[MABINDO] Deni Needs Help

2008-07-03 Thread harpin70

Hi Sobat,

Tadi siang aku di telepon teman sesama guru sekolah minggu dulu di
Vihara Tridharma, Jakarta Selatan.

Katanya ada aktivis mereka yang butuh uluran tangan.

Nama aktivis itu:DENI, gue gak tau spellnya bener kagak.
Deni adalah aktivis di Vihara Dharma Paramita, jabatannya:
ketua HIMATRI (Himpunan Mahasiswa dan Sarjana Tridharma Indonesia)


Katanya lagi setengah tahun lalu, deni divonis kena kanker limfa,
oleh dokter disarankan limfa diangkat dan beres. Tapi malangnya
setelah limfa diangkat hatinya membengkak. Ini disebabkan sekarang
hatinya harus merangkap kerjaan limfa. Ini tentu merupakan penderitaan
yang amat sangat.

Tak hanya sampai di situ, usut punya usut ternyata penyakit Deni yang
sebenarnya adalah talasemia.(kalau saya tak salah, kelainan genetika
yang berhubungan dengan sel darah).

Deni sekarang berumur 28 tahun, meski berasal dari kelas menengah , 
saat ini katanya sudah babak belur juga oleh biaya pengobatan dan
sebagainya.

Saya tak megenal Deni dan latar belakangnya. Informasi di atas saya
dapat dari teman yang menelepon aku (namanya Siska Dharmawan), saat
ini deni sangat membutuhkan uluran tangan.


Mudah-mudahan hati Anda sekalian terketuk, untuk melakukan sesuatu
buat sahabat kita: Deni.

Untuk Info selanjutnya tentang Deni, teman-teman bisa menghubungi 
Siska Dharmawan, yang saat ini menjabat Sekretaris Pimpinan Wilayah
DKI Pemuda Tridharma Indonesia
No hp siska: 08158837727 ,02194163497

Thx banyak

Harpin R



[MABINDO] Cerita dari Sibolga

2005-04-03 Thread harpin70


Cerita dari Sibolga

Saat ini saya masih berada di Sibolga, tempat terdekat untuk 
menyeberang ke pulau Nias dimana bencana alam tengah terjadi.

Saya tiba di sini 3 April jam 5 pagi setelah semalaman menumpang 
mobil cater L 300 dari Medan. Tidak  lama saat kami masih duduk di 
Aula vihara sempat mengalami gempa dan ikut lari bersama mencari 
tanah lapang yang jauh dari bangunan tinggi.

Semalam kami tidur layaknya masyarakat Sibolga yang lain, dengan 
perasaan was-was dan gelisah apakah esok kami masih bisa bangun 
dengan tubuh utuh dan nyawa masih di badan. Apakah esok pagi langit2 
dan dinding kamar kami masih merupakan langit2 kamar dan dinding 
ketika kami bangun, bukan menjadi beton yang menindih kami dan 
menjadi penyebab berakhirnya hidup kami di sini.

Di Sibolga inilah semua pengungsi diungsikan melalui fery sebelum 
melanjutkan perjalanan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik 
di rumah sakit di medan. Dari informasi yang didapat dari pengungsi 
yang baru tiba banyak didapatkan cerita penanganan gempa ini yang 
tidak serius dari pemerintah termasuk masalah diskriminasi oleh 
pemerintah.

Seorang korban yang berhasil selamat tetapi harus kehilangan istri 
dan anaknya menceritakan bagaimana ia harus melakukan tawar menawar 
dengan orang yang akan menyelamatkannya dari tembok yang 
menghimpitnya, hasilnya ia harus membayar sepuluh juta dan baru 
diselamatkan. Dengan cara seperti ini jangan harap bisa selamat 
kalau Anda adalah orang miskin.

Pembagian sembako gratis bagi orang pribumi tetapi masyarakat 
keturunan Tionghoa harus membeli dengan harga mahal kata salah 
seorang pengungsi yang baru tiba semalam. Seorang lagi mengatakan 
ada garis pemisah yang ditarik di suatu daerah, disebelah kanan 
garis ini daerah masyarakat keturunan Tionghoa, di sebelah sana 
adalah masyarakat pribumi, katanya TNI yang melakukan penyelamatan 
memprioritaskan di daerah yang merupakan masyarakat pribumi.

Biasanya ada beberapa fery yang melakukan penyeberanangan ke Nias. 
Tetapi saat ini yang ada adalah fery milik swasta yang melakukan kkn 
dengan tariff tinggi. Bantuan dari posko dari Sibolga sendiri 
tertahan tiga hari di pelabuhan, dan baru diberi kesempatan 
menyebrang setelah pengurusnya ngotot. Jadi untuk mengirimkan 
bantuan ke Nias juga tidak mudah karena kesulitan alat angkut. Saya 
sendiri tertahan di sibolga semalam sambil berharap hari ini bisa 
mendapatkan tiket untuk menyeberang ke Nias. Seorang suster katolik 
mengatakan, kalau di Aceh bisa dilakukan pemberian makanan dengan 
menerjunkannya di daerah2 yang terisolir mengapa tidak dilakukan di 
daerah Nias? Apakah Nias tidak penting bagi pemerintah di bandingkan 
daerah Aceh?

Perlu diketahui di Nias terdapat banyak masyarakat keturunan 
Tionghoa yang kaya. Diperkirakan 50 persen masyarakat tionghoa di 
sini meninggal akibat gempa yang baru terjadi, mayoritas dari mereka 
beragama Buddha. Jadi 50 persen umat Buddha di sini meninggal akibat 
gempa yang baru terjadi. Sementara sisa yang ada sudah mengungsi 
karena cedera fisik maupun psikologis di rumah sakit di Medan dan 
sebagainya. Perlu diketahui juga masyarakat pribumi yang ada di sini 
beragama Katolik. Apakah kondisi social masyarakat yang ada di sini 
membuat permerintah bersikap berbeda dalam menanganinya bencana di 
sini, dibandingkan kondisi social di Aceh yang mayoritasnya Islam? 

Konon katanya sikap masyarakat pribumi di sini pun tidak terlalu 
simpatik, kondisi prihatin orang2 yang tertinbum reruntuhan bangunan 
rumahnya entah hidup atau mati justru menjadi kesempatan mereka 
sekelompok orang di sini memperkaya diri. Entah sudah menjadi mayat 
ataupun masih hidup kalau ingin dievakuasi harus menyerahkan 
sejumlah uang pada mereka. Kalau mengevakuasi mayat biayanya 4 juta, 
kemudian mau memasukkan ke dalam peti mati harus membayar empat juta 
lagi. Sementara bagi yang masih tertimbun dan hidup, anda bisa 
melakukan negosiasi sambil merintih kesakitan dari tempat dimana 
Anda tertinbun.

Cerita2 seperti ini beredar luas di sini dan seolah sudah menjadi 
rahasia umum, tentang ketidakadilan pemerintah dan sikap yang kurang 
simpatik dari warga sendiri yang meminta uang untuk evakuasi dan 
juga melakukan penjarahan. Saya tidak melihat dengan mata kepala 
saya sendiri, tetapi yang jelas, bencana alam tidak akan pernah 
berakhir di tempat dimana Negara dan masyarakatnya tidak mempunyai 
moral dan hati. Kita hanya bisa berharap ini tidak benar-benar 
sedang terjadi di bumi pertiwi ini.


Sibolga, 4 April 2005
Dari tanah timbun di tepi laut dimana orang2 tidak tahu apakah 
mereka masih bisa bernafas detik selanjutnya

Harpin R 






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Would you Help a Child in need?
It is easier than you think.
Click Here to meet a Child you can help.
http://us.click.yahoo.com/0Z9NuA/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~-> 

** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org

[MABINDO] Cerita dari Nias

2005-04-11 Thread harpin70


Cerita dari Nias

Mungkin nias adalah cermin daerah tertinggal di Indonesia. Rata-rata 
dari penduduk aslinya tak mengenal bangku sekolah, sehingga usia 
perkawinan dini menjadi hal biasa. Akibatnya tingkat pertumbuhan 
penduduk cukup tinggi.

