[budaya_tionghua] Juga Choi-pan & Chu-chong Fan. (Was: Wah! Di Atas Lereng Masih Ada Gunung, Nih!)

2008-10-03 Terurut Topik Ophoeng
Bung Budiman dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Wah, makin menarik nih perbincangan ttg bakmie aneka bentuk dan warna,
aneka bahan dan nama.

Coba anda ke Pontianak, atau setidak ke Little St. Quentien di bilangan Pang-
jay (deket markas BT?) yang deket-deket Pecah Kulit, Reklame Panca Warna,
kalau malam. Di situ bener-bener jadi Kampung Ponti. Ada makanan yang 
menurut anda disebut sebagai Mi Kau Pan (?) yang dibuat dari tepung beras,
dibuat seperti dodol kue yang digoreng dengan kecap manis dan minyak ba-
wang putih. 

Apakah Mi Kau Pan ini bukan seperti di Singapura yang disebut 'carrot cake'
itu? Sebab deskripsinya hampir sama, diperlakukan sebagai 'kwe-tiauw' ju-
ga, dimasak dengan daging dan sayur, dengan potongan agak besar dan ko-
tak memanjang mirip french fries yang crinkle cut itu.

CHOI-PAN & CHU-CHONG FAN

Kalau sudah ke Little St. Quentien, jangan lupa cobalah juga Choi-pan ane-
ka isi. Bisa cuma bengkuang, talas, kucai, yang dicampur ebi atau just vegi.
Jangan lupa minta tambah taburan minyak + bawang putihnya (apakah ini
khas aliran Tio-chew ya? Bakso Afung juga pake ini tuh). Choi-pan dibentuk
mirip pangsit rebus tapi digulung memanjang, tidak dibentuk bulat pangsit.

Kalau ala Medan, saya suka ama Chu-chong Fan(?). Itu lho, yang dibuat da-
ri tepung beras, dibuat lembaran tipis mirip crepe tapi ndak kering, dikukus, 
dan waktu disajikan digunting-gunting, disiram kuah kecap + bumbu encer.

Saya pernah sarapan di Guang-zhou, ada satu kedai khusus juwalannya Chu-
chong Fan (agak aneh namanya: chu-chong = usus babi?), bisa minta aneka
variasi: original plain, with egg, with vegi or with meat. Bisa juga gabungan
dari semua isinya. Penyajiannya cuma digulung ajah kayak crepe begitu.

MIE KANGKUNG vs LOMIE

Kalau mie kangkung abang-abang, dulu sih ada yang jual pakai pikulan dan
ada yang pakai gerobak ala tukang bakso tanpa lemari display etalase kaca.
Biasanya racikan babi (tetelan doang, banyakan kulitnya) yang dicincang alus,
masak kecap itu ditarok dalam periuk tanah. Kangkung dan toge(?)nya dise-
duh sebentar di panci yang diisi air rebus (bawa kompor). Tapi, kalau yang 
biasa beredar di Jakarta dulu (paling tidak di kampung Jelambar POLRI) kuah-
nya ndak kentel-kentel gitu, encer saja, mungkin kelamaan direbus, lantas
keluar colagen (?) dari kulit dan tulang babinya, maka terkesan kentel ya?

Tapi, kayaknya mereka ndak mencampurkan aci (tepung kanji) secara senga-
ja supaya kentel seperti 'kuah' e-mie ala Medan, atau mie celor Palembang.
Mie koclok ala Cerebon pakenya ayam, dengan kuahnya kentel diberi santan.
Lha, kalau babinya sudah diganti hebi, ya mesti namanya e-mie juga dong.
"E" pada 'e-mie' itu pan merujuk ke 'he' atau udang.

Kalau lomie ala Sumatra seperti dicontohkan lomie Bagan dan Tua-tauw, itu 
memang aliran lo-mie lain. Juga diwakili oleh Lomi Abadi yang di Angke, ju-
ga Mikado di belakang Hayam Wuruk Plaza. Lomie Mikado patut dicoba, mere-
ka sedia cuka item untuk kondimennya. Juga ada hekeng yang garing gurih.

Selamat mencoba!



Begitulah saja ya.

Salam mie koclok ala Cerebonan,
Ophoeng
BSD City, Tangerang

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, BUD'S 1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Ikut Nimbrung,
 
Ada sejenis Mie, bentuknya gepeng dan lebar, kayak usus ayam yang telah 
dibelah gitu. Kalau orang Hakka bilang Ap Chong Mie ( terjemahan secara 
harafiah = Mie Usus Bebek ), kadang2 orang suka billang mie lebar.
 
Disamping itu ada juga Lo Su Pan, kalau diterjemahkan secara harafiah = 
Kue Tikus. Mie nya terbuat dari Tepung beras ( kayak Kwee tiau ) tapi 
bentuknya kayak cendol, cuma agak besar dan bewarna putih. Cara sajinya 
ya kayak Bakmie ayam gitu. Makanan jenis ini masih bisa ditemukan di 
Gloria dan merupakan makanan orang Hakka, sama dengan Mi Kau Pan ( Kue 
Tepung beras yang dimakan sama Kecap manis dan Minyak bawang putih ), 
kue ini juga masih bisa ditemukan didaerah Gloria.
 
LOMIE PINANGSIA.
 
Kalau dilihat cerita dari Ophoeng, kayak Mie Kangkung nya orang Tionghua 
Benteng, Waktu itu sekitar Roxy ada yang jual pikulan. Menurut cerita 
dia, dulu memang pakai daging babi ( Kayak babi kecap gitu ), kuahnya 
kental kayak kuah kaki babi. Mie nya diberi Kangkung, Toge trus disiram 
Kuah Kental. Tapi kebetulan Encek yang juga tersebut ( Tionghua Benteng 
) adalah seorang Muslim makan daging babi tersebut diganti dengan Udang. 
Tapi rasanya jadi sedap bukan main, kayak E-mie nya / Mie Rebusnya  
Medan, atau Mie Celornya Palembang.
 
Ada lagi LoMie ala orang Sumatera, tepatnya Bagan Siapi-api ( Kayaknya 
gaya Tio Chiu or Hai Lok Hong ). Masakannya kayak Mie siram gitu. Tapi 
isinya jangan dibilang, Full spec. dam Non-Halal, bagi yang ingin 
mencobanya bisa didapatkan di RM Tua Thao, Bandengan Utara ( sudah dekat 
ujung ) dan diseberangnya juga ada, namanya Lo Mie Bandengaan. Lebih 
enak yang di Tua Thao untuk Lo Mienya. Kalau kerang Bambu masak Tauco, 
lebih enak yang di LoMie Bandengan
 
MIE ACEH.
 
Sebetulnya Mie Aceh yang berbentuk Bulat besar itu adalah 

[budaya_tionghua] Jurus Ketuk Meja Pemikat Kasir. (Was: Damai Itu Selalu Indah, Jeh!)

2008-10-03 Terurut Topik Ophoeng
Bung Andipo dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Lanjut dikit ttg ilmu 'perketukan' meja ketika disuguhi teh.

Saya dapat 'ilmu' ketukan itu juga dari Bung Rifan Mulyawan nih:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/36095

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "rifan mulyawan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

ophoeng, dan rekan semua yth,
 
saya pernah dapat cerita, suatu masa seorang raja nan bijaksana
beserta pengawalnya meninjau langsung keadaan masyarakatnya, dimana
rombongan itu menyamar sebagai rakyat jelata.
 
dalam perjalanan itu, sempat terjadi suatu perjamuan makan. dan yang
mengejutkan, sang raja melayani tamu semua, dengan menuangkan teh bagi
semua tamu yang ada di meja itu. tentu saja sang pengawal kaget, dan
merasa tidak layak dilayani oleh raja yang seharusnya ia layani. tapi
sang pengawal juga tetap bersikap hati2 agar penyamarannya sebagai
rakyat jelata tidak terungkap.
maka pengawal tadi mengetukkan 2 jarinya ke meja 3x, yang jika
diperhatikan, seperti orang bersujud 3x.
 
kebiasaan ini berlanjut hingga sekarang ketika kita dilayani minum
teh, dengan mengetukkan jari 3x sebagai penghormatan kita terhadap
orang yang melayani kita.
 
tapi jika kita mengetuk meja sebanyak 4 kali, dapat diartikan bahwa
kita ingin berinteraksi lebih jauh dengan orang yang melayani kita
(maksudnya mengajak kencan, bila yang melayani kita adalah gadis muda
:-p ).
 
maaf, cmiiw, colek me if i'm wrong.
 
salam,
rifan di bandung

==


Jadi, kalau saya lihat, ketukan 4 kali itu cumalah tambahan saja dari Bung 
Rifan,
sebagai heu-heureuyan doang, lelucon saja. Lantas saya 'gubah' sedikit dengan
mengatakan sebagai kode kepada kasir (cewek) cafe. Just jokes, jeh! Hehehe.
... kalau benar-benar anda ketuk-ketuk 4 kali, mungkin yang didapat adalah la-
in lagi, bisa jadi anda kena omel sebab si waiter takut meja kacanya pecah tuh! 
Kecuali kalau anda dan dia bisa saling lempar kode morse ya?

Begitulah saja ya.

Salam ngeteh tanpa gula tanpa susu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Andipo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Koh Ophoeng, tentang kode ketukan ini, kalau kita ketukan 4 kali, lalu
bagaimana bentuk jawaban yang diberikan ? Apakah si kasir akan
mengetuk 4 kali juga, atau ada cara lain ? 
 
Saya baru mengetahui tata cara mengetukan jari ini sewaktu dulu banyak
bergaul dengan rekan2 dari Hong Kong. Tapi waktu itu ilmu yang
diturunkan belum sampai jumah ketukan. Saya biasa mengetuk
berkali-kali, itu artinya apa ya ? Tapi sampai sekarang belum ada
kasir yang ikut mengetuk2 juga.
 
Juga mengenai rokok, biasa kalau menawarkan rokok mereka menarik
keluar 2 batang. Kita seharusnya mengambil yang paling tinggi, kita
tekan sedikit sampai sama dengan yang rendah baru diambil. Rumit yah.
Apakah ini kebiasaan yang umum berlaku ?
 
Kalau tentang berhati-hati menulis posting, itu saya setuju sekali.
Seorang kuncu kan harus menjaga tindak tanduknya. Kadang kita belum
tahu siapa saja yang membaca posting kita, maka saya cenderung agak
formal. Takutnya pihak yang kita ajak diskusi ternyata sudah jauh
lebih tua, wah bisa kualat kan. 
 
Salam
 





Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
From: King Hian 


Menurut saya, sne Thung ibu kang Sur adalah Tang (Mandarin) ̀, dalam 
bhs Hokkian dengan ejaan yang "baru" ditulis THNG. Ejaan lama (ejaan Belanda) 
ditulis dengan huruf 'U', di mana dalam bhs Belanda huruf U tidak dibunyikan.
Dalam ejaan lama bunyi Thung (ejaan baru) akan ditulis Thoeng.
Di Bogor sne Thng (Thung) ini sangat banyak, mereka adalah keturunan 
Thung Tiang Mie alias Thung Liong Soey alias Tubagus Abdullah bin Mustofa 
(1796-1856)
Salah satu keturunan keluarga Thung ini telah membuat daftar silsilah 
keluarga Thung Bogor (Thung Stamboom).

Mengenai sne Lay, karena ayah kang Sur adalah orang Hakka, kemungkinan 
besar sne nya adalah: ?. (mandarin: Lai, hakka: Lai, hokkian: Lua).

Kalau kita mengikuti kebiasaan umum, sne harus mengikuti sne ayah.
Memang bisa terjadi dalam surat2 kependudukan (akte lahir, wni, dll) 
ada yang namanya ditulis menggunakan marga ibu. Hal ini banyak terjadi karena 
orang tua ybs tidak mencatatkan perkawinan mereka di catatan sipil, zaman dulu 
banyak yang menikah hanya secara adat. Waktu si anak dibuatkan akte kelahiran, 
ia adalah anak ibu, sehingga 'sne' nya ikut sne ibu.
+++
Thank's

Thung nya Ibuku memang sama dengan Thung nya dengan marga Thung dari 
Bogor, jadi bila di runut ke atas, masih satu pohon ( aku lupa adik dari Thung 
Tiang Mie apa bukannya ).

Hanya memang Thung nya yang di Bogor rada rada unik, ada 2 versi yang 
aku dengar, dan keduanya memiliki satu pohon.

Untuk Lay/Lai kadang aku memang suka bingung, dulu aku tulis Lay, 
karena kurang di kenal jadi dirubah menjadi Lie, padahal Lie tidak nyambung.

Memang nama marga Tionghoa kadang sulit untuk di rubah ke Latin, latin 
nya sama, artinnya jadi beda, akibatnya cino semodel aku jadi asal pakai ajah 
nama marga, maklum gak ngerti.

sur.

salam,
KH




Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: 
Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, October 1, 2008, 10:43 PM


  Thung saya ngerti, seperti marga ex pimpinan Hongkong, mandarinnya 
Dong, lantas kalau Lay itu mandarinnya apa ya? 




  - Original Message 
  From: gsuryana <


   

   

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.



   



[budaya_tionghua] Istilahnya Bukan Nek-neko, Atuh! (Was: meja altar)

2008-10-03 Terurut Topik Ophoeng
Bu Melani Chia dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe ikut nimbrung dikit ya.

Ihwal adanya pantang ini pantang itu di kalangan orang-orang sederhana
di daerah nun jauh di mata, di peta ajah mungkin ndak bisa terjejak, apalagi
kalau dilihatnya dari peta buatan Singapura (?) tempat Bu Melani bermukim
atau di manapun itu negara di luar NKRI ya. Kalau menurut saya mah mere-
ka melakukan semua adat-istiadat tradisionil yang sudah turun-temurun
itu, bukan dengan maksud NEKO2 seperti istilah anda.

Neko-neko, setahu saya, tolong betulkan kalau salah ya, mengandung arti
atau konotasi tidak oke, artinya sengaja mengacau. Misal: seorang anak ban-
del sengaja berbuat neko-neko dengan mencorat-coret dinding rumah te-
tangganya. Ketika ditegur, dia akan menghardik: apa kau, jangan neko-ne-
ko sama saya ya. Jangan macem-macem ama gua ya! Kata orang Betawi ya.
Apa kau liat-liat? Mau neko-neko ama gua ya? Ojo neko-neko yo!

Jadi, mungkin maksud anda adalah karena mereka masih secara lugu meng-
ikuti tradisi, dianggap neko-neko? Macem-macem? Hehehe rasanya ndak.
Juga, kayaknya tradisi itu bukan mereka yang created, koq. Itu sudah turun
temurun dilakukan sejak nenek-kakek, makco-kongco mereka, jeh!

Kalau tradisi wanita haid, rasanya tidak cuma di kalangan orang-orang Tiong-
hua, khusunya yang di daerah saja. Beberapa suku di Indonesia, kalau anda
sempet pelajari, kayaknya punya tradisi semacam itu. Bahkan, saya dengar
di Eropah sendiri, dalam hal membuat anggur dan keju misalnya, mereka pu-
nya kebiasaan pantang untuk wanita haid juga. Khususnya dalam pembuatan
anggur di daerah-daerah peloksok, yang masih tradisionil dengan menginjak-
injak buah anggur dalam tahang kayu besar.  Juga tempe di desa-2 di jawa(?).

Kebiasaan ini, tentu ada logikanya. Dalam pembuatan anggur, keju (juga tape), 
ada campur tangan bakteri untuk proses fermentasi. Kalau wanita yang sedang
haid ikut campur, dikuatirkan ada campur tangan pihak bakteri ketiga yang me-
rasuk menyusup ke dalam bahan-bahan baku, sehingga proses bisa gagal. Apa-
lagi kalau wanita haid itu ikut menginjak-injak buah anggur dalam tahang ya?

Apakah pantang begini merugikan mereka sendiri ya? Rasanya sih ndak tuh.

Kalau soal pay2, saya ndak tahu apa sebabnya. Mungkin saja mereka merasa
ritual sembahyang itu kudu dalam keadaan bersih. Rasanya wajar saja kalau
mereka berusaha untuk sebersih mungkin dalam bersembahyang, sebagai se-
buah penghormatan tertinggi kepada Yang Kuasa, atau arwah leluhur. Dan ka-
lau mereka anggap wanita sedang haid itu dalam masa 'kotor', rasanya secara
kedokteran itu ada logikanya koq. Darah haid itu bukanlah sesuatu yang bisa
dianggap 'bersih' toh?  

Bagi kaum muslim, saya pernah dengar uraian di teve, justru wanita itu diang-
gap memiliki status terhormat, makanya diistimewakan, apalagi dalam keadaan
haid. Jadi pantang ini pantang itu, jangan dianggap sebagai 'penekanan' yang
neko-neko, melainkan sebagai suatu privilise, hak khusus yang hanya dimiliki
oleh kaum wanita. Sorry, saya lupa siapa yang bicara dan di mana, tapi mung-
kin ada warga anggota milis ini yang muslim dan tahu lebih detilnya, sila saja.

Karena soal haid-menghaid ini adalah urusan kaum wanita, mungkin anda bi-
sa mulai memberikan seminar kepada kami di milis ini? Sebagai sesama kaum-
nya, mestinya anda, Bu Melani, yang lebih mengerti dan terpanggil dong ya? 
Hehehe. masak kami kaum lelaki ikut campur 'urusan dalam negeri' ya?

Sorry, jangan anda rancu dengan penjelasan Bung KH ttg meja altar. Dia cuma
bilang bahwa walau itu meja altar bekas sembahyang, persembahan, tapi se-
buah meja ya tetaplah sebuah meja, tak kurang dan tak lebih. Apa hubungan-
nya antara meja dengan 'neko-neko' yang mereka created menurut anda itu?

Begitulah saja ya.
Kalau ada salah sila dikoreksi, kalau kurang mangga ditambahi.

Salam damai saja ya,
Ophoeng
BSD City, Tangerang







--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

King Hian Yth,
 
Rasanya kalau ada waktu dan terpangil,ada baiknya anda
melakukan tour seminar buat tenglang yg suka NEKO2,
terutama di Indonesia khususnya daerah,byk sekali hal2
yg mereka created dan sangat merugikan mereka sendiri/sangat tdk masuk akal.
 
Salah satunya ,ada kebiasaan perempuan sedang HAID
byk tdk bolehnya ,termasuk menjalankan ibadah pay2 dsb
katanya KOTOR, trus pakaian dlm wanita tdk boleh campur dg pakaian yg sedang
dicuci yg ada pakaian pria,entah itu kecil atau dewasa,...katanya membawa 
sial!!!
ada...ada.aja.,ini baru contoh kecil,masih byk lagi yg lainnya.
 
Salam
Melani





Re: [budaya_tionghua] meja altar

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
Hal demikian bisa terjadi karena mereka tinggal didaerah yang terlalu jauh dari 
pusat modernisasi, sehingga mengambil jalan pintas, padahal apa yang di ' tidak 
boleh ' kan nya memiliki alasan lain, semisal dulu belum dikenal pembalut 
wanita sehingga cd bisa kebocoran, sekarang sudah dikenal pembalut yang 
menyerap, pay tidak boleh dikhawatirkan bocor di lantai, akibatnya repot harus 
nge pel lagi, lha nge pel di saat gak ada pengunjungnya sih gak apa apa, 
bagaimana bila sedang banyak pengunjung.

Yeahh budaya yang dimainkan menjadi ke agama, hasilnya memang anti kemajuan dan 
perubahan.

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  altar


King Hian Yth,

Rasanya kalau ada waktu dan terpangil,ada baiknya anda
melakukan tour seminar buat tenglang yg suka NEKO2,
terutama di Indonesia khususnya daerah,byk sekali hal2
yg mereka created dan sangat merugikan mereka sendiri/sangat tdk masuk 
akal.

Salah satunya ,ada kebiasaan perempuan sedang HAID
byk tdk bolehnya ,termasuk menjalankan ibadah pay2 dsb
katanya KOTOR, trus pakaian dlm wanita tdk boleh campur dg pakaian yg 
sedang
dicuci yg ada pakaian pria,entah itu kecil atau dewasa,...katanya 
membawa sial!!!
ada...ada.aja.,ini baru contoh kecil,masih byk lagi yg 
lainnya.

Salam
Melani



--- On Sat, 4/10/08, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: King Hian <[EMAIL PROTECTED]>

Sdr. Didi,

Pada prinsipnya barang apapun boleh dimanfaatkan sesuai dengan 
kebutuhan pemiliknya. Jadi meja altar bekas teman Anda itu boleh saja diberikan 
kepada siapapun, dan siapapun bisa/boleh menggunakannya sesuai dengan 
keperluannya.
Seandainya ada yang ingin menggunakan untuk menyimpan barang di 
gudang pun, boleh2 saja. Jangan pusing dengan sebutan "bekas sembahyang leluhur 
atau buddha atau lainnya", karena meja tetaplah meja.

salam,
KH


--- On Sat, 10/4/08, didi ruddy <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

  From: didi ruddy [EMAIL PROTECTED] com


  dear teman 2 di budaya tionghua

  Selamat pagi
  saya mau tanya  saya dapat dua meja altar bekas teman saya, 
yang pertama meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang Buddha dan 
Bodhisatva dan yang kedua meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang 
almarhum papa dan mama nya . karena masih bagus maka dia kasih ke saya. yang 
saya mau tanyakan apakah boleh kedua meja itu utk saya , dan kedua meja tsb 
saya pakai untuk sembahyang Buddha dan Bodhisatva ??
  mohon petunjuk dari teman 2.
  tks
  rudy


--
  Sikap Peduli Lingkungan? 
  Temukan jawabannya di Yahoo Answers!  

   



Re: [budaya_tionghua] meja altar

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
Tergantung bertanyanya ke siapa.
Nanya ke orang fanatikun dijamin dijawab tidak boleh
Nanya ke orang biasa yang tidak terikat dengan sorga dan neraka, dijawab boleh.

Memang meja bisa membuat pemiliknya jadi seperti apa saja ?

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: didi ruddy 

  dear teman 2 di budaya tionghua

  Selamat pagi
  saya mau tanya  saya dapat dua meja altar bekas teman saya, yang pertama meja 
altar itu bekas teman saya utk sembahyang Buddha dan Bodhisatva dan yang kedua 
meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang almarhum papa dan mama nya . 
karena masih bagus maka dia kasih ke saya. yang saya mau tanyakan apakah boleh 
kedua meja itu utk saya , dan kedua meja tsb saya pakai untuk sembahyang Buddha 
dan Bodhisatva ??
  mohon petunjuk dari teman 2.
  tks
  rudy

[budaya_tionghua] Hahaha..... Paling Gampang Memang Ketawa Ya? (Was: Damai Itu Selalu Indah, Jeh!)

2008-10-03 Terurut Topik Ophoeng
Bung Danarhadi dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Terima kasih atas respon anda yang bagus sangat itu.

Pulisi damai dalam rangka "damai itu indah"? Hahaha... memang paling gampang
ya ketawain ajah ya. Tapi, kita mesti salut kepada pulisi, sekarang mereka ndak
menebar pungli lagi di samsat. Anda urus perpanjangan STNK atau SIM ndak per-
lu pakai calo. Tanpa uang semir lagi, tanpa uang rokok tambahan lagi. Semuanya
sesuai tarip yang sedang berlaku saat itu.

Kalau kita cuma ketawa ajah, hahaha. dan ngomel-ngomel di milis doang, ya
memang ndak bisa beres-beres. Apalagi sambil ngeteh dan makan bakmi kuah
kentel di negeri seberang ya?  Slurrrppp, pake sambel botol dan babi merah ga?

Soal damai antar kelompok, apakah kita dan BT punya kewajiban untuk menjadi
juru damai mereka? Rasanya ndak ada kewajiban untuk itu, kalau menurut kaca-
mata saya yang awam seawam-awamnya. Mungkin posting saya ttg Damai itu
Selalu Indah, yang scope-nya cuma di lingkungan milis BT ini, tidak berkenan
di hati anda, Bung Danarhadi ya? Dengan rendah hati saya ya cuma bisa bilang 
'sorry', tapi anda boleh tetep ketawa sih: hahaha... paling gampang ya memang
ketawa sih! Dan ketawa itu sungguh menyehatkan, jeh!

Mungkin untuk tugas mulia mendamaikan golongan yang bertikai kudu diserah-
kan saja kepada anda, Bung Danarhadi, seorang cianpwee nan bijak bestari, pe-
nuh pengalaman 4 jaman(?): jaman revolusi, jaman kemerdekaan, jaman orla, ja-
man peralihan di Jit Lok Yun (pas 30 September malem?), jaman orba, jaman re-
formasi. Wah, kumplit tenan. Kehormatan itu saya serahkan kepada anda saja ya.

Saya yakin, pengalaman Bung Danarhadi dan pergaulan yang sangat luas, tentu 
bisa dengan mudah mendamaikan pertikaian antara "FPI ama Ahmadyah, grup 
Gus Dur amae grup Muhaimin, urang CSIS ame kelompok Muslim garis keras, 
yang pro ame yang anti RUU Porno ha ha ha"  - buat anda itu semua sih perkara
gampang dan simpel punya ya. Silakan, monggo, mangga atuh euy! 

Mana berani saya yang cuma awam sahaja ini ikut campur ambil porsi anda? :D)
Saya dan mungkin sebagian teman-teman yang awam sih, sabar menanti hasil-
nya ajah. Jangan lupa diposting terus progres-nya ya, bung!

Begitulah sahaja ya.
Kalau salah tolong dikoreksi, kalau kurang sila ditambahi.

Salam damai itu selalu indah (buat awam ajah nih)
Ophoeng
BSD City, Tangerang.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ophoeng"  wrote:
 
 
---deleted---
 
Begitulah sahaja, kata pulisi: damai itu selalu indah, jeh!

Salam damai dan kompak selalu,
Ophoeng
BSD City, Tangerang
 
 
 
*** gak heran, kalo polisi lalu sodorkan tangan: " ya sini uang 
damenya..."
 
 
Cilokooo
 
Salam
 
danardono
 
PS damei'in dah FPI ama Ahmadyah, grup Gus Dur amae grup Muhaimin, 
urang CSIS ame kelompok Muslim garis keras, yang pro ame yang anti 
RUU Porno ha ha ha






Re: [budaya_tionghua] meja altar

2008-10-03 Terurut Topik melani chia
King Hian Yth,
 
Rasanya kalau ada waktu dan terpangil,ada baiknya anda
melakukan tour seminar buat tenglang yg suka NEKO2,
terutama di Indonesia khususnya daerah,byk sekali hal2
yg mereka created dan sangat merugikan mereka sendiri/sangat tdk masuk akal.
 
Salah satunya ,ada kebiasaan perempuan sedang HAID
byk tdk bolehnya ,termasuk menjalankan ibadah pay2 dsb
katanya KOTOR, trus pakaian dlm wanita tdk boleh campur dg pakaian yg sedang
dicuci yg ada pakaian pria,entah itu kecil atau dewasa,...katanya membawa 
sial!!!
ada...ada.aja.,ini baru contoh kecil,masih byk lagi yg lainnya.
 
Salam
Melani



--- On Sat, 4/10/08, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: King Hian <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] meja altar
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, 4 October, 2008, 8:46 AM











Sdr. Didi,

Pada prinsipnya barang apapun boleh dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan 
pemiliknya. Jadi meja altar bekas teman Anda itu boleh saja diberikan kepada 
siapapun, dan siapapun bisa/boleh menggunakannya sesuai dengan keperluannya.
Seandainya ada yang ingin menggunakan untuk menyimpan barang di gudang pun, 
boleh2 saja. Jangan pusing dengan sebutan "bekas sembahyang leluhur atau buddha 
atau lainnya", karena meja tetaplah meja.
 
salam,
KH


--- On Sat, 10/4/08, didi ruddy <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: didi ruddy <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: [budaya_tionghua] meja altar
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Saturday, October 4, 2008, 7:38 AM







dear teman 2 di budaya tionghua
 
Selamat pagi
saya mau tanya  saya dapat dua meja altar bekas teman saya, yang pertama meja 
altar itu bekas teman saya utk sembahyang Buddha dan Bodhisatva dan yang kedua 
meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang almarhum papa dan mama nya . 
karena masih bagus maka dia kasih ke saya. yang saya mau tanyakan apakah boleh 
kedua meja itu utk saya , dan kedua meja tsb saya pakai untuk sembahyang Buddha 
dan Bodhisatva ??
mohon petunjuk dari teman 2.
tks
rudy


Sikap Peduli Lingkungan? 
Temukan jawabannya di Yahoo Answers! 
 














  

[budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik danarhadi2000
Narasumber dari sisi Muslim silakan baca:

"Orde Baru, Freemason dan Pater Beek

35 Tahun Sejarah Latar Belakang Politik dan Intelejen Indonesia di 
bawah Soeharto (Orde Baru) oleh John Helmi Mempi - Umar Abduh"

http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M

Salam

Danardono






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Pak Suryasmoro,
> Terima kasih atas informasinya, nanti saya coba cari buku tsb.
>  
> Salah satu informasi tentang Pater Beek ini ada di buku  tulisan Benny G. Setiono, di situ dituliskan:
>  
> {begin}  "... Ternyata dalam aksi-aksi mahasiswa yang tergabung 
dalam KAMI menentang PKI dan kemudian Presiden Soekarno, besar sekali 
peranan seorang rohaniawan Katolik (Pater) yang bernama Joop Beek. 
Pater Beek menurut pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi 
otak dan konseptor pendongkelan Presiden Sukarno karena ia sangat 
membenci komunisme. Menurutnya sebagai orang Katolik ia sangat 
membenci komunisme, karenanya seluruh sekutu-sekutu komunis dan unsur-
unsur kiri harus dilawan dan dihancurkan, termasuk Presiden Sukarno 
yang dianggapnya sangat dekat dengan PKI. Jadi tujuan akhirnya adalah 
penggulingan Presiden Sukarno, melalui aksi-aksi mahasiswa dan kerja 
sama dengan militer.
>  Malahan menurut Jos Hagers dalam artikelnya di harian Belanda 
De Telegraaf tanggal 20 Juli 1993, Pater Joop Beek adalah otak kudeta 
1965 yang bertujuan untuk memancing perebutan kekuasan oleh Jendral 
Soeharto dan memungkinkan pendongkelan Presiden Sukarno.
>  Selanjutnya dinyatakan bahwa Pater Beek mempunyai pengaruh 
besar terhadap kalangan mahasiswa. Apapun akan ditempuhnya asal 
Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Ia juga yang kelak berperan 
mendirikan CSIS dan menjadi otaknya. Namun sejak 1981 Pater Beek 
mulai kehilangan peranannya dan kemudian tersingkir. Kepada Oei Tjoe 
Tat, Pater Beek juga mengaku terus terang, bahwa ia sangat menyesal 
dan kecewa ikut mendongkel Presiden Sukarno, karena pemerintahan 
penggantinya yang dipimpin Soeharto ternjata jauh lebih jelek dari 
perkiraannya, bahkan lebih jelek dari pemerintahan Sukarno. Itu 
sebabnya ia 4 kali ziarah ke makam Bung Karno untuk mohon ampun atas 
segala dosa-dosanya. Setelah sakit keras Pater Beek meninggal dunia 
pada 1983 di Singapura.
> ...
>    Sementara itu para tokoh peranakan Tionghoa yang pada umumnya 
berkerumun di sekitar Partai Katholik/PMKRI/LPKB di bawah koordinasi 
Pater Beek dan dukungan Mayjen Ali Moertopo dan Mayjen Soedjono 
Hoemardani - keduanya pimpinan Operasi Chusus (Opsus) dan Asisten 
Pribadi (Spri/Aspri) Presiden Soeharto - pada 1 September 1971 
mendirikan Centre for Strategic and International Studies (CSIS). 
Lembaga inilah yang dijadikan "think tank", peletak dasar konsep 
pemerintahan dan kebijaksanaan politik Orde Baru. ...''   {end}
>  
> Dari tulisan di atas, tidak jelas apakah Pater Beek, selain 
membenci komunisme, juga membenci kebudayaan Tionghoa. Mungkin 
saja ia juga membenci kebudayaan Tionghoa. Atau mungkin ia bergabung 
dengan kelompok agama dan tentara (yang kurang suka kebudayaan 
Tionghoa), karena mempunyai musuh yang sama (kelompok komunis).
>  
> Yang sering dipermasalahkan di sini adalah konsep asimilasi yang 
didukung oleh orang2 LPKB versus integrasi yang didukung oleh 
Baperki. Masalah ini juga yang "sedang diributin" sekarang ini.
>  
> Konsep asimilasi dianggap 'menghilangkan budaya Tionghoa' sehingga 
banyak orang yang menganggap orang2 LPKB (termasuk orang2 CSIS) anti 
kebudayaan Tionghoa.
> Berikut adalah beberapa item dalam Piagam Asimilasi 16 Jan 1961 
(perhatikan yang diketik dengan huruf besar):
>  
> {begin}  Dalam hubungan masalah WNI "Keturunana Tionghoa" asimilasi 
berarti masuk dan diterimanya orang-seorang yang berasal keturunan 
Tionghoa ke dalam tubuh bangsa (nation) Indonesia tunggal sedemikian 
rupa sehingga akhirnya GOLONGANNYA SEMULA YANG KHAS TAK ADA LAGI.
> ...
> Bertekad untuk menyatukan diri dengan rakyat Indonesia 
keseluruhannya sebagai orang Indonesia sejati dan patriotik, tidak 
menyetujui dan menghilangkan sikap dan tindakan yang bertentangan 
dengan tekad ini.
> Konsekwensinya adalah MENINGGALKAN GOLONGAN KETURUNAN TIONGHOA DAN 
TIDAK INGIN MEMPERTAHANKAN GOLONGAN TERSEBUT SEBAGAI GOLONGAN. {end}
>  
> "Kekesalan" terhadap orang2 CSIS (dan Pater Beek) juga terjadi pada 
teman2 Muslim. Berikut adalah contoh tulisan tentang Pater Beek:
> http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M
>  
> Juga ada tulisan (yang katanya) ditulis oleh George J. Aditjondro:
> http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/03/06/0161.html
> 
> salam,
> KH
>  
> 
> --- On Fri, 10/3/08, suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang 
gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Friday, October 3, 2008, 10:30 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Sahabat, s

[budaya_tionghua] Re: Mona Lohanda : The passen-en wijkenstelsel . Dutch practice of restriction policy on Chinese

2008-10-03 Terurut Topik David Kwa
Sugiri-Heng,

Owe mau tuh. Kamsia sebelumnya.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ibc" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Rekan-rekan,
> 
> Barangkali ada yang memerlukan artikel dari Ibu Mona Lohanda : The 
passen-en
> wijkenstelsel . Dutch practice of restriction policy  on 
Chinese   ??
> 
> Boleh  hubungung via millist,  tolong didiskusikan sesudahnya.
> 
> Salam,
> 
> Sugiri.
> 
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG. 
> Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5/1704 - Release Date: 
10/2/2008
> 9:35 PM
>




RE: [budaya_tionghua] Re: King Hian: Tidak Memiliki-Tidak pernah Kehilangan.

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
Uly:
Lie Tek Tjeng membahas mengenai  istilah, tapi bukan istilah Cina atau
Tionghoa, melainkan istilah Huakiao dan Huayi. 
Lalu apa hubungannya dengan pembahasan kita?

KH:
Lie Tek Tjeng memang mengusulkan pembedaan sebutan antara WNA Tiongkok dengan 
WNI Tionghoa. WNA Tiongkok boleh disebut Hua-kiau, sedangkan WNI Tionghoa 
diusulkan disebut Hua-I.
 
Catatan: Huayi: berarti 'keturunan Tionghoa'
-
Uly:
* Gue gak bilang Sindhunata yang meredam, gue bilang Sindhunata yang
jadi trader. 
Disitu khan dia yang kena todong memilih istilah (menurut alkisah)
sehingga dia yang kena tanggungjawab hullaballoo soal istilah ini. Gue
nggak pernah denger nama Lie Tek Tjeng di persalahkan menyangkut
persoalan istilah Cina dan Tionghoa. 

KH:
"Sindhunata jadi trader"  -> Improvisasi dari mana nih?
Ini gua kutip dari buku 'sakti' lu: , tulisan 
Charles A. Coppel.
 
hal 172, Tentang makalah Sindhunata di Seminar AD:
{begin}
.. Tentang penerbitan berbahasa Tionghoa, ia menulis: 'Padahal selama kita 
tetap melajani mereka jang berbahasa Tionghoa dengan pers/batjaan Tionghoa, 
mereka tidak akan berusaha beladjar menbatja dan menulis dalam bahasa 
Indonesia. Salah satu faktor penting kenapa sedjak tahun 1963 sampai sekarang 
ada orang-orang yang begitu fanatik mempertahan pers bahasa Tionghoa ialah 
aspek kemersieel jang sangat menguntungkan bagi si penjelenggara.' Ia sendiri 
sendiri sebagai seorang Katolik, berpendapat bahwa KONFUSIANISME DENGAN 
PEMUJAANNYA KEPADA LELUHUR, BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ORIENTASI BANYAK ORANG 
TIONGHOA KEPADA NEGARA LELUHUR MEREKA, TANPA MEMANDANG STATUS NASIONAL 
MASING-MASING. Tetapi ia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini terdapat 
kecenderungan kuat baik, baik dikalangan orang asing maupun WNI keturunan 
Tionghoa ke arah peralihan ke agama Kristen Katolik maupun Protestan. "
{end}
 
Dari tulisannya di atas, terlihat bahwa Sindhunata memang ANTI BHS TIONGHOA dan 
ANTI KHONGHUCU.
 
Menurut Coppel, keputusan penggunaan istilah Tjina dalam Seminar AD ini tidak 
ada hubungannya dengan makalah Lie Tek Tjeng atau Sindhunata. Ini dari halaman 
176:

{begin}
Sekalipun ada dua makalah tentang masalah Tionghoa yang diajukan kepadanya, 
seminar angkatan darat itu hanya mengambil satu keputsan mengenai masalah 
tersebut, dan KEPUTUSAN INI TIDAK BERDASARKAN REKOMENDASI SALAH SATU DI ANTARA 
MAKALAH TERSEBUT.
{end}
--
Uly:
* Masalah kasta, di milis ini pernah ada yang membedakan kasta dari
mereka yang pilih istilah Tionghoa dan mereka yang pilih istilah Cina.
Rupanya ada superior complex dalam penggunaan istilah Tionghoa.
Dari situ gue mendadak dapat pencerahan soal KENAPA SAMPAI TERJADI
perubahan istilah secara resmi ini, baru ngeh baru ngerti, seperti yang
gue kutip kemarin, "terutama untuk menghilangkan rasa rendah diri di
kalangan rakyat kita sendiri, sedangkan di lain pihak menghilangkan rasa
lebih unggul di kalangan kelompok yang bersangkutan di dalam negara
kita". 

KH:
Itu kan alasan 'resmi' mereka. Lu percaya itu alasan sebenarnya?
Coba lu baca kalimat Coppel selanjutnya:
 
{begin}
Karena kebanyakan orang Tionghoa Indonesia merasa istilah Cina sebagai suatu 
hinaan, maka keputusan itu harus dipandang sebagai suatu ungkapan dari perasaan 
anti Tionghoa, khususnya mengingat alasan resmi terakhir yang diberikan untuk 
perubahaan itu.
{end}
 
Coppel juga merefer ke tulisannnya dengan Leo Suryadinata: "The Use of the 
Terms". 
Coba lu baca dulu tulisannya supaya bisa membedakan "panggilan untuk 
merendahkan" dengan "superior complex".
 
Naskahnya bisa dibaca di buku:  , by: Charles A Coppel, Singapore Society of Asian 
Studies, 2002

Bahasa Indonesianya ada di buku: , 
tulisan: Leo Suryadinata, LP3ES, 2002
 
salam,
KH

--- On Fri, 10/3/08, Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Ulysee <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: King Hian: Tidak Memiliki-Tidak pernah 
Kehilangan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 10:29 AM

* Dua orang yang bawa makalah dalam seminar tersebut. Lie Tek Tjeng dan
Sindhunata, 
Lie Tek Tjeng membahas mengenai  istilah, tapi bukan istilah Cina atau
Tionghoa, melainkan istilah Huakiao dan Huayi. 
Lalu apa hubungannya dengan pembahasan kita?

* Gue gak bilang Sindhunata yang meredam, gue bilang Sindhunata yang
jadi trader. 
Disitu khan dia yang kena todong memilih istilah (menurut alkisah)
sehingga dia yang kena tanggungjawab hullaballoo soal istilah ini. Gue
nggak pernah denger nama Lie Tek Tjeng di persalahkan menyangkut
persoalan istilah Cina dan Tionghoa. 

* Lha CAC aja menggunakan istilah KONSESI dan IMBALAN, adanya konsesi
dan imbalan itu biasanya kalau ada bargaining lhoh Kong. Something to
gain and something to give. Dari situ gue menganggap Sindhunata sebagai
trader. Ada argumen lain Kong?

* Masalah kasta, di milis ini pernah ada yang membedakan kasta dari
mereka yang pilih istilah Tionghoa dan mereka yang pilih istilah Cina.
Rupanya ada superior 

Re: [budaya_tionghua] meja altar

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
Sdr. Didi,

Pada prinsipnya barang apapun boleh dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan 
pemiliknya. Jadi meja altar bekas teman Anda itu boleh saja diberikan kepada 
siapapun, dan siapapun bisa/boleh menggunakannya sesuai dengan keperluannya.
Seandainya ada yang ingin menggunakan untuk menyimpan barang di gudang pun, 
boleh2 saja. Jangan pusing dengan sebutan "bekas sembahyang leluhur atau buddha 
atau lainnya", karena meja tetaplah meja.
 
salam,
KH


--- On Sat, 10/4/08, didi ruddy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: didi ruddy <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] meja altar
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 4, 2008, 7:38 AM









dear teman 2 di budaya tionghua
 
Selamat pagi
saya mau tanya  saya dapat dua meja altar bekas teman saya, yang pertama meja 
altar itu bekas teman saya utk sembahyang Buddha dan Bodhisatva dan yang kedua 
meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang almarhum papa dan mama nya . 
karena masih bagus maka dia kasih ke saya. yang saya mau tanyakan apakah boleh 
kedua meja itu utk saya , dan kedua meja tsb saya pakai untuk sembahyang Buddha 
dan Bodhisatva ??
mohon petunjuk dari teman 2.
tks
rudy


Sikap Peduli Lingkungan? 
Temukan jawabannya di Yahoo Answers!  














  

[budaya_tionghua] meja altar

2008-10-03 Terurut Topik didi ruddy
dear teman 2 di budaya tionghua

Selamat pagi
saya mau tanya  saya dapat dua meja altar bekas teman saya, yang pertama meja 
altar itu bekas teman saya utk sembahyang Buddha dan Bodhisatva dan yang kedua 
meja altar itu bekas teman saya utk sembahyang almarhum papa dan mama nya . 
karena masih bagus maka dia kasih ke saya. yang saya mau tanyakan apakah boleh 
kedua meja itu utk saya , dan kedua meja tsb saya pakai untuk sembahyang Buddha 
dan Bodhisatva ??
mohon petunjuk dari teman 2.
tks
rudy


  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Fwd: [budaya_tionghua] Fw: [komunitas-tionghoa] China Keturunan di Indonesia, ada berapa banyak?]

2008-10-03 Terurut Topik BUD'S 1
Mie Instant Korea Merek Nong Shim sekarang ada 2 macam, satu buatan 
Korean dan satu lagi buatan Mainland, yang buatan Mailand lebih murah 
30%an . Rasa, bungkusan semuanya sama.

Salam

 Original Message 
Subject:[budaya_tionghua] Fw: [komunitas-tionghoa] China Keturunan di 
Indonesia, ada berapa banyak?
Date:   Fri, 3 Oct 2008 01:49:04 -0700 (PDT)
From:   King Hian <[EMAIL PROTECTED]>
Reply-To:   budaya_tionghua@yahoogroups.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com



--- On *Fri, 10/3/08, Benny Joe /<[EMAIL PROTECTED]>/* wrote:

From: Benny Joe <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [komunitas-tionghoa] Re: China Keturunan di Indonesia, ada
berapa banyak?]
To: "komunitas-tionghoa" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Friday, October 3, 2008, 2:17 PM

Dear All,

Cukup menarik soal sensus penduduk keturunan Naga di dunia,tertera di
bawa ini,dan soal S dan N Korea cukup menarik sekali.

Waktu berkunjung ke S Korea ternyata banyak sekali para pedagang dan
pekerja disana yg sulit sekali dibedakan selain waktu kita berbicara
dgnnya.Banyak sekali para pedagang asongan atau spt Pasar Malam di
banyak daerah di S Korea dan di banyak daerah ternyata banyak pemilik/
pekerja resto berjubel2 asal Mainland.

Jadi bagi mereka yg bisa berbahasa Mandarin gak usah khawatir jika
ingin berkunjung kesana walaupun disana semuanya tulisan Kanji Korea.

Asumsiku soal sensus penduduk di S Korea sdh pasti di atas satu juta
karena hampir setiap hari ada saja yg tidak ada surat bisa keluar
masuk melalui salah satu kota,lupa namanya,di perbatasan dan tidak
jarang terjadi penggerebekan thd illegal imigran disana.

Dan lucunya lagi banyak Mainland Chinese fasih berbahasa Korea dan
mengerti tradisi dan tata cara hidup org2 Korea disana.Malahan terjadi
persaingan2 cukup sengit hampir di segala bidang termasuk Kimchi made
in China.

Populasi Mainland Chinese di S Korea cukup banyak namun gak bisa
diditeksi karena wajah mereka semuanya sama spt org2 Korea dan justru
hal inilah yg membuat pemerintah Korea kebingungan.

Product China sdh masuk ke S Korea dan hampir merajai seluruh
marketnya dan banyak penduduk disana mengeluh/komplain karena mereka
merasa bhw S Korea negaranya tp dlm kenyataannya tidak.

Berapa sering terjadinya demonstrasi2 soal product Amrik terutama
Daging Sapi yg dianggap mengganggu pasaran kantong penduduk disana tp
dlm kenyatannya product daging sapi ini pelan2 RRT memasoknya juga.

Malahan penduduk Mainland China lebih rajin dan ulet dlm segala hal
dan tidak pernah merasa patah semangat dlm segala hal dan org2 Korea
disana sangat terganggu sekali atas invasi org2 dr Mainland
China...malahan tidak jarang terjadi keributan2 di pasar kaki lima.
dan restoran2 dll.

Org Korea sangat menghormati Mainland Chinese karena keberhasilan RRT
dlm mengolah negara dan productnya dgn harga relatif murah dan sebuah
pelajaran yg sangat baik sekali utk para pedagang Chinese utk tidak
sembarangan dan diwajibkan memperhatikan product2nya juga yg sangat
membahayakan penduduk dunia.

Benny Joe.

On Oct 2, 9:03 pm, Khaidi Wong <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> [ Attached Message ]From:"silvieriady"
<[EMAIL PROTECTED]>To:[EMAIL PROTECTED]:Wed, 01 Oct
2008 18:14:30 -Local:Wed, Oct 1 2008 11:14 amSubject:[everydaymandarin]
China Keturunan di Indonesia, ada berapa banyak?Banyak yang bertanya kepada
saya, sebenarnya ada berapa banyak sih
> orang Tionghoa yang ada di Indonesia?
>
> Orang China asli yang diakui oleh Deplu China adalah warga negara
> (berpaspor) di 3 tempat: China, Taiwan, dan Hongkong (plus Macao).
>
> Orang-orang China yang berwarga negara selain 3 tempat di atas
> dianggap overseas Chinese alias China perantauan (Huaqiao). Di
> Indonesia dikenal dengan sebutan "Keturunan China atau Tionghoa atau
> WNI Keturunan".
>
> Berapa banyak Huaqiao seluruh dunia? Di masing-masing negara?
>
> Saya yakin di milis ini banyak Huaqiao yang sedang membaca ini. Tapi
> tahukah Anda negara apa yang mempunyai Huaqiao paling banyak di
> dunia?
>
> Iya, Indonesia. Ini adalah 20 besar hasil survei Overseas Chinese
> Affairs Commission di Taiwan, yang dikumpulkan dari Deplu dan sensus
> masing-masing negara. Walau surveinya di tahun 2005, tapi saya rasa
> cukup mewakili sampai hari ini.
>
> Jumlah Penduduk
> Negara20052004 Pertumbuhan
>
> 1 Indonesia 7,566,200   7,463,4041.38
> 2 Thailand  7,053,240   7,254,261   -2.77
> 3 Malaysia  6,187,400   6,114,9001.19
> 4 United States 3,376,031   3,280,8232.9
> 5 Singapore 2,684,900   2,650,1001.31
> 6 Canada1,612,173   1,548,6504.1
> 7 Peru  1,300,000   1,300,0000
> 8 Vietnam   1,263,570   1,246,845   

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
Uly:
Huehehehehe, ya deh gue ngerti, lu mau membelokkan masalah jati diri ke urusan  
hilangnya bahasa Tionghoa gitu yah. 
 
KH:
Coba diriviu lagi:
 
Lu bilang: LPKB jadi penjahat or pahlawan tergantung siapa yang nilai,
Gua bilang:
    Orang2 LPKB adalah PAHLAWAN bagi:
    - Cina yang sudah tidak ingin jadi Cina lagi
    - Pendukung konsep asimilasi (tidak mesti Cina)
    - Rezim Orba
    - Orang2 yang anti keberagaman
 
    tapi mereka adalah PENJAHAT bagi:
    - Tionghoa yang dipaksa meninggalkan jati dirinya
    - Pendukung konsep itegrasi
    - Pencinta kebudayaan Tionghoa (tidak harus orang Tionghoa)
    - Penganut agama Tionghoa (terutama KHC)

 
Terus lu bilang:
   Hmm, we'll see. Gue ini :
   - cina yang masih bangga jadi cina
   - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak
   - pendukung konsep hidup berdampingan secara damai - apa pun namanya,
     mau integrasi kek, asimilasi kek, yang penting damai
   - reformis
   - pecinta kebudayaan tionghoa
   - orang yang terbiasa dengan keragaman
   - penganut faham freethinker, tidak terikat agama manapun
 
Logika gua sih begini:
Kalo lu emang :
-pecinta kebudayaan tionghoa
-belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa atau tidak
kudunya lu gak setuju pelarangan bhs Tionghoa, gak setuju asimilasi yang 
dipaksakan, dll
 
Terus gua kasih contoh bahwa lu gak bisa bhs Mandarin itu krn "jasa" orba (yang 
didukung oleh orang2 LPKB). Tapi karena lu gak ngerasa, ya sudah. 
 
Artinya lu memang gak bisa melihat peranan orang2 LPKB dalam membonsai budaya 
Tionghoa di Indonesia. Gitu saja neng.
---
Uly:
Menurut gue, seandainya pun tionghoa tionghoa dibiarkan bebas dengan bahasanya 
sendiri, 
tidak akan berbeda banyak dengan  keadaan jaman sekarang, 
malahan mungkin lebih parah. 
 
KH:
Kalau orang Tionghoa di Indonesia dibiarkan bebas berbahasa Tionghoa, kemudian 
karena kemauan sendiri meninggalkan bahasanya  -> ini urusan lain neng!
Yang penting tidak dilarang, tidak dipaksa begitu begini
---
Uly: 
Gue perbandingkan aja dengan temen-temen gue, yang Jawa, yang Sunda, 
saat ini mereka sendiri ngerasa, bahwa kemampuan mereka "berbahasa ibu" (minjem 
istilah elu)
sudah sangat-sangat berkurang dibandingkan angkatan yang sebelumnya. 
Padahal bokap nyokapnya masih bisa kok berbahasa jawa halus, berbahasa Sunda 
lemes, 
lha kok anaknya sama kayak gue - yang lu anggap 'tercabut dari akar ' gitu?
padahal nggak ada lhoh larangan berbahasa Jawa dan Sunda.  
 
KH:
Berkurangnya kemampuan penutur bhs2 daerah terjadi di mana2, di luar pulau Jawa 
malah lebih parah lagi. Tetapi, sekali lagi, mereka tidak dipaksa atau 
dilarang. Ini yang penting.
Kalau orang Sunda yang tinggal di daerah Sunda, seharusnya masih bisa berbhs 
Sunda. Dan mereka berbhs Sunda lebih baik daripada neng Uly berbhs Hokkian. 
Orang Jawa yang tinggal di Jawa juga pasti bhs Jawanya lebih baik daripada bhs 
Hokkian neng Uly.
 
-
Uly:
Begitu pun di Singapura
Nggak ada larangan berbahasa mandarin. 
Tapi angkatan gue disana lebih nyaman saling bicara dengan bahasa Inggris tuh, 
biarpun mandarinnya nggak sekacau gue sih.  
 
KH:
Di Singapura ada golongan yang 'lebih modern', yang berbahasa Inggris. 
Belakangan, ada gerakan bagi mereka untuk menggunakan bhs Mandarin (speak 
mandarin campaign).
Gimana kalo kita kumpulin 20 orang Singapura dan 20 orang Jawa secara acak, 
terus dites 
kemampuan bahasa Tionghoanya (Mandarin + dialek). Menurut lu siapa yang menang?
 
-
Uly:
Coba 20 taon yang lalu, seandainya pun bahasa Mandarin di bebaskan untuk 
dipelajari, 
gue yakin lebih laku tempat kursus bahasa Inggris.  
 
KH:
Bisa jadi, kalo Cina2 di sini adalah pengikut LPKB semua. Kalo perlu sekalian 
buka klinik untuk ganti kulit, operasi mata, dan ganti darah, supaya ciri2 
fisik sbg Cina nya habis.
-
Uly:
Jadi kalau nggak bisa bahasa mandarin, ya nggak perlu nuding ORBA jadi kambing 
item lrrr.
 
KH:
Tergantung siapa yang menilai. Bagi pendukung LPKB, ORBA adalah pahlawan. 
 
Lu kan suka ngutip Charles A Coppel. Ini gua kutip sedikit tulisannya dari 
 tulisan Charles A. Choppel:
 
{begin}
This ban produces the absurd result that Chinese dictionaries in Indoensia have 
to be in romanized script. I still remember being bemused in Gunung Agung 
bookshop in Jakarta to see, side by side, a Japanese dictionary using the 
Chinese-derived kanji characters and a Chinese dictionary in romanised script. 
Once again, there is a clearly discriminatory ban: there is no similar ban on 
other non-romanised scripts.
{end}
 
KH

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Ulysee <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBK

[budaya_tionghua] Menantu Oei Tiong Ham wafat.

2008-10-03 Terurut Topik raharjo irawan
Semarang, 4 Oktober 2008.

Pada hari Selasa 30 September 2008 jam 08.00 telah meninggal dunia salah satu 
menantu dari Oei Tiong Ham, yaitu istri dari Oei Tjong Bo ( 1922 - ? ) dalam 
usia 84 tahun. Almarhumah bernama Tjeng Djai Ngo

Irawan R


  


RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
Pak Suryasmoro,
Terima kasih atas informasinya, nanti saya coba cari buku tsb.
 
Salah satu informasi tentang Pater Beek ini ada di buku  tulisan Benny G. Setiono, di situ dituliskan:
 
{begin}  "... Ternyata dalam aksi-aksi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI 
menentang PKI dan kemudian Presiden Soekarno, besar sekali peranan seorang 
rohaniawan Katolik (Pater) yang bernama Joop Beek. Pater Beek menurut 
pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi otak dan konseptor 
pendongkelan Presiden Sukarno karena ia sangat membenci komunisme. Menurutnya 
sebagai orang Katolik ia sangat membenci komunisme, karenanya seluruh 
sekutu-sekutu komunis dan unsur-unsur kiri harus dilawan dan dihancurkan, 
termasuk Presiden Sukarno yang dianggapnya sangat dekat dengan PKI. Jadi tujuan 
akhirnya adalah penggulingan Presiden Sukarno, melalui aksi-aksi mahasiswa dan 
kerja sama dengan militer.
 Malahan menurut Jos Hagers dalam artikelnya di harian Belanda De Telegraaf 
tanggal 20 Juli 1993, Pater Joop Beek adalah otak kudeta 1965 yang bertujuan 
untuk memancing perebutan kekuasan oleh Jendral Soeharto dan memungkinkan 
pendongkelan Presiden Sukarno.
 Selanjutnya dinyatakan bahwa Pater Beek mempunyai pengaruh besar terhadap 
kalangan mahasiswa. Apapun akan ditempuhnya asal Indonesia tidak jatuh ke 
tangan komunis. Ia juga yang kelak berperan mendirikan CSIS dan menjadi 
otaknya. Namun sejak 1981 Pater Beek mulai kehilangan peranannya dan kemudian 
tersingkir. Kepada Oei Tjoe Tat, Pater Beek juga mengaku terus terang, bahwa ia 
sangat menyesal dan kecewa ikut mendongkel Presiden Sukarno, karena 
pemerintahan penggantinya yang dipimpin Soeharto ternjata jauh lebih jelek dari 
perkiraannya, bahkan lebih jelek dari pemerintahan Sukarno. Itu sebabnya ia 4 
kali ziarah ke makam Bung Karno untuk mohon ampun atas segala dosa-dosanya. 
Setelah sakit keras Pater Beek meninggal dunia pada 1983 di Singapura.
...
   Sementara itu para tokoh peranakan Tionghoa yang pada umumnya berkerumun di 
sekitar Partai Katholik/PMKRI/LPKB di bawah koordinasi Pater Beek dan dukungan 
Mayjen Ali Moertopo dan Mayjen Soedjono Hoemardani - keduanya pimpinan Operasi 
Chusus (Opsus) dan Asisten Pribadi (Spri/Aspri) Presiden Soeharto - pada 1 
September 1971 mendirikan Centre for Strategic and International Studies 
(CSIS). Lembaga inilah yang dijadikan "think tank", peletak dasar konsep 
pemerintahan dan kebijaksanaan politik Orde Baru. ...''   {end}
 
Dari tulisan di atas, tidak jelas apakah Pater Beek, selain membenci 
komunisme, juga membenci kebudayaan Tionghoa. Mungkin saja ia juga membenci 
kebudayaan Tionghoa. Atau mungkin ia bergabung dengan kelompok agama dan 
tentara (yang kurang suka kebudayaan Tionghoa), karena mempunyai musuh yang 
sama (kelompok komunis).
 
Yang sering dipermasalahkan di sini adalah konsep asimilasi yang didukung oleh 
orang2 LPKB versus integrasi yang didukung oleh Baperki. Masalah ini juga yang 
"sedang diributin" sekarang ini.
 
Konsep asimilasi dianggap 'menghilangkan budaya Tionghoa' sehingga banyak orang 
yang menganggap orang2 LPKB (termasuk orang2 CSIS) anti kebudayaan Tionghoa.
Berikut adalah beberapa item dalam Piagam Asimilasi 16 Jan 1961 (perhatikan 
yang diketik dengan huruf besar):
 
{begin}  Dalam hubungan masalah WNI "Keturunana Tionghoa" asimilasi berarti 
masuk dan diterimanya orang-seorang yang berasal keturunan Tionghoa ke dalam 
tubuh bangsa (nation) Indonesia tunggal sedemikian rupa sehingga akhirnya 
GOLONGANNYA SEMULA YANG KHAS TAK ADA LAGI.
...
Bertekad untuk menyatukan diri dengan rakyat Indonesia keseluruhannya sebagai 
orang Indonesia sejati dan patriotik, tidak menyetujui dan menghilangkan sikap 
dan tindakan yang bertentangan dengan tekad ini.
Konsekwensinya adalah MENINGGALKAN GOLONGAN KETURUNAN TIONGHOA DAN TIDAK INGIN 
MEMPERTAHANKAN GOLONGAN TERSEBUT SEBAGAI GOLONGAN. {end}
 
"Kekesalan" terhadap orang2 CSIS (dan Pater Beek) juga terjadi pada teman2 
Muslim. Berikut adalah contoh tulisan tentang Pater Beek:
http://swaramuslim.net/more.php?id=A891_0_1_0_M
 
Juga ada tulisan (yang katanya) ditulis oleh George J. Aditjondro:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/03/06/0161.html

salam,
KH
 

--- On Fri, 10/3/08, suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: suryasmoro benyamin <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan 
pemberangusan budaya/agama tionghoa ?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 10:30 PM











Sahabat, saya sangat senang dengan topik Pater Beek ini. Saya sungguh berterima 
kasih bila teman-teman membeberkan bagaimana sejarahnya sehingga Pater Beek ini 
disebut otak dibelakang pemberangusan budaya tionghoa. 
Sekedar informasi, saya mengikuti milis lain bernama Roh Merto. Milis ini 
berisi para pastor (pendeta katolik) dan mantan calon pastor yang pernah studi 
di seminari (sekolah calon pastor) Mertoyudan, Magelang. Yang menarik, di milis 
ini sekarang juga sedang memb

Re: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
Yeahh bagi mereka yang berpendapat pribadi memang seperti itu, dan 
karena itu bisa bergabung di millis BT,

Dan yang aku tulis bukan mengenai jelek menjelekannya, melainkan pola 
penyebaran dari agama Semit dan non Semit.

Apakah pola tersebut bisa diterima ?

sur.
http://indolobby.blogspot.com
- Original Message - 
From: "Hendra Tan" <[EMAIL PROTECTED]>


> Buat saya pribadi sih, mencari anak domba tidak perlu dgn cara menjelekkan 
> gembala lain.
>
> Kalau para gembala sibuk saling menjelekkan bisa2 anak dombanya gak 
> keurus.
>
> Tapi ini pendapat pribadi lho.
>
> Salam
> HT
>
>
> -Original Message-
> From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED]>
> From: "Hendra Tan" <[EMAIL PROTECTED]>
> cut--->
>> Alangkah baiknya kalau masing2 umat hanya mengurusi dan beribadah sesuai
>> agama & kepercayaannya masing2 tanpa perlu menjelekkan agama / 
>> kepercayaan
>> lain.
> +++
> Untuk agama non Semit hal itu bisa dilakukan, karena agama non Semit bukan
> agama ofensif, sedang agama semit ( kecuali Jews ) sulit untuk tidak ikut
> campur agama lain, karena ajarannya memang lebih ofensif alias mengajak 
> umat
> lain supaya pindah.
>
> Memang beberapa tahun lalu Paus Yohannes pernah mengeluarkan fatwa agar
> seluruh umat Katholik untuk tidak lagi mencari anak domba yang nyasar,
> melainkan menjaga domba yang sudah ada, karena domba yang sudah ada saja
> masih pada nyasar kemana mana, sehingga para gembala nya kelimpungan nyari
> domba yang nyasar.
>
> Jadi ...
>
> Hidup Amerikaaa:o(
>
> sur.
>>
>> Sekian dulu komentar saya, mohon maaf kalau ada ucapan yg salah /
>> menyinggung.
>>
>> Salam,
>> Hendra



Re: [budaya_tionghua] Re: Tan Malaka...

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
Orat oret mengenai Tan Malaka, bisa dibilang sosok ini termasuk fenomenal di 
jamannya ( mulai dari Sumpah Pemuda  sd Kemerdekaan ), aku baca di wikipedia 
juga menonton cuplikan Kisah Tan Malaka di TV 7, sungguh sosok aneh, dimana 
pengembaraannya bisa dibilang sulit di ikuti oleh siapapun di saat itu, 
mulai dari Indonesia, Belanda, Jerman, RRT, Rusia, Singapore, Thailand, dan 
dari banyaknya pengembaraan yang membuat bertambah bobotnya ternyata masih 
juga banyak menulis buku, serta masih sempat juga menjadi guru di RRT.

Baru baru ini aku bertemu dengan 'seseorang' yang mengenal sosok Tan Malaka 
dari sudut pandang lain, dan sedikit cocok dengan apa yang tertulis mengenai 
Tan Malaka di paragraf terakhir.
Mistis yang tidak mistis.
Bila membaca tulisannya ( manilog dan satu lagi, yang sering aku lupa ), 
sosok Tan memang tidak percaya Mistis, Islam tulen dilain pihak memang 
memiliki kemampuan mistis.
Dengan menggabungkan semua tulisan yang ada mengenai Tan Malaka ( google, 
buku karangannya, hasil study ), minimal sosok Tan Malaka adalah sosok yang 
penuh dengan kejutan, dan .konon pencetus ide mengapa Indonesia 
harus merdeka pada Tgl 17 Agustus 1945, padahal pada saat itu Belanda 
melalui Van Mook sudah hampir sepakat setuju untuk " memberi kemerdekaan 
kepada Indonesia ", dan ini didahului oleh kelompok Tan Malaka karena 
kemerdekaan berdasarkan pemberian bukanlah kemerdekaan.

Aku sebenarnya sudah sering bertanya mengenai sosok ini sejak lama ( gara 
gara buku sejarah mengenai pahlawan Hang Tuah, Hang Lekir dan Hang Lekiu, 
jadi merembet ke sosok Tan Malaka yang sama sama berkisah mengenai Malaka 
biarpun kurang nyambung ).

Semakin kemari sosok Tan Malaka sedikit demi sedikit terkuak, biarpun akan 
tetap penuh dengan kontroversi, semisal menurut orang yang aku kenal, beliau 
bilang bahwa Tan Malaka tidak mati karena di tembak, melainkan 
'menghilangkan diri' dan tidak muncul lagi karena memang lelakonnya untuk 
Indonesia sudah tamat.
Juga kurang cocok dengan Jendral Sudirman yang dimata Tan Malaka terlalu 
loyo, entah mana yang sahih.

Sayang memang Cang Ato memberangus kisah manusia manusia Indonesia sejak 
Soempah Pemoeda sampai ke 65-an, sehingga sejarah yang sering terbaca hanya 
korban G30S semata.

Eniwe terima kasih atas beberapa Info mengenai Tan Malaka, bila memang ada 
lagi informasi tambahan aku sangat berterima kasih.

sur.
http://indolobby.blogspot.com
- Original Message - 
From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]>


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tan Malaka kelahiran Suliki diSumatera Barat dan keturunan ningrat
setempat. Nama lengkapnya adalah Datuk Ibrahim gelar Sutan Malaka.
Mendapat bea-siswa pemerintah belanda dan sekolah diHaarlem - the
Netherlands. Dia disana mendapat inspirasi dari revolusi Russia dan
sisanya kalian tahu.
> Andreas
>

**  Ini ada tulisan mengenai tempat kelahiran Tan Malaka:

Mengunjungi Rumah Tan Malaka

Oleh: Febrianti


MENCARI rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandan Gadang, Kabupaten
Limapuluh Kota, sebenarnya cukup mudah. Ikuti saja Jalan Tan Malaka,
salah satu jalan utama di Kota Payakumbuh arah ke luar kota.

Jalan raya ini terbentang sepanjang 48 kilometer dari Pusat Kota
Payakumbuh hingga ke Koto Tinggi di Kabupaten Limapuluh Kota. Jalan
dengan aspal mulus ini akan melewati rumah Tan Malaka di Pandan
Gadang. Berhenti di Nagari Pandan Gadang, semua orang tahu di mana
rumah Tan Malaka.

Nagari Pandan Gadang, seperti banyak pedesaan di Ranah Minang,
perbukitan yang hijau permai. Terletak di lembah di kaki bukit dengan
sawah yang berundak-undak serta puluhan pohon kelapa di pinggirnya,
benar-benar hijau permai. Air yang mengalir juga jernih dan dingin.

Rumah Tan Malaka hanya sekitar 100 meter menuruni jalan setapak dari
jalan raya itu. Ada rumah adat minang bergonjong  dan tua. Di bagian
depan teras tertulis "Tan Malaka".

Rumah itu adalah rumah adat Tan Malaka yang dihuni turun-temurun oleh
keluarganya dari pihak ibu, sesuai garis keturunan materilineal di
Minangkabau.

Rumah ini terlatak di tepi sawah dan diapit puluhan pohon kelapa yang
tinggi, terpencil dari rumah lainnya. Suasana begitu tenang. Di depan
rumah terdapat 11 kolam ikan yang ditumbuhi teratai, namun berair
jernih. Di depan rumah kelihatan bukit batu putih, ditumbuhi pinus
dan perdu.

Rumah ini terletak di lembah yang subur. Suasana amat tenang, hanya
suara air yang mengaliri sawah yang terdengar.  Di rumah itu kini
tinggal Indra Ibnur Ikatama, 38 tahun, bersama keluarganya, seorang
istri bernama Erni Erlina, dengan empat anak yang paling besar 14
tahun dan paling kecil 2 tahun. Indra sehari-hari mengolah sawah,
ladang, dan kolam di tanah warisan. Istrinya guru SD Negeri 01 Pandan
Gadang, tak jauh dari rumah itu.

Indra adalah satu-satunya keturunan keluarga Tan Malaka dari garis
ibu yang tinggal di kampung. Indra adalah cicit saudara perempuan
dari ibu Tan Malaka. Ibu Tan Malaka bernama Sinah, hanya memilik

[budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
--- deleted--

> Memang beberapa tahun lalu Paus Yohannes pernah mengeluarkan fatwa 
agar  seluruh umat Katholik untuk tidak lagi mencari anak domba yang 
nyasar, melainkan menjaga domba yang sudah ada, karena domba yang sudah 
ada saja masih pada nyasar kemana mana, sehingga para gembala nya 
kelimpungan nyari domba yang nyasar.
> 
> sur.


*** Bagaimana kalau gembala yang nyasar? di pegunungan Alpen seringkali 
gembala asal menggebah sapi, akhirnya memenuhi jalan desa, kita yang 
gak bisa lewat. By the way, dahulu saya kira sapi selalu baik budi, 
ternyata, entah mengapa, saya pernah dikejar sapi..Ini mungkin kharma, 
karena saya suka makan steak...

Salam

Danardono





RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik suryasmoro benyamin
Sahabat, saya sangat senang dengan topik Pater Beek ini. Saya sungguh berterima 
kasih bila teman-teman membeberkan bagaimana sejarahnya sehingga Pater Beek ini 
disebut otak dibelakang pemberangusan budaya tionghoa. 
Sekedar informasi, saya mengikuti milis lain bernama Roh Merto. Milis ini 
berisi para pastor (pendeta katolik) dan mantan calon pastor yang pernah studi 
di seminari (sekolah calon pastor) Mertoyudan, Magelang. Yang menarik, di milis 
ini sekarang juga sedang membicarakan Pater Beek, tapi dari sisi 
"kepahlawanannya". Ditulis di milis itu:. "Telah terbit dan telah 
diluncurkan buku Biografi Pater Joseph Beek SJ ( 1917-1983 ) "LARUT TETAPI 
TIDAK HANYUT ", yang ditulis oleh kawan kita alumni Merto JB. Sudarmanta. Buku 
telah diluncurkan bertepatan dengan peringatan 25 tahun wafatnya Pater Beek SJ 
di Girisonta tanggal 19 September 2008 yang disaksikan oleh sekitar 650 orang 
yang datang dari berbagai kota termasuk ujung barat nusantara yaitu Medan dan 
ujung timur dari Papua. Sebagai penanggap dan komentar buku biografi Pater Beek 
SJ; Romo Ageng Marwata SJ, Rektor / Kepala Yayasan Kolese de Britto Yogya/ Sek. 
eksekutif Sanata Dharma; Trias Kuncahyono dan Harry
 Tjan Silalahi. Siapakah Pater Beek dan apakah Khasebul ? Silahkan baca dan 
miliki buku Biografi Pater Joseph G. Beek SJ yang diterbikan oleh Penerbit Obor 
Jakarta. " 
    Sahabat, karena aku peneliti, kesaksian teman-teman tionghua yang merasa 
menjadi korban Pater Beek sangat bermakna bagiku. Saya sangat mendukung bila 
teman dari milis budaya tionghua ikut meresensi buku itu baik di milis ini 
maupun di media. Jadi, mohon diskusinya dilanjutkan...
Terima 
 
 
 

--- On Fri, 10/3/08, Hendra Tan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Hendra Tan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan 
pemberangusan budaya/agama tionghoa ?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 7:31 AM






Buat saya pribadi sih, mencari anak domba tidak perlu dgn cara menjelekkan 
gembala lain.

Kalau para gembala sibuk saling menjelekkan bisa2 anak dombanya gak keurus.

Tapi ini pendapat pribadi lho.

Salam
HT

-Original Message-
From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED] net.id>
Sent: Friday, 3 October 2008 9:23 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan 
pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

From: "Hendra Tan" <[EMAIL PROTECTED] com>
cut--->
> Alangkah baiknya kalau masing2 umat hanya mengurusi dan beribadah sesuai 
> agama & kepercayaannya masing2 tanpa perlu menjelekkan agama / kepercayaan 
> lain.
+++
Untuk agama non Semit hal itu bisa dilakukan, karena agama non Semit bukan 
agama ofensif, sedang agama semit ( kecuali Jews ) sulit untuk tidak ikut 
campur agama lain, karena ajarannya memang lebih ofensif alias mengajak umat 
lain supaya pindah.

Memang beberapa tahun lalu Paus Yohannes pernah mengeluarkan fatwa agar 
seluruh umat Katholik untuk tidak lagi mencari anak domba yang nyasar, 
melainkan menjaga domba yang sudah ada, karena domba yang sudah ada saja 
masih pada nyasar kemana mana, sehingga para gembala nya kelimpungan nyari 
domba yang nyasar.

Jadi  ...

Hidup Amerikaaa. . ..:o(

sur.
>
> Sekian dulu komentar saya, mohon maaf kalau ada ucapan yg salah / 
> menyinggung.
>
> Salam,
> Hendra 

 














  

Re: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina)

2008-10-03 Terurut Topik Narpati Pradana
Memang gak perlu ditanggapi...

Umar ibn Khattab adalah yang memperbolehkan orang-orang Yahudi kembali ke
Yerusalem. Silakan kaum fanatik berteriak-teriak anti Yahudi kalau
kenyataannya sahabat Nabi sendiri yang justru menempatkan kembali
orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem.

Tabib-tabib pribadi Shalahuddin Al-Ayyubi adalah orang-orang Yahudi. Silakan
para fanatik yang gak perduli bom-nya ikut membunuh orang-orang yang tak
terlibat perang teriak-teriak anti Yahudi kalau kenyataannya seorang mujahid
sesungguhnya mempercayai tabib-tabib Yahudi sebagai tabib2 pribadinya.

Bahkan, Ahmadinejad yang anti Israel ternyata santai-santai saja saat
bertemu dengan Naturei Karta.


Seperti yang disebut ABS,
Palestina itu bukan masalah agama. Berawal dari salah manajemen Inggris
setelah menerima Palestina dari Turki ditambahkan bumbu provokasi sana-sini,
ditambah paranoid yang akhirnya malah saling menzalimi.

Mujahid sesungguhnya adalah yang bersedia melakukan perjanjian seperti
piagam Madinah. Bahkan bersedia mengorbankan beberapa kepentingannya bila
memang dibutuhkan untuk keberlangsungan perdamaian seperti perjanjian
Hudaibiyah. Bukan sosok yang teriak-teriak di Masjid mengobarkan kebencian
apalagi yang beraninya cuma membunuh orang-orang yang tak berperang tetapi
gak berani dihukum mati.

Bukan masalah moderat atau radikal, tetapi seorang mujahid tidak akan
melewati batas, tidak akan membanggakan dirinya sendiri atas keberhasilannya
'membunuh musuh', tidak akan berjalan di muka bumi dengan sombong merasa
surga pasti akan didapat.


2008/10/3 Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>

>Wah, bagus nih!
> ALS sianseng lulus fit and proper test untuk bergabung di milisnya fefei
> fairy, zebaoth jehova, kafirun murtadin, cs. itu...
>
> Sementara banyak orang kerepotan untuk unsubscribe menghindari banjir
> kiriman posting dari mereka-mereka itu, hebat sekali ada sianseng ini, siapa
> pun nama betulnya, yang justru ingin bergabung.
>
> Eh, atau barangkali saya saja yang bodoh dan naif, koq nggak menangkap gaya
> posting-nya yang sama-sebangun! Jangan-jangan "als" ini pianhoa-nya "feifei
> fairy" ya? Ha ha ha...
>
> Ya udah deh, stop... stop... posting-an saya short selling, eh salah lagi,
> cut short sampai di sini saja
>
> Wasalam.
>
> --
>
>
>
> - Original Message -
>  *From:* als <[EMAIL PROTECTED]>
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Sent:* Friday, October 03, 2008 11:14 AM
> *Subject:* RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
> menggunakan kata Cina)
>
>   *Meskipun kata Pak ABS urusan umat Islam tak ada hubungannya dgn milis
> ini tapi sebagai informasi mungkin tanggapan saya ini cukup penting untuk
> diketahui oleh rekan-rekan lain di sini yang belum mengetahuinya. Banyak
> Muslim "moderat" seperti Pak ABS ini sering berkilah bahwa yang
> membenci/memusuhi orang Yahudi/kafir/Tionghoa non-Muslim hanyalah kelompok
> radikal saja spt FPI, HTI, JI, dlsb. Nah, ada dua kemungkinan: yang pertama
> Muslim spt pak ABS ini tidak benar-benar mempelajari Al Qur'an, Hadits
> (Bukhari, Muslim, dll), dan Sirah Nabi dan yang kedua, Muslim spt pak ABS
> ini tidak sepenuhnya menjalankan perintah Nabi/Allah dalam Qur'an dan tidak
> mengikuti sunnah Nabi. Orang-orang Muslim seperti Amrozi cs lah yang
> sesungguhnya dengan penuh ketakwaan menjalankan perintah Allah (tentu saja
> lewat Nabi Muhammad) sebagaimana yang jelas-jelas tercantum dalam Al Qur'an
> dan menjalankan Sunnah Nabi (sebagaimana jihad yang beliau pimpin/laksanakan
> sendiri sewaktu beliau masih hidup.) Adakah kemungkinan-kemungkinan lainnya
> yang bisa teman-teman ajukan di forum ini? *
>
> **
>
> *Salam Kebenaran,*
>
> *als*
> .
>
>  --
>
>
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG - http://www.avg.com
> Version: 8.0.173 / Virus Database: 270.7.5/1703 - Release Date: 10/2/2008
> 7:46 AM
>
>  
>



-- 
help thy brother, just or unjust


RE: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik Hendra Tan
Buat saya pribadi sih, mencari anak domba tidak perlu dgn cara menjelekkan 
gembala lain.

Kalau para gembala sibuk saling menjelekkan bisa2 anak dombanya gak keurus.

Tapi ini pendapat pribadi lho.

Salam
HT


-Original Message-
From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, 3 October 2008 9:23 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan 
pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

From: "Hendra Tan" <[EMAIL PROTECTED]>
cut--->
> Alangkah baiknya kalau masing2 umat hanya mengurusi dan beribadah sesuai 
> agama & kepercayaannya masing2 tanpa perlu menjelekkan agama / kepercayaan 
> lain.
+++
Untuk agama non Semit hal itu bisa dilakukan, karena agama non Semit bukan 
agama ofensif, sedang agama semit ( kecuali Jews ) sulit untuk tidak ikut 
campur agama lain, karena ajarannya memang lebih ofensif alias mengajak umat 
lain supaya pindah.

Memang beberapa tahun lalu Paus Yohannes pernah mengeluarkan fatwa agar 
seluruh umat Katholik untuk tidak lagi mencari anak domba yang nyasar, 
melainkan menjaga domba yang sudah ada, karena domba yang sudah ada saja 
masih pada nyasar kemana mana, sehingga para gembala nya kelimpungan nyari 
domba yang nyasar.

Jadi ...

Hidup Amerikaaa:o(

sur.
>
> Sekian dulu komentar saya, mohon maaf kalau ada ucapan yg salah / 
> menyinggung.
>
> Salam,
> Hendra 



Re: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik gsuryana
From: "Hendra Tan" <[EMAIL PROTECTED]>
cut--->
> Alangkah baiknya kalau masing2 umat hanya mengurusi dan beribadah sesuai 
> agama & kepercayaannya masing2 tanpa perlu menjelekkan agama / kepercayaan 
> lain.
+++
Untuk agama non Semit hal itu bisa dilakukan, karena agama non Semit bukan 
agama ofensif, sedang agama semit ( kecuali Jews ) sulit untuk tidak ikut 
campur agama lain, karena ajarannya memang lebih ofensif alias mengajak umat 
lain supaya pindah.

Memang beberapa tahun lalu Paus Yohannes pernah mengeluarkan fatwa agar 
seluruh umat Katholik untuk tidak lagi mencari anak domba yang nyasar, 
melainkan menjaga domba yang sudah ada, karena domba yang sudah ada saja 
masih pada nyasar kemana mana, sehingga para gembala nya kelimpungan nyari 
domba yang nyasar.

Jadi ...

Hidup Amerikaaa:o(

sur.
>
> Sekian dulu komentar saya, mohon maaf kalau ada ucapan yg salah / 
> menyinggung.
>
> Salam,
> Hendra 



[budaya_tionghua] Re: Tan Malaka...

2008-10-03 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tan Malaka  kelahiran Suliki diSumatera Barat dan keturunan ningrat 
setempat. Nama lengkapnya adalah Datuk Ibrahim gelar Sutan Malaka. 
Mendapat bea-siswa pemerintah belanda dan sekolah diHaarlem - the 
Netherlands.  Dia disana mendapat inspirasi dari revolusi Russia dan 
sisanya kalian tahu.
> Andreas
> 

**  Ini ada tulisan mengenai tempat kelahiran Tan Malaka:

Mengunjungi Rumah Tan Malaka

Oleh: Febrianti


MENCARI rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandan Gadang, Kabupaten 
Limapuluh Kota, sebenarnya cukup mudah. Ikuti saja Jalan Tan Malaka, 
salah satu jalan utama di Kota Payakumbuh arah ke luar kota.

Jalan raya ini terbentang sepanjang 48 kilometer dari Pusat Kota 
Payakumbuh hingga ke Koto Tinggi di Kabupaten Limapuluh Kota. Jalan 
dengan aspal mulus ini akan melewati rumah Tan Malaka di Pandan 
Gadang. Berhenti di Nagari Pandan Gadang, semua orang tahu di mana 
rumah Tan Malaka.

Nagari Pandan Gadang, seperti banyak pedesaan di Ranah Minang, 
perbukitan yang hijau permai. Terletak di lembah di kaki bukit dengan 
sawah yang berundak-undak serta puluhan pohon kelapa di pinggirnya, 
benar-benar hijau permai. Air yang mengalir juga jernih dan dingin.

Rumah Tan Malaka hanya sekitar 100 meter menuruni jalan setapak dari 
jalan raya itu. Ada rumah adat minang bergonjong  dan tua. Di bagian 
depan teras tertulis "Tan Malaka".

Rumah itu adalah rumah adat Tan Malaka yang dihuni turun-temurun oleh 
keluarganya dari pihak ibu, sesuai garis keturunan materilineal di 
Minangkabau.

Rumah ini terlatak di tepi sawah dan diapit puluhan pohon kelapa yang 
tinggi, terpencil dari rumah lainnya. Suasana begitu tenang. Di depan 
rumah terdapat 11 kolam ikan yang ditumbuhi teratai, namun berair 
jernih. Di depan rumah kelihatan bukit batu putih, ditumbuhi pinus 
dan perdu.

Rumah ini terletak di lembah yang subur. Suasana amat tenang, hanya 
suara air yang mengaliri sawah yang terdengar.  Di rumah itu kini 
tinggal Indra Ibnur Ikatama, 38 tahun, bersama keluarganya, seorang 
istri bernama Erni Erlina, dengan empat anak yang paling besar 14 
tahun dan paling kecil 2 tahun. Indra sehari-hari mengolah sawah, 
ladang, dan kolam di tanah warisan. Istrinya guru SD Negeri 01 Pandan 
Gadang, tak jauh dari rumah itu.

Indra adalah satu-satunya keturunan keluarga Tan Malaka dari garis 
ibu yang tinggal di kampung. Indra adalah cicit saudara perempuan 
dari ibu Tan Malaka. Ibu Tan Malaka bernama Sinah, hanya memiliki dua 
anak laki-laki, Ibrahim Datuk Tan Malaka (Tan Malaka) dan adiknya 
Kamaruddin.

Sinah hanya dua bersaudara dengan Janah, juga perempuan. Indra adalah 
cicit dari Janah. Beberapa cicit lainnya tinggal di daerah lain, 
umumnya di Jakarta.

"Sebagai laki-laki sebenarnya saya tidak berhak tinggal di rumah ini, 
membawa keluarga tinggal di sini, tapi karena tak ada lagi keluarga 
yang berada di kampung selain saya, saya dipaksa menghuni rumah ini, 
setelah ibu saya meninggal," kata Indra.

 

Lahir di Surau

Rumah bagonjong milik keluarga Tan Malaka masih kokoh berdiri. 
Atapnya seng bergonjong 5 dengan banyak jendela berkaca patri. 
Beberapa kaca sudah pecah. Dindingnya kayu dan anyaman bambu. 
Lantainya juga kayu.

"Rumah ini dibangun sejak 1826, Tan Malaka dibesarkan sampai remaja 
di sini, yang pernah diganti hanya tonggak bagian bawah yang 
berhubungan dengan tanah karena lapuk dan atap, selebihnya masih asli 
dari kayu surian," katanya.

Selain Nagari Pandan Gadang, rumah inilah satu-satunya warisan yang 
masih bisa dilihat berhubungan dengan Tan Malaka. Sebenarnya Tan 
Malaka tidak lahir di sana, pahlawan kemerdekaan Indonesia itu lahir 
pada 1897 di surau tak jauh dari rumah gadang itu. Waktu itu surau 
kecil tersebut juga dijadikan rumah tempat tinggal.  

Surau yang tak jauh dari rumah gadang itu juga tempat ia lebih banyak 
menghabiskan waktu "diasah" sebagai lelaki minang. Namun surau itu 
tak ada lagi, tinggal tanah lokasi tempatnya berdiri, yang telah 
berubah menjadi sawah.

Saat naik ke rumah ini, menaiki undakan setinggi 1,5 meter, ada ruang 
tamu dan ruang keluarga di sebelah kiri tangga. Di ruang keluarga itu 
ada 4 ruangan yang dulunya untuk kamar. Ruangan itu disulap jadi 
kamar tanpa sekat papan, tetapi hanya diberi kelambu, termasuk bekas 
kamar Tan Malaka di kamar utama.

Hingga saat ini kamar tempat Tan Malaka itu masih diberi kelambu, 
ruangannya berukuran 3 x 6 meter. Diisi tempat tidur tua dari besi.

Tidak seperti Rumah Bung Hatta di Bukittinggi yang penuh dengan benda-
benda kenangan masa kecilnya, di rumah Tan Malaka hanya ada satu 
lukisan pensil hitam putih Tan Malaka menyamping yang selama ini kita 
kenal, tergantung di dinding. Di bagian bawah lukisan itu 
tertulis "Tan Malaka Bapak Republik dan Murba". Lukisan itu hanya 
reproduksi.

 

Lama Tanpa Buku

Buku-buku tulisan Tan Malaka atau buku lainnya yang berhubungan 
dengannya atau benda-benda lainnya yang pernah digunakan Tan Malaka 

[budaya_tionghua] Cukup (was: OOT - Palestina)

2008-10-03 Terurut Topik Hendri Irawan
Masalah ini dibahas cukup sampai di sini saja. Jangan sampai status
tidak dimoderasi pihak-pihak yang terlibat dicabut. Kalau mau
meneruskan silahkan ke jalur lain.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ABS Heng,
> 
>  
> 
> Saya tidak perlu "pianhoa" atau ber"tiwikrama" untuk mengungkapkan suatu
> kebenaran. Dan Anda pun seharusnya tidak perlu "lari" dengan dalih
> orang-orang akan 'unsubscribe' jika membaca perbincangan kita, namun
dengan
> jurus "langkah kaki seribu" ABS-Heng telah menempatkan diri sendiri
sebagai
> si orang budiman dan menempatkan saya sebagai "biang-kerok" yg
berpotensi
> menyebabkan larinya orang dari forum ini. Wah, benar-benar lihai!
:-) Saya
> juga mengucapkan selamat karena ABS-Heng telah lulus 'fit and proper
test'
> sebagai .apa ya.hmmm bagaimana kalau sebagai "orang yang suka
melempar batu
> tapi tukang sembunyi tangan"? Hahahahaha...
> 
>  
> 
> Salam Kebenaran,
> 
> als
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, October 03, 2008 7:25 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
> menggunakan kata Cina)
> 
>  
> 
> Wah, bagus nih!
> 
> ALS sianseng lulus fit and proper test untuk bergabung di milisnya fefei
> fairy, zebaoth jehova, kafirun murtadin, cs. itu...
> 
>  
> 
> Sementara banyak orang kerepotan untuk unsubscribe menghindari banjir
> kiriman posting dari mereka-mereka itu, hebat sekali ada sianseng
ini, siapa
> pun nama betulnya, yang justru ingin bergabung.
> 
>  
> 
> Eh, atau barangkali saya saja yang bodoh dan naif, koq nggak
menangkap gaya
> posting-nya yang sama-sebangun! Jangan-jangan "als" ini pianhoa-nya
"feifei
> fairy" ya? Ha ha ha...
> 
>  
> 
> Ya udah deh, stop... stop... posting-an saya short selling, eh salah
lagi,
> cut short sampai di sini saja
> 
>  
> 
> Wasalam.
> 
>  
> 
> --
> 
>  
> 
>  
> 
> - Original Message - 
> 
> From: als   
> 
> To: budaya_tionghua@ 
> yahoogroups.com 
> 
> Sent: Friday, October 03, 2008 11:14 AM
> 
> Subject: RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
> menggunakan kata Cina)
> 
>  
> 
> Meskipun kata Pak ABS urusan umat Islam tak ada hubungannya dgn
milis ini
> tapi sebagai informasi mungkin tanggapan saya ini cukup penting untuk
> diketahui oleh rekan-rekan lain di sini yang belum mengetahuinya. Banyak
> Muslim "moderat" seperti Pak ABS ini sering berkilah bahwa yang
> membenci/memusuhi orang Yahudi/kafir/Tionghoa non-Muslim hanyalah
kelompok
> radikal saja spt FPI, HTI, JI, dlsb. Nah, ada dua kemungkinan: yang
pertama
> Muslim spt pak ABS ini tidak benar-benar mempelajari Al Qur'an, Hadits
> (Bukhari, Muslim, dll), dan Sirah Nabi dan yang kedua, Muslim spt
pak ABS
> ini tidak sepenuhnya menjalankan perintah Nabi/Allah dalam Qur'an
dan tidak
> mengikuti sunnah Nabi. Orang-orang Muslim seperti Amrozi cs lah yang
> sesungguhnya dengan penuh ketakwaan menjalankan perintah Allah
(tentu saja
> lewat Nabi Muhammad) sebagaimana yang jelas-jelas tercantum dalam Al
Qur'an
> dan menjalankan Sunnah Nabi (sebagaimana jihad yang beliau
pimpin/laksanakan
> sendiri sewaktu beliau masih hidup.) Adakah kemungkinan-kemungkinan
lainnya
> yang bisa teman-teman ajukan di forum ini? 
> 
> Salam Kebenaran,
> 
> als
> 
> .
> 
>  
>
 d=37101/stime=1223007259/nc1=3848644/nc2=4836039/nc3=5286675>
>




