Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik bandono . s
Abah, saking "pinternya" anggota DPR dan yudikatif kita, yang berpikir dengan 
dasar ekonomi sbg panglima dan tujuan negara, maka jadilah NKRI negara 
"jajahan" yang baru mampu membeli mahal dan menjual murah.
Kita jual bahan mentah membeli barang jadi. Alias negara yang selalu 
dimiskinkan secara total.
Mungkin memang lebih enak seperti itu, daripada membuat sendiri barang jadi. 
Perlu ahli yang instan, kaytanya dengan "alih teknologi" yang dialihkan adalah 
tenaga terdidik dari sini ke sono, dgn iming-iming gaji yang lbh tinggi 
dibanding kemampuan negeri membayar. 
Eee tidak juga lah, kan negeri ini membayar keahlian pemberi teknologi setinggi 
aturan negara mereka?  
Hehe di OT saja Bah. Salam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Sender: 
Date: Mon, 8 Apr 2013 00:19:18 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Vick

Cuma kalau salah salah bisa terjerumus ke "pdat karya".
Memang sistim kapitalis itu akan berdampak buruk , tetapi disisi lain sistim 
ini akan menumbuhkan "siapa yang terbaik itulah yng akan tetap hidup".
Berlawanan dengan "menumbuhkan lapangan kerja se-banyak2nya" .

Jadi baiknya bagaimana ya ?

Kapitalis atau sosialis .mungkin jawabnya demokrasi pancasila.

si Abah
(tapi UUD saja sudah di-acak2 ndak karuan , jadi kita ini sosialisTIS apa 
kapitalistis , ndak jelas bagi saya , belum lagi ada istilah baru buatan DPD 
yo. Empat Pilar.).


 From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: IAGI  
Sent: Monday, April 8, 2013 8:11 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

2013/4/8 Franciscus B Sinartio 

Hallo juga,
>Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup 
>untuk melakukan operasi nya.
>Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
>perusahaan nasional yang lainnya.

Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas 
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.

China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki 
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned 
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya migas, 
tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini  
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak perush 
metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).   

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja 
banyak. 

"Overflow" dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia di 
LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah perkara 
mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal. Akhirnya 
lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang "relatif lebih murah" 
ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan tentunya. 

Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang 
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di dalam 
negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan harap 
yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak sebanding. 
Usaha-usaha "recuitment" ke ME ataupun Malesa cukup dibakai sebagai pembanding 
saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam negeri. 


BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing adalah 
cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas cara ini 
pasti berbenturan dengan Indonesia yang "socio-democrate". Jumlah tenaga kerja 
yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas tentunya cara 
outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing terdapat "pemerasan" 
tenaga dimana pencari kerja "diadu" supaya mendapat harga terendah. Sepertinya 
ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang seolah "mengikuti pasar". Oleh 
sebab itu salah satu cara paling baik untuk Indonesia adalah meningkatkan 
lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam dan sumber bahan baku (bahan 
dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai tenaga untuk terus berkarya. 


Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai 
sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka panjang, 
dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan baku, 
mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll.


Salam senin !


RDP 



-- 
"Good idea is important key to success, "working on it" will make it real."


Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik nugrahanip

Ya, sok atuh... Didiskusikan ke Wisma Mulia (divisi terkait). 
Pasti ada alasannya, yg saya enggak faham lah. Bisa jadi di level tertentu si 
nasional itu udah tingginya bukan main sementara di level lainnya (di KKKS itu 
juga)  lebih rendah dari KKKS lainnya. Atau barangkali biayanya keseluruhan 
Adm-nya lebih tinggi dari 10%...  Atau .. Ya.. Gak tau lah alasannya apa. 
Silakan ditanyain sendiri ya. Aku gak bisa jawab kenapa2nya. Hanya aku sih 
yakin klo itu cuman kasus khusus aja.   


Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yudie Iskandar" 
Sender: 
Date: Mon, 8 Apr 2013 07:38:39 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Sepertinya prinsip HR emang reduce cost oom Kartiko, termasuk HR Wisma Mulia. 
Bagusnya kan K3S yang lain di naikin benefitnya. Bukan yang tinggi malah 
dipangkas. Kalo ini memang prinsipnya, mimpi kalee yee mau nyuruh balik TKI.

SalamN

YI
P.S : Kerja lagi yu p Kartiko, rejeki mah biar aja g diatur oleh manusia kok..
“_^

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Sender: 
Date: Mon, 8 Apr 2013 14:18:52 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Bukannya prinsip HR :  membuat yang jelek menjadi lebih baik dan  yang
sudah baik harusnya dibuat lebih baik lagi ? Oleh karena itu salah
satu fungsi HR adalah training yang membuat pegawai lebih baik dan
berkontribusi lebih.

Bukankah kalau tidak,  kita malah akan bergerak mundur ? Atau memang
kita terbiasa untuk berpikir mundur...

Aneh juga kalau yang disampaikan Pak Yudi benar adanya , bukannya
memacu yang lain untuk bergerak maju dan lebih baik , malah menarik
yang sudah maju untuk mundur ke belakang hanya karena membandingkan
dengan yang lebih tertinggal.

On 4/8/13, nugraha...@yahoo.com  wrote:
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Nugrahani 
> Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06
> To: nugraha...@yahoo.com
> Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> From: Nugrahani
> Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM
> To: 'iagi-net@iagi.or.id'
> Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
> Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini
> segitu. Soal cost rec tentu harus dihitung.
> Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS  (jumlah
> dan biayanya dan skalanya,  dan dari tahun ke tahun).
> Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut)  yang di WTC-II itu
> dianggap ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal
> ini. Tapi percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !)  sementara beberapa
> KKKS lain yang pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional
> tentunya -, kami minta untuk dinaikkan.
> Aku gak ngerti banyak soal SDM ini.
> Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil
> company untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara
> luncheon talk IAGI/HAGI.
>
>
> Salam,
> Nuning
>
>
>
> From: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> [mailto:iagi-net@iagi.or.id]<mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id]> On Behalf
> Of Yudie Iskandar
> Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi
> dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
> Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik
> benefit yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit
> yg diterima karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.
>
> Salam,
>
> Yudie
> “_^
> 
> From: nugraha...@yahoo.com<mailto:nugraha...@yahoo.com>
> Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 +
> To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya
> aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg
> membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?).
> Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan
> Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau
> sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu
> tugasnya Pemerintah).
> SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan
> Pemerintah.
>
> Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja

Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik Yudie Iskandar
Sepertinya prinsip HR emang reduce cost oom Kartiko, termasuk HR Wisma Mulia. 
Bagusnya kan K3S yang lain di naikin benefitnya. Bukan yang tinggi malah 
dipangkas. Kalo ini memang prinsipnya, mimpi kalee yee mau nyuruh balik TKI.

SalamN

YI
P.S : Kerja lagi yu p Kartiko, rejeki mah biar aja g diatur oleh manusia kok..
“_^

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Sender: 
Date: Mon, 8 Apr 2013 14:18:52 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Bukannya prinsip HR :  membuat yang jelek menjadi lebih baik dan  yang
sudah baik harusnya dibuat lebih baik lagi ? Oleh karena itu salah
satu fungsi HR adalah training yang membuat pegawai lebih baik dan
berkontribusi lebih.

Bukankah kalau tidak,  kita malah akan bergerak mundur ? Atau memang
kita terbiasa untuk berpikir mundur...

Aneh juga kalau yang disampaikan Pak Yudi benar adanya , bukannya
memacu yang lain untuk bergerak maju dan lebih baik , malah menarik
yang sudah maju untuk mundur ke belakang hanya karena membandingkan
dengan yang lebih tertinggal.

On 4/8/13, nugraha...@yahoo.com  wrote:
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Nugrahani 
> Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06
> To: nugraha...@yahoo.com
> Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> From: Nugrahani
> Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM
> To: 'iagi-net@iagi.or.id'
> Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
> Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini
> segitu. Soal cost rec tentu harus dihitung.
> Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS  (jumlah
> dan biayanya dan skalanya,  dan dari tahun ke tahun).
> Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut)  yang di WTC-II itu
> dianggap ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal
> ini. Tapi percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !)  sementara beberapa
> KKKS lain yang pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional
> tentunya -, kami minta untuk dinaikkan.
> Aku gak ngerti banyak soal SDM ini.
> Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil
> company untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara
> luncheon talk IAGI/HAGI.
>
>
> Salam,
> Nuning
>
>
>
> From: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> [mailto:iagi-net@iagi.or.id]<mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id]> On Behalf
> Of Yudie Iskandar
> Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi
> dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
> Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik
> benefit yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit
> yg diterima karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.
>
> Salam,
>
> Yudie
> “_^
> 
> From: nugraha...@yahoo.com<mailto:nugraha...@yahoo.com>
> Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 +
> To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya
> aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg
> membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?).
> Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan
> Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau
> sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu
> tugasnya Pemerintah).
> SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan
> Pemerintah.
>
> Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja.
> Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak
> pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja
> nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan
> level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi
> jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn
> berbagai alasan.
>
> Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya
> menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa
> gelintir KKKS.
>
> Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun
> berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi
> tertentu,

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Abah,
memang sebaiknya tidak semua orang sepaham,  jadi ada yang sosialis  dan ada 
yang kapitalis.
dan akan saling cek-ricek.
memang tidak harus selalu semuanya di buat perfect,  karena there is no such 
thing as a perfect, semuanya relatif.

he.. he. he..

salam,
frank
kelihatannya saya sudah harus mulai lagi baca2 berita tentang kampanye, supaya 
ngak ketinggalan jargon2 populer  untuk memperkaya inventory kata2.   



 From: Yanto R. Sumantri 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Monday, April 8, 2013 2:19 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Vick

Cuma kalau salah salah bisa terjerumus ke "pdat karya".
Memang sistim kapitalis itu akan berdampak buruk , tetapi disisi lain sistim 
ini akan menumbuhkan "siapa yang terbaik itulah yng akan tetap hidup".
Berlawanan dengan "menumbuhkan lapangan kerja se-banyak2nya" .

Jadi baiknya bagaimana ya ?

Kapitalis atau sosialis .mungkin jawabnya demokrasi pancasila.

si Abah
(tapi UUD saja sudah di-acak2 ndak karuan , jadi kita ini sosialisTIS apa 
kapitalistis , ndak jelas bagi saya , belum lagi ada istilah baru buatan DPD 
yo. Empat Pilar.).


 From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: IAGI  
Sent: Monday, April 8, 2013 8:11 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

2013/4/8 Franciscus B Sinartio 

Hallo juga,
>Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup 
>untuk melakukan operasi nya.
>Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
>perusahaan nasional yang lainnya.

Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas 
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.

China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki 
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned 
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya migas, 
tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini  
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak perush 
metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).   

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja 
banyak. 

"Overflow" dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia di 
LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah perkara 
mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal. Akhirnya 
lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang "relatif lebih murah" 
ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan tentunya. 

Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang 
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di dalam 
negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan harap 
yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak sebanding. 
Usaha-usaha "recuitment" ke ME ataupun Malesa cukup dibakai sebagai pembanding 
saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam negeri. 


BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing adalah 
cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas cara ini 
pasti berbenturan dengan Indonesia yang "socio-democrate". Jumlah tenaga kerja 
yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas tentunya cara 
outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing terdapat "pemerasan" 
tenaga dimana pencari kerja "diadu" supaya mendapat harga terendah. Sepertinya 
ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang seolah "mengikuti pasar". Oleh 
sebab itu salah satu cara paling baik untuk Indonesia adalah meningkatkan 
lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam dan sumber bahan baku (bahan 
dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai tenaga untuk terus berkarya. 


Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai 
sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka panjang, 
dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan baku, 
mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll.


Salam senin !


RDP 



-- 
"Good idea is important key to success, "working on it" will make it real." 

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Vick

Cuma kalau salah salah bisa terjerumus ke "pdat karya".
Memang sistim kapitalis itu akan berdampak buruk , tetapi disisi lain sistim 
ini akan menumbuhkan "siapa yang terbaik itulah yng akan tetap hidup".
Berlawanan dengan "menumbuhkan lapangan kerja se-banyak2nya" .

Jadi baiknya bagaimana ya ?

Kapitalis atau sosialis .mungkin jawabnya demokrasi pancasila.

si Abah
(tapi UUD saja sudah di-acak2 ndak karuan , jadi kita ini sosialisTIS apa 
kapitalistis , ndak jelas bagi saya , belum lagi ada istilah baru buatan DPD 
yo. Empat Pilar.).


 From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: IAGI  
Sent: Monday, April 8, 2013 8:11 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

2013/4/8 Franciscus B Sinartio 

Hallo juga,
>Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup 
>untuk melakukan operasi nya.
>Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
>perusahaan nasional yang lainnya.

Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas 
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.

China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki 
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned 
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya migas, 
tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini  
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak perush 
metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).   

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja 
banyak. 

"Overflow" dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia di 
LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah perkara 
mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal. Akhirnya 
lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang "relatif lebih murah" 
ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan tentunya. 

Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang 
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di dalam 
negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan harap 
yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak sebanding. 
Usaha-usaha "recuitment" ke ME ataupun Malesa cukup dibakai sebagai pembanding 
saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam negeri. 


BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing adalah 
cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas cara ini 
pasti berbenturan dengan Indonesia yang "socio-democrate". Jumlah tenaga kerja 
yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas tentunya cara 
outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing terdapat "pemerasan" 
tenaga dimana pencari kerja "diadu" supaya mendapat harga terendah. Sepertinya 
ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang seolah "mengikuti pasar". Oleh 
sebab itu salah satu cara paling baik untuk Indonesia adalah meningkatkan 
lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam dan sumber bahan baku (bahan 
dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai tenaga untuk terus berkarya. 


Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai 
sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka panjang, 
dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan baku, 
mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll.


Salam senin !


RDP 



-- 
"Good idea is important key to success, "working on it" will make it real." 

Re: Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-08 Terurut Topik kartiko samodro
Bukannya prinsip HR :  membuat yang jelek menjadi lebih baik dan  yang
sudah baik harusnya dibuat lebih baik lagi ? Oleh karena itu salah
satu fungsi HR adalah training yang membuat pegawai lebih baik dan
berkontribusi lebih.

Bukankah kalau tidak,  kita malah akan bergerak mundur ? Atau memang
kita terbiasa untuk berpikir mundur...

Aneh juga kalau yang disampaikan Pak Yudi benar adanya , bukannya
memacu yang lain untuk bergerak maju dan lebih baik , malah menarik
yang sudah maju untuk mundur ke belakang hanya karena membandingkan
dengan yang lebih tertinggal.

On 4/8/13, nugraha...@yahoo.com  wrote:
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Nugrahani 
> Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06
> To: nugraha...@yahoo.com
> Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> From: Nugrahani
> Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM
> To: 'iagi-net@iagi.or.id'
> Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
> Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini
> segitu. Soal cost rec tentu harus dihitung.
> Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS  (jumlah
> dan biayanya dan skalanya,  dan dari tahun ke tahun).
> Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut)  yang di WTC-II itu
> dianggap ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal
> ini. Tapi percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !)  sementara beberapa
> KKKS lain yang pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional
> tentunya -, kami minta untuk dinaikkan.
> Aku gak ngerti banyak soal SDM ini.
> Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil
> company untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara
> luncheon talk IAGI/HAGI.
>
>
> Salam,
> Nuning
>
>
>
> From: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> [mailto:iagi-net@iagi.or.id]<mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id]> On Behalf
> Of Yudie Iskandar
> Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi
> dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
> Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik
> benefit yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit
> yg diterima karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.
>
> Salam,
>
> Yudie
> “_^
> 
> From: nugraha...@yahoo.com<mailto:nugraha...@yahoo.com>
> Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 +
> To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
> Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya
> aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg
> membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?).
> Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan
> Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau
> sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu
> tugasnya Pemerintah).
> SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan
> Pemerintah.
>
> Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja.
> Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak
> pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja
> nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan
> level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi
> jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn
> berbagai alasan.
>
> Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya
> menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa
> gelintir KKKS.
>
> Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun
> berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi
> tertentu, di negara tsb (sbg Expat).
>
>
>
> Salam,
> Nuning
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ____________
> From: Dyah Tribuanawati
> mailto:dyahtribuanaw...@gmail.com>>
> Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
> Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 +0800
> To:
> iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id>>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net] MA

Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik nugrahanip

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nugrahani 
Date: Mon, 8 Apr 2013 04:45:06 
To: nugraha...@yahoo.com
Subject: FW: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL



From: Nugrahani
Sent: Monday, April 08, 2013 11:44 AM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'
Subject: RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL


Maksudku, SKK Migas enggak membuat standard gaji utk Expat harus segini segitu. 
Soal cost rec tentu harus dihitung.
Kayaknya temen2 SDM membuat semacam pembanding, antara KKKS-KKKS  (jumlah dan 
biayanya dan skalanya,  dan dari tahun ke tahun).
Mungkin memang (berdasarkan pembanding tersebut)  yang di WTC-II itu dianggap 
ketinggian (dan disuruh diturunin… hehehehehe… - aku gak tau soal ini. Tapi 
percaya deh, ini cuman kasus khusus aja !)  sementara beberapa KKKS lain yang 
pelit pisan ama beberapa level yang di bawah – yang nasional tentunya -, kami 
minta untuk dinaikkan.
Aku gak ngerti banyak soal SDM ini.
Ada baiknya diundang saja temen2 SDM di SKK Migas dan di beberapa oil company 
untuk mendiskusikan ini, misalnya di Forum JSC atau di acara luncheon talk 
IAGI/HAGI.


Salam,
Nuning



From: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id> 
[mailto:iagi-net@iagi.or.id]<mailto:[mailto:iagi-net@iagi.or.id]> On Behalf Of 
Yudie Iskandar
Sent: Monday, April 08, 2013 9:21 AM
To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi 
dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik benefit 
yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit yg diterima 
karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.

Salam,

Yudie
“_^

From: nugraha...@yahoo.com<mailto:nugraha...@yahoo.com>
Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 +
To: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah).
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah.

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja.
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan.

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS.

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat).



Salam,
Nuning

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Dyah Tribuanawati 
mailto:dyahtribuanaw...@gmail.com>>
Sender: mailto:iagi-net@iagi.or.id>>
Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 +0800
To: 
iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id>>
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan  
renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak 
harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung 
niat baik oil company nya saja  :-)

Dyah
2013/4/3 Taufik Manan mailto:taufik.ma...@gmail.com>>
Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi 
alternatif untuk mengatasinya.

Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya 
profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan bila 
dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat bersaing 
bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan kita yang 
berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah banyak 
"success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur Tengah dan 
negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional kita di luar negri.

Namun yang pali

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Dandy Hidayat
Benar sekali mas Herwin

Ada dua hal yang diharapkan dari setiap tenaga expart yaitu Transfer Ilmu
pengetahuan / Pengalaman/ Best Practice dan kedua untuk Memberikan Dinamika
tersediri pada perusahaan tersebut agar (salah satunya menjadi
International Kompani dan satu saat bisa masuk ke negara tersebut).
Pertamina akan susah masuk ke luar Indonesia karena tenaga expartnya
(mungkin tidak ada), Ujungnya ya susah untuk Go International.

Memang jadi Expart tidak selamanya enak .. seperti yang di tulis mas
Rovicky , ada ongkos deg-deg-an karena kerja atas dasar kontrak (jarang ada
yang permanent) . Satu lagi masalah Social Rejection (penolakan social
secara halus) seperti "expart itu bisanya apa" , atau kalau orang di
Malaysia sering bilang Orang Indon ... dan selalu saya tambahkan esia,
kemudian si malaysia ngeles .. Nama negara mu Panjang sangat heheheh

Kalau kerja di negara yang santun masih enak , kalau kerja di Timur tengah
siap - siap aja makan hati .. banyak supervisor expart kadang ngerangkap
kerja untuk bahwannya karena mereka santai (untuk tidak menyebut malas) ,
atau kalau Orang mesir suka Arogan .. maklum masih keturuan Firaun . Teman
dari Schlumberger pernah berkelahi sampai di pulangkan tapi tidak di pecat
, karena orang tahu dia kerja benar , sementara anak buahnya santai jam
lima selesai nggak selesai pulang . nggak peduli .

Rasisme dalam dunia kerja masih sering terjadi , dan ini pengalaman pribadi
saya di Oman , Supervisor orang India bawahan orang Oman .. apa kata
Supervisor anak buah enggan melaksanakan , mereke menununggu perintah
assistant supervisor yang adalah orang Oman . Saya termasuk beruntung
karena datang sebagai Company Man  kalau nggak nggak tahu dech.

Nah kembali dalam hukum dasar .. semua ada kurang dan lebihnya . Mau duit
gede .. silahkan jadi expart .. mau hidup tenang silahkan jadi national..
No Pain No Gain .. Gitu aja kok Report

Salam

Dandy ..

2013/4/8 H Herwin 

> Hallo,
> Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.
>
> Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
> Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
> oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
> para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
> membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.
>
> Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
> kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
> perusahaan nasional Angola, Sonangol.
>
> PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
> added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
> mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
> asal dll).
>
> Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
> tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
> akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
> Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
> Beckham dll hehehe ...
>
> Salam hangat,
> Henky
>
> 2013/4/7 Franciscus B Sinartio 
>
>>
>>  Abah,
>> kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
>> jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
>> kalau diperlukan.
>> dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas
>>
>> saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
>> tidak akan terpakai.
>> demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.
>>
>> ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource
>> lagi.  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka
>> dikirim keluar kerjaannya.
>>
>> Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
>> benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
>> yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
>> tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
>> discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
>> outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
>> 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
>> service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
>> ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.
>>
>> jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
>> dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.
>>
>>
>>
>> selamat berakhir pekan Abah.
>>
>> salam,
>>
>> frank
>>
>>
>>
>>   

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik taufik . manan
Selamat Pagi


Salam buat semua sahabat seprofesi yang peduli masalah ini.


Saya termasuk yang setuju perlunya tenaga ekspat untuk menunjang peningkatan 
eksplorasi dan produksi. Namun tenaga mereka perlu dibatasi (jumlah dan lamanya 
di Indonesia), lalu performa kerja mereka harus dievaluasi secara berkala 
sesuai KPI dan bila kurang baik / tidak ada kontribusi positif serta tidak 
menunjang kegiatan eksplorasi produksi, harus dengan tegas untuk dipulangkan ke 
negaranya. Ini dapat menghemat pengeluaran negara dari gaji mereka yang besar 
namun tidak ada "added value"-nya. Sebaiknya, mereka tidak lama di posisi 
strategis pada setiap perusahaan dan pada sisi lain, kita lebih mengutamakan 
profesional Indonesia sendiri untuk memimpin bisnis strategis negaranya 
sendiri. 


Saya pikir, China sudah lebih maju dan bahkan mampu menyaingi (bahkan melebihi) 
Amerika dan Eropa, termasuk di Industri MIGAS. Perusahaan mereka (IOC maupun 
Service Company) sudah terkenal dan berprestasi baik dengan harga yang 
kompetitif untuk bersaing dengan semua IOC (International Oil Company), NOC 
(National Oil Company) dan Oil Services di semua region dunia. Termasuk juga 
profesional mereka yang terbukti kompeten di bidangnya masing-masing. Namun 
masih ada harapan bagi Indonesia untuk maju dan bersaing di era globalisasinya 
tanpa memikirkan "brain drain" lagi, seperti analisis yang disampaikan Bung RDP 
sebelumnya.


Menurut saya, Indonesia masih bisa maju bila mengambil semua pelajaran yang 
sudah ada (dulu sempat menjadi "guru" atau "contoh" semua perencanaan dan 
pengelolaan bidang migas, seperti model PSC yang kini banyak ditiru negara 
lain) dengan lebih menghargai para profesionalnya (tidak melulu masalah gaji), 
namun dengan memberikan lebih kesempatan pada mereka untuk memimpin pengelolaan 
industri migas dalam negri. Dukungan dan sikap tegas pemerintah sangat 
dibutuhkan untuk menjamin suksesnya kemajuan Indonesia dan sejahteranya seluruh 
rakyat Indonesia. Tambahan catatan menurut saya, bisnis migas di Indonesia 
sebaiknya dijauhkan dengan intrik politik atau kepentingan suatu kelompok, 
diluar etika bisnis yang ada.


Semoga bangkit dan majulah Indonesia yang lebih baik serta selamat beraktifitas 
semuanya di awal pekan.


Sekedar urun rembug pribadi dan mohon maaf bila ada yang khilaf.


Salam G&G



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Sender: 
Date: Mon, 8 Apr 2013 08:11:07 
To: IAGI
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
2013/4/8 Franciscus B Sinartio 

> Hallo juga,
> Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup
> untuk melakukan operasi nya.
> Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah
> perusahaan nasional yang lainnya.
>

Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.
China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya
migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak
perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja
banyak.
"Overflow" dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia
di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah
perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal.
Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang "relatif
lebih murah" ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan
tentunya.
Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di
dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan
harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak
sebanding. Usaha-usaha "recuitment" ke ME ataupun Malesa cukup dibakai
sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam
negeri.

BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing
adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas
cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang "socio-democrate". Jumlah
tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas
tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing
terdapat "pemerasan" tenaga dimana pencari kerja "diadu" supaya mendapat
harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang
seolah "mengikuti pasar". Oleh sebab i

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Yudie Iskandar
Mbak Nuning, coba cek lagi ke lantai HR, apa betul SKK tidak ngatur soal isi 
dompet ini, karena bagaimanapun itu masuk ke cost rec.
Yang pasti, HR BPMIGAS (skr SKK) sudah hampir 4 tahun ini ngutak ngatik benefit 
yang diterima oleh kuli-kuli minyak di WTC-II. Mereka minta benefit yg diterima 
karyawan diTURUNkan, karena ketinggian.

Salam,

Yudie
“_^

-Original Message-
From: nugraha...@yahoo.com
Sender: 
Date: Sun, 7 Apr 2013 04:21:28 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL


Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah).  
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS.  

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Dyah Tribuanawati 
Sender: 
Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan  
renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak 
harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung 
niat baik oil company nya saja  :-)

Dyah 

2013/4/3 Taufik Manan 
> Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi 
> alternatif untuk mengatasinya.
> 
> Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya 
> profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan 
> bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat 
> bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan 
> kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah 
> banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur 
> Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional kita di 
> luar negri.
> 
> Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional 
> (disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.
> 
> Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar profesionalisme 
> dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri atau membangun 
> bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang dilematis.
> 
> Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah kerja di 
> luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung dapat 
> aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun negri kita 
> sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah pilihan kita 
> masing-masing.
> 
> Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin
> 
> 
> Salam G&G
> 
> 
> 
> 2013/4/3 rakhmadi avianto 
>> Masalah klasik yg never ENDING  beh
>> Cape deh
>> 
>> Avi
>> 
>> 
>> 
>> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>>>   This message is eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) 
>>> Add cleanup rule | More info 
>>> 
>>> Pak Nyoto,
>>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa? 
>>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>> 
>>> Rgds,
>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>> From: nyoto - ke-el 
>>> Sender: 
>>> Date: Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>>> To: IAGI
>>> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>>> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>> 
>>> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari De

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2013/4/8 Franciscus B Sinartio 

> Hallo juga,
> Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup
> untuk melakukan operasi nya.
> Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah
> perusahaan nasional yang lainnya.
>

Dalam han tenaga kerja, Indonesia tidak tepat dibandingkan dengan Petronas
maupun Senagol. Barangkali Indonesia lebih tepat dibandingkan dengan China.
China memiliki tenaga manusia yang suangat banyak sehingga China memiliki
beberapa perusahaan migas nasional Multi National Companies (State owned
companies). Perushaan China milik pemerintah di China itu tidak hanya
migas, tetapi juga pertambangan dan perindustrian. Lihat disini
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Metal_companies_of_China (banyak
perush metal yg juga beroperasi di Indonesia (misal CITIC).

Multi BUMN ini lebih tepat untuk Indonesia yang juga memiliki tenaga kerja
banyak.
"Overflow" dari pekerja Indonesia itu yang akhirnya banyak expat Indonesia
di LN (braindrain), Mengubah Brain Drain menjadi Brain Gain, bukanlah
perkara mudah. Malesa juga sudah beberapa tahun lalu mencobanya juga gagal.
Akhirnya lebih mudah mendapatkan TKI (Intelek) dari Indonesia yang "relatif
lebih murah" ketimbang dari Eropa dan Amrik, dng kapasitas yang sepadan
tentunya.
Untuk Indonesia. menurut saya, lebih baik mencegah 'overflow' ketimbang
mengharapkan 'back flow' (brain gain). Perbaikan struktur remunerasi di
dalam negeri akan lebih bermanfaat dan berdampak lebih positip. Jadi jangan
harap yang di LN mendapatkan apa yang diinginkan, karena sudah tidak
sebanding. Usaha-usaha "recuitment" ke ME ataupun Malesa cukup dibakai
sebagai pembanding saja untuk memperbaiki strutur remunerasi di dalam
negeri.

BPR (Bussiness Proccess Reingineering yang berbuntut pada outsourcing
adalah cara kapitalis dalam meningkatkan efisiensi modalnya. Namun jelas
cara ini pasti berbenturan dengan Indonesia yang "socio-democrate". Jumlah
tenaga kerja yang terlalu melimpah dengan lapangan kerja masih terbatas
tentunya cara outsourcing bukanlah yang ideal, karena dalam outsourcing
terdapat "pemerasan" tenaga dimana pencari kerja "diadu" supaya mendapat
harga terendah. Sepertinya ini penjajahan tenaga manusia bentuk baru yang
seolah "mengikuti pasar". Oleh sebab itu salah satu cara paling baik untuk
Indonesia adalah meningkatkan lapangan kerja. Menyediakan sumberdaya alam
dan sumber bahan baku (bahan dasar), juga bahan bakar atau energi sebagai
tenaga untuk terus berkarya.

Tentusaja saya akan selalu mengkapanyekan Demografi Bonus 2020-2030 sebagai
sebuah momentum yang tidak boleh diabaikan dalam setiap program jangka
panjang, dan juga future outlook of Indonesia. Baik kebutuhan energi, bahan
baku, mitigasi kebencanaan dan lingkungan serta pengembangan wilayah dll.

Salam senin !

RDP



-- 
*"**Good idea is important key to success, "working on it" will make it
real."*


Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik rakhmadi avianto
Good pagi selamat morning semuanya

Saya setuju dg adanya Expat akan menambah diversity dalam medan kerja,
dalam artian hanya SKILL yg di kedepankan, tentunya C&B ikut dg skill set
yg di butuhkan, dg demikian terjadi persaingan sehat, dalam artian yg
non-expat akan mengkondisikan untuk mempunyai skill yg setara atau malah
lebih dg expat, kalau sudah begitu dan masih tidak di kompensasi dg benar
maka ya jalan yg ada ya cuman pindah kerja. tapi hal ini sebetulnya
tidak mudah, krn ada bbrp orang lebih senang menjadi pejabat dari pada
sekedar jadi pekerja, nah posisi ini mungkin yg membuat si A si B dan si C
sangat loyal di mana dia bekerja

Untuk selanjutnya saya cuman bisa berserah diri kepada Tuhan YME.

Lam salam
Avi


On Mon, Apr 8, 2013 at 12:52 AM, H Herwin  wrote:

>  [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is eligible
> for Automatic Cleanup! (henricus.her...@gmail.com) Add cleanup 
> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3DQCOzK7090m2uGRN4aKYOODGZPa6lzMHMASZ9bopuq%252BLEYR%252FuY3UysQGxm3e1%252BN6QQkZOuVow40%252FVfda8tx%252BVe2yXxtPYNZvlLz0iQn0eC4sPNAC6cb%252BwmM1l627mUrBykOoC9vRfpbbNH2EdVRZdPw%253D%253D%26key%3DE3MiVjDpvpW%252BaWy5fWVvjGB%252Fmg5b740w7u1EFf5QLRI%253D&tc_serial=13909361566&tc_rand=1747944345&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>  More
> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13909361566&tc_rand=1747944345&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>
> Hallo,
> Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.
>
> Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
> Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
> oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
> para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
> membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.
>
> Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
> kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
> perusahaan nasional Angola, Sonangol.
>
> PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
> added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
> mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
> asal dll).
>
> Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
> tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
> akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
> Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
> Beckham dll hehehe ...
>
> Salam hangat,
> Henky
>
> 2013/4/7 Franciscus B Sinartio 
>
>>
>>  Abah,
>> kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
>> jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
>> kalau diperlukan.
>> dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas
>>
>> saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
>> tidak akan terpakai.
>> demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.
>>
>> ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource
>> lagi.  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka
>> dikirim keluar kerjaannya.
>>
>> Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
>> benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
>> yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
>> tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
>> discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
>> outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
>> 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
>> service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
>> ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.
>>
>> jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
>> dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.
>>
>>
>>
>> selamat berakhir pekan Abah.
>>
>> salam,
>>
>> frank
>>
>>
>>
>>   --
>> *From:* Yanto R. Sumantri 
>> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
>> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM
>>
>> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>
>>   Frank
>>
>> Bicaranya kok melawa

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Hallo juga,
Petronas dan Sonangol memakai expat karena tidak punya tenaga  yang cukup untuk 
melakukan operasi nya.
Kalau Pertamina, Medco dan EMP ngak ada yang pake expat setahu saya, entah 
perusahaan nasional yang lainnya.

fbs




 From: H Herwin 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 6:52 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Hallo,
Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.
 
Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan Petronas, 
dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili oleh delegasi 
yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat para expat Petronas 
banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga membantu pihak management 
Pertronas untuk mengambil keputusan.
 
Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi 
kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk perusahaan 
nasional Angola, Sonangol.
 
PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi 
added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha mempunyai 
target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara asal dll).
 
Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa tahu 
tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan akhirnya 
meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel Messi aja di 
import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic, Beckham dll hehehe 
...
 
Salam hangat,
Henky


2013/4/7 Franciscus B Sinartio 


>
>Abah,
>kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
>jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau 
>diperlukan.
>dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas
>
>
>saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak 
>akan terpakai.
>demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.
>
>
>ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.  
>dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar 
>kerjaannya.
>
>
>Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 
>akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang 
>dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu tertetntu 
>dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada 
>contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource).   Terserah 
>service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar.  jadi 
>komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang 
>penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja 
>tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.
>
>
>jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan 
>bagus akan memberikan hasil yang bagus.
>
>
>
>
>
>
>selamat berakhir pekan Abah.
>
>
>salam,
>
>
>frank
>
>
>
>
>
>
>
>________________
> 
>From: Yanto R. Sumantri 
>To: "iagi-net@iagi.or.id"  
>Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM 
>
>Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>
>Frank
>
>
>Bicaranya kok melawan "ARUS" kan lagi anti "outsourcing" hahahaha 
>,apa perus minyak siap di demo ?
>
>
>si Abah
>
>
>
>
> From: Franciscus B Sinartio 
>To: "iagi-net@iagi.or.id"  
>Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
>Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>
>Ikutan ya  mumpung weekend
>
>
>saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)
>
>
>kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
>pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
>justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat 
>nasional"
>yang penting operation jalan lancar.
>(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).
>
>
>tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
>lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
>atau nasional).
>dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
>jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
>relatif.
>
>
>kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
>pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
>mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
>tidak semua outsourcing sesuai dengan kes

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik H Herwin
Hallo,
Mungkin nggak terlalu berhubungan dengan diskusi ini.

Saya mewakili TOTAL dalam salah satu Joint Venture yang melibatkan
Petronas, dalam setiap workshop yang diadakan, Petronas selalu diwakili
oleh delegasi yang terdiri dari Expat dan Malaysian National. Saya lihat
para expat Petronas banyak memberi kontribusi dalam workshop dan juga
membantu pihak management Pertronas untuk mengambil keputusan.

Rekan2 kita juga banyak yang bekerja di Petronas dan pasti mereka memberi
kontribusi utk perusahaan. Pak Frank, saya lihat juga bekerja untuk
perusahaan nasional Angola, Sonangol.

PS: Berdasarkan riset di dunia HR, perbedaan (diversity) bisa memberi
added-value terhadap perusahaan, makanya banyak perusahaan berusaha
mempunyai target level keragaman karyawan (mis: perempuan vs laki2, negara
asal dll).

Kalau di Pertamina dan perusahaan2 nasional di tanah air bagaimana ? Siapa
tahu tenaga expat juga bisa mampu mendongkrak performa perusahaan, dan
akhirnya meningkatkan penerimaan perusahaan perusahaan/negara. PS: Lionel
Messi aja di import ke Spanyol sama Barcelona, PSG impor Ibrahimovic,
Beckham dll hehehe ...

