Re: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan
mbak/mas? Ulysee coba cari dan baca UU No. 1 Pnps 1965 secara lengkap sampai kepenjelasannya, itu dasar hukumnya yang masih berlaku sampai hari ini. Belum lagi kalau kita mengacu ke falsafah negara kita. Kalau ada pengakuan akan suatu agama bertentangan dengan hukum. Zinah jelas diatur dalam KUHP.. ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] wrote: Maap bro/sis anti imlek... napa juga si anti imlek??? 1. Jadi secara hukum, negara melindungi lebih dari 6 agama yang paling banyak penganutnya ini? Dasar hukumnya yang mana kalau bole saya tau??? 2. Negara dan pemerintah tidak boleh mencampuri urusan agama yang merupakan Hak Azasi manusia. Bagaimana sebaliknya? Apakah Agama boleh mencampuri urusan negara?? Sebab belakangan trend yang kelihatan justeru agama yang campuri urusan negara, heheheh. 3. Bukan pak. Mencantumkan agama dalam KTP hanya untuk memudahkan pencatatan kependudukan yang berdasarkan staatblaad, hehehe. Kalau aturan staatblaad, nah itu memang ruwet, pengelompokannya berdasarkan ras dan agama seeeh. 4. kalau melanggar hukum negara ya diadili pake hukum negara toh. Kalau melanggar hukum adat atau hukum agama, seperti zinah misalnya perasaan ngga diatur dalam hukum negara tuh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anti imlek [EMAIL PROTECTED] wrote: skip 1. Secara hukum di Indonesia tidak ada agama yang diakui atau agama yang tidak diakui. skip Sesuai Undang-Undang No. 1 PNPS 65 jo Undang-Undang No. 5 tahun 69, Enam agama yang sering dianggap agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Confucius) sebetulnya dalam Undang-undang tersebut dikatakan Enam agama tersebut adalah agama yang banyak dianut di indonesia. Dan itu bukan berarti pemerintah tidak melindungi agama-agama lainnya seperti Tao, Shinto, Sikh dbs. 2. Nah pak Steve, mungkin yang perlu diluruskan adalah istilah agama yang diakui dan agama yang tidak diakui. Negara dan pemerintah kan tidak boleh mencampuri urusan agama yang merupakan Hak Azasi Manusia yang merupakan karunia Tuhan YME. skip 3. Mengharuskan warga negara mencantumkan agama dalam kartu identitas nya merupakan langkah penyelenggara negara untuk membuat legitimasi bahwa NKRI adalah negara yang beragama. 4. Dan bagaimana dengan seorang warga negara yang tidak meyakini salah satu dari ke enam agama yang diakui pemerintah NKRI? Apa dia harus diadili oleh hukum atau diadili oleh majelis agama? - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
saya melihat Sdr Akhmad menerapkan standard ganda. Bantuan yang jelas2 hanya untuk kelompok tentu tidak Anda sebut diskriminatif. Berpikiran jernih lah, jangan bias oleh agama, etnis, kepentingan, dst... Ada tidaknya dampak negatif yang akan dialami oleh Keturunan Tionghoa di Indonesia tentunya akan ditentukan oleh intelegensia dan moral dari pihak yang menanggapi. Misalnya begini.. - Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa, implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia akan membenci ket Tionghoa. - Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid. Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim? - Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Apakah golongan non kristen memusuhi golongan kristen? --- Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: - Original Message - From: idakhouw To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini, pemerintah Taiwan tidak bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari kesalahannya dan memperbaiki political scheme-nya. - - - - - - - - - - - Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers bersikap standar-ganda yang akut: diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus dilawan, diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya ketertekanan akibat diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara Tionghoa Indonesia selama ini. Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar mempersoalkan kebijakan Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi. Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat belajar bahasa Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh kebijakan pemerintah Taiwan itu. Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya bagi saudara- saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan Taiwan yang memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek politiknya! Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan serupa berupa penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah juga Tionghoa RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa bagi kaum Tionghoa Indonesia. Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing, dalam hal ini RRT (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang dengan Jepang, tanpa pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei} juga dicurigai sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp interniran). Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh memilih, setia pada RI atau pada RRT. Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota kecil (melihat teori Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek RRT tinggal di pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan berkumuhan di kota besar. Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara miskin yang kelebihan penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu menderita luarbiasa di sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban luarbiasa berat juga pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin. Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa Indonesia lantas dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa saya ditanyai: Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu ke Indonesia, kamu akan berperang di pihak mana?. Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai mengambil pelajaran dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay dalam berdiplomasi antar bangsa. Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia yang nanti akan terpilih pergi ke Taiwan berdasarkan syarat seleksi yang diskriminatif itu, dan lalu merasa senang bisa berwisata sambil belajar bahasa Tionghoa ke Taiwan dengan biaya yang disubsidi, sebetulnya akan masuk dalam situasi yang sangat berbahaya, dapat mengulang apa yang dialami kakek-neneknya di tahun 1950-an! Mereka akan dipertanyakan apakah merasa bangsa Indonesia atau bangsa Taiwan (bukan bangsa Tionghoa lho, cuma bangsa Taiwan!). Mereka akan dianggap agen-agen (kolone kelima) negara asing. Dan lalu desakan untuk melakukan tindakan diskriminatif balasan akan ditimbulkan oleh golongan extrem di Indonesia, dengan penerapannya secara pukulrata pada semua orang Tionghoa Indonesia. Tetapi saya yakin, Taiwan, yang sebetulnya pemerintahnya dalam banyak kasus menunjukkan lebih pintar dari RRT, tentu juga akan segera menyadari kebodohannya, dan melakukan langkah-langkah korektif. - - - - - - - - - - - saya ingin sedikit meluruskan menyangkut tema Belanda dan Kristen (seperti sudah dijadikan PERANDAIAN yg kacau itu), Kalau ini, mohon maaf, barangkali saya yang salah
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
halo mbak Ida, 1. terus terang saya ndak berani nunjuk hidung peremrintah taiwan sebagai pelaku diskriminasi. kenapa ? karen banyak temen saya, anak ugm, unibraw, its, banyak yg ikutan jamaah tabligh, pks, salafy, juga wanitanya banyak yg bercirikan jilbab lebar, yg saat ini kuliah di taiwan. jadi, menurut saya, secara overal taiwan berusaha tidak melakukan kebijakan diskriminasi. namun ada lembaga tertentu di sana, yg mungkin lahir berdasar sistem lama, dan jadinya ketika bergerak terkesan bersifat diskriminatif. 2. hal semacam ini, bisa dilihat dalam sejarah di indoensia. dulu, jaman belanda, ada tiga jenis hukum yg berlaku. a. hukum untuk orang eropa dan yg disamakan, b. orang pendatang drai asia, china, arab, india, jepang, c. pribumi bisa dilihat sistem waris, perkawinan, dan lain lain untuk tionghua beda dengan pribumi, beda juga dengan eropa. ini punya dampak dalam sistem hukum kita. dan dampak ini bisa jadi dipertegas ketika jaman rekiplik. untuk kawin, sekarang orang islam punya KUA, sementara agama lain di catatan sipil. lha yg penganut kepercayaan mau kawn di mana ? mosokcatatan sipil ndak mau nyatat. itu kan menyebalkan. mosok sama sama catatan sipil bisa beda, antara di perancis dengan di indonesia. tapi itulah hasil dari peristiwa sejarah masa lampau. salam, Ari Condro ps : aku juga gak setuju diskriminasi sih, secara dari sejak kesengsem ama baca bukunya chin yung [to liong to] pas kelas 3 sd, aku jadi tertarik sejarah dan sosial budayanya china. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 12:56 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule - Original Message - From: idakhouw To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini, pemerintah Taiwan tidak bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari kesalahannya dan memperbaiki political scheme-nya. - - - - - - - - - - - Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers bersikap standar-ganda yang akut: diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus dilawan, diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya ketertekanan akibat diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara Tionghoa Indonesia selama ini. Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar mempersoalkan kebijakan Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi. Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat belajar bahasa Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh kebijakan pemerintah Taiwan itu. Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya bagi saudara- saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan Taiwan yang memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek politiknya! Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan serupa berupa penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah juga Tionghoa RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa bagi kaum Tionghoa Indonesia. Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing, dalam hal ini RRT (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang dengan Jepang, tanpa pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei} juga dicurigai sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp interniran). Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh memilih, setia pada RI atau pada RRT. Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota kecil (melihat teori Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek RRT tinggal di pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan berkumuhan di kota besar. Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara miskin yang kelebihan penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu menderita luarbiasa di sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban luarbiasa berat juga pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin. Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa Indonesia lantas dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa saya ditanyai: Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu ke Indonesia, kamu akan berperang di pihak mana?. Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai mengambil pelajaran dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay dalam berdiplomasi antar bangsa. Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia yang nanti akan terpilih pergi ke Taiwan berdasarkan syarat seleksi yang diskriminatif itu, dan lalu merasa senang bisa berwisata sambil
[budaya_tionghua] Agenda kegiatan CCF Jakarta - April 2007
Dengan Hormat, Bersama ini kami informasikan acara budaya CCF Jakarta pada bulan April 2007 : 1.. Pertunjukan : a.. Rabu, 4 April 2007 Sirkus Kontemporer Laissez - Porter oleh Cie XY di Graha Bhakti Budaya - TIM - Ingin tahu tentang Sirkus Kontemporer?? Nonton O Clip di O Channel Rabu, 28/03/07 pk.16.00 2.. Musik : a.. Selasa, 3 April 2007 Musik Klasik oleh Laurent Quennelle dan Tom Blach di Erasmus Huis. Selanjutnya informasi lebih lengkap dapat Anda baca di bawah ini. Besar harapan kami Anda dapat datang dan berpartisipasi pada kegiatan CCF Jakarta. Terima kasih atas perhatian Anda. Salam hangat, Kegiatan CCF Jakarta terselenggara berkat kerjasama dan dukungan : Chamber Music Series - TRAX - SPICE! - 101.4 Trax FM - 90.4 Cosmopolitan FM - O Channel - AREA - Jurnal Nasional - PROVOKE! - Jakarta Java Kini - 99.9 Radio CnJ Djakarta - kafegaul.com - astaga!.com - sendokgarpu.com - Djakarta! Magazine - CULTURESFRANCE --- Astri Retno Onengan Centre Culturel Français de Jakarta Jl. Salemba Raya N° 25, Jakarta 10440 INDONESIE T. [++ 62 21] 390 85 80 - 390 77 16 F. [++ 62 21] 390 85 86 M.[++ 62] 815 913 60 90 [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] - [EMAIL PROTECTED] www.ccfjakarta.or.id (MUSIK KLASIK) Laurent Quennelle Tom Blach Selasa, 3 April 2007 pk. 19.30 Erasmus Huis Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan, Jakarta Selatan Tiket Rp. 50.000 (umum) Rp. 20.000 (pelajar) Yayasan Musik Indonesia Telp. 75037 29 - 7590 56 39 www.chambermusic.or.id Memperkuat pertalian rasa, memperdalam cita rasa terhadap sebuah karya, memperluas interpretasi dalam konfrontasi pengetahuan dan kepekaan merupakan beberapa pengalaman tak terduga dari Chamber Music Series. Mereka mempersembahkan konser yang menampilkan musisi terkenal, musisi muda, musisi internasional maupun musisi indonesia, serta berperan aktif dalam perkembangan musik klasik melalui workshop dan masterclass yang diadakan secara teratur di Indonesia. (SIRKUS KONTEMPORER) Laissez-Porter oleh Compagnie XY Rabu, 4 April 2007, pk.20.00 Graha Bhakti Budaya - TIM Jl. Cikini Raya No.73, Jakartra Pusat www.ccfjakarta.or.id Tiket: Rp. 50.000 (umum) dan Rp. 30.000 (Pelajar/Mahasiswa) tel. 319 37 325 / 319 34 740 Mengoper koper Di sebuah tempat yang bisa jadi adalah sebuah ruang tunggu stasiun, 6 pemain akrobat. Apakah mereka akan berangkat ? Berpindah tempat ? Eksodus ? Mengungsi ? Setiap koper memberi identitas kepada setiap orang. Papan menjadi jembatan penghubung antara satu kesendirian dengan yang lain, mengajak kita bergabung dalam permainan dengan sentuhan humor. Mereka terlihat ragu, langkah mereka mengambang, terbebani oleh masa lalu. Tiba-tiba, mereka hanyut dalam kehidupan, nafas tak beraturan dimana tubuh mereka melayang dalam aksi akrobat yang dramatis. === [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
- Original Message - From: JS To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:29 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Adalah tidak fair jika hanya Taiwan yang dikecam Siapa yang mengecam Taiwan? Untungnya buat saya apa? Bahkan saya bolak-balik bilang Taiwan tidak bodoh... - - - - - - - - - - Saya liat justru Anda yang tidak logis. Yang Arab, Belanda dan India membantu sesuai dengan spesialisasi masing-masing (mesjid, gereja, kuil) Berarti yang lain tidak dapat bantuan dong? Lho, kenapa tidak dapat bantuan? - - - - - - - - - - - Kalo mau universal tanpa diskriminasi, berilah bantuan kepada siapa saja tanpa memandang latar belakangnya Betul sekali JS-heng! Sekarang lauwheng sudah mulai berpikir mainstream. Maka mari ikut protes pada yang memberi bantuan tapi pakai sayarat hanya untuk keturunan tertentu saja! Wasalam.
