Re: Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan Kearah Mana ?)
Ah Anda benar sekali :-) Soe -Original Message- From: Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, October 04, 1999 2:22 PM Subject: Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan "Kearah Mana ?") Suhendri [EMAIL PROTECTED]: ... Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak jujur, atau orang bodoh yang jujur. Yw: Kalo mau bicara secara literal (sesuai makna bahasa), sebetulnya, apa yg terjadi sekarang ini udah nyetel (pas). Habis gimana, rakyat Indonesia sendiri (SDM-nya) juga kebanyakan tidak bagus kualitasnya kok, kalo wakilnya demikian, ya pantas ajalah. Malah kalo masyarakat kualitasnya kayak sekarang, terus wakilnya di lembaga legislatif profesor doktor semua, ya, itu, sebenernya kurang mewakili... Ha, ha.. Contoh kata: kalo golongan etnis tionghoa diwakili di lembaga legislatif oleh orang dari etnik hispanik turunan portugis totok, kan kurang pas, atau golongan Islam diwakili orang beragama shinto, ini namanya kan nggak nyetel, nggak pas. Sebenernya masalah besarnya adalah: kenapa kok rakyat Ina kualitasnya kayak sekarang ini? Di sini masalah besarnya dan perlu penyelesaian sistematis yg mungkin perlu waktu 5-20th, tapi betul-betul perlu dan harus diubah. Kalo yg di senayan itu sih cuma wakilnya doang. Dibagus-bagusin di situ, kalo di jalanan kualitasnya masih kayak sekarang, ya, nggak sip,... Ini pendapat saya. Mungkin agak nyimpang dikit, atau memperluas permasalahan. Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini. Soe Yw: Kalo nanti rakyat Ina udah pada pinter-pinter (katakanlah rata-rata lulusan SMA), ya wakil rakyat yg kayak sekarang ini ya nggak pantas lagi... ;-)
Tidak Siap
Tidak siap rupanya ibu yang satu ini untuk kalah. Moga - moga Tuhan tidak disalahkan lagi, karena kalah voting :-( Karena kaya'nya beliau ini tidak mengerti yang namanya sistem perwakilan rakyat seperti ditulis di UUD45. Masih bersikeras, bahwa beliau menang pemilu, hm, kurang realistis dan berjiwa besar. Soe = Jika SU Tak Cerminkan Hasil Pemilu Mega: Pasti Akan Lahirkan Distorsi Reporter: Sigit Widodo detikcom, Jakarta- PDI-P memang jadi pemenang Pemilu. Namun serentetan kekalahan harus diterima secara pahit dalam SU MPR. Dan Ketua Umum PDI-P, Megawati, mengingatkan, bahwa jika saja hasil SU tak mencerminkan hasil Pemilu, pasti akan terjadi hal-hal yang membawa distorsi. Pernyataan Megawati itu dilontarkan setelah acara pelantikan Pimpinan MPR periode 1999-2004 yang menempatkan Amien Rais sebagai Ketua MPR. Amien tampil setelah mengalahkan pesaing terdekatnya, jago dari PDI-P, Matori Abdul Djalil. Kepada wartawan yang mengepungnya, di gedung MPR, Senin (4/10/1999), Megawati menyatakan, sejak awal ia telah mengingatkan, bahwa Sidang Umum ini merupakan tarikan napas panjang dari Pemilihan Umum yang lalu. "Kalau Sidang Umum ini tidak mencerminkan hasil Pemilu dengan segala hal yang telah dilakukan oleh rakyat sebagai pemegang kedaulatan dan yang menggunakan haknya, sudah pasti akan terjadi hal-hal yang membawa distorsi,"tandas Megawati. Pernyataan Megawati tersebut nampaknya memang terkait dengan serentetan kekalahan dalam ajang SUI MPR. 4 Kali kalah voting, yang puncaknya ditandai dengan kekalahan dalam merebut posisi Ketua MPR, harus diakui bahwa, meski menjadi pemenang Pemilu, ternyata PDI-P tak berkutik. Aliansi Golkar dan kubu Poros Tengah yang dimotori Amien Rais, pada akhirnya diakui oleh Fraksi FPDI-P, Soetjipto, membuat langkah PDI-P kian berat. Masih dua agenda yang akan menjadi taruhan bagi PDI-P. Yakni perebutan kursi Ketua DPR dan puncaknya pemilihan Presiden yang dijadwalkan berlangsung pada 20 Oktober 1999 mendatang.
Soal Kualitas Wakil Rakyat (Was: Tanggapan Kearah Mana ?)
Suhendri [EMAIL PROTECTED]: ... Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak jujur, atau orang bodoh yang jujur. Yw: Kalo mau bicara secara literal (sesuai makna bahasa), sebetulnya, apa yg terjadi sekarang ini udah nyetel (pas). Habis gimana, rakyat Indonesia sendiri (SDM-nya) juga kebanyakan tidak bagus kualitasnya kok, kalo wakilnya demikian, ya pantas ajalah. Malah kalo masyarakat kualitasnya kayak sekarang, terus wakilnya di lembaga legislatif profesor doktor semua, ya, itu, sebenernya kurang mewakili... Ha, ha.. Contoh kata: kalo golongan etnis tionghoa diwakili di lembaga legislatif oleh orang dari etnik hispanik turunan portugis totok, kan kurang pas, atau golongan Islam diwakili orang beragama shinto, ini namanya kan nggak nyetel, nggak pas. Sebenernya masalah besarnya adalah: kenapa kok rakyat Ina kualitasnya kayak sekarang ini? Di sini masalah besarnya dan perlu penyelesaian sistematis yg mungkin perlu waktu 5-20th, tapi betul-betul perlu dan harus diubah. Kalo yg di senayan itu sih cuma wakilnya doang. Dibagus-bagusin di situ, kalo di jalanan kualitasnya masih kayak sekarang, ya, nggak sip,... Ini pendapat saya. Mungkin agak nyimpang dikit, atau memperluas permasalahan. Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini. Soe Yw: Kalo nanti rakyat Ina udah pada pinter-pinter (katakanlah rata-rata lulusan SMA), ya wakil rakyat yg kayak sekarang ini ya nggak pantas lagi... ;-)
Bagaimana sikap mahasiswa?
Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah". Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega sebagai motor penggerak reformasi. Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat bahwa CW sudah berubah pendirian. Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah. AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit terakhir. Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik pelajaran dari sini? 1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu sering ribut kalau banyak dari kita membuat statement kalau si A tidak mendukung si B dari partai C, maka mengkianati semangat reformasi, dlsb. 2. Mahasiswa bingung mana yg reformasi dan mana yg bukan. Pernyataan Habibie hari ini rasanya merupakan pernyataan paling reformis, dibandingkan sikap-sikap dari Mega. Sungguh ironis dengan predikat "status quo" yg kita cap-kan di dahinya. Dari awal saya juga sudah bilang bahwa dia lebih reformis dibandingkan Megawati. Hal ini bukan berarti saya mendukung Habibie (toh nggak pengaruh), karena saya merasa Habibie tokoh yg lemah. Mudah ditekan oleh pihak orang lain. Sikap kompromi adalah sikap yg baik. Cuma kita tahu dalam kompromi pasti ada yg kita korbankan. Kejadian Timtim adalah sikap kompromi yg terlalu besar. Saya tidak tahu lagi dengan kemungkinan- kemungkinan sejenis terhadap Aceh, Maluku Selatan, dan Irja bila Habibie tetap naik. 3. Mahasiswa selalu menjadi minyak pelumas dari jalannya pergantian kekuasaan. Setelah itu, bila piramid lama sudah berhasil digeser oleh piramid baru (dengan minyak zaitun melumasi batang pohon sebagai rodanya), maka minyak zaitun tersebut tidak diperlukan lagi. Akhirnya kehidupan berjalan normal lagi, mahasiswa nggak ada kerjaan akhirnya tawuran lagi;) Hehehe...;) Bagaimana dengan sikap mahasiswa? Rasanya jalannya sidang MPR sudah mencerminkan sikap reformasi. Terciptanya kubu-kubu juga tidak perlu diributkan. Di mana-mana juga begitu kok. Menurut saya sih mending mahasiswa sekarang menuntut perbaikan fasilitas sekolah saja. Pemerintah juga sudah saatnya memberi fasilitas lab. dlsb. lengkap dengan suasana kondusifnya seperti kerjasama dg swasta. Lumayan biar tidak ada yg sekolah ke Aussie si negara rasis itu. Ngomong-ngomong tentang Aussie dan Timtim, SMH hari ini memberitakan bahwa Caritas Priest dan puluhan aid workers yang mereka gemborkan mati ternyata hidup dan baru kembali dari gunung-gunung. Memang sungguh bangsat bangsa Aussie ini. Bila mereka tidak menemukan orang, langsung berkoar sampai ke mars bahwa mereka dibantai militia dibantu oleh TNI. Sungguh tidak tahu malu menfitnah negara tetangganya. Mungkin langkah mahasiswa yg perlu adalah mendemo agar pemerintahan yang baru membatasi hubungan dengan negara Aussie dan NZ itu. Satu hal lagi, dengan bukti bahwa media barat lebih banyak fitnah daripada berita benernya, mestinya tuntutan pengadilan internasional yg mereka gemborkan makin tidak berdasar. Setiap tindakan seperti itu (misal gerakan para advokat Aussie) pasti berlatar belakang ingin menghujam RI dari belakang lagi. +jeffrey anjasmara __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Australian Lawyers balik menantang
Para lawyer Australia yang kurang kerjaan ini sibuk meng-create pekerjaan baru. Jelas dengan backing dari pemerintah Howard Coward shg mereka bisa komentar seperti ini. Rasanya ahli hukum RI harus bersiap menyelidiki kasus-kasus abuse yg dilakukan oleh pemerintah Aussie terhadap kaum Aborigin, dan menuntut Aussie. Biar mereka merasakan bagaimana rasanya dicampuri oleh orang luar. SMH juga menerbitkan artikel bahwa kalangan bisnis Indonesia sudah mengurangi dan menghentikan impor dari Australia. Itu bagus. Biar mereka tahu bahwa hubungan ekonomi tak akan pernah jauh dari hubungan politik. Sama halnya dengan hubungan-hubungan yg lain. +Jeffrey Anjasmara ' Lawyers dismiss Indonesia's diplomatic threat Source: AAP | Published: Monday October 4 8:46:10 AM Australian lawyers involved in the investigation into human rights abuses in East Timor are not perturbed by Indonesia's threat to break off diplomatic ties with Australia. Indonesian Justice Minister Muladi has threatened to cut diplomatic ties with Australia if the International Commission of Jurists investigation, involving Australian lawyers, goes ahead. But the president of the commission's Australian branch, Justice John Dowd, said today the threat would not interfere with the collection of evidence of atrocities. Lawyers, he said, were only seeking the truth and were duty-bound to ensure evidence was available despite what he termed a "public relations" exercise by Muladi. "No Indonesian has anything to worry about if he hasn't committed any offence," Justice Dowd told ABC Radio. "I don't see why they should be so concerned about it. "They don't like what's happening, but it will go ahead whatever they say." The world had set up a procedure for assessing human rights abuses which had occurred in East Timor and made the decision irrespective of Indonesia's perspective on the matter, Justice Dowd said. Indonesia had been making threats for a long time and tended not to carry them through, he said. The Australian lawyers were concerned about collecting evidence, not engaging in a political debate. "Our concern is the evidence," he said. "This is a political issue for the Australian government to take up." __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Tanggapan Kearah Mana ?