Salam hangat,
Henky

2013/4/7 Franciscus B Sinartio 

>
>  Abah,
> kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
> jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar
> kalau diperlukan.
> dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas
>
> saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka
> tidak akan terpakai.
> demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.
>
> ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.
>  dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim
> keluar kerjaannya.
>
> Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin
> benar2 akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area
> yang dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu
> tertetntu dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak
> discovery pada contoh ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di
> outsource).   Terserah service provider nya mau pake 1 orang dari sini atau
> 10 orang dari luar.  jadi komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah
> service provider nya yang penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang
> ditentukan dan tentu saja tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.
>
> jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan
> dengan bagus akan memberikan hasil yang bagus.
>
>
>
> selamat berakhir pekan Abah.
>
> salam,
>
> frank
>
>
>
>   --
> *From:* Yanto R. Sumantri 
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 12:41 PM
>
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>   Frank
>
> Bicaranya kok melawan "ARUS" kan lagi anti "outsourcing"
> hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ?
>
> si Abah
>
>   ------
> *From:* Franciscus B Sinartio 
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
> *Sent:* Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
>   Ikutan ya  mumpung weekend
>
> saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)
>
> kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali
> pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
> justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat
> nasional"
> yang penting operation jalan lancar.
> (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).
>
> tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,
>  mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali.
> (beneran atau nasional).
> dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.
>  jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat
> relatif.
>
> kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business
> (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia
> mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian
> dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.
>  Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas
>  BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan
> berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.
>  jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam
> membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak).
>
> catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah
> suatu uni

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio


Abah,
kalau mau lebih murah ya  itu salah satu solusi nya Bah,
jadi ngak punya pegawai, adanya kontrakan semua yang dipakai dan dibayar kalau 
diperlukan.
dan goalnya jelas  dan time frame nya juga jelas

saya yakin pegawai2 nya akan lebih professional, karena kalau ngak maka tidak 
akan terpakai.
demikian pula perusahaan minyaknya akan lebih professional dan efisien.

ngomong2 di tempat saya kerja disini sudah mulai menjajagi outsource lagi.  
dulu pernah jaman perang waktu tidak ada yang mau kesini, maka dikirim keluar 
kerjaannya.

Sebelumnya diadakan benchmarking dari kondisi sekarang, supaya yakin benar2 
akan lebih murah dan efisien.  dan ada ukurannya yaitu jumlah area yang 
dikerjakan, jumlah lead dan prospect di generated  dalam kurun waktu tertetntu 
dengan biaya sekian.  ukurannya bukan discovery atau ngak discovery pada contoh 
ini (banyak hal lain yang sedang atau akan di outsource).   Terserah service 
provider nya mau pake 1 orang dari sini atau 10 orang dari luar.  jadi 
komposisi jumlah dan kebangsaan orangnya terserah service provider nya yang 
penting ada hasilnya dan selesai dalam waktu yang ditentukan dan tentu saja 
tidak melebihi perkiraan biaya  awalnya.

jadi tidak perlu di demo, karena tujuannya bagus, dan kalau dikerjakan dengan 
bagus akan memberikan hasil yang bagus.



selamat berakhir pekan Abah.

salam,

frank





 From: Yanto R. Sumantri 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Sunday, April 7, 2013 12:41 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Frank

Bicaranya kok melawan "ARUS" kan lagi anti "outsourcing" hahahaha 
,apa perus minyak siap di demo ?

si Abah



 From: Franciscus B Sinartio 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat nasional"
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: "nugraha...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya 

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Frank

Bicaranya kok melawan "ARUS" kan lagi anti "outsourcing" hahahaha 
,apa perus minyak siap di demo ?

si Abah



 From: Franciscus B Sinartio 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat nasional"
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: "nugraha...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya,
 meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. 

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Ikutan ya  mumpung weekend

saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit)

kalau dilihat dari biaya operasi nya.  gaji pegawai itu kecil sekali 
pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya.
justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat nasional"
yang penting operation jalan lancar.
(catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan).

tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya,  mungkin 
lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran 
atau nasional).
dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat.  
jadi study cost/benefit harus ada.  tentu saja selalu benefit nya sangat 
relatif.

kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja  yang bukan core business (VICO 
pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia 
mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan 
tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan  BPR study nya mereka.  Waktu 
opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas,  Kepala SatGas  BPR waktu itu 
bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak,  dan berarti termasuk 
posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2.  jadi waktu itu satgas 
nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di 
outsource yang mana tidak).

catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu 
unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak.

nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu 
populer:
kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar 
seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya?  ini dengan catatan akan 
mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu 
yang sama.


salam,
frank
sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak 
kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan 
anak2 mau bermain dihalaman.  jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. 
 apalagi kawan2 yang kerja  ditempat  yang local helper nya susah didapatkan. 
ini hanya  salah satu contoh.





 From: "nugraha...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 



Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah). 
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. 

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-06 Terurut Topik dyahtribuanawati
Kelihatannya memang seperti itu tergantung type perusahaan nya  apakah msh 
tahap exploration atau development juga type dari pers minyak itu sendiri 
biasanya kalau company besar dan sudah berproduksi sangat sulit utk merubah 
yang sudah berjalan .. Biasa nya middle company yg masih berani utk memberikan 
renumerasi yang baik dan diatas market ..

Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Sender: 
Date: Sun, 7 Apr 2013 11:21:13 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Mungkin penentuan gaji tergantung type perusahaannya jg...apakah masih
tahap explo atau sudah development..
On Apr 7, 2013 10:46 AM, "Dyah Tribuanawati" 
wrote:

> Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan
>  renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti
> tidak harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
> So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia ..
> Tergantung niat baik oil company nya saja  :-)
>
> Dyah
>
> 2013/4/3 Taufik Manan 
>
>>  Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi
>> alternatif untuk mengatasinya.
>>
>> Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya
>> profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan
>> bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat
>> bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan
>> kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain).
>> Sudah banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di
>> Timur Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional
>> kita di luar negri.
>>
>> Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional
>> (disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.
>>
>> Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar
>> profesionalisme dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri
>> atau membangun bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang
>> dilematis.
>>
>> Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah
>> kerja di luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung
>> dapat aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun
>> negri kita sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah
>> pilihan kita masing-masing.
>>
>> Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin
>>
>>
>> Salam G&G
>>
>>
>>
>> 2013/4/3 rakhmadi avianto 
>>
>>> Masalah klasik yg never ENDING  beh
>>> Cape deh
>>>
>>> Avi
>>>
>>>
>>>
>>> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>>>
>>>> [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is
>>>> eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) Add cleanup
>>>> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3D6OfJ71R7VluMdBUgTedbYAybA%252F8%252Be2vNYRKCL462kKgGdK7g4AaupAPD7891wMjCciY%252BFmsM9y2OarJZ6EoRoT6fRunfjsPKFMS6JFTuZ%252B%252BcHx%252FzXX9C6xN3RgJHrb7lVBCjPqLjriH8q4wYxvxPxA%253D%253D%26key%3D9HTWwx%252FwKyswBUQvn4z%252BgwM%252BNBBwjmX%252Bb0PW7XInShw%253D&tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>>>>  More
>>>> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>>>>
>>>> **
>>>> Pak Nyoto,
>>>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa?
>>>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>>>
>>>> Rgds,
>>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>>> --
>>>> *From: *nyoto - ke-el 
>>>> *Sender: *
>>>> *Date: *Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>>>> *To: *IAGI
>>>> *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
>>>> *Subject: *Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>>>
>>>>  Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
>>>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
>>>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>>>
>>>>
>>>> 2013/4/3 D

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-06 Terurut Topik kartiko samodro
Mungkin penentuan gaji tergantung type perusahaannya jg...apakah masih
tahap explo atau sudah development..
On Apr 7, 2013 10:46 AM, "Dyah Tribuanawati" 
wrote:

> Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan
>  renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti
> tidak harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
> So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia ..
> Tergantung niat baik oil company nya saja  :-)
>
> Dyah
>
> 2013/4/3 Taufik Manan 
>
>>  Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi
>> alternatif untuk mengatasinya.
>>
>> Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya
>> profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan
>> bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat
>> bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan
>> kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain).
>> Sudah banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di
>> Timur Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional
>> kita di luar negri.
>>
>> Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional
>> (disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.
>>
>> Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar
>> profesionalisme dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri
>> atau membangun bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang
>> dilematis.
>>
>> Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah
>> kerja di luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung
>> dapat aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun
>> negri kita sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah
>> pilihan kita masing-masing.
>>
>> Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin
>>
>>
>> Salam G&G
>>
>>
>>
>> 2013/4/3 rakhmadi avianto 
>>
>>> Masalah klasik yg never ENDING  beh
>>> Cape deh
>>>
>>> Avi
>>>
>>>
>>>
>>> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>>>
>>>> [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is
>>>> eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) Add cleanup
>>>> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3D6OfJ71R7VluMdBUgTedbYAybA%252F8%252Be2vNYRKCL462kKgGdK7g4AaupAPD7891wMjCciY%252BFmsM9y2OarJZ6EoRoT6fRunfjsPKFMS6JFTuZ%252B%252BcHx%252FzXX9C6xN3RgJHrb7lVBCjPqLjriH8q4wYxvxPxA%253D%253D%26key%3D9HTWwx%252FwKyswBUQvn4z%252BgwM%252BNBBwjmX%252Bb0PW7XInShw%253D&tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>>>>  More
>>>> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>>>>
>>>> **
>>>> Pak Nyoto,
>>>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa?
>>>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>>>
>>>> Rgds,
>>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>>> --
>>>> *From: *nyoto - ke-el 
>>>> *Sender: *
>>>> *Date: *Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>>>> *To: *IAGI
>>>> *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
>>>> *Subject: *Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>>>
>>>>  Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
>>>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
>>>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>>>
>>>>
>>>> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>>>>
>>>>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>>>>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
>>>>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
>>>>> champaign di KL
>>>>> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
>>>>> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
>>>>> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
>>>>

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-06 Terurut Topik nugrahanip


Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya 
aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat  gajinya segitu. CMMIW. Yg 
membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). 
Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan 
Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau 
sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu 
tugasnya Pemerintah).  
SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan 
Pemerintah. 

Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. 
Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah 
kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd 
beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji 
pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat 
dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. 

Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun 
dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS.  

Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun 
berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, 
di negara tsb (sbg Expat). 



Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Dyah Tribuanawati 
Sender: 
Date: Sun, 7 Apr 2013 11:46:34 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan  
renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak 
harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung 
niat baik oil company nya saja  :-)

Dyah 

2013/4/3 Taufik Manan 
> Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi 
> alternatif untuk mengatasinya.
> 
> Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya 
> profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan 
> bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat 
> bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan 
> kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah 
> banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur 
> Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional kita di 
> luar negri.
> 
> Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional 
> (disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.
> 
> Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar profesionalisme 
> dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri atau membangun 
> bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang dilematis.
> 
> Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah kerja di 
> luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung dapat 
> aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun negri kita 
> sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah pilihan kita 
> masing-masing.
> 
> Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin
> 
> 
> Salam G&G
> 
> 
> 
> 2013/4/3 rakhmadi avianto 
>> Masalah klasik yg never ENDING  beh
>> Cape deh
>> 
>> Avi
>> 
>> 
>> 
>> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>>>   This message is eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) 
>>> Add cleanup rule | More info 
>>> 
>>> Pak Nyoto,
>>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa? 
>>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>> 
>>> Rgds,
>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>> From: nyoto - ke-el 
>>> Sender: 
>>> Date: Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>>> To: IAGI
>>> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>>> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>> 
>>> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang 
>>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang 
>>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>> 
>>> 
>>> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>>>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>>>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu 
>>>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment 
>>>> champaign di KL
>>>> Merek

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-06 Terurut Topik Dyah Tribuanawati
Yang saya tau sudah ada beberapa pers minyak di Jakarta yg bisa memberikan  
renumerasi yg setara dg expat di KL sesuai dengan skill nya, yang berarti tidak 
harus merujuk pada aturan SKK Migas dll ...
So masalah klasik Expat vs National bisa diatasi di Indonesia .. Tergantung 
niat baik oil company nya saja  :-)

Dyah 

2013/4/3 Taufik Manan 
> Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi 
> alternatif untuk mengatasinya.
> 
> Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya 
> profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan 
> bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat 
> bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan 
> kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain). Sudah 
> banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di Timur 
> Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional kita di 
> luar negri.
> 
> Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional 
> (disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.
> 
> Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar profesionalisme 
> dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri atau membangun 
> bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang dilematis.
> 
> Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah kerja di 
> luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung dapat 
> aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun negri kita 
> sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah pilihan kita 
> masing-masing.
> 
> Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin
> 
> 
> Salam G&G
> 
> 
> 
> 2013/4/3 rakhmadi avianto 
>> Masalah klasik yg never ENDING  beh
>> Cape deh
>> 
>> Avi
>> 
>> 
>> 
>> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>>>   This message is eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) 
>>> Add cleanup rule | More info 
>>> 
>>> Pak Nyoto,
>>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa? 
>>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>> 
>>> Rgds,
>>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>> From: nyoto - ke-el 
>>> Sender: 
>>> Date: Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>>> To: IAGI
>>> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>>> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>> 
>>> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang 
>>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang 
>>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>> 
>>> 
>>> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>>>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>>>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu 
>>>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment 
>>>> champaign di KL
>>>> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali 
>>>> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan 
>>>> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh 
>>>> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 
>>>> paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang 
>>>> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>>>>  
>>>>  
>>>> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>>>>> Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK 
>>>>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari, 
>>>>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia, 
>>>>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari 
>>>>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di 
>>>>> tanah air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon 
>>>>> Cepu, BP Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level 
>>>>> menengah ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain 
>>>>> wawancara, mereka juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, 
>>>>> allowance dan benefit yg diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya 
>>>>> nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket seperti apa yg akan 
>>>>> disiapkan bila ada yg te

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
90 % National 10  %% expat , ok. Tapi lihat expend utk salary dan fasilitas nya 
, hampir bisa dipastikan dompleng.
Jadi cara berfikirnya , jangan berapa besar sehrusnya national staff  ,akan 
tetapi apakah adil atau tidak seorang dengan kontribusi yang sama , diberikan 
penghargaan lebih hanya karena dia expat ?

