Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-17 Thread Nazirman Nazirman
Pak Arman,  jika aset aset yang menarik, di Canada, atau ada perusahaan minyak 
yang mau sharedown, boleh imfokan kepada kami. Kita sedang giat-giatnya 
searching data G&G seluruh dunia.
Salam
nazirman




Dari: Arman Sunaryo 
Kepada: iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Kamis, 18 Oktober 2012 3:16
Judul: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million


Saya juga merasa 'kagum' terhadap keberanian Pertamina untuk masuk ke Venezuela 
yang cukup besar risiko politiknya, kalau dari segi cadangan mungkin tidak 
perlu dikuatirkan karena cadangan Venezuela sekarang nomer 2 didunia setelah 
Arab Saudi.  Tetapi situasi politik disana membuat orang2 Venezuela sendiri 
memilih untuk menyingkir dahulu dengan pindah ke Amerika dan Kanada sambil 
menunggu perubahan, demikian juga dengan investor asing.  Mudah2an ini memang 
sudah dipertimbangkan masak2 oleh Pertamina sebelum mengambil keputusan.  
Karena kebetulan sekarang ini saya berdomisili di Kanada, saya sangat 
menganjurkan supaya Pertamina juga mempertimbangkan investasi di Kanada.  
Cadangan di Kanada sekarang dengan oil sands nya menempati urutan ke-3 setelah 
Arab Saudi dan Venezuela, tetapi dengan iklim investasi dan perpolitikan yang 
sangat stabil Kanada menjadi salah satu tujuan investasi energy yang penting di 
dunia.  Hampir semua perusahaan energy besar
 didunia berinvestasi di Kanada, bahkan perusahaan2 Asia pun juga sudah 
berinvestasi di Kanada (Petronas, PTTEP, KNOC, Cina, Jepang dll), tinggal 
Pertamina yang masih belum kedengaran 

Mudah2an Kanada menjadi next destination buat Pertamina untuk berinvestasi

Salam,

Arman
Calgary





2012

Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-17 Thread Nazirman Nazirman
Betul Abah, semoga dengan masukkan dari Pak Ong, memacu semangat kawan kawan 
pekerja Pertamina, semoga Pertamina bisa maju baik di dalam negeri maupun luar 
negeri, bisa menyamakan diri dengan NOC lain.
Salam
nazirman 



Dari: Yanto R. Sumantri 
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id"  
Dikirim: Kamis, 18 Oktober 2012 12:01
Judul: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million


Terima kasih Pak Ong yang memasukan saya alam katagori " pokok nya Pertamina".

Dalam beberapa hal memang saya berusaha pokonya Pertamina umpama dalam membeli 
bensin ya di SPBU Pertamina (walau banyak yang tidak begitu , mungkin selalu 
menganggap pruduk DN itu tidak baik ) , memakai Fastron ketimbang Helix ataau 
Castrol).

Tapi dalam menuju PTM karena berani melakukan eksplorasi di PTM , saya akan 
tetap memberikan jempol , karena :
1. Saya yakin se-bodoh2nya staf  Eksplorasi PTM , mereka tentunya sudah 
melakukan evaluasi yang seksama sebelum memtuskan .
2. Perihal kegagalan yang dialami PTM seperti desebutkan Pak Ong , yi pemboran 
dilaut dalam , saya kira kita sebagai bangsa dan PTM sebagai BUMN harus beran 
juga melakukan operasi dalam resiko tinggi dan daerah frontier , mengapa :
a. Untuk menunjukan bahwa kita sebagai bangsa juga harus berani melakukannya , 
karena bukankah dalam eksplorasi berlaku pepatah "high rsik high reward" ? Coba 
kalau eksplrasi tsb berhasil , dan mendapatkan cadangan besar dan PTM ndak ikut 
?? Pasti PTM akan disalahkan.
b.Dengan PTM mau ikut serta , memberikan moral support kepada investor dari 
luar.
3. ApakahPerusahaan yang menjualnya memberikan kepada PTM karena  lebih 
menguntungkan kalau dijual ? Saya kira IYA , akan tetapi itu belum tentu serta 
merta akan MERUGIKAN Ptm , tentunya Ptm memiliki view yang berbeda dengan 
Pemilik sebelumnya . Ini kan hal biasa dalam bisnsi jual beli asset.
3. Time will tell ? Ya , saya setuju , akan tetapi tidak akan ada yang akan 
dikatakan kalau kita tidak pernah berani MELAKUKAN.

Kalau joke sih begini " Ngapain kita memberikan ucapan selamat kepada Pengantin 
, kan mungkin esok lusa mereka bercerai " ... hahaha 
jadi whats wrong dengan mengucapkan "bravo" kpd PTM ? ...just a 
joke 

Begitu Pak Ong , maaf kalau kurang berkenan.

si Abah     


From: Achmad Luthfi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, October 18, 2012 8:57 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million



Pak Ong dan teman-teman IAGi,

Memang sebaiknya kita suspend dulu Bravo untuk Pertamina. Seperti telah 
dipaparkan Pak Ong, bahwa Pertamina telah bermain di arena high risk dalam 
ekspansi upstream (unorganic strategy/Pertamina term), dan berbagai 
kegagalan-kegagalan telah dipaparkan Pak Ong juga. Kalau kita solid sebagai 
bangsa dalam bernegara tentu tidak menginginkan BUMN seperti Pertamina 
mengalami kegagalan beruntun dimasa datang, karena itu minta Blok Mahakam bagi 
Pertamina adalah suatu yang mutlak perlu didukung oleh semua komponen anak 
Bangsa. Mengapa ada komponen anak Bangsa lebih pro TOTAL mendapat perpanjangan 
di Blok Mahakam ? Kurang peduli terhadap keinginan Pertamina untuk mengelola 
Blok Mahakam, ini sama dengan membiarkan kekayaan alam kita dirampok oleh 
Perusahaan Asing, sementara Kita membiarkan Pertamina berkelana ke penjuru 
Buana menanam investasinya di High Risk Arena, kemungkinan gagal lebih besar. 
Bisa dibayangkan bagaimana bodohnya kita sebagai Bangsa dalam
 bernegara; Uang jutaan dollar Amrik milik Bangsa sendiri kita lempar ke luar 
negeri yang kemungkinan total lost cukup besar, sementara keuntungan yang besar 
mungkin milyaran dollar Amrik kita biarkan f ikeruk Perusahaan Asing seperti 
TOTAL, kita mengalami dua kali kerugian yang significant bahkan lebih.
Pertamina punya dana besar, setelah minta Blok Mahakam sejak 2008 belum dapat 
kepastian maka dana yang ada di Pertamina sebagai perusahaan dinilai perlu 
diinvestasikan, akhirnya investasi jatuh ke Venezuela sementara Pertamina juga 
hunting ke Kazastan sambil tetap berharap mendapat Mahakam. Disadari dengan 
harga minyak yang tinggi tidak mudah untuk dapat membeli lapangan dengan 
cadangan dan produksi yang besar.
Memang susah dimengerti apa maunya sebagian kalangan bangsa kita, Blok Mahakam 
dengan keuntungan dipelupuk mata tak tampak tetapi kerugian investasi d lautan 
dibiarkan.
HAY BANGUN BANGSAKU, WUJUDKAN LAGU CIPTAAN KOESBINI... BAGIMU NEGERI 
JIWA RAGA KAMI
>
>
> 2012/10/17 Ong Han Ling 
>
> Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang “pokoknya Pertamina”,
>
>  
>
> Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan “bravo” 
> kepada Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan 
> E&P, Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau (3) 
> mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini?
>
>  
>
> Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah 
> keuntun

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-18 Thread mufarazi
Kalo liat free data di internet, not bad lah block ini meski hanya 15 API 
oilnya satu well bisa produce 1000-3000 bopd. Ada gas nya juga bisa tuh dipakai 
buat huff puff kalo depth nya dangkal. 

