Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

2012-11-01 Thread Franciscus B Sinartio
Pak FH,
agak berbeda hasilnya karena adanya jarak antara bumi ke  receiver nya.  selain 
ada koreksi nya juga frekwensi dan kedalaman penetrasinya bisa berbeda.
 
jangan lupa sekalian bawa alat gravity juga kalau survey airborne magnetic.
 
Kita punya banyak ahlinya microgracity nih di milis,  antara lain  Pak Wawan 
AK, Pak Eko Widianto, Pak Ary  Setiawan  dll.
 
dan yang paling penting seperti yang disebutkan Mbak Yuriza  adalah  di buat 
inversi nya dengan memakai juga layers2 yang didapatkan dari seismic.
 
Mbak Yuriza kapan ke Luanda?  saya tunggu ya.  jangan hanya Bayu, Rio, 
Andy dan Firdaus yang menikmati indahnya Luanda.  Ntar kita todong Firdaus jadi 
geologic trip leader kita.
 
salam,
 
frank
 
 


 From: Ferry Bastaman Hakim 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, November 1, 2012 5:01 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey
  

 
Mas Vick, 
  
Sepertinya Airborne EM ini metodanya mirip2 dengan CSEM/Seabed Logging nya OHM 
atau EMGS, hanya berbeda media transporter nya saja. Kalau memang benar seperti 
itu, CSEM ini sudah pernah dilakukan di Selat Makassar dan di beberapa tempat 
di Indonesia Timur dan sampai sekarang follow up dari survey tersebut belum 
dirasakan optimal  di tempat2 tersebut. HC bearing silt akan memberikan respon 
EM yg sama dengan HC bearing sands.  
  
Kalau menurut saya, metoda-metoda geofisika non konvensional seperti Airborne 
EM/CSEM/Seabed Logging fungsinya adalah sebagai data penunjang dan pelengkap 
seismik. Dia tidak bisa berdiri sendiri, tetap "Geology first" karena CSEM 
bukanlah the silver bullet. 
  
salam 
  
FH 
  
  
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, 1 November 2012 10:17 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey  
  
Sangat menarik uraian Yuriza Noor dibawah ini,

Survey Airborne Geophysical sepertinya tertinggal jauh dibelakang seismic. 
Selama ini seismic sangat membantu dalam produksi. Dan hampir semua usaha migas 
adalah memproduksi yang sudah diketemukan. Profesi Geomodeller menjadi profesi 
yang sangat dicari-cari
 hingga saat ini. Ya tentusaja karena mereka lah geoscientist yg membantu 
memeras dan menghisap minyak di dalam bumi. Sedangkan survey Airborne seperti 
ini membantu menemukan. Dan akhirnya karena usaha menemukan menjadi nomor dua 
dibanding produksi ya di tingkat
 global duniapun jumlah penemuan menjadi sedikit RtP dunia juga sangat rendah.

Bagaimana kalau survey ini dilakukan untk Indonesia Timur, tapi dilakukan oleh 
negara (pemerintah). Karena survey Airborne ini tidak hanya membantu untuk 
explorasi migas saja. Saya yakin di explorasi mining juga dipergunakan. Btw, 
ada nggak sih spec survey
 airborne ini ?

RDP

 
2012/11/1 Yuriza NOOR  
Leo,

Disini sebelum 3D pada bikin EM dulu soalnya sasarannya dangkal ...
Fugro punya Heli Time Domain EM yang lumayan 

Jadi heli terbang rendah dan pelan bawa transmitter EM berbentuk lingkaran 
sebesar 30 m radiusnya  mengesankan sekali bentuknya  kita beri julukan 
barang itu 'dream catcher'  si transmitter itu berada cuma 30 - 60 m dari 
ground  cuma dikit diatas
 pohon pohon poplar dan birch  berani juga tuh si sopir heli nyangkut 
dipohon bisa berabe ...

Di lingkaran transmitter itu dialiri listrik, yang akan menghasilkan medan 
magnet yang menuju bumi  kemudian si listrik itu di switch on and off, 
sehingga menimbulkan impuls electromotive di bumi yang menyebabkan medan magnit 
sekunder... inilah yang diukur/direkam
  intinya kalau meterialnya kondusif maka amplitude magnet yang disebabkan 
impuls elektromotivenya besar dan decaynya lambat ...sementara kalau resistif 
maka amplitudenya kecil decaynya cepat ...

Akusisi baru selesai, barusan lihat hasilnya lumayan juga tapi baru hasil 
prel nya (iso time decay gather) harus diinversi dulu biar bisa di compare sama 
seismic ...

Barusan juga baca proposal sebuah company yg ngajak ikut konsorsium buat 
percobaan alat,  airborne juga, kerjanya 'mencium' keberadaan hidrocarbon lewat 
perubahan medan magnet disuatu daerah yang disebabkan oleh oil/gas seep/cloud...

Disini metoda geophysics non seismic banyak berkembang ...  
   




 
This message is intended only for the use of the addressee and may contain 
information that is privileged and confidential. In the event that you are not 
the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination of this 
communication is strictly prohibited. If you have received this communication 
in error, please erase all copies of the message and its attachments and notify 
us immediately. It is the responsibility of recipients to scan this message and 
any attachments for computer viruses and other defects. The sender accepts no 
liability for any loss or damage that may result, directly or indirectly, from 
this message and/or any files attached.   

Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

2012-11-01 Thread basuki puspoputro
Sebelumnya, tahun 1986 pernah dilakukan aerogravity survey untuk eksplorasi 
Pembuang Basin di Kalimantan Barat dan sebelumnya lagi tahun 70an aeromagnetic 
di beberapa basins. Yang aerogravity suevey oleh Carson Geosciense, kantornya 
dulu di Perkasie, Philladelphia, USA. Banyak perusahaan lain yang dapat 
memberikan service untuk aerogeophysical surveys, misalnya Fugro. Untuk survey 
1986 itu dimuat proceeding PIT HAGI, maaf lupa nomor berapa.
Aerogeophysical surveys biasanya untuk recognaissance, regional, dalam waktu 
yang cepat dapat mencakup daerah yang luas. Dari hasil survey baru dipilih 
daerah yang baik untuk ditindak lanjuti dengan seismic survey. Setahu saya 
belum ada metoda lain selain seismik yang paling dipercaya sebelum pemboran.
Saya menyiapkan kursus "geophysical methods applied in upstream petroleum field 
life cycle". Subjek seperti tersebut di atas merpakan salah satu butir kecil 
seluruh isi. Semoga IAGI berminat menampung pung pung pung
 
Salam dari Yangkung
 




From: ES 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, 1 November 2012, 12:59
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


kalo gak salah namanya carson perushaan service aerogravity/magnetik asal 
kanada.kondur petroleum sepertinya sudah memakai jasanya di blok malaka strait 
tahun 2000an
 
wslkm
ES



From: "aluthfi...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, November 1, 2012 11:12 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey



Dulu th 2000an ada perusahaan yg bergerak dalam survey Airborne yang masuk 
Indonesia, kalau gak salah nama perusahaannya "Carlcson" berpusat di Newwork, 
AS. Tapi perusahaan minyak disini tak berminat, mungkin waktu itu survey 
seismik lebih murah. 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



From: Ferry Bastaman Hakim  
Date: Thu, 1 Nov 2012 04:01:43 +
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Mas Vick,
 
Sepertinya Airborne EM ini metodanya mirip2 dengan CSEM/Seabed Logging nya OHM 
atau EMGS, hanya berbeda media transporter nya saja. Kalau memang benar seperti 
itu, CSEM ini sudah pernah dilakukan di Selat Makassar dan di beberapa tempat 
di Indonesia Timur dan sampai sekarang follow up dari survey tersebut belum 
dirasakan optimal  di tempat2 tersebut. HC bearing silt akan memberikan respon 
EM yg sama dengan HC bearing sands. 
 
Kalau menurut saya, metoda-metoda geofisika non konvensional seperti Airborne 
EM/CSEM/Seabed Logging fungsinya adalah sebagai data penunjang dan pelengkap 
seismik. Dia tidak bisa berdiri sendiri, tetap "Geology first" karena CSEM 
bukanlah the silver bullet.
 
salam
 
FH
 
 
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, 1 November 2012 10:17 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Sangat menarik uraian Yuriza Noor dibawah ini,

Survey Airborne Geophysical sepertinya tertinggal jauh dibelakang seismic. 
Selama ini seismic sangat membantu dalam produksi. Dan hampir semua usaha migas 
adalah memproduksi yang sudah diketemukan. Profesi Geomodeller menjadi profesi 
yang sangat dicari-cari hingga saat ini. Ya tentusaja karena mereka lah 
geoscientist yg membantu memeras dan menghisap minyak di dalam bumi. Sedangkan 
survey Airborne seperti ini membantu menemukan. Dan akhirnya karena usaha 
menemukan menjadi nomor dua dibanding produksi ya di tingkat global duniapun 
jumlah penemuan menjadi sedikit RtP dunia juga sangat rendah.

Bagaimana kalau survey ini dilakukan untk Indonesia Timur, tapi dilakukan oleh 
negara (pemerintah). Karena survey Airborne ini tidak hanya membantu untuk 
explorasi migas saja. Saya yakin di explorasi mining juga dipergunakan. Btw, 
ada nggak sih spec survey airborne ini ?

RDP


2012/11/1 Yuriza NOOR 
Leo,

Disini sebelum 3D pada bikin EM dulu soalnya sasarannya dangkal ...
Fugro punya Heli Time Domain EM yang lumayan 

Jadi heli terbang rendah dan pelan bawa transmitter EM berbentuk lingkaran 
sebesar 30 m radiusnya  mengesankan sekali bentuknya  kita beri julukan 
barang itu 'dream catcher'  si transmitter itu berada cuma 30 - 60 m dari 
ground  cuma dikit diatas pohon pohon poplar dan birch  berani juga tuh 
si sopir heli nyangkut dipohon bisa berabe ...

Di lingkaran transmitter itu dialiri listrik, yang akan menghasilkan medan 
magnet yang menuju bumi  kemudian si listrik itu di switch on and off, 
sehingga menimbulkan impuls electromotive di bumi yang menyebabkan medan magnit 
sekunder... inilah yang diukur/direkam  intinya kalau meterialnya kondusif 
maka amplitude magnet yang disebabkan impuls elektromotivenya besar dan 
decaynya lambat ...sementara kalau resistif maka amplitudenya kecil decaynya 
cepat ...

Akusisi baru selesai, barusan lihat hasilnya lumayan juga tapi baru hasil 
prel nya (iso time decay gather) harus diinversi dulu biar 

Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

2012-11-01 Thread Franciscus B Sinartio
Yang kung,
apakabar
sekarang microgravity sudah mulai banyak dipakai secara 4D,  demikian juga 
magnetic.
tetapi memang benar digabung dengan seismic.
jadi dalam inversion modelnya seismic dipakai sebagai batas/interface layers  
lalu isinya dibantu oleh magnetic dan gravity.
 
sudah lama kangen sama suhu ku satu ini untuk turun gunung.
 
jadi kapan nih jadwal kursus nya?
 
salam,
frank  


 From: basuki puspoputro 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, November 1, 2012 8:18 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey
  

Sebelumnya, tahun 1986 pernah dilakukan aerogravity survey untuk eksplorasi 
Pembuang Basin di Kalimantan Barat dan sebelumnya lagi tahun 70an aeromagnetic 
di beberapa basins. Yang aerogravity suevey oleh Carson Geosciense, kantornya 
dulu di Perkasie, Philladelphia, USA. Banyak perusahaan lain yang dapat 
memberikan service untuk aerogeophysical surveys, misalnya Fugro. Untuk survey 
1986 itu dimuat proceeding PIT HAGI, maaf lupa nomor berapa. 
Aerogeophysical surveys biasanya untuk recognaissance, regional, dalam waktu 
yang cepat dapat mencakup daerah yang luas. Dari hasil survey baru dipilih 
daerah yang baik untuk ditindak lanjuti dengan seismic survey. Setahu saya 
belum ada metoda lain selain seismik yang paling dipercaya sebelum pemboran. 
Saya menyiapkan kursus "geophysical methods applied in upstream petroleum field 
life cycle". Subjek seperti tersebut di atas merpakan salah satu butir kecil 
seluruh isi. Semoga IAGI berminat menampung pung pung pung 
  
Salam dari Yangkung 
  
 
 


From: ES 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, 1 November 2012, 12:59
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


kalo gak salah namanya carson perushaan service aerogravity/magnetik asal 
kanada.kondur petroleum sepertinya sudah memakai jasanya di blok malaka strait 
tahun 2000an 
  
wslkm 
ES  
 


From: "aluthfi...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, November 1, 2012 11:12 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


 

Dulu th 2000an ada perusahaan yg bergerak dalam survey Airborne yang masuk 
Indonesia, kalau gak salah nama perusahaannya "Carlcson" berpusat di Newwork, 
AS. Tapi perusahaan minyak disini tak berminat, mungkin waktu itu survey 
seismik lebih murah. 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT 


 
From: Ferry Bastaman Hakim   
Date: Thu, 1 Nov 2012 04:01:43 + 
To: iagi-net@iagi.or.id 
ReplyTo:   
Subject: RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey 
 
Mas Vick, 
  
Sepertinya Airborne EM ini metodanya mirip2 dengan CSEM/Seabed Logging nya OHM 
atau EMGS, hanya berbeda media transporter nya saja. Kalau memang benar seperti 
itu, CSEM ini sudah pernah dilakukan di Selat Makassar dan di beberapa tempat 
di Indonesia Timur dan sampai sekarang follow up dari survey tersebut belum 
dirasakan optimal  di tempat2 tersebut. HC bearing silt akan memberikan respon 
EM yg sama dengan HC bearing sands.  
  
Kalau menurut saya, metoda-metoda geofisika non konvensional seperti Airborne 
EM/CSEM/Seabed Logging fungsinya adalah sebagai data penunjang dan pelengkap 
seismik. Dia tidak bisa berdiri sendiri, tetap "Geology first" karena CSEM 
bukanlah the silver bullet. 
  
salam 
  
FH 
  
  
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, 1 November 2012 10:17 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey 

Sangat menarik uraian Yuriza Noor dibawah ini,

Survey Airborne Geophysical sepertinya tertinggal jauh dibelakang seismic. 
Selama ini seismic sangat membantu dalam produksi. Dan hampir semua usaha migas 
adalah memproduksi yang sudah diketemukan. Profesi Geomodeller menjadi profesi 
yang sangat dicari-cari hingga saat ini. Ya tentusaja karena mereka lah 
geoscientist yg membantu memeras dan menghisap minyak di dalam bumi. Sedangkan 
survey Airborne seperti ini membantu menemukan. Dan akhirnya karena usaha 
menemukan menjadi nomor dua dibanding produksi ya di tingkat global duniapun 
jumlah penemuan menjadi sedikit RtP dunia juga sangat rendah.

Bagaimana kalau survey ini dilakukan untk Indonesia Timur, tapi dilakukan oleh 
negara (pemerintah). Karena survey Airborne ini tidak hanya membantu untuk 
explorasi migas saja. Saya yakin di explorasi mining juga dipergunakan. Btw, 
ada nggak sih
 spec survey airborne ini ?

RDP

 
2012/11/1 Yuriza NOOR  
Leo,

Disini sebelum 3D pada bikin EM dulu soalnya sasarannya dangkal ...
Fugro punya Heli Time Domain EM yang lumayan 

Jadi heli terbang rendah dan pelan bawa transmitter EM berbentuk lingkaran 
sebesar 30 m radiusnya  mengesankan sekali bentuknya  kita beri julukan 
barang itu 'dream catcher'  si transmitter itu berada cuma 30 - 60 m dari 
ground  cuma dikit diatas pohon pohon poplar dan birch  berani juga tuh 
si sopir heli nyangkut dipohon bisa ber

RE: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Ong Han Ling
Pak Avi,

 

Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
perihal extension Mahakam? 

 

Saya melihanya begini:

1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada. Inilah
adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie Francaise
du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
"Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over. 

2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
tinggi sekali, 90%. 

3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
Pertamina.  

4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya kontrak
dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan selesainya
kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke Asia
Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.  

5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana kalau
US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
keuntungan seperti yang diharapkan sebelum-sebelumnya, "probablility of
sukses" berubah menjadi 90X50% atau hanya 45%. Ini berarti mengelola Mahakam
mengandung risiko tinggi, tidak lagi seperti sebelumnya yang 90%. Karena
risiko tinggi, maka itu saya cenderung untuk dilakukan tender dan Pertamina
diberi preference, entah matching, 10% atau berapa saja, tetapi for sure not
"Pokoknya Pertamina". Menurut tulisan Pak Luthfi, "rasanya matching bagi
Pertamina tidak jadi soal". Menurut saya memberikan preference 10-15% adalah
fair. Preference diberikan untuk hal-hal yang tidak terukur seperti
kebanggaan, nasionalism, Indonesian content, dsb. 

6.   Inilah yang perlu dipikirkan oleh Pertamina waktu mengambil
extension Mahakam, tidak hanya dari sudut operasi yang relatip mudah tetapi
juga dari sudut harga LNG "beyond 2017". 

7.   Dalam extension nantinya akan ada 10% Indonesia participation.
Biasanya diberikan kepada daerah. Saya pikir kalau lobbying kita kuat,
mungkin Kanwil IAGI Kaltim bisa minta 10% share untuk dijual kepada
anggotanya. Disini baru terlihat sokongan kita kepada Pertamina, tidak
dengan kata tapi dengan perbuatan, yaitu ikut investasi di Mahakam sete

Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

2012-11-01 Thread basuki puspoputro
Betul Franc, itu rekan-rekan kita pak Wawan Gunawan, pak Eko, terus mengasah 
4D-microgravity. Kursus si sudah siap saya akan bicarakan dengan pengurus IAGI. 
Salam betawi untuk afrika, dung dang dong deng
yangkung




From: Franciscus B Sinartio 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, 1 November 2012, 14:26
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


Yang kung,
apakabar
sekarang microgravity sudah mulai banyak dipakai secara 4D,  demikian juga 
magnetic.
tetapi memang benar digabung dengan seismic.
jadi dalam inversion modelnya seismic dipakai sebagai batas/interface layers  
lalu isinya dibantu oleh magnetic dan gravity.

sudah lama kangen sama suhu ku satu ini untuk turun gunung.

jadi kapan nih jadwal kursus nya?

salam,
frank  


From: basuki puspoputro 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, November 1, 2012 8:18 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


Sebelumnya, tahun 1986 pernah dilakukan aerogravity survey untuk eksplorasi 
Pembuang Basin di Kalimantan Barat dan sebelumnya lagi tahun 70an aeromagnetic 
di beberapa basins. Yang aerogravity suevey oleh Carson Geosciense, kantornya 
dulu di Perkasie, Philladelphia, USA. Banyak perusahaan lain yang dapat 
memberikan service untuk aerogeophysical surveys, misalnya Fugro. Untuk survey 
1986 itu dimuat proceeding PIT HAGI, maaf lupa nomor berapa.
Aerogeophysical surveys biasanya untuk recognaissance, regional, dalam waktu 
yang cepat dapat mencakup daerah yang luas. Dari hasil survey baru dipilih 
daerah yang baik untuk ditindak lanjuti dengan seismic survey. Setahu saya 
belum ada metoda lain selain seismik yang paling dipercaya sebelum pemboran.
Saya menyiapkan kursus "geophysical methods applied in upstream petroleum field 
life cycle". Subjek seperti tersebut di atas merpakan salah satu butir kecil 
seluruh isi. Semoga IAGI berminat menampung pung pung pung
 
Salam dari Yangkung
 




From: ES 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, 1 November 2012, 12:59
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey


kalo gak salah namanya carson perushaan service aerogravity/magnetik asal 
kanada.kondur petroleum sepertinya sudah memakai jasanya di blok malaka strait 
tahun 2000an
 
wslkm
ES



From: "aluthfi...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, November 1, 2012 11:12 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey



Dulu th 2000an ada perusahaan yg bergerak dalam survey Airborne yang masuk 
Indonesia, kalau gak salah nama perusahaannya "Carlcson" berpusat di Newwork, 
AS. Tapi perusahaan minyak disini tak berminat, mungkin waktu itu survey 
seismik lebih murah. 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



From: Ferry Bastaman Hakim  
Date: Thu, 1 Nov 2012 04:01:43 +
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Mas Vick,
 
Sepertinya Airborne EM ini metodanya mirip2 dengan CSEM/Seabed Logging nya OHM 
atau EMGS, hanya berbeda media transporter nya saja. Kalau memang benar seperti 
itu, CSEM ini sudah pernah dilakukan di Selat Makassar dan di beberapa tempat 
di Indonesia Timur dan sampai sekarang follow up dari survey tersebut belum 
dirasakan optimal  di tempat2 tersebut. HC bearing silt akan memberikan respon 
EM yg sama dengan HC bearing sands. 
 
Kalau menurut saya, metoda-metoda geofisika non konvensional seperti Airborne 
EM/CSEM/Seabed Logging fungsinya adalah sebagai data penunjang dan pelengkap 
seismik. Dia tidak bisa berdiri sendiri, tetap "Geology first" karena CSEM 
bukanlah the silver bullet.
 
salam
 
FH
 
 
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, 1 November 2012 10:17 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Sangat menarik uraian Yuriza Noor dibawah ini,

Survey Airborne Geophysical sepertinya tertinggal jauh dibelakang seismic. 
Selama ini seismic sangat membantu dalam produksi. Dan hampir semua usaha migas 
adalah memproduksi yang sudah diketemukan. Profesi Geomodeller menjadi profesi 
yang sangat dicari-cari hingga saat ini. Ya tentusaja karena mereka lah 
geoscientist yg membantu memeras dan menghisap minyak di dalam bumi. Sedangkan 
survey Airborne seperti ini membantu menemukan. Dan akhirnya karena usaha 
menemukan menjadi nomor dua dibanding produksi ya di tingkat global duniapun 
jumlah penemuan menjadi sedikit RtP dunia juga sangat rendah.

Bagaimana kalau survey ini dilakukan untk Indonesia Timur, tapi dilakukan oleh 
negara (pemerintah). Karena survey Airborne ini tidak hanya membantu untuk 
explorasi migas saja. Saya yakin di explorasi mining juga dipergunakan. Btw, 
ada nggak sih spec survey airborne ini ?

RDP


2012/11/1 Yuriza NOOR 
Leo,

Disini sebelum 3D pada bikin EM dulu soalnya sasarannya dangkal ...
Fugro punya Heli Time Domain EM yang lumayan 

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread sunarno aloy
Iya Cak Phi dan temen2 bu Nuning tuh sibuk banget tapi aku bangga dia orang 
Exploration mimpin WP&B KKKS Produksi.Slamat kerja bu Nuning mudah2an 
permintaan YG TERHORMAT DPR produksi nasional meningkat. salam 



aloy

From: "nugraha...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, November 1, 2012 1:19 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?


Waduh... Aku lagi repot ... Lagi jadi Ketua Tim utk memimpin rapat2 pembahasan 
WP&B 2013 di Sheraton Bandara, dari 10 Oktober s.d. 12 Desember nanti (sok 
sibuk banget ya gw ... ! Qiqiqiiqqi...). Aku baru sempat buka BB siang2 gini, 
atau sore/malam. 
Coil Seismic-nya Eni, seingatku memang hasilnya bagus. Kayaknya aku masih 
simpan hasilnya dan juga tulisan2nya. Klo ada yg pengen nanti aku kirimin, tapi 
setelah Desember ya... Karena datanya ada komputer kantor, gak ada di laptop-ku 
yg kubawa ini. 

