[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA -- CERAMAH DUBES BELANDA Nikolas Van DAM Di 'PESANTREN GONTOR'!
*Kolom IBRAHIM ISA* *Jum'at, 07 Desember 2007* *-* *CERAMAH DUBES BELANDA Nikolas Van DAM * *Di 'PESANTREN GONTOR'!* Masalah hubungan Indonesia-Belanda, bagaimanapun bentuk dan perwudjudannya, apakah itu melalui saluran resmi, ataukah saluran organisasi kemasyarakatan, adalah salah satu topik yang selalu menarik dan tak pernah luput dari kepedulianku. Jangan salah faham pula, --- masalahnya, bukanlah disebabkan karena aku orang Indonesia yang berdomisili di negeri Belanda. Soalnya besar, --- dan banyak seginya. Bangsa kita, dalam hubungannya dengan bangsa dan negeri Belanda punya latar belakang sejarah yang begitu panjang. Hubungan itu sudah berlangsung ratusan tahun. Dengan catatan, bahwa selama tigaratus tahun lebih bangsa ini dikuasai dan dieksploitasi oleh bangsa Belanda. Entah berapa banyak literatur yang ditulis selama ini mengenai hubungan Indonesia-Belanda. Aku bisa pastikan masih akan banyak lagi literatur, berupa laporan resmi, hasil studi, hasil penelaahan, ataupun sekadar sebagai kesan perjalanan, tanggapan bahkan komentar biasa-biasa saja. Terhadap Belanda, orang-orang kita bukan saja tertarik pada kincir anginnya, keramik Delft Blue-nya, kijunya ataupun hasil-hasil produksi elelektronik merek Philips. Bagi kita, setiap inisiatif, setiap langkah yang mempromosikan saling memahami dan saling menghormati, memperbaiki lebih lanjut komunikasi antara kedua negeri, Indonesia dan Belanda, terutama antara kedua rakyat, antara pelbagai organisasi dan kegiatan masyarakatnya, sepatutnya disambut, didukug dan dikembangkan. Sehubungan dengan maksud itulah, seyogianya disambut setiap langkah Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, khususnya langkah Dubes Belanda Nikolas van Dam. * * * Perhatikan! --- Dari tahun ke tahun, seiring dengan membaiknya hubungan Indonesia-Belanda, semakin banyak mahasiswa dan postgraduates yang jauh-jauh datang dari Indonesia berkunjung ke negeri dingin ini, UNTUK STUDI, untuk BELAJAR. Suatu perkembangan yang tidak bisa tidak harus disambut dengan gembira dan lega. Karena kita tau bahwa kita bisa dan seyogianya harus belajar banyak dari Belanda, negeri dan bangsanya yang ulet. Kita tau juga, bahwa banyaknya orang-orang Indonesia, yang menuntut ilmu di negeri Belanda, itu sebagian tidak kecil adalah kelanjutan wajar politik pemerintah Belanda yang positif terhadap negeri-negeri yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Cukup berragam seginya perhatian dan bantuan Belanda kepada negeri-negeri yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. * * * Dikala negeri kita sudah mencapai kemerdekaan nasional, melalui perjuangan politik, maupun kemudian, lewat revolusi yang berdarah, suatu perang kemerdekaan yang makan waktu kurang lebih lima tahun, melawan kolonialisme Belanda, tokh masih banyaK terjadi lika-liku, jalan zig-zag yang ditempuh dalam hubungan dua negeri ini. Belum tercapai saling pengertian dan menghormati seperti yang diharapkan. Banyak orang bertanya, khususnya generasi muda. Bagaimana mungkin? Bangsa dan negeri kecil, seperti negeri Belanda, mengapa sampai bisa menguasai Indonesia, negeri ribuan pulau dengan penduduk yang berlipat ganda lebih banyak dari Belanda, dan dalam waktu yang begitu lama? Atas pertanyaan tsb sudah banyak orang, banyak pakar dan cendekiawan berusaha menganalisis dan memberikan jawaban. Tapi, dari tahun ke tahun, pertanyaan serupa tokh diajukan lagi. Kalau kita ikuti perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran di negeri Belanda, tampak bahwa pertanyaan tsb menunjukkan bahwa, jawaban yang diberikan sebelumnya, atas pertanyaan mengapa Indonesia sampai bgitu lama terkungkung di bawah kolonialisme Belanda, belum memadai. Atau ada sebab lainnya, yaitu, sesuai dengan perkembangan bidang studi dan penelitian, ditemukan bahan-bahan baru, yang melengkapi usaha penelitian dan studi. Sehingga lahirlah, analisis dan kesimpulan yang lebih lengkap. Tercapai pula pengertian yang baru. Segi lainnya, mengenai hal-hal tertentu, di kalangan Indonesia maupun Belanda, masih terdapat penilaian dan tanggapan yang sering bertolak belakang. Ambil contoh menyolok, tentang peranan VOC. Perdana Menteri Belanda, Peter Balkenende, yang tidak bisa dikatakan ia tidak tau sejarah Belanda, sejarah kolonialnya di Indonesia, --- belum lama masih menonjolkan peranan (positif) VOC dalam sebuah pidato resmi di Tweede Kamer Belanda. Maksud Balkendende tentu termasuk pengalaman 'positif' VOC di Indonesia. Kitab boleh géléng-géléng kepala, nyatanya PM Peter Balkenende menganggap VOC suatu kebanggaan Belanda! Padahal bagi kita bangsa Indonesia, VOC itu adalah sumber malapetaka dan pengalaman keaiban dan kehinaan! Sumber penindasan dan penguasaan asing. * * * Tibalah ceritaku berkenaan dengan tokoh Dubes Belanda NIKOLAS VAN DAM. Dr. Nikolas van Dam, adalah Dutabesar Kerajaan Belanda. Ia belum lama bertugas di Jakarta. Van Dam sejak 2005 mewakili pemerintahnya untuk Republik Indonesia
[wanita-muslimah] Merokok Boleh, Tak Pasang Tanda No Smoking Didenda
