Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
wow...put baru tau bahasa eyang itu nggak nusuk dr depan tp nusuknya dr samping :p prosesornya bukan produk sampah eyang, justru kualitas prima, keluaran terbaru memorinya memang masih sedikit, tp software yang masuk edisi revisi semua kalo digabung sama virus harus nyari anti virus baru ^_^ biar Outcom dan impactnya bukan sampah :putri --- On Wed, 3/11/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 11:12 PM Put, nalarnya begini: "input -> process -> output -> outcome -> impact" Bacanya begini: Kalau input (di homeschooling) buruk dan prosesnya juga buruk, pasti outputnya akan menjadi buruk. Kalau outputnya buruk, pasti outcomenya juga buruk. Kalau outcomenya buruk, pasti impactnya juga akan buruk. Serupa dengan prinsip GIGO (Garbage-In- Garbage-Out) : sampah yang diproses akan menghasilkan sampah juga. Nah sekarang coba dievaluasi dengan cara bertanya begini: 1. Apa saja yang dijadikan pasokan (input) dalam homeschooling (brainware, software, lessons, time, energy, other resources, etc) ? 2. Bagaimana otak Put memproses input itu? 3. Bagaimana kualitas output? 4. Bagaimana hasilnya: sesuai standar, melampaui standar, di bawah standar? 5. Mengapa tata bahasa Inggris Put substandard? 6. Apakah yang dimasukkan ke dalam prosesor (otak) berkualitas sampah? 7. Apakah prosesornya berkualitas sampah? Jika benar begitu, GIGO berlaku... dst. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam wrote: > > ini juga kenapa put sering dijitak mama hahaahahahahaha. .. > udah salah kepedean ^_^ > > :putri > > --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: > > From: Ari Condro > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > To: "Milis wm" > Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:01 PM > > > > > > > > > > > > > Sayang, strukturnya banyak yg salah, kendati maksud tersampaikan > dengan baik. > > > > > > salam, > > > > > > > > -Original Message- > > From: izzuddin al qassam > > > > Date: Wed, 11 Mar 2009 04:00:26 > > To: > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > > > > > > when i was 9 years old i told to my mom > > " i dont wanna go to school againt, teachers have me to shut up" > > hahahaha . > > that was i'm^_^ > > sooolets play > > > > :putri > > > > --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: > > > > From: donnie damana > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > Date: Tuesday, March 10, 2009, 7:45 AM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Mevrouw Herni, > > > > > > > > Kayaknya mas Arcon meniru gayanya Indonebia dah.. pas dulu kala masih > > > > sering bertandang kesini.. bermain peran :D > > > > Selalu mengamini pemikiran Islam yang aneh bin absurd itu. > > > > Kemana yah orang arab aneh itu?? :p > > > > > > > > Tetang bermain peran, bukannya memang kita selalu bermain peran. Kata > > > > Erving Goffman (mungkin dia abis dengar lagunya Godbless) kehidupan > > > > kita sehari-hari tidak lain adalah sebuah dramaturgi. Dan peran yang > > > > kita mainkan bisa berbagai macam.. peran yang kocak bikin kita > > > > terbahak-bahak. . > > > > peran bercinta bikin kita mabuk kepayang.. (eh.. ini mah Godbless > > > > beneran yah). > > > > > > > > Tapi memang dalam kehidupan nyata kita, peran kita bisa beraneka > > > > macam, dari jam 8-5 jadi buruh sekaligus murid disaat yang lain jadi > > > > guru, jam 5-9 malam jadi orang tua, jam 9-12 malam berperan sebagai > > > > kekasih (>:D). Mungkin hanya jam 12 malam sampai pagi hari kita tidak > > > > bermain peran. > > > > > > > > Jadi biarlah masing-masing memainkan perannya be it within or outside > > > > the box. Toh yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari > > > > peran-peran tersebut. Bukankah salah satu metode pembelajaran yang > > > > efektif adalah role playing.. > > > > > > > > Come on guys.. play your roles and let's get rumble.. > > > > > > > > Salim, > > > > :D > > > > > > > > On Mar 10, 2009, at 3:32 AM, Herni Sri Nurbayanti wrote: > > > > > > > > > Mas donnie, > > > > > > > > > > Kalo diperatiin, ada gaya baru di milis ini. Perintisnya mungkin > > > > > arcon :) sok-sok posting yg nyindir-nyindir bin usil... seolah2 > > > > > mengamini mainstream pemikir
[wanita-muslimah] Berangkat dari Keraguan
Salam... Kita telah mengetahui bahwa pada masa setelah Socrates, telah muncul seorang tokoh skeptisme yang bernama Pyrho. Berikutnya pada abad pertengahan sampai abad modern ini telah banyak pula bermuculan tokoh-tokoh skeptis lainnya.. Tokoh yang muncul belakangan tersebut ada yang tetap teguh berpendirian skeptis/ragu seperti pyrho dari awal hingga akhir tetapi ada juga yang bermula dari skeptis lalu kemudian menemukan kebenaran dan berubah menjadi seseorang yang mempercayai kepastian akan kebenaran. Untuk meringkas tulisan, kita tidak akan mengulang pandangan tokoh-tokoh yang sejak awal sampai akhirnya tetap pada keragu-raguan. Tetapi kali ini kita akan melihat bagaimana mereka yang tadinya berangkat dari keragu-raguan kemudian akhirnya bersimpuh didalam kebenaran dan menemukan kebenaran itu sebagai suatu kepastian. Diceritakan bahwa ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang filsuf besar, Descartes tiba kepada suatu permasalahan epistemologi yang sangat penting yaitu, apakah sesuatu yang telah didapat selama ini adalah merupakan suatu hal yang sudah pasti ataukah semuanya tidak mempunyai suatu kepastian. Ia mencoba untuk memeriksa keyakinan terhadap agama yang dia anut selama ini. Ia mulai meneliti keyakinan agamanya dengan modal pengetahuan yang dia miliki, meneliti dengan filsafat dan berbagai ilmu lainnya, mungkinkah apa-apa yang telah dia ketahui selama ini adalah betul-betul sudah dia ketahui atau semua itu sebenarnya masih dalam tahap pengembangan yang tidak ada akhir dan kepastiannya? Descartes kemudian mengatakan, “ Dengan dasar apa saya mengatakan bahwa alam ini ada, manusia ada, masyarakat ada dan Tuhan juga ada. Dengan dalil seperti apa saya akan mengatakan bahwa kota ini ada, alam semesta ini adalah demikian, agama yang dibawa oleh Yesus adalah begini dan begitu?” Sebagaimana Pyrho, Descartes juga kemudian menelusuri apa yang bisa diperbuat oleh panca indra dan rasio. Descartes melihat bahwa apa saja yang bisa didapat, dilihat dan didengarnya dengan mengunakan panca indra dan rasio semuanya masih sangat lemah dan masih bisa diperdebatkan lagi. Menurut Descartes, panca indra adalah alat yang terlemah yang dimiliki oleh manusia, dan karenanya dia mencoba bersandar kepada kemampuan rasio. Namun demikian sebagaimana Pyrho, Descartespun menemukan bahwa tidak sedikit kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama didalam penelitian dengan menggunakan rasio. Melihat kenyataan ini, Descartes sang filsuf ternama itupun kemudian hampir-hampir kehilangan kepercayaan dan keyakinan, ia mulai meragukan segalanya dan sampai tak tersisa sedikitpun lagi keyakinan didalam dirinya. Didalam keraguan dan kebimbangan yang dalam tersebut tiba-tiba dia tersentak dan berkata, ” Sekalipun saya ragu terhadap semua yang telah saya dapat selama ini, sekalipun saya ragu terhadap segala sesuatu yang ada didepan mata saya, namun satuhal yang TIDAK SAYA RAGUKAN adalah, bahwa saya TIDAK RAGU kalau saya sedang ragu” Nampaknya Descartes telah mendapatkan satu kepastian tentang kemungkinan untuk mengetahui secara pasti. Ia sekarang tahu bahwa dia PASTI sedang ragu. Dikhabarkan, Descartes kemudian berdiri diatas batu besar dialam terbuka dan mengatakan, “ Saya telah menemukan sesuatu ; dikala saya meragukan segala sesuatu, dikala saya meragukan panca indra saya, dikala saya meragukan rasio saya, meragukan apakah dunia ini ada, kota paris itu ada, manusia itu ada, Tuhan itu ada dan apakah saya sendiri ada? , semua keraguan saya itu adalah betul adanya." Kemudian lanjutnya, " Namun satu hal yang tidak mungkin bisa saya ragukan, yaitu bahwa saya sekarang tengah merasa ragu. Bahkan sekalipun saya meragu kan tentang keraguan saya ini, apakah saya ini ragu atau tidak, tetapi saya tetap merasa yakin dan tahu secara pasti bahwa saya sekarang sedang ragu. Dan saya yang sedang ragu ini adalah betul-betul ada." Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang luas dan telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil berjalan dia bergumam, “ Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya yang sedang merasakan keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”, Dia terus berjalan sambil mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian meyakini bahwa kepastian akan pengetahuan itu adalah ada. Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan yang dia miliki. Salam, Iman K. www.parapemikir.com New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Jaka Ingin bantu Emak, Kak
Jaka Ingin bantu Emak, Kak By: agussyafii Sore itu saya jaka ke rumah. Lama sekali saya tidak bertemu dengannya. Jaka bertemu dan bersalaman dengan saya. Kata ibunya paru-paru sakit, tidak boleh terlalu capek atau angkat barang berat. Saya melihat wajahnya begitu tegar. Ayahnya meninggal sewaktu Jaka masih kecil. "Jaka, tidak boleh lari-larian nanti terlalu kecapekan ya.."kata saya padanya. "Iya kak."jawab Jaka. Badannya kurus namun selalu bersemangat dalam hidupnya. Senyum itu terurai dengan sebuah harapan akan masa depannya. saya bisa rasakan pada diri jaka. Bahkan seolah saya berada waktu yang sempit untuk menggapai sebuah impian. Impian untuk impian untuk membantu anak-anak yatim, impian untuk membantu banyak anak memiliki sebuah harapan agar tidak mudah putus asa dalam hidupnya. - Rasulullah SAW bersabda, "Rumah tangga yang paling dicintai oleh Alloh SAW yaitu rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim yang dimuliakan." (HR. Ath-Thabarani dan Asbahani). Wassalam, agussyafii - Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.co [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
Put, nalarnya begini: "input -> process -> output -> outcome -> impact" Bacanya begini: Kalau input (di homeschooling) buruk dan prosesnya juga buruk, pasti outputnya akan menjadi buruk. Kalau outputnya buruk, pasti outcomenya juga buruk. Kalau outcomenya buruk, pasti impactnya juga akan buruk. Serupa dengan prinsip GIGO (Garbage-In-Garbage-Out): sampah yang diproses akan menghasilkan sampah juga. Nah sekarang coba dievaluasi dengan cara bertanya begini: 1. Apa saja yang dijadikan pasokan (input) dalam homeschooling (brainware, software, lessons, time, energy, other resources, etc) ? 2. Bagaimana otak Put memproses input itu? 3. Bagaimana kualitas output? 4. Bagaimana hasilnya: sesuai standar, melampaui standar, di bawah standar? 5. Mengapa tata bahasa Inggris Put substandard? 6. Apakah yang dimasukkan ke dalam prosesor (otak) berkualitas sampah? 7. Apakah prosesornya berkualitas sampah? Jika benar begitu, GIGO berlaku... dst. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, izzuddin al qassam wrote: > > ini juga kenapa put sering dijitak mama hahaahahahahaha... > udah salah kepedean ^_^ > > :putri > > --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: > > From: Ari Condro > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > To: "Milis wm" > Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:01 PM > > > > > > > > > > > > > Sayang, strukturnya banyak yg salah, kendati maksud tersampaikan > dengan baik. > > > > > > salam, > > > > > > > > -Original Message- > > From: izzuddin al qassam > > > > Date: Wed, 11 Mar 2009 04:00:26 > > To: > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > > > > > > when i was 9 years old i told to my mom > > " i dont wanna go to school againt, teachers have me to shut up" > > hahahaha . > > that was i'm^_^ > > sooolets play > > > > :putri > > > > --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: > > > > From: donnie damana > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > Date: Tuesday, March 10, 2009, 7:45 AM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Mevrouw Herni, > > > > > > > > Kayaknya mas Arcon meniru gayanya Indonebia dah.. pas dulu kala masih > > > > sering bertandang kesini.. bermain peran :D > > > > Selalu mengamini pemikiran Islam yang aneh bin absurd itu. > > > > Kemana yah orang arab aneh itu?? :p > > > > > > > > Tetang bermain peran, bukannya memang kita selalu bermain peran. Kata > > > > Erving Goffman (mungkin dia abis dengar lagunya Godbless) kehidupan > > > > kita sehari-hari tidak lain adalah sebuah dramaturgi. Dan peran yang > > > > kita mainkan bisa berbagai macam.. peran yang kocak bikin kita > > > > terbahak-bahak. . > > > > peran bercinta bikin kita mabuk kepayang.. (eh.. ini mah Godbless > > > > beneran yah). > > > > > > > > Tapi memang dalam kehidupan nyata kita, peran kita bisa beraneka > > > > macam, dari jam 8-5 jadi buruh sekaligus murid disaat yang lain jadi > > > > guru, jam 5-9 malam jadi orang tua, jam 9-12 malam berperan sebagai > > > > kekasih (>:D). Mungkin hanya jam 12 malam sampai pagi hari kita tidak > > > > bermain peran. > > > > > > > > Jadi biarlah masing-masing memainkan perannya be it within or outside > > > > the box. Toh yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari > > > > peran-peran tersebut. Bukankah salah satu metode pembelajaran yang > > > > efektif adalah role playing.. > > > > > > > > Come on guys.. play your roles and let's get rumble.. > > > > > > > > Salim, > > > > :D > > > > > > > > On Mar 10, 2009, at 3:32 AM, Herni Sri Nurbayanti wrote: > > > > > > > > > Mas donnie, > > > > > > > > > > Kalo diperatiin, ada gaya baru di milis ini. Perintisnya mungkin > > > > > arcon :) sok-sok posting yg nyindir-nyindir bin usil... seolah2 > > > > > mengamini mainstream pemikiran islam yg nganeh bin absurd itu. Kalau > > > > > yg model gini sih ketebak. Tapi rupanya ada yg pick up that approach > > > > > dan dibuat lagi lebih "lucu" dan tersamar. > > > > > > > > > > Gaya yg hampir sama namun lebih halus, gayanya eyang. Putri menurut > > > > > saya juga punya gaya yg sama, tapi ambil peran dan posisi sebagai > > > > > anak manis yg baru tau dunia. So, saya tarik deh. I don't think > > > > > she's actually living in a box. She's playing it as if she was > > > > > living in a box. > > > > > > > > > > Nice play, put :) > > > > > Buat arcon, lo utang gw sekotak sambel bu rudi :P > > > > > Bayar minggu depan yak :D > > > > > > > > > > Herni > > > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > > > > > wrote: > > > > > > > > > > > mungkin e
[wanita-muslimah] Kearifan
Kearifan By: agussyafii Saya biasanya menemukan kearifan dimana-mana justru pada orang-orang biasa bukan orang yang luar biasa atau orang yang hebat. Seperti itu karena kebiasaan yang tanpa saya sadari yang diajarkan oleh bapak. setiap hari bapak selalu mempersilahkan mampir dan menjamu siapa aja orang-orang yang kebetulan lewat. Entah pengamen, sales, penjual jamu, tukang becak, penjual bubur ayam, tukang sampah, pak erte. Kalau sudah begitu terkadang ibu suka keberatan karena kita mesti menjamu yang terkadang memang tidak ada yang bisa disuguhkan. Kalau kebetulan ada pengamen atau siapapun yang mampir ngobrol dengan bapak, yang ditanya bisa macam-macam. mulai mengapa mengamen, berapa penghasilannya, atau tinggalnya dimana sudah berkeluarga apa belum. Pertanyaan- pertanyaan yang sebenarnya hanyalah seputar kehidupan sehari-hari. Dulu saya pernah, bertanya, apa maksudnya mengundang mereka untuk mampir. Katanya, "Karena dari mereka kita bisa banyak belajar tentang kearifan." "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul-albab." (QS. 2:269) Wassalam, agussyafii - Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Iya, Eyang selain rabun juga seneng polipante. Kamu mau main polipante sama Eyang sambil nuntun Eyang? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, izzuddin al qassam wrote: > > eyangjalan kemana? > sini dituntun, matanya kan dah rabun > ck..ck... > > :putri > > --- On Wed, 3/11/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:53 PM > > > > > > > > > > > > > 'Bebas' (seperti juga 'sempurna') sebenarnya adalah sebuah > kondisi yang absolut sehingga tidak ada perbandingannya. > > > > Frasa seperti 'kurang bebas' dan 'lebih bebas' (komparatif) , 'paling > bebas' (superlatif) , 'terlalu bebas' (eksesif) hanyalah gradasi. Namun, demi > sebuah perdamaian dunia, frasa-frasa itu ditoleransi. > > > > Pendidikan yang membebaskan itu artinya adalah pendidikan yang menawarkan > pilihan-pilihan. Indoktrinasi, sebaliknya, tidak menghasilkan pilihan tetapi > 'keterkungkungan di dalam satu-satunya kesimpulan'. > > > > Jadi, semakin terdidik seseorang, semakin banyak pilihannya. Semakin banyak > pilihannya, semakin tidak tergantung pada satu kesimpulan. Semakin tidak > tergantung, semakin bebas, merdeka!!! > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
siiip Om Arcon sekarang banyak orang tua dan anak-anak yang memilih sekolah dirumah dengan berbagai alasan (tinggal lihat listnya eyang ya) tidak hanya merasa kecewa dengan sistem pendidikan di sekolah formal namun juga dengan sistem pembeljaran dan mutu pendidik itu sendiri setuju dengan tante herny bahwa sekarang mutu pendidik juga harus dipertanyakan setuju juga dengan eyang bahwa pendidikan juga harus bebas tapi jangan bebas-bebasan sehingga tidak ada control dr orang tua ya eyang anak-anak punya berbagai kecerdasan atau istilahnya Multiple intelligent nah disekolah formal cuma ditekankan pada dua kecerdasan yaitu logika dan bahasa apa anak2 lain yang justru dominan pada kecerdasan-kecerdasan lain (selain logika-bahasa0 dianggap kurang mampu dan tidak kompeten?? trus bagaimana dengan anak-anak ADD apa mereka justru harus dikucilkan dan dianggap tidak mampu? put sepakat dengan tante herny^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Wednesday, March 11, 2009, 8:23 PM Put Kamu rencana diskusi apa terus dolanan ? Kalau dolanan, ada baiknya diskusi ditutup, selain tidak ada argumen baru, kasian pembaca milis yg lain jika tidak mendapatkan diskusi yg bermanfaat. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 20:07:50 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling eyangjalan kemana? sini dituntun, matanya kan dah rabun ck..ck... :putri --- On Wed, 3/11/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:53 PM 'Bebas' (seperti juga 'sempurna') sebenarnya adalah sebuah kondisi yang absolut sehingga tidak ada perbandingannya. Frasa seperti 'kurang bebas' dan 'lebih bebas' (komparatif) , 'paling bebas' (superlatif) , 'terlalu bebas' (eksesif) hanyalah gradasi. Namun, demi sebuah perdamaian dunia, frasa-frasa itu ditoleransi. Pendidikan yang membebaskan itu artinya adalah pendidikan yang menawarkan pilihan-pilihan. Indoktrinasi, sebaliknya, tidak menghasilkan pilihan tetapi 'keterkungkungan di dalam satu-satunya kesimpulan'. Jadi, semakin terdidik seseorang, semakin banyak pilihannya. Semakin banyak pilihannya, semakin tidak tergantung pada satu kesimpulan. Semakin tidak tergantung, semakin bebas, merdeka!!! [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling vs Fieldschooling
Kalau nggak sekolah di rumah namanya field schooling dong Fut...(sorry ane sudah lufe huruf 'fe').
[wanita-muslimah] Pengertian Ukhuwah
Pengertian Ukhuwah By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (Q/17:70). Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain (Q/49:13). Tiap-tiap ummat diberi aturan dan jalan (yang berbeda), padahal seandainya Allah mau, seluruh manusia bisa disatukan dalam kesatuan ummat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk memberi peluang berkompetisi secara sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (Q/5;48). Oleh karena itu sebagaimana dikatakan oleh Rasul, agar seluruh manusia itu menjadi saudara antara yang satu dengan yang lain, wakunu ‘ibadallahi ikhwana. (Hadis Bukhari) Dalam bahasa Arab, ada kalimat ukhuwwah (persaudaraan), ikhwah (saudara seketurunan) dan ikhwan (saudara tidak seketurunan). Dalam al Qur’an kata akhu (saudara) digunakan untuk menyebut saudara kandung atau seketurunan (Q/4:23), saudara sebangsa (Q/7:65), saudara semasyarakat walau berselisih faham (Q/38;23) dan saudara seiman (Q/49;10). Al Qur’an bukan hanya menyebut persaudaraan kema¬nusiaan (ukhuwwah insaniyyah), tetapi bahkan me¬nyebut binatang dan burung sebagai ummat seperti ummat manusia (Q/6;38) sebagai saudara semakhluk (ukhuwwah makhluqiyyah). Istilah ukhuwwah Islamiyyah bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, tetapi persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami. Oleh karena cakupan ukhuwwah Islamiyyah bukan hanya menyangkut sesama orang Islam tetapi juga menyangkut persaudaraan dengan non muslim, bahkan dengan makhluk yang lain. Seorang pemilik kuda misalnya, tidak boleh membebani kudanya dengan beban yang melampaui batas kewajaran. Ajaran ini termasuk dalam ajaran ukhuwwah Islamiyyah bagaimana seorang muslim bergaul dengan hewan kuda yang dimilikinya. Dari ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Al Qur’an (dan Hadis) sekurang-kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwwah; yaitu; 1. Ukhuwwah ‘ubudiyyah; persaudaraan karena sama-sama makhluk yang tunduk kepada Allah. 2. Ukhuwwah insaniyyah atau basyariyyah, persau¬daraan karena sama-sama sebagai manusia secara keseluruhan. 3. Ukhuwwah wathaniyyah wa an nasab. Persaudaraan karena keterikatan keturunan dan kebangsaan. 4. Ukhuwwah diniyyah, persaudaraan karena seagama. Bagaimana ukhuwwah berlangsung, tak lepas dari faktor penunjang. Faktor penunjang yang signifi¬kan membentuk persaudaraan adalah persamaan. Semakin banyak persamaannya, baik persamaan rasa maupun persamaan cita-cita maka semakin kokoh ukhuwwahnya. Ukhuwwah biasanya melahirkan aksi solidaritas. Contohnya, di antara kelompok masyarakat yang sedang berselisih, segera terjalin persaudaraan ketika semuanya menjadi korban banjir, karena banjir menyatukan perasaan, yakni sama-sama merasa menderita.Kesamaan perasaan itu kemudian memunculkan kesadaran untuk saling membantu. Petunjuk Al Qur’an Tentang Ukhuwwah 1. Tetaplah berkompetisi secara sehat dalam mela¬kukan kebajikan, meski mereka berbeda-beda agama, ideologi, status; fastabiqul khairat (Q/5;48). Jangan berfikir menjadikan manusia dalam keseragaman, memaksa orang lain untuk ber¬pendirian seperti kita misalnya, karena Tuhan menciptakan perbedaan itu sebagai rahmat, untuk menguji mereka siapa diantara mereka yang mmberikan kontribusi terbesar dalam kebajikan. 2. Memelihara amanah ( tanggung jawab) sebagai khalifah Allah di bumi, di mana manusia dibebani keharusan menegakkan kebenaran dan keadilan (Q/38;26), serta memelihara keseimbangan lingkungan alam (Q/30:41). 3. Kuat pendirian tetapi menghargai pendirian orang lain. Lakum dinukum waliya din (Q/112;4), tidak perlu bertengkar dengan asumsi bahwa kebenaran akan terbuka nanti di hadapan Tuhan (Q/42:15). 4. Meski berbeda ideologi dan pandangan, tetapi harus berusaha mencari titik temu, kalimatin sawa, tidak bermusuhan, seraya mengakui eksistensi masing-masing (Q;3;64). 5. Tidak mengapa bekerjasama dengan pihak yang berbeda pendirian, dalam hal kemaslahatan umum, atas dasar saling menghargai eksistensi, berkeadilan dan tidak saling menimbulkan kerugian (Q/60;8). Dalam hal kebutuhan pokok, (mengatasi kelaparan, bencana alam, wabah penyakit dsb) solidaritas sosial dilaksanakan tanpa memandang agama, etnik atau identitas lainya (Q/2:272). 6. Tidak memandang rendah (mengolok-olok) kelompok lain, tidak pula meledek atau membenci mereka (Q/49:11). 7. Jika ada perselisihan diantara kaum beriman, maka islahnya haruslah merujuk kepada petunjuk Al Qur’an dan Sunnah Nabi (Q/4;59). Al Qur’an menyebut bahwa sanya pada hakekat¬nya orang mu’min itu bersaudara (seperti saudara sekandung), innamal mu’minuna ikhwah (Q/49;10). Hadis Nabi bahkan memisalkan hubungan antara mukmin itu bagaikan hubungan anggauta badan dalam satu tubuh dimana jika ada satu
Bls: [wanita-muslimah] Golput, Memilih dan Pilih Siapa
Bagaimana solusinya kalau kita nggak mau golput tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. --- Pada Rab, 11/3/09, Sunny menulis: Dari: Sunny Topik: [wanita-muslimah] Golput, Memilih dan Pilih Siapa Kepada: undisclosed-recipi...@yahoo.com Tanggal: Rabu, 11 Maret, 2009, 9:37 PM http://www.pos- kupang.com/ index.php? speak=i&content= file_detail& jenis=14& idnya=21557& detailnya= 1 Golput, Memilih dan Pilih Siapa Oleh Drs. Ben D. Hadjon, S.H Staf khusus pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum Pieter Hadjon, S.H., M.H., dan Rekan di Surabaya SURVAI Lingkaran Madani untuk Indonesia (Lima) yang menemukan 75 % respondennya belum tahu tanggal pelaksanaan pemilu merupakan suatu kenyataan yang harus diwaspadai karena di sana tersimpan potensi golput alias golongan yang tidak memilih. Ada dua aspek yang paling mungkin menjadi penyebab ketidaktahuan para responden dalam survai tersebut tentang tanggal penyelenggaraan pemilu yakni kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU sebagai penyelenggara atau adanya sikap apatis dari para responden atau masyarakat umumnya yang telah menempatkan pemilu sebagai perhelatan yang tidak bermakna. Pada dasarnya fenomena golput lahir dari suatu sikap 'kecewa' yang melekat pada masyarakat. Kecewa pada rezim yang pernah berkuasa dan sedang berkuasa karena dari waktu ke waktu khususnya pada era reformasi ini setelah beberapa kali pemilu tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, padahal melalui pemilu masyarakat menginginkan lahirnya rezim baru yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kecewa pada sikap dan perilaku sebagian anggota legislatif yang harus mendekam di balik jeruji besi karena menggerogoti uang negara yang seharusnya mereka lindungi dengan memanfaatkan fungsi kontrolnya. Sungguh sesuatu yang sangat tragis dan ironis karena dengan demikian mereka gagal menjalankan amanat yang telah dianugerahkan rakyat yang telah memilih mereka. Kecewa pada prioritas perjuangan para anggota legislatif yang lebih mengedepankan upaya untuk membesarkan partainya dari pada memperjuangkan aspirasi masyarakat karena ingin bercokol lebih lama di kursi empuk legislatif yang menjanjikan banyak harapan. Harap maklum, karena parpol adalah kendaraan politik untuk membuka peluang agar dapat bertahan lebih lama di kursi legislatif walaupun hal tersebut bertentangan dengan 'teori penyegaran' yang membutuhkan inovasi untuk lahirnya gagasan baru. Ada beberapa upaya untuk meminimalisir fenomena golput yang dalam era reformasi merupakan istilah yang sangat populer dan secara kuantitatif meningkat dari waktu ke waktu, baik dalam pemilu legislatif maupun dalam pilpres. Meminjam 'tangan negara' dengan menerapkan cara-cara yang represif atau melalui upaya-upaya lain yang bermaknakan 'pemaksaan' untuk meminimalisir golput adalah merupakan cara-cara yang tidak tepat karena menjadi pemilih dalam pemilu adalah merupakan hak, bukan kewajiban, apalagi pemilu adalah pesta demokrasi yang beresensikan kebebasan termasuk di dalamnya kebebasan untuk memilih atau tidak memilih. Peningkatan kesadaran politik masyarakat harus ditumbuhkembangkan agar masyarakat dapat memandang arti pentingnya pemilu sebagai pesta demokrasi yang harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk turut menentukan arah kebijakan negara dalam lima tahun ke depan. Sikap mawas diri yang didasari pola hidup sederhana harus melekat pada diri anggota legislatif kita karena dengan pola hidup sederhana akan dapat menekan keinginan besar untuk menjadi orang kaya baru (OKB) yang mungkin dicita-citakan oleh sebagian caleg kita saat ini. Dengan demikian image yang terlanjur merasuk di dalam masyarakat kita bahwa ada hubungan yang sangat erat antara anggota legislatif dengan faktor duit atau kekayaan secara perlahan dapat dieliminir dan anggota legislatif dapat memainkan perannya sebagai penyelaras antara keinginan/aspirasi masyarakat dan arah kebijakan pemerintah. Pola pendekatan terhadap masyarakat pemilih yang hanya dilakukan di saat-saat menjelang pemilu harus dikesampingkan karena hanya akan melahirkan anggapan masyarakat bahwa keberadaannya hanya mempunyai arti di saat-saat seperti ini dan setelah itu 'bablas angine' (meminjam istilah dalam iklan sebuah produk jamu). Saat ini menjadi caleg yang dapat dipilih masyarakat dalam pemilu setelah Mahkamah Konstitusi menganulir ketentuan nomor urut yang membuat mereka yang telah berjuang atau telah 'berinvestasi' untuk berada pada 'nomor jadi' kelimpungan dan gigit jari, bukanlah merupakan sesuatu yang mudah kecuali mereka yang termasuk kategori spekulan politik atau yang menjadi caleg tanpa sasaran/target yang jelas. Ada dua pilihan yang harus dilakukan masyarakat sebelum sampai kepada keputusan untuk menentukan siapa caleg yang akan dipilihnya, yakni keputusan untuk tidak memilih (golput) dan keputusan untuk memilih atau mempergunakan hak pilihnya. Banyak upaya yang dilakukan para cale
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu? :putri : sedikit banyak iya Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu. :putri : makanya jangan disesatin hehehehe...batu juga ngalah kok kalo ditetesin air intinya adalah pengetahuan...kita hidup kan g cuma dengan orang2 dirumah atau disekitar kita sedikit banyak kita juga harus tau bagaimana orang-orang berfikir di luar sana untuk apa untuk melihat dr banyak sisi Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. :p : ya banyak hal yang disayangkan ketika generasi muda lupa pada tanahnya ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Herni Sri Nurbayanti wrote: From: Herni Sri Nurbayanti Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:52 PM Ya bagus deh kalo gitu, put. Kita liat aja, 10 thn ke depan kamu jadi apa.. dan pemikiranmu spt apa, dibanding sekarang :) Intinya perdebatan kemarin2 kan gitu. Result oriented :P Mau cara belajarnya gimana, yg penting hasilnya. Wong sebenarnya yg jadi fokus debat/kritik itu cara berpikir kamu. Bukan home schoolingnya. Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu? Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu. Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam wrote: ini kan pendidikan alternative seperti kata eyang, banyak alasan untuk homeschooling, tergantung orang tuanya gimana dan terus terang put g suka ada orang tua yang mendoktrin anaknya untuk masuk kesekolah tertentu apakah krn sekolah itu sekolah elit atau sekolah itu sekolah unggulan lalu anaknya dimasukkan kesitu kalo anaknya g lulus disekolah yang disebutkan dibilang anaknya goblok i hate that emang homeschooling cuma belajar dirumah om ambon? g boleh belajar dirumah tetangga yang lg bikin kue gitu? put juga ikutan TPA di mesjid, kalo siang sekitar jam 3 an ikut ngaji Iqra' trus sorenya pulang jalan kaki sama temen2 sambil nyari batang padi untuk dijadiin serunai ^_^ jd homeschooling g harus jd anak manis, yang cuma duduk didepan komputer trus dirumah seharian jd anak homeschooling g harus sendiri merenung dan baca2 buku aja di rumah homeschooling g mesti belajar dirumah kan??? :putri [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Put Kamu rencana diskusi apa terus dolanan ? Kalau dolanan, ada baiknya diskusi ditutup, selain tidak ada argumen baru, kasian pembaca milis yg lain jika tidak mendapatkan diskusi yg bermanfaat. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 20:07:50 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling eyangjalan kemana? sini dituntun, matanya kan dah rabun ck..ck... :putri --- On Wed, 3/11/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:53 PM 'Bebas' (seperti juga 'sempurna') sebenarnya adalah sebuah kondisi yang absolut sehingga tidak ada perbandingannya. Frasa seperti 'kurang bebas' dan 'lebih bebas' (komparatif) , 'paling bebas' (superlatif) , 'terlalu bebas' (eksesif) hanyalah gradasi. Namun, demi sebuah perdamaian dunia, frasa-frasa itu ditoleransi. Pendidikan yang membebaskan itu artinya adalah pendidikan yang menawarkan pilihan-pilihan. Indoktrinasi, sebaliknya, tidak menghasilkan pilihan tetapi 'keterkungkungan di dalam satu-satunya kesimpulan'. Jadi, semakin terdidik seseorang, semakin banyak pilihannya. Semakin banyak pilihannya, semakin tidak tergantung pada satu kesimpulan. Semakin tidak tergantung, semakin bebas, merdeka!!! [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Ternyata negri komunis ini sangat berguna untuk warga negara Islam ya. Selain negri ini lebih murah hati daripada negara Islam (memberikan pendidikan gratis), negri ini juga lebih toleran terhadap warga negara Islam: memperbolehkan non-pemakan daging babi untuk memasak makanan mereka sendiri. Bahan-bahan non-babi tersedia. Coba deh kalau dibalik, bolehkah orang-orang komunis ini memasak daging babi di negara Islam?