Saat kami membuka posko kesehatan di daerah pengungsi, seorang ayah 
muda mondar-mandir selama empat kali, setiap kali muncul dia membawa 
2 anak. Saat kemunculannya yang keempat Dr. Mahendra penasaran 
bertanya, Bapak tadi sudah ke sini kan? Ini siapa? Dia 
berkata, `Anak saya'. Lalu yang tadi? `Anak saya juga', katanya. 
Selama 7 tahun berumahtangga, dia sudah punya 7 anak. Biasanya 2 
bulan setelah melahirkan, istrinya  hamil lagi. Mengapa ini bisa 
terjadi?  Kemiskinan, keterbelakangan, tak berpendidikan, mungkin 
ini alasan yang paling tepat. Tapi ada juga yang berseloroh, habis 
tak ada hiburan lain, selain membuat anak, hehe.

Untuk mencari penghidupan yang baik, banyak diantara mereka merantau 
ke kota besar di daerah sekitarnya, seperti Gunung Sitoli, Sibolga, 
Padang Sidempuan, atau Medan. Karena tak memiliki pendidikan, mereka 
hanya bisa memasuki sector PBB (Persatuan Babu Babu, istilah keren 
dari pembantu rumah tangga untuk wanitanya, dan menjadi tukang becak 
untuk lelakinya). Saat ini katanya 90% pembantu rumah tangga dan 
tukang becak yang ada di Sumatra Utara adalah orang Nias. Mereka 
berhasil mengantikan rekor pembantu rumah tangga yang dulu disandang 
orang Jawa.

Hasil bumi yang paling menonjol dari Pulau Nias adalah Nilam. Saat 
masa panem tiba, banyak abang becak dan pembantu rumah tangga ini 
pulang kampung. Hasil panem dibelikan untuk hal-hal yang konsumtif 
dan baru kembali ke kota saat persediaan uang mereka menipis. 

Ada 3 daerah yang rusak parah akibat gempa di Pulau Nias. Yakni 
Gunung Sitoli yang mana merupakan tempat perputaran uang paling 
kencang, tempat dimana masyarakat menjual hasil bumi dan di sini 
masyarakat Tionghoa adalah mayority. Di gunung Sitoli inilah gempa 
paling parah terjadi. Di sini juga vihara Vimala Dharma berada, 
diperkirakan 50% umat Buddha di sini meninggal akibat gempa ini. 

Tempat ke dua adalah Lahewah, sekitar 3 jam perjalanan dari mobil 
dari Gunung Sitoli, dan Teluk Dalam (4 jam perjalanan dengan mobil 
dari Gunung Sitoli. Tetapi sejak gempa, jalur penghubung darat 
tempat2 ini terputus.

Saat ini pusat ekonomi di Gunung Sitoli lumpuh total. Semua bangunan 
yang dulu berdiri kokoh kini tinggal onggokan batu. Di malam hari 
gelap gulita dan menjadi kota mati. Umumnya di malam hari inilah 
para penjarah berkeliaran menjarah barang apa saja yang bisa mereka 
jarah. Satu dua pemilik rumah yang di siang hari sibuk membongkar 
reruntuhan rumahnya mencari surat dan barang berharga dengan was-was 
terjadi gempa lagi, saat malam memilih menginap di gunung (dataran 
yang lebih tinggi). 

Jalan-jalan penghubung antara Gunung Sitoli ke daerah sekitar juga 
rusak total dan hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor dengan 
resiko tak ada yang menjamin keselamatan Anda.

Akibat lumpuhnya pusat ekonomi di gunung sitoli juga berakibat fatah 
bagi daerah sekitarnya. Tidak ada lagi yang membeli hasil bumi dari 
penduduk, akibatnya hasil alam seperti karet jatuh total. 
Transportasi yang terputus juga menyebabkan pasokan sembako 
terputus, kalau ada harganya pun selangit. Harga sembako yang 
selangit, penduduk yang tak memiliki uang lagi karena tak ada yang 
membeli hasil bumi, menyebabkan banyak yang kelaparan. Hasilnya 
terjadi  eksodus menyeberang ke Sibolga.

Bagaimana dengan bantuan pemerintah? Seorang tokoh masyarakat 
setempat dengan lantang berkata: Tidak ada pemerintah RI di sini! 
Yang ada semua adalah bantuan Asing. Untuk mendapatkan bantuan dari 
pemerintah birokrasinya berbelat-belit. Kalaupun ada bantuan dari 
pemerintah itu hanya sampai di lingkungan keluarga pejabat-pejabat 
pemerintah. Dalam hal bantuan dari pemerintah ini banyak pihak 
sepakat, pemerintah RI sangat lamban dalam bertindak! Mungkin karena 
di sini kami orang Kristen, katanya (maksudnya P. Nias adalah 
daerahnya orang Kristen, berbeda dengan Aceh).

Secara fisik kadang agak sudah membedahkan orang Nias dan orang 
Tionghoa. Karena banyak juga diantara mereka bermata sipit dan 
berkulit putih. Ada yang mengatakan mereka satu ras dengan orang 
filiphina. Saat kami mendata pasien yang lewat posko kesehatan untuk 
pengungsi di daerah Pandan, Sibolga kebanyakan bermarga Zeboa dan 
Harefa. 

Karena tak mengenyam bangku sekolah, banyak diantara penduduk nias 
tidak bisa berbahasa Indonesia. Sehingga seperti di luar negeri 
saja, saat memberi pengobatan untuk mereka kita membutuhkan 
penerjemah.

Satu hal negative yang sangat terkenal oleh masyarakat Sumatra dari 
orang Nias adalah kekejaman mereka. Di Nias (Teluk Dalam) perang 
suku masih sering terjadi. Mereka tidak segan-segan untuk menggorok 
dan menggantung leher musuhnya. Cerita penggunanan teluh/guna-guna 
untuk membunuh musuhnya juga masih sering terdengar. Ada yang 
mengatakan kejamnya lebih

[MABINDO] Babak Baru Indonesia dalam Percaturan Buddhis Dunia

2005-07-18 Thread harpin70
Babak Baru Indonesia dalam Percaturan Buddhis Dunia


Hari ini  30 juni 2005, sekitar sebulan delapan hari sudah kami 
peserta training Young Bodhisattva 2005 dari berbagai negara 
berkumpul bersama di Thailand.

Ms. Ann, sekretaris eksekutif INEB (sebuah LSM Buddhist 
Internasional bermarkas di Bangkok yang dimotori Sulak Silavaksa) 
yang menjadi fasilitator acara ini berkata pada saya:

"Anytime when you are coming to Bangkok, please welcomes to our 
place."
Kapan saja kamu berada di Bangkok, silahkan berkunjung ke tempat 
kami.

Saya tersenyum, thx.

Lalu ia berkata, pertama kali berjumpa dengan saya, ia berpikir saya 
hanya halfmonk, alias setengah biku. Itu tentu karena gaya saya yang 
easy going, alias cuek bebek, termasuk dalam hal berbusana biku, 
hehe.

" I am sorry, " katanya, lalu meminta maaf dan menjelaskan, mengapa 
akhirnya ia merasa saya adalah biku sepenuhnya.

Ia meminta maaf karena pada saat malam puja giliran Indonesia 
memimpin yang pertama kali, dia tak sempat mengikuti, karena harus 
ke Bangkok. Sedangkan Ashram tempat kami tinggal di pinggir kota, 
sekitar 2 jam perjalanan dari Bangkok. 

Selama training memang tiap jam 7 malam kami mengadakan puja yang 
tiap malam dipimpin oleh Negara yang berbeda, diurut berdasarkan 
abjab. Ada 11 negara. Banladesh, Bhutan, Cambodia, India, Indonesia, 
Ladakh, Myanmar, Nepal, Sri Langka, Thailand, Tibet. Setiap malam, 
kami bergiliran memimpin chanting versi Negara kami.

"But, when the second time you lead Indonesian prayer, I felt you 
are real monk," katanya. Saat kedua kali saya memimpin doa pas 
giliran Indonesia,  dimana dia sempat mengikuti, dia merasakan bahwa 
saya biku yang sebenar-benarnya.

"Really?" Yang benar? Kata saya sambil tertawa. Membayangkan bahwa 
dia tak akan menemukan doa versi saya di belahan manapun di muka 
bumi ini, bahkan di Indonesia sekalipun, hehe.

Dibuka dengan lagu Pendupaan, Vandhana yang pakai Namo Sanghyang Adi 
Buddhaya, yang digabung dengan Trisarana dalam Bahasa Indonesia, ada 
Tai Pei Chou lalu ada Bhaisaja Guru yang ditutup dengan lagu 
Perlimpahan Jasa. This is the shortcut prayer kata saya waktu itu. 
Karena yang Nepal, Bhutan dan Tibet mengajari meditasi pelafalan Om 
Mani Pad Me Hum, yah kita perkenalkan juga yang metode Amitabha.

Dianggap real biku atau bukan tak majalah. Yang terpenting saat itu 
kami tim dari Indonesia sudah menciptakan babak baru dalam 
percaturan Buddhis dunia. Untuk pertama kalinya paritta dengan 
Bahasa Indonesia membahana memecahkan kesunyian malam di sebuah 
ashram di Thailand, sebuah Negara Buddhis Theravada yang aktif 
menyebarkan Buddhism ke negara lain..yang tentu tak lupa dibungkus 
dengan culture mereka, termasuk ke Indonesia. 

Kami telah menciptakan babak baru di sini, Untuk pertama kali, 
peserta dari negara sahabat entah itu Tibet, Myanmar, India , Nepal, 
Sri langka, Thailand mengikuti dan melantunkan parita dalam Bahasa 
Indonesia yang kami pimpin.

"Ya, dari cara kamu memimpin doa, saya tahu kamu biku yang sebenar-
benarnya," kata Ms. Ann.

"Thx," kata saya lagi. 

Meskipun dia tak akan menemukan parita versi Indonesia di belahan 
manapun di bumi ini saat ini, walau di Indonesia sekali pun, tapi 
saya berharap suatu saat dia akan menemukannya. 

Yah, suatu saat nanti dia pasti akan menemukannya…. Saat dimana 
orang-orang beragama Buddha di Indonesia sudah memiliki rasa 
kepercayaan diri yang cukup, punya harga diri, bisa mengerti dan 
bangga akan kebudayaan mereka sendiri. Atau singkatnya  tak lagi 
sekedar menjadi peniru yang baik, hehe.




EBC, 19 Juli 2005
nyanachatta





** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Informasi Meditasi

2005-08-26 Thread harpin70
Informasi Meditasi

Bhante Nyanachatta yang merupakan biku pengembara, saat ini tengah 
menghabiskan retreat 3 bulannya di alamat: JL. Mangga I Blok F No.15 
Rt/Rw.08 Tanjung Duren, Duri Kepa, Jakarta Barat (terletak di ruas jalan 
antara Vihara Ekayana dan Kantor Pusat MBI).

Selama masa istirahat dari kegiatan traveling ini beliau juga memberikan 
bimbingan Meditasi Vipassana Metode Mahasi dan Metode Pelafalan Om 
Mani Padme Hum atau Amitofo. Metode diberikan berdasarkan minat dan 
karakter anda. 

Bagi yang berminat bisa menghubungi beliau di email: 
[EMAIL PROTECTED]





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/b0VolB/TM
~-> 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] informasi meditasi 2

2005-08-29 Thread harpin70
Jadwal latihan tiap hari selama biku pembimbing ada di tempat dlm masa 
retreat. pagi sampai malam, tapi anda bisa mengatur jadwal sendiri, 
sesuai schedule Anda. Register/pendaftaran wajib dan bisa dilakukan 
langsung saat kedatangan. Peserta terbatas.

Sesuai semangat asli vipassana saat diajarkan Guru Buddha, tak dikenakan 
biaya apapun, all free. Namun bila menginginkan Anda bisa mendanakan 
makanan/minuman maupun pelengkapan untuk mereka yang sedang 
berlatih.






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/b0VolB/TM
~-> 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[MABINDO] Informasi meditasi 3

2005-08-31 Thread harpin70
Informasi meditasi 3

Waduh banyak yang nanya makin dijelasin makin gak jelas neh. Gini 
yah, ini informasi meditasi ke 3 yang terakhir, gak ada lagi nanti yang 
keempat, entar dikira iklan bersambung terselubung lagi, kan gawat bisa 
ditagih pajak ama moderator, hehe.

Saat ini Bhante Chatta lagi retreat 3 bulan, siapa yang mau ikut meditasi 
datang aja, ga usah ampe 3 bulan kok, mau setahun dua tahun juga 
terserah anda. Joking, aslinya mau sehari dua hari ato satu jam ato 2 
jam aja terserah Anda. Hidup ini bebas, kok binun. Nasib Anda ada di 
tangan Anda, Man. Tapi kalo maunya cuma 2 menit ato 3 menit 
mending tidur di rumah aja deh, daripada lamaan pejalanannya. Bukan 
apa-apa, macttt.

Biodata Bhante Chatta?
Nih, sedikit aja yach. Beliau ditabiskan jadi biku di Panditarama forest 
monastry, Myanmar. Guru penabisnya yang pendiam, yang merupakan 
abot/kepala vihara di situ pernah memujinya sebagai yogi/meditator 
yang serius dan bagus. Sempet ambil bodisatva sila di Dharamsala. U 
Tejaniya yang guru meditasi di Shwe U Min memuji perkembangannya 
sangat cepat, cuma herannya waktu dia kembali yang kedua kali U 
Tejaniya cuma bilang kayaknya saya pernah lihat kamu, wakakakakakak, 
mungkin karena biku yang datang dan pergi sangat banyak. Tapi U 
Tejaniya tetep inget ama Bhante Tirtanyano, soalnya dengan 
penguasaan bahasa Mandarin, Inggris, Sangsekerta dan sedikit Thailand 
dan Myanmar, Bhante Tirtanyano pernah menjadi translater dan 
menghabiskan sekitar 5 vasa di sini.

Bhante Chatta tidak pernah tinggal lama di satu center, biasanya kalau 
gak pergi karena bosan, atau tempat itu heboh karena lagi ada 
perayaan, mungkin dia sendiri yang bikin heboh terus diusir, hehe. 
Biasalah biku pengembara, rada aneh, suka-suka dia aja, hehe. Beliau 
pernah mengajar meditasi (pesertanya bule semua) di Mahabodi 
International Meditation Centre, India.

Berikut sedikit wawancara imajiner tentang vipassana dengan beliau:
 
Tanya (T) : Vipassana apa sih?
Jawab (J): Mengalami sendiri. Artinya Anda harus latihan dan 
mengalaminya sendiri.

T: Ada yang bilang saat vipassana kita membuat pikiran kita berhenti.
J: Wah, mending jadi kebo aja. Kebo gak usah berpikir juga idup, hehe. 
Nunggu waktu dipotong aja, hahaha.

T: Uh jawabannya sadis amat, tak berprasaan.
J: Yah emang seperti itu. Di dalam vipassana kita tidak menghendaki 
sesuatu. Tidak mencari sesuatu. Juga tak menghindari sesuatu. Just 
aware, tau-tau aja apa yang berproses di dalam batin. Kalau lagi bete, 
tau lagi bete, kalo betenya ilang, tau betenya ilang, kalau mau pipis? Yah 
udah ke belakang sono, jangan pipis di sini, hehe. Tapi dari proses 
berdiri, berjalan, ampai di toilet pun kita tetap menjaga kesadaran 
dengan memanfaatkan ke enam indera kita. 

Tak menghendaki dan juga tak menolak, itu kuncinya. Be nature aja, 
jadi tak usah menciptakan pikiran untuk menghentikan pikiran. Pikiran 
kamu tak akan pernah berhenti, sampai kamu mati sekalipun pikiranmu 
tetap berproses mengikuti alur karma kamu. Kecuali kamu seorang 
meditator yang tangguh, tetap sadar mengawasi pikiranmu sampai akhir 
hidupmu, itu yang namanya sadar menuju bahagia.

T: Jadi kalau tidak membuat pikiran berhenti, apa dong?
J :Mungkin tepatnya menyadari proses berpikir. Ada banyak istilah di 
dalam meditasi. Ada yang bilang menjinakkan harimau. Ada juga istilah 
menangkap kebo. Ibarat komputer kita adalah komputer super canggih. 
Di dalam komputer ada chip yang menjadi otaknya yang bisa dilihat dan 
diraba (rupa), dan ada program berjalan yang tidak bisa dilihat dan 
diraba (nama)/sifatnya maya saja, ada tapi tiada, nyata terasa, makin 
bingung kan, udah anggap aja seperti itu.

Sifat seorang guru meditasi hanyalah mendampingi Anda, mengajarkan 
bagaimana teknik meditasi yang baik dan benar. Mengarahkan anda 
apabila tersesat di jalan. Ibaratnya kata Guru Buddha "Aku hanya 
penunjuk jalan." Mengarahkan Anda hingga akhirnya Anda menyadari 
dan melihat sendiri adanya `Nama' dan `Rupa'. Udah ah, ntar makin 
bingung. 

Jadi guru tidak menghadiahkahn sesuatu bagi Anda, tapi sekedar 
menjadi penunjuk jalan. Anda yang barus berusaha sendiri. Istilah yang 
paling populer adalah no pain no gain. Bersusah-susah dan bersakit-
sakit dulu untuk mencapai sebuah kemenangan. Kemenangan yang 
diperoleh tanpa perjuangan hanyalah kemenangan semu.

Tetapi peran guru sangat penting. Sebagai komputer super canggih 
yang segalanya sudah otomatis terprogram untuk survive dalam banyak 
medan perang--samsara(mungkin pernah nonton Terminator?), 
program pertahanan otomatis Anda luar biasa kuatnya. Kalau dalam 
bahasa Dharma, perjuangan hidup yang keras di medan yang keras 
dengan persaingan sangat ketat membuat self center anda makin kuat, 
konsep diri Anda tentang diri Anda luar biasa kuatnya. Makin lama anda 
hidup di samsara ini, konsep self yang tertanam dalam diri Anda makin 
lihai dan kuat.

Nah, ketika Anda meditasi vipassana, sebenarnya adalah untuk 
mengenali dan menyadari realita ini. Back

[MABINDO] GOOD BYE SANGHA, YOU ARE ONLY HISTORY

2006-01-03 Thread harpin70
GOOD BYE SANGHA, YOU ARE ONLY HISTORY


Sangha sebagai komunitas atau komuniti dan bukan komoditi sangat jelas
dari awalnya. Sangha adalah persaudaraan para Arya, organisasinya para
Biku.

Sejak 2500 tahun lalu, Guru Buddha dengan unlimitted wisdom, unlimited
loving kindnes dan future visionnya telah melihat kesulitan yang bakal
dialami murid-muridnya yang meninggalkan rumah tangga dari masa ke masa.

Pada awalnya murid Guru Buddha semua adalah arahat, sehingga tak
dibutuhkan aturan tata tertib biku, semua adalah orang suci, semua
adalah orang bijaksana, sehingga tindak tanduk mereka tak dilandasi
tiga akar kejahatan loba moha dan dosa, keserakahan, kebencian dan
kebodohan.

Namun perkembangan ajaran Buddha yang pesat kemudian mendatangkan
kesulitan tersendiri. Tak sedikit yang menjadi Biku karena mengikuti
tren, mencari popularitas atau untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Dengan kata lain, banyak juga yang pikirannya masih dikuasai tiga akar
kejahatan ini. Yang tentu saja selain merugikan diri sendiri juga
sangat merusak citra Ajaran Buddha, banyak umat awam yang konplain
langsung akan kondisi ini pada Guru Buddha.

Dengan kebijaksanaannya, sebagai antisipasi kondisi ini munculah apa
yang dinamakan vinaya Biku. Konon, butir-butir vinaya baru selalu
muncul setiap terjadi sebuah pelanggaran oleh Biku yang mana diketahui
oleh Guru Buddha entah lewat mata kebijaksanaan atau juga lewat protes
umat berumahtangga dan laporan Biku lain.

Tak jarang vinaya yang muncul perlu dijelaskan dengan sangat rinci,
misalnya tidak boleh memberikan persembahan pada Biku berupa pelayanan
seks, Biku tidak boleh memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat
kelamin wanita, pantat, mulut dan juga ke dalam alat kelamin hewan
betina. Biku tak boleh bermastubasi.

Setiap kali ada vinaya baru muncul, itu pasti didasari adanya sebuah
pelanggaran yang berhubungan dengan vinaya itu, dengan kata lain
pelanggaran-pelanggaran tersebut pernah terjadi sehingga menciptakan
vinaya tersebut. 

Melihat sebab lahirnya vinaya, orang seringkali berkata, andaikata
Guru Buddha masih ada, pasti saat ini sudah lahir beribu-ribu atau
ratus-ratus vinaya baru.

Dengan future visionnyalah, Guru Buddha melihat kesulitan-kesulitan
tak terhingga yang harus dipikul murid-muridnya yang meninggalkan
rumah tangga di masa depan. 

Secara fisik sebagai sosok yang sangat manusiawi, yang masih dikuasai
usia tua, sakit, dan kehancuran tubuh kasar ini, Guru Buddha tak bisa
mendampingi murid-murid terkasihnya memasuki jaman berikutnya, seperti
jaman edan sekarang ini. 

Meskipun demikian, secara batin sebagai pribadi yang telah terbebaskan
pancaran spirit dan belas kasihnya tak akan dan tak pernah musnah,
selalu dia pancarkan untuk membantu mereka yang tengah melatih
kesadaran selama 24 jam. 

Menyadari kondisi di masa depan inilah, ketika secara fisik dia tak
bisa mendampingi mereka, Guru Buddha membuat aturan-aturan berhubungan
dengan keBikuan, yang tak lain untuk melindungi murid-murid yang ia
kasihi ini. Yang mana aturan-aturan ini secara tidak langsung
merepresentasikan kehadiran dirinya dalam melindungi murid-muridnya 
yang tengah berlatih.

Secara tak langsung juga, aturan-aturan ini kemudian membuat komunitas
Sangha, organisasi yang ia dirikan menjadi sebuah komunitas yang unik,
komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas-komunitas yang ada di
sekitarnya, seperti komunitas petani, komunitas pedagang, komunitas
pemerintahan dan masyarakat umum lainnya.

Sangha adalah komunitas orang yang tengah melatih diri dengan
meninggalkan kehidupan berumah-tangga. Hidup mandiri jauh/ memutuskan
ikatan  dari keluarga biologis, tidak memiliki apa-apa, tidak bermata
pencaharian, semua ini tentulah tak mudah. Terlebih lagi di saat
mereka mengalami sakit secara fisik, maupun psikis bisa berupa
depresi, keputusasaan, kecewa, sedih, marah maupun tengah dikuasai
nafsu duniawi lainnya. Dengan kata lain, menjadi anggota Sangha tidak
otomatis menjadi Arahat atau Buddha, tapi manusia biasa yang tengah
berlatih yang masih akan mengalami hal-hal seperti di atas.

Di sisi lain meninggalkan dan melepaskan semua kepemilikan duniawi ini
adalah syarat mutlak untuk menjadi komunitas Sangha, sebuah syarat
untuk mengikuti latihan melihat dan mendapatkan batin yang tenang,
jernih, bersih. Karena kemudian hanya dengan batin yang jernih pula
kita bisa melihat /menyadari muncul, datang dan perginya akar-akar
kejahatan di dalam batin ini, untuk kemudian membersihkannya.

Dan dalam proses latihan, sudah sewajarnya kondisi-kondisi tidak
nyaman ini akan selalu datang dan pergi.

Menyadari kondisi ini pulalah, Guru Buddha mewajibkan patimokha, 
dimana pada tiap-tiap awal dan tengah bulan, Biku-Biku yang sibuk
berlatih berkumpul untuk mendengarkan kembali tekat dan aturan yang
harus mereka jalankan, menyegarkan batin mereka. Mereka merefleksi
diri apakah mereka sudah berlatih cukup baik. Apakah ada pelanggaran
yang telah mereka lakukan. Apabila itu dilakukan mereka bisa mengaku
pada komunitas mereka denga

[MABINDO] Pasal 86 UU Perlindungan Anak

2006-01-17 Thread harpin70
Pasal 86 UU Perlindungan Anak


Buat Anda yang terpaksa menyekolahkan anak di sekolah misionari atau
capek menghadapi eveangelis bermuka tembok yang rajin menyabangi dan
mengiming-iming dengan proposal keselamatan dan angin sorganya,
berikut adalah pasal dalam undang-undang perlindungan anak yang bisa
digunakan sebagai payung hukum mengadukan para sales angin sorga ini
ke polisi.


Pasal 86 UU Perlindungan Anak

“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan tipu muslihat, rangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk memilih agama lain bukan atas
kemauan sendiri, padahal diketahui atau patut diduga bahwa anak
tersebut belum berakal dan belum bertanggungjawab sesuai dengan agama
yang dianutnya dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.100 juta.”


Namun pada beberapa kasus korbannya bukan anak-anak lagi, contohnya
penulis mendapat laporan dari beberapa mahasiswa di Universitas Pelita
Harapan dan Ukrida yang diwajibkan mengikuti retret agama tertentu.
Pada kasus ini mungkin tidak bisa digunakan Undang Undang perlindungan
anak (batasan disebut anak-anak umur brapa ya?), karena mereka jelas
bukan anak-anak lagi, tapi sebenarnya ini sudah perlangaran HAM yang
berat, MEMAKSAKAN ritual agama dan doa pada orang yang memiliki
keyakinan berbeda. 

Di sisi lain mereka tidak bisa menolak kegiatan ini karena diwajibkan
untuk mahasiswa baru, beberapa diantaranya Cuma bisa melapor ke
penulis dengan hati teriris karena ada temannya yang akhirnya terbius
angin sorga dan pindah agama gara-gara mengikuti acara indroktinasi
tadi, yang memang dirancang dengan efek psikologi yang luar biasa.

Untuk kasus terakhir ini, adakah yang bisa memberi solusi? Adakah
payung hukum yang bisa membantu mereka?


Harpin R











 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~-> 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] [Info] Gramedia diskon 30%

2008-12-23 Thread harpin70
Gramedia diskon 30%


buat pencinta buku, gramedia grand indonesia sedang memberikan diskon
30 persen untuk all item,kecuali barang elektronik. diskon ini
berlangsung hingga 26 desember 2008.

Saya baru dari sana tgl 20/12 kemarin. Buku Prof.Slamet Muljana yang
kontrofesia seharga Rp.39.500 setelah didiskon menjadi Rp.27.650.
Lumayanlah, apalagi buat kolektor buku sejati yang saya kenal macam
B.Dharmavimala dan Monk Handaka yang tukang borong buku, hehe.

Cuma jangan berharap banyak memborong buku buddhis. Dalam gedung mewah
dimana gramedia menempati dua lantai, untuk buku buddhis hanya
disediakan rak kayu kecil sekitar 2x1 meter, tenggelam oleh ikon buku
kristen yang dibuat besar2 dan menempati rak khusus plus sangat banyak.

Tapi ada satu buku yang cukup sensasional di rak buku bahasa inggris.
kalau tak salah judulnya Jesus family tomb, tau deh udah brani
diterjemahkan ke indonesia belum.

kalau saya tak salah lagi, isinya tentang penemuan arkeologi di Israel
tahun 1980an. Ada sebuah kompleks pemakanman keluarga yang nama2 di
nisannya indentik dengan keluarga Jesus, Maria, Yusuf termasuk di
dalamnya Maria Magdalena. Melalu penelitian DNA diketahui semuanya
adalah memiliki gen satu keluarga kecuali Maria Magdalena. Konon
katanya hal cukup krusia yang belum dibuka adalah hasil penelitian
apakah anggota paling muda (Judah/Judas?) dari anggota keluarga itu
berasal dari gen Jesus dan Maria Magdalena? Dalam artian Judah adalah
anak dari Jesus dan Maria Magdalena?

Selamat memborong buku. Ini bukan iklan terselubung, tapi iklan
beneran,hehe. Karena sementara ini, hanya kebaikan info sederhana  ini
yang bisa aku lakukan.

Thx untuk kesempatannya Bung Moderator

Harpin r



[MABINDO] BHANTE TUKANG pukul KENTONGAN

2009-01-10 Thread harpin70
Bhante tukang pukul kentongan (`mang tuh kentongan salehnye ape ye?Hehe)


Sedikit berbagi cerita tentang bhante tua yang baik ini. Yang tugas
resminya di Panditarama Forest Monastry sehari-harinya adalah tukang
pukul kentongan.

Yakni jam 03.00 pagi (bunyi kentongan yang sangat tak diidolakan oleh
Yogi/peserta meditasi, karena kami harus segera, suka atau tidak,
bangun dari tidur, berbenah diri menuju aula meditasi, kalau ada yang
bandel, akan datang Bhante tua lain yang menyusuri kuti demi kuti
`mengusir' penghuninya segera ke aula meditasi. Bhante tua tukang
`sapu bersih' ini `bersenjatakan' longceng penjual es doger yang
buncinya: cring-cring, cring-cring, hehe)

Lalu Pukul 05.30, nah ini bel yang selalu diidamkan para yogi, bel
makan pagi, haha. Segera kita berbenah, lalu berbaris rapi berjalan
penuh kesadaran ke ruang makan. Jangan pikir ini gampang loh. Dari
aula meditasi menuju ruang makan sekitar 300 meter, melalui jalan
menurun, jembatan kayu, menanjak, anak-anak tangga dalam kondisi pagi
buta yang sueer, asli dingin, gelap dan buta. Tapi kita dibekali
senter kok. Habis makan boleh kembali sendiri-sendiri ke kuti, tapi
tetap slow motion.. kayak nonton film yang gerakannya diperlambat,
pelan dan penuh kesadaran melangkah.

Pukul 06.00 bell lagi, saatnya menuju aula meditasi lagi.

Pukul 10.00, hehe saatnya makan siang, saat yang diidolakan.

Pukul 12.00 uhhh, ke aula lagi

Pukul 14.00 break ceramah dharma

Pukul 16.00 meditasi lagi

Pukul 17.00 kembali ke kuti untuk berbesih diri.

Pukul 18.00 kembali ke aula, meditasi lagi.

Pukul 21.00 Saatnya kembali ke kuti untuk tidur dan akan dibangunkan
lagi oleh bunyi kentongan jam 03.00 pagi buta,hehe.

Bhante tua inilah yang bertugas memukul kentongan ini.

Itu tugas resminya. Tugas tak resminya beliau hobi mengcukur rambut.
Siapa saja dari peserta meditasi, baik itu sangha maupun umat biasa ,
kalau lewat kuti beliau, bila dilihat rambut kita cukup panjang
menurut beliau, pasti dipanggil dengan jurus tiga kata
saktinya..(Come..! Squat, lalu sit..) .

Jadi beliau memanggil kita dengan kata: Come untuk menghampiri
dirinya, saat kita datang mendekatinya beliau pasti bilang :squat,
disuruh jongkok lalu beliau membasahi rambut kita dengan air dari
drum, setelah itu sit! yang artinya duduk dan beliau mulai mencukur
rambut kita sampai bersih.

Itulah tiga jurus andalannya, soalnya beliau berasal dari Tiongkok dan tidak 
begitu bisa berbahasa Inggris, hehe. Tapi untunglah aku
sedikit-sedikit bisa berkomunikasi dengan beliau pakai bahasa hokkian.

Saat saya browsing internet di Panditarama Monastry tiba-tiba aku
mendapatkan foto beliau yang lagi memukul gong. Lalu munculah memori ini.

Ops, ternyata ada yang berubah. Kentongan kayu setinggi orang kini
telah digantikan sebuah gong kecil, tapi bunyinya pasti sangat
nyaring. Cukup nyaring untuk membangunkan kesadaran mereka yang masih
terlelap, hahaha. Oh ya, mungkin kentungan kayu besar itu, karena
suaranya yang dahsyat, hanya dipukul saat pagi buta.

Namaste Bhante, namaskara dari jau. Jadi pengen dicukur ama
bhante lagi nih, hehe.
kuti



Ancol, 10 Januari 2009

Harpin R

sumber:www.harpin.wordpress.com



[MABINDO] ‘Televisi 29 inc’ di kuti saya

2009-01-12 Thread harpin70
`Televisi 29 inc' di kuti saya


Sewaktu di Panditarama Forest Monastry saya mempunyai sebuah `televisi
29 inc' di kamar. Sebuah kemewahan yang luar biasa bukan? Untuk
seseorang Biku yang hidup di tengah hutan, di sebuah negara yang
penghidupannya masih di bawah garis kemiskinan, ini adalah hal yang `wah'.

Sebagai seorang murid Guru Buddha berjubah saat itu, idealnya aku tak
memiliki kemewahan apa-apa. Jubah cuma dua stel. Dua hari cuci sekali.
Yang satu dijemur, satunya dipakai. Yang dijemur kering, satunya lagi
yang dicuci, begitu siklusnya. Di samping itu, aku memiliki mangkok
patta yang dipakai mengumpulkan makanan di pagi hari, berikut sendok
dan garpu yang digunakan saat makan, alat cukur, alat mandi, beberapa
alat tulis dan kamus. Alat makan ini kami cuci sendiri habis makan dan
dijemur di depan kuti.

Rutinitas kami dimulai bangun jam tiga pagi (gilanya aku suka langsung
mandi, hehe). Terus meditasi bersama di hall. 

Waktu menunjukkan setengah enam saat makan pagi, habis itu dilanjutkan
pindapatta, memberikan kesempatan umat perumah tangga mendapat
kebajikan berdana pada mereka yang tengah berlatih.

Karena letak monastry di tengah hutan, untuk pindapatta, tiap pagi
kami diangkut mobil truck melewati jalan hutan berdebu ke perkampungan
penduduk. Biasanya kami menutup muka dengan secarik kain menembus
kabut debu bertebangan oleh laju ban mobil truck. Sekitar setengah jam
perjalanan kami tiba di perkampungan penduduk, dan diturunkan di ujung
jalan. 

Mulailah menyusuri tapak-tapak jalan desa yang terkadang berkrikil
tajam. Sambil mengumpulkan makanan, kami melakukan meditasi jalan.
Pemahaman saya, dalam kondisi batin meditatif, kami menjadi lahan yang
efektif bagi umat yang berdana, apalagi jika disertai ketulusan yang baik.

Rasanya air mata ini selalu akan meleleh tiap kali melihat ketulusan
penduduk yang meski hidup dalam kemiskinan mendanakan sendok demi
sendok nasi ke mangkok patta kami, dengan begitu tulus dan rendah
hati. Terkadang mereka melakukannya di depan gubuk mereka yang sangat
`mungil'! (maafkan aku teman, susah bagiku menjelaskannnya  dengan
kata-kata). 

Melihat kondisi ini, aku berpikir alasan lain kami berpindapatta,
adalah memicu semangat kami agar lebih tekun berlatih, sehingga karma
baik yang mereka tanam dalam bentuk dana makanan menjadi tak sia-sia. 

Karena untuk monastry berkelas international, branchnya ada di seluruh
dunia, dengan donatur yang global, kami tak akan kekurangan makanan.
Monastry sendiri memiliki tukang masak yang tiap hari menyajikan
makanan berkualitas bagi yogi yang berlatih. 

Biasanya makanan hasil pindapatta digabungkan masakan koki di monastry.

Kembali ke pindapatta. Biasanya penduduk yang berdana berdiri di depan
rumah atau di pesimpangan jalan yang biasa dilalui barisan biku
berpindapatta. Berdiri di atas aspal di samping alas kaki yang sengaja
dicopot. Kalau membawa anak, anaknya disuruh bersujud terus menerus
sementara orang tuanya kusyuk mendanakan sendok demi sendok nasi ke
dalam mangkok kami. Ada juga yang sebelum berdana, bernamaskara dulu
di aspal. Setelah dana makanan habis, ia bernamaskara lagi. 

Sepulang dari pindapatta dengan kaki pegal, karena kerikil tajam,
terkadang gatal karena menginjak kotoran hewan, aku biasa mandi lagi
dan melanjutkan jadwal meditasi seharian di hall. Di luar kegiatan
rutin tentu suatu yang sangat surprise, ketika suatu malam sehabis jam
meditasi di aula, menjelang tidur, aku mendapat kehadiran `televisi,
layar lebar di kuti aku. Wow, kemewahan yang luar biasa! Tapi juga
mengerikan!

Bayangkan, di tengah hutan sunyi dan dingin, di tengah kuti gelap
gulita karena diesel monastry dimatikan tiap jam 10 malam, tiba-tiba
hadir televisi 29 inci berwarna yang tengah menyala dengan sendirinya?
Begitulah kenyataannya. 

Malam itu aku sudah berbaring. Saat mataku hampir terpejam, tiba-tiba
muncul televisi layar lebar itu di dinding kamarku. Tentu saja
bentuknya tak seperti televisi konvensional yang kita kenal. Televisi
di kuti aku lebih tipis, bahkan tak memakai boks, berupa layar
menempel di dinding.

Mula-mula kaget setengah mampus mendapatkan kehadiran ini. Tapi aku
segera mepertahankan kesadaran dengan meditasi pada bentuk tubuhku
saat tidur, merasakan dinginnya matras tidurku. Intip-intip aku
melihat apa yang ditampilkan televisi itu. Ada berberapa wanita
berjalan, masuk rumah, berpakaian merah, ada pembantaian, merah darah…
sampai akhirnya aku merasa tubuh kasar aku sudah tertidur dan tak bias
digerakkan, tapi kesadaranku masih terjaga. Tapi itu hanya sebentar,
karena kemudian aku tak ingat apa-apa lagi, benar-benar udah pulas.
Televisi itu? Tak tahulah, saat terjaga pukul 3 pagi tak ada lagi.

Keesokan harinya, ketika giliran audisi dengan sayadaw pembimbingku
yang terkasih, yang juga guru penabisku di Panditarama Forest
Monastry: U Tamana Kyaw, aku melaporkan yang aku alami. 

Tanpa melihat wajahnya (selama retreat kami tak boleh melihat wajah
guru pembimbing saat melaporkan hasil meditasi) aku merasakan beliau

[MABINDO] BAGAI ‘ULAR’ MELOMPAT dari JIDAT

2009-01-14 Thread harpin70
BAGAI `ULAR'  MELOMPAT dari JIDAT

U Thamana Kyaw, guruku yang terkasih kaget saat saya melapor kemajuan
meditasi secara rutin 2 hari sekali , memang saya tak melihat langsung
perubahan wajahnya(kami tak diijinkan menatap langsung guru meditasi),
tapi saya merasakan posisi duduknya yang tiba-tiba diubah.

Pagi itu saya melaporkan pusaran kecil bergerak dari alis kiri ke alis
kanan mondar-mandir.

"Mungkin itu angin?" katanya diterjemahkan seorang ibu penerjemah,"
kapan kamu merasakannya?"

"Saat saya mau tidur," kataku tetap beranjali dan menunduk.

Mendengar itu, tiba-tiba  beliau merubah posisi duduk, seperti orang
terkejut, "sebelumnya kamu belajar ilmu apa?"

"Tidak belajar apa-apa" kataku reflek tanpa pikir panjang, karena takut.

"Dulu sehabis dari sini kamu ke India, di India belajar apa?" tanyanya
mengulang  yang diterjemahkan penerjemahnya. Beliau sendiri bisa
bahasa Inggris, namun lebih nyaman menggunakan penerjemah. 

Dulu, sebulan setelah ditabis beliau aku pamit ke India dan diijinkan.
Kini, setelah mengikuti Word Buddhist Sangha Council di Myanmar, aku
tak menyiakan kesempatan masuk center lagi.

Dalam kondisi center meditasi yang ketat, melakukan sesuatu yang salah
adalah menakutkan, belum divonis kita down dulu. Untuk memprotek diri
saya langsung menjawab, "tidak belajar apa-apa, di India aku melakukan
ziarah ke tempat suci Buddhis," jawaban paling aman menurutku.

Susah bagiku yang biku Theravada, ditabis di center ini oleh beliau,
menjelaskan di India saya juga mengikuti Nyung Nay retreat, mengambil
Bhodisattva Sila dan 1000 armed Chenrezig inisiasi oleh Jhado Rinpoche
di Tushita Meditation Center beraliran Tantra. Apakah guruku akan
mengerti? Pikirku naïf, oleh simple mind berpikir itu upacara biasa.
Jadi memang saya tak belajar apa-apa.

Guruku yang tekasih itu agaknya mengerti. Ia tak mengejar lagi,
sebelumnya saya belajar ilmu apa? Ia kemudian menuntun mengamati objek
yang dominan. Apa yang dominan yang aku rasakan, itu yang diamati.
Dalam hal ini sesuatu yang bergerak di dahi saya.

Dalam tahap ini, saya menjalani pengamatan menyakitkan dan melelahkan.
Pusaran itu setelah diawasi dengan ketat berhenti di titik tengah
antara kedua alis. Karena titik itu terus berputar, saya mengamati
titik itu. Makin diamati, titik itu berputar makin kuat dan tajam,
bagaikan sebuah bor terus berputar mengebor jidat saya. Sakit... dan
lelah.. sampai kapan?

Selama proses menyakitkan itu, berulang kali aku meminta waktu bertemu
guruku yang juga merupakan abbot, kepala vihara. Sebuah permintaan
yang amat mahal dan tak pernah dikabulkan oleh biku-biku pengawas di
hall. Mereka hanya mengatakan, akan disampaikan, akan di sampaikan, titik.

Sampai akhirnya, setelah melewati rangkain sakit yang amat sangat,
suatu siang aku merasakan titik di jidatku jebol. Sebuah aliran
meluncur, bagaikan seekor ular menerjang, mendobrak keluar dari titik
diantara kedua jidat saya. 

Ah, melegakan, proses itu akhirnya selesai juga.

Keesokan harinya, seperti terjadwal dua hari sekali aku mendapat
kesempatan melapor hasil meditasi ke guruku yang terkasih. Aku
menceritakan proses menyakitkan itu, sampai akhirnya merasakan sesuatu
menjebol, bagaikan ular melompat dari titik di kedua alis di jidat saya.

Guruku yang terkasih mendengarkan dengan seksama dan tertawa. Aku lega
mendengar tawanya. Itu berarti, proses yang aku alami bukan sesuatu
yang salah. Selanjutnya beliau membimbingku untuk mengamati objek yang
dominan saja. 

Beliau tak bertanya lagi selama di India aku belajar ilmu apa? Tinggal
aku  sendiri yang bertanya-tanya, maksud beliau bertanya seperti itu
apa? Pertanyaan yang mana aku tak pernah punya kekuatan menanyakannya. 

Dalam perjalanan belajar `ilmu', aku hanya pernah mendapat ilmu dari
seorang tua penjaga galangan kapal di Jambi. Itupun menurutku bukan
`belajar', tapi `hadiah'. Karena kondisi warung kakak saya suka
diganggu preman setempat, pas aku pulang ke Jambi orang tua itu
menawarkan ilmu `kuda lumping' pada aku. 

Dikatakan ilmu kuda lumping karena setelah menerima ilmu kita bisa
makan kaca dan beling seperti kuda lumping. Dikatakan `hadiah' karena
sifatnya pemberian. Dengan menggunakan sebatang (saya lupa namanya,
kemangi atau apa yang bisa didapat dari penjual bunga dan kemenyan di
Pasar Angso Duo Jambi) yang diposisikan seperti sedotan antara alat
kelamin orang tua itu dan saya (kita dalam posisi berdiri berhadapan
berpakaian lengkap), orang tua itu menuntun aku membaca kalimat
syahadat, ilmu tersebut langsung aku miliki. Dan ini bukan isapan
jempol, setelah itu aku mengetes di belakang rumah, ilmu itu bekerja.
Sampai aku kembali ke Jakarta pun ilmu itu tetap bekerja.

Orang tua itu cuma berpesan, tak boleh dipamerkan. Ia sempat
menawarkan ilmu kebal, dimana harus melalui ritual mandi di sungai
Batanghari, tapi tak sempat dilakukan karena keburu kembali ke
Jakarta. Untuk berjaga-jaga aku sempat bertanya, kalau tak mau lagi
melepasnya bagaimana?

"Cukup ke sungai dan ucapkan `kau yang ada di dalam diriku,

[MABINDO] HARI-HARI yang ANEH

2009-01-18 Thread harpin70

HARI-HARI yang ANEH

Singkat cerita, meditasiku memasuki tahap aneh. Semisal getaran yang
bisa aku rasakan pada kaki maupun tanganku sebelah kiri.

Dua kali interview dengan guruku terkasih U Thamana Kyaw, beliau
bertanya: "Apakah getaran di ubun-ubunku sudah hilang?"

Saat pertemuan pertama aku berpikir sebentar lalu bilang, "masih ada."

"Kapan terakhir kamu merasakannya?"

"Sebelum memasuki ruangan ini"

Lalu seperti biasa aku melaporkan perkembangan meditasiku, aku
meletakkan kesadaranku pada hembusan angin di kulit, hangatnya sinar
mentari, juga dinginnya air atau keramik di kamar mandi yang menyentuh
jemari dan wajahku. 

Seperti puisi ya.. tapi ini beneran. Dengan latihan terpusat dan terus
menerus, aku menyadari, menjaga kesadaran tak hanya saat kita
melakukan meditasi duduk, tapi di tiap moment.

Hangatnya mentari pagi di kulit, desiran angin di kulit,
kerikil-kerikil tajam yang menyakitkan kaki, bisa menjadi bahan
menjaga kesadaran. 

Aku juga melaporkan semalam, saat meditasi banyak binatang kecil
berjalan di kulitku. Karena penasaran, aku meraba, ternyata tak ada
apa-apa. Aku juga merasakan angin berputar-butar di telingaku, juga
seperti ada orang yang menyentuh kakiku.

Sayadaw cuma tersernyum. Tetap menjaga kesadaran, mengamati hal yang
dominan, katanya.

Rasanya, itu hari terakhir aku melapor dengan keadaan `normal'. Oleh
kesalahan penafsiran instruksi beliau, dan keangkuhan yang timbul akan
hasil meditasiku karena sayadaw tampak bahagia tiap mendengar
perkembangan meditasiku, tanpa aku sadari keangkuhanku makin kuat…
Keangkuhan yang bagai racun merampas kesadaranku untuk membunuhnya
perlahan.


Di samping itu, oleh kejadian-kejadian aneh yang aku alami, aku mulai
susah membedakan yang maya dan nyata. Obyek meditasiku pun bukan
sesuatu yang nyata, seperti naik turunnya perut, tapi getaran dan
uliran yang tak bisa ditangkap mata. Tapi bisa dirasakan dalam kondisi
batin tertentu.

Biasanya, dari pengalamanku, bila pikiran tak dibiarkan berkeliaran,
dalam hal ini sebagai meditator, dalam tidur kita tak pernah mimpi.
Kesadaran kita bekerja lebih cepat dari tubuh dan pikiran. Begitu mata
terbuka, langsung bangkit dari tidur, atau terkadang kesadaran
datangnya lebih cepat dari tubuh ini, sehingga saat terjaga masih
sempat mendengar orang mendenkur. Mula-mula bingung juga. Dengkur
siapa gerangan? Padahal aku tidur sendiri, ya iyalah denkur gue
sendiri.. emang hantu bisa mendenkur? Hehe.

Nah, tak biasanya pagi itu aku mimpi dibangunkan oleh seorang gundul,
dari wajahnya kelihatan dia wanita. Mungkin Siale atau Samaneri. Wajah
Samaneri itu cantik tapi bersedih.

What's aku kebingungan. Kok bisa-bisanya, mimpi dibangunkan samaneri,
seumur hidup itu kali pertama aku mimpi wanita gundul. Tapi aku tak
mengubrisnya. Akan tetapi kesedihan wajah samaneri ternyata pertanda
tak bagus.

Terbukti hari itu aku mengalami konflik dengan Biku dari Thailand.
Masalahnya sederhana. Biku itu minta aku jalan lebih cepat waktu
selesai mengikuti patimoka dan hendak ke kuti, tapi aku ogah, balelo
aja yang membuat dia jengkel.

Lalu saat meditasi malam, saat terasa ada tangan memegang pundakku,
lututku, bukannya menjaga kesadaran, aku mencari dan mengamati sensasi
itu. Tentu makin jadi. Hal paling bodoh yang pernah aku lakukan
sepanjang karier meditasiku, hehe. 

Aku merasakan ada cahaya melayang dan berhenti di hadapanku. Mulutku
terbuka sendiri. Lalu sebuah gelembung udara mendesak masuk ke
mulutku. Aku bisa merasakan proses itu berlangsung inci per-inci
sampai gelembung itu di puserku, lalu keluar lagi perlahan-lahan.