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=147276 Jumat, 7 Desember 2007 Merokok Boleh, Tak Pasang Tanda No Smoking Didenda Memaknai Larangan di Sela-Sela Meliput Aktivitas Haji di Arab Saudi Makkah,- Di sela-sela tugas meliput aktivitas haji, wartawan Jawa Pos Group menemui banyak aturan menarik di Arab Saudi. Termasuk belajar bagaimana mengartikan larangan dan kewajiban di sana. SAAT berkunjung ke Jeddah, saya bersama teman-teman tim liputan Madinah mampir ke rumah makan Indonesia bernama Putera Malang. Pertimbangannya, tentu, menu yang disajikan amat mungkin lebih pas di lidah. Benar saja, malam itu menu yang tersedia sate kambing dan sup kaki kambing. Untuk ukuran kota bandar kelas dunia yang sangat sibuk seperti Jeddah, warung makan milik Widodo, kera ngalam alias orang Malang itu, tergolong kecil. Hanya, ada tiga meja, masing-masing meja empat kursi Tapi, yang langsung menarik perhatian kami di salah satu dinding ada tulisan No Smoking. Tapi, tulisan itu terbalik. Yang atas jadi bawah, yang bawah jadi atas. Jadi, akhirnya terbaca Smoking No. Iseng-iseng saya bertanya, Di sini nggak boleh merokok nih? Widodo, pemilik rumah makan itu, langsung menjawab, Boleh! Silakan. Kita tidak melarang merokok, kok. Saat saya menunjuk tulisan No Smoking terbalik tadi, Widodo tertawa. Menurut dia, tulisan itu dipasang karena pemerintah daerah setempat mengharuskan. Kalau tidak ada tulisan itu, saya bisa didenda 400 riyal (Rp 1 juta, satu riyal setara dengan Rp 2.500), katanya. Widodo lalu menunjuk kotak lampu neon dengan kawat di sekeliling mirip lampu pembunuh lalat atau nyamuk di tanah air. Dia bilang di Saudi, paling tidak di Jeddah, restoran harus memasang antilalat tersebut. Kalau tidak pasang, saya bisa didenda 1.500 riyal, katanya sambil menunjukkan laptop-nya. Widodo selalu mengikuti perkembangan tanah air, antara lain lewat jawapos.co.id. Padahal, menurut Widodo, harga alat antilalat itu tergolong murah. Hanya 35 riyal. Tentu Widodo lebih memilih memasang alat itu daripada didenda 1.500 riyal (sekitar Rp 3.750.000). Kalau tidak pasang No Smoking bisa didenda 400 riyal tiap kali ketahuan. Mengapa tamu tetap boleh merokok? Kata Widodo, ketentuannya hanya pasang tulisan No Smoking. Tidak ada ketentuan pemilik restoran melarang pelanggan merokok. Petugas (Saudi) tidak mempersoalkan kok kalau tahu ada pembeli merokok di warung ini. Yang dipersoalkan hanya kalau saya tidak memasang tulisan No Smoking, jelasnya. Selama musim haji seperti saat ini Jabbal Rahmat di Arafah, dekat kota Makkah, ramai dikunjungi peziarah. Tempat ini diyakini sebagai lokasi pertemuan bapak dan ibu umat manusia, Nabi Adam dan Siti Hawa, saat diturunkan dari surga. Sebagian umat juga meyakini bukit itu sebagai tempat yang makbul untuk berdoa. Karena itu, jamaah haji Indonesia umumnya juga menyempatkan diri naik ke atas bukit dan berdoa di sana. Padahal, di kaki bukit ada papan besar berisi peringatan agar tidak naik atau berdoa di tempat itu, karena Nabi Muhammad tak mengajarkannya. Namun, kenyataannya, ada tangga menuju ke puncak bukit. Konon, tangga itu terdiri atas 170 anak tangga. Katanya tidak boleh naik, kok malah dibikinin tangga, kata seorang rekan dari Media Center Haji. Saya sendiri ikut naik sampai ke puncak. Di sana berdiri sebuah tugu dengan ketinggian sekitar tujuh meter. Keempat sisi tugu penuh coretan. Sekeliling puncak juga dilingkari semacam pagar setinggi sekitar 60 sentimeter untuk perlindungan agar peziarah tak jatuh. Beberapa jamaah melompati pagar, duduk di bebatuan di lereng, mengangkat tangan, lalu berdoa. Melihat banyaknya peziarah berdoa bersama di sebelah bangunan tugu, petugas keamanan Saudi yang ada di sana tidak berbuat apa-apa. Ya, gimana melarang orang berdoa, kata seorang jamaah Indonesia yang tidak ikut berdoa. Lain lagi pengalaman saya di Madinah. Di kota suci itu tak terlihat papan atau petunjuk resmi yang melarang orang berkeliaran di jalan pada jam-jam salat. Tapi, jangan coba-coba jalan-jalan saat azan berkumandang. Saya dan teman-teman wartawan Indonesia mengalami kejadian tak terlupakan saat mencari warung internet (warnet). Saat itu komputer untuk Media Center Haji daerah kerja Madinah belum terhubung ke internet. Karena ada berita yang harus dikirim ke tanah air, saya dan beberapa rekan lain minta sopir mengantar ke warnet yang kami temui saat jalan-jalan beberapa hari sebelumnya. Dengan pertimbangan waktu isya panjang, kami sepakat berangkat selepas magrib. Tiba di tempat, kami langsung mendaftar dan membayar biaya di depan. Satu jam dikenai biaya 5 riyal (sekitar Rp 12.500). Kami lalu diminta menyerahkan paspor. Setelah dicatat, kami diberi headphone dan peralatan lain, dan dipersilakan menempati meja yang kosong. Karena tidak ingin membuang waktu, kami langsung menghidupkan komputer, memasukkan flash disc yang sudah berisi berita, dan membuka email. Namun, belum lagi sempat mengopi
[wanita-muslimah] novel saman edisi perancis diluncurkan di koperasi restoran indonesia paris
