[budaya_tionghua] Ba zi suan ming

2006-02-14 Thread Wen Dai chun
Dear moderator,


saya sangat tertarik  dengan Tong Shu dan ramalan kuno, Say ingin 
menanyakan dimana saya bisa membeli buku BA ZI SUAN MING, dan pakah 
ada situs yang mengadakan konsultasi on line.

thaks.

chun2x








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: Jadi Zhong Yi

2006-02-14 Thread Rinto Jiang
Iya, saya pertama juga berpikir mungkin saja Bung Frederik itu cuma 
ingin mengetahui dasar2 dengan mengikuti pelatihan2 singkat. Pelatihan 
singkat seperti ini juga ada di lembaga akademis di Tiongkok sana, 
training beberapa bulan dan cuma akan menerima sertifikat. Untuk 
praktek, saya kira masih harus punya pengalaman. Lagipula saya kurang 
tahu hukum tentang medis di Indonesia, apakah praktek seperti ini sudah 
dilegalkan atau belum. Bila sudah dilegalkan, maka bisa jadi praktek 
umum, karena setahu saya praktek kedokteran seperti ini masih 
digolongkan sebagai pengobatan tradisional. Di negara asalnya, ilmu 
kedokteran ini sudah menjadi sebuah ilmu sains kedokteran, sehingga 
untuk membuka praktek harus mengajukan sertifikat izin praktek ke 
pemerintah.

Namun, Bung Frederik ini masih kecil, masih ada beberapa tahun untuk 
menentukan jalan yang akan ia tempuh untuk masa depannya itu. Bila 
benar2 ingin berkonsentrasi di bidang ini, saya kira jalani saja 
pendidikan formal akademis di negara asalnya. Karena di masa depan, 
seiring dengan membesarnya pengaruh RRC, kedokteran Tiongkok akan 
menjadi wakil ilmu kedokteran dunia Timur mengimbangi ilmu kedokteran 
Barat. Keduanya tidak akan bersaing, namun akan saling melengkapi, 
karena banyak yang tidak dipunyai kedokteran Barat namun ada di dalam 
kedokteran Timur dan sebaliknya. Ini adalah sebuah kemajuan penting 
untuk kedokteran dunia.


Rinto Jiang



Erik wrote:
> Yang Rinto Heng jelaskan itu semuanya adalah utk mereka yang ingin
> mendalami Zhong Yi secara formal akademis.
> Tetapi, apakah bung Rockid bermaksud seperti itu?
> Kalo cuma ingin sekedar tahu dasar-dasar Zhongyi, setahu saya di
> Jakarta banyak diselenggarakan pendidikan jangka pendek
> bersertifikat (sekitar 3 bulanan) untuk mereka yang berminat dalam
> bidang ini.
> IKNI (Ikatan Naturapolis Indonesia) -- Zhongyi Xuehui -- yang
> alamatnya di Kebun Jeruk 17 (atau 16?) Jakarta memang ada program
> seperti ini. Di sana setelah mengikuti pendidikan jangka pendek,
> mereka memberikan fasilitas untuk praktek kerja bagi yang lulus
> dari pendidikan tsb. di klinik yang dikelola oleh IKNI.
> Alamat lengkapa beserta contact person dan nomor telponnya saya
> lupa, nanti saya beritahu setelah saya cari catatan saya.
>
> Salam,
>
> Erik
> -
> -
> In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang wrote:
> >
> Sama saja saya kira, karena setahu saya ada banyak jurusan di dalam
> satu fakultas kedokteran China tadi, seperti juga pembagian
> spesialis
> kedokteran Barat. Biasanya, tidak ada dokter yang mampu menguasai
> atau
> mahir di seluruh bidang spesialis, pengetahuan dasar pasti ada,
> namun
> untuk menjadi spesialis yah tetap saja harus meng-konsentrasi-kan
> diri
> ke pada bidang2 tertentu.
> >
> Bila benar2 berminat, jalur pendidikan formal boleh ditanyakan ke
> Kedubes RRC di Jakarta, ada sub-seksi yang mengurusi informasi
> tentang
> pendidikan formal di RRC sana. Bisa dapat penjelasan lebih detil
> daripada mencari sendiri informasi di internet. Terus, ada pula
> kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.
> >
> >
> > Rinto Jiang
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] RE: [t-net] Re: istilah TIONGHOA => Min Hui

2006-02-14 Thread Min Hui
  _  

From: tionghoa-net@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of ChanCT
Sent: Tuesday, February 14, 2006 2:47 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com; 'Tionghoa-Net'
Subject: [t-net] Re: istilah TIONGHOA => Min Hui

 

Bung Min Hui yb,


Dan bagi bung Min Hui yang tentunya etnis Tionghoa, tidak perlu
merasakan risih akan etnis Tionghoa yang melekat di-dirinya sejak lahir.
Ingat, tidak ada salahnya kita dilahirkan sebagai etnis Tionghoa, kita tidak
bisa memilih hendak dilahirkan sebagai etnis atau suku apa. Terimalah apa
adanya, tanpa sedikitpun menyesali kenapa dilahirkan sebagai etnis Tionghoa
yang selalu didiskriminasi dan direndahkan orang, dengan berani tetap tegak
berdiri untuk memperjuangkan hak dan keadilan sebagai salah seorang elemen
bangsa Indonesia.



[MH]

Pak Chan yb,

Saya tidak pernah risih sebagai etnis/suku tionghoa. Malahan saya bangga,
dan FYI, saya tidak mengganti nama saya hingga saat ini dan tetap menyandang
3 suku nama baik di KTP hingga paspor saya. 

Apakah tionghoa Indonesia selalu di-diskriminasi? 

Sampai saat ini harus diakui memang masih ada indikasi seperti itu, akan
tetapi kita juga harus intropeksi kedalam, dan mengkaji secara objektif
jenis2 diskriminasi yang kita alami, apakah memang secara sistematis
dilakukan atau itu karena kesalahan kita sendiri. Kalau itu lebih
dikarenakan kesalahan / ulah tidak terpuji dari kita sendiri, ya, harus
sama-sama berubah kan? Jangan hanya ngotot meminta yang lain berubah.

Yang paling penting menurut saya adalah seharusnya kita tidak lagi
mengungkit2 isu2 diskriminasi masa lalu; yang mana para pembuat keputusan
politik tsb sudah meninggal atau tidak menjabat lagi, yang dapat memperkeruh
keharmonisan yang sedang diperjuangkan oleh generasi sekarang.

 

MH

 

 

 

 


Salam,
ChanCT





[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Orde Baru jadi Bugil,salah satu aspek.

2006-02-14 Thread Harry Adinegara
Setelah mengikuti "reportase" para member T-Net yang menghadiri temu muka di 
Ciater, aku lalu melayangkan pikiranku tentang masa/era-nya Orde Baru. 
  Dalam hati aku bertanya, apakah bisa misalnya saja ,para  members  suatu 
website merayakan Tahun Baru Imlek secara terbuka seperti temu muka di Ciater 
ini? Apakah temu muka semacam di Ciater ini bukan pertemuan secara terbuka? 
apakah masih di klasipikasi sebagai pertemuan tertutup?.
  Bagaimanapun juga temu muka ini, apakah pertemuan secara terbuka ataupun  
tertutup, hal ini tidak penting, yang penting golongan Tionghoa dan sahabat2 
pribuminya bisa merayakan,SETAHUN SEKALI suatu agenda dalam  kebudayaan 
Tionghoa.
   
  Aku sampai perlu menanyakan kepada  ayahku apakah beliau tempo doeloe juga  
ramai2 merayakan acara2 Imlek-an misalnya dengan yang diberitakan di HKIS soal 
dansa dansi dan bersuka cita dengan orkes "mashur" pimpinan Ko TH itu? Tapi 
ayahku sempat bilang bahwa masa itu masa yang terkenang samapai sekarang, tapi 
berachir dengan adanya larangan untuk berkebudayaan Tionghoa, termasuk larangan 
Imlek-an ini. 
   
  Aku walaupun tidak banyak teringat akan merayakan Imlek. Yang aku rasakan 
bahwa setiap Imlek aku masih merayakan secara sederhana dirumah beserta segenap 
keluarga jauh dan dekat.  Tapi merayakan secara terbuka seperti nonton 
barongsai, liong dan macam2 pesta yang mengiringi hari2 raya Tionghoa ini 
hampir tersapu diingatanku. Baru setelah berdiam di LN, terutama di Australi 
sini aku merasakan betapa meriahnya perayaan yang bernada harmless ini. 
Bukankah kebudayaan Cina dimasa era Orba sudah diklasipikasi sebagai kebudayaan 
yang menjurus ke pemecah belahan nation Indonesia. Ini se-tidak2nya adalah 
versi LPKB yang sekarang sudah bankrut.
   
  Dibalik segi politik, pelarangan merayakan suatu hari di kalender suatu 
kebudayaan, dalam hal ini kebudayaan Tionghoa, ternyata pelarangan  ini 
berdampak negatip  di bidang ekonomi secara riil ketimbang asumsi bahwa 
merayakan kebudayaan "asing" semacam Imlek-an ini 
  ber-dampak negatip.
  Coba kita pikirkan matang2. Betapa "hidup"nya "ekonomi" masyarakat  apabila 
kita tinjau dari persiapan yang perlu dilakukan untuk merayakan hari raya 
tersebut. Bukan saja ini membuka lapangan kerja, tapi juga lalu lintas barang2 
yang diperlukan untuk merayakan hari2 raya ini volumenya tambah gede. Jadinya 
business dan lapangan kerja yang bersangkutan dengan merayakan hari raya ini 
akan sangat marak dan berfaedah, tidak saja buat etnis tertentu tapi bisa 
dikatakan semua lapisan akan medapatkan faedahnya.
   
  Sekarang bagaimana sikap anda dengan orang2 dan institusi semacam LPKB (yang 
alhamdulilah, sudah bankrut) dan era Orde Baru, dan para sponsor dan 
begundal2nya? Suatu pertanyaan yang "oratoris" yang sepertinya tidak perlu 
mendapatkan  jawaban. 
  Jawaban bisa dikaji dengan banyaknya perayaan yang bermuasal dari kebudayaan 
Tionghoa ini yang cukup "harmless", dan semua lapisan masyarakat bisa sama2 
menikmatinya, baik itu dalam segi ekonomi, business dan ..
  after all ...cuman setahun sekali dirayakan . Mengapa ada pelarangan? 
ternyata sekarang perayaan2 semacam  ini bisa mengundang ke alam ke-bersatuan 
semua etnis dan ...yang signifikan bisa menstimuli dunia business dan 
lapangan kerja walaupun untuk sementara. 
   
  Harry Adinegara.


-
Do you Yahoo!?
  The New Yahoo! Movies: Check out the Latest Trailers, Premiere Photos and 
full Actor Database.

