Maaf, ada sedikit ralat pada tulisan saya, bukan dua macam akhiran k tapi dua macam k pada akhir suku kata.
________________________________ From: liang u <lian...@yahoo.com> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thu, April 8, 2010 5:33:40 PM Subject: [budaya_tionghua] Ejaan bahasa Indonesia Rekan-rekan, Beberapa hari yang lalu, saya membaca diskusi mengenai ejaan bahasa Indonesia, yaitu ejaan Suwandi dan dua macam akhiran k dalam bahasa Indonesia yang kacau dalam ejaan Suwandi. Karena sibuk saya tak sempat ikut diskusi. Hari ini meskipun sudah kesiangan ingin saya memberikan tambahan sedikit. Di sini saya mencoba memberi penjelasan yang saya tahu, mudah-mudah bisa menambah keterangan yang sudah diberikan rekan-rekan sekalian. Ejaan huruf Latin pertama untuk bahasa Indonesia disusun oleh orang Belanda van Ophuysen. Dalam ejaan ini u menggunakan oe seperti bahasa Belanda, dan u yang dalam bahasa Belanda dibaca menjadi i dengan mulut dimoncongkan tepat seperti yu dan v Mandarin. Tahun 1950-an, tak ingat tepatnya, Suwandi waktu itu menteri pendidikan, merubah oe menjadi u, sama sekali tak ada kesulitan, karena u tidak terpakai dalam bahasa Indonesia waktu itu. Untuk orang Tionghoa ada sedikit pengaruhnya, marga Thung yang dibaca Theng dengan e dibaca seperti pada kata tengggara, mendadak banyak orang menjadi salah baca menjadi Thoeng. Dalam ejaan Suwandi ada lagi beberapa perubahan. Ejaan sebelumnya membedakan k pada akhir suku menjadi dua macam k, yaitu k yang tak keluar bunyinya ditulis dengan tanda ' dan k yang keluar bunyinya. Penggunaan tanda ' sering dilupakan orang, dan kalau mengetik dengan mesin tik saat itu, untuk mengetik ' memerlukan memijat dua tombol, sedang mengetik k tidak. Tambahan lagi dalam praktek orang banyak mengabaikan tanda ' itu. Dengan alasan kepraktisan, maka kedua jenis k itu disamakan menjadi k, tanda ' tidak dipergunakan lagi. Jadilah ra'jat menjadi rakjat, bapa' menjadi bapak dsb. Kita tahu dalam dialek Jawa hampir semua k dibelakang adalah ', sedang dalam bahasa Indonesia kebanyakan justru k bukan '. Ada lagi perubahan lain, dulu dalam bahasa Indonesia ada bunyi sengau yang diambil dari bahasa Arab, contohnya 'adil. 'a ini adalah a dengan bunyi sengau. Dalam ejaan Suwandi tanda sengau ' ini juga dihilangkan, adil adalah a biasa, jadi hilanglah bunyi sengau itu. Ejaan Suwandi ini diperbaiki lagi menjadi EJB, dengan mencoba mengurangi huruf rangkap dan didekatkan dengan kebiasaan internasional yang berbasiskan bahasa Inggeris, dj menjadi j, tj menjadi c, nj menjadi ny, ch menjadi kh, sj menjadi sy. Kalau kita bandingkan dengan dialek Hokkian. Dialek Hokkian punya bunyi sengau yang tak boleh dibuang, karena artinya akan salah, juga mempunyai bunyi k yang tak keluar seperti banyak dalam dialek Jawa, yang juga tak boleh dihilangkan karena artinya bisa salah. Untuk bunyi sengau dipergunakan n pengganti h pada ejaan Ophuysen. Marga Thio dalam ejaan Ophuysen menjadi Tnio. Penggantian ini menghindarkan orang salah baca, dalam ejaan Ophuysen yang dipergunakan untuk nama Tionghoa h yang terletak dibelakang konsonan lain seperti th di atas, melambangkan dua bunyi; h untuk bunyi letusan dan h untuk bunyi sengau. Jadi h pada Thio itu tak jelas, apakah untuk bunyi letupan atau untuk bunyi sengau? Akibatnya menyakitkan, orang yang mempunyai marga sendiri banyak yang salah membunyikannya. Tak mampu membaca nama sendiri secara tepat adalah tragedi. Bunyi k pada akhir suku kata juga kacau, ba'cang ditulis bakcang, daging ba' jadi bak yang berarti mata. Untuk mencegah kekacauan itu, maka sekarang orang mengganti k yang keluar bunyinya dengan q. Jadi Bakcang, k nya hanya menyendak bunyi tak keluar bnyinya seperti pada dialek Jawa, sedang bak pada bakciu = mata, tetap k. Pada saat perumusan ejaan Suwandi maupun EJB zaman menteri Prof. Prijono, ada usulan pemakaian huruf q karena sayang ada huruf tak terpakai dalam alfabet. Yang saya ingat ada yang usul pengganti k tersendat tadi, jadi ra'jat menjadi raqyat, ada yang usul mengganti kh, sehingga kh yang merupakan huruf rangkap hilang. Kedua usulan ini akhirnya ditolak oleh suara yang mengatakan q itu adalah huruf khusus untuk Al Qur'an, jadi tak boleh dipakai keperluan lain. Perlu diketahui dalam ejaan Suwandi kh adalah ch. Kabar menjadi chabar, kemudian khabar, sekarang di Indonesiakan menjadi kabar. Sekedar tambahan, tolong masukkan lain kalau saya lupa ada yang terlewat. z Kiongchiu Liang U ________________________________ From: ardian_c <ardia...