Cerita sederhana yang cukup menarik
Ada sebuah kisah sederhana yang rasanya cukup menarik dan baik untuk kita baca sekali lagi. Pada jaman dahulu di negara Arab, banyak orang menunggang keledai sebagai kendaraan. Seorang bapak membawa anaknya ke satu tempat dengan membawa seekor keledai. Mereka menaiki keledai itu dan lewat di sebuah desa. Keadaan ini menarik perhatian orang-orang. Ada di antara mereka berkata "Ini penganiayaan. Keledai itu terlalu kecil untuk dinaiki oleh dua orang. Kan itu menyiksa binatang.. Tak ada prikemanusiaan ". Bapak itu mendengar komentar mereka. Lalu si Bapak turun dan membiarkan anaknya sendirian di atas keledai. Si Bapak meneruskan perjalanan sambil berjalan kaki. Mereka pun melalui sekumpulan orang ramai. Sekali lagi ada yang berkomentar, "Kurang ajar anak itu. Dia enak-enak naik keledai. Bapaknya dibiarkan berjalan kaki." Si anak mendengar komentar mereka, lalu dia turun dan menyuruh bapaknya menunggang keledai. Si anak berjalan kaki mengiringi bapaknya di atas keledai. Mereka pun melalui sekumpulan orang. Sekali lagi mereka mendengar rungutan "Bapak tak ada otak, dia enak naik keledai, anaknya dibiarkan berjalan keringatan." Mendengar hal itu, si bapak pun turun dan berjalan bersama anaknya. Keledai itu dibiarkan berjalan sendirian. Mereka pun melalui lagi sekumpulan orang. Kali ini pun masih ada yang berkomentar "Bodohnya orang tua ini. Ada keledai tapi tidak mau dinaiki. Kalau begini, lebih baik tak usah bawa keledai!" Mendengar kata-kata ini, si-bapak pun memberitahu anaknya. "Beginilah keadaan masyarakat. Mereka hanya pandai memberikan komentar. Pintar melihat kesalahan orang. Ada saja yang tak betul. Kalau kita ikut saja kata-kata mereka, rusaklah kita. Kita tidak boleh terima pandangan mereka secara langsung. Kita harus pikirkan semuanya dan kita buat yang sekiranya baik. Jangan pedulikan komentar mereka.." _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Re : [bincang] istiglal di bom
Ikutan lagi ah... Kayanya kita semakin kritis aja nih melihat segala macam permasalahan yang terjadi, bahkan sampai posisi legal dan fungsional seseorangpun bisa di jadikan bahan pembicaraan yang menarik karena orang itu mengeluarkan pernyataan (re: DFA). Setiap gejala sosial politik yang terjadipun selalu menimbulkan interpretasi yang beragam di antara kita sesuai dengan beragamnya latar belakang organisasi, pendidikan, serta kepercayaan. Bagus tuhartinya kebebasan berpendapat yang selama 3 dekade lebih terkungkung, sekarang sudah bisa tersalurkan. Hanya agak disayangkan apabila emosi sudah lebih dominan di dalam berdiskusi, karena sering menimbulkan debat kusir yang tidak sehat. Manurut saya sih, mbikin dugaan dugaan ya sah sah aja.. mengemukakan argumen argumen, ya boleh boleh aja.. menghubung hubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainpun ya monggo.. wong namanya aja berpendapat dan bukan lagi nulis disertasi.. Sayapun pengin ngasih pendapat atas pemboman masjid kita tercinta Istiqlal dua hari yang lalu. Memang kalau kita menanyakan siapa yang salah dan yang bertanggung jawab atas kejadian itu--seperti juga kejadian2 lainnya-- tentu kita akan sepakat mengatakan bahwa para pelaku dan orang2 yang ada di belakang pelaku itulah yang bertanggung jawab. Entah itu seorang pejabat, seorang jendral ataupun seorang preman, dia harus bertanggung jawab, dan kalau bisa di tangkap, di seret ke pengadilan dan di hukum. Setiap ada kejadian, hampir secara serempak orang akan segera mengatakan bahwa ada provokator di belakangnya, serta ada unsur kepentingan politik yang menungganginya. Dan hampir secara bersamaan pula orang akan mengutuk habis habisan para pelaku dan dalang dari peristiwa itu. Tapi apakah pelaku dan dalangnya merupakan satu satunya faktor yang menyebabkan peristiwa itu bisa terjadi...? saya rasa kok nggak bisa seperti itu. Kalau kita juga mau introspeksi diri, rasanya kita juga akan menemukan kesalahan pada diri kita masyarakat Indonesia. Kenapa kita terlalu sensitif terhadap masalah masalah yang berkaitan dengan agama..? kenapa kita sering terlibat pertentangan antar agama...? kenapa pula kita sering terjebak dalam fanatisme yang berlebihan yang sering membutakan kita sendiri terhadap eksistensi keberagaman di sekitar kita...? Seandainya sejak dulu kita bisa menghilangkan sifat fanatisme yang berlebihan dan bisa menerima realitas keberagaman sebagai bagian dari dinamika kehidupan, tentunya kita nggak akan gampang di pecah belah. Seandainya kita benar benar bisa hidup berdampingan antara penganut agama yang berbeda, tentunya kita nggak akan gampang di hasut. Kecenderungan kita yang terlalu fanatik terhadap agama dan kurang bisa menerima perbedaan itulah yang justru memberikan ruang gerak kepada para provokator atau apapun istilahnya untuk mempermainkan kita, dan memecah belah bangsa kita. Jadi dalam hal ini, kita juga punya andil dalam mengakomodasi gerakan2 para provokator itu. Peristiwa2 seperti di Ambon, Sambas, Istiqlal dan peristiwa2 lain tentunya tidak akan semudah itu terjadi kalau kita bisa hidup berdampingan dan tidak mudah terhasut. Menyalahkan dan menuntut pertanggung jawaban para pelaku dan dalangnya adalah suatu keharusan hukum yang wajib di laksanakan. Tapi menurut saya itu tidak cukup dan belum bisa menjamin tidak terulangnya peristiwa2 semacam itu. Perlu adanya kesadaran seluruh rakyat (termasuk para kaum intelektual) untuk mawas diri dan mempererat persaudaraan sesama manusia. Hilangkan fanatisme keagamaan yang berlebihan. Fanatik boleh dalam arti untuk mempertinggi kualitas iman dan takwa sebagai umat beragama, tapi jangan di jadikan alasan untuk menjelekkan agama lain yang mengakibatkan pertentangan. Semoga kita semua segera sadar.. ini cuman sekedar pendapat doang...kalo ada yang nggak setuju ya monggo aja... --- Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Alexander Lumbantobing,.. > > Terserah anda mau menulis apa tentang dugaan-dugaan anda mengenai > manipulasi pidato Theo Syafei (padahal belum ada keterangan apapun > dari > kepolisian), terserah anda mau menduga-duga tentang akan adanya > larangan > ikut Pemilu bagi Golkar. > > Yang saya sangat harapkan dari Anda adalah rasa menghormati kepada > orang > yang jauh lebih tua dari anda, Bapak Achmad Sumargono. Sebutan yang > ada > tulis dibawah adalah penamaan dan julukan yang buruk kepada orang > yang sama > sekali anda tidak kenal pribadinya, ahlaknya, moralnya. Putra beliau > adalah > teman saya, dan saya mengenal dengan baik moralnya, perkataannya yang > baik > dan amanah, kelembutan dan ketegasan hati beliau Bapak Achmad > Sumargono. > > Anda pasti tidak akan mau nama orang tua anda dijuluki yang buruk - > buruk > oleh orang lain yang sama sekali tidak kenal dengan orang tua anda, > bukan > begitu ? > > Jadi perlihatkan dalam tulisannya anda sedikit rasa hormat - > menghormati ke > orang lain apalagi ke orang tua kita, kalau kita juga mau dihormati > oleh > anak-anak kita nantinya. > > Terimakasih > >
Re: Fwd: URGENT ACTION ON EAST TIMOR!
wah...gimana nih seandainya orang lain bilang bahwa justru berita ini yang bias? kan logis kalo ada yang ngomong gitu, soalnya kan etan merupakan salah satu pihak yang terlibat (langsung apa enggak..???) dalam pertikaian, sehingga besar kemungkinannya bahwa berita yang di buat sudah dimuati interest tertentu.. jawabannya ya ndak tahu... --- Donald Saluling <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ini ada berita dari East Timor Action Network. Semoga menambah > sedikit > wawasan pada teman2 yang sekarang ini cuma mengikuti cerita2 dari > Kompas dan > media2 tanah air yg bias dan kurang akurat. Mari kita teruskan berita > ini > kepada mereka2 yang belum mengetahui atau yang selama ini sudah > dibutakan > oleh media2 pemerintah tentang keadaan di Tim-Tim. > > Donald Saluling > > > ATTACHMENT part 2 message/rfc822 > Date: Sun, 15 Jul 1990 15:09:14 -0700 > To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] > From: Carrie Anderson <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: URGENT ACTION ON EAST TIMOR! > Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] > Reply-To: [EMAIL PROTECTED] > > URGENT EAST TIMOR ALERT -- PLEASE CALL IMMEDIATELY!! > > Yesterday (Saturday, 4/17) more than 1000 armed pro-Indonesian > paramilitary > members took control of the streets of Dili. > > Current reports confirm at least 13 dead so far and many more wounded > although it is impossible to know the full extent of the damage and > violence. At this moment the paramilitaries are marauding through > the > capital, attacking civilians, shooting into buildings, and ransacking > and > burning homes. Part of Becora market and at least six houses have > been > razed. The streets are empty save for the paramilitary groups and > the > accompanying special mobile police units. The military and police are > refusing to halt the violence, instead providing water and cigarettes > to > the paramilitaries. > > At least 275 people (including civil servants, CNRT(National Council > of > Timorese Resistance) members, East Timorese NGO leaders, and > reconciliation > advocates) are believed to be on a death list. Militias have > threatened > that Bishop Belo will be assassinated on Sunday (tomorrow). > > The targeting of the pro-independence leadership appears to have > begun at > the home of Manuel Carrascalao, leader of the Movement for the > Reconciliation and Unity of the People of East Timor. Militias firing > automatic weapons supplied by the Indonesian army attacked his home > today, > killing an undetermined number of the 140 refugees, mainly women and > children, living in Carrascalao's back yard. Carrascalao's son is > also > reported dead. > > Photographers were told they would be shot if they took pictures. > Foreign > journalists have been attacked and few a
Re: Beda laki sama perempuan
WHAT WOMEN SAY AND WHAT THEY MEAN: "Can't we just be friends?" = There is no way in hell I am going to let any part of your body touch any part of mine, ever again. " I just need some space" = .without you in it. "Do I look fat in this dress?" = We haven't had a fight in a while. "No, pizza's fine!" = ...you cheap bastard! "I just don't want a boyfriend now." = I just don't want YOU as a boyfriend now. "You never listen!" = You never listen! "We're moving too quickly." = I am not going to sleep with you until I find out if this guy at work is married. "I'll be ready in a minute!" = I AM ready, but I am going to make you wait because I know you will. "Oh, no, I'll pay for myself!" = I'm just being nice; there is no way I'm going dutch. "Oh YES!!! Right there!!!" = Well, near there, I just want to get this over with. "I'm just going out with a few of my girfriends." = We're going to get shit-faced and make fun of you and your stupid friends. "There's no one else." = I'm doing your brother. "Size doesn't matter.." = unless I want to come. WOMAN'S GUIDE TO WHAT A MAN REALLY MEANS-- "I'm hungry" = I'm hungry. "I'm sleepy" = I'm sleepy. "I'm tired" = I'm tired. "I've gotta pee" = Get out of the way. "Can I call you sometime?" = I'd eventually like to have sex with you. "Do you want to go to a movie?" = I'd eventually like to have sex with you. "Can I take you out to dinner?" = I'd eventually like to have sex with you. "Can I get your coat?" = I'd eventually like to have sex with you. "Let me get your door." = I'd eventually like to have sex with you. "May I have this dance?" = I'd eventually like to have sex with you. "I'd like to take you away some place really special for the weekend." = Don't expect to see anything other than 4 walls and the ceiling. "Nice dress!" = Nice cleavage! "You look tense, lie down and I'll rub your back." = I want to fondle you, and hopefully it will lead to sex. "What's wrong?" = I don't see why you're making such a big deal out of this. "What's wrong?" = What meaningless self-inflicted psychological trauma are you going through now? "What's wrong?" = I guess sex tonight is out of the question. "I'm bored." = Do you want to have sex? "I love you." = Let's have sex now. "I love you too." = Okay, I said it...we'd better have sex now! "Good morning." = Is it too early for sex? "See you later." = That was great sex..let's have more! "Yes, I like the way you cut your hair." = I liked it better before. "Yes, I like the way you cut your hair." = $50 and it doesn't look that much different! "Let's talk." = I am trying to impress you by showing that I am a deep person and maybe then you'll want to have sex with me. "Will you marry me?" = I want to make it illegal for you to have sex with other guys. "Will you marry me?" = I might as well get tax benefits for going through these "talks". WHILE SHOPPING: "Yes, that one's nice" = Why do you ask when you aren't going to listen anyway? "That one looks great on you" = Pick any f! dress and let's go home! "I like that one better." = Pick any f! dress and let's go home! _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Beda laki sama perempuan 2
The differences between how a woman and a man uses a drive-through banking machine. Here is his and hers ATM usage explained... HIS 1. Pull up to ATM 2. Insert card 3. Enter PIN number and account 4. Take cash, card and receipt HER 1. Pull up to ATM 2. Check makeup in rearview mirror 3. Shut off engine 4. Put keys in purse 5. Get out of car because you're too far from machine 6. Hunt for card in purse 7. Insert card 8. Hunt in purse for wrapper with PIN number written on it 9. Enter PIN number 10. Study instructions for at least 2 minutes. 11. Hit "cancel" 12. Re-enter correct PIN number 13. Check balance 14. Look for envelope 15. Look in purse for pen 16. Make out deposit slip 17. Endorse checks 18. Make deposit 19. Study instructions 20. Make cash withdrawal 21. Get in car 22. Check makeup 23. Look for keys 24. Start car 25. Check makeup 26. Start pulling away 27. STOP 28. Back up to machine 29. Get out of car 30. Take card and receipt 31. Get back in car 32. Put card in wallet 33. Put receipt in checkbook 34. Enter deposits and withdrawals in checkbook 35. Clear area in purse for wallet and checkbook 36. Check makeup 37. Put car in gear, reverse 38. Put car in drive 39. Drive away from machine 40. Travel 3 miles 41. Release parking brake _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur
karena pejabat deketnya presiden ndak terkena tuntutan masalah dwi fungsi, makanya si ibu itu memanfaatkan akronim namanya untuk ber-DFA (Dwi Fungsi Ah..);) --- ". Brawijaya" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Hehehe.kali ada yg laporan kedudukan DFA diomongin di milis ini. > Hiyaati-ati lho > > Nah, sekarang udah pas kan kalau DFA ditaruh spt itu. Berarti bener > kalau kemarin sebetulnya kedudukannya lebih bersifat informal. > (Dukun kali..penasihat kok informal). Dengan demikian, teka-teki > silang kita sudah terjawab nih Bung BRidwan, bahwa memang DFA mau > diorbitkan cuma belum ada jabatan yang pas untuk mbak DFA ini. > Kalau kemarin mau didudukkan sebagai asisten Mensesneg, maka akan > ada kerancuan karena asisten mensesneg tanggung jawabnya ya ke > mensesneg. Padahal di lain pihak, BJH pengen nge-keep DFA supaya > dekat ke dia. Mangkane jadi mbingungi mau ditaruh sbg jubir salah, > jabatan yg lain juga kagok. > > Mungkinkah seorang Dewi menyandang begitu banyak jabatan? Ya > mungkin aja bung. Yang nggak mungkin adalah jabatan jubir sekaligus > menjabat asisten mensesneg. Soale dengan cara ini mensesneg akan > selalu dilangkahi. Kok asisten lebih deket dg BJH dpd menterine. > Cuma sekarang masalah ini sudah terselesaikan karena AT sebentar > lagi akan cuti, shg DFA otomatis sah ijah kabul berlaku sbg > mensesneg. Rak gitu tho? Wis gathuk...cocok... > > > Salam, > Jaya > > > On Apr 20, 11:19pm, bRidWaN wrote: > > Subject: Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur > > Hari ini disuati surat kabar, beliau disebutkan sebagai > > asisten Mensesneg bidang luar negeri. > > Nah, yang mana yang benar ? Mungkinkah seorang Dewi > > menyandang begitu banyak jabatan, ataukah ini merupakan > > tanda semrawutnya organisasi dalam kabinet saat ini? > > > > > > At 22:40 19/04/99 +0700, Erwin wrote: > > >Sekedar informasi... > > >Dewi Fortuna Anwar memang salah satu calon kandidat menjadi > Menteri > > >Luar Negeri di kemudian hari... > > >Setidaknya, Amien Rais dalam sebuah artikel di tabloid "Detak" > pernah > > >mengatakan, bahwa apabila Amien Rais terpilih menjadi presiden, > maka > > >Ia akan meminta Dewi Fortuna Anwar menjadi Menteri Luar > Negerinya... > > > > > >Salam, > > >Erwin > > > > >-- > > >From: bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> > > >Date: Monday, April 19, 1999 3:45 PM > > > > > >>Dr Dewi Fortuna Anwar ini siapa sih? Setahu saya 'beliau' > > >>adalah salah seorang PENASEHAT PRESIDEN. > > >>Mengapa terkesan kadang sebagai seorang Pejabat atau bahkan > > >>Menteri Luar Negeri? > > >>Jangan-jangan memang ada promosi yang saya tidak ketahui?? > >-- End of excerpt from bRidWaN > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
High School Attack di Denver, Colorado
Rekan2 Permias, Ternyata kebrutalan manusia terhadap sesamanya tidak hanya menjadi dominasi pasukan Serbia di Bosnia dan Kossovo, atau kelompok bersenjata di Tim-Tim, maupun kelompok yang bertikai di Ambon dan Sambas yang berada dalam kekacauan politik negaranya. Di US pun detik ini terjadi kebrutalan manusia tak beradab yang sampai sekarang belum diketahui motivasi dan latar belakangnya. Sampai saya menulis cerita ini, sudah sekitar 3 jam CNN menayangkan laporan langsung tentang high school attack di Denver, COlorado yang sampai detik ini diperkirakan sudah memakan sekitar 25 korban meninggal dan belasan lainnya luka luka. Beberapa orang bersenjata telah menyerang sebuah high school yang berisi sekitar 2000 siswa. Ratusan siswa sudah berhasil di evakuasi dari kompleks sekolah, sementara ratusan lainnya masih terkurung di sekolah dibawah ancaman para penyerang. Seorang dari para penyerang yang diperkirakan paling sedikit dua orang, berhasil di tangkap pihak kepolisian, tapi sampai sekarang berlum di beritakan keterangan lebih lanjut. Saya tidak tahu, gejala sosial apa yang sedang terjadi pada manusia saat ini, sehingga dengan mudahnya orang2 tak beradap tersebut menumpahkan darah sesamanya. Mungkin ada rekan2 yang dari Colorado bisa memberikan penjelasan lebih lengkap terhadap tragedi ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Silence is ............
Hati hati lho Bung Hadeer.. menyindir calon presiden itu juga termasuk "bukan budaya timur" lho... kali aja ntar kalo ibu itu jadi presiden akan diberlakukan UU subversi tentang budaya ketimuran...:) --- Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sebenernye saya nggak suka mengambil berita - berita dari Detik.com > atau > Siar atau Pijar dan sejenisnya. Ini bukan hobi saya. > Tapi begitu ada tulisan yang seperti dibawah, KOQ temen-temen yang > biasanya > hobi men-forwardkan Detik.com atau Siar atau Pijar malah diam > saja...kaya' > nggak ada apa - apa :-) ...Padahal berita ini "menarik" > lhohe...he > > :-) > Hadeer lagi > > -- > From: Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Silence is > Date: 21 April 1999 16:27 > > > Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur" > > Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!! > Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-) > > :-) > Hadeer > > === > > Rabu, 21 April 1999 > > Rencana Debat Calon Presiden > Mega dan Sultan tak Bersedia > Reporter Hestiana Darmastuti > > detikcom, Jakarta. Megawati menolak > menghadiri undangan > debat calon presiden yang diadakan > mahasiswa > pro reformasi > Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak > sesuai dengan budaya > timur. Sultan juga absen karena alasan > lain, > tapi Amien Rais > bersedia. > > "Jawaban Mega itu disampaikan oleh Haryanto > Taslam (Sekjen > PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai > dengan > budaya timur," > jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal > dalam > jumpa pers di UI > Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00 WIB. > > Absennya Mega itu sangat disesalkan Forsal. > Sebab pihaknya > melihat Mega adalah calon potensial dan > yang > paling > didengungkan banyak pihak. Bahkan pendukung > PDI > Perjuangan sudah tak melirik calon manapun, > kecuali Mega > untuk menduduki tampuk pemerintahan RI > keempat mendatang. > > Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara > tertulis sendiri memang > tak pernah didapatkan. Meski sudah > diundang. > Beberapa kali > mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan > aksi melepas baju > Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di > rumahnya, tapi > tak pernah berhasil. > > Tampaknya Mega memang pasti tidak akan > hadir > dalam debat > itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam > juga mengatakan > bahwa tidak ada undang-undang yang > mewajibkan calon > presiden termasuk Megawati harus mengikuti > debat. "Karena > kami anggap Megawati adalah calon pemimpin > bangsa, kami > ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi > secara formal maupun > informal melalui telepon pun semuanya tak > berhasil," katanya. > > Walau demikian, dalam beberapa hari ini > Forsal berharap ada > perubahan keputusan pada Megawati. Selai > Mega, misalnya > Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan > ditolak, karena bukan > calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir, itu > hak Mega.Yang > menjadi perhatian dan pikiran kami adalah > kembali ke pikiran > rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar > proses demokrasi > berjalan baik." > > Calon yang sudah menyatakan bersedia datang > adalah Amien > Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra > (PBB), > Didin Hafidhudin > (Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas > (PUDI), dan Budiman > Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah > menyatakan > kesediaannya secara tertulis. > > Dijelaskan, hanya sembilan partai yang > diundang, terutama partai > besar dan yang sudah memiliki calon > presiden. Partai besar itu > diambil dari hasil polling Tabloid Politik > terkemuka TEKAD, > dan sedang PUDI dan PRD diundang karena > sudah menyatakan > punya capres. > > Khusus soal Budiman yang masih berstatus > Napol, Forsal sudah > mengajukan permohonan ke Depkeh pada 14 > April lalu. Juga >
Re: Silence is ............
--- Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Tapi preman nggak gebukin seorang wanita kan ?! :-) Cuma "narikin" > doang... > :-) Apakah kalimat ini merupakan "unintentional confession" dari Sdr.(i) Hadeer bahwa anda adalah seorang wanita.(yang selama ini jadi teka teki)..??? :) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Status Quo?(Re: Analisa partai Pro "Cendana")
Bentar...bentar... saya ada pertanyaan nih, tolong dijelasin kalo ada yang bersedia.. Saya kok agak 'telmi' nih tentang batasan2 'statut quo' dalam konstelasi perpolitikan kita saat ini. Secara leksikal, arti kata ini gampang di cari di kamus, atau di encyclopedia, atau thesaurus. Tapi setelah dikaitkan dengan situasi perpolitikan yang semrawut di tanah air kita saat ini, saya jadi bingung dengan batasan2 'status quo' yang dalam dua tahun terakhir ini begitu akrab di telinga. Kalao membaca tulisan di bawah ini, rasanya saya menemukan batasan yang sempit terhadap arti 'status quo', yaitu 'segala sesuatu yang berhubungan dengan Soeharto'. Padahal kan seharusnya tidak bisa di artikan sesempit itu..? Sejauh pengertian saya, status quo seharusnya di artikan sebagai 'mempertahankan sistem atau tatanan lama yang sudah melekat selama kurun waktu yang panjang'. Oke..saya setuju kalau partai2 politik yang masih 'memelihara hubungan' dengan keluarga cendana dianggap sebagai partai yang 'pro-status quo', karena apabila mereka berhasil membawa kembali dinasti Soeharto kepada kekuasaannya di negara kita, berarti kita akan bertahan pada tatanan lama yang sudah salah kaprah. Tetapi yang agak kurang 'sreg' di benak saya adalah kalau penilaiannya di persempit ke dalam batas 'ada atau tidaknya hubungan dengan Soeharto'. Seharusnya batasan itu diperluas menjadi 'ada atau tidaknya upaya untuk merubah ke tatanan baru yang lebih baik'. Saya ambil contoh yang simple aja deh. Semua orang pasti tahu dan setuju serta bisa menilai bahwa PDI-P adalah partai yang 'anti-status quo' karena memang sudah sejak lama berseberangan dengan dinasti Soeharto, dan sudah lama pula merasakan sakit akibat pemerintahan Soeharto. Akan tetapi (maaf) kesan 'pengkultusan individu' pada sosok Megawati, yang masih belum bisa lepas dari bayang bayang Soekarno, mengesankan bahwa tatanan kehidupan di dalam partai ini tidak beda dengan 'pengkultusan individu' dalam masa2 Soeharto dulu. Pernyataan Megawati baru2 ini tentang debat calon presiden yang katanya 'bukan budaya timur' juga mengesankan keengganan ketua partai ini untuk mengadakan perubahan, regardless of 'ketakutan' akan kelahakan dalam debat. Sebaliknya, orang2 semacam Adi Sasono atau Marzuki Darusman yang lebih banyak bicara tentang perubahan masih di anggap orang orang yang 'pro-status quo' hanya karena mereka berafiliasi dengan Golkar dan masih punya hubungan dengan sistem pemerintahan yang lama. Jadi inilah yang sering membuat saya bingung. Apakah batasan 'status quo' ini hanya sekitar hubungan dengan dinasti Soeharto, ataukah bisa lebih di perluas ke dalam sistem atau tatanan lama dan baru..?? tolong kalau ada yang paham, di jelaskan deh... Thanks.. --- RiZwAn RiZaL <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Dear permias, > > Ini ada tulisan yang boleh langsung ditelan tetapi lebih baik di > telaah dulu ataupun langsung di hapus, Sebuah tulisan yang sangat > perlu untuk menyinggapi kita dalam "Memilih dan menganalisa 'pakaian > terbaik' sebelum perkawinan Rakyat Indonesia". Memang kelihatannya > tulisan ini hanya menganalisa beberapa partai, tetapi point yang > ingin disampaikan, jika memang anda anti orde baru bacalah, jika > tidak hapus saja langsung Email ini!! > > Ps: pengirim tidak bertanggung jawab dengan isi tulisan. > > ___ > > Ini ada analisis dari rekan wartawan Jawa Pos mengenai partai-partai > yang "katanya" pro status quo. Tulisan ini memang tidak di muat di > korannya karena alasan susahnya klarifikasi. Kriteria yang digunakan > ada disebutkan. di hapus biar nggak kepanjangan. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Silence is ............
Nah...ini ada satu pembelaan..lumayan bagus alasannya tapi saya rasa kok tokoh2 semacam Prof. Dr. Amien Rais dan Budiman Sudjatmiko, serta calon1 lain dari PK dan lainnya 'tidak kurang bijaksana' atau kasarnya 'nggak buta" (kecuali Gus Dur) untuk bisa menilai apakah debat itu di rekayasa, membangun de el elde es be.. Gus Dur aja yang nggak bisa ngelihat, masih pinter menilai kok, bahkan setiap ada kejadian udah langsung bisa tahu siapa pelakunya...:) Nah, kalau MS lebih pinter dan lebih bijaksana menilai (atau mencurigai..??) dibanding tokoh2 lainnya (AR dkk), ya berarti emang udah cocok jadi presiden udah deh langsung di lantik ajandak usah ribut ribut.. --- Frarev Sitorus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mas...menurut Saya ...kata-kata ibu MS itu bukan perdebatan yang > sebenarnya. Kalau perdebatan yang direkayasa sedemikian rupa untuk > tujuan > tertentu yang tidak sesuai dengan semestinya...pasti Saya tolak kan. > Jadi > lihat dulu konteksnya, siapa yang mengadakan perdebatan ( netral atau > bukan?). Bukan berarti ibu MS menolak debat itu sama dengan menolak > debat > yang membangun. > :-) > > On Wed, 21 Apr 1999, Hadeer wrote: > > > > > Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur" > > > > Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!! > > Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-) > > > > :-) > > Hadeer > > > > === > > > > Rabu, 21 April 1999 > > > > Rencana Debat Calon Presiden > > Mega dan Sultan tak Bersedia > > Reporter Hestiana Darmastuti > > > > detikcom, Jakarta. Megawati menolak > > menghadiri undangan > > debat calon presiden yang diadakan > mahasiswa > > pro reformasi > > Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak > > sesuai dengan budaya > > timur. Sultan juga absen karena alasan > lain, > > tapi Amien Rais > > bersedia. > > > > "Jawaban Mega itu disampaikan oleh > Haryanto > > Taslam (Sekjen > > PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai > dengan > > budaya timur," > > jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal > dalam > > jumpa pers di UI > > Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00 > WIB. > > > > Absennya Mega itu sangat disesalkan > Forsal. > > Sebab pihaknya > > melihat Mega adalah calon potensial dan > yang > > paling > > didengungkan banyak pihak. Bahkan > pendukung > > PDI > > Perjuangan sudah tak melirik calon > manapun, > > kecuali Mega > > untuk menduduki tampuk pemerintahan RI > > keempat mendatang. > > > > Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara > > tertulis sendiri memang > > tak pernah didapatkan. Meski sudah > diundang. > > Beberapa kali > > mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan > > aksi melepas baju > > Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di > > rumahnya, tapi > > tak pernah berhasil. > > > > Tampaknya Mega memang pasti tidak akan > hadir > > dalam debat > > itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam > > juga mengatakan > > bahwa tidak ada undang-undang yang > > mewajibkan calon > > presiden termasuk Megawati harus > mengikuti > > debat. "Karena > > kami anggap Megawati adalah calon > pemimpin > > bangsa, kami > > ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi > > secara formal maupun > > informal melalui telepon pun semuanya tak > > berhasil," katanya. > > > > Walau demikian, dalam beberapa hari ini > > Forsal berharap ada > > perubahan keputusan pada Megawati. Selai > > Mega, misalnya > > Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan > > ditolak, karena bukan > > calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir, > itu > > hak Mega.Yang > > menjadi perhatian dan pikiran kami adalah > > kembali ke pikiran > > rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar > > proses demokrasi > > berjalan baik." > > > > Calon yang sudah menyatakan bersedia > datang > > adalah Amien > > Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), > > Didin Hafidhudin > > (Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas > > (PUDI), dan Budiman > > Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah > > menyatakan > > kesediaannya secara tertulis. >
Re: Silence is ............
