Re: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan

2007-03-28 Terurut Topik anti imlek
mbak/mas?  Ulysee coba cari dan baca  UU No. 1 Pnps 1965 secara lengkap sampai 
kepenjelasannya, itu dasar hukumnya yang masih berlaku sampai hari ini. Belum 
lagi kalau kita mengacu ke falsafah negara kita.  Kalau ada pengakuan akan 
suatu agama bertentangan dengan hukum.
  Zinah jelas diatur dalam KUHP..

ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Maap bro/sis anti imlek... napa juga si anti imlek???

1. Jadi secara hukum, negara melindungi lebih dari 6 agama yang 
paling banyak penganutnya ini?
Dasar hukumnya yang mana kalau bole saya tau???

2. Negara dan pemerintah tidak boleh mencampuri urusan agama yang 
merupakan Hak Azasi manusia. Bagaimana sebaliknya?
Apakah Agama boleh mencampuri urusan negara?? Sebab belakangan trend 
yang kelihatan justeru agama yang campuri urusan negara, heheheh.

3. Bukan pak. Mencantumkan agama dalam KTP hanya untuk memudahkan 
pencatatan kependudukan yang berdasarkan staatblaad, hehehe.

Kalau aturan staatblaad, nah itu memang ruwet, pengelompokannya 
berdasarkan ras dan agama seeeh.

4. kalau melanggar hukum negara ya diadili pake hukum negara toh. 
Kalau melanggar hukum adat atau hukum agama, seperti zinah misalnya 
perasaan ngga diatur dalam hukum negara tuh.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anti imlek [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
skip

1. Secara hukum di Indonesia tidak ada agama yang diakui atau agama 
yang tidak diakui. skip 
Sesuai Undang-Undang No. 1 PNPS 65 jo Undang-Undang No. 5 tahun 69, 
Enam agama yang sering dianggap agama yang diakui yaitu Islam, 
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Confucius) sebetulnya 
dalam Undang-undang tersebut dikatakan Enam agama tersebut adalah 
agama yang banyak dianut di indonesia. Dan itu bukan berarti 
pemerintah tidak melindungi agama-agama lainnya seperti Tao, Shinto, 
Sikh dbs.

2. Nah pak Steve, mungkin yang perlu diluruskan adalah istilah agama 
yang diakui dan agama yang tidak diakui. Negara dan pemerintah kan 
tidak boleh mencampuri urusan agama yang merupakan Hak Azasi Manusia 
yang merupakan karunia Tuhan YME. 

skip 
3. Mengharuskan warga negara mencantumkan agama 
 dalam kartu identitas nya merupakan langkah
 penyelenggara negara untuk membuat legitimasi bahwa NKRI adalah
 negara yang beragama.

4. Dan bagaimana dengan seorang warga negara yang tidak meyakini 
salah satu dari ke enam agama yang diakui pemerintah NKRI?
Apa dia harus diadili oleh hukum atau diadili oleh majelis agama?




 

 
-
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik JS
saya melihat Sdr Akhmad menerapkan standard ganda.
Bantuan yang jelas2 hanya untuk kelompok tentu tidak
Anda sebut diskriminatif. 
Berpikiran jernih lah, jangan bias oleh agama, etnis,
kepentingan, dst...


Ada tidaknya dampak negatif yang akan dialami oleh
Keturunan Tionghoa di Indonesia tentunya akan
ditentukan oleh intelegensia dan moral dari pihak yang
menanggapi.

Misalnya begini..
- Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa,
implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia akan
membenci ket Tionghoa.

- Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid.
Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim?

- Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Apakah
golongan non kristen memusuhi golongan kristen? 




--- Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:

 - Original Message - 
 From: idakhouw
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR
 TAIWAN 2007, perincian biaya
  schedule
 
  Saya memang sangat kaget membaca info bhw
 PEMERINTAH Taiwan
  memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras
 seperti itu.
  Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah
 Taiwan
  tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan
 kaum cendekia
  bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan
 kebijakan
  absurd demikian
 
 Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini,
 pemerintah Taiwan tidak
 bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari
 kesalahannya dan
 memperbaiki political scheme-nya.
 
 - - - - - - - - - - -
 
  Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers
  bersikap standar-ganda yang akut:
  diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus
 dilawan,
  diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2
 pembenarannya
 
 Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya
 ketertekanan akibat
 diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara
 Tionghoa Indonesia
 selama ini.
 
 Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar
 mempersoalkan kebijakan
 Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi.
 Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat
 belajar bahasa
 Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh
 kebijakan pemerintah Taiwan 
 itu.
 
 Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya
 bagi saudara-
 saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan
 Taiwan yang
 memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek
 politiknya!
 
 Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan
 serupa berupa
 penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah
 juga Tionghoa
 RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa
 bagi kaum Tionghoa
 Indonesia.
 Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing,
 dalam hal ini RRT
 (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang
 dengan Jepang, tanpa
 pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei}
 juga dicurigai
 sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp
 interniran).
 Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh
 memilih, setia pada RI atau
 pada RRT.
 Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota
 kecil (melihat teori
 Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek
 RRT tinggal di
 pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan
 berkumuhan di kota besar.
 Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara
 miskin yang kelebihan
 penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu
 menderita luarbiasa di
 sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban
 luarbiasa berat juga
 pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin.
 Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa
 Indonesia lantas
 dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa
 saya ditanyai:
 Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu
 ke Indonesia, kamu
 akan berperang di pihak mana?.
 Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai
 mengambil pelajaran
 dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay
 dalam berdiplomasi
 antar bangsa.
 
 Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia yang
 nanti akan terpilih
 pergi ke Taiwan berdasarkan syarat seleksi yang
 diskriminatif itu, dan lalu
 merasa senang bisa berwisata sambil belajar bahasa
 Tionghoa ke Taiwan
 dengan biaya yang disubsidi, sebetulnya akan masuk
 dalam situasi yang
 sangat berbahaya, dapat mengulang apa yang dialami
 kakek-neneknya di
 tahun 1950-an!
 Mereka akan dipertanyakan apakah merasa bangsa
 Indonesia atau bangsa
 Taiwan (bukan bangsa Tionghoa lho, cuma bangsa
 Taiwan!). Mereka
 akan dianggap agen-agen (kolone kelima) negara
 asing.
 Dan lalu desakan untuk melakukan tindakan
 diskriminatif balasan akan
 ditimbulkan oleh golongan extrem di Indonesia,
 dengan penerapannya
 secara pukulrata pada semua orang Tionghoa
 Indonesia.
 
 Tetapi saya yakin, Taiwan, yang sebetulnya
 pemerintahnya dalam banyak
 kasus menunjukkan lebih pintar dari RRT,  tentu juga
 akan segera
 menyadari kebodohannya, dan melakukan
 langkah-langkah korektif.
 
 - - - - - - - - - - -
 
  saya ingin sedikit meluruskan menyangkut tema
 Belanda dan Kristen
  (seperti sudah dijadikan PERANDAIAN yg kacau itu),
 
 Kalau ini, mohon maaf, barangkali saya yang salah
 

Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Ari Condrowahono
halo mbak Ida,

1. terus terang saya ndak berani nunjuk hidung peremrintah taiwan sebagai 
pelaku diskriminasi.  kenapa ?  karen banyak temen saya, anak ugm, unibraw, 
its, banyak yg ikutan jamaah tabligh, pks, salafy, juga wanitanya banyak yg 
bercirikan jilbab lebar, yg saat ini kuliah di taiwan.

jadi, menurut saya, secara overal taiwan berusaha tidak melakukan kebijakan 
diskriminasi.  namun ada lembaga tertentu di sana, yg mungkin lahir berdasar 
sistem lama, dan jadinya ketika bergerak terkesan bersifat diskriminatif.


2. hal semacam ini, bisa dilihat dalam sejarah di indoensia.  dulu, jaman 
belanda, ada tiga jenis hukum yg berlaku.  

a. hukum untuk orang eropa dan yg disamakan, 
b. orang pendatang drai asia, china, arab, india, jepang, 
c. pribumi

bisa dilihat sistem waris, perkawinan, dan lain lain untuk tionghua beda dengan 
pribumi, beda juga dengan eropa.  ini punya dampak dalam sistem hukum kita.  
dan dampak ini bisa jadi dipertegas ketika jaman rekiplik.

untuk kawin, sekarang orang islam punya KUA, sementara agama lain di catatan 
sipil.  lha yg penganut kepercayaan mau kawn di mana ?  mosokcatatan sipil ndak 
mau nyatat.  itu kan menyebalkan.  mosok sama sama catatan sipil bisa beda, 
antara di perancis dengan di indonesia.  tapi itulah hasil dari peristiwa 
sejarah masa lampau.

salam,
Ari Condro
ps : aku juga gak setuju diskriminasi sih, secara dari sejak kesengsem ama baca 
bukunya chin yung [to liong to] pas kelas 3 sd, aku jadi tertarik sejarah dan 
sosial budayanya china.





  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 12:56 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian 
biaya  schedule


  - Original Message - 
  From: idakhouw
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya
   schedule

   Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan
   memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu.
   Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan
   tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia
   bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan
   absurd demikian

  Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini, pemerintah Taiwan tidak
  bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari kesalahannya dan
  memperbaiki political scheme-nya.

  - - - - - - - - - - -

   Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers
   bersikap standar-ganda yang akut:
   diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus dilawan,
   diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya

  Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya ketertekanan akibat
  diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara Tionghoa Indonesia
  selama ini.

  Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar mempersoalkan kebijakan
  Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi.
  Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat belajar bahasa
  Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh kebijakan pemerintah Taiwan 
  itu.

  Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya bagi saudara-
  saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan Taiwan yang
  memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek politiknya!

  Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan serupa berupa
  penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah juga Tionghoa
  RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa bagi kaum Tionghoa
  Indonesia.
  Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing, dalam hal ini RRT
  (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang dengan Jepang, tanpa
  pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei} juga dicurigai
  sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp interniran).
  Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh memilih, setia pada RI atau
  pada RRT.
  Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota kecil (melihat teori
  Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek RRT tinggal di
  pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan berkumuhan di kota besar.
  Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara miskin yang kelebihan
  penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu menderita luarbiasa di
  sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban luarbiasa berat juga
  pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin.
  Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa Indonesia lantas
  dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa saya ditanyai:
  Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu ke Indonesia, kamu
  akan berperang di pihak mana?.
  Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai mengambil pelajaran
  dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay dalam berdiplomasi
  antar bangsa.

  Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia yang nanti akan terpilih
  pergi ke Taiwan berdasarkan syarat seleksi yang diskriminatif itu, dan lalu
  merasa senang bisa berwisata sambil 

[budaya_tionghua] Agenda kegiatan CCF Jakarta - April 2007

2007-03-28 Terurut Topik Astri Onengan
Dengan Hormat,

Bersama ini kami informasikan acara budaya CCF Jakarta pada bulan April 2007 : 
  1.. Pertunjukan : 
a.. Rabu, 4 April 2007  Sirkus Kontemporer Laissez - Porter oleh Cie 
XY di Graha Bhakti Budaya - TIM - Ingin tahu tentang Sirkus Kontemporer?? 
Nonton O Clip di O Channel Rabu, 28/03/07 pk.16.00
  2.. Musik : 
a.. Selasa, 3 April 2007  Musik Klasik oleh Laurent Quennelle dan Tom 
Blach di Erasmus Huis.
Selanjutnya informasi lebih lengkap dapat Anda baca di bawah ini. Besar harapan 
kami Anda dapat datang dan berpartisipasi pada kegiatan CCF Jakarta. Terima 
kasih atas perhatian Anda.


Salam hangat,

Kegiatan CCF Jakarta terselenggara berkat kerjasama dan dukungan : 
Chamber Music Series - TRAX - SPICE! - 101.4 Trax FM - 90.4 Cosmopolitan FM - O 
Channel - AREA - Jurnal Nasional - PROVOKE! - Jakarta Java Kini - 99.9 Radio 
CnJ Djakarta - kafegaul.com - astaga!.com - sendokgarpu.com - Djakarta! 
Magazine - CULTURESFRANCE 

---
Astri Retno Onengan
Centre Culturel Français de Jakarta
Jl. Salemba Raya N° 25, Jakarta 10440
INDONESIE
T. [++ 62 21] 390 85 80 - 390 77 16
F. [++ 62 21] 390 85 86
M.[++ 62] 815 913 60 90
[EMAIL PROTECTED] 
[EMAIL PROTECTED]  - [EMAIL PROTECTED] 
www.ccfjakarta.or.id


(MUSIK KLASIK)

Laurent Quennelle  Tom Blach

Selasa, 3 April  2007 pk. 19.30
Erasmus Huis
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan,  Jakarta Selatan

Tiket Rp. 50.000 (umum)  Rp. 20.000 (pelajar)
Yayasan Musik Indonesia
Telp. 75037 29 - 7590 56 39
www.chambermusic.or.id 

Memperkuat pertalian rasa, memperdalam cita rasa terhadap sebuah karya, 
memperluas interpretasi dalam konfrontasi pengetahuan dan kepekaan merupakan 
beberapa pengalaman tak terduga dari Chamber Music Series. Mereka 
mempersembahkan konser yang menampilkan musisi terkenal, musisi muda, musisi 
internasional maupun musisi indonesia, serta berperan aktif dalam perkembangan 
musik klasik melalui workshop dan masterclass yang diadakan secara teratur di 
Indonesia.