Tentunya tidak adil kan  ! Apalagi lahan kerjanya adalah umber daya alam  
bangsa kita lha mana adilnya .

si Abah



 From: "aluthfi...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, April 5, 2013 8:25 AM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 


He he Cak Shof, itulah yang dipilih teman2. Maunya the authorities 
meminimalkan brain drain...

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From:  Shofiyuddin  
Sender:   
Date: Fri, 5 Apr 2013 07:39:44 +0700
To: 
ReplyTo:  iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Kesimpulannya, kalo mau gaji expat, ya kerja jadi expat di negeri lain aja .





2013/4/4 noor syarifuddin 

Abah,
>Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
>nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional tsb (katakanlah yg 
>pegawai inti) hrs disamakan dgn mereka... apa nggak melonjak itu OPEX 
>Harus diingat juga gaji itu setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk ngejar 
>inflasi maupun krn prestasi...
>Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,: apartemen 
>bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia dll
>
>>
>>
>>
>>
>>
>>>
>>
>>
>>

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik taufik . manan
Saya mencoba membuat analoginya sederhana antara industri migas dengan industri 
sepak bola, meski tidak seluruhnya tepat.


Siapa tidak kenal Lionel Messi, Ricardo Kaka dll. Mereka semua adalah pemain 
bola profesional dunia yang lahir / warga negara Argentina, Brasil dan Amerika 
Latin lainnya. Namun mereka berkembang menjadi terkenal dan memajukan industri 
sepak bola profesional justru di Eropa bukan di Amerika Latin. Itu adalah 
profesionalisme dan cerminan sepak bola modern. Yang mengambil keuntungan 
bisnis sepak bola ini adalah klub, perusahaan iklan mereka, hak siar TV, 
investor Eropa, Amerika Serikat dan sekarang Timur Tengah.


Analoginya sama dengan industri migas, khususnya di Indonesia. Para profesional 
kita sudah banyak yang berkembang dan dihargai di luar negri. Sebenarnya tidak 
hanya bidang migas namun hampir di semua bidang lainnya. Setahu saya, majalah 
SWA sempat membahas masalah ini tahun 2010 yll yang mengambil contoh 
profesional dan eksekutif Indonesia yang sukses di manca negara.


Mereka bukannya tidak nasionalis namun mereka justru memajukan dan menaikkan 
citra Indonesia di wawasan global. Ini sedikit meredam dampak negatif tentang 
berita para TKI dan TKW kita.


Jadi selamat berjuang para pahlawan devisa di luar negri dan pada sisi lain, 
penghargaan serta selamat mengabdi bagi yang tetap tinggal di dalam negri yang 
selalu berkarya untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.


Maaf bila ada yang khilaf dan salam akhir pekan.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com
Sender: 
Date: Fri, 5 Apr 2013 01:25:37 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

He he Cak Shof, itulah yang dipilih teman2. Maunya the authorities 
meminimalkan brain drain...

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Shofiyuddin 
Sender: 
Date: Fri, 5 Apr 2013 07:39:44 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Kesimpulannya, kalo mau gaji expat, ya kerja jadi expat di negeri lain aja
.



2013/4/4 noor syarifuddin 

> Abah,
> Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
> nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional tsb (katakanlah
> yg pegawai inti) hrs disamakan dgn mereka... apa nggak melonjak itu
> OPEX Harus diingat juga gaji itu setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk
> ngejar inflasi maupun krn prestasi...
> Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
> apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
> dll
>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>



Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik aluthfi143

He he Cak Shof, itulah yang dipilih teman2. Maunya the authorities 
meminimalkan brain drain...

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Shofiyuddin 
Sender: 
Date: Fri, 5 Apr 2013 07:39:44 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Kesimpulannya, kalo mau gaji expat, ya kerja jadi expat di negeri lain aja
.



2013/4/4 noor syarifuddin 

> Abah,
> Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
> nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional tsb (katakanlah
> yg pegawai inti) hrs disamakan dgn mereka... apa nggak melonjak itu
> OPEX Harus diingat juga gaji itu setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk
> ngejar inflasi maupun krn prestasi...
> Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
> apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
> dll
>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>



Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik Shofiyuddin
Kesimpulannya, kalo mau gaji expat, ya kerja jadi expat di negeri lain aja
.



2013/4/4 noor syarifuddin 

> Abah,
> Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
> nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional tsb (katakanlah
> yg pegawai inti) hrs disamakan dgn mereka... apa nggak melonjak itu
> OPEX Harus diingat juga gaji itu setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk
> ngejar inflasi maupun krn prestasi...
> Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
> apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
> dll
>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>


Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik noor syarifuddin
Abah,
Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional tsb (katakanlah
yg pegawai inti) hrs disamakan dgn mereka... apa nggak melonjak itu
OPEX Harus diingat juga gaji itu setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk
ngejar inflasi maupun krn prestasi...
Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
dll



Salam,

On Thursday, April 4, 2013, Yanto R. Sumantri wrote:

>
>
>   - Forwarded Message -
> *From:* Yanto R. Sumantri  'yrs_...@yahoo.com');>>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id  'iagi-net@iagi.or.id');>"  'iagi-net@iagi.or.id');>>
> *Sent:* Thursday, April 4, 2013 5:07 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Noor
>
> Saya kira bukan itu maksudnya , tetapi apa  kita rela duit dari minyak RI
> lebih banyak dinikmati oleh pegawai asing timabangan dinikmati orang kita
>  ??
> Tentunya dalam tingkatan keahlian yang sama .
>
> si Abah
>
>   --
> *From:* noor syarifuddin  'cvml', 'noorsyarifud...@gmail.com');>>
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id  'iagi-net@iagi.or.id');>"  'iagi-net@iagi.or.id');>>
> *Sent:* Wednesday, April 3, 2013 7:47 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi
> melonjak siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
> Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam
> soal penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak
> yang senang kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...
>
> Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk
> berkontribusi pada negeri ini...
>
>
> Salam,
>
> On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
>
> Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
> lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
> Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
> walaupun memang tersirat ada yg diatur.
> Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
> sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
> bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
> burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
> keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
> ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
> demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
> masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
> local employee.
>
> Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
> kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
> Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
> sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
> kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
> kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
> berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
> disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
> fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
> membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
> mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
> Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
> sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
> Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
> sederajat dengan bule.
>
> Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
> yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
> wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
> diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
> Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
> Internasional school yang bener aja, lah.
>
> Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
> saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
> lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
> halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
> dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
> dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologin

[iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik noor syarifuddin
Abah,
Jumlah expat di tiap PSC itu terbatas, saya kira nggak sampai 10%,
nah skg bsyangkan kalau yang separo saja dari 90% nasional hrs disamakan
dgn mereka... Apa nggak melonjak itu OPEX Harus diingat juga gaji itu
setiap thn juga hrs dinaikkan baik utk ngejar inflasi maupun krn prestasi...
Waktu saya jd expat, orang bule lokal juga pada ngiri sama saya...,:
apartemen bagus, usng sekolah anak ditsnggung, tiap thn plg ke Indonesia
dll



Salam,
Ps: bukan berarti saya gak mau gaji saya naik lho ya :-)
On Thursday, April 4, 2013, Yanto R. Sumantri wrote:

>
>
>   - Forwarded Message -
> *From:* Yanto R. Sumantri 
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
> *Sent:* Thursday, April 4, 2013 5:07 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Noor
>
> Saya kira bukan itu maksudnya , tetapi apa  kita rela duit dari minyak RI
> lebih banyak dinikmati oleh pegawai asing timabangan dinikmati orang kita
>  ??
> Tentunya dalam tingkatan keahlian yang sama .
>
> si Abah
>
>   --
> *From:* noor syarifuddin 
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
> *Sent:* Wednesday, April 3, 2013 7:47 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi
> melonjak siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
> Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam
> soal penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak
> yang senang kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...
>
> Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk
> berkontribusi pada negeri ini...
>
>
> Salam,
>
> On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
>
> Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
> lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
> Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
> walaupun memang tersirat ada yg diatur.
> Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
> sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
> bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
> burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
> keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
> ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
> demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
> masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
> local employee.
>
> Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
> kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
> Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
> sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
> kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
> kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
> berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
> disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
> fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
> membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
> mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
> Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
> sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
> Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
> sederajat dengan bule.
>
> Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
> yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
> wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
> diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
> Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
> Internasional school yang bener aja, lah.
>
> Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
> saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
> lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
> halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
> dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
> dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa
> saja ada disini. Jdi sulit membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg
> balik harus di treat sebagai ekspat.
>
> Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk
> kembali ke negeri In

Fw: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik Yanto R. Sumantri



- Forwarded Message -
From: Yanto R. Sumantri 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, April 4, 2013 5:07 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Noor

Saya kira bukan itu maksudnya , tetapi apa  kita rela duit dari minyak RI lebih 
banyak dinikmati oleh pegawai asing timabangan dinikmati orang kita  ??
Tentunya dalam tingkatan keahlian yang sama .

si Abah 



 From: noor syarifuddin 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Wednesday, April 3, 2013 7:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi melonjak 
siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam soal 
penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak yang senang 
kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...

Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk berkontribusi 
pada negeri ini...


Salam,

On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:

Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan 
lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak Rudi Rubiandini 
(RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji, walaupun memang 
tersirat ada yg diatur. 
>Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan sudah 
>menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya, bukan 
>disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan burden cost 
>yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah, keluarga, dll. Hal 
>yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi ekspat di LN. Bule-bule 
>ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat, demikian juga orang 
>Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri masing-masing fasilitas 
>ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi local employee.
>
>
>Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata 
>kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di Indonesia 
>dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya sebanding. 
>Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka kawan saya 
>selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga kawan di 
>Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit berbeda 
>dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata, disini ada. 
>Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme fasilitas 
>kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang membedakan. 
>Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik mendapatkan rumah, 
>transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di Indonesia. Namun ketika 
>saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas sama dengan yg saya peroleh 
>di Malesa juga. 
>Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan sederajat 
>dengan bule.
>
>Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak yg 
>dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah wong 
>fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan diperolehnya 
>ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi. Lah mosok 
>tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di Internasional school yang 
>bener aja, lah. 
>
>
>Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum 
>saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara 
>lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya halliburton 
>yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas dan tehnologi yg 
>ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut dalam hingga pegunungan 
>dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa saja ada disini. Jdi sulit 
>membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg balik harus di treat sebagai 
>ekspat. 
>
>
>Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk kembali 
>ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik mereka 
>dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah merasakan 
>enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas tidak worthed 
>mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja. Pengalaman saya, 
>kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir. Hanya beberapa saja 
>memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong yg di Indonesia saja 
>banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.
>
>
>Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
>
>Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji bulanan 
>vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi altnatif 
>

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-04 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Noor

Saya kira bukan itu , tetapi apa  kita rela duait dari minyak RI lebih banyak 
dinikmati oleh pegawai asing timabngan 



 From: noor syarifuddin 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Wednesday, April 3, 2013 7:47 PM
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
 

Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi melonjak 
siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam soal 
penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak yang senang 
kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...

Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk berkontribusi 
pada negeri ini...