[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Fw: Re: Frans: Han Hwie-Song: Waktu-pentingnya waktu dalam sejarah Tiongkok

2006-02-14 Thread HKSIS

- Original Message - 
From: Han Hwie Song 
To: ChanCT 
Sent: Tuesday, February 14, 2006 4:46 PM
Subject: Re: [tioin59] Fw: Han Hwie-Song: Waktu-pentingnya waktu dalam sejarah 
Tiongkok


Sdr. Frans yang baik,
Maaf terlalu lama anda harus menunggu jawaban saya, kesatu karena saya baru 
saja datang dari kunjungan ke Indonesia dan kedua pertanyaan anda ini sangat 
kompleks dan luas. saya mencoba menceritakan dalam batas batas kemampuan saya, 
mungkin tidak semuanya dapat ditrima karena luasnya topik yang harus dituis. 
Tiga saya terus terang saja bukan seorang ahli sejarah.
1. dalam sejarah Tiongkok ada beberapa dinasti yang makmur baik dalam ekonomi 
maupun technologi saya ambil tiga dinasti saja ialah dinasti Han, Tang dan 
Qing. Memang raja raja di Tiongkok banyak mempunyai selir-selir, tetapi ini 
juga di seluruh dunia, lelaki yang mempunyai kekuasaan sangat menyukai wanita 
cantik di Barat beken dengan sebutan wine, wanita dan musik.
2. Kemajuan negara tergantung terutama dari pemimpinnya dan menteri-mnterinya, 
creativitasnya, kejujurannya, kecintaan terhadap negara dan rakyatnya tidak 
untuk kepentingan pribadinya etc. Membuka negaranya untuk perdagangan atau 
mengisolir dirinya, celakanya dalam sejarah Tiongkok yang dianut ialah yang 
terachir ini. Bahkan orang Tionghoa yang keluar negeri ke Asia Tenggara hanya 
laki-laki saja, sebab berbahaya dan kalau tertangkap dihukum mati. Baru pada 
achir abad ke sembilan belas atas perjanjian antara inggris dengan kerajaan 
Qing diperbolehkan wanita keluar negeri.
3. Tiongkok melarat terutama disebabkan karena di serbu oleh tentara gabungan 
Barat untuk membuka negerinya dan bahkan di buat lemah karena candu yang mereka 
buat di India dan di eksport ke Tiongkok. dengan perdagangan candu ini uang 
negara habis. Sewaktu candu dibakar oleh seorang pahlawan Lin Tse Su di 
pelabuan Canton, terjadilah perang candu yang tidak adil itu dan Tiongkok harus 
membayar kerugian harga candu yang jumblahnya sangat tinggi, ditambah lagi 
Tiongkok sudah melarat dan lemah. Dunia lihat kejahatan imperialisme yang 
paling hebat dalam sejarah.
4. Dr. Sun Zhong San, hanya menjadi presiden beberapa tahun saja, karena Beliau 
mendapatkan penyakit Liver cancer dan meninggal dunia. Dr. Sun adalah seorang 
pemimpin yang besar. Sebagai presiden diganti oleh marschalk Chiang kai Shek 
yang terkenal dengan KKN-nya.
5. Periode Mao Ze-Dong Tiongkok maju dengan pesat, baik dalam ekonomi, maupun 
technologi dan militer. Perang Korea, Amerika dengan sekutunya jago-jago dari 
Barat tidak dapat menangkan  peperangan di Korea. Pada masa itu negara mana 
yang berani konfrontasi dengan USA dan sekutunya yang senjatanya sangat modern? 
Pemimpin perang Korea adalah marschalk Peng Teh Huai; dunia yang sedang 
berjoang kemerdekaan memandang tinggi RRT itu waktu. RRT merupahkan contoh bagi 
perjoangan rakyat untuk merdekakan negaranya dari kolonialisme. Berani berjoang 
dengan imperialisme, kalau bersandar pada kekuatan rakyat. Bukankah beliau 
mengatakan semua reaksioner dan imperialisme adalah macan kertas.  Sayang Mao 
yang sebenarnya seorang negarawan yang besar sewaktu tuanya tidak mau mundur 
dan tetap mau kekuasaan, bahkan "gila" dengan kekuasaan. Membuat beliau sebagai 
cultus perseorangan dan menyingkirkan semua bekas kawan-kawan seperjoangan 
dengan mengadakan perjoangan klas yang kontinu, ironisnya RRT dipimpin oleh dan 
kekuasaannya ditangan  PKT; dan keadaan negara yang aman. Kampanye politik yang 
paling ekstrim dan merugihkan negara ialah Revolusi Besar Kebudayaan Proletar 
yang berlangsung selama kira-kira 10 tahun dari 1966-1977.
6. Pengaruh luar dan hubungannya, sebagai contoh saya ambil India, yang dahulu 
oleh Amerika dibiarkan begitu saja, sekarang untuk menghadapi kekuatan RRT 
dalam segala bidang dari ekonomi sampai technologi dan militer, India di bantu 
agar menjadi tandingan Tiongkok oleh USA dan Jepang.Kalau Tiongkok membeli 
perusahan di USA banyak tantangan dari pemerintah, tetapi kalau India yang beli 
dianggap dibeli oleh kawan, tiada persoalan apa-apa.
7.Sekarang RRT dipimpin oleh negarawan-negarawan yang rasionil,open dan 
mementingkan kepintingan rakyat Tiongkok dan managemen yang baik, apalagi yang 
di ragukan lagi atas kemajuannya?


- Original Message - 
  From: ChanCT 
  To: Han Hwei Song 
  Sent: Saturday, January 07, 2006 9:38 AM
  Subject: Fw: [tioin59] Fw: Han Hwie-Song: Waktu-pentingnya waktu dalam 
sejarah Tiongkok



  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, January 07, 2006 12:30 AM
  Subject: Re: [tioin59] Fw: Han Hwie-Song: Waktu-pentingnya waktu dalam 
sejarah Tiongkok


  Saya  nompang tanya. Di Newsweek ditulis: This is  China Century. Yah, yang 
dimaksudkan  ialah berkembangnya China dalam abad ini secara hebat dalam semua 
hal, ekonomi, militer, pembangunan kota2, pembuatan jalan2, gedung2 bertingkat, 
 etc. etc. Sekarang timbul pertanyaan pada saya. Kenapa semua ini baru terjadi 
sekarang? Kenapa? Fak

Re: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA)

2006-02-14 Thread skala selaras
Untuk pak ABS, saya hanya mau mengklasifikasi, berbagai istilah (cina) yang
kelihatannya sama, tapi sebenarnya mengandung nuansa politis yang berbeda,
kita harus peka membedakannya:

- China : istilah resmi dalam Bahasa Inggris, resmi digunakan PRChina maupun
pemerintah Taiwan .
- Tjina/ Cina : istilah Melayu, dipakai resmi di Malaysia dan Pra Indonesia
(sebelum perang kemerdekaan). dizaman Orla, istilah resmi yang dipakai "
Tionghoa", "cina" tak digunakan lagi di forum resmi, kenotasinya berubah
menjadi rendah menghina. istilah ini kembali dipaksakan pemakaiannya secara
resmi di zaman orde baru, memang dimaksudkan untuk merendahkan..
- Tjena/ Cena : istilah dalam bahasa Jepang, konotasinya menghina
merendahkan.PRChina juga menolaknya.
- Tjino/ Cino: istilah dalam bahasa Jawa, umum dipakai, konotasinya netral,
kata halusnya Cinten, tapi jarang yang pakai.
- Tionghoa: hanya ada di Indonesia, adaptasi dari bahasa Hokkian " Zhong Hua
", awal penggunaannya merupakan kesepakatan nasional.

Salam,
ZFy



- Original Message -
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, February 14, 2006 2:10 PM
Subject: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re:
istilah TIONGHOA)


>
>   - Original Message -
>   From: ChanCT
>
> Saya kali ini tidak bermaksud membahas kontroversi istilah Tionghoa vs.
Cina, biar itu lain kali saja.
> Hanya ingin tahu catatan sejarah tentang 'korespondensi diplomatik' yang
empat ini, apa betul ada?
>
> Apakah ada catatan resmi mengenai nota-nota diplomasi sebagaimana yang
tersebut di posting Chan-heng ini, yang terkesan seperti telah terjadi
balas-membalas nota, sekurang-kurangnya 4 kali jawab menjawab?
>
> Untuk yang ke-1), nota protes keras diplomatiknya itu nomor berapa,
tanggal berapa, ditandatangani pejabat tingkat apa, dan ditujukan ke lembaga
pemerintahan Indonesia yang mana?
>
> Kemudian untuk yang ke-2), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik
yang menyatakan bahwa, setelah terjadi balas membalas nota, akhirnya terjadi
pembekuan hubungan kedua negara terbesar di dunia ini, hanya atas dasar
persoalan istilah "cina/tjina" vs "tiongkok/tionghoa"?
>
> Kemudian untuk yang ke-3), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik
yang membahas persyaratan pencairan hubungan diplomatik antara kedua negara
terbesar di dunia ini, yang hanya dapat berlangsung berdasarkan pada
tercapainya kesepakatan penggunaan istilah "cina" vs "tiongkok/tionghoa" di
mana pihak satu resmi meminta dirubah, sementara pihak lainnya ngotot
mempertahankan?
>
> Kemudian untuk yang ke-4), apakah betul ada pertukaran nota diplomatik
yang menunjukkan pemerintah Indonesia ngotot menggunakan istilah "cina",
lalu pemerintah Tiongkok mengalah soal istilah "tiongkok/tionghoa", dan
akhirnya kedua pemerintah mencapai kompromi pada istilah "china" alih-alih
"cina"?
>
> Kalau untuk yang ke-1), ke-2), ke-3) dan ke-4 di atas ini tidak pernah ada
nota diplomatik yang resmi, lalu apakah ada dokumen tertulis dalam bentuk
lainnya yang dipertukarkan antara kedua belah pihak, baik secara resmi
maupun secara 'di bawah meja' (misalnya disamarkan sebagai dokumen
perjanjian perdagangan)?
>
> - - - - -
>
> Kalau betul ada nota diplomatik yang ke-1), menarik untuk menyimak di
konsideran nota tersebut, apakah dasar protes itu adalah:
> A. Karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak disebut
"cina/tjina", dan ingin disebut "cungkuo/tiongkok/zungguo", karena kata
"cina/china/zhina" itu istilah yang menghina?
> (Kalau benar yang butir-A ini, maka berarti tentunya ada juga protes keras
ke pemerintah Jepang yang konon katanya memulai penggunaan kata
"china/tjina/cina" sebagai penistaan, dan kepada Majelis Umum PBB yang resmi
menerima Tiongkok masuk PBB dengan nama "china". Protes-protes ini tahun
berapa ya? Tentunya juga akan ada ke negara-negara lainnya yang sampai
sekarang masih memakai istilah "china")
>
> B. Atau karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak penyebutan
"cina", tetapi tidak menolak disebut "tjina" atau "china", karena kata
"cina" dianggap menista, tetapi kata "tjina/china" tidak dianggap menista?
> (Kalau benar yang butir-B ini, berarti pemerintah di
cina/tjina/china/tiongkok/cungkuo/zhungguo menolak perubahaan ejaan bah.
Indonesia dari ejaan Suwandi menjadi EYD, suatu intervensi urusan dalam
negeri negara lain)
>
> C. Ataukah karena Pemerintah RR Tiongkok/Tjina/Cina/China menolak
penyebutan "cina" atas dasar menolak dituduh terlibat dalam G-30-S, karena
mengasumsikan perubahan istilah itu merupakan implikasi tuduhan Indonesia
tentang keterlibatan RRT itu?
> (Kalau benar yang butir-C ini, berarti ketika tercapai kompromi penggunaan
istilah "china" alih-alih "cina", maka pada hakekatnya pemerintah RRT
menjadi mengakui keterlibatannya dalam G-30-S, walaupun mungkin secara
partial)
>
> - - - - -
>
> Sepanjang pengetahuan saya yang terbatas, untuk semua yang tersebut ke-1),
ke-2), ke-3) maupun ke-4), tidak pernah ada pernyataan sikap resmi dari
kedua belah pihak,

[budaya_tionghua] Re: istilah TIONGHOA)

2006-02-14 Thread skala selaras
Saya tetap bertahan menolak istilah " Cina " dipakai di Indonesia, hanya
bertolak dari satu prinsip: Menolak untuk melupakan sejarah! terutama
sejarah hitam.

Bangsa yang besar tidak perbah melupakan Sejarah.  Bagaimana jika anak2
Indonesia sangat senang dipanggil "Inlander", dan melupakan makna sejarah
penghinaan yang terkandung? hanya karena telah kebiasaan mendengar

ZFy



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Seminar Sehari di Tek Hay Bio - Semarang

2006-02-14 Thread King Hian
Dalam rangka memperingati HUT 250 tahun berdirinya kelenteng Tek Hay Bio / TITD 
Sinar Samudera (1756 -2006), maka dengan ini yayasan TITD Sinar Samudera 
menyelenggarakan Seminar Sehari dengan judul :

"Strategi Menumbuhkan Motivasi Generasi Muda Untuk Mencintai Budaya Tionghua 
Yang Berasaskan Kebangsaan Indonesia"

Hari/Tgl: Minggu, 19 Februari 2006
Tempat  : Aula Kelenteng Besar Tay Kak Sie
  Jl.Gang Lombok 62 , Semarang
Jam : 10.00 -  16.00
RSVP: Sdri.Lumina 0816 424 2440

Sub topik:
1.Persepsi-persepsi keliru tentang Budaya Tionghua
  (Bp.Ardian C)
2. Transkulturasi Budaya dalam Masyarakat Tionghua
  (Bp.David Kwa)
3. Mengolah Alam Bawah Sadar utk menyerasika budaya
  (Bp.Purnawan EA)

Tim Pembicara:
- Bp.Purnawan EA
Master Hypnoterapist lulusan Amerika, Direktur Wellness World,
institusi yang bergerak di bidang HRD (pengembangan diri)

- Bp.Ardian Cangianto
Pengamat budaya, filsafat dan spiritual Tionghua,
pengasuh milis Budaya Tionghua

-Bp.David Kwa
Arsitek, pengamat budaya khususnya budaya Tionghua peranakan, Editor dari 
majalah Rimba Hijau (majalah cersil).

