Aqidah Islam bukan dari olah pikir. Sangat keliru. Aqidah Islam dari wahyu 
ALLAH yang disampaikan pada manusia melalui Rasul-Nya dan kekasih-Nya, Muhammad 
saw.

Bagaimana mungkin aqidah Islam dari olah pikir? Aqidah menyangkut sesuatu yang 
harus kita imani: Tuhan, Rasul, Malaikat, semuanya. Bagaimana kita mengimani 
Tuhan dari olah pikir? Sedangkan Tuhan tidak dapat dilihat, tidak dapat dicium, 
tidak dapat dirasa, tidak dapat didengar dan tidak dapat diraba. Yang bisa 
dipikir hanya yang dapat diindera oleh panca indera kita. Sedangkan Tuhan? 
Dibayangkan pun tidak boleh.

Jadi bagaimana kita mengenal Tuhan? Kita mengenali Tuhan jika Dia perkenalkan 
tentang Diri-Nya pada kita. Melalui apa? Melalui rasul-rasul-Nya 'alaihimush 
shalatu wassalam. Jika Tuhan tak perkenalkan Diri-Nya pada kita, tak mungkin 
kita dapat mengenal Tuhan.

Apa saja aqidah itu? Contoh: Tiada Tuhan melainkan ALLAH. Tuhan tidak mempunyai 
anak atau diperanakkan. Nabi Muhammad  saw. adalah Rasul ALLAH. Semua nabi-nabi 
adalah maksum. Tidak berdosa dan tidak salah. Semua perbuatan Nabi adalah 
benar. Musuh nabi adalah musuh ALLAH. Al Quran adalah kitab yang benar, yang 
suci, dijamin ALLAH hingga kiamat nanti. Agama yang benar di sisi ALLAH hanya 
Islam. Malaikat benar adanya. Ada dua malaikat di kanan dan kiri setiap manusia 
yang mencatat amalan-amalan manusia tersebut, dlsb.

Jika ada yang tak yakin dengan salah satu hal di atas, maka aqidahnya rusak, 
cacat.

Aqidah dari hasil pola pikir bukanlah aqidah Islam. Contoh aqidah dari hasil 
pikir-pikir adalah: ada tempat lain selain surga dan neraka, khusus untuk orang 
berdosa besar yang ketika mati belum sempat taubat. Quran adalah makhluk, 
sehingga kebenarannya tidak abadi. Keselamatan dapat diperoleh pada semua 
agama. Nabi Muhammad adalah manusia biasa, bisa salah bertindak atau salah 
omong, atau salah pilih istri, atau salah pilih Sahabat.

Jika ada orang yang yakin salah satu dari ini, maka dia di luar aqidah Islam. 
Orang seperti inilah yang "menuhankan" hasil olah pikir.


-Rizal-


Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebetulnya juga jangan selalu 
menggunakan kata "menuhankan". Pake 
saja memprioritaskan...:-). Kesannya kalo "menuhankan" sesuatu itu 
dah pasti salah! 

Kalau hidup didunia ini memang harus berfikir, ya memprioritaskan 
hasil olah pikir, ya gpp juga. Masalahnya, pikiran siapa yang mau di 
olah?

Kalau menurut mas Syafei akidah sebuah hasil olah pikir, sebetulnya 
boleh dong diperdebatkan disini?

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" 
 wrote:
>
> Sebenarnya apa yang disebut akidah adalah sebuah hasil olah pikir
> juga. Ini yang jarang diakui, sehingga akidah diposisikan seolah-
olah
> merupakan barang jadi dari Allah yang tidak bisa diganggu gugat.
> 
> Sebagaimana layaknya sebuah hasil olah pikir, betapapun dia
> disakralkan, perbedaan menjadi suatu keniscayaan. Lebih jauh,
> kebenaran akidah akhirnya menjadi sesuatu yang relatif. 
> 
> Jika kurang disadari, memutlakkan hasil olah pikir yang relatif itu
> pada akhirnya bisa jatuh pada syirik, terjatuh pada 
sikap "menuhankan"
> hasil olah pikir.
> 
> Salam
> 



       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke