Karena Bapa, kaka dan tida begitu keluar dari mulut orang Jakarta dan sekitarnya diimbuhin bunyi K, maka Suwandi yg hidup di Jakarta menuliskan kembali menjadi bapak, kakak dan tidak.
Lidah orang Jawa hanya mengenal huruf akhir A dan K, tdk mengenal G; sedangkan lidah orang jakarta tak mengenal huruf akhir A, tahunya K dan G! Ini yg repot. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: "Erik" <rsn...@yahoo.com> Date: Mon, 05 Apr 2010 09:38:07 To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Subject: [budaya_tionghua] Re: (Bapak menjadi Bapa, atau Bapa diganti jadi Bapak?) Imlek Agama atau Budaya? Nah, ini menarik dan bisa dijadikan thread baru!! Apakah ejaan BAPAK dalam EYD (yang melanjutkan ejaan Suwandi) merupakan ejaan yang tepat dan sempurna.? Kalau kita rajin membaca terbitan-terbitan lama kata itu memang dieja BAPA kok!! Dan kalau dibunyikan juga BAPA (tanpa bunyi K)! Lain dengan kata BADAK, KATAK, JITAK dll yang memang berbunyi akhir K, kata-kata seperti BAPAK, KAKAK, NORAK dll yang tidak berbunyi akhir K sewaktu masih dieja dengan sistem Van Hophuijsen dulu ditulis sebagai BAPA, KAKAK, dan NORA (tanpa akhiran K sesuai dengan bunyinya). Mengapa tiba-tiba Suwandi mengeja kata-kata yang tak berbunyi akhir K itu menjadi BAPAK, KAKAK dan sebagainya?? Ada yang bisa menjelaskannya? Mohon petunjuknya. Salam, Erik ------------------------------------------------------------------------\ ----------- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, pozz...@... wrote: > > Dengan mengganti gantinya, itu merupakan tindskan ego arogansi manusia bagi saya. Mis: kata bapak yang bahasa umum menjadi bapa untuk tuhan yesus. Isa almasih menjadi jesus, bunda maria menjadi mary, menjadi siti maryam. Semua itu bentuk arogansi ego manusia untuk membedakan, untuk mengekslusifkannya.. > Sent from my BlackBerry?smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!