[Keuangan] Re: Kwik KG: Indonesia menggugat jilid II?
Bung oka benar sekali. Teori ekonomi mikro dan makro juga mengajarkan hal itu. Pelaku bisnis harus jeli membaca kondisi politik. Guna dijadikan dasar untuk BERINVESTASI dan MENARIK / MENAHAN INVESTASI atau MEMINDAHKAN INVESTASI. Hal ini penting untuk menghindari resiko kerugian akibat perubahan sikon politik dan perilaku masyarakat yang tidak gampang untuk di prediksi. Kebijakan suku bunga, izin usaha, keamanan, ketersediaan sarana jalan, air, listrik, telekomunikasi, keamanan dan keteraturan, kejujuran (fair play), ketenaga kerjaan, pajak, pendapatan perkapita masyarakat, kebijakan perdagangan internasional, kerja sama bila teral, multilateral dsb. Poin-poin diatas, berhubungan erat dengan dunia politik. Karena itulah aktivitas dan pertumbuhan ekonomi itu tidak bisa lepas dari stabilitas dan fair play dunia politik. Salam nazar --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka widana" wrote: > > Pengantar posting sebelumnya, karena kesalahan teknis terpotong, karena saya > anggap penting, maka saya posting lagi dalam versi lengkap > --- > > Tulisan dibawah, sebelumnya saya terima dari rekan Hok An (penggiat millis > AKI yg tinggal di Jerman, CMIIW). Mulanya dalam bentuk PDFuntuk dimuat di > seksi Files millis ini. Akan tetapi saya pikir karena menyangkut issue yg > sedang hangat, maka saya cari versi textnya dan saya muat di psoting regular. > Agak besar memang, equivalen 66 halaman, mohon kesabaran saja dari rekan2. > > Dengan dimuatnya tulisan ini, tentu ada anggapan bahwa saya berpihak pada > salah satu kandidat capres yg berseberangan dg SBY-Budiono. Toh tak ada yg > salah dg keberpihakan, maka saya akui itu. > > Untuk itulah dan untuk fairnessnya, saya mengundang member untuk mengkritisi > tulisan kritis pak Kwik ini. > > Anyway, millis AKI tak akan pernah steril dari politik. Sebagaimana ilmu > ekonomi keuangan yg tak akan pernah steril dari politik, kalo sudah > menyangkut kebijakan dan aplikasi diranah riil. > > Salam, > > Oka Widana > Powered by Telkomsel BlackBerry® >
[Keuangan] Oot: Kita Juga Punya Power
Saat ini sedang gencarnya kampanye pilpres. Banyak opini dan aktivitas persuatif yang dilakukan para kandidat dan tim sukses. Media massa juga ikut mencari bagian dari pesta demokrasi ini. Tapi aktivitas bisnis jangan sampai terganggu. Jangan sampai "TIGA BANDOT TUA" bertarung, pelanduk mati ditengahnya. Ya, sudah saatnya masyarakat cerdas. Bahwa siapapun presidennya, masyarakat awam (non PNS dan Parlemen) tetap membayar pajak (objek pemerintah). Tapi kita butuh pahlawan? Hm, untuk saat ini pandangan materialistis sudah begitu kuatnya. Patriotisme sudah bisa ditukar dengan uang dan jabatan. Karena itu, para pembisnis punya cara sendiri menyikapi manuver politik yang sedang terjadi. Dan pembisnis punya power sangat kuat, yaitu: Ancaman PHK, tutup semua sektor bisnis, jangan bayar pajak dll. Itulah power yang melebihi ketuk palu dewan, laras meriam tentara, lembaran KUHP, dan tanda tangan pejabat. Ya, para pelaku ekonomi punya kekuatan untuk menandingi gaya politik yang tidak fair play di negeri ini. Salam nazar, on:tbo-jbi
Sektor Jasa/ Re: [Keuangan] Cadangan Devisa Double Digit
Iya, memang seperti itulah adanya. Penduduk pribumi terlalu susah untuk diatur (keras kepala dan pemalas). Sesuai pengalaman tour kampanye pemilu 2009 lalu di kab.tebo dapil 3. Secara teoritis, membangun daerah pribumi butuh biaya besar dan waktu yang lama. Tokoh2x masyarakat dan politis pribumi terlalu ego dengan jiwa kedaerahan. Namun pemikiran dan otak pembangunan tidak ada. Pola pikirnya tidak terarah dan primitif. Bahkan cenderung kasar. Jadi secara ekonomi, membangun daerah pribumi itu tidak ekonomis. Walau kepentingan politik dan konsep keadilan, mereka itu harus disentuh pembangunan. Karna itu, untuk kepentingan jangka pendek, fokus saja pada daerah yang sudah maju dan banyak pendatangnya. Untuk jangka panjang, fokus pada daerah pribumi sekadarnya saja. Karena realitanya memang memaksa seperti itu. Salam nazar --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Tjandra Irawan" wrote: > > Bung Hok An wrote: > > . dan kalau mau jujur juga pergantian penduduk, sebab penduduk yang lama > umumnya bukan orang yang menguasai sektor jasa. > > > > Irawan: > > Bung Hok An, bagi saya, ini bagian yang paling menarik. Karena banyak yang > mau maju tapi tidak mau jujur dan siap melaksanakan syarat untuk maju, > karena konsekuensinya mungkin menggusur mereka, he, he, . Di mana pun juga > terjadi bahwa daerah yang maju adalah daerah pendatang, ini sesuai teori > migrasi. Lihatlah Jakarta, berapa banyak penduduk aslinya? DI Medan, berapa > banyak orang Padang dari Sumatera Barat di sana? Sungguh mengejutkan. Salah > satu program pemerintah yang berhasil dalam memajukan daerah adalah program > transmigrasi. Daerah trans selalu berkembang dengan pesat menjadi kota, > walau korbannya juga cukup banyak.
[Keuangan] Re: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bukan Mustahil
Hm, itu kan cuma asumsi. Realnya tidak seperti itu. Saat ini dikatakan perekonomian indonesi mengalami pertumbuhan. Namun coba lihat sendiri dilapangan, orang miskin bertambah banyak. Yang bertambah makmur adalah orang-orang pemerintahan, DPR dan DPRD. Saat ini, pemerintah dan DPR/D terlalu sibuk membuat opini persuatif. Namun kenyataan dilapangan berbeda dengan asumsi-asumsi tersebut. Salam nazar on tebo NB: Jangan biarkan orang lain yang menengatur hidup anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana wrote: > > http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/06/10/02215465/pertumbuhan.ekonomi.7.persen.bukan.mustahil > > /Home/Bisnis & Keuangan <http://bisniskeuangan.kompas.com/>/Ekonomi] > > *Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bukan Mustahil* > Rabu, 10 Juni 2009 | 02:21 WIB > > *JAKARTA, KOMPAS.com *- Pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen pada 2010 > bukan hal mustahil, namun dinilai terlalu ambisius di tengah dampak krisis > global yang belum sepenuhnya pulih. "Yang disepakati di Komisi XI DPR untuk > asumsi pertumbuhan ekonomi 2010 itu 5-6 persen, artinya kalau optimis akan > mengarah ke 6 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman > Heriawan di Jakarta, Selasa (9/6). > > Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 7 persen bukan hal mustahil > namun hal itu juga akan tergantung dari kondisi internal dan eksternal. Di > sisi internal kalau semua mesin pertumbuhan ekonomi sudah jalan, konsumsi, > dan investasi bertambah kuat, maka bisa saja pertumbuhan ekonomi mencapai > tujuh persen. > > "Juga bagaimana pengeluaran pemerintah termasuk stimulus fiskal, konsumsi > masyarakat, supply kebutuhan masyarakat bisa dijaga," katanya. Sementara > itu dari sisi eksternal, kata Rusman, harus dilihat apakah perekonomian > dunia sudah pulih sepenuh
Re: Bls: [Keuangan] tanya tarif pph 23
Hai semua Ada yang bertanya kepada saya, pajak ini kewajiban atau sedekah? Bagi penerima sedekah (pemerintah dan parlemen), pajak itu bagus. Bagi objek pajak, itu memberatkan, apalagi ditengah krisis ini, kata seorang rekan saya. Ya, dari dulu pajak selalu menjadi masalah. Di negara2x maju juga begitu. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Dahrul Siregar wrote: > > Sebesar 2% dari nilai kontrak/termin tidak termasuk PPN > > > --- Pada Rab, 27/5/09, retnoa...@... menulis: > > > Dari: retnoa...@... > Topik: [Keuangan] tanya tarif pph 23 > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Tanggal: Rabu, 27 Mei, 2009, 7:58 AM > > > > > > > > > Dear Milister, > > Mau numpang tanya tentang Tarif PPh. Untuk jasa kontraktor kita potong > PPh Ps 23 nya berapa % nya? > > Terima kasih... > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > ___ > Dapatkan nama yang Anda sukai! > Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. > http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Yang bener nih anda setuju? Jika iya, mari kita pukul bedug dan kentongan (kalo parlemen sih ketuk palu). Perlu diingat bahwa presiden manapun, didunia ini jika tanpa bantuan para mentri, dinas, staf dan masyarakat, tidak ada apa-apanya. Jadi ya, capres2x itu bukan satu2xnya tolak ukur pertumbuhan ekonomi. Orang2x yg berada dibelakangnya, pergaulan internasional, dan dukungan masyarakat merupakan hal yang paling penting. Inti dari pembangunan ekonomi itu adalah terbagi ratanya kekayaan dan daya beli masyarakat. Itu bisa dalam bentuk lapangan kerja dan peluang usaha/bisnis. Lapangan kerja dan bisnis yang layak dan fair tentunya. Salam nazarjb --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Reza P wrote: > > Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatkan pada fakultas > ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum > hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris > melihat perdebatan antara "ekonomi neolib" dan "kerakyatan". Ketiga calon > presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka > sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi > ini hanya untuk menarik perhatian saja? > IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi. > > Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di > Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta > mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen > dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah > strategi kampanye dengan menggunakan kombinasi kata "ekonomi" dan "rakyat" > itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label "neo > liberalisme" yang seakan-akan pro konglomerasi? > > AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas > labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal? > > Mohon maaf kalau OOT. > Salam, > Reza > > > > > > Dari: nazar > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04 > Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! > > Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan > yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. > > Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan. > > Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam > lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah & > gentayangan. > > O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena > pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. > > Salam > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo > wrote: > > > > terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni > > UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini > > sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu > > pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa > > menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. > > sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg > > "baik". > > menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar > > mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota > > legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau > > membuat tulisan. > > kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah > > satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak > > melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg > > lain. > > > > salam > > > > Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser > ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! > http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah & gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam On 5/26/09, prastowo prastowo wrote: > terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, > bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit > banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah > yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan > berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. > sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg > "baik". > menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk > kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. > Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. > kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah > satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak > melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg > lain. > > salam > > > > > > Dari: nazar > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Senin, 25 Mei, 2009 19:50:56 > Topik: Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! > > Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi > adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di > temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti > ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi > pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x > normatif. > > Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak > pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang > tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau > disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x > kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-). > > Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu > diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah > ekonomi deskriptif. > > Jika begitu, pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena > manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan > ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga > situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi > tersebut) > > salam >
[Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah & gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo wrote: > > terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, > bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit > banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg > paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan > berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. > sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg > "baik". > menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk > kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah > banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. > kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah > satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak > melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg > lain. > > salam > > > > > > Dari: nazar > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Senin, 25 Mei, 2009 19:50:56 > Topik: Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! > > Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi > adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di > temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti > ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi > pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x > normatif. > > Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak > pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang > tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau > disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x > kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-). > > Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu > diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah > ekonomi deskriptif. > > Jika begitu, pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena > manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan > ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga > situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi > tersebut) > > salam >
Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x normatif. Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-). Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah ekonomi deskriptif. Jika begitu, pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi tersebut) salam Pada tanggal 25/05/09, prastowo prastowo menulis: > Saya sependapat Mas. Bahwa dlm praktiknya tidak ada sistem pasar murni > maupun sistem perencanaan murni, haruslah campuran keduanya. Alasan saya, > pertama terkait modus eksistensi manusia sebagai mahluk individu (perlu > insentif, ruang kreatif, kebebasan, dan di pasarlah ini terwadahi ), di sisi > lain sebagai mahluk sosial ia berelasi dg liyan (others) untuk mencapai > kebaikan atau kesejahteraan bersama. Di sinilah perlu proses deliberasi, > diskusi, dan perencanaan. Ini karena keinginan orang berbeda-beda sementara > prioritas haruslah disusun. > Melulu percaya pada mekanisme pasar, sudah terbukti tidak berhasil, pula > semata-mata mengandalkan perencanaan. Saya sendiri merasa keduanya hanyalah > cara atau alat dan bukan substansi. Yang mendasar adalah ilmu dan sistem apa > pun haruslah membawa kebaikan bersama. Nah, kebaikan ini masuk dlm kategori > etis, maka pertanyaan lanjutan adalah di mana etika dlm ilmu ekonomi dan > praktik bisnis? > > Inilah saya kira substansi debat yang sesungguhnya. Bagi pendukung fanatik > ekonomi pasar, Amartya Sen sudah mencontohkan, bahkan dlm hal2 vital jelas > banyak yg berjalan di luar pasar, seperti jaring pengaman sosial, dana > pensiun, asuransi, dll. Dan bagi pendukung perencanaan murni, itu adalah > masa lalu ketika Soviet sudah runtuh. > > Cina agaknya sebuah contoh menarik, kalau Arrighi bilang sistem ekonomi > pasar non-kapitalis, Singapura sendiri memiliki BUMN2 yg tangguh. Semoga > bangsa kita mampu merumuskan yg terbaik berdasarkan pengalaman dan > kebutuhannya sendiri. Dan kata "kerakyatan" semoga menjadi ciri yg > membedakan krn keberpihakan pd kebaikan bersama, dan itulah suntikan etika > dlm praktik ekonomi. > > salam > > > > > > Dari: anton ms wardhana > Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 20:11:05 > Topik: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! > > saya sepakat dengan tulisan ini. ekonomi pasar, yang mana aja sebutannya, > sebenarnya tidak bermasalah sepanjang fair. > dan untuk itu, peran negara/pemerintah sangat menentukan, dalam hal > pembuatan aturan main dan menjaga dipatuhinya aturan tersebut. IMHO, negara > yang lain pun berharap seperti ini. bahkan US pun membuat aturan tata niaga > yang ketat untuk melindungi produksi dalam negerinya. > jadi, IMHO (lagi), negara di sini berfungsi sebagai regulator. tapi ini > tidak berarti semua hal harus diatur oleh negara :) > > pendapat pribadi: regulasi itulah yang menentukan keberpihakan pada rakyat > (yang lebih banyak) atau pada rakyat (yang lebih sedikit.. biar lebih > sedikit kan tetep rakyat juga ;p wkwkwkwkwk). > > omong-omong, mohon ini dibaca sebagai sharing, saya bukan jurkan, dan asli > masih swing voter.. > > *BR, ari.ams > ** > ** > *Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Oleh Jusuf Kalla - 23 Mei 2009 - > Dibaca 953 Kali -sumber: > http://jusufkalla.kompasiana.com/2009/05/23/ekonomi-pasar-boleh-saja-asal-fair/ > > ketika zaman saya menteri dulu, saat itu kita masih berhubungan dengan IMF. > Saya adalah salah satu menteri yang sangat menentang daripada intervensi > IMF, yang notabene ingin mencampuri urusan kita. Mereka ingin membubarkan > BULOG, ingin agar peerdagangan Gula itu bebas, perdagangan beras menjadi > bebas. Saya menolak mereka karena mereka ingin menjalankan liberalisme > secara besar-besaran di Indonesia. Ini kan sangat berbahaya, bisa bisa > petani kita habis. > > Saya selalu beranggapan perana pemerintah masih penting untuk mengontrol > pasar di dalam negeri. Bukannya kita anti ekonomi Global, tapi satu hal yang > mesti diingat perdangan Global sangat tidak Fair. Negara ketiga hanyalah > menjadi Price Taker, sementara Negara Maju menjadi Price Maker. Kita tidak > bisa menentukan berapa harga dari setiap hasil bumi kita, karena semua sudah > ditentukan oleh pembeli.
Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
Yang saya bicarakan adalah realita. Dulu saya juga terjebak dengan pandangan teoritis itu, namun realitanya berbeda. Dari dulu saya mengatakan bahwa teori selalu bagus dibanding realita. Dan mau tidak mau kita harus melihat dan mengalami realita itu. Dan tentunya kita dihadapkan pada dua pilihan, pasrah pada realita atau berusaha untuk merubahnya. Tetapi tanpa instrumen kekuasaan/power pun kita tidak bisa berbuat banyak, bukan? Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo wrote: > > Politik itu asal katanya dari 'polis', bisa berarti hidup bersama atau juga > suatu keadaan hidup bersama. Bicara politik artinya bicara perihal hidup > bersama. Jika politik dipahami secara individual-egoistik, artinya sudah > keluar dari yang semestinya. Maka ya tugas pendidikanlah untuk mengembalikan > ini. Silahkan saja Anda berkeyakinan bahwa diri sendiri yg akhirnya bisa > menjamin eksistensi diri, tetapi sebagai sebuah prinsip hidup bersama, itu > tidak memadai. > Saya kira masih banyak orang percaya pada adanya gagasan dan peluang hidup > bersama, dan gerakan2 untuk itu masihlah eksis., meski banyak jg orang > skeptis. > menjawab pertanyaan Anda, SIAPA yg berkepentingan? ini soal relasi kekuasaan, > dan seluruh gerak hidup adalam relasi kekuasaan. Tidak ada ilmu bebas nilai, > termasuk ekonomi. Maka yg penting adalah memahami dan mengerti bagaimana > relasi kekuasaan sekarang dan seharusnya. > > salam > > > > > > Dari: nazar > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 15:30:36 > Topik: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi > > > > > > Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan > dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor > asing, elit politik? dsb. > > Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? > Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR > juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah > bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat > saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. > > Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, > mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada > benarnya > > Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis > disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, > kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. > > Salam > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo > wrote: > > > > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan > > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh > > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara...
Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor asing, elit politik? dsb. Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, mereka itu subjek. Dan kita adalah objek. Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. Salam wrote: > > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya > Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai > pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' (mengikuti > pemikiran ekonomi politik Milton Friedman, dan tak pernah dikoreksi atau > dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan antitetik seperti itu > juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu. > > Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar > yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan > Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' > dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir > yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang > dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali ke > realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar exchange > tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita kecil, tukar > - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan Amartya Sen di New > York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas Sarkozy, tak usahlah > mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah kembali ke karya2 klasik; > baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment > karya Adam Smith, lalu kita potret kembali rumusannya tentang apa > itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan > mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak > kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan? > > Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? Pasar > sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan komunisme > memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis non-komunis sdh > kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak membacanya. Misalnya > karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel, Karl Polanyi, semua mengkritik > pasar sebagai ideologi 'market-system' bukan 'market as a place of > transaction'. Nyatanya pasar-sempurna tak pernah dan tak bakalan terwujud, > krn ia tidaklah alamiah seperti disangka. Buktinya apa? sistem pasar pernah > tidak ada di panggung sejarah. > Karl Polanyi, mengikuti Thurnward dan antropolog lain sebelumnya, di 'The > Livelihood of Man' dan 'The Dahomey and Slave' menuliskan ini dengan apik. > Pasar (exchange) hanya salah satu, dan bukan satu-satunya modus. > > Kalau mau digali, kita punya banyak nilai yg hilang, krn dlm ilmu ekonomi > manistream itu dieksternalisasi krn dianggap tidak ilmiah. Jika mau agak > ilmiah namun di luar mainstream, mungkin Anda bisa baca Amartya Sen, dlm 'the > Rational Fool' atau 'Development as Freedom'. Di situ andaian 'rational man' > dlm ilmu ekonomi dijungkirbalikkan. Hemat saya, sekali lagi ini pendapat > saya, ekonomi kerakyatan adalah paham negara-kesejahteraan yg dicita-citakan > pendiri bangsa ini, tetapi seyogianya tidak mengulang kesalahan 'golden age' > keynesianisme, melainkan bertumpu pada sistem demokrasi partisipatoris dan > ditopang civil society yg tangguh. > > salam > Dari: Hardi Darjoto > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Kamis, 21 Mei, 2009 23:23:34 > Topik: Re: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi > > Tetap saja saya belum mengerti definisi Ekonomi Kerakyatan versi pak > Mubyarto ini. Betul ada 6 moral pembangunan yang disebut disitu, tetapi > masih mengawang-awang tuh bagaimana implementasinya. > > Maksud saya, jika Ekonomi Kerakyatan ini merupakan lawan dari Neoklasik, > yang diwakili oleh Washington Consesus, apakah bisa disimpulkan bahwa > Ekonomi Kerakyatan ini merupakan lawan dari Washington Consesus? Dengan > demikian, apakah Ekonomi Kerakyatan itu menjadi seper
Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
Yang saya bicarakan adalah realita. Dulu saya juga terjebak dengan pandangan teoritis itu, namun realitanya berbeda. Dari dulu saya mengatakan, teori selalu bagus dibanding realita. Dan mau tidak mau kita harus melihat dan mengalami realita itu. Dan tentunya kita dihadapkan pada dua pilihan, pasrah pada realita atau berusaha untuk merubahnya. Tetapi tanpa instrumen kekuasaan/power pun kita tidak bisa berbuat banyak, bukan? Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo wrote: > > Politik itu asal katanya dari 'polis', bisa berarti hidup bersama atau juga > suatu keadaan hidup bersama. Bicara politik artinya bicara perihal hidup > bersama. Jika politik dipahami secara individual-egoistik, artinya sudah > keluar dari yang semestinya. Maka ya tugas pendidikanlah untuk mengembalikan > ini. Silahkan saja Anda berkeyakinan bahwa diri sendiri yg akhirnya bisa > menjamin eksistensi diri, tetapi sebagai sebuah prinsip hidup bersama, itu > tidak memadai. > Saya kira masih banyak orang percaya pada adanya gagasan dan peluang hidup > bersama, dan gerakan2 untuk itu masihlah eksis., meski banyak jg orang > skeptis. > menjawab pertanyaan Anda, SIAPA yg berkepentingan? ini soal relasi kekuasaan, > dan seluruh gerak hidup adalam relasi kekuasaan. Tidak ada ilmu bebas nilai, > termasuk ekonomi. Maka yg penting adalah memahami dan mengerti bagaimana > relasi kekuasaan sekarang dan seharusnya. > > salam > > > > > > Dari: nazar > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 15:30:36 > Topik: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi > > > > > > Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan > dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor > asing, elit politik? dsb. > > Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? > Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR > juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah > bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat > saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. > > Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, > mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada > benarnya > > Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis > disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, > kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. > > Salam > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo > wrote: > > > > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan > > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh > > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya > > Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai > > pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' > > (mengikuti pemikiran ekonomi politik Milton Friedman, dan tak pernah > > dikoreksi atau dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan > > antitetik seperti itu juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu. > > > > Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar > > yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan > > Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' > > dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir > > yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang > > dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali > > ke realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar > > exchange tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita > > kecil, tukar - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan > > Amartya Sen di New York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas > > Sarkozy, tak usahlah mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah > > kembali ke karya2 klasik; baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The > > Theory of Moral Sentiment karya Adam Smith, lalu kita potret kembali > > rumusannya tentang apa > > itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan > > mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak > > kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan? > > > > Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? > > Pasar sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan > > komunisme memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis > > non-komunis sdh kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak > > membacanya. Misalnya karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel,
Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor asing, elit politik? dsb. Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada benarnya Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo wrote: > > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya > Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai > pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' (mengikuti > pemikiran ekonomi politik Milton Friedman, dan tak pernah dikoreksi atau > dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan antitetik seperti itu > juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu. > > Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar > yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan > Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' > dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir > yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang > dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali ke > realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar exchange > tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita kecil, tukar > - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan Amartya Sen di New > York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas Sarkozy, tak usahlah > mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah kembali ke karya2 klasik; > baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment > karya Adam Smith, lalu kita potret kembali rumusannya tentang apa > itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan > mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak > kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan? > > Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? Pasar > sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan komunisme > memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis non-komunis sdh > kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak membacanya. Misalnya > karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel, Karl Polanyi, semua mengkritik > pasar sebagai ideologi 'market-system' bukan 'market as a place of > transaction'. Nyatanya pasar-sempurna tak pernah dan tak bakalan terwujud, > krn ia tidaklah alamiah seperti disangka. Buktinya apa? sistem pasar pernah > tidak ada di panggung sejarah. > Karl Polanyi, mengikuti Thurnward dan antropolog lain sebelumnya, di 'The > Livelihood of Man' dan 'The Dahomey and Slave' menuliskan ini dengan apik. > Pasar (exchange) hanya salah satu, dan bukan satu-satunya modus. > > Kalau mau digali, kita punya banyak nilai yg hilang, krn dlm ilmu ekonomi > manistream itu dieksternalisasi krn dianggap tidak ilmiah. Jika mau agak > ilmiah namun di luar mainstream, mungkin Anda bisa baca Amartya Sen, dlm 'the > Rational Fool' atau 'Development as Freedom'. Di situ andaian 'rational man' > dlm ilmu ekonomi dijungkirbalikkan. Hemat saya, sekali lagi ini pendapat > saya, ekonomi kerakyatan adalah paham negara-kesejahteraan yg dicita-citakan > pendiri bangsa ini, tetapi seyogianya tidak mengulang kesalahan 'golden age' > keynesianisme, melainkan bertumpu pada sistem demokrasi partisipatoris dan > ditopang civil society yg tangguh. > > sal
Re: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran
Hm, ini kado buat bung kelik. http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme Disana dijelaskan bahwa neolib itu: 1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam perekonomian, pasar dan hak perorangan. 2. Tidak ada UMR 3. Pasar bebas/global 4. Daerah politik yang dikuasai, bisa dijadikan pusat bisnis. 5. Ada upaya politik & intervensi militer untuk mengembangkan ekonomi. 6. Privatisasi BUMN Nah jika begitu, Berarti ekonomi kemiliteran adalah neolib, yang menjual BUMN juga neolib, perdagangan bebas nol pajak & beacukai juga neolib. Hm, disatu sisi neolib cenderung menjadi ekonomi HUKUM RIMBA dan mematikan pemerintah. Tetapi disisi lain ekonomi sosialis cenderung rasis, KKN, memakmurkan pemerintah, tetapi memberatkan masyarakat dan pembisnis non BUMN. Ayo silahkan pilih, semua konsep diobral seribu tiga! Ayo, ayo..silahkan pilih. Salam Nazar on tebo Nb: persahabatan baru terasa jika kita tidak bersama-sama lagi. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, kelik pr wrote: > > > > Yang belum putus adalah penolakan Boediono karena condong neoliberalisme. > Lalu, apa pengaruhnya faham itu terhadap ekonomi Indonesia? apa hanya dilihat > dari sisi pinjaman LN saja? Padahal, AS sudah jebloklantas, Indonesia mau > berkiblat kemana lagi??? > > saloom > > From: prastowo prastowo > Subject: Bls: Bls: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan v > > > Sekedar itukah? mudah bung, tinggal tunjuk saja ketiga pasang itu > bukan? Dan, sungguhkah ada? perlu pembuktian bung. > > Bukankah jika demikian lebih pantas rakyat jelata yg memimpin negeri ini, yg > pasti tak pernah disuap dan tak berbisnis/ > > Mohon maaf, dlm arti tertentu BLT itu suap bukan? Setidaknya dari sisi > kepantasan? > > > > JK tadi malam bersama Suryopratomo di MetroTV mengoreksi Tom yg mengatakan ia > pengusaha, ia bilang "saya mantan pengusaha". > > Bagi saya, syarat 'tak menerima suap dan tak berbisnis' itu baru dua syarat, > selebihnya pastilah ada. > > Saya meendengar kekayaan Obama naik, sebagian dari nilai saham hasil > investasinya, dan sisanya dari royalti buku. Haramkah Obama berbisnis? tidak, > tetapi etikanya yg dipegang. > > > > Hemat saya, lebih mendesak dan penting kita membuat konstruksi normatif. > Maaf, saya tidak selera dg tiga pasang capres-cawapres yg ada, dan tidak > ambil pusing untuk memilih mana. Mencari pemimpin tak sama dengan mencari > manajer. Bangsa ini mungkin lebih sukses jika dipegang Hermawan Kertajaya, > atau menyewa Lee Kuan Yew? tapi tidak demikian bukan, justru karena kita > meyakini negara tidak sekedar urusan manajerialisme, sebuah bangsa adalah > juga soal mimpi, visi, dan mengembalikan martabat bangsa ke visi Pasal 33 UUD > tidak mudah. Terlebih karena kita tak punya pemimpin sevisioner > Soekarno-Hatta- Sjahrir-Natsir. Semua terjebak dlm partikularitas. > > > > Dan, sayang sekali, tidak simpel dan tak bisa langsung, kecuali memang lima > tahun lagi kita akan terus begini. > > > > salam > > > > _ _ __ > > Dari: Hardi Darjoto > > Kepada: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com > > Terkirim: Senin, 18 Mei, 2009 20:49:24 > > Topik: Re: Bls: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran
Re: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran
Haha, Kalau begitu, orang beli barang, bekerja, berbisnis harus ditodong sama senjata atau meriam? What up mr jenderal! Ekonomi itu sebuah sistim micro dan macro, domestik dan manca negara. Ini semua berjalan secara bersamaan (sistematis). Jika ada unsur/elemen sistim itu yang macet, maka semuanya macet. Ya, di jaman global ini sistim ekonomi menjadi sangat luas. Susah di prediksi dan susah diatur. Jadi kalau di todong dengan senjata, ya siapa yang mau? Paling juga kalau berjalan hanya sebentar, dan ahirnya muncul pemberontakan! Sebenarnya ekonomi itu berjalan karena ada SDM, SDA, Modal, sistim/manajemen dan pola hidup masyarakat (environment). Jadi ya, tinggal melihat2x unsur2x ekonomi itu sendiri. Mana yang sedang bermasalah/vakum. Mau kerakyatan, kemiliteran, kapitalis, atau apa kek yang penting gue bisa makan, kata teman saya. Hm? Apa iya begitu? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, harry laksana wrote: > > Pemikiran yang bagus dari bung Poltak, "Ekonomi Kerakyatan" > identik dengan "Ekomomi Kemiliteran" sebagaimana penanganannya seperti > cara komando militer. Ekonomi kerakyatan selama ini yang sering didengung- > dengungkan basis teorinya maupun studi empirisnya bearasal dari sosialisme > kerakyatan atau dalam praktiknya lebih sering dilencengkan menjadi sosialisme > yang menjurus otoriter yang sering kita jumpai dibeberapa negara terdahulu. > Saat ini skim ekonomi seperti tersebut tidak laku untuk dijual, apabila tidak > diikuti > dengan pemerintahan yang agak otoriter. Misalnya, China telah merubah sistem > ekonomi nya yg berbasis pasar begitu juga Rusia, dsbnya.Kecuali bebrapa negara > Amerika selatan, seperti Venezuela, Bolivia, dsbnya yang mengarah kesana tapi > terlibih dulu menasionalisasikan perusahaan2 asing. Jadi sepertinya kita > perlu lebih > jelas dulu mengetahui paham ekonomi kerakyatan sebagaimana yang dimaksud, > dan jangan sampai timbul diskursus tentang pengertian tsb. > > > > > - Pesan Diteruskan > Dari: Poltak Hotradero > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Senin, 18 Mei, 2009 11:49:43 > Topik: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran > > > > > > > Lawannya "Ekonomi Kerakyatan" seharusnya adalah "Ekonomi > Kemiliteran" , di mana ekonomi diurus seperti mengurus militer - semua > di bawah satu komando. > > Apa iya para jenderal bisa ngerti "Ekonomi Kerakyatan" - kalau mereka > seumur-umur belajarnya militer? Apa bisa ekonomi jalan, kalau > semuanya harus di bawah komando?
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Saya sependapat dengan bung. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Yang ada hanya mendekati sempurna. Toh, bukankah kehidupan di dunia ini adalah permainan dan sandiwara? Dalam realitanya, hal-hal yang normatif itu sangat jarang kita jumpai. Teori dan normatif selalu lebih bagus di banding realita yang ada. Di dunia ini yang banyak terjadi adalah abu-abu. Bukan hitam-putih. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec" wrote: > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan > > neuroscience ini. > > > > Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua > scientist, dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kalau mau jujur, > semua hal kita harus ragukan dulu, sebelum yakin. Descartes bilang ""cogito, > ergo sum". NGak ada teori yg waterprof, apalgi di bidang social science. > Erwin Schrödinger bilang "The mistakes of the great, promulgated along with > the discoveries of their genius, are apt to work havoc". Ironisnya, kenapa > org skeptis itu malah memperkuat temuan di neuroscience tsb. > > > > Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang > > rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap > > objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka > > pendirian/believenya juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut > > teori "Memilih/choice", orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu > > yang nilainya tinggi, dan tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). > > Jika seseorang menganggap objek A tidak begitu penting, maka tingkat > > selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya indikator krisis > > kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka tingkat > > selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan dengan > > asal-asalan. > > > > O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang > > berkompeten. Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih > > memang mampu menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di > > implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. > > Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan > > masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, > > sda dan modal bangsa ini? Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan > > pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai > > the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa > > di daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang > > berkualifikasi. > > > > Aku lagi ngak permasalahkan hal yg normatif, yg kutulis ialah apa yg terjadi > (mekanisme prosesing informasi di otak, sehingga membuat keputusan). >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan neuroscience ini. Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka pendirian/believenya juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut teori "Memilih/choice", orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu yang nilainya tinggi, dan tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). Jika seseorang menganggap objek A tidak begitu penting, maka tingkat selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka tingkat selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan dengan asal-asalan. O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang berkompeten. Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih memang mampu menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, sda dan modal bangsa ini? Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa di daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang berkualifikasi. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec" wrote: > > Pertama, aku harus meluruskan dulu. Aku ngak pernah nulis "teori cognitive > dan neuro". Apa yg kutulis ialah hasil riset di bidang tsb. > > Selanjutnya, ada beberapa perbedaan antara pengambilan keputusan, karena > setting pengambil keputusannya berbeda. Antara produk dan jasa saja berbeda, > begitu jg antara produk berbentuk, dan produk finansial. Dua faktor yg > paling menentukan ialah kekompletan informasi dan waktu. > > Namun, mekanisme prosessingnya sama. informasi yg masuk ke dlm otak, selalu > emosi dulu yg main, jika lolos maka masuk ke prefrontal cortex - organ yg > menganalis secara logika. > > Menjawab pertanyaan anda, silahkan anda coba exercise sendiri dulu, apa > informasi saya bisa lolos amygdala anda. > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > Ini menarik. > > Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku > > memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? > > Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan > > tetap 10-20%? >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Ini menarik. Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan tetap 10-20%? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec" wrote: > > Bung Nazar, > > Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik > sendiri, yah? > > Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah > independen. Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka "independen" dalam > menyoblos. Ada hal hakiki yg para penebar duit lupa, yaitu masyarakat bukan > milih melulu karena duitnya. Ada hal yg mendasar (berdasarkan riset2 yg > dilakukan oleh para cognitive scientist dan neuroscientist). > > Aku ilustasikan yah..Misal dari 70 jt penduduk pemilih. Mungkin hanya 10-20 % > pemilih yg benar2 fanatik. Sementara sisanya adalah swing voters. Apa yg > membuat 20% jg fanatik pada partainya masing2 adalah kesusaikan identitas. > Sekali identitas/emosional tsb terbangun, susah untuk dirubah (ini > menjelaskan teori Anis Baswedan bhw pemilih yg memilih partai berdasarkan > agama kalaupun pindah pasti partai agama, sementara yg nasionalis ke > nasionalis). > > Apa yg dilakukan oleh stratego politik di kampanye bukan merebut konstituen > fanatik. Contoh, betapapun fakta yg dikasih oleh partai X ttg lawannya, > mereka yg sulit memindahkan pilihannya. Yg seharusnya digarap ialah 80% swing > voters. Apa yg harus dilakukan simple jg, ialah membangun emosi swing > voters. Uang salah satu cara, tapi ada cara yg lebih ampuh (paling kurang > menurut para cognitive scientist dan neuroscientist). > > Enda > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > Ah jadi gatal juga untuk beropini. > > > > Berbicara tentang emosional, > > Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif > > orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. > > > > Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, > > keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg > > TIDAK SANTUN? > > > > Coba bandingkan dengan " Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. > > Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih > > SANTUN? > > > > Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. > > Politik persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah > > naifnya jika cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti > > masyarakat tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif > > doktrin itu dilakukan > > > > Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual > > barang dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita > > serahkan kepada pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, > > kode etik itu tidak begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di > > capai, yaitu keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada > > pikiran sosial, itu akan menjebak bisnis kita. > > Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, > > sementara masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus > > berpikiran untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan. > > > > Salam
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Ah jadi gatal juga untuk beropini. Berbicara tentang emosional, Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg TIDAK SANTUN? Coba bandingkan dengan " Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih SANTUN? Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. Politik persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah naifnya jika cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti masyarakat tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif doktrin itu dilakukan Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual barang dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita serahkan kepada pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, kode etik itu tidak begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di capai, yaitu keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada pikiran sosial, itu akan menjebak bisnis kita. Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, sementara masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus berpikiran untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec" wrote: > > Aku lihat lagi, rupanya ada salah tulisan yg sgt mengganggu > > tertulis : > > "...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw > political science lebih banyak merupakan pilihan emosional", > > seharusnya > > "...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw > POLITICAL DECISION lebih banyak merupakan pilihan emosional" > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec" wrote: > > > > Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan > > dalam konteks decision making. >
[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hm, bung Anda terbawa arus pemikiran bung poltak. Sudah saya batasi tadi penomena pemilu di DAERAH YANG BELUM MAJU. Hm, begini saja. Agar topik oot ini tidak mengganggu yang lain, PM saya saja lewat Japri. Jadi lebih leluasa tanya jawabnya. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arianro pantun daud wrote: > > Jadi ingin tahu sebenarnya posisi bung nazar ada dimana supaya saya bisa > lebih memahami penomena bung nazar ini. Kiranya pertanyaan sederhana dibawah > ini dapat dijawab: > > > >1. apakah p'nazar adalah caleg? >2. kalau 1 jawabannya adalah ya, apakah p'nazar caleg jadi? >3. kalau 2 jawabannya adalah ya, apakah partai p'nazar lolos et? >4. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan >satu atau lebih caleg? >5. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan >satu atau lebih partai? > > Kalau semua pertanyaan jawabannya tidak, mungkin ada baiknya kalau bung > nazar mulai mendekatkan diri dengan banwaslu atau mulai membuat > analisis independent tentu dengan research method yang benar. Kalau hasil > analisisnya menyimpulkan bahwa hasil pemilu sekarang tidak valid maka bung > nazar dapat mengajukan class action kepada pemerintah dan kpu. Informasi 169 > tps di 4 kecamatan sepertinya kurang valid apalagi kalau hanya di satu > provinsi saja. > > > > Saya yakin milis keuangan tidak serta merta mengharamkan issue politik > apalagi sekarang memang sedang masanya tetapi tentu dalam batasan-batasan > tertentu. Kalau bung nazar mau membahasnya lebih jauh, saya rasa milis > keuangan bukanlah tempat yang pas. > > > On 4/16/09, nazar wrote: > > Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator. > Itu kan pendapat ANDA SENDIRI. > > > > Hmm, > > Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps. > Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah > penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di > KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa > angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran. > Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan > otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa. > > > > Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-) > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > wrote: > > > > > > Bung Nazar, > > > > > > 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal yg anda sebutkan. DARI > > > MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang > > > datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih, > > > karena saya bego..." Apa iya begitu? Bila tidak, berarti anda > > > pembohong karena anda tidak berbicara fakta. > > > > > > 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota > > > legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota >
[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator. Itu kan pendapat ANDA SENDIRI. Hmm, Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps. Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran. Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa. Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > Bung Nazar, > > 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal yg anda sebutkan. DARI > MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang > datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih, > karena saya bego..." Apa iya begitu? Bila tidak, berarti anda > pembohong karena anda tidak berbicara fakta. > > 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota > legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota > legislatif berikutnya tidak akan jauh2 dari yang sekarang. Yang ribut > kan partai politik karena bisnis utama mereka adalah jadi calo/makelar > bagi orang2 yg kebelet ingin jadi anggota parlemen. Saya rasa > kebanyakan orang lebih peduli pada siapa yang akan jadi presiden > ketimbang siapa yg akan jadi anggota parlemen. Mereka lebih realistis, > itu sebabnya kita tidak bisa menyebut mereka bodoh. > (Jadi siapa yg sebenarnya bodoh?) > > > NB: Ini bukan soal dikte mendikte, saya menyebut anda berbakat jadi > diktator semata2 karena anda memenuhi sejumlah syarat. Saya tidak > memenuhi syarat karena saya sedari awal tidak berani menyebut jutaan > orang yg independen sebagai orang bodoh. > > > > On 4/15/09, nazar wrote: > > Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang > > terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg > > terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah > > dengan pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu. > > > > Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan > > nabi. > > > > Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah > > contreng. Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu. > > Dan itu juga menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu > > dan kepemimpinan di negeri ini. > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > > wrote: > >> > >> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote: > >> > >> > >> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan > >> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di > >> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka > >> > ragaman. > >> > >> > >> Saudara Nazar, > >> Maaf, anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya > >> berpikir. > >> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa > >> dianggap bodoh oleh anda. > >> > >> > >> > >> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja > >> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya > >> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-). > >> > >> > >> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan > >> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya. Dan itu sebabnya mengapa > >> harus ada yang "menyelamatkan" mereka. Yaitu mereka yang merasa diri > >> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu. > >> > >> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya > >> adalah kaum minoritas. Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh > >> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh > >> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum > >> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya > >> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil. > >> > >> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh > >> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya > >> bisa disingkirkan. Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan > >> Mao. Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng. > >> > >> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang > >> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - > >> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas
[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah dengan pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu. Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan nabi. Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah contreng. Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu. Dan itu juga menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu dan kepemimpinan di negeri ini. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote: > > > >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan > >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di > >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka > >ragaman. > > > Saudara Nazar, > Maaf, anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya berpikir. > Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa > dianggap bodoh oleh anda. > > > > >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja > >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya > >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-). > > > Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan > orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya. Dan itu sebabnya mengapa > harus ada yang "menyelamatkan" mereka. Yaitu mereka yang merasa diri > jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu. > > Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya > adalah kaum minoritas. Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh > Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh > Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum > bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya > minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil. > > Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh > bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya > bisa disingkirkan. Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan > Mao. Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng. > > Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang > teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - > dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas > Cina sebagaimana tercermin pada posting-posting anda terdahulu -- > maka besar kemungkinan anda cukup berbakat untuk jadi diktator. Cuma > perlu dipupuk dan dikembangkan saja. Selamat..!! > > Kalau saya sih sepertinya nggak punya bakat. Kenapa? Pertama, > karena saya percaya bahwa buta huruf sekalipun tidak berarti cacad > dalam menganalisa sesuatu itu masuk akal atau tidak. Faktanya, ada > orang yang mampu membaca tapi irrasional. Dan sebagaimana kita tahu, > bahkan nabi pun ada yang buta huruf, tapi jelas tidak menghalangi > ke-nabiannya. > > Kedua, saya percaya bahwa masyarakat yang independen tahu apa yang > terbaik bagi dirinya masing-masing, dan tahu persis bagaimana caranya > agar bisa hidup lebih baik. Saya tidak "sok tahu" tentang apa yang > mereka tahu dan putuskan, karena saya merasa MUSTAHIL tahu segala hal. > > Atas dua hal tadi, maka saya sepertinya tidak berbakat jadi > diktator. Untuk jadi diktator - saya serahkan saja pada "ahli"-nya... > > > > > >Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah > >fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan > >akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. > >Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada. > > > Anda mau bicara fakta? Anda turun ke bawah? Beneran nih? > > Coba anda hitung baik-baik. Pelan-pelan. Berapa banyak fakta yang > anda kumpulkan? Berapa banyak orang yang sudah anda tanyai secara > langsung. Andaikan sejak hari Pemilu lalu anda menanyai SATU ORANG > PER MENIT - maka sampai dengan saat ini anda baru menanyai kira-kira > 8500 orang. Bandingkan angka itu jumlah penduduk Indonesia Nggak > ada apa-apanya. > > Dan saya yakin anda tidak melakukan itu. Paling banter anda cuma > tanya orang sekeliling anda. Paling top 100 orang. Dan anda > mengambil kesimpulan hanya dengan 100 orang itu (yang anda pilih sesuka anda). > > Dan anda mengatakan itu fakta?? Omong kosong. > Anda cuma melakukan sampling yang sangat kasar... dan anda > mengatakan bahwa itu adalah seluruh realita. Anda penipu. > > Hmm... satu lagi modal untuk menjadi diktator. >
