[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA -- CERAMAH DUBES BELANDA Nikolas Van DAM Di 'PESANTREN GONTOR'!

2007-12-07 Terurut Topik isa
*Kolom IBRAHIM ISA*

*Jum'at, 07 Desember 2007*

*-*

*CERAMAH DUBES BELANDA Nikolas Van DAM *

*Di 'PESANTREN GONTOR'!*


Masalah hubungan Indonesia-Belanda, bagaimanapun bentuk dan 
perwudjudannya, apakah itu melalui saluran resmi, ataukah saluran 
organisasi kemasyarakatan, adalah salah satu topik yang selalu menarik 
dan tak pernah luput dari kepedulianku. Jangan salah faham pula, --- 
masalahnya, bukanlah disebabkan karena aku orang Indonesia yang 
berdomisili di negeri Belanda. Soalnya besar, --- dan banyak seginya. 
Bangsa kita, dalam hubungannya dengan bangsa dan negeri Belanda punya 
latar belakang sejarah yang begitu panjang. Hubungan itu sudah 
berlangsung ratusan tahun. Dengan catatan, bahwa selama tigaratus tahun 
lebih bangsa ini dikuasai dan dieksploitasi oleh bangsa Belanda. Entah 
berapa banyak literatur yang ditulis selama ini mengenai hubungan 
Indonesia-Belanda. Aku bisa pastikan masih akan banyak lagi literatur, 
berupa laporan resmi, hasil studi, hasil penelaahan, ataupun sekadar 
sebagai kesan perjalanan, tanggapan bahkan komentar biasa-biasa saja. 
Terhadap Belanda, orang-orang kita bukan saja tertarik pada kincir 
anginnya, keramik Delft Blue-nya, kijunya ataupun hasil-hasil produksi 
elelektronik merek Philips.


Bagi kita, setiap inisiatif, setiap langkah yang mempromosikan saling 
memahami dan saling menghormati, memperbaiki lebih lanjut komunikasi 
antara kedua negeri, Indonesia dan Belanda, terutama antara kedua 
rakyat, antara pelbagai organisasi dan kegiatan masyarakatnya, 
sepatutnya disambut, didukug dan dikembangkan. Sehubungan dengan maksud 
itulah, seyogianya disambut setiap langkah Kedutaan Besar Belanda di 
Jakarta, khususnya langkah Dubes Belanda Nikolas van Dam.


* * *


Perhatikan! --- Dari tahun ke tahun, seiring dengan membaiknya hubungan 
Indonesia-Belanda, semakin banyak mahasiswa dan postgraduates yang 
jauh-jauh datang dari Indonesia berkunjung ke negeri dingin ini, UNTUK 
STUDI, untuk BELAJAR. Suatu perkembangan yang tidak bisa tidak harus 
disambut dengan gembira dan lega. Karena kita tau bahwa kita bisa dan 
seyogianya harus belajar banyak dari Belanda, negeri dan bangsanya yang 
ulet.


Kita tau juga, bahwa banyaknya orang-orang Indonesia, yang menuntut ilmu 
di negeri Belanda, itu sebagian tidak kecil adalah kelanjutan wajar 
politik pemerintah Belanda yang positif terhadap negeri-negeri yang 
sedang berkembang, khususnya Indonesia. Cukup berragam seginya perhatian 
dan bantuan Belanda kepada negeri-negeri yang sedang berkembang, 
termasuk Indonesia.


* * *


Dikala negeri kita sudah mencapai kemerdekaan nasional, melalui 
perjuangan politik, maupun kemudian, lewat revolusi yang berdarah, suatu 
perang kemerdekaan yang makan waktu kurang lebih lima tahun, melawan 
kolonialisme Belanda, tokh masih banyaK terjadi lika-liku, jalan zig-zag 
yang ditempuh dalam hubungan dua negeri ini. Belum tercapai saling 
pengertian dan menghormati seperti yang diharapkan.


Banyak orang bertanya, khususnya generasi muda. Bagaimana mungkin? 
Bangsa dan negeri kecil, seperti negeri Belanda, mengapa sampai bisa 
menguasai Indonesia, negeri ribuan pulau dengan penduduk yang berlipat 
ganda lebih banyak dari Belanda, dan dalam waktu yang begitu lama? Atas 
pertanyaan tsb sudah banyak orang, banyak pakar dan cendekiawan berusaha 
menganalisis dan memberikan jawaban. Tapi, dari tahun ke tahun, 
pertanyaan serupa tokh diajukan lagi.


Kalau kita ikuti perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran di negeri 
Belanda, tampak bahwa pertanyaan tsb menunjukkan bahwa, jawaban yang 
diberikan sebelumnya, atas pertanyaan mengapa Indonesia sampai bgitu 
lama terkungkung di bawah kolonialisme Belanda, belum memadai. Atau ada 
sebab lainnya, yaitu, sesuai dengan perkembangan bidang studi dan 
penelitian, ditemukan bahan-bahan baru, yang melengkapi usaha penelitian 
dan studi. Sehingga lahirlah, analisis dan kesimpulan yang lebih 
lengkap. Tercapai pula pengertian yang baru.


Segi lainnya, mengenai hal-hal tertentu, di kalangan Indonesia maupun 
Belanda, masih terdapat penilaian dan tanggapan yang sering bertolak 
belakang. Ambil contoh menyolok, tentang peranan VOC. Perdana Menteri 
Belanda, Peter Balkenende, yang tidak bisa dikatakan ia tidak tau 
sejarah Belanda, sejarah kolonialnya di Indonesia, --- belum lama masih 
menonjolkan peranan (positif) VOC dalam sebuah pidato resmi di Tweede 
Kamer Belanda. Maksud Balkendende tentu termasuk pengalaman 'positif' 
VOC di Indonesia. Kitab boleh géléng-géléng kepala, nyatanya PM Peter 
Balkenende menganggap VOC suatu kebanggaan Belanda!


Padahal bagi kita bangsa Indonesia, VOC itu adalah sumber malapetaka dan 
pengalaman keaiban dan kehinaan! Sumber penindasan dan penguasaan asing.


* * *


Tibalah ceritaku berkenaan dengan tokoh Dubes Belanda NIKOLAS VAN DAM.


Dr. Nikolas van Dam, adalah Dutabesar Kerajaan Belanda. Ia belum lama 
bertugas di Jakarta. Van Dam sejak 2005 mewakili pemerintahnya untuk 
Republik Indonesia 

[wanita-muslimah] Merokok Boleh, Tak Pasang Tanda No Smoking Didenda

2007-12-07 Terurut Topik Sunny
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=147276

Jumat, 7 Desember 2007

Merokok Boleh, Tak Pasang Tanda No Smoking Didenda
Memaknai Larangan di Sela-Sela Meliput Aktivitas Haji di Arab Saudi


 
Makkah,-  Di sela-sela tugas meliput aktivitas haji, wartawan Jawa Pos Group 
menemui banyak aturan menarik di Arab Saudi. Termasuk belajar bagaimana 
mengartikan larangan dan kewajiban di sana. 

SAAT berkunjung ke Jeddah, saya bersama teman-teman tim liputan Madinah mampir 
ke rumah makan Indonesia bernama Putera Malang. Pertimbangannya, tentu, menu 
yang disajikan amat mungkin lebih pas di lidah. Benar saja, malam itu menu yang 
tersedia sate kambing dan sup kaki kambing. 

Untuk ukuran kota bandar kelas dunia yang sangat sibuk seperti Jeddah, warung 
makan milik Widodo, kera ngalam alias orang Malang itu, tergolong kecil. 
Hanya, ada tiga meja, masing-masing meja empat kursi Tapi, yang langsung 
menarik perhatian kami di salah satu dinding ada tulisan No Smoking. Tapi, 
tulisan itu terbalik. Yang atas jadi bawah, yang bawah jadi atas. Jadi, 
akhirnya terbaca Smoking No. 

Iseng-iseng saya bertanya, Di sini nggak boleh merokok nih? Widodo, pemilik 
rumah makan itu, langsung menjawab, Boleh! Silakan. Kita tidak melarang 
merokok, kok. 

Saat saya menunjuk tulisan No Smoking terbalik tadi, Widodo tertawa. Menurut 
dia, tulisan itu dipasang karena pemerintah daerah setempat mengharuskan. 
Kalau tidak ada tulisan itu, saya bisa didenda 400 riyal (Rp 1 juta, satu 
riyal setara dengan Rp 2.500), katanya. 

Widodo lalu menunjuk kotak lampu neon dengan kawat di sekeliling mirip lampu 
pembunuh lalat atau nyamuk di tanah air. Dia bilang di Saudi, paling tidak di 
Jeddah, restoran harus memasang antilalat tersebut. Kalau tidak pasang, saya 
bisa didenda 1.500 riyal, katanya sambil menunjukkan laptop-nya. Widodo selalu 
mengikuti perkembangan tanah air, antara lain lewat jawapos.co.id. 

Padahal, menurut Widodo, harga alat antilalat itu tergolong murah. Hanya 35 
riyal. Tentu Widodo lebih memilih memasang alat itu daripada didenda 1.500 
riyal (sekitar Rp 3.750.000). 

Kalau tidak pasang No Smoking bisa didenda 400 riyal tiap kali ketahuan. 
Mengapa tamu tetap boleh merokok? Kata Widodo, ketentuannya hanya pasang 
tulisan No Smoking. Tidak ada ketentuan pemilik restoran melarang pelanggan 
merokok. 

Petugas (Saudi) tidak mempersoalkan kok kalau tahu ada pembeli merokok di 
warung ini. Yang dipersoalkan hanya kalau saya tidak memasang tulisan No 
Smoking, jelasnya. 

Selama musim haji seperti saat ini Jabbal Rahmat di Arafah, dekat kota Makkah, 
ramai dikunjungi peziarah. Tempat ini diyakini sebagai lokasi pertemuan bapak 
dan ibu umat manusia, Nabi Adam dan Siti Hawa, saat diturunkan dari surga. 

Sebagian umat juga meyakini bukit itu sebagai tempat yang makbul untuk berdoa. 
Karena itu, jamaah haji Indonesia umumnya juga menyempatkan diri naik ke atas 
bukit dan berdoa di sana. Padahal, di kaki bukit ada papan besar berisi 
peringatan agar tidak naik atau berdoa di tempat itu, karena Nabi Muhammad tak 
mengajarkannya. 

Namun, kenyataannya, ada tangga menuju ke puncak bukit. Konon, tangga itu 
terdiri atas 170 anak tangga. Katanya tidak boleh naik, kok malah dibikinin 
tangga, kata seorang rekan dari Media Center Haji. 

Saya sendiri ikut naik sampai ke puncak. Di sana berdiri sebuah tugu dengan 
ketinggian sekitar tujuh meter. Keempat sisi tugu penuh coretan. Sekeliling 
puncak juga dilingkari semacam pagar setinggi sekitar 60 sentimeter untuk 
perlindungan agar peziarah tak jatuh. Beberapa jamaah melompati pagar, duduk di 
bebatuan di lereng, mengangkat tangan, lalu berdoa. 

Melihat banyaknya peziarah berdoa bersama di sebelah bangunan tugu, petugas 
keamanan Saudi yang ada di sana tidak berbuat apa-apa. Ya, gimana melarang 
orang berdoa, kata seorang jamaah Indonesia yang tidak ikut berdoa. 

Lain lagi pengalaman saya di Madinah. Di kota suci itu tak terlihat papan atau 
petunjuk resmi yang melarang orang berkeliaran di jalan pada jam-jam salat. 
Tapi, jangan coba-coba jalan-jalan saat azan berkumandang. 

Saya dan teman-teman wartawan Indonesia mengalami kejadian tak terlupakan saat 
mencari warung internet (warnet). Saat itu komputer untuk Media Center Haji 
daerah kerja Madinah belum terhubung ke internet. Karena ada berita yang harus 
dikirim ke tanah air, saya dan beberapa rekan lain minta sopir mengantar ke 
warnet yang kami temui saat jalan-jalan beberapa hari sebelumnya. 

Dengan pertimbangan waktu isya panjang, kami sepakat berangkat selepas magrib. 
Tiba di tempat, kami langsung mendaftar dan membayar biaya di depan. Satu jam 
dikenai biaya 5 riyal (sekitar Rp 12.500). 

Kami lalu diminta menyerahkan paspor. Setelah dicatat, kami diberi headphone 
dan peralatan lain, dan dipersilakan menempati meja yang kosong. Karena tidak 
ingin membuang waktu, kami langsung menghidupkan komputer, memasukkan flash 
disc yang sudah berisi berita, dan membuka email. 

Namun, belum lagi sempat mengopi 

[wanita-muslimah] novel saman edisi perancis diluncurkan di koperasi restoran indonesia paris

2007-12-07 Terurut Topik Kusni jean



Surat Dari Montmartre:


NOVEL SAMAN EDISI PERANCIS, DILUNCURKAN 
DI KOPERASI RESTORAN  INDONESIA PARIS



Di tengah-tengah  diskusi antar meja dan dengan Ayu Utami, begitu melihat 
peluang,   kepada Sebastian Fomaruli dari Penerbit Flammarion, saya tanyakan, 
bagaimana mereka mengenal karya Ayu Utami dan kemudian berkeputusan menerbitkan 
novel Saman karya Ayu Utami? Secara tertulis kemudian saya tanyakan,  mengapa 
mereka tertarik pada karya sastra Indonesia dan bagaiamana rencana mereka 
selanjutnya dalam menerbitkan karya-karya sastra Indonesia?