Rule of thumbs Peak production / proven reserves di venezuela berapa ya? Kalo 
rendah kan bisa berabe juga balik modalnya lama, high risk dengan kondisi 
pulitik yg unstable 

Salam
Razi 
  
Sent from my BlackBerry® smartphone from Omantel.

-Original Message-
From: Nazirman Nazirman 
Date: Thu, 18 Oct 2012 13:29:24 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Betul Abah, semoga dengan masukkan dari Pak Ong, memacu semangat kawan kawan 
pekerja Pertamina, semoga Pertamina bisa maju baik di dalam negeri maupun luar 
negeri, bisa menyamakan diri dengan NOC lain.
Salam
nazirman 



Dari: Yanto R. Sumantri 
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id"  
Dikirim: Kamis, 18 Oktober 2012 12:01
Judul: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million


Terima kasih Pak Ong yang memasukan saya alam katagori " pokok nya Pertamina".

Dalam beberapa hal memang saya berusaha pokonya Pertamina umpama dalam membeli 
bensin ya di SPBU Pertamina (walau banyak yang tidak begitu , mungkin selalu 
menganggap pruduk DN itu tidak baik ) , memakai Fastron ketimbang Helix ataau 
Castrol).

Tapi dalam menuju PTM karena berani melakukan eksplorasi di PTM , saya akan 
tetap memberikan jempol , karena :
1. Saya yakin se-bodoh2nya staf  Eksplorasi PTM , mereka tentunya sudah 
melakukan evaluasi yang seksama sebelum memtuskan .
2. Perihal kegagalan yang dialami PTM seperti desebutkan Pak Ong , yi pemboran 
dilaut dalam , saya kira kita sebagai bangsa dan PTM sebagai BUMN harus beran 
juga melakukan operasi dalam resiko tinggi dan daerah frontier , mengapa :
a. Untuk menunjukan bahwa kita sebagai bangsa juga harus berani melakukannya , 
karena bukankah dalam eksplorasi berlaku pepatah "high rsik high reward" ? Coba 
kalau eksplrasi tsb berhasil , dan mendapatkan cadangan besar dan PTM ndak ikut 
?? Pasti PTM akan disalahkan.
b.Dengan PTM mau ikut serta , memberikan moral support kepada investor dari 
luar.
3. ApakahPerusahaan yang menjualnya memberikan kepada PTM karena  lebih 
menguntungkan kalau dijual ? Saya kira IYA , akan tetapi itu belum tentu serta 
merta akan MERUGIKAN Ptm , tentunya Ptm memiliki view yang berbeda dengan 
Pemilik sebelumnya . Ini kan hal biasa dalam bisnsi jual beli asset.
3. Time will tell ? Ya , saya setuju , akan tetapi tidak akan ada yang akan 
dikatakan kalau kita tidak pernah berani MELAKUKAN.

Kalau joke sih begini " Ngapain kita memberikan ucapan selamat kepada Pengantin 
, kan mungkin esok lusa mereka bercerai " ... hahaha 
jadi whats wrong dengan mengucapkan "bravo" kpd PTM ? ...just a 
joke 

Begitu Pak Ong , maaf kalau kurang berkenan.

si Abah     


From: Achmad Luthfi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, October 18, 2012 8:57 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million



Pak Ong dan teman-teman IAGi,

Memang sebaiknya kita suspend dulu Bravo untuk Pertamina. Seperti telah 
dipaparkan Pak Ong, bahwa Pertamina telah bermain di arena high risk dalam 
ekspansi upstream (unorganic strategy/Pertamina term), dan berbagai 
kegagalan-kegagalan telah dipaparkan Pak Ong juga. Kalau kita solid sebagai 
bangsa dalam bernegara tentu tidak menginginkan BUMN seperti Pertamina 
mengalami kegagalan beruntun dimasa datang, karena itu minta Blok Mahakam bagi 
Pertamina adalah suatu yang mutlak perlu didukung oleh semua komponen anak 
Bangsa. Mengapa ada komponen anak Bangsa lebih pro TOTAL mendapat perpanjangan 
di Blok Mahakam ? Kurang peduli terhadap keinginan Pertamina untuk mengelola 
Blok Mahakam, ini sama dengan membiarkan kekayaan alam kita dirampok oleh 
Perusahaan Asing, sementara Kita membiarkan Pertamina berkelana ke penjuru 
Buana menanam investasinya di High Risk Arena, kemungkinan gagal lebih besar. 
Bisa dibayangkan bagaimana bodohnya kita sebagai Bangsa dalam
 bernegara; Uang jutaan dollar Amrik milik Bangsa sendiri kita lempar ke luar 
negeri yang kemungkinan total lost cukup besar, sementara keuntungan yang besar 
mungkin milyaran dollar Amrik kita biarkan f ikeruk Perusahaan Asing seperti 
TOTAL, kita mengalami dua kali kerugian yang significant bahkan lebih.
Pertamina punya dana besar, setelah minta Blok Mahakam sejak 2008 belum dapat 
kepastian maka dana yang ada di Pertamina sebagai perusahaan dinilai perlu 
diinvestasikan, akhirnya investasi jatuh ke Venezuela sementara Pertamina juga 
hunting ke Kazastan sambil tetap berharap mendapat Mahakam. Disadari dengan 
harga minyak yang tinggi tidak mudah untuk dapat membeli lapangan dengan 
cadangan dan produksi yang besar.
Memang susah dimengerti apa maunya sebagian kal

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-18 Thread Bandono Salim
Kritik itu juga petunjuk lho. Jangan dianggap melawan. 
Bagaimana kita me"maintin" kritik saja, namanya orang ada saja kekurangannya; 
kecuali yang merasa paling bener.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nazirman Nazirman 
Date: Thu, 18 Oct 2012 13:29:24 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million
Betul Abah, semoga dengan masukkan dari Pak Ong, memacu semangat kawan kawan 
pekerja Pertamina, semoga Pertamina bisa maju baik di dalam negeri maupun luar 
negeri, bisa menyamakan diri dengan NOC lain.
Salam
nazirman 



Dari: Yanto R. Sumantri 
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id"  
Dikirim: Kamis, 18 Oktober 2012 12:01
Judul: Re: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million


Terima kasih Pak Ong yang memasukan saya alam katagori " pokok nya Pertamina".

Dalam beberapa hal memang saya berusaha pokonya Pertamina umpama dalam membeli 
bensin ya di SPBU Pertamina (walau banyak yang tidak begitu , mungkin selalu 
menganggap pruduk DN itu tidak baik ) , memakai Fastron ketimbang Helix ataau 
Castrol).