[wanita-muslimah] Prediksi Qur'ani terhadap Prospek Usaha dan Pencalegan
Prediksi Qur'ani terhadap Prospek Usaha dan Pencalegan Sebagaiman diyakini bahwa Al-Qur'an memilki makna lahir dan makna batin. Makna lahirnya telah banyak diungkapkan oleh para mufassir. Sedangkan makna batinnya diungkap oleh sebagian mufassir, ulama sufi dan irfan. Makna ini kadang-kadang makna dan maksudnya sulit ditangkap secara rasional. Tetapi dapat dirasakan oleh orang-orang yang meyakininya. Termasuk ke dalam makna yang terakhir adalah memprediksi prospek usaha melalui makna batin Al-Qur'an. Sebagaimana kita maklumi bahwa mata dan pikiran kita sangat terbatas untuk melihat dan menangkap apa yang akan terjadi: prospek usaha, jodoh, dan akibat dari segala rencana. Termasuk juga ke dalamnya segala kemungkinan yang akan terjadi bagi para caleg, capres dari: kemudahan dan hambatan, mudharrat dan menfaat, kesuksesan dan kegagalan. Prediksi ini dalam hadis dan kitab-kitab ulama dikenal dengan istilah Istikharah. Istikharah artinya memohon pilihan kepada Allah swt pilihan yang terbaik. Istikharah caranya bermacam-macam: melalui shalat, Al-Qur'an, perhitungan tasbih, perhitungan huruf dan angka. Istikharah dengan Al-Qur'an telah banyak dipraktekkan oleh ulama dan kaum mukminin. Dengan istikharah Qur'ani ini, insya Allah, akan segera ditangkap oleh pikiran dan hati yang istikharah. Tentu dalam melakukan istikharah ini harus benar-benar khusuk dan penuh keyakinan. Berikut ini salah satu cara istikharah dengan Al-Qur'an: Istikharah dengan Al-Qur'an Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Rasulullah saw disebutkan, singkatnya langkah-langkah dan caranya sebagai berikut: Pertama: Mengambil mushhaf Al-Qur'an dan meletakkan di depannya Kedua: Membaca surat Al-Ikhlash (3 kali) Ketiga: Membaca shalawat (3 kali) Keempat: Kemudian membaca doa berikut: Doa dan langkah-langkah selengkapnya bisa dicopi dari: Group Pecinta Keluarga Bahagia: http://www.facebook.com/group.php?gid=37020211895 Group OHASHEM http://www.facebook.com/group.php?gid=5562009 Dlm Group ini telah diposting tulisan menarik kita kaji "Benarkah Siti `Aisyah Dinikahi Rasulullah saw di Usia Dini?"
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
eyangjalan kemana? sini dituntun, matanya kan dah rabun ck..ck... :putri --- On Wed, 3/11/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:53 PM 'Bebas' (seperti juga 'sempurna') sebenarnya adalah sebuah kondisi yang absolut sehingga tidak ada perbandingannya. Frasa seperti 'kurang bebas' dan 'lebih bebas' (komparatif) , 'paling bebas' (superlatif) , 'terlalu bebas' (eksesif) hanyalah gradasi. Namun, demi sebuah perdamaian dunia, frasa-frasa itu ditoleransi. Pendidikan yang membebaskan itu artinya adalah pendidikan yang menawarkan pilihan-pilihan. Indoktrinasi, sebaliknya, tidak menghasilkan pilihan tetapi 'keterkungkungan di dalam satu-satunya kesimpulan'. Jadi, semakin terdidik seseorang, semakin banyak pilihannya. Semakin banyak pilihannya, semakin tidak tergantung pada satu kesimpulan. Semakin tidak tergantung, semakin bebas, merdeka!!! [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
hmmmrumit..rumit secara negara kita masih percaya dengan nilai selembar ijazah :putri --- On Wed, 3/11/09, Herni Sri Nurbayanti wrote: From: Herni Sri Nurbayanti Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:41 PM Itu terkait juga dengan sejarah profesional, terutama persoalan "pengakuan" kaitannya dengan kebutuhan adanya penghargaan terhadap profesi dan tanggung jawab profesi ke publik. Dilihat dari sejarahnya, kan gitu. Makanya perlu ada lembaga resmi yg menyatakan bahwa seseorang sudah lulus dari segi intelektualitasnya. Soal kontrol terhadap kualitas. Apalagi profesional yang pekerjaannya terkait atau bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dengan konstruk pemikiran yg spt ini, pengakuan dari lembaga yg dianggap berwenang atau punya otoritas utk itu jadi penting. Sekolah formal lebih dilihat karena dianggap lebih kredibel. Tapi tidak ada sistem yang sempurna. Sekolah formal terbukti belum tentu menghasilkan pemikir handal. Karena sekolah formal menciptakan relasi2 kekuasaan yg birokratis, kaku, dll yg membuat kreativitas orang tidak berkembang. Dosen pun, yg seharusnya menghasilkan karya intelektual dari lembaga yg seharusnya jadi mesin pengetahuan, belum tentu menghasilkan karya. Coba liat, berapa banyak dosen yg sudah menulis buku? Kalaupun ada yg menulis buku, liat kualitasnya. Apalagi dosen hukum, setengah lebih bukunya UU doang, kali :) dan isi bukunya cuma menjelaskan UU. (member WM yg dosen jgn tersinggung :D) Masalahnya kan soal pengakuan terhadap pemikiran2 yg muncul bukan dari jalur/institusi pendidikan formal. Gimana dia tercatat, diakui (shg bisa kredibel juga) dan disupport oleh negara, tapi tidak harus mengintegrasikannya menjadi bagian sistem pendidikan formal.. karena naturenya emang beda. Itu aja. Ini hampir sama (dlm konteks dan level yg beda) soal hukum adat dan hukum legal formalistik negara. Kalo homeschooling sih, mending gaya jaman dulu kaya di pelem2. Yg melakukan itu keluarga, orang tua, kakak, paman, dll. Kepercayaan jadi masalah yg sangat penting karena relasinya lebih personal dari sekolah formal. Atau setidaknya lewat seleksi yg sangat ketat dari keluarga. Idealnya sih disekolahkan di sekolah biasa, biar bergaul tapi komunikasi intensif dengan orang tua. Kalau kekecewaan thd sistem pendidikan formal, solusinya sih bangun sekolah2 alternatif yg lebih murah. Mungkin perlu juga dimasukkan dalam itungan, ttg sekolah2 gratis swadaya masyarakat. Ini yg juga perlu disupport. Kayanya member WM ada yg bergerak di bidang itu. Hery? Sekolah gratis kan gak hanya ada di kota2 besar yg tingkat kemiskinannya tinggi tapi juga di pedalaman. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, "Ari Condro" wrote: > > Sejak dulu, saya curious : > > - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? > Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut > bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil > dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah > dilarang ayahandanya > > - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh > secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. > Menjadi icon peradaban islam. > > Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi > secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara > otodidak kok. > > > Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/ paulo freire, bukan ? > > > salam, > > > > -Original Message- > From: izzuddin al qassam > > Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 > To: > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu > dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama > sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai > proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan > seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas > kehidupan itu sendiri. > > > Putri > sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ > ya kan eyang??? > > :putri > > --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM > > > > > > > > > > > > > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > pendidikan: > > > > Sekolah Adalah Candu > > > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress,
[wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
Iya, dijamin deh. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, izzuddin al qassam wrote: > > jaminan apa eyang??? > > :putri > > --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Date: Tuesday, March 10, 2009, 2:17 AM > > > > > > > > > > > > > Nggaklah kalau diban di sini. Moderator di sini sangat luaaa > pemikirannya dan tingggi toleransinya. Cuma ingin tau saja bagaimana > gurumu itu mengajarimu ttg dua orang itu. Bukankah Matius ini seorang petinju > dari Flores dan Templar ini main di film Simon Templar dulu itu? Coba deh > dibagi di sini siapa tahu gurumu malah menyesatkanmu dengan informasi itu. > > > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > > > > mending g usah eyang > > > ntar put di bom lagi disini > > > g mau jd provokator perpecahan bangsa ini hohoho > > > lama-lama di ban akhirnya g ketemu eyang deh > > > > > > :putri > > > > > > > > > --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: > > > > > > From: eyang_mbelgedes > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > > Date: Monday, March 9, 2009, 7:25 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Jadi, untuk menjadi kader partai, selama ini dirimu diajari > > untuk menelaah Matius dan Templar? Apa kata gurumu tentang dua orang ini? > > > > > > Pasti menarik sekali untuk dibahas di sini. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
'Bebas' (seperti juga 'sempurna') sebenarnya adalah sebuah kondisi yang absolut sehingga tidak ada perbandingannya. Frasa seperti 'kurang bebas' dan 'lebih bebas' (komparatif), 'paling bebas' (superlatif), 'terlalu bebas' (eksesif) hanyalah gradasi. Namun, demi sebuah perdamaian dunia, frasa-frasa itu ditoleransi. Pendidikan yang membebaskan itu artinya adalah pendidikan yang menawarkan pilihan-pilihan. Indoktrinasi, sebaliknya, tidak menghasilkan pilihan tetapi 'keterkungkungan di dalam satu-satunya kesimpulan'. Jadi, semakin terdidik seseorang, semakin banyak pilihannya. Semakin banyak pilihannya, semakin tidak tergantung pada satu kesimpulan. Semakin tidak tergantung, semakin bebas, merdeka!!!
[SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Ya bagus deh kalo gitu, put. Kita liat aja, 10 thn ke depan kamu jadi apa.. dan pemikiranmu spt apa, dibanding sekarang :) Intinya perdebatan kemarin2 kan gitu. Result oriented :P Mau cara belajarnya gimana, yg penting hasilnya. Wong sebenarnya yg jadi fokus debat/kritik itu cara berpikir kamu. Bukan home schoolingnya. Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu? Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu. Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, izzuddin al qassam wrote: ini kan pendidikan alternative seperti kata eyang, banyak alasan untuk homeschooling, tergantung orang tuanya gimana dan terus terang put g suka ada orang tua yang mendoktrin anaknya untuk masuk kesekolah tertentu apakah krn sekolah itu sekolah elit atau sekolah itu sekolah unggulan lalu anaknya dimasukkan kesitu kalo anaknya g lulus disekolah yang disebutkan dibilang anaknya goblok i hate that emang homeschooling cuma belajar dirumah om ambon? g boleh belajar dirumah tetangga yang lg bikin kue gitu? put juga ikutan TPA di mesjid, kalo siang sekitar jam 3 an ikut ngaji Iqra' trus sorenya pulang jalan kaki sama temen2 sambil nyari batang padi untuk dijadiin serunai ^_^ jd homeschooling g harus jd anak manis, yang cuma duduk didepan komputer trus dirumah seharian jd anak homeschooling g harus sendiri merenung dan baca2 buku aja di rumah homeschooling g mesti belajar dirumah kan??? :putri
[wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Itu terkait juga dengan sejarah profesional, terutama persoalan "pengakuan" kaitannya dengan kebutuhan adanya penghargaan terhadap profesi dan tanggung jawab profesi ke publik. Dilihat dari sejarahnya, kan gitu. Makanya perlu ada lembaga resmi yg menyatakan bahwa seseorang sudah lulus dari segi intelektualitasnya. Soal kontrol terhadap kualitas. Apalagi profesional yang pekerjaannya terkait atau bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dengan konstruk pemikiran yg spt ini, pengakuan dari lembaga yg dianggap berwenang atau punya otoritas utk itu jadi penting. Sekolah formal lebih dilihat karena dianggap lebih kredibel. Tapi tidak ada sistem yang sempurna. Sekolah formal terbukti belum tentu menghasilkan pemikir handal. Karena sekolah formal menciptakan relasi2 kekuasaan yg birokratis, kaku, dll yg membuat kreativitas orang tidak berkembang. Dosen pun, yg seharusnya menghasilkan karya intelektual dari lembaga yg seharusnya jadi mesin pengetahuan, belum tentu menghasilkan karya. Coba liat, berapa banyak dosen yg sudah menulis buku? Kalaupun ada yg menulis buku, liat kualitasnya. Apalagi dosen hukum, setengah lebih bukunya UU doang, kali :) dan isi bukunya cuma menjelaskan UU. (member WM yg dosen jgn tersinggung :D) Masalahnya kan soal pengakuan terhadap pemikiran2 yg muncul bukan dari jalur/institusi pendidikan formal. Gimana dia tercatat, diakui (shg bisa kredibel juga) dan disupport oleh negara, tapi tidak harus mengintegrasikannya menjadi bagian sistem pendidikan formal.. karena naturenya emang beda. Itu aja. Ini hampir sama (dlm konteks dan level yg beda) soal hukum adat dan hukum legal formalistik negara. Kalo homeschooling sih, mending gaya jaman dulu kaya di pelem2. Yg melakukan itu keluarga, orang tua, kakak, paman, dll. Kepercayaan jadi masalah yg sangat penting karena relasinya lebih personal dari sekolah formal. Atau setidaknya lewat seleksi yg sangat ketat dari keluarga. Idealnya sih disekolahkan di sekolah biasa, biar bergaul tapi komunikasi intensif dengan orang tua. Kalau kekecewaan thd sistem pendidikan formal, solusinya sih bangun sekolah2 alternatif yg lebih murah. Mungkin perlu juga dimasukkan dalam itungan, ttg sekolah2 gratis swadaya masyarakat. Ini yg juga perlu disupport. Kayanya member WM ada yg bergerak di bidang itu. Hery? Sekolah gratis kan gak hanya ada di kota2 besar yg tingkat kemiskinannya tinggi tapi juga di pedalaman. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" wrote: > > Sejak dulu, saya curious : > > - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? > Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut > bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil > dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah > dilarang ayahandanya > > - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh > secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. > Menjadi icon peradaban islam. > > Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi > secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara > otodidak kok. > > > Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/paulo freire, bukan ? > > > salam, > > > > -Original Message- > From: izzuddin al qassam > > Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 > To: > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu > dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama > sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai > proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan > seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas > kehidupan itu sendiri. > > > Putri > sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ > ya kan eyang??? > > :putri > > --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM > > > > > > > > > > > > > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > pendidikan: > > > > Sekolah Adalah Candu > > > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, > 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > > > Sekolah Adalah Candu* > > > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi > berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam > melahirkan solusi alterna
[wanita-muslimah] Re: Kata Mereka yang Peragu
Seandainya panca indra dan rasio tidak ada, kita juga tidak tau apakah kita ini 'ada atau tidak'. Kalau ada 'so what' dan kalau tidak ada 'so what' juga gitu loh.
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
ini kan pendidikan alternative seperti kata eyang, banyak alasan untuk homeschooling, tergantung orang tuanya gimana dan terus terang put g suka ada orang tua yang mendoktrin anaknya untuk masuk kesekolah tertentu apakah krn sekolah itu sekolah elit atau sekolah itu sekolah unggulan lalu anaknya dimasukkan kesitu kalo anaknya g lulus disekolah yang disebutkan dibilang anaknya goblok i hate that emang homeschooling cuma belajar dirumah om ambon? g boleh belajar dirumah tetangga yang lg bikin kue gitu? put juga ikutan TPA di mesjid, kalo siang sekitar jam 3 an ikut ngaji Iqra' trus sorenya pulang jalan kaki sama temen2 sambil nyari batang padi untuk dijadiin serunai ^_^ jd homeschooling g harus jd anak manis, yang cuma duduk didepan komputer trus dirumah seharian jd anak homeschooling g harus sendiri merenung dan baca2 buku aja di rumah homeschooling g mesti belajar dirumah kan??? :putri --- On Wed, 3/11/09, Sunny wrote: From: Sunny Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 6:45 PM Kalau orang tua mampu dalam arti kata selain duit dan pengetahuan cukup untuk mendidik anak setara dengan pendidikan di sekolah tentu bisa saja, tetapi saya yakin hanya paling-paling sampai kelas 3 SD, selebih dari itu sulit memberikan mutu pendidikan yang berguna dan baik untuk hari depan anak. Masalah ke sekolah ialah bukan saja belajar lmu tetapi juga interaksi sesama anak-anak lain. - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Thursday, March 12, 2009 2:35 AM Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling justru homeschooling gratis dan effective g usah bayar uang masuk sekolaah elite sampe berjuta-juta kurikulum yang g terikat membuat kita bisa belajar apa saja g mesti pelajaran sekolah kebutuha life skill terpenuhi g mesti manggil guru privat tetangga juga bisa jd guru mulai dr Mamang bubur ayam sampe teknisi AC bisa jd guru kok percaya deh homeschooling itu enak ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Sunny wrote: From: Sunny Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:42 AM Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelaa aaah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak! !!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
hmmm...Om Arcon selama bukunya bagus buat pembelajaran kenapa enggak^_^ ya ndak? ndak ya hehehehe... :putri --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Wednesday, March 11, 2009, 3:59 PM Sejak dulu, saya curious : - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah dilarang ayahandanya - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. Menjadi icon peradaban islam. Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara otodidak kok. Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/ paulo freire, bukan ? salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Putri sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ ya kan eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin pendidikan: Sekolah Adalah Candu Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- Sekolah Adalah Candu* Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi-generasi yang gamang dan gagap. Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ sekolah-adalah- candu [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Kalau orang tua mampu dalam arti kata selain duit dan pengetahuan cukup untuk mendidik anak setara dengan pendidikan di sekolah tentu bisa saja, tetapi saya yakin hanya paling-paling sampai kelas 3 SD, selebih dari itu sulit memberikan mutu pendidikan yang berguna dan baik untuk hari depan anak. Masalah ke sekolah ialah bukan saja belajar lmu tetapi juga interaksi sesama anak-anak lain. - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 12, 2009 2:35 AM Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling justru homeschooling gratis dan effective g usah bayar uang masuk sekolaah elite sampe berjuta-juta kurikulum yang g terikat membuat kita bisa belajar apa saja g mesti pelajaran sekolah kebutuha life skill terpenuhi g mesti manggil guru privat tetangga juga bisa jd guru mulai dr Mamang bubur ayam sampe teknisi AC bisa jd guru kok percaya deh homeschooling itu enak ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Sunny wrote: From: Sunny Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:42 AM Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelaa aaah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak! !!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
apa di Sekolah luar biasa bagi anak-anak ADD, apa gratis juga tante flora?? kebanyakan di indonesia anak-anak ADD lah yang menjadi pelaku homeschooling :putri --- On Wed, 3/11/09, Flora Pamungkas "GMail" wrote: From: Flora Pamungkas "GMail" Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 3:16 PM Tambahan informasi: Di Kuba, pendidikan dari TK sampai kuliah di Universitas, bahkan sampai S3 juga gratis bagi penduduk lokal. Untuk ke Universitas, harus lulus ujian masuk. Mahasiswa asing (berasal dari manca negara) bisa kuliah gratis di jenjang S1 saja. Empat tahun yang lalu, seorang teman dari Timur Tengah melanjutkan kuliah S2 jurusan arsitektur membayar US$ 2000,- sampai lulus. Kalau untuk program S3 entah berapa bayarnya, saya kurang tahu. Ada 3 orang mahasiswa Indonesia yang kuliah S1 di Universitas Internasional Pendidikan Guru Olah Raga. 2 orang sudah lulus, satunya lagi belum lulus karena cuti melahirkan. Berhubung semua mahasiswa tinggal di asrama, maka anaknya ditiitp di mertuanya, di negara asal suaminya. Dia sedang berpikir untuk melanjutkan ke S2, maka dia harus menyiapkan US$ 2000,-. Ribuan mahasiwa penerima bea siswa S1 untuk calon guru2 olah raga berasal dari negara2 di Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Asia. Semuanya gratis: kuliah, asrama, makan, fasilitas kesehatan, pasta gigi, sabun, shampoo, deterjen, hingga karet KB. Dengan semakin bertambahnya mahasiswa dari negara2 muslim, maka pengelola ruang makan di kampus itu mulai menyediakan pula makanan non babi. Sebelum ini, mahasiswa Indonesia harus merogoh kantong sendiri untuk beli makanan yang tidak mengandung babi. Ada juga Universitas Internasional Ilmu Kedokteran dengan ribuan mahasiswa dari manca negara yang belajar dengan gratis. Teman sekelas anak saya, anak duta besar Mozambique, begitu menginjak SMA, dia pindah dari British International School ke sekolah lokal. Maksudnya agar nanti setelah lulus SMA bisa kuliah gratis di Universitas Ilmu Kedokteran tsb. Kelak juga tinggal di asrama dengan segala fasilitasnya. Saya pernah ikut rombongan mengunjungi Universidad de las Ciencias Informaticas (UCI) atau Universitas Ilmu Teknologi Informasi. Kompleks universitas ini luas sekali dan sangat modern. Terdapat 6030 mahasiswa & mahasiswi yang diseleksi dari 169 kecamatan di seluruh Kuba. Pembangunan kampus masih berlanjut, targetnya adalah utk menampung 10.000 mahasiswa. Terdapat 804 orang staff pengajar & karyawan, 90 orang diantaranya adalah para dosen. Semua mahasiswa dan 70% dari staff tinggal di lingkungan kampus. Belajar dari Senin - Sabtu. Fasilitas di kampus ada 5000 PC, 70.000 network connections, telepon dg 2500 nomor2 extension, saluran2 TV, 4 megabyte bandwidth connections, studio TV, design & virtual reality Lab, 136 ruang kelas, 119 laboratorium komputer, 1216 apartemen untuk mahasiswa & staff pengajar, 10 sekolah. Setiap apartemen ber A/C, menampung 4 mahasiswa, dengan 1 ruang belajar + komputer, kamar mandi, ruang pantry kecil, lemari es. Fasilitas kesehatan dan olah raga, seperti mini hospital, lapangan tennis, kolam renang dan fasilitas komunikasi: telpon, fax, internet. Juga fasilitas layanan perbankan. Fasilitas kegiatan extra kurikuler yg diberikan setiap hari setelah jam 18.00, spt melukis, seni patung, fotografi, musik & tari. Seluruh kompleks universitas itu dihiasi dengan 300 hasil karya master piece sumbangan dari 30 seniman Kuba. Pernah juga kami berkunjung ke kompleks Sekolah Tinggi Kesenian. Fasilitasnya juga bagus, meski sudah agak tua, tapi masih terawat dengan baik. Menurut saya, Kuba ini mengagumkan dalam komitmennya memfasilitasi kebutuhan pendidikan dan kesehatan gratis bagi warganya, meski dalam keterbatasan anggaran negara. Baru2 ini perdana menteri Trinidad and Tobago, Patrrick Manning menjalani operasi pengangkatan tumor ganas di ginjalnya. Ternyata pemerintah Kuba tidak menarik sepeserpun atas biaya operasi & perawatan. Gratis .. Seandainya saja Kuba tidak sedang diembargo selama lebih dari 40 tahun oleh Amerika, pasti akan lebih baik lagi kondisi rakyatnya. Pemerintah akan bisa memberi gaji yang lebih baik bagi pegawai2 negara. Saya turut berharap perubahan yang lebih baik dari Presiden Obama atas kebijakan AS terhadap Kuba. Salam, Flora - - - - - - Re: Alasan Homeschooling Posted by: "Ary Setijadi Prihatmanto" ary.setijadi@ gmail.com asetijadi2004 Tue Mar 10, 2009 6:29 pm (PDT) Memang yang biasanya dilupakan oleh banyak orang, apapun bentuk, somebody has to pay tinggal siapa yang bayar...;-) Pilihan apapun, ada syaratnya supaya bisa jalan. Kalau syaratnya nggak dipenuhi ya pasti nggak jalan... komunis diehard, tapi: - negara nggak nganggep penting pendidikan, atau - rakyat nggak mau bay
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
hehe Om Arcon siapa yang lagi ngomongin Partai om homeschooling dengan Pesantren itu beda om pesantren kan juga punya kurikulum baku ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Wednesday, March 11, 2009, 10:26 AM Pejabat kelas kakap yg koruptor bukannya banyak dari partai islam, put ? Termasuk juga yg jebolan pesantren juga ada, padahal kan homescooling juga tuh. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 04:07:21 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling actually i said di zamannya Rasulullah g ada yang sekolah...kok bisa sahabat2nya jd pribadi akhirat semua? ^_^ lha sekarang .pejabat2 kelas kakap produk sekolah itu kok bisa jd koruptur yah?? bingung ..bingung ku memikirnya ^_^ :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 9:32 AM Paulo freire dapat ilham dari mbak Marx, mbahnya komunis. Jadi homeschooling terilhami oleh Karl Marx.. huhuhu Apa kata papa yah Put.. :D salim, :D On Mar 10, 2009, at 5:17 PM, Ari Condro wrote: > Roem topattimasang ambil filsafat belajar ala paulo freire yah ? > Itukan gerakan kiri di amerika latin > > Komunis, komunis, kafir . > Put put jangan dengarkan :)) > > > salam, > > > > -Original Message- > From: donnie damana > > Date: Tue, 10 Mar 2009 11:09:46 > To: > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > Kalo gitu sekolah agama jadi candunya candu dong.. :p > > :D > On Mar 10, 2009, at 11:02 AM, eyang_mbelgedes wrote: > > > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > > pendidikan: > > > > Sekolah Adalah Candu > > > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, > > Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > > > Sekolah Adalah Candu* > > > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, > > tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan > > realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem > > sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan > > legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat > tinggi. > > > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak > > mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. > > Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya > > didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan > > yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah > > seluas kehidupan itu sendiri. > > > > Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik > > bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat > > untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang > > berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa > > menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. > > > > Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation > > and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di > > semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. > > > > Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, > > dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti > > baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, > > lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. > > > > Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi > > lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan > > di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan > > mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi- > > generasi yang gamang dan gagap. > > > > Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari > Semarang) > > > > Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ > > 1041694/471/ sekolah-adalah- candu > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > >
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
yah mana tau Om..kalo kata Om Donnie jangan lihat siapa yang kasih makan, lihat makanannya hehehe tul g om donnie???/ tulisannya tentang Area X bagus kok ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Wednesday, March 11, 2009, 10:21 AM Area x ? Ah, eliza fitri handayani kehidupannya selama di wesleyan university malah bebas banget kok, gaul ama cowok dan seterusnya, sekarang ini sepulangnya di indonesia, doi juga berkutatnya di advertising agency yah gitu deh gaya idupnya. Herannya kok forum lingkar pena demen banget memuji muji si lizi. Pada belum tahu aja kehidupan pribadinya :)) salam, -Original Message- From: "Sunny" Date: Wed, 11 Mar 2009 12:42:47 To: Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelaa aaah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak! !!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya,
Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