Menjawab pertanyaan ini, Sebastian mengatakan bahwa Penerbit Flammarion, 
mengenal Ayu Utami dan Saman melalui seorang wartawan Perancis -- tanpa 
mengatakan secara persis siapa wartawan itu -- yang membuat laporan tentang 
Indonesia.  Bagaimana wartawan ini menaruh perhatian pada sastra kekinian 
Indonesia, Sebastian pun tidak memberikan penjelasan lebih jauh. Hanya saja 
seingat saya, ketika Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia, pada November 
2004 menyelenggarakan Hari Sastra Indonesia di Paris, pertemuan yang didukung 
oleh lembaga-lembaga resmi dan swasta melalui lobbi kuat Johanna Lederer,  
hadir beberapa penerbit besar Perancis, antara lain Gallimard dan juga jika 
ingatan saya benar, wakil dari Flammarion. Hasil  Hari Sastra Indonesia 
November 2004 dikonsolodasi dengan seminar sastra tentang André Malraux dan 
Edward du Perron dalam hubungannya dengan Indonesia,  di Universitas Sorbonne, 
dan Temu Sastra di Senat 2006, di mana Ayu Utami bersama Seno Gumira hadir, 
agaknya sedikit-banyak bisa menarik perhatian para penerbit utama Perancis.  
Masalah menarik  yang diangkat dalam Hari Sastra Indonesia Paris November 
2004 adalah para pakar sastra dan Indonesianis Perancis serta Belanda 
menunjukkan hubungan di dunia sastra antara Perancis-Belanda-Indonesia 
berlangsung jauh semenjak zaman filosof Diderot. Keterangan para ahli tentang 
sastra Indonesia yang demikian, barangkali membuat para wakil penerbit yang 
hadir makin melirik ke Indonesia, apalagi pada waktu itu Gallimard menerbitkan  
novel Gadis Pantai karya Pramoedya A. Toer.  Kegiatan yang bersifat 
pemerkenalan dan  lobbi serta membuka pintu perhatian pasar bagi sastra, 
kiranya dalam konteks hubungan Indonesia-Perancis diperlukan mengingat hubungan 
sejarah antar kedua negeri  Perancis-Indonesia berbeda dengan negeri-negeri 
Indochina.  Diterbitkannya novel Saman karya Utami edisi bahasa Perancis 
tahun ini, saya lihat sebagai konsolidasi lebih lanjut, sekaligus buah dari 
usaha-usaha bidasan di atas, yang membuka peluang lebih besar lagi bagi sastra 
Indonesia di Perancis. Para Indonesianis Perancis dalam beberapa kali pertemuan 
Pasar Malam sering mengatakan bahwa tenaga dan kemampuan Perancis 
menterjemahkan karya-karya sastra Indonesia sungguh tidak kurang. Masalahnya 
kemudian, yang mungkin perlu dipertimbangkan oleh para sastrawan Indonesia, 
adalah kelayakan karya-karya mereka diterjemahkan. Penterjemahan karya-karya 
sastra Indonesia ke dalam bahasa Perancis, jika berbicara tentang Perancis 
sebagai negeri sastra-seni, saya kira akan erat tautannya dengan kemampuan 
saing karya-karya itu dengan karya-karya sastra Perancis. Ayu Utami dengan 
novel Samannya berhasil masuk gelanggang. Saya kira barangkali terbitnya 
novel Saman edisi bahasa Perancis ini merupakah hasil penting bukan hanya 
bagi Ayu Utami tapi juga bagi sastra kekinian Indonesia angkatan Ayu Utami. 
Sebelumnya, yang mendominasi dan menarik perhatian para penerbit Perancis, 
terutama karya-karya Pramoedya A. Toer berbarengan dengan kampanye tentang Pram 
di dunia internasional oleh orang-orang Indonesia di luar negeri.  Laporan para 
wartawan Perancis tentang Pram pun sangat sering disiarkan di harian-harian 
nasional Perancis. Pram pun tidak asing bagi kalangan elite penyelenggara 
negara Perancis dan kemudian ia mendapat bintang jasa Légion d'Honneur dari 
pemerintah Perancis.


Penerbitan Saman edisi bahasa Perancis oleh Flammarion, barangkali bisa juga 
dipahami sebagai makin terbukanya negeri sastra-seni ini bagi karya-karya 
sastra Indonesia. Kecuali itu, terbitnya Saman edisi Perancis, merupakan 
tantangan menagih jawab kepada para sastrawan kita.   Ketika memperoleh 
kesempatan berbicara pada peluncuran Saman, saya memberanikan diri 
mengusulkan agar para penerbit utama Perancis menaruh perhatian pada 
karya-karya penulis lain seperti misalnya Lan Fang, yang karya-karyanya selain 
berbicara tentang soal femininisme, juga beranjak dari warna lokal serta 
keragaman. Masalah yang menjadi salah satu soal utama Perancis sampai 
dimasukkannya Alexandre Dumas ke makam putera-puteri terbaik Pantheon.  Lan 
Fang, sekali pun berbicara tentang masalah etnik dan lokal, tapi seperti yang 
dinyatakannya dalam makalahnya di Kongres Nasional Cerpen, Banjarmasin Oktober 
2007 baru-baru ini,  dan juga delapan novelnya, ia keluar dari kesempitan 
etnisitas dan lokalitas.  Dengan mengatakan ini, yang ingin saya katakan bahwa 

Re: [wanita-muslimah] Re: Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal

2007-12-07 Terurut Topik donnie ahmad
Mbak Aisha,
kalo baca bukunya Jeffrey Sachs, the end of poverty, ada ulasan tentang
masalah masalah fertilitas dan kemiskinan.  Data menunjukkan adanya korelasi
antara kemiskinan dengan tingkat fertilitas.  Fertilitas yang tinggi (jumlah
anak yang banyak) terkonsentrasi pada negara2 yang tergolong miskin, dan
dengan budaya pertanian.  Hal ini wajar, mengingat dalam budaya pertanian
anak merupakan investasi tenaga kerja, begitu juga dengan kemiskinan,
banyaknya anak merupakan investasi karena mereka tidak yakin berapa anak
yang bisa bertahan hidup dan itu penting untuk keamanan hari tua mereka.
 Dia juga menunjukkan di negara2 yang mulai beranjak ke taraf
industrialiasi, dimana perempuan punya kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi, maka ada kecenderungan adanya penurunan preferensi jumlah
anak.

