengan pengaruh yang jauh meresap ke legislatif 
tersebut, dapat diartikan, Presiden SBY telah berhasil melakukan hegemoni 
terhadap ruang kekuasaan lain. Koalisi besar bermakna "penyatuan kem- bali" 
separation of power.


Polesan Citra

Dalam kondisi executive heavy seperti ini, apa yg akan terjadi dalam bernegara 
ke depan? Pertama, DPR yang isinya didominasi "orang-orang presiden" diprediksi 
tidak mampu melaksanakan fungsi pengawasan. Koalisi besar akan membelenggu 
wakil rakyat melalui fraksi-fraksi sebagai kepanjangan tangan. Akibatnya, 
kemauan membela kepentingan rakyat semakin lemah, kecerdasan dalam menjalankan 
tugas-tugas sebagai legislator menjadi tumpul, serta simpati dan empati 
terhadap kesulitan rakyat tak lebih sekadar polesan citra.

Kondisi ini memunculkan pesimisme. Pada saat hegemoni belum terjadi, DPR telah 
memperlihatkan kelemahan, seperti interpelasi lumpur Lapindo yang layu sebelum 
berkembang pada pertengahan 2007, rontoknya usulan penggunaan hak angket untuk 
menyelidiki pelanggaran dalam penunjukan ExxonMobil Ltd sebagai pemimpin 
operator lapangan minyak Blok Cepu pada Juni 2006, dan gagalnya hak angket 
impor beras, Ja- nuari 2006. Setelah era hegemoni ini, catatan kelemahan 
diprediksi semakin panjang.

Kedua, DPR tidak akan mampu menilai dan menyaring kritis RUU inisiatif 
pemerintah. Ini kurang lebih menjadi sama seperti DPR era Orde Baru. DPR tak 
lebih sebagai lembaga yang memuluskan keinginan pemerintah. 

Apa akibatnya? Produk legislasi yang dihasilkan cenderung akan kental dengan 
kepentingan kelompok atau golongan. Saat DPR belum terhegemoni, produk 
undang-undang seperti ini masih ada yang lolos, misalnya UU No 38 Tahun 2004 
tentang Jalan yang isinya menetapkan bahwa tarif tol secara otomatis akan naik 
setiap dua tahun. Setelah terhegemoni, UU yang aneh serta memberatkan rakyat 
seperti itu berpotensi lebih banyak muncul. 

Dengan demikian, diprediksi banyak anggota DPR yang kehilangan kemampuan 
"mengunyah makanan". Mereka kehilangan kemampuan melaksanakan fungsi pengawasan 
dan legislasi. Tegasnya, DPR 2009-2014 akan didominasi oleh manusia 
instrumental, yang berperan sebagai alat yang memuluskan berbagai ke