(SIRKUS KONTEMPORER)

Laissez-Porter
oleh Compagnie XY

Rabu, 4 April 2007, pk.20.00
Graha Bhakti Budaya - TIM
Jl. Cikini Raya No.73, Jakartra Pusat
www.ccfjakarta.or.id

Tiket: Rp. 50.000 (umum) dan Rp. 30.000 (Pelajar/Mahasiswa)
tel. 319 37 325 / 319 34 740

Mengoper koper

 

Di sebuah tempat yang bisa jadi adalah sebuah ruang tunggu stasiun, 6 pemain 
akrobat. Apakah mereka akan berangkat ? Berpindah tempat ? Eksodus ? Mengungsi 
? 

 

Setiap koper memberi identitas kepada setiap orang. Papan menjadi jembatan 
penghubung antara satu kesendirian dengan yang lain, mengajak kita bergabung 
dalam permainan dengan sentuhan humor. Mereka terlihat ragu, langkah mereka 
mengambang, terbebani oleh masa lalu. Tiba-tiba, mereka hanyut dalam kehidupan, 
nafas tak beraturan dimana tubuh mereka melayang dalam aksi akrobat yang 
dramatis.



===



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: JS
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:29 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian 
biaya  schedule

 Adalah tidak fair jika hanya Taiwan yang dikecam

Siapa yang mengecam Taiwan? Untungnya buat saya apa?
Bahkan saya bolak-balik bilang Taiwan tidak bodoh...

- - - - - - - - - -

 Saya liat justru Anda yang tidak logis.
  Yang Arab, Belanda dan India membantu sesuai dengan
  spesialisasi  masing-masing (mesjid, gereja, kuil)
 Berarti yang lain tidak dapat bantuan dong?

Lho, kenapa tidak dapat bantuan?

- - - - - - - - - - -

 Kalo mau universal tanpa diskriminasi,
 berilah bantuan kepada siapa saja
 tanpa memandang latar belakangnya

Betul sekali JS-heng! Sekarang lauwheng sudah mulai berpikir mainstream.
Maka mari ikut protes pada yang memberi bantuan tapi pakai sayarat hanya 
untuk keturunan tertentu saja!

Wasalam. 



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007

2007-03-28 Terurut Topik melani chia
Alf, tulis lagi dong tentang kehidupan di Taipei.

Alfonso [EMAIL PROTECTED] wrote:  --- In 
budaya_tionghua@yahoogroups.com, Golden Horde [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Selain itu biaya pendidikan dan hidup di Tiongkok relatif lebih murah 
 daripada di Taiwan serta lebih banyak pilihan di lembaga 
 pendidikannya.
 
 Salam
 G.H.

Alfonso: Maaf, sebelumnya ingin memberi masukan sedikit. Biaya sekolah 
Taiwan lebih murah jauh daripada di China. Kami pernah membandingkan 
biaya sekolah di Beijing dan di Taipei. Seperti biasa, kalau 
membandingkan naga, ya harus dengan naga juga. 

Di Taipei (NTNU), biaya sekolah Rp 4.86 juta/semester. 1 semester NTNU 
= 3 bulan. 
Jadi biaya sekolah NTNU (Taipei) = Rp 1.62 juta/bulan. 

Di China (BLCU), biaya sekolah 27.6 juta/semester. 1 semester BLCU = 5 
bulan.
Jadi biaya sekolah BLCU (Beijing) = Rp 5.52 juta/bulan.

Jadi, mana yang lebih murah? Atau ada yang ingin mengoreksi?

Untuk pembangunan, Taiwan dan China sama-sama maju. Tapi, sebagai 
pendatang baru layaknya OKB, kebiasaan (baca: attitude) memegang 
peranan penting. Di Taiwan, jika anda berjalan di keramaian dan tidak 
sengaja menabrak orang, 8 dari 10 orang yang ditabrak akan 
mengatakan duibuqi. (Padahal mereka yang ditabrak lho! Ya, yang 
menabrak juga minta maaf). Di China, saya tidak pernah menemui hal ini. 
Ini hanya contoh kecil dari kebiasaan sehari2.

Kita tinggal tidak hanya belajar, belajar, dan belajar Mandarin dengan 
guru saja. Tapi, kita juga harus belajar bagaimana lingkungan 
mengajarkan kita sesuatu yang berguna saat di luar. Beli HP jangan cuma 
ada menu pencet nomor dan SMS saja. Tapi kalau bisa, ada reminder, 
kamera, GPRS, dll.

Sori, sekali lagi ini bukan ingin membandingkan. Tapi, ini yang semua 
pernah saya temui.

Alfonso



 


-
 What kind of emailer are you? Find out today - get a free analysis of your 
email personality. Take the quiz at the Yahoo! Mail Championship.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Need Info=T'ai Chi

2007-03-28 Terurut Topik Benny
kontak person atau pengajar yg di Kelapa Gading adalah :

## Jing Wu Men Oriental Martial Arts Kelapa Gading  ###

Law Tjhing How - Sugiarto - Rachman Soetjandra - Faisal Hendrata.
Rachman Soetjandra - 021 927 999 26
Faisal Hendrata  - 0812 947 0628

Karakteristik dari macam aliran Tai Chi adalah
( saya kutip dari buku Tai Chi Chuan Tuishou )

Aliran Chen
Tai Chi aliran Chen berasal dari Henan, dikembangkan oleh keluarga Chen.
Aliran ini tidak dikenal di Beijing sebelum 1928. Dalam Tai Chi aliran Chen
terdapat gerakan meloncat, menggentak, serta ledakan kekuatan, menjalin
kekerasan dan keanggunan. Banyak dijumpai putaran dan lingkaran dan 
latihannya cukup berat. Gerakan Tai Chi Chuan aliran Chen mengandung 
banyak lingkaran ritmis yang penampakan luarnya lembut menyamarkan 
kekuatan di dalamnya.

Aliran Yang
Tai Chi aliran Yang dikembangkan oleh Yang Lu Chan dari Tai Chi Aliran Chen.
Bentuk yang dikenal sekarang adalah perkembangan dari cucunya, yaitu
Yang Cheng Fu. Dewasa ini aliran Yang merupakan yg terpopuler di China.
Gerakannya rata dan relax dengan banyak lingkaran lebar.

Aliran Wu
Tai Chi Aliran Wu dikembangkan di Beijing oleh Wu Quan You, seorang bangsa
Manchu, dan oleh anaknya Wu Jian Quan berdasarkan gerakan dari Tai Chi  aliran 
Yang.
Gerakannya lembut, padat dan tidak tergesa-gesa. Lingkaran2 dijalankan dalam 
pola sedang. 
Popularitas dari Tai Chi aliran Wu hanya dilampaui oleh aliran Yang.

Aliran Hao
Aslinya dikembangkan oleh Wu Yu Xiang yg mempelajari Tai Chi Chen di Henan.
Murid Wu, Hao Wei Zhen membawanya ke Beijing. Karakter dari Tai Chi aliran Hao
adalah kesederhanaannya, jelas dan padat dengan gerakan2 yg lembut dan lambat
Jangkauannya kecil, gerak kaki langsung dan sikap tegak.

Aliran Sun
Pada akhir dinasti Ching, Sun Lu Tang mempelajari Xing Yi Quan, Pa Kua Chang
dan Tai Chi aliran Hao. Berdasarkan apa yg dipelajarinya dia memciptakan aliran 
Sun.
Pergerakan dalam Tai Chi ini adalah cepat, memakai fluktuasi metode tangan  
terbuka
dan menutup. Bentuk yg membedakan dari aliran Sun adalah gerak kaki yg gesit,
maju dan mundur dng cepat, koordinasi yg baik antara membuka dan menutup tangan.
Gerakan dalam aliran Tai Chi ini secara umum adalah mengalir gesit secara 
anggun.

Didalam Tai Chi kelihatannya lembut, tapi mengandung kekuatan yg besar. 
Prinsipnya
lentur seperti per, tetapi begitu lawan lengah, tenaga akan dikeluarkan.
Yang paling anggun dan seneng buat saya adalah aliran Chen, wah asik sekali 

Salam dari saya.
Di empat penjuru lautan, kita semua bersaudara
( Se Hai Ce Nei, Kai Siung Ti Ye )

===
- Original Message - 
From: TALENTA Enterprise [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, March 26, 2007 10:16 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Need Info=T'ai Chi


 Oh ya, yg di jakarta di mana aja ??? Alamat sama cp nya ya .
Thanks
 Dinda,

 Benny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Anda tinggal dimana ? Kalau di Jkt coba kontak di :

 Jing Wu Men Martial Arts
 Komp. Ruko Gading Kirana Blok A10/26
 Pada salah satu programnya ada Tai Chi aliran Chen.
 Anda seneng gaya yg mana : Yang, Chen, Wu, Sun ?
 Kalo saya seneng belajar Tai Chi karena ada filosofi nya,
 makna Tai Chi sangat dalam sekali, dari Tao Ying - Yang.
 Selamat mempelajari Tai Chi.

 Salam,
 Tan Ong Tjoan

 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Jon Schilage
dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
sesuai dengan judul milis kita ini.

salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat
mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya
merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa
beri masukan..

thanks..


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Lim Wiss
Kalau anda ingin menikah dengan biaya minim juga bisa.

Tapi apakah anda dikasih tutup jalan depan rumah seenaknya seperti orang
pribumi yang menikah?

 

Jika tidak masalah, bisa kok menikah ala kadarnya.

Tapi semua kembali ke makna pernikahan itu sendiri.

 

Apa artinya uang jika pernikahan itu tidak bermakna dan meninggalkan kesan
tersendiri?

 

Ada beberapa orang keturunan menikah ala kadar. 

Hanya foto lalu makan di rumah saja. Itupun hanya keluarga dekat.

 

Semua kembali ke diri kita sendiri.

Mau menikah ala kadar silakan saja, tidak ada yg melarang.

Mau menikah dengan mewah, silakan pula.

 

Adat pernikahan boleh dilakukan, boleh tidak dilakukan. 

Tidak ada yg berkomentar, paling-paling pihak keluarga wanita dan keluarga
pria saja yg berkomentar.

 

Lim Wiss

  _  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

 

dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
sesuai dengan judul milis kita ini.

salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat
mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya
merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa
beri masukan..

thanks..

[Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Hendrik Kristiawan
Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga
mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 'Nikah
Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana
(lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta,
dibawah itu pun belum tentu sanggup.

cmiiw


Best Regards,
 
 
 
Hendrik Kristiawan
IT-Departement
PT Immortal Cosmedika Indonesia

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
sesuai dengan judul milis kita ini.

salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat
mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya
merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa
beri masukan..

thanks..


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik JS

  Adalah tidak fair jika hanya Taiwan yang dikecam
 
 Siapa yang mengecam Taiwan? Untungnya buat saya apa?
 Bahkan saya bolak-balik bilang Taiwan tidak bodoh...
--
Maksudnya Anda mengatakan Taiwan diskriminatif
sedangkan hal2 lain yang jelas2 diskriminatif Anda
bilang tidak diskriminatif.
Sudah jelas, yang memberi bantuan pasti lebih pintar
heheh...

   Yang Arab, Belanda dan India membantu sesuai
 dengan
   spesialisasi  masing-masing (mesjid, gereja,
 kuil)
  Berarti yang lain tidak dapat bantuan dong?
 
 Lho, kenapa tidak dapat bantuan?
--
Seandainya jika saya non-muslim maka tidak dapat
bantuan dari Arab
 

 Betul sekali JS-heng! Sekarang lauwheng sudah mulai
 berpikir mainstream.
 Maka mari ikut protes pada yang memberi bantuan tapi
 pakai sayarat hanya 
 untuk keturunan tertentu saja!
-- Dari awal saya tidak memihak.
Memberi bantuan hanya kepada keturunan tertentu sama
diskriminatifnya hanya untuk agama tertentu.

Kalau pelakunya pemerintah Indonesia saya pasti
protes. Karena ini pihak asing maka tidak jadi
prioritas toh di negeri kita masih banyak hal
diskrimitif yg lebih gawat.

Kita tidak perlu menghabiskan tenaga untuk ribut soal
ini...
Yang paling penting bereskan masalah di negeri kita.




 

It's here! Your new message!  
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.
http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/


Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Jon Schilage
emang bener sih, menikah itu mau mewah atau sederhana itu tergantung diri
kita sendiri.
kalo menikah yang seharusnya sesuai adat china itu gimana ya??
ada yang mengatakan bahwa tata cara pernikahan masyarakat cina saat ini
(hampir seluruh dunia) telah menyalahi aturan yang sebenarnya.
salah satu contoh adalah pakaian pengantin wanita yang berwarna putih dan
undangan yang berwarna putih atau pink, padahal warna yang seharusnya adalah
warna merah.
menurut adat cina, warna merah itu melambangkan hal-hal/perkara sukacita,
sesuatu yang bahagia dan putih lambang duka cita.
hal ini dapat dilihat kalo ada yang kondangan (menikah) dan pindah ke rumah
baru, dipintu utama selalu digantung kain merah selama beberapa hari. contoh
lain adalah angpau (bungkusan merah) sebagai reward/hadiah untuksesuatu hal,
sedangakn pekpau (bungkusan putih) sebagai sumbangan dukacita untuk keluarga
yang anggota keluarganya ada yang meninggal.

mungkin teman2 ada yang bisa nambah??


On 3/28/07, Lim Wiss [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Kalau anda ingin menikah dengan biaya minim juga bisa.

 Tapi apakah anda dikasih tutup jalan depan rumah seenaknya seperti orang
 pribumi yang menikah?

 Jika tidak masalah, bisa kok menikah ala kadarnya.

 Tapi semua kembali ke makna pernikahan itu sendiri.

 Apa artinya uang jika pernikahan itu tidak bermakna dan meninggalkan kesan
 tersendiri?

 Ada beberapa orang keturunan menikah ala kadar.

 Hanya foto lalu makan di rumah saja. Itupun hanya keluarga dekat.

 Semua kembali ke diri kita sendiri.