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007
Alf, tulis lagi dong tentang kehidupan di Taipei. Alfonso [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Golden Horde [EMAIL PROTECTED] wrote: Selain itu biaya pendidikan dan hidup di Tiongkok relatif lebih murah daripada di Taiwan serta lebih banyak pilihan di lembaga pendidikannya. Salam G.H. Alfonso: Maaf, sebelumnya ingin memberi masukan sedikit. Biaya sekolah Taiwan lebih murah jauh daripada di China. Kami pernah membandingkan biaya sekolah di Beijing dan di Taipei. Seperti biasa, kalau membandingkan naga, ya harus dengan naga juga. Di Taipei (NTNU), biaya sekolah Rp 4.86 juta/semester. 1 semester NTNU = 3 bulan. Jadi biaya sekolah NTNU (Taipei) = Rp 1.62 juta/bulan. Di China (BLCU), biaya sekolah 27.6 juta/semester. 1 semester BLCU = 5 bulan. Jadi biaya sekolah BLCU (Beijing) = Rp 5.52 juta/bulan. Jadi, mana yang lebih murah? Atau ada yang ingin mengoreksi? Untuk pembangunan, Taiwan dan China sama-sama maju. Tapi, sebagai pendatang baru layaknya OKB, kebiasaan (baca: attitude) memegang peranan penting. Di Taiwan, jika anda berjalan di keramaian dan tidak sengaja menabrak orang, 8 dari 10 orang yang ditabrak akan mengatakan duibuqi. (Padahal mereka yang ditabrak lho! Ya, yang menabrak juga minta maaf). Di China, saya tidak pernah menemui hal ini. Ini hanya contoh kecil dari kebiasaan sehari2. Kita tinggal tidak hanya belajar, belajar, dan belajar Mandarin dengan guru saja. Tapi, kita juga harus belajar bagaimana lingkungan mengajarkan kita sesuatu yang berguna saat di luar. Beli HP jangan cuma ada menu pencet nomor dan SMS saja. Tapi kalau bisa, ada reminder, kamera, GPRS, dll. Sori, sekali lagi ini bukan ingin membandingkan. Tapi, ini yang semua pernah saya temui. Alfonso - What kind of emailer are you? Find out today - get a free analysis of your email personality. Take the quiz at the Yahoo! Mail Championship. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Need Info=T'ai Chi
kontak person atau pengajar yg di Kelapa Gading adalah : ## Jing Wu Men Oriental Martial Arts Kelapa Gading ### Law Tjhing How - Sugiarto - Rachman Soetjandra - Faisal Hendrata. Rachman Soetjandra - 021 927 999 26 Faisal Hendrata - 0812 947 0628 Karakteristik dari macam aliran Tai Chi adalah ( saya kutip dari buku Tai Chi Chuan Tuishou ) Aliran Chen Tai Chi aliran Chen berasal dari Henan, dikembangkan oleh keluarga Chen. Aliran ini tidak dikenal di Beijing sebelum 1928. Dalam Tai Chi aliran Chen terdapat gerakan meloncat, menggentak, serta ledakan kekuatan, menjalin kekerasan dan keanggunan. Banyak dijumpai putaran dan lingkaran dan latihannya cukup berat. Gerakan Tai Chi Chuan aliran Chen mengandung banyak lingkaran ritmis yang penampakan luarnya lembut menyamarkan kekuatan di dalamnya. Aliran Yang Tai Chi aliran Yang dikembangkan oleh Yang Lu Chan dari Tai Chi Aliran Chen. Bentuk yang dikenal sekarang adalah perkembangan dari cucunya, yaitu Yang Cheng Fu. Dewasa ini aliran Yang merupakan yg terpopuler di China. Gerakannya rata dan relax dengan banyak lingkaran lebar. Aliran Wu Tai Chi Aliran Wu dikembangkan di Beijing oleh Wu Quan You, seorang bangsa Manchu, dan oleh anaknya Wu Jian Quan berdasarkan gerakan dari Tai Chi aliran Yang. Gerakannya lembut, padat dan tidak tergesa-gesa. Lingkaran2 dijalankan dalam pola sedang. Popularitas dari Tai Chi aliran Wu hanya dilampaui oleh aliran Yang. Aliran Hao Aslinya dikembangkan oleh Wu Yu Xiang yg mempelajari Tai Chi Chen di Henan. Murid Wu, Hao Wei Zhen membawanya ke Beijing. Karakter dari Tai Chi aliran Hao adalah kesederhanaannya, jelas dan padat dengan gerakan2 yg lembut dan lambat Jangkauannya kecil, gerak kaki langsung dan sikap tegak. Aliran Sun Pada akhir dinasti Ching, Sun Lu Tang mempelajari Xing Yi Quan, Pa Kua Chang dan Tai Chi aliran Hao. Berdasarkan apa yg dipelajarinya dia memciptakan aliran Sun. Pergerakan dalam Tai Chi ini adalah cepat, memakai fluktuasi metode tangan terbuka dan menutup. Bentuk yg membedakan dari aliran Sun adalah gerak kaki yg gesit, maju dan mundur dng cepat, koordinasi yg baik antara membuka dan menutup tangan. Gerakan dalam aliran Tai Chi ini secara umum adalah mengalir gesit secara anggun. Didalam Tai Chi kelihatannya lembut, tapi mengandung kekuatan yg besar. Prinsipnya lentur seperti per, tetapi begitu lawan lengah, tenaga akan dikeluarkan. Yang paling anggun dan seneng buat saya adalah aliran Chen, wah asik sekali Salam dari saya. Di empat penjuru lautan, kita semua bersaudara ( Se Hai Ce Nei, Kai Siung Ti Ye ) === - Original Message - From: TALENTA Enterprise [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, March 26, 2007 10:16 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Need Info=T'ai Chi Oh ya, yg di jakarta di mana aja ??? Alamat sama cp nya ya . Thanks Dinda, Benny [EMAIL PROTECTED] wrote: Anda tinggal dimana ? Kalau di Jkt coba kontak di : Jing Wu Men Martial Arts Komp. Ruko Gading Kirana Blok A10/26 Pada salah satu programnya ada Tai Chi aliran Chen. Anda seneng gaya yg mana : Yang, Chen, Wu, Sun ? Kalo saya seneng belajar Tai Chi karena ada filosofi nya, makna Tai Chi sangat dalam sekali, dari Tao Ying - Yang. Selamat mempelajari Tai Chi. Salam, Tan Ong Tjoan [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
Kalau anda ingin menikah dengan biaya minim juga bisa. Tapi apakah anda dikasih tutup jalan depan rumah seenaknya seperti orang pribumi yang menikah? Jika tidak masalah, bisa kok menikah ala kadarnya. Tapi semua kembali ke makna pernikahan itu sendiri. Apa artinya uang jika pernikahan itu tidak bermakna dan meninggalkan kesan tersendiri? Ada beberapa orang keturunan menikah ala kadar. Hanya foto lalu makan di rumah saja. Itupun hanya keluarga dekat. Semua kembali ke diri kita sendiri. Mau menikah ala kadar silakan saja, tidak ada yg melarang. Mau menikah dengan mewah, silakan pula. Adat pernikahan boleh dilakukan, boleh tidak dilakukan. Tidak ada yg berkomentar, paling-paling pihak keluarga wanita dan keluarga pria saja yg berkomentar. Lim Wiss _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 'Nikah Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta, dibawah itu pun belum tentu sanggup. cmiiw Best Regards, Hendrik Kristiawan IT-Departement PT Immortal Cosmedika Indonesia -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Adalah tidak fair jika hanya Taiwan yang dikecam Siapa yang mengecam Taiwan? Untungnya buat saya apa? Bahkan saya bolak-balik bilang Taiwan tidak bodoh... -- Maksudnya Anda mengatakan Taiwan diskriminatif sedangkan hal2 lain yang jelas2 diskriminatif Anda bilang tidak diskriminatif. Sudah jelas, yang memberi bantuan pasti lebih pintar heheh... Yang Arab, Belanda dan India membantu sesuai dengan spesialisasi masing-masing (mesjid, gereja, kuil) Berarti yang lain tidak dapat bantuan dong? Lho, kenapa tidak dapat bantuan? -- Seandainya jika saya non-muslim maka tidak dapat bantuan dari Arab Betul sekali JS-heng! Sekarang lauwheng sudah mulai berpikir mainstream. Maka mari ikut protes pada yang memberi bantuan tapi pakai sayarat hanya untuk keturunan tertentu saja! -- Dari awal saya tidak memihak. Memberi bantuan hanya kepada keturunan tertentu sama diskriminatifnya hanya untuk agama tertentu. Kalau pelakunya pemerintah Indonesia saya pasti protes. Karena ini pihak asing maka tidak jadi prioritas toh di negeri kita masih banyak hal diskrimitif yg lebih gawat. Kita tidak perlu menghabiskan tenaga untuk ribut soal ini... Yang paling penting bereskan masalah di negeri kita. It's here! Your new message! Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar. http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/
Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
emang bener sih, menikah itu mau mewah atau sederhana itu tergantung diri kita sendiri. kalo menikah yang seharusnya sesuai adat china itu gimana ya?? ada yang mengatakan bahwa tata cara pernikahan masyarakat cina saat ini (hampir seluruh dunia) telah menyalahi aturan yang sebenarnya. salah satu contoh adalah pakaian pengantin wanita yang berwarna putih dan undangan yang berwarna putih atau pink, padahal warna yang seharusnya adalah warna merah. menurut adat cina, warna merah itu melambangkan hal-hal/perkara sukacita, sesuatu yang bahagia dan putih lambang duka cita. hal ini dapat dilihat kalo ada yang kondangan (menikah) dan pindah ke rumah baru, dipintu utama selalu digantung kain merah selama beberapa hari. contoh lain adalah angpau (bungkusan merah) sebagai reward/hadiah untuksesuatu hal, sedangakn pekpau (bungkusan putih) sebagai sumbangan dukacita untuk keluarga yang anggota keluarganya ada yang meninggal. mungkin teman2 ada yang bisa nambah?? On 3/28/07, Lim Wiss [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau anda ingin menikah dengan biaya minim juga bisa. Tapi apakah anda dikasih tutup jalan depan rumah seenaknya seperti orang pribumi yang menikah? Jika tidak masalah, bisa kok menikah ala kadarnya. Tapi semua kembali ke makna pernikahan itu sendiri. Apa artinya uang jika pernikahan itu tidak bermakna dan meninggalkan kesan tersendiri? Ada beberapa orang keturunan menikah ala kadar. Hanya foto lalu makan di rumah saja. Itupun hanya keluarga dekat. Semua kembali ke diri kita sendiri. Mau menikah ala kadar silakan saja, tidak ada yg melarang. Mau menikah dengan mewah, silakan pula. Adat pernikahan boleh dilakukan, boleh tidak dilakukan. Tidak ada yg berkomentar, paling-paling pihak keluarga wanita dan keluarga pria saja yg berkomentar. Lim Wiss _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com] On Behalf Of Jon Schilage Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
mungkin tidak disemua tempat di indo, tapi itulah kenyataan dilapangan, terutama di daerah. coba anda ke daerah riau kepulauan, suatu beban besar bagi anak cowok disana karena harus menikah dengan pesta yang wah demi nama baik keluarga. On 3/28/07, Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 'Nikah Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta, dibawah itu pun belum tentu sanggup. cmiiw Best Regards, Hendrik Kristiawan IT-Departement PT Immortal Cosmedika Indonesia -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com] On Behalf Of Jon Schilage Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?