@yahoo. co.id> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Thu, April 8, 2010 4:03:34 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: (Pro bung Poz) Imlek Agama atau Budaya? ada yg bedalar diantara penganut kristen jg, contoh neh kristen nestorian yg diuber2 , dicap bidah, dibantai segala macem, beda tuh. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" <crv...@...> wrote: > > Bro Hari, masakan ayat ayat Alkitab dianggap sekedar budaya? Semua penganut > Kristen, apapun budayanya, percaya yang sama. > > Tao, Konghucu juga jangan sekedar dianggap budaya, tetapi kepercayaan. . > > Kalau seorang Kristiani percaya dari ayat ayat, bahwa naga itu buruk, ya > buruklah sang naga.. > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u <liang_u@> wrote: > > > > Jaman dulu yang tidak boleh dipakai rakyat adalah baju bergambar naga, > > sebab itu adalah pakaian resmi kaisar. Sedang nama menggunakan Liong tidak > > dilarang, misalnya jenderalnya Lao Pi yang terkenal bernama Tio Cu Liong. > > 赵子龙 Tio In. > > Kiongchiu > > > > 。 > > > > > > > > > > > > ____________ _________ _________ __ > > From: Hariadi <hariadi.tjahjono@ > > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > > Sent: Mon, April 5, 2010 8:40:17 PM > > Subject: [budaya_tionghua] Re: (Pro bung Poz) Imlek Agama atau Budaya? > > > > > > Dear members, > > > > ijinkan saya sumbang pendapat. > > > > Kebetulan nama saya ada Liongnya, shio ular, dan beragama nasrani. > > Secara chinese, memang Liong itu lambang keberanian, keperkasaan. Dijaman > > doeloe, yg boleh pake nama Liong hanya kaisar. Sedangkan ular bagi chinese > > adalah simbol kebijaksanaan. > > > > Sedangkan secara kristiani (ada ayat2nya dialkitab), naga dan ular adalah > > simbol dari iblis, setan. Dan dibudaya barat memang simbol dari kejahatan, > > banyak cerita satria memerangi naga. > > > > Buat saya not a problem, ini hanya perbedaan budaya. Gak ada yg bener atau > > salah. Dibudaya barat, ortu dipanggil nama saja, di chinese bisa dimaki > > anak puthau. > > Dikebanyakan budaya, menjulurkan lidah itu penghinaan, dinepal (kalo gak > > salah) itu penghormatan. Kita di indo boleh makan sapi, di India sapi itu > > suci dan merupakan sesembahan, mereka gak makan sapi > > > > so ini cuman perbedaan budaya, gak usah dibesar2kan. > > > > salam, > > > > hari > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, pozzzmo@ wrote: > > > > > > Kasih tau donk bro.. Kita kan disini buat share.. Bukan buat marah2.. > > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > > > Teruuusss... ! > > > > > > -----Original Message----- > > > From: "Erik" <rsn_cc@> > > > Date: Mon, 05 Apr 2010 10:36:32 > > > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: (Pro bung Poz) Imlek Agama atau Budaya? > > > > > > > > > Wah, rupanya anda tidak mengerti bahasa Mandarin kalau begitu!! Untuk > > > kata Dragon memang sudah ada terjemahan bahasa Mandarinya!! Cari sendiri > > > ah! Atau tanya sama yang mengerti!! > > > > > > > > > > > > Salam, > > > > > > Erik, > > > > > > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- -\ > > > ---------- > > > > > > In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, pozzzmo@ wrote: > > > > > > > > Perjuangkan jg sampai negara2 berbahasa mandarin memiliki kosa kata > > > khusus lagi buat Dragon.. Boliong mungkin? :) > > > > Cuma suggest.. :) > > > > Sent from my BlackBerry?smartpho ne from Sinyal Bagus XL, Nyambung > > > Teruuusss... ! > > > > > > > > -----Original Message----- > > > > From: "Erik" rsn_cc@ > > > > Date: Mon, 05 Apr 2010 10:11:57 > > > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: (Pro bung Poz) Imlek Agama atau Budaya? > > > > > > > > > > > > Betul sekali, NAGA bukan iblis. Malah dalam tradisi India (termasuk > > > > agama Buddha) Naga adalah salah satu mahluk suci. Dalam sutra-sutra > > > > Buddhis Naga yang berasal dari bahasa Sanskerta memang diterjemahkan > > > > sebagai Long (Áú) dalam bahasa Mandarin. > > > > > > > > Tapi, Naga dan Long/Liong bukan DRAGON, tidak bisa dipersamakan! Yang > > > > satu merupakan mahluk suci/totem yang disakralkan, sedangkan yang > > > > lainnya merupakan simbol iblis yang dihujat! Juga perwujudan antara > > > > Long/Liong dengan Dragon sangat beda kok!! > > > > > > > > Salam, > > > > > > > > Erik > > > > > >