 Mau menikah ala kadar silakan saja, tidak ada yg melarang.

 Mau menikah dengan mewah, silakan pula.

 Adat pernikahan boleh dilakukan, boleh tidak dilakukan.

 Tidak ada yg berkomentar, paling-paling pihak keluarga wanita dan keluarga
 pria saja yg berkomentar.

 Lim Wiss

 _

 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com]
 On Behalf Of Jon Schilage
 Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

 dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
 sesuai dengan judul milis kita ini.

 salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
 saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia
 sangat
 mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
 jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
 tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
 coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
 menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

 mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
 peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
 bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
 apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
 dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

 kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa
 biaya
 merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2
 bisa
 beri masukan..

 thanks..

 [Non-text portions of this message have been removed]

 [Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Jon Schilage
mungkin tidak disemua tempat di indo, tapi itulah kenyataan dilapangan,
terutama di daerah.
coba anda ke daerah riau kepulauan, suatu beban besar bagi anak cowok disana
karena harus menikah dengan pesta yang wah demi nama baik keluarga.


On 3/28/07, Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga
 mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara
 'Nikah
 Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana
 (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta,
 dibawah itu pun belum tentu sanggup.

 cmiiw

 Best Regards,



 Hendrik Kristiawan
 IT-Departement
 PT Immortal Cosmedika Indonesia

 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com]
 On Behalf Of Jon Schilage
 Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

 dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
 sesuai dengan judul milis kita ini.

 salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
 saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia
 sangat
 mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
 jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
 tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
 coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
 menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

 mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
 peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
 bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
 apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
 dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

 kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa
 biaya
 merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2
 bisa
 beri masukan..

 thanks..

 [Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

2007-03-28 Terurut Topik BUD'S
Kalau disini, makan diresto mahal dan pada Tjong Ti pu, soalnya mereka beli 
bumbu A1 atau Claypot, trus masakin dan jual ke orang2, bagi yang ngak tau 
dikiranya resep rahasia dari resto itu, ngak taunya bumbu make in S'pore he he 
he,

Oh untuk Pak. Tantono, Kung Pau chicken disini ada jual sausnya, namanya juga 
Kung Pau Saos, di botolnya ada tertera cara masaknya, saus ini dapat ditemukan 
di Ranch Market, kebun jeruk, mungkin di Kota juga ada.

Kalau Ardian C, ya boss kita lah.  

  - Original Message - 
  From: melani chia 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:09 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?


  Udah, tp baru tau namanya ayam raja,juga tinggal makan disini byk yg udah 
mateng
  jd tinggal makan aja,kalau masak sendiri biasanya ya ayam herbal terpisah yg 
digodok.

  Numpang tanya itu nama Ardian ada 2 yg satu +c yg satu lagi Ardian Siregar?



  BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
  May Lan, pernah coba ayam raja ???, bumbunya sudah tersedia dan dapat dibeli, 
didalamnya sudah ada plastiknya dan aluminium foilnya, mereknya A1 dan 
Clayport, buatan Singapura. Kalau di Jakarta bisa didapatkan di Ranch Market 
atau Carre4.

  - Original Message - 
  From: melani chia 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 27, 2007 8:39 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

  Juga ada istilah Chi Pao Kai, juga lezat, hanya agak asin,waktu memasaknya 
dibungkus kertas berlapis, dg resep ala cina tradisional herb, di Johor , 
didaerah Pelangi ada beberapa restoran yg masakannya special chi pao kai.

  Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans,
  Dibawah ini ada resensi buku baru anak muda, Loo Kay udah beli dan cukup
  menghibur. Nah tapi tanya dalam hati, apa di taiwan ada MAFIA ya ?. Belum
  lagi soal masakan ayam Kung Pao tentunya (di Indo kok nggak ada yang jual
  itu ayam Kung Pao atau namanya lain ??. Bukunya ringan dan menghibur,
  daripada ngomongin PKC, agama, politik terus-terusan, emang sih picisan,
  tapi bukankah jiwa sekali-sekali harus juga dihibur dengan yang picisan ini
  ???. Salam, Tan Loo Kay
  PS. Loo Kay baca buku ini karena anak Loo Kay beli, jadi yang punya anak
  remaja mo ultah beliin saja buku ini.

  KUNG PAO CHICKEN LOVE
  Novel chicklit, Penulis: La Mian, vi+240 halaman, Rp
  27.000,-

  Apakah Anda pernah membayangkan kalau seseorang yang
  Anda taksir adalah anak dari seorang tokoh MAFIA yang
  disegani di Taiwan? Itulah yang di alami tokoh utama,
  Lena di dalam novel chicklit ini. Kehidupan Lena
  sebagai jomblo seketika berubah sejak kedatangan rekan
  kerja yang baru datang dari Singapura. Namanya Erick.
  Itulah nama cowok yang tampangnya beda-beda tipis
  dengan host-nya MTV Asia, Wang Lee Hom dan kini telah
  membuat hidup Lena bagaikan naik kora-kora di Dufan
  Ancol. Eneg, pusing, pengen teriak, ketawa,
  terkejut-kejut, itulah kira-kira yang dirasakan oleh
  Lena.

  Novel ini sangat menarik dengan mengambil setting di
  Indonesia dan Taiwan. Dengan mengalirnya cerita,
  pembaca akan bertanya-tanya, apa yang terjadi kalau
  Lena tahu kalau Erick ternyata anak seorang mafia yang
  disegani di Taiwan? Apa pula yang terjadi kalau Lena,
  si gadis Sunda asli, gedubrakan sendiri di Taiwan?
  Kelihatannya lebih baik Anda membaca sendiri novel
  yang menghibur, kocak, mengharukan dan sekaligus
  romantis ini.

  Informasi lebih lanjut
  Penerbit Escaeva
  http://www.escaeva.com

  -- 

  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedul

2007-03-28 Terurut Topik Eko Pramono
Kalo bisa, tapi gak mau, itu diskriminasi
Kalo mau, tapi gak bisa. Atau bisa, tapi kurang kompeten, ya bukan dong...

Contoh contoh dari bung ABS rasanya semua masuk kategori yang ke 2 deh.

Anyway, saya tetep tertarik gimana cara pembuktian seseorang itu keturunan
atau bukan :D


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: JS
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:04 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya 
 schedule

 Misalnya begini..
 - Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa,
implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia
akan membenci ket Tionghoa.
 - Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid.
Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim?
 - Belanda memberi bantuan pembangunan gereja.
Apakah golongan non kristen memusuhi golongan kristen?

-

He he he... kalau kasih contoh (perandaian) itu apel dibanding apel, jeruk 
dibanding jeruk dong, JS-heng, jangan apel dibanding jeruk, jeruk 
dibanding apel. 
Atau kalau pinjam istilahnya Alfonso-heng, membandingkan naga ya dengan naga.

Kalau membandingkan bangunan ibadah, semua contohnya ya bangunan ibadah:
- Misalkan Taiwan memberi bantuan pembangunan vihara.
   Tentu saja golongan non-Buddhis tidak akan memusuhi
   golongan Buddhis.
   Tetapi kalau yang boleh masuk vihara bantuan Taiwan itu
   cuma keturunan Tionghoa saja, tentu ramai diprotes
- Misalkan Arab memberi bantuan pembangunan mesjid.
   Tentu saja golongan non-Muslim tidak akan memusuhi
   golongan Muslim.
   Tetapi kalau yang boleh masuk mesjid bantuan Arab itu
   cuma keturunan Arab saja, tentu ramai diprotes.
- Misalkan Belanda memberi bantuan pembangunan gereja.
   Tentu saja golongan non-Kristen tidak akan memusuhi
   golongan Kristen.
   Tetapi kalau yang boleh masuk gereja bantuan Belanda itu
   cuma keturunan Belanda saja, tentu ramai diprotes

Kalau mau kasih contoh (perandaian) bantuan paket belajar bahasa, 
seperti dalam kasus yang kita bicarakan ini, jadinya seperti ini:
- Misalkan Taiwan memberi bantuan paket belajar bah. Tionghoa.
   Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan
   memusuhi yang biasa bicara bah. Tionghoa.
   Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Tionghoa bantuan
   Taiwan itu, cuma keturunan Tionghoa saja, tentu ramai diprotes.
- Misalkan Arab memberi bantuan paket belajar bah. Arab.
   Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan
   memusuhi yang biasa bicara bah. Arab.
   Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Arab bantuan
   Arab itu, cuma keturunan Arab saja, tentu ramai diprotes
- Misalkan Belanda memberi bantuan paket belajar bah. Belanda.
   Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan
   memusuhi yang biasa bicara bah. Belanda.
   Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Belanda bantuan
   Belanda itu, cuma keturunan Belanda saja, tentu ramai diprotes.

Gitu lho, JS-heng.
Kalau sudah dijelaskan seperti menjelaskan ke anak SD begini, masih 
tidak paham juga, ya saya nyerah deh...
Padahal pemerintah Taiwan saja sudah tahu bahwa mereka salah, dan 
akan merubah kebijakannya.

Jadi... pinjam gaya bahasanya Ul-djie:
Gue ini musuhin Taiwan kagak, orang Tionghoa kagak, pingin belajar 
Mandarin kagak, ngapain repot-repot ngajarin logika SD gini!
Ha ha ha...

Wasalam. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Tentang pernikahan Tionghoa

2007-03-28 Terurut Topik Herman Huang

Pendapat saya soal pernikahan Tionghoa :

Di Indonesia sih sudah terjadi banyak modifikasi dalam
hal tradisi pernikahan Tionghoa.
Soal pernikahan mo diadakan secara mewah atau
sederhana tergantung keinginan masing2x orang dan
tentu saja kemampuan finansialnya.
Saya temui beberapa teman yang menikah tamasya saja.
Ada yang hanya mencatatkan diri di catatan sipil dan
makan2x keluarga besar di restoran.
Jadi semua tergantung apa yang kita maui.
Kalo kemampuan finansial kurang tidak perlu memaksakan
diri.
Jangan karena gengsi atau menjaga nama baik keluarga
terus berhutang demi pernikahan.Pestanya cuman sehari
tapi dikejar2x oleh pemberi hutang /rentenir
berbulan2x.
Itu saja pendapat saya.

Salam,

Herman
www.hermanhuang.blogspot.com




 

Need Mail bonding?
Go to the Yahoo! Mail QA for great tips from Yahoo! Answers users.
http://answers.yahoo.com/dir/?link=listsid=396546091


[budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik PK Lim
Pak/Ibu moderator,

Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama.  Bahkan sempat ada 
yang 4x.  Kenapa yah ?

Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

salam,
PK Lim

 
-
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Do we truly embrace unity in diversity?

2007-03-28 Terurut Topik Sunny
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.F05

Do we truly embrace unity in diversity? 
Opinion and Editorial - March 27, 2007 


Evi Mariani, Amsterdam

I never thought I would experience it on a street in Amsterdam; that 
all-too-familiar taunt Cina, pronounced like the English China. But it did 
happen to me and a Dutch friend as we walked down a street through the center 
of this multicultural city. The two of us do look like we come from China, as 
the name-caller thought. We both have Chinese backgrounds: I am a 
Chinese-Indonesian whereas she is Dutch with parents who came from Hong Kong to 
the Netherlands decades ago.

I was surprised by the incident but I also found it hilarious, due to the low 
-- at least, I thought -- likelihood of experiencing name-calling not on a 
street in Bandung or Jakarta but somewhere in West Europe. 

Unlike me, who laughed at the incident, my friend did not see the funny side of 
it. She, who was born and raised in Holland, told me she hated such 
name-calling, which she had apparently experienced many times. 

In big cities like Amsterdam, the name-callers are usually not Dutch (she 
means white Dutch). But in Maastricht (a small city where she grew up) most of 
them are (white) Dutch farmers, we call them farmers although they are not 
really farmers, she told me. 

Later, I realized that if the same thing happened to me in Indonesia, my 
reaction would be more or less the same as hers. I would take it seriously and 
be slightly hurt, because if it happened in Indonesia, the experience would not 
be a one-time funny incident in a foreign country, in other words, not 
something you would share with your friends, laughing over it while sipping 
coffee or knocking back beers. Like her, I think I would be presented with 
something like a lifetime problem -- a commitment instead of a one-night stand. 

This incident made me think more about migration and ethnic negotiation between 
migrants and their hosts around the world, well, at least in the Netherlands 
and in Indonesia. How different the negotiation process is and how similarly 
painful is the struggle, especially on the migrant side with the exception of a 
few cases like the American and Australian continents. 

One thing I found out in the Netherlands is that the negotiation process 
between migrants and their hosts is no easier than anywhere else in the world. 
In Holland there are ethnic groups that are considered problematic like the 
Turks and the Moroccans and there are those who are invisible, like Asians. 

This invisibility misleads the public to think that Asians have no identity or 
citizenship problem in Holland. When the Dutch public talk about migrants, or, 
in Dutch, allochtone, they are mostly referring to Turks, Moroccans and 
Surinamese. 

Dismissing the Asian group as a non-issue, I think, is a mistake. There is the 
notion that so long as the allochtone keep out of trouble, as most Asians do, 
there will be no serious problems, no discrimination, no conflicts. This 
suggests the problematic ethnic groups should stop making problems -- like 
maintaining their relatively low-level of education, asking for a mosque, or 
being poorer than the rest of the population -- if they want to be welcomed 
with open arms that is. 

Indeed, compared to the problematic ethnic groups, Asians are well-off, fare 
better in education, contribute less to crime statistics and hardly ever ask 
for a particular worship place. However, still, not all members of the host 
society appreciate this low-profile approach. 

Sometimes Dutch people say ni hao (how are you in Chinese) to me on the 
street. They say it's a polite greeting. But I know better, it's mocking, my 
friend once told me. 