[budaya_tionghua] OOT - Palestina

2008-10-03 Terurut Topik Hendri Irawan
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ABS Heng,
> 
>  
> 
> Saya tidak perlu "pianhoa" atau ber"tiwikrama" untuk mengungkapkan suatu
> kebenaran. Dan Anda pun seharusnya tidak perlu "lari" dengan dalih
> orang-orang akan 'unsubscribe' jika membaca perbincangan kita, namun
dengan
> jurus "langkah kaki seribu" ABS-Heng telah menempatkan diri sendiri
sebagai
> si orang budiman dan menempatkan saya sebagai "biang-kerok" yg
berpotensi
> menyebabkan larinya orang dari forum ini. Wah, benar-benar lihai!
:-) Saya
> juga mengucapkan selamat karena ABS-Heng telah lulus 'fit and proper
test'
> sebagai .apa ya.hmmm bagaimana kalau sebagai "orang yang suka
melempar batu
> tapi tukang sembunyi tangan"? Hahahahaha...
> 
>  
> 
> Salam Kebenaran,
> 
> als
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, October 03, 2008 7:25 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
> menggunakan kata Cina)
> 
>  
> 
> Wah, bagus nih!
> 
> ALS sianseng lulus fit and proper test untuk bergabung di milisnya fefei
> fairy, zebaoth jehova, kafirun murtadin, cs. itu...
> 
>  
> 
> Sementara banyak orang kerepotan untuk unsubscribe menghindari banjir
> kiriman posting dari mereka-mereka itu, hebat sekali ada sianseng
ini, siapa
> pun nama betulnya, yang justru ingin bergabung.
> 
>  
> 
> Eh, atau barangkali saya saja yang bodoh dan naif, koq nggak
menangkap gaya
> posting-nya yang sama-sebangun! Jangan-jangan "als" ini pianhoa-nya
"feifei
> fairy" ya? Ha ha ha...
> 
>  
> 
> Ya udah deh, stop... stop... posting-an saya short selling, eh salah
lagi,
> cut short sampai di sini saja
> 
>  
> 
> Wasalam.
> 
>  
> 
> --
> 
>  
> 
>  
> 
> - Original Message - 
> 
> From: als   
> 
> To: budaya_tionghua@ 
> yahoogroups.com 
> 
> Sent: Friday, October 03, 2008 11:14 AM
> 
> Subject: RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
> menggunakan kata Cina)
> 
>  
> 
> Meskipun kata Pak ABS urusan umat Islam tak ada hubungannya dgn
milis ini
> tapi sebagai informasi mungkin tanggapan saya ini cukup penting untuk
> diketahui oleh rekan-rekan lain di sini yang belum mengetahuinya. Banyak
> Muslim "moderat" seperti Pak ABS ini sering berkilah bahwa yang
> membenci/memusuhi orang Yahudi/kafir/Tionghoa non-Muslim hanyalah
kelompok
> radikal saja spt FPI, HTI, JI, dlsb. Nah, ada dua kemungkinan: yang
pertama
> Muslim spt pak ABS ini tidak benar-benar mempelajari Al Qur'an, Hadits
> (Bukhari, Muslim, dll), dan Sirah Nabi dan yang kedua, Muslim spt
pak ABS
> ini tidak sepenuhnya menjalankan perintah Nabi/Allah dalam Qur'an
dan tidak
> mengikuti sunnah Nabi. Orang-orang Muslim seperti Amrozi cs lah yang
> sesungguhnya dengan penuh ketakwaan menjalankan perintah Allah
(tentu saja
> lewat Nabi Muhammad) sebagaimana yang jelas-jelas tercantum dalam Al
Qur'an
> dan menjalankan Sunnah Nabi (sebagaimana jihad yang beliau
pimpin/laksanakan
> sendiri sewaktu beliau masih hidup.) Adakah kemungkinan-kemungkinan
lainnya
> yang bisa teman-teman ajukan di forum ini? 
> 
> Salam Kebenaran,
> 
> als
> 
> .
> 
>  
>
 d=37101/stime=1223007259/nc1=3848644/nc2=4836039/nc3=5286675>
>




RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina)

2008-10-03 Terurut Topik als
ABS Heng,

 

Saya tidak perlu "pianhoa" atau ber"tiwikrama" untuk mengungkapkan suatu
kebenaran. Dan Anda pun seharusnya tidak perlu "lari" dengan dalih
orang-orang akan 'unsubscribe' jika membaca perbincangan kita, namun dengan
jurus "langkah kaki seribu" ABS-Heng telah menempatkan diri sendiri sebagai
si orang budiman dan menempatkan saya sebagai "biang-kerok" yg berpotensi
menyebabkan larinya orang dari forum ini. Wah, benar-benar lihai! :-) Saya
juga mengucapkan selamat karena ABS-Heng telah lulus 'fit and proper test'
sebagai .apa ya.hmmm bagaimana kalau sebagai "orang yang suka melempar batu
tapi tukang sembunyi tangan"? Hahahahaha...

 

Salam Kebenaran,

als

 

  _  

From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, October 03, 2008 7:25 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
menggunakan kata Cina)

 

Wah, bagus nih!

ALS sianseng lulus fit and proper test untuk bergabung di milisnya fefei
fairy, zebaoth jehova, kafirun murtadin, cs. itu...

 

Sementara banyak orang kerepotan untuk unsubscribe menghindari banjir
kiriman posting dari mereka-mereka itu, hebat sekali ada sianseng ini, siapa
pun nama betulnya, yang justru ingin bergabung.

 

Eh, atau barangkali saya saja yang bodoh dan naif, koq nggak menangkap gaya
posting-nya yang sama-sebangun! Jangan-jangan "als" ini pianhoa-nya "feifei
fairy" ya? Ha ha ha...

 

Ya udah deh, stop... stop... posting-an saya short selling, eh salah lagi,
cut short sampai di sini saja

 

Wasalam.

 

--

 

 

- Original Message - 

From: als   

To: budaya_tionghua@ 
yahoogroups.com 

Sent: Friday, October 03, 2008 11:14 AM

Subject: RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak
menggunakan kata Cina)

 

Meskipun kata Pak ABS urusan umat Islam tak ada hubungannya dgn milis ini
tapi sebagai informasi mungkin tanggapan saya ini cukup penting untuk
diketahui oleh rekan-rekan lain di sini yang belum mengetahuinya. Banyak
Muslim "moderat" seperti Pak ABS ini sering berkilah bahwa yang
membenci/memusuhi orang Yahudi/kafir/Tionghoa non-Muslim hanyalah kelompok
radikal saja spt FPI, HTI, JI, dlsb. Nah, ada dua kemungkinan: yang pertama
Muslim spt pak ABS ini tidak benar-benar mempelajari Al Qur'an, Hadits
(Bukhari, Muslim, dll), dan Sirah Nabi dan yang kedua, Muslim spt pak ABS
ini tidak sepenuhnya menjalankan perintah Nabi/Allah dalam Qur'an dan tidak
mengikuti sunnah Nabi. Orang-orang Muslim seperti Amrozi cs lah yang
sesungguhnya dengan penuh ketakwaan menjalankan perintah Allah (tentu saja
lewat Nabi Muhammad) sebagaimana yang jelas-jelas tercantum dalam Al Qur'an
dan menjalankan Sunnah Nabi (sebagaimana jihad yang beliau pimpin/laksanakan
sendiri sewaktu beliau masih hidup.) Adakah kemungkinan-kemungkinan lainnya
yang bisa teman-teman ajukan di forum ini? 

Salam Kebenaran,

als

.

 
  



Re: [budaya_tionghua] Re: Marga Tang dan Dong

2008-10-03 Terurut Topik ChanCT
Hallo King Hian,

Ban-ban kamsia, King Hian. Itulah kalau hanya diberi marga dan nama Tionghoa di 
Indonesia, kita tidak akan bisa pastikan bagaimana tulisan bhs. TIonghoanya. 
Lha bisa terbalik-balik antara dialek Hakka, Hokian dan Konghu, sekalipun 
diketahui orang itu Hokkian, Hakka atau Konghu. 

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: King Hian 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 03, 2008 3:14 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Marga Tang dan Dong


encoding: unicode utf-8

Siauw Tan Cek [萧陈叔] yth,

Huruf Hanzinya tidak terbaca. Saya coba menuliskan sne yang dalam bhs 
Mandarin ditulis TANG, TONG, DONG yang umum dijumpai di Indonesia:

1. (汤): Mandarin: TANG, Hokkian: THNG (dulu: Thung), Tiociu: THNG, 
Hakka: THONG, Konghu: THONG
contoh: Thung Ju Lan, peneliti LIPI

2. (唐): Mandarin: TANG, Hokkian: TNG atau TONG (dulu: Teng atau Tong), 
Tiociu: TNG, Hakka: THONG, Konghu: THONG
contoh: Stephen Tong, pendeta GRII

3. (董): Mandarin: DONG, Hokkian: TANG, Tiociu: TANG, Hakka: TUNG (dulu: 
TOENG), Konghu: TUNG
contoh: Tung Chee Hwa, chief executive Hongkong SAR yang pertama

4. (童): Mandarin: TONG, Hokkian: TONG, Tiociu: TONG, Hakka: THUNG 
(dulu: Thoeng), Konghu: THUNG
contoh: Tong Zhongyu, dermawan dari dinasti Han

salam,
KH

- Original Message - 
From: King Hian 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Friday, October 03, 2008 12:07 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: 
Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)


  Menurut saya, sne Thung ibu kang Sur adalah Tang (Mandarin) 
лю, dalam bhs Hokkian dengan ejaan yang "baru" ditulis THNG. Ejaan lama (ejaan 
Belanda) ditulis dengan huruf 'U', di mana dalam bhs Belanda huruf U tidak 
dibunyikan.
  Dalam ejaan lama bunyi Thung (ejaan baru) akan ditulis Thoeng.
  Di Bogor sne Thng (Thung) ini sangat banyak, mereka adalah 
keturunan Thung Tiang Mie alias Thung Liong Soey alias Tubagus Abdullah bin 
Mustofa (1796-1856)
  Salah satu keturunan keluarga Thung ini telah membuat daftar 
silsilah keluarga Thung Bogor (Thung Stamboom).

  Mengenai sne Lay, karena ayah kang Sur adalah orang Hakka, 
kemungkinan besar sne nya adalah: ю�g. (mandarin: Lai, hakka: Lai, hokkian: 
Lua).

  Kalau kita mengikuti kebiasaan umum, sne harus mengikuti sne 
ayah.
  Memang bisa terjadi dalam surat2 kependudukan (akte lahir, 
wni, dll) ada yang namanya ditulis menggunakan marga ibu. Hal ini banyak 
terjadi karena orang tua ybs tidak mencatatkan perkawinan mereka di catatan 
sipil, zaman dulu banyak yang menikah hanya secara adat. Waktu si anak 
dibuatkan akte kelahiran, ia adalah anak ibu, sehingga 'sne' nya ikut sne ibu.

  salam,
  KH




  Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
  http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/

  --- On Wed, 10/1/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. 
(Was: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 10:43 PM


Thung saya ngerti, seperti marga ex pimpinan Hongkong, 
mandarinnya Dong, lantas kalau Lay itu mandarinnya apa ya? 




- Original Message 
From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED] net.id>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, October 1, 2008 1:05:28 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. 
(Was: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)



Atau mungkin kita bisa mulai aja
dengan membiasakan diri menuliskan nama asli (3 suku) di 
kalangan warga
milis kita ini?
+++

Lha aku pakai marga yang mana yah ?
Di surat aku memakai nama marga Ibu, sedang di pergaulan 
memakai marga 
Ayah..

sur ( Lay Thung Tjia Ning ? )



 






Internal Virus Database is out of date.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 
2008/9/24 �WU�Wх 06:51
   

   


--



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 2008/9/24 �Uと 
06:51


Re: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina)

2008-10-03 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Wah, bagus nih!
ALS sianseng lulus fit and proper test untuk bergabung di milisnya fefei fairy, 
zebaoth jehova, kafirun murtadin, cs. itu...

Sementara banyak orang kerepotan untuk unsubscribe menghindari banjir kiriman 
posting dari mereka-mereka itu, hebat sekali ada sianseng ini, siapa pun nama 
betulnya, yang justru ingin bergabung.

Eh, atau barangkali saya saja yang bodoh dan naif, koq nggak menangkap gaya 
posting-nya yang sama-sebangun! Jangan-jangan "als" ini pianhoa-nya "feifei 
fairy" ya? Ha ha ha...

Ya udah deh, stop... stop... posting-an saya short selling, eh salah lagi, cut 
short sampai di sini saja

Wasalam.

--


  - Original Message - 
  From: als 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 03, 2008 11:14 AM
  Subject: RE: OOT - Palestina (Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak 
menggunakan kata Cina)



  Meskipun kata Pak ABS urusan umat Islam tak ada hubungannya dgn milis ini 
tapi sebagai informasi mungkin tanggapan saya ini cukup penting untuk diketahui 
oleh rekan-rekan lain di sini yang belum mengetahuinya. Banyak Muslim "moderat" 
seperti Pak ABS ini sering berkilah bahwa yang membenci/memusuhi orang 
Yahudi/kafir/Tionghoa non-Muslim hanyalah kelompok radikal saja spt FPI, HTI, 
JI, dlsb. Nah, ada dua kemungkinan: yang pertama Muslim spt pak ABS ini tidak 
benar-benar mempelajari Al Qur'an, Hadits (Bukhari, Muslim, dll), dan Sirah 
Nabi dan yang kedua, Muslim spt pak ABS ini tidak sepenuhnya menjalankan 
perintah Nabi/Allah dalam Qur'an dan tidak mengikuti sunnah Nabi. Orang-orang 
Muslim seperti Amrozi cs lah yang sesungguhnya dengan penuh ketakwaan 
menjalankan perintah Allah (tentu saja lewat Nabi Muhammad) sebagaimana yang 
jelas-jelas tercantum dalam Al Qur'an dan menjalankan Sunnah Nabi (sebagaimana 
jihad yang beliau pimpin/laksanakan sendiri sewaktu beliau masih hidup.) Adakah 
kemungkinan-kemungkinan lainnya yang bisa teman-teman ajukan di forum ini? 



  Salam Kebenaran,

  als
  . 
   


--



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - http://www.avg.com 
  Version: 8.0.173 / Virus Database: 270.7.5/1703 - Release Date: 10/2/2008 
7:46 AM


[budaya_tionghua] OOT: Umumkan Capres di Istana, SBY Dituding Langgar Etika

2008-10-03 Terurut Topik John Siswanto
 
Dear all,
 
ada artikel yang menarik untuk dibahas, pengumuman pencalonan dirinya kembali 
sebagai capres oleh SBY di istana negara telah melanggar etika, menurut 
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti...
 
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/03/16053446/umumkan.capres.di.istana.sby.dituding.langgar.etika
 
Benarkah ?
Menurut saya pribadi, memang sebaiknya pejabat negara/publik dapat  membedakan 
kapasitasnya sebagai pejabat negara/publik atau pengurus partai, supaya lebih 
fair dan tidak terjadi politisasi jabatan..., betul ?
 
wassalam,
John Siswanto
 


  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


[budaya_tionghua] Re: Ribut soal agama akhir2 ini

2008-10-03 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ray Indra" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Halo semua,
> 
>---deleted-


> Silakan pertimbangkan sendiri, dan dengarkan juga hati nurani, bukan
> ego atau dendam pribadi. 
> Ada jutaan Tionghoa lain, terutama yang miskin dan tidak berdaya, yang
> akan Anda jadikan korban sembelihan jika Anda salah melangkah. 
> 
> Salam damai!
>



*** Hebat juga, kalau "salah langkah" dimilis BT ini akan menyebabkan 
penyembelihan Tionghoa, seperti di Angke tahun 1740? Kerusuhan mei 98 
juga tidak berasal dari milis BT. Lebih lebih pembantaian tahun 1965an..
lalu, siapa yang menyembelih siapa? 

Siapa yang katakan, kalau yang disembelih itu orang miskin? yang kena 
jarah 98an dahulu Kapuk atau hunian Tionghoa benteng? Rumah pak Liem 
atau rumah tukang jual mie? yang dibakar massa pada kerusuhan Malari 74 
itu gambarnya Biankun atau orang Tionghoa miskin?

Bukankah dalam sejarah, penyembelih orang Tionghoa bukan datang dari 
kalangan Tionghoa sendiri? Bukankah banyak disini yang sepakat, TAK 
pernah ada orang Tionghoa yang mempersulit orang Tionghoa lain? 
Penutupan BAPERKI juga terjadi dengan sukarela? (apa saya keliru?)

Masalah "pergesekan" agama bisa terjadi dengan tanpa diskusi CSIS, dan 
ini hanya dapat dihindari dengan disiplin dalam berdiskusi. Lebih dari 
itu, "pergesekan" di milis BT ini yang seolah sebuah mangkok mie kuah 
ditengah samudra konflik didunia luar, hampir tak mungkin mengakibatkan 
apa apa. Selain emosi yang bergolak? Tapi ini juga hanya topan dalam 
mangkok mie kuah.

Setiap "pergesekan" antar umat mempunyai sebab yang mendalam, bukan 
sekedar muncul dari makian iseng, namun hasil proses yang lama dan 
panjang, nah, inilah yang harus dikaji guna menghindarkan konflik yang 
berkepanjangan. Tanya mas Bud tuh, bagaimana panjangnya konflik sekolah 
Sang Timur..

Kalau semua di BT sini rajin membahas bagaimana memasak Ifumie, anda 
yakin, tak ada pembantaian? Dimalam 30 September 1965 saya juga sedang 
damai damai makan di resto Jit Lok Yun dengan sobat saya, Frans Gan. 
Tiba tiba jlegerrr... meletus tembakan percaya dehhh... saya dan 
sahabat Frans Gan gak ngomongin apa apa...kami juga gak punya musuh 
kok, hanya sahabat, juga kalau rumah saya disekitar rumah rumah jendral 
yang dibantai..

Salam

Danardono











RE: [budaya_tionghua] The Process of Making Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming

2008-10-03 Terurut Topik agoeng_set
Dulu kayaknya pernah ntn film ttg pasangan kekasih yg cintanya sangat kuat 
hingga berreinkarnasi berkali2 pun tetap sebagai pasangan suami istri. Mirip 
ceritanya?
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Enerjik" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Fri, 03 Oct 2008 08:38:28 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] The Process of Making Janji Sepasang Kekasih dari 
Dinasti Ming



The Process of Making Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming



Pertengah tahun 2007, Ernest J.K. Wen menyerahkan kepadaku naskah novel.
Akhirnya selesai juga novel ini, kataku dalam hati. Kubaca Judulnya
adalah: Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming. Mengapa begitu
judulnya? Tanyaku heran.

Ernest menjawab sambil menerangkan secara ringkas bahwa novel ini
berkisah tentang sepasang kekasih yang terpisah dengan cara tragis 7
abad yang lalu, kemudian mereka reinkarnasi untuk memenuhi janji sehidup
semati yang pernah mereka ikrarkan.

Melihat tebalnya print out, pada mulanya aku tidak begitu antusias untuk
membaca, berhubung bacaan aku sendiri masih numpuk. Tapi mengingat
selama 2 tahun ini hampir setiap hari mendengar Ernest berbicara tentang
tokoh-tokoh ceritanya seakan-akan mereka adalah teman-temannya, dan
hampir setiap hari menyaksikan Ernest berkutat  di depan laptopnya.
Mengingat bagaimana dia melakukan riset berbagai sumber informasi
melalui Internet, atau membaca berbagai buku yang berhubungan dengan
reinkarnasi, regresi kehidupan lalu dan sejarah Dinasti Ming, aku segera
mengesampingkan buku-buku bacaan lain untuk membaca draft novel ini.

Dan aku mulai membuka halaman pertama, lalu tanpa terasa aku mulai
terhanyut oleh plot-plot yang demikian mengalir. Sungguh beda dengan
kedua buku Ernest sebelumnya; Sepasang Remaja Lesbian di Persimpangan
Jalan dan Bukan Putri Angsa, kali ini aku seperti membaca karya-karya
Pear S. Buck, Amy Tan atau bahkan Ken Elliot. Akhirnya naskah setebal
400 halaman cetak F4 itu selesai aku baca dalam waktu kurang dari 4 jam,
hingga lupa makan dan lupa ngantuk!!!

Selain plot yang demikian mengalir, ceritanya juga sangat kuat dan
karakter-karakternya begitu hidup sehingga di akhir cerita aku merasa
telah begitu mengenal tokoh-tokoh utama cerita ini. Jika aku mengingat
kembali keseriusannya, selama proses penulisan novel ini, aku tidak
heran bahwa buku ini menjadi sebuah bacaan yang bermutu seperti yang
diharapkan oleh penulisnya sendiri dan masyarakat pencinta buku.

Setting cerita ini sebagian besar berlangsung di Jakarta, Singapore,
Hong Kong, Boston, New York, Paris, Niagara Falls, Nanjing, Beijing dan
Semarang serta Bandar Melaka. Semua tempat yang disebutkan di atas
pernah dikunjunginya, bahkan ia pernah menetap di Singapore, Hong Kong
dan tinggal cukup lama di Amerika, kecuali Bandar Melaka.

Rupanya print out yang diberikan ke aku pertengahan 2007 itu belum
dianggap layak untuk menyenangkan pembacanya. Atas prakarsa Ernest kami
meminta jasa lay out dan pengeditan. Dalam proses, Ernest sendiri masih
melakukan `penghalusan'. Ia membaca ulang bukunya sekali lagi,
melakukan perubahan di sana-sini. Hal inilah yang menyebabkan baru bisa
naik cetak 7 bulan sesudahnya.

Akhirnya novel ini selesai juga dan hasilnya sungguh diluar dugaan,
menjawab semua kekuatiranku akan lambatnya proses pembuatan novel ini.
Sebagai seorang penerbit aku sangat puas dengan hasil akhir novel ini.
Aku merasa novel Ernest kali ini bagus sekali dan patut diacungi dua
jempol. Biasanya kalau aku membaca novel untuk yang kedua kalinya, aku
membacanya tanpa perasaan dan cenderung boring, tapi ketika aku membaca
novel ini untuk yang kedua dan ketiga kalinya, feel yang aku rasakan
masih tetap sama seperti ketika membaca pertama kalinya. Dan aku merasa
orang tidak akan merasa rugi telah membeli novel ini, karena novel ini
memang novel yang sangat bagus dan wajib untuk dikoleksi.

 Untuk informasi lebih lanjut  kunjungi www.ejkok.com






Poedjiati Tan

Direktur

Penerbit EnerJik Kharisma




Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran)

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
Bang, marga lu: THUNG yang ini kan:
童: Mandarin: TONG, Hokkian: TONG, Tiociu: TONG, Hakka: THUNG
Di Lampung banyak orang Hakka yang bermarga ini. 
 
Nulisnya: THUNG, kalo dulu ditulis THOENG
 
KH
 

Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

--- On Fri, 10/3/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan 
Mandarin Bukan Ukuran)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 12:30 AM






Bang, kalo marga Thung g tulis latinnya gimana? Suka rancu nih bacanya mirip2. 
Hehehe
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: King Hian <[EMAIL PROTECTED] com>

Date: Thu, 2 Oct 2008 09:07:24 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan 
Mandarin Bukan Ukuran)

Menurut saya, sne Thung ibu kang Sur adalah Tang (Mandarin) 汤, dalam bhs 
Hokkian dengan ejaan yang "baru" ditulis THNG. Ejaan lama (ejaan Belanda) 
ditulis dengan huruf 'U', di mana dalam bhs Belanda huruf U tidak dibunyikan.
Dalam ejaan lama bunyi Thung (ejaan baru) akan ditulis Thoeng.
Di Bogor sne Thng (Thung) ini sangat banyak, mereka adalah keturunan Thung 
Tiang Mie alias Thung Liong Soey alias Tubagus Abdullah bin Mustofa (1796-1856)
Salah satu keturunan keluarga Thung ini telah membuat daftar silsilah keluarga 
Thung Bogor (Thung Stamboom).
 
Mengenai sne Lay, karena ayah kang Sur adalah orang Hakka, kemungkinan besar 
sne nya adalah: 赖. (mandarin: Lai, hakka: Lai, hokkian: Lua).
 
Kalau kita mengikuti kebiasaan umum, sne harus mengikuti sne ayah.
Memang bisa terjadi dalam surat2 kependudukan (akte lahir, wni, dll) ada yang 
namanya ditulis menggunakan marga ibu. Hal ini banyak terjadi karena orang tua 
ybs tidak mencatatkan perkawinan mereka di catatan sipil, zaman dulu banyak 
yang menikah hanya secara adat. Waktu si anak dibuatkan akte kelahiran, ia 
adalah anak ibu, sehingga 'sne' nya ikut sne ibu.
 
salam,
KH
 
 

 














  

[budaya_tionghua] Fw: [komunitas-tionghoa] China Keturunan di Indonesia, ada berapa banyak?

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
--- On Fri, 10/3/08, Benny Joe <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Benny Joe <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [komunitas-tionghoa] Re: China Keturunan di Indonesia, ada berapa 
banyak?]
To: "komunitas-tionghoa" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Friday, October 3, 2008, 2:17 PM

Dear All,

Cukup menarik soal sensus penduduk keturunan Naga di dunia,tertera di
bawa ini,dan soal S dan N Korea cukup menarik sekali.

Waktu berkunjung ke S Korea ternyata banyak sekali para pedagang dan
pekerja disana yg sulit sekali dibedakan selain waktu kita berbicara
dgnnya.Banyak sekali para pedagang asongan atau spt Pasar Malam di
banyak daerah di S Korea dan di banyak daerah ternyata banyak pemilik/
pekerja resto berjubel2 asal Mainland.

Jadi bagi mereka yg bisa berbahasa Mandarin gak usah khawatir jika
ingin berkunjung kesana walaupun disana semuanya tulisan Kanji Korea.

Asumsiku soal sensus penduduk di S Korea sdh pasti di atas satu juta
karena hampir setiap hari ada saja yg tidak ada surat bisa keluar
masuk melalui salah satu kota,lupa namanya,di perbatasan dan tidak
jarang terjadi penggerebekan thd illegal imigran disana.

Dan lucunya lagi banyak Mainland Chinese fasih berbahasa Korea dan
mengerti tradisi dan tata cara hidup org2 Korea disana.Malahan terjadi
persaingan2 cukup sengit hampir di segala bidang termasuk Kimchi made
in China.

Populasi Mainland Chinese di S Korea cukup banyak namun gak bisa
diditeksi karena wajah mereka semuanya sama spt org2 Korea dan justru
hal inilah yg membuat pemerintah Korea kebingungan.

Product China sdh masuk ke S Korea dan hampir merajai seluruh
marketnya dan banyak penduduk disana mengeluh/komplain karena mereka
merasa bhw S Korea negaranya tp dlm kenyataannya tidak.

Berapa sering terjadinya demonstrasi2 soal product Amrik terutama
Daging Sapi yg dianggap mengganggu pasaran kantong penduduk disana tp
dlm kenyatannya product daging sapi ini pelan2 RRT memasoknya juga.

Malahan penduduk Mainland China lebih rajin dan ulet dlm segala hal
dan tidak pernah merasa patah semangat dlm segala hal dan org2 Korea
disana sangat terganggu sekali atas invasi org2 dr Mainland
China...malahan tidak jarang terjadi keributan2 di pasar kaki lima.
dan restoran2 dll.

Org Korea sangat menghormati Mainland Chinese karena keberhasilan RRT
dlm mengolah negara dan productnya dgn harga relatif murah dan sebuah
pelajaran yg sangat baik sekali utk para pedagang Chinese utk tidak
sembarangan dan diwajibkan memperhatikan product2nya juga yg sangat
membahayakan penduduk dunia.

Benny Joe.

On Oct 2, 9:03 pm, Khaidi Wong <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> [ Attached Message ]From:"silvieriady"
<[EMAIL PROTECTED]>To:[EMAIL PROTECTED]:Wed, 01 Oct
2008 18:14:30 -Local:Wed, Oct 1 2008 11:14 amSubject:[everydaymandarin]
China Keturunan di Indonesia, ada berapa banyak?Banyak yang bertanya kepada
saya, sebenarnya ada berapa banyak sih
> orang Tionghoa yang ada di Indonesia?
>
> Orang China asli yang diakui oleh Deplu China adalah warga negara
> (berpaspor) di 3 tempat: China, Taiwan, dan Hongkong (plus Macao).
>
> Orang-orang China yang berwarga negara selain 3 tempat di atas
> dianggap overseas Chinese alias China perantauan (Huaqiao). Di
> Indonesia dikenal dengan sebutan "Keturunan China atau Tionghoa atau
> WNI Keturunan".
>
> Berapa banyak Huaqiao seluruh dunia? Di masing-masing negara?
>
> Saya yakin di milis ini banyak Huaqiao yang sedang membaca ini. Tapi
> tahukah Anda negara apa yang mempunyai Huaqiao paling banyak di
> dunia?
>
> Iya, Indonesia. Ini adalah 20 besar hasil survei Overseas Chinese
> Affairs Commission di Taiwan, yang dikumpulkan dari Deplu dan sensus
> masing-masing negara. Walau surveinya di tahun 2005, tapi saya rasa
> cukup mewakili sampai hari ini.
>
> Jumlah Penduduk
> Negara            2005        2004     Pertumbuhan
>
> 1 Indonesia     7,566,200   7,463,404    1.38
> 2 Thailand      7,053,240   7,254,261   -2.77
> 3 Malaysia      6,187,400   6,114,900    1.19
> 4 United States 3,376,031   3,280,823    2.9
> 5 Singapore     2,684,900   2,650,100    1.31
> 6 Canada        1,612,173   1,548,650    4.1
> 7 Peru          1,300,000   1,300,000    0
> 8 Vietnam       1,263,570   1,246,845    1.34
> 9 Philippines   1,146,250   1,139,243    0.62
> 10 Myanmar      1,101,314   1,090,087    1.03
> 11 Russia         998,000     998,000    0
> 12 Australia      614,694     599,600    2.52
> 13 Jepang         519,561     487,570    6.56
> 14 Kamboja        343,855     336,124    2.3
> 15 United Kingdom 296,623     283,470    4.64
> 16 Prancis        230,515     229,505    0.44
> 17 India          189,470     186,461    1.61
> 18 Laos           185,765     181,571    2.31
> 19 Brazil         151,649     149,570    1.39
> 20 Belanda        144,928     144,207    0.5
>
> Yang paling mencengangkan adalah Jepang. Banyak orang China/Taiwan
> yang ingin tinggal di Jepang karena mereka menganggap Jepang itu
> adalah negara termaju di Asia. Banyak orang mengidolakan Jepang.
> Mereka pun mengincar orang Jepang untuk dijadikan

[budaya_tionghua] The Process of Making Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming

2008-10-03 Terurut Topik Enerjik

The Process of Making Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming



Pertengah tahun 2007, Ernest J.K. Wen menyerahkan kepadaku naskah novel.
Akhirnya selesai juga novel ini, kataku dalam hati. Kubaca Judulnya
adalah: Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming. Mengapa begitu
judulnya? Tanyaku heran.

Ernest menjawab sambil menerangkan secara ringkas bahwa novel ini
berkisah tentang sepasang kekasih yang terpisah dengan cara tragis 7
abad yang lalu, kemudian mereka reinkarnasi untuk memenuhi janji sehidup
semati yang pernah mereka ikrarkan.

Melihat tebalnya print out, pada mulanya aku tidak begitu antusias untuk
membaca, berhubung bacaan aku sendiri masih numpuk. Tapi mengingat
selama 2 tahun ini hampir setiap hari mendengar Ernest berbicara tentang
tokoh-tokoh ceritanya seakan-akan mereka adalah teman-temannya, dan
hampir setiap hari menyaksikan Ernest berkutat  di depan laptopnya.
Mengingat bagaimana dia melakukan riset berbagai sumber informasi
melalui Internet, atau membaca berbagai buku yang berhubungan dengan
reinkarnasi, regresi kehidupan lalu dan sejarah Dinasti Ming, aku segera
mengesampingkan buku-buku bacaan lain untuk membaca draft novel ini.

Dan aku mulai membuka halaman pertama, lalu tanpa terasa aku mulai
terhanyut oleh plot-plot yang demikian mengalir. Sungguh beda dengan
kedua buku Ernest sebelumnya; Sepasang Remaja Lesbian di Persimpangan
Jalan dan Bukan Putri Angsa, kali ini aku seperti membaca karya-karya
Pear S. Buck, Amy Tan atau bahkan Ken Elliot. Akhirnya naskah setebal
400 halaman cetak F4 itu selesai aku baca dalam waktu kurang dari 4 jam,
hingga lupa makan dan lupa ngantuk!!!

Selain plot yang demikian mengalir, ceritanya juga sangat kuat dan
karakter-karakternya begitu hidup sehingga di akhir cerita aku merasa
telah begitu mengenal tokoh-tokoh utama cerita ini. Jika aku mengingat
kembali keseriusannya, selama proses penulisan novel ini, aku tidak
heran bahwa buku ini menjadi sebuah bacaan yang bermutu seperti yang
diharapkan oleh penulisnya sendiri dan masyarakat pencinta buku.

Setting cerita ini sebagian besar berlangsung di Jakarta, Singapore,
Hong Kong, Boston, New York, Paris, Niagara Falls, Nanjing, Beijing dan
Semarang serta Bandar Melaka. Semua tempat yang disebutkan di atas
pernah dikunjunginya, bahkan ia pernah menetap di Singapore, Hong Kong
dan tinggal cukup lama di Amerika, kecuali Bandar Melaka.

Rupanya print out yang diberikan ke aku pertengahan 2007 itu belum
dianggap layak untuk menyenangkan pembacanya. Atas prakarsa Ernest kami
meminta jasa lay out dan pengeditan. Dalam proses, Ernest sendiri masih
melakukan `penghalusan'. Ia membaca ulang bukunya sekali lagi,
melakukan perubahan di sana-sini. Hal inilah yang menyebabkan baru bisa
naik cetak 7 bulan sesudahnya.

Akhirnya novel ini selesai juga dan hasilnya sungguh diluar dugaan,
menjawab semua kekuatiranku akan lambatnya proses pembuatan novel ini.
Sebagai seorang penerbit aku sangat puas dengan hasil akhir novel ini.
Aku merasa novel Ernest kali ini bagus sekali dan patut diacungi dua
jempol. Biasanya kalau aku membaca novel untuk yang kedua kalinya, aku
membacanya tanpa perasaan dan cenderung boring, tapi ketika aku membaca
novel ini untuk yang kedua dan ketiga kalinya, feel yang aku rasakan
masih tetap sama seperti ketika membaca pertama kalinya. Dan aku merasa
orang tidak akan merasa rugi telah membeli novel ini, karena novel ini
memang novel yang sangat bagus dan wajib untuk dikoleksi.

 Untuk informasi lebih lanjut  kunjungi www.ejkok.com






Poedjiati Tan

Direktur

Penerbit EnerJik Kharisma



[budaya_tionghua] Behind the Scene Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming

2008-10-03 Terurut Topik Enerjik
Behind the Scene Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming


Setelah ditulis hampir  dua tahun akhirnya buku ini selesai dengan
sangat memuaskan. Novel ini mengalami proses yang panjang. Ide ceritanya
sudah pernah diutarakan Ernest sejak 5 tahun yang lalu sebelum novel
pertama dan keduanya terbit.

Kenapa aku ingin menuliskan Behind the Scene dari novel ini. Karena
menurutku proses pembuatan novel ini berbeda dengan dua novel
sebelumnya. Aku melihat betapa Ernest terlibat secara emosi dalam
penulisan novel ini. Selain itu dia banyak menghabiskan waktu untuk
melakukan penelitian, survey, riset dan perjalanan untuk mendukung
cerita dalam novel ini. Dan berulang kali ia menulis ulang sehingga
memerlukan 2 tahun untuk menuntaskannya dengan perasaan puas.

Dia juga sampai harus mengunjungi Malaka- Malaysia, China, dan Kelenteng
Sam Pho Kong di Semarang. Kebetulan aku diminta Ernest untuk menemaninya
ke Malaka melakukan survey lokasi dan mencari informasi mengenai
keberadaan Cheng Ho, serta beberapa lokasi seperti kompleks kuburan
china terbesar di Asia Tenggara `Bukit Cina', kelenteng Cheng Ho
dan tempat-tempat yang dijadikan setting dari novel ini.

Baik aku maupun Ernest belum pernah ke Malaka. Tetapi aku tahu kalau
Ernest telah mencari informasi di internet mengenai Malaka dan bagaimana
caranya menuju kesana. Kami  ke Malaka melalui Singapore, karena menurut
Ernest setting novel ini sebagian besar berada di Singapore dan tokoh
dari novel ini juga akan berkunjung ke Malaka.

Sesampainya di terminal bis di Malaka, kami masih bingung mencari hotel
tempat kami menginap. Karena menurut informasi yang diperoleh Ernest di
internet, kami harus berhati-hati dalam tawar menawar dengan sopir
taksi. Akhirnya kami dihantar oleh sopir taksi sampai di hotel, hotelnya
tua dan antik. Aku yakin dia sengaja memilih tempat penginapan di daerah
Heritage agar dekat dengan pusat-pusat kebudayaan seperti baba house,
museum cheng ho, the fountain, Bukit Cina, dan kelenteng Hang Li Po.

Aku  masih ingat ketika kami mengunjungi makam di bukit cina, makam itu
sangat luas dan berbukit-bukit, banyak pohon-pohon besar, ada jalan
setapak yang dijadikan jogging track. Konon, orang-orang Tiongkok yang
pertama kali tiba di Bandar Melaka pada masa dinasti Ming (1406-1459)
dimakamkan di sana. Kami berdua menyusuri jalan setapak dan ingin tahu
berakhir dimana ujungnya. Terus terang aku agak takut, karena jalannya
licin sebab habis hujan, sepi dan seakan-akan perjalanan kami tanpa
ujung, kiri-kanannya makam orang china jaman belanda, dengan batu nisan
yang besar-besar terbuat dari batu pualam dan tidak terawat, serta
suara-suara dari gesekan ranting yang menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Tetapi kami tetap terus berjalan, setelah satu jam kami tetap belum
menemukan ujungnya, dan kulihat Ernest sangat menikmati perjalanan ini
sambil sekali-kali berhenti dan membaca nama diatas batu nisan. Begitu
melihat dibawah ada jalan raya aku langsung mengajak Ernest untuk keluar
dari area itu. Dan aku merasa lega ketika kami telah sampai di sebuah
jalan raya.

Kami menghabiskan waktu tiga hari untuk berkeliling di Malaka. Dan
ketika mengunjungi Museum Cheng Ho, Ernest beruntung dapat bertemu
dengan petugasnya yang sangat ramah dan diperkenalkan dengan direktur
Museum Cheng Ho, orang yang mengerti  sejarah Cheng Ho di Malaka, dan
mengenai orang-orang peranakan di Malaka.  Aku dapat melihat betapa
seriusnya Ernest dalam pembicaraan tersebut. Pertama conversation itu
dalam bahasa Inggris lalu berubah menjadi bahasa Chinese dan aku Cuma
bisa mengikuti 5% dari pembicaraan mereka. Tetapi aku tahu kalau
direktur museum itu kagum dengan kemampuan berbahasa Ernest dan
kecerdasannya dalam memahami apa yang dituturkan direktur museum.

Beliau mengajak kita untuk keliling museum dan menjelaskan satu persatu
dan beliau juga menunjukkan sebuah sumur yang telah berusia hampir 600
tahun. Sumur kuno yang dahulu digunakan oleh armada Cheng-ho untuk
mendapatkan air bersih, dan ajaibnya hingga kini sumur tersebut tidak
pernah kering. Sebuah lonceng besar yang tergantung dalam taman musium
juga menarik perhatian Ernest, membuat dia termenung berlama-lama di
sana.

  Selain melakukan survey lokasi, Ernest juga melakukan riset mengenai
reinkarnasi, dan past life. Dia banyak membaca buku mengenai reinkarnasi
dan past life, juga melakukan diskusi mengenai renkarnasi dengan
beberapa ahli. Salah satu yang didiskusikan antara lain; Kemanakah arwah
kita setelah meninggal? Apakah seseorang bisa reinkarnasi menjadi hewan
atau tidak? Dan lainnya yang berhubungan dengan hal tersebut.

Dia juga banyak membaca buku dan menonton dvd tentang otak manusia dan
mempelajari kasus-kasus cedera otak dan keadaan orang yang coma . Dia
tidak hanya melakukan riset melalui buku atau  melakukan diskusi tetapi
menginterview orang yang pernah mengalami coma. Terus terang itu semua
membuat aku kuatir, semakin lama dia melakukan riset, berarti semakin
lama buku ini akan terbit. Aku jadi bertanya-tanya sebenarnya

[budaya_tionghua] Ribut soal agama akhir2 ini

2008-10-03 Terurut Topik Ray Indra
Halo semua,

Dari keributan soal agama di milis akhir2 ini, dapat kita saksikan
sendiri betapa pergesekan agama dapat berbahaya dan tidak akan
berujung pangkal karena ini soal yang sangat emosional.

Itulah sebabnya saya tidak setuju masalah CSIS berpanjang-panjang,
karena pasti merembet ke agama. 

Sekali lagi saya ajak semua pihak memikirkan 'manfaat vs mudarat'nya.
Apa manfaatnya jika perselisihan ini diperpanjang?
Apa mudarat/ruginya jika perselisihan ini diperpanjang?

Silakan pertimbangkan sendiri, dan dengarkan juga hati nurani, bukan
ego atau dendam pribadi. 
Ada jutaan Tionghoa lain, terutama yang miskin dan tidak berdaya, yang
akan Anda jadikan korban sembelihan jika Anda salah melangkah. 

Salam damai!






[budaya_tionghua] Re: Mona Lohanda : The passen-en wijkenstelsel . Dutch practice of restriction policy on Chinese

2008-10-03 Terurut Topik Mario
saya mau donk
terima kasih sebelumnya
Mario

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ibc" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Rekan-rekan,
> 
> Barangkali ada yang memerlukan artikel dari Ibu Mona Lohanda : The
passen-en
> wijkenstelsel . Dutch practice of restriction policy  on Chinese   ??
> 
> Boleh  hubungung via millist,  tolong didiskusikan sesudahnya.
> 
> Salam,
> 
> Sugiri.
> 
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG. 
> Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5/1704 - Release Date:
10/2/2008
> 9:35 PM
>




Bls: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan budaya/agama tionghoa ?

2008-10-03 Terurut Topik John Siswanto
 
Akhirnya ente muncul juga,
 
kapan saya boleh kenalan ? masya kenalan perlu waktu dan alasan yang tepat 
? Bawa-bawa bacok membacok lagi, kayak preman jagoan hicks
 
Saya sih bukan jagoan, tapi kalo membela yang benar saya siaaappp...
Karena anda memulai provokasi ini lagi, jadi juga saya harus siap dong, soalnya 
kata teman-temen "kalau ada yang jualan kite kudu beli".
 
ini bukan emosi, ini sadar 100 % :
saya tunggu anda deh anytime, 
kalau anda tidak masuk penjara karena hujatan/penghinaan anda yang kemaren, 
saya siap deh dikata-katai apapun
 
wassalam,
JS


--- Pada Kam, 2/10/08, mulyawanlie <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: mulyawanlie <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [budaya_tionghua] Re: Pater Beek - otak dibelakang gerakan pemberangusan 
budaya/agama tionghoa ?
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 2 Oktober, 2008, 10:57 PM






sodara sekalian,

1. terkait pro kontra yg ada,dengan ini saya mohon maaf bila kalimat
sy dirasakan sudah kebablasan dan melukai perasaan sebagian anggota
milis.saya kurang cermat menggunakan kata2 dan tanda baca.
2. kepada adik jhon Rambo ada saatnya kita ada okol dilapangan nanti
ya.tunggu timing dan alasan yg tepat.no hp sdh ene catet,kalo ganti
nomor bilang bilang ya, ente-ente yg belom punya, tolong dicatet no
pengacara si pembela yang bayar, eh salah si pembela yang bener.mao
tau juga pahlawan kesiangan ini nyalinya segede emosinya kaga.kayanya
sih kalo petantang petenteng begini biasanya gak mempan dibacok!
mentang mentang pengacara,hebat ya ? calon anggota DPR ? ooh banyak
dekingnya banyak, wuuiih ngeri. baru calon udah keletokan gini, libur
lebaran gini sibuk ngalap jasa...yg dicecer tenglang kere gini...
hahhaaaha. take it easy young boy, masih lebaran jgn marah ya
3. bila berkenan, saya masih minta pasokan informasi (selain dari
sumber kawan kawan muslim) tentang siapa pater beek dan seberapa 
besar peranannya terhadap pemberangusan budaya/agama tionghua.

kamsia moderator!

Mulyawan Lie

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Ophoeng" <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
> Bu Uly, Bung Extrim, Bung ABS, Bung John, Bung Mulyawan, dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> Sorry, numpang nimbrung dikit ya.
> 
> Wes, wes, wes, Bung Dipodipo sudah usulkan untuk berhenti saja diskusi
> masalah ini. Anjuran bagus tentu kita sambut dengan bagus juga ya. 
> 
> Setuju?
> 
> Ibarat Winnetou menghisap pipa perdamaian, mari kita secara virtual
ambil
> cawan masing-masing, biar cawan diisi teh Bu-ehr-cha oleh Bung Yongde,
> jangan lupa ketukkan jari kita tiga kali di meja (jangan empat kali,
karena
> katanya kalau 4 kali, itu mah kode kontak ama cewek kasir di cafe?),
lalu
> kita toast secara pendekar di bu-lim kang-ouw. Mari kita minum teh saja,
> selain baik bagi kesehatan, bisa menjernihkan pikiran dan mendinginkan
> hati yang panas. Jangan juga kebanyakan minum tehnya, bikin mabuk tu.
> 
> Hari baik-bulan baik suasana Lebaran, boleh juga kita teladani semangat
> saling memaafkannya. Minal aidin wal faizin, maaf lahir dan bathin.
> 
> Saya yakin, Bung Mulyawan cuma 'slip of the keyboard' saja, sesama soda-
> ra mestinya tidak ada maksud hati secara sengaja menghujat. Kadang ga-
> ya bicara secara lisan dan tertulis memang beda, koma atau titik
atau tan-
> da seru tanda tanya, bisa ditafsirkan beda-beda. Bung Xuan Thong sudah
> jeli membaca posting Bung Mulyawan, dia coba uraikan lebih detil. 
> 
> Kalau anda tidak emosi, coba baca lagi pelan-pelan. Kayakanya sih Bung
> Mulyawan tidak menyebut agama sama dengan maling, pemasangan ko-
> ma di situ yang bikin masalah. Juga soal setan dan dewa, karena buru-2
> ngetik jadi menimbulkan salah-salah tafsir. Bung John juga tentu tiada
> ada maksud untuk konfrontasi, emosi sesaat bisa saja timbul. Tapi kalo
> dibaca lagi pelan-pelan mungkin esensi-nya akan kelihatan. Bung John
> bilang Mulyawan kunyuk, kunyuk = kera kecil, belum tentu juga itu benar.
> Coba tanya Bung Mulyawan, apakah benar dia bershio kera?
> 
> Bung ABS apalagi, masak-kan seorang cian-pwee mau dengan sengaja
> mengadu domba? Lagian, siapa domba-nya coba? Masak Bung John dan
> Mulyawan 2-2nya bershio domba? Kalau memang ber-shio kambing, tak
> masalah. Tapi kalau bukan shio-nya, tentu saja masalah. Karena hewan
> yang menjadi shio itu pan menunjukkan tahun kelahiran.
> 
> Begitu juga Bung Extrim, saya yakin cuma spontan aja merespon posting
> Bung ABS. Memang banyakan kita sudah terbiasa spontan, langsung post-
> ing dan respon, kadang buru-buru entah mau kejar tayang siaran di ma-
> na, apalagi kalau pakai BB yang layarnya kecil dan mesti hemat ketikan
> keyboard sebab adanya keterbatasan. Padahal mah, kalau anda coba ba-
> ca lagi sebelum dikirim, mungkin bisa merubah dan meralat di sana-sini.
> 
> Kayak saya kemarin itu, karena saya bilang jangan marah kalau orang bu-
> le membandingkan orang dengan anjing, sebab mereka anggap anjing te-
> man setia. Eh, lantas ada teman kita yang spontan ajah, buru-buru balas
> respon dari

Re: [budaya_tionghua] Re: Marga Tang dan Dong

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
encoding: unicode utf-8
 
Siauw Tan Cek [萧陈叔] yth,
 
Huruf Hanzinya tidak terbaca. Saya coba menuliskan sne yang dalam bhs Mandarin 
ditulis TANG, TONG, DONG yang umum dijumpai di Indonesia:
 
1. (汤): Mandarin: TANG, Hokkian: THNG (dulu: Thung), Tiociu: THNG, Hakka: 
THONG, Konghu: THONG
contoh: Thung Ju Lan, peneliti LIPI
 
2. (唐): Mandarin: TANG, Hokkian: TNG atau TONG (dulu: Teng atau Tong), Tiociu: 
TNG, Hakka: THONG, Konghu: THONG
contoh: Stephen Tong, pendeta GRII
 
3. (董): Mandarin: DONG, Hokkian: TANG, Tiociu: TANG, Hakka: TUNG (dulu: TOENG), 
Konghu: TUNG
contoh: Tung Chee Hwa, chief executive Hongkong SAR yang pertama
 
4. (童): Mandarin: TONG, Hokkian: TONG, Tiociu: TONG, Hakka: THUNG (dulu: 
Thoeng), Konghu: THUNG
contoh: Tong Zhongyu, dermawan dari dinasti Han
 
salam,
KH
 
 
--- On Fri, 10/3/08, Tjing Siauw <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tjing Siauw <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Marga Tang dan Dong
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, October 3, 2008, 9:00 AM








Ininih ribet-nya bhs. TIonghoa, ditambah lagi begitu banyak dialek yang bisa 
bikin bingun orang. 
Kalau marga Thung yang mandarinnya Tang ( лю) , lalu yang mandarinnya Dong (╤╜ 
)di Indonesianya jadi apa, ya?
Sedang di Indonesia ada teman bermarga Thong mandarinnya yang mana?

- Original Message - 
From: King Hian 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Friday, October 03, 2008 12:07 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan 
Mandarin Bukan Ukuran)






Menurut saya, sne Thung ibu kang Sur adalah Tang (Mandarin) лю, dalam bhs 
Hokkian dengan ejaan yang "baru" ditulis THNG. Ejaan lama (ejaan Belanda) 
ditulis dengan huruf 'U', di mana dalam bhs Belanda huruf U tidak dibunyikan.
Dalam ejaan lama bunyi Thung (ejaan baru) akan ditulis Thoeng.
Di Bogor sne Thng (Thung) ini sangat banyak, mereka adalah keturunan Thung 
Tiang Mie alias Thung Liong Soey alias Tubagus Abdullah bin Mustofa (1796-1856)
Salah satu keturunan keluarga Thung ini telah membuat daftar silsilah keluarga 
Thung Bogor (Thung Stamboom).
 
Mengenai sne Lay, karena ayah kang Sur adalah orang Hakka, kemungkinan besar 
sne nya adalah: ю╣. (mandarin: Lai, hakka: Lai, hokkian: Lua).
 
Kalau kita mengikuti kebiasaan umum, sne harus mengikuti sne ayah.
Memang bisa terjadi dalam surat2 kependudukan (akte lahir, wni, dll) ada yang 
namanya ditulis menggunakan marga ibu. Hal ini banyak terjadi karena orang tua 
ybs tidak mencatatkan perkawinan mereka di catatan sipil, zaman dulu banyak 
yang menikah hanya secara adat. Waktu si anak dibuatkan akte kelahiran, ia 
adalah anak ibu, sehingga 'sne' nya ikut sne ibu.
 
salam,
KH
 
 


Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan 
Mandarin Bukan Ukuran)
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 10:43 PM





Thung saya ngerti, seperti marga ex pimpinan Hongkong, mandarinnya Dong, lantas 
kalau Lay itu mandarinnya apa ya? 




- Original Message 
From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED] net.id>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, October 1, 2008 1:05:28 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang Dubbing dan Sne. (Was: Ketidakmampuan 
Mandarin Bukan Ukuran)




Atau mungkin kita bisa mulai aja
dengan membiasakan diri menuliskan nama asli (3 suku) di kalangan warga
milis kita ini?
+++

Lha aku pakai marga yang mana yah ?
Di surat aku memakai nama marga Ibu, sedang di pergaulan memakai marga 
Ayah..

sur ( Lay Thung Tjia Ning ? )








Internal Virus Database is out of date.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 2008/9/24 ╓U╓х 
06:51