Coil seismic memang dipresentasikan di HAGI kemarin di Palembang, juga ada 
perusahaan yg presentasiin OBN (yg diceritain Yuriza), seru juga tuh pake 
OBN... Gak usah ribet dgn streamer, ganti rugi utk nelayan, dll. 

Udah dulu yaaa... Musti masuk ruangan lagi Buat temen2 yg kerja di KKKS... 
Sampe ketemu di Sheraton Bandara, ya !! 


Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: mohammadsyai...@gmail.com
Date: Thu, 1 Nov 2012 08:04:32 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Betul, pak Luthfi. Waktu PIT HAGI di Palembang bulan September 2012 lalu, 
Western Geco sbg pelaksana coil seismic tsb, telah menampilkannya (di booth 
pamerannya). Silakan mbak Nuning yang cerita.

Salam,
Syaiful

Sent from my deep heart

On Nov 1, 2012, at 6:12 AM, aluthfi...@gmail.com wrote:

> 
> Di wilayah RI, di blok Bukat yang berstatus Eksplorasi pernah dilakukan 
> survei seismic multi azimuth yang melingkari struktur atau yang lazim disebut 
> Coil Seismic. ENI adalah kontraktor yang pertama kali melakukan survey ini di 
> Indonesia. Hasilnya bagus, barangkali mba' Nuning bisa sharing coil seismic 
> ini. 
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: Ipong 
> Date: Wed, 31 Oct 2012 22:52:16 
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
> Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
> Temans...
> 
> Rasanya kita pernah diskusi soal 2D vs 3D dgn mba Nuning Bpmigas dulu. Tapi 
> sepi2 saja ketika saya mengusulkan utk merubah paradigma bhw exploration wild 
> cat di daerah yg geologinya semakin kompleks dan high risk dimanapun 
> (terutama offshore) di RI ini data 3D menjadi keniscayaan.
> 
> Senang mendengar Yusak cenderung utk tembak 3D dulu sebelum bor Andalan.  
> Saran Paulus Allo juga valid - kalo sdh 3D jgn asal 3D single azimuth yg 
> ujung2ny mirip 2D cuma lbh rapat aja linesnya, yah at least Multi azimuth lah 
> kalaupun gak wide azymuth, insyaa Allah msh terjangkau cost nya walau lbh 
> mahal ketimbang punya 2D murah tp akhirnya meninggalkan bnyak pertanyaan yg 
> tdk terjawab :-(
> 
> Mhn browsing latest discoveries baik yg great maupun marginal di sepanjang 
> conjugate passive margins Brazil dan West Africa most of them were based on 
> 3D data. Setidaknya dry hole post mortemnya lbh baik penjelasannya utk 
> perbaikan program eksplorasi ke depan.
> 
> Dry hole by 2D selain sulit utk menjelaskan bnyak hal pada masa post drill, 
> pun bisa mendown grade daerah yg sebenarnya msh memiliki potensi yg dgn lugas 
> spt dijelaskan oleh Andi dan Ferry terlampir ttg options / scenarios nya.  
> Jika sdh tercover 3D yg cukup luas maka msh bnyk yg bisa dilakukan via 
> attributal analyses, reprocessing, rock properties model from offset wells 
> (Tangguh), forward modelling, detailed surgical / facies mapping dll yg 2D 
> tdk memberi optimal outcomes baik itu dry hole maupun success well. Toh 
> akhirnya harus 3D juga jika discovery - satu lagi benefit 3D di awal2 
> eksplorasi adalah memangkas periode waktu appraisal to development phases dgn 
> ckup signifikan jika discovery.
> 
> Anyway, plg tidak sdh ada kesamaan platform dari para geosains RI (kec cak 
> Noor nih :-) ttg switching the 2D to 3D paradigm ini.  Yok bareng2 desak 
> kontraktor seismic multi client utk jgn buang2 waktu shooting 2D regional 
> lagi (kecuali jika mmg belum ada 2D sama sekali) dan tidak asal 3D saja but 
> multi azimuth at least.  Malu ah sama offshore Brazil, Angola, Namibia, 
> Congo, Mozambique, South Africa, Libya, Egypt, dll.
> 
> Salam,
> Kuntadi Nugrahanto
> 
> Sent from my iPhone
> 
> On 31 Oct 2012, at 04:44, Ferry Bastaman Hakim  
> wrote:
> 
>>> kondisi seperti ini kadang diperparah dengan kedalaman laut dangkal
>>> (shallow water, sehingga SRME praktis gagal utk di-aplikasi-kan).
> 
> ---

[iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)

2012-11-01 Thread noor syarifuddin
Cak Uun,
 
Kalau saya melihatnya sih kasus per kasus, jadi tidak bisa digebyah uyah 
seperti itu: semua harus 3D... Adalah si explorationist yang bisa mengatakan 
sesuai kata hatinya: cukupkah data saya untuk mendefinisikan prospek 
dengan lengkap dan sesuai kaidah geologi yang baik dan benar ? Kemudian kalau 
iya, beranikah saya mengambil resiko untuk mengebornya..?
 
Menggunakan 2D bukan berarti kita "blind drilling" tanpa data pendukung dalam 
definisi prospeknya kalau tida cukup ya memang harus ambil data baru... 
kalau di offshore ya memang lebih bagus 3D sekalian... (walaupun dengan 
cabotage lead timenya sekrang jadi lama sekali...:-(.
 
Jadi jangan dibalik kalau gak ada 3D terus gak berani ngebor . FYI, 
sebagian besar lapangan di Mahakam diketemukan hanya dengan 2D lho...
 
salam,
 
 

From: Ipong 
To: ""  
Sent: Thursday, November 1, 2012 6:52 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Temans...

Rasanya kita pernah diskusi soal 2D vs 3D dgn mba Nuning Bpmigas dulu. Tapi 
sepi2 saja ketika saya mengusulkan utk merubah paradigma bhw exploration wild 
cat di daerah yg geologinya semakin kompleks dan high risk dimanapun (terutama 
offshore) di RI ini data 3D menjadi keniscayaan.

Senang mendengar Yusak cenderung utk tembak 3D dulu sebelum bor Andalan.  Saran 
Paulus Allo juga valid - kalo sdh 3D jgn asal 3D single azimuth yg ujung2ny 
mirip 2D cuma lbh rapat aja linesnya, yah at least Multi azimuth lah kalaupun 
gak wide azymuth, insyaa Allah msh terjangkau cost nya walau lbh mahal 
ketimbang punya 2D murah tp akhirnya meninggalkan bnyak pertanyaan yg tdk 
terjawab :-(

Mhn browsing latest discoveries baik yg great maupun marginal di sepanjang 
conjugate passive margins Brazil dan West Africa most of them were based on 3D 
data. Setidaknya dry hole post mortemnya lbh baik penjelasannya utk perbaikan 
program eksplorasi ke depan.

Dry hole by 2D selain sulit utk menjelaskan bnyak hal pada masa post drill, pun 
bisa mendown grade daerah yg sebenarnya msh memiliki potensi yg dgn lugas spt 
dijelaskan oleh Andi dan Ferry terlampir ttg options / scenarios nya.  Jika sdh 
tercover 3D yg cukup luas maka msh bnyk yg bisa dilakukan via attributal 
analyses, reprocessing, rock properties model from offset wells (Tangguh), 
forward modelling, detailed surgical / facies mapping dll yg 2D tdk memberi 
optimal outcomes baik itu dry hole maupun success well. Toh akhirnya harus 3D 
juga jika discovery - satu lagi benefit 3D di awal2 eksplorasi adalah memangkas 
periode waktu appraisal to development phases dgn ckup signifikan jika 
discovery.

Anyway, plg tidak sdh ada kesamaan platform dari para geosains RI (kec cak Noor 
nih :-) ttg switching the 2D to 3D paradigm ini.  Yok bareng2 desak kontraktor 
seismic multi client utk jgn buang2 waktu shooting 2D regional lagi (kecuali 
jika mmg belum ada 2D sama sekali) dan tidak asal 3D saja but multi azimuth at 
least.  Malu ah sama offshore Brazil, Angola, Namibia, Congo, Mozambique, South 
Africa, Libya, Egypt, dll.

Salam,
Kuntadi Nugrahanto

Sent from my iPhone

On 31 Oct 2012, at 04:44, Ferry Bastaman Hakim  wrote:

>> kondisi seperti ini kadang diperparah dengan kedalaman laut dangkal
>> (shallow water, sehingga SRME praktis gagal utk di-aplikasi-kan).
>> 


PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa)

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)

2012-11-01 Thread F. Hasan Sidi
> FYI,
> sebagian besar lapangan di Mahakam diketemukan hanya dengan 2D lho...

Maksudnya setelah ada teknologi 3D, si operator tetap menggunakan 2D
dan berhasil/discovery? Offshore atau onshore ya?

FHS


PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Bls: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Brahmantyo Gunawan
Om Ferry, 
 
Kurang-lebih seperti itulah, namun: 
- Tidak ada perangkap struktur tua lainnya. Kalaupun ada, yang tua cenderung 
lebih bawah kan? malah lebih parah kompaksinya :-)
- Ingat, sudah ada sumur, litologi sdh diketahui dari berbagai sampling. Dengan 
analisis seismik stratigrafi dan sekuen stratigrafi,  bisa diperkirakanlah 
variasi fasies secara lateralnya ga signifikan. 
 
Pengurangan porositas efektif dari reservoir (sands) karena kompaksi dibanding 
karena meningkatnya clay content (perubahan fasies), atau karena berubahnya 
semen dan matriks (akibat pelarutan); jelas berbeda mekanismenya dan mudah 
dibedakan (kan udah dapet sample-nya). 
Lagian, reservoir di kedalaman sekitaran 6000 m, mosok sih masih ga percaya 
burial compaction terjadi:-)
 
Mengenai seismik 3D ? hmm... banyak sekali yang menjelaskan keunggulan 3D 
seismik ya...:-)
Kalo kata anak muda sekarang: ya iyaaa...laah :-D. Semua orang juga sepakat 
soal itu mah...
Masalahnya, sejauh mana seorang geoscientist dengan data seismik 2D pun 
memiliki keyakinan bahwa data tersebut sudah mencukupi untuk melakukan untuk 
pembuktian eksplorasi ? 
 
Bisa saja, mengingat struktur prospeknya simple: jelas 4-way dips, low angle 
diping, tidak terlihat kompartementalisasi, dan dapat diinterpretasi dan 
dimodeling tidak terjadi perubahan lateral yang signifikan terhadap ketebalan 
dan karakter seismik dari objectives, juga di section geologi atasnya tidak 
menunjukkan gejala perubahan ketebalan dan litologi lateral (= tidak terjadi 
gangguan interval velocity secara lateral); sehingga meyakini seismik ini sudah 
cukup untuk pengeboran. Bukan karena ngirit. Untuk sekelas operator yang berani 
bayar signature bonus tinggi dan sanggup ngebor ratusan jeti US$, maka  untuk 
spend seismik 3D  sekitar 3-5 jt US$keciiil lah.  Saya sih, menghargai 
keputusan operator seperti ini. 
 
Coil ?  he he... bagus. (memang sudah sepantasnya harus lebih bagus dari 3D 
Convensional sebelumnya lah),  tapi hasilnya...menurutku hanya 'beda tipis' tu 
dengan image seismik 3D sebelumnya, jadi improvement ga sebanding dengan 
biayanya! :-). Juga cenderung 'lebay', karena subyek targetnya nya dari hasil 
3D seismik sebelumnya sudah terlihat ..kalau diibaratkan 
seperti...(maaf)...'Pok Ati', lalu di-coil dengan harapan terlihat menjadi 
(maaf).. 'Dian Sastro'. Ternyata .alhamdulillahmasih Pok Ati ! :-D.
 
Jadi, kepiawaian memilih metode yang tepat dan keyakinan/kecerdasan memilih ' 
how low can you go
 
Salam,
BKG
 

 


 Dari: Ferry Bastaman Hakim 
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id"  
Dikirim: Rabu, 31 Oktober 2012 11:44
Judul: RE: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense 
of urgency : Mahakam atau Natuna ?
  
Berarti, kalau boleh saya simpulkan

Structure/trap...presence, large 4 way dip closure, tidak ada breach faults
Sealtop seal lithology presence,  interkalasi Jurassic/triassic shales
Charge...SR presence, mature, dan asumsi nya simpel  vertikal migration
Reservoir.presence, tapi tidak efektif. Tight.

Kalau memang benar failure mechanism si Andalan ini hanya karena efektifitas 
reservoir, sebenarnya daerah Semai ini masih cukup potensial untuk di 
eksplorasi.
Bisa di analisis apakah tight reservoir tersebut apakah memang akibat burial 
compaction atau hanya karena facies saja.
Apabila krn compaction, mungkin basin modeling bisa membantu untuk melihat 
struktur2 tua yang terisi early charges, sehingga akumulasi HC tersebut 
ter-preserve.
Apabila krn facies, maka 3D jelas akan membantu untuk mencari depositional 
feature yang lebih pas untuk di tajak..

Bisa juga di studi lebih lanjut, kemungkinan potensi reservoir di level atasnya 
spt Cretaceous sands atau Miocene Carbonates yang sudah terbukti efektif di 
Bintuni.
Saya yakin kalau di otak-atik, pasti masih bisa dapat prospek dengan GPOS 
20-25%...he..he

salam
FH



-Original Message-
From: brm...@yahoo.com [mailto:brm...@yahoo.com]
Sent: Wednesday, 31 October 2012 7:57 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Siiip...Pa Andi.

Berarti Bapak menyimak dengan cermat informasi yg ada dan malakukan analisis 
dengan sangat baik. Salut dan sangat dihargai !

(Karena ada juga yg msh  nanya keberadaan source rock...entah tidak menyimak, 
atau tidak percaya he..he..).

Saya lebih memilih skenario-1 yg Bapak buat.

Untuk menambah update penajaman analisis lanjut Bpk, bagaimana apabila 
dimasukan asumsi sbb:

1. Tidak dijumpai kompartementalisasi terhadap perangkap struktural 
anticline-antiform. Kalaupun ada faulting/fracture, hanya minor saja.

2. Semua interkalasi shale di sekuen Jurassic&triassic?,   menunjukkan SAAT ini 
masih/sedang menggenerasikan HC! (HC di sands bisa insitu HC filling dr late 
generation, atau dr generasi sebelumnya)

3. Prospecting perangkap stratigrafi? Hmm... Kalaupun ada,   selama masih di 
obyektif reservoir  sa

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread kartiko samodro
Pak Tyo

6000 m itu overburden atau kedalaman ? kalau water depthnya 1500 m an,
kan overburdennya sekitar 4500 m saja.

Sementara kompleks tangguh/mogoi dengan overburdennya sekitar 2500 -
3500 m  jurrasic /permo triasnya  masih bagus (10-20%)

Mahakam banyak target reservoirnya di kedalaman tersebut masih bisa diproduksi.

Kalau bukan berbeda facies dan lingkungan pengendapan antara semai dan
tangguh, apakah perbedaan 1000 -2000 m saja bisa menurunkan porositas
sampai separuhnya ?

Apalagi ditambah info bahwa reservoirnya berinterkalasi dengan source
rock yang matang, tentu migrasinya akan jauh lebih mudah masuk ke
reservoir dan membantu mempreserve porositasnya.

Ataukah mungkin  penurunan porositas juga disebabkan kompresi lateral
yg sangat kuat ? nah saya belum pernah baca yg membahas hal tersebut.

ps : sepertinya habis pindah , jadi produktif nih nulis di iagiapa
kangen sama explorasi ? :-))

2012/11/1 Brahmantyo Gunawan 
>
> Om Ferry,
>
> Kurang-lebih seperti itulah, namun:
> - Tidak ada perangkap struktur tua lainnya. Kalaupun ada, yang tua cenderung 
> lebih bawah kan? malah lebih parah kompaksinya :-)
> - Ingat, sudah ada sumur, litologi sdh diketahui dari berbagai sampling. 
> Dengan analisis seismik stratigrafi dan sekuen stratigrafi,  bisa 
> diperkirakanlah variasi fasies secara lateralnya ga signifikan.
>
> Pengurangan porositas efektif dari reservoir (sands) karena kompaksi 
> dibanding karena meningkatnya clay content (perubahan fasies), atau karena 
> berubahnya semen dan matriks (akibat pelarutan); jelas berbeda mekanismenya 
> dan mudah dibedakan (kan udah dapet sample-nya).
> Lagian, reservoir di kedalaman sekitaran 6000 m, mosok sih masih ga percaya 
> burial compaction terjadi:-)
>
> Mengenai seismik 3D ? hmm... banyak sekali yang menjelaskan keunggulan 3D 
> seismik ya...:-)
> Kalo kata anak muda sekarang: ya iyaaa...laah :-D. Semua orang juga sepakat 
> soal itu mah...
> Masalahnya, sejauh mana seorang geoscientist dengan data seismik 2D pun 
> memiliki keyakinan bahwa data tersebut sudah mencukupi untuk melakukan untuk 
> pembuktian eksplorasi ?
>
> Bisa saja, mengingat struktur prospeknya simple: jelas 4-way dips, low angle 
> diping, tidak terlihat kompartementalisasi, dan dapat diinterpretasi dan 
> dimodeling tidak terjadi perubahan lateral yang signifikan terhadap ketebalan 
> dan karakter seismik dari objectives, juga di section geologi atasnya tidak 
> menunjukkan gejala perubahan ketebalan dan litologi lateral (= tidak terjadi 
> gangguan interval velocity secara lateral); sehingga meyakini seismik ini 
> sudah cukup untuk pengeboran. Bukan karena ngirit. Untuk sekelas operator 
> yang berani bayar signature bonus tinggi dan sanggup ngebor ratusan jeti US$, 
> maka  untuk spend seismik 3D  sekitar 3-5 jt US$keciiil lah.  Saya 
> sih, menghargai keputusan operator seperti ini.
>
> Coil ?  he he... bagus. (memang sudah sepantasnya harus lebih bagus dari 3D 
> Convensional sebelumnya lah),  tapi hasilnya...menurutku hanya 'beda tipis' 
> tu dengan image seismik 3D sebelumnya, jadi improvement ga sebanding dengan 
> biayanya! :-). Juga cenderung 'lebay', karena subyek targetnya nya dari hasil 
> 3D seismik sebelumnya sudah terlihat ..kalau diibaratkan 
> seperti...(maaf)...'Pok Ati', lalu di-coil dengan harapan terlihat menjadi 
> (maaf).. 'Dian Sastro'. Ternyata .alhamdulillahmasih Pok Ati ! :-D.
>
> Jadi, kepiawaian memilih metode yang tepat dan keyakinan/kecerdasan memilih ' 
> how low can you go
>
> Salam,
> BKG
>
>
> Dari: Ferry Bastaman Hakim 
> Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" 
> Dikirim: Rabu, 31 Oktober 2012 11:44
> Judul: RE: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
> Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
>
> Berarti, kalau boleh saya simpulkan
>
> Structure/trap...presence, large 4 way dip closure, tidak ada breach faults
> Sealtop seal lithology presence,  interkalasi Jurassic/triassic shales
> Charge...SR presence, mature, dan asumsi nya simpel  vertikal migration
> Reservoir.presence, tapi tidak efektif. Tight.
>
> Kalau memang benar failure mechanism si Andalan ini hanya karena efektifitas 
> reservoir, sebenarnya daerah Semai ini masih cukup potensial untuk di 
> eksplorasi.
> Bisa di analisis apakah tight reservoir tersebut apakah memang akibat burial 
> compaction atau hanya karena facies saja.
> Apabila krn compaction, mungkin basin modeling bisa membantu untuk melihat 
> struktur2 tua yang terisi early charges, sehingga akumulasi HC tersebut 
> ter-preserve.
> Apabila krn facies, maka 3D jelas akan membantu untuk mencari depositional 
> feature yang lebih pas untuk di tajak..
>
> Bisa juga di studi lebih lanjut, kemungkinan potensi reservoir di level 
> atasnya spt Cretaceous sands atau Miocene Carbonates yang sudah terbukti 
> efektif di Bintuni.
> Saya yakin kalau di otak-atik, pasti masih bisa dapat prospek dengan GPOS 
> 20-25%...he..he
>
> salam
> FH
>
>
>
> -Original Message-
> From: brm...@yahoo.

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Ipong
Betul mas Luthfi, bbrp KPS lain pun spt BP sdh melakukanny di awal thn 2000 
diblok Bawean perairan Jatim.  Mgkn bbrp KPS lain pun sdh.

Sarasehan santai mambahas paradigma ini bisa digagas IAGI insyaa Allah kalo 
demands 3D banyak dtg dari semua KPS JOB TAC, maka bukan mustahil cost 3D 
menjadi lbh murah.