Salam,

On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:

Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan 
lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak Rudi Rubiandini 
(RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji, walaupun memang 
tersirat ada yg diatur. 
>Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan sudah 
>menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya, bukan 
>disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan burden cost 
>yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah, keluarga, dll. Hal 
>yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi ekspat di LN. Bule-bule 
>ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat, demikian juga orang 
>Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri masing-masing fasilitas 
>ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi local employee.
>
>
>Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata 
>kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di Indonesia 
>dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya sebanding. 
>Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka kawan saya 
>selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga kawan di 
>Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit berbeda 
>dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata, disini ada. 
>Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme fasilitas 
>kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang membedakan. 
>Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik mendapatkan rumah, 
>transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di Indonesia. Namun ketika 
>saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas sama dengan yg saya peroleh 
>di Malesa juga. 
>Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan sederajat 
>dengan bule.
>
>Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak yg 
>dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah wong 
>fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan diperolehnya 
>ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi. Lah mosok 
>tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di Internasional school yang 
>bener aja, lah. 
>
>
>Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum 
>saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara 
>lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya halliburton 
>yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas dan tehnologi yg 
>ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut dalam hingga pegunungan 
>dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa saja ada disini. Jdi sulit 
>membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg balik harus di treat sebagai 
>ekspat. 
>
>
>Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk kembali 
>ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik mereka 
>dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah merasakan 
>enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas tidak worthed 
>mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja. Pengalaman saya, 
>kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir. Hanya beberapa saja 
>memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong yg di Indonesia saja 
>banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.
>
>
>Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
>
>Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji bulanan 
>vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi altnatif 
>kebuntuan diatas.
>
>
>Rdp
>
>On Wednesday, April 3, 2013, Andang Bachtiar  wrote:
>
>(Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing yg 
>memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>
>>ADB, g

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik noor syarifuddin
Kalau... Kalau lho ya, gaji disamakan dgn expat dan biaya operasi jdi
melonjak siap nggak dituding menumpuk kekayaan dari duit negara... :-)
Dengan gaji yang sekarang saja pekerja migas selalu masuk 5 besar dalam
soal penggajian... Dan yang cemburu juga banyak...maka gak heran banyak
yang senang kalau industri migas juga dikuyo-kuyo...

Omong soal duit gak ada batasnya, jadi kembali lagi pada niat utk
berkontribusi pada negeri ini...


Salam,

On Wednesday, April 3, 2013, Rovicky Dwi Putrohari wrote:

> Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
> lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
> Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
> walaupun memang tersirat ada yg diatur.
> Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
> sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
> bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
> burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
> keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
> ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
> demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
> masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
> local employee.
>
> Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
> kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
> Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
> sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
> kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
> kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
> berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
> disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
> fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
> membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
> mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
> Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
> sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
> Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
> sederajat dengan bule.
>
> Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
> yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
> wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
> diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
> Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
> Internasional school yang bener aja, lah.
>
> Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
> saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
> lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
> halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
> dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
> dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa
> saja ada disini. Jdi sulit membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg
> balik harus di treat sebagai ekspat.
>
> Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk
> kembali ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik
> mereka dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah
> merasakan enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas
> tidak worthed mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja.
> Pengalaman saya, kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir.
> Hanya beberapa saja memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong
> yg di Indonesia saja banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.
>
> Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
> Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji
> bulanan vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi
> altnatif kebuntuan diatas.
>
> Rdp
>
> On Wednesday, April 3, 2013, Andang Bachtiar wrote:
>
>> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang
>> Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>
>> ADB, geologist merdeka!
>>
>> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
>> minyak di Jkt:
>>
>> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
>> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
>> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
>> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
>> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
>> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
>> in

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sewaktu saya IAGI, HAGI dan IATMI diundang oleh pak SKKMIGAS, Pak Rudi dan
lengkap staff petingginya, hal ini juga muncul. Waktu itu Pak
Rudi Rubiandini (RR) mengatakan bahwa tidak benar SKKMIGAS membatasi gaji,
walaupun memang tersirat ada yg diatur.
Menurut penjelasan dari HRnya saat ini skala gaji di beberapa perusahaan
sudah menyamai skala gaji ekspat di negaranya. Sekali lagi di negaranya,
bukan disini looh. Karena ketika menjadi ekspat tentusaja ada tambahan
burden cost yang harus ditanggung oleh pengusaha. Menanggung rumah,
keluarga, dll. Hal yang sama bila ada kawan-kawan Indonesia yg menjadi
ekspat di LN. Bule-bule ini mendapatkan fasilitas karena statusnya ekspat,
demikian juga orang Indonesia di LN. Tentusaja ketika kembali ke negri
masing-masing fasilitas ekspatriat tadi ya tidak ada lagi. Karena menjadi
local employee.

Sampai disini saya manggut-manggut, karena memang bisa melihat dengan mata
kepala sendiri ada skala gaji satu perusahaan yg memiliki operasi di
Indonesia dan di negaranya, dimana skala gaji utk staff di lokalnya
sebanding. Katakanlah saya di Indonesia mendapatkan 70 juta perbulan, maka
kawan saya selevel di amrik juga mendapatkan sekitar 7500 US$ disana. Juga
kawan di Malesa mendapatkan 25000 ringgit.Ya so-so lah. Memang ada sedikit
berbeda dalam fasilitas lokal, di amrik sana ga ada penggantian kacamata,
disini ada. Tapi di Malesa kesehatan ortu dan mertu masuk dalam scheme
fasilitas kesehatan, tapi disana tidak mengenal HOusing loan. Ini memang
membedakan. Tetapi ketika sebagai ekspat, kawan saya orang amrik
mendapatkan rumah, transport plus sopir, rumah dg satpam dll. Ini utk di
Indonesia. Namun ketika saya di Malesa, kawan amrik ini memiliki fasilitas
sama dengan yg saya peroleh di Malesa juga.
Saya masih manggut-manggut bahwa sebagai pegawe tetap kita sama dan
sederajat dengan bule.

Dengan penjelasan diatas makanya tidak heran kalau kawan-kawan kita banyak
yg dengan suka cita dan ngguya-ngguyu menjadi ekspat di negeri orang. Lah
wong fasilitasnya itu yg diperoleh. Apakah fasilitas itu juga akan
diperolehnya ketika di Indonesia ? Tentusaja sulit memberikan justifikasi.
Lah mosok tinggal di Indonesia minta fasilitas anak sekolah di
Internasional school yang bener aja, lah.

Terlebih lagi apa sih pengalaman di LN yg menjadi added value, secara umum
saya yakin tehnologi dan aplikasi di Indonesia lebih maju di negara-negara
lain. Tadi siang saya ngobrol dg bussines developemen managernya
halliburton yg mengatakan hal yang sama. Dia mengakui bahwa kompleksitas
dan tehnologi yg ada di migas semua ada disini. Derah rawa, shelf, laut
dalam hingga pegunungan dan volkanik ada disini. Tentunya tehnologinya apa
saja ada disini. Jdi sulit membrikan justifikasi mengapa orang Indonesia yg
balik harus di treat sebagai ekspat.

Sampai disini saya yakin pertimbangan seseorang yg sudah terbang untuk
kembali ke negeri Indonesia bukan lagi pertimbangan finansial saja. Menarik
mereka dengan pertimbangan finansial ga berguna. Apalagi mereka sudah
merasakan enaknya jalan tanpa macet, kendaraan umum tersedia dll. Jelas
tidak worthed mengharapkan burung kembali ke sangkarnya. Ikhlaskan saja.
Pengalaman saya, kebanyakan mereka justru malah akan mengejek dan mencibir.
Hanya beberapa saja memang masih ada yg melihat positip Indonesia, lah wong
yg di Indonesia saja banyak yg mencibir negerinya sendiri kok.

Bagaimana menjaga supaya tenaga kerja di dalam negeri ini ?
Akan saya lanjutkan sebentar lagi dengan menghitung perbandingan gaji
bulanan vs gaji harian sebagai CONSULTAN ... Barangkali ini dapat menjadi
altnatif kebuntuan diatas.

Rdp

On Wednesday, April 3, 2013, Andang Bachtiar wrote:

> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing
> yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>
> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
> minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>
> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki.

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik liamsi
Cak, namanya saja TETUKO , jadi ya Sing Tuku Ora Teko Sing Teko
Ora Tuku...  alias tidak ada implementasinya. tetep
wae...
Yg saya thu kalau yg diatur atur itu kalau sumber dananya dari
uang negara ( APBN), ini ada di PP 54/ 2010 ttg pengadaan
barang dan jasa dimana berapa "Penghasilan" seseorang itu
diatur atur.dalam aturannya standar remunerasi/billing rate ditentukan
berdasarkan jenis pekerjaannya ( internasional/dalam negeri)
besarnya berdasarkan tingkatan pendidikannya ( S1,S2,S3) dan
pengalamannya ( berapa tahun )
Lha yang untuk Gaji Kampeni yg tidak pakai uang negara kan
bebas bebas saja to Perusahaane mau ngasih berapa gajinya (
ukuranya berdasarkan produktivitasnya dan tidak ada masalah
apakah Londo abang atau londo coklat ) , baru diatur atur kalau
Negoro sing mbayari spt gajinya Peg Neg intitusinya tidak boleh
semaunya memberikan gaji. Jadi boleh boleh saja kampeni Gaji
sakhelolah asalkan tidak dibebankan ke Negara tinggal wani
piro... ada yang gajinya besar tapi bonusnya kecil ada yg
gajinya kecil tapi bonusnya besar sekali , ini kan strategi
masing masing kampeni saja )saya nggak tahu apa kalau di oil kampeni ada aturan 
 khusus
besaran Gaji masing masing , mungkin kalau ada untuk membatasi
besaran yg bisa di CR yg sesuai PP no.79/2010 ttg CR, lha kalau
kampeninya mau gaji besar ( diluar batasan CR )  karena
produktifitasnya besar , ya nggak papa kan , asalkan tdk di CR
kan.
ISM



> Kang Yudi memang orang Indonesia jago konsep. Lihat cerita
> wayang ada konsep "Gatot Kaca" yang gagah bisa terbang,
> dalam realisasinya dibikin Tetuko di Nurtanio Bandung. Koq
> terbang sebentar saja kemudian nyaris tak terdengar. Ada
> konsep "Antareja" yang bisa ambles bumi sampai dalam.
> Perminyakan hiruk pikuk dengan pemboran, sampai sekarang tak
> satupun lahir pabrik Rig di negeri kita.  Ada konsep "Togog
> (Ponokawan)", akhirnya banyak yang jadi Togog, sehingga
> menjadi Republik Togog. Sampai konsep sistim penggajian yg
> tetap  jadi konsep saja.

>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -Original Message-
> From: "Yudie Iskandar" 
> Sender: 
> Date: Wed, 3 Apr 2013 07:04:34
> To: 
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
> Ini emang masalah klasik, tapi tidak semerdu Beethoven.
> Pada zaman p Kardaya jadi bos Patrajasa, dia sampai roadshow
> ke amrik sana, belum di Indonesia omong disana sini,
> menyatakan bahwa sistem penggajian bumiputera akan diubah
> (saat itu lagi gencarnya braindrain ahli perminyakan).
> Sampai dia turun dan penggantinya memperkenalkan konsep
> "Indonesian Incorporated". Intinya BPMIGAS adalah holding co
> utk HR national kan logonya dah nempel diseluruh badge KKKS,
> jadi bisa mindahin  employee dari satu KKKS ke KKKS
> lainnya.
 Saking semangatnya, waktu itu saya undang petinggi
> HR nya utk bicara di suatu forum regular para operator
> migas.. Ternyata paparan dia g begitu nyambung dengan slide
> presentasi pak kepala di forum HR sebulan sebelumnya di
> Bali.. Jadi pantes kalo konsep yg bagus inipun kandas, wong
> di internal mereka saja g ada kesepahaman.
 Jadi memang
> kita masih ☺kέ☑..:D sebatas konsep doang.
>
> Salam,
>
> “_^
>
> -----Original Message-
> From: Andang Bachtiar 
> Sender: 
> Date: Wed, 03 Apr 2013 11:37:28
> To: iagi-net
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia,
> ee,..Orang
 Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk
> menghargai bangsa senDiri (?)

> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah
>
> perusahaan minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya
> anggap punya
 otoritas di urusan per-migas-an kita tentang
> expat bangsa asing. Saya
 menanyakan apakah saya boleh
> memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat
> asing, daripada
 uangnya utk orang asing, kan lebih baik
> buat WNI. Yg saya maksud expat
 nasional adalah tenaga
> ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg
> pengaLaman internasional di mana2. Tapi ya begitulah ..
> diskusinya gak
 ada kesimpulan Karena untuk urusan
> kayak begini, mentogh2nya:
 Masih beLum ada mekanismenya
> dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji
 tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga
> ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq
> sampai
 tdk bisa mengakomodasi sistim penggajian
> berdasarkan fungsi, keaHLian
 dan prestasi, malahan koq
> berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)

> Memang masaLah penggajian expat vs

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik Taufik Manan
Benar ini, masalah klasik yang "never ending". Namun perlu ada solusi
alternatif untuk mengatasinya.

Saya setuju dengan pertimbangan globalisasi saat ini, seharusnya
profesionalisme kita dihargai dengan paket renumerasi yang menarik. Bahkan
bila dibandingkan dengan para ekspat, tenaga kerja Indonesia sudah dapat
bersaing bahkan melampauinya. Ini dibuktikan dengan kesuksesan rekan-rekan
kita yang berkarya di luar negri dan diakui prestasinya (Brain Drain).
Sudah banyak "success story" dan dibuktikan dengan banyak rekruitmen di
Timur Tengah dan negri jiran untuk memulangkan kembali para profesional
kita di luar negri.