ini juga kenapa put sering dijitak mama hahaahahahahaha... udah salah kepedean ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: "Milis wm" Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:01 PM Sayang, strukturnya banyak yg salah, kendati maksud tersampaikan dengan baik. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 04:00:26 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? when i was 9 years old i told to my mom " i dont wanna go to school againt, teachers have me to shut up" hahahaha . that was i'm^_^ sooolets play :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 7:45 AM Mevrouw Herni, Kayaknya mas Arcon meniru gayanya Indonebia dah.. pas dulu kala masih sering bertandang kesini.. bermain peran :D Selalu mengamini pemikiran Islam yang aneh bin absurd itu. Kemana yah orang arab aneh itu?? :p Tetang bermain peran, bukannya memang kita selalu bermain peran. Kata Erving Goffman (mungkin dia abis dengar lagunya Godbless) kehidupan kita sehari-hari tidak lain adalah sebuah dramaturgi. Dan peran yang kita mainkan bisa berbagai macam.. peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak. . peran bercinta bikin kita mabuk kepayang.. (eh.. ini mah Godbless beneran yah). Tapi memang dalam kehidupan nyata kita, peran kita bisa beraneka macam, dari jam 8-5 jadi buruh sekaligus murid disaat yang lain jadi guru, jam 5-9 malam jadi orang tua, jam 9-12 malam berperan sebagai kekasih (>:D). Mungkin hanya jam 12 malam sampai pagi hari kita tidak bermain peran. Jadi biarlah masing-masing memainkan perannya be it within or outside the box. Toh yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari peran-peran tersebut. Bukankah salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah role playing.. Come on guys.. play your roles and let's get rumble.. Salim, :D On Mar 10, 2009, at 3:32 AM, Herni Sri Nurbayanti wrote: > Mas donnie, > > Kalo diperatiin, ada gaya baru di milis ini. Perintisnya mungkin > arcon :) sok-sok posting yg nyindir-nyindir bin usil... seolah2 > mengamini mainstream pemikiran islam yg nganeh bin absurd itu. Kalau > yg model gini sih ketebak. Tapi rupanya ada yg pick up that approach > dan dibuat lagi lebih "lucu" dan tersamar. > > Gaya yg hampir sama namun lebih halus, gayanya eyang. Putri menurut > saya juga punya gaya yg sama, tapi ambil peran dan posisi sebagai > anak manis yg baru tau dunia. So, saya tarik deh. I don't think > she's actually living in a box. She's playing it as if she was > living in a box. > > Nice play, put :) > Buat arcon, lo utang gw sekotak sambel bu rudi :P > Bayar minggu depan yak :D > > Herni > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > mungkin eyang mau coba sistem belajar seperti itu untuk cucu eyang > > tp menurut putri yah > > kelemahannya adalah objek (anak) g akan berkembang > > ya kaya eyang bilang jd kaya zombie > > g mungkin kan kader kaya gini berani belajar matius ataupun buka > kitab templar > > > > eyang, kalaupun ini efektif untuk pengkaderan, kadernya jd g > potensial donk and g pinter2 > > and akhirnya g bisa gaul sama yang lebih tua atau yang lebih muda, > krn menganggap bahwa apa yang dia pegang adalah yang selalu benar ^_^ > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Golput, Memilih dan Pilih Siapa
http://www.pos-kupang.com/index.php?speak=i&content=file_detail&jenis=14&idnya=21557&detailnya=1 Golput, Memilih dan Pilih Siapa Oleh Drs. Ben D. Hadjon, S.H Staf khusus pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum Pieter Hadjon, S.H., M.H., dan Rekan di Surabaya SURVAI Lingkaran Madani untuk Indonesia (Lima) yang menemukan 75 % respondennya belum tahu tanggal pelaksanaan pemilu merupakan suatu kenyataan yang harus diwaspadai karena di sana tersimpan potensi golput alias golongan yang tidak memilih. Ada dua aspek yang paling mungkin menjadi penyebab ketidaktahuan para responden dalam survai tersebut tentang tanggal penyelenggaraan pemilu yakni kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU sebagai penyelenggara atau adanya sikap apatis dari para responden atau masyarakat umumnya yang telah menempatkan pemilu sebagai perhelatan yang tidak bermakna. Pada dasarnya fenomena golput lahir dari suatu sikap 'kecewa' yang melekat pada masyarakat. Kecewa pada rezim yang pernah berkuasa dan sedang berkuasa karena dari waktu ke waktu khususnya pada era reformasi ini setelah beberapa kali pemilu tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, padahal melalui pemilu masyarakat menginginkan lahirnya rezim baru yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kecewa pada sikap dan perilaku sebagian anggota legislatif yang harus mendekam di balik jeruji besi karena menggerogoti uang negara yang seharusnya mereka lindungi dengan memanfaatkan fungsi kontrolnya. Sungguh sesuatu yang sangat tragis dan ironis karena dengan demikian mereka gagal menjalankan amanat yang telah dianugerahkan rakyat yang telah memilih mereka. Kecewa pada prioritas perjuangan para anggota legislatif yang lebih mengedepankan upaya untuk membesarkan partainya dari pada memperjuangkan aspirasi masyarakat karena ingin bercokol lebih lama di kursi empuk legislatif yang menjanjikan banyak harapan. Harap maklum, karena parpol adalah kendaraan politik untuk membuka peluang agar dapat bertahan lebih lama di kursi legislatif walaupun hal tersebut bertentangan dengan 'teori penyegaran' yang membutuhkan inovasi untuk lahirnya gagasan baru. Ada beberapa upaya untuk meminimalisir fenomena golput yang dalam era reformasi merupakan istilah yang sangat populer dan secara kuantitatif meningkat dari waktu ke waktu, baik dalam pemilu legislatif maupun dalam pilpres. Meminjam 'tangan negara' dengan menerapkan cara-cara yang represif atau melalui upaya-upaya lain yang bermaknakan 'pemaksaan' untuk meminimalisir golput adalah merupakan cara-cara yang tidak tepat karena menjadi pemilih dalam pemilu adalah merupakan hak, bukan kewajiban, apalagi pemilu adalah pesta demokrasi yang beresensikan kebebasan termasuk di dalamnya kebebasan untuk memilih atau tidak memilih. Peningkatan kesadaran politik masyarakat harus ditumbuhkembangkan agar masyarakat dapat memandang arti pentingnya pemilu sebagai pesta demokrasi yang harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk turut menentukan arah kebijakan negara dalam lima tahun ke depan. Sikap mawas diri yang didasari pola hidup sederhana harus melekat pada diri anggota legislatif kita karena dengan pola hidup sederhana akan dapat menekan keinginan besar untuk menjadi orang kaya baru (OKB) yang mungkin dicita-citakan oleh sebagian caleg kita saat ini. Dengan demikian image yang terlanjur merasuk di dalam masyarakat kita bahwa ada hubungan yang sangat erat antara anggota legislatif dengan faktor duit atau kekayaan secara perlahan dapat dieliminir dan anggota legislatif dapat memainkan perannya sebagai penyelaras antara keinginan/aspirasi masyarakat dan arah kebijakan pemerintah. Pola pendekatan terhadap masyarakat pemilih yang hanya dilakukan di saat-saat menjelang pemilu harus dikesampingkan karena hanya akan melahirkan anggapan masyarakat bahwa keberadaannya hanya mempunyai arti di saat-saat seperti ini dan setelah itu 'bablas angine' (meminjam istilah dalam iklan sebuah produk jamu). Saat ini menjadi caleg yang dapat dipilih masyarakat dalam pemilu setelah Mahkamah Konstitusi menganulir ketentuan nomor urut yang membuat mereka yang telah berjuang atau telah 'berinvestasi' untuk berada pada 'nomor jadi' kelimpungan dan gigit jari, bukanlah merupakan sesuatu yang mudah kecuali mereka yang termasuk kategori spekulan politik atau yang menjadi caleg tanpa sasaran/target yang jelas. Ada dua pilihan yang harus dilakukan masyarakat sebelum sampai kepada keputusan untuk menentukan siapa caleg yang akan dipilihnya, yakni keputusan untuk tidak memilih (golput) dan keputusan untuk memilih atau mempergunakan hak pilihnya. Banyak upaya yang dilakukan para caleg untuk mengiklankan' dirinya baik melalui gambar maupun tulisan/slogan yang pada umumnya berisikan kesediaan untuk menjadi pelayan masyarakat alias 'pelayan dadakan'. Bahkan ada yang saya anggap sangat berlebihan di mana seorang caleg digambarkan sebagai abang becak yang sedang mengayu becak ditump
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
justru homeschooling gratis dan effective g usah bayar uang masuk sekolaah elite sampe berjuta-juta kurikulum yang g terikat membuat kita bisa belajar apa saja g mesti pelajaran sekolah kebutuha life skill terpenuhi g mesti manggil guru privat tetangga juga bisa jd guru mulai dr Mamang bubur ayam sampe teknisi AC bisa jd guru kok percaya deh homeschooling itu enak ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Sunny wrote: From: Sunny Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 4:42 AM Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelaa aaah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak! !!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Seberapa Umumkah Pemilihan Umum?
http://www.pos-kupang.com/index.php?speak=i&content=file_detail&jenis=14&idnya=21641&detailnya=1 Seberapa Umumkah Pemilihan Umum? Oleh Pius Rengka, S.H, M.Sc Alumnus Pascasarjana UGM Yogyakarta, konsentrasi Peace Studies and Conflict Resolution TAHUN 1990-an, Richard Holbrooke, diplomat Amerika Serikat, berkomentar tentang Pemilu Yugoslavia. Katanya: "Bayangkan, pemilihan umum dilaksanakan secara bebas dan jujur, dan mereka yang terpilih adalah kaum rasis, fasis, dan separatis". Holbrooke, dengan pernyataannya itu membuat peringatan cukup keras!! Katanya, adalah sangat benar bahwa kebebasan itu sangat penting. Kebebasan itu penting, lantaran kebebasan itulah yang memungkinkan manusia berkembang dan mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya. Tambahan pula, secara empiris kebebasan itu tak bisa dibendung oleh kuasa dan kekuatan apa pun yang ada di luar dirinya. Buktinya dapat ditelusuri melalui ceritera tentang pecahnya negeri beruang merah, Uni Soviet, menyusul perestroika dan glasnots serta peristiwa menyatunya Jerman Barat dan Jerman Timur. Bahkan ada pula pandangan yang mengatakan, perihal kebebasan itu persis beriring jalan dengan perolehan kebenaran. Namun, kita jangan gegabah! Kebenaran membutuhkan argumen. Tetapi, argumen macam mana? Argumen yang tak terbantahkan, amat kerap belum membuktikan apa yang mau dibela oleh argumen itu selalu benarlah adanya. Sebaliknya, argumen yang mudah dipatahkan, belum membuktikan apa yang dibela oleh argumen itu salah 100 persen. Argumen yang tak mudah dibantah, berpeluang sangat fatal salah besar pada akibatnya, meski tidak diniatkan. Sebaliknya, argumen yang mudah dibantah mungkin saja memiliki peluang menemukan jalan yang benar. Hal itu mungkin dicapai, karena kebenaran menemukan dirinya sendiri tatkala dibimbing oleh malaikat kebebasan. Demokrasi pun demikian. Demokrasi yang valid hanya mungkin tercapai jika demokrasi melawan dirinya sendiri (democracy against its self). Artinya, di mana ada dialog di sana ada gugatan. Di mana ada gugatan di sana ada para aktor yang melakukan gugatan yang satu dengan lainnya saling berseberangan. Mengutip Francis Fukuyama, sebagai misal, yang mengatakan, tidak akan pernah ada demokrasi tanpa banyaknya para demokrat. Dengan kata lain, demokrasi hanya bisa berkembang baik dan berkembang biak, kalau ada aktor pendukungnya. Fenomenal: Manusia, makhluk fenomenal. Ia mungkin saja benar tatkala mengabdi hanya pada dirinya sendiri. Tetapi, tatkala manusia berinteraksi dengan yang lain, berinteraksi dengan alam semesta dan struktur yang ada di luar dirinya, maka makhluk manusia itu menemukan dirinya dalam rimba raya petualangan. Ia menempuh jalan panjang ziarah hidupnya. Kata para arif nan bijaksana, manusia adalah makhluk perantau. Makhluk pengembara. Ia selalu mencari, bahkan terus berusaha menemukan apa yang dicarinya. St. Agustinus mengatakan: Temukanlah dengan kerinduan untuk mencari, dan carilah dengan kerinduan untuk menemukan. Namun, pencarian itu hanya mungkin eksis kalau ada kebebasan. Lantaran kebebasan itu, manusia tak pernah tenang berteduh pada sebuah perhentian. Karena itulah manusia disebut makhluk peziarah. Ia selalu mencari, menemukan, kemudian mencari lagi. Bahkan dalam pengembaraannya itu, entah apa pun mungkin yang dicarinya, manusia amat kerap meragukan kebenaran dari apa yang ditemuinya itu. "Jangan-jangan aku sudah salah sejak dari awal, dan mencari sesuatu yang salah sudah sejak dari awal pula. Lalu, sebaiknya aku mulai lagi dengan bebas dari awal". Pengembaraan manusia ke oase kebenaran melalui relung kebebasan (bebas dari dan bebas untuk), tak pernah membuat manusia putus asa. Tetapi, manusia selalu terjebak dan bahkan selalu dihantui oleh setan kegelisahan. Gelisah di dalam jeratan hukum negara yang memangkas kebebasannya itu berkali-kali. Lalu, ia menggugat dengan pertanyaan, apakah segala aturan hukum itu dibuat oleh aparatus negara hanya untuk membatasi kebebasan ataukah semua aturan hukum itu justru membuat interaksi antarmanusia bisa bebas di dalam keterbatasan hukum? Hukum berfungsi untuk memenjarakan ataukah justru membebaskan? Dalam konteks politik, hukum tak lebih dari sekadar instrumen belaka. Ia selalu menjadi produk dari kepentingan bersama. Kepentingan dari mereka yang berkepentingan. Siapakah mereka itu? Pertanyaan itu sangat kategorial. Itu pertanyaan tentang hukum. Tetapi, pertanyaan itu selalu akan jadi kajian menarik untuk bidang filsafat hukum dan politik hukum sekaligus. Jika para aktor dari institusi negara membuat aturan hukum untuk warganya, maka aturan hukum tersebut patut dicurigai karena ia dapat dipastikan berfungsi sebagai instrumen politik pelindung kepentingan. Kepentingan dari yang kuat atau kepentingan kelompok mayoritas. Tetapi, muncul pertanyaan lain terkait nasib kebebasan. Tanpa Intervensi? Apakah memang kebebasan itu ada tanpa intervensi dari luar? Misalkan, saya pergi
[wanita-muslimah] Korupsi Rp 105 M, ICW Laporkan Depag Lagi ke KPK
Refleksi : Sudah sepatutnya Depag didepak. Kalau mau dipertahankan namanya harus dirubah menjadi Departemen Penyamun atau Deparuntub yang artinya Departemen Parasit Untuk Tipu Umat Beragama. Ayo suarakan likwidasi departeman Agama! Allah pasti akan bergembira dengan tututan Anda, karena Anda adalah orang jujur yang tidak mau ada penipuan atas nama Allah. http://www.pos-kupang.com/index.php?speak=i&content=file_detail&jenis=26&idnya=21964&detailnya=1 Korupsi Rp 105 M, ICW Laporkan Depag Lagi ke KPK JAKARTA, PK - Indonesian Corruption Watch (ICW), akan kembali melaporkan Departemen Agama ke KPK. Pelaporan ini terkait hasil audit BPK 11 Desember 2007, terkait Penyelenggaran Haji 2006 yang merugikan negara senilai Rp105.165.087.720. "Kami akan melaporkan paling lama dua minggu lagi, dan melengkapi data-datanya," ujar Kepala divisi pusat data dan analisis ICW Firdaus Ilias di Kanto ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2009). Lebih lanjut Firdaus menambahkan bahwa ada beberapa aspek penyimpangan ini. Misalnya, penyedian konsumsi di Armina Tahun 2006 mengalami kegagalan dan pembayaran tidak sesuai dengan kontrak, sehingga berpotensi merugikan negara sebesar Rp81.675.000.000. Selain itu, sisa dana APBN-P untuk bantuan penyelenggaraan haji sebesar Rp713.371.603, belum disetor ke kas negara. Terjadi markup sebesar Rp4.302.278.197, dari pengadaan obat dan alat-alat kesehatan. Nilai yang dikeluarkan sebesar Rp11.806.532.675. Dari pelayanan angkutan jemaah haji dari Masjidil Haram dan angkutan bagasi, terjadi inefisiensi Rp18.230.066.920. Kemudian inefisiensi pembayaran biaya Maslahat Ammah sebesar Rp244.371.000. Sementara itu, dari hasil temuan ICW dari biaya penerbangan haji. Firdaus menjelaskan ICW melihat adanya beberapa kelebihan biaya penerbangan tahun 2009, senilai Rp898.989.586.000. Kalau mengacu pada hasil audit BPK tahun 2005-2006, maka kelebihan biaya penerbangan tahun 2009 menjadi Rp1.278.176.760.000. "Kita didatangi para jamaah haji, tentang kelebihan ibadah haji dan kelebihan harus dikembalikan," beber Firdaus. Mengenai jasa giro dan tabungan jemaah tunggu, dinyatakan mencapai Rp500 miliar. "Jika bunga 4 persen, maka jumlah bunga tabungan jemaah haji mencapai Rp986 miliar lebih," pungkasnya.(hri)(mbs [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Dia kan DO di jurusan filsafat itu. Lagian yg ane maksud dengan belajar sendiri kan di bidang biologi, antropologi, arkeologi dan masalah evolusinya. salam, -Original Message- From: "Sunny" Date: Thu, 12 Mar 2009 00:13:16 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Harun Yahya tidak belajar sendiri, dia masuk fakultas sastra, tidak belajar ilmu exacta seperti biologi, kimia. Kalau orang punya bakat pandai menulis bisa menulis macam-macam. - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Wednesday, March 11, 2009 11:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Sejak dulu, saya curious : - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah dilarang ayahandanya - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. Menjadi icon peradaban islam. Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara otodidak kok. Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/paulo freire, bukan ? salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Putri sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ ya kan eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin pendidikan: Sekolah Adalah Candu Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- Sekolah Adalah Candu* Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi-generasi yang gamang dan gagap. Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/47
[wanita-muslimah] OASIS: Makan Ikan Bikin Cerdas
Refleksi : Mungkin karena itu harga ikan di Swedia lebih mahal dari ayam. Kalau ada yang berkunjung ke Turki, bila kepingin makan ikan di restauran hendaklah periksa harga dengan teliti, agar tidak kaget bila mau bayar. http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009031200472115urant Kamis, 12 Maret 2009 OASIS: Makan Ikan Bikin Cerdas MAKAN ikan membuat anak Anda lebih cerdas, demikian hasil studi ilmuwan Swedia yang diterbitkan pekan ini. Studi itu mendapati bahwa remaja laki-laki berusia 15 tahun dan makan ikan sedikitnya sekali sepekan mencatat prestasi tinggi dalam uji inteligensi ketika mereka berusia 18 tahun dibandingkan dengan mereka yang kurang sering makan ikan. "Kami menemukan hubungan yang jelas antara seringnya konsumsi ikan dan nilai lebih tinggi ketika remaja memakan ikan sedikitnya sekali sepekan," kata peneliti Profesor Kjell Toren dari Sahlgresnka Academy di University of Gotherburg. Rata-rata, makan ikan sekali sepekan dapat meningkatkan gabungan nilai inteligensi verbal dan visuospatial sebesar enam persen. Sementara makan ikan lebih dari sekali dalam sepekan meningkatkan nilai itu sampai 11 persen, kata para peneliti tersebut. Studi itu yang dilandasi atas jawaban dari hampir 4.000 remaja Swedia dan disiarkan dalam Acta Paediatrica, terbitan Maret, menduga bahwa asam lemak omega-3 dan omega-6 pada ikan dapat menjadi kunci bagi peningkatan kemampuan kognitif. Para peneliti tersebut juga berencana mengkaji apakah jenis ikan yang dikonsumsi akan memberi hasil yang berbeda. n Xinhua/Ant/U- [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Pemerintah 'Broke', Belum 'Broken'!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009031200472116 Kamis, 12 Maret 2009 BURAS Pemerintah 'Broke', Belum 'Broken'! H. Bambang Eka Wijaya "DI forum Hipmi, Presiden Yudhoyono mengakui, Government is broke!--pemerintah merugi!" ujar Umar. "Penyebabnya menurut Presiden, penerimaan pemerintah menurun karena pajak yang masuk berkurang, insentif banyak yang diberikan! Situasi demikian tak terhindarkan dalam suasana krisis ekonomi. Tugas utama pemerintah adalah terus menjaga agar roda perekonomian nasional tetap bergerak!" "Keterbukaan Presiden mengenai kondisi kurang ideal keuangan negara itu amat dihargai! Lewat itu rakyat yang dalam kesulitan juga tahu ujung pangkal masalah yang mengimpitnya, karena ekonomi rakyat dan keuangan negara merupakan kesatuan yang simultan!" sambut Amir. "Lebih lagi dengan kejelasan keuangan negara pada kondisi broke, merugi, belum broken--berantakan, rakyat bisa memelihara harapan badai pasti berlalu!" "Memang jauh berbeda persepsi rakyat seandai pemerintah menutupi situasi kurang ideal itu dengan menyebutkan semua dalam kondisi ideal, padahal rakyat secara nyata merasakan tekanan sosial-ekonomi yang semakin berat!" timpal Umar. "Justru dengan keterbukaan itu rakyat bisa mengukur kemampuan keluarga dengan realitas kurang ideal tersebut, sehingga tekanan bisa diperlonggar oleh penyiasatan dan adaptasi warga terhadap kesulitan yang dihadapi!" "Apalagi secara awam mudah dipahami situasi krisis dengan fluktuasi nilai tukar mata uang asing--melemahnya kurs rupiah terutama pada yen dan dolar AS--yang membuat pemerintah broke!" tegas Amir. "Nilai yen yang pada awal krisis--macetnya kredit sektor perumahan AS Juli 2008 mencapai kisaran Rp125 per yen--kurs naik hingga 60 persen! Artinya, tanpa menambah utang baru pun nilai utang luar negeri maupun kewajiban membayar pokok utang dan bunga dalam yen--utang luar negeri kita yang terbesar--naik 60-an persen! Juga utang dalam dolar AS, yang diawal krisis kursnya masih Rp8.500 per dolar AS, kini sudah di kisaran Rp12 ribu!" "Akibat gejolak kurs mata uang dunia itu, terjadi tambahan beban utang luar negeri kita pada 2008 sebesar Rp5,871 miliar dolar AS!" timpal Umar. "Dari total utang luar negeri pemerintah 2008 jika didolarkan sebesar 59,576 miliar dolar AS, akibat fluktuasi mata uang bertambah menjadi 65,447 miliar dolar AS! (Kompas, 11-3) Berapa besar itu dalam rupiah, hitung sendiri dengan kurs Rp12 ribu per dolar AS!" "Tambahan utang akibat fluktuasi kurs itu saja sekitar Rp70 triliun, setara stimulus yang akan diluncurkan pemerintah mulai April nanti guna meredam bantingan krisis global terhadap perekonomian nasional!" tukas Amir. "Broke sebesar itu jelas tak bisa ditutup-tutupi! Maka itu, lebih tepat pemerintah sendiri yang mengungkapkan, ketimbang pihak lain yang tak urung diiringi tudingan bermuatan kebenaran cukup telak--pemerintah menutupi borok pada keuangan negara! Lalu dipelintir pula, agar rakyat tak bisa memahami dan menimpakan kesalahan pada pemerintah atas kebijakannya yang broke! Ini bukti keterbukaan lebih aman dari tertutup!" [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] SVR Jamin Keamanan Tempat Ibadah Umat Yahudi di Tondano
Harian Komentar 12 Maret 2009 SVR Jamin Keamanan Tempat Ibadah Umat Yahudi di Tondano Tondano, KOMENTAR Jika di Surabaya keberadaan sinagoge atau tempat beribadah umat Yahudi terancam keber-adaannya, lain halnya dengan sinagoge di Tondano, Kabupa-ten Minahasa. Jaminan keaman-an sinagoge tersebut datang langsung dari Bupati Minahasa, Drs Stefanus Vreeke Runtu (SVR). Hal tersebut diungkap-kan SVR usai mengikuti peraya-an Hari Raya Purim (salah satu hari raya penting Umat Yahudi), di Sinagoge Beth Hashem Ton-dano, Selasa (10/03) lalu. "Pada prinsipnya Pemkab Mi-nahasa melindungi dan menja-min hak-hak dan kebebasan umat Yahudi dalam menjalankan ibadahnya di Sinagoge Beth Haseem Tondano," kata SVR kepada Ketua Jewish Community of Indonesian (JCI), Yaacov Baruch. Yaacov sendiri didampingi Biro Informasi dan Komunikasi JCI, IN Grosman mengatakan, Hari Raya Purim merupakan peri-ngatan bebasnya orang-orang Yehuda dari persekongkolan keji oleh Haman di Persia seba-gaimana dikisahkan dalam Kitab Ester di Perjanjian Lama. Persekongkolan itu berhasil dibongkar oleh Ratu Ester. Tak heran Hari Raya Purim selalu diisi dengan penuh ke-gembiraan dan sukacita. Perayaan Hari Raya Purim di Sinagoge Tondano turut dihadiri Bupati Minahasa Vreeke Runtu dan anggota DPR RI Adrian Tapada beserta Chintia Maramis dan perwakilan dari Jewish Community of Indonesia, Mrs Maureen Hannah. Se-ara terpisah, Maureen Han-nah saat berbincang-bincang dengan Komentar di Manado mengatakan, salut dan sangat bangga atas kehadiran serta perhatian Bupati Minahasa terhadap keberadaan Sinagoge Beth Hashem Tondano. "Pak bupati sangat memper-hatikan dan menjamin keberadaan sinagoge. Ini mem-buktikan umat Yahudi yang ada di Sulut dan Minahasa khususnya, mendapat tempat yang layak. Apalagi hadirnya anggota DPR RI menunjukkan dukungan penuh dari Peme-rintah Indonesia terhadap ke-bebasan plurarisme di Indo-nesia," jelasnya. Begitu juga dengan Chintia Maramis, dirinya tak mampu menyembunyikan kekagum-annya atas sikap Pemkab Mina-hasa. "Saya baru pertama kali itu menginjakan kaki di Sinago-ge Tondano, rasa damai dan sukacita terasa sekali, apalagi dukungan pemerintah akan eksistensi sinagoge tersebut. Bagi saya jika keberadaan sinagoge itu dikecam sangat ke-liru seperti yang terjadi di Sura-baya. Tempat ibadah yang men-jadi berkat dan memberkati bang-sa dan daerah kita mengapa ha-rus dikecam," ungkapnya. Di sisi lain Ketua JCI Yaacov Baruch melalui Biro Infokom IN Grosman membantah pem-beritaan salah satu media ce-tak yang memelintir keber-adaan sinagoge dengan me-ngulas masalah doktrin yang bukan doktrin Yahudi. "Kami Komunitas Yahudi Indonesia dan Komunitas Yahudi Sulut tidak pernah membe-rikan statemen seperti diberitakan salah satu media cetak Sulut. Pemberitaan tersebut sangat tendensius dan bisa berdampak memojokkan keberadaan sinagoge di Ton-dano. Apalagi sampai menulis soal doktrin-doktrin yang ti-dak sesuai dengan keyakinan Umat Yahudi, yang isinya jus-tru mempertentangkan umat Yahudi dan Kekristenan," tegas Grosman.(irv) [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Pengamen Minta Perlindungan Komnas HAM
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=53302&ik=3 Pengamen Minta Perlindungan Komnas HAM Rabu 11 Maret 2009, Jam: 20:22:00 JAKARTA (Pos Kota) - Pengamen tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) mengadu ke Komnas HAM, karena mereka kerap ditangkap atau dirazia saat mengamen di gerbong kereta, stasiun, dan pasar tradisional. "Kami, para penyandang cacat yang jadi pengamen, meminta agar diberi kebebasan dalam mencari nafkah dan tidak ditangkap petugas," ujar Ketua DPD Pertuni DKI Jakarta, Bayu Iwan Yulianto, saat mengadu ke Komnas HAM, Rabu (11/3). Menurutnya, selama ini kelompok pelaku seni tunanetra yang menggantungkan hidupnya sebagai pengamen kerap diperlakuan kasar. Mulai dari pengusiran, pelarangan, penangkapan, pemalakkan dan penahanan oleh petugas keamanan. "Kami sangat berharap para tuna netra yang mengamen dengan tertib dan identitas jelas supaya tidak dirazia," ujarnya. PENGAMEN KECEWA Komnas HAM mengundang pejabat terkait dari Pemda DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Hanya saja dari pihak PT KAI tidak hadir, sehingga membuat Pertuni kecewa. "Kami ingin dari kereta datang, karena sering menangkapi," ujar Bayu. Anggota Komnas HAM, Syahrudin Daming, berjanji pihaknya segera memfasilitasi kembali pertemuan antara Pertuni dengan PT KAI. "Dalam rapat hari ini (Rabu (11/3)-red), PT KAI tidak hadir sehingga hasil rapat tidak maksimal dan belum ada pencapaian titik temu." Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Budiharjo, menegaskan ia memaklumi tuntutan para pengamen tuna netra itu. "Tapi mereka juga harus memahami aturan. Karena banyak tempat publik yang tidak diperkenankan dijadikan tempat mengamen," ujarnya usai pertemuan dengan Komnas HAM. Ia berjanji memikirkan nasib para penyandang tunanetra tersebut. "Mereka akan kami beri ketrampilan khusus sesuai dengan bakatnya." [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Lembaga Urus Orang Miskin Jangan Makan Uang Si Miskin
Refleksi : Penguasa NKRI bisa kaya raya, karena mereka sikat kekayaan rakyat miskin. http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=53310&ik=6 Lembaga Urus Orang Miskin Jangan Makan Uang Si Miskin Rabu 11 Maret 2009, Jam: 20:29:00 JAKARTA (Pos Kota) - Pegawai BUMN diminta melawan jika ada oknum pegawai lainnya yang korupsi. "Korupsi di tempat kerja berarti mengambil sebagian nafkah karyawan lain, jadi harus dilawan," kata Sekretaris Menteri Meneg BUMN, Said Didu, saat membuka Training for Trainer Sekolah Anti Korupsi yang diselenggarakan Serikat Pekerja Jamsostek, di Jakarta, Rabu. Dalam Acara yang dihadiri Dirut Jamsostek Hotbonar Sinaga dan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi SP serta jajaran Jamsostek lainnya, Said Didu menegaskan BUMN harus dibebaskan dari korupsi. Karena kalau BUMN bersih, negara juga akan bersih. "Tapi saya menjamin saat ini seluruh jajaran BUMN sudah menyatakan anti korupsi. Kalaupun masih ada, itu hanya oknum yang mendapat tekanan dan rayuan dari kelompok tertentu. Jadi sudah saatnya KPK tidak hanya mengejar dan menahan oknum pejabat saja, tapi juga mengejar dan menahan kelompok yang menekan dan merayu untuk korupsi," ujarnya. Pada kesempatan itu, dia juga memuji PT Jamsostek dan PT Bulog yang sudah mengubah rubah paradigmanya menjadi lembaga BUMN yang anti korupsi. "Dulu saya suka sedih melihat pejabat tertinggi di dua BUMN ini selalu berakhir di penjara atau sakit yang aneh-aneh. Ternyata setelah ditelaah, kedua lembaga ini banyak mengurusi orang miskin. Jadi jangan sekali-kali memakan uang orang miskin karena pasti dibalas Tuhan" katanya. JAMSOSTEK TARGET 11 Dirut PT Jamsostek, Hotbonar Sinaga, mengungkapkan lembaganya terus berupaya memerangi korupsi. Contohnya, direksi tidak akan segan-segan memberikan sanksi keras hingga PHK pada pegawai yang mencari keuntungan pribadi. "Ada beberapa pegawai yang melakukan klaim fiktif santunan jaminan sosial. Kita sudah mem PHK sejumlah orang, dan ada yang masih dalam proses," kata Hotbonar. Sementara itu, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat serta Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi, mengungkapkan PT Jamsostek menjadi target kesebelas yang diawasi KPK. Karena itu Jamsostek diharapkan melakukan perubahan yang signifikan agar terhindar dari korupsi. Menurutnya, 90 persen kasus korupsi terjadi karena keserakahan dan hanya 10 persen saja yang karena kebutuhan. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Indonesia Butuh 400 Pilot Tiap Tahun
Refleksi : Tentu anak orang beromal besar saja yang bsa menjadi pilot di NKRI. http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=53309&ik=6 Indonesia Butuh 400 Pilot Tiap Tahun Rabu 11 Maret 2009, Jam: 20:28:00 JAKARTA (Pos Kota) - Indonesia membutuhkan setidaknya 400 pilot setiap tahunnya. Dari kebutuhan sebanyak itu, lembaga pendidikan penerbangan yang ada baru bisa memenuhi sekitar 140 orang pilot. "Jadi masih tersedia lowongan cukup banyak untuk berkarir menjadi pilot," ujar Robby Djohan, chairman Bali International Flight Academy (BIFA). BIFA sendiri membuka pendaftaran siswa baru terhitung Februari 2009. Jumlah siswa angkatan pertama ditargetkan 80 orang dengan lama pendidikan minimal 9 bulan. Biaya pendidikan menjadi pilot sekitar 55 ribu dolar AS (setara Rp550 juta). Biaya sebesar itu menjadi tidak mahal mengingat gaji seorang pilot rata-rata perbulan 2.000 dolar AS (setara Rp20 juta). BIFA beroperasi di Buleleng Bali. Berbagai fasilitas pendidikan aviasi ditawarkan lembaga pendidikan ini. Misalnya asrama, ruang belajar yang nyaman, instruktur yang berpengalaman, hangar dengan 5 pesawat latih dan sebagainya. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Penampungan TKW Seperti 'Neraka'
