[Keuangan] Re: Kwik KG: Indonesia menggugat jilid II?

2009-06-30 Terurut Topik nazar
Bung oka benar sekali.
Teori ekonomi mikro dan makro juga mengajarkan hal itu.

Pelaku bisnis harus jeli membaca kondisi politik. Guna dijadikan dasar untuk 
BERINVESTASI dan MENARIK / MENAHAN INVESTASI atau MEMINDAHKAN INVESTASI. Hal 
ini penting untuk menghindari resiko kerugian akibat perubahan sikon politik 
dan perilaku masyarakat yang tidak gampang untuk di prediksi.

Kebijakan suku bunga, izin usaha, keamanan, ketersediaan sarana jalan, air, 
listrik, telekomunikasi, keamanan dan keteraturan, kejujuran (fair play), 
ketenaga kerjaan, pajak, pendapatan perkapita masyarakat, kebijakan perdagangan 
internasional, kerja sama bila teral, multilateral dsb.

Poin-poin diatas, berhubungan erat dengan dunia politik. Karena itulah 
aktivitas dan pertumbuhan ekonomi itu tidak bisa lepas dari stabilitas dan fair 
play dunia politik. 

Salam
nazar

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka widana"  
wrote:
>
> Pengantar posting sebelumnya, karena kesalahan teknis terpotong, karena saya 
> anggap penting, maka saya posting lagi dalam versi lengkap
> ---
> 
> Tulisan dibawah, sebelumnya saya terima dari rekan Hok An (penggiat millis 
> AKI yg tinggal di Jerman, CMIIW). Mulanya dalam bentuk PDFuntuk dimuat di 
> seksi Files millis ini. Akan tetapi saya pikir karena menyangkut issue yg 
> sedang hangat, maka saya cari versi textnya dan saya muat di psoting regular. 
> Agak besar memang, equivalen 66 halaman, mohon kesabaran saja dari rekan2.
> 
> Dengan dimuatnya tulisan ini, tentu ada anggapan bahwa saya berpihak pada 
> salah satu kandidat capres yg berseberangan dg SBY-Budiono. Toh tak ada yg 
> salah dg keberpihakan, maka saya akui itu. 
> 
> Untuk itulah dan untuk fairnessnya, saya mengundang member untuk mengkritisi 
> tulisan kritis pak Kwik ini.
> 
> Anyway, millis AKI tak akan pernah steril dari politik. Sebagaimana ilmu 
> ekonomi keuangan yg tak akan pernah steril dari politik, kalo sudah 
> menyangkut kebijakan dan aplikasi diranah riil.
> 
> Salam,
> 
> Oka Widana
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>




[Keuangan] Oot: Kita Juga Punya Power

2009-06-17 Terurut Topik nazar
Saat ini sedang gencarnya kampanye pilpres. Banyak opini dan aktivitas 
persuatif yang dilakukan para kandidat dan tim sukses. Media massa juga ikut 
mencari bagian dari pesta demokrasi ini. Tapi aktivitas bisnis jangan sampai 
terganggu. Jangan sampai "TIGA BANDOT TUA" bertarung, pelanduk mati ditengahnya.

Ya, sudah saatnya masyarakat cerdas. Bahwa siapapun presidennya, masyarakat 
awam (non PNS dan Parlemen) tetap membayar pajak (objek pemerintah).

Tapi kita butuh pahlawan? Hm, untuk saat ini pandangan materialistis sudah 
begitu kuatnya. Patriotisme sudah bisa ditukar dengan uang dan jabatan.

Karena itu, para pembisnis punya cara sendiri menyikapi manuver politik yang 
sedang terjadi. Dan pembisnis punya power sangat kuat, yaitu: Ancaman PHK, 
tutup semua sektor bisnis, jangan bayar pajak dll. Itulah power yang melebihi 
ketuk palu dewan, laras meriam tentara, lembaran KUHP, dan tanda tangan 
pejabat. 

Ya, para pelaku ekonomi punya kekuatan untuk menandingi gaya politik yang tidak 
fair play di negeri ini.

Salam
nazar, on:tbo-jbi



Sektor Jasa/ Re: [Keuangan] Cadangan Devisa Double Digit

2009-06-15 Terurut Topik nazar
Iya, memang seperti itulah adanya. Penduduk pribumi terlalu susah untuk diatur 
(keras kepala dan pemalas). Sesuai pengalaman tour kampanye pemilu 2009 lalu di 
kab.tebo dapil 3. Secara teoritis, membangun daerah pribumi butuh biaya besar 
dan waktu yang lama. Tokoh2x masyarakat dan politis pribumi terlalu ego dengan 
jiwa kedaerahan. Namun pemikiran dan otak pembangunan tidak ada. Pola pikirnya 
tidak terarah dan primitif.  Bahkan cenderung kasar.

Jadi secara ekonomi, membangun daerah pribumi itu tidak ekonomis. Walau 
kepentingan politik dan konsep keadilan, mereka itu harus disentuh pembangunan.

Karna itu, untuk kepentingan jangka pendek, fokus saja pada daerah yang sudah 
maju dan banyak pendatangnya. Untuk jangka panjang, fokus pada daerah pribumi 
sekadarnya saja. Karena realitanya memang memaksa seperti itu.

Salam
nazar


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Tjandra Irawan" 
 wrote:
>
> Bung Hok An wrote:
> 
> . dan kalau mau jujur juga pergantian penduduk, sebab penduduk yang lama
> umumnya bukan orang yang menguasai sektor jasa.
> 
>  
> 
> Irawan:
> 
> Bung Hok An, bagi saya, ini bagian yang paling menarik. Karena banyak yang
> mau maju tapi tidak mau jujur dan siap melaksanakan syarat untuk maju,
> karena konsekuensinya mungkin menggusur mereka, he, he, . Di mana pun juga
> terjadi bahwa daerah yang maju adalah daerah pendatang, ini sesuai teori
> migrasi. Lihatlah Jakarta, berapa banyak penduduk aslinya? DI Medan, berapa
> banyak orang Padang dari Sumatera Barat di sana? Sungguh mengejutkan. Salah
> satu program pemerintah yang berhasil dalam memajukan daerah adalah program
> transmigrasi. Daerah trans selalu berkembang dengan pesat menjadi kota,
> walau korbannya juga cukup banyak.




[Keuangan] Re: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bukan Mustahil

2009-06-11 Terurut Topik nazar
Hm, itu kan cuma asumsi. Realnya tidak seperti itu. 

Saat ini dikatakan perekonomian indonesi mengalami pertumbuhan. Namun coba 
lihat sendiri dilapangan, orang miskin bertambah banyak. Yang bertambah makmur 
adalah orang-orang pemerintahan, DPR dan DPRD.

Saat ini, pemerintah dan DPR/D terlalu sibuk membuat opini persuatif. Namun 
kenyataan dilapangan berbeda dengan asumsi-asumsi tersebut.

Salam
nazar on tebo
NB: Jangan biarkan orang lain yang menengatur hidup anda.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana 
 wrote:
>
> http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/06/10/02215465/pertumbuhan.ekonomi.7.persen.bukan.mustahil
> 
> /Home/Bisnis & Keuangan <http://bisniskeuangan.kompas.com/>/Ekonomi]
> 
> *Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Bukan Mustahil*
> Rabu, 10 Juni 2009 | 02:21 WIB
> 
> *JAKARTA, KOMPAS.com *- Pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen pada 2010
> bukan hal mustahil, namun dinilai terlalu ambisius di tengah dampak krisis
> global yang belum sepenuhnya pulih. "Yang disepakati di Komisi XI DPR untuk
> asumsi pertumbuhan ekonomi 2010 itu 5-6 persen, artinya kalau optimis akan
> mengarah ke 6 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman
> Heriawan di Jakarta, Selasa (9/6).
> 
> Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 7 persen bukan hal mustahil
> namun hal itu juga akan tergantung dari kondisi internal dan eksternal. Di
> sisi internal kalau semua mesin pertumbuhan ekonomi sudah jalan, konsumsi,
> dan investasi bertambah kuat, maka bisa saja pertumbuhan ekonomi mencapai
> tujuh persen.
> 
> "Juga bagaimana pengeluaran pemerintah  termasuk stimulus fiskal, konsumsi
> masyarakat, supply kebutuhan masyarakat bisa dijaga," katanya.   Sementara
> itu dari sisi eksternal, kata Rusman, harus dilihat apakah perekonomian
> dunia sudah pulih sepenuh



Re: Bls: [Keuangan] tanya tarif pph 23

2009-05-28 Terurut Topik nazar
Hai semua

Ada yang bertanya kepada saya, pajak ini kewajiban atau sedekah? Bagi penerima 
sedekah (pemerintah dan parlemen), pajak itu bagus. Bagi objek pajak, itu 
memberatkan, apalagi ditengah krisis ini, kata seorang rekan saya.

Ya, dari dulu pajak selalu menjadi masalah. Di negara2x maju juga begitu.

Salam

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Dahrul Siregar 
 wrote:
>
> Sebesar 2% dari nilai kontrak/termin tidak termasuk PPN
> 
> 
> --- Pada Rab, 27/5/09, retnoa...@...  menulis:
> 
> 
> Dari: retnoa...@... 
> Topik: [Keuangan] tanya tarif pph 23
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Tanggal: Rabu, 27 Mei, 2009, 7:58 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Dear Milister,
> 
> Mau numpang tanya tentang Tarif PPh. Untuk jasa kontraktor kita potong
> PPh Ps 23 nya berapa % nya?
> 
> Terima kasih...
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> ___
> Dapatkan nama yang Anda sukai!
> Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !

2009-05-26 Terurut Topik nazar
Yang bener nih anda setuju? Jika iya, mari kita pukul bedug dan kentongan (kalo 
parlemen sih ketuk palu).

Perlu diingat bahwa presiden manapun, didunia ini jika tanpa bantuan para 
mentri, dinas, staf dan masyarakat, tidak ada apa-apanya. Jadi ya, capres2x itu 
bukan satu2xnya tolak ukur pertumbuhan ekonomi. Orang2x yg berada 
dibelakangnya, pergaulan internasional, dan dukungan masyarakat merupakan hal 
yang paling penting.

Inti dari pembangunan ekonomi itu adalah terbagi ratanya kekayaan dan daya beli 
masyarakat. Itu bisa dalam bentuk lapangan kerja dan peluang usaha/bisnis. 
Lapangan kerja dan bisnis yang layak dan fair tentunya.

Salam
nazarjb


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Reza P  wrote:
>
> Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatkan pada fakultas 
> ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum 
> hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris 
> melihat perdebatan antara "ekonomi neolib" dan "kerakyatan". Ketiga calon 
> presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka 
> sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi 
> ini hanya untuk menarik perhatian saja?
> IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi.
> 
> Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di 
> Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta 
> mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen 
> dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah 
> strategi kampanye dengan menggunakan kombinasi kata "ekonomi" dan "rakyat" 
> itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label "neo 
> liberalisme" yang seakan-akan pro konglomerasi?
> 
> AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas 
> labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal?
> 
> Mohon maaf kalau OOT.
> Salam,
> Reza 
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari: nazar 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04
> Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
> 
> Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan 
> yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi.
> 
> Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan.
> 
> Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam 
> lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah & 
> gentayangan.
> 
> O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena 
> pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi.
> 
> Salam
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo  
> wrote:
> >
> > terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni 
> > UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini 
> > sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu 
> > pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa 
> > menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik.
> > sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg 
> > "baik".
> > menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar 
> > mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota 
> > legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau 
> > membuat tulisan.
> > kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah 
> > satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak 
> > melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg 
> > lain.
> > 
> > salam
> 
> 
> 
>   Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser 
> ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
> http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !

2009-05-26 Terurut Topik nazar
Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun
kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi.

Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan.

Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada
dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia
marah & gentayangan.

O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja.
Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x
fakultas ekonomi.

Salam

On 5/26/09, prastowo prastowo  wrote:
> terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU,
> bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit
> banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah
> yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan
> berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik.
> sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg
> "baik".
> menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk
> kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif.
> Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan.
> kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah
> satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak
> melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg
> lain.
>
> salam
>
>
>
>
> 
> Dari: nazar 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Senin, 25 Mei, 2009 19:50:56
> Topik: Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
>
> Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi
> adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di
> temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti
> ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi
> pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x
> normatif.
>
> Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak
> pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang
> tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau
> disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x
> kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-).
>
> Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu
> diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah
> ekonomi deskriptif.
>
> Jika begitu,  pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena
> manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan
> ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga
> situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi
> tersebut)
>
> salam
>


[Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !

2009-05-26 Terurut Topik nazar
Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang 
diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi.

Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik & pemerintahan.

Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam 
lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah & 
gentayangan.

O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena 
pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi.

Salam

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo  
wrote:
>
> terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, 
> bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit 
> banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg 
> paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan 
> berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik.
> sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg 
> "baik".
> menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk 
> kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah 
> banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan.
> kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah 
> satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak 
> melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg 
> lain.
> 
> salam
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari: nazar 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Senin, 25 Mei, 2009 19:50:56
> Topik: Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
> 
> Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi
> adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di
> temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti
> ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi
> pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x
> normatif.
> 
> Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak
> pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang
> tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau
> disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x
> kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-).
> 
> Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu
> diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah
> ekonomi deskriptif.
> 
> Jika begitu,  pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena
> manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan
> ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga
> situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi
> tersebut)
> 
> salam
> 




Re: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !

2009-05-25 Terurut Topik nazar
Hm, pada dasarnya dalam praktik ekonomi sehari2x yang banyak terjadi
adalah teori ekonomi deskripsi, ekonomi normatif sulit untuk di
temukan. Mengapa? Karena hanya sedikit orang di pasar yang mengerti
ekonomi normatif. Jadi ya, secara otomatis yang terjadi adalah ekonomi
pasar. Sama halnya dengan pemilu 2009, hanya sedikit yang benar2x
normatif.

Lalu, bagaimana dengan "asal fair" yg dikatakan JK itu? Berapa banyak
pelaku dipasar yang mengerti istilah FAIR, apa itu fair? dan yang
tidak fair itu apa? Sementara KPPU disinyalir tidak produktif dan mau
disuap. Aparat hukum dan kepolisian juga kurang respek dengan kasus2x
kriminal bisnis, kalaupun mau ya uang pelicinnya harus segepok :-).

Selama ini, di indonesi, sudah berapa persen ekonomi normatif itu
diterapkan? Saya berkeyakinan, yang paling banyak terjadi adalah
ekonomi deskriptif.

Jika begitu,  pasar sulit untuk diatur? Ya, memang sulit, karena
manusia itu banyak perilakunya, berbeda-beda maunya. Dan kebijakan
ekonomi itu hanya menyentuh hal2x yang kasar saja, dan juga
situasional (tergantung pada siapa yang memegang kebijakan ekonomi
tersebut)

salam

Pada tanggal 25/05/09, prastowo prastowo  menulis:
> Saya sependapat Mas. Bahwa dlm praktiknya tidak ada sistem pasar murni
> maupun sistem perencanaan murni, haruslah campuran keduanya. Alasan saya,
> pertama terkait modus eksistensi manusia sebagai mahluk individu (perlu
> insentif, ruang kreatif, kebebasan, dan di pasarlah ini terwadahi ), di sisi
> lain sebagai mahluk sosial ia berelasi dg liyan (others) untuk mencapai
> kebaikan atau kesejahteraan bersama. Di sinilah perlu proses deliberasi,
> diskusi, dan perencanaan. Ini karena keinginan orang berbeda-beda sementara
> prioritas haruslah disusun.
> Melulu percaya pada mekanisme pasar, sudah terbukti tidak berhasil, pula
> semata-mata mengandalkan perencanaan. Saya sendiri merasa keduanya hanyalah
> cara atau alat dan bukan substansi. Yang mendasar adalah ilmu dan sistem apa
> pun haruslah membawa kebaikan bersama. Nah, kebaikan ini masuk dlm kategori
> etis, maka pertanyaan lanjutan adalah di mana etika dlm ilmu ekonomi dan
> praktik bisnis?
>
> Inilah saya kira substansi debat yang sesungguhnya. Bagi pendukung fanatik
> ekonomi pasar, Amartya Sen sudah mencontohkan, bahkan dlm hal2 vital jelas
> banyak yg berjalan di luar pasar, seperti jaring pengaman sosial, dana
> pensiun, asuransi, dll. Dan bagi pendukung perencanaan murni, itu adalah
> masa lalu ketika Soviet sudah runtuh.
>
> Cina agaknya sebuah contoh menarik, kalau Arrighi bilang sistem ekonomi
> pasar non-kapitalis, Singapura sendiri memiliki BUMN2 yg tangguh. Semoga
> bangsa kita mampu merumuskan yg terbaik berdasarkan pengalaman dan
> kebutuhannya sendiri. Dan kata "kerakyatan" semoga menjadi ciri yg
> membedakan krn keberpihakan pd kebaikan bersama, dan itulah suntikan etika
> dlm praktik ekonomi.
>
> salam
>
>
>
>
> 
> Dari: anton ms wardhana 
> Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 20:11:05
> Topik: [Keuangan] Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
>
> saya sepakat dengan tulisan ini. ekonomi pasar, yang mana aja sebutannya,
> sebenarnya tidak bermasalah sepanjang fair.
> dan untuk itu, peran negara/pemerintah sangat menentukan, dalam hal
> pembuatan aturan main dan menjaga dipatuhinya aturan tersebut. IMHO, negara
> yang lain pun berharap seperti ini.  bahkan US pun membuat aturan tata niaga
> yang ketat untuk melindungi produksi dalam negerinya.
> jadi, IMHO (lagi), negara di sini berfungsi sebagai regulator. tapi ini
> tidak berarti semua hal harus diatur oleh negara :)
>
> pendapat pribadi: regulasi itulah yang menentukan keberpihakan pada rakyat
> (yang lebih banyak) atau pada rakyat (yang lebih sedikit.. biar lebih
> sedikit kan tetep rakyat juga ;p wkwkwkwkwk).
>
> omong-omong, mohon ini dibaca sebagai sharing, saya bukan jurkan, dan asli
> masih swing voter..
>
> *BR, ari.ams
> **
> **
> *Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Oleh Jusuf Kalla - 23 Mei 2009 -
> Dibaca 953 Kali -sumber:
> http://jusufkalla.kompasiana.com/2009/05/23/ekonomi-pasar-boleh-saja-asal-fair/
>
> ketika zaman saya menteri dulu, saat itu kita masih berhubungan dengan IMF.
> Saya adalah salah satu menteri yang sangat menentang daripada intervensi
> IMF, yang notabene ingin mencampuri urusan kita. Mereka ingin membubarkan
> BULOG, ingin agar peerdagangan Gula itu bebas, perdagangan beras menjadi
> bebas. Saya menolak mereka karena mereka ingin menjalankan liberalisme
> secara besar-besaran di Indonesia. Ini kan sangat berbahaya, bisa bisa
> petani kita habis.
>
> Saya selalu beranggapan perana pemerintah masih penting untuk mengontrol
> pasar di dalam negeri. Bukannya kita anti ekonomi Global, tapi satu hal yang
> mesti diingat perdangan Global sangat tidak Fair. Negara ketiga hanyalah
> menjadi Price Taker, sementara Negara Maju menjadi Price Maker. Kita tidak
> bisa menentukan berapa harga dari setiap hasil bumi kita, karena semua sudah
> ditentukan oleh pembeli.

Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi

2009-05-24 Terurut Topik nazar
Yang saya bicarakan adalah realita. Dulu saya juga terjebak dengan pandangan 
teoritis itu, namun realitanya berbeda. 

Dari dulu saya mengatakan bahwa teori selalu bagus dibanding realita. Dan mau 
tidak mau kita harus melihat dan mengalami realita itu. 
Dan tentunya kita dihadapkan pada dua pilihan, pasrah pada realita atau 
berusaha untuk merubahnya. Tetapi tanpa instrumen kekuasaan/power pun kita 
tidak bisa berbuat banyak, bukan?

Salam


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo  
wrote:
>
> Politik itu asal katanya dari 'polis', bisa berarti hidup bersama atau juga 
> suatu keadaan hidup bersama. Bicara politik artinya bicara perihal hidup 
> bersama. Jika politik dipahami secara individual-egoistik, artinya sudah 
> keluar dari yang semestinya. Maka ya tugas pendidikanlah untuk mengembalikan 
> ini. Silahkan saja Anda berkeyakinan bahwa diri sendiri yg akhirnya bisa 
> menjamin eksistensi diri, tetapi sebagai sebuah prinsip hidup bersama, itu 
> tidak memadai. 
> Saya kira masih banyak orang percaya pada adanya gagasan dan peluang hidup 
> bersama, dan gerakan2 untuk itu masihlah eksis., meski banyak jg orang 
> skeptis.
> menjawab pertanyaan Anda, SIAPA yg berkepentingan? ini soal relasi kekuasaan, 
> dan seluruh gerak hidup adalam relasi kekuasaan. Tidak ada ilmu bebas nilai, 
> termasuk ekonomi. Maka yg penting adalah memahami dan mengerti bagaimana 
> relasi kekuasaan sekarang dan seharusnya.
> 
> salam
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari: nazar 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 15:30:36
> Topik: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
> 
> 
> 
> 
> 
> Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan 
> dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor 
> asing, elit politik? dsb.
> 
> Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? 
> Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR 
> juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah 
> bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat 
> saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. 
> 
> Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, 
> mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada 
> benarnya 
> 
> Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis 
> disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, 
> kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. 
> 
> Salam
> 
> --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo 
>  wrote:
> >
> > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan 
> > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh 
> > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara...



Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi

2009-05-24 Terurut Topik nazar
Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan 
dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor 
asing, elit politik? dsb.

Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? 
Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR 
juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah 
bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat 
saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. 

Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, 
mereka itu subjek. Dan kita adalah objek. 

Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis disetiap 
keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, kekiri,kekanan) 
tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. 

Salam

 wrote:
>
> Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan 
> ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh 
> saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya 
> Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai 
> pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' (mengikuti 
> pemikiran ekonomi politik  Milton Friedman, dan tak pernah dikoreksi atau 
> dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan antitetik seperti itu 
> juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu.
> 
> Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar 
> yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan 
> Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' 
> dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir 
> yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang 
> dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali ke 
> realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar exchange 
> tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita kecil, tukar 
> - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan Amartya Sen di New 
> York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas Sarkozy, tak usahlah 
> mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah kembali ke karya2 klasik; 
> baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment 
> karya Adam Smith, lalu kita potret kembali rumusannya tentang apa
>  itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan 
> mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak 
> kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan?
> 
> Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? Pasar 
> sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan komunisme 
> memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis non-komunis sdh 
> kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak membacanya. Misalnya 
> karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel, Karl Polanyi, semua mengkritik 
> pasar sebagai ideologi 'market-system' bukan 'market as a place of 
> transaction'. Nyatanya pasar-sempurna tak pernah dan tak bakalan terwujud, 
> krn ia tidaklah alamiah seperti disangka. Buktinya apa? sistem pasar pernah 
> tidak ada di panggung sejarah.
> Karl Polanyi, mengikuti Thurnward dan antropolog lain sebelumnya, di 'The 
> Livelihood of Man' dan 'The Dahomey and Slave' menuliskan ini dengan apik. 
> Pasar (exchange) hanya salah satu, dan bukan satu-satunya modus.
> 
> Kalau mau digali, kita punya banyak nilai yg hilang, krn dlm ilmu ekonomi 
> manistream itu dieksternalisasi krn dianggap tidak ilmiah. Jika mau agak 
> ilmiah namun di luar mainstream, mungkin Anda bisa baca Amartya Sen, dlm 'the 
> Rational Fool' atau 'Development as Freedom'. Di situ andaian 'rational man' 
> dlm ilmu ekonomi dijungkirbalikkan. Hemat saya, sekali lagi ini pendapat 
> saya, ekonomi kerakyatan adalah paham negara-kesejahteraan yg dicita-citakan 
> pendiri bangsa ini, tetapi seyogianya tidak mengulang kesalahan 'golden age' 
> keynesianisme, melainkan bertumpu pada sistem demokrasi partisipatoris dan 
> ditopang civil society yg tangguh.
> 
> salam
> Dari: Hardi Darjoto 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Kamis, 21 Mei, 2009 23:23:34
> Topik: Re: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
> 
> Tetap saja saya belum mengerti definisi Ekonomi Kerakyatan versi pak
> Mubyarto ini. Betul ada 6 moral pembangunan yang disebut disitu, tetapi
> masih mengawang-awang tuh bagaimana implementasinya.
> 
> Maksud saya, jika Ekonomi Kerakyatan ini merupakan lawan dari Neoklasik,
> yang diwakili oleh Washington Consesus, apakah bisa disimpulkan bahwa
> Ekonomi Kerakyatan ini merupakan lawan dari Washington Consesus? Dengan
> demikian, apakah Ekonomi Kerakyatan itu menjadi seper



Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi

2009-05-24 Terurut Topik nazar
Yang saya bicarakan adalah realita. Dulu saya juga terjebak dengan pandangan 
teoritis itu, namun realitanya berbeda. Dari dulu saya mengatakan, teori selalu 
bagus dibanding realita. Dan mau tidak mau kita harus melihat dan mengalami 
realita itu. 
Dan tentunya kita dihadapkan pada dua pilihan, pasrah pada realita atau 
berusaha untuk merubahnya. Tetapi tanpa instrumen kekuasaan/power pun kita 
tidak bisa berbuat banyak, bukan?

Salam

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo  
wrote:
>
> Politik itu asal katanya dari 'polis', bisa berarti hidup bersama atau juga 
> suatu keadaan hidup bersama. Bicara politik artinya bicara perihal hidup 
> bersama. Jika politik dipahami secara individual-egoistik, artinya sudah 
> keluar dari yang semestinya. Maka ya tugas pendidikanlah untuk mengembalikan 
> ini. Silahkan saja Anda berkeyakinan bahwa diri sendiri yg akhirnya bisa 
> menjamin eksistensi diri, tetapi sebagai sebuah prinsip hidup bersama, itu 
> tidak memadai. 
> Saya kira masih banyak orang percaya pada adanya gagasan dan peluang hidup 
> bersama, dan gerakan2 untuk itu masihlah eksis., meski banyak jg orang 
> skeptis.
> menjawab pertanyaan Anda, SIAPA yg berkepentingan? ini soal relasi kekuasaan, 
> dan seluruh gerak hidup adalam relasi kekuasaan. Tidak ada ilmu bebas nilai, 
> termasuk ekonomi. Maka yg penting adalah memahami dan mengerti bagaimana 
> relasi kekuasaan sekarang dan seharusnya.
> 
> salam
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari: nazar 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Minggu, 24 Mei, 2009 15:30:36
> Topik: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
> 
> 
> 
> 
> 
> Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan 
> dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor 
> asing, elit politik? dsb.
> 
> Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? 
> Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR 
> juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah 
> bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat 
> saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. 
> 
> Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, 
> mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada 
> benarnya 
> 
> Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis 
> disetiap keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, 
> kekiri,kekanan) tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. 
> 
> Salam
> 
> --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo 
>  wrote:
> >
> > Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan 
> > ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh 
> > saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya 
> > Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai 
> > pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' 
> > (mengikuti pemikiran ekonomi politik  Milton Friedman, dan tak pernah 
> > dikoreksi atau dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan 
> > antitetik seperti itu juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu.
> > 
> > Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar 
> > yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan 
> > Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' 
> > dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir 
> > yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang 
> > dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali 
> > ke realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar 
> > exchange tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita 
> > kecil, tukar - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan 
> > Amartya Sen di New York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas 
> > Sarkozy, tak usahlah mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah 
> > kembali ke karya2 klasik; baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The 
> > Theory of Moral Sentiment karya Adam Smith, lalu kita potret kembali 
> > rumusannya tentang apa
> > itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan 
> > mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak 
> > kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan?
> > 
> > Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? 
> > Pasar sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan 
> > komunisme memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis 
> > non-komunis sdh kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak 
> > membacanya. Misalnya karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel,  



Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi

2009-05-24 Terurut Topik nazar
Pertanyaan mendasar yg perlu di kemukakan adalah, SIAPA yang berkepentingan 
dengan teori dan praktik ekonomi itu? Pemerintah, pengusaha lokal, investor 
asing, elit politik? dsb.

Dalam praktiknya, kita tidak bisa melihat dengan jelas, pemerintah itu apa? 
Pemerintah itu cenderung kepada siapa? Jadi ya individual kan? DPR/DPRD/MPR 
juga begitu, demi kepentingan individu dan kelompok bukan? Semetara istilah 
bangsa, negara, rakyat hanyalah istilah2x politisir persuatif; bukan? Lihat 
saja pemilu 2009 kemarin penuh dengan upaya politisir tidak jujur. 

Ya, hal2x yang berkenaan dgn pemerintah, parlemen tidak lepas dari politisir, 
mereka itu subjek. Dan kita adalah objek, kata teman saya. Dan itu ada benarnya 

Jadi ya, yg penting kita fokus pada jalur hidup kita, agar bisa eksis disetiap 
keadaan. Karena pada dasarnya hidup ini (maju, mundur, kekiri,kekanan) 
tergantung pada DIRI KITA SENDIRI. 