This is only one example of how Chinese people feel they are not really welcome 
in the Netherlands. There are other problems like the glass ceiling issue in 
some workplaces where it is difficult for Asians, like other allochtone, to 
reach the top. 

This is not to say the hosts are the bad guys and the allochtone the innocent 
victims. On the other hand, this story also says the host society is no 
welcoming angel and the allochtone are not exactly having a picnic. Both sides 
have to work to achieve an ideal multicultural society. 

However, I have noticed one good thing about Holland; there are efforts to 
address the problems that come with a multicultural society. The murders of Pim 
Fortuyn and Theo van Gogh pushed the Dutch people to see they have problems; 
the murders led to hostile reactions from many Dutch people but, on the other 
hand, this hostility caused the Dutch to question the sincerity of their 
tolerance and subsequently paved the way for dialog and efforts to make the 
multicultural society really work. Their first step is to admit that both 
sides, host and migrants, have contributed to the problem. I see this first 
step as crucial in setting out on the path to a genuine 

Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Sabik Hilmi


Kalo saya mah gampang aja. Gitu aja kok reeepoot. (Gus Pur)

Pertama, sy punya pandangan kl milis ini budaya_tionghoa bukan milis 
etnis_tionghoa, bahasannya spesifik dan untuk semua golongan.  CMIIW...
Nah karena milis ini inklusif jelas keliru kl ada pengumuman untuk etnis 
tertentu.
Sama jg halnya keliru kl buat pengumuman khusus untuk agama tertentu di milis 
ini.

Kedua, mengenai Taiwan yg mau kasih beasiswa khusus buat etnis tionghoa.  
Sptnya agak mengganggu rasa keadilan.
Mungkin lebih cantik kl beasiswanya di buka untuk WNI titik. Dimana etnis jawa, 
sunda, minang, dayak, tionghoa, bugis, dst yg ga bisa disebutkan satu-persatu 
berkesempatan sama.

Peace.



  - Original Message - 
  From: JS 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 27, 2007 11:04 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian 
biaya  schedule


  saya melihat Sdr Akhmad menerapkan standard ganda.
  Bantuan yang jelas2 hanya untuk kelompok tentu tidak
  Anda sebut diskriminatif. 
  Berpikiran jernih lah, jangan bias oleh agama, etnis,
  kepentingan, dst...

  Ada tidaknya dampak negatif yang akan dialami oleh
  Keturunan Tionghoa di Indonesia tentunya akan
  ditentukan oleh intelegensia dan moral dari pihak yang
  menanggapi.

  Misalnya begini..
  - Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa,
  implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia akan
  membenci ket Tionghoa.

  - Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid.
  Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim?

  - Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Apakah
  golongan non kristen memusuhi golongan kristen? 

  --- Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:

   - Original Message - 
   From: idakhouw
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR
   TAIWAN 2007, perincian biaya
schedule
   
Saya memang sangat kaget membaca info bhw
   PEMERINTAH Taiwan
memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras
   seperti itu.
Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah
   Taiwan
tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan
   kaum cendekia
bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan
   kebijakan
absurd demikian
   
   Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini,
   pemerintah Taiwan tidak
   bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari
   kesalahannya dan
   memperbaiki political scheme-nya.
   
   - - - - - - - - - - -
   
Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers
bersikap standar-ganda yang akut:
diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus
   dilawan,
diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2
   pembenarannya
   
   Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya
   ketertekanan akibat
   diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara
   Tionghoa Indonesia
   selama ini.
   
   Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar
   mempersoalkan kebijakan
   Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi.
   Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat
   belajar bahasa
   Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh
   kebijakan pemerintah Taiwan 
   itu.
   
   Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya
   bagi saudara-
   saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan
   Taiwan yang
   memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek
   politiknya!
   
   Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan
   serupa berupa
   penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah
   juga Tionghoa
   RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa
   bagi kaum Tionghoa
   Indonesia.
   Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing,
   dalam hal ini RRT
   (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang
   dengan Jepang, tanpa
   pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei}
   juga dicurigai
   sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp
   interniran).
   Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh
   memilih, setia pada RI atau
   pada RRT.
   Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota
   kecil (melihat teori
   Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek
   RRT tinggal di
   pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan
   berkumuhan di kota besar.
   Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara
   miskin yang kelebihan
   penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu
   menderita luarbiasa di
   sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban
   luarbiasa berat juga
   pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin.
   Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa
   Indonesia lantas
   dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa
   saya ditanyai:
   Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu
   ke Indonesia, kamu
   akan berperang di pihak mana?.
   Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai
   mengambil pelajaran
   dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay
   dalam berdiplomasi
   antar bangsa.
   
   Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia 

Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Temen saya tinggal di Jlambar, ngkonye kawin cuma tea pai ama undang 
sodara deket  tetangga doang, menunye cuma kue kering. prosedur kawinnye 
cuma sembahyang terus Hormat 3 kali, kasih teh ke ortu  mertua, ama 
sodara2 yang ude kawin, terus begitu buka angpaw isinye paling cuma 
2000-2 perak per angpaw, mereka ga pusingin isinye, yang penting bisa 
kawin secara adat, saya rasa ampe sekarang ga punya surat kawin alias 
statusnye kumpul kebo bagi negara!!!



- Original Message - 
From: Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 28 March, 2007 16:19
Subject: RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia


 Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga
 mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 
 'Nikah
 Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana
 (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta,
 dibawah itu pun belum tentu sanggup.

 cmiiw


 Best Regards,



 Hendrik Kristiawan
 IT-Departement
 PT Immortal Cosmedika Indonesia

 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage
 Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia

 dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja
 sesuai dengan judul milis kita ini.

 salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan.
 saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia 
 sangat
 mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal.
 jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan
 tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah.
 coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang
 menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja.

 mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya
 peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4
 bentuk mas kawin), pheng kim, dll..
 apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio
 dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta).

 kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa 
 biaya
 merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 
 bisa
 beri masukan..

 thanks..


 [Non-text portions of this message have been removed]



 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links



 




Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

2007-03-28 Terurut Topik melani chia
Bud, ada juga bak kut teh yg udah dipack bumbunya,made in Singapore
  tinggal tambah bawang putih utuh, dagingnya digodok kalau pork,sebentar trus 
bilas air
  baru campur ama air mendidih yg udah ditaroh bungkusan bumbuhnya, enak jg 
kalau buat daging sapi, makannya ditambah bihun yg udah diseduh air 
panas,kecap,cuka,bakso(baksonya jg dicampur ke kuah bak kut tehnya)

BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalau disini, makan diresto mahal dan pada Tjong Ti pu, soalnya 
mereka beli bumbu A1 atau Claypot, trus masakin dan jual ke orang2, bagi yang 
ngak tau dikiranya resep rahasia dari resto itu, ngak taunya bumbu make in 
S'pore he he he,

Oh untuk Pak. Tantono, Kung Pau chicken disini ada jual sausnya, namanya juga 
Kung Pau Saos, di botolnya ada tertera cara masaknya, saus ini dapat ditemukan 
di Ranch Market, kebun jeruk, mungkin di Kota juga ada.

Kalau Ardian C, ya boss kita lah. 

- Original Message - 
From: melani chia 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:09 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

Udah, tp baru tau namanya ayam raja,juga tinggal makan disini byk yg udah 
mateng
jd tinggal makan aja,kalau masak sendiri biasanya ya ayam herbal terpisah yg 
digodok.

Numpang tanya itu nama Ardian ada 2 yg satu +c yg satu lagi Ardian Siregar?

BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
May Lan, pernah coba ayam raja ???, bumbunya sudah tersedia dan dapat dibeli, 
didalamnya sudah ada plastiknya dan aluminium foilnya, mereknya A1 dan 
Clayport, buatan Singapura. Kalau di Jakarta bisa didapatkan di Ranch Market 
atau Carre4.

- Original Message - 
From: melani chia 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, March 27, 2007 8:39 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

Juga ada istilah Chi Pao Kai, juga lezat, hanya agak asin,waktu memasaknya 
dibungkus kertas berlapis, dg resep ala cina tradisional herb, di Johor , 
didaerah Pelangi ada beberapa restoran yg masakannya special chi pao kai.

Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans,
Dibawah ini ada resensi buku baru anak muda, Loo Kay udah beli dan cukup
menghibur. Nah tapi tanya dalam hati, apa di taiwan ada MAFIA ya ?. Belum
lagi soal masakan ayam Kung Pao tentunya (di Indo kok nggak ada yang jual
itu ayam Kung Pao atau namanya lain ??. Bukunya ringan dan menghibur,
daripada ngomongin PKC, agama, politik terus-terusan, emang sih picisan,
tapi bukankah jiwa sekali-sekali harus juga dihibur dengan yang picisan ini
???. Salam, Tan Loo Kay
PS. Loo Kay baca buku ini karena anak Loo Kay beli, jadi yang punya anak
remaja mo ultah beliin saja buku ini.

KUNG PAO CHICKEN LOVE
Novel chicklit, Penulis: La Mian, vi+240 halaman, Rp
27.000,-

Apakah Anda pernah membayangkan kalau seseorang yang
Anda taksir adalah anak dari seorang tokoh MAFIA yang
disegani di Taiwan? Itulah yang di alami tokoh utama,
Lena di dalam novel chicklit ini. Kehidupan Lena
sebagai jomblo seketika berubah sejak kedatangan rekan
kerja yang baru datang dari Singapura. Namanya Erick.
Itulah nama cowok yang tampangnya beda-beda tipis
dengan host-nya MTV Asia, Wang Lee Hom dan kini telah
membuat hidup Lena bagaikan naik kora-kora di Dufan
Ancol. Eneg, pusing, pengen teriak, ketawa,
terkejut-kejut, itulah kira-kira yang dirasakan oleh
Lena.

Novel ini sangat menarik dengan mengambil setting di
Indonesia dan Taiwan. Dengan mengalirnya cerita,
pembaca akan bertanya-tanya, apa yang terjadi kalau
Lena tahu kalau Erick ternyata anak seorang mafia yang
disegani di Taiwan? Apa pula yang terjadi kalau Lena,
si gadis Sunda asli, gedubrakan sendiri di Taiwan?
Kelihatannya lebih baik Anda membaca sendiri novel
yang menghibur, kocak, mengharukan dan sekaligus
romantis ini.

Informasi lebih lanjut
Penerbit Escaeva
http://www.escaeva.com

-- 

. 


[Non-text portions of this message have been removed]



 


-
 The all-new Yahoo! Mail goes wherever you go - free your email address from 
your Internet provider.

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Erik
Bahwa solidaritas sesama anggota suku/ras dengan keseragaman bentuk
fisik, budaya, tradisi (dan juga bahasa) adalah sifat yang merekat
pada semua suku/ras, demikian pun bangsa/suku atau ras Tionghoa pun
tak pernah luput dari sifat sedemikian itu.
Pada hakekatnya, setiap kelompok suku atau ras adalah unik bagi
kelompok lain. Coba perhatikanlah tingkah laku para peneliti
antropologis, bukankah sebagai seorang subyek, mereka selalu memandang
obyek penelitiannya (sebuah suku) sebagai sesuatu yang unik, yang lain
dari pada kelompok sukunya sendiri? 
Karena itulah, perhatian, bantuan, empati, simpati yang bermuara pada
solidaritas antar sesama tidak pernah sepi dari panggung dunia dalam
segala bentuknya.
Umat muslim Indonesia spontan bereaksi, dan mendemo kedubes AS begitu
Irak diserang oleh negara adi daya tsb.
Pertemuan Persemakmuran (atau persekutuan saya lupa, cmiiw) rumpun
Melayu selalu membicarakan strategi mengembangkan budaya dan bahasa
Melayu di antara sesama rumpun Melayu di Malaysia, Singapore,
Indonesia, Brunei bagi anak bangsa rumpun Melayu. Dan bantuan pun
mengalir di antara sesama rumpun Melayu yang berlainan negara itu.
Apakah itu sebuah perbuatan diskriminatif, karena hanya diberikan
kepada anak-anak Melayu?
Tidak ada yang protes, karena tak ada yang merasa dirugikan. Malah
justru banyak yang merasa diuntungkan. Pun pula, solidaritas antar
sesama kelompok berbasis ras seperti sudah yang merupakan sifat bawaan
setiap manusia kenapa harus ditentang.
Saya kira, yang ditentang oleh gerakan-gerakan anti diskriminasi di
Indonesia tidak ditujukan pada hal-hal seperti itu. Yang mereka
tentang adalah perbuatan merugikan yang dilakukan oleh sebuah kelompok
tertentu terhadap kelompok lain, Bukan saling menyokong dan mendukung
antara sesama yang berbasis ras. Dan juga TEMA UTAMA yang mereka usung
adalah perbuatan MENGANAK-TIRIKAN atau DISKRIMINASI YANG DILAKUKAN
OLEH NEGARA KEPADA SALAH SATU KELOMPOK ANAK BANGSANYA SENDIRI. 

