Pada saat manusia pertama kali menatap dunia. Mereka bingung memandang alam
, fenomena alam yang bergejolak dan sering berperilaku ganjil. Manusia pada
awalnya dengan frustasi berusaha menalarkan dunia. Dan dunia juga di
pilah-pilah berdasarkan dikotomi. Antara terang dan gelap , baik dan jahat ,
protagonis dan antagonis , kehancuran dan penciptaan, keindahan dan
keburukan. Sementara itu manusia bersifat otonom dalam menafsirkan segala
sesuatu. Mata menangkap dunia warna-warni. Dikala malam , manusia secara
intuisi merasa tidak aman dan terhimpit oleh kegelapan yang menyingkirkan
dunia luas. Maka manusia memandang malam , kegelapan , warna hitam sebagai
personifikasi keburukan , kejahatan , kontraproduktif karena sulit untuk
melakukan perkerjaan. Pada kesempatan lain , darah bercucuran berwarna merah
, mungkin dari darah manusia itu sendiri , atau dari darah yang keluar dari
binatang buruan mereka. Maka warna merah juga menjadi simbol dari keberanian
, pertumpahan darah , peperangan tergantung interpretasi setiap daerah.
Demikian juga warna-warna lain di interpretasikan sebagai bagian dari simbol
, sarana untuk menggambarkan ide , hijaunya daun , birunya laut dan
sebagainya. *Sejarah Ide*

Bahasa adalah dampak dari perjalanan manusia , hasil dari perjalanan panjang
manusia. Sungai, pohon , sawah, hutan, gunung , matahari , mulut , tangan ,
kaki , bulan , binatang dan lain lain menjelma menjadi huruf. Dan komunikasi
semakin berkembang, dari lisan menjadi tertulis . Dengan perkembangan bahasa
, maka ide-ide saling berkonfrontasi atau saling menguatkan menghasilkan
perkembangan yang lebih cepat dan lebih cepat lagi.

Nadine Gordimer dalam Writing and Being dan pidatonya sebagai pemenang Nobel
Sastra mengatakan bahwa Kata memiliki makna penciptaan , sekuler sekaligus
reliigus. Menguasai kata sama dengan memiliki kekuasaan puncak dan prestis.
Kata terbang melintasi ruang, di pancarkan dari satelit, dan lebih dekat
dengan surga di mana Kata itu berasal. Dari awal yang merupakan goresan pada
batu atau papirus , terus menjadi suara , serangkaian Tanda , melintasi
waktu dari perkamen ke Gutenberg.

The Word was with God, signified God’s Word, the word that was Creation. But
over the centuries of human culture the word has taken on other meanings,
secular as well as religious. To have the word has come to be synonymous
with ultimate authority, with prestige, with awesome, sometimes dangerous
persuation, to have Prime Time, a TV talk show, to have the gift of the gab
as well as that of speaking in tongues. The word flies through space, it is
bounced from satellites, now nearer than it has ever been to the heaven from
which it was believed to have come. But its most significant transformation
occured for me and my kind long ago, when it was first scratched on a stone
tablet or traced on papyrus, when it materialized from sound to spectacle,
from being heard to being read as a series of signs, and then a script; and
travelled through time from parchment to Gutenberg. For this is the genesis
story of the writer. It is the story that wrote her or him into being.
Nadine Gordimer , Nobel Lecture, December 7, 1991

*Simbol
*

Manusia tertawan bersama binatang semenjak kisah Penciptaan. Sebagai sesama
tahanan mereka saling bertatap muka. Sebagian binatang menjelma menjadi
huruf dan bahasa . Sebagian binatang mengilhami manusia untuk terbang
seperti burung , gagah perkasa seperti harimau , tulus seperti merpati , dan
cerdik seperti ular. Sebagian dari binatang menjelma menjadi huruf , menjadi
sarana untuk mempermudah komunikasi. Sebagian berakhir menjadi korban
bakaran dan santapan. Orang Aztec selain mengorbankan binatang di altar juga
mengorbankan sesama manusia.

Ular di anggap sebagai penyebab manusia jatuh ke dalam dosa , racunnya
sebagai instrument pembunuh tapi disatu sisi juga memiliki kuasa untuk
menyembuhkan. Ular selain menjadi lambang Iblis di berbagai kitab suci juga
sebagai lambang di dunia medis. “Lion” menghias bendera Spanyol juga ada
mahluk seperti “lion” di tengah garis kuning bendera nasional mereka.Dan
“lion” menjadi lambang di beberapa daerah Spanyol seperti Andalusia. Medusa
, figur menyeramkan dengan kepala penuh ular juga menjadi bagian dari
bendera Sisilia , Italia.