Salam


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo  
wrote:
>
> Bersikap kritis terhadap paham ekonomi dan politik Barat harus awas, jangan 
> ikuti apa yang mereka tulis/pikirkan melainkan yang mereka lakukan. Boleh 
> saja secara textbook mereka mengeliminasi dan mengharamkan negara, nyatanya 
> Pinochet didukung menjatuhkan Salvador Allende di Cile, dan Pinochet sesuai 
> pengakuannya dan tak pernah dibantah, adalah seorang 'friedmanite' (mengikuti 
> pemikiran ekonomi politik  Milton Friedman, dan tak pernah dikoreksi atau 
> dibantah Friedman ). Melihat secara diametrikal dan antitetik seperti itu 
> juga hanya jatuh dalam hitam-putih yang tidak perlu.
> 
> Kalau memang mau direntang lagi, apakah lalu keliru ketika ekspansi pasar 
> yang etis adalah tidak memakai kekuatan senjata sebagaimana dipraktikkan 
> Amerika terhadap Irak? Atau memikirkan secara lain asumsi 'rational being' 
> dari individu dlm ilmu ekonomi, misalnya dlm berbagai game theory mutakhir 
> yang mengkritik rational choice theory? Ekonomi kerakyatan, jika memang 
> dipaksa diperas, semangatnya adalah mengembalikan ekonomi tertanam kembali ke 
> realitas, bukan ekonomi-buih, modus eksistensi relasi bukan sekedar exchange 
> tapi sekaligus reciprocity dan redistribusi (ingat di zaman kita kecil, tukar 
> - menukar sayuran antartetangga ), dan seperti dikatakan Amartya Sen di New 
> York Review, mengkritik Angela Merkel dan Nicholas Sarkozy, tak usahlah 
> mencari jalan baru ekonomi dunia, tapi cukuplah kembali ke karya2 klasik; 
> baca utuh dan tekun The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment 
> karya Adam Smith, lalu kita potret kembali rumusannya tentang apa
>  itu 'kerja', 'invisible hand', 'negara', 'moral'. Smith menulis dan 
> mempersembahkan buku itu itu untuk "butcher, brewer, and baker". Kenapa tak 
> kita tanyakan sekalian, apakah Smith menganut paham ekonomi kerakyatan?
> 
> Jelas ekonomi kerakyatan tidak menolak pasar, tapi pasar dlm arti apa? Pasar 
> sebagai fungsi intermediasi mutlak diperlukan, dan kegagalan komunisme 
> memberi pelajaran ini, bahkan para penulis marxist-sosialis non-komunis sdh 
> kritik ini jauh sebelum Soviet runtuh, hanya kita tak membacanya. Misalnya 
> karya Alec Nove, Diane Ellison, Ernest Mandel, Karl Polanyi, semua mengkritik 
> pasar sebagai ideologi 'market-system' bukan 'market as a place of 
> transaction'. Nyatanya pasar-sempurna tak pernah dan tak bakalan terwujud, 
> krn ia tidaklah alamiah seperti disangka. Buktinya apa? sistem pasar pernah 
> tidak ada di panggung sejarah.
> Karl Polanyi, mengikuti Thurnward dan antropolog lain sebelumnya, di 'The 
> Livelihood of Man' dan 'The Dahomey and Slave' menuliskan ini dengan apik. 
> Pasar (exchange) hanya salah satu, dan bukan satu-satunya modus.
> 
> Kalau mau digali, kita punya banyak nilai yg hilang, krn dlm ilmu ekonomi 
> manistream itu dieksternalisasi krn dianggap tidak ilmiah. Jika mau agak 
> ilmiah namun di luar mainstream, mungkin Anda bisa baca Amartya Sen, dlm 'the 
> Rational Fool' atau 'Development as Freedom'. Di situ andaian 'rational man' 
> dlm ilmu ekonomi dijungkirbalikkan. Hemat saya, sekali lagi ini pendapat 
> saya, ekonomi kerakyatan adalah paham negara-kesejahteraan yg dicita-citakan 
> pendiri bangsa ini, tetapi seyogianya tidak mengulang kesalahan 'golden age' 
> keynesianisme, melainkan bertumpu pada sistem demokrasi partisipatoris dan 
> ditopang civil society yg tangguh.
> 
> sal



Re: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran

2009-05-19 Terurut Topik nazar
Hm, ini kado buat bung kelik.

http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme

Disana dijelaskan bahwa neolib itu:
1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam perekonomian, pasar dan hak 
perorangan.
2. Tidak ada UMR
3. Pasar bebas/global
4. Daerah politik yang dikuasai, bisa dijadikan pusat bisnis.
5. Ada upaya politik & intervensi militer untuk mengembangkan ekonomi.
6. Privatisasi BUMN

Nah jika begitu, Berarti ekonomi kemiliteran adalah neolib, yang menjual BUMN 
juga neolib, perdagangan bebas nol pajak & beacukai juga neolib.

Hm, disatu sisi neolib cenderung menjadi ekonomi HUKUM RIMBA dan mematikan 
pemerintah. Tetapi disisi lain ekonomi sosialis cenderung rasis, KKN, 
memakmurkan pemerintah, tetapi memberatkan masyarakat dan pembisnis non BUMN.

Ayo silahkan pilih, semua konsep diobral seribu tiga! Ayo, ayo..silahkan pilih.


Salam
Nazar on tebo

Nb: persahabatan baru terasa jika kita tidak bersama-sama lagi.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, kelik pr  wrote:
>
> 
> 
> Yang belum putus adalah penolakan Boediono karena condong neoliberalisme. 
> Lalu, apa pengaruhnya faham itu terhadap ekonomi Indonesia? apa hanya dilihat 
> dari sisi pinjaman LN saja? Padahal, AS sudah jebloklantas, Indonesia mau 
> berkiblat kemana lagi???
> 
> saloom

> 
> From: prastowo prastowo 
> Subject: Bls: Bls: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan v
> 
>   
>   Sekedar itukah? mudah bung, tinggal tunjuk saja ketiga pasang itu 
> bukan? Dan, sungguhkah ada? perlu pembuktian bung.
> 
> Bukankah jika demikian lebih pantas rakyat jelata yg memimpin negeri ini, yg 
> pasti tak pernah disuap dan tak berbisnis/
> 
> Mohon maaf, dlm arti tertentu BLT itu suap bukan? Setidaknya dari sisi 
> kepantasan?
> 
> 
> 
> JK tadi malam bersama Suryopratomo di MetroTV mengoreksi Tom yg mengatakan ia 
> pengusaha, ia bilang "saya mantan pengusaha". 
> 
> Bagi saya, syarat 'tak menerima suap dan tak berbisnis' itu baru dua syarat, 
> selebihnya pastilah ada.
> 
> Saya meendengar kekayaan Obama naik, sebagian dari nilai saham hasil 
> investasinya, dan sisanya dari royalti buku. Haramkah Obama berbisnis? tidak, 
> tetapi etikanya yg dipegang.
> 
> 
> 
> Hemat saya, lebih mendesak dan penting kita membuat konstruksi normatif. 
> Maaf, saya tidak selera dg tiga pasang capres-cawapres yg ada, dan tidak 
> ambil pusing untuk memilih mana. Mencari pemimpin tak sama dengan mencari 
> manajer. Bangsa ini mungkin lebih sukses jika dipegang Hermawan Kertajaya, 
> atau menyewa Lee Kuan Yew? tapi tidak demikian bukan, justru karena kita 
> meyakini negara tidak sekedar urusan manajerialisme, sebuah bangsa adalah 
> juga soal mimpi, visi, dan mengembalikan martabat bangsa ke visi Pasal 33 UUD 
> tidak mudah. Terlebih karena kita tak punya pemimpin sevisioner 
> Soekarno-Hatta- Sjahrir-Natsir. Semua terjebak dlm partikularitas.
> 
> 
> 
> Dan, sayang sekali, tidak simpel dan tak bisa langsung, kecuali memang lima 
> tahun lagi kita akan terus begini.
> 
> 
> 
> salam
> 
> 
> 
>  _ _ __
> 
> Dari: Hardi Darjoto 
> 
> Kepada: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com
> 
> Terkirim: Senin, 18 Mei, 2009 20:49:24
> 
> Topik: Re: Bls: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran



Re: Trs: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran

2009-05-18 Terurut Topik nazar
Haha, 

Kalau begitu, orang beli barang, bekerja, berbisnis harus ditodong sama senjata 
atau meriam? What up mr jenderal! 

Ekonomi itu sebuah sistim micro dan macro, domestik dan manca negara. Ini semua 
berjalan secara bersamaan (sistematis).  Jika ada unsur/elemen sistim itu yang 
macet, maka semuanya macet. Ya, di jaman global ini sistim ekonomi menjadi 
sangat luas. Susah di prediksi dan susah diatur.

Jadi kalau di todong dengan senjata, ya siapa yang mau? Paling juga kalau 
berjalan hanya sebentar, dan ahirnya muncul pemberontakan!

Sebenarnya ekonomi itu berjalan karena ada SDM, SDA, Modal, sistim/manajemen 
dan pola hidup masyarakat (environment).

Jadi ya, tinggal melihat2x unsur2x ekonomi itu sendiri. Mana yang sedang 
bermasalah/vakum.

Mau kerakyatan, kemiliteran, kapitalis, atau apa kek yang penting gue bisa 
makan, kata teman saya.  Hm? Apa iya begitu?


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, harry laksana  
wrote:
>
> Pemikiran yang bagus dari bung Poltak, "Ekonomi Kerakyatan"
> identik dengan "Ekomomi Kemiliteran" sebagaimana penanganannya seperti
> cara komando militer. Ekonomi kerakyatan selama ini yang sering didengung-
> dengungkan basis teorinya maupun studi empirisnya bearasal dari sosialisme
> kerakyatan atau dalam praktiknya lebih sering dilencengkan menjadi sosialisme
> yang menjurus otoriter yang sering kita jumpai dibeberapa negara terdahulu.
> Saat ini skim ekonomi seperti tersebut tidak laku untuk dijual, apabila tidak 
> diikuti
> dengan pemerintahan yang agak otoriter.  Misalnya, China telah merubah sistem
> ekonomi nya yg berbasis pasar begitu juga Rusia, dsbnya.Kecuali bebrapa negara
> Amerika selatan, seperti Venezuela, Bolivia, dsbnya yang mengarah kesana tapi 
> terlibih dulu menasionalisasikan perusahaan2 asing. Jadi sepertinya kita 
> perlu lebih
> jelas dulu mengetahui paham ekonomi kerakyatan sebagaimana yang dimaksud,
> dan jangan sampai timbul diskursus tentang pengertian tsb.
> 
>  
> 
> 
> - Pesan Diteruskan 
> Dari: Poltak Hotradero 
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Terkirim: Senin, 18 Mei, 2009 11:49:43
> Topik: [Keuangan] Ekonomi Kerakyatan vs. Ekonomi Kemiliteran
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Lawannya "Ekonomi Kerakyatan" seharusnya adalah "Ekonomi 
> Kemiliteran" , di mana ekonomi diurus seperti mengurus militer - semua 
> di bawah satu komando.
> 
> Apa iya para jenderal bisa ngerti "Ekonomi Kerakyatan" - kalau mereka 
> seumur-umur belajarnya militer? Apa bisa ekonomi jalan, kalau 
> semuanya harus di bawah komando?



[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-20 Terurut Topik nazar
Saya sependapat dengan bung. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. 
Yang ada hanya mendekati sempurna. Toh, bukankah kehidupan di dunia ini adalah 
permainan dan sandiwara? Dalam realitanya, hal-hal yang normatif itu sangat 
jarang kita jumpai. Teori dan normatif selalu lebih bagus di banding realita 
yang ada. Di dunia ini yang banyak terjadi adalah abu-abu. Bukan hitam-putih.



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> >
> > Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan 
> > neuroscience ini. 
> > 
> 
> Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua 
> scientist, dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kalau mau jujur, 
> semua hal kita harus ragukan dulu, sebelum yakin. Descartes bilang ""cogito, 
> ergo sum". NGak ada teori yg waterprof, apalgi di bidang social science. 
> Erwin Schrödinger bilang "The mistakes of the great, promulgated along with 
> the discoveries of their genius, are apt to work havoc". Ironisnya, kenapa 
> org skeptis itu malah memperkuat temuan di neuroscience tsb. 
> 
> 
> > Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang 
> > rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap 
> > objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka 
> > pendirian/believenya juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut 
> > teori "Memilih/choice", orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu 
> > yang nilainya tinggi, dan tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). 
> > Jika seseorang menganggap objek A tidak begitu penting, maka tingkat 
> > selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya indikator krisis 
> > kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka tingkat 
> > selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan dengan 
> > asal-asalan. 
> > 
> > O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang 
> > berkompeten. Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih 
> > memang mampu menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di 
> > implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. 
> > Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan 
> > masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, 
> > sda dan modal bangsa ini?  Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan 
> > pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai 
> > the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa 
> > di daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang 
> > berkualifikasi. 
> > 
> 
> Aku lagi ngak permasalahkan hal yg normatif, yg kutulis ialah apa yg terjadi 
> (mekanisme prosesing informasi di otak, sehingga membuat keputusan).
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-19 Terurut Topik nazar
Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan 
neuroscience ini. 

Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang rendah 
terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap objek 
tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka pendirian/believenya juga 
rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut teori "Memilih/choice", orang 
akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu yang nilainya tinggi, dan tingkat 
selektif pun tinggi (lebih rasional). Jika seseorang menganggap objek A tidak 
begitu penting, maka tingkat selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya 
indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka 
tingkat selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan 
dengan asal-asalan. 

O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang berkompeten. 
Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih memang mampu 
menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di implementasikan 
dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. Juga karena ia 
memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan masyarakat ini melalui 
kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, sda dan modal bangsa ini?  
Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan pilihannya dengan fungsi dan 
tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai the righ man on d righ place? 
Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa di daerah yang belum maju, 
pemilu=orang awam memilih orang yang berkualifikasi. 

Salam
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Pertama, aku harus meluruskan dulu. Aku ngak pernah nulis "teori cognitive 
> dan neuro". Apa yg kutulis ialah hasil riset di bidang tsb. 
> 
> Selanjutnya, ada beberapa perbedaan antara pengambilan keputusan, karena 
> setting pengambil keputusannya berbeda. Antara produk dan jasa saja berbeda, 
> begitu jg antara produk   berbentuk, dan produk finansial. Dua faktor yg 
> paling menentukan ialah kekompletan informasi dan waktu. 
> 
> Namun, mekanisme prosessingnya sama. informasi yg masuk ke dlm otak, selalu 
> emosi dulu yg main, jika lolos maka masuk ke prefrontal cortex - organ yg 
> menganalis secara logika. 
> 
> Menjawab pertanyaan anda, silahkan anda coba exercise sendiri dulu, apa 
> informasi saya bisa lolos amygdala anda.
>  
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> >
> > Ini menarik.
> > Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku 
> > memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? 
> > Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan 
> > tetap 10-20%?
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-17 Terurut Topik nazar
Ini menarik.
Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku memilih 
partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? Dalam kata 
lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan tetap 10-20%? 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik 
> sendiri, yah?
> 
> Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah 
> independen. Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka "independen" dalam 
> menyoblos. Ada hal hakiki yg para penebar duit lupa, yaitu masyarakat bukan 
> milih melulu karena duitnya. Ada hal yg mendasar (berdasarkan riset2 yg 
> dilakukan oleh para cognitive scientist dan neuroscientist). 
> 
> Aku ilustasikan yah..Misal dari 70 jt penduduk pemilih. Mungkin hanya 10-20 % 
> pemilih yg benar2 fanatik. Sementara sisanya adalah swing voters. Apa yg 
> membuat 20% jg fanatik pada partainya masing2 adalah kesusaikan identitas. 
> Sekali identitas/emosional tsb terbangun, susah untuk dirubah (ini 
> menjelaskan teori Anis Baswedan bhw pemilih yg memilih partai berdasarkan 
> agama kalaupun pindah pasti partai agama, sementara yg nasionalis ke 
> nasionalis). 
> 
> Apa yg dilakukan oleh stratego politik di kampanye bukan merebut konstituen 
> fanatik. Contoh, betapapun fakta yg dikasih oleh partai X ttg lawannya, 
> mereka yg sulit memindahkan pilihannya. Yg seharusnya digarap ialah 80% swing 
> voters. Apa yg harus dilakukan simple jg, ialah membangun emosi  swing 
> voters. Uang salah satu cara, tapi ada cara yg lebih ampuh (paling kurang 
> menurut para cognitive scientist dan neuroscientist).
> 
> Enda 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> >
> > Ah jadi gatal juga untuk beropini.
> > 
> > Berbicara tentang emosional,
> > Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif 
> > orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. 
> > 
> > Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, 
> > keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg 
> > TIDAK SANTUN?
> > 
> > Coba bandingkan dengan " Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. 
> > Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih 
> > SANTUN?
> > 
> > Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. 
> > Politik persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah 
> > naifnya jika cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti 
> > masyarakat tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif 
> > doktrin itu dilakukan
> > 
> > Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual 
> > barang dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita 
> > serahkan kepada pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, 
> > kode etik itu tidak begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di 
> > capai, yaitu keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada 
> > pikiran sosial, itu akan menjebak bisnis kita.
> > Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, 
> > sementara masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus 
> > berpikiran untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan.
> > 
> > Salam



[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-16 Terurut Topik nazar
Ah jadi gatal juga untuk beropini.

Berbicara tentang emosional,
Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif 
orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. 

Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, keluarganya 
jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg TIDAK SANTUN?

Coba bandingkan dengan " Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. 
Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih SANTUN?

Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. Politik 
persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah naifnya jika cara 
1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti masyarakat tidak 
berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif doktrin itu dilakukan

Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual barang 
dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita serahkan kepada 
pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, kode etik itu tidak 
begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di capai, yaitu keuntungan 
yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada pikiran sosial, itu akan 
menjebak bisnis kita.
Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, sementara 
masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus berpikiran 
untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan.

Salam


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
>
> Aku lihat lagi, rupanya ada salah tulisan yg sgt mengganggu
> 
> tertulis :
> 
> "...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw 
> political science lebih banyak merupakan pilihan emosional",
> 
> seharusnya 
> 
> "...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw 
> POLITICAL DECISION lebih banyak merupakan pilihan emosional"
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "irmec"  wrote:
> >
> > Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan 
> > dalam konteks decision making.
>




[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Hm, bung
Anda terbawa arus pemikiran bung poltak. Sudah saya batasi tadi penomena pemilu 
di DAERAH YANG BELUM MAJU.

Hm, begini saja. Agar topik oot ini tidak mengganggu yang lain, PM saya saja 
lewat Japri. Jadi lebih leluasa tanya jawabnya.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arianro pantun daud 
 wrote:
>
> Jadi ingin tahu sebenarnya posisi bung nazar ada dimana supaya saya bisa
> lebih memahami penomena bung nazar ini. Kiranya pertanyaan sederhana dibawah
> ini dapat dijawab:
> 
> 
> 
>1. apakah p'nazar adalah caleg?
>2. kalau 1 jawabannya adalah ya, apakah p'nazar caleg jadi?
>3. kalau 2 jawabannya adalah ya, apakah partai p'nazar lolos et?
>4. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
>satu atau lebih caleg?
>5. kalau 1 jawabannya adalah tidak, apakah p'nazar terafiliasi dengan
>satu atau lebih partai?
> 
> Kalau semua pertanyaan jawabannya tidak, mungkin ada baiknya kalau bung
> nazar mulai mendekatkan diri dengan banwaslu atau mulai membuat
> analisis independent tentu dengan research method yang benar. Kalau hasil
> analisisnya menyimpulkan bahwa hasil pemilu sekarang tidak valid maka bung
> nazar dapat mengajukan class action kepada pemerintah dan kpu. Informasi 169
> tps di 4 kecamatan sepertinya kurang valid apalagi kalau hanya di satu
> provinsi saja.
> 
> 
> 
> Saya yakin milis keuangan tidak serta merta mengharamkan issue politik
> apalagi sekarang memang sedang masanya tetapi tentu dalam batasan-batasan
> tertentu. Kalau bung nazar mau membahasnya lebih jauh, saya rasa milis
> keuangan bukanlah tempat yang pas.
> 
> 
> On 4/16/09, nazar  wrote:
> 
> Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator.
> Itu kan pendapat ANDA SENDIRI.
> 
> 
> 
> Hmm,
> 
> Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps.
> Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah
> penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di
> KPUDnya. Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa
> angkuhnya dan tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran.
> Tetapi tidak melihat sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan
> otak bung, tapi gunakan juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.
> 
> 
> 
> Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)
> 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
> wrote:
> 
> >
> 
> > Bung Nazar,
> 
> >
> 
> > 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal yg anda sebutkan. DARI
> 
> > MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang
> 
> > datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih,
> 
> > karena saya bego..." Apa iya begitu? Bila tidak, berarti anda
> 
> > pembohong karena anda tidak berbicara fakta.
> 
> >
> 
> > 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota
> 
> > legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota
>



[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Hm, saya suka orang yang seperti bung ini. Pintar membuat syarat2x diktator. 
Itu kan pendapat ANDA SENDIRI. 

Hmm,
Bung, lihat saja di tps2x. Dan saya punya informasi di 4 kecamatan, 169 tps. 
Ada sekitar 42000 mata pilih. INGAT! titik awal pembicaraan saya adalah 
penomena pemilu di daerah yang belum maju. Mau buktinya? Cek saja di KPUDnya. 
Hebat sekali anda menilai saya pembohong. Terlihat jelas betapa angkuhnya dan 
tidak santunnya anda. Anda kan berada di jalur pemikiran. Tetapi tidak melihat 
sendiri kebawah. Saran saya, Jangan hanya mengandalkan otak bung, tapi gunakan 
juga MATA dan TELINGA dalam menganalisa.

Ah kau ini.., maunya bertempur terus. Ku tempur pula nanti kau. :-)


 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
 wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> 1. Kita sekarang bicara epistemologi atas hal  yg anda sebutkan. DARI
> MANA anda tahu segitu banyaknya orang salah contreng? Apa JUTAAN orang
> datang ke rumah anda dan bilang: "Pak Nazar, saya salah contreng nih,
> karena saya bego..." Apa iya begitu?  Bila tidak, berarti anda
> pembohong karena anda tidak berbicara fakta.
> 
> 2. Apa iya sekian juta rakyat segitu pedulinya dengan calon anggota
> legislatif? Saya rasa tidak. Besar kemungkinan kualitas anggota
> legislatif berikutnya tidak akan jauh2 dari yang sekarang. Yang ribut
> kan partai politik karena bisnis utama mereka adalah jadi calo/makelar
> bagi orang2 yg kebelet ingin jadi anggota parlemen. Saya rasa
> kebanyakan orang lebih peduli pada siapa yang akan jadi presiden
> ketimbang siapa yg akan jadi anggota parlemen. Mereka lebih realistis,
> itu sebabnya kita tidak bisa menyebut mereka bodoh.
> (Jadi siapa yg sebenarnya bodoh?)
> 
> 
> NB: Ini bukan soal dikte mendikte, saya menyebut anda berbakat jadi
> diktator semata2 karena anda memenuhi sejumlah syarat. Saya tidak
> memenuhi syarat karena saya sedari awal tidak berani menyebut jutaan
> orang yg independen sebagai orang bodoh.
> 
> 
> 
> On 4/15/09, nazar  wrote:
> > Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang
> > terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg
> > terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah
> > dengan pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu.
> >
> > Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan
> > nabi.
> >
> > Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah
> > contreng. Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu.
> > Dan itu juga menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu
> > dan kepemimpinan di negeri ini.
> >
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
> >  wrote:
> >>
> >> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:
> >>
> >>
> >> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan
> >> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di
> >> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka
> >> > ragaman.
> >>
> >>
> >> Saudara Nazar,
> >> Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya
> >> berpikir.
> >> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa
> >> dianggap bodoh oleh anda.
> >>
> >>
> >>
> >> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja
> >> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya
> >> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).
> >>
> >>
> >> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan
> >> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa
> >> harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri
> >> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.
> >>
> >> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya
> >> adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh
> >> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh
> >> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum
> >> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya
> >> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.
> >>
> >> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh
> >> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya
> >> bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan
> >> Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.
> >>
> >> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang
> >> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) -
> >> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas




[Keuangan] OOT: Resep menjadi diktator (was: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-15 Terurut Topik nazar
Bung, banget aja nggak sok tau, apa lagi saya. Sebenarnya bukankah anda yang 
terlebih dahulu menilai saya berbakat menjadi diktator? Bukankah anda yg 
terlebih dahulu mendikte saya? Jangana dibolak balik bung. Konsistenlah dengan 
pendapat anda. Baca kembali replay anda terdahulu. 

Bung, nabi memang buta huruf. Tapi mayoritas manusia biasa tidak sama dengan 
nabi.

Anda sebaiknya turun kelapangan. Ada 25% - 50% surat suara yang salah contreng. 
Itu berarti masih banyak yang tidak mengerti dengan sistim pemilu. Dan itu juga 
menjadi indikator ketidak pedulian masyarakat tentang pemilu dan kepemimpinan 
di negeri ini.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 11:19 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan 
> >rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di 
> >daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka 
> >ragaman.
> 
> 
> Saudara Nazar,
> Maaf,  anda kok sok tau banget tentang pikiran saya dan cara saya berpikir.
> Bahkan seseorang ternyata tidak perlu sampai buta huruf untuk bisa 
> dianggap bodoh oleh anda.
> 
> 
> 
> >Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja 
> >juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya 
> >anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-).
> 
> 
> Syarat utama untuk menjadi diktator adalah: menganggap kebanyakan 
> orang itu lemah, bodoh, tidak berdaya.  Dan itu sebabnya mengapa 
> harus ada yang "menyelamatkan" mereka.  Yaitu mereka yang merasa diri 
> jenius, punya visi, punya "panggilan" dan mampu.
> 
> Selanjutnya sang calon diktator perlu "musuh bersama" - yang biasanya 
> adalah kaum minoritas.  Bisa orang kaya, bisa orang pintar (contoh 
> Revolusi Komunis Cina dan Revolusi Russia), bisa orang Yahudi (contoh 
> Nazi Jerman), bisa orang Komunis (Revolusi Suharto), bisa kaum 
> bangsawan (contoh Revolusi Perancis dan Revolusi Iran) - pokoknya 
> minoritas yang bisa ditindas - supaya terasa ada kekuatan riil.
> 
> Dan selanjutnya setelah diktator tadi berhasil "mengenyahkan" musuh 
> bersama - maka siapapun selanjutnya bisa dicap sebagai musuh - supaya 
> bisa disingkirkan.  Lihat contoh apa yang dilakukan Stalin dan 
> Mao.  Dan kekuasaan mutlak pun menjadi langgeng.
> 
> Melihat pendapat anda soal sedemikian banyaknya orang Indonesia yang 
> teramat bodoh (menurut ukuran anda ditinjau dari angka buta huruf) - 
> dan betapa "visioner"-nya anda -- plus sikap anda terhadap minoritas 
> Cina sebagaimana tercermin pada posting-posting anda terdahulu -- 
> maka besar kemungkinan anda cukup berbakat untuk jadi diktator.  Cuma 
> perlu dipupuk dan dikembangkan saja.  Selamat..!!
> 
> Kalau saya sih sepertinya nggak punya bakat.  Kenapa?  Pertama, 
> karena saya percaya bahwa buta huruf sekalipun tidak berarti cacad 
> dalam menganalisa sesuatu itu masuk akal atau tidak.  Faktanya, ada 
> orang yang mampu membaca tapi irrasional.  Dan sebagaimana kita tahu, 
> bahkan nabi pun ada yang buta huruf, tapi jelas tidak menghalangi 
> ke-nabiannya.
> 
> Kedua, saya percaya bahwa masyarakat yang independen tahu apa yang 
> terbaik bagi dirinya masing-masing, dan tahu persis bagaimana caranya 
> agar bisa hidup lebih baik.  Saya tidak "sok tahu" tentang apa yang 
> mereka tahu dan putuskan, karena saya merasa MUSTAHIL tahu segala hal.
> 
> Atas dua hal tadi, maka saya sepertinya tidak berbakat jadi 
> diktator.   Untuk jadi diktator - saya serahkan saja pada "ahli"-nya...
> 
> 
> 
> 
> >Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah 
> >fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan 
> >akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. 
> >Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada.
> 
> 
> Anda mau bicara fakta?  Anda turun ke bawah?  Beneran nih?
> 
> Coba anda hitung baik-baik. Pelan-pelan.  Berapa banyak fakta yang 
> anda kumpulkan?  Berapa banyak orang yang sudah anda tanyai secara 
> langsung.  Andaikan sejak hari Pemilu lalu anda menanyai SATU ORANG 
> PER MENIT - maka sampai dengan saat ini anda baru menanyai kira-kira 
> 8500 orang.  Bandingkan angka itu jumlah penduduk Indonesia Nggak 
> ada apa-apanya.
> 
> Dan saya yakin anda tidak melakukan itu.  Paling banter anda cuma 
> tanya orang sekeliling anda.  Paling top 100 orang.  Dan anda 
> mengambil kesimpulan hanya dengan 100 orang itu (yang anda pilih sesuka anda).
> 
> Dan anda mengatakan itu fakta??  Omong kosong.
> Anda cuma melakukan sampling yang sangat kasar...  dan anda 
> mengatakan bahwa itu adalah seluruh realita.  Anda penipu.
> 
> Hmm... satu lagi modal untuk menjadi diktator.
>




kenapa milis keuangan bicara politik?!!! Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-13 Terurut Topik nazar
Hmm,
Anda sebaiknya memahami ekonomi micro dan macro untuk mengelola uang anda. 
Politik sangat besar pengaruhnya terhadap ekonomi dan keuangan. Lihat 
pertumbuhan ekonomi di daerah yang tatanan politiknya sudah maju dengan ya 
belum maju. Lihat amerika itu, jika tidak didukung oleh sistim politik yang 
kuat apa bisa ekonomi tumbuh subur? Kerusuhan, pencurian, penipuan, kecurangan, 
ketidak pastian hukum sgt pnting bagi pertumbuhan ekonomi. 