Lha saya kan ngikutnya disini baru baru aja, jadi ya ndak begitu ngerti. Wong orang lain juga manggilnya Bung Hadeer kok, jadinya ya saya ikut ikutan. Kalau tahu ini adalah seorang Mbak...wah, udah dari dulu tak kirimi surat...hehehe..:) --- "FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mbak Hadeer emang wanita tulen. Kan dulu udah ngaku > Cuman kalau dipancing mesti disebut mbak atau mas biasanya > diam saja. Padahal kitanya cuman pura-pura lupa. Tapi nggak > apa-apasoale entar Bung Dodo sama Bung Andrew bakal > selalu setuju dengan pendapate Mbak Hadeer. Nah kan yg repot > kita-kita juga. Lha diskusi jadi macet... apalagi kalau tiba-tiba > jadi > seneng bikin puisi. Hehehe. > > > > Dodo D. wrote: > > > --- Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Tapi preman nggak gebukin seorang wanita kan ?! :-) Cuma > "narikin" > > > doang... > > > :-) > > Apakah kalimat ini merupakan "unintentional confession" dari > Sdr.(i) > > Hadeer bahwa anda adalah seorang wanita.(yang selama ini jadi > teka > > teki)..??? :) > > _ > > Do You Yahoo!? > > Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB
--- FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > 1. MS itu sebenarnya punya kemampuan nggak sih? Lho...sampeyan ini gimana tho cak,...Ya jelas punya kemampuan tho ya, at least mampu ngomong sekata dua kata bahwa debat itu tidak sesuai dengan budaya timur. Dan saya rasa, dia sekarang juga 'mampu' ndengarkan bisik bisik para pendukungnyakira kira apa ya yang bisa ane katakan untuk menjawab gossip yang berkembang menyusul pernyataan ane kemaren..?? dan pasti juga doi sambil senyum2 simpul malu2 kucing (klenyam klenyem..) > > Memang diam dapat berarti emas, cuma kalau masyarakat meragukan > kapabilitasnya dan MS malah mengambil sikap tapa brata & puasa > ngomong, maka keraguan thd MS akan makin besar lagi. Dalam hal ini, > diam berarti loyang. Lho...loyang kan kalo kebentur biasanya bunyi keras...lha yang satu ini udah di bentur dari sana sini masih stays quiet aja kok. Kali aja yang satu ini diemnya kaya gumpalan tanah lembek... > > MS dengan karakteristik begini akan berpotensi menjadi pemimpin yang > disetir para pembantu dekatnya. Kelambanan dalam bersikap mungkin > disebabkan perlunya meminta pertimbangan dari para DFA-DFA di > sekitarnya. Kalau terus-terusan ya repot. Kalau gitu kenapa nggak > para pembantunya aja yg jadi presiden? Ya kalo gitu si DFA aja suruh nyalonkan diri...kan sama sama ceweknya jadi masih tetap adil, tetap punya capres cewek > Salam, > Jaya > > '- > Hadeer wrote: > > > > > Tulisan seperti ini sampai nggak ya ke MS. > > Apa udah dicegat duluan oleh para "penjaga" MS... > > Jangan-jangan MS itu duduk di menara gadingbetul - betul nggak > tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi disekitanya... > > > > Kasihan... :-( > > > > Hadeer > > > > (Sitorus tolong diforwardkan berita dari Ira Damayanti ini ke Email > nya PDI - P, thanks. Kamukan pernah kirim-kiriman email dengan PDI - > P beberapa waktu yang lalu) > > > > -- > > > From: Ira Damayanti <[EMAIL PROTECTED]> > > > To: [EMAIL PROTECTED] > > > Subject: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB > > > Date: 22 April 1999 14:33 > > > > > > Hari ini dan besok.. April 22-23, di kampus kami,Aula Barat - ITB > , > > > KM -ITB mengadakan hearing terbuka beberapa calon presiden > Indonesia.. > > > Diantaranya ialah dari PBB,PK,PUDI,PAN,.. dan seharusnya ada PKB > dan PDI > > > Perjuangan.. (dan ada satu-dua lagi saya lupa, sorry) > > > Dari PBB sudah , PK mungkin sedang berlangsung.. dan nanti jam 4 > sore > > > Insya Allah ada Amien Rais... > > > > > > Dan tadi pagi ternyata saya dengar bahwa Mega dan GusDur dengan > alasan > > > sesuatu hal menolak hadir di kampus kami untuk ikutan hearing... > > > > > > Kenapa kok nggak mau hadir, Mbak Mega ? > > > Apa hearing terbuka juga melanggar budaya timur-kah ? > > > > > > Mana kharisma Ayahanda Bung Karno sebagai alumnus ITB ? yang > bahkan > > > namanya diabadikan di "monumen soekarno" di kampus kami ini ??? > > > Kok ternyata putri tercinta penerus perjuangan tidak cukup punya > nyali > > > untuk hadir dalam hearing di almamater ayahanda ?! > > > Malu-maluin aja! > > > > > > > - > > > O ya, menanggapi tentang penolakan MS untuk debat terbuka dengan > alasana > > > pelanggaran budaya timur. > > > > > > Well. > > > Saya kok baru dengar ya, debat terbuka itu melanggar budaya > > > timur.Sebelumnya apa pernah dipermasalahkan gitu ? > > > > > > Saya pikir malahan budaya tersebut hanya berlaku di jaman > Soeharto > > > aja.Tujuannya supaya Suharto nggak didebat... > > > Is this the same thing ? ( as Soeharto ) > > > > > > Well, oke kalo MS nggak mau berdebat karena bukan budaya timur, > dan > > > yaa.. mungkin karena arena debat terbuka ini malah berpotensi > jadi ajang > > > debat kusir yang berkepanjangan yang malah saling > > > menjatuhkan satu sama lain (tapi masak calon presiden berantem di > depan > > > publik ?) , > > > tapi kali inimasak iya presentasi visi dan > > > misinya aja juga melanggar budaya Timur ? > > > > > > datang ke hearing saja nggak mau ? > > > Apa hearing juga melanggar budaya timur ? > > > Emang 'budaya timur' itu apa sih ? > > > Emangnya semua budaya timur sebegitu bagusnya gitu kok sampe > dibela2in > > > secara tidak logis dan non-sense ? > > > Atau hanya merupakan justifikasi dari sikapnya yg "silence > is( golden > > > or stupidity ? )..." > > > Saya kira itu cuma cara2 eskapisme aja > > > > > > Saya asli orang timur... (katakanlah Jawa Timur), tapi kayaknya > nggak ada > > > deh peraturan dan norma yang kaya gitu... > > > Ini sih bukan "meneng mergo anteng" ( diam karena tenang ) tapi > ini mah > > > "meneng mergo nggelenggem" ( diam karena bego ) > > > > > > Lha wong pemilihan2 di kampus kami saja, mulai dari pemilihan > ketua > > > himpunan,ketua unit sampai presiden KM aja semuanya melalui > proses debat > > > terbuka... > > > Apakah kami para mahasiswa (yg notabene dicap kaum terpelajar)
Re: still....Mega dan ke-mega-han politiknya
Argumen yang mangkin mbulet dan mangkin mbingungkan... tapi mendingan daripada ketua partainya yang ndak mbulet dan ndak mbingungkan sama sekalilha wong argumennya aja ndak ada babar blas kok... --- FRAREV SITORUS <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > -Original Message- > From: Ali Simplido <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> > Date: Thursday, April 22, 1999 1:19 PM > Subject: stillMega dan ke-mega-han politiknya > > > >Bung Sitorus, > > > >Saya kira anda terlalu jauh mengartikan apa yang ada dipikiran Mega > >Soekarno (MS). Alasan dia cuman satu kok ; debat itu "tak sesuai > dengan > >budaya Timur." > > > >karena anda ini kan anak ITB yang mempunyai problem-solving skills, > >pergunakanlah skills anda itu. > > > Kalau melihat politik itu tanpa skill segala bisa saja kancommon > sense > kok. Kalau namanya di dalam politikseseorang itu kelihatan tidak > konsisten pada pernyataannya padahal hanya manuvernya saja ( Gus Dur > dan > Amien Rais ). Kalau jawaban PDI-P ( oleh sekretaris DPP PDI-P) > merupakan > arti sebenarnya nggak? bisa arti sebenarnya dan bisa tidak kan... > kalau Saya bukan aktivis Parpol ...jadi jawabannya pun hanya dengan > common > sense saja lho... > :-) > > >Jadi cuman ada dua alternatives dalam mengartikan statement MS > >tersebut; > > > >1. Apakah MS harus meninggalkan budaya timur-nya untuk berdebat? > > > Beliau cinta budaya timur di Indonesia ini, sama dengan bapak AR, Gus > Dur, > BJH, AS, dan Pak Akbar Tanjung dan lain - lain:-) > > > >2. Apakah MS harus meninggalkan perdebatan untuk berbudaya timur? > > > > > >Kalo alternative satu mungkin MS nggak bisa tempuh karena (in my > >opinion) MS lebih mencintai budaya timurnya. > BENARRhebat juga skill mas sama seperti mas Hadeer:-) > >Tapi kalo MS pilih alternative kedua, apakah bukan merupakan salah > >satu kebudayaan timur juga bahwa wanita bukanlah seorang pemimpin. > I > >am not saying that she (or kaum wanita) can't be the president. > ( sepakat untuk tidak sepakat kan...) jangan basa - basi nanti busuk > dan > bau... > Artinya apa...? Mbak Mega emang cinta budaya timur bahwa pemimpin itu > bukan > untuk wanita ( beliau berbesar hati)di Indonesia, tetapi kalau rakyat > sebagian besar meminta beliau sebagai Presiden...beliau pun > iap( menunjukkan rakyat mulai terlihat moderat). Ingat...kita ini > belum > menuju demokrasi hanya dalam masa transisi yang belum tahu akhirnya > sebelum Pemilu betul2 jurdil dari "hawa Orba " di sistem sekarang > ini). > Beliau tidak mengiginkan korban akan bertambah terus...dalam suasana > transisi ini. Jadi, kalo emang budaya timur ini tidak > mengijinkan...beliau > pun menurut suara rakyat Indonesia . Kalo dibilang mbak MS tidak > punya > kredibilitas...bisa - bisa aja, tetapi team work PDI-P sebagai > motornya. > Daripada seperti pemerintahan sekarang ini...banyak terdiri dari > profesor-profesor dan doktor-doktor dari luar negeri, tetapi ditipu > oleh > orang asing supaya barang rongsokan di negerinya dibeli dan > bergantung pada > mereka teruss.hasilnya seperti ini. Kalau tetap pemerintah yang > akan > daatang masih asas legalitas bukan legitimasi...nyam-nyam > :-) > >I mean, let us be realistic, selama ini saya belum pernah dengar ada > >queen yang memerintah kerajaan besar di Indonesia. Have you ever > heard > >such a thing? > > > >Kalo si Tien itu dulu merintah Indonesia lewat Soeharto, wah itu sih > >lain lagi urusannya:-) > > > >Kalo memang MS mencintai budaya timur, kenapa MS hanya diam dalam > kasus > >Purbalingga (terlepas apakah korban wanita Golkar atau bukan)? > kenapa, > >kenapa, dan kenapa? > Itulah anehnya budaya timur Indonesia yang lucu...dan imut-imut ini. > Wanita > ditempatkan bukan untuk memimpin bangsa ( mungkin jadi ibu yang baik > di > dapur )dan ditambah lagi dilecehkan oleh Pria( dan bukan hanya di > Purbalingga kan.. peristiwa 13 Mei'98 juga). Walaupun mbak MS > berbicara...tetap aja orang bilang " orang2nya MS itu lho"., siapa > tahu kalo > kejadian itu kerjaan kelompok lain kan... Hukum ditegakkan dengan > keadilan > yang menyelesaikan itu, bukan hanya 'silat-lidah' dan kambing hitam , > kalo > mbak MS jadi ngoceh, dan mas Hadeer;mas Ali...juga tahu bahwa itu > tidak > efektif dalam mengatasi itu...sebab kebiasaan itu pola2 ORBA( orde > baru/ > orang "kanan"/Top-down dan sangat liberal melebihi U.S)Politik > itu emang > sulit ditebak, tetapi dapat dirasakan...a > > > Sama... > >peace > > > >Ali Simplido > > > > > > > > > > > >--- Frarev Sitorus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> Mas...menurut Saya ...kata-kata ibu MS itu bukan > >> perdebatan yang > >> sebenarnya. Kalau perdebatan yang direkayasa > >> sedemikian rupa untuk tujuan > >> tertentu yang tidak sesuai dengan semestinya...pasti > >> Saya tolak kan. Jadi > >> lihat dulu konteksnya, siapa yang mengadakan > >> perdebatan ( netral atau > >> bukan?). Bukan berarti ibu MS menolak debat itu sama > >> dengan menolak debat > >> yang membangun. >
Re: BAN ME
Nnnganu kok, kalo ndak salah, di body emailnya di tulis command SIGNOFF ini kalo ndak salah juga lho...soalnya saya belom pernah unsubsribe.. --- Kris Wilburn <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Wah kasihan Bung Indi ini...mau keluar kok ndak bisa. > Kalau ndak salah requestnya dg kirim email ke alamat: > > [EMAIL PROTECTED] > > lalu ketik unsubscribe pada subjeknya. > isi email kosong > > Kalau salah ya embuh... > > Salam, > Jaya > > > '--- > Indi Soemardjan wrote: > > > > BAN ME > > -- > > > > Indi Soemardjan > > Be my guest: http://pagina.de/indradi > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKABRI
Saya salut dengan berita2 dari SiaR seperti ini, paling tidak cara menyajikan rentetan berbagai events patut diacungi jempol. Cerita cerita di rakit dan dijahit secara halus sehingga bisa memberikan keyakinan kepada pembaca bahwa memang peristiwa2 itu sangat berkaitan erat satu sama lainnya, dan menyajikan sequence yang cukup enak untuk dibaca. Akurasi dari kebenaran individual story dalam "kumpulan cerita" ini juga patut diacungi jempol, dan saya rasa 80% benar. Contohnya cerita tentang Edy Prabowo yang mantan taruna AKABRI dengan segala macam permasalahannya memang mendekati hal yang sebenarnya, dan seperti saya bilang, 80% benar. Akan tetapi, setelah membaca sampai selesai, kemudian melihat lagi judulnya, saya kok jadi kurang menangkap relevansi dari cerita tentang Edy Prabowo ini dengan judul yang ditawarkan. Judul berita mengisyaratkan keyakinan dan mungkin bermaksud untuk membawa pembaca kepada keyakinan bahwa pelaku pengeboman Istiqlal adalah mantan taruna AKABRI. Kemudian di bagian akhir cerita dibahas tentang perjalanan hidup seorang mantan taruna AKABRI bernama Edy Prabowo, dan keterkaitannya dengan kelompok tidar yang diduga berada di belakang peristiwa2 yang selama ini terjadi. Sayangnya tidak di jelaskan sejauh mana keterlibatannya pada pemboman Istiqlal tersebut. Yang menghubungkan peristiwa Istiqlal dengan dugaan keterlibatan Edy Prabowo hanyalah kemiripan sketsa wajah dari kepolisian dengan wajah si EP ini. Kalau melihat latar belakang si EP, pribadinya, dan keahliannya, memang ada kemungkinan bahwa dia terlibat dalam pemboman Istiqlal. Tetapi untuk merasa yakin bahwa memang dialah pelakunya, tentu tidak cukup hanya berdasarkan dugaan. Saya rasa, judul berita itu akan lebih tepat di kemukakan apabila memang sudah terbukti bahwa si EP ini pelakunya. Saya ingat sewaktu sedang rame ramenya kerusuhan Ambon dan Gus Dur menyebut initial Mayjen K sebagai dalangnya. Atas dasar ucapan Gus Dur itu pula kemudian keluar cerita yang mirip seperti ini. Dengan kepandaian menjahit cerita secara halus, akhirnya keluarlah nama Kivlan Zein sebagai 'terdakwa utama' di berita itu, seakan akan memang sudah terbukti bahwa dia pelakunya. Kemudian si Kivlan uring uringan, dan mendatangi Gus Dur untuk minta klarifikasi. Ternyata jawaban Gus Dur apa...? yang dimaksud Mayjen K bukanlah si Kivlan. Pada cerita kali ini, sebenarnya apa yang di sajikan masih mirip2 dan berkaitan erat dengan cerita tentang Kivlan Zein dulu, tapi mungkin karena pernah 'mengeluarkan dakwaan yang salah' terhadap Kivlan, akhirnya nama itu nggak di singgung2 lagi. Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita menjustify sesuatu atau seseorang sebelum benar2 di buktikan. Pemberitaan surat kabar atau press release dari suatu kelompok, seperti biasa, pasti punya tendensi tertentu yang sering mengakibatkan beritanya bias. Yang jelas, siapapun pelaku pemboman Istiqlal, harus diungkap secara tuntas dan setransparan mungkin di jelaskan kepada masyarakat agar tidak terjadi tuding menuding antar kelompok, apalagi antar agama yang memang sangat sensitif di negara kita. Jangan sampai pihak berwajib memanipulasi fakta dan akhirnya menutup-nutupi kelompok tertentu hanya karena 'merasa sungkan' yang akhirnya akan menghancurkan bangsa Indonesia secara keseluruhan. --- Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mencuat kembali nama, Letnan Jendral Prabowo Subianto dan Kelompok > Asuhannya yang bernama kelompok "Tidar". > > * > PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN > TARUNA AKBRI > > JAKARTA (SiaR,23/4/99), Aparat menyatakan bahwa Amir alias Edi Ranto, > Ketua Kelompok Angkatan Mujahidin Islam Indonesia (AMIN) adalah > tersangka > otak perampokan BCA dikaitkan dengan kasus peledakan Mesjid Istiqlal > (19/4). Sedangkan Gus Dur menduga pembom itu orang bayaran dan oknum > bekas ABRI. Tapi lain lagi dengan temuan SiaR yang menyimpulkan > adanya > kemungkinan anak emas Prabowo dari kelompok Tidar. > Hasil investigasi SiaR menunjukkan bahwa pelaku peledakan bom di > Masjid > Istiqlal adalah Eddy Prabowo, seorang mantan taruna AKABRI, yang > direkrut > Prabowo -mantu mantan Presiden Soehartountuk masuk kelompok Tidar > yang > dibentuknya. > > Kontroversi siapa pelaku pemboman di Mesjid Istiqlal makin meruncing > setelah POLRI dengan mudahnya melanggar asas praduga tak bersalah, > dengan > mengaitkan Amir alias Edi Ranto tersangka pelaku perampokan Bank BCA > di > Gang Kancil menjadi tersangka utama satu-satunya pemboman Istiqlal. > Bahkan > > Kadispen Polri Brigjen Pol Togar Sianipar, Rabu (21/4) kemarin > menjelaskan, bahwa satu dari 10 saksi, mengaku pernah bertemu dengan > 2 di > antara 4 pelaku yang diduga melakukan pemboman di Istiqlal. Saksi ini > ditemukan polisi pada Selasa (20/4) malam. > Dengan demikian, sudah ada 2 saksidi samping para saksi mata yang > diperkirakan bisa membawa polisi melacak jejak pelaku pemboman di > Istiqlal, demikian tuduh Togar Sianipar. > > Dar
Re: Pemimpin berbudaya Timur
Mengikuti obrolan tentang fenomena Mega ini, saya jadi ingat sebuah buku tentang leadership yang berjudul "Hope is not a method" yang ditulis oleh mantan Chief of Staff of the US Army, Gordon Sullivan. Buku ini sangat menarik karena merupakan aplikasi military leadership (khususnya US Army) ke dalam bisnis dan organisasi secara umum. Dalam bahasan khususnya tentang pemimpin, Sullivan mengatakan bahwa hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah 'shared vision.' Pemimpin menggunakan vision and values untuk memobilisasi orang lain (yang dipimpin), memfasilitasi perubahan dan pertumbuhan, serta menciptakan masa depan suatu organisasi. Visi adalah langkah pertama dalam mentransform organisasi. Contoh yang di kemukakan mas Eep tentang masyarakat Finlandia sangat relevan dengan argumenya Sullivan diatas. Masyarakat Finlandia tidak mau dipimpin oleh orang yang tidak punya visi karena memang tidak menjanjikan sesuatu buat masa depan mereka. Seorang pemimpin harus punya visi yang jelas, karena visi yang jelas dan di jelaskan kepada masyarakat akan 'provides a sense of enduring purpose, and incorporates a measure of success.' Jadi menurut saya, sangat wajar apabila kita masyarakat Indonesia yang semakin maju dan kritis ini meragukan kemampuan Megawati untuk memimpin, karena selama ini dia tidak pernah menyatakan visinya dan menjelaskannya kepada masyarakat luas. Apalagi sewaktu di undang untuk acara debat, yang pada intinya agar masyarakat mengetahui visi calon presidennya, juga menolak dengan alasan yang 'konyol' yaitu tidak sesuai dengan budaya timur. Kalaupun masyarakat kita nanti terlena (atau memang masih tidur) dan memilih pemimpin semacam ini, semuanya akan rugi. Apabila suatu saat ternyata pemimpin ini tidak bisa memenuhi tuntutan masyarakat, masyarakatpun tidak akan bisa terlalu menggugat, karena mereka telah memilihnya walaupun tanpa visi. Kalaupun masyarakat akhirnya menggugat, sang pemimpin akan dengan mudah pula mengelak dengan mengatakan bahwa dia dulu dipilih bukan untuk membawa misi seperti yang di harapkan oleh masyarakat, karena memang dari awal tidak pernah mengeluarkan visinya kedepan. Saya setuju kalau dikatakan bahwa dengan memilih pemimpin yang nggak punya visi yang jelas, sama dengan memilih kucing dalam karung. Judul bukunya Sullivan mengimplikasikan bahwa 'Hope' bukanlah metoda yang tepat untuk memilih pemimpin, sama artinya dengan 'memilih kucing dalam karung.' --- Endra Susila <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Beberapa hari yll., di kampus ITB telah diadakan hearing dari para > Calon Presiden RI. Tercatat, wakil dari PAN, PBB, PK, PRD, serta PUDI > (+..) telah mengungkapkan gagasan-gagasan mereka. Tercatat pula > wakil > dari PDI-P serta PKB menolak hadir pada acara tsb dengan alasan > "bukan > budaya Indonesia serta tidak diatur dalam RUU (mohon dikoreksi kalau > salah)". UI Salemba, tidak kalah pula, akan mengadakan acara sejenis > beberapa saat mendatang. Rupanya PDI-P dan PKB juga telah menolak > untuk > menghadiri acara tsb. > > Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan di atas, ini tadi saya barusan > mendapatkan tulisan Eep Saefulloh pada Refleksi Republika yang > menyentil > Mbak Mega karena keengganan-keengganannya untuk diajak berdiskusi > terbuka. > > Cukup menarik untuk dibaca. Walaupun, bisa jadi menurut para > pendukung Mbak Mega, tulisannya agak subjektif. > > Endra > > - > http://www.republika.co.id/9904/25/12738.htm > > Pemimpin Berbudaya Timur > > Oleh Eep Saefulloh Fatah > > "Kertas yang kosong untuk kepala yang kosong dan janji yang kosong." > > Kata-kata itu tertera di sebuah kertas suara di Uusima, satu dari 15 > wilayah pemilihan dalam Pemilu Parlemen Finlandia, 21 Maret 1999 > lalu. Ia > tertera di salah satu kertas suara yang bertumpuk bersama dengan > kartu > suara lain yang tidak sah karena pemilih tidak menulis nomor kandidat > anggota parlemen di kertas itu. Pemilih justru melaku?n protes dengan > menuliskan kata-kata di atas, boleh jadi lantaran ia tak tahu isi > kepala > dan tak percaya janji kosong para kandidat. > > Apa yang bisa kita pelajari dari soal yang kelihatan remeh temeh itu? > Jawabnya: Setiap orang bebas memilih wakil mereka di parlemen dengan > rasional. Ketika yang didapati sang pemilih adalah ''kepala yang > kosong > dan janji yang kosong'', ia leluasa untuk tak menentukan pilihannya. > > Soal remeh temeh itu pun memberi pelajaran lanjutan lain: Rakyat > berhak > tahu du? isi kepala dan dan menakar dulu janji seorang calon pemimpin > sebelum memutuskan pilihannya. Rakyat tak boleh dipaksa membeli > kucing > dalam karung. Pemimpin tak berhak meminta cek kosong dari rakyat. > > Itulah pelajaran Finlandia, sebuah negara Skandinavia yang makmur > dengan > kualitas demokrasi yang teruji, nun di utara Eropa sana. Apakah itu > pelajaran tentang budaya utara atau budaya barat, dan bukan timur? > Menurut > saya, bukan. > > Pelajaran Finlandia yang saya tem
Re: Pemimpin berbudaya Timur
> Saya setuju dengan pendapat anda. dengan adanya visi misi seorang > pemimpin, > kita tahu ,mau dibawa ke arah mana indo ini. Banyak cara -cara > penyampaian > menjelaskan program visi/misi tsb, tapi pernah kah anda memikirkan > bahwa > debat/hearing calon presiden didepan umum belum bisa diterima oleh > masyarakat kita karena belum mampu menerima dengan lapang dada > pendapat > orang lain. Sudah dibuktikan oleh ITB, dan ternyata hasilnya mengesankan bahwa masyarakat antusias menanggapinya. > contohnya sangat jelas seperti pembakaran rumah2 > ibadah,kantor,dll, yang semuanya itu akibat salah "menerjemah". > memang perlu adanya debat calon presiden, tapi bisa nggak diterima > rakyat > kelas bawah yang paling mayoritas. Kok rasanya nggak ada hubungan antara debat calon presiden dengan pembakaran rumah2 ibadah de el el.. kecuali mungkin calon presidennya adalah preman yang bisanya cuman mengumpulkan para preman dan menggerakkannya tanpa bisa mengontrol, akhirnya jadilah tindakan2 brutal, contohnya narikin tali BH wanita..yaick.. > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Pemimpin berbudaya Timur
why? --- Sarah Bumpas <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > who are you? > > > > > >From: "Dodo D." <[EMAIL PROTECTED]> > >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> > >To: [EMAIL PROTECTED] > >Subject: Re: Pemimpin berbudaya Timur > >Date: Sun, 25 Apr 1999 10:49:17 -0700 > > > >> Saya setuju dengan pendapat anda. dengan adanya visi misi seorang > >> pemimpin, > >> kita tahu ,mau dibawa ke arah mana indo ini. Banyak cara -cara > >> penyampaian > >> menjelaskan program visi/misi tsb, tapi pernah kah anda memikirkan > >> bahwa > >> debat/hearing calon presiden didepan umum belum bisa diterima oleh > >> masyarakat kita karena belum mampu menerima dengan lapang dada > >> pendapat > >> orang lain. > > > >Sudah dibuktikan oleh ITB, dan ternyata hasilnya mengesankan bahwa > >masyarakat antusias menanggapinya. > > > >> contohnya sangat jelas seperti pembakaran rumah2 > >> ibadah,kantor,dll, yang semuanya itu akibat salah "menerjemah". > >> memang perlu adanya debat calon presiden, tapi bisa nggak diterima > >> rakyat > >> kelas bawah yang paling mayoritas. > > > >Kok rasanya nggak ada hubungan antara debat calon presiden dengan > >pembakaran rumah2 ibadah de el el.. > >kecuali mungkin calon presidennya adalah preman yang bisanya cuman > >mengumpulkan para preman dan menggerakkannya tanpa bisa mengontrol, > >akhirnya jadilah tindakan2 brutal, contohnya narikin tali BH > >wanita..yaick.. > >> > > > > > > > >_ > >Do You Yahoo!? > >Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > > > ___ > Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Pemilu ditunda
Setelah beberapa hari yang lalu muncul dugaan "permainan dana" untuk kartu suara yang dilakukan oleh anggota KPU, sekarang muncul issue baru lagi yang menyebutkan bahwa Pemilu terancam tertunda karena kartu suaranya belum siap. Issue ini kemudian disusul dengan dugaan bahwa pemasokan kertas dan tinta kepada perusahaan percetakan yang ditunjuk untuk mencetak kartu suara disabotase oleh intel militer. Lha kok ada aja sih permasalahan permasalahan konyol kaya begini ini..? Jangan jangan minggu depan muncul lagi berita yang mengatakan bahwa kotak suaranya belum dibikin...jadi pemilu ditunda lagi. Habis itu disusul lagi issue bahwa TPS nya belum siap karena bahan untuk mbikin kamar pencoblosannya habis... lha kalo terus terusan gini...kapan kita ini mau maju..? Mbok ya gini aja, daripada susah susah, pemilih suruh bawa kertas sendiri sendiri, bungkus kacang atau apa kek...yang penting bisa ditulisi "saya milih partai A". Kalaupun nggak ada ya daun pisanglah.. Terus tempat buat ngumpulin kertas suaranya pake tas plastik aja, atau kotak bekas indomie. Saya kok heran dengan segala macem kekonyolan ini. Kok ya susah banget mau mbikin tatanan kehidupan bernegara yang baik aja. Kalau memang ada dugaan kuat tentang sabotase oleh kelompok tertentu, mbok ya segera diungkap biar nggak menjadikan saling tuding, saling menyalahkan, dan nggak menyelesaikan masalah... == Pencetakan Kartu Suara Disabotase Kertas dan Tinta Tak Tersedia, Pemilu Bisa Ditunda Jakarta, JP.- Kecemasan terhadap kemungkinan tertundanya jadwal Pemilu 1999 makin di ambang mata. Ini gara-gara kertas dan tinta untuk kartu suara sampai saat ini belum diterima oleh perusahaan-perusahaan yang mendapatkan pesanan untuk mencetaknya. Kemungkinan tertundanya pemilu yang direncanakan berlangsung 7 Juni 1999 ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dr Adnan Buyung Nasution. Sayangnya, Buyung tidak mengatakan secara jelas siapa yang berkewajiban memasok kertas dan tinta yang konon bersifat khusus itu. Apakah ini bentuk sabotase untuk menggagalkan pemilu? Buyung meyakini hal itu. Siapa pelakunya? Ia menuding rezim dan orang lama di militer. Ada laporan tadi malam (Minggu malam, Red) bahwa masih ada upaya-upaya sabotase (pencetakan kartu suara) itu, kata Buyung. Seperti diketahui, pencetakan kartu suara memang diserahkan kepada sejumlah perusahaan percetakan di dalam negeri. Mereka mendapatkan proyek tersebut melalui tender yang dilakukan oleh KPU. Konon, dalam tender tersebut, percetakan yang ada hubungannya dengan keluarga Cendana telah dicoret sebelum tender berlangsung. Buyung mengaku cemas terhadap upaya-upaya sabotase yang dilakukan pihak-pihak yang tidak menginginkan Pemilu 1999 ini berlangsung mulus dan sukses. Inilah yang saya cemaskan, tandasnya. Masalahnya, jelas Buyung, diperlukan setidaknya empat minggu atau sebulan sebelum hari-H pemilu untuk mendistribusikan kartu suara itu ke wilayah-wilayah Indonesia yang luas ini. Dan, untuk sampai ke pemilu yang diperkirakan paling demokratis sejak Pemilu 1955 itu, waktunya tinggal enam minggu. Bila sampai 7 Mei kertas suara itu belum siap, mungkin pemilu ditunda, ingatnya. Buyung menyadari, masih ada orang-orang yang ingin melihat pemilu kali ini gagal. Bahkan, tandasnya, upaya menggagalkan pemilu itu terjadi pula di ibu kota Jakarta dengan banyak cara. Rezim lama dan orang-orang lama dalam intelijen militer sangat pintar dalam soal itu (sabotase) sejak 1950-an, papar dedengkot pembela HAM ini. Buyung mengaku sangat gembira melihat animo masyarakat pada pemilu kali ini, meskipun ada perubahan sistem pendaftaran pemilih. Walaupun partisipasi rakyat sampai saat ini ada pada rentang 20 sampai 90 persen, di beberapa wilayah, katanya, 90 persen warga yang berhak menggunakan hak pilih telah mendaftarkan diri. Di beberapa wilayah padat penduduk seperti Jawa, Bali, beberapa wilayah di Sumatera dan Sulawesi, tingkat partisipasi warga sudah mencapai 80 persen. Mereka sangat antusias dan committed terhadap pemilu ini. Kalian tidak bisa membandingkannya dengan pemilu lalu. Pada pemilu yang sudah lewat itu, apa pun persentase (pemilih yang menggunakan hak pilih), kalian tidak bisa menyebutnya sebagai pemilu murni, jelas Buyung. Bagaimana Pemilu 1955 yang dikenal paling demokratis dalam sejarah pemilu
Mega oh Mega
Ngomongin ibu kita ini lagi ah...daripada ndak ada kerjaan. Setelah lamaa banget mikir, akhirnya keluar jugalah pernyataan dari kubu PDI-P dengan alasan konyolnya yang dibuat untuk merasionalisasi penolakan debat oleh sang ibu. Kali aja karena udah terlalu terpengaruh ama 'ketidak jelasan-ketidak jelasan' yang sering dilontarkan oleh partnernya, Gus "D", akhirnya MS mengatakan bahwa caprez sekarang ini masih belum jelas. Lha wong Amin Rais, Yusril, Akbar, dkk udah jelas jelas dicalonin oleh partainya masing masing kok ya masih dianggap ndak jelas. Apakah mau nunggu setelah ada yang kepilih, terus mau nggerakin massanya untuk "mendebat"...? Lebih konyol lagi, katanya debat yang ndak sampe sehari itu dianggap ngabisin waktu. Waktu yang mana nih..? yang bener aje.. Atau mungkin takut, jangan jangan pas di debat trus grogi, trus pingsan, trus...trus... Lha kalo ini ya memang bisa "ngabisin waktunya" untuk bisa jadi caprez. Anehnya juga, wong yang 'mbikin' alasan itu si Mega, kok yang nyampaikannya si Lubis, apa memang masih takut lagi kalau alasannya juga akan di debat? jangan jangan ibu ini nanti menjadi trauma dengan kata kata 'debat'. = Megawati Siap Debat seusai Pemilu Jakarta, JP.- Ternyata Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak tahan juga diledek setiap hari karena dianggap tidak berani berdebat dengan kandidat calon presiden lainnya. Menurut Mega, tuduhan dirinya tidak berani berdebat dengan kandidat presiden lainnya itu salah. Saya mau diajak berdebat atau berdialog dengan calon presiden lainnya, asal calon presidennya benar-benar jelas, ujar Mega seperti disampaikan melalui anggota Litbang PDI Perjuangan Manginsara Lubis kemarin. Menurut Mega, kalau selama ini ada kesan ia menolak diajak debat, itu disebabkan calon-calon yang disandingkan dalam forum debat itu dinilainya statusnya tidak jelas. Calon-calon itu baru bisa dianggap calon presiden sesungguhnya setelah pemilu. Kalau sekarang banyak capres, ya bukan capres yang sesungguhnya, ujarnya. Debat terbuka para calon presiden, menurut rencana, dilakukan Selasa ini di kampus UI Depok. Capres yang sudah menyatakan siap hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain, Amien Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Sri-Bintang Pamungkas (PUDI), dan Akbar Tanjung (Golkar). Sementara itu, Megawati Soekarnoputri menolak menghadiri undangan tersebut. Menurut Mega, seperti yang dikutip Lubis, demokrasi di Indonesia sangat berbeda dengan di Amerika. Di sana, katanya, sudah jelas kandidat presiden hanya dua orang karena jumlah partainya memang cuma dua. Tapi, di Indonesia yang saat ini punya 48 partai, jumlah kandidatnya masih belum jelas. Jumlah yang ada sekarang ini, nanti seusai pemilu akan semakin mengerucut sehingga yang ada tinggal beberapa saja. Di saat itulah Megawati akan siap diajak berdialog atau berdebat, ujar Lubis. Pihak PDI, kata Lubis, sangat memahami keinginan dan idealisme yang diharapkan mahasiswa atau cendekiawan. Bahkan, PDI pun sangat mendukung adanya debat di antara capres. Namun, Megawati justru punya pertimbangan lain daripada sekadar cari popularitas atau menarik massa lewat perdebatan. Menang dalam perdebatan bukan jaminan bahwa dalam segi leadership dia pandai. Tapi, yang lebih penting, saat ini dia lebih mementingkan melakukan konsolidasi partai daripada menghabiskan waktu untuk berdebat, katanya. Penolakan Megawati berdebat itu apa tidak akan mengurangi rasa simpati pendukung terhadapnya? Megawati tidak pernah menolak berdebat atau berdialog. Bahkan, beliau mendukung, hanya dalam pandangannya, waktu saat ini belum tepat. Dan, saya kira kemampuan berdebat itu bukan tolok ukur bahwa seseorang pandai memimpin. Apa ada jaminan seorang yang menang dalam berdebat itu diartikan bahwa dia juga seorang pemimpin yang andal, kata Lubis. Penolakan itu apakah dinilai akan mengurangi pamor Megawati sebagai calon presiden? Tidak sama sekali. Tanpa berdebat pun, Megawati sudah terkenal dan orang tidak meragukan kemampuannya, katanya. Apakah PDI tidak khawatir banyak suara yang hilang karena penolakan tersebut? Sama sekali tidak. Justru karena itulah, Megawati lebih memilih melakukan konsolidasi ke daerah-daerah daripada melakukan debat dengan kandidat presiden dari partai yang belum tentu mendapat suara besar dalam
Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?
Nanya dikit nih bung Budi, --- Budi Haryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya optimis bahwa perimbangan pusat-daerah ini semakin lama akan > semakin gencar dan bobotnya akan semakin membesar ke daerah. Dengan > berpindahnya 'kue' ke daerah, para 'pakar'pun akan ngikutin 'kue' tsb > ke > daerah, yang pada gilirannya daerah akan semakin kuat dan > menginginkan > porsi otonomi yang semakin besar. Semakin besar otonomi daerah, akan > semakin banyak 'pakar' berpindah ke daerah-daerah. Di sisi lain, > daerahpun menjadi semakin mandiri dan bebas mengembangkan ide-ide > untuk > kemajuannya. Saya tertarik dengan argumen anda diatas, khususnya masalah otonomi daerah yang makin besar, dan pertanyaan saya berkaitan dengan masalah integrasi nasional. Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan sebuah speech dari seorang Professor political science dari McGill University, Montreal. Topic yang disajikan menarik sekali yaitu masalah pemisahan negara bagian Quebec dari Canada. Sebagai negara konfederalis, negara negara bagian di Canada mempunyai otonomi yang seluas luasnya, bahkan power yang dimiliki negara bagian lebih besar dari powernya federal (pusat). Inti yang saya tangkap dari speech tersebut adalah, kekuatan ekonomi negara bagian Quebec yang sangat besar, yang memungkinkan wilayah tersebut untuk berdiri sendiri, menjadi salah satu fator utama yang melandasi keinginan Quebec untuk memisahkan diri dari Canada. Tentunya ada faktor2 lain seperti budaya dan bahasa Perancis yang kental dipakai oleh masyarakat Quebec sangat berlainan dengan budaya dan bahasa Inggris yang berlaku di bagian lain dari Canada. Meskipun sudah beberapa kali dilaksanakan referendum di Quebec, dan hasilnya lebih dari 50% suara mendukung separation of Quebec dari Canada, tetapi hal itu belum terlaksana juga sampai sekarang. Kendala utamanya adalah konstitusi Canada tidak mengijinkannya, dan Quebec juga tidak memperoleh dukungan internasional. Kemudian saya tanyakan kepada pembicara, bagaimana dia melihat relevansi permasalahan Quebec tersebut bila di hadapkan dengan negara Indonesia yang saat ini sedang merencanakan untuk memberikan otonomi yang lebih luas kepada daerah. Tapi karena beliau tidak paham tentang Indonesia, maka saya juga tidak meperoleh jawaban yang memuaskan. Dia hanya kembali kepada argumennya bahwa semakin kuat perekonomian suatu daerah, dan semakin besar otonomi yang diterima, maka akan semakin besar pula keinginan dari daerah tersebut untuk 'berdiri sendiri'. Menurut Bung Budi, adakah kemungkinan akan munculnya permasalahan disintegrasi di negara kita apabila daerah sudah mendapatkan otonomi yang luas, dan perekonomiannya semakin kuat, bahkan mungkin akan lebih kuat dari perekonomian pusat? Perlu di pertimbangkan bahwa negara kita lebih majemuk dan lebih heterogen bila dibanding Canada, serta potensi perpecahannya saya rasa juga lebih besar. Thanks. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Mega oh Mega
--- Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kepada rekan2 yg senang menggunjingkan atau tepatnya > mencoba mengorek2 kelemahan atau membuat tulisan2 > atau pun komentar2 sehingga Megawati kelihatan lemah atau > buruk, saya ingin bertanya kepada anda-anda, apakah anda > akan puas bila GOLKAR dan boneka2nya berhasil menjuarai > pemilu mendatang? Ahaaa...landasan yang menjadi titik tolak pembicaraan kan bukan partai mana yang kalah atau yang menang, tapi lebih berdasar kepada kualitas calon pemimpin bangsa di masa depan. Jadi terlepas dari partai mana yang akan menang dalam pemilu, kita tetap menginginkan punya seorang pemimpin yang bener bener berkualitas. Saya rasa sekarang ini kan sebagian besar dari kita sedang demam dengan istilah "jangan memilih kucing dalam karung." > > Kalau anda tidak puas bila GOLKAR cs nanti yg menang, > sadarkah apa yg anda lakukan termasuk kategori memperlancar > pemenangan GOLKAR cs? > > Saya pribadi tidak terlalu masalah bila yg nantinya banyak > dipilih orang adalah partai2 seperti PDI Perjuangan, PAN, PKB, PPP, > PK, dan yg > sejenis, asal bukan GOLKAR cs (ABG cs). Sayapun nggak mau pusing2 mempermasalahkan partai mana yang akan menang dalam pemilu nanti, tapi saya akan ikutan pusing kalau pemimpin yang terpilih ternyata nggak punya visi yang jelas, dan hanya akan disetir oleh orang2 di sekitarnya. > > Kenapa sih kita "ribut2in" Megawati? > Bukankah akan jauh lebih bermanfaat bila kita "ributin" > kemungkinan kemenangan GOLKAR cs yg tampaknya > menggunakan banyak cara dan upaya termasuk > usaha2 yg bisa dikategorikan konyol. > Dan yg terlebih parah dari itu adalah adanya kecenderungan > usaha menunda pemilu bahkan menggagalkan pemilu. Yang diributin sih sebenarnya bukan Megawati secara pribadi, tapi posisi dia sebagai salah satu calon kuat untuk memimpin bangsa. Sama halnya kita juga pernah ngeributin Akbar Tanjung, BJH, dan ada juga yang pernah ngritik Yusril, Gus Dur bahkan AMin Rais. Cuman, karena si ibu yang satu ini agak terkesan paling konyol, ya akhirnya ribut ributnya jadi berkepanjangan dan menyentuh sisi pribadinya. > > Bagi saya akan jauh lebih baik buat Indonesia bila > PDI Perjuangan, PAN, PKB, PK, dan lain2 yg memang > tidak termasuk GOLKAR cs, berkoalisi untuk bekerja sama membereskan > negeri ini yg sudah porak poranda karena GOLKAR beserta orde barunya. Ane setuju 200% > Bukankah akan jauh lebih baik kita memfokuskan diri pada > kampanye ABG cs ataupun memperkenalkan partai2 pilihan > kita kepada orang2 yg masih berada di bawah pengaruh GOLKAR cs, > ketimbang kita saling mencoba menjatuhkan partai2 lain yg non GOLKAR > cs. > Secara perhitungan suara keseluruhan, bila kita mencoba menjatuhkan > partai2 non GOLKAR cs, maka menurut saya tidak akan memberikan > pengaruh suara pada partai2 non-GOLKAR cs karena kemungkinan > suara tersebut hanya pindah dari non GOLKAR cs ke non-GOLKAR cs > lainnya. Syukur2 ngga pindah ke GOLKAR cs. > Semoga hal ini segera disadari dan kita merubah fokus untuk menarik > suara dari orang2 yg saat ini masih termasuk kelompok GOLKAR cs. Balik lagi ke persoalan semula, ane secara pribadi nggak begitu pusing tentang urusan partai partai. Golkar atau Non Golkar, siapapun yang menang asal caranya bersih dan demokratis, ya sah sah aja. Yang repot kan kalo kita ini salah memilih pemimpin > > Soal Megawati yg menolak ikut debat capres yg diselenggarakan oleh > mahasiswa2 ITB, UI, dan lainnya, menurut saya sah2 saja dia melakukan > hal tersebut. Dan saya percayai dia punya alasan sendiri untuk > menolak, > apapun itu alasannya. Kan emang ndak ada yang mengatakan bahwa penolakan Megawati untuk debat itu melanggar hukum? Cuman kok sepertinya penolakan itu justru mengesankan ketidak siapan doi menangkap aspirasi yang berkembang. Dan dia memang punya alasan, wong doi sendiri udah ngomong kok, "ndak sesuai dengan budaya timur, capresnya ndak jelas, buang2 waktu de..el..el." permasalahannya kan, kok alasan seorang calon pimpinan bisa sekonyol itu.. Lha si Jeffrey Winters aja ampe bilang bahwa alasan itu terlalu di buat buat kok. > > Mungkin saja Megawati melihat kegiatan debat capres saat ini kurang > tepat waktunya dan kurang memberikan manfaat lebih bagi kemenangan > partainya. Sepengamatan saya "target market" dari PDI Perjuangan > adalah kelompok rakyat kecil yg hidupnya susah, tertindas, dan > diperlakukan tidak adil selama ini. Dari pengajuan programnya pun > saya merasakan bahwa inti perjuangan PDI Perjuangan adalah > menegakkan kembali wibawa hukum yg selama ini telah diinjak2 > disewenangkan. Dan saya setuju dengan ide tersebut karena > memang bagi saya inti permasalahan Indonesia selama ini karena > tidak berdayanya hukum. Bagus kalo emang doi pengin menegakkan wibawa hukum, tapi kok sampe kejadian beberapa kali 'pengikutnya' melakukan tindakan yang tidak mencerminkan wibawa hukum, contohnya narikin kutang...:) > > Saya pribadi kalau jadi Megawati juga akan enggan untuk mengikuti > debat capres > d
Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?
