RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Ulasan menarik Pak Avi. Masalah Ice Age - Global warming - Volcanisms sekarang sedang menjadi "frontier research". Beberapa hari lalu saya baru terima proposal kerjasama dari Michael Gagan dan Group-nya di RSES-ANU dalam penelitian Paleo-climate dan disaster (LIPI, khususnya Prof. Wahyu Hantoro, dan ANU sudah bekerjasama lebih dari 10 tahun). Beberapa poin penting yang diutarakan dalam proposal 2012 ini: - Ingin meneliti kenapa manusia kerdil di Flores (Homo Floresiensis) punah pada perioda sekitar 18.000 - 12.000 tahun lalu (Morwood et al, 2004)? - Sudah ditemukan data ada letusan gunung api katastropik pada masa kepunahan si manusia kerdil itu (Roberts et al, 2009, Westaway et al, 2009) - Data GISP-2 Ice Core (Greenland) menunjukkan bahwa selama 110.000 tahun terakhir signal/data LETUSAN GUNUNG API yang paling besar dan paling banyak ditemukan adalah pada masa antara 17.000 s/d 6000 tahun lalu (e.g. Zielinsky et al, 2002). Hipotesanya: "crustal stresses" karena efek "post-glacial sea-level rise" dapat memicu kenaikkan letusan gunung api di wilayah seperti Indonesia! - Hasil Penelitian RSES-ANU dan Geoteknologi LIPI menunjukkan bahwa dari sekitar 15.000 s/d 8000 tahun lalu terjadi perubahan lingkungan yang luarbiasa drastic, ditunjukkan oleh analisis oksigen isotop ( O18/O16) dari sampel stalagtit-stalagmit (speleothem) - ongoing research - masa dimana terjadi tiga kali 'pembanjiran besar Sundaland'. Ada banyak hal yang luarbiasa menarik dan menakjubkan di dunia penelitian geologi, diluar petroleum dan mining geology. Untuk kita, kalangan ilmiah geologi, masalah piramid dan Atlantis bukan untuk di-madzhab-kan; tapi ada banyak teka-teki alam besar yang patut diteliti. Boleh jadi teka-teki itu akan sangat mengejutkan kita, dan bukan sekadar tentang ada tidaknya piramid dan Atlantis. Wass DHN From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 1:10 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan banyak yg mendukung tapi tidak rame Tapi berhubung Gunung "Piramid?" disini yg menjadi titik masalahnya, seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi yg mungkin itu memang bukan bidang geologi. Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya? Salam science cak Avi Al Haj 0666 Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan men
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM yg menjadi matakuliah pilihan sejak kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th (2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan apa pun oleh mhsw adalah sah sah sj. Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011. Salam, agus hend Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. Sent from my iPad On 26 Feb 2012, at 11:35, "Danny Hilman Natawidjaja" wrote: Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan ‘pengajaran geologi singkapan’. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya ‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan… Sekarang tentunya tidak lagi… From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Lha kan sekarang sudah mulai bnjir kecil2an. Tapi kalo nenggelamkan dunia waah mustahil. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "AWY" Date: Sun, 26 Feb 2012 06:27:28 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir". Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja? Salam, Argo - 3711 - Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon maaf jk salah2 tulis - Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan denga
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Sugeng siang, Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para penyelam yang handal. Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb. Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan Karibia ke Amerika Utara. Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim berlangsung di dunia. Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di kepulauan ini. Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? He...he.. :)) Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama. Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise, biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir". Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja? Salam, Argo - 3711 - Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon maaf jk salah2 tulis - Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Amin, Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:26:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com
[iagi-net-l] Nasehat Imran pada anaknya... Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Suatu hari Imran mengajak anaknya jalan jalan membawa kuda untuk mengenal hiruk pikuknya kehidupan. Mereka berjalan bersama sambil menuntun kudanya, masyarakat yang melihat langsung nyeletuk "orang orang aneh, bawa kuda cuma dituntun" Imran kemudian menaiki kuda dan dituntun anaknya, masyarakat yang melihat langsung nyeletuk "orang tua tak tahu diri" Imran meminta anaknya naik kuda, masyarakat yang melihat langsung nyeletuk "anak tidak berbakti" Imran dan anaknya bersama sama mengangkat kuda, masyarakat yang melihat langsung nyeletuk "orang gila, orang gila" Imran berkata pada anaknya "itulah kehidupan ", anaknya manggut2. The show must go on Do the best AW Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melih
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Naa kan bener, tukar info jadi tukar padu. Nnti saja buktinya kita liat kalau ada duit gede buat bongkat gunung. Basik dari interpretasi adalah konsep yang digunakan. Lapisan oleh geolog, bisa diterjemahkan lorong oleh arkeolog. Karena konsepnya beda. Salam, selamat siang. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:09:05 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Hey every body stay cool harap dimaafkan kata2 pak DH di milist pagi ini, dari tadi saya juga mau comen tapi saya tahan aja mas Miko Saran saya memang di milis ini kita stay cool aja Salam Avi 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sek
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan banyak yg mendukung tapi tidak rame Tapi berhubung Gunung "Piramid?" disini yg menjadi titik masalahnya, seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi yg mungkin itu memang bukan bidang geologi. Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya? Salam science cak Avi Al Haj 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang ma
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Avi, Al Hajj, Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini. Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu" pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya. Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan dg sedimen Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan. Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah. Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!! ADB Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk essensial... Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [ma
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Jadi ingat "puisi" ADB yg di share beberapa hari yg lalu... hmm . Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: andangbacht...@yahoo.com Date: Sun, 26 Feb 2012 04:26:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date:
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Bukan "mainstream science" pak, tapi "mainstream geologi di Indonesia" (mungkin dunia, saya tidak tahu). Ini memang sejalan dengan prinsip ekonomi. No doubt. From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] Sent: Sunday, February 26, 2012 11:46 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini ku
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene sedimen Avi 0666 Lagi jagong Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksploras
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak. Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen), termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi. Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan. Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya. Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture" dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng istilah ADB). Salam DHN Catatan: Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 'pengajaran geologi singkapan'. Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang alam. Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J. Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya' berdasarkan analisis morpho tektonik. Dalam konsep mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan. Sekarang tentunya tidak lagi. From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim _ From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700 To: ReplyTo: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "la
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mang Okim yang saya hormati, Nyuwun sewu, Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya. Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia mengapresiasi usaha2 perintisan "geoakrkeologi" yg sdh dilakuakn oleh beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg "tujuannya untuk eksplorasi tambang"). Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr kesan saya ya? Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu mengedepankan kebaikan dan ukhuwah. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikir
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Hey every body stay cool harap dimaafkan kata2 pak DH di milist pagi ini, dari tadi saya juga mau comen tapi saya tahan aja mas Miko Saran saya memang di milis ini kita stay cool aja Salam Avi 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "miko" Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny, Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para lulusannya. Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak, Salam prihatin, Mang Okim -Original Message- From: "Danny Hilman Natawidjaja" Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 To: Reply-To: Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] BUMN buat siapa? --->Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Reservoir management itu adalah urusan jangka panjang, sementara jabatan di BUMN migas dan Kementrian umurnya sangat pendek, otomatis para pemegang jabatan inginnya menaikkan produksi semaksimal mungkin di masa jabatannya biar prestasinya bagus. Urusan seperti ini kalo salah langkah akan merusak si reservoir itu sendiri dan menurunkan optimum recovery factor. saat produksi di genjot, 4-5 tahun setelahnya gembos karena melebihi critical rate, tapi si pejabat sudah naik ke level yang lebih atas lagi karena dianggap sukses menaikkan produksi. Kasus yang sama di pemerintahan, proyek jangka panjang saat ini mana ada yang jalannya mulus, semuanya tersendat sendat karena pejabat nya gonta ganti gak jelas. nature makes no jump kata pepatah, tapi natural manusia inginnya serba cepat. salam Razi 2012/2/25 Bandono Salim > ** > Itu idealnya, nyatanya ya bapak bapak lebih tahu dari pada aku. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > *From: * "Ismail" > *Date: *Sat, 25 Feb 2012 01:22:41 + > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] BUMN buat siapa? --->Re: [iagi-net-l] > Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru > > Kalau menurut UU ttg BUMN privatisasi guna meningkatkan kinerja dan nilai > perusahaan untuk memberbesar manfaat bagi negara dan masyarakat. Dengan > pertimbangan : dapat mengurangi beban keuangan negara, meningkatkan > efisiensi dan profesionalisme. Dan yg utama mengurangi campur tangan > birokrasi { mungkin bisa ditambahkan mengurangi juga campurtangan politisi } > > Ism > Sent by Liamsi's Mobile Phone > -- > *From: * "Sugeng Hartono" > *Date: *Sat, 25 Feb 2012 07:20:40 +0700 > *To: *; > *ReplyTo: * > *Subject: *RE: [iagi-net-l] BUMN buat siapa? --->Re: [iagi-net-l] > Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru > > > Mas Rovicky and All, > Saya ingat pengalaman 1982 ketika baru menempati rumah baru, waktu antri > untuk ambil blangko pendaftaran telpon di Telkom Salemba, kami merasa > seperti diterlantarkan (dikuyo-kuyo), bukan dipandang "pembeli adalah > raja". Rupanya urusan telpon di kompleks kami harus lewat "koordinator", > bbrp warga perumahan bekerja sama dengan orang Telkom. Jadi tidak dapat > langsung ke Telkom. Suatu sore saya mendapat undangan untuk pertemuan > antara warga pemohon telpon dan koordinator. Lho, saya tidak pernah > berhubungan dng mereka kok diundang? Pertemua cukup panas. Bbrp ibu protes, > karena dulu sudah menambah dana seperti yg diminta kok sekarang minta lagi, > dan belum tentu "kring". Akhirnya dlm pertemuan itu warga mendapat segepok > blangko (resmi dari Telkom), ada bbrp formulir pendaftaran, kuitansi kosong > etc. etc dan surat kuasa bermeterai... Karena situsai agak tegang, > pertemuan segera bubar, dan hidangan yang sudah disajikan tidak ada yang > menyentuh. Kasihan juga. > > Blangko segepok saya bawa ke lokasi kerja di Laut Jawa untuk dipelajari. > Na, ketika ada teman mudlogger akan dipulangkan karena dianggap "kurang > bagus" oleh WSG anak Inggris, saya pun membela dengan agak emosi. Berhasil. > Teman ini tetap kerja. Masih dalam keadaan sedikit emosi, saya menulis > surat pembaca dng dilampiri segepok dokumen. Jam 06:00 koran nasional yg > memuat tulisan saya ini sudah beredar di kompleks kami. Warga geger. Selama > dua hari banyak warga hilir-mudik di depan rumah kami yg masih ditanami > singkong sbg peneduh, sambil melihat-2 rumahnya di pengirim surat. Bbrp > hari kemudian dua satpam Telkom keliling komplek untuk menyampaikan surat > pembatalan, dan undangan agar pemohon telpon datang ke kantor pusat di > Slipi untuk mendaftar ulang. Tidak boleh wakil. Dari sekian banyak warga > hanya rumah saya yg tidak dikasih surat ini. > Belakangan saya tahu ketika seorang tetangga menghampiri saya untuk > mendaftar ulang. Di kantor Telkom Slipi semua mata di ruangan (para > pegawai)tertuju ke saya. Oleh pak Kepala (BcTT)saya diterima di ruangannya, > beliau mengucapkan terima kasih karena saya menulis di koran sehingga > beliau bisa bertndak. Katanya beliau sering menerima surat ancaman, surat > kaleng dll lalu menarik laci di mejanya untuk menunjukkan surat-2 tsb. > Pesan beliau: Dalam dua hari akan ada petugas untuk memasang saluran, > biaya resmi Rp.200.000. (waktu itu bbrp tetangga yg bisnis sudah bayar ke > perantara sejuta lebih). Begitu rumah-2 memiliki saluran telpon semua happy > (tentunya Telkom juga sudah untung). Lalu... apa sih susahnya melayani > warga (pembayar pajak)tanpa harus menyelipkan kepentingan pribadi, bukankah > semua pegawai Tekom itu pegawai negri dengan gaji yg lumayan? > Setiap membuka kliping koran yg memuat surat protes, saya merasa malu. > Akhirnya saya buang. > Sampai sekarang saya tidak paham apakah keuntungan dan kerugian sebuah > BUMN kalau di-privatisasi. > > Salam, > sugeng > > > > -Original Message- > From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com ] > Sent: Fri 2/24/2012 7:27 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] BUMN buat siapa? -
RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus. Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter. Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang 'terendam'. Interaksi dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada "ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya 'tidak selaras'. Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi 'kurang waras' J (bercanda). Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan 'konstruktif' yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. "Alot'nya membahas 'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini. Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu. Selamat berakhir pekan. DHN From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR Fyi, -- Forwarded message -- From: Date: Sunday, February 26, 2012 Subject: ARTIKEL KORAN PR To: rovi...@gmail.com Cc: z...@gc.itb.ac.id Ass.w.w., Pak Rovicky, Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file. Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya (baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan populer di koran yaitu Pikiran Rakyat. Sekedar bacaan Akhir Pekan. Wslm, Zaim -- "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Ono opo gus Ipul Avi Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: mohammadsyai...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 09:02:53 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Om Avi, ati2 lho nginep di hotel iblis... Sent from my deep hart On Feb 26, 2012, at 8:23 AM, rakhmadi.avia...@gmail.com wrote: > Salut pak Bandono bisa meluangkan banyak waktu buat nulis pak, keep it pak > > Lagi week end mau nyabu dulu pak Bandono baru leyeh2 bil nonton pilem biar > lengkap cyclusnya > > Avi 0666 > Nomor Cantik > Monitor dr hotel Ibis Yogya > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Bandono Salim" > Date: Sun, 26 Feb 2012 01:07:41 > To: > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Wah isi pengetahuan baru mas bukan berdebat. Kalau dbat nnti bisa musuhan > hahaha > Kalau awalnya kita tukar info dan tukar pendapat belakangan jadi tukar padu > (bertengkar). > Yaa kami tunggu ole olenya. > --Original Message-- > From: a...@geologist.com > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Sent: Feb 26, 2012 07:57 > > Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... > > --Original Message-- > From: Bandono Salim > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Sent: Feb 26, 2012 08:24 > > Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > Powered by Telkomsel BlackBerry® PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Om Avi, ati2 lho nginep di hotel iblis... Sent from my deep hart On Feb 26, 2012, at 8:23 AM, rakhmadi.avia...@gmail.com wrote: > Salut pak Bandono bisa meluangkan banyak waktu buat nulis pak, keep it pak > > Lagi week end mau nyabu dulu pak Bandono baru leyeh2 bil nonton pilem biar > lengkap cyclusnya > > Avi 0666 > Nomor Cantik > Monitor dr hotel Ibis Yogya > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Bandono Salim" > Date: Sun, 26 Feb 2012 01:07:41 > To: > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Wah isi pengetahuan baru mas bukan berdebat. Kalau dbat nnti bisa musuhan > hahaha > Kalau awalnya kita tukar info dan tukar pendapat belakangan jadi tukar padu > (bertengkar). > Yaa kami tunggu ole olenya. > --Original Message-- > From: a...