Salam

Sent from my iPhone

On 31 Oct 2012, at 23:12, aluthfi...@gmail.com wrote:

> 
> Di wilayah RI, di blok Bukat yang berstatus Eksplorasi pernah dilakukan 
> survei seismic multi azimuth yang melingkari struktur atau yang lazim disebut 
> Coil Seismic. ENI adalah kontraktor yang pertama kali melakukan survey ini di 
> Indonesia. Hasilnya bagus, barangkali mba' Nuning bisa sharing coil seismic 
> ini. 
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: Ipong 
> Date: Wed, 31 Oct 2012 22:52:16 
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
> Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
> Temans...
> 
> Rasanya kita pernah diskusi soal 2D vs 3D dgn mba Nuning Bpmigas dulu. Tapi 
> sepi2 saja ketika saya mengusulkan utk merubah paradigma bhw exploration wild 
> cat di daerah yg geologinya semakin kompleks dan high risk dimanapun 
> (terutama offshore) di RI ini data 3D menjadi keniscayaan.
> 
> Senang mendengar Yusak cenderung utk tembak 3D dulu sebelum bor Andalan.  
> Saran Paulus Allo juga valid - kalo sdh 3D jgn asal 3D single azimuth yg 
> ujung2ny mirip 2D cuma lbh rapat aja linesnya, yah at least Multi azimuth lah 
> kalaupun gak wide azymuth, insyaa Allah msh terjangkau cost nya walau lbh 
> mahal ketimbang punya 2D murah tp akhirnya meninggalkan bnyak pertanyaan yg 
> tdk terjawab :-(
> 
> Mhn browsing latest discoveries baik yg great maupun marginal di sepanjang 
> conjugate passive margins Brazil dan West Africa most of them were based on 
> 3D data. Setidaknya dry hole post mortemnya lbh baik penjelasannya utk 
> perbaikan program eksplorasi ke depan.
> 
> Dry hole by 2D selain sulit utk menjelaskan bnyak hal pada masa post drill, 
> pun bisa mendown grade daerah yg sebenarnya msh memiliki potensi yg dgn lugas 
> spt dijelaskan oleh Andi dan Ferry terlampir ttg options / scenarios nya.  
> Jika sdh tercover 3D yg cukup luas maka msh bnyk yg bisa dilakukan via 
> attributal analyses, reprocessing, rock properties model from offset wells 
> (Tangguh), forward modelling, detailed surgical / facies mapping dll yg 2D 
> tdk memberi optimal outcomes baik itu dry hole maupun success well. Toh 
> akhirnya harus 3D juga jika discovery - satu lagi benefit 3D di awal2 
> eksplorasi adalah memangkas periode waktu appraisal to development phases dgn 
> ckup signifikan jika discovery.
> 
> Anyway, plg tidak sdh ada kesamaan platform dari para geosains RI (kec cak 
> Noor nih :-) ttg switching the 2D to 3D paradigm ini.  Yok bareng2 desak 
> kontraktor seismic multi client utk jgn buang2 waktu shooting 2D regional 
> lagi (kecuali jika mmg belum ada 2D sama sekali) dan tidak asal 3D saja but 
> multi azimuth at least.  Malu ah sama offshore Brazil, Angola, Namibia, 
> Congo, Mozambique, South Africa, Libya, Egypt, dll.
> 
> Salam,
> Kuntadi Nugrahanto
> 
> Sent from my iPhone
> 
> On 31 Oct 2012, at 04:44, Ferry Bastaman Hakim  
> wrote:
> 
>>> kondisi seperti ini kadang diperparah dengan kedalaman laut dangkal
>>> (shallow water, sehingga SRME praktis gagal utk di-aplikasi-kan).
> 
> 
> PP-IAGI 2011-2014:
> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
> 
> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
> REGISTER NOW !
> Contact Person:
> Email : pit.iagi.2...@gmail.com
> Phone : +62 82223 222341 (lisa)
> 
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the 
> email to: o...@iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or 
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever

[iagi-net-l] Merged Play Risk: Andalan dari Timur Jauh (Was Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTAL)

2012-11-01 Thread a_baiquni
Terimakasih Pak Tyo. 
  
topik dan diskusi yang menarik dari member IAGI di thread ini membuat kita-kita 
jadi terhipnotis untuk ngikutin alur cerita si Andalan dari Timur Jauh ini :-) 
  
tambahan asumsi dari bapak yi: tidak dijumpainya major sealing 
fault/kompartemen, tidak adanya potential shallower interval, charging yang 
berlangsung saat ini, malah membuat ke-3 scenario sebelumnya kok rasa2nya jadi 
kurang cocok semua yah pak he he. 
  
namun khusus tambahan asumsi bahwa di kedalaman 6 km, Jurassic-Triassic 
intraformational SRnya masih/sedang charging... sangat menarik dan memunculkan 
beberapa komen lanjutan. Sebetulnya sih ingin tanya ini asumsi atau 
jangan-jangan fakta he he he. Tapi karena aware atas adanya data 
confidentiality saya anggap saja ini asumsi. Beberapa komen: 
  
1-Jika ini EARLY charging 
SR yang sudah sedalam/setua ini “baru” nge-charging adjacent reservoir di 
sekitarnya bisa mengindikasikan minimal 2 hal: 
1a* SR interval subsiding ke kedalaman 6 km just recently. Ibarat water heater, 
meskipun pakai settingan maximum namun kalau tombolnya baru di-on-kan semenit 
yang lalu yah airnya masih suam-suam kuku sekarang. ATAU 
1b*SR interval sudah mulai subsiding ke kedalaman 6km sudah sekian lama. Lantas 
kenapa baru bisa masak sekarang? Possibly karena gradient geothermal di daerah 
“dryhole” ini relatif rendah over geological time plus faktor heatflow. Ibarat 
water heater, tombolnya sudah di-on-kan sejam yang lalu tapi pakai settingan 
minimum yah tetap lama juga baru bisa mendidih airnya. 
  
2-Jika ini LATE charging 
Maka timbul hal baru yang mesti diklarifikasi lebih lanjut: 
*2a. Jika memang tidak ada problem dengan timing pembentukan struktur, mestinya 
strukturnya terisi dan bukan cuma show/reading (diasumsikan sblmnya simply 
karena tight).  ATAU 
 *2b. Kehadiran show/gas reading tanpa akumulasi mengindikasikan pembentukan 
struktur relatif telat terhadap maturasi/migrasi atau ada leakage. Jika asumsi 
ini betul maka sudah banyak HC  yang expelled dan lepas ke tempat lain selama 
periode sblm terbentuknya struktur semai yang di drill? Sepertinya banyak yg 
sudah loss karena cuma dapat show doang.  Situasi ini merupakan penjelasan 
lebih lanjut dari SCENARIO#1 sebelumnya. 
  
Karena dengan semakin bertambahnya asumsi (?fact) baru di atas maka scenario 
lain yang mungkin terjadi: 
  
SCENARIO-4 
Semua unsur pet.sys OK tapi tight. Ada show. 
Bisa jadi HC show yang terekam di well Semai V mengindikasikan sudah mulai ada 
minor HC yang expel. Lantas mana  nih si andalannya..? kok ngga nongol..? Jika 
point-1 di atas betul maka I’d say majority masih ada di SR itu sendiri alias 
bisa jadi unconventional shale gas/oil. Sudah sempat diutarakan oleh ibu/bapak 
di sini sebelumnya. 
  
#dimana kira-kira lokasi SR yang matang dan TR yang relatif masih rendah..?# 
  
SCENARIO-5: 
Point 2a masih jadi tanda tanya besar. Semua komponen work fine kecuali 
reservoir effectiveness gagal akibat tight. 
Lantas apa iya seluruh struktur yang sebesar itu disebut tight semua..? apakah 
betul bahwa jika di crestal saja propertinya jelek apalagi di down flank..?  
apakah benar bahwa pada depth yang sama, provenance yg sama, facies yang sama 
akan punya properti yang sama..? 
  
Untuk yang satu ini saya berbeda pendapat dengan beberapa rekan di sini. 
  
...Jawaban atas Q's di atas menurut saya adalah "tidak harus"... 
  
Jangankan pada kedalaman yang relatif sama, di daerah yang lebih down dip 
daripada titik objektive semai V saja bisa jadi tidak tight. 
Mari ambil simpel analog yang ada di sekeliling kita:  ada 2 producing field, 
dengan geological history yang sama: provenance sama, facies sama, burial 
evolution sama, present day depth sama. Field A propertinya jelek. Tapi kok 
Field B yang cuma 2-3 km di sebelahnya propertinya sesuatu bangeud alias bagus 
yah..? Ini bisa menjadi contoh sederhana bahwa properti suatu reservoir di 2 
depth yang sama di area yg masih dekatan tidak harus serupa. 
  
Lalu kok bisa..?  ada satu hal lain yang juga berpengaruh. 
kalau di cek-ricek terdapat relasi antara (*) tingkat sementasi dan/atau 
diagenesa (eg: qz overthgrowth/sementasi qz/rextalisasi ke mineral lempung ) 
yang mengakibatkan porosity deteriorasi dengan (**) hc charge. 
Kita tentu aware bahwa subsidence ditambah dengan kehadiran air yg ada di 
jaringan pori2 menyebabkan laju sementasi/diagenesa semakin tinggi, memicu 
hadirnya microqz/qz overgrowth/clay minerals, lalu ujung-ujungnya 
mendeteriorasi properti si reservoir.  
Nah yang menarik adalah ... bagaimana jika pori-pori tersebut tersaturated 
dengan HC (alias airnya makin sedikit karena direplace)? Bisa jadi salah satu 
implikasinya adalah faktor2 yang merusak properti di atas menjadi tidak ada 
atau tidak signifikan.  
Jadi pernyataan: 
“wajar jika tidak ada akumulasi karena reservoirnya tight” 

mnrt saya malah seharusnya dibalik kira-kira menjadi: 
“pantasan saja lokasi di situ tight tidak ada HC nya sih” 
  
Ini sepertinya salah satu asum

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Nugrahani

Siaaapp .. ! Semangat !!
(Kalo pake bahasa anak2 sekarang : Cemunguud !!).
Terima ya pak Narno.


Salam,
Nuning


Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: sunarno aloy 
Date: Thu, 1 Nov 2012 17:09:33 +0800
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: 
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Iya Cak Phi dan temen2 bu Nuning tuh sibuk banget tapi aku bangga dia orang 
Exploration mimpin WP&B KKKS Produksi.Slamat kerja bu Nuning mudah2an 
permintaan YG TERHORMAT DPR produksi nasional meningkat. salam


aloy
From: "nugraha...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, November 1, 2012 1:19 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?


Waduh... Aku lagi repot ... Lagi jadi Ketua Tim utk memimpin rapat2 pembahasan 
WP&B 2013 di Sheraton Bandara, dari 10 Oktober s.d. 12 Desember nanti (sok 
sibuk banget ya gw ... ! Qiqiqiiqqi...). Aku baru sempat buka BB siang2 gini, 
atau sore/malam.
Coil Seismic-nya Eni, seingatku memang hasilnya bagus. Kayaknya aku masih 
simpan hasilnya dan juga tulisan2nya. Klo ada yg pengen nanti aku kirimin, tapi 
setelah Desember ya... Karena datanya ada komputer kantor, gak ada di laptop-ku 
yg kubawa ini.

Coil seismic memang dipresentasikan di HAGI kemarin di Palembang, juga ada 
perusahaan yg presentasiin OBN (yg diceritain Yuriza), seru juga tuh pake 
OBN... Gak usah ribet dgn streamer, ganti rugi utk nelayan, dll.

Udah dulu yaaa... Musti masuk ruangan lagi Buat temen2 yg kerja di KKKS... 
Sampe ketemu di Sheraton Bandara, ya !!


Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: mohammadsyai...@gmail.com
Date: Thu, 1 Nov 2012 08:04:32
To: 
mailto:iagi-net@iagi.or.id>>mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Reply-To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Betul, pak Luthfi. Waktu PIT HAGI di Palembang bulan September 2012 lalu, 
Western Geco sbg pelaksana coil seismic tsb, telah menampilkannya (di booth 
pamerannya). Silakan mbak Nuning yang cerita.

Salam,
Syaiful

Sent from my deep heart

On Nov 1, 2012, at 6:12 AM, aluthfi...@gmail.com 
wrote:

>
> Di wilayah RI, di blok Bukat yang berstatus Eksplorasi pernah dilakukan 
> survei seismic multi azimuth yang melingkari struktur atau yang lazim disebut 
> Coil Seismic. ENI adalah kontraktor yang pertama kali melakukan survey ini di 
> Indonesia. Hasilnya bagus, barangkali mba' Nuning bisa sharing coil seismic 
> ini.
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -Original Message-
> From: Ipong mailto:ipongkun...@gmail.com>>
> Date: Wed, 31 Oct 2012 22:52:16
> To: 
> mailto:iagi-net@iagi.or.id>>mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Reply-To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
> Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
> Temans...
>
> Rasanya kita pernah diskusi soal 2D vs 3D dgn mba Nuning Bpmigas dulu. Tapi 
> sepi2 saja ketika saya mengusulkan utk merubah paradigma bhw exploration wild 
> cat di daerah yg geologinya semakin kompleks dan high risk dimanapun 
> (terutama offshore) di RI ini data 3D menjadi keniscayaan.
>
> Senang mendengar Yusak cenderung utk tembak 3D dulu sebelum bor Andalan.  
> Saran Paulus Allo juga valid - kalo sdh 3D jgn asal 3D single azimuth yg 
> ujung2ny mirip 2D cuma lbh rapat aja linesnya, yah at least Multi azimuth lah 
> kalaupun gak wide azymuth, insyaa Allah msh terjangkau cost nya walau lbh 
> mahal ketimbang punya 2D murah tp akhirnya meninggalkan bnyak pertanyaan yg 
> tdk terjawab :-(
>
> Mhn browsing latest discoveries baik yg great maupun marginal di sepanjang 
> conjugate passive margins Brazil dan West Africa most of them were based on 
> 3D data. Setidaknya dry hole post mortemnya lbh baik penjelasannya utk 
> perbaikan program eksplorasi ke depan.
>
> Dry hole by 2D selain sulit utk menjelaskan bnyak hal pada masa post drill, 
> pun bisa mendown grade daerah yg sebenarnya msh memiliki potensi yg dgn lugas 
> spt dijelaskan oleh Andi dan Ferry terlampir ttg options / scenarios nya.  
> Jika sdh tercover 3D yg cukup luas maka msh bnyk yg bisa dilakukan via 
> attributal analyses, reprocessing, rock properties model from offset wells 
> (Tangguh), forward modelling, detailed surgical / facies mapping dll yg 2D 
> tdk memberi optimal outcomes baik itu dry hole maupun success well. Toh 
> akhirnya harus 3D juga jika discovery - satu lagi benefit 3D di awal2 
> eksplorasi adalah memangkas periode waktu appraisal to development phases dgn 
> ckup signifikan jika discovery.
>
> Anyway, plg tidak sdh ada kesamaan platform dari para geosains RI (kec cak 
> Noor nih :-) ttg switching the 2D to 3D paradigm ini.  Yok bareng2 desa

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread brmtyo
1500 m waterdepth jg harus dipertimbangkan dalam burial depth kan ? Juga 
diperhitungkan dalam hydrostatic pressure. 

Sumur2 explor di daerah amborip, aru dan arafura malah jauh lebih dangkal water 
depth-nya, daripada di semai,  reservoirnya juga pada tight galo2...:-)

So...?

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Thu, 1 Nov 2012 20:15:53 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re:
 Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Pak Tyo

6000 m itu overburden atau kedalaman ? kalau water depthnya 1500 m an,
kan overburdennya sekitar 4500 m saja.

Sementara kompleks tangguh/mogoi dengan overburdennya sekitar 2500 -
3500 m  jurrasic /permo triasnya  masih bagus (10-20%)

Mahakam banyak target reservoirnya di kedalaman tersebut masih bisa diproduksi.

Kalau bukan berbeda facies dan lingkungan pengendapan antara semai dan
tangguh, apakah perbedaan 1000 -2000 m saja bisa menurunkan porositas
sampai separuhnya ?

Apalagi ditambah info bahwa reservoirnya berinterkalasi dengan source
rock yang matang, tentu migrasinya akan jauh lebih mudah masuk ke
reservoir dan membantu mempreserve porositasnya.

Ataukah mungkin  penurunan porositas juga disebabkan kompresi lateral
yg sangat kuat ? nah saya belum pernah baca yg membahas hal tersebut.

ps : sepertinya habis pindah , jadi produktif nih nulis di iagiapa
kangen sama explorasi ? :-))

2012/11/1 Brahmantyo Gunawan 
>
> Om Ferry,
>
> Kurang-lebih seperti itulah, namun:
> - Tidak ada perangkap struktur tua lainnya. Kalaupun ada, yang tua cenderung 
> lebih bawah kan? malah lebih parah kompaksinya :-)
> - Ingat, sudah ada sumur, litologi sdh diketahui dari berbagai sampling. 
> Dengan analisis seismik stratigrafi dan sekuen stratigrafi,  bisa 
> diperkirakanlah variasi fasies secara lateralnya ga signifikan.
>
> Pengurangan porositas efektif dari reservoir (sands) karena kompaksi 
> dibanding karena meningkatnya clay content (perubahan fasies), atau karena 
> berubahnya semen dan matriks (akibat pelarutan); jelas berbeda mekanismenya 
> dan mudah dibedakan (kan udah dapet sample-nya).
> Lagian, reservoir di kedalaman sekitaran 6000 m, mosok sih masih ga percaya 
> burial compaction terjadi:-)
>
> Mengenai seismik 3D ? hmm... banyak sekali yang menjelaskan keunggulan 3D 
> seismik ya...:-)
> Kalo kata anak muda sekarang: ya iyaaa...laah :-D. Semua orang juga sepakat 
> soal itu mah...
> Masalahnya, sejauh mana seorang geoscientist dengan data seismik 2D pun 
> memiliki keyakinan bahwa data tersebut sudah mencukupi untuk melakukan untuk 
> pembuktian eksplorasi ?
>
> Bisa saja, mengingat struktur prospeknya simple: jelas 4-way dips, low angle 
> diping, tidak terlihat kompartementalisasi, dan dapat diinterpretasi dan 
> dimodeling tidak terjadi perubahan lateral yang signifikan terhadap ketebalan 
> dan karakter seismik dari objectives, juga di section geologi atasnya tidak 
> menunjukkan gejala perubahan ketebalan dan litologi lateral (= tidak terjadi 
> gangguan interval velocity secara lateral); sehingga meyakini seismik ini 
> sudah cukup untuk pengeboran. Bukan karena ngirit. Untuk sekelas operator 
> yang berani bayar signature bonus tinggi dan sanggup ngebor ratusan jeti US$, 
> maka  untuk spend seismik 3D  sekitar 3-5 jt US$keciiil lah.  Saya 
> sih, menghargai keputusan operator seperti ini.
>
> Coil ?  he he... bagus. (memang sudah sepantasnya harus lebih bagus dari 3D 
> Convensional sebelumnya lah),  tapi hasilnya...menurutku hanya 'beda tipis' 
> tu dengan image seismik 3D sebelumnya, jadi improvement ga sebanding dengan 
> biayanya! :-). Juga cenderung 'lebay', karena subyek targetnya nya dari hasil 
> 3D seismik sebelumnya sudah terlihat ..kalau diibaratkan 
> seperti...(maaf)...'Pok Ati', lalu di-coil dengan harapan terlihat menjadi 
> (maaf).. 'Dian Sastro'. Ternyata .alhamdulillahmasih Pok Ati ! :-D.
>
> Jadi, kepiawaian memilih metode yang tepat dan keyakinan/kecerdasan memilih ' 
> how low can you go
>
> Salam,
> BKG
>
>
> Dari: Ferry Bastaman Hakim 
> Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" 
> Dikirim: Rabu, 31 Oktober 2012 11:44
> Judul: RE: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: 
> Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
>
> Berarti, kalau boleh saya simpulkan
>
> Structure/trap...presence, large 4 way dip closure, tidak ada breach faults
> Sealtop seal lithology presence,  interkalasi Jurassic/triassic shales
> Charge...SR presence, mature, dan asumsi nya simpel  vertikal migration
> Reservoir.presence, tapi tidak efektif. Tight.
>
> Kalau memang benar failure mechanism si Andalan ini hanya karena efektifitas 
> reservoir, sebenarnya daerah Semai ini masih cukup potensial untuk di 
> eksplorasi.
> Bisa di analisis apakah tight reservoir tersebut apakah memang akibat burial 
> compaction atau hanya karena facies saja.
> Apabila krn compaction, mungkin basin modeling bisa membantu untuk melihat 
> struktur2 tua yang

Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re: Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread kartiko samodro
Kalau water colomn kita hitung juga deh,  water densitynya 1 gr/cc
sementara batuan 3 gr/cc hitung hitung untuk 1500 m water depth
sebandingnya  500 m batuan.

Sedang aru, amborip dan arafura reservoirnya kan devon dan ordovisium,
lebih tua dan beda dengan jurassic semai dan tangguh.  Dan saya
kira tidak pernah ada info bahwa ada reservoir devon dan ordovisium di
Indonesia  yang sudah berproduksi,  berbeda dengan jurrasic

Masih penasaran nih kenapa jurrasic  di tangguh bagus banget sementara di
semai jelek, walau saat ini penjelasan tentang overburden memang yang
paling mungkin ( mau apalagi orang enggak punya datanya) , ya udah saya
nurut aja deh sama Pak Tyo :-))

2012/11/1 

> 1500 m waterdepth jg harus dipertimbangkan dalam burial depth kan ? Juga
> diperhitungkan dalam hydrostatic pressure.
>
> Sumur2 explor di daerah amborip, aru dan arafura malah jauh lebih dangkal
> water depth-nya, daripada di semai,  reservoirnya juga pada tight
> galo2...:-)
>
> So...?
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: kartiko samodro 
> Date: Thu, 1 Nov 2012 20:15:53
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTALRe: [iagi-net-l] Re:
>  Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
>
> Pak Tyo
>
> 6000 m itu overburden atau kedalaman ? kalau water depthnya 1500 m an,
> kan overburdennya sekitar 4500 m saja.
>
> Sementara kompleks tangguh/mogoi dengan overburdennya sekitar 2500 -
> 3500 m  jurrasic /permo triasnya  masih bagus (10-20%)
>
> Mahakam banyak target reservoirnya di kedalaman tersebut masih bisa
> diproduksi.
>
> Kalau bukan berbeda facies dan lingkungan pengendapan antara semai dan
> tangguh, apakah perbedaan 1000 -2000 m saja bisa menurunkan porositas
> sampai separuhnya ?
>
> Apalagi ditambah info bahwa reservoirnya berinterkalasi dengan source
> rock yang matang, tentu migrasinya akan jauh lebih mudah masuk ke
> reservoir dan membantu mempreserve porositasnya.
>
> Ataukah mungkin  penurunan porositas juga disebabkan kompresi lateral
> yg sangat kuat ? nah saya belum pernah baca yg membahas hal tersebut.
>
> ps : sepertinya habis pindah , jadi produktif nih nulis di iagiapa
> kangen sama explorasi ? :-))
>
> 2012/11/1 Brahmantyo Gunawan 
> >
> > Om Ferry,
> >
> > Kurang-lebih seperti itulah, namun:
> > - Tidak ada perangkap struktur tua lainnya. Kalaupun ada, yang tua
> cenderung lebih bawah kan? malah lebih parah kompaksinya :-)
> > - Ingat, sudah ada sumur, litologi sdh diketahui dari berbagai sampling.
> Dengan analisis seismik stratigrafi dan sekuen stratigrafi,  bisa
> diperkirakanlah variasi fasies secara lateralnya ga signifikan.
> >
> > Pengurangan porositas efektif dari reservoir (sands) karena kompaksi
> dibanding karena meningkatnya clay content (perubahan fasies), atau karena
> berubahnya semen dan matriks (akibat pelarutan); jelas berbeda mekanismenya
> dan mudah dibedakan (kan udah dapet sample-nya).
> > Lagian, reservoir di kedalaman sekitaran 6000 m, mosok sih masih ga
> percaya burial compaction terjadi:-)
> >
> > Mengenai seismik 3D ? hmm... banyak sekali yang menjelaskan
> keunggulan 3D seismik ya...:-)
> > Kalo kata anak muda sekarang: ya iyaaa...laah :-D. Semua orang juga
> sepakat soal itu mah...
> > Masalahnya, sejauh mana seorang geoscientist dengan data seismik 2D pun
> memiliki keyakinan bahwa data tersebut sudah mencukupi untuk melakukan
> untuk pembuktian eksplorasi ?
> >
> > Bisa saja, mengingat struktur prospeknya simple: jelas 4-way dips, low
> angle diping, tidak terlihat kompartementalisasi, dan dapat diinterpretasi
> dan dimodeling tidak terjadi perubahan lateral yang signifikan terhadap
> ketebalan dan karakter seismik dari objectives, juga di section geologi
> atasnya tidak menunjukkan gejala perubahan ketebalan dan litologi
> lateral (= tidak terjadi gangguan interval velocity secara
> lateral); sehingga meyakini seismik ini sudah cukup untuk pengeboran. Bukan
> karena ngirit. Untuk sekelas operator yang berani bayar signature bonus
> tinggi dan sanggup ngebor ratusan jeti US$, maka  untuk spend seismik 3D
> sekitar 3-5 jt US$keciiil lah.  Saya sih, menghargai keputusan operator
> seperti ini.
> >
> > Coil ?  he he... bagus. (memang sudah sepantasnya harus lebih bagus dari
> 3D Convensional sebelumnya lah),  tapi hasilnya...menurutku hanya 'beda
> tipis' tu dengan image seismik 3D sebelumnya, jadi improvement ga sebanding
> dengan biayanya! :-). Juga cenderung 'lebay', karena subyek targetnya nya
> dari hasil 3D seismik sebelumnya sudah terlihat ..kalau diibaratkan
> seperti...(maaf)...'Pok Ati', lalu di-coil dengan harapan terlihat menjadi
> (maaf).. 'Dian Sastro'. Ternyata .alhamdulillahmasih Pok Ati ! :-D.
> >
> > Jadi, kepiawaian memilih metode yang tepat dan keyakinan/kecerdasan
> memilih ' how low can you go
> >
> > Salam,
> > BKG
> >
> >
> > Dari: Ferry Bastaman Hakim 
> > Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" 
> > Dikirim: Rabu, 31 Oktober 2012 11:44
> > Judul: RE: [iagi-net-l] KALAU PERT