Moderator :
-R.Sunarto, wakil direktur harian "Suara Merdeka" group
-Ir.Daniel Dharmawan MM MBA

Besar harapan kami bapak/ibu berkenan menghadiri acara seminar yang kami 
selenggarakan demi pembangunan mental dan sprititual generasi muda Tionghoa.
Atas kehadiran bapak / ibu kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui,
ketua TITD Tay Kak Sie

Sindu Dharmali

hormat kami,
ketua TITD Sinar Samudra

Tjeng Santoso


sponsor :
-Etsa Admark, outdoor advertising Semarang
-Silhouette party, event organizer
-Moto cap Mobil
-perusahaan rokok Gudang Garam
-Viodi kosmetik
-P.T Inti General Yaja Steel, pabrik besi beton dan siku Semarang
-My Book
-P.T Tanah Mas Real Estate
-P.T Indonesia NanYa Indah Plastics corp
-Bank ChinaTrust Indonesia, Jakarta
-Buana Motor
-You C1000 health drink
-P.T Wahana Bersama Globalindo
-P.T Dipo Star Finance Semarang
-Swiss House Bakery Semarang
-Yamaha Mataram Sakti Semarang
-Wings, toko kaca dan alumunium Semarang
-P.T Poliplas Indah Sejahtera, Semarang
-Bank NISP cabang Semarang
-Haga Bank cabang Semarang
-Marimas
-milis dan web budaya tionghua:
http://groups.yahoo.com/budaya_tionghua
  www.budaya-tionghoa.org 
-P.T Sempurna Boga Makmur, Semarang
-P.T Wahana Bersama Globalindo, Semarang
-Teh Wangi Cap Poci
-kelenteng Tay Kak Sie
-kelenteng Tek Hay Bio


P.S : Undangan terbatas


-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Adakah dokumen resminya? ==> ABSaleh

2006-02-14 Thread ChanCT
Bung Saleh yth,

Mungkin akan lebih baik kita bicarakan lagi setelah bung baca tulisan Prof. 
Kong Yuan Zhi itu, bagaimana? 

Daripada berdebat tak ada habisnya mengenai penggunaan istilah Cina dan 
Tiongkok/Tionghoa, apa tidak kembali saja pada pemikiran saya semula, bahwa 
masalah penamaan satu negara sepenuhnya adalah hak bangsa dan Rakyat negara itu 
maunya disebut apa? Sedang Pemerintah dan Rakyat negara lain seharusnya 
menerima dan menghormati permintaan mereka itu. 

Salam,
ChanCT
  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 14, 2006 3:10 PM
  Subject: Adakah dokumen resminya? (Re: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: 
istilah TIONGHOA)



- Original Message - 
From: ChanCT 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; Tionghoa-Net 
Sent: Monday, 13 February, 2006 21:40
Subject: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA


1) Pemerintah Tiongkok secara resmi menyatakan protes keras atas 
penggantian istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina yang dirasakan penghinaan 
terhadap rakyat Tiongkok itu. (Baca tulisan Prof. Kong Yuan zhi dari Univ. 
BeiJing itu) 
2) Hubungan diplomatik kedua negara akhirnya dibekukan. 
3) Tapi, pada saat pembicaraan untuk pencairan hubungan diplomatik kedua 
negara diakhir tahun 89, pihak Pemerintah Soeharto tetap saja ngotot 
mempertahankan penggunaan istilah Cina dan tidak mau kembali menggunakan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana permintaan resmi Pemerintah Tiongkok. 
4) Hanya karena pemerintah RI ngotot menggunakan Cina dan Pemerintah 
Tiongkok lebih mengutamakan pencairan hubungan diplomatik demi kepentingan 
kedua Rakyat bisa dilangsungkan, dilakukanlah kompromi menggunakan istilah 
China sebagaimana yang digunakan dunia dalam ejaan bhs. Inggris dan bukan Cina! 

  

  Saya kali ini tidak bermaksud membahas kontroversi istilah Tionghoa vs. Cina, 
biar itu lain kali saja.
  Hanya ingin tahu catatan sejarah tentang 'korespondensi diplomatik' yang 
empat ini, apa betul ada?

  Apakah ada catatan resmi mengenai nota-nota diplomasi sebagaimana yang 
tersebut di posting Chan-heng ini, yang terkesan seperti telah terjadi 
balas-membalas nota, sekurang-kurangnya 4 kali jawab menjawab? 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty

2006-02-14 Thread Ambon
http://www.radiovoxpopuli.com/news_view.asp?id=254

 
  Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty
 
 
  14-Feb-2006, Ivanno Passal - Ambon 





  SEBELUM konflik menghantam Kota Ambon, kawasan jalan A. Y. Patty di kota 
ini merupakan ruas jalan yang paling ramai dengan lalu lalang warganya. Bahkan 
ada yang menyamakannya dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta. Kemiripan kedua 
lokasi tersebut yakni menjadi pusat perbelanjaan dan tempat interaksi sosial. 
Tapi sejak konflik pecah pada 1999, kawasan ini menjadi rawan ditempati, bahkan 
untuk sekedar dilintasi. Terutama karena lokasinya berada di zona yang 
membatasi (ketika segregasi akibat konflik terjadi) kawasan Muslim dan Kristen. 

   

  Sejak tahun 1999 itu, warga yang menempati kawasan A.Y. Patty, yang 
mayoritas keturunan Tionghoa lari meninggalkan rumah mereka. Ada yang sempat 
memboyong harta benda yang dimiliki namun ada yang bangunannya hangus terbakar. 
Bahkan ada yang sudah rata karena kerasnya konflik yang berkepanjangan selama 
beberapa tahun tersebut. 

   

  Lalu setelah sempat menjadi kawasan "mati" karena berbahayanya, 
belakangan sejumlah bangunan kosong di kawasan tersebut ditempati pengungsi. 
Kini, setelah kawasan A.Y. Patty mulai ramai dengan berbagai aktivitas 
perekonomian, para warga keturunan Tionghoa pemilik bangunan di kawasan ini 
mulai terpikir untuk kembali mendiaminya.

   

  Terkait dengan keinginan tersebut, Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler, BA 
kemarin menyatakan, akan mengupayakan pada bulan Maret 2006 nanti, semua warga 
keturunan Tionghoa kembali ke kawasan tersebut, sebagaimana sebelum konflik 
1999 terjadi.

   

  Menurut Hadler, untuk kawasan-kawasan A.Y. Patty, Kemakmuran dan A.M 
Sangaji, saat ini sudah dalam proses pengembalian, sehingga bulan Maret nanti, 
warga keturunan Tionghoa ini sudah dapat menempati lokasi-lokasi tersebut.

   

  Guna menyelesaikan masalah tersebut, beberapa waktu lalu pihaknya telah 
melakukan pertemuan, antara Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dengan Pemerintah 
Daerah (Pemda) Maluku. Selanjutnya Pemda akan mensosialisasikan rencana 
tersebut lewat pembentukan  tim yang akan melibatakan Dinas Sosial Kota Ambon 
dan para Camat, namun tetap disesuaikan dengan data pengungsi yang ada.

   

  Tapi menurut Hadler, Pemda akan terlebih dahulu menyelesaikan masalah 
pengungsi yang hingga kini belum tuntas. "Namun, untuk melakukan semua itu, 
pastinya membutuhkan sosialisasi yang telah ditetapkan bersama, serta akan 
dijalankan selama sebulan penuh. Tim akan bekerja ekstra, baik dalam pemulangan 
para pengungsi yang hingga kini masih menempati gedung-gedung di jalan A.Y. 
Patty maupun di lokasi jalan Kemakmuran," paparnya.

   

  Lebih lanjut Hadler jelaskan, di lokasi-lokasi tersebut ada pengungsi dan 
kelompok "pasrah". Mereka semua itu akan dapat rumah di kawasan Kate Kate, dan 
akan dipindahkan kesana dalam waktu dekat.

   

  Hadler menambahkan, tim terpadu yang dibentuk juga melibatkan TNI/Polri, 
karena ini terkait dengan pengeluaran warga pengungsi maupun kelompok "pasrah", 
yang hingga kini belum mau keluar dari lokasi-lokasi tersebut. 

   

  "Dengan dikeluarkannya mereka dari lokasi-lokasi itu, akan langsung 
dilakukan penyegelan pada bangunan-bangunan yang ada. Kami harap seluruh warga 
keturunan  Tionghoa yang akan kembali, saat lokasi tersebut sudah dikosongkan, 
dapat langsung mengadakan aktivitas baik itu perekonomian maupun yang lainnya, 
sebagaimana keinginan mereka selama ini. Ini perlu dilakukan agar tidak memberi 
ruang bagi mereka-mereka yang tidak berhak atas bangunan-bangunan itu, untuk 
kembali menempatinya," jelas Hadler. 

   

  Disinggung soal warga yang pengungsi maupun kelompok "pasrah" yang 
terkesan tidak jelas dan selama ini menempati gedung-gedung di kawasan A.Y. 
Patty, Hadler tandaskan, hal tersebut akan dikoordinasikan dengan pihak 
terkait. "Yang pengungsi, akan ditangani, sedangkan warga bukan pengungsi, akan 
diberi pemahaman soal kondisi keamanan yang sudah membaik, agar mereka dapat 
segera mengosongkan lokasi AY Patty," lanjutnya.

   

   "Jadi, sesegera mungkin dalam bulan ini, akan dilaksanakan sosialisasi. 
Dengan begitu, pada bulan Maret mendatang, sudah dapat selesai dan warga 
keturunan Tionghoa dapat kembali menempati bangunan mereka," terang Hadler.(vp)
 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
 

[budaya_tionghua] Kewarganegaraan Tidak Berdasar "Ras-Criterium"

2006-02-14 Thread Ambon
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0602/14/opi01.html



Kewarganegaraan Tidak Berdasar "Ras-Criterium" 
Oleh
Prasetyadji


 
Diangkatnya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang merupakan inisiatif DPR tentang 
Kewarganegaraan (sebagai pengganti UU yang lama No 62/1958) dalam program 
legislasi tahun ini, telah membawa harapan banyak orang kepada para anggota 
dewan yang terhormat. 

Kenapa? Karena UU No 62/1958 dinilai mengandung unsur diskriminatif, tidak 
mewadahi kesetaraan hak baik dari sisi gender, etnik, maupun dalam perlindungan 
hukum terhadap anak. Selain itu, substansi mengenai kewarganegaraan itu 
sendiri, perlu menghadirkan kembali suasana kebathinan para founding fathers 
dalam merumuskan UU tentang Kewarganegaraan pertama kali No 3/1946 sebagai 
salah satu syarat berdirinya negara Republik Indonesia. 

Pembahasan RUU sudah dimulai antara Pansus DPR dengan Menteri Hukum dan HAM 
tanggal 25 Januari 2006. Dan melihat aspirasi masyarakat yang begitu antusias, 
para anggota DPR kiranya perlu selalu berpegang pada produk UU yang telah kita 
miliki, seperti UU No 39/1999 tentang HAM maupun UU No 23/2002 tentang 
Perlindungan Anak, karena ada beberapa permasalahan prinsip yang perlu jadi 
acuan, seperti perlindungan hukum terhadap anak dari perkawinan antarbangsa.


Istilah Asli 
Artinya, agar dalam RUU dapat diatur bahwa anak yang lahir (di manapun) dari 
pernikahan seorang ayah dan/atau ibu warga negara Indonesia adalah warga negara 
Indonesia, begitu pula terhadap setiap orang yang lahir di wilayah Indonesia, 
yang setelah dewasa (berusia 18 tahun) wajib menentukan sendiri 
kewarganegaraannya. 

Hal ini sejalan dengan Pasal 5 UU Perlindungan Anak No 23/2002 yang secara 
tegas menyatakan "setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan 
status kewarganegaraan"; demikian pula Pasal 14 dikatakan bahwa "setiap anak 
berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau 
aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan 
terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir".

Masalah ini sungguh penting, karena menyangkut nasionalisme, harga diri sebagai 
sebuah bangsa yang berdaulat, sehingga jangan sampai darah daging dari seorang 
warga negara Indonesia menjadi warga negara asing di negara sendiri. Dan 
apabila ini terjadi, berarti tidak ada kesetaraan terhadap gender di republik 
ini. 

Sebagai bangsa yang memiliki budaya dan sejarah perjuangan dalam mencapai 
kemerdekaan, maka RUU ini perlu memberikan penghargaan kepada para pendiri 
bangsa dengan tidak melupakan kemajemukannya sebagaimana memahami suasana 
kejiwaan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia 
(BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Untuk itu, terkait dengan desakan dari berbagai pihak agar dihilangkannya 
istilah asli dalam pengertian siapa warga negara pada RUU Kewarganegaraan 
tersebut perlu mendapat perhatian bersama. 

Karena dalam perkembangannya, istilah asli sudah bergeser pada konotasi 
diskriminasi, berbagai perilaku termasuk penyelenggara negara pun memberikan 
konotasi rasis.

Nilai Moral 
Desakan ini tentu bukan tanpa alasan, tetapi justru mengingatkan kembali kepada 
suasana kebathinan dalam sidang BPUPKI ketika Soemitro Kolopaking dan anggota 
lainnya keberatan dicantumkannya istilah asli dalam UU tentang Kewarganegaraan 
yang pertama kali No 3/1946 apabila tujuannya pendekatan rasis, karena yang 
duduk di Badan/Panitia adalah sesama Nederlandsch Onderdaan (Kaula-negara 
Belanda) sesuai kedudukan hukum yang berlaku ketika itu. Dengan demikian, dalam 
Penjelasan UU No 3/1946 ditegaskan bahwa, "dalam UU ini (UU No 3/1946) sama 
sekali tidak berdasar atas ras-criterium".

Atas dasar pemikiran tersebut, dalam pembahasan-pembahasan ke depan, para pihak 
diharapkan mau mengedepankan nilai-nilai moral dan mampu menjiwai semangat 
nasionalisme, agar RUU ini benar-benar memberi kesetaraan dan perlidungan hukum 
kepada sesama warga negara Indonesia. 

Penulis adalah Sekretaris DPP Forum Komunikasi Kesatuan Bangs, anggota Koalisi 
Kewarganegaraan RI 
  

[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Politik diskriminasi => Min Hui

2006-02-14 Thread ChanCT
Bung Min Hui yb,

Bagus kalau begitu. Tegak berdirilah sebagai manusia yang normal. Salut 
dengan ketahanan bung tetap menggunakan nama Tionghoa, dan kenyataan menjadi 
yang luar biasa, lalu apa nama-marga bung?

[ MH ]:
Yang paling penting menurut saya adalah seharusnya kita tidak lagi
mengungkit2 isu2 diskriminasi masa lalu; yang mana para pembuat keputusan
politik tsb sudah meninggal atau tidak menjabat lagi, yang dapat memperkeruh
keharmonisan yang sedang diperjuangkan oleh generasi sekarang.

[ CT ]:
Menghadapi politik diskriminasi, bukan terutama melihatnya para pembuat 
keputusan tsb. Tapi milihatnya masih diberlakukan tidak politik diskriminatif 
itu. Mengungkit, atau kita tentang kebijaksanaan diskriminatif bukan untuk 
memperkeruh kehidupan harmonis didalam masyarakat, justru sebaliknya agar 
politik diskriminatif bisa dicabut, tidak diberlakukan lagi dan dengan demikian 
kehidupan harmonis bermasyarakat bisa terwujud dengan sebaik-baiknya.

Saya pun setuju, pada saat kita melawan politik diskriminatif, kita juga selalu 
harus bercermin pada diri sendiri, jangan pula kita sendiri juga 
diskriminatif-rasial, yang merasa diri lebih tinggi dan menghina atau 
merendahkan suku lain. Perlakukanlah setiap orang disekeliling, sekalipun dari 
suku beda, agama beda sebagaimana umat manusia yang bisa dihargai dan 
dihormati. Hidup bersama, makan bersama dan bekerja bersama, minum bersama juga 
boleh, asal jangan sampai mabuk bersama aja, deh. Buat apa harus sampai 
mabuk-mabuk, yang jelas pikiran jadi tidak terkontrol lagi, ya!

Salam,
ChanCT
  - Original Message - 
  From: Min Hui 
  To: tionghoa-net@yahoogroups.com ; budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 14, 2006 4:16 PM
  Subject: RE: [t-net] Re: istilah TIONGHOA => Min Hui


_  


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA => ChanCT & Karang Terjal

2006-02-14 Thread karang_terjal
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Min Hui" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Pak ChanCT dan Pak Karang_Terjal yg baik,
> 

Bung Ming Hui yang baik juga,

> 
> Saya yang lahir jauh setelah hiruk-pikuk antara Indonesia - 
Tiongkok tentang
> masalah penyebutan bangsa atau keturunan tionghoa / cina di 
Indonesia
> memandang hal ini merupakan masalah masa lalu; jangan / tidak perlu 
lagi isu
> ini membebani generasi berikutnya sehingga bisa menimbulkan lagi 
gesekan2
> yang tidak perlu.
> 

KT:
Saya juga lahir di masa dimana saya selalu menggunakan kata Cina 
dalam lisan dan tulisan dimana saya tidak tahu historical nya sampai 
bergabung dengan milist ini. Memahami bagaimana istilah Cina 
dipolitisir sedemikian rupa disertai dengan pelarangan budaya dan 
kepercayaan tionghoa dipeluk dan dirayakan di tempat umum, tidaklah 
membuat saya merasa terbebani dan dibebani utk mempelajari itu, 
justru saya banyak belajar dari sejarah masa lampau serta memahami 
kenapa generasi di atas kita menolak di panggil Cina.
Apalagi keharusan menggunakan istilah cina di masa orba justru 
diusulkan oleh sesama Cina sendiri kepada penguasa masa itu. Entah 
kalau Bung Ming Hui memandangnya sbg beban bagi generasi anda, 
salahkan terlahir sbg Cina dgn sejarah kelam spt itu.



> Seperti yg saya utarakan sebelumnya, dalam isu "tionghoa atau cina",
> masyarakat tionghoa/cina Indonesia terbagi atas: yang sangat 
keberatan kalau
> dipanggil dengan cina dan yang tidak keberatan mau dipanggil cina 
atau
> tionghoa.
> 
> Pemerintah dan birokrat mulai dari jaman Gusdur hingga sekarang 
sudah boleh
> dibilang dalam acara dan surat resmi sudah menggunakan istilah 
Tionghoa.
> Kecuali negara, ada yang masih memakai China, ada yang menggunakan 
Tiongkok.
> Ini merupakan hal yang menggembirakan, akan tetapi di grass-root 
masih
> banyak yang belum dapat merubah serta-merta akibat kebiasaan masa 
lalu yang
> masih melekat.
> 
> Yang saya tekankan disini adalah ketulusan. Buat apa mempertahankan 
suatu
> nama/panggilan bila tidak dibarengi ketulusan? Pertanyaan Sdr. 
Karang_Terjal
> agar menghimbau teman2 saya dari suku lain untuk menggunakan 
tionghoa sudah
> dijalankan mereka walaupun kadang kelepasan karena kebiasaan sejak 
lama yang
> terpelihara. 
> 

KT:
Saya tidak menyarankan anda untuk menghimbau teman anda mengubah 
panggilan dari Cina ke Tionghoa sejauh anda menyukainya, silahkan 
saja...
Yg saya sarankan justru agar anda mengetest ketulusan teman anda 
dalam memanggil Cina thp anda, apakah betul betul tulus atau dimulut 
saja, caranya sudah kuberitahukan. 


> Buat saya dan teman2 yang sudah bergaul, minum mabuk bersama, 
teriak rame2
> saat nonton English Premier League, saling bantu saat acara sosial, 
dll.
> kami tidak lagi mempermasalahkan apakah Joko, Acong, atau Sitorus.
> Barangkali member yang sering kumpul dengan teman2 suku lain dapat
> memberi/menambahkan komentar.
> 
> Saya juga bisa mengerti dan paham sekali banyak saudara tionghoa 
kita yang
> SANGAT KEBERATAN di panggil dengan sebutan cina, dan saya sangat 
menghormati
> pendapat/pandangan tersebut yang berdasarkan sejarah masa lalu, 
makanya kami
> juga menghimbau agar teman2 pelan-pelan meninggalkan sebutan cina 
terutama
> terhadap tionghoa senior.
> 

KT:
BEtulkah? Tahukah anda apa yg membuat saya tergelitik ikut dalam 
ajang diskusi tionghoa dan cina ini?

>Apa sensasi sensitivitas cina ini hanya dirasakan
> oleh saudara2 tionghoa yang kurang/tidak bergaul dengan suku
lainnya ;-) ?
>

Bung Ming Hui, janganlah berprasangka spt itu bila kita tidak pernah 
hidup dan mengalami di jaman itu.

Saya termasuk orang yg cukup membaur dalam hidup saya bahkan sempat 
tinggal di kost yg hanya ada dua cina di dalamnya dari beberapa puluh 
anak sampai kerusuhan mei meledak. Panggilan cina dan memanggil cina 
sudah biasa kulakukan termasuk memaki cina brengsek dan dimaki cina 
bangsat tanpa mendengar ada yg memanggil saya tionghoa. Saat 
kerusuhan mei, saya 
---cut--

Sekarang seandainya bila saya terpikir untuk dipanggil dgn sebutan 
Tionghoa drpd Cina krn sekedar ingin dipanggil dgn sebutan itu. 
Apakah saya sudah termasuk orang yg tdk membaur menurut ukuran Bung 
Ming Hui? 

Janganlah beban sejarah menjadikan anda tidak bisa merasakan 
penderitaan generasi di atas kita, tetapi  hargailah dan pahamilah. 
Bagiku sejarah kelam bukanlah beban, tetapi justru harus belajar dari 
sejarah masa lampau utk meraih hari depan yg lebih baik.



> Demikian pendapat saya, saya juga mohon pandangan senior2 apakah 
pandangan
> saya ini salah dan bagaimana sebaiknya.
> 
> 
> Salam,
> Min Hui
> 

he he he tak ada yg salah bila anda menyakini itu, yg ada hanyalah 
perbedaan pandangan.

Salam dari seorang etnis cina,
karang terjal



> 
> 
> 
> 
> 
> 
> > -Original Message-
> > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT
> > Sent: Monday, February 13, 2006 9:40 PM
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com; Tionghoa-Net
> >

[budaya_tionghua] Re: Minta masukan, wawancara aktivis muda Tionghoa (Minta Klarifikasi)

2006-02-14 Thread sumamihardja
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "thangoubheng" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:


> ...siapapun yang diluar paham Marxis, dan dgn bangganya kemudian 
>memproklamirkan diri sebagai 
> aktivist muda Tionghoa, rasanya yang di wakilinya adalah aktivist 
> Tionghoa Marxis dan bukan aktivist Tionghoa yang nasional.
> ...
> Thangoubheng yg besar di jalanan, dan sudah bertarung to 
> hell and back di 1998 dan tahun tahun berikutnya, tetap tidak pernah 
> berani menyebut diri sebagai aktivist. Bagi kaum jalanan ada golden 
> rule yg digunakan sbg parameter aktivist. Udah pernah masuk bui 
> belum??? Udah pernah dikejar team Mawar belum? Udah ketemu Sinhay 
> belum? Atau Marsilam? 
> 


Untuk sdr. Thangoubeng (apa benar begitu?):

Saya tidak hendak berbasa-basi dengan anda. Saya selama ini memang 
tidak intens mengikuti milis BT ini karena sejumlah persoalan teknis, 
tapi saya kemudian dikejutkan oleh pernyataan anda yang menuding 
penyebutan nama saya oleh sdr. Kenken sebagai bagian dari aktifis, 
Tionghoa, marxis pula!!!

Saya tidak tahu, referensi anda dari mana? Anda pernah berkenalan 
dengan saya dan mengikuti rekam jejak saya? Pernahkah anda berdiskusi 
dengan saya atau setidaknya membaca tulisan-tulisan saya? Bagaimana 
anda mempertanggungjawabkan pernyataan anda itu? Ataukah anda hanya 
seorang yang juga hanya sekedar mencari sensasi dengan melempar isu-
isu murahan?

Saya sendiri masih mempertanyakan posisi saya sebagai seorang aktifis, 
bukan karena saya meragukan pilihan diri saya dalam kegiatan di 
lapangan. Namun karena di dalam pengertian aktifis sendiri, terbelah 
di antara mereka yang terjebak dengan aktifisme (hura-hura demonstrasi 
atau avonturir) dan mereka yang menjadi pejuang sebenarnya (bahkan 
progresif sekalipun!!!). Saya berkehendak menjadi pejuang, tidak perlu 
berkoar-koar namun bekerja. Apabila saya mempergunakan pisau bedah 
analisis kelas, apakah dengan demikian saya otomatis tidak nasionalis? 
Nasionalisme macam apa juga yang hendak anda sebutkan? Chauvinisme 
nasionalistik atau kesatuan rasa sebagai bangsa di antara lautan umat 
manusia? Apa pula kriterianya, khususnya apabila ada embel-embel 
Tionghoa sebagaimana anda sebutkan? Ataukah anda hanya sekedar 
berteriak bahwa hati dan jiwa anda demi Indonesia (atau malah nasional 
yang lain???), namun lupa terhadap persoalan yang dihadapi oleh 
masyarakat kecil, marjinal dan tertindas yang tidak pernah berteriak 
nasionalisme namun menghayati apa artinya berbangsa itu? Apakah anda 
sendiri memenuhi kriteria tersebut? Nasionalisme yang bagaimana dan 
implikasi apa yang terjadi karena pilihan anda tersebut? Di mana 
posisi anda??? Apakah progresif itu salah? Apa pula pengertian 
avonturir versi anda? Avonturirkah saya???

Saya tidak memungkiri bahwa diri saya selalu berada dalam rangkaian 
kontemplasi dan kerja-kerja tanpa batas ideologi, ras, agama, etnis, 
suku dan kelas, dan terus berada dalam rangkaian pencarian arti 
menjadi manusia. Sebagai salah seorang mahasiswa berprestasi, saya 
bukannya menerima tawaran di lembaga papan atas, malahan justru masuk 
ke dunia gerakan, saat lulus justru memilih berkiprah di LBH dengan 
gaji seadanya, saat di LBH justru mengaktifkan pengorganisasian, dan 
akhirnya mundur dari LBH karena tidak setuju dengan keberadaan 
sejumlah Dewan Penyantun yang sebenarnya adalah pembela-pembela para 
pelanggar HAM dan koruptor. Saat itu, ikut memperjuangkan hak-hak 
beragama kalangan Khonghucu di MATAKIN dengan tanpa penggajian, juga 
aktif membantu kalangan "agama" dan "kepercayaan" lainnya yang 
tidak "diakui" sebagai agama oleh negara. Saat Khonghucu mendapatkan 
pengakuannya, saya malah mundur dari MATAKIN, salah satunya juga 
karena ketidaksesuaian pandang dengan beberapa petingginya yang 
terseret dalam arus kekuasaan dan materialisme semu. Avonturir???

Meski tidak lagi memiliki organisasi tetap, saya tetap ikut melawan 
kebijakan anti masyarakat miskin, masyarakat kecil yang ada di gang-
gang becek, pinggir laut dan bedeng-bedeng. Ikut memperjuangkan nasib 
kalangan yang secara ideologis terpinggirkan secara tidak adil. Aktif 
juga menjadi dosen dengan gaji seadanya, hanya dengan harapan 
menularkan semangat belajar, mencari pengetahuan, menghargai 
kejujuran, kerja keras dan kebenaran serta mencintai kebudayaan. 
Terkadang membantu menerjemahkan buku atau membuat penelitian yang 
serius untuk mencari nafkah hidup sehari-hari (beberapa malah saya 
kirimkan ke milis BT ini), itu pun hanya mendapat penggantian ongkos 
tulis ala kadarnya. Terkadang saya bepergian ke sejumlah daerah untuk 
mempromosikan peraturan dan pelayanan publik yang tidak diskriminatif, 
sampai-sampai ada yang menuding bahwa pemikiran saya terlalu maju 
untuk masyarakat di sana yang elit-elitnya masih dipenuhi 
syakwasangka. Pernah dikeroyok sampai bonyok karena membela penumpang 
bis yang dimintai ongkos lagi padahal mereka sudah membayar. Pernah 
dihajar segerombolan brimob polisi dengan hasil rusuk patah karena 
menanyakan dasar huk

Re: [budaya_tionghua] Fw: Han hWie Song: Sebutan Tionghoa dan Cina revisited 2

2006-02-14 Thread Hendra Onang Wijaya
Soeharto mantan pemimpin ORBA, rumors nya punya darah keturunan Cina. kalo 
benar ironis yah mudah2an salah. 
  - Original Message - 
  From: HKSIS 
  To: HKSIS-Group 
  Sent: Tuesday, February 14, 2006 2:06 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Fw: Han hWie Song: Sebutan Tionghoa dan Cina 
revisited 2


  Sebutan Tionghoa dan Cina revisited
  - Original Message - 
  From: Han Hwie Song 
  To: Tionghoa-net ; C.T. Chan ; Jonathan Goeij ; K. Prawira ; Nasional-list 
  Sent: Tuesday, February 14, 2006 1:12 PM
  Subject: Re: Han hWie Song: Sebutan Tionghoa dan Cina revisited 2


  Sebutan Tionghoa dan Cina revisited



Saya pulang dari kunjungan ke Indonesia, saya membaca di HKSIS 
polemik mengenai sebutan Tionghoa dan Cina yang sejak lama sudah 
di-diduskusikan, dan saya pernah menulis dua essai tentang masalah ini. 
Persoalan ini adalah kompleks dan ternyata adalah sala satu persoalan mengenai 
"masalah etnis Tionghoa". Kompleks karena doeloe pengantian nama Tionghoa 
menjadi Cina oleh Orba adalah tindakan politis.

Zhuang Zi, sala seorang Taoist yang besar mengatakan:"apabila dari 
semula kita menyebut heaven sebagi kuda dan earth sebagi macan, maka heaven dan 
earth masing masing bernama kuda dan macan". Namun kalau sudah diberi nama 
orang harus memanggil nama yang benar untuk menghindari salah pengertian. 

Confucius adalah filosof yang pertama yang menghubungan nama dengan 
fungsi, karenanya nama sangat penting bagi beliau. Beliau tentu tidak setuju 
apabila bunga mawar diberi nama anggrek, karena ini memberi pada pendengar 
persepsi pada bunga  yang lain. Seorang yang disbut ayah,  harus memenuhi 
fungsinya sebagai ayah: dia harus bekerja untuk dapat memelihara penghidupan 
keluarganya dan pendidikan anak anaknya etc.. Demikian pula orang yang disebut 
sebagai raja, menteri dsb.-nya, harus berfungsi sebgai raja atau menteri, kalau 
tidak orang itu tidak sesuai dengan sebutan yang diberikan padanya. Confucius 
berlawanan pendapat dengan Shakespeare yang mengatakan:"apakah nama itu ? Anda 
dapat menyebutnya bunga mawar dengan nama apa saja, bunga mawar tetap bunga 
mawar."

Tiongkok diluar negeri dari semula sejak negara-negara Barat 
mengenal negara ini disebut China dan orang Tionghoa disebut Chinese, karenanya 
tidak dipersoalkan lagi tentang sebutan China dan Chinese. Mungkin asal usul 
nama China dari Qin (Chin) dinasti, yg mempersatukan Tiongkok, karenanya oleh 
orang-orang Barat dinamakan China.

Sebetulnya nama Tionghoa ini dipandang penting oleh rakyat Tiongkok 
serta pemimpinnya, betapa tidak, Sun Yat-Sen, bapak revolusi Tiongkok menamakan 
negara yang didirikan sebagai Zhong Hua Ming-Guo atau Republik Zhonghua ( 
Zhonghua atau Tionghoa). Mao Ze-Dong menamakan negara yang didirikan Zhong Hua 
Renming Gonghe Guo atau Republik Rakyat Zhonghua.  

Orang Tionghoa di Indonesia sedari dahulu, sebelum masa Orba, baik 
oleh pemerintah maupun media massa disebut Tionghoa. Sebutan ini dihargai oleh 
masyarakat Tionghoa di Indonesia sebelum jaman Orba. Mereka senang dengan 
panggilan Tionghoa, karena kata Cina pada Tempo Doeloe adalah sebutan ejekan 
terhadap mereka. 

Pemerintah umumnya merobah peraturan/hukum dengan maksud tertentu  
ialah untuk kepentingan rakyat pada umumnya. Karena itu yang penting ialah 
sejarah, asal usul dan tujuan  mengapa penggantian sebutan ini? Kita mengetahui 
bahwa penggantian sebutan ini bersamaan waktunya dengan berbagai aturan-aturan 
yang discriminatif, sekolah sekolah Tionghoa ditutup, koran-koran Tionghoa 
ditutup, kebudayaan Tionghoa  dan bahasa Tionghoa dilarang di tontonkan di 
umum. Dapat dimengerti bahwa bagi orang Tionghoa terutama golongan seniornya 
pengantian nama ini dipaksakan jelas tidak democratis dan apalagi sebutan 
tersebut dahulu adalah suatu ejekan. 

Kalau WNI keturunan Tionghoa dianggap sebagai penduduk integral 
dari masyarakat Indonesia bukankah perlu saling menghormat dan toleran? Saya 
rasa persoalannya perlu didiskusikan mendalam agar semua golongan yang 
bersangkutan bisa saling menerima dan memberi sehingga masing masing bisa 
menerima sebutan mana yang dapat ditrima oleh golongan yang bersangkutan. 
Bukankah ini suatu tindakan uluran tangan yang baik, simpatik dan dapat ditrima 
oleh chalayak ramai demi persatuan bangsa?! Saya dapat mengerti bahwa generasi 
muda tidak keberatan dengan sebutan ini karena mereka tidak mengenal sejarahnya 
dan mereka sudah biasa dengan sebutan Cina.

  Dr. Han Hwie-Song

  Breda, 12-2-2006 (Holland)





 




  [Non-text portions of this message have been removed]






  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chines

[budaya_tionghua] Foto-foto Cap Go Meh di Bogor

2006-02-14 Thread FBY
Hi all,

saya sendiri tidak sampai ke Bogor hari itu karena macet A1 GP di Sentul tapi
ini ada beberapa link foto teman-teman yang motret di sana


http://marchellinus.multiply.com/photos/album/53

http://ifirdauzi.multiply.com/photos/album/42

http://wildans.multiply.com/photos/album/11

http://www.fotografer.net/isi/forum/topik.php?id=321383


--
Jual foto digital anda di internet!
http://submit.shutterstock.com/?ref=6953


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] [PP] Perayaan Cap Go Meh di Kalimantan Barat

2006-02-14 Thread Singkawang
http://www.kalbar.go.id/news.php?extend.717

Rayakan Cap Gomeh di Singkawang; Gubernur dan Muspida Diarak 
Keliling Kota Warta Pemprov - 13/02/2006 - 13:45 WIB  
 
 
SINGKAWANG-Gubernur Kalbar, H Usman Ja'far, beserta beberapa Muspida 
Kalbar dan Walikota Singkawang, Drs H Awang Ishak MSi, diarak 
keliling Kota Singkawang pada saat pembukaan perayaan Cap Go Meh 
2557, Sabtu (11/2) lalu. 


Pengarakan dilakukan dengan menumpang kendaraan khusus berbentuk 
sebuah perahu dengan berkepalakan seekor naga. Acara keliling kota 
ini dimulai dari Kantor Walikota Singkawang dan berhenti tepat di 
kelenteng Kota Singkawang. Selama acara, sekitar 400 tatung turut 
beraksi menunjukan kebolehannya. Mereka mengadakan pawai keliling 
kota yang dimulai dari kantor Walikota Singkawang. Selama acara 
berlangsung, Kota Singkawang diwanai dengan berbagai macam bunyian 
seperti tabuhan gendang serta pembakaran kemenyan yang menandakan 
tatung mulai beraksi. 

Gubernur mengharapkan agar kegiatan Perayaan Cap Go Meh yang 
merupakan seni Budaya bagi masyarakat Tionghua sebagai kebudayaan 
leluhur yang perlu dilestarikan sebagai aset wisata dan kebudaan 
bangsa. Menurutnya, Semua kesenian dan kebudayaan yang ada di Kalbar 
merupa perekat dalam mempersatukan bangsa, keharmonisan antar etnis 
merupakan aset dasar dalam membangun Kalbar. "Hal ini sesuatu yang 
sangat penting untuk kita kembangkan melalui pembinaan dan managemen 
yang baik, Ini memiliki mata rantai yang erat dalam rangka 
mewujudkan motto Harmonis Dalam Ethis dan Prakarsa Kalbar Bersatu 
sebagai salah satu asset daya tarik Daerah dalam pengembangan 
citrawisata budaya Kalbar dalam kancah Nasional ,maupun dimata 
dunia," ungkap Usman Ja'far

Sementara itu, Awang Ishak berharap agar even seperti perayaan Cap 
Go Meh ini dapat dilaksanakan lebih baik dan sempurna lagi ditahun 
berikutnya. Pasalnya, kegiatan ini dipandang sebagai suatu 
kebersamaan dalam membangun bangsa. "Melalui seni dan kebudayaan 
seperti ini diharapkan menjadi wasah kebersamaan bagi masyarakat 
yang berasal dari etnis manapun. Oleh karena itu, semua pihak harus 
dapat berperan secara aktif dalam kancah pembangunan," katanya.

Hadir pada kegiatan tersebut, Sekda Kalbar, Drs. H.Sakirman; Kapolda 
Kalbar, Brigjen Pol.Nanan Sukarna; ; dan Kol.Inf. Wisnu Bawatanaya, 
Danrem 121/ABW. (Nasir/Vhe-Humas Pemprov) 


---
www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Singkawang&id=109387

Senin, 13 Februari 2006
Atraksi Tatung Singkawang Tetap Berlangsung Meriah
Meski Sempat Dilanda Berbagai Isu


Singkawang,- Meski dilanda isu tak sedap (hijrahnya para tatung) 
beberapa pekan sebelumnya, perayaan Cap Go Meh tahun 2006, Minggu 
(12/2), di Singkawang, tetap berlangsung meriah. Sebanyak 412 tatung 
beraksi di jalan utama dengan berkeliling kota. Suasana lebih ramai 
ketika arak-arakan group tatung menabuh gendang dan bunyi-bunyian 
lainnya sejak pagi hingga siang. Sepanjang jalan manusia menyemut 
berdesakan, sehingga arus lalu lintas mengalami kemacetan.

Sebelum dimulai arak-arakan tatung-yang dimaknai sebagai kegiatan 
membersihkan kota agar selalu dalam keselamatan itu, mereka terlebih 
dulu berkumpul di kelenteng tempat para masing-masing dukun. Lalu 
kemudian menuju ke Halaman Kantor Wali Kota Singkawang.

Atraksi tatung ini memukau perhatian pengunjung dari luar kota yang 
berpenduduk 151.622 dengan penduduk Tionghoa 42,39 persen ini. 
Berbagai macam rupa dan pakaian dikenakan para tatung. Kota 
Singkawang dipadati pengunjung sejak tiga hari menjelang Cap Go Meh, 
mereka bukan hanya dari luar Kalbar tapi juga beberapa diantaranya 
merupakan tamu luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Taiwan.

Aksi yang dilakukan para Tatung memang cukup memukau. Berbagai 
atraksi dilakukan, mulai dari menusukkan bagian wajah mereka dengan 
kawat jeruji sepeda, menusukkan besi berukuran tebal dengan diameter 
2,5 cm, atau pun ranting tanaman yang masih dipenuhi oleh daun.

Akibat ulah para tatung ini, penonton dari berbagai sudut kota 
selama atraksi tampak takut. Selain ngeri, mereka juga yang menahan 
jijik karena tatung sambil beraksi memakan binatang mentah. Meski 
agak sepintas agak mendebarkan, tapi apa yang dilakukan tatung itu 
mengasyikan. Makanya selama atraksi berlangsung, penonton antusias 
mengabadikan penampilan tatung tersebut dengan kamera, handycam, 
handphone (berkamera).
Gubernur Kalbar, H Usman Jafar, yang hadir membuka acara tatung 
kemarin, mengungkapkan perayaan Cap Go Meh tahun ini tampak sudah 
dikemas lebih baik. Ia mengharapkan agar perayaan ini kedepan tetap 
dikelola masyarakat dan pemerintah hanya memfasilitasi. "Event 
budaya itu akan masuk dalam kalender pariwisata nasional. Acara 
budaya ini sudah ditetapkan sebagai kalender pariwisata daerah dan 
tahun ini diupayakan bisa masuk dalam kalender nasional," ujar Usman 
dalam sambutannya.

Usman menyebutkan perayaan cap go meh sarat dengan seni dan budaya 
suku Tionghoa merupakan bagian da

[budaya_tionghua] Regenerasi Teater Koma Lewat "Sampek Engtay" - Kampung Naga, Aset Wisata yang Ditutup Warga karena Konflik

2006-02-14 Thread HKSIS
SUARA PEMBARUAN DAILY 



Regenerasi Teater Koma Lewat "Sampek Engtay"
 

Pembaruan/Alex Suban 

"SAMPEK ENGTAY 2005" - Sampek dan Engtay merantau ke Betawi yang merupakan 
adegan dari pementasan Teater Koma bertajuk "Sampek Engtay 2005" dipentaskan 
Senin (13/2). Produksi ke-109 ini dimainkan oleh generasi muda Teater Koma. 

PULUHAN kupu-kupu beraneka warna berterbangan dari langit-langit Gedung 
Kesenian Jakarta (GKJ), Senin (13/2) malam. Di atas pentas, dua anggota Teater 
Koma yang mengenakan pakaian warna putih lengkap dengan sayap berwarna serupa 
menarikan tari kupu-kupu dengan menawan. Cahaya yang ditata apik oleh Mulyono 
menambah daya pikat suasana. 

Kedua penari itu digambarkan seolah keluar dari kuburan Sampek yang telah 
dihancurkan atas perintah Kapten Liong (Sugi Haryanto) dan anaknya, Macun (Sena 
Sukarya). Puluhan kupu-kupu lainnya seolah berterbangan di atas panggung. 
Seolah mengiringi tari kebahagiaan Sampek (Paulus Simangunsong) dan Engtay 
(Tuti Hartati). Ah, siapa pula yang tidak bahagia bisa kembali dipersatukan 
kekuatan cinta dan kehendak yang maha kuasa. 

Adegan itu menandai babak akhir lakon kisah percintaan Sampek Engtay 2005 karya 
sutradara Nano Riantiarno, sang pendiri Teater Koma yang tidak pernah 
kekeringan ide pementasan. Pertunjukan semalam merupakan babak baru perjalanan 
Teater Koma. Kisah cinta tragis versi Teater Koma dimainkan anggota dari 
angkatan IX. tahun 2000 yang dibantu pemain dari angkatan X/2005. 

"Pementasan tadi merupakan upaya kami melakukan regenerasi. Pemeran Sampek dan 
Engtay dan sebagian besar pemain lainnya, baru pertama kali tampil di depan 
penonton sebanyak ini," kata Ratna Riantiarno, pimpinan produksi pertunjukan 
semalam. 

Paulus Simangunsong yang memerankan Sampek mengaku sempat grogi di menit-menit 
awal pertunjukan. Tapi setelah itu, Sampek, eh, Paulus pun seolah menjelma 
menjadi siswa sekolah yang kutu buku, tidak bisa membedakan antara struktur 
tubuh perempuan dan pria, dan yang pasti, jatuh cinta setengah mati pada 
Engtay. 

Akhir cerita, Sampek memang meninggal dunia karena cinta. Engtay yang juga 
mencintainya, harus menikah dengan Macun. Tapi kekuatan cinta pula yang kembali 
menyatukan mereka. Sosok Sampek dan Engtay seolah ada bersama para penonton di 
GKJ. 

Tuti Hartati yang memerankan Engtay tampil total. Ia mampu mengolah suara. 
Suara prianya saat ia mengajak Sampek ke taman bunga, lalu tiba-tiba muncul 
suara aslinya saat ia menyaksikan keindahan bunga dan kupu, sungguh merupakan 
demonstrasi hasil latihan keras di Teater Koma. 


Setia 

Lakon Sampek Engtay saat ini tidak bisa dipisahkan dari Teater Koma yang setia 
mementaskan kisah cinta dua anak manusia. Jangan salahkan Museum Rekor 
Indonesia (MURI) yang pada 2004 telah mencatatkan Teater Koma dalam daftar 
rekornya karena Nano dan kawan-kawannya telah 80 kali mementaskan lakon itu. 

Tunggu dulu, penghargaan diberikan bukan hanya karena jumlah pementasan tapi 
juga komposisi pendukunganya. Delapan puluh kali pementasan lakon Sampek Engtay 
selama kurun waktu 16 tahun ternyata didukung oleh tujuh pemain, empat pemusik, 
dan seorang sutradara yang sama. Rekor itu jelas merupakan demonstrasi 
kesetiaan berkarya versi Teater Koma. Rekor lainnya yang tidak bisa disangsikan 
lagi ialah, adanya penonton setia dari teater yang didirikan pada 1977. 

Kesetiaan penonton pada pertunjukan Teater Koma merefleksikan kejelian para 
pengelola teater untuk menampilkan olah tubuh dan suara para pemain, dukungan 
tim pemusik dan yang terpenting menjadikan tontonan yang menghibur. Jangan 
lupa, perjalanan panjang Teater Koma tidak bisa dilepaskan dari kemampuan 
mereka menyelipkan beragam persoalan hangat negeri ini dengan jenaka. Konsep 
itu yang menempatkan Teater Koma menjadi satu-satunya kelompok teater yang 
pementasannya selalu dipenuhi penonton. 

Mau bukti? Lebih dari 400 tiket untuk setiap pementasan Sampek Engtay 2005 di 
GKJ yang akan dipertunjukkan untuk umum mulai Selasa (14/2) hingga Kamis 
(16/2), sudah terjual habis. 

Nano, sang sutradara dan keluarga - bukan karena adanya Ratna Riantiarno 
istrinya, tapi karena hubungan emosi di antara anggota Teater Koma yang 
demikian guyub - memang terampil dan menyatu dalam kekompakan. Dan kekompakan 
serta kesadaran untuk melakukan regenerasi itu pula yang meraka tampilkan 
semalam di hadapan undangan khusus dan jurnalis. 

Nano menyadur cerita itu berdasarkan penyerapan 12 versi. Sang sutradara 
kemudian menjadikan kawasan Banten dan Betawi di masa penjajahan Belanda 
sebagai lokasi dan masa berlangsungnya kisah percintaan yang tragis itu. 
Apalagi pementasan itu didukung penataan panggung dengan dominasi warna merah 
ornamen Cina. Panggung dibiarkan terbuka lebar. Tapi di bagian belakang, 
tepatnya di bagian tengah, sebuah layar yang memperkuat suasana sudah 
disiapkan. 

Singkat kata, dahaga penonton setia Teater Koma telah terpuaskan meskipun

Re: [budaya_tionghua] Re: Adakah dokumen resminya? ==> ABSaleh

2006-02-14 Thread Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message -
From: ChanCT
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 14 February, 2006 19:59
Subject: [budaya_tionghua] Re: Adakah dokumen resminya? ==> ABSaleh

>Daripada berdebat tak ada habisnya mengenai penggunaan
> istilah Cina dan Tiongkok/Tionghoa, apa tidak kembali saja pada
> pemikiran saya semula, bahwa masalah penamaan satu negara
> sepenuhnya adalah hak bangsa dan Rakyat negara itu maunya disebut apa?
> Sedang Pemerintah dan Rakyat negara lain seharusnya menerima
> dan menghormati permintaan mereka itu.

-

He he he... kan jelas-jelas, dengan bah. Indonesia yang baik dan benar, saya
katakan di posting saya yang Chan-heng jawab ini, bahkan di awal pembuka
posting itu, bahwa saya TIDAK BERMAKSUD membahas, apalagi berdebat, lebih
apalagi lagi "berdebat tak ada habisnya", mengenai penggunaan istilah Cina
dan Tiongkok/Tionghoa.
Dan saya juga 100% SETUJU dengan apa yang Chan-heng katakan di atas ini
tentang hak bangsa dan rakyat suatu negara mau disebut apa negara itu, dan
orang lain harus menghormati sikap itu, no doubt about it!

Yang saya ingin tahu hanyalah dokumen-dokumen resmi manakah, apakah notulen
perundingan antar Kamar Dagang, atau lebih baik lagi kalau ada catatan
pertukaran nota diplomatik, yang menyatakan pemerintah RRT pernah
mempersoalkan, apalagi protes keras seperti yang Chan-heng sebutkan, tentang
penggunaan nama Cina oleh pemerintah Indonesia?
Dengan kata lain, adakah dokumen-dokumen sejarah yang menunjukkan pernah
terjadi persengketaan antar pemerintahan Tiongkok dan Indonesia tentang nama
negara Tiongkok?