At 01:42 PM 10/4/99 +0700, Suhendri wrote: Posting " Kearah Mana ? " dan " Kearah Mana ? Versi 2 " ternyata sebagian besar menanggapi dengan sebuah kemakluman dan pembenaran mutu SDM dari wakil rakyat saat ini / reformasi (?) dibandingkan dengan jaman ORBA. Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak jujur, atau orang bodoh yang jujur. Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini. Soe Sebetulnya keadaan dan mutu wakil rakyat kita saat ini, terjadinya pada tahun 1970. Bukan pada tahun 1999. Kalau itu terjadinya tahun 1970, mungkin tahun 1999 sekarang kita agak lain dari saat kini. Minimal anggota MPR akan lebih sedikit teratur. Tahun 1970-an, waktu itu tidak ada demokrasi, yang ada adalah rekayasa sejati nan canggih. Makanya terkesan 'sopan' dan 'rapih'. Iya kan ? Sayangnya, banyak pihak yang mendukung kepemimpinan Pak Harto kala itu, namun kini justru berbalik...:) Masih ingat bagaimana Pak Harto terpilih sebagai Pj Presiden ? Salam, bRidWaN
Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Maaf Pak Jeffrey, apa yang membuat AR bisa disebut sebagai motor penggerak Reformasi ? Apakah anda kaget apabila ternyata PAN (atau sebagian Pengurusnya) adalah pendukung Habibie ? Ini menurut pandangan saya loh:) Selamat untuk Pak Amien Rais dan para wakil-nya ! Salam, bRidWaN At 09:36 AM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote: Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah". Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega sebagai motor penggerak reformasi. Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat bahwa CW sudah berubah pendirian. Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah. AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit terakhir. Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik pelajaran dari sini? 1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu sering ribut kalau banyak dari kita membuat statement kalau si A tidak mendukung si B dari partai C, maka mengkianati semangat reformasi, dlsb. 2. Mahasiswa bingung mana yg reformasi dan mana yg bukan. Pernyataan Habibie hari ini rasanya merupakan pernyataan paling reformis, dibandingkan sikap-sikap dari Mega. Sungguh ironis dengan predikat "status quo" yg kita cap-kan di dahinya. Dari awal saya juga sudah bilang bahwa dia lebih reformis dibandingkan Megawati. Hal ini bukan berarti saya mendukung Habibie (toh nggak pengaruh), karena saya merasa Habibie tokoh yg lemah. Mudah ditekan oleh pihak orang lain. Sikap kompromi adalah sikap yg baik. Cuma kita tahu dalam kompromi pasti ada yg kita korbankan. Kejadian Timtim adalah sikap kompromi yg terlalu besar. Saya tidak tahu lagi dengan kemungkinan- kemungkinan sejenis terhadap Aceh, Maluku Selatan, dan Irja bila Habibie tetap naik. 3. Mahasiswa selalu menjadi minyak pelumas dari jalannya pergantian kekuasaan. Setelah itu, bila piramid lama sudah berhasil digeser oleh piramid baru (dengan minyak zaitun melumasi batang pohon sebagai rodanya), maka minyak zaitun tersebut tidak diperlukan lagi. Akhirnya kehidupan berjalan normal lagi, mahasiswa nggak ada kerjaan akhirnya tawuran lagi;) Hehehe...;) Bagaimana dengan sikap mahasiswa? Rasanya jalannya sidang MPR sudah mencerminkan sikap reformasi. Terciptanya kubu-kubu juga tidak perlu diributkan. Di mana-mana juga begitu kok. Menurut saya sih mending mahasiswa sekarang menuntut perbaikan fasilitas sekolah saja. Pemerintah juga sudah saatnya memberi fasilitas lab. dlsb. lengkap dengan suasana kondusifnya seperti kerjasama dg swasta. Lumayan biar tidak ada yg sekolah ke Aussie si negara rasis itu. Ngomong-ngomong tentang Aussie dan Timtim, SMH hari ini memberitakan bahwa Caritas Priest dan puluhan aid workers yang mereka gemborkan mati ternyata hidup dan baru kembali dari gunung-gunung. Memang sungguh bangsat bangsa Aussie ini. Bila mereka tidak menemukan orang, langsung berkoar sampai ke mars bahwa mereka dibantai militia dibantu oleh TNI. Sungguh tidak tahu malu menfitnah negara tetangganya. Mungkin langkah mahasiswa yg perlu adalah mendemo agar pemerintahan yang baru membatasi hubungan dengan negara Aussie dan NZ itu. Satu hal lagi, dengan bukti bahwa media barat lebih banyak fitnah daripada berita benernya, mestinya tuntutan pengadilan internasional yg mereka gemborkan makin tidak berdasar. Setiap tindakan seperti itu (misal gerakan para advokat Aussie) pasti berlatar belakang ingin menghujam RI dari belakang lagi. +jeffrey anjasmara
Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Bila kita berkilas baik ke jaman sebelum Suharto lengser, hanya satu, sekali lagi hanya satu orang di negara berpenduduk 215 juta orang yang berani mengkritik pemerintahan Suharto. Orang itu bernama Amien Rais. Bukan Gus Dur, bukan Megawati, bukan pula Nasution dkk. Saat itu, saat seorang rekan mulai mempromosikan nama AR, saya sangat menyangsikan bahwa orang kecil mungil tidak ada gagah-gagahnya ini sanggup menghidupkan percik-percik keberanian mahasiswa. Tidak ada yang dapat menyangkal kontribusi Amien di sini. Bila Bung BRidwan mempertanyakannya, mari kita buka arsip-arsip lama. Sebagai catatan penting, hanya Amien yang berani bilang terang-terangan agar Suharto mundur. Ini terjadi jauh sebelum orang-orang mengangkat diri sendiri sebagai reformis. Dalam kehidupan berpolitik, tidak akan ada musuh abadi dan kawan abadi. Semua kerja sama didasarkan kompromi. Tidak juga hubungan antara PDIP dan PKB yang akrab saat ini. Tidak juga hubungan antara Amien dengan Habibie, atau dengan Akbar Tanjng, ataupun dengan Gus Dur. Tidak juga permusuhan antara Amien dengan Wiranto, misalnya. Tidak juga permusuhan antara Baramuli dengan Marzuki Darusman, misalnya. Semua memiliki agenda masing-masing, dan bila menemui kenyataan bahwa agendanya tak mampu dijalankan, satu-satunya jalan adalah kompromi. Rasanya hal ini sangat natural. Sama dengan kehidupan manusia pada umumnya. Dengan demikian, bisa saja Amien akan mendukung Habibie. Semua tergantung siapa lawan alternatifnya. Bila dipandang Megawati tidak lebih menguntungkan, mengapa mesti memilih Megawati. Demikian pula sebaliknya. Jadi saya menolak anggapan bahwa Amien SEBETULNYA mendukung Habibie (dari dulu). Ngapain mendukung Habibie kalau diri sendiri punya kans jadi presiden? Masalah PAN sendiri, wah sama saja. Semuanya bermuara di kata KOMPROMI. Tak kurang dari PDIP akan melakukan hal yang sama. Para elite PDIP sudah berancang melakukan lobi-lobi maut, termasuk berusaha menggandeng Golkar dan TNI, juga poros tengah. Apakah salah? Wah, nggak ada yang salah mas. Yang saya heran adalah sikap mass media dengan 'kebijakan power sharing' dari Akbar Tanjung. Wah, nggak perlu ada kebijakan, nanti dengan sendirinya juga bakalan ada yg kayak gini. Kalaupun ternyata Megawati juga terpilih, rasanya kabinetnya juga bakal terisi oleh orang-orang Golkar, PAN, dlsb. Kenapa? Wah, kalau nggak diwakili nanti sikap oposisi akan terlalu keras, sehingga si pemegang kekuasaan akan selalu duduk di atas kursi panas. Alamiah lah mas. Maklum saja, ini Indonesia.;) Kalau saya boleh ngatur sih, tidak boleh ada yang model gini. Pihak koalisi yg menang yang memegang kekuasaan, dan koalisi yang kalah menjadi oposisi. Dengan demikian, kita sebagaimana mahasiswa malah dapat manfaat. Tidak ada lagi cikal bakal penggerogotan uang negara/rakyat. Cuman saya agak skeptis. Mengapa? Habis ciri orang Indonesia adalah DARIPADA RIBUT-RIBUT KITA SAMA-SAMA RUGI, MENDING KITA KERJA SAMA AKAN SAMA-SAMA UNTUNG. Betul tidak? Mari kita lihat sama-sama, apakah pola-pola "semangat kebersamaan dan kekeluargaan" ini tetap dijalankan oleh presiden mendatang. +Jeffrey Anjasmara '--- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Bagaimana sikap mahasiswa? Date: Mon, 4 Oct 1999 23:46:17 +0700 Maaf Pak Jeffrey, apa yang membuat AR bisa disebut sebagai motor penggerak Reformasi ? Apakah anda kaget apabila ternyata PAN (atau sebagian Pengurusnya) adalah pendukung Habibie ? Ini menurut pandangan saya loh:) Selamat untuk Pak Amien Rais dan para wakil-nya ! Salam, bRidWaN At 09:36 AM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote: Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah". Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega sebagai motor penggerak reformasi. Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat bahwa CW sudah berubah pendirian. Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah. AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit terakhir. Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik pelajaran dari sini? 1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu sering
Re: Tanggapan Kearah Mana ?
