ini murni persaingan bisnis yang kerdil! satu kata "fajar banten" tidak akan
menghabiskan halaman. itu yang pertama. yang ke dua, di tulisan saya
disisipkan sebuah foto pangeran aria achmad djajadiningrat. itu artinya
masih ada ruang.

matinya listerik di hati mereka yang bikin begitu.

2008/11/12 WongBanten <[EMAIL PROTECTED]>

>   Setahu saya pada proses pracetak, sudah ditangani oleh editor. Tapi
> ditangan layouter kadang dipotong semaunya -walau yang memotong juga editor,
> namun disini prioritasnya adalah bukan isi berita atau artikel tapi
> keterbatasan halaman. Jadi maklumlah.
>
> Kadang saya juga bingung di sub judul ada keterangan yang bombastis tapi
> ketika dicari beritanya tidak ada. Biasanya tidak untuk halaman pertama
> kejadian begini. Halaman diatas halaman 3 kebanyakan lieurna.
>
> Saya tidak bicara pada satu harian saja.
>
>
> Salam
>
> --- On *Wed, 11/12/08, Ibnu Aviciena <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: Ibnu Aviciena <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten
> To: WongBanten@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, November 12, 2008, 8:15 AM
>
>  nama  "fajar banten" saya tulis di paragraf terakhir. di file yang saya
> kirimkan ke radar banten ada. tetapi di korannya tidak ada. saya fikir orang
> radar banten juga tidak tahu kebijakan editing. di radar banten disebutkan
> bahwa radar banten berhak mengedit TANPA menghilangkan esensi tulisan. bila
> data dibuangin, itu mah bukan lagi ngedit.
>
> saya melakukan kritik ini untuk mendidik media massa. kita sebagai sipil
> harus aktif. dulu di indosiar pernah ada sinetron yang berdasarkan pandangan
> umum tidak mendidik, tidak sopan, tidak bermoral, dll. saya ,mengirim e-mail
> ke indosiar yang saya cc-kan ke berbagai milis. kemudian indosiar mengirim
> e-mail permohonan maaf.
>
> jadi, kita jangan cuma dijadikan tong sampah oleh industri
>
> 2008/11/10 Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com<[EMAIL PROTECTED]>
> >
>
>>   Walaikumsalam.
>>
>> coba kang saya mau liat dimana kata "Fajar Banten" posisinya dalam tulisan
>> kang Ibnu
>>
>> nuhun.
>> Adji Okaz
>>
>> ------------------------------
>> *From:* Ibnu Aviciena <ibnu.aviciena@ gmail.com <[EMAIL PROTECTED]>
>> >
>> *To:* Radar Banten <kang_haban2001@ yahoo.com <[EMAIL PROTECTED]>>
>> *Cc:* barayapost cilegon <[EMAIL PROTECTED] com <[EMAIL PROTECTED]>>; [EMAIL 
>> PROTECTED]
>> ups.com <wongbanten@yahoogroups.com>; abdulmalik <kangdoel2002@ 
>> yahoo.com<[EMAIL PROTECTED]>
>> >
>> *Sent:* Monday, November 10, 2008 7:14:36 AM
>> *Subject:* [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten
>>
>>  Assalamu'alaikum,
>>
>> E-mail ini adalah kritik saya terhadap Radar Banten yang saya cc-kan ke
>> Banten Raya Post, Abdul Malik Radar Banten, dan Milis Wongbanten.
>>
>> Hari minggu kemarin, 11 November, tulisan saya yang berjudul *Menelusuri
>> Kesusasteraan Banten* dimuat Radar Banten. Sebagaimana tampak dari judul
>> tulisan itu, tulisan saya ini membicarakan tentang kesusasteraan Banten,
>> termasuk di dalamnya novel2 indo-cina yang terbit di rangkasbitung dan di
>> koran-koran banten dari masa kolonial hingga sekarang. Ada satu hal yang
>> saya sangat sesalkan atas tindakan yang dilakukan (editor) Radar Banten yang
>> telah menghapus nama "Fajar Banten" di dalam tulisan saya. Dan itu, bagi
>> saya adalah tindakan bodoh dan membodohi publik.
>>
>> Bahwa Fajar Banten adalah saingan bisnis Radar Banten, itu silahkan. Itu
>> urusan bisnis Radar Banten. Tetapi Radar Banten (juga media massa lainnya)
>> tidak boleh membawa masalah bisnis itu ke ruang ilmu pengetahuan. Dalam
>> konteks pemuatan tulisan saya, Radar Banten tidak boleh membuang nama "Fajar
>> Banten" sebagai kenyataan/fakta sejarah. Nama itu tidak boleh dibuang hanya
>> karena Fajar Banten saingan bisnis atau merasa tidak suka keada pengelola
>> Fajar Banten. Islam mengajarkan, janganlah berlaku tidak adil karena kita
>> benci kepada orang lain. Sebagai contoh, sekalipun saya tidak suka kepada
>> atut, saya harus tetap menyebut nama atut saat saya menulis sejarah gubernur
>> banten.
>>
>> Selama ini saya memaklumi tulisan berita di radar banten acak-acakan.
>> Berita-berita yang muncul di sana mencerminkan bahwa pengelola koran
>> tersebut tidak paham tatabahasa indonesia atau tidak mau menggunakan
>> pengetahuannya tentang tatabahasa indonesia. Sekali lagi, itu saya maklumi.
>> Tetapi ketika editor koran sudah membuang data sejarah, saya atas nama ilmu
>> pengetahuan menyatakan protes.
>>
>>
>> --
>> Salam hangat,
>> Ibnu Adam Aviciena
>>
>>
>>
>
>
> --
> Salam hangat,
> Ibnu Adam Aviciena
>
>
>  
>



-- 
Salam hangat,
Ibnu Adam Aviciena

Kirim email ke