Salam, 

Erik

In budaya_tionghua@yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote:

Kalau orang2 lain tak melihat aspek racial discrimination di
pengumuman itu saya ngga terlalu kaget (apa boleh buat, kecenderungan
menerapkan double standard memang melanda kelompok masyarakat mana
saja), tapi kalau Masarcon tidak melihatnya,, wahh gaswat :)

 I.
(strategi membidik pasar tertentu mah bukan diskriminasi atuh Mas :)
 
 
In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ari Condrowahono
masarcon@ wrote:
kalau yg saya lihat sih, ini taiwan berusaha cari market buat sekolah
di taiwan.  china daratan aja udah jualan lho, bolak balik bikin
seminar pendidikan di mangga dua.
yah, secara ekonomi dan budaya, jelas kan siapa yang dilirik.  kayak
IAIN - UIN juga gak keliatan buka seminar buat narik tionghua
keturunan buat masuk tempat mereka, meskipun saat ini mereka udah
punya banyak fakultas umum.  buat yang kelas luar negeri IIUM -Islamic
International University Malaysia atau sering disebut sebagai UIA juga
gak pernah buka iklan / pemeran di mangga dua atau ngajak jalan jalan
ke malay.  
padahal kalo emang niat pengen segmented, kan bisa buka pameran di
depan gedungnya PITI.  lha itu, pakar ekonomi islam di Indonesia
kayaknya keturunan tionghua semua.  ikut partanya pks lho rata rata.
sebut ajah nama M. Syafii Antonio [nama aslinya sapa sih ?], terus yg
bikin shariah business school di jogjakarta, kan engkong engkong
tionghwa jugak 

salam,
ari condro



Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik Rinto Jiang
Sangat mungkin sekali adalah gangguan pada sistem pengantaran imel 
Yahoogroups. Sudah saya laporkan ke pengurus Yahoogroups.


Rinto Jiang



PK Lim wrote:
 Pak/Ibu moderator,

 Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama.  Bahkan sempat ada 
 yang 4x.  Kenapa yah ?

 Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

 salam,
 PK Lim

  
 -

   


[budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)

2007-03-28 Terurut Topik Rinto Jiang
Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis 
langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan ini, 
kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China 
diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan 
revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan 
revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari 
orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun 
pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja, karena 
orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang terlalu 
ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka 
jalankan.

Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang 
Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. 
Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, 
Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah 
populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti 
Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang 
menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat 
menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti 
Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh 
dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi 
setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa 
seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi 
Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). 
Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 
kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, 
seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada 
perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2. Tentu 
saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua 
kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih 
condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini diterapkan di 
AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk 
meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia 
sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun 
hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara 
kalangan WNI Tionghoa.

Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya nasionalisme 
Taiwan untuk meraih kemerdekaan Taiwan, kebijakan pemerintah mulai 
berubah. Dari mulai adanya panggilan untuk membubarkan Komisi Urusan 
Tionghoa Seberang Lautan, sampai kepada membatasi definisi Tionghoa 
seberang lautan hanya kepada Tionghoa yang masih memegang 
kewarganegaraan Republik China di luar negeri.

Dari sini, saya ingin menghimbau kepada rekan2 yang berdiskusi tentang 
masalah ini untuk jangan langsung memvonis ini praktek diskriminasi ini 
adalah sebuah diskriminasi negatif. Diskriminasi tidak semuanya langsung 
berarti negatif. Diskriminasi dalam arti harfiahnya berarti pembedaan. 
Saya kira, perlakuan beda seperti yang dilakukan pemerintah Taiwan 
(Republik China) untuk kalangan tertentu atas dasar keinginan balas 
jasa, adalah tidak merugikan pihak yang tidak diperlakukan istimewa 
dalam hal ini non-Tionghoa.

Belanda memberikan beasiswa khusus kepada WNI karena Belanda punya 
hubungan khusus dengan Indonesia di masa lalu, ini diskriminatif dan 
nampaknya tidak adil bagi warga negara Malaysia misalnya. Namun betulkan 
tidak adil? Belum tentu. Siapa suruh Malaysia tidak menderita dijajah 
Belanda di masa lalu? Nah, kembali ke Taiwan, bila kemudian pemerintah 
Taiwan menyamakan seluruh WNI Tionghoa dengan WNI dari suku lainnya dan 
hanya memberikan priviles kepada Tionghoa berkewarganegaraan Taiwan, 
saya kira, WNI Tionghoa juga jangan berteriak mereka didiskriminasi. Ini 
dikarenakan, priveles yang diberikan sebuah negara kepada warga 
negaranya sudah memang harus lebih daripada seorang yang 
berkewarganegaraan lain.

Demikian, semoga bertambah jelas.


Rinto Jiang


idakhouw wrote:
 Bung Rinto, 
 Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan
 memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat
 berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan
 penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2
 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian (cendekiawan Indonesiapun
 tidak kritis pula!). Syukurlah kalau kebijakan itu hendak dibatalkan
 (ini sudah bukan lagi soal menguntungkan atau tidak buat kelompok
 tertentu. Kita mengkritisi basis kebijakannya) 
   
   


[budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik eddy witanto
Hahahaha. semuanya pada sibuk ributin soal studi tour yg cuman buat 
keturunan Tionghoa saja, yg diseret2 ke arah diskriminasi. Tapi kalian koq gak 
ada yg pada ribut soal diskriminasi yg juga nyata2 dibuat oleh Pemerintah 
Taiwan, yaitu bahwa beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!) dari Kementerian 
Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa. 
Lhoo Diskriminasi juga khan? Piye thooo.

eddy


 

Finding fabulous fares is fun.  
Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel 
bargains.
http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007 Rinto Jiang AB Saleh

2007-03-28 Terurut Topik eddy witanto
Akhmad Bukhari Saleh Kalau RRT sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan 
melakukan pilih-pilih begitu, yang mereka sudah belajar dari pengalaman bahwa 
itu akan jadi boomerang membikin menderita saudaranya yang jauh di negeri 
orang...

eddy: aaahhh?? kayaknya tak seindah yg Anda katakan deh...coba pikir2 lagi...

Rinto JiangDalam beberapa kesempatan, malah peluang untuk belajar di Taiwan 
lebih 
besar untuk para calon pelajar non-Tionghoa karena ada jatah kursi 
pelajar internasional untuk mereka. 

eddy: untuk Indonesia kalo gak salah sekitar 15 orang per tahun.

Rinto JiangBagi pelajar non-Tionghoa, silahkan saja mendaftar untuk 
kesempatan 
belajar dan beasiswa ke Taiwan dan RRC di kantor perwakilan masing2, 
mumpung sekarang persaingan belum terlalu ketat. Tahun lalu saja, ada 
satu teman saya suku Jawa yang berhasil meraih beasiswa dari Kantor 
Dagang Ekonomi Taipei di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan S2 di Taiwan.

eddy: jangan takabur...nggak semudah itu, tidak semua orang Indonesia bisa 
mendaftar. Untuk beasiswa Kementerian Pendidikan RRC yg kalo nggak salah sampai 
sekarang jumlahnya tetap cuman setelapak tangan alias 4-5 orang, sampai 
sekarang beasiswa diatur dalam skema G to G (government to government) dan 
karenanya pelamar harus punya institusi (selama ini institusi milik negara 
seperti PTN, Imigrasi, Deplu, dll), bukan institusi swasta apalagi perorangan. 
Beasiswa Taiwan juga mensyaratkan pelamar berasal dari institusi. 

Apakah keduanya bukan diskriminasi juga??

[EMAIL PROTECTED]


 

Finding fabulous fares is fun.  
Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel 
bargains.
http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: eddy witanto
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:48 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian 
biaya  schedule

 beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!)
 dari Kementerian Pendidikan Taiwan
 cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa.

--

Bisa dijelaskan dengan lebih rinci? Dengan referensi-referensi, supaya jelas 
duduk soalnya...

Misalnya, bagaimana caranya mereka mendiferensiasi yang Tionghoa dan 
non-Tionghoa.

Kalau anaknya (atau cucunya) Corazon Aquino mau apply, ditolak atau tidak?
Kalau ditolak, bagaimana caranya meng-claim bahwa seorang Presiden negara 
lain itu Tionghoa.
Kalau diterima, bagaimana menjelaskan pada tax payer Taiwan bahwa kel. 
Aquino itu non-Tionghoa?

Kalau ada pemuda suku Hui atau Uighur dari mainland mau apply, ditolak atau 
tidak?
Kalau ditolak, apakah karena Hui dan Uighur dianggap Tionghoa ataukah karena 
dari mainland?
Kalau diterima, apakah karena Hui dan Uighur itu non-Tionghoa atau karena 
mau meng-iritasi rezim Beijing?

Jelas ini absurd...

Wasalam.



Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?

2007-03-28 Terurut Topik Tantono Subagyo
Enaknya kapan-kapan ketemuan ya, berembuk yang enak-enak saja, makan ayam
raja en ayam kung pao, minum teh naga en nyamikan-nya popiah.  Tapi bawa
palu yang gedee, begitu ngomong pulitik ato agama dipukul pake palu ampe
benjol.  Hehe, paling dianggep dangkal, jangan salah berbahagialah orang
yang masih bisa tidur nyenyak en menghargai makan enak plus teh yang ciamik
punya...


Best regards, Tantono Subagyo


[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Re: Gelombang Pengunduran Diri Mendekati 20 Juta

2007-03-28 Terurut Topik ananta darma
 
  Saya setuju bahwa pengunduran diri besar-besaran dari keanggotaan PKC yang 
sekarang terjadi di China, bukanlah sekedar karena partai itu jahat (evil). 
Tapi ada banyak faktor yang melatar-belakangi. Salah satunya semakin terbukanya 
informasi dari dunia luar, dan banyaknya kaum intelektual yang tidak 
menggantungkan hidupnya pada partai itu. Munculnya kelas menengah yang lebih 
independen juga turut membuat mereka meninggalkan partai itu.
   
  Mereka sudah pasti merasa terkekang dibawah sistem politik komunis yang tidak 
memberikan kebebasan informasi dan pendapat, serta tidak memberikan kesempatan 
pluralisme dan demokrasi. Sebagai contoh, penguasa China mensensor kata-kata 
tertentu dalam internet, yg dianggap berbahaya seperti kata: Dalai Lama, 
demokrasi, korupsi, Tiananmen, Falun Gong dsb, dengan bekerjasama dengan 
Google, Yahoo, dan MSN versi Mandarin yang sahamnya sebagian dibelinya.
   
  Begitu juga dengan kaum intelektual. Setelah peristiwa pembantai gerakan 
mahasiswa pro-demokrasi di lapangan Tiananmen 1989, mereka dipasung 
kebebasannya. Kampus menjadi menara gading, seperti jaman Orde Baru-nya 
Soeharto. Para pengacara professional yang mencoba mendampingi kasus 
pelanggaran HAM di sana juga mendaptkan perlakukan yang sama. Ingat kasus 
penangkapan terhadap pengacara terkenal Gao Zhisheng yang kini menjadi tahanan 
rumah. Itu belum termasuk perlakuan PKC selama ini terhadap kelompok-kelompok  
spiritual, seperti kaum Tibetan, muslim Uighur, penganut Katolik, dan pengikut 
Falun Gong, yang diluar batas kemanusiaan.
   
  Saya kira faktor-faktor itulah yang membuat rakyat Tiongkok tidak memiliki 
harapan lagi terhadap PKC. Apalagi pertumbuhan ekonomi tinggi yang dicapai 
China saat ini, semakin membuat jurang antara yang kaya dan yang miskin semakin 
menganga. Mayoritas rakyat di pedesaan masih hidup di bawah garis kemiskinan, 
serta ketidakadilan sosial masih terjadi diman-mana. Saya kira ini bom waktu 
bagi pemerintah China, dan jika tidak diatasi akan menimbulkan krisis 
kepercayaan terhadap PKC yang memegang kendali penuh atas pemerintahan. 
Fenomena mundur dari anggota PKC yang kini jumlnya sudah mencapai hampir 20jt 
adalah indikasinya. Gerak perubahan sejarah, pasti tak bs dibendung.
   
  saleum
  Ananta


-
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik Sunny
Mungkin ada virus di komputer Anda.

  - Original Message - 
  From: PK Lim 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali


  Pak/Ibu moderator,

  Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada 
yang 4x. Kenapa yah ?

  Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

  salam,
  PK Lim

  -
  Don't pick lemons.
  See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

  [Non-text portions of this message have been removed]



   


--


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition.
  Version: 7.5.446 / Virus Database: 268.18.20/736 - Release Date: 3/27/2007 
4:38 PM


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik Skalaras
Yang kita permasalahkan adalah :

Pemerintah/ lembaga di Taiwan memiliki aneka program bantuan untuk kelompok 
umum, ini dapat disejajarkan dng Lembaga gereja yang menyalurkan bantuan ke 
lembaga umum seperti PPI misalnya. saya kira hal ini tidak ada yang membantah. 
Ini jelas bukan yang kita permasalahkan disini. fokus diskusi disini jelas 
bukan menilai apakah seluruh program dari Taiwan atau Gereja itu diskriminatif. 

Yang kita permasalahkan disini adalah: bagaimana sikap kita tehadap salah satu 
program dari lembaga2 tsb diatas yang mengkhususkan diri pada kelompoknya? 
apakah harus kita beri cap diskrimainatif ? Disini kita tidak sedang menilai 
sebuah badan/lembaga secara keseluruhan,  kita hanya sedang menyoroti kasus 
perkasus, mengapa cepat2 mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut 
setitik noda merusak susu sebelanga. terkesan defensif. Apalagi, tujuan saya 
untuk menyoroti pola bantuan khusus dari lembaga agama bukanlah untuk 
mengkritik, saya malah memakluminya, ini sebagai hal yang manusiawi. untuk 
lebih melihat permasalahan lebih jernih, mari kita lihat contoh lain yang tak 
berhubungn dng agama : sebuah perkumpulan di Jakarta yang berbasis Etnis, 
misalnya paguyuban masayarakat maluku Jakarta, memiliki program khusus untuk 
memberi bea siswa bagi anak2 kurang mampu yang berasal dari maluku untuk kuliah 
di Jakarta. apakah ini diskriminatif?