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=53299&ik=2 Penampungan TKW Seperti 'Neraka' Rabu 11 Maret 2009, Jam: 20:15:00 JAKARTA (Pos Kota) - Sekitar 250 calon tenaga kerja wanita (TKW) gagal berangkat ke Malaysia, Singapura dan Hongkong, karena perusahaan yang akan memberangkatkan mereka bermasalah. Mereka yang sudah berbulan-bulan di tempat penampungan di Jalan Darma Wanita, Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (11/3) akhirnya dibebaskan oleh polisi. Para calon TKW ini berasal dari Sukabumi, Cianjur, Semarang, Serang, Lampung, Palembang, dan Makasar, tercatat sembilan orang masih berusia di bawah umur. "Pak polisi, kami berterima kasih sudah diselamatkan dari tempat penampungan yang menurut kami seperti neraka," kata Nunik, 18, janda kembang asal Sukabumi, Jabar saat ditemui di Polres Jakarta Barat. Tempat penampungan milik PT Bina Karya Welastri (BKW) digerebek Rabu siang sekitar Pk. 14:00 dipimpin Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Barat, AKP Sri Lestari. Ketika sejumlah polwan dan polki tiba di tempat penampungan mereka disambut teriakan histeris. "Bu, cepat bebaskan kami dari tempat ini," teriak Darwati, 30, ibu dua anak yang sudah tiga bulan ditampung. Dia mengaku pernah minta pulang tapi oleh perusahaan itu diminta uang Rp5 juta. Selama di penampungan para calon TKW dilarang keluar dan diberi makan seadanya. Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, Kompol Suyudi Ario Seto SH, SIK mengatakan, PJTKI itu dinyatakan bermasalah. Mulai dari dokumen perusahaan yang tidak beres, masalah calon TKW banyak di bawah umur, serta mereka yang tidak sekolah dan tak bisa baca tulis. Pemilik perusahaan, Ferianto, dan para pembantunya diminta keterangan. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] "Cari Makan Susah Amat"
Refleksi : Apa saya yang mudah di NKRI? Korupsi dan tipu daya? http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=53316&ik=3 "Cari Makan Susah Amat" Rabu 11 Maret 2009, Jam: 20:53:00 JAKARTA (Pos Kota) - Niat berjualan di lingkungan Pasar Regional Jatinegara, Jakarta Timur, untuk meraup untung karena banyak pembeli malah peralatan usahanya diangkut aparat. "Saya memang belum sempat membuka lapak. Tapi sudah keburu ditangkap aparat walikota. Cari makan susah amat," keluh Karsa, pedagang makanan, saat mendatangi kantor Walikota Jakarta Timur, Rabu (11/3). Ia mengaku peralatan berdagang seperti tabung gas, ember, pengorengan, terpal, kompor gas, etalase, dandang besar serta tempat dudukan kompor disimpan di sekitar pasar. "Barang-barang saya Minggu (8/3) pagi ditertibkan," kata lelaki asal Cirebon, Jawa Barat itu. GUDANG CAKUNG Barang bernilai jutaan itu, kemudian diangkut petugas dan kemudian dikirim ke gudang Tramtib, Cakung. Ternyata setelah dicek barang miliknya banyak yang hilang, di antaranya, kompor, etalase dan dandang. "Kalau memang rusak tentu ada bekasnya," katanya sedih. Karsa membeberkan saat ini pihaknya belum bisa berjualan. Sebab, barang yang masih tersisa itu dan kini tersimpan di gudang Tramtib Cakung, dan baru bisa diambil setelah pihaknya sudah di persidangan. Kepala Seksi Operasi Sudin Tramtib Jakarta Timur, Lantip, mengungkapkan razia yang dilakukan ini untuk menegakkan Perda tentang Ketertiban Umum ."Kalau memang terjadi kerusakkan itu resiko dari pemilik barang." (mardjono/st/g). [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Family planning takes firm hold in Iran
http://www.ft.com/cms/s/0/07bf5964-0e56-11de-b099-779fd2ac.html Family planning takes firm hold in Iran By Najmeh Bozorgmehr in Tehran Published: March 11 2009 16:27 | Last updated: March 11 2009 16:27 After his second child was born, Ali, an Iranian pick-up driver from a modest, religious background, chose to be sterilised. "I am not in principle against having more kids but believe I should be able to raise them properly," he says, referring to his children's financial, educational and social needs. Ali, 41, is not alone in today's Iran. Rather - and rarely for the Islamic world - he is representative of a dominant culture of having fewer children. Although having a vasectomy is the least common form of contraception in Iran, Ali's thinking highlights how the idea of family planning has taken root among Iranians over the past two decades. Alarm bells rang following a census in 1986 when the Islamic regime realised a policy of having more children after the 1979 revolution was likely to create a mass of unemployed, poorly educated people rather than the "20m-strong army" it had initially hoped for. Ruling clerics decided to curb the population explosion that had hit a peak of 3.2 per cent in 1986 from 2.7 per cent a decade earlier. Family planning in a conservative society such as Iran's could not succeed without the consent and support of the Shia clergy. Shia Islam's doctrine of ijtihad allows senior religious scholars to introduce new interpretations of Islamic rulings. Before his death in 1989, Ayatollah Ruhollah Khomeini, the founder of Iran's revolution, unambiguously supported birth control in various religious decrees. Now, thanks to the free-of-charge family planning scheme, population growth has halved to 1.6 per cent a year. "We do not say how many children a family should have, rather we put the emphasis on the health of family including reproductive health," says Kamran Baqeri-Lankarani, the health minister. The clergy has authorised different methods of contraception, including the pill, condoms, injections, intrauterine devices and vasectomies. Even abortion is allowed if the foetus has an incurable disease. "Introduction of the family programme, together with a change of culture that children need education, good food and clothes, have contributed to the success and the sustainability of the programme," says Soudabeh Ahmadzadeh, the officer in charge of the United Nations Population Fund in Tehran. "We recommend that women, for instance, space their pregnancies within the age limit of 18 to 35 years old, the result of which is fewer children," he says. Using a network of about 20,000 "health houses" covering 90 per cent of rural areas has been a determining factor in the success of the plan. Nurses in the centres encourage patients to use contraception and follow up with advice. Family planning is not without its critics. A minority of radical politicians and clergy are concerned it can change Iran's demography to the detriment of Persians, who constitute just over 50 per cent of the population, and the absolute majority of Shia. President Mahmoud Ahmadi-Nejad, a fundamentalist, was among the critics - but repented in the face of a backlash. Two years ago he said the country could do with more children and a population of up to 120m. But the comments created uproar in the media and the government had to retreat. Analysts say no matter what Mr Ahmadi-Nejad's government may wish, the trend is irreversible. About 70 per cent of the population is now urbanised while the female literacy rate, usually a critical factor in reducing family size, has more than doubled, reaching 80.3 per cent thanks to a literacy campaign begun after the revolution. "Society does not accept more than two or three kids any more and finds it against social values," says Ali. Additional reporting by Monavar Khalaj [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Scandal-hit bank seeks fresh start
http://www.ft.com/cms/s/0/d1f716f0-0e5a-11de-b099-779fd2ac.html Scandal-hit bank seeks fresh start By Simeon Kerr in Dubai Published: March 11 2009 17:01 | Last updated: March 11 2009 17:01 Dubai Islamic Bank claims to be the oldest Islamic bank in the world, but it also has a history punctuated by scandal. Its new management hopes the referral of seven defendants to court this week for allegedly participating in a scheme to defraud the bank of more than $500m will end the latest period of uncertainty, which has revived awkward memories of the past. "We are pleased to close this chapter," Abdulla al-Hamli, chief executive, said in a statement on Tuesday. The embezzlement case centres on CCH, an Islamic trade finance company, which received financing of about $440m, of which the bank says it provided about $330m. DIB has made provisions of $135m related to this transaction. The seven defendants - mainly British and Pakistani nationals - are either linked to CCH or were former employees of DIB, and are accused of taking bribes to facilitate the alleged fraud. DIB also says it has foreclosed on The Plantation, a polo-themed real estate development, which was being developed by one of the defendants in the case. It is also pursuing other assets and receivables in a range of countries. The bank says provisions and collateral already foreclosed or which it is pursuing will be enough to cover its CCH exposure. "DIB remains a solid and trusted financial institution," Khaled al-Kamda, group managing director, said in the statement. "We continue to focus on enhancing our existing corporate governance structures and risk architecture." Analysts, however, remain concerned about the potential of the exposures to The Plantation and CCH to inflict further damage. "The trouble with The Plantation is that it may not be worth very much at all, and if realised now it would only generate a modest value, reflecting the lack of liquidity in the property market," says one analyst who covers the bank but asked not to be named. The analyst is also concerned about the bank's property loan book for which he had previously forecast a non-performing loan ratio of only 2-3 per cent. He says the strategic review is putting all property loans, amounting to more than a third of the total portfolio, into run-off - that is, not extending loans when they mature - which implies a higher rate of impairment. "It seems unlikely that with that kind of loan quality [2-3 per cent non-performing], DIB would put the entire book into run-off. Consequently, we are concerned we may see a ratio significantly worse than that," the analyst says. Kashif Moosa, head of investor relations, says the bank's property financing portfolio is based on revenue-generating properties in "old Dubai". Here DIB focuses on leasing residential and commercial property in the city's traditional commercial areas in Bur Dubai and Deira, rather than lending in the areas open to foreign ownership, the so-called "new Dubai" market that has seen precipitous price falls. Mr Moosa concedes, however, that the bank is moving away from real estate financing. Since 2007 it has rolled out more retail products, such as Islamic credit cards and personal finance products. DIB's grand strategy now is to expand deeper into the retail banking market, he says. The bank will expand its branch network by 10 to 64 this year as it seeks to increase its customer base from 750,000 to 900,000. Analysts raise questions about the impact that the upcoming trial could have on the bank's reputation, given the recent Plantation problems combined with other episodes in DIB's past. But they also applaud a significant boost to transparency and openness at the institution. The stains on its reputation extend back to the late 1990s when a west African witch doctor, the so-called "Cisco Kid", embezzled millions from DIB's vaults. The details of the tale are hazy but the Dubai government had to step in to recapitalise the lender. The government's holding company, Investment Corporation of Dubai, continues to hold a 30 per per cent stake in the bank, which is listed on the Dubai bourse where its shares trade at a discount to their book value, says Zawya, a data provider. Elsewhere, investigators are probing the affairs of Deyaar, a property developer in which DIB has a 41 per cent stake, and of Tamweel, a mortgage lender in which the bank has a 20 per cent position. Mr Moosa says there has been no discernable impact on the bank, with deposits rising last year even as news dribbled out about an investigation into financial wrongdoing. The bank's new management, which has replaced the executives and board members in place when the alleged crimes took place, is pushing ahead with new corporate governance structures. Mr Moosa says an experienced compliance officer has been appointed, with this executive also acting as se
[wanita-muslimah] Debris of US and Russian satellites begin to fall down on Earth
Refleksi : Kalau kepingan satelit yang jatuh ke bumi kena kepala orang, mungkin ceritanya bagi yang tidak tahu malahnya bisa seperti film : "God must be crazy", yang meceritakan botol coca cola yang dilemparkan dari pesawat terbang. http://english.pravda.ru/science/earth/11-03-2009/107217-debris_satellites-0 11.03.2009 Debris of US and Russian satellites begin to fall down on Earth The debris of the two satellites, which collided on Earth's orbit for the first time in the history of mankind in February of this year, begin to fall down on the planet, RIA Novosti reports with reference to the US Strategic Command, which monitors the near-Earth space. Russia 's Cosmos 2251 military communication satellite and US Iridium 33communication satellites collided in space February 10 at the height of over 800 kilometers above the territory of Russia 's Krasnoyarsk region. The fragments of the two satellites, which fall down on Earth, pose no danger at all, for they are tiny pieces of the craft - not larger than 1 centimeter. The fragment numbered as 1993-036PX will enter the Earth's atmosphere on March 12. Fragment 1993-036KW will enter the atmosphere on March 28, and fragment 1993-036MC will follow on March 30, Spaceweather.com website says. All of them are only one centimeter in size. They will be destroyed in the atmosphere and will pose no danger to people. The collision of the two satellites in orbit marked the first-ever collision of two undamaged satellites. All the previous incidents occurred when satellites collided with space garbage. Russia 's Cosmos 2251 military communication satellite was not operating for many years. It was living out its days in orbit like many other old satellites. Cosmos 2251 satellite weighs about 800 kilos. It was used as a communication satellite for military purposes. The satellite lasts for only three years. Iridium 33/24946 is a commercial communication craft weighing about 700 kilos. It lasts from five to eight years. There were 66 Iridium satellites in near-Earth orbit before the collision. Iridium Holdings LLC will replace the damaged satellite during the upcoming 30 days. Three hundred and fifty five catalogue entries have been made to designate the debris of Cosmos 2251 and 159 entries - for the fragments of Iridium 33. The debris of Cosmos float in space at the heights from 198 to 1,689 kilometers. The numbers for Iridium are smaller - from 582 and 1,262 kilometers. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] A woman's place is in the mosque?
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7915393.stm Page last updated at 10:02 GMT, Monday, 2 March 2009 A woman's place is in the mosque? By Christopher Landau BBC Religious Affairs correspondent, Cairo The role that women play in mosques varies substantially around the Muslim world. Visits to two mosques in the Egyptian capital, Cairo, show just how different women's experiences can be. The al-Seddeeq mosque, in a prosperous suburb of Cairo, stands in front of a park - unusual enough in an overcrowded city lacking much green space. The large mosque, built in the last 20 years, forms an impressive focal point in the local community. But it also represents one potential vision of the future for Egypt's mosques - where women are heavily involved in increasing aspects of the mosque's activities. As I step inside, I hear sounds I had not been expecting - the raucous shouts of children playing. About 250 young boys are surrounded by paint, glue, paper and old egg boxes - making artwork from recycled materials. Earlier in the day, they had been learning to recite the Koran, but by late afternoon it was time for a more hands-on task. There is nothing unusual about mosques offering educational programmes. But at al-Seddeeq mosque, all of the educational work is run by women. A new role On the day I visit, 35 female volunteers are involved - and 2,000 local children are on a waiting list to join the programmes. Men are good - but also I think women can do what men do. Some roles, it's better for women than men Maha al-Mahy Maha al-Mahy runs the mosque's work with children as well as educational programmes for women. She is clear that women's role in the mosque will continue to develop, just as opportunities for women within Egyptian society also open up. "Other things will be changed. Maybe we are going to have more work, more roles, in future," she tells me. Would that mean, I asked her, that women might even fulfil some of the roles still only undertaken by men? "Why not?" she answers. "Men are good - but also I think women can do what men do. Some roles, it's better for women than men." But you do not have to travel far to find very different attitudes to women's involvement. In a poorer part of Cairo, I am driven through crowded streets past several mosques. Some of those we pass do not have any facilities for women to pray, let alone be involved in other activities. But at one mosque, we meet Sabriah Ibrahim. She is the only woman involved with leadership - and in this poorer area, no local women are wealthy enough to be able to volunteer. The mosque could hardly be more different from the gleaming marble structure of al-Seddeeq, in the more prosperous part of town. Contrasting opportunities Hemmed in by other buildings, it is a cramped building on a small site, with the men's prayer hall as the main focus. There is one small office, which doubles up as an administrative base and the place from which clothing is distributed to those in need. But there is not the capacity to offer programmes like those that the al-Seddeeq mosque is able to offer to the hundreds of children in the area. Women in prosperous areas have more time for mosque activities But perhaps the most striking contrast is in the role that women play in the life of the mosque. "Most of the week, women don't come for prayer, they only come for the Friday prayer, or when there are lessons or certain activities," Sabriah Ibrahim says. "But other than this, very few women come to the mosque, and most of them are older women." The disparity between the two mosques I visited is striking. In one, women play an active role and dream even of running those activities still the preserve of men - perhaps, one day, even leading prayers. In the other, one sole woman tries to run women's activities, but in an area where there is little tradition of women being involved in their local mosque. Some of the factors seem to be financial: Al-Seddeeq's volunteers are women who are wealthy enough to be able to choose to spend time at the mosque rather than needing to work; in the crowded streets of Old Cairo, few women have such an opportunity. Later, I meet Dr Mohammed Abulaila, recently retired as head of Islamic Studies at Cairo's al-Azhar University. There is no discrimination in Islam. Men are required to pray five times a day, and women as well Dr Mohammed Abulaila Al-Azhar University He too believes that economic factors play a role in whether women attend mosques - put simply, poorer women are more likely to have to stay at home with their families. But he stresses that Islam itself makes no distinction between men and women, when it comes to the importance of attending the mosque. "Women, like men, are commanded to go the mosque," he tells me. "There is no dis
Re: [wanita-muslimah] Khulwa sentence against elderly widow causes uproar
Nenek nenek umur 75 tahun di cambuk ? Yah, kalau islam yang menghendaki, masa umat muslim menolak ? Hanya saja saya bertanya tanya, kapan di aceh ada nenek nenek dicambuk karena jilbabnya melorot sehingga rambutnya kelihatan, gitu Kayaknya asik tuh hukuman. Memuaskan nafsu atas pertunjukan berdarah. Tinju ala tyson ? Ah, itu mah jauh. Hehehe salam, -Original Message- From: Dwi Soegardi Date: Wed, 11 Mar 2009 17:06:43 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Khulwa sentence against elderly widow causes uproar wah ini menyulitkan kalo diterapkan. karena banyak yang ingin poligami dengan mempersunting nenek2 janda lanjut usia. gimana dong, taarufnya? On 3/11/09, Sunny wrote: > Refleksi : Apa pendapat Anda bila peraturan seperti di Arab Saudia > diberlakukan di NKRI? > > http://www.arabnews.com/?page=1§ion=0&article=120150&d=11&m=3&y=2009 > > Wednesday 11 March 2009 (15 Rabi` al-Awwal 1430) > > Khulwa sentence against elderly widow causes uproar > Badea Abu Al-Naja | Arab News > > JEDDAH: The sentencing of a 75-year-old Arab widow to 40 lashes and > four months in prison for mingling with two young men, who were reportedly > bringing her bread, has sparked fresh criticism of the Kingdom's judiciary > and the Commission for the Promotion of Virtue and Prevention of Vice. > > Khamisa Sawadi, a Syrian who was married to a Saudi, was convicted and > sentenced last week for meeting men who were not her immediate relatives. > The two men, including one who was Sawadi's late husband's nephew, were also > found guilty and sentenced to prison and lashes. > > The woman's lawyer, Abdul Rahman Al-Lahem, said he plans to appeal the > verdict, which also demands Sawadi be deported after serving her prison > term. He said his client has not served her sentence yet. > > Arab News tried to contact police and the commission officials in > Hail, but both refused to give further details about the case. > > Fariyal King, a legal specialist, said Hail police had a > responsibility to explain the case as they detained the two men on the > request of officials from the commission. "The Interior Ministry has > appointed spokesmen to clarify matters to the media. The Hail police > spokesman's refusal to give a statement shows that there is some sort of > obscurity," she said. > > The elderly woman met the men last June after she asked one of them to > bring her five loaves of bread, Al-Watan reported. The men - identified by > Al-Watan as the nephew, Fahd Al-Anzi, and his friend and business partner, > Hadiyan bin Zein - went to Sawadi's home in the town of Al-Shamli. As they > came out after delivering the bread, the two men were arrested by commission > officials, Al-Watan said on Monday. > > The court said it based its March 3 ruling on information from > citizens and the testimony of Al-Anzi's father, who accused Sawadi of > corruption. > > Sawadi had told the court that she considered Al-Anzi as her son, > because she breast-fed him when he was a baby. But the court denied her > claim, saying she had no evidence. In Islamic tradition, breast-feeding > establishes a degree of maternal relation. > > Sawadi commonly asked her neighbors for help after her husband died, > said Saudi journalist Bandar Al-Ammar, who reported the story for Al-Watan. > > Suleiman Al-Radhiman, director of the Hail office of the commission, > told Al-Watan that his officials detained the woman after receiving a > written message that two men had entered her house. "When our patrol team > arrived at the site, they found two men coming from the woman's house. We > detained the two and handed them over to police for investigation," he said. > > He pointed out that police had arrested the woman on two previous > occasions and a judge in Al-Shamli had convicted her. "The woman asked me to > bring bread for her. At that time, I contacted my friend Hadyan who was > incidentally passing and he helped me buy bread, as I did not have a car. > > "After I gave her the bread two commission officials came. They first > said they belonged to a charity and wanted to know the living condition of > the woman. While we were going out they caught us and handed over to the > police," said Al-Anzi. > > Bin Zein said the commission officials arrested them about 200 meters > from the woman's house. "There were six commission members who all had their > faces covered," he said. > > Commenting on the case, lawyer Ibrahim Zamzami said if it was proved > that the old woman is Al-Anzi's foster mother through breast-feeding, then > the charge of khulwa (illegal seclusion) would be nullified. But if his > relation to her is only as his uncle's wife then the charge would stand as > she is eligible to marry him. > > Zamzami, however, warned that the matter of illegal seclusion with an > unrelated woman was difficult to prove. "This depends on the
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Harun Yahya tidak belajar sendiri, dia masuk fakultas sastra, tidak belajar ilmu exacta seperti biologi, kimia. Kalau orang punya bakat pandai menulis bisa menulis macam-macam. - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Wednesday, March 11, 2009 11:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Sejak dulu, saya curious : - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah dilarang ayahandanya - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. Menjadi icon peradaban islam. Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara otodidak kok. Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/paulo freire, bukan ? salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Putri sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ ya kan eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin pendidikan: Sekolah Adalah Candu Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- Sekolah Adalah Candu* Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi-generasi yang gamang dan gagap. Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ sekolah-adalah- candu [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Bill Gates reclaims title as richest man in the world
http://www.theaustralian.news.com.au/business/story/0,28124,25175182-36375,00.html Bill Gates reclaims title as richest man in the world Kathy Shwiff | March 12, 2009 Article from: The Wall Street Journal THE global economic crisis has reduced the number of billionaires and made the richest people in the world poorer, according to Forbes magazine. World's richest man: Bill Gates of Microsoft. Picture: Bloomberg Forbes found 793 billionaires in 2009, down 30 per cent from a year earlier. This is the first decline since 2003. The total net worth of people on the magazine's list this year fell 46 per cent to $US2.4 trillion ($3.7 trillion). The average billionaire is now worth $US3 billion, 23 per cent less than in 2008. Despite losing $US18 billion in the past year, Microsoft co-founder Bill Gates reclaimed the title of richest man in the world, with a total net worth of $US40 billion. Warren Buffett is number two, with $US37 billion. He lost $US25 billion in the past year as shares in his company, Berkshire Hathaway, dropped nearly a third in value. Mexican telecom titan Carlos Slim Helu, who lost $US25 billion, is third, and Oracle chief executive Larry Ellison is ranked number four. The latest list includes citizens of 52 countries and one principality. Americans hold 10 of the top 20 spots, compared with four last year. New York City Mayor Michael Bloomberg, at number 17, is the only member of the top 20 whose net worth climbed during the past year. Bloomberg, who makes a salary of $US1 a year as mayor, benefited from a re-evaluation of his company, Bloomberg LP. He also bought a 20 per cent stake in his company from cash-strapped Merrill Lynch in July for $US4.5 billion. Thirty-two Russians made Forbes' list, down nearly two-thirds from the 2008 total. Anil Ambani, who owns Reliance Infrastructure -- previously known as Reliance Energy -- of India lost the most, $US32 billion, this year of any on the list after posting biggest increase last year. He came in at number 34. Indian steel magnate Lakshmi Mittal, number eight, lost $US25.7 billion during the past year. Among the billionaires last year who didn't qualify in 2009: former AIG chief executive Maurice "Hank" Greenberg, former Citigroup chief executive Sandy Weill and Facebook founder Mark Zuckerberg. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Tanya : Teman saya yg orang NGO di timtim paling takut kalau sedang sakit terus ditangani oleh dokter dari kuba (ada banyak dokter kuba yg sekarang dipekerjakan di timor leste). Dia takut, karena dokter dari kuba katanya sering ngaco. Saya jadi heran, kuba tropis bukan ? K bulgaria, wajar lah, kendati dokternya pandai, tapi kan beda iklim, penyakitnya beda. Tapi kalau sama sama tropis kenapa bisa takut dgn kualitas dokter kuba yah ? Flora bisa menjelaskan barangkali ? salam, -Original Message- From: "Flora Pamungkas \"GMail\"" Date: Wed, 11 Mar 2009 18:16:53 To: Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Tambahan informasi: Di Kuba, pendidikan dari TK sampai kuliah di Universitas, bahkan sampai S3 juga gratis bagi penduduk lokal. Untuk ke Universitas, harus lulus ujian masuk. Mahasiswa asing (berasal dari manca negara) bisa kuliah gratis di jenjang S1 saja. Empat tahun yang lalu, seorang teman dari Timur Tengah melanjutkan kuliah S2 jurusan arsitektur membayar US$ 2000,- sampai lulus. Kalau untuk program S3 entah berapa bayarnya, saya kurang tahu. Ada 3 orang mahasiswa Indonesia yang kuliah S1 di Universitas Internasional Pendidikan Guru Olah Raga. 2 orang sudah lulus, satunya lagi belum lulus karena cuti melahirkan. Berhubung semua mahasiswa tinggal di asrama, maka anaknya ditiitp di mertuanya, di negara asal suaminya. Dia sedang berpikir untuk melanjutkan ke S2, maka dia harus menyiapkan US$ 2000,-. Ribuan mahasiwa penerima bea siswa S1 untuk calon guru2 olah raga berasal dari negara2 di Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Asia. Semuanya gratis: kuliah, asrama, makan, fasilitas kesehatan, pasta gigi, sabun, shampoo, deterjen, hingga karet KB. Dengan semakin bertambahnya mahasiswa dari negara2 muslim, maka pengelola ruang makan di kampus itu mulai menyediakan pula makanan non babi. Sebelum ini, mahasiswa Indonesia harus merogoh kantong sendiri untuk beli makanan yang tidak mengandung babi. Ada juga Universitas Internasional Ilmu Kedokteran dengan ribuan mahasiswa dari manca negara yang belajar dengan gratis. Teman sekelas anak saya, anak duta besar Mozambique, begitu menginjak SMA, dia pindah dari British International School ke sekolah lokal. Maksudnya agar nanti setelah lulus SMA bisa kuliah gratis di Universitas Ilmu Kedokteran tsb. Kelak juga tinggal di asrama dengan segala fasilitasnya. Saya pernah ikut rombongan mengunjungi Universidad de las Ciencias Informaticas (UCI) atau Universitas Ilmu Teknologi Informasi. Kompleks universitas ini luas sekali dan sangat modern. Terdapat 6030 mahasiswa & mahasiswi yang diseleksi dari 169 kecamatan di seluruh Kuba. Pembangunan kampus masih berlanjut, targetnya adalah utk menampung 10.000 mahasiswa. Terdapat 804 orang staff pengajar & karyawan, 90 orang diantaranya adalah para dosen. Semua mahasiswa dan 70% dari staff tinggal di lingkungan kampus. Belajar dari Senin - Sabtu. Fasilitas di kampus ada 5000 PC, 70.000 network connections, telepon dg 2500 nomor2 extension, saluran2 TV, 4 megabyte bandwidth connections, studio TV, design & virtual reality Lab, 136 ruang kelas, 119 laboratorium komputer, 1216 apartemen untuk mahasiswa & staff pengajar, 10 sekolah. Setiap apartemen ber A/C, menampung 4 mahasiswa, dengan 1 ruang belajar + komputer, kamar mandi, ruang pantry kecil, lemari es. Fasilitas kesehatan dan olah raga, seperti mini hospital, lapangan tennis, kolam renang dan fasilitas komunikasi: telpon, fax, internet. Juga fasilitas layanan perbankan. Fasilitas kegiatan extra kurikuler yg diberikan setiap hari setelah jam 18.00, spt melukis, seni patung, fotografi, musik & tari. Seluruh kompleks universitas itu dihiasi dengan 300 hasil karya master piece sumbangan dari 30 seniman Kuba. Pernah juga kami berkunjung ke kompleks Sekolah Tinggi Kesenian. Fasilitasnya juga bagus, meski sudah agak tua, tapi masih terawat dengan baik. Menurut saya, Kuba ini mengagumkan dalam komitmennya memfasilitasi kebutuhan pendidikan dan kesehatan gratis bagi warganya, meski dalam keterbatasan anggaran negara. Baru2 ini perdana menteri Trinidad and Tobago, Patrrick Manning menjalani operasi pengangkatan tumor ganas di ginjalnya. Ternyata pemerintah Kuba tidak menarik sepeserpun atas biaya operasi & perawatan. Gratis .. Seandainya saja Kuba tidak sedang diembargo selama lebih dari 40 tahun oleh Amerika, pasti akan lebih baik lagi kondisi rakyatnya. Pemerintah akan bisa memberi gaji yang lebih baik bagi pegawai2 negara. Saya turut berharap perubahan yang lebih baik dari Presiden Obama atas kebijakan AS terhadap Kuba. Salam, Flora --- Re: Alasan Homeschooling Posted by: "Ary Setijadi Prihatmanto" ary.setij...@gmail.com asetijadi2004 Tue Mar 10, 2009 6:29 pm (PDT) Memang yang biasanya dilupakan oleh banyak orang, apapun bentuk, somebody has to pay tinggal siapa yang bayar...;-) Pilihan apapun, ada sya
Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
Sayang, strukturnya banyak yg salah, kendati maksud tersampaikan dengan baik. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 04:00:26 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? when i was 9 years old i told to my mom " i dont wanna go to school againt, teachers have me to shut up" hahahaha. that was i'm^_^ sooolets play :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 7:45 AM Mevrouw Herni, Kayaknya mas Arcon meniru gayanya Indonebia dah.. pas dulu kala masih sering bertandang kesini.. bermain peran :D Selalu mengamini pemikiran Islam yang aneh bin absurd itu. Kemana yah orang arab aneh itu?? :p Tetang bermain peran, bukannya memang kita selalu bermain peran. Kata Erving Goffman (mungkin dia abis dengar lagunya Godbless) kehidupan kita sehari-hari tidak lain adalah sebuah dramaturgi. Dan peran yang kita mainkan bisa berbagai macam.. peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak. . peran bercinta bikin kita mabuk kepayang.. (eh.. ini mah Godbless beneran yah). Tapi memang dalam kehidupan nyata kita, peran kita bisa beraneka macam, dari jam 8-5 jadi buruh sekaligus murid disaat yang lain jadi guru, jam 5-9 malam jadi orang tua, jam 9-12 malam berperan sebagai kekasih (>:D). Mungkin hanya jam 12 malam sampai pagi hari kita tidak bermain peran. Jadi biarlah masing-masing memainkan perannya be it within or outside the box. Toh yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari peran-peran tersebut. Bukankah salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah role playing.. Come on guys.. play your roles and let's get rumble.. Salim, :D On Mar 10, 2009, at 3:32 AM, Herni Sri Nurbayanti wrote: > Mas donnie, > > Kalo diperatiin, ada gaya baru di milis ini. Perintisnya mungkin > arcon :) sok-sok posting yg nyindir-nyindir bin usil... seolah2 > mengamini mainstream pemikiran islam yg nganeh bin absurd itu. Kalau > yg model gini sih ketebak. Tapi rupanya ada yg pick up that approach > dan dibuat lagi lebih "lucu" dan tersamar. > > Gaya yg hampir sama namun lebih halus, gayanya eyang. Putri menurut > saya juga punya gaya yg sama, tapi ambil peran dan posisi sebagai > anak manis yg baru tau dunia. So, saya tarik deh. I don't think > she's actually living in a box. She's playing it as if she was > living in a box. > > Nice play, put :) > Buat arcon, lo utang gw sekotak sambel bu rudi :P > Bayar minggu depan yak :D > > Herni > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > mungkin eyang mau coba sistem belajar seperti itu untuk cucu eyang > > tp menurut putri yah > > kelemahannya adalah objek (anak) g akan berkembang > > ya kaya eyang bilang jd kaya zombie > > g mungkin kan kader kaya gini berani belajar matius ataupun buka > kitab templar > > > > eyang, kalaupun ini efektif untuk pengkaderan, kadernya jd g > potensial donk and g pinter2 > > and akhirnya g bisa gaul sama yang lebih tua atau yang lebih muda, > krn menganggap bahwa apa yang dia pegang adalah yang selalu benar ^_^ > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Israeli Arabs look increasingly to Jordan for studies
http://www.jpost.com/servlet/Satellite?cid=1236764159599&pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFull Israeli Arabs look increasingly to Jordan for studies Mar. 11, 2009 brenda gazzar , THE JERUSALEM POST More than 5,000 Israeli Arabs are studying at Jordanian colleges and universities - a massive increase from just 100 in 1998, a new study has found. Today, Arab students in higher education in Israel number about 10,000 and make up about nine percent of the total student population. The dramatic increase over the last decade is due to a number of factors, including easier admission requirements in Jordan, a lack of age requirements for acceptance, availability and a similar cultural and linguistic environment, according to the study initiated and sponsored by the Nazareth-based Dirasat: The Arab Center for Law and Policy. "Many of the students who study in Jordan say their first priority is to study in Israel, but they had to be in Jordan because of the obstacles they face at Israeli universities," said Yousef Jabareen, director of Dirasat. "We need to see how to overcome these obstacles so students can fulfill their higher education in Israel." Today there are 5,400 Israel Arabs studying in Jordan, an increase from 1,654 in 2004-2005 and from 2,155 in 2005-2006, said Khaled Arar, a professor at Beit Berl Academic College and a co-author of the study. About 30% of these students are female. Jordanian universities and colleges received about $84.6 million last year from Arab-Israeli students alone, Arar said. The majority of Israelis studying in Jordan are studying pharmacy, medicine and paramedical fields, such as speech therapy and physiotherapy, he added. In 2007-2008, 932 students from Israel studied at the University of Science and Technology of Jordan, compared to 673 students in the 2005-2006 academic year. Al-Ahliyya Amman University boasts about 1,700 Israeli Arabs today, Arar said. Activists say that Israel's psychometric exam and entrance interviews, as well as age requirements for certain university programs, pose unique challenges for Arab students. Arab students, for example, perform significantly lower on average on their psychometric exams, which are calculated along with a student's grade point average to determine eligibility for admission to a university program. Since 1991, Arabs on average have earned a score of about 110 points less (out of 800) than their Jewish counterparts, according to a 2008 Dirasat study. Activists argue that this gap is the result of an exam that is culturally biased. In addition, most universities require students to be at least 19 or 20 to enroll in departments such as social work, nursing, communication disorders, occupational therapy, physical therapy and medicine. While universities say the policy aims to ensure that students are at an appropriate maturity level for programs that usually require patient interaction, Jabareen and other activists say it disproportionately affects Arabs since the vast majority do not join the military at age 18. Arar says that affirmative action policies or the creation of an Arab university in Israel might alleviate the desire of Arab Israelis to study outside the country. "We are afraid that studying in Jordan doesn't prepare them adequately for real life challenges in Israel when they come back," Jabareen added. "Studying in Israeli universities would be a better option for them and they would be more ready for the Israeli market." [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Sejak dulu, saya curious : - apakah anak anak laskar pelangi seharusnya tidak perlu sekolah formal ? Kenyataannya, lintang jadi juragan yg sukses, andrea yg terus lanjut bersekolah formal, bahkan jadi arogan dgn mencampakkan flo yg berhasil dikawininya, demi mengejar a ling, yg beragama lain, dan sebenarnya sudah dilarang ayahandanya - harun yahya adalah pelajar mandiri. Dari jurusan ilmu filsafat, dia tumbuh secara luar biasa menjadi pakai biologi dan sangat menguasai masalah evolusi. Menjadi icon peradaban islam. Hal ini menunjukkan sekolah formal di bidang biologi, antropologi evolusi secara formal sebenarnya tidak diperlukan. Bisa belajar sendiri secara otodidak kok. Dua contoh ini, mendukung pemikiran roem topattimasang/paulo freire, bukan ? salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 03:56:28 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Putri sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ ya kan eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin pendidikan: Sekolah Adalah Candu Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- Sekolah Adalah Candu* Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi-generasi yang gamang dan gagap. Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ sekolah-adalah- candu [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Castration of Czech sex offenders: Deterrent or torture?
http://www.iht.com/bin/printfriendly.php?id=20750331 Castration of Czech sex offenders: Deterrent or torture? By Dan Bilefsky Wednesday, March 11, 2009 PRAGUE: Pavel remembers the violent night sweats two days before the murder. He went to see a family doctor, who said they would go away. But after viewing a Bruce Lee martial arts film, he said, he felt uncontrollable sexual desires. He invited a 12-year-old neighbor home. Then he stabbed the boy repeatedly. His psychiatrist says Pavel derived sexual pleasure from the violence. More than 20 years have passed. Pavel, then 18, spent seven years in prison and five years in a psychiatric institution. During his last year in prison, he asked to be surgically castrated. Having his testicles removed, he said, was like draining the gasoline from a car hard-wired to crash. A large, dough-faced man, he is sterile and has forsaken marriage, romantic relationships and sex, he said. His life revolves around a Catholic charity, where he is a gardener. "I can finally live knowing that I am no harm to anybody," he said during an interview at a McDonald's here, as children played loudly nearby. "I am living a productive life. I want to tell people that there is help." He would not give his last name for fear of being hounded. Whether castration can help rehabilitate violent sex offenders has come under new scrutiny after the Council of Europe's anti-torture committee last month called surgical castration "invasive, irreversible and mutilating" and demanded the Czech Republic stop offering the procedure to violent sex offenders. Other critics said that castration threatened to lead society down a dangerous road toward eugenics. The Czech Republic has allowed at least 94 prisoners to be surgically castrated over the past decade. It is the only country in Europe that uses the procedure for sex offenders. Czech psychiatrists supervising the treatment - a one-hour operation that involves removal of the tissue that produces testosterone - insist that it is the most foolproof way to tame sexual urges in dangerous predators. Surgical castration has been a means of social control for centuries. In ancient China, eunuchs were trusted to serve the imperial family inside the palace grounds; in Italy several centuries ago, youthful male choir members were castrated to preserve their high singing voices. These days it can also be used to treat testicular cancer and some advanced cases of prostate cancer. Now, more countries in Europe are considering mandating or allowing chemical castration for violent sex offenders. There is intense debate over whose rights take precedence: those of violent sex offenders, who could be subjected to a punishment that many consider cruel, or those of society, which expects protection from sexual predators. Poland is expected to become the first nation of the European Union to give judges the right to impose chemical castration on at least some convicted pedophiles, using hormonal drugs to curb sexual appetite; the impetus for the change was the arrest of a 45-year-old man in September who had fathered two children by his young daughter. Spain is considering plans to offer chemical castration after a convicted pedophile killed a child. Last year, the governor of Louisiana, Bobby Jindal, signed legislation requiring courts to order chemical castration for offenders convicted a second time of certain sex crimes against children. In the Czech Republic, the issue was brought home last month when Antonin Novak, 43, was sentenced to life in prison for raping and killing Jakub Simanek, a 9-year-old boy who disappeared last May. Novak, who had served four and a half years in prison for sexual offenses in Slovakia, had been undergoing outpatient treatment but had failed to show up several months before the killing. Advocates of surgical castration argued that had he been castrated, the tragedy could have been prevented. Hynek Blasko, Jakub's father, expressed indignation that human rights groups were putting the rights of criminals ahead of those of victims. "My personal tragedy is that my son is in heaven, and he is never coming back, and all I have left of him is 1.5 kilograms of ashes," he said in an interview. "No one wants to touch the rights of the pedophiles, but what about the rights of a 9-year-old boy with his life ahead of him?" Ales Butala, a Slovenian human rights lawyer who led the Council of Europe's delegation to the Czech Republic, argued that surgical castration was unethical, since it was not medically necessary and deprived castrated men of the right to reproduce. He also challenged its effectiveness, saying that the council's committee had discovered three cases of castrated Czech sex offenders who had gone on to commit violent crimes, including pedophilia and attempted murder. In its report, the committee also said that it had found cases of first-time, nonviolent offend
[wanita-muslimah] The little that remains on the Temple Mount
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1070071.html The little that remains on the Temple Mount By Nadav Shragai For years, the Jerusalem District Police "benefited" from the fact that few Jews visited the Temple Mount, sparing the police this "headache." But now the situation is changing. The halakhic consensus that Jews are forbidden to ascend the mount has been broken. More and more rabbis are permitting Jews to visit, and more and more Jews are seeking to do so. The police have not come to terms with this new situation. They are confused and are confusing others, and have inverted the natural order of things on the mount, which is both the world's most sensitive site and the Jewish people's holiest site. Not much remains for Jews on the Temple Mount. The Temple is gone. Prayer is forbidden there. The mount's antiquities have been destroyed, and its mosques have become founts of religious and nationalist incitement against the State of Israel. The little the Israeli government has left to Jews on the mount, the minimum possible, is the right to visit their holiest site without feeling that they are being restricted and despised or doing someone an injustice. This natural right is enshrined in the Law for the Preservation of the Holy Places, which ostensibly permits freedom of access to members of all religions. But now that the halakhic rulings are changing, and theory is turning into practice, some people in the police - unofficially, of course - see this as tantamount to a threat to public safety and are making it as hard as possible for Jews to visit the mount, especially in groups. The long lines at the mount's entrance, even though the site is open to Jews only in the mornings (meaning during work hours) and is closed entirely on Fridays and Saturdays, attest to Jews' growing interest in the site. But the fact that someone is taking the trouble to organize and transport groups of Jews to the mount - from Ma'alot, Netanya, Hadera and every corner of the country - has distorted the police's judgment. The sight of thousands of Jews on the mount - Jews with a Jewish/religious outlook, as opposed to a secular/Israeli or touristic one - is unjustly perceived by the police as a threat, as something that disturbs the peace on the mount, as a situation that must be prevented. This is particularly true regarding the ultra-Orthodox and religious Zionist communities, which naturally have a national, religious, historic and cultural interest in the mount. It is unacceptable for Jews to wait in line for hours at the site's entrance, for the police to limit their entry to small groups, for them to bar each new group from entering until the preceding one has left, and for policemen and Waqf personnel to treat all Jews who look religious as potential suspects, to search their belongings and assign them an escort for as long as they remain on the mount. Something very fundamental is wrong with the thought process of those responsible for the mount at the Israel Police. The issue of freedom of access to the Temple Mount - for everyone, and especially for Jews - is not an act of grace. Jews' freedom of access to their holiest site cannot be just one interest among many that the police must balance, or part of a carrot-and-stick style of negotiations with the Waqf, the Palestinian Authority and Jordan. This freedom is axiomatic. That is what the government decided, and that is what the law says. The police must internalize this and make it clear to all the interested Muslim parties that such visits are natural for us, just as praying in the mount's mosques is natural for them. It seems doubtful that the welcome increase in the number of Jews seeking to visit the mount really threatens public safety. But even if it did, the police should crack down on those making the threats, not those being threatened. If the Jerusalem police's field units do not understand this, someone higher up needs to explain it to them. Jewish provocateurs should be barred from the mount, and they are. But to treat every one of the thousands of Jews who seek to ascend the mount as a provocateur - and, even worse, to give them the feeling they are visiting our holiest site by grace of a foreign government, after having already been deprived of their natural right to pray there - defies common sense and attests to a serious loss of direction. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA - 'SUPERSEMAR' 1966 -- AWAL BENCANA Bagi NEGARA HUKUM R.I.
*Kolom IBRAHIM ISA* *Rabu, 11 Maret 2009* *-* *'SUPERSEMAR' 1966 -- AWAL BENCANA Bagi NEGARA HUKUM R.I.* Empatpuluh tiga tahun yang lalu, 11 Maret 1966, dengan bergegas-gegas dan tergesa-gesa tiga orang jendral TNI: Jendral Amir Machmud, Jendral M Jusuf dan Jendral Basuki Rachmad, berangkat menuju Bogor. Tujuan mereka ialah menemui Presiden Sukarno di Istana Bogor. Mereka mendesak, memaksa bahkan (menurut sementara saksi mata) 'menodong' Presiden Sukarno untuk menandatangani SURAT PERINTAH kepada Jendral Suharto. Surat perintah tsb kemudian dikenal sebagai 'SUPERSEMAR', singkatan dari 'Surat Perintah Sebelas Maret'. Sepintas lalu Supersemar adalah secarik kertas yang berisi perintah-perintah atasan pada bawahannya. Sekarang, dikala semua yang terlibat dalam pembuatan 'Supersemar', sudah tiada, menjadilah ia suatu 'misteri'. Tidak ada yang tau dimana gerangan keberadaan surat asli perintah Presiden Sukarno kepada Jendral Suharto itu. Yang pasti tidak 'misteri' ialah bahwa SUPERSEMAR yang hakikinya adalah 'surat perintah' disulap menjadi surat 'pelimpahan kekuasaan', suatu 'transfer of power'. Secara formal Supersemar adalah suatu PERINTAH dari PRESIDEN PANGLIMA TERTINGGI SUKARNO kepada Panglima KOSTRAD Jendral Suharto. Perintah-perintah tsb bersangkutan dengan tugas-tugas keamanan dan ketertiban, berkenaan dengan tugas menjaga kewibawaan, kepemimpinan serta ajaran-ajaran Presiden Panglima Tertinggi Sukarno. Juga berisi tugas agar Jendral Suharto melapor kepada Presiden RI mengenai pelaksanaan tugas-tugas yang tercantum dalam SUPERSEMAR. Namun, apa yang terjadi tidak sesederhana itu! Apalagi bila diteliti peristiwa yang terjadi sebelumnya sekitar dikeluarkannya 'Supersemar'. Semuanya mengarah pada adanya suatu rencana rapi, rekayasa, dan komplotan untuk melegalisasi dan melancarkan 'kudeta merangkak' yang sudah diawali dengan pembangkangan Jendral Suharto terhadap Presiden Sukarno, dan penunjukan atas dirinya sendiri sebagai penanggungjawab pimpinan Angkatan Darat, setelah terbunuhnya enam orang Jendral dan seorang perwira pada peristiwa G30S. Kedatangan tiga jendral TNI ke Istana Bogor untuk menggondol SUMARSEMAR, segera memancing pertanyaan sbb: Mengapa justru tiga jendral itu yang khusus datang ke Istana Bogor untuk minta surat perintah dari Presiden Sukarno kepada Jendral Suharto? Mengapa tidak Jendral Suharto sendiri yang datang menghadap Presiden RI. Bukankah dia sudah mengangkat dirinya sendiri menjadi penanggungjawab pimpinan TNI? Mengapa Jendral Suharto sembunyi di belakang layar? Tercatat dalam kronik peristiwa saat-saat sesudah dihancurkannya Gerakan 30 September 1965, bahwa kedatangan tiga jendral TNI ke Istana Bogor 'menghadap' Presiden Sukarno, terjadi setelah sidang kabinet pemerintahan Presiden Sukarno di Istana Negara di bawah pimpinan Presiden Sukarno terganggu dan akhirnya dihentikan. Petugas keamanan Istana Negara melaporkan bahwa di muka dan sekitar Istana Negara, terjadi demo 'massa' yang menggugat Presiden Sukarno. Diketahui pula bahwa diantara kaum demonstran tsb terdapat sejumlah pasukan yang tak dikenal. Belakangan diketahui bahwa pasukan tak dikenal tsb adalah personil-personil Kostrad yang disusupkan ke tengah-tengah 'massa berdemo' tsb. Tambahkan fakta ini lagi : Jendral Suharto yang seharusnya hadir dalam sidang kabinet itu, teken absen. Sang Jendral tidak hadir dengan alasan kesehatannya terganggu. Presiden Sukarno, Waperdam Dr Subandrio dan rombongannya terpaksa 'mengungsi' dengan helikoter ke Istana Bogor. Karena keamanan dan keselamatan Presiden RI dianggap sudah tak terjamin lagi bila terus memimpin sidang kabinet di Istana Negara, Jakarta. Dari serentetan fakta-fakta dan peristiwa, tidaklah sulit ditarik kesimpulan wajar, bahwa peristiwa dan 'permainan' sekitar SUPERSEMAR adalah komplotan untuk melegalisasi suatu permulaan perebutan kekuasaan negara dari Presiden Sukarno ke tangan Jendral Suharto. * * * Perkembangan berikutnya menunjukkan memang begitulah apa yang terjadi. Persekusi dan teror, pemenjaraan dan pembunuhan serta pembuangan ke pulau Buru, terhadap warga yang tak bersalah, berlangsung beruntun dari satu tindakan kekerasan ke tindakan kekerasan selanjutnya. Sampai digulingkannya Presiden Sukarno melalui sandiwara sidang MPRS yang sudah 'dibongkar-pasang' oleh penguasa baru, dan didirikannya rezim Orde Baru. * * * SUPERSEMAR adalah 'pat-pat-gulipat' sebagai 'senjata ampuh' ditangan Jendral Suharto, untuk menghancurkan kekuatan pendukung Presiden Sukarno, dimulai dengan pembubaran PKI, pembunuhan masal terhadap warganegara anggota dan pendukung atau yang dituduh PKI, terhadap pengikut dan pendukung setia Presiden Sukarno. SUPERSEMAR adalah strategi dan taktik Jendral Suharto mendirikan rezim otoriter Orde Baru. Dengan Supersemar Jendral Suharto dan pendukungnya mengawali tindakan menghancurkan dasar, sendi-sendi dan tata-hukum Negara Republi
[wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Tambahan informasi: Di Kuba, pendidikan dari TK sampai kuliah di Universitas, bahkan sampai S3 juga gratis bagi penduduk lokal. Untuk ke Universitas, harus lulus ujian masuk. Mahasiswa asing (berasal dari manca negara) bisa kuliah gratis di jenjang S1 saja. Empat tahun yang lalu, seorang teman dari Timur Tengah melanjutkan kuliah S2 jurusan arsitektur membayar US$ 2000,- sampai lulus. Kalau untuk program S3 entah berapa bayarnya, saya kurang tahu. Ada 3 orang mahasiswa Indonesia yang kuliah S1 di Universitas Internasional Pendidikan Guru Olah Raga. 2 orang sudah lulus, satunya lagi belum lulus karena cuti melahirkan. Berhubung semua mahasiswa tinggal di asrama, maka anaknya ditiitp di mertuanya, di negara asal suaminya. Dia sedang berpikir untuk melanjutkan ke S2, maka dia harus menyiapkan US$ 2000,-. Ribuan mahasiwa penerima bea siswa S1 untuk calon guru2 olah raga berasal dari negara2 di Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Asia. Semuanya gratis: kuliah, asrama, makan, fasilitas kesehatan, pasta gigi, sabun, shampoo, deterjen, hingga karet KB. Dengan semakin bertambahnya mahasiswa dari negara2 muslim, maka pengelola ruang makan di kampus itu mulai menyediakan pula makanan non babi. Sebelum ini, mahasiswa Indonesia harus merogoh kantong sendiri untuk beli makanan yang tidak mengandung babi. Ada juga Universitas Internasional Ilmu Kedokteran dengan ribuan mahasiswa dari manca negara yang belajar dengan gratis. Teman sekelas anak saya, anak duta besar Mozambique, begitu menginjak SMA, dia pindah dari British International School ke sekolah lokal. Maksudnya agar nanti setelah lulus SMA bisa kuliah gratis di Universitas Ilmu Kedokteran tsb. Kelak juga tinggal di asrama dengan segala fasilitasnya. Saya pernah ikut rombongan mengunjungi Universidad de las Ciencias Informaticas (UCI) atau Universitas Ilmu Teknologi Informasi. Kompleks universitas ini luas sekali dan sangat modern. Terdapat 6030 mahasiswa & mahasiswi yang diseleksi dari 169 kecamatan di seluruh Kuba. Pembangunan kampus masih berlanjut, targetnya adalah utk menampung 10.000 mahasiswa. Terdapat 804 orang staff pengajar & karyawan, 90 orang diantaranya adalah para dosen. Semua mahasiswa dan 70% dari staff tinggal di lingkungan kampus. Belajar dari Senin - Sabtu. Fasilitas di kampus ada 5000 PC, 70.000 network connections, telepon dg 2500 nomor2 extension, saluran2 TV, 4 megabyte bandwidth connections, studio TV, design & virtual reality Lab, 136 ruang kelas, 119 laboratorium komputer, 1216 apartemen untuk mahasiswa & staff pengajar, 10 sekolah. Setiap apartemen ber A/C, menampung 4 mahasiswa, dengan 1 ruang belajar + komputer, kamar mandi, ruang pantry kecil, lemari es. Fasilitas kesehatan dan olah raga, seperti mini hospital, lapangan tennis, kolam renang dan fasilitas komunikasi: telpon, fax, internet. Juga fasilitas layanan perbankan. Fasilitas kegiatan extra kurikuler yg diberikan setiap hari setelah jam 18.00, spt melukis, seni patung, fotografi, musik & tari. Seluruh kompleks universitas itu dihiasi dengan 300 hasil karya master piece sumbangan dari 30 seniman Kuba. Pernah juga kami berkunjung ke kompleks Sekolah Tinggi Kesenian. Fasilitasnya juga bagus, meski sudah agak tua, tapi masih terawat dengan baik. Menurut saya, Kuba ini mengagumkan dalam komitmennya memfasilitasi kebutuhan pendidikan dan kesehatan gratis bagi warganya, meski dalam keterbatasan anggaran negara. Baru2 ini perdana menteri Trinidad and Tobago, Patrrick Manning menjalani operasi pengangkatan tumor ganas di ginjalnya. Ternyata pemerintah Kuba tidak menarik sepeserpun atas biaya operasi & perawatan. Gratis .. Seandainya saja Kuba tidak sedang diembargo selama lebih dari 40 tahun oleh Amerika, pasti akan lebih baik lagi kondisi rakyatnya. Pemerintah akan bisa memberi gaji yang lebih baik bagi pegawai2 negara. Saya turut berharap perubahan yang lebih baik dari Presiden Obama atas kebijakan AS terhadap Kuba. Salam, Flora --- Re: Alasan Homeschooling Posted by: "Ary Setijadi Prihatmanto" ary.setij...@gmail.com asetijadi2004 Tue Mar 10, 2009 6:29 pm (PDT) Memang yang biasanya dilupakan oleh banyak orang, apapun bentuk, somebody has to pay tinggal siapa yang bayar...;-) Pilihan apapun, ada syaratnya supaya bisa jalan. Kalau syaratnya nggak dipenuhi ya pasti nggak jalan... komunis diehard, tapi: - negara nggak nganggep penting pendidikan, atau - rakyat nggak mau bayar pajak / nggak mau kontribusi besar ke negara lewat pertanian2 kolektif ;-)), menggelapkan pajak, beli barang di pasar gelap --> anggaran terlalu kecil --> kualitas rendah --> negara rusak kapitalis diehard, tapi negara nggak bisa buat semua orang mampu --> sedikit orang bersekolah bermutu --> negara rusak lha kuba komunis, anggaran tunjangan sosial dan pendidikan merupakan dua anggaran terbesar di APBN kuba. Kuba merupakan negara dengan fasilitas pend
Re: [wanita-muslimah] Khulwa sentence against elderly widow causes uproar
