Re: [budaya_tionghua] Re: Guo Ji RI Bao ==> Salam kenal dan numpang tanya

2008-09-08 Terurut Topik
Wah thx...
Sitenya bagus.. :)

2008/9/7 Edith Koesoemawiria <[EMAIL PROTECTED]>

>   Kelihatannya kecuali Guo Jiri BAo, yang lain tidak bisa dilihat di
> internet.
> Tapi ada beberapa artikel yang menyebut-nyebut nama hariannya.
>
> Oh iya, kalau mau dengar lagu, juga bisa buka
>
> http://www.cakrawalamandarin.blogspot.com
>


Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik
Hihihi..
Zaman gue kecil dulu...
Imlek adalah No 1.. :D Sebab ada Angpaunya.. :))

Demi Angpau libur 2-3 hari dimakluminlah.. :D
Paling2 begitu masuk ditanya sama pak/Ibu guru: Kue Keranjanganya mana
darwin?


2008/9/8 Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED]>

>Saya dari masih SD-SMP-SMA di sekolah katolik, setiap imlek walaupun
> tidak di liburkan tapi pasti pulang pagi, alias lebih awal, kalo uda kelas
> 4
> SD, biasanya pulang sekolah jam 1 an, tapi setiap imlek selalu pulang
> antara
> jam 9, paling lama juga jam 11 ude di bubarin
>


Re: [budaya_tionghua] Tanya tentang sejarah Daging Babi

2008-09-08 Terurut Topik
Yang saya tahu..
Dari penjelasan kalimat ini:
" Sejarah Daging Babi dari negeri Tiongkok yang dulu katanya tercipta tidak
sengaja karena kandang babi yang terbakar berikut babinya."

Sepertinya ini menceritakan asal-usul penemuan & penggunaan Api dalam
sejarah Kuliner di Tiongkok dech...

Kalo daging babi.. Wah banyak macam.. :D

dari Daging Babi Asin, sampai buat Nasi Campur di Pademangan juga ada.. :P

Maaf jika ga klop.


2008/9/8 mr_ch4n10 <[EMAIL PROTECTED]>

>   Salam kenal untuk semuanya
> saya adalah anggota baru yang ingin mendapatkan informasi lebih
> mengenai budaya tionghua di Indonesia.
> saat ini saya sedang membutuhkan informasi mengenai Sejarah Daging
> Babi dari negeri Tiongkok yang dulu katanya tercipta tidak sengaja
> karena kandang babi yang terbakar berikut babinya.
> saya ingin konfirmasi kebenarannya dan dari mana sumber yang bisa
> dipercaya mengenai berita tersebut.
> Bagi yang bisa membantu mungkin bisa menghubungi saya melalui email
> saya ini [EMAIL PROTECTED] 
> atau dibahas di milis ini pun saya sudah berterima kasih.
>
> Mohon maaf bila postingan pertama saya berisi permintaan.
> Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
>
>  
>



-- 
Titip Jualan juga yach... :D

Harga negotiable

Lukisan
Chi Phai Shi Gambar Bunga Terompet (102cm x 35 cm)
http://s123.photobucket.com/albums/o299/Darwinternazionale/bj/?action=view¤t=ChiPhaiShigmbrbungatrompetpj102cmx3.jpg

Ling Nang Lung Gambar Laki (129cm x 46cm - Panjang Luar 193cm x 55cm)
http://s123.photobucket.com/albums/o299/Darwinternazionale/bj/?action=view¤t=LingNangLunggmbrLakipjdlm129cmx46cm.jpg

Ling Nang Lung Gambar Wanita (129cm x 46cm - Panjang Luar 193cm x 55cm)
http://s123.photobucket.com/albums/o299/Darwinternazionale/bj/?action=view¤t=LingNangLunggmbrwanitapjdl129cmx46c.jpg

Patung Naga
http://s123.photobucket.com/albums/o299/Darwinternazionale/bj/?action=view¤t=NagaAll.jpg

Guci Antik
http://s123.photobucket.com/albums/o299/Darwinternazionale/bj/?action=view¤t=GuciAntik.jpg


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik AHAW S
Catatan moderator:
Moderator lagi tidur. Untungnya selagi tidur masih tetap senyam senyum melihat 
pada termakan provokasi murahan. Sang provokator sudah dikandangin sementara. 
Nanti kalau sudah tenang, baru dibuka pintu kandangnya lagi.

SARA tidak boleh dibahas ? Aneh juga setahu saya Tionghoa itu nama ras dan juga 
ditulis di depan pintu gerbang, kalau banyak pembahasan mengenai Taoisme, 
Khonghucu dan Buddhisme harap MAKLUM karena memang kebudayaan Tionghoa tidak 
terlepas dari ketiga ajaran tersebut.

Moderator


Halo halo Moderator mana ???

Mestinya moderator punya aturan kan, bahwa tidak boleh menbahas tentang yang 
berhubungan dengan Agama, RAS alias SARA. kalo yang membandel langsung di 
remove.

Inikan bukan tempatnya untuk membahas Agama maupun kepercayaan,  saya harap 
para anggota mengerti aturan aturan milis walaupun belum atau tidak di kasih 
tau.

Jangan jangan itu penghasut untuk memecah belah para  anggota milis ini.

Saran saya udah gak usah di bahas lagi yang seperti itu, masih banyak yang 
perlu di bahas selain Agama.

Mana mana  Moderator mana ?

Salam damai...





Re: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik agoeng_set
Ketauan ndableknya lagi, emangnya tionghua kristen semua? N anti islam? Dodol 
banget seh. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Mon, 8 Sep 2008 20:26:44 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Yang aku tanya nama organisasi Kristen nya, bukan nama personalnya.
Kalo memang tidak tahu mestinya diem,
Dan aku mulai curiga kalo dimilis ini tidak ada satu pun orang yang dewasa atau 
mumpuni dalam segi otak bagaimana dia menyelesaikan logika dengan logika.
Yang ada hanyalah orang-orang yang menyelesaikan logika secara emosional.
Jika memang hal-hal demikian benar sebaiknya milis ini ditulis 
budaya_tionghua_kristen atau non-islam jadi bagi yang beragama Islam sudah 
tidak boleh masuk milis ini. Begitu kan memang lebih fair dari pada ngaku-ngaku 
tionghoa tapi anti Islam. Ya Jeruk mana bisa dibandingkan dengan Apel itu kan 
logika yang anak SD aja bisa.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 10:51 PM














Makin berkelit orang yang menamakan diri Dhanis 
ini, makin menunjukkan belangnya. Benar Saleh Heng, patut diragukan 
ke-Islam-an Dhanis ini, yang berani-beraninya mengibarkan panji Islam 
menyerang Agama dan tradisi budaya orang lain, sikap yang jelas bertentangan 
dengan ajaran Islam, dan tidak disadari bisa merusak nama baik dan kesucian 
Islam. Dikira di milis ini tidak ada muslim yang beneran. Jadi, dia boleh 
ngoceh 
semaunya. Heheheheee, ...
 
Patut diragukan ke-Islam-an bung Dhanis 
ini, ... setidaknya tidak pantas mengibarkan panji Islam.
 
Salam,
ChanCT
 

  - Original Message - 
  From: 
  Akhmad Bukhari 
  Saleh 
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  
  Sent: Tuesday, September 09, 2008 10:06 
  AM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
  
Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan 
  kemerdekaan yang 
Islam!?
Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah 
  munculnya PKI!
Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD 
  dapat angka 
minus...

Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah 
  dengan keartisan!?
Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, 
  dan ribuan pahlawan 
lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, 
  nyatanya tidak satu 
pun dari mereka itu artis.

Kalau berargumentasi 
  bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
orang yang beneran 
  Islam 
  saja!

Wasalam.

 - - - - -

- 
  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: 
  Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] 
  fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di 
  Indonesia

Ehem-ehem,

Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang 
  Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
dengan Kristen adakah Serikat Dagang 
  Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
pergerakan kan pasti memakai nama 
  pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
berarti orang-orang itu malu memakai 
  nama Kristen.
Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person 
  nya.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id> 
  wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id>
Subject: Re: 
  Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di 
  Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: 
  Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM


Dhanis ini waktu pelajaran 
  sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu 
  pahlawan perang kemerdekan RI favorit
saya, biar pun dia Katolik dan saya 
  Islam.

Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan 
  kemerdekaan
Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, 
  Jawa, Sunda,
Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
Nanti saya 
  kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
SDnya naik 
  jadi 5 atau 6!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk 
  beragumentasi cara
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam 
  saja!

Wasalam.

 = = ==

- 
  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
  com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: 
  [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
di 
  Indonesia

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh 
  gini ya jaman
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam 
  yang berjuang
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum 
  pernah denger
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, 
  Konfusianisme,
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara 
  ini.






Get your new Email address!
Grab the

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik agoeng_set
Udah ga usah diladenin lg, jurus  ngelesnya kampungan puny. Otak juga kosong. 
Kecuali cuma biar milis rame aja ada yg isi.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 9 Sep 2008 09:06:59 
To: 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan kemerdekaan yang 
Islam!?
Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah munculnya PKI!
Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD dapat angka 
minus...

Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah dengan keartisan!?
Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan ribuan pahlawan 
lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, nyatanya tidak satu 
pun dari mereka itu artis.

Kalau berargumentasi bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
orang yang beneran Islam saja!

Wasalam.

-

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Ehem-ehem,

Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM


Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit
saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.

Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan
Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda,
Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
SDnya naik jadi 5 atau 6!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam saja!

Wasalam.

 = = ==

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
di Indonesia

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme,
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.






Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
 




[budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Purnama Sucipto Gunawan
Hmmm..., Mau nyikapi Bung Dhani. Pertama milis ini semua agama masuk
kgk ada yang anti agama. Disini semua orang menghargai keberadaan
semua agama dari setiap anggotanya. Lucu sekali anda ini berkelit-
kelit, sudah sendiri yang ngawur bilang orang lain ngawur, bung lama
lama anda bisa jadi bahan tertawaan satu milis dari cara anda menulis,
ngak bisa jaga moral etik dalam menulis, 

Anehnya kok dari masalah imlek sekarang bawa - bawa agama lain,
sebentar anda ngomong islam sebentar anda omong kristen, Anda cara
berpandangan dimilis ini aja udah simpang siur dan sudah ngawur, kalo
emang betul api nereka itu merah, Apa buktinya, Anda bisa kasih liat
Video klipnya ngak ?. Buktinya Apa ?.
Anda menulis aja tidak ada bahan tulisan anda satupun yang bisa
dijadikan bahan materi bermutu dan juga terbukti keabsahannya. Ini
namanya udah bilang Bahan candaan orang aja nantinya.

Lagian siapa yang lebih logis kan sudah keliatan sekarang

Siapa memulai emosi bang bukan nye situ dulan, nulisnya teriak teriak ?

Emang niat abangkan sengaja bikin milis ini jadi debat agama,
lagi pula tulisan anda udah menyimpang dari pokok pembicaraan dari
milis ini yaitu budaya tionghoa, bukannya perdebatan agama.

Ribet ngurusin orang macam anda cumannya bisa berbicara tapi semua
ngak punya satupun bukti ontentik yang bisa tunjukin ke kita. 
aliasnya omong kosong doang.

Pesan intinya adalah CPD = Ca Pee Deee



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Yang aku tanya nama organisasi Kristen nya, bukan nama personalnya.
> Kalo memang tidak tahu mestinya diem,
> Dan aku mulai curiga kalo dimilis ini tidak ada satu pun orang yang
dewasa atau mumpuni dalam segi otak bagaimana dia menyelesaikan logika
dengan logika.
> Yang ada hanyalah orang-orang yang menyelesaikan logika secara
emosional.
> Jika memang hal-hal demikian benar sebaiknya milis ini ditulis
budaya_tionghua_kristen atau non-islam jadi bagi yang beragama Islam
sudah tidak boleh masuk milis ini. Begitu kan memang lebih fair dari
pada ngaku-ngaku tionghoa tapi anti Islam. Ya Jeruk mana bisa
dibandingkan dengan Apel itu kan logika yang anak SD aja bisa.
> 
> Dhanis
> 
> --- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di
Indonesia
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Monday, 8 September, 2008, 10:51 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Makin berkelit orang yang menamakan diri Dhanis 
> ini, makin menunjukkan belangnya. Benar Saleh Heng, patut diragukan 
> ke-Islam-an Dhanis ini, yang berani-beraninya mengibarkan panji Islam 
> menyerang Agama dan tradisi budaya orang lain, sikap yang jelas
bertentangan 
> dengan ajaran Islam, dan tidak disadari bisa merusak nama baik dan
kesucian 
> Islam. Dikira di milis ini tidak ada muslim yang beneran. Jadi, dia
boleh ngoceh 
> semaunya. Heheheheee, ...
>  
> Patut diragukan ke-Islam-an bung Dhanis 
> ini, ... setidaknya tidak pantas mengibarkan panji Islam.
>  
> Salam,
> ChanCT
>  
> 
>   - Original Message - 
>   From: 
>   Akhmad Bukhari 
>   Saleh 
>   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
>   
>   Sent: Tuesday, September 09, 2008 10:06 
>   AM
>   Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
>   Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
>   
> Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan 
>   kemerdekaan yang 
> Islam!?
> Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah 
>   munculnya PKI!
> Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD 
>   dapat angka 
> minus...
> 
> Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah 
>   dengan keartisan!?
> Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, 
>   dan ribuan pahlawan 
> lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, 
>   nyatanya tidak satu 
> pun dari mereka itu artis.
> 
> Kalau berargumentasi 
>   bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
> orang yang beneran 
>   Islam 
>   saja!
> 
> Wasalam.
> 
>  - - - - -
> 
> - 
>   Original Message - 
> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: 
>   Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] 
>   fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
> di 
>   Indonesia
> 
> Ehem-ehem,
> 
> Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang 
>   Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
> dengan Kristen adakah Serikat Dagang 
>   Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
> pergerakan kan pasti memakai nama 
>   pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
> berarti orang-orang itu malu memakai 
>   nama Kristen.
> Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person 
>   nya.
> 
> Dhanis
> 
> --- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id> 
>   wrote:
> 
> From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id>
> Subject: Re: 
>   Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
> di 
>   Indonesia
> To: budaya_tio

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik jt2x00
Saya pernah masuk ke Kelenteng yang besar di daerah Bugis, di 
Singapore, sekedar ingin tahu. Ternyata di dalam Kelenteng tsb tidak 
ada asap hio sama sekali, orang berdoa sambil duduk bersila di lantai 
menghadap ke altar. Di altar juga tidak ada lilin menyala, apalagi 
api yang berkobar-kobar. Sebagai gantinya digunakan lampu2 berwarna 
merah yang menyerupai lilin. Konon sudah lama pemerintah Singapore, 
demi kesehatan warganya melarang orang bersembahyang di Kelenteng 
menyalakan hio di dalam ruangan. Di Indonesia tampaknya sampai 
sekarang belum ada larangan seperti itu. 

Meskipun demikian, tidak pernah ada Kelenteng di negara manapun di 
dunia yang menggunakan api yang berkobar-kobar sebagai altar 
pemujaannya (entah kalau di akhirat). Yang ada cuma lilin yang 
menyala, dan itupun dalam jumlah terbatas (kalau tidak dibatasi 
emangnya mau membakar Kelenteng tsb?). 

Mungkin penulis tulisan di bawah ini salah tik. Barangkali maksudnya 
bukan waktu dia bekerja di Singapore, tapi waktu dia bekerja di 
Kerajaan Mesir Kuno, sekitar 3.000 tahun BC, ketika orang masih 
memuja Dewa Api. Yang dikira permen oleh penulis tsb sebenarnya batu, 
yang menurut sahibul hikayat setelah masuk ke mulut pendetanya 
berubah jadi emas. Emas ini kemudian  dimuntahkan kembali sebagai 
bonus bagi para pengikutnya. Kemudian disusul aksi pembagian batu 
emas yang diperebutkan oleh semua orang sambil saling sikut. Sungguh 
keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya tangkap. 

Salam
JT

-


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di 
Singapore, detailnya:
> si penari/laki-laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih 
(1 orang), dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter 
menyerupai badut, di rias dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka 
memakan permen dan diludahkan keluar dan ada yang memungutnya (semoga 
tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian disusul aksi pembagian 
permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya tangkap.
> 
> Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan 
warna merah yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi 
gedung/rumah/toko, namun warna merah yang diciptakan dari api. Warna 
merah yang diciptakan dari api tersebut jika sebatas untuk perayaan 
dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, namun 
bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan 
di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api 
merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah 
menyala seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan 
merasa seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk 
shalat, karena satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak 
dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena banyak 
abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah 
itu bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan 
umat-umat nya. Di masjid selalu ada air, tidak ada
>  masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu 
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak 
di larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk 
memancarkan rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah 
bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah 
adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
> Salam hangat penuh semangat
> 
> Dhanis
> 
> --- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Oh ada yah tradisi membuang permen ? Seumur-umur belum 
pernah ketemu
> 
> yang beginian. Sepertinya menarik sekali, bisa tolong diceritakan
> 
> lebih rinci bagaimana tradisi itu ?
> 
> 
> 
> Warna merah itu dalam budaya Tionghoa melambangkan hal positif,
> 
> kebahagiaan. Warna putih justru melambangkan kematian dan kesedihan.
> 
> Jadi bukalah sedikit cakrawala pemikiran.
> 
> 
> 
> Hormat saya,
> 
> 
> 
> Yongde
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis 
 wrote:
> 
> >
> 
> > Perayaan Imlek yang saya tahu kok aneh, banyak yang ngeri kalo
> 
> dilihat, mulai dari tradisi
> 
> > buang/dilepeh permen yang dilakukan si penari dan diambil anak-
anak,
> 
> terus klenteng nya yang serba merah dan ada api merah di dalam nya
> 
> seperti neraka jika aku melihat dari luar.
> 
> > Tempat ibadah mestinya memberikan keteduhan dan kesejukan bukan
> 
> ketakutan.
> 
> > Aku kira jika suatu umat ingin tidak binasa mestinya mereka
> 
> mengikuti akal sehat mereka
> 
> > untuk mempertahankan golongannya mulai dari tradisi yang sehat dan
> 
> teknologi yang baik-baik yang diturunkan oleh Tuhan mereka.
> 
> > Benny G Setiono ini bukunya tebal sekali mengena

Re: [budaya_tionghua] Paralympic

2008-09-08 Terurut Topik Kurniawan
Mungkin bukan diskriminasi tapi acara Paralympic memang selalu kurang populer 
dibandingkan acara Olympic-nya sendiri.

Beberapa foto Upacara Pembukaan Paralympic Beijing 2008:
http://olympics.blogs.nytimes.com/2008/09/06/in-beijing-a-sublimely-spectacular-opening-ceremony/


--- On Mon, 9/8/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Paralympic
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 6:04 AM

Hari Sabtu lalu acara pembukaan paralympic Bejing telah digelar, ternyata tak 
kalah menariknya dengan acara pembukaan olympiade, kalau saya sebut pembukaan 
olympiade sebelumnya adalah indah elegan, yang ini sangat indah romantis! sama2 
mentakjubkan!
 
indahnya acara pembukaan paralympic juga menandakan Panitia olympiade Beijing 
telah menepati janji untuk membuat dua olmpiade yang sama2 penting! mereka 
telah meng"orang"kan atlit2 cacat! saya sempat terharu menyaksikan sebagian 
atraksi yang dimainkan oleh para artis cacat! Sungguh hebat! 
 
Sungguh saya merasa menyesal telah klewatan menonton acara ini di TV. untung 
saja masih sempat melihat tayangan ulangnya. ini menandakan kalau saya memang 
sedikit meremehkan atlit2 cacat dng paralympicnya. di massmedia Indonesia saya 
juga sulit menemukan berita tenang paralympic, padahal ada atlit Indonesia yang 
berpartisipasi! apakah ini menandakan adanya diskriminasi?
 
Salam,
ZFy



  


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik astri rahadi
well...temans...terus terang saya sebagai muslim udah sebel bgt ngebaca email 
dhanis sejak email pertamanya..cuman saya males nanggepin..soalnya pan lagi 
puasa neh. jaga emosi gituh...dan saya yakin temen2 semua pasti ngasi "nasihat" 
ke dia...tapi kok lama2 tulisan dia jadi ngerusak muka Islam yah...saya jadi 
ngerasa berkewajiban untuk ngasi konfirmasi ke temen2 (walopun saya yakin 
temen2 sudah mengerti)..klo Islam sama skali ga seperti yang Dhanis beberkan 
dalam2 email2nya yang ga nyambung satu sama lain itu. 
 
FYI Dhanis, setiap agama punya sisi rasional dan tidak rasional (sesuatu yg ga 
perlu dibuktikan tapi wajib diimani). Dan kita ga berhak menghakimi sesuatu yg 
bagi kita ga rasional tapi mungkin bagi orang lain itu sesuatu yg sangat 
diimani. Kita ni siapa sih mas?? Ibadah kita aja belum tentu diterima Allah kok 
masih aja ngejelekin orang di bulan Ramadhan. Tolong jangan menodai kesucian 
bulan ini.
 
Wassalam..



- Original Message 
From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 9, 2008 10:58:54 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Iya tuh hrs ditulis jg donk nama baptisnya n aliasnya g jg ga tau kok 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

From: "Dada" 
Date: Tue, 09 Sep 2008 03:51:52 -
To: 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

Setiap bulan selalu saja ada bintang2 komedian baru di di milist yah
...sampai gak nyadar ada yg namanya yos sudarso , slamet riyadi 
adisucipto dll , apa gara2 di buku sejarah anda , gak di cantumkan
nama baptisnya ? wkwkwkw

> 
> - Original Message - 
> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman
> dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang
> buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah
denger
> tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
Konfusianisme,
> Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Get your new Email address!
> Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
>

 


  

Re: [budaya_tionghua] [OOT] Marriage made in heaven: RM Dhanis & Feifei xiaojie :

2008-09-08 Terurut Topik Richard Wu
Dear,

Saya sebagai anggota silent mendadak tertarik dengan thread ini, dan judulna
sungguh menghibur :)
Bisa aja bapak Jimmy ini hehe ...

Apa yang diperdebatkan oleh saudara Ariono Dhanis mengingatkan saya pada
sebuah kata2x di dalam cerita Samkok, 燕雀安知���]之志?
Kurang lebih artinya "Burung gereja kecil bagaimana bisa mengerti pemikiran
dari burung Hong?"
Bung Dhanis, saya percaya bahwa 人外有人,天外有天? 何必自大呢? Tentunya anda juga percaya
bukan?
Terjemahannya adalah: Di atas langit masih ada langit, apa masih perlu
menganggap diri adalah yang paling?

Best,
Richard

2008/9/9 Jimmy Tanaya <[EMAIL PROTECTED]>

>   Oalah gusti, kalo cuma soal urusan nama dan kebencian anda terhadap
> kresten; kurasa anda cocoknya mojok berdua dengan si nona manis feifei
> hehehehe :).
>
> Ada yg bisa forward email dhanis ini ke feifei nggak ya? Kliatannya
> mereka cocok tuh hihihihihi.
>
> salam,
> jimmy
> NB: belajar sejarah baik2 ya nak. Ingat untuk 'kedewasaan' dan
> 'pencerahan' bukan untuk penghujatan :).
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Ehem-ehem,
> >
> > Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu
> bagaimana dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau
> sejenisnya. Sebuah pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya,
> kalo tidak ada namanya berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
> > Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.
> >
> > Dhanis
>


Re: [budaya_tionghua] Re: Fw: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR

2008-09-08 Terurut Topik ChanCT
Oooh, maaaf, ... bukan maksud saya melempar resensi buku "Fitnah & Teror" di 
milis-ini sebagai iklan. Apalagi tidak ada sesen-pun komisi yang saya dapatkan 
dari penjualan buku ini. Yang saya maksudkan hanya untuk diketahui telah 
diterbitkannya buku tsb., agar bisa mengenai Islam lebih baik dan tepat. Begitu 
saja.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: hartantodedy 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, September 09, 2008 10:27 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Fw: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR


  Oh karena Irene Tionghoa, jadi ada hubungannya dengan budaya Tionghoa 
  gitu yah? Kalau boleh pasang iklan begini, besok-besok saya pasang 
  ah,...

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > 
  > - Original Message - 
  > From: Sally Sety 
  > To:  
  > Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:55 AM
  > Subject: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR
  > 
  > 
  > 
  >  
  > http://irenahandono.blogspot.com/
  >  
  > RESENSI BUKU
  >  
  > Judul: Menyingkap TEROR & FITNAH
  > Penulis: Hj.Irena Handono
  > Penerbit   : Gerbang Publishing
  > Tebal   : 320 halaman
  > Harga  : Rp.65.000
  > Cetakan   : Agustus 2008
  >  
  >  
  > Stereotip  bahwa  Islam adalah agama  yang penuh  kekerasan, 
  disebarkan dengan peperangan serta agama terbelakang melekat kuat 
  pada pikiran orang-orang barat. Hal ini dikarenakan mereka tidak  
  memahami Islam secara benar. Sejarah tentang Islam dipenuhi oleh 
  pendapat-pendapat para orientalis yang tendensius. Pemberitaan 
  terhadap Islam pun penuh dengan propaganda negatif. 
  >  
  > "Padahal jika barat memahami Islam langsung dari sumbernya, tidak 
  terpengaruh oleh segala opini negatif yang ada saat ini serta jujur 
  terhadap sejarah  maka merekapun akan menyadari  bahwa segala 
  prasangka  mereka kepada Islam adalah salah." (Karen Armstrong)
  >  
  > Buku "Menyingkap FITNAH & TEROR" yang ditulis Hj.Irena Handono ini 
  merupakan karya besar beliau yang kedua setelah buku ISLAM DIHUJAT  
  yang mencapai best seller pada pertengahan tahun 2003 hingga 2005. 
  Hanya dalam kurun waktu yang demikian singkat, buku ISLAM DIHUJAT 
  mampu menembus angka 14 kali naik cetak. 
  >  
  > Kali ini dalam buku "Menyingkap FITNAH & TEROR", Hj.Irena berusaha 
  menggali kembali sejarah Islam yang terpendam, termasuk mengungkap 
  apa alasan dari kebencian kaum musyrikin (Kristen dan Yahudi) pada 
  Islam hingga Allah SWT mencantumkan secara khusus dalam Al Quran, 
  surah Al-Baqarah ayat 120 yang merupakan peringatan bagi ummat Islam 
  sepanjang zaman untuk waspada.
  >  
  > Di awal tulisan bab pertama, beliau kutip disana Pidato Paus 
  Urbanus II yang membakar semangat rakyat masa itu untuk merebut 
  Yerusalem dari tangan muslim. Kalau kita simak, ternyata apa yang 
  disampaikan Paus Urbanus II memang sangat provokatif, penuh dengan 
  nada kebencian terhadap muslim dan penuh fitnah. Sama sekali tidak 
  ada niatan religius. Yang justru ada adalah kalimat,
  >  
  > "Negeri kalian telah  padat  penduduknya, .. Tak banyak 
  kekayaan di sini, dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang 
  cukup buat kalian.Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah 
  kembali negeri itu dari orang-orang jahat, dan  jadikan  milik  
  kalian." 
  >  
  > Lalu Paus Urabanus II memberangkatkan 300.000 agresor salib dengan 
  semboyan "Deus le Volt" (begitulah perintah Tuhan) menuju Yerusalem.
  >  
  > Rupanya itulah esensi sesungguhnya dari "Perang Suci" yang 
  dikobarkan oleh Paus Urbanus II. Penguasaan kekayaan atas suatu 
  wilayah. Dan ide ini di kloning oleh GW.Bush ketika keceplosan 
  mengatakan, "Crusade!" sesaat setelah tragedi 911.
  >  
  > Dalam buku ini juga dibahas oleh beliau perang demi perang yang 
  mana Amerika Serikat terlibat didalamya, bisa dikatakan hampir dalam 
  semua perang, AS ikut campur. Yang kemudian diikuti oleh sejumlah 
  kepentingan politik dan penguasaan sumber alam suatu negara.
  >  
  > Data-data akurat, fakta-fakta yang terabaikan beliau susun kembali 
  secara runut dan dipaparkan gamblang, sehingga ketika awal membaca 
  ada kesan buku ini 'keras'. Namun berikutnya dikupas bagaimana 
  keagungan Islam, bagaimana Islam masa Rasulullah menghadapi FITNAH & 
  TEROR. Dan akhirnya tentang bagaimana FITNAH & TEROR abad milenium 
  yang sedang kita rasakan saat ini.
  >  
  > Buku ini patut dibaca bagi ummat Islam maupun non Islam, karena 
  disinilah sejarah berusaha didudukkan sebagaimana mestinya tanpa di 
  tutup-tutupi oleh opini yang menyesatkan.
  >  
  > 
  > Pimred. Majalah ARANA
  > 
  > 
  > 
  
  > 
  > 
  > 
  > No virus found in this incoming message.
  > Checked by AVG. 
  > Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 
  2008/9/5 $U$H 07:05
  >



  

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik agoeng_set
Iya tuh hrs ditulis jg donk nama baptisnya n aliasnya g jg ga tau kok
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Dada" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 09 Sep 2008 03:51:52 
To: 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Setiap bulan selalu saja ada bintang2 komedian baru di di milist yah
...sampai gak nyadar ada yg namanya yos sudarso , slamet riyadi 
adisucipto dll , apa gara2 di buku sejarah anda , gak di cantumkan
nama baptisnya ? wkwkwkw

> 
> - Original Message - 
> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman
> dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang
> buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah
denger
> tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
Konfusianisme,
> Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Get your new Email address!
> Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
>





Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Dada
Setiap bulan selalu saja ada bintang2 komedian baru di di milist yah
...sampai gak nyadar ada yg namanya yos sudarso , slamet riyadi 
adisucipto dll , apa gara2 di buku sejarah anda , gak di cantumkan
nama baptisnya ? wkwkwkw

> 
> - Original Message - 
> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman
> dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang
> buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah
denger
> tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
Konfusianisme,
> Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Get your new Email address!
> Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
>




Bls: [budaya_tionghua] Pernikahan A la Budaya Cina

2008-09-08 Terurut Topik Tin Tintai
Srdi,Mariani.
Sebelum memberikan keterangan atas pertanyaan anda,saya pengen tahu dulu. Anda 
berdomisili dimana?Agama anda dan calon anda?
Thank's & GBU.
 
Atintai.



- Pesan Asli 
Dari: mariani suwirya <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Terkirim: Senin, 8 September, 2008 20:13:56
Topik: [budaya_tionghua] Pernikahan A la Budaya Cina


Temans...
saya mau tanya-tanya nih, semoga bisa membantu. Saya mau menyiapkan untuk 
pernikahan, nah saya mau mencari:
1. referensi baju pengantin tradisional Cina yang kalau bisa bawahannya agak 
lebar, jadi tidak susah ketika harus sembahyang di Vihara. karena yang selama 
ini yang saya dapat hanya cheongsam.
2. Kalau seserahan itu, itemnya apa saja ya? dan berapa banyaknya?
3. Apakah ada info tentang pernikahan budaya Cina?
 Terima kasih

Regard, 
mariani


   
 


  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[budaya_tionghua] [OOT] Marriage made in heaven: RM Dhanis & Feifei xiaojie :)

2008-09-08 Terurut Topik Jimmy Tanaya
Oalah gusti, kalo cuma soal urusan nama dan kebencian anda terhadap
kresten; kurasa anda cocoknya mojok berdua dengan si nona manis feifei
hehehehe :).

Ada yg bisa forward email dhanis ini ke feifei nggak ya? Kliatannya
mereka cocok tuh hihihihihi.


salam,
jimmy
NB: belajar sejarah baik2 ya nak. Ingat untuk 'kedewasaan' dan
'pencerahan' bukan untuk penghujatan :). 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ehem-ehem,
> 
> Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu
bagaimana dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau
sejenisnya. Sebuah pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya,
kalo tidak ada namanya berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
> Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.
> 
> Dhanis



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Ok, sampai akhir jaman nanti orang tetap akan minum air dan meski mandi mungkin 
memang tidak dengan air tapi disinfektan, bahan yang anda sebut, namun jika api 
sudah digantikan dengan nuklir dan semua menjadi mungkin tanpa api. 
Penggelontor limbah cair pasti dengan air, pendingin mesin panas pasti dengan 
air, kalo mau murah. Ok wisata bahari, mau bagaimana tanpa air ?, ok mandi di 
bathtub demi rekreasi apa tidak perlu air. air panas, air dingin, enak kan ?
Terus kalo api ? apa nya yang bisa buat rekreasi ? mercon ?
Permasalahannya unsur mana yang lebih unggul kalau pun lebih unggul mana yang 
lebih dipilih demi kenyamanan. Dan dari awal, unsur mana yang 
menyucikan/mensucikan.
Satu kondisi yang saya perlu api: adalah saat berperang perlu api, bom dll. 
Jadi api diperlukan memang dalam saat-saat yang seperti itu. Namun apa kata 
golongan orang terhadap golongan orang yang suka berperang.
Bagaimana jawabanya ayo !!! Perluas cakrawala pandang saya ? Ok, pertajam 
cakupan materi anda. Round 1

Dhanis


--- On Mon, 8/9/08, Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 9:19 PM











Menggelikan cara pandang anda. Saya bukan Muslim, Buddha, Kong Hu 
Cu 

ataupun Tao. Agama memiliki tradisi. Mungkin dalam agama tertentu api 

dianggap penting. Dalam pergaulan saya belakang hari saya mendengar 

api itu menyucikan. Air juga dalam agama Islam diangap menyucikan 

sehingga perlu berwudhu. Saya terima saja karena itu adalah hak anda 

sekalian. 



Tapi kalau tradisi api pada agama lain dianggap kuno karena sudah ada 

listrik mungkin juga air sudah kuno karena sekarang sudah ada tissue 

disinfektan. Bukankan sekarang dunia sedang menuju krisis air bersih ?

Ini kalau mau berpikir konyol konyolan. 



Kalau oran gmerasa nyaman dengan air silahkan saja.Kalau orang merasa 

nyaman dengan api dan warna merah silahkan saja. Itu merupakan 

pengalaman spiritual pribadi masing masing.



Perluas cakrawala pandang anda.



Salam,

Anton W



--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  

wrote:

>

> aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah 

perubahan energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada 

cahaya apa ya perlu api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya 

perlu api, jaman sekarang orang bisa memasak dengan listrik, tidak 

perlu api, bahkan api adalah sumber kalor yang tidak efisien dalam 

perubahan energi dan perlu diminimalisir demi efisiensi, ya kan, 

pelajaran SMA kan.

> jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF 

ERA di akhir jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua 

sudah dibangkitkan oleh PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people 

are trying to reduce the FIRE you know. Tapi adakah yang dapat 

memungkiri bahwa orang are trying to reduce the water, bahkan air 

menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan demi 

kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa 

ya perlu api. hmmm.

> 

> Dhanis




  




 

















  Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik POSTMOmail
Sekarang Neraka dah pakai listrik??



- Original Message 
From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 10:04:48 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah perubahan 
energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada cahaya apa ya perlu 
api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya perlu api, jaman sekarang orang 
bisa memasak dengan listrik, tidak perlu api, bahkan api adalah sumber kalor 
yang tidak efisien dalam perubahan energi dan perlu diminimalisir demi 
efisiensi, ya kan, pelajaran SMA kan.
jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF ERA di akhir 
jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua sudah dibangkitkan oleh 
PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people are trying to reduce the FIRE you 
know. Tapi adakah yang dapat memungkiri bahwa orang are trying to reduce the 
water, bahkan air menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan 
demi kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa ya 
perlu api. hmmm.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 7:50 AM


Mengenai kesan, memang subyektif, saya pribadi merasakan suasana yang tak 
nyaman setiap memasuki semua bangunan agama, temasuk klenteng, gereja dan juga 
masjid. tak ada yang boleh menggugat semua perasaan saya ini, karena semua 
tentu berkaitan dng pengalaman pribadi dan latar budaya saya. semua sangat 
subyektif tentunya.
 
Jika anda merasa tak nyaman dng klenteng, tak perlu membandingkan dng 
kenyamanan anda di Masjid, mungkin ada orang lain yang merasa nyaman di 
klenteng dan merasa seram di masjid. ini sih sah2 saja, tapi tak usah di cari2 
pembenarannya.
 
Jika anda menyebut air adalah sumber kehidupan, anda juga harus sadar api 
adalah sumber peradaban! Tanpa api manusia masih makan daging mentah dan 
tanaman liar, tanpa api orang tak bisa mengolah logam membuat peralatan, tanpa 
api masih menjadi manusia primitif.
 
Segala sesuatu harus dilihat dari kacamata multi dimensi, janganlah pakai 
kacamata buatan sendiri!
 
ZFy

--- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:

From: dhanis 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:50 AM


Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore, detailnya:
si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih (1 orang), 
dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter menyerupai badut, di rias 
dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka memakan permen dan diludahkan keluar 
dan ada yang memungutnya (semoga tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian 
disusul aksi pembagian permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang 
saya tangkap.

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna merah 
yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api tersebut jika 
sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, 
namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan di 
dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api merah yang 
menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala seperti neraka, hal 
demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa seram dengan mereka setiap kali 
saya pergi ke masjid untuk shalat, karena satu arah jalan. Tempat ibadah 
semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena 
banyak abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu 
bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di 
masjid selalu ada air, tidak
 ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu sumber 
malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di larang, karena 
justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan rahmat nya melalui 
cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), 
dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
Salam hangat penuh semangat

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 PM


Oh ada yah tradisi membuang permen ? Seumur-umur belum pernah ketemu
yang beginian. Sepertinya menarik sekali, bisa tolong diceritakan
lebih rinci bagaimana tradisi itu ?

Warna merah itu dalam budaya

Re: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Yang aku tanya nama organisasi Kristen nya, bukan nama personalnya.
Kalo memang tidak tahu mestinya diem,
Dan aku mulai curiga kalo dimilis ini tidak ada satu pun orang yang dewasa atau 
mumpuni dalam segi otak bagaimana dia menyelesaikan logika dengan logika.
Yang ada hanyalah orang-orang yang menyelesaikan logika secara emosional.
Jika memang hal-hal demikian benar sebaiknya milis ini ditulis 
budaya_tionghua_kristen atau non-islam jadi bagi yang beragama Islam sudah 
tidak boleh masuk milis ini. Begitu kan memang lebih fair dari pada ngaku-ngaku 
tionghoa tapi anti Islam. Ya Jeruk mana bisa dibandingkan dengan Apel itu kan 
logika yang anak SD aja bisa.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 10:51 PM














Makin berkelit orang yang menamakan diri Dhanis 
ini, makin menunjukkan belangnya. Benar Saleh Heng, patut diragukan 
ke-Islam-an Dhanis ini, yang berani-beraninya mengibarkan panji Islam 
menyerang Agama dan tradisi budaya orang lain, sikap yang jelas bertentangan 
dengan ajaran Islam, dan tidak disadari bisa merusak nama baik dan kesucian 
Islam. Dikira di milis ini tidak ada muslim yang beneran. Jadi, dia boleh 
ngoceh 
semaunya. Heheheheee, ...
 
Patut diragukan ke-Islam-an bung Dhanis 
ini, ... setidaknya tidak pantas mengibarkan panji Islam.
 
Salam,
ChanCT
 

  - Original Message - 
  From: 
  Akhmad Bukhari 
  Saleh 
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  
  Sent: Tuesday, September 09, 2008 10:06 
  AM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
  
Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan 
  kemerdekaan yang 
Islam!?
Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah 
  munculnya PKI!
Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD 
  dapat angka 
minus...

Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah 
  dengan keartisan!?
Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, 
  dan ribuan pahlawan 
lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, 
  nyatanya tidak satu 
pun dari mereka itu artis.

Kalau berargumentasi 
  bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
orang yang beneran 
  Islam 
  saja!

Wasalam.

 - - - - -

- 
  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: 
  Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] 
  fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di 
  Indonesia

Ehem-ehem,

Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang 
  Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
dengan Kristen adakah Serikat Dagang 
  Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
pergerakan kan pasti memakai nama 
  pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
berarti orang-orang itu malu memakai 
  nama Kristen.
Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person 
  nya.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id> 
  wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id>
Subject: Re: 
  Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di 
  Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: 
  Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM


Dhanis ini waktu pelajaran 
  sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu 
  pahlawan perang kemerdekan RI favorit
saya, biar pun dia Katolik dan saya 
  Islam.

Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan 
  kemerdekaan
Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, 
  Jawa, Sunda,
Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
Nanti saya 
  kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
SDnya naik 
  jadi 5 atau 6!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk 
  beragumentasi cara
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam 
  saja!

Wasalam.

 = = ==

- 
  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
  com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: 
  [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
di 
  Indonesia

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh 
  gini ya jaman
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam 
  yang berjuang
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum 
  pernah denger
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, 
  Konfusianisme,
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara 
  ini.






Get your new Email address!
Grab the Email 
  name you've always wanted before someone else 
  does!
 


 - - --

.: 
  Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global 
  http://www.budaya- tionghoa. org 
  :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua 
  :.

.: Arsip di Blog For

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik hartantodedy
Yakin hakul yakin dia ngak tahu agamanya Gatot Soebroto

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BUD'S 1" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> He he he, Bung Dhanis belum pernah ke Taman Makam Pahlawan ya ??? 
Kalau ente
> di Jakarta sekali-kali jalan2 ke TMP Kali Bata, ente bisa lihat 
disana para
> Pahlawan dikubur di Blok2 yang berdasarkan Agama, jadi ada Blok
> Islam, Kristen, dll. Aku tahu karena Mertua aku beristirahat dengan 
tenang
> disana.
> 
> Salam,
> 
> Bud's
> 
> 
> On 9/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >   Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
> > Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan 
RI
> > favorit
> > saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.
> >
> > Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan 
kemerdekaan
> > Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, 
Jawa,
> > Sunda,
> > Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
> > Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai 
pelajaran sejarah
> >
> > SDnya naik jadi 5 atau 6!
> >
> > Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi 
cara
> > ngawur gini.
> > Bikin malu orang Islam saja!
> >
> > Wasalam.
> >
> > 
> >
> > - Original Message -
> > From: dhanis
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> > Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> > Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan 
Tionghoa-Kristen
> >
> > di Indonesia
> >
> > Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini 
ya jaman
> > dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang 
berjuang
> > buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum 
pernah denger
> >
> > tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
> > Konfusianisme,
> > Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
> >
> >
> > .
> >
> > 
> >
>




Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik anathapindika_m
ih ih ih ih ih ih,
sepertinya aku harus sedikit kasihan kali ini ...

sekarang nulis: "adakah pergerakan Kristen yang memakai nama Kristen
dalam organisasinya"

padahal dulu nulis begini:   (ada di bawah tuh!)
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah
denger
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
Konfusianisme,
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.

kagak ada tuh tulisan "yang memakai nama Kristen"

sekarang gua ngikutin tulisan ente, tapi gua tambahin pake huruf GEDE:
"Jika tidak bisa membaca yang terposting/tertulis dimilis APALAGI
TULISAN SENDIRI, sebaiknya jangan menjadi anggota milis".

APM



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Ih ih ih, sepertinya aku harus sedikit marah kali ini,
> Yang saya tanyakan adalah adakah pergerakan Kristen yang memakai nama
Kristen dalam organisasinya. Misal Pergerakan Kristen Muda, Serikat
Dagang Kristen (saya tidak tahu).
> Jaman dulu kan ada pergerakan dengan nama-namanya: Perhimpunan
Indonesia, Indische Partij.
> Kenapa saya tanya demikian karena memang dari sumber sejarah yang saya
tahu tidak pernah ada. Dan wajar kalo saya tanya hal ini disini.
>
> Dari kemarin saya belum pernah menyodok kan secara personal orang
dimilis ini, kalo begitu minimal saya menyodokkan anda: "Jika tidak bisa
membaca yang terposting/tertulis dimilis, sebaiknya jangan menjadi
anggota milis".
>
> Dhanis
>

> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
>
>
> Ehem-ehem,
> Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu
bagaimana
> dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah
> pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya
> berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
> Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.
>
>
>
> Dhanis
>
>

>
> From: dhanis
>
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
>
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman
> dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang
> buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah
denger
> tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
Konfusianisme,
> Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
>
>





Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik hartantodedy
Dia ngak tahu kalau Tsunami sumber kematian

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Anton Widjaja" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menggelikan cara pandang anda. Saya bukan Muslim, Buddha, Kong Hu 
Cu 
> ataupun Tao. Agama memiliki tradisi. Mungkin dalam agama tertentu 
api 
> dianggap penting. Dalam pergaulan saya belakang hari saya mendengar 
> api itu menyucikan. Air juga dalam agama Islam diangap menyucikan 
> sehingga perlu berwudhu. Saya terima saja karena itu adalah hak 
anda 
> sekalian. 
> 
> Tapi kalau tradisi api pada agama lain dianggap kuno karena sudah 
ada 
> listrik mungkin juga air sudah kuno karena sekarang sudah ada 
tissue 
> disinfektan. Bukankan sekarang dunia sedang menuju krisis air 
bersih ?
> Ini kalau mau berpikir konyol konyolan. 
> 
> Kalau oran gmerasa nyaman dengan air silahkan saja.Kalau orang 
merasa 
> nyaman dengan api dan warna merah silahkan saja. Itu merupakan 
> pengalaman spiritual pribadi masing masing.
> 
> Perluas cakrawala pandang anda.
> 
> Salam,
> Anton W
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis  
> wrote:
> >
> > aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah 
> perubahan energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada 
> cahaya apa ya perlu api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya 
> perlu api, jaman sekarang orang bisa memasak dengan listrik, tidak 
> perlu api, bahkan api adalah sumber kalor yang tidak efisien dalam 
> perubahan energi dan perlu diminimalisir demi efisiensi, ya kan, 
> pelajaran SMA kan.
> > jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF 
> ERA di akhir jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua 
> sudah dibangkitkan oleh PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words 
people 
> are trying to reduce the FIRE you know. Tapi adakah yang dapat 
> memungkiri bahwa orang are trying to reduce the water, bahkan air 
> menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan demi 
> kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina 
apa 
> ya perlu api. hmmm.
> > 
> > Dhanis
>




[budaya_tionghua] Re: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik ChanCT
Makin berkelit orang yang menamakan diri Dhanis ini, makin menunjukkan 
belangnya. Benar Saleh Heng, patut diragukan ke-Islam-an Dhanis ini, yang 
berani-beraninya mengibarkan panji Islam menyerang Agama dan tradisi budaya 
orang lain, sikap yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam, dan tidak 
disadari bisa merusak nama baik dan kesucian Islam. Dikira di milis ini tidak 
ada muslim yang beneran. Jadi, dia boleh ngoceh semaunya. Heheheheee, ...

Patut diragukan ke-Islam-an bung Dhanis ini, ... setidaknya tidak pantas 
mengibarkan panji Islam.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, September 09, 2008 10:06 AM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


  Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan kemerdekaan yang 
  Islam!?
  Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah munculnya PKI!
  Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD dapat angka 
  minus...

  Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah dengan keartisan!?
  Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan ribuan pahlawan 
  lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, nyatanya tidak satu 
  pun dari mereka itu artis.

  Kalau berargumentasi bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
  orang yang beneran Islam saja!

  Wasalam.

  -

  - Original Message - 
  From: dhanis
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
  di Indonesia

  Ehem-ehem,

  Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
  dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
  pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
  berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
  Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.

  Dhanis

  --- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
  di Indonesia
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM


  Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
  Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit
  saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.

  Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan
  Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda,
  Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
  Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
  SDnya naik jadi 5 atau 6!

  Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara
  ngawur gini.
  Bikin malu orang Islam saja!

  Wasalam.

   = = ==

  - Original Message - 
  From: dhanis
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
  di Indonesia

  Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman
  dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang
  buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger
  tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme,
  Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.






  Get your new Email address!
  Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
   


  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





--



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 2008/9/5 
_U__ 07:05


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Ih ih ih, sepertinya aku harus sedikit marah kali ini,
Yang saya tanyakan adalah adakah pergerakan Kristen yang memakai nama Kristen 
dalam organisasinya. Misal Pergerakan Kristen Muda, Serikat Dagang Kristen 
(saya tidak tahu).
Jaman dulu kan ada pergerakan dengan nama-namanya: Perhimpunan Indonesia, 
Indische Partij.
Kenapa saya tanya demikian karena memang dari sumber sejarah yang saya tahu 
tidak pernah ada. Dan wajar kalo saya tanya hal ini disini.