@geologist.com > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Sent: Feb 26, 2012 07:57 > > Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... > > --Original Message-- > From: Bandono Salim > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang > Sent: Feb 26, 2012 08:24 > > Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > Powered by Telkomsel BlackBerry® PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Monggo aku ndak biasa nyabu tapi nyanas atau nyabu nya bungbuahan. Nggih leyeh2 disit laa, supaya seger awake lan pikirane. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sun, 26 Feb 2012 01:23:53 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Salut pak Bandono bisa meluangkan banyak waktu buat nulis pak, keep it pak Lagi week end mau nyabu dulu pak Bandono baru leyeh2 bil nonton pilem biar lengkap cyclusnya Avi 0666 Nomor Cantik Monitor dr hotel Ibis Yogya Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Sun, 26 Feb 2012 01:07:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Wah isi pengetahuan baru mas bukan berdebat. Kalau dbat nnti bisa musuhan hahaha Kalau awalnya kita tukar info dan tukar pendapat belakangan jadi tukar padu (bertengkar). Yaa kami tunggu ole olenya. --Original Message-- From: a...@geologist.com To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 07:57 Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... --Original Message-- From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 08:24 Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Salut pak Bandono bisa meluangkan banyak waktu buat nulis pak, keep it pak Lagi week end mau nyabu dulu pak Bandono baru leyeh2 bil nonton pilem biar lengkap cyclusnya Avi 0666 Nomor Cantik Monitor dr hotel Ibis Yogya Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Sun, 26 Feb 2012 01:07:41 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Wah isi pengetahuan baru mas bukan berdebat. Kalau dbat nnti bisa musuhan hahaha Kalau awalnya kita tukar info dan tukar pendapat belakangan jadi tukar padu (bertengkar). Yaa kami tunggu ole olenya. --Original Message-- From: a...@geologist.com To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 07:57 Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... --Original Message-- From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 08:24 Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Wah isi pengetahuan baru mas bukan berdebat. Kalau dbat nnti bisa musuhan hahaha Kalau awalnya kita tukar info dan tukar pendapat belakangan jadi tukar padu (bertengkar). Yaa kami tunggu ole olenya. --Original Message-- From: a...@geologist.com To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 07:57 Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... --Original Message-- From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 08:24 Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Ole ole gn padang
Menunggu rilisnya... Soale ikut menikmati juga diskusi dan perdebatanx... --Original Message-- From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Ole ole gn padang Sent: Feb 26, 2012 08:24 Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Yaa mau tak mau pak. Kita hadapi adalah manusia yang tinggal di wilayah banjir. Selesaikan masalah teknis relatif mudah, meski tidak semudah menulis atau bicara, Menghadapi manuusiia, ada tekniknya. Lha contoh bagus dari Solo, diskusi dulu dengan baik, semua ok, baru laksanakan. Lho pedagang dimana mana kan rewel. Semua pedagang pak dari rakyat sampe anggota DPR dan Eksekutif, pasti reweel banget. Toh akhirnya dpt menyetujui usul walikota solo. DI dengan gayanya juga dpt mengubah pola pikir direktur n manger di BUMN. Jadi rekayasa sosial itu dpt dijalankan dengan "berinteraksi tanpa mau menang sendiri". Orang teknik harusnya bisa jadi ahli rekayasa sosial tanpa bawa konsep teknik lebih dulu Salam, selamat pagi. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Ismail" Date: Sun, 26 Feb 2012 00:27:28 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Jadi banjir ini masalah teknis atau sosial ujung ujungnya , rekomendasinya nanti kan tata kembali di hulu sungai artinya penggusuran villa villa atau bangunan lainnya , bersihkan sepanjang aliran sungai padahal semua bantaran sungai sdh penuh bangunan jd harus digusur , sediakan tempat genangan untuk parkir air , padahal semua situ/danau/rawa di jakarta ini sdh habis untuk mall dan realestate maupun bangunan lainya bahkan lahan kosongnya tinggal kurang dari 9% padahal minimal 25% , jadi penggusuran lagi , makanya Banjir ini sebetulnya masalah sosial jadi orang sosial yg menyelesaikannya . . . Tak iye Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: mufar...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 14:14:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Hitung-hitungan model nya sih bisa di buat ya, tapi kalo nanti sudah menyentuh masalah sosial baru akan pusing. Ketika pemerintah menggusur rumah warga krn tidak sesuai peruntukan, LSM akan teriak ( mas Bosman ikut teriak juga gak nanti hehehe) Jadi inget kampung di kalimantan, rumah saya dulu di pinggir sungai yg jernih dan lebar, skrg sungainya hilang diganti rumah-rumah penduduk, termasuk rumah2 "oknum" pegawai PU yg notabene harusnya tau aturan, apa mau dikata? Banjir tiap hujan besar gak bisa dihindari Kasus begini gimana caranya "memberantas" ya? Salam Razi -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 03:53:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya sepakat Pakdhe soal persahabatan itu. Adapun judul tulisan yang saya buat "Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantas Banjir" hanyalah sebuah alternatif. Ide utamanya adalah sebuah superbody yang bisa menerobos semua masalah sekat2 administrasi (DKI vs Jabar) serta ketidaksinergian antar institusi2, yang selama ini menjadi salah satu pokok persoalan. Soal nama, aku pikir itu bisa didiskusikan kelak, sepanjang kita sudah sepakat soal substansi2 permasalahannya. tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:45 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re:
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Jadi banjir ini masalah teknis atau sosial ujung ujungnya , rekomendasinya nanti kan tata kembali di hulu sungai artinya penggusuran villa villa atau bangunan lainnya , bersihkan sepanjang aliran sungai padahal semua bantaran sungai sdh penuh bangunan jd harus digusur , sediakan tempat genangan untuk parkir air , padahal semua situ/danau/rawa di jakarta ini sdh habis untuk mall dan realestate maupun bangunan lainya bahkan lahan kosongnya tinggal kurang dari 9% padahal minimal 25% , jadi penggusuran lagi , makanya Banjir ini sebetulnya masalah sosial jadi orang sosial yg menyelesaikannya . . . Tak iye Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: mufar...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 14:14:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Hitung-hitungan model nya sih bisa di buat ya, tapi kalo nanti sudah menyentuh masalah sosial baru akan pusing. Ketika pemerintah menggusur rumah warga krn tidak sesuai peruntukan, LSM akan teriak ( mas Bosman ikut teriak juga gak nanti hehehe) Jadi inget kampung di kalimantan, rumah saya dulu di pinggir sungai yg jernih dan lebar, skrg sungainya hilang diganti rumah-rumah penduduk, termasuk rumah2 "oknum" pegawai PU yg notabene harusnya tau aturan, apa mau dikata? Banjir tiap hujan besar gak bisa dihindari Kasus begini gimana caranya "memberantas" ya? Salam Razi -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 03:53:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya sepakat Pakdhe soal persahabatan itu. Adapun judul tulisan yang saya buat "Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantas Banjir" hanyalah sebuah alternatif. Ide utamanya adalah sebuah superbody yang bisa menerobos semua masalah sekat2 administrasi (DKI vs Jabar) serta ketidaksinergian antar institusi2, yang selama ini menjadi salah satu pokok persoalan. Soal nama, aku pikir itu bisa didiskusikan kelak, sepanjang kita sudah sepakat soal substansi2 permasalahannya. tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:45 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >
[iagi-net-l] Ole ole gn padang
