Re: Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan Kearah Mana ?)

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Ah  Anda benar sekali :-)

Soe


-Original Message-
From: Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Monday, October 04, 1999 2:22 PM
Subject: Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan "Kearah Mana ?")


Suhendri [EMAIL PROTECTED]:

...

Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari
wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak
jujur, atau orang bodoh yang jujur.

Yw: Kalo mau bicara secara literal (sesuai makna bahasa),
sebetulnya, apa yg terjadi sekarang ini udah nyetel (pas).

Habis gimana, rakyat Indonesia sendiri (SDM-nya) juga kebanyakan
tidak bagus kualitasnya kok, kalo wakilnya demikian, ya pantas
ajalah. Malah kalo masyarakat kualitasnya kayak sekarang, terus
wakilnya di lembaga legislatif profesor doktor semua, ya,
itu, sebenernya kurang mewakili... Ha, ha..

Contoh kata: kalo golongan etnis tionghoa diwakili di lembaga
legislatif oleh orang dari etnik hispanik turunan portugis
totok, kan kurang pas, atau golongan Islam diwakili orang beragama
shinto, ini namanya kan nggak nyetel, nggak pas.

Sebenernya masalah besarnya adalah: kenapa kok rakyat
Ina kualitasnya kayak sekarang ini? Di sini masalah besarnya dan
perlu penyelesaian sistematis yg mungkin perlu waktu 5-20th, tapi
betul-betul perlu dan harus diubah. Kalo yg di senayan itu sih
cuma wakilnya doang. Dibagus-bagusin di situ, kalo di jalanan
kualitasnya masih kayak sekarang, ya, nggak sip,...

Ini pendapat saya. Mungkin agak nyimpang dikit, atau
memperluas permasalahan.

Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca
tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan
membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini.

Soe

Yw: Kalo nanti rakyat Ina udah pada pinter-pinter (katakanlah
rata-rata lulusan SMA), ya wakil rakyat yg kayak sekarang ini
ya nggak pantas lagi... ;-)



Tidak Siap

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Tidak siap rupanya ibu yang satu ini untuk kalah.
Moga - moga Tuhan tidak disalahkan lagi, karena kalah voting :-(
Karena kaya'nya beliau ini tidak mengerti yang namanya sistem perwakilan
rakyat seperti ditulis di UUD45.
Masih bersikeras, bahwa beliau menang pemilu, hm, kurang realistis dan
berjiwa besar.

Soe

=

Jika SU Tak Cerminkan Hasil Pemilu
Mega: Pasti Akan Lahirkan Distorsi
Reporter: Sigit Widodo

detikcom, Jakarta- PDI-P memang jadi pemenang Pemilu. Namun serentetan
kekalahan harus diterima secara pahit dalam SU MPR. Dan Ketua Umum PDI-P,
Megawati, mengingatkan, bahwa jika saja hasil SU tak mencerminkan hasil
Pemilu, pasti akan terjadi hal-hal yang membawa distorsi.

Pernyataan Megawati itu dilontarkan setelah acara pelantikan Pimpinan MPR
periode 1999-2004 yang menempatkan Amien Rais sebagai Ketua MPR. Amien
tampil setelah mengalahkan pesaing terdekatnya, jago dari PDI-P, Matori
Abdul Djalil.

Kepada wartawan yang mengepungnya, di gedung MPR, Senin (4/10/1999),
Megawati menyatakan, sejak awal ia telah mengingatkan, bahwa Sidang Umum ini
merupakan tarikan napas panjang dari Pemilihan Umum yang lalu.

"Kalau Sidang Umum ini tidak mencerminkan hasil Pemilu dengan segala hal
yang telah dilakukan oleh rakyat sebagai pemegang kedaulatan dan yang
menggunakan haknya, sudah pasti akan terjadi hal-hal yang membawa
distorsi,"tandas Megawati.

Pernyataan Megawati tersebut nampaknya memang terkait dengan serentetan
kekalahan dalam ajang SUI MPR. 4 Kali kalah voting, yang puncaknya ditandai
dengan kekalahan dalam merebut posisi Ketua MPR, harus diakui bahwa, meski
menjadi pemenang Pemilu, ternyata PDI-P tak berkutik.

Aliansi Golkar dan kubu Poros Tengah yang dimotori Amien Rais, pada akhirnya
diakui oleh Fraksi FPDI-P, Soetjipto, membuat langkah PDI-P kian berat.
Masih dua agenda yang akan menjadi taruhan bagi PDI-P. Yakni perebutan kursi
Ketua DPR dan puncaknya pemilihan Presiden yang dijadwalkan berlangsung pada
20 Oktober 1999 mendatang.



Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan Kearah Mana ?)

1999-10-04 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

Suhendri [EMAIL PROTECTED]:

...

Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari
wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak
jujur, atau orang bodoh yang jujur.

Yw: Kalo mau bicara secara literal (sesuai makna bahasa),
sebetulnya, apa yg terjadi sekarang ini udah nyetel (pas).

Habis gimana, rakyat Indonesia sendiri (SDM-nya) juga kebanyakan
tidak bagus kualitasnya kok, kalo wakilnya demikian, ya pantas
ajalah. Malah kalo masyarakat kualitasnya kayak sekarang, terus
wakilnya di lembaga legislatif profesor doktor semua, ya,
itu, sebenernya kurang mewakili... Ha, ha..

Contoh kata: kalo golongan etnis tionghoa diwakili di lembaga
legislatif oleh orang dari etnik hispanik turunan portugis
totok, kan kurang pas, atau golongan Islam diwakili orang beragama
shinto, ini namanya kan nggak nyetel, nggak pas.

Sebenernya masalah besarnya adalah: kenapa kok rakyat
Ina kualitasnya kayak sekarang ini? Di sini masalah besarnya dan
perlu penyelesaian sistematis yg mungkin perlu waktu 5-20th, tapi
betul-betul perlu dan harus diubah. Kalo yg di senayan itu sih
cuma wakilnya doang. Dibagus-bagusin di situ, kalo di jalanan
kualitasnya masih kayak sekarang, ya, nggak sip,...

Ini pendapat saya. Mungkin agak nyimpang dikit, atau
memperluas permasalahan.

Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca
tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan
membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini.

Soe

Yw: Kalo nanti rakyat Ina udah pada pinter-pinter (katakanlah
rata-rata lulusan SMA), ya wakil rakyat yg kayak sekarang ini
ya nggak pantas lagi... ;-)



Bagaimana sikap mahasiswa?

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah".
Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien
mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega
sebagai motor penggerak reformasi.

Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu
dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan
Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka
panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal
masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat
bahwa CW sudah berubah pendirian.

Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril
adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah.
AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak
mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik
pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin
analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit
terakhir.

Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik
pelajaran dari sini?
1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu
   sering ribut kalau banyak dari kita membuat statement kalau si A
   tidak mendukung si B dari partai C, maka mengkianati semangat
   reformasi, dlsb.
2. Mahasiswa bingung mana yg reformasi dan mana yg bukan. Pernyataan
   Habibie hari ini rasanya merupakan pernyataan paling reformis,
   dibandingkan sikap-sikap dari Mega. Sungguh ironis dengan
   predikat "status quo" yg kita cap-kan di dahinya. Dari awal saya
   juga sudah bilang bahwa dia lebih reformis dibandingkan Megawati.
   Hal ini bukan berarti saya mendukung Habibie (toh nggak pengaruh),
   karena saya merasa Habibie tokoh yg lemah. Mudah ditekan oleh pihak
   orang lain. Sikap kompromi adalah sikap yg baik. Cuma kita tahu
   dalam kompromi pasti ada yg kita korbankan. Kejadian Timtim adalah
   sikap kompromi yg terlalu besar. Saya tidak tahu lagi dengan
   kemungkinan- kemungkinan sejenis terhadap Aceh, Maluku Selatan, dan
   Irja bila Habibie tetap naik.
3. Mahasiswa selalu menjadi minyak pelumas dari jalannya pergantian
   kekuasaan. Setelah itu, bila piramid lama sudah berhasil digeser
   oleh piramid baru (dengan minyak zaitun melumasi batang pohon
   sebagai rodanya), maka minyak zaitun tersebut tidak diperlukan
   lagi. Akhirnya kehidupan berjalan normal lagi, mahasiswa nggak ada
   kerjaan akhirnya tawuran lagi;) Hehehe...;)

Bagaimana dengan sikap mahasiswa? Rasanya jalannya sidang MPR sudah
mencerminkan sikap reformasi. Terciptanya kubu-kubu juga tidak perlu
diributkan. Di mana-mana juga begitu kok. Menurut saya sih mending mahasiswa
sekarang menuntut perbaikan fasilitas sekolah saja. Pemerintah juga sudah
saatnya memberi fasilitas lab. dlsb. lengkap dengan suasana kondusifnya
seperti kerjasama dg swasta. Lumayan biar tidak ada yg sekolah ke Aussie si
negara rasis itu.

Ngomong-ngomong tentang Aussie dan Timtim, SMH hari ini memberitakan bahwa
Caritas Priest dan puluhan aid workers yang mereka gemborkan mati ternyata
hidup dan baru kembali dari gunung-gunung. Memang sungguh bangsat bangsa
Aussie ini. Bila mereka tidak menemukan orang, langsung berkoar sampai ke
mars bahwa mereka dibantai militia dibantu oleh TNI. Sungguh tidak tahu malu
menfitnah negara tetangganya.

Mungkin langkah mahasiswa yg perlu adalah mendemo agar pemerintahan yang
baru membatasi hubungan dengan negara Aussie dan NZ itu. Satu hal lagi,
dengan bukti bahwa media barat lebih banyak fitnah daripada berita benernya,
mestinya tuntutan pengadilan internasional yg mereka gemborkan makin tidak
berdasar. Setiap tindakan seperti itu (misal gerakan para advokat Aussie)
pasti berlatar belakang ingin menghujam RI dari belakang lagi.

+jeffrey anjasmara

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Australian Lawyers balik menantang

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Para lawyer Australia yang kurang kerjaan ini sibuk meng-create pekerjaan
baru. Jelas dengan backing dari pemerintah Howard Coward shg mereka bisa
komentar seperti ini.

Rasanya ahli hukum RI harus bersiap menyelidiki kasus-kasus abuse yg
dilakukan oleh pemerintah Aussie terhadap kaum Aborigin, dan menuntut
Aussie. Biar mereka merasakan bagaimana rasanya dicampuri oleh orang luar.

SMH juga menerbitkan artikel bahwa kalangan bisnis Indonesia sudah
mengurangi dan menghentikan impor dari Australia. Itu bagus. Biar mereka
tahu bahwa hubungan ekonomi tak akan pernah jauh dari hubungan politik. Sama
halnya dengan hubungan-hubungan yg lain.

+Jeffrey Anjasmara



'
Lawyers dismiss Indonesia's diplomatic threat

Source: AAP | Published: Monday October 4 8:46:10 AM

Australian lawyers involved in the investigation into human rights abuses in
East Timor are not perturbed by Indonesia's threat to break off diplomatic
ties with Australia.

Indonesian Justice Minister Muladi has threatened to cut diplomatic ties
with Australia if the International Commission of Jurists investigation,
involving Australian lawyers, goes ahead.

But the president of the commission's Australian branch, Justice John Dowd,
said today the threat would not interfere with the collection of evidence of
atrocities.

Lawyers, he said, were only seeking the truth and were duty-bound to ensure
evidence was available despite what he termed a "public relations" exercise
by Muladi.

"No Indonesian has anything to worry about if he hasn't committed any
offence," Justice Dowd told ABC Radio.

"I don't see why they should be so concerned about it.

"They don't like what's happening, but it will go ahead whatever they say."

The world had set up a procedure for assessing human rights abuses which had
occurred in East Timor and made the decision irrespective of Indonesia's
perspective on the matter, Justice Dowd said.

Indonesia had been making threats for a long time and tended not to carry
them through, he said.

The Australian lawyers were concerned about collecting evidence, not
engaging in a political debate.

"Our concern is the evidence," he said.

"This is a political issue for the Australian government to take up."

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Tanggapan Kearah Mana ?

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

At 01:42 PM 10/4/99 +0700, Suhendri wrote:
Posting " Kearah Mana ? " dan " Kearah Mana ? Versi 2 " ternyata sebagian
besar menanggapi dengan sebuah kemakluman dan pembenaran mutu SDM dari wakil
rakyat saat ini / reformasi (?) dibandingkan dengan jaman ORBA.

Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari
wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak
jujur, atau orang bodoh yang jujur.

Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca
tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan
membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini.

Soe


Sebetulnya keadaan dan mutu wakil rakyat kita saat ini,
terjadinya pada tahun 1970. Bukan pada tahun 1999.

Kalau itu terjadinya tahun 1970, mungkin tahun 1999
sekarang kita agak lain dari saat kini.
Minimal anggota MPR akan lebih sedikit teratur.

Tahun 1970-an, waktu itu tidak ada demokrasi, yang ada
adalah rekayasa sejati nan canggih.
Makanya terkesan 'sopan' dan 'rapih'. Iya kan ?

Sayangnya, banyak pihak yang mendukung kepemimpinan
Pak Harto kala itu, namun kini justru berbalik...:)

Masih ingat bagaimana Pak Harto terpilih sebagai Pj Presiden ?


Salam,
bRidWaN



Re: Bagaimana sikap mahasiswa?

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

Maaf Pak Jeffrey, apa yang membuat AR bisa disebut
sebagai motor penggerak Reformasi ?

Apakah anda kaget apabila ternyata PAN (atau sebagian
Pengurusnya) adalah pendukung Habibie ?

Ini menurut pandangan saya loh:)

Selamat untuk Pak Amien Rais dan para wakil-nya !


Salam,
bRidWaN


At 09:36 AM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote:
Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah".
Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien
mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega
sebagai motor penggerak reformasi.

Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu
dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan
Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka
panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal
masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat
bahwa CW sudah berubah pendirian.

Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril
adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah.
AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak
mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik
pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin
analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit
terakhir.

Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik
pelajaran dari sini?
1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu
   sering ribut kalau banyak dari kita membuat statement kalau si A
   tidak mendukung si B dari partai C, maka mengkianati semangat
   reformasi, dlsb.
2. Mahasiswa bingung mana yg reformasi dan mana yg bukan. Pernyataan
   Habibie hari ini rasanya merupakan pernyataan paling reformis,
   dibandingkan sikap-sikap dari Mega. Sungguh ironis dengan
   predikat "status quo" yg kita cap-kan di dahinya. Dari awal saya
   juga sudah bilang bahwa dia lebih reformis dibandingkan Megawati.
   Hal ini bukan berarti saya mendukung Habibie (toh nggak pengaruh),
   karena saya merasa Habibie tokoh yg lemah. Mudah ditekan oleh pihak
   orang lain. Sikap kompromi adalah sikap yg baik. Cuma kita tahu
   dalam kompromi pasti ada yg kita korbankan. Kejadian Timtim adalah
   sikap kompromi yg terlalu besar. Saya tidak tahu lagi dengan
   kemungkinan- kemungkinan sejenis terhadap Aceh, Maluku Selatan, dan
   Irja bila Habibie tetap naik.
3. Mahasiswa selalu menjadi minyak pelumas dari jalannya pergantian
   kekuasaan. Setelah itu, bila piramid lama sudah berhasil digeser
   oleh piramid baru (dengan minyak zaitun melumasi batang pohon
   sebagai rodanya), maka minyak zaitun tersebut tidak diperlukan
   lagi. Akhirnya kehidupan berjalan normal lagi, mahasiswa nggak ada
   kerjaan akhirnya tawuran lagi;) Hehehe...;)

Bagaimana dengan sikap mahasiswa? Rasanya jalannya sidang MPR sudah
mencerminkan sikap reformasi. Terciptanya kubu-kubu juga tidak perlu
diributkan. Di mana-mana juga begitu kok. Menurut saya sih mending mahasiswa
sekarang menuntut perbaikan fasilitas sekolah saja. Pemerintah juga sudah
saatnya memberi fasilitas lab. dlsb. lengkap dengan suasana kondusifnya
seperti kerjasama dg swasta. Lumayan biar tidak ada yg sekolah ke Aussie si
negara rasis itu.

Ngomong-ngomong tentang Aussie dan Timtim, SMH hari ini memberitakan bahwa
Caritas Priest dan puluhan aid workers yang mereka gemborkan mati ternyata
hidup dan baru kembali dari gunung-gunung. Memang sungguh bangsat bangsa
Aussie ini. Bila mereka tidak menemukan orang, langsung berkoar sampai ke
mars bahwa mereka dibantai militia dibantu oleh TNI. Sungguh tidak tahu malu
menfitnah negara tetangganya.

Mungkin langkah mahasiswa yg perlu adalah mendemo agar pemerintahan yang
baru membatasi hubungan dengan negara Aussie dan NZ itu. Satu hal lagi,
dengan bukti bahwa media barat lebih banyak fitnah daripada berita benernya,
mestinya tuntutan pengadilan internasional yg mereka gemborkan makin tidak
berdasar. Setiap tindakan seperti itu (misal gerakan para advokat Aussie)
pasti berlatar belakang ingin menghujam RI dari belakang lagi.

+jeffrey anjasmara



Re: Bagaimana sikap mahasiswa?

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Bila kita berkilas baik ke jaman sebelum Suharto lengser, hanya satu, sekali
lagi hanya satu orang di negara berpenduduk 215 juta orang yang berani
mengkritik pemerintahan Suharto. Orang itu bernama Amien Rais. Bukan Gus
Dur, bukan Megawati, bukan pula Nasution dkk.

Saat itu, saat seorang rekan mulai mempromosikan nama AR, saya sangat
menyangsikan bahwa orang kecil mungil tidak ada gagah-gagahnya ini sanggup
menghidupkan percik-percik keberanian mahasiswa. Tidak ada yang dapat
menyangkal kontribusi Amien di sini. Bila Bung BRidwan mempertanyakannya,
mari kita buka arsip-arsip lama. Sebagai catatan penting, hanya Amien yang
berani bilang terang-terangan agar Suharto mundur. Ini terjadi jauh sebelum
orang-orang mengangkat diri sendiri sebagai reformis.

Dalam kehidupan berpolitik, tidak akan ada musuh abadi dan kawan abadi.
Semua kerja sama didasarkan kompromi. Tidak juga hubungan antara PDIP dan
PKB yang akrab saat ini. Tidak juga hubungan antara Amien dengan Habibie,
atau dengan Akbar Tanjng, ataupun dengan Gus Dur. Tidak juga permusuhan
antara Amien dengan Wiranto, misalnya. Tidak juga permusuhan antara Baramuli
dengan Marzuki Darusman, misalnya.

Semua memiliki agenda masing-masing, dan bila menemui kenyataan bahwa
agendanya tak mampu dijalankan, satu-satunya jalan adalah kompromi. Rasanya
hal ini sangat natural. Sama dengan kehidupan manusia pada umumnya. Dengan
demikian, bisa saja Amien akan mendukung Habibie. Semua tergantung siapa
lawan alternatifnya. Bila dipandang Megawati tidak lebih menguntungkan,
mengapa mesti memilih Megawati. Demikian pula sebaliknya. Jadi saya menolak
anggapan bahwa Amien SEBETULNYA mendukung Habibie (dari dulu). Ngapain
mendukung Habibie kalau diri sendiri punya kans jadi presiden?

Masalah PAN sendiri, wah sama saja. Semuanya bermuara di kata KOMPROMI. Tak
kurang dari PDIP akan melakukan hal yang sama. Para elite PDIP sudah
berancang melakukan lobi-lobi maut, termasuk berusaha menggandeng Golkar dan
TNI, juga poros tengah. Apakah salah? Wah, nggak ada yang salah mas.

Yang saya heran adalah sikap mass media dengan 'kebijakan power sharing'
dari Akbar Tanjung. Wah, nggak perlu ada kebijakan, nanti dengan sendirinya
juga bakalan ada yg kayak gini. Kalaupun ternyata Megawati juga terpilih,
rasanya kabinetnya juga bakal terisi oleh orang-orang Golkar, PAN, dlsb.
Kenapa? Wah, kalau nggak diwakili nanti sikap oposisi akan terlalu keras,
sehingga si pemegang kekuasaan akan selalu duduk di atas kursi panas.
Alamiah lah mas. Maklum saja, ini Indonesia.;)

Kalau saya boleh ngatur sih, tidak boleh ada yang model gini. Pihak koalisi
yg menang yang memegang kekuasaan, dan koalisi yang kalah menjadi oposisi.
Dengan demikian, kita sebagaimana mahasiswa malah dapat manfaat. Tidak ada
lagi cikal bakal penggerogotan uang negara/rakyat. Cuman saya agak skeptis.
Mengapa? Habis ciri orang Indonesia adalah DARIPADA RIBUT-RIBUT KITA
SAMA-SAMA RUGI, MENDING KITA KERJA SAMA AKAN SAMA-SAMA UNTUNG. Betul tidak?
Mari kita lihat sama-sama, apakah pola-pola "semangat kebersamaan dan
kekeluargaan" ini tetap dijalankan oleh presiden mendatang.