Kalau disini, makan diresto mahal dan pada Tjong Ti pu, soalnya mereka beli bumbu A1 atau Claypot, trus masakin dan jual ke orang2, bagi yang ngak tau dikiranya resep rahasia dari resto itu, ngak taunya bumbu make in S'pore he he he, Oh untuk Pak. Tantono, Kung Pau chicken disini ada jual sausnya, namanya juga Kung Pau Saos, di botolnya ada tertera cara masaknya, saus ini dapat ditemukan di Ranch Market, kebun jeruk, mungkin di Kota juga ada. Kalau Ardian C, ya boss kita lah. - Original Message - From: melani chia To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:09 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Udah, tp baru tau namanya ayam raja,juga tinggal makan disini byk yg udah mateng jd tinggal makan aja,kalau masak sendiri biasanya ya ayam herbal terpisah yg digodok. Numpang tanya itu nama Ardian ada 2 yg satu +c yg satu lagi Ardian Siregar? BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote: May Lan, pernah coba ayam raja ???, bumbunya sudah tersedia dan dapat dibeli, didalamnya sudah ada plastiknya dan aluminium foilnya, mereknya A1 dan Clayport, buatan Singapura. Kalau di Jakarta bisa didapatkan di Ranch Market atau Carre4. - Original Message - From: melani chia To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 27, 2007 8:39 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Juga ada istilah Chi Pao Kai, juga lezat, hanya agak asin,waktu memasaknya dibungkus kertas berlapis, dg resep ala cina tradisional herb, di Johor , didaerah Pelangi ada beberapa restoran yg masakannya special chi pao kai. Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Dibawah ini ada resensi buku baru anak muda, Loo Kay udah beli dan cukup menghibur. Nah tapi tanya dalam hati, apa di taiwan ada MAFIA ya ?. Belum lagi soal masakan ayam Kung Pao tentunya (di Indo kok nggak ada yang jual itu ayam Kung Pao atau namanya lain ??. Bukunya ringan dan menghibur, daripada ngomongin PKC, agama, politik terus-terusan, emang sih picisan, tapi bukankah jiwa sekali-sekali harus juga dihibur dengan yang picisan ini ???. Salam, Tan Loo Kay PS. Loo Kay baca buku ini karena anak Loo Kay beli, jadi yang punya anak remaja mo ultah beliin saja buku ini. KUNG PAO CHICKEN LOVE Novel chicklit, Penulis: La Mian, vi+240 halaman, Rp 27.000,- Apakah Anda pernah membayangkan kalau seseorang yang Anda taksir adalah anak dari seorang tokoh MAFIA yang disegani di Taiwan? Itulah yang di alami tokoh utama, Lena di dalam novel chicklit ini. Kehidupan Lena sebagai jomblo seketika berubah sejak kedatangan rekan kerja yang baru datang dari Singapura. Namanya Erick. Itulah nama cowok yang tampangnya beda-beda tipis dengan host-nya MTV Asia, Wang Lee Hom dan kini telah membuat hidup Lena bagaikan naik kora-kora di Dufan Ancol. Eneg, pusing, pengen teriak, ketawa, terkejut-kejut, itulah kira-kira yang dirasakan oleh Lena. Novel ini sangat menarik dengan mengambil setting di Indonesia dan Taiwan. Dengan mengalirnya cerita, pembaca akan bertanya-tanya, apa yang terjadi kalau Lena tahu kalau Erick ternyata anak seorang mafia yang disegani di Taiwan? Apa pula yang terjadi kalau Lena, si gadis Sunda asli, gedubrakan sendiri di Taiwan? Kelihatannya lebih baik Anda membaca sendiri novel yang menghibur, kocak, mengharukan dan sekaligus romantis ini. Informasi lebih lanjut Penerbit Escaeva http://www.escaeva.com -- . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedul
Kalo bisa, tapi gak mau, itu diskriminasi Kalo mau, tapi gak bisa. Atau bisa, tapi kurang kompeten, ya bukan dong... Contoh contoh dari bung ABS rasanya semua masuk kategori yang ke 2 deh. Anyway, saya tetep tertarik gimana cara pembuktian seseorang itu keturunan atau bukan :D [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
- Original Message - From: JS To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:04 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Misalnya begini.. - Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa, implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia akan membenci ket Tionghoa. - Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid. Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim? - Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Apakah golongan non kristen memusuhi golongan kristen? - He he he... kalau kasih contoh (perandaian) itu apel dibanding apel, jeruk dibanding jeruk dong, JS-heng, jangan apel dibanding jeruk, jeruk dibanding apel. Atau kalau pinjam istilahnya Alfonso-heng, membandingkan naga ya dengan naga. Kalau membandingkan bangunan ibadah, semua contohnya ya bangunan ibadah: - Misalkan Taiwan memberi bantuan pembangunan vihara. Tentu saja golongan non-Buddhis tidak akan memusuhi golongan Buddhis. Tetapi kalau yang boleh masuk vihara bantuan Taiwan itu cuma keturunan Tionghoa saja, tentu ramai diprotes - Misalkan Arab memberi bantuan pembangunan mesjid. Tentu saja golongan non-Muslim tidak akan memusuhi golongan Muslim. Tetapi kalau yang boleh masuk mesjid bantuan Arab itu cuma keturunan Arab saja, tentu ramai diprotes. - Misalkan Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Tentu saja golongan non-Kristen tidak akan memusuhi golongan Kristen. Tetapi kalau yang boleh masuk gereja bantuan Belanda itu cuma keturunan Belanda saja, tentu ramai diprotes Kalau mau kasih contoh (perandaian) bantuan paket belajar bahasa, seperti dalam kasus yang kita bicarakan ini, jadinya seperti ini: - Misalkan Taiwan memberi bantuan paket belajar bah. Tionghoa. Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan memusuhi yang biasa bicara bah. Tionghoa. Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Tionghoa bantuan Taiwan itu, cuma keturunan Tionghoa saja, tentu ramai diprotes. - Misalkan Arab memberi bantuan paket belajar bah. Arab. Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan memusuhi yang biasa bicara bah. Arab. Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Arab bantuan Arab itu, cuma keturunan Arab saja, tentu ramai diprotes - Misalkan Belanda memberi bantuan paket belajar bah. Belanda. Maka golongan yang biasa bicara bah. Indonesia pun tidak akan memusuhi yang biasa bicara bah. Belanda. Tetapi kalau yang boleh ikut paket belajar bah. Belanda bantuan Belanda itu, cuma keturunan Belanda saja, tentu ramai diprotes. Gitu lho, JS-heng. Kalau sudah dijelaskan seperti menjelaskan ke anak SD begini, masih tidak paham juga, ya saya nyerah deh... Padahal pemerintah Taiwan saja sudah tahu bahwa mereka salah, dan akan merubah kebijakannya. Jadi... pinjam gaya bahasanya Ul-djie: Gue ini musuhin Taiwan kagak, orang Tionghoa kagak, pingin belajar Mandarin kagak, ngapain repot-repot ngajarin logika SD gini! Ha ha ha... Wasalam. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Tentang pernikahan Tionghoa
Pendapat saya soal pernikahan Tionghoa : Di Indonesia sih sudah terjadi banyak modifikasi dalam hal tradisi pernikahan Tionghoa. Soal pernikahan mo diadakan secara mewah atau sederhana tergantung keinginan masing2x orang dan tentu saja kemampuan finansialnya. Saya temui beberapa teman yang menikah tamasya saja. Ada yang hanya mencatatkan diri di catatan sipil dan makan2x keluarga besar di restoran. Jadi semua tergantung apa yang kita maui. Kalo kemampuan finansial kurang tidak perlu memaksakan diri. Jangan karena gengsi atau menjaga nama baik keluarga terus berhutang demi pernikahan.Pestanya cuman sehari tapi dikejar2x oleh pemberi hutang /rentenir berbulan2x. Itu saja pendapat saya. Salam, Herman www.hermanhuang.blogspot.com Need Mail bonding? Go to the Yahoo! Mail QA for great tips from Yahoo! Answers users. http://answers.yahoo.com/dir/?link=listsid=396546091
[budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali
Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Do we truly embrace unity in diversity?
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.F05 Do we truly embrace unity in diversity? Opinion and Editorial - March 27, 2007 Evi Mariani, Amsterdam I never thought I would experience it on a street in Amsterdam; that all-too-familiar taunt Cina, pronounced like the English China. But it did happen to me and a Dutch friend as we walked down a street through the center of this multicultural city. The two of us do look like we come from China, as the name-caller thought. We both have Chinese backgrounds: I am a Chinese-Indonesian whereas she is Dutch with parents who came from Hong Kong to the Netherlands decades ago. I was surprised by the incident but I also found it hilarious, due to the low -- at least, I thought -- likelihood of experiencing name-calling not on a street in Bandung or Jakarta but somewhere in West Europe. Unlike me, who laughed at the incident, my friend did not see the funny side of it. She, who was born and raised in Holland, told me she hated such name-calling, which she had apparently experienced many times. In big cities like Amsterdam, the name-callers are usually not Dutch (she means white Dutch). But in Maastricht (a small city where she grew up) most of them are (white) Dutch farmers, we call them farmers although they are not really farmers, she told me. Later, I realized that if the same thing happened to me in Indonesia, my reaction would be more or less the same as hers. I would take it seriously and be slightly hurt, because if it happened in Indonesia, the experience would not be a one-time funny incident in a foreign country, in other words, not something you would share with your friends, laughing over it while sipping coffee or knocking back beers. Like her, I think I would be presented with something like a lifetime problem -- a commitment instead of a one-night stand. This incident made me think more about migration and ethnic negotiation between migrants and their hosts around the world, well, at least in the Netherlands and in Indonesia. How different the negotiation process is and how similarly painful is the struggle, especially on the migrant side with the exception of a few cases like the American and Australian continents. One thing I found out in the Netherlands is that the negotiation process between migrants and their hosts is no easier than anywhere else in the world. In Holland there are ethnic groups that are considered problematic like the Turks and the Moroccans and there are those who are invisible, like Asians. This invisibility misleads the public to think that Asians have no identity or citizenship problem in Holland. When the Dutch public talk about migrants, or, in Dutch, allochtone, they are mostly referring to Turks, Moroccans and Surinamese. Dismissing the Asian group as a non-issue, I think, is a mistake. There is the notion that so long as the allochtone keep out of trouble, as most Asians do, there will be no serious problems, no discrimination, no conflicts. This suggests the problematic ethnic groups should stop making problems -- like maintaining their relatively low-level of education, asking for a mosque, or being poorer than the rest of the population -- if they want to be welcomed with open arms that is. Indeed, compared to the problematic ethnic groups, Asians are well-off, fare better in education, contribute less to crime statistics and hardly ever ask for a particular worship place. However, still, not all members of the host society appreciate this low-profile approach. Sometimes Dutch people say ni hao (how are you in Chinese) to me on the street. They say it's a polite greeting. But I know better, it's mocking, my friend once told me. This is only one example of how Chinese people feel they are not really welcome in the Netherlands. There are other problems like the glass ceiling issue in some workplaces where it is difficult for Asians, like other allochtone, to reach the top. This is not to say the hosts are the bad guys and the allochtone the innocent victims. On the other hand, this story also says the host society is no welcoming angel and the allochtone are not exactly having a picnic. Both sides have to work to achieve an ideal multicultural society. However, I have noticed one good thing about Holland; there are efforts to address the problems that come with a multicultural society. The murders of Pim Fortuyn and Theo van Gogh pushed the Dutch people to see they have problems; the murders led to hostile reactions from many Dutch people but, on the other hand, this hostility caused the Dutch to question the sincerity of their tolerance and subsequently paved the way for dialog and efforts to make the multicultural society really work. Their first step is to admit that both sides, host and migrants, have contributed to the problem. I see this first step as crucial in setting out on the path to a genuine
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Kalo saya mah gampang aja. Gitu aja kok reeepoot. (Gus Pur) Pertama, sy punya pandangan kl milis ini budaya_tionghoa bukan milis etnis_tionghoa, bahasannya spesifik dan untuk semua golongan. CMIIW... Nah karena milis ini inklusif jelas keliru kl ada pengumuman untuk etnis tertentu. Sama jg halnya keliru kl buat pengumuman khusus untuk agama tertentu di milis ini. Kedua, mengenai Taiwan yg mau kasih beasiswa khusus buat etnis tionghoa. Sptnya agak mengganggu rasa keadilan. Mungkin lebih cantik kl beasiswanya di buka untuk WNI titik. Dimana etnis jawa, sunda, minang, dayak, tionghoa, bugis, dst yg ga bisa disebutkan satu-persatu berkesempatan sama. Peace. - Original Message - From: JS To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 27, 2007 11:04 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule saya melihat Sdr Akhmad menerapkan standard ganda. Bantuan yang jelas2 hanya untuk kelompok tentu tidak Anda sebut diskriminatif. Berpikiran jernih lah, jangan bias oleh agama, etnis, kepentingan, dst... Ada tidaknya dampak negatif yang akan dialami oleh Keturunan Tionghoa di Indonesia tentunya akan ditentukan oleh intelegensia dan moral dari pihak yang menanggapi. Misalnya begini.. - Taiwan membuka study tour hanya untuk ket Tionghoa, implikasinya gol non Tionghoa di Indonesia akan membenci ket Tionghoa. - Arab Saudi memberi bantuan pembangunan masjid. Apakah golongan non muslim memusuhi golongan muslim? - Belanda memberi bantuan pembangunan gereja. Apakah golongan non kristen memusuhi golongan kristen? --- Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: - Original Message - From: idakhouw To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian Seperti saya katakan dalam posting sebelum ini, pemerintah Taiwan tidak bodoh, dan hanya soal waktu sampai mereka menyadari kesalahannya dan memperbaiki political scheme-nya. - - - - - - - - - - - Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers bersikap standar-ganda yang akut: diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus dilawan, diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya Tidak terlalu mengagetkan kalau disadari adanya ketertekanan akibat diskriminasi bertahun-tahun pada saudara-saudara Tionghoa Indonesia selama ini. Tetapi sebetulnya saya sampai panjang lebar mempersoalkan kebijakan Taiwan juga bukan karena kepentingan pribadi. Sebagai non-Tionghoa yang kebetulan tidak berminat belajar bahasa Tionghoa,saya tidak dirugikan samasekali oleh kebijakan pemerintah Taiwan itu. Namun yang saya kuatirkan adalah dampat negatifnya bagi saudara- saudara saya Tionghoa Indonesia dari kebijakan Taiwan yang memperlakukan Tionghoa Indonesia sebagai subyek politiknya! Ketika 50 tahun yang lalu RRT menerapkan kebijakan serupa berupa penganggapan bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah juga Tionghoa RRT, hal itu telah mengakibat penderitaan luarbiasa bagi kaum Tionghoa Indonesia. Mereka langsung dianggap sebagai antek negara asing, dalam hal ini RRT (suatu hal yang wajar, ketika Amerika berperang dengan Jepang, tanpa pilih bulu orang Jepang warganegara Amerika {Nisei} juga dicurigai sebagai antek Jepang, dan dimasukkan ke kamp interniran). Saat itu Tionghoa Indonesia langsung disuruh memilih, setia pada RI atau pada RRT. Yang pilih RI, digusur dari pedesaan dan kota-kota kecil (melihat teori Ketua Mao, pemerintah Indonesia takut kalau antek RRT tinggal di pedesaan), sehingga harus hidup berdesakan dan berkumuhan di kota besar. Yang pilih RRT, langsung diusir ke RRT, negara miskin yang kelebihan penduduk, sehingga imigran Tionghoa Indonesia itu menderita luarbiasa di sana, sampai sekarang, sambil menimbulkan beban luarbiasa berat juga pada RRT sendiri, yang jaman itu negara miskin. Di dalam masyarakat secara pukulrata orang Tionghoa Indonesia lantas dicurigai. Saya masih ingat teman-teman Tionghoa saya ditanyai: Andaikata RRT, karena satu dan lain hal, menyerbu ke Indonesia, kamu akan berperang di pihak mana?. Namun, seperti saya katakan, RRT dengan pandai mengambil pelajaran dari debacle-nya itu, dan sekarang jauh lebih lihay dalam berdiplomasi antar bangsa. Karena itu, pemuda-pemudi Tionghoa Indonesia
Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia
Temen saya tinggal di Jlambar, ngkonye kawin cuma tea pai ama undang sodara deket tetangga doang, menunye cuma kue kering. prosedur kawinnye cuma sembahyang terus Hormat 3 kali, kasih teh ke ortu mertua, ama sodara2 yang ude kawin, terus begitu buka angpaw isinye paling cuma 2000-2 perak per angpaw, mereka ga pusingin isinye, yang penting bisa kawin secara adat, saya rasa ampe sekarang ga punya surat kawin alias statusnye kumpul kebo bagi negara!!! - Original Message - From: Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 28 March, 2007 16:19 Subject: RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 'Nikah Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta, dibawah itu pun belum tentu sanggup. cmiiw Best Regards, Hendrik Kristiawan IT-Departement PT Immortal Cosmedika Indonesia -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Jon Schilage Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:46 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat china di indonesia dari pada bahas politik dan agama mulu, yuk kita bahas budaya tionghua aja sesuai dengan judul milis kita ini. salah satu bentuk kebudayaan adalah pernikahan. saya perhatikan bahwa biaya menikah bagi masyarakat cina di indonesia sangat mahal dan mewah dibandingkan masyarakat lokal. jaman sekarang minimal tidak *loose face*, biaya merit bisa menghabiskan tidak kurang dari Rp.30 juta rupiah. coba bandingkan dengan saudara kita yang pribumi, teman saya ada yang menikah hanya butuh Rp. 3 juta aja. mahalnya biaya nikah bagi masyrakat tionghua tidak terlepas dari banyaknya peraturan/adat dan mas kawin yang harus dipenuhi, seperti 4 tiam kim (4 bentuk mas kawin), pheng kim, dll.. apalagi jaman sekarang kalo merit tidak foto2 close up dulu di foto studio dianggap tidak afdol, padahal biayanya mahal (sekitar 3-10 juta). kebetulan saya termasuk jomblo yang lagi menghitung (menabung) berapa biaya merit yang harus kita siapkan dan apa saja persyaratannya, mohon teman2 bisa beri masukan.. thanks.. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?
Bud, ada juga bak kut teh yg udah dipack bumbunya,made in Singapore tinggal tambah bawang putih utuh, dagingnya digodok kalau pork,sebentar trus bilas air baru campur ama air mendidih yg udah ditaroh bungkusan bumbuhnya, enak jg kalau buat daging sapi, makannya ditambah bihun yg udah diseduh air panas,kecap,cuka,bakso(baksonya jg dicampur ke kuah bak kut tehnya) BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau disini, makan diresto mahal dan pada Tjong Ti pu, soalnya mereka beli bumbu A1 atau Claypot, trus masakin dan jual ke orang2, bagi yang ngak tau dikiranya resep rahasia dari resto itu, ngak taunya bumbu make in S'pore he he he, Oh untuk Pak. Tantono, Kung Pau chicken disini ada jual sausnya, namanya juga Kung Pau Saos, di botolnya ada tertera cara masaknya, saus ini dapat ditemukan di Ranch Market, kebun jeruk, mungkin di Kota juga ada. Kalau Ardian C, ya boss kita lah. - Original Message - From: melani chia To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:09 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Udah, tp baru tau namanya ayam raja,juga tinggal makan disini byk yg udah mateng jd tinggal makan aja,kalau masak sendiri biasanya ya ayam herbal terpisah yg digodok. Numpang tanya itu nama Ardian ada 2 yg satu +c yg satu lagi Ardian Siregar? BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote: May Lan, pernah coba ayam raja ???, bumbunya sudah tersedia dan dapat dibeli, didalamnya sudah ada plastiknya dan aluminium foilnya, mereknya A1 dan Clayport, buatan Singapura. Kalau di Jakarta bisa didapatkan di Ranch Market atau Carre4. - Original Message - From: melani chia To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 27, 2007 8:39 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Juga ada istilah Chi Pao Kai, juga lezat, hanya agak asin,waktu memasaknya dibungkus kertas berlapis, dg resep ala cina tradisional herb, di Johor , didaerah Pelangi ada beberapa restoran yg masakannya special chi pao kai. Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Dibawah ini ada resensi buku baru anak muda, Loo Kay udah beli dan cukup menghibur. Nah tapi tanya dalam hati, apa di taiwan ada MAFIA ya ?. Belum lagi soal masakan ayam Kung Pao tentunya (di Indo kok nggak ada yang jual itu ayam Kung Pao atau namanya lain ??. Bukunya ringan dan menghibur, daripada ngomongin PKC, agama, politik terus-terusan, emang sih picisan, tapi bukankah jiwa sekali-sekali harus juga dihibur dengan yang picisan ini ???. Salam, Tan Loo Kay PS. Loo Kay baca buku ini karena anak Loo Kay beli, jadi yang punya anak remaja mo ultah beliin saja buku ini. KUNG PAO CHICKEN LOVE Novel chicklit, Penulis: La Mian, vi+240 halaman, Rp 27.000,- Apakah Anda pernah membayangkan kalau seseorang yang Anda taksir adalah anak dari seorang tokoh MAFIA yang disegani di Taiwan? Itulah yang di alami tokoh utama, Lena di dalam novel chicklit ini. Kehidupan Lena sebagai jomblo seketika berubah sejak kedatangan rekan kerja yang baru datang dari Singapura. Namanya Erick. Itulah nama cowok yang tampangnya beda-beda tipis dengan host-nya MTV Asia, Wang Lee Hom dan kini telah membuat hidup Lena bagaikan naik kora-kora di Dufan Ancol. Eneg, pusing, pengen teriak, ketawa, terkejut-kejut, itulah kira-kira yang dirasakan oleh Lena. Novel ini sangat menarik dengan mengambil setting di Indonesia dan Taiwan. Dengan mengalirnya cerita, pembaca akan bertanya-tanya, apa yang terjadi kalau Lena tahu kalau Erick ternyata anak seorang mafia yang disegani di Taiwan? Apa pula yang terjadi kalau Lena, si gadis Sunda asli, gedubrakan sendiri di Taiwan? Kelihatannya lebih baik Anda membaca sendiri novel yang menghibur, kocak, mengharukan dan sekaligus romantis ini. Informasi lebih lanjut Penerbit Escaeva http://www.escaeva.com -- . [Non-text portions of this message have been removed] - The all-new Yahoo! Mail goes wherever you go - free your email address from your Internet provider. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Bahwa solidaritas sesama anggota suku/ras dengan keseragaman bentuk fisik, budaya, tradisi (dan juga bahasa) adalah sifat yang merekat pada semua suku/ras, demikian pun bangsa/suku atau ras Tionghoa pun tak pernah luput dari sifat sedemikian itu. Pada hakekatnya, setiap kelompok suku atau ras adalah unik bagi kelompok lain. Coba perhatikanlah tingkah laku para peneliti antropologis, bukankah sebagai seorang subyek, mereka selalu memandang obyek penelitiannya (sebuah suku) sebagai sesuatu yang unik, yang lain dari pada kelompok sukunya sendiri? Karena itulah, perhatian, bantuan, empati, simpati yang bermuara pada solidaritas antar sesama tidak pernah sepi dari panggung dunia dalam segala bentuknya. Umat muslim Indonesia spontan bereaksi, dan mendemo kedubes AS begitu Irak diserang oleh negara adi daya tsb. Pertemuan Persemakmuran (atau persekutuan saya lupa, cmiiw) rumpun Melayu selalu membicarakan strategi mengembangkan budaya dan bahasa Melayu di antara sesama rumpun Melayu di Malaysia, Singapore, Indonesia, Brunei bagi anak bangsa rumpun Melayu. Dan bantuan pun mengalir di antara sesama rumpun Melayu yang berlainan negara itu. Apakah itu sebuah perbuatan diskriminatif, karena hanya diberikan kepada anak-anak Melayu? Tidak ada yang protes, karena tak ada yang merasa dirugikan. Malah justru banyak yang merasa diuntungkan. Pun pula, solidaritas antar sesama kelompok berbasis ras seperti sudah yang merupakan sifat bawaan setiap manusia kenapa harus ditentang. Saya kira, yang ditentang oleh gerakan-gerakan anti diskriminasi di Indonesia tidak ditujukan pada hal-hal seperti itu. Yang mereka tentang adalah perbuatan merugikan yang dilakukan oleh sebuah kelompok tertentu terhadap kelompok lain, Bukan saling menyokong dan mendukung antara sesama yang berbasis ras. Dan juga TEMA UTAMA yang mereka usung adalah perbuatan MENGANAK-TIRIKAN atau DISKRIMINASI YANG DILAKUKAN OLEH NEGARA KEPADA SALAH SATU KELOMPOK ANAK BANGSANYA SENDIRI. Salam, Erik In budaya_tionghua@yahoogroups.com, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau orang2 lain tak melihat aspek racial discrimination di pengumuman itu saya ngga terlalu kaget (apa boleh buat, kecenderungan menerapkan double standard memang melanda kelompok masyarakat mana saja), tapi kalau Masarcon tidak melihatnya,, wahh gaswat :) I. (strategi membidik pasar tertentu mah bukan diskriminasi atuh Mas :) In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ari Condrowahono masarcon@ wrote: kalau yg saya lihat sih, ini taiwan berusaha cari market buat sekolah di taiwan. china daratan aja udah jualan lho, bolak balik bikin seminar pendidikan di mangga dua. yah, secara ekonomi dan budaya, jelas kan siapa yang dilirik. kayak IAIN - UIN juga gak keliatan buka seminar buat narik tionghua keturunan buat masuk tempat mereka, meskipun saat ini mereka udah punya banyak fakultas umum. buat yang kelas luar negeri IIUM -Islamic International University Malaysia atau sering disebut sebagai UIA juga gak pernah buka iklan / pemeran di mangga dua atau ngajak jalan jalan ke malay. padahal kalo emang niat pengen segmented, kan bisa buka pameran di depan gedungnya PITI. lha itu, pakar ekonomi islam di Indonesia kayaknya keturunan tionghua semua. ikut partanya pks lho rata rata. sebut ajah nama M. Syafii Antonio [nama aslinya sapa sih ?], terus yg bikin shariah business school di jogjakarta, kan engkong engkong tionghwa jugak salam, ari condro
Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali
Sangat mungkin sekali adalah gangguan pada sistem pengantaran imel Yahoogroups. Sudah saya laporkan ke pengurus Yahoogroups. Rinto Jiang PK Lim wrote: Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim -
[budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)
Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan ini, kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja, karena orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang terlalu ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka jalankan. Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2. Tentu saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini diterapkan di AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara kalangan WNI Tionghoa. Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya nasionalisme Taiwan untuk meraih kemerdekaan Taiwan, kebijakan pemerintah mulai berubah. Dari mulai adanya panggilan untuk membubarkan Komisi Urusan Tionghoa Seberang Lautan, sampai kepada membatasi definisi Tionghoa seberang lautan hanya kepada Tionghoa yang masih memegang kewarganegaraan Republik China di luar negeri. Dari sini, saya ingin menghimbau kepada rekan2 yang berdiskusi tentang masalah ini untuk jangan langsung memvonis ini praktek diskriminasi ini adalah sebuah diskriminasi negatif. Diskriminasi tidak semuanya langsung berarti negatif. Diskriminasi dalam arti harfiahnya berarti pembedaan. Saya kira, perlakuan beda seperti yang dilakukan pemerintah Taiwan (Republik China) untuk kalangan tertentu atas dasar keinginan balas jasa, adalah tidak merugikan pihak yang tidak diperlakukan istimewa dalam hal ini non-Tionghoa. Belanda memberikan beasiswa khusus kepada WNI karena Belanda punya hubungan khusus dengan Indonesia di masa lalu, ini diskriminatif dan nampaknya tidak adil bagi warga negara Malaysia misalnya. Namun betulkan tidak adil? Belum tentu. Siapa suruh Malaysia tidak menderita dijajah Belanda di masa lalu? Nah, kembali ke Taiwan, bila kemudian pemerintah Taiwan menyamakan seluruh WNI Tionghoa dengan WNI dari suku lainnya dan hanya memberikan priviles kepada Tionghoa berkewarganegaraan Taiwan, saya kira, WNI Tionghoa juga jangan berteriak mereka didiskriminasi. Ini dikarenakan, priveles yang diberikan sebuah negara kepada warga negaranya sudah memang harus lebih daripada seorang yang berkewarganegaraan lain. Demikian, semoga bertambah jelas. Rinto Jiang idakhouw wrote: Bung Rinto, Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian (cendekiawan Indonesiapun tidak kritis pula!). Syukurlah kalau kebijakan itu hendak dibatalkan (ini sudah bukan lagi soal menguntungkan atau tidak buat kelompok tertentu. Kita mengkritisi basis kebijakannya)
[budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Hahahaha. semuanya pada sibuk ributin soal studi tour yg cuman buat keturunan Tionghoa saja, yg diseret2 ke arah diskriminasi. Tapi kalian koq gak ada yg pada ribut soal diskriminasi yg juga nyata2 dibuat oleh Pemerintah Taiwan, yaitu bahwa beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!) dari Kementerian Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa. Lhoo Diskriminasi juga khan? Piye thooo. eddy Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains. http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097 [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007 Rinto Jiang AB Saleh
Akhmad Bukhari Saleh Kalau RRT sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan melakukan pilih-pilih begitu, yang mereka sudah belajar dari pengalaman bahwa itu akan jadi boomerang membikin menderita saudaranya yang jauh di negeri orang... eddy: aaahhh?? kayaknya tak seindah yg Anda katakan deh...coba pikir2 lagi... Rinto JiangDalam beberapa kesempatan, malah peluang untuk belajar di Taiwan lebih besar untuk para calon pelajar non-Tionghoa karena ada jatah kursi pelajar internasional untuk mereka. eddy: untuk Indonesia kalo gak salah sekitar 15 orang per tahun. Rinto JiangBagi pelajar non-Tionghoa, silahkan saja mendaftar untuk kesempatan belajar dan beasiswa ke Taiwan dan RRC di kantor perwakilan masing2, mumpung sekarang persaingan belum terlalu ketat. Tahun lalu saja, ada satu teman saya suku Jawa yang berhasil meraih beasiswa dari Kantor Dagang Ekonomi Taipei di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan S2 di Taiwan. eddy: jangan takabur...nggak semudah itu, tidak semua orang Indonesia bisa mendaftar. Untuk beasiswa Kementerian Pendidikan RRC yg kalo nggak salah sampai sekarang jumlahnya tetap cuman setelapak tangan alias 4-5 orang, sampai sekarang beasiswa diatur dalam skema G to G (government to government) dan karenanya pelamar harus punya institusi (selama ini institusi milik negara seperti PTN, Imigrasi, Deplu, dll), bukan institusi swasta apalagi perorangan. Beasiswa Taiwan juga mensyaratkan pelamar berasal dari institusi. Apakah keduanya bukan diskriminasi juga?? [EMAIL PROTECTED] Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains. http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
- Original Message - From: eddy witanto To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:48 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!) dari Kementerian Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa. -- Bisa dijelaskan dengan lebih rinci? Dengan referensi-referensi, supaya jelas duduk soalnya... Misalnya, bagaimana caranya mereka mendiferensiasi yang Tionghoa dan non-Tionghoa. Kalau anaknya (atau cucunya) Corazon Aquino mau apply, ditolak atau tidak? Kalau ditolak, bagaimana caranya meng-claim bahwa seorang Presiden negara lain itu Tionghoa. Kalau diterima, bagaimana menjelaskan pada tax payer Taiwan bahwa kel. Aquino itu non-Tionghoa? Kalau ada pemuda suku Hui atau Uighur dari mainland mau apply, ditolak atau tidak? Kalau ditolak, apakah karena Hui dan Uighur dianggap Tionghoa ataukah karena dari mainland? Kalau diterima, apakah karena Hui dan Uighur itu non-Tionghoa atau karena mau meng-iritasi rezim Beijing? Jelas ini absurd... Wasalam.
Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?
Enaknya kapan-kapan ketemuan ya, berembuk yang enak-enak saja, makan ayam raja en ayam kung pao, minum teh naga en nyamikan-nya popiah. Tapi bawa palu yang gedee, begitu ngomong pulitik ato agama dipukul pake palu ampe benjol. Hehe, paling dianggep dangkal, jangan salah berbahagialah orang yang masih bisa tidur nyenyak en menghargai makan enak plus teh yang ciamik punya... Best regards, Tantono Subagyo [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: Gelombang Pengunduran Diri Mendekati 20 Juta
Saya setuju bahwa pengunduran diri besar-besaran dari keanggotaan PKC yang sekarang terjadi di China, bukanlah sekedar karena partai itu jahat (evil). Tapi ada banyak faktor yang melatar-belakangi. Salah satunya semakin terbukanya informasi dari dunia luar, dan banyaknya kaum intelektual yang tidak menggantungkan hidupnya pada partai itu. Munculnya kelas menengah yang lebih independen juga turut membuat mereka meninggalkan partai itu. Mereka sudah pasti merasa terkekang dibawah sistem politik komunis yang tidak memberikan kebebasan informasi dan pendapat, serta tidak memberikan kesempatan pluralisme dan demokrasi. Sebagai contoh, penguasa China mensensor kata-kata tertentu dalam internet, yg dianggap berbahaya seperti kata: Dalai Lama, demokrasi, korupsi, Tiananmen, Falun Gong dsb, dengan bekerjasama dengan Google, Yahoo, dan MSN versi Mandarin yang sahamnya sebagian dibelinya. Begitu juga dengan kaum intelektual. Setelah peristiwa pembantai gerakan mahasiswa pro-demokrasi di lapangan Tiananmen 1989, mereka dipasung kebebasannya. Kampus menjadi menara gading, seperti jaman Orde Baru-nya Soeharto. Para pengacara professional yang mencoba mendampingi kasus pelanggaran HAM di sana juga mendaptkan perlakukan yang sama. Ingat kasus penangkapan terhadap pengacara terkenal Gao Zhisheng yang kini menjadi tahanan rumah. Itu belum termasuk perlakuan PKC selama ini terhadap kelompok-kelompok spiritual, seperti kaum Tibetan, muslim Uighur, penganut Katolik, dan pengikut Falun Gong, yang diluar batas kemanusiaan. Saya kira faktor-faktor itulah yang membuat rakyat Tiongkok tidak memiliki harapan lagi terhadap PKC. Apalagi pertumbuhan ekonomi tinggi yang dicapai China saat ini, semakin membuat jurang antara yang kaya dan yang miskin semakin menganga. Mayoritas rakyat di pedesaan masih hidup di bawah garis kemiskinan, serta ketidakadilan sosial masih terjadi diman-mana. Saya kira ini bom waktu bagi pemerintah China, dan jika tidak diatasi akan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap PKC yang memegang kendali penuh atas pemerintahan. Fenomena mundur dari anggota PKC yang kini jumlnya sudah mencapai hampir 20jt adalah indikasinya. Gerak perubahan sejarah, pasti tak bs dibendung. saleum Ananta - Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali
Mungkin ada virus di komputer Anda. - Original Message - From: PK Lim To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.446 / Virus Database: 268.18.20/736 - Release Date: 3/27/2007 4:38 PM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Yang kita permasalahkan adalah : Pemerintah/ lembaga di Taiwan memiliki aneka program bantuan untuk kelompok umum, ini dapat disejajarkan dng Lembaga gereja yang menyalurkan bantuan ke lembaga umum seperti PPI misalnya. saya kira hal ini tidak ada yang membantah. Ini jelas bukan yang kita permasalahkan disini. fokus diskusi disini jelas bukan menilai apakah seluruh program dari Taiwan atau Gereja itu diskriminatif. Yang kita permasalahkan disini adalah: bagaimana sikap kita tehadap salah satu program dari lembaga2 tsb diatas yang mengkhususkan diri pada kelompoknya? apakah harus kita beri cap diskrimainatif ? Disini kita tidak sedang menilai sebuah badan/lembaga secara keseluruhan, kita hanya sedang menyoroti kasus perkasus, mengapa cepat2 mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut setitik noda merusak susu sebelanga. terkesan defensif. Apalagi, tujuan saya untuk menyoroti pola bantuan khusus dari lembaga agama bukanlah untuk mengkritik, saya malah memakluminya, ini sebagai hal yang manusiawi. untuk lebih melihat permasalahan lebih jernih, mari kita lihat contoh lain yang tak berhubungn dng agama : sebuah perkumpulan di Jakarta yang berbasis Etnis, misalnya paguyuban masayarakat maluku Jakarta, memiliki program khusus untuk memberi bea siswa bagi anak2 kurang mampu yang berasal dari maluku untuk kuliah di Jakarta. apakah ini diskriminatif? Ada satu hal lagi, janganlah memperlebar masalah ini ke hal2 yang berkaitan dng sasaran akhir yang menerima manfaat bantuan itu, Orang/lembaga yang menerima bantuan khusus tidak berarti akan menggunakan dana bantuan itu untuk kepeningan kelompok sendiri. sekolah Katholik yang menerima bantuan dari lembaga gereja toh tdk membatasi muridnya hanya yang beragama Khatolik, demikian juga yayasan Islam yang menerima dana dari Timur tengah saat menyalurkan bantuan korban bencana juga tdk membatasi pada kelompoknya saja. Hal ini bukanlah fokus diskusi kita, Salam, ZFy - Original Message - From: idakhouw To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule Bung Rinto, Saya memang sangat kaget membaca info bhw PEMERINTAH Taiwan memberlakukan kebijakan beasiswa berbasis ras seperti itu. Saya sempat berpikir, masa' iya sih pemerintah Taiwan tidak diperlengkapi dengan penasihat dari kalangan kaum cendekia bidang ilmu2 sosial, sampai2 bisa menelurkan kebijakan absurd demikian (cendekiawan Indonesiapun tidak kritis pula!). Syukurlah kalau kebijakan itu hendak dibatalkan (ini sudah bukan lagi soal menguntungkan atau tidak buat kelompok tertentu. Kita mengkritisi basis kebijakannya) Kaget kedua ketika menyaksikan sejumlah milisers bersikap standar-ganda yang akut: diskriminasi terhadap kelompok sendiri harus dilawan, diskriminasi terhadap kelompok lain dicari2 pembenarannya dengan segala argumen absurd. Karena selama ini memperhatikan sejumlah milisers cenderung apriori terhadap Barat dan Kristen (bukan di thread ini, tapi di diskusi2 lain), saya ingin sedikit meluruskan menyangkut tema Belanda dan Kristen (seperti sudah dijadikan PERANDAIAN yg kacau itu), sementara menyangkut bantuan dari negara2 Arab atau India (kalau ada) saya tidak tahu banyak. Saya pikir negara Belanda yang SEKULER -dan saya kira juga negara2 Eropa/Barat lain- tahu benar di negara seperti Indonesia isu agama dan ras adalah isu2 super sensitif, oleh karenanya mereka (SEBAGAI PEMERINTAH) pasti hati2 ketika dealing with isu2 ini. Maka itu SEBAGAI PEMERINTAH mereka pasti tidak akan gegabah membuat kebijakan bantuan berdasarkan ras dan agama. Yang saya tahu, kalaupun ada bantuan Belanda pada kelompok Kristen/gereja, bantuan BUKAN berasal dari PEMERINTAH, tapi ORGANISASI GEREJA BELANDA (yang hidup dari sokongan gereja2 anggota). Jadi sedikit berhati2lah ketika menulis hal yang tidak betul2 kita ketahui, jangan mudah terjebak pada generalisasi (saya amat sering melihat kecenderungan ini di milis ini), apalagi saya saksikan sendiri gereja2 Belanda makin tidak memfokuskan bantuannya pada tema2 menyangkut kekristenan saja. Seruan2 bantuan kemanusiaan di gereja saya, misalnya, lebih banyak menyerukan umat mengumpulkan dana buat korban kelaparan di Darfur (Afrika), korban bencana2 di belahan2 dunia dll. Partner penyalur bantuannya di luar negeripun tidak terbatas pada organisasi gereja saja. Sekedar contoh: ketika terjadi gempa di Jogja, salah satu gereja Belanda ini menyalurkan bantuan cukup besar lewat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)/masyarakat Indonesia di Belanda tanpa banyak ba-bi-bu. So Ida Khouw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf, saya tidak mengikuti diskusi ini secara mendalam. Namun seiring dengan perubahan zaman, kebijakan spesialisasi pemerintah Taiwan terhadap apa yang dianggap
Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali
Sama saya juga, tapi kalo lewat google malah kurang / ga dapet semua e-mail yang diposting, bingung... - Original Message - From: PK Lim [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 28 March, 2007 18:32 Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim
Re: [budaya_tionghua] Do we truly embrace unity in diversity?
Lagi2 berbagi pengalaman. Sering kali bangsa Tionghoa, tidak mengkhususkan dari Indonesia, melainkan dari daratan, Taiwan dan Hongkong, suka membawa kebiasaan buruk dari tempat asal masing2. Contoh, didaerah yang banyak Tionghoa nya di dekat Los Angeles, Amerika. Monterey Park, yang dijuluki China Town baru atau Little Taipei. Banyak Tionghoa yang cara setir mobil se-enaknya, tidak mengikuti peraturan setempat. Belum lagi ditempat parkir. Sering terjadi rebutan dan serobotan tempat parkir. Juga masalah antree, sering nyelak2. Kabiasaan jelak lainnya, buang sampah kecil, seperti tissues bekas sembarangan. Pernah sekali jalan dengan anak saya. Didepan kita ada mobil nyerobot. dari ornamennya bisa dipastikan Tionghoa. Secara spontan anak saya nyeletuk ah, Chinese. Saya respons what did you say ?. Jawabnya oops, sorry. But many acted that way. Very emberassing Saya gak bisa kata apa2 lagi, alias speechless. Sering kali ulah seperti ini yang membuat bangsa kita di cemooh dinegara orang. Harap2 aja kita bisa mengkoreksi diri. Semoga bisa menjadi bangsa yang sihirmati disegala peloksok dunia. salam, PK Lim Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070327.F05 Do we truly embrace unity in diversity? Opinion and Editorial - March 27, 2007 Evi Mariani, Amsterdam I never thought I would experience it on a street in Amsterdam; that all-too-familiar taunt Cina, pronounced like the English China. But it did happen to me and a Dutch friend as we walked down a street through the center of this multicultural city. The two of us do look like we come from China, as the name-caller thought. We both have Chinese backgrounds: I am a Chinese-Indonesian whereas she is Dutch with parents who came from Hong Kong to the Netherlands decades ago. I was surprised by the incident but I also found it hilarious, due to the low -- at least, I thought -- likelihood of experiencing name-calling not on a street in Bandung or Jakarta but somewhere in West Europe. Unlike me, who laughed at the incident, my friend did not see the funny side of it. She, who was born and raised in Holland, told me she hated such name-calling, which she had apparently experienced many times. In big cities like Amsterdam, the name-callers are usually not Dutch (she means white Dutch). But in Maastricht (a small city where she grew up) most of them are (white) Dutch farmers, we call them farmers although they are not really farmers, she told me. Later, I realized that if the same thing happened to me in Indonesia, my reaction would be more or less the same as hers. I would take it seriously and be slightly hurt, because if it happened in Indonesia, the experience would not be a one-time funny incident in a foreign country, in other words, not something you would share with your friends, laughing over it while sipping coffee or knocking back beers. Like her, I think I would be presented with something like a lifetime problem -- a commitment instead of a one-night stand. This incident made me think more about migration and ethnic negotiation between migrants and their hosts around the world, well, at least in the Netherlands and in Indonesia. How different the negotiation process is and how similarly painful is the struggle, especially on the migrant side with the exception of a few cases like the American and Australian continents. One thing I found out in the Netherlands is that the negotiation process between migrants and their hosts is no easier than anywhere else in the world. In Holland there are ethnic groups that are considered problematic like the Turks and the Moroccans and there are those who are invisible, like Asians. This invisibility misleads the public to think that Asians have no identity or citizenship problem in Holland. When the Dutch public talk about migrants, or, in Dutch, allochtone, they are mostly referring to Turks, Moroccans and Surinamese. Dismissing the Asian group as a non-issue, I think, is a mistake. There is the notion that so long as the allochtone keep out of trouble, as most Asians do, there will be no serious problems, no discrimination, no conflicts. This suggests the problematic ethnic groups should stop making problems -- like maintaining their relatively low-level of education, asking for a mosque, or being poorer than the rest of the population -- if they want to be welcomed with open arms that is. Indeed, compared to the problematic ethnic groups, Asians are well-off, fare better in education, contribute less to crime statistics and hardly ever ask for a particular worship place. However, still, not all members of the host society appreciate this low-profile approach. Sometimes Dutch people say ni hao (how are you in Chinese) to me on the street. They say it's a polite greeting. But I know better, it's mocking, my friend
Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali
Kami juga mengalami hal yang sama, terutama dari Yahoo, kalau bukan yahoo ngak kejadian tuh. Budiman - Original Message - From: Sunny To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:57 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Mungkin ada virus di komputer Anda. - Original Message - From: PK Lim To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed] -- . [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Tidak sesulit yang dikira (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007 Rinto Jiang AB Saleh)
Pak Eddy, saya kurang tahu berapa orang yang mendapat beasiswa dari pemerintah Taiwan, namun perlulah dibezakan itu kesempatan mendapatkan beasiswa dan kesempatan belajar. Untuk kesempatan belajar, almamater saya saja tahun lalu menerima 300 pelajar internasional dari seluruh dunia, 20 di antaranya pelajar Indonesia. Ada ratusan universitas di Taiwan, berapa pula jumlah pelajar Indonesia di seluruh Taiwan yang diterima tahun lalu saja? Masalah beasiswa, RRC saya kurang tahu, Taiwan malah mensyaratkan bahwa calon penerima beasiswa tidak terbatas pada pegawai institusi pemerintah atau bersifat non-profit. Ini saya yakin karena teman Jawa penerima beasiswa tahun lalu itu baru tamat dari salah satu universitas Islam. Ini saya lampirkan pedoman aplikasi beasiswa Taiwan. http://spitze.homeip.net/budaya/beasiswa%20taiwan.pdf Ini beasiswa dari pemerintah Taiwan, selain itu juga ada beasiswa pemerintah yang disalurkan melalui universitas bersangkutan, juga ada beasiswa dari universitas itu sendiri buat para pelajar internasional (pelajar non-Taiwan, pelajar non-overseas Chinese). Nah, kuota dari pemerintah untuk beasiswa yang disalurkan ke masing2 universitas saja mencapai 20 orang, apakah mungkin beasiswa pemerintah Taiwan sendiri kurang dari 20 orang? Saya malah menyarankan untuk teman2 Tionghoa yang ingin melanjutkan pendidikan ke Taiwan, jangan menggunakan status sebagai pelajar Tionghoa seberang lautan, lebih baik mengajukan aplikasi sebagai WNI Indonesia tanpa embel2 keturunan Tionghoa, karena saya merasa, kemudahan dan fasilitas yang diberikan rasa2nya melebihi fasilitas untuk Tionghoa seberang lautan. Ini saja nasihat saya. Terakhir, saya setuju saja dengan Bung Eddy, yang menyatakan bahwa diskriminasi juga ada karena ada pembedaan oleh pemerintah Taiwan, di mana beberapa beasiswa cuma diberikan kepada para pelajar non-Tionghoa. Yang Tionghoa malah tidak boleh melamar. Saya kira, sampai di sini, diskusi mengenai diskriminasi ini sudah boleh diakhiri, karena, diskriminasi, tidak akan pernah lenyap dari muka bumi. Yang perlu dilenyapkan itu hanyalah diskriminasi bersifat destruktif. Rinto Jiang eddy witanto wrote: Akhmad Bukhari Saleh Kalau RRT sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan melakukan pilih-pilih begitu, yang mereka sudah belajar dari pengalaman bahwa itu akan jadi boomerang membikin menderita saudaranya yang jauh di negeri orang... eddy: aaahhh?? kayaknya tak seindah yg Anda katakan deh...coba pikir2 lagi... Rinto JiangDalam beberapa kesempatan, malah peluang untuk belajar di Taiwan lebih besar untuk para calon pelajar non-Tionghoa karena ada jatah kursi pelajar internasional untuk mereka. eddy: untuk Indonesia kalo gak salah sekitar 15 orang per tahun. Rinto JiangBagi pelajar non-Tionghoa, silahkan saja mendaftar untuk kesempatan belajar dan beasiswa ke Taiwan dan RRC di kantor perwakilan masing2, mumpung sekarang persaingan belum terlalu ketat. Tahun lalu saja, ada satu teman saya suku Jawa yang berhasil meraih beasiswa dari Kantor Dagang Ekonomi Taipei di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan S2 di Taiwan. eddy: jangan takabur...nggak semudah itu, tidak semua orang Indonesia bisa mendaftar. Untuk beasiswa Kementerian Pendidikan RRC yg kalo nggak salah sampai sekarang jumlahnya tetap cuman setelapak tangan alias 4-5 orang, sampai sekarang beasiswa diatur dalam skema G to G (government to government) dan karenanya pelamar harus punya institusi (selama ini institusi milik negara seperti PTN, Imigrasi, Deplu, dll), bukan institusi swasta apalagi perorangan. Beasiswa Taiwan juga mensyaratkan pelamar berasal dari institusi. Apakah keduanya bukan diskriminasi juga?? [EMAIL PROTECTED]
[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
mengapa cepat2 mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut setitik noda merusak susu sebelanga. terkesan defensif. Langgam kok ga ganti2 ya? :-) Ganti dong biar ga bosen ;D I. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang kita permasalahkan adalah : Pemerintah/ lembaga di Taiwan memiliki aneka program bantuan untuk kelompok umum, ini dapat disejajarkan dng Lembaga gereja yang menyalurkan bantuan ke lembaga umum seperti PPI misalnya. saya kira hal ini tidak ada yang membantah. Ini jelas bukan yang kita permasalahkan disini. fokus diskusi disini jelas bukan menilai apakah seluruh program dari Taiwan atau Gereja itu diskriminatif. Yang kita permasalahkan disini adalah: bagaimana sikap kita tehadap salah satu program dari lembaga2 tsb diatas yang mengkhususkan diri pada kelompoknya? apakah harus kita beri cap diskrimainatif ? Disini kita tidak sedang menilai sebuah badan/lembaga secara keseluruhan, kita hanya sedang menyoroti kasus perkasus, mengapa cepat2 mengeluarkan istilah generalsasi? se-akan2 takut setitik noda merusak susu sebelanga. terkesan defensif. Apalagi, tujuan saya untuk menyoroti pola bantuan khusus dari lembaga agama bukanlah untuk mengkritik, saya malah memakluminya, ini sebagai hal yang manusiawi. untuk lebih melihat permasalahan lebih jernih, mari kita lihat contoh lain yang tak berhubungn dng agama : sebuah perkumpulan di Jakarta yang berbasis Etnis, misalnya paguyuban masayarakat maluku Jakarta, memiliki program khusus untuk memberi bea siswa bagi anak2 kurang mampu yang berasal dari maluku untuk kuliah di Jakarta. apakah ini diskriminatif? Ada satu hal lagi, janganlah memperlebar masalah ini ke hal2 yang berkaitan dng sasaran akhir yang menerima manfaat bantuan itu, Orang/lembaga yang menerima bantuan khusus tidak berarti akan menggunakan dana bantuan itu untuk kepeningan kelompok sendiri. sekolah Katholik yang menerima bantuan dari lembaga gereja toh tdk membatasi muridnya hanya yang beragama Khatolik, demikian juga yayasan Islam yang menerima dana dari Timur tengah saat menyalurkan bantuan korban bencana juga tdk membatasi pada kelompoknya saja. Hal ini bukanlah fokus diskusi kita, Salam, ZFy - Original Message - From: idakhouw To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 6:10 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
[budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)