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread yustinus yuwono
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
> Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
> waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
> harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
> ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
> sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
> berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
> keuntungan seperti yang diharapkan sebelum-sebelumnya, "probablility of
> sukses" berubah menjadi 90X50% atau hanya 45%. Ini berarti mengelola
> Mahakam
> mengandung risiko tinggi, tidak lagi seperti sebelumnya yang 90%. Karena
> risiko tinggi, maka itu saya cenderung untuk dilakukan tender dan Pertamina
> diberi preference, entah matching, 10% atau berapa saja, tetapi for sure
> not
> "Pokoknya Pertamina". Menurut tulisan Pak Luthfi, "rasanya matching bagi
> Pertamina tidak jadi soal". Menurut saya memberikan preference 10-15%
> adalah
> fair. Preference diberikan untuk hal-hal yang tidak terukur seperti
> kebanggaan, nasionalism, Indonesian content, dsb.
>
> 6.   Inilah yang perlu dipikirkan oleh Pertamina waktu mengambil
> extension Mahakam, tidak hanya dari sudut operasi yang relatip mudah tetapi
> juga dari sudut harga LNG "beyond 2017".
>
> 7.   Dalam extension nantinya akan ada 10% Ind

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread aluthfi143

Gas yang ditemukan di era penemuan dengan survey 2D lebih banyak diekspor 
karena pake BBM subsidi lebih praktis dan murah lagi. Contohnya gas dari 
Mahakam, gas dari Sumatra (Suban, Jabung, dsb), gas dari Papua (Wiriargar, 
Muturi/Vorwata).
Diera survey 3D mulai marak, pemerintah kewalahan kebebanan subsidi, maka 
subsidi BBM dibatasi, BBM mulai mahal, mendadak konsumen baik industri maupun 
power plant beralih ke gas.. Terjadilah shortage gas. Di Aceh pabrik pupuk 
AAF (Asean Aceh Fertilizer) mati karena tak ada pasokan gas untuk feed, pabrik 
Kertas Kraf Aceh antara hidup dan mati karena pasokan gas, pabrik pupuk PIM-1 
dan PIM-2 harus hidup bergantian karena pasokan gas cukup untuk 1 pabrik (65 
mmscfd), industri dan PLN di Sumut teriak2. Untuk menghidupkan PIM-1 dan PIM-2, 
pemerintah memutuskan Swap LNG Arun dan LNG Bontang, karena kontrak LNG Arun ke 
Korea dual source (boleh dipasok dari LNG Bontang), gas untuk LNG Arun 
dialirkan ke PIM. Pelaksanaan keputusan ini tidak mudah, baik Exxon Arun maupun 
Total yang di Mahakam reluctant, perundingannya tak selesai setahun. Karena 
Exxon dan Total lebih tunduk ke kontrak. Ber-andai2, kalau saja yang 
mengoperasikan blok/lapangan gas itu Pertamina, maka pelaksanaan swap gas bisa 
diatasi dalam 1 atau 2 hari karena Pertamina 100% milik negara maka 
tunduk/patuh 100% atas keputusan pemerintah/negara.
Pada saat operasional Total mengalami kendala terjadi shortage gas di Kaltim, 
akibatnya juga shortage LNG Bontang, akibatnya pasokan LNG ke Jepang tidak bisa 
memenuhi volume kontrak, kurang puluhan cargo, dan ini merupakan liability 
pemerintah, pemerintah harus mencarikan puluhan cargo LNG pengganti ke jepang. 
Liabilitiesnya bukan Total_Vico_Unocal/Chevron. Di Kaltim, PKT-4 (pupuk 
kaltim), hanya bisa komisioning dgn gas 5 mmscf, kontrak pasokannya tak jelas. 
Ber-andai2, kalau saja Mahakam dioperasikan oleh Pertamina maka terjamin 
kebutuhan gas PKT 1 s/d 4 terjamin, seperti halnya pabrik pupuk Kujang. Waktu 
dibangun Kujang B untuk menggantikan Kujang existing karena mesin2nya sudah 
aus. Ternyata waktu Kujang B dioperasikan dgn feed gas 65 mmscfd, Kujang 
existing tidak dihentikan tapi selesai direvitalisasi dan beroperasi, butuh 
feed gas 65 mmscfg. Jadi Kujang butuh feed gas 130 mmscfg padahal kontraknya 
dengan Pertamina hanya 65 mmscfg. Semua kebutuhan gas feed 130 mmscfg Kujang 
bisa dipenuhi Pertamina dari Cilamaya dan ONWJ (untung Pertamina mengoperasikan 
ONWJ. 
Contoh nyata yang lain, CPI (Chevron) mengoperasikan duri steamflood, untuk 
membuat steam dulu menggunakan minyak 50.000 bopd, karena pemerintah butuh 
minyak, maka yg 50.000 bopd ini di swap dengan gas dari Copi (Conoco Ph), 
belakangan keputusan DPRRI dan Pemerintah sistim swap harus diakhiri diganti 
dengan sistim jual-beli gas untuk bikin uap. Ternyata perundingan dengan CPI 
dan Copi tidak selesai setahun, walau diganti dengan jual-beli gas, Copi ngotot 
minta haknya menjual minyak 50.000 bopd tetap dia pegang, CPI menolak dan 
memasalahkan DMO sehingga perundingan ber-larut2. Ber-andai2, kalau saja 
lapangan Suban yg memasok gas utk Duri Steamflood dioperasikan oleh Pertamina, 
maka keputusan pengakhiran swap bisa dilaksanakan dalam hitungan hari setelah 
diputuskan. 
Kontrak jualan LNG dari bontang ke Jepang akan berakhir 2021, kalau saja 
Pertamina dipercaya jadi operator blok Mahakam di 2022, maka Pertamina akan 
fokus memasok LNG ke FSRU (floating Storage Regasification Unit) yg sekarang 
beroperasi di laut jawa (barat, sekarang pasokan LNG temporary), dan akan 
dibangun di offshore Belawan (Sumut), offshore Jawa (Timur) dan Bali.
Kalau Wamen pernah mengatakan di mass media, bahwa prioritas pengelolaan blok 
Mahakam untuk Pertamina 51%-70%, Pertamina HARUS BISA MENDAPATKAN 70%, KALAU 
TIDAK KEDEPAN AKAN KRISIS GAS DOMESTIK, PABRIK PUPUK MATI BISA KRISIS PANGAN, 
KRISIS LISTRIK.

Wah. Wah. Wah. Aku tetep mbela negaraku.. Cak

Salam,


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "F. Hasan Sidi" 
Date: Thu, 1 Nov 2012 19:01:27 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)
> FYI,
> sebagian besar lapangan di Mahakam diketemukan hanya dengan 2D lho...

Maksudnya setelah ada teknologi 3D, si operator tetap menggunakan 2D
dan berhasil/discovery? Offshore atau onshore ya?

FHS


PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread noor syarifuddin
Ha ha ha ... Dari seismik msh lari ke sana juga ya Pak... :-)

Kalau boleh saya juga mo berandai2 sdkt: kalau kontrak dilanggar karena gas 
dialihkan terus pembeli komplain dan masuk arbitrase... apa gak jadi karaha 
bodas jilid 2 Pak?


Salam,

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Bandono Salim
Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa banyak yang pake 
gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau mobil2 tambang di bpakai kon verter 
supaya pakai gas, hemat diesel/solar yang jauh lebih mahal.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yustinus yuwono 
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
> Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
> waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
> harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
> ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
> sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
> berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
> keuntungan seperti yang diharapkan sebelum-sebelumnya, "probablility of
> sukses" berubah menjadi 90X50% atau hanya 45%. Ini berarti mengelola
> Mahakam
> mengandung risiko tinggi, tidak lagi seperti sebelumnya yang 90%. Karena
> risiko tinggi, maka itu saya cenderung untuk dilakukan tender dan Pertamina
> diberi preference, entah matching, 10% atau berapa saja, tetapi for sure
> not
> "Pokoknya Pertamina". Menurut tulisan Pak Luthfi, "rasanya matching bagi
> Pertamina tidak jadi soal". Menuru

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Ismail
Ibaratnya Punya sawah sendiri dikerjakan sendiri ,  buruh sendiri/buruh lokal  
dg upah murah shg hasil panennya bisa  murah untuk memenuhi kebutuhan keluarga 
sendiri dg harga yg terjangkau,{ maklum keluarganya hanya bisa beli dg harga  
murah}
Kalau puso ditanggung sendiri sendiri

  
Sent by Liamsi's Mobile Phone

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Thu, 1 Nov 2012 23:15:05 
To: Iagi
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa banyak yang pake 
gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau mobil2 tambang di bpakai kon verter 
supaya pakai gas, hemat diesel/solar yang jauh lebih mahal.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yustinus yuwono 
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
> Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
> waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
> harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
> ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
> sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
> berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
> keuntunga

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Ruskamto
Saya jadi ingat berdikari semua dikerjakan dewek. Teorinya sih pasti murah, 
tapi kenyataanya kalau dikerjakan dewek: spt yang sedang marak sekarang, 
dimintai setoran, posisi direktur/komisaris gak berani nolak karena dulure 
dewek.. 
Perlu dibuktikan bahwa awake dewek memang mampu baik teknis, modal dan 
MANAGEMENT dgn menunjukkan hasil kerja yang world Class gitu..
RUS 
-Original Message-
From: "Ismail" 
Date: Thu, 1 Nov 2012 23:40:27 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Ibaratnya Punya sawah sendiri dikerjakan sendiri ,  buruh sendiri/buruh lokal  
dg upah murah shg hasil panennya bisa  murah untuk memenuhi kebutuhan keluarga 
sendiri dg harga yg terjangkau,{ maklum keluarganya hanya bisa beli dg harga  
murah}
Kalau puso ditanggung sendiri sendiri

  
Sent by Liamsi's Mobile Phone

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Thu, 1 Nov 2012 23:15:05 
To: Iagi
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa banyak yang pake 
gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau mobil2 tambang di bpakai kon verter 
supaya pakai gas, hemat diesel/solar yang jauh lebih mahal.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yustinus yuwono 
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy 

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Rovicky Dwi Putrohari
2012/11/1 Ong Han Ling 

> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir “pokoknya
> Pertamina”. Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan
> raksasa Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok
> dengan harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45
> tahun tanpa dibebania DMO. Teori high risk – high reward berlaku. Waktu CFP
> masuk Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang
> terbalik. Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang
> demikian besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan
> pada Total,  “Enoug is enough”, dan Pertamina akan ambil over.
>

Kalau pemikiran saya bukan soal enough is enough karena iri. Tetapi
"kontrak is kontrak". Sudah harus dimulai kesepakatan sesuai kesepakatan.
Bahwa dalam kontrak tidak dikenal istilah perpanjangan. Sistim BOT (Build
Opertae Transfer) hasru dijalankan sesuai kesepakatan. Dam saat diserahkan
semua asset dan cadangan menjadi milik negara. Itu dulu yang harus
dijalankan. Setelah itu ya mestinya di tenderkan lagi. Dengan eksplorasi
masih menjadi menjadi kegiatan awal 3+3+2+2 (10 tahun) pertama sebagai masa
eksplorasi.
Jadi tidak dikenal perpanjangan (extension) yang semestinya dilakukan
adalah pembaharuan kontrak (contract renewal). Term kontrak harus diubah,
karena kondisinya jelas sudah berubah. Sebelumnya belum ada produksi
menjadi ada produksi, sebelumnya belum ada fasilitas infra struktur,
sekarang sudah ada infra struktur. Jadi semangatnya adalah PEMBAHARUAN
KONTRAK !
Nah perkara siapa yng menjadi operatornya itu perkara lain. Jadi biarkan
saja kontrak berakhir sesuai kesepakatan. Karena itulah komitmen yg harus
dihargai baik kontraktor maupun negara tuan rumah.


> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini
> saja. Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
 Secara persoan saya menganggap tidak harus pertamina. Tetapi sebagai IAGI
(ada kata Indonesia) sepakat bahwa diberikan ke Indonesia karena
"keuntungan" yg diperoleh tidak hanya sekedar keuntungan "ekonomi". Bangsa
yang sedang "minder" ini perlu diberi tepukan dada dan dorongan serta
bantuan untuk kembali ke rasa "percaya diri" untuk berani maju mandiri dan
berdikari. Yang terpenting keekonomiannya dikaji (diawasi) secara benar dan
tidak memberikan "blank chek" kepada operator nasional nantinya. Aspek
sosial politis sudah semestinya menjadi pertimbangan selain keekonomian.

> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG
> dilempar ke pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau
> dengan harga lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan.
> Pembeli ingin melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan
> karena penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di
> Queenland, dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini
> sekeliling Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam
> perencanaan. Harga gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu
> menjadi $2/mmbtu. Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG
> plant untuk ekspor. Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan
> penjualan LNG ke Asia Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska
> yang kelebihan gas karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke
> continental US dan bahkan Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar
> (lih., email Bambang Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor
> dari Canada dan jika diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant
> dari shale gas di British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
Ketika penjualan berhenti kita harus melihat ALOKASI menjadi utama
ketimbang harga komoditi. GAS mesti dilihat sebagai ENERGI, bukan sekedar
KOMODIT

RE: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Bambang P. Istadi
Kang Ismail, apa iyaa hasil panen di Indonesia lebih murah? Beras import lebih 
murah, gula dan kedele, daging, bawang putih, kentang import lebih murah. 
Bahkan sekarang kita import garam dan kopi,..

Salam,
Bambang

-Original Message-
From: Ismail [mailto:lia...@indo.net.id]
Sent: Friday, November 02, 2012 6:40 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Ibaratnya Punya sawah sendiri dikerjakan sendiri ,  buruh sendiri/buruh lokal  
dg upah murah shg hasil panennya bisa  murah untuk memenuhi kebutuhan keluarga 
sendiri dg harga yg terjangkau,{ maklum keluarganya hanya bisa beli dg harga  
murah} Kalau puso ditanggung sendiri sendiri


Sent by Liamsi's Mobile Phone

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Thu, 1 Nov 2012 23:15:05
To: Iagi
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa banyak yang pake 
gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau mobil2 tambang di bpakai kon verter 
supaya pakai gas, hemat diesel/solar yang jauh lebih mahal.
Powered by Telkomsel BlackBerry(r)

-Original Message-
From: yustinus yuwono 
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?
Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong, Yang gini-gini memang 
harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan.
> Badak adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama
> didunia.  Karena memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO 
> tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi
> perusahaan raksasa Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi
> karena dipatok dengan harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar
> sekali selama 45 tahun tanpa dibebania DMO. Teori high risk - high
> reward berlaku. Waktu CFP masuk Indonesia tidak ada apa-apanya
> dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada
> Total, "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia
> sendiri, dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah
> confirm sampai selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal.
> Tingkat keberhasilan tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga
> LNG dilempar ke pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama
> tidak mau dengan harga lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG
> sangat berlainan. Pembeli ingin melepaskan terkaitannya dari harga
> minyak. Hal ini disebabkan karena penemuan gas secara besar-bersaran
> di Western Australia, CBM di Queenland, dan baru-baru ini shale gas di
> USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling Pacific basin sedang dibangun
> 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga gas di USA anjlok dari
> $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG
> ke Asia Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang
> kelebihan gas karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke
> continental US dan bahkan Lousiana lewat Panama canal yang telah
> diperlebar (lih., email Bambang Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang
> menungu izin ekspor dari Canada dan jika diberikan akan menanam US$5.5
> milliar untuk LNG Plant dari shale gas di British Columbia dengan
> tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG
> mengingat security energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan
> dari Middle East oil. Atau Jepang yang sekarang akan menutup semua
> nucle

[iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread abachtiar
Sori, Mi, tapi tim-ku merah putih, tim-ku bangsa dan negara Indonesia; jadi aku 
lebih memilih untuk mempresentasikan ke BPPKA aspek redundancy alias 
berlebihannya work-program ini yg merupakan pengulangan program serupa yg telah 
sukses dilakukan oleh geologist nasional kita th lalu dg biaya yang hanya 1/3 
dr biaya menyewa geologist expat ini. Dan aku akan menanggung resiko atas 
kepemihakanku kepada tim-ku tsb.

(Jawaban atas bujukan dr salah seorang senior manager "national" ke seorang 
geologist senior yg kerja di perusahan migas MNC yg dalam Management Meeting 
tdk setuju atas keputusan management untuk tetap melaksanakan proyek 
inventarisasi karakter reservoir seluruh blok dari data analog permukaan yg 
akan dilakukan oleh konsultan bule, 15th yg lalu)

#melawan stockholm syndrome#

ADB - IAGI 0800
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread brmtyo
Yup Pak RDP,
 
Sebenarnya sangat simple dan jelas. 
(Kalo mau dibuat mudah, jadi mudah. Kalo mau dibuat susah, ya jadi susah 
sendiri).  
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Fri, 2 Nov 2012 07:19:05 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012/11/1 Ong Han Ling 

> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir “pokoknya
> Pertamina”. Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan
> raksasa Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok
> dengan harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45
> tahun tanpa dibebania DMO. Teori high risk – high reward berlaku. Waktu CFP
> masuk Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang
> terbalik. Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang
> demikian besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan
> pada Total,  “Enoug is enough”, dan Pertamina akan ambil over.
>

Kalau pemikiran saya bukan soal enough is enough karena iri. Tetapi
"kontrak is kontrak". Sudah harus dimulai kesepakatan sesuai kesepakatan.
Bahwa dalam kontrak tidak dikenal istilah perpanjangan. Sistim BOT (Build
Opertae Transfer) hasru dijalankan sesuai kesepakatan. Dam saat diserahkan
semua asset dan cadangan menjadi milik negara. Itu dulu yang harus
dijalankan. Setelah itu ya mestinya di tenderkan lagi. Dengan eksplorasi
masih menjadi menjadi kegiatan awal 3+3+2+2 (10 tahun) pertama sebagai masa
eksplorasi.
Jadi tidak dikenal perpanjangan (extension) yang semestinya dilakukan
adalah pembaharuan kontrak (contract renewal). Term kontrak harus diubah,
karena kondisinya jelas sudah berubah. Sebelumnya belum ada produksi
menjadi ada produksi, sebelumnya belum ada fasilitas infra struktur,
sekarang sudah ada infra struktur. Jadi semangatnya adalah PEMBAHARUAN
KONTRAK !
Nah perkara siapa yng menjadi operatornya itu perkara lain. Jadi biarkan
saja kontrak berakhir sesuai kesepakatan. Karena itulah komitmen yg harus
dihargai baik kontraktor maupun negara tuan rumah.


> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini
> saja. Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
 Secara persoan saya menganggap tidak harus pertamina. Tetapi sebagai IAGI
(ada kata Indonesia) sepakat bahwa diberikan ke Indonesia karena
"keuntungan" yg diperoleh tidak hanya sekedar keuntungan "ekonomi". Bangsa
yang sedang "minder" ini perlu diberi tepukan dada dan dorongan serta
bantuan untuk kembali ke rasa "percaya diri" untuk berani maju mandiri dan
berdikari. Yang terpenting keekonomiannya dikaji (diawasi) secara benar dan
tidak memberikan "blank chek" kepada operator nasional nantinya. Aspek
sosial politis sudah semestinya menjadi pertimbangan selain keekonomian.

> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG
> dilempar ke pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau
> dengan harga lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan.
> Pembeli ingin melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan
> karena penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di
> Queenland, dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini
> sekeliling Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam
> perencanaan. Harga gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu
> menjadi $2/mmbtu. Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG
> plant untuk ekspor. Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan
> penjualan LNG ke Asia Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska
> yang kelebihan gas karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke
> continental US dan bahkan Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar
> (lih., email Bambang Istadi, 

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread tambismar
Iyaa tuh pak Noor, larinya kesana jugaa...

Pak Luthfi telah menjelaskan dg sangat baik justifikasi maupun pengalaman negri 
ini pada masa lalu, yg utamanya sangat perlu mengedepankan kepentingan negara 
di atas kepentingan individu maupun kelompok.

Dengan demikian saya pikir kita selaku anak bangsa perlu dan harus membela 
kepentingan bangsa yg lebih luas . walaupun kita tau bahwa negri ini sdh 
salah kelola sejak dari dulu  Katanya "didunia ini tdk ada negara yg 
miskin, tetapi yg ada hanya salah kelola" (Tanri Abeng/ metro tv) 

Selama ini kita mengetahui bahwa negara  asing, investor asing dlsb berfoya2 
mendapatkan rezeki dari bumi pertiwi mulai dari perdagangan, perkebunan, 
perbankan, teknologi informasi, pertambangan dll  

Sementara pemerintah RI hanya sangat berbangga kpd "pahlawan devisa" yg mengais 
rezeki sbg TKW di negri orang, yang kadangkala harus mempertaruhkan harga diri 
bahkan nyawa di negri orang... 

Disamping itu, kita Indonesia juga telah berhasil menciptakan  tenaga2 ahli 
berpengalaman dan manusia2 pintar disegala bidang melalui pendidikan di DN/LN, 
.namun "mereka2" tersebut dibiarkan oleh pemerintah RI berbakti dan bekerja 
memajukan perusahaan asing, membangun negara asing dll . saya tdk bisa 
membayangkan, kelak suatu saat dikarenakan tdk memperoleh kenyamanan di negri 
sendiri, maka para ahli persenjataan di Pindad dan PAL, ahli nuklir  dll 
hengkang ke LN berkontribusi membangun persenjataan negara lain  ? jangan 
terjadilah yaaaw ...

Apa sih kurangnya negri ini, kwalitas sumberdaya manusia bisa diandalkan, 
sumberdaya alam melimpah mulai dari permukaan tanah, lautan dll hingga kekayaan 
yg tertimbun jauh dibawah tanah .

Menurut saya yg kurang dari negri ini adalah tdk terkelola dg baik  
mismanagement, bbrp pemangku kepentingan tdk bertindak dan berpikir optimum utk 
kepentingan bangsa dan negara ini,   sehingga cita2 luhur dari the founding 
fathers untuk meraih kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat indonesia 
semakin jauh dari harapan.

Maaf pak Ong, sekali lagi maaf  sebaiknya kita tdk perlu lagi berbincang pd 
level perusahaan, apalagi hanya berbicara keuntungan dan menguntungkan atau 
sangat menguntungkan  kita mengetahui negri ini semakin terpuruk dari sisi 
tata kelola energi. 

Rasanya sangatlah konyol ketika terjadi inefisiensi di PLN senilai 37.5 triliun 
hanya karena tdk dapat suplai gas .

Menurut saya  yg terpenting adalah agar blok mahakam dikelola oleh negara, 
menghimpun seluruh kemampuan anak bangsa untuk mengais sisa2 cadangan dan 
potensi yg masih ada di mahakam... semata2 bertujuan untuk sebesar2nya income 
negara...sehingga kelak akan dapat menjadi kebangsaan nasional. 

Selanjutnya apabila Pemerintah masih kurang yakin dg kemampuan anak bangsa 
sendiri, tentu bisa menggaji beberapa tanaga ahli asing utk waktu tertentu. 
Mulai dari tenaga ahli teknis hingga top management. 

Karena itu, blok Mahakam tdk harus dikelola oleh Pertamina  mungkin(?) bagi 
Pertamina sendiri dari sisi pegawai dan jajaran Direksi tdk ada untungnya 
mengelola blok Mahakam, tentu dk akan memperkaya kantong individu dll, namun yg 
pasti akan menambah profit utk kemudian disetor kepada kas negara!

Mungkin p' Ong selaku staf ahli KaBPMigas (?), dapat mengusulkan pembentukan 
sebuah "perusahaan minyak dan gas nasional", bisa dibawah Dept ESDM, atau atau 
Dept Keuangan, atau KemBUMN atau bisa juga dibawah Dept Parawisata dan "Ekonomi 
Kreatif" atau Dept Sosial karena bertujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat 
indonesia 

Demikian  dan mohon maaf bila ada pemikiran dan kata2 yg kurang tepat

Salam Sumpah Pemuda bagi kita semua.. Majulah wahai bangsaku, maju tak 
gentar membela yg BENAR !

Mantan murid p Ong yg sdh lama pangsiun (TA)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: noor syarifuddin 
Date: Thu, 1 Nov 2012 15:05:39 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik 
vs gas diekspor

Ha ha ha ... Dari seismik msh lari ke sana juga ya Pak... :-)

Kalau boleh saya juga mo berandai2 sdkt: kalau kontrak dilanggar karena gas 
dialihkan terus pembeli komplain dan masuk arbitrase... apa gak jadi karaha 
bodas jilid 2 Pak?


Salam,


Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread noor syarifuddin
>Yang diusulkan PP-IAGI sejak lama adalah "mewajibkan" perusahaan yang akan 
>berproduksi (setelah POD disetujui) adalah menjual >sahamnya ke BEJ (stoock 
>Exchenage dalam negeri). Ini yang akan menjadikan perusahaan ini akan diaudit 
>secara terbuka. Menutup 
>(mengurangi) potensi intervensi parlemen maupun partai atau pejabat nekat yang 
>minta upeti. Karena akan ada audit publik. 

saya heran, IAGI kok mau masuk sejauh ini. listing di bursa saham itu 
urusan perusahaan masing-masing kalau mau soal audit, semua operasional KPS 
itu diaudit habis oleh BPMIGAS, BPK, BPKP, independent Audit, internal audit 
dll...
mungkin dibanding industri lain, migas itu termasuk yang paling birokratis dan 
regulated: coba saja dari mulai mau investasi sampai mau produksi semua harus 
ada persetujuan dari otoritas bahkan mau nempatin orang pun harus ada 
persetujuan dari 3 otoritas sekarang ini (BPMIGAS, MIGAS, 
DEPNAKER)bandingkan dengan industri manufaktur atau yang lainnya... mereka 
disediakan kompleks industri, proses ijin satu atap, tidak pernah ada proses 
WP&B, AFE dll kalau dikaitkan dengan CR, tentunya ini hanya valid untuk 
blok yang sudah produksi... lha kalau masih eksplorasi ?
 
rasanya terlalu menyederhanakan masalah kalau listing di bursa akan 
menyelesaikan itu semua :-)
 
 
salam,
 
 

From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, November 2, 2012 8:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?





2012/11/1 Ong Han Ling 

Pak Avi,
> 
>Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir “pokoknya 
>Pertamina”. Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda perihal 
>extension Mahakam? 
> 
>Saya melihanya begini:
>1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan ditemukan 
>gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak adalah salah 
>satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena memang gas pada 
>waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada. Inilah adalah salah satu 
>penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie Francaise du Petrole) yang 
>masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa Internasional Total. 
>LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan harga minyak. Reward-nya 
>bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa dibebania DMO. Teori high 
>risk – high reward berlaku. Waktu CFP masuk Indonesia tidak ada apa-apanya 
>dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik. Dengan demikian juga dapat 
>dimengerti bahwa keuntungan yang demikian besarnya menjadi orang iri dan 
>sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,  “Enoug is enough”, dan Pertamina 
>akan ambil over. 

Kalau pemikiran saya bukan soal enough is enough karena iri. Tetapi "kontrak is 
kontrak". Sudah harus dimulai kesepakatan sesuai kesepakatan. Bahwa dalam 
kontrak tidak dikenal istilah perpanjangan. Sistim BOT (Build Opertae Transfer) 
hasru dijalankan sesuai kesepakatan. Dam saat diserahkan semua asset dan 
cadangan menjadi milik negara. Itu dulu yang harus dijalankan. Setelah itu ya 
mestinya di tenderkan lagi. Dengan eksplorasi masih menjadi menjadi kegiatan 
awal 3+3+2+2 (10 tahun) pertama sebagai masa eksplorasi. 
Jadi tidak dikenal perpanjangan (extension) yang semestinya dilakukan adalah 
pembaharuan kontrak (contract renewal). Term kontrak harus diubah, karena 
kondisinya jelas sudah berubah. Sebelumnya belum ada produksi menjadi ada 
produksi, sebelumnya belum ada fasilitas infra struktur, sekarang sudah ada 
infra struktur. Jadi semangatnya adalah PEMBAHARUAN KONTRAK !
Nah perkara siapa yng menjadi operatornya itu perkara lain. Jadi biarkan saja 
kontrak berakhir sesuai kesepakatan. Karena itulah komitmen yg harus dihargai 
baik kontraktor maupun negara tuan rumah.
 
2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface, perilaku 
reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui sifat-sifatnya 
dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut cadangan, dari sudut 
operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri, dan dari sudut marketing 
ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai selesainya kontrak tahun 2017 
dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan tinggi sekali, 90%. 
>3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja. 
>Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada Pertamina. 
 Secara persoan saya menganggap tidak harus pertamina. Tetapi sebagai IAGI (ada 
kata Indonesia) sepakat bahwa diberikan ke Indonesia karena "keuntungan" yg 
diperoleh tidak hanya sekedar keuntungan "ekonomi". Bangsa yang sedang "minder" 
ini perlu diberi tepukan dada dan dorongan serta bantuan untuk kembali ke rasa 
"percaya diri" untuk berani maju mandiri dan berdikari. Yang terpenting 
keekonomiannya dikaji (diawasi) secara benar dan tidak memberikan "blank chek" 
kepada operator nasional nantinya. Aspek sosial politis sudah semestinya 
menjadi pertimbangan selain keekonomian.

4

RE: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread Bambang P. Istadi
Kalau para pendekar sudah angkat bicara,.. pak Ong yang tulisannya sangat 
menarik untuk dibaca, RDP dengan argumen2 cerdasnya,. Juga cak Noor yang 
kritis,.. dunia persilatan jadi sangat menarik.

Soal BEJ,.. baiknya tanya dulu ke perusahaan2 yang sudah listing, tidak semudah 
yang dibayangkan dan menambah kompleksitas dengan berbagai regulasi yang musti 
dipenuhi. Jelas urusan mencari dan memproduksi akan menjadi jauh lebih rumit, 
dibutuhkan lebih banyak orang finance dan legal, bisa jadi GGRE bukan lagi 
backbone perusahaan minyak.

Yang jadi pertanyaan mendasar, apakah diskusi ini semua akan menaikkan produksi 
minyak Indonesia dan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan memenuhi kebutuhan 
energi nasional? Saya pikir hal ini yang mendasari pemikiran pak Wamen.

Salam,

From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com]
Sent: Friday, November 02, 2012 7:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

>Yang diusulkan PP-IAGI sejak lama adalah "mewajibkan" perusahaan yang akan 
>berproduksi (setelah POD disetujui) adalah menjual >sahamnya ke BEJ (stoock 
>Exchenage dalam negeri). Ini yang akan menjadikan perusahaan ini akan diaudit 
>secara terbuka. Menutup
>(mengurangi) potensi intervensi parlemen maupun partai atau pejabat nekat yang 
>minta upeti. Karena akan ada audit publik.

saya heran, IAGI kok mau masuk sejauh ini. listing di bursa saham itu 
urusan perusahaan masing-masing kalau mau soal audit, semua operasional KPS 
itu diaudit habis oleh BPMIGAS, BPK, BPKP, independent Audit, internal audit 
dll...
mungkin dibanding industri lain, migas itu termasuk yang paling birokratis dan 
regulated: coba saja dari mulai mau investasi sampai mau produksi semua harus 
ada persetujuan dari otoritas bahkan mau nempatin orang pun harus ada 
persetujuan dari 3 otoritas sekarang ini (BPMIGAS, MIGAS, 
DEPNAKER)bandingkan dengan industri manufaktur atau yang lainnya... mereka 
disediakan kompleks industri, proses ijin satu atap, tidak pernah ada proses 
WP&B, AFE dll kalau dikaitkan dengan CR, tentunya ini hanya valid untuk 
blok yang sudah produksi... lha kalau masih eksplorasi ?

rasanya terlalu menyederhanakan masalah kalau listing di bursa akan 
menyelesaikan itu semua :-)


salam,



From: Rovicky Dwi Putrohari mailto:rovi...@gmail.com>>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, November 2, 2012 8:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?


2012/11/1 Ong Han Ling mailto:wim...@singnet.com.sg>>
Pak Avi,

Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir “pokoknya 
Pertamina”. Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda perihal 
extension Mahakam?

Saya melihanya begini:
1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan ditemukan 
gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak adalah salah 
satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena memang gas pada 
waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada. Inilah adalah salah satu 
penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie Francaise du Petrole) yang 
masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa Internasional Total. LNG 
dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan harga minyak. Reward-nya bagi 
Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa dibebania DMO. Teori high risk – 
high reward berlaku. Waktu CFP masuk Indonesia tidak ada apa-apanya 
dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik. Dengan demikian juga dapat 
dimengerti bahwa keuntungan yang demikian besarnya menjadi orang iri dan 
sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,  “Enoug is enough”, dan Pertamina 
akan ambil over.

Kalau pemikiran saya bukan soal enough is enough karena iri. Tetapi "kontrak is 
kontrak". Sudah harus dimulai kesepakatan sesuai kesepakatan. Bahwa dalam 
kontrak tidak dikenal istilah perpanjangan. Sistim BOT (Build Opertae Transfer) 
hasru dijalankan sesuai kesepakatan. Dam saat diserahkan semua asset dan 
cadangan menjadi milik negara. Itu dulu yang harus dijalankan. Setelah itu ya 
mestinya di tenderkan lagi. Dengan eksplorasi masih menjadi menjadi kegiatan 
awal 3+3+2+2 (10 tahun) pertama sebagai masa eksplorasi.
Jadi tidak dikenal perpanjangan (extension) yang semestinya dilakukan adalah 
pembaharuan kontrak (contract renewal). Term kontrak harus diubah, karena 
kondisinya jelas sudah berubah. Sebelumnya belum ada produksi menjadi ada 
produksi, sebelumnya belum ada fasilitas infra struktur, sekarang sudah ada 
infra struktur. Jadi semangatnya adalah PEMBAHARUAN KONTRAK !
Nah perkara siapa yng menjadi operatornya itu perkara lain. Jadi biarkan saja 
kontrak berakhir sesuai kesepakatan. Karena itulah komitmen yg harus dihargai 
baik kontraktor maupun negara tuan rumah.

2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface, perilaku 
reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui sifat-sifatnya 
dengan betul.  Jadi dari sud

RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

2012-11-01 Thread Yuriza NOOR
Hallo Frans,

Pengen juga jalan jalan ke Luanda, dulu waktu ada Bayu pengen kesana nggak jadi 
jadi.
Wah semua kenalan baik ada di Luanda ya, dulu kita yang rekrut Andi sekarang 
udah jauh lebih pintar dari yang rekrut tuh 

Sekarang rada jauh dari Luanda nih.

Urusannya juga rada beda sama yang biasa dikerjakan. Barusan rapat membicarakan 
mau diapain dynamite misfire. Nggak kepikiran tuh karena kalau kita di TZ 
Mahakam (satu satunya pengalaman pake dinamit), paling kita tag  dan itu aturan 
international untuk land (TZ) seismic.

Tapi kalau daerah itu mau kita mining, ya berabe kan, ibarat memining daerah 
penuh ranjau darat 
Kita terpaksa liat liat degradable dynamite dan electronic  detonator mahal 
cing detonatornya 3 kali lipat yang biasa costnya 

Kelebihan electronic detonator adalah dia cuma bisa ditrigger oleh code 
tertentu ... dan waktu loading dynamite bisa ngecheck apakah capnya nyambung 
atau tidak artinya mengurangi masalah misfire sampai 1% tapi tetep aja kalau 
kita punya 2 SP artinya 200 SP misfire dan jadi ranjau darat 

Ok besok besok dilanjutkan ceritanya . berhubung sekarang back to basic 
bisa cerita cerita teknik  kemaren lama nggak nulis karena kalau cerita 
kerjaan bisa bisa melanggar nondisclosure agreement  he he he karena isinya 
strategy, produksi dan cadangan 

y

From: Franciscus B Sinartio [mailto:fbsinar...@yahoo.com]
Sent: Thursday, November 01, 2012 1:16 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Pak FH,
agak berbeda hasilnya karena adanya jarak antara bumi ke  receiver nya.  selain 
ada koreksi nya juga frekwensi dan kedalaman penetrasinya bisa berbeda.

jangan lupa sekalian bawa alat gravity juga kalau survey airborne magnetic.

Kita punya banyak ahlinya microgracity nih di milis,  antara lain  Pak Wawan 
AK, Pak Eko Widianto, Pak Ary  Setiawan  dll.

dan yang paling penting seperti yang disebutkan Mbak Yuriza  adalah  di buat 
inversi nya dengan memakai juga layers2 yang didapatkan dari seismic.

Mbak Yuriza kapan ke Luanda?  saya tunggu ya.  jangan hanya Bayu, Rio, Andy 
dan Firdaus yang menikmati indahnya Luanda.  Ntar kita todong Firdaus jadi 
geologic trip leader kita.

salam,

frank


From: Ferry Bastaman Hakim 
mailto:ferry.ha...@tately.co.id>>
To: "iagi-net@iagi.or.id" 
mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Sent: Thursday, November 1, 2012 5:01 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Mas Vick,

Sepertinya Airborne EM ini metodanya mirip2 dengan CSEM/Seabed Logging nya OHM 
atau EMGS, hanya berbeda media transporter nya saja. Kalau memang benar seperti 
itu, CSEM ini sudah pernah dilakukan di Selat Makassar dan di beberapa tempat 
di Indonesia Timur dan sampai sekarang follow up dari survey tersebut belum 
dirasakan optimal  di tempat2 tersebut. HC bearing silt akan memberikan respon 
EM yg sama dengan HC bearing sands.

Kalau menurut saya, metoda-metoda geofisika non konvensional seperti Airborne 
EM/CSEM/Seabed Logging fungsinya adalah sebagai data penunjang dan pelengkap 
seismik. Dia tidak bisa berdiri sendiri, tetap "Geology first" karena CSEM 
bukanlah the silver bullet.

salam

FH


From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Thursday, 1 November 2012 10:17 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Airborne Geophysical Survey

Sangat menarik uraian Yuriza Noor dibawah ini,

Survey Airborne Geophysical sepertinya tertinggal jauh dibelakang seismic. 
Selama ini seismic sangat membantu dalam produksi. Dan hampir semua usaha migas 
adalah memproduksi yang sudah diketemukan. Profesi Geomodeller menjadi profesi 
yang sangat dicari-cari hingga saat ini. Ya tentusaja karena mereka lah 
geoscientist yg membantu memeras dan menghisap minyak di dalam bumi. Sedangkan 
survey Airborne seperti ini membantu menemukan. Dan akhirnya karena usaha 
menemukan menjadi nomor dua dibanding produksi ya di tingkat global duniapun 
jumlah penemuan menjadi sedikit RtP dunia juga sangat rendah.

Bagaimana kalau survey ini dilakukan untk Indonesia Timur, tapi dilakukan oleh 
negara (pemerintah). Karena survey Airborne ini tidak hanya membantu untuk 
explorasi migas saja. Saya yakin di explorasi mining juga dipergunakan. Btw, 
ada nggak sih spec survey airborne ini ?

RDP
2012/11/1 Yuriza NOOR mailto:yuriza.n...@total.com>>
Leo,

Disini sebelum 3D pada bikin EM dulu soalnya sasarannya dangkal ...
Fugro punya Heli Time Domain EM yang lumayan 

Jadi heli terbang rendah dan pelan bawa transmitter EM berbentuk lingkaran 
sebesar 30 m radiusnya  mengesankan sekali bentuknya  kita beri julukan 
barang itu 'dream catcher'  si transmitter itu berada cuma 30 - 60 m dari 
ground  cuma dikit diatas pohon pohon poplar dan birch  berani juga tuh 
si sopir heli nyangkut dipohon bisa berabe ...

Di lingkaran transmitter itu dialiri listrik, yang akan menghasilkan medan 
magnet yang menuju bumi  kemudi

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread kartiko samodro
maksudnya Pak Lutfi ,

kita pakai saja semua gas yang kita produksi untuk dalam negeri gitu
ya ? jadi tidak usah di eksport dengan asumsi buat apa kita
mengeksport gas dan memajukan industri negara lain kalau bisa kita
pakai sendiri dan memajukan industri kita sendiri.

Saya sih setuju banget kalau memang gas kita pakai untuk hal yg produktif.

Asal jangan sampai kita sudah tidak dapat devisa karena tidak kita
eksport sementara di dalam negeri cuma diboroskan seperti bbm saja (
dan kalau melihat trend sekarang sih sepertinya memang akan dijadikan
pemborosan saja)

PLN sama saja...apakah semua penggunaan listrik di Indonesia sudah
produktif ? kayaknya lebih banyak enggaknya ...


On 11/1/12, aluthfi...@gmail.com  wrote:
>
> Gas yang ditemukan di era penemuan dengan survey 2D lebih banyak diekspor
> karena pake BBM subsidi lebih praktis dan murah lagi. Contohnya gas dari
> Mahakam, gas dari Sumatra (Suban, Jabung, dsb), gas dari Papua (Wiriargar,
> Muturi/Vorwata).
> Diera survey 3D mulai marak, pemerintah kewalahan kebebanan subsidi, maka
> subsidi BBM dibatasi, BBM mulai mahal, mendadak konsumen baik industri
> maupun power plant beralih ke gas.. Terjadilah shortage gas. Di Aceh
> pabrik pupuk AAF (Asean Aceh Fertilizer) mati karena tak ada pasokan gas
> untuk feed, pabrik Kertas Kraf Aceh antara hidup dan mati karena pasokan
> gas, pabrik pupuk PIM-1 dan PIM-2 harus hidup bergantian karena pasokan gas
> cukup untuk 1 pabrik (65 mmscfd), industri dan PLN di Sumut teriak2. Untuk
> menghidupkan PIM-1 dan PIM-2, pemerintah memutuskan Swap LNG Arun dan LNG
> Bontang, karena kontrak LNG Arun ke Korea dual source (boleh dipasok dari
> LNG Bontang), gas untuk LNG Arun dialirkan ke PIM. Pelaksanaan keputusan ini
> tidak mudah, baik Exxon Arun maupun Total yang di Mahakam reluctant,
> perundingannya tak selesai setahun. Karena Exxon dan Total lebih tunduk ke
> kontrak. Ber-andai2, kalau saja yang mengoperasikan blok/lapangan gas itu
> Pertamina, maka pelaksanaan swap gas bisa diatasi dalam 1 atau 2 hari karena
> Pertamina 100% milik negara maka tunduk/patuh 100% atas keputusan
> pemerintah/negara.
> Pada saat operasional Total mengalami kendala terjadi shortage gas di
> Kaltim, akibatnya juga shortage LNG Bontang, akibatnya pasokan LNG ke Jepang
> tidak bisa memenuhi volume kontrak, kurang puluhan cargo, dan ini merupakan
> liability pemerintah, pemerintah harus mencarikan puluhan cargo LNG
> pengganti ke jepang. Liabilitiesnya bukan Total_Vico_Unocal/Chevron. Di
> Kaltim, PKT-4 (pupuk kaltim), hanya bisa komisioning dgn gas 5 mmscf,
> kontrak pasokannya tak jelas. Ber-andai2, kalau saja Mahakam dioperasikan
> oleh Pertamina maka terjamin kebutuhan gas PKT 1 s/d 4 terjamin, seperti
> halnya pabrik pupuk Kujang. Waktu dibangun Kujang B untuk menggantikan
> Kujang existing karena mesin2nya sudah aus. Ternyata waktu Kujang B
> dioperasikan dgn feed gas 65 mmscfd, Kujang existing tidak dihentikan tapi
> selesai direvitalisasi dan beroperasi, butuh feed gas 65 mmscfg. Jadi Kujang
> butuh feed gas 130 mmscfg padahal kontraknya dengan Pertamina hanya 65
> mmscfg. Semua kebutuhan gas feed 130 mmscfg Kujang bisa dipenuhi Pertamina
> dari Cilamaya dan ONWJ (untung Pertamina mengoperasikan ONWJ.
> Contoh nyata yang lain, CPI (Chevron) mengoperasikan duri steamflood, untuk
> membuat steam dulu menggunakan minyak 50.000 bopd, karena pemerintah butuh
> minyak, maka yg 50.000 bopd ini di swap dengan gas dari Copi (Conoco Ph),
> belakangan keputusan DPRRI dan Pemerintah sistim swap harus diakhiri diganti
> dengan sistim jual-beli gas untuk bikin uap. Ternyata perundingan dengan CPI
> dan Copi tidak selesai setahun, walau diganti dengan jual-beli gas, Copi
> ngotot minta haknya menjual minyak 50.000 bopd tetap dia pegang, CPI menolak
> dan memasalahkan DMO sehingga perundingan ber-larut2. Ber-andai2, kalau saja
> lapangan Suban yg memasok gas utk Duri Steamflood dioperasikan oleh
> Pertamina, maka keputusan pengakhiran swap bisa dilaksanakan dalam hitungan
> hari setelah diputuskan.
> Kontrak jualan LNG dari bontang ke Jepang akan berakhir 2021, kalau saja
> Pertamina dipercaya jadi operator blok Mahakam di 2022, maka Pertamina akan
> fokus memasok LNG ke FSRU (floating Storage Regasification Unit) yg sekarang
> beroperasi di laut jawa (barat, sekarang pasokan LNG temporary), dan akan
> dibangun di offshore Belawan (Sumut), offshore Jawa (Timur) dan Bali.
> Kalau Wamen pernah mengatakan di mass media, bahwa prioritas pengelolaan
> blok Mahakam untuk Pertamina 51%-70%, Pertamina HARUS BISA MENDAPATKAN 70%,
> KALAU TIDAK KEDEPAN AKAN KRISIS GAS DOMESTIK, PABRIK PUPUK MATI BISA KRISIS
> PANGAN, KRISIS LISTRIK.
>
> Wah. Wah. Wah. Aku tetep mbela negaraku.. Cak
>
> Salam,
>
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -Original Message-
> From: "F. Hasan Sidi" 
> Date: Thu, 1 Nov 2012 19:01:27
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)
>> FYI,
>> sebagi