- - - - - -

Mari kita lihat contoh lain yang paralel.
Kita tahu bahwa pemerintah Amerika Serikat DENGAN RESMI MENYATAKAN ngotot
mau tetap memakai nama "Birma" alih-alih "Myanmar" (dan juga nama "Rangoon"
alih-alih "Yangoon" untuk nama ibukotanya). Dan karena itu pemerintah
Myanmar juga telah DENGAN RESMI MEMPROTES sikap USA itu.
Walaupun saya muak pada junta militer yang sekarang berkuasa di Myanmar, dan
saya bersimpati pada Aung San Su Kyi, tetapi saya menyetujui protes keras
pemerintah jusnta militer Myanmar itu pada pemerintah AS tentang soal nama
"Birma" dan "Rangoon" itu, karena sejalan dengan prinsip yang Chan-heng
sebut di atas ini.
Memang USA ini sekarang merupakan setan dunia yang merasa menjadi polisi
dunia, dengan penuh ke-standard-ganda-annya yang munafik!!

Tetapi... tetapi tentang sengketa nama negara (dan nama ibukota) antara
pemerintah AS dan pemerintah Myanmar, cukup banyak dimuat di media massa
tentang pertukaran nota diplomatik yang memperdebatkan hal itu. Sehingga
cukup jelas bagi kita di mana letak persengketaannya.

Di mana letak persengketaannya? Sengketanya terletak pada sikap USA yang
tidak mengakui lagi junta militer Myanmar sebagai pemerintah yang saha di
Myanmar setelah junta ini kalah pemilu dari Aung San Su Kyi. Karena itu USA
tidak mau mengakui semua produk kerja pemerintahan junta, termasuk
pergantian nama negara, karena mengakui produk kerja junta berarti mengakui
junta sebagai pemerintah yang sah di Myanmar. Sementara itu junta menganggap
dirinya pemerintah yang sah di Myanmar, dan karena itu pergantian nama yang
mereka lakukan adalah aspirasi sah rakyat Myanmar yang mereka
representasikan.

- - - - - -

Nah, kembali ke topik kita, KALAU JUGA ADA persengketaan antara pemerintah
Tiongkok dan pemerintah Indonesia tentang nama negara (seperti sengketa
antara USA dan Myanmar), sampai ada protes keras dari pihak Tiongkok
(seperti protesnya junta militer Myanmar), lalu ada sikap ngototnya pihak
Indonesia (seperti ngototnya USA), lalu sampai urusan sengketa nama ini
menjadi sebab pembekuan hubungan antar negara, lalu akhirnya ada kompromi
memakai nama bah. Inggris demi pencairan hubungan antar negara, TENTUNYA
JUGA ADA dokumen-dokumen tertulis mengenai hal itu (yang lazimnya berbentuk
Exchanges of Diplomatic Memoires, tetapi dalam hal Indonesia-Tiongkok ini
barangkali saja berbentuk Minutes of Meetings of Chambers of Commerce), pada
mana kita akan dapat mengacu dan menyimak, bagaimana persisnya duduk soal
persengketaannya.


Wasalam.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] salam kenal

2006-02-14 Thread Lucas Ony





da jia hao?
permisi para moderator dan teman-teman sekalian, 
saya anggota baru milis ini..
nama saya Ony, saya pengamat kebudayaan Tionghoa 
baru sejak tahun 1981
senang sekali menemukan mailing list ini.. 

 
mohon petunjuk apakah bagian-bagian yang saya tulis 
di bawah ini boleh dibicarakan di sini:
1. Bahasa-bahasa di Tiongkok seperti dialek Beijing 
yang kita kenal sebagai Guoyu atau Mandarin, dialek Hokkian, Khek, Tio Ciu, Cong 
Ciu, dll
2. Sejarah dari dinasti Xia, Shang, Zhou sampai ke 
Republik rakyat Cina
3. Pembahasan suku2 mayoritas dan minoritas di 
Tiongkok
4. Budaya kuno seperti opera beijing, wayang 
potehi, hingga budaya kuno yang dijadikan modern seperti 12 girls 
band
5. Pantun-pantun dan sajak Tiongkok
6. Ajaran (bukan agama) Kong Hu Cu
7. Roman klasik Tiongkok seperti Sam Kok, Tepi Air, 
Impian Bilik Merah, Orang Semua Bersaudara, dll
8. Festival dan hari raya tiongkok
 
terima kasih
Kind regards,Ony
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] benarkah orang Jepang berasal dari China ?

2006-02-14 Thread Chen Kuang


Dera All,

Menurut guru sekolah saya, bahwa Jepang dulunya adalah tempat pembuangan
tahanan perang dari daratan China, benarkah hal itu ?

Bagaimana kisah sejarahnya  ?

Apakah ada yang tau mengenai hal tersebut ?
atas informasinya saya ucapkan terima kasih 

CK




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] salam kenal

2006-02-14 Thread Rinto Jiang
Ony,

Semua topik yang anda kemukakan itu sudah pernah dan sering dibahas di 
forum ini. Ditambah dengan topik Tionghoa Indonesia baiklah itu budaya 
peranakan maupun asimilasi serta transkulturasi kebudayaan Tionghoa di 
Indonesia, hubungan kebudayaan suku lainnya di Indonesia yang erat 
kaitannya dengan kebudayaan Tionghoa di Indonesia sendiri. Silahkan 
membahas dan mendiskusikan point2 yang anda tulis di bawah itu, saya 
yakin akan mendapat sambutan dari anggota2 yang menaruh perhatian.


Rinto Jiang



Lucas Ony wrote:
> da jia hao?
> permisi para moderator dan teman-teman sekalian, saya anggota baru 
> milis ini..
> nama saya Ony, saya pengamat kebudayaan Tionghoa baru sejak tahun 1981
> senang sekali menemukan mailing list ini..
>  
> mohon petunjuk apakah bagian-bagian yang saya tulis di bawah ini boleh 
> dibicarakan di sini:
> 1. Bahasa-bahasa di Tiongkok seperti dialek Beijing yang kita kenal 
> sebagai Guoyu atau Mandarin, dialek Hokkian, Khek, Tio Ciu, Cong Ciu, dll
> 2. Sejarah dari dinasti Xia, Shang, Zhou sampai ke Republik rakyat Cina
> 3. Pembahasan suku2 mayoritas dan minoritas di Tiongkok
> 4. Budaya kuno seperti opera beijing, wayang potehi, hingga budaya 
> kuno yang dijadikan modern seperti 12 girls band
> 5. Pantun-pantun dan sajak Tiongkok
> 6. Ajaran (bukan agama) Kong Hu Cu
> 7. Roman klasik Tiongkok seperti Sam Kok, Tepi Air, Impian Bilik 
> Merah, Orang Semua Bersaudara, dll
> 8. Festival dan hari raya tiongkok
>  
> terima kasih
>
> Kind regards,
> Ony
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] benarkah orang Jepang berasal dari China ?

2006-02-14 Thread Rinto Jiang
Tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, bahwasanya leluhur orang Jepang 
berasal dari daratan China yah sangat mungkin sekali, namun penelitian 
selanjutnya leluhur orang Jepang itu sebenarnya bukan orang Han 
(Tionghoa). Dari penelitian arkeologi dan linguis, orang Jepang lebih 
dekat ke bangsa Asia Tengah. Migrasi leluhur orang Jepang pada dasarnya 
dibagi atas 3 jurusan, pertama masuk dari utara Hokkaido, melalui 
Shakalin yang saat itu masih berhubungan dengan Siberia, kedua dari 
Korea, dan ketiga dari Taiwan.

Bahasa Jepang sendiri lebih dekat kepada rumpun bahasa Altaic, dan bukan 
Sino-Tibetan. Lalu, suku aborigin Jepang itu secara genetik adalah 
rumpun Austronesia, artinya malah lebih dekat ke suku2 di Indonesia 
maupun suku aborigin di Taiwan.

Masalah pembuangan tahanan perang atau apapun itu, biasanya cukup 
dibuang ke pedalaman dan bukan ke negeri seberang (mengarungi laut). 
Bilapun ada itu hanya sebuah mitos, misalnya mitos bahwa leluhur orang 
Jepang adalah berasal dari orang Han. Namun mitos tinggal mitos, 
penelitian genetis membuktikan bahwa orang Jepang lebih dekat ke orang 
Korea dan Mongol daripada ke orang Han (China).


Rinto Jiang





Chen Kuang wrote:
>
>
> Dera All,
>
> Menurut guru sekolah saya, bahwa Jepang dulunya adalah tempat pembuangan
> tahanan perang dari daratan China, benarkah hal itu ?
>
> Bagaimana kisah sejarahnya  ?
>
> Apakah ada yang tau mengenai hal tersebut ?
> atas informasinya saya ucapkan terima kasih
>
> CK
>


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] benarkah orang Jepang berasal dari China ?

2006-02-14 Thread ANDREAS MIHARDJA
Bangsa jepang harus dibagi dua suku.
  Yg diutara yg mereka bilang suku Ainu [suku biruang] bermata biru - ini 
typical daru suku yg kita sebut suku Altai - termasuk orang Siberia/Korea utara 
, Mongol., Uzbel sampai ke barat suku kurd dan Turkye. Ini menurut pengetahuan 
dari ahli bangsa2 teman saya dari university Taiwan. Ahli ini dpt memakai bah 
Jepang, Persia, Turkye seperti p[enduduk setempat dan juga pernah hidup 
diantara suku2 ini.
  Yg diselatan yg tubuhnya lebih pendek adalah campuran dari chinese dan 
penduduk pacific [Kurang lebih kaya penduduk lanhua atau Gueishan island 
disebelah timur pulau Taiwan] - Oleh karena campuran ini maka diciptakan suku 
Jepang.
  Ini kurang lebih sama dengan pulau Jawa dimana suku pacific [seperti Ambon] 
dicampur dgn suku2 dari Laos camboja.Thailand dan diciptakannya suku Malay.
  Andreas

Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, bahwasanya leluhur orang Jepang 
berasal dari daratan China yah sangat mungkin sekali, namun penelitian 
selanjutnya leluhur orang Jepang itu sebenarnya bukan orang Han 
(Tionghoa). Dari penelitian arkeologi dan linguis, orang Jepang lebih 
dekat ke bangsa Asia Tengah. Migrasi leluhur orang Jepang pada dasarnya 
dibagi atas 3 jurusan, pertama masuk dari utara Hokkaido, melalui 
Shakalin yang saat itu masih berhubungan dengan Siberia, kedua dari 
Korea, dan ketiga dari Taiwan.

Bahasa Jepang sendiri lebih dekat kepada rumpun bahasa Altaic, dan bukan 
Sino-Tibetan. Lalu, suku aborigin Jepang itu secara genetik adalah 
rumpun Austronesia, artinya malah lebih dekat ke suku2 di Indonesia 
maupun suku aborigin di Taiwan.

Masalah pembuangan tahanan perang atau apapun itu, biasanya cukup 
dibuang ke pedalaman dan bukan ke negeri seberang (mengarungi laut). 
Bilapun ada itu hanya sebuah mitos, misalnya mitos bahwa leluhur orang 
Jepang adalah berasal dari orang Han. Namun mitos tinggal mitos, 
penelitian genetis membuktikan bahwa orang Jepang lebih dekat ke orang 
Korea dan Mongol daripada ke orang Han (China).


Rinto Jiang





Chen Kuang wrote:
>
>
> Dera All,
>
> Menurut guru sekolah saya, bahwa Jepang dulunya adalah tempat pembuangan
> tahanan perang dari daratan China, benarkah hal itu ?
>
> Bagaimana kisah sejarahnya  ?
>
> Apakah ada yang tau mengenai hal tersebut ?
> atas informasinya saya ucapkan terima kasih
>
> CK
>


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS 
Indonesia   Culture   Chinese 

-
  YAHOO! GROUPS LINKS 


Visit your group "budaya_tionghua" on the web.

