Iya, dan itu masalah falsafah hidup/visi misi/cita-cita/ guna memenuhi kebutuhan dasar hidup dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization). Si A merasa 'uanglah' sumber kemuliaan hidup ini. Si B merasa 'uang bukan segala-galanya'. Dan si C bilang 'didunia kaya raya dan mati masuk syurga'. Ya, itu hanya masalah falsafah/prinsif/visi-misi/ideologi/persepsi/cara pandang, apa lagi ya...?
Nb: Ada lirik lagu yang berbunyi 'Aku begini...engkau begitu....SAMA SAJA' :-) salam Nazar On.tbo-jbi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Rachmad M" <rachm...@...> wrote: > > Asumsi kepentingan pribadi/kelompok itu muncul karena 'uang' dipandang > sebagai sesuatu kekayaan yang 'berhenti'. Padahal kenyataanya uang mengalir > meninggalkan jejak berupa barang dan jasa yang berguna bagi siapun yang > ikut/ambil bagian dalam tersedianya barang/jasa yaikni masyarakat jelata itu > sediri. > > > Salam > > RM > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazarjb" <suratnazar@> wrote: > > > > Hm....semakin menarik saja nih. Tambah cendolnya mang... :-) > > > > - iya, apapun tindakan yang dilakukan dan kebijakan yang di jalankan > > mempunyai dua sisi. Namun karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak > > maka harus dikaji azas manfaatnya. Apakah lebih bermanfaat bagi > > orang/masyarakat banyak atau hanya kelompok kecil/minoritas saja. Karena > > bukankah kepentingan umum (rakjat djelata :-) - edjaan tempo doeloe) itu > > diatas kepentingan pribadi dan golongan. Ketika sebuah kebijakan dinilai > > dan memang terbukti hanya menguntungkan kelompok/golongan tertentu saja, > > maka itu berseberangan dengan konteks keadilan sosial bagi seluruh rakyat > > indonesia (sila ke 5). > > > > > > - Menurut saya, korupsi itu adalah mengurangi porsi sesuatu yang sebelumnya > > sudah ditetapkan kualitas maupun kuantitasnya. Lalu, saya pikir mark-up yg > > terlalu besar dalam sistim anggaran, laporan yang hiperbolik yg jauh dari > > nilai/manfaat realis yang ada juga mengarah kepada korupsi. Ya, korupsi dan > > sifat pembohong/menipu/tidak jujur adalah > > satu komplotan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Dan itu menyangkut > > masalah MORAL, sistim, realitas/kendala-kendala. > > > > - Masalah politik. Saya ada sedikit cerita berdasarkan pengalaman pada > > PILLEG 2009 yang lalu di dapil 3 kab. tebo - Jambi. Masalah yang paling > > banyak dihadapi oleh politisi, Bahkan juga mereka-mereka yang duduk di > > DPR/D adalah PELANGGARAN "Undang-undang Pencemaran Nama Baik (saling > > memfitnah)", Menyogok Peserta Pilih, Membohongi Masyarakat (bohong bukan > > untuk kebaikan dan manfaat umum) melalui penciptaan opini publik dan > > aksi-aksi menggerakkan massa, dll. > > Alhasil, seiring bergulirnya waktu maka kebohongan-kebohongan politisi itu > > terungkap dan janji hiperbolik irrasional terbukti tidak terlaksana. > > Kegiatan disaat pemilu yang insidental dan tidak rutin secara otomatis > > terhenti (politisi opportunis) dll. Jadi saya sendiri secara pribadi > > (berdasarkan realitas pilleg 2009 di dapil 3 kab. tebo - Jambi), maka saya > > masih meragukan kualitas DPR/D sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan > > pemerintah yang sedang sakit. Ya, bahkan ada anak-anak kecil sekolah dasar > > mengatakan "Orang sakit mengobati orang sakit" Hm....semoga tidak menjadi > > Negara ecek-ecek/odong-odong/abal-abal. :-) > > > > Salam > > Nazar > > On.Tbo-Jbi > >