RE: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread liamsi
Mangkanya Pakde Bambang , ujung ujungnya Cucuk opo ora
(pertimbangan eknomi) , apakah mau digarap dewe ( dg segala
resiko ) opo digarapkan orang lain dg bagi hasil  wae ? terima
bersih ( bukan bagi resiko), mana yang paling banyak hasilnya ,
bukan masalah bisa atau tidak bisa nggarapnya.
ISM


> Kang Ismail, apa iyaa hasil panen di Indonesia lebih murah?
> Beras import lebih murah, gula dan kedele, daging, bawang
> putih, kentang import lebih murah. Bahkan sekarang kita
> import garam dan kopi,..
>
> Salam,
> Bambang
>
> -Original Message-
> From: Ismail [mailto:lia...@indo.net.id]
> Sent: Friday, November 02, 2012 6:40 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau
> Natuna ?
>
> Ibaratnya Punya sawah sendiri dikerjakan sendiri ,  buruh
> sendiri/buruh lokal  dg upah murah shg hasil panennya bisa
> murah untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri dg harga yg
> terjangkau,{ maklum keluarganya hanya bisa beli dg harga
> murah} Kalau puso ditanggung sendiri sendiri
>
>
> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>
> -Original Message-
> From: "Bandono Salim" 
> Date: Thu, 1 Nov 2012 23:15:05
> To: Iagi
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau
> Natuna ?
>
> Nggak laku dijual? Pakai sendiri saja, wong rAkyat di jawa
> banyak yang pake gas, dan sering agak sulit dapatnya. Atau
> mobil2 tambang di bpakai kon verter supaya pakai gas, hemat
> diesel/solar yang jauh lebih mahal. Powered by Telkomsel
> BlackBerry(r)
>
> -Original Message-
> From: yustinus yuwono 
> Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau
> Natuna ? Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P
> Ong, Yang gini-gini memang harus dicermati bok! Salam,
> YSY
>
> On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
>> Pak Avi,
>>
>>
>>
>> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir
>> "pokoknya Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi
>> risiko yang berbeda perihal extension Mahakam?
>>
>>
>>
>> Saya melihanya begini:
>>
>> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun
>> 1967 dengan ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada
>> harganya di Kalimantan. Badak adalah salah satu dari tiga
>> world Class LNG plant pertama
>> didunia.  Karena memang gas pada waktu itu tidak laku
>> dipasar domestik, DMO tidak ada. Inilah
>> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP
>> (Compagnie Francaise du Petrole) yang masuk Indonesia tahun
>> 1967, menjadi
>> perusahaan raksasa Internasional Total. LNG dijual dengan
>> harga tinggi karena dipatok dengan harga minyak. Reward-nya
>> bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
>> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu
>> CFP masuk Indonesia tidak ada apa-apanya
>> dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
>> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang
>> demikian besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi
>> kita katakan pada Total, "Enoug is enough", dan Pertamina
>> akan ambil over.
>>
>> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga
>> subsurface, perilaku reservoir, dan production decline
>> curve sudah kita ketahui sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi
>> dari sudut production, dari sudut cadangan, dari sudut
>> operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri, dan
>> dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah
>> confirm sampai selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan
>> ada soal. Tingkat keberhasilan tinggi sekali, 90%.
>>
>> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya
>> sampai disini saja. Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa
>> tidak diberikan saja kepada Pertamina.
>>
>> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah
>> selesainya kontrak
>> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM.
>> Dengan selesainya kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli
>> luar negeri. Harga LNG dilempar ke pasar bebas dan harus
>> dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga lama
>> karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan.
>> Pembeli ingin melepaskan terkaitannya dari harga minyak.
>> Hal ini disebabkan karena penemuan gas secara
>> besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland, dan
>> baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini
>> sekeliling Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14
>> dalam perencanaan. Harga gas di USA anjlok dari $7/mmbtu
>> beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
>> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG
>> plant untuk ekspor. Karena harga gas di US anjlok, Quatar
>> akan mengalihkan penjualan LNG ke Asia Pacific yang paling
>> lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas karena
>> terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke
>> continental US dan bahkan Lousiana lewat Panama canal yang
>> telah diperlebar (lih., email Bambang Istadi, 25 Oct.).
>> Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
>> diberikan akan menanam US$5.5 m

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread aloysunarno
Mas Ju,etung2 memang perlu dicermati tp etungan kasarnya, TEPI ingin perpanjang 
logikanya tentu juga punya etungan positip kan makanya lebih baik nasional 
company. Eh ngomong2 mas Ju masih main tenis, salam sehat
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: yustinus yuwono 
Date: Thu, 1 Nov 2012 22:37:59 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

Itung-itungan profit dan resiko yang bagus sekali P Ong,
Yang gini-gini memang harus dicermati bok!
Salam,
YSY

On 11/1/12, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Avi,
>
>
>
> Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir "pokoknya
> Pertamina". Mungkin kita berbeda  karena persepsi risiko yang berbeda
> perihal extension Mahakam?
>
>
>
> Saya melihanya begini:
>
> 1.   Total telah mengambil risiko besar sekali tahun 1967 dengan
> ditemukan gas yang pada waktu itu tidak ada harganya di Kalimantan. Badak
> adalah salah satu dari tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena
> memang gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak ada.
> Inilah
> adalah salah satu penyebab utama perusahaan Perncis CFP (Compagnie
> Francaise
> du Petrole) yang masuk Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
> Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena dipatok dengan
> harga minyak. Reward-nya bagi Total juga besar sekali selama 45 tahun tanpa
> dibebania DMO. Teori high risk - high reward berlaku. Waktu CFP masuk
> Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang terbalik.
> Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa keuntungan yang demikian
> besarnya menjadi orang iri dan sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,
> "Enoug is enough", dan Pertamina akan ambil over.
>
> 2.   Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun hingga subsurface,
> perilaku reservoir, dan production decline curve sudah kita ketahui
> sifat-sifatnya dengan betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut
> cadangan, dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia sendiri,
> dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua sudah confirm sampai
> selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak akan ada soal. Tingkat keberhasilan
> tinggi sekali, 90%.
>
> 3.   Menurut saya teman-teman dari IAGI melihatnya sampai disini saja.
> Risiko kecil. Keuntungan besar. Kenapa tidak diberikan saja kepada
> Pertamina.
>
> 4.   Namun saya melihatnya beyond 2017, yaitu setelah selesainya
> kontrak
> dengan Total dan lapangan minyak dikembalikan kepada ESDM. Dengan
> selesainya
> kontrak, putuslah kontrak dengan pembeli luar negeri. Harga LNG dilempar ke
> pasar bebas dan harus dirunding lagi. Pembeli lama tidak mau dengan harga
> lama karena kebetulan sekarang pasaran LNG sangat berlainan. Pembeli ingin
> melepaskan terkaitannya dari harga minyak. Hal ini disebabkan karena
> penemuan gas secara besar-bersaran di Western Australia, CBM di Queenland,
> dan baru-baru ini shale gas di USA dan Canada.  Sekarang ini sekeliling
> Pacific basin sedang dibangun 9 LNG Plant dan 14 dalam perencanaan. Harga
> gas di USA anjlok dari $7/mmbtu beberapa tahun yang lalu menjadi $2/mmbtu.
> Semua receiving LNG terminals di US dirubah menjadi LNG plant untuk ekspor.
> Karena harga gas di US anjlok, Quatar akan mengalihkan penjualan LNG ke
> Asia
> Pacific yang paling lucrative. Demikian juga Alaska yang kelebihan gas
> karena terlalu mahal untuk kirim lewat pipa ke continental US dan bahkan
> Lousiana lewat Panama canal yang telah diperlebar (lih., email Bambang
> Istadi, 25 Oct.). Petronas sedang menungu izin ekspor dari Canada dan jika
> diberikan akan menanam US$5.5 milliar untuk LNG Plant dari shale gas di
> British Columbia dengan tujuan exspor ke Malaysia.
>
> 5.   Disinilah risiko timbul. Saat ini harga LNG sangat tidak menentu.
> Bagaimana dengan envronmental issue untuk CBM dan shale gas? Bagaimana
> kalau
> US dan Canada membatasi atau bahkan melarang ekspor LNG mengingat security
> energy dimana mereka tidak ingin ketergantungan dari Middle East oil. Atau
> Jepang yang sekarang akan menutup semua nuclear power plant dalam kurun
> waktu 20 tahun, berubah pikiran setelah masyarakat Jepang disuru membayar
> harga energy yang jauh lebih mahal? Bagaimana kalau Taiwan dan Korea pindah
> ke Nuclear atau energi lainnya seperti angin dan matahari yang sekarang
> sedang maju-majunya? Dll. Karena faktor tidak menentu ini, harga LNG kita
> berikan probability sebesar 50%. Berarti operasi Mahakam untuk mengharapkan
> keuntungan seperti yang diharapkan sebelum-sebelumnya, "probablility of
> sukses" berubah menjadi 90X50% atau hanya 45%. Ini berarti mengelola
> Mahakam
> mengandung risiko tinggi, tidak lagi seperti sebelumnya yang 90%. Karena
> risiko tinggi, maka itu saya cenderung untuk dilakukan tender dan Pertamina
> diberi preference, entah matching, 10% atau berapa saja, tetapi for sure
> not
> "Pokoknya Pertamina". Menurut tulisan Pak Luthfi, "rasanya matching bagi
> Pertamina t

Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau Natuna ?

2012-11-01 Thread liamsi
itulah resikonya masuk bisnis terkait dg Aset Negara (SDA)
disitu ada masalah ekonomi , masalah kekuasaan/kedaulatan
negara ( mineral, mining serta economic right)  sampai masalah
nasionalisme segala...makanya acuannya mulai UUD , sampai 
UU Khusus ( Migas. Minerba ) dan aturan aturan normatif
lainya.mangkane dari ujung rambut sampai ujung kaki dipelototi
mulai dari monas sampai senayan, cuma sudah tahu "ribet" kok
banyak juga ya tertarik 
cuma saya juga nggak mudeng kok harus masuk masuk ke Perusahaan
Publik ( listing di BEI ), rasanya kok sult dipahami hub
persetujuan POD dg persaratan masuk bursa saham
ISM



>>Yang diusulkan PP-IAGI sejak lama adalah "mewajibkan"
>>perusahaan yang akan berproduksi (setelah POD disetujui)
>>adalah menjual >sahamnya ke BEJ (stoock Exchenage dalam
>>negeri). Ini yang akan menjadikan perusahaan ini akan
>>diaudit secara terbuka. Menutup  (mengurangi) potensi
>>intervensi parlemen maupun partai atau pejabat nekat yang
>>minta upeti. Karena akan ada audit publik.
>
> saya heran, IAGI kok mau masuk sejauh ini. listing di
> bursa saham itu urusan perusahaan masing-masing kalau
> mau soal audit, semua operasional KPS itu diaudit habis oleh
> BPMIGAS, BPK, BPKP, independent Audit, internal audit dll...
> mungkin dibanding industri lain, migas itu termasuk yang
> paling birokratis dan regulated: coba saja dari mulai mau
> investasi sampai mau produksi semua harus ada persetujuan
> dari otoritas bahkan mau nempatin orang pun harus ada
> persetujuan dari 3 otoritas sekarang ini (BPMIGAS, MIGAS,
> DEPNAKER)bandingkan dengan industri manufaktur atau yang
> lainnya... mereka disediakan kompleks industri, proses ijin
> satu atap, tidak pernah ada proses WP&B, AFE dll kalau
> dikaitkan dengan CR, tentunya ini hanya valid untuk blok
> yang sudah produksi... lha kalau masih eksplorasi ?  
> rasanya terlalu menyederhanakan masalah kalau listing di
> bursa akan menyelesaikan itu semua :-)  
>  
> salam,
>  
>  
>
> From: Rovicky Dwi Putrohari 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Friday, November 2, 2012 8:19 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sense of urgency : Mahakam atau
> Natuna ?
>
>
>
>
>
> 2012/11/1 Ong Han Ling 
>
> Pak Avi,
>> 
>>Saya berpikir mengapa teman-teman dari IAGI, tetap berpikir
>>“pokoknya Pertamina”. Mungkin kita berbeda  karena
>>persepsi risiko yang berbeda perihal extension Mahakam?   
>>Saya melihanya begini:
>>1.       Total telah mengambil risiko besar sekali
>>tahun 1967 dengan ditemukan gas yang pada waktu itu tidak
>>ada harganya di Kalimantan. Badak adalah salah satu dari
>>tiga world Class LNG plant pertama didunia.  Karena memang
>>gas pada waktu itu tidak laku dipasar domestik, DMO tidak
>>ada. Inilah adalah salah satu penyebab utama perusahaan
>>Perncis CFP (Compagnie Francaise du Petrole) yang masuk
>>Indonesia tahun 1967, menjadi perusahaan raksasa
>>Internasional Total. LNG dijual dengan harga tinggi karena
>>dipatok dengan harga minyak. Reward-nya bagi Total juga
>>besar sekali selama 45 tahun tanpa dibebania DMO. Teori high
>>risk – high reward berlaku. Waktu CFP masuk Indonesia
>>tidak ada apa-apanya dibandingkan Pertamina. Sekarang
>>terbalik. Dengan demikian juga dapat dimengerti bahwa
>>keuntungan yang demikian besarnya menjadi orang iri dan
>>sebagai konsekwensi kita katakan pada Total,  “Enoug is
>>enough”, dan Pertamina akan ambil over.
>
> Kalau pemikiran saya bukan soal enough is enough karena iri.
> Tetapi "kontrak is kontrak". Sudah harus dimulai kesepakatan
> sesuai kesepakatan. Bahwa dalam kontrak tidak dikenal
> istilah perpanjangan. Sistim BOT (Build Opertae Transfer)
> hasru dijalankan sesuai kesepakatan. Dam saat diserahkan
> semua asset dan cadangan menjadi milik negara. Itu dulu yang
> harus dijalankan. Setelah itu ya mestinya di tenderkan lagi.
> Dengan eksplorasi masih menjadi menjadi kegiatan awal
> 3+3+2+2 (10 tahun) pertama sebagai masa eksplorasi.  Jadi
> tidak dikenal perpanjangan (extension) yang semestinya
> dilakukan adalah pembaharuan kontrak (contract renewal).
> Term kontrak harus diubah, karena kondisinya jelas sudah
> berubah. Sebelumnya belum ada produksi menjadi ada produksi,
> sebelumnya belum ada fasilitas infra struktur, sekarang
> sudah ada infra struktur. Jadi semangatnya adalah
> PEMBAHARUAN KONTRAK ! Nah perkara siapa yng menjadi
> operatornya itu perkara lain. Jadi biarkan saja kontrak
> berakhir sesuai kesepakatan. Karena itulah komitmen yg harus
> dihargai baik kontraktor maupun negara tuan rumah.  
> 2.       Mahakam sudah dioperasikan selama 40 tahun
> hingga subsurface, perilaku reservoir, dan production
> decline curve sudah kita ketahui sifat-sifatnya dengan
> betul.  Jadi dari sudut production, dari sudut cadangan,
> dari sudut operasi dengan memakai orang-orang Indonesia
> sendiri, dan dari sudut marketing ke Taiwan dan Jepang semua
> sudah confirm sampai selesainya kontrak tahun 2017 dan tidak
> akan ada soal. Tingk

Re: [iagi-net-l] Merged Play Risk: Andalan dari Timur Jauh (Was Re: [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTAL)

2012-11-01 Thread kartiko samodro
berarti konfirmed ya pak Tyo, kalau facies dan lingkungan pengendapan
jurrasic semai beda dengan jurrasic di tangguh. Jurrasic Tangguh lebih
proximal, lebih banyak sand tebal dan clean,  sementara di Semai lebih
distal sandnya lebih tipis dan lebih shaly sehingga pengaruh
overburden akan lebih dominan di Semai

Jadi pengen tahu seberapa tebal reservoir clean sand tight yang di
temukan di semai , apakah kurang dari 5 m atau lebih dari 5 meter ?
dan apakah coarsening upward atau fining upward..

On 11/1/12, Brahmantyo Gunawan  wrote:
> Pak Andi,
>
> Saya bilang "wow!"
>
> Analisis yang mantaaabs, walau berdasarkan asumsi, tanpa data
> sumur&seismic...
>
> Dari update analisis Bpk, Saya lebih  memilih Komen No. 2 dan 2a,
> lalu Scenario-4 untuk SAAT INI (LATE generation & expeled, insitu migration,
> tapi susah charging karena Res sdh tight, menyebakan adanya gas reading
> &show---> Unconvensional oppotunity di posisi ini).
>
> Memilih Scenario 5 untuk SAAT LALU . Pembentukan struktur perangkap setelah
> EARLY migration, (P Andi & P Ferry betul, kalau sebelumnya ada filling HC,
> mestinya ga sampai reservoir menjadi tight separah itu). Early Migration?
> bisa saja, kan Saya bisa menambahkan asumsi lagi bahwa di bagian bawah yang
> belum terpenetrasi, masih ada interval potensial SR di early Mesozoics
> dan/atau Late Paleozoic yg teridentifikasi di seismic :-)
>
> Kemana larinya HC di early migration?, yaa kemungkinan ke somewhere updip,
> moga2 aja ada trap somewhere di updip, dan moga2 faciesnya lebih proksimal
> di Jur maupun Tria sands, dan masih preserved akumulasi HC-nya,
> MESKIPUN bukan di Kecamatan ini.
>
>
> Well done Pak Andi. Vr nice discussion,
>
> Saya kurangi menyampaikan asumsi lagi. Nanti dijewer Pak Jossy dkk ;-)
>
> Salam,
> BKG
> (Menyampaikan asumsi, karena terpengaruh state: "katanya...disitu tidak ada
> show dan SR")
>
>
>
>
> 
>  Dari: "a_baiq...@yahoo.com" 
> Kepada: IAGI NET 
> Dikirim: Kamis, 1 November 2012 20:36
> Judul: [iagi-net-l] Merged Play Risk: Andalan dari Timur Jauh (Was Re:
> [iagi-net-l] KALAU PERTAMINA JADI KE TOTAL)
>
> Terimakasih Pak Tyo.
>
> topik dan diskusi yang menarik dari member IAGI di thread ini membuat
> kita-kita jadi terhipnotis untuk ngikutin alur cerita si Andalan dari Timur
> Jauh ini :-)
>
> tambahan asumsi dari bapak yi: tidak dijumpainya major sealing
> fault/kompartemen, tidak adanya potential shallower interval, charging yang
> berlangsung saat ini, malah membuat ke-3 scenario sebelumnya kok rasa2nya
> jadi kurang cocok semua yah pak he he.
>
> namun khusus tambahan asumsi bahwa di kedalaman 6 km, Jurassic-Triassic
> intraformational SRnya masih/sedang charging... sangat menarik dan
> memunculkan beberapa komen lanjutan. Sebetulnya sih ingin tanya ini asumsi
> atau jangan-jangan fakta he he he. Tapi karena aware atas adanya data
> confidentiality saya anggap saja ini asumsi. Beberapa komen:
>
> 1-Jika ini EARLY charging
> SR yang sudah sedalam/setua ini “baru” nge-charging adjacent reservoir di
> sekitarnya bisa mengindikasikan minimal 2 hal:
> 1a* SR interval subsiding ke kedalaman 6 km just recently. Ibarat water
> heater, meskipun pakai settingan maximum namun kalau tombolnya baru
> di-on-kan semenit yang lalu yah airnya masih suam-suam kuku sekarang. ATAU
> 1b*SR interval sudah mulai subsiding ke kedalaman 6km sudah sekian lama.
> Lantas kenapa baru bisa masak sekarang? Possibly karena gradient geothermal
> di daerah “dryhole” ini relatif rendah over geological time plus faktor
> heatflow. Ibarat water heater, tombolnya sudah di-on-kan sejam yang lalu
> tapi pakai settingan minimum yah tetap lama juga baru bisa mendidih airnya.
>
> 2-Jika ini LATE charging
> Maka timbul hal baru yang mesti diklarifikasi lebih lanjut:
> *2a. Jika memang tidak ada problem dengan timing pembentukan struktur,
> mestinya strukturnya terisi dan bukan cuma show/reading (diasumsikan sblmnya
> simply karena tight).  ATAU
>  *2b. Kehadiran show/gas reading tanpa akumulasi mengindikasikan pembentukan
> struktur relatif telat terhadap maturasi/migrasi atau ada leakage. Jika
> asumsi ini betul maka sudah banyak HC  yang expelled dan lepas ke tempat
> lain selama periode sblm terbentuknya struktur semai yang di drill?
> Sepertinya banyak yg sudah loss karena cuma dapat show doang.  Situasi ini
> merupakan penjelasan lebih lanjut dari SCENARIO#1 sebelumnya.
>
> Karena dengan semakin bertambahnya asumsi (?fact) baru di atas maka scenario
> lain yang mungkin terjadi:
>
> SCENARIO-4
> Semua unsur pet.sys OK tapi tight. Ada show.
> Bisa jadi HC show yang terekam di well Semai V mengindikasikan sudah mulai
> ada minor HC yang expel. Lantas mana  nih si andalannya..? kok ngga
> nongol..? Jika point-1 di atas betul maka I’d say majority masih ada di SR
> itu sendiri alias bisa jadi unconventional shale gas/oil. Sudah sempat
> diutarakan oleh ibu/bapak di sini sebelumnya.
>
> #dimana kira-kira lokasi SR yang matang dan TR yang relatif masih rendah.

Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread aluthfi143

Mas Kartiko S,
Saya mengakomodasi apa yang disampaikan pak Jimly Assidiqi (mantan ketua MK) 
dan pak Sidin (pakar Hukum UI) dalam suatu talkshow di tv  yg berbeda.
Pak Sidin dalam talkshow BBM mengatakan, berapapun harga BBM kalau itu menjadi 
kebutuhan hidup rakyat harus dipenuhi, itulah amanat konstitusi, itulah gunanya 
kita bernegara. 
Dalam suatu talkshow (kalau tak salah ttg blok Mahakam), pak Jimly Assidiqi 
bilang, apapun alasannya apakah mampu atau tidak mampu, jangan melanggar 
konstitusi. 
Sebagai ilustrasi implementasi apa yg dikatakan pak Sidin tsb dalam per-gas-an. 
Pada tahun 1987/1988, Pertamina diperintah negara untuk memenuhi kebutuhan gas 
Pupuk Kujang (harga $ 1,5/mmbtu) dan Krakatau Steel (harga $ 1/mmbtu). 
Pertamina UEP III/Cirebon untuk mencari gas sebagai first priority, 
alhamdulillah ditemukan beberapa lapangan gas. 
Jadi pemerintah menjalankan amanat konstitusi, Pertamina sebagai instrumen 
dalam melayani rakyatnya. 
Harga gas yang rendah ini ditiru oleh Malaysia sampai sekarang. Pengembangan 
lapangan gas di Malaysia, gas-nya harus dijual ke pemerintah dengan harga $ 
1/mmbtu. Bagi malaysia yg meniru Indonesia, gas sebagai "economic primeover" 
bukan sebagai komoditi. 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Fri, 2 Nov 2012 08:38:48 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik
 vs gas diekspor
maksudnya Pak Lutfi ,

kita pakai saja semua gas yang kita produksi untuk dalam negeri gitu
ya ? jadi tidak usah di eksport dengan asumsi buat apa kita
mengeksport gas dan memajukan industri negara lain kalau bisa kita
pakai sendiri dan memajukan industri kita sendiri.

Saya sih setuju banget kalau memang gas kita pakai untuk hal yg produktif.

Asal jangan sampai kita sudah tidak dapat devisa karena tidak kita
eksport sementara di dalam negeri cuma diboroskan seperti bbm saja (
dan kalau melihat trend sekarang sih sepertinya memang akan dijadikan
pemborosan saja)

PLN sama saja...apakah semua penggunaan listrik di Indonesia sudah
produktif ? kayaknya lebih banyak enggaknya ...


On 11/1/12, aluthfi...@gmail.com  wrote:
>
> Gas yang ditemukan di era penemuan dengan survey 2D lebih banyak diekspor
> karena pake BBM subsidi lebih praktis dan murah lagi. Contohnya gas dari
> Mahakam, gas dari Sumatra (Suban, Jabung, dsb), gas dari Papua (Wiriargar,
> Muturi/Vorwata).
> Diera survey 3D mulai marak, pemerintah kewalahan kebebanan subsidi, maka
> subsidi BBM dibatasi, BBM mulai mahal, mendadak konsumen baik industri
> maupun power plant beralih ke gas.. Terjadilah shortage gas. Di Aceh
> pabrik pupuk AAF (Asean Aceh Fertilizer) mati karena tak ada pasokan gas
> untuk feed, pabrik Kertas Kraf Aceh antara hidup dan mati karena pasokan
> gas, pabrik pupuk PIM-1 dan PIM-2 harus hidup bergantian karena pasokan gas
> cukup untuk 1 pabrik (65 mmscfd), industri dan PLN di Sumut teriak2. Untuk
> menghidupkan PIM-1 dan PIM-2, pemerintah memutuskan Swap LNG Arun dan LNG
> Bontang, karena kontrak LNG Arun ke Korea dual source (boleh dipasok dari
> LNG Bontang), gas untuk LNG Arun dialirkan ke PIM. Pelaksanaan keputusan ini
> tidak mudah, baik Exxon Arun maupun Total yang di Mahakam reluctant,
> perundingannya tak selesai setahun. Karena Exxon dan Total lebih tunduk ke
> kontrak. Ber-andai2, kalau saja yang mengoperasikan blok/lapangan gas itu
> Pertamina, maka pelaksanaan swap gas bisa diatasi dalam 1 atau 2 hari karena
> Pertamina 100% milik negara maka tunduk/patuh 100% atas keputusan
> pemerintah/negara.
> Pada saat operasional Total mengalami kendala terjadi shortage gas di
> Kaltim, akibatnya juga shortage LNG Bontang, akibatnya pasokan LNG ke Jepang
> tidak bisa memenuhi volume kontrak, kurang puluhan cargo, dan ini merupakan
> liability pemerintah, pemerintah harus mencarikan puluhan cargo LNG
> pengganti ke jepang. Liabilitiesnya bukan Total_Vico_Unocal/Chevron. Di
> Kaltim, PKT-4 (pupuk kaltim), hanya bisa komisioning dgn gas 5 mmscf,
> kontrak pasokannya tak jelas. Ber-andai2, kalau saja Mahakam dioperasikan
> oleh Pertamina maka terjamin kebutuhan gas PKT 1 s/d 4 terjamin, seperti
> halnya pabrik pupuk Kujang. Waktu dibangun Kujang B untuk menggantikan
> Kujang existing karena mesin2nya sudah aus. Ternyata waktu Kujang B
> dioperasikan dgn feed gas 65 mmscfd, Kujang existing tidak dihentikan tapi
> selesai direvitalisasi dan beroperasi, butuh feed gas 65 mmscfg. Jadi Kujang
> butuh feed gas 130 mmscfg padahal kontraknya dengan Pertamina hanya 65
> mmscfg. Semua kebutuhan gas feed 130 mmscfg Kujang bisa dipenuhi Pertamina
> dari Cilamaya dan ONWJ (untung Pertamina mengoperasikan ONWJ.
> Contoh nyata yang lain, CPI (Chevron) mengoperasikan duri steamflood, untuk
> membuat steam dulu menggunakan minyak 50.000 bopd, karena pemerintah butuh
> minyak, maka yg 50.000 bopd ini di swap dengan gas dari Copi (Conoco Ph),
> belakangan keputusan DPRRI dan Pemerintah sistim swap ha

Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.

2012-11-01 Thread kartiko samodro
Mas Vicky

Saya pernah nonton di metro, waktu itu dibahas kenapa kok PLN tidak dapat gas...
katanya sih bukan masalah tidak ada gas, tapi PLN memang dipersulit
untuk mendapatkan gas sehingga "harus" menggunakan BBM.
Nah BBM inikan import, nah yang harus dicari siapa sebenarnya yang
diuntungkan dengan  banyaknya pemakaian BBM import initentunya kan
importir BBM , nah siapa importir BBM ini dan siapa di belakangnya nah
ini yang harus diusut tuntas.

Jadi kebijakan energy nasional tidak jalan bukan karena pengelolaan
SDA oleh investor asing...investor asing itukan berinvestasi
berdasarkan hitung hitungan kontrak yang disepakati bersama, ya selama
memenuhi target / komitment ya sebenarnya enggak masalah...sama
seperti pemilik sawah sama petani penggarap..asal komitment dan
menguntungkan bersama kenapa enggak.


On 11/2/12, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
> 2012/11/2 Bambang P. Istadi 
>
>> Yang jadi pertanyaan mendasar, apakah diskusi ini semua akan menaikkan
>> produksi minyak Indonesia dan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan
>> memenuhi
>> kebutuhan energi nasional? Saya pikir hal ini yang mendasari pemikiran
>> pak
>> Wamen.
>>
>
> Mas Bambang
> Kebutuhan energi konon meningkat 15%/tahun dengan target pertumbuhan
> 6-7%/tahun. Ini kalau jumlah penduduk Indonesia meningkat hingga 400 juta
> di tahun 2050. Maka angka kebutuhan energi Indonesia menjadi "ngaudubillah"
> banyaknya.
>
> Ada beberapa cara pemenuhan energi
> *1. Menambah supply (eksplorasi/produksi)*
> 2. Mencari alternatif (diversifikasi dan substitusi)
> 3. Penghematan (efisiensi)
>
> Ahli Geologi mungkin hanya berkiprah di no 1 dan sedikit di no 2, dan
> sepertinya kita (Geologist) lebih berkonsentrasi dengan yang pertama
> eksplorasi dan produksi. Namun di sisi Indonesia secara keseluruhan
> sebenernya pemenuhan kebutuhan energi. Makanya saya berpikir ada hal yang
> lebih penting dalam soal pengelolaan ini adalah ALOKASI untuk memenuhi
> kebutuhan dalam negeri. Terutama dengan peningkatan kegiatan eksplorasi
> dan terutama produksi gasnya tetap diutamakan untuk negeri sendiri.
>
> Dari diskusi Sumpah Pemuda kemarin Mas Singgih Widagdo (Ketua bidang SDA PP
> IAGI) mengungkapkan daya serap batubara di negeri kita ini rendah, sehingga
> untuk memenuhi DMO saja, PLN Indonesia tidak mampu menyerap seluruhnya. Nah
> yang saya rada bingung kok trus minum BBM karena ga ada gas. Apakah
> boilernya hanya minum GAS/BBM saja, ga bisa pakai batubara ya ?
>
> Salam energi !
>
> RDP
> "MIGAS dan BATUBARA bukan sekedar komoditi tetapi ENERGI !"
>
> --
> *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*
>


PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] 2D vs 3D....(ganti judul ah..)... Gas untuk domestik vs gas diekspor

2012-11-01 Thread Ruskamto Soeripto
Betul Pak.. 
Menteri Keuangan yang Pasti mencak-mencak, gak dapat devisa untuk APBN.  
Gas untuk dalam negeri akan dibeli dengan harga subsidi dong.
Saya kira memanage trading minyak dan gas tidaklah semudah itu mekanismenya
termasuk OOT IAGI Net.
RUS
 

-Original Message-
From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com] 
Sent: 02 Nopember 2012 8:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] 2D vs 3D(ganti judul ah..)... Gas untuk
domestik vs gas diekspor

maksudnya Pak Lutfi ,

kita pakai saja semua gas yang kita produksi untuk dalam negeri gitu
ya ? jadi tidak usah di eksport dengan asumsi buat apa kita
mengeksport gas dan memajukan industri negara lain kalau bisa kita
pakai sendiri dan memajukan industri kita sendiri.

Saya sih setuju banget kalau memang gas kita pakai untuk hal yg produktif.

Asal jangan sampai kita sudah tidak dapat devisa karena tidak kita
eksport sementara di dalam negeri cuma diboroskan seperti bbm saja (
dan kalau melihat trend sekarang sih sepertinya memang akan dijadikan
pemborosan saja)

PLN sama saja...apakah semua penggunaan listrik di Indonesia sudah
produktif ? kayaknya lebih banyak enggaknya ...


On 11/1/12, aluthfi...@gmail.com  wrote:
>
> Gas yang ditemukan di era penemuan dengan survey 2D lebih banyak diekspor
> karena pake BBM subsidi lebih praktis dan murah lagi. Contohnya gas dari
> Mahakam, gas dari Sumatra (Suban, Jabung, dsb), gas dari Papua (Wiriargar,
> Muturi/Vorwata).
> Diera survey 3D mulai marak, pemerintah kewalahan kebebanan subsidi, maka
> subsidi BBM dibatasi, BBM mulai mahal, mendadak konsumen baik industri
> maupun power plant beralih ke gas.. Terjadilah shortage gas. Di Aceh
> pabrik pupuk AAF (Asean Aceh Fertilizer) mati karena tak ada pasokan gas
> untuk feed, pabrik Kertas Kraf Aceh antara hidup dan mati karena pasokan
> gas, pabrik pupuk PIM-1 dan PIM-2 harus hidup bergantian karena pasokan
gas
> cukup untuk 1 pabrik (65 mmscfd), industri dan PLN di Sumut teriak2. Untuk
> menghidupkan PIM-1 dan PIM-2, pemerintah memutuskan Swap LNG Arun dan LNG
> Bontang, karena kontrak LNG Arun ke Korea dual source (boleh dipasok dari
> LNG Bontang), gas untuk LNG Arun dialirkan ke PIM. Pelaksanaan keputusan
ini
> tidak mudah, baik Exxon Arun maupun Total yang di Mahakam reluctant,
> perundingannya tak selesai setahun. Karena Exxon dan Total lebih tunduk ke
> kontrak. Ber-andai2, kalau saja yang mengoperasikan blok/lapangan gas itu
> Pertamina, maka pelaksanaan swap gas bisa diatasi dalam 1 atau 2 hari
karena
> Pertamina 100% milik negara maka tunduk/patuh 100% atas keputusan
> pemerintah/negara.
> Pada saat operasional Total mengalami kendala terjadi shortage gas di
> Kaltim, akibatnya juga shortage LNG Bontang, akibatnya pasokan LNG ke
Jepang
> tidak bisa memenuhi volume kontrak, kurang puluhan cargo, dan ini
merupakan
> liability pemerintah, pemerintah harus mencarikan puluhan cargo LNG
> pengganti ke jepang. Liabilitiesnya bukan Total_Vico_Unocal/Chevron. Di
> Kaltim, PKT-4 (pupuk kaltim), hanya bisa komisioning dgn gas 5 mmscf,
> kontrak pasokannya tak jelas. Ber-andai2, kalau saja Mahakam dioperasikan
> oleh Pertamina maka terjamin kebutuhan gas PKT 1 s/d 4 terjamin, seperti
> halnya pabrik pupuk Kujang. Waktu dibangun Kujang B untuk menggantikan
> Kujang existing karena mesin2nya sudah aus. Ternyata waktu Kujang B
> dioperasikan dgn feed gas 65 mmscfd, Kujang existing tidak dihentikan tapi
> selesai direvitalisasi dan beroperasi, butuh feed gas 65 mmscfg. Jadi
Kujang
> butuh feed gas 130 mmscfg padahal kontraknya dengan Pertamina hanya 65
> mmscfg. Semua kebutuhan gas feed 130 mmscfg Kujang bisa dipenuhi Pertamina
> dari Cilamaya dan ONWJ (untung Pertamina mengoperasikan ONWJ.
> Contoh nyata yang lain, CPI (Chevron) mengoperasikan duri steamflood,
untuk
> membuat steam dulu menggunakan minyak 50.000 bopd, karena pemerintah butuh
> minyak, maka yg 50.000 bopd ini di swap dengan gas dari Copi (Conoco Ph),
> belakangan keputusan DPRRI dan Pemerintah sistim swap harus diakhiri
diganti
> dengan sistim jual-beli gas untuk bikin uap. Ternyata perundingan dengan
CPI
> dan Copi tidak selesai setahun, walau diganti dengan jual-beli gas, Copi
> ngotot minta haknya menjual minyak 50.000 bopd tetap dia pegang, CPI
menolak
> dan memasalahkan DMO sehingga perundingan ber-larut2. Ber-andai2, kalau
saja
> lapangan Suban yg memasok gas utk Duri Steamflood dioperasikan oleh
> Pertamina, maka keputusan pengakhiran swap bisa dilaksanakan dalam
hitungan
> hari setelah diputuskan.
> Kontrak jualan LNG dari bontang ke Jepang akan berakhir 2021, kalau saja
> Pertamina dipercaya jadi operator blok Mahakam di 2022, maka Pertamina
akan
> fokus memasok LNG ke FSRU (floating Storage Regasification Unit) yg
sekarang
> beroperasi di laut jawa (barat, sekarang pasokan LNG temporary), dan akan
> dibangun di offshore Belawan (Sumut), offshore Jawa (Timur) dan Bali.
> Kalau Wamen pernah mengatakan di mass media, bahwa prioritas pengelolaan
> blok Mahakam untuk

Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.

2012-11-01 Thread Bandono Salim
Lho kam masih harus berbagi dgn "pemerintah", lumayanlah milyar/orang.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Fri, 2 Nov 2012 09:49:00 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.
Mas Vicky

Saya pernah nonton di metro, waktu itu dibahas kenapa kok PLN tidak dapat gas...
katanya sih bukan masalah tidak ada gas, tapi PLN memang dipersulit
untuk mendapatkan gas sehingga "harus" menggunakan BBM.
Nah BBM inikan import, nah yang harus dicari siapa sebenarnya yang
diuntungkan dengan  banyaknya pemakaian BBM import initentunya kan
importir BBM , nah siapa importir BBM ini dan siapa di belakangnya nah
ini yang harus diusut tuntas.

Jadi kebijakan energy nasional tidak jalan bukan karena pengelolaan
SDA oleh investor asing...investor asing itukan berinvestasi
berdasarkan hitung hitungan kontrak yang disepakati bersama, ya selama
memenuhi target / komitment ya sebenarnya enggak masalah...sama
seperti pemilik sawah sama petani penggarap..asal komitment dan
menguntungkan bersama kenapa enggak.


On 11/2/12, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
> 2012/11/2 Bambang P. Istadi 
>
>> Yang jadi pertanyaan mendasar, apakah diskusi ini semua akan menaikkan
>> produksi minyak Indonesia dan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan
>> memenuhi
>> kebutuhan energi nasional? Saya pikir hal ini yang mendasari pemikiran
>> pak
>> Wamen.
>>
>
> Mas Bambang
> Kebutuhan energi konon meningkat 15%/tahun dengan target pertumbuhan
> 6-7%/tahun. Ini kalau jumlah penduduk Indonesia meningkat hingga 400 juta
> di tahun 2050. Maka angka kebutuhan energi Indonesia menjadi "ngaudubillah"
> banyaknya.
>
> Ada beberapa cara pemenuhan energi
> *1. Menambah supply (eksplorasi/produksi)*
> 2. Mencari alternatif (diversifikasi dan substitusi)
> 3. Penghematan (efisiensi)
>
> Ahli Geologi mungkin hanya berkiprah di no 1 dan sedikit di no 2, dan
> sepertinya kita (Geologist) lebih berkonsentrasi dengan yang pertama
> eksplorasi dan produksi. Namun di sisi Indonesia secara keseluruhan
> sebenernya pemenuhan kebutuhan energi. Makanya saya berpikir ada hal yang
> lebih penting dalam soal pengelolaan ini adalah ALOKASI untuk memenuhi
> kebutuhan dalam negeri. Terutama dengan peningkatan kegiatan eksplorasi
> dan terutama produksi gasnya tetap diutamakan untuk negeri sendiri.
>
> Dari diskusi Sumpah Pemuda kemarin Mas Singgih Widagdo (Ketua bidang SDA PP
> IAGI) mengungkapkan daya serap batubara di negeri kita ini rendah, sehingga
> untuk memenuhi DMO saja, PLN Indonesia tidak mampu menyerap seluruhnya. Nah
> yang saya rada bingung kok trus minum BBM karena ga ada gas. Apakah
> boilernya hanya minum GAS/BBM saja, ga bisa pakai batubara ya ?
>
> Salam energi !
>
> RDP
> "MIGAS dan BATUBARA bukan sekedar komoditi tetapi ENERGI !"
>
> --
> *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*
>


PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.

2012-11-01 Thread liamsi
Kalau lihat hasil audit BPK yg ada pemborosan lebih dari 35 T
karena PLN pakai BBM , sebenarnya angka tersebut baru pada 2009
dan 2010, kalau audit ini dilakukan juga 2007,2008 dan 2011 dan
2012 maka angka tsb akan lebih besar lagi, dan siapapun
Dirutnya PLN  kalau tidak mau boros ya dimatikan saja
Pembangkitnya yg mengakibatkan padamnya listrik nunggu adanya
pasokan gas yg cukup , entah kapan datangnya.
Audit ini dilakukan thd 8 PLTGU/PLTG besar , mulai dari Riau
sampai Bali, kalau dibedah lagi masing masing PLTGU tsb punya
permasalahan gas yg berbeda beda , yang jelas dari total
kebutuhan gas 1.600 BBTUD hanya mampu mendapatkan kontrak jual
beli gasnya hanya 49% saja, ternyata dari yg sdh kontrak tsbpun
 hanya mampu dipenuhi oleh pemsoknya 80% saja . Kenapa bisa
terjadi kekurangan pasokan , ada cem macem sebab termasuk
karena adanya problem dari sisi produksinya ( wellhead plant
)sampai belum terealisirnya pasokan gas untuk pembangkit yg sdh
ada ( Tambak Lorok 1200MW dari PT.PCML dan PT.SPP )padahal PJBG
Tambak Lorok sudah ada sejak 2005 dan sdh disetujui oleh
otoritas pergasan.Nah problem pergasan ( lbh besarnya problem perenergian ini )
tidak cukup hanya diselesaikan oleh sektoral , harus
diselesaikan secara tuntas mulai dari perencaan hulunya sampai
seberapa besar kebutuhan semua end usernya di dalam negeri (
saat ini kebutuhan gas dalam negeri spt untuk industri,listrik
, peningkatan lifting dll sdh mencapai hampir lebih 49% dari
total produski, dan sebagian besar masih di ekpor sbg LNG,LPG
dan Gas Pipa atau 51,7% untuk ekpor ( 2010 )
Ini kalau berandai andai ,
 kalau PLN kurang gas sekitar 16000 BBTUD shg kerugian pertahun
 sekitar 19 T karena pakai BBM , disisi lain TEPI memnproduksi
 sekitar 2,5BCF/D atau hampir sepertiganya total produksi gas
 Nasional, Seandainya Nanti setelah habis kontrak 1017 semua
 gasnya masuk ke PLN maka sudah cukuplah kebutuhannya, shg ada
 penghematan 19 T/tahun dg asumsi harga gas yg ditetapkan PLN
 sesuai yg dipakai dalam perhitungan subsidi saat ini kira kira
 5$ lebih/MMBTU, kira kira secara keekonomiannya gimana ya,
 masih cukuk untuk  dipakai sendiri atau masih ada untungnya
 kalau diekspor. Saya tidak tahu , tentunya setelah Blok tsb
 habis masa kontraknya maka Kontrak gas ke luar ( ekpor)
 tentunya juga putus , jadi bebas terserah mau diapakan gas tsb
 tidak ada yg mengarbitasekan...Karepe Mbilung
ISM



> Mas Vicky
>
> Saya pernah nonton di metro, waktu itu dibahas kenapa kok
> PLN tidak dapat gas... katanya sih bukan masalah tidak ada
> gas, tapi PLN memang dipersulit untuk mendapatkan gas
> sehingga "harus" menggunakan BBM.
> Nah BBM inikan import, nah yang harus dicari siapa
> sebenarnya yang diuntungkan dengan  banyaknya pemakaian BBM
> import initentunya kan importir BBM , nah siapa importir
> BBM ini dan siapa di belakangnya nah ini yang harus diusut
> tuntas.
>
> Jadi kebijakan energy nasional tidak jalan bukan karena
> pengelolaan SDA oleh investor asing...investor asing itukan
> berinvestasi
> berdasarkan hitung hitungan kontrak yang disepakati bersama,
> ya selama memenuhi target / komitment ya sebenarnya enggak
> masalah...sama
> seperti pemilik sawah sama petani penggarap..asal komitment
> dan
> menguntungkan bersama kenapa enggak.
>
>
> On 11/2/12, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
>> 2012/11/2 Bambang P. Istadi 
>>
>>> Yang jadi pertanyaan mendasar, apakah diskusi ini semua
>>> akan menaikkan produksi minyak Indonesia dan meningkatkan
>>> kegiatan eksplorasi dan memenuhi
>>> kebutuhan energi nasional? Saya pikir hal ini yang
>>> mendasari pemikiran pak
>>> Wamen.
>>>
>>
>> Mas Bambang
>> Kebutuhan energi konon meningkat 15%/tahun dengan target
>> pertumbuhan 6-7%/tahun. Ini kalau jumlah penduduk Indonesia
>> meningkat hingga 400 juta di tahun 2050. Maka angka
>> kebutuhan energi Indonesia menjadi "ngaudubillah"
>> banyaknya.
>>
>> Ada beberapa cara pemenuhan energi
>> *1. Menambah supply (eksplorasi/produksi)*
>> 2. Mencari alternatif (diversifikasi dan substitusi)
>> 3. Penghematan (efisiensi)
>>
>> Ahli Geologi mungkin hanya berkiprah di no 1 dan sedikit di
>> no 2, dan sepertinya kita (Geologist) lebih berkonsentrasi
>> dengan yang pertama eksplorasi dan produksi. Namun di sisi
>> Indonesia secara keseluruhan sebenernya pemenuhan kebutuhan
>> energi. Makanya saya berpikir ada hal yang lebih penting
>> dalam soal pengelolaan ini adalah ALOKASI untuk memenuhi
>> kebutuhan dalam negeri. Terutama dengan peningkatan
>> kegiatan eksplorasi dan terutama produksi gasnya tetap
>> diutamakan untuk negeri sendiri.
>>
>> Dari diskusi Sumpah Pemuda kemarin Mas Singgih Widagdo
>> (Ketua bidang SDA PP IAGI) mengungkapkan daya serap
>> batubara di negeri kita ini rendah, sehingga untuk memenuhi
>> DMO saja, PLN Indonesia tidak mampu menyerap seluruhnya.
>> Nah yang saya rada bingung kok trus minum BBM karena ga ada
>> gas. Apakah boilernya hanya minum GAS/BBM saja, ga bisa
>> pakai batubara ya ?
>>
>> Salam energi !
>>
>> RDP
>> "MIGAS dan BATUBARA 

Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.