kenapa milis keuangan bicara politik?!!! Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Hmm, Anda sebaiknya memahami ekonomi micro dan macro untuk mengelola uang anda. Politik sangat besar pengaruhnya terhadap ekonomi dan keuangan. Lihat pertumbuhan ekonomi di daerah yang tatanan politiknya sudah maju dengan ya belum maju. Lihat amerika itu, jika tidak didukung oleh sistim politik yang kuat apa bisa ekonomi tumbuh subur? Kerusuhan, pencurian, penipuan, kecurangan, ketidak pastian hukum sgt pnting bagi pertumbuhan ekonomi. Ah, sudahlah. Toh yang seharusnya berpikir semacam itu adalah pemerintah dan dewan-dewan. Toh percuma saja kita bicarakan di sini, buang2x waktu saja. Tanya saja kepada pemerintah dan dewan2x terpilih itu. Mari kmbali berbisnis dan berhati2xlah terhadap kondisi dan sistim politik yang amburadul. Yang penting pembisnis harus bisa membaca peta, kondisi, dan sistim politik yang mengancam bisnisnya. Soal masyarakat, serahkan saja kepada pemerintah dan dewan2x itu. Toh kita percuma saja memikirkan nya karna belum tentu mereka juga memikirkan kita. Teruslah melangkah, walau banyak rintangan dan cobaan yang menghadang. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Dedy Hikmat, SE" wrote: > > > Kenapa milis keuangan jadi bicara politik ya? kayaknya ngak nyambung tuh.. > mungkin kalau mau nyambung. ya bicara tentang keuangan parpol, > peraturan pajak untuk parpol, akuntansi untuk parpol dll... > > gitu > > > > > > > > > > > > > > > > Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk > Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka > browser. Dapatkan IE8 di sini! > http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Trims bung admin, maksud saya: Hmm, lalu bagai mana dengan falsafah sebuah partai yang haru berlandaskan pada pancasila? Yang menjadi dasar ketuhanan, moralitas, persatuan, kemanusiaan dan keadilan? Jika cara-cara yang ditempuh justru bertentangan dengan kelima sila ini. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Ignace I. Worang" wrote: > > Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau > irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual > dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan > bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang > tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak > termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya > bebas saja. > > > > > > > > From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak > Hotradero > Sent: 13 April 2009 04:24 > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. > > > > > > > > > At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: > > >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai > >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x > >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), > >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya > >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik > >yang tidak edukatif. > > Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...? > Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" > ketimbang anda sendiri? > > Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? > Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"? > > >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet > >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, > >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu > >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang > >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini > >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang > >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil > >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. > > > >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan > >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah > >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang > >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. > > Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? > > > > No virus found in this incoming message. > Checked by AVG - www.avg.com > Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09 > 10:51:00 > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
O bgtu. Hmm, bagaimana jika ada orang yang mau mendirikan partai rampok maling indonesia? Apakah Anda akan menyetujui orang tersebut? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Ignace I. Worang" wrote: > > Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau > irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual > dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan > bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang > tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak > termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya > bebas saja. > > > > > > > > From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak > Hotradero > Sent: 13 April 2009 04:24 > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. > > > > > > > > > At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: > > >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai > >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x > >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), > >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya > >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik > >yang tidak edukatif. > > Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...? > Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" > ketimbang anda sendiri? > > Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? > Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"? > > >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet > >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, > >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu > >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang > >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini > >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang > >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil > >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. > > > >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan > >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah > >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang > >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. > > Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? > > > > No virus found in this incoming message. > Checked by AVG - www.avg.com > Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09 > 10:51:00 > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
O ya sedikit tambahan. Bagi pelaku bisnis, dimana nilai kejujuran menjadi dasar utama keamanan berspekulasi bisnis, harus berhati2x dalam membaca situasi ini. Pernyataan will bulo yang membolehkan ketidak jujuran berkembang, menjadi indikator ketidak amanan spekulasi bisnis. Yang butuh informasi lebih detil PM Saya. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > Jika memang itu yang di kehendaki masyarakat banyak, ya sudah. Terima saja > hasil pemilu itu. Toh baik buruknya masyarakat itu sendiri yang > menanggungnya. Kita-kita ini hanya sekedar mengingatkan. > > > Dan diskusi seputar pemilu ini di stop saja. > > > Salam > Balik kanaaan grak! > Bye.. > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, will_bulo@ wrote: > > > > Jujur gak jujur, > > Serangan fajar atau bukan, > > The war already done, > > Selama prosedur hukumnya sah, > > Tidak ada yang ribut selama proses, > > Maka semua sah > > > > Kalau baru ribut sekarang, > > Setelah yang menang dinyatakan... > > Oooo come on, man. > > Jelas kan ributnya kenapa... > > Bukan karena proses salah, > > Tapi karena kalah > > > > Ya oke lah > > Biar warganya pinter2 , > > namanya juga baru belajar demokrasi > > Hihihi. > > > > Salam damai, > > > > WBO. > > > > Sent from my BlackBerry® > > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > > > -Original Message- > > From: "nazar" > > > > Date: Sun, 12 Apr 2009 03:48:54 > > To: > > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > > > > > Tambahan, > > Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. > > Baik-buruk, jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul. > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > > > Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar > > > dilakukan pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to > > > door, lalu disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis > > > seperti BLT. Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang > > > penting ada koceknya. Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu > > > saya posting DEMOCRAT - ION TO DAY GOING TO GRAZY). > > > > > > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" > > > wrote: > > > > > > > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote: > > > > > > > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya > > > > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama > > > > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang > > > > > awam memilih orang pintar. > > > > > > > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan > > > > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa > > > > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. > > > > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > > > > > > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / > > > > caleg tertentu ? > > > > > > > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D > > > > > > > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul > > > > perolehan suaranya ? > > > > > > > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh > > > > > > > > cmiiw > > > > > > > > sinung > > > > >
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Jika memang itu yang di kehendaki masyarakat banyak, ya sudah. Terima saja hasil pemilu itu. Toh baik buruknya masyarakat itu sendiri yang menanggungnya. Kita-kita ini hanya sekedar mengingatkan. Dan diskusi seputar pemilu ini di stop saja. Salam Balik kanaaan grak! Bye.. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, will_b...@... wrote: > > Jujur gak jujur, > Serangan fajar atau bukan, > The war already done, > Selama prosedur hukumnya sah, > Tidak ada yang ribut selama proses, > Maka semua sah > > Kalau baru ribut sekarang, > Setelah yang menang dinyatakan... > Oooo come on, man. > Jelas kan ributnya kenapa... > Bukan karena proses salah, > Tapi karena kalah > > Ya oke lah > Biar warganya pinter2 , > namanya juga baru belajar demokrasi > Hihihi. > > Salam damai, > > WBO. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "nazar" > > Date: Sun, 12 Apr 2009 03:48:54 > To: > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > > Tambahan, > Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. Baik-buruk, > jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul. > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan > > pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu > > disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. > > Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya. > > Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - > > ION TO DAY GOING TO GRAZY). > > > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" > > wrote: > > > > > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote: > > > > > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya > > > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama > > > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang > > > > awam memilih orang pintar. > > > > > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan > > > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa > > > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. > > > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > > > > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg > > > tertentu ? > > > > > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D > > > > > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul > > > perolehan suaranya ? > > > > > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh > > > > > > cmiiw > > > > > > sinung > > >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka ragaman. Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-). Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 10:32 AM 4/13/2009, you wrote: > > > >Hmm, > >Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta. > > > Teori disusun berdasarkan fakta yang telah disaring secara metodologis. > Kalau anda beneran sekolah melewati level SMA dan belajar tentang > Metode Ilmiah - tentu anda tahu hal ini. > > > > >Hmm, > >pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang > >sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan > >sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi > >lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah. > > > Sesudah membaca komentar anda, saya malah semakin melihat bahwa anda > punya bakat besar untuk jadi diktator. Anda merasa jauh lebih tahu > apa yang baik bagi orang lain - bahkan ketimbang orang itu sendiri... > > Mungkin karena anda sendiri terlalu "indevenden"... >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hmm, Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta. Hmm, pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 09:57 AM 4/13/2009, you wrote: > > > >Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, > >seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang > >negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan > >masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. > > > Yang saya masalahkan adalah anda menganggap sedemikian banyak orang > itu bodoh-bodoh. Seolah-olah mereka tidak bisa berpikir > independen. Berpikir independen tidak ada hubungan dengan melek > huruf atau tidak. Toh ada banyak orang yang bisa bijak tanpa harus > bisa membaca... dan banyak orang yang bisa membaca tetapi sangat tidak bijak. > > Coba anda pikirkan sendiri: mengapa banyak kasus politik uang > gagal...? Mengapa banyak caleg yang stress setelah "investasi" > milyaran rupiah...? Karena ternyata banyak pemilih bersikap > independen. Mereka ambil uang-nya tapi mereka pilih sesuka hati > mereka. Menurut anda, dalam keadaan seperti ini - siapa yang > bodoh? (Dan soal BLT - siapa yang sebenarnya bodoh dan berkomentar > bodoh. Masih heran juga kenapa partai itu suaranya melorot...?) > > Sepanjang jalannya sejarah - orang yang independen selalu lebih > "pintar" daripada orang yang tidak independen -- tidak peduli apapun > tingkat pendidikan yang bersangkutan. > > Bagaimana membuat rakyat Indonesia pintar? Bikin mereka jadi lebih > independen. Bikin mereka mampu menilai dan punya pendapat sendiri-sendiri. > > Coba anda renungkan: apakah seekor lebah itu pintar? Jelas > tidak. Tetapi anda perhatikan apa yang terjadi dengan struktur > bernama sarang lebah. Tempat itu tidak pernah terlalu panas, tidak > pernah terlalu dingin, tidak pernah terlalu lembab, dan tidak pernah > terlalu kering. Secara desain tempat tinggal, sarang lebah itu > sempurna! Padahal sebagai individu lebah-lebah itu bodoh. > > Bandingkan sarang lebah dengan negara Uni Soviet (negeri yang banyak > diisi orang pintar tetapi tidak independen). Mana yang bisa bertahan hidup? > > > NB: coba anda bawa bukunya James Surowickie tentang "Wisdom of the > Crowds" dan apa yang menjadi penentu apakah sebuah crowds itu pintar > atau bodoh... Oh iya ada satu buku bagus lagi tentang crowds, yaitu > "Out of Control"-nya Kevin Kelly. Buku lama, tetapi menarik buat dibaca. >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Ralat: tingkat melek huruf = tingkat tidak melek huruf. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa > luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, > dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama > pintarnya dengan anda. > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > wrote: > > > > At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: > > > > > > >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai > > >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x > > >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), > > >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya > > >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik > > >yang tidak edukatif. > > > > > > Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...? > > Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" > > ketimbang anda sendiri? > > > > Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? > > Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"? > > > > > > >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet > > >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, > > >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu > > >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang > > >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini > > >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang > > >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil > > >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. > > > > > >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan > > >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah > > >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang > > >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. > > > > > > Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? > > >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: > > > >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai > >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x > >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), > >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya > >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik > >yang tidak edukatif. > > > Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...? > Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" > ketimbang anda sendiri? > > Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? > Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"? > > > >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet > >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, > >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu > >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang > >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini > >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang > >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil > >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. > > > >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan > >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah > >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang > >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. > > > Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? >
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave wrote: > > Bagus juga pertanyaannya. Kelihatannya semua partai bicaranya ingin > indonesia maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya > Demokrat ingin meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti > apa? Bekerja keras... 7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari > anggota partai dan DPR MPR saja.. Saya sih maunya tetap 5 hari kerja saja... > he..he.. > > --- On Mon, 4/13/09, Heri Setiono wrote: > > From: Heri Setiono > Subject: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] > Sekelumit tentang multipartai > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Date: Monday, April 13, 2009, 12:22 AM > > > > > > > > > > > > > > > > > > Barangkali ada yang bisa sharing bagaimana pengaruh multipartai > terhadap kebijakan ekonomi dan keuangan pemerintahan? > > Sebagaimana kita ketahui, saat ini kerangka politik kita telah berubah dari > politik tunggal orde baru dan kearah orde reformasi dimana partai partai > lebih memiliki pengaruh terhadap kebijakan ekonomi suatu negara. Pada masa > orde baru, partai partai nyaris tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam > kebijakan ekonomi orba yang menekankan pada pembangunan. Bagaimana pengaruh > multi partai pasca orba dan bagaimana pengaruhnya pasca pemilu 2009 ini > dimana Demokrat menginginkan pemerintahan yang didukung 70%
Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
Iya, memang seperti itu adanya. Bahkan doktrin adu domba justru menumbuhkan penyakit kebencian antar sesama masyarakat. Iya, toh banyak calon yang malah tidak mengerti apa itu negara dan masyarakat. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave wrote: > > Pengamatan yang sangat jitu juga pak... > Barangkali kalau ditanya kenapa sampai jadi begini... jawabannya mungkin... > cuma mungkin saja partai-partai dan calon-calonnya itu lebih memikirkan > partainya dan bukan memikirkan negaranya ini mungkin ya... > > --- On Sun, 4/12/09, nazar wrote: > > From: nazar > Subject: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Date: Sunday, April 12, 2009, 10:29 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang > multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. > Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di > kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap > pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, > maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 > kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 > orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. > Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu > sendiri. > > > > NB: Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari > dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
Hm, sudah lama tidak adu argumen dgn bung poltak. Ya, memang benar argumen bung itu. Tetapi imbas dari partai yang kalah membuat massa pendukungnya kecewa. Bung, sistim kenegaraan dan undang2x itu buatan manusia. Dan sistim itu bisa membawa kearah kerjasama atau kearah perpecahan, terkotak-kotak. Semakin banyak partai semakin banyak pula kotak-kotak itu. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > Bukankah dalam pemilihan umum akan SELALU ada yang kalah jumlah suara > tidak peduli sebanyak atau sesedikit apa pun jumlah partai? > > Bukankah yang lebih penting adalah apa yang dilakukan dengan kekalahan > (dan kemenangan)...? > > Lalu kenapa kita masih saja meributkan soal selera? > > On 4/12/09, nazar wrote: > > Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang > > multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. > > Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di > > kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap > > pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, > > maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 > > kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 > > orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. > > Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu > > sendiri. > > > > NB: Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari > > dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak. > > > > > > -- > Sent from my mobile device >
[Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu sendiri. NB: Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak.
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Tambahan, Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. Baik-buruk, jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan > pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu > disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. > Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya. > Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - ION > TO DAY GOING TO GRAZY). > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" > wrote: > > > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote: > > > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya > > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama > > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang > > > awam memilih orang pintar. > > > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan > > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa > > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. > > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg > > tertentu ? > > > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D > > > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul > > perolehan suaranya ? > > > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh > > > > cmiiw > > > > sinung > > > > > > > > -- sig > > mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno > > http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/ > > -- sig > > >
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya. Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - ION TO DAY GOING TO GRAZY). --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" wrote: > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote: > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang > > awam memilih orang pintar. > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg > tertentu ? > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul > perolehan suaranya ? > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh > > cmiiw > > sinung > > > > -- sig > mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno > http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/ > -- sig >
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Tambahan, jika ada yang mengatakan DPS belum menjadi DPT diumumkan kepada masyarakat, itu tidak benar. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > Selain itu, banyak masyarakat awam yang masih bingung dgn cara mencontreng. > Bahkan ada partai yang tidak ada calegnya juga dicontreng :-). Ada lagi yan > disilang (X) sepenuh kertas. Ada lagi yang di ancam jika tidak mau memili > partai tertentu. > > -- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, vaudy.starworld@ wrote: > > > > Memang aneh pemilu saat ini Tapi pemerintah tetap juga bangga padahal > > DPT bermasalah mulai anak2, TNI/Polri, org meninggal, sampe gak masuk > > DPT Pemilu yang aneh. Akhirnya GOLPUT yang menang. > > > > Vaudy Starworld > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > -Original Message- > > From: "nazar" > > > > Date: Sat, 11 Apr 2009 11:22:32 > > To: > > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > > > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan > > rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam > > memilih orang pintar. > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike > > (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran > > kemampuan caleg. Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" > > wrote: > > > > > > On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote: > > > > > > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > > From: "nazar" > > > Date sent:Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 - > > > Subject: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > > Send reply to:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > > > > > > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg > > > > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini > > > > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih > > > > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu > > > > apa-apa. > > > > > > > > > > bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ? > > > > > > karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung >
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
Selain itu, banyak masyarakat awam yang masih bingung dgn cara mencontreng. Bahkan ada partai yang tidak ada calegnya juga dicontreng :-). Ada lagi yan disilang (X) sepenuh kertas. Ada lagi yang di ancam jika tidak mau memili partai tertentu. -- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, vaudy.starwo...@... wrote: > > Memang aneh pemilu saat ini Tapi pemerintah tetap juga bangga padahal DPT > bermasalah mulai anak2, TNI/Polri, org meninggal, sampe gak masuk DPT > Pemilu yang aneh. Akhirnya GOLPUT yang menang. > > Vaudy Starworld > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "nazar" > > Date: Sat, 11 Apr 2009 11:22:32 > To: > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan > rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam > memilih orang pintar. > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike > (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran > kemampuan caleg. Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" > wrote: > > > > On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote: > > > > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > From: "nazar" > > Date sent: Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 - > > Subject:[Keuangan] Seputar pemilu 2009 > > Send reply to: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > > > > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg > > > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini > > > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih > > > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu > > > apa-apa. > > > > > > > bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ? > > > > karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung
Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam memilih orang pintar. Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung" wrote: > > On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote: > > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > From: "nazar" > Date sent:Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 - > Subject: [Keuangan] Seputar pemilu 2009 > Send reply to:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg > > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini > > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih > > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu > > apa-apa. > > > > bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ? > > karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung to :D > > tia > > sinung > > > > > -- sig > mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno > http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/ > -- sig >
[Keuangan] Seputar pemilu 2009
Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu apa-apa.
[Keuangan] Re: Teori konspirasi (lagi?) *sigh*
Hai semua, Pendapat bro wulan ini ada benarnya, terutama masalah bisnis rasis. Secara teoritis, orang2x cina mayoritas suka berdagang (ideologi/palsafah hidup). Infrastruktur dan tatanan ekonomi memadai. Jaringan sesama cina (chiness-oversease) antar negara sangat kuat. Harga murah bisa jadi karena politik dumping atau memang "economic-scale" industri2x cina sudah tercapai. Atau faktor produksi (ex: pinjaman modal, bahan baku, upah, mesin2x, energi/listrik, air, transportasi, informasi) memang murah di cina. Dibidang ekonomi, pemerintah berperan dalam hal SDM, Modal, pasar (infrastruktur) dan regulasi. Salam Nazar --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, subiwulan karnitiya wrote: > > Saya juga sepaham dengan Pak Nazar, tidak mungkin suatu kesuksesan (terutama > ekonomi yang sosialis alias berdasar negara) seperti China tidak mungkin > berdiri tanpa bantuan dari pemerintah.Dan juga dari ras mereka yang saya > cukup salut kecintaannya akan negeri mereka. Coba anda perhatikan mereka > memiliki produk degan harga murah (yang kita rakyat indo cari) serta paham > nasionalisme yang kuat. Tidak dipungkiri mereka ada di negara manapun > juga.Kesatuan dari harga murah, selera market, rasa kebersamaan dan "restu" > dari pemerintah merupakan strategi China yang hebat.dalam kurun waktu > terakhir pelaksanaan Good corporate governance di China naik juga. Meskipun > juga banyak korban untuk mendapatkan harga murah "produk" itu, seperti: > 1. Adanya penculikan anak2 di bawah umur untuk dipekerjakan di pabrik bata. > mereka disekap dan diberi makan seadanya di dalam pabrik itu yang ruangannya > sempit sekali. sehingga biaya upah hilang. > 2. gaji pegawai minim, tapi setahu saya mengenai pendidikan, mahasiswa mereka > lain dengan mahasiswa Indo yang "empot2an" kuliah, mereka banyak mendapat > beasiswa dr negara, untuk menimba ilmu dan menerapkannya kembali di China. > Sekiranya hanya itu saja yang pernah saya baca dan perhatikan di media dan > perkumpulan mereka > > > --- Pada Sel, 24/3/09, Rachmad M menulis: > > Dari: Rachmad M > Topik: Re: [Keuangan] Teori konspirasi (lagi?) *sigh* > Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Tanggal: Selasa, 24 Maret, 2009, 11:09 AM > > > Sebetulnya apa yang disampaikan P Nazar tidak berlebihan. China menerapkan > dagang untung kecil jumlah banyak akan besar juga nantinya. > > China juga tidak perduli bahwa barang dimaksud bisa dijual berlipat kali di > luar China karena yang diperlukan adalah sen demi sen yang dikalikan dengan > item dan jumlah barang dan jadi tambahan devisa China. > > Kalaupun yang jual atau yang punya merek senang, mereka akan membawa mata > uang asing ke China untuk memperbesar kapasitas produksi barangnya dengan > harga murah untuk bisa dijual berlipat diluar China. Membawa mata uang asing > inilah tambahan devisa bagi China tanpa syarat dan bunga cem macem. > > Salam > > RM > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, harri priyono ..> wrote: > > > menurut saya, komentar pak nazar tdk terlalu berlebihan. arus barng masuk > > ato keluar bukankah ats izin pemerintah yang mengatur? selama ada > > permintaan atas penawaran barang2 akan ttp ada,bukan? isu yang lbh utama > > apakah barang2 produksi dalam negeri mampu memenangi persaingan bisnis saat > > ini? tq > > > > > > Amitz Sekali wrote: > Maaf tapi dari tulisan Pak Nazar, kelihatan sekali karakteristik lingkungan > pergaulan dan diskusi Pak Nazar. Saya sungguh menyarankan Pak Nazar untuk > bergaul dengan lebih banyak kalangan, minimal untuk menambah wawasan. > Pertanyaan2 dan komentar2 Pak Nazar kadang2 memprihatinkan. . > > > > Barang buatan Cina banyak masuk ke pelosok nusantara karena harganya > > > murah. Tidak perlu kerjasama apapun. > > > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com , "nazar" > > ..> wrote: > > > >> > > > >> Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x > > >> nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran > > >> serta pemerintah cina melalui kedubes2xnya? > > > >> > > > >> Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran > > >> yang sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut. > > > >> Salam > > > >> nazar > > >> on: Tebo-jambu. >
[Keuangan] Re: Teori konspirasi (lagi?) *sigh*
Hmm, ternyata pak vertandhi ini ANAK GAUL BANGET ya? Hehe.. Begini pak, apa alasan bpk mengatakan saya kurang gaul? : ) dan juga mengapa saya dibilang tidak punya wawasan (mind-set) ? Anda sepertinya tidak suka jika saya mengkritisi cina. Dari postingan anda saya lihat anda sangat protektif terhadap cina. Kewarganegaraan apa yang anda pegang saat ini? Siapa bilang tanpa kerja sama antar negara, bisnis internasional bisa dilakukan? Jika iya, itu namanya PENYELUDUPAN. Salam Nazar on: tebo-jmbu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Amitz Sekali" wrote: > > Maaf tapi dari tulisan Pak Nazar, kelihatan sekali karakteristik lingkungan > pergaulan dan diskusi Pak Nazar. Saya sungguh menyarankan Pak Nazar untuk > bergaul dengan lebih banyak kalangan, minimal untuk menambah wawasan. > Pertanyaan2 dan komentar2 Pak Nazar kadang2 memprihatinkan.. > > Barang buatan Cina banyak masuk ke pelosok nusantara karena harganya murah. > Tidak perlu kerjasama apapun. > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote: > > > > Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x > > nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran serta > > pemerintah cina melalui kedubes2xnya? > > > > Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran yang > > sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut. > > > > > > Salam > > nazar > > on: Tebo-jambu. >
[Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran serta pemerintah cina melalui kedubes2xnya? Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran yang sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut. Salam nazar on: Tebo-jambu. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, winarto sugondo wrote: > > [Hanya Pendapat] > > Mungkin kalau saya dikasih berpendapat, saya akan berpendapat bahwa di > kita ini terlalu banyak komentar tapi ngga mampu membina, sektor > industri dalam negeri hancur bukan hanya karena industri dari China, > pernah ngga terpikir untuk travel saja kita takut kalau naik pesawat > CN-235, take off dan landing bisa kena serangan jantung. Untuk beli > mobil, kita takut beli timor, boro-boro mau pakai sehari-hari, lha > wong ngedenger dari sono sini, kalau beli timor susah jualnya > (pemikiran ekonomis, bahwa barang yang dibeli wajib dijual lagi dengan > harga untung). > > Atau pemikiran saya terlalu dangkal??? > > Kalau menurut saya, kita sendiri yang buat produk China membanjiri > Indonesia, namun sekali lagi tingkat kebutuhan akan barang murah > justru yang membuat pembanjiran produk dari negara tertentu, sudah > menjadi hukum alam bahwa kita akan mencari barang substitusi yang > lebih murah, visi ini yang menurut saya ditangkap China, Untung > sedikit yo wiss, yang penting ada yang beli. Kalau kita disini > berbeda, karena jualan bakso di segitiga emas > (Kuningan-Sudirman-Thamrin) maka harganya harus berbeda, tapi kalau > terlalu mahal ya ngga mungkin ya sudah, ditetapkan Rp. 10.000,- untuk > 1 mangkok Bakso oleh asosiasi tukang bakso, sedikit kurangi kandungan > daging-nya tambahin sagunya, patok untung Rp. 2.500,- dan Rp. 3.000,- > lalu HPP ditetapkan Rp. 5.000,- selebihnya untuk bagian preman dan > trantib. Dari sini bisa dilihat rasio profit yang dicari kan? 50% dari > HPP. > > Pendapat pribadi saya adalah lebih baik kita mensyukuri saja dan > manfaatkan saja apa yang ada, barang murah ya disyukuri dan > dimanfaatkan, mengenai kualitasnya, ya harga kan ngga pernah bohong. > > Namun sambil berenang ya minum air, kita harus mencari solusi, ngga > meniru tapi mencari dasar pola penerapan strategi bisnis yang bisa > menyaingi produk China. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dengan > tingkat kebutuhan hidup saat ini didampingi dengan tingkat penghasilan > saat ini, barang China bisa membantu stabilitas keamanan dan ekonomi > dalam negeri, coba bayangkan kalau tingkat kebutuhan tinggi sedangkan > tidak ada barang substitusi yang terjangkau, keluhan dimana-mana, > tindakan dan pandangan extrim dimana-mana, buntutnya anarkis dan > saling menjatuhkan. > > Kalau pandangan kita berada di posisi datar dan cenderung menatap > keatas, berarti kita hanya egois. Coba deh sekali-sekali lihat > kebawah, pasti akan ada cara lain yang lebih hemat dan tidak > menyudutkan dari 1 sisi. > > Banyak hal penting seperti : > 1. Maukah kita memakai produk dalam negeri yang harganya tidak berbeda > jauh dari barang lainnya kecuali produk China dan relatif tidak > memuaskan? > 2. Dapatkah kita memahami dari sisi strategis dan analisa bisnis yang > tajam sehingga kita bisa menjatuhkan musuh kita berupa produk-produk > tidak berbobot dengan harga murah dari China. > 3. Mampukah kita menjadi tukang bakso dengan untung Rp. 50,-??? > > Jawaban kita mewakili siapa diri kita. > > Ini hanya sekedar pendapat, mohon maaf kalau ada kesalahan kata. Saya > hanya orang baru dalam dunia ekonomi. > > Salam, > > > Winarto Sugondo > > On 3/23/09, Abakus Wilhelmus wrote: > > Dear @ Pak HG, > > setuju Pak. Infrastruktur transportasi untuk membuka area-area yang belum > > tersentuh dan memperlancar jalur distribusi. Dulu aja jalur Pantura dibuat > > Belanda justru untuk kepentingan itu.
[Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Hmm, pendapat bung maj_mudin ini cukup tepat. Kita harus bisa menekan jumlah barang import dengan melakukan ekspor. Jika membuat/ memproduksi sendiri lebih mahal di banding barang impor, maka impor dibolehkan. Tetapi kita juga harus punya komoditi2x ekspor, sehingga neraca perdagangan internasional tetap surplus. Ya, benar bung maj_mudin, kita jangan menjadi akut oleh barang2x impor. Masalah bisnis turunan yang dikatakan bung poltak, pengaruhnya sedikit bagi pertumbuhan ekonomi lokal untuk jangka panjang. JIKA BISA, kita HARUS mampu menandingi komoditas2x impor itu. Salam nazar --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, madjmudin m wrote: > > --- On Sat, 21/3/09, Poltak Hotradero wrote: > From: Poltak Hotradero > Subject: [Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi > Dijuluki 'Teh Botol' > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Date: Saturday, 21 March, 2009, 4:13 PM > > > > > > > > > > > > > > Apa anda yakin bisa bikin radio transistor (berikut batere dan > > headphone) seharga Rp. 10 ribu...? > > Kalau ternyata nggak bisa - lantas untuk apa ngotot-ngototan mau > > bikin produk yang nggak kompetitif? Sudah jelas kagak akan bisa laku... > > > > (Ini alasan saya kenapa kita nggak perlu punya "mobil nasional" - > > kalau ternyata cuman nyusahin konsumen doang...)..Dalam konteks kita tidak > butuh program mobnas sih saya setuju aja Bang Poltak...cuma kalo ilustrasinya > dgn membanjirnya produk cina di Indonesia...wah kebayang deh..negara ini > mungkin akan jadi 'kubangan' raksasa produk2 Cina...mungkin dalam jangka > pendek secara ekonomi akan menguntungkan. cuma dalam jangka panjang ini > menciptakan ketergantungan yg akut terhdp produk luar negeridan kalo > bicara stabilitas harga dan manajemen cadangan devisa maka masalah > ketergantungan akan produk impor akan sangat penting. Lihat saja kebijakan2 > yg diambil Amerika mengatasi defisit transaksi perdagangannya.Belum lagi bila > 'dibumbui' isu politik antar negara...ada kondisi bagaimana negara berkembang > sengaja dibuat sangat tergantung pada produk impor dimana produk impor itu > sangat dibutuhkan dinegara tersebut. contoh yg belum lama kemarinyaitu > TEMPE. wah..imagine lah ...Indonesia yg katanya negara agraris ternyata > ngurus tempe aja masih harus dikendalikan importir. terlepas dari ada pihak2 > yg bermain mengambil keuntungan dari kondisi ini...negara ini memang butuh > pemimpin yg bervisi. >
[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Bung wing (sayap hehe) Anda mengatakan debat politik dan ekonomi tidak menambah wawasan? Begini bung, dalam politik kenegaraan ada KEBIJAKAN PUBLIK. Dalam hal ini para pemikir ekonomi mempunyai andil dalam merancang KEBIJAKAN PUBLIK dibidang EKONOMI. Maka muncul ide-ide ekonomi kerakyatan, dan ini menjadi tantangan bagi pelaku ekonomi industrialis. Contoh yang lain, Hutang luar di lakukan untuk menambah uang beredar dalam negeri dan pembangunan infrastruktur agar kegiatan (mobilitas) ekonomi menjadi lancar. Di sisi lain, Untuk melakukan impor-ekspor, maka perlu ada kerja sama pemerintah masing2x negara supaya pelaku bisnis dapat dilindungi hukum internasional. Contoh yang paling jelas adalah: jika anda sedang menjalankan bisnis minuman keras dan obat2x terlarang, sementara menurut undang-undang bisnis itu dilarang. Ya, mau tidak mau anda harus merubah jenis usaha anda. Atau jika pemerintah mengalakkan pertanian dan perkebunan, misalnya. Maka anda bisa melihat bisnis yang menjual barang2x pertanian dan perkebunan mempunyai prospek yang baik. Dimasa kampanye pemilu, bisnis percetakan, konveksi dan periklanan mempunyai prospek yang bagus. Dan berbagai contoh yang lainnya. Salam nazar. On:Tbo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Wing Wahyu Winarno" wrote: > > Kalau menurut saya, perdebatan mengenai ekonomi dan politik ini diakhiri > saja. Sepertinya tidak ada ujung pangkalnya dan...tidak menambah wawasan kita > (terutama saya). Di Indonesia komunis dilarang, tapi di negara lain bisa > membuat rakyatnya makmur. Di negara kita sistem kerajaan dianggap feodal dan > kuno, tapi rakyat Australia ketika diberi referendum mau pilih merdeka jadi > republik atau tetap commonwealth sbg bagian dari kerajaan Inggris, mereka > memilih ikut Inggris (beda dgn sebagian daerah kita yg ingin merdeka, baik > melalui gerakan separatis maupun otonomi daerah). > > Jadi tanpa mengurangi rasa hormat pada para cerdik pandai di sini, mari kita > ganti topik dg prediksi ekonomi ke depan, atau kenapa Madoff bisa menipu > bangsa AS selama bertahun2 pdhal sistem pengawasan ketat, atau kenapa katanya > sedang krisis kok ponsel canggih2 spt Blackberry justru naik omzetnya di > Indonesia > > Saya kira teman2 banyak yang setuju dgn usulan saya deh... > > Mari sukseskan Pemilu 2009, > Wing Wahyu Winarno > 0816-MRWING > > Sent from my BlackBerry® device. > > -Original Message- > From: "nazar" > > Date: Fri, 20 Mar 2009 12:15:57 > To: > Subject: [Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' > > > Hmm, saya pikir itu dikarenakan bung poltak memahami politik dari sisi > ekstrimnya. Tetapi politik juga berbicara tentang konstitusi, pencapaian > bersama dalam masyarakat, pembagian kekuasaan dll. Coba bung lihat definisi > politik di: > > http://id.wikipedia.org/wiki/Politik > > Bung, pada dasarnya yang tidak tepat itu bukan politiknya tetapi PELAKU > politiknya. Contoh: jika terjadi PEMBUNUHAN dengan PISTOL, maka yang salah > itu PISTOLnya atau ORANGnya? > Demikian juga jika terjadi PROSES POLITIK yang tidak sehat, legitimatif, > konstitusional maka yang salah adalah Pelaku politiknya. Sebenarnya, emas pun > bisa menjadi sesuatu yg buruk dan tdk berharga jika kita memandang emas itu > dari sisi buruknya. > > Salam > nazar > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > wrote: > > > > At 09:58 AM 3/20/2009, you wrote: > > > > > > >Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas dari keadaan politik > > >suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas yang di beri > > >angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi > > >secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya > > >sebagai alat tukar menjadi rancu dan kacau. > >
[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Hmm, saya pikir itu dikarenakan bung poltak memahami politik dari sisi ekstrimnya. Tetapi politik juga berbicara tentang konstitusi, pencapaian bersama dalam masyarakat, pembagian kekuasaan dll. Coba bung lihat definisi politik di: http://id.wikipedia.org/wiki/Politik Bung, pada dasarnya yang tidak tepat itu bukan politiknya tetapi PELAKU politiknya. Contoh: jika terjadi PEMBUNUHAN dengan PISTOL, maka yang salah itu PISTOLnya atau ORANGnya? Demikian juga jika terjadi PROSES POLITIK yang tidak sehat, legitimatif, konstitusional maka yang salah adalah Pelaku politiknya. Sebenarnya, emas pun bisa menjadi sesuatu yg buruk dan tdk berharga jika kita memandang emas itu dari sisi buruknya. Salam nazar --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 09:58 AM 3/20/2009, you wrote: > > > >Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas dari keadaan politik > >suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas yang di beri > >angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi > >secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya > >sebagai alat tukar menjadi rancu dan kacau. > > Penamaan sesuatu sebagai uang, itu BUKAN politik. > Legitimasih adalah masalah HUKUM. > Hukum bukan cuma bicara soal keadilan - tetapi juga bicara soal > komitmen dan kepastian. > > Kalau hukum tidak dibedakan dari politik - maka yang terjadi adalah > kesewenang-wenangan. > > Hari ini pemerintah bisa bilang selembar kertas itu Rp. 1.000.000.000 > -- besok lusa semua kertas itu dianggap nilainya nol. > > Bagi politik, yang demikian sah-sah saja -- tetapi jelas tidak > demikian di mata keadilan. >
[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Hmm, Saya pikir itu pandangan diskriminatif. Kalau politisi bicara tentang ekonomi boleh2x saja, tetapi kalau ekonom bicara tentang politik kok langsung di suruh pindah profesi? Itu diskriminatif. Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas dari keadaan politik suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas yang di beri angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya sebagai alat tukar menjadi rancu dan kacau. Ekonomi dan politik selalu berdampingan. Ingat? Kita dijajah oleh belanda, jepang, inggris, spanyol, portugis salah satu motifnya adalah rempah2xan. Sekarang juga pengertian pasar bebas didengungkan untuk mempermudah barang2x dari negara maju masuk kedalam negara terbelakang. Yang akhirnya pondasi ekonomi negara lokal menjadi rapuh. Dan beragam contoh lainnya. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, yanindyawira...@... wrote: > > hi, > > kalo saya boleh re-phrase ucapan pak poltak: politikus sebelum berbicara > tentang ekonomi, harus mengerti dahulu apa yang akan diungkapkannya (ie. > ngerti ekonomi), dan ekonom kalau mau ngomong tentang politik, ya > mendingan jadi politikus aja sekalian:) > > > regards, > bayu > sorry, one liner. tapi berhubung jum'at, boleh 'kan... > > > > > > "nazar" > Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > 20 Mar 2009 07:22 Mail Size: 27969 > > Please respond to > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > > > To > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > cc > > Subject > Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' > > > > > Our Ref > > Your Ref > > > > > Daku la ya bilang, hehe.. > > Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu > harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi > memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan > tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, > ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam > teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. > Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku > ekonomi (ecconomic hit man) > > salam > > nazar > on: tebo-jambu > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > wrote: > > > > At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: > > > > >Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi > > >dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik > > >kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. > > >Politik dan ekonomi berjalan searah. > > > > > > Siapa bilang? > > > > Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak > > beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. > > > > Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap > > orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada > > keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi > > politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi > > fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah > > ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini > > sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) > > > > Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain > > memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka > > merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada > > orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. > > > > Itulah awal matinya otonomi seseorang. > > Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi). > > > > > > ** > This message originated from the Internet. Its originator may or may not > be who > they claim to be and the information contained in the message and any > attachments may or may not be accurate. > ** > > > > The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited > whose main office in Indonesia is at Jl. Jendral Sudirman Kav. 29-31, > Jakarta 12920, Indonesia > > > > - > *** > This e-mail is confidential. It may also be legally privileged. > If you are not the addressee you may not copy, forward, disclose > or use any part of it. If you have received this message in error, > please delete it and all copies from your system and notify the > sender immediately by return e-mail.
[Keuangan] Re: Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan
Saya ikut kasih usulan sederhana. Coba teliti tentang pengaruh hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh impor- ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh pasar saham dan pasar barang terhadap ekonomi nasional (pasar mana yang lebih berpengaruh?). --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "watie_it04" wrote: > > untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. > Saya minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon > masukkannya y..thanx.. >
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Daku la ya bilang, hehe.. Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man) salam nazar on: tebo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: > > >Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi > >dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik > >kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. > >Politik dan ekonomi berjalan searah. > > > Siapa bilang? > > Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak > beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. > > Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap > orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada > keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi > politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi > fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah > ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini > sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) > > Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain > memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka > merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada > orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. > > Itulah awal matinya otonomi seseorang. > Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi). >
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Nazar on:tebo --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote: > > > Ini masalah serius di Indonesia. > > "Ekonom" nya demen ngomong politik > Sementara Politikusnya demen ngomong "Ekonomi" > > Dan dua-duanya demen ngibul... > > > > > >Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' > >Angga Aliya ZRF - detikFinance > > > >Foto: Wahyu Daniel/detikFinance > >Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu > >diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca > >situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini. > > > >Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman > >Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang > >ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan > >teknokrat bodoh dan tolol. > > > >"Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia > >itu teh botol," ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi > >Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3). > > > >Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat > >Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, > >ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita > >menjadi adiktif pada utang. > > > Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau > sedang kentut? Kok nggak ada bedanya. > > Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang > besar? Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di > mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang > swasta. Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga > tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 > Milyar (utang swasta). > > Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) > atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar > (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP). > > Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan > asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin > oleh induk perusahaan di negara asal. Dan kalaupun ada utang luar > negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan > dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal > perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor. > > Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt > to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan > negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar > 60%. Itukah yang disebut "ketergantungan yang tinggi terhadap utang > luar negeri?" > > Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam > negeri 100%...? Bisa saja. Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga > yang akan meroket. Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga > sekarang. Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi. Dan > sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi > jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan > Imam Sugema? > > Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya > masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang > bunganya sangat-sangat-sangat rendah. Maka jelas utang demikian > (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia. Bodoh sekali > Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang > dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat. Kecuali kalau > Imam Sugema yang bayar. > > > > >"Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. > >Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per > >kapita tertinggi sepanjang sejarah," ujarnya. > > Ini jelas nggak fair. Manipulatif. > Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan > perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi > sepanjang sejarah? > > Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan > meningkatkan pendapatan perkapita. > Utang adalah membeli waktu. > Apa ada yang jualan waktu? >
[Keuangan] Oot: Golput juga hak azazi?
Hmm, kebebasan saat ini cenderung kebablasan dan tidak bertanggung jawab. Konsep2x Hak azazi cenderung individualistis. Akibatnya persatuan dan kesatuan menjadi rapuh. "GOLPUT JUGA HAK AZAZI". Itu adalah opini yang baik tapi cenderung individualis dan hanya untuk mencari sensasi bagi pencetus opini tersebut. Orang2x yang berpikiran seperti ini cenderung menjadi BUNGLON. Tidak punya sikap, plinplan dan tidak mempunyai prinsip yang kuat. Dalam hidup ini kita harus mempunyai pilihan, tetapi netral adalah pilihan orang2x yang tidak mempunyai dasar berpikir yang baik. Bersikap netral membuat seseorang atau kelompok tidak bergerak maju atau bergerak mundur. Netral adalah pilihan orang2x bingung. Mereka-mereka yang berlindung dibalik kesuksesan Ayah, kakek dan ibunya = "Orang yang tidak memiliki kemampuan". Salam w.on:tebo
[Keuangan] Re: Pemilu 2009 bukan untuk membawa bencana tapi Demi kebaikan.
Hmm, saat ini banyak partai dan politisi yang tidak BerkeTUHANAN Demokrasi saat ini kebablasan tanpa batas dan tidak bertanggung jawab. Pemilihan umum saat ini = orang (masyarakat awam) BODOH memilih orang PINTAR. Akhirnya KECERDASAN tidak dihargai, yg penting siapa yg banyak memberi dan pintar merayu, ada hubungan keluarga. Begitulah dasar penilaian masyarakat awam. Hmm apakah itu yg dimaksud demokrasi? Multi partai telah membut perpecahan dan muncul beragam kelompok ditengah masyarakat. Nazar W. On: Tebo Demcration to day going to crezy? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "subyakto75" wrote: > > Pemilu 2009 bukan untuk membawa bencana tapi Demi kebaikan. > > I. Perlu Belajar dari rusuhnya beberapa negara. > Kejadian Thailand yang selalu masih tegang dan sudah beberapakali menurunkan > perdana menterinya serta sampai saat ini masih punya bibit ketegangan perlu > dicermati sebagai sebuah fenomena pelajaran mahal bagi Demokratisasi sebuah > bangsa. Ketika para pihak yang kuat dan punya kendali terhadap massa dan > keuangan termasuk politik tidak pernah bersepakat bahwa proses penggantian > kepemimpinan hanya dalam pemilu tidak terkecuali kondisinya maka hasilnya > adalah seperti main perosotan di hiburan ketika perayaan 17 agustusan. Siapa > yang naik ditarik kakinya dari bawah atau tidak akan adanya kecukupan tumpuan > sehingga mengambil hadiah tidak akan pernah kesampaian. Dalam analogi > kepemimpinan nasional ketika seluruh elite politik yang kuatnya terus terusan > main perosotan maka ujungnya negara tidak mampu mendelivery kebutuhan > masyarakatnya. Hasilnya adalah terhambatnya berbagai hal dalam kehidupan > bernegaranya. > Contoh lainnya adalah Pakistan yang setiap hari juga semakin tidak menentu. > Kematian Benazir Bhuto yang tragis meneruskan tradisi pengorbanan yang juga > terjadi kepada ayahnya, alm Ali Bhuto dan kekacauan politik yang terus > melilitnya ini juga dibarengi dengan berbagai kerusuhan dan kekacauan > sehingga bukan lagi hanya merugikan negara dan rakyatnya sendiri tetapi juga > ikut juga merusuhi juga negara tetangganya India. Peledakan Bomb dan > terorisme di Mumbay telah tercatat sebagai sebuah tragedy international > dimana India yang selama ini dipersepsikan aman tiba tiba telah kemasukan > virus teror yang mengguncang. Dalam konteks ini maka kekacauan didalam sebuah > negeri pada kenyataannya tidak lagi hanya mengancam keadaan dalam negerinya > sendiri tetapi juga keamanan negara sekalilingnya. > Dalam konteks Indonesia yang tidak ada pemersatunya seperti Thailand yang > punya raja dan kedua negara tersebut yang tidak terdiri dari kepulauan dan > menjadi lalu lintas perdagangan dunia maka jika terjadi kekacauan di > Indonesia dampaknya akan sangat luar biasa dan bisa menimbulkan ketegangan > kawasan yang luar biasa selain membahayakan Indonesia sendiri. Oleh karenanya > kestabilan Indonesia perlu dijaga dan dipertahankan. Dan ada baiknya kita > melihat bahwa ada kecenderungan rusuh pada beberapa negara yang perlu > diantisipasi di sini. > > II. Pada dasarnya kepercayaan kepada elite sedang menurun. > Anggota DPR yang lagi tidur di foto atau tidak sengaja masuk kedalam liputan, > yang lagi telephone ketika sidang juga mangkir sidang , belum lagi yang > kriminal termasuk melakukan skandal telah menghiasi media masa nasional. > Belum lagi yang aneh aneh lainnya. Baca koran kompas hari minggu 1 maret maka > kesimpulan sementara setelah membaca kelaukuan anggota DPR kita, kesannya > mereka buruk banget?. Apakah memang seburuk itu? Atau bahkan lebih buruk?. > > Jika seburuk itu maka langkah sederhanya kenapa media massa tidak mengungkap > saja siapa para anggota Dewan yang terhormat itu ? kemudian langkah nyatanya > jangan dipilih lagi dengan memberitakannya keberbagai penjuru nusantara jika > itu tujuannya. Pertanyaan berikutnya sudah meratakah kebusukan itu maka jika > rata rata busuk maka tidak salah jika semua calon yang kemarin ada di DPR > mohon maaf tidak perlu dipilih lagi, alasannya Revolusi di Mulai dari Dewan > Perwakilan Rakyat. > Apakah ini sudah mendekati sasaran yang dibutuhkan negara ini?. Atau > sebenarnya kalaupun memang pada kenyataannya anggota Dewan yang terhormat itu > ada yang kurang pas tetapi banyak juga yang sebenarnya pengabdian dan > perjuangannya tidak diragukan hanya mereka jauh di mikrophine sehingga > suaranya tidak terdengar juga jauh dari kamera TV serta media massa sehingga > mereka seperti Patriot yang berada diatas gurun pasir?. > Situasi ini juga ada baiknya menyemangati Komisi Pemilihan Umum menambah > sosialisasi proses dan persiapan juga mensosialisasikan calon calon anggota > legistativenya dalam bentuk kemudahan mengakses perjalanan sejarah calon > calon terse
Re: [Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit
Hmm, sepertinya opini bung arian ini cukup bagus. Karena jika menanam komoditas baru, itu butuh waktu lama dan biaya yg tdk sedikit. Pun, dalam kondisi krisis masyarakat tdk punya uang yg memadai. Jadi ya kerjasama ekonomi luar negeri harus ditinjau ulang. Dan ekonomic hit man harus di pupuk dan dilindungi. Yg lain ada opini yg berbeda..? --- In AhliKeuangan- indone...@yahoogroups.com, "arianro" wrote: > > Ha..ha..ha.. Jadi ingin nimbrung. > > > > Itu jawaban doktor dan magister kelas akademisi. Kalau kelas chief economist , dan teman-temannya akan menyarankan agar dibuat kontrak jangka panjang, buat hedge kontraknya, di- sekuritisasi, kemudian jualah kontraknya at discount as sweetener. > > > > Rgds, > > Arianro > > > > Btw, kalau ditanya kemana doktor dan magister kita, dugaan saya sedang duduk dirumah/kantor/ perpustakaan baca buku, kutak-katik Bloomberg dan mencoba mencari penjelasan hubungan satu dengan lainnya walau sedikit dipaksakan > > > > == > > > > From: AhliKeuangan- indone...@yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan- indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Hadi Pranggono > > > > he..he..he... kalo gitu di jawab pake teori juga ah... > > karena ini adalah resiko maka jawabnya diversifikasi donk. buat korporatnya punya bisnis unit lain yang korelasinya negatif dengan tanam sawit atau maen di asset class yang laen. sementara petaninya tanam pohon/ hasil bumi lain di setiap lahannya. gimana ? > > atau.. coba cari-cari perusahaan insurance... :) > > paling yang master dan doktor juga jawab gitu juga... > > --- Pada Rab, 11/2/09, nazar mailto:nazartebo %40gmail.com> > menulis: > Dari: nazar mailto:nazartebo %40gmail.com> > > > > > Krisis global mulai berimbas ke dunia bisnis sektor karet alam dan sawit. Harga karet alam (ex: di jambi) turun drastis (40-50%). Seiring dengan naikannya harga BBM lalu, telah memicu inflasi yang berkesinambungan dan mengoncang sendi2x perekonomian. Karet alam dan sawit merupakan industri yg dominan di sumatra dan kalimantan. Ini merupakan ancaman besar bagi perekonomian nasional. Karena jika petani dan pembisnis karet alam dan sawit tidak mempunyai uang, itu berarti daya beli mayoritas masyarakat sumatra dan kalimantan menurun. Dan penjualan komoditas lainnya (ex:sembako, pakaian, transportasi dll) juga akan menurun. Dengan demikian, 100-an bahkan ribuan bisnis sektor lainnya juga akan terancam kelangsungan hidupnya. Kabinet indonesia bersatu saat ini sudah bersatu padu (lebur) dgn krisis itu. Ada apa dengan hubungan ekonomi luar negeri kita? Hmm..apakah SDM kita memang seperti itu adanya? Kemana para doktor dan magister? > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit
Hubungannya adalah, bagai mana para doktor dan magister bisa mencari jalan keluar dari krisis ekonomi di sektor ini? Mencari akar masalah, mencari jalan keluar dan membuat kebijakan/himbauan kepada publik. --- In AhliKeuangan- indone...@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 11:32 AM 2/11/2009, you wrote: > > Apa hubungannya dengan doktor dan magister? > > > > > >Krisis global mulai berimbas ke dunia bisnis sektor karet alam dan > >sawit. Harga karet alam > >(ex: di jambi) turun drastis (40-50%). Seiring dengan naikannya > >harga BBM lalu, telah memicu inflasi > >yang berkesinambungan dan mengoncang sendi2x perekonomian. Karet > >alam dan sawit merupakan industri yg dominan di sumatra dan > >kalimantan. Ini merupakan ancaman besar bagi perekonomian nasional. > >Karena jika petani dan pembisnis karet alam dan sawit tidak > >mempunyai uang, itu berarti daya beli > >mayoritas masyarakat sumatra dan kalimantan menurun. Dan penjualan > >komoditas lainnya > >(ex:sembako, pakaian, transportasi dll) juga akan menurun. Dengan > >demikian, 100-an bahkan ribuan bisnis > >sektor lainnya juga akan terancam kelangsungan hidupnya. Kabinet > >indonesia bersatu saat > >ini sudah bersatu padu (lebur) dgn krisis itu. Ada apa dengan > >hubungan ekonomi luar negeri kita? > >Hmm..apakah SDM kita memang seperti itu adanya? Kemana para doktor > >dan magister? >
[Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit
Krisis global mulai berimbas ke dunia bisnis sektor karet alam dan sawit. Harga karet alam (ex: di jambi) turun drastis (40-50%). Seiring dengan naikannya harga BBM lalu, telah memicu inflasi yang berkesinambungan dan mengoncang sendi2x perekonomian. Karet alam dan sawit merupakan industri yg dominan di sumatra dan kalimantan. Ini merupakan ancaman besar bagi perekonomian nasional. Karena jika petani dan pembisnis karet alam dan sawit tidak mempunyai uang, itu berarti daya beli mayoritas masyarakat sumatra dan kalimantan menurun. Dan penjualan komoditas lainnya (ex:sembako, pakaian, transportasi dll) juga akan menurun. Dengan demikian, 100-an bahkan ribuan bisnis sektor lainnya juga akan terancam kelangsungan hidupnya. Kabinet indonesia bersatu saat ini sudah bersatu padu (lebur) dgn krisis itu. Ada apa dengan hubungan ekonomi luar negeri kita? Hmm..apakah SDM kita memang seperti itu adanya? Kemana para doktor dan magister?