Dari kemarin saya belum pernah menyodok kan secara personal orang dimilis ini, 
kalo begitu minimal saya menyodokkan anda: "Jika tidak bisa membaca yang 
terposting/tertulis dimilis, sebaiknya jangan menjadi anggota milis".

Dhanis


--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 10:06 PM











Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan 
kemerdekaan yang 

Islam!?

Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah munculnya PKI!

Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD dapat angka 

minus...



Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah dengan keartisan!?

Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan ribuan pahlawan 

lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, nyatanya tidak satu 

pun dari mereka itu artis.



Kalau berargumentasi bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 

orang yang beneran Islam saja!



Wasalam.



 - - - - -



- Original Message - 

From: dhanis

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 

di Indonesia



Ehem-ehem,



Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 

dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah 

pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya 

berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.

Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.



Dhanis



--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id> wrote:



From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED] net.id>

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 

di Indonesia

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

Date: Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM



Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?

Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit

saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.



Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan

Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda,

Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.

Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah

SDnya naik jadi 5 atau 6!



Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara

ngawur gini.

Bikin malu orang Islam saja!



Wasalam.



 = = ==



- Original Message - 

From: dhanis

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen

di Indonesia



Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman

dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang

buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger

tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme,

Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.



Get your new Email address!

Grab the Email name you've always wanted before someone else does!

 




  




 

















  New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[budaya_tionghua] Re: Fw: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR

2008-09-08 Terurut Topik hartantodedy
Oh karena Irene Tionghoa, jadi ada hubungannya dengan budaya Tionghoa 
gitu yah? Kalau boleh pasang iklan begini, besok-besok saya pasang 
ah,...

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> - Original Message - 
> From: Sally Sety 
> To:  
> Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:55 AM
> Subject: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR
> 
> 
> 
>  
> http://irenahandono.blogspot.com/
>  
> RESENSI BUKU
>  
> Judul: Menyingkap TEROR & FITNAH
> Penulis: Hj.Irena Handono
> Penerbit   : Gerbang Publishing
> Tebal   : 320 halaman
> Harga  : Rp.65.000
> Cetakan   : Agustus 2008
>  
>  
> Stereotip  bahwa  Islam adalah agama  yang penuh  kekerasan, 
disebarkan dengan peperangan serta agama terbelakang melekat kuat 
pada pikiran orang-orang barat. Hal ini dikarenakan mereka tidak  
memahami Islam secara benar. Sejarah tentang Islam dipenuhi oleh 
pendapat-pendapat para orientalis yang tendensius. Pemberitaan 
terhadap Islam pun penuh dengan propaganda negatif. 
>  
> "Padahal jika barat memahami Islam langsung dari sumbernya, tidak 
terpengaruh oleh segala opini negatif yang ada saat ini serta jujur 
terhadap sejarah  maka merekapun akan menyadari  bahwa segala 
prasangka  mereka kepada Islam adalah salah." (Karen Armstrong)
>  
> Buku "Menyingkap FITNAH & TEROR" yang ditulis Hj.Irena Handono ini 
merupakan karya besar beliau yang kedua setelah buku ISLAM DIHUJAT  
yang mencapai best seller pada pertengahan tahun 2003 hingga 2005. 
Hanya dalam kurun waktu yang demikian singkat, buku ISLAM DIHUJAT 
mampu menembus angka 14 kali naik cetak. 
>  
> Kali ini dalam buku "Menyingkap FITNAH & TEROR", Hj.Irena berusaha 
menggali kembali sejarah Islam yang terpendam, termasuk mengungkap 
apa alasan dari kebencian kaum musyrikin (Kristen dan Yahudi) pada 
Islam hingga Allah SWT mencantumkan secara khusus dalam Al Quran, 
surah Al-Baqarah ayat 120 yang merupakan peringatan bagi ummat Islam 
sepanjang zaman untuk waspada.
>  
> Di awal tulisan bab pertama, beliau kutip disana Pidato Paus 
Urbanus II yang membakar semangat rakyat masa itu untuk merebut 
Yerusalem dari tangan muslim. Kalau kita simak, ternyata apa yang 
disampaikan Paus Urbanus II memang sangat provokatif, penuh dengan 
nada kebencian terhadap muslim dan penuh fitnah. Sama sekali tidak 
ada niatan religius. Yang justru ada adalah kalimat,
>  
> "Negeri kalian telah  padat  penduduknya, .. Tak banyak 
kekayaan di sini, dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang 
cukup buat kalian.Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah 
kembali negeri itu dari orang-orang jahat, dan  jadikan  milik  
kalian." 
>  
> Lalu Paus Urabanus II memberangkatkan 300.000 agresor salib dengan 
semboyan "Deus le Volt" (begitulah perintah Tuhan) menuju Yerusalem.
>  
> Rupanya itulah esensi sesungguhnya dari "Perang Suci" yang 
dikobarkan oleh Paus Urbanus II. Penguasaan kekayaan atas suatu 
wilayah. Dan ide ini di kloning oleh GW.Bush ketika keceplosan 
mengatakan, "Crusade!" sesaat setelah tragedi 911.
>  
> Dalam buku ini juga dibahas oleh beliau perang demi perang yang 
mana Amerika Serikat terlibat didalamya, bisa dikatakan hampir dalam 
semua perang, AS ikut campur. Yang kemudian diikuti oleh sejumlah 
kepentingan politik dan penguasaan sumber alam suatu negara.
>  
> Data-data akurat, fakta-fakta yang terabaikan beliau susun kembali 
secara runut dan dipaparkan gamblang, sehingga ketika awal membaca 
ada kesan buku ini 'keras'. Namun berikutnya dikupas bagaimana 
keagungan Islam, bagaimana Islam masa Rasulullah menghadapi FITNAH & 
TEROR. Dan akhirnya tentang bagaimana FITNAH & TEROR abad milenium 
yang sedang kita rasakan saat ini.
>  
> Buku ini patut dibaca bagi ummat Islam maupun non Islam, karena 
disinilah sejarah berusaha didudukkan sebagaimana mestinya tanpa di 
tutup-tutupi oleh opini yang menyesatkan.
>  
> 
> Pimred. Majalah ARANA
> 
> 
> 

> 
> 
> 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG. 
> Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 
2008/9/5 $U$H 07:05
>




[budaya_tionghua] Sigit Witjaksono, "Hoakiao" dari Lasem

2008-09-08 Terurut Topik Hendri Irawan
Kompas Cetak Online
http://cetak.kompas.com

Sigit Witjaksono, "Hoakiao" dari Lasem
Selasa, 9 September 2008 | 03:00 WIB

Ahmad Arif

Lasem, kota tua berhawa panas di pesisir utara Jawa Tengah pada tahun
1961. Seorang hoakiao muda membuat udara Lasem tambah gerah setelah
mempersunting gadis Jawa, putri seorang panitera dan keponakan wedono
dari Tulungagung, Jawa Timur.

Hoakiao—istilah untuk China perantauan—itu bernama Njo Tjoen Hian,
putra perajin batik. Pernikahannya tersebut melawan arus masyarakat
waktu itu, yang masih menganggap miring pernikahan antar-etnis dan
antar-agama.

"Pada waktu itu perkawinan Tionghoa dan Jawa biasanya delik-delik
(sembunyi-sembunyi). Sementara saya menikah resmi di catatan sipil,"
kata Njo Tjoen Hian, yang sejak tahun 1959 lebih sering menggunakan
nama Sigit Witjaksono ini.

Tentang namanya ini, Njo Tjoen Hian menjelaskan, "Sigit Witjaksono itu
merupakan versi bahasa Jawa dari Njo Tjoen Hian. Artinya sama, yaitu
kebaikan dan kebijaksanaan."

Perjuangan Sigit mempersunting Marpat Rochani, putri priayi dari Jawa
Timur, itu memang tidak mudah. Tak ada satu pun keluarga dari pihak
istrinya yang mau datang pada cara pernikahan mereka ketika itu. Sigit
sampai merasa dipermalukan.

"Saya menangis waktu itu," kata Sigit.

Akan tetapi, dia tidak pupus harapan. Ia selalu mencoba untuk terus
berbuat baik terhadap keluarga istrinya. "Lambat laun, mereka mulai
ikhlas dan bisa menerima, apalagi setelah mereka melihat rumah tangga
kami yang rukun. Wong belah gowo damar, Gusti Allah ora samar," kata
Sigit mengutip pepatah Jawa, tentang Tuhan yang akan selalu menjaga.

Ketika keluarga dan warga sekitar mulai menerima perkawinan campur
itu, tantangan justru datang dari pemerintah. Akta kelahiran anaknya
diberi cap: akte kelahiran untuk warga keturunan Republik Rakyat
Tiongkok (RRT).

"Saya RRT saja tidak tahu bentuknya. Tanah Jawa ini tempat lahir dan
mungkin tempat nanti saya mati juga. Kenapa seolah-olah kami belum
juga diterima?" kata Sigit.

Di mata Njo Tjoen Hian, pembauran antara Jawa-China sebenarnya bukan
hal baru. "Saya keturunan hoakiao (China perantauan) kedelapan di
Lasem," kata Sigit menambahkan.

Rombongan awal para hoakiao ke Lasem itu semuanya laki-laki. Mereka
kemudian menikah dengan orang-orang dari pesisir Lasem hingga Tuban.
Setelah Belanda berkuasa di Jawa, barulah didatangkan para pekerja
dari daratan China untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan.
Sebagian di antaranya perempuan. Mulailah ada perbedaan antara
Tionghoa totok dan Tionghoa peranakan. Antara mereka yang pribumi dan
pendatang.

"Belanda yang menciptakan pemisahan itu," kata Sigit.

Pemisahan itu semakin tajam setelah terjadi geger China—pemberontakan
China terhadap Belanda—pada tahun 1740. Waktu itu, Lasem menjadi salah
satu pusat perlawanan China terhadap Belanda. Penjajah Belanda sengaja
menjauhkan orang China dan Jawa agar mereka tidak kembali bersekutu
lalu melawan Belanda.

Batik laseman

Jejak pembauran etnis Jawa dan China di Lasem itu, menurut Sigit,
sangat jelas terlihat antara lain dalam selembar kain batik laseman.

"Motif batik lasem merupakan produk silang budaya, terutama antara
Jawa dan China," kata Sigit yang mewarisi usaha batik dari ayahnya,
Njo Wat Jiang.

Motif yang terpengaruh budaya China adalah burung hong, bunga seruni,
banji, dan mata uang. Adapun motif Jawa terlihat dari motif geometris
khas batik vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta), seperti parang,
kawung, dan udan liris.

Selain kedua motif itu, para perajin batik di Lasem juga mencipta
motif lokal seperti latohan, gunung ringgit, dan kricak atau watu
pecah. Konon, motif kricak (batu kecil) diinspirasikan dari kenangan
atas kricak sebagai bahan pembuatan Jalan Raya Pos era Daendels, yang
membawa banyak korban pekerja di Lasem. Ketiga motif itu sering
dipadu, seperti yang terlihat dalam motif batik tiga negeri.

Melalui budaya

Upaya Sigit untuk pembauran telah mendorongnya untuk membentuk
paguyuban seni tari Tunas Harapan pada tahun 1977. Dalam paguyuban
ini, Sigit membaurkan anak- anak Tionghoa dengan etnis Jawa. Tarian
yang sering mereka tampilkan adalah Srikandi Mustaka Weni dan
Menakjingga-Dayun.

Kelompok tari multietnis ini, pada waktu itu, laris diundang ke
kota-kota lain hingga Semarang dan Magelang. Bahkan, pada tahun 1979
Tunas Harapan diundang tampil di Balai Sidang Jakarta, di hadapan
Presiden Soeharto.

Sigit juga menjadi Ketua Yayasan Sekolah Dasar (SD) Wijayakusuma, yang
mengelola SD di Lasem sejak tahun 1979 hingga 2002. Sebelum Sigit
menjadi ketua yayasan, SD ini dicap eksklusif oleh masyarakat setempat
karena 90 persen siswanya Tionghoa. Dia bertekad menghapus cap itu.

"Saya datang dari rumah ke rumah, menemui keluarga Jawa agar mereka
mau menyekolahkan anak mereka ke sekolah kami," tutur Sigit.

Selain menawarkan pendidikan kesenian tari, Sigit juga menyediakan
pelajaran berbagai agama di sekolahnya itu. "Siswa bebas memilih
pelajaran sesuai agama masing-masing. Hasilnya, 60 persen siswa SD
Wijayakus

RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik AHAW S
Salam kenal semuanya ,
Saya ini anggota baru.

Saya ingin komentar aja

Kita ini membahas apa sih ?
 Di sini tempat membahas agama ya ??
kalau tempat bahas agama saya salah join.

saya juga banyak join ke milis , tapi bahasan yang tidak berhubungan dengan 
tema/judul sebaiknya tidak usah di bahas apalagi soal agama , itu sangat 
sensitif. Lebih baik soal agama tidak usah di bahas di milis ini. agama kan 
urusan kita sama Tuhan bukan urusan kita sesama manusia. masih banyak bahasan 
lain kok kenapa mesti urusan yang gak ada hubungannya nya di urusss 


Saya juga punya saudara yang Islam, Kristen, Buddha, Tao, Konghucu, dan saya 
saya nggak pernah mendikte agama mereka.

Dan satu lagi , kalo nggak ngerti gak usah mendikte kepercayaan orang 
!!!
Dan untuk moderator lain kali kalau ada member yang membahas soal agama di 
milis ini tolong di hapus.

Salam,

 Adi





--- On Mon, 9/8/08, * <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: * <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 7:12 PM











.benar
saya ini setuju sekali!! !!
 
Eddy Lim

--- Lim Wiss <[EMAIL PROTECTED] sojitz.com> schrieb am Mo, 8.9.2008:

Von: Lim Wiss <[EMAIL PROTECTED] sojitz.com>
Betreff: RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
An: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Datum: Montag, 8. September 2008, 12:06







Tolong hargai agama orang lain….
Jika anda tidak paham dengan tradisi orang lain, tanyalah baik-baik. Jangan 
mendikte agama & kepercayaan orang lain.
 
Anda ini siapa 
Apakah anda sudah merasa diri kamu itu paling benar & paling suci sehingga anda 
berani sekali mendikte kepercayaan orang.
 
 



From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
com ] On Behalf Of dhanis
Sent: Monday, September 08, 2008 4:10 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
 







Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita
 lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM


 

Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang 
kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda 
bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 

 

Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.

 

Salam,

ChanCT

 


- Original Message - 

From: Hartono 

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 

Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

 
menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami d

Re: [budaya_tionghua] Re: fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Ada baiknya klarifikasi juga dilakukan ke milis SNB itu, supaya jelas siapa 
siauwjin dan pithu-nya, yang pasti bukan APM-heng...

Wasalam.

-

- Original Message - 
From: anathapindika_m
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:56 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

sayalah yang memforward topik "panas" ini kesini , saya tidak tahu kalo 
tulisan ini adalah tulisan Pak Dedi yang pernah dimuat di forum ini 
sebelumnya saya diforward oleh teman dan pada email ada tulisan berasal dari 
milis SNB ([EMAIL PROTECTED]), kemudian saya forward ke sini

APM 



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik BUD'S 1
He he he, Bung Dhanis belum pernah ke Taman Makam Pahlawan ya ??? Kalau ente
di Jakarta sekali-kali jalan2 ke TMP Kali Bata, ente bisa lihat disana para
Pahlawan dikubur di Blok2 yang berdasarkan Agama, jadi ada Blok
Islam, Kristen, dll. Aku tahu karena Mertua aku beristirahat dengan tenang
disana.

Salam,

Bud's


On 9/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
> Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI
> favorit
> saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.
>
> Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan
> Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa,
> Sunda,
> Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
> Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
>
> SDnya naik jadi 5 atau 6!
>
> Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara
> ngawur gini.
> Bikin malu orang Islam saja!
>
> Wasalam.
>
> 
>
> - Original Message -
> From: dhanis
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
>
> di Indonesia
>
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman
> dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang
> buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger
>
> tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme,
> Konfusianisme,
> Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.
>
>
> .
>
> 
>


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik anathapindika_m
ehem ehem ehem ... 

ente ini bener jago ngelit ya ?
pertama ngomong kelenteng kayak neraka
kedua bilang warna merah menyeramkan
terus ngedongeng KERAS dan BRUTAL
dah gitu ngeributin bagusan api ato air
sekarang malah ngejelekin agama orang

kalo ente belon ngarti , mbok jangan komentar yang aneh2
jadi makin keliatan modal ente ada berapa banyak

APM
 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di
agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya
kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang
yang suka tinggal bareng keseraman.
> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita
pilih yang ndak serem-serem juga.
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum
pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu,
Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang
memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.
> 
> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih
tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita
lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.
> 
> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan,
diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru.
Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya.
Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang
peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah
didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka
mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh
> 
> Dhanis
> 




Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik JuLie
seru banget nih topik yang dikobarkan...
lama2 kagak nyambung sama sekaliii..
ckckckckk..
sapa sih pencetus ide ini
dari pertama imlek...lama2 nyasar kmana mana...

oiii balekk ke topik awal kal.


hahahahaa

:: Julie ::



- Original Message 
From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 9:04:48 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah perubahan 
energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada cahaya apa ya perlu 
api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya perlu api, jaman sekarang orang 
bisa memasak dengan listrik, tidak perlu api, bahkan api adalah sumber kalor 
yang tidak efisien dalam perubahan energi dan perlu diminimalisir demi 
efisiensi, ya kan, pelajaran SMA kan.
jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF ERA di akhir 
jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua sudah dibangkitkan oleh 
PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people are trying to reduce the FIRE you 
know. Tapi adakah yang dapat memungkiri bahwa orang are trying to reduce the 
water, bahkan air menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan 
demi kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa ya 
perlu api. hmmm.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 7:50 AM


Mengenai kesan, memang subyektif, saya pribadi merasakan suasana yang tak 
nyaman setiap memasuki semua bangunan agama, temasuk klenteng, gereja dan juga 
masjid. tak ada yang boleh menggugat semua perasaan saya ini, karena semua 
tentu berkaitan dng pengalaman pribadi dan latar budaya saya. semua sangat 
subyektif tentunya.
 
Jika anda merasa tak nyaman dng klenteng, tak perlu membandingkan dng 
kenyamanan anda di Masjid, mungkin ada orang lain yang merasa nyaman di 
klenteng dan merasa seram di masjid. ini sih sah2 saja, tapi tak usah di cari2 
pembenarannya.
 
Jika anda menyebut air adalah sumber kehidupan, anda juga harus sadar api 
adalah sumber peradaban! Tanpa api manusia masih makan daging mentah dan 
tanaman liar, tanpa api orang tak bisa mengolah logam membuat peralatan, tanpa 
api masih menjadi manusia primitif.
 
Segala sesuatu harus dilihat dari kacamata multi dimensi, janganlah pakai 
kacamata buatan sendiri!
 
ZFy

--- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:

From: dhanis 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:50 AM


Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore, detailnya:
si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih (1 orang), 
dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter menyerupai badut, di rias 
dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka memakan permen dan diludahkan keluar 
dan ada yang memungutnya (semoga tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian 
disusul aksi pembagian permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang 
saya tangkap.

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna merah 
yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api tersebut jika 
sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, 
namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan di 
dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api merah yang 
menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala seperti neraka, hal 
demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa seram dengan mereka setiap kali 
saya pergi ke masjid untuk shalat, karena satu arah jalan. Tempat ibadah 
semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena 
banyak abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu 
bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di 
masjid selalu ada air, tidak
 ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu sumber 
malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di larang, karena 
justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan rahmat nya melalui 
cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), 
dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
Salam hangat penuh semangat

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 P

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Apa hubungannya adanya Sarikat Dagang islam dengan pahlawan kemerdekaan yang 
Islam!?
Tahu nggak bahwa dari Sarikat Dagang Islam lah munculnya PKI!
Wah, bener-bener nih pelajaran sejarahnya Dhanis waktu SD dapat angka 
minus...

Apa hubungannya ingat nama tokoh sejarah dengan keartisan!?
Saya ingat nama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan ribuan pahlawan 
lainnya, serta menarik hikmah dari perjuangan mereka, nyatanya tidak satu 
pun dari mereka itu artis.

Kalau berargumentasi bawa-bawa keIslaman, jangan ngawur Dhanis, bikin malu 
orang yang beneran Islam saja!

Wasalam.

-

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:20 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Ehem-ehem,

Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah 
pergerakan kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya 
berarti orang-orang itu malu memakai nama Kristen.
Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM


Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit
saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.

Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan
Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda,
Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah
SDnya naik jadi 5 atau 6!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam saja!

Wasalam.

 = = ==

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
di Indonesia

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme,
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini.






Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
 



[budaya_tionghua] Re: fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik anathapindika_m
Pak Dedi dan Pak Hendri

sayalah yang memforward topik "panas" ini kesini , saya tidak tahu
kalo tulisan ini adalah tulisan Pak Dedi yang pernah dimuat di forum
ini sebelumnya
saya diforward oleh teman dan pada email ada tulisan berasal dari
milis SNB ([EMAIL PROTECTED]), kemudian saya forward ke sini

APM



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Pak Dedi,
> 
> Di sini ada rekan-rekan yang memiliki hubungan minimal korespondensi
> dengan pak Benny G. Soetiono. Jadi nanti bisa dikonfirmasi dengan yang
> bersangkutan. Kalaupun memang ternyata dijiplak mentah-mentah maka
> saya mengucapkan selamat kepada pak Dedi. Kapan lagi pemikiran kita
> dibajak oleh orang yang dianggap "tokoh" ?
> 
> Bagi rekan-rekan yang hendak mengutip isi milis ini tolonglah hargai
> sedikit mereka-mereka yang sudah menghabiskan sumber daya menuliskan
> pemikirannya. Jadilah seorang junzi, jangan jadi seorang xiaoren.
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dedi S Lim"  wrote:
> >
> > Lho, inikan tulisan saya yang pernah saya post di milis ini tanggal 
> > 14 Feb 2007 (post no 23093), lengkap dengan referensinya.
> > Koq di sini diclaim sebagai tulisan Pak Benny G Setiono?
> > 
> > Thanks.
> > 
> > 
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anathapindika muliawan 
> >  wrote:
> > >
> > > - Original Message - 
> > > From: Solidaritas Nusa Bangsa 
> > > To: [EMAIL PROTECTED] 
> > > Sent: Wednesday, September 03, 2008 1:05 AM
> > > Subject: [snb-milis] Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
> > > 
> > > 
> > > Monday, March 3, 2008 
> > > Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia 




Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Ehem-ehem, kalo soal meres, saya ndak bisa atuh karena pekerjaan saya bukan 
tukang cuci pakaian yang bisa meres.
Demikian harap maklum
Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, hartantodedy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: hartantodedy <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 12:29 PM











--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  

wrote:

>

> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di 

agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, 



Pantesan kalau di mesjid yang pulang terakhir dapet sendal jelek..



ya kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada 

orang yang suka tinggal bareng keseraman.

> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun 

kita pilih yang ndak serem-serem juga.

> 

> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini 

ya jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam 

yang berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku 

belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, 

Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang 

memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.



Jawaban ekstreem karena pernyataan ente bikin kuping panas

Saya mah ngak aneh kalau orang Tionghoa jadi muslim, menyangkal ke-

Tionghoa-annya terutama di jawa barat, dipanggil ngkoh marah banget.

Yah,kalau malu punya darah Tionghoa mah, ditranfusi darah onta sajah.

Koq bisa kaya orang dicuci otak sampai tidak tahu pejuang di agama-

agama lain, emang Monginsidi, YOS Sudarso, Lukas yang dicari Belanda 

hinga terjadi pembantaian penduduk di Karawang, emang Lukas bukan 

Kresten singkatan lutung kasarung gituh, terus Ngurah Rai, Yohannes 

Wattimena, Sam Ratulangi, bener-bener dodol ah 

 

> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih 

tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti 

kita lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya 

lagi, sih.

> 

> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, 

diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. 

Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. 

Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang 

peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah 

didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka 

mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh



NB: Kepada semuah, berhati-hatilah terhadap orang yang baru kenal, 

lalu mengaku-ngaku punya darah Tionghoa atau punya banyak kenalan 

orang Tionghoa, biasanya ujung-ujungnya nipu atau meres.



> Dhanis

> 

> --- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>

> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-

Kristen di Indonesia

> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

> Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, 

> ... jadi takut ketemu setan beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan 

tidak bisa 

> menghormati kepercayaan orang lain yang berbeda, hati-setannya 

itulah yang 

> kemudian bilang kepercayaan menyemba h setan, sereeem,  Percaya 

ada 

> setan, entar malam anda bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 

>  

> Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang 

> lain yang berbeda. Terima dan hormatilah segala perbedaan yang 

ada, ... apalagi 

> dalam kenyataan tidak saling dirugikan, tidak saling mengganggu 

untuk melakukan 

> ibadah ditempat masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh 

itu. 

> Berdamai-damai dan tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis 

bersama dalam 

> masyarakat nan indah permai ini.

>  

> Salam,

> ChanCT

>  

> 

>   - Original Message - 

>   From: 

>   Hartono 

> 

>   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 

>   

>   Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 

>   PM

>   Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 

>   Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

>   

> menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai 

>   "kacamata" 

> tertentu.

> coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa 

>   seram, sedangkan anda merasa 

> seram? coba dipahami dan renungkan.

> setau 

>   saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling 

tidak 

> suka 

>   mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh 

menyembah 

>   

> berhala, menyembah setan.

> coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku 

>   menyembah tuhan merasa seram, ga 

> brani masuk ke tempat yg mereka tuduh 

>   menyembah berhala? sedangkan mereka yg 

> dituduh menyembah berhala dengan 

>   santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 

> tuhan?

> buka

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Ehem-ehem,

Yang saya maksud dulu ada Serikat Dagang Islam-Sarikat Islam lalu bagaimana 
dengan Kristen adakah Serikat Dagang Kristen atau sejenisnya. Sebuah pergerakan 
kan pasti memakai nama pemersatunya, kalo tidak ada namanya berarti orang-orang 
itu malu memakai nama Kristen.
Kayak artis saja yang di inget adalah nama-nama person nya.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 1:31 PM











Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?

Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit 

saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.



Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan 

Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda, 

Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.

Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah 

SDnya naik jadi 5 atau 6!



Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara 

ngawur gini.

Bikin malu orang Islam saja!



Wasalam.



 = = ==



- Original Message - 

From: dhanis

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 

di Indonesia



Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 

dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang 

buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger 

tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 

Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. 




  




 

















  Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Anton Widjaja
Menggelikan cara pandang anda. Saya bukan Muslim, Buddha, Kong Hu Cu 
ataupun Tao. Agama memiliki tradisi. Mungkin dalam agama tertentu api 
dianggap penting. Dalam pergaulan saya belakang hari saya mendengar 
api itu menyucikan. Air juga dalam agama Islam diangap menyucikan 
sehingga perlu berwudhu. Saya terima saja karena itu adalah hak anda 
sekalian. 

Tapi kalau tradisi api pada agama lain dianggap kuno karena sudah ada 
listrik mungkin juga air sudah kuno karena sekarang sudah ada tissue 
disinfektan. Bukankan sekarang dunia sedang menuju krisis air bersih ?
Ini kalau mau berpikir konyol konyolan. 

Kalau oran gmerasa nyaman dengan air silahkan saja.Kalau orang merasa 
nyaman dengan api dan warna merah silahkan saja. Itu merupakan 
pengalaman spiritual pribadi masing masing.

Perluas cakrawala pandang anda.

Salam,
Anton W

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah 
perubahan energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada 
cahaya apa ya perlu api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya 
perlu api, jaman sekarang orang bisa memasak dengan listrik, tidak 
perlu api, bahkan api adalah sumber kalor yang tidak efisien dalam 
perubahan energi dan perlu diminimalisir demi efisiensi, ya kan, 
pelajaran SMA kan.
> jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF 
ERA di akhir jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua 
sudah dibangkitkan oleh PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people 
are trying to reduce the FIRE you know. Tapi adakah yang dapat 
memungkiri bahwa orang are trying to reduce the water, bahkan air 
menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan demi 
kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa 
ya perlu api. hmmm.
> 
> Dhanis





Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Edi Soemartono
bung Eddy

memangnya nyumbang kemana ?
harus disebut donk ( ha ..ha  ha )
kan ada yg gak jelas/tahu dan biar pada tahu gitu ?
( meskipun kebanyakan sudah tahu dan seharusnya tidak usah disebut )
lagi pula kita sama2 namanya nih.

Saya sih jarang nyumbang ( kalu sering artinya banyak dan acap kali ) spt :
nyumbang fakir miskin & anak terlantar, kotak sumbangan yg ditengah jalan/pom 
bensin, dlsb ( masih ada tapi lupa )
naik ojek, naik angkot ( meski sebenarnya tidak perlu2 amat ),  nyumbang rumah 
ibadah agama lain 
juga bayar pajak, mempekerjakan karyawan, bagi sembako. 
dan tidak tetap merasa harus jadi pahlawan. wong cuma segitu aja.

maaf nih jadi menonjolkan diri, sorry2 deh kebablasan

salam
Edi Soemartono

  - Original Message - 
  From: * 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 08, 2008 7:13 PM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


ha..ha
jadi lupa minta kwitansinya...kalau sumbang y

Eddy Lim

--- Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> schrieb am Mo, 8.9.2008:

  Von: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
  Betreff: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan 
Tionghoa-Kristen di Indonesia
  An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Datum: Montag, 8. September 2008, 11:48


  Mas,

  Anda ini mau promosi agama atau mancing keributan sih ? 

  Ini saya mengutip anda:
  "Seumur-umur aku belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen,
  Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang
  berjuang memerdekakan negara ini."

  Anda ini belajar sejarah versi apa di sekolah ?

  Oh yah kalau memang anda berniat promosi agama sebaiknya di tempat
  lain yah, lain kali postingan promosi beginian akan ditolak.

  Hormat saya,

  Yongde

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  
wrote:
  >
  > Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di
  agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya
  kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang
  yang suka tinggal bareng keseraman.
  > Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita
  pilih yang ndak serem-serem juga.
  > 
  > Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
  jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
  berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum
  pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu,
  Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang
  memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.
  > 
  > Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih
  tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita
  lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, 
sih.
  > 
  > Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan,
  diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru.
  Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya.
  Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang
  peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah
  didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka
  mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh
  > 
  > Dhanis
  > 

   

  __
  Do You Yahoo!?
  Sie sind Spam leid? Yahoo! Mail verfügt über einen herausragenden Schutz 
gegen Massenmails. 
  http://mail.yahoo.com 

   

Re: [budaya_tionghua] AWAL Tradisi Itu (Was: Kudu Lihat Putri Berjalan.)

2008-09-08 Terurut Topik melani chia
Kurang jelas versi mana yg bisa dipercaya,ada yg cerita
waktu jaman mancing,krn ingin mengontrol perempuan jd kakinya
ditekuk paksa,biar perempuan tdk bisa hang out seenaknya,..
ada lagi yg mengatakan ,perempuan kudu berkaki kecil terkesan
alus gitu,kurang taulah,yg jelas menderita perempuannya,...
sama halnya ada suku tertentu di Thai,lehernya dikasih ring,dari
masih balita,..menurut mereka leher jenjang bagus,..ini menderita juga
kalau sampe dicopot lehernya udah tdk bisa berdiri normal,...malah bisa
membawa kematian kale,

Di daerah, puluhan th silam masih ada tetangga dan kerabat jauh yg
punya kaki kecil,...sebagian lagi begitu sampe di Indo,...tdk melanjutkan 
lagi,..hanya sudah terlanjur ketekuk jari2nya,...kasian tuh nenek,..jalan
aja susah,...

Ada byk hal dlm budaya, mau pun agama,kalau mau jujur,sangat menyiksa 
manusia,untungnya jaman sekarang org bebas memilih.




--- On Mon, 8/9/08, ibc <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: ibc <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] AWAL   Tradisi Itu  (Was: Kudu Lihat Putri 
> Berjalan.)
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Monday, 8 September, 2008, 11:47 PM
> Rekan milis yang terhormat,
> 
> Kebetulan saya pernah baca pada buku :
> 
> Times dictionary of  Chinese Symbols. An essential guide to
> the hidden
> symbols in Chinese art, customs and beliefs.
> Wolfram Eberhard. Federal Publications. Singapore. 1996. 
> Halaman  169.
> 
> Diperkirakan adat mengikat mengecilkan kaki wanita ini
> dimuali sejak tahun
> 900 an. Ada cerita sekitar tahun 500an seorang kaisar
> Tiongkok Selatan
> menebar bunga lotus agar  isteri favoritnya dapat menari
> diatasnya. Versi
> cerita lain mungkin lantai ditutup dengan karpet
> bermotifkan bunga lotus.
> Agar perempuan ini dapat menari dan berpijak pada bunga
> lotus yang kecil,
> diikatlah kaki agar juga mengecil. :-))  apakah
> dihapuskan/ dilarang
> setelah 1912 , ketika berdiri Republik Tiongkok Nasionalis 
> ??
> 
> Mungkin dapat membantu atupun sedikit menjelaskan.
> 
> Salam,
> 
> Sugiri.
> 
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
> Ophoeng
> Sent: 08 September 2008 21:01
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Tradisi Itu Sudah Lama Dihapus
> (Was: Kudu Lihat
> Putri Berjalan.)
> 
> Bu Edith dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> Saya ndak tahu persisnya, tapi kayaknya tradisi
> ngabeungkeut kaki jiga
> leupeut
> (mengikat kaki seperti lepet) begitu sudah lama dihapuskan.
> Apakah bersamaan
> waktunya dengan ketika taucang (ekor kuda) kaum lelaki
> dipotong atau
> sesudah-
> nya. Mungkin ada yang bisa lebih tahu mau berbagi info-nya.
> 
> Mengikat kaki seperti itu mestinya dimulai sejak kecil.
> Persisnya kapan saya
> ju-
> ga ndak tahu. Sorry. Dari yang saya pernah lihat sendiri
> dulu, waktu ema
> teman
> saya masih hidup (1968-an), kayaknya tidak menjadi terlipat
> seperti pada
> foto
> yang bisa anda lihat di link tsb.  Tapi juga saya ndak
> yakin benar, soalnya
> me-
> mang kaki ema teman saya selalu dibungkus kain putih yang
> digulung begitu.
> 
> Pada kaki si nenek dalam foto, kayaknya itu jari-jemari
> dilipat ke bawah
> sam-
> pai meregang dan panjang. Jadi, nampaknya si nenek dalam
> foto telapak dan 
> jari kakinya tetap tumbuh tapi terlipat ke bawah, dan
> tumitnya menjadi keras
> seperti kuku kaki kuda(?).
> 
> Sayang pada foto itu tidak dicantumkan kapan dan di mana
> persisnya. Kalau
> dilihat dari sejarah dibebaskannya kaki kaum wanita dari
> kewajiban mengikat
> kaki seperti itu, mestinya kejadian itu sudah lama sekali
> berlalu. Generasi
> me-
> reka mestinya lahir pada tahun 1800-an(?). Tapi kalau
> dilihat foto berwarna
> itu, mestinya itu belum terlalu lama dibuatnya. Tahun 1968
> dulu itu ajah,
> ka-
> lau tak salah ema teman saya sudah berusia 80-an tahun,
> artinya beliau la-
> hir pada tahun 1888-an.
> 
> Tapi, walau secara resmi sudah dihapus. Bisa saja terjadi
> ada yang masih me-
> neruskan tradisi ini secara diam-diam di pedalaman yang
> sulit dijangkau.
> 
> Bicara mengenai kuping orang Dayak yang dibanduli anting,
> saya jadi ingat
> kayaknya ada satu tradisi di Afrika (entah apa nama
> negaranya) yang mema-
> sangkan cincin di leher anak perempuan, bertahap
> satu-per-satu sejak kecil, 
> sehingga leher perempuan itu menjadi panjang. Makin panjang
> dianggap ma-
> kin cantik, kalau tak salah.
> 
> Kayaknya, walau tidak dibagi menjadi kasta dalam kehidupan
> masyarakat ja-
> man dulu, di Tiongkok tetap ada pembedaan kelas: bangsawan,
> saudagar, 
> pujangga dan pendekar. Tentu saja pendekar tidak perlu
> mengikuti tradisi
> mengikat kaki begitu. Lha mereka termasuk golongan yang
> kalau berjalan
> iramanya seperti dijelaskan Bu Ulysee:
> tak-tik-tuk-tik-tak-tik-tuk Bu-
> kan golongan yang berirama mendayu-dayu bak gu-zheng
> pencengkeram
> hati yang mendengarnya. Walaupun, tentu saja sang pendekar
> sakti mampu
> mence

[budaya_tionghua] Fw: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR

2008-09-08 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Sally Sety 
To:  
Sent: Tuesday, September 09, 2008 8:55 AM
Subject: Resensi : Menyingkap FITNAH & TEROR



 
http://irenahandono.blogspot.com/
 
RESENSI BUKU
 
Judul: Menyingkap TEROR & FITNAH
Penulis: Hj.Irena Handono
Penerbit   : Gerbang Publishing
Tebal   : 320 halaman
Harga  : Rp.65.000
Cetakan   : Agustus 2008
 
 
Stereotip  bahwa  Islam adalah agama  yang penuh  kekerasan, disebarkan dengan 
peperangan serta agama terbelakang melekat kuat pada pikiran orang-orang barat. 
Hal ini dikarenakan mereka tidak  memahami Islam secara benar. Sejarah tentang 
Islam dipenuhi oleh pendapat-pendapat para orientalis yang tendensius. 
Pemberitaan terhadap Islam pun penuh dengan propaganda negatif. 
 
"Padahal jika barat memahami Islam langsung dari sumbernya, tidak terpengaruh 
oleh segala opini negatif yang ada saat ini serta jujur terhadap sejarah  maka 
merekapun akan menyadari  bahwa segala prasangka  mereka kepada Islam adalah 
salah." (Karen Armstrong)
 
Buku "Menyingkap FITNAH & TEROR" yang ditulis Hj.Irena Handono ini merupakan 
karya besar beliau yang kedua setelah buku ISLAM DIHUJAT  yang mencapai best 
seller pada pertengahan tahun 2003 hingga 2005. Hanya dalam kurun waktu yang 
demikian singkat, buku ISLAM DIHUJAT mampu menembus angka 14 kali naik cetak. 
 
Kali ini dalam buku "Menyingkap FITNAH & TEROR", Hj.Irena berusaha menggali 
kembali sejarah Islam yang terpendam, termasuk mengungkap apa alasan dari 
kebencian kaum musyrikin (Kristen dan Yahudi) pada Islam hingga Allah SWT 
mencantumkan secara khusus dalam Al Quran, surah Al-Baqarah ayat 120 yang 
merupakan peringatan bagi ummat Islam sepanjang zaman untuk waspada.
 
Di awal tulisan bab pertama, beliau kutip disana Pidato Paus Urbanus II yang 
membakar semangat rakyat masa itu untuk merebut Yerusalem dari tangan muslim. 
Kalau kita simak, ternyata apa yang disampaikan Paus Urbanus II memang sangat 
provokatif, penuh dengan nada kebencian terhadap muslim dan penuh fitnah. Sama 
sekali tidak ada niatan religius. Yang justru ada adalah kalimat,
 
"Negeri kalian telah  padat  penduduknya, .. Tak banyak kekayaan di sini, 
dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang cukup buat 
kalian.Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah kembali negeri itu dari 
orang-orang jahat, dan  jadikan  milik  kalian." 
 
Lalu Paus Urabanus II memberangkatkan 300.000 agresor salib dengan semboyan 
"Deus le Volt" (begitulah perintah Tuhan) menuju Yerusalem.
 
Rupanya itulah esensi sesungguhnya dari "Perang Suci" yang dikobarkan oleh Paus 
Urbanus II. Penguasaan kekayaan atas suatu wilayah. Dan ide ini di kloning oleh 
GW.Bush ketika keceplosan mengatakan, "Crusade!" sesaat setelah tragedi 911.
 
Dalam buku ini juga dibahas oleh beliau perang demi perang yang mana Amerika 
Serikat terlibat didalamya, bisa dikatakan hampir dalam semua perang, AS ikut 
campur. Yang kemudian diikuti oleh sejumlah kepentingan politik dan penguasaan 
sumber alam suatu negara.
 
Data-data akurat, fakta-fakta yang terabaikan beliau susun kembali secara runut 
dan dipaparkan gamblang, sehingga ketika awal membaca ada kesan buku ini 
'keras'. Namun berikutnya dikupas bagaimana keagungan Islam, bagaimana Islam 
masa Rasulullah menghadapi FITNAH & TEROR. Dan akhirnya tentang bagaimana 
FITNAH & TEROR abad milenium yang sedang kita rasakan saat ini.
 
Buku ini patut dibaca bagi ummat Islam maupun non Islam, karena disinilah 
sejarah berusaha didudukkan sebagaimana mestinya tanpa di tutup-tutupi oleh 
opini yang menyesatkan.
 

Pimred. Majalah ARANA






No virus found in this incoming message.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 2008/9/5 $U$H 
07:05


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Dhanis ini waktu pelajaran sejarah di SD dapat 2 atau 3 ya!?
Tahu nggak, Ignatius Slamet Riyadi itu pahlawan perang kemerdekan RI favorit 
saya, biar pun dia Katolik dan saya Islam.

Dengan mudah saya bisa menyebutkan banyak sekali nama pahlawan kemerdekaan 
Indonesia yang Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Konghucu, Budha, Jawa, Sunda, 
Batak, Ambon, Papua, Tionghoa, Arab, dsb.
Nanti saya kirimkan ke Dhanis, supaya dihafal, agar nilai pelajaran sejarah 
SDnya naik jadi 5 atau 6!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara 
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam saja!

Wasalam.



- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang 
buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger 
tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. 



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Ohya, jangan2 si danis ini lupa bahwa bendera Indonesia itu putih dan " 
Merah"!!!
 

--- On Mon, 9/8/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 5:15 PM






Soal selera jangan dijadikan bahan argumentasi.

Sok tahu amat bilang warna merah itu menyeramkan karena warna api neraka! 
Emangnya pernah ke neraka!?
Api neraka itu suhunya tinggi sekali, jadi tentunya warnanya bukan merah, 
melainkan biru.
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa warna biru juga 
menyeramkan! ?

Lalu mengatakan api sumber malapetaka juga kata siapa?
Tahu nggak bahwa ukuran kemajuan budaya suatu kelompok manusia dihitung 
sejak manusia setempat mampu membuat api.
Lantas kalau sudah begitu apa mau bilang bahwa api itu sumber kemajuan!

Kemudian, ukuran kebersihan tidak diukur dengan adanya air. Dan ukuran 
kekotoran tidak diukur dengan abu.
Nyatanya Islam mengajarkan kalau tidak ada air maka status suci berwudhu 
dapat dilakukan dengan menggantikan air justru dengan abu (tayamum).
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa abu adalah ukuran 
kebersihan!?

Kesimpulannya, jangan memakai ukuran selera sendiri atau selera budaya 
kelompoknya untuk menilai orang lain atau budaya lain.

Wasalam.

 = = ==

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 08, 2008 9:50 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna 
merah yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api 
tersebut jika sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu 
baik-baik saja, namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat 
dipertahankan di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu 
ada api merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah 
menyala seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa 
seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat, karena 
satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang 
menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di dalam klenteng, 
bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan syukur ada air nya, air 
yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di masjid selalu ada air, tidak 
ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu 
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di 
larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan 
rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan 
itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana 
kita berdandan. 

 














  

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Eh Dhanis, emangnya Islam aja yang mengambil yang baik-baik dan ndak ngambil 
yang serem dan sangar!? Semua agama juga begitu!!

Kalau nggak tahu Islam jangan bawa-bawa Islam untuk beragumentasi cara 
ngawur gini.
Bikin malu orang Islam saja!

Wasalam.

=

- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 08, 2008 4:09 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama 
Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita 
anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka 
tinggal bareng keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih 
yang ndak serem-serem juga.



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik hartantodedy
Dik Dhanis yang malu punya darah Tionghoa,

Emang ente ngak tahu sejarahnya Lim Swi Liong bisa begitu dekat 
dengan Presiden Suharto, sebenernya bisa saja LSL dibilang pejuang 
tanpa senjata.

Tapi ngomong-ngomong soal kemrdekaan teh, gimana ceritanya?

Belanda kalah sama Jepang, Jepang kalah sama sekutu, lalu dari siapa 
kemerdekaan direbut dari sekutu dari Jepang apa dari Belanda.

Salam,
Dedy


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
>  Ini org kebykan baca referensi orba karya tionghoa Indonesia
> emang selalu ditutupi,masak sih hari gini masih blm tau byk yg 
> menyumbang/partisipasi baaik politik,(terutama jaman orla),nah kwik,
> Ciputra yg masih idup aja kamu udah lupa,gimana yg jaman dulu
> kamu belum lahir ya
>  
> Soal agama sensi bung buat milis ini,mereka tdk merasa tersiksa
> yg menjalaninya,begitu juga dg anda yg menjalani puasa(kalau2 puasa 
lho ya)
> kalau saya sih ogah,... ngapain susah2 nahan haus,lapar,..subuh2 
bangun harus
> sahur.begitu kira2 liatnya itu hal ya!
> 
> 
> 
> --- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Monday, 8 September, 2008, 8:31 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Se-umur2 anda tidak pernah mendengar, bukan berarti tidak ada, 
mungkin saja anda yang kurang gaul atau memang berniat mentulikan 
diri! 
> Pernah dengar yang namanya BPPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha 
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) belum? coba cari informasi, siapa2 
saja anggotanya! ada nggak nama Tionghoanya?
> 
> --- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:
> 
> From: dhanis 
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Monday, September 8, 2008, 9:09 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di 
agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, 
ya kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada 
orang yang suka tinggal bareng keseraman.
> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun 
kita pilih yang ndak serem-serem juga.
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini 
ya jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam 
yang berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku 
belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, 
Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang 
memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.
> 
> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih 
tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti 
kita lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya 
lagi, sih.
> 
> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, 
diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. 
Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. 
Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang 
peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah 
didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka 
mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh
> 
> Dhanis
> 
> --- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
> 
> From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM
> 
> 
> 
> 
>  
> Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut 
ketemu setan beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa 
menghormati kepercayaan orang lain yang berbeda, hati-setannya itulah 
yang kemudian bilang kepercayaan menyembah setan, sereeem,  
Percaya ada setan, entar malam anda bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
>  
> Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. 
Terima dan hormatilah segala perbedaan yang ada,  apalagi dalam 
kenyataan tidak saling dirugikan, tidak saling mengganggu untuk 
melakukan ibadah ditempat masing-masing yang dianggap paling suci dan 
saleh itu. Berdamai-damai dan tingkatkan persahabatan untuk hidup 
harmonis bersama dalam masyarakat nan indah permai ini.
>  
> Salam,
> ChanCT
>  
> 
> - Original Message - 
> From: Hartono 
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
> Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> 
> menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan 
memakai "kacamata" 
> tertentu.
> coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda 
merasa 
> seram? coba dipahami dan renungkan.
> setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling 
tidak 

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Anda Ini mau bicara mengenai Fungsi operasional atau mau bicara mengnai 
Simbol2an???
 
" Air adalah sumber kehidupan ", ini adalah bicara simbol atau bicara fungsi 
operasional???
Jika bicara operasional, keberadaan air di masjid apa memang untuk diminum 
supaya anda melanjutkan hidup??? jelas bukan! air di masjid adalah sekedar 
untuk membasuh muka, tangan dan kaki! tidak lebih dari itu ! 
 
Dan tahukah anda?  Api adalah salah satu simbol yang paling diagungkan dalam 
olympiade???
 


--- On Mon, 9/8/08, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:04 PM










aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah perubahan 
energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada cahaya apa ya perlu 
api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya perlu api, jaman sekarang orang 
bisa memasak dengan listrik, tidak perlu api, bahkan api adalah sumber kalor 
yang tidak efisien dalam perubahan energi dan perlu diminimalisir demi 
efisiensi, ya kan, pelajaran SMA kan.
jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF ERA di akhir 
jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua sudah dibangkitkan oleh 
PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people are trying to reduce the FIRE you 
know. Tapi adakah yang dapat memungkiri bahwa orang are trying to reduce the 
water, bahkan air menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan 
demi kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa ya 
perlu api. hmmm.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 7:50 AM









Mengenai kesan, memang subyektif, saya pribadi merasakan suasana yang tak 
nyaman setiap memasuki semua bangunan agama, temasuk klenteng, gereja dan juga 
masjid. tak ada yang boleh menggugat semua perasaan saya ini, karena semua 
tentu berkaitan dng pengalaman pribadi dan latar budaya saya. semua sangat 
subyektif tentunya.
 
Jika anda merasa tak nyaman dng klenteng, tak perlu membandingkan dng 
kenyamanan anda di Masjid, mungkin ada orang lain yang merasa nyaman di 
klenteng dan merasa seram di masjid. ini sih sah2 saja, tapi tak usah di cari2 
pembenarannya.
 
Jika anda menyebut air adalah sumber kehidupan, anda juga harus sadar api 
adalah sumber peradaban! Tanpa api manusia masih makan daging mentah dan 
tanaman liar, tanpa api orang tak bisa mengolah logam membuat peralatan, tanpa 
api masih menjadi manusia primitif.
 
Segala sesuatu harus dilihat dari kacamata multi dimensi, janganlah pakai 
kacamata buatan sendiri!
 
ZFy

--- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:

From: dhanis 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:50 AM








Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore, detailnya:
si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih (1 orang), 
dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter menyerupai badut, di rias 
dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka memakan permen dan diludahkan keluar 
dan ada yang memungutnya (semoga tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian 
disusul aksi pembagian permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang 
saya tangkap.

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna merah 
yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api tersebut jika 
sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, 
namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan di 
dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api merah yang 
menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala seperti neraka, hal 
demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa seram dengan mereka setiap kali 
saya pergi ke masjid untuk shalat, karena satu arah jalan. Tempat ibadah 
semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena 
banyak abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu 
bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di 
masjid selalu ada air, tidak
 ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu sumber 
malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di larang, karena 
justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan rahmat nya melalui 
cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), 
dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
Salam hangat penu

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Soal selera jangan dijadikan bahan argumentasi.

Sok tahu amat bilang warna merah itu menyeramkan karena warna api neraka! 
Emangnya pernah ke neraka!?
Api neraka itu suhunya tinggi sekali, jadi tentunya warnanya bukan merah, 
melainkan biru.
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa warna biru juga 
menyeramkan!?

Lalu mengatakan api sumber malapetaka juga kata siapa?
Tahu nggak bahwa ukuran kemajuan budaya suatu kelompok manusia dihitung 
sejak manusia setempat mampu membuat api.
Lantas kalau sudah begitu apa mau bilang bahwa api itu sumber kemajuan!

Kemudian, ukuran kebersihan tidak diukur dengan adanya air. Dan ukuran 
kekotoran tidak diukur dengan abu.
Nyatanya Islam mengajarkan kalau tidak ada air maka status suci berwudhu 
dapat dilakukan dengan menggantikan air justru dengan abu (tayamum).
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa abu adalah ukuran 
kebersihan!?

Kesimpulannya, jangan memakai ukuran selera sendiri atau selera budaya 
kelompoknya untuk menilai orang lain atau budaya lain.

Wasalam.



- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 08, 2008 9:50 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/toko, namun warna 
merah yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api 
tersebut jika sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu 
baik-baik saja, namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat 
dipertahankan di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu 
ada api merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah 
menyala seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa 
seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat, karena 
satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang 
menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di dalam klenteng, 
bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan syukur ada air nya, air 
yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di masjid selalu ada air, tidak 
ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu 
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di 
larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan 
rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan 
itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana 
kita berdandan. 



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik hartantodedy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di 
agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, 

Pantesan kalau di mesjid yang pulang terakhir dapet sendal jelek..

ya kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada 
orang yang suka tinggal bareng keseraman.
> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun 
kita pilih yang ndak serem-serem juga.
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini 
ya jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam 
yang berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku 
belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, 
Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang 
memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Jawaban ekstreem karena pernyataan ente bikin kuping panas
Saya mah ngak aneh kalau orang Tionghoa jadi muslim, menyangkal ke-
Tionghoa-annya terutama di jawa barat, dipanggil ngkoh marah banget.
Yah,kalau malu punya darah Tionghoa mah, ditranfusi darah onta sajah.
Koq bisa kaya orang dicuci otak sampai tidak tahu pejuang di agama-
agama lain, emang Monginsidi, YOS Sudarso, Lukas yang dicari Belanda 
hinga terjadi pembantaian penduduk di Karawang, emang Lukas bukan 
Kresten singkatan lutung kasarung gituh, terus Ngurah Rai, Yohannes 
Wattimena, Sam Ratulangi, bener-bener dodol ah 
 
> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih 
tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti 
kita lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya 
lagi, sih.
> 
> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, 
diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. 
Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. 
Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang 
peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah 
didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka 
mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh

NB: Kepada semuah, berhati-hatilah terhadap orang yang baru kenal, 
lalu mengaku-ngaku punya darah Tionghoa atau punya banyak kenalan 
orang Tionghoa, biasanya ujung-ujungnya nipu atau meres.

> Dhanis
> 
> --- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-
Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, 
> ... jadi takut ketemu setan beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan 
tidak bisa 
> menghormati kepercayaan orang lain yang berbeda, hati-setannya 
itulah yang 
> kemudian bilang kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya 
ada 
> setan, entar malam anda bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
>  
> Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang 
> lain yang berbeda. Terima dan hormatilah segala perbedaan yang 
ada, ... apalagi 
> dalam kenyataan tidak saling dirugikan, tidak saling mengganggu 
untuk melakukan 
> ibadah ditempat masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh 
itu. 
> Berdamai-damai dan tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis 
bersama dalam 
> masyarakat nan indah permai ini.
>  
> Salam,
> ChanCT
>  
> 
>   - Original Message - 
>   From: 
>   Hartono 
> 
>   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
>   
>   Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 
>   PM
>   Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
>   Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
>   
> menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai 
>   "kacamata" 
> tertentu.
> coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa 
>   seram, sedangkan anda merasa 
> seram? coba dipahami dan renungkan.
> setau 
>   saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling 
tidak 
> suka 
>   mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh 
menyembah 
>   
> berhala, menyembah setan.
> coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku 
>   menyembah tuhan merasa seram, ga 
> brani masuk ke tempat yg mereka tuduh 
>   menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
> dituduh menyembah berhala dengan 
>   santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
> tuhan?
> bukankah seharusnya 
>   tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
> setan, dan 
>   sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
> ke tempat 
>   tuhan.
> ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba 
>   direnungkan.
> kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo 
>   sedang melakukan 
> amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang 
>   ditolong. sedangkan 
> mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal 
>   selalu memilih-milih, hanya 
> mau menolong saudara seiman. dari sini

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik melani chia
 Ini org kebykan baca referensi orba karya tionghoa Indonesia
emang selalu ditutupi,masak sih hari gini masih blm tau byk yg 
menyumbang/partisipasi baaik politik,(terutama jaman orla),nah kwik,
Ciputra yg masih idup aja kamu udah lupa,gimana yg jaman dulu
kamu belum lahir ya
 
Soal agama sensi bung buat milis ini,mereka tdk merasa tersiksa
yg menjalaninya,begitu juga dg anda yg menjalani puasa(kalau2 puasa lho ya)
kalau saya sih ogah,... ngapain susah2 nahan haus,lapar,..subuh2 bangun harus
sahur.begitu kira2 liatnya itu hal ya!



--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 8:31 PM











Se-umur2 anda tidak pernah mendengar, bukan berarti tidak ada, mungkin saja 
anda yang kurang gaul atau memang berniat mentulikan diri! 
Pernah dengar yang namanya BPPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan 
Kemerdekaan Indonesia) belum? coba cari informasi, siapa2 saja anggotanya! ada 
nggak nama Tionghoanya?

--- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:

From: dhanis 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 9:09 AM








Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM




 
Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang 
kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda 
bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
 
Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada,  apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.
 
Salam,
ChanCT
 

- Original Message - 
From: Hartono 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
amal, selalu tidak mema

[budaya_tionghua] AWAL Tradisi Itu (Was: Kudu Lihat Putri Berjalan.)

2008-09-08 Terurut Topik ibc
Rekan milis yang terhormat,

Kebetulan saya pernah baca pada buku :

Times dictionary of  Chinese Symbols. An essential guide to the hidden
symbols in Chinese art, customs and beliefs.
Wolfram Eberhard. Federal Publications. Singapore. 1996.  Halaman  169.

Diperkirakan adat mengikat mengecilkan kaki wanita ini dimuali sejak tahun
900 an. Ada cerita sekitar tahun 500an seorang kaisar Tiongkok Selatan
menebar bunga lotus agar  isteri favoritnya dapat menari diatasnya. Versi
cerita lain mungkin lantai ditutup dengan karpet bermotifkan bunga lotus.
Agar perempuan ini dapat menari dan berpijak pada bunga lotus yang kecil,
diikatlah kaki agar juga mengecil. :-))  apakah dihapuskan/ dilarang
setelah 1912 , ketika berdiri Republik Tiongkok Nasionalis  ??

Mungkin dapat membantu atupun sedikit menjelaskan.

Salam,

Sugiri.




-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ophoeng
Sent: 08 September 2008 21:01
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Tradisi Itu Sudah Lama Dihapus (Was: Kudu Lihat
Putri Berjalan.)

Bu Edith dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Saya ndak tahu persisnya, tapi kayaknya tradisi ngabeungkeut kaki jiga
leupeut
(mengikat kaki seperti lepet) begitu sudah lama dihapuskan. Apakah bersamaan
waktunya dengan ketika taucang (ekor kuda) kaum lelaki dipotong atau
sesudah-
nya. Mungkin ada yang bisa lebih tahu mau berbagi info-nya.

Mengikat kaki seperti itu mestinya dimulai sejak kecil. Persisnya kapan saya
ju-
ga ndak tahu. Sorry. Dari yang saya pernah lihat sendiri dulu, waktu ema
teman
saya masih hidup (1968-an), kayaknya tidak menjadi terlipat seperti pada
foto
yang bisa anda lihat di link tsb.  Tapi juga saya ndak yakin benar, soalnya
me-
mang kaki ema teman saya selalu dibungkus kain putih yang digulung begitu.

Pada kaki si nenek dalam foto, kayaknya itu jari-jemari dilipat ke bawah
sam-
pai meregang dan panjang. Jadi, nampaknya si nenek dalam foto telapak dan 
jari kakinya tetap tumbuh tapi terlipat ke bawah, dan tumitnya menjadi keras
seperti kuku kaki kuda(?).

Sayang pada foto itu tidak dicantumkan kapan dan di mana persisnya. Kalau
dilihat dari sejarah dibebaskannya kaki kaum wanita dari kewajiban mengikat
kaki seperti itu, mestinya kejadian itu sudah lama sekali berlalu. Generasi
me-
reka mestinya lahir pada tahun 1800-an(?). Tapi kalau dilihat foto berwarna
itu, mestinya itu belum terlalu lama dibuatnya. Tahun 1968 dulu itu ajah,
ka-
lau tak salah ema teman saya sudah berusia 80-an tahun, artinya beliau la-
hir pada tahun 1888-an.

Tapi, walau secara resmi sudah dihapus. Bisa saja terjadi ada yang masih me-
neruskan tradisi ini secara diam-diam di pedalaman yang sulit dijangkau.

Bicara mengenai kuping orang Dayak yang dibanduli anting, saya jadi ingat
kayaknya ada satu tradisi di Afrika (entah apa nama negaranya) yang mema-
sangkan cincin di leher anak perempuan, bertahap satu-per-satu sejak kecil, 
sehingga leher perempuan itu menjadi panjang. Makin panjang dianggap ma-
kin cantik, kalau tak salah.

Kayaknya, walau tidak dibagi menjadi kasta dalam kehidupan masyarakat ja-
man dulu, di Tiongkok tetap ada pembedaan kelas: bangsawan, saudagar, 
pujangga dan pendekar. Tentu saja pendekar tidak perlu mengikuti tradisi
mengikat kaki begitu. Lha mereka termasuk golongan yang kalau berjalan
iramanya seperti dijelaskan Bu Ulysee: tak-tik-tuk-tik-tak-tik-tuk Bu-
kan golongan yang berirama mendayu-dayu bak gu-zheng pencengkeram
hati yang mendengarnya. Walaupun, tentu saja sang pendekar sakti mampu
mencengkeram hati lawannya secara harafiah dengan jurus cakar setannya.

Yang mendapat 'privilese' dibeungkeut kakinya mungkin cuma keturunan
kaum menak bangsawan atau yang akan diangkat derajatnya menjadi selir.
Kalau para lie-hiap (pendekar wanita) juga dibeungkeut begitu kakinya, lha
ya berabe atuh kalau mesti tarung dan kalah, lantas mesti terpaksa menggu-
nakan jurus kaki seribu. Bisa langsung terjengkang ditendang musuhnya.

Lagipula, sejak awal berdirinya partai pendekar, mereka sudah meproklamir-
kan diri sebagai manusia bebas merdeka, independen. Mana mau mereka i-
kut aturan kaum bangsawan yang dianggapnya banyak bicara sedikit bekerja, 
sedang kaum pendekar justru terbalik: sedikit bicara banyak gerakan dengan 
jurus-jurus maut andalannya. Mana mau mereka diikat kakinya toh? :D)

Tapi kalau diingat-ingat, memang Kho Ping Hoo tidak pernah secara spe-
sifik menyebut-nyebut soal kaki para lie-hiapnya ya? jangan-jangan..

Begitu sajah sih ya kira-kira.

Salam makan enak & sehat selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Edith Koesoemawiria" <[EMAIL 
PROTECTED]>
wrote:

Hello, 
 
ibu di foto-foto itu kelihatan tenang-tenang saja, tapi saya ngelihatnya 
pengen nangis.  Pasti sakit sekali, berapa lama si ibu menahan sakit itu. 
 
Di Kalimantan, pernah ada kampanye doktor masuk kampung dan memotong
kuping2 panjang para orang dayak supaya kelihatan "norma

Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Saya dari masih SD-SMP-SMA di sekolah katolik, setiap imlek walaupun 
tidak di liburkan tapi pasti pulang pagi, alias lebih awal, kalo uda kelas 4 
SD, biasanya pulang sekolah jam 1 an, tapi setiap imlek selalu pulang antara 
jam 9, paling lama juga jam 11 ude di bubarin



- Original Message - 
From: "Jimmy Tanaya" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, 08 September, 2008 12:39
Subject: Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan 
Tionghoa-Kristen di Indonesia


> Gung,
>
> Rasanya kita sepaham bahwa pengalaman individual (anecdote evidence)
> tidak dapat dijadikan dasar untuk suatu generalisir. Bukankah demikian?
>
> Sebagai contoh lain, saya waktu sekolah baik dari SD sampe SMA, nggak
> pernah ada masalah tuh dengan soal ijin merayakan imlek. Baik yg
> berupa ijin pulang lebih awal (karena ada ulangan, tuh guru
> menyebalkan hehehe), maupun ijin tidak masuk. Sekolah saya dulu campur
> aduk dari sekolah kresten sampe katholik.
>
> mohon dicatat bahwa saya tidak mengatakan pengalaman anda salah.
> Pengalaman anda benar dan dirasakan oleh sebagian orang juga. Demikian
> pula pengalaman saya (dan tin taitai) juga benar. Masalah hanya
> terjadi saat ada pihak yg mencoba membenturkan 2 kebenaran ini demi
> mencari satu kebenaran absolut.
>
> Nah, sekarang coba kita berusaha memahami situasi saat itu.
> 1. Di Indonesia sampai dengan 2001, imlek belum dinyatakan sebagai
> hari libur nasional/fakultatif.
> 2. Sekolah sudah merancang jadwal sekolah dan kurikulum selama satu
> tahun, lengkap dengan hari libur ini itu yg biasanya disesuaikan juga
> dengan nafas sekolah tersebut (artinya kalo sekul kresten/katolik ya
> pasti lebih banyak libur natal-paskah, etc; sementara madrasah lebih
> mementingkan idul fitri, dll; ini amat sangat wajar kan?).
> 3. Semua murid (dan guru) yg masuk di sekolah tsb baik langsung maupun
> tidak langsung mengikatkan diri pada jadwal yg sudah dibuat tersebut
> dan peraturan sekolah.
>
> Nah sekarang mari kita diskusi:
> A. apakah sebelum 2001, tindakan tidak meliburkan imlek itu diskriminatif?
> Menurut saya, tidak. Karena apa? karena sekolah hanya mengikuti
> peraturan negara.
> B. Apakah negara diskriminatif?
> Menurut saya, tidak. Karena tidak disemua negara (belum berkembang,
> berkembang, maupun maju), hari raya imlek dinyatakan sebagai libur
> nasional. Lah kalo demikian, kok cuma indonesia yg kita cap
> 'diskriminatif'?
> C. Mengapa sekolah tidak meliburkan?
> Menurut saya, mereka memberikan prioritas pada hal2 lain yg senafas
> dengan ciri sekolah.
> D. mengapa sekolah tidak meluluskan permintaan ijin (sampe bolos segala)?
> Nah, ini yg kita juga tidak saling tahu kan. Cuma, saya berandai2
> saja. Bayangkan bagi suatu sekolah yg mayoritas muridnya merayakan
> imlek. Kalo semua/banyak murid minta ijin, apakah pengajaran dapat
> dilakukan secara efektif pada hari tersebut? merugikan murid (yg ijin
> dan tidak) dan guru juga kan. sama juga, kalo ada bolos masal; yg
> kesusahan ya sekolah, guru2nya, dan murid2nya. Tidak gampang lho
> mengganti 1 hari hilang kedalam hari yg lain.
> Jadi ya wajar saja kalo sekolah mencoba 'mencegah' permintaan ijin
> (dan bolos) masal tersebut dengan hukuman yg lebih berat, kasih
> ulangan, dll.
>
> Tentu ini masih dugaan.
>
>
> salam,
> jimmy
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>>
>> Yg anda alami itu kapan? 5 taon terakhir? 10? Apa dari dulu? Jaman g
> smp hampir setiap taon dihukum bersihin sekolah ama suster kepala
> sekolah gara2 bolos waktu imlek, padahal klo hari biasa bolos paling
> diomelin doank. Hehehe gereja katolik jg baru ijinin imlek, hio dll
> setelah taon 1900an, sebelumnya sama aja kyk gereja kristen. Mungkin
> moderator bisa bagi2 disini sikap vatikan kepada budaya tionghoa
> sebelumnya. Thx
>
>
>
> 
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
> 



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
aduh-aduh, maksudnya apa ini, api itu yo yang dicari adalah perubahan 
energinya, THE FUNCTION, you know, selama masih bisa ada cahaya apa ya perlu 
api, selama masakan bisa menjadi masak apa ya perlu api, jaman sekarang orang 
bisa memasak dengan listrik, tidak perlu api, bahkan api adalah sumber kalor 
yang tidak efisien dalam perubahan energi dan perlu diminimalisir demi 
efisiensi, ya kan, pelajaran SMA kan.
jaman dulu ya NO CHOISE lah orang perlu api, tapi TILL THE END OF ERA di akhir 
jaman ini apakah orang masih perlu api, ketika semua sudah dibangkitkan oleh 
PLTA, PLTN dari Nuklir. In other words people are trying to reduce the FIRE you 
know. Tapi adakah yang dapat memungkiri bahwa orang are trying to reduce the 
water, bahkan air menjadi sumber kehidupan yang perlu dicari dan dipertahankan 
demi kelangsungan hidup ekosistem dan alam kita. Kereta cepat di Cina apa ya 
perlu api. hmmm.

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 7:50 AM











Mengenai kesan, memang subyektif, saya pribadi merasakan suasana 
yang tak nyaman setiap memasuki semua bangunan agama, temasuk klenteng, gereja 
dan juga masjid. tak ada yang boleh menggugat semua perasaan saya ini, karena 
semua tentu berkaitan dng pengalaman pribadi dan latar budaya saya. semua 
sangat subyektif tentunya.
 
Jika anda merasa tak nyaman dng klenteng, tak perlu membandingkan dng 
kenyamanan anda di Masjid, mungkin ada orang lain yang merasa nyaman di 
klenteng dan merasa seram di masjid. ini sih sah2 saja, tapi tak usah di cari2 
pembenarannya.
 
Jika anda menyebut air adalah sumber kehidupan, anda juga harus sadar api 
adalah sumber peradaban! Tanpa api manusia masih makan daging mentah dan 
tanaman liar, tanpa api orang tak bisa mengolah logam membuat peralatan, tanpa 
api masih menjadi manusia primitif.
 
Segala sesuatu harus dilihat dari kacamata multi dimensi, janganlah pakai 
kacamata buatan sendiri!
 
ZFy

--- On Mon, 9/8/08, dhanis  wrote:

From: dhanis 
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:50 AM








Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore, detailnya:
si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih (1 orang), 
dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter menyerupai badut, di rias 
dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka memakan permen dan diludahkan keluar 
dan ada yang memungutnya (semoga tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian 
disusul aksi pembagian permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang 
saya tangkap.

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna merah 
yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api tersebut jika 
sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, 
namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan di 
dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api
 merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala seperti 
neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa seram dengan mereka 
setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat, karena satu arah jalan. Tempat 
ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi 
karena banyak abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat 
ibadah itu bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan 
umat-umat nya. Di masjid selalu ada air, tidak ada masjid yang tidak ada 
airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu sumber malapetaka. Namun 
berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di larang, karena justru Tuhan 
menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan rahmat nya melalui cara mereka 
berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), dan tentu 
warna merah adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
Salam hangat penuh semangat

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08,
 Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 PM




Oh ada yah tradisi membuang permen ? Seumur-umur belum pernah ketemu
yang beginian. Sepertinya menarik sekali, bisa tolong diceritakan
lebih rinci bagaimana tradisi itu ?

Warna merah itu dalam budaya Tionghoa melambangkan hal positif,
kebahagiaan. Warna putih justru melambangkan kematian dan kesedihan.
Jadi bukalah sedikit cakrawala pemikiran.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  wrote:
>
> Perayaan Imlek yan

Re: [budaya_tionghua] Beda Ras

2008-09-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Ini masalah yang cukup sensitive, dan hal ini bukan hanya pada TiongHua 
tapi juga pada suku lain, seperti sodara saya perempuan TiongHua dengan pria 
suku Jawa, mempunyai anak perempuan yang mempunyai pacar suku Batak, tidak 
disetujui oleh orang tuanya dengan alibi "Agama", akhirnya putus. Lalu 
mendapat lagi pacar beda agama lagi, tapi dari suku Jawa, orang tuanya, 
mereka tidak menolak dengan alasan "Agama" karena di yakini tidak akan 
mendapat konflik perbedaan budaya, adat istiadat, tata cara, sopan santun, 
dll


Menurut saya kebanyakan permasalahan bukan pada kulit tapi antropologi:

1. Perbedaan Culture / budaya / adat istiadat, akankah anda & pasangan anda 
memegang teguh / menjalani prinsip budaya leluhurnya?

2. Perbedaan Agama, takut anak ga menghormati leluhur lagi, atau ga bisa 
memegang Hio atau tidak boleh menjalankan ritual / upacara seperti 
kebanyakan TiongHua.