2012-11-01 Thread kartiko samodro
Perusahaan Inggris Suntik Rp116 Triliun untuk LNG Tangguh

VIVAnews - Perusahaan migas asal Inggris, BP, siap mengucurkan
investasi 7,5 miliar pound sterling atau sekitar Rp115 triliun untuk
mengembangkan train 3 kilang LNG Tangguh, Papua. Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) telah menyetujui Plan of Further Development
atau rencana pengembangan lanjutan untuk lapangan gas Tangguh.

Persetujuan rencana pengembangan lanjutan tersebut diumumkan langsung
oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron, setelah pertemuan
bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan tersebut
juga dihadiri oleh Chief Executive BP Group, Bob Dudley, dan BP
Presiden Regional Asia Pasifik, William Lin.

"Kesepakatan senilai 7,5 miliar pound adalah berita besar bagi BP,
salah satu investor asing terbesar di Indonesia," kata David Cameron
dalam keterangan tertulis, Jumat 2 November 2012.

Menurut David, perluasan Tangguh akan menjadi langkah signifikan untuk
mewujudkan potensi penuh dari aset strategis utama. Kesepakatan ini
merupakan kemajuan dan komitmen jangka panjang Inggris untuk bekerja
sama dengan Indonesia.

BP dan mitra dalam proyek Tangguh sekarang akan mulai tender untuk
front-end engineering and design jasa guna pengembangan tiga kereta
yang diusulkan. Proyek mencakup pembangunan fasilitas penerimaan gas
di darat, dermaga, tangki penampungan LNG, dan tangki penyimpanan
kondensat yang terletak di Teluk Bintuni, Kabupaten Papua Barat.

Train 3 ini nantinya akan menambah kapasitas produksi LNG Tangguh
sebanyak 3,8 juta ton per tahun menjadi 11,4 juta ton per tahun.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan akan mengalokasikan 40
produksi train ketiga LNG Tangguh atau sekitar 200 juta kaki kubik per
hari untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (art)

Source = vivanews.com

On 11/2/12, lia...@indo.net.id  wrote:
> Kalau lihat hasil audit BPK yg ada pemborosan lebih dari 35 T
> karena PLN pakai BBM , sebenarnya angka tersebut baru pada 2009
> dan 2010, kalau audit ini dilakukan juga 2007,2008 dan 2011 dan
> 2012 maka angka tsb akan lebih besar lagi, dan siapapun
> Dirutnya PLN  kalau tidak mau boros ya dimatikan saja
> Pembangkitnya yg mengakibatkan padamnya listrik nunggu adanya
> pasokan gas yg cukup , entah kapan datangnya.
> Audit ini dilakukan thd 8 PLTGU/PLTG besar , mulai dari Riau
> sampai Bali, kalau dibedah lagi masing masing PLTGU tsb punya
> permasalahan gas yg berbeda beda , yang jelas dari total
> kebutuhan gas 1.600 BBTUD hanya mampu mendapatkan kontrak jual
> beli gasnya hanya 49% saja, ternyata dari yg sdh kontrak tsbpun
>  hanya mampu dipenuhi oleh pemsoknya 80% saja . Kenapa bisa
> terjadi kekurangan pasokan , ada cem macem sebab termasuk
> karena adanya problem dari sisi produksinya ( wellhead plant
> )sampai belum terealisirnya pasokan gas untuk pembangkit yg sdh
> ada ( Tambak Lorok 1200MW dari PT.PCML dan PT.SPP )padahal PJBG
> Tambak Lorok sudah ada sejak 2005 dan sdh disetujui oleh
> otoritas pergasan.Nah problem pergasan ( lbh besarnya problem perenergian
> ini )
> tidak cukup hanya diselesaikan oleh sektoral , harus
> diselesaikan secara tuntas mulai dari perencaan hulunya sampai
> seberapa besar kebutuhan semua end usernya di dalam negeri (
> saat ini kebutuhan gas dalam negeri spt untuk industri,listrik
> , peningkatan lifting dll sdh mencapai hampir lebih 49% dari
> total produski, dan sebagian besar masih di ekpor sbg LNG,LPG
> dan Gas Pipa atau 51,7% untuk ekpor ( 2010 )
> Ini kalau berandai andai ,
>  kalau PLN kurang gas sekitar 16000 BBTUD shg kerugian pertahun
>  sekitar 19 T karena pakai BBM , disisi lain TEPI memnproduksi
>  sekitar 2,5BCF/D atau hampir sepertiganya total produksi gas
>  Nasional, Seandainya Nanti setelah habis kontrak 1017 semua
>  gasnya masuk ke PLN maka sudah cukuplah kebutuhannya, shg ada
>  penghematan 19 T/tahun dg asumsi harga gas yg ditetapkan PLN
>  sesuai yg dipakai dalam perhitungan subsidi saat ini kira kira
>  5$ lebih/MMBTU, kira kira secara keekonomiannya gimana ya,
>  masih cukuk untuk  dipakai sendiri atau masih ada untungnya
>  kalau diekspor. Saya tidak tahu , tentunya setelah Blok tsb
>  habis masa kontraknya maka Kontrak gas ke luar ( ekpor)
>  tentunya juga putus , jadi bebas terserah mau diapakan gas tsb
>  tidak ada yg mengarbitasekan...Karepe Mbilung
> ISM
>
>
>
>> Mas Vicky
>>
>> Saya pernah nonton di metro, waktu itu dibahas kenapa kok
>> PLN tidak dapat gas... katanya sih bukan masalah tidak ada
>> gas, tapi PLN memang dipersulit untuk mendapatkan gas
>> sehingga "harus" menggunakan BBM.
>> Nah BBM inikan import, nah yang harus dicari siapa
>> sebenarnya yang diuntungkan dengan  banyaknya pemakaian BBM
>> import initentunya kan importir BBM , nah siapa importir
>> BBM ini dan siapa di belakangnya nah ini yang harus diusut
>> tuntas.
>>
>> Jadi kebijakan energy nasional tidak jalan bukan karena
>> pengelolaan SDA oleh investor asing...inve

Re: [iagi-net-l] Penjaminan energi supply dalam negeri.

2012-11-01 Thread Ok Taufik
Mungkin ada yg butuh..diambil dari milis sebelah.
Tren Nilai Ekspor 5 Komoditi Hasil Tambang Indonesia 2005 - 2012 (Ribu US
Dollar)
Komoditi**
*2005*
*2006*
*2007*
*2008*
*2009*
*2010*
*2011*
*2012**
*Biji tembaga***
3.280.722
4.587.698
4.428.187
2.316.366
5.380.287
6.325.231
4.706.933
1.589.651
*Biji nikel***
79.751
204.098
615.381
503.860
291.554
574.683
1.333.172
731.923
*Batubara***
4.178.647
6.189.710
6.976.705
10.305.207
13.765.088
17.801.230
26.924.583
13.828.933
*Bauksit***
21.747
54.524
106.367
202.491
240.056
453.951
767.139
383.319
*Minyak mentah***
7.259.090
7.911.134
9.379.539
11.442.411
8.007.973
11.218.768
14.166.567
6.264.580
*Gas alam***
10.243.487
11.863.493
12.165.404
16.254.247
9.777.923
12.967.686
18.196.213
9.955.861
*a.I: Gas alam cair***
8.734.236
9.953.117
9.722.504
12.785.121
7.188.548
9.432.489
6.447.659
7.018.065
*Sampai Juni 2012
Selengkapnya: Buku Data Kinerja Industri Indonesia
2012


2012/11/2 kartiko samodro 

> Perusahaan Inggris Suntik Rp116 Triliun untuk LNG Tangguh
>
> VIVAnews - Perusahaan migas asal Inggris, BP, siap mengucurkan
> investasi 7,5 miliar pound sterling atau sekitar Rp115 triliun untuk
> mengembangkan train 3 kilang LNG Tangguh, Papua. Kementerian Energi
> dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
> dan Gas Bumi (BP Migas) telah menyetujui Plan of Further Development
> atau rencana pengembangan lanjutan untuk lapangan gas Tangguh.
>
> Persetujuan rencana pengembangan lanjutan tersebut diumumkan langsung
> oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron, setelah pertemuan
> bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan tersebut
> juga dihadiri oleh Chief Executive BP Group, Bob Dudley, dan BP
> Presiden Regional Asia Pasifik, William Lin.
>
> "Kesepakatan senilai 7,5 miliar pound adalah berita besar bagi BP,
> salah satu investor asing terbesar di Indonesia," kata David Cameron
> dalam keterangan tertulis, Jumat 2 November 2012.
>
> Menurut David, perluasan Tangguh akan menjadi langkah signifikan untuk
> mewujudkan potensi penuh dari aset strategis utama. Kesepakatan ini
> merupakan kemajuan dan komitmen jangka panjang Inggris untuk bekerja
> sama dengan Indonesia.
>
> BP dan mitra dalam proyek Tangguh sekarang akan mulai tender untuk
> front-end engineering and design jasa guna pengembangan tiga kereta
> yang diusulkan. Proyek mencakup pembangunan fasilitas penerimaan gas
> di darat, dermaga, tangki penampungan LNG, dan tangki penyimpanan
> kondensat yang terletak di Teluk Bintuni, Kabupaten Papua Barat.
>
> Train 3 ini nantinya akan menambah kapasitas produksi LNG Tangguh
> sebanyak 3,8 juta ton per tahun menjadi 11,4 juta ton per tahun.
> Pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan akan mengalokasikan 40
> produksi train ketiga LNG Tangguh atau sekitar 200 juta kaki kubik per
> hari untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (art)
>
> Source = vivanews.com
>
> On 11/2/12, lia...@indo.net.id  wrote:
> > Kalau lihat hasil audit BPK yg ada pemborosan lebih dari 35 T
> > karena PLN pakai BBM , sebenarnya angka tersebut baru pada 2009
> > dan 2010, kalau audit ini dilakukan juga 2007,2008 dan 2011 dan
> > 2012 maka angka tsb akan lebih besar lagi, dan siapapun
> > Dirutnya PLN  kalau tidak mau boros ya dimatikan saja
> > Pembangkitnya yg mengakibatkan padamnya listrik nunggu adanya
> > pasokan gas yg cukup , entah kapan datangnya.
> > Audit ini dilakukan thd 8 PLTGU/PLTG besar , mulai dari Riau
> > sampai Bali, kalau dibedah lagi masing masing PLTGU tsb punya
> > permasalahan gas yg berbeda beda , yang jelas dari total
> > kebutuhan gas 1.600 BBTUD hanya mampu mendapatkan kontrak jual
> > beli gasnya hanya 49% saja, ternyata dari yg sdh kontrak tsbpun
> >  hanya mampu dipenuhi oleh pemsoknya 80% saja . Kenapa bisa
> > terjadi kekurangan pasokan , ada cem macem sebab termasuk
> > karena adanya problem dari sisi produksinya ( wellhead plant
> > )sampai belum terealisirnya pasokan gas untuk pembangkit yg sdh
> > ada ( Tambak Lorok 1200MW dari PT.PCML dan PT.SPP )padahal PJBG
> > Tambak Lorok sudah ada sejak 2005 dan sdh disetujui oleh
> > otoritas pergasan.Nah problem pergasan ( lbh besarnya problem perenergian
> > ini )
> > tidak cukup hanya diselesaikan oleh sektoral , harus
> > diselesaikan secara tuntas mulai dari perencaan hulunya sampai
> > seberapa besar kebutuhan semua end usernya di dalam negeri (
> > saat ini kebutuhan gas dalam negeri spt untuk industri,listrik
> > , peningkatan lifting dll sdh mencapai hampir lebih 49% dari
> > total produski, dan sebagian besar masih di ekpor sbg LNG,LPG
> > dan Gas Pipa atau 51,7% untuk ekpor ( 2010 )
> > Ini kalau berandai andai ,
> >  kalau PLN kurang gas sekitar 16000 BBTUD shg kerugian pertahun
> >  sekitar 19 T karena pakai BBM , disisi lain TEPI memnproduksi
> >  sekitar 2,5BCF/D atau hampir sepertiganya total produksi gas
> >  Nasional, Seandainya Nanti setelah habis kontrak 1017 semua

Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread Bowo Pangarso
Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
Syndrome.
Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
kalau boleh jujur.tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs
nasional lho ya...waspadalah.waspadalah...

Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome

*Stockholm syndrome,* or *capture-bonding,* is a
psychologicalphenomenon in
which
hostages  express
empathyand have positive
feelings towards their captors, sometimes to the point of
defending them. These feelings are generally considered irrational in light
of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a
lack of abuse  from their captors for
an act of 
kindness.[1]
[2]  The
FBI’s
Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show
evidence of Stockholm
Syndrome.[3]

Stockholm syndrome can be seen as a form of *traumatic bonding*, which does
not necessarily require a hostage scenario, but which describes "strong
emotional ties that develop between two persons where one person
intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
other."[4] 

Battered-wife syndromeis
an example of activating the capture-bonding psychological mechanism,
as
are military basic
trainingand
fraternity bonding by
hazing 
.[5]
[6] 
[7]

Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg
robberyof
*Kreditbanken * at
Norrmalmstorgin
Stockholm , Sweden in which several
bank employees were held hostage in a bank vault from August 23 to August
28, 1973. During this situation, the victims became emotionally attached to
their captors, rejected assistance from government officials at one point
and even defended them after they were freed from their six-day
ordeal.[10]The
term "Stockholm syndrome" was coined by the
criminologist  and
psychiatrist Nils
Bejerot , who assisted the
police during the robbery, and referred to the syndrome in a news broadcast.
[11]  It was
originally defined by psychiatrist Frank
Ochbergto aid the
management of hostage situations.
[12] 

Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre
for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the
University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome
was introduced in economics referring to governments that have been
"kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public
debt. They are coerced into accepting high interest rates and conditions
that compromise their sovereignty
.[18]

In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a politician
to feel grateful for harsh criticism from opponents and the public in
general. In Portugal, the Minister of Finance Vitor
Gasparspoke on Parliament
on September 2012, praising the huge street protests
against his austerity measures, and the amazing dignity of the protesters,
referring to the protesters as "the best people in the world".
[19]

Selamet berakhir pekan, berakhir pekan yang selamet.



2012/11/2 

> Sori, Mi, tapi tim-ku merah putih, tim-ku bangsa dan 

Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread kartiko samodro
Om Bowo

mirip BISTIK ya..."Barisan Suami Takut Istri kaliii"

On 11/2/12, Bowo Pangarso  wrote:
> Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
> Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
> mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
> Syndrome.
> Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
> terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
> kalau boleh jujur.tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
> semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs
> nasional lho ya...waspadalah.waspadalah...
>
> Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome
>
> *Stockholm syndrome,* or *capture-bonding,* is a
> psychologicalphenomenon in
> which
> hostages  express
> empathyand have positive
> feelings towards their captors, sometimes to the point of
> defending them. These feelings are generally considered irrational in light
> of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a
> lack of abuse  from their captors for
> an act of
> kindness.[1]
> [2]  The
> FBI’s
> Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show
> evidence of Stockholm
> Syndrome.[3]
>
> Stockholm syndrome can be seen as a form of *traumatic bonding*, which does
> not necessarily require a hostage scenario, but which describes "strong
> emotional ties that develop between two persons where one person
> intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
> other."[4] 
>
> Battered-wife
> syndromeis
> an example of activating the capture-bonding psychological mechanism,
> as
> are military basic
> trainingand
> fraternity bonding by
> hazing
> .[5]
> [6]
> [7]
>
> Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg
> robberyof
> *Kreditbanken * at
> Norrmalmstorgin
> Stockholm , Sweden in which several
> bank employees were held hostage in a bank vault from August 23 to August
> 28, 1973. During this situation, the victims became emotionally attached to
> their captors, rejected assistance from government officials at one point
> and even defended them after they were freed from their six-day
> ordeal.[10]The
> term "Stockholm syndrome" was coined by the
> criminologist  and
> psychiatrist Nils
> Bejerot , who assisted the
> police during the robbery, and referred to the syndrome in a news
> broadcast.
> [11]  It was
> originally defined by psychiatrist Frank
> Ochbergto aid the
> management of hostage situations.
> [12] 
>
> Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
> Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
> of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre
> for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the
> University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome
> was introduced in economics referring to governments that have been
> "kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public
> debt. They are coerced into accepting high interest rates and conditions
> that compromise their sovereignty
> .[18]
>
> In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a politician
> to feel grateful for harsh criticism from opponents and the public in
> general. In Portugal, the Minister of Finance Vitor
> Gasparspoke on Parliament
> on September 2012, praising the huge street protests
> against his austerity measures, and the amazing dignity of the protesters,

Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread Amir Al Amin
apakah termasuk stockhlom syndrome, negara-negara yg tergabung dalam
persemakmuran inggris?
untung kita tak ada persemakmuran belanda.

On Fri, Nov 2, 2012 at 10:30 AM, Bowo Pangarso  wrote:

> Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
> Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
> mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
> Syndrome.
> Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
> terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
> kalau boleh jujur.tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
> semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs
> nasional lho ya...waspadalah.waspadalah...
>
> Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome
>
> *Stockholm syndrome,* or *capture-bonding,* is a 
> psychologicalphenomenon in which
> hostages  express 
> empathyand have positive feelings 
> towards their captors, sometimes to the point of
> defending them. These feelings are generally considered irrational in light
> of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a
> lack of abuse  from their captors for
> an act of 
> kindness.[1]
> [2]  The 
> FBI’s
> Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show
> evidence of Stockholm 
> Syndrome.[3]
>
> Stockholm syndrome can be seen as a form of *traumatic bonding*, which
> does not necessarily require a hostage scenario, but which describes
> "strong emotional ties that develop between two persons where one person
> intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
> other."[4] 
>
> Battered-wife 
> syndromeis an example 
> of activating the capture-bonding psychological mechanism, as
> are military basic 
> trainingand fraternity 
> bonding by
> hazing 
> .[5]
> [6] 
> [7]
>
> Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg 
> robberyof
> *Kreditbanken * at
> Norrmalmstorg  in 
> Stockholm,
> Sweden in which several bank employees were held hostage in a bank vault
> from August 23 to August 28, 1973. During this situation, the victims
> became emotionally attached to their captors, rejected assistance from
> government officials at one point and even defended them after they were
> freed from their six-day 
> ordeal.[10]The 
> term "Stockholm syndrome" was coined by the
> criminologist  and
> psychiatrist  Nils 
> Bejerot,
> who assisted the police during the robbery, and referred to the syndrome in
> a news 
> broadcast.[11]It
>  was originally defined by psychiatrist Frank
> Ochberg  to aid the
> management of hostage 
> situations.[12]
>
> Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
> Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
> of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre
> for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the
> University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome
> was introduced in economics referring to governments that have been
> "kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public
> debt. They are coerced into accepting high interest rates and conditions
> that compromise their sovereignty 
> .[18]
>
>  In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a
> politician to feel grateful for harsh criticism from opponents and the
> public in general. In Portugal, the Minister of Finance Vitor 
> Gasparspoke on Parliament on 
> September 2012,

Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread Bandono Salim
Lho kan indonesianjuga punya syndrome, enakan jaman belanda, kata teman 
mertuaku, enakan jaman pak harto kata kawanku, sekolah dan jadi doktor waktu 
itu, enakan sekarang terlindung oleh imf, dll.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bowo Pangarso 
Date: Fri, 2 Nov 2012 13:30:43 
To: IAGI
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia
Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
Syndrome.
Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
kalau boleh jujur.tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs
nasional lho ya...waspadalah.waspadalah...

Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome

*Stockholm syndrome,* or *capture-bonding,* is a
psychologicalphenomenon in
which
hostages  express
empathyand have positive
feelings towards their captors, sometimes to the point of
defending them. These feelings are generally considered irrational in light
of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a
lack of abuse  from their captors for
an act of 
kindness.[1]
[2]  The
FBI’s
Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show
evidence of Stockholm
Syndrome.[3]

Stockholm syndrome can be seen as a form of *traumatic bonding*, which does
not necessarily require a hostage scenario, but which describes "strong
emotional ties that develop between two persons where one person
intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
other."[4] 

Battered-wife syndromeis
an example of activating the capture-bonding psychological mechanism,
as
are military basic
trainingand
fraternity bonding by
hazing 
.[5]
[6] 
[7]

Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg
robberyof
*Kreditbanken * at
Norrmalmstorgin
Stockholm , Sweden in which several
bank employees were held hostage in a bank vault from August 23 to August
28, 1973. During this situation, the victims became emotionally attached to
their captors, rejected assistance from government officials at one point
and even defended them after they were freed from their six-day
ordeal.[10]The
term "Stockholm syndrome" was coined by the
criminologist  and
psychiatrist Nils
Bejerot , who assisted the
police during the robbery, and referred to the syndrome in a news broadcast.
[11]  It was
originally defined by psychiatrist Frank
Ochbergto aid the
management of hostage situations.
[12] 

Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre
for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the
University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome
was introduced in economics referring to governments that have been
"kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public
debt. They are coerced into accepting high interest rates and conditions
that compromise their sovereignty
.[18]

In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a politician
to feel grateful for harsh criticism from opponents and the public in
general. In Portugal, the Minister of Finance Vitor
Gaspar

Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia

2012-11-01 Thread Ok Taufik
sebaiknya kita memulai memetakan siapa-siapa  yg kena stockholm syndrome,
itu baru sadis


On Fri, Nov 2, 2012 at 1:46 PM, Bandono Salim  wrote:

> **
> Lho kan indonesianjuga punya syndrome, enakan jaman belanda, kata teman
> mertuaku, enakan jaman pak harto kata kawanku, sekolah dan jadi doktor
> waktu itu, enakan sekarang terlindung oleh imf, dll.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * Bowo Pangarso 
> *Date: *Fri, 2 Nov 2012 13:30:43 +0700
> *To: *IAGI
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas
> Indonesia
>
> Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
> Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
> mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
> Syndrome.
> Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
> terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
> kalau boleh jujur.tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
> semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs
> nasional lho ya...waspadalah.waspadalah...
>
> Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome
>
> *Stockholm syndrome,* or *capture-bonding,* is a 
> psychologicalphenomenon in which
> hostages  express 
> empathyand have positive feelings 
> towards their captors, sometimes to the point of
> defending them. These feelings are generally considered irrational in light
> of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a
> lack of abuse  from their captors for
> an act of 
> kindness.[1]
> [2]  The 
> FBI’s
> Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show
> evidence of Stockholm 
> Syndrome.[3]
>
> Stockholm syndrome can be seen as a form of *traumatic bonding*, which
> does not necessarily require a hostage scenario, but which describes
> "strong emotional ties that develop between two persons where one person
> intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
> other."[4] 
>
> Battered-wife 
> syndromeis an example 
> of activating the capture-bonding psychological mechanism, as
> are military basic 
> trainingand fraternity 
> bonding by
> hazing 
> .[5]
> [6] 
> [7]
>
> Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg 
> robberyof
> *Kreditbanken * at
> Norrmalmstorg  in 
> Stockholm,
> Sweden in which several bank employees were held hostage in a bank vault
> from August 23 to August 28, 1973. During this situation, the victims
> became emotionally attached to their captors, rejected assistance from
> government officials at one point and even defended them after they were
> freed from their six-day 
> ordeal.[10]The 
> term "Stockholm syndrome" was coined by the
> criminologist  and
> psychiatrist  Nils 
> Bejerot,
> who assisted the police during the robbery, and referred to the syndrome in
> a news 
> broadcast.[11]It
>  was originally defined by psychiatrist Frank
> Ochberg  to aid the
> management of hostage 
> situations.[12]
>
> Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
> Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
> of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre
> for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the
> University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome
> was introduced in economics referring to governments that have been
> "kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public
> debt. They are coerced into accepting high interest rates