Surat Dari Montmartre: NOVEL SAMAN EDISI PERANCIS, DILUNCURKAN DI KOPERASI RESTORAN INDONESIA PARIS Di tengah-tengah diskusi antar meja dan dengan Ayu Utami, begitu melihat peluang, kepada Sebastian Fomaruli dari Penerbit Flammarion, saya tanyakan, bagaimana mereka mengenal karya Ayu Utami dan kemudian berkeputusan menerbitkan novel Saman karya Ayu Utami? Secara tertulis kemudian saya tanyakan, mengapa mereka tertarik pada karya sastra Indonesia dan bagaiamana rencana mereka selanjutnya dalam menerbitkan karya-karya sastra Indonesia? Menjawab pertanyaan ini, Sebastian mengatakan bahwa Penerbit Flammarion, mengenal Ayu Utami dan Saman melalui seorang wartawan Perancis -- tanpa mengatakan secara persis siapa wartawan itu -- yang membuat laporan tentang Indonesia. Bagaimana wartawan ini menaruh perhatian pada sastra kekinian Indonesia, Sebastian pun tidak memberikan penjelasan lebih jauh. Hanya saja seingat saya, ketika Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia, pada November 2004 menyelenggarakan Hari Sastra Indonesia di Paris, pertemuan yang didukung oleh lembaga-lembaga resmi dan swasta melalui lobbi kuat Johanna Lederer, hadir beberapa penerbit besar Perancis, antara lain Gallimard dan juga jika ingatan saya benar, wakil dari Flammarion. Hasil Hari Sastra Indonesia November 2004 dikonsolodasi dengan seminar sastra tentang André Malraux dan Edward du Perron dalam hubungannya dengan Indonesia, di Universitas Sorbonne, dan Temu Sastra di Senat 2006, di mana Ayu Utami bersama Seno Gumira hadir, agaknya sedikit-banyak bisa menarik perhatian para penerbit utama Perancis. Masalah menarik yang diangkat dalam Hari Sastra Indonesia Paris November 2004 adalah para pakar sastra dan Indonesianis Perancis serta Belanda menunjukkan hubungan di dunia sastra antara Perancis-Belanda-Indonesia berlangsung jauh semenjak zaman filosof Diderot. Keterangan para ahli tentang sastra Indonesia yang demikian, barangkali membuat para wakil penerbit yang hadir makin melirik ke Indonesia, apalagi pada waktu itu Gallimard menerbitkan novel Gadis Pantai karya Pramoedya A. Toer. Kegiatan yang bersifat pemerkenalan dan lobbi serta membuka pintu perhatian pasar bagi sastra, kiranya dalam konteks hubungan Indonesia-Perancis diperlukan mengingat hubungan sejarah antar kedua negeri Perancis-Indonesia berbeda dengan negeri-negeri Indochina. Diterbitkannya novel Saman karya Utami edisi bahasa Perancis tahun ini, saya lihat sebagai konsolidasi lebih lanjut, sekaligus buah dari usaha-usaha bidasan di atas, yang membuka peluang lebih besar lagi bagi sastra Indonesia di Perancis. Para Indonesianis Perancis dalam beberapa kali pertemuan Pasar Malam sering mengatakan bahwa tenaga dan kemampuan Perancis menterjemahkan karya-karya sastra Indonesia sungguh tidak kurang. Masalahnya kemudian, yang mungkin perlu dipertimbangkan oleh para sastrawan Indonesia, adalah kelayakan karya-karya mereka diterjemahkan. Penterjemahan karya-karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Perancis, jika berbicara tentang Perancis sebagai negeri sastra-seni, saya kira akan erat tautannya dengan kemampuan saing karya-karya itu dengan karya-karya sastra Perancis. Ayu Utami dengan novel Samannya berhasil masuk gelanggang. Saya kira barangkali terbitnya novel Saman edisi bahasa Perancis ini merupakah hasil penting bukan hanya bagi Ayu Utami tapi juga bagi sastra kekinian Indonesia angkatan Ayu Utami. Sebelumnya, yang mendominasi dan menarik perhatian para penerbit Perancis, terutama karya-karya Pramoedya A. Toer berbarengan dengan kampanye tentang Pram di dunia internasional oleh orang-orang Indonesia di luar negeri. Laporan para wartawan Perancis tentang Pram pun sangat sering disiarkan di harian-harian nasional Perancis. Pram pun tidak asing bagi kalangan elite penyelenggara negara Perancis dan kemudian ia mendapat bintang jasa Légion d'Honneur dari pemerintah Perancis. Penerbitan Saman edisi bahasa Perancis oleh Flammarion, barangkali bisa juga dipahami sebagai makin terbukanya negeri sastra-seni ini bagi karya-karya sastra Indonesia. Kecuali itu, terbitnya Saman edisi Perancis, merupakan tantangan menagih jawab kepada para sastrawan kita. Ketika memperoleh kesempatan berbicara pada peluncuran Saman, saya memberanikan diri mengusulkan agar para penerbit utama Perancis menaruh perhatian pada karya-karya penulis lain seperti misalnya Lan Fang, yang karya-karyanya selain berbicara tentang soal femininisme, juga beranjak dari warna lokal serta keragaman. Masalah yang menjadi salah satu soal utama Perancis sampai dimasukkannya Alexandre Dumas ke makam putera-puteri terbaik Pantheon. Lan Fang, sekali pun berbicara tentang masalah etnik dan lokal, tapi seperti yang dinyatakannya dalam makalahnya di Kongres Nasional Cerpen, Banjarmasin Oktober 2007 baru-baru ini, dan juga delapan novelnya, ia keluar dari kesempitan etnisitas dan lokalitas. Dengan mengatakan ini, yang ingin saya katakan bahwa
Re: [wanita-muslimah] Re: Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal
Mbak Aisha, kalo baca bukunya Jeffrey Sachs, the end of poverty, ada ulasan tentang masalah masalah fertilitas dan kemiskinan. Data menunjukkan adanya korelasi antara kemiskinan dengan tingkat fertilitas. Fertilitas yang tinggi (jumlah anak yang banyak) terkonsentrasi pada negara2 yang tergolong miskin, dan dengan budaya pertanian. Hal ini wajar, mengingat dalam budaya pertanian anak merupakan investasi tenaga kerja, begitu juga dengan kemiskinan, banyaknya anak merupakan investasi karena mereka tidak yakin berapa anak yang bisa bertahan hidup dan itu penting untuk keamanan hari tua mereka. Dia juga menunjukkan di negara2 yang mulai beranjak ke taraf industrialiasi, dimana perempuan punya kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, maka ada kecenderungan adanya penurunan preferensi jumlah anak. Jadi seperti kata pak Satriyo memang ini bukan fenomena spesifik yang terkait dengan agama tertentu saja. Tapi bukan berarti bahwa nilai2 agama tidak mempengaruhinya. Setahu saya selain salah satu contoh yang mbak Aisha sebutkan, gereja katolik pernah/masih melarang pemakaian kontrasepsi karena dianggap bertentangan dengan kehidupan (mkkk). Dalam Islam disamping nilai kalau seorang perempuan syahid apabila mati ketika melahirkan, juga nilai bahwa anak