Ah, sudahlah. Toh yang seharusnya berpikir semacam itu adalah pemerintah dan 
dewan-dewan. Toh percuma saja kita bicarakan di sini, buang2x waktu saja. Tanya 
saja kepada pemerintah dan dewan2x terpilih itu. 

Mari kmbali berbisnis dan berhati2xlah terhadap kondisi dan sistim politik yang 
amburadul. Yang penting pembisnis harus bisa membaca peta, kondisi, dan sistim 
politik yang mengancam bisnisnya. Soal masyarakat, serahkan saja kepada 
pemerintah dan dewan2x itu. Toh kita percuma saja memikirkan nya karna belum 
tentu mereka juga memikirkan kita.

Teruslah melangkah, walau banyak rintangan dan cobaan yang menghadang. 

Salam

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Dedy Hikmat, SE" 
 wrote:
>
> 
> Kenapa milis keuangan jadi bicara politik ya? kayaknya ngak nyambung tuh..
> mungkin kalau mau nyambung. ya bicara tentang keuangan parpol,
> peraturan pajak untuk parpol, akuntansi untuk parpol dll...
>   
> gitu  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>   
>   
> 
> 
>   Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
> Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
> browser. Dapatkan IE8 di sini! 
> http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-13 Terurut Topik nazar
Trims bung admin, maksud saya:

Hmm, lalu bagai mana dengan falsafah sebuah partai yang haru berlandaskan pada 
pancasila? Yang menjadi dasar ketuhanan, moralitas, persatuan, kemanusiaan dan 
keadilan? Jika cara-cara yang ditempuh justru bertentangan dengan kelima sila 
ini.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Ignace I. Worang" 
 wrote:
>
> Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau
> irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual
> dimana politik ini akan dijalankan.  Contohnya seperti yang anda katakan
> bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang
> tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak
> termobilisasi.  Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya
> bebas saja.
> 
>  
> 
>  
> 
>  
> 
> From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak
> Hotradero
> Sent: 13 April 2009 04:24
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai 
> >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x 
> >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), 
> >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya 
> >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik 
> >yang tidak edukatif.
> 
> Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...?
> Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" 
> ketimbang anda sendiri?
> 
> Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda?
> Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"?
> 
> >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet 
> >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, 
> >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu 
> >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang 
> >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
> >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang 
> >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil 
> >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.
> >
> >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan 
> >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah 
> >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang 
> >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif.
> 
> Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
> 
> 
> 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG - www.avg.com
> Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09
> 10:51:00
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-13 Terurut Topik nazar
O bgtu. Hmm, bagaimana jika ada orang yang mau mendirikan partai rampok maling 
indonesia? Apakah Anda akan menyetujui orang tersebut?


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Ignace I. Worang" 
 wrote:
>
> Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau
> irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual
> dimana politik ini akan dijalankan.  Contohnya seperti yang anda katakan
> bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang
> tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak
> termobilisasi.  Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya
> bebas saja.
> 
>  
> 
>  
> 
>  
> 
> From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak
> Hotradero
> Sent: 13 April 2009 04:24
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai 
> >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x 
> >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), 
> >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya 
> >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik 
> >yang tidak edukatif.
> 
> Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...?
> Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" 
> ketimbang anda sendiri?
> 
> Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda?
> Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"?
> 
> >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet 
> >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, 
> >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu 
> >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang 
> >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
> >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang 
> >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil 
> >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.
> >
> >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan 
> >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah 
> >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang 
> >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif.
> 
> Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
> 
> 
> 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG - www.avg.com
> Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09
> 10:51:00
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-13 Terurut Topik nazar
O ya sedikit tambahan. Bagi pelaku bisnis, dimana nilai kejujuran menjadi dasar 
utama keamanan berspekulasi bisnis, harus berhati2x dalam membaca situasi ini. 
Pernyataan will bulo yang membolehkan ketidak jujuran berkembang, menjadi 
indikator ketidak amanan spekulasi bisnis. Yang butuh informasi lebih detil PM 
Saya.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
>
> Jika memang itu yang di kehendaki masyarakat banyak, ya sudah. Terima saja 
> hasil pemilu itu. Toh baik buruknya masyarakat itu sendiri yang 
> menanggungnya. Kita-kita ini hanya sekedar mengingatkan.
> 
> 
> Dan diskusi seputar pemilu ini di stop saja. 
> 
> 
> Salam
> Balik kanaaan grak!
> Bye..
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, will_bulo@ wrote:
> >
> > Jujur gak jujur,
> > Serangan fajar atau bukan,
> > The war already done,
> > Selama prosedur hukumnya sah,
> > Tidak ada yang ribut selama proses,
> > Maka semua sah
> > 
> > Kalau baru ribut sekarang,
> > Setelah yang menang dinyatakan...
> > Oooo come on, man.
> > Jelas kan ributnya kenapa...
> > Bukan karena proses salah,
> > Tapi karena kalah
> > 
> > Ya oke lah
> > Biar warganya pinter2 , 
> > namanya juga baru belajar demokrasi
> > Hihihi.
> > 
> > Salam damai,
> > 
> > WBO.
> > 
> > Sent from my BlackBerry®
> > powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> > 
> > -Original Message-
> > From: "nazar" 
> > 
> > Date: Sun, 12 Apr 2009 03:48:54 
> > To: 
> > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> > 
> > 
> > Tambahan, 
> > Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. 
> > Baik-buruk, jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul.
> > 
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> > >
> > > Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar 
> > > dilakukan pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to 
> > > door, lalu disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis 
> > > seperti BLT. Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang 
> > > penting ada koceknya.  Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu 
> > > saya posting DEMOCRAT - ION TO DAY GOING TO GRAZY). 
> > > 
> > > 
> > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
> > > wrote:
> > > >
> > > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote:
> > > > 
> > > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya
> > > > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama
> > > > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang
> > > > > awam memilih orang pintar. 
> > > > > 
> > > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan
> > > > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa
> > > > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg.
> > > > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> > > > 
> > > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / 
> > > > caleg tertentu ?
> > > > 
> > > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D
> > > > 
> > > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul 
> > > > perolehan suaranya ?
> > > > 
> > > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh 
> > > > 
> > > > cmiiw
> > > > 
> > > > sinung
> > > >
>




Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Jika memang itu yang di kehendaki masyarakat banyak, ya sudah. Terima saja 
hasil pemilu itu. Toh baik buruknya masyarakat itu sendiri yang menanggungnya. 
Kita-kita ini hanya sekedar mengingatkan.


Dan diskusi seputar pemilu ini di stop saja. 


Salam
Balik kanaaan grak!
Bye..


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, will_b...@... wrote:
>
> Jujur gak jujur,
> Serangan fajar atau bukan,
> The war already done,
> Selama prosedur hukumnya sah,
> Tidak ada yang ribut selama proses,
> Maka semua sah
> 
> Kalau baru ribut sekarang,
> Setelah yang menang dinyatakan...
> Oooo come on, man.
> Jelas kan ributnya kenapa...
> Bukan karena proses salah,
> Tapi karena kalah
> 
> Ya oke lah
> Biar warganya pinter2 , 
> namanya juga baru belajar demokrasi
> Hihihi.
> 
> Salam damai,
> 
> WBO.
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "nazar" 
> 
> Date: Sun, 12 Apr 2009 03:48:54 
> To: 
> Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> 
> 
> Tambahan, 
> Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. Baik-buruk, 
> jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul.
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> >
> > Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan 
> > pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu 
> > disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. 
> > Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya. 
> >  Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - 
> > ION TO DAY GOING TO GRAZY). 
> > 
> > 
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
> > wrote:
> > >
> > > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote:
> > > 
> > > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya
> > > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama
> > > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang
> > > > awam memilih orang pintar. 
> > > > 
> > > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan
> > > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa
> > > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg.
> > > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> > > 
> > > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg 
> > > tertentu ?
> > > 
> > > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D
> > > 
> > > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul 
> > > perolehan suaranya ?
> > > 
> > > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh 
> > > 
> > > cmiiw
> > > 
> > > sinung
> > > 




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan rerata. Dan ia 
tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di daerah a tidak sama di 
daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka ragaman. Saya diktator? Itu kan 
penilaian anda. Toh jika diperbolehkan,  saja juga bisa mengatakan anda sungguh 
amat sangat diktator. Tentunya anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. 
:-).

Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah fakta yang 
ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan akan terlihat dengan 
jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. Semakin jauh jarak pandang anda 
semakin jauh pula dari kenyataan yang ada.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 10:32 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hmm,
> >Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta.
> 
> 
> Teori disusun berdasarkan fakta yang telah disaring secara metodologis.
> Kalau anda beneran sekolah melewati level SMA dan belajar tentang 
> Metode Ilmiah - tentu anda tahu hal ini.
> 
> 
> 
> >Hmm,
> >pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang 
> >sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan 
> >sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi 
> >lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah.
> 
> 
> Sesudah membaca komentar anda, saya malah semakin melihat bahwa anda 
> punya bakat besar untuk jadi diktator.  Anda merasa jauh lebih tahu 
> apa yang baik bagi orang lain - bahkan ketimbang orang itu sendiri...
> 
> Mungkin karena anda sendiri terlalu "indevenden"...
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Hmm, 
Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta.

Hmm,
pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang 
sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah. 
Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia 
sangat berbeda dengan binatang lebah.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 09:57 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, 
> >seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang 
> >negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan 
> >masyarakat awan sama pintarnya dengan anda.
> 
> 
> Yang saya masalahkan adalah anda menganggap sedemikian banyak orang 
> itu bodoh-bodoh.  Seolah-olah mereka tidak bisa berpikir 
> independen.  Berpikir independen tidak ada hubungan dengan melek 
> huruf atau tidak.  Toh ada banyak orang yang bisa bijak tanpa harus 
> bisa membaca... dan banyak orang yang bisa membaca tetapi sangat tidak bijak.
> 
> Coba anda pikirkan sendiri: mengapa banyak kasus politik uang 
> gagal...?  Mengapa banyak caleg yang stress setelah "investasi" 
> milyaran rupiah...?  Karena ternyata banyak pemilih bersikap 
> independen.  Mereka ambil uang-nya tapi mereka pilih sesuka hati 
> mereka.  Menurut anda, dalam keadaan seperti ini - siapa yang 
> bodoh?  (Dan soal BLT - siapa yang sebenarnya bodoh dan berkomentar 
> bodoh. Masih heran juga kenapa partai itu suaranya melorot...?)
> 
> Sepanjang jalannya sejarah - orang yang independen selalu lebih 
> "pintar" daripada orang yang tidak independen -- tidak peduli apapun 
> tingkat pendidikan yang bersangkutan.
> 
> Bagaimana membuat rakyat Indonesia pintar?  Bikin mereka jadi lebih 
> independen.  Bikin mereka mampu menilai dan punya pendapat sendiri-sendiri.
> 
> Coba anda renungkan:  apakah seekor lebah itu pintar?  Jelas 
> tidak.  Tetapi anda perhatikan apa yang terjadi dengan struktur 
> bernama sarang lebah.  Tempat itu tidak pernah terlalu panas, tidak 
> pernah terlalu dingin, tidak pernah terlalu lembab, dan tidak pernah 
> terlalu kering.  Secara desain tempat tinggal, sarang lebah itu 
> sempurna!  Padahal sebagai individu lebah-lebah itu bodoh.
> 
> Bandingkan sarang lebah dengan negara Uni Soviet (negeri yang banyak 
> diisi orang pintar tetapi tidak independen).  Mana yang bisa bertahan hidup?
> 
> 
> NB: coba anda bawa bukunya James Surowickie tentang "Wisdom of the 
> Crowds" dan apa yang menjadi penentu apakah sebuah crowds itu pintar 
> atau bodoh...  Oh iya ada satu buku bagus lagi tentang crowds, yaitu 
> "Out of Control"-nya Kevin Kelly.  Buku lama, tetapi menarik buat dibaca.
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Ralat: tingkat melek huruf = tingkat tidak melek huruf.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
>
> Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa 
> luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, 
> dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama 
> pintarnya dengan anda. 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
> wrote:
> >
> > At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
> > 
> > 
> > >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai 
> > >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x 
> > >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), 
> > >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya 
> > >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik 
> > >yang tidak edukatif.
> > 
> > 
> > Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...?
> > Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" 
> > ketimbang anda sendiri?
> > 
> > Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda?
> > Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"?
> > 
> > 
> > >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet 
> > >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, 
> > >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu 
> > >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang 
> > >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
> > >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang 
> > >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil 
> > >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.
> > >
> > >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan 
> > >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah 
> > >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang 
> > >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif.
> > 
> > 
> > Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
> >
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas 
pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan 
politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan 
anda. 

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai 
> >kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x 
> >terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), 
> >rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya 
> >masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik 
> >yang tidak edukatif.
> 
> 
> Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...?
> Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" 
> ketimbang anda sendiri?
> 
> Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda?
> Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"?
> 
> 
> >Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet 
> >agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, 
> >nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu 
> >penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang 
> >penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
> >dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang 
> >tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil 
> >sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.
> >
> >Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan 
> >egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah 
> >untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang 
> >masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif.
> 
> 
> Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
>




[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan 
ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung 
brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang 
berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di 
mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Dengan kata lain, 
mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah 
pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas 
dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan 
umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak 
santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat 
mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.

Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. 
Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are 
dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai 
prinsif.



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave  wrote:
>
> Bagus juga pertanyaannya.  Kelihatannya semua partai bicaranya ingin 
> indonesia maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya  
> Demokrat ingin meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti 
> apa? Bekerja keras...  7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari 
> anggota partai dan DPR MPR saja..  Saya sih maunya tetap 5 hari kerja saja... 
> he..he..
> 
> --- On Mon, 4/13/09, Heri Setiono  wrote:
> 
> From: Heri Setiono 
> Subject: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] 
> Sekelumit tentang multipartai
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Date: Monday, April 13, 2009, 12:22 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
>   Barangkali ada yang bisa sharing bagaimana pengaruh multipartai 
> terhadap kebijakan ekonomi dan keuangan  pemerintahan?
> 
> Sebagaimana kita ketahui, saat ini kerangka politik kita telah berubah dari 
> politik tunggal orde baru dan kearah orde reformasi dimana partai partai 
> lebih memiliki pengaruh terhadap kebijakan ekonomi suatu negara. Pada masa 
> orde baru, partai partai nyaris tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam 
> kebijakan ekonomi orba yang menekankan pada pembangunan. Bagaimana pengaruh 
> multi partai pasca orba dan bagaimana pengaruhnya pasca pemilu 2009 ini 
> dimana Demokrat menginginkan pemerintahan yang didukung 70%



Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Iya, memang seperti itu adanya. Bahkan doktrin adu domba justru menumbuhkan 
penyakit kebencian antar sesama masyarakat. 

Iya, toh banyak calon yang malah tidak mengerti apa itu negara dan masyarakat.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave  wrote:
>
> Pengamatan yang sangat jitu juga pak...
> Barangkali kalau ditanya kenapa sampai jadi begini...  jawabannya mungkin...  
> cuma mungkin saja  partai-partai dan calon-calonnya itu lebih memikirkan 
> partainya dan bukan memikirkan negaranya  ini mungkin ya...
> 
> --- On Sun, 4/12/09, nazar  wrote:
> 
> From: nazar 
> Subject: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Date: Sunday, April 12, 2009, 10:29 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
>   Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang 
> multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. 
> Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di 
> kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap 
> pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, 
> maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 
> kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 
> orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. 
> Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu 
> sendiri.
> 
> 
> 
> NB:  Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari 
> dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak.
> 
> 
> 
> 
>  
> 
>   
> 
> 
> 
>   
>
>   
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>   
>   
> 
> 
>   
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Hm, sudah lama tidak adu argumen dgn bung poltak.

Ya, memang benar argumen bung itu. Tetapi imbas dari partai yang kalah membuat 
massa pendukungnya kecewa. Bung, sistim kenegaraan dan undang2x itu buatan 
manusia. Dan sistim itu bisa membawa kearah kerjasama atau kearah perpecahan, 
terkotak-kotak. Semakin banyak partai semakin banyak pula kotak-kotak itu.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> Bukankah dalam pemilihan umum akan SELALU ada yang kalah jumlah suara
> tidak peduli sebanyak atau sesedikit apa pun jumlah partai?
> 
> Bukankah yang lebih penting adalah apa yang dilakukan dengan kekalahan
> (dan kemenangan)...?
> 
> Lalu kenapa kita masih saja meributkan soal selera?
> 
> On 4/12/09, nazar  wrote:
> > Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang
> > multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara.
> > Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di
> > kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap
> > pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil,
> > maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8
> > kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000
> > orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini.
> > Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu
> > sendiri.
> >
> > NB:  Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari
> > dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak.
> >
> >
> 
> -- 
> Sent from my mobile device
>




[Keuangan] Sekelumit tentang multipartai

2009-04-12 Terurut Topik nazar
Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang multi 
partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. Jika 
diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di kalikan 20 
partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap pemerintahan 
karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, maka ada 30.000 
orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 kabupaten, maka ada 
240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 orang yang kecewa. Dan 
itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. Hm, sebenarnya perpecahan 
itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu sendiri.

NB:  Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari 
dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak.



Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
Tambahan, 
Anda jangan salah tanggap dulu. Didunia ini selalu berpasang2xan. Baik-buruk, 
jujur-tidak jujur. Demikian juga dengan parpol yang unggul.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
>
> Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan 
> pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu 
> disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. 
> Masyarakat awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya.  
> Hal2x semacam inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - ION 
> TO DAY GOING TO GRAZY). 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
> wrote:
> >
> > On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote:
> > 
> > > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya
> > > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama
> > > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang
> > > awam memilih orang pintar. 
> > > 
> > > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan
> > > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa
> > > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg.
> > > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> > 
> > bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg 
> > tertentu ?
> > 
> > bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D
> > 
> > bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul 
> > perolehan suaranya ?
> > 
> > aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh 
> > 
> > cmiiw
> > 
> > sinung
> > 
> > 
> > 
> > -- sig
> > mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno
> > http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/
> > -- sig
> >
>




Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
Anda pernah mendengar serangan pajar? Dalam pemilu serangan pajar dilakukan 
pada malam sebelum pemilu. Rumah2x penduduk di datangi door to door, lalu 
disebarlah uang 20ribu sd 100ribu perkepala. Ya, persis seperti BLT. Masyarakat 
awam mau saja memakan umpan tersebut, yang penting ada koceknya.  Hal2x semacam 
inilah yang merusak demokrasi (dulu saya posting DEMOCRAT - ION TO DAY GOING TO 
GRAZY). 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
wrote:
>
> On 11 Apr 2009 at 11:22, nazar wrote:
> 
> > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya
> > ikut-ikutan. Tidak menggunakan rasionalnya. Sama
> > seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang
> > awam memilih orang pintar. 
> > 
> > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan
> > dislike (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa
> > krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg.
> > Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> 
> bagaimana alokasi/pemanfaatan modal untuk menarik memilih partai / caleg 
> tertentu ?
> 
> bukannya akan dicap sebagai politik_uang to :D
> 
> bukannya kesimpulan di atas akan mendiskreditkan semua partai yg unggul 
> perolehan suaranya ?
> 
> aha... sepertinya suara-suara ini dari partai yg kalah suara deh 
> 
> cmiiw
> 
> sinung
> 
> 
> 
> -- sig
> mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno
> http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/
> -- sig
>




Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
Tambahan, jika ada yang mengatakan DPS belum menjadi DPT diumumkan kepada 
masyarakat, itu tidak benar. 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
>
> Selain itu, banyak masyarakat awam yang masih bingung dgn cara mencontreng. 
> Bahkan ada partai yang tidak ada calegnya juga dicontreng :-). Ada lagi yan 
> disilang (X) sepenuh kertas. Ada lagi yang di ancam jika tidak mau memili 
> partai tertentu.
> 
> -- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, vaudy.starworld@ wrote:
> >
> > Memang aneh pemilu saat ini Tapi pemerintah tetap juga bangga padahal 
> > DPT bermasalah mulai anak2, TNI/Polri, org meninggal, sampe gak masuk 
> > DPT Pemilu yang aneh. Akhirnya GOLPUT yang menang.
> > 
> > Vaudy Starworld 
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> > 
> > -Original Message-
> > From: "nazar" 
> > 
> > Date: Sat, 11 Apr 2009 11:22:32 
> > To: 
> > Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> > 
> > 
> > 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan 
> > rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam 
> > memilih orang pintar. 
> > 
> > Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike 
> > (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran 
> > kemampuan caleg. Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> > 
> > 
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
> > wrote:
> > >
> > > On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote:
> > > 
> > > To:   AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> > > From: "nazar" 
> > > Date sent:Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 -
> > > Subject:  [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> > > Send reply to:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> > > 
> > > > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg
> > > > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini
> > > > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih
> > > > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu
> > > > apa-apa. 
> > > > 
> > > 
> > > bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ?
> > > 
> > > karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung
>




Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
Selain itu, banyak masyarakat awam yang masih bingung dgn cara mencontreng. 
Bahkan ada partai yang tidak ada calegnya juga dicontreng :-). Ada lagi yan 
disilang (X) sepenuh kertas. Ada lagi yang di ancam jika tidak mau memili 
partai tertentu.

-- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, vaudy.starwo...@... wrote:
>
> Memang aneh pemilu saat ini Tapi pemerintah tetap juga bangga padahal DPT 
> bermasalah mulai anak2, TNI/Polri, org meninggal, sampe gak masuk DPT 
> Pemilu yang aneh. Akhirnya GOLPUT yang menang.
> 
> Vaudy Starworld 
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: "nazar" 
> 
> Date: Sat, 11 Apr 2009 11:22:32 
> To: 
> Subject: Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> 
> 
> 50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan 
> rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam 
> memilih orang pintar. 
> 
> Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike 
> (emosional/ego/nafsu). Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran 
> kemampuan caleg. Jadi ya siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
> wrote:
> >
> > On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote:
> > 
> > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> > From:   "nazar" 
> > Date sent:  Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 -
> > Subject:[Keuangan] Seputar pemilu 2009
> > Send reply to:  AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> > 
> > > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg
> > > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini
> > > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih
> > > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu
> > > apa-apa. 
> > > 
> > 
> > bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ?
> > 
> > karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung



Re: [Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
50% yg dimaksud adalah pemilih yang hanya ikut-ikutan. Tidak menggunakan 
rasionalnya. Sama seperti yang saya posting dahulu, pemilu = orang awam memilih 
orang pintar. 

Jadi dasar memilih seseorang cenderung like dan dislike (emosional/ego/nafsu). 
Apalagi pada masa krisis ini, materi menjadi ukuran kemampuan caleg. Jadi ya 
siapa yg banyak modal itulah yang unggul. 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "si Nung"  
wrote:
>
> On 11 Apr 2009 at 10:01, nazar wrote:
> 
> To:   AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> From: "nazar" 
> Date sent:Sat, 11 Apr 2009 10:01:10 -
> Subject:  [Keuangan] Seputar pemilu 2009
> Send reply to:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 
> > Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg
> > mempermainkan DPT. Hasil pemilu 2009 ini
> > diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih
> > berdasarkan rasionalnya. Dan 50% tidak tahu
> > apa-apa. 
> > 
> 
> bagaimana cara mencari angka rasio2 sehingga ketemu angka 50 % ?
> 
> karena angka2 dari KPU belum selesai dihitung to :D
> 
> tia
> 
> sinung
> 
> 
> 
> 
> -- sig
> mega.ancam.pindahkan.makam.bung.karno
> http://perempuan.kompas.com/read/xml/2008/07/15/20431926/
> -- sig
>




[Keuangan] Seputar pemilu 2009

2009-04-11 Terurut Topik nazar
Ada bebera Parpol, PPK, KPU dan aparat desa yg mempermainkan DPT. Hasil pemilu 
2009 ini diragukan. Hanya 50% masyarakat yang memilih berdasarkan rasionalnya. 
Dan 50% tidak tahu apa-apa.



[Keuangan] Re: Teori konspirasi (lagi?) *sigh*

2009-03-25 Terurut Topik nazar
Hai semua,
Pendapat bro wulan ini ada benarnya, terutama masalah bisnis rasis.

Secara teoritis, orang2x cina mayoritas suka berdagang (ideologi/palsafah 
hidup). Infrastruktur dan tatanan ekonomi memadai. Jaringan sesama cina 
(chiness-oversease) antar negara sangat kuat. Harga murah bisa jadi karena 
politik dumping atau memang "economic-scale" industri2x cina sudah tercapai. 
Atau faktor produksi (ex: pinjaman modal, bahan baku, upah, mesin2x, 
energi/listrik, air, transportasi, informasi) memang murah di cina. 

Dibidang ekonomi, pemerintah berperan dalam hal SDM, Modal, pasar 
(infrastruktur) dan regulasi.


Salam
Nazar

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, subiwulan karnitiya 
 wrote:
>
> Saya juga sepaham dengan Pak Nazar, tidak mungkin suatu kesuksesan (terutama 
> ekonomi yang sosialis alias berdasar negara) seperti China tidak  mungkin 
> berdiri tanpa bantuan dari pemerintah.Dan juga dari ras mereka yang saya 
> cukup salut kecintaannya akan negeri mereka. Coba anda perhatikan mereka 
> memiliki produk degan harga murah (yang kita rakyat indo cari) serta paham 
> nasionalisme yang kuat. Tidak dipungkiri mereka ada di negara manapun 
> juga.Kesatuan dari harga murah, selera market, rasa kebersamaan dan "restu" 
> dari pemerintah merupakan strategi China yang hebat.dalam kurun waktu 
> terakhir pelaksanaan Good corporate governance di China naik juga. Meskipun 
> juga banyak korban untuk mendapatkan harga murah "produk" itu, seperti:
> 1. Adanya penculikan anak2 di bawah umur untuk dipekerjakan di pabrik bata. 
> mereka disekap dan diberi makan seadanya di dalam pabrik itu yang ruangannya 
> sempit sekali. sehingga biaya upah hilang.
> 2. gaji pegawai minim, tapi setahu saya mengenai pendidikan, mahasiswa mereka 
> lain dengan mahasiswa Indo yang "empot2an" kuliah, mereka banyak mendapat 
> beasiswa dr negara, untuk menimba ilmu dan menerapkannya kembali di China. 
> Sekiranya hanya itu saja yang pernah saya baca dan perhatikan di media dan 
> perkumpulan mereka
> 
> 
> --- Pada Sel, 24/3/09, Rachmad M  menulis:
> 
> Dari: Rachmad M 
> Topik: Re: [Keuangan] Teori konspirasi (lagi?) *sigh*
> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Tanggal: Selasa, 24 Maret, 2009, 11:09 AM
> 
> 
> Sebetulnya apa yang disampaikan P Nazar tidak berlebihan. China menerapkan 
> dagang untung kecil jumlah banyak akan besar juga nantinya. 
> 
> China juga tidak perduli bahwa barang dimaksud bisa dijual berlipat kali di 
> luar China karena yang diperlukan adalah sen demi sen yang dikalikan dengan 
> item dan jumlah barang dan jadi tambahan devisa China.
> 
> Kalaupun yang jual atau yang punya merek senang, mereka akan membawa mata 
> uang asing ke China untuk memperbesar kapasitas produksi barangnya dengan 
> harga murah untuk bisa dijual berlipat diluar China. Membawa mata uang asing 
> inilah tambahan devisa bagi China tanpa syarat dan bunga cem macem.
> 
> Salam
> 
> RM
> 
> --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, harri priyono  ..> wrote:
> 
> > menurut saya, komentar  pak nazar tdk terlalu berlebihan. arus barng masuk 
> > ato keluar bukankah ats izin pemerintah yang mengatur? selama ada 
> > permintaan atas penawaran barang2 akan ttp ada,bukan? isu yang lbh utama 
> > apakah barang2 produksi dalam negeri mampu memenangi persaingan bisnis saat 
> > ini? tq
> 
> > 
> 
> > Amitz Sekali wrote: 
> Maaf tapi dari tulisan Pak Nazar, kelihatan sekali karakteristik lingkungan 
> pergaulan dan diskusi Pak Nazar. Saya sungguh menyarankan Pak Nazar untuk 
> bergaul dengan lebih banyak kalangan, minimal untuk menambah wawasan. 
> Pertanyaan2 dan komentar2 Pak Nazar kadang2 memprihatinkan. . 
> 
> > > Barang buatan Cina banyak masuk ke pelosok nusantara karena harganya 
> > > murah. Tidak perlu kerjasama apapun. 
> 
> > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com , "nazar"  > > ..> wrote: 
> 
> > >> 
> 
> > >> Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x 
> > >> nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran 
> > >> serta pemerintah cina melalui kedubes2xnya? 
> 
> > >> 
> 
> > >> Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran 
> > >> yang sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut. 
> 
> > >> Salam 
> 
> > >> nazar 
> > >> on: Tebo-jambu. 
>



[Keuangan] Re: Teori konspirasi (lagi?) *sigh*

2009-03-25 Terurut Topik nazar
Hmm, ternyata pak vertandhi ini ANAK GAUL BANGET ya? Hehe..
Begini pak, apa alasan bpk mengatakan saya kurang gaul? : ) dan juga mengapa 
saya dibilang tidak punya wawasan (mind-set) ?