At 01:42 PM 10/4/99 +0700, you wrote: Posting " Kearah Mana ? " dan " Kearah Mana ? Versi 2 " ternyata sebagian besar menanggapi dengan sebuah kemakluman dan pembenaran mutu SDM dari wakil rakyat saat ini / reformasi (?) dibandingkan dengan jaman ORBA. Kalau mau sadar dan jujur ke diri sendiri, mutu SDM yang tidak bagus dari wakil rakyat, adalah masalah serius, terlepas dari orang pintar yang tidak jujur, atau orang bodoh yang jujur. Melihat mutu dan kwalitas dari penanggap, agak prihatin juga saya membaca tanggapan dari beberapa penanggap di Permias, yang memaklumkan dan membenarkan Mutu SDM Wakil Rakyat saat ini. Soe Budi: Karena penanggap terbagi menjadi dua berdasarkan dari mana titik pandangnya terhadap kualitas SDM DPR/MPR saat ini. Kelompok pertama berangkat dari menyayangkan dan menyesalkan rendahnya mutu SDM tsb. Kelompok kedua berangkat dari sisi pandang bahwa bagaimanapun, mereka adalah wakil rakyat yang telah terpilih melalui Pemilu yang telah disepakati sebagian besar rakyat Indonesia. Kelompok ini menyadari bahwa kelemahan sistem pemilu yang memilih partai ya seperti ini. Partailah yang punya wewenang memilih orang-orangnya untuk duduk di DPR/MPR (rakyat kebanyakan tidak bisa memilih orang yang dianggap 'mampu' untuk didudukkan sebagai wakil rakyat, karena ini akan keluar dari sistem yang ada). Sehingga, kalau kualitas wakil rakyat yang disodorkan partai-partai tsb tidak atau kurang kompeten ya tetap saja konstitusional. Jadi, kelompok ini tidak bisa menyalahkan adanya wakil rakyat yang kurang' mutu'nya tsb., karena memang keberadaan mereka tsb di DPR/MPR telah melalui suatu sistem yang telah disepakati bersama oleh bangsa ini. Dengan demikian, apa yang bisa kita lakukan saat ini dengan kondisi SDM wakil rakyat seperti itu? Tidak ada khan...? Kalau kita bisa mencari solusi untuk meningkatkan kualitas SDM tsb barulah OK Misalnya saja Mas Mahendra Siregar sudah mencoba dengan idenya, kemudian beberapa pengamat politik di Indonesia juga telah sampai kepada ide-ide peningkatan SDM wakil rakyat tsb., meskipun ide-ide tsb tidaklah mudah untuk diterapkan, apalagi dilaksanakan. namun, paling tidak ada ide untuk solusinya, dan ini tidak berada di awang-awang. Bandingkan para pencetus ide pemecahan masalah ini dengan mereka-mereka yang hanya mengkritik dan menyesali rendahnya mutu wakil rakyat tsb. Bukankah 'concern' kepada negara dan bangsanya justru lebih besar pada para pencari solusi tsb?! Sebenarnya masih ada sudut pandang lain yang bisa dikemukakan untuk melengkapi apa dibalik tanggapan topik 'ke arah mana' tsb., namun, itu bisa diungkapkan di lain kesempatan. Salam, Budi
Amien Rais
Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: [Kuli Tinta] Amien Menang, PAN Malah Goyang
hehehehePak Jantan, kok pake 'kamu-kamuan' segala sih :) Saya tidak benci dengan PAN, tetapi kurang ber-simpatik dengan AR. Mengapa ? Ya karena 'neka-neko' yang saya kurang mengerti. Maklum, gagap politics:) Saya berharap agar AR diberikan kekuatan untuk melawan semua godaan dunia, dan tetap diberi ketenangan dan kebersihan didalam hati nurani-nya. Cuma saya yang bingung ? ahmasa sih ? Bukannya anggota PAN sendiri juga bingung ? Kalau engga percaya, tanya deh sama SekJen PAN ! Salam, bRidWaN At 08:02 PM 10/3/99 -0700, Jantan P wrote: Yang bingung bukan para pendukung PAN, tapi kamu sendiri. Setiap apa saja yang baik dari Amin atau PAN yang kebakaran jenggot pasti orang pdi mega seperti kamu ini. munafik banget sih kamu! Kalau kamu benci sama amin dan pan, pakai nama kamu sendiri saja jangan ngutip-ngutip nama orang orang laen J.Pribadi --- bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Berita seperti ini yang suka mengherankan saya selama beberapa bulan. Mengapa orang orang PAN suka berkelakuan seperti tidak mengenal Tokoh Tokohnya ? Ini akan membuat bingung para pendukung PAN. Salam, bRidWaN - Jumpa Pers Protes Amien Dibatalkan Amien Menang, PAN Malah Goyang http://www.detik.com/berita/199910/19991004-0220.htm -
Golkar hebat - Re: Amien Rais
Kalo saya boleh nebak apa yang ada di benak orang Golkar (ini masih nebak lho ...). Kalo menurut saya terpilihnya Amien Rais sebagai ketua MPR sangat menunjukan ke pintaran Golkar dalam berpolitik. 1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan) jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang pemerintahan nantinya. 2. Sepertinya target utama Golkar adalah kursi presiden. Nah sekarang Amien Rais berhutang sama Golkar. Sepertinya yang diharapkan Golkar dari Amien Rais + poros tengah, bukan support di DPR, tetapi di CAPRES. Saya nggak yakin apakah pada menit-menit terakhir Habibie masih akan di calonkan jadi CAPRES oleh Golkar. Serasanya akan ada kejutan CAPRES dari Golkar. Jika ini benar (masih tebak-tebakan lho ...) Golkar akan mencalonkan /vote-for orang yang tidak kuat beroposisi untuk jadi ketua DPR. Tidak jadi masalah apakah orang tersebut datang dari Golkar atau Poros tengah. Bila Golkar mensupport orang dari poros tengah untuk jadi ketua DPR, maka CAPRES hampir mutlak ada di tangan Golkar nantinya. Jadi saya rasa Amien Rais secara tidak sadar telah di kurangi posisinya secara lunak oleh Golkar dari percaturan politik nantinya. igg On Mon, 4 Oct 1999, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Maaf Bung Kamil, saya maksudkan agar mahasiswa tidak usah berdemo-demo kayak yg dilakukan oleh FAMRED dan FORKOT saat ini. Kan sampai hari terakhir mereka masih mengancam akan turun demo bila hasilnya tidak memuaskan mereka. Masalahnya kata 'puas' sangat kualitatif, bisa-bisa nggak ada habis-habisnya. Jadi kalau berdemo untuk urusan lain sih masih bisa lah. Mengenai SU MPR sendiri saya cukup puas, karena sudah mencerminkan sifat reformasi itu sendiri. Justru itu saya bilang mahasiswa tidak usah demo (untuk masalah arus reformasi ini). Mengenai skenario siapa yg bakal jadi presiden, saya melihat terlalu banyak kemungkinannya. Makanya saya kurang tertarik membahasnya. Saya juga heran bin bingung bila melihat keakraban Akbar dengan Megawati akhir-akhir ini. Hanya saya tidak melihat relevansi langkah kerjasama antara Golkar dengan Poros tengah (dalam pemilihan Ketua MPR), dengan kerjasama antara Golkar dengan PDIP+PKB (untuk pemilihan presiden). Kesan yang saya tangkap justru Akbar hendak mensejajarkan dirinya dengan Mega, alias membuka kemungkinan dia jadi presiden vs. Megawati. Alias, Habibie mundur diganti oleh Akbar. Bila Akbar naik, poros tengah makin kuat mendukung Golkar (bila mereka masih tidak punya calon kuat). Ada masalah dengan TNI, karena Akbar pernah ribut dengan orang militer masalah jabatan ketua Golkar. Alhasil TNI bisa-bisa beralih ke PDIP+PKB. Bila Megawati menang jadi presiden, besar kemungkinan Akbar jadi wapres seperti anda bilang. Mengapa? Seperti saya tulis sebelumnya, siapapun pemenangnya tidak ingin ada oposisi yg terlalu kuat. Oya, ini asumsi bila wapres masih merupakan hak presiden untuk ikut campur tangan. Tidak tahu juga kalau wapres ditentukan oleh: - mekanisme penyandingan dari awal, atau - mekanisme siapa yg kalah jadi wapres, atau - mekanisme pemilihan presiden dan wapres yg benar-benar terpisah (ada list calon presiden dan list calon wapres). Ada yg tahu? Semoga saja tebakan saya salah, karena saya tidak ingin ada power sharing. Mengenai Megawati mesti jadi presiden, wah ini yang kurang sreg. Pemilu kemarin lebih merupakan lomba besar-besaran nilai tawar partai untuk menge-gol-kan calonnya. Kalau partainya menang 70% pun, bila dalam pemilihan presiden tidak solid, sang calon bisa juga tersungkur. Itulah aturan main dari sistem kita kan? Makanya Suharto alergi dengan calon ganda biarpun Golkar menang telak. Saya sih lebih memandang bahwa ini masalah persaingan antara PDIP+PKB vs Golkar+Poros Tengah+TNI, sejak dari pemilihan Ka MPR, Ka DPR, dan presiden. Alasannya? PKB saja sudah bilang tidak akan menerima pertanggungjwaban Presiden, bagaimana mereka mau kerjasama dengan Golkar? Yah, bagaimanapun kemungkinan lain terbuka lebar. Kompromi dan bagi-bagi jatah kekuasaan dapat membalik semua analisis kita. Kan masih ada 2 minggu lebih untuk kasak-kusuk. Salam, Jeffrey Anjasmara. --- From: kamil abu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: "Indonesian Development Studies -- http://web.syr.edu/~suisa/ids/" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Bagaimana sikap mahasiswa? Date: Mon, 4 Oct 1999 19:45:24 +0100 Bung Jeff, Kemenangan Mas Amien itu karena memang dibutuhkan pemimpin untuk amandemen UUD 45, juga dibutuhkan pemimpin yang kritis meminta petanggungjawaban presiden di mana direncanakan dilakukan tiap tahun dibandingkan tiap lima tahun. Jadi posisi ketua MPR untuk saat ini adalah salah satu kunci keberhasilan reformasi itu sendiri. Ketua DPR yang akan dipilih besok diprediksi yang menang adalah Akbar Tanjung, tapi benarkah belaiu hanya sementara yang selanjutnya akan menjadi wapres di mana saya duga kalau scenario itu benar maka presidennya adalah Mbak Mega, makanya kita sering melihat Bung Tanjung dan Mbak Mega duduk bersandingan. Lalu kemana Gus Dur, menurut saya Gus Dur akan dijadikan kuda hitam kalau ternyata Oom Rudi tetap dicalonkan Golkar. Jadi Gus Dur akan diadu dengan Oom Rudi, tapi kalau Oom Rudi ditarik dari capres dan ternyata dimunculkan Bung Tanjung maka yang akan bersaing adalah Mbak Mega dimana Gus Dur akan duduk sebagai penasehat. Hanya saya masih menebak bahwa presiden adalah Gus Dur tapi agak ragu juga kalau ternyata Mbak Mega tak dapat posisi penting atau hanya mentri saja padahal partai beliau adalah pemenag pemilu, makanya dugaan saya calon presiden paling kuat adalah Mbak Mega. Bung Jeff anda minta mahasiswa agar lebih konsentrasi untuk meningkatkan lab di uni (meninggalkan demo politik dalam negeri) tapi juga minta untuk demo menentang hubungan dengan Aussie dan NZ. Yang mana yang bener?? urusan lab sich urusan dalam kampus, bahwa mahasiswa punya kegiatan di luar kampus itu kapanpun diperlukan karena kepedulian sospol itu harus dipupuk oleh siapapun terutama yang ingin jadi pemimpin. salam, -- kamil abu [EMAIL PROTECTED] __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Foto Bagaimana Interfet memeriksa milisi
Silakan lihat, apa ada memeriksa milisi kok milisinya sedang tidur? Satu-satunya kemungkinan si milisi malang ini digebug sampai pingsan, sehingga perlu diangkat oleh si serdadu Aussie ini. Keterangan di NY Times cuman bilang Aussie sedang checking weapons. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com 100299timor-unrest_1.jpg
Seputar SU
Ada artikel mengenai SU yg sedikit menarik perhatian saya: Bila sebelumnya sidang umum berkesan sakral dan ketat, kini tampaknya sangat berubah. Entah karena sudah tak tahan atau karena apa, beberapa anggota Dewan nekat merokok di ruang ber-AC tersebut. Akibatnya, para wartawan di balkon pun ikut-ikutan. Pihak keamanan yang melihat kepulan asap di balkon segera menegur wartawan bersangkutan. Namun secara cerdik wartawan dengan kompak berkata, ''Ingetin dulu wakil lu di bawah sana.'' Akhirnya petugas yang mengingatkan malu dan meninggalkan balkon.Perkara rokok juga memprihatinkan petugas kebersihan gedung itu. ''Baru kali ini ada puntung rokok berserakan di ruangan ini,'' keluh Hardi, seorang petugas. (Tim SM-33g) Bila wakil rakyat nya saja (pejabat lha katakan) tidak dpt memberi contoh utk rakyatnya. Dlm hal ini emang mungkin terlihat spt hal2 sepele... sudah tidak bisa. bagaimana rakyatnya bisa taat peraturan yg lbh serius ... lh wong... contoh yg diliatnya saja tidak memberi tanggapan positive thdp peraturan yg berlaku (peraturan yg sepele lagi). Apa peraturan itu hanya dibuat and diberlakukan hanya khusus utk rakyat... dan tidak utk pejabat (wakil rakyatnya)..?? :-) http://www.suaramerdeka.com/harian/9910/05/nas6.htm Mirza __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Koran Pagi
Koran pagi koran pagi Good Pagi Selamat Morning. "Baca koran" sambil minum kopi sebelum berangkat. Soe = Dalam Melobi, PDI-P Singkirkan Para Senior Partai JAKARTA -- Mengapa kubu PDI Perjuangan selalu mengalami kekalahan dalam pengumpulan suara melalui voting di MPR dua hari lalu? Menurut seorang fungsionaris DPP PDI-P, hal itu tak lepas akibat para senior partai disingkirkan atau tidak dimainkan secara maksimal dalam lobi politik. Selain itu, menurut dia, partai ini dinilainya terlalu percaya diri. Dalam SU MPR kali ini, kubu PDI Perjuangan mengalami kekalahan dalam sejumlah voting pada Rapat Paripurna II MPR yang berlangsung hingga Ahad dinihari (3/10) serta gagal dalam 'menggolkan' Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil dalam pemilihan Ketua MPR pada malam harinya. Pada pemilihan ketua MPR, PDI-P mencalonkan Kwik Kian Gie yang hanya memperoleh lima suara. Lobi-lobi politik yang dilakukan oleh kubu PDI-P, kata fungsionaris yang enggan disebut namanya ini, terlalu bertumpu pada kaum muda partai pimpinan Megawati ini. ''Padahal, yang muda belum matang dalam politik,'' katanya di Jakarta, kemarin. Selain itu, tambah sumber tadi, adanya kelompok pendatang baru yang kemudian menjadi elite di parpol berlogo banteng gemuk ini memperkeruh suasana. ''Semua kelompok tersebut berjalan sendiri tanpa koordinasi yang jelas,'' ungkapnya. Tokoh PDI-P lainnya yang tak masuk dalam jajaran pengurus DPP tak membantah sinyalemen yang dikatakan oleh rekannya tadi. Namun, ia menolak bicara panjang lebar mengenai hal tersebut, karena kini partainya berkonsentrasi untuk memantapkan langkah berikutnya. Ketua DPP PDI-P, Soetardjo Soerjogoeritno, yang dikonfirmasi mengenai hal tersebut mengatakan bahwa setelah kekalahan itu akhirnya PDI-P sadar partai yang tergabung dalam Poros Tengah ternyata memiliki pressure group yang kuat. ''Sebelumnya Poros Tengah tidak diperhitungkan secara masak,'' kata Soetardjo, seusai pelantikan pimpinan MPR. Dia menambahkan saat ini kebenaran politik seperti fatamorgana. ''Didatangi jauh, didiamkan ya diam,'' katanya. Menurut Soetardjo, kekalahan PDI-P dalam voting dan pemilihan ketua MPR akan dijadikan pelajaran mahal bagi partainya. ''Kita sekarang akan memperhitungkan Poros Tengah,'' tegasnya. Dalam kaitannya dengan pencalonan Megawati sebagai presiden, kata Soetardjo, PDI-P akan melakukan pendekatan dan lobi. ''Lobi tersebut tak sebatas pada parpol yang ada, TNI juga akan dilobi,'' tukas Soetardjo. Dia mengakui saat ini banyak anggota DPR dari PDI-P yang kecewa terhadap kekalahan beruntun tersebut. ''Umumnya yang terlalu optimis karena PDI-P menang pemilu akan gilang-gemilang dalam SU. Kenyataannya tidak,'' paparnya. Apakah cukup waktu bagi PDI-P untuk menggalang lobi tersebut? ''Ini memang perlu keseriusan,'' tegas Soetardjo. Sementara itu, Sekjen DPP PDI-P, Alex Litaay, mengatakan bahwa kekalahan partainya dalam pengambilan suara untuk menentukan Ketua MPR periode 1999-2004 bukan akibat fraksinya gagal melakukan lobi, melainkan karena perbedaan interest setiap anggota MPR. ''Tidak benar PDI-P gagal melakukan lobi, kalau dalam voting-nya PDI-P selalu kalah, itu tergantung apa interest-nya dulu,'' kata Alex. Alex mengatakan bahwa apabila hasil lobi yang dilakukan oleh pihaknya tidak tampak, adalah akibat perbedaan sudut pandang mengenai arti lobi itu sendiri. Dalam penentuan Ketua MPR, Ahad malam, katanya, Fraksi PDI-P, yang kurang memperoleh dukungan, akan menagih kembali kesepakatan sebagai hasil lobi dengan beberapa pihak. Namun, kata Alex, apabila mereka ke luar dari komitmen tersebut, adalah kehendak dan hak mereka masing-masing. Ia mengatakan pula bahwa pihaknya masih terbuka untuk melakukan power sharing. Kalangan pengamat politik dan politisi menilai terpilihnya tokoh Poros Tengah HM Amien Rais sebagai Ketua MPR RI tidak saja menunjukkan bahwa gejala semakin solidnya kerja sama politik antara Poros Tengah dan Golkar di satu sisi, namun di sisi lain justru semakin sulitnya posisi lobi PDI-P dan PKB. ''Saya kira dengan terpilihnya Amien Rais sebagai hasil kerja sama politik antara Poros Tengah dengan Golkar, cukup menjadi tanda bahwa koalisi PDI-P dan PKB sulit untuk mengembangkan lobinya hingga pemilihan capres nanti,'' kata Rektor Unmuh Malang, Prof Dr H A Malik Fadjar, kepada Republika kemarin. Sulitnya mengembangkan lobi untuk memperbanyak dukungan memuluskan pencapresan Megawati, kata Malik, adalah konsekuensi pendekatan politik yang diambil oleh PDI-P dan PKB sendiri yang selama ini cenderung eksklusif dan terlalu percaya diri. Sedangkan pengamat politik, Indria Samego, melihat terjadinya empat kali kekalahan PDI-P dan PKB dalam pengambilan voting menunjukkan bahwa konsep dan gagasan dari dua partai tersebut tidak cukup menjual. ''Konsep-konsep politik yang disampaikan mudah terpatahkan dan cenderung konservatif sehingga sulit diterima floor.'' ''Di sisi lain, ini sebagai buah
Money Politic ?
Apa sih sebenarnya pengertian dari Money Politics itu ? Terus terang saya bingung batasannya. Misal saya punya uang sendiri pribadi, saya pakai untuk kepentingan diri sendiri (yang oleh orang lain dianggap merugikan kepentingan orang lain), kemudian saya dituduh "main kotor". Koq kaya'nya nggak ada logikanya. :-( Karena kelihatannya, kalau mulai ada yang merasa "kalah" mulai dech ditiupkan isu dan jargon "money politics", "dagang sapi" dll Funny ya :-) Soe = Waspadai Politik Uang dan "Dagang Sapi" Jakarta, Kompas Meskipun Sidang Umum MPR (SU MPR) 1999 sudah jauh lebih demokratis dibandingkan SU-SU sebelumnya, namun rakyat tidak boleh melepaskan pengawasannya terhadap pelaksanaan SU MPR. Faktor paling krusial yang perlu diawasi adalah kemungkinan terjadinya politik uang (money politics) dan politik "dagang sapi" (konspirasi untuk jual-beli jabatan). Demikian pemikiran pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr Barita Efendi Siregar, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Tommy A Legowo, dan pakar ilmu pemerintahan Unpad Dr Rusadi Kantaprawira, yang dihubungi secara terpisah, Senin (4/10). Mereka dimintai tanggapan mengenai evaluasi pelaksanaan SU MPR yang telah berhasil memilih Pimpinan MPR. Baik Siregar, Legowo maupun Rusadi menilai pelaksanaan SU MPR sudah sangat mencerminkan suasana demokratis, sehingga muncul optimisme bahwa pemerintahan yang terbentuk nantinya benar-benar legitimate, bersih, dan berwibawa. "Itu terbukti dengan terpilihnya Amien Rais sebagai Ketua MPR secara langsung dan terbuka. Apalagi tokoh yang terpilih adalah sosok reformis, jauh sebelum Soeharto lengser," ujar Rusadi. Namun, kata Siregar, demi terbentuknya pemerintahan yang reformis sejati, masyarakat harus terus melakukan kontrol terhadap pelaksanaan SU MPR. Bukan cuma praktik politik bagi-bagi uang (money politics) yang perlu diwaspadai. "Taktik "dagang sapi" para petualang politik pun bisa merusak tatanan reformasi yang sudah mulai menemukan relnya," ujar Siregar. Konspirasi "dagang sapi" yang dimaksudkan Siregar adalah terjadinya kesepakatan-kesepakatan di kalangan petualang politik untuk memperoleh jabatan tertentu, jika mitra lobinya kelak mencapai posisi dalam jabatan tertentu. Bahkan bukan tidak mungkin konspirasi mengarah pada aspek bagi-bagi jabatan di kabinet, jika elite tertentu terpilih jadi presiden. Hal senada dilontarkan Legowo. "Secara umum, pelaksanaan SU MPR sudah sesuai harapan. Persidangan dilakukan relatif demokratis. Dari segi materi terbuka untuk dinilai oleh masyarakat pula. Tetapi harus diingat, apa yang terjadi saat ini di gedung MPR/DPR baru merupakan tahap awal. Ada tahap berikutnya yang perlu dikontrol masyarakat, yakni kemungkinan terjadinya money politics maupun 'politik dagang sapi'. Ini harus tetap diawasi masyarakat," ujarnya. Legowo mengingatkan, praktik money politics masih mungkin akan terjadi di MPR/DPR, terutama ketika pemilihan presiden. "Kalau tidak diawasi, ini akan mencemari SU, dan membuat hasil SU MPR berlawanan dengan tuntutan masyarakat. Karena itu, proses SU MPR harus terbuka," tegasnya. Masih belajar demokrasi Baik Siregar, Legowo maupun Rusadi mengatakan, dari segi teknis berdemokrasi, sebagian besar peserta SU MPR masih terlihat kebablasan dalam menggunakan hak interupsi. Siregar mencontohkan, banyak peserta SU MPR yang mengadakan interupsi tanpa didukung argumen dan logika yang kuat. "Mereka cenderung menginterupsi hal-hal teknis, sehingga alur agenda sidang jadi terhambat. Terlebih lagi dengan tidak tegasnya pimpinan sidang (pimpinan sementara MPR). Diharapkan, pimpinan sidang yang terpilih sekarang bisa memilah-milah mana interupsi yang perlu dilayani maupun yang tidak," kata Siregar. Legowo mengakui ada hal yang "lucu" selama pelaksanaan SU MPR, seperti terjadinya teriakan cemoohan dari anggota, dan keputusan tak berdiri saat Kepala Negara tiba atau meninggalkan ruang sidang. Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam tahap permulaan mengembangkan budaya politik yang lebih etis. "Selain itu, kita sedang da-lam masa eforia politik yang kadang tidak dapat meninggalkan faktor emosional. Dalam proses transisi ini 'kan masih campur baur antara yang pro reformasi maupun yang membawa ciri status quo. Tetapi saya percaya masyarakat akan makin dewasa, sehingga demokrasi akan berkembang," kata Legowo. (nar/tra)
Re: Amien Rais
Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI. Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari. Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas. Salam, bRidWaN At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Koq tidak ada ?
Selama sidang umum mpr saat ini sejak tanggal 1 sampai hari ini, media tv menyajikan berbagai macam informasi, wawancara dan analisa dari sidang. Ada yang menarik perhatian saya, hampir semua tokoh politik nasional sudah muncul di tv selama sidang ini untuk diwawancarai, diajak diskusi, diajak diskusi jarak jauh (live) dan diajak debat. Sebut saja semua nya sudah pernah muncul selama sidang mpr ini. Tapi koq ibu megawati nggak pernah diajak diskusi, diwawancarai atau dimintai pendapatnya di tv. Apa saya yang belum lihat. Kira - kira kenapa ya ? Soe
Re: Amien Rais
Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya". Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU. Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH. Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik) Sorry :-( Soe -Original Message- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM Subject: Re: Amien Rais Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI. Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari. Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas. Salam, bRidWaN At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Inikah senjata SS-1?
Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak? http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah berusaha bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil, Keluarga AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak ada yang cocok tuh. Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari. Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah kebalik karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;) Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah jiplakan Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15, tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi senapan standar AS, dan akhirnya diberi nama M16. +anjas __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Amien Rais
Apakah "orang bersih" mesti mencaci-maki Golkar yang sekarang jatuh di pelukan Golkar? Kalau Golkas salah apakah semua tindakan AR mencaci-maki itu jadi benar? No free lunch in the world, Man! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 05 October, 1999 6:51 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Amien Rais Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya". Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU. Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH. Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik) Sorry :-( Soe -Original Message- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM Subject: Re: Amien Rais Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI. Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari. Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas. Salam, bRidWaN At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: Bagaimana sikap mahasiswa?
Wah Pak Jeffrey hebat juga beranalisa, terima kasih deh atas informsinya. Saya setuju dengan tulisan anda itu, meskipun ada yang perlu dikomentari sedikit jika tidak keberata, tanpa bermaksud berdebat kusir. Kalau soal mengkritik Pemerintahan Soeharto, rasanya sejak awal tahun 1970-an sudah dimulai oleh beberapa pihak, diantaranya oleh suatu Fosko (Forum studi dan komunikasi), yang sebagian besar anggotanya kemudian terlibat dalam apa yang disebut Petisi-50. Peristiwa Malari juga ikut mencerminkan ketidakpuasan tersebut, yang kemudian diteruskan oleh 'adik2-nya' pada tahun 1978. Kemudian ada beberapa anggota masyarakat yang agak berani seperti HR Dharsono, Sri Bintang, Budiman Soedjatmiko dll. Saya juga mendengar banyaknya anggota MPR/DPR yang kala itu di-recall dari keanggotan (Golkar) karena terlalu vocal, sekitar akhir tahun 1969. Apa akibatnya ? Wah..miris deh kalau mengingat2 masa itu ! Jadi sejak 'dini' sudah ada rasa ketidak-puasan tersebut, namun sejalan dengan itu justru banyak pihak yang asyik menikmati kehidupan dunia-nya tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi. Apapun dijalankan, meskipun sampai harus 'melibas' kawan sendiri. Hampir semua orang justru memuji Pak Harto, mendukung Golkar dan tidak perduli dengan apa yang sebenarnya terjadi. Yang anti Orde Baru (atau Golkar) kala itu dianggap tidak Nasionalis. Dan kini sudah terjadi, bahwa Negara dalam keadaan porak poranda, dan banyak pihak yang tersadar. Namun keadaan sudah terlambat, kita harus berjuang dari nol lagi. Dan kita akan lakukan itu ! Mengenai Pak Amien, saya rasa secara de-facto dan de-jure telah terpilih sebagai Ketua MPR, dan kita mendoakan agar apa yang kita (atau saya) duga dan takutkan atas beliau selama ini adalah salah. Yang saya tidak 'sreg' adalah tulisn yang bisa dibaca diberbagai mass-media sbb : Golkar, yang dulu menjadi lawan kalangan reformis namun kini justru bergandeng tangan dengan lokomotif reformasi, Amies Rais, akan berjuang menggolkan Akbar Tanjung. Peluang Akbar sangat besar. Apalagi, kubu poros tengah, besar kemungkinan akan membayar "imbalan" setelah Golkar penyokong penuh terpilihnya Amien Rais sebagai Ketua MPR. Rasanya di-Permias@ ini kita semua berbicara mengenai Golkar (dan Orde Baru) pada bulan April/May tahun 1998, dan juga mengenai Reformasi. Kini ada yang namanya Golkar Reformasi:) Pak Jeffrey, sekali lagi terima kasih atas informasinya. Sama seperti anda, marilah kita doakan agar apa yang terjadi pada Negara kita adalah yang terbaik, bukan yang ter-rekayasa untuk kepentingan Salam, bRidWaN At 01:39 PM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote: Bila kita berkilas baik ke jaman sebelum Suharto lengser, hanya satu, sekali lagi hanya satu orang di negara berpenduduk 215 juta orang yang berani mengkritik pemerintahan Suharto. Orang itu bernama Amien Rais. Bukan Gus Dur, bukan Megawati, bukan pula Nasution dkk. Saat itu, saat seorang rekan mulai mempromosikan nama AR, saya sangat menyangsikan bahwa orang kecil mungil tidak ada gagah-gagahnya ini sanggup menghidupkan percik-percik keberanian mahasiswa. Tidak ada yang dapat menyangkal kontribusi Amien di sini. Bila Bung BRidwan mempertanyakannya, mari kita buka arsip-arsip lama. Sebagai catatan penting, hanya Amien yang berani bilang terang-terangan agar Suharto mundur. Ini terjadi jauh sebelum orang-orang mengangkat diri sendiri sebagai reformis. Dalam kehidupan berpolitik, tidak akan ada musuh abadi dan kawan abadi. Semua kerja sama didasarkan kompromi. Tidak juga hubungan antara PDIP dan PKB yang akrab saat ini. Tidak juga hubungan antara Amien dengan Habibie, atau dengan Akbar Tanjng, ataupun dengan Gus Dur. Tidak juga permusuhan antara Amien dengan Wiranto, misalnya. Tidak juga permusuhan antara Baramuli dengan Marzuki Darusman, misalnya. Semua memiliki agenda masing-masing, dan bila menemui kenyataan bahwa agendanya tak mampu dijalankan, satu-satunya jalan adalah kompromi. Rasanya hal ini sangat natural. Sama dengan kehidupan manusia pada umumnya. Dengan demikian, bisa saja Amien akan mendukung Habibie. Semua tergantung siapa lawan alternatifnya. Bila dipandang Megawati tidak lebih menguntungkan, mengapa mesti memilih Megawati. Demikian pula sebaliknya. Jadi saya menolak anggapan bahwa Amien SEBETULNYA mendukung Habibie (dari dulu). Ngapain mendukung Habibie kalau diri sendiri punya kans jadi presiden? Masalah PAN sendiri, wah sama saja. Semuanya bermuara di kata KOMPROMI. Tak kurang dari PDIP akan melakukan hal yang sama. Para elite PDIP sudah berancang melakukan lobi-lobi maut, termasuk berusaha menggandeng Golkar dan TNI, juga poros tengah. Apakah salah? Wah, nggak ada yang salah mas. Yang saya heran adalah sikap mass media dengan 'kebijakan power sharing' dari Akbar Tanjung. Wah, nggak perlu ada kebijakan, nanti dengan sendirinya juga bakalan ada yg kayak gini. Kalaupun ternyata Megawati juga terpilih, rasanya kabinetnya juga bakal terisi oleh orang-orang Golkar, PAN, dlsb. Kenapa?
Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
Saya suka melihat tulisan bung Budi dan bung Igg, paling tidak memang itulah yang kini juga dipikirkan oleh sebahagian masyarakat kita yang sudah mulai 'melek' politik. Mengenai Amien Rais, saya rasa itu adalah Pencapaian Maksimal yang bisa diperoleh beliau untuk menjadi 'Orang Nomor Satu'. Dan saya setuju dengan kepiawian beliau ini. Meskipun memang adalah lebih baik kalau beliau menjadi Ketua DPR ketimbang MPR, karena di-DPR beliau bisa 'setiap hari' membahas dan mengontrol kegiatan Pemerintah nantinya. Siapapun yang kelak terpilih menjadi Presiden kita harapkan dapat diterima oleh Masyarakat dalam dan luar Negeri. Kenapa Luar Negeri ? Karena saat ini keadaan memaksa kita untuk juga bergantung kepada kucuran dana-nya. Apa boleh buat. Semoga semua berjalan dengan baik. Amin. Salam, bRidWaN At 02:59 PM 10/4/99 -0400, Igg Adiwijaya wrote: Kalo saya boleh nebak apa yang ada di benak orang Golkar (ini masih nebak lho ...). Kalo menurut saya terpilihnya Amien Rais sebagai ketua MPR sangat menunjukan ke pintaran Golkar dalam berpolitik. 1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan) jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang pemerintahan nantinya. 2. Sepertinya target utama Golkar adalah kursi presiden. Nah sekarang Amien Rais berhutang sama Golkar. Sepertinya yang diharapkan Golkar dari Amien Rais + poros tengah, bukan support di DPR, tetapi di CAPRES. Saya nggak yakin apakah pada menit-menit terakhir Habibie masih akan di calonkan jadi CAPRES oleh Golkar. Serasanya akan ada kejutan CAPRES dari Golkar. Jika ini benar (masih tebak-tebakan lho ...) Golkar akan mencalonkan /vote-for orang yang tidak kuat beroposisi untuk jadi ketua DPR. Tidak jadi masalah apakah orang tersebut datang dari Golkar atau Poros tengah. Bila Golkar mensupport orang dari poros tengah untuk jadi ketua DPR, maka CAPRES hampir mutlak ada di tangan Golkar nantinya. Jadi saya rasa Amien Rais secara tidak sadar telah di kurangi posisinya secara lunak oleh Golkar dari percaturan politik nantinya. igg On Mon, 4 Oct 1999, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: Amien Rais
Eh, ada Efron, " Orang bersih " dari PDI - P :-). Kemana aja sir. Soe :-) -Original Message- From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 7:09 AM Subject: Re: Amien Rais Apakah "orang bersih" mesti mencaci-maki Golkar yang sekarang jatuh di pelukan Golkar? Kalau Golkas salah apakah semua tindakan AR mencaci-maki itu jadi benar? No free lunch in the world, Man! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 05 October, 1999 6:51 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Amien Rais Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya". Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU. Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH. Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik) Sorry :-( Soe -Original Message- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM Subject: Re: Amien Rais Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI. Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari. Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas. Salam, bRidWaN At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: Inikah senjata SS-1?
SS-1 itu singkatan "senapan serbu" tipe 1. Yang tipe 2 lebih pendek. Keduanya bisa dilipat popornya. Senapan ini aslinya bernama FNC buatan Belgia. Lalu Pindad mendapat lisensi memproduksinya sehingga dinamai SS-1 dan SS-2 untuk menggantikan M-16 yang menurut ahli TNI senjata M-16 terlalu panjang. Jadi tidak efektif dalam penyerbuan. Kelebihan SS adalah tahan banting sekalipun sudah terendam lumpur ketimbang M-16. Senapan itu pertama kali digunakan oleh Kopassandha (sekarang Kopassus). Kalo Steyr sebenarnya tak efektif digunakan untuk perang seperti yang digunakan oleh para Aussie di Timtim. Senapan ini cocok untuk sniper jarak menengah atau pasukan khusus kayak film "Soldier of Fortune Inc.". Gitu aja yang saya tahu. Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 05 October, 1999 7:09 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Inikah senjata SS-1? Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak? http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah berusaha bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil, Keluarga AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak ada yang cocok tuh. Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari. Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah kebalik karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;) Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah jiplakan Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15, tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi senapan standar AS, dan akhirnya diberi nama M16. +anjas __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Inikah senjata SS-1?
Mmmm bukannya "Serbu Sergap"-1 ? Oh well, cuma masalah nama. Sedikit correction, i could be wrong. Donald
SI-MPR setiap tahun
Ada keinginan AR untuk menyelenggarakan SI setiap tahun guna mendengar pertanggungjawaban presiden. Ini memang sebuah langkah maju. Hanya saja dalam SI ini tidak perlu dibuat untuk mengadili presiden dengan "diterima" atau "tidak diterima"-nya pertanggungjawaban presiden itu. Ajang ini sebaiknya digunakan untuk mengevaluasi dan memberi masukan kepada presiden untuk perbaikan. Jadi tak perlu menunggu lima tahun lagi. MPR memang lembaga tertinggi negara. Hanya saja MPR jangan kebablasan kayak DPA. Jika nanti MPR kebablasan jangan-jangan tidak ada yang mau jadi presiden RI. Wassalam, Efron
Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
... 1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan) jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang pemerintahan nantinya. Yw: Ups, ini versi lama, Pak. Berdasarkan aturan sekarang, MPR bersidangnya setahun sekali. Dan langsung berhadapan dg biang keroknya pemerintah (presiden/wakil and the whole cabinet (?)).
Re: Amien Rais
Terima kasih atas perhatiannya bung Soe. Saya tetap akan konsisten menurut ukuran saya, hanya saja saya belum yakin bahwa Pak AR adalah Orang Baru. Mengapa ? Ya karena persoalan ICMI. Namun kini kelihatannya (setelah perisitwa makan di-Warung Rakyat), kelihatannya saya salah. Dan kalau salah ya saya harus mengakui. Semoga saja saya betul betul salah. Salam, bRidWaN At 06:51 AM 10/5/99 +0700, Suhendri wrote: Bridwan, Anda tidak konsisten dan bisa dipegang "tulisannya". Selama ini anda selalu berkoar-koar tentang ORANG - ORANG BARU. Pak Amien Rais itu termasuk ORANG BARU dan lebih lagi adalah ORANG BERSIH. Tapi melihat dari cara pandang anda terhadap AR, saya bisa menilai anda tidak konsisten dan tidak jujur (kalo tidak mau dibilang munafik) Sorry :-( Soe -Original Message- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 6:41 AM Subject: Re: Amien Rais Jadi teringat cerita mengenai Hariman Siregar sewaktu terpilih menjadi Ketua DMUI. Cuma akibatnya bahaya yaitu Peristiwa Malari. Nah kalau kasus Pak Amien bagaimana dan apa akibatnya, semoga tidak se-'ngeri' diatas. Salam, bRidWaN At 11:31 AM 10/4/99 -0700, Budi Haryanto wrote: Rekan yth., Dengan terpilihnya Amien Rais (AR) sebagai ketua MPR, bagaimanapun ini menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain-main dengan politik. Lihat saja, dengan hanya bermodalkan suara yang dipunyai PAN saja dia masih bisa memperoleh dukungan jauh lebih banyak suara dari luar partainya. Dan sekarang Golkar merasa si AR hutang budi dan tentu akan membalas budi nantinya. Dugaan saya, pada saatnya nanti Golkar akan merasa kecewa kepada AR, karena, lagi-lagi didukung oleh kepiawaiannya dalam berpolitik, AR akan hanya 'sedikit' mendukung Golkar dalam pemilihan ketua DPR, yang kelihatannya tidak akan dimenangkan oleh Golkar. Si AR sendiri juga nggak suka kalau ketua DPR diberikan ke Golkar (asumsi saya lho). Lalu, sudah barang tentu koalisi Golkar dan poros tengah akan berantakan setelah gagalnya Golkar di posisi puncak DPR, dan ini yang memang diharapkan oleh AR. Karena, pada pemilihan presiden nantinya, si AR tidak perlu lagi merasa hutang budi kepada Golkar untuk mengegolkan Habibie yang tidak disukainya. Itulah politisi. Sementara itu, Faisal Basri, sekjennya di PAN, masih terlalu lugu dan polos dengan permainan politik tingkat tinggi si AR ini. Namun, dalam suatu organisasi, manusia seperti Faisal Basri ini sangat diperlukan untuk penyeimbang. Salam, Budi
Re: Koran Pagi
Ada yang bisa menjelaskan maksud DISTORSI disini? -- mudah2an tidak berkonotasi ancaman. Salam (sambil menarik napas:) ~yo --- Suhendri [EMAIL PROTECTED] wrote: "Sejak awal, dikatakan bahwa SU MPR juga merupakan tarikan napas dari pemilihan umum, jadi sekiranya SU tidak mencerminkan hasil pemilu, dengan segala sesuatu yang dilakukan rakyat sebagai hak kedaulatannya, akan membawa distorsi," kata Megawati. Namun, Mega tidak memaparkan lebih lanjut mengenai apa yang ia maksud dengan distorsi. Beberapa pengawalnya menghalau puluhan wartawan yang mengajukan pertanyaan kepada putri presiden pertama RI itu. = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
Re: Inikah senjata SS-1?