To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]

Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


-
  

  



[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: istilah TIONGHOA => Min Hui

2006-02-14 Thread liang u
Ikut nimbrung sedikit,
Harus diakui, bahwa banyak generasi muda yang lahir
zaman orba, baik orang Tionghoa atau non Tionghoa,
tidak sadar lagi bahwa istilah Cina mengandung
penghinaan. Mereka biasa saja, karena sudah terbiasa.
Akan tetapi kalau diusut ke akarnya, masalah itu
mempunyai dasar rasialis. Ini yang berbahaya, ini yang
harus dilawan. Yang tidak tahu, setelah tahu pun harus
mengerti, ini bukan masalah pribadi, tapi masalah
harga diri suatu suku bangsa di negera Indonesia yang
mengaku demokrasi. Mereka harus mendukung perjuangan
ini. BAGAIMANA ORANG AKAN MENGHARGAI KITA, ORANG
TIONGHOA INDONESIA, KALAU ANGGOTA KITA SENDIRI LEBIH
SENANG DIHINA DENGAN PANGGILAN CINA?
Kita patut mencontoh rekan-rekan di California US.
Mereka (orang Tionghoa Indonesia) yang bermukim di
sana menggunakan istilah Tionghoa, bahkan dalam bahasa
Inggeris sekalipun, agar tidak rusuh dengan istilah
Cina dan China yang sering dikaburkan. Mereka
mendirikan Tionghoa Cultural Centre. Kalau disebut
Chinese Culturan Center, orang mengira itu didirikan
oleh orang-orang dari Tiongkok, tapi Tionghoa Cultural
Center jelas milik orang Tionghoa Indonesia.
Apakah orang Tionghoa Indonesia sendiri suka
menggunakan kata Cina? Yah, tapi perhatikan. Kalau ada
orang Tionghoa yang licik, jahat, atau arogan, orang
Tionghoa sendiri akan memanggilnya si Cina gila. Tapi
orang Tionghoa yang baik-baik mereka akan menyebut
Tionghoa atau Tnglang atau Thongnyin kalau orang Kheq.
Jadi jelas, orang Tionghoa sendiri menggunakan istilah
Cina itu untuk yang negatif.
Mengapa ada sebutan Cina Benteng. Beberapa anggota
milis ini beberapa saat lalu sepakat untuk menggunakan
istilah Tionghoa Benteng. Mengapa? Memang Cina Benteng
itu mengandung hinaan. Mereka miskin, tak
berpendidikan, hidup di rumah-rumah kumuh, banyak yang
jadi tukang beca dll. Sekarang teman-teman merasa
salah kita menamakan mereka Cina Benteng, mereka warga
kita, sama dengan warga negera Indonesia yang lain,
hanya ekonominya lemah, maka mereka berhak disebut
Tionghoa Benteng bukan Cina benteng lagi.
Salam
LU


--- ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bung Min Hui yb,
> 
> Ya, betul. Di grassroot yang anda maksudkan,
> dalam pergaulan sehari-hari yang saya nyatakan,
> dimana kita hidup bersama, besar bersama, bermain
> bersama, makan bersama, kerja bersama, penggunaan
> istilah Cina dikalangan anak-anak muda memang tidak
> ada maksud penghinaan atau merendahkan, ya
> boleh-boleh saja. Sebenarnya saja, disaat Pemerintah
> RI masih secara resmi penggunaan istilah
> Tiongkok/Tionghoa, sebelum G30S tahun 65 itu,
> didalam pergaulan juga sering kita disebut Cina
> dalam pergaulan, dan tidak tidak menjadi masalah
> karena memang mereka yang menyebut tidak bermaksud
> menghina atau merendahkan kita. Biasa saja. Jadi,
> tidak sedikitpun maksud saya memaksakan orang untuk
> segera merubah penyebutan Cina yang sudah terbiasa
> itu menjadi kembali dengan Tiongkok/Tionghoa. Tidak.
> 
> 
> Yang menjadi masalah tentunya adalah sikap
> Pemerintah RI, dimasa kekuasaan Orba yang bergajul
> dan tidak beradab itu, yang sengaja kembali
> menggunakan "Cina" untuk meningkatkan aksi
> anti-Tiongkok dan sekaligus menghina, merendahkan
> etnis Tionghoa di Indonesia, dan, ... hendaknya
> sikap demikian ini jangan diteruskan berlarut
> terlalu lama. Hendaknya Pemerintah SBY bisa
> melangkah maju selangkah lagi mencabut itu Keputusan
> Presidium Kabinet yang secara resmi mengganti
> penggunaan istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi Tjina,
> dalam waktu tidak terlalu lama lagi! Mudah-mudahan.
> Dan sebelum Pemerintah secara resmi menggunakan
> kembali istilah Tiongkok/Tionghoa, kita-kita didalam
> pembicaraan resmi dan Media-pers hendaknya juga
> sudah bisa kembali menggunakan istilah
> Tiongkok/Tionghoa, sebagaimana dilakukan oleh ke-3
> Presiden terakhir itu (Gus Dur, Megawati dan SBY).
> 
> Dan bagi bung Min Hui yang tentunya etnis
> Tionghoa, tidak perlu merasakan risih akan etnis
> Tionghoa yang melekat di-dirinya sejak lahir. Ingat,
> tidak ada salahnya kita dilahirkan sebagai etnis
> Tionghoa, kita tidak bisa memilih hendak dilahirkan
> sebagai etnis atau suku apa. Terimalah apa adanya,
> tanpa sedikitpun menyesali kenapa dilahirkan sebagai
> etnis Tionghoa yang selalu didiskriminasi dan
> direndahkan orang, dengan berani tetap tegak berdiri
> untuk memperjuangkan hak dan keadilan sebagai salah
> seorang elemen bangsa Indonesia.
> 
> Salam,
> ChanCT
>   - Original Message - 
>   From: Min Hui 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ;
> 'Tionghoa-Net' 
>   Sent: Tuesday, February 14, 2006 1:03 PM
>   Subject: RE: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re:
> istilah TIONGHOA => ChanCT & Karang Terjal
> 
> 
> 
>   Pak ChanCT dan Pak Karang_Terjal yg baik,
> 
>   Maaf, saya gabungkan saja email bapak berdua
> karena apa yang ingin saya
>   sampaikan adalah murni pendapat pribadi; atau mau
> dianggap pendapat
>   pendamping terserah bagaimana penilaian
> masing-masing.
> 
>   Saya yang lahir jauh setelah hiru

RE: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA => ChanCT & Karang Terjal

2006-02-14 Thread Min Hui

Bung KT & Pak ChanCT yb,

Saya rasa diskusi ini sudah mencapai titik dimana masing2 dari kita harus
memahami dan menghormati pandangan2 yang ada beserta alasan2 yang diyakini
masing-masing. 

Biarkanlah masing-masing pihak baik yang keberatan akan cina dan yang tidak
perduli mau cina atau tionghoa berjalan sebagaimana seharusnya, tidak perlu
saling mempertahankan pahamnya secara mati-matian. 

Saya berharap semoga polemik ini lama-lama dapat dihilangkan. Masih banyak
hal yang lebih penting dan perlu untuk kita perjuangkan bersama dengan
saudara2 kita dalam kehidupan berbangsa daripada sekedar membahas sebuah
calling name!

Terima kasih atas sharing informasi yang sangat berguna buat saya, dan akan
saya sampaikan kepada teman2 bila ada kesempatan. Sekaligus mohon maaf bila
ada hal yg saya sampaikan tidak berkenan terutama pada senior2 dikarenakan
pengetahuan sejarah saya yang masih kurang.



Salam,
Tjio Min Hui




> -Original Message-
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of karang_terjal
> Sent: Wednesday, February 15, 2006 1:43 AM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re:Min Hui Re: istilah TIONGHOA => ChanCT &
> Karang Terjal
> 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Balasan: Re: [budaya_tionghua] benarkah orang Jepang berasal dari China ?

2006-02-14 Thread Abu Lora
Kalau menurut cerita teman saya yang orang Taiwan
waktu di Shanghai memang benar apa adanya.

Alkisah dulunya raja di Tiongkok sangat ingin
mempertahankan kekuasaan. Saat itu muncul satu ide
bahwa ada sejumlah ramuan yang bila dikomsumsi dapat
memperpanjang umur dan staminanya sampai ratusan
tahun. Cuma ramuan ini bisa didapatkan di suatu tempat
(yang sekarang dikenal Jepang).
Syaratnya adalah harus dibekali sejumlah warga
sebanyak 10.000 orang (kalau tidak salah) untuk
melakukan ekspedisi ini dan membutuhkan waktu yang
cukup lama. Maka berangkatlah kelompok ini menuju
tempat tersebut dan menetap cukup lama di lokasi
tersebut. Selama di tempat tersebut mereka juga
mempersenjatai dan membentuk pasukan perang sampai
suatu saat raja di Tiongkok tersebut baru sadar bahwa
beliau telah dibohongi. Sejak itu berdirilah suatu
negara yang sekarang dikenal dengan Jepang. 

Salam

Abu

--- ANDREAS MIHARDJA <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

> Bangsa jepang harus dibagi dua suku.
>   Yg diutara yg mereka bilang suku Ainu [suku
> biruang] bermata biru - ini typical daru suku yg
> kita sebut suku Altai - termasuk orang Siberia/Korea
> utara , Mongol., Uzbel sampai ke barat suku kurd dan
> Turkye. Ini menurut pengetahuan dari ahli bangsa2
> teman saya dari university Taiwan. Ahli ini dpt
> memakai bah Jepang, Persia, Turkye seperti p[enduduk
> setempat dan juga pernah hidup diantara suku2 ini.
>   Yg diselatan yg tubuhnya lebih pendek adalah
> campuran dari chinese dan penduduk pacific [Kurang
> lebih kaya penduduk lanhua atau Gueishan island
> disebelah timur pulau Taiwan] - Oleh karena campuran
> ini maka diciptakan suku Jepang.
>   Ini kurang lebih sama dengan pulau Jawa dimana
> suku pacific [seperti Ambon] dicampur dgn suku2 dari
> Laos camboja.Thailand dan diciptakannya suku Malay.
>   Andreas
> 
> Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, bahwasanya
> leluhur orang Jepang 
> berasal dari daratan China yah sangat mungkin
> sekali, namun penelitian 
> selanjutnya leluhur orang Jepang itu sebenarnya
> bukan orang Han 
> (Tionghoa). Dari penelitian arkeologi dan linguis,
> orang Jepang lebih 
> dekat ke bangsa Asia Tengah. Migrasi leluhur orang
> Jepang pada dasarnya 
> dibagi atas 3 jurusan, pertama masuk dari utara
> Hokkaido, melalui 
> Shakalin yang saat itu masih berhubungan dengan
> Siberia, kedua dari 
> Korea, dan ketiga dari Taiwan.
> 
> Bahasa Jepang sendiri lebih dekat kepada rumpun
> bahasa Altaic, dan bukan 
> Sino-Tibetan. Lalu, suku aborigin Jepang itu secara
> genetik adalah 
> rumpun Austronesia, artinya malah lebih dekat ke
> suku2 di Indonesia 
> maupun suku aborigin di Taiwan.
> 
> Masalah pembuangan tahanan perang atau apapun itu,
> biasanya cukup 
> dibuang ke pedalaman dan bukan ke negeri seberang
> (mengarungi laut). 
> Bilapun ada itu hanya sebuah mitos, misalnya mitos
> bahwa leluhur orang 
> Jepang adalah berasal dari orang Han. Namun mitos
> tinggal mitos, 
> penelitian genetis membuktikan bahwa orang Jepang
> lebih dekat ke orang 
> Korea dan Mongol daripada ke orang Han (China).
> 
> 
> Rinto Jiang
> 
> 
> 
> 
> 
> Chen Kuang wrote:
> >
> >
> > Dera All,
> >
> > Menurut guru sekolah saya, bahwa Jepang dulunya
> adalah tempat pembuangan
> > tahanan perang dari daratan China, benarkah hal
> itu ?
> >
> > Bagaimana kisah sejarahnya  ?
> >
> > Apakah ada yang tau mengenai hal tersebut ?
> > atas informasinya saya ucapkan terima kasih
> >
> > CK
> >
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 
> 
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah
> Tiongkok :.
> 
> .: Kunjungi website global :
> http://www.budaya-tionghoa.org :.
> 
> .: Untuk bergabung :
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> .: Jaringan pertemanan Friendster :
> [EMAIL PROTECTED] :. 
> 
> 
> 
>   SPONSORED LINKS 
> Indonesia   Culture   Chinese 
> 
> -
>   YAHOO! GROUPS LINKS 
> 
> 
> Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
> 
> To unsubscribe from this group, send an email
> to:
>  [EMAIL PROTECTED]
> 
> Your use of Yahoo! Groups is subject to the
> Yahoo! Terms of Service. 
> 
> 
> -
>   
> 
>   
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo