Dear saudara Hariadi dalam kasih! Sebagai saudara seiman yang kebetulan sama-sama keturunan naga pula, saya merasa wajib mengamini pendapat anda itu. Benar sekali, "Lain ladang lain belalang" begitu kata pribahasa! Sebuah simbol yang sama bisa mengandung makna yang berbeda bila simbol itu digunakan oleh kelompok budaya yang berbeda. Demikianlah simbol-simbol agama sering menjadi pemicu pertentangan yang melebar ke peperangan gara-gara penafsiran yang berbeda terhadap simbol itu oleh kelompok yang berbeda.
Secara semiotis, penjelasannya adalah adanya pertentangan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Simbol adalah penanda (signifier) sedangkan isi makna yang terkandung dalam simbol itu adalah petanda (signified). Bangsa India tidak makan sapi, karena bagi mereka Sapi sebagai penanda (signifier) adalah simbol kesucian, namun tidak demikian bagi bangsa lain. Warna putih bagi bangsa barat adalah penanda (signifier)kesucian, tetapi bagi bangsa Tionghoa warna putih justru adalah penanda (signifier) berkabung, karena itu ada orang Tionghoa yang merasa tidak nyaman melihat mempelai wanita barat yang bergaun putih, "emangnya hari perkawinan bagi si mempelai wanita hari berkabung ya?" begitu kira-kira si Tionghua itu bergumam dalam hati. Demikianlah, sebuah penanda (signifier) yang persis sama bisa mengacu pada petanda (signified) yang berbeda, bahkan tak jarang saling bertolak belakang. Contohnya adalah warna putih di atas. Bagi bangsa barat putih simbol kesucian, tapi bagi bangsa Tionghoa justru simbol kedukaan. Itu tidak jadi masalah, sebagaimana anda katakan perbedaan penafsiran itu cuma soal perbedaan budaya. Tapi, bagaimana jika penandanya (signifiernya) sebenarnya tidak sama, tapi dipaksa untuk disama-samakan? Itulah yang terjadi pada Long/Liong dan Dragon yang disama-samakan oleh misionaris barat dulu! Beda dengan warna putih yang memang sama-sama warna putih tapi mengandung makna yang beda di mata bangsa barat dan bangsa Tionghoa, long/liong dan dragon yang sama-sama mahluk imaginer tidak ada sangkut-paut satu sama lain, tidak ada kesamaan antara keduanya, dan kedua-duanya juga berakar pada budaya yang berbeda. Anda katakan, "Secara Chinese, memang Liong itu lambang keberanian, keperkasaan, sedangkan secara Kristiani (ada ayat2nya di alkitab), naga dan ular adalah simbol dari iblis, setan." Mohon maaf bung Hari dalam kasih! yang secara Kristiani merupakan simbol dari iblis dan setan bukan naga, tapi DRAGON. Dan DRAGON itu bukan Long/Liong ataupun NAGA!!!!! Tidak ada kesamaan sama sekali antara Liong/Long dengan DRAGON baik secara antropologis maupun teologis!! Bahkan, wujud Long/Liong pun sangat beda dengan wujud DRAGON, walau dua-duanya adalah mahluk imaginer. So, kenapa ada pihak yang seenak jidatnya menterjemahkan dan menyamakan Long/Liong (yang kata anda merupakan lambang keberanian dan keperkasaan dari bangsa Chinese) itu dengan DRAGON (yang menurut anda pula adalah simbol dari iblis dan setan dalam Kristiani)?? Sekali lagi, Long (atau Liong) bukan DRAGON, keduanya adalah mahluk imaginer yang berbeda dan tidak ada sangkut paut satu sama lain. Kalau keduanya adalah entitas yang sama (seperti contoh warna putih di atas) namun dijadikan simbol dengan kandungan makna yang berbeda oleh budaya yang berbeda, itu adalah masalah perbedaan budaya, dan tentu saja no problem sebagaimana anda katakan. Lain ladang, lain belalang! Tapi, yang menjadi masalah adalah bahwa Long/liong tidak sama dengan DRAGON, tapi disama-samakan oleh para misionaris kita dulu ketika bangsa timur (termasuk Tiongkok) masih sangat terpuruk waktu itu. Menurut saya, perbuatan menyamakan sesuatu yang suci pada bangsa lain dengan ssuatu yang dikutuk pada bangsa sendiri merupakan penistaan dan pelecehan terhadap budaya orang lain. Dan itulah yang dilakukan oleh para misionaris kita dulu bung!! Demikian dari saya, mudah-mudahan anda bisa mengerti! Salam dalam kasih, Erik ------------------------------------------------------------------------\ -------------------------------- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hariadi" <hariadi.tjahj...@...> wrote: Dear members, ijinkan saya sumbang pendapat. Kebetulan nama saya ada Liongnya, shio ular, dan beragama nasrani. Secara chinese, memang Liong itu lambang keberanian, keperkasaan. Dijaman doeloe, yg boleh pake nama Liong hanya kaisar. Sedangkan ular bagi chinese adalah simbol kebijaksanaan. Sedangkan secara kristiani (ada ayat2nya dialkitab), naga dan ular adalah simbol dari iblis, setan. Dan dibudaya barat memang simbol dari kejahatan, banyak cerita satria memerangi naga. Buat saya not a problem, ini hanya perbedaan budaya. Gak ada yg bener atau salah. Dibudaya barat, ortu dipanggil nama saja, di chinese bisa dimaki anak puthau. Dikebanyakan budaya, menjulurkan lidah itu penghinaan, dinepal (kalo gak salah) itu penghormatan. Kita di indo boleh makan sapi, di India sapi itu suci dan merupakan sesembahan, mereka gak makan sapi so ini cuman perbedaan budaya, gak usah dibesar2kan. > > salam, > > hari