CiKEAS> Mengelola Keberagaman Indonesia

2009-11-11 Thread Retno Kintoko
= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
   nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Memperingati 81 tahun Sumpah Pemuda 1928 dan Hari Pahlawan 10 Nopember 2009 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
TOKOH MUDA INSPIRATIF (14)
Mengelola Keberagaman Indonesia
Kamis, 12 November 2009 | 02:53 WIB
Oleh : Anita Yossihara
Latar belakang pendidikan Islam tidak membelenggu pemikiran Zuly Qodir untuk 
memperjuangkan penghormatan keberagaman di Indonesia. Tenaga dan pemikirannya 
dicurahkan untuk meneliti penyebab konflik atau gesekan antaretnis yang kerap 
terjadi di negara ini. Aktivis muda Muhammadiyah itu pun terlibat dalam 
pembentukan Forum Persaudaraan Umat Beriman Yogyakarta, sebuah forum lintas 
agama yang didirikan bulan Maret 1997.
Baginya, keberagaman etnis atau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) 
merupakan potensi luar biasa yang menunjukkan kekayaan bangsa Indonesia. 
Keberagaman itu pulalah yang menjadi cikal bakal lahirnya Republik Indonesia.
Konflik terjadi bukan karena perbedaan SARA, melainkan lantaran kurangnya 
penghormatan negara. Negaralah yang justru menciptakan kesenjangan antaretnis 
dengan memprioritaskan etnis tertentu dalam segala bidang pembangunan.
Berikut petikan wawancara Kompas di rumahnya di Desa Sendangtirto, Kecamatan 
Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (7/11).
Bagaimana gesekan antaretnis itu bisa terjadi?
Negara kita ini memiliki suku yang beragam, budaya beragam, tetapi selama 
bertahun-tahun tak mengalami perkembangan yang baik. Suku-suku, etnis, yang 
disebut SARA itu hanya dipakai untuk konsumsi politik rezim kekuasaan, terutama 
pada zaman Orde Baru. SARA hanya diterjemahkan menurut rezim kekuasaan.
Rezim Orde Baru merepresentasikan keberagaman dengan membangun Taman Mini 
Indonesia Indah (TMII), yang sebenarnya tidak berkembang sama sekali. Tidak ada 
cermin keragaman budaya di situ, hanya artefak semata.
Kekayaan dari keberagaman SARA itu bahkan dibelenggu oleh negara sehingga yang 
muncul adalah pendaman-pendaman kekecewaan. Akibatnya, beberapa daerah ingin 
merdeka, memisahkan diri dari Indonesia. Lihat saja di Papua, Aceh, dan Riau, 
ada gerakan untuk merdeka. Itu bukti mereka kecewa terhadap penghormatan SARA 
di Indonesia. Penguasa tidak menghormati keberagaman itu dengan baik.
Mengapa negara tidak menghormati keberagaman?
Rezim penguasa selalu ketakutan dengan SARA, merasa bila keberagaman tiap-tiap 
daerah muncul akan membuat negara tidak dominan sehingga negara memilih untuk 
menyeragamkan semuanya.
Sepanjang Orde Baru negara telah melakukan teror terhadap mereka yang menentang 
keseragaman. Mereka yang dianggap menentang dan mengancam persatuan dipenjara 
atau dihilangkan mata pencariannya dan dijauhkan dari komunitasnya.
Sikap seperti itulah yang kemudian memunculkan antipati terhadap negara. Pada 
saat kondisi negara lemah, keberagaman yang sebelumnya menjadi potensi untuk 
mempersatukan bangsa berubah menjadi potensi negatif. Pendaman-pendaman 
kekecewaan terhadap negara itulah yang mengakibatkan konflik terjadi di 
mana-mana.
Apa akar permasalahan yang menyebabkan konflik?
Akar persoalannya adalah diskriminasi. Ada kesenjangan keadilan, pembangunan 
infrastruktur, pendidikan, dan sebagainya.
Saya sudah berkeliling melihat daerah-daerah, kondisi infrastruktur memang jauh 
tertinggal dibanding Jawa. Di Papua itu jalanan belum dibangun dengan baik. 
Infrastruktur di daerah konflik, seperti Ambon dan Ternate, juga belum begitu 
baik.
Pembangunan bidang pendidikan juga masih ada kesenjangan. Fasilitas pendidikan 
di Jawa dengan di daerah-daerah terpencil serta pulau-pulau lain sangat 
berbeda. Tetapi, mengapa masalah kelulusan diseragamkan dengan menggunakan 
ujian nasional. Itu jelas-jelas tidak adil.
Apa yang harus dilakukan untuk meredam potensi konflik?
Etnis dan agama ini memang paling mudah untuk membangkitkan sentimen identitas. 
Agama berkaitan dengan keimanan, sedangkan etnis berkaitan dengan identitas 
kesukuan dalam masyarakat.
Orang akan sangat mudah marah bila disentil masalah keagamaan atau etnis. 
Kesenjangan atau diskriminasi semacam itu harus segera dihentikan. Masyarakat 
dari etnis apa pun, termasuk China, harus diberikan kesempatan yang sama dalam 
bidang politik, perekonomian, dan sebagainya.
Prinsipnya, keadilan harus benar-benar terjadi, baik keadilan politik, keadilan 
hukum, keadilan politik, dan juga pemerataan pembangunan.
Di bidang hukum, selama ini penegakan hukum tidak berjalan dengan baik, masih 
tebang pilih. Ada kesenjangan antargolongan dalam penegakan hukum di Indonesia. 
Seharusnya hukum itu berlaku sama bagi siapa pun.
Kemudian soal agama dan kepercayaan. Negara tidak perlu terlalu banyak 

