Nimbrung : Kayaknya fungsi dept di Indonesia cuma seperti di kepanitiaan hajatan RT misalnya seksi repot, seksi doa, seksi konsumsi, sie transport :-) Urusan perumusan, perencanaan setahu saya Bappenas. Kalo zaman Orba Pak Harto merumuskan tahapan 'pembangunan' 5 tahunan [ repelita]. 5 tahun sekarang urusannya/prioritas apa gitu misalnya. Jadi fokus urusan itu.
Dept pemberdayaan perempuan pada mulanya juga jadi polemik di media, katanya kok bias jender. Lha memangnya cuma perempuan saja yg harus diberdayakan :-) ----------- Kalo sekarang kerjaan- tugas tiap2 dept juga saling tumpang tindih. Ini kan juga jadi pengaruh ke anggaran yg dialokasikan. Sehingga mudah terjadi duit2 yg gampang di selewengkan. Soalnya kalo dah kejadian akhirnya ya semuanya bergerak. Seperti tsunami Aceh. Depsos yg mustinya pertama bergerak kedahuluan TNI dan masyarakat. Fasilitas seperti SAR saja dibawah Dephub. TNI akhirnya minta ganti biaya pengoperasian alat2 berat mereka ke pemerintah. Madrasah tadinya di bawah depag kemudian katanya depdiknas. Pengawasan produk pangan, minum, obat juga wewenang LPPOM MUI [ depag ] juga BPOM [Depkes]. Peninggalan sejarah masih kontroversi di atur depdiknas atau pariwisata atau depag [jika kaitannya dengan agama] Apa tiga2-nya bertanggung jawab, lantas anggaran kan jadi dobel2 :-) Urusan 'memberdayakan obyek peninggalan sejarah' akhirnya tinggal angan2; karena semuanya nggak kompak. Kejadian deh Borobudur hilang dari daptar 7 keajaiban dunia :-( Urusan paspor/visa ; melibatkan banyak dept setahu saya - deplu, dephub, dephan, depdagri, hukum entah dept mana lagi. Intinya memang kejelasan wewenang dan tugas serta tanggungjawab mustinya tertata baik, nggak saling tumpang tindih. Salam l.meilany ----- Original Message ----- From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 18, 2007 11:09 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Perbedaan perlakuan terhadap sesama muslim Pak Dana, kayaknya Depag juga berfungsi untuk tetep 'mensekularkan' Indonesia. Kurang lebih sebanding dengan fungsi Dep Urusan Wanita. Kedengarannya a bit cynical, karena idealnya memang seperti yang mba Lina bilang, mestinya berfungsi sebagai think-tank untuk meningkatkan moral ke lintas sektor, untuk tetap membumikan agama yang batiniah ke bumi Indonesia yang lahiriah ini. Demikian juga Dep Urusan Wanita yang mestinya mencerahkan gender perspective ke lintas sektoral, dan khususnya pemberdayaan perempuan sendiri. Dep wanita ini kok saya jauh lebih sukses ketimbang Depag. Nah kalau fungsi think-tank ini nggak jalan, ya jadinya ngurusin urusan nggak jelas dan komersial seperti haji, dengan kata lain sukses dalam 'mensekularkan' Indonesia. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Karena secara prinsip fungsi Dep Agama itu tdk ada dan hanya dibuat2 > maka kalau makin diperjelas makin jelas ketidakperluannya. > > Coba barangkali ada yg dapat memberikan definisi fungsi Dep Agama di > milis ini? > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <linadahlan@> > wrote: > > > > Gimana kalo fungsinya yang diperjelas. > > > > Kalo saya pikir sih lebih kepada memperbaiki mental dan kemampuan > > orang2 didalam departemen itu sendiri. > > > > Misalkanpun haji diurus Dep. luar Negeri, Pesantren di Depdiknas, > > dan Kerukunan urusan polisi...tapi kalo orang di Dept Luar Negerinya > > doyan korup, Depdiknas orang2nya can-lin-hay, polisinyapun rasis dan > > katro'??? > > > > Ya orang2 yang di kepemerintahan itu yang harus punya kapabilitias, > > integritas, dan tas2 lainnya yang diperlukan. > > > > Diluar itu semua, segala nama yang diembel-embelkan dengan agama > > menjadikan agama itu rusak (namanya) ketika faktanya kerusakan yang > > ditemukan dalam instansi itu atau kelakuan orang2 beragama. Lalu > > dihubungkan dengan ketidakmampuan agama yang notabene sebagai ajaran > > moral dari Ilahi. Padahal kebenaran dalam agama itu tidak akan > > hilang hanya karena kelakuan rusak orang2 beragama. > > > > Ketika kerusakan dilakukan oleh orang2 yang tak beragama atau > > instansi2 yang tidak membawa nama agama, maka logikanya agama tidak > > ter'salah'kan. > > > > Mungkin ini hal positif bagi pemikiran sekuler untuk memisahkan > > agama dari negara, yang artinya ingin mengembalikan fungsi > > (kesucian) agama sebagai pendidikan moral saja. Namun, ada pula yang > > meyakini agama bukan hanya sekedar pendidikan moral. Agama sebagai > > ilmu. > > > > Jadi, bagi orang2 yang membawa agama ke ranah politik bersiap- > > siaplah menerima segala akibatnya. Memikul sesuatu dipundak kita > > yang berhubungan dengan agama, sesungguhnya lebih berat. Maka bagi > > yang berani memikulnya dengan kesadaran penuh, saya pikir dia orang > > yang sangat 'kuat' daripada mengantongkan agama di sakunya atau > > disembunyikan dikamarnya. > > > > Hal lainnya lagi yang berhubungan dengan perbedaan Idul FItri, saya > > masih berharap KEPADA Muhammadiyah sebagai ormas besar dan > > intelektual dapat melakukan hal sama ketika ada perbedaan antara > > sholat yang pake qunut dan tidak. > > > > wassalam, > > orangygtidakbermazhab. [Non-text portions of this message have been removed]