Jadi seperti kata pak Satriyo memang ini bukan fenomena spesifik yang
terkait dengan agama tertentu saja.  Tapi bukan berarti bahwa nilai2 agama
tidak mempengaruhinya.  Setahu saya selain salah satu contoh yang mbak Aisha
sebutkan, gereja katolik pernah/masih melarang pemakaian kontrasepsi karena
dianggap bertentangan dengan kehidupan (mkkk). Dalam Islam disamping nilai
kalau seorang perempuan syahid apabila mati ketika melahirkan, juga nilai
bahwa anak mempunyai rejeki sendiri, sehingga banyak anak banyak rejeki
(saya rasa semua orang tahu ini), ditambah pendapat bahwa mati, hidup
seseorang sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Allah, sehingga ini mempunyai
ekses (ada beberapa penelitian etnografi yang menunjukkan) bahwa kematian
ibu karena proses reproduksinya adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu
untuk dicegah.

Salah satu inovasi yang menarik buat dibagi adalah upaya pemerintah sebuah
kabupaten di Lombok untuk menurunkan angka kematian ibu melalui perangkat
hukum adat atau yang dikenal sebagai awig-awig.  Lombok adalah salah satu
tempat yang mempunyai angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia, salah
satunya karena adanya paradigma seperti diatas, bahwa kematian ibu saat
melahirkan adalah sesuatu yang syahid dan sebuah takdir.  Dengan situasi
masyarakat tradisional yang banyak tinggal di kebun2 dimana suami sering
tidak dirumah menjaga kebun mereka, maka seorang perempuan yang membutuhkan
bantuan petugas kesehatan seringkali terabaikan hingga meninggal karena
kondisinya.  Nah pemda setempat mencoba membuat perangkat hukum adat,
dibantu oleh pemangku adat dan juga para ulama, untuk memberikan sangsi adat
apabila ada kematian ibu dan juga penyadaran oleh para ulama, bahwa apabila
kita bisa mencegah kematian ibu hamil bukanlah sebuah pengingkaran takdir.

regards,
Donnie



 -Original Message-
 From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com
 [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com]
 On Behalf Of rsa
 Sent: Thursday, December 06, 2007 12:08 PM
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal

 Bu Aisah,

 Saya sangat miris mendengar kisah almarhumah (wa syahidah) teman ibu
 itu. Sungguh berat tanggung jawab sang suami sekiranya kelak di mahkamah
 Allah beliau terbukti teledor dan tidak bertanggung-jawab atas istrinya
 meskipun di benaknya dia sudah melakukan all by the book, termasuk tidak
 mengizinkan istri ke dokter 'hanya' karena dokternya laki-laki. Sayang
 dia tidak ingat kaidah yang membolehkan 'bercampurnya' perempuan dan
 laki-laki, yaitu saat menuntut ilmu, berobat atau ... (lupa yg satu
 lagi).

 Hal yang sama saya yakin dialami banyak perempuan muslim di negeri ini
 dan juga negeri muslim lainnya. Entah buat di negeri minoritas muslim
 macam di negara2 moderen Eropah dan AS. Tapi kemungkinan lebih baiklah
 mengingat melek ilmu dan pengetahuan.

 Saya yakin juga hal yang sama terjadi di komunitas non-muslim di penjuru
 dunia tapi kita tidak pernah tahu hingga kini, mengingat tidak sedikit
 etnis atau suku tradisional yang masih menghargai banyak anak sekaligus
 menghindari persentuhan dengan dunia moderen termasuk dokter, sehingga
 angka kematian saat melahirkan relatif tinggi.

 Soal mati syahid saat melahirkan itu benar. Setahu saya keterang
 lengkapnya adalah bahwa bagi seorang muslimah yang sabar dan ikhlas
 menahan sakit saat persalinan, maka ketika si bayi lahir, segala dosa-
 dosa si ibu akan hapus dan akan kembali seperti bayi yang baru lahir;
 atau ketika si bayi lahir dan si ibu tidak selamat, maka ganjaran buat
 si ibu adalah mati syahid. Tapi tadi, syaratnya sabar dan ikhlas, dan
 ini hanya antara ybs dan Allah. Maka doa di saat pemakaman teman ibu itu
 adalah doa, bukan suatu 'keputusan.'

 Jadi soal kembali suci spt bayi ini, saya terbayang teman saya yang
 punya 11 anak (alhamdulillah suami istri sangat terpelajar dan aktif
 dakwah, jadi mungkin ini perkecualian jika dibanding dengan teman
 Aisha), bahwa 'usia' si ibu sama dengan anak yang paling kecil, krn
 hapus semua dosa-dosanya. Alangkah indah Islam dan begitu 

[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-07 Terurut Topik Aisha
Pak Agung,
Dalam thread yang ini sejak awal saya tidak membicarakan kelakuan artis, tapi 
nikah sirri-nya dan akibat dari pernikahan sirri, misal perwalian anak-anaknya. 
Coba deh bapak lihat subject-nya. Jika saya memakai contoh artis Ayu Azhari dan 
Oma Irama, karena itu yang banyak dibahas di media massa cetak dan televisi, 
mungkin yang lainnya juga nonton, dan mungkin ada yang nonton atau baca bahasan 
nikah sirri ini, misalnya dari ahli hukum atau tokoh agama. 

Jika ada artis atau seleb yang nikah sirri dan bermasalah, kita bisa melihat 
bukan dari segi gosipnya, tapi kita bisa membicarakan dari segi nikah sirrinya 
ini, karena di dunia nyata ada juga yang bukan artis yang melakukan nikah sirri 
dan kemudian bermasalah untuk istri dan anak-anaknya, tapi kita tidak tahu 
karena kasus mereka tidak diributkan.

Yang melakukan nikah sirri kan tidak semua artis, ada juga artis yang nikah 
didepan petugas KUA dan cerainya juga di pengadilan agama. Ada juga kiai 
pengelola melakukan nikah sirri - milih beberapa istri dari kelompok 
santriwatinya. Jika artis yang nikah sirri disebut mirip binatang, apakah kiai 
ini yang nikah sirri juga mirip binatang? 