mempunyai rejeki sendiri, sehingga banyak anak banyak rejeki (saya rasa semua orang tahu ini), ditambah pendapat bahwa mati, hidup seseorang sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Allah, sehingga ini mempunyai ekses (ada beberapa penelitian etnografi yang menunjukkan) bahwa kematian ibu karena proses reproduksinya adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu untuk dicegah. Salah satu inovasi yang menarik buat dibagi adalah upaya pemerintah sebuah kabupaten di Lombok untuk menurunkan angka kematian ibu melalui perangkat hukum adat atau yang dikenal sebagai awig-awig. Lombok adalah salah satu tempat yang mempunyai angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia, salah satunya karena adanya paradigma seperti diatas, bahwa kematian ibu saat melahirkan adalah sesuatu yang syahid dan sebuah takdir. Dengan situasi masyarakat tradisional yang banyak tinggal di kebun2 dimana suami sering tidak dirumah menjaga kebun mereka, maka seorang perempuan yang membutuhkan bantuan petugas kesehatan seringkali terabaikan hingga meninggal karena kondisinya. Nah pemda setempat mencoba membuat perangkat hukum adat, dibantu oleh pemangku adat dan juga para ulama, untuk memberikan sangsi adat apabila ada kematian ibu dan juga penyadaran oleh para ulama, bahwa apabila kita bisa mencegah kematian ibu hamil bukanlah sebuah pengingkaran takdir. regards, Donnie -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com] On Behalf Of rsa Sent: Thursday, December 06, 2007 12:08 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal Bu Aisah, Saya sangat miris mendengar kisah almarhumah (wa syahidah) teman ibu itu. Sungguh berat tanggung jawab sang suami sekiranya kelak di mahkamah Allah beliau terbukti teledor dan tidak bertanggung-jawab atas istrinya meskipun di benaknya dia sudah melakukan all by the book, termasuk tidak mengizinkan istri ke dokter 'hanya' karena dokternya laki-laki. Sayang dia tidak ingat kaidah yang membolehkan 'bercampurnya' perempuan dan laki-laki, yaitu saat menuntut ilmu, berobat atau ... (lupa yg satu lagi). Hal yang sama saya yakin dialami banyak perempuan muslim di negeri ini dan juga negeri muslim lainnya. Entah buat di negeri minoritas muslim macam di negara2 moderen Eropah dan AS. Tapi kemungkinan lebih baiklah mengingat melek ilmu dan pengetahuan. Saya yakin juga hal yang sama terjadi di komunitas non-muslim di penjuru dunia tapi kita tidak pernah tahu hingga kini, mengingat tidak sedikit etnis atau suku tradisional yang masih menghargai banyak anak sekaligus menghindari persentuhan dengan dunia moderen termasuk dokter, sehingga angka kematian saat melahirkan relatif tinggi. Soal mati syahid saat melahirkan itu benar. Setahu saya keterang lengkapnya adalah bahwa bagi seorang muslimah yang sabar dan ikhlas menahan sakit saat persalinan, maka ketika si bayi lahir, segala dosa- dosa si ibu akan hapus dan akan kembali seperti bayi yang baru lahir; atau ketika si bayi lahir dan si ibu tidak selamat, maka ganjaran buat si ibu adalah mati syahid. Tapi tadi, syaratnya sabar dan ikhlas, dan ini hanya antara ybs dan Allah. Maka doa di saat pemakaman teman ibu itu adalah doa, bukan suatu 'keputusan.' Jadi soal kembali suci spt bayi ini, saya terbayang teman saya yang punya 11 anak (alhamdulillah suami istri sangat terpelajar dan aktif dakwah, jadi mungkin ini perkecualian jika dibanding dengan teman Aisha), bahwa 'usia' si ibu sama dengan anak yang paling kecil, krn hapus semua dosa-dosanya. Alangkah indah Islam dan begitu
[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri
Pak Agung, Dalam thread yang ini sejak awal saya tidak membicarakan kelakuan artis, tapi nikah sirri-nya dan akibat dari pernikahan sirri, misal perwalian anak-anaknya. Coba deh bapak lihat subject-nya. Jika saya memakai contoh artis Ayu Azhari dan Oma Irama, karena itu yang banyak dibahas di media massa cetak dan televisi, mungkin yang lainnya juga nonton, dan mungkin ada yang nonton atau baca bahasan nikah sirri ini, misalnya dari ahli hukum atau tokoh agama. Jika ada artis atau seleb yang nikah sirri dan bermasalah, kita bisa melihat bukan dari segi gosipnya, tapi kita bisa membicarakan dari segi nikah sirrinya ini, karena di dunia nyata ada juga yang bukan artis yang melakukan nikah sirri dan kemudian bermasalah untuk istri dan anak-anaknya, tapi kita tidak tahu karena kasus mereka tidak diributkan. Yang melakukan nikah sirri kan tidak semua artis, ada juga artis yang nikah didepan petugas KUA dan cerainya juga di pengadilan agama. Ada juga kiai pengelola melakukan nikah sirri - milih beberapa istri dari kelompok santriwatinya. Jika artis yang nikah sirri disebut mirip binatang, apakah kiai ini yang nikah sirri juga mirip binatang? Atau dulu ada juga tokoh agama yang punya pesantren yang jadi obrolan di milis, kabarnya nikah sirri di malam hari lalu mereka melakukan hubungan seks dan besoknya si tokoh agama ini sudah menghilang dari hotel tempat mereka menginap dan mereka bercerai. Jadi nikah sirri-nya hanya untuk melakukan hubungan seks semalan saja? yang seperti ini juga seperti binatang ya pak? salam Aisha --- From : [EMAIL PROTECTED] Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri Dunia Artis itu deket dng dunia BINATANG Kita lihatKelakuan BINATANG dng para ARtis kan TIDAK JAUH BEDA... -- From: Aisha Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri Temans, Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu dibuat akta kelahirannya tapi yang . .. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri
Mba Mia, Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas muslim dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara ya. Kalau begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? ..:) Kabarnya akta nikah anak hasil nikah sirri karena dalam persyaratan untuk mendapatkan akta kelahiran harus pakai surat nikah yang justru tidak ada dalam nikah sirri, maka yang tercantum adalah nama ibunya. Masuk akal sih karena memang semua orang, minimal dokter atau bidan yang bantu melahirkan kan tahu persis seorang bayi lahir dari ibu yang mana. Kalau bapak si bayi kan tidak jelas, apalagi kalau si ibu main dengan banyak laki-laki (lebih dari satu laki-laki), bingung kan nentuinnya..:), kalo bapak mau menggugat - mau memiliki hak perwalian, harus test DNA dulu 'kali ya, baru nanti jelas ketahuan anak kandungnya atau bukan. Seperti kasus perceraian artis Indonesia juga, pas anaknya lahir, eh... ternyata si bayi indo begitu, karuan sang suami yang asli Indonesia jadi marah- jadi tahu bukan anak kandungnya, lalu tes DNA, ternyata iya - positif bukan anaknya. Iya bener, kalau nikah sirri, karena suaminya bisa kapan saja menjatuhkan talak dan secara otomatis mereka cerai, maka istrinya harus ngumpulin harta untuk melanjutkan hidupnya dan anak-anaknya sebelum suaminya menjatuhkan talak. Tapi apa itu bisa berjalan, di masyarakat yang laki-laki-nya dominan, budaya patriarkinya begitu kuat dan wanita punya banyak ketergantungan ekonomi, atau malah nikah juga karena tertarik dengan harta suami atau malah dijual orang tuanya, atau orang tuanya tidak kuat memberi makan anaknya sehingga anak-anak gadisnya cepat dinikahkan walaupun hanya nikah sirri, apa istri nikah sirri bisa mengumpulkan harta selama pernikahan. Banyak kasus pernikahan yang bukan nikah sirri, saat bercerai, si suami tidak memberi uang untuk anak-anaknya karena mereka bercerai dengan penyebab si suami beristri lagi sehingga istri tua minta cerai. Jadi banyak istri-istri tua yang tidak minta cerai karena mereka takut tidak bisa hidup lagi, kasihan juga ya menderita ada istri lain tapi harus dijalani karena tergantung secara ekonomi ke suami. salam Aisha --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Mba Ai, nikah sirri di Amerika hak perwalian sama saja dengan nikah resmi, kecuali kalau ibu nggak capable, hak wali biasanya jatuh ke ibunya. Di Indonesia dilihat dari surat wali adalah ibunya. Tapi kalo bapak mo menggugat ya bisa juga dong, kenapa tidak? Kalo orang mau nikah siri mestinya pihak perempuan punya kekuatan bargain, pesona yang lebih dari biasa, apalagi artis..Nah, jadi sebaiknya diingetin kalo nikah siri itu pake cash basis, bukan accrual basis..:-) Artinya minta rumah duluan aja, deposito, dana pensiun, asuransi, reksadana...dll Jangan mau dikasih janji2 doang. Lha, talaknya bisa cash basis, rumah deposito kudu juga dong..jadi nggak terjadi mismatch:-) Makanya kalo ada nikah siri anak dari isteri pertama biasanya ikutan marah, soale gw aja blum dapat warisan, kok yang ini ngeduluin...gitu kira2..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. .. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: AIDS di mata ustadz isu lingkunga
Kembali ke DB, secara global memang terpinggirkan, buktinya hingga saat ini manajemen kasus (obat, strandard treatment) masih belum terlalu memuaskan (bandingkan dengan HIV yang baru kemaren sore sudah ada obatnya), demikian juga untuk pencegahan (belum ada vaksin DB). Satu satunya cara adalah dengan memotong rantai penularan melalui rekayasa lingkungan. Tapi born environmentalis menurutku tidak cukup untuk memotong rantai penularan penyakit ini. Nyamuk aedes sebagai vektonya punya karakteristik yang unik, senang dan akan berkembang biak pada genangan air yang bersih/jernih, tidak tercampur langsung dengan tanah (berbeda dengan malaria yang nyamuknya malah suka air di rawa2 tergenang). Jadi, cara memotong jalan hidup nyamuk ini juga dengan menghilangkan air bersih tergenang, dan ini berarti mengubah cara/budaya kita berinteraksi dengan air bersih dengan menghilangkan budaya menyimpan air yang ada saat ini. Hilangkan bak mandi, pakailah shower, buatlah peraturan agar konstruksi rumah tidak membuat genangan air diatap (drainase yang bagus). Jelas ini adalah revolusi budaya mandi dan bikin rumah kita yang tidak begitu saja mudah dirubah, meskipun kita seorang environmentalist (dulu sempat berdebat cukup seru dengan partner domestik sebelum bisa diputuskan untuk menghilangkan bak mandi dan mengganti hanya dengan pancuran air saja). Plus membutuhkan keterlibatan supra struktur, yang bisa memastikan bahwa suplai air bisa lancar sehingga orang tidak merasa perlu lagi menampung air di bak mandi, karena bisa dipastikan akan ada air saat dibutuhkan untuk mandi. Hemat saya, untuk kasus DB memang perlu gerakan yang lebih peubahan budaya yang lebih masif daripada sekedar menata lingkungan. regards, Donnie Masalah DB misalnya, yang tentu terkait dengan keharmonisan lingkungan seperti sampah, got, tata letak, dll. Kita lupa bahwa manusia2 Indonesia adalah BORN ENVIRONMENTALIST. Kita punya kecenderungan inheren dengan keharmonisn lingkungan, apabila tercerabut maka kita akan kehilangan sebagian dari diri kita, dan kurang berfungsi. Contoh banget: Bandung. Sebagian pejabat dan tokoh tampil cantik tentang isu lingkungan (mumpung lagi KTT Bali), tapi mereka memahaminya secara politis saja, bahkan sering artifisial, dalam