O iya, kalau ada tanggapan, kita via japri aja ya Mas Agung, karena nggak ini udah nggak berhubungan dengan budaya Tionghoa, saya takut di banned sama Om moderator.
Salam, Lina ________________________________ From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 3, 2008 10:18:19 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Hang-Liong & Babi Buta Ah itu prasangka buruk lo pada aja, katanya org cina yg bener2 nasionalis n membaur mah gak bakal dibegituin, ga ada tuh yg begituan, itu cuma karena lo pada kurang membaur aja, maunya eklucif aje, diem dirumah ga kenal tetangga, ada baksos dll ga pernah ikut, klo siskamling cuma sumbang duit doank, coba liat tuh cina2 yg membaur n nasionalis gak bakal kena begitu, ga ada tuh diskriminasi n niat jelek dr pribumi, mereka cuma pengen bercanda doank, tolong yah tenglang2 jgn menyebarkan fitnah yg meresahkan yg bakal menyebabkan kejadian 98 terulang lagi ( eh emang ada apaan yah taon 98? Cuma maen kembang api bareng n bersih2 rumah dr para parasit aja kan) Ps: itu kata beberapa tokoh cina yang anti diskriminasi n sangat nasionalis lho bukan kata g, klo g mah nyasar salah jalan aja pernah ditimpukin batu. Jgn2 g bkn diindo yah waktu itu, jd bingung dah. ________________________________ From: tanita herlina Date: Tue, 2 Dec 2008 20:47:22 -0800 (PST) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Hang-Liong Babi Buta Hehehehe, saya juga punya pengalaman seperti ini waktu SD dulu. Setiap pulang sekolah selalu dinyanyikan lagu, syairnya begini: Cina loreng, makan babi sekaleng Nggak habis gw tempeleng lagu itu masih saya ingat dengan jelas, dan sampai sekarang, kalau bertemu dengan orang2 yang dahulu menyanyikan lagu itu, saya jadi senyum2 sendiri dalam hati. Aneh ya, kenapa lagu itu cuma buat orang keturunan Tionghoa, padahal yang makan daging babi kan bukan cuma keturunan Tionghoa saja. Bahkan banyak Tionghoa yang memeluk agama Islam yang sama sekali tidak tau bau apalagi rasa, ataupun memakan olahan dari daging babi (tidak ada maksud sara, hanya mencoba berpikir kritis). Kalau untuk penanggulangan, saya rasa sampai saat ini belum ada ya Pak Yan, tetapi mungkin (ini mungkin lho ya...) anak2 yang bersekolah di sekolah internasional/ swasta umum tidak merasakan hal2 seperti ini (karena siswanya berasal dari berbagai negara/suku dan agama, dan perbedaan bentuk fisik sudah menjadi hal yang wajar). Tapi jujur, saya tidak pernah membenci, apalagi sakit hati dengan lagu itu. Malahan lagu itu saya jadikan pemacu untuk berprestasi lebih baik (walaupun belum jadi yang terbaik). Salam Lina ________________________________ From: Yan Widjaja <yan_widjaya@ yahoo.com. sg> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, December 3, 2008 11:23:34 AM Subject: [budaya_tionghua] Hang-Liong & Babi Buta Hang-Liong & Babi Buta Kamsia Tan Lookay atas guyonan sambutannya. Tapi sebenarnya yang tersirat dalam naskah tersebut adalah secuil kenangan masa kecil - yang bukan tak mungkin juga dialami Lookay atau teman-teman lain. Sebuah tulisan tak mungkin ujug-ujug nongol begitu saja, pasti ada musababnya, begitu pun dengan ide itu. Muasalnya begini, minggu lalu cayhe sempat menonton sebuah film Indonesiaterbaru di Taman Ismail Marzuki, Cikini. Judulnya, “Babi Buta yang Ingin Terbang”, disutradarai anak muda bernama Edwin. Dibintangi antara lain oleh Ladya Cheryl, Pong Hardjatmo, Andara Early, dan Joko Anwar. Terselip latar belakang kerusuhan biadab Mei 1998. Ternyata di antara para undangan terlihat banyak Ncek-ncek dan Ncim-ncim yang antre untuk menontonnya. Padahal ini bukan film biasa, dalam arti sebuah kreasi art yang absurd dan sangat dalam artinya. Rasanya dari seratus orang penonton, dijamin seratus orang itu takkan memahami sama sekali. Mungkin dalam selaksa penonton baru seorang yang mampu. Terus terang cayhe sendiri bukan termasuk orang yang mengerti apa sebenarnya pesan dan maksud Edwin, cuma sekadar meraba-raba belaka … Tidak apa-apa, karena yang ingin cayhe sampaikan, ada satu adegan kecil dalam film Babi Buta tersebut. Begini, ceritanya suatu siang di Surabaya, dua anak SD pulang sekolah, satu lelaki satu perempuan. Di sebuah lorong sepi, tiga anak mencegat, lalu mulai memukuli si bocah sambil memaki, “Cino, Cino!” Jelas bocah keturunan Tionghoa itu tak pernah melakukan kesalahan apa-apa pada para pengeroyoknya. Tapi ia mandah saja digebuki begitu! Nah, adegan itulah yang bikin cayhe terkenang pada hopeng Ung yang pernah dehem-dehem ketika cayhe semasa bocah dikepung empat anak yang sama sekali tak cayhe kenal. Pengalaman serupa pernah terjadi pada sutradara handal Loocianpwe Teguh Karya yang bernama asli Steve Lim Tjoan Hock. Ketika kecil dan dicaci, “Cina lu, Cina lu!”, ia berani balas mengumpat, misalnya, “Batak lu!” atau “Jawa lu!”, begitu ceritanya pada cayhe. Bahkan biduan legendaris Chrisye pun mengalami hal sama, di-Cina-Cinakan sambil disambit batu. Tentu saja waktu itu ia masih kecil, dan yang dilakukannya hanyalah lari pulang ke rumah sambil menangis … Nah, mungkin ada yang punya pengalaman mirip serta punya kiat penanggulangan selain mengandalkan ginkang Hang-Liong-Si- Pat-Ku-Ping? Soja. --- On Wed, 3/12/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Hang-Liong-Si- Pat-Ku-Ping! ________________________________ Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail. com.