Anda sepertinya tidak suka jika saya mengkritisi cina. Dari postingan anda saya 
lihat anda sangat protektif terhadap cina. Kewarganegaraan apa yang anda pegang 
saat ini?

Siapa bilang tanpa kerja sama antar negara, bisnis internasional bisa 
dilakukan? Jika iya, itu namanya PENYELUDUPAN. 


Salam
Nazar
on: tebo-jmbu


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Amitz Sekali"  
wrote:
>
> Maaf tapi dari tulisan Pak Nazar, kelihatan sekali karakteristik lingkungan 
> pergaulan dan diskusi Pak Nazar. Saya sungguh menyarankan Pak Nazar untuk 
> bergaul dengan lebih banyak kalangan, minimal untuk menambah wawasan. 
> Pertanyaan2 dan komentar2 Pak Nazar kadang2 memprihatinkan..
> 
> Barang buatan Cina banyak masuk ke pelosok nusantara karena harganya murah. 
> Tidak perlu kerjasama apapun.
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar"  wrote:
> >
> > Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x 
> > nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran serta 
> > pemerintah cina melalui kedubes2xnya? 
> > 
> > Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran yang 
> > sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut.
> > 
> > 
> > Salam
> > nazar
> > on: Tebo-jambu.
>




[Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-23 Terurut Topik nazar
Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x 
nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran serta 
pemerintah cina melalui kedubes2xnya? 

Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran yang 
sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut.


Salam
nazar
on: Tebo-jambu.

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, winarto sugondo 
 wrote:
>
> [Hanya Pendapat]
> 
> Mungkin kalau saya dikasih berpendapat, saya akan berpendapat bahwa di
> kita ini terlalu banyak komentar tapi ngga mampu membina, sektor
> industri dalam negeri hancur bukan hanya karena industri dari China,
> pernah ngga terpikir untuk travel saja kita takut kalau naik pesawat
> CN-235, take off dan landing bisa kena serangan jantung. Untuk beli
> mobil, kita takut beli timor, boro-boro mau pakai sehari-hari, lha
> wong ngedenger dari sono sini, kalau beli timor susah jualnya
> (pemikiran ekonomis, bahwa barang yang dibeli wajib dijual lagi dengan
> harga untung).
> 
> Atau pemikiran saya terlalu dangkal???
> 
> Kalau menurut saya, kita sendiri yang buat produk China membanjiri
> Indonesia, namun sekali lagi tingkat kebutuhan akan barang murah
> justru yang membuat pembanjiran produk dari negara tertentu, sudah
> menjadi hukum alam bahwa kita akan mencari barang substitusi yang
> lebih murah, visi ini yang menurut saya ditangkap China, Untung
> sedikit yo wiss, yang penting ada yang beli. Kalau kita disini
> berbeda, karena jualan bakso di segitiga emas
> (Kuningan-Sudirman-Thamrin) maka harganya harus berbeda, tapi kalau
> terlalu mahal ya ngga mungkin ya sudah, ditetapkan Rp. 10.000,- untuk
> 1 mangkok Bakso oleh asosiasi tukang bakso, sedikit kurangi kandungan
> daging-nya tambahin sagunya, patok untung Rp. 2.500,- dan Rp. 3.000,-
> lalu HPP ditetapkan Rp. 5.000,- selebihnya untuk bagian preman dan
> trantib. Dari sini bisa dilihat rasio profit yang dicari kan? 50% dari
> HPP.
> 
> Pendapat pribadi saya adalah lebih baik kita mensyukuri saja dan
> manfaatkan saja apa yang ada, barang murah ya disyukuri dan
> dimanfaatkan, mengenai kualitasnya, ya harga kan ngga pernah bohong.
> 
> Namun sambil berenang ya minum air, kita harus mencari solusi, ngga
> meniru tapi mencari dasar pola penerapan strategi bisnis yang bisa
> menyaingi produk China. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dengan
> tingkat kebutuhan hidup saat ini didampingi dengan tingkat penghasilan
> saat ini, barang China bisa membantu stabilitas keamanan dan ekonomi
> dalam negeri, coba bayangkan kalau tingkat kebutuhan tinggi sedangkan
> tidak ada barang substitusi yang terjangkau, keluhan dimana-mana,
> tindakan dan pandangan extrim dimana-mana, buntutnya anarkis dan
> saling menjatuhkan.
> 
> Kalau pandangan kita berada di posisi datar dan cenderung menatap
> keatas, berarti kita hanya egois. Coba deh sekali-sekali lihat
> kebawah, pasti akan ada cara lain yang lebih hemat dan tidak
> menyudutkan dari 1 sisi.
> 
> Banyak hal penting seperti :
> 1. Maukah kita memakai produk dalam negeri yang harganya tidak berbeda
> jauh dari barang lainnya kecuali produk China dan relatif tidak
> memuaskan?
> 2. Dapatkah kita memahami dari sisi strategis dan analisa bisnis yang
> tajam sehingga kita bisa menjatuhkan musuh kita berupa produk-produk
> tidak berbobot dengan harga murah dari China.
> 3. Mampukah kita menjadi tukang bakso dengan untung Rp. 50,-???
> 
> Jawaban kita mewakili siapa diri kita.
> 
> Ini hanya sekedar pendapat, mohon maaf kalau ada kesalahan kata. Saya
> hanya orang baru dalam dunia ekonomi.
> 
> Salam,
> 
> 
> Winarto Sugondo
> 
> On 3/23/09, Abakus Wilhelmus  wrote:
> > Dear @ Pak HG,
> > setuju Pak. Infrastruktur transportasi untuk membuka area-area yang belum
> > tersentuh dan memperlancar jalur  distribusi. Dulu aja jalur Pantura dibuat
> > Belanda justru untuk kepentingan itu.



[Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-21 Terurut Topik nazar
Hmm, pendapat bung maj_mudin ini cukup tepat. 

Kita harus bisa menekan jumlah barang import dengan melakukan ekspor. 

Jika membuat/ memproduksi sendiri lebih mahal di banding barang impor, maka 
impor dibolehkan. Tetapi kita juga harus punya komoditi2x ekspor,  sehingga 
neraca perdagangan internasional tetap surplus.

Ya, benar bung maj_mudin, kita jangan menjadi akut oleh barang2x impor. Masalah 
bisnis turunan yang dikatakan bung poltak, pengaruhnya sedikit bagi pertumbuhan 
ekonomi lokal untuk jangka panjang. JIKA BISA, kita HARUS mampu menandingi 
komoditas2x impor itu.

Salam
nazar

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, madjmudin m  
wrote:
>
> --- On Sat, 21/3/09, Poltak Hotradero  wrote:
> From: Poltak Hotradero 
> Subject: [Keuangan] Logika industri vs. produk Cina (was: Re: Tim Ekonomi 
> Dijuluki  'Teh Botol'
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Date: Saturday, 21 March, 2009, 4:13 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Apa anda yakin bisa bikin radio transistor (berikut batere dan 
> 
> headphone) seharga Rp. 10 ribu...?
> 
> Kalau ternyata nggak bisa - lantas untuk apa ngotot-ngototan mau 
> 
> bikin produk yang nggak kompetitif?  Sudah jelas kagak akan bisa laku...
> 
> 
> 
> (Ini alasan saya kenapa kita nggak perlu punya "mobil nasional" - 
> 
> kalau ternyata cuman nyusahin konsumen doang...)..Dalam konteks kita tidak 
> butuh program mobnas sih saya setuju aja Bang Poltak...cuma kalo ilustrasinya 
> dgn membanjirnya produk cina di Indonesia...wah kebayang deh..negara ini 
> mungkin akan jadi 'kubangan' raksasa produk2 Cina...mungkin dalam jangka 
> pendek secara ekonomi akan menguntungkan. cuma dalam jangka panjang ini 
> menciptakan ketergantungan yg akut terhdp produk luar negeridan kalo 
> bicara stabilitas harga dan manajemen cadangan devisa  maka masalah 
> ketergantungan akan produk impor akan sangat penting. Lihat saja kebijakan2 
> yg diambil Amerika mengatasi defisit transaksi perdagangannya.Belum lagi bila 
> 'dibumbui' isu politik antar negara...ada kondisi bagaimana negara berkembang 
> sengaja dibuat sangat tergantung pada produk impor dimana produk impor itu 
> sangat dibutuhkan dinegara tersebut. contoh yg belum lama kemarinyaitu 
> TEMPE. wah..imagine lah ...Indonesia yg katanya negara agraris ternyata
>  ngurus tempe aja masih harus dikendalikan importir. terlepas dari ada pihak2 
> yg bermain mengambil keuntungan dari kondisi ini...negara ini memang butuh 
> pemimpin yg bervisi.
> 




[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-20 Terurut Topik nazar
Bung wing (sayap hehe)
Anda mengatakan debat politik dan ekonomi tidak menambah wawasan? Begini bung, 
dalam politik kenegaraan ada KEBIJAKAN PUBLIK. 
Dalam hal ini para pemikir ekonomi mempunyai andil dalam merancang KEBIJAKAN 
PUBLIK dibidang EKONOMI. Maka muncul ide-ide ekonomi kerakyatan, dan ini 
menjadi tantangan bagi pelaku ekonomi industrialis.

Contoh yang lain, Hutang luar di lakukan untuk menambah uang beredar dalam 
negeri dan pembangunan infrastruktur agar kegiatan (mobilitas) ekonomi menjadi 
lancar. Di sisi lain, Untuk melakukan impor-ekspor, maka perlu ada kerja sama 
pemerintah masing2x negara supaya pelaku bisnis dapat dilindungi hukum 
internasional.  

Contoh yang paling jelas adalah: jika anda sedang menjalankan bisnis minuman 
keras dan obat2x terlarang, sementara menurut undang-undang bisnis itu 
dilarang. Ya, mau tidak mau anda harus merubah jenis usaha anda.   

Atau jika pemerintah mengalakkan pertanian dan perkebunan, misalnya. Maka anda 
bisa melihat bisnis yang menjual barang2x pertanian dan perkebunan mempunyai 
prospek yang baik.

Dimasa kampanye pemilu, bisnis percetakan, konveksi dan periklanan mempunyai 
prospek yang bagus. Dan berbagai contoh yang lainnya.

Salam
nazar.
On:Tbo-jambu

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Wing Wahyu Winarno" 
 wrote:
>
> Kalau menurut saya, perdebatan mengenai ekonomi dan politik ini diakhiri 
> saja. Sepertinya tidak ada ujung pangkalnya dan...tidak menambah wawasan kita 
> (terutama saya). Di Indonesia komunis dilarang, tapi di negara lain bisa 
> membuat rakyatnya makmur. Di negara kita sistem kerajaan dianggap feodal dan 
> kuno, tapi rakyat Australia ketika diberi referendum mau pilih merdeka jadi 
> republik atau tetap commonwealth sbg bagian dari kerajaan Inggris, mereka 
> memilih ikut Inggris (beda dgn sebagian daerah kita yg ingin merdeka, baik 
> melalui gerakan separatis maupun otonomi daerah).
> 
> Jadi tanpa mengurangi rasa hormat pada para cerdik pandai di sini, mari kita 
> ganti topik dg prediksi ekonomi ke depan, atau kenapa Madoff bisa menipu 
> bangsa AS selama bertahun2 pdhal sistem pengawasan ketat, atau kenapa katanya 
> sedang krisis kok ponsel canggih2 spt Blackberry justru naik omzetnya di 
> Indonesia
> 
> Saya kira teman2 banyak yang setuju dgn usulan saya deh...
> 
> Mari sukseskan Pemilu 2009,
> Wing Wahyu Winarno
> 0816-MRWING
> 
> Sent from my BlackBerry® device.
> 
> -Original Message-
> From: "nazar" 
> 
> Date: Fri, 20 Mar 2009 12:15:57 
> To: 
> Subject: [Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
> 
> 
> Hmm, saya pikir itu dikarenakan bung poltak memahami politik dari sisi 
> ekstrimnya. Tetapi politik juga berbicara tentang konstitusi, pencapaian 
> bersama dalam masyarakat, pembagian kekuasaan dll. Coba bung lihat definisi 
> politik di:
> 
> http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
> 
> Bung, pada dasarnya yang tidak tepat itu bukan politiknya tetapi PELAKU 
> politiknya. Contoh: jika terjadi PEMBUNUHAN dengan PISTOL, maka yang salah 
> itu PISTOLnya atau ORANGnya?
> Demikian juga jika terjadi PROSES POLITIK yang tidak sehat, legitimatif, 
> konstitusional maka yang salah adalah Pelaku politiknya. Sebenarnya, emas pun 
> bisa menjadi sesuatu yg buruk dan tdk berharga jika kita memandang emas itu 
> dari sisi buruknya.
> 
> Salam
> nazar
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
> wrote:
> >
> > At 09:58 AM 3/20/2009, you wrote:
> > 
> > 
> > >Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas dari keadaan politik 
> > >suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas yang di beri 
> > >angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi 
> > >secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya 
> > >sebagai alat tukar menjadi rancu dan kacau.
> > 



[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-20 Terurut Topik nazar
Hmm, saya pikir itu dikarenakan bung poltak memahami politik dari sisi 
ekstrimnya. Tetapi politik juga berbicara tentang konstitusi, pencapaian 
bersama dalam masyarakat, pembagian kekuasaan dll. Coba bung lihat definisi 
politik di:

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik

Bung, pada dasarnya yang tidak tepat itu bukan politiknya tetapi PELAKU 
politiknya. Contoh: jika terjadi PEMBUNUHAN dengan PISTOL, maka yang salah itu 
PISTOLnya atau ORANGnya?
Demikian juga jika terjadi PROSES POLITIK yang tidak sehat, legitimatif, 
konstitusional maka yang salah adalah Pelaku politiknya. Sebenarnya, emas pun 
bisa menjadi sesuatu yg buruk dan tdk berharga jika kita memandang emas itu 
dari sisi buruknya.

Salam
nazar
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 09:58 AM 3/20/2009, you wrote:
> 
> 
> >Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas dari keadaan politik 
> >suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas yang di beri 
> >angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi 
> >secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya 
> >sebagai alat tukar menjadi rancu dan kacau.
> 
> Penamaan sesuatu sebagai uang, itu BUKAN politik.
> Legitimasih adalah masalah HUKUM.
> Hukum bukan cuma bicara soal keadilan - tetapi juga bicara soal 
> komitmen dan kepastian.
> 
> Kalau hukum tidak dibedakan dari politik - maka yang terjadi adalah 
> kesewenang-wenangan.
> 
> Hari ini pemerintah bisa bilang selembar kertas itu Rp. 1.000.000.000 
> -- besok lusa semua kertas itu dianggap nilainya nol.
> 
> Bagi politik, yang demikian sah-sah saja -- tetapi jelas tidak 
> demikian di mata keadilan.
>




[Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Hmm,

Saya pikir itu pandangan diskriminatif. Kalau politisi bicara tentang ekonomi 
boleh2x saja, tetapi kalau ekonom bicara tentang politik kok langsung di suruh 
pindah profesi? Itu diskriminatif. Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas 
dari keadaan politik suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas 
yang di beri angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi 
secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya sebagai alat 
tukar menjadi rancu dan kacau. Ekonomi dan politik selalu berdampingan. Ingat? 
Kita dijajah oleh belanda, jepang, inggris, spanyol, portugis salah satu 
motifnya adalah rempah2xan. Sekarang juga pengertian pasar bebas didengungkan 
untuk mempermudah barang2x dari negara maju masuk kedalam negara terbelakang. 
Yang akhirnya pondasi ekonomi negara lokal menjadi rapuh. Dan beragam contoh 
lainnya.

 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, yanindyawira...@... wrote:
>
> hi,
> 
> kalo saya boleh re-phrase ucapan pak poltak: politikus sebelum berbicara 
> tentang ekonomi, harus mengerti dahulu apa yang akan diungkapkannya (ie. 
> ngerti ekonomi), dan ekonom kalau mau ngomong tentang politik, ya 
> mendingan jadi politikus aja sekalian:)
> 
> 
> regards,
> bayu
> sorry, one liner. tapi berhubung jum'at, boleh 'kan...
> 
> 
> 
> 
> 
> "nazar"  
> Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 20 Mar 2009 07:22 Mail Size: 27969
> 
> Please respond to
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 
> 
> To
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> cc
> 
> Subject
> Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
> 
> 
> 
> 
> Our Ref
> 
> Your Ref
> 
> 
> 
> 
> Daku la ya bilang, hehe..
> 
> Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu 
> harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi 
> memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan 
> tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, 
> ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam 
> teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. 
> Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku 
> ekonomi (ecconomic hit man)
> 
> salam
> 
> nazar
> on: tebo-jambu
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
>  wrote:
> >
> > At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
> > 
> > >Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi 
> > >dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik 
> > >kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. 
> > >Politik dan ekonomi berjalan searah.
> > 
> > 
> > Siapa bilang?
> > 
> > Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak 
> > beresan ekonomi. Bukan sebaliknya.
> > 
> > Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap 
> > orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada 
> > keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi 
> > politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi 
> > fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah 
> > ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini 
> > sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
> > 
> > Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain 
> > memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka 
> > merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada 
> > orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
> > 
> > Itulah awal matinya otonomi seseorang.
> > Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
> >
> 
> 
> 
> **
> This message originated from the Internet. Its originator may or may not 
> be who
> they claim to be and the information contained in the message and any
> attachments may or may not be accurate.
> **
> 
> 
> 
> The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited
> whose main office in Indonesia is at Jl. Jendral Sudirman Kav. 29-31, 
> Jakarta 12920, Indonesia
> 
> 
> 
> -
> ***
> This e-mail is confidential. It may also be legally privileged.
> If you are not the addressee you may not copy, forward, disclose
> or use any part of it. If you have received this message in error,
> please delete it and all copies from your system and notify the
> sender immediately by return e-mail.




[Keuangan] Re: Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Saya ikut kasih usulan sederhana.

Coba teliti tentang pengaruh hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi 
nasional. Atau pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi 
nasional. Atau pengaruh impor- ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. 
Atau pengaruh pasar saham dan pasar barang terhadap ekonomi nasional (pasar 
mana yang lebih berpengaruh?). 



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "watie_it04"  
wrote:
>
> untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. 
> Saya minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon 
> masukkannya y..thanx..
>




Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Daku la ya bilang, hehe..

Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus 
dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang 
ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik 
yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik 
dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga 
dibahas tentang ekonomi dan politik.  Artinya harus ada kerja sama antara 
politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man)


salam

nazar
on: tebo-jambu


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
> 
> >Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi 
> >dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik 
> >kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. 
> >Politik dan ekonomi berjalan searah.
> 
> 
> Siapa bilang?
> 
> Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak 
> beresan ekonomi.  Bukan sebaliknya.
> 
> Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap 
> orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing.  Pada 
> keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi 
> politik.  Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi 
> fenomena lokal.  Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah 
> ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini 
> sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
> 
> Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain 
> memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri.  Mereka 
> merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada 
> orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
> 
> Itulah awal matinya otonomi seseorang.
> Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
>




Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik 
itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana 
ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan 
searah.


Nazar
on:tebo


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero  
wrote:
>
> At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote:
> 
> 
> Ini masalah serius di Indonesia.
> 
> "Ekonom" nya demen ngomong politik
> Sementara Politikusnya demen ngomong "Ekonomi"
> 
> Dan dua-duanya demen ngibul...
> 
> 
> 
> 
> >Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
> >Angga Aliya ZRF - detikFinance
> >
> >Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
> >Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu 
> >diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca 
> >situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini.
> >
> >Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman 
> >Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang 
> >ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan 
> >teknokrat bodoh dan tolol.
> >
> >"Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia 
> >itu teh botol," ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi 
> >Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).
> >
> >Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat 
> >Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, 
> >ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita 
> >menjadi adiktif pada utang.
> 
> 
> Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau 
> sedang kentut?  Kok nggak ada bedanya.
> 
> Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang 
> besar?  Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di 
> mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang 
> swasta.  Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga 
> tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 
> Milyar (utang swasta).
> 
> Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) 
> atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar 
> (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP).
> 
> Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan 
> asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin 
> oleh induk perusahaan di negara asal.  Dan kalaupun ada utang luar 
> negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan 
> dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal 
> perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor.
> 
> Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt 
> to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan 
> negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 
> 60%.  Itukah yang disebut "ketergantungan yang tinggi terhadap utang 
> luar negeri?"
> 
> Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam 
> negeri 100%...?  Bisa saja.  Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga 
> yang akan meroket.  Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga 
> sekarang.  Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi.   Dan 
> sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi 
> jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan 
> Imam Sugema?
> 
> Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya 
> masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang 
> bunganya sangat-sangat-sangat rendah.  Maka jelas utang demikian 
> (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia.  Bodoh sekali 
> Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang 
> dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat.  Kecuali kalau 
> Imam Sugema yang bayar.
> 
> 
> 
> >"Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. 
> >Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per 
> >kapita tertinggi sepanjang sejarah," ujarnya.
> 
> Ini jelas nggak fair.  Manipulatif.
> Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan 
> perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi 
> sepanjang sejarah?
> 
> Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan 
> meningkatkan pendapatan perkapita.
> Utang adalah membeli waktu.
> Apa ada yang jualan waktu?
>




[Keuangan] Oot: Golput juga hak azazi?

2009-03-18 Terurut Topik nazar
Hmm, kebebasan saat ini cenderung kebablasan dan tidak bertanggung jawab. 
Konsep2x Hak azazi cenderung individualistis. Akibatnya persatuan dan kesatuan 
menjadi rapuh. "GOLPUT JUGA HAK AZAZI". Itu adalah opini yang baik tapi 
cenderung individualis dan hanya untuk mencari sensasi bagi pencetus opini 
tersebut. 

Orang2x yang berpikiran seperti ini cenderung menjadi BUNGLON. Tidak punya 
sikap, plinplan dan tidak mempunyai prinsip yang kuat. Dalam hidup ini kita 
harus mempunyai pilihan, tetapi netral adalah pilihan orang2x yang tidak 
mempunyai dasar berpikir yang baik. Bersikap netral membuat seseorang atau 
kelompok tidak bergerak maju atau bergerak mundur. Netral adalah pilihan 
orang2x bingung.

Mereka-mereka yang berlindung dibalik kesuksesan Ayah, kakek dan ibunya = 
"Orang yang tidak memiliki kemampuan". 

Salam
w.on:tebo



[Keuangan] Re: Pemilu 2009 bukan untuk membawa bencana tapi Demi kebaikan.

2009-03-13 Terurut Topik nazar
Hmm,
saat ini banyak partai dan politisi yang tidak BerkeTUHANAN

Demokrasi saat ini kebablasan tanpa batas dan tidak bertanggung jawab.

Pemilihan umum saat ini = orang (masyarakat awam) BODOH memilih orang PINTAR. 
Akhirnya KECERDASAN tidak dihargai, yg penting siapa yg banyak memberi dan 
pintar merayu, ada hubungan keluarga. Begitulah dasar penilaian masyarakat 
awam. Hmm apakah itu yg dimaksud demokrasi?

Multi partai telah membut perpecahan dan muncul beragam kelompok ditengah 
masyarakat.

Nazar
W. On: Tebo
Demcration to day going to crezy?

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "subyakto75"  
wrote:
>
> Pemilu 2009 bukan untuk membawa bencana tapi Demi kebaikan.
>  
> I. Perlu Belajar dari rusuhnya beberapa negara.
> Kejadian Thailand yang selalu masih tegang dan sudah beberapakali menurunkan 
> perdana menterinya serta sampai saat ini masih punya bibit ketegangan perlu 
> dicermati sebagai sebuah fenomena pelajaran mahal bagi Demokratisasi sebuah 
> bangsa. Ketika para pihak yang kuat dan punya kendali terhadap massa dan 
> keuangan termasuk politik tidak pernah bersepakat bahwa proses penggantian 
> kepemimpinan hanya dalam pemilu tidak terkecuali kondisinya maka hasilnya 
> adalah seperti main perosotan di hiburan ketika perayaan 17 agustusan. Siapa 
> yang naik ditarik kakinya dari bawah atau tidak akan adanya kecukupan tumpuan 
> sehingga mengambil hadiah tidak akan pernah kesampaian. Dalam analogi 
> kepemimpinan nasional ketika seluruh elite politik yang kuatnya terus terusan 
> main perosotan  maka ujungnya negara tidak mampu mendelivery kebutuhan 
> masyarakatnya. Hasilnya adalah terhambatnya berbagai hal dalam kehidupan 
> bernegaranya.
> Contoh lainnya adalah Pakistan yang setiap hari juga semakin tidak menentu. 
> Kematian Benazir Bhuto yang tragis meneruskan tradisi pengorbanan yang juga 
> terjadi kepada ayahnya, alm Ali Bhuto dan kekacauan politik yang terus 
> melilitnya ini juga dibarengi dengan berbagai kerusuhan dan kekacauan 
> sehingga bukan lagi hanya merugikan negara dan rakyatnya sendiri tetapi juga 
> ikut juga merusuhi juga negara tetangganya India. Peledakan Bomb dan 
> terorisme di Mumbay telah tercatat sebagai sebuah tragedy international 
> dimana India yang selama ini dipersepsikan aman tiba tiba telah kemasukan 
> virus teror yang mengguncang. Dalam konteks ini maka kekacauan didalam sebuah 
> negeri pada kenyataannya tidak lagi hanya mengancam keadaan dalam negerinya 
> sendiri tetapi juga keamanan negara sekalilingnya.
> Dalam konteks Indonesia yang tidak ada pemersatunya seperti Thailand yang 
> punya raja dan kedua negara tersebut yang tidak terdiri dari kepulauan dan 
> menjadi lalu lintas perdagangan dunia maka jika terjadi kekacauan di 
> Indonesia dampaknya akan sangat luar biasa dan bisa menimbulkan ketegangan 
> kawasan yang luar biasa selain membahayakan Indonesia sendiri. Oleh karenanya 
> kestabilan Indonesia perlu dijaga dan dipertahankan. Dan ada baiknya kita 
> melihat bahwa ada kecenderungan rusuh pada beberapa negara yang perlu 
> diantisipasi di sini.
>  
> II. Pada dasarnya kepercayaan kepada elite sedang menurun.
> Anggota DPR yang lagi tidur di foto atau tidak sengaja masuk kedalam liputan, 
> yang lagi telephone ketika sidang juga mangkir sidang , belum lagi yang 
> kriminal termasuk melakukan skandal telah menghiasi media masa nasional. 
> Belum lagi yang aneh aneh lainnya. Baca koran kompas hari minggu 1 maret maka 
> kesimpulan sementara setelah membaca kelaukuan anggota DPR kita, kesannya 
> mereka buruk banget?. Apakah memang seburuk itu? Atau bahkan lebih buruk?.
>  
> Jika seburuk itu maka langkah sederhanya kenapa media massa tidak mengungkap 
> saja siapa para anggota Dewan yang terhormat itu ? kemudian langkah nyatanya 
> jangan dipilih lagi dengan memberitakannya keberbagai penjuru nusantara jika 
> itu tujuannya. Pertanyaan berikutnya sudah meratakah kebusukan itu maka jika 
> rata rata busuk maka tidak salah jika semua calon yang kemarin ada di DPR 
> mohon maaf tidak perlu dipilih lagi, alasannya Revolusi di Mulai dari Dewan 
> Perwakilan Rakyat.
> Apakah ini sudah mendekati sasaran yang dibutuhkan negara ini?. Atau 
> sebenarnya kalaupun memang pada kenyataannya anggota Dewan yang terhormat itu 
> ada yang kurang pas tetapi banyak juga yang sebenarnya pengabdian dan 
> perjuangannya tidak diragukan hanya mereka jauh di mikrophine sehingga 
> suaranya tidak terdengar juga jauh dari kamera TV serta media massa sehingga 
> mereka seperti Patriot yang berada diatas gurun pasir?.
> Situasi ini juga ada baiknya menyemangati Komisi Pemilihan Umum menambah 
> sosialisasi proses dan persiapan juga mensosialisasikan calon calon anggota 
> legistativenya dalam bentuk kemudahan mengakses perjalanan sejarah calon 
> calon terse

Re: [Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit

2009-02-18 Terurut Topik nazar
Hmm, sepertinya opini 
bung arian ini cukup 
bagus. Karena jika 
menanam komoditas 
baru, itu butuh waktu 
lama dan biaya yg tdk 
sedikit. Pun, dalam 
kondisi krisis 
masyarakat tdk punya 
uang yg memadai. Jadi 
ya kerjasama ekonomi 
luar negeri harus 
ditinjau ulang. Dan 
ekonomic hit man harus 
di pupuk dan dilindungi.