[Keuangan] Fwd: [Fwd: CER Business Opportunities]
Ada yang berminat ? Original Message Subject: CER Business Opportunities From:"Reza Masri" <[EMAIL PROTECTED]> Date:Mon, September 1, 2008 2:42 pm To: [EMAIL PROTECTED] -- Mas Nazar, Terlampir skema peluang financing dari penjualan CER (Carbon Emission Reduction) yang kita discussed minggu lalu. Pada dasarnya setiap proyek yang menggunakan energy alternatif atau terbarukan (i.e. hydro, sinar matahari/solar, geothermal) yang mengurangi emisi CO2 dibanding penggunaan energy fossil fuel seperti minyak akan dihitung/disertifikasi seberapa besar pengurangan CO2nya, atau biasa disebut CER (Carbon Emission Reduction). CER ini dapat dijual kepada industri di Jepang (pemerintah dan bisnis) karena Jepang harus menurunkan level emisi CO2nya menurut Kyoto Protocol. Penurunan ini dapat dilakukan melalui pengurangan emisi secara aktual, yang biasanya sangat mahal dan sulit karena menyangkut penurunan tingkat ekonomi dan perlunya teknologi baru yang mahal, atau dengan cara membeli CER dari negara-negara berkembang. Teman saya di Jepang (Billy Anugrah) yang akan mengurus sertifikasi dan akses ke perusahaan2 serta financial institutions di sana. Untuk kepeluan tsb dia sudah membuka PT Company di sini, PT. EKI. Proyek yang saat ini digarap antara lain penggunaan solar energy di dapur2 umum di Aceh. Kalau ada proyek-proyek mini hydro atau solar bisa dicoba Mas. Memang waktu prosesnya agak lama, tapi worth to try. Thanks & best regards, Reza Masri Principal Analyst on Planning & Evaluation Business Development, Upstream Directorate PT. PERTAMINA (PERSERO) Tel. (+62) (21) 381 5111 ext. 7277 Email. [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> PT. HASTAMULYA TATA KONSULTAN Jl. K.H. Mas Mansyur No. 47/H, Jakarta 10230 Phone: (021) 3154596; (021) 3144493 Fax: (021) 3143591 E-mail: [EMAIL PROTECTED] -- => NAZAR RAHMAN <= [Non-text portions of this message have been removed]
Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia
Bung hok an, Dalam sistim kenegaraan ada istilah hak dan kewajiban. Saat ini negara ini bingung menentukan hak yg harus di tuntut dan kewajiban yg harus di penuhi. Ya, semua komponen bangsa harus bisa menentukan hak dan kewajibannya masing2x. Apa kewajiban dan hak pemerintah. Dan apa hak dan kewajiban masyarakat. Salam NazaR on: tebo-jambi --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Hok An <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Bung Nazar, > saya kuatir orang2 terpenting kabinet kita tidak kenal permainan itu. > Yang diplototi mungkin cuma angka2 fundamental ekonomi saja, yaitu > angka2 inflasi, defisit dan neraca pembayaran berimbang. > Akibatnya elite negara kita belah dua. > Sebab ada lagi satu kelompok di kabinet yang rajin produksi rencana2 > infrastruktur, yang ditumpuk makin hari makin tinggi. > Tumpukan ini mirip rencana aliran pengeluaran negara yang terus > bertambah seperti air mengisi bendungan sehingga makin hari makin tinggi. > Sebelum strategi ini dihentikan kabinet kita perlu mengambil keputusan > apakah negara mau difungsikan kembali sebagai agen pembangunan atau > tidak. Saat ini rupa2nya segala hal mau diserhakan kepada swasta. > > Salam > Hok An > nazar schrieb: > > > Dulu waktu kuliah saya > > suka main game seem > > city/city builder. Game > > ini mengajarkan kpda > > kita simulasi > > membangun sebuah > > negara, seperti pajak, > > jalan, air, listrik, > > terminal, bandara, > > dermaga, sekolah, > > kesehatan, hiburan dll. > > Lalu jika di kaji secara > > ilmiah game seemcity > > tersebut merupakan > > simulasi sederhana > > dalam membangun > > sebuah negara. > > > > Misalnya, jika jumlah > > penduduk dan luas area > > meningkat maka > > kebutuhan listrik, air, > > sekolah, keamanan, > > kesehatan, lapangan > > kerja/industri juga > > meningkat. > > > > Salam > > nazar > > --- In AhliKeuangan- > > [EMAIL PROTECTED], > > "Dedy arman" > > > > wrote: > > > > > > > > > Mmm.. CUCOK. > > > > > > Sent from my > > BlackBerry® > > > powered by Sinyal > > Kuat INDOSAT > > > > > > -Original > > Message- > > > From: "jeff_andra" > > > > > > > > Date: Sat, 09 Aug 2008 > > 01:42:44 > > > To: > [EMAIL PROTECTED]> > > > Subject: [Keuangan] > > Re: Infrastruktur > > Indonesia > > > > > > > > > Abis mau gimana lagi > > ya? lha wong > > presidennya terlalu > > sibuk bikin > > > lagu, wapres sibuk > > dagang n kampanye > > (kan ketua umum), para > > menteri > > > tukang ngobyek, > > anggota DPR nya > > ditangkepin KPK, yang > > masih bebas, > > > sibuk kencan n > > ngakalin duit negara > > (termasuk anggaran > > infrastruktur) > > > buat dana kampanye :) > > > > > > Memang tragis sih ya, > > kalo ngutip statement > > Faisal Basri, ya ini lah, > > > kita sibuk > > mengundang investor, > > ketika investr masuk > > kita biarkan > > > mereka kecewa > > karena buruknya > > infrastrktur (PLN, > > transportasi, dll.) > > > di republik ngawur ini, > > yang mengakibatkan hi > > cost economy itu. > > > > > > Ada yang mau bantu > > solusi? > > > > > > --- In AhliKeuangan- > > [EMAIL PROTECTED], > > "Hindarto Gunawan" > > > > > > > wrote: > > > > > > > > Boleh sy minta > > pendapat dr ahli2 > > keuangan ; Infrastruktur > > adalah > > > > sarana penting bagi > > pertumbuhan ekonomi > > bukan, kalo di negara > > lain > > > > banyak > > pembangunan jalan > > jalan baru, power plan, > > dll..(terutama di > > > > china) ..kalo di
Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia
Dulu waktu kuliah saya suka main game seem city/city builder. Game ini mengajarkan kpda kita simulasi membangun sebuah negara, seperti pajak, jalan, air, listrik, terminal, bandara, dermaga, sekolah, kesehatan, hiburan dll. Lalu jika di kaji secara ilmiah game seemcity tersebut merupakan simulasi sederhana dalam membangun sebuah negara. Misalnya, jika jumlah penduduk dan luas area meningkat maka kebutuhan listrik, air, sekolah, keamanan, kesehatan, lapangan kerja/industri juga meningkat. Salam nazar --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], "Dedy arman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mmm.. CUCOK. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "jeff_andra" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Sat, 09 Aug 2008 01:42:44 > To: > Subject: [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia > > > Abis mau gimana lagi ya? lha wong presidennya terlalu sibuk bikin > lagu, wapres sibuk dagang n kampanye (kan ketua umum), para menteri > tukang ngobyek, anggota DPR nya ditangkepin KPK, yang masih bebas, > sibuk kencan n ngakalin duit negara (termasuk anggaran infrastruktur) > buat dana kampanye :) > > Memang tragis sih ya, kalo ngutip statement Faisal Basri, ya ini lah, > kita sibuk mengundang investor, ketika investr masuk kita biarkan > mereka kecewa karena buruknya infrastrktur (PLN, transportasi, dll.) > di republik ngawur ini, yang mengakibatkan hi cost economy itu. > > Ada yang mau bantu solusi? > > --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], "Hindarto Gunawan" > wrote: > > > > Boleh sy minta pendapat dr ahli2 keuangan ; Infrastruktur adalah > > sarana penting bagi pertumbuhan ekonomi bukan, kalo di negara lain > > banyak pembangunan jalan jalan baru, power plan, dll..(terutama di > > china) ..kalo di Indonesia?... Boro boro punya tol surabaya - gempol
[Keuangan] Re: IMF, World Bank, dan Depresiasi
Tahun 2000 lalu permasalahan IMF ini sudah pernah dibahas di jogja, waktu itu presidennya megawati. Tapi hingga sekarang IMF masih di andalkan. Padahal IMF itu seperti rentenir, mengapa? Krna ada pinjaman yang bunganya dibayar dimuka sementara pinjaman pokoknya belum di ambil.. Nb: Hasil tes dan ujian yang dilakukan oleh lembaga2x negara tidak akuran dan cenderung dipolitisir dan KKN? . Salam nazar n.i: Tebo, Jambi. --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], "dfaj21" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > IMF dan World Bank boleh dibilang produk perang dunia ke 2. > Sejarahnya, Inggris yang sudah duluan berupaya menahan agresi jerman > (Axis) yang menyerbu negara-negara eropa seperti prancis, denmark, dll > akhirnya mengalami krisis keuangan dimana cadangan devisanya habis > untuk membeli peralatan perang di Eropa (yang sebagian besar di beli > dari Amerika). > > Amerika yang menyadari secara strategis mereka lebih baik jika inggris > tidak kalah akhirnya selalu memberikan bantuan bahkan menganggapnya > sebagai bantuan (aid). Tapi setelah serangan Jepang di pearl harbor, > Amerika mulai terlibat secara langsung. Singkat cerita, Amerika, > inggris dan allies menang. Masalahnya trade balance antara amerika dan > inggris, juga negara-negara alies dan jerman sudah jadi carut marut > kacau beliau. > > Jadi dalam situasi kacau inilah 2 tokoh besar mewakili Amerika (Harry > Dexter White) dan Inggris (John Maynard Keynes) mencoba menjaga > stabilitas keuangan dan transaksi negara multilateral. > > Secara garis besar, IMF dimaksudkan supaya negara macam Inggris yang > sedang dalam defisit mendalam tidak harus sampai bangkrut dan masih > bisa bertahan (dalam arti sebelum perang Inggris adalah negara > adidaya ekonomi dan berupaya supaya jangan sampai jadi negara > hamba-nya Amerika). Prinsipnya adalah: negara yang defisit trade > balance nya akan berupaya meningkatkan ekspor. Caranya? Depresiasi > mata uang (jaman itu belum ada flexible exchange rate). Cara > mendepresiasinya adalah negosiasi negara dengan negara (bilateral). > Jadi kalau mereka tidak bisa mendepresiasi mata uangnya (contohnya > Inggris setelah perang dunia, mereka memiliki exchange rate yang lebih > kuat dari amerika, dan selama negosiasi selalu susah negosiasi). Tahun > demi tahun selalu defisit dan memperparah cadangan devisa negara. > > TANYA: > - Kenapa sekarang Indonesia sudah terdepresiasi dari 2500 sampai 9000, > masih saja ekspor tak meningkat? > - Kenapa terdepresiasi (dari 9000 mau ke 10,000) malah panik? DPR > ribut mengharuskan bank indonesia intervensi, rakyat panik dan lain > sebagainya? Padahal kan harusnya justru baik bagi ekonomi negara? >
[Keuangan] Fondasi Yang Lemah dan Tujuan Yang Tidak Jelas
warisan politik belanda dan jepang masih membekas dalam sebagian kecil kelompok masyarakat di negeri ini. Lemahnya fondasi politik membuat masyarakat negeri ini sangat mudah untuk di adu domba/devide at ampera atau istilah kerennya sekarang adalah di provokasi dan pecah belah. Dikarenakan lemahnya fondasi kesatuan negeri ini ibarat ranting kering yang patah di tiup oleh angin sepoi-sepoi. Apa lagi jika ditiup oleh angin badai, maka dia akan hancur berkeping-keping. Sikap egois, rakus/tamak dan terlalu berambisi untuk bersaing merupakan penyebab utamanya. Rasa persatuan, win-win solution/sama- sama menang, belum begitu terpatri dengan kuta dalam diri masing- masing individu. Fondasi itu harus didasarkan pada persamaan- persamaan. Seperti sama-sama manusia ciptaan tuhan, sama-sama orang timur, sama-sama bekas jajahan :-), sama-sama muslim, etc... Namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa fondasi pemersatu tersebut terkadang dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk mencari kekayaan, ketenaran pribadi. Selain fondasi yang masih lemah, arah yang akan dicapai juga masih belum begitu jelas. Ya, memang tidak mudah memprediksi masa depan, namun setidaknya kita berusaha untuk menerkanya dan membuat sebuah rencana-rencana. Karena MATINYA sebuah NEGARA dikarenakan matinya SEMANGAT rakyatnya. Apa yang ingin kita capai sebagai manusia, orang indonesia? Apa yang ingin dicapai oleh negara dalam hal Sisial, Budaya, Ekonomi, Pertahanan dan Keamanan? # Resiko menjadi pembuat opini kontroversial :-) ketika opini yang kita lemparkan kepada publik menimbulkan pro- kontra maka siap-siaplah untuk di setujui, di hujat, di remehkan. Tetapi biasanya, ketika kita berlalu (berhenti bernyanyi) barulah sebagian dari para pen\mbaca/pendengar opini tersebut berkata. Oooo inikah yang dimaksud dengan pro dan kontra. Dan tentunya setiap kita ingin mencari solusi terbaik, yang putih bersih. NB: Aku milik/mahluk Tuhan dan akan kembali kepadanya. Walau aku mahluk yang lemah, namun berusaha untuk bertahan hidup/survive adalah kewajibanku.
[Keuangan] Re: Mengalihkan Beban Negara
Saya numpang kasih komentar. Saya dulu juga iseng-iseng pernah menulis " PEMERINTAH, APLIKASI MANAJEMEN YANG REMANG-REMANG " di http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110 Ketika melihat pengumuman-pengumuman penerimaan CPSN dan Karyawan swasta, yang terbanyak dari Disiplin Ilmu Ekonomi yang banyak di rekrut adalah jurusan akuntansi. Lalu saya teringat sebuah buku yang mengatakan bahwa pada umumnya akuntan/sarjana akuntansi terimbas oleh pemikiran Cash-flow dan mengabaikan Economic Value Added. Cash-flow pada dasarnya mengarahkan pada pemikiran jangka pendek, semantara economic value added mengarahkan untuk berpikir jangka panjang namun tidak mengabaikan persoalan jangka menengah dan jangka pendek. Opini Ini bukan berarti karena saya sarjana manajemen. Toh kenyataannya saya tetap suka mempelajari semua cabang ilmu ekonomi tersebut. Sebagai contoh sederhana saya, kita bisa melihat pendekatan Kwik Kian Gie ketika menjual saham indosat kepada investor asing. Akibatnya, komoditas telekomunikasi masih menjadi sesuatu yang mahal saat ini. Ya...pada dasarnya kita sedang mengalami krisis "LEADERSHIP yang MANAGABLE". --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "anton ms wardhana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > http://www.mediaindonesia.com/ > > Editorial > Mengalihkan Beban Negara > > *Mengalihkan Beban Negara* > > SALAH satu kelemahan bangsa ini adalah buruknya kemampuan merencanakan > jangka panjang. Kita cenderung mabuk kesenangan sesaat, instan, berjangka > pendek. Itulah yang terjadi dengan energi, khususnya minyak. > > Kita tahu bahwa cadangan minyak dan batu bara kita tidak banyak, hanya 0,5% > hingga 1,3% dari total cadangan dunia. Akan tetapi, cadangan yang sedikit > itu kita kuras habis-habisan dengan sebagian besar (sekitar 70%) kita > ekspor. Padahal, batu bara merupakan salah satu alternatif energi di dalam > negeri di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia. > > Jika nafsu memburu uang sesaat melalui ekspor batu bara itu terus- menerus > terjadi, dalam kurun 20-30 tahun lagi batu bara kita akan habis. Akibatnya, > kita harus membeli seluruhnya dari pasar internasional yang harganya terus > naik. Lalu, kita masuk jebakan baru. > > Jalan instan juga terlihat ketika pemerintah hendak membatasi pemakaian > listrik dengan cara memberikan disinsentif untuk industri dan rumah tangga > mewah. Jalan pintas pun terjadi untuk mengurangi volume penggunaan bahan > bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan cara mengalihkan pemakai premium ke > pertamax. > > Pemerintah menyebut upaya itu sebagai bagian dari skenario yang disiapkan > untuk mengamankan dampak pembengkakan subsidi akibat melonjaknya harga > minyak hingga mendekati US$100 per barel. Subsidi listrik membengkak dari > Rp32,4 triliun menjadi Rp43,47 triliun. Adapun subsidi BBM melonjak dari > Rp55,6 triliun menjadi Rp87,7 triliun. > > Tentu, kondisi itu membuat anggaran negara berdarah-darah. Kantong APBN bisa > bobol akibat tingginya defisit. Jelas bahwa hal itu menjadi beban negara di > tengah sedikitnya pilihan jalan keluar. > > Namun, pertanyaannya, mengapa beban negara itu kemudian dialihkan > mentah-mentah kepada masyarakat tanpa menyediakan dulu alternatif memadai? > Padahal, pada galibnya negara adalah entitas yang bertanggung jawab untuk > memenuhi kesejahteraan rakyat. Negara dengan aparaturnya harus bekerja keras > menghasilkan jawaban kreatif dan solutif bagi rakyat. > > Yang terjadi dalam kasus lonjakan harga minyak kali ini adalah munculnya > tabiat lama yang terus-menerus dipelihara pemerintah, yakni solusi instan > dan miskinnya perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang. > > Contoh buruknya perencanaan pengalihan subsidi ini ialah kasus konversi > energi dari minyak tanah ke gas. Pemerintah menargetkan tahun ini ada 6 juta > kepala keluarga yang bermigrasi dari minyak tanah ke gas lengkap dengan > subsidi tabungnya. Faktanya, hingga akhir tahun target itu meleset jauh. > Hanya 3,5 juta kepala keluarga yang tergapai konversi atau hanya 58% dari > target. > > Betul bahwa memanjakan rakyat dengan subsidi sama dengan memelihara kanker > ganas dalam tubuh sendiri. Apalagi subsidi itu diobral kepada siapa saja, > termasuk kalangan berpenghasilan menengah-atas. > > Oleh karena itu, membatasi subsidi hanya untuk yang berhak menerima > merupakan langkah benar. Itulah, misalnya, yang terjadi dengan pertamax dan > pertamax plus dengan membiarkan harganya mengikuti harga internasional. > > Akan tetapi, sekadar mengurangi subsidi tanpa formula yang jelas dan tanpa > perencanaan yang matang tak ubahnya langkah memindahkan beban semata. Yakni > dari beban negara menjadi beban masyarakat, dari kesulitan negara menjadi > kerumitan masyarakat. > > Itulah yang terjadi dengan konversi minyak tanah ke gas dan itulah kiranya > juga yang akan terjadi dengan pengalihan pemakaian premium ke pertamax bila > tanpa disertai dengan tersedianya transportasi publik yang m
Re: [Keuangan] Re: Perbankan Syariah
ini saya kutip dari www.thejakartapost.com mungkin bisa membantu ; ".The main barrier to the development of Islamic finance in Indonesia is the double taxation that applies to transactions underlying sharia banking, which otherwise would not be needed in conventional banking system. In murabahah, for example, sharia banking requires underlying transactions to be completed, involving the buying and selling of an asset, which both attract taxation. Such a double taxation makes Islamic finance less competitive and attractive in Indonesia. It is not clear, though, if the current taxation bills currently being deliberated in the House of Representatives address the issue of double taxation in Islamic finance. " http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.B08 On 11/22/07, cute_duckling <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Teman2 sekalian, > > Terima kasih banyak atas responsnya, saya jadi mendapat banyak > tambahan ilmu mengenai hal ini. Mohon maaf saya baru dapat > merespons balik sekarang. > > Kalau boleh bertanya lagi, bagaimanakah perlakuan mengenai perbankan > syariah dari sisi pajak? Baik di Indonesia maupun di negara lain? > > Mohon pencerahannya lagi. > > Terima kasih, > Novi > > --- In > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, > "Yanindya Bayu > Wirawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > hi, > > > > 1. benar sekali ada banyak golongan dalam islam. bahwa definisi > riba > > 'pun ada bermacam-macam, tergantung cara si ulama dalam > menafsirkannya. > > namun ajarannya tetap bersumber pada kitab suci dan hadits. > bandingkan > > dengan bank konvensional, yang mana regulasinya mengacu pada > > masing-masing otoritas moneter negaranya. jadi, islamic bank lebih > > terstandard daripada bank konvensional. > > > > 2. terus terang, yang dulu sering melempar topik islamic bank > adalah pak > > iwan pontjo. entah dimana beliau sekarang. > > kalau saya tidak salah musyarakah itu yang mirip lease back? > berarti si > > bank beli barangnya, lalu dijual kembali dengan harga lebih tinggi > ke si > > nasabah? bisa jadi kepemilikan barang masih berada di bank, sampai > si > > nasabah melunasi pinjamannya. ini mungkin identik dengan > collateral. > > > > 3. islamic bank tidak menjanjikan bunga kepada depositornya. > berarti, > > tiap bulan si penabung bisa dapat bagi hasil, bisa juga jeblok. in > > anyway, risk sharing bukan berarti semua risiko ditelan. pelemparan > > kredit juga melalui proses due dilligence. > > > > > > regards, > > bayu > > > > > -- -> Nazar Rahman <- [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??
Bang Poltak, 1. Yang saya pegang dari pernyataan abang adalah ""Jadi resep adalah informasi bersifat tak berwujud fisik ("intangible")"". Permasalahannya adalah bukankah ada informasi yang akurat dan tidak/kurang akurat? Ada yang up to date dan tidak up to date? Sederhananya apakah semua orang suka makan Rawon? kan tentunya tidak semua orang suka makan rawon. Suka tidak suka menurut saya pada dasarnya berkenaan dengan "Kebiasaan/Habit". Sama halnya orang indonesia tidak bisa lepas dari makanan pokok nasi karena dari kecil memang sudah terbiasa makan nasi. Lalu ada makanan baru "Pizza, kentang goreng, mie ala cina. Tapi makanan baru tersebut bagi orang indonesia tidak 100% menggantikan makanan pokok nasi. Demikian juga dengan sebuah teori tidak begitu saja akan di ikuti oleh seseorang atau kelompok. 2. Membuat resep baru? Menurut pendekatan manajemen pemasaran, jika sebuah produk sudah pada tahap penurunan/decline maka strategi untuk meningkatkan penjualan tidak hanya "Bikin Resep/produk baru secara total", tetapi bisa dilakukan strategi modifikasi terlebih dahulu (memperbanyak nilai guna), jika memang tidak bisa baru dilakukan pembuatan produk baru. NB: # Orang memang tidak makan resep rawon. Tetapi rawon tersebut berasal dari resep. Jadi yang menjadi akar permasalahan adalah resep dan selera/kebiasaan pemakan resep. # Kenapa setiap pergantian hari kita semakin bodoh? Apakah karena dunia terus berubah atau karena kita tidak mampu mengikuti perubahan tersebut? # Yang muda terlalu agresif dan sedikit pertimbangan, yang tua terlalu ego dengan kekuasaan senioritas dan prestasi masa lalunya. Sementara dunia terus berubah... NazaR, S.E [Sarjono Euy... :-) ] --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Nazar, > > 1. Sejak kapan orang makan resep? Saya bisa ngerti orang makan rawon > -- tetapi saya tidak pernah dengar orang makan "resep rawon"... > > "Resep" itu bisa berupa nasihat dari seorang koki kepada bawahannya, > seorang mertua kepada menantunya, seorang atasan kepada bawahannya, > ataupun di antara orang yang tingkatnya sederajat. Jadi resep adalah > informasi bersifat tak berwujud fisik ("intangible") -- ("kalau begini > - sebaiknya anda melakukan begitu", "ditambah ini supaya begitu", atau > dikurangi ini supaya begitu") > > Sejak kapan yang begitu bisa dimakan? > > 2. Kalau ada resep yang tidak sesuai dengan keadaan - harus diapakan? > Contohnya "resep komunisme", ya pilihannya tinggal: > > - Bikin resep baru > - Tinggalkan resep tersebut dan beralih ke resep lain. > > 3. Teori memang berasal dari percobaan dan berbagai hal empiris > lainnya yang dilihat pola umumnya. Karena hampir setiap benda jatuh > -- maka muncul lah teori gravitasi. Kalau ternyata ada benda yang > tidak jatuh (padahal seharusnya jatuh) -- maka berarti teori gravitasi > harus di-revisi. Ini yang dalam dunia fisika menyebabkan munculnya > teori Mekanika Quantum dan teori Relativitas -- di mana terjadi > hal-hal yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan oleh teori gravitasi. > > Karena pada banyak keadaan teori gravitasi masih berlaku (hingga > derajat tertentu) maka teori tersebut masih digunakan. > > Hal seperti di atas juga berlaku di kajian ilmu sosial: Teori disusun > berdasarkan kajian empiris dengan memperhatikan faktor-faktor yang > terlibat. Kalau ada yang tidak sesuai -- maka harus dibikin revisinya > -- atau sekalian bikin teori baru (berdasarkan fakta / kajian empiris > baru) yang harus siap diuji lagi dengan kenyataan. > > Kalau sesuatu belum diuji - tapi dilempar ke masyarakat -- maka itu > namanya bukan teori -- tetapi spekulasi. > > > On Nov 17, 2007 12:49 PM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bang Poltak, > > > > J 1. Tidak sedikit rresep makanan yang memang sudah kada luarsa. Atau > > memang mengandung zat yang dapat merusah organ tubuh (ex: efek > > samping). Jika sebuah kemasan obat terlalu banyak mengandung zat > > narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Jika obat digunakan over > > dosis bisa menyebabkan kematian. Maukah abang jujur bahwa sebuah > > teori itu berasal dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah > > teori yang belum dikaji secara mendalam lalu di lemparkan/dikonsumsi > > oleh publik. > > > > # Pernyataan saya sebelumnya terutama no 3, 5 dan 6 sudah sangat > > jelas jika abang rajin membaca buku. Karena itu materi yang sudah > > lama dan selayaknya memang harus di mengerti oleh banyak orang. > > > > NazaR > > NB, > > > > Lihat juga: http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110
[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??
Bang Poltak, J 1. Tidak sedikit rresep makanan yang memang sudah kada luarsa. Atau memang mengandung zat yang dapat merusah organ tubuh (ex: efek samping). Jika sebuah kemasan obat terlalu banyak mengandung zat narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Jika obat digunakan over dosis bisa menyebabkan kematian. Maukah abang jujur bahwa sebuah teori itu berasal dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah teori yang belum dikaji secara mendalam lalu di lemparkan/dikonsumsi oleh publik. # Pernyataan saya sebelumnya terutama no 3, 5 dan 6 sudah sangat jelas jika abang rajin membaca buku. Karena itu materi yang sudah lama dan selayaknya memang harus di mengerti oleh banyak orang. NazaR NB, Lihat juga: http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Nazar, > > 1. Semua Teori disusun berdasarkan realita. Kalau ternyata realita > tidak sesuai dengan teori -- maka itu berarti perlu disusun teori baru > dengan memperhatikan penyebab spesifik perbedaan antara teori lama > dengan realita. Menyalahkan teori -- itu sama dengan menyalahkan > resep masakan -- hanya karena kita tidak bisa memasak. > > 2. Betul, apa yang dikerjakan oleh pengikut suatu teori tidak sama > dengan desain awal teori tersebut. Contoh terkenalnya adalah > komunisme. Marx dan Engel sebagai penyusun teori -- tidak menyertakan > langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan teori > tersebut. Mereka pikir kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya dan > proses menjadi komunis juga akan berlangsung secara mekanis setelah > peristiwa itu terjadi. (Marx adalah tokoh yang sangat saintifik). > > Bagaimana dengan para pengikut teori? Mereka nggak sabar menunggu > Kapitalisme runtuh dan dengan sendirinya berubah menjadi komunisme. > Itu sebabnya Lenin, Stalin dan Mao akhirnya menyusun sendiri > langkah-langkah mewujudkan komunisme, yang pada implementasinya > ternyata malah membuat strata masyarakat tertentu dan penguasaan > absolut atas pemilikan atas nama negara. > > Sisa poin berikutnya tidak saya komentari karena buat saya masih kurang jelas. > > On Nov 16, 2007 10:31 AM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > > > > > > > Sedikit komentar saya: > > > > 1. Teori selalu bagus di banding realitanya. > > 2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama dengan > > pembaca/pengikut sebuah teori. > > 3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI > > ORGAN TUBUH. > > 4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika > > pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu masih > > kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di hapuskan). > > 5. Miskin itu bisa berupa miskin buatan (kemiskinan struktural; ini > > disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan > > kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu > > ransangan dan motivasi). > > 6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua sisi > > (baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak > > disukai oleh stake-holdersnya). > > NazaR
[Keuangan] Re: tidak sedikit resep yg kadaluarsa Was:Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Panca..
Bang poltak, J 1. Anda benar, tetapi tidak sedikit resep makanan yang memang kada luarsa. Atau memang mengandung zat-zat yang dapat merusak organ tubuh. Misalnya, jika satu kemasan obat terlalu banyak mengandung narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Kalau obat di konsumsi over dosis juga akan menyebabkan kematian walau sudah di sahkan oleh Depkes/BP POM. Maukah Abang jujur bahwa sebenarnya sebuat teori itu muncul dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah teori belum di kaji/diuji secara mendalam lalu di lemparkan/dikonsumsi kepada publik. # Pernyataan saya sebelumnya terutama poin 3, 5 dan 6 sudah sangat jelas jika Abang sering2x baca buku. Itu merupakan materi ilmiah yang sudah lama dan selayaknya sudah dimengerti oleh banyak orang. NazaR NB, Lihat juga: http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Nazar, > > 1. Semua Teori disusun berdasarkan realita. Kalau ternyata realita > tidak sesuai dengan teori -- maka itu berarti perlu disusun teori baru > dengan memperhatikan penyebab spesifik perbedaan antara teori lama > dengan realita. Menyalahkan teori -- itu sama dengan menyalahkan > resep masakan -- hanya karena kita tidak bisa memasak. > > 2. Betul, apa yang dikerjakan oleh pengikut suatu teori tidak sama > dengan desain awal teori tersebut. Contoh terkenalnya adalah > komunisme. Marx dan Engel sebagai penyusun teori -- tidak menyertakan > langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan teori > tersebut. Mereka pikir kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya dan > proses menjadi komunis juga akan berlangsung secara mekanis setelah > peristiwa itu terjadi. (Marx adalah tokoh yang sangat saintifik). > > Bagaimana dengan para pengikut teori? Mereka nggak sabar menunggu > Kapitalisme runtuh dan dengan sendirinya berubah menjadi komunisme. > Itu sebabnya Lenin, Stalin dan Mao akhirnya menyusun sendiri > langkah-langkah mewujudkan komunisme, yang pada implementasinya > ternyata malah membuat strata masyarakat tertentu dan penguasaan > absolut atas pemilikan atas nama negara. > Sisa poin berikutnya tidak saya komentari karena buat saya masih kurang jelas. > > On Nov 16, 2007 10:31 AM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sedikit komentar saya: > > 1. Teori selalu bagus di banding realitanya. > > 2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama dengan > > pembaca/pengikut sebuah teori. > > 3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI > > ORGAN TUBUH. > > 4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika > > pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu masih > > kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di hapuskan). > > 5. Miskin itu bisa berupa miskin buatan (kemiskinan struktural; ini > > disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan > > kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu > > ransangan dan motivasi). > > 6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua sisi > > (baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak > > disukai oleh stake-holdersnya). > > NazaR > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "sangkakala ."
[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??
Sedikit komentar saya: 1. Teori selalu bagus di banding realitanya. 2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama dengan pembaca/pengikut sebuah teori. 3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI ORGAN TUBUH. 4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu masih kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di hapuskan). 5. Miskin itu bisa berupa miskin buatan (kemiskinan struktural; ini disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu ransangan dan motivasi). 6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua sisi (baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak disukai oleh stake-holdersnya). NazaR --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "sangkakala ." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya ndak bisa bayangkan apa the end of the system of Capitalisme... > Yg saya tahu pasti.. bumi tidak mencukupi semangat konsumtifisme umat yg terus bertambah... sekarang lebih 6 milyar dgn kebutuhan dan juga hasrat dan syahwat yg makin beragam... gembar-gembor ttg kemiskinan yg harus dihilangkan, sama artinya dgn gembar-gembor ttg melejitnya permintaan ttg produk konsumsi apapun... > > artinya semakin kaya dan cukup isi kantongnya, artinya dia akan makin melahap apa saja dan dunia industri akan segera sediakan berbagai produk yg bikin dia berselera dan tentunya akan berujung pada kepulan-kepulan asap CO2 pabrik industri yg akan makin berbahaya bagi alam bumi secara keseluruhan... > > dan berujung pada kacaunya kondisi iklim dunia lalu timbul berbagai bencaana .. yg pasti adalah hujan yg terlalu deras atau musim kering berkepanjangan.. minimal gunung meletus akibat komposisi perut bumi yg perlu memuntahkan hawa panas yg berbentuk letusan gunung... dn pasti bertambah orang miskin yg mengalami rusak harta benda.. sebagian kehilangan mata pencaharian.. > > Jadi kemiskinan orang Indonesia adalah tersebab kerjaan global, bukan nasib buruk dari pemerintahan SBY-JK... Konsumsi global sudah kelewat batas, dan harus dikontrol... > > Artinya sistem kapitalisme adalah biang kerok nomer satu atas rusaknya ekosistem global yg berujung bencana disemua tempat penjuru dunia.. makin besar energi dasar semacam minyak bumi yg keluar dari perut dunia, makin besar peluang bencana alam akibat pemanasan global.. .itu pasti! > > Lalu dimana harus ditempatkan sistem ekonomi pancasila yg tujuannya sama yaitu kesejahteraan bersama, sementara kemiskinan dalam kontemplasi saya adalah satu-satunya cara dalam menciptakan keseimbangan permintaan > > Mungkin itulah makanya tetap ada orang miskin,.. miskin artinya tidak cukup uang untuk beli apapun dan itu artinya permintaan tertahan Yg berarti ikhlas menjalani hidup tanpa harus memenuhi semua impian dan imajinasi... > > Dan itu artinya adalah peluang bagi sistem ekonomi Pancasila untuk bisa jadi sebuah alternatif pengganti bagi sistem amat merusak gaya kapitalisme... Siapa punya gagasan operasional di Indonesia??? belum ada... yg amat banyak adalah tukang-tukang wacana .. mungkin termasuk saya... > Sang
[Keuangan] Negara adalah Monster, was: Politik vs Profesionalisme - CashStudy KADAL TEBO
Sudah cukup lama saya tidak berkunjung ke kab.tebo apa lagi jambi kota. Mungkin karena tidak ada lagi yang menarik sehingga tidak ada keinginan untuk itu. Hidup di pedesaan terasa lebih baik, ditengah2x manusia yang masih alami sama seperti alamnya. Status pendidikan tidak berlaku disini, karena aktivitas dan kedudukan setiap orang hampir sama. Tidak ada birokrasi2x resmi yang mengikat. Walau pengetahuan makin berkurang, namun saya tidak ambil peduli. Karena itu hanya mimpi2x. Berita2x Koran dan tv juga mulai terasa tidak menarik lagi dan terasa asing. Karena itu saya lebih sering main catur. Ada satu hal yg penting dalam permainan catur, yaitu "ketika ada peluang memakan, harus dipilah2x". Karena bisa saja makanan tersebut adalah umpan lawan kita, yang bisa membahayakan. Di Koran lokal say abaca tetang even cukuran cucu si-kada tebo, MM. sebuah publikasi yang tidak edukatif dan tidak menyentuh kepentingan public. Jika mau dikatakan itu adalah kesempatan si kada untuk berbagi kebahagiaan justru itu hanya untuk kebahagiaan diri sendiri dan keluarganya. Yg masyarakat butuhkan adalah program pembangunan yg pro public dan realistis. Berbicara tentang kab. Tebo memang tidak ada habis2xnya. Baik tentang kualitas si kada beserta pemdanya maupun anggota dewan beserta parpolnya. Dan saya sangat yakin bahwa kasus2x semacam ini jga terjadi di daerah2x lain. Terlalu naïf jika saya mengatakan mereka itu adalah oranganisasi dengan individu yang lucu dan menggelikan di dalamnya. Memang hidup tidak selalu mudah, namun jika kecerdasan otak dan pengetahuannya terbatas maka hal2x yang seharusnya mudah akan terasa sulit. Penomena seperti Inilah yang terjadi pada orang2x plat merah di kab. Tebo ini. Lebih2x kondisi masyarakat dan infrastrukturnya masih tradisional. Nainfnya skill para organisatorisnya sangat minim. Bisa jadi karena perekrutan yang KKN, hanya tamatan sekolah dan PERTI yang tidak bermutu dan kebodohan pejabat teras tetang Manajemen Sumber Daya Manusia. Soal KKN memang bukan rahasia umum lagi di negeri ini, lebih2x dalam instansi polri dan TNI. Ada tarif 20 s/d 70 juta untuk lolos seleksi, cerita teman saya di Jambi dan Padang. Dan jika diamati, sulit rasanya bagi kita untuk merasakan manfaat polri dan TNI, bisa jadi karena mereka tidak cerdas (rerata polisi memang tidak cerdas) sehingga tidak punya job description yg jelas. Atau karena kemalasan mereka? Lalu apa gunanya uang pajak yang di alokasikan kepada kedua instansi plat merah ini? Ah..sudahlah yang berbau Negara memang selalu begitu. Tidak salah bila ada yang mengatakan bahwa Negara adalah monster. Itu berarti oraganisatorisnya ibarat anjing2x kelaparan yang akan memangsa apa saja. Pembunuhan oleh Negara tidak sedikit jumlahnya dan tidak selalu terdefinisi dengan jelas bentuknya. Karena itu sulit bagi kita untuk sepenuhnya menyalahkan para demonstran atau teroris yang ingin menghabisi pejabat tertentu. Karena naluri kebinatangan orang2x plat merah itu cenderung lebih menonjol dibanding naluri kemanusiaan. Selain rakus, Negara juga sangat rasis, dimana kita bisa melihat etnis jawa menguasai mayoritas instansi2x pemerintahan dan perusahaan2x. sementara cina dan bule menguasai ekonomi nasional. Di sisi lain, saya hanya tersenyum ketika seorang sahabat kental mengajak untuk mengambil akta 4. Karena itu adalah investasi yang sia2x dan buang2x waktu. Toh itu kan tidak ubah dengan penataran P4 yang tidak ada efeknya kepada objek yang di doktrinkan. Lebih baik petimatikan ijazah anda dan mulailah berbisnis kecil2x-an kata teman saya. Gunakan kekuatan uang untuk menguasai kehidupan ini, lanjutnya. Lalu saya Tanya, bagai mana caranya? Fokus, cari dan hantam, jawabnya. Saya hanya terdiam. Di Koran lokal kemarin say abaca bahwa bursa kerja yang diadakan oleh Dep. Nakertrans dan beberapa perusahaan sepi pengunjung. Fakta ini memperkuat bahwa no trust society terhadap Negara dan coorporates memang ada. Dan setiap waktu ketidak percayaan itu terus meningkat. Lebih2x diera informasi dewasa ini, pencaker sudah tau siapa dibalik negara dan corporate tsb, apa resikonya jika bergabung dan siapa yang menjadi subyek dan obyeknya. NB: ada yang mempertanyakan tentang status saya, apakah politisi, pns, wartawan atau ormas. Saya bukan dari organisasi tersebut. Lebih2x politik dan pns, karena Negara itu hanya untuk para penipu dan penjilat . Saya hanya individu yang mendeskripsikan dan berbagi cerita tentan apa yang saya lihat, didasari sedikit pengetahuan ilmiah. Jika dahulu ada keinginan untuk menambal perahu tua yang bocor, maka sekarang keinginan tsb sudah hilang. Kalaupun karam, masing2x kita harus siap dengan pelampung2x pribadi. O..ya..sebenarnya individualisme itu tidak salah jika kita hidup di Negara/daerah yang sistim pemerintahannya sangat buruk, rasis dan KKN. Lebih baik fokus pada diri sendiri. Sept, 07. Jmbu, Tbo, Jbi. http://sejagad.com/NazaR --- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Memang benar adany
Re: [Keuangan] Fwd: [Forum Pembaca KOMPAS] Hernando De Soto dan Ekonomi Kita
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Wawan, > > Jangan gusar dulu. Tulisan yang anda kritik itu bukan tulisan > wartawan - melainkan tulisan orang yang bergabung di Forum PEMBACA Kompas. > > Tapi memang bukan berarti apa yang ditulis di koran selalu > tepat. Tulisan di koran Bisnis Indonesia mengenai pemenang Hadiah > Nobel Ekonomi tahun 2006 (Edmund Phelps) isinya banyak yang > ngawur. Yah seperti biasa lah... orang yang minatnya politik kok ya > nulis ekonomi... ya runyam. > Sedikit komentar saya, bahwa ekonomi itu tidak lepas dari faktor Politik, teknoligi, perkembangan ilmupengetahuan, sosial budaya etc...
Bisa iya bisa tidak, Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?
Saya cuma numpang kasih celoteh aja nie, Saya bingung mau mulai dari mana, yang jelas pertanyaan yang muncul adalah capitalism dan demokrasi seperti apa yang kita inginkan? Lalu istilah freedom di hubung2xkan dengan capitalism dan demokrasi, maka pertanyaan yang muncul apa iya kebebasan yang sebebas2xnya? Bicara tentang kebebasan maka saya yakin semua orang menginginkan kebebasan itu. Bebas berpikir dan bertindak (semau gue). Tapi jika tidak ada batasan2x biasanya kebebasan itu malah akan menjadi anarkis dan kriminal. Seperti pertandingan sepak bola dan tinju yang saya tonton tadi malam, jika tanpa wasit dan regulasi maka saya yakin para pemain tersebut akan ada yang bersimbah darah bahkan meregang nyawa. Karena ambisi2x yang memotovasi kita untuk berpikir dan bertindak terkadang menjadikan nurani manusiawi terlupakan. Jika dicermati pelanggaran2x yang dilakukan oleh pemain sepak bola tsb misalnya, bukan berarti karen mereka tidak mengerti aturan2x pertandingan. Tetapi dikarenakan begitu bersemangatnya bermain dan begitu besarnya ambisi untuk menang maka terkadang akal sehatnya hilang (pikiran seseorang itu bersifat kondisional). Demokrasi itu secara sederhana bisa dikatakan "semua orang senang/menyetujui" atau bisa jadi Adil. Jika dicermati pada dasarnya tidak ada adil yang sebenar2x adil dan tidak ada semua orang senang. Mengapa? karena dunia ini memang aneh :-). Lalu bagai mana seharusnya? Ingat kurval Supply dan Demand? yang terpenting adalah titik Equilibiriumnya. Dan realitanya titik Equilibirium itu tidak dinamis, (selalu terjadi fluktuasi harga). Lalu bagai mana seharusnya? Tanya saja pada rumput yang bergoyang. :-) Nazar http://sejagad.com/NazaR
[Keuangan] Re: Apa level pekerjaan accounting / pembukuan dan sekretaris
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Leti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ada kesalahan pengelompokan jurusan di indonesia, manajemen dimasukkan > ke bidang ilmu ekonomi, padahal manajemen lebih condong kepada > organisasi mikro. > Hm MANAJEMEN itu artinya kan "MENGELOLA" jadi dia bisa masuk kemana saja. Sementara accounting hanya mencatat dan membuat laporan. Pendekatan accunting biasanya kurang manusiawi dan kurang berorientasi jangka panjang. > dan administrasi yang artinya sebenarnya sangat luas di indonesia > menjadi sempit alias : hal hal yg berhubungan dengan 'kertas' > administrasi kalo ga salah ingat adalah bagaimana sekumpulan orang > mencapai tujuan bersama dalam wadah organisasi. administrasi > sebenernya artinya luas sekali, cuma memang dalam prakteknya, > adminitrasi disistemkan melalui kertas kertas, begitu juga dengan > manajemen yg sebenernya teknik dalam administrasi diejawantahkan dalam > kertas kertas. akhirnya blur deh ... > > AKUNTANSI adalah kegiatan mencatat historical dalam hal 'keuangan' dan > menyajikannya dalam laporan keuangan yang dapat dimengerti pihak yang > terkait. > ADMINISTRASI adalah kegiatan mempersiapkan, memperlakukan dan > memberlakukan kegiatan-kegiatan, mendistribusikannya sampai dengan > pendokumentasian (filing). > > oleh karena itu administrasi menjadi hal yang harus dikuasai oleh > sekretaris (kalo sang sekretaris mau memiliki nilai tambah tidak hanya > sekedar menjadi sekpri). > > semoga bisa menjawab Administrasi dan acccounting ALAT bagi seorang MANAJER (PENGELOLA) untuk mengambil keputusan strategis dan rutin. Makanya orang2x yang sudah terbiasa dengan pendekatan akuntansi biasanya lebih pintar bercerita/melaporkan. Sementara dalam mengambil keputusan strategis masih bingung dan terburu2x. Lihat pendekatan kwik kian gie dalam menjual saham2x domestik ke investor luar. Teori adalah mimpi2x, yang terpenting dan paling sulit adalah merealisasikan mimpi2x itu, karena itu butuh keahlian MANAJEMEN/MENGELOLA yang handal. > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "wuriyanti3" > wrote: > > > > Mohon informasinya > > > > Di perguruan tinggi terdapat berbagai macam jurusan yang di buka > > diantaranya : > > 1. akuntansi > > 2. adminitrasi perkantora / sekretaris > > > > bahkan ditingkat pendidikan SMk juga terdapat jurusan yang sama . > > > > Yang ingin saya ketahui , di dunia kerja / lapangan kerja " apakah > > terdapat level pekerjaan accounting dan administrasi perkantoran" ? > > > > Kalau ada level pekerjaannya untuk accounting apa saja ...? dan > > kompetensi apa yang harus dimiliki pada masing-masing level perekerjaan > > accounting maupun administarsi perkantoran/sekretaris...? > > > > Terima aksih , kami tunggu > >
Re: [Keuangan] Inilah Realita SDM kita... Hidup Departemen Pendudukan!