Ada satu hal lagi, janganlah memperlebar masalah ini ke hal2 yang berkaitan dng 
sasaran akhir yang menerima manfaat bantuan itu,  Orang/lembaga yang menerima 
bantuan khusus tidak berarti akan menggunakan dana bantuan itu untuk 
kepeningan kelompok sendiri. sekolah Katholik yang menerima bantuan dari 
lembaga gereja toh tdk membatasi muridnya hanya yang beragama Khatolik, 
demikian juga yayasan Islam yang menerima dana dari Timur tengah saat 
menyalurkan bantuan korban bencana juga tdk membatasi pada kelompoknya saja. 
Hal ini bukanlah fokus diskusi kita, 

Salam,
ZFy

- Original Message - 
  From: idakhouw 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya  
schedule


  Bung Rinto, 
  Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan
  memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat
  berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan
  penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2
  bisa menelurkan kebijakan absurd demikian (cendekiawan Indonesiapun
  tidak kritis pula!). Syukurlah kalau kebijakan itu hendak dibatalkan
  (ini sudah bukan lagi soal menguntungkan atau tidak buat kelompok
  tertentu. Kita mengkritisi basis kebijakannya) 

  Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers bersikap
  standar-ganda yang akut: diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus
  dilawan, diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya
  dengan segala argumen absurd.

  Karena selama ini memperhatikan sejumlah milisers cenderung apriori
  terhadap Barat dan Kristen (bukan di thread ini, tapi di diskusi2
  lain), saya ingin sedikit meluruskan menyangkut tema Belanda dan
  Kristen (seperti sudah dijadikan PERANDAIAN yg kacau itu), sementara
  menyangkut bantuan dari negara2 Arab atau India (kalau ada) saya tidak
  tahu banyak. 

  Saya pikir negara Belanda yang SEKULER -dan saya kira juga negara2
  Eropa/Barat lain- tahu benar di negara seperti Indonesia isu agama dan
  ras adalah isu2 super sensitif, oleh karenanya mereka (SEBAGAI
  PEMERINTAH) pasti hati2 ketika dealing with isu2 ini. Maka itu SEBAGAI
  PEMERINTAH mereka pasti tidak akan gegabah membuat kebijakan bantuan
  berdasarkan ras dan agama. 

  Yang saya tahu, kalaupun ada bantuan Belanda pada kelompok
  Kristen/gereja, bantuan BUKAN berasal dari PEMERINTAH, tapi ORGANISASI
  GEREJA BELANDA (yang hidup dari sokongan gereja2 anggota). 

  Jadi sedikit berhati2lah ketika menulis hal yang tidak betul2 kita
  ketahui, jangan mudah terjebak pada generalisasi (saya amat sering
  melihat kecenderungan ini di milis ini), apalagi saya saksikan sendiri
  gereja2 Belanda makin tidak memfokuskan bantuannya pada tema2
  menyangkut kekristenan saja. 
  Seruan2 bantuan kemanusiaan di gereja saya, misalnya, lebih banyak
  menyerukan umat mengumpulkan dana buat korban kelaparan di Darfur
  (Afrika), korban bencana2 di belahan2 dunia dll. 

  Partner penyalur bantuannya di luar negeripun tidak terbatas pada
  organisasi gereja saja. Sekedar contoh: ketika terjadi gempa di Jogja,
  salah satu gereja Belanda ini menyalurkan bantuan cukup besar lewat
  Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)/masyarakat Indonesia di Belanda
  tanpa banyak ba-bi-bu. 

  So

  Ida Khouw

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Maaf, saya tidak mengikuti diskusi ini secara mendalam. Namun seiring 
   dengan perubahan zaman, kebijakan spesialisasi pemerintah Taiwan 
   terhadap apa yang dianggap 

Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Sama saya juga, tapi kalo lewat google malah kurang / ga dapet semua 
e-mail yang diposting, bingung...



- Original Message - 
From: PK Lim [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 28 March, 2007 18:32
Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali


 Pak/Ibu moderator,

 Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama.  Bahkan sempat 
 ada yang 4x.  Kenapa yah ?

 Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

 salam,
 PK Lim 




Re: [budaya_tionghua] Do we truly embrace unity in diversity?

2007-03-28 Terurut Topik PK Lim
Lagi2 berbagi pengalaman.

Sering kali bangsa Tionghoa, tidak mengkhususkan dari Indonesia, melainkan dari 
daratan, Taiwan dan Hongkong, suka membawa kebiasaan buruk dari tempat asal 
masing2.  Contoh, didaerah yang banyak Tionghoa nya di dekat Los Angeles, 
Amerika.  Monterey Park, yang dijuluki China Town baru atau Little Taipei.  
Banyak Tionghoa yang cara setir mobil se-enaknya, tidak mengikuti peraturan 
setempat.  Belum lagi ditempat parkir.  Sering terjadi rebutan dan serobotan 
tempat parkir.  Juga masalah antree, sering nyelak2.  Kabiasaan jelak lainnya, 
buang sampah kecil, seperti tissues bekas sembarangan.

Pernah sekali jalan dengan anak saya.  Didepan kita ada mobil nyerobot.  dari 
ornamennya bisa dipastikan Tionghoa.  Secara spontan anak saya nyeletuk  ah, 
Chinese.  Saya respons what did you say ?.  Jawabnya oops, sorry.  But many 
acted that way.  Very emberassing  Saya gak bisa kata apa2 lagi, alias 
speechless.

Sering kali ulah seperti ini yang membuat bangsa kita di cemooh dinegara orang. 
 Harap2 aja kita bisa mengkoreksi diri.  Semoga bisa menjadi bangsa yang 
sihirmati disegala peloksok dunia.

salam,
PK Lim

Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:  
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.F05
 
 Do we truly embrace unity in diversity? 
 Opinion and Editorial - March 27, 2007 
 
 Evi Mariani, Amsterdam
 
 I never thought I would experience it on a street in Amsterdam; that 
all-too-familiar taunt Cina, pronounced like the English China. But it did 
happen to me and a Dutch friend as we walked down a street through the center 
of this multicultural city. The two of us do look like we come from China, as 
the name-caller thought. We both have Chinese backgrounds: I am a 
Chinese-Indonesian whereas she is Dutch with parents who came from Hong Kong to 
the Netherlands decades ago.
 
 I was surprised by the incident but I also found it hilarious, due to the low 
-- at least, I thought -- likelihood of experiencing name-calling not on a 
street in Bandung or Jakarta but somewhere in West Europe. 
 
 Unlike me, who laughed at the incident, my friend did not see the funny side 
of it. She, who was born and raised in Holland, told me she hated such 
name-calling, which she had apparently experienced many times. 
 
 In big cities like Amsterdam, the name-callers are usually not Dutch (she 
means white Dutch). But in Maastricht (a small city where she grew up) most of 
them are (white) Dutch farmers, we call them farmers although they are not 
really farmers, she told me. 
 
 Later, I realized that if the same thing happened to me in Indonesia, my 
reaction would be more or less the same as hers. I would take it seriously and 
be slightly hurt, because if it happened in Indonesia, the experience would not 
be a one-time funny incident in a foreign country, in other words, not 
something you would share with your friends, laughing over it while sipping 
coffee or knocking back beers. Like her, I think I would be presented with 
something like a lifetime problem -- a commitment instead of a one-night stand. 
 
 This incident made me think more about migration and ethnic negotiation 
between migrants and their hosts around the world, well, at least in the 
Netherlands and in Indonesia. How different the negotiation process is and how 
similarly painful is the struggle, especially on the migrant side with the 
exception of a few cases like the American and Australian continents. 
 
 One thing I found out in the Netherlands is that the negotiation process 
between migrants and their hosts is no easier than anywhere else in the world. 
In Holland there are ethnic groups that are considered problematic like the 
Turks and the Moroccans and there are those who are invisible, like Asians. 
 
 This invisibility misleads the public to think that Asians have no identity or 
citizenship problem in Holland. When the Dutch public talk about migrants, or, 
in Dutch, allochtone, they are mostly referring to Turks, Moroccans and 
Surinamese. 
 
 Dismissing the Asian group as a non-issue, I think, is a mistake. There is the 
notion that so long as the allochtone keep out of trouble, as most Asians do, 
there will be no serious problems, no discrimination, no conflicts. This 
suggests the problematic ethnic groups should stop making problems -- like 
maintaining their relatively low-level of education, asking for a mosque, or 
being poorer than the rest of the population -- if they want to be welcomed 
with open arms that is. 
 
 Indeed, compared to the problematic ethnic groups, Asians are well-off, fare 
better in education, contribute less to crime statistics and hardly ever ask 
for a particular worship place. However, still, not all members of the host 
society appreciate this low-profile approach. 
 
 Sometimes Dutch people say ni hao (how are you in Chinese) to me on the 
street. They say it's a polite greeting. But I know better, it's mocking, my 
friend 

Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik BUD'S
Kami juga mengalami hal yang sama, terutama dari Yahoo, kalau bukan yahoo ngak 
kejadian tuh.

Budiman

  - Original Message - 
  From: Sunny 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:57 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali


  Mungkin ada virus di komputer Anda.

  - Original Message - 
  From: PK Lim 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

  Pak/Ibu moderator,

  Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada 
yang 4x. Kenapa yah ?

  Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

  salam,
  PK Lim

  -
  Don't pick lemons.
  See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

  [Non-text portions of this message have been removed]

  --


  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Tidak sesulit yang dikira (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007 Rinto Jiang AB Saleh)

2007-03-28 Terurut Topik Rinto Jiang
Pak Eddy, saya kurang tahu berapa orang yang mendapat beasiswa dari 
pemerintah Taiwan, namun perlulah dibezakan itu kesempatan mendapatkan 
beasiswa dan kesempatan belajar. Untuk kesempatan belajar, almamater 
saya saja tahun lalu menerima 300 pelajar internasional dari seluruh 
dunia, 20 di antaranya pelajar Indonesia. Ada ratusan universitas di 
Taiwan, berapa pula jumlah pelajar Indonesia di seluruh Taiwan yang 
diterima tahun lalu saja?

Masalah beasiswa, RRC saya kurang tahu, Taiwan malah mensyaratkan bahwa 
calon penerima beasiswa tidak terbatas pada pegawai institusi pemerintah 
atau bersifat non-profit. Ini saya yakin karena teman Jawa penerima 
beasiswa tahun lalu itu baru tamat dari salah satu universitas Islam.

Ini saya lampirkan pedoman aplikasi beasiswa Taiwan.

http://spitze.homeip.net/budaya/beasiswa%20taiwan.pdf

Ini beasiswa dari pemerintah Taiwan, selain itu juga ada beasiswa 
pemerintah yang disalurkan melalui universitas bersangkutan, juga ada 
beasiswa dari universitas itu sendiri buat para pelajar internasional 
(pelajar non-Taiwan, pelajar non-overseas Chinese).

Nah, kuota dari pemerintah untuk beasiswa yang disalurkan ke masing2 
universitas saja mencapai 20 orang, apakah mungkin beasiswa pemerintah 
Taiwan sendiri kurang dari 20 orang?

Saya malah menyarankan untuk teman2 Tionghoa yang ingin melanjutkan 
pendidikan ke Taiwan, jangan menggunakan status sebagai pelajar Tionghoa 
seberang lautan, lebih baik mengajukan aplikasi sebagai WNI Indonesia 
tanpa embel2 keturunan Tionghoa, karena saya merasa, kemudahan dan 
fasilitas yang diberikan rasa2nya melebihi fasilitas untuk Tionghoa 
seberang lautan. Ini saja nasihat saya.

Terakhir, saya setuju saja dengan Bung Eddy, yang menyatakan bahwa 
diskriminasi juga ada karena ada pembedaan oleh pemerintah Taiwan, di 
mana beberapa beasiswa cuma diberikan kepada para pelajar non-Tionghoa. 
Yang Tionghoa malah tidak boleh melamar. Saya kira, sampai di sini, 
diskusi mengenai diskriminasi ini sudah boleh diakhiri, karena, 
diskriminasi, tidak akan pernah lenyap dari muka bumi. Yang perlu 
dilenyapkan itu hanyalah diskriminasi bersifat destruktif.


Rinto Jiang


eddy witanto wrote:
 Akhmad Bukhari Saleh Kalau RRT sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan 
 melakukan pilih-pilih begitu, yang mereka sudah belajar dari pengalaman bahwa 
 itu akan jadi boomerang membikin menderita saudaranya yang jauh di negeri 
 orang...

 eddy: aaahhh?? kayaknya tak seindah yg Anda katakan deh...coba pikir2 lagi...

 Rinto JiangDalam beberapa kesempatan, malah peluang untuk belajar di Taiwan 
 lebih 
 besar untuk para calon pelajar non-Tionghoa karena ada jatah kursi 
 pelajar internasional untuk mereka. 

 eddy: untuk Indonesia kalo gak salah sekitar 15 orang per tahun.

 Rinto JiangBagi pelajar non-Tionghoa, silahkan saja mendaftar untuk 
 kesempatan 
 belajar dan beasiswa ke Taiwan dan RRC di kantor perwakilan masing2, 
 mumpung sekarang persaingan belum terlalu ketat. Tahun lalu saja, ada 
 satu teman saya suku Jawa yang berhasil meraih beasiswa dari Kantor 
 Dagang Ekonomi Taipei di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan S2 di Taiwan.

 eddy: jangan takabur...nggak semudah itu, tidak semua orang Indonesia bisa 
 mendaftar. Untuk beasiswa Kementerian Pendidikan RRC yg kalo nggak salah 
 sampai sekarang jumlahnya tetap cuman setelapak tangan alias 4-5 orang, 
 sampai sekarang beasiswa diatur dalam skema G to G (government to government) 
 dan karenanya pelamar harus punya institusi (selama ini institusi milik 
 negara seperti PTN, Imigrasi, Deplu, dll), bukan institusi swasta apalagi 
 perorangan. Beasiswa Taiwan juga mensyaratkan pelamar berasal dari institusi. 

 Apakah keduanya bukan diskriminasi juga??

