[iagi-net-l] Bukti Transfer

2006-09-14 Terurut Topik Supardan

Yth. Pak Benyamin Sembiring

Bersama ini saya krimkan bukti transfer pemesanan buku.


Re: [iagi-net-l] Apakah migas di 'kampung' kita sebenarnya masih banyak ?

2006-09-14 Terurut Topik yrsnki
> Jawaban soalan diatas saya jawab langsung IYA, MASIH BANYAK !
> Pak ADB sudah berbusa-busa mengkapanyekan hal ini lewat presentasi
> PotPouri-nya. Walopun belum banyak yg "menangkap" tanda-tanda itu
> sudah mulai muncul. Salahsatunya berjibunnya openblok saat ini. Namun
> menurut aku, teknik "menjual" blok di Indonesia ini yg harus
> diperbaiki. Karena masih buanyak yg belum "laku" :(
>
> Kebijakan secara menyeluruh energi (tidak hanya migas) ?
> Government sudah membuat KEN (Kebijakan Energi Nasional. 2005)

___

  PERTANYAN : APAKAH KEN ITU MERUPAKAN WHITE bOOK ATAU - KAH MASIH
  RAHASIA ?

. ADA YANG TAHU ? BAGUSNYA DIMASUKAN DALAM IAGI - WEB , SUPAYA
  KITA TAHU DAN MENGERTI TREND - NYA PEMAKAIAN ENERGI NASIONAL.

  SI ABAH


> masalahnya apakah semua stake holdernya mengerti keberadaannya. Bahwa
> pemerintah punya blueprint itu apakah diketahui semua orang yg merasa
> berkepintingan termasuk geologist ?
>
> Saya ga tau apakah ESDM pernah membuat presentasinya (kampanye) di IAGI ?
> Mungkin bisa dibuat lunch-talk dengan pembicara dari ESDM tentang KEN
> dan blueprintnya. Aku hanya mampu mengkapanyekan lewat WebBlog (ntah
> ada yg baca atau engga :).
>
> RDP
>
> On 9/15/06, Iman Argakoesoemah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> Yang jadi concern kita yaitu apakah sebenarnya minyak masih banyak di
>> "kampung" kita sendiri ? Kalau ya, apa yang bisa kita dan government
>> lakukan utk menaikkan produksi nasional ? Apakah government sudah punya
>> short- and long-term strategy to face this issue ? Kalau ya, apakah make
>> sense ? Dan masih banyak lagi pertanyaan. Ini lebih penting ! Saya pikir
>> tadinya IPA 2007 lebih difokuskan ke sini, tapi kelihatannya masih belum
>> juga.
>>
>> Just a comment.
>>
>> Thanks. Iman
>>
>> -Original Message-
>> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>> Sent: Thursday, September 14, 2006 4:44 PM
>> To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; migas indonesia;
>> [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
>> Subject: [iagi-net-l] Plenty of oil for future, says Exxon Mobil
>>
>>
>> Horee minyak masih buanyakkk !!!
>> percaya ga nih ?
>>
>> === quote
>> So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
>> more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
>> resources, 
>> == quote
>>
>> rdp
>> ---
>>
>> Plenty of oil for future, says Exxon Mobil
>> Angela Macdonald-Smith
>>
>> Bloomberg
>>
>> ADELAIDE — The world has an "abundance" of crude oil and is not in
>> danger of running out any time soon, said Mark Nolan, chairman of the
>> Australian unit of Exxon Mobil, the world's largest publicly traded
>> oil company.
>
> -
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers until 26 May 2006
> -  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
> -
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
>
>



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] IAEG Conference: Best Paper & Best Presentation

2006-09-14 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Yth. Bp. Abah (wah, sekarang saya yang rikuh manggilnya pak),

Terima kasih sekali lagi atas dukungan dan doanya.

Saya dari milis juga mengikuti diskusi masalah lumpur panas,, tapi 
mohon maaf tidak dapat ikut aktif berpartisipasi.
Semoga saja semakin banyak yang terlibat jadi semakin tuntas 
penyelesaiannya.
Memang bangsa kita ini very richrich of problems.semoga kita 
jadi lebih arif dan malah dapat menjadi gudang ilmu  real problem 
solving.

Salam,
Rita

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Apakah migas di "kampung" kita sebenarnya masih banyak ?

2006-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Jawaban soalan diatas saya jawab langsung IYA, MASIH BANYAK !
Pak ADB sudah berbusa-busa mengkapanyekan hal ini lewat presentasi
PotPouri-nya. Walopun belum banyak yg "menangkap" tanda-tanda itu
sudah mulai muncul. Salahsatunya berjibunnya openblok saat ini. Namun
menurut aku, teknik "menjual" blok di Indonesia ini yg harus
diperbaiki. Karena masih buanyak yg belum "laku" :(

Kebijakan secara menyeluruh energi (tidak hanya migas) ?
Government sudah membuat KEN (Kebijakan Energi Nasional. 2005)
masalahnya apakah semua stake holdernya mengerti keberadaannya. Bahwa
pemerintah punya blueprint itu apakah diketahui semua orang yg merasa
berkepintingan termasuk geologist ?

Saya ga tau apakah ESDM pernah membuat presentasinya (kampanye) di IAGI ?
Mungkin bisa dibuat lunch-talk dengan pembicara dari ESDM tentang KEN
dan blueprintnya. Aku hanya mampu mengkapanyekan lewat WebBlog (ntah
ada yg baca atau engga :).

RDP

On 9/15/06, Iman Argakoesoemah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Yang jadi concern kita yaitu apakah sebenarnya minyak masih banyak di "kampung" 
kita sendiri ? Kalau ya, apa yang bisa kita dan government lakukan utk menaikkan produksi 
nasional ? Apakah government sudah punya short- and long-term strategy to face this issue 
? Kalau ya, apakah make sense ? Dan masih banyak lagi pertanyaan. Ini lebih penting ! 
Saya pikir tadinya IPA 2007 lebih difokuskan ke sini, tapi kelihatannya masih belum juga.

Just a comment.

Thanks. Iman

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 4:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; migas indonesia;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Plenty of oil for future, says Exxon Mobil


Horee minyak masih buanyakkk !!!
percaya ga nih ?

=== quote
So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
resources, 
== quote

rdp
---

Plenty of oil for future, says Exxon Mobil
Angela Macdonald-Smith

Bloomberg

ADELAIDE — The world has an "abundance" of crude oil and is not in
danger of running out any time soon, said Mark Nolan, chairman of the
Australian unit of Exxon Mobil, the world's largest publicly traded
oil company.


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Ringkasan - Technical Report dari UN-OCHA

2006-09-14 Terurut Topik wahyu budi
Pada tanggal 20 Juni 2006, Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH) mengajukan permintaan bantuan teknis untuk
mengidentifikasi dampak lingkungan dari “aliran
lumpur” kepada United Nation Office of Humanitarian
Affair (OCHA). Environmental Emergencies Section OCHA
dengan bekerjasama dengan Field Coordination Support
Section OCHA mengirimkan tim United Nation Disaster
Assessment and Coordination (UNDAC) yang beranggotakan
5 orang ahli masalah lingkungan dari tanggal 25 Juni
sampai 6 Juli 2006. Menyusul permintaan ke-2 dari KLH
pada akhir misi darurat UNDAC pada tanggal 27 Juli
2006, seorang ahli lingkungan kembali dikirimkan ke
Indonesia. Pemerintah Swiss mengirimkan ahlinya untuk
misi tindak lanjut.

Laporan lengkapnya beberapa hari yang lalu telah
diberikan oleh http://rovicky.wordpress.com/

Bagi yang tidak punya waktu untuk men-download-nya,
ringkasan laporan itu bisa dilihat di
http://wahyu-read.blogspot.com/

Semoga bermanfaat.

Salam
WBS


--- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Hot Mud Flow East Java, Indonesia Final Technical
> Report:
> Environmental Assessment by United Nation
> 
> http://rovicky.wordpress.com/
> 
> Nah, sebelum beradu argumentasi tentang analisa
> kimia-fisika, berikut
> ada sebuah laporan Environmental Assessment Hot Mud
> Flow East Java,
> Indonesia. Final Technical Report: United Nations
> Disaster Assessment
> and Coordination mission in June & July 2006 and
> follow-up mission in
> July 2006, UNITED NATIONS.
> 
> Kalau kita menganggap UNDAC (United Nations Disaster
> Assessment and
> Coordination) cukup fair dan kredible. Sebaiknya
> data-data seperti ini
> yang kita gunakan. Data-data yang ada disini
> tentunya dapat sebagai
> acuan bersama. Semoga dengan penyatuan hasil data
> ini semua mengarah
> ke kesamaan langkah penanganannya. Silahkan di unduh
> disini.
> 
> File dalam pdf 400 Kb
> 
> Terimakasih Mas Amien, semoga report yg free
> distributed ini
> mengurangi kepenasaran pembaca dan masyarakat awam.
> 
> rdp
> -- 
> http://rovicky.wordpress.com/
> 
>
-
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers until 26 May 2006
> 
> -  Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
-
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
-
> 
> 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Apakah migas di "kampung" kita sebenarnya masih banyak ?

2006-09-14 Terurut Topik Iman Argakoesoemah
Yang jadi concern kita yaitu apakah sebenarnya minyak masih banyak di "kampung" 
kita sendiri ? Kalau ya, apa yang bisa kita dan government lakukan utk 
menaikkan produksi nasional ? Apakah government sudah punya short- and 
long-term strategy to face this issue ? Kalau ya, apakah make sense ? Dan masih 
banyak lagi pertanyaan. Ini lebih penting ! Saya pikir tadinya IPA 2007 lebih 
difokuskan ke sini, tapi kelihatannya masih belum juga.

Just a comment.

Thanks. Iman

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 4:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; migas indonesia;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Plenty of oil for future, says Exxon Mobil


Horee minyak masih buanyakkk !!!
percaya ga nih ?

=== quote
So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
resources, 
== quote

rdp
---

Plenty of oil for future, says Exxon Mobil
Angela Macdonald-Smith

Bloomberg

ADELAIDE — The world has an "abundance" of crude oil and is not in
danger of running out any time soon, said Mark Nolan, chairman of the
Australian unit of Exxon Mobil, the world's largest publicly traded
oil company.

So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
resources, Nolan said yesterday at a conference in Adelaide, citing
the US Geological Survey.

Technological advancements would also help extend the life of oil and
gas fields and allow more discoveries, he said.

Oil prices have more than doubled in the past three years and reached
a record of $78,40 a barrel in New York on July 14 amid concerns about
supply disruptions from the Middle East and Nigeria. Exxon's view
differs from that of so-called "peak oil" theorists, who argue that
world oil production is at, or close to, its peak and is set to fall
even as demand continues to rise.

"The world has an abundance of oil and there is little question
scientifically that abundant energy resources exist," Nolan said in an
address to the Asia Pacific Oil and Gas Conference. "The world is not
in danger of running out of oil any time soon."

Oil for October delivery was $65,88 a barrel in after-hours trading on
the New York Mercantile Exchange yesterday.

Total, Europe's third-largest oil firm, expected global oil output to
peak as soon as 2020, CEO Thierry Desmarest said in June.

The Paris-based International Energy Agency said in the same month
that output would meet demand until 2030.

Estimates of resources of heavy oil and shale oil added a further
trillion barrels to the world's recoverable oil resource, Nolan said.
Also, the global oil industry could recover almost twice as much oil
from fields today than 100 years ago, he said.

"When you consider that a further 10% increase in recoverability will
deliver an extra 800- billion barrels of oil to our recoverable total,
we have reason to be sure that the end of oil is nowhere in sight,"
Nolan said.
-- 
http://rovicky.wordpress.com/

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Mas Noel,

Terima kasih. Yang jelas kinerja saham para Gajah
(miner) dan cash flow mereka tidak berbasis pada
keputusan mereka melakukan kegiatan ekplorasinya . . .
dan ekplorasi bukan merupakan salah satu dari
instrumen sensitif yang mempengaruhinya. Matur nuwun.

sTJ




--- Noel Pranoto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Budi Santoso, saya nggak tahu banyak tapi market
> capitalization
> junior company kecil aja, kalo pun amblas yang
> kejeblos tentu sedikit
> orang. Sbg info tambahan (maaf kalo sdh tahu) data
> dari Bloomberg  per
> 17 Aug 06 menyebutkan market value utk mineral
> industry itu US$788bn
> dan nilai empat coys teratasnya US$316bn (hampir
> 50%) -- mirip
> fenomena Pareto. Malah saya pernah baca thn 2005
> tapi lupa sumbernya
> 67% junior coy yg listing di ASX itu kebanyakan
> saham publiknya hanya
> 13%.
> Hal ini yang berkebalikan dengan senior company ---
> harga saham turun
> sedikit atau sedang downturn aja thn depan langsung
> project sana-sini
> dipotong.
> 
> On 9/14/06, budi santoso <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> > Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya
> terhadap
> > kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya
> > justru si junior ini karena salah sedikit saja
> mereka
> > langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir
> gak
> > begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur
> > 'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut.
> >
> > Mis: si gajah A punya project greenfield
> exploration
> > dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara
> umum
> > 'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur
> > 'material' karena dinilai belum akan berpengaruh
> > terhadap performance perusahaan secara keseluruhan
> > begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior,
> satu
> > saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . .
> > tamat sudah riwayatnya . . .
> >
> > sTJ
> >
> > --- Noel Pranoto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di
> > > mining. Ada yg benar2
> > > memang study ada juga yang study-study-an alias
> > > ngintip kalau-kalau si
> > > junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud
> Pak
> > > Rovicky benar karena
> > > mereka adl public listed coy yg berbasis aset --
> > > jika asetnya jelek
> > > maka otomatis capital loss.
> > >
> > > On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari
> > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > > ada filosofi lain.
> > > > Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti
> beli
> > > yg potensi positip aja.
> > > >
> > > > Ketika ada satu drilling dryhole, bagi
> perusahaan
> > > gede yg ditakutkan
> > > > bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi
> > > turunnya saham. Satu
> > > > sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus
> anjlok
> > > 20 point bisa-bisa
> > > > nilai totalnya lebih besar dari biaya satu
> sumur.
> > > Itulah sebabnya
> > > > perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko
> > > rendah tetapi akan
> > > > memberikan dampak positip pada nilai saham.
> Disini
> > > pikirannya
> > > > enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan
> > > >
> > > > Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh
> gagal ya
> > > ndak apa-apa toh yg
> > > > rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar,
> > > tetapi kalau dapet kan
> > > > keuntungan bisa berlipat-lipat.
> > > >
> > > > Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar
> memilki
> > > anak2 perusahaan
> > > > kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko.
> > > Nantinya kalau dapet
> > > > "dibeli" oleh induknya. Dulu yg berani bermain
> > > eksplorasi risiko
> > > > tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan
> > > perusahaan kecil bernama
> > > > Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru
> Mobil
> > > membeli Ampolex.
> > > >
> > > > sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak
> > > >
> > > > rdp
> > > >
> > > > On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko
> > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > > > Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi
> > > "dibuang" di Afrika ini.
> > > > >
> > > > > Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy
> "junior"
> > > macam di mineral ini ya?
> > > > >
> > > > > Salam - SP
> > > > >
> > > > > -Original Message-
> > > > > From: budi santoso
> > > [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > > > Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
> > > > > To: iagi-net@iagi.or.id
> > > > > Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral
> Exploration
> > > Coys Baru Masuk
> > > > >
> > > > > Pak Ndaru,
> > > > >
> > > > > Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia
> > > eksplorasi
> > > > > ini bahkan merekalah explorationist sejati
> meski
> > > > > kadang nekat . . . bahkan terlalu dan
> > > keterlaluan.
> > > > >
> > > > > Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya
> > > tapi bagi
> > > > > mereka 'no pain no gain'
> > > > >
> > > > > bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui
> > > mereka
> > > > > terlalu konservatif jadi sering terlambat
> > > > > mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter
> > > yang
> > > > > digunakan. Yang mereka lakukan selalu
> menunggu
> > > sampai
> > > > > (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi
> > > akhirnya
> > > > > mereka selalu terlam

Re: [iagi-net-l] mengapa relief well masih perlu

2006-09-14 Terurut Topik Ismail Zaini
Pertanyaan awam , Apakah nanti apabila Relief Well ini tidak berhasil bisa 
disimpulkan bahwa kejadian Lusi ini adalah Kejadian Bencana Alam murni ?
Ini penting , mengingat penaganan Lusi oleh pemerintah ujung ujung nya 
menyagkut duit dan duit ini masuk APBN , lha dari awal DPR sudah wanti wanti 
kalau melarang APBN dipakai untuk ngatasi Lusi karena ini bukan bencana 
alam.( ini yang menjadi keragu raguan pemerintah untuk segera bertindak )
Ya memang repot mbulat mbulet lagi . kalau data sudah cukup kayaknya 
diperlukan satu Instansi yang kompeten untuk memutuskanannya apakah ini 
Murni Bencana alam atau Tidak.


ISM

- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; "HAGI-Net" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, September 14, 2006 1:45 PM
Subject: [iagi-net-l] mengapa relief well masih perlu



sorri tadi keburu klik :)

just my 2c, please cmiiw.

sebelumnya uraian tentang relief well ada disini :
http://rovicky.wordpress.com/2006/08/31/mungkinkah-relief-well-berhasil/

Relief well dan hal-hal teknis yang masih "related to drilling"
merupakan syarat yg harus dipenuhi untuk dapat menggunakan penggantian
pihak asuransi (insurance clause). Setahuku asuransi pemboran akan
dibayarkan kalau sebuah kejadian termasuk BO dan UGBO disebabkan oleh
aktifitas pemboran.
Lah kalau yakin bahwa itu tdk ada hubungannya ya ndak bisa dibayar
asuransinya. Nah yang saya tidak tahu adalah apakah "collateral
damage", kerusakan yg diakibatkan oleh pemboran juga dibayarkan oleh
asuransi ? ok ini PR ditaruh dulu.

Dalam eksplorasi migas, rata-rata succes chance adalah 10% (1:10). Ini
untuk mengejar nilai keuntungan yg mungkin bisa 15-30 kali harga
pemboran. Artinya walaupun chancenya hanya 10% tetap dilakukan. Hal
yang sama dengan relief well ini, walaupun chancenya 10%, tetap harus
dilaksanakan karena kalau berhasil akan menyelamatkan jutaan dolar
juga. Hanya saja eksplorasi mendapatkan resources, relief well
meminimise lost.
Apalagi "relief well" sudah dibayarkan atau dibiayai oleh klausul 
asuransi.


Jadi relief well menurutku harus tetap dijalankan. Tidak hanya
berpikir untuk menutup tetapi masukkan program-program scientific
untuk tujuan pembuktian atau menggalai data-data bawah permukaan.
Which is, this is part of investigations steps.

Studi studi yg mungkin dilakukan dengan tiga lubang relief well ini 
misalnya :

- Cross well tomography, Ya "Tomographic between three wells", great !!.
Dengan tiga titik pengeboran maka akn lebih mudah dilakukan
teknik-teknik tomografi utk mencari atau mengetahui "jalan" keluarnya
lumpur. Darimana dan kemana saja lumpur-2 ini bermula dari bawah dan
akhirnya muncrat. Kita tahu dari tiga titik akan diketahui satu titik,
tentunya dengan geophone akan sangat mungkin didengan kebisingan yang
dibuat oleh lumpur ini ketika berjalan keluar. Yaah mirip kalau
melihat bayi dalam kandungan ataupun tomografi

- Studi 3D stratigraphic model
- dll

Aku yakin akan sangat banyak data yg dapat diperoleh dan digali dengan
tiga lubang ini.
Pengetahuan ini tentunya akan sangat bermanfaat buat Pak Basuki (KaBag
LitBang PU) seorang geolog yg menjadi ketua timnas ini. Pengetahuan
bawah permukaan merupakan basis data beliau untuk menangani dan
mengantisipasi pembuatan konstruksi permukaan nantinya.

Jadi saya sepakat pengeboran relief well ini dilanjutkan dan jangan
terburu-buru untuk mematikan atau dipompakan semen untuk menutup
sebelum kita mendapatkan data-data teknis ini yg aku rasa "harga"nya
sangat mahal. Toh "sudah ada" surface team akan tetap melaksanakan
tugas penanganannya.

Salam
RDP

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 -  Submit to: 
[EMAIL PROTECTED]-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-





-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ika

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Ismail Zaini
Paling tidak ada 3 SDA yang diincar oleh investor yaitu Minerba , Migas dan 
Geothermal. salah satu Faktor untuk tertarik investor adalah masalah harga 
komoditi tsb, Untuk Minerba dan Migas harga bisa ngikuti pasar 
internasional, Yang paling celaka adalah Geothermal harganya ditentukan oleh 
Pemerintah dan sifatnya domestik, meskipun faktor potensi , faktor regulasi 
, dan lain lain bagus, namun karena harganya ditentukan / dipatok dg harga 
tertentu , ya investor tdk berminat. Kan geothermal ini tidak bisa dibawa 
bawa ketempat lain ( diekspor) .Harga Geothermal ini ngikuti harga TDL, TDL 
ngikuti kondisi masyarakat , karena menyangkut hajat hidup orang banyak 
dikontrol oleh DPR, jadi tidak bisa seenaknya ngikuti mekanisme 
pasar.Akhirnya ya tetep saja tdk bisa dikembangkan , padahal kondisi sudah 
krisis energi dalam negeri karena pemakaian BBM semakin tinggi. Kalau 
Minerba nunggu UU nya , maka kalau Geothermal sudah punya UU sejak lama tapi 
sampai sekarang masih belum digunakan. Padahal banyak perusahaan perusahaan 
Migas yang berminat , seperti Star Energi , Medco dll , sekarang ini yang 
dikembangkan baru  yang sifatnya take over dari proyek yang lalu yang macet 
( sebelum UU terbit ) . sebetulnya harga Geothermal ini bila dibandingkan dg 
BBM ( untuk Listrik ) harganya bisa / cuma sepertiganya , Listrik dari BBM 
kira kira 2500 Rp / Kwh , sedangkan Geothermal cukup 700 an Rp/ Kwh sudah 
banyak peminatnya.Padahal Kalau Geothermal ini bisa berkembang maka pasar 
untuk G&G juga akan berkembang  karena sisi hulu dari Geothermal ini kan 
mirip dg Migas.


ISM

- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Thursday, September 14, 2006 12:37 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk


Pak Daru,

Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber berkata investor asing
siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam kasus bencana Lusi
ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia memperlakukan wilayah2
tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan kepada bagaimana
Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia otonomi daerah.

Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh investor2 asing dan
nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini terbukti dari
usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah kerja perminyakan.
Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea atas ?

Salam,
awang

-Original Message-
From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Rekan2, sharing saja...



Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi Lusi, ada berita
"menggembirakan" bahwa bbrp mineral exploratinosts mulai melirik lagi
Indonesia yang "mati suri" 5-6 tahun terakhir. Walau RUU Minerba masih
"dibahas" terus di DPR (sudah 6 tahun lebih setahuku...), dan tantangan
isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang, rupanya masih ada juga yg
mau
datang ke Indonesia.

deleted



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Noel Pranoto

Pak Budi Santoso, saya nggak tahu banyak tapi market capitalization
junior company kecil aja, kalo pun amblas yang kejeblos tentu sedikit
orang. Sbg info tambahan (maaf kalo sdh tahu) data dari Bloomberg  per
17 Aug 06 menyebutkan market value utk mineral industry itu US$788bn
dan nilai empat coys teratasnya US$316bn (hampir 50%) -- mirip
fenomena Pareto. Malah saya pernah baca thn 2005 tapi lupa sumbernya
67% junior coy yg listing di ASX itu kebanyakan saham publiknya hanya
13%.
Hal ini yang berkebalikan dengan senior company --- harga saham turun
sedikit atau sedang downturn aja thn depan langsung project sana-sini
dipotong.

On 9/14/06, budi santoso <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya terhadap
kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya
justru si junior ini karena salah sedikit saja mereka
langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir gak
begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur
'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut.

Mis: si gajah A punya project greenfield exploration
dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara umum
'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur
'material' karena dinilai belum akan berpengaruh
terhadap performance perusahaan secara keseluruhan
begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior, satu
saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . .
tamat sudah riwayatnya . . .

sTJ

--- Noel Pranoto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di
> mining. Ada yg benar2
> memang study ada juga yang study-study-an alias
> ngintip kalau-kalau si
> junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak
> Rovicky benar karena
> mereka adl public listed coy yg berbasis aset --
> jika asetnya jelek
> maka otomatis capital loss.
>
> On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > ada filosofi lain.
> > Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli
> yg potensi positip aja.
> >
> > Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan
> gede yg ditakutkan
> > bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi
> turunnya saham. Satu
> > sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok
> 20 point bisa-bisa
> > nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur.
> Itulah sebabnya
> > perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko
> rendah tetapi akan
> > memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini
> pikirannya
> > enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan
> >
> > Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya
> ndak apa-apa toh yg
> > rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar,
> tetapi kalau dapet kan
> > keuntungan bisa berlipat-lipat.
> >
> > Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki
> anak2 perusahaan
> > kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko.
> Nantinya kalau dapet
> > "dibeli" oleh induknya. Dulu yg berani bermain
> eksplorasi risiko
> > tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan
> perusahaan kecil bernama
> > Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil
> membeli Ampolex.
> >
> > sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak
> >
> > rdp
> >
> > On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi
> "dibuang" di Afrika ini.
> > >
> > > Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior"
> macam di mineral ini ya?
> > >
> > > Salam - SP
> > >
> > > -Original Message-
> > > From: budi santoso
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
> > > To: iagi-net@iagi.or.id
> > > Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration
> Coys Baru Masuk
> > >
> > > Pak Ndaru,
> > >
> > > Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia
> eksplorasi
> > > ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
> > > kadang nekat . . . bahkan terlalu dan
> keterlaluan.
> > >
> > > Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya
> tapi bagi
> > > mereka 'no pain no gain'
> > >
> > > bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui
> mereka
> > > terlalu konservatif jadi sering terlambat
> > > mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter
> yang
> > > digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu
> sampai
> > > (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi
> akhirnya
> > > mereka selalu terlambat.
> > >
> > > bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti
> ini si
> > > gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak
> banyak
> > > 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan
> teknis
> > > untuk men'generate' sebuah 'project' dan
> > > mengevaluasinya secara lebih baik dibanding
> juniors.
> > >
> > > Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si
> personal
> > > pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
> > > mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar.
> Tapi
> > > terdengar konyol jika mereka ini (secara
> personal
> > > oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di
> suatu
> > > negara katakanlah Indonesia project "A" tapi
> tidak
> > > 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . .
> tapi
> > > akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya
> menemukan
> > > sebuah world class deposit tepat di daerah yang
> si
> > 

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Lho bukannya yang sedemikian tergantungnya terhadap
kinerja harga sahamnya/kemerosotan harga sahamnya
justru si junior ini karena salah sedikit saja mereka
langsung babak belur, kalau yang besar saya pikir gak
begitu karena hal ini berkaitan dengan unsur
'materiality' dari hasil pekerjaan tersebut.

Mis: si gajah A punya project greenfield exploration
dengan potensi sangat menjanjikan tetapi secara umum
'kabar baik' ini tidak atau belum cukup berunsur
'material' karena dinilai belum akan berpengaruh
terhadap performance perusahaan secara keseluruhan
begitu juga sebaliknya. Lha kalau yang junior, satu
saja projectnya ternyata berisi pepesan kosong . .
tamat sudah riwayatnya . . . 

sTJ

--- Noel Pranoto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di
> mining. Ada yg benar2
> memang study ada juga yang study-study-an alias
> ngintip kalau-kalau si
> junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak
> Rovicky benar karena
> mereka adl public listed coy yg berbasis aset --
> jika asetnya jelek
> maka otomatis capital loss.
> 
> On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > ada filosofi lain.
> > Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli
> yg potensi positip aja.
> >
> > Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan
> gede yg ditakutkan
> > bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi
> turunnya saham. Satu
> > sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok
> 20 point bisa-bisa
> > nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur.
> Itulah sebabnya
> > perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko
> rendah tetapi akan
> > memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini
> pikirannya
> > enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan
> >
> > Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya
> ndak apa-apa toh yg
> > rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar,
> tetapi kalau dapet kan
> > keuntungan bisa berlipat-lipat.
> >
> > Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki
> anak2 perusahaan
> > kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko.
> Nantinya kalau dapet
> > "dibeli" oleh induknya. Dulu yg berani bermain
> eksplorasi risiko
> > tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan
> perusahaan kecil bernama
> > Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil
> membeli Ampolex.
> >
> > sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak
> >
> > rdp
> >
> > On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi
> "dibuang" di Afrika ini.
> > >
> > > Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior"
> macam di mineral ini ya?
> > >
> > > Salam - SP
> > >
> > > -Original Message-
> > > From: budi santoso
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
> > > To: iagi-net@iagi.or.id
> > > Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration
> Coys Baru Masuk
> > >
> > > Pak Ndaru,
> > >
> > > Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia
> eksplorasi
> > > ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
> > > kadang nekat . . . bahkan terlalu dan
> keterlaluan.
> > >
> > > Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya
> tapi bagi
> > > mereka 'no pain no gain'
> > >
> > > bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui
> mereka
> > > terlalu konservatif jadi sering terlambat
> > > mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter
> yang
> > > digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu
> sampai
> > > (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi
> akhirnya
> > > mereka selalu terlambat.
> > >
> > > bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti
> ini si
> > > gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak
> banyak
> > > 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan
> teknis
> > > untuk men'generate' sebuah 'project' dan
> > > mengevaluasinya secara lebih baik dibanding
> juniors.
> > >
> > > Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si
> personal
> > > pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
> > > mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar.
> Tapi
> > > terdengar konyol jika mereka ini (secara
> personal
> > > oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di
> suatu
> > > negara katakanlah Indonesia project "A" tapi
> tidak
> > > 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . .
> tapi
> > > akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya
> menemukan
> > > sebuah world class deposit tepat di daerah yang
> si
> > > oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa
> mereka
> > > lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan
> gajah-gajah
> > > mendekati si junior . . . dengan kemungkinan
> kalah
> > > dalam bersaing meminang si Junior ini . . .
> > >
> > > Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai
> mestinya
> > > mereka lebih bisa persistent untuk
> mengaplikasikan
> > > ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah,
> 500rb-1jt
> > > untuk melakukan assessment terhadap sebuah
> daerah
> > > perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir
> 'nothing
> > > to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si
> junior
> > > juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
> > > 'abandoned project' ini dari si Ga

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Koreksi pak:

500rb-1jt -nya dalam  US$ dan "ide-ide konseptuanya"
yang benar ide-ide konseptualnya  . . . 

pak Ndaru saat ini sedang dengan "anak gajah" kan?
gimana nih strategi untuk "middle sized coy" speerti
sampeyan?? setengah gajah setengah junior = gajah
junior??? . . . 

Di minyak kalau gak salah dalam mimpi saya pak,
"junior-juniornya" adalah beliau-beliau anak negeri
yang paham betul peta penyebaran cekungan potensial
kemudian "mengkonsusltan kan" ide itu kepada 'gajah'
atau mendirikan perusahaan bersama rekan-rekan
kemudian mengapling daerah tersebut . . . kemudian
menawarkannya kepada 'gajah-gajah bahkan super gajah
yang ngantri' mendapatkan 'bocoran' informasi tersebut
. . . kita di mineral sebenarnya bisa juga kan pak? .
. . pertanyaanny kapan kita mulai . . kemampuan ada,
ide-ide nyata maupun konseptual lebih dari cukup . .
hanya satu pak masalahnya . . yaitu: seperti jawaban
anak saya  'gak punya teman' untuk mendiksripsikan
bahwa dirinya  gak berani/takut . . . he he he he 



--- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi "dibuang"
> di Afrika ini.
> 
> Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior" macam
> di mineral ini ya?
> 
> Salam - SP
> 
> -Original Message-
> From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> 
> Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys
> Baru Masuk
> 
> Pak Ndaru,
> 
> Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
> ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
> kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.
> 
> Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi
> bagi
> mereka 'no pain no gain'
> 
> bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
> terlalu konservatif jadi sering terlambat
> mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
> digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu
> sampai 
> (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
> mereka selalu terlambat. 
> 
> bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
> gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak
> banyak
> 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan
> teknis
> untuk men'generate' sebuah 'project' dan
> mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.
> 
> 
> Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
> pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
> mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar.
> Tapi
> terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
> oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
> negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
> 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
> akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
> sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
> oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
> lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan
> gajah-gajah
> mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
> dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  
> 
> Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
> mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
> ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah,
> 500rb-1jt
> untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
> perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir
> 'nothing
> to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
> juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
> 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
> akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya
> .
> . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
> gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
> 'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
> kelicikannya . . . 
> 
> wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
> si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
> salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
> sekarang ini . . . he he he 
> 
> 
> --- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
> > 
> > Apakah masuknya/ tertariknya investor ke
> Indonesia,
> > walau mereka sadar
> > banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> > barusan, boleh diartikan bahwa
> > mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> > investor)telah menurunkan
> > threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara??
> Menarik.
> > Mungkin jawabannya...
> > adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> > "berani" adalah para junior
> > coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih
> berani
> > ambil resiko, sementara
> > coys besar tetap saja "jaga jarak". 
> > 
> > Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi
> ini,
> > masih terbuka kesempatan
> > lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
> > berkompetisi dengan investor
> > asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
> > eksplorasi, membuka lapangan
> > kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
> > 
> > Salam - Daru
> >  belum berani jadi investor   
> > 
> 
> 
> 
>
-
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers un

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Noel Pranoto

Itu mgkn sering dibilang concept study kalo di mining. Ada yg benar2
memang study ada juga yang study-study-an alias ngintip kalau-kalau si
junior menemukan giant deposit. Yang dimaksud Pak Rovicky benar karena
mereka adl public listed coy yg berbasis aset -- jika asetnya jelek
maka otomatis capital loss.

On 9/14/06, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

ada filosofi lain.
Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja.

Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan
bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu
sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa
nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya
perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan
memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya
enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan

Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg
rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan
keuntungan bisa berlipat-lipat.

Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan
kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet
"dibeli" oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko
tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama
Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex.

sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak

rdp

On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi "dibuang" di Afrika ini.
>
> Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior" macam di mineral ini ya?
>
> Salam - SP
>
> -Original Message-
> From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk
>
> Pak Ndaru,
>
> Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
> ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
> kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.
>
> Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
> mereka 'no pain no gain'
>
> bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
> terlalu konservatif jadi sering terlambat
> mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
> digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai
> (gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
> mereka selalu terlambat.
>
> bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
> gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
> 'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
> untuk men'generate' sebuah 'project' dan
> mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.
>
> Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
> pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
> mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
> terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
> oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
> negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
> 'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
> akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
> sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
> oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
> lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
> mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
> dalam bersaing meminang si Junior ini . . .
>
> Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
> mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
> ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
> untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
> perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
> to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
> juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
> 'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
> akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
> . jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
> gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
> 'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
> kelicikannya . . .
>
> wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
> si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
> salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
> sekarang ini . . . he he he
>
>
> --- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
> >
> > Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
> > walau mereka sadar
> > banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> > barusan, boleh diartikan bahwa
> > mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> > investor)telah menurunkan
> > threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
> > Mungkin jawabannya...
> > adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> > "berani" adalah para junior
> > coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
> > ambil resiko, sementara
> > coys besar tetap saja "jaga jarak".
> >
> > Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
> > masih terbuka kesempatan
> > lebar buat investor p

Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

ada filosofi lain.
Biarkan si kecil yg bermain, anak gede nanti beli yg potensi positip aja.

Ketika ada satu drilling dryhole, bagi perusahaan gede yg ditakutkan
bukan rugi biaya eksplorasi/ngebornya, tetapi turunnya saham. Satu
sumur biaya 10 juta tetapi kalau saham trus anjlok 20 point bisa-bisa
nilai totalnya lebih besar dari biaya satu sumur. Itulah sebabnya
perusahaan besar cenderung mengebor yg risiko rendah tetapi akan
memberikan dampak positip pada nilai saham. Disini pikirannya
enterpreneur atau bisnismen yg lebih dominan

Bagi perusahaan kecil (private) kalau toh gagal ya ndak apa-apa toh yg
rugi satu doank. Dampak ke saham ndak besar, tetapi kalau dapet kan
keuntungan bisa berlipat-lipat.

Kecenderungannya akhirnya perusahaan besar memilki anak2 perusahaan
kecil2 yg menjalankan eksplorasi yg berisiko. Nantinya kalau dapet
"dibeli" oleh induknya. Dulu yg berani bermain eksplorasi risiko
tinggi (risiko politik dll) di Cepu Blok kan perusahaan kecil bernama
Ampolex, begitu ada tanda-tanda sukses baru Mobil membeli Ampolex.

sepertinya yg kecil-kecil ini cabe rawit yak

rdp

On 9/14/06, Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi "dibuang" di Afrika ini.

Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior" macam di mineral ini ya?

Salam - SP

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat.

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
kelicikannya . . .

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he


--- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
>
> Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
> walau mereka sadar
> banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> barusan, boleh diartikan bahwa
> mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> investor)telah menurunkan
> threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
> Mungkin jawabannya...
> adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> "berani" adalah para junior
> coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
> ambil resiko, sementara
> coys besar tetap saja "jaga jarak".
>
> Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
> masih terbuka kesempatan
> lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
> berkompetisi dengan investor
> asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
> eksplorasi, membuka lapangan
> kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
>
> Salam - Daru
>  belum berani jadi investor 
>



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Menarik nih ulasan bung STJ yang lagi "dibuang" di Afrika ini.

Adakah di minyak, coy "gajah" dan coy "junior" macam di mineral ini ya?

Salam - SP

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 5:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai 
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat. 

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. 

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
kelicikannya . . . 

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he 


--- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
> 
> Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
> walau mereka sadar
> banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> barusan, boleh diartikan bahwa
> mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> investor)telah menurunkan
> threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
> Mungkin jawabannya...
> adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> "berani" adalah para junior
> coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
> ambil resiko, sementara
> coys besar tetap saja "jaga jarak". 
> 
> Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
> masih terbuka kesempatan
> lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
> berkompetisi dengan investor
> asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
> eksplorasi, membuka lapangan
> kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
> 
> Salam - Daru
>  belum berani jadi investor   
> 



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Noel Pranoto

Sekedar mencermati dari perspektif lain.

Seperti diketahui world class orebody dari waktu ke waktu semakin
sedikit, begitu juga di Indonesia. Penemuan-penemuan supergiant
deposit makin jarang terdengar yg salah satunya tentu sebagaimana kita
tahu karena makin jarang ditemukannya anomali/signature di permukaan
-- apalagi ditambah kondisi-kondisi non-teknis (hukum/aturan,
penambang liar, dll) yang sudah dikemukakan rekan-rekan sebelumnya.
Dalam waktu yang sama sejak 6-7 tahun yang lalu, pemain-pemain besar
melihat beberapa peluang di negara-negara eks Sovyet dan innerland
Asia yang notabene secara spasial dekat dengan customer tradisional
(Jepang, Korea, Taiwan, dll) maupun Cina dan India. Dua yang terakhir
ini sdh meninggalkan US dalam konsumsi bijih besi dan tembaga kalau
tidak salah. Pun utk pasar Eropa, beberapa lapangan greenfield di
Siberia dan brownfield di Rusia Selatan lebih menarik dibanding
pemasok mineral tradisionalnya, yakni Afrika, yang masih saja
bergejolak atau Amerika Selatan yg serikat buruhnya relatif tengah
berkonsolidasi.
Maka persoalannya bukan negeri kita tidak menarik, tetapi ada
negara-negara lain yang lebih cantik, baik dari sisi geologi maupun
regulasi serta faktor ekonomi lainnya. Apalagi major mining company
tentu punya batas minimum deposit yang layak dikembangkan sebagai
prasyarat standar kerja hingga sampai pada profit marjin yang ideal.

Salah satu milestone yang dinanti-nantikan perusahaan2 pertambangan
besar adl selesainya railway system yang menyambung bagian selatan
Mongolia dengan Cina shg jarak ribuan km dari tambang ke konsumen
bukan lagi jadi hambatan.

Mudah-mudahan negeri kita segera berbenah spy sumberdaya alam yang
masih ada bisa menjadi berkah untuk rakyatnya.

Salam, Noel




On 9/14/06, budi santoso <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat.

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors.

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
kelicikannya . . .

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he


--- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
>
> Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
> walau mereka sadar
> banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> barusan, boleh diartikan bahwa
> mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> investor)telah menurunkan
> threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
> Mungkin jawabannya...
> adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> "berani" adalah para junior
> coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
> ambil resiko, sementara
> coys besar tetap saja "jaga jarak".
>
> Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
> masih terbuka kesempatan
> lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
> berkompetisi dengan investor
> asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
> eksplorasi, membuka lapangan
> kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
>
> Salam - Daru
>  belum berani jadi investor 
>
> -

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Pak Ndaru,

Saya pikir merekalah pioneer2 dalam dunia eksplorasi
ini bahkan merekalah explorationist sejati meski
kadang nekat . . . bahkan terlalu dan keterlaluan.

Menurunkan 'threshold' mungkin salah satunya tapi bagi
mereka 'no pain no gain'

bagi perusahaan gajah, seperti kita ketahui mereka
terlalu konservatif jadi sering terlambat
mengantisipasinya; terlalu 'rumit' parameter yang
digunakan. Yang mereka lakukan selalu menunggu sampai 
(gajah-gajah) lainny beraksi dan lagi-lagi akhirnya
mereka selalu terlambat. 

bagi saya mestinya; justru di kondisi seperti ini si
gajah bisa lebih leluasa 'bermain' karena tidak banyak
'competitor' dan mereka umumnya punya kemampuan teknis
untuk men'generate' sebuah 'project' dan
mengevaluasinya secara lebih baik dibanding juniors. 

Sebenarnya si gajah gak masalah, tapi si personal
pengambil keputusan untuk masuknya yang gak mau
mengambil mempertaruhkan 'jabatannya' . . wajar. Tapi
terdengar konyol jika mereka ini (secara personal
oknumnya) tahu akan potensi suatu daerah di suatu
negara katakanlah Indonesia project "A" tapi tidak
'berani' mengambil keputusan untuk masuk . . tapi
akhirnya ada sebuah junior yang akhirnya menemukan
sebuah world class deposit tepat di daerah yang si
oknum ni pikirkan sebelumnya. . . yang bisa mereka
lakukan akhirnya 'hanya' rame-rame dengan gajah-gajah
mendekati si junior . . . dengan kemungkinan kalah
dalam bersaing meminang si Junior ini . . .  

Dengan sumber dana yang jauh lebih memadai mestinya
mereka lebih bisa persistent untuk mengaplikasikan
ide-ide konseptuanya terhadap suatu daerah, 500rb-1jt
untuk melakukan assessment terhadap sebuah daerah
perosective sebenarnya . sesuatu yang hampir 'nothing
to loose' bagi si gajah ini . . . apalagi si junior
juga akan dengan sendng hati "menerima linpahan"
'abandoned project' ini dari si Gajah ini jika pada
akhirnya mereka memutuskan untuk idak meneruskannya .
. jadi meskipun gajah; besar, dan relatif lambat
gerakannya, mestinya dicangkokan kepadanya otak
'kancil' dari sisi "kecerdikannya" tapi bukan
kelicikannya . . . 

wah terus terang pak, saya 'kesel' juga kerja dengan
si 'gajah' sampai berbusa-busa promosi negeri ini,
salah-salah malah 'dibuang' ke Afrika' seperti
sekarang ini . . . he he he 


--- Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,
> 
> Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia,
> walau mereka sadar
> banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut
> barusan, boleh diartikan bahwa
> mereka ini (termasuk yg berstatus calon
> investor)telah menurunkan
> threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik.
> Mungkin jawabannya...
> adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai
> "berani" adalah para junior
> coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani
> ambil resiko, sementara
> coys besar tetap saja "jaga jarak". 
> 
> Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini,
> masih terbuka kesempatan
> lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk
> berkompetisi dengan investor
> asing skala kecil ini, dan meramaikan industri
> eksplorasi, membuka lapangan
> kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?
> 
> Salam - Daru
>  belum berani jadi investor   
> 
> -Original Message-
> From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> 
> Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys
> Baru Masuk
> 
> Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
> dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
> pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
> minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar
> yang
> berbeda antara dua kasus ini.
> 
> newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
> elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
> jelas perbedaannya adalah kasus Newmont "lebih
> ringan"
> dan hampir tak kasat mata impact-nya
> 
> Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
> sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
> yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang
> ada
> adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
> biasa destruktifnya. 
> 
> tapi terus terang saya meragukan argumen yang
> menyatakan bahwa " investor bergantung kepada
> bagaimana
> > Pemerintah Indonesia
> > akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
> > kasus bencana Lusi
> > ini".
> 
> Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
> meyakinkan. Karena kasus ini tergolong di"luar
> kebiasaan" yang sepertinya akan jarang terjadi
> terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
> melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
> mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
> Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
> tambang akan menghasilkan 'environment impact'
> karena
> 'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
> melakukan penambangannya.
> 
> Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
> terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
> kemudian yang bersangkutan harus
> mempertanggung

RE: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ?

2006-09-14 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Bu Yuriza,

Tahun 2000 di sebelah timur sumur BJP-1 ada sumur yang blow out
kepunyaan Santos Sampang (Selat Madura), Anggur-1, blow out dari shallow
gas pocket yang ekivalen dengan Pucangan sediments di BJP-1. Tahun 2003
di sebelah barat sumur BJP-1 ada sumur yang blow out saat Kujung I
limestone terbuka pertama kali, yaitu sumur Randu Blatung-1. Dua sumur
offset ini masih terletak di jalur geologi yang sama : Kendeng - yang
menerus sejak dari Bogor-North Serayu dan sepanjang Madura Strait.

Kedua sumur hanya mengalami blow out biasa yang gampang didefinisikan
asal dan tempat kejadiannya, sehingga gampang saja mengatasinya dengan
killing mud atau relief well.

Kasus BJP-1 benar katastrofik, sukar didefinisikan asal dan tempat
permulaan kejadiannya. Mau mengacu ke mana cara mengatasinya, belum
pernah ada kejadian sebelumnya. Karena Lapindo ada di situ, dan secara
ruang dan waktu berhubungan dengan kasus ini, maka Lapindo yang pertama
diduga bersalah (padahal saya yakin belum tentu bersalah atau sepenuhnya
bersalah). 

Sebuah kejadian beruntun terjadi secara ruang dan waktu. Sebagai seorang
geologist, kita mestinya memeriksa dengan detail semua itu (jangan
menafikan akibat gempa, jangan menafikan akibat pengeboran, dll.).

Keberadaan diapir dapat kita deteksi via seismik, cikal bakal mud
volcano pun dapat, dan kasus BJP akan membuat kita lebih berhati-hati.
Tak ada seorang pun yang bakal mempunyai 100 % precaution - Mother Earth
selalu punya hal yang tak kita ketahui. Yang kita duga mud volcano bisa
reef, yang kita duga reef bisa mud volcano.

Persoalan sub-surface-nya pelik, persoalan surface-nya pun tak kalah
pelik dan menyangkut banyak sekali aspek sosial, ekonomi, politik,
budaya ...

Walaupun seorang teman anggota tim independen bilang ke saya kalau
dibiarkan secara alamiah maka semburan LUSI ini akan berhenti paling
cepat 4 tahun dan paling lama 14 tahun, saya tetap berdoa agar LUSI
berhenti menyembur jauh lebih cepat dari itu, entah bagaimana caranya...

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 4:07 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar
Banjar Panji ? 

Maaf orang awam ikutan nimbrung nih.
Taroklah penyebabnya adalah underground blow di BJP-1, apakah sepenuhnya
ini urusannya Lapindo Brantas ?.
 Ada berapa puluh blow out/underground blowout sih yang terjadi di Indo
dalam kurun waktu lima tahun terakhir ?, apakah ada yang jadi
katastropik
kayak yang di Sidoarjo ini ?.
Jawabannya pasti tidak padahal blow out cukup banyak.
Jadi keadaan katastropik sekarang bukan hanya karena kesalahan prosedur
Lapindo tapi juga karena ke khasan situasi geologi daerah Sidoarjo/jawa
timur  yang tidak teramalkan sebelumnya oleh siapapun, termasuk BPMigas
yang ngasi ijin ngebor sumur.
Mungkin timbul pertanyaan lain, apakah ada sumur blow out lain disekitar
BJP-1 ini, dulu ?, pak Awang mungkin tahu jawabannya.
Pertanyaannya berikutnya apakah terjadinya mud volcano ini bisa
diramalkan
sebelumnya bila orang G and G nya super hebat dan super hati hati ?.




|-+>
| |   "Rovicky Dwi |
| |   Putrohari"   |
| |   <[EMAIL PROTECTED]|
| |   m>   |
| ||
| |   14/09/2006 03:36 |
| |   PM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+>
 
>---
---|
  |
|
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id
|
  |   cc:
|
  |   Subject:  Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas
Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)|
 
>---
---|




Kalau tertarik untuk mengutik hitung2an matematikanya, berikut uraian
kawan, beliau lulusan dari teknik fisika  silahkan :
Gambar lengkapnya ada disini :
http://hotmudflow.wordpress.com/2006/07/05/gempa-yogya-bikin-mud-volcano
-di-porong/


Gempa Yogya -> bikin mud volcano di Porong ?

Assalamu'alaykum

Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah eningkat dari 5.000
meter kubik perhari menjadi 25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7,
alias lebih esar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang "
tinggal " 15.000 meter kubik per hari.

Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun (dari BP Migas)
dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua IAGI), secara terpisah, yang "
sepakat " (koreksi :P ak ADB justru lebih yakin dipicu pengeboran,
koreksi rdp) merujuk gempa Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di
Porong. Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei 1 Juni,
dan jika dihubungkan

[iagi-net-l] Plenty of oil for future, says Exxon Mobil

2006-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Horee minyak masih buanyakkk !!!
percaya ga nih ?

=== quote
So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
resources, 
== quote

rdp
---

Plenty of oil for future, says Exxon Mobil
Angela Macdonald-Smith

Bloomberg

ADELAIDE — The world has an "abundance" of crude oil and is not in
danger of running out any time soon, said Mark Nolan, chairman of the
Australian unit of Exxon Mobil, the world's largest publicly traded
oil company.

So far, the world had produced one trillion barrels of an estimated
more than 3-trillion barrels of conventional recoverable oil
resources, Nolan said yesterday at a conference in Adelaide, citing
the US Geological Survey.

Technological advancements would also help extend the life of oil and
gas fields and allow more discoveries, he said.

Oil prices have more than doubled in the past three years and reached
a record of $78,40 a barrel in New York on July 14 amid concerns about
supply disruptions from the Middle East and Nigeria. Exxon's view
differs from that of so-called "peak oil" theorists, who argue that
world oil production is at, or close to, its peak and is set to fall
even as demand continues to rise.

"The world has an abundance of oil and there is little question
scientifically that abundant energy resources exist," Nolan said in an
address to the Asia Pacific Oil and Gas Conference. "The world is not
in danger of running out of oil any time soon."

Oil for October delivery was $65,88 a barrel in after-hours trading on
the New York Mercantile Exchange yesterday.

Total, Europe's third-largest oil firm, expected global oil output to
peak as soon as 2020, CEO Thierry Desmarest said in June.

The Paris-based International Energy Agency said in the same month
that output would meet demand until 2030.

Estimates of resources of heavy oil and shale oil added a further
trillion barrels to the world's recoverable oil resource, Nolan said.
Also, the global oil industry could recover almost twice as much oil
from fields today than 100 years ago, he said.

"When you consider that a further 10% increase in recoverability will
deliver an extra 800- billion barrels of oil to our recoverable total,
we have reason to be sure that the end of oil is nowhere in sight,"
Nolan said.
--
http://rovicky.wordpress.com/

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Pak Awang/ Bung STJ/ Mas Agus dkk,

Apakah masuknya/ tertariknya investor ke Indonesia, walau mereka sadar
banyak kendala "non-teknis" spt yg kita sebut barusan, boleh diartikan bahwa
mereka ini (termasuk yg berstatus calon investor)telah menurunkan
threshold-nya untuk masuk ke suatu Negara?? Menarik. Mungkin jawabannya...
adalah iya, karena kalau kita amati yg mulai "berani" adalah para junior
coys, yang biasanya lebih fleksible dan lebih berani ambil resiko, sementara
coys besar tetap saja "jaga jarak". 

Jadi kalau kita ambil positip-nya dari situasi ini, masih terbuka kesempatan
lebar buat investor pribumi (Indonesia) untuk berkompetisi dengan investor
asing skala kecil ini, dan meramaikan industri eksplorasi, membuka lapangan
kerja baru dst -dst (cmiw). Siapa berani?

Salam - Daru
 belum berani jadi investor   

-Original Message-
From: budi santoso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 3:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang
berbeda antara dua kasus ini.

newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
jelas perbedaannya adalah kasus Newmont "lebih ringan"
dan hampir tak kasat mata impact-nya

Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada
adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
biasa destruktifnya. 

tapi terus terang saya meragukan argumen yang
menyatakan bahwa " investor bergantung kepada
bagaimana
> Pemerintah Indonesia
> akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
> kasus bencana Lusi
> ini".

Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
meyakinkan. Karena kasus ini tergolong di"luar
kebiasaan" yang sepertinya akan jarang terjadi
terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena
'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
melakukan penambangannya.

Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
kemudian yang bersangkutan harus
mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
daerah/negara.

Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat
menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir
serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan
supremasi terhadapnya ditegakkan.  Bukan karena
di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan
pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen
ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya.

Yang mestinya jadi pertimbangan investor
perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain
peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah
sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi
hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency
risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi
di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus
seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya
bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya.

sTJ

--- Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Daru,
> 
> Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber
> berkata investor asing
> siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana
> Pemerintah Indonesia
> akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
> kasus bencana Lusi
> ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
> memperlakukan wilayah2
> tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan
> kepada bagaimana
> Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia
> otonomi daerah. 
> 
> Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh
> investor2 asing dan
> nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini
> terbukti dari
> usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah
> kerja perminyakan.
> Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea
> atas ?
> 
> Salam,
> awang
> 



-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-

Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ?

2006-09-14 Terurut Topik Yuriza . NOOR
Maaf orang awam ikutan nimbrung nih.
Taroklah penyebabnya adalah underground blow di BJP-1, apakah sepenuhnya
ini urusannya Lapindo Brantas ?.
 Ada berapa puluh blow out/underground blowout sih yang terjadi di Indo
dalam kurun waktu lima tahun terakhir ?, apakah ada yang jadi katastropik
kayak yang di Sidoarjo ini ?.
Jawabannya pasti tidak padahal blow out cukup banyak.
Jadi keadaan katastropik sekarang bukan hanya karena kesalahan prosedur
Lapindo tapi juga karena ke khasan situasi geologi daerah Sidoarjo/jawa
timur  yang tidak teramalkan sebelumnya oleh siapapun, termasuk BPMigas
yang ngasi ijin ngebor sumur.
Mungkin timbul pertanyaan lain, apakah ada sumur blow out lain disekitar
BJP-1 ini, dulu ?, pak Awang mungkin tahu jawabannya.
Pertanyaannya berikutnya apakah terjadinya mud volcano ini bisa diramalkan
sebelumnya bila orang G and G nya super hebat dan super hati hati ?.




|-+>
| |   "Rovicky Dwi |
| |   Putrohari"   |
| |   <[EMAIL PROTECTED]|
| |   m>   |
| ||
| |   14/09/2006 03:36 |
| |   PM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+>
  
>--|
  | 
 |
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id 
 |
  |   cc:   
 |
  |   Subject:  Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar 
Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)|
  
>--|




Kalau tertarik untuk mengutik hitung2an matematikanya, berikut uraian
kawan, beliau lulusan dari teknik fisika  silahkan :
Gambar lengkapnya ada disini :
http://hotmudflow.wordpress.com/2006/07/05/gempa-yogya-bikin-mud-volcano-di-porong/


Gempa Yogya —> bikin mud volcano di Porong ?

Assalamu'alaykum

Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah eningkat dari 5.000
meter kubik perhari menjadi 25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7,
alias lebih esar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang "
tinggal " 15.000 meter kubik per hari.

Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun (dari BP Migas)
dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua IAGI), secara terpisah, yang "
sepakat " (koreksi :P ak ADB justru lebih yakin dipicu pengeboran,
koreksi rdp) merujuk gempa Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di
Porong. Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei 1 Juni,
dan jika dihubungkan dengan garis akan embentuk arah barat daya -
timur laut. Orientasi ini earah dengan sesar regional di wilayah ini,
dan kalo mau ditarik lagi lebih jauh juga searah dengan sesar Opak
yang jadi penyebab gempa Yogya. Jika orientasi
barat daya - timur laut ini diperpanjang, akan nampak aris imajiner
yang menghubungkan sesar Opak - Sangiran Dome - Porong. Sehingga
semburan ini ihipotesiskan sebagai likuifaksi, gejala biasa dalam uatu
gempa, seperti yang ditemukan juga di Jetis Bantul) dan Prambanan
(Klaten) dalam bentuk semburan air berlumpur " (menurut versi
penduduk, seperti ikutip media lokal Kedaulatan Rakyat dan Wawasan).
Gempa Yogya di sebut2 mereaktivasi sesar lokal di Porong, sehingga
menghasilkan semburan lumpur, dan ini adalah murni musibah.

***

Terkait itu, ada beberapa pertanyaan pak Rovicky :

1. Apakah likuifaksi bisa terjadi di tempat yang jaraknya > 200 km
dari sumber gempa ?

Sebab, dalam pendapat saya, intensitas di lokasi tersebut sudah kecil.
Jika saya mencoba menghitung dengan menggunakan persamaan atenuasi
intensitas ln I ln Io = k.x dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00387
(berdasarkan titik acuan kota Yogya dan Semarang) erta intensitas
hiposenter (Io) = 8,7 (untuk Mw = 6,3) pada jarak (x) = 200 km
intensitasnya 4 MMI dengan percepatan maksimal 2,3 % G), sementara
pada jarak (x) = 250 km intensitasnya menurun sedikit menjadi 3 MMI
(dengan percepatan maksimal 1,4 % G).
Catatan intensitas dari stasiun BMG Surabaya dan Karangkates (Malang)
menunjukkan angka 2 - 3 MMI untuk Surabaya (jarak +/ - 250 km dari
hiposenter) dan 3 - 4 MMI untuk Malang (jarak + / - 230 km dari
hiposenter), artinya tidak berbeda jauh dengan perhitungan.
Fokuskan ke sekitar Surabaya. Dengan intensitas 3 MMI itu, dimana
getarannya setara dengan getaran akibat melintasnya sebuah truk besar
bila kita berdiri di tepi jalan raya, apakah bisa gempa Yogya tadi
menghasilkan likuifaksi disini

Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

2006-09-14 Terurut Topik PRAKOSO, Anton

hehehe... wah kalau sudah 'ilmu klenik' ikut dalam penanganan LUSI gitu
ya. saya juga bingung...

AP

On 9/14/06, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Pak Sugeng,

27 Mei 2006 : Drilling 9277 - 9297 ft. Loss terjadi di TD sumur (9297
ft), pompa LCM pills.

28 Mei 2006 : Monitor sumur, statik. Cabut pipa rangkaian, overpull
sampai 30 klbs, reaming dan sirkulasi di beberapa tempat tight hole dan
bridging. Mud returns increased indicating well kick. Shut well in,
observed H2S gas in shale shaker. Started evacuating personnel to Muster
point. Killing well using 14.7 ppg mud, flared gas. Observed well, no
more flow from annulus casing-drill string. Opened well, noticed that
300 bbls mud lost into the hole. Attempted to work pipe, stucked, pumped
mud to clean hole, lost. No success to free pipe.

29 Mei 2006 : planned to run free pipe indicator. Observed H2S gas
arouse to surface. Cancelled running free pipe indicator. Started
observing gas bubbles came up to surface 150 meter from well location.
Pumped down total 230 bbls 14.7 ppg mud to reduce gas bubbles, pumped
200 bbls kill mud 16 ppg with LCM material, gas bubble became smaller,
inform officials of Desa Siring and Balong Kenongo about the gas bubble.

30 Mei 2006 : cement plug.

Lapindo tak memasang casing 9 5/8" di kedalaman prediksi top karbonat
objektif di 8500 ft karena top karbonat drop sampai di 9270 ft dan
sebagai gantinya adalah batupasir volkanik. Riskan memasang shoe casing
di batupasir.

Menjawab pertanyaan Pak Sugeng :

-terjadi kick saat cabut pipa dilakukan.
-Gas bubbles (kemudian kita ketahui sebagai ekstruksi air,lumpur, dan
sedikit gas) teramati pertama kali di lokasi 150 meter dari kepala sumur
sebelum dilakukan semen sumbat. Jadi semburan itu tak mengalir ke luar
wilayah sumur karena sumur disumbat semen, belum ada semen saat itu.
-Goncangan gempa 27 Mei 2006 bisa saja merekahkan pola retakan yang
sudah ada di sekitar BP-1, atau membuka retakan2 baru (fissures).
Overpull pipa saat dicabut juga bisa menghasilkan efek yang sama, dan
telah terbukti menarik gas H2S. Banyak kejadian menunjukkan erupsi mud
volcano dipicu oleh gempa dengan cara membuka retakan di wilayah
material lempung diapirik yang labil.
-Akhir pekan kemarin saya menonton Metro TV tentang sayembara memadamkan
semburan lumpur ini oleh seorang kepala desa di wilayah bencana itu.
Yang melamar ada 70 orang paranormal. Tapi ada telepon dari Ki Gendeng
Pamungkas, paranormal terkenal, jangan ikuti sayembara itu - percuma,
sebab kejadian semburan lumpur Banjar Panji itu sudah tertulis di buku
ramalan Joyoboyo - tak akan padam. Nah..! Kalau ada yang punya buku
ramalan Joyoboyo, coba dicek, apakah benar.

salam,
awang

-Original Message-
From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 14, 2006 2:28 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar
Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

Pak Awang dan kawan-2 Yth.

Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati
karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2
(luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir
tenggelam)
lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara
tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di
samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu
saat
nanti tanggul jebol?
Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian
banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2
penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil
diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah
memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan!

Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak
disajikan
data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses
untuk
mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga
meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi
1
dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran
BP-1,
tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk
dijawab.

Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada
yang
pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan
(menjadi
fakta di lapangan) sebagai berikut:

-Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft,
-Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya
hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg),
-Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm,
-Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem
(hilangnya
lumpur pemboran ke dalam formasi),
-Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut
dll
untuk menyumbat fractures (prosedur biasa),
-Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan pahat di cabut ke
permukaan
(pull out of hole),
-

RE: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru Masuk

2006-09-14 Terurut Topik budi santoso
Saya pikir hal yang sama juga pernah dan sedang
dipakai sebagai argumen beberapa kalangan di dunia
pertambangan (mineral) ketika 'kasus' newmnont
minahasa muncul. Tapi saya pikir ada hal mendasar yang
berbeda antara dua kasus ini.

newmont menempuh cara-cara dan 'efforts' yang sangat
elegan untuk menyelesaikan masalah dan yang lebih
jelas perbedaannya adalah kasus Newmont "lebih ringan"
dan hampir tak kasat mata impact-nya

Sementara Lapindo, issue di seputar kasus ini sudah
sedemikian kompleksnya seperti sebuah benang kusut
yang tak mudah untuk diurai dan lagi 'impact' yang ada
adalah sangat jelas, teramati, terukur dan lua
biasa destruktifnya. 

tapi terus terang saya meragukan argumen yang
menyatakan bahwa " investor bergantung kepada
bagaimana
> Pemerintah Indonesia
> akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
> kasus bencana Lusi
> ini".

Karena saya melihat argumen dibalik itu tidak cukup
meyakinkan. Karena kasus ini tergolong di"luar
kebiasaan" yang sepertinya akan jarang terjadi
terhadap perusahaan yang telah sedang dan akan
melakukan kegiatannya; kecuali di daerah yang
mempunyai kesamaan/kemiripan setting geologinya.
Sedangkan kasus Newmont adalah hampir pasti setiap
tambang akan menghasilkan 'environment impact' karena
'tailing'nya, dimanapun dan bagaimanapun mereka
melakukan penambangannya.

Bagi saya, tidak semestinya kasus murni pelanggaran
terhadap sebuah aturan yang telah disepakati bersama
kemudian yang bersangkutan harus
mempertanggungjawabkannya kemudian dipakai sebagai
argumen untuk tidak berinvestasi di suatu
daerah/negara.

Dunia pertambanagn di Indonesia akan tetap sangat
menarik jika tumpang tindih peraturannya diminimalisir
serta ada sebuah aturan yang ''investor friendly' dan
supremasi terhadapnya ditegakkan.  Bukan karena
di'hukum'nya sebuah perusahaan karena melakukan
pelanggaran terhadap sebuah peraturan kemudian argumen
ini digunakan sebagai alasan menahan investasinya.

Yang mestinya jadi pertimbangan investor
perminyakan/pertambangan secara umum tersebut (selain
peraturan pemerintah ttg minyak dan gas yang sudah
sangat akomodatif) adalah bagaimana mengantisipasi
hal-hal seperti ini, memasukkannya dalam contingency
risk assessment/plannya, jika mereka akan berinvestasi
di sebuah daerah yang berpotensi untuk terjadi kasus
seperti yang dialami Lapindo atau bagi miners ya
bagaimana memanage 'limbah' dari kegiatannya.

sTJ

--- Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Daru,
> 
> Kalau di investasi perminyakan, sebuah sumber
> berkata investor asing
> siap masuk ke Indonesia bergantung kepada bagaimana
> Pemerintah Indonesia
> akhirnya nanti memperlakukan Lapindo Brantas dalam
> kasus bencana Lusi
> ini. Dan, kepada bagaimana Pemerintah Indonesia
> memperlakukan wilayah2
> tumpang tindih kehutanan dan pertambangan, dan
> kepada bagaimana
> Pemerintah Indonesia (Pusat)berdaya terhadap eforia
> otonomi daerah. 
> 
> Secara geologi, Indonesia masih sangat diminati oleh
> investor2 asing dan
> nasional untuk berkiprah di bidang perminyakan. Ini
> terbukti dari
> usulan2 calon2 investor untuk mengaplikasi wilayah
> kerja perminyakan.
> Tetapi faktor2 di luar geologi seperti di alinea
> atas ?
> 
> Salam,
> awang
> 
> -Original Message-
> From: Sukmandaru Prihatmoko
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Thursday, September 14, 2006 12:03 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Mineral Exploration Coys Baru
> Masuk
> 
> Rekan2, sharing saja...
> 
>  
> 
> Di tengah gonjang-ganjing pemberitaan dan diskusi
> Lusi, ada berita
> "menggembirakan" bahwa bbrp mineral exploratinosts
> mulai melirik lagi
> Indonesia yang "mati suri" 5-6 tahun terakhir. Walau
> RUU Minerba masih
> "dibahas" terus di DPR (sudah 6 tahun lebih
> setahuku...), dan tantangan
> isu-isu kehutanan serta kelompok anti tambang,
> rupanya masih ada juga yg
> mau
> datang ke Indonesia. 
> 
>  deleted
> 
>  
> 
>
-
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers until 26 May 2006
> -  Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
-
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
-
> 
> 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---

RE: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

2006-09-14 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Sugeng,

27 Mei 2006 : Drilling 9277 - 9297 ft. Loss terjadi di TD sumur (9297
ft), pompa LCM pills. 

28 Mei 2006 : Monitor sumur, statik. Cabut pipa rangkaian, overpull
sampai 30 klbs, reaming dan sirkulasi di beberapa tempat tight hole dan
bridging. Mud returns increased indicating well kick. Shut well in,
observed H2S gas in shale shaker. Started evacuating personnel to Muster
point. Killing well using 14.7 ppg mud, flared gas. Observed well, no
more flow from annulus casing-drill string. Opened well, noticed that
300 bbls mud lost into the hole. Attempted to work pipe, stucked, pumped
mud to clean hole, lost. No success to free pipe.

29 Mei 2006 : planned to run free pipe indicator. Observed H2S gas
arouse to surface. Cancelled running free pipe indicator. Started
observing gas bubbles came up to surface 150 meter from well location.
Pumped down total 230 bbls 14.7 ppg mud to reduce gas bubbles, pumped
200 bbls kill mud 16 ppg with LCM material, gas bubble became smaller,
inform officials of Desa Siring and Balong Kenongo about the gas bubble.

30 Mei 2006 : cement plug.

Lapindo tak memasang casing 9 5/8" di kedalaman prediksi top karbonat
objektif di 8500 ft karena top karbonat drop sampai di 9270 ft dan
sebagai gantinya adalah batupasir volkanik. Riskan memasang shoe casing
di batupasir.

Menjawab pertanyaan Pak Sugeng :

-terjadi kick saat cabut pipa dilakukan. 
-Gas bubbles (kemudian kita ketahui sebagai ekstruksi air,lumpur, dan
sedikit gas) teramati pertama kali di lokasi 150 meter dari kepala sumur
sebelum dilakukan semen sumbat. Jadi semburan itu tak mengalir ke luar
wilayah sumur karena sumur disumbat semen, belum ada semen saat itu. 
-Goncangan gempa 27 Mei 2006 bisa saja merekahkan pola retakan yang
sudah ada di sekitar BP-1, atau membuka retakan2 baru (fissures).
Overpull pipa saat dicabut juga bisa menghasilkan efek yang sama, dan
telah terbukti menarik gas H2S. Banyak kejadian menunjukkan erupsi mud
volcano dipicu oleh gempa dengan cara membuka retakan di wilayah
material lempung diapirik yang labil. 
-Akhir pekan kemarin saya menonton Metro TV tentang sayembara memadamkan
semburan lumpur ini oleh seorang kepala desa di wilayah bencana itu.
Yang melamar ada 70 orang paranormal. Tapi ada telepon dari Ki Gendeng
Pamungkas, paranormal terkenal, jangan ikuti sayembara itu - percuma,
sebab kejadian semburan lumpur Banjar Panji itu sudah tertulis di buku
ramalan Joyoboyo - tak akan padam. Nah..! Kalau ada yang punya buku
ramalan Joyoboyo, coba dicek, apakah benar.

salam,
awang

-Original Message-
From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 14, 2006 2:28 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar
Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

Pak Awang dan kawan-2 Yth.

Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati
karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2
(luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir
tenggelam)
lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara
tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di
samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu
saat
nanti tanggul jebol?
Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian
banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2
penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil
diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah
memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan!

Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak
disajikan
data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses
untuk
mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga
meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi
1
dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran
BP-1,
tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk
dijawab.

Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada
yang
pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan
(menjadi
fakta di lapangan) sebagai berikut:

-Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft,
-Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya
hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg),
-Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm,
-Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem
(hilangnya
lumpur pemboran ke dalam formasi),
-Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut
dll
untuk menyumbat fractures (prosedur biasa),
-Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan pahat di cabut ke
permukaan
(pull out of hole),
-Pada kedalaman 4251' pipa terjepit (stuck drill pipe), tidak bisa
digerakkan dan sirkulasi (pack-off),
-Lalu dilakukan back-off (memutus rangkaian pipa), sisa pipa

RE: [iagi-net-l] Antri minyak tanah

2006-09-14 Terurut Topik Abdullatif Setyadi
Mas Agus, anggota dewannya tidak sempat belajar ilmu
kebumian dan tetek bengeknya, urusannya banyak...:)
Termasuk sibuk studi banding ke luar negeri...

ALS

--- Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Luthfi,
> 
> Itulah sebagian dari anggota dewan kita. Repot juga
> kan..., kalau yang tingkat nasional saja tidak bisa
> memahami mekanisme hilir / teknis bagaimana
> distribusi BBM saja, apalagi kawan-kawan dewan yang
> ada di daerah, kadang lebih susah tapi kadang lebih
> mudah kalau ada maunya, kalau bicara masalah
> regulasi yang terkait dengan sumber-sumber kebumian
> dari hulu sampai hilir, blaik..
> 
> Salam
> Agus Hendratno (UGM / Pengda IAGI DIY-Jateng)
> 
> Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Antrian
> minyak tanah ternyata berlaku nasional. Dalam RDP
> (Rapat Dengar
> Pendapat) Menteri ESDM dan Komisi-VII DPRRI membahas
> masalah BBM
> bersubsidi PKS= Premium, Solar, Kerosen) terungkap
> hasil pengamatan
> DPRRI bahwa terjadi kelangkaan minyak tanah di 20
> daerah. Disisi lain
> BBM bersubsidi utk APBN '07 yang diajukan oleh
> pemerintah tdk realistis
> (terkait dengan kelangkaan minyak tanah) dan
> peruntukannya bertentangan
> dgn PerPres subsidi BBM, sontak rapat diakhiri oleh
> DPR utk dilakukan
> perbaikan ususlan dulu. Yha prihatin juga koq
> kayaknya "Lain yang gatal
> (kelangkaan kerosen) lain yang digaruk (peruntukan
> usulan BBM
> bersubsidi)"
> 
> Salam,
> LTH
> 
> -Original Message-
> From: Nataniel Mangiwa
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Tuesday, September 12, 2006 3:41 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Antri minyak tanah
> 
> Kayaknya sekarang lagi musim antrian Super Panjang
> untuk beli minyak
> tanah. Tadi juga ke kantor lewat Kr Jawa yang dekat
> dengan kantor
> Total dan kilang Pertamina..yang katanya perusahaan
> oil n gas tapi,
> kok di daerah yang letaknya cuma 1 menit dari kantor
> Total n Pertamina
> ada antrian minyak tanah panjang banget ya?
> 
> Mudahan ini cuma di Balikpapan saja, tidak berlaku
> nasional. Miris aja
> tapi ga bisa berbuat apa-apa ;(
> 
>
-
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers until 26 May 2006
> 
> -  Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
-
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
-
> 
> 
>
-
> -  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -  Call For Papers until 26 May 2006
> -  Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
-
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
-
> 
> 
> 
>   
> -
>  All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email
> and get things done faster.


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---

Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

2006-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Kalau tertarik untuk mengutik hitung2an matematikanya, berikut uraian
kawan, beliau lulusan dari teknik fisika  silahkan :
Gambar lengkapnya ada disini :
http://hotmudflow.wordpress.com/2006/07/05/gempa-yogya-bikin-mud-volcano-di-porong/

Gempa Yogya —> bikin mud volcano di Porong ?

Assalamu'alaykum

Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah eningkat dari 5.000
meter kubik perhari menjadi 25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7,
alias lebih esar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang "
tinggal " 15.000 meter kubik per hari.

Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun (dari BP Migas)
dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua IAGI), secara terpisah, yang "
sepakat " (koreksi :P ak ADB justru lebih yakin dipicu pengeboran,
koreksi rdp) merujuk gempa Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di
Porong. Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei 1 Juni,
dan jika dihubungkan dengan garis akan embentuk arah barat daya -
timur laut. Orientasi ini earah dengan sesar regional di wilayah ini,
dan kalo mau ditarik lagi lebih jauh juga searah dengan sesar Opak
yang jadi penyebab gempa Yogya. Jika orientasi
barat daya - timur laut ini diperpanjang, akan nampak aris imajiner
yang menghubungkan sesar Opak - Sangiran Dome - Porong. Sehingga
semburan ini ihipotesiskan sebagai likuifaksi, gejala biasa dalam uatu
gempa, seperti yang ditemukan juga di Jetis Bantul) dan Prambanan
(Klaten) dalam bentuk semburan air berlumpur " (menurut versi
penduduk, seperti ikutip media lokal Kedaulatan Rakyat dan Wawasan).
Gempa Yogya di sebut2 mereaktivasi sesar lokal di Porong, sehingga
menghasilkan semburan lumpur, dan ini adalah murni musibah.

***

Terkait itu, ada beberapa pertanyaan pak Rovicky :

1. Apakah likuifaksi bisa terjadi di tempat yang jaraknya > 200 km
dari sumber gempa ?

Sebab, dalam pendapat saya, intensitas di lokasi tersebut sudah kecil.
Jika saya mencoba menghitung dengan menggunakan persamaan atenuasi
intensitas ln I ln Io = k.x dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00387
(berdasarkan titik acuan kota Yogya dan Semarang) erta intensitas
hiposenter (Io) = 8,7 (untuk Mw = 6,3) pada jarak (x) = 200 km
intensitasnya 4 MMI dengan percepatan maksimal 2,3 % G), sementara
pada jarak (x) = 250 km intensitasnya menurun sedikit menjadi 3 MMI
(dengan percepatan maksimal 1,4 % G).
Catatan intensitas dari stasiun BMG Surabaya dan Karangkates (Malang)
menunjukkan angka 2 - 3 MMI untuk Surabaya (jarak +/ - 250 km dari
hiposenter) dan 3 - 4 MMI untuk Malang (jarak + / - 230 km dari
hiposenter), artinya tidak berbeda jauh dengan perhitungan.
Fokuskan ke sekitar Surabaya. Dengan intensitas 3 MMI itu, dimana
getarannya setara dengan getaran akibat melintasnya sebuah truk besar
bila kita berdiri di tepi jalan raya, apakah bisa gempa Yogya tadi
menghasilkan likuifaksi disini ? Bila kita merujuk ada kasus gempa
Loma Prieta 1989 (Mw = 6,9) di California, radius terjauh likuifaksi
terjadi adalah sebesar 110 km dari episenter gempa. Kita logikakan
saja, dengan Mw gempa Yogya lebih kecil (6,3) bukankah " seharusnya "
radius terjauh likuifaksi < 110 km ?

(catatan : dalam perhitungan saya, jika dianggap koefisien atenuasi
gempa Loma Prieta sama dengan gempa Yogya, dengan kedalaman
hiposentrum 17 km, pada jarak 110 km dari episentrum, intensitasnya
sebesar 6 MMI dengan percepatan puncak 12,3 % G, jauh lebih besar dari
intensitas di Porong).

2. Apakah gempa Yogya bisa mereaktivasi sesar lokal di Porong ?

Di sisi timur sesar Opak telah dideteksi ada 74 buah sesar minor
dengan panjang bervariasi antara 1 km hingga 4 km, yang tersebar di
wilayah Gunungkidul - Klaten. Sesar minor terjauh ada di wilayah
kecamatan Bayat (Klaten). Sesar2 minor ini dipastikan merupakan
sumber2 afershocks gempa Yogya. Kalo saya menghitung dengan persamaan
empirisnya Ambrosey dan Zatopak (1968, saya kutip dari artikelnya Dr.
George Pararas Carayannis) mengenai hubungan antara panjang sesar (L)
dan magnitude gempa (M) : log L = 1,13 M + K, dimana untuk gempa Yogya
K = - 5,34 (dengan Mw = 6,3 dan L = 60 km), maka jika sesar minor
memiliki panjang (L) 1 - 4 km, gempanya memiliki magnitude (Mw) 4,7 -
5,3.

Masalahnya sekarang, jika gempa Yogya memang mampu mereaktivasi sesar
lokal di Porong, tidak bisa tidak sesar lokal itu harus bergeser
bukan, meski nilai pergeserannya mungkin sangat kecil hingga tidak
menimbulkan retakan di permukaan tanah. Mari kita berandai-andai,
anggaplah pergeseran tersebut meliputi segmen sepanjang 1 km dalam
sesar lokal itu, maka " seharusnya " sudah diiringi gempa dengan Mw =
4,7.
Jika segmen yang bergeser hanya 200 m, gempa yang terjadi memiliki Mw
= 4,1. Bukankah moment magnitude (Mw) sebesar ini masih bisa dideteksi
dengan mudah oleh seismograf2nya BMG dan USGS. Apalagi USGS memberi
batasan hanya gempa2 dengan Mw > 3,5 saja yang akan didokumentasikan.
Sementara, sejauh yang saya tahu, stasiun2 BMG di Surabaya dan
Karangkates hanya melaporkan adanya guncangan akibat gempa Yogya saja,
namun tidak menyebutkan adanya gempa l

Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)

2006-09-14 Terurut Topik sugeng.hartono
Pak Awang dan kawan-2 Yth.

Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati
karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2
(luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir tenggelam)
lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara
tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di
samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu saat
nanti tanggul jebol?
Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian
banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2
penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil
diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah
memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan!

Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak disajikan
data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses untuk
mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga
meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi 1
dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran BP-1,
tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk
dijawab.

Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada yang
pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan (menjadi
fakta di lapangan) sebagai berikut:

-Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft,
-Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya
hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg),
-Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm,
-Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem (hilangnya
lumpur pemboran ke dalam formasi),
-Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut dll
untuk menyumbat fractures (prosedur biasa),
-Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan pahat di cabut ke permukaan
(pull out of hole),
-Pada kedalaman 4251' pipa terjepit (stuck drill pipe), tidak bisa
digerakkan dan sirkulasi (pack-off),
-Lalu dilakukan back-off (memutus rangkaian pipa), sisa pipa dan drilling
bit ditinggal, (bottom of fish @ 4251 ft),
-Sumur ditutup sement (set cement plug),
-Rig move, menara bor keluardari lokasi sumur,

-Dari diagram sumur, ada 5770 ft open hole (9271 ft - 3500 ft). Memang cukup
panjang,
-Ada surat yang mengingatkan agar di set casing 9-5/8" di 8500 ft (Majalah
Tempo), to anticipate hole problem before entering Kujung Formation,
-Ada Gempa Yogya (27 Mei), lalu semburan lumpur terjadi 29 Mei, jarak
Yogya-BP-1 sekitar 286 kilometer),

Pertanyaan:
-Apakah BP-1 telah mengalami kick (aliran formation fluid dari formasi ke
lubang bor) setelah terjadi lost circulation?
-Karena bagian atas sumur sudah ditutup semen, maka aliran "formation fluid"
mencari bagian formasi yang lebih rapuh dan rekahan-2 di sekitar lubang
sumur; apakah kick sudah berkembang menjadi underground blowout (mengingat
ada open-hole 5770 ft),
-Apakah Gempa Yogya juga memicu terjadinya aliran "formation fluid"
(termasuk lumpur panas), konon di sini ada Sesar Watukosek; mungkin karena
kekuatan gempa, menyebabkan sesar menjadi lebih terbuka dan bisa dilewati
aliran lumpur.
Seperti pada akhir ulasan Pak Awang, kita tetap disodori pertanyaan pelik:
Apa penyebab musibah ini?
Waktu pulang ke Jateng, saya baca di Majalah Basa Jawi: Joyoboyo (terbitan
Surabaya) bahwa sumur BP-1 ini terletak di situs Kerajaan Jenggolo!

Salam hangat,
Sugeng










- Original Message -
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, September 14, 2006 10:45 AM
Subject: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar
Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)


Pak Dwi,

"Apa penyebab semburan lumpur-air panas di sekitar titik sumur Banjar
Panji ?" adalah pertanyaan "dalam hati" semua orang, sebuah pertanyaan
yang sangat esensial, yang sangat penting. Tetapi, yang tetap dalam
wilayah "abu-abu". Kalau persolannya berlarut-larut seperti sekarang
ini, memang antara lain karena jawaban atas pertanyaan ini yang tetap di
wilayah abu-abu, atau "diabu-abukan ?" Yang ditulis pak Sonny memang
benar, andai jawabannya jelas mestinya persoalannya tak serumit
sekarang.

Diskusi-diskusi soal penyebab semburan lumpur ini sudah dilakukan sejak
tiga bulan lalu, mungkin pak Dwi bisa cek ke arsip-arsip diskusi di
IAGI-net, atau lebih gampangnya klik saja blogspotnya Pak Rovicky.
Hanya, tetap saja tak ada jawaban tegas yang diterima oleh yang lain
bahwa semburan lumpur ini diakibatkan oleh "X" Para ahli geologi, ahli
reservoir, ahli pemboran pun punya pendapat sendiri-sendiri yang bisa
berbeda-beda. Di kalangan ahli geologi pun pendapatnya bisa
berbeda-beda.

Kalau kita ringkaskan dari diskusi-diskusi yang lalu, rasanya ada 3
pendapat soal penyebab semburan ini : (1) karena gempa yang berhubungan
dengan gempa Yogya 27 Mei 2006, (2) karena proses

Re: [iagi-net-l] Antri minyak tanah

2006-09-14 Terurut Topik Supardan

Pak Luthfi yth,

Saya berharap antrean minyak tanah tidak terjadi di Mojosari.
Ha...ha...ha... Apalagi seandainya itu terjadi di Porong, cilaka', sudah
jadi pengungsi gara-gara sumur minyak, masih harus antri minyak lagi.
Sekarang Mojosari tambah rame pak, jalur alternatif menghindari si cewek
genit LUSI.

Wassalam,
Pardan, Sby.

On 9/13/06, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Antrian minyak tanah ternyata berlaku nasional. Dalam RDP (Rapat Dengar
Pendapat) Menteri ESDM dan Komisi-VII DPRRI membahas masalah BBM
bersubsidi PKS= Premium, Solar, Kerosen) terungkap hasil pengamatan
DPRRI bahwa terjadi kelangkaan minyak tanah di 20 daerah. Disisi lain
BBM bersubsidi utk APBN '07 yang diajukan oleh pemerintah tdk realistis
(terkait dengan kelangkaan minyak tanah) dan peruntukannya bertentangan
dgn PerPres subsidi BBM, sontak rapat diakhiri oleh DPR utk dilakukan
perbaikan ususlan dulu. Yha prihatin juga koq kayaknya "Lain yang gatal
(kelangkaan kerosen) lain yang digaruk (peruntukan usulan BBM
bersubsidi)"

Salam,
LTH

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, September 12, 2006 3:41 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Antri minyak tanah

Kayaknya sekarang lagi musim antrian Super Panjang untuk beli minyak
tanah. Tadi juga ke kantor lewat Kr Jawa yang dekat dengan kantor
Total dan kilang Pertamina..yang katanya perusahaan oil n gas tapi,
kok di daerah yang letaknya cuma 1 menit dari kantor Total n Pertamina
ada antrian minyak tanah panjang banget ya?

Mudahan ini cuma di Balikpapan saja, tidak berlaku nasional. Miris aja
tapi ga bisa berbuat apa-apa ;(

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




Re: [iagi-net-l] Marhaban Ya Ramadhan

2006-09-14 Terurut Topik Agus Hendratno
Prof Zaim...dan kawan-kawan geologist lainnya

Wahduuuhdingin sekali kalimatnya, TEDUH..., Tenang dan tetap Istiqomah..., 
saya yang muda, juga mohon maaf. Barangkali saya yang masih muda sering 
emosional kalau IAGI dan komunitas ahli ilmu kebumian, sering berbenturan 
dengan pihak-pihak yang non-geosaintist. Saya sampai dicap "galak" oleh kawan 
saya yang geologist, kalau sudah ngomong masalah geologi di forum dewan atau 
birokrat, pers, LSM. Yaa.., "galak" asal ada ilmunya / sesuai fakta, dan tetap 
istiqomah, apa salahnya..., hehe...
Namun dengan waktu menjelang Ramadhan ini, mari kita kuatkan hati kita tetap 
BENING dan bersih diri untuk saling memaafkan diantara kita...,
apalagi dengan Prof. Zaim, saya pribadi pernah berinteraksi dalam masalah 
stratigrafi, muga-muga diskusi yang bertele-tele tersebut dimaafkan yaaa, 
juga kepada aktivis IAGI-net, PP-IAGI yang lama maupun PP-IAGI yang sekarang 
ini., juga teman-teman penggerak aktivis IAGI dimana saja...hehe..., Mohon 
maaf..
Salam
Agus Hendratno


Yahdi Zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikum W.W.,

Ibu2,Bapak2 IAGI-Netters yang saya muliakan,

Dalam keramaian milis kita berbincang tentang lahirnya "Kuala Lumpur" di 
Sidoarjo sebagai bencana 
dengan segala bentuk nestapa duka yang menimpa saudara2 kita,
keramaian yang lain berbicara tentang "Oknum" sebagaimana berita Republika,
setelah ramai pula dengan diskusi berbagai teori dan opini tentang Gempa Yogya 
- Bantul (yang menyengsarakan dan hingga kini belum terselesaikan),
ditambah pula kesengsaraan gempa dan tsunami yang mencekam di Pangandaran,
perkenankan saya menyampaikan rasa syukur dari sisi yang lain,
bahwa kita yang masih sehat wal afiat,
masih mampu berfikir (yang Insya Allah) jernih tentang Geologi dengan segala 
dampak keterkaitannya,
untuk menatap hari-hari minggu depan,
untuk menjemput Ramadhan yang Insya Allah segera datang.
Sekedar untuk membersihkan hati, pikiran dan perilaku,
perkenankan saya mohon segala maaf kepada Ibu2, Bapak2,
sebagai salah satu landasan untuk melaksanakan ibadah Ramadhan dengan bersih 
diri, bersih jiwa dan bersih pikiran.
MARHABAN YA RAMADHAN.

Wassalam,

Yahdi Zaim,
Prodi Teknik Geologi
KK Geologi dan Paleontologi,
FIKTM - ITB,
Jl. Ganesa no.10,
BANDUNG


-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.