CiKEAS> [Konsultasi Hukum Gratis] Mantu Vs Mertua

2009-11-11 Thread NM. WAHYU KUNCORO, SH
Salam sejahtera.
Sebenarnya ini permasalahan orang tua saya dengan menantu laki-lakinya.
Awalnya adik ipar saya ini sering pinjam uang melalui adik saya untuk
usaha dengan janji akan dikembalikan. Termasuk menjual beberapa mobil
orang tua yang dipinjamkan kepada adik saya. Lama-kelamaan utangnya
membesar. Istrinya (adik saya) dan anak2nya ditelantarkan.
Pada suatu saat dia terdesak utang kepada orang lain, akhirnya dia
meminta orang tua saya untuk membeli rumahnya. Dengan catatan orang tua
saya maunya di notaris. Akhirnya terjadilah akte jual beli dan
sertifikat sudah dibalik nama ayah saya.
Perjanjian mengenai hutang2 adik ipar saya dilakukan dibawah tangan
dengan catatan apabila rumah tersebut akan dipakai oleh ayah saya, dia
siap pindah dilakukan dibawah tangan (ditulis tangan dengan tanda
tangan tanpa materai).
Kurang lebih satu tahun dari jual beli tersebut, ayah saya beniat
memakai rumah tersebut sebagai tempat usaha dengan mendatangi
menantunya. Di luar dugaan adik ipar saya marah2 dan menantang ayah
saya yang sudah berusia lanjut. Dia tidak mau pindah malah minta uang
tambahan dengan alasan harga rumah tersebut sudah naik.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah jual beli tersebut sah secara hukum?2. Apabila sah bagaimana
cara mengusir adik ipar saya?3. Apakah AJB/sertifikat itu bisa
dibatalkan?
Terima kasih atas informasinyaRM
JAWAB :
Terima kasih telah menghubungi saya 
1) Pasal 1457 - 1458 KUHPerdata menyatakan bahwasanya Jual beli adalah
suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
dijanjikan. Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang
tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan
harganya belum dibayar. Jadi, karena telah ada kesepakatan jual beli
antara ipar dan orangtua anda, maka secara hukum jual beli tersebut
telah terjadi. Terlebih dalam jual beli tersebut telah tertuang dalam
akta jual beli. Dengan adanya akta jual beli dan telah dilakukan balik
nama atas sertifikat dimaksud maka sempurnalah secara hukum perbuatan
hukum jual beli tersebut karena telah memiliki bukti hukum yang
sempurna.
2) Pasal 1474 - 1475 KUHPerdata menegaskan bahwasanya Penjual mempunyai
dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya.
Penyerahan ialah pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan
dan hak milik si pembeli. Oleh karena jual beli telah sempurna secara
hukum, tentunya dengan segenap kekuasaannya orang tua anda selaku
pembeli dapat mengusir ipar anda tersebut, dengan atau tanpa
perantaraan aparat hukum.
Jika upaya persuasif telah dilakukan namun gagal, selaku pemilik rumah,
ada 2 cara hukum yang dapat dilakukan guna mengusir ipar dari rumah
tersebut yakni dengan cara :
a. Pidana :
Melaporkan ipar anda tersebut ke kantor polisi terdekat dengan membuat
aduan/ laporan Berdasarkan Pasal 167 ayat (1) KUHPidana yang
menyatakan, Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan me- lawan hukum atau
berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak
atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana
penjara paling lema sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
b. Perdata :
Mengajukan gugatan sengketa penghuni rumah oleh bukan pemilik kepada
Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnynya mencakup rumah yang menjadi
sengketa tersebut
3) Akta Jual Beli (AJB) merupakan akta otentik yang memiliki dan
dikategorikan sebagai alat bukti yang sempurna, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1870 KUHPerdata. Akta otentik memberikan diantara para
pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari
para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat/
dinyatakan di dalam akta tersebut. Kekuatan pembuktian sempurna yang
terdapat dalam suatu akta otentik merupakan perpaduan dari beberapa
kekuatan pembuktian dan persyaratan yang terdapat padanya. Ketiadaan
salah satu kekuatan pembuktian ataupun persyaratan tersebut akan
mengakibatkan suatu akta otentik tidak mempunyai nilai kekuatan
pembuktian yang sempurna (volledig) dan mengikat (bindende) sehingga
akta akan kehilangan keotentikannya dan tidak lagi menjadi akta
otentik. Oleh karena itu, pada dasarnya akta dapat dibatalkan, hanya
saja pembatalan akta itu harus dilakukan berdasarkan putusan Pengadilan
Negeri, bukan didasarkan pembatalan salah satu pihak.
Jadi dalam hal ini, berdasarkan uraian di atas, bila orangtua anda atau
ipar anda ingin menyatakan pembatalan AJB (terlebih sertifikat),
terlebih dahulu harus mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri setempat.

--
Posting oleh NM. WAHYU KUNCORO, SH ke Konsultasi Hukum Gratis pada
11/11/2009 09:48:00 PM

CiKEAS> "Settlement" itu Bukanlah Terorisme !!!