 [EMAIL PROTECTED]


   


[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik idakhouw
 mengapa cepat2 mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut
setitik noda merusak susu sebelanga. terkesan defensif.


Langgam kok ga ganti2 ya? :-)
Ganti dong biar ga bosen ;D

I.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Yang kita permasalahkan adalah :
 
 Pemerintah/ lembaga di Taiwan memiliki aneka program bantuan untuk
kelompok umum, ini dapat disejajarkan dng Lembaga gereja yang
menyalurkan bantuan ke lembaga umum seperti PPI misalnya. saya kira
hal ini tidak ada yang membantah. Ini jelas bukan yang kita
permasalahkan disini. fokus diskusi disini jelas bukan menilai apakah
seluruh program dari Taiwan atau Gereja itu diskriminatif. 
 
 Yang kita permasalahkan disini adalah: bagaimana sikap kita tehadap
salah satu program dari lembaga2 tsb diatas yang mengkhususkan diri
pada kelompoknya? apakah harus kita beri cap diskrimainatif ? Disini
kita tidak sedang menilai sebuah badan/lembaga secara keseluruhan, 
kita hanya sedang menyoroti kasus perkasus, mengapa cepat2
mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut setitik noda
merusak susu sebelanga. terkesan defensif. Apalagi, tujuan saya untuk
menyoroti pola bantuan khusus dari lembaga agama bukanlah untuk
mengkritik, saya malah memakluminya, ini sebagai hal yang manusiawi.
untuk lebih melihat permasalahan lebih jernih, mari kita lihat contoh
lain yang tak berhubungn dng agama : sebuah perkumpulan di Jakarta
yang berbasis Etnis, misalnya paguyuban masayarakat maluku Jakarta,
memiliki program khusus untuk memberi bea siswa bagi anak2 kurang
mampu yang berasal dari maluku untuk kuliah di Jakarta. apakah ini
diskriminatif?
 
 Ada satu hal lagi, janganlah memperlebar masalah ini ke hal2 yang
berkaitan dng sasaran akhir yang menerima manfaat bantuan itu, 
Orang/lembaga yang menerima bantuan khusus tidak berarti akan
menggunakan dana bantuan itu untuk kepeningan kelompok sendiri.
sekolah Katholik yang menerima bantuan dari lembaga gereja toh tdk
membatasi muridnya hanya yang beragama Khatolik, demikian juga yayasan
Islam yang menerima dana dari Timur tengah saat menyalurkan bantuan
korban bencana juga tdk membatasi pada kelompoknya saja. Hal ini
bukanlah fokus diskusi kita, 
 
 Salam,
 ZFy
 
 - Original Message - 
   From: idakhouw 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007,
perincian biaya  schedule




[budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)

2007-03-28 Terurut Topik idakhouw
Bung Rinto, 
Di salah satu email saya sudah menyebut2 tentang politik identitas
(yang sangat sensitif buat konteks Cina Indonesia) dan lalu sudah
sedikit dijelaskan Pak Akhmad dari aspek historisnya (aspek2 lain
banyak sekali yang bisa dibahas). 

Kita bisa diskusi panjang lebar tentang politik identitas dan
problematikanya (juga tentang diskriminasi positif/affirmative action,
kalau Bung Rinto berminat), namun saya masih belum punya cukup waktu
untuk sebuah diskusi serius. 

Di titik ini keheranan saya terhadap pemerintah Taiwan yang tidak
mempertimbangkan sensitifitas atau dampak proyek/politik identitas
mereka (dalam bentuk kebijakan berbasis ras --bagian dari proyek Pan
Chinese Movement kah? -- yang berimplikasi diskriminasi) di konteks
Indonesia.

Demikian semoga menjadi jelas yang saya maksud,
Ida Khouw 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis 
 langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan
ini, 
 kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China 
 diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan 
 revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan 
 revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari 
 orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun 
 pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja,
karena 
 orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang
terlalu 
 ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka 
 jalankan.
 
 Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang 
 Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. 
 Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, 
 Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah 
 populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti 
 Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang 
 menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat 
 menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti 
 Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh 
 dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi 
 setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa 
 seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi 
 Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). 
 Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 
 kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, 
 seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada 
 perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2.
Tentu 
 saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua 
 kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih 
 condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini
diterapkan di 
 AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk 
 meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia 
 sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun 
 hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara 
 kalangan WNI Tionghoa.
 
 Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya nasionalisme 
 Taiwan untuk meraih kemerdekaan Taiwan, kebijakan pemerintah mulai 
 berubah. Dari mulai adanya panggilan untuk membubarkan Komisi Urusan 
 Tionghoa Seberang Lautan, sampai kepada membatasi definisi Tionghoa 
 seberang lautan hanya kepada Tionghoa yang masih memegang 
 kewarganegaraan Republik China di luar negeri.
 
 Dari sini, saya ingin menghimbau kepada rekan2 yang berdiskusi tentang 
 masalah ini untuk jangan langsung memvonis ini praktek diskriminasi ini 
 adalah sebuah diskriminasi negatif. Diskriminasi tidak semuanya
langsung 
 berarti negatif. Diskriminasi dalam arti harfiahnya berarti pembedaan. 
 Saya kira, perlakuan beda seperti yang dilakukan pemerintah Taiwan 
 (Republik China) untuk kalangan tertentu atas dasar keinginan balas 
 jasa, adalah tidak merugikan pihak yang tidak diperlakukan istimewa 
 dalam hal ini non-Tionghoa.
 
 Belanda memberikan beasiswa khusus kepada WNI karena Belanda punya 
 hubungan khusus dengan Indonesia di masa lalu, ini diskriminatif dan 
 nampaknya tidak adil bagi warga negara Malaysia misalnya. Namun
betulkan 
 tidak adil? Belum tentu. Siapa suruh Malaysia tidak menderita dijajah 
 Belanda di masa lalu? Nah, kembali ke Taiwan, bila kemudian pemerintah 
 Taiwan menyamakan seluruh WNI Tionghoa dengan WNI dari suku lainnya dan 
 hanya memberikan priviles kepada Tionghoa berkewarganegaraan Taiwan, 
 saya kira, WNI Tionghoa juga jangan berteriak mereka didiskriminasi.
Ini 
 dikarenakan, priveles yang diberikan sebuah negara kepada warga 
 negaranya sudah memang harus lebih daripada seorang yang 
 

[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik idakhouw
Yang bikin saya tambah bingung malah Anda, Pak Eddy; sehari2 bergerak
di dunia akademis kok tidak melihat inti dari kritik2 yang disampaikan?

Ida.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eddy witanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hahahaha. semuanya pada sibuk ributin soal studi tour yg cuman
buat keturunan Tionghoa saja, yg diseret2 ke arah diskriminasi. Tapi
kalian koq gak ada yg pada ribut soal diskriminasi yg juga nyata2
dibuat oleh Pemerintah Taiwan, yaitu bahwa beasiswa pendidikan (bukan
Study Tour!) dari Kementerian Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply
oleh mereka yg non-Tionghoa. Lhoo Diskriminasi juga khan? Piye
thooo.
 
 eddy
 
 
  


 Finding fabulous fares is fun.  
 Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find
flight and hotel bargains.
 http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)

2007-03-28 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Saya hanya ingin tambahkan info sedikit.
   
  Pemerintah ROC jaman kini masih tetap berada didalam keadaan yg jaman dulu 
disebut perang dingin.   Perang dinginnya dgn PRC.[Mainland]
  Memang sekarang penduduk Taiwan dpt mengunjungi Mainland tanpa kesulitan - 
tetapi didalam setiap perundingan international antara PRC dan negara2 lain 
didunia ini - mereka selalu tambahkan ayat2 yg mengatakan bahwa Taiwan adalah 
persoalan dlm negeri dan bahwa Taiwan dan Mainland adalah satu negara. Tanpa 
ayat ini uang persehabatan tidak akan keluar. Jadi seolah2 persehabatan ini 
dibeli.
   
  Pengakuan international dari ROC sekarang tergantung goodwill negara2 anggota 
PBB masing2. Hanya sedikit negara2 yg tetap mengakui ROC dan ada kedutaan ROC.  
Biasanya hak perwakilan ROC diluar Taiwan diberikan kepada perwakilan 
Commercial mission ROC yg juga diberikan hak pemberian visa - dan dibanyak 
negara2 lain dimana ini tidak ada hak ini diberikan kepada cabang2 party KMT 
diluar Taiwan.
   
  Didalam keadaan perang dingin ini - Taiwan tetap perlu goodwill dari luar 
negeri dan didalam persoalan ini mereka memang masih memakai undang2 jus 
sanguinis. ROC adalah satu2nya pemerintah yg masih menerima ini. PRC sudah 
tidak menerima meskipun kita kelahiran dari Mainland. Kita dpt kewarganegaraan 
PRC setelah menetap.
  Memang sekarang jaman pres. Chen Apian posisie dari Hoaqiao sudah mulai 
diterlantarkan, tetapi menurut saya ini hanya temporary. Didalam pemilihan umum 
yad saya percaya bahwa parteinya akan tidak merupakan majority lagi dan mungkin 
sekali KMT akan kembali.
  Dgn perubahan pemerintah - status quo akan tetap ada tetapi ancaman dari PRC 
akan menghilang. - Saya kira penduduk ROC adalah pragmatic sekali.
   
  Mengenai study group saya kira ini masih dibiayakan oleh dep overseas chinese 
jadi langsung oleh pemerintah [ini bukan bagian foreign affair Taiwan] Tugas 
mereka hanya untuk kesejahteraan hoaqiao sebagai terima kasih ROC terhadap 
bantuan yg diberikan oleh mereka sewaktu jaman revolusi kepada dr Sun - dan 
sekarang kepada mereka yg tetap setia  didalam mewakilkan ROC diseluruh dunia.  
[One of the reason kenapa departemen ini masih ada]  Jikalau kalian mengira ini 
discriminasi - well silahkan janga pergunakan service ini.Tujuannya ini kan 
hanya utk Thank You kepada yg setia ROC atau simpatisan2 ROC.  Memang disini 
ada factor politicnya tetapi jikalau tidak setuju saya kira tidak perlu dipaksa.
   
  Andreas
   
   
   
   
  
Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis 
langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan ini, 
kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China 
diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan 
revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan 
revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari 
orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun 
pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja, karena 
orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang terlalu 
ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka 
jalankan.

Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang 
Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. 
Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, 
Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah 
populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti 
Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang 
menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat 
menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti 
Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh 
dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi 
setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa 
seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi 
Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). 
Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 
kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, 
seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada 
perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2. Tentu 
saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua 
kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih 
condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini diterapkan di 
AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk 
meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia 
sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun 
hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara 
kalangan WNI Tionghoa.

Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya 

RE: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan

2007-03-28 Terurut Topik Ulysee
Weh di google malah ada yang berpendapat kalau UU no 1 PNPS 1965 ini
malah untuk melindungi agama yang dominan
 Wehehehe, menarik nih. 
 
Isi UU nya sendiri gue belon dapet nih, Anti Imlek kirim gue dunks, bole
dah kita bahas bahas. 
 
Apa UU ini lebih melindungi  LEBIH DARI 6 agama yang diakui, atau malah
untuk melindungi agama2 dominan supaya tetap dominan?
 
PS: gue baru ngeh kalau urusan zinah di KUHP ruwet banget, hahahaha. SET
dah, urusan zinah aja segetoh panjangnya!
 
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of anti imlek
Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:30 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan
 
mbak/mas? Ulysee coba cari dan baca UU No. 1 Pnps 1965 secara lengkap
sampai kepenjelasannya, itu dasar hukumnya yang masih berlaku sampai
hari ini. Belum lagi kalau kita mengacu ke falsafah negara kita. Kalau
ada pengakuan akan suatu agama bertentangan dengan hukum.
Zinah jelas diatur dalam KUHP..

ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg com.sg
wrote:
Maap bro/sis anti imlek... napa juga si anti imlek???

1. Jadi secara hukum, negara melindungi lebih dari 6 agama yang 
paling banyak penganutnya ini?
Dasar hukumnya yang mana kalau bole saya tau???


--- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, anti imlek [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
skip

1. Secara hukum di Indonesia tidak ada agama yang diakui atau agama 
yang tidak diakui. skip 
Sesuai Undang-Undang No. 1 PNPS 65 jo Undang-Undang No. 5 tahun 69, 
Enam agama yang sering dianggap agama yang diakui yaitu Islam, 
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Confucius) sebetulnya 
dalam Undang-undang tersebut dikatakan Enam agama tersebut adalah 
agama yang banyak dianut di indonesia. Dan itu bukan berarti 
pemerintah tidak melindungi agama-agama lainnya seperti Tao, Shinto, 
Sikh dbs.

2. Nah pak Steve, mungkin yang perlu diluruskan adalah istilah agama 
yang diakui dan agama yang tidak diakui. Negara dan pemerintah kan 
tidak boleh mencampuri urusan agama yang merupakan Hak Azasi Manusia 
yang merupakan karunia Tuhan YME. 

skip 
3. Mengharuskan warga negara mencantumkan agama 
 dalam kartu identitas nya merupakan langkah
 penyelenggara negara untuk membuat legitimasi bahwa NKRI adalah
 negara yang beragama.

4. Dan bagaimana dengan seorang warga negara yang tidak meyakini 
salah satu dari ke enam agama yang diakui pemerintah NKRI?
Apa dia harus diadili oleh hukum atau diadili oleh majelis agama?

-
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]
 


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat Tionghoa di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Ulysee
Kalau menurut gue, soal menikah itu sah sah aja orangtua yang atur. 
 