Di Indonesia sendiri , banteng , padi , garuda , menjadi bagian dari simbol.
Jadi semestinya dapat di mengerti apa itu simbol. Simbol memiliki makna
untuk mewakili gagasan abstrak . berbeda dengan tanda seperti rambu-rambu
lalulintas atau anak tangga yang memiliki arti denotasi dan konotasi
*Sang Naga*

Naga adalah hewan mitos paling global dari Wales sampai ke Jepang. Dan
ditafsirkan berbeda oleh setiap peradaban. Yahudi memandang naga sebagai
lambang dari kekuatan Iblis , dan hal ini di wariskan ke agama katolik ,
kemudian protestan. Naga yang menjadi simbol Iblis di Eropa bertemu dengan
Naga yang di anggap sakral di Tiongkok.

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pernah mencekal Iklan Nike di tahun 2004
karena dianggap  menghina , karena Naga adalah simbol bangsa Tiongkok. Di
gambarkan dalam Iklan itu , Lebron James , the best rookie NBA pada tahun
itu di gambarkan berhasil mengalahkan Naga Tiongkok.

“This commercial was always likely to provoke dispute in China,” said Yao
Ming in an after-game interview on December 9. “So it didn’t surprise me
when I heard it had been banned and widely criticized by Chinese people,
especially youngsters.”"It is a cultural conflict. In China, the dragon is
the symbol of China and Chinese culture and the feitian – the flying woman –
is regarded as sacred and holy. They are not respectfully treated in the
Nike commercial,” said Yao.
Yao clearly understands how cultural conflict can have a great impact. The
NBA All-Star centre himself had the experience of adjusting to American
culture when he arrived in the US to play in the NBA.”My modesty is often
regarded as cowardice. But Chinese tradition has taught me not to be
aggressive. Yet aggression is valued on the basketball court of the NBA,”
said Yao. | China Daily

Jika di perhatikan , Wales juga memakai simbol naga dalam bendera mereka.
Dan tentu untuk setiap simbol ada landasan historis dalam perjalanan sejarah
bangsa mereka. Naga juga menjadi bagian dari negara kecil Asia , Bhutan.
Apakah Wales merupakan kerajaan Iblis?
Pedagang Kaki Lima

Praktik penyebaran agama adalah seperti praktek dagang kaki lima. Sama
seperti merkantilisme awal , berusaha menumpukkan jiwa jiwa sebagai
inventori teologi kemakmuran. Penyebar agama datang ke seluruh penjuru dunia
datang dengan senjata paling mematikan sepanjang sejarah , yaitu kata-kata.
Dan memberondong dengan pelumas saliva tanpa mengenal belas kasihan. Tidak
akan berhenti sebelum kuil bergetar, dewa-dewa bertumbangan dan umat
berhamburan , dan akhirnya di tawan satu persatu. Penyebar agama yang sukses
menjadi sangat terpandang , rumah ibadah menjadi penuh sesak , penuh dengan
orang yang khawatir dengan keselamatan diri. Mereka memakai kacamata kuda
dan mengira sebagai umat terpilih. Kolonisasi telah terbentuk , pedagang
kaki lima menjelma menjadi warlord  dengan koloni yang luas , dan
budak-budak siap mematuhi apa yang di katakan oleh warlord. Kesaksian demi
kesaksian terus bergulir untuk memperkuat imaji. Rekapitulasi kebolehjadian
yang di terjemahkan dengan bebas sebagai mukjizat.

Dari merkantilisme menuju era konglomerasi. Praktik dagang menawarkan
berbagai jasa untuk meningkatkan kolonisasi kearah yang lebih gigantic ,
yaitu suatu imperium global. Dari titik ini berbagai produk dan jasa
diluncurkan. Sistem vassal di terapkan bagi siapapun yang berminat melakukan
kegiatan ekonomi , berbagai konsili di ciptakan untuk menaikkan pangsa pasar
, berbagai fatwa di keluarkan untuk memberi asas legalitas , menjadikan dosa
sebagai komoditi , sektor pariwisata terus di tingkatkan dengan menjadikan
surga sebagai andalan , sampai produk “insektisida” untuk membasmi naga.
Produk ini merupakan saliva suci , karena berasal dari wakil tuhan di dunia
ini , kemudian di kemas dalam kaleng.

Persaingan dan konfrontasi diantara raksasa ini bertujuan untuk melakukan
monopoli. Dengan monopoli maka segala sesuatu menjadi absolut. Dan ironisnya
, siapapun pemenangnya , dia adalah apa yang di gambarkan Thomas Hobbes
sebagai Leviathan , mahluk yang setingkat dengan naga “versi eropa” , tapi
melambangkan ketamakan dan keserakahan.
Shinmen Takezo , Dada

Kirim email ke