Atau dulu ada juga tokoh agama yang punya pesantren yang jadi obrolan di milis, 
kabarnya nikah sirri di malam hari lalu mereka melakukan hubungan seks dan 
besoknya si tokoh agama ini sudah menghilang dari hotel tempat mereka menginap 
dan mereka bercerai. Jadi nikah sirri-nya hanya untuk melakukan hubungan seks 
semalan saja? yang seperti ini juga seperti binatang ya pak?

salam
Aisha
---
From : [EMAIL PROTECTED]
Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri

Dunia Artis itu deket dng dunia BINATANG
Kita lihatKelakuan BINATANG dng para ARtis kan TIDAK JAUH BEDA...
--
From: Aisha
Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri

Temans,
Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak 
perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu 
selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu 
dibuat akta kelahirannya tapi yang .
..

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-07 Terurut Topik Aisha
Mba Mia,
Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas muslim 
dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara ya. Kalau 
begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? ..:)

Kabarnya akta nikah anak hasil nikah sirri karena dalam persyaratan untuk 
mendapatkan akta kelahiran harus pakai surat nikah yang justru tidak ada dalam 
nikah sirri, maka yang tercantum adalah nama ibunya. Masuk akal sih karena 
memang semua orang, minimal dokter atau bidan yang bantu melahirkan kan tahu 
persis seorang bayi lahir dari ibu yang mana. Kalau bapak si bayi kan tidak 
jelas, apalagi kalau si ibu main dengan banyak laki-laki (lebih dari satu 
laki-laki), bingung kan nentuinnya..:), kalo bapak mau menggugat - mau memiliki 
hak perwalian, harus test DNA dulu 'kali ya, baru nanti jelas ketahuan anak 
kandungnya atau bukan. Seperti kasus perceraian artis Indonesia juga, pas 
anaknya lahir, eh... ternyata si bayi indo begitu, karuan sang suami yang asli 
Indonesia jadi marah- jadi tahu bukan anak kandungnya, lalu tes DNA, ternyata 
iya - positif bukan anaknya.

Iya bener, kalau nikah sirri, karena suaminya bisa kapan saja menjatuhkan talak 
dan secara otomatis mereka cerai, maka istrinya harus ngumpulin harta untuk 
melanjutkan hidupnya dan anak-anaknya sebelum suaminya menjatuhkan talak. Tapi 
apa itu bisa berjalan, di masyarakat yang laki-laki-nya dominan, budaya 
patriarkinya begitu kuat dan wanita punya banyak ketergantungan ekonomi, atau 
malah nikah juga karena tertarik dengan harta suami atau malah dijual orang 
tuanya, atau orang tuanya tidak kuat memberi makan anaknya sehingga anak-anak 
gadisnya cepat dinikahkan walaupun hanya nikah sirri, apa istri nikah sirri 
bisa mengumpulkan harta selama pernikahan. Banyak kasus pernikahan yang bukan 
nikah sirri, saat bercerai, si suami tidak memberi uang untuk anak-anaknya 
karena mereka bercerai dengan penyebab si suami beristri lagi sehingga istri 
tua minta cerai. Jadi banyak istri-istri tua yang tidak minta cerai karena 
mereka takut tidak bisa hidup lagi, kasihan juga ya menderita ada istri lain 
tapi harus dijalani karena tergantung secara ekonomi ke suami.

salam
Aisha
---
In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mba Ai, nikah sirri di Amerika hak perwalian sama saja dengan nikah resmi, 
kecuali kalau ibu nggak capable, hak wali biasanya jatuh ke ibunya. Di 
Indonesia dilihat dari surat wali adalah ibunya. Tapi kalo bapak mo menggugat 
ya bisa juga dong, kenapa tidak?

Kalo orang mau nikah siri mestinya pihak perempuan punya kekuatan bargain, 
pesona yang lebih dari biasa, apalagi artis..Nah, jadi sebaiknya diingetin kalo 
nikah siri itu pake cash basis, bukan accrual basis..:-) Artinya minta rumah 
duluan aja, deposito, dana pensiun, asuransi, reksadana...dll Jangan mau 
dikasih janji2 doang. Lha, talaknya bisa cash basis, rumah  deposito kudu juga 
dong..jadi nggak terjadi mismatch:-)

Makanya kalo ada nikah siri anak dari isteri pertama biasanya ikutan marah, 
soale gw aja blum dapat warisan, kok yang ini ngeduluin...gitu kira2..:-)

salam
Mia
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Temans,
 Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang 
mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. 
..

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: AIDS di mata ustadz isu lingkunga

2007-12-07 Terurut Topik donnie ahmad
Kembali ke DB, secara global memang terpinggirkan, buktinya hingga saat ini
manajemen kasus (obat, strandard treatment) masih belum terlalu memuaskan
(bandingkan dengan HIV yang baru kemaren sore sudah ada obatnya), demikian
juga untuk pencegahan (belum ada vaksin DB).  Satu satunya cara adalah
dengan memotong rantai penularan melalui rekayasa lingkungan.  Tapi born
environmentalis menurutku tidak cukup untuk memotong rantai penularan
penyakit ini.  Nyamuk aedes sebagai vektonya punya karakteristik yang unik,
senang dan akan berkembang biak pada genangan air yang bersih/jernih, tidak
tercampur langsung dengan tanah (berbeda dengan malaria yang nyamuknya malah
suka air di rawa2 tergenang).  Jadi, cara memotong jalan hidup nyamuk ini
juga dengan menghilangkan air bersih tergenang, dan ini berarti mengubah
cara/budaya kita berinteraksi dengan air bersih dengan menghilangkan budaya
menyimpan air yang ada saat ini.  Hilangkan bak mandi, pakailah shower,
buatlah peraturan agar konstruksi rumah tidak membuat genangan air diatap
(drainase yang bagus). Jelas ini adalah revolusi budaya mandi dan bikin
rumah kita yang tidak begitu saja mudah dirubah, meskipun kita seorang
environmentalist (dulu sempat berdebat cukup seru dengan partner domestik
sebelum bisa diputuskan untuk menghilangkan bak mandi dan mengganti hanya
dengan pancuran air saja).

 Plus membutuhkan keterlibatan supra struktur, yang bisa memastikan bahwa
suplai air bisa lancar sehingga orang tidak merasa perlu lagi menampung air
di bak mandi, karena bisa dipastikan akan ada air saat dibutuhkan untuk
mandi.

Hemat saya, untuk kasus DB memang perlu gerakan yang lebih peubahan budaya
yang lebih masif daripada sekedar menata lingkungan.

regards,
Donnie

Masalah DB misalnya, yang tentu terkait dengan keharmonisan
 lingkungan seperti sampah, got, tata letak, dll. Kita lupa bahwa
 manusia2 Indonesia adalah BORN ENVIRONMENTALIST. Kita punya
 kecenderungan inheren dengan keharmonisn lingkungan, apabila
 tercerabut maka kita akan kehilangan sebagian dari diri kita, dan
 kurang berfungsi. Contoh banget: Bandung.