Bung Rinto, Di salah satu email saya sudah menyebut2 tentang politik identitas (yang sangat sensitif buat konteks Cina Indonesia) dan lalu sudah sedikit dijelaskan Pak Akhmad dari aspek historisnya (aspek2 lain banyak sekali yang bisa dibahas). Kita bisa diskusi panjang lebar tentang politik identitas dan problematikanya (juga tentang diskriminasi positif/affirmative action, kalau Bung Rinto berminat), namun saya masih belum punya cukup waktu untuk sebuah diskusi serius. Di titik ini keheranan saya terhadap pemerintah Taiwan yang tidak mempertimbangkan sensitifitas atau dampak proyek/politik identitas mereka (dalam bentuk kebijakan berbasis ras --bagian dari proyek Pan Chinese Movement kah? -- yang berimplikasi diskriminasi) di konteks Indonesia. Demikian semoga menjadi jelas yang saya maksud, Ida Khouw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan ini, kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja, karena orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang terlalu ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka jalankan. Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2. Tentu saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini diterapkan di AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara kalangan WNI Tionghoa. Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya nasionalisme Taiwan untuk meraih kemerdekaan Taiwan, kebijakan pemerintah mulai berubah. Dari mulai adanya panggilan untuk membubarkan Komisi Urusan Tionghoa Seberang Lautan, sampai kepada membatasi definisi Tionghoa seberang lautan hanya kepada Tionghoa yang masih memegang kewarganegaraan Republik China di luar negeri. Dari sini, saya ingin menghimbau kepada rekan2 yang berdiskusi tentang masalah ini untuk jangan langsung memvonis ini praktek diskriminasi ini adalah sebuah diskriminasi negatif. Diskriminasi tidak semuanya langsung berarti negatif. Diskriminasi dalam arti harfiahnya berarti pembedaan. Saya kira, perlakuan beda seperti yang dilakukan pemerintah Taiwan (Republik China) untuk kalangan tertentu atas dasar keinginan balas jasa, adalah tidak merugikan pihak yang tidak diperlakukan istimewa dalam hal ini non-Tionghoa. Belanda memberikan beasiswa khusus kepada WNI karena Belanda punya hubungan khusus dengan Indonesia di masa lalu, ini diskriminatif dan nampaknya tidak adil bagi warga negara Malaysia misalnya. Namun betulkan tidak adil? Belum tentu. Siapa suruh Malaysia tidak menderita dijajah Belanda di masa lalu? Nah, kembali ke Taiwan, bila kemudian pemerintah Taiwan menyamakan seluruh WNI Tionghoa dengan WNI dari suku lainnya dan hanya memberikan priviles kepada Tionghoa berkewarganegaraan Taiwan, saya kira, WNI Tionghoa juga jangan berteriak mereka didiskriminasi. Ini dikarenakan, priveles yang diberikan sebuah negara kepada warga negaranya sudah memang harus lebih daripada seorang yang
[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
Yang bikin saya tambah bingung malah Anda, Pak Eddy; sehari2 bergerak di dunia akademis kok tidak melihat inti dari kritik2 yang disampaikan? Ida. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eddy witanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Hahahaha. semuanya pada sibuk ributin soal studi tour yg cuman buat keturunan Tionghoa saja, yg diseret2 ke arah diskriminasi. Tapi kalian koq gak ada yg pada ribut soal diskriminasi yg juga nyata2 dibuat oleh Pemerintah Taiwan, yaitu bahwa beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!) dari Kementerian Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa. Lhoo Diskriminasi juga khan? Piye thooo. eddy Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains. http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule)
Saya hanya ingin tambahkan info sedikit. Pemerintah ROC jaman kini masih tetap berada didalam keadaan yg jaman dulu disebut perang dingin. Perang dinginnya dgn PRC.[Mainland] Memang sekarang penduduk Taiwan dpt mengunjungi Mainland tanpa kesulitan - tetapi didalam setiap perundingan international antara PRC dan negara2 lain didunia ini - mereka selalu tambahkan ayat2 yg mengatakan bahwa Taiwan adalah persoalan dlm negeri dan bahwa Taiwan dan Mainland adalah satu negara. Tanpa ayat ini uang persehabatan tidak akan keluar. Jadi seolah2 persehabatan ini dibeli. Pengakuan international dari ROC sekarang tergantung goodwill negara2 anggota PBB masing2. Hanya sedikit negara2 yg tetap mengakui ROC dan ada kedutaan ROC. Biasanya hak perwakilan ROC diluar Taiwan diberikan kepada perwakilan Commercial mission ROC yg juga diberikan hak pemberian visa - dan dibanyak negara2 lain dimana ini tidak ada hak ini diberikan kepada cabang2 party KMT diluar Taiwan. Didalam keadaan perang dingin ini - Taiwan tetap perlu goodwill dari luar negeri dan didalam persoalan ini mereka memang masih memakai undang2 jus sanguinis. ROC adalah satu2nya pemerintah yg masih menerima ini. PRC sudah tidak menerima meskipun kita kelahiran dari Mainland. Kita dpt kewarganegaraan PRC setelah menetap. Memang sekarang jaman pres. Chen Apian posisie dari Hoaqiao sudah mulai diterlantarkan, tetapi menurut saya ini hanya temporary. Didalam pemilihan umum yad saya percaya bahwa parteinya akan tidak merupakan majority lagi dan mungkin sekali KMT akan kembali. Dgn perubahan pemerintah - status quo akan tetap ada tetapi ancaman dari PRC akan menghilang. - Saya kira penduduk ROC adalah pragmatic sekali. Mengenai study group saya kira ini masih dibiayakan oleh dep overseas chinese jadi langsung oleh pemerintah [ini bukan bagian foreign affair Taiwan] Tugas mereka hanya untuk kesejahteraan hoaqiao sebagai terima kasih ROC terhadap bantuan yg diberikan oleh mereka sewaktu jaman revolusi kepada dr Sun - dan sekarang kepada mereka yg tetap setia didalam mewakilkan ROC diseluruh dunia. [One of the reason kenapa departemen ini masih ada] Jikalau kalian mengira ini discriminasi - well silahkan janga pergunakan service ini.Tujuannya ini kan hanya utk Thank You kepada yg setia ROC atau simpatisan2 ROC. Memang disini ada factor politicnya tetapi jikalau tidak setuju saya kira tidak perlu dipaksa. Andreas Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam hal ini, saya kira kurang adil kalau pembedaan ini divonis langsung sebagai diskriminasi. Untuk mengerti mengapa ada kebijakan ini, kita harus menilik sejarah Taiwan atau Republik China. Republik China diproklamasikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1911 setelah keberhasilan revolusi ke-11 melawan pemerintah Dinasti Qing. Dalam perjuangan revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana, dan itu sulit didapatkannya dari orang2 kaya yang saat itu menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun pemerintah asing yang setangah menjajah di Tiongkok. Lumrah saja, karena orang2 seperti mereka cenderung tidak menginginkan revolusi yang terlalu ekstrim, yang belum pasti akan menguntungkan mereka dan usaha mereka jalankan. Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri, yaitu kepada orang Tionghoa seberang lautan yang juga termasuk mapan secara ekonomi. Bantuan berupa dana datang dari kalangan Tionghoa di Singapura, Jepang, Malaysia, Thailand bahkan Indonesia. Inilah sebab mengapa ada istilah populer Huaqiao wei geming zhi mu yang secara harfiah berarti Tionghoa seberang lautan adalah ibu revolusi. Ini juga yang menyebabkan mengapa Republik China sejak pendiriannya sangat menghargai Tionghoa seberang lautan dan meneruskan kebijakan Dinasti Qing mengklaim seluruh keturunan Tionghoa dari pihak ayah di seluruh dunia otomatis sebagai warga negara Republik China. Sebuah komisi setingkat menteri juga dibentuk untuk mengurusi masalah Tionghoa seberang lautan, sampai sekarang komisi ini masih ada di Taiwan, Komisi Urusan Tionghoa Seberang Lautan (Overseas Chinese Affairs Commission). Komisi inilah yang kemudian menelurkan kebijakan2 memberikan kemudahan2 kepada Tionghoa seberang lautan untuk melakukan kegiatan di Taiwan, seperti melanjutkan sekolah, investasi, memberikan bantuan dana kepada perkumpulan Tionghoa seberang lautan di berbagai negara dan lain2. Tentu saja, kebijakan ini terkadang mengandung muatan politis di balik semua kebijakan itu. Dengan harapan bahwa Tionghoa seberang lautan akan lebih condong mendukung kepentingan Taiwan di seluruh dunia. Ini diterapkan di AS, di mana lobi2 kepada pemerintah dan senat sangat diperlukan untuk meraih dukungan kebijakan yang menguntungkan Taiwan. Di Indonesia sendiri, walau Indonesia tidak mengakui kedaulatan Taiwan, namun hubungan ekonomi antara Indonesia-Taiwan tetap hangat dengan perantara kalangan WNI Tionghoa. Namun, beberapa tahun belakangan seiring berkembangnya
RE: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan
Weh di google malah ada yang berpendapat kalau UU no 1 PNPS 1965 ini malah untuk melindungi agama yang dominan Wehehehe, menarik nih. Isi UU nya sendiri gue belon dapet nih, Anti Imlek kirim gue dunks, bole dah kita bahas bahas. Apa UU ini lebih melindungi LEBIH DARI 6 agama yang diakui, atau malah untuk melindungi agama2 dominan supaya tetap dominan? PS: gue baru ngeh kalau urusan zinah di KUHP ruwet banget, hahahaha. SET dah, urusan zinah aja segetoh panjangnya! -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of anti imlek Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:30 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Legitimasi dari suatu perbuatan mbak/mas? Ulysee coba cari dan baca UU No. 1 Pnps 1965 secara lengkap sampai kepenjelasannya, itu dasar hukumnya yang masih berlaku sampai hari ini. Belum lagi kalau kita mengacu ke falsafah negara kita. Kalau ada pengakuan akan suatu agama bertentangan dengan hukum. Zinah jelas diatur dalam KUHP.. ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg com.sg wrote: Maap bro/sis anti imlek... napa juga si anti imlek??? 1. Jadi secara hukum, negara melindungi lebih dari 6 agama yang paling banyak penganutnya ini? Dasar hukumnya yang mana kalau bole saya tau??? --- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com, anti imlek [EMAIL PROTECTED] wrote: skip 1. Secara hukum di Indonesia tidak ada agama yang diakui atau agama yang tidak diakui. skip Sesuai Undang-Undang No. 1 PNPS 65 jo Undang-Undang No. 5 tahun 69, Enam agama yang sering dianggap agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Confucius) sebetulnya dalam Undang-undang tersebut dikatakan Enam agama tersebut adalah agama yang banyak dianut di indonesia. Dan itu bukan berarti pemerintah tidak melindungi agama-agama lainnya seperti Tao, Shinto, Sikh dbs. 2. Nah pak Steve, mungkin yang perlu diluruskan adalah istilah agama yang diakui dan agama yang tidak diakui. Negara dan pemerintah kan tidak boleh mencampuri urusan agama yang merupakan Hak Azasi Manusia yang merupakan karunia Tuhan YME. skip 3. Mengharuskan warga negara mencantumkan agama dalam kartu identitas nya merupakan langkah penyelenggara negara untuk membuat legitimasi bahwa NKRI adalah negara yang beragama. 4. Dan bagaimana dengan seorang warga negara yang tidak meyakini salah satu dari ke enam agama yang diakui pemerintah NKRI? Apa dia harus diadili oleh hukum atau diadili oleh majelis agama? - Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat Tionghoa di indonesia
Kalau menurut gue, soal menikah itu sah sah aja orangtua yang atur. Gue lupa baca dimana, soal budaya tionghoa katanya kewajiban orangtua itu sampai anak dewasa. Dewasa itu kapan? Kalau udah nikah. Makanya dalam keluarga tionghoa yang ngasih angpao kalo imlek itu ya mereka yang udah nikah. Dianggapnya dah dewasa, baru diakui bisa mandiri. (padahal belon tentu juga udah nikah bisa mandiri, hihihi) Dan itu pula sebabnya para mami blingsatan kalau anaknya udah kepala tiga belum juga nikah, hahahaha. Orangtua banyakan, menikahkan anak maunya ondang banyak orang. As if menikahkan anak itu suatu prestige. Jaman sekarang, menikahkan anak DIMANA itu jadi pertimbangan. Misalnya di Jakarta khan biasa pesta nikah standing party makan prasmanan. Biaya catering bisa lebih kecil, undangan bisa lebih banyak, budget bisa dialihkan ke acara atau dekor atau yang lain. Di daerah, pesta nikah itu masih wajib makan meja Alias ciaciu. Nah orang makan ciaciu makan waktu lama, itu butuh tontonan, maka harus sewa penghibur minimal yang nyanyi. Sebetulnya apa yang penting dari mempestakan nikah ini?Intinya apa? 1. kasih tahu kerabat sebanyak-banyaknya bahwa anak si anu dah nikah sama anak saya Jadi ga boleh sama yang lain, kalau ngincer anak lu, jangan mau, gitu kali, hahaha. 2. berbagi kebahagiaan. Buat orang tionghoa pernikahan itu khan kebahagiaan ganda. jadi kudu bagi kebahagiaan sama kerabat donk. 3. ajang pamer. Hehehe, kapan lagi kesempatan. Kalau bisa menikahkan secara mewah meriah, khan dianggap kesuksesan orangtua gitu lhoh. Hehehehe. Pengumuma, gue dan menjalankan kewajiban sampai anak dewasa, getoh. Begitu nomer 3 dihilangkan, gue rasa biayanya nggak harus gede gede amat laah. [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ?= budaya makan
Wee jadi teringat, gue ngutang ayam pengemis dan ayam semangka sama seseorang, hehehehe. Boleh juga kapan kapan kita kumpul potluck, masing-masing orang bawa satu macam makanan. Jadi banyak. Gue kalau ga bawa kaki naga, ya bawa sayap phoenix gigi naga deh heheheh. Dulu papi gue kalau makan rewel. Eh sekarang juga masih rewel sih, hihihi. Makanan musti kumplit ada 5 warna 5 rasa whatsoever tuh namanya. Apalagi kalau makan di restoran cina, wah ngga boleh ada yang salah keluar Habis pembukaan dingin, harus pembukaan panas, Habis itu ada urutannya, ayam dulu apa ikan dulu apa sayur dulu apa daging sapi dulu apa daging babi dulu Katanya kalau salah urutan maka akan merusak cita rasa dan selera. Jadi tidak maksimal. Beuh ribet. Tapi sekarang gue tanya lagi soal urut2an itu si papi malahan bilang, Ga usah rewel kalu makan. Jadi penasaran malah. Ada yang tahu urut urutan penyajian makanan yang benar? Ayam dulu atau ikan dulu? Sapi duluan atau babi duluan? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of BUD'S Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:49 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Setuju, bagaimana kalau kumpul lagi, masing2 peserta bawa satu macam makanan, aku bawa ayam raja aja deh. sebaiknya ada microwave oven, jadi tinggal dipanasin aja. dan Makannya yang Halal, jadi semua bisa ikutan. Budiman - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:27 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Daripada politik terus, rileks sedikit ngapa ? Enaknya kapan-kapan ketemuan ya, berembuk yang enak-enak saja, makan ayam raja en ayam kung pao, minum teh naga en nyamikan-nya popiah. Tapi bawa palu yang gedee, begitu ngomong pulitik ato agama dipukul pake palu ampe benjol. Hehe, paling dianggep dangkal, jangan salah berbahagialah orang yang masih bisa tidur nyenyak en menghargai makan enak plus teh yang ciamik punya... Best regards, Tantono Subagyo [ . [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [budaya_tionghua]OOT: Email yang dikirim berulang kali
Mungkin ada gangguan di server yahoo, dua hari yang lalu saya dapat notification dari yahoo untuk para moderator milis (milist lain) ada update berkenaan fasilitas di yahoogroups yaitu fasilitas iframe yang dimatikan, fasilitas yahoo answers yang defaultnya aktif, peningkatan spam protection untuk group owner, dan terakhir kapasitas foto naik jadi 100Mb. Saya rasa peningkatan kapasitas ini yang sementara menggangu. Cmiiw. Best Regards, Hendrik Kristiawan IT-Departement PT Immortal Cosmedika Indonesia -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of melani chia Sent: Thursday, March 29, 2007 7:50 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Idem Bud ,hari senen malam aku tdk bisa buka email yg di yahoo ada yg error,email yg repeat juga, nah pagi ini byk banget. BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote: Kami juga mengalami hal yang sama, terutama dari Yahoo, kalau bukan yahoo ngak kejadian tuh. Budiman - Original Message - From: Sunny To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:57 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Mungkin ada virus di komputer Anda. - Original Message - From: PK Lim To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 1:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Email yang dikirim berulang kali Pak/Ibu moderator, Ahir2 ini saya sering terima emailnya duplikat yang sama. Bahkan sempat ada yang 4x. Kenapa yah ? Cuma tanya kenapa, dan sayang bandwidth terpakai cuma2. salam, PK Lim
Re: [budaya_tionghua] Biaya menikah masyarakat Tionghoa di indonesia
mungkinkah di kota besar, pemikiran masyarakatnya sudah maju dan bisa mengerti kondisi si calon mempelai? sedangkan di daerah atau kota kecil (banyak masyarakat disana saling mengenal satu sama lain), tidak diundang berarti penghinaan atau tidak dianggap? jika seseorang di undang oleh suatu keluarga, maka orang tersebut harus mengundang balik keluarga itu pada saat punya hajatan yang sama, dan sebaliknya sesorang tidak akan mengundang orang yang tidak mengundang dia pada saat keluarganya menikah. On 3/28/07, PK Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Mau membagi cerita sedikit. Waktu saya nikah, ditahun 1979. Papi saya mengundang tamu untuk 100 meja x 10 per meja. Jaman itu masih banyak tradisi pesta duduk, makan dengan 10 macam masakan. Waktu persiapan untuk membagikan undangan, saya masih ingat, Papi sangat pusing. Masalahnya daftar nya jauh melebihi meja yang sudah ditentukan, sedangkan waktu itu tempat pesta yang paling besar di Hotel Duta, yang sekarang sudah menjadi pertokoan Duta Merlin. Papi sendiri menyadari, kalu menurut daftar, sebetulnya banyak nama2 yang bisa dieliminasi. Sebab dibilang family or relative ya bukan, kenal betul juga bukan. Yang seperti ini, apa maknanya diundang ke pesta pernikahan saya ? Paling2 mereka menikmati makan perey. Dilema nya, Papi juga kwatir kalau2 mereka2 yang tidak diundang, sedangkan merasa seharusnya diundang, tersinggung. Pada achirnya, apa boleh buat, karena ada keterbatasan tempat. Daftar nama mau tidak mau harus dipangkas. Saya tidak ingat lagi, apakah kemudian ada yang ngeluh tidak diundang. Seingatnya tidak ada masalah besar. Mempersingkat cerita, belakangan keluarga saya pindah ke Amerika. Tahun lalu putri saya yang tertua menikah di Amerika. Kalau jaman saya, yang merencanakan semua itu Papi, jadinya acara Papi yang menikahkan saya, tapi waktu putri saya, itu semua dia yang rencanakan, event nya putri saya. Keputusan pertama yang dimintakan persetujuan saya, adalah hanya mengundang orang2 yang dianggap berkepentingan langsung. Jadi dalam daftar yang disiapkan, hanya terdiri dari famili dekat, dan teman2 dekat kedua mempelai. Mengingat pernikahannya di Amerika, dan saya sudah menerima, bahwa ini event putri saya, bukan event saya, saya bisa menerima keputusan itu. Tapi dari pihak istri, beserta mertua tidak setuju dan protes keras. Sampat terjadi bentrokan antara putri saya dengan ibunya. Putri saya tetap berpegang pada pendiriannya, yang ini adalah event prenikahan mereka, bukan event orang tua. Saya mendukung cara pemikiran putri saya. Achirnya pestanya hanya disediakan 8 meja. Tetapi sangat akrab dan berkesan, terutama untuk putri saya. Untuk saya pribadi, tidak ada masalah. Memang belakangan ada teman yang sempat nyeletuk, wah lu ngawinin gak ngundang2 nih yeh. Respons saya itu penikahan putri saya, bukan saya yang ngundang. Kalu dilihat tradisi di Indonesia, saya rasa masalahnya itu. Dikarenakan itu dianggap even orang tua, yang diundang kebanyakan kenalan2 orang tua, diluar dari family. Ya tentu teman2 mempelai diundang. Itu sebetulnya argumen putri saya, yang menikah mereka, yang diundang teman2 orang tua yang sebagian mereka gak kenal. Apa urusannya ? Pada waktu itu saya pikir, betul juga. Untungnya, pernikahan dilangsungkan di Amerika, jadi ada alasan yang tidak mengundang temen2 saya. Kalu saya amati pada setiap pesta pernikahan yang saya hadiri, ya itu, rame nya, tamu2 pada antree, malah selak2an untuk ambil makanan. Tidak ada lagi kesakralan proses pernikahannya. Selain menguntungkan pengelolah tempat pesta, event organizer, tamu2 yang dikasih makan gratisan, untuk tuan rumah, apa yah ?? Tradisi ini sepertinya lebih ke Indonesia nya dari pada Tionghoanya. Sebab kalu dilihat pesta2 pernikahan non Tionghoa yang sering diadakan dihotel besar, atau JHCC misalnya, kejadiannya ya seperti itu. Memang saya setuju komentar yang bilang, itu berpulang ke masing2. Yang manjadi issue, apakah siap berlawanan arus dengan tradisi, yang resikonya manjadi pergunjingan teman2. Dalam kasus pernikahan putri saya, sempat terjadi clash dengan keluarga mertua. Tapi saya mengambil sikap EGP. Yang penting putri saya yang menikah HAPPY. Sekedar berbagi cerita. Salam, PK Lim Jon Schilage [EMAIL PROTECTED] schilage%40gmail.com wrote: mungkin tidak disemua tempat di indo, tapi itulah kenyataan dilapangan, terutama di daerah. coba anda ke daerah riau kepulauan, suatu beban besar bagi anak cowok disana karena harus menikah dengan pesta yang wah demi nama baik keluarga. On 3/28/07, Hendrik Kristiawan [EMAIL PROTECTED] h3ndr1kk%40gmail.com wrote: Wah, ini juga bentuk generalisasi dong, banyak warga tionghua yang ngga mampu menikah secara mewah kok, salah satu sample pernah ada di acara 'Nikah Gratis', yang dinikahkan warga tionghua yang tinggal di rumah sederhana (lupa daerahnya) pekerjaan mereka juga pekerja kasar, boro2 3-10 juta, dibawah itu pun belum tentu sanggup. cmiiw Best
[budaya_tionghua] [Admin] Mengatasi masalah posting duplikat
Rekan2 sekalian, Memang, masalah duplikasi posting adalah masalah di server Yahoogroups. Untuk mengatasi masalah ini untuk sementara setting milis akan diubah menjadi tidak dapat menerima posting terlebih dahulu, karenanya tidak akan ada diskusi di milis ini untuk beberapa hari ke depan. Setelah keadaan membaik, kami akan mengubah setting kembali kepada keadaan yang normal. Harap maklum. Rinto Jiang Salah satu moderator
[budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule
dalam konteks Indonesia, hanya boleh di-apply oleh bumiputera alias pribumi, artinya: bukan hua-ren/keturunan Tionghoa. eddy --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: - Original Message - From: eddy witanto To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:48 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian biaya schedule beasiswa pendidikan (bukan Study Tour!) dari Kementerian Pendidikan Taiwan cuman boleh di-apply oleh mereka yg non-Tionghoa. -- Bisa dijelaskan dengan lebih rinci? Dengan referensi-referensi, supaya jelas duduk soalnya... Misalnya, bagaimana caranya mereka mendiferensiasi yang Tionghoa dan non-Tionghoa. Kalau anaknya (atau cucunya) Corazon Aquino mau apply, ditolak atau tidak? Kalau ditolak, bagaimana caranya meng-claim bahwa seorang Presiden negara lain itu Tionghoa. Kalau diterima, bagaimana menjelaskan pada tax payer Taiwan bahwa kel. Aquino itu non-Tionghoa? Kalau ada pemuda suku Hui atau Uighur dari mainland mau apply, ditolak atau tidak? Kalau ditolak, apakah karena Hui dan Uighur dianggap Tionghoa ataukah karena dari mainland? Kalau diterima, apakah karena Hui dan Uighur itu non-Tionghoa atau karena mau meng-iritasi rezim Beijing? Jelas ini absurd... Wasalam.