arti nggak nyambung ke bawah dan ke implementasinya. Padahal, masyarakat Indonesia itu semua lahir sebagai 'aktivis lingkungan'. Aku kasih contoh saja. Saya bukan aktivis lingkungan, sungguh, wong keahlian saya mengelola keuangan kok. Tapi saya percaya bahwa saya adalah salah satu born environmentalit yang berusaha membawa ini mencuat dalam kesadaran yang utuh, dan saya mengharap yang sama dari orang2 lain karena itu alamiah dan realistis saja. Tapi ada gap yang demikian besar di antara kita, kalangan atas dan bawah tentang persepsi lingkungan ini. Aku setel dimana-mana di kantor (cluster elit) di rumah di tetangga (cluster menengah-bawah) video Al Gore Inconvenient Truth itu. Apa mereka ada perhatian? nggak! katanya pelem kok ngobrol mlulu...:-( Aku canangkan sekian % setiap proyek untuk penanaman pohon dan taat lingkungan, tapi apakah kita patuh itu? Nggak...itu sama sekali bukan prioritas di kesadaran kita. Aku sampe kluarin hadis, nabi tuh di jaman perang wanti2 jangan nebang pohon, apalagi kita sekarang...pada manggut2 tapi tetep saja dilewatin kapan bisa. Mungkin orang juga pada nyaris bosen aku ngomongin kearifan lokal nya baduy dalam kalo soal lingkungan. Apa itu bukan persoalan moral? Iyalah, kita tahu memasuki resiko lingkungan yang dahsyat, tapi nggak mo partisipasi apa-apa, bahkan mengkhianati kearifan lokal kita sendiri. Sementara di kalangan sebagian elit isu lingkungan jadi sekedar tanda tangan atau semacam 'pakta'. Sebel juga berhadapan dengan institusi atau orang yang sama yang terdepan dalam isu lingkungan seperti KTT ini, tapi pas di lapangannya malah memble, bahkan menyingkirkan ketaatan lingkungan itu sendiri. Dimana moralnya? Pasti jawabannya ini soal prioritas. Tapi prioritas kalau nggak menyemati persoalan resiko lingkungan itu kan moral hazzard namanya. Ini akibat dari menindaklanjuti isu lingkungan HANYA dari perspektif gerakan politik yang elit dan luar, sementara kita nggak mengukuhkan akar kita sendiri. Namun tentu saja, keadaan berubah. Ada cluster2 di masyarakat di sekeliling kita yang sudah bergerak menata lingkungan, dan kebanyakan dimotori ibu2 perempuan2 yang memang akrab lingkungan dari sononya. Cluster atau irisan ini akan makin membesar, kalau arahnya betul, dan akan diadopsi oleh para elit (bapak2), yang dengan bangganya menandatangani pakta lingkungan salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, donnie ahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Satu hal yang menarik dari fenomena AIDS yang tidak ditemui pada penyakit atau fenomena sosial lainnya adalah bertemunya semua komunitas masyarakat (dengan segala identitasnya) dalam satu tempat dan peristiwa.
[wanita-muslimah] Menghakimi Hati
Assalamu'alaikum, Manusia/kaum itu dinilai oleh manusia lain/kaum lainnya dari apa yang dikatakannya, bukan atas apa yang ada dalam hatinya. Hz. Sayyidina Rasulullah saw. telah memberikan contoh, teladan dan peragaan yang sangat mulia mengenai hal tersebut, dan tercatat sangat jelas dalam sejarah Islam. Ketika Hadhrat Rasulullah saw. mengutus Usamah bin Zaid ra. sebagai komandan sebuah pasukan ke daerah suku Juhaina. Beliau ra. dan seorang Anshar menjumpai seseorang dari mereka (kaum kafir) dan menyergapnya. Ketika akan dibunuh, orang tersebut berkata: Laa ilaha illalah. Namun tetap saja dibunuhnya orang itu. Tatkala berita kejadian itu sampai kepada Hz. Rasulullah saw., beliau bertanya kepada Hz. Usamah ra. mengapa ia berbuat demikian. Hadhrat Usamah ra. berkata: Ya Rasulullah, ia mengucapkan Laa ilaha illalah karena untuk memastikan dirinya agar selamat. Rasulullah saw. bersabda: Mengapakah engkau tidak membelah hatinya dan membukanya untuk memastikan apakah ia berkata itu karena datang dari lubuk hatinya yang terdalam atau tidak? (Diringkas dari Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab: Ba'ath al Nabi, Usamah bin Zaid ilal Harqaat min al-Juhaina, hal. 612) Maksudnya adalah, bagaimanakah Hadhrat Usamah ra. dapat mengetahui apakah orang itu menyatakan beriman kepada Allah karena takut atau setulus hatinya? Sebab keadaan hati tersembunyi dari mata manusia. Dan yang mengetahui isi hati hanyalah Allah Swt. Mengenai Jemaat Ahmadiyah yang secara terbuka mengimani, mengatakan, melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam - tetap saja dihakimi oleh MUI dan para penggemarnya sebagai non-Islam, sesat-menyesatkan, dan lain-lain. Lalu mau ditaruh di mana ajaran indah dan mulia dari Kanjeng Rasulullah saw. tersebut oleh mereka? Salam, M.A. Suryawan
[wanita-muslimah] Jemputan ke MAJLIS AMAL ISLAMI 2007 (Hijrah1428)
ACTIVITIES AT IIUM RICOI YAYASAN DAKWAH ISLAMIAH MALAYSIA (YADIM) (Islamic Da'wah Foundation Malaysia) Jemputan Menghadiri Muktamar Kebangsaan MAJLIS AMAL ISLAMI 2007 PEMBENTANG KERTAS KERJA Kertas Kerja 1: Peranan Badan Amal Islami dalam Mendepani Cabaran Globalisasi Oleh: Ir. Dr. Haji Muhammad Fuad Yeoh Timbalam Presiden, Persatuan China Muslim Malaysia(MACMA) Kertas Kerja 2:Agenda Ummah dan Pembangunan Ekonomi Komprehensif Oleh: Dr. Izham Nayan Pengarah Sekretariat, Persatuan Pengguna Islam Malaysia(PPIM) Pengerusi Mohd. Jamaludin Shamsudin Timbalam Presiden, Persatuan Al Hunafa FORUM Tajuk: Penjanaan Semula Gerakan NGO dalam Mendaulatkan Islam Ahli Panel: 1.. Ustaz Uthman El Muhammady (Fellow Kanan ISTAC) 2.. Yusri Bin Mohamad (Presiden ABIM) 3.. Prof. Dr. Zaleha Kamaruddin (Dekan Fakulti Ahmad Ibrahim UIAM) Pengerusi Prof. Dato' Paduka Mohamad Bin Abu Bakar Jabatan Pengajian Antarabangsa