2009-11-11 Thread muskitawati
"Settlement" itu Bukanlah Terorisme !!!

Dalam dunia politik tentu ada cara2 mencari dukungan.  Berbagai cara dalam 
mencari dukungan yang tidak menggunakan cara2 teror ataupun kekerasan tentu 
bisa diterima.

Sama saja dalam dunia bisnis, untuk promosi produksi sebuah pabrik dilakukan 
teknik periklanan bukan dengan cara kekerasan dimana setiap orang dipaksa dan 
diancam untuk mempergunakan produk tersebut.

Salah satu cara politik mencari dukungan adalah dengan cara membangun 
perumahan, memperluas settlement.

Namun cara2 membangun perumahan atau settlement ini oleh Israel sekarang 
ditentang oleh pihak Palestina, dan dijadikan syarat perundingan untuk menekan 
penghentian settlement tersebut.  Tentu saja Israel logis untuk menolaknya, 
karena settlement itu selain merupakan bagian dari kampanye kehidupan politik 
juga merupakan kebutuhan masyarakatnya yang membutuhkan perumahan dimanapun 
lokasinya.  Padahal pihak Palestina pun juga melakukan perluasan settlement 
mereka dalam mengembangkan dukungan politik terhadap mereka, lalu kenapa Israel 
harus dilarang ???

Itulah sebabnya, Netanyahu menyanggah nya dimuka sidang UN dan mengatakan bahwa 
pembangunan settlement bukanlah terorisme.  Justru cara menembakkan roket2 
itulah yang harusnya dilarang karena hal itu juga cara2 mencari dukungan 
melalui kekerasan dan terorisme.

Perluasan settlement sama sekali bukan terorisme melainkan bagian dari kampanye 
politik yang juga dilakukan semua pihak dimanapun didunia sekarang ini.  
Artinya, tidak bisa dilarang untuk dijadikan syarat perundingan perdamaian 
karena pengembangan settlement ini justru dilakukan dalam lingkungan yang penuh 
kedamaian bukan merupakan gerakan terorisme.

Lalu apa bedanya mengirim dakwah ke Papua, membangun mesjid di Bali dll yang 
kesemuanya juga merupakan kampanye agama Islam yang tidak pernah dilarang oleh 
pihak agama lainnya ???

Oleh karena itu, tuntutan Abbas agar Israel menghentikan pembangunan settlement 
sebagai prasyarat untuk melanjutkan perundingan hanyalah akan merugikan dirinya 
sendiri dan keseluruhan Palestina yang akan makin tersudut dan terkubur 
cita2nya.

Apa yang dilakukan Abbas di Palestina adalah cara khas Islam di Indonesia yang 
menteror missionaris yang mem-bagi2kan supermi dalam mempromosikan agama 
mereka. Bayangin deh, para missionaris bagi2 supermi itu tidak memaksa orang 
lain masuk ke agamanya melainkan cara mereka untuk umat agama lain ada 
perhatian kepada Amerika yang diharapkannya bisa masuk ke agama mereka.  Lalu 
bagaimana bisa dibandingkan dengan cara2 Islam yang membakari mesjid2 Ahmadiah 
dan menjarahi harta bendanya umat Ahmadiah agar mereka bisa dipaksa untuk 
mengikuti akidah Islam yang dianut si pelaku pembakaran ini 

Akhirnya, Netanyahu dan Israel memenangkan dukungan Amerika yang mulanya 
terpengaruh oleh usul Abbas dalam hal pemaksaan penghentian settlement, dan 
Netanyahu menyatakan bahwa pembangunan settlement tak perlu dihentikan karena 
bukan pelanggaran HAM malah sebaliknya merupakan bagian dari penegakkan HAM 
yang sama sekali tidak terkait cara2 teror ataupun kekerasan dalam 
pelaksanaannya.

Lalu kenapa dunia harus mendukung Abbas???  Lalu kenapa RI harus mendukung 
Palestina???  Tidak, kita dan dunia tidak boleh mendukung cara2 kekerasan atau 
cara2 memaksakan apapun kepada masyarakat dimanapun juga.  Kita tak boleh 
mendiskriminasi masyarakat itu dalam kotak2 agamanya seperti yang dilakukan 
dalam Syariah Islam yang melarang pengembangan Yahudi dan agama lainnya tetapi 
mendukung cuma pengembangan Islam.