Yg lain ada opini yg 
berbeda..?
--- In AhliKeuangan-
indone...@yahoogroups.com, 
"arianro" 
 wrote:
>
> Ha..ha..ha..   Jadi ingin 
nimbrung. 
> 
>  
> 
> Itu jawaban doktor 
dan magister kelas 
akademisi. Kalau kelas 
chief economist , dan 
teman-temannya akan 
menyarankan agar 
dibuat kontrak jangka 
panjang, buat hedge 
kontraknya, di-
sekuritisasi, kemudian 
jualah kontraknya at 
discount as sweetener.
> 
>  
> 
> Rgds,
> 
> Arianro
> 
>  
> 
> Btw, kalau ditanya 
kemana doktor dan 
magister kita, dugaan 
saya sedang duduk 
dirumah/kantor/
perpustakaan baca 
buku, kutak-katik 
Bloomberg dan 
mencoba mencari 
penjelasan hubungan 
satu dengan lainnya 
walau sedikit dipaksakan
> 
>  
> 
> ==
> 
>  
> 
> From: AhliKeuangan-
indone...@yahoogroups.com 
[mailto:AhliKeuangan-
indone...@yahoogroups.com] 
On Behalf Of Hadi 
Pranggono
> 
> 
> 
> he..he..he... kalo gitu di 
jawab pake teori juga 
ah...
> 
> karena ini adalah 
resiko maka jawabnya 
diversifikasi donk. buat 
korporatnya punya 
bisnis unit lain yang 
korelasinya negatif 
dengan tanam sawit 
atau maen di asset class 
yang laen. sementara 
petaninya tanam pohon/
hasil bumi lain di setiap 
lahannya. 
gimana ?
> 
> atau.. coba cari-cari 
perusahaan insurance... :)
> 
> paling yang master 
dan doktor juga jawab 
gitu juga... 
> 
> --- Pada Rab, 11/2/09, 
nazar mailto:nazartebo
%40gmail.com> > 
menulis:
> Dari: nazar 
mailto:nazartebo
%40gmail.com> >
> 
> 
> 
> Krisis global mulai 
berimbas ke dunia bisnis 
sektor karet alam dan 
sawit. Harga karet 
alam (ex: di jambi) 
turun drastis (40-50%). 
Seiring dengan 
naikannya harga BBM 
lalu, 
telah memicu inflasi 
yang berkesinambungan 
dan mengoncang 
sendi2x perekonomian. 
Karet alam dan sawit 
merupakan industri yg 
dominan di sumatra dan 
kalimantan. Ini 
merupakan ancaman 
besar bagi 
perekonomian nasional. 
Karena jika petani dan 
pembisnis karet alam 
dan sawit tidak 
mempunyai uang, itu 
berarti daya beli 
mayoritas 
masyarakat sumatra dan 
kalimantan menurun. 
Dan penjualan 
komoditas lainnya 
(ex:sembako, pakaian, 
transportasi dll) juga 
akan menurun. Dengan 
demikian, 100-an 
bahkan ribuan bisnis 
sektor lainnya juga akan 
terancam kelangsungan 
hidupnya. Kabinet 
indonesia bersatu saat 
ini sudah bersatu padu 
(lebur) dgn krisis itu. 
Ada apa dengan 
hubungan ekonomi luar 
negeri kita? 
Hmm..apakah SDM kita 
memang seperti itu 
adanya? 
Kemana para doktor dan 
magister? 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of 
this message have been 
removed]
>




Re: [Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit

2009-02-12 Terurut Topik nazar
Hubungannya adalah, 
bagai mana para doktor 
dan magister bisa 
mencari jalan keluar dari 
krisis ekonomi di sektor 
ini? Mencari akar 
masalah, mencari jalan 
keluar dan membuat 
kebijakan/himbauan 
kepada publik.

--- In AhliKeuangan-
indone...@yahoogroups.com, 
Poltak Hotradero 
 wrote:
>
> At 11:32 AM 
2/11/2009, you wrote:
> 
> Apa hubungannya 
dengan doktor dan 
magister?
> 
> 
> 
> 
> >Krisis global mulai 
berimbas ke dunia bisnis 
sektor karet alam dan 
> >sawit. Harga karet 
alam
> >(ex: di jambi) turun 
drastis (40-50%).   
Seiring dengan 
naikannya 
> >harga BBM lalu, telah 
memicu inflasi
> >yang 
berkesinambungan dan 
mengoncang sendi2x 
perekonomian. Karet 
> >alam dan sawit 
merupakan industri yg 
dominan di sumatra dan 
> >kalimantan. Ini 
merupakan ancaman 
besar bagi 
perekonomian nasional.
> >Karena jika petani 
dan pembisnis karet 
alam dan sawit tidak 
> >mempunyai uang, itu 
berarti daya beli
> >mayoritas 
masyarakat sumatra dan 
kalimantan menurun. 
Dan penjualan 
> >komoditas lainnya
> >(ex:sembako, 
pakaian, transportasi dll) 
juga akan menurun. 
Dengan 
> >demikian, 100-an 
bahkan ribuan bisnis
> >sektor lainnya juga 
akan terancam 
kelangsungan hidupnya. 
Kabinet 
> >indonesia bersatu saat
> >ini sudah bersatu 
padu (lebur) dgn krisis 
itu. Ada apa dengan 
> >hubungan ekonomi 
luar negeri kita?
> >Hmm..apakah SDM 
kita memang seperti itu 
adanya? Kemana para 
doktor 
> >dan magister?
>




[Keuangan] Krisis ekonomi sektor karet alam dan sawit

2009-02-10 Terurut Topik nazar
Krisis global mulai 
berimbas ke dunia bisnis 
sektor karet alam dan 
sawit. Harga karet alam 
(ex: di jambi) turun 
drastis (40-50%). 
Seiring dengan 
naikannya harga BBM 
lalu, telah memicu inflasi 
yang berkesinambungan 
dan mengoncang 
sendi2x perekonomian. 
Karet alam dan sawit 
merupakan industri yg 
dominan di sumatra dan 
kalimantan. Ini 
merupakan ancaman 
besar bagi 
perekonomian nasional. 
Karena jika petani dan 
pembisnis karet alam 
dan sawit tidak 
mempunyai uang, itu 
berarti daya beli 
mayoritas masyarakat 
sumatra dan kalimantan 
menurun. Dan penjualan 
komoditas lainnya 
(ex:sembako, pakaian, 
transportasi dll) juga 
akan menurun. Dengan 
demikian, 100-an 
bahkan ribuan bisnis 
sektor lainnya juga akan 
terancam kelangsungan 
hidupnya. Kabinet 
indonesia bersatu saat 
ini sudah bersatu padu 
(lebur) dgn krisis itu. 
Ada apa dengan 
hubungan ekonomi luar 
negeri kita? 
Hmm..apakah SDM kita 
memang seperti itu 
adanya? Kemana para 
doktor dan magister? 



[Keuangan] Fwd: [Fwd: CER Business Opportunities]

2008-09-02 Terurut Topik Nazar Rahman
Ada yang berminat ?



 Original Message 
Subject: CER Business Opportunities
From:"Reza Masri" <[EMAIL PROTECTED]>
Date:Mon, September 1, 2008 2:42 pm
To:  [EMAIL PROTECTED]
--

Mas Nazar,

Terlampir skema peluang financing dari penjualan CER (Carbon Emission
Reduction) yang kita discussed minggu lalu. Pada dasarnya setiap proyek
yang menggunakan energy alternatif atau terbarukan (i.e. hydro, sinar
matahari/solar, geothermal) yang mengurangi emisi CO2 dibanding
penggunaan energy fossil fuel seperti minyak akan dihitung/disertifikasi
seberapa besar pengurangan CO2nya, atau biasa disebut CER (Carbon
Emission Reduction). CER ini dapat dijual kepada industri di Jepang
(pemerintah dan bisnis) karena Jepang harus menurunkan level emisi
CO2nya menurut Kyoto Protocol. Penurunan ini dapat dilakukan melalui
pengurangan emisi secara aktual, yang biasanya sangat mahal dan sulit
karena menyangkut penurunan tingkat ekonomi dan perlunya teknologi baru
yang mahal, atau dengan cara membeli CER dari negara-negara berkembang.

Teman saya di Jepang (Billy Anugrah) yang akan mengurus sertifikasi dan
akses ke perusahaan2 serta financial institutions di sana. Untuk
kepeluan tsb  dia sudah membuka PT Company di sini, PT. EKI. Proyek yang
saat ini digarap antara lain penggunaan solar energy di dapur2 umum di
Aceh. Kalau ada proyek-proyek mini hydro atau solar bisa dicoba Mas.
Memang waktu prosesnya agak lama, tapi worth to try.



Thanks & best regards,

Reza Masri

Principal Analyst on Planning & Evaluation

Business Development, Upstream Directorate

PT. PERTAMINA (PERSERO)

Tel. (+62) (21) 381 5111 ext. 7277

Email. [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>







PT. HASTAMULYA TATA KONSULTAN
Jl. K.H. Mas  Mansyur  No. 47/H, Jakarta 10230
Phone: (021) 3154596; (021) 3144493
Fax: (021) 3143591
E-mail: [EMAIL PROTECTED]



-- 

=> NAZAR RAHMAN <=


[Non-text portions of this message have been removed]



Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia

2008-08-13 Terurut Topik nazar
Bung hok an,

Dalam sistim 
kenegaraan ada istilah 
hak dan kewajiban. Saat 
ini negara ini bingung 
menentukan hak yg 
harus di tuntut dan 
kewajiban yg harus di 
penuhi.

Ya, semua komponen 
bangsa harus bisa 
menentukan hak dan 
kewajibannya 
masing2x. Apa 
kewajiban dan hak 
pemerintah. Dan apa 
hak dan kewajiban 
masyarakat.

Salam
NazaR 
on: tebo-jambi


--- In AhliKeuangan-
[EMAIL PROTECTED], 
Hok An <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> Bung Nazar,
> saya kuatir orang2 
terpenting kabinet kita 
tidak kenal permainan 
itu.
> Yang diplototi 
mungkin cuma angka2 
fundamental ekonomi 
saja, yaitu
> angka2 inflasi, defisit 
dan neraca pembayaran 
berimbang.
> Akibatnya elite negara 
kita belah dua.
> Sebab ada lagi satu 
kelompok di kabinet 
yang rajin produksi 
rencana2
> infrastruktur, yang 
ditumpuk makin hari 
makin tinggi.
> Tumpukan ini mirip 
rencana aliran 
pengeluaran negara 
yang terus
> bertambah seperti air 
mengisi bendungan 
sehingga makin hari 
makin tinggi.
> Sebelum strategi ini 
dihentikan kabinet kita 
perlu mengambil 
keputusan
> apakah negara mau 
difungsikan kembali 
sebagai agen 
pembangunan atau
> tidak. Saat ini 
rupa2nya segala hal 
mau diserhakan kepada 
swasta.
> 
> Salam
> Hok An 
> nazar schrieb:
> 
> > Dulu waktu kuliah 
saya
> > suka main game 
seem
> > city/city builder. 
Game
> > ini mengajarkan 
kpda
> > kita simulasi
> > membangun sebuah
> > negara, seperti pajak,
> > jalan, air, listrik,
> > terminal, bandara,
> > dermaga, sekolah,
> > kesehatan, hiburan 
dll.
> > Lalu jika di kaji secara
> > ilmiah game 
seemcity
> > tersebut merupakan
> > simulasi sederhana
> > dalam membangun
> > sebuah negara.
> >
> > Misalnya, jika jumlah
> > penduduk dan luas 
area
> > meningkat maka
> > kebutuhan listrik, air,
> > sekolah, keamanan,
> > kesehatan, lapangan
> > kerja/industri juga
> > meningkat.
> >
> > Salam
> > nazar
> > --- In AhliKeuangan-
> > 
[EMAIL PROTECTED],
> > "Dedy arman"
> > 
> > wrote:
> > >
> > >
> > > Mmm.. 
CUCOK.
> > >
> > > Sent from my
> > BlackBerry®
> > > powered by Sinyal
> > Kuat INDOSAT
> > >
> > > -Original
> > Message-
> > > From: "jeff_andra"
> > 
> > >
> > > Date: Sat, 09 Aug 
2008
> > 01:42:44
> > > To:  > 
[EMAIL PROTECTED]>
> > > Subject: [Keuangan]
> > Re: Infrastruktur
> > Indonesia
> > >
> > >
> > > Abis mau gimana 
lagi
> > ya? lha wong
> > presidennya terlalu
> > sibuk bikin
> > > lagu, wapres sibuk
> > dagang n kampanye
> > (kan ketua umum), 
para
> > menteri
> > > tukang ngobyek,
> > anggota DPR nya
> > ditangkepin KPK, 
yang
> > masih bebas,
> > > sibuk kencan n
> > ngakalin duit negara
> > (termasuk anggaran
> > infrastruktur)
> > > buat dana 
kampanye :)
> > >
> > > Memang tragis sih 
ya,
> > kalo ngutip 
statement
> > Faisal Basri, ya ini lah,
> > > kita sibuk
> > mengundang 
investor,
> > ketika investr masuk
> > kita biarkan
> > > mereka kecewa
> > karena buruknya
> > infrastrktur (PLN,
> > transportasi, dll.)
> > > di republik ngawur 
ini,
> > yang 
mengakibatkan hi
> > cost economy itu.
> > >
> > > Ada yang mau 
bantu
> > solusi?
> > >
> > > --- In 
AhliKeuangan-
> > 
[EMAIL PROTECTED],
> > "Hindarto Gunawan"
> > >
> > 

> > wrote:
> > > >
> > > > Boleh sy minta
> > pendapat dr ahli2
> > keuangan ; 
Infrastruktur
> > adalah
> > > > sarana penting 
bagi
> > pertumbuhan 
ekonomi
> > bukan, kalo di negara
> > lain
> > > > banyak
> > pembangunan jalan
> > jalan baru, power 
plan,
> > dll..(terutama di
> > > > china) ..kalo di



Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia

2008-08-12 Terurut Topik nazar
Dulu waktu kuliah saya 
suka main game seem 
city/city builder. Game 
ini mengajarkan kpda 
kita simulasi 
membangun sebuah 
negara, seperti pajak, 
jalan, air, listrik, 
terminal, bandara, 
dermaga, sekolah, 
kesehatan, hiburan dll. 
Lalu jika di kaji secara 
ilmiah game seemcity 
tersebut merupakan 
simulasi sederhana 
dalam membangun 
sebuah negara.

Misalnya, jika jumlah 
penduduk dan luas area 
meningkat maka 
kebutuhan listrik, air, 
sekolah, keamanan, 
kesehatan, lapangan 
kerja/industri juga 
meningkat.

Salam
nazar
--- In AhliKeuangan-
[EMAIL PROTECTED], 
"Dedy arman" 
<[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Mmm.. CUCOK.
> 
> Sent from my 
BlackBerry®
> powered by Sinyal 
Kuat INDOSAT
> 
> -Original 
Message-
> From: "jeff_andra" 
<[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Sat, 09 Aug 2008 
01:42:44 
> To: 
> Subject: [Keuangan] 
Re: Infrastruktur 
Indonesia
> 
> 
> Abis mau gimana lagi 
ya? lha wong 
presidennya terlalu 
sibuk bikin
> lagu, wapres sibuk 
dagang n kampanye 
(kan ketua umum), para 
menteri
> tukang ngobyek, 
anggota DPR nya 
ditangkepin KPK, yang 
masih bebas,
> sibuk kencan n 
ngakalin duit negara
(termasuk anggaran 
infrastruktur)
> buat dana kampanye :)
> 
> Memang tragis sih ya, 
kalo ngutip statement 
Faisal Basri, ya ini lah,
> kita sibuk 
mengundang investor, 
ketika investr masuk 
kita biarkan
> mereka kecewa 
karena buruknya 
infrastrktur (PLN, 
transportasi, dll.)
> di republik ngawur ini, 
yang mengakibatkan hi 
cost economy itu.
> 
> Ada yang mau bantu 
solusi?
> 
> --- In AhliKeuangan-
[EMAIL PROTECTED], 
"Hindarto Gunawan"
> 
 
wrote:
> >
> > Boleh sy minta 
pendapat dr ahli2 
keuangan ; Infrastruktur 
adalah
> > sarana penting bagi 
pertumbuhan ekonomi 
bukan, kalo di negara 
lain
> > banyak 
pembangunan jalan 
jalan baru, power plan,  
dll..(terutama di
> > china) ..kalo di 
Indonesia?... Boro boro 
punya tol surabaya - 
gempol




[Keuangan] Re: IMF, World Bank, dan Depresiasi

2008-06-08 Terurut Topik nazar
Tahun 2000 lalu permasalahan 
IMF ini sudah pernah dibahas 
di jogja, waktu itu presidennya 
megawati. Tapi hingga 
sekarang IMF masih di 
andalkan.
Padahal IMF itu seperti 
rentenir, mengapa? Krna ada 
pinjaman yang bunganya 
dibayar dimuka sementara 
pinjaman pokoknya belum di 
ambil..

Nb:
Hasil tes dan ujian yang 
dilakukan oleh lembaga2x 
negara tidak akuran dan 
cenderung dipolitisir dan KKN?
.
 
Salam
nazar n.i: Tebo, Jambi.

 --- In AhliKeuangan-
[EMAIL PROTECTED], 
"dfaj21" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> IMF dan World Bank boleh 
dibilang produk perang dunia 
ke 2.
> Sejarahnya, Inggris yang 
sudah duluan berupaya 
menahan agresi jerman
> (Axis) yang menyerbu 
negara-negara eropa seperti 
prancis, denmark, dll
> akhirnya mengalami krisis 
keuangan dimana cadangan 
devisanya habis
> untuk membeli peralatan 
perang di Eropa (yang 
sebagian besar di beli
> dari Amerika).
> 
> Amerika yang menyadari 
secara strategis mereka lebih 
baik jika inggris
> tidak kalah akhirnya selalu 
memberikan bantuan bahkan 
menganggapnya
> sebagai bantuan (aid). Tapi 
setelah serangan Jepang di 
pearl harbor,
> Amerika mulai terlibat secara 
langsung. Singkat cerita, 
Amerika,
> inggris dan allies menang. 
Masalahnya trade balance 
antara amerika dan
> inggris, juga negara-negara 
alies dan jerman sudah jadi 
carut marut
> kacau beliau.
> 
> Jadi dalam situasi kacau 
inilah 2 tokoh besar mewakili 
Amerika (Harry
> Dexter White) dan Inggris 
(John Maynard Keynes) 
mencoba menjaga
> stabilitas keuangan dan 
transaksi negara multilateral.
> 
> Secara garis besar, IMF 
dimaksudkan supaya negara 
macam Inggris yang
> sedang dalam defisit 
mendalam tidak harus sampai 
bangkrut dan masih
> bisa bertahan (dalam arti  
sebelum perang Inggris adalah 
negara
> adidaya ekonomi dan 
berupaya supaya jangan 
sampai jadi negara
> hamba-nya Amerika). 
Prinsipnya adalah: negara 
yang defisit trade
> balance nya akan berupaya 
meningkatkan ekspor. 
Caranya? Depresiasi
> mata uang (jaman itu belum 
ada flexible exchange rate). 
Cara
> mendepresiasinya adalah 
negosiasi negara dengan 
negara (bilateral).
> Jadi kalau mereka tidak bisa 
mendepresiasi mata uangnya 
(contohnya
> Inggris setelah perang dunia, 
mereka memiliki exchange rate 
yang lebih
> kuat dari amerika, dan 
selama negosiasi selalu susah 
negosiasi). Tahun
> demi tahun selalu defisit dan 
memperparah cadangan 
devisa negara.
> 
> TANYA:
> - Kenapa sekarang Indonesia 
sudah terdepresiasi dari 2500 
sampai 9000,
> masih saja ekspor tak 
meningkat?
> - Kenapa terdepresiasi (dari 
9000 mau ke 10,000) malah 
panik? DPR
> ribut mengharuskan bank 
indonesia intervensi, rakyat 
panik dan lain
> sebagainya? Padahal kan 
harusnya justru baik bagi 
ekonomi negara?
>




[Keuangan] Fondasi Yang Lemah dan Tujuan Yang Tidak Jelas

2008-01-29 Terurut Topik nazar
warisan politik belanda dan jepang masih membekas dalam sebagian
kecil kelompok masyarakat di negeri ini. Lemahnya fondasi politik
membuat masyarakat negeri ini sangat mudah untuk di adu domba/devide
at ampera atau istilah kerennya sekarang adalah di provokasi dan
pecah belah. Dikarenakan lemahnya fondasi kesatuan negeri ini ibarat
ranting kering yang patah di tiup oleh angin sepoi-sepoi. Apa lagi
jika ditiup oleh angin badai, maka dia akan hancur berkeping-keping.
Sikap egois, rakus/tamak dan terlalu berambisi untuk bersaing
merupakan penyebab utamanya. Rasa persatuan, win-win solution/sama-
sama menang, belum begitu terpatri dengan kuta dalam diri masing-
masing individu. Fondasi itu harus didasarkan pada persamaan-
persamaan. Seperti sama-sama manusia ciptaan tuhan, sama-sama orang
timur, sama-sama bekas jajahan :-), sama-sama muslim, etc... Namun
kita juga tidak bisa menutup mata bahwa fondasi pemersatu tersebut
terkadang dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk mencari kekayaan, 
ketenaran pribadi. 

Selain fondasi yang masih lemah, arah yang akan dicapai juga masih
belum begitu jelas. Ya, memang tidak mudah memprediksi masa depan,
namun setidaknya kita berusaha untuk menerkanya dan membuat sebuah
rencana-rencana. Karena MATINYA sebuah NEGARA dikarenakan matinya
SEMANGAT rakyatnya. Apa yang ingin kita capai sebagai manusia, orang
indonesia? Apa yang ingin dicapai oleh negara dalam hal Sisial,
Budaya, Ekonomi, Pertahanan dan Keamanan?


# Resiko menjadi pembuat opini kontroversial :-)

ketika opini yang kita lemparkan kepada publik menimbulkan pro-
kontra maka siap-siaplah untuk di setujui, di hujat, di remehkan.
Tetapi biasanya, ketika kita berlalu (berhenti bernyanyi) barulah
sebagian dari para pen\mbaca/pendengar opini tersebut berkata. Oooo
inikah yang dimaksud dengan pro dan kontra. Dan tentunya setiap kita
ingin mencari solusi terbaik, yang putih bersih.


NB:
Aku milik/mahluk Tuhan dan akan kembali kepadanya.
Walau aku mahluk yang lemah, namun berusaha untuk bertahan
hidup/survive adalah kewajibanku.




[Keuangan] Re: Mengalihkan Beban Negara

2007-12-03 Terurut Topik nazar
Saya numpang kasih komentar.

Saya dulu juga iseng-iseng pernah menulis " PEMERINTAH, APLIKASI 
MANAJEMEN YANG REMANG-REMANG " di 
http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110

Ketika melihat pengumuman-pengumuman penerimaan CPSN dan Karyawan 
swasta, yang terbanyak dari Disiplin Ilmu Ekonomi yang banyak di 
rekrut adalah jurusan akuntansi. Lalu saya teringat sebuah buku yang 
mengatakan bahwa pada umumnya akuntan/sarjana akuntansi terimbas oleh 
pemikiran Cash-flow dan mengabaikan Economic Value Added. Cash-flow 
pada dasarnya mengarahkan pada pemikiran jangka pendek, semantara 
economic value added mengarahkan untuk berpikir jangka panjang namun 
tidak mengabaikan persoalan jangka menengah dan jangka pendek. Opini 
Ini bukan berarti karena saya sarjana manajemen. Toh kenyataannya 
saya tetap suka mempelajari semua cabang ilmu ekonomi tersebut.

Sebagai contoh sederhana saya, kita bisa melihat pendekatan Kwik Kian 
Gie ketika menjual saham indosat kepada investor asing. Akibatnya, 
komoditas telekomunikasi masih menjadi sesuatu yang mahal saat ini. 
Ya...pada dasarnya kita sedang mengalami krisis "LEADERSHIP yang 
MANAGABLE". 




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "anton ms wardhana" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.mediaindonesia.com/
> 
> Editorial > Mengalihkan Beban Negara
> 
> *Mengalihkan Beban Negara*
> 
> SALAH satu kelemahan bangsa ini adalah buruknya kemampuan 
merencanakan
> jangka panjang. Kita cenderung mabuk kesenangan sesaat, instan, 
berjangka
> pendek. Itulah yang terjadi dengan energi, khususnya minyak.
> 
> Kita tahu bahwa cadangan minyak dan batu bara kita tidak banyak, 
hanya 0,5%
> hingga 1,3% dari total cadangan dunia. Akan tetapi, cadangan yang 
sedikit
> itu kita kuras habis-habisan dengan sebagian besar (sekitar 70%) 
kita
> ekspor. Padahal, batu bara merupakan salah satu alternatif energi 
di dalam
> negeri di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia.
> 
> Jika nafsu memburu uang sesaat melalui ekspor batu bara itu terus-
menerus
> terjadi, dalam kurun 20-30 tahun lagi batu bara kita akan habis. 
Akibatnya,
> kita harus membeli seluruhnya dari pasar internasional yang 
harganya terus
> naik. Lalu, kita masuk jebakan baru.
> 
> Jalan instan juga terlihat ketika pemerintah hendak membatasi 
pemakaian
> listrik dengan cara memberikan disinsentif untuk industri dan rumah 
tangga
> mewah. Jalan pintas pun terjadi untuk mengurangi volume penggunaan 
bahan
> bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan cara mengalihkan pemakai 
premium ke
> pertamax.
> 
> Pemerintah menyebut upaya itu sebagai bagian dari skenario yang 
disiapkan
> untuk mengamankan dampak pembengkakan subsidi akibat melonjaknya 
harga
> minyak hingga mendekati US$100 per barel. Subsidi listrik 
membengkak dari
> Rp32,4 triliun menjadi Rp43,47 triliun. Adapun subsidi BBM melonjak 
dari
> Rp55,6 triliun menjadi Rp87,7 triliun.
> 
> Tentu, kondisi itu membuat anggaran negara berdarah-darah. Kantong 
APBN bisa
> bobol akibat tingginya defisit. Jelas bahwa hal itu menjadi beban 
negara di
> tengah sedikitnya pilihan jalan keluar.
> 
> Namun, pertanyaannya, mengapa beban negara itu kemudian dialihkan
> mentah-mentah kepada masyarakat tanpa menyediakan dulu alternatif 
memadai?
> Padahal, pada galibnya negara adalah entitas yang bertanggung jawab 
untuk
> memenuhi kesejahteraan rakyat. Negara dengan aparaturnya harus 
bekerja keras
> menghasilkan jawaban kreatif dan solutif bagi rakyat.
> 
> Yang terjadi dalam kasus lonjakan harga minyak kali ini adalah 
munculnya
> tabiat lama yang terus-menerus dipelihara pemerintah, yakni solusi 
instan
> dan miskinnya perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang.
> 
> Contoh buruknya perencanaan pengalihan subsidi ini ialah kasus 
konversi
> energi dari minyak tanah ke gas. Pemerintah menargetkan tahun ini 
ada 6 juta
> kepala keluarga yang bermigrasi dari minyak tanah ke gas lengkap 
dengan
> subsidi tabungnya. Faktanya, hingga akhir tahun target itu meleset 
jauh.
> Hanya 3,5 juta kepala keluarga yang tergapai konversi atau hanya 
58% dari
> target.
> 
> Betul bahwa memanjakan rakyat dengan subsidi sama dengan memelihara 
kanker
> ganas dalam tubuh sendiri. Apalagi subsidi itu diobral kepada siapa 
saja,
> termasuk kalangan berpenghasilan menengah-atas.
> 
> Oleh karena itu, membatasi subsidi hanya untuk yang berhak menerima
> merupakan langkah benar. Itulah, misalnya, yang terjadi dengan 
pertamax dan
> pertamax plus dengan membiarkan harganya mengikuti harga 
internasional.
> 
> Akan tetapi, sekadar mengurangi subsidi tanpa formula yang jelas 
dan tanpa
> perencanaan yang matang tak ubahnya langkah memindahkan beban 
semata. Yakni
> dari beban negara menjadi beban masyarakat, dari kesulitan negara 
menjadi
> kerumitan masyarakat.
> 
> Itulah yang terjadi dengan konversi minyak tanah ke gas dan itulah 
kiranya
> juga yang akan terjadi dengan pengalihan pemakaian premium ke 
pertamax bila
> tanpa disertai dengan tersedianya transportasi publik yang m

Re: [Keuangan] Re: Perbankan Syariah

2007-11-25 Terurut Topik Nazar Rahman
ini saya kutip dari www.thejakartapost.com mungkin bisa membantu ;


".The main barrier to the development of Islamic finance in Indonesia is
the double taxation that applies to transactions underlying sharia banking,
which otherwise would not be needed in conventional banking system.

In murabahah, for example, sharia banking requires underlying transactions
to be completed, involving the buying and selling of an asset, which both
attract taxation.

Such a double taxation makes Islamic finance less competitive and attractive
in Indonesia.

