Ole sio sayange, 'Aqidah menurut bahasa berasal dari kata al-'Aqdu yang berarti ikatan, at-Tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-Ihkamu artinya mengokohkan/ menetapkan, dan ar-Rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah Syar'i adalah iman yang teguh dan pasti, berlandaskan pada Nash (Al-Quran dan Hadits shahih). Jadi 'Aqidah itu sudah merupakan barang jadi (qath'i), BUKAN hasil olah pikir manusia. . Jadi, 'Aqidah Islamiyah adalah: Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Nabi Muhammad SAW sebagai Khatamunnabiyyin (*)dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan ta'at kepada-Nya, mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi qath'i (tidak bisa ditafsirkan), yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah yang shahih ------------------------------------------------ (*) Bahasa Al Quran adalah bahasa Arab yang dipakai dalam Al Quran. Bahasa Al Quran adalah bahasa baku, sehingga kalau mau mengerti betul makna Al Quran, jadikanlah Al Quran sebagai "kamus", yaitu prinsip ayat menjelaskan ayat. Di samping bahasa Arab yang dipakai dalam Al-Quran disingkat bahasa Arab Al-Quran, ada pula bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dalam komunitas, itu disebut bahasa Arab-budaya. Maka marilah kita telusuri/lacak kata-kata yang dibentuk oleh akar kata KHa, Ta dan Mim dalam Al Quran, yaitu KHA-Ta-Ma ==> 1. KHatama Lla-hu 'ala- Quluwbihim wa 'ala- Sam'ihim (s.Al Baqarah, 2:7), artinya: Allah MENUTUP qalbu dan pendengaran mereka. ==> 2. Qul Ara.aytum in Akhadza Lla-hu Sam'akum wa Abshaarakum wa KHatama Quluwbikum (s. Al An'aam, 6:46), artinya: Katakanlah (hai Muhammad) kabarkanlah kepadaku, jika Allah melenyapkan pendengaran dan penglihatanmu dan MENUTUP qalbumu. ==> 3. Afara.ayta mani tTakhadza Ila-hahu- Hawa-hu wa Adhallahu Lla-hu 'ala-'Ilmin wwa KHatama 'ala- sam'ihi- wa Qalbihi- (s. Al Jaatsiyah, 45:23), artinya: Adakah engkau lihat orang yang mengambil hawa-nafsunya menjadi tuhannya dan Allah menyesatkannya atas ilmu dan MENUTUP pendengaran dan qalbunya. ==> 4. Alyawma Nakhtimu 'ala- Afwaahihim (s. Ya-sin, 36:65), artinya: Pada hari (Pengadilan) Kami TUTUP mulut mereka. ==> 5. Fain Yasyai Lla-hu Yakhtimu (s.AsySyuwra-, 42:24), artinya: Jika Allah menghendaki diTUTUP-Nya qalbumu. ==> 6. Maa Kaana Muhammadun Abaa Ahadin mmin rRija-likum wa La-kin rRasuwla Lla-hi wa KHaatama nNabiyyi-na (s. Al Ahzab, 33:40), artinya: Muhammad itu bukanlah bapak salah seorang di antara laki-laki kamu, tetapi Rasul Allah dan PENUTUP Nabi-Nabi. ==> 7. Yusqawna min rahiyqin Makhtuwm (s. Al Muthaffifin, 83:25), artinya: Mereka diberi minuman (dalam botol) yang DITUTUP. ==> 8. Khita-muhu- Miskun (s. Al Muthaffifin, 83:26), artinya: PENUTUPNYA (BERBAU) kesturi. Jadi arti bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata KHa, Ta, Mim, KHATAMA artinya TUTUP. Seperti kita lihat di atas, ada 8 ayat yang mengandung kata yang berakar dengan KHa, Ta, Mim 1. KHatama 2. KHatama 3. KHatama 4. Nakhtimu 5. Yakhtimu 6. KHaatama 7. Makhtuwm 8. Khita-mu Khaatamun adalah isim (kata benda, noun) dengan penyisipan Alif di antara Kha dengan Ta dalam akar kata Kha-Ta-Mim, sehingga menjadi Kha-Alif-Ta-Mim, khaatamun. Khaatamun adalah isim (kata benda, noun) dengan penyisipan Alif di antara Kha dengan Ta dalam akar kata Kha-Ta-Mim, sehingga menjadi Kha-Alif-Ta-Mim. Ini mengikuti wazan (pola) Fa-Alif-'Ain-Lam. Ada dua qiraah pola: Faa'ilun dan Faa'alun, yaitu Khaatimun dan Khaatamun. Kata ber-wazan fâa'ilun yang bermakna pelaku dan bisa dibedakan dengan kata ber-wazan faa'âlun yang juga bermakna pelaku, tetapi mengandung ketekunan, sudah lengket menjadi atribut, dan kontiunitas. Maka Ada dua qiraah untuk ayat dalam Surah al ahzab 33:40 itu. 1. Isim Faa'il (dalam bahasa Indonesia pakai awalan pe-) Khaatimun nabiyyin, artinya "penutup para nabi". Qiraah Khaatimun ini tidak mengandung makna kontinuitas, sehingga bisa menjadi celah bagi Ahmadiyah Qadiyan, yaitu penutup yang tidak kontinu, yakni setelah datangnya Ghulam Ahmad penutup itu tidak berfungsi lagi. 2.1 Khaatamun nabiyyin, artinya "cincin stempel para nabi". Cincin stempel itu fungsi utamanya sebagai zegel (seal). Allah SWT menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai zegel nabi-nabi, ibarat pintu yang disegel tidak boleh dibuka, berarti kembali kepada makna akar kata Kha-Ta-Ma, yaitu tutup. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi. . 2 Dengan wazan faa'âlun yaitu pelaku yang mengandung arti kontiunitas, maka khaatamun nabiyyin mengandung arti penutup nabi yang mengandung makna kontinuitas, mutlak tidak ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad SAW, sehingga menyatakan ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW itu merupakan blasphemy trhadap 'aqidah Islam. Dan blasphemy terhadap Islam ini dapat dijaring oleh Undang-Undang. WaLlahu a'lamu bisshawab. Salam La Tando ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ ----- Original Message ----- From: Muhammad Syafei To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 12:09 AM Subject: [wanita-muslimah] Akidah >> Re: Fwd: Republika: 'Islam Tak Butuh Mirza Sebenarnya apa yang disebut akidah adalah sebuah hasil olah pikir juga. Ini yang jarang diakui, sehingga akidah diposisikan seolah-olah merupakan barang jadi dari Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Sebagaimana layaknya sebuah hasil olah pikir, betapapun dia disakralkan, perbedaan menjadi suatu keniscayaan. Lebih jauh, kebenaran akidah akhirnya menjadi sesuatu yang relatif. Jika kurang disadari, memutlakkan hasil olah pikir yang relatif itu pada akhirnya bisa jatuh pada syirik, terjatuh pada sikap "menuhankan" hasil olah pikir. Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Alexander Soebroto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam, > > SEmua agama dan aliran mempunyai kaum fundamental dan penyeleweng. > Tapi masalah yang disorot kali ini saya rasa bukan kasus kasulistik seperti itu , > > MArilah kita lihat sebentar perkara agama dan kebebasan beragama , khususnya apa yang menjadi perhatian islam fundamental tersebut, mereka teriak-teriak akan menghakimi ahmadiyah karena perkara 'prinsip' yakni akidah, sebenarnya apkah akidah itu ? > > Masalah akidah/keyakinan/dokrin itu sebenarnya adalah wilayah pribadi seseorang. > Orang boleh melawan kalau masalah akidah/keyakinannya diganggu. > > Lha dalam perkara Ahmadiyah, apakah mereka memaksakan supaya yang lain (orang lain) ikut meyakini apa yang mereka yakini? > > APakah mereka menggangu? saya tidak terlalu mengikuti apa yang tidak terlihat , tapi yang terlihat di TV bukankah akidah mereka yang justru sering diganggu? > > Dimilist lain ada yang berkomentar, kenapa sih orang2 kok pada membela ahmadiyah? > > Saya rasa jarang peserta milist yang membela keyakinan Ahmadiyah, termasuk saya, saya tidak pernah membela apa yang mereka yakini. > > Yang saya bela, dan teman2 lain bela dibeberapa milist adalah MENOLAK tindakan kekerasan dan intimidasi yang AKAN dilakukan oleh sekelompok orang (islam fundamentar) terhadap kelompok ahmadiyah dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan. > > Jangankan terhadap sesama muslim, terhadap agama lainpun saya merasa berkewajiban untuk membela jika mereka teraniya dan dianiya oleh kelompok yang jahat. > > Ini sudah di tunjukkan oleh saudara tercinta Vincen dimilist [EMAIL PROTECTED] , Beliau ( bukan muslim ) juga ikut MENOLAK kekerasan yang akan dilakukan oleh muslim dengan saudara muslim lainnya... > > Berkacalah... > > ISlam itu bukanlah kekerasan yang ndak karu-karuan... > ISlam itu damai... > Islam itu berakhlak... > > Kalau ada yang mengutamakan kekarasan dan kebrutalan, saya meragukan keberagaan orang-orang semacam itu. > > Akan lebih baik rasanya kalau kita menyingsingkan lengan baju untuk perang : > > 1, Melawan kemiskinan > 2, Melawan kebodohan > 3, Melawan pembodohan > > Saya rasa, dengan 3 hal tersebut diatas, indonesia akan menjadi sebuah negara yang rahmattan lil alalamin > > Salam, > > Alexander Soebroto > www.parapemikir.com . [Non-text portions of this message have been removed]