3. Ekonomi, nah ini yang point penting, ga peduli suku apapun, asal ekonomi 
mapan atau pejabat, lebih bagus lagi penguasa, pasti di terima. Tapi kalo 
kalo ekonomi lebih rendah bahkan kurang lebih sama, kemungkinannya berat 
karena nomor satu & dua itu


Saran:

Coba melakukan pendekatan dari hati ke hati, jikalau dilihat anda dengan 
tulus mau menerima kebudayaan TiongHua (tentu yang tidak bertentangan dengan 
diri sendiri). Contoh nyata, orang TiongHua menyanyi lagu TiongHua, dapat 
tepukan tangan, Penyanyi Rani yang non TiongHua namun fasih bahasa Mandarin, 
menyanyi di panggung yang di tonton orang TiongHua, mendapat hadiah kalung 
emas yang diberikan oleh penonton, hal ini menunjukan bahwa TiongHua begitu 
tinggi menghargai orang non TiongHua yang mau menerima kebudayaan 
TiongHua



- Original Message - 
From: "felix_billy_pradeta" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, 08 September, 2008 08:51
Subject: [budaya_tionghua] Beda Ras


> Halo kawan-kawan, saya warga baru grup ini. Saya ada pergumulan nih.
>
> Saya memiliki pacar dan kami telah berkomitmen dengan hubungan kami
> ini untuk dapat mencapai kejenjang pernikahan. Saya pun telah bertemu
> dengan orang tua pacar saya. Namun yang saya jumpai hanya papanya,
> sebab mamanya bekerja di Bandung dan hanya pulang 2 kali dalam
> setahun. Papanya sih setuju saja. Namun neneknya kurang srek hanya
> karena saya ini memiliki darah jawa.
>
> Secara fisik dari dulu saya dikira seorang chinese. Dan semua teman
> yang baru mengenal saya mengiri saya ini chinese. Tidak hanya teman
> guru dan dosen saya pun demikian. Yah memang demilikian saya, karena
> saya dapat gen dari kakek. Nenek pacar saya pun waktu belum berjumpa
> dengan saya, baru dilihatkan foto saya, dia setuju.
>
> Setelah kami bertemu, dan mengetahui saya ini banyak darahnya dari
> jawa, maka dia jadi kurang srek dengan saya. Memang sih orangnya tuh
> saya akui kolok dan senang mengatur-ngatur orang. Dengan menantunya
> sendiri saja (mamanya paar saya) tidak cocok. Menurut sepenutur pacar
> saya, bila papanya setuju, mamanya juga setuju. Dan memang kata pacar
> saya pun nenek itu orangnya kolot. Yah, namanya orang tua, dihormati saja.
>
> Sepengetahuan saya, peluang saya untuk menjadi bagian keluarganya
> masih terbuka. Sebab neneknya pun bilang "mengharapkan". Jadi yang
> terpentingkan sudah dapat restu dari orang tua.
>
> Nah yang ingin saya tanyakan adalah:
> 1. Dari uraian saya diatas, masihkah saya memiliki kesempatan itu?
> 2. Saat ini masih banyakkah warga keturunan TiongHua yang mengharapkan
> menikah dengan sesama rasnya?
> 3. Bila ya, berapakah persentasenya?
>
>
> 
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
> 



[budaya_tionghua] Tradisi Itu Sudah Lama Dihapus (Was: Kudu Lihat Putri Berjalan.)

2008-09-08 Terurut Topik Ophoeng
Bu Edith dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Saya ndak tahu persisnya, tapi kayaknya tradisi ngabeungkeut kaki jiga leupeut
(mengikat kaki seperti lepet) begitu sudah lama dihapuskan. Apakah bersamaan
waktunya dengan ketika taucang (ekor kuda) kaum lelaki dipotong atau sesudah-
nya. Mungkin ada yang bisa lebih tahu mau berbagi info-nya.

Mengikat kaki seperti itu mestinya dimulai sejak kecil. Persisnya kapan saya ju-
ga ndak tahu. Sorry. Dari yang saya pernah lihat sendiri dulu, waktu ema teman
saya masih hidup (1968-an), kayaknya tidak menjadi terlipat seperti pada foto
yang bisa anda lihat di link tsb.  Tapi juga saya ndak yakin benar, soalnya me-
mang kaki ema teman saya selalu dibungkus kain putih yang digulung begitu.

Pada kaki si nenek dalam foto, kayaknya itu jari-jemari dilipat ke bawah sam-
pai meregang dan panjang. Jadi, nampaknya si nenek dalam foto telapak dan 
jari kakinya tetap tumbuh tapi terlipat ke bawah, dan tumitnya menjadi keras
seperti kuku kaki kuda(?).

Sayang pada foto itu tidak dicantumkan kapan dan di mana persisnya. Kalau
dilihat dari sejarah dibebaskannya kaki kaum wanita dari kewajiban mengikat
kaki seperti itu, mestinya kejadian itu sudah lama sekali berlalu. Generasi me-
reka mestinya lahir pada tahun 1800-an(?). Tapi kalau dilihat foto berwarna
itu, mestinya itu belum terlalu lama dibuatnya. Tahun 1968 dulu itu ajah, ka-
lau tak salah ema teman saya sudah berusia 80-an tahun, artinya beliau la-
hir pada tahun 1888-an.

Tapi, walau secara resmi sudah dihapus. Bisa saja terjadi ada yang masih me-
neruskan tradisi ini secara diam-diam di pedalaman yang sulit dijangkau.

Bicara mengenai kuping orang Dayak yang dibanduli anting, saya jadi ingat
kayaknya ada satu tradisi di Afrika (entah apa nama negaranya) yang mema-
sangkan cincin di leher anak perempuan, bertahap satu-per-satu sejak kecil, 
sehingga leher perempuan itu menjadi panjang. Makin panjang dianggap ma-
kin cantik, kalau tak salah.

Kayaknya, walau tidak dibagi menjadi kasta dalam kehidupan masyarakat ja-
man dulu, di Tiongkok tetap ada pembedaan kelas: bangsawan, saudagar, 
pujangga dan pendekar. Tentu saja pendekar tidak perlu mengikuti tradisi
mengikat kaki begitu. Lha mereka termasuk golongan yang kalau berjalan
iramanya seperti dijelaskan Bu Ulysee: tak-tik-tuk-tik-tak-tik-tuk Bu-
kan golongan yang berirama mendayu-dayu bak gu-zheng pencengkeram
hati yang mendengarnya. Walaupun, tentu saja sang pendekar sakti mampu
mencengkeram hati lawannya secara harafiah dengan jurus cakar setannya.

Yang mendapat 'privilese' dibeungkeut kakinya mungkin cuma keturunan
kaum menak bangsawan atau yang akan diangkat derajatnya menjadi selir.
Kalau para lie-hiap (pendekar wanita) juga dibeungkeut begitu kakinya, lha
ya berabe atuh kalau mesti tarung dan kalah, lantas mesti terpaksa menggu-
nakan jurus kaki seribu. Bisa langsung terjengkang ditendang musuhnya.

Lagipula, sejak awal berdirinya partai pendekar, mereka sudah meproklamir-
kan diri sebagai manusia bebas merdeka, independen. Mana mau mereka i-
kut aturan kaum bangsawan yang dianggapnya banyak bicara sedikit bekerja, 
sedang kaum pendekar justru terbalik: sedikit bicara banyak gerakan dengan 
jurus-jurus maut andalannya. Mana mau mereka diikat kakinya toh? :D)

Tapi kalau diingat-ingat, memang Kho Ping Hoo tidak pernah secara spe-
sifik menyebut-nyebut soal kaki para lie-hiapnya ya? jangan-jangan..

Begitu sajah sih ya kira-kira.

Salam makan enak & sehat selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Edith Koesoemawiria" <[EMAIL 
PROTECTED]> wrote:

Hello, 
 
ibu di foto-foto itu kelihatan tenang-tenang saja, tapi saya ngelihatnya 
pengen nangis.  Pasti sakit sekali, berapa lama si ibu menahan sakit itu. 
 
Di Kalimantan, pernah ada kampanye doktor masuk kampung dan memotong
kuping2 panjang para orang dayak supaya kelihatan "normal". 
 
Banyak perempuan Dayakyang mau memotongnya, karena kuping "biasa" 
dianggap modern dan mereka menerima insentif. Tapi setelah agak lama, 
timbul gelombang kesadaran bahwa tradisi dayak mereka lambatlaun punah, 
dan beberapa perempuan kemudian menindik kupingnya lagi dan terus menambah
anting di telinganya supaya menjadi panjang lagi.
 
Saya coba bandingkan rasa sakit yang dialami si ibu kaki kecil itu dengan yang 
dialami para orang dayak yang memanjangkan cuping telinganya itu. Agaknya beda. 
Kaki ada tulang dan jemarinya. Semoga tradisi kejam itu betul2 terhapus.
 
Ngomong2 apakah para perempuan dengan kaki kecil ini yang mengembangkan
ginkang atau kemampuan mengentengkan tubuh, seperti di cerita2 Kho Ping Ho,
supaya bisa lari dari kehidupannya?
 
salam,
Edith
 





[budaya_tionghua] Pernikahan A la Budaya Cina

2008-09-08 Terurut Topik mariani suwirya
Temans...
saya mau tanya-tanya nih, semoga bisa membantu. Saya mau menyiapkan untuk 
pernikahan, nah saya mau mencari:
1. referensi baju pengantin tradisional Cina yang kalau bisa bawahannya agak 
lebar, jadi tidak susah ketika harus sembahyang di Vihara. karena yang selama 
ini yang saya dapat hanya cheongsam.
2. Kalau seserahan itu, itemnya apa saja ya? dan berapa banyaknya?
3. Apakah ada info tentang pernikahan budaya Cina?
 Terima kasih

Regard, 
mariani

 
 

















  

[budaya_tionghua] Paralympic

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Hari Sabtu lalu acara pembukaan paralympic Bejing telah digelar, ternyata tak 
kalah menariknya dengan acara pembukaan olympiade, kalau saya sebut pembukaan 
olympiade sebelumnya adalah indah elegan, yang ini sangat indah romantis! sama2 
mentakjubkan!
 
indahnya acara pembukaan paralympic juga menandakan Panitia olympiade Beijing 
telah menepati janji untuk membuat dua olmpiade yang sama2 penting! mereka 
telah meng"orang"kan atlit2 cacat! saya sempat terharu menyaksikan sebagian 
atraksi yang dimainkan oleh para artis cacat! Sungguh hebat! 
 
Sungguh saya merasa menyesal telah klewatan menonton acara ini di TV. untung 
saja masih sempat melihat tayangan ulangnya. ini menandakan kalau saya memang 
sedikit meremehkan atlit2 cacat dng paralympicnya. di massmedia Indonesia saya 
juga sulit menemukan berita tenang paralympic, padahal ada atlit Indonesia yang 
berpartisipasi! apakah ini menandakan adanya diskriminasi?
 
Salam,
ZFy


  

[budaya_tionghua] Re: fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Hendri Irawan
Pak Dedi,

Di sini ada rekan-rekan yang memiliki hubungan minimal korespondensi
dengan pak Benny G. Soetiono. Jadi nanti bisa dikonfirmasi dengan yang
bersangkutan. Kalaupun memang ternyata dijiplak mentah-mentah maka
saya mengucapkan selamat kepada pak Dedi. Kapan lagi pemikiran kita
dibajak oleh orang yang dianggap "tokoh" ?

Bagi rekan-rekan yang hendak mengutip isi milis ini tolonglah hargai
sedikit mereka-mereka yang sudah menghabiskan sumber daya menuliskan
pemikirannya. Jadilah seorang junzi, jangan jadi seorang xiaoren.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dedi S Lim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lho, inikan tulisan saya yang pernah saya post di milis ini tanggal 
> 14 Feb 2007 (post no 23093), lengkap dengan referensinya.
> Koq di sini diclaim sebagai tulisan Pak Benny G Setiono?
> 
> Thanks.
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anathapindika muliawan 
>  wrote:
> >
> > - Original Message - 
> > From: Solidaritas Nusa Bangsa 
> > To: [EMAIL PROTECTED] 
> > Sent: Wednesday, September 03, 2008 1:05 AM
> > Subject: [snb-milis] Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
> > 
> > 
> > Monday, March 3, 2008 
> > Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia 
> > Kalau kita bandingkan orang Tionghoa-Kristen di Indonesia dengan di 
> Singapore (juga negara lain seperti Malaysia, Hong Kong, dsb ) ada 
> suatu perbedaan dalam menyikapi tahun baru Imlek. Di Singapore, 
> hampir semua orang Tionghoa-Kristen tetap merayakannya (merayakan 
> yang dimaksud di sini adalah dari segi budaya, bukan agama) sementara 
> di Indonesia ada sebagian yang tidak lagi merayakannya.
> > Apa yang menyebabkan hal ini? Untuk menjawab pertanyaan ini dengan 
> tepat,ada baiknya kalau kita telusuri sejenak sejarah orang Tionghoa 
> di Indonesia.
> > 
> > Sampai dengan pertengahan abad 19, orang Tionghoa di Indonesia 
> adalah golongan peranakan, yaitu mereka yang sudah beberapa generasi 
> di Indonesia. Pada saat mereka datang, semua adalah laki-laki, 
> kemudian menikah dengan wanita Indonesia setempat. Keturunan mereka 
> kemudian saling menikah di antara mereka, dan inilah yang disebut 
> golongan peranakan. Karena sudah beberapa keturunan tinggal di 
> Indonesia, mereka umumnya sudah tidak bisa lagi berbahasa Mandarin / 
> dialek, namun masih memegang tradisi Tionghoa walaupun tidak terlalu 
> kuat.
> > 
> > Mulai akhir abad 19, gelombang orang Tionghoa berikutnya datang ke 
> Indonesia. Karena sudah cukup mapan, mereka mampu untuk mendatangkan 
> kaum wanita, sehingga mereka tidak menikah dengan penduduk setempat, 
> melainkan di antara gelombang yang baru datang tersebut. Karenanya 
> mereka masih berbahasa Tionghoa/dialek dan tetap memegang tradisi. 
> Mereka inilah yang disebut golongan totok.
> > 
> > Akhir abad ke-19, di Tiongkok terjadi gerakan kebangkitan nasional 
> yang dipimpin oleh Dr Sun Yat-sen, yang bertujuan menggulingkan 
> dinasti Qing/bangsa Manchu (yang merupakan bangsa non-Han/non 
> Tionghoa) dan mengusir bangsa Eropa. Semangat kebangkitan nasional 
> ini juga menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia dimulai dari 
> golongan totok lalu menyebar ke golongan peranakan. Tahun 1900, 
> golongan peranakan mendirikan Tiong Hoa Hwe Koan (T.H.H.K.) yang 
> bertujuan untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya Tionghoa 
> (resinifikasi) dan bahasa Mandarin kepada golongan peranakan. Hal ini 
> menyebabkan kecenderungan bersatunya
> > golongan totok dan peranakan dan adanya rasa kebangkitan nasional.
> > 
> > Bahkan gerakan kebangkitan nasional ini kemudian menyebar ke antara 
> orang-orang Indonesia. Karena orang Tionghoa dan Indonesia memiliki 
> nasib yang sama,
> > yaitu sama-sama di bawah tekanan bangsa Eropa, maka orang Tionghoa 
> banyak yang bersimpati dan membantu perjuangan bangsa Indonesia.
> > 
> > Hal ini tentu saja menakutkan pihak Belanda. Mereka takut bukan 
> saja karena bersatunya sesama orang Tionghoa tetapi juga bersatunya 
> orang Tionghoa dan Indonesia. (Tahun 1740-1743 orang Tionghoa dan 
> Indonesia bersatu melawan Belanda dan mereka hampir saja berhasil 
> mengusir Belanda dari Indonesia.) Untuk mengatasi hal ini, tahun 1907 
> Belanda mendirikan Hollandsch Chineesche School (H.C.S.) yang 
> ditujukan untuk orang Tionghoa peranakan dengan bahasa pengantar 
> Belanda. H.C.S. berhasil menarik minat banyak orang Tionghoa 
> peranakan karena lulusannya lebih mudah mendapat pekerjaan dan 
> pendidikan barat dianggap lebih modern. Di sekolah ini mereka dididik 
> secara Belanda, dan sengaja tidak diperkenalkan kebudayaan Tionghoa, 
> bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa di sekolah Belanda banyak guru 
> yang menghujat dan menjelekkan kebudayaan Tionghoa.
> > 
> > Ada satu lagi usaha yang dilakukan Belanda untuk memecah antara 
> orang Tionghoa. Pada saat itu, Belanda membagi penduduk menjadi 3 
> kelas. Yang paling tinggi adalah golongan bangsa Eropa, kedua 
> (menengah) adalah orang timur asing, yaitu orang Tionghoa, India, 
> Arab

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik *
ha..ha
jadi lupa minta kwitansinya...kalau sumbang y
 
Eddy Lim

--- Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> schrieb am Mo, 8.9.2008:

Von: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
Betreff: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Datum: Montag, 8. September 2008, 11:48






Mas,

Anda ini mau promosi agama atau mancing keributan sih ? 

Ini saya mengutip anda:
"Seumur-umur aku belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen,
Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang
berjuang memerdekakan negara ini."

Anda ini belajar sejarah versi apa di sekolah ?

Oh yah kalau memang anda berniat promosi agama sebaiknya di tempat
lain yah, lain kali postingan promosi beginian akan ditolak.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  wrote:
>
> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di
agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya
kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang
yang suka tinggal bareng keseraman.
> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita
pilih yang ndak serem-serem juga.
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum
pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu,
Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang
memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.
> 
> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih
tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita
lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.
> 
> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan,
diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru.
Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya.
Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang
peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah
didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka
mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh
> 
> Dhanis
> 

 













__
Do You Yahoo!?
Sie sind Spam leid? Yahoo! Mail verfügt über einen herausragenden Schutz gegen 
Massenmails. 
http://mail.yahoo.com 

Re: [budaya_tionghua] Salam kenal dan numpang tanya

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Setahu saya, kecuali Harian Indonesia versi lama yang berdwi bahasa, semua 
koran Tionghoa ini murni berbhs mandarin.
 
Sebenarnya, meski tampaknya semarak, mutu dari koran2 mandarin ini belum dapat 
menyamai kwalitas koran mandarin sebelum tahun 66. sekarang, koran2 ini lebih 
banyak memuat foto2 dan berita komunitas yang tak berbobot, lebih banyak berupa 
berita kumpul2 organisasi Tionghoa. berita2 nasional dan internasional sih ada, 
tapi hanya ngoper dari kantor berita luar. tulisan2 lunak, baik feature maupun 
sastra banyak yang mengambil dari penerbitan luar, baik dari RRT, Taiwan maupun 
Hongkong. kalau ada yang dari sumber lokal bobotnya juga relaif kalah. 
 
Salam,
ZFy

--- On Sat, 9/6/08, Edith Koesoemawiria <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Edith Koesoemawiria <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Salam kenal dan numpang tanya
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, September 6, 2008, 9:02 AM






Dear Fy Zhou,

terima kasih banyak untuk infonya. Kemarin saya jadinya seharian di internet 
meneliti
tulisan tentang nama2 harian yang Anda sebutkan. 

Sayang saya tidak bisa berbahasa Mandarin, jadi tidak tahu jenis2 berita yang 
disajikan harian-harian itu dan apa seluruhnya dalam bahasa Mandarin. Atau ada 
yang sebagian isinya berbahasa lain, termasuk Indonesia. 

Karena kalau melihat situs radio Cakrawala, tampaknya banyak juga keturunan 
Tionghoa yang lebih fasih berbahasa Indonesia. Mungkin mereka seperti saya, 
yang sudah tak bisa berbahasa Sunda atau malah bahasa leluhurnya bukan 
Mandarin. 
Sehingga saya pikir banyak komunikasi antara pendengarnya dalam bahasa 
Indonesia, 
tapi tetap menikmati lagu-lagu pop HongKong (?).

Pokoknya kemarin banyak hal menarik yang terbaca, juga dari situs ini yang 
ternyata 
kaya sekali dengan berbagai pandangan dan pendapat. 
Kemarin begitu asik membacanya, hampir2 saja lupa kenapa saya mencari info itu.

Fy Zhou, kalau boleh tanya, apakah Anda merasa harian2 itu merefleksikan bagian 
dari kehidupan sehari-hari masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia?

Salam, Edith

 Original-Nachricht 
> Datum: Thu, 4 Sep 2008 21:06:21 -0700 (PDT)
> Von: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
> An: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Betreff: Re: [budaya_tionghua] Salam kenal dan numpang tanya

> Koran berbahasa mandarin di Indonesia sekarang ini jumlahnya lumayan
> banyak, mereka bisa hidup karena dukungan iklan ternyata cukup banyak. maklum
> orang Tionghoa di sini meski disebut minoritas jumlahnya relatif cukup
> banyak. 
> 
> ada berapa Koran bhs mandarin yang saya tahu 
> 
> - Guo Ji Ribao (International Dayly News)
> - Qian Dao Ribao (terbitan Surabaya)
> - Yinni Xingzou Ribao (ex Harian Indonesia yang dibeli oleh group koran
> Singapore)
> - Shangbao (koran Bisinis Indonesia edisi mandarin)
> - Xunbao ( terbitan Medan)
> - Shijie Ribao(Global daylynews cabang Taiwan) sudah berhenti terbit
> - heping ribao (punya Nurdin Purnomo), sudah tutup
> 
> Di luar itu, ada sejumlah majalah bulanan dlm bhs mandarin, sekitar 3
> judul, diluar bulletin khusus sasta dan bulletin komunitas yang dibagikan
> gratis... 
> 
> ZFy
> 
> 
> --- On Thu, 9/4/08, dithhidayati <[EMAIL PROTECTED] de> wrote:
> 
> From: dithhidayati <[EMAIL PROTECTED] de>
> Subject: [budaya_tionghua] Salam kenal dan numpang tanya
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, September 4, 2008, 11:12 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> nama saya Edith dan bekerja untuk Radio Deutsche Welle di Jerman. 
> 
> Saya sedang mencari informasi mengenai apa yang bisa disebut media 
> diaspora atau media minoritas Indonesia. 
> 
> Pertanyaan dibenak saya seputar, bagaimana media diaspora itu 
> bertahan hidup, bagaimana dia diterima dan apakah itu menambah 
> penerimaan diaspora itu pada masyarakat setempat.
> 
> Misalnya di Hongkong ada sejumlah terbitan berbahasa Indonesia, 
> beberapa terbit Senin Kamis, tapi ada juga yang bertahan, seperti 
> saya dengar surat kabar Suara, yang mungkin bertahan karena ada 
> dukungan iklan. 
> 
> Tapi khususnya di Indonesia, sejak jaman Gus Dur terbit 
> publikasi/media berbahasa Cina.
> 
> Apakah ada diantara saudara-saudara yang mengerti mengenai soal ini 
> dan bisa saya telpon atau berkiriman email, punya informasi atau bisa 
> menunjukan kepada siapa saya bisa bertanya tentang ini?
> 
> Terima kasih banyak atas bantuannya. 
> 
> Salam,
> Edith
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
 














  

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Se-umur2 anda tidak pernah mendengar, bukan berarti tidak ada, mungkin saja 
anda yang kurang gaul atau memang berniat mentulikan diri! 
Pernah dengar yang namanya BPPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan 
Kemerdekaan Indonesia) belum? coba cari informasi, siapa2 saja anggotanya! ada 
nggak nama Tionghoanya?

--- On Mon, 9/8/08, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 9:09 AM










Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran.. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM




 
Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang 
kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda 
bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
 
Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.
 
Salam,
ChanCT
 

- Original Message - 
From: Hartono 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, 08 September 2008 10:13
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Sumbangan pemikiran yang bagaimana ? Sudah sejak dahulu kala memang sudah 
seperti itu, golongan Taoisme, Budhisme, Konfusianisme, Kris

RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik *
.benar
saya ini setuju sekali
 
Eddy Lim

--- Lim Wiss <[EMAIL PROTECTED]> schrieb am Mo, 8.9.2008:

Von: Lim Wiss <[EMAIL PROTECTED]>
Betreff: RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Datum: Montag, 8. September 2008, 12:06









Tolong hargai agama orang lain….
Jika anda tidak paham dengan tradisi orang lain, tanyalah baik-baik. Jangan 
mendikte agama & kepercayaan orang lain.
 
Anda ini siapa 
Apakah anda sudah merasa diri kamu itu paling benar & paling suci sehingga anda 
berani sekali mendikte kepercayaan orang.
 
 



From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
com ] On Behalf Of dhanis
Sent: Monday, September 08, 2008 4:10 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
 







Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM


 

Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang 
kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda 
bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 

 

Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.

 

Salam,

ChanCT

 


- Original Message - 

From: Hartono 

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 

Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

 
menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



- Or

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Fy Zhou
Mengenai kesan, memang subyektif, saya pribadi merasakan suasana yang tak 
nyaman setiap memasuki semua bangunan agama, temasuk klenteng, gereja dan juga 
masjid. tak ada yang boleh menggugat semua perasaan saya ini, karena semua 
tentu berkaitan dng pengalaman pribadi dan latar budaya saya. semua sangat 
subyektif tentunya.
 
Jika anda merasa tak nyaman dng klenteng, tak perlu membandingkan dng 
kenyamanan anda di Masjid, mungkin ada orang lain yang merasa nyaman di 
klenteng dan merasa seram di masjid. ini sih sah2 saja, tapi tak usah di cari2 
pembenarannya.
 
Jika anda menyebut air adalah sumber kehidupan, anda juga harus sadar api 
adalah sumber peradaban! Tanpa api manusia masih makan daging mentah dan 
tanaman liar, tanpa api orang tak bisa mengolah logam membuat peralatan, tanpa 
api masih menjadi manusia primitif.
 
Segala sesuatu harus dilihat dari kacamata multi dimensi, janganlah pakai 
kacamata buatan sendiri!
 
ZFy

--- On Mon, 9/8/08, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: dhanis <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 2:50 AM










Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore, detailnya:
si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih (1 orang), 
dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter menyerupai badut, di rias 
dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka memakan permen dan diludahkan keluar 
dan ada yang memungutnya (semoga tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian 
disusul aksi pembagian permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang 
saya tangkap.

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna merah 
yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api tersebut jika 
sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, 
namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan di 
dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api merah yang 
menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala seperti neraka, hal 
demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa seram dengan mereka setiap kali 
saya pergi ke masjid untuk shalat, karena satu arah jalan. Tempat ibadah 
semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena 
banyak abu disana-sini di dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu 
bersih dan syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di 
masjid selalu ada air, tidak
 ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu sumber 
malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di larang, karena 
justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan rahmat nya melalui 
cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), 
dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana kita berdandan.
Salam hangat penuh semangat

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 PM




Oh ada yah tradisi membuang permen ? Seumur-umur belum pernah ketemu
yang beginian. Sepertinya menarik sekali, bisa tolong diceritakan
lebih rinci bagaimana tradisi itu ?

Warna merah itu dalam budaya Tionghoa melambangkan hal positif,
kebahagiaan. Warna putih justru melambangkan kematian dan kesedihan.
Jadi bukalah sedikit cakrawala pemikiran.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  wrote:
>
> Perayaan Imlek yang saya tahu kok aneh, banyak yang ngeri kalo
dilihat, mulai dari tradisi
> buang/dilepeh permen yang dilakukan si penari dan diambil anak-anak,
terus klenteng nya yang serba merah dan ada api merah di dalam nya
seperti neraka jika aku melihat dari luar.
> Tempat ibadah mestinya memberikan keteduhan dan kesejukan bukan
ketakutan.
> Aku kira jika suatu umat ingin tidak binasa mestinya mereka
mengikuti akal sehat mereka
> untuk mempertahankan golongannya mulai dari tradisi yang sehat dan
teknologi yang baik-baik yang diturunkan oleh Tuhan mereka.
> Benny G Setiono ini bukunya tebal sekali mengenai Pusaran Politik
dll, saya sendiri belum membaca hingga tuntas.
> 
> Dhanis
> 




New Email names for you! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
 














  

Re: [budaya_tionghua] Kudu Lihat Putri Berjalan. (Was: Cantik dan Buruk Rupa dalam Deskripsi Jin Yong)

2008-09-08 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
Hello, 

ibu di foto-foto itu kelihatan tenang-tenang saja, tapi saya ngelihatnya 
pengen nangis.  Pasti sakit sekali, berapa lama si ibu menahan sakit itu. 

Di Kalimantan, pernah ada kampanye doktor masuk kampung dan memotong
kuping2 panjang para orang dayak supaya kelihatan "normal". 

Banyak perempuan Dayakyang mau memotongnya, karena kuping "biasa" 
dianggap modern dan mereka menerima insentif. Tapi setelah agak lama, 
timbul gelombang kesadaran bahwa tradisi dayak mereka lambatlaun punah, 
dan beberapa perempuan kemudian menindik kupingnya lagi dan terus menambah
anting di telinganya supaya menjadi panjang lagi.

Saya coba bandingkan rasa sakit yang dialami si ibu kaki kecil itu dengan yang 
dialami para orang dayak yang memanjangkan cuping telinganya itu. Agaknya beda. 
Kaki ada tulang dan jemarinya. Semoga tradisi kejam itu betul2 terhapus.

Ngomong2 apakah para perempuan dengan kaki kecil ini yang mengembangkan
ginkang atau kemampuan mengentengkan tubuh, seperti di cerita2 Kho Ping Ho,
supaya bisa lari dari kehidupannya?

sala,
Edith


 Original-Nachricht 
> Datum: Mon, 08 Sep 2008 05:37:43 -
> Von: "Ophoeng" <[EMAIL PROTECTED]>
> An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Betreff: [budaya_tionghua] Kudu Lihat Putri Berjalan. (Was: Cantik dan Buruk 
> Rupa dalam Deskripsi Jin Yong)

> Bu Ulysee dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> Penggambaran lemah gemulainya sang putri diibaratkan alunan musik petik
> yang mendayu-dayu ini mestinya sih ndak salah. Lha, namanya putri pan
> kalau berjalan ndak seperti kuda: duk-dik-dak-dik-duk-dik-dak-duk.
> . suara sepatu kuda! Ingat lagunya: pada hari Minggu kuturut ayah ke
> kota,
> naek delman istimewa kududuk di muka, di samping pak kusir yang sedang
> bekerja, mengendalikan kuda supaya baik jalannya,... duk-dik-dak-dik-duk
> 
> Atau lagu sepatu baru? Juga ada SFX - sound effects tuk-tuk-tuk ada suara,
> suara sepatu baru... (sorry, lupa lagi terusannya).  Atau penggambaran
> ten-
> tara: kalau berjalan, bug-bug-bug.
> 
> Jadi, bukan alat musiknya yang digambarkan, mestinya, tapi suara yang di-
> hasilkan alat musik Gu-zheng itu.
> 
> Mungkin banyak yang sudah lupa, bahwa namanya putri menak bangsawan
> di China jaman baehula pisan pan kakinya di'bonsai'. Supaya kalau berjalan
> terpaksa tertatih-tatih, dan kabarnya sih supaya tidak bisa melarikan diri
> un-
> tuk nguber pacar pertamanya, sebab dia sudah dijadikan selir ke 1001 oleh
> sang raja atau pangeran. Alasan resminya sih supaya nampak cantik dan ang-
> gun, terlebih kalau berjalan jadi seperti irama gu-zheng yang mendayu-dayu
> mencengkeram hati siapa saja yang mendengarnya. 
> 
> Ema seorang teman saya waktu SD-SMP, masih hidup dengan kaki kecil be-
> gitu. Waktu itu beliau masih sempat mengalami foto instant dari Polaroid.
> Beliau merasa takjub sekali melihat foto langsung jadi, walau kualitasnya
> pada waktu itu (1968-an) masih belum sebaik sekarang. Bayangkan kalau
> beliau mengalami jaman internet seperti sekarang? Apa ndak 10 x takjub?
> 
> Waktu itu, saya lihat sih kaki-nya benar-benar kecil, tidak proporsionil
> de-
> ngan porsi tubuh keseluruhannya. Tapi, coba anda lihat kaki seorang nenek
> dalam foto ini: (kakinya terlipat cukup mengerikan)
> http://www.eatnineghost.com/smallest-shoe-on-an-oldest-chinese-woman/
> 
> Demi keindahan, orang rela berkurban. Agaknya sekarang pun masih ada juga
> yang mau meneruskan tradisi berkurban ini. Bukan dengan kaki yang
> dibonsai,
> melainkan dalam bentuk lain: diet ketat supaya langsng, operasi plastik,
> dll.
> 
> Begitu ajah sih ya, kira-kira.
> 
> salam makan enak & sehat saja,
> Ophoeng
> BSD City, Tangerang.
> 
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Zhou xiong, kira-kira kenapa langkah kaki diibaratkan dengan alat musik
> petik? (Gu Zheng) padahal bukankah langkah kaki lebih berirama ketukan??? 
>   
> (kalau di Indonesia tuh langkah kaki tuh ketukan, tuk tik tak tik tuk
> tik tak tik tuk gitu, entah apakah di china sana pembandingan langkah kaki
> nya beda?)
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
> 
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 


[budaya_tionghua] Re: fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Dedi S Lim
Lho, inikan tulisan saya yang pernah saya post di milis ini tanggal 
14 Feb 2007 (post no 23093), lengkap dengan referensinya.
Koq di sini diclaim sebagai tulisan Pak Benny G Setiono?

Thanks.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anathapindika muliawan 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> - Original Message - 
> From: Solidaritas Nusa Bangsa 
> To: [EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Wednesday, September 03, 2008 1:05 AM
> Subject: [snb-milis] Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
> 
> 
> Monday, March 3, 2008 
> Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia 
> Kalau kita bandingkan orang Tionghoa-Kristen di Indonesia dengan di 
Singapore (juga negara lain seperti Malaysia, Hong Kong, dsb ) ada 
suatu perbedaan dalam menyikapi tahun baru Imlek. Di Singapore, 
hampir semua orang Tionghoa-Kristen tetap merayakannya (merayakan 
yang dimaksud di sini adalah dari segi budaya, bukan agama) sementara 
di Indonesia ada sebagian yang tidak lagi merayakannya.
> Apa yang menyebabkan hal ini? Untuk menjawab pertanyaan ini dengan 
tepat,ada baiknya kalau kita telusuri sejenak sejarah orang Tionghoa 
di Indonesia.
> 
> Sampai dengan pertengahan abad 19, orang Tionghoa di Indonesia 
adalah golongan peranakan, yaitu mereka yang sudah beberapa generasi 
di Indonesia. Pada saat mereka datang, semua adalah laki-laki, 
kemudian menikah dengan wanita Indonesia setempat. Keturunan mereka 
kemudian saling menikah di antara mereka, dan inilah yang disebut 
golongan peranakan. Karena sudah beberapa keturunan tinggal di 
Indonesia, mereka umumnya sudah tidak bisa lagi berbahasa Mandarin / 
dialek, namun masih memegang tradisi Tionghoa walaupun tidak terlalu 
kuat.
> 
> Mulai akhir abad 19, gelombang orang Tionghoa berikutnya datang ke 
Indonesia. Karena sudah cukup mapan, mereka mampu untuk mendatangkan 
kaum wanita, sehingga mereka tidak menikah dengan penduduk setempat, 
melainkan di antara gelombang yang baru datang tersebut. Karenanya 
mereka masih berbahasa Tionghoa/dialek dan tetap memegang tradisi. 
Mereka inilah yang disebut golongan totok.
> 
> Akhir abad ke-19, di Tiongkok terjadi gerakan kebangkitan nasional 
yang dipimpin oleh Dr Sun Yat-sen, yang bertujuan menggulingkan 
dinasti Qing/bangsa Manchu (yang merupakan bangsa non-Han/non 
Tionghoa) dan mengusir bangsa Eropa. Semangat kebangkitan nasional 
ini juga menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia dimulai dari 
golongan totok lalu menyebar ke golongan peranakan. Tahun 1900, 
golongan peranakan mendirikan Tiong Hoa Hwe Koan (T.H.H.K.) yang 
bertujuan untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya Tionghoa 
(resinifikasi) dan bahasa Mandarin kepada golongan peranakan. Hal ini 
menyebabkan kecenderungan bersatunya
> golongan totok dan peranakan dan adanya rasa kebangkitan nasional.
> 
> Bahkan gerakan kebangkitan nasional ini kemudian menyebar ke antara 
orang-orang Indonesia. Karena orang Tionghoa dan Indonesia memiliki 
nasib yang sama,
> yaitu sama-sama di bawah tekanan bangsa Eropa, maka orang Tionghoa 
banyak yang bersimpati dan membantu perjuangan bangsa Indonesia.
> 
> Hal ini tentu saja menakutkan pihak Belanda. Mereka takut bukan 
saja karena bersatunya sesama orang Tionghoa tetapi juga bersatunya 
orang Tionghoa dan Indonesia. (Tahun 1740-1743 orang Tionghoa dan 
Indonesia bersatu melawan Belanda dan mereka hampir saja berhasil 
mengusir Belanda dari Indonesia.) Untuk mengatasi hal ini, tahun 1907 
Belanda mendirikan Hollandsch Chineesche School (H.C.S.) yang 
ditujukan untuk orang Tionghoa peranakan dengan bahasa pengantar 
Belanda. H.C.S. berhasil menarik minat banyak orang Tionghoa 
peranakan karena lulusannya lebih mudah mendapat pekerjaan dan 
pendidikan barat dianggap lebih modern. Di sekolah ini mereka dididik 
secara Belanda, dan sengaja tidak diperkenalkan kebudayaan Tionghoa, 
bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa di sekolah Belanda banyak guru 
yang menghujat dan menjelekkan kebudayaan Tionghoa.
> 
> Ada satu lagi usaha yang dilakukan Belanda untuk memecah antara 
orang Tionghoa. Pada saat itu, Belanda membagi penduduk menjadi 3 
kelas. Yang paling tinggi adalah golongan bangsa Eropa, kedua 
(menengah) adalah orang timur asing, yaitu orang Tionghoa, India, 
Arab, dan kelas yang paling rendah adalah penduduk Indonesia. Tahun 
1907 Belanda mengeluarkan undang-undang yang memberi kesempatan 
kepada orang Tionghoa peranakan untuk mendapat status sama dengan 
orang Eropa, tetapi ada beberapa syarat diantaranya adalah harus 
fasih berbahasa Belanda dan harus membuat surat pernyataan bahwa 
mereka tidak cocok tinggal di kalangan masyarakat Tionghoa! Salah 
satu implikasinya adalah mereka harus menanggalkan
> ketionghoaan mereka termasuk tidak ikutan Imlek lagi.
> 
> Kekejaman politik Belanda kemudian diteruskan oleh pemerintah Orde 
Baru dengan mengeluarkan peraturan diskriminatif, termasuk larangan 
merayakan perayaan Tionghoa di tempat umum, larangan terhadap bahasa 
Mandarin,penggantian kata Tionghoa menjadi kata "cina" dan peraturan 
g

[budaya_tionghua] Apa Bahasa Inggrisnya Onde-onde? (Was: Trims Ban-get!)

2008-09-08 Terurut Topik Ophoeng
Bu Ulysee dan TTM semuahnya,

Hai, apakabar? Sudah makan onde?

Hehehe.. TTM memang aslinya berarti Teman Tapi Mesra, tapi sudah lama
diplesetkan menjadi Teman-teman Milis, jeh!

Waktu saya kecil, benar onde-onde itu menunjuk ke yang berkuah. Yang pa-
ke wijen dulu di Cerebon mah disebutnya bola-bola ajah. Entah di daerah la-
in, mungkin ada penamaan sendiri sesuai kepercayaan en keyakinan masing-
masing, menyesuaikan dengan strategi marketing para konsultan pemasaran
mereka ajah-lah dah yah.

Tapi, lantas kayaknya terjadi pergeseran nama, yang 'onde' saja menunjuk
ke 'bakso' gelepung beras ketan, manis berkuah, dan onde-onde justru ja-
dinya dipakai buat yang bulat berwijen ituh. Di Jalan Raya Serpong, ada sa-
tu penjaja Onde-onde Istimewa Banyumas, dijual dalam kotak panjang isi
5 butir seharga Rp 10.000 Kalau mau pesen sila ngebel 021 7003 7732 ya.

Nah, ini tentu saja mesti ditelaah lagi. Sebab di Jawa, lantas onde berkuah
itu berganti nama menjadi wedang ronde, entah kenapa koq ya ditambahi
huruf 'r', mestinya bukan asli Tionghua punya. Lha, umumnya orang totok
pan mengalami hambatan mengucapkan huruf R. Jadi kelihatan jelas bah-
wa mestinya itu pengaruh budaya nJowo, lha itu pake 'wedang' pula, jeh!

Bacanya 'e' bukan yang lemah, tapi yang sate. Kalau pakainya 'e' lemah,
itu pan istilah dalam pertandingan tinju. Berapa ronde dia bisa meng-KO?

Kalau suatu saat ada yang tanya apa bahasa Inggris-nya 'onde-onde', an-
da boleh jawab onde-onde = polka dot. 

Koq? Lha iya-lah. Pan kalau motif dasi berbundar-bundar, kita sebutnya
pan motip onde-onde. Sementara mereka menyebutnya itu polka dot.
jadi, onde-onde = polka dot toh? :D)

Begitu ajah sih ya kira-kira.

Salam onde berisi kacang tumbuk,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Alo Opung, sudah dimakan onde nya ???  Hehehe, 
  
Opung, TTM kalau di ABG sih artinya Teman Tapi Mesra lhoh, 
Opung di milis TTM nya banyak banget, mesra semuah? Kyaaahahahah. 
Nggak apa lah yau, sama temen makin mesra makin akrab, 
  
Asal jangan "mesra" yang kata nenek berbahaya itu lhoh.
  
Iya Opung, namanya ONDE itu ada dua macem, 
kalau disebut satu kali, ya kue bola kayak bakso yang ketempelan wijen itu, 
kalau disebut dua kali, ya yang dari tepung beras ketan,  dimakan sama
kuah wedang jahe. 

Nya.. ntar tanggal 21 Desember kita sembayang onde-onde noh.
  
Ada satu lagi, Onde yang suka di templok di kepala ibu-ibu yang pake
kebaya hueheheheheh...pelesetan deenk, itu mah namanya KONDE. 
 
Upacara kweepang yang gue pernah lihat memang ada makan onde warna merah
dan putih, enggak tahu apa artinya itu ya? nanti gue tanya engkong dulu deh. 
  
--- dipotong dikit, euy -



RE: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Lim Wiss
Tolong hargai agama orang lain….

Jika anda tidak paham dengan tradisi orang lain, tanyalah baik-baik. Jangan 
mendikte agama & kepercayaan orang lain.

 

Anda ini siapa 

Apakah anda sudah merasa diri kamu itu paling benar & paling suci sehingga anda 
berani sekali mendikte kepercayaan orang.

 

 

  _  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
dhanis
Sent: Monday, September 08, 2008 4:10 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

 


Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM

 

Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang kepercayaan 
menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda bisa 
dicekik, lho? Heheheee, ... 

 

Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.

 

Salam,

ChanCT

 

- Original Message - 

From: Hartono   

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com   

Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM

Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

 

menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



- Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@   yahoogroups. com
Sent: Monday, 08 September 2008 10:13
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Sumbangan pemikiran yang baga

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Hendri Irawan
Mas,

Anda ini mau promosi agama atau mancing keributan sih ? 

Ini saya mengutip anda:
"Seumur-umur aku belum pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen,
Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang
berjuang memerdekakan negara ini."

Anda ini belajar sejarah versi apa di sekolah ?

Oh yah kalau memang anda berniat promosi agama sebaiknya di tempat
lain yah, lain kali postingan promosi beginian akan ditolak.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di
agama Islam itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya
kalo kita anggap serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang
yang suka tinggal bareng keseraman.
> Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita
pilih yang ndak serem-serem juga.
> 
> Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya
jaman dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang
berjuang buat memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum
pernah denger tuh sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu,
Taoisme, Konfusianisme, Budhisme, Hindhuisme yang berjuang
memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.
> 
> Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih
tua dari angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita
lebih maju dong. Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.
> 
> Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan,
diganti saja. Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru.
Bukan kah agama yang baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya.
Terus kenapa harus dengan membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang
peka, kalo Tuhan ya pasti serba peka, begitu hati panas doa sudah
didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. Jangan-jangan yang suka
mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar ini. he he heh
> 
> Dhanis
> 




Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik agung setiawan
iya tuh, harusnya orang indo paling bersyukur karena banyak agama yg diakui di 
indo, jadi kan sering2 libur. coba kalo islam semua. or kristen semua, bisa2 
liburnya cuma lebaran atau natal doank. klo skrg kan semua org bahagia, banyak 
perayaan banyak liburnya. banyak libur konsumsi meningkat, pendapatan juga 
bertambah. hehehehe ngaco yah hahahaha



- Original Message 
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 3:48:05 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia



Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, 
... jadi takut ketemu setan beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa 
menghormati kepercayaan orang lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang 
kemudian bilang kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada 
setan, entar malam anda bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
 
Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang 
lain yang berbeda. Terima dan hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi 
dalam kenyataan tidak saling dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan 
ibadah ditempat masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. 
Berdamai-damai dan tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam 
masyarakat nan indah permai ini.
 
Salam,
ChanCT
 
- Original Message - 
From: Hartono 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 08, 2008 12:43  PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd:  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai  "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa  seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau  saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka  mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku  menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh  menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan  santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya  tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan  sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat  tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba  direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo  sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang  ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal  selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak  yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an  ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama  mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran  lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



-  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent:  Monday, 08 September 2008 10:13
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd:  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Sumbangan  pemikiran yang bagaimana ? Sudah sejak dahulu kala memang sudah 
seperti  itu, golongan Taoisme, Budhisme, Konfusianisme, Kristen, Islam.
Dan memang  konflik selalu terjadi, bukankah ilmu pengetahuan diperoleh dari 
konflik  supaya orang menggunakan akal

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri  Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>  wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls:  [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di  Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date:  Sunday, 7 September, 2008, 10:58 PM


Yah kalau pemikirannya  demikian, bagaimana konflik antar etnis dan
agama tidak bermunculan  ?

Capek deh

Di milis ini banyak yang non tionghoa dan non  umat kelenteng, coba
anda-anda juga turut menyumbang  pemikiran.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@  yahoogroups. com, dhanis  wrote:
>
>  Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di  Singapore,
detailnya:
> si penari/laki- laki yang berpakaian serba  hitam (1 orang) dan putih
(1 orang), dengan penutup kepala yang panjang  keatas 0.5 meter
menyerupai badut, di rias dengan entah bubuk hitam dan  putih, mereka
memakan permen dan diludahkan keluar dan ada yang memungutnya  (semoga
tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian disusul aksi  pembagian
permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya  tangkap.
>
> Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak  adalah bukan
warna merah yang dipakai untuk pakaian atau  dekorasi
gedung/rumah/ toko, namun warna merah yang diciptakan dari api.  Warna
merah yang diciptakan dari api tersebut jika sebatas untuk  perayaan
dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja,  namun
bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat  dipertahankan
di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya 

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik JuLie
Setuju dengan Pak Jimmy,
Forum ini saya rasa diadakan untuk menuju ke arah kedewasaan dan pencerahan 
yang disampaikan oleh Pak Dhanis.

Saya sudah ikutin beberapa topik yang cukup menarik menurut saya, tmsk mengenai 
Imlek ini.

Saya sendiri merasa di pihak yang netral, mudah2an dengan ini, masing-masing 
kita yang mengusung "kedewasaan" dan "pencerahan" juga sudah menerapkan itu di 
dalam diri kita masing-masing, jadi tidak saling menimbulkan konflik lagi.

oke?

best regards,

 :: Julie ::



- Original Message 
From: Jimmy Tanaya <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 12:15:00 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Bung Dhanis,

Setuju bahwa pendewasaan dan pencerahan itu perlu (dan milis
seringkali memfasilitasi hal tersebut, walau tidak selalu).
'Pendewasaan' dan 'pencerahan' tersebut baru bisa terjadi bila
pihak-pihak yang berdiskusi mau berpikir terbuka, menanggalkan
buruk-sangka (prejudice) maupun kecurigaan, dan dilandasi semangat
untuk berbagi informasi/pengetahu an (bukan untuk mencari 'kebenaran
absolut', karena 'absolut' itu cuma ada di alam sebelah hehehehe).

Nah yg 'diprotes' beberapa rekan adalah posisi anda yg langsung
memberikan label 'ngeri', 'menyeramkan' , 'neraka' pada suatu hal tanpa
melalui proses diskusi/tukar informasi dan pemahaman budaya yg anda
labeli tersebut. Jadi, kalo saya membaca dengan benar sinyal2 dari
rekan2, alih-alih 'berdiskusi' (yg tidak akan nemu karena ada pihak yg
sudah menutup diri, malah nanti jadi panas/emosi) mereka memilih untuk
undur diri.

Apakah mereka mutung? mungkin saja. Tetapi apakah mutung mereka itu
salah? menurut saya, tidak. Malah lebih baik mereka menarik diri
daripada memasuki arena diskusi yg ujung2nya saling berantem.

Sekedar menegaskan saran bung Tantono dan Dada, tidak ada gunanya
membentur2kan agama dan budaya. Lah wong 'agama' dan 'budaya' itu
ranah pribadi kok.

salam,
jimmy
NB: coba untuk melihat2 dulu barang seminggu, baru ikut terjun posting
ini itu; agar anda mengerti bagaimana rupa kancah 'peperangan' di
milis hehehehe.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  wrote:
>
> Lho kok jadi aneh begitu, sebuah milis itu dibuat untuk pendewasaan
dan pencerahan dari orang-orang yang ada di dalamnya. Kalo belum
apa-apa sudah mutung begitu, wah malu saya kecampuran darah tionghoa.
Adanya milis itu untuk menyelamatkan anggotanya dari kepunahan makanya
ada kelompok-kelompok tersebut. Perbedaan adalah rahmah dari Tuhan
kita semua. fyuh, baru 1 hari masuk di milis ini, salam kenal.
> 
> Dhanis




  

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik dhanis
Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM














Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, 
... jadi takut ketemu setan beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa 
menghormati kepercayaan orang lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang 
kemudian bilang kepercayaan menyembah setan, sereeem,  Percaya ada 
setan, entar malam anda bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
 
Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang 
lain yang berbeda. Terima dan hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi 
dalam kenyataan tidak saling dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan 
ibadah ditempat masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. 
Berdamai-damai dan tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam 
masyarakat nan indah permai ini.
 
Salam,
ChanCT
 

  - Original Message - 
  From: 
  Hartono 

  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  
  Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 
  PM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia
  
menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai 
  "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa 
  seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau 
  saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka 
  mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
  
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku 
  menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh 
  menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan 
  santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya 
  tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan 
  sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat 
  tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba 
  direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo 
  sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang 
  ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal 
  selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak 
  yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an 
  ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama 
  mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran 
  lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



- 
  Original Message - 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: 
  Monday, 08 September 2008 10:13
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: 
  Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Sumbangan 
  pemikiran yang bagaimana ? Sudah sejak dahulu kala memang sudah 
seperti 
  itu, golongan Taoisme, Budhisme, Konfusianisme, Kristen, Islam.
Dan memang 
  konflik selalu terjadi, bukankah ilmu pengetahuan diperoleh dari 
konflik 
  supaya orang menggunakan akal

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri 
  Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> 
  wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: 
  [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di 
  Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: 
  Sunday, 7 September, 2008, 10:58 PM


Yah kalau pemikirannya 
  demikian

Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik agung setiawan
sama donk om, klo g tk - sma skul katolik, cuma pas smp sempet pindah ke laen 
sekolah tp masih 1 yayasan klo ga salah ada beda apanya gitu pokoknya ada 
sedikit beda pengurus. cuma pas smp doank ijin or sakit pas imlek dihadiahin 
ngepel n nyapu serta bersih2 toilet. hehehehe  



- Original Message 
From: Jimmy Tanaya <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 1:52:41 PM
Subject: Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan 
Tionghoa-Kristen di Indonesia


Gung,

maap kelupaan kasih indikasi tahun hehehehehe. Masa SD-SMA saya di
surabaya sejak 1987 (kelas 3 SD). SD Kristen, SMP-SMA Katolik. Lulus
SMA thn 1996, jadi masih masa2 'sulit' hehehehe. walopun demikian,
dispensasi ijin tetep dapet :).

salam,
jimmy

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, [EMAIL PROTECTED] .. wrote:
>
> Setuju om, makanya g tanya kapan itu? Klo skrg mah semuanya rebutan
"lik no" n yg ga akomodir hal2 seperti itu bakalan sepi, liat aja
aliran yg dulu amat sangat hujat imlek dll skrg malah rayain pake
upacara gede2an. Waktu sd yg katolik jg tiap imlek dikasih libur kok
buat yg merayakan ( tentetif gitu klo istilah skrg) ga usah ajuin ijin
segala. Emang yayasan n aliran kedua skolah ini ( sd n smp) beda. Jadi
pas tk sampe sd gak pernah bolos emang dikasih libur, pas smp maksain
diri bolos dengan segala konsekwensinya karena khusus hari itu hak
ijin dicabut. Hehehe
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "Jimmy Tanaya" 
> 
> Date: Mon, 08 Sep 2008 05:39:58 
> To: 
> Subject: Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen di Indonesia
> 
> 
> Gung,
> 
> Rasanya kita sepaham bahwa pengalaman individual (anecdote evidence)
> tidak dapat dijadikan dasar untuk suatu generalisir. Bukankah demikian? 
> 
> Sebagai contoh lain, saya waktu sekolah baik dari SD sampe SMA, nggak
> pernah ada masalah tuh dengan soal ijin merayakan imlek. Baik yg
> berupa ijin pulang lebih awal (karena ada ulangan, tuh guru
> menyebalkan hehehe), maupun ijin tidak masuk. Sekolah saya dulu campur
> aduk dari sekolah kresten sampe katholik.




  

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik ChanCT
Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang kepercayaan 
menyembah setan, sereeem,  Percaya ada setan, entar malam anda bisa 
dicekik, lho? Heheheee, ... 

Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, ... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Hartono 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


  menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
  tertentu.
  coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
  seram? coba dipahami dan renungkan.
  setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao-Buddha) adalah yg paling tidak 
  suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
  berhala, menyembah setan.
  coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
  brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
  dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
  tuhan?
  bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
  setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
  ke tempat tuhan.
  ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
  kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
  amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang ditolong. sedangkan 
  mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal selalu memilih-milih, hanya 
  mau menolong saudara seiman. dari sini banyak yg bisa kita renungkan.
  kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an ajaran orang lain, selalu 
  mengatakan semua agama adalah baik, semua agama mengajarkan kebaikan. 
  sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran lain. dari sini banyak 
  yg bisa kita renungkan.



  - Original Message - 
  From: dhanis
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Monday, 08 September 2008 10:13
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
  di Indonesia


  Sumbangan pemikiran yang bagaimana ? Sudah sejak dahulu kala memang sudah 
  seperti itu, golongan Taoisme, Budhisme, Konfusianisme, Kristen, Islam.
  Dan memang konflik selalu terjadi, bukankah ilmu pengetahuan diperoleh dari 
  konflik supaya orang menggunakan akal

  Dhanis

  --- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
  di Indonesia
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:58 PM


  Yah kalau pemikirannya demikian, bagaimana konflik antar etnis dan
  agama tidak bermunculan ?

  Capek deh

  Di milis ini banyak yang non tionghoa dan non umat kelenteng, coba
  anda-anda juga turut menyumbang pemikiran.

  Hormat saya,

  Yongde

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis  wrote:
  >
  > Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore,
  detailnya:
  > si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih
  (1 orang), dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter
  menyerupai badut, di rias dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka
  memakan permen dan diludahkan keluar dan ada yang memungutnya (semoga
  tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian disusul aksi pembagian
  permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya tangkap.
  >
  > Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan
  warna merah yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi
  gedung/rumah/ toko, namun warna merah yang diciptakan dari api. Warna
  merah yang diciptakan dari api tersebut jika sebatas untuk perayaan
  dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, namun
  bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan
  di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api
  merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala
  seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa
  seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat,
  karena satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan
  hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di
  dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan
  syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di
  masji

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
tanya buta jawaban juga buta, sepadan kan ???. Mo diterusin ??. Kalau piss
ya udahan. Udah tahu kalau pertanyaan mancing emosi dilontarkan, dijawan
ngelesss.  Eh udah pisss ya ???.  lupa neh.  Salam, Tantono


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik bintang Jaya
Rekan2 marilah keanekaragaman ini kita jadikan menjadi indah dengan saling 
menghormati dan menghargai Pendapat orang lain. Dan kita kembali ke Tujuan 
Milist ini untuk mengupas
Budaya2 agar kita dapat lebih mengerti sejarahnya, jangan sampe seperti ema 
engkong kita yang cuma2 ikut2an Tradisi2 tapi tidak tau sejarah dan makna yang 
terkandung didalamnya.Negara Kita Negara Bhineka Tunggal Ika dengan demikian 
kita memang
beraneka ragam suku agama ras dan golongan tapi bukan untuk saling menghancurkan
mari kita bersatu dan mewujudkan diskusi yang menarik.


--- Pada Sen, 8/9/08, POSTMOmail <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: POSTMOmail <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 8 September, 2008, 6:32 AM






Bung Tanto, saya Bertanya 'bukan berpendapat' atau 'mengungkapkan pandangan' 
lho..

Kesimpulannya jauh lebih baik tidak ada agama..?!?
Karena saat ini agama telah merupakan kebutuhan dan jadi diri manusia, maka 
lebih baik tidak beragama?? (:D maap ott)

Postmomail ;)



- Original Message 
From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 11:39:13 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia



Kesimpulannya masih jauh lebih baik kalau nggak ada orang atawa manusia, karena 
selama masih ada manusia ya ada konflik, kalau nggak ada agama, ya ras, nggak 
ada ras ya yang lain lageee.  Jadi nggak ada orang lebih baik, ini kalau mau 
mengikuti pandangan sdr postmo lho .  Perbedaan jangan dijadikan konflik, 
kalau perbedaan dinilai sebagai anugerah Tuhan untuk keindahan maka semuanya 
jadi indah, kalau mau konflik sih bisa saja, tanpa adanya agama sekalipun.  
Salam, Tantono



 
 


  Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
Download Yahoo! Toolbar sekarang.
http://id.toolbar.yahoo.com

Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik POSTMOmail
Cuma jawab atau buta?? :)

(lha wong cuman njawab kok !) << text dari salah satu tipe org ygIQ 'ego 
sujektifitas emosi'
Malu yah??

Dah ah.. lama2 isiny jadi ungkapan pribadi vs bela diri neh.. piss..



- Original Message 
From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 3:43:24 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Ok dah, suka-suka aja.  Jadi sudah ada jawaban 'kan ?.  Kalau tanya ekstrim 
maka jawaban juga harus ekstrim supaya sepadan.  hehehe, salam, Tantono (lha 
wong cuman njawab kok !) 


On 9/8/08, POSTMOmail <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: 
Bung Tanto, saya Bertanya 'bukan berpendapat' atau 'mengungkapkan pandangan' 
lho..

Kesimpulannya jauh lebih baik tidak ada agama..?!?
Karena saat ini agama telah merupakan kebutuhan dan jadi diri manusia, maka 
lebih baik tidak beragama?? (:D maap ott)

Postmomail ;)
 


- Original Message 
From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 8, 2008 11:39:13 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

Kesimpulannya masih jauh lebih baik kalau nggak ada orang atawa manusia, karena 
selama masih ada manusia ya ada konflik, kalau nggak ada agama, ya ras, nggak 
ada ras ya yang lain lageee.  Jadi nggak ada orang lebih baik, ini kalau mau 
mengikuti pandangan sdr postmo lho .  Perbedaan jangan dijadikan konflik, 
kalau perbedaan dinilai sebagai anugerah Tuhan untuk keindahan maka semuanya 
jadi indah, kalau mau konflik sih bisa saja, tanpa adanya agama sekalipun.  
Salam, Tantono

 
 


-- 
Best regards, Tantono Subagyo 


  

Re: [budaya_tionghua] Tanya tentang sejarah Daging Babi

2008-09-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Sejarah kebakan etc itu bukan hanya pada babi, tapi juga pada domba etc.
Dan merupakan folktale yang sangat umum dimana-mana.  salam, Tantono

On 9/8/08, Luis Anthony <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>Seriously, ngapain orang jaman dulu itu miara babi di kandang at the
> first place coba kalau bukan untuk memasak/memotong si babi..?
>
> Mungkin maksudnya sejarah babi panggang?
>
> Luis
>
> 2008/9/8 mr_ch4n10 <[EMAIL PROTECTED]>
>
>>   Salam kenal untuk semuanya
>> saya adalah anggota baru yang ingin mendapatkan informasi lebih
>> mengenai budaya tionghua di Indonesia.
>> saat ini saya sedang membutuhkan informasi mengenai Sejarah Daging
>> Babi dari negeri Tiongkok yang dulu katanya tercipta tidak sengaja
>> karena kandang babi yang terbakar berikut babinya.
>> saya ingin konfirmasi kebenarannya dan dari mana sumber yang bisa
>> dipercaya mengenai berita tersebut.
>> Bagi yang bisa membantu mungkin bisa menghubungi saya melalui email
>> saya ini [EMAIL PROTECTED] 
>> atau dibahas di milis ini pun saya sudah berterima kasih.
>>
>> Mohon maaf bila postingan pertama saya berisi permintaan.
>> Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
>>
>>
>
>
> --
> My words of wisdom
> Life is too short to feel unhappy - Elizabeth Huang
> When the power of love defeats the love of power, the world will know peace
> - NN
> To control yourself use your brain, to control others use your heart - NN
>
>
> 
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik anathapindika_m
bung Dhanis sudah pernah ke neraka ?
koq bisa tahu warna merah kelenteng berikut apinya itu kaya neraka ?

ada lima unsur dalam budaya tionghoa : air kayu api tanah logam
dari lima unsur ini gak ada satu unsur yang lebih baik dari yang lain
semua tergantung keperluannya , jadi untuk cuci pasti pake air, untuk
lampu (di jaman dulu adanya lampu minyak ato lilin) pasti pake api

api yang nyala terus di kelenteng adalah lampu yang melambangkan
penerangan, jaman sekarang banyak yang mengganti api lilin ini dengan
lilin dari lampu listrik (walaupun tidak semua lampu diganti)

penerangan di jaman dulu memang pake api (lampu minyak ato lilin), di
jaman sekarang waktu mati lampu juga masih banyak yang pake api

mungkin bung Dhanis "sangat modern" dan belum pernah lihat lampu dari
minyak ato lilin, sehingga sangat ketakutan dan merasa seram waktu
melihat lampu di kelenteng 

kalo ada kelenteng yang banyak abu artinya kelenteng ini kudu dipel
kalo maksud anda adalah "abu hio" itu adanya di hiolo (tempat nancapin
hio) , abu dari hio terkumpul di situ kagak berhamburan ke mana-mana

saya belum pernah melihat ato mendengar tentang ritual KERAS dan
BRUTAL seperti bung Dhanis ceritakan
saya masih gak nangkap di mana ke-BRUTAL-an dari ritual tsb
 - definisi KERAS BRUTAL: apa ada penyiksaan/pembunuhan ?

kalopun cerita ritual tsb memang benar demikian, apa kita bisa
menggeneralisasi bahwa seluruh kelenteng melakukan hal yang KERAS dan
BRUTAL ? dan kalo ditarik ke topik awal bahwa seluruh orang yang
merayakan imlek melakukan ritual yang KERAS dan BRUTAL

bung Dhanis nulis:
Aku kira jika suatu umat ingin tidak binasa mestinya mereka mengikuti
akal sehat mereka untuk mempertahankan golongannya mulai dari tradisi
yang sehat dan teknologi yang baik-baik yang diturunkan oleh Tuhan mereka

apakah menurut bung Dhanis orang yang merayakan imlek itu tidak
mengikuti akal sehat ?
dan sebaliknya orang yang membabi-buta percaya bahwa apa yang
diikutinya diturunkan oleh tuhan, telah mengikuti akal sehat ?


APM


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore,
detailnya:
> si penari/laki-laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih
(1 orang), dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter
menyerupai badut, di rias dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka
memakan permen dan diludahkan keluar dan ada yang memungutnya (semoga
tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian disusul aksi pembagian
permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya tangkap.
> 
> Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan
warna merah yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi
gedung/rumah/toko, namun warna merah yang diciptakan dari api. Warna
merah yang diciptakan dari api tersebut jika sebatas untuk perayaan
dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, namun
bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan
di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api
merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala
seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa
seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat,
karena satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan
hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di
dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan
syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di
masjid selalu ada air, tidak ada
>  masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak
di larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk
memancarkan rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah
bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah adalah
bagian dari bagaimana kita berdandan.
> Salam hangat penuh semangat
> 
> Dhanis
> 
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dhanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Perayaan Imlek yang saya tahu kok aneh, banyak yang ngeri kalo
dilihat, mulai dari tradisi
> buang/dilepeh permen yang dilakukan si penari dan diambil anak-anak,
terus klenteng nya yang serba merah dan ada api merah di dalam nya
seperti neraka jika aku melihat dari luar.
> Tempat ibadah mestinya memberikan keteduhan dan kesejukan bukan
ketakutan.
> Aku kira jika suatu umat ingin tidak binasa mestinya mereka
mengikuti akal sehat mereka
> untuk mempertahankan golongannya mulai dari tradisi yang sehat dan
teknologi yang baik-baik yang diturunkan oleh Tuhan mereka.
> Benny G Setiono ini bukunya tebal sekali mengenai Pusaran Politik
dll, saya sendiri belum membaca hingga tuntas.
> 
> Dhanisdoes!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
>




Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Ok dah, suka-suka aja.  Jadi sudah ada jawaban 'kan ?.  Kalau tanya ekstrim
maka jawaban juga harus ekstrim supaya sepadan.  hehehe, salam, Tantono (lha
wong cuman njawab kok !)

On 9/8/08, POSTMOmail <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>Bung Tanto, saya Bertanya 'bukan berpendapat' atau 'mengungkapkan
> pandangan' lho..
>
> Kesimpulannya jauh lebih baik tidak ada agama..?!?
> Karena saat ini agama telah merupakan kebutuhan dan jadi diri manusia, maka
> lebih baik tidak beragama?? (:D maap ott)
>
> Postmomail ;)
>
>
> - Original Message 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Monday, September 8, 2008 11:39:13 AM
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen
> di Indonesia
>
>  Kesimpulannya masih jauh lebih baik kalau nggak ada orang atawa manusia,
> karena selama masih ada manusia ya ada konflik, kalau nggak ada agama, ya
> ras, nggak ada ras ya yang lain lageee.  Jadi nggak ada orang lebih baik,
> ini kalau mau mengikuti pandangan sdr postmo lho .  Perbedaan jangan
> dijadikan konflik, kalau perbedaan dinilai sebagai anugerah Tuhan untuk
> keindahan maka semuanya jadi indah, kalau mau konflik sih bisa saja, tanpa
> adanya agama sekalipun.  Salam, Tantono
>
>>
>>
>
> 
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Tanya tentang sejarah Daging Babi

2008-09-08 Terurut Topik Luis Anthony
Seriously, ngapain orang jaman dulu itu miara babi di kandang at the first
place coba kalau bukan untuk memasak/memotong si babi..?

Mungkin maksudnya sejarah babi panggang?

Luis

2008/9/8 mr_ch4n10 <[EMAIL PROTECTED]>

>   Salam kenal untuk semuanya
> saya adalah anggota baru yang ingin mendapatkan informasi lebih
> mengenai budaya tionghua di Indonesia.
> saat ini saya sedang membutuhkan informasi mengenai Sejarah Daging
> Babi dari negeri Tiongkok yang dulu katanya tercipta tidak sengaja
> karena kandang babi yang terbakar berikut babinya.
> saya ingin konfirmasi kebenarannya dan dari mana sumber yang bisa
> dipercaya mengenai berita tersebut.
> Bagi yang bisa membantu mungkin bisa menghubungi saya melalui email
> saya ini [EMAIL PROTECTED] 
> atau dibahas di milis ini pun saya sudah berterima kasih.
>
> Mohon maaf bila postingan pertama saya berisi permintaan.
> Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
>
>  
>



-- 
My words of wisdom
Life is too short to feel unhappy - Elizabeth Huang
When the power of love defeats the love of power, the world will know peace
- NN
To control yourself use your brain, to control others use your heart - NN


Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik Jimmy Tanaya
Gung,

maap kelupaan kasih indikasi tahun hehehehehe. Masa SD-SMA saya di
surabaya sejak 1987 (kelas 3 SD). SD Kristen, SMP-SMA Katolik. Lulus
SMA thn 1996, jadi masih masa2 'sulit' hehehehe. walopun demikian,
dispensasi ijin tetep dapet :).


salam,
jimmy

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Setuju om, makanya g tanya kapan itu? Klo skrg mah semuanya rebutan
 "lik no" n yg ga akomodir hal2 seperti itu bakalan sepi, liat aja
aliran yg dulu amat sangat hujat imlek dll skrg malah rayain pake
upacara gede2an. Waktu sd yg katolik jg tiap imlek dikasih libur kok
buat yg merayakan ( tentetif gitu klo istilah skrg) ga usah ajuin ijin
segala. Emang yayasan n aliran kedua skolah ini ( sd n smp) beda. Jadi
pas tk sampe sd gak pernah bolos emang dikasih libur, pas smp maksain
diri bolos dengan segala konsekwensinya karena khusus hari itu hak
ijin dicabut. Hehehe
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "Jimmy Tanaya" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Mon, 08 Sep 2008 05:39:58 
> To: 
> Subject: Re: Bls: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen di Indonesia
> 
> 
> Gung,
> 
> Rasanya kita sepaham bahwa pengalaman individual (anecdote evidence)
> tidak dapat dijadikan dasar untuk suatu generalisir. Bukankah demikian? 
> 
> Sebagai contoh lain, saya waktu sekolah baik dari SD sampe SMA, nggak
> pernah ada masalah tuh dengan soal ijin merayakan imlek. Baik yg
> berupa ijin pulang lebih awal (karena ada ulangan, tuh guru
> menyebalkan hehehe), maupun ijin tidak masuk. Sekolah saya dulu campur
> aduk dari sekolah kresten sampe katholik.




[budaya_tionghua] Tanya tentang sejarah Daging Babi

2008-09-08 Terurut Topik mr_ch4n10
Salam kenal untuk semuanya
saya adalah anggota baru yang ingin mendapatkan informasi lebih
mengenai budaya tionghua di Indonesia.
saat ini saya sedang membutuhkan informasi mengenai Sejarah Daging
Babi dari negeri Tiongkok yang dulu katanya tercipta tidak sengaja
karena kandang babi yang terbakar berikut babinya.
saya ingin konfirmasi kebenarannya dan dari mana sumber yang bisa
dipercaya mengenai berita tersebut.
Bagi yang bisa membantu mungkin bisa menghubungi saya melalui email
saya ini [EMAIL PROTECTED]
atau dibahas di milis ini pun saya sudah berterima kasih.

Mohon maaf bila postingan pertama saya berisi permintaan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.



Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di Indonesia

2008-09-08 Terurut Topik POSTMOmail
Bung Tanto, saya Bertanya 'bukan berpendapat' atau 'mengungkapkan pandangan' 
lho..

Kesimpulannya jauh lebih baik tidak ada agama..?!?
Karena saat ini agama telah merupakan kebutuhan dan jadi diri manusia, maka 
lebih baik tidak beragama?? (:D maap ott)

Postmomail ;)



- Original Message 
From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 8, 2008 11:39:13 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia


Kesimpulannya masih jauh lebih baik kalau nggak ada orang atawa manusia, karena 
selama masih ada manusia ya ada konflik, kalau nggak ada agama, ya ras, nggak 
ada ras ya yang lain lageee.  Jadi nggak ada orang lebih baik, ini kalau mau 
mengikuti pandangan sdr postmo lho .  Perbedaan jangan dijadikan konflik, 
kalau perbedaan dinilai sebagai anugerah Tuhan untuk keindahan maka semuanya 
jadi indah, kalau mau konflik sih bisa saja, tanpa adanya agama sekalipun.  
Salam, Tantono