wah ini menyulitkan kalo diterapkan. karena banyak yang ingin poligami dengan mempersunting nenek2 janda lanjut usia. gimana dong, taarufnya? On 3/11/09, Sunny wrote: > Refleksi : Apa pendapat Anda bila peraturan seperti di Arab Saudia > diberlakukan di NKRI? > > http://www.arabnews.com/?page=1§ion=0&article=120150&d=11&m=3&y=2009 > > Wednesday 11 March 2009 (15 Rabi` al-Awwal 1430) > > Khulwa sentence against elderly widow causes uproar > Badea Abu Al-Naja | Arab News > > JEDDAH: The sentencing of a 75-year-old Arab widow to 40 lashes and > four months in prison for mingling with two young men, who were reportedly > bringing her bread, has sparked fresh criticism of the Kingdom's judiciary > and the Commission for the Promotion of Virtue and Prevention of Vice. > > Khamisa Sawadi, a Syrian who was married to a Saudi, was convicted and > sentenced last week for meeting men who were not her immediate relatives. > The two men, including one who was Sawadi's late husband's nephew, were also > found guilty and sentenced to prison and lashes. > > The woman's lawyer, Abdul Rahman Al-Lahem, said he plans to appeal the > verdict, which also demands Sawadi be deported after serving her prison > term. He said his client has not served her sentence yet. > > Arab News tried to contact police and the commission officials in > Hail, but both refused to give further details about the case. > > Fariyal King, a legal specialist, said Hail police had a > responsibility to explain the case as they detained the two men on the > request of officials from the commission. "The Interior Ministry has > appointed spokesmen to clarify matters to the media. The Hail police > spokesman's refusal to give a statement shows that there is some sort of > obscurity," she said. > > The elderly woman met the men last June after she asked one of them to > bring her five loaves of bread, Al-Watan reported. The men - identified by > Al-Watan as the nephew, Fahd Al-Anzi, and his friend and business partner, > Hadiyan bin Zein - went to Sawadi's home in the town of Al-Shamli. As they > came out after delivering the bread, the two men were arrested by commission > officials, Al-Watan said on Monday. > > The court said it based its March 3 ruling on information from > citizens and the testimony of Al-Anzi's father, who accused Sawadi of > corruption. > > Sawadi had told the court that she considered Al-Anzi as her son, > because she breast-fed him when he was a baby. But the court denied her > claim, saying she had no evidence. In Islamic tradition, breast-feeding > establishes a degree of maternal relation. > > Sawadi commonly asked her neighbors for help after her husband died, > said Saudi journalist Bandar Al-Ammar, who reported the story for Al-Watan. > > Suleiman Al-Radhiman, director of the Hail office of the commission, > told Al-Watan that his officials detained the woman after receiving a > written message that two men had entered her house. "When our patrol team > arrived at the site, they found two men coming from the woman's house. We > detained the two and handed them over to police for investigation," he said. > > He pointed out that police had arrested the woman on two previous > occasions and a judge in Al-Shamli had convicted her. "The woman asked me to > bring bread for her. At that time, I contacted my friend Hadyan who was > incidentally passing and he helped me buy bread, as I did not have a car. > > "After I gave her the bread two commission officials came. They first > said they belonged to a charity and wanted to know the living condition of > the woman. While we were going out they caught us and handed over to the > police," said Al-Anzi. > > Bin Zein said the commission officials arrested them about 200 meters > from the woman's house. "There were six commission members who all had their > faces covered," he said. > > Commenting on the case, lawyer Ibrahim Zamzami said if it was proved > that the old woman is Al-Anzi's foster mother through breast-feeding, then > the charge of khulwa (illegal seclusion) would be nullified. But if his > relation to her is only as his uncle's wife then the charge would stand as > she is eligible to marry him. > > Zamzami, however, warned that the matter of illegal seclusion with an > unrelated woman was difficult to prove. "This depends on the circumstances, > the time spent together and the way they looked when they come out. The > shorter the time spent together, the more likelihood of illegal seclusion," > he said. > > The lawyer said a 75-year-old woman is usually not considered > seductive yet she is a woman and unrelated men should not remain alone with > her. He said court rulings in such cases are based on Shariah, which did not > differentiate between old and young. "Old age is not a sufficient ground for > acquittal," he said. > > Mohammed Nahar, another lawyer, said
[wanita-muslimah] Indonesia polls lack monitors'
http://www.gulf-times.com/site/topics/printArticle.asp?cu_no=2&item_no=278143&version=1&template_id=45&parent_id=25 Indonesia polls lack monitors' Publish Date: Wednesday,11 March, 2009, at 11:26 PM Doha Time Volunteers sort ballot papers in preparation for the upcoming parliamentary elections at a subdistrict office in Jakarta yesterday Indonesian parliamentary polls next month are unlikely to trigger widespread violence, but tensions are running high in former hot spots such as Aceh, a regional security analyst said yesterday. A further concern ahead of the April 9 ballot is that there will be fewer election monitors in place to observe voting in Southeast Asia's biggest democracy, said Sidney Jones of the International Crisis Group (ICG). "Aceh in particular is a place that deserves a lot of attention or areas that have been proposed or subject to new administrative divisions," Jones told foreign correspondents. The resource-rich province of Aceh suffered a three-decade civil war before a peace deal in 2005, but recent shootings and a growing crime problem have raised new concerns over stability. Some of the risks stemmed from deep distrust between the Indonesian military and former supporters of the separatist Free Aceh Movement (GAM). "From the military we've got real resentment and anger that GAM has not dissolved itself ... while GAM continues to raise the issue that the MOU has not been implemented properly," Jones said referring to a memorandum of understanding signed by GAM and the Indonesian government in the 2005 peace accord. Concerns remained that the former rebels were keeping stockpiles of weapons, while the GAM-backed Partai Aceh felt it was being targeted by the Indonesian military, Jones said. However, a recent visit to the province on the tip of Sumatra by Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono and the drafting in of a new police chief had calmed some tensions, she added. Jones said other areas that should be monitored more carefully included places where they had been recent local election disputes such as East Java or North Maluku. She also singled out the North Sumatran region of Tapanuli, where some have been agitating for the creation of a new province, triggering violence last month. The move towards greater decentralisation in Indonesia has at times fanned conflict as local areas attempt to gain control over resources or added to religious divides. Indonesia's parliamentary elections are followed by presidential elections on July 8, but there are not expected to be as many election monitors as in previous elections. There have also been a range of concerns over the complexity of the voting system this year and confusing ballot papers. The head of a parliamentary delegation from the European Union said last week it could not send an election monitoring team to Aceh unless the Indonesian government extended a formal invitation. Reuters [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Varsity marks Women's Day
http://www.gulf-times.com/site/topics/article.asp?cu_no=2&item_no=278183&version=1&template_id=36&parent_id=16 Varsity marks Women's Day Qatar University celebrated International Women's Day with a 'Know Your Rights' event which featured lectures and seminars about women's rights and the various organisations dedicated to the protection of women. QU students, staff and faculty attended the event organised by the College of Law. In his opening remarks, the College's Dean Dr Hassan al-Sayed stated that the event demonstrates Qatar University's commitment to advancing awareness of women's rights to its students. He encouraged the students to seize every opportunity to access their rights and to advocate for those who are unable to do so. Naif al-Shammari (National Human Rights Committee), Noor Maliki (Supreme Council of Family Affairs - Permanent Election Committee), Farida Obaidly (Qatar Foundation for Child and Women Protection) and Nora Hassan Obaidly (National Office for Combating Trafficking in Humans) also spoket. The speakers identified several areas to be highlighted for public awareness - right to education, equal pay, access to justice, women's economic empowerment, participation in the political process - and other issues that impact on women and children in Qatar. They also emphasised the need to strengthen national institutions to incorporate gender issues into their platforms. In her presentation, QU's Associate Professor of Development and Gender Dr Kaltham al-Ghanim stressed the need for a cultural shift in the perceptions of women's place in Qatari society. "Women need to know that they contribute to the development of their societies and therefore are deserving of equal respect and opportunities," she said. QU Student Affairs representative Aljazi al-Marri said that the university ensured the rights of its students and encourages them to raise their leadership and communication skills which would impact positively on their personal and professional lives. QU Student Counselling Center representative Aisha Ahmadi noted that the centre offerred outreach services to the QU community. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Tariq Aziz guilty of Iraq murders
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7937034.stm Page last updated at 15:19 GMT, Wednesday, 11 March 2009 Tariq Aziz guilty of Iraq murders It is the first conviction against the former foreign minister and deputy PM Tariq Aziz, for many years the public face of Saddam Hussein's Iraqi regime, has been jailed for 15 years for his role in the execution of 42 merchants. Aziz had denied any role in the summary trials of the men accused in 1992 of profiteering during economic sanctions. Two of Saddam Hussein's half-brothers were also found guilty and sentenced to death by a court in Baghdad. Another top official, Ali Hassan al-Majid - commonly known as Chemical Ali - was jailed for 15 years. Two other Iraqi officials were jailed for six and 15 years, while a former governor of the Iraqi central bank was acquitted. Although Aziz was a world-renowned politician in his time, the BBC's Mike Sergeant in Baghdad says this trial is not viewed by Iraqis as a big political event 'Poor health' TARIQ AZIZ Born in 1936, near Mosul, northern Iraq Studied English literature and became a journalist The most senior Christian in the toppled regime Enlisted US support for war on Iran Met US President Ronald Reagan at the White House in 1984 In US custody since April 2003 Public face of Saddam regime Profile: Tariq Aziz This is Tariq Aziz's first conviction in the controversial Iraqi High Tribunal process, which has been criticised by human rights groups on a number of counts. He could also have received a death penalty. Last week he was acquitted in a separate trial over the killings of Shia Muslim protesters in 1999. Aziz, a Christian, was Iraq's foreign minister during the invasion of Kuwait in 1990, later becoming the deputy prime minister. He had argued that his work was political and he bore no responsibility for the deaths of the flour merchants. Aziz surrendered to US troops on 24 April 2003, shortly after the overthrow of Saddam Hussein and has been in custody ever since. In recent years, he has reportedly suffered from poor health in prison awaiting trial. His Amman-based lawyer Badea Aref told AFP news agency that he had expected his client would be acquitted for a second time as he had not been in Iraq at the time of the killings. Mr Aref said he would appeal within the statutory 30-day period, and added that Aziz is awaiting verdicts in two further trials. 'Flawed' process Sabawi Ibrahim said he would be proud to die a martyr On Wednesday, two of Saddam Hussein's half-brothers - former presidential adviser Watban Ibrahim and former intelligence chief Sabawi Ibrahim - were sentenced to death by hanging. As his death sentence was read out, reports say Sabaawi Ibrahim stood up and proclaimed "God is great" and that he was proud to be a martyr. The judge told him to sit down. Co-defendant Majid was jailed for 15 years. Majid had faced his fourth capital conviction in the merchants' case, having already been sentenced in the Anfal campaign against the Kurds in the late 1980s, the crushing of a Shia uprising in 1991 and the 1999 killings. Saddam Hussein himself was hanged in December 2006 in a separate case. Human Rights Watch issued a report into the trial of Saddam Hussein, concluding that the process was flawed and its verdict unsound because of "serious administrative, procedural and substantive legal defects". [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Indonesia's Flying Circus
http://asiasentinel.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1765&Itemid=202 Indonesia's Flying Circus Written by Our Correspondent Wednesday, 11 March 2009 The country's airlines face an uphill battle to end a European Union flight ban To say Indonesia's air travel industry has had a bad month is an understatement of astonishing proportions. On March 10, the ministry of transportation grounded all of the country's ageing McDonnell Douglas MD-90 passenger jets after a Lion Air flight skidded off the runway in a driving rainstorm at Jakarta's Sukarno-Hatta Airport. It was the third major incident involving commercial aircraft in less than a month, and came after 21 months in which the country's carriers strived mightily to stay clean. The current series of mishaps began, unfortunately, on Feb. 24, the day a European Union audit team arrived to see if the industry was safe enough to lift a two-year-old ban on Indonesian aircraft flying to Europe. Another ageing Lion Air MD-90 was unable to lower its nose gear at Batam's Hang Nadim Airport and skidded in on its nose. Then, on March 1 - the same day the inspectors flew home after conducting their audit - a Batavia Air Boeing 737 carrying 125 passengers lost contact with air controllers and navigation capability over Kalimantan and was forced to circle for an hour while the pilots tried to figure out where they were. Amazingly, nobody was killed in any of the incidents, although several were hospitalized briefly for trauma. The ministry last week fired its air chief, Budi Suyitno, who had been brought in two years ago to try to put the system back together in the wake of a spate of crashes and other incidents that culminated in the ban in 2007 after Marwoto Komar, the pilot of a Garuda Indonesia Boeing 737, came in too hot in Yogyakarta without the flaps down, bounced it down the runway and through a fence and into a rice paddy, where it caught fire and killed 21 people. Komar is now on trial for criminal negligence, which has kicked off a revolt among pilots and air controllers, who said they feared they could be targeted for criminal action in the event of a crash. Some 30 air traffic controllers have quit, according to the Indonesian Air Traffic Controllers Association, and left to look for jobs elsewhere. Twenty-four of them have reportedly gone to Middle Eastern countries. Budi Suyitno didn't help his case much when, after the Feb. 24 incident, he was quoted in the local media as saying the MD 90 "is an old plane that could have hidden defects that inspectors couldn't identify. The older the plane, the more the problems. The risk is always there and for the Lion Air incident, the problem was that one of the levers for the wheel hatch was broken, which caused the plane's forward landing gear to stick." The lever, he said, was "at a place where it is difficult to find by the inspectors." That seemingly fatalistic approach to air safety apparently was too much for the European Union. Although European officials have made no statements about Indonesia's safety standards, an anonymous Indonesian transport ministry official said Suyitno's ouster was at least one price Indonesia would have to pay for reinstatement. With three relatively serious incidents in three weeks, nobody is giving odds on a reversal of the ban. As an indication of the condition of the country's airlines, the day the inspectors arrived, Jakarta newspapers carried a quarter-page advertisement congratulating them for having made it for an entire year without a fatality. Despite his ouster, local aviation observers give Suyitno credit for pushing new, tighter regulations through the Indonesian parliament and increased the supervision of safety and compliance. The ministry has introduced a ranking system to check airline performance. It has given inspectors the right to ground planes. But the best regulations in the world don't guarantee that inspectors will refuse bribes to overlook substandard maintenance, or that politically powerful owners won't can't force inspectors to refuse bribes to overlook inadequate maintenance reports. Aviation is crucial to transport in Indonesia, a sprawling country of 235 million people inhabiting 9,000-odd islands. Without air travel, the country's economy would be seriously hampered. But starting in 2001, when the country's budget airline industry took off, a plethora of airlines was launched, many of them with dubious connections to political figures. At one point there were 19 scheduled airlines and 36 nonscheduled ones before the government started weeding them out. Critics say the low air fares compromised passenger safety as the owners bought elderly jets, flouted safety standards and ignored the existing regulations. An Adam Air Boeing 747 that crashed in 2007, killing
[wanita-muslimah] Khulwa sentence against elderly widow causes uproar
Refleksi : Apa pendapat Anda bila peraturan seperti di Arab Saudia diberlakukan di NKRI? http://www.arabnews.com/?page=1§ion=0&article=120150&d=11&m=3&y=2009 Wednesday 11 March 2009 (15 Rabi` al-Awwal 1430) Khulwa sentence against elderly widow causes uproar Badea Abu Al-Naja | Arab News JEDDAH: The sentencing of a 75-year-old Arab widow to 40 lashes and four months in prison for mingling with two young men, who were reportedly bringing her bread, has sparked fresh criticism of the Kingdom's judiciary and the Commission for the Promotion of Virtue and Prevention of Vice. Khamisa Sawadi, a Syrian who was married to a Saudi, was convicted and sentenced last week for meeting men who were not her immediate relatives. The two men, including one who was Sawadi's late husband's nephew, were also found guilty and sentenced to prison and lashes. The woman's lawyer, Abdul Rahman Al-Lahem, said he plans to appeal the verdict, which also demands Sawadi be deported after serving her prison term. He said his client has not served her sentence yet. Arab News tried to contact police and the commission officials in Hail, but both refused to give further details about the case. Fariyal King, a legal specialist, said Hail police had a responsibility to explain the case as they detained the two men on the request of officials from the commission. "The Interior Ministry has appointed spokesmen to clarify matters to the media. The Hail police spokesman's refusal to give a statement shows that there is some sort of obscurity," she said. The elderly woman met the men last June after she asked one of them to bring her five loaves of bread, Al-Watan reported. The men - identified by Al-Watan as the nephew, Fahd Al-Anzi, and his friend and business partner, Hadiyan bin Zein - went to Sawadi's home in the town of Al-Shamli. As they came out after delivering the bread, the two men were arrested by commission officials, Al-Watan said on Monday. The court said it based its March 3 ruling on information from citizens and the testimony of Al-Anzi's father, who accused Sawadi of corruption. Sawadi had told the court that she considered Al-Anzi as her son, because she breast-fed him when he was a baby. But the court denied her claim, saying she had no evidence. In Islamic tradition, breast-feeding establishes a degree of maternal relation. Sawadi commonly asked her neighbors for help after her husband died, said Saudi journalist Bandar Al-Ammar, who reported the story for Al-Watan. Suleiman Al-Radhiman, director of the Hail office of the commission, told Al-Watan that his officials detained the woman after receiving a written message that two men had entered her house. "When our patrol team arrived at the site, they found two men coming from the woman's house. We detained the two and handed them over to police for investigation," he said. He pointed out that police had arrested the woman on two previous occasions and a judge in Al-Shamli had convicted her. "The woman asked me to bring bread for her. At that time, I contacted my friend Hadyan who was incidentally passing and he helped me buy bread, as I did not have a car. "After I gave her the bread two commission officials came. They first said they belonged to a charity and wanted to know the living condition of the woman. While we were going out they caught us and handed over to the police," said Al-Anzi. Bin Zein said the commission officials arrested them about 200 meters from the woman's house. "There were six commission members who all had their faces covered," he said. Commenting on the case, lawyer Ibrahim Zamzami said if it was proved that the old woman is Al-Anzi's foster mother through breast-feeding, then the charge of khulwa (illegal seclusion) would be nullified. But if his relation to her is only as his uncle's wife then the charge would stand as she is eligible to marry him. Zamzami, however, warned that the matter of illegal seclusion with an unrelated woman was difficult to prove. "This depends on the circumstances, the time spent together and the way they looked when they come out. The shorter the time spent together, the more likelihood of illegal seclusion," he said. The lawyer said a 75-year-old woman is usually not considered seductive yet she is a woman and unrelated men should not remain alone with her. He said court rulings in such cases are based on Shariah, which did not differentiate between old and young. "Old age is not a sufficient ground for acquittal," he said. Mohammed Nahar, another lawyer, said the two men were arrested on suspicion of committing a sin. "But in law an accused will be innocent as long as the charge is not proved," he said. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Pejabat kelas kakap yg koruptor bukannya banyak dari partai islam, put ? Termasuk juga yg jebolan pesantren juga ada, padahal kan homescooling juga tuh. salam, -Original Message- From: izzuddin al qassam Date: Wed, 11 Mar 2009 04:07:21 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling actually i said di zamannya Rasulullah g ada yang sekolah...kok bisa sahabat2nya jd pribadi akhirat semua? ^_^ lha sekarang.pejabat2 kelas kakap produk sekolah itu kok bisa jd koruptur yah?? bingung ..bingung ku memikirnya ^_^ :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 9:32 AM Paulo freire dapat ilham dari mbak Marx, mbahnya komunis. Jadi homeschooling terilhami oleh Karl Marx.. huhuhu Apa kata papa yah Put.. :D salim, :D On Mar 10, 2009, at 5:17 PM, Ari Condro wrote: > Roem topattimasang ambil filsafat belajar ala paulo freire yah ? > Itukan gerakan kiri di amerika latin > > Komunis, komunis, kafir . > Put put jangan dengarkan :)) > > > salam, > > > > -Original Message- > From: donnie damana > > Date: Tue, 10 Mar 2009 11:09:46 > To: > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > Kalo gitu sekolah agama jadi candunya candu dong.. :p > > :D > On Mar 10, 2009, at 11:02 AM, eyang_mbelgedes wrote: > > > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > > pendidikan: > > > > Sekolah Adalah Candu > > > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, > > Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > > > Sekolah Adalah Candu* > > > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, > > tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan > > realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem > > sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan > > legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat > tinggi. > > > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak > > mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. > > Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya > > didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan > > yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah > > seluas kehidupan itu sendiri. > > > > Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik > > bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat > > untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang > > berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa > > menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. > > > > Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation > > and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di > > semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. > > > > Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, > > dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti > > baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, > > lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. > > > > Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi > > lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan > > di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan > > mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi- > > generasi yang gamang dan gagap. > > > > Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari > Semarang) > > > > Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ > > 1041694/471/ sekolah-adalah- candu > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Area x ? Ah, eliza fitri handayani kehidupannya selama di wesleyan university malah bebas banget kok, gaul ama cowok dan seterusnya, sekarang ini sepulangnya di indonesia, doi juga berkutatnya di advertising agency yah gitu deh gaya idupnya. Herannya kok forum lingkar pena demen banget memuji muji si lizi. Pada belum tahu aja kehidupan pribadinya :)) salam, -Original Message- From: "Sunny" Date: Wed, 11 Mar 2009 12:42:47 To: Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak!!!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Pengetahuan Soal Pemilu Sangat Minim, 80% Masyarakat Tak Yakin Menjadi Pemilih
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=5751 2009-03-11 Pengetahuan Soal Pemilu Sangat Minim, 80% Masyarakat Tak Yakin Menjadi Pemilih [JAKARTA] Pemilu legislatif tinggal 29 hari lagi. Namun, sungguh ironis, pengetahuan masyarakat mengenai pesta demokrasi yang akan berlangsung 9 April nanti masih sangat minim, baik menyangkut keikutsertaan dalam pemilu, pelaksanaan pemilu, maupun teknik pemberian suara saat pemilu. Berdasarkan survei, 80 persen responden tidak yakin apakah mereka menjadi pemilih dalam pemilu mendatang. Sebab, mereka tidak pernah mengecek, apakah namanya terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT). Hal tersebut terungkap dalam hasil survei bersama yang dilakukan Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan So- sial (LP3ES), Center for Strategic and International Studies (CSIS), Pusat Kajian Politik Fisip Universitas Indonesia (Puskapol Fisip UI), dan Pusat Penelitian Politik pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang dilansir di Jakarta, Rabu (11/3). Menurut Direktur LP3ES Suhardi, gambaran tersebut mencerminkan masyarakat bersifat pasif merespons Pemilu 2009. "Indikasinya, tercermin dari perilaku masyarakat yang tidak pernah memeriksa apakah mereka terdaftar atau tidak sebagai pemilih. Hanya 18 persen responden yang mengecek namanya terdaftar dalam DPT," ujarnya. Dia menambahkan, dari survei yang dilakukan bersama, 61 persen responden mengaku tidak pernah didatangi petugas untuk didata. Suhardi juga menjelaskan, pengetahuan masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu sangat minim. "Ternyata masih 39 persen responden yang belum tahu jika pemilu legislatif akan diselenggarakan 9 April 2009. Ini ironis," tegasnya. Kendati demikian, sambungnya, meskipun banyak responden belum yakin namanya telah terdaftar, namun 95 persen masyarakat memastikan akan berpartisipasi menggunakan hak pilihnya. "Hal ini berarti akan menurunkan kekhawatiran banyaknya jumlah golput (golongan putih). Yang menarik, hanya 1 persen yang menegaskan tidak akan memilih, dan 4 persen belum memutuskan," ucap Suhardi. Terkait hal tersebut, peneliti dari Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, Sunny Tanuwidjaja melihat, secara umum minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu mendatang relatif tinggi. "Tetapi, dibutuhkan dorongan dari KPU terkait sosialisasi teknis-teknis pemilu," ujarnya. KPU Sudah Maksimal Menanggapi survei tersebut, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Andi Nurpati, menjelaskan KPU sudah maksimal melakukan sosialisasi, meski pun saat ini terus menggalakkan sosialisasi di daerah-daerah. Andi menjelaskan, di departemen-departemen juga sudah ada anggaran untuk sosialisasi pelaksanaan pemilu. Karena pemilu merupakan hajatan nasional. "Saya kira perlu ditingkatkan juga sosialisasi dari pemerintah," kata dia. [NCW/CNV/L-10] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Indonesian Journeys
http://www.bbc.co.uk/worldservice/documentaries/2009/03/090310_indonesiajourney_3.shtml Indonesian Journeys a.. Listen 23 mins b.. Download (mp3) Documentaries Download or subscribe to this programme's podcast. More from this series a.. Part one: Jakarta b.. Part two: Aceh c.. Part three: West Timor d.. Related links a.. Country profile: Indonesia b.. Anita Barraud's journal c.. West Timor: Picture gallery The BBC is not responsible for the content of external internet sites e.. Documentaries In just over ten years, Indonesia has transformed from a centralised authoritarian regime under Suharto to a decentralised multi-party democracy. With parliamentary elections approaching in April and a presidential poll later in the year, what are the issues, challenges and expectations of the world's largest Muslim population? Anita Barraud of the Australian Broadcasting Corporation (ABC) travels to four very different parts of Indonesia where 240 million people are preparing for their general election. Part three - The forgotten island - West Timor West Timor is greatly overshadowed by its famous and now independent neighbour East Timor. It is one of the poorest parts of Indonesia where people are severely malnourished. Just as there are seasons here for planting and harvesting, there is a season called 'Musim Kelaperam', which means 'the starving season'. The rain does not fall and water is scarce, resulting in almost 60% of children under five suffering from chronic malnutrition. West Timor has a fabled history as the Sandalwood Island, and for hundreds of years was a valuable source of what was once known as 'wooden gold'. However, it is no longer the valued commodity it once was, and the island's dry hills lack the touristic appeal of its tropical neighbours further to the west, Bali and Lombok. With the breaking away from Indonesia of half of this island as independent East Timor in 2002, this impoverished region also had to absorb nearly 200,000 refugees from fierce fighting. Join Anita Barraud as she travels deep into the countryside and discovers malnutrition that rival parts of sub-Saharan Africa, visits farms in the north and discusses ancient clan ties with the descendant of a king. Indonesian Journeys is co-production by ABC's Anita Barraud and the BBC's Neil Trevithick. This documentary was first broadcast on ABC Radio National and aired on BBC World Service on Wednesday 11th March 2009. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Tanggapan atas tulisan The Great Land Giveaway:
Tanggapan atas tulisan Judul : The Great Land Giveaway: Neo-Colonialism by Invitation Oleh: James Petras - Axis of Logic Tanggal : 30 November 2008, jam: 18.23 Sumber : http://axisoflogic.com/artman/publish/article_28905.shtml Judul Baru : Penyerobotan Tanah Secara Besar-besaran: Undangan Kepada Yang Terhormat Tuan Neo-kolonialis. Penterjemah : Hinu Endro Sayono Tanggal : 22 Desember 2008 Judul Tanggapan : Penguasaan Lahan Tak Terbatas: Matilah Kau Rakyat, Aku Bersyukur Kalau Kau Mampus. Penanggap : * Kanadianto Tanggal : 11 Maret 2009 Setelah mencermati tulisan diatas, baik naskah asli maupun terjemahannya, saya menyadari bahwa apa yang tertulis disana memang benar adanya dan saat ini semakin meluas. Dengan adanya krisis global yang terjadi saat ini bukan berarti kejayaan kelompok neo-kolonial telah berakhir. Salah, mereka hanya slow-down atau take a rest a while menunggu momentum lanjutan yang akan memakan korban rakyat kecil yang miskin dan makin termiskinkan oleh peraturan dan kebijakan pemerintah. Dalam tanggapan saya, saya hanya akan melihat dalam skop yang lebih kecil, yaitu skup dalam negeri Indonesia. Karena itu adalah negaraku, yang rakyatnya termiskinkan oleh neo-kolonial, bangsa sendiri, bangsa asing maupun bangsa asing keturunan. Mereka membentuk konglomerasi-konglomerasi (imperium) kekuasan atas tanah dan hasil buminya untuk kepentingan mereka dan negara asal mereka saja dan mengabaikan kepentingan rakyat dimana mereka berusaha. Imperium asing, setengah asing (asing keturunan) dan pribumi (bangsa sendiri) secara bersama-sama dan sendiri-sendiri berusaha melakukan penguasaan atas lahan rakyat secara perlahan tetapi paksa untuk melakukan usahanya tanpa pernah memikirkan kepentingan dan nasib rakyat kecil setempat. Rakyat hanya diberikan iming-iming pekerjaan tetapi nyatanya pekerjaan diberikan dengan perjanjian yang sangat memberatkan kehidupan ekonomi rakyat. Mereka, rakyat miskin yang lugu semakin termiskinkan. Sebuah skenario pemiskinan jangka panjang dan bertahap, sehingga akan melahirkan ketergantungan rakyat kepada kaum imperialis baru (neo-imperialis). Semakin miskin rakyat semakin baik bagi para imperialis baru tersebut. Neo-imperialis akan meneriakkan dalam hatinya; “Matilah kau rakyat, Aku bersyukur kalau kau mampus”, karena semakin sengasara rakyat maka semakin berkuasalah para neo-imperialis tersebut dan akan segera melahirkan Neo-kolonial. Kenyataan di lapangan memang begitu adanya, tetapi pemerintah tidak berusaha sedikitpun untuk rakyatnya. Alasannya klasik, Negara memerlukan dana pembangunan yang dikucurkan oleh negara donator, yang telah perjanjiannya selalu saja tidak berpihak kepada Indonesia. Bentuk bantuan dan perjanjian inikah yang diperlukan oleh negara ini? Sebenarnya tidak, karena rakyat tidak menghendakinya, yang menghendaki adalah para imperium lokal dan keturunan. Lantas dimana posisi rakyat yang katanya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat (demokrasi) melalui perwakilannya. Para wakil inilah yang kemudian mengambil keuntungan atas posisinya dan menjadi imperium kelas menengah atas atau lebih tepatnya sebenarnya mereka peran mereka adalah “perantara” antara neo-imperium dan rakyat yang seharusnya mereka bela tetapi demi status barunya maka keberpihakannya lebih kepada para neo-imperialis. Mari kita lihat pola pengembangan perumahan di kota-kota baru di seputar kota besar, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makassar, Medan dan beberapa kota lainnya. Lahan-lahan produktif maupun tak produktif diubah fungsinya menjadi lahan perumahan tanpa memperdulikan fungsi ekonomis bagi rakyat kecil dan fungsi ekologisnya. Perumahan dan pertokoan dibangun, tenaga kasar (tingkat yang ter-rendah) dengan upah harian terkecil (jauh dibawah batas UMR setempat) tetapi dengan resiko PHK yang paling rentan. Setelah perumahan dan pertokoan berdiri maka tenaga setempatlah yang pertama kali berhenti bekerja. Mulailah terjadi pengangguran, kriminalitas meningkat. Mereka takkan mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan di pertokoan maupun perkantoran baru yang ada karena keterbatasan ilmu dan ketrampilan. Kembali mereka menjadi kelompok pekerja kelas paling bawah dan paling berresiko PHK terbesar. Yang pada akhirnya memaksa mereka menyingkir lebih jauh ke pelosok menjauhi kota yang berkembang. Beginikah model pembangunan yang diharapkan oleh rakyat? Yang pendanaannya dipinjam oleh Negara atas nama rakyat? Lalu siapa yang menikmati dan siapa yang tersingkirkan? Mari kita coba tengok pembangunan lahan-lahan perkebunan yang katanya untuk menambah devisa Negara demi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Imperium asing didatangkan dengan membawa modal dengan alasan investasi tetapi nyatanya adalah penjajahan ekonomis oleh para neo-kolonial terhadap rakyat miskin. Berhektar-hektar lahan yang biasa digarap rakyat untuk memenuhi kebutuhan
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Homeschooling itu bagus bagi orang berada karena bisa membayar tenaga pengajar yang baik untuk datang mengajar. Hal ini bisa dilihat pada orang bangsawan, tuan tefodal yang tidak mau anak-anaknya bergaul dengan orang biasa. Kalau orang miskin, lagi pendidikan tidak cuckup karena berbagai hal, apakah bisa memberikan pendidikan sebagai bekal hidup yang baik untuk hari depan anak dalam dunia pekerjaan yang penuh saingan? - Original Message - From: izzuddin al qassam To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 11, 2009 12:16 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak!!!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fyi: (Zionis Lagi) Media AS Sebut Israel Dalang Serangan 9 September WTC 911
Dongeng usang diulangi. - Original Message - From: AsEp To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, March 11, 2009 2:04 AM Subject: [wanita-muslimah] Fyi: (Zionis Lagi) Media AS Sebut Israel Dalang Serangan 9 September WTC 911 - Keterlibatan Israel dalam serangan ke Menara World Trade Center pada 11 September mulai terungkap. Ali al-Jarrah sepupu Ziad al-Jarrah yang merupakan salah satu pembajak pesawat dalam tragedi itu, adalah agen rahasia Israel. Ali al-Jarrah telah bekerja sebagai agen Mossad, dinas intelijen rahasia Israel selama 25 tahun. Pria Muslim dari Lebanon ini mengkhianati negaranya sendiri. Ia bertugas untuk mengumpulkan data intelijen tentang kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah. Demikian ditulis The American Free Press. Ada kemungkinan Ali merekrut Ziad yang lebih muda untuk bekerja bagi Israel. Jika hal ini benar, bukan pertama kali Israel merekrut orang Muslim untuk bekerja untuk dinas rahasia. Pada serangan bom pertama terhadap WTC tahun 1993 lalu, Israel juga merekrut Ahmad Ajaj, seorang warga muslim dari Tepi Barat Palestina. Ajaj disebut-sebut merupakan pentolan Intifada. Tetapi faktanya dia tidak pernah terlibat dalam gerakan Intifada, Hamas atau gerakan perlawanan Palestina lainnya. Fakta lainnya bahwa Israel terlibat dalam serangan 11 September 2001, adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi masuk kerja pada hari itu. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya. (rdf/Rez) Sumber: detik.com, Ramadhian Fadillah - detikNews [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
y ada yang jago ngelesss :putri --- On Wed, 3/11/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 11, 2009, 2:34 AM Put, kacang harus lupa kulitnya.. it's part of natural cycle.. :D Kalau kacang tetep dalam kulit, dia nggak bisa jadi pohon kacang yang baru.. :p Dia hanyalah kacang kulit garuda atau dua kelinci.. :D :D On Mar 11, 2009, at 10:30 AM, izzuddin al qassam wrote: > kalo terlalu bebasntar jd kaya kacang lupa kulitnya > > --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes > wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > Date: Tuesday, March 10, 2009, 2:36 AM > > Sekolah itu seharusnya membebaskan, bukan mengendalikan seperti > layangan. Kata teman Eyang, 'sekolah itu adalah candu' yang bagi > sebagian orang menjadi ketagihan. > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > > > > tp ngapain di setir dr jauh lo eyang, ntar kaya layangan...kalau > terlalu lama di kontrol dr jauh > > > kalo anginnya kencang kan akhirnya putus gimana? > > > iya kalo bisa, kalo layangannya justru terbang kemana2,nyangkut di > tali layangan yang lain. > > > cape ^_^' > > > > > > put homeschooling karena katanya put bandel, g ada guru yang suka > sama put karena terlalu banyak bertanya apa aja > > > dan terus terang g ada tantangan ^_^ > > > point nomor 13 kali ya > > > > > > :putri > > > > > > --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: > > > > > > From: eyang_mbelgedes > > > Subject: [wanita-muslimah] Alasan Homeschooling > > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > > Date: Monday, March 9, 2009, 7:50 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Ada juga zombie yang disuruh gurunya untuk 'pura-pura' belajar di > kancah pemikiran, padahal niatnya adalah menguji apakah zombie ini > sudah bisa disetir dari jauh atau belum. > > > > > > > > > > > > Begitu loh Put. > > > > > > > > > > > > Omong-omong ada banyak alasan kenapa seseorang belajar di rumah, > begini: > > > > > > > > > > > > 1. Can give child better education at home 415,000 48.9 3.79 > > > > > > 2. Religious reason 327,000 38.4 4.44 > > > > > > 3. Poor learning environment at school 218,000 25.6 3.44 > > > > > > 4. Family reasons 143,000 16.8 2.79 > > > > > > 5. To develop character/morality 128,000 15.1 3.39 > > > > > > 6. Object to what school teaches 103,000 12.1 2.11 > > > > > > 6. School does not challenge child 98,000 11.6 2.39 > > > > > > 7. Other problems with available schools 76,000 9.0 2.40 > > > > > > 8. Child has special needs/disability 69,000 8.2 1.89 > > > > > > 9. Transportation/ convenience 23,000 2.7 1.48 > > > > > > 10. Child not old enough to enter school 15,000 1.8 1.13 > > > > > > 11. Parent's career 12,000 1.5 0.80 > > > > > > 12. Could not get into desired school 12,000 1.5 0.99 > > > > > > 13. Other reasons* 189,000 22.2 2.90 > > > > > > > > > > > > According to a 2003 U.S. Census survey, 33% of homeschooling > households cited religion as a factor in their choice. The same > study found that 30% felt school had a poor learning environment, > 14% objected to what the school teaches, 11% felt their children > were not being challenged at school, and 9% cited morality.[21] > > > > > > > > > > > > http://en.wikipedia .org/wiki/ Homeschooling > > > > > > > > > > > > Kalau Put apa alasannya kok memilih homeschooling? > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
hehehe...bayar ya...hehehehe (nyengir doank) kalo dulu nggak tau ya kalo lihat sekarang sih .kayanya bayar deh :D :putri --- On Tue, 3/10/09, Ary Setijadi Prihatmanto wrote: From: Ary Setijadi Prihatmanto Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 4:27 PM Pesantren dulu "juga mbayar" lho mas wikan... mbayar pake tenaganya sendiri, disuruh ngerjain sawahnya kyai. kalo habis pulang nengok orang tua, biasanya bawa beras dll. sebagai oleh-oleh. - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, March 11, 2009 1:16 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Tante Herni(a) (jangan ditabok ampun) pisss ^_^ put nonton sekolah alam yang disulawesi itu loh yang deket sama Laut trus anak2nya bebas pake baju apa aja ngingetin put sama Toto Chan sekolahnya kern apakah itu dibawah pengawasanmu dan teman2mu juga :putri --- On Tue, 3/10/09, Herni Sri Nurbayanti wrote: From: Herni Sri Nurbayanti Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 5:02 PM Agendanya "liberal", pendidikan dianggap "investasi". Jadi ya harus bayar, mana ada investasi tanpa uang? Home schooling dianggap wadah investasi paripurna, karena prosentase guru dan murid tidak seperti kelas biasa. Setan mana yg lebih serem, liberal apa komunis? :D Tapi ada beberapa inisiatif yg dilakukan di daerah. Baru2 ini kalau tidak salah, sebuah kota di Sul-Sel bernama takalar sudah punya Perda Pendidikan, gratis sampe SMA. Bukan saja sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta yg setuju utk ikut program pendidikan gratis... biar dapet subsidi dari pemerintah daerah. Takalar masuk daerah yg kami pantau, untuk lima tahun terakhir ini. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, "Ary Setijadi Prihatmanto" wrote: > > Pesantren dulu "juga mbayar" lho mas wikan... > > mbayar pake tenaganya sendiri, > disuruh ngerjain sawahnya kyai. > > kalo habis pulang nengok orang tua, > biasanya bawa beras dll. sebagai oleh-oleh. > > > > - Original Message - > From: Wikan Danar Sunindyo > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > Sent: Wednesday, March 11, 2009 1:16 AM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis > orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi > untuk mendapat gelar/ijazah > dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi > mesin kapitalis dan sekrup industri > sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, > sama2 alat kapitalis > inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan > selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai > siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi > pelajaran, bahan praktikum dsb > proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran > dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal > meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, > nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik > ... > > pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan > saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih > tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di > mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... > menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk > belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya > santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa > kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb > nggak ada yang drop-out dengan model begitu > dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model > kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie > kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak > usah bayar :) > > salam, > -- > wikan > > 2009/3/10 donnie damana : > > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > > homeschooling mas Wikan. > > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > > yang model pesantren? > > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > > institusi khusus untuk pendidikan. > > > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
setuju, meski homeschooling sepertinya put g kalah modis sama remaja sekarang (halah.. halahntar dijitak om Arcon put) lihat aja (kongkow di pinggir jalan, naik mobil bokap sambil nyetel radio keras-keras) kalo ditanya pernah baca Area X jawabannya komik jepang yaa ??? (yaelah) laskar pelangi ???( hmmm kayanya cerita anak2 deh .Ampun!) tau bukunya Kareen Armstrong ( oh anaknya neil Armstrong yah..Gubrak!!!) Kenal Kurnia Effendi? Abah Gus Tf sakai??? GUBRAK !!! ada yang mo nambahin :D --- On Tue, 3/10/09, Wikan Danar Sunindyo wrote: From: Wikan Danar Sunindyo Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 11:16 AM sekolah jaman sekarang emang modelnya kaum kapitalis orang bersekolah bukan lagi untuk mendapat ilmu dan pengetahuan tapi untuk mendapat gelar/ijazah dengan gelar/ijazah bisa melanjutkan studi lagi atau bekerja, menjadi mesin kapitalis dan sekrup industri sementara di sisi lain, pendidikan malah dijadikan bisnis tersendiri, sama2 alat kapitalis inputnya adalah siswa/murid, outputnya adalah lulusan selama proses diberikan ilmu2 yang siap pakai siswa membayar uang untuk keperluan sekolah, bisa buat gedung, materi pelajaran, bahan praktikum dsb proses dilakukan oleh guru-guru/dosen melalui pengajaran dengan cara demikian maka proses pendidikan bisa dilakukan secara massal meskipun namanya proses produksi pasti ada produksi yang cacat pulak, nah ini dikeluarkan saja, seperti halnya quality assurance di pabrik ... pendidikan itu kan ya mestinya membebaskan saya nggak bilang homeschooling itu bagus, tergantung isinya juga sih tapi kebayang model pendidikan ala nabi atau pesantren2 tradisional di mana murid/santri mendatangi guru/ustadz- nya untuk mencari ilmu ... menghubungi ustadz ini untuk belajar fikih, ustadz yang itu untuk belajar hadits, ustadz yang lain untuk belajar bahasa arab, misalnya santri bikin sendiri kurikulumnya dan waktu belajar terserah, bisa kapanpun dan berapa lama, bisa setahun, bisa 10 tahun dsb nggak ada yang drop-out dengan model begitu dan biayanya pun harusnya lebih murah ketimbang sekolah model kapitalis, yang harus pake biaya gedung gitu ya pak donnie kalau sekolah yang membebaskan kan bisa belajar di mana saja, nggak usah bayar :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Kalo masalah sunah pembelajaran sih sepertinya emang dulunya > homeschooling mas Wikan. > Lha jaman mbah Plato dan teman2nya bukannya mereka bikin "sekolah" > yang model pesantren? > Para muridnya nyantrik di tempat tinggal mbah Plato. Karena semakin > besarnya komunitas dan semakin terspesialisasinya pekerjaan anggota > komunitas yang menyebabkan kebutuhan akan sekolah sebagai sebuah > institusi khusus untuk pendidikan. > > Masalahnya jaman kanjeng Nabi dulu emang kaum tribal arab belum > mengenal bentuk institusi sekolah. Boro-boro sekolah, buat bertahan > hidup saja mereka mesti sering berperang buat memperebutkan resource > yang sangat minimal. Jadi ya wajar kalo kanjeng nabi memulai > pendidikan dengan model homeschooling. Selain nggak ada modelnya, > biayanya kali mahal ya buat bikin gedung sekolah. :D [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Sekolahan klasikal dipelajari Eropa dari Universitas al-Azhar (universitas tertua di bumi) di Kairo yang berdiri pada 978 M. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 10, 2009 8:45 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling ha ha ... justru homeschooling itu yang "nyunah" mas donnie dulu, rasulullah mengajari shahabat-shahabatnya dengan home schooling di rumahnya Arqam jadi shahabat2 yang mau menimba ilmu, ya sekolahnya di rumahnya (Darul) Arqam kalau model sekolahan klasikal seperti sekarang ini asalnya dari Belanda & negeri2 kafir coba lihat model pesantren2 tradisional, justru pake model homeschooling begini ya apa iya? :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Paulo freire dapat ilham dari mbak Marx, mbahnya komunis. > > Jadi homeschooling terilhami oleh Karl Marx.. huhuhu > Apa kata papa yah Put.. :D [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
tp lebih enak homeschooling kok percaya deh ^_^ bisa baca buku sampe tengah malam... kalo disekolah belajarnya itu-itu mulu, di rumah mo belajar apa ajah suka banget sampe detil gitu ^_^ di sekolah gurunya galak2 ( apalagi guru agamanya) dirumah, g ada guru teeeteeep mama galak hehehehehehe di rumah, mo belajar sampe jam berapapun, sampe Puaas sampe ketiduran juga gak ada yang jewer :putri --- On Tue, 3/10/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Tuesday, March 10, 2009, 9:53 AM Aduh wikan, 1. Usaha dakwah ala jt meniru para sahabat yg belajar di rumah arqam 2. Usaha dakwah ala jamaah tabligh adalah justru ditiru mlm 3. Ntar lagi, simpulannya mlm itu nyunnah :)) Selain homeschooling, mlm, apalagi yah yg bisa dimasukin acara nyunah ini ? Makan makan bisa dimasukkan list, ndak yah ? Hehehe salam, -Original Message- From: Wikan Danar Sunindyo Date: Tue, 10 Mar 2009 17:45:33 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling ha ha ... justru homeschooling itu yang "nyunah" mas donnie dulu, rasulullah mengajari shahabat-shahabatny a dengan home schooling di rumahnya Arqam jadi shahabat2 yang mau menimba ilmu, ya sekolahnya di rumahnya (Darul) Arqam kalau model sekolahan klasikal seperti sekarang ini asalnya dari Belanda & negeri2 kafir coba lihat model pesantren2 tradisional, justru pake model homeschooling begini ya apa iya? :) salam, -- wikan 2009/3/10 donnie damana : > Paulo freire dapat ilham dari mbak Marx, mbahnya komunis. > > Jadi homeschooling terilhami oleh Karl Marx.. huhuhu > Apa kata papa yah Put.. :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
actually i said di zamannya Rasulullah g ada yang sekolah...kok bisa sahabat2nya jd pribadi akhirat semua? ^_^ lha sekarang.pejabat2 kelas kakap produk sekolah itu kok bisa jd koruptur yah?? bingung ..bingung ku memikirnya ^_^ :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 9:32 AM Paulo freire dapat ilham dari mbak Marx, mbahnya komunis. Jadi homeschooling terilhami oleh Karl Marx.. huhuhu Apa kata papa yah Put.. :D salim, :D On Mar 10, 2009, at 5:17 PM, Ari Condro wrote: > Roem topattimasang ambil filsafat belajar ala paulo freire yah ? > Itukan gerakan kiri di amerika latin > > Komunis, komunis, kafir . > Put put jangan dengarkan :)) > > > salam, > > > > -Original Message- > From: donnie damana > > Date: Tue, 10 Mar 2009 11:09:46 > To: > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > > > Kalo gitu sekolah agama jadi candunya candu dong.. :p > > :D > On Mar 10, 2009, at 11:02 AM, eyang_mbelgedes wrote: > > > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > > pendidikan: > > > > Sekolah Adalah Candu > > > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, > > Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > > > Sekolah Adalah Candu* > > > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, > > tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan > > realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem > > sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan > > legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat > tinggi. > > > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak > > mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. > > Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya > > didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan > > yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah > > seluas kehidupan itu sendiri. > > > > Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik > > bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat > > untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang > > berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa > > menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. > > > > Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation > > and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di > > semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. > > > > Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, > > dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti > > baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, > > lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. > > > > Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi > > lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan > > di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan > > mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi- > > generasi yang gamang dan gagap. > > > > Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari > Semarang) > > > > Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ > > 1041694/471/ sekolah-adalah- candu > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Fyi: (Zionis Lagi) Media AS Sebut Israel Dalang Serangan 9 September WTC 911
- Keterlibatan Israel dalam serangan ke Menara World Trade Center pada 11 September mulai terungkap. Ali al-Jarrah sepupu Ziad al-Jarrah yang merupakan salah satu pembajak pesawat dalam tragedi itu, adalah agen rahasia Israel. Ali al-Jarrah telah bekerja sebagai agen Mossad, dinas intelijen rahasia Israel selama 25 tahun. Pria Muslim dari Lebanon ini mengkhianati negaranya sendiri. Ia bertugas untuk mengumpulkan data intelijen tentang kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah. Demikian ditulis The American Free Press. Ada kemungkinan Ali merekrut Ziad yang lebih muda untuk bekerja bagi Israel. Jika hal ini benar, bukan pertama kali Israel merekrut orang Muslim untuk bekerja untuk dinas rahasia. Pada serangan bom pertama terhadap WTC tahun 1993 lalu, Israel juga merekrut Ahmad Ajaj, seorang warga muslim dari Tepi Barat Palestina. Ajaj disebut-sebut merupakan pentolan Intifada. Tetapi faktanya dia tidak pernah terlibat dalam gerakan Intifada, Hamas atau gerakan perlawanan Palestina lainnya. Fakta lainnya bahwa Israel terlibat dalam serangan 11 September 2001, adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi masuk kerja pada hari itu. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya. (rdf/Rez) Sumber: detik.com, Ramadhian Fadillah - detikNews
[wanita-muslimah] FW: (Artikel) Seorang Ibu Melahirkan Setelah Meninggal 2 Hari
--- On Tue, 3/10/09, Dewi R. Sarie wrote: From: Dewi R. Sarie Subject: FW: (Artikel) Seorang Ibu Melahirkan Setelah Meninggal 2 Hari To: "yoga" , "Eva Wira" , bella.octavi...@petrodata-system.com, "Amelinda Febianti" , sonya.co...@yahoo.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 8:44 AM Dear All, Demikian informasinya, terimakasih. Regards, Dewi R Sarie Quadra Solution's JL. HR. Rasuna Said Kav. B - 9 Menara Duta Building 7th FL Wing D Phone : (021) 525.4050 ext 43 Fax : (021) 525.5040 - 5269738 support@quadras.co.id From: sugiharto [mailto:sugiha...@honda-ikb.com] Sent: Saturday, February 07, 2009 1:48 PM To: Ahmad Bakir; Bambang Sriwidodo; Dewi R. Sarie; Eka Wangsa; Ernawati Dewi; Haliludin; Mohamad Subur; Muhamad Hidayat; Nur Chalik; Rahmatuloh; Rommy Ardes; Sapto Budi; Yuninda Dwi Astuti; fathinvi...@gmail.com; irfan...@honda-ikb.com; y...@honda-ikb.com; dian.prat...@honda-ikb.com; sri_kurniat...@yahoo.com; icha_...@yahoo.com; irwan.herdi...@yahoo.com; ti...@honda-ikb.com; Mawardi; merr...@honda-ikb.com; a...@honda-ikb.com; santy.lest...@citigroup.com; sisn...@semestafinance.com Subject: Fw: (Artikel) Seorang Ibu Melahirkan Setelah Meninggal 2 Hari Regards, Sugiharto. IT Support. HONDA Pondok Indah PT. ISTANA KEBAYORAN RAYA MOTOR Phone : (62-21) 722-3366, Fax : (021) 722-3747 E-mail : sugiha...@honda-ikb.com Website : www.honda-ikb.com - Original Message - Seorang Ibu Melahirkan Setelah Meninggal 2 Hari ! Aya Jayne Kejadian luar biasa menggegerkan dunia kedokteran. Seorang ibu yang dipastikan telah meninggal dunia ternyata masih bisa melahirkan bayi mungil dengan sempurna. Berita ini mendadak tersiar kemana-mana dan menjadi bahan perbincangan dii dunia medis. Adalah Mahmoud Soliman, 29. Ia tak pernah membayangkan bisa menghadapi kesedihan dan kebahagiaan menjadi satu. Istri yang dicintainya, Jayne Soliman, 41, pergi untuk selama-lamanya. Dan sebagai gantinya, ia mendapatkan seorang bayi perempuan cantik yang dilahirkan dari rahim istrinya. Yang mengharukan, Aya Jayne, demikian nama bayi tersebut, dilahirkan dua hari setelah Jayne dinyatakan meninggal akibat otaknya tidak bisa berfungsi lagi. Berkat bantuan medis Aya bisa dilahirkan dengan selamat. Sebenarnya kehamilan Jayne tidak bermasalah. Namun diusia kehamilannya yang mencapai 25 minggu, tiba-tiba ia pingsan, setelah mengeluh sakit kepala. Segera saja Mahmoud melarikannya ke Rumah Sakit John Radcliffe Hospital di Oxford. Namun beberapa jam kemudian, tim dokter menyatakan otak mantan atlet ski es nasional Inggris ini sudah mati. Tim dokter mencoba membantu jantung Jayne agar tetap berdenyut dengan beragam peralatan. Upaya ini dilakukan agar bayi yang berada di perut Jayne bias tertolong. Jayne diberi dua dosis besar steroid sehingga jantung bayinya bisa berkembang. Dan akhirnya, Aya Jayne pun bisa lahir dengan selamat melalui operasi cesar. Usai diangkat dari rahim Jayne, Aya sempat diletakkan di pundak ibunya untuk memberi sedikit waktu bagi keduanya untuk bertemu. Setelah itu Aya langsung dilarikan ke unit perawatan intensif. Sedangkan Mahmoud diberi kesempatan untuk mengucapkan selamat jalan untuk pada istrinya, sebelum akhirnya dokter mematikan peralatan penunjang hidupnya. "Dokter mengatakan tak ada yang bisa mereka lakukan untuk Jayne. Namun mereka membutuhkannya untuk tetap kuat bagi anak kami yang belum dilahirkan," kenang Mahmoud. "Dia sangat mungil, ia pejuang kecil seperti ibunya," tutur Mahmoud yang tak henti-hentinya menitikkan air matanya saat menggendong putrinya. Kata Aya berasal dari bahasa Arab yang berarti keajaiban. Itu merupakan nama yang dipilih Jayne saat masih hidup. "Saat Aya dewasa, akan saya katakan betapa ibunya mencintainya. Akan saya ceritakan semuanya. Ini merupakan keinginan Jayne untuk memiliki bayi dan menjadi ibu yang baik," ujar Mahmoud. Jayne merupakan juara ice skating Inggris tahun 1989 dan menduduki peringkat tujuh di dunia. Mahmoud Soliman dan Jayne Soliman Ia pernah mengikuti beragam kompetisi internasional sebelum akhirnya menjadi atlet ski profesional. Beberapa tahun terakhir ia menjadi pelatih tamu di Dubai, dan disinilah ia bertemu dengan Mahmoud yang bekerja sebagai IT. Dua tahun silam ia kembali ke Inggris dengan kehidupan barunya dan menempati rumah di Bracknell, Berks. Jayne yang memiliki nama asli Jayne Campbell ini kemudian bekerja di Bracknell Ice Skating Club. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Mau E-book resep masakan & e-book lainnya? GRATIS loch...
Dear all... Kebetulan aku punya e-book resep masakan enaaak.. Ada juga dongeng & buku motivasi. Yang mau bisa ambil di facebook ku, GRATIS tinggal klik: http://www.facebook.com/profile.php?id=1057970482&ref=name Kalo dah punya facebook, add aku dulu nanti tinggal lihat dibagian catatan (note) Kalo belum punya daftar dulu ya... Kenapa lewat facebook? Soalnya biar kita bisa bertemen & temenku tambah banyak deh... :) Nanti aku upload lagi ebook yg lain, ada banyak.. Ada fiksi, novel, buku motivator, resep, dll (Inggris& Indonesia) Kalo mau request boleh, siapa tahu ada, nanti kalo ada aku bagi.. Yg suka baca, yks... Regards, Ferra http://tokoaraza.multiply.com (jilbab dan mukenah ekslusif) http://tvkabelindovision.blogspot.com (langganan TV kabel Indovision) [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Alim! heheheheh iyaaa om Arcon sayang ^_^ :putri --- On Tue, 3/10/09, Ari Condro wrote: From: Ari Condro Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: "Milis wm" Date: Tuesday, March 10, 2009, 9:17 AM Roem topattimasang ambil filsafat belajar ala paulo freire yah ? Itukan gerakan kiri di amerika latin Komunis, komunis, kafir . Put put jangan dengarkan :)) salam, -Original Message- From: donnie damana Date: Tue, 10 Mar 2009 11:09:46 To: Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling Kalo gitu sekolah agama jadi candunya candu dong.. :p :D On Mar 10, 2009, at 11:02 AM, eyang_mbelgedes wrote: > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > pendidikan: > > Sekolah Adalah Candu > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, > Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > Sekolah Adalah Candu* > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, > tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan > realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem > sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan > legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak > mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. > Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya > didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan > yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah > seluas kehidupan itu sendiri. > > Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik > bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat > untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang > berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa > menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. > > Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation > and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di > semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. > > Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, > dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti > baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, > lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. > > Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi > lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan > di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan > mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi- > generasi yang gamang dan gagap. > > Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) > > Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ > sekolah-adalah- candu > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
jaminan apa eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 2:17 AM Nggaklah kalau diban di sini. Moderator di sini sangat luaaa pemikirannya dan tingggi toleransinya. Cuma ingin tau saja bagaimana gurumu itu mengajarimu ttg dua orang itu. Bukankah Matius ini seorang petinju dari Flores dan Templar ini main di film Simon Templar dulu itu? Coba deh dibagi di sini siapa tahu gurumu malah menyesatkanmu dengan informasi itu. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam wrote: > > mending g usah eyang > ntar put di bom lagi disini > g mau jd provokator perpecahan bangsa ini hohoho > lama-lama di ban akhirnya g ketemu eyang deh > > :putri > > > --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > Date: Monday, March 9, 2009, 7:25 PM > > > > > > > > > > > > > Jadi, untuk menjadi kader partai, selama ini dirimu diajari untuk > menelaah Matius dan Templar? Apa kata gurumu tentang dua orang ini? > > Pasti menarik sekali untuk dibahas di sini. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling?
when i was 9 years old i told to my mom " i dont wanna go to school againt, teachers have me to shut up" hahahaha. that was i'm^_^ sooolets play :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kader Partai via Homeschooling? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 7:45 AM Mevrouw Herni, Kayaknya mas Arcon meniru gayanya Indonebia dah.. pas dulu kala masih sering bertandang kesini.. bermain peran :D Selalu mengamini pemikiran Islam yang aneh bin absurd itu. Kemana yah orang arab aneh itu?? :p Tetang bermain peran, bukannya memang kita selalu bermain peran. Kata Erving Goffman (mungkin dia abis dengar lagunya Godbless) kehidupan kita sehari-hari tidak lain adalah sebuah dramaturgi. Dan peran yang kita mainkan bisa berbagai macam.. peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak. . peran bercinta bikin kita mabuk kepayang.. (eh.. ini mah Godbless beneran yah). Tapi memang dalam kehidupan nyata kita, peran kita bisa beraneka macam, dari jam 8-5 jadi buruh sekaligus murid disaat yang lain jadi guru, jam 5-9 malam jadi orang tua, jam 9-12 malam berperan sebagai kekasih (>:D). Mungkin hanya jam 12 malam sampai pagi hari kita tidak bermain peran. Jadi biarlah masing-masing memainkan perannya be it within or outside the box. Toh yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari peran-peran tersebut. Bukankah salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah role playing.. Come on guys.. play your roles and let's get rumble.. Salim, :D On Mar 10, 2009, at 3:32 AM, Herni Sri Nurbayanti wrote: > Mas donnie, > > Kalo diperatiin, ada gaya baru di milis ini. Perintisnya mungkin > arcon :) sok-sok posting yg nyindir-nyindir bin usil... seolah2 > mengamini mainstream pemikiran islam yg nganeh bin absurd itu. Kalau > yg model gini sih ketebak. Tapi rupanya ada yg pick up that approach > dan dibuat lagi lebih "lucu" dan tersamar. > > Gaya yg hampir sama namun lebih halus, gayanya eyang. Putri menurut > saya juga punya gaya yg sama, tapi ambil peran dan posisi sebagai > anak manis yg baru tau dunia. So, saya tarik deh. I don't think > she's actually living in a box. She's playing it as if she was > living in a box. > > Nice play, put :) > Buat arcon, lo utang gw sekotak sambel bu rudi :P > Bayar minggu depan yak :D > > Herni > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > mungkin eyang mau coba sistem belajar seperti itu untuk cucu eyang > > tp menurut putri yah > > kelemahannya adalah objek (anak) g akan berkembang > > ya kaya eyang bilang jd kaya zombie > > g mungkin kan kader kaya gini berani belajar matius ataupun buka > kitab templar > > > > eyang, kalaupun ini efektif untuk pengkaderan, kadernya jd g > potensial donk and g pinter2 > > and akhirnya g bisa gaul sama yang lebih tua atau yang lebih muda, > krn menganggap bahwa apa yang dia pegang adalah yang selalu benar ^_^ > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Putri sekolah itu bisa dimana aja kok ^_^ ya kan eyang??? :putri --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:02 AM Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin pendidikan: Sekolah Adalah Candu Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- Sekolah Adalah Candu* Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah seluas kehidupan itu sendiri. Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi-generasi yang gamang dan gagap. Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ sekolah-adalah- candu [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
kaya lagu dangdut hehehehe ^_^ siapa yang tau?? :putri --- On Tue, 3/10/09, donnie damana wrote: From: donnie damana Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:09 AM Kalo gitu sekolah agama jadi candunya candu dong.. :p :D On Mar 10, 2009, at 11:02 AM, eyang_mbelgedes wrote: > Kalau Karl Marx itu ngomongin 'agama'. Teman saya ini ngomongin > pendidikan: > > Sekolah Adalah Candu > > Sekolah Itu Candu /Roem Topatimasang /INSISTPress, Yogyakarta /I, > Juli 2007, 13x19cm, xx+178 hln /Rp. 27.500,- > > Sekolah Adalah Candu* > > Melalui karyanya yang terkenal Sekolah Itu Candu, Roem Topatimasang > mengatakan bahwa sekolah__sebagaiman a keberadaannya selama ini, > tidak lagi berguna. Sekolah hanya meracuni anak didik. > > Asumsi ini berangkat dari kemandulan sekolah berhadapan dengan > realitas dalam melahirkan solusi alternatif terhadap setiap problem > sosial kehidupan yang muncul. Tesis ini kemudian mendapatkan > legitimasinya pada kenyataan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. > > Pengangguran yang sampai detik ini menjadi persoalan yang tidak > mampu dicarikan solusinya oleh pemerintah akan terus berlanjut. > Selama sekolah didefinisikan secara kaku. Sekolah hanya > didefinisikan sebagai proses belajar dalam sebuah lembaga pendidikan > yang formal dengan seperangkat aturan yang ketat dan kaku. > > Padahal, menurut Moh Asy'ari Muthhar, aktifis Pondok Budaya IKON > Surabaya, sekolah sebenarnya bisa dimaknai secara lebih luas sebagai > suatu proses belajar dalam kehidupan semesta ini. Sekolah adalah > seluas kehidupan itu sendiri. > > Lembaga pendidikan yang telanjur dianggap sebagai wahana terbaik > bagi pewarisan pelestarian nilai, akhirnya sekadar menjadi alat > untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai 'resmi' yang sedang > berlaku dan direstui, tentu saja, oleh siapa yang berkuasa > menentukan apa nilai-nilai resmi yang mesti berlaku dan direstui. > > Dibungkus dengan slogan-slogan indah tapi membius, misalnya nation > and character building, nilai-nilai resmi itu wajib diajarkan di > semua lembaga pendidikan dengan satu penafsiran resmi yang seragam. > > Dari sinilah, selain indoktrinasi, muncul juga berbagai peraturan, > dan penyeragaman- penyeragaman, juga kultur semimiliter, seperti > baris berbaris, budaya komando, dan seterusnya. Di sisi lain, > lembaga pendidikan formal mayoritas juga telah menjadi kapitalistik. > > Di sini, ada proses elitisasi, komersialisasi, dan kapitalisasi > lembaga pendidikan. Ini sudah sangat lazim dalam lembaga pendidikan > di tanah air. Pendidikan menjadi lembaga komersial, mewah, dan > mengeluarkan banyak biaya, akan tetapi hanya melahirkan generasi- > generasi yang gamang dan gagap. > > Oleh: Rosi Sugiarto (Pondok TK Al Firdaus BSB Mijen Jatisari Semarang) > > Sumber: http://suarapembaca .detik.com/ read/2008/ 11/24/091825/ 1041694/471/ > sekolah-adalah- candu > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Nenek Vanny sakit
Nenek Vanny sakit By: agussyafii Sore itu saya, istri dan Hana menjemput Icha. Saya bertemu cici Vanny dan neneknya. Sang nenek badannya terlihat lemas. kata nenek, dirinya sudah berobat ke dokter. Awal bulan maret saya memang mendengar kabar bahwa neneknya sakit diare. setelah hampir satu bulan ini nenek Vanny masih terserang diare. "Kata dokter, nenek mesti diopname.."kata Nenek. "Saya nitip anak-anak ya.." Istri saya tak tega melihat nenek itu dipeluknya. "Ya Alloh, semoga Engkau sembuhkan nenek ini dari sakitnya..sebab kebahagiaannya juga kebahagiaan kami, sakitnya juga sakit kami." -- Dari Abu Hurairah RA., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang Mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan (kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. (HR. Muslim) Wassalam, Agussyafii -- Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyongsong Era Soeharto Babak II
lha reformasi gagal membawa "bapak"-nya sendiri ke pucuk pimpinan negeri ini gimana mau diharapkan membawa perubahan elit2 politik dari jaman dulu sampai sekarang ya itu2 saja sayangnya rakyat indonesia emang lebih suka dengan gaya2 orba yang terlihat adem ayem ketimbang ngeliat reformasi/perubahan yang meledak-ledak salam, -- wikan 2009/3/11 IrwanK : > Ternyata bagi sebagian elit politik orba-is, perubahan diartikan sebagai > upaya > kembali kepada (jaman) orba.. :-| > > All Orba-is Final.. > All 'Golkar Graduates' Final..
Bls: Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment
:) betul sekali om arcon,,, ok banget deh om... :) Semoga ilmu yang baik yang kita dapat di millist ini sangat bermanfaat,, amin,, salam.. Dari: Ari Condro Kepada: Milis wm Terkirim: Rabu, 11 Maret, 2009 16:48:39 Topik: Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment Yg dibaca dari mbak mia jangan hanya ahmad daninya itu. Tapi dari ketetapan hati sodaranya mbak mia yg protes pada ahmad dani dengan gaya tidak acuh, dan gerundelan batin mbak mia yg "pilih migrasi kalo dani jadi wapres", itu adalah representasi wanita biasa dalam menunjukkan pilihannya secara politis. Renungan juga tentang ketergantungan wanita ? Imho, refleksi semacam ini perlu kok. Dan saya juga menikmatinya. Aa gym sudah menikmati dicuekin ibu ibu sejagat beberapa tahun terakhir ini, dan hanya tali allah lah yg membuat dia masih survive. salam, -Original Message- From: Khatijatul Munawaroh Muna Date: Wed, 11 Mar 2009 16:23:45 To: Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment asalam hehehehe ahmad dhani beneran tuh yang ngirim :) millis ini apa saja jadi bahasan ... :) wasalam Nawa & rekan2 cwe aceh :) _ _ __ Dari: Ari Condro Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Terkirim: Rabu, 11 Maret, 2009 16:05:25 Topik: Re: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment ehehehe :D 2009/3/11 eyang_mbelgedes > Sori ya Mia, saat itu aku tidak dapat membaca pikiranmu. > > Salam, > Ahmad Dani > > > -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger .yahoo.com/ invite/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment
Yg dibaca dari mbak mia jangan hanya ahmad daninya itu. Tapi dari ketetapan hati sodaranya mbak mia yg protes pada ahmad dani dengan gaya tidak acuh, dan gerundelan batin mbak mia yg "pilih migrasi kalo dani jadi wapres", itu adalah representasi wanita biasa dalam menunjukkan pilihannya secara politis. Renungan juga tentang ketergantungan wanita ? Imho, refleksi semacam ini perlu kok. Dan saya juga menikmatinya. Aa gym sudah menikmati dicuekin ibu ibu sejagat beberapa tahun terakhir ini, dan hanya tali allah lah yg membuat dia masih survive. salam, -Original Message- From: Khatijatul Munawaroh Muna Date: Wed, 11 Mar 2009 16:23:45 To: Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment asalam hehehehe ahmad dhani beneran tuh yang ngirim :) millis ini apa saja jadi bahasan ... :) wasalam Nawa & rekan2 cwe aceh :) Dari: Ari Condro Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Terkirim: Rabu, 11 Maret, 2009 16:05:25 Topik: Re: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment ehehehe :D 2009/3/11 eyang_mbelgedes > Sori ya Mia, saat itu aku tidak dapat membaca pikiranmu. > > Salam, > Ahmad Dani > > > -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Put, kacang harus lupa kulitnya.. it's part of natural cycle.. :D Kalau kacang tetep dalam kulit, dia nggak bisa jadi pohon kacang yang baru.. :p Dia hanyalah kacang kulit garuda atau dua kelinci.. :D :D On Mar 11, 2009, at 10:30 AM, izzuddin al qassam wrote: > kalo terlalu bebasntar jd kaya kacang lupa kulitnya > > --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes > wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Date: Tuesday, March 10, 2009, 2:36 AM > > Sekolah itu seharusnya membebaskan, bukan mengendalikan seperti > layangan. Kata teman Eyang, 'sekolah itu adalah candu' yang bagi > sebagian orang menjadi ketagihan. > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam > wrote: > > > > > > tp ngapain di setir dr jauh lo eyang, ntar kaya layangan...kalau > terlalu lama di kontrol dr jauh > > > kalo anginnya kencang kan akhirnya putus gimana? > > > iya kalo bisa, kalo layangannya justru terbang kemana2,nyangkut di > tali layangan yang lain. > > > cape ^_^' > > > > > > put homeschooling karena katanya put bandel, g ada guru yang suka > sama put karena terlalu banyak bertanya apa aja > > > dan terus terang g ada tantangan ^_^ > > > point nomor 13 kali ya > > > > > > :putri > > > > > > --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: > > > > > > From: eyang_mbelgedes > > > Subject: [wanita-muslimah] Alasan Homeschooling > > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > > Date: Monday, March 9, 2009, 7:50 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Ada juga zombie yang disuruh gurunya untuk 'pura-pura' belajar di > kancah pemikiran, padahal niatnya adalah menguji apakah zombie ini > sudah bisa disetir dari jauh atau belum. > > > > > > > > > > > > Begitu loh Put. > > > > > > > > > > > > Omong-omong ada banyak alasan kenapa seseorang belajar di rumah, > begini: > > > > > > > > > > > > 1. Can give child better education at home 415,000 48.9 3.79 > > > > > > 2. Religious reason 327,000 38.4 4.44 > > > > > > 3. Poor learning environment at school 218,000 25.6 3.44 > > > > > > 4. Family reasons 143,000 16.8 2.79 > > > > > > 5. To develop character/morality 128,000 15.1 3.39 > > > > > > 6. Object to what school teaches 103,000 12.1 2.11 > > > > > > 6. School does not challenge child 98,000 11.6 2.39 > > > > > > 7. Other problems with available schools 76,000 9.0 2.40 > > > > > > 8. Child has special needs/disability 69,000 8.2 1.89 > > > > > > 9. Transportation/ convenience 23,000 2.7 1.48 > > > > > > 10. Child not old enough to enter school 15,000 1.8 1.13 > > > > > > 11. Parent's career 12,000 1.5 0.80 > > > > > > 12. Could not get into desired school 12,000 1.5 0.99 > > > > > > 13. Other reasons* 189,000 22.2 2.90 > > > > > > > > > > > > According to a 2003 U.S. Census survey, 33% of homeschooling > households cited religion as a factor in their choice. The same > study found that 30% felt school had a poor learning environment, > 14% objected to what the school teaches, 11% felt their children > were not being challenged at school, and 9% cited morality.[21] > > > > > > > > > > > > http://en.wikipedia .org/wiki/ Homeschooling > > > > > > > > > > > > Kalau Put apa alasannya kok memilih homeschooling? > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
kalo terlalu bebasntar jd kaya kacang lupa kulitnya --- On Tue, 3/10/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 2:36 AM Sekolah itu seharusnya membebaskan, bukan mengendalikan seperti layangan. Kata teman Eyang, 'sekolah itu adalah candu' yang bagi sebagian orang menjadi ketagihan. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam wrote: > > tp ngapain di setir dr jauh lo eyang, ntar kaya layangan...kalau terlalu lama > di kontrol dr jauh > kalo anginnya kencang kan akhirnya putus gimana? > iya kalo bisa, kalo layangannya justru terbang kemana2,nyangkut di tali > layangan yang lain. > cape ^_^' > > put homeschooling karena katanya put bandel, g ada guru yang suka sama put > karena terlalu banyak bertanya apa aja > dan terus terang g ada tantangan ^_^ > point nomor 13 kali ya > > :putri > > --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: > > From: eyang_mbelgedes > Subject: [wanita-muslimah] Alasan Homeschooling > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > Date: Monday, March 9, 2009, 7:50 PM > > > > > > > > > > > > > Ada juga zombie yang disuruh gurunya untuk 'pura-pura' belajar di > kancah pemikiran, padahal niatnya adalah menguji apakah zombie ini sudah bisa > disetir dari jauh atau belum. > > > > Begitu loh Put. > > > > Omong-omong ada banyak alasan kenapa seseorang belajar di rumah, begini: > > > > 1. Can give child better education at home 415,000 48.9 3.79 > > 2. Religious reason 327,000 38.4 4.44 > > 3. Poor learning environment at school 218,000 25.6 3.44 > > 4. Family reasons 143,000 16.8 2.79 > > 5. To develop character/morality 128,000 15.1 3.39 > > 6. Object to what school teaches 103,000 12.1 2.11 > > 6. School does not challenge child 98,000 11.6 2.39 > > 7. Other problems with available schools 76,000 9.0 2.40 > > 8. Child has special needs/disability 69,000 8.2 1.89 > > 9. Transportation/ convenience 23,000 2.7 1.48 > > 10. Child not old enough to enter school 15,000 1.8 1.13 > > 11. Parent's career 12,000 1.5 0.80 > > 12. Could not get into desired school 12,000 1.5 0.99 > > 13. Other reasons* 189,000 22.2 2.90 > > > > According to a 2003 U.S. Census survey, 33% of homeschooling households cited > religion as a factor in their choice. The same study found that 30% felt > school had a poor learning environment, 14% objected to what the school > teaches, 11% felt their children were not being challenged at school, and 9% > cited morality.[21] > > > > http://en.wikipedia .org/wiki/ Homeschooling > > > > Kalau Put apa alasannya kok memilih homeschooling? > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: Testimoni Mantan Kader JIL tentang Hidden Agenda JIL
yaaaterima kasih pak de ko_jano put akan berusaha deh, tidak menjadi anak kecil lg :D :putri --- On Tue, 3/10/09, jano ko wrote: From: jano ko Subject: Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: Testimoni Mantan Kader JIL tentang Hidden Agenda JIL To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 10, 2009, 3:53 AM Mbak Izzud : cuma ya itu. kalo kalian marah-marah trus mojok-mojokin put, put juga bingung mana yang benerha ah. .. cape deekalo jd yang muda diantara yang tua-tua --- ko_jano : Nah, mungkin mbak Izzud belum pernah punya pengalaman merawat orang yang sudah tua ya?, saya mau berbagi pengalaman saya saat merawat kedua orang tua. Kononorang tua itu biasanya jiwanya kembali seperti waktu beliau - beliau masih anak - anak, jadi sebaiknya kita "ngemong" kepada mereka, seperti halnya juga kepada "eyang-eyang" yang lain, kita harus ngemong karena mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kita. Begitu, kurang lebihnya, saya mohon maaf. Ada pendapat atau sanggahan ?, silahkan. Wassalam. -o0o- --- On Tue, 10/3/09, izzuddin al qassam wrote: From: izzuddin al qassam Subject: Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: Testimoni Mantan Kader JIL tentang Hidden Agenda JIL To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Tuesday, 10 March, 2009, 9:47 AM sentiment banget c sama anak muda :P udah tau put itu remaja.masih aja dicaci maki khas dewasa.. tp gpp lah...namanya belajar mo di caci juga cuek aja :P cuma ya itu. kalo kalian marah-marah trus mojok-mojokin put, put juga bingung mana yang benerha ah. .. cape deekalo jd yang muda diantara yang tua-tua :putri --- On Mon, 3/9/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: Testimoni Mantan Kader JIL tentang Hidden Agenda JIL To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Monday, March 9, 2009, 8:17 AM Tenang, tenang, kita harus sadar bahwa Put ini masih terlalu kecil untuk memahami naskah-naskah akademis. Ingat bahwa dia masih SMU dan masih seneng-senengnya baca komik. Apapaun komik yang dia baca, akan dia serap sebagai ilmu. Apapun yang disodorkan abahnya akan dilumat sebagai pegangan iman. Kita harus bisa memberikan dia pilihan supaya dia tidak menjadi korban cuci otak seperti 'zombie-zombie' lainnya. Cukup Amrozy cs saja yang menjadi zombie. Jangan ada zombie-zombie baru, ya Put ya? [Non-text portions of this message have been removed] New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment
asalam hehehehe ahmad dhani beneran tuh yang ngirim :) millis ini apa saja jadi bahasan ... :) wasalam Nawa & rekan2 cwe aceh :) Dari: Ari Condro Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Terkirim: Rabu, 11 Maret, 2009 16:05:25 Topik: Re: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment ehehehe :D 2009/3/11 eyang_mbelgedes > Sori ya Mia, saat itu aku tidak dapat membaca pikiranmu. > > Salam, > Ahmad Dani > > > -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyongsong Era Soeharto Babak II
Ternyata bagi sebagian elit politik orba-is, perubahan diartikan sebagai upaya kembali kepada (jaman) orba.. :-| All Orba-is Final.. All 'Golkar Graduates' Final.. :-( CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K "Better team works could lead us to better results" http://irwank.blogspot.com Pada 10 Maret 2009 21:20, donnie damana menulis: > Lah di dunia pulitik pan kagak ada kawan atau lawan sejati.. > nyang ada yah kepentingan bersama. > pan kalo kepentingannya dan pada klop, yah bisa terus berkongsi.. > > betul tidak? > > :D > > > On Mar 10, 2009, at 3:10 PM, Wikan Danar Sunindyo wrote: > > > Loetjoe djoega kalaoe dibilang Tjendana mendoekoeng Prabowo > > lha Prabowo sendiri soedah jadi mantan keloearga Tjendana > > berhoeboeng soedah tjerai dengan istrinja jang anak daripada Soeharto > > > > salam, > > -- > > wikan > > > > 2009/3/10 Sunny >: > > > http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=5682 > > > > > > 2009-03-10 > > > Menyongsong Era Soeharto Babak II > > > > > > George Junus Aditjondro > > > > > > Keluarga Cendana, sekarang, terang-terangan berdiri di belakang > > Gerindra, > > > yang mencalonkan Letjen (Purn) Prabowo Subianto sebagai presiden > > RI yang > > > ke-7. Ini diungkapkan, Jumat (6/3), di depan massa di muka rumah > > orangtua > > > Soeharto di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY, oleh > > > Probosutedjo, adik tiri Soeharto, yang sering menjadi juru bicara > > keluarga > > > Cendana. > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > -- Wassalam, Irwan.K "Better team works could lead us to better results" http://irwank.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Makna Peci
Makna Peci Setiap kali saya bertemu orang seperti berenang dilautan kearifan. Kearifan itu seolah menjadi satu pada diri sosok yang biasa dan tidak bernama. Pertemuan dengan orang lain buat saya berarti sama halnya mendidik diri sendiri, berempati bahkan juga terlibat dalam pergumulan batin yang melahirkan pencerahan. Pencerahan itu juga saya dapatkan ketika saya bertemu dengan penjual peci yang beberapa hari menjelang lebaran yang lalu. Sosok raut mukanya berseri, dia bertutur bahwa sudah hampir 35 tahun dirinya berjualan peci. Saya bertanya padanya, “Bapak apa yang menarik dari menjual peci?” Katanya menjual peci adalah pekerjaan yang mulia yang memiliki makna untuk selalu mawas diri. “adek tau apa artinya peci?” tanya si penjual peci. “Tidak pak.” Jawab saya. “Peci itu artinya pikiran suci, Maknanya agar kita menjaga kesucian pikiran kita dari belenggu dan kotoran-kotoran hawa nafsu.” Kata si penjual peci itu. …..Sungguh, Allah cinta orang yang taubat, dan cinta orang yang bersuci diri.” (QS. Al-Baqarah : 222) Wassalam, Agussyafii -- Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: wm entertainment
ehehehe :D 2009/3/11 eyang_mbelgedes > Sori ya Mia, saat itu aku tidak dapat membaca pikiranmu. > > Salam, > Ahmad Dani > > > -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Kata Mereka yang Peragu
Salam... Sebagaimana yang telah kita bicarakan sebelumnya bahwa bagi kelompok peragu (skeptism) jawaban “Saya tidak tahu” adalah dianggap sudah menjadi ketentuan pengetahuan dan nasib manusia. Menurut mereka, manusia tidak mungkin dapat mengetahui sesuatu dengan pasti. Pyrho misalnya, ia mempertanyakan permasalahan ini dengan memberikan beberapa argumen ‘rasional’ pada masanya. Dia mengatakan “Jika manusia ingin mengetahui dan memahami sesuatu, bukankah manusia hanya memiliki 2 alat epistemologi untuk mengetahui dan mengenali alam disekitarnya, yaitu panca indra dan rasio”. Sekarang saya bertanya kepada anda, “Apakah panca indra dapat berbuat kesalahan atau tidak?” , saya yakin anda akan mengatakan bahwa pancaindra dapat membuat kesalahan, saya bahkan mampu menunjukkan lebih dari 100 macam kesalahan yang telah pernah diperbuat oleh panca indra. Bahkan boleh jadi kita sudah tak mampu menghitung jumlah kesalahan yang pernah diperbuat oleh alat penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba kita. Pyrho kemudian mengatakan, bagaimana mungkin kita bisa bersandar atau berpegangan kepada susuatu yang bisa berbuat salah dan menjadi salah sebagai dasar pengetahuan. Ketika anda melihat tongkat yang lurus menjadi seolah-olah bengkok ketika dimasukkan kedalam kolam, maka pastilah penglihatan anda terhadap penomena bayangan dikolam tadi adalah salah. Pertanyaannya adalah bagaimana anda mau berpegangan kepada sesuatu yang salah? Bagaimana kita bisa mempercayai bahwa penglihatan kita terhadap yang lain juga tidak salah? Pun demikian dengan alat yang kedua, yaitu rasio. Rasio bahkan telah melakukan kesalahan lebih banyak dari pada kesalahan yang telah diperbuat oleh panca indra. Pada beberapa percobaan dan argumen, ilmuwan justru telah banyak melakukan kesalahan. Suatu hari dikatakan yang yang terkecil adalah atom, hari lainnya dikatakan netron. Suatu hari dikatakan matahari yang mengelilingi bumi, hari lainnya dikatakan bumilah yang mengelilingi matahari. Suatu hari dikatakan bumi ini datar, dilain hari dikatakan bumi ini bulat dan seterusnya. Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa panca indra dan rasio adalah 2 alat yang tidak bisa terlepas dari salah sementara kita tidak memiliki alat yang lain selain dari kedua hal tersebut. Oleh karena itu, apapun yang kita lihat dan apapun yang kita pikirkan dengan menggunakan pancaindra dan rasio, maka kesemua itu tidak akan terlepas dari salah. Jadi kesimpulannya, kita TIDAK BISA MEMPERCAYAI panca indra dan rasio untuk dijadikan sandaran pengetahuan,karenanya kita tidak mempunyai sandaran maka secara otomatis kita sebagai manusia tidak mungkin bisa mengetahui segala sesuatu itu dengan pasti. Kembali, “SAYA TIDAK TAHU” adalah sudah menjadi ketentuan nasib manusia. Salam, Iman K. www.parapemikir.com New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Koalisi PKS-PD Ibarat Ular dan Buaya
Dalam dunia pewayangan upaya seperti ini dinamakan 'srimbit'. Kira-kira apa yang akan terjadi jika Limbuk srimbit dengan Bilung? Konon produknya adalah...nganu...
[wanita-muslimah] Re: Cuplikan cerita desa di pinggir hutan
saya + dia = kami saya + kamu = kita dia + dia = mereka kamu + kamu = kalian
[wanita-muslimah] Re: wm entertainment
Sori ya Mia, saat itu aku tidak dapat membaca pikiranmu. Salam, Ahmad Dani
[wanita-muslimah] wm entertainment
Waktu long weekend kemarin aku ngajak keluarga jalan-jalan ke luar kota. Waktu lagi masuk boarding di ruang tunggu kuliat ada orang yang mirip Mulan Jameela pake kacamata hitam, dan ada beberapa perempuan sekelilingnya ambil foto2. Itu siapa sih, tanyaku kepada adikkku yang lebih gaul. Wah, nggak jelas habis dikerubutin orang2 sih, sahutnya. Setelah masuk ke pesawat, dan semua orang duduk, ada cowok pake outfit hitam-hitam metal taruh bagasinya di atas kepalaku. Aku sodok-sodok pinggang adikku. Eh, orang itu kok mirip Ahmad Dani, liat deh kataku. Iya, iya aku tahu ..kata adikku yang nggak ngangkat kepalanya, makanya aku ogah nengok, katanya. Lha, kenapa? kataku. aku mau teriakin dia, eh Dani, gue kagak demen ama elo Salah, kata adikku. Jangan perhatiin dia, kalo ngliatain malah ke-ge-er-an lagi. Acuhin aja orang kayak gitu. Kok, Mulan demen sih sama dia, heran. Yah, demen duitnya kali, kan dia janda punya anak. Lha, kan dia bisa mandiri sekarang? Yah, perempuan suka gitu..nggak bisa mandiri secara emosi. untuk satu cowok berengsek, selalu ada deh cewek yang ngedemenin, kata adikku. gue pindah deh dari negara ini, kalo dia dicalonin wapres... salam Mia