 Sebagian pejabat dan tokoh tampil cantik tentang isu lingkungan
 (mumpung lagi KTT Bali), tapi mereka memahaminya secara politis saja,
 bahkan sering artifisial, dalam arti nggak nyambung ke bawah dan ke
 implementasinya. Padahal, masyarakat Indonesia itu semua lahir
 sebagai 'aktivis lingkungan'.

 Aku kasih contoh saja. Saya bukan aktivis lingkungan, sungguh, wong
 keahlian saya mengelola keuangan kok. Tapi saya percaya bahwa saya
 adalah salah satu born environmentalit yang berusaha membawa ini
 mencuat dalam kesadaran yang utuh, dan saya mengharap yang sama dari
 orang2 lain karena itu alamiah dan realistis saja.

 Tapi ada gap yang demikian besar di antara kita, kalangan atas dan
 bawah tentang persepsi lingkungan ini. Aku setel dimana-mana di
 kantor (cluster elit) di rumah di tetangga (cluster menengah-bawah)
 video Al Gore Inconvenient Truth itu. Apa mereka ada perhatian?
 nggak! katanya pelem kok ngobrol mlulu...:-( Aku canangkan sekian %
 setiap proyek untuk penanaman pohon dan taat lingkungan, tapi apakah
 kita patuh itu? Nggak...itu sama sekali bukan prioritas di kesadaran
 kita.

 Aku sampe kluarin hadis, nabi tuh di jaman perang wanti2 jangan
 nebang pohon, apalagi kita sekarang...pada manggut2 tapi tetep saja
 dilewatin kapan bisa. Mungkin orang juga pada nyaris bosen aku
 ngomongin kearifan lokal nya baduy dalam kalo soal lingkungan.

 Apa itu bukan persoalan moral? Iyalah, kita tahu memasuki resiko
 lingkungan yang dahsyat, tapi nggak mo partisipasi apa-apa, bahkan
 mengkhianati kearifan lokal kita sendiri.

 Sementara di kalangan sebagian elit isu lingkungan jadi sekedar tanda
 tangan atau semacam 'pakta'. Sebel juga berhadapan dengan institusi
 atau orang yang sama yang terdepan dalam isu lingkungan seperti KTT
 ini, tapi pas di lapangannya malah memble, bahkan menyingkirkan
 ketaatan lingkungan itu sendiri. Dimana moralnya? Pasti jawabannya
 ini soal prioritas. Tapi prioritas kalau nggak menyemati persoalan
 resiko lingkungan itu kan moral hazzard namanya.

 Ini akibat dari menindaklanjuti isu lingkungan HANYA dari perspektif
 gerakan politik yang elit dan luar, sementara kita nggak mengukuhkan
 akar kita sendiri.

 Namun tentu saja, keadaan berubah. Ada cluster2 di masyarakat di
 sekeliling kita yang sudah bergerak menata lingkungan, dan kebanyakan
 dimotori ibu2 perempuan2 yang memang akrab lingkungan dari sononya.
 Cluster atau irisan ini akan makin membesar, kalau arahnya betul, dan
 akan diadopsi oleh para elit (bapak2), yang dengan bangganya
 menandatangani pakta lingkungan

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 donnie ahmad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Satu hal yang menarik dari fenomena AIDS yang tidak ditemui pada
 penyakit
  atau fenomena sosial lainnya adalah bertemunya semua komunitas
 masyarakat
  (dengan segala identitasnya) dalam satu tempat dan peristiwa.
 

[wanita-muslimah] Menghakimi Hati

2007-12-07 Terurut Topik ma_suryawan
Assalamu'alaikum,

Manusia/kaum itu dinilai oleh manusia lain/kaum lainnya dari apa yang
dikatakannya, bukan atas apa yang ada dalam hatinya.

Hz. Sayyidina Rasulullah saw. telah memberikan contoh, teladan dan
peragaan yang sangat mulia mengenai hal tersebut, dan tercatat sangat
jelas dalam sejarah Islam. 

Ketika Hadhrat Rasulullah saw. mengutus Usamah bin Zaid ra. sebagai
komandan sebuah pasukan ke daerah suku Juhaina. Beliau ra. dan seorang
Anshar menjumpai seseorang dari mereka (kaum kafir) dan menyergapnya.
Ketika akan dibunuh, orang tersebut berkata: Laa ilaha illalah.
Namun tetap saja dibunuhnya orang itu.

Tatkala berita kejadian itu sampai kepada Hz. Rasulullah saw., beliau
bertanya kepada Hz. Usamah ra. mengapa ia berbuat demikian. Hadhrat
Usamah ra. berkata: Ya Rasulullah, ia mengucapkan Laa ilaha illalah
karena untuk memastikan dirinya agar selamat. Rasulullah saw.
bersabda: Mengapakah engkau tidak membelah hatinya dan membukanya
untuk memastikan apakah ia berkata itu karena datang dari lubuk
hatinya yang terdalam atau tidak? (Diringkas dari Bukhari, Kitab
al-Maghazi, Bab: Ba'ath al Nabi, Usamah bin Zaid ilal Harqaat min
al-Juhaina, hal. 612)

Maksudnya adalah, bagaimanakah Hadhrat Usamah ra. dapat mengetahui
apakah orang itu menyatakan beriman kepada Allah karena takut atau
setulus hatinya? Sebab keadaan hati tersembunyi dari mata manusia. Dan
yang mengetahui isi hati hanyalah Allah Swt.

Mengenai Jemaat Ahmadiyah yang secara terbuka mengimani, mengatakan,
melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam - tetap saja dihakimi oleh MUI
dan para penggemarnya sebagai non-Islam, sesat-menyesatkan, dan
lain-lain. Lalu mau ditaruh di mana ajaran indah dan mulia dari
Kanjeng Rasulullah saw. tersebut oleh mereka?