It is not clear, though, if the current taxation bills currently being
deliberated in the House of Representatives address the issue of double
taxation in Islamic finance. "


http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.B08






On 11/22/07, cute_duckling <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Teman2 sekalian,
>
> Terima kasih banyak atas responsnya, saya jadi mendapat banyak
> tambahan ilmu mengenai hal ini. Mohon maaf saya baru dapat
> merespons balik sekarang.
>
> Kalau boleh bertanya lagi, bagaimanakah perlakuan mengenai perbankan
> syariah dari sisi pajak? Baik di Indonesia maupun di negara lain?
>
> Mohon pencerahannya lagi.
>
> Terima kasih,
> Novi
>
> --- In 
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com,
> "Yanindya Bayu
> Wirawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > hi,
> >
> > 1. benar sekali ada banyak golongan dalam islam. bahwa definisi
> riba
> > 'pun ada bermacam-macam, tergantung cara si ulama dalam
> menafsirkannya.
> > namun ajarannya tetap bersumber pada kitab suci dan hadits.
> bandingkan
> > dengan bank konvensional, yang mana regulasinya mengacu pada
> > masing-masing otoritas moneter negaranya. jadi, islamic bank lebih
> > terstandard daripada bank konvensional.
> >
> > 2. terus terang, yang dulu sering melempar topik islamic bank
> adalah pak
> > iwan pontjo. entah dimana beliau sekarang.
> > kalau saya tidak salah musyarakah itu yang mirip lease back?
> berarti si
> > bank beli barangnya, lalu dijual kembali dengan harga lebih tinggi
> ke si
> > nasabah? bisa jadi kepemilikan barang masih berada di bank, sampai
> si
> > nasabah melunasi pinjamannya. ini mungkin identik dengan
> collateral.
> >
> > 3. islamic bank tidak menjanjikan bunga kepada depositornya.
> berarti,
> > tiap bulan si penabung bisa dapat bagi hasil, bisa juga jeblok. in
> > anyway, risk sharing bukan berarti semua risiko ditelan. pelemparan
> > kredit juga melalui proses due dilligence.
> >
> >
> > regards,
> > bayu
> >
>
> 
>



-- 


-> Nazar Rahman <-


[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??

2007-11-20 Terurut Topik nazar
Bang Poltak,

1. Yang saya pegang dari pernyataan abang adalah ""Jadi resep adalah 
informasi bersifat tak berwujud fisik ("intangible")"". 
Permasalahannya adalah bukankah ada informasi yang akurat dan 
tidak/kurang akurat? Ada yang up to date dan tidak up to date? 
Sederhananya apakah semua orang suka makan Rawon? kan tentunya tidak 
semua orang suka makan rawon. Suka tidak suka menurut saya pada 
dasarnya berkenaan dengan "Kebiasaan/Habit". Sama halnya orang 
indonesia tidak bisa lepas dari makanan pokok nasi karena dari kecil 
memang sudah terbiasa makan nasi. Lalu ada makanan baru "Pizza, 
kentang goreng, mie ala cina. Tapi makanan baru tersebut bagi orang 
indonesia tidak 100% menggantikan makanan pokok nasi. Demikian juga 
dengan sebuah teori tidak begitu saja akan di ikuti oleh seseorang 
atau kelompok. 

2. Membuat resep baru?
Menurut pendekatan manajemen pemasaran, jika sebuah produk sudah pada 
tahap penurunan/decline maka strategi untuk meningkatkan penjualan 
tidak hanya "Bikin Resep/produk baru secara total", tetapi bisa 
dilakukan strategi modifikasi terlebih dahulu (memperbanyak nilai 
guna), jika memang tidak bisa baru dilakukan pembuatan produk baru.

NB:

# Orang memang tidak makan resep rawon. Tetapi rawon tersebut berasal 
dari resep. Jadi yang menjadi akar permasalahan adalah resep dan 
selera/kebiasaan pemakan resep.

# Kenapa setiap pergantian hari kita semakin bodoh? Apakah karena 
dunia terus berubah atau karena kita tidak mampu mengikuti perubahan 
tersebut?

# Yang muda terlalu agresif dan sedikit pertimbangan, yang tua 
terlalu ego dengan kekuasaan senioritas dan prestasi masa lalunya. 
Sementara dunia terus berubah...



NazaR, S.E [Sarjono Euy... :-) ]





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> 1. Sejak kapan orang makan resep?  Saya bisa ngerti orang makan 
rawon
> -- tetapi saya tidak pernah dengar orang makan "resep rawon"...
> 
> "Resep" itu bisa berupa nasihat dari seorang koki kepada bawahannya,
> seorang mertua kepada menantunya, seorang atasan kepada bawahannya,
> ataupun di antara orang yang tingkatnya sederajat.  Jadi resep 
adalah
> informasi bersifat tak berwujud fisik ("intangible") -- ("kalau 
begini
> - sebaiknya anda melakukan begitu", "ditambah ini supaya begitu", 
atau
> dikurangi ini supaya begitu")
> 
> Sejak kapan yang begitu bisa dimakan?
> 
> 2. Kalau ada resep yang tidak sesuai dengan keadaan - harus 
diapakan?
> Contohnya "resep komunisme", ya pilihannya tinggal:
> 
> - Bikin resep baru
> - Tinggalkan resep tersebut dan beralih ke resep lain.
> 
> 3. Teori memang berasal dari percobaan dan berbagai hal empiris
> lainnya yang dilihat pola umumnya.  Karena hampir setiap benda jatuh
> -- maka muncul lah teori gravitasi.  Kalau ternyata ada benda yang
> tidak jatuh (padahal seharusnya jatuh) -- maka berarti teori 
gravitasi
> harus di-revisi.  Ini yang dalam dunia fisika menyebabkan munculnya
> teori Mekanika Quantum dan teori Relativitas -- di mana terjadi
> hal-hal yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan oleh teori gravitasi.
> 
> Karena pada banyak keadaan teori gravitasi masih berlaku (hingga
> derajat tertentu) maka teori tersebut masih digunakan.
> 
> Hal seperti di atas juga berlaku di kajian ilmu sosial: Teori 
disusun
> berdasarkan kajian empiris dengan memperhatikan faktor-faktor yang
> terlibat. Kalau ada yang tidak sesuai -- maka harus dibikin 
revisinya
> -- atau sekalian bikin teori baru (berdasarkan fakta / kajian 
empiris
> baru) yang harus siap diuji lagi dengan kenyataan.
> 
> Kalau sesuatu belum diuji - tapi dilempar ke masyarakat -- maka itu
> namanya bukan teori -- tetapi spekulasi.
> 
> 
> On Nov 17, 2007 12:49 PM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Bang Poltak,
> >
> >  J 1. Tidak sedikit rresep makanan yang memang sudah kada luarsa. 
Atau
> >  memang mengandung zat yang dapat merusah organ tubuh (ex: efek
> >  samping). Jika sebuah kemasan obat terlalu banyak mengandung zat
> >  narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Jika obat digunakan 
over
> >  dosis bisa menyebabkan kematian. Maukah abang jujur bahwa sebuah
> >  teori itu berasal dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah
> >  teori yang belum dikaji secara mendalam lalu di 
lemparkan/dikonsumsi
> >  oleh publik.
> >
> >  # Pernyataan saya sebelumnya terutama no 3, 5 dan 6 sudah sangat
> >  jelas jika abang rajin membaca buku. Karena itu materi yang sudah
> >  lama dan selayaknya memang harus di mengerti oleh banyak orang.
> >
> >  NazaR
> >  NB,
> >
> >  Lihat juga: 

http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110




[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??

2007-11-17 Terurut Topik nazar
Bang Poltak,

J 1. Tidak sedikit rresep makanan yang memang sudah kada luarsa. Atau 
memang mengandung zat yang dapat merusah organ tubuh (ex: efek 
samping). Jika sebuah kemasan obat terlalu banyak mengandung zat 
narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Jika obat digunakan over 
dosis bisa menyebabkan kematian. Maukah abang jujur bahwa sebuah 
teori itu berasal dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah 
teori yang belum dikaji secara mendalam lalu di lemparkan/dikonsumsi 
oleh publik.

# Pernyataan saya sebelumnya terutama no 3, 5 dan 6 sudah sangat 
jelas jika abang rajin membaca buku. Karena itu materi yang sudah 
lama dan selayaknya memang harus di mengerti oleh banyak orang.

NazaR
NB, 

Lihat juga: http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> 1. Semua Teori disusun berdasarkan realita.  Kalau ternyata realita
> tidak sesuai dengan teori -- maka itu berarti perlu disusun teori 
baru
> dengan memperhatikan penyebab spesifik perbedaan antara teori lama
> dengan realita.  Menyalahkan teori -- itu sama dengan menyalahkan
> resep masakan -- hanya karena kita tidak bisa memasak.
> 
> 2. Betul, apa yang dikerjakan oleh pengikut suatu teori tidak sama
> dengan desain awal teori tersebut.  Contoh  terkenalnya adalah
> komunisme.  Marx dan Engel sebagai penyusun teori -- tidak 
menyertakan
> langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan teori
> tersebut.  Mereka pikir kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya 
dan
> proses menjadi komunis juga akan berlangsung secara mekanis setelah
> peristiwa itu terjadi.  (Marx adalah tokoh yang sangat saintifik).
> 
> Bagaimana dengan para pengikut teori?  Mereka nggak sabar menunggu
> Kapitalisme runtuh dan dengan sendirinya berubah menjadi komunisme.
> Itu sebabnya Lenin, Stalin dan Mao akhirnya menyusun sendiri
> langkah-langkah mewujudkan komunisme, yang pada implementasinya
> ternyata malah membuat strata masyarakat tertentu dan penguasaan
> absolut atas pemilikan atas nama negara.
> 
> Sisa poin berikutnya tidak saya komentari karena buat saya masih 
kurang jelas.
> 
> On Nov 16, 2007 10:31 AM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Sedikit komentar saya:
> >
> >  1. Teori selalu bagus di banding realitanya.
> >  2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama 
dengan
> >  pembaca/pengikut sebuah teori.
> >  3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI
> >  ORGAN TUBUH.
> >  4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika
> >  pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu 
masih
> >  kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di 
hapuskan).
> >  5. Miskin itu bisa berupa miskin buatan (kemiskinan struktural; 
ini
> >  disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan
> >  kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu
> >  ransangan dan motivasi).
> >  6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua 
sisi
> >  (baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak
> >  disukai oleh stake-holdersnya).

> >  NazaR




[Keuangan] Re: tidak sedikit resep yg kadaluarsa Was:Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Panca..

2007-11-17 Terurut Topik nazar
Bang poltak,

J 1. Anda benar, tetapi tidak sedikit resep makanan yang memang kada 
luarsa. Atau memang mengandung zat-zat yang dapat merusak organ 
tubuh. Misalnya, jika satu kemasan obat terlalu banyak mengandung 
narkotika maka orang akan terserang ngantuk. Kalau obat di konsumsi 
over dosis juga akan menyebabkan kematian walau sudah di sahkan oleh 
Depkes/BP POM. Maukah Abang jujur bahwa sebenarnya sebuat teori itu 
muncul dari percobaan2x? Yang naif adalah jika sebuah teori belum di 
kaji/diuji secara mendalam lalu di lemparkan/dikonsumsi kepada publik.


# Pernyataan saya sebelumnya terutama poin 3, 5 dan 6 sudah sangat 
jelas jika Abang sering2x baca buku. Itu merupakan materi ilmiah yang 
sudah lama dan selayaknya sudah dimengerti oleh banyak orang.

NazaR
NB,
Lihat juga:  http://groups.yahoo.com/group/berita_korupsi/message/4110





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Nazar,
> 
> 1. Semua Teori disusun berdasarkan realita.  Kalau ternyata realita
> tidak sesuai dengan teori -- maka itu berarti perlu disusun teori 
baru
> dengan memperhatikan penyebab spesifik perbedaan antara teori lama
> dengan realita.  Menyalahkan teori -- itu sama dengan menyalahkan
> resep masakan -- hanya karena kita tidak bisa memasak.
> 
> 2. Betul, apa yang dikerjakan oleh pengikut suatu teori tidak sama
> dengan desain awal teori tersebut.  Contoh  terkenalnya adalah
> komunisme.  Marx dan Engel sebagai penyusun teori -- tidak 
menyertakan
> langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan teori
> tersebut.  Mereka pikir kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya 
dan
> proses menjadi komunis juga akan berlangsung secara mekanis setelah
> peristiwa itu terjadi.  (Marx adalah tokoh yang sangat saintifik).
> 
> Bagaimana dengan para pengikut teori?  Mereka nggak sabar menunggu
> Kapitalisme runtuh dan dengan sendirinya berubah menjadi komunisme.
> Itu sebabnya Lenin, Stalin dan Mao akhirnya menyusun sendiri
> langkah-langkah mewujudkan komunisme, yang pada implementasinya
> ternyata malah membuat strata masyarakat tertentu dan penguasaan
> absolut atas pemilikan atas nama negara.
> Sisa poin berikutnya tidak saya komentari karena buat saya masih 
kurang jelas.
> 
> On Nov 16, 2007 10:31 AM, nazar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Sedikit komentar saya:
> >  1. Teori selalu bagus di banding realitanya.
> >  2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama 
dengan
> >  pembaca/pengikut sebuah teori.
> >  3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI
> >  ORGAN TUBUH.
> >  4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika
> >  pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu 
masih
> >  kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di 
hapuskan).
> >  5. Miskin itu bisa berupa miskin buatan (kemiskinan struktural; 
ini
> >  disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan
> >  kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu
> >  ransangan dan motivasi).
> >  6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua 
sisi
> >  (baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak
> >  disukai oleh stake-holdersnya).
> >  NazaR
> >  --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "sangkakala ."




[Keuangan] Re: Pada Kemana Teoritisi Ekonomi Pancasila??

2007-11-15 Terurut Topik nazar
Sedikit komentar saya:

1. Teori selalu bagus di banding realitanya.
2. Apa yang di pikirkan oleh penggagas teori tidak selalu sama dengan
pembaca/pengikut sebuah teori.
3. MANAJEMEN(pengelolaan dalam melakukan pekerjaan) TIDAK SEPERTI
ORGAN TUBUH.
4. Bagai mana menjadikan pancasila sebagai dasar ekonomi jika
pancasila itu sendiri masih di tantang banyak orang (1998 waktu masih
kuliah banyak yang mengusulkan mata kuliah pancasila/ppkn di hapuskan).
5. Miskin itu bisa berupa  miskin buatan (kemiskinan struktural; ini
disebabkna oleh kebijakan fiskal dan moneter pemerintah), dan
kemiskinan alamiah (perilaku dan budaya masyarakat; ini perlu
ransangan dan motivasi).
6. Segala sesuatu (termasuk sebuah teori) selalu memiliki dua sisi
(baik-buruk, menguntungkan-tidak menguntungkan, disukai dan tidak
disukai oleh stake-holdersnya).


NazaR



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "sangkakala ."
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya ndak bisa bayangkan apa the end of the system of Capitalisme...
>   Yg saya tahu pasti.. bumi tidak mencukupi semangat konsumtifisme
umat yg terus bertambah... sekarang lebih 6 milyar dgn kebutuhan dan
juga hasrat dan syahwat yg makin beragam... gembar-gembor ttg
kemiskinan yg harus dihilangkan, sama artinya dgn gembar-gembor ttg
melejitnya permintaan ttg produk konsumsi apapun... 
>
>   artinya semakin kaya dan cukup isi kantongnya, artinya dia akan
makin melahap apa saja dan dunia industri akan segera sediakan
berbagai produk yg bikin dia berselera dan tentunya akan berujung pada
kepulan-kepulan asap CO2 pabrik industri yg akan makin berbahaya bagi
alam bumi secara keseluruhan... 
>
>   dan berujung pada kacaunya kondisi iklim dunia lalu timbul
berbagai bencaana .. yg pasti adalah hujan yg terlalu deras atau musim
kering berkepanjangan.. minimal gunung meletus akibat komposisi perut
bumi yg perlu memuntahkan hawa panas yg berbentuk letusan gunung... dn
pasti bertambah orang miskin yg mengalami rusak harta benda.. sebagian
kehilangan mata pencaharian..
>
>   Jadi kemiskinan orang Indonesia adalah tersebab kerjaan global,
bukan nasib buruk dari pemerintahan SBY-JK... Konsumsi global sudah
kelewat batas, dan harus dikontrol...
>
>   Artinya sistem kapitalisme adalah biang kerok nomer satu atas
rusaknya ekosistem global yg berujung bencana disemua tempat penjuru
dunia.. makin besar energi dasar semacam minyak bumi yg keluar dari
perut dunia, makin besar peluang bencana alam akibat pemanasan
global.. .itu pasti!
>
>   Lalu dimana harus ditempatkan sistem ekonomi pancasila yg
tujuannya sama yaitu kesejahteraan bersama, sementara kemiskinan dalam
kontemplasi saya adalah satu-satunya cara dalam menciptakan
keseimbangan permintaan
>
>   Mungkin itulah makanya tetap ada orang miskin,.. miskin artinya
tidak cukup uang untuk beli apapun dan itu artinya permintaan
tertahan Yg berarti ikhlas menjalani hidup tanpa harus memenuhi
semua impian dan imajinasi...
>
>   Dan itu artinya adalah peluang bagi sistem ekonomi Pancasila untuk
bisa jadi sebuah alternatif pengganti bagi sistem amat merusak gaya
kapitalisme... Siapa punya gagasan operasional di Indonesia??? belum
ada... yg amat banyak adalah tukang-tukang wacana .. mungkin termasuk
saya...
>   Sang




[Keuangan] Negara adalah Monster, was: Politik vs Profesionalisme - CashStudy KADAL TEBO

2007-09-09 Terurut Topik nazar
Sudah cukup lama saya tidak berkunjung ke kab.tebo apa lagi jambi
kota. Mungkin karena tidak ada lagi yang menarik sehingga tidak ada
keinginan untuk itu. Hidup di pedesaan terasa lebih baik, ditengah2x
manusia yang masih alami sama seperti alamnya. Status pendidikan
tidak berlaku disini, karena aktivitas dan kedudukan setiap orang
hampir sama. Tidak ada birokrasi2x resmi yang mengikat. Walau
pengetahuan makin berkurang, namun saya tidak ambil peduli. Karena
itu hanya mimpi2x. Berita2x Koran dan tv juga mulai terasa tidak
menarik lagi dan terasa asing. Karena itu saya lebih sering main
catur. Ada satu hal yg penting dalam permainan catur, yaitu "ketika
ada peluang memakan, harus dipilah2x". Karena bisa saja makanan
tersebut adalah umpan lawan kita, yang bisa membahayakan.

Di Koran lokal say abaca tetang even cukuran cucu si-kada tebo, MM.
sebuah publikasi yang tidak edukatif dan tidak menyentuh kepentingan
public. Jika mau dikatakan itu adalah kesempatan si kada untuk
berbagi kebahagiaan justru itu hanya untuk kebahagiaan diri sendiri
dan keluarganya. Yg masyarakat butuhkan adalah program pembangunan yg
pro public dan realistis.

Berbicara tentang kab. Tebo memang tidak ada habis2xnya. Baik tentang
kualitas si kada beserta pemdanya maupun anggota dewan beserta
parpolnya. Dan saya sangat yakin bahwa kasus2x semacam ini jga
terjadi di daerah2x lain. Terlalu naïf jika saya mengatakan mereka
itu adalah oranganisasi dengan individu yang lucu dan menggelikan di
dalamnya. Memang hidup tidak selalu mudah, namun jika kecerdasan otak
dan pengetahuannya terbatas maka hal2x yang seharusnya mudah akan
terasa sulit. Penomena seperti Inilah yang terjadi pada orang2x plat
merah di kab. Tebo ini. Lebih2x kondisi masyarakat dan
infrastrukturnya masih tradisional. Nainfnya skill para
organisatorisnya sangat minim. Bisa jadi karena perekrutan yang KKN,
hanya tamatan sekolah dan PERTI yang tidak bermutu dan kebodohan
pejabat teras tetang Manajemen Sumber Daya Manusia.

Soal KKN memang bukan rahasia umum lagi di negeri ini, lebih2x dalam
instansi polri dan TNI. Ada tarif 20 s/d 70 juta untuk lolos seleksi,
cerita teman saya di Jambi dan Padang. Dan jika diamati, sulit
rasanya bagi kita untuk merasakan manfaat polri dan TNI, bisa jadi
karena mereka tidak cerdas (rerata polisi memang tidak cerdas)
sehingga tidak punya job description yg jelas. Atau karena kemalasan
mereka? Lalu apa gunanya uang pajak yang di alokasikan kepada kedua
instansi plat merah ini? Ah..sudahlah yang berbau Negara memang
selalu begitu.

Tidak salah bila ada yang mengatakan bahwa Negara adalah monster. Itu
berarti oraganisatorisnya ibarat anjing2x kelaparan yang akan
memangsa apa saja. Pembunuhan oleh Negara tidak sedikit jumlahnya
dan tidak selalu terdefinisi dengan jelas bentuknya. Karena itu sulit
bagi kita untuk sepenuhnya menyalahkan para demonstran atau teroris
yang ingin menghabisi pejabat tertentu. Karena naluri kebinatangan
orang2x plat merah itu cenderung lebih menonjol dibanding naluri
kemanusiaan. Selain rakus, Negara juga sangat rasis, dimana kita bisa
melihat etnis jawa menguasai mayoritas instansi2x pemerintahan dan
perusahaan2x. sementara cina dan bule menguasai ekonomi nasional.

Di sisi lain, saya hanya tersenyum ketika seorang sahabat kental
mengajak untuk mengambil akta 4. Karena itu adalah investasi yang
sia2x dan buang2x waktu. Toh itu kan tidak ubah dengan penataran P4
yang tidak ada efeknya kepada objek yang di doktrinkan. Lebih baik
petimatikan ijazah anda dan mulailah berbisnis kecil2x-an kata teman
saya. Gunakan kekuatan uang untuk menguasai kehidupan ini, lanjutnya.
Lalu saya Tanya, bagai mana caranya? Fokus, cari dan hantam,
jawabnya. Saya hanya terdiam.

Di Koran lokal kemarin say abaca bahwa bursa kerja yang diadakan oleh
Dep. Nakertrans dan beberapa perusahaan sepi pengunjung. Fakta ini
memperkuat bahwa no trust society terhadap Negara dan coorporates
memang ada. Dan setiap waktu ketidak percayaan itu terus meningkat.
Lebih2x diera informasi dewasa ini, pencaker sudah tau siapa dibalik
negara dan corporate tsb, apa resikonya jika bergabung dan siapa yang
menjadi subyek dan obyeknya.

NB: ada yang mempertanyakan tentang status saya, apakah politisi,
pns, wartawan atau ormas. Saya bukan dari organisasi tersebut.
Lebih2x politik dan pns, karena Negara itu hanya untuk para penipu
dan penjilat . Saya hanya individu yang mendeskripsikan dan berbagi
cerita tentan apa yang saya lihat, didasari sedikit pengetahuan
ilmiah. Jika dahulu ada keinginan untuk menambal perahu tua yang
bocor, maka sekarang keinginan tsb sudah hilang. Kalaupun karam,
masing2x kita harus siap dengan pelampung2x pribadi.
O..ya..sebenarnya individualisme itu tidak salah jika kita hidup di
Negara/daerah yang sistim pemerintahannya sangat buruk, rasis dan
KKN. Lebih baik fokus pada diri sendiri.

Sept, 07. Jmbu, Tbo, Jbi.
http://sejagad.com/NazaR


--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Memang benar adany

Re: [Keuangan] Fwd: [Forum Pembaca KOMPAS] Hernando De Soto dan Ekonomi Kita

2007-09-09 Terurut Topik nazar
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>

> Bung Wawan,
> 
> Jangan gusar dulu.  Tulisan yang anda kritik itu bukan tulisan 
> wartawan - melainkan tulisan orang yang bergabung di Forum PEMBACA 
Kompas.
> 
> Tapi memang bukan berarti apa yang ditulis di koran selalu 
> tepat.  Tulisan di koran Bisnis Indonesia mengenai pemenang Hadiah 
> Nobel Ekonomi tahun 2006 (Edmund Phelps) isinya banyak yang 
> ngawur.  Yah seperti biasa lah... orang yang minatnya politik kok ya 
> nulis ekonomi... ya runyam.
>

Sedikit komentar saya, bahwa ekonomi itu tidak lepas dari faktor 
Politik, teknoligi, perkembangan ilmupengetahuan, sosial budaya etc...



Bisa iya bisa tidak, Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-03 Terurut Topik nazar
Saya cuma numpang kasih celoteh aja nie,

Saya bingung mau mulai dari mana, yang jelas pertanyaan yang muncul
adalah capitalism dan demokrasi seperti apa yang kita inginkan? Lalu 
istilah freedom di hubung2xkan dengan capitalism dan demokrasi, maka
pertanyaan yang muncul apa iya kebebasan yang sebebas2xnya? 

Bicara tentang kebebasan maka saya yakin semua orang menginginkan
kebebasan itu. Bebas berpikir dan bertindak (semau gue). Tapi jika
tidak ada batasan2x biasanya kebebasan itu malah akan menjadi anarkis
dan kriminal. Seperti pertandingan sepak bola dan tinju yang saya
tonton tadi malam, jika tanpa wasit dan regulasi maka saya yakin para
pemain tersebut akan ada yang bersimbah darah bahkan meregang nyawa.
Karena ambisi2x yang memotovasi kita untuk berpikir dan bertindak
terkadang menjadikan nurani manusiawi terlupakan.

Jika dicermati pelanggaran2x yang dilakukan oleh pemain sepak bola tsb
misalnya, bukan berarti karen mereka tidak mengerti aturan2x
pertandingan. Tetapi dikarenakan begitu bersemangatnya bermain dan
begitu besarnya ambisi untuk menang maka terkadang akal sehatnya
hilang (pikiran seseorang itu bersifat kondisional).

Demokrasi itu secara sederhana bisa dikatakan "semua orang
senang/menyetujui" atau bisa jadi Adil. Jika dicermati pada dasarnya
tidak ada adil yang sebenar2x adil dan tidak ada semua orang senang.
Mengapa? karena dunia ini memang aneh :-). Lalu bagai mana seharusnya?   
Ingat kurval Supply dan Demand? yang terpenting adalah titik
Equilibiriumnya. Dan realitanya titik Equilibirium itu tidak dinamis,
(selalu terjadi fluktuasi harga). Lalu bagai mana seharusnya? Tanya
saja pada rumput yang bergoyang. :-)


Nazar
http://sejagad.com/NazaR





[Keuangan] Re: Apa level pekerjaan accounting / pembukuan dan sekretaris

2007-07-27 Terurut Topik nazar
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Leti" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Ada kesalahan pengelompokan jurusan di indonesia, manajemen 
dimasukkan
> ke bidang ilmu ekonomi, padahal manajemen lebih condong kepada
> organisasi mikro.
> 


Hm MANAJEMEN itu artinya kan "MENGELOLA" jadi dia bisa masuk 
kemana saja. Sementara accounting hanya mencatat dan membuat laporan. 
Pendekatan accunting biasanya kurang manusiawi dan kurang 
berorientasi jangka panjang.


> dan administrasi yang artinya sebenarnya sangat luas di indonesia
> menjadi sempit alias : hal hal yg berhubungan dengan 'kertas'
> administrasi kalo ga salah ingat adalah bagaimana sekumpulan orang
> mencapai tujuan bersama dalam wadah organisasi. administrasi
> sebenernya artinya luas sekali, cuma memang dalam prakteknya,
> adminitrasi disistemkan melalui kertas kertas, begitu juga dengan
> manajemen yg sebenernya teknik dalam administrasi diejawantahkan 
dalam
> kertas kertas. akhirnya blur deh ...
> 
> AKUNTANSI adalah kegiatan mencatat historical dalam hal 'keuangan' 
dan
> menyajikannya dalam laporan keuangan yang dapat dimengerti pihak 
yang
> terkait.
> ADMINISTRASI adalah kegiatan mempersiapkan, memperlakukan dan
> memberlakukan kegiatan-kegiatan, mendistribusikannya sampai dengan
> pendokumentasian (filing).
> 
> oleh karena itu administrasi menjadi hal yang harus dikuasai oleh
> sekretaris (kalo sang sekretaris mau memiliki nilai tambah tidak 
hanya
> sekedar menjadi sekpri).
> 
> semoga bisa menjawab

Administrasi dan acccounting ALAT bagi seorang MANAJER (PENGELOLA) 
untuk mengambil keputusan strategis dan rutin.

Makanya orang2x yang sudah terbiasa dengan pendekatan akuntansi 
biasanya lebih pintar bercerita/melaporkan. Sementara dalam mengambil 
keputusan strategis masih bingung dan terburu2x. Lihat pendekatan 
kwik kian gie dalam menjual saham2x domestik ke investor luar.


Teori adalah mimpi2x, yang terpenting dan paling sulit adalah 
merealisasikan mimpi2x itu, karena itu butuh keahlian 
MANAJEMEN/MENGELOLA yang handal.

> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "wuriyanti3"
>  wrote:
> >
> > Mohon informasinya
> > 
> > Di perguruan tinggi terdapat berbagai macam jurusan yang di buka 
> > diantaranya :
> > 1. akuntansi
> > 2. adminitrasi perkantora / sekretaris
> > 
> > bahkan ditingkat pendidikan SMk juga terdapat jurusan yang sama .
> > 
> > Yang ingin saya ketahui , di dunia kerja / lapangan kerja " 
apakah 
> > terdapat level pekerjaan accounting dan administrasi 
perkantoran" ?
> > 
> > Kalau ada level pekerjaannya untuk accounting apa saja ...? dan 
> > kompetensi apa yang harus dimiliki pada masing-masing level 
perekerjaan 
> > accounting maupun administarsi perkantoran/sekretaris...?
> > 
> > Terima aksih , kami tunggu
> >




Re: [Keuangan] Inilah Realita SDM kita... Hidup Departemen Pendudukan!