+Jeffrey Anjasmara


'---
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Date: Mon, 4 Oct 1999 23:46:17 +0700

Maaf Pak Jeffrey, apa yang membuat AR bisa disebut
sebagai motor penggerak Reformasi ?

Apakah anda kaget apabila ternyata PAN (atau sebagian
Pengurusnya) adalah pendukung Habibie ?

Ini menurut pandangan saya loh:)

Selamat untuk Pak Amien Rais dan para wakil-nya !


Salam,
bRidWaN


At 09:36 AM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote:
 Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur
Alhamdulillah".
 Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien
 mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega
 sebagai motor penggerak reformasi.
 
 Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal",
yaitu
 dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan
 Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka
 panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap
radikal
 masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat
 bahwa CW sudah berubah pendirian.
 
 Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan
Yusril
 adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros
tengah.
 AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak
 mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan
taktik
 pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin
 analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di
menit
 terakhir.
 
 Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik
 pelajaran dari sini?
 1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu
sering 

Re: Tanggapan Kearah Mana ?

1999-10-04 Terurut Topik Budi Haryanto

At 01:42 PM 10/4/99 +0700, you wrote:
Posting " Kearah Mana ? " dan " Kearah Mana ? Versi 2 " ternyata sebagian
besar menanggapi dengan sebuah kemakluman dan pembenaran mutu SDM dari wakil
rakyat saat ini / reformasi (?) dibandingkan dengan jaman ORBA.

Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari
wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak
jujur, atau orang bodoh yang jujur.

Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca
tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan
membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini.

Soe

Budi:
Karena penanggap terbagi menjadi dua berdasarkan dari mana titik pandangnya
terhadap kualitas SDM DPR/MPR saat ini.
Kelompok pertama berangkat dari menyayangkan dan menyesalkan rendahnya mutu
SDM tsb.
Kelompok kedua berangkat dari sisi pandang bahwa bagaimanapun, mereka
adalah wakil rakyat yang telah terpilih melalui Pemilu yang telah
disepakati sebagian besar rakyat Indonesia. Kelompok ini menyadari bahwa
kelemahan sistem pemilu yang memilih partai ya seperti ini. Partailah yang
punya wewenang memilih orang-orangnya untuk duduk di DPR/MPR (rakyat
kebanyakan tidak bisa memilih orang yang dianggap 'mampu' untuk didudukkan
sebagai wakil rakyat, karena ini akan keluar dari sistem yang ada).
Sehingga, kalau kualitas wakil rakyat yang disodorkan partai-partai tsb
tidak atau kurang kompeten ya tetap saja konstitusional. Jadi, kelompok ini
tidak bisa menyalahkan adanya wakil rakyat yang kurang' mutu'nya tsb.,
karena memang keberadaan mereka tsb di DPR/MPR telah melalui suatu sistem
yang telah disepakati bersama oleh bangsa ini.

Dengan demikian, apa yang bisa kita lakukan saat ini dengan kondisi SDM
wakil rakyat seperti itu? Tidak ada khan...? Kalau kita bisa mencari solusi
untuk meningkatkan kualitas SDM tsb barulah OK Misalnya saja Mas
Mahendra Siregar sudah mencoba dengan idenya, kemudian beberapa pengamat
politik di Indonesia juga telah sampai kepada ide-ide peningkatan SDM wakil
rakyat tsb., meskipun ide-ide tsb tidaklah mudah untuk diterapkan, apalagi
dilaksanakan. namun, paling tidak ada ide untuk solusinya, dan ini tidak
berada di awang-awang. Bandingkan para pencetus ide pemecahan masalah ini
dengan mereka-mereka yang hanya mengkritik dan menyesali rendahnya mutu
wakil rakyat tsb. Bukankah 'concern' kepada negara dan bangsanya justru
lebih besar pada para pencari solusi tsb?!

Sebenarnya masih ada sudut pandang lain yang bisa dikemukakan untuk
melengkapi apa dibalik tanggapan topik 'ke arah mana' tsb., namun, itu bisa
diungkapkan di lain kesempatan.

Salam,
Budi



Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Budi Haryanto

Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi



Re: [Kuli Tinta] Amien Menang, PAN Malah Goyang

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

hehehehePak Jantan, kok pake 'kamu-kamuan' segala sih :)

Saya tidak benci dengan PAN, tetapi kurang ber-simpatik
dengan AR. Mengapa ? Ya karena 'neka-neko' yang saya
kurang mengerti. Maklum, gagap politics:)

Saya berharap agar AR diberikan kekuatan untuk
melawan semua godaan dunia, dan tetap diberi
ketenangan dan kebersihan didalam hati nurani-nya.

Cuma saya yang bingung ? ahmasa sih ?
Bukannya anggota PAN sendiri juga bingung ?

Kalau engga percaya, tanya deh sama SekJen PAN !

Salam,
bRidWaN

At 08:02 PM 10/3/99 -0700, Jantan P wrote:

 Yang bingung bukan para pendukung PAN, tapi kamu
 sendiri. Setiap apa saja yang baik dari Amin atau
 PAN yang kebakaran jenggot pasti orang pdi mega
 seperti kamu ini. munafik banget sih kamu! Kalau kamu
 benci sama amin dan pan, pakai nama kamu sendiri
 saja jangan ngutip-ngutip nama orang orang laen

 J.Pribadi


--- bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Berita seperti ini yang suka mengherankan saya
 selama
 beberapa bulan. Mengapa orang orang PAN suka
 berkelakuan
 seperti tidak mengenal Tokoh Tokohnya ? Ini akan
 membuat
 bingung para pendukung PAN.


 Salam,
 bRidWaN

 -
 Jumpa Pers Protes Amien Dibatalkan
 Amien Menang, PAN Malah Goyang

 http://www.detik.com/berita/199910/19991004-0220.htm
 -



Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Igg Adiwijaya

Kalo saya boleh nebak apa yang ada di benak orang Golkar
(ini masih nebak lho ...).
Kalo menurut saya terpilihnya Amien Rais sebagai ketua MPR
sangat menunjukan ke pintaran Golkar dalam berpolitik.

1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais
   pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan)
   jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan
   dibuat pemerintah nantinya.
   Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah
   sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali.
   Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan
   nanti nya.
   Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang
   pemerintahan nantinya.

2. Sepertinya target utama Golkar adalah kursi presiden.
   Nah sekarang Amien Rais berhutang sama Golkar. Sepertinya yang
   diharapkan Golkar dari Amien Rais + poros tengah,
   bukan support di DPR, tetapi
   di CAPRES. Saya nggak yakin apakah pada menit-menit terakhir
   Habibie masih akan di calonkan jadi CAPRES oleh Golkar. Serasanya akan
   ada kejutan CAPRES dari Golkar.
   Jika ini benar (masih tebak-tebakan lho ...) Golkar akan mencalonkan
   /vote-for orang yang tidak kuat beroposisi untuk jadi ketua DPR. Tidak
   jadi masalah apakah orang tersebut datang dari Golkar atau Poros
   tengah.
   Bila Golkar mensupport orang dari poros tengah untuk jadi ketua DPR,
   maka CAPRES hampir mutlak ada di tangan Golkar nantinya.

Jadi saya rasa Amien Rais secara tidak sadar telah di kurangi posisinya
secara lunak oleh Golkar dari percaturan politik nantinya.

igg



On Mon, 4 Oct 1999, Budi Haryanto wrote:

 Rekan yth.,

 Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
 menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
 dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
 memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
 sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
 nantinya.

 Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
 karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
 hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
 kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
 suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

 Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
 setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
 diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
 perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
 tidak disukainya.

 Itulah politisi.
 Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos
 dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
 organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
 penyeimbang.

 Salam,
 Budi




Re: Bagaimana sikap mahasiswa?

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Maaf Bung Kamil, saya maksudkan agar mahasiswa tidak usah berdemo-demo kayak
yg dilakukan oleh FAMRED dan FORKOT saat ini. Kan sampai hari terakhir
mereka masih mengancam akan turun demo bila hasilnya tidak memuaskan mereka.
Masalahnya kata 'puas' sangat kualitatif, bisa-bisa nggak ada
habis-habisnya. Jadi kalau berdemo untuk urusan lain sih masih bisa lah.

Mengenai SU MPR sendiri saya cukup puas, karena sudah mencerminkan sifat
reformasi itu sendiri. Justru itu saya bilang mahasiswa tidak usah demo
(untuk masalah arus reformasi ini).

Mengenai skenario siapa yg bakal jadi presiden, saya melihat terlalu banyak
kemungkinannya. Makanya saya kurang tertarik membahasnya. Saya juga heran
bin bingung bila melihat keakraban Akbar dengan Megawati akhir-akhir ini.
Hanya saya tidak melihat relevansi langkah kerjasama antara Golkar dengan
Poros tengah (dalam pemilihan Ketua MPR), dengan kerjasama antara Golkar
dengan PDIP+PKB (untuk pemilihan presiden). Kesan yang saya tangkap justru
Akbar hendak mensejajarkan dirinya dengan Mega, alias membuka kemungkinan
dia jadi presiden vs. Megawati. Alias, Habibie mundur diganti oleh Akbar.
Bila Akbar naik, poros tengah makin kuat mendukung Golkar (bila mereka masih
tidak punya calon kuat).

Ada masalah dengan TNI, karena Akbar pernah ribut dengan orang militer
masalah jabatan ketua Golkar. Alhasil TNI bisa-bisa beralih ke PDIP+PKB.

Bila Megawati menang jadi presiden, besar kemungkinan Akbar jadi wapres
seperti anda bilang. Mengapa? Seperti saya tulis sebelumnya, siapapun
pemenangnya tidak ingin ada oposisi yg terlalu kuat. Oya, ini asumsi bila
wapres masih merupakan hak presiden untuk ikut campur tangan. Tidak tahu
juga kalau wapres ditentukan oleh:
- mekanisme penyandingan dari awal, atau
- mekanisme siapa yg kalah jadi wapres, atau
- mekanisme pemilihan presiden dan wapres yg benar-benar terpisah
  (ada list calon presiden dan list calon wapres).

Ada yg tahu? Semoga saja tebakan saya salah, karena saya tidak ingin ada
power sharing. Mengenai Megawati mesti jadi presiden, wah ini yang kurang
sreg. Pemilu kemarin lebih merupakan lomba besar-besaran nilai tawar partai
untuk menge-gol-kan calonnya. Kalau partainya menang 70% pun, bila dalam
pemilihan presiden tidak solid, sang calon bisa juga tersungkur. Itulah
aturan main dari sistem kita kan? Makanya Suharto alergi dengan calon ganda
biarpun Golkar menang telak.