Namun yang paling utama menurut saya adalah kepedulian para profesional
(disini G&G) terhadap kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya.

Jadi sekarang tergantung kita semuanya; apakah mau mengejar profesionalisme
dengan paket renumerasi yang sangat menarik di luar negri atau membangun
bangsanya dengan segala keterbatasan? Ini pilihan yang dilematis.

Kalau menurut saya, ambil pengalaman di luar negri (bagi yang pernah kerja
di luar negri atau overseas assignment) dan ketika pulang kampung dapat
aplikasikan pengalaman dan manfaatnya untuk dikembangkan membangun negri
kita sendiri. Selanjutnya, terserah anda . karena hidup adalah pilihan
kita masing-masing.

Semoga maju Indonesia dan sejahtera rakyatnya  Aamiin


Salam G&G



2013/4/3 rakhmadi avianto 

> Masalah klasik yg never ENDING  beh
> Cape deh
>
> Avi
>
>
>
> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>
>>  [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is
>> eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) Add cleanup 
>> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3D6OfJ71R7VluMdBUgTedbYAybA%252F8%252Be2vNYRKCL462kKgGdK7g4AaupAPD7891wMjCciY%252BFmsM9y2OarJZ6EoRoT6fRunfjsPKFMS6JFTuZ%252B%252BcHx%252FzXX9C6xN3RgJHrb7lVBCjPqLjriH8q4wYxvxPxA%253D%253D%26key%3D9HTWwx%252FwKyswBUQvn4z%252BgwM%252BNBBwjmX%252Bb0PW7XInShw%253D&tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>>  More
>> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>>
>> **
>> Pak Nyoto,
>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa?
>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>
>> Rgds,
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> ----------
>> *From: * nyoto - ke-el 
>> *Sender: * 
>> *Date: *Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>> *To: *IAGI
>> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject: *Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>
>> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>
>>
>> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>>
>>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
>>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
>>> champaign di KL
>>> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
>>> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
>>> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
>>> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
>>> seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
>>> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>>>
>>>
>>> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>>>
>>>>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
>>>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
>>>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
>>>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
>>>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
>>>> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
>>>> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
>>>> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
>>>> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
>>>> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
>>>> ruj

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik kartiko samodro
Bagaimana kalau logikanya dibalik..daripada menarik yang sudah bekerja di
luar negeri padahal mereka sudah jadi pahlawan devisa,mendingan menaikkan
gaji pegawai nasional yg bekerja di indonesia seperti expat supaya tidak
keluar.
Seperti yang dikatakan oleh mas adb bahwa mereka jadi pinter karena dididik
dan bekerja di Indonesia.



ApaLagi kaLo kita ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja
di LN, mereka jadi pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost
recovery semasa mereka kerja di PSC ind.
On Apr 3, 2013 11:37 AM, "Andang Bachtiar"  wrote:

> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing
> yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>
> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
> minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>
> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>
> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery semasa
> mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi pinter di Indonesia
> tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll. Seharusnya keahlLian mrk itu
> bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau PSC Ind dg tarif yg sama dg expat
> sesuai keahliannya.
>
> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg
> mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab knp
> gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!
>
> SaLam
> ADB
>
>
>


Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik Shofiyuddin
Kalo ndak salah, ini topik sudah yang kesekian kali dibahas, tapi belum ada
titik temunya.  Mungkin mba Nuning bisa ngasih pencerahan, terutama disaat
saat sekarang kita ingin meningkatkan produksi migas. Barangkali ini bisa
menjadi pemicu juga. Saya denger sich, pak Dahlan Iskan membentuk brigadi
300 ya? tapi gak tahu pastinya, tapi yang jelas merupakan satuan khusus
yang diberi tugas untuk meningkatkan produksi migas kita.


2013/4/3 rakhmadi avianto 

> Masalah klasik yg never ENDING  beh
> Cape deh
>
> Avi
>
>
>
> On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:
>
>>  [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is
>> eligible for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) Add cleanup 
>> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3D6OfJ71R7VluMdBUgTedbYAybA%252F8%252Be2vNYRKCL462kKgGdK7g4AaupAPD7891wMjCciY%252BFmsM9y2OarJZ6EoRoT6fRunfjsPKFMS6JFTuZ%252B%252BcHx%252FzXX9C6xN3RgJHrb7lVBCjPqLjriH8q4wYxvxPxA%253D%253D%26key%3D9HTWwx%252FwKyswBUQvn4z%252BgwM%252BNBBwjmX%252Bb0PW7XInShw%253D&tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>>  More
>> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>>
>> **
>> Pak Nyoto,
>> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa?
>> Instansi mana yg mengeluarkan?
>>
>> Rgds,
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --------------
>> *From: * nyoto - ke-el 
>> *Sender: * 
>> *Date: *Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
>> *To: *IAGI
>> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
>> *Subject: *Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>>
>> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
>> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
>> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>>
>>
>> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>>
>>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
>>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
>>> champaign di KL
>>> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
>>> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
>>> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
>>> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
>>> seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
>>> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>>>
>>>
>>> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>>>
>>>>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
>>>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
>>>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
>>>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
>>>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
>>>> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
>>>> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
>>>> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
>>>> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
>>>> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
>>>> rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
>>>> untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.
>>>>
>>>> Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2
>>>> oleh org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran
>>>> Teluk Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2
>>>> besar seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat
>>>> tertegun tim2 HRD tsb.
>>>>
>>>> Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
>>>> mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
>>>> dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
>>>> kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
>>>> Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti,

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik rakhmadi avianto
Masalah klasik yg never ENDING  beh
Cape deh

Avi



On Wed, Apr 3, 2013 at 3:24 PM,  wrote:

>  [image: Boxbe] <https://www.boxbe.com/overview> This message is eligible
> for Automatic Cleanup! (puluh.ria...@gmail.com) Add cleanup 
> rule<https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3D6OfJ71R7VluMdBUgTedbYAybA%252F8%252Be2vNYRKCL462kKgGdK7g4AaupAPD7891wMjCciY%252BFmsM9y2OarJZ6EoRoT6fRunfjsPKFMS6JFTuZ%252B%252BcHx%252FzXX9C6xN3RgJHrb7lVBCjPqLjriH8q4wYxvxPxA%253D%253D%26key%3D9HTWwx%252FwKyswBUQvn4z%252BgwM%252BNBBwjmX%252Bb0PW7XInShw%253D&tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>|
>  More
> info<http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=13883010987&tc_rand=854549626&utm_source=stf&utm_medium=email&utm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADD&utm_content=001>
>
> **
> Pak Nyoto,
> Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa?
> Instansi mana yg mengeluarkan?
>
> Rgds,
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * nyoto - ke-el 
> *Sender: * 
> *Date: *Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 +0800
> *To: *IAGI
> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
>
> Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
> Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
> Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.
>
>
> 2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
>
>> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
>> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
>> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
>> champaign di KL
>> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
>> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
>> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
>> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
>> seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
>> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>>
>>
>> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>>
>>>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
>>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
>>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
>>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
>>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
>>> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
>>> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
>>> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
>>> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
>>> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
>>> rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
>>> untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.
>>>
>>> Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2
>>> oleh org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran
>>> Teluk Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2
>>> besar seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat
>>> tertegun tim2 HRD tsb.
>>>
>>> Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
>>> mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
>>> dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
>>> kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
>>> Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.
>>>
>>> Salam,
>>>
>>> Muhammad Walfajri
>>>
>>>
>>> 2013/4/3 Andang Bachtiar 
>>>
>>>> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang
>>>> Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>>>
>>>> ADB, geologist merdeka!
>>>>
>>>> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
>>>> minyak di Jkt:
>>>>
>>>> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
>>>> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
>&

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik puluh . rianto
Pak Nyoto,
Boleh disebutkan aturan tersebut berupa SK, permen, kepmen nmer berapa? 
Instansi mana yg mengeluarkan?

Rgds,

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: nyoto - ke-el 
Sender: 
Date: Wed, 3 Apr 2013 15:05:03 
To: IAGI
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.


2013/4/3 Dyah Tribuanawati 

> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
> champaign di KL
> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
> seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>
>
> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>
>>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
>> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
>> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
>> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
>> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
>> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
>> rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
>> untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.
>>
>> Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2 oleh
>> org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran Teluk
>> Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2 besar
>> seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat tertegun
>> tim2 HRD tsb.
>>
>> Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
>> mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
>> dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
>> kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
>> Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.
>>
>> Salam,
>>
>> Muhammad Walfajri
>>
>>
>> 2013/4/3 Andang Bachtiar 
>>
>>> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang
>>> Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>>
>>> ADB, geologist merdeka!
>>>
>>> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
>>> minyak di Jkt:
>>>
>>> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
>>> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
>>> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
>>> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
>>> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
>>> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
>>> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
>>> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
>>> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
>>> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>>>
>>> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
>>> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
>>> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>>>
>>> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
>>> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
>>> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
>>> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
>>> ditolak oleh otoritas migas k

RE: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik Parvita Siregar
Memangnya apa salahnya kalau pakai standar gaji internasional?  Kenapa harus 
ada standar gaji orang Indonesia?  Kalau memang kemampuannya internasional ya 
bayarannya pakai harga pasar internasional mustinya.  Apalagi kalau kerja di 
perusahaan multinasional.  Apalagi kalau ada yang mau membayar.  Semestinya 
gaji itu bukan dilihat dari kebangsaan tapi dilihat dari skill seseorang.

Saya baru tahu kalau gaji diatur depnaker.  Mungkin batas bawahnya iya diatur, 
tetapi kalau batas atas kan tidak perlu ada limitnya.   Lagipula, bukannya 
senang kalau gaji pegawai besar, kan pajak pendapatannya jadi besar.  Jadi 
pemasukan kas Negara juga besar.  Saya masih tidak mengerti logikanya membatasi 
gaji dan regulasi pembatasan gaji.

PARVITA SIREGAR | SENIOR GEOLOGIST | AWE (NORTHWEST NATUNA) PTE LTD | AWE 
LIMITED

P +62 21 2934 2934  |  D EXT 107  |  F +62 21 780 3566  |  M +62  811 996 616  
|  E parvita.sire...@awexplore.com<mailto:parvita.sire...@awexplore.com>

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of nyoto - 
ke-el
Sent: Wednesday, April 03, 2013 2:05 PM
To: IAGI
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang Indonesia 
yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang Indonesai 
kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.

2013/4/3 Dyah Tribuanawati 
mailto:dyahtribuanaw...@gmail.com>>
Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu Perusahaan 
nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment champaign di KL
Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali pulang 
bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan pengumpulan data, 
berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh pekerja Indonesia, yg 
tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket seperti apa yg akan 
disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang kampung tetapi sampai sekarang 
tidak ada berita nya lagi 


2013/4/3 Muhammad Walfajri mailto:walfa...@gmail.com>>
Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK Migas 
mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari, 29-30 Maret 
yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia, tidak hanya yg 
berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari negara2 tetangga, 
seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah air yg segera akan 
digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP Tangguh, Pertamina, dll. 
Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali pulang 
bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan pengumpulan data, 
berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh pekerja Indonesia, yg 
tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket seperti apa yg akan 
disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 
tsb.

Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2 oleh org2 
kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran Teluk Arab yang 
indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2 besar seperti GMC, 
Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat tertegun tim2 HRD tsb.

Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau mengkaji 
dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri, dengan tidak 
lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya kita menjadi tuan 
rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2 Emirati, Qatari, Saudi, 
Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.

Salam,

Muhammad Walfajri

2013/4/3 Andang Bachtiar mailto:abacht...@cbn.net.id>>
(Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing yg 
memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)

ADB, geologist merdeka!

Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan minyak 
di Jkt:

"Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya otoritas di 
urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya menanyakan apakah 
saya boleh memakai tenaga expat nasional (berkewarganegaraan Indonesia), dg 
tarif sama dg expat asing, daripada uangnya utk orang asing, kan lebih baik 
buat WNI. Yg saya maksud expat nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di 
luar negeri dg pengaLaman internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. 
diskusinya gak ada kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, 
mentogh2nya: Masih beLum ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita 
u/menggaji tenaga ahLi Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga 
ahli asing."

(Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk bisa 
mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan prestasi, 
malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)

Memang masaLah penggajian expa

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik aluthfi143

Kang Yudi memang orang Indonesia jago konsep. Lihat cerita wayang ada konsep 
"Gatot Kaca" yang gagah bisa terbang, dalam realisasinya dibikin Tetuko di 
Nurtanio Bandung. Koq terbang sebentar saja kemudian nyaris tak terdengar. Ada 
konsep "Antareja" yang bisa ambles bumi sampai dalam. Perminyakan hiruk pikuk 
dengan pemboran, sampai sekarang tak satupun lahir pabrik Rig di negeri kita.  
Ada konsep "Togog (Ponokawan)", akhirnya banyak yang jadi Togog, sehingga 
menjadi Republik Togog. Sampai konsep sistim penggajian yg tetap  jadi konsep 
saja. 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Yudie Iskandar" 
Sender: 
Date: Wed, 3 Apr 2013 07:04:34 
To: 
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
Ini emang masalah klasik, tapi tidak semerdu Beethoven.
Pada zaman p Kardaya jadi bos Patrajasa, dia sampai roadshow ke amrik sana, 
belum di Indonesia omong disana sini, menyatakan bahwa sistem penggajian 
bumiputera akan diubah (saat itu lagi gencarnya braindrain ahli perminyakan).
Sampai dia turun dan penggantinya memperkenalkan konsep "Indonesian 
Incorporated". Intinya BPMIGAS adalah holding co utk HR national kan logonya 
dah nempel diseluruh badge KKKS, jadi bisa mindahin  employee dari satu KKKS ke 
KKKS lainnya.
Saking semangatnya, waktu itu saya undang petinggi HR nya utk bicara di suatu 
forum regular para operator migas.. Ternyata paparan dia g begitu nyambung 
dengan slide presentasi pak kepala di forum HR sebulan sebelumnya di Bali.. 
Jadi pantes kalo konsep yg bagus inipun kandas, wong di internal mereka saja g 
ada kesepahaman. 
Jadi memang kita masih ☺kέ☑..:D sebatas konsep doang.

Salam,

“_^

-Original Message-
From: Andang Bachtiar 
Sender: 
Date: Wed, 03 Apr 2013 11:37:28 
To: iagi-net
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
(Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang  
Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)

ADB, geologist merdeka!

Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah  
perusahaan minyak di Jkt:

"Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya  
otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya  
menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional  
(berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada  
uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat  
nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg  
pengaLaman internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak  
ada kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya:  
Masih beLum ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji  
tenaga ahLi Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga  
ahli asing."

(Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai  
tdk bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian  
dan prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)

Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu  
sekaLigus bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak  
dewe iki. Contoh waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing  
duLu, seorang rising star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji  
sama dengan VP yg expat tapi ditolak oleh otoritas migas karena  
berpaspor Indonesia berdasar aturan BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan  
ini dipindah ke headquarternya di Calgary dan tetap bekerja untuk blok  
yg di Indonesia itu, digaji standard Expat menggunakan anggaran PSC  
Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah itu kawan ini  
ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard expat,  
gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan  
tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal  
dari sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.

Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg  
mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo  
kita ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN,  
mereka jadi pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost  
recovery semasa mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi  
pinter di Indonesia tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll.  
Seharusnya keahlLian mrk itu bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau  
PSC Ind dg tarif yg sama dg expat sesuai keahliannya.

Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg  
mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab  
knp gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!

SaLam
ADB




Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik nyoto - ke-el
Mungkin masih terbentur dengan peraturan dari Depnaker, bahwa orang
Indonesia yg bekerja di Indonesia harus dibayar sesuai standard gaji orang
Indonesai kecuali kalau sudah tidak berpassport hijau lagi.


2013/4/3 Dyah Tribuanawati 

> Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
> Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
> Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
> champaign di KL
> Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
> pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
> pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
> pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
> seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
> kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 
>
>
> 2013/4/3 Muhammad Walfajri 
>
>>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
>> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
>> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
>> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
>> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
>> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
>> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
>> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
>> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
>> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
>> rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
>> untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.
>>
>> Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2 oleh
>> org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran Teluk
>> Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2 besar
>> seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat tertegun
>> tim2 HRD tsb.
>>
>> Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
>> mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
>> dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
>> kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
>> Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.
>>
>> Salam,
>>
>> Muhammad Walfajri
>>
>>
>> 2013/4/3 Andang Bachtiar 
>>
>>> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang
>>> Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>>
>>> ADB, geologist merdeka!
>>>
>>> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
>>> minyak di Jkt:
>>>
>>> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
>>> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
>>> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
>>> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
>>> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
>>> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
>>> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
>>> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
>>> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
>>> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>>>
>>> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
>>> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
>>> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>>>
>>> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
>>> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
>>> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
>>> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
>>> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
>>> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
>>> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
>>> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
>>> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
>>> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
>>> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
>>> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>>>
>>> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
>>> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
>>> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
>>> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery sema

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-03 Terurut Topik Yudie Iskandar
Ini emang masalah klasik, tapi tidak semerdu Beethoven.
Pada zaman p Kardaya jadi bos Patrajasa, dia sampai roadshow ke amrik sana, 
belum di Indonesia omong disana sini, menyatakan bahwa sistem penggajian 
bumiputera akan diubah (saat itu lagi gencarnya braindrain ahli perminyakan).
Sampai dia turun dan penggantinya memperkenalkan konsep "Indonesian 
Incorporated". Intinya BPMIGAS adalah holding co utk HR national kan logonya 
dah nempel diseluruh badge KKKS, jadi bisa mindahin  employee dari satu KKKS ke 
KKKS lainnya.
Saking semangatnya, waktu itu saya undang petinggi HR nya utk bicara di suatu 
forum regular para operator migas.. Ternyata paparan dia g begitu nyambung 
dengan slide presentasi pak kepala di forum HR sebulan sebelumnya di Bali.. 
Jadi pantes kalo konsep yg bagus inipun kandas, wong di internal mereka saja g 
ada kesepahaman. 
Jadi memang kita masih ☺kέ☑..:D sebatas konsep doang.

Salam,

“_^

-Original Message-
From: Andang Bachtiar 
Sender: 
Date: Wed, 03 Apr 2013 11:37:28 
To: iagi-net
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
(Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang  
Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)

ADB, geologist merdeka!

Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah  
perusahaan minyak di Jkt:

"Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya  
otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya  
menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional  
(berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada  
uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat  
nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg  
pengaLaman internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak  
ada kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya:  
Masih beLum ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji  
tenaga ahLi Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga  
ahli asing."

(Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai  
tdk bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian  
dan prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)

Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu  
sekaLigus bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak  
dewe iki. Contoh waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing  
duLu, seorang rising star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji  
sama dengan VP yg expat tapi ditolak oleh otoritas migas karena  
berpaspor Indonesia berdasar aturan BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan  
ini dipindah ke headquarternya di Calgary dan tetap bekerja untuk blok  
yg di Indonesia itu, digaji standard Expat menggunakan anggaran PSC  
Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah itu kawan ini  
ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard expat,  
gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan  
tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal  
dari sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.

Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg  
mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo  
kita ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN,  
mereka jadi pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost  
recovery semasa mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi  
pinter di Indonesia tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll.  
Seharusnya keahlLian mrk itu bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau  
PSC Ind dg tarif yg sama dg expat sesuai keahliannya.

Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg  
mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab  
knp gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!

SaLam
ADB




Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-02 Terurut Topik Dyah Tribuanawati
Kita lihat saja bagaimana realisasi nya ..
Beberapa tahun yang lalu (th 2007) juga akhir tahun 2011, salah satu
Perusahaan nasional di Indonesia datang ke KL mengadakan recruitment
champaign di KL
Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas untuk kembali
pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga melakukan
pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg diterima oleh
pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan rujukan kira2 paket
seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik untuk pulang
kampung tetapi sampai sekarang tidak ada berita nya lagi 


2013/4/3 Muhammad Walfajri 

>  Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK
> Migas mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari,
> 29-30 Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia,
> tidak hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari
> negara2 tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah
> air yg segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP
> Tangguh, Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah
> ke atas untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka
> juga melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
> diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
> rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
> untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.
>
> Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2 oleh
> org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran Teluk
> Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2 besar
> seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat tertegun
> tim2 HRD tsb.
>
> Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
> mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
> dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
> kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
> Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.
>
> Salam,
>
> Muhammad Walfajri
>
>
> 2013/4/3 Andang Bachtiar 
>
>> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang
>> Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>>
>> ADB, geologist merdeka!
>>
>> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
>> minyak di Jkt:
>>
>> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
>> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
>> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
>> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
>> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
>> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
>> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
>> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
>> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
>> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>>
>> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
>> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
>> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>>
>> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
>> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
>> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
>> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
>> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
>> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
>> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
>> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
>> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
>> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
>> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
>> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>>
>> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
>> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
>> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
>> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery semasa
>> mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi pinter di Indonesia
>> tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll. Seharusnya keahlLian mrk itu
>> bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau PSC Ind dg tarif yg sama dg expat
>> sesuai keahliannya.
>>
>> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg
>>

Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL

2013-04-02 Terurut Topik Muhammad Walfajri
Belum satu minggu berlalu, sekitar 9 KPS besar Indonesia dan Tim SKK Migas
mengadakan recruitment champaign di KBRI Abu Dhabi selama 2 hari, 29-30
Maret yg lalu. Mereka mewawancara ratusan profesional Indonesia, tidak
hanya yg berada di Uni Emirat Arab, tapi juga ada yg datang dari negara2
tetangga, seperti Qatar. Mereka memaparkan project2 besar di tanah air yg
segera akan digarap, seperti project Masela Inpex, Exxon Cepu, BP Tangguh,
Pertamina, dll. Mereka ingin merekrut tenaga ahli level menengah ke atas
untuk kembali pulang bekerja di tanah air. Selain wawancara, mereka juga
melakukan pengumpulan data, berupa salary, allowance dan benefit yg
diterima oleh pekerja Indonesia, yg tentunya nanti akan menjadi bahan
rujukan kira2 paket seperti apa yg akan disiapkan bila ada yg tertarik
untuk pulang kampung dan join dgn perusahaan2 tsb.

Di sela-sela acara tsb, teman2 HRD dan tim dari KPS diajaklah jalan2 oleh
org2 kita disini sekadar untuk melihat2 kota Abu Dhabi di pinggiran Teluk
Arab yang indah. Kebetulan teman2 di sini banyak yg memakai mobil2 besar
seperti GMC, Land Cruiser, dll yg katanya sempat sedikit membuat tertegun
tim2 HRD tsb.

Mudah2an saja dengan kunjungan ini, SKK Migas dan pihak2 berwenang mau
mengkaji dan merubah regulasi & system yg kurang memihak bangsa sendiri,
dengan tidak lagi meninabobokkan expat2 di tanah air. Tapi sudah saatnya
kita menjadi tuan rumah di negara sendiri, seperti makmurnya orang2
Emirati, Qatari, Saudi, Kuwaiti, Omani di negara2nya sendiri.

Salam,

Muhammad Walfajri


2013/4/3 Andang Bachtiar 

> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia, ee,..Orang Asing
> yg memanfaatkannya) - krn kita tdk menghargai bangsa senDiri (?)
>
> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah perusahaan
> minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya anggap punya
> otoritas di urusan per-migas-an kita tentang expat bangsa asing. Saya
> menanyakan apakah saya boleh memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat asing, daripada
> uangnya utk orang asing, kan lebih baik buat WNI. Yg saya maksud expat
> nasional adalah tenaga ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg pengaLaman
> internasional di mana2. Tapi ya begitulah .. diskusinya gak ada
> kesimpulan Karena untuk urusan kayak begini, mentogh2nya: Masih beLum
> ada mekanismenya dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq sampai tdk
> bisa mengakomodasi sistim penggajian berdasarkan fungsi, keaHLian dan
> prestasi, malahan koq berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)
>
> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini lucu sekaLigus
> bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2 ae awak dewe iki. Contoh
> waktu ada reorganisasi suatu kumpeni PSC/KKkS asing duLu, seorang rising
> star nationaL diangkat jadi VP dan akan digaji sama dengan VP yg expat tapi
> ditolak oleh otoritas migas karena berpaspor Indonesia berdasar aturan
> BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan ini dipindah ke headquarternya di Calgary
> dan tetap bekerja untuk blok yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
> menggunakan anggaran PSC Blok tsb dalam "head quarter overhead". Setelah
> itu kawan ini ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik standard
> expat, gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC (head quarter overhead) dan
> tidak ditolak oleh otoritas kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal dari
> sumber yang sama produksi migas di Blok tsb.
>
> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg ini dg
> mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa sendiri? ApaLagi kaLo kita
> ingat bhw skrg ini banyak tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN, mereka jadi
> pinter krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost recovery semasa
> mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka jadi pinter di Indonesia
> tapi yg menikmati malah Petronas, Arab dll. Seharusnya keahlLian mrk itu
> bisaLah dinikmati Pertamina, Medco atau PSC Ind dg tarif yg sama dg expat
> sesuai keahliannya.
>
> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah bermain2 dg
> mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga mungkin saLah satu penyebab knp
> gak kunjung bergerak maJu penemuan cadangan2 baru kita!
>
> SaLam
> ADB
>
>
>