dan Strategik Fakulti Sastera Sains Sosial Universiti Malaya Tarikh: 11 Disember 2007 (1 Zulhijjah 1428)(Selasa) Masa: 8.00 Pagi hingga 5.00 Petang Tempat: Grand Ballroom, Hotel Grand Season, Kuala Lumpur (Jumlah Peserta: 1000 Orang) Untuk maklumat lanjut hubungi kami: 1.. - Cik Masitah Esa Tel: 012-2607727 /(Pejabat) 03-22746089 (Faksimili) 03-22732330/4992/6219 Atau Email Masitah 2.. - Md. Khairryl Tel:017-6984507/Cik Nor Mahsuri Tel: (Pejabat) 03-22746077 Atau Email Khairryl Untuk Pendaftaran secara Online klik sini: PENDAFTARAN Palestine: Gesaan sumbangan RM1.00 satu kepala RM1 setiap bulan kepada Palestin Masukkan derma anda ke dalam akaun: 'Pertubuhan Jamaah Islah Malaysia' Bank Islam Malaysia - No. Akaun 12113010005797 Maybank - No. Akaun 562209608847 http://palestinkini.info/ http://jim.org.my/galeri/pdf/flyer_palestin2a.pdf Disaster and Emergency Response Unit [Deru] Donation: Masukkan ke akaun JIM Johor di Bank Islam Malaysia Berhad Akaun no. 01014010010372 http://www.freewebs.com/jimderu/index.htm Moderator Ikhwanul Muslimun http://hidayahnet.multiply.com http://hidayahnet.ourtoolbar.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] What Ails Arab World
http://www.arabnews.com/?page=7section=0article=104242d=3m=12y=2007pix=opinion.jpgcategory=Opinion The Middle East's Leading English Language Daily Monday 3 December 2007 (23 Dhul Qa`dah 1428) What Ails Arab World Reem Al Faisal, Arab News - There is an Arab proverb that says, If you have no more shame left in you, then feel free to do what you will and by observing the present Arab mood, one is struck by how much this proverb applies to the Arabs now, whether they are the general public or the ruling elite and intelligentsia. Arabs have nearly failed in all ideological and political projects they have undertaken in the past 60 years (barring minor successes here and there). All they have held to be sacred such as Nasserism, Arab nationalism or Baathism have only brought bitter disappointment. They lack any sense of pride in their achievements. This toxic mixture has produced a thoroughly rotten state of being. This afflicts the entire Arab world with slight differences related to each country's specific historic and cultural background. This putrid atmosphere, as I said, covers all segments of the Arab society - both the general public and the elite. As a result of this sickening atmosphere, the Arabs simply surrender all reason or self-respect when confronted with the possibility of failure or defeat. They don't know how to resist or react to the challenges to their very existence, particularly the Palestinian cause. We have become spectators desperate for strangers to take the lead in our own play. There exists an unspoken wish in the Arab minds that the Palestinian problem would somehow or other go away even if it means the disappearance of the Palestinians themselves. It is as though we are wishing them away. We behave as though we are in the position of someone burdened with the responsibility of taking care of a gravely handicapped member of the family and who after many years of desperate care wishes that the crippled kin simply died sparing him the pain and agony of looking after the unfortunate fellow. So, we are now hoping the Palestinians would just vanish and leave us, the rest of the Arabs, in peace, to live, enjoy life and go about those mundane things which define other people's lives. We desire nothing more than to be spared the gruesome spectacle of Palestinians crying for our help and dying. As we regurgitate our personal agony remembering the thousands who died for the sake of Palestine and many more who have been maimed, we choose to ignore the fact that we have countries to return to. We have homes and families living free on their own land with dignity while the Palestinians have died by the tens of thousands since 1948 and the rest have been living as homeless, wandering refugees since 1948, not to say anything of those living under a brutal and humiliating occupation since 1967. Arabs feel they have suffered taking care of their handicapped kin but does their suffering reach anywhere near that of the Palestinians? The word that captures the Arab world's mood now is Business. They talk of the rise in petrol prices, the economic boom exploding all over the Arab world, the reforms in economic laws and liberalization of the economy. Words like globalization and free trade are all the fashion now while we build new cities to express this new direction in Arab societies. All of it is good and should be done to improve the living standard of the Arabs. Yet, lost in this economic euphoria is all the rest. Does the solution for the problems of the Arab world lie in the creation of a few billionaires? How can we try to fix the pipe in a house that is burning down? If you feel I am exaggerating things, then look around you. The situation in Palestine has never been this worse. An entire nation has been put in concentration camps and left to starve and the Arab world finds that it doesn't merit a crisis call? Iraq is occupied and brutalized and you don't even call for resistance or support the one already on the ground, preferring to denounce the chaos without accusing or holding to account those who are responsible for it. Somalia is virtually gone and you haven't budged. Soon Iran will be bombed and then more chaos will engulf the entire region but you are enthusiastically talking about economic growth. It is as though you are building a house over an active volcano and worse it is already rumbling and all you talk about is how you are going to decorate it. And if anyone, God forbid, resists or even thinks of resistance he or she is condemned as a fanatic. The fearless defense of Hezbollah in Lebanon last year won them no thanks from Arab regimes or