Saya sih lebih memandang bahwa ini masalah persaingan antara PDIP+PKB vs
Golkar+Poros Tengah+TNI, sejak dari pemilihan Ka MPR, Ka DPR, dan presiden.
Alasannya? PKB saja sudah bilang tidak akan menerima pertanggungjwaban
Presiden, bagaimana mereka mau kerjasama dengan Golkar? Yah, bagaimanapun
kemungkinan lain terbuka lebar. Kompromi dan bagi-bagi jatah kekuasaan dapat
membalik semua analisis kita. Kan masih ada 2 minggu lebih untuk
kasak-kusuk.

Salam,
Jeffrey Anjasmara.


---
From: kamil abu [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: "Indonesian Development Studies --
http://web.syr.edu/~suisa/ids/" [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Date: Mon, 4 Oct 1999 19:45:24 +0100

Bung Jeff,
Kemenangan Mas Amien itu karena memang dibutuhkan pemimpin
untuk amandemen UUD 45, juga dibutuhkan pemimpin yang
kritis meminta petanggungjawaban presiden di mana
direncanakan dilakukan tiap tahun dibandingkan tiap lima
tahun. Jadi posisi ketua MPR untuk saat ini adalah salah
satu kunci keberhasilan reformasi itu sendiri.

Ketua DPR yang akan dipilih besok diprediksi yang menang
adalah Akbar Tanjung, tapi benarkah belaiu hanya sementara
yang selanjutnya akan menjadi wapres di mana saya duga
kalau scenario itu benar maka presidennya adalah Mbak Mega,
makanya kita sering melihat Bung Tanjung dan Mbak Mega
duduk bersandingan. Lalu kemana Gus Dur, menurut saya Gus
Dur akan dijadikan kuda hitam kalau ternyata Oom Rudi tetap
dicalonkan Golkar. Jadi Gus Dur akan diadu dengan Oom Rudi,
tapi kalau Oom Rudi ditarik dari capres dan ternyata
dimunculkan Bung Tanjung maka yang akan bersaing adalah
Mbak Mega dimana Gus Dur akan duduk sebagai penasehat.

Hanya saya masih menebak bahwa presiden adalah Gus Dur tapi
agak ragu juga kalau ternyata Mbak Mega tak dapat posisi
penting atau hanya mentri saja padahal partai beliau adalah
pemenag pemilu, makanya dugaan saya calon presiden paling
kuat adalah Mbak Mega.

Bung Jeff anda minta mahasiswa agar lebih konsentrasi untuk
meningkatkan lab di uni (meninggalkan demo politik
dalam negeri) tapi juga minta untuk demo menentang hubungan
dengan Aussie dan NZ. Yang mana yang bener?? urusan lab
sich urusan dalam kampus, bahwa mahasiswa punya kegiatan di
luar kampus itu kapanpun diperlukan karena kepedulian
sospol itu harus dipupuk oleh siapapun terutama yang ingin
jadi pemimpin.

salam,

--
kamil abu
[EMAIL PROTECTED]

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Foto Bagaimana Interfet memeriksa milisi

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Silakan lihat, apa ada memeriksa milisi kok milisinya sedang tidur?
Satu-satunya kemungkinan si milisi malang ini digebug sampai pingsan,
sehingga perlu diangkat oleh si serdadu Aussie ini. Keterangan di NY Times
cuman bilang Aussie sedang checking weapons.

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
 100299timor-unrest_1.jpg


Seputar SU

1999-10-04 Terurut Topik Mirza Raditya

Ada artikel mengenai SU yg sedikit menarik perhatian saya:


Bila sebelumnya sidang umum berkesan sakral dan ketat, kini tampaknya sangat
berubah. Entah karena sudah tak tahan atau karena apa, beberapa anggota
Dewan nekat merokok di ruang ber-AC tersebut. Akibatnya, para wartawan di
balkon pun ikut-ikutan.  Pihak keamanan yang melihat kepulan asap di balkon
segera menegur wartawan bersangkutan. Namun secara cerdik wartawan dengan
kompak berkata, ''Ingetin dulu wakil lu di bawah sana.'' Akhirnya petugas
yang mengingatkan malu dan meninggalkan balkon.Perkara rokok juga
memprihatinkan petugas kebersihan gedung itu. ''Baru kali ini ada puntung
rokok berserakan di ruangan ini,'' keluh Hardi, seorang petugas. (Tim
SM-33g)

Bila wakil rakyat nya saja (pejabat lha katakan) tidak dpt memberi contoh
utk rakyatnya. Dlm hal ini emang mungkin terlihat spt hal2 sepele... sudah
tidak bisa. bagaimana rakyatnya bisa taat peraturan yg lbh serius ... lh
wong... contoh yg diliatnya saja tidak memberi tanggapan positive thdp
peraturan yg berlaku (peraturan yg sepele lagi).
Apa peraturan itu hanya dibuat and diberlakukan hanya khusus utk rakyat...
dan tidak utk pejabat (wakil rakyatnya)..??

:-)

http://www.suaramerdeka.com/harian/9910/05/nas6.htm

Mirza

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Koran Pagi

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Koran pagi  koran pagi 
Good Pagi Selamat Morning.
"Baca koran" sambil minum kopi sebelum berangkat.

Soe


=

Dalam Melobi, PDI-P Singkirkan Para Senior Partai


JAKARTA -- Mengapa kubu PDI Perjuangan selalu mengalami kekalahan dalam
pengumpulan suara melalui voting di MPR dua hari lalu? Menurut seorang
fungsionaris DPP PDI-P, hal itu tak lepas akibat para senior partai
disingkirkan atau tidak dimainkan secara maksimal dalam lobi politik. Selain
itu, menurut dia, partai ini dinilainya terlalu percaya diri.

Dalam SU MPR kali ini, kubu PDI Perjuangan mengalami kekalahan dalam
sejumlah voting pada Rapat Paripurna II MPR yang berlangsung hingga Ahad
dinihari (3/10) serta gagal dalam 'menggolkan' Ketua Umum PKB Matori Abdul
Djalil dalam pemilihan Ketua MPR pada malam harinya. Pada pemilihan ketua
MPR, PDI-P mencalonkan Kwik Kian Gie yang hanya memperoleh lima suara.

Lobi-lobi politik yang dilakukan oleh kubu PDI-P, kata fungsionaris yang
enggan disebut namanya ini, terlalu bertumpu pada kaum muda partai pimpinan
Megawati ini. ''Padahal, yang muda belum matang dalam politik,'' katanya di
Jakarta, kemarin.

Selain itu, tambah sumber tadi, adanya kelompok pendatang baru yang kemudian
menjadi elite di parpol berlogo banteng gemuk ini memperkeruh suasana.
''Semua kelompok tersebut berjalan sendiri tanpa koordinasi yang jelas,''
ungkapnya.

Tokoh PDI-P lainnya yang tak masuk dalam jajaran pengurus DPP tak membantah
sinyalemen yang dikatakan oleh rekannya tadi. Namun, ia menolak bicara
panjang lebar mengenai hal tersebut, karena kini partainya berkonsentrasi
untuk memantapkan langkah berikutnya.

Ketua DPP PDI-P, Soetardjo Soerjogoeritno, yang dikonfirmasi mengenai hal
tersebut mengatakan bahwa setelah kekalahan itu akhirnya PDI-P sadar partai
yang tergabung dalam Poros Tengah ternyata memiliki pressure group yang
kuat.

''Sebelumnya Poros Tengah tidak diperhitungkan secara masak,'' kata
Soetardjo, seusai pelantikan pimpinan MPR.

Dia menambahkan saat ini kebenaran politik seperti fatamorgana. ''Didatangi
jauh, didiamkan ya diam,'' katanya.

Menurut Soetardjo, kekalahan PDI-P dalam voting dan pemilihan ketua MPR akan
dijadikan pelajaran mahal bagi partainya. ''Kita sekarang akan
memperhitungkan Poros Tengah,'' tegasnya.

Dalam kaitannya dengan pencalonan Megawati sebagai presiden, kata Soetardjo,
PDI-P akan melakukan pendekatan dan lobi. ''Lobi tersebut tak sebatas pada
parpol yang ada, TNI juga akan dilobi,'' tukas Soetardjo.

Dia mengakui saat ini banyak anggota DPR dari PDI-P yang kecewa terhadap
kekalahan beruntun tersebut. ''Umumnya yang terlalu optimis karena PDI-P
menang pemilu akan gilang-gemilang dalam SU. Kenyataannya tidak,'' paparnya.

Apakah cukup waktu bagi PDI-P untuk menggalang lobi tersebut? ''Ini memang
perlu keseriusan,'' tegas Soetardjo.

Sementara itu, Sekjen DPP PDI-P, Alex Litaay, mengatakan bahwa kekalahan
partainya dalam pengambilan suara untuk menentukan Ketua MPR periode
1999-2004 bukan akibat fraksinya gagal melakukan lobi, melainkan karena
perbedaan interest setiap anggota MPR.

''Tidak benar PDI-P gagal melakukan lobi, kalau dalam voting-nya PDI-P
selalu kalah, itu tergantung apa interest-nya dulu,'' kata Alex.

Alex mengatakan bahwa apabila hasil lobi yang dilakukan oleh pihaknya tidak
tampak, adalah akibat perbedaan sudut pandang mengenai arti lobi itu
sendiri.

Dalam penentuan Ketua MPR, Ahad malam, katanya, Fraksi PDI-P, yang kurang
memperoleh dukungan, akan menagih kembali kesepakatan sebagai hasil lobi
dengan beberapa pihak.

Namun, kata Alex, apabila mereka ke luar dari komitmen tersebut, adalah
kehendak dan hak mereka masing-masing. Ia mengatakan pula bahwa pihaknya
masih terbuka untuk melakukan power sharing.

Kalangan pengamat politik dan politisi menilai terpilihnya tokoh Poros
Tengah HM Amien Rais sebagai Ketua MPR RI tidak saja menunjukkan bahwa
gejala semakin solidnya kerja sama politik antara Poros Tengah dan Golkar di
satu sisi, namun di sisi lain justru semakin sulitnya posisi lobi PDI-P dan
PKB.

''Saya kira dengan terpilihnya Amien Rais sebagai hasil kerja sama politik
antara Poros Tengah dengan Golkar, cukup menjadi tanda bahwa koalisi PDI-P
dan PKB sulit untuk mengembangkan lobinya hingga pemilihan capres nanti,''
kata Rektor Unmuh Malang, Prof Dr H A Malik Fadjar, kepada Republika
kemarin.