Gue lupa baca dimana, soal budaya tionghoa katanya kewajiban orangtua
itu sampai anak dewasa. 
Dewasa itu kapan? Kalau udah nikah.
Makanya dalam keluarga tionghoa yang ngasih angpao kalo imlek itu ya
mereka yang udah nikah. 
Dianggapnya dah dewasa, baru diakui bisa mandiri. (padahal belon tentu
juga udah nikah bisa mandiri, hihihi)
 
Dan itu pula sebabnya para mami blingsatan kalau anaknya udah kepala
tiga belum juga nikah, hahahaha.
 
Orangtua banyakan, menikahkan anak maunya ondang banyak orang. As if
menikahkan anak itu suatu prestige.
 
Jaman sekarang, menikahkan anak DIMANA itu jadi pertimbangan. 
Misalnya di Jakarta khan biasa pesta nikah standing party makan
prasmanan.
Biaya catering bisa lebih kecil, undangan bisa lebih banyak, 
budget bisa dialihkan ke acara atau dekor atau yang lain.
 
Di daerah, pesta nikah itu masih wajib makan meja
Alias  ciaciu. 
Nah orang makan ciaciu makan waktu lama, itu butuh tontonan, 
maka harus sewa penghibur minimal yang nyanyi.
 
Sebetulnya apa yang penting dari mempestakan nikah ini?Intinya apa?
 
1. kasih tahu kerabat sebanyak-banyaknya bahwa anak si anu dah nikah
sama anak saya
Jadi ga boleh sama yang lain, kalau ngincer anak lu,  jangan mau, gitu
kali, hahaha.
 
2. berbagi kebahagiaan. Buat orang tionghoa pernikahan itu khan
kebahagiaan ganda. 
jadi kudu bagi kebahagiaan sama kerabat donk. 
 
3. ajang pamer. Hehehe, kapan lagi kesempatan. 
Kalau bisa menikahkan secara mewah meriah, khan dianggap kesuksesan
orangtua gitu lhoh. Hehehehe.
Pengumuma, gue dan menjalankan kewajiban sampai anak dewasa, getoh.
 
Begitu nomer 3 dihilangkan, gue rasa biayanya nggak harus gede gede amat
laah.  
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?= budaya makan

2007-03-28 Terurut Topik Ulysee
Wee jadi teringat, gue ngutang ayam pengemis dan ayam semangka sama
seseorang, hehehehe. 
 
Boleh juga kapan kapan kita kumpul potluck, masing-masing orang bawa
satu macam makanan. Jadi banyak.
Gue kalau ga bawa kaki naga, ya bawa sayap phoenix gigi naga deh
heheheh.
 
Dulu papi gue kalau makan rewel. Eh sekarang juga masih rewel sih,
hihihi. 
Makanan musti kumplit ada 5 warna 5 rasa whatsoever tuh namanya. 
Apalagi kalau makan di restoran cina, wah ngga boleh ada yang salah
keluar
Habis pembukaan dingin, harus pembukaan panas, 
Habis itu ada urutannya, ayam dulu apa ikan dulu apa sayur dulu apa
daging sapi dulu apa daging babi dulu
Katanya kalau salah urutan maka akan merusak cita rasa dan selera. Jadi
tidak maksimal.
 
Beuh ribet. 
 
Tapi sekarang gue tanya lagi soal urut2an itu si papi malahan bilang, 
Ga usah rewel kalu makan. 
 
Jadi penasaran malah. 
Ada yang tahu urut urutan penyajian makanan yang benar?
 
Ayam dulu atau ikan dulu?
Sapi duluan atau babi duluan? 
 
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of BUD'S
Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:49 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit
ngapa ?
 
Setuju, bagaimana kalau kumpul lagi, masing2 peserta bawa satu macam
makanan, aku bawa ayam raja aja deh. sebaiknya ada microwave oven, jadi
tinggal dipanasin aja. dan Makannya yang Halal, jadi semua bisa ikutan.

Budiman
- Original Message - 
From: Tantono Subagyo 
To: budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com
yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:27 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit
ngapa ?

Enaknya kapan-kapan ketemuan ya, berembuk yang enak-enak saja, makan
ayam
raja en ayam kung pao, minum teh naga en nyamikan-nya popiah. Tapi bawa
palu yang gedee, begitu ngomong pulitik ato agama dipukul pake palu ampe
benjol. Hehe, paling dianggep dangkal, jangan salah berbahagialah orang
yang masih bisa tidur nyenyak en menghargai makan enak plus teh yang
ciamik
punya...

Best regards, Tantono Subagyo

[
. 


[Non-text portions of this message have been removed]
 


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [budaya_tionghua]OOT: Email yang dikirim berulang kali

2007-03-28 Terurut Topik Hendrik Kristiawan
Mungkin ada gangguan di server yahoo, dua hari yang lalu saya dapat
notification dari yahoo untuk para moderator milis (milist lain) ada update
berkenaan fasilitas di yahoogroups yaitu fasilitas iframe yang dimatikan,
fasilitas yahoo answers yang defaultnya aktif, peningkatan spam protection
untuk group owner, dan terakhir kapasitas foto naik jadi 100Mb. Saya rasa
peningkatan kapasitas ini yang sementara menggangu.

Cmiiw.


Best Regards,
 
 
 
Hendrik Kristiawan
IT-Departement
PT Immortal Cosmedika Indonesia

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of melani chia
Sent: Thursday, March 29, 2007 7:50 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

Idem Bud ,hari senen malam aku tdk bisa buka email yg di yahoo ada yg
error,email
  yg repeat juga, nah pagi ini byk banget.

BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kami juga mengalami hal yang sama, terutama dari Yahoo, kalau
bukan yahoo ngak kejadian tuh.

Budiman

- Original Message -
From: Sunny
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:57 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

Mungkin ada virus di komputer Anda.

- Original Message -
From: PK Lim
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM
Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali

Pak/Ibu moderator,

Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada
yang 4x. Kenapa yah ?

Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2.

salam,
PK Lim




Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat Tionghoa di indonesia

2007-03-28 Terurut Topik Jon Schilage
mungkinkah di kota besar, pemikiran masyarakatnya sudah maju dan bisa
mengerti kondisi si calon mempelai?
sedangkan di daerah atau kota kecil (banyak masyarakat disana saling
mengenal satu sama lain), tidak diundang berarti penghinaan atau tidak
dianggap? jika seseorang di undang oleh suatu keluarga, maka orang tersebut
harus mengundang balik keluarga itu pada saat punya hajatan yang sama, dan
sebaliknya sesorang tidak akan mengundang orang yang tidak mengundang dia
pada saat keluarganya menikah.



On 3/28/07, PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Mau membagi cerita sedikit.

 Waktu saya nikah, ditahun 1979. Papi saya mengundang tamu untuk 100 meja x
 10 per meja. Jaman itu masih banyak tradisi pesta duduk, makan dengan 10
 macam masakan. Waktu persiapan untuk membagikan undangan, saya masih ingat,
 Papi sangat pusing. Masalahnya daftar nya jauh melebihi meja yang sudah
 ditentukan, sedangkan waktu itu tempat pesta yang paling besar di Hotel
 Duta, yang sekarang sudah menjadi pertokoan Duta Merlin. Papi sendiri
 menyadari, kalu menurut daftar, sebetulnya banyak nama2 yang bisa
 dieliminasi. Sebab dibilang family or relative ya bukan, kenal betul juga
 bukan. Yang seperti ini, apa maknanya diundang ke pesta pernikahan saya ?
 Paling2 mereka menikmati makan perey. Dilema nya, Papi juga kwatir kalau2
 mereka2 yang tidak diundang, sedangkan merasa seharusnya diundang,
 tersinggung. Pada achirnya, apa boleh buat, karena ada keterbatasan tempat.
 Daftar nama mau tidak mau harus dipangkas. Saya tidak ingat lagi, apakah
 kemudian ada yang ngeluh tidak
 diundang. Seingatnya tidak ada masalah besar.

 Mempersingkat cerita, belakangan keluarga saya pindah ke Amerika. Tahun
 lalu putri saya yang tertua menikah di Amerika. Kalau jaman saya, yang
 merencanakan semua itu Papi, jadinya acara Papi yang menikahkan saya, tapi
 waktu putri saya, itu semua dia yang rencanakan, event nya putri saya.
 Keputusan pertama yang dimintakan persetujuan saya, adalah hanya mengundang
 orang2 yang dianggap berkepentingan langsung. Jadi dalam daftar yang
 disiapkan, hanya terdiri dari famili dekat, dan teman2 dekat kedua mempelai.
 Mengingat pernikahannya di Amerika, dan saya sudah menerima, bahwa ini event
 putri saya, bukan event saya, saya bisa menerima keputusan itu. Tapi dari
 pihak istri, beserta mertua tidak setuju dan protes keras. Sampat terjadi
 bentrokan antara putri saya dengan ibunya. Putri saya tetap berpegang pada
 pendiriannya, yang ini adalah event prenikahan mereka, bukan event orang
 tua. Saya mendukung cara pemikiran putri saya. Achirnya pestanya hanya
 disediakan 8 meja.
 Tetapi sangat akrab dan berkesan, terutama untuk putri saya. Untuk saya
 pribadi, tidak ada masalah. Memang belakangan ada teman yang sempat
 nyeletuk, wah lu ngawinin gak ngundang2 nih yeh. Respons saya  itu
 penikahan putri saya, bukan saya yang ngundang.

 Kalu dilihat tradisi di Indonesia, saya rasa masalahnya itu. Dikarenakan
 itu dianggap even orang tua, yang diundang kebanyakan kenalan2 orang tua,
 diluar dari family. Ya tentu teman2 mempelai diundang. Itu sebetulnya
 argumen putri saya, yang menikah mereka, yang diundang teman2 orang tua yang
 sebagian mereka gak kenal. Apa urusannya ? Pada waktu itu saya pikir, betul
 juga. Untungnya, pernikahan dilangsungkan di Amerika, jadi ada alasan yang
 tidak mengundang temen2 saya.

 Kalu saya amati pada setiap pesta pernikahan yang saya hadiri, ya itu,
 rame nya, tamu2 pada antree, malah selak2an untuk ambil makanan. Tidak ada
 lagi kesakralan proses pernikahannya. Selain menguntungkan pengelolah tempat
 pesta, event organizer, tamu2 yang dikasih makan gratisan, untuk tuan rumah,
 apa yah ??

 Tradisi ini sepertinya lebih ke Indonesia nya dari pada Tionghoanya. Sebab
 kalu dilihat pesta2 pernikahan non Tionghoa yang sering diadakan dihotel
 besar, atau JHCC misalnya, kejadiannya ya seperti itu.

 Memang saya setuju komentar yang bilang, itu berpulang ke masing2. Yang
 manjadi issue, apakah siap berlawanan arus dengan tradisi, yang resikonya
 manjadi pergunjingan teman2. Dalam kasus pernikahan putri saya, sempat
 terjadi clash dengan keluarga mertua. Tapi saya mengambil sikap EGP. Yang
 penting putri saya yang menikah HAPPY.

 Sekedar berbagi cerita.

 Salam,
 PK Lim

 Jon Schilage [EMAIL PROTECTED] schilage%40gmail.com wrote: mungkin
 tidak disemua tempat di indo, tapi itulah kenyataan dilapangan,
 terutama di daerah.
 coba anda ke daerah riau kepulauan, suatu beban besar bagi anak cowok
 disana
 karena harus menikah dengan pesta yang wah demi nama baik keluarga.

 On 3/28/07, Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED] h3ndr1kk%40gmail.com
 wrote:
 
  Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga
  mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara
  'Nikah
  Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana
  (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta,
  dibawah itu pun belum tentu sanggup.
 
  cmiiw
 
  Best 

[budaya_tionghua] [Admin] Mengatasi masalah posting duplikat

2007-03-28 Terurut Topik Rinto Jiang
Rekan2 sekalian,

Memang, masalah duplikasi posting adalah masalah di server
Yahoogroups. Untuk mengatasi masalah ini untuk sementara setting milis
akan diubah menjadi tidak dapat menerima posting terlebih dahulu,
karenanya tidak akan ada diskusi di milis ini untuk beberapa hari ke
depan.

Setelah keadaan membaik, kami akan mengubah setting kembali kepada
keadaan yang normal. Harap maklum.


Rinto Jiang
Salah satu moderator






[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule

2007-03-28 Terurut Topik eddypw
dalam konteks Indonesia, hanya boleh di-apply oleh bumiputera alias 
pribumi, artinya: bukan hua-ren/keturunan Tionghoa.

eddy



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 - Original Message - 
 From: eddy witanto
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:48 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, 
perincian 
 biaya  schedule
 
  beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!)
  dari Kementerian Pendidikan Taiwan
  cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa.
 
 --
 
 Bisa dijelaskan dengan lebih rinci? Dengan referensi-referensi, 
supaya jelas 
 duduk soalnya...
 
 Misalnya, bagaimana caranya mereka mendiferensiasi yang Tionghoa 
dan 
 non-Tionghoa.
 
 Kalau anaknya (atau cucunya) Corazon Aquino mau apply, ditolak 
atau tidak?
 Kalau ditolak, bagaimana caranya meng-claim bahwa seorang Presiden 
negara 
 lain itu Tionghoa.
 Kalau diterima, bagaimana menjelaskan pada tax payer Taiwan bahwa 
kel. 
 Aquino itu non-Tionghoa?
 
 Kalau ada pemuda suku Hui atau Uighur dari mainland mau apply, 
ditolak atau 
 tidak?
 Kalau ditolak, apakah karena Hui dan Uighur dianggap Tionghoa 
ataukah karena 
 dari mainland?
 Kalau diterima, apakah karena Hui dan Uighur itu non-Tionghoa atau 
karena 
 mau meng-iritasi rezim Beijing?
 
 Jelas ini absurd...
 
 Wasalam.