Bila memang betul bahwa SS-1 merupakan turunan FNC Belgia, berarti anggota Mahidi ini memegang senapan yg lebih modern dari TNI. Saya sudah cek, tidak ada kemiripan dengan FNC kok. Yang paling mirip adalah senapan HK G3 milik Jerman, dan juga merupakan standar NATO. Sayang moncongnya tidak kelihatan. (FNC kan sudah kuno betul?) Tambahan lagi, SA-80 milik Inggris (di sana disebut L85 A1), dibilang senapan terburuk. Entah kenapa Aussie pilih SA-80, padahal dulu waktu jaman Vietnam mereka membuat sendiri M16-nya. Ini kata produsen AS sih. Untuk Steyr, tipe SSP (green gun) memang merupakan senapan sniper (terbaik), tetapi mereka punya senapan serbu yg bagus juga (seri AUG atau ATR). Kalau Pindad mau, mereka saat ini punya Steyr ATR yang belum laku terjual karena ditolak AS (untuk ngegantiin M16 A2). Kali aja mau ngasih lisensi dengan harga murah. Yak, sekarang posisi terbalik. Dulu Falintil yg di gunung, sekarang PPTT yang akan nginep di gunung. Dulu Falintil disuplai senapan oleh Aussie, sekarang biar PPTT beli senjata sendiri. Nyatanya mereka bisa dapat senapan NATO kok. Bukannya saya ingin mereka terus berperang. Tetapi melihat kenyataan bahwa Aussie memandang masalah Timtim adalah masalah rakyat Timtim vs. milisi, maka orang PPTT itu sendiri yg harus mengumumkan eksistensi mereka, shg orang barat dapat memperbaiki persepsi mereka. Falintil telah menolak untuk menyerahkan senjata dan Aussie tidak sanggup melucuti persenjataan. Herannya mereka sanggup melucuti persenjataan milisi dengan cara kekerasan. Dengan demikian, berilah PPTT modal untuk melakukan tawar-menawar. Bila tidak, mereka tidak akan punya tanah untuk hidup. ' From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Inikah senjata SS-1? Date: Tue, 5 Oct 1999 07:24:02 +0700 SS-1 itu singkatan "senapan serbu" tipe 1. Yang tipe 2 lebih pendek. Keduanya bisa dilipat popornya. Senapan ini aslinya bernama FNC buatan Belgia. Lalu Pindad mendapat lisensi memproduksinya sehingga dinamai SS-1 dan SS-2 untuk menggantikan M-16 yang menurut ahli TNI senjata M-16 terlalu panjang. Jadi tidak efektif dalam penyerbuan. Kelebihan SS adalah tahan banting sekalipun sudah terendam lumpur ketimbang M-16. Senapan itu pertama kali digunakan oleh Kopassandha (sekarang Kopassus). Kalo Steyr sebenarnya tak efektif digunakan untuk perang seperti yang digunakan oleh para Aussie di Timtim. Senapan ini cocok untuk sniper jarak menengah atau pasukan khusus kayak film "Soldier of Fortune Inc.". Gitu aja yang saya tahu. Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 05 October, 1999 7:09 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Inikah senjata SS-1? Ada yang tahu model senapan SS-1 kita enggak? http://www.smh.com.au/news/9910/05/pageone/pageone12.html Gambar anggota Mahidi ini memegang senapan otomatis, dan saya sudah berusaha bandingkan dengan berbagai senapan seperti Steyr AUG, SA-80, Galil, Keluarga AK, keluarga M16, dan keluarga G3, juga standar Perancis FA MAS, kok tidak ada yang cocok tuh. Kalau semua pasukan milisi punya senjata seperti ini, rasanya kalau cuman SA-80 milik Australia sih nggak terlalu jauh. Yang repot kalau malam hari. Dulu yang namanya malam hari itu milik pihak gerilya, sekarang malah kebalik karena tentara modern punya night vision devices. Alat seperti ini di pasaran mencapai $12,000. Mungkin bisa diakali dengan memakai tameng yang diolesi aspal atau tar supaya panas tubuh tidak terdeteksi. Atau drum aspal saja dipotong-potong. Mungkin juga orangnya yg diolesi tar. Kali aja.;) Salah satu homepage pabrik senjata AS menyatakan bahwa SA-80 adalah jiplakan Inggris dari AR-18 yang tidak laku dijual oleh Armalite, Inc, dan pertama kali diproduksi di Singapura. Armalite ini pula yang membuat senapan AR-15, tapi dijual kepada Colt, dan laris karena menjadi senapan standar AS, dan akhirnya diberi nama M16. +anjas __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya, Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya. Ketua MPR tidak punya pengaruh langsung akan kebijakan+UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. igg On Tue, 28 Sep 1999, Yusuf-Wibisono wrote: ... 1. Kalo menurut saya (juga banyak rekan yang lainnya), Amien Rais pantasnya jadi ketua DPR dimana dia bisa langsung (kalo diperlukan) jadi opposisi pemerintah yang akan datang akan setiap UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. Sekarang jadi ketua MPR, kontribusi dia akan jadi opposisi pemerintah sangat kecil sekali. MPR sidang cuman 4 tahun sekali. Sepertinya emang Golkar berniat sepak-terjangnya Amien Rais dikecilkan nanti nya. Ini juga akan menguntungkan GOLKAR atau PDIP yang bakal pegang pemerintahan nantinya. Yw: Ups, ini versi lama, Pak. Berdasarkan aturan sekarang, MPR bersidangnya setahun sekali. Dan langsung berhadapan dg biang keroknya pemerintah (presiden/wakil and the whole cabinet (?)).
Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais Date: Mon, 4 Oct 1999 23:34:29 -0400 Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya, Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya. Ketua MPR tidak punya pengaruh langsung akan kebijakan+UU yang akan dibuat pemerintah nantinya. igg Bung Igek yth. Pendapat anda boleh boleh aja. Tapi saya rasa lebih banyak yang berpendapat lain. Juga Bpk Amien Rais sendiri saya rasa sudah menghitung hitung untung ruginya posisi barunya ini. Saya yakin Bpk Amien Rais cukup professional dalam politik. Jadinya saya yang awam lebih baik mempercayakan saja ke yang professional. Saya tetap melihat MPR itu posisi sangat strategis. Apalagi dengan adanya rencana amendemen UUD45. Jadi sesuatu yang sangat fundamental yang akan bahas dan akan diarahkan Jangan sampai meleset atau mudah diplesetin lagi. Apalagi nanti MPR diharapkan harus kuat dan proaktif serta banyak tugas barunya mulai tiap tahun meng-evaluasi dan saya masih berharap dan percaya Bpk Amien Rais akan kreatif mendayagunakan posisinya sebagai Ketua MPR. Cara pandang anda saya rasa masih bertumpu pada model ORBA dimana MPR pasif. Khan bisa aja tau tau natinya malah lebih aktif dari DPR gimana ? We will see... Tentunya kalau ada yang menyimpang dari semangat reformasi, Bpk Amien Rais harus kita beri peringatan dan kritik. Saya juga percaya Golkar sudah mulai sadar ttg kesalahan masa lalu. Sedangkan PDI-P saat ini masih penuh dengan dendam kesumat jadinya belum tentu kalau PDI-P yang memegang pemerintahan akan membuat negara tentram dan maju. Tokoh GOlkar Akbar Tanjung saya percaya, Marzuki Darusman juga. Dari PDI-P saya percaya Kwik Kian Gie. Tetapi visi Ibu Megawati pribadi belum bisa saya percaya. Maksud saya memang Ibu Mega orang baik, lemah lembut, honest tapi kita juga memerlukan orang yang berpendidikan supaya tidak mudah ditipu. Terlalu banyak orang sekitar PDI-P yang bejat yang siap memangsa Ibu Mega. Gitu aja dulu dari observasi planetarium saya yang mungkin jauh kenyataanya di bumi pertiwi. Well every body has their own perspective. That's why we need politics. With politics we move a great mass of people toward national goal and that is not an easy task. Unfortunately the mass media put too much emphasis on the negative sides of politics. Yeahh they need sensational stories to make money so we need to filter pretty much of them. Om swastiastu Nasruli __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Angkat topi! Re: Golkar hebat
Walaupun bersidang 1 tahun sekali, bagi Golkar nantinya, Amien Rais sebagai ketua MPR masih situasi yang menguntungkan untuk Golkar ketimbang dia jadi ketua DPR nantinya. Yw: Jangan bilang 'untuk Golkar' dong, 'untuk pemerintah' gitu, lah. ;-) Dan pemerintahnya (menurut perkiraan saya), bukan Golkar lagi. Atau memang anda optimis Golkar menguasai eksekutif lagi? Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR". Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja. Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap dan sedikit lebih intellectual. Saya bukannya mau mendukung Golkar. Tapi ya, kita musti angkat topi kepada politisi Golkar. Selama ini hanya mereka yang saya lihat cerdas dalam politik saat ini. Di awalnya, PDIP, PKB, PAN+Poros tengah sangat ambisius sekali. Hanya Golkar yang menurut saya sedikit low-profile awalnya, tapi mereka jalan pelan-pelan dengan pasti. Kalo Akbar Tanjung jadi Ketua DPR, terus eksekutif didominir oleh PDIP dan PKB, bagi rakyat itu malah suatu kombinasi yg mungkin baik. Karena artinya, Golkar tampil sebagai penyeimbang atau oposisi thd pemerintah (eksekutif); sehingga pemerintah tdk bisa semena-mena. Wah ... ini juga yang saya harapkan bakal terjadi. Ini mungkin senario yang terbagus buat kita + rakyat. Tapi ya ... kita musti realistis. Kelihatanya ini, menurut saya, ada kemungkinan besar nggak kesampaian. igg
Re: Angkat topi! Re: Golkar hebat
JUSTRU adalah tanggung jawab PDI - P dan Megawati untuk mendidik rakyat nya (rakyat yang memilih PDI P), jangan malah dimanfaatkan rakyat yang tidak tahu politik untuk kepentingan sendiri. Jadi mereka juga sadar politik. Beberapa hari ini juga mulai kelihatan lagi sebuah contoh pembodohan dalam menggalang opini di masyarakat seperti jargon " money politics", " dagang sapi" , " yang menjadi presiden adalah yang mendapatkan suara rakyat paling banyak", "distorsi (nya MS)" , "rakyat dan kedaulatan dikhianati" dll jargon yang menyesatkan rakyat kecil. Soe -Original Message- From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 11:37 AM Subject: Angkat topi! Re: Golkar hebat Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR". Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja. Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap dan sedikit lebih intellectual.
Re: Golkar hebat - Re: Amien Rais
Bung Igek yth. Pendapat anda boleh boleh aja. Tapi saya rasa lebih banyak yang berpendapat lain. Juga Bpk Amien Rais sendiri saya rasa sudah menghitung hitung untung ruginya posisi barunya ini. Saya yakin Bpk Amien Rais cukup professional dalam politik. Jadinya saya yang awam lebih baik mempercayakan saja ke yang professional. Saya juga yakin kalo Amien Rais sudah menhitung jauh-jauh. Tapi yang saya rasa keuntungan terbesar ada di pemerintah nantinya (Golkar, karena sudah yakin sekali akan pegang pemerintahan dengan mensupport Amien Rais atau yang lainnya). Contohnya lagi, banyak orang tau bahwa pencalonan Gus Dur jadi Wapres tidak serius. Orang banyak juga pada mikir kenapa Gus Dur nggak ngerasa bahwa pencalonan CAPRES tidak serius. Ini hanya menguntungkan politikus lainnya. Saya yakin juga, politikus sekaliber Gus Dur sudah memikirkan + menghitung pencalonan CAPRESnya jauh-jauh. Emang sih kadang kadang kita nggak tau kalo politikus sudah mikir dalam-dalam atau tidak. Saya tetap melihat MPR itu posisi sangat strategis. Apalagi dengan adanya rencana amendemen UUD45. Jadi sesuatu yang sangat fundamental yang akan bahas dan akan diarahkan Jangan sampai meleset atau mudah diplesetin lagi. Apalagi nanti MPR diharapkan harus kuat dan proaktif serta banyak tugas barunya mulai tiap tahun meng-evaluasi dan saya masih berharap dan percaya Bpk Amien Rais akan kreatif mendayagunakan posisinya sebagai Ketua MPR. Cara pandang anda saya rasa masih bertumpu pada model ORBA dimana MPR pasif. Khan bisa aja tau tau natinya malah lebih aktif dari DPR gimana ? We will see... Yah .. saya yakin juga Amien Rais nggak hanya terdiam saja. Tapi ya .. balik kembali, tepat terbaik dia ada di DPR. Yang untung disini adalah, kembali lagi, pemerintah yang akan datang. Tentunya kalau ada yang menyimpang dari semangat reformasi, Bpk Amien Rais harus kita beri peringatan dan kritik. Saya juga percaya Golkar sudah mulai sadar ttg kesalahan masa lalu. Sedangkan PDI-P saat ini masih penuh dengan dendam kesumat jadinya belum tentu kalau PDI-P yang memegang pemerintahan akan membuat negara tentram dan maju. Tokoh GOlkar Akbar Tanjung saya percaya, Marzuki Darusman juga. Dari PDI-P saya percaya Kwik Kian Gie. Tetapi visi Ibu Megawati pribadi belum bisa saya percaya. Maksud saya memang Ibu Mega orang baik, lemah lembut, honest tapi kita juga memerlukan orang yang berpendidikan supaya tidak mudah ditipu. Terlalu banyak orang sekitar PDI-P yang bejat yang siap memangsa Ibu Mega. Ya ... Megawati kenapa nggak bisa jadi presiden. Ronald Reagan, a movie star, aja bisa jadi one of the best presidents. Presiden Philipina aja pernah ibu-ibu dan sekarang seorang movie star. Kita musti lihat juga, bahwa Megawati sampai sekarang masih dapat dukungan orang-orang pinter, seperti Kwik Kian Gie dll. Soeharto aja yang pendidikannya cuman SMA pas-pasan bisa ditatah "kerajaan" sampai 32 tahun :) tanpa ada lawan berarti. igg Gitu aja dulu dari observasi planetarium saya yang mungkin jauh kenyataanya di bumi pertiwi. Well every body has their own perspective. That's why we need politics. With politics we move a great mass of people toward national goal and that is not an easy task. Unfortunately the mass media put too much emphasis on the negative sides of politics. Yeahh they need sensational stories to make money so we need to filter pretty much of them. Om swastiastu Nasruli __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Angkat topi! Re: Golkar hebat
JUSTRU adalah tanggung jawab PDI - P dan Megawati untuk mendidik rakyat nya (rakyat yang memilih PDI P), jangan malah dimanfaatkan rakyat yang tidak tahu politik untuk kepentingan sendiri. Jadi mereka juga sadar politik. Tidak hanya PDIP saja. Tapi juga partai-partai yang lainnya. Kita juga musti sadar bahwa rakyat "banyak" itu bukan seperti kita, yang umumnya punya pendidikan tinggi + punya akses ke INternet + bisa ikut mailing list. Sebagian besar rakyat itu kurang berpendidikan. Lalu yang dilihat mereka dikoran + TV selama masa ORBA itu ya .. cuman presiden + wakil + 1atau2 mentri. Jadi ya .. kalo menurut saya, ada kecenderunagn besar kalo rakyat nyoblos ke Pemilu, yang dipikir mereka presiden+wakil+mentri-mentri. Memang rakyat banyak musti harus dididik tidak hanya politik tapi juga pendidikan mendasar yang lainnya. igg Beberapa hari ini juga mulai kelihatan lagi sebuah contoh pembodohan dalam menggalang opini di masyarakat seperti jargon " money politics", " dagang sapi" , " yang menjadi presiden adalah yang mendapatkan suara rakyat paling banyak", "distorsi (nya MS)" , "rakyat dan kedaulatan dikhianati" dll jargon yang menyesatkan rakyat kecil. Soe -Original Message- From: Igg Adiwijaya [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, October 05, 1999 11:37 AM Subject: Angkat topi! Re: Golkar hebat Sebenarnya saya pribadi pengennya PDIP yang di pemerintahan dan Megawati jadi presiden. Walaupun kita tahu bahwa yang menang pemilu belum tentu jadi presiden calonnya, tapi kita musti liat juga apa yang di pengen rakyat banyak (walaupun cuman 30%+). Kalo PDIP di pemerintahan, ini akan memberikan kepercayaan rakyat banyak akan politik di Indonesia. Jangan sampai rakyat nantinya berpikir (kalo Megawati nggak jadi presiden) seperti berikut "Wah .. buat apa nyoblos di Pemilu, kalo nantinya pilihan kita di rekayasa lagi di SU MPR". Tapi saya pikir Megawati seharusnya jadi presiden transisi aja. Presiden berikutnya nggak dia lagi, melainkan orang yang bisa mewakilkan Indonesia di mata dunia dengan sedikit lebih mantap dan sedikit lebih intellectual.
Contoh soal
Contoh preman. Bisanya mengancam saja. Tidak bisa berpolitik malah menyalahkan orang lain. Soe. === Mega Kalah, Rakyat Bicara Roy:Politik Dagang Sapi Ada di MPR Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Roy BB Janis dari PDI Perjuangan menyatakan bahwa politik dagang sapi telah dipraktekkan dalam SU MPR. Di lembaga ini kita berbicara masalah prinsip. Tapi yang terjadi dalam pemilihan Ketua MPR kemarin adalah seperti politik dagang sapi, kritik Roy, Selasa (5/10/1999). Politik dagang sapi itu terlihat dengan adanya saling minta bagian antarkelompok. Mereka saling meminta bagian, bagi-bagi kue, tandas Roy yang juga Ketua DPD I PDI P Jakarta ini di Gedung MPR, Jl Gatot Subroto, Jakarta. PDI P tidak mau berlaku seperti politik dagang sapi. Dalam artian menaikkan seseorang, tapi mengorbankan yang lain, sambung Roy. Roy membantah bahwa kekalahan PDI P selama ini karena kurang mahir bermain lobi. PDI P memang tidak gembar-gembor seperti partai lain. Tapi bukan berarti PDI P kaku. Karena yang dipermasalahkan sekarang adalah masalah prinsip, jadi kelahatan dari luar, seolah-olah PDI P kaku, padahal mempertahankan prinsip, kata Roy. Sementara itu, anggota PDI P lain, Yulius Usman, menyatakan bahwa partainya tetap mengincar kursi presiden. Yang penting yang harus jadi presiden adalah dari PDI Perjuangan. Itu harus, tegas Yulius. Bagaimana kalau kalah? Rakyat akan bicara, jawab Yulius mengancam. Calon pimpinan DPR dari PDI P sendiri adalah Soetardjo Soerjogoeritno. Kami tak peduli siapa yang akan menang nanti. Tidak peduli apa didukung partai lain atau tidak, yang penting sudah melakukan lobi ke sumua partai, kalau menang sukur kalau tidak, ya sudah, kata Yulius yang mantan Sekjen PUDI ini. Sedang Sutjipto mengaku tidak ada target untuk merebut jabatan kursi Ketua DPR. Kami hanya mentargetkan wakil ketua DPR saja, kata Sutjipto.
Selamat, Megawati Presiden
;-) Dari perkembangan SU, menurut perkiraan saya, kans Megawati utk jadi presiden semakin besar (kalo pake angka, ya 55%, lah). Bagi yg pro Mega (antara lain PDIP, Bursa Saham, Investor, amerika, spekulan rupiah,... dll), saya ucapkan selamat (kalo ternyata perkiraan meleset, gampang, nanti ucapan selamat bisa dicabut lagi). Yw.
(Oknum) PDIP Meludahi Mukanya Sendiri...
Detik.com: Roy:Politik Dagang Sapi Ada di MPR Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Roy BB Janis dari PDI Perjuangan menyatakan bahwa politik dagang sapi telah dipraktekkan dalam SU MPR. Di lembaga ini kita berbicara masalah prinsip. Tapi yang terjadi dalam pemilihan Ketua MPR kemarin adalah seperti politik dagang sapi, kritik Roy, Selasa (5/10/1999). Politik dagang sapi itu terlihat dengan adanya saling minta bagian antarkelompok. Mereka saling meminta bagian, bagi-bagi kue, tandas Roy yang juga Ketua DPD I PDI P Jakarta ini di Gedung MPR, Jl Gatot Subroto, Jakarta. PDI P tidak mau berlaku seperti politik dagang sapi. Dalam artian menaikkan seseorang, tapi mengorbankan yang lain, sambung Roy. ... dst. Yw: Ini maksudnya mau meludahi mukanya sendiri atau gimana, ya? Kalo emang PDIP nggak dagang sapi, kok bisa-bisanya Kwik Kian Gie cuma dapet lima suara?