Sulitnya mengembangkan lobi untuk memperbanyak dukungan memuluskan
pencapresan Megawati, kata Malik, adalah konsekuensi pendekatan politik yang
diambil oleh PDI-P dan PKB sendiri yang selama ini cenderung eksklusif dan
terlalu percaya diri.

Sedangkan pengamat politik, Indria Samego, melihat terjadinya empat kali
kekalahan PDI-P dan PKB dalam pengambilan voting menunjukkan bahwa konsep
dan gagasan dari dua partai tersebut tidak cukup menjual. ''Konsep-konsep
politik yang disampaikan mudah terpatahkan dan cenderung konservatif
sehingga sulit diterima floor.''

''Di sisi lain, ini sebagai buah 

Money Politic ?

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Apa sih sebenarnya pengertian dari Money Politics itu ?
Terus terang saya bingung batasannya.

Misal saya punya uang sendiri pribadi, saya pakai untuk kepentingan diri
sendiri (yang oleh orang lain dianggap merugikan kepentingan orang lain),
kemudian saya dituduh "main kotor". Koq kaya'nya nggak ada logikanya. :-(

Karena kelihatannya, kalau mulai ada yang merasa "kalah" mulai dech
ditiupkan isu dan jargon "money politics", "dagang sapi" dll

Funny ya  :-)

Soe

=

Waspadai Politik Uang dan "Dagang Sapi"

Jakarta, Kompas
Meskipun Sidang Umum MPR (SU MPR) 1999 sudah jauh lebih demokratis
dibandingkan SU-SU sebelumnya, namun rakyat tidak boleh melepaskan
pengawasannya terhadap pelaksanaan SU MPR. Faktor paling krusial yang perlu
diawasi adalah kemungkinan terjadinya politik uang (money politics) dan
politik "dagang sapi" (konspirasi untuk jual-beli jabatan).

Demikian pemikiran pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr
Barita Efendi Siregar, peneliti Centre for Strategic and International
Studies (CSIS) Tommy A Legowo, dan pakar ilmu pemerintahan Unpad Dr Rusadi
Kantaprawira, yang dihubungi secara terpisah, Senin (4/10). Mereka dimintai
tanggapan mengenai evaluasi pelaksanaan SU MPR yang telah berhasil memilih
Pimpinan MPR. Baik Siregar, Legowo maupun Rusadi menilai pelaksanaan SU MPR
sudah sangat mencerminkan suasana demokratis, sehingga muncul optimisme
bahwa pemerintahan yang terbentuk nantinya benar-benar legitimate, bersih,
dan berwibawa.

"Itu terbukti dengan terpilihnya Amien Rais sebagai Ketua MPR secara
langsung dan terbuka. Apalagi tokoh yang terpilih adalah sosok reformis,
jauh sebelum Soeharto lengser," ujar Rusadi. Namun, kata Siregar, demi
terbentuknya pemerintahan yang reformis sejati, masyarakat harus terus
melakukan kontrol terhadap pelaksanaan SU MPR. Bukan cuma praktik politik
bagi-bagi uang (money politics) yang perlu diwaspadai. "Taktik "dagang sapi"
para petualang politik pun bisa merusak tatanan reformasi yang sudah mulai
menemukan relnya," ujar Siregar.

Konspirasi "dagang sapi" yang dimaksudkan Siregar adalah terjadinya
kesepakatan-kesepakatan di kalangan petualang politik untuk memperoleh
jabatan tertentu, jika mitra lobinya kelak mencapai posisi dalam jabatan
tertentu. Bahkan bukan tidak mungkin konspirasi mengarah pada aspek
bagi-bagi jabatan di kabinet, jika elite tertentu terpilih jadi presiden.

Hal senada dilontarkan Legowo. "Secara umum, pelaksanaan SU MPR sudah sesuai
harapan. Persidangan dilakukan relatif demokratis. Dari segi materi terbuka
untuk dinilai oleh masyarakat pula. Tetapi harus diingat, apa yang terjadi
saat ini di gedung MPR/DPR baru merupakan tahap awal. Ada tahap berikutnya
yang perlu dikontrol masyarakat, yakni kemungkinan terjadinya money politics
maupun 'politik dagang sapi'. Ini harus tetap diawasi masyarakat," ujarnya.

Legowo mengingatkan, praktik money politics masih mungkin akan terjadi di
MPR/DPR, terutama ketika pemilihan presiden. "Kalau tidak diawasi, ini akan
mencemari SU, dan membuat hasil SU MPR berlawanan dengan tuntutan
masyarakat. Karena itu, proses SU MPR harus terbuka," tegasnya.


Masih belajar demokrasi

Baik Siregar, Legowo maupun Rusadi mengatakan, dari segi teknis
berdemokrasi, sebagian besar peserta SU MPR masih terlihat kebablasan dalam
menggunakan hak interupsi. Siregar mencontohkan, banyak peserta SU MPR yang
mengadakan interupsi tanpa didukung argumen dan logika yang kuat.

"Mereka cenderung menginterupsi hal-hal teknis, sehingga alur agenda sidang
jadi terhambat. Terlebih lagi dengan tidak tegasnya pimpinan sidang
(pimpinan sementara MPR). Diharapkan, pimpinan sidang yang terpilih sekarang
bisa memilah-milah mana interupsi yang perlu dilayani maupun yang tidak,"
kata Siregar.

Legowo mengakui ada hal yang "lucu" selama pelaksanaan SU MPR, seperti
terjadinya teriakan cemoohan dari anggota, dan keputusan tak berdiri saat
Kepala Negara tiba atau meninggalkan ruang sidang. Menurut dia, hal itu
menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam tahap permulaan
mengembangkan budaya politik yang lebih etis.


"Selain itu, kita sedang da-lam masa eforia politik yang kadang tidak dapat
meninggalkan faktor emosional. Dalam proses transisi ini 'kan masih campur
baur antara yang pro reformasi maupun yang membawa ciri status quo. Tetapi
saya percaya masyarakat akan makin dewasa, sehingga demokrasi akan
berkembang," kata Legowo. (nar/tra)



Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar
sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI.
Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari.

Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa
akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas.


Salam,
bRidWaN


At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi





Koq tidak ada ?

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Selama sidang umum mpr saat ini sejak tanggal 1 sampai hari ini, media tv
menyajikan berbagai macam informasi, wawancara dan analisa dari sidang.

Ada yang menarik perhatian saya, hampir semua tokoh politik nasional sudah
muncul di tv selama sidang ini untuk diwawancarai, diajak diskusi, diajak
diskusi jarak jauh (live) dan diajak debat. Sebut saja  semua nya sudah
pernah muncul selama sidang mpr ini.

Tapi koq ibu megawati nggak pernah diajak diskusi, diwawancarai atau
dimintai pendapatnya di tv. Apa saya yang belum lihat.

Kira - kira kenapa ya ?

Soe



Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya".
Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU.

Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH.
Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda
tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik)

Sorry :-(

Soe



-Original Message-
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM
Subject: Re: Amien Rais


Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar
sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI.
Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari.

Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa
akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas.


Salam,
bRidWaN


At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan
polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi





Inikah senjata SS-1?

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak?

http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html

Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah berusaha
bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil, Keluarga
AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak
ada yang cocok tuh.

Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman
SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari.
Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah kebalik
karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di
pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang
diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal
saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;)

Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah jiplakan
Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama
kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15,
tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi  senapan standar AS, dan
akhirnya diberi nama M16.

+anjas

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Apakah "orang bersih" mesti mencaci-maki Golkar yang sekarang jatuh di
pelukan Golkar? Kalau Golkas salah apakah semua tindakan AR mencaci-maki itu
jadi benar?

No free lunch in the world, Man!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 05 October, 1999 6:51 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Amien Rais

Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya".
Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU.

Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH.
Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda
tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik)

Sorry :-(

Soe



-Original Message-
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM
Subject: Re: Amien Rais


Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar
sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI.
Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari.

Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa
akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas.


Salam,
bRidWaN


At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan
polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi





Re: Bagaimana sikap mahasiswa?

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

Wah Pak Jeffrey hebat juga beranalisa, terima kasih deh atas informsinya.
Saya setuju dengan tulisan anda itu, meskipun ada yang perlu dikomentari
sedikit jika tidak keberata, tanpa bermaksud berdebat kusir.

Kalau soal mengkritik Pemerintahan Soeharto, rasanya sejak awal tahun
1970-an sudah dimulai oleh beberapa pihak, diantaranya oleh suatu Fosko
(Forum studi dan komunikasi), yang sebagian besar anggotanya kemudian
terlibat dalam apa yang disebut Petisi-50. Peristiwa Malari juga ikut
mencerminkan ketidakpuasan tersebut, yang kemudian diteruskan oleh
'adik2-nya' pada tahun 1978. Kemudian ada beberapa anggota masyarakat
yang agak berani seperti HR Dharsono, Sri Bintang, Budiman Soedjatmiko dll.
Saya juga mendengar banyaknya anggota MPR/DPR yang kala itu di-recall
dari keanggotan (Golkar) karena terlalu vocal, sekitar akhir tahun 1969.

Apa akibatnya ? Wah..miris deh kalau mengingat2 masa itu !

Jadi sejak 'dini' sudah ada rasa ketidak-puasan tersebut, namun sejalan
dengan itu justru banyak pihak yang asyik menikmati kehidupan dunia-nya
tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi. Apapun dijalankan, meskipun
sampai harus 'melibas' kawan sendiri. Hampir semua orang justru
memuji Pak Harto, mendukung Golkar dan tidak perduli dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Yang anti Orde Baru (atau Golkar) kala itu
dianggap tidak Nasionalis.

Dan kini sudah terjadi, bahwa Negara dalam keadaan porak poranda, dan
banyak pihak yang tersadar. Namun keadaan sudah terlambat, kita harus
berjuang dari nol lagi. Dan kita akan lakukan itu !

Mengenai Pak Amien, saya rasa secara de-facto dan de-jure telah
terpilih sebagai Ketua MPR, dan kita mendoakan agar apa yang kita
(atau saya) duga dan takutkan atas beliau selama ini adalah salah.

Yang saya tidak 'sreg' adalah tulisn yang bisa dibaca diberbagai
mass-media sbb :

   Golkar, yang dulu menjadi lawan kalangan reformis namun
   kini justru bergandeng tangan dengan lokomotif reformasi,
   Amies Rais, akan berjuang menggolkan Akbar Tanjung.
   Peluang Akbar sangat besar. Apalagi, kubu poros tengah,
   besar kemungkinan akan membayar "imbalan" setelah Golkar
   penyokong penuh terpilihnya Amien Rais sebagai Ketua MPR.