Semoga ada ole-ole kunjungan ke gn Padang. Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Kata pepatah melayu kuno, anjing menggonggong kafilah lalu. Lho yang berteriak itu dapat memberi solusi tidak? Kalau tidak yaa abaikan saja. Ajak komunikasi dulu, tampung usulan mereka. Kalau tidak memberi pemecahan beri alternatif, hingga tidak adA lagi gonggongannya. Laksanakan keputusan bersama, rakyat sebagai pengawas (wakil saja). Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: mufar...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 14:14:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Hitung-hitungan model nya sih bisa di buat ya, tapi kalo nanti sudah menyentuh masalah sosial baru akan pusing. Ketika pemerintah menggusur rumah warga krn tidak sesuai peruntukan, LSM akan teriak ( mas Bosman ikut teriak juga gak nanti hehehe) Jadi inget kampung di kalimantan, rumah saya dulu di pinggir sungai yg jernih dan lebar, skrg sungainya hilang diganti rumah-rumah penduduk, termasuk rumah2 "oknum" pegawai PU yg notabene harusnya tau aturan, apa mau dikata? Banjir tiap hujan besar gak bisa dihindari Kasus begini gimana caranya "memberantas" ya? Salam Razi -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 03:53:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya sepakat Pakdhe soal persahabatan itu. Adapun judul tulisan yang saya buat "Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantas Banjir" hanyalah sebuah alternatif. Ide utamanya adalah sebuah superbody yang bisa menerobos semua masalah sekat2 administrasi (DKI vs Jabar) serta ketidaksinergian antar institusi2, yang selama ini menjadi salah satu pokok persoalan. Soal nama, aku pikir itu bisa didiskusikan kelak, sepanjang kita sudah sepakat soal substansi2 permasalahannya. tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:45 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
"merawat air, merawat tanah, adalah merawat iman". Sinergi, tapi ini menjadi sangat ideal sbgaimana "earth system governance" dlm kepmimpinan birokrasi pd negara kepulauaan di tepian benua aktif yg dilintasi garis khatulistiwa.. Biar tambah pekerjaan rumah buat bosman di eropa...yg lagi belajar eko.hidrologi..., hehehe Salaam, agus hend Sent from my iPad On 25 Feb 2012, at 18:45, "Bandono Salim" wrote: Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - From: bosman batubara To: iagi net Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... *** Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya “Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua partner diskusilah… *** Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di DKI, belum lagi kalau kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua wilayah Indonesia, tanpa perlu
Re: [iagi-net-l] Selamat Pagi
Yank, Orang2 yg cupat..katanya ususnya pendek, metabolisme cepat, tidak sempurna cernaannya, yaa wajar sj menggelikan. Tapi jujur sj, bahwa sosialita komunitas geologi di republik ini sangat membutuhkan yang geli geli itu. Coba puisi tsb dibaca di tepian pantai sendang biru, malang selatan. Cooling down cak... Salam, agus hend Sent from my iPad On 24 Feb 2012, at 08:13, scha...@gmail.com wrote: Tumben mas, senjata pamungkasnya sampai keluar? Chan 2353 --Original Message-- From: ADB To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Selamat Pagi Sent: Feb 24, 2012 08:08 mulutmu adalah harimaumu; keypadmu adalah bau mulutmu; apa yg kau kunyah, apa yg kau telan, pencernaan batinmu, menguar lwt postingan-mu; orang2 yg diberkahi, kunyahannya panjang, cernaannya sempurna, tulisannya wangi, aumannya menenangkan, melindungi ... orang2 yg cupat, menelan cepat, tdk melihat, sembelit berat, goresannya perih, mengaum mengancam, tapi bikin geli ... selamat pagi adb arema iagi-0800 Powered by Telkomsel BlackBerry® Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Hitung-hitungan model nya sih bisa di buat ya, tapi kalo nanti sudah menyentuh masalah sosial baru akan pusing. Ketika pemerintah menggusur rumah warga krn tidak sesuai peruntukan, LSM akan teriak ( mas Bosman ikut teriak juga gak nanti hehehe) Jadi inget kampung di kalimantan, rumah saya dulu di pinggir sungai yg jernih dan lebar, skrg sungainya hilang diganti rumah-rumah penduduk, termasuk rumah2 "oknum" pegawai PU yg notabene harusnya tau aturan, apa mau dikata? Banjir tiap hujan besar gak bisa dihindari Kasus begini gimana caranya "memberantas" ya? Salam Razi -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 03:53:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya sepakat Pakdhe soal persahabatan itu. Adapun judul tulisan yang saya buat "Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantas Banjir" hanyalah sebuah alternatif. Ide utamanya adalah sebuah superbody yang bisa menerobos semua masalah sekat2 administrasi (DKI vs Jabar) serta ketidaksinergian antar institusi2, yang selama ini menjadi salah satu pokok persoalan. Soal nama, aku pikir itu bisa didiskusikan kelak, sepanjang kita sudah sepakat soal substansi2 permasalahannya. tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:45 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >partner diskusilah… >*** >Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >Dalam perin
Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Wah ndak bisa dibaca pakai bb kecil. Kalau saya sih masih pake pedoman "sekarang kunci masa lalu" karena proses alam tetap sama, hanya intensitasnya beda. Usaha manusia untuk mengatasinya yaa gak jauh beda. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari Date: Sat, 25 Feb 2012 19:50:43 To: IAGI Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Saya sepakat Pakdhe soal persahabatan itu. Adapun judul tulisan yang saya buat "Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantas Banjir" hanyalah sebuah alternatif. Ide utamanya adalah sebuah superbody yang bisa menerobos semua masalah sekat2 administrasi (DKI vs Jabar) serta ketidaksinergian antar institusi2, yang selama ini menjadi salah satu pokok persoalan. Soal nama, aku pikir itu bisa didiskusikan kelak, sepanjang kita sudah sepakat soal substansi2 permasalahannya. tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:45 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 +0800 (SGT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >partner diskusilah… >*** >Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan >durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti >memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari >ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. >Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. >Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 >saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan >kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja >mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini >dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan >Pembangunan Nasional (BAPPE
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Kan sudah aku jawab. Di awal diskusi. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: strivea...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 10:01:52 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Akar masalahnya adalah adanya banjir. Banjir terjadi karena adanya debit yang tidak tertampung. Debit tidak tertampung karena jalur aliran berkurang. Ini masalah yang harus dipecahkan oleh penerima di hilir. Dalam hal ini DKI Jakarta. General responsibility di Gubernur DKI Jakarta. Mau tidak mau dia harus menyelesaikannya (adakah mandat atas gubernur dki yang resmi? Mungkin kalo ada banjir salah satunya?). Debit besar terjadi salah satunya penggundulan hutan dan pendangkalan sungai di hulu. Ini masalah kelestarian lingkungan. Tanggung jawab gubernur jabar dan banten. Sudah lintas wilayah? Presiden RI harus ikut campur memberi instruksi jelas. Dan Bappenas bisa dijadikan koordinator. Gak perlu komisi2 pemoles muka presiden. Cukup bappenas ato malah kementrian PU dilebarkan wewenangnya. Tapi karena mentri adalah tempelan mafia calo, oh well gak bisa diharapkan. (Seluruh pemerintahan adalah tempelan mafia calo...jadi memang tak bisa diharapkan sih...) Oh well, boleh ngomong panjang lebar, tapi kalo responsible person mindsetnya adalah calo, yasudah, takkan berhasil. Karena itulah: #indonesiatanpaparpol, #politiktanpajendral, #demokrasitanpacalo visit strivearth.com and be entertained -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:50:37 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Secara hierarkis memang begitu, tetapi kok banjir tetap saja terjadi? Menjadi rutinitas? Kalau logika struktural itu jalan, tidak akan keluar istilah "banjir kiriman". Ini bahkan di laporan BAPPENAS ada istilah "banjir kiriman". Yang maksudnya, Bogor sebagai "pengirim" dan DKI sebagai "penerima". Ini artinya saling melempar bola. Ini terjadi karena masalah dasar yang saya angkat dalam tulisan ini: batas administrasi tidak sesuai dengan batas catchment. BAPPENAS itu sudah lembaga pusat lho (pembantu Presiden). Lantas siapa yang bisa menjembatani Provinsi DKI dengan Jabar? Presiden? Lantas kenapa yang jadi sasaran tembak selalu Gubernur DKI? Kenapa tidak secara eksplisit Presiden mengambil alih tanggung jawab? Apakah banjir Jakarta itu dianggap bencana nasional atau urusan daerah? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:35 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warrantie
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Barangkali teknik persuasi dan komunikasinya selama ini yang bermasalah Pak. Sedikit menyimpang, tetapi ada inspirasi yang sangat bagus dari Walikota Solo, Jokowi, tentang bagaimana ia mempersuasi pedagang pasar dan PKL. Ini salah satu masalah selama ini dalam komunikasi pemerintah dengan masyarakat, tetapi Jokowi mengatasinya dengan cara yang berbeda. Kita mungkin bisa belajar sesutau dari cara Pak Jokowi ini. Ini saya kompikan link wawancara Jokowi di Mata Najwa Metro TV. sangat inspiratif salah satu bagian dimana ia bercerita soal mendekati, dan pada akhirnya membangun trust dengan warga Solo. http://www.youtube.com/watch?v=V2WrUMJ2o6c&feature=related tabik bosman batubara From: Bandono Salim To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 12:42 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Di indonesia akan sulit, karena kerja antar kabupaten sulit, gubernur saja gak bisa satukan bupati danyang setingkat. Masih sangat kuat egoisme dan atau kedaerahannya. Coba antar kampung saja saling gempur. Semoga bisa damai. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 00:22:26 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Seluruh aparat dan masyarakat. Kalau hanya pu wah gak bisa. Juga kerjasama dg kabupaten bogor, jawabarat dan tangerang. Kalaiu sepotong sepotong, jangan harap akan berhasil. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Yang benar, bersahabatlah dengan air, angin, tanah dan api. Jangan ada istilah memberantas, membasmi, atu sejenisnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >partner diskusilah… >*** >Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan >durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti >memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari >ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. >Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. >Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 >saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan >kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja >mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini >dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan >Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja >total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan >kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, >kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, >maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias >seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di DKI, belum lagi kalau >kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua wilayah Indonesia, tanpa perlu melakukan perhitungan lagi, kita bisa memprediksi bahwa kita akan menemukan angka yang cukup signifikan seperti di atas.*** >selengkapnya: >http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/indonesia-membutuhkan-
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Di indonesia akan sulit, karena kerja antar kabupaten sulit, gubernur saja gak bisa satukan bupati danyang setingkat. Masih sangat kuat egoisme dan atau kedaerahannya. Coba antar kampung saja saling gempur. Semoga bisa damai. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 00:22:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Jawabannya sebenarnya ada di tulisan itu sendiri... nih saya kopikan... saya juga cuma melempar ide. Atau mungkin logikanya kita balik, gimana memaksimalkan dan mengintegrasikan kerja2 unit2 tentang bencana yang sudah ada? *** ,... Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menerobos perbedaan konsep administrasi dan DAS ini? Solusi paling mendasar tentu saja adalah, tata ulang batas-batas adminisrasi dan buat batas yang baru sesuai dengan morfologi, dan kalau mungkin distrbusi ekosistem, dimana konsep ini sering dikenal dengan bio/eco-region. Akan tetapi ini tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Ada banyak instrument birokrasi seperti perkantoran, dan bahkan juga sistem pendataan, yang juga mesti dirombak. Dan sudah pasti biayanya akan sangat mahal. Di sini barangkali penting menggali inspirasi dari daerah lain di dunia, kita ambil contoh manajemen Sungai Danube yang melibatkan 14 negara (Austria, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Jerman, Hungaria, Moldovia, Montenegro, Rumania, Serbia, Slovakia, Slovenia dan Ukraina). International Commission for the Protection of the Danube River (icpdr; http://www.icpdr.org/), selain mengurusi masalah ekosistem, kualitas air, polusi, air tanah, bendungan dan struktur hydrologi lainnya, manajemen cekungan sungai, juga memasukkan banjir dan kekeringan dalam list urusan mereka. Artinya, badan inilah yang menjadi otoritas terhadap rencana aksi pengurangan resiko banjir untuk kawasan DAS Danube. Hal yang sama untuk Sungai Rhine yang melibatkan Swiss, Perancis, Luxemburg dan Belanda dengan superbody yang melintas batas administrasi negara dengan nama International Commision for the Protection of the Rhine (ICPR; http://www.iksr.org/index.php?id=58&L=3). Dan juga untuk Sungai Orda yang melibatkan Jerman, Republik Ceko dan Polandia (http://www.mkoo.pl/index.php?mid=18). Lantas apa yang kita miliki? Untuk manajemen bencana di Indonesia, kita memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu kita juga memiliki Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang hadir lewat Balai Sungai-sungainya. Dan yang terakhir, kita juga memiliki Staf Khsusus Presiden bidang Kebencanaan dan Bantuan Sosial. Serta tak boleh kita lupakan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) seperti yang dibentuk di Aceh pasca tsunami 2004. Dari kelima badan yang kita miliki di atas, lantas siapa yang bertanggung jawab terhadap banjir musiman di Jakarta? Siapa yang akan kita tuding dan tuntut mundur kalau banjir terjadi terus-menerus? Sepertinya tidak satu pun. BNPB sementara ini tampaknya masih bergelut dengan masalah institusi dan belum memiliki kapabilitas kelembagaan untuk mengurusi bencana seperti banjir yang membutuhkan riset dan kecakapan teknologi. Balai-balai sungai di PU, yang tampaknya sebenarnya merupakan gudang para pakar banjir, lebih terkonsentrasi mengurusi permasalahan suplai air minum. BRR sifatnya ad hoc, hanya muncul ketika kita memiliki kasus seperti tsunami Aceh 2004. Staf Khusus Presiden untuk bidang Kebencanaan dan Bantuan Sosial lebih tidak jelas lagi, belakangan ini malah sibuk dalam urusan “piramida” di Gunung Sadahurip. Indikasi paling gampang dari kurang kuatnya, dan juga tidak sinergisnya, pekerjaan badan-badan yang berhubungan dengan bencana banjir yang kita miliki misalnya, dapat kita lihat dari hal yang kecil. Untuk kasus banjir, data menerus curah hujan dari setiap stasiun pengamatan adalah data yang sangat vital. Karena dari situ kita bisa mulai membuat model volume air yang kita miliki. Dari data curah hujan kita bisa menghitung berapa air yang masuk ke sebuah system catchment, dan dengan berbagai data lain kita bisa membuat sebuah neraca “water balance”. Kalau kita sudah memiliki model “water-balance” ini, maka minimal kita memiliki pijakan apa yang harus dilakukan, dimana ada permasalahan, dan skenario seperti apa yang perlu dikembangkan. Untuk kasus banjir, historical data dari curah hujan ini juga sangat dibutuhkan karena dari situ kita bisa membuat sebuah perhitungan yang berbasis sejarah untuk selanjutnya menggenerasi prediksi return period sebuah banjir sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk masalah ini saja, kita belum beres. Sepertinya bidang ini ada di BMKG, tetapi manakala kita butuhkan, ia tidak tersedia dengan cepat. Jadi agak susah membayangkan badan-badan yang kita miliki seperti di atas bisa bekerja sinergis kala
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Terima kasih link-nya Pakde, projek itu yang saya diskusikan dalam tulisan sebelumnya: http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/proyek-setengah-hati-menangani-banjir-jakarta/ tabik bosman batubara From: Rovicky Dwi Putrohari To: "iagi-net@iagi.or.id" Sent: Saturday, February 25, 2012 12:32 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Untuk project yg sedang berjalan silahkan tengok sini http://web.worldbank.org/external/projects/main?Projectid=P111034&theSitePK=40941&piPK=73230&pagePK=64283627&menuPK=228424 Jakarta Urgent Flood Mitigation Project Disitu ada step step serta database, barangkali bisa dilihat sejauh mana project ini sesuai yg diharapkan Rdp
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Untuk project yg sedang berjalan silahkan tengok sini http://web.worldbank.org/external/projects/main?Projectid=P111034&theSitePK=40941&piPK=73230&pagePK=64283627&menuPK=228424 Jakarta Urgent Flood Mitigation Project Disitu ada step step serta database, barangkali bisa dilihat sejauh mana project ini sesuai yg diharapkan Rdp On Saturday, February 25, 2012, bosman batubara wrote: > Okelah kalau begitu Pakdhe, kita nikmati aja sembari juga kita nikmati data yang saya paparkan di bagian awal tulisan itu: 20% dari APBD DKI 2008 Pakdhe, alias seperlima... ;). > > " > Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. > " > > tabik > bosman batubara > > > From: Ismail > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Saturday, February 25, 2012 11:17 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > Wah boleh juga kalau Gub atau bupati yg bertanggung jawab banjir disuruh mundur jadi kalau musim hujan tiba ada penggantian Gubernur or bupati biar ada pemerataan jabatannya . Siapa tahu kebagian . . . . > > Kebetulan rumahku dipinggiran kali Ciliwung kurang dari 100 meter dari bibir sungai Ciliwung, sampai sampai hafal kalau ktinggian airnya sdh sekian { saya tandai } Kp Melayu banjir atau bukit duri banjir. > > Sepanjang bantaran sungai tsb banyak penghuninya begitu air naik dikit sudah tergenang , kalau saya tanya knp masih tinggal disitu mereka bilang paling banjirnya 2 ~ 3 mingguan saja jadi masih ada 50 minggu pertahun yg tdk kebanjiran , jadi dinikmati saja > > Ism > Sent by Liamsi's Mobile Phone > > From: strivea...@gmail.com > Date: Sat, 25 Feb 2012 09:35:40 + > To: > ReplyTo: > Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. > visit strivearth.com and be entertained > > From: bosman batubara > Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 -0800 (PST) > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: > Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? > > tabik > bosman batubara > > From: "strivea...@gmail.com" > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana > visit strivearth.com and be entertained > > > PP-IAGI 2011-2014: > Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com > Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com > > Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. > Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > For topics not dire -- *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Okelah kalau begitu Pakdhe, kita nikmati aja sembari juga kita nikmati data yang saya paparkan di bagian awal tulisan itu: 20% dari APBD DKI 2008 Pakdhe, alias seperlima... ;). " Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. " tabik bosman batubara From: Ismail To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:17 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Wah boleh juga kalau Gub atau bupati yg bertanggung jawab banjir disuruh mundur jadi kalau musim hujan tiba ada penggantian Gubernur or bupati biar ada pemerataan jabatannya . Siapa tahu kebagian . . . . Kebetulan rumahku dipinggiran kali Ciliwung kurang dari 100 meter dari bibir sungai Ciliwung, sampai sampai hafal kalau ktinggian airnya sdh sekian { saya tandai } Kp Melayu banjir atau bukit duri banjir. Sepanjang bantaran sungai tsb banyak penghuninya begitu air naik dikit sudah tergenang , kalau saya tanya knp masih tinggal disitu mereka bilang paling banjirnya 2 ~ 3 mingguan saja jadi masih ada 50 minggu pertahun yg tdk kebanjiran , jadi dinikmati saja Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone From: strivea...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 09:35:40 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
ada beberapa poin yang menarik: Presiden RI turut campur dengan BAPPENAS sebagai koordinator; atau malah PU didorong wewenangnya. Itu juga salah satu poin saya sebenarnya: mendorong integrasi lembaga2 yang sudah kita punya dalam menangani banjir lintas Provinsi seperti banjir jakarta. Ini saya kutipkan dari tulisan itu: " Optimisme yang mungkin bisa kita uarkan adalah, pada dasarnya kita sudah punya institusi-institusi yang memadai untuk sebuah manajemen banjir yang integratif. Permasalahannya, tidak semua institusi itu bekerja dengan sinergi. Disebutkan begitu, kalaulah semua isntitusi itu berada di bawah satu sistem yang terintegrasi, niscaya terma “banjir kiriman” seperti di atas tidak akan muncul di laporan BAPPENAS. Dari sinilah muncul ide pembentukan sebuah “superbody” yang analog dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi Pemberantasan Banjir (KPB) ini, sebut saja namanya demikian, nantinya yang akan bertugas mengintegrasikan modal institusional yang sudah kita miliki dalam hal penanganan banjir. KPB juga layak diberi kewenangan yang lebih besar, seperti layaknya KPK, agar ia mampu menerobos batas adminsitrasi dan mendisain manajemen banjir yang sesuai kasus per kasus. Diharapkan, dengan adanya superbody KPB, maka tidak adalagi ketidaksinergian antara berbagai sektor. Dan setelah bekerja beberapa waktu sesuai dengan yang mereka targetkan kelak, kalau banjir masih belum terkelola dengan baik, minimal kita punya badan/orang untuk dituntut mundur, tidak seperti yang terjadi selama ini. " Saya pikir memang selama ini Balai2 Sungai PU tidak cukup efektif dalam permasalahan banjir seperti Jakarta. Kalau mereka didorong ke sana, kemudian mereka akan berurusan dengan BMKG (menyangkut data curah hujan dan kondisi iklim). Termasuk berurusan dengan Provinsi DKI dan Jabar (dalam hal penggunaan lahan). Apakah mereka akan cukup bergigi di tengah arus otonomi daerah yang cuma meninggalkan (kalau tidak salah) lima kewenangan di tingkatan pusat? Apakah mereka akan cukup kuat untuk masuk ke wilayah permasalahan urbanisasi dan kependudukan yang juga salah satu akar permasalahan banjir yang terjadi di Jakarta? Dengan kata lain, masalahnya sudah sangat kompleks. Poin saya, menghadapi permasalahan yang kompleks begitu, aku pikir opsi mendorong PU untuk lebih berwenang dengan sendirinya agak tidak pas. Lantas BAPPENAS; nah ini menarik. Sejauh mana BAPPENAS mampu mengendalikan permasalahan2 di atas (urbanisasi, tata guna lahan, isu lintas provinsi), bahkan harus bekerja dengan Departemen PU (yang terakhir ini "selevel" dengan BAPPENAS). Kemudian, tampaknya diskusi melebar, tetap tidak apa-apa. Apa yang anda maksud dengan lembaga rentenir pada email sebelumnya? tabik bosman batubara weblog: http://usirsorikmasmining.wordpress.com/ From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:01 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Akar masalahnya adalah adanya banjir. Banjir terjadi karena adanya debit yang tidak tertampung. Debit tidak tertampung karena jalur aliran berkurang. Ini masalah yang harus dipecahkan oleh penerima di hilir. Dalam hal ini DKI Jakarta. General responsibility di Gubernur DKI Jakarta. Mau tidak mau dia harus menyelesaikannya (adakah mandat atas gubernur dki yang resmi? Mungkin kalo ada banjir salah satunya?). Debit besar terjadi salah satunya penggundulan hutan dan pendangkalan sungai di hulu. Ini masalah kelestarian lingkungan. Tanggung jawab gubernur jabar dan banten. Sudah lintas wilayah? Presiden RI harus ikut campur memberi instruksi jelas. Dan Bappenas bisa dijadikan koordinator. Gak perlu komisi2 pemoles muka presiden. Cukup bappenas ato malah kementrian PU dilebarkan wewenangnya. Tapi karena mentri adalah tempelan mafia calo, oh well gak bisa diharapkan. (Seluruh pemerintahan adalah tempelan mafia calo...jadi memang tak bisa diharapkan sih...) Oh well, boleh ngomong panjang lebar, tapi kalo responsible person mindsetnya adalah calo, yasudah, takkan berhasil. Karena itulah: #indonesiatanpaparpol, #politiktanpajendral, #demokrasitanpacalo visit strivearth.com and be entertained From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:50:37 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Secara hierarkis memang begitu, tetapi kok banjir tetap saja terjadi? Menjadi rutinitas? Kalau logika struktural itu jalan, tidak akan keluar istilah "banjir kiriman". Ini bahkan di laporan BAPPENAS ada istilah "banjir kiriman". Yang maksudnya, Bogor sebagai "pengirim" dan DKI sebagai "penerima". Ini artinya saling melempar bola. Ini terjadi karena masalah dasar yang saya angkat dalam tulisan ini: batas administrasi tidak sesuai dengan batas catchment. BAPPENAS itu sudah lembaga pusat lho (pembantu Presiden). Lantas si
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Wah boleh juga kalau Gub atau bupati yg bertanggung jawab banjir disuruh mundur jadi kalau musim hujan tiba ada penggantian Gubernur or bupati biar ada pemerataan jabatannya . Siapa tahu kebagian . . . . Kebetulan rumahku dipinggiran kali Ciliwung kurang dari 100 meter dari bibir sungai Ciliwung, sampai sampai hafal kalau ktinggian airnya sdh sekian { saya tandai } Kp Melayu banjir atau bukit duri banjir. Sepanjang bantaran sungai tsb banyak penghuninya begitu air naik dikit sudah tergenang , kalau saya tanya knp masih tinggal disitu mereka bilang paling banjirnya 2 ~ 3 mingguan saja jadi masih ada 50 minggu pertahun yg tdk kebanjiran , jadi dinikmati saja Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: strivea...@gmail.com Date: Sat, 25 Feb 2012 09:35:40 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Akar masalahnya adalah adanya banjir. Banjir terjadi karena adanya debit yang tidak tertampung. Debit tidak tertampung karena jalur aliran berkurang. Ini masalah yang harus dipecahkan oleh penerima di hilir. Dalam hal ini DKI Jakarta. General responsibility di Gubernur DKI Jakarta. Mau tidak mau dia harus menyelesaikannya (adakah mandat atas gubernur dki yang resmi? Mungkin kalo ada banjir salah satunya?). Debit besar terjadi salah satunya penggundulan hutan dan pendangkalan sungai di hulu. Ini masalah kelestarian lingkungan. Tanggung jawab gubernur jabar dan banten. Sudah lintas wilayah? Presiden RI harus ikut campur memberi instruksi jelas. Dan Bappenas bisa dijadikan koordinator. Gak perlu komisi2 pemoles muka presiden. Cukup bappenas ato malah kementrian PU dilebarkan wewenangnya. Tapi karena mentri adalah tempelan mafia calo, oh well gak bisa diharapkan. (Seluruh pemerintahan adalah tempelan mafia calo...jadi memang tak bisa diharapkan sih...) Oh well, boleh ngomong panjang lebar, tapi kalo responsible person mindsetnya adalah calo, yasudah, takkan berhasil. Karena itulah: #indonesiatanpaparpol, #politiktanpajendral, #demokrasitanpacalo visit strivearth.com and be entertained -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:50:37 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Secara hierarkis memang begitu, tetapi kok banjir tetap saja terjadi? Menjadi rutinitas? Kalau logika struktural itu jalan, tidak akan keluar istilah "banjir kiriman". Ini bahkan di laporan BAPPENAS ada istilah "banjir kiriman". Yang maksudnya, Bogor sebagai "pengirim" dan DKI sebagai "penerima". Ini artinya saling melempar bola. Ini terjadi karena masalah dasar yang saya angkat dalam tulisan ini: batas administrasi tidak sesuai dengan batas catchment. BAPPENAS itu sudah lembaga pusat lho (pembantu Presiden). Lantas siapa yang bisa menjembatani Provinsi DKI dengan Jabar? Presiden? Lantas kenapa yang jadi sasaran tembak selalu Gubernur DKI? Kenapa tidak secara eksplisit Presiden mengambil alih tanggung jawab? Apakah banjir Jakarta itu dianggap bencana nasional atau urusan daerah? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:35 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulti
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Secara hierarkis memang begitu, tetapi kok banjir tetap saja terjadi? Menjadi rutinitas? Kalau logika struktural itu jalan, tidak akan keluar istilah "banjir kiriman". Ini bahkan di laporan BAPPENAS ada istilah "banjir kiriman". Yang maksudnya, Bogor sebagai "pengirim" dan DKI sebagai "penerima". Ini artinya saling melempar bola. Ini terjadi karena masalah dasar yang saya angkat dalam tulisan ini: batas administrasi tidak sesuai dengan batas catchment. BAPPENAS itu sudah lembaga pusat lho (pembantu Presiden). Lantas siapa yang bisa menjembatani Provinsi DKI dengan Jabar? Presiden? Lantas kenapa yang jadi sasaran tembak selalu Gubernur DKI? Kenapa tidak secara eksplisit Presiden mengambil alih tanggung jawab? Apakah banjir Jakarta itu dianggap bencana nasional atau urusan daerah? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:35 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Yang paling bertanggung jawab ya presiden, dibawahnya gubernur dki jakarta, gubernur jabar, gubernur banten, menko kesra. Gak perlu komisi2an. Paling tempat calo bikin proposal ke lembaga rentenir. visit strivearth.com and be entertained -Original Message- From: bosman batubara Date: Sat, 25 Feb 2012 01:29:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
ya, saya sepakat soal itu. tapi pertanyaan utama saya, siapa yang bertanggung jawab terhadap manajemen banjir jakarta? tabik bosman batubara From: "strivea...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 10:16 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
lama2 saya mau mengusulkan komisi penjamin jalannya pemerintahan...saking absurdnya pemerintah sekarang bikin komisi ini itu cuman buat jadi kandang emas orang2 bergelar sarjana visit strivearth.com and be entertained PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Di akhir tulisannya begini Mas Agus... ", Komisi Pemberantasan Banjir (KPB) ini, sebut saja namanya demikian, nantinya yang akan bertugas mengintegrasikan modal institusional yang sudah kita miliki dalam hal penanganan banjir. KPB juga layak diberi kewenangan yang lebih besar, seperti layaknya KPK, agar ia mampu menerobos batas adminsitrasi dan mendisain manajemen banjir yang sesuai kasus per kasus. Diharapkan, dengan adanya superbody KPB, maka tidak adalagi ketidaksinergian antara berbagai sektor. Dan setelah bekerja beberapa waktu sesuai dengan yang mereka targetkan kelak, kalau banjir masih belum terkelola dengan baik, minimal kita punya badan/orang untuk dituntut mundur, tidak seperti yang terjadi selama ini. Pada akhirnya, ini hanyalah sebuah pemikiran sederhana. Tentu saja banyak kelemahannya. Dan mengasah ide dan membuatnya lebih tajam, adalah satu manfaat dari menggulirkan ide kita di ruang publik. Saya tunggu diskusinya." *** nama KPB hanya sembarang saya comot dari memory karena orang akan cepat ngeh. Pertanyaannya kuncinya adalah, bagaimana mengintegrasikan/mensinergikan dan membuat badan2 yang mengurusi kebencanaan di kita lebih berkewenangan? Atau saya tanya dengan cara lain, siapa yang akan kita tuntut mundur kalau banjir terus-menerus terjadi di Jakarta? BNPB? Balai Air PU? Staf Khusus Presiden Bidang Bencana? BMKG? Gubernur? Jadi, manajemen banjir Jakarta itu tanggung jawab siapa? Siapa komandannya? Dan sebelum semuanya lebih jauh saya kutipkan bagian awal tulisan itu, kemarin lupa... ..., Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya “Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua partner diskusilah…, namun semua pertanggungjawaban atas isinya ada di pundak saya (Bosman Batubara). *** tabik bosman batubara From: Hendratno Agus To: "iagi-net@iagi.or.id" Sent: Saturday, February 25, 2012 9:48 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Ha ha ha.. Pak Anwar Taufik ini bisa aja, udah numpang, tindih lagi.. Soal lainnya saya sepakat sajalah dengan pak GusHend Lanjutkan! Tapi ojo serius tah, wiken iki Salam YI “_^ -Original Message- From: Hendratno Agus Date: Sat, 25 Feb 2012 16:48:38 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >partner diskusilah… >*** >Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan >durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti >memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari >ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. >Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. >Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 >saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan >kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja >mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini >dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan >Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja >total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan >kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, >kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, >maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias >seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di DKI, belum lagi kalau >kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua wilayah Indonesia, tanpa perlu melakukan perhitungan lagi, kita bisa memprediksi bahwa kita akan menemukan angka yang cukup signifikan seperti di atas.*** >selengkapnya: >http://annelis.wordpress.com/2012/0
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Banjir koq diberantas?? Yang benar saja. Sama halnya "korupsi" koq diberantas? Dalam ranah regulasi dan ilmu pengetahuan tentang bencana, yang pas adalah adaptasi dan mengurangi resiko banjir. Banjir harus terjadi. Yang bisa dikelola dengan ilmu dan teknologi, dan sikap kita adalah "adaptasi dan mitigasi" terhadap banjir. Lalu yang "diberantas" itu banjir yang menggenang seperti di kalteng, jakarta, tuban selatan, lamongan, atau banjir bandang seperti di bahorok, pacet, jember? hehehehe salam, agus hend From: "anwar.tau...@gmail.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 11:18 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Saya kira sekarang ini di republik kita ini rasanya semua badan2, lembaga2 dan perangkat perundang2annya sudah cukup lengkap, malah samapai ada yang tumpang tindih. Problemnya hanya satu: pelaksanaannya di lapangan yang belum optimal. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Bandono Salim" Date: Sat, 25 Feb 2012 04:00:22 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Biasa pak bagi2 duit utangan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Ismail Zaini" Date: Sat, 25 Feb 2012 09:53:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru nanti malah kebanyakan Komisinya.., Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan bagaimana cara memitigasinya . Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll ini yang mestinya dioptimalkan. ISM - Original Message - >From: bosman batubara >To: iagi net >Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir > > >Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >*** > >Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >partner diskusilah… >*** >Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan >durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti >memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari >ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. >Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. >Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 >saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan >kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja >mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini >dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan >Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja >total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan >kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, >kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, >maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias >seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di DKI, belum lagi kalau >kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua wilayah Indonesia, tanpa perlu melakukan perhitungan lagi, kita bisa memprediksi bahwa kita akan menemukan angka yang cukup signifikan seperti di atas.*** >selengkapnya: >http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/indonesia-membutuhkan-komisi-pembe >rantasan-banjir/ > >tabik >bosman batubara