Tapi dalam menuju PTM karena berani melakukan eksplorasi di PTM , saya akan 
tetap memberikan jempol , karena :
1. Saya yakin se-bodoh2nya staf  Eksplorasi PTM , mereka tentunya sudah 
melakukan evaluasi yang seksama sebelum memtuskan .
2. Perihal kegagalan yang dialami PTM seperti desebutkan Pak Ong , yi pemboran 
dilaut dalam , saya kira kita sebagai bangsa dan PTM sebagai BUMN harus beran 
juga melakukan operasi dalam resiko tinggi dan daerah frontier , mengapa :
a. Untuk menunjukan bahwa kita sebagai bangsa juga harus berani melakukannya , 
karena bukankah dalam eksplorasi berlaku pepatah "high rsik high reward" ? Coba 
kalau eksplrasi tsb berhasil , dan mendapatkan cadangan besar dan PTM ndak ikut 
?? Pasti PTM akan disalahkan.
b.Dengan PTM mau ikut serta , memberikan moral support kepada investor dari 
luar.
3. ApakahPerusahaan yang menjualnya memberikan kepada PTM karena  lebih 
menguntungkan kalau dijual ? Saya kira IYA , akan tetapi itu belum tentu serta 
merta akan MERUGIKAN Ptm , tentunya Ptm memiliki view yang berbeda dengan 
Pemilik sebelumnya . Ini kan hal biasa dalam bisnsi jual beli asset.
3. Time will tell ? Ya , saya setuju , akan tetapi tidak akan ada yang akan 
dikatakan kalau kita tidak pernah berani MELAKUKAN.

Kalau joke sih begini " Ngapain kita memberikan ucapan selamat kepada Pengantin 
, kan mungkin esok lusa mereka bercerai " ... hahaha 
jadi whats wrong dengan mengucapkan "bravo" kpd PTM ? ...just a 
joke 

Begitu Pak Ong , maaf kalau kurang berkenan.

si Abah     


From: Achmad Luthfi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, October 18, 2012 8:57 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million



Pak Ong dan teman-teman IAGi,

Memang sebaiknya kita suspend dulu Bravo untuk Pertamina. Seperti telah 
dipaparkan Pak Ong, bahwa Pertamina telah bermain di arena high risk dalam 
ekspansi upstream (unorganic strategy/Pertamina term), dan berbagai 
kegagalan-kegagalan telah dipaparkan Pak Ong juga. Kalau kita solid sebagai 
bangsa dalam bernegara tentu tidak menginginkan BUMN seperti Pertamina 
mengalami kegagalan beruntun dimasa datang, karena itu minta Blok Mahakam bagi 
Pertamina adalah suatu yang mutlak perlu didukung oleh semua komponen anak 
Bangsa. Mengapa ada komponen anak Bangsa lebih pro TOTAL mendapat perpanjangan 
di Blok Mahakam ? Kurang peduli terhadap keinginan Pertamina untuk mengelola 
Blok Mahakam, ini sama dengan membiarkan kekayaan alam kita dirampok oleh 
Perusahaan Asing, sementara Kita membiarkan Pertamina berkelana ke penjuru 
Buana menanam investasinya di High Risk Arena, kemungkinan gagal lebih besar. 
Bisa dibayangkan bagaimana bodohnya kita sebagai Bangsa dalam
 bernegara; Uang jutaan dollar Amrik milik Bangsa sendiri kita lempar ke luar 
negeri yang kemungkinan total lost cukup besar, sementara keuntungan yang besar 
mungkin milyaran dollar Amrik kita biarkan f ikeruk Perusahaan Asing seperti 
TOTAL, kita mengalami dua kali kerugian yang significant bahkan lebih.
Pertamina punya dana besar, setelah minta Blok Mahakam sejak 2008 belum dapat 
kepastian maka dana yang ada di Pertamina sebagai perusahaan dinilai perlu 
diinvestasikan, akhirnya investasi jatuh ke Venezuela sementara Pertamina juga 
hunting ke Kazastan sambil tetap berharap mendapat Mahakam. Disadari dengan 
harga minyak yang tinggi tidak mudah untuk dapat membeli lapangan dengan 
cadangan dan produksi yang besar.
Memang susah dimengerti apa maunya sebagian kalangan bangsa kita, Blok Mahakam 
dengan keuntungan dipelupuk mata tak tampak tetapi kerugian investasi d lautan 
dibiarkan.
HAY BANGUN BANGSAKU, WUJUDKAN LAGU CIPTAAN KOESBINI... BAGIMU NEGERI 
JIWA RAGA KAMI

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread Achmad Luthfi
Pak Ong Yth,

Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan
Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan
Negara saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya
alamnya (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola
lapangan Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu
diterapkan di Blok Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti
Angola dalam melindungi Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola
berkiprah dalam Industri Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender
(farm in) salah satu lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP,
lapangan ini dalam development phase dengan cadangan yang menarik, partner
BP berniat dispose  sebagian interest share-nya, proses farm-out ini
dilaksanakan melalui tender. Pertamina mengikuti tender ini, ternyata
penawaran Pertamina paling menarik (paling tinggi dibanding competitornya).
Apa yang terjadi setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya
kepada Pemerintah Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah
Angola memberikan "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol
mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina dalam bidding tersebut,
finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan tersebut. Padahal
Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. Alangkah indahnya
keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah ada huge
discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan seperti
Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia posisinya.
Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya alamnya juga
dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar
"Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia
adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip
liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG
TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA
LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty",
operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode
transfer of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and
Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar
dari cadangan minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA
MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE
DIRECT FINANCIAL INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN
KULIAH WAKTU ITU MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY
TERMASUK MINYAK BUMI TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY,
KARENA ITU PERUSAHAAN NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN
BESAR LAPANGAN-LAPANGAN MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh
Lapangan Troll yang konon kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh
kebutuhan Eropa Barat dan Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan
lapangan oleh Pemerintah Norway diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya
yang 24% dimenangkan oleh Shell melalui tender.
Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya migasnya
Dan membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam setelah 2017
sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam dengan
Pertamina diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan Pertamina
mampu melakukan "MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita kalah
Sama Angola dalam berprinsip "Angola First", begitu juga Norwy dalam
mengimplementasikan "Norway First". Apakah kita mau berbeda dalam
menerapkan prinsip "INDONESIA FIRST".?
Maaf Pak Ong, kalau saya punya pendapat yang berbeda. Sedikitpun saya tidak
bermaksud menggurui terutama dalam "INDONESIA FIRST".


Salam Hormat,
A. Luthfi

On Friday, October 19, 2012, Ong Han Ling  wrote:
> Pak Luthfi,
>
>
>
> Teman-teman IAGI harap jangan keliru, saya setuju extension Mahakam
diberikan kepada Pertamina. Saya juga tidak bisa lupakan jasa-jasa
Pertamina. Perusahaan dimana saya bekerja sebelumnya, PT Geoservices,
didirikan tahun 1971, bersama Durban Ardjo, dosen Tambang ITB, yang
sekarang menjadi Pres.Dir., dibesarkan oleh Pertamina. Siapa sih yang tidak
bangga kalau Pertamina bisa seperti Petronas, Petrobras, Pemex, SVPD,
StatOil, dsb.
>
>
>
> Tapi seperti yang pernah ditanyakan Pak Rovicky dan telah saya terangkan,
kita jangan berikan “at any price”. Kita jangan berikan blank cek. Harus
ada rambu-rambu. Prinsipnya Negara harus dapat keuntungan sebesar-besarnya.
Untuk ini kita perlu melakukan tender. Evaluasi tender berdasarkan NPV,
yang diterima Negara. Supaya risiko yang ditanggung negara kecil, kita
masukkan konsep cost recovery limit yang menjadi ciri khas suatu PSC.
Selain itu, Pertamina diberi preference, umpama 10%. Jadi Kalau Total waktu
tender memasukan NPV bagi Negara 100 dan Pertamina 90, maka blok diberikan
kepada Pertamina. Kalau Pertamina cuma memberikan NPV 85, ya diberikan ke
Total.  Preference 10% diberikan 

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread rakhmadi avianto
Pak Lutfi

Untuk kali ini saya ga sependapat dg anda.

Kalo kontraknya habis di 2017 kenapa Pertamina harus right to match yg lain
"CRL" sound hanya cara pembenaran harus dg cara tender.Padahal udah kasat
mata Blok Mahakam pasti bagus secara G&G dan Bisnis.
Yg model Blok Mahakam kalo di Petronas, Norway dan Angola pasti diambil
oleh Government Oil Company.

Case yg diberikan pak Luthfi adalah kontrak yg masih jalan jadi prosesnya
memang through TENDER karena operator mau memaksimalkan monetizing proses.
Tapi kalo kontraknya habis ya up to Gov.yg bersangkutan untuk memberikan
pengelolaannya. Dalam hal ini kalo blok Mahakam di serahkan ke non
Pertamina berarti GOI ga tau kemampuan anaknya sendiri.

Saya bilang di email saya terdahulu PT.Suma Sarana aja bisa mengelola kalo
di berikan apalagi Pertamina, PASTI BISA ituloh maksud saya

Ya udah aku mau beli tiket Gun and Roses (GNR) dulu via online

Avi
Bendahara IAGI
Merangkap Director PT SS
On Oct 19, 2012 4:38 PM, "Achmad Luthfi"  wrote:

> Pak Ong Yth,
>
> Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang
> dikemukakan Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya
> Pendapatan Negara saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi
> Sumberdaya alamnya (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam
> mengelola lapangan Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu
> diterapkan di Blok Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti
> Angola dalam melindungi Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola
> berkiprah dalam Industri Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender
> (farm in) salah satu lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP,
> lapangan ini dalam development phase dengan cadangan yang menarik, partner
> BP berniat dispose  sebagian interest share-nya, proses farm-out ini
> dilaksanakan melalui tender. Pertamina mengikuti tender ini, ternyata
> penawaran Pertamina paling menarik (paling tinggi dibanding competitornya).
> Apa yang terjadi setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya
> kepada Pemerintah Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah
> Angola memberikan "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol
> mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina dalam bidding tersebut,
> finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan tersebut. Padahal
> Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. Alangkah indahnya
> keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah ada huge
> discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan seperti
> Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia posisinya.
> Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya alamnya juga
> dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar
> "Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia
> adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip
> liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG
> TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA
> LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty",
> operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode
> transfer of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and
> Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar
> dari cadangan minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA
> MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE
> DIRECT FINANCIAL INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN
> KULIAH WAKTU ITU MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY
> TERMASUK MINYAK BUMI TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY,
> KARENA ITU PERUSAHAAN NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN
> BESAR LAPANGAN-LAPANGAN MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh
> Lapangan Troll yang konon kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh
> kebutuhan Eropa Barat dan Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan
> lapangan oleh Pemerintah Norway diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya
> yang 24% dimenangkan oleh Shell melalui tender.
> Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya migasnya
> Dan membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam setelah 2017
> sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam dengan
> Pertamina diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan Pertamina
> mampu melakukan "MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita kalah
> Sama Angola dalam berprinsip "Angola First", begitu juga Norwy dalam
> mengimplementasikan "Norway First". Apakah kita mau berbeda dalam
> menerapkan prinsip "INDONESIA FIRST".?
> Maaf Pak Ong, kalau saya punya pendapat yang berbeda. Sedikitpun saya
> tidak bermaksud menggurui terutama dalam "INDONESIA FIRST".
>
>
> Salam Hormat,
> A. Luthfi
>
> On Friday, October 19, 2012, Ong Han Ling  wrote:
> > Pak Luthfi,
> >
> >
> >
> > Teman-t

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread tambismar
Pa Phi, 

Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak  negara 
berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola.  Mereka betul2 menerapkan janji 
"akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu maupun 
kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian mengingatkan saya 
atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd petrochina...yg akhirnya 
memenangkan chevron.

Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu 
mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg 
didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan 
individu maupun kelompok

Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung 
berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai 
justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn 
disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir.

Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera 
menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat.

Salam ...
(TA)








Sent from Samsung Galaxy NoteAchmad Luthfi  wrote:Pak Ong 
Yth,

Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan Pak 
Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan Negara saja, 
tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya alamnya (Tanah 
Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola lapangan Migas 
raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan di Blok Mahakam, 
maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam melindungi Sonangol 
untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah dalam Industri Perminyakan. 
Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) salah satu lapangan offshore di 
Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan ini dalam development phase dengan 
cadangan yang menarik, partner BP berniat dispose  sebagian interest share-nya, 
proses farm-out ini dilaksanakan melalui tender. Pertamina mengikuti tender 
ini, ternyata penawaran Pertamina paling menarik (paling tinggi dibanding 
competitornya). Apa yang terjadi setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi 
mitranya kepada Pemerintah Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata 
Pemerintah Angola memberikan "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol 
mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina dalam bidding tersebut, finally 
Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan tersebut. Padahal Pertamina sudah 
menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. Alangkah indahnya keputusan tersebut 
bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah ada huge discovery dan sedang 
dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan seperti Angola yang konon 
sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia posisinya. Apa yang dilakukan oleh 
Angola dalam memproteksi sumberdaya alamnya juga dilakukan oleh negara maju 
seperti Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar "Petroleum Policy and 
Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia adalah Negara berfaham 
Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip liberal penerapannya paling 
buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL 
PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA LIBERAL. Dalam sistim perminyakan 
Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", operatorshipnya menggunakan sistim join 
operatorship dan ada periode transfer of operatorship. Norwegia tidak ingin 
hanya memetik Tax and Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan 
keuntungan yang besar dari cadangan minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT 
STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI 
(STATE DIRECT FINANCIAL INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN 
KULIAH WAKTU ITU MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY 
TERMASUK MINYAK BUMI TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY, KARENA 
ITU PERUSAHAAN NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN BESAR 
LAPANGAN-LAPANGAN MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh Lapangan Troll 
yang konon kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh kebutuhan Eropa 
Barat dan Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan lapangan oleh Pemerintah 
Norway diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya yang 24% dimenangkan oleh 
Shell melalui tender.
Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya migasnya Dan 
membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam setelah 2017 
sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam dengan Pertamina 
diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan Pertamina mampu melakukan 
"MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita kalah Sama Angola dalam 
berprinsip "Angola First", begitu juga Norwy dalam mengimplementasikan "Norway 
First". Apakah kita mau berbeda dalam menerapkan prinsip "INDONESIA FIRST".?
Maaf Pak Ong, kalau saya punya pendapat yang berbeda. Sedikitpun saya tidak 
bermaksud menggurui terutama dalam "INDONESIA FIRST".


Salam Hormat,

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread Yusak
Pak TA
Koreksi dikit CNOOC Bukan Petrochina
Yusak


Sent from IPad


On 19 Okt 2012, at 18:48, tambismar  wrote:

> Pa Phi, 
> 
> Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak  negara 
> berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola.  Mereka betul2 menerapkan janji 
> "akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu maupun 
> kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian mengingatkan 
> saya atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd petrochina...yg 
> akhirnya memenangkan chevron.
> 
> Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu 
> mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg 
> didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan 
> individu maupun kelompok
> 
> Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung 
> berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai 
> justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn 
> disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir.
> 
> Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera 
> menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat.
> 
> Salam ...
> (TA)
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Sent from Samsung Galaxy Note
> 
> Achmad Luthfi  wrote:
> Pak Ong Yth,
> 
> Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan 
> Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan Negara 
> saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya alamnya 
> (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola lapangan 
> Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan di Blok 
> Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam melindungi 
> Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah dalam Industri 
> Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) salah satu 
> lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan ini dalam 
> development phase dengan cadangan yang menarik, partner BP berniat dispose  
> sebagian interest share-nya, proses farm-out ini dilaksanakan melalui tender. 
> Pertamina mengikuti tender ini, ternyata penawaran Pertamina paling menarik 
> (paling tinggi dibanding competitornya). Apa yang terjadi setelah operator 
> (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya kepada Pemerintah Angola untuk 
> memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah Angola memberikan "Right to Match" 
> kepada Sonangol, dan Sonangol mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina 
> dalam bidding tersebut, finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan 
> tersebut. Padahal Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. 
> Alangkah indahnya keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah 
> ada huge discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan 
> seperti Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia 
> posisinya. Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya 
> alamnya juga dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya 
> pernah belajar "Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. 
> Norwegia adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip 
> liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG 
> TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA 
> LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", 
> operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode transfer 
> of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and Royalty saja 
> tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar dari cadangan 
> minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA 
> JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE DIRECT FINANCIAL 
> INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN KULIAH WAKTU ITU 
> MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY TERMASUK MINYAK BUMI 
> TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY, KARENA ITU PERUSAHAAN 
> NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN BESAR LAPANGAN-LAPANGAN 
> MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh Lapangan Troll yang konon 
> kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh kebutuhan Eropa Barat dan 
> Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan lapangan oleh Pemerintah Norway 
> diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya yang 24% dimenangkan oleh Shell 
> melalui tender.
> Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya migasnya 
> Dan membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam setelah 2017 
> sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam dengan 
> Pertamina diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan Pertamina 
> mampu melakukan "MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita kalah Sama 
> Angola dalam berprinsip "Angola F

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread tambismar
Pak Yusak,
Terimakasih banyak koreksinya... Besok ikutan kah explorationist di Pangkalan 
Jati ?

Salam,
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Yusak 
Date: Fri, 19 Oct 2012 18:59:37 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 
Million

Pak TA
Koreksi dikit CNOOC Bukan Petrochina
Yusak


Sent from IPad


On 19 Okt 2012, at 18:48, tambismar  wrote:

> Pa Phi, 
> 
> Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak  negara 
> berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola.  Mereka betul2 menerapkan janji 
> "akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu maupun 
> kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian mengingatkan 
> saya atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd petrochina...yg 
> akhirnya memenangkan chevron.
> 
> Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu 
> mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg 
> didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan 
> individu maupun kelompok
> 
> Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung 
> berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai 
> justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn 
> disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir.
> 
> Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera 
> menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat.
> 
> Salam ...
> (TA)
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Sent from Samsung Galaxy Note
> 
> Achmad Luthfi  wrote:
> Pak Ong Yth,
> 
> Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan 
> Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan Negara 
> saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya alamnya 
> (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola lapangan 
> Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan di Blok 
> Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam melindungi 
> Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah dalam Industri 
> Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) salah satu 
> lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan ini dalam 
> development phase dengan cadangan yang menarik, partner BP berniat dispose  
> sebagian interest share-nya, proses farm-out ini dilaksanakan melalui tender. 
> Pertamina mengikuti tender ini, ternyata penawaran Pertamina paling menarik 
> (paling tinggi dibanding competitornya). Apa yang terjadi setelah operator 
> (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya kepada Pemerintah Angola untuk 
> memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah Angola memberikan "Right to Match" 
> kepada Sonangol, dan Sonangol mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina 
> dalam bidding tersebut, finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan 
> tersebut. Padahal Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. 
> Alangkah indahnya keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah 
> ada huge discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan 
> seperti Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia 
> posisinya. Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya 
> alamnya juga dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya 
> pernah belajar "Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. 
> Norwegia adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip 
> liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG 
> TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA 
> LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", 
> operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode transfer 
> of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and Royalty saja 
> tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar dari cadangan 
> minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA 
> JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE DIRECT FINANCIAL 
> INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN KULIAH WAKTU ITU 
> MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY TERMASUK MINYAK BUMI 
> TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY, KARENA ITU PERUSAHAAN 
> NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN BESAR LAPANGAN-LAPANGAN 
> MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh Lapangan Troll yang konon 
> kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi sep

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread Achmad Luthfi
Pak Avi,

Siiip Pak Avi, cara yang Pak Avi usulkan lebih lazim dalam
mengimplementasikan "Indonesia First".

Hay atuuh  nobar G&R, nanti aku ikut beli tiketnya kalau sudah kembali
ke Jakarta. Aku masih berada di Canada.


Salam,


On Friday, October 19, 2012, rakhmadi avianto 
wrote:
> Pak Lutfi
>
> Untuk kali ini saya ga sependapat dg anda.
>
> Kalo kontraknya habis di 2017 kenapa Pertamina harus right to match yg
lain "CRL" sound hanya cara pembenaran harus dg cara tender.Padahal udah
kasat mata Blok Mahakam pasti bagus secara G&G dan Bisnis.
> Yg model Blok Mahakam kalo di Petronas, Norway dan Angola pasti diambil
oleh Government Oil Company.
>
> Case yg diberikan pak Luthfi adalah kontrak yg masih jalan jadi prosesnya
memang through TENDER karena operator mau memaksimalkan monetizing proses.
Tapi kalo kontraknya habis ya up to Gov.yg bersangkutan untuk memberikan
pengelolaannya. Dalam hal ini kalo blok Mahakam di serahkan ke non
Pertamina berarti GOI ga tau kemampuan anaknya sendiri.
>
> Saya bilang di email saya terdahulu PT.Suma Sarana aja bisa mengelola
kalo di berikan apalagi Pertamina, PASTI BISA ituloh maksud saya
>
> Ya udah aku mau beli tiket Gun and Roses (GNR) dulu via online
>
> Avi
> Bendahara IAGI
> Merangkap Director PT SS
>
> On Oct 19, 2012 4:38 PM, "Achmad Luthfi"  wrote:
>
> Pak Ong Yth,
>
> Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang
dikemukakan Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya
Pendapatan Negara saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi
Sumberdaya alamnya (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam
mengelola lapangan Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu
diterapkan di Blok Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti
Angola dalam melindungi Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola
berkiprah dalam Industri Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender
(farm in) salah satu lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP,
lapangan ini dalam development phase dengan cadangan yang menarik, partner
BP berniat dispose  sebagian interest share-nya, proses farm-out ini
dilaksanakan melalui tender. Pertamina mengikuti tender ini, ternyata
penawaran Pertamina paling menarik (paling tinggi dibanding competitornya).
Apa yang terjadi setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya
kepada Pemerintah Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah
Angola memberikan "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol
mengeksekusi dengan me-match tawaran Pertamina dalam bidding tersebut,
finally Sonangol yang diputuskan farm-in di lapangan tersebut. Padahal
Pertamina sudah menyiapkan dana untuk keperluan tersebut. Alangkah indahnya
keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, karena jelas sudah ada huge
discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita tidak bisa melakukan seperti
Angola yang konon sosial-ekonominya lebih dibelakang Indonesia posisinya.
Apa yang dilakukan oleh Angola dalam memproteksi sumberdaya alamnya juga
dilakukan oleh negara maju seperti Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar
"Petroleum Policy and Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia
adalah Negara berfaham Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip
liberal penerapannya paling buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG
TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA
LIBERAL. Dalam sistim perminyakan Norwegia menggunakan "Tax and Royalty",
operatorshipnya menggunakan sistim join operatorship dan ada periode
transfer of operatorship. Norwegia tidak ingin hanya memetik Tax and
Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan mendapatkan keuntungan yang besar
dari cadangan minyaknya. Caranya ? Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA
MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKAN INVESTASI YANG DISEBUT SDFI (STATE
DIRECT FINANCIAL INVESTMENT). MENTERI KEUANGAN NORWAY YANG MEMBERIKAN
KULIAH WAKTU ITU MENGATAKAN "PRINSIPNYA KEUNTUNGAN KEKAYAAN ALAM NORWAY
TERMASUK MINYAK BUMI TIDAK BOLEH DIBAWA LARI PIHAK ASING KE LUAR NORWAY,
KARENA ITU PERUSAHAAN NORWAY DAN INVESTASI NEGARA HARUS MENGUASAI SEBAGAIAN
BESAR LAPANGAN-LAPANGAN MINYAK YANG CADANGANNYA BAGUS. Sebagai Contoh
Lapangan Troll yang konon kabarnya produksi gas-nya bisa memenuhi separuh
kebutuhan Eropa Barat dan Utara selama 50 tahun, 76% dari kepemilikan
lapangan oleh Pemerintah Norway diberikan kepada Statoil dan SDFI, sisanya
yang 24% dimenangkan oleh Shell melalui tender.
> Kembali ke Blok Mahakam, cara Angola dalam memproteksi sumberdaya
migasnya Dan membesarkan Sonangol bisa diakomodasi. Untuk Blok Mahakam
setelah 2017 sepenuhnya menjadi hak Pemerintah, tenderkan saja Blok Mahakam
dengan Pertamina diberikan "Right to Match", saya koq punya keyakinan
Pertamina mampu melakukan "MATCHING" terhadap penawar tertinggi. Masak kita
kalah Sama Angola dalam berprinsip "Angola First", begitu juga Norwy dalam
mengimplementasikan "Norway First". Apakah kita mau berbeda dalam
menerapkan prinsip "INDONESIA FIRST".?
> Maaf Pak Ong, kalau saya punya pend

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-19 Thread Yusak
Pak
Maaf Pak masih di Bali. Bukan dean yah says ikutnya 
Yusak

Sent from IPad


On 19 Okt 2012, at 19:08, tambis...@yahoo.com wrote:

> Pak Yusak,
> Terimakasih banyak koreksinya... Besok ikutan kah explorationist di Pangkalan 
> Jati ?
> 
> Salam,
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> From: Yusak 
> Date: Fri, 19 Oct 2012 18:59:37 +0800
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 
> Million
> 
> Pak TA
> Koreksi dikit CNOOC Bukan Petrochina
> Yusak
> 
> 
> Sent from IPad
> 
> 
> On 19 Okt 2012, at 18:48, tambismar  wrote:
> 
>> Pa Phi, 
>> 
>> Terimakasih sharingnya. Memang sih..., sebetulnya cukup banyak  negara 
>> berdaulat melakukan hal yg serupa dg Anggola.  Mereka betul2 menerapkan 
>> janji "akan mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan individu 
>> maupun kelompok" ...China first, singapura first dlsb, dan kemudian 
>> mengingatkan saya atas veto senat amerika ketika penjualan unocal kpd 
>> petrochina...yg akhirnya memenangkan chevron.
>> 
>> Di negri kita pun sebetulnya demikiansecara formal pemerintah selalu 
>> mencanangkan janji tsb, namun dalam prakteknya para oknum di pemerintahan yg 
>> didukung oleh pelaku bisnis liberal...terpaksa mendahulukan kepentingan 
>> individu maupun kelompok
>> 
>> Para oknum dalam lembaga eksekutip, yudikatip maupun legislatif cendrung 
>> berprilaku demikian, akan mengalahkan kepentingan bangsa dg berbagai 
>> justifikasi. Saya pikir, inilah salah satu penyebab tidak majunya usaha bumn 
>> disamping jajaran oknum numdireksinya juga ikut korup dalam berpikir.
>> 
>> Semoga Tuhan YMK dapat menyelamatkan negri ini dari tangan2 kotor dan segera 
>> menyadarkan para oknum tsb dari jalan pikiran yg sesat.
>> 
>> Salam ...
>> (TA)
>> 
>> 
>> 
>> 
>> 
>> 
>> 
>> 
>> Sent from Samsung Galaxy Note
>> 
>> Achmad Luthfi  wrote:
>> Pak Ong Yth,
>> 
>> Terima kasih atas pencerahannya, teoritis sangat bagus apa yang dikemukakan 
>> Pak Ong, kalau kita berpikir "Indonesia First", bukan hanya Pendapatan 
>> Negara saja, tetapi termasuk melindungi Bangsanya, melindungi Sumberdaya 
>> alamnya (Tanah Airnya), mencerdaskan Bangsanya (Termasuk dalam mengelola 
>> lapangan Migas raksasa). Kalau konsep yang dipaparkan Pak Ong itu diterapkan 
>> di Blok Mahakam, maka kita kalah jauh dengan Negara seperti Angola dalam 
>> melindungi Sonangol untuk mendidik mencerdaskan Bangsa Angola berkiprah 
>> dalam Industri Perminyakan. Pengalaman Pertamina mengikuti tender (farm in) 
>> salah satu lapangan offshore di Angola yang dioperasikan oleh BP, lapangan 
>> ini dalam development phase dengan cadangan yang menarik, partner BP berniat 
>> dispose  sebagian interest share-nya, proses farm-out ini dilaksanakan 
>> melalui tender. Pertamina mengikuti tender ini, ternyata penawaran Pertamina 
>> paling menarik (paling tinggi dibanding competitornya). Apa yang terjadi 
>> setelah operator (BP) menyampaikan rekomendasi mitranya kepada Pemerintah 
>> Angola untuk memenangkan Pertamina, ternyata Pemerintah Angola memberikan 
>> "Right to Match" kepada Sonangol, dan Sonangol mengeksekusi dengan me-match 
>> tawaran Pertamina dalam bidding tersebut, finally Sonangol yang diputuskan 
>> farm-in di lapangan tersebut. Padahal Pertamina sudah menyiapkan dana untuk 
>> keperluan tersebut. Alangkah indahnya keputusan tersebut bagi Bangsa Angola, 
>> karena jelas sudah ada huge discovery dan sedang dikembangkan. Apa kita 
>> tidak bisa melakukan seperti Angola yang konon sosial-ekonominya lebih 
>> dibelakang Indonesia posisinya. Apa yang dilakukan oleh Angola dalam 
>> memproteksi sumberdaya alamnya juga dilakukan oleh negara maju seperti 
>> Norwegia. Kebetulan saya pernah belajar "Petroleum Policy and 
>> Administration" di Stavanger, Norwegia. Norwegia adalah Negara berfaham 
>> Sosialis dengan Sistem Kerajaan, maka prinsip liberal penerapannya paling 
>> buntut. MAAF KONSEP YANG DISAMPAIKAN PAK ONG TERSEBUT CONDONG KE NEOLIBERAL 
>> PADAHAL DASAR NEGARA KITA BUKAN NEGARA LIBERAL. Dalam sistim perminyakan 
>> Norwegia menggunakan "Tax and Royalty", operatorshipnya menggunakan sistim 
>> join operatorship dan ada periode transfer of operatorship. Norwegia tidak 
>> ingin hanya memetik Tax and Royalty saja tetapi ingin menguasai Dan 
>> mendapatkan keuntungan yang besar dari cadangan minyaknya. Caranya ? 
>> Disamping MEMPERKUAT STATOIL, NEGARA MELALUI ANGGARANNYA JUGA MELAKUKA