Rasanya di-Permias@ ini kita semua berbicara mengenai Golkar
(dan Orde Baru) pada bulan April/May tahun 1998, dan juga
mengenai Reformasi. Kini ada yang namanya Golkar Reformasi:)

Pak Jeffrey, sekali lagi terima kasih atas informasinya.
Sama seperti anda, marilah kita doakan agar apa yang terjadi
pada Negara kita adalah yang terbaik, bukan yang ter-rekayasa
untuk kepentingan

Salam,
bRidWaN

At 01:39 PM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote:
Bila kita berkilas baik ke jaman sebelum Suharto lengser, hanya satu,
sekali lagi hanya satu orang di negara berpenduduk 215 juta orang
yang berani mengkritik pemerintahan Suharto. Orang itu bernama
Amien Rais. Bukan Gus Dur, bukan Megawati, bukan pula Nasution dkk.

Saat itu, saat seorang rekan mulai mempromosikan nama AR, saya sangat
menyangsikan bahwa orang kecil mungil tidak ada gagah-gagahnya ini
sanggup menghidupkan percik-percik keberanian mahasiswa. Tidak ada
yang dapat menyangkal kontribusi Amien di sini. Bila Bung BRidwan
mempertanyakannya, mari kita buka arsip-arsip lama. Sebagai catatan
penting, hanya Amien yang berani bilang terang-terangan agar Suharto
mundur. Ini terjadi jauh sebelum orang-orang mengangkat diri sendiri
sebagai reformis.

Dalam kehidupan berpolitik, tidak akan ada musuh abadi dan kawan abadi.
Semua kerja sama didasarkan kompromi. Tidak juga hubungan antara PDIP dan
PKB yang akrab saat ini. Tidak juga hubungan antara Amien dengan Habibie,
atau dengan Akbar Tanjng, ataupun dengan Gus Dur. Tidak juga permusuhan
antara Amien dengan Wiranto, misalnya. Tidak juga permusuhan antara
Baramuli dengan Marzuki Darusman, misalnya.

Semua memiliki agenda masing-masing, dan bila menemui kenyataan bahwa
agendanya tak mampu dijalankan, satu-satunya jalan adalah kompromi. Rasanya
hal ini sangat natural. Sama dengan kehidupan manusia pada umumnya. Dengan
demikian, bisa saja Amien akan mendukung Habibie. Semua tergantung siapa
lawan alternatifnya. Bila dipandang Megawati tidak lebih menguntungkan,
mengapa mesti memilih Megawati. Demikian pula sebaliknya. Jadi saya menolak
anggapan bahwa Amien SEBETULNYA mendukung Habibie (dari dulu). Ngapain
mendukung Habibie kalau diri sendiri punya kans jadi presiden?

Masalah PAN sendiri, wah sama saja. Semuanya bermuara di kata KOMPROMI. Tak
kurang dari PDIP akan melakukan hal yang sama. Para elite PDIP sudah
berancang melakukan lobi-lobi maut, termasuk berusaha menggandeng Golkar dan
TNI, juga poros tengah. Apakah salah? Wah, nggak ada yang salah mas.

Yang saya heran adalah sikap mass media dengan 'kebijakan power sharing'
dari Akbar Tanjung. Wah, nggak perlu ada kebijakan, nanti dengan sendirinya
juga bakalan ada yg kayak gini. Kalaupun ternyata Megawati juga terpilih,
rasanya kabinetnya juga bakal terisi oleh orang-orang Golkar, PAN, dlsb.
Kenapa? 

Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

Saya suka melihat tulisan bung Budi dan bung Igg, paling
tidak memang itulah yang kini juga dipikirkan oleh
sebahagian masyarakat kita yang sudah mulai 'melek' politik.

Mengenai Amien Rais, saya rasa itu adalah Pencapaian Maksimal
yang bisa diperoleh beliau untuk menjadi 'Orang Nomor Satu'.
Dan saya setuju dengan kepiawian beliau ini.
Meskipun memang adalah lebih baik kalau beliau menjadi Ketua
DPR ketimbang MPR, karena di-DPR beliau bisa 'setiap hari'
membahas dan mengontrol kegiatan Pemerintah nantinya.

Siapapun yang kelak terpilih menjadi Presiden kita harapkan
dapat diterima oleh Masyarakat dalam dan luar Negeri.
Kenapa Luar Negeri ? Karena saat ini keadaan memaksa kita
untuk juga bergantung kepada kucuran dana-nya. Apa boleh buat.

Semoga semua berjalan dengan baik. Amin.


Salam,
bRidWaN

At 02:59 PM 10/4/99 -0400, Igg Adiwijaya wrote:
Kalo saya boleh nebak apa yang ada di benak orang Golkar
(ini masih nebak lho ...).
Kalo menurut saya terpilihnya Amien Rais sebagai ketua MPR
sangat menunjukan ke pintaran Golkar dalam berpolitik.

1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais
   pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan)
   jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan
   dibuat pemerintah nantinya.
   Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah
   sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali.
   Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan
   nanti nya.
   Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang
   pemerintahan nantinya.

2. Sepertinya target utama Golkar adalah kursi presiden.
   Nah sekarang Amien Rais berhutang sama Golkar. Sepertinya yang
   diharapkan Golkar dari Amien Rais + poros tengah,
   bukan support di DPR, tetapi
   di CAPRES. Saya nggak yakin apakah pada menit-menit terakhir
   Habibie masih akan di calonkan jadi CAPRES oleh Golkar. Serasanya akan
   ada kejutan CAPRES dari Golkar.
   Jika ini benar (masih tebak-tebakan lho ...) Golkar akan mencalonkan
   /vote-for orang yang tidak kuat beroposisi untuk jadi ketua DPR. Tidak
   jadi masalah apakah orang tersebut datang dari Golkar atau Poros
   tengah.
   Bila Golkar mensupport orang dari poros tengah untuk jadi ketua DPR,
   maka CAPRES hampir mutlak ada di tangan Golkar nantinya.

Jadi saya rasa Amien Rais secara tidak sadar telah di kurangi posisinya
secara lunak oleh Golkar dari percaturan politik nantinya.

igg



On Mon, 4 Oct 1999, Budi Haryanto wrote:

 Rekan yth.,

 Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
 menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
 dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
 memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
 sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
 nantinya.

 Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
 karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
 hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
 kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
 suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

 Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
 setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
 diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
 perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
 tidak disukainya.

 Itulah politisi.
 Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos
 dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
 organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
 penyeimbang.

 Salam,
 Budi






Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Eh, ada Efron,  " Orang bersih " dari PDI - P :-). Kemana aja sir.

Soe :-)


-Original Message-
From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 7:09 AM
Subject: Re: Amien Rais


Apakah "orang bersih" mesti mencaci-maki Golkar yang sekarang jatuh di
pelukan Golkar? Kalau Golkas salah apakah semua tindakan AR mencaci-maki
itu
jadi benar?

No free lunch in the world, Man!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 05 October, 1999 6:51 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Amien Rais

Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya".
Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU.

Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH.
Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda
tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik)

Sorry :-(

Soe



-Original Message-
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM
Subject: Re: Amien Rais


Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar
sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI.
Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari.

Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa
akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas.


Salam,
bRidWaN


At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie
yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan
polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi





Re: Inikah senjata SS-1?

1999-10-04 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

SS-1 itu singkatan "senapan serbu" tipe 1. Yang tipe 2 lebih pendek.
Keduanya bisa dilipat popornya. Senapan ini aslinya bernama FNC buatan
Belgia. Lalu Pindad mendapat lisensi memproduksinya sehingga dinamai SS-1
dan SS-2 untuk menggantikan M-16 yang menurut ahli TNI senjata M-16 terlalu
panjang. Jadi tidak efektif dalam penyerbuan.

Kelebihan SS adalah tahan banting sekalipun sudah terendam lumpur ketimbang
M-16. Senapan itu pertama kali digunakan oleh Kopassandha (sekarang
Kopassus). Kalo Steyr sebenarnya tak efektif digunakan untuk perang seperti
yang digunakan oleh para Aussie di Timtim. Senapan ini cocok untuk sniper
jarak menengah atau pasukan khusus kayak film "Soldier of Fortune Inc.".
Gitu aja yang saya tahu.

Efron

-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 05 October, 1999 7:09 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Inikah senjata SS-1?

Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak?

http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html

Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah berusaha
bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil, Keluarga
AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak
ada yang cocok tuh.

Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman
SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari.
Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah kebalik
karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di
pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang
diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal
saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;)

Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah jiplakan
Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama
kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15,
tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi  senapan standar AS, dan
akhirnya diberi nama M16.

+anjas

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Inikah senjata SS-1?

1999-10-04 Terurut Topik Donald Saluling

Mmmm  bukannya "Serbu Sergap"-1 ? Oh well, cuma masalah nama. Sedikit
correction, i could be wrong.

Donald



SI-MPR setiap tahun

1999-10-04 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Ada keinginan AR untuk menyelenggarakan SI setiap tahun guna mendengar
pertanggungjawaban presiden. Ini memang sebuah langkah maju. Hanya saja
dalam SI ini tidak perlu dibuat untuk mengadili presiden dengan "diterima"
atau "tidak diterima"-nya pertanggungjawaban presiden itu. Ajang ini
sebaiknya digunakan untuk mengevaluasi dan memberi masukan kepada presiden
untuk perbaikan. Jadi tak perlu menunggu lima tahun lagi.

MPR memang lembaga tertinggi negara. Hanya saja MPR jangan kebablasan kayak
DPA. Jika nanti MPR kebablasan jangan-jangan tidak ada yang mau jadi
presiden RI.

Wassalam,
Efron



Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

...

1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais
   pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan)
   jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan
   dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia
   akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4
   tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien
   Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP
   yang bakal pegang pemerintahan nantinya.

Yw: Ups, ini versi lama, Pak. Berdasarkan aturan sekarang, MPR
bersidangnya setahun sekali. Dan langsung berhadapan dg
biang keroknya pemerintah (presiden/wakil and the whole cabinet (?)).



Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik bRidWaN

Terima kasih atas perhatiannya bung Soe.
Saya tetap akan konsisten menurut ukuran saya, hanya saja
saya belum yakin bahwa Pak AR adalah Orang Baru.
Mengapa ? Ya karena persoalan ICMI.

Namun kini kelihatannya (setelah perisitwa makan
di-Warung Rakyat), kelihatannya saya salah.
Dan kalau salah ya saya harus mengakui.

Semoga saja saya betul betul salah.

Salam,
bRidWaN


At 06:51 AM 10/5/99 +0700, Suhendri wrote:
Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya".
Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU.

Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH.
Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda
tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik)

Sorry :-(

Soe



-Original Message-
From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM
Subject: Re: Amien Rais


Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar
sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI.
Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari.

Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa
akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas.


Salam,
bRidWaN


At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote:
Rekan yth.,

Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja,
dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa
memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan
sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi
nantinya.

Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR,
karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan
hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang
kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak
suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho).

Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan
setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang
diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak
perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang
tidak disukainya.

Itulah politisi.
Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan
polos
dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu
organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk
penyeimbang.

Salam,
Budi







Re: Koran Pagi

1999-10-04 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Ada yang bisa menjelaskan maksud DISTORSI disini?
-- mudah2an tidak berkonotasi ancaman.

Salam (sambil menarik napas:)
~yo

--- Suhendri [EMAIL PROTECTED] wrote:
 "Sejak awal, dikatakan bahwa SU MPR juga merupakan
 tarikan napas dari pemilihan umum, jadi sekiranya
 SU tidak mencerminkan hasil pemilu,
 dengan segala sesuatu yang dilakukan rakyat sebagai
 hak kedaulatannya, akan membawa  distorsi," kata
 Megawati.
 Namun, Mega tidak memaparkan lebih lanjut mengenai
 apa yang ia maksud dengan distorsi. Beberapa
 pengawalnya menghalau puluhan wartawan yang
 mengajukan pertanyaan kepada putri presiden pertama
 RI itu.

=

__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



Re: Inikah senjata SS-1?

1999-10-04 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Bila memang betul bahwa SS-1 merupakan turunan FNC Belgia, berarti anggota
Mahidi ini memegang senapan yg lebih modern dari TNI. Saya sudah cek, tidak
ada kemiripan dengan FNC kok. Yang paling mirip adalah senapan HK G3 milik
Jerman, dan juga merupakan standar NATO. Sayang moncongnya tidak kelihatan.
(FNC kan sudah kuno betul?)

Tambahan lagi, SA-80 milik Inggris (di sana disebut L85 A1), dibilang
senapan terburuk. Entah kenapa Aussie pilih SA-80, padahal dulu waktu jaman
Vietnam mereka membuat sendiri M16-nya. Ini kata produsen AS sih.

Untuk Steyr, tipe SSP (green gun) memang merupakan senapan sniper (terbaik),
tetapi mereka punya senapan serbu yg bagus juga (seri AUG atau ATR). Kalau
Pindad mau, mereka saat ini punya Steyr ATR yang belum laku terjual karena
ditolak AS (untuk ngegantiin M16 A2). Kali aja mau ngasih lisensi dengan
harga murah.

Yak, sekarang posisi terbalik. Dulu Falintil yg di gunung, sekarang PPTT
yang akan nginep di gunung. Dulu Falintil disuplai senapan oleh Aussie,
sekarang biar PPTT beli senjata sendiri. Nyatanya mereka bisa dapat senapan
NATO kok. Bukannya saya ingin mereka terus berperang. Tetapi melihat
kenyataan bahwa Aussie memandang masalah Timtim adalah masalah rakyat Timtim
vs. milisi, maka orang PPTT itu sendiri yg harus mengumumkan eksistensi
mereka, shg orang barat dapat memperbaiki persepsi mereka. Falintil telah
menolak untuk menyerahkan senjata dan Aussie tidak sanggup melucuti
persenjataan. Herannya mereka sanggup melucuti persenjataan milisi dengan
cara kekerasan. Dengan demikian, berilah PPTT modal untuk melakukan
tawar-menawar. Bila tidak, mereka tidak akan punya tanah untuk hidup.


'
From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Inikah senjata SS-1?
Date: Tue, 5 Oct 1999 07:24:02 +0700

SS-1 itu singkatan "senapan serbu" tipe 1. Yang tipe 2 lebih pendek.
Keduanya bisa dilipat popornya. Senapan ini aslinya bernama FNC buatan
Belgia. Lalu Pindad mendapat lisensi memproduksinya sehingga dinamai SS-1
dan SS-2 untuk menggantikan M-16 yang menurut ahli TNI senjata M-16 terlalu
panjang. Jadi tidak efektif dalam penyerbuan.

Kelebihan SS adalah tahan banting sekalipun sudah terendam lumpur ketimbang
M-16. Senapan itu pertama kali digunakan oleh Kopassandha (sekarang
Kopassus). Kalo Steyr sebenarnya tak efektif digunakan untuk perang seperti
yang digunakan oleh para Aussie di Timtim. Senapan ini cocok untuk sniper
jarak menengah atau pasukan khusus kayak film "Soldier of Fortune Inc.".
Gitu aja yang saya tahu.

Efron

-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 05 October, 1999 7:09 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Inikah senjata SS-1?

Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak?

http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html

Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah
berusaha
bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil,
Keluarga
AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak
ada yang cocok tuh.

Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman
SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari.
Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah
kebalik
karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di
pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang
diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal
saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;)

Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah
jiplakan
Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama
kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15,
tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi  senapan standar AS, dan
akhirnya diberi nama M16.

+anjas

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Igg Adiwijaya

Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya,
Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan
untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya.
Ketua MPR tidak punya pengaruh langsung akan kebijakan+UU yang
akan dibuat pemerintah nantinya.
igg

On Tue, 28 Sep 1999, Yusuf-Wibisono wrote:

 ...

 1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais
pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan)
jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan
dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia
akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4
tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien
Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP
yang bakal pegang pemerintahan nantinya.

 Yw: Ups, ini versi lama, Pak. Berdasarkan aturan sekarang, MPR
 bersidangnya setahun sekali. Dan langsung berhadapan dg
 biang keroknya pemerintah (presiden/wakil and the whole cabinet (?)).




Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Nasrul Indroyono

From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
Date: Mon, 4 Oct 1999 23:34:29 -0400

Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya,
Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan
untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya.
Ketua MPR tidak punya pengaruh langsung akan kebijakan+UU yang
akan dibuat pemerintah nantinya.
igg


Bung Igek yth.
Pendapat anda boleh boleh aja. Tapi saya rasa lebih banyak
yang berpendapat lain. Juga Bpk Amien Rais sendiri saya
rasa sudah menghitung hitung untung ruginya posisi barunya ini.
Saya yakin Bpk Amien Rais cukup professional dalam politik.
Jadinya saya yang awam lebih baik mempercayakan saja ke yang
professional.
Saya tetap melihat MPR itu posisi sangat strategis.
Apalagi dengan adanya rencana amendemen UUD45. Jadi sesuatu
yang sangat fundamental yang akan bahas dan akan diarahkan
Jangan sampai meleset atau mudah diplesetin lagi.
Apalagi nanti MPR diharapkan harus kuat dan proaktif serta
banyak tugas barunya mulai tiap tahun meng-evaluasi dan saya
masih berharap dan percaya Bpk Amien Rais akan kreatif
mendayagunakan posisinya sebagai Ketua MPR.
Cara pandang anda saya rasa masih bertumpu pada model ORBA
dimana MPR pasif. Khan bisa aja tau tau natinya malah
lebih aktif dari DPR gimana ? We will see...
Tentunya kalau ada yang menyimpang dari semangat reformasi,
Bpk Amien Rais harus kita beri peringatan dan kritik.
Saya juga percaya Golkar sudah mulai sadar ttg kesalahan masa lalu.
Sedangkan PDI-P saat ini masih penuh dengan dendam kesumat jadinya belum
tentu kalau PDI-P yang memegang pemerintahan akan membuat
negara tentram dan maju. Tokoh GOlkar Akbar Tanjung saya percaya,
Marzuki Darusman juga. Dari PDI-P saya percaya Kwik Kian Gie.
Tetapi visi Ibu Megawati pribadi belum bisa saya percaya.
Maksud saya memang Ibu Mega orang baik, lemah lembut, honest
tapi kita juga memerlukan orang yang berpendidikan supaya
tidak mudah ditipu. Terlalu banyak orang sekitar PDI-P yang bejat
yang siap memangsa Ibu Mega.
Gitu aja dulu dari observasi planetarium saya yang mungkin
jauh kenyataanya di bumi pertiwi. Well every body has their own
perspective. That's why we need politics. With politics
we move a great mass of people toward national goal and that
is not an easy task.
Unfortunately the mass media put too much emphasis on the
negative sides of politics. Yeahh they need sensational stories
to make money so we need to filter pretty much of them.

Om swastiastu

Nasruli

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Angkat topi! Re: Golkar hebat

1999-10-04 Terurut Topik Igg Adiwijaya


 Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya,
 Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan
 untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya.

 Yw: Jangan bilang 'untuk Golkar' dong, 'untuk pemerintah' gitu, lah. ;-)
 Dan pemerintahnya (menurut perkiraan saya), bukan Golkar lagi.
 Atau memang anda optimis Golkar menguasai eksekutif lagi?

Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan
Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu
belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa
yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di
pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik
di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati
nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di
Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR".
Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja.
Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa
mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap
dan sedikit lebih intellectual.

Saya bukannya mau mendukung Golkar. Tapi ya, kita musti angkat
topi kepada politisi Golkar. Selama ini hanya mereka yang saya
lihat cerdas dalam politik saat ini. Di awalnya, PDIP, PKB,
PAN+Poros tengah sangat ambisius sekali. Hanya Golkar yang
menurut saya sedikit low-profile awalnya, tapi mereka jalan
pelan-pelan dengan pasti.

 Kalo Akbar Tanjung jadi Ketua DPR, terus eksekutif didominir
 oleh PDIP dan PKB, bagi rakyat itu malah suatu kombinasi yg
 mungkin baik. Karena artinya, Golkar tampil sebagai penyeimbang
 atau oposisi thd pemerintah (eksekutif); sehingga pemerintah
 tdk bisa semena-mena.

Wah ... ini juga yang saya harapkan bakal terjadi.
Ini mungkin senario yang terbagus buat kita + rakyat.
Tapi ya ... kita musti realistis. Kelihatanya ini, menurut
saya, ada kemungkinan besar nggak kesampaian.

igg



Re: Angkat topi! Re: Golkar hebat

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

JUSTRU adalah tanggung jawab PDI - P dan Megawati untuk mendidik rakyat nya
(rakyat yang memilih PDI P), jangan malah dimanfaatkan rakyat yang tidak
tahu politik untuk kepentingan sendiri.  Jadi mereka juga sadar politik.

Beberapa hari ini juga mulai kelihatan lagi sebuah contoh pembodohan dalam
menggalang opini di masyarakat seperti jargon " money politics", " dagang
sapi" , " yang menjadi presiden adalah yang mendapatkan suara rakyat paling
banyak", "distorsi (nya MS)" , "rakyat dan kedaulatan dikhianati" dll jargon
yang menyesatkan rakyat kecil.