[wanita-muslimah] Ancaman Kepada Jemaat Ahmadiyah
KOMPONEN MUSLIM KABUPATEN KUNINGAN Posko: Desa Manislor No. 19 Kecamatan Jalaksana Pos 45554 Motto: Hidup Mulia atau Mati Syahid Mati Suatu Kepastian, dengan berjihad tidak akan memajukan mati, dengan tidak berjihad tidak akan mengundurkan mati Nomor : 01/KM.KK/XI/2007 Kuningan, 19 Nopember 2007 Lampiran: - Perihal : Penegasan. Kepada Yth: Ketua/Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Manislor Di Manislor Bahwa Ahmadiyah pengakuannya beragama Islam, namun aqidahnya sangat bertentangan dengan aqidah Islam, maka Ahmadiyah dinyatakan ajarannya sesat menyesatkan dan merusak Islam, maka hukumnya wajib dimusnahkan. Selanjutnya sehubungan dengan situasi dan kondisi saat ini sedang gencar serta memanasnya penumpasan aliran-aliran sesat termasuk sasarannya kepada Ahmadiyah, sehingga Ahmadiyah di berbagai daerah di Indonesia seluruhnya telah dimusnahkan oleh gerakan jihad umat Islam beserta komponennya, terkecuali hanya di aderah Kuningan/Desa Manislor yang belum terjadi hal seperti itu.. (Kejadian terkini di Garut pada tgl 10 Nopember 2007 masjid Ahmadiyah dimusnahkan sampai rata dengan tanah dan 11 orang pengikutnya tobat dan masuk Islam). Dalam upaya menghindari kejadian sebagaimana tersebut diatas di Desa Manislor/Kabupaten Kuningan, maka kami tegaskan: 1. Ahmadiyah segera menanggalkan pengakuannya beragama Islam dan 2. Ahmadiyah segera menghentikan seluruh kegiatan sesuai perintah/Isi Surat Keputusan Bersama/SKB dan 3. Ahmadiyah segera membongkar seluruh tempat kegiatannya. Penegasan tersebut diatas kami berikan tenggang/batas waktu 15 (lima belas) hari terhitung diterimanya surat ini yang berdasarkan kepada bukti penerimaan surat/expedisi. Apabila pada tenggang/batas waktu yang telah ditentukan Ahmadiyah tidak menindak lanjuti penegasan kami, berarti Ahmadiyah menantang perang kepada umat Islam. maka kami siap melawan tantangan Ahmadiyah dan siap menghentikan kegiatan Ahmadiyah sesuai perintah/bunyi SKB dengan gerakan jihad umat Islam beserta komponennya. Dalam pembelaan Islam segala apapun yang akan terjadi kami telah siap menerima dan menghadapinya, dikarenakan jihad kami berpedoman kepada ketentuan dan hukum Islam yang kami sangat imani/yakini diantaranya: 1. Membelas agama Alloh/Islam perintahnya langsung dari Alloh SWT yang hukumnya wajib. 2. Pembela Islam akan dibela/ditolong langsung oleh oleh Alloh SWT. (bukan oleh manusia). 3. Membela Islam merupakan amal jihad fi sabilillah/berjuang dijalan Alloh SWT 4. Mati sedang berjihad disebut mati syahid dan bergelar syuhada yang akan langsung dimasukan ke sorga. 5. Segala apa yang ada pada diri kita ( panca indra, harta, jabatan dls) dari dan milik Alloh SWT yang tidak akan dibawa mati akan tetapi pasti diminta pertanggung jawabannya setelah mati. 6. Hidup di dunia (bahagia/sengsara) hanya sementara, hidup di akhirat (bahagia/sengsara) selamanya. 7. Di akhirat tempat hidup yang kekal/selamanya hanya ada dua tempat. (sorga dan neraka) 8. Penghuni neraka pasti orang yang salah dan penghuni sorga pasti orang benar. 9. Penghuni penjara tidak pasti orang salah dan penghuni di luar penjara/di rumah tidak pasti orang benar. 10. pengadilan di dunia banyak oknum dan banyak tidak adil, Pengadilan di akhirat tidak ada oknum dan adil. 11. Setiap Muslim tidak boleh takut selain Alloh SWT. 12. Muslim yang tidak mengganyang Ahmadiyah berarti mengalirkan dosa setiap hari. 13. Islam tidak kenal dengan territorial/batas wilayah/negara/sesame Muslim saudara 14. Pengikut, Pendukung dan Pembela Ahmadiyah halal darahnya. 15. Lebih bahagia jadi Muslim penghuni penjara kelak mati masuk sorga dari pada jadi muslim penghuni diluar penjara/dirumah kelak mati belum tentu masuk sorga Demikian, semoga Alloh SWT menurunkan pertolongan, petunjuk dan bimbingannya, sehingga Ahmadiyah sadar serta rela menanggalkan pengakuan beragama Islam/menindak lanjuti penegasan kami yang pada akhirnya daerah Kuningan/Desa Manislor situasinya tetap kondusif. Amin Nashrun minallohi wa fathun qorib. Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar. KOMPONEN MUSLIM KABUPATEN KUNINGAN (Penandatangan): Jabatan : Nama : Tanda tangan: Cap/Stempel Rois Gerakan Anti Ahmadiyah/GERAH Desa Manislor : Moch Nasrudin Sa'dillah Ketua Remaja Masjid Al Huda/RUDAL Desa Manislor : M. Junaedi Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqin Desa Manislor : Moch. Syaeful Ramdhoni Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah/FUI Kabupaten Kuningan : Mamat Komarudin Ketua Ikatan Pencak Silat/IPS Bima Suci Kabupaten Kuningan : Mamat Komarudin Ketua Front Pembela Umat Islam/FPI Kabupaten Kuningan : Sudrajat Ketua Lasykar Jihad Kabupaten Kuningan : Miftah Hidayat Ketua Gerakan Individu Barisan Anak Siliwangi/GIBAS Kabupaten Kuningan : Manaf Sumarnaf Ketua Barisan Rakyat Kuningan/BARAK Kabupaten Kuningan : Nana Rusdiana Ketua Gerakan Anti Maksiat/GAMAS Kabupaten Kuningan : Nana Nurudin Ulama/Kiai/Intelektual Muslim : Drs. KH. MS Sa'dillah Ulama/Kiai/Pimpinan Pondok Pesantren : KH Ade Hafsin Ulama/Kiai/Pimpinan Pondok Pesantren : KH. Hasan Hilmi