1. kek na nyang saya baca, redaksi berhak mensunting tulisan yang dikirim :)2. Radar Banten diterbitkan oleh sebuah PT. 3. Tujuan utama PT adalah menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya.4. kolom Ilmu pengetahuan adalah varian jualan dari jualan utama: berita.5. ya kalo kecewa, sukur sudah protes langsung. Tapi harusna protes ke UU No 40/1999 ttg Pers. Revisi menjadi Media wajib menampilkan tulisan tanpa perlu disunting dan tidak boleh memperhatikan keuntungan. Lebih tegasnya, biKin pasaL 1 na: Media Wajib Idealis. pasal 2 na. Jika Media tidak idealis maka harus dihukum penjara.6. Sadarlah, idealis di media yang diterbitkan oleh PT, hanya dagangan untuk mendapatkan keuntungan. Dagangan mutu bagus, pasti harga na mahal. Tapi nyang beli sedikit. Kemungkinan rugi tinggi. Dagangan mutu jelek, pasti harga na murah. Biasana yang beli banyak, Kemungkin rugi lebih kecil.7. ga percaya. Ya jangan kirim tulisan ke media itu. :) safety kan?8. Kurang puas, bikin media sendiri. nTar komentna.Laahh terus www.bantenlink.com? simpLe ajakh diterbitkan oLeh PT. hua hua hua :)) pickup yourself . --- On Mon, 11/10/08, halim hd <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: halim hd <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten To: WongBanten@yahoogroups.com Date: Monday, November 10, 2008, 2:20 PM
repot juga kalou begitu. tapi saya harap, gerakan boikot itu lama lama bis ajalan, seiring dengan kecerdasan warga. --- On Mon, 11/10/08, Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote: From: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> Subject: Re: [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten To: [EMAIL PROTECTED] ups.com Date: Monday, November 10, 2008, 11:00 AM kalo yg ngeboikotnya yg merasa dirugikan,kayaknya gak ngaruh,damai saja,dan koran menulis permohonan maaf atas kesengajaan menghilangkan unsur penting dalam artikel yg disajikan... . From: halim hd <[EMAIL PROTECTED] com> To: [EMAIL PROTECTED] ups.com Sent: Tuesday, November 11, 2008 1:47:23 AM Subject: Re: [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten bisa nggak itu dituntut secara hukum? atou minimal, boikot, jangan langganan. --- On Sun, 11/9/08, Ibnu Aviciena <ibnu.aviciena@ gmail.com> wrote: From: Ibnu Aviciena <ibnu.aviciena@ gmail.com> Subject: [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten To: "Radar Banten" <kang_haban2001@ yahoo.com> Cc: "barayapost cilegon" <[EMAIL PROTECTED] com>, [EMAIL PROTECTED] ups.com, "abdulmalik" <kangdoel2002@ yahoo.com> Date: Sunday, November 9, 2008, 4:14 PM Assalamu'alaikum, E-mail ini adalah kritik saya terhadap Radar Banten yang saya cc-kan ke Banten Raya Post, Abdul Malik Radar Banten, dan Milis Wongbanten. Hari minggu kemarin, 11 November, tulisan saya yang berjudul Menelusuri Kesusasteraan Banten dimuat Radar Banten. Sebagaimana tampak dari judul tulisan itu, tulisan saya ini membicarakan tentang kesusasteraan Banten, termasuk di dalamnya novel2 indo-cina yang terbit di rangkasbitung dan di koran-koran banten dari masa kolonial hingga sekarang. Ada satu hal yang saya sangat sesalkan atas tindakan yang dilakukan (editor) Radar Banten yang telah menghapus nama "Fajar Banten" di dalam tulisan saya. Dan itu, bagi saya adalah tindakan bodoh dan membodohi publik. Bahwa Fajar Banten adalah saingan bisnis Radar Banten, itu silahkan. Itu urusan bisnis Radar Banten. Tetapi Radar Banten (juga media massa lainnya) tidak boleh membawa masalah bisnis itu ke ruang ilmu pengetahuan. Dalam konteks pemuatan tulisan saya, Radar Banten tidak boleh membuang nama "Fajar Banten" sebagai kenyataan/fakta sejarah. Nama itu tidak boleh dibuang hanya karena Fajar Banten saingan bisnis atau merasa tidak suka keada pengelola Fajar Banten. Islam mengajarkan, janganlah berlaku tidak adil karena kita benci kepada orang lain. Sebagai contoh, sekalipun saya tidak suka kepada atut, saya harus tetap menyebut nama atut saat saya menulis sejarah gubernur banten. Selama ini saya memaklumi tulisan berita di radar banten acak-acakan. Berita-berita yang muncul di sana mencerminkan bahwa pengelola koran tersebut tidak paham tatabahasa indonesia atau tidak mau menggunakan pengetahuannya tentang tatabahasa indonesia. Sekali lagi, itu saya maklumi. Tetapi ketika editor koran sudah membuang data sejarah, saya atas nama ilmu pengetahuan menyatakan protes. -- Salam hangat, Ibnu Adam Aviciena