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-22 Thread Achmad Luthfi
Pak Tamsil apa kabar ?

Soal investasi Pertamina baik di dalam negeri maupun di luar negeri itu
keputusannya ditangan pemilik Pertsmina dalam hal ini Cq. Meneg BUMN.
Begitu juga untuk Divestasi. Untuk investasi lahan baru baik di dalam
negeri seperti farm in di Semainya Murphi maupun membeli saham Petrodelta,
diawali evaluasi teknis dibawah Dit Hulu, dilengkapi anslisis resiko
investasi dibawah Dit PIMR (Portofolio Investasi dan Manajemen Resiko).
Dokumen Rencana Investasi dibahas di BOD, kalau keputusannya lanjut maka
BOD mengusulkan ke BOC, Komite Hulu di Komisaris dibantu staf BOC
mengevaluasi kemudian melakukan Komisaris membahas dengan BOD. Kalau
kesimpulannya Recomended/Lanjut maka Komisaris merekomendasikan ke Meneg
BUMN yang mewakili Pemerintah (Pertamina 100% milik negara). Dokumen
Rencana Investasi dibahas antara BUMN dengan BOC dan BOD Pertamina, hasil
pembahasan diajukan ke Meneg BUMN, biasanya Meneg BUMN memanggil BOD
terbatas dan BOC terbatas untuk rapat terbatas menentukan FID ( Final
Investment Decision). Kalau keputusan Meneg BUMN go ya Pertamina melakukan
investasi, kalau Meneg BUMN menolak usulan Pertamina ya Rencana Investasi
dibatalkan. Karena dana investasi perminyakan secara UU tidak boleh
menggunakan APBN maka tak perlu ke Menkeu dan DPRRI, dan dana untuk
investasi mendapatkan lahan/lapangan baru tidak masuk dalam cost revovery
scheme maka tidak melibatkan Bpmigas. Namun semua keputusan tetap di
Pemerintah, bukan Pertamina nyelonong sendirian. Jadi analoginya Pak Ong,
antara anak dan bapak tempo hari gak pas, karena keputusan investasi
Pertamina ditentukan oleh Pemerintah Cq. Meneg BUMN (bapaknya Pertamina).
Pak Tamsil, lama2 bosen juga menanggapi komentar2 beliau2 yang kurang paham
substansi yang dikomentarinya. Misalnya keuntungan Pertamina Hulu itu
sekitar 25% tergerus kegiatan Hilir demi NKRI. Pertamina menalangi subsidi
yang dibayar 2 tahun kemudian tanpa bunga, kapal-kapal patroli pertahanan
baik diperbatasan maupun dalam teritori, kapal2 patroli keamanan laut yang
menyediakan BBM ya Pertamina, Departen maupun. Angkatan bayarnya ngutang
setahun bahkan lebih tanpa bunga, PLN, Krakau Steel, pabrik pupuk juga
utang BBM dan/atau gas ke Pertamina. Pak Martiono selaku Dirut pernah
menyampaikan bahwa Pertamina adalah kreditor terbesar kepada Pemerintah,
ini Pertamina lakukan demi NKRI. Kekuatan Finansial Pertamina ada di
Upstream.
Kalau kita lihat blok Cepu, degan split 15% untuk kontraktor. Darii 15% ini
1,5% untuk BUMD, sisanya dibagi dua Pertamina dan MCL. 6,75% yang diperoleh
MCL langsung dibawa pulang ke negaranya. Sedangkan 6,75% yang diperoleh
Pertamina sekitar 25% untuk mensuport downstream demi NKRI. Begitu juga
Total di Mahakam th splitnya 30% untuk kontraktor. Maka 30% split ini
dibagi dua bersama Inpex, masing2 langsung bawa pulang ke negaranya.
Kalau saja Blok Mahakam diberikan ke Pertamina dengan split 30% untuk
Pertamina, maka 8% dari 30% ini akan digunakan untuk mendukung downstream
ke seluruh penjuru tanah air untuk kepentingan NKRI,. Apa lagi
shh... Capek deh.



On Friday, October 19, 2012, wrote:

> Pak Udin, kok kosong ngga ada komentarnya ...
>
> Rekan2 anggota IAGI, walau pun terlambat mbat bat ... saya juga ingin
> berkomentar yah ...
>
> Betul pak Ong ysh, saya sependapat " Buat apa kita bangga kpd
> pertamina kalau nantinya rugi "  Walau pun ada dewan komisaris sbg
> pengawas, namun bapak yakin betul bahwa kelak pertamina akan merugi membeli
> Prodelta SA Jika demikian halnya, selaku staf ahli di BPMigas
> seyogianya pak Ong bisa menyampaikan protes dan keyakinan tsb kpd Dewan
> Komisaris Pertamina melalui Ka BPMigas.
>
> Selanjutnya dan saya pikir untuk masa mendatang kita tdk perlu lagi
> berbicara dalam skala perusahaan 
>
> Terus terang apalagi sih yg menjadi kebanggan kita sbg anak negri?
> bukankah dari sisi "poleksosbud" bangsa ini terkesan kurang mandiri dan
> semi berdaulat?? ...apakah hutang negri ini yg hampir mencapai 2000 trilun
> bisa menjadi kebangaan kita? kapan akan dapat dilunasi ? Bgmn kalo suatu
> saat gagal bayar... dan kemudian dinyatakan sebagai negara pailit dan gagal
> ... ???
>
> Sudah semestinya pemerintah mulai menghimpun segala kekuatan anak negri,
> utk segera membentuk perusahaan minyak nasional yg kuat, mandiri,
> dioperasikan oleh bangsa sendiri dan dapat menjadi kebanggan pada masa
> mendatang.
>
> Hampir setengah abad industri perminyakan beroperasi di Indonesia, kemana
> "sumberdaya manusia" hasil alih teknologi dan indonesiasi di KPS ...?
> apakah sebagian mereka masih membaktikan diri bagi sebesar2nya kemakmuran
> negara lain?
>
> Kita sangat mengetahui, bahwa sumberdaya manusia indonesia tdk kalah hebat
> dari bangsa lain  ataukah negri ini sudah salah kelola terhadap anak
> bangsa sendiri ...? kemudian membiarkan para ahlinya berbakti untuk negara
> asing lain ??? Untuk jawabnya ...silahkan bertanya pd rumput yg sdh enggan
> bergoyang .. he hehe
>
> Mohon maaf bila berleb

Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 Million

2012-10-22 Thread Yanto R. Sumantri
Cak Phie

Perlu kesabaran untuk menyebarkan ilmu , agar bangsa ini menjadi pandai.
Ibadah lah dengan ilmu yang kau miliki maka sorga akan terbuka dihadapanmu. 
Cwiiw

si Abah



 From: Achmad Luthfi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Monday, October 22, 2012 2:06 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725 
Million
 

Pak Tamsil apa kabar ?

Soal investasi Pertamina baik di dalam negeri maupun di luar negeri itu 
keputusannya ditangan pemilik Pertsmina dalam hal ini Cq. Meneg BUMN. Begitu 
juga untuk Divestasi. Untuk investasi lahan baru baik di dalam negeri seperti 
farm in di Semainya Murphi maupun membeli saham Petrodelta, diawali evaluasi 
teknis dibawah Dit Hulu, dilengkapi anslisis resiko investasi dibawah Dit PIMR 
(Portofolio Investasi dan Manajemen Resiko). Dokumen Rencana Investasi dibahas 
di BOD, kalau keputusannya lanjut maka BOD mengusulkan ke BOC, Komite Hulu di 
Komisaris dibantu staf BOC mengevaluasi kemudian melakukan Komisaris membahas 
dengan BOD. Kalau kesimpulannya Recomended/Lanjut maka Komisaris 
merekomendasikan ke Meneg BUMN yang mewakili Pemerintah (Pertamina 100% milik 
negara). Dokumen Rencana Investasi dibahas antara BUMN dengan BOC dan BOD 
Pertamina, hasil pembahasan diajukan ke Meneg BUMN, biasanya Meneg BUMN 
memanggil BOD terbatas dan BOC terbatas untuk rapat terbatas
 menentukan FID ( Final Investment Decision). Kalau keputusan Meneg BUMN go ya 
Pertamina melakukan investasi, kalau Meneg BUMN menolak usulan Pertamina ya 
Rencana Investasi dibatalkan. Karena dana investasi perminyakan secara UU tidak 
boleh menggunakan APBN maka tak perlu ke Menkeu dan DPRRI, dan dana untuk 
investasi mendapatkan lahan/lapangan baru tidak masuk dalam cost revovery 
scheme maka tidak melibatkan Bpmigas. Namun semua keputusan tetap di 
Pemerintah, bukan Pertamina nyelonong sendirian. Jadi analoginya Pak Ong, 
antara anak dan bapak tempo hari gak pas, karena keputusan investasi Pertamina 
ditentukan oleh Pemerintah Cq. Meneg BUMN (bapaknya Pertamina).
Pak Tamsil, lama2 bosen juga menanggapi komentar2 beliau2 yang kurang paham 
substansi yang dikomentarinya. Misalnya keuntungan Pertamina Hulu itu sekitar 
25% tergerus kegiatan Hilir demi NKRI. Pertamina menalangi subsidi yang dibayar 
2 tahun kemudian tanpa bunga, kapal-kapal patroli pertahanan baik diperbatasan 
maupun dalam teritori, kapal2 patroli keamanan laut yang menyediakan BBM ya 
Pertamina, Departen maupun. Angkatan bayarnya ngutang setahun bahkan lebih 
tanpa bunga, PLN, Krakau Steel, pabrik pupuk juga utang BBM dan/atau gas ke 
Pertamina. Pak Martiono selaku Dirut pernah menyampaikan bahwa Pertamina adalah 
kreditor terbesar kepada Pemerintah, ini Pertamina lakukan demi NKRI. Kekuatan 
Finansial Pertamina ada di Upstream. 
Kalau kita lihat blok Cepu, degan split 15% untuk kontraktor. Darii 15% ini 
1,5% untuk BUMD, sisanya dibagi dua Pertamina dan MCL. 6,75% yang diperoleh MCL 
langsung dibawa pulang ke negaranya. Sedangkan 6,75% yang diperoleh Pertamina 
sekitar 25% untuk mensuport downstream demi NKRI. Begitu juga Total di Mahakam 
th splitnya 30% untuk kontraktor. Maka 30% split ini dibagi dua bersama Inpex, 
masing2 langsung bawa pulang ke negaranya.
Kalau saja Blok Mahakam diberikan ke Pertamina dengan split 30% untuk 
Pertamina, maka 8% dari 30% ini akan digunakan untuk mendukung downstream ke 
seluruh penjuru tanah air untuk kepentingan NKRI,. Apa lagi shh... 
Capek deh.



On Friday, October 19, 2012,   wrote:

Pak Udin,  kok kosong ngga ada komentarnya ...
>
>Rekan2 anggota IAGI, walau pun terlambat mbat bat ... saya juga ingin 
>berkomentar yah ...
>
>Betul pak Ong ysh, saya sependapat " Buat apa kita bangga kpd pertamina 
>kalau nantinya rugi "  Walau pun ada dewan komisaris sbg pengawas, namun 
>bapak yakin betul bahwa kelak pertamina akan merugi membeli Prodelta SA 
>Jika demikian halnya, selaku staf ahli di BPMigas seyogianya pak Ong bisa 
>menyampaikan protes dan keyakinan tsb kpd Dewan Komisaris Pertamina melalui Ka 
>BPMigas.
>
>Selanjutnya dan saya pikir untuk masa mendatang kita tdk perlu lagi 
>berbicara dalam skala perusahaan  
>
>Terus terang apalagi sih yg menjadi kebanggan kita sbg anak negri?  bukankah 
>dari sisi "poleksosbud" bangsa ini terkesan kurang mandiri dan semi 
>berdaulat?? ...apakah hutang negri ini yg hampir mencapai 2000 trilun bisa 
>menjadi kebangaan kita? kapan akan dapat dilunasi ? Bgmn kalo suatu saat gagal 
>bayar... dan kemudian dinyatakan sebagai negara pailit dan gagal  ... ???
>
>Sudah semestinya pemerintah mulai menghimpun segala kekuatan anak negri, utk 
>segera membentuk perusahaan minyak nasional yg kuat, mandiri, dioperasikan 
>oleh bangsa sendiri dan dapat menjadi kebanggan pada masa mendatang.
>
>Hampir setengah abad industri perminyakan beroperasi di Indonesia