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Hahaha... bisa aja Bapak satu ini... :) tabik bosman batubara From: Yudie Iskandar To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 25, 2012 5:22 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir He he he... Bosman dah ngebet jadi ketua komisi ya :-) .. Hati hati ntar ada LSM yang ngritisi “_^ From: nyoto - ke-el Date: Sat, 25 Feb 2012 11:04:48 +0800 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir Lha sudah menjadi kebiasaan di Indonesia ini kan apa2 dibentuk komisi atau badan atau lembaga atau bisa juga satgas, yg terpenting bukan hasilnya, tetapi diatas kertasnya ada sesuatu supaya bisa ada "anggaran" utk pelaksanaan dan ada yg "tandatangan" utk mengeluarkan / membelanjakan uang negara secara resmi... itung2 pesta uang negara yg legitimate. wass, nyoto 2012/2/25 Ismail Zaini >sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan ( >BNPB ) yg nangani Bencana tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru >nanti malah kebanyakan Komisinya.., >Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana ( >penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ), lha pra bencana ini >kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi bencana dan >bagaimana cara memitigasinya . >Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari unsur >masyarakat profesionaldan Badan ini juga akan gampang kuat untuk >untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan Balai >Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll >ini yang mestinya dioptimalkan. > > >ISM > >- Original Message - >>From: bosman batubara >>To: iagi net >>Sent: Friday, February 24, 2012 8:58 PM >>Subject: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >> >> >>Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya... >>*** >> >>Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir >>Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya >>“Proyek Setengah Hati Menangani Banjir Jakarta’. Tulisan ini, pada dasarnya, >>terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di mailing list alumni Jurusan >>Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena itu, terima kasih untuk semua >>partner diskusilah… >>*** >>Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal tahun >>ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti >>warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas, 2/1/2012). >>Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dengan >>durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya. Dan terbukti >>memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir bulan Februari >>ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena banjir. >>Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia. >>Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010 >>saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir. Dan >>kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010 saja >>mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data ini >>dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan Perencanaan >>Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun 2007 saja >>total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk melaksanakan >>kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan jumlah yang sedikit, >>kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang sebesar 20,59 triliun, >>maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah sekitar 20%, alias >>seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di DKI, belum lagi kalau >>kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua wilayah Indonesia, tanpa perlu melakukan perhitungan lagi, kita bisa memprediksi bahwa kita akan menemukan angka yang cukup signifikan seperti di atas. *** >>selengkapnya: >>http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/indonesia-membutuhkan-komisi-pembe >>rantasan-banjir/ >> >>tabik >>bosman batubara
Re: [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
Jawabannya sebenarnya ada di tulisan itu sendiri... nih saya kopikan... saya juga cuma melempar ide. Atau mungkin logikanya kita balik, gimana memaksimalkan dan mengintegrasikan kerja2 unit2 tentang bencana yang sudah ada? *** ,... Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menerobos perbedaan konsep administrasi dan DAS ini? Solusi paling mendasar tentu saja adalah, tata ulang batas-batas adminisrasi dan buat batas yang baru sesuai dengan morfologi, dan kalau mungkin distrbusi ekosistem, dimana konsep ini sering dikenal dengan bio/eco-region. Akan tetapi ini tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Ada banyak instrument birokrasi seperti perkantoran, dan bahkan juga sistem pendataan, yang juga mesti dirombak. Dan sudah pasti biayanya akan sangat mahal. Di sini barangkali penting menggali inspirasi dari daerah lain di dunia, kita ambil contoh manajemen Sungai Danube yang melibatkan 14 negara (Austria, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Jerman, Hungaria, Moldovia, Montenegro, Rumania, Serbia, Slovakia, Slovenia dan Ukraina). International Commission for the Protection of the Danube River (icpdr; http://www.icpdr.org/), selain mengurusi masalah ekosistem, kualitas air, polusi, air tanah, bendungan dan struktur hydrologi lainnya, manajemen cekungan sungai, juga memasukkan banjir dan kekeringan dalam list urusan mereka. Artinya, badan inilah yang menjadi otoritas terhadap rencana aksi pengurangan resiko banjir untuk kawasan DAS Danube. Hal yang sama untuk Sungai Rhine yang melibatkan Swiss, Perancis, Luxemburg dan Belanda dengan superbody yang melintas batas administrasi negara dengan nama International Commision for the Protection of the Rhine (ICPR; http://www.iksr.org/index.php?id=58&L=3). Dan juga untuk Sungai Orda yang melibatkan Jerman, Republik Ceko dan Polandia (http://www.mkoo.pl/index.php?mid=18). Lantas apa yang kita miliki? Untuk manajemen bencana di Indonesia, kita memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu kita juga memiliki Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang hadir lewat Balai Sungai-sungainya. Dan yang terakhir, kita juga memiliki Staf Khsusus Presiden bidang Kebencanaan dan Bantuan Sosial. Serta tak boleh kita lupakan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) seperti yang dibentuk di Aceh pasca tsunami 2004. Dari kelima badan yang kita miliki di atas, lantas siapa yang bertanggung jawab terhadap banjir musiman di Jakarta? Siapa yang akan kita tuding dan tuntut mundur kalau banjir terjadi terus-menerus? Sepertinya tidak satu pun. BNPB sementara ini tampaknya masih bergelut dengan masalah institusi dan belum memiliki kapabilitas kelembagaan untuk mengurusi bencana seperti banjir yang membutuhkan riset dan kecakapan teknologi. Balai-balai sungai di PU, yang tampaknya sebenarnya merupakan gudang para pakar banjir, lebih terkonsentrasi mengurusi permasalahan suplai air minum. BRR sifatnya ad hoc, hanya muncul ketika kita memiliki kasus seperti tsunami Aceh 2004. Staf Khusus Presiden untuk bidang Kebencanaan dan Bantuan Sosial lebih tidak jelas lagi, belakangan ini malah sibuk dalam urusan “piramida” di Gunung Sadahurip. Indikasi paling gampang dari kurang kuatnya, dan juga tidak sinergisnya, pekerjaan badan-badan yang berhubungan dengan bencana banjir yang kita miliki misalnya, dapat kita lihat dari hal yang kecil. Untuk kasus banjir, data menerus curah hujan dari setiap stasiun pengamatan adalah data yang sangat vital. Karena dari situ kita bisa mulai membuat model volume air yang kita miliki. Dari data curah hujan kita bisa menghitung berapa air yang masuk ke sebuah system catchment, dan dengan berbagai data lain kita bisa membuat sebuah neraca “water balance”. Kalau kita sudah memiliki model “water-balance” ini, maka minimal kita memiliki pijakan apa yang harus dilakukan, dimana ada permasalahan, dan skenario seperti apa yang perlu dikembangkan. Untuk kasus banjir, historical data dari curah hujan ini juga sangat dibutuhkan karena dari situ kita bisa membuat sebuah perhitungan yang berbasis sejarah untuk selanjutnya menggenerasi prediksi return period sebuah banjir sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk masalah ini saja, kita belum beres. Sepertinya bidang ini ada di BMKG, tetapi manakala kita butuhkan, ia tidak tersedia dengan cepat. Jadi agak susah membayangkan badan-badan yang kita miliki seperti di atas bisa bekerja sinergis kalau untuk masalah database curah hujan saja kita tidak punya sebuah sistem yang mudah diakses. Di beberapa negara yang memiliki pengelolaan air yang baik, data seperti itu dengan mudah didapatkan, tinggal beberap klik di internet. Optimisme yang mungkin bisa kita uarkan adalah, pada dasarnya kita sudah punya institusi-institusi yang memadai untuk sebuah manajemen banjir yang integratif. Permasalahannya, tidak semua institusi itu bekerja dengan siner