Salam,
M.A. Suryawan




[wanita-muslimah] Jemputan ke MAJLIS AMAL ISLAMI 2007 (Hijrah1428)

2007-12-07 Terurut Topik IslahGateway
ACTIVITIES AT IIUM RICOI


  YAYASAN DAKWAH ISLAMIAH MALAYSIA (YADIM)
  (Islamic Da'wah Foundation Malaysia)


  Jemputan Menghadiri Muktamar Kebangsaan
 
  MAJLIS AMAL ISLAMI 2007


  PEMBENTANG KERTAS KERJA

  Kertas Kerja 1: Peranan Badan Amal Islami dalam Mendepani Cabaran 
Globalisasi 
  Oleh: Ir. Dr. Haji Muhammad Fuad Yeoh
  Timbalam Presiden, Persatuan China Muslim Malaysia(MACMA)


  Kertas Kerja 2:Agenda Ummah dan Pembangunan Ekonomi Komprehensif 
  Oleh: Dr. Izham Nayan
  Pengarah Sekretariat, Persatuan Pengguna Islam Malaysia(PPIM)


  Pengerusi
  Mohd. Jamaludin Shamsudin
  Timbalam Presiden, Persatuan Al Hunafa 


  FORUM 

  Tajuk: Penjanaan Semula Gerakan NGO dalam Mendaulatkan Islam 

  Ahli Panel: 

1.. Ustaz Uthman El Muhammady (Fellow Kanan ISTAC)

2.. Yusri Bin Mohamad (Presiden ABIM)

3.. Prof. Dr. Zaleha Kamaruddin (Dekan Fakulti Ahmad Ibrahim UIAM)


  Pengerusi
  Prof. Dato' Paduka Mohamad Bin Abu Bakar
  Jabatan Pengajian Antarabangsa dan Strategik
  Fakulti Sastera  Sains Sosial Universiti Malaya 

   Tarikh: 11 Disember 2007 (1 Zulhijjah 1428)(Selasa)

   Masa: 8.00 Pagi hingga 5.00 Petang

  Tempat: Grand Ballroom, Hotel Grand Season,
Kuala Lumpur



   (Jumlah Peserta: 1000 Orang)

  Untuk maklumat lanjut hubungi kami:
1.. - Cik Masitah Esa Tel: 012-2607727 /(Pejabat) 03-22746089
   (Faksimili) 03-22732330/4992/6219 Atau Email Masitah 
2.. - Md. Khairryl Tel:017-6984507/Cik Nor Mahsuri Tel: (Pejabat) 
03-22746077 Atau Email Khairryl

  Untuk Pendaftaran secara Online klik sini:  PENDAFTARAN



 









Palestine:
Gesaan sumbangan RM1.00 satu kepala

  RM1 setiap bulan kepada Palestin 

Masukkan derma anda ke dalam akaun: 
'Pertubuhan Jamaah Islah Malaysia' 
Bank Islam Malaysia - No. Akaun 12113010005797
Maybank - No. Akaun 562209608847
http://palestinkini.info/ 
http://jim.org.my/galeri/pdf/flyer_palestin2a.pdf

Disaster and Emergency Response Unit [Deru] Donation:
Masukkan ke akaun JIM Johor di 
Bank Islam Malaysia Berhad 
Akaun no.  01014010010372 
http://www.freewebs.com/jimderu/index.htm

Moderator
Ikhwanul Muslimun

http://hidayahnet.multiply.com
http://hidayahnet.ourtoolbar.com/



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] What Ails Arab World

2007-12-07 Terurut Topik Sunny
http://www.arabnews.com/?page=7section=0article=104242d=3m=12y=2007pix=opinion.jpgcategory=Opinion


  The Middle East's Leading English Language Daily 
   
   

  Monday 3 December 2007 (23 Dhul Qa`dah 1428) 

 
  What Ails Arab World 
  Reem Al Faisal, Arab News -
 

  There is an Arab proverb that says, If you have no more 
shame left in you, then feel free to do what you will and by observing the 
present Arab mood, one is struck by how much this proverb applies to the Arabs 
now, whether they are the general public or the ruling elite and intelligentsia.

  Arabs have nearly failed in all ideological and political 
projects they have undertaken in the past 60 years (barring minor successes 
here and there). All they have held to be sacred such as Nasserism, Arab 
nationalism or Baathism have only brought bitter disappointment. They lack any 
sense of pride in their achievements. This toxic mixture has produced a 
thoroughly rotten state of being. This afflicts the entire Arab world with 
slight differences related to each country's specific historic and cultural 
background. This putrid atmosphere, as I said, covers all segments of the Arab 
society - both the general public and the elite.

  As a result of this sickening atmosphere, the Arabs simply 
surrender all reason or self-respect when confronted with the possibility of 
failure or defeat. They don't know how to resist or react to the challenges to 
their very existence, particularly the Palestinian cause. We have become 
spectators desperate for strangers to take the lead in our own play.

  There exists an unspoken wish in the Arab minds that the 
Palestinian problem would somehow or other go away even if it means the 
disappearance of the Palestinians themselves. It is as though we are wishing 
them away. We behave as though we are in the position of someone burdened with 
the responsibility of taking care of a gravely handicapped member of the family 
and who after many years of desperate care wishes that the crippled kin simply 
died sparing him the pain and agony of looking after the unfortunate fellow. 
So, we are now hoping the Palestinians would just vanish and leave us, the rest 
of the Arabs, in peace, to live, enjoy life and go about those mundane things 
which define other people's lives. We desire nothing more than to be spared the 
gruesome spectacle of Palestinians crying for our help and dying.

  As we regurgitate our personal agony remembering the 
thousands who died for the sake of Palestine and many more who have been 
maimed, we choose to ignore the fact that we have countries to return to. We 
have homes and families living free on their own land with dignity while the 
Palestinians have died by the tens of thousands since 1948 and the rest have 
been living as homeless, wandering refugees since 1948, not to say anything of 
those living under a brutal and humiliating occupation since 1967. Arabs feel 
they have suffered taking care of their handicapped kin but does their 
suffering reach anywhere near that of the Palestinians?

  The word that captures the Arab world's mood now is 
Business. They talk of the rise in petrol prices, the economic boom exploding 
all over the Arab world, the reforms in economic laws and liberalization of the 
economy. Words like globalization and free trade are all the fashion now while 
we build new cities to express this new direction in Arab societies. All of it 
is good and should be done to improve the living standard of the Arabs. Yet, 
lost in this economic euphoria is all the rest. Does the solution for the 
problems of the Arab world lie in the creation of a few billionaires? How can 
we try to fix the pipe in a house that is burning down? If you feel I am 
exaggerating things, then look around you.

  The situation in Palestine has never been this worse. An 
entire nation has been put in concentration camps and left to starve and the 
Arab world finds that it doesn't merit a crisis call? Iraq is occupied and 
brutalized and you don't even call for resistance or support the one already on 
the ground, preferring to denounce the chaos without accusing or holding to 
account those who are responsible for it. Somalia is virtually gone and you 
haven't budged. Soon Iran will be bombed and then more chaos will engulf the 
entire region but you are enthusiastically talking about economic growth. It is 
as though you are building a house over an active volcano and worse it is 
already rumbling and all you talk about is how you are going to decorate it. 
And if anyone, God forbid, resists or even thinks of resistance he or she is 
condemned as a fanatic. The fearless defense of Hezbollah in Lebanon last year 
won them no thanks from Arab regimes or 

[wanita-muslimah] Ancaman Kepada Jemaat Ahmadiyah

2007-12-07 Terurut Topik ma_suryawan
KOMPONEN MUSLIM
KABUPATEN KUNINGAN
Posko: Desa Manislor No. 19 Kecamatan Jalaksana Pos 45554

Motto: Hidup Mulia atau Mati Syahid
Mati Suatu Kepastian, dengan berjihad tidak akan memajukan mati,
dengan tidak berjihad tidak akan mengundurkan mati

Nomor : 01/KM.KK/XI/2007 Kuningan, 19 Nopember 2007
Lampiran: -
Perihal : Penegasan.

Kepada
Yth: Ketua/Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Manislor Di
Manislor

Bahwa Ahmadiyah pengakuannya beragama Islam, namun aqidahnya sangat
bertentangan dengan aqidah Islam, maka Ahmadiyah dinyatakan ajarannya
sesat menyesatkan dan merusak Islam, maka hukumnya wajib dimusnahkan.
Selanjutnya sehubungan dengan situasi dan kondisi saat ini sedang
gencar serta memanasnya penumpasan aliran-aliran sesat termasuk
sasarannya kepada Ahmadiyah, sehingga Ahmadiyah di berbagai daerah di
Indonesia seluruhnya telah dimusnahkan oleh gerakan jihad umat Islam
beserta komponennya, terkecuali hanya di aderah Kuningan/Desa Manislor
yang belum terjadi hal seperti itu.. (Kejadian terkini di Garut pada
tgl 10 Nopember 2007 masjid Ahmadiyah dimusnahkan sampai rata dengan
tanah dan 11 orang pengikutnya tobat dan masuk Islam). Dalam upaya
menghindari kejadian sebagaimana tersebut diatas di Desa
Manislor/Kabupaten Kuningan, maka kami tegaskan:

1. Ahmadiyah segera menanggalkan pengakuannya beragama Islam dan
2. Ahmadiyah segera menghentikan seluruh kegiatan sesuai perintah/Isi
Surat Keputusan Bersama/SKB dan
3. Ahmadiyah segera membongkar seluruh tempat kegiatannya.

Penegasan tersebut diatas kami berikan tenggang/batas waktu 15 (lima
belas) hari terhitung diterimanya surat ini yang berdasarkan kepada
bukti penerimaan surat/expedisi.

Apabila pada tenggang/batas waktu yang telah ditentukan Ahmadiyah
tidak menindak lanjuti penegasan kami, berarti Ahmadiyah menantang
perang kepada umat Islam. maka kami siap melawan tantangan Ahmadiyah
dan siap menghentikan kegiatan Ahmadiyah sesuai perintah/bunyi SKB
dengan gerakan jihad umat Islam beserta komponennya.

Dalam pembelaan Islam segala apapun yang akan terjadi kami telah siap
menerima dan menghadapinya, dikarenakan jihad kami berpedoman kepada
ketentuan dan hukum Islam yang kami sangat imani/yakini diantaranya:

1. Membelas agama Alloh/Islam perintahnya langsung dari Alloh SWT yang
hukumnya wajib.
2. Pembela Islam akan dibela/ditolong langsung oleh oleh Alloh SWT.
(bukan oleh manusia).
3. Membela Islam merupakan amal jihad fi sabilillah/berjuang dijalan
Alloh SWT
4. Mati sedang berjihad disebut mati syahid dan bergelar syuhada yang
akan langsung dimasukan ke sorga.
5. Segala apa yang ada pada diri kita ( panca indra, harta, jabatan
dls) dari dan milik Alloh SWT yang tidak akan dibawa mati akan tetapi
pasti diminta pertanggung jawabannya setelah mati.
6. Hidup di dunia (bahagia/sengsara) hanya sementara, hidup di akhirat
(bahagia/sengsara) selamanya.
7. Di akhirat tempat hidup yang kekal/selamanya hanya ada dua tempat.
(sorga dan neraka)
8. Penghuni neraka pasti orang yang salah dan penghuni sorga pasti
orang benar.
9. Penghuni penjara tidak pasti orang salah dan penghuni di luar
penjara/di rumah tidak pasti orang benar.
10. pengadilan di dunia banyak oknum dan banyak tidak adil, Pengadilan
di akhirat tidak ada oknum dan adil.
11. Setiap Muslim tidak boleh takut selain Alloh SWT.
12. Muslim yang tidak mengganyang Ahmadiyah berarti mengalirkan dosa
setiap hari.
13. Islam tidak kenal dengan territorial/batas wilayah/negara/sesame
Muslim saudara
14. Pengikut, Pendukung dan Pembela Ahmadiyah halal darahnya.
15. Lebih bahagia jadi Muslim penghuni penjara kelak mati masuk sorga
dari pada jadi muslim penghuni diluar penjara/dirumah kelak mati belum
tentu masuk sorga

Demikian, semoga Alloh SWT menurunkan pertolongan, petunjuk dan
bimbingannya, sehingga Ahmadiyah sadar serta rela menanggalkan
pengakuan beragama Islam/menindak lanjuti penegasan kami yang pada
akhirnya daerah Kuningan/Desa Manislor situasinya tetap kondusif. Amin
Nashrun minallohi wa fathun qorib.

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.

KOMPONEN MUSLIM
KABUPATEN KUNINGAN

(Penandatangan):

Jabatan : Nama : Tanda tangan: Cap/Stempel

Rois Gerakan Anti Ahmadiyah/GERAH Desa Manislor : Moch Nasrudin Sa'dillah
Ketua Remaja Masjid Al Huda/RUDAL Desa Manislor : M. Junaedi
Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqin Desa Manislor : Moch. Syaeful
Ramdhoni
Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah/FUI Kabupaten Kuningan : Mamat Komarudin
Ketua Ikatan Pencak Silat/IPS Bima Suci Kabupaten Kuningan : Mamat
Komarudin
Ketua Front Pembela Umat Islam/FPI Kabupaten Kuningan : Sudrajat
Ketua Lasykar Jihad Kabupaten Kuningan : Miftah Hidayat
Ketua Gerakan Individu Barisan Anak Siliwangi/GIBAS Kabupaten Kuningan :
Manaf Sumarnaf
Ketua Barisan Rakyat Kuningan/BARAK Kabupaten Kuningan : Nana Rusdiana
Ketua Gerakan Anti Maksiat/GAMAS Kabupaten Kuningan : Nana Nurudin
Ulama/Kiai/Intelektual Muslim : Drs. KH. MS Sa'dillah
Ulama/Kiai/Pimpinan Pondok Pesantren : KH Ade Hafsin
Ulama/Kiai/Pimpinan Pondok Pesantren : KH. Hasan Hilmi