Saat meditasi malam usai, aku berjalan pulang ke kuti. Saat melalui
pohon di tikungan jalan. Aku merasakan ada yang berbicara pada ku.
(aku mengetik ini sedikit merinding merekar kembali satu persatu
pengalamanku, jangan nempel lagi yah, plsss).

Aku merasakan ada dialog yang terjadi di pikiranku, seperti ada dua
orang yang tengah berkomunikasi.

Jadi ringkasnya, aku tidak pulang ke kutiku sendiri lagi. Ada yang
`menyertaiku'. Ia mengatakan dirinya adalah Avalokitesvara atau lebih
kita kenal dengan Kwam Im. Malam itu tak seperti biasanya, duduk di
dipan, kedua tanganku bekerja membentuk mudra-mudra, sambil
mengucapkan `Om Mani Padme Hum'

Konon kata makhluk itu, ia sedang membersihkan cakra-cakra aku. Begitu
juga keesokan hari saat terjaga, kembali tanganku membentuk
mudra-mudra yang tak aku mengerti untuk membersihkan cakra.

Saat makan pagi, aku tidak makan daging. Saat aku duduk, aku merasa
ada yang menempel di belakang. Tapi karena aku mau makan daging juga,
aku menelan sepotong daging, hebatnya, aku merasa makhluk yang nempel
di belakangku mental sedikit. Tapi jangan khawatir, melalui
gerakan-gerakan mudranya saat ga ada orang, ajaib dan susah dipercaya,
daging itu bisa dimuntahkan kembali otomatis dari mulut aku, meski
sebenarnya udah nyampe di perut.

Mulailah aku melewati hari-hari paling kacau dalam hidupku di
Panditarama Forest Monastry. Hari itu sambil berpindapata, tangan ini
sibuk membentuk 

[MABINDO] Perjalanan MENANGKAP PIKIRAN

2009-01-23 Thread harpin70
Perjalanan MENANGKAP PIKIRAN-Awal di Panditarama Forest Monastry.

Kembali ke awal kedatangan saya di Panditarama Forest Monastry. 

Waktu itu, masih Samanera. Saya diantar ke forest oleh sopir Pak
Handaka, tiba di sana sekitar jam 10.30. Menjelang sore, saya ditabis
menjadi Biku oleh guruku terkasih, U Thamana Kyaw di Sima asri dan
sunyi Panditarama Forest Monastry.

Bagi penyuka eksotisme, mungkin senang berlama-lama di kuti ini. Untuk
mencapainya melalui jembatan di atas danau penghubung meditation hal
dan ruang makan. Nah, sima ini terletak ditengah perjalanan melalui
jembatan.

Selesai ditabis aku minta ijin ke front office menggunakan internet
mengabarkan Pak Handaka dan guruku terkasih di Indonesia, Bhante
Dharmavimala. 

Tentu tak boleh lama, di Myanmar yang dibentengi junta militer
internet termasuk barang luarbiasa mewah, selain itu, ibu di front
officer terkenal galak dan tak segan memarahi Biku! Weleh-weleh- weleh.

Awal masuk Panditarama Forest Monastry terusterang aku bego soal
vipassana, apalagi mengamati naek turun perut.. aduh makkk ampun
dah..gimana caranya? Aku sudah terbiasa dengan anapanasati, mengamati
keluar masuk nafas.

Jadi semangat awalnya juga asal bisa ke Myanmar dan juga asal bisa
belajar meditasi di Mahasi Center, kan terkenal tuh, Bhante Ashin
Jinarakkhita yang kesohor itu kan belajar di sini, di Mahasi Center.

Barulah sampai di Myanmar, pelupuk mata ini sedikit terangkat.
Ternyata Mahasi Tradition sudah beranak pinak, berkembang sangat pesat.

Dari Pak Handaka dan keluarganya yang helpful terhadap Sangha inilah
aku diantar melihat satu center ke center lain di Myanmar. Baik itu
`turunan' Mahasi atau bukan. 

Jadilah kita seperti Indiana Jones, dengan mobil (Jeep atau Kijang
ya?). Kita, saya dan keluarga Pak Handaka berpetualang melihat center
demi center.

Mahasi Center sendiri konon telah ditinggalkan murid-murid terbaiknya,
seperti Sayadaw U Pandita (Panditarama) dan Chammay Sayadaw yang
membuka center sendiri. 

Karena Mahasi Sayadaw sudah tutup usia, maka tak ada guru besar lagi
di Mahasi Center. Rekomendasi Pak Handaka, mau belajar metode Mahasi
ada dua pilihan, tempat Sayadaw U Panditarama atau Chammay Sayadaw.

Perlu juga diketahui, tak hanya di Indonesia terjadi blok antara biku,
di Myanmar juga begitu. Meski sama-sama menggunakan metode Mahasi,
hubungan U Panditarama dan Chammay Sayadaw konon tak mulus. 
Panditarama Sayadaw adalah guru meditasi Aung San Su Ki oposisi Junta
berkuasa, sedangkan Chammy Sayadaw rekanan junta. Jadi ceritanya
sedikit mirip kisah air dan minyak.

Selain kedua Master yang mengajarkan metode Mahasi, ada lagi satu
center yang didirikan Sayadaw yang dulu merupakan sayadaw di Mahasi
center, yakni Shwe Oo Min Center. 

Cuma sedikit aneh, Shwe Oo Min Center tak mengajarkan Metode Mahasi,
yang mengamati naik turunnya perut. Center ini bisa disebut center
`kebebasan' karena diijinkan menggunakan metode apa saja yang menurut
anda nyaman. Mau anapanasati boleh, naik turun perut jug oke, atur aja
bro.

 Sekilas center ini mirip center zen, dan merupakan pusat meditasi
pecinan di Myanmar.

Myanamar memang gudangnya master meditasi. Ada banyak center meditasi
di sini dengan metode berlainan. 

Ada Goenka Center, Pak Auk Sayadaw, Mingun Sayadaw, etc. Terlalu
banyak center di sini dengan metode beragam. Ada center yang ketika
anda masuk ke meditation hallnya seperti masuk ke rumah tukang kayu. 

Anda seperti mendengar orang menggergaji kayu, `ngik ngok,ngik ngok'
yang berasal dari suara nafas keluar masuk hidung yang dipush, ditarik
panjang hingga berdesis kayak ngorok. 

Konon masternya meditation ini, yang awalnya petani, mencapai arahat
saat mencangkul dengan nafas ngos-ngosan. Jadi   beliau mengajarkan
metode `ngos-ngosan' mengepush nafas.

Uniknya, meski metode berbeda, oleh masyarakat di sini, master-master
pendiri center ini dianggap telah mencapai arahat. Hal ini dibuktikan
dengan relik dan sebagainya.

Namun begitu, yang membangakan kita orang Indonesia, apabila membaca
biografi Mahasi Sayadaw, selalu terdapat paragraph menceritakan
muridnya  The Boan An atau Ashin Jinarakkhita. Cuma beliau
satu-satunya murid yang diberi paragraph di biografi Mahasi Sayadaw.

Singkat  cerita, mulailah aku melewati hari-hari `buta' dan menyiksa
di Panditarama Forest Monastry. Dikatakan buta karena memulai dari
nol, buta tentang Metode Mahasi. Dikatakan menyiksa karena datang saat
musim panas, summer di Myanmar. Saking panasnya  angin yang berhembus
pun  panas. 

Jadilah saya melewati hari gerah. Bukan hanya itu, Panditarama Center
juga terkenal keras dan ketat. Rasanya semua kegiatan diawasi dan
ditempel rapat dari bangun sampai tidur. Mencuri waktu menarik nafas
rasanya bisa ketahuan.

Hampir menginjak sebulan setelah itu, aku mengirim email ke Handaka
menceritakan `duka' yang aku alami. Panas dan tak betah. 

Oleh Pak Handaka disarankan kalau tak betah pindah center saja.
Setelah itu, aku mencari hari baik minta ijin meninggalkan center.

Di hari melaporkan ha

[MABINDO] LUKISAN Buddhist For Free

2009-01-29 Thread harpin70
LUKISAN Buddhist For Free

Di sela kesibukan menjaga counter aku juga melukis.