2007-07-15 Terurut Topik nazar

Ekonomi itu berasal dari kebutuhan manusia (sandang, pangan, papan 
perumahan, etc...) dan ekonomi itu digerakkan oleh demand 
(kebutuhan) dan produksi (kebutuhan yang belum nyata) karena pada 
dasarnya sebuah perusahaan bisa menciptakan demand dengan 
menciptakan sebuah trend. Jika anda baca buku pemasaran maka akan 
tau konsep orientasi konsumen (kebutuhan) dan orientasi penjualan 
(penciptaan trend/demand). 

Nb: Sekolah terlalu tinggi malah bingung sendiri? Makanya cari 
istilah yang sederhana saja agar mudah di pahami. :-). Dari dulu 
saya selalu bilang orang2x sekarang pintar2x ngomong tapi banyak 
yang tidak paham apa yang mereka omongkan. Lihat saja orang2x yang 
ada dipemerintahan itu persis kayak penjual obat di pinggir jalan :-
) dan terkesan membuat program cari muka. Apa karena realitanya 
memang rumit atau memang karena skill rendah, terus bagai mana 
dengan N.I/.P, golongan dan gelar yang mereka terima 
heheheKatanya sih masuk instansi2x negara itu tes ilmiah 
intelektualnya sulit sekali. Pertanyaannya "Mana keilmiahan dan 
keintelektualan mereka?". Atau bisa jadi karena tesnnya informal 
saja?

EDUCATION IS NOT PREVARATION FOR LIVE (Looking for job: nazar) BUT 
LIVE IT SELF (John Dewey). BELAJAR DARI BUAIAN HINGGA KELIANG LAHAT 
(pepatah arab)



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> At 08:25 PM 7/5/2007, you wrote:
> 
> Ekonomi digerakkan oleh konsumsi.  Oleh demand.  BUKAN oleh 
produksi.
> 
> Di abad ke-21 ini - berapa banyak orang yang memproduksi roda yang 
> terbuat dari kayu?  Hampir tidak ada.  Mengapa?  Karena demand-nya 
> sangat sedikit.  Hampir tidak ada.
> 
> Apakah saat ini ada yang mau bertahun-tahun bersekolah hanya untuk 
> jadi dokter spesialis kuda?  Nggak ada.  Mengapa?  Karena 
demandnya 
> sangat sedikit.  (berbeda dengan keadaan sebelum revolusi 
automotif).
> 
> Buat apa memproduksi sesuatu yang tidak ada demandnya?
> 
> Jadi - produksi adalah semata-mata fungsi atas konsumsi / demand.
> Bukan sebaliknya.
> 
> Studi ekonomi itu sulit dan kompleks.
> Jadi jangan asal ngomong - kalau tidak ingin kelihatan "cupu"...
> 

> 
> >punten, saya bukan lagi membahas definisi atau asal kata dari
> >ekonomi.. tapi secara realitas ekonomi bergerak tersebab ada
> >penawaran, permintaan dan produksi dan mungkin juga berbagai 
pilihan
> >yg ditawarkan...
> >
> >Nah yg bikin ekonomi berjalan adalah salah satunya sistem 
produksi yg
> >merupakan hasil rekayasa buah pikir manusia dgn bagaimana 
menurunkan
> >cost dgn hasil optimal... untuk itulah tercipta berbagai macam 
machine
> >dan proses produksi yg tentunya ini adalah hasil dari observasi,
> >analisa dan berbagai inovasi yg memunculkan produk-produk yg
> >beragam,penuh pilihan dan dibutuhkan konsumen...
> >
> >dan itu adalah hasil dari gerak aktivitas kita selaku manusia yg
> >pernah dididik diberagai jenjang pendidikan..
> >
> >kesalahan kita selama ini adalah pendidikan kita tidak diarahkan 
untuk
> >bagaimana membikin orang-orang kita selaku manusia-manusia kreatif
> >penuh gerak inovatif tapi lebih dibina karakter manusia kantoran 
yg di
> >indonesia sudah terlalu banyak pekerja semacam ini dan yg kurang
> >sekali adalah insan-insan pencipta, penemu, penggerak dan 
pelaksana...
> >
> >untuk itulah maka impian the big five ditahun 2030 adalah impian 
omong
> >kosong saja, tersebab tidak dipersiapkan generasi kita untuk jadi
> >manusia eksekutor dan malahan yg dilipatgandakan adalah tukang-
tukang
> >konsep plus ahli-ahli demokrasi yg luar biasa stupidnya dalam
> >memajukan ekonomi dan tekhnologi...
> >
> >Sang
>




[Keuangan] Fwd: Karena ada yang menjadi SUBYEK DAN OBJEK

2007-07-04 Terurut Topik nazar
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Dunia memang penuh dengan tipuan-tipuan, sama halnya dengan himbaun 
tentang nasionalisme dan intelektual. Jika disuruh memilih mungkin 
lebih enak jadi orang bodoh dan tidak punya nafsu dan keinginan. 
Namu kita sudah terjebak oleh sistim pendidikan dan perlu terapi 
untuk mengatasi keterjebakan intelektual dan nasionalisme itu. 
Bahkan dewasa ini banyak publisitas dan even2x yang dilakukan oleh 
orang2x pemerintahan. Lomba A, B, C, pertemuan D, E,F etc...yang 
ditujukan untuk menarik simpati masayarakat guna memperkuat pengaruh 
dirinya. Karena itu penting bagi publik untuk mengetahui bahwa itu 
semua hanyalah semu dan ambisi individual selekompok orang yang 
merasa sempurna. Sementara kita tau  bahwa tidak ada yang sempurna 
di dunia ini. Jika diaamati, organisasi yang dinaungi atau mengatas 
namakan negara paling berani dan paling sering melakukan upaya 
mencari simpati publik (mungkin karena merasa legal) namun 
permasalahan mendasar adalah legalitas di negeri ini diragukan 
kevalidannya. Seperti keadilan sosial, peluang yang sama, ketuhanan 
YME hanya jadi simbol2x kuno dan terkadang dijadikan alibi oleh 
sekelompok orang untuk mengukuhkan dirinya lebih benar dan lebih 
baik. Mungkin pandangan ini dianggap aneh dan kontroversial, tetapi 
itulah realitanya (karena hidup tidak hanya cukup sebatas mimpi2x)

Karena TV dan koran2x mengiming-imingi?

Sekarang ini media massa banyak dijadikan alat untuk promosi dan 
publik relation. Tetapi sayangnya pesan2x publikasi tsb hanya 
berorientasi menarik simpati massa saja. Misalnya publikasi 
penghargaan dan gelar yang diterima oleh tokoh-tokoh tertentu 
(kepala daerah) hanya bertujuan untuk mempromosikan diri mereka yang 
merasa pamornya mulai menurun. Jika masyarakat cerdas maka tidak 
selayaknya menjadi panatis buta terhadap tokoh2x tertentu, karena 
setiap orang punya pilihan2x, kelebihan dan kekuatan. Toh dalam 
masyarakat yang mejemuk saat ini ahlak masyarakat tidak 100% 
ditentukan oleh kepala daerahnya. Bisa saja si A belajar di kota B, 
koran, TV, Radio etcLalu teman saya menyahut, jika demikian yang 
memberikan penghargaan itu keliru donk..? Saya jawab, dalam dunia 
politik memberi penghargaan itu adalah strategi. Jadi tidak bisa 
dijadikan patokan oleh  masyarakat luas. Tidak ada dewa penolong 
yang sebenarnya dalam dunia politik dan industri, karena ujung-
ujungnya duit (U.U.D). Bahkan masyarakat masih banyak yang bodoh, 
karena mengira uang bantuan dari seroang pejabat itu adalah uang 
pejabat itu sendiri, padahal itu adalah uang pajak yang paling besar 
dibayar oleh orang paling bodoh di dunia ini.

Saya mencoba menyimak pandangan-pandangan para pejabat disini, dan 
menurut saya padangan mereka itu hanya layak untuk didenganrkan oleh 
publik (politisir simpatisan). Alhasil kita tetap bagai mana mereka 
memperkaya diri sendiri, kolusi dan nepotisme (memangnya negara ini 
milik nenek moyang nya, kata teman saya) . Mungkin itu salah 
prosedur? Jika ia, itulah kebodohan. "Jika skill pejabatnya rendah 
tentunya coro2xnya juga rendah, setidaknya ikut2xan bodoh", kata 
teman saya. Tetapi mereka itu sudah ada N.I.P nya lho... 
Hm...mungkin itulah kenapa teman saya bilang "Apapun yang berbau 
negara adalah bulsit", tetap saja tidak bisa dipercaya dan asal-
asalan, lanjutnya. Toh NIP itu kan dibuat oleh manusia yang tidak 
sempurna juga. Coba lihat berapa banyak orang yang berskill dan 
pendidikan rendah itu berubah seolah2x diri mereka profesor atau 
dewa maha tau lantaran hanya diberi NIP, golongan, iptu, iptda, jen, 
may etc...

Semoga saja saya yang bodoh, dan mereka yang pintar. Setidaknya 
mereka pintar dalam menarik simpati masarakat (semoga itu bukan 
hanya kebohongan demi jabatan dan uang mereka saja), kata teman 
saya. O..ya sekarang ada sekelompok orang yang sibuk dengan masalah 
RMS dan PAPUA, dan pesan teman saya "jika Anda tidak hidup dari uang 
pajak, jangan sok nasionalis lah, mending pikirkan dulu dapur anda 
sendiri". Ya...Karena realitanya para politisi dan pejabat itu hanya 
memanfaatkan kelompok masyarakat yang bodoh untuk diadu dengan 
kelompok masyarakat yang bodoh lainnya (inilah intinya politik saat 
ini). Atau dengan kata lain, memanfaatkan orang lain demi 
kepentingan mereka sendiri.


Jmbu, TehBo, Jahmbe

--- End forwarded message ---




Re: [Keuangan] Karena Kita BODOH ....was: Kisah Tilang dan Slip Biru (Detik.com)

2007-06-07 Terurut Topik nazar
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, yohan rubiyantoro
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>waktu pertama kali lulus dari
> pendidikan bintara di Lido, dia ditempatkan di jalan n
> pernah nangkep pengendara motor yang ga pake helm, ga
> punya sim, dan motornya ga ada spion, plus ga pake
> lampu (pokoknya parah banget deh). pengendara motor
> ini mo nyogok, tetapi ditolak. waktu itu teman saya
> masih idealis, maklum polisi baru hehehe
> tetapi seiring waktu, lama kelamaan dia juga
> ikut-ikutan dengan temannya menawarkan "cara cepat".
> Alasannya sederhana, "gw kan butuh modal kawin" kata
> dia enteng.
---
Hm...itu namanya mental memegang kode etik polisi kayak tai ayama
donghangatnya cuma sebentar.

> tapi pak polisi tidak bisa dihujat seratus persen,
> sebab pengguna jalannya juga sering "ngerayu" sih.
> tadi malam sekitar pukul 12 saya baru saja pulang dari
> planet holywood dan ada razia di dekat situ, seorang
> pengendara motor di depan saya ngerayu pak polisi
> untuk "damai". jadi berlaku deh hukum permintaan dan
> penawaran, pak polisi mau "damai" karena memang ada
> yang mengajak "berdamai".

Sekali lagi kode etik dan tahan godaan.

> butuh keteladanan dan kepemimpinan yang luar biasa
> dari perwira tinggi di POLRI untuk merubah tradisi
> ini. tetapi saya cukup apresiasi dengan langkah polri
> membuka program diklat di akpol bagi sarjana lulusan
> S1 dan S2, tetapi program ini harus dijalankan secara
> benar!!! tapi masih ada satu hal yang bikin miris,
> POLRI hanya menawarkan gaji 1.2 juta bagi lulusan S1,
> sedangkan untuk S2 gajinya hanya terpaut 100 ribu. so
> kesejahteraan buat mereka juga harus diperhatikan,
> masih banyak kok polisi-polisi jujur, tetapi kejujuran
> mereka itu harus dibayar dengan kegetiran hidup yang
> mesti mereka alami

Bukan jaminan akan merubah mental dan kepribadian, toh yang direkrut
kan masih muda2 yang masih kabur tetang salah dan benar dan cenderung
tidak hati2/teliti.


[Keuangan] Karena Kita BODOH ....was: Kisah Tilang dan Slip Biru (Detik.com)

2007-06-05 Terurut Topik nazar
Ikut nimbrung ni...

Ini kasus lama, mungkin karena faktor didikannya sehingga para polisi 
dilapangan bersikap kurang menyenangkan banyak orang. Atau mungkin 
ada faktor finansial sehingga mereka sengaja menjadikan hukum/uu 
sebagai media untuk mencari uang. Toh dari seorang teman saya, di 
muara tebo misalnya. Ilelag loging di berantas, tetapi ternyata malah 
aparatnya yang merambah dan menjual kayu2 tersebut. 

Negara selalu begitu, mungkin itulah yang membuat masyarakat alergi 
dengan hal2 yang berbau negara. Bahkan ada seorang teman yang berkata 
tidak akan menyerahkan ijazahnya kepada organisasi pemerintah atau 
orsospol. Karena menurut dia pemerintah dan orsospol hanya untuk para 
penipu, penjilat, dan KKN. Lalu saya bilang dalam industri dan 
perusahaan2 baik tbk, BUMN, atau ltd juga ada para penipu, penjilat, 
dan KKN. Lalau dia diam saja. Lalau saya lanjutkan. Kita memang bodoh 
karena KKN ini telah melecehkan kecerdasan otak seseorang. Hidup KKN 
dan BODOHLAH kita, dan selama itulah kita akan bodoh massal. KKN 
dalam organisasi publik tidak bisa ditolerir karena imbasnya kepada 
masyarakat luas/kebodohan masal. Bukan hanya kepada individu/pejabat 
tertentu. Dan seperti yang kita ketahui tidak sedikit pejabat yang 
lemah otak (LEMOT) dan kurang peka yang berlindung dibalik 
jabatan/pekerjaannya atau dibalik gelarnya. Dan naifnya kita juga 
sering terjebak dengan orang jenis ini. Karena itulah mengapa saya 
katakan kita bodoh, setidaknya ikut2an bodoh. Bahkan yang dulunya 
pintar ikut2an bodoh.

Hidup KKN dan BODOHLAH kita...


Nazar Sibodoh yang keras kepala
http://sejagad.com/NazaR

Jbu, Tbo, Jbi





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arsal sahban 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> to rekan milis..
> Saya ikut tergelitik mengenai tilang menilang..
> Kebetulan saya pernah ngobrol dengan teman saya yang seorang Polisi,
> tapi bukan dijakarta (diwilayah solo). 
> Sempat kami membahas masalah tilang, waktu itu dia langsung cerita
> mengenai situasi yang dialami. Katanya sih, dia ingin memberlakukan 
mekanisme tilang yang ada 3 macam.
> 1.  ikut sidang tapi ngga ngaku salah
> 2. ikut sidang tapi ngaku salah
> 3. ga ikut sidang tapi bayar ke BRI
> Terutama mekanisme nomor 3, yang katanya udah ga berlaku lagi. Dia 
coba cek ke BRI, dan BRI sudah ga nerima titip sidang karena ada 
surat dari Pengadilan Tinggi ke Bank BRI utk tidak menerima titip 
sidang, berkaitan dengan UU Pokok Kehakiman.
> Trus, Sama teman ditelusuri lagi, dan nemukan dokumen yang juga 
pernah dikirim ke Polda kalau ga salah tahun 1999. yang intinya 
aturan tersebut melanggar UU Pokok Kehakiman yaitu kebebasan hakim 
dalam memutus suatu perkara. 
> Karena, kalau bayar ke BRI berarti harganya sudah ditentukan, dan 
hal ini sama dengan intervensi ke hakim secara tidak langsung dalam 
putusannya, krn mau ga mau hakim harus putus denda sejumlah titipan.
> 
> Nah, dengar2 lagi.. sekarang katanya mereka sedang menyusun Pola 
Tilang yang disederhanakan, yang intinya orang-orang yang ditilang 
bisa bayar lewat ATM-ATM, kantor Pos dll. Cuman kendalanya di 
koordinasi antar Penegak Hukum. Terutama masalah aturan di UU Pokok 
Kehakiman.
> 
> Sebagai masyarakat, sudah waktunya kita menyuarakan untuk memblow 
up masalah-masalah demikian. Saya kira pemerintah tidak akan tutup 
mata bila masalah ini bergulir besar. Karena sadar tidak sadar, 
aliran dana tilang sangat besar yang kalau dikelola oleh negara, bisa 
menjadi salah satu pemasukan Kas negara yang signifikan. Tinggal 
metodenya perlu regulasi yang tepat..
> 
> best regard
> arsal
> 
> 
> 
> "Nila.Mahrani" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:  Pengalaman ketika meminta 
slip biru nih.
>  
>  Moga2 berguna, supaya lebih waspada, diplomatis dan bijak :-)
>  
>  
>  
>  Rabu, 30/05/2007 09:07
>  Kisah Tilang dan Slip Biru
>  Pengirim: Moehamad Iqbal
>  
>  Jakarta - Maaf saya hanya mau share sedikit tentang slip biru yang 
sedang
>  ramai dibicarakan di milis. Pada Sabtu lalu saya kena razia di 
jalan raya
>  Ciputat. Jelasnya di jalan Situ Gintung.
>  
>  Di situ saya ditanya SIM dan STNK. SIM C saya ternyata ssudah 
hangus dan
>  belum sempat saya perpanjang. Akhirnya STNK saya ditahan. Ini 
sedikit cerita
>  krnologinya:
>  
>  Polisi : selamat siang pak !!!
>  Saya : Siang, pak...
>  Polisi : bisa minta SIM dan STNK?
>  Saya : Silakan pak (sambil memberikan SIM dan STNK)
>  Polisi : Wah mas SIM udah habis nih masa berlakunya.
>  Saya : Waduh pak, mohon maaf saya lupa kalau harus diperpanjang.
>  Polisi : Sidang aja ya tanggal 5 besok ya? (sambil mengeluarkan 
buku 
>  tilang).
>  
>  Saya : (Ingat berita dimilis) Pak, gini aja deh, saya ngaku salah 
nih, 
>  saya nggak usah ditilang tapi langsung bayar aja k

[Keuangan] Fwd: INGAT! KARENA NEGARA DAN INDUSTRI BUKAN SUPER POWER ABSOLUT

2007-05-12 Terurut Topik nazar
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

All…Tulisan ini ditujukan untuk individual. Mungkin ada baiknya jika 
dibagikan dan didiskusikan dengan teman2, adik2, saudara2 dan ortu.

Setelah merenungkan cukup lama dan melihat fakta2 lapangan, penilaian 
saya mulai berubah. Dulu, ketika mempelajari tentang industri, Negara 
dan investasi seolah2 ia solusi terbaik untuk menjadikan hidup banyak 
orang menjadi lebih baik. Namun faktanya, industri, Negara dan 
investasi hanyalah organisasi yang menjadikan orang2 kecil yang  
bodoh sebagai OBJEK-nya. Ketiganya merupakan penjelmaan PEODAL dan 
BIROKRAT modern. Dimana masyarakat selalu menjadi KELINCI PERCOBAAN.

Negara hanya surga bagi ras2 tertentu dan orsospol tertentu. 
Sementara industri dan investasi hanya lahan subur bagi CINA2 dan 
BULE2 (Siapa sebenarnya yang lebih melanggar HAM?).
Lalu apa yang didapat oleh orang2 PRIBUMI yang matanya gede dan kulit 
hitam? PEMBODOHAN, PERBUDAKAN dan PENJAJAHAN.  Lalu keman pahlawan2 
nasionalis? Itu BOHONG, tidak ada pahlawan di era KAPITALIS dan 
PLOTISIR saat ini. Bahkan di Kab. Tebo saya melihat hal2 lucu 
organisatoris PEMDAnya. Munkin saya yang terlalu BODOH atau 
sebaliknya?

Ada pandangan jika Anda sekolah dan menjadi sarjana, maka Anda akan 
hidup sejahtera. Itu TIDAK selalu BENAR. Coba lihat berapa banyak 
sarjana2 pengangguran saat ini, bahkan mereka dikalahkan oleh tamatan 
SMU yang KKN. Dan satu KERUGIAN bagi mereka adalah INVESTASI BIAYA 
pendidikan dan WAKTU yang terbuang sia-sia tidak ada GARANSInya.  Dan 
itu juga menjadi kerugian bagi para ORANG TUA mereka. (Sekolah bukan 
kehidupan yang sebenarnya). Karena itu untuk saat sekarang ini kuliah 
bukan jaminan dan solusi untuk menjadi sejahtera, sebaliknya 
investasi yang sia2 dan membuang2 waktu. Bahkan yang terbaik di 
sekolahpun belum tentu sukses apalagi di Negara yang penuh dengan 
KKN, kong kalikong dan rasis ini.

Harus di ingat, bahwa para pelajar (teenagers) dan mahasiswa menjadi 
lahan subur/OBJEK bagi negera, industri dan bisnis lembaga2 
pendidikan untuk mencari UANG.  Karena itu orang2 muda dan para orang 
tua harus berhati2 dengan yang namanya Negara, industri dan lembaga2 
pendidikan. Karena jika tidak ada koneksi dan kong-kalikong (KKN) 
Anda tidak akan menjadi sejahtera dari sebuah Negara, industri dan 
lembaga2 pendidikan. Sebaliknya menjadi OBJEK/sapi perahan. Yang 
terpenting adalah belajar ilmu BERTAHAN HIDUP dan MEMPERKAYA diri. 
Toh jika Negara, industri dan lembaga2 pendidikan memperkaya diri 
mereka sendiri, mengapa kita tidak? Begitu kata seorang teman saya, 
dan ini ada benarnya. Karena dunia ini bisa dikuasai dengan UANG dan 
KEKUASAAN.

# Sekelumit tentang BISNIS CINA
Di jambi ex: bank p, n, dan otomotif HW. Di palembang berdasarkan 
info seorang teman ttg bisnis perhotelan, di Padang ttg bisnis 
otomotif, dan kasus terbanyak di Kalimantan. Ciri khas bisnis rasis 
cina ini adalah diskriminasi baik perekrutan, sallary maupun 
perlakuan di tempat kerja. Apa yang didapat oleh orang2 pribumi? 
PEMBODOHAN, PENJAJAHAN dan PERBUDAKAN. 

Jika dikatakan dengan adanya bisnis mereka ini akan terbuka lapangan 
pekerjaan, coba hitung ulang BERAPA jumlah orang pribumi yang 
terekrut? Dan berapa PENDAPATAN PERKAPITA mereka? Pemerintah dan 
orsospol terlalu mudah untuk DIBODOHI dan DITAKUT-TAKUTI. POLISI dan 
lembaga lainnya terlalu  mudah untuk dihargai dengan sejumlah uang, 
bahkan undang2 diinjak2. sampai kapanpun BISNIS RASIS CINA ini tidak 
akan pernah tuntas. Apa lagi bisnis rasis cina ini diperkuat dengan 
KRISTENISASI dan WESTERNISASI (Sekali lagi siapa yang lebih melanggar 
HAM?). 

# My country is funniest and fucker?

Sulit untuk membenarkan bahwa pemerintah pusat dan daerah berpihak 
kepada masyarakat pribumi. Karena cara pendekatan yang mereka gunakan 
dalam menyusun strategi pembangunan hanya berdasarkan hitung2an 
diatas kertas dan diragukan akurasinya. Mungkit input pendidikan 
mereka yang salah atau karena penerimaan pegawai yang KKN?  Lalu 
bagai mana denga ORSOSPOL? Ah…mereka baru bergerak jika ada maunya 
saja, dan sekarang coba lihat banyak kader2nya yang ngambil sekolah 
kilat untuk menjadi sarjana atau magister sementara otaknya tetap 
JONGKOK. Gelar2 itu hanya untk mencari simpati dan MENGELABUI 
masyarakat bodoh. Dan lagi2 yang di politisir adalah masyarakat kelas 
ekonomi morat-marit. Tapi pemberitaan di media masa kan cukup bagus, 
Ah…itu kan hanya publikasi/advertising.

Dewasa ini banyak didirikan organisasi konsultan untuk memacu 
pembangunan daerah tapi hasilnya tetap NOL, kenapa? Karena oh karena…
Program2 nasional hanya wadah bagi organisatorisnya untuk KKN. Makan 
duit haram dan merekrut sodara, anak sodara, anak teman walaupun 
mereka bodoh. Sama dengan masuk PNS, POLISI dan WAMIL. Negara 
hanyalah untuk manusia2 sampah yang a moral dan tidak manusiawi. 
Wajar jika moral mereka sangat rendah. Sama halnya dengan kasus2 
perekrutan di BRI, BNI, TLKOM, PERTAMINA, PPK, P2KP etc

[Keuangan] Fwd: SEMUA YANG BERBAU NEGARA ADALAH BULSHIT????

2007-05-07 Terurut Topik nazar
--- In [EMAIL PROTECTED], "nazar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Pak nizami, 

Bagi saya apapun yang berbau negara adalah sesuatu yang lucu, asal2.
dan kita tau bahwa jika inputnya asal2an maka outputnya asal2 juga.
KKN baik di instansi pemerintahan itu sdri maupun corporate ex: BPD,
BNI, Pertamina etc...kan masih banyak.

Sekarang orientasi merekrut honorer, akibanya banyak personal yang
skillnya diragukan terekrut. Toh kita sdh tau bhw menjadi honorer itu
kan strategi utk jadi PNS. sekali lagi... apapun yang berbau negara
dan pemerintahan adalah lucu..asal2an.. bahkan bisa dibilang
BULSHIT??? :-)

Kita melihat banyak pejabat yang tidak mampu tapi memaksa diri untuk
menjabat. Lihat saja manajerial lbg2 pemerintahan itu amburadul,
karena mereka tdk melengkapi diri dengan sarjana2 manajemen yang mmg
berkualias.

Dulu saya pikir negara itu adalah sesuatu yang luar biasa dan memang
dapat dijadikan solusi untuk hidup lebih baik bagi byk orang. Tapi
ternyata TIDAK. Untuk saat ini sangat wajar jika ada yang merasa ANTI
NEGARA, NASIONALISME dan INDUSTRI karena memang keadaannya memaksa
seperti itu. Toh tanpa negara dan industri pun kita masih bisa tetap
hidup. Percuma anda memikirkan tentang negara, karena negara tidak
akan memikirkan anda. Bahkan negara hanya menjadi lahan subur bagi
kelompok orang (suku dan ras tertentu). Negara hanya untuk mereka yang
rakus, penipu, kong kalikong. Karena negara adalah POLITISIR dan
KEKUASAAN.

SEMUA YANG BERBAU NEGARA ADALAH BULSHIT???? 


---
Nazar van jbu, tbo, jbi
---

- Ternyata negara lebih bersifat politisir dibanding manajerial
- Karena NEGARA dan INDUSTRI bukan TUHAN, maka kita tetap bisa hidup
tanpa keduanya
- Sekolah bukan kehidupan yg sebenarnya
- Semua yang berbau negara adalah Bulshitt...? 