Soe

-Original Message-
From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, October 05, 1999 11:37 AM
Subject: Angkat topi! Re: Golkar hebat



Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan
Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu
belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa
yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di
pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik
di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati
nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di
Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR".



Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja.
Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa
mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap
dan sedikit lebih intellectual.




Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais

1999-10-04 Terurut Topik Igg Adiwijaya

 Bung Igek yth.
 Pendapat anda boleh boleh aja. Tapi saya rasa lebih banyak
 yang berpendapat lain. Juga Bpk Amien Rais sendiri saya
 rasa sudah menghitung hitung untung ruginya posisi barunya ini.
 Saya yakin Bpk Amien Rais cukup professional dalam politik.
 Jadinya saya yang awam lebih baik mempercayakan saja ke yang
 professional.

Saya juga yakin kalo Amien Rais sudah menhitung jauh-jauh.
Tapi yang saya rasa keuntungan terbesar ada di pemerintah
nantinya (Golkar, karena sudah yakin sekali akan pegang pemerintahan
dengan mensupport Amien Rais atau yang lainnya).
Contohnya lagi, banyak orang tau bahwa pencalonan Gus Dur jadi
Wapres tidak serius. Orang banyak juga pada mikir kenapa Gus Dur
nggak ngerasa bahwa pencalonan CAPRES tidak serius. Ini hanya
menguntungkan politikus lainnya. Saya yakin juga, politikus
sekaliber Gus Dur sudah memikirkan + menghitung pencalonan
CAPRESnya jauh-jauh. Emang sih kadang kadang kita nggak tau
kalo politikus sudah mikir dalam-dalam atau tidak.

 Saya tetap melihat MPR itu posisi sangat strategis.
 Apalagi dengan adanya rencana amendemen UUD45. Jadi sesuatu
 yang sangat fundamental yang akan bahas dan akan diarahkan
 Jangan sampai meleset atau mudah diplesetin lagi.
 Apalagi nanti MPR diharapkan harus kuat dan proaktif serta
 banyak tugas barunya mulai tiap tahun meng-evaluasi dan saya
 masih berharap dan percaya Bpk Amien Rais akan kreatif
 mendayagunakan posisinya sebagai Ketua MPR.
 Cara pandang anda saya rasa masih bertumpu pada model ORBA
 dimana MPR pasif. Khan bisa aja tau tau natinya malah
 lebih aktif dari DPR gimana ? We will see...

Yah .. saya yakin juga Amien Rais nggak hanya terdiam saja.
Tapi ya .. balik kembali, tepat terbaik dia ada di DPR.
Yang untung disini adalah, kembali lagi, pemerintah yang akan
datang.

 Tentunya kalau ada yang menyimpang dari semangat reformasi,
 Bpk Amien Rais harus kita beri peringatan dan kritik.
 Saya juga percaya Golkar sudah mulai sadar ttg kesalahan masa lalu.
 Sedangkan PDI-P saat ini masih penuh dengan dendam kesumat jadinya belum
 tentu kalau PDI-P yang memegang pemerintahan akan membuat
 negara tentram dan maju. Tokoh GOlkar Akbar Tanjung saya percaya,
 Marzuki Darusman juga. Dari PDI-P saya percaya Kwik Kian Gie.
 Tetapi visi Ibu Megawati pribadi belum bisa saya percaya.
 Maksud saya memang Ibu Mega orang baik, lemah lembut, honest
 tapi kita juga memerlukan orang yang berpendidikan supaya
 tidak mudah ditipu. Terlalu banyak orang sekitar PDI-P yang bejat
 yang siap memangsa Ibu Mega.

Ya ... Megawati kenapa nggak bisa jadi presiden.
Ronald Reagan, a movie star, aja bisa jadi one of the best presidents.
Presiden Philipina aja pernah ibu-ibu dan sekarang seorang movie star.
Kita musti lihat juga, bahwa Megawati sampai sekarang masih
dapat dukungan orang-orang pinter, seperti Kwik Kian Gie dll.
Soeharto aja yang pendidikannya cuman SMA pas-pasan bisa
ditatah "kerajaan" sampai 32 tahun :) tanpa ada lawan berarti.

igg

 Gitu aja dulu dari observasi planetarium saya yang mungkin
 jauh kenyataanya di bumi pertiwi. Well every body has their own
 perspective. That's why we need politics. With politics
 we move a great mass of people toward national goal and that
 is not an easy task.
 Unfortunately the mass media put too much emphasis on the
 negative sides of politics. Yeahh they need sensational stories
 to make money so we need to filter pretty much of them.

 Om swastiastu

 Nasruli

 __
 Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com




Re: Angkat topi! Re: Golkar hebat

1999-10-04 Terurut Topik Igg Adiwijaya

 JUSTRU adalah tanggung jawab PDI - P dan Megawati untuk mendidik rakyat nya
 (rakyat yang memilih PDI P), jangan malah dimanfaatkan rakyat yang tidak
 tahu politik untuk kepentingan sendiri.  Jadi mereka juga sadar politik.

Tidak hanya PDIP saja. Tapi juga partai-partai yang lainnya.
Kita juga musti sadar bahwa rakyat "banyak" itu bukan seperti kita,
yang umumnya punya pendidikan tinggi + punya akses ke INternet + bisa
ikut mailing list.
Sebagian besar rakyat itu kurang berpendidikan.
Lalu yang dilihat mereka dikoran + TV selama masa ORBA itu ya ..
cuman presiden + wakil + 1atau2 mentri.
Jadi ya .. kalo menurut saya, ada kecenderunagn besar kalo
rakyat nyoblos ke Pemilu, yang dipikir mereka
presiden+wakil+mentri-mentri.

Memang rakyat banyak musti harus dididik tidak hanya politik
tapi juga pendidikan mendasar yang lainnya.

igg

 Beberapa hari ini juga mulai kelihatan lagi sebuah contoh pembodohan dalam
 menggalang opini di masyarakat seperti jargon " money politics", " dagang
 sapi" , " yang menjadi presiden adalah yang mendapatkan suara rakyat paling
 banyak", "distorsi (nya MS)" , "rakyat dan kedaulatan dikhianati" dll jargon
 yang menyesatkan rakyat kecil.

 Soe

 -Original Message-
 From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
 Date: Tuesday, October 05, 1999 11:37 AM
 Subject: Angkat topi! Re: Golkar hebat


 
 Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan
 Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu
 belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa
 yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di
 pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik
 di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati
 nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di
 Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR".



 Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja.
 Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa
 mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap
 dan sedikit lebih intellectual.
 




Contoh soal

1999-10-04 Terurut Topik Suhendri

Contoh preman.
Bisanya mengancam saja.
Tidak bisa berpolitik malah menyalahkan orang lain.

Soe.

===

Mega Kalah, Rakyat Bicara
Roy:Politik Dagang Sapi Ada di MPR
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Roy BB Janis dari PDI Perjuangan menyatakan bahwa politik
dagang sapi telah dipraktekkan dalam SU MPR. “Di lembaga ini kita berbicara
masalah prinsip. Tapi yang terjadi dalam pemilihan Ketua MPR kemarin adalah
seperti politik dagang sapi,” kritik Roy, Selasa (5/10/1999).

Politik dagang sapi itu terlihat dengan adanya saling minta bagian
antarkelompok. “Mereka saling meminta bagian, bagi-bagi kue,” tandas Roy
yang juga Ketua DPD I PDI P Jakarta ini di Gedung MPR, Jl Gatot Subroto,
Jakarta. “PDI P tidak mau berlaku seperti politik dagang sapi. Dalam artian
menaikkan seseorang, tapi mengorbankan yang lain,” sambung Roy.

Roy membantah bahwa kekalahan PDI P selama ini karena kurang mahir bermain
lobi.”
PDI P memang tidak gembar-gembor seperti partai lain. Tapi bukan berarti PDI
P kaku. Karena yang dipermasalahkan sekarang adalah masalah prinsip, jadi
kelahatan dari luar, seolah-olah PDI P kaku, padahal mempertahankan
 prinsip,” kata Roy.

Sementara itu, anggota PDI P lain, Yulius Usman, menyatakan bahwa partainya
tetap mengincar kursi presiden. “Yang penting yang harus jadi presiden
adalah dari PDI Perjuangan. Itu harus,” tegas Yulius. Bagaimana kalau kalah?
“Rakyat akan bicara,” jawab Yulius mengancam.

Calon pimpinan DPR dari PDI P sendiri adalah Soetardjo Soerjogoeritno. “Kami
tak peduli siapa yang akan menang nanti. Tidak peduli apa didukung partai
lain atau tidak, yang penting sudah melakukan lobi ke sumua partai, kalau
menang sukur kalau tidak, ya sudah,” kata Yulius yang mantan Sekjen PUDI
ini. Sedang Sutjipto mengaku tidak ada target untuk merebut jabatan kursi
Ketua DPR. “Kami hanya mentargetkan wakil ketua DPR saja,” kata Sutjipto.



Selamat, Megawati Presiden

1999-10-04 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

;-)

Dari perkembangan SU, menurut perkiraan saya, kans Megawati
utk jadi presiden semakin besar (kalo pake angka, ya 55%, lah).

Bagi yg pro Mega (antara lain PDIP, Bursa Saham, Investor,
amerika, spekulan rupiah,... dll), saya ucapkan selamat (kalo
ternyata perkiraan meleset, gampang, nanti ucapan selamat bisa
dicabut lagi).

Yw.



(Oknum) PDIP Meludahi Mukanya Sendiri...

1999-10-04 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

Detik.com:
Roy:Politik Dagang Sapi Ada di MPR
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Roy BB Janis dari PDI Perjuangan menyatakan bahwa
politik dagang sapi telah dipraktekkan dalam SU MPR. “Di lembaga ini kita
berbicara masalah prinsip. Tapi yang terjadi dalam pemilihan Ketua MPR
kemarin adalah seperti politik dagang sapi,” kritik Roy, Selasa (5/10/1999).

Politik dagang sapi itu terlihat dengan adanya saling minta bagian
antarkelompok. “Mereka saling meminta bagian, bagi-bagi kue,” tandas Roy
yang juga Ketua DPD I PDI P Jakarta ini di Gedung MPR, Jl Gatot Subroto,
Jakarta. “PDI P tidak mau berlaku seperti politik dagang sapi. Dalam artian
menaikkan seseorang, tapi mengorbankan yang lain,” sambung Roy.

... dst.

Yw: Ini maksudnya mau meludahi mukanya sendiri atau gimana, ya?
Kalo emang PDIP nggak dagang sapi, kok bisa-bisanya Kwik Kian
Gie cuma dapet lima suara?