Ekonomi itu berasal dari kebutuhan manusia (sandang, pangan, papan perumahan, etc...) dan ekonomi itu digerakkan oleh demand (kebutuhan) dan produksi (kebutuhan yang belum nyata) karena pada dasarnya sebuah perusahaan bisa menciptakan demand dengan menciptakan sebuah trend. Jika anda baca buku pemasaran maka akan tau konsep orientasi konsumen (kebutuhan) dan orientasi penjualan (penciptaan trend/demand). Nb: Sekolah terlalu tinggi malah bingung sendiri? Makanya cari istilah yang sederhana saja agar mudah di pahami. :-). Dari dulu saya selalu bilang orang2x sekarang pintar2x ngomong tapi banyak yang tidak paham apa yang mereka omongkan. Lihat saja orang2x yang ada dipemerintahan itu persis kayak penjual obat di pinggir jalan :- ) dan terkesan membuat program cari muka. Apa karena realitanya memang rumit atau memang karena skill rendah, terus bagai mana dengan N.I/.P, golongan dan gelar yang mereka terima heheheKatanya sih masuk instansi2x negara itu tes ilmiah intelektualnya sulit sekali. Pertanyaannya "Mana keilmiahan dan keintelektualan mereka?". Atau bisa jadi karena tesnnya informal saja? EDUCATION IS NOT PREVARATION FOR LIVE (Looking for job: nazar) BUT LIVE IT SELF (John Dewey). BELAJAR DARI BUAIAN HINGGA KELIANG LAHAT (pepatah arab) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > At 08:25 PM 7/5/2007, you wrote: > > Ekonomi digerakkan oleh konsumsi. Oleh demand. BUKAN oleh produksi. > > Di abad ke-21 ini - berapa banyak orang yang memproduksi roda yang > terbuat dari kayu? Hampir tidak ada. Mengapa? Karena demand-nya > sangat sedikit. Hampir tidak ada. > > Apakah saat ini ada yang mau bertahun-tahun bersekolah hanya untuk > jadi dokter spesialis kuda? Nggak ada. Mengapa? Karena demandnya > sangat sedikit. (berbeda dengan keadaan sebelum revolusi automotif). > > Buat apa memproduksi sesuatu yang tidak ada demandnya? > > Jadi - produksi adalah semata-mata fungsi atas konsumsi / demand. > Bukan sebaliknya. > > Studi ekonomi itu sulit dan kompleks. > Jadi jangan asal ngomong - kalau tidak ingin kelihatan "cupu"... > > > >punten, saya bukan lagi membahas definisi atau asal kata dari > >ekonomi.. tapi secara realitas ekonomi bergerak tersebab ada > >penawaran, permintaan dan produksi dan mungkin juga berbagai pilihan > >yg ditawarkan... > > > >Nah yg bikin ekonomi berjalan adalah salah satunya sistem produksi yg > >merupakan hasil rekayasa buah pikir manusia dgn bagaimana menurunkan > >cost dgn hasil optimal... untuk itulah tercipta berbagai macam machine > >dan proses produksi yg tentunya ini adalah hasil dari observasi, > >analisa dan berbagai inovasi yg memunculkan produk-produk yg > >beragam,penuh pilihan dan dibutuhkan konsumen... > > > >dan itu adalah hasil dari gerak aktivitas kita selaku manusia yg > >pernah dididik diberagai jenjang pendidikan.. > > > >kesalahan kita selama ini adalah pendidikan kita tidak diarahkan untuk > >bagaimana membikin orang-orang kita selaku manusia-manusia kreatif > >penuh gerak inovatif tapi lebih dibina karakter manusia kantoran yg di > >indonesia sudah terlalu banyak pekerja semacam ini dan yg kurang > >sekali adalah insan-insan pencipta, penemu, penggerak dan pelaksana... > > > >untuk itulah maka impian the big five ditahun 2030 adalah impian omong > >kosong saja, tersebab tidak dipersiapkan generasi kita untuk jadi > >manusia eksekutor dan malahan yg dilipatgandakan adalah tukang- tukang > >konsep plus ahli-ahli demokrasi yg luar biasa stupidnya dalam > >memajukan ekonomi dan tekhnologi... > > > >Sang >
[Keuangan] Fwd: Karena ada yang menjadi SUBYEK DAN OBJEK
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dunia memang penuh dengan tipuan-tipuan, sama halnya dengan himbaun tentang nasionalisme dan intelektual. Jika disuruh memilih mungkin lebih enak jadi orang bodoh dan tidak punya nafsu dan keinginan. Namu kita sudah terjebak oleh sistim pendidikan dan perlu terapi untuk mengatasi keterjebakan intelektual dan nasionalisme itu. Bahkan dewasa ini banyak publisitas dan even2x yang dilakukan oleh orang2x pemerintahan. Lomba A, B, C, pertemuan D, E,F etc...yang ditujukan untuk menarik simpati masayarakat guna memperkuat pengaruh dirinya. Karena itu penting bagi publik untuk mengetahui bahwa itu semua hanyalah semu dan ambisi individual selekompok orang yang merasa sempurna. Sementara kita tau bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Jika diaamati, organisasi yang dinaungi atau mengatas namakan negara paling berani dan paling sering melakukan upaya mencari simpati publik (mungkin karena merasa legal) namun permasalahan mendasar adalah legalitas di negeri ini diragukan kevalidannya. Seperti keadilan sosial, peluang yang sama, ketuhanan YME hanya jadi simbol2x kuno dan terkadang dijadikan alibi oleh sekelompok orang untuk mengukuhkan dirinya lebih benar dan lebih baik. Mungkin pandangan ini dianggap aneh dan kontroversial, tetapi itulah realitanya (karena hidup tidak hanya cukup sebatas mimpi2x) Karena TV dan koran2x mengiming-imingi? Sekarang ini media massa banyak dijadikan alat untuk promosi dan publik relation. Tetapi sayangnya pesan2x publikasi tsb hanya berorientasi menarik simpati massa saja. Misalnya publikasi penghargaan dan gelar yang diterima oleh tokoh-tokoh tertentu (kepala daerah) hanya bertujuan untuk mempromosikan diri mereka yang merasa pamornya mulai menurun. Jika masyarakat cerdas maka tidak selayaknya menjadi panatis buta terhadap tokoh2x tertentu, karena setiap orang punya pilihan2x, kelebihan dan kekuatan. Toh dalam masyarakat yang mejemuk saat ini ahlak masyarakat tidak 100% ditentukan oleh kepala daerahnya. Bisa saja si A belajar di kota B, koran, TV, Radio etcLalu teman saya menyahut, jika demikian yang memberikan penghargaan itu keliru donk..? Saya jawab, dalam dunia politik memberi penghargaan itu adalah strategi. Jadi tidak bisa dijadikan patokan oleh masyarakat luas. Tidak ada dewa penolong yang sebenarnya dalam dunia politik dan industri, karena ujung- ujungnya duit (U.U.D). Bahkan masyarakat masih banyak yang bodoh, karena mengira uang bantuan dari seroang pejabat itu adalah uang pejabat itu sendiri, padahal itu adalah uang pajak yang paling besar dibayar oleh orang paling bodoh di dunia ini. Saya mencoba menyimak pandangan-pandangan para pejabat disini, dan menurut saya padangan mereka itu hanya layak untuk didenganrkan oleh publik (politisir simpatisan). Alhasil kita tetap bagai mana mereka memperkaya diri sendiri, kolusi dan nepotisme (memangnya negara ini milik nenek moyang nya, kata teman saya) . Mungkin itu salah prosedur? Jika ia, itulah kebodohan. "Jika skill pejabatnya rendah tentunya coro2xnya juga rendah, setidaknya ikut2xan bodoh", kata teman saya. Tetapi mereka itu sudah ada N.I.P nya lho... Hm...mungkin itulah kenapa teman saya bilang "Apapun yang berbau negara adalah bulsit", tetap saja tidak bisa dipercaya dan asal- asalan, lanjutnya. Toh NIP itu kan dibuat oleh manusia yang tidak sempurna juga. Coba lihat berapa banyak orang yang berskill dan pendidikan rendah itu berubah seolah2x diri mereka profesor atau dewa maha tau lantaran hanya diberi NIP, golongan, iptu, iptda, jen, may etc... Semoga saja saya yang bodoh, dan mereka yang pintar. Setidaknya mereka pintar dalam menarik simpati masarakat (semoga itu bukan hanya kebohongan demi jabatan dan uang mereka saja), kata teman saya. O..ya sekarang ada sekelompok orang yang sibuk dengan masalah RMS dan PAPUA, dan pesan teman saya "jika Anda tidak hidup dari uang pajak, jangan sok nasionalis lah, mending pikirkan dulu dapur anda sendiri". Ya...Karena realitanya para politisi dan pejabat itu hanya memanfaatkan kelompok masyarakat yang bodoh untuk diadu dengan kelompok masyarakat yang bodoh lainnya (inilah intinya politik saat ini). Atau dengan kata lain, memanfaatkan orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Jmbu, TehBo, Jahmbe --- End forwarded message ---
Re: [Keuangan] Karena Kita BODOH ....was: Kisah Tilang dan Slip Biru (Detik.com)
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, yohan rubiyantoro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >waktu pertama kali lulus dari > pendidikan bintara di Lido, dia ditempatkan di jalan n > pernah nangkep pengendara motor yang ga pake helm, ga > punya sim, dan motornya ga ada spion, plus ga pake > lampu (pokoknya parah banget deh). pengendara motor > ini mo nyogok, tetapi ditolak. waktu itu teman saya > masih idealis, maklum polisi baru hehehe > tetapi seiring waktu, lama kelamaan dia juga > ikut-ikutan dengan temannya menawarkan "cara cepat". > Alasannya sederhana, "gw kan butuh modal kawin" kata > dia enteng. --- Hm...itu namanya mental memegang kode etik polisi kayak tai ayama donghangatnya cuma sebentar. > tapi pak polisi tidak bisa dihujat seratus persen, > sebab pengguna jalannya juga sering "ngerayu" sih. > tadi malam sekitar pukul 12 saya baru saja pulang dari > planet holywood dan ada razia di dekat situ, seorang > pengendara motor di depan saya ngerayu pak polisi > untuk "damai". jadi berlaku deh hukum permintaan dan > penawaran, pak polisi mau "damai" karena memang ada > yang mengajak "berdamai". Sekali lagi kode etik dan tahan godaan. > butuh keteladanan dan kepemimpinan yang luar biasa > dari perwira tinggi di POLRI untuk merubah tradisi > ini. tetapi saya cukup apresiasi dengan langkah polri > membuka program diklat di akpol bagi sarjana lulusan > S1 dan S2, tetapi program ini harus dijalankan secara > benar!!! tapi masih ada satu hal yang bikin miris, > POLRI hanya menawarkan gaji 1.2 juta bagi lulusan S1, > sedangkan untuk S2 gajinya hanya terpaut 100 ribu. so > kesejahteraan buat mereka juga harus diperhatikan, > masih banyak kok polisi-polisi jujur, tetapi kejujuran > mereka itu harus dibayar dengan kegetiran hidup yang > mesti mereka alami Bukan jaminan akan merubah mental dan kepribadian, toh yang direkrut kan masih muda2 yang masih kabur tetang salah dan benar dan cenderung tidak hati2/teliti.
[Keuangan] Karena Kita BODOH ....was: Kisah Tilang dan Slip Biru (Detik.com)
Ikut nimbrung ni... Ini kasus lama, mungkin karena faktor didikannya sehingga para polisi dilapangan bersikap kurang menyenangkan banyak orang. Atau mungkin ada faktor finansial sehingga mereka sengaja menjadikan hukum/uu sebagai media untuk mencari uang. Toh dari seorang teman saya, di muara tebo misalnya. Ilelag loging di berantas, tetapi ternyata malah aparatnya yang merambah dan menjual kayu2 tersebut. Negara selalu begitu, mungkin itulah yang membuat masyarakat alergi dengan hal2 yang berbau negara. Bahkan ada seorang teman yang berkata tidak akan menyerahkan ijazahnya kepada organisasi pemerintah atau orsospol. Karena menurut dia pemerintah dan orsospol hanya untuk para penipu, penjilat, dan KKN. Lalu saya bilang dalam industri dan perusahaan2 baik tbk, BUMN, atau ltd juga ada para penipu, penjilat, dan KKN. Lalau dia diam saja. Lalau saya lanjutkan. Kita memang bodoh karena KKN ini telah melecehkan kecerdasan otak seseorang. Hidup KKN dan BODOHLAH kita, dan selama itulah kita akan bodoh massal. KKN dalam organisasi publik tidak bisa ditolerir karena imbasnya kepada masyarakat luas/kebodohan masal. Bukan hanya kepada individu/pejabat tertentu. Dan seperti yang kita ketahui tidak sedikit pejabat yang lemah otak (LEMOT) dan kurang peka yang berlindung dibalik jabatan/pekerjaannya atau dibalik gelarnya. Dan naifnya kita juga sering terjebak dengan orang jenis ini. Karena itulah mengapa saya katakan kita bodoh, setidaknya ikut2an bodoh. Bahkan yang dulunya pintar ikut2an bodoh. Hidup KKN dan BODOHLAH kita... Nazar Sibodoh yang keras kepala http://sejagad.com/NazaR Jbu, Tbo, Jbi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arsal sahban <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > to rekan milis.. > Saya ikut tergelitik mengenai tilang menilang.. > Kebetulan saya pernah ngobrol dengan teman saya yang seorang Polisi, > tapi bukan dijakarta (diwilayah solo). > Sempat kami membahas masalah tilang, waktu itu dia langsung cerita > mengenai situasi yang dialami. Katanya sih, dia ingin memberlakukan mekanisme tilang yang ada 3 macam. > 1. ikut sidang tapi ngga ngaku salah > 2. ikut sidang tapi ngaku salah > 3. ga ikut sidang tapi bayar ke BRI > Terutama mekanisme nomor 3, yang katanya udah ga berlaku lagi. Dia coba cek ke BRI, dan BRI sudah ga nerima titip sidang karena ada surat dari Pengadilan Tinggi ke Bank BRI utk tidak menerima titip sidang, berkaitan dengan UU Pokok Kehakiman. > Trus, Sama teman ditelusuri lagi, dan nemukan dokumen yang juga pernah dikirim ke Polda kalau ga salah tahun 1999. yang intinya aturan tersebut melanggar UU Pokok Kehakiman yaitu kebebasan hakim dalam memutus suatu perkara. > Karena, kalau bayar ke BRI berarti harganya sudah ditentukan, dan hal ini sama dengan intervensi ke hakim secara tidak langsung dalam putusannya, krn mau ga mau hakim harus putus denda sejumlah titipan. > > Nah, dengar2 lagi.. sekarang katanya mereka sedang menyusun Pola Tilang yang disederhanakan, yang intinya orang-orang yang ditilang bisa bayar lewat ATM-ATM, kantor Pos dll. Cuman kendalanya di koordinasi antar Penegak Hukum. Terutama masalah aturan di UU Pokok Kehakiman. > > Sebagai masyarakat, sudah waktunya kita menyuarakan untuk memblow up masalah-masalah demikian. Saya kira pemerintah tidak akan tutup mata bila masalah ini bergulir besar. Karena sadar tidak sadar, aliran dana tilang sangat besar yang kalau dikelola oleh negara, bisa menjadi salah satu pemasukan Kas negara yang signifikan. Tinggal metodenya perlu regulasi yang tepat.. > > best regard > arsal > > > > "Nila.Mahrani" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pengalaman ketika meminta slip biru nih. > > Moga2 berguna, supaya lebih waspada, diplomatis dan bijak :-) > > > > Rabu, 30/05/2007 09:07 > Kisah Tilang dan Slip Biru > Pengirim: Moehamad Iqbal > > Jakarta - Maaf saya hanya mau share sedikit tentang slip biru yang sedang > ramai dibicarakan di milis. Pada Sabtu lalu saya kena razia di jalan raya > Ciputat. Jelasnya di jalan Situ Gintung. > > Di situ saya ditanya SIM dan STNK. SIM C saya ternyata ssudah hangus dan > belum sempat saya perpanjang. Akhirnya STNK saya ditahan. Ini sedikit cerita > krnologinya: > > Polisi : selamat siang pak !!! > Saya : Siang, pak... > Polisi : bisa minta SIM dan STNK? > Saya : Silakan pak (sambil memberikan SIM dan STNK) > Polisi : Wah mas SIM udah habis nih masa berlakunya. > Saya : Waduh pak, mohon maaf saya lupa kalau harus diperpanjang. > Polisi : Sidang aja ya tanggal 5 besok ya? (sambil mengeluarkan buku > tilang). > > Saya : (Ingat berita dimilis) Pak, gini aja deh, saya ngaku salah nih, > saya nggak usah ditilang tapi langsung bayar aja k
[Keuangan] Fwd: INGAT! KARENA NEGARA DAN INDUSTRI BUKAN SUPER POWER ABSOLUT
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: All Tulisan ini ditujukan untuk individual. Mungkin ada baiknya jika dibagikan dan didiskusikan dengan teman2, adik2, saudara2 dan ortu. Setelah merenungkan cukup lama dan melihat fakta2 lapangan, penilaian saya mulai berubah. Dulu, ketika mempelajari tentang industri, Negara dan investasi seolah2 ia solusi terbaik untuk menjadikan hidup banyak orang menjadi lebih baik. Namun faktanya, industri, Negara dan investasi hanyalah organisasi yang menjadikan orang2 kecil yang bodoh sebagai OBJEK-nya. Ketiganya merupakan penjelmaan PEODAL dan BIROKRAT modern. Dimana masyarakat selalu menjadi KELINCI PERCOBAAN. Negara hanya surga bagi ras2 tertentu dan orsospol tertentu. Sementara industri dan investasi hanya lahan subur bagi CINA2 dan BULE2 (Siapa sebenarnya yang lebih melanggar HAM?). Lalu apa yang didapat oleh orang2 PRIBUMI yang matanya gede dan kulit hitam? PEMBODOHAN, PERBUDAKAN dan PENJAJAHAN. Lalu keman pahlawan2 nasionalis? Itu BOHONG, tidak ada pahlawan di era KAPITALIS dan PLOTISIR saat ini. Bahkan di Kab. Tebo saya melihat hal2 lucu organisatoris PEMDAnya. Munkin saya yang terlalu BODOH atau sebaliknya? Ada pandangan jika Anda sekolah dan menjadi sarjana, maka Anda akan hidup sejahtera. Itu TIDAK selalu BENAR. Coba lihat berapa banyak sarjana2 pengangguran saat ini, bahkan mereka dikalahkan oleh tamatan SMU yang KKN. Dan satu KERUGIAN bagi mereka adalah INVESTASI BIAYA pendidikan dan WAKTU yang terbuang sia-sia tidak ada GARANSInya. Dan itu juga menjadi kerugian bagi para ORANG TUA mereka. (Sekolah bukan kehidupan yang sebenarnya). Karena itu untuk saat sekarang ini kuliah bukan jaminan dan solusi untuk menjadi sejahtera, sebaliknya investasi yang sia2 dan membuang2 waktu. Bahkan yang terbaik di sekolahpun belum tentu sukses apalagi di Negara yang penuh dengan KKN, kong kalikong dan rasis ini. Harus di ingat, bahwa para pelajar (teenagers) dan mahasiswa menjadi lahan subur/OBJEK bagi negera, industri dan bisnis lembaga2 pendidikan untuk mencari UANG. Karena itu orang2 muda dan para orang tua harus berhati2 dengan yang namanya Negara, industri dan lembaga2 pendidikan. Karena jika tidak ada koneksi dan kong-kalikong (KKN) Anda tidak akan menjadi sejahtera dari sebuah Negara, industri dan lembaga2 pendidikan. Sebaliknya menjadi OBJEK/sapi perahan. Yang terpenting adalah belajar ilmu BERTAHAN HIDUP dan MEMPERKAYA diri. Toh jika Negara, industri dan lembaga2 pendidikan memperkaya diri mereka sendiri, mengapa kita tidak? Begitu kata seorang teman saya, dan ini ada benarnya. Karena dunia ini bisa dikuasai dengan UANG dan KEKUASAAN. # Sekelumit tentang BISNIS CINA Di jambi ex: bank p, n, dan otomotif HW. Di palembang berdasarkan info seorang teman ttg bisnis perhotelan, di Padang ttg bisnis otomotif, dan kasus terbanyak di Kalimantan. Ciri khas bisnis rasis cina ini adalah diskriminasi baik perekrutan, sallary maupun perlakuan di tempat kerja. Apa yang didapat oleh orang2 pribumi? PEMBODOHAN, PENJAJAHAN dan PERBUDAKAN. Jika dikatakan dengan adanya bisnis mereka ini akan terbuka lapangan pekerjaan, coba hitung ulang BERAPA jumlah orang pribumi yang terekrut? Dan berapa PENDAPATAN PERKAPITA mereka? Pemerintah dan orsospol terlalu mudah untuk DIBODOHI dan DITAKUT-TAKUTI. POLISI dan lembaga lainnya terlalu mudah untuk dihargai dengan sejumlah uang, bahkan undang2 diinjak2. sampai kapanpun BISNIS RASIS CINA ini tidak akan pernah tuntas. Apa lagi bisnis rasis cina ini diperkuat dengan KRISTENISASI dan WESTERNISASI (Sekali lagi siapa yang lebih melanggar HAM?). # My country is funniest and fucker? Sulit untuk membenarkan bahwa pemerintah pusat dan daerah berpihak kepada masyarakat pribumi. Karena cara pendekatan yang mereka gunakan dalam menyusun strategi pembangunan hanya berdasarkan hitung2an diatas kertas dan diragukan akurasinya. Mungkit input pendidikan mereka yang salah atau karena penerimaan pegawai yang KKN? Lalu bagai mana denga ORSOSPOL? Ah mereka baru bergerak jika ada maunya saja, dan sekarang coba lihat banyak kader2nya yang ngambil sekolah kilat untuk menjadi sarjana atau magister sementara otaknya tetap JONGKOK. Gelar2 itu hanya untk mencari simpati dan MENGELABUI masyarakat bodoh. Dan lagi2 yang di politisir adalah masyarakat kelas ekonomi morat-marit. Tapi pemberitaan di media masa kan cukup bagus, Ah itu kan hanya publikasi/advertising. Dewasa ini banyak didirikan organisasi konsultan untuk memacu pembangunan daerah tapi hasilnya tetap NOL, kenapa? Karena oh karena Program2 nasional hanya wadah bagi organisatorisnya untuk KKN. Makan duit haram dan merekrut sodara, anak sodara, anak teman walaupun mereka bodoh. Sama dengan masuk PNS, POLISI dan WAMIL. Negara hanyalah untuk manusia2 sampah yang a moral dan tidak manusiawi. Wajar jika moral mereka sangat rendah. Sama halnya dengan kasus2 perekrutan di BRI, BNI, TLKOM, PERTAMINA, PPK, P2KP etc
[Keuangan] Fwd: SEMUA YANG BERBAU NEGARA ADALAH BULSHIT????
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak nizami, Bagi saya apapun yang berbau negara adalah sesuatu yang lucu, asal2. dan kita tau bahwa jika inputnya asal2an maka outputnya asal2 juga. KKN baik di instansi pemerintahan itu sdri maupun corporate ex: BPD, BNI, Pertamina etc...kan masih banyak. Sekarang orientasi merekrut honorer, akibanya banyak personal yang skillnya diragukan terekrut. Toh kita sdh tau bhw menjadi honorer itu kan strategi utk jadi PNS. sekali lagi... apapun yang berbau negara dan pemerintahan adalah lucu..asal2an.. bahkan bisa dibilang BULSHIT??? :-) Kita melihat banyak pejabat yang tidak mampu tapi memaksa diri untuk menjabat. Lihat saja manajerial lbg2 pemerintahan itu amburadul, karena mereka tdk melengkapi diri dengan sarjana2 manajemen yang mmg berkualias. Dulu saya pikir negara itu adalah sesuatu yang luar biasa dan memang dapat dijadikan solusi untuk hidup lebih baik bagi byk orang. Tapi ternyata TIDAK. Untuk saat ini sangat wajar jika ada yang merasa ANTI NEGARA, NASIONALISME dan INDUSTRI karena memang keadaannya memaksa seperti itu. Toh tanpa negara dan industri pun kita masih bisa tetap hidup. Percuma anda memikirkan tentang negara, karena negara tidak akan memikirkan anda. Bahkan negara hanya menjadi lahan subur bagi kelompok orang (suku dan ras tertentu). Negara hanya untuk mereka yang rakus, penipu, kong kalikong. Karena negara adalah POLITISIR dan KEKUASAAN. SEMUA YANG BERBAU NEGARA ADALAH BULSHIT???? --- Nazar van jbu, tbo, jbi --- - Ternyata negara lebih bersifat politisir dibanding manajerial - Karena NEGARA dan INDUSTRI bukan TUHAN, maka kita tetap bisa hidup tanpa keduanya - Sekolah bukan kehidupan yg sebenarnya - Semua yang berbau negara adalah Bulshitt...? --- In [EMAIL PROTECTED], A Nizami wrote: > Saya pernah mendengar istilah "Mafia Peradilan" di > mana pengacara, jaksa, polisi, hakim berkomplot > memenangkan pihak yang membayar mereka. > > Ada beberapa pengacara mau pun polisi yang mengakui > ini. > > Kasus dimenangkannya perusahaan fiktif oleh MA, jika > benar berarti MA membantu penyerobot tanah merampas > puluhan hektar tanah rakyat. > > Saya harap tim KPK bertindak untuk menyelidiki kasus > yang aneh ini. > > Salam > > From: rezanades > To: Ayah-Bunda-Anak@ yahoogroups. com > Sent: Saturday, May 05, 2007 2:12 AM > Subject: [Klub Ayah Bunda & Anak] MA, Menangkan kasus > sebuah PT. Fiktif !!! > > MA, Menangkan kasus sebuah PT. Fiktif !!! > > PT tersebut adalah PT Portanigra. Sebuah perusahaan > developer yang baru saja dimenangkan kasusnya melawan > H. Juhri bin Haji Geni, Muhammad Yatim Tugono dan > Yahya bin Haji Geni selaku termohon eksekusi. Dahulu > kala Juhri dan Perusahaan ini dikabarkan pernah > bersengketa tanah sekitar dua puluh tahun yang lalu. > Namun seiring waktu berlalu, seharusnya kasus sengketa > tersebut sudah tidak berarti bagi hukum. Karena > pemerintah sudah mengeluarkan Sertifikat Hak Milik > yang adalah produk hukum dan dinyatakan oleh Undang- > Undang Agraria sebagai bukti kepemilikan tertinggi > atas suatu tanah. > > Namun entahlah apa yang membuat MA seperti kesurupan, > habis- habisan membela PT. Portanigra. Hasil putusan > MA itu mengharuskan eksekusi tanah seluas 78 hektar di > daerah Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. > Putusan tersebut juga akan mengorbankan 21,760 warga > atau 5,563 Kepala Keluarga ( KK ). Padahal warga > Meruya Selatan keseluruhannya memiliki surat- surat > lengkap kepemilikan tanah dan tempat tinggal mereka > masing- masing. Mereka bukanlah penduduk sebuah > pemukiman liar yang membangun rumah kayu di pinggir > jalan. Hal ini juga membuktikan betapa kebobrokan > hukum di negeri ini, ketika untuk yang pertama kalinya > MA memenangkan kasus sebuah PT. Yang bermodalkan > sebuah girik dan kuitansi terhadap puluhan ribu warga > yang sudah memiliki Sertifikat Hak Milik, IMB dan > membayar pajak PBB selama bertahun- tahun mendiami > tanah tersebut. > > Kecurigaan kemudian merujuk kepada PT. Idola Tunggal. > Setelah saya memeriksa nomor telepon PT. Portanigra. > Sebagai sebuah perusahaan developer real estate yang > mampu membeli tanah seluas 78 hektar tentunya bukan > perusahaan sembarangan. Pastilah perusahaan besar > dengan modal yang kuat. Perusahaan developer sebesar > itu paling tidak memiliki alamat kantor lengkap, nomor > telepon, tempat para klien, perusahaan marketing , > agen , dan para supplier untuk bisa menghubungi mereka > dengan mudah. Keanehan muncul ketika PT Portanigra > tidak terdaftar di Yellowpages Indonesia !!! Kemudian > saya periksa di 108 untuk PT. Portanigra. 108 > memberikan saya nomor berikut ini : (021) 5482072 dan > 5300310. Yang setelah ditelepon ternyata mereka > mengaku bernama PT. Idola Tunggal, bukan PT. > Portanigra. PT. Idola Tunggal tersebut beralamat di > jl. S. Parman kav 67, Office Park Slipi, Jakarta. > --- End forwarded message ---
[Keuangan] Mengkritisi Konsumsi Barang-Barang Otomotif
Lama gak posting neh...Anggap saja ini cabe yang pedas tapi enak dimakan :-) Dewasa ini bisnis otomotif tumbuh menjamur baik jenis roda 4 maupun roda 2. Karena godaan untuk mengkonsumsi barang2 jenis ini cukup besar dan melumpuhkan rasional, maka penting bagi kita untuk mencerdaskan masyarakat bumiputera yang selalu menjadi "target market" dan tidak memahami akuntansi dan manajemen keuangan agar berhati2 dalam mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian. Disamping masih terjadi discrimination on work palce, reqruitment, and sallary industri jenis ini menguras uang masyarakat dalam jumlah yang relatif banyak. Ooo.. ya, diskirminasi ini juga masih terjadi pada beberapa industri perbankan (lihat bentuk mata dan warna kulitnya...begitu kata beberapa teman saya) #Nilai Ekonomis Jika Anda membeli sebuah kendaraan roda empat dengan harga 70 juta, dan diperkirakan 10 tahun y.a.d nilai jualnya tinggal 30 juta. Itu berarti anda membuang-buang uangan sebesar 4 juta pertahun, atau 333.000 per bulan atau 11.000 per hari (+/- 2.5 kg beras). Ini belum termasuk biaya BBM, oli, rem, roda, kecelakaan, pajak, asuransi, sim, dll... Atau jika anda membeli kendaraan roda dua seharga 15 juta, dan 10 tahun y.a.d nilai jualnya tinggal 5 juta. Itu berarti Anda mencampakkan uang sebesar 1 juta per tahun, atau 83.000 per bulan atau 2.760 per hari (+/- 0.5 kg beras). Ini belum termasuk biaya BBM, oli, rem, roda, kecelakaan, pajak, asuransi, sim, dll... Karena itu penting bagi konsumen untuk memikirkan apakah kendaraan tsb benar2 bermanfaat dan memang dibutuhkan. Apakah dengan kendaraan tsb memang bisa membantu kita untuk mendapatkan uang dengan mudah dan cepat waktu? Jangan mudah terjebak oleh fasilitas kredit yang ditawarkan oleh pihak penjual, karena kredit tsb tidak akan mengurangi nilai penyusutan. Jika membeli kendaraan dianggap investasi, bukankah investasi jenis ini nilainya selalu menurun dan menimbulkan biaya2 tetap dan biaya2 tidak terduga? Nazar van jbu, Tbo - JBI Kelompok Arisan dalam skala besar dapat dijadikan solusi untuk menandingi kredit perbankan?
[Keuangan] Roda-roda teruslah berputar!
ketika saya nulis "waktu dan pikiran sosial tinggal 5% lagi", ada sindiran "pelit amat sama elmu" :-). masalahnya bukan pelit guy's. dalam hidup ini setiap kita memiliki keterbarasan waktu, uang, pikiran, dan elmu juga makin terkikis oleh zaman. ini memaksa kita harus menggunakan otak untuk prioritas2 utama. Suatu hari, seorang kakek tua dengan tatapan tajam dan tangan menunjuk dengan tegas berkata kepada saya: "ANDA bahkan Setiap orang bisa memikirkan dan membuat sesuatu yang luar biasa, jika Anda atau mereka mempunyai KEINGINAN yang KUAT, bahkan SANGAT KUAT!, tegas kakek tua itu dengan suara berapi2. "Teruslah MAJU dengan penuh SEMANGAT!" kata kakek tua itu sambil berlalu. Setelah saya pikirkan dalam2, memang roda-roda harus terus berputar dengan kencang, bahkan sangat kencang!
[Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika saham-saham berguguran
Pak Widjaja Mungkin Bpk kurang cermat/teliti membaca postingan saya sebelummnya. misscommunication terjadi karena Bpk tidak melihat "Yang saya lihat di tempat saya sekarang" <--- itu artinya kan bukan semua populasi pak :-). Bisa saja di tempat Bpk pemberitaanya bagus. Namun harus di ingat bahwa bagus dan tidak bagus itu juga relatif, yaitu tergantung kepada STANDAR yang kita tetapkan masing-masing. Salam juga --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, djumyati partawidjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Nazar, > Saya setuju sekali kalau Anda mengatakan salah dan benarnya sebuah analisis ditentukan oleh metoda dan data. Tapi saya heran, kenapa Anda tiba-tiba mempunyai kesimpulan yang memukul rata semua koran mempunyai jurnalis yang tidak memiliki pengetahuan dasar ekonomi? Seolah-olah Anda pun mau mengatakan semua data-data yang disediakan para ekonom atau birokrat pemerintah takkan ada artinya kalau ditulis oleh seorang jurnalis yang tidak mengerti pengetahuan dasar ekonomi. Untuk Anda ketahui saja, biasanya para ekonom atau birokrat sebagai nara sumber jurnalis tidak akan pernah bicara data-data tanpa penjelasan. > > Kalau Anda masih sulit untuk menemukan berita ekonomi yang berbobot, jangan lantas Anda mengira ini gara-gara sang jurnalis pastilah datang dari kuliah Jurusan Bahasa Indonesia atau mungkin Komunikasi, karena sama sekali tidak ada hubungannya. Seorang jurnalis yang baik, tak peduli dari jurusan apapun latar belakang pendidikannya akan bisa belajar ilmu apapun dari wawancara kritis dengan nara sumbernya. Sebaliknya, walau sang jurnalis lulusan ekonomi (yang setahu saya tidak kurang-kurang banyaknya) tapi tidak mau belajar lagi dan hanya mencatat apa yang diomongkan oleh para nara sumber, beritanya pun bakalan semata-mata omongan para pejabat. Lalu Anda pilih mana? > > NB : Kalau Anda memang mau mencari berita ekonomi yang berbobot, mungkin memang sebaiknya mencari media yang khusus membahas tentang ekonomi. > > > > > - Original Message > From: nazar <[EMAIL PROTECTED]> > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Sent: Thursday, March 8, 2007 12:30:51 PM > Subject: [Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika saham-saham berguguran > > salah dan benar dalam melakukan analisis ditentukan oeleh dua faktor > utama, yaitu "METODE" dan "DATA". Jika metodenya tidak benar, hasil > analisis jauh dari kebenaran. Dan juga, jika data tidak rasional > (tidak mewakili populasi) maka hasil analisis juga tidak benar. > Memang masalah memilih sumber informasi/data itu penting. Apalagi > koran-koran kita ini kan hanya lebih ditekankan pada jurnalistiknya > saja. sementara metode-metode dasar yang relevan dengan topik khusus > (seperti ekonomi) mereka kadang tidak memiliki pengetahuan dasar. Apa > Anda yakin jika berita dan analisis ekonomi diberitakan oleh orang > yang kurang memahami teori dasar ekonomi? > > Saat ini memang sulit memilih berita yang berbobot. Karena koran- > koran kan hanya mengejar target penjualan sebanyak-banyaknya, > sementara akurasi data kadang terabaikan. Yang saya lihat di temapt > saya sekarang, koran-koran dikelola oleh orang yang menurut saya > kurang menyakinkan. dan tidak memiliki keahlian dasar tertentu untuk > menjadi seorang yang profesional. contoh: apakah kita percaya dengan > sungguh2 jika guru bahasa indonesia berbicara masalah ekonomi yang > spesifik? kalau masalah ekonomi umum mungkin bisa diterima. > > Ingat: NITIP UANG AKAN BERKURANG, NITIP KATA-KATA AKAN BERTAMBAH > --- > Jambi, lagi nggak Mood ne... > Waktu dan pikiran untuk sosial tinggal 5%, sisanya kewajiban mereka > yang hidup dari uang pajak :-) > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "Leti" > wrote: > > > > Saya pribadi memandang bahwa artikel 'ala marketing' yang seringkali > > mendramatisir suatu kejadian bisa jadi suatu alat untuk memancarkan > > 'sinyal' akan sesuatu kejadian yang mungkin akan terjadi. Penyebab > > utama dari 'kejadian' itu sendiri ditutupi dengan sangat hati-hati > > sehingga seolah-olah indikasi-indikasi tertentu menjadi cenderung > > dilebih-lebihkan. > > > > Amerika memang sudah booming selama 5 tahun, tapi apakah yang akan > > terjadi jika amerika maupun negara-negara tempat berdirinya top 25 > > banks in the world kejatuhan 'bom ekonomi'? > > > > 'bom ekonomi' itu pun sudah sangat baik penanganannya selama ini > > sehingga tidak meledak-ledak, tapi tetap saja ada kekuatiran suatu > > saat akan meledak. kalaupun meledak, dampaknya juga tidak akan > > langsung terasa dalam hitungan hari atau bulan, sehingga bisa tamp
[Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika saham-saham berguguran
salah dan benar dalam melakukan analisis ditentukan oeleh dua faktor utama, yaitu "MEODE" dan "DATA". Jika metodenya tidak benar, hasil analisis jauh dari kebenaran. Dan juga, jika data tidak rasional (tidak mewakili populasi) maka hasil analisis juga tidak benar. Memang masalah memilih sumber informasi/data itu penting. Apalagi koran-koran kita ini kan hanya lebih ditekankan pada jurnalistiknya saja. sementara metode-metode dasar yang relevan dengan topik khusus (seperti ekonomi) mereka kadang tidak memiliki pengetahuan dasar. Apa Anda yakin jika berita dan analisis ekonomi diberitakan oleh orang yang kurang memahami teori dasar ekonomi? Saat ini memang sulit memilih berita yang berbobot. Karena koran- koran kan hanya mengejar target penjualan sebanyak-banyaknya, sementara akurasi data kadang terabaikan. Yang saya lihat di temapt saya sekarang, koran-koran dikelola oleh orang yang menurut saya kurang menyakinkan. dan tidak memiliki keahlian dasar tertentu untuk menjadi seorang yang profesional. contoh: apakah kita percaya dengan sungguh2 jika guru bahasa indonesia berbicara masalah ekonomi yang spesifik? kalau masalah ekonomi umum mungkin bisa diterima. Ingat: NITIP UANG AKAN BERKURANG, NITIP KATA-KATA AKAN BERTAMBAH --- Jambi, lagi nggak Mood ne... Waktu dan pikiran untuk sosial tinggal 5%, sisanya kewajiban mereka yang hidup dari uang pajak :-) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Leti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya pribadi memandang bahwa artikel 'ala marketing' yang seringkali > mendramatisir suatu kejadian bisa jadi suatu alat untuk memancarkan > 'sinyal' akan sesuatu kejadian yang mungkin akan terjadi. Penyebab > utama dari 'kejadian' itu sendiri ditutupi dengan sangat hati-hati > sehingga seolah-olah indikasi-indikasi tertentu menjadi cenderung > dilebih-lebihkan. > > Amerika memang sudah booming selama 5 tahun, tapi apakah yang akan > terjadi jika amerika maupun negara-negara tempat berdirinya top 25 > banks in the world kejatuhan 'bom ekonomi'? > > 'bom ekonomi' itu pun sudah sangat baik penanganannya selama ini > sehingga tidak meledak-ledak, tapi tetap saja ada kekuatiran suatu > saat akan meledak. kalaupun meledak, dampaknya juga tidak akan > langsung terasa dalam hitungan hari atau bulan, sehingga bisa tampak > seperti balik ke siklus ekonomi yang dampaknya bisa 20-30 tahun juga. > > sama seperti Indonesia yang mengalami kemajuan ekonomi 30 tahun, > jangan jangan sekarang mengalami kemunduran 30 tahun, baru akan > bangkit lagi 20 tahun mendatang :D > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero > wrote: > > > > Mas Heri dan rekan-rekan, > > > > Saya sarankan, kalau mau mengetahui apa yang terjadi tentang ekonomi / > > keuangan - jangan dari section / bagian berita harian koran. Jauh > lebih > > bermutu kalau anda baca bagian Opinion ataupun Analisa. > > > > Bagian berita harian itu lebih banyak bersifat spekulatif. > > > > 1. Ekonomi Amerika melambat? Rata-rata ekonom juga sudah tahu sejak > akhir > > tahun 2006 - saat angka pertumbuhan housing Amerika tiba-tiba turun > pada > > paruh terakhir 2006. Ada yang aneh? Nggak ada. Kenapa? Karena > ekonomi > > Amerika sudah mengalami Economic Boom selama hampir 5 tahun, jadi wajar > > saja kalau terjadi perlambatan. Itu adalah bagian dari siklus ekonomi > > normal. Yang penting adalah : periode resesi-nya lebih pendek > daripada > > periode boom-nya. > > > > Yang menjadi permasalahan adalah: melambatnya akan seperti apa? > sektor > > mana yang akan melambat terlebih dahulu? seberapa besar pengaruhnya > > terhadap ekonomi global dan ekonomi negara lain? > > > > 2. Saya tidak meragukan kredibilitas Greenspan -- tapi kalau membaca > point > > nomer 1 saya -- maka jelas tidak ada hal yang baru. Kalau Mas Heri > > tiba-tiba saja merasa seperti mau kiamat global -- wah mungkin anda > kurang > > dosis analisanya... (kebanyakan baca Republika?). Coba > sekali-sekali anda > > lihat sejarah ekonomi dunia dan bagaimana periodisasi business cycle > > terjadi - dan itu semua adalah keadaan normal. Kalau seseorang > berperilaku > > tidak normal dalam menghadapi hal yang normal -- siapa sih yang > sebenarnya > > bermasalah? > > > > 3. Saya nggak ngerti dengan statement anda soal perang di Irak dan > apa yang > > anda bilang "keteteran". Apa hubungannya sama Stock Market? Kalau > memang > > itu sangat berpengaruh - kenapa Wall Street nggak nge-drop dari > > dulu-dulu? Kenapa indeks Dow Jones malah sempat bertengger pada > posisi All > > Time High pada akhir tahun lalu? Logikanya gimana sih? > > > > Nilai Dollar turun? Ya silahkan saja... toh menguatnya Euro dan > melemahnya > > Dollar ikut berpengaruh pada peningkatan expor Amerika (tumbuh 14% pada > > tahun 2006) dan terpukulnya ekspor Uni Eropa. Mas Heri tentu sudah > dengar > > cerita tentang rencana PHK atas 10.000 orang pegawai Airbus. > Sebagaimana > > k
[Keuangan] Re: No Trust Society
Bung Ari Jika rumput2 tidak bergoyang,kita tidak akan tau bahwa sebenarnya dalam hamparan rumput2 yang indah itu ada MASALAH. Kebanyakan kita baru sibuk melakukan aksi, jika goyangan rumput2 tersebut sudah begitu keras. Prediksi kita langsung mengatakan Ada Angin TOPAN!. Padahal rumput itu bergoyag bisa jadi diterpa angin, tersenggol binatang, tertimpa daun kering diatasnya, dll. Karena itu akan lebih bijak jika kita MEMPELAJARI kenapa rumput2 itu bergoyang, seberapa besar goyangannya, ini goyangan positif atau goyangan negatif. Bukankah lebih baik beraksi sebelum rumput2 itu bergoyang sendiri. Dan yang sebaiknya kitalah yang menggoyang rumput2 sehingga kita bisa mengontrol akibat goyangannya. Goyang maang... :-) --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Arry Kusnadi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Nazar, > seandainya rumput2 itu tidak bergoyang :-). Ketika Anda mention > tentang barang pengganti saya jadi teringat 2 film dokumentari yg > saya tonton dalam beberapa waktu lalu. > > Film ini dibuat secara tersamar untuk merekam kondisi buruh2 pabrik > di China (lupa saya nama kotanya). Pabrik2 China saat ini buanyak > sekali butuh buruh dan buruh2pun membanjir dari desa2 ke kota2 besar. > Bisa dibilang mereka tinggal bilang mau kerja ke satpam depan pintu > pabrik n hupla besok juga sudah bisa kerja plus tinggal disitu. > > Di satu pabrik celana jeans, order datang melimpah terutama dari > Eropa. Tapi jgn membayangkan dgn order datang melimpah, pemilik > pabrik bisa seenaknya menetapkan harga. Kenyataannya pembeli dgn > bengis menetapkan harga yg sangat2 murah dgn ancaman masih banyak > pabrik jeans yg bersedia (n memang betul) plus dateline yg sangat2 > mendesak. > > Akibatnya para pekerja pabrik sudah terbiasa harus bisa menyelesaikan > celana jeans sebanyak rata2 36 potong dalam satu jam! dgn upah > equivalent dgn 18 cents USD dalam sejam itu juga. Bila dateline sudah > mendesak, mereka harus kerja lembur tanpa Bayaran! > > Saya sampai terpana juga melihat bagaimana mereka membuat trik supaya > matanya tetap terbuka (padahal sudah cape ketiduran) di meja2 pabrik. > Mata mereka bagian atasnya dijepit sedemikian rupa sehingga > supervisor2 mereka menyangka mereka tetap produktif. > > Singkatnya bisa dibilang jadi buruh di Indonesia itu sudah spt surga > dibanding jadi buruh di China daratan. Bila para buruh2 kita study > banding sbg mana layaknya teman2 mereka yg jadi anggota DPR, pasti > mereka tidak akan pernah demo lagi seumur hidup di depan pabriknya di > Tanggerang sana. > > N tidak heran produk China sangat2 murah. > > Regards, > Arry > > "nazar" wrote: > > > > Saya coba ikut ngasih komentar: > > > > Menurut saya masalahnya ada kaitannya dengan "Trust atau No Trust > > serta masalah etika". Atau istilah dalam bahasa saya sendiri krisis > > kepercayaan kepada figur-figur kunci penggerak sebuah organisasi. > > Krisis kepercayaan ini timbul karena ada kebutuhan yang tidak > > terpuaskan. Kebutuhan yang tidak terpuaskan itu bisa jadi > disebabkan oleh "SKIL dan PERILAKU" yang tidak sesuai dengan apa yang > > diharapkan. Faktanya ada orang yang skillnya bagus, tetapi > > perilakunya kurang bagus atau sebaliknya. > > > > Ingat kurva supply dan demand? Masalah "mau percaya" atau "tidak > mau percaya", mendukung atau tidak mendukung itu kan sama persis > dengan kurva supply dan demand ini. Jika pembeli tidak mau percaya > bahwa apa yang kita tawarkan memang menguntungkan mereka, berarti > demand mereka rendah terhadap barang/jasa kita. Jika deman rendah > otomatis kita sebagai penjual harus mau BANTING HARGA (turunkan HARGA > DIRI yang terlalu tinggi)dengan cara merubah diri, memamami pembeli, > berikan apa yang mereka inginkan, beri pelayanan terbaik, jadikan > pembeli sebagai raja". Kecuali jika pada kasus pasar monopoli, > penjual memang bisa menjadi everything MAKER, menjual apa yang bisa > saya jual sehinggan keinginan dan kebutuhan pembeli TERABAIKAN. Jika > ini terjadi di pasar persaingan murni, konsumen akan berbondong2 lari > ke arah pesaing kita, atau berusaha mencari BARANG PENGGANTI/BARANG > > SUBSTITUSI. > > > > Pernah belajar tentang ilmu menjual? > > Pada dasarnya menjual itukan intinya 'merayu orang, menyenangkan > > orang, menjadikan orang merasa dipentingkan, dll. Ketika terjadi > > krisis kepercayaan, JANGAN memberikan rayuan GOMBAL. Tapi kadang > > rayuan itu dikatakan gombal atau tidak gombal memang relatif. > Kadang > > ada orang tertentu yang suka diGOMBALIN. Jadi, untuk orang yang > suka > > diGOMBALIN ya... gombalin aja gitcu... :-). Dan bagi orang yang > tidak > > suka digombalin ya... BUKTIKAN Keahlian/skill mu dalam TINDAKAN > > NYATA. Masalahnya kan tidak gampang menilai apakah si A lebih suka > di > > gombalin atau lebih suka dikasih bukti nyata. Solusinya: Tanyakan > > pada rumput yang bergoyang... dan BELAJARLAH dari rumput-rumput > itu. > > hehehehe.. >
[Keuangan] OOT: Budaya Asli Organisasi Pemerintahan Indonesia
All, ini hanya untuk perbandingan saja dan untuk ngocok perut :-) http://www.p2kp.org/forumdetil.asp?mid=20652&catid=4&;
[Keuangan] Re: Tulisan Edmund Phelps: Dynamic Capitalism
Ikutan kasih komentar neh, mumpung lagi Ol. Saya lebih suka melihat hal2 praktis yang berkembang di masyarakat. Realitanya: kita berteriak-teriak anti kapitalis tapi uang yang kita kumpulkan (gaji dan hasil bisnis) berasal dari sistem kapitalis. Atau para ulama/kyai bilang bunga bank itu haram/riba tapi Para Kyai juga mau membeli barang-barang dengan sistim kredit. Sederhananya sekarang ini yang menang adalah Kapitalis dan Sosialis terus dibawah/tertekan. Lalu bagai mana dengan ekonomi Indonesia? Hmm... mungkin saya terkesan pesimis, tapi bukankah hampir seluruh sendi-sendi kehidupan orang indonesia itu berasal dari sumber-sumber luar (import)? Bahkan "istilah untuk memanggil orang tua" saja masih menggunakan istilah import :-), karena itulah mungkin istilah yang benar untuk menggambarkan sistim ekonomi Indo ini adalah "Sisitim Ekonomi Gado- Gado Hasil Contek mencontek" === Oya, sekarang saya lagi terdampar di Jambi, Kemarau asap bikin resah ya. bisa2 menimbulkan korban nyawa lho... === Nazar Si-Bodoh Yang Keras Kepala. 085263023964 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rekan-rekan, > > Berikut adalah tulisan Edmund Phelps, peraih hadiah Nobel Ekonomi > 2006. Tulisan ini bisa ditemui di harian Wall Street Journal edisi > hari ini atau pada URL yang tertulis di bagian bawah tulisan. > > Tulisan Phelps di bawah membahas tentang kapitalisme dan pendekatan > eropa terhadap ekonomi - sebagai perbandingan kontras. Dalam > pandangan Phelps, hal yang luar biasa dari kapitalisme adalah > kemampuan inovasi dan adopsi terhadap pluralisme pengetahuan dan > pengalaman -- baik di pihak manajer suatu perusahaan maupun di pihak > konsumen. Betul kapitalisme punya kelemahan - tetapi dalam pandangan > Phelps, mudharat-nya kapitalisme terlalu sering dilebih-lebihkan > ketimbang manfaatnya. (ini kontras terhadap pendapat Stiglitz). > > Phelps juga membahas tentang "entrepreneur" dan bagaimana pihak ini > di-salah pandangi oleh dua kubu berseberangan Samudera Atlantik. > Kubu Amerika memandang fenomena entrepreneur sebagai revitalisasi > kapitalisme - di mana muncul pemain baru menggusur pemain lama dalam > iklim yang sangat dinamis. Di sisi Eropa -- fenomena entrepreneur > dipandang dengan curiga - karena umumnya dipandang sebagai sebuah > establishment atas kekuatan ekonomi - ketimbang sebagai sebuah > penggerak dinamis. Phelps (yang sebelum menjadi ekonom adalah seorang > filsuf) mencoba mencari akar masalah perbedaan pandang terhadap > entrepreneurship ini - dan ia berkesimpulan bahwa akar masalah > terdapat pada aspek historis ideologi eropa. > > Bagaimana dengan Indonesia..? Serba sulit, karena ekonom kita lebih > sering ikut akrobat politik - ketimbang menganalisa secara obyektif... > Boro-boro mau menganalisa menggunakan tool lain semisal sejarah atau > filsafat. > > > Saya baca tulisan Hendrawan Supratikno di halaman depan harian Bisnis > Indonesia ("Edmund S. Phelps & Lonceng kematian neo-liberalisme") dan > saya bisa simpulkan seorang Guru Besar FE-UI dan FE-UKSW - ternyata > lebih tertarik ngomong hal yang menyinggung politik dan mengabaikan > analisa lebih mendalam tentang obyek yang ia hendak bahas - sehingga > "Phelps" yang dibahasnya jauh berbeda dengan Phelps sesungguhnya). > Untuk ukuran seorang Guru Besar FE-UI, menurut saya ini memalukan. > Sangat memalukan... Ya itulah realita Indonesia, ekonomnya kecanduan > ngomong politik > > (yang gilanya, Prof. Hendrawan Supratikno ini ngomong "ekonomi kubu > Schumpeterian" -- padahal Schumpeter adalah satu-satunya ekonom besar > yang tidak pernah punya kubu jadi gimana bisa ada mahluk bernama > "kubu Schumpeterian"..?) > > > > Dynamic Capitalism > By EDMUND S. PHELPS > October 10, 2006; Page A14 > > There are two economic systems in the West. Several nations -- > including the U.S., Canada and the U.K. -- have a private-ownership > system marked by great openness to the implementation of new > commercial ideas coming from entrepreneurs, and by a pluralism of > views among the financiers who select the ideas to nurture by > providing the capital and incentives necessary for their development. > Although much innovation comes from established companies, as in > pharmaceuticals, much comes from start-ups, particularly the most > novel innovations. This is free enterprise, a k a capitalism. > > The other system -- in Western Continental Europe -- though also based > on private ownership, has been modified by the introduction of > institutions aimed at protecting the interests of "stakeholders" and > "social partners.&qu