 

--- In [EMAIL PROTECTED], A Nizami  wrote:
> Saya pernah mendengar istilah "Mafia Peradilan" di
> mana pengacara, jaksa, polisi, hakim berkomplot
> memenangkan pihak yang membayar mereka.
> 
> Ada beberapa pengacara mau pun polisi yang mengakui
> ini.
> 
> Kasus dimenangkannya perusahaan fiktif oleh MA, jika
> benar berarti MA membantu penyerobot tanah merampas
> puluhan hektar tanah rakyat.
> 
> Saya harap tim KPK bertindak untuk menyelidiki kasus
> yang aneh ini.
> 
> Salam
> 
> From: rezanades
> To: Ayah-Bunda-Anak@ yahoogroups. com
> Sent: Saturday, May 05, 2007 2:12 AM
> Subject: [Klub Ayah Bunda & Anak] MA, Menangkan kasus
> sebuah PT. Fiktif !!!
> 
> MA, Menangkan kasus sebuah PT. Fiktif !!!
> 
> PT tersebut adalah PT Portanigra. Sebuah perusahaan
> developer yang baru saja dimenangkan kasusnya melawan
> H. Juhri bin Haji Geni, Muhammad Yatim Tugono dan
> Yahya bin Haji Geni selaku termohon eksekusi. Dahulu
> kala Juhri dan Perusahaan ini dikabarkan pernah
> bersengketa tanah sekitar dua puluh tahun yang lalu.
> Namun seiring waktu berlalu, seharusnya kasus sengketa
> tersebut sudah tidak berarti bagi hukum. Karena
> pemerintah sudah mengeluarkan Sertifikat Hak Milik
> yang adalah produk hukum dan dinyatakan oleh Undang-
> Undang Agraria sebagai bukti kepemilikan tertinggi
> atas suatu tanah.
> 
> Namun entahlah apa yang membuat MA seperti kesurupan,
> habis- habisan membela PT. Portanigra. Hasil putusan
> MA itu mengharuskan eksekusi tanah seluas 78 hektar di
> daerah Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
> Putusan tersebut juga akan mengorbankan 21,760 warga
> atau 5,563 Kepala Keluarga ( KK ). Padahal warga
> Meruya Selatan keseluruhannya memiliki surat- surat
> lengkap kepemilikan tanah dan tempat tinggal mereka
> masing- masing. Mereka bukanlah penduduk sebuah
> pemukiman liar yang membangun rumah kayu di pinggir
> jalan. Hal ini juga membuktikan betapa kebobrokan
> hukum di negeri ini, ketika untuk yang pertama kalinya
> MA memenangkan kasus sebuah PT. Yang bermodalkan
> sebuah girik dan kuitansi terhadap puluhan ribu warga
> yang sudah memiliki Sertifikat Hak Milik, IMB dan
> membayar pajak PBB selama bertahun- tahun mendiami
> tanah tersebut.
> 
> Kecurigaan kemudian merujuk kepada PT. Idola Tunggal.
> Setelah saya memeriksa nomor telepon PT. Portanigra.
> Sebagai sebuah perusahaan developer real estate yang
> mampu membeli tanah seluas 78 hektar tentunya bukan
> perusahaan sembarangan. Pastilah perusahaan besar
> dengan modal yang kuat. Perusahaan developer sebesar
> itu paling tidak memiliki alamat kantor lengkap, nomor
> telepon, tempat para klien, perusahaan marketing ,
> agen , dan para supplier untuk bisa menghubungi mereka
> dengan mudah. Keanehan muncul ketika PT Portanigra
> tidak terdaftar di Yellowpages Indonesia !!! Kemudian
> saya periksa di 108 untuk PT. Portanigra. 108
> memberikan saya nomor berikut ini : (021) 5482072 dan
> 5300310. Yang setelah ditelepon ternyata mereka
> mengaku bernama PT. Idola Tunggal, bukan PT.
> Portanigra. PT. Idola Tunggal tersebut beralamat di
> jl. S. Parman kav 67, Office Park Slipi, Jakarta.
>

--- End forwarded message ---




[Keuangan] Mengkritisi Konsumsi Barang-Barang Otomotif

2007-04-27 Terurut Topik nazar
Lama gak posting neh...Anggap saja ini cabe yang pedas tapi enak 
dimakan :-)

Dewasa ini bisnis otomotif tumbuh menjamur baik jenis roda 4 maupun 
roda 2. Karena godaan untuk mengkonsumsi barang2 jenis ini cukup 
besar dan melumpuhkan rasional, maka penting bagi kita untuk 
mencerdaskan masyarakat bumiputera yang selalu menjadi "target 
market" dan tidak memahami akuntansi dan manajemen keuangan agar 
berhati2 dalam mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian. 
Disamping masih terjadi discrimination on work palce, reqruitment, 
and sallary industri jenis ini menguras uang masyarakat dalam jumlah 
yang relatif banyak. Ooo.. ya, diskirminasi ini juga masih terjadi 
pada beberapa industri perbankan (lihat bentuk mata dan warna 
kulitnya...begitu kata beberapa teman saya)

#Nilai Ekonomis

Jika Anda membeli sebuah kendaraan roda empat dengan harga 70 juta, 
dan diperkirakan 10 tahun y.a.d nilai jualnya tinggal 30 juta. Itu 
berarti anda membuang-buang uangan sebesar 4 juta pertahun, atau 
333.000 per bulan atau 11.000 per hari (+/- 2.5 kg beras). Ini belum 
termasuk biaya BBM, oli, rem, roda, kecelakaan, pajak, asuransi, 
sim, dll...

Atau jika anda membeli kendaraan roda dua seharga 15 juta, dan 10 
tahun y.a.d nilai jualnya tinggal 5 juta. Itu berarti Anda 
mencampakkan uang sebesar 1 juta per tahun, atau 83.000 per bulan 
atau 2.760 per hari (+/- 0.5 kg beras). Ini belum termasuk biaya 
BBM, oli, rem, roda, kecelakaan, pajak, asuransi, sim, dll...

Karena itu penting bagi konsumen untuk memikirkan apakah kendaraan 
tsb benar2 bermanfaat dan memang dibutuhkan. Apakah dengan kendaraan 
tsb memang bisa membantu kita untuk mendapatkan uang dengan mudah 
dan cepat waktu? Jangan mudah terjebak oleh fasilitas kredit yang 
ditawarkan oleh pihak penjual, karena kredit tsb tidak akan 
mengurangi nilai penyusutan. Jika membeli kendaraan dianggap 
investasi, bukankah investasi jenis ini nilainya selalu menurun dan 
menimbulkan biaya2 tetap dan biaya2 tidak terduga?

Nazar van jbu, Tbo - JBI

Kelompok Arisan dalam skala besar dapat dijadikan solusi untuk 
menandingi kredit perbankan?












[Keuangan] Roda-roda teruslah berputar!

2007-03-13 Terurut Topik nazar
ketika saya nulis "waktu dan pikiran sosial tinggal 5% lagi", ada 
sindiran "pelit amat sama elmu" :-). masalahnya bukan pelit guy's. 
dalam hidup ini setiap kita memiliki keterbarasan waktu, uang, pikiran, 
dan elmu juga makin terkikis oleh zaman. ini memaksa kita harus 
menggunakan otak untuk prioritas2 utama. 

Suatu hari, seorang kakek tua dengan tatapan tajam dan tangan menunjuk 
dengan tegas berkata kepada saya: "ANDA bahkan Setiap orang bisa 
memikirkan dan membuat sesuatu yang luar biasa, jika Anda atau mereka 
mempunyai KEINGINAN yang KUAT, bahkan SANGAT KUAT!, tegas kakek tua itu 
dengan suara berapi2.

"Teruslah MAJU dengan penuh SEMANGAT!" kata kakek tua itu sambil 
berlalu. Setelah saya pikirkan dalam2, memang roda-roda harus terus 
berputar dengan kencang, bahkan sangat kencang!



[Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika saham-saham berguguran

2007-03-10 Terurut Topik nazar
Pak Widjaja

Mungkin Bpk kurang cermat/teliti membaca postingan saya sebelummnya. 
misscommunication terjadi karena Bpk tidak melihat "Yang saya lihat 
di tempat saya sekarang" <--- itu artinya kan bukan semua populasi 
pak :-). Bisa saja di tempat Bpk pemberitaanya bagus. Namun harus di 
ingat bahwa bagus dan tidak bagus itu juga relatif, yaitu tergantung 
kepada STANDAR yang kita tetapkan masing-masing. 


Salam juga

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, djumyati partawidjaja 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Nazar,
> Saya setuju sekali kalau Anda mengatakan salah dan benarnya sebuah 
analisis ditentukan oleh metoda dan data. Tapi saya heran, kenapa 
Anda tiba-tiba mempunyai kesimpulan yang memukul rata semua koran 
mempunyai jurnalis yang tidak memiliki pengetahuan dasar ekonomi? 
Seolah-olah Anda pun mau mengatakan semua data-data yang disediakan 
para ekonom atau birokrat pemerintah takkan ada artinya kalau ditulis 
oleh seorang jurnalis yang tidak mengerti pengetahuan dasar ekonomi. 
Untuk Anda ketahui saja, biasanya para ekonom atau birokrat sebagai 
nara sumber jurnalis tidak akan pernah bicara data-data tanpa 
penjelasan.
> 
> Kalau Anda masih sulit untuk menemukan berita ekonomi yang 
berbobot, jangan lantas Anda mengira ini gara-gara sang jurnalis 
pastilah datang dari kuliah Jurusan Bahasa Indonesia atau mungkin 
Komunikasi, karena sama sekali tidak ada hubungannya. Seorang 
jurnalis yang baik, tak peduli dari jurusan apapun latar belakang 
pendidikannya akan bisa belajar ilmu apapun dari wawancara kritis 
dengan nara sumbernya. Sebaliknya, walau sang jurnalis lulusan 
ekonomi (yang setahu saya tidak kurang-kurang banyaknya) tapi tidak 
mau belajar lagi dan hanya mencatat apa yang diomongkan oleh para 
nara sumber, beritanya pun bakalan semata-mata omongan para pejabat. 
Lalu Anda pilih mana?
> 
> NB : Kalau Anda memang mau mencari berita ekonomi yang berbobot, 
mungkin memang sebaiknya mencari media yang khusus membahas tentang 
ekonomi.  
> 
> 
> 
> 
> - Original Message 
> From: nazar <[EMAIL PROTECTED]>
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Thursday, March 8, 2007 12:30:51 PM
> Subject: [Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika 
saham-saham berguguran
> 
> salah dan benar dalam melakukan analisis ditentukan oeleh dua 
faktor 
> utama, yaitu "METODE" dan "DATA". Jika metodenya tidak benar, hasil 
> analisis jauh dari kebenaran. Dan juga, jika data tidak rasional 
> (tidak mewakili populasi) maka hasil analisis juga tidak benar. 
> Memang masalah memilih sumber informasi/data itu penting. Apalagi 
> koran-koran kita ini kan hanya lebih ditekankan pada jurnalistiknya 
> saja. sementara metode-metode dasar yang relevan dengan topik 
khusus 
> (seperti ekonomi) mereka kadang tidak memiliki pengetahuan dasar. 
Apa 
> Anda yakin jika berita dan analisis ekonomi diberitakan oleh orang 
> yang kurang memahami teori dasar ekonomi? 
> 
> Saat ini memang sulit memilih berita yang berbobot. Karena koran-
> koran kan hanya mengejar target penjualan sebanyak-banyaknya, 
> sementara akurasi data kadang terabaikan. Yang saya lihat di temapt 
> saya sekarang, koran-koran dikelola oleh orang yang menurut saya 
> kurang menyakinkan. dan tidak memiliki keahlian dasar tertentu 
untuk 
> menjadi seorang yang profesional. contoh: apakah kita percaya 
dengan 
> sungguh2 jika guru bahasa indonesia berbicara masalah ekonomi yang 
> spesifik? kalau masalah ekonomi umum mungkin bisa diterima.
> 
> Ingat: NITIP UANG AKAN BERKURANG, NITIP KATA-KATA AKAN BERTAMBAH
>  ---
> Jambi, lagi nggak Mood ne...
> Waktu dan pikiran untuk sosial tinggal 5%, sisanya kewajiban mereka 
> yang hidup dari uang pajak :-)
> 
> --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "Leti" 
 
> wrote:
> >
> > Saya pribadi memandang bahwa artikel 'ala marketing' yang 
seringkali
> > mendramatisir suatu kejadian bisa jadi suatu alat untuk 
memancarkan
> > 'sinyal' akan sesuatu kejadian yang mungkin akan terjadi. Penyebab
> > utama dari 'kejadian' itu sendiri ditutupi dengan sangat hati-hati
> > sehingga seolah-olah indikasi-indikasi tertentu menjadi cenderung
> > dilebih-lebihkan.
> > 
> > Amerika memang sudah booming selama 5 tahun, tapi apakah yang akan
> > terjadi jika amerika maupun negara-negara tempat berdirinya top 25
> > banks in the world kejatuhan 'bom ekonomi'?
> > 
> > 'bom ekonomi' itu pun sudah sangat baik penanganannya selama ini
> > sehingga tidak meledak-ledak, tapi tetap saja ada kekuatiran suatu
> > saat akan meledak. kalaupun meledak, dampaknya juga tidak akan
> > langsung terasa dalam hitungan hari atau bulan, sehingga bisa 
tamp

[Keuangan] Re: Kiamat Global bagi pemegang saham? (Ketika saham-saham berguguran

2007-03-07 Terurut Topik nazar
salah dan benar dalam melakukan analisis ditentukan oeleh dua faktor 
utama, yaitu "MEODE" dan "DATA". Jika metodenya tidak benar, hasil 
analisis jauh dari kebenaran. Dan juga, jika data tidak rasional 
(tidak mewakili populasi) maka hasil analisis juga tidak benar. 
Memang masalah memilih sumber informasi/data itu penting. Apalagi 
koran-koran kita ini kan hanya lebih ditekankan pada jurnalistiknya 
saja. sementara metode-metode dasar yang relevan dengan topik khusus 
(seperti ekonomi) mereka kadang tidak memiliki pengetahuan dasar. Apa 
Anda yakin jika berita dan analisis ekonomi diberitakan oleh orang 
yang kurang memahami teori dasar ekonomi?  

Saat ini memang sulit memilih berita yang berbobot. Karena koran-
koran kan hanya mengejar target penjualan sebanyak-banyaknya, 
sementara akurasi data kadang terabaikan. Yang saya lihat di temapt 
saya sekarang, koran-koran dikelola oleh orang yang menurut saya 
kurang menyakinkan. dan tidak memiliki keahlian dasar tertentu untuk 
menjadi seorang yang profesional. contoh: apakah kita percaya dengan 
sungguh2 jika guru bahasa indonesia berbicara masalah ekonomi yang 
spesifik? kalau masalah ekonomi umum mungkin bisa diterima.


Ingat: NITIP UANG AKAN BERKURANG, NITIP KATA-KATA AKAN BERTAMBAH
---
Jambi, lagi nggak Mood ne...
Waktu dan pikiran untuk sosial tinggal 5%, sisanya kewajiban mereka 
yang hidup dari uang pajak :-)



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Leti" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Saya pribadi memandang bahwa artikel 'ala marketing' yang seringkali
> mendramatisir suatu kejadian bisa jadi suatu alat untuk memancarkan
> 'sinyal' akan sesuatu kejadian yang mungkin akan terjadi. Penyebab
> utama dari 'kejadian' itu sendiri ditutupi dengan sangat hati-hati
> sehingga seolah-olah indikasi-indikasi tertentu menjadi cenderung
> dilebih-lebihkan.
> 
> Amerika memang sudah booming selama 5 tahun, tapi apakah yang akan
> terjadi jika amerika maupun negara-negara tempat berdirinya top 25
> banks in the world kejatuhan 'bom ekonomi'?
> 
> 'bom ekonomi' itu pun sudah sangat baik penanganannya selama ini
> sehingga tidak meledak-ledak, tapi tetap saja ada kekuatiran suatu
> saat akan meledak. kalaupun meledak, dampaknya juga tidak akan
> langsung terasa dalam hitungan hari atau bulan, sehingga bisa tampak
> seperti balik ke siklus ekonomi yang dampaknya bisa 20-30 tahun 
juga.
> 
> sama seperti Indonesia yang mengalami kemajuan ekonomi 30 tahun,
> jangan jangan sekarang mengalami kemunduran 30 tahun, baru akan
> bangkit lagi 20 tahun mendatang :D
> 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
>  wrote:
> >
> > Mas Heri dan rekan-rekan,
> > 
> > Saya sarankan, kalau mau mengetahui apa yang terjadi tentang 
ekonomi / 
> > keuangan - jangan dari section / bagian berita harian koran.  Jauh
> lebih 
> > bermutu kalau anda baca bagian Opinion ataupun Analisa.
> > 
> > Bagian berita harian itu lebih banyak bersifat spekulatif.
> > 
> > 1. Ekonomi Amerika melambat?  Rata-rata ekonom juga sudah tahu 
sejak
> akhir 
> > tahun 2006 - saat angka pertumbuhan housing Amerika tiba-tiba 
turun
> pada 
> > paruh terakhir 2006.  Ada yang aneh?  Nggak ada.  Kenapa?  Karena
> ekonomi 
> > Amerika sudah mengalami Economic Boom selama hampir 5 tahun, jadi 
wajar 
> > saja kalau terjadi perlambatan.  Itu adalah bagian dari siklus 
ekonomi 
> > normal.  Yang penting adalah :  periode resesi-nya lebih pendek
> daripada 
> > periode boom-nya.
> > 
> > Yang menjadi permasalahan adalah:  melambatnya akan seperti apa? 
> sektor 
> > mana yang akan melambat terlebih dahulu?  seberapa besar 
pengaruhnya 
> > terhadap ekonomi global dan ekonomi negara lain?
> > 
> > 2. Saya tidak meragukan kredibilitas Greenspan -- tapi kalau 
membaca
> point 
> > nomer 1 saya -- maka jelas tidak ada hal yang baru.  Kalau Mas 
Heri 
> > tiba-tiba saja merasa seperti mau kiamat global -- wah mungkin 
anda
> kurang 
> > dosis analisanya... (kebanyakan baca Republika?).  Coba
> sekali-sekali anda 
> > lihat sejarah ekonomi dunia dan bagaimana periodisasi business 
cycle 
> > terjadi - dan itu semua adalah keadaan normal.  Kalau seseorang
> berperilaku 
> > tidak normal dalam menghadapi hal yang normal -- siapa sih yang
> sebenarnya 
> > bermasalah?
> > 
> > 3. Saya nggak ngerti dengan statement anda soal perang di Irak dan
> apa yang 
> > anda bilang "keteteran".  Apa hubungannya sama Stock Market?  
Kalau
> memang 
> > itu sangat berpengaruh - kenapa Wall Street nggak nge-drop dari 
> > dulu-dulu?  Kenapa indeks Dow Jones malah sempat bertengger pada
> posisi All 
> > Time High pada akhir tahun lalu?  Logikanya gimana sih?
> > 
> > Nilai Dollar turun?  Ya silahkan saja... toh menguatnya Euro dan
> melemahnya 
> > Dollar ikut berpengaruh pada peningkatan expor Amerika (tumbuh 
14% pada 
> > tahun 2006) dan terpukulnya ekspor Uni Eropa.  Mas Heri tentu 
sudah
> dengar 
> > cerita tentang rencana PHK atas 10.000 orang pegawai Airbus. 
> Sebagaimana 
> > k

[Keuangan] Re: No Trust Society

2007-03-04 Terurut Topik nazar
Bung Ari

Jika rumput2 tidak bergoyang,kita tidak akan tau bahwa sebenarnya 
dalam hamparan rumput2 yang indah itu ada MASALAH. Kebanyakan kita 
baru sibuk melakukan aksi, jika goyangan rumput2 tersebut sudah 
begitu keras. Prediksi kita langsung mengatakan Ada Angin TOPAN!. 
Padahal rumput itu bergoyag bisa jadi diterpa angin, tersenggol 
binatang, tertimpa daun kering diatasnya, dll. Karena itu akan lebih 
bijak jika kita MEMPELAJARI kenapa rumput2 itu bergoyang, seberapa 
besar goyangannya, ini goyangan positif atau goyangan negatif. 
Bukankah lebih baik beraksi sebelum rumput2 itu bergoyang sendiri. 
Dan yang sebaiknya kitalah yang menggoyang rumput2 sehingga kita bisa 
mengontrol akibat goyangannya. Goyang maang... :-)



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Arry Kusnadi" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Nazar,
> seandainya rumput2 itu tidak bergoyang :-). Ketika Anda mention 
> tentang barang pengganti saya jadi teringat 2 film dokumentari yg 
> saya tonton dalam beberapa waktu lalu. 
> 
> Film ini dibuat secara tersamar untuk merekam kondisi buruh2 pabrik 
> di China (lupa saya nama kotanya). Pabrik2 China saat ini buanyak 
> sekali butuh buruh dan buruh2pun membanjir dari desa2 ke kota2 
besar. 
> Bisa dibilang mereka tinggal bilang mau kerja ke satpam depan pintu 
> pabrik n hupla besok juga sudah bisa kerja plus tinggal disitu. 
> 
> Di satu pabrik celana jeans, order datang melimpah terutama dari 
> Eropa. Tapi jgn membayangkan dgn order datang melimpah, pemilik 
> pabrik bisa seenaknya menetapkan harga. Kenyataannya pembeli dgn 
> bengis menetapkan harga yg sangat2 murah dgn ancaman masih banyak 
> pabrik jeans yg bersedia (n memang betul) plus dateline yg sangat2 
> mendesak. 
> 
> Akibatnya para pekerja pabrik sudah terbiasa harus bisa 
menyelesaikan 
> celana jeans sebanyak rata2 36 potong dalam satu jam! dgn upah 
> equivalent dgn 18 cents USD dalam sejam itu juga. Bila dateline 
sudah 
> mendesak, mereka harus kerja lembur tanpa Bayaran!
> 
> Saya sampai terpana juga melihat bagaimana mereka membuat trik 
supaya 
> matanya tetap terbuka (padahal sudah cape ketiduran) di meja2 
pabrik. 
> Mata mereka bagian atasnya dijepit sedemikian rupa sehingga 
> supervisor2 mereka menyangka mereka tetap produktif. 
> 
> Singkatnya bisa dibilang jadi buruh di Indonesia itu sudah spt 
surga 
> dibanding jadi buruh di China daratan. Bila para buruh2 kita study 
> banding sbg mana layaknya teman2 mereka yg jadi anggota DPR, pasti 
> mereka tidak akan pernah demo lagi seumur hidup di depan pabriknya 
di 
> Tanggerang sana.
> 
> N tidak heran produk China sangat2 murah. 
> 
> Regards,
> Arry
> 
> "nazar"  wrote:
> >
> > Saya coba ikut ngasih komentar:
> > 
> > Menurut saya masalahnya ada kaitannya dengan "Trust atau No Trust 
> > serta masalah etika". Atau istilah dalam bahasa saya sendiri 
krisis 
> > kepercayaan kepada figur-figur kunci penggerak sebuah organisasi. 
> > Krisis kepercayaan ini timbul karena ada kebutuhan yang tidak 
> > terpuaskan. Kebutuhan yang tidak terpuaskan itu bisa jadi 
> disebabkan oleh "SKIL dan PERILAKU" yang tidak sesuai dengan apa 
yang 
> > diharapkan. Faktanya ada orang yang skillnya bagus, tetapi 
> > perilakunya kurang bagus atau sebaliknya. 
> > 
> > Ingat kurva supply dan demand? Masalah "mau percaya" atau "tidak 
> mau percaya", mendukung atau tidak mendukung itu kan sama persis 
> dengan kurva supply dan demand ini. Jika pembeli tidak mau percaya 
> bahwa apa yang kita tawarkan memang menguntungkan mereka, berarti 
> demand mereka rendah terhadap barang/jasa kita. Jika deman rendah 
> otomatis kita sebagai penjual harus mau BANTING HARGA (turunkan 
HARGA 
> DIRI yang terlalu tinggi)dengan cara merubah diri, memamami 
pembeli, 
> berikan apa yang mereka inginkan, beri pelayanan terbaik, jadikan 
> pembeli sebagai raja". Kecuali jika pada kasus pasar monopoli, 
> penjual memang bisa menjadi everything MAKER, menjual apa yang bisa 
> saya jual sehinggan keinginan dan kebutuhan pembeli TERABAIKAN. 
Jika 
> ini terjadi di pasar persaingan murni, konsumen akan berbondong2 
lari 
> ke arah pesaing kita, atau berusaha mencari BARANG PENGGANTI/BARANG 
> > SUBSTITUSI.
> > 
> > Pernah belajar tentang ilmu menjual?
> > Pada dasarnya menjual itukan intinya 'merayu orang, menyenangkan 
> > orang, menjadikan orang merasa dipentingkan, dll. Ketika terjadi 
> > krisis kepercayaan, JANGAN memberikan rayuan GOMBAL. Tapi kadang 
> > rayuan itu dikatakan gombal atau tidak gombal memang relatif. 
> Kadang 
> > ada orang tertentu yang suka diGOMBALIN. Jadi, untuk orang yang 
> suka 
> > diGOMBALIN ya... gombalin aja gitcu... :-). Dan bagi orang yang 
> tidak 
> > suka digombalin ya... BUKTIKAN Keahlian/skill mu dalam TINDAKAN 
> > NYATA. Masalahnya kan tidak gampang menilai apakah si A lebih 
suka 
> di 
> > gombalin atau lebih suka dikasih bukti nyata. Solusinya: Tanyakan 
> > pada rumput yang bergoyang... dan BELAJARLAH dari rumput-rumput 
> itu. 
> > hehehehe..
>




[Keuangan] OOT: Budaya Asli Organisasi Pemerintahan Indonesia

2007-01-18 Terurut Topik nazar
All, ini hanya untuk perbandingan saja dan untuk ngocok perut :-)
http://www.p2kp.org/forumdetil.asp?mid=20652&catid=4&;



[Keuangan] Re: Tulisan Edmund Phelps: Dynamic Capitalism

2006-10-12 Terurut Topik nazar
Ikutan kasih komentar neh, mumpung lagi Ol.

Saya lebih suka melihat hal2 praktis yang berkembang di masyarakat. 
Realitanya: kita berteriak-teriak anti kapitalis tapi uang yang kita 
kumpulkan (gaji dan hasil bisnis) berasal dari sistem kapitalis. Atau 
para ulama/kyai bilang bunga bank itu haram/riba tapi Para Kyai juga 
mau membeli barang-barang dengan sistim kredit. Sederhananya sekarang 
ini yang menang adalah Kapitalis dan Sosialis terus dibawah/tertekan. 
Lalu bagai mana dengan ekonomi Indonesia? Hmm... mungkin saya 
terkesan pesimis, tapi bukankah hampir seluruh sendi-sendi kehidupan 
orang indonesia itu berasal dari sumber-sumber luar (import)? 
Bahkan "istilah untuk memanggil orang tua" saja masih menggunakan 
istilah import :-), karena itulah mungkin istilah yang benar untuk 
menggambarkan sistim ekonomi Indo ini adalah "Sisitim Ekonomi Gado-
Gado Hasil Contek mencontek"


===
Oya, sekarang saya lagi terdampar di Jambi, Kemarau asap bikin resah 
ya. bisa2 menimbulkan korban nyawa lho...
===
Nazar Si-Bodoh Yang Keras Kepala.
085263023964





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Rekan-rekan,
> 
> Berikut adalah tulisan Edmund Phelps, peraih hadiah Nobel Ekonomi
> 2006.  Tulisan ini bisa ditemui di harian Wall Street Journal edisi
> hari ini atau pada URL yang tertulis di bagian bawah tulisan.
> 
> Tulisan Phelps di bawah membahas tentang kapitalisme dan pendekatan
> eropa terhadap ekonomi - sebagai perbandingan kontras.  Dalam
> pandangan Phelps, hal yang luar biasa dari kapitalisme adalah
> kemampuan inovasi dan adopsi terhadap pluralisme pengetahuan dan
> pengalaman -- baik di pihak manajer suatu perusahaan maupun di pihak
> konsumen.  Betul kapitalisme punya kelemahan - tetapi dalam 
pandangan
> Phelps, mudharat-nya kapitalisme terlalu sering dilebih-lebihkan
> ketimbang manfaatnya. (ini  kontras terhadap pendapat Stiglitz).
> 
> Phelps juga membahas tentang "entrepreneur" dan bagaimana pihak ini
> di-salah pandangi oleh dua kubu berseberangan Samudera Atlantik.
> Kubu Amerika memandang fenomena entrepreneur sebagai revitalisasi
> kapitalisme - di mana muncul pemain baru menggusur pemain lama dalam
> iklim yang sangat dinamis.  Di sisi Eropa -- fenomena entrepreneur
> dipandang dengan curiga - karena umumnya dipandang sebagai sebuah
> establishment atas kekuatan ekonomi - ketimbang sebagai sebuah
> penggerak dinamis.  Phelps (yang sebelum menjadi ekonom adalah 
seorang
> filsuf) mencoba mencari akar masalah perbedaan pandang terhadap
> entrepreneurship ini - dan ia berkesimpulan bahwa akar masalah
> terdapat pada aspek historis ideologi eropa.
> 
> Bagaimana dengan Indonesia..?  Serba sulit, karena ekonom kita lebih
> sering ikut akrobat politik - ketimbang menganalisa secara 
obyektif...
>  Boro-boro mau menganalisa menggunakan tool lain semisal sejarah 
atau
> filsafat.
> 
> 
> Saya baca tulisan Hendrawan Supratikno di halaman depan harian 
Bisnis
> Indonesia ("Edmund S. Phelps & Lonceng kematian neo-liberalisme") 
dan
> saya bisa simpulkan seorang Guru Besar FE-UI dan FE-UKSW - ternyata
> lebih tertarik ngomong hal yang menyinggung politik dan mengabaikan
> analisa lebih mendalam tentang obyek yang ia hendak bahas - sehingga
> "Phelps" yang dibahasnya jauh berbeda dengan Phelps sesungguhnya).
> Untuk ukuran seorang Guru Besar FE-UI, menurut saya ini memalukan.
> Sangat memalukan... Ya itulah realita Indonesia, ekonomnya kecanduan
> ngomong politik
> 
> (yang gilanya, Prof. Hendrawan Supratikno ini ngomong "ekonomi kubu
> Schumpeterian" -- padahal Schumpeter adalah satu-satunya ekonom 
besar
> yang tidak pernah punya kubu jadi gimana bisa ada mahluk bernama
> "kubu Schumpeterian"..?)
> 
> 
> 
> Dynamic Capitalism
> By EDMUND S. PHELPS
> October 10, 2006; Page A14
> 
> There are two economic systems in the West. Several nations --
> including the U.S., Canada and the U.K. -- have a private-ownership
> system marked by great openness to the implementation of new
> commercial ideas coming from entrepreneurs, and by a pluralism of
> views among the financiers who select the ideas to nurture by
> providing the capital and incentives necessary for their 
development.
> Although much innovation comes from established companies, as in
> pharmaceuticals, much comes from start-ups, particularly the most
> novel innovations. This is free enterprise, a k a capitalism.
> 
> The other system -- in Western Continental Europe -- though also 
based
> on private ownership, has been modified by the introduction of
> institutions aimed at protecting the interests of "stakeholders" and
> "social partners.&qu