--- Yusuf-Wibisono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > ... > > Yw: Gile, nih... Subjek ame isinye udah beda banget, Mas. > Tapi biarin aja, deh. Ya kalo gitu balik lagi ke permasalahan semula aja deh, efisiensi departemen. Saya juga mikir kalo jumlah menteri dan departemennya kebanyakan justru malah ndak efisien, apalagi ditambah dengan lembaga2 non-departemen yang jumlahnya juga kebanyakan. Terlalu banyak nantinya budget yang dialokasikan untuk departemen dan no-dep yang kurang berfungsi tersebut. Kalo emang pembagian pusat-daerah nanti sudah berjalan dengan baik, maka sudah menjadi suatu keharusan adanya penyusutan jumlah departemen dan no-dep kepada hal2 yang memang menyangkut urusan nasional dan tidak mungkin didelegasikan kepada daerah, contohnya urusan dalam negeri (internal affairs), urusan luar negeri, serta urusan Hankam. Tapi saya juga tidak punya estimasi tentang jumlah yang efektif, yang jelas, perlu di perkecil, sisanya serahkan aja kepada daerah. Tapi saya juga merasa bahwa untuk saat ini, dimana ekonomi kita masih babak bunyak, kita belum cukup siap untuk melakukan efisiensi departemen, atau perampingan jumlah departemen, karena berkaitan dengan masalah ketenaga kerjaan. Lha kalau sekarang, dengan jumlah departemen yang banyak, dan banyak mempekerjakan karyawan saja, angka pengangguran kita masih tinggi, gimana kalau tiba2 dilakukan perampingan...? apa nggak semakin meroket jumlah pengangguran kita? Jadi ya meskipun efisiensi departemen merupakan suatu keharusan, tapi nggak boleh dilakukan dengan terburu buru karena akan membawa dampak negatif di sisi yang lain. ini cuman pendapat doang, lha ane bukan tukang ekonomi kok.. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Mega dasarnya memang nol dan pengecut
heheheperumpamaan yang menarik tentang kondisi politik tanah air secara keseluruhan (kolam tenang/big picture). Dalam konteks yang lebih kecil (aquarium), saya juga pengin mbikin perumpamaan deh, Disaat orang orang sedang memerlukan hidangan yang menarik dan sesuai dengan selera, ikan ikan yang dianggap berkualitas telah menunjukkan diri, memamerkan keindahannya dan menjanjikan suatu hidangan yang lezat untuk disantap. Tapi sayangnya, ada seekor ikan besar yang cuman plintat plintut sambil kemayu dibalik batu. Lha...lama lama orang yang ngelihat kan jengkel juga, akhirnya orang orang yang sudah kesengsem dengan ikan ikan lainnya, mulai melempari ikan yang kemayu tersebut. Tapi masih untung juga si ikan kemayu, karena bongkahan bongkahan batu disekitarnya secara konsisten berusaha melindungi, dengan harapan kalau nasib mujur menjadi milik si ikan, maka bongkahan2 batu tersebut akan secara otomatis ikut menikmatinya juga. Ini cuman perumpamaan lhokan sah sah aja mbikin perumpamaan.. --- Alexander Lumbantobing <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Beberapa saat sebelum Tragedi Mei 1998, saya mengungkapkan adanya > pihak-pihak > yang melempar umpan ke tengah kolam-tenang-Indonesia dengan berharap > segera > mendapat "ikan" besar yang sudah lama ingin ditangkap dan digoreng. > > Beberapa minggu yang lalu, saya mengungkapkan betapa gusarnya para > juru > pancing itu menunggu agar sang ikan keluar untuk segera ditangkap dan > digoreng. Para juru pancing itu sampai harus mengobok-obok > kolam-tenang-Indonesia. Maka kolam-tenang-Indonesia menjadi alam > lumpur yang > belepotan dan porak-poranda. > > Sayangnya, sang ikan yang menjadi sasaran mereka tetap belum > tertangkap untuk > digoreng. Yang menanggapi umpan itu hanyalah ikan-ikan kelas teri. > Tentu saja > para juru pancing itu semakin gusar dan gundah. Niatnya memang jahat, > sih! > > Omong-omong, permisalan saya tentang pelemparan umpan ini secara > "tidak > sengaja" disebutkan oleh Amien Rais dalam tanggapan beliau mengenai > peristiwa > Istiqlal, padahal cara > lempar-umpan-tangkap-sang-ikan-lalu-bunuh-dan-digoreng > ini sudah tercetus sebelum Tragedi Mei 1998. > > Para pelempar umpan ini akan semakin gusar dan gundah gulana. Semoga > tidak > sampai kalap. > > Big picture, guys, big picture. > > Rgds, > > Alex > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Direkayasakah?
Kalo ada kejadian gini ini...apakah akan muncul juga dugaan2 bahwa peristiwa ini di rekayasa? apakah masih akan muncul kambing hitam kambing hitam dengan nama 'provokator,' 'pro-status quo,' íngin menggagalkan pemilu' de...el..el, de..es..be..?? Wallahu'alam = Rabu, 28 April 1999 Pendukung Parpol Bentrok, 12 Rumah Rusak Pekalongan, Kompas Bentrok antarpendukung partai politik (parpol) terjadi lagi di wilayah Jawa Tengah. Kali ini melibatkan pendukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pekalongan. Bentrok pertama terjadi hari Selasa (27/4) dini hari sekitar pukul 01.00 di Jl Urip Sumohardjo, kemudian terjadi lagi pukul 06.30, di Simbang Wetan, Simbang Kulon, dan Kradenan, Kodya Pekalongan. Akibatnya, tidak kurang dari 12 rumah kader PKB dan PPP rusak. Rumah milik Mansyur di Kradenan, tidak saja dirusak, tetapi barang-barangnya ikut dijarah. Bentrok tersebut hingga petang hari masih menyisakan ketegangan di daerah Buaran. Ini mengakibatkan sejumlah kader PPP belum berani pulang ke rumah masing-masing. Mereka memilih tidur di kantor PPP Kodya Pekalongan. Suasana Kota Pekalongan sendiri sudah berangsur pulih, setelah Kepala Kepolisian Resor Pekalongan Letkol (Pol) Ismu Haryono mempertemukan pimpinan kedua parpol dari Kodya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan di Markas Kepolisian Resor Pekalongan. Pertemuan bertujuan menyelesaikan pertikaian tersebut secara kekeluargaan. Kepala Kepolisian Wilayah Pekalongan Kolonel (Pol) Taufiq Ridho mengharapkan, kesepakatan yang dibuat kedua pimpinan parpol tersebut, bisa meredakan ketegangan antarkader di tingkat bawah. Sampai saat ini, katanya, tidak ada satu kader pun dari kedua partai yang dimintai keterangan. Dalam pernyataan bersama yang dibuat kedua parpol, antara lain dinyatakan, jika kembali terjadi pertikaian antarkader kedua parpol, Polri diperbolehkan menindak tegas kader yang diketahui berbuat anarki. "Adanya pernyataan itu, polisi bisa lebih leluasa menindak setiap pelaku bentrokan yang menyebabkan kerusakan maupun korban," ujar Taufiq. Rumah rusak Bentrokan antarpendukung kedua parpol bermula dari bertemunya kedua kader partai di jalan sepulang mengikuti pengajian yang diselenggarakan di dua tempat terpisah. PPP menyelenggarakan acara di Desa Jenggot, Pekalongan Selatan, sedangkan PKB di Pondok Pesantren Rodhotul Hufad, Banyurip Ageng, Pekalongan. Pengajian berakhir sekitar pukul 23.00, hari Senin. Ketika mereka bertemu di simpang tiga jalan Bendo, Buaran, massa kedua parpol langsung terlibat saling lempar batu. Pertikaian meluas hingga perusakan 10 rumah milik pendukung PKB. Bahkan, rumah pengurus cabang PKB Pekalongan yang juga kantor DPC PKB di Jl Urip Sumohardjo ikut dirusak. Bentrokan baru bisa diredam setelah petugas pengendali massa dan Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polwil Pekalongan mendatangi lokasi, dan berhasil membubarkan massa. Namun hari Selasa pagi sekitar pukul 06.30 bentrokan berlanjut, saat massa PKB membalas dengan merusak rumah simpatisan PPP. Akibatnya, dua rumah rusak termasuk rumah seorang pengurus DPC PPP di Kradenan yang batal dibakar, meski sempat diguyur bensin. Pemicu Pemicu peristiwa tersebut diduga buntut bentrok Sabtu malam pekan lalu, ketika simpatisan PPP kembali dari pengajian mencabut bendera PKB di pertigaan Prilanggu, Buaran, Pekalongan Selatan. Tindakan tersebut tidak diterima simpatisan PKB, sehingga terjadi ketegangan dan saling lempar batu. Waktu itu, dua rumah milik pengurus PKB Pekalongan rusak dan bentrokan berakhir setelah petugas datang. Sekr
Re: Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender
Paling enggak ya didukung oleh istrinya..:) --- Yusuf-Wibisono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >April 27, 1999 > >Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender > > Yw: Didukung oleh siapa? > Angkatan Udara? :-) > Anggota Brimob yg disidang kasus Trisakti? > Para Mahasiswa? > Amin Rais? > Habibi? > Akbar Tanjung? > Megawati? > Kopasus? > Prabowo? > Suharto? > Jepang? > Amerika? > IMF? > Bank Dunia? > Partai-partai besar? > Timor Timur? > Aceh? > Irian? > Sambas? > > :-) > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Presiden & MPR/DPR (was: Re: Mega oh Mega)
Wah, panjang banget nih jadinya, Saya mau menanggapi sebagian aja deh, capek nulis kebanyakan.. --- Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Irwan: > Saya dukung demam anda, "jangan memilih kucing dalam karung." > Hanya saja saya bertanya balik, apakah karena Megawati menolak hadir > acara > debat > capres lalu kalau kita memlih dia akan seperti memilih kucing dalam > karung? Kalau ngomongin masalah "kita" berarti kan kita ini mengacu kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena kan yang akan dipimpin nanti (seandainya MS jadi presiden) bukan hanya orang2 PDI-P aja, tapi seluruh rakyat Indonesia. Jadi kalau yang bersangkutan menolak untuk mengemukakan visinya kepada publik, itu kan artinya sama dengan memaksa publik untuk memilih kucing dalam karung. > Hmm...mungkin bagi yg belum mengenal sepak terjang Megawati selama > ini akan > berkata demikian. Tapi tidak demikian halnya pada pendukung2 Megawati > yg > memang > sudah bersama2 sejak jaman penindasan orde baru terhadap PDI. Mereka > sudah > jatuh > bangun sama2, mereka sudah tahu kadar kepemimpinan Megawati. Dimata > saya > Megawati adalah seorang leader yg telah teruji dilapangan, dalam > dunia nyata > dan > bukan dunia maya. > catatan: acara debat bagi saya adalah dunia mayanya pemimpin. Ini > bukan > berarti saya > tidak setuju dengan acara debat capres hanya saja saya mempertanyakan > kevalidan > acara debat dijadikan ajang untuk melihat kepemimpinan seseorang. > Mari kita galakan demam "jangan memilih kucing dalam karung". Marilah > kita > pilih pemimpin > yg memang sudah teruji kehandalannya. > Membawa PDI dari partai gurem menjadi partai yg besar seperti > sekarang > bukanlah hal > yg mudah. Dan hal itu bisa dicapai bukan semata karena usaha Megawati > tapi > lebih > kepada usaha tim/kelompok/partai itu sendiri. Ini yg membuat saya > lebih salut. Saya menangkap kesan bahwa anda melihat keandalan MS dalam memimpin ini agak terbatas dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu internal organization. Kalau melihat hal ini, sayapun setuju dengan anda bahwa MS dan tim nya berhasil membawa PDI-P menjadi besar, dan kepemimpinannya mungkin sudah teruji (di dalam tubuh PDI-P). Namun dalam konteks yang lebih luas, saya rasa masih banyak yang tidak tahu tentang visi serta leadership style nya si Mega ini. Jadi tetap diperlukan adanya sosialisasi visi yang akan dibawanya nanti kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. > Irwan: > Saya justru lebih senang pemimpin yg tidak absolute yg bisa mengarah > menjadi > diktator. > Clinton bisa memenangkan pemilihan bukan semata hanya karena usaha > Clinton > semata > tapi lebih kepada tim2 dibelakangnya. Ekonomi AS bisa menggila > seperti > sekarang bukan > karena kehebatan Clinton dalam menerapkan kebijakan2 ekonominya tapi > lebih > kepada > kepiawaian tim penasehat ekonomi Clinton serta pembantu2nya yg duduk > dipemerintahan. > Megawati sudah punya visi yg jelas, silahkan mengunjungi websitenya > untuk > mengetahui lebih > lanjut. Megawati buka tipe pemimpin yg bisa disetir, dia tipe > pemimpin yg mau > mendengarkan > masukan2 dari penasehatnya sesuai dengan kemampuannya masing2. Itulah > sebabnya dia > saya kategorikan pemimpin yg mampu menggali potensi yg ada > disekitarnya. > Saya pun siap untuk membantunya memberikan ide2 pemecahan masalah > ekonomi, > hanya > sayangnya saya masih dalam proses mencari yg orang2 PDI-P yg bisa > saya kontak > melalui imel. Team yang berada di sekitar Clinton memang kuat dan sangat berpengaruh, tapi itu tidak berarti Clinton bersandar terlalu banyak kepada timnya. Ada saat saat dimana Clinton harus berdiri sendiri, membuat keputusan, menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Terlepas dari kekuatan team yang berada di sekelilingnya, Clinton sebagai pribadi adalah seorang yang capable sebagai seorang pemimpin. Pada saat debat calon presiden dulupun, Clinton juga harus berdiri sendiri menjawab pertanyaan ataupun kritik yang ditujukan kepadanya, serta mensosialisasikan program programnya kepada rakyat Amerika. Lha kalau MS kan justru menghindar pada saat ada permintaan untuk mensosialisasikan visi dan programnya sebagai calon presiden. Irwan: > Karenanya acara debat capres itu menurut saya rada aneh juga > dilakukan di > Indonesia. > Wong yang kita milih anggota MPR, baru nanti anggota MPR itu yg milih > presiden. Karenanya > kalau mau debat capres ya pas sudah ketahuan komposisi kursi di > MPR/DPR. > Bayangan saya akan > terdiri dari beberapa partai dimana tidak ada yg mayoritas tunggal. > Nah, > disitulah baru dibutuhkan > debat capres karena para anggota capres itu harus berusaha meyakinkan > partai2 > lainnya bahwa > dia pantas menjabat presiden. Debat capres disini juga arahnya pada > pengecekan apakah capres > tersebut memang mampu dan memiliki kapasitas yg dibutuhkan untuk > menerima > mandat dari MPR. Memang betul juga apa yang anda sampaikan ini bahwa seorang presiden yang merupakan mandataris MPR harus benar2 memiliki kapasitas untuk men
Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega
--- Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau saja > saya > wanita, saya juga akan pikir 1000x dipimpin oleh wanita yang lemah > Jadi mana nih yang bener Mbak Hadeer? Kalau saja saya wanita,kalau wanita itu saya,atau karena saya wanita...??!! :) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Kalau Golkar kalah
--- Budi Haryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Rekan-rekan yth., > > Saya melihat banyak keuntungannya (dibanding dengan kerugiannya) buat > perkembangan demokrasi dan penyelenggaraan bernegara di republik kita > kalau Golkar kalah dalam pemilu mendatang. Bisa saja saya salah. > Berikut ini kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kalau Golkar kalah: > > 1. Golkar akan kehilangan berbagai fasilitas penunjang yang selama > ini > menopang kuat organisasinya (rumah dinas pejabat dan anggota DPR/MPR, > mobil dinas pejabat, fasilitas gedung, perkantoran dan segala > perangkatnya) karena harus dikembalikan ke negara. Golkar nyang mana nih mas Budi..? Golkar sebagai partai ataukah orang2nya Golkar..? Lha kalo Golkar sebagai partai, ya emang jelas begitu, artinya segala fasilitas negara yang dipakai oleh Golkar selama ini harus dikembalikan kepada negara. Tapi kan masih ada orang2 Golkar juga yang duduk di DPR/MPR, dan mungkin di lembaga eksekutif atau badan2 pemerintahan lainnya, karena kan bagaimanapun Golkar masih akan memperoleh suara juga. Jadi, orang2 Golkar itu nanti juga akan tetap dapet rumah dinas pejabat, mobil dinas dan lain lain. Lebih tepatnya menurut saya, fasilitas yang dikembalikan oleh GOlkar itu nanti akan dibagi2 kepada orang lain, dan orang2 GOlkar sendiripun masih ada yang akan menikmatinya. > > 2. Perpecahan di tingkat pimpinan Golkar akan terjadi karena saling > menyalahkan kegagalan yang terjadi. Sangat mungkin terjadi, dan akan menguntungkan partai lainnya, karena kalau terjadi perpecahan, maka akan banyak yang membelot dan bergabung dengan partai lainnya. > > 3. Anggota DPR/DPRD akan mempunyai proporsi yang relatif seimbang > antara > partai satu dan lainnya (partai yang besar). Hal ini memungkinkan > terciptanya iklim kondusif dan demokratis dalam pengawasan > penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan perundang-undangan. Saya rasa akan lebih tepat kalau dikatakan, proporsi yang seimbang antar koalisi. Mangsud saya, partai partai gurem yang jumlahnya puluhan saat ini, kan kamungkinannya kecil untuk mendapatkan suara yang banyak. Jadi mereka harus berkoalisi dengan partai2 besar. Nah, kalau sudah terjadi koalisi (mungkin 3 atau 4 koalisi), maka kemungkinan perimbangan itu akan lebih nyata. > > 4. Pemerintah yang baru, dengan semangat baru (karena belum pernah > berada di tingkat tsb.) akan berkonsentrasi dan bekerja keras untuk > sebesar-besarnya meningkatkan nasib rakyat dan memperbaiki > ketatanegaraan di tengah suasana mudahnya rakyat 'protes dan demo' > jika > terjadi penyelewengan. (Bandingkan dengan 'status quo' yang tetap > berada > di tingkat tsb. Semangat yang mereka punyai sudah tidak menggebu lagi > dan cenderung mengabaikan suara rakyat seperti yang sudah mereka > alami > selama ini). Asal tidak terjadi demam panggung politik aja. Artinya, mereka yang duduk di pemerintahan nanti, harusnya orang2 yang memang benar2 kapable di bidangnya masing masing (bukan berpengalaman di jabatannya lho..). Dengan begitu, maka para unsur pemerintahan ini akan dengan cepat bisa melaksanakan tugas untuk memperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa kita yang rusak selama ini. > > 5. Golkar akan introspeksi diri dan menyadari bahwa rakyat telah > meninggalkannya karena kesewenang-wenangannya, ketidak jujurannya, > dan > kecurangannya selama ini. Tidak ada pilihan lain, Golkar harus > berangkat > lagi dari nol (ingat pendukung di tingkat pemerintahan sudah semakin > sedikit dan susah diharapkan) untuk menggalang simpati rakyat dan > mencari pendukung. Hal ini akan menjadikan Golkar suatu partai yang > akan > bersikap 'manis'. Mungkin akan ganti nama jadi Golkar-P:) > > 6. Partai Golkar akan berposisi sama dengan partai lain dalam hal > modal, > fasilitas, dan pendukungnya. (Banyak pendukung potensialnya akan > hengkang dan mendekati penguasa baru, suatu ciri khas pendukung yang > selalu ingin mencari keuntungan). Hal ini akan membuat Golkar bekerja > keras untuk konsolidasi. Dengan kekuatan partai-partai yang relatif > berimbang, pemilu berikutnya akan lebih demokratis dan jujur. Kemungkinan juga Golkar akan berkoalisi dengan partai2 lain pada pemilu berikutnya, dengan catatan: ada partai yang mau diajak koalisi..:) > > 7. Dst..., dst..., .. yang nadanya baik untuk bangsa ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega (Toleransi Ummat Islam !)
Ahaaa.judulnya makin panjang, dan konteks diskusinyapun mangkin ngembang. Issue agamapun menjadi muncul lagi, dan prediksi saya...ini akan berkembang lagi menjadi lebih sengit, seperti biasanya. Mudah2an prediksi saya ini salah, dan mudah2an pula karena saya membuat prediksi ini, akhirnya issue agama nggak mengembang jadi perdebatan sengit. Menurut saya sih, ketakutan2 itu nggak perlu ada seandainya kita bangsa Indonesia yang sangat heterogen, multi cultural dan multi religion ini nggak terlalu sensitif, khususnya masalah agama. Seandainya dari dulu2 kita bisa benar2 menerapkan saling menghormati dan saling menghargai antar agama, Insya Allah kita bisa hidup rukun berdampingan (dalam arti sebenarnya, bukan cuman slogan di Bhineka Tunggal Ika) dalam konsep politik apapun. Contoh yang disertakan Bung Rosadi juga menunjukkan, meskipun dalam negara Islam, tapi karena rasa saling menghargai dan menghormatinya sangat tinggi, akhirnya semua orang bisa hidup tentram tanpa adanya ketakutan ketakutan. Contoh yang berlawanan mungkin bisa dilihat juga di US. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Nasrani (walaupun negaranya sendiri tidak berdasar pada konsep Kristen) tetapi penganut agama lain, termasuk Islam juga tidak mempunyai kekhawatiran. Itu karena masyarakatnya tidak terlalu sensitif terhadap masalah2 perbedaan agama. Jadi yah, nggak usah deh ada ketakutan atau kekhawatiran akan konsep politik yang dibawa partai2 yang ada sekarang. Justru menurut saya, kita harus takut kalau dipimpin oleh seorang pemimpin yang NGGAK PUNYA KONSEP. Apapun konsep politik yang akan dianut nantinya, saya rasa pemimpin yang akan datang tidak cukup bodoh dan berpikiran sempit untuk menjadi Slobodan Milosevic di Indonesia. --- Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Erwin wrote: > > diapuss=== > > Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan > menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar > Islam/minoritas. > > ===diapu== > > Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu > perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap > muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar- > gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan > dan > tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang > semestinya sudah harus dihilangkan. > > Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman > Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah > anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg > penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd > hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada > bandingnya sampai saat ini. > > > Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg > bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat > non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami > Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam > semesta). > > == > > SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam > > > Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman > hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru > memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen. > > Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua > unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam. Hubungan sesama > warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan, > kebajikan dan kasih sayang. > > lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh > masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis, > dalam bukunya History of Civilization. "Di masa pemerintah Bani > Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati > toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di > negara-negara Kristen. Mereka benar-benar bebas menyelengarakan > aktivitas keagamaan. Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara, > dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna > tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya > disesuaikan kadar penghasilannya. > > Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan > berfisik sehat. Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang > belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta > dan miskin, tidak ada kewajiban pajak. > > Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan > dari kewajiban militer. Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan > mereka, dari serangan musuh. Kelompok non muslim yang tergolong > dalam > ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga > tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana > kewajiban kaum
Re: Presiden & MPR/DPR (was: Re: Mega oh Mega)
> Dodo: > > Kalau ngomongin masalah "kita" berarti kan kita ini mengacu kepada > > bangsa Indonesia secara keseluruhan, > > Irwan: > Kata "kita" di atas bukan mengacu kepada bangsa Indonesia secara > keseluruhan > tapi mengacu pada orang2 yg memilih PDI-P sebagai penyampai aspirasi > politiknya. > Mohon dibedakan. Bertolak dari tanggapan tanggapan yang anda sampaikan terhadap kritik yang 'menyerang' Megawati, saya menangkap adanya persimpangan persepsi yang mengakibatkan tidak match nya antara sebagian besar opini yang berkembang dengan tanggapan anda. Maksud saya begini, sebagian besar dari kritikan yang dilontarkan kepada Mega atas penolakannya untuk debat itu berpangkal dari kekecewaan kita sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang ingin melihat kualitas calon calon pemimpinnya, terlepas apakah itu dari PDI-P, Golkar, PAN, PK dll. Tetapi argumen2 dan tanggapan anda lebih bertumpu pada sudut pandang kepentingan partai. Artinya, anda cenderung melihat penting atau tidaknya debat calon presiden serta capable atau tidaknya Megawati sebagai pemimpin dari sudut pandang internal PDI-P. Nah, kalau begini keadaannya, berarti perbedaan persepsi tentang perlu atau tidaknya debat calon presiden itu akan berkelanjutan terus, soalnya sudut pandang yang diambilpun sudah berbeda. Memang yang menghendaki dan mempelopori adanya debat calon presiden itu adalah kelompok akademis (intelektual) yang presentase jumlahnya mungkin sangat kecil dibanding jumlah populasi Indonesia secara keseluruhan. Kritik2 terhadap Megapun lebih banyak diwakili oleh kelompok ini. Tapi kita juga tidak bisa membutakan mata bahwa di belahan dunia manapun, setiap perubahan yang berskala nasional diawali oleh ide dan gerakan kelompok akademis (mahasiswa, pelajar dan cendekiawan). Kalau kelompok kecil yang memang bertugas untuk membawa perubahan ini akhirnya hanya nrimo dan ngikut saja seperti rakyat kebanyakan (petani, buruh, tukang becak dll) maka kita akan terjebak kedalam situasi politik yang statis. Dan kalau begini kondisinya, berarti akan sama aja dengan mempertahankan status quo. Jadi saya menurut saya, meskipun kegiatan debat calon presiden ini dipelopori dan di adakan oleh kelompok mahasiswa, dan yang hadirpun sebagian besar dari kelompok ini, tapi ini bisa diartikan mewakili kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Nah, kembali ke perbedaan persepsi dalam menyikapi kegiatan debat ini, ya monggo ajasilakan berdiri pada posisi masing masing. Yang jelas bagi saya, debat calon presiden ini sangat penting untuk, sekali lagi, mensosialisasikan visi para calon pemimpin kita dan sekaligus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bisa menilai mereka2 yang akan memimpin bangsa ini dimasa depan. Kalau akhirnya ada salah seorang calon kuat menolak untuk ikut debat dengan segala macam alasannya, itu tidak lebih dari cerminan ketakutannya untuk terlihat lemah di mata para pendukungnya dan dimata seluruh bangsa Indonesia. Alasan2 yang muncul kemudian atas penolakan tersebut, tak lebih sebagai upaya untuk merasionalisasi penolakan itu sendiri. Kenapa saya katakan demikian...? karena alasannyapun tidak konsisten dan terkesan dibuat buat. Alasan yang pertama kali muncul adalah ,"karena debat itu tidak sesuai dengan budaya timur." Kemudian setelah alasan itu dianggap konyol dan jadi bahan guyonan, akhirnya keluar alasan berikutnya yaitu," UUD 45 tidak mengatur masalah debat." Ternyata berlindung dibalik konstitusipun masih belum bisa menyelamatkan muka, dan akhirnya keluar argumen trakhir yang juga menurut saya masih terkesan konyol," Mega mau debat setelah pemilu, karena sekarang ini calon presidennya belum jelas" Di milis inipun muncul puluhan alasan yang pada dasarnya hanya untuk merasionalisasi penolakan Mega terhadap debat itu. Jadi begitulah, saya tetap melihat penolakan debat itu sebagai sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh calon pemimpin bangsa. Dan tidak seharusnya pula seorang calon pemimpin bangsa mengeluarkan alasan2 konyol seperti itu. Silakan saja para pendukung PDI-P mencari ribuan alasan lain yang mungkin terkesan logis dan rasional untuk me make up penolakan itu menjadi suatu tindakan yang wajar. -peace- _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: REUNI UI MAU LIBAS KULTUR ORBA
Wah...tante Ida nih pegimane sih..? ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini kan juga pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini. Iya nggak rekan2..?? --- Notrida Mandica <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Rekan Alex, > > Saya selalu mendukung perubahan-perubahan Bung! Mungkin kita bisa > lebih specific lagi membahas perubahan system pendidikan ini. > You can email me privately to further discussions. > > ida > > > >Akhirnya keperluan untuk memperbaiki sistem pendidikan muncul > kembali > ke > >permukaan. > > > >Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mempertanyakan keberadaan > sistem > >pendidikan di Indonesia. Hasilnya saya justru dihujat sebagai > pembela > Cina. > > > >Rgds, > > > >Alex > > > > > __ > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Perubahan Sistem Pendidikan
Tuh kan..tante Ida,... kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang perubahan sistem pendidikan kita. Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan secara terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:) Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh.. --- Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time, > [EMAIL PROTECTED] > writes: > > > Wah...tante Ida nih pegimane sih..? > > > > ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini kan > juga > > pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini. > > > > Iya nggak rekan2..?? > > > Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai > soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:) > > jabat erat, > Irwan Ariston Napitupulu > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Perubahan Sistem Pendidikan
Hehehe...silakan deh kalo mo bikin small mailing list. Itung itung ngembangin demokrasi terbatas. Saya sih sebenarnya cuman pengin ngelihat aja, lha wong saya ndak banyak ngerti urusan dunia pendidikan kok. Dan untuk adu argumen disini, saya sih ngambil sisi positifnya aja, belajar berdemokrasi je..Kalaupun arah pembicaraan atau perdebatan sering melenceng kesana kemari dan tidak menentu, anggap aja sebagai suatu kewajaran dalam sebuah learning process. Kalau ada argumen yang bagus menurut saya, ya dibaca, kalau pengin nimbrung ya nimbrung aja...dan kalau males baca ya tinggal di DEL aja, beres. Gitu lho menurut saya.. --- Budi Haryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya setuju dan mau ikutan. > > Budi Haryanto > > Notrida Mandica wrote: > > > > Sorry Bung Dodo dan rekan PERMIAS, > > Saya cuma ingin cari jalan aman aja, biar diskusinya > > tidak terganggu adu urat and adu argumen yang > > akhirnya membawa diskusi ini ke arah yang tak menentu. > > Mungkin kita bisa bikin small mailing list untuk topik Perubahan > Sistem > > Pendidikan. Yang mau gabung bisa didaftar di list. > > Kita intensif diskusinya, lalu kita form dalam tulisan atau > > laporan. Hasilnya, kita kampanyekan ke department pendidikan dan > > kebudayaan. Saya harap, diskusi ini intensif dan berguna untuk > > kepentingan perbaikan sistem pendidikan nasional. > > Saya akan mulai membuka dialog di mailing list ini setelah final > berakhir, > > May 5, 1999. Untuk sementara, kita susun dulu pertanyaan-pertanyaan > dan list > > kekurangan-kekurangan yang ada dalam sistem pendidikan kita. > Kemudian kita > > post ke small mailing list yang berminat. > > > > thank you, > > > > ida > > > > > > > >Tuh kan..tante Ida,... > > >kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang > perubahan > > >sistem pendidikan kita. > > > > > >Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan > secara > > >terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:) > > > > > >Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh.. > > > > > > > > >--- Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time, > > > > [EMAIL PROTECTED] > > > > writes: > > > > > > > > > Wah...tante Ida nih pegimane sih..? > > > > > > > > > > ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini > kan > > > > juga > > > > > pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini. > > > > > > > > > > Iya nggak rekan2..?? > > > > > > > > > > > > Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai > > > > soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:) > > > > > > > > jabat erat, > > > > Irwan Ariston Napitupulu > > > > > > > > > >_ > > >Do You Yahoo!? > > >Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > > > > __ > > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: FW: SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK
--- "Lutfi M." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK > > > > >Comments > >Ratusan Posko Dibumihanguskan. Akibat Konflik Internal PDI > Perjuangan . Bosen, muak, sebel, aneh, bingung, de..el..el..de..es..be Sejak dibukanya lembaran reformasi, peristiwa2 seperti diatas sering sekali terdengar dan mewarnai kehidupan politik kita sehari hari. Beberapa contoh bisa diambil, mulai dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh "kelompok 12" kepada anggota KPU gara2 partainya tidak masuk kedalam kategori layak mengikuti pemilu. Kemudian muncul bentrok antar pengikut parpol, mulai dari pencegatan pendukung Golkar oleh massa dengan atribut PDI-P, kemudian bentrok antara warga PPP dengan PKB di Jateng beberapa hari yang lalu. Semuanya diwarnai dengan tindak kekerasan yang menunjukkan kebelum dewasaan rakyat kita untuk menerima perbedaan dalam kehidupan berpolitik. Sekarang, permasalahan internal partaipun bisa memunculkan tindak kekerasan. Di Malang, 3 orang pengurus DPD PAN dihajar beramai ramai oleh satgasnya sendiri akibat perbedaan pendapat dalam pengajuan calon legislatif (baca Jawa Pos kemaren). Berita yang di postingkan oleh rekan kita diatas juga menunjukkan bahwa sikap barbarian masih melekat pada pendukung PDI-P, yang gara2 permasalahan internalnya sampai mengadakan perusakan dan pembakaran terhadap posko2 mereka sendiri. Rentetan peristiwa seperti ini seakan akan sudah melekat pada kehidupan politik bangsa kita saat ini, seakan akan kehidupan politik kita sekarang ini kembali kepada kehidupan masyarakat bar-bar yang primitif dan mengandalkan tindak kekerasan sebagai sarana pemecahan masalah. Banyak orang menilai bahwa polarisasi politik di negara kita pada era reformasi ini menunjukkan gejala yang positif, yaitu semakin bergairahnya masyarakat kita untuk berpartisipasi dalam panggung politik setelah puluhan tahun terkungkung kebebasannya dibawah rezim Soeharto. Menurut saya, penilaian ini tidak salah, dan memang kenyataan yang berkembang di tengah masyarakat kita saat ini menunjukkan bahwa rakyat sudah semakin sadar untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Mungkin obrolan yang paling laris saat ini di tengah2 masyarakat adalah tentang Pemilu dan calon presiden yang akan memimpin bangsa kita nantinya. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa2 sebelumnya, karena siapa yang akan menang dalam pemilu dan siapa yang akan jadi presiden sudah bisa ditebak. Sekarang, dimana semua pihak mempunyai kesempatan yang relatif seimbang, obrolan semacam ini menjadi asyik. Jadi kalau dilihat dari sudut pandang partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam berpolitik, kita memang mengalami kemajuan. Sayangnya, kesadaran untuk berpartisipasi ini tidak diimbangi dengan kesadaran moral untuk menerima perbedaan dan menyelesaikannya secara dewasa. Dalam hal ini, kita cenderung untuk mengalami kemunduran jauh, kembali ke masa barbarian yang mengandalkan tindak kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Apakah kalau sudah begini, kita juga akan terus terusan mencari kambing hitam yang bernama provokator sebagai dalang dibalik setiap peristiwa? Kalau kita terus terusan latah mencari kambing hitam, menyalahkan satu pihak sebagai perekayasa setiap kerusuhan, saya tidak yakin bahwa kita bangsa Indonesia akan bisa maju. Kita justru akan terjebak dalam status quo pola pikir sendiri yang pada gilirannya justru bisa menjadi alasan untuk menjustify tindakan kekerasan. Setiap orang akan berpikir bahwa melakukan tindak kekerasan adalah hal yang wajar, toh nanti bisa menuding orang lain sebagai perekayasa dan provokator di balik kerusuhan. Kalau sudah begini keadaanya, ya wallahu'alam deh...gimana kelanjutan hidup kita sebagai bangsa. Dari ulasan saya diatas, saya hanya ingin mengambil kesimpulan bahwa "status quo" yang harus di perangi bukanlah cuma status quo dalam arti kedekatan terhadap Soeharto dan rezimnya ataupun status quo dalam arti segala sesuatu yang berhubungan dengan orde baru. Kita harus lebih meluaskan cakupan dari status quo yang harus di berangus sampai ke akar akarnya. Moral dan pola pikir masyarakat dalam berpolitik di tengah tengah berbagai perbedaan dan perselisihan pendapat haruslah menjadi salah satu "sub chapter" yang harus di sertakan dalam program pemberangusan status quo ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: DEBAT CAPRES Habibie-Amien-Gus Dur//Tapi, Mega Tetap Ogah
Wah,..I'm afraid that your expectation nggak akan terlaksana nih Cak Pohan, Lha wong kenyataannya selama ini, para pemikir PDI-P di milis ini justru berusaha mencari alasan yang "semakin terlihat rasional" untuk melegitimasi penolakan si "Ibu Mega" kok... Lihat aja 4 alasan yang dikemukakan Alex Litaay, kan esensinya sama persis dengan alasan2 yang dibikin di milis ini beberapa waktu yang lalu...??? --- Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Jika ini terjadi: pentas politik kita jadi makin seru. Bayangkan bila > Gus > Dur-Amien-Habibie berdebat--- sebagai sosok-sosok yg paling banyak > digosippin > jadi kandidat prez. > > Sayang memang, Mega belum-belum sudah menolak. Alasannya, masih soal > budaya > timur dan signifikansi partai. Para tokoh utama PDI-P di milis > Permias@ perlu > meyakinkan Megawati agar bicara dan tampil. Sebab, biasanya sih, > suara dari > AS itu ampuh dan sakti. Mudah-mudahan. > > > Please visit: > > > http://www.jawapos.com/7mei/de7me3.htm > > salam, > ramadhan pohan > (penyimak) > # # # > Mega Tetap Tolak Debat Capres > HMI Pertemukan Amien-Gus Dur-Habibie > Jakarta, JP.- > > Setelah Forum Salemba UI sukses menggelar debat kandidat presiden, > kini HMI > menyusul ingin menggelar acara serupa. Debat yang akan digelar pada > 17 Mei > nanti direncanakan lebih seru karena kandidat presiden yang > dihadirkan lebih > terfokus pada tokoh-tokoh utama, seperti Prof Dr Amien Rais, KH > Abdurrahman > Wahid, dan Presiden Habibie. > _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
intermezo
Joke dikit ah biar agak seger... Men and Women Truisms: Smart man + smart woman = romance Smart man + dumb woman = pregnancy Dumb man + smart woman = affair Dumb man + dumb woman = marriage Smart boss + smart employee = profit Smart boss + dumb employee = production Dumb boss + smart employee = promotion Dumb boss + dumb employee = overtime A man will pay $2 for a $1 item he needs. A woman will pay $1 for a $2 item that she doesn't need. A woman worries about the future until she gets a husband. A man never worries about the future until he gets a wife. A successful man is one who makes more money that his wife can spend. A successful woman is one who can find such a man. To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a little. To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to understand her at all. Married men lived longer than single men, but married men are a lot more willing to die. Any married man should forget his mistakes. There's no use in two people remembering the same thing. Men wake up as good-looking as they went to bed. Women somehow deteriorate during the night. A woman marries a man expecting he will change, but he doesn't. A man marries a woman expecting that she won't change, and she does. A woman has the last word in any argument. Anything a man says after that is the beginning of a new argument. There are two times when a man doesn't understand a woman. Before marriage and after marriage. _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ah... > > > Helson SIAGIAN > --- > http://gwu.edu/~siagian > --- > > > On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: > > > he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy > :) Lagian istilah eyang > > troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. > > > > Andrew G Pattiwael wrote: > > > > > ketidak tahuan? mungkin. > > > tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan > itu lho... > > > Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa > nga ada > > > hubungannya > > > > > > seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi > antar > > > tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti > saya ini. > > > > > > Andrew > > > > > > On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: > > > > > > > Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu > artinya > > > > tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah > engkong sering > > > > digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian > dengan > > > > istilah tauke. Artinya ya selalu positif. > > > > > > > > Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi > terus terang > > > > saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan > yg berlebihan > > > > untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh > ketidaktahuan. Ini > > > > sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) > sehingga malah > > > > menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya > tidak perlu ada. > > > > Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam > keseharian, terutama dalam > > > > berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan > menulis posting ini. > > > > Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? > > > > > > > > Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak > direply lebih > > > > lanjut. > > > > > > > > > > > > ' > > > > Andrew G Pattiwael wrote: > > > > > > > > > Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, > namun > > > > > penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. > Kan yang > > > > > dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa > pengantar dalam > > > > > dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah > yang positif, > > > > > jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya > anda mengunakan > > > > > istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang > orang tua > > > > > dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau > tidak salah > > > > > juga memakai istilah yang sama. > > > > > Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah > semacam > > > > > pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup > bertenggang rasa. > > > > > > > > > > Andrew Pattiwael > > > > > > > > > > On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: > > > > > > > > > > > Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung > Patrick kan bukan orang > > > > > > WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke > masalah ras. > > > > > > > > > > > > Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg > bukan, dibilang tauke > > > > > > adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... > Tidak tahu bila sekarang > > > > > > arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai > bahasa mandarin > > > > > > sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake > istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung > > > > > > Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > '-- > > > > > > Andrew G Pattiwael wrote: > > > > > > > > > > > > > Bung Brawi, > > > > > > > > > > > > > > tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa > 'menyindir' orang lain > > > > > > > atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada > kepada golongan > > > > > > > keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau > tidak semua > > > > > > > pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah > membawa-bawa > > > > > > > istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan > seperti itu. > > > > > > > Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan > panggilan 'cung' > > > > > > > sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate > student, > > > > > > > sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). > Saya rasa > > > > > > > panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak > mengenakkan. > > > > > > > Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. > > > > > > > > > > > > >
Re: Ratusan Parpol ikut Pemilu ?
GImana kalau kita juga ikut bikin partai dan di daftarkan? Ketuanya biar Cak Pohan aja. ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rekan-Rekan yang berbahagia, > > Menurut suatu sumber, terdapat lebih dari 130 Partai > Politik yang ada saat ini dan kepada mereka diberikan > kesempatan untuk mendaftar ke LPU sampai dengan > tanggal 1 Maret 1999, untuk kemudian akan diseleksi > oleh Tim Sebelas. Partai yang lolos seleksi boleh > melakukan kampanye mulai tanggal 18 Mei hingga > tanggal 6 Juni 1999, dan kemudian Pemilu yang > dikoordinir oleh KPU akan digelar keesokan harinya > Akan berapakah jumlah Partai yang ikut Pemilu nanti ? > > Ada yang menyebutkan angka 30 atau 50 Partai. > tetapi saya memperkirakan jumlahnya tidak akan > lebih dari 10 Partai, diantarnya PDI Perjuangan, > PKB, Golkar, PAN, PKP dan kemungkinan Partai Kongres > yang merupakan koalisi beberapa Partai yang > ber-azaskan Islam. > > Ada pendapat lainnya ? > > Salam, > bRidWaN > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Business survival
Assalamu'alaikum, This article, taken from The Economist, Jan.30, 1999, may be useful for those interested in economy and business. Enjoy it. Wassalam JAKARTA At the height of Asia's financial crisis we reported on Bakrie & Brothers, a conglomerate whose plight was typical of corporate Indonesia. After a miserable year, it may now lead Indonesia's recovery A YEAR ago Bakrie & Brothers epitomised the powerlessness of Indonesian companies faced by massive foreign debts in the midst of devaluation. It is now one of the first to point the way to salvation. On January 7th, having defaulted on most of its $1.7 billion debt for 12 months, Bakrie reached a provisional debt-forgiveness deal with a committee representing more than 300 creditors, making it the first large Indonesian company to clear its books (in principle) since the beginning of the crisis. Considering the hole that Bakrie was in, this is no small achievement. The black humour of its managing director, Nalin Rathod, as he watched the Indonesian rupiah lose three-quarters of its value last January, soon gave way to tedium. For most of the next year, Mr Rathod flew to Singapore every Monday morning to explain to creditors why the company still could not service its debts. A year ago he was confident of the banks' sympathy: at exchange rates as high as 16,000 rupiah to the dollar, ``I'm clearly helpless,'' he said. But as the rate moved back down below 8,000, the creditors became less understanding. There was, however, little the banks could do. Despite the creation last year of a bankruptcy law in Indonesia where there had been none before, it is still virtually impossible to force a defaulted debtor into liquidation (the few creditors that have tried are still tangled up in legal appeals). Given the prospect of months or even years of negotiations or lawsuits to retrieve pennies on the dollar, some of Bakrie's creditors wrote off the debt and tried to forget their Indonesian nightmare. But the more tenacious creditors pressed on--especially those, such as some of the Japanese banks, that could ill afford to weaken their balance sheets further. As the year wore on and it became clear that Indonesia had little hope of a quick recovery, Bakrie appointed one of its biggest creditors, Chase Manhattan, as its financial adviser and assigned an internal team of nine employees to work full-time on debt restructuring. They considered a ``Dutch auction'', suggested by some of the banks, through which the creditors could bid to trade debt for Bakrie's most valuable assets. But that proved unworkable, says Mr Rathod, when it emerged that banks that had bought Bakrie debt on the cheap after the crash would be able to cream off the best assets, leaving long-term creditors little to show for their forbearance. So in mid-year, Mr Rathod's team came up with a fairer sort of debt-to-equity swap. GoodCo, meet BadCo Bakrie is actually the listed holding company for a number of operating companies in the conglomerate's three main lines of business: rubber plantations, telecoms and oil-industry infrastructure. Some of those businesses, particularly the agricultural exporters, have benefited from devaluation, and are still generating cash. Others, such as some of the telecoms investments, are paying the price for their dependence on Indonesia's domestic economy. In addition, the company owns about 2.5% of Iridium, a satellite-telecoms venture led by Motorola, and shares in several lucrative natural-resource joint ventures with foreign firms. Mr Rathod's team decided, in effect, to split the company into two: assets with a tradable value today, and assets that may again have value when Indonesia's economy recovers; call them GoodCo and BadCo. GoodCo would include the Iridium stake and two profitable subsidiaries; BadCo would hold the rest, including most of the telecoms operations. Bakrie proposed giving the creditors, in shares proportionate to the debt they held, 80% of GoodCo and 20% of BadCo. Bakrie would keep the rest. The idea was that the banks would be able either to sell their shares in GoodCo now, getting perhaps 10 cents for each dollar of their debt, or hold them for a few years in the hope that their value would increase. In exchange for sacrificing some of its most valuable assets, Bakrie would have a chance to start again, using the cash flow of its operating companies to run its remaining businesses, rather than just service their debt. But the banks were less enthusiastic. Even assuming that GoodCo shares proved as liquid as Bakrie promise
Re: Ambisi Amien Rais
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Thanks Bung Rosadi, Saya senang membaca ulasan anda yang panjang lebar, tentang masalah yang saya angkat, yang sebenarnya cuma untuk mengisi kekosongan bahan diskusi beberapa hari yang lalu. Ternyata masalah yang saya angkat bisa berkembang menjadi bahan diskusi yang cukup menarik. Argumen Bung Rosadi juga sekaligus menambahkan apa yang telah saya diskusikan dengan Bung Ridwan pada topik yang lainnya (Re: Menyikapi Soeharto). Wassalam ---Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamualaikum wr.wb > > Alloo bung Bridwan dan bung Dodo..., saya mo ikutan ni..:) > > Saya tertarik sekali mengikuti diskusi anda berdua tentang pak Amien > Rais. Ada beberapa hal yang mau sampaikan sehubungan dengan diskusi anda > tsb. Mudaha-mudahan berguna bagi kita semua. > > Pertama: Menurut hemat saya, tidak selamanya salah seseorang itu masuk > kedalam pusat kekuasaan, sekalipun kekuasaan tersebut berada ditangan > orang-orang yang rakus harta dan gila kekuasaan. Adakalanya diperlukan > orang-orang yang baik dan jujur untuk memberikan sedikit pelita atau > cahaya ditengah "kegelapan" yang dominan tersebut, agar orang-orang lain > yang masih punya iman, tidak terjerumus lebih dalam lagi ke jurang > kesesatan.Malah akan lebih buruk lagi akibatnya, jika TIDAK ADA lagi > orang-orang baik dan jujur didalam pusat kekuasaan, yang senantiasa > memberi contoh dan nasehat yang baik kepada penguasa yang lalim > sekalipun. Bukankah nantinya sang penguasa akan semakin menjadi > bertambah buruk dan lalim..??? Hanya mungkin pertanyaannya adalah sampai > seberapa jauh orang-orang baik ini bisa mempengaruhi lingkungannya > (bukannya malah dipengaruhi oleh lingkungannya)? Jika memang orang-orang > baik ini dapat meminimalkan pengaruh buruk dari lingkungannya terhadap > diri dan keluarganya dan tetap konsisten dalam membela kebenaran, saya > rasa kehadiran mereka ini dipusat kekuasaan akan lebih banyak manfaatnya > ketimbang mudharatnya. Kehadiran mereka mungkin bisa dibaratkan seperti > ikan yang tubuhnya tidak ikut asin, walaupun hidup didalam air laut yang > asin(mengutip perkataan ulama besar Mesir Sayyid Qutb tentang kehidupan > seorang muslim yang baik). > > Kedua: Mengenai pak Amien Rais, saya mencoba melihat beliau sebagai > seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. > Adakalanya beliau memang salah dalam berbuat dan bertindak. Gus Dur saja > yang katanya selalu menghindari dan tidak mau masuk kedalam pusat > kekuasaan, nyatanya seringkali berbuat keliru dan kontroversial,yang > malah mencerminkan dirinya seolah dekat dengan pusat kekuasaan itu > sendiri.Sebaliknya kita juga dapat melihat dengan mata telanjang betapa > orang-orang baik yang dulu ikut masuk dalam lingkaran kekuasaan(seperti > bp. Amien Rais dan bp. Sri Bintang Pamungkas),cukup berani mengoreksi > dan mengkritik kebijakan-kebijakan rejim Orde baru (baca:Soeharto)yang > keliru. Disinilah saya menaruh rasa hormat kepada mereka berdua..., > berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan disaat rejim Orde > baru SANGAT BERKUASA dahulu, bukannya baru mengkritik dan buka mulut > SETELAH rejim orba jatuh (seperti yang dilakukan kebanyakan orang saat > ini, termasuk kita yang ada di Milis ini). > > Ketiga: Kehadiran ICMI memang sulit dipisahkan dari rejim Orde Baru, > sepertinya juga organisasi-organisasi intelektual non Islam lainnya > seperti PIKI,Intelektual pancasila, hindu,dsb (saya lupa namanya), yang > juga merupakan bentukan rejim ORBA. Saya sendiri melihat bahwa kehadiran > para cendikiawan muslim di ICMI sejak dulu TIDAK SELALU menjadi > "pelayan" rejim Orba, karena di ICMI sendiri berkumpul para cendikiawan > dari berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Disatu sisi di > ICMI memang terdapat orang-orang yang sikap dan mentalnya seperti budak > belian, yang mengikuti apa saja kemauan penguasa kala itu. Namun disisi > lain banyak pula anggota ICMI yang punya sikap tegas mengoreksi segala > penyimpangan yang dilakukan rejim orba(seperti bp.Amien Rais,Sri Bintang > Pamungkas,Cak Nur,dll). Jadi kurang bijaksana rasanya jika kita menilai > pribadi seseorang berdasarkan bergabung tidaknya seseorang kedalam ICMI > atau ke dalam lingkaran kekuasaan mantan presiden Soeharto dahulu. Masih > banyak variabel yang harus dimasukkan dalam memberikan penilaian. > > Keempat: Saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk tetap berpikir dan > bersikap kritis dalam batas-batas kewajaran. kejadian-kejadian buruk > yang menimpa bangsa dan negara kita saat ini bukanlah karena kesalahan > mantan presiden soeharto dan antek-anteknya semata. Kita semua (kecuali > bayi yang lahir sesudah tanggal 21 mei 1998 lalu) ikut punya andil atas > terjadinya segala macam krisis yang menimpa Indonesia saat ini. Oleh > karena itu, alangkah lebih bijaksana-nya jika kita menilai seseorang > TIDAK SEBATAS tindakan atau perbuatannya di masa lalu saja(terutama saat > rejim Orba berkuasa), melainkan LEBIH kepada apa yang dilakukan orang
Re: Materi Tarbiyah
Assalamuálaikum Wr. Wb. Rekan-rekan sekalian, Saya kok jadi tersenyum sendiri membaca perdebatan yang berkepanjangan tentang file yang dikirim rekan Basuki yang katanya terlalu besar. Padahal kalau menurut saya sih simple saja, kalau memang nggak mau terima file yang terlalu besar, ya nggak usah dibuka, langsung di delete aja. Kalau mau buka, berarti ya udah siap terima resiko habis pulsa, habis memory space, buang waaktu dll. Kesan yang saya tangkap selama beberapa hari saya bergabung dalam milis ini, sudah semakin berkembang sikap kritis kita dalam melihat hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Akibatnya, hal-hal yang kecilpun, yang sebenarnya tidak terlalu penting, bisa menjadi bahan perdebatan yang panjang. Sudah dua kali saya temukan hal serupa sejak saya bergabung beberapa hari yang lalu. Pertama, masalah "perceraian" Tim-Tim dengan Indonesia. Orang yang pertama kali memakai istilah "perceraian" sebenarnya tidak punya maksud lain kecuali hanya meminjam istilah untuk menyebut rencana pemberian kemerdekaan bagi Tim-Tim oleh Indonesia. Tapi kata "peceraian" ini kemudian berkembang menjadi perdebatan panjang sampai kepada makna perceraian yang sesungguhnya di dalam Kristen Katolik dan Protestan. (menarik) Yang kedua, adalah masalah kiriman file yang terlalu besar dari seseorang, yang kemudian juga menjadi berkepanjangan sampai akhirnya kepada kata2 yang agak kasar seperti (maaf) "pantat anjing". Padahal saya yakin, tidak ada sama sekali maksud dari pengirim file untuk membuat debat yang berkepanjangan sepertin ini. Ini menujukkan gejala berkembangnya pandangan kritis kita terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi, sampai pada hal-hal yang kecil. Hal ini adalah suatu pertanda yang baik, asalkan kita tidak terlalu terbuai oleh urusan urusan yang kecil sehingga melupakan hal-hal yang mendasar yang seharusnya lebih membutuhkan perhatian. Mungkin ini juga yang terjadi pada kalangan elite politik kita sekarang ini. Semuanya menjadi kritis terhadap gejala politik apapun yang berkembang di tanah air, sampai-sampai peristiwa apapun di bahas panjang lebar dan di kaitkan dengan situasi permainan politik di panggung perpolitikan kalangan atas. Waktu Baramuli membagikan uang, semua orang sibuk membicarakannya dengan pendapat yang bermacam-macam, dan tentunya berkaitan dengan politik. Setiap ada kejadian, orang rame2 memberikan komentar dan ujung2nya mengarah kepada kecurigaan terhada"p öknum2 tertentu"(istilah jaman ORBA). Seorang tokoh politik membuat pernyataan, orang lain rame2 memberikan komentar. Dan lain-laindan lain..lain.. Sayangnya, saya jarang sekali orang membicarakan dengan serius masalah yang sebetulnya menurut saya sangat mendasar bagi bangsa kita, yaitu perbaikan taraf hidup masyarakat, perbaikan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan kerusakan moral anak-anak kita, apalagi membuat langkah langkah yang konkrit untuk pemecahannya. Mereka yang bermain di panggung politik, terlalu asyik memainkan peran masing-masing untuk menarik perhatian penonton supaya dianggap sebagai pemain yang paling berbakat. Contoh konkrit yang mungkin menyentuh diri kita yang berada di mailing list ini (termasuk saya) adalah, kita semakin pintar menilai gejala politik, semakin pintar mengkritik pemerintah, semakin jago berargumen dan berbicara tentang teori, tetapi saya membayangkan, seandainya kita di suruh untuk turun ke daerah pedalaman, membantu peningkatan pendidikan rakyat, saya tidak yakin kalau kita ini akan dengan suka rela menerimanya. Inilah yang menurut saya, tidak seharusnya terjadi. Gejala positif padaa pola pikir kita seharusnya di barengi dengan kepekaan kita terhadap masalah masalah yang substansial yang terjadi pada masyarakat secara menyeluruh. Mudah-mudahanlah, pandangan saya ini salah, dan ada yang bisa membetulkan. Wassalamuálaikum Wr. Wb. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Because I'm a guy
TOP TEN REASONS GOD CREATED EVE 10. God worried that Adam would always be lost in the garden because» men hate to ask for directions.» 9. God knew that Adam would one day need someone to hand him the TV» remote. (Men don't want to see what's ON television, they want to see WHAT ELSE is on!)» 8. God knew that Adam would never buy a new fig leaf when his seat wore» out and would therefore need Eve to get one for him.» 7. God knew that Adam would never make a doctor's appointment for» himself.» 6. God knew that Adam would never remember which night was garbage night. 5. God knew that if the world was to be populated, men would never be able to handle childbearing.» 4. As "Keeper of the Garden," Adam would never remember where he put his tools.» 3. The scripture account of creation indicates Adam needed someone to blame his troubles on when God caught him hiding in the garden.» 2. As the Bible says, "It is not good for man to be alone!"» 1. When God finished the creation of Adam, He stepped back, scratched His head and said, "I can do better than that."» ---Indi Soemardjan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Because I'm a guy... > > Because I'm a guy, I must hold the television remote control in my hand > while > I watch TV. If the thing has been misplaced, I'll miss a whole show > looking > for it, though one time I was able to survive by holding a calculator. > > Because I'm a guy, when I lock my keys in the car I will fiddle with a > wire > clothes hanger and ignore your suggestions that we call a road service > until > long after hypothermia has set in. Oh, and when the car isn't running > very > well, I will pop the hood and stare at the engine as if I know what I'm > looking at. If another guy shows up, one of us will say to the other, > "I used > to be able to fix these things, but now with all these computers and > everything, I wouldn't know where to start." We will then drink beer. > > Because I'm a guy, when I catch a cold I need someone to bring me soup > and > take care of me while I lie in bed and moan. You never get as sick as I > do, > so for you this isn't an issue. > > Because I'm a guy, I can be relied upon to purchase basic groceries at > the > store, like milk, or bread. I cannot be expected to find exotic items > like > "Cumin" or "Tofu." For all I know these are the same thing. And never, > under any circumstances, expect me to pick up anything for which > "feminine > hygiene product" is a euphemism. > > Because I'm a guy, when one of our appliances stops working I will > insist on > taking it apart, despite evidence that this will just cost me twice as > much > once the repair person gets here and has to put it back together. > > Because I'm a guy, I don't think we're all that lost, and no, I don't > think we > should stop and ask someone. Why would you listen to a complete > stranger--how > the heck could HE know where we're going? > > Because I'm a guy, there is no need to ask me what I'm thinking about. > The > answer is always either sex or football, though I have to make up > something > else when you ask, so don't. > > Because I'm a guy, I do not want to visit your mother, or have your > mother > come visit us, or talk to her when she calls, or think about her any > more than > I have to. Whatever you got her for mother's day is ok, I don't need to > see > it. Did you remember to pick up something for my mom, too? > > Because I'm a guy, I am capable of announcing, "one more beer and I > really > have to go," and mean it every single time I say it, even when it gets > to the > point that the one bar closes and my buddies and I have to go hunt down > another. I will find it increasingly hilarious to have my pals call you > to > tell you I'll be home soon, and no, I > don't understand why you threw all my clothes into the front yard. > What's the connection? > > Because I'm a guy, you don't have to ask me if I liked the movie. > Chances > are, if you're crying at the end of it, I didn't. > > Because I'm a guy, yes, I have to turn up the radio when Bruce > Springsteen or > The Doors comes on, and then, yes, I have to tell you every single time > about > how Bruce had his picture on the cover of Time and Newsweek the same > day, or > how Jim Morrison is buried in Paris and everyone visits his grave. > Please do > not behave as if you do not find this fascinating. > > Because I'm a guy, I think what you're wearing is fine. I thought what > you > were wearing five minutes ago was fine, too. Either pair of shoes is > fine. > With the belt or without it looks fine. Your hair is fine. You look > fine. > Can we just go now? > > Because I'm a guy and this is, after all, the 90's, I will share equally > in > the housework. You do the laundry, the cooking, the cleaning, and the > dishes. > I'll do the rest. > > > Helen Alexander > Student Exchanges and Study Abroad > Admissions and Registrar's Office > James Annex >
Re: Berita GATRA ambon mena ngise
Assalamu'alaikum Wr. Wb Saya tertarik membaca posting Bung Rosadi ini, sama tertariknya dengan membaca posting sebelumnya tantang News From Medan dari sdri. Irna. Dua duanya membahas hal yang sama yaitu gerakan para provokator yang mencoba memecah belah bangsa kita dengan menghembuskan issue-issue SARA di daerah daerah yang memang dianggap rawan perpecahan. Yang lebih menarik lagi bagi saya adalah istilah "provokator" itu sendiri yang sekarang memang lagi "ngetrend" di pakai oleh bangsa kita, sampai media asing pun ikut2an memakainya. Akhir-akhir ini kita bangsa Indonesia memang agak unik, banyak sekali disibukkan dengan peristiwa-peristiwa yang muncul secara bersamaan, berkaitan, berurutan dan terus menerus yang sampai sekarang masih juga belum bisa terselesaikan. Berkaitan dengan itu, kita juga sering disibukkan dengan munculnya istilah istilah baru mulai dari "ninja" sampai dengan yang lagi trend sekarang "provokator". Sayangnya, semua itu seakan-akan berlalu begitu saja. Munculnya tidak di harapkan, dan akhirnyapun pergi begitu saja seakan akan hilang di telan bumi, yang tertinggal adalah kecurigaan kecurigaan. Kenapa bisa begitu?, menurut saya, hal itu terjadi karena semuanya serba samar, tidak jelas. Waktu ramai-ramainya kita membicarakan tentang "ninja", kita sendiri seperti tidak tahu, siapa yang di sebut ninja itu. Motifnya apa, dan siapa penggeraknya tidak pernah terungkap. Akhirnya semua orang sibuk mengira-ngira dan mengaitkan dengan konflik politik yang memang lagi memanas. Dan pada ujungnya, fokus dari kecurigaan di arahkan ke satu nama yaitu "SOEHARTO". Tapi apakah itu benar? WALLAHU "ALAM tidak ada yang bisa membuktikan. Sekarang ini kita lagi lagi disibukkan dengan istilah "provokator". Tapi kenapa tidak ada tindakan yang nyata untuk mencegahnya atau menangkapnya, kemudian di interogasi dan di cari sumbernya atau penggeraknya. Kalau memang bisa di temukan bukti bukti yang kuat, bawa sang "penggerak" ke pengadilan dan umumkan secara transparan kepada masyarakat supaya masyarakat mengerti dan kejadian yang serupa tidak akan terulang lagi. Tetapi kalau hal itu hanya berdasarkan kecurigaan, yang timbul justru keresahan di masyarakat, karena masyarakatpun tidak pernah tahu, siapa yang dinamakan "provokator" itu. AKhirnya, masyarakatpun akan ikut2an saling curiga satu sama lain karena menganggap orang lain sebagai "provokator", dan pertikaian pertikaian baru akan muncul. Posting sdri. Irna jelas jelas mengatakan bahwa sekitar 200 orang provokator telah masuk ke Medan, bahkan pejabat pemerintahan Sumutpun telah mengetahuinya. Kalau memang datanya sudah sedemikian lengkap, kenapa tidak langsung di tangkap saja mereka dan di adili?. Kalau hanya mengatakan bahwa ada provokator masuk ke suatu wilayah, kemudian rakyat di suruh waspada, tanpa adanya penjelasan yang pasti siapa provokator itu, dan apa ciri2nya, justru di masyarakat akan beredar rasa was-was dan saling curiga. Kalau situasi sudah demikian, masyarakat jadi semakin sensitif dan mudah sekali terjadi konflik. Saya sebagai manusia, sebagai bangsa Indonesia, seperti rekan2 yang lain, merasa sangat sedih atas peristiwa2 yang memakan korban jiwa akhir-akhir ini. Mudah mudahan semuanya bisa segera berakhir dan "provokator" nya bisa di tangkap, dimintai pertanggung jawaban, dan di adili sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalaupun tidak bisa diungkap siapa yang di namakan "provokator" itu, mudah2an mereka juga sadar bahwa perbuatannya bukan perbuatan ummat yang beradab. Amien Wassalam. Toha ---Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamualikum wr.wb > > Rekan-rekan sekalian.., > > Kerusuhan-kerusuhan berbau SARA terus menerus terjadi di Indonesia. Para > provokator tiada henti-hentinya berusaha merusak dan menghancurkan > persatuan dan kesatuan bangsa kita. Salah satu cara yang digunakan oleh > para provokator ini adalah dengan menyebarkan pertentangan antar agama > di Indonesia. Berita dari majalah Gatra dibawah ini memperlihatkan > kepada kita, bahwa betapa mudahnya masyarakat kita termakan oleh hasutan > orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga meletuslah berbagai > kerusuhan yang berbau SARA yang telah menelan banyak korban jiwa dan > harta benda. Mudah-mudahan kejadian-kejadian seperti ini tidak terulang > lagi di masa mendatang. Cukuplah sudah rasanya darah dan air mata yang > tertumpah selama ini. > Semoga Allah swt selalu melindungi dan memberikan pertolonganNya kepada > bangsa Indonesia..(Amin) > > Wassalam > Mohamad Rosadi > Virginia _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Sketsa Politik
Posting bung Nasrullah kali ini benar2 menarik, dan menurut saya, perasaan si suami itu dirasakan pula oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang merdeka sebelum th. 1975. ---Nasrullah Idris <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Seorang wanita bernama Dhora Fransisca berkata kepada suaminya bernama > Suharjono Prawiro, > "Loe boleh memiliki saya. Selama itu pula loe harus tetap memberi > makanan dan memberi kebebasan kepada gua" > "Oke deh. Lalu ?", tanya si suami > "Setelah lima atau sepuluh tahun kemudian, gua boleh kan memutuskan, > apakah cerai atau tetap sebagai istri loe? > "Ha ? Kenapa nggak sekarang saja kita bercerai?" > > === > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Wiranto=Pahlawan baru....
Menarik Bung Budi, Tapi pertanyaannya, bagaimana kita mengkategorikan "perusuh" itu. Apakah setiap orang yang telibat kerusuhan lantas disebut perusuh dan perlu di tembak di tempat? Sementara, setiap kerusuhan pasti melibatkan ratusan bahkan ribuan orang, lalu apakah ABRI akan menmbantai seribu orang dengan alasan melakukan kerusuhan? ini mustahil, dan tidak masuk akal. Kalau kita mempersempit kategori perusuh sebagai orang yang menggerakkan kerusuhan, atau yang akhir2 ini populer disebut provokator, bagaimana kita mengidentifikasi provokator tersebut? Seperti yang pernah saya kemukakan, kita ini sering menggunakan istilah-istilah yang tidak jelas definisinya, mulai dari OTB, oknum2 tertentu, ninja, perusuh sampai dengan provokator. Semuanya hanya istilah yang tidak jelas artinya dan hanya berdasarkan dugaan tanpa ada bukti2 yang nyata. Kalau ABRI hanya menduga duga si "perusuh" atau "provokator" kemudian main tembak tempat, justru itu akan menyulitkan ABRI sendiri, karena besar sekali kemungkinan menembak sasaran yang salah. Dan kalau itu terjadi, rakyat akan semakin marah dan brutal serta menghujat ABRI habis habisan. Hal ini akan membuat posisi ABRI yang sudah sulit, menjadi lebih sulit lagi. Ini juga akan menghambat reformasi internal yang sedang dilakukan oleh ABRI. Dalam hal ini, saya rasa perlu adanya konsensus bersama antara ABRI dengan para tokoh masyarakat dalam menentukan tindakan terhadap kerusuhan yang terjadi, sehingga ABRI mempunyai semacam guidelines dalam melakukan tindakannya. Dalam hal ini, saya tidak berbicara tentang hukum formal yang berlaku di negara kita maupun aturan main di dalam tubuh ABRI sendiri. Saya rasa konsensus bersama akan lebih memudahkan semua pihak untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, tindakan ABRI tetap bisa terkontrol dan tidak boleh keluar dari aturan main yang sudah disepakati. Hal ini pula akan memudahkan semua pihak apabila terjadi kesalahan prosedur di lapangan, karena sudah ada guidelines yang jelas yang bisa dipedomani oleh semua pihak. Mungkin ada pendapat dari rekan2 yang lain tentang ABRI ini? Wassalam ---Budi Haryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rekan yth., > > Menanggapi berita terakhir tentang: ABRI menyatakan perang terhadap > kerusuhan-kerusuhan dan akan melakukan tembak di tempat terhadap > perusuh, yang disampaikan oleh Pangab Wiranto, sungguh sangat tepat > waktunya setelah segala kerusuhan yang terjadi di Indonesia selama ini > terkesan 'dibiarkan saja'. Apalagi kalau dikaitkan dengan Pemilu yang > semakin dekat, dan kecemasan masyarakat yang semakin tinggi. > > Tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk menyebut Pangab kita satu ini > saat ini, yaitu 'Pahlawan Baru'. Saya kok punya keyakinan bahwa dalam > waktu singkat Indonesia akan menjadi aman dan tenang. > > Kalau ini benar, maka kelihatannya ada dua kemungkinan besar yang bisa > dicermati, yaitu: > > 1. Dengan niat murni dan profesionalisme-nya ABRI betul-betul > memberantas penyebab kerusuhan dan keresahan masyarakat selama ini dan > mencegah timbulnya kerusuhan baru. Artinya, ABRI melakukannya untuk > kepentingan rakyat dan negara tanpa tendensi apapun. Ini harapan saya > dan kita semua, meskipun masih ada pertanyaan yang mengganjal, yaitu: > kenapa nggak dilakukan sejak dulu? > > 2. ABRI akan menghentikan tindakan-tindakan penyebab kerusuhan dan > keresahan masyarakat yang selama ini adalah bagian dari 'rekayasa'nya, > dengan tujuan mendapatkan simpati masyarakat lagi. Dan bukan suatu hal > yang mustahil jika Wiranto sang 'pahlawan' dicalonkan oleh beberapa > partai dengan dimotori oleh partai-partai 'jadi-jadian' sebagai presiden > ke 4. Hal ini yang tidak saya harapkan, karena pendekatan militerisme > kelihatannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan demokrasi dan > ketatanegaraan di Indonesia beberapa bulan terakhir ini. Disamping itu, > masih ada pertanyaan lain yang mengganjal, yaitu: apakah ini rekayasa > Wiranto sendiri atau ada sutradara yang handal di belakangnya? > > Mudah-mudahan Tuhan selalu bersama kita untuk menunjukkan jalan terbaik > buat bangsa ini. > > Salam, > Budi > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: deklarasi API
Salut.!!! Tindakan yang sangat positif dari pelajar. Mudah2an cepat membawa hasil. ---deddy priadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sabtu, 6 Februari 1999 > Peta Situs > > Beranda > Dapur > Gudang Data > Kotak Pos > > Analisa > Berita > The Net > Wawancara > > > > > > > Aliansi Pelajar Indonesia Dideklarasikan, Dukung Gerakan Mahasiswa > > detikcom, Jakarta - Aliansi Pelajar Indonesia (API) direncanakan akan didekrasikan Sabtu Malam ini (6/2/1999). Deklarasi itu rencananya akan dilakukan di Apartemen Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan. API mengharapkan wadah ini dapat memberantas, setidaknya mengurangi tawuran antar pelajar yang marak akhir-akhir ini. Humas Api, Saras Dhamantra, kepada detikcom mengatakan bahwa API telah mendapat dukungan dari ratusan SMU di kawasan Jabotabek. > > Masalah tawuran antar pelajar tampaknya akan menjadi agenda utama API. Api menyesalkan terbentuknya citra pelajar sebagai petarung-petarung jalanan yang hanya bisa mengandalkan kekuatan fisik. "Orang tawuran kan kalau mati disukurin orang," tutur Saras. Pelajar Australian International School ini mengatakan bahwa pada deklarasi malam ini pihaknya akan mempertemukan pihak-pihak yang selama ini sering berseteru. > > Selain masalah tawuran, API juga menyatakan mendukung gerakan mahasiswa Indonesia. Saras mengatakan bahwa API melihat hal yang sama dengan mahasiswa. API juga merasakan keprihatinan mendalam pada kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. > > Walaupun API lebih menyukai gerakan-gerakan yang kooperatif, namun Saras tidak menutup kemungkinan API akan ikut serta dalam demonstrasi-demonstrasi mahasiswa. "Tidak menutup kami akan ikut aksi di lapangan," tutur Saras bersemangat. > > Saras sebagai pribadi setuju dengan pendapat front-front mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa Bersatu (KMB). KMB hingga saat ini tetap menolak pemerintahan Habibie dan menolak penyelenggaraan pemilu 1999. KMB menuntut dibentuk pemerintahan transisi yang menggantikan Habibie sebelum pemilu dilaksanakan. "Kalau yang melaksanakan pemilu orang-orang lama, buntutnya akan sama seperti dulu," ujar Saras menyetujui. > > > > > > > > > > > > > cid:000101be530b$fa13cd60$017f@priadi" width=152> http://rm.theblackbox.com:8000/RealMedia/ads/click_nx.cgi/www.indonesia.com/detikbertia/" target=_blank>cid:000301be530b$fa1cf520$017f@priadi"> Sabtu, 6 Februari 1999 Peta Situs Beranda Dapur Gudang Data Kotak Pos Analisa Berita The Net Wawancara http://www.detik.com/cgi-bin/tropis-detik.pl" target=_blank>cid:000501be530b$fa1cf520$017f@priadi" vspace=4 width=120> http://www.detik.com/cgi-bin/agra-banner.pl" target=_blank>cid:000701be530b$fa1cf520$017f@priadi" vspace=4 width=120> Aliansi Pelajar Indonesia Dideklarasikan, Dukung Gerakan Mahasiswa detikcom, Jakarta - Aliansi Pelajar Indonesia (API) direncanakan akan didekrasikan Sabtu Malam ini (6/2/1999). Deklarasi itu rencananya akan dilakukan di Apartemen Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan. API mengharapkan wadah ini dapat memberantas, setidaknya mengurangi tawuran antar pelajar yang marak akhir-akhir ini. Humas Api, Saras Dhamantra, kepada detikcom mengatakan bahwa API
Re: Wiranto=Pahlawan baru....
Betul sekali bung Deddy, Yang paling penting adalah, aturan mainnya harus jelas sehingga tidak terjadi saling menyalahkan pada saat pelaksanaannya. Di satu sisi, ABRI mendapat kesempatan untuk menunjukkan melaksanakan niat baiknya untuk mendapat kepercayaan lagi dari rakyat. Di sisi yang lain, rakyat juga di ajak belajar untuk menghormati dan menjunjung tinggi hukum. ---deddy priadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > salam, > saya tambahkan beberapa info baru. > NU dan muhammadiyah sudah mengeluarkan sikap > mendukung "tindakan tegas " ini. > Keterangan resmi dari ABRI pun mengatakan bahwa tindakan > tembak di tempat bertujuan melumpuhkan,bukan mematikan. > inikah bentuk konsensus yang anda maksudkan? > > saya pribadi melihat gejala meningkatnya kekerasan yang dibarengi hilangnya > rasa hormat terhadap hukum tidak dapat hanya diatasi dengan cara-cara > represif!. namun masyarakat butuh contoh bahwa hukum berlaku bagi setiap > orang. Bukannya masyarakat harus ditakut-takuti, melainkan penyelesaian > hukum > juga bagi para elit yang mampu bermain-main dengan mengorbankan rakyat > sipil. > > pada tulisan saya yang lalu saya sempat mengajak agar kita mewaspadai > penggunaan istilah-istilah seperti "provokator","ditunggangi" dsb oleh elit > militer/politik namun tidak jelas siapa dan apanya .Bukannya kita yang suka > memakai istilah itu disini. > kenyataannya memang selama ini dalam berbagai demo ada penyusup yang > tujuannya memang mengacau atau dulu mereka (biasanya suaranya paling > kenceng) teriak-teriak menghujat dan akhirnya para koordinator demo yang > dikenai pasal-pasal karet. > > Jadi menurut pendapat saya, tindakan represif (meskipun mendapat dukungan > dari berbagai ormas) hanya mampu memerangi ekses dari kerusuhan-kerusuhan > namun tidak menyentuh dasar permasalahan, bahkan membuka peluang konflik > baru yang lebih luas. > saya berpendapat, kunci penyelesaian konflik ini berada di tingkat elit. dan > harus segera dicari solusinya. > mungkin dengan segera mengganti si jaksa agung andy ghalib?? > > wassalam > > deddy priadi > > -Ursprüngliche Nachricht- > Von: Dodo D. <[EMAIL PROTECTED]> > An: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> > Datum: Montag, 8. Februar 1999 03:18 > Betreff: Re: Wiranto=Pahlawan baru > > > >Menarik Bung Budi, > > > >Tapi pertanyaannya, bagaimana kita mengkategorikan "perusuh" itu. > >Apakah setiap orang yang telibat kerusuhan lantas disebut perusuh dan > >perlu di tembak di tempat? Sementara, setiap kerusuhan pasti > >melibatkan ratusan bahkan ribuan orang, lalu apakah ABRI akan > >menmbantai seribu orang dengan alasan melakukan kerusuhan? ini > >mustahil, dan tidak masuk akal. > > > >Kalau kita mempersempit kategori perusuh sebagai orang yang > >menggerakkan kerusuhan, atau yang akhir2 ini populer disebut > >provokator, bagaimana kita mengidentifikasi provokator tersebut? > >Seperti yang pernah saya kemukakan, kita ini sering menggunakan > >istilah-istilah yang tidak jelas definisinya, mulai dari OTB, oknum2 > >tertentu, ninja, perusuh sampai dengan provokator. Semuanya hanya > >istilah yang tidak jelas artinya dan hanya berdasarkan dugaan tanpa > >ada bukti2 yang nyata. > > > >Kalau ABRI hanya menduga duga si "perusuh" atau "provokator" kemudian > >main tembak tempat, justru itu akan menyulitkan ABRI sendiri, karena > >besar sekali kemungkinan menembak sasaran yang salah. Dan kalau itu > >terjadi, rakyat akan semakin marah dan brutal serta menghujat ABRI > >habis habisan. Hal ini akan membuat posisi ABRI yang sudah sulit, > >menjadi lebih sulit lagi. Ini juga akan menghambat reformasi internal > >yang sedang dilakukan oleh ABRI. > > > >Dalam hal ini, saya rasa perlu adanya konsensus bersama antara ABRI > >dengan para tokoh masyarakat dalam menentukan tindakan terhadap > >kerusuhan yang terjadi, sehingga ABRI mempunyai semacam guidelines > >dalam melakukan tindakannya. Dalam hal ini, saya tidak berbicara > >tentang hukum formal yang berlaku di negara kita maupun aturan main di > >dalam tubuh ABRI sendiri. Saya rasa konsensus bersama akan lebih > >memudahkan semua pihak untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, > >tindakan ABRI tetap bisa terkontrol dan tidak boleh keluar dari aturan > >main yang sudah disepakati. Hal ini pula akan memudahkan semua pihak > >apabila terjadi kesalahan prosedur di lapangan, karena sudah ada > >guidelines yang jelas yang bisa dipedomani oleh semua pihak. > > > >Mungkin ada pendapat dari rekan2 yang lain tentang ABRI ini? > > > >Wassalam > > > > > > > > > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Provokator
MILTON, SALAH SATU OTAK KERUSUHAN AMBON DAN KETAPANG JAKARTA (SiaR, 5/2/99) -- Milton, seorang preman Ambon yang disegani, merupakan kunci untuk menyingkap kerusuhan Ambon dan Ketapang. Demikian investigasi SiaR di kalangan preman Ambon yang berdomisili di Jakarta, Kamis (4/2) kemarin. Akibat keterlibatannya sebagai operator lapangan kerusuhan Ambon dan Ketapang, para pemuda Ambon di Jakarta yang merasa diperalat kini sedang "memburu" Milton untuk diminta pertanggungjawabannya. Menurut Rahakbauw, salah seorang koordinator preman Ambon yang terlibat sebagai anggota sekuriti gedung perjudian dalam kerusuhan Ketapang, Milton adalah operator lapangan yang menjadi kaki-tangan Yorrys Raweyai, dan Ongen Sangaji. Yorrys dan Ongen, lanjut Rahakbauw, merupakan aktor intelektualnya, sedangkan suntikan dana berasal dari Tommy Soeharto dan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut. "Jadi kalau polisi mau sungguh-sungguh membongkar seluruh jaringan kelompok pengorganisir kerusuhan-kerusuhan di tanah air, pegang saja Milton. Beta jamin seluruhnya terbongkar. Asal tidak ada rekayasa, Milton akan buka mulut," katanya. Rahakbauw yakin, kalau Milton diciduk, Yorrys dan seluruh jaringan tidak akan mungkin berkelit dari dugaan keterlibatan mereka. Yorrys yang awal pekan ini dimintai keterangan oleh tim intelejen Mabes POLRI di Hotel Grand Melia, mengelak tudingan yang gencar dialamatkan ke dirinya selama ini, bahwa ia merupakan dalang atau aktor intelektual kerusuhan di Ketapang maupun di Ambon. Uniknya, Ongen Sangaji yang menuju Ambon bersama Milton dan ratusan preman Ambon awal Desember 1998 lalu, sehari setelah kerusuhan Ambon, 19 Desember 1998, malah membuat konferensi pers mengecam kerusuhan tersebut. "Bung, itu kan cara mereka berbagi peran. Dengan bikin keterangan pers, mereka mau bikin diri seolah-olah tak terlibat. Bung tahu, uang bisa atur semuanya," ujar Kifta, seorang preman Ambon asal Tanjungpriok yang saat itu mendampingi Rahakbauw kepada SiaR. Para preman Ambon asal Tanjungpriok, dengan dibantu para preman Ambon dari Cengkareng dan Kwitang kini sedang "memburu" Milton yang dianggap tak bertanggungjawab. Perburuan tersebut sudah dilakukan sejak kerusuhan Ketapang, akhir November 1998. Pada awal Desember 1998, para preman itu mendengar kabar bahwa Milton yang mereka buru, ikut bersama Ongen menuju Ambon. Kerusuhan Ambon meletus pada 19 Desember 1998. Meskipun Ongen telah kembali ke Jakarta, serta memberi keterangan pers yang mengecam kerusuhan tersebut, Milton hingga kini tak diketahui keberadaannya. Menurut para preman Ambon, Ketua Pemuda Pancasila, Yapto Suryosumarno juga merasa segan terhadap sosok Milton yang dikenal nekad dan berdarah dingin. Baik Rahakbauw maupun Kifta mensinyalir, Milton yang sedang diburu para preman Ambon itu dilindungi oleh suatu "kekuatan besar". "Mungkin elite militer, mungkin keluarga Cendana sendiri, cari tahu sendiri lah," kata Rahakbauw kepada SiaR. Para preman Ambon Tanjungpriok sendiri tak peduli dengan "kepopuleran" Milton di kalangan preman ibukota. "Kami tak peduli, kami akan terus cari dia sampai ketemu. Kalau perlu kami lapis sekalian dengan Yorrys dan Yapto. Kami tak rela, saudara-saudara kami di Ambon baku belah, di sana Islam-Kristen itu satu saudara," ucap sejumlah preman Ambon asal Tanjungpriok gusar.*** _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: HUMOR KONTEMPORER
Karena Jayabaya keburu mati, maka ramalannya itu masih kurang lengkap, seharusnya masih ada lanjutannya setelah Notonegoro. Harusnya Notonegoro Podosuko. Dan dalam hal ini saya setuju dengan megawati. Habis "Neruske" suharTo, maka akan muncul si meGO menjadi Presiden dengan si amin ROis menjadi wapres. Setelah meGO turun digantikan amin ROis. Pada saat amin ROis menjadi presiden si POhan melakukan kudeta dan akhirnya jadi presiden berikutnya. Karena POhan nggak beres, maka rakyat mengangkat DOdo menjadi penggantinya. Untuk "SU" ama "KO" terserah aja, siapa yang mau daftar. Gitu seharusnya cerita yang lengkap. ---Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam! > Teman saya, barusan nggosipin kaum elite kita. Biasa, bikin othak-athik > menurut gathuknya wong Jowo-- yang sangat menarik. Ceritanya begini: > > Notonegoro atau Notobirowo? > > Orang boleh percaya atau tidak tentang Jangka Jayabaya. Bagi yang > percaya, tentunya sekarang bingung, kenapa sekarang harusnya "NO" kok > jadi "BI" (habiBI). > Ada orang, terutama yang pendukung PAN, mengatakan mungkin karena > globalisasi atau apa kek, unen-unen (motto) sudah ganti menjadi Noto > Birowo. Jadi sesudah "BI" akan datang "RO" alias ROis (Amin Rais). > Lain lagi dengan pendukung PDI Mega. Mereka yang percaya Jangka > Jayabaya, akan nyletuk, ah unen-unen kok ganti, bukannya itu > dipas-pasin aja? Jayabaya kan selama ini ramalannya benar? > Lanjutnya, unen-unennya tetap Noto Negoro, dalam arti sekarang itu "NE" > yang artinya Neruske (Nerusin). Kan Pak Habibie nggak dipilih MPR. Dia > hanya nerusin Pak Harto yang kepleset! Dan sesudah "NE", tetntunya "GO" > alias meGO (Mega), baru setelah itu "RO". Jadi wajar, kalau baru-baru > ini, Amin Rais bilang mau jadi wapres aja kalau yang jadi presiden Mbak > Mega. Sebab di bisa tetap high profile dan akhirnya menggantikan Mbak > Mega pada periode berikutnya. > Eh, mathuk (cocok) juga, analisa ini. > > Menurut Anda, bagaimana? Atau ada ada anekdot lain? > > salam! > ramadhan pohan > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: HUMOR Madura(lagi)
Seorang guru yang mengajar di sebuah SMP di Madura suatu hari menyruh seorang muridnya untuk mengukur tingginya tiang bendera. Guru: Eh, coba kamu ukur tingginya tiang bendera itu berapa? Dengan sigapnya sang murid memanjat tiang bendera dengan membawa meteran kemudian mengukurnya. Murid: Pak, tingginya 12 meter Guru: Kok kamu susah susah sih memanjat tiang bendera, kan bisa kamu robohkan kemudian kamu ukur? Murid: Kalau itu bukan tingginya pak, tapi panjangnya. Guru: Hebat muridku... _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: HUMOR Madura
Seorang tua dari Madura punya anak yang bekerja di Jakarta. Suatu ketika dia mengunjungi anaknya di Jakarta yang berkantor di sebuah gedung tinggi. Kantor anaknya berada di lantai 15 sebuah gedung. SI bapak datang ke Jakarta sambil membawa clurit serta sendal bakiak (khas madura). Setelah sampai di gedung itu, si bapak tua bertanya kepada satpam yang ada di bawah, kemudian di jelaskan bahwa si bapak harus naik lift, caranya pencet tombol di depan pintu, kemudian sampai di dalam, pencet tombol dengan angka 15. SI bapak tua mengikuti petunjuk si satpam. Tapi dasar madura, sebelum masuk ke lift, sandal bakiaknya di buka dan di tinggal di luar. Setelah sampai di lantai 15, pintu lift terbuka dan si bapak tua keluar. Tiba tiba dia ngamuk2 karena bakiaknya tidak ada diluar. "Dasar orang jakarta, maling semuanya, sampai sandal bakiakpun dicuri" maki si bapak sambil mengacung2kan cluritnya. Melihat hal itu seorang satpam mendekati dan bertanya. "Ada apa pak?" tanya si satpam. "Ini, masa sendal saya ditinggal diluar sini dicuri sama orang." Akhirnya si satpam maklum dan sambil tersenyum menjelaskan," coba deh bapak masuk lagi ke dalam sana, dan pencet tombol yang ada angka 1 nya, nanti sendal bapak akan ketemu." Si bapak menuruti kata si satpam, dan akhirnya begitu keluar dari lift, melihat lagi sendal bakiaknya. Sambil menggerutu si bapak berkata, "Dasar orang Jakarta, baru di gertak saja sudah ketakutan, sendal saya di kembalikan." _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Teori kebutuhan
Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, "Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, ..." Nasrudin menukas, "Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan." Hakim mencoba bertaktik, "Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Anda. Kalau Anda memiliki pilihan: kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?" Nasrudin menjawab seketika, "Tentu, saya memilih kekayaan." Hakim membalas sinis, "Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Anda memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?" Nasrudin balik bertanya, "Kalau pilihan Anda sendiri?" Hakim menjawab tegas, "Tentu, saya memilih kebijaksanaan." Dan Nasrudin menutup, "Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya." _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Au ah..!!
Kerusuhan di Ambon meledak,korban pun berjatuhan. Gusdur lagi-lagi menduga-duga siapa dalang provokatornya.Kali ini dugaannya cukup aneh, karena menurut Gusdur, dalangnya ada di Jakarta, tepatnya di Ciganjur. Parto : Kali ini Gusdur menengarai bahwa dalang kerusuhan Ambon ada di Ciganjur. Siapakah orangnya Gus ? Gusdur : Kalau saya sebut, nanti malah ribut ! Parto : Ada pepatah " Yang berkotek itulah yang bertelur ", Apakah anda tidak takut tuduhan itu menjadi bumerang bagi Anda, Anda sendiri 'kan tinggal di Ciganjur ? Gusdur : Oh ya . . ya . . . , saya lupa. Saya pikir, saya ini sudah ada di Istana. Soalnya sebulan yang lalu saya mimpi tinggal diIstana. Sejak saat itu saya jadi suka mencari-cari dalangnya setiap ada kerusuhan. Parto : Jadi siapa sebenarnya yang anda maksud ? Gusdur : Initialnya AW ! Parto : Kepanjangannya apa ? [ dalam hati, parto mengira Abdurahman Wahid ] Gusdur : Au'ah Welap [ tahu'ah Gelap ]. Parto : ? ? ? ? ? ! ! ! ! _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: RICE
Tolong dicarikan bahasa inggrisnya untuk jenis beras di bawah ini: 1. beras jatah PNS=...? 2. beras nggak laku=...? 3. beras berkutu=...? 4. beras nggak enak=...? 5. penjarah beras=...? ---Panut Wirata <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Untuk Ida: > Ini beberapa terminologi untuk padi dan beras. Untuk ini > perbendaharaan kata kita lebih kaya dari bahasa Inggris > > nasi = steam rice; > nasi goreng = fried rice; > nasi spanyol = paella > beras = rice; > beras selep = polished rice > beras sosoh = whole grain rice > beras mutiara = pearl rice; > beras ketan = glutinous, sweet rice > gabah = rice seed, rice grain > tanaman padi = paddy plant, rice plant > sawah = paddy field > padi sawah = lowland rice > padi gogo = upland rice > > Tanaman padi disebut tanaman setahun artinya siklus hidupnya selesai > dalam satu tahun (bisa kurang dalam setahun). Khusus untuk tanaman > padi, dari biji (benih) sampai tumbuh dewasa, berbunga dan berbuah > (gabah itulah buahnya)perlu waktu sekitar 3 bulan. Setelah berbuah > lalu mati. Beda dengan tanaman markisa yang bisa hidup bertahun-tahun > (disebut tanaman tahunan). > > > > > > > ---Notrida Mandica <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Dear > > > > > > a bunch of paddy, dry > > has stayed on the ground > > for years, thee > > slowly, time has eaten it > > its skin has been torn > > almost naked, the paddy > > asks for mercy > > seems very expensive > > none wants to hold it though > > exhausted,dry paddy is searching for protection > > empty, only empty looks it has earned > > not deserve that indeed > > it ought to live with > > > > > > ida > > > > > > > > > > > > __ > > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > > > > _ > DO YOU YAHOO!? > Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Polling Presiden RI!
Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss events, Small minds discuss people." So, who are we..??? ---Priyo Pujiwasono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya mau ngadain polling nih... > Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: > Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang > lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan > mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara > mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos & riots seperti sekarang > tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. > Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini > justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya > "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, > nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin, > dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih > baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan > MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan > menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, > WAWASANNYA sangat luas & dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi > tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu BIJAK > serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa. > Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa > Dia... > > > Sabaaar. > > > > Hmmmtahan napas.. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!! > alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago yang > sangat sederhana & bijaksana! > Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame?? > Setujuuu.. > VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!! > > -- > Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke > sebanyak mungkin milis Indonesian Community. > Terimakasih. > -- > > Priyo Pujiwasono > Engineering & Technology Management > George Washington University > > == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur, > ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini. > > _ > DO YOU YAHOO!? > Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Polling Presiden RI!
Itulah permasalahannya, agak susah bagi kita saat ini untuk menempatkan diri kita sendiri karena keragaman permasalahan yang kita hadapi saat ini, sama sulitnya dengan menilai calon pemimpin kita nanti. Kalau kita mau jadi kelompok "great minds", kita akan terbuai oleh angan angan dan ide yang muluk2, sehingga sering melupakan events yang sedang terjadi di masyarakat dan hasilnya adalah, hal2 yang essensial yang sedang di hadapi oleh masyarakat secara keseluruhan menjadi terabaikan. Dalam hal ini, saya pribadi menilai Amien Rais dengan PAN-nya termasuk kelompok yang great mind, mereka sering muncul dengan konsep konsep politik mereka yang jelas dan cenderung lebih radikal. Ini juga bisa dilihat dengan struktur organisasinya yang inklusif, dimana di dalamnya terdapat tokoh2 handal dari berbagai golongan yang memungkinkan PAN untuk berbuat lebih dari kelompok2 yang lain dalam konsep2 politiknya. Sayangnya, mereka terkesan terlalu "elit" sehingga kurang "diminati"oleh masyarakat golongan bawah. Hal yang berlawanan telihat pada PDI perjuangan dengan Megawati sebagai pemegang komando. Realita2 yang ada di masyarakat bawah menjadi andalannya untuk disuguhkan sebagai "hidangan" yang menarik, khususnya bagi masyarakat kelompok bawah. Hasilnya memang ampuh, masyarakat "kebanyakan" melihat PDI perjuangan sebagai partai yang lebih menjanjikan. Ditambah lagi dengan (nggak bisa dipungkiri) keberadaan Mega sebagai keturunan Soekarno. Sayangnya, konsep politik dan visi yang di tawarkan oleh PDI kurang jelas, bahkan Mega sendiri sebagai pimpinan ketika ditanya wartawan tentang visinya, tidak memberikan jawaban. Makanya, kalau saya sendiri di tanya calon presiden kita nanti siapa? saya juga nggak bisa memberikan jawaban. "Kucing kucing kita masih di dalam karung" (kata Ida). Kita tentunya nggak mau milih kucing yang masih di dalam karung, karena masih belum jelas kemampuan dan keindahannya. Mudah mudahan aja wakil2 kita di MPR nantinya, tidak memilih kucing yang salah. Untuk itu, akan sangat berguna menurut saya, apabila calon calon yang di tetapkan nanti, di minta untuk berdebat di depan publik sebelum MPR membuat keputusan. ---Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Wah Bung Dodo, agak sulit kalau kita mau menempatkan diri kita sendiri... > > Kalau saya melihatnya malah perlu untuk mulai melirik-lirik siapa calon > yang pantas. Hal yang belum jelas bagi saya, apakah calon presiden > dan wakilnya ditentukan setelah ketahuan partai mana yg menang ataukah > sebelum pemilu para partai ini selain membeberkan programnya juga > menyebutkan calon unggulannya. Jaman dulu kita sudah capek gebug- > gebugan ternyata ketiga partai dan golongan tetap memilih presiden yg itu-itu > juga. > > Pernyataan Adi Sasono yg mengisyaratkan bahwa Habibie yg akan dicalonkan > partainya membuat sedikit kekawatiran, jangan-jangan kejadian yg dulu > terulang lagi. Kalau begitu masyarakat tidak perlu ambil pusing dengan > pemilu, toh para tokoh yg merasa pantas menjadi presiden dapat melakukan > lobbi akhir kepada partai yg menang. Yaaakalau gitu kita ini seperti > membeli kucing dalam karung. Toh program-program yg ditawarkan > sebelum pemilu dapat dikreasikan lagi. > > > "Dodo D." wrote: > > > Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss > > events, Small minds discuss people." > > > > So, who are we..??? > > > > ---Priyo Pujiwasono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Saya mau ngadain polling nih... > > > Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: > > > Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang > > > lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan > > > mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara > > > mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos & riots seperti sekarang > > > tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. > > > Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini > > > justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya > > > "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, > > > nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin, > > > dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih > > > baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan > > > MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan > > > menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, > > > WAWASANNYA sangat luas & dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi > > > tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapan
Re: Polling Presiden RI!
No minds? susah deh definisinya. Bisa jadi adalah "people without any ideas to discuss" tapi kelihatannya kkurang tepat juga. Orang2 yang introvert, cenderung memilih untuk diam, tapi berpikir, daripada teriak teriak kesana kemari tanpa isi yang jelas. Atau mungkin definisinya adalah "people without ideas at all", tapi mungkin cuma orang gila yang hidup tanpa ide2. Nggak tahu deh.. ---Notrida Mandica <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > How about "No Minds?" > > he..he..he.. > > ida > > > > >Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss > >events, Small minds discuss people." > > > >So, who are we..??? > > > > > > > > > >---Priyo Pujiwasono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> Saya mau ngadain polling nih... > >> Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: > >> Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang > >> lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan > >> mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara > >> mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos & riots seperti sekarang > >> tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. > >> Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini > >> justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya > >> "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, > >> nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya > yakin, > >> dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih > >> baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan > >> MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan > >> menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, > >> WAWASANNYA sangat luas & dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi > >> tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu > BIJAK > >> serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa. > >> Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa > >> Dia... > >> > >> > >> Sabaaar. > >> > >> > >> > >> Hmmmtahan napas.. > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> > >> Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!! > >> alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago yang > >> sangat sederhana & bijaksana! > >> Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame?? > >> Setujuuu.. > >> VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!! > >> > >> -- > >> Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke > >> sebanyak mungkin milis Indonesian Community. > >> Terimakasih. > >> -- > >> > >> Priyo Pujiwasono > >> Engineering & Technology Management > >> George Washington University > >> > >> == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur, > >> ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini. > >> > >> _ > >> DO YOU YAHOO!? > >> Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > >> > > > >_ > >DO YOU YAHOO!? > >Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com > > > > > __ > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS
Kok menurut saya, Amin Rais agak sedikit "norak" dengan pernyataan-pernyataan politiknya yang di sampaikan di Singapore beberapa waktu yang lalu dan yang di senada di sampaikan di Hong Kong. Ditambah lagi dengan merekrut anak2 SMU. Saya kok jadi suka tersenyum sendiri kalo baca tentang Amien Rais ini. Pada saat2 awal reformasi bergulir, saya melihat sosok Amien Rais sebagai sosok yang sangat ideal dengan aksi2nya yang cukup berani dan idealis. Kemudian sesaat setelah reformasi menunjukkan hasil2 awalnya, dia mulai memperlihatkan ambisi politik pribadinya untuk menjadi presiden, bahkan secara terang terangan dia menolak diangkat menjadi menteri karena memang pengin jadi presiden. Akhir akhir ini dia mulai menyadari bahwa rival rival politiknya cukup kuat, sehingga dia membuat pernyataan bahwa tidak berambisi jadi presiden. Trus dia mungkin juga menyadari bahwa konsep2 politik yang dibawanya di bawah bendera PAN "kurang menyentuh" rakyat kalangan bawah. Lain halnya dengan PDI perjuangan yang meskipun visinya nggak jelas, tapi mendapat dukungan rakyat golongan bawah. Menyadari hal ini, mungkin dia berpikir untuk mencari dukungan dari golongan minoritas, serta dukungan dari negara2 tetangga yang mayoritas penduduknya adalah golongan minoritas di Indonesia. Dia juga berusaha merangkul para TKI yang berada di luar negeri. Kok saya juga merasa aneh ketika mendengar Amien Rais membikin pernyataan seperti itu di Hong Kong. Sepengetahuan saya, AMien Rais adalah seorang tokoh islam yang fundamental. Bahkan saya pernah dengar cerita bahwa sewaktu dia dulu jadi mahasiswa di University of Chicago, dia menolak undangan2 di rumah orang2 bule, karena sebagai seorang islam, dia merasa haram menghadiri acara2 tersebut. Setelah "nyemplung" ke kolam politik, dia sepertinya berubah 180% dari hakekat dirinya sendiri. Saya tidak tahu apakah memang perubahan itu dilandasi oleh kesadarannya untuk menyelamatkan negara, ataukan karena ambisi politik pribadinya dan untuk sekedar mencari dukungan. Sedandainya dia terpilik sebagai presiden, akankan dia konsisten dengan langkah2 pendahuluannya ini? Wallahu 'alam. Saya juga tidak mau berprasangka. ---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Apapun yang dijanjikan AR memang spektakuler dan dapat > dipertanggungjawabkan. Namun satu hal tentang bahasa Mandarin kalo dijadikan > bahasa alternatif setelah bahasa Indonesia di Kabinet apa ini bukan suatu > janji konyol. Lha wong berbahasa Indonesia saja banyak orang (termasuk > menteri) yang tidak becus, malah mau cari perkara berbahasa Mandarin di > Kabinet. > > Wassalam, > Efron > > -Original Message- > From: Ramadhan Pohan [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Wednesday, 17 February, 1999 04:52 > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject:LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS > > Salam! > Senin Presiden, Selasa bahasa Mandarin bebas diajarkan. Cina bisa jadi > perwira > ABRI, masuk Kabinet dan berbahasa leluhur mereka. Itu janji Amien Rais bila > PAN menang dan Amien Rais jadi Presiden-- yang katanya semua janjinya itu > dipertanggungjawabkan dunia-akhirat. > > Pantaslah kalau Amien Rais-PAN disambut istimewa oleh "huaren", para TKI, > dan > pejabat Hongkong. Apalagi ketika doktor ilmu politik lulusan Chicago ini > mengucapkan "selamat imlek" dalam bahasa Mandarin-- sembari menginginkan > anaknya ikut kursus bahasa Mandarin. > > Lagi-lagi Amien. Sayangnya, ini yang tidak ada-- ibarat bumi dan langit-- > pada > Megawati. Sedangkan Megawati fasih bicara marhaenisme, wong cilik, becak-- > yang juga sayangnya tidak ada pada Amien Rais. > > Di atas kertas Megawati dan PDI Perjuangan akan jadi Presiden dan pemenang > telak pemilu 1999. Namun jangan berharap Indonesia bisa mendekati demokrasi > dan semangat anti rasis model AS-- negeri yang banyak menjadi inspirasi > politik Amien. > Bagaimana pendapat Anda? Silahkan setuju atau mencibir > > > salam! > ramadhan pohan > ## > Berikut saya paste dari Jawa Pos, edisi hari ini, Rabu: > http://jawapos.co.id > Oleh-Oleh Prof Dr Amien Rais dari Hongkong (1) > > ''Senin Presiden, Selasa Mandarin Diajarkan'' > > Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Dr Amien Rais, ketua umum DPP PAN, > kunjungan silaturahminya ke Hongkong akan disambut semeriah di tanah air. > Mengunjungi ribuan TKI yang bekerja di bekas koloni Inggris itu, Amien > disambut bagai seorang bintang film di tengah penggemarnya. Sedang > berkampanyekah Amien? > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: DEMONSTRASI UMAT KRISTEN DI AMBON
Do not believe in anything Simply because you have heard it. Do not believe in traditions Because they have been handed down for many generations. Do not believe in anything Because it is spoken and rumored by many. Do not believe in anything Simply because it is found written in your religious books. Do not believe in anything Merely on the authority of your teachers and elders. But after observation and analysis, When you find that anything agrees with reason, And is conducive to the good and benefit of one and all, Then accept it and live up to it ---"N.S. Sisworahardjo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamu'alaikum wr. wb. > > Dari Radio Netherland dinyatakan: > Di Ambon ratusan umat Kristen berdemonstrasi menentang bentrokan > berdarah yang terjadi dalam hari-hari belakangan. Para demonstran > menuduh aparat keamanan bersikap berat sebelah, dengan memihak kaum > muslim dalam kasus tersebut. Sejak Selasa lalu, di pulau itu dilanda > kerusuhan hebat, yang menewaskan 18 orang. Ribuan penduduk melarikan > diri akibat kerusuhan. Juga hari Jumat ini banyak penduduk Ambon mencoba > mengungsi dengan perahu. > ---end note--- > > Saya terus jadi agak bingung, mana informasi yang benar? Dari beberapa > media Indonesia, dikeluhkan bahwa aparat cenderung memihak kelompok kristen. > > Saya posting berita diatas bukan maksud menambah keruh suasana, yang saya > ingin tahu adalah mana yang lebih jujur sisi pemberitaannya? Tidak mungkin > dua2an benar, yang mungkin salah satu salah atau dua2an salah. > > Wassalam, > nur > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin bermoral apa enggak? ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Budi, > Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa > calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti > adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat > pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga > kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb > ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar > bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang > akan datang ?? > > Salam, > bRidWaN > > At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: > >Rekan-rekan yth., > > > >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar > >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi > >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik > >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para > >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan > >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, > >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian > >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai > >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need > >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan > >kebenaran, dll.). > > > >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang > >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran > >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, > >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... > >yang masih banyak lagi lainnya. > > > >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang > >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling > >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan > >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan > >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si > >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya > >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang > >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau > >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. > > > >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan > >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara > >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan > >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan > >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah > >sekali didapat di republik kita? > > > >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri > >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb. > > > >Salam, > >Budi > > > >bRidWaN wrote: > >> > >> Rekan Yth., > >> > >> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua, > >> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=) > >> > >> Salam, > >> bRidWaN > >> > >> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa > >> > >> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) > >> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional > >> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral > >> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai > >> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya. > >> > >> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor > >> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut > >> Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi > >> moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari > >> tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii. > >> > >> = > >> simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html > > > > > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
Assalamu'alaikum, Ikut nimbrung dikit nih, saya kok tertarik ngikutin pembicaraan tentang kriteria pemimpin bangsa kita nanti, apalagi sekarang kita di hadapkan pada beberapa pilihan yang punya karakteristik berbeda beda, dan semuanya "masih di dalam karung". Menurut saya, acara talk show seperti yang di selenggarakan di TPI adalah sebuah langkah yang bagus untuk "mengeluarkan kucing2 kita dari dalam karung". Debat terbuka seperti itu akan sangat berguna sebagai wahana pendidikan politik rakyat. Kita harus mengakui bahwa kebebasan politik rakyat kita selama ini terpasung oleh kepemimpina ala machiavelli yang di terapkan di jaman orde baru. Rakyat menjadi buta politik, dan akibatnya begitu terjadi perubahan mendadak (reformasi), rakyat menjadi shock dan banyak timbul perbuatan2 anarkhis karena keterpasungan politik selama ini membuat rakyat tidak siap untuk menerima perubahan yang begitu mendadak. Acara talk show atau debat terbuka seperti itu juga sangat bagus bagi both pemimpin partai dan masyarakat yang dalam hal ini lebih banyak di wakili oleh para mahasiswa. Buat pemimpin partai, debat seperti itu bisa dipakai sebagai wahana untuk menawarkan konsep2 politik mereka, serta visi yang ingin dicapai oleh partainya. Dilain pihak, masyarakat juga akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang visi dari partai partai politik yang sedang berebut suara. Masyarakat juga akan bisa menilai secara langsung calon2 pemimpin mereka. Dan ini merupakan salah satu ciri demokrasi, dimana rakyat di berikan kesempatan untuk menilai pemimpin mereka sendiri. Berbicara tentang kriteria pemimpin, saya coba menyimpulkan dari beberapa teori kepemimpinan modern yang pernah saya baca, bahwa di era yang sangat dinamis seperti sekarang ini, sangat di perlukan seorang pemimpin yang transformational, yang bisa membawa organisasi (negara) kearah perubahan2 yang positif mengikuti perkembangan jaman. Saya rasa tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mentransform suatu organisasi atau negara, unsur pokok yang harus di miliki oleh seorang pemimpin adalah VISI. Tidak mungkin seorang pemimpin akan membawa perubahan tanpa mempunyai visi yang jelas. Pencapaian visi itu sendiri tentunya tidak bisa dilakukan oleh pemimpinnya sendiri, tapi harus merupakan usaha bersama seluruh komponen masyarakat. Bagaimana masyarakat akan dibawa untuk mencapai visi itu kalau visinya itu sendiri tidak pernah di shared??, ini kan seperti mengajak masyarakat untuk berjalan tanpa dikasih tahu arahnya. Empat karakteristik pokok yang di perlukan oleh seorang pemimpin yang transformational adalah kharisma, inspirasi, intelektual stimuli, dan individual consideration. Kharisma disini tidak hanya berarti personnal performance, tapi lebih berarti "providing vision and sense of mission" serta "gaining respect and trust" dari masyarakat luas. Kembali ke pokok permasalahan bahwa MS tidak pernah datang ke acara yang di selenggarakan oleh TPI, bagi saya itu menunjukkan bahwa memang si MS terkesan tidak siap atau "tidak berani" berhadapan langsung dengan rival2 politiknya, karena memang dia sendiri tidak punya kemampuan untuk itu. Saya sendiri juga tidak melihat sosok MS sebagai seseorang yang memiliki kriteria seorang pemimpin yang transformational. Meskipun para pendukungnya mengatakan bahwa MS adalah seorang yang punya kharisma, tapi saya lebih melihatnya sebagai bayang2 dari Soekarno, bukan cerminan kharisma dari MS sebagai individu. MS gains respect and trust karena ada bayang2 nama besar Soekarno di belakangnya, sementara dia sendiri terkesan tidak punya visi dan sense of mission. Konsep2 politik yang di tawarkan oleh PDI-P lebih banyak bersumber dari para tokoh di sekitar MS seperti Kwik Kian Gie, Alex Litaay, dll. MS sendiri seakan2 cuman sebagai boneka yang dikendalikan oleh orang2 di sekitarnya. Jadi menurut saya, kalau kita memang menginginkan sosok pemimpin yang berkualitas di masa depan, kita harus bisa berpikir jernih dan rasional. Jangan terjebak kepada pengkultusan individu seperti yang terjadi di era Soeharto. Debat terbuka seperti yang di selenggarakan TPI merupakan langkah yang bagus untuk menentukan pemimpin yang kita harapkan bersama. Maaf kalau tanggapan saya nggak sistematis, karena saya sedang belajar menulis. Wassalamu'alaikum Dodo ---"N.S. Sisworahardjo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamu'alaikum wr. wb. > > Mas Budi yang budiman, > > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi > adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya > komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai > dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam (..dst...dihapus) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti ada..:) ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > wah banyak dong yah...:)) > > misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia > malah ngerjain 'B'.. > misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia > malah make duit rakyat seenak udel nya. > misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, > eh malah menyengsarakan rakyat... > misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN > misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah > menyepelakan hukum > masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? > ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan > permasalahan 'moral'...?? > > kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. > > Salam, > bRidWaN > > At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: > >parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin > >bermoral apa enggak? > > >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> Bung Budi, > >> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa > >> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti > >> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat > >> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga > >> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb > >> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar > >> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang > >> akan datang ?? > >> > >> Salam, > >> bRidWaN > >> > >> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: > >> >Rekan-rekan yth., > >> > > >> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar > >> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi > >> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik > >> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para > >> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan > >> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, > >> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian > >> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai > >> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need > >> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan > >> >kebenaran, dll.). > >> > > >> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang > >> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran > >> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, > >> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... > >> >yang masih banyak lagi lainnya. > >> > > >> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat > >tenang > >> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling > >> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan > >> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan > >> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si > >> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya > >> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang > >> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat > >atau > >> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. > >> > > >> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat > >kebanyakan > >> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di > >negara > >> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan > >> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan > >> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. > >susah > >> >sekali didapat di republik kita? > >> > > >> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan > >diri > >> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan > >t
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Gimana kalau kita kembali saja ke jamannya machiavelli. Punya seorang "prince" yang otoriter, tapi prince nya harus bener2 berkualitas, yang memenuhi kriteria bung Ridwan itu..?? ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > wah banyak dong yah...:)) > > misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia > malah ngerjain 'B'.. > misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia > malah make duit rakyat seenak udel nya. > misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, > eh malah menyengsarakan rakyat... > misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN > misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah > menyepelakan hukum > masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? > ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan > permasalahan 'moral'...?? > > kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. > > Salam, > bRidWaN > > At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: > >parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin > >bermoral apa enggak? > > >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> Bung Budi, > >> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa > >> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti > >> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat > >> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga > >> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb > >> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar > >> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang > >> akan datang ?? > >> > >> Salam, > >> bRidWaN > >> > >> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: > >> >Rekan-rekan yth., > >> > > >> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar > >> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi > >> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik > >> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para > >> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan > >> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, > >> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian > >> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai > >> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need > >> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan > >> >kebenaran, dll.). > >> > > >> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang > >> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran > >> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, > >> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... > >> >yang masih banyak lagi lainnya. > >> > > >> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat > >tenang > >> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling > >> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan > >> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan > >> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si > >> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya > >> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang > >> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat > >atau > >> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. > >> > > >> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat > >kebanyakan > >> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di > >negara > >> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan > >> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan > >> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. > >susah > >> >sekali didapat di republik kita? > >> > > >> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan > >diri > >> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan > >tsb. > >> > > >> >Salam, > >> >Budi > >> &
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Oooohh alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya. Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan tetek bengeknya. Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana? Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu, tombak, parang dll. Terus kapan selesainya? Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab, karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia. Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames. Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya bikin sakit perut. ---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu > boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk. > Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang > "berimbang dan netral" > Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang > bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya > yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan, > bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian > thd satu sama lainnya. > Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga > sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya. > Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar, > sebuah gereja yang tidak disentuh api, atau rantai malaikat yang > mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc... > Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya? > boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus > dipertanyakan. > > andrew pattiwael > > > > On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote: > > > Patokan saya sich mah jelas : > > > > Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas. > > Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas. > > We are not stupid laaand dont be stupid laa... > > > > Hadeer > > > > Andrew G Pattiwael wrote: > > > > > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya... > > > > > > :) > > > > > > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote: > > > > > > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ? > > > > > > > > Smile > > > > Hadeer > > > > > > > > === > > > > > > > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700 > > > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon > > > > > > > > Assalamu'alaikum Wr.Wb > > > > > > > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu > > > > diperkenankan-= > > > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu > > > dgn > > > > se= > > > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9) > > > > = > > > > > > > > = > > > > > > > > Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah > > > > > > > menuru= > > > > nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian > > > luar > > > > bia= > > > > sa. > > > > = > > > > > > > > Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili : > > > > Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api & racun, parang, tombak, > > > batu, > > > > kay= > > > > u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam 20 > > > Jan 99 > > > > se= > > > > kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg mengungsi di > > > > mesjid = > > > > Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan > > > mesjid. > > > > Di d= > > > > lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik > > > bercampur > > > > marah= > > > > . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 & anak kecil histeris ketakutan. > > > > > > > Gambar= > > > > an kehancuran mesjid & pembantaian pengungsi sudah terbayang di > > > pelupuk > > > > mat= > > > > a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu berbalik > > > & > > > > lari= > > > > terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu apa yg > > > > sebena= > > > > rnya terjadi. Ternyata dari penut
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Lha iya tho mas, Semua orang kan sudah tahu kalau agama itu suci, sedangkan politik itu kotor. Lha kalau yang kotor dicampur aduk dengan yang bersih (suci), jadinya ya keruh dong. Ibaratnya juga mempertemukan dua pihak yang berlawanan diatas suatu arena, maka arena itu akan selalu diwarnai dengan keributan, dan permusuhan. Contohnya saja pendawa dan kurawa, dimanapun tempatnya, kalau mereka sudah dibawa oleh pak dalang ke panggung yang sama, ya pasti berantem. Makanya, biar tidak berantem, masukkan saja pendawa dan kurawa ke kotak masing2, biarkan mereka hidup dalam kotaknya masing masing. ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Dodo, saya setuju dengan anda bahwa agama dan politik jangan > dicampur aduk. > Masalahnya masih banyak yang hobi mencampuraduk kedua hal ini agar bisa > cepat mencapai pucuk pimpinan. Ada satu hal yang menjadi pegangan saya > buat seorang yang benar-benar beragama. Orang ini hanya akan mendekatkan > diri kepada Tuhan dan berbuat sebaik mungkin untuk sesama manusia. > Sedangkan politikus akan membuat strategi sebaik mungkin untuk mencapai > posisinya, kalau perlu mengorbankan orang lain untuk memantapkan > posisinya. Jelas kalau politikus bicara soal agama, ini namanya makan > nasi goreng dicampur sop ayam. > peace. > > Dodo D. wrote: > > > > Oooohh > > alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran > > religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya. > > Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
Wah..wah..wah, Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum, akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto. Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu? Kalau saya kok ndak mau. ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera > direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan > penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam > diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung > turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat. > Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh > pemimpin yang lain. > peace. > > Yuni Wulandana wrote: > > > > Assalamu'alikum ww > > > > Maaf ikut nimbrung. > > Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada > > talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta > > secara individual, tapi juga kemampuan suatu team > > yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi > > talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah > > team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah > > bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi > > juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang > > ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain. > > > > Namun seperti juga pelajar yg baik yg tidak belajar semalam > > sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming > > hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta > > pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah > > partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui > > jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya, > > dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya, > > masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya > > tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban > > yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu. > > Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan > > di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan > > waktu yang bisa menjawabnya. > > > > Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah partai. > > atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2 > > yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil, > > menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan > > pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah > > partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si pelontar perta- > > nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak karena > > tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak menjawab pertanyaan > > > > berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri. > > Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb. > > > > Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah > > dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah > > dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja > > utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil, > > tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya > > buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab > > seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan individualnya > > tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party > > yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan. > > > > baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu, > > selamat berdiskusi. > > > > doni > > Pittsburgh > > > > N.S. Sisworahardjo wrote: > > > > > Assalamu'alaikum wr. wb. > > > > > > Mas Budi yang budiman, > > > > > > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda > > > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan > > > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi > > > adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya > > > komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai > > > dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan > > > Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah > > > lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses > > > dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton. > > > Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya, > > > bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang > > > berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam > > > p
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Setuju banget sih Bung Ridwan, tapi kan kadang2 diperlukan juga kebohongan2 dalam politik, contohnya dalam diplomasi, atau mungkin ini nggak termasuk dalam kategori "bohong" nya Bung Ridwan? hehehe.. ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalau Pemimpin yang pantang berbohong sih pasti ada-lah... > Setuju dong Mas Dodo?? > > > === > At 09:18 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: > >Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali > >nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan > >pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah > >mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti > >ada..:) > > >---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> wah banyak dong yah...:)) > >> > >> misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia > >> malah ngerjain 'B'.. > >> misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia > >> malah make duit rakyat seenak udel nya. > >> misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, > >> eh malah menyengsarakan rakyat... > >> misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN > >> misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah > >> menyepelakan hukum > >> masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? > >> atau....jangan2 contoh diatas engga sinkron dengan > >> permasalahan 'moral'...?? > >> > >> kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. > >> > >> Salam, > >> bRidWaN > >> > >> At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: > >> >parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin > >> >bermoral apa enggak? > >> > >> >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> >> > >> >> Bung Budi, > >> >> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa > >> >> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti > >> >> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat > >> >> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga > >> >> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb > >> >> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar > >> >> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang > >> >> akan datang ?? > >> >> > >> >> Salam, > >> >> bRidWaN > >> >> > >> >> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: > >> >> >Rekan-rekan yth., > >> >> > > >> >> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar > >> >> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang > >terjadi > >> >> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik > >> >> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para > >> >> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan > >> >> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, > >> >> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian > >> >> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, > >sebagai > >> >> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need > >> >> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan > >> >> >kebenaran, dll.). > >> >> > > >> >> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa > >yang > >> >> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah > >kesadaran > >> >> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, > >> >> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... > >> >> >yang masih banyak lagi lainnya. > >> >> > > >> >> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat > >> >tenang > >> >> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup > >saling > >> >> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan > >> >> >mentaati p
Re: Usul Pendekatan Secara Militer/Polisi di Ambon
Sdr Andrew, Usulan anda sangat bagus, tapi saya rasa, sebagian sudah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik ABRI, Pemerintah pusat dan daerah, tokoh2 agama, dan organisasi2 independen lainnya. 1. Usulan anda yang pertama ini sedang dilaksanakan oleh ABRI, dengan mengirimkan satu batalyon TNI-AD dari Jatim, satu detasemen ZIPUR Marinir, dan satu batalyon TNI-AD dari Jateng. Ini pertandaa niat baik dari ABRI untuk bertindak netral. 2. Usulan kedua dan seterusnya sebenarnya sudah dilaksanakan di Ambon, tapi belum mampu menyelesaikan masalah. Kalau menurut saya, yang paling penting sekarang justru saran anda di akhir posting, yaitu pendekatan moral dan agama oleh pihak2 yang bisa di dengar oleh masyarakat, baik itu para pemuka agama dan adat, organisasi2 HAM yang independen, maupun tokoh2 nasional yang punya potensi untuk bisa di dengar suaranya oleh masyarakat Ambon. MS pernah di minta untuk kesana karena di percaya bisa menyelesaikan masalah, tapi sampai sekarangpun kelihatan masih pasif. Saya cuman bisa ikut berdoa saja deh supaya tragedi nasional yang menimpa saudara2 kita di Ambon baik yang muslim maupun yang kristen segera bisa diselesaikan dan dikembalikan seperti dahulu dimana kerukunan menjadi simbol dan kebanggaan masyarakat Maluku. ---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pendekatan secara militer/polisi: > > 1. Mengirimkan atau mengaktifkan kesatuan yang netral atau tidak > mempunyai latar belakang dalam kerusuhan di Ambon, contohnya, jangan > mengirimkan kesatuan dari Wirabuana yang anggotanya kebanyakan dari suku > Makassar-Buton-Bugis. Jangan pula mengirimkan kesatuan yang anggotanya > kebanyakan berasal dari Ambon Kristen, Kesatuan Trikora (terutama > Indonesia Kristen-nya) > Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadinya pihak memihak dari pada > para penjaga keamanan > kepada salah satu golongan. > > 2. Demiliterisasi Kota Ambon ( Perlucutan Senjata ) > Menganjurkan kepada para masyarakat umum, untuk menyerahkan > senjata-senjata tajam atau > bahan peledak yang dapat digunakan untuk tindakan anarki secara damai. > Phase ini adalah > phase pertama dari demiliterisasasi kota Ambon > > Phase kedua adalah Perintah untuk gencatan senjata dan penyerahan > alat-alat kekerasan kepada kantor polisi dan militer di kota Ambon. > > Phase ketiga adalah Pengeledahan rumah-rumah penduduk atau razia > ditempat-tempat umum kepada tersangka (bukan pengeledahan dan razia > massal) untuk meranjau senjata-senjata, alat-alat tajam dan bahan peledak > yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keberadaannya. > > Phase keempat, penggeledahan dan perazian massal di kantong-kantong yang > rawan dengan kerusuhan. > > Pemberlakuan Jam Malam bagi tempat-tempat tertentu, dan dapat > ditingkatkan untuk seluruh kota Ambon. > > Tentu semua ini harus mendapat konsent dari para pemuka agama, tetua > adat, dan berdasarkan keinginan sebagian besar warga kota Ambon, supaya > tidak terjadi perasaan dirampasnya hak asasi manusia oleh pihak keamanan. > > 3. Penempatan Satuan-satuan keamanan secara menyeluruh dan berada > dibawah kesiagaan yang tinggi. > Penerapan zona-zona keamanan yang akan memisahkan sementara kantong > Kristen dan kantong > Muslim yang pernah berseteru selama kerusuhan ini, dan tidak bisa > didamaikan dalam waktu yang > singkat. Penempatan pasukan yang cukup bagi kantong-kantong yang menjadi > minoritas dan lemah, > terutama kantong-kantong Muslimnya. > > 3. Perlindungan bagi perumahan para minoritas dengan penempatan satuan > keamanan dan diberlakukannya pemeriksaan diri pada unsur-unsur luar yang > ingin memasuki wilayah tersebut. > Pemeriksaan KTP atau sejenisnya. > > 4. Koordinasi 24 jam antar pihak Gubernur, Kapolda, Pemuka Agama, Wakil > Operasi ABRI di Ambon, yang dapat melerai kerusuhan sewaktu-waktu diperlukan. > > 5. Perlindungan thd setiap rumah ibadah, agar tidak ada lagi isu-isu > yang mengatakan bahwa telah terjadi pembakaran thd gereja atau mesjid. > Ini dapat dilakukan oleh para anggota jemaat masing-masing rumah ibadah, > dapat dihubungi lewat telepon sewaktu-waktu diperlukan untuk kejelasannya. > > 6. Pertemuan rutin antar pemeluk beragama, yang dapat dilakukan untuk > mengadakan koordinasi dan kesepakatan berdamai atau kerjasama. Aparat > Pemda, Pemuka Agama, keamanan diharapkan dapat hadir untuk memantau > jalannya pertemuan. > > 7. Dibutuhkannya Tim dari luar yang dapat memantau hasil kesepakatan > damai yang telah disetujui oleh bersama. Tim Komnas Ham atau Tim > Independent harus segera dibentuk dan diberangkatkan ke Ambon guna > menjadi penengah dalam dialog damai ini. > > > Setelah Pendekatan secara Militer/polisi ini, baru diadakan dialog atau > pendekatan secara keagamaan dan kebersamaan antar warga Ambon. > > Tolong ditambahkan kalau ada masukan selanjutnya.. > > andrew pattiwael > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Kefrustrasian Emha = kefrustrasian umat Islam?
Assalamuálaikum, Waw, panjang amit nih posting cak Panut, sampe saya pusing nih bacanya. Tapi memang menarik posting anda ini, meskipun pada saat baca paragraph ketiga, saya udah agak lupa isi paragraph pertama...hehehe (JK) Saya sendiri sebagai orang islam masih bingung menyikapi tulisan Can Nun itu. Apakah memang itu benar benar mewakili komunitas Islam secara universal ataukah hanya merupakan keputusasaan pribadi Cak Nun sebagai seorang sastrawan Islam yang melihat kejadian di luar sana yang dirasa begitu tidak adil kepada umat islam. Saya rasa anda mengerti juga bagaimana perasaan seorang sastrawan sekaliber Cak Nun, dan bagaimana juga beliau menilai perkembangan sosial serta mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini, saya berpendapat bahwa romantisme Cak Nur dalam tulisan2nya tidak bisa dikatakan 100% mewakili umat Islam. Secara pribadi, saya sendiri kadang2 memang merasakan adanya ketidak adilan seperti yang di rasakan Cak Nun, ketika saya melihat begitu kerasnya reaksi USA terhadaap Irak ketika menyerang kuwait, atau begitu getolnya film2 hollywood menyajikan tema terrorism oleh orang2 Islam dll. Hal ini terkesan sangat berlawanan ketika dihadapkan kepada masalah Bosnia, dimana USA (NATO) terkesan reluctant untuk bertindak. Disinilah saya merasakan ketidak adilan itu. Namun demikian, saya tidak bisa membuat direct conclusion bahwa ada faktor kepentingan agama dibalik tindakan mereka. Yang jelas sayapun kadang2 merasakan adanya ketidak adilan itu, meskipun tidak sefrustasi Cak Nun. Karena saya juga melihat faktor internal islam sendiri yang kadang2 membuat islam seperti diintimidasi oleh barat. Sekali lagi, ini merupakan pendapat pribadi saya. Mungkin Cak P{ohan akan mendapat opini yang berbeda dari orang lain, karena setiap orang kan punya sudut pandang masing2 yang juga beragam. Dikit aja deh, kalo kebanyakan tambah pusing. Wassalam ---Panut Wirata <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saudara-saudara sekalian: > Membaca tulisan Emha Ainun Nadjib yang dikirimkan oleh Bung > Rosadi, saya jadi bertanya-tanya dan berpikir-pikir dan > terheran-heran. Dari tulisan itu, tersurat dan tersirat betapa besar > rasa frustrasi beliau sebagai Muslimin atas ketidakadilan dunia > terhadap Islam. Dan rasa frustrasi semacam ini sebenarnya tidak > hanya monopoli perasaan Emha tapi juga banyak Muslimin yang lain > seperti Achmad Sumargono. Dalam posting ini, saya ingin pendapat > rekan-rekan apakah ketidak adilan dunia itu hanya dirasakan oleh umat > Islam atau juga umat yang lain? Apakah ketidak adilan itu > dipraktekkan oleh umat agama satu terhadap yang lain? Ataukah ketidak > adilan itu dirasakan oleh semua pihak? Bila demikian siapa pelaku > ketidak adilan itu? > Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam (di KTP, > tapi apakah benar sebagai penganut sukar di ukur)menurut saya banyak > mempraktekkan budaya Islam. Pembacaan doa setiap Upacara Bendera tgl > 17 Agustus di Instansi Penmerintah di Jawa selalu doa cara Islam (Ada > yang tahu bagaimana kalau di Irian atau Ambon yang mayoritas Kristen > atau Bali yang mayoritas Hindu?). Pembacaan doa usai sekolah di > sekolah Negeri juga ragam Islam. Saya kira sampai sekarang tidak ada > protes dari yang bukan Islam. Belakangan ini memang banyak pertemuan > antar umat berbeda agama dan mengakhiri pertemuan dengan doa dari > bermacam-macam agama. Jam kerja di kantor pemerintah juga berakhir jam > 11 pada hari Jum'at untuk Shalat Jumat. Kalau ada kantor swasta yang > ngadain rapat pada jam shalat jum'at itu memang tidak perasaan. Ini > bisa diatur dengan mudah dengan undang-undang yang ada sanksinya. > jadi dengan undang-undang itu pihak swasta harus beristirahat pada > waktu Shalat Jumat dsb (pabrik tidak bisa berhenti mesin > sewaktu-waktu, ini perlu dipertimbangkan). > Lalu AS vs Iraq, apakah benar AS menganggap yang salah adalah > Islam? Setahu saya AS menyalahkan Saddam bukan Islam. Kalau > menyalahkan Islam, mengapa membantu Kuwait dan Arab Saudi waktu > diserang Iraq? Omong-omong tentang Kristen dan AS, mayoritas orang > Amerika adalah sekuler dan lebih berpegang pada hukum daripada Agama. > Kristen fundamentalis juga ada di Amerika yaitu di negara-bagian > negara-bagian di Selatan seperti Arkansaa, Oklahoma dll. Kristen > fundamentalis ini juga mirip Islam fundamentalist yang menganggap > orang lain tidak benar dan tidak akan masuk surga dan ajaran lain > adalah sesat. Ini hanya minoritas. Bahkan sekte tertentu yang > berhaluan keras juga ditindak oleh pemerintah, ingat Waco, Texas yang > dibumi-hangus oleh Janet Reno? Pemerintah Amerika juga menghormati > seluruh agama, Hilary Clinton juga mengucapkan selamat Berpuasa kepada > Umat Islam. Namun ada benarnya bahwa citra Islam di AS tidak terlalu > bagus. Sebab citra suatu aliran atau agama atau etnis selalu > ditunjukan oleh perilaku orang-orang yang mengaku menganut agama atau > aliran tersebut. Nah di AS yang mengaku Islam adalah Nation of Islam > y
Re: Ulasan yang sangat baik (dari Bhimantara W) (fwd)
Menarik sekali ulasan dari Bhima ini. Tertangkap kejernihan berpikir didalamnya, yang akhirnya membuahkan sebuah analisa yang rasional dan logis serta tidak dilandasi oleh emosi. Gimana kalau ditambahin dikit..?? Selain lack of control of emotion yang kadang2 menjadi trend di diskusi kita ini (khususnya kalau sudah menyangkut masalah keagamaan, saya juga menagkpa trend lain, yang mungkin juga terjadi pada saya. Yaitu, bahwa kadang2 kita memberikan tanggapan atas tulisan rekan hanya karena faktor "pokoknya ngasih komentar," walaupun seringkali tanggapan yang disampaikan agak kurang relevan dengan inti permasalahan yang sedang di diskusikan. Ini juga saya rasakan terjadi pada diri saya sendiri, karena saya memang bukan orang yang pinter nulis dan membikin analisa yang canggih seperti rekan2 lainnya. Hanya saya menangkap kesan bahwa terkadang kita sering terjebak untuk menanggapi tulisan rekan yang lain hanya berdasarkan satu point yang kecil dalam tulisan itu, yang mungkin kurang "sreg" di benak kita, dan kemudian kita kembangkan menjadi argumen yang panjang lebar, regarless of tanggapan kita sudah keluar dari konteks yang sedang dibicarakan atau tidak. Sering kali kita melihat sebuah diskusi yang akhirnya melebar kemana2 dan jauh meninggalkan inti dari pembicaraan, dan seringkali pula kita end up dengan debat kusir yang kebanyakan bertitik tolak pada masalah agama. Saya rasa akan sangat bagus kalau kita belajar berpikir dan mengemukakan pendapat serta menghargai pendapat orang lain seperti tulisan Bhima tersebut. Dodo (lagi belajar nulis) deleted.. Situasi in-group dan out-group ini > > sebenarnya fakta yang sudah lama diingatkan oleh para sosiolog. Keseleo > > lidah sedikit akan dapat memicu amuk massa. Apalagi kalau keseleonya > > banyak dan sering sekali. Di forum Bincang ini yang notabene warganya > > memiliki latar belakang pendidikan yang baik (setidaknya bisa main > > e-mail), seringkali emosi lebih berperan dalam diskusi, apalagi > > saudara-saudara kita yang langsung mengalami persoalan di sana. > > > > Karena menyangkut sifat dasar atau alami manusia tadi, maka penyelesaian > > atau penanganan persoalannya seharusnya juga senatural mungkin. Jangan > > pakai deklarasi bersama atau pernyataan damai yang diprakarsai > > (baca:dipaksakan) oleh aparat seperti masa lalu yang maunya cepat selesai. > > Itu sebabnya projek-projek yang hanya mengejar target waktu, hasilnya pada > > umumnya berantakan. > > Teoritis kedengarannya? Betul sekali karena memang pada dasarnya yang saya > > ingin kemukakan adalah bagaimana mendewasakan pola berpikir kita sebagai > > orang Indonesia MUMPUNG (sorry lagi) sedang ada di negeri orang (ada cukup > > jarak untuk melihat Indonesia) agar tidak mudah terjebak > > pemikiran-pemikiran yang terlalu sempit atau pun sebaliknya terlalu luas > > sehingga tidak jelas lagi batas-batasnya. Ada koridor yang cukup luas bagi > > kita untuk bekerja sama dan bergaul tanpa harus menjadikan perbedaan agama > > sebagai ganjalan di antara kita. Sayangnya tidak semua orang mau > > memanfaatkan koridor ini atau justru cenderung mengabaikan batas-batasnya. > > Kalau kita yang sekolah di Amerika saja masih berpola pikir garis keras, > > apalagi saudara-saudara kita yang ada di seberang sana yang mengalami > > kekerasan itu dalam arti yang sebenarnya. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Korpri vs PNS
Menarik Bung YW. bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya. Thanks ---Yusuf-Wibisono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Dari kompas-online hari ini: > > ... > > Semua anggota Korpri, termasuk pejabat pemerintah, tidak boleh menjadi juru > kampanye atau sekadar ikut kampanye partai tertentu dalam pemilu mendatang, > karena sebagai PNS (pegawai negeri sipil) mereka harus netral. > > ... > > > Yw: Komentar: > Frase: 'SEMUA ANGGOTA KORPRI ...' dengan 'KARENA SEBAGAI PNS ...' > Kayaknya terbentuk dari pikiran yg rancu. > > Seolah-olah semua anggota Korpri itu PNS. Ini siapa yg rancu, ya? > Apakah Kompas? Apa Ketua Umum DPP Korpri, H Feisal Tamin di > Jakarta? Apa saya? Atau mungkin Ketum Feisal Tamin tidak tahu > bahwa tidak semua anggota korpri adalah PNS? Great. > > ;-) > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Korpri vs PNS
Makasih Bung YW, Saya jadi agak lebih ngerti sekarang, kayanya mirip dengan keanggotaan MPR dan DPR. Mungkin akan lebih jelas lagi kalau bung YW, atau rekan lain yang tahu, bisa jelasin perbedaannya berdasarkan pengangkatan atau mungkin keterkaitannya sama lembaga pemerintah dll. Untuk rekan2 yang lain, sorry kalau ini diangap bersifat sebagai kepentingan pribadi saya, karena memang saya nggak ngerti. Thanks ---Yusuf-Wibisono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ... > > >Menarik Bung YW. > > > >bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan > >anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya. > > > >Thanks > > Yw: Sepengetahuan saya: Anggota Korpri itu meliputi > dua kelompok, yaitu: > - PNS (Pegawai Negeri Sipil) > - anggota non-PNS > (misalnya: pegawai BUMN tertentu, pegawai honorer > calon-PNS yg belum jadi PNS ...). > (Jumlahnya: kelompok 1 dan 2 ini kayaknya imbang). > > Nah, sementara: aturan (perundangan) harus netral itu, > berlaku bagi PNS. Dg sendirinya kalo ada pejabat > yg memlesetkannya (menerapkan peraturan itu) yg semula > utk PNS jadi utk SEMUA anggota korpri, pejabat itu sebenernya > bikin aturan seenak udelnya (itu pun kalo dia punya udel ;-). > > Bisa dicopy gitu? > > ;-) > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Membecuskan ABRI
Assalamualaikum, Saudara-saudara sekalian, Sejak bergulirnya agenda reformasi sampai dengan saat ini dimana situasi politik dan stabilitas keamanan nasional masih belum pulih dan belum bisa dikendalikan seperti apa yang diharapkan oleh seluruh masyarakat, ABRI selalu mendapat sorotan tajam. ABRI telah dinilai oleh masyarakat sebagai belum berpihak kepada rakyat dan belum berhasil melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan. Berbagai kerusuhan yang terjadi sejak bergulirnya agenda reformasi sampai dengan tragedi yang saat ini masih berlangsung di Ambon masih belum bisa di selesaikan dan diungkap penyebabnya secara transparan oleh ABRI. Sebagian besar masyarakatpun masih bertanya tanya, ada apa sebenarnya di balik semua kekacauan yang terjadi selama ini? Berbagai dugaanpun lantas bermunculan dan tentu saja, sebagian besar opini masyarakat yang dipelopori oleh kaum intelektual dan mahasiswa ramai ramai berasumsi bahwa kekacauan yang terjadi selama ini memang sengaja ditimbulkan dengan berbagai alasan. Saya menangkap ada dua anggapan pokok dalam melihat penyebab kekacauan yang sampai saat ini masih terus berlangsung. Yang pertama adalah adanya usaha salah satu kelompok untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari tuntutan tuntutan terhadap pemerintahan Habibie seperti tuntutan untuk mengadili mantan presiden Soeharto dan kroni2nya. Yang kedua, dan masih berhubungan dengan yang pertama, adalah sebagai usaha untuk menciptakan kesan di masyarakat bawah bahwa ternyata reformasi tidak membuahkan hasil yang baik, bahwa ternyata sistem pemerintahan yang lama lebih memberikan kestabilan politik dan ekonimi, serta ketenteraman kepada masyarakat, dengan demikian masyarakat mungkin akan memilih untuk kembali ke tatanan lama, dan status quo dapat di pertahankan. Di lain pihak, pemerintah dan aparat keamanan selalu berusaha menolak anggapan anggapan tersebut dengan mengatakan bahwa kerusuhan kerusuhan yang terjadi dilatar belakangi oleh tindak kriminal murni, dan tidak ada unsur politik maupun SARA dibelakangnya. Namun mereka seperti kurang menyadari bahwa masyarakat sekarang tidak bisa "dibohongi" begitu saja. Masyarakat sudah menjadi sangat kritis dan jeli melihat situasi yang berkembang secara dinamis di sekitarnya, sehingga pada titik titik tertentu, pemerintah dan aparat keamanan tidak bisa lagi menutup nutupi adanya permainan politik dibalik berbagai peristiwa yang mengorbankan nyawa ribuan rakyat Indonesia. Walaupun dalam berbagai hal, pemerintah dan aparat keamanan sudah mengakui adanya hal ini, tapi tindakan nyata yang di tunggu tunggu oleh masyarakat untuk mengakhiri semua itu, masih belum nampak ditunjukkan oleh pemerintah maupun aparat keamanan (ABRI). Masih terlihat kesan bahwa pemerintah dan ABRI bertindak lamban, dan ini mengesankan pula bahwa pemerintah dan ABRI masih belum bisa sepenuhnya berpihak kepada rakyat. Lambatnya tindakan ABRI sebagai aparat keamanan dalam menangani berbagai peristiwa, dan belum berpihaknya ABRI secara penuh kepada rakyat, dinilai sebagai akibat dari terlalu lamanya ABRI berkecimpung dalam politik praktis, sehingga tugas utamanya sebagai kekuatan hankam justru terabaikan. Selama puluhan tahun berkecimpung di dalam politik dan pemerintahan, telah menyebabkan orientasi para perwira ABRI terhadap kekuasaan dan materi mengalahkan orientasi mereka sebagai prajurit yang seharusnya lebih professional di bidangnya. Akhir akhir ini masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa menuntut agar ABRI mundur secara total dari gelanggang politik praktis, dan kembali ke "fitrahnya" sebagai militer yang professional, terpisah dari urusan sosial politik. Walaupun hal ini mutlak harus dilaksanakan untuk bisa mewujudkan negara yang benar benar demokrasi, tapi pelaksanaannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, hal ini memerlukan proses yang bertahap, sistematis dan berkesinambungan. Kita, masyarakat dan mahasiswa berhak dan harus terus menerus menyerukan agar ABRI mereformasi dirinya dan mengaktualisasikan kembali fungsinya sebagai kekuatan hankam yang professional. Tapi alangkah lebih baik kalau kita juga bisa memberikan kontribusi dan masukan kepada ABRI dan pemerintah yang berupa solusi untuk membentuk kembali ABRI kita sebagai organisasi yang professional, karena bagaimanapun ABRI adalah milik kita bersama, dan merupakan unsur yang harus dimiliki oleh suatu negara. Saya secara pribadi mengusulkan beberapa hal yang perlu untuk di lakukan oleh ABRI dan pemerintah serta rakyat. 1. ABRI harus secara sadar dan bertahap mundur dari arena politik praktis dan kemudian kembali kepada hakekatnya sebagai prajurit rakyat, prajurit pejuang dan prajurit nasional. ABRI adalah prajurit dari rakyat, yang berjuang bersama sama rakyat dan untuk kepentingan rakyat, sehingga ABRI juga harus berpihak kepada rakyat. 2. ABRI (dan pemerintah) harus lebih tanggap terhadap permasalahan keamanan yang timbul di tengah tengah masyarakat serta harus bertindak cepat dan tepat untuk men
lebih baik diam
Rekan2, Kata MS, kita sebaiknya lebih banyak merenung dan tenang daripada banyak bersuara, setuju nggak? soalnya saya nggak setuju http://www.jawapos.com/8mar/de8ma1.htm _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Isu Bank Yg Dilikuidasi (Please Verify)
---"Ichwan Ramli." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya sungguh2 berharap operasi ini bisa sukses besar.Soalnya infus darah > selama sakit ini (baca : JPS & 14 scheme kreditnya Adi Sasono) karena tidak > melalui jantung yang punya jaringan pembuluh darah ke seluruh tubuh, cuma > mampir ke daerah2 tertentu yang dekat dengan jarum infus (baca : penguasa). > Ya apa mau dikata ! > > Ada kawan2 yang bisa rekomendasi dokter bedah jempolan nggak ya ? atau > mungkin cukup kasih tahu kita tekniknya saja ? > > Salam > ichwan Rekomendasi nih Bung Ramli, Mungkin sebaiknya kita jangan punya asumsi bahwa tangan dokter yang sedang melakukan bedah di jantung kita itu kotor, sehingga kita nggak punya kekuatiran akan efek negative yang timbul setelah operasi bedah. Menurut saya, kalo kita terus terusan berprasangka buruk dan meragukan orang yang sedang mencoba untuk "berbuat baik" (entah baik beneran apa enggak), artinya sama aja dengan kita ikut memperburuk suasana. Kenapa kita nggak memberikan kesempatan kepada dokter bedah kita..? kalo ada penyimpangan dan efek negatifnya, ya di tuntut Soalnya kan susah banget menilai niat seseorang. Kalau kita mau dioperasi oleh seorang dokter bedah, kan nggak mungkin juga kita nanya ke dokternya apakah tangannya bersih apa kotor, dan nggak mungkin juga kita menggurui dokter kita untuk cuci tangan dulu sebelum membedah... Ini pendapat saya lho.. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [Re: Fenomena AGI + ABRI
---Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ABRI tidak boleh salah langkah membaca aspirasi yang berkembang di masyarakat. Kalo ABRI salah langkah, ya di dor sama musuh, atau bahkan ketembak ama temen sendirikan konyol namanya... > Kami minta kalangan yang selama ini mengatasnamakan rakyat supaya hati-hati. > Republik yang kita bangun ini bukan untuk 5-10 tahun. Jadi jangan macam-macam. Wah, coba bikin satu macam aja (re: demokrasi) susahnya minta ampun, apalagi sampe macam macam.. > Indikasi konspirasi internasional dalam kerusuhan Ambon sedang kami teliti. > Siapa pun yang terlibat pasti akan kita garuk. Saya minta kalian sabar. ABRI > tidak tidur. Tak perlu menunggu moral pressure AS. Kita tidak perduli dengan > kemampuan atau adidaya bangsa lain. Kami memang sedang bersabar menunggu sampai orang lain tidak sabar > Saya tidak bicara tentang Amien Rais > yang masih di AS. Itu karena anda bukan pendukung Amien Rais >Demikian penjelasan hari ini. Terima kasih. > > > salam > arek pinggiran > > ## > In a message dated 3/12/99 6:33:51 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] > writes: > > > Ha.ha..ha..ha, > > Nampaknya banyak juga peminat komedi satire dan humor di Indonesia. Bisa > jadi ini bahan kampanye bagus buat partai buat ikut pemilu. > > Kalau partai saya menang saya akan tunjuk menteri urusan khusus humor dan > komedi, biar tu orang yang bunuh-bunuhan, bakar-bakaran punya kesibukan baru > ber hi..hi..hi > Itung-itung membuka kesempatan kerja dan mengurangi korban PHK > > ...Kayaknya bakal banyak peminatnya nich... > > Salam, > Ngomong-ngomong tu partai dagelan indonesia (PDI) kemana yaaa? > > > -Original Message- > From: bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> > Date: 12 Maret 1999 12:35 > Subject: Re: [Re: Fenomena AGI (Anak Gaul Indonesia) !] > > > >Wah..sepertinya ada juga yang berbakat menjadi > >Pejabat/Pemimpin di-Indonesia..:) > > > >At 16:03 11/03/99 EST, Ramadhan Pohan wrote: > >>Kalau diminta rakyat, ABRI pasti siap. Pokoknya ABRI mendukung. > >>Kalau ada yang macam-macam, sapu saja. Kita libas. Kita sikat. > >>Ini demi rakyat. Tulis itu! > >> > >>salam, > >>arek pinggiran > >>## > >>In a message dated 3/11/99 6:09:59 PM !!!First Boot!!!, > >>[EMAIL PROTECTED] writes: > >> > >><< Menurut saya sih keadaan saat ini 'aman dan terkendali' > >> Pihak-pihak yang dicurigai sedang dimintai keterangan seperlunya, > >> dan saya tekankan: ' tidak ada yang kebal hukum' di bumi Indonesia!! > >> > >> ...=) > >> > >> > >> At 04:06 11/03/99 MST, Pandir Ontohod wrote: > >> >Menurut saya sih, pasti acara tersebut ada yang menunggangi. > >> >Mungkin orang yang nggak mau melihat Indonesia maju. > >> >Salah satu cara untuk merusak moral generasi Indonesia > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >- > >> >He.He...He. :-) > >> >Ha.Ha...Ha. :-D > >> >- > >> > > >> >Itung-itung belajar jadi pejabat di Indonesia.. > >> >Belajar menggunakan kata-kata yang asyik.. > >> >Gimana udah cocok belon saya jadi pejabat ? :-D > >> > > >> > > >> >Pandir > >> >Calon pejabat juga propokator kelas teri > >> > > >> > > >> > > >> > .deleted. > > >> > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Peta kekuatan
Gimana dengan yang satu ini..? (PBB) baca dulu deh wawancara dengan ketua partainya. ==Wawancara Prof Dr Yusril Ihza Mahendra : Tak Aneh kalau Saya Dicalonkan Jadi Presiden WAWANCARA ISTIQOMAH. Itulah jalan hidup yang ditempuh Prof Dr Yusril Ihza Mahendra. Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini sejak remaja memang aktif berorganisasi. Ketika masih di SLTP, ia aktif di KAPPI. Saat berstatus mahasiswa pada 1978, ia pun sempat diskor 1,5 tahun ketika membakar patung Pak Harto. Lalu mengapa pakar hukum tata negara itu saat ini aktif berpolitik? ''Itu tuntutan keadaan,'' tukasnya. Pria kelahiran Belitung, 5 Februari 1956 silam ini mengatakan tak dapat menolak ketika orang banyak mendaulatnya sebagai ketua umum partai. Namun ia mengaku tak asal terjun ke dunia politik. Guru Besar Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini berprinsip menggabungkan antara intelektualisme dan aktivisme. Artinya, ia tidak malu terjun dalam dunia pergerakan karena memiliki base akademik yang kuat. ''Dengan cara itu kita tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan dan apa yang semestinya tidak diperbuat,'' ujarnya. Walaupun saat ini waktunya banyak tersita mengurus partai, namun ia masih bisa meluangkan waktu bercengkerama dengan istri dan keempat anaknya. ''Saya tak ngotot-ngotot sehingga keluarga ditinggalkan begitu saja.'' Bekas pejabat tinggi di Sekretariat Negara RI ini menerima Hotma Siregar dari Media, Selasa silam, di rumahnya yang asri di bilangan Ciputat, Jakarta Selatan. Ia berbicara panjang lebar mengenai partainya, PBB, kemungkinan koalisi antarpartai, peran ABRI, kandidat presiden, isu kedekatan dengan Cendana hingga kehidupan pribadinya. Berikut petikannya: Mukernas PBB yang berakhir Februari lalu merekomendasikan agar pemilihan presiden dilakukan secara langsung. Bisa dijelaskan mengapa PBB merekomendasikan hal itu? Mukernas kemarin kita memang menegaskan kembali bahwa prinsipnya kita menghendaki presiden dipilih langsung. Tapi tidak untuk pemilihan presiden 1999. Memang partai akan mengajukan calon presiden, prinsip yang kita sepakati adalah bahwa capres harus dari partai sendiri. Sangat ganjil jika partai mencalonkan ketua dari partai lain, misalnya PBB mencalonkan Habibie. Kami ingin partai ini sedemokratis mungkin. Karena itu waktu mukernas kita menginventarisasi nama-nama berdasarkan usulan-usulan dari utusan cabang-cabang. Dari 318 utusan cabang diinventarisasi ada 10 nama capres. Nama saya masuk dan kita belum tahu hasilnya. Proses penilaian kesepuluh capres itu berlangsung selama satu bulan dan akan selesai April mendatang. Mereka inilah yang memilih 10 bakal calon yang diinventarisasi untuk ditentukan siapa yang skornya tertinggi. Ini mencegah terjadinya nepotisme, begitu pula dalam mencalonkan anggota DPR sampai ke bawah (DPR pusat, DPRD I, dan DPRD II). Selain itu kecil kemungkinan terjadinya kolusi. Dengan kata lain PBB akan mengusulkan untuk mengamandemen pasal 2 dan pasal 6. Dan itu berarti pula akan mengubah fungsi MPR? Ya, dengan sendirinya. Di dunia ini kalau negara republik menganut sistem presidensial, pada umumnya presiden dipilih langsung. Misalnya Alberto Fujimori menjadi Presiden Peru, begitu juga Filipina dengan konstitusi baru. Barangkali cuma kita (Indonesia) di mana presidennya dipilih MPR. Dari 48 parpol yang dinyatakan berhak ikut pemilu mendatang, 17 di antaranya adalah parpol yang berasaskan Islam. Berbagai usulan telah diajukan untuk menyatukan visi dan misi parpol Islam. Di antaranya pembentukan forum silaturahmi, koalisi, aliansi kampanye hingga aliansi figur. Bagaimana pendapat Anda? Antara tuntutan normatif dengan realitas itu dua hal yang berbeda. Keinginan kita dari awal sebetulnya hanya ada satu kekuatan politik Islam, tapi kenyataannya ada banyak. Saya yakin landasan filofis dari partai-partai itu sama. Tapi proses transformasi yang menjadi ideologi politik masing-masing partai Islam menunjukkan perbedaan-perbedaan. Namun demikian keinginan untuk mencari titik temu bersama memang sudah banyak dilakukan hasilnya masih fifty-fifty belum sepenuhnya memuaskan karena masih ada perbedaan-perbedaan. Inilah realitas politik namanya. Parpol kan tidak sama dengan organisasi massa, bahkan ormas pun sulit bisa bersatu. Saya kira tidak mungkin melebur parpol-parpol Islam menjadi satu, karena tidak demokratis juga. Saya melihat Islam itu menjunjung tinggi demokrasi, perbedaan dan keragaman. Bukan saja keragaman umat manusia tapi keragaman di kalangan umat Islam. Saya kira akan terjadi proses seleksi secara wajar. Saya pernah mengatakan kalau PBB tidak mendapat kursi satu pun di DPR kita bubar saja. Buat apa mempertahankan sesuatu yang tidak laku dijual kepada rakyat. PBB dinilai oleh pengamat sebagai salah satu parpol yang akan meraih suara banyak. Bagaimana komentar Anda? Begitu partai ini berdiri perkembangannya cepat sekali. Terdapat d
Re: [bincang] Sepak Bola Minggu ini
Mas Andrew Pattiwael nih, gimana pasukan Norwich nya? kelihatannya cukup menjanjikan juga kalo di adu ama team nya DC..?? ---Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mari kita mulai permulaan 'musim bola' tahun ini dengan hati riang, penuh > senyum dan penuh persaudaraan. Andaikata semua orang suka sepak bola, pasti > KKN dan kerusuhan nggak bakal ada :-) > > salam, > ramadhan pohan > (sudah nyiapin sepatu+kaos sejak Minggu lalu) > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..? saya kok nggak begitu mudheng. ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ha ha ha, > bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'. Obatnya > sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'. Sayangnya obat ini susah > dicari yang benar-benar murni, karena produk 'orangbaru penicilyne' ini > rata-rata sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :). > > > bRidWaN wrote: > > > > wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:) > > > > At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote: > > >Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer masih > > >nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita (termasuk saya) > > >kan belum dewasa. > > > > >Blucer Rajagukguk wrote: > > >> Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 partai terlikuidasi ini bukan > > >> 'orang-orang lama'. Tetapi kok kelakuannya 'minus' banget. Orang-orang > > >> yang masih rasial dan tidak beradab begini kok mau bikin partai. Buat > > >> mas brawijaya, yang begini termasuk move politik apa movenya orang gila? > > >> :) > > >> peace. > > >> > > >> Partai Terlikuidasi Bikin Onar > > >> Reporter: Sigit Widodo > > >> > > >> detikcom, Jakarta-Di luar dugaan, Tim > > >> 12, kumpulan parpol > > >> yang tidak bisa ikut pemilu, bertindak > > >> kasar pada salah seorang > > >> anggota KPU dari Partai Bhinneka > > >> Tunggal Ika, Nurdin > > >> Purnomo, Selasa (16/3/1999). Tindakan > > >> kasar yang nyaris > > >> mengarah pada kekerasan fisik itu > > >> terjadi sekitar 19.30 WIB di > > >> luar ruang sidang KPU yang telah sepi. > > >> > > >> Nurdin adalah anggota KPU yang > > >> terakhir keluar dari ruangan. > > >> Sedang rekan-rekan lainnya, termasuk > > >> puluhan wartawan, telah > > >> meninggalkan tempat itu. Tujuan Tim 12 > > >> tersebut adalah > > >> memaksa Nurdin yang keturunan Tionghoa > > >> itu untuk > > >> menandatangani sebuah surat. Surat itu > > >> berisikan pernyataan > > >> agar Tim 12 PPD diperbolehkan ikut > > >> pemilu. > > >> > > >> Nurdin jelas menolak permintaan Tim 12 > > >> yang sejak sore > > >> berdemo di luar sidang KPU, lantai 2 > > >> Gedung KPU, Jl Imam > > >> Bonjol, Jakarta Pusat. Sebab 12 parpol > > >> itu memang tidak > > >> direkomendasi Tim 11 untuk mengikuti > > >> pemilu karena dinilai > > >> tidak layak. > > >> > > >> Karena menolak, Tim 12 langsung > > >> mencaci maki Nurdin. Cacian > > >> itu bernada rasial. Mereka juga > > >> menuduh partai pimpinan Nurdin > > >> menyogok Tim 11 supaya lolos pemilu. > > >> Kekerasan fisik nyaris > > >> menimpa Nurdin. Seorang anggota Tim 12 > > >> dengan garang > > >> menarik dasi Nurdin dengan kasar > > >> sehingga Nurdin tidak > > >> berkutik. Karena desakan kian kuat, > > >> Nurdin akhirnya > > >> menandatangani surat itu. > > >> > > >> Akibat ribut-ribut itu, 4 anggota PHH > > >> Brimob yang "berkantor" > > >> di KPU, masuk. Tapi mereka tidak > > >> berbuat apa-apa. Tiga > > >> wartawan yang menyaksikan kejadian > > >> itu, termasuk detikcom, > > >> tidak juga berani bersikap sebab Tim > > >> 12 terlihat garang dan > > >> tidak kenal kompromi. > > >> > > >> Nurdin terus diintimidasi. "Catat saja > > >> nomor mobilnya!" teriak > > >> seorang anggota Tim 12, mengancam > > >> Nurdin. > > >> > > >> Setelah Nurdin menandatangi surat yang > > >> diberikan Tim 12, > > >> Nurdin dilepaskan, sekitar pukul 19.45 > > >> WIB. Sementara itu, > > >> semua pintu keluar sengaja ditutup > > >> oleh Tim 12 supaya Nurdin > > >> tidak gampang meloloskan diri. > > >> > > >> Tampaknya, Tim 12 menganggap kekerasan > > >> yang dilakukan > > >> mereka pada Nurdin yang terpilih > > >> sebagai anggota KPU d
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
Hehehe Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang, tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan dengan kemampuan praktetk lapangan. Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau revolusi..? Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa pengarangnya), the main idea dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi Perancis, Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu kekuasaan pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU. Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari unsur ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi. Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di milis ini mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus bagaimana dengan rakyat di pedesaan sana..?? nggak tahu deh... bingung.. ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > heheheheebung Dodo > Istilah Orang Lama ini pertama kali keluar disini > pada bulan Mei yang lalu. > Pada pemikiran pertama, pengertian ORANG LAMA > adalah orang yang pernah terlibat langsung dalam > pemerintah Orde Baru. > Paling tidak mereka pernah 'mendukung' kepemimpinan > Nasional saat itu, bahkan turut melestarikannya. > > Salam, > bRidWaN - GoaL > -- > At 11:33 19/03/99 -0800, Dodo D. wrote: > >Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..? > >saya kok nggak begitu mudheng. > > >---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> ha ha ha, > >> bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'. > >> Obatnya sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'. > >> Sayangnya obat ini susah dicari yang benar-benar murni, > >> karena produk 'orangbaru penicilyne' ini rata-rata > >> sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :). > > > bRidWaN wrote: > >> > wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:) > > > >At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote: > >> >Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer masih > >> >nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita (termasuk saya) > >> >kan belum dewasa. > > >>Blucer Rajagukguk wrote: > >>>Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 partai terlikuidasi ini > >>>bukan 'orang-orang lama'. Tetapi kok kelakuannya 'minus' banget. > >>>Orang-orang yang masih rasial dan tidak beradab begini kok mau > >>>bikin partai. Buat mas brawijaya, yang begini termasuk move > >>>politik apa movenya orang gila? > >>>:) > >>>peace. > > >>>>Partai Terlikuidasi Bikin Onar > >>>>Reporter: Sigit Widodo > >>>> > >>>>detikcom, Jakarta-Di luar dugaan, Tim 12, kumpulan parpol > >>>>yang tidak bisa ikut pemilu, bertindak kasar pada salah > >>>>seorang anggota KPU dari Partai Bhinneka Tunggal Ika, Nurdin > >>>>Purnomo, Selasa (16/3/1999). > >>>> .deleted > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Menumpas biang kerok
---Indi Soemardjan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rekan2; > Kerusuhan dan kekerasan semakin merambat dari Indonesia Barat ke Timur. > Dari Maluku sampai Kalimantan. Bisakah kita menemukan biang kerok dari > semua kerusuhan yang terjadi? Nampaknya, biang kerok inilah yang telah > menyulut api ketegangan antar suku maupun agama di dalam 2 bulan > terakhir ini dan sementara api berkobar di segala pelosok nusantara, > sang biang kerok tersebut sedang tertawa bangga dengan hasil kerjanya > yang amat memuaskan! Lho...kok tahu kalo biang keroknya lagi tertawa..? harusnya kalo bung Indi lihat tuh si biang kerok lagi ketawa, ya di gebuk aja deh.. > > Kenapa sampai sekarang tidak ada penyelidikan khusus mengenai gejala > merambatnya kerusuhan sosial tersebut? Lha karena yang seharusnya menyelidiki juga takut kalau2 dia, atau paling tidak organisasinya, juga terlibat kok. > > Untuk lebih ekstrimnya, apakah Soeharto ada hubungannya dengan munculnya > percikan-percikan api ketengangan tsb.? Apakah ABRI ada hubungannya? Nah, ini yang nggak banyak orang yang tahu pasti. Kalau dugaan sih memang rata rata bunyinya gitu "Soeharto di belakang semua kerusuhan yang telah dan sedang terjadi" atau ÄBRI merekayasa segala kerusuhan yang terjadi selama ini" tapi kok nggak ada yang mengajukan bukti yang kuat untuk menyeret yang bersangkutan ke pengadilan. Kalau alasannya adalah lamban dan enggannya pihak pengadilan kita untuk mengadili keterlibatan Soeharto, kenapa nggak di bawa ke mahkamah internasional aja..? Jadi menurut saya sih, daripada ribut2 curiga sana sini atau nuduh sana sini, ya mendingan cari bukti yang nyata aja, trus di bawa ke pengadilan. Contohnya, kalau bung Indi yakin bahwa provokatornya sedang ketawa ketawa, berarti bung Indi kan tahu siapa provokatornya, ya tangkep aja dong..trus seret ke pengadilan, kalo nggak mau...gebukin aja. > > Mari kita bahas bersama-sama. > > > pesan dari > > Orang Biasa bernama Indi > > Visit my world: http://pagina.de/indradi > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: A Chinese Canadian's Experience at Detroit Airport
---Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: ... > > Seorang famili saya pernah mengatakan bahwa perlindungan hak-hak > terhadap orang-orang item di AS, khususnya di Washington DC, sangat > hebat..bahkan terkesan berlebihan. Mereka mendapatkan banyak "hak-hak > istimewa" karena keminoritasannya. menurut ceritanya sih orang-orang > Amrik yg "white" sangat berhati-hati dalam berkata dan bertindak sama > orang-orang item ini.., takut kalo-kalo nanti dituduh sebagai racist.., > terus di-"sue". Bahkan menurut famili saya itu, sampai untuk penilaian > kerja pegawai, orang-orang item ini sering diberikan predikat memuaskan > walau kinerja mereka kadang tidak baik. Soalnya si boss yg "white" > katanya takut dituduh macam-macam jika memberikan penilaian yg jelek. .. Nambahin nih bung Rosadi, saya juga pernah di ceritain ama guru saya, bahwa perlakuan orang kulit putih terhadap orang item yang terkesan berlebihan (baiknya) itu adalah karena adanya niat "menebus kesalahan masa lalu" dari orang putih kepada orang item. Sejarah amerika kan mencatat bahwa orang item di masa lalu di perlakukan sebagai budak oleh orang putih. Nah sekarang ini orang putih ingin menebus dosa mereka dengan memberikan keistimewaan2 kepada si item yang akhirnya mengakibatkan si item ini ngelonjak. Pernah terjadi di California (kalo nggak salah) adanya pemberian hak istimewa bagi calon mahasiswa item untuk masuk ke Univ. top meskipun secara akademis mereka tidak memenuhi syarat. Nah setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya timbul juga protes dari si putih, karena perlakuan itu merugikan mereka yang secara akademis rata2 lebih unggul dari si item. > But..., nggak semuanya loh orang-orang Amrik seperti itu. Sering juga > saya bertemu dengan orang-orang "putih" dan "item" yg ramah, baik dan > sangat menghargai kita sebagai manusia. Pendeknya, kalo ketemu orang > Amrik yg bersikap diskriminatif terhadap org-org asia seperti kita.., ya > anggap saja kita lagi ketiban "sial"..., karena mungkin saja esok atau > lusa kita akan bertemu dengan orang-orang Amrik lainnya yg jauh lebih > baik dan lebih beradab. Emang kok...nggak semua orang amrik seperti itu, buktinya saya pernah pacaran ama cewek putih...hehehe..:) > Ngomong-ngomong soal airport LA, Alhamdulillah..saya lancar-lancar aja > tu ngelewati imigrasi-nya (walau nama saya ada "mohamad"-nya). Apa > mungkin ya karena mereka liat saya nggak kalah "white"-nya dengan > mereka, lantas dibiarkan lewat begitu aja..? Padahal waktu itu saya lagi > "dikibulin" sama temen yg nitip barang dari jakarta.., dibilang baju..eh > nggak taunya DENDENG BO! > Coba kalo ketauan..wah..jangan-jangan saya yang dijadiin dendeng..:) > > Salam > Mohamad Rosadi > > > > > > >From: Indra Adrisudiro <[EMAIL PROTECTED]> > >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> > >To: [EMAIL PROTECTED] > >Subject: Re: A Chinese Canadian's Experience at Detroit Airport > >Date: Sun, 21 Mar 1999 19:56:53 -0600 > > > >On Sun, 21 Mar 1999 14:25:00 -0500, Andrew GP wrote: > > > >|> Nasib-nasib, kalau memang tinggal di negara orang, > >|> apalagi negara orang itu merasa negaranya superior. > >|> Kita yang tampang kecil-kecil, gelap, kuning, kriting, > >|> sipit dan nama berbau aneh-aneh tentu akan dipandang > >|> sebelah mata, apalagi sama tuh bule-bule pirang yang > >|> perawakannya tinggi-tinggi. pernah dengar seorang > >|> indonesia yang ditahan selama beberapa hari di > >|> LA airport hanya karena bernama belakang Abdullah? > >|> Atau dibilang hanya akan berhura-hura selama sekolah > >|> di amrik di Airport Boston. > > > >... deleted ... > > > >Makanya jangan masuk lewat LA atau Boston atau Detroit > >... rese. :) > > > >Mending milih port of entry Minneapolis. Immigration > >dan Custom Officer-nya kagak belagu. Bawa kecap, tauco, > >mi goreng, chilli sauce, bumbu-bumbu, dendeng, abon, > >paru goreng, tempe kering ... amann cing :) > > > >Udah ah, kok malah ngaco nih ngomongnya. > > > > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: kodam
Saya rasa 75% anggota seragam ijo (tamtama, bintara, pama dan pamen yang nggak sempat dapet jabatan sipil) akan sangat setuju bila diminta untuk "kembali ke barak" saja, tanpa dipusingkan dengan urusan sipil. Kalau kita mau melihat si seragam ijo dari sudut pandang bawah (bukan para pati yang jadi gubernur dan menteri), kita mungkin akan bisa melihat kejenuhan dan rasa frustasi yang dialami sebagai bawahan yang sering terpaksa untuk harus berhadapan dengan masyarakat, dengan keluarga mereka sendiri, dengan teman2 serta saudara saudara mereka hanya untuk mengikuti ambisi pribadi mereka yang diatas. Mungkin mereka tidak banyak yang tahu, untuk apa harus bercapek2 jaga di pos2 pinggir jalan, nginep, ngadepin rakyat dengan tujuan yang mereka sendiri tidak mengerti. Jadi saya yakin bahwa apabila mereka disuruh kembali ke barak, sebagian besar akan sangat setuju, karena kehidupan mereka sendiri akan bisa lebih tenang dan teratur, hanya disibukkan dengan urusan latihan militer yang memang sudah seharusnya menjadi profesi mereka. Tapi kita semua juga harus menyadari bahwa untuk mempunyai seragam ijo yang professional, kita juga harus menyediakan "mainan" yang memadai buat mereka agar profesinya tidak terpecah. Selain itu, perlu juga diperhatikan kesejahteraan mereka (khususnya lapisan bawah) sehingga profesinya tidak terganggu juga dengan urusan perut dan ekonomi keluarga. Mudah2an semua menyadari.. ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Menanggapi keinginan untuk menghidupkan Kodam Iskandarmuda Aceh, > lebih baik lagi kalau bukan hanya 17 lagi, kalau perlu 170 kodam. Biar > lowongan kerja para sragam ijo lebih terbuka dan tidak lagi ngrusuhi posisi > sipil. > > -- >\\\|/// > \\ - - // > ( @ @ ) > oOOo-(_)-oOOo--- > FNU Brawijaya > Dept of Civil Engineering > Rensselaer Polytechnic Institute > mailto:[EMAIL PROTECTED] > Oooo >oooO ( ) > ( ) ) / >\ ( (_/ > \_) > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo > Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang > menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan > mencibir atau bahkan menghujatnya ? tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..? lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan sekitarnya, rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin, yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak, apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..? lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di kampung2 sana... > Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak, > dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang > berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu. > Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama. > Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan, > tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah > orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya. Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki diri dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka ORANG LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi. > > Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang > untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja. > Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya > akan bernilai sama, kan ? > > Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda > maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau > ada pengalaman yang lain ?? Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN, rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..? Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei 1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong... > > hehehehe..sinis yah.:) > > Salam, > bRidWaN - GaoL > - > At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote: > >Hehehe > > > >Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu > >sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur > >negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang, > >tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu > >negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan > >pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan > >dengan kemampuan praktetk lapangan. > > > >Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG > >BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi > >reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau > >revolusi..? > >Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa pengarangnya), the > >main idea dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi Perancis, > >Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu kekuasaan > >pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU. > > > >Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari unsur > >ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi. > >Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di milis ini > >mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus bagaimana > >dengan rakyat di pedesaan sana..?? > > > >nggak tahu deh... > >bingung.. > > > >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> heheheheebung Dodo > >> Istilah Orang Lama ini pertama kali keluar disini > >> pada bulan Mei yang lalu. > >> Pada pemikiran pertama, pengertian ORANG LAMA > >> adalah orang yang pernah terlibat langsung dalam > >> pemerintah Orde Baru. > >> Paling tidak mereka pernah 'mendukung' kepemimpinan > >> Nasional saat itu, bahkan turut melestarikannya. > >> > >> Salam, > >> bRidWaN - GoaL > >> -- > >> At 11:33 19/03/99 -0800, Dodo D. wrote: > >> >Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..? > >> >saya kok nggak begitu mudheng. > > >> ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> >> ha ha ha, > >> >> bung ri
Re: kodam
Lha iya toh...jadinya serba susah. ABRI (yang diatas dan sudah enak) udah merasa keenakan dengan segala macam hak istimewa yang di dapatkan selama ini, sedangkan rakyat yang memang sebagian besar kurang ngerti, juga ikut2an salah kaprah. Jadi ya memang agak ruwet kalo mau merubah, tapi bukannya nggak bisa dirubah lho... Seharusnya sih udah dari dulu2 ABRI bersama para tekhnokrat atau kalangan universitas dan lembaga2 tekhnologi mengembangkan perlengkapan dan persenjataan, sehingga kita tidak terlalu bergantung pada negara lain. Lha wong india ama pakistan aja berani kok ngembangin senjata nuklir, masa kita masih pake senjata2 sisa PD I, ya udah berkarat dong. Sebagian besar persenjataan ABRI yang pada umumnya sisa dari PD I dan PD II yang di beli dari buangan negara2 yang udah nggak pake lagi, hanya nongkrong aja, di elus2, dan nggak berfungsi sebagai mana mestinya. Akhirnya ya, anggota ABRI kita seperti "kehilangan mainan" dan lari kesana kemari cari kesibukan dan seperti anak yang ngerepotin ibunya. Saya juga setuju dengan pendapat bahwa istilah2 yang di pake oleh ABRI selama ini terlalu di besar besarkan sehingga menimbulkan kesan seolah2 ABRI itu paling pinter, paling tahu, paling wibawa, dan paling2 lainnya deh...padahal kenyataannya kan ndak gitu tho.. Nah kalo saya sih nggak menyalahkan ABRI secara keseluruhan, karena kenyataannya mereka yang berada di bawah (pama, bintara dan tamtama) sendiripun sering ndak ngerti dengan istilah istilah itu. Semuanya di manipulasi oleh yang di atas dan udah enak, kemudian di jadikan doktrin yang diajarkan turun temurun tanpa pemahaman akan hakekat yang sebenarnya dari istilah semacam "pengayom" "dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat" dsb. Jadi ini bukan kesalahan ABRI secara keseluruhan deh kalo menurut saya. Permasalahannya sekarang, para penentu kebijaksanaan ABRI saat ini masih sebagian besar adalah sisa2 ORANG LAMA (pinjem istilahnya bung Ridwan). Mungkin ada satu dua yang sadar, dan berpikiran jauh ke depan, tapi ruang geraknya sangat sempit karena terbentur masalah hirarki dan loyalitas yang kaku dalam organisasi. Dari kelompok menengah mungkin akan bisa muncul lebih banyak perwira ABRI yang punya wawasan bersih dan maju ke depan. Tapi mereka terbentur halangan yang lebih susah lagi. Loyalitas dan hirarki yang kaku membuat kelompok ini tidak punya kesempatan sama sekali untuk come up with new ideas. Sedangkan kelompok paling bawah hanya bertindak sebagai eksekutor lapangan, tanggung jawab ada di pundak para atasannya. Jadi kan susah... Mudah2an aja deh orang semacam Bambang Yudhoyono bisa mendapat kesempatan lebih luas untuk membangun ABRI menuju kepada suatu organisasi mliter yang lebih professional di masa depan. Saya kuatir kalo orang2 yang seperti itu justru dianggap berbahaya bagi kepentingan individu dan kelompok yang mengatas namakan kepentingan ABRI dan negara, terus di kotakkan...ya semakin sempit kesempatan untuk mengadakan reformasi di tubuh ABRI. Atau mungkin ada pendapat dan masukan dari rekan2 yang lain??? ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya sangat setuju tuh. Memang perlu diciptakan mainan-mainan yang > dapat bikin sibuk sekaligus bikin perut nggak keroncongan. Contoh konkrit > kenapa Pindad nggak dikembangkan lebih lanjut. Itu pabrik peluru juga > ditingkatkan produksinya untuk keperluan ekspor. Juga berbagai SS-SS itu. > Mungkin perlu perluasan paten untuk keperluan ekspor juga. Kan banyak > negara-negara asia yang juga butuh. Bila perlu bikin inovasi sana-sini > sehingga nggak perlu minta paten sama negara asal, dengan kerja sama > dg perguruan tinggi. Misal dengan ITB untuk material science-nya. Lha > wong orang ndeso di Cipacing sana yg nggak jauh-jauh amat dari Pindad > bisa bikin segala macam pestol dan senapan malah dengan model pistol > mainan kok. Mosok Pindad nggak bisa bikin R&D buat pestol dan > senapan versi sendiri. Bukannya lalu jadi lurah, camat, bupati, > gubernur,dan presiden. Buanyak celah mainan sendiri kok. Kalau sudah > purnawirawan lalu mau jadi politisi sih boleh. Atau harus keluar > dulu dari ABRI baru jadi bupati misale. Contoh lain lagi, kenapa nggak > ngembangin roket bareng LAPAN. Dulu kita sudah bisa ngeluncurin > itu roket, mbok ya diteruskan secara intensif dan ekstensif. Lha wong > teknologi sudah punya kok nggak diaplikasikan secara benar. Kalau > sekedar roket-roket yg dapat dikendalikan kan mestinya sudah gampang > ngembanginnya. Apalagi roket yg asal njeblug. Wong bikin pesawat > mini dg remote control aja udah bisa kok. > > Makanya "kembali ke barak" kayaknya sudah merupakan keharusan. > Soalnya istilah "dwi fungsi ABRI" diterjemahkan terlalu jauh. Kalau perlu > itu sapta marga diubah bunyinya. Katanya ABRI kan lahir dari rakyat, > lha kok dalam perjalanannya ABRI mau menuntun rakyat. Lho, yang > nglairin siapa yg dilahirkan siapa. Apa rakyatnya sudah nenek-nenek > sehingga perlu dituntun, atau anak-anak yg perlu tuntunan. Kan nggak? > Pada prinsipnya kesejajaran sipil d
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah
Terus terang kok saya agak kebingungan memahami esensi dari tulisan ini, atau mungkin emang saya yang agak telmi yah?? Tapi setelah saya basa dua atau tiga kali, saya menangkap kesan bahwa bung Andrew ini mencoba membandingkan eksistensi ABRI dengan ABRA (Angkatan Bersenjata Rakyat Amerika) dimana selain punya tentara nasional (US Army, Navy dan Airforce) juga punya National Guard yang dikelola oleh masing2 state. Emang sih kalo bisa seperti itu akan sangat ideal, tapi kan susah kalo nggak mau dibilang mustahil, lha wong perbedaannya sangat jauh. Kok saya agak nggak setuju kalau dikatakan bahwa pendapat secara nasional menginginkan "diperkecilnya peran dan organisasi ABRI". Diperkecil perannya emang iya, supaya lebih berfokus kepada peran hankamnya, dan tidak terpecah2 ke dalam fungsi sospol yang membawa kepada distorsi dari hakekat dan fungsi ABRI itu sendiri. Tapi kalau diperkecil organisasinyalha terus kita mau punya tentara berapa ekor..? Sekarang ini aja jumlah ABRI kita (termasuk polisi) hanya sekitar 600 rebu ekor, kalo dibanding dengan jumlah penduduk yang 205 juta, kan berarti diantara 400 orang cuman terdapat 1 ekor anggota ABRI, lha ini kan udah sedikit banget. Bandingkan dengan Amerika (ikut2an bung Andrew) yang punya active duty military personnel sekitar dua juta dengan jumlah penduduk yang nggak beda jauh dengan Indonesia, itupun belum termasuk polisi, sherif, National Guard, Cost Guard, reserve dll. Nah dari sini kan kelihatan bahwa ABRI kita sebenarnya masih sangat kecil, belum lagi persenjataan yang dipake masih persenjataan jaman romawi tuh yang cuman buat hiasan doang. jadi yah, nggak usahlah terlalu american centris. Apa yang udah ada aja sementara ini di optimalkan fungsi utamanya, dan itupun masih susah. Kalau itu udah berhasil, dalam arti ABRI bisa kembali menjadi sebuah organisasi militer yang professional di bidangnya, baru dipikirkan langkah2 untuk modernisasi baik secara materiil maupun organisasi. Begitulah kira2 tanggapan saya... ---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Atau seperti Tentara Milisi yang ditempatkan di setiap Propinsi, (mungkin > bisa berbentuk satu divisi yang berjumlah sekitar 2000-3000 prajurit dan > dikepalai oleh seorang Mayor Jendral) > dapat berbentuk Air National Guard, Army National Guard...bertanggung > jawab kepada Gubernur dan Pangab. > Selain itu dapat secara cepat di kerahkan untuk mengamankan setiap > pelosok propinsi > > Konsekwensinya: > ABRI diperkecil, AD mungkin hanya akan terdiri dari Kostrad dan Koppassus > Kemungkinan bisa terjadi penyalah gunaan kekuasaan oleh Gubernur yang > ingin memisahkan diri dari negara kesatuan. > Propinsi mungkin harus membantu subsidi dari pembiyayaan Tentara Daerah > ini. > Peran ABRI akan lebih kedaerahan, sehingga ditakutkan akan terjadi > persaingan antar Kepala Kodam yang telah diperbesar kekuasaaanya itu, > mungkin juga persaingan antar daerah, atau bisa jadi perang sipil yang > terjadi diantara para kodam. > > Tentu kita masih ingat dengan laskar-laskar yang berbentuk kesatuan > tersendiri...sebelum dibentuknya BKR, TKR dan TNI...mereka bergerak > sendiri-sendiri dan mempunyai tujuan yang sendiri-sendiri pula... > > Mungkin ada baiknya, dengan terjadinya pemekaran kodam-kodam ini, selain > lebih cepat tanggap, kodam-kodam dengan tentunya mengerti daerah > lingkungannya sendiri. Namun dilihat dari segi Nasionalnya, bukankah kita > semua menginginkan "diperkecilnya" peran dan besarnya ABRI (Terutama AD) > > Para wakil rakyat dan Pangab tentunya harus merembukkan bagaimana peran > ABRI dimasa mendatang.. Apakah dengan memperkecil peran ABRI secara > nasional (terutama peran sospol) dan memperbesar peran ABRI secara > kedaerahan (jangan disamakan dengan sentimen kedaerahan, namun lebih > secara regional teritorial) akan lebih menjawab tuntutan rakyat. > > Bagaimana pula dengan POLDA? apakah KAPOLDA seharusnya juga melapor > kepada Gubernur selain kepada Kapolri? Apa peran dan tugas Kapolri? > Mungkinkah peran kapolri ditiadakan, dikarenakan dengan adanya seorang > kapolri, maka POLRI ibarat sebuah kesatuan militer yang dikepalai oleh > seorang jendral berbintang tiga? Apalagi dengan akan diputuskannya tali > hubungan ABRI dengan POLRI. Apakah ada baiknya polisi dipusatkan secara > regional juga? > banyak pertanyaan yang harus kita semua cari dan jawab...dan mungkin juga > bukanlah suatu solusi yang tepat > > > > Andrew Pattiwael > > > > On Tue, 23 Mar 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: > > > Justru semestinya TNI-AD melikuidasi semua KODAM, KOREM, KODIM, dan KORAMIL. > > Tidak ada lagi kegiatan pembinaan teritorial yang intinya "memajaki" rakyat. > > Biaya yang digunakan untuk operasi teritorial itu sebenarnya sangat besar > > (termasuk membayari para perwira). Biaya ini dialokasikan untuk meningkatkan > > kesejahteraan prajurit yang saya yakin sedikitnya bisa dua kali lipat. > > > > Satu batalyon ditempatkan di setiap kabupaten. Kabupaten yang tak begitu > >
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah
Tambahan aja deh.. Kalau berbicara masalah peningkatan kualitas SMD di tubuh ABRI (Angkatan Darat khususnya) kita perlu memberikan acungan jempol kepada Prabowo, despite of citra buruk yang sekarang di sandangnya berhubungan dengan kasus Mei 98. Tanpa melihat darimana dia memperoleh dana untuk memperbaiki, mempermodern, dan meningkatkan kualitas ABRI (AD/Kopassus), dia adalah salah satu contoh (dan mungkin satu satunya) perwira ABRI yang berani mengadakan perubahan. Diapun merupakan contoh seorang pemimpin ABRI yang punya visi jauh ke depan. Sayangnya, ambisi politiknya terlalu besar, sehingga dia terjebak oleh ambisinya sendiri dan mengambil langkah langkah yang salah. Namun demikian, kontribusinya dalam pengembangan SDM ditubuh AD, serta modernisasi tentara kita sangat besar, dan mungkin tidak akan tertandingi oleh perwira lain, Wiranto sekalipun. 2 tahun lalu dia mengirimkan perwira perwiranya untuk belajar di luar negeri (US, UK, Australia dan New Zealand) dengan tujuan agar mempunyai wawasan yang lebih demokratis, lebih luas dan akhirnya dapat memajukan ABRI. Dari situlah kemudian muncul master2 di angkatan darat yang tentunya diharapkan bisa memberikan warna baru yang lebih baik. Hanya sayangnya, di dalam tubuh ABRI sendiri Prabowo banyak punya musuh, sehingga program yang sangat bagus tersebut tidak mendapat banyak dukungan, bahkan terkesan dicuekin. Dampak yang timbul adalah, para perwira yang berkualitas tersebut akhirnya kembali ke kesatuan asal mereka, dan tidak punya kesempatan untuk mengembangkan ide ide ataupun gagasan gagasan dari pengetahuan yag di perolehnya selama belajar di luar negeri. Inilah kesalahan para pemimpin ABRI kita, sentimen pribadi sering mewarnai hubungan diantara mereka dan sering pula berdampak terhadap pembangunan tubuh ABRI sendiri. Saat ini, masih ada beberapa siswa lulusan SMA TN yang disekolahkan di sekolah militer Norwich (dulunya di biayai oleh Prabowo, dan sekarang diambil alih oleh AD). Mereka adalah putra2 terbaik yang diharapkan bisa menjadi perwira2 andalan di masa depan. Seperti yang dikatakan bung Brawi, mereka juga mendapatkan respect dan cukup disegani oleh teman2 bule mereka, karena mereka mampu membuktikan bahwa siswa Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan orang Amerika. Bahkan ada yang GPA nya selama 4 semester mencapai 4.0. Ini merupakan salah satu upaya TNI-AD (yang semula di pelopori oleh Prabowo) yang patut di acungi jempol dalam rangka peningkatan kualitas SDM ditubuh ABRI, khususnya AD. Kesimpulannya, jadi sebenarnya ABRI sendiripun sedang berusaha untuk membenahi dirinya, hanya tuntutan masyarakat sepertinya lebih gencar daripada langkah yang diambil oleh ABRI sendiri, sehingga kelihatan ABRI kedodoran. Di satu pihak, di kritik habis habisan dari kanan kiri, dan di lain pihak dipusingkan oleh berbagai kerusuhan yang bisa dikatakan berskala nasional. Mungkin ini yang menimbulkan kelambanan ABRI dalam berbenah diri dan merespon tuntutan masyarakat, disamping faktor reluctance dari para pemimpinnya yang sebagian besar masih sisa2 ORANG LAMA. Semoga cepat berbenah diri deh.. ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Wah serasa ikut kuliah kewiraan lagi nih, definisi keamanan dan pertahanan > jadi diperjelas. Bentar lagi HTAG bakal keluar nih. > > Saya setuju dengan pendapat Bung Dodo bahwa secara kuantitaspun ABRI > mestinya ditambah, bukannya dikurangi. Kualitas sih emang jelas mesti > diperbaiki, walaupun denger-denger personil yg disekolahkan ke US biasanya > mendapat respek dari orang-orang bule sendiri. Beberapa bincang teman > di sekolahan dengan bule-bule west point itu juga bilang demikian. ..di busek.. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: The Siege
Saya melihat adanya kesamaan dan perbedaan antara kasus yang dialami oleh Bruce Willis (sebagai U.S. Army Maj.Gen) dengan kasusnya Prabowo (Ind. Army LG) Mei yang lalu. Kesamaannya, dua duanya menggunakan cara2 represif dan membabi buta dalam menangani masalah yang berakhir dengan "masuk kotak" nya sang Jendral. Kesamaan lainnya adalah, kunci dari permasalahan berada di pimpinan US Army maupun FBI, sedangkan para bawahan tahunya hanyalah melaksanakan perintah (khususnya yang tentara). Ironis juga memang, akhirnya para bawahan yang hanya bertindak sebagai eksekutor lapangan ini yang ikut memikul akibatnya, di caci maki oleh rakyat. Padahal kalau disuruh memilih, mungkin mereka lebih memilih untuk latihan perang aja di hutan, tanpa harus berurusan dengan rakyat sendiri. Perbedaannya, si U.S. Army membawa pasukannya masuk kota atas dasar perintah/permintaan dari politikus di Gedung Putih sedangkan Prabowo lebih di dasarkan atas inisiatifnya sendiri yang dilandasi oleh ambisi politik pribadinya. Perbedaan yang lain, seperti yang disampaikan Bung Efron, U.S. Army setelah menyadari kekeliruannya, segera menarik diri dan kembali ke baraknya, sedangkan Ind. Army seperti enggan untuk melakukannya meskipun sudah jelas2 melakukan kekeliruan. Perbedaan lain mungkin dapat di lihat dari rakyatnya, kalo rakyat NY nggak melakukan pembakaran, perusakan, penjarahan dll, sementara rakyat Jakarta, doyan banget bikin onar. Saya udah agak lupa tuh detail dari ceritanya, karena nontonnya udah beberapa bulan yang lalu. Tapi seingat saya, U.S. Army masuk kota NY setelah FBI cukup lama tidak bisa menyelesaikan masalah, dan kemudian terjadi perdebatan di gedung putih yang berakhir dengan keputusan bahwa U.S. Army harus di turunkan. Namanya juga serdadu, dimanapun pasti akan menerapkan langkah2 represif, langkah2 militer yang penuh dengan kekerasan. Meskipun dalam beberapa hal, mereka berhasil menangkap tokoh teroris, tapi tindakannya yang membabi buta akhirnya merugikan rakyat kota, dan di kritik habis2an. ---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saat ini sedang beredar "Enemy of The State" yang dibintangi Will Smith dan > si gaek Gene Hackman. Tema yang diangkat sangat mengena karena sedang > hangat-hangatnya berita penyadapan telepon Habibie-Ghalib. > > Ada satu lagi film yang sayang sekali tidak beredar di Indonesia yang sangat > baik dijadikan pelajaran bagi ABRI. "The Siege" judulnya yang dibintangi > Denzel Washington dan Bruce Willis. Di situ diceritakan bagaimana campur > tangan tentara yang dipimpin Mayjen ??? (Bruce Willis) terhadap urusan > sipil. Sudah dapat diduga tentara yang dilatih untuk merusak benar-benar > membuat penyelidikan FBI berantakan. > > Bedanya di sini tentara akhirnya dengan jiwa besar mau mengalah dan menarik > diri dari kota NY. Kalau saja ABRI mau tahu diri akan porsi bisnisnya saya > yakin rakyat tak segan-segan mengelu-elukan mereka. > > Wassalam, > Efron > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Lha aparat hukumnya takut ama si Munir kok... ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Manusia-manusia bejat ini kan sudah ketahuan wajahnya. > Mestinya bisa langsung kena garuk. Mau pakai pendekatan > apapun, tetap saja ini adalah kasus pembunuhan. Mungkin > di masa mendatang yang terbukti melakukan pembunuhan > dapat dihukum mati atau seumur hidup. Bukan untuk satu > mata dibalas dengan satu matabukan. Tetapi lebih di- > dasari oleh upaya menimbulkan rasa takut untuk melakukan > kejahatan ini. > > Di masa mendatang, walaupun bersifat masal, pengejaran > thd pelaku pembunuhan harus tetap dilakukan. Jangan > seperti sekarang ini, bila pembunuhan dilakukan oleh banyak > orang, maka kasus langsung ditutup karena kebingungan > dg proses hukumnya. Apalagi bila pertimbangan politik > dimasukkan malah jadinya tidak ada proses verbal hukum. > Kalau perlu orang satu kampung dimasukkan ke bui semua. > > Ini berlaku pula pada peristiwa banyuwangi. Terlalu sering kita > baca warga sekampung membantai tersangka dukun santet > misalnya. Karena yg mengaku satu kampung malahan tidak > ada yg ditahan/dihukum. Di masa mendatang kiranya satu > kampung itulah yg harus dihukum. Seratus orang yg mengaku, > ya seratus orang itu yg mesti masuk penjara. Dengan demikian, > tatanan masyarakat tetap terpelihara. Lalu bgmn dg perangkat > hukumnya? Ya itu tugas para ahli hukum lah untuk selesaikan > perangkat lunaknya. Perasaan SH buanyak sekali. > > > Salam, > Jaya > > > > Pandir Ontohod wrote: > > > Juga ada di waspada online, sama seremnya.. > > Miris sekali melihatnya... > > mempermainkan orang hidup aja udah mengerikan.eh ini mepermainkan juga > > orang yang telah meninggal... > > > > Sedih sekali. > > > > Pandir > > > > cortino sukotjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > rekan-rekan, saya kirimkan berita yang sangat buruk tentang Indonesia, > > semoga peristiwa seperti dapat segera berhenti > > http://straitstimes.asia1.com/reg/sea1_0321.html > > > > (Gambarnya cukup seram, please be prepared). > > > > Salam, tino > > > > > > Get free e-mail and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1 > > -- >\\\|/// > \\ - - // > ( @ @ ) > oOOo-(_)-oOOo--- > FNU Brawijaya > Dept of Civil Engineering > Rensselaer Polytechnic Institute > mailto:[EMAIL PROTECTED] > Oooo >oooO ( ) > ( ) ) / >\ ( (_/ > \_) > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
Lha itu si Doktor apa Insinyur tuh yang di Riau.. kayanya dia ORANG BARU deh, tapi kok ndak mencintai KESATUAN..?? ---Frarev Sitorus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > boleh ikutan nih yah...Kalau namanya ORANG LAMA dalam posisi pemimpin > negara saat ini secara umum adalah orang - orang orde baru baik yang > tidak menjabat lagi maupun tangannya sekarang ini yang lagi menjabat. > Menurut saya...mereka - mereka pemimpin maupun calon pemimpin dan pejabat- > pejabatnya yang memandang rendah nilai KESATUAN Indonesia dengan > menghargai propinsi2 di Indonesia dengan $ atau Rp. serta mereka yang > tidak menganggap lagi kemampuan bangsa Indonesia adalah ORANG LAMA. Tetapi > mereka - mereka yang mencintai KESATUAN Indonesia bagaimanapun dan bangga > akan kemampuan bangsa Indonesia tercinta ini "apa adanya" sekarang adalah > ORANG BARU. > Revolusi yang demikian-lah yang ideal dicapai. > > MERDEKA... > (KOCU) > > === > On Mon, 22 Mar 1999, Dodo D. wrote: > > > ---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo > > > Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang > > > menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan > > > mencibir atau bahkan menghujatnya ? > > tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..? > > lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan sekitarnya, > > rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin, > > yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan > > kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata > > belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara > > kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak, > > apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..? > > lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di > > kampung2 sana... > > > Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak, > > > dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang > > > berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu. > > > Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama. > > > Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan, > > > tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah > > > orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya. > > Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang > > sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki diri > > dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka ORANG > > LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi. > > > > > > Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang > > > untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja. > > > Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya > > > akan bernilai sama, kan ? > > > > > > Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda > > > maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau > > > ada pengalaman yang lain ?? > > Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN, > > rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..? > > Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang > > yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan > > saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung > > dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei > > 1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya > > yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong... > > > > > > hehehehe..sinis yah.:) > > > > > > Salam, > > > bRidWaN - GaoL > > > - > > > At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote: > > > >Hehehe > > > > > > > >Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu > > > >sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur > > > >negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang, > > > >tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu > > > >negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan > > > >pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan > > > >dengan kemampuan praktetk lapangan. > > > > > > > >Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG > > > >BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi > > >
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Lha yang susah tuh sekarang kan mbedakan antara prosedural dan non prosedural itu. Bukannya saya skeptis ya, tapi kan emang agak susah juga untuk mecari batasan prosedur yang digunakan. Kita ini sekarang kan mbicarakan masalah konflik etnik atau SARA. Kalau kita mengacu kepada prosedur yang dipake negara lain, misalnya US atau Australia, kan agak repot, lha kultur masyarakatnya sangat lain. Sedangkan Amerika sendiripun nangani konflik etnik di Yugo (Kossovo) juga ndak beres2, dan akhirnya NATO akan ambil tindakan militer (tinggal nunggu deadline doang). Kalau kita mbicarakan masalah prosedur ini secara internal, juga agak kacau, karena persepsi terhadap PROSEDUR ini berbeda antara aparat keamanan dengan LSM/HAM/KONTRAS dll. Sedangkan untuk menyatukan pendapat juga agak susah, karena masing2 punya sudut pandang sendiri sendiri. Aparat keamanan mungkin berpijak kepada prosedur yang telah di tetapkan oleh organisasi dalam menangani kerusuhan, dan dalam prosedur ini, kadang2 ada keharusan untuk menggunakan kekerasan. Mungkin LSM atau KOMNAS HAM atau KONTRAS lebih banyak mengacu kepada basic moral virtue-nya penganut pacifism dimana kalau sudah dibilang bahwa membunuh itu salah, ya apapun alasannya tetap salah tanpa mempedulikan konsekwensinya. Contohnya begini, di dalam suatu penugasan, seorang aparat tidak punya pilihan lain untuk menyelesaikan masalah dan mencegah terjadinya korban lebih banyak selain menembak beberapa orang yang di duga sebagai penggerak. Tapi menurut LSM/HAM/KONTRAS, hal itu tetap saja salah, karena secara moral memang sudah salah, meskipun tiu mungkin merupakan jalan terbaik. Nah inilah yang membingungkan. Kadang2 kalau situasi sudah sedemikian gawatnya, masyarakat merasa perlu agar aparat keamanan bertindak tegas dan keras, karena mungkin itu satu2nya jalan. Tapi aparat keamananpun akan menghadapi kritik2 tajam dari LSM/HAM apabila melaksanakannya. Memang sih, kalau semua manusia itu baik, maka akan gampang diatuyr, dan nggak perlu lagi aparat keamanan. Tapi kan manusia, seperti yang Bung Brawi sampaikan, banyak yang bejat, dan harus "di kerasin". Inilah yang kemudian melahirkan aparat keamanan, dan tindakan oleh aparat keamanan akhirnya merangsang terbentuknya LSM/HAM dan sejenisnya. Sekarang, bagaimana kita menyatukan persepsi yang berbeda antara aparat keamanan dengan LSM/HAM...? Bagaimana pula caranya meciptakan sebuah prosedur yang bisa disepakati oleh semua pihak..? Terus bagaimana seandainya kondisi di lapangan tidak mungkin lagi di atasi dengan menggunakan prosedur yang telah di sepakati..? Rupanya penjajahan Belanda selama 350 tahun plus "penjajahan"Soeharto selama 32 tahun, telah menanamkan budaya saling mencurigai dan saling tidak percaya yang sedemikian besar dan berakar di masyarakat. Hal ini akhirnya sering menimbulkan sikap apriori terhadap apapun yang dilakukan oleh pihak yang dianggap "tidak bersih, ORANG LAMA, terlibat KKN, dan segala istilah yang di ciptakan sendiri" Wallahu álam ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bila semua dilakukan secara prosedural, (ehm, maksudnya > prosedur yg juga berlaku di negara lain pada umumnya), > rasanya tidak perlu takut pada siapapun. Apalagi pada Munir. > Dia kan orang Kontras ya? Kalau tidak ada orang hilang, ya > nggak perlu lah takut sama munir atau LSM-HAM. Kemarin kan > banyak yg terjadi di belakang layar. Sudah barang tentu orang > juga akan bertanya-tanya ada apa gerangan (eh, jadi nyanyi...). > A.l. karena Akpol dan ABRI ikut-ikutan main politik lah, makanya > banyak juga yg menyerang kebijakan polisi dan tentara secara > politis juga. Contohnya langkah razia senjata tajam di Sambas > yg dikritik oleh salah seorang tokoh kemarin. Contoh lain adalah > kritik HAM yg lewat dari porsinya oleh LSM-HAM, karena punya > kepentingan lain. Coba kalau 'to serve and to protect' jadi satu- > satunya semboyan, pasti kan nggak ada yg kayak begituan. > > Satu hal yg mudah diperhatikan adalah kebijakan "No news is a > good news" dari instansi kepolisian. Maksud saya, bila terjadi > suatu perkara, kehadiran pers kok kayak biang penyakit. Banyak > kejadian polisi berusaha menutupi dari khalayak ramai. Bila perlu > mengintimidasi orang pers atau orang yg berusaha menyingkapnya. > Kelihatannya polisi masih beranggapan masyarakat belum cukup > dewasa untuk mempunyai the right to know the truth. Bahkan ini > terjadi untuk kasus yg nggak ada hubungannya dengan penguasa > masa itu. Pokoke masyarakat terima jadi sajah., urusan polisi > biar diurusi polisi (which is setengah betul karena masy kan boleh > punya hak untuk tahu dong). > > > Salam, > Jaya > > '- > "Dodo D." wrote: > > > Lha aparat hukumnya takut ama si Munir kok... > > > > ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Manusia-
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Contoh sedikit nih, mungkin rekan2 yang lain bisa memberikan argumen tentang bagaimana harus menyikapinya. Contoh berita di Kompas ini saya rasa bisa memberikan gambaran tentang dilema yang dihadapi oleh aparat. Di suatu sisi aparat merasa punya kewajiban moral untuk melindungi mereka yang dalam bahaya, bayangkan seandainya aparat membiarkan warga asli menyerang orang madura yang berlindung dihutan, berapa nyawa yang akan melayang. Seandainya juga dalam tugas perlindungan tersebut aparat hanya bertahan, tanpa memberikan tindakan represif, saya yakin warga asli akan berani menyerang dan membunuh aparat, sehingga korbanpun akan banyak berjatuhan di pihak aparat. Dalam hal ini, menurut saya, tindakan represif dengan memberikan tembakan yang akhirnya memakan 4 korban jiwa di pihak penyerang, sudah cukup adil secara moral, karena bisa mencegah jatuhnya korban yang lebih besar. Tentunya aparat tidak asal menembak dengan membabi buta. Tapi sebenar benarnya tindakan ini, pasti akan mendapatkan penilaian negatif dari berbagai pihak, karena bagaimanapun ada masyarakat sipil yang terbunuh. Nah ini kan dilema... Baca sendiri deh berita di bawah ini (nggak usah mikir biasnya dulu, ini hanya sekedar contoh kasus). Rabu, 24 Maret 1999 Situasi Sambas Berangsur Normal Sambas, Kompas Situasi kota-kota kecil di pesisir utara Kalimantan Barat seperti Pemangkat, Tebas dan Sambas, hari Selasa (23/3) berangsur-angsur normal. Tetapi menjelang malam, terlihat kelompok-kelompok massa yang berkumpul di pinggir jalan. Laporan terakhir menyebutkan, situasi yang berangsur normal tersebut diwarnai bentrokan antara pasukan keamanan yang hendak menyelamatkan warga Madura yang sembunyi di dalam hutan di Samalantan dengan penduduk asli setempat. Massa bersenjata api rakitan dan senjata tajam mencoba menyerang petugas yang datang dengan belasan truk. Pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah massa, dan diperkirakan sedikitnya empat pelaku penyerangan tewas. Dalam penyapuan (sweeping) yang dilakukan pasukan keamanan di Samalantan, ditemukan potongan-potongan jenazah yang tak utuh lagi. Kondisi mereka sudah membusuk. Sesuai laporan Pemda Kalbar, kerusuhan yang meledak sejak awal pekan lalu di tujuh kecamatan di Kabupaten Sambas, sekurang-kurangnya menyebabkan 165 korban tewas. Angka ini belum termasuk empat korban tewas di Samalantan. Penindak kerusuhan Di Jakarta hari Selasa, Kepala Staf Umum ABRI Letjen TNI Sugiono melepas pemberangkatan Pasukan Penindak Kerusuhan Massal berkekuatan enam Satuan Setingkat Kompi. Pasukan yang terdiri dari unsur TNI AD dan Brigade Mobil Polri itu diterbangkan lima pesawat Hercules TNI AU ke Kalbar, untuk memperkuat aparat keamanan dalam upaya melerai pertikaian dan kerusuhan yang terjadi di sana. Sekitar pukul 18.50 pasukan itu tiba di depan Markas Kepolisian Resor Sambas di Singkawang. Sugiono menyatakan, dalam menangani kerusuhan, ada tiga aspek yang harus ditangani secara bersamaan dan teliti. Pertama, menghentikan kerusuhan; kedua, menegakkan hukum dengan menindak para pelaku pelanggaran hukum di lapangan. Ketiga, menindak aktor intelektual yang mendalangi kerusuhan. Pengungsi Ribuan pengungsi warga Madura masih menunggu dievakuasi di Desa Sabaran, Kecamatan Tebas. Sejak Rabu pekan lalu hingga Selasa, sudah diangkut sekitar 7.000 warga Madura, yang kemudian diberangkatkan ke Pontianak dengan KM Anugerah Makmur, KM Kaap Bol, KM Mekar Niaga, KM Ikaguri, dan KRI Teluksabang. Pelabuhan Sintete di Pe-mangkat (Kalbar) sejak seminggu terakhir ini ikut terganggu. Menurut Administrator Pelabuhan (Adpel) Sintete, Yusuf Poniran, sejak Rabu pekan lalu, tak ada satu pun kapal yang masuk ke pelabuhan itu karena takut keamanan tak terjamin. Dalam satu bulan, rata-rata 40 kapal masuk ke Sintete. Dari Pontianak dilaporkan, Pemda Kalbar menambah lagi dua lokasi untuk menampung pengungsi dari Kabupaten Sambas, yakni Stadio
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Waw... gimana nih kalo oom Brawi jadi Menhan+kam trus saya jadi Pangabnya..? saya bukan ORANG LAMA lho.. ---Panut Wirata <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya setuju bahwa tindakan tegas dari aparat harus ditujukan pada > penyerang untuk melindungi yang lemah. Mungkin kita perlu berani > membela aparat/ABRI bila memang tindakannya benar. > Saya kira salah satu kunci dari keadilan adalah melindungi yang > lemah dan menahan yang kuat dalam kasus si kuat memperdaya si lemah. > Kalau satu-satunya jalan menyelamatkan si lemah adalah harus membunuh si > kuat, ya jalan itulah yang harus ditempuh. Tentu saja sebelum ditembak > si kuat harus diberi peringatan dahulu supaya menghentikan tindakannya. > Bila ternyata si kuat malah berbalik menyerang aparat, maka sama sekali > tidak salah bila aparat menembak si kuat itu. Alasannya semata-mata > bela diri. Kalau KONTRAS atau siapapun menyalahkan tindakan aparat > dalam kasus contoh di atas, maka KONTRAS hanyalah mencari popularitas > dengan beraksi sok moralis. Dalam hal ini, silahkan saja KONTRAS datang > ke medan kerusuhan dan menyelesaikan masalah tersebut. Jadi saya kira > tidak ada dilema rumit yang perlu dipertimbangkan dalam kasus seperti > ini. Kritik (dan proses hukum) perlu diberikan bila memang ada bukti > bahwa pembunuhan atau penyikasaan dilakukan tanpa alasan yang kuat, > seperti kasus penculikan aktivis, penyiksaan dalam interogasi dsb. > Tetapi dalam kasus melindungi orang yang akan dibunuh orang lain, sangat > jelas sekali bahwa yang lemah harus dilindungi. > Masalahnya, aparat kita seringkali bertindak sangat tidak tepat > tempat dan waktu. Waktunya bertindak tegas, malah tidak tegas; waktunya > sedikit santai malah membabi-buta. Sudah jelas Prabowo mengakui > bertanggungjawab terhadap penculikan, eh jaksa penuntut hanya menuntut > kroco-kroco pelaksananya tanpa berusaha mencari biangnya. Lalu > provokator Ambon yang sudah di adili (apakah benar-benar provokator atau > hanya orang yang lagi sial ketangkap) hanya dipenjara 3 bulan. Banyak > orang diperikasa dalam kasus KKN oleh Andi Ghalib, tapi siapakah yang > sudah diputuskan bersalah dan menghuni penjara? Bagaimana dengan para > ninja pembunuh Kiai di Banyuwangi yang telah ditangkap, apakah sudah di > hukum? Tapi saya juga khwatir bila hukum ditegakkan dengan sempurna, > hampir separuh penduduk Indonesia masuk penjara. Sekarang saja, > nampaknya penjara sudah tidak muat lagi, karena itu hukuman-hukuman > sangat ringan. mungkin perlu dompet amal untuk pembangunan penjara. > > Panut Wirata > > --- ". Brawijaya" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nope, tindakan ini memang sangat diperlukan. Justru > > kita perlu mempertanyakan > > pihak-pihak yang masih bicara soal HAM, yang untuk > > kasus ini tidak pada > > tempatnya. Masih banyak yang bisa dilakukan oleh para > > LSM-HAM untuk ikut > > membantu meringankan beban para pengungsi. Bila > > memang ada LSM-HAM masih juga > > mencela tindakan ini, saya kira justru titik terang > > siapa yg mendalangi > > kejadian-kejadian terusirnya para pendatang di > > berbagai tempat di > > wilayah-wilayah Indonesia ini. Sungguh mengherankan > > karena pada peristiwa > > Ambon pihak LSM tidak berbunyi sama sekali. Makin > > mengherankan bila untuk > > kasus Sambas mereka akan berbunyi. Piala berujud > > kepala yang ditampilkan di > > harian Waspada kemarin itulah yang merupakan > > pelanggaran HAM. > > > > Saya malah merasa agak lucu dengan sikap gojak-gajik > > (salting) dari petinggi > > ABRI untuk menyelesaikan masalah ini. > > > > > > Salam, > > Jaya > > > > > > On Mar 23, 1:29pm, Dodo D. wrote: > > > Subject: Re: [Berita sangat buruk tentang > > Indonesia] > > > Contoh sedikit nih, mungkin rekan2 yang lain bisa > > memberikan argumen > > > tentang bagaimana harus menyikapinya. Contoh berita > > di Kompas ini saya > > > rasa bisa memberikan gambaran tentang dilema yang > > dihadapi oleh > > > aparat. Di suatu sisi aparat merasa punya kewajiban > > moral untuk > > > melindungi mereka yang dalam bahaya, bayangkan > > seandainya aparat > > > membiarkan warga asli menyerang orang madura yang > > berlindung dihutan, > > > berapa nyawa yang akan melayang. Seandainya juga > > dalam tugas > > > perlindungan tersebut aparat hanya bertahan, tanpa > > memberikan tindakan > > > represif, saya yakin warga asli akan berani > > menyerang dan membunuh > > > aparat, sehingga korbanpun akan banyak berjatuhan > > di pihak aparat. > > > Dalam hal ini, menurut say
Re: Gelar Adu Visi dan Agenda dari Para Ca-Pres
Yah, meskipun nggak adu debat antar calon, paling tidak ada debat atau tanya jawab dengan pengunjung lah itung itung latian buat acara kelompencapir...hehehe ---Endra Susila <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini baru sspp. > > Walaupun tidak bisa menunjukkan gambaran secara keseluruhan, tetapi > acaranya mestinya akan cukup bermanfaat baik bagi Ca-Pres nya sendiri, > terutama bagi masyarakat. Jadi rasanya perlu didukung. > > Endra > > > http://www.pikiran-rakyat.com > > Acara Ini Terbuka untuk Umum > ITB akan Gelar Adu Visi dan Agenda Para Capres > > BANDUNG, (PR).- > > Gelar adu visi antarcalon presiden yang akan 'bertarung' dalam Pemilu > '99 akan dilangsungkan di Sasana Budaya Ganesa ITB, akhir April > mendatang. Hanya saja format adu visi tersebut tidak akan dalam > bentuk adu debat seperti yang direncanakan sebelumnya. > > Kepastian akan digelarnya adu visi kandidat presiden tersebut > dikemukakan Pembantu Rektor III ITB, Dr. Ir. Isnuwardianto kepada > pers, Senin (22/3), seusai pertemuan Forum Pembantu Rektor III di > Universitas Maranatha. > > "Formatnya bukan adu debat tetapi dalam bentuk presentasi. Mereka harus > menyampaikan apa agenda yang akan dilakukannya untuk membawa negara ini ke > abad 21. Acara ini terbuka untuk umum, jadi bisa dilihat mana yang > benar-benar tangguh, mana yang payah," kata Isnuwardianto. > > Persiapan temu kandidat presiden ini, menurut Isnuwardianto, masih > terus dilakukan para mahasiswa. Acara ini semula akan dilangsungkan > 24 Maret, tetapi rencana tersebut diundurkan hingga April karena > menurut Presiden Kabinet Mahasiswa ITB, Vijaya Fitriyasa, salah > seorang kandidat presiden masih berada di tanah suci Mekah. > > Sebelumnya, Rektor ITB, Prof. Lilik Hendrajaya menyatakan, debat > kandidat tersebut akan diberi izin sepanjang format acaranya format > akademik dan bukannya kampanye massa. > > Menurut Isnu, seluruh kandidat presiden yang dicalonkan oleh partainya > akan diundang dalam acara ini. Mereka akan diberi kesempatan untuk > mempresentasikan program-programnya di depan satu tim penilai yang > tangguh. > > "Tim tersebut akan terdiri dari pakar sosial, ekonomi, politik, > budayawan, pers, mahasiswa, wakil-wakil pemuda dan tokoh agama. > Sekarang harus disiapkan tim penilai tangguh tersebut agar benar-benar > bisa menguji visi calon presiden. Di samping itu juga sedang disiapkan > bagaimana kriteria penilaian tersebut," ujarnya. > > -- dihapus --- > _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Hahaha...lumayan juga lho...punya orang2 sekaliber Cak Nur, Cak Nun, Asmuni dll, bakalan semarak tuh RRN, asal Harmoko ndak ikut2an ngaku orang Ndiwek aja... ---FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ya boleh lah...Entar kalau Republik Rakyat Ndiwek (RRN) jadi berdiri > kita bagi-bagi posisi ya? Berbeda dengan Gokar yg masih sibuk > tarik ulur calon definitif-nya, caprez untuk RRN sudah jelas yaitu > Asmuni. Wakil dari Ndiwek barat maupun timur selalu kompak, > jadi endak perlu keluar caprez 5 orang. > > > "Dodo D." wrote: > > > Waw... > > gimana nih kalo oom Brawi jadi Menhan+kam trus saya jadi Pangabnya..? > > saya bukan ORANG LAMA lho.. > > > > ---Panut Wirata <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Saya setuju bahwa tindakan tegas dari aparat harus ditujukan pada > > > penyerang untuk melindungi yang lemah. Mungkin kita perlu berani > > > membela aparat/ABRI bila memang tindakannya benar. > > > Saya kira salah satu kunci dari keadilan adalah melindungi yang > > > lemah dan menahan yang kuat dalam kasus si kuat memperdaya si lemah. > > > Kalau satu-satunya jalan menyelamatkan si lemah adalah harus > > membunuh si > > > kuat, ya jalan itulah yang harus ditempuh. Tentu saja sebelum > > ditembak > > > si kuat harus diberi peringatan dahulu supaya menghentikan > > tindakannya. > > > Bila ternyata si kuat malah berbalik menyerang aparat, maka sama > > sekali > > > tidak salah bila aparat menembak si kuat itu. Alasannya semata-mata > > > bela diri. Kalau KONTRAS atau siapapun menyalahkan tindakan aparat > > > dalam kasus contoh di atas, maka KONTRAS hanyalah mencari popularitas > > > dengan beraksi sok moralis. Dalam hal ini, silahkan saja KONTRAS > > datang > > > ke medan kerusuhan dan menyelesaikan masalah tersebut. Jadi saya kira > > > tidak ada dilema rumit yang perlu dipertimbangkan dalam kasus seperti > > > ini. Kritik (dan proses hukum) perlu diberikan bila memang ada bukti > > > bahwa pembunuhan atau penyikasaan dilakukan tanpa alasan yang kuat, > > > seperti kasus penculikan aktivis, penyiksaan dalam interogasi dsb. > > > Tetapi dalam kasus melindungi orang yang akan dibunuh orang lain, > > sangat > > > jelas sekali bahwa yang lemah harus dilindungi. > > > Masalahnya, aparat kita seringkali bertindak sangat tidak tepat > > > tempat dan waktu. Waktunya bertindak tegas, malah tidak tegas; > > waktunya > > > sedikit santai malah membabi-buta. Sudah jelas Prabowo mengakui > > > bertanggungjawab terhadap penculikan, eh jaksa penuntut hanya menuntut > > > kroco-kroco pelaksananya tanpa berusaha mencari biangnya. Lalu > > > provokator Ambon yang sudah di adili (apakah benar-benar provokator > > atau > > > hanya orang yang lagi sial ketangkap) hanya dipenjara 3 bulan. Banyak > > > orang diperikasa dalam kasus KKN oleh Andi Ghalib, tapi siapakah yang > > > sudah diputuskan bersalah dan menghuni penjara? Bagaimana dengan para > > > ninja pembunuh Kiai di Banyuwangi yang telah ditangkap, apakah sudah > > di > > > hukum? Tapi saya juga khwatir bila hukum ditegakkan dengan sempurna, > > > hampir separuh penduduk Indonesia masuk penjara. Sekarang saja, > > > nampaknya penjara sudah tidak muat lagi, karena itu hukuman-hukuman > > > sangat ringan. mungkin perlu dompet amal untuk pembangunan penjara. > > > > > > Panut Wirata > > > > > > --- ". Brawijaya" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Nope, tindakan ini memang sangat diperlukan. Justru > > > > kita perlu mempertanyakan > > > > pihak-pihak yang masih bicara soal HAM, yang untuk > > > > kasus ini tidak pada > > > > tempatnya. Masih banyak yang bisa dilakukan oleh para > > > > LSM-HAM untuk ikut > > > > membantu meringankan beban para pengungsi. Bila > > > > memang ada LSM-HAM masih juga > > > > mencela tindakan ini, saya kira justru titik terang > > > > siapa yg mendalangi > > > > kejadian-kejadian terusirnya para pendatang di > > > > berbagai tempat di > > > > wilayah-wilayah Indonesia ini. Sungguh mengherankan > > > > karena pada peristiwa > > > > Ambon pihak LSM tidak berbunyi sama sekali. Makin > > > > mengherankan bila untuk > > > > kasus Sambas mereka akan berbunyi. Piala berujud > > > > kepala yang ditampilkan di > > > > harian Waspada kemarin itulah yang merupakan > > > > pelanggaran HAM.
Re: Pegang perkataan nya !
Visi yang sangat obvious dari seorang calon presiden, "mari bersama kita menyatukan hati dan bergandengan tangan untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik. Insya Allah." Anehnya, saya juga punya visi seperti itu, tapi kok ndak ada yang nyalonkan jadi presiden yah.. atau karena saya ndak tahu bagaimana mewujudkannya..? ---Hadeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pesan Perdana Seorang Kandidat > > Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. > > > Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan langit dan bumi > tunduk kepada-Nya. Di atas ketaatan kepada-Nya-lah semua persoalan > manusia di muka bumi ini juga akan dapat terselesaikan dengan baik. > Salawat serta salam mudah-mudahan senantiasa dilimpahkan kepada pemimpin > sejati, Muhammad Rasulullah SAW, yang seluruh kehidupannya > dipersembahkan bagi kepentingan dan kemaslahatan Islam dan ummatnya. > > > Sebagai manusia yang dlaif (lemah) kita sama sekali tidak menegatahui > secara pasti apa yang akan terjadi esok hari. Kita hanya bisa > merencanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya tetapi Allah jualah yang > menentukan segala-galanya. Demikian itulah yang dinyatakan dalam > firman-Nya : > > > "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang > hari Kimat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang > adaa di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan > pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang > dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha > Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Luqman ayat 34) > > > "Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: > "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi.. Kecuali (dengan > menyebut): "Insya Allah." (QS Al Kahfi ayat 23-24) > > > Itulah sekedar gambaran psikologis yang saya rasakan ketika teman-teman > dari Partai Keadilan dengan "full team" yang dipimpin langsung oleh Dr. > Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, MS (Presiden Partai Keadilan), Dr. H. Hidayat > Nur Wahid, MA. (Ketua Majelis Pertimbangan Partai) dan Dr. Salim Segaf > Al Jufri (Ketua Dewan Syari'ah) datang bersilaturahmi ke rumah saya, > meminta kesediaan saya untuk menjadi calon Presiden RI dari Partai > Keadilan pada pemilu yang akan datang. > > > Terus terang saya sangat kaget dan heran mendengar tawaran tersebut > karena sama sekali tidak pernah terlintas dalam fikiran saya sedikit pun > hal-hal seperti itu. Jangankan untuk jabatan presiden (walaupun sekedar > calon) bahkan untuk jabatan yang lebih rendah dari itupun tak pernah > terbayangkan. Apalagi kita semua tahu bahwa pada saat ini bangsa > Indonesia sedang menghadapi krisis yang hebat dalam berbagai lini > kehidupan. Saya tahu diri tentang kelemahan dan kekurangan saya. Saya > hanyalah seorang guru agama yang pekerjaannya rutin mengajar kepada para > santri, mahasiswa maupun masyarakat umum, yang jauh dari hingar bingar > politik praktis. > > > Namun setelah dialog yang agak lama, saya melihat dan merasakan bahwa > pertimbangan-pertimbangan Partai Keadilan untuk mencalonkan saya > semata-mata berdiri di atas landasan syari'ah yang insya Allah ditujukan > bagi kemaslahatan da'wah Islamiyah pada masa yang akan datang. Saya > juga memegang janji dari teman-teman Partai Keadilan untuk sekuat tenaga > membantu menutupi segala kelemahan saya dan menjadikan pencalonan ini > sebagai sebuah "amal jama'iy" (kerja sama) yang saling mengokohkan. > Akhirnya dengan rasa berat hati disertai kecemasan yang luar biasa, > tetapi dengan tetap bertawakal kepada Allah SWT, saya menerima tawaran > tersebut. > > > Kepada Allah jualah saya bermohon, andaikan amanah ini akan membawa > kepada kemaslahatan ummat dan bangsa, berilah saya kekuatan, kesabaran > dan keikhlasan. Akan tetapi andaikan tidak akan maslahat, lahirkanlah > seorang pemimpin yang lebih baik dari saya yang akan membawa ummat ini > pada kehidupan yang lebih baik sesuai dengan ketentuan dan aturan-Mu ya > Allah. Kepada para sahabat, pemimpin ummat, pemimpin ormas dan > orsospol, mari bersama kita menyatukan hati dan bergandengan tangan > untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik. Insya Allah. > > > Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh. > > Bogor, 14 Maret 1999 > > (Drs. Didin Hafidhuddin, MS) > > > Pesan Perdana Seorang Kandidat Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan langit dan bumi tunduk kepada-Nya. Di atas ketaatan kepada-Nya-lah semua persoalan manusia di muka bumi ini juga akan dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta salam mudah-mudahan senantiasa dilimpahkan kepada pemimpin sejati, Muhammad Rasulullah SAW, yang seluruh kehidupannya dipersembahkan bagi kepentingan dan kemaslahatan Islam dan ummatnya.Sebagai manusia yang dlaif (lemah) kita sama sekali tidak menegatahui secara pasti apa yang akan terjadi esok hari. Kita hanya bisa merencanakan sesuatu dengan sebaik
Pasca Pemilu
Ada pertanyaan besar di benak saya yang tumpul ini, sudah siapkah kita menghadapi pasca pemilu 99 nanti..?? Mungkin saat ini kita sudah siap untuk menyongsong dan melaksanakan pemilu bulan Juni nanti, terbukti dengan sudah di tetapkannya partai partai yang berhak mengikutinya, di bentuknya KPU (dengan berbagai persoalan internalnya), diawalinya promosi partai2 dan segala tetek bengek persiapannya. Saya ndak begitu perduli dengan kesiapan pemilu ini, karena saya yakin semua pihak sudah cukup bersemangat dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan pemilu sebaik baiknya, walaupun kecurangan masih terindikasi disana sini. Tapi saya merasakan bahwa kita terlalu asyik dengan kesibukan untuk mempersiapkan pemilu ini, sehingga terdapat kesan terabaikannya persiapan untuk menghadapi pasca pemilu nanti. Semua orang sepertinya sibuk membicarakan tentang pelaksanaan pemilu bulan Juni nanti. Semua partai gencar mencari dukungan, melontarkan statemen2 politik, menawarkan konsep2, dan segala pernik2 nya. Sayang sekali, jarang saya dengar orang membicarakan antisipasi terhadap kemungkinan2 jelek yang akan terjadi pada pasca pemilu nanti. Pertanyaan yang timbul di benak saya adalah, siapkah semua pihak menerima hasil pemilu nanti, khususnya, siapkah yang kalah menerima kekalahannya dengan lapang dada?. Siapkah para pengikut partai yang kalah menerima pemimpin dari partai lain..? Mungkin gampang aja kita bilang, asalkan pemilu dilaksanakan dengan jujur dan adil, semua akan siap menerimanya. Tapi itu kan sekarang, sebelum semuanya terjadi. Apakah nanti juga akan bisa mengatakan hal yang sama..? Kita ingat pada awal2 digulirkannya agenda reformasi, semua orang membicarakan istilah reformasi dan demokrasi, bahkan mungkin di warung kopi di sudut kampung pun diwarnai dengan istilah istilah itu. Banyak orang yang serasa jadi pahlawan kesiangan dan teriak2 serta mengkalim diri masing2 sebagai orang yang pro reformasi, tokoh demokrasi de el el, de es be. Tetapi berbagai kenyataan menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian dari masyarakat kita termasuk para tokohnya belum siap untuk berdemokrasi. Contoh yang jelas, mungkin rekan2 masih ingat, beberapa waktu yang lalu di UGM dilaksanakan semacam seminar (lupa namanya) yang dipimpin oleh rektor UGM sendiri dengan mengundang hampir semua partai baru yang sudah terbentuk. DI dalam undangan sudah di sebutkan bahwa seminar hanya akan membahas masalah RUU Pemilu. Ternyata di dalam seminar, ada seorang wakil dari partai, yang juga menyebut dirinya seorang pro-demokrasi, memaksakan kehendak untuk memasukkan pembahasan tentang susunan anggota DPR ke dalam agenda pembahasan. Setelah di tolak oleh ketua panitia karena memang keluar dari batasan yang telah di tentukan, akhirnya si peserta tersebut walk out. Ini kan menandakan bahwa si orang tersebut sebenarnya belum mengerti arti demokrasi, dan belum siap untuk berdemokrasi. COntoh lain yang lebih jelas, dan masih hangat adalah peristiwa kelompok 12 yang memaksa dengan tindakan kekerasan kepada seorang anggota KPU untuk menanda tangani surat pernyataan perijinan partai mereka untuk ikut pemilu. Kalau yang duduk jadi anggota tim 11, yang menentukan berhak atau tidaknya sebuah partai untuk ikut pemilu, itu orang2 semacam Harmoko atau Baramuli, mungkin tindakannya masih agak bisa di tolerir. Tapi kan yang duduk di dama tim itu orang2 yang integritas dan komitmennya terhadap reformasi sudah di akui oleh semua pihak seperti Nurcholis Madjid dan Adnan Buyung. Ini kan juga menandakan bahwa sebagian dari masyarakat kita, termasuk para tokohnya belum siap untuk berdemokrasi, belum bisa menerima kekalahan dengan besar hati. Ini juga mengindikasikan bahwa rasa saling curiga, dan saling tidak percaya di tengah2 masyarakat kita masih sangat tinggi. Kalau yang semacam ini nanti juga erjadi pada pasca pemilu, saya kuatir kondisi bangsa kita akan semakin terpuruk. Sayangnya, hal ini kurang menjadi perhatian. Justru menjelang pemilu ini, kecurigaan kecurigaan satu sama lain masih terus berlangsung. Partai A dicurigai menggunakan money politics, ketua partai B dicurigai mencari dukungan dana dari luar negeri, calon presiden dari Partai C dianggap nggak bisa apa-apa dan di setir oleh orang2 di sekitarnya, dll. Seandainya dalam pemilu nanti yang menang adalah partai A dan pemilu sudah dilaksanakan dengan sejujur jujurnya..apakah hasilnya akan bisa di terima oleh partai partai yang lain...? sedangkan sejak awal sudah timbul kecurigaan. Tolong rekan2 yang melihat kenyataan langsung di lapangan, mungkin bisa memberikan gambaran yang lebih jelas. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: GUS DUR TAK DUKUNG MEGA?
di ilangin. > Menanggapi posting apakah kita siap menghadapi kenyataan hasil > Pemilu, kayaknya sih nggak siap. .di sensor. > Kalau Golkar menang gimana? Kayaknya bakal ada kerusuhan besar > juga. Entah kalau para pemimpin partai yg kalah ini sanggup meredam. > Makanya transparansi pemilu mesti bener-bener dijamin. Itu juga > belum menjamin, wong sepakbola jelas-jelas kasat mata kalah aja > supporter bisa ngamuk. Apalagi yg ini masih pake transparansi, jadi > rada burem juga Moga-moga aja tebakan saya salah. .di busek... Nah...itulah yang kemaren saya bilang jadi pertanyaan gede di jidat saya yang udah mulai keluar urat nih... Kok kayanya ndak ada ketua partai yang menyadari pontensi konflik pasca pemilu nanti. Kalau memang kita menginginkan warna demokrasi yang lebih cerah di negara kita pada era reformasi ini, ya seharusnya potensi konlfik yang bisa meledak akibat perbedaan pendapat, kecurigaan, ketidak percayaan serta SARA menjadi salah satu perhatian khusus dari semua pihak, baik pemerintah maupun para pemimpin partai politik. Seharusnya di tengah2 perbedaan pendapat (yang memang menjadi salah satu ciri dari dinamika demokrasi), semua pihak juga menyadari permasalahan yang sangat substansial ini, dan di cari jalan pemecahan maupun pengecagannya. Ambillah asumsi bahwa faktor yang paling dominan adalah kesadaran politik masyarakat yang masih rendah, berarti ini tugas para ketua partai politik untuk ikut andil dalam pendidikan politik rakyat, sehingga rakyat lebih dewasa, dan lebih bisa berfikir rasional di dalam berpolitik. Jangan justru memberikan contoh yang tidak baik seperti kasus kelompok 12 kemaren. Kalo mau mencontoh dikttt...aja, mungkin kita bisa melihat proses impeachment nya si Clinton kemaren. Meskipun di Congress terjadi perdebatan sengit antara kelompok Republican ama Democrat, dan di masyarakatpun berkembang perbedaan opini, tapi setelah dinyatakan bahwa Clinton masih berhak untuk nduduki kursinya, toh semua bisa menerima dengan besar hati, nggak sampe terjadi tawuran antara republican dan demokrat. Lha kalo kita kan belum bisa begitu. Dimana ada perbedaan, eee...para pemuka partainya masih sering ngomporin para pendukungnya, njelek njelekin partai yang lain, nyurigain partai lawannya de el el, de es be. Akhirnya ini menimbulkan opini negatif di jidat dan otot para pendukungnya, dan begitu dua kelompok berhadapan, yang ada ya adu otot. Kan repot Saya sih sebagai rekyat jelata, cuman menyarankan, mbok ya para yang terhormat tokoh2 partai itu mikirin yang beginian ini. Wong hampir semuanya lulusan perguruan tinggi (kecuali satu), bahkan banyak yang sudah doktor, insinyur, master dan segala embel embel lainnya. Mbok ya atribut2 yang terpasang di belakang nama itu dimanfaatkan untuk mendidik moral dan kesadaran politik para pengikutnya yang 95% nggak punya embel embel di belakang namanya. Tentu saja, bukan cuman mendidik dengan kata2, orasi, pernyataan2kalo itu sih, nenek nenek juga bisa, tapi ya dikasih contoh. Pemimpin sendiri seharusnya memulainya dari dalam diri mereka masing2, kemudian memberi contoh dan mengarahkan para pengikutnya. Kalau ini bisa dilaksanakan, Insya Allah kekuatiran kita ndak akan terjadi. Tapi kok untuk melaksanakannya itu yang kelihatannya agak susah...au ah...elap..namanya juga cuman oret oret. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com