Policy Abbas yang mempersyaratkan penghentian settlement ini ternyata merugikan 
Abbas dan Palestina bahkan mengurangi dukungan dunia dan Amerika.  Mana mungkin 
sebuah negara bisa menuntut kemerdekaan melalui kekuatan dari luar negerinya 
sendiri tanpa punya kekuatan dari rakyatnya sama sekali ???  Demikianlah 
kenyataannya, Palestina makin kehilangan dukungan luar negeri dan dukungan 
rakyatnya sendiri.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






CiKEAS> Poligami Hanyalah Variasi Praktek Pelacuran

2009-11-11 Thread muskitawati
Poligami Hanyalah Variasi Praktek Pelacuran
 
Sebenarnya enggak perlu memperdebatkan urusan Poligami yang disamakan dengan 
pelacuran, apalagi saling menghina atas pendirian ini.

Sia2lah menolak atau memperdebatkannya karena disemua negara maju sudah jelas 
UU nya yaitu melarang Poligami dan hasil studinya sudah memastikan bahwa 
Poligami hanyalah variasi dari praktek pelacuran, yaitu hubungan sex oleh satu 
laki2 terhadap banyak wanita dengan pengaruh uang ataupun harga.

Kalo dalam pelacuran, siperempuan atau gendaknya diberi uang yang dinamakan 
"biaya service"

Maka dalam Poligami, siperempuan atau walinya diberi uang yang dinamakan "mahar"

Meskipun keduanya diberi nama yang beda tapi faktanya sama2 yaitu "uang atau 
harta".

Lalu apa gunanya diperdebatkan lagi kalo sudah memang berlaku disemua negara 
maju didunia sekarang ini dimana ditetapkan dalam HAM bahwa Poligami dan 
Pelacuran keduanya sama2 merendahkan derajat wanita yang merupakan pelanggaran 
HAM.

Anda mau menolak hal ini juga tidak mungkin bisa, karena pemahaman seperti ini 
makin berkembang dengan makin majunya cara2 berpikir seseorang.

Bagaimana mungkin anda mau mempertahankan Poligami kalo tidak ada dukungan dari 
semua system kehidupan itu sendiri???  Mana ada perusahaan yang mau memberi 
tunjangan isteri kepada pegawai2nya yang beristri lebih dari satu 

Demikianlah, poligamy tidak bisa berkembang karena tidak ada system yang bisa 
menunjangnya.  Poligamy merusak system management karena menunjang hidup isteri 
satu berbeda perhitungannya dengan menunjang hidup dua isteri, berbeda juga 
dengan tiga isteri, berbeda dengan empat isteri. dst.  lalu gimana 
perusahaan bisa bikin planning?  Itulah sebabnya, bahkan di Indonesia sendiri 
telah ditetapkan bahwa Pegawai Negeri dan ABRI dilarang poligamy dan kalo 
ditemukan berpoligami akan dipecat.

Pelacuran dan Poligami keduanya sama2 praktek pelecehan terhadap wanita yang 
harus dilarang bukan malah di institusikan, keduanya ini merupakan praktek 
korupsi dalam membangun system kekeluargaan dan kemajuan generasi.

Ny. Muslim binti Muskitawati.







CiKEAS> Lapangan Kerja Wanita Menghancurkan Syariah Islam

2009-11-11 Thread muskitawati
Lapangan Kerja Wanita Menghancurkan Syariah Islam
 
Makin banyak wanita yang bekerja, makin banyak pula wanita yang menolak 
poligamy.

Jadi, Syariah Islam yang mendukung poligamy akan dengan sendirinya hancur 
secara cepat atau lambat dengan berkembangnya lapangan kerja bagi wanita.

Wanita yang bekerja akan mendominasi keluarga, memiliki hak yang setara dengan 
laki2.  Padahal Syariah Islam mempersyaratkan wanita harus tunduk kepada 
suaminya, laki2 adalah nakhoda kapal dan isteri hanyalah penumpang yang bisa 
diturunkan disetiap pelabuhan untuk diganti dengan penumpang lainnya.

Makin banyak isteri yang bekerja akan sejajar dengan makin banyak suami yang 
menganggur atau jadi pengangguran.

Makin banyak wanita atau isteri2 yang bekerja, makin turun keinginan mereka 
untuk hamil yang selama ini menjadi modal utama pengembangan agama Islam dengan 
memperbanyak jumlah melalui keturunan.

Demikianlah, lapangan kerja untuk wanita dibuka dan diutamakan oleh para 
investor yang berinvestasi di-negara2 Islam yang akan menghancurkan Syariah 
Islam secara bertahap.

Kalo dalam Syariah Islam lebih banyak suami2 yang menceraikan isteri2nya, maka 
dalam negara yang mengutamakan lapangan kerja bagi wanita dan isteri2 akan 
lebih banyak wanita atau isteri yang menceraikan suaminya.

Inilah dilema di Pakistant yang menjerumuskan negara ini menjadi sarang 
terorisme Jihad Islam.  Diwaktu Benazir Bhutto berkuasa jadi presiden, maka 
semua bank2 negara dan bank2 swasta di Pakistant membuka pemberian kredit tanpa 
bunga khusus kepada wanita dan isteri2 dengan tanpa persyaratan yang rumit.  
Semua wanita dan isteri bisa mendapatkan kredit tanpa bunga untuk sekolah dan 
untuk usaha.  Akibatnya bisa anda bayangkan, banyak wanita Pakistant lebih maju 
cara berpikirnya dari laki2 sehingga kebanyakan laki2 Pakistant hanya pandai 
shalat dan dakwah yang tidak bergaji yang berakhir diceraikan isterinya.

Ketimpangan pola hidup Syariah Islam di Pakistant membangkitkan kemarahan para 
ulama, dan untuk mempertahankan eksistensi para ulama inilah mereka membuka 
pendidikan terorisme jihad Islam yang dikutuk diseluruh dunia.  Sampai 
sekarangpun, perjuangan menumpas terorisme di Pakistant masih terus berlangsung 
dan tidak ada tanda2 yang memberi harapan2 masa depan yang baik bagi para 
pendukung terorisme Jihad Islam ini.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






CiKEAS> Suami Yang Berpoligami Sering Bohong !!!

2009-11-11 Thread muskitawati
Suami Yang Berpoligami Sering Bohong !!!

Kalo cuma bohong kepada isterinya merupakan hal yang biasa, tetapi kalo anda 
pernah menjadi kepala kepegawaian yang sering menginterview calon2 pegawai, 
maka anda akan heran kenapa semua laki2 yang melamar kerjaan selalu menyangkal 
berpoligami, kalo mereka ditanyakan ada berapa isterinya, maka mereka selalu 
menjawab hanya punya satu isteri.

Kalo memang poligamy itu baik, kenapa para pelamar kerja ini harus berbohong 
menyangkal kalo mereka berpoligamy ???

Jawabannya gampang dan sederhana, para pelamar kerjaan ini sadar dan tahu bahwa 
kalo mereka mengaku banyak isteri maka akan ditolak lamaran kerjanya.

Para pengusaha dan pemilik perusahaan tentunya ingin memilih pegawai2 yang 
bekerja penuh tanggung jawab terhadap perusahaannya, dan untuk mendapatkan 
pegawai yang bisa kerja diperusahaan dengan konsentrasi penuh hanyalah mereka 
yang cuma satu isteri karena kalo pegawainya selalu dipusingkan oleh isteri2nya 
yang banyak, bagaimana bisa diharapkan bisa bekerja dengan baik diperusahaannya 
???

Kesimpulannya jelas, biarpun mereka yang mendukung poligami sekalipun menyadari 
bahwa praktek poligami itu sebenarnya tercela dan tidak diharapkan oleh semua 
orang sehingga mereka perlu untuk berbohong untuk menyembunyikan praktek 
poligami ini.

Dari kenyataan ini bisa dipastikan bahwa mendukung praktek poligami pasti akan 
sia2 dan gagal untuk mendapatkan simpati siapapun juga termasuk mereka yang 
mempraktekkan poligami itu sendiri.

Diluarnya boleh saja dia ber-kaok2 mengucapkan segala ayat yang ada di Quran 
dan Hadist-nya tentang kebaikan2 berpoligami, tetapi ternyata bertentangan 
dengan hati nuraninya sendiri dengan berbagai kebohongan2 mereka dalam 
interview waktu mencari kerja.

Betul, ada beberapa pencari kerja yang jujur mengaku berpoligami waktu di 
interview dalam penerimaan pegawai, tetapi mereka ini akhirnya ditolak tidak 
lulus interview yang tidak diumumkan bahwa sebabnya adalah karena berpoligamy.

Semua psikolog maupun psikiater pasti paham bahwa para pelaku poligamy memiliki 
perilaku kepribadian asosial seperti para perokok atau pecandu rokok.  Mereka 
mementingkan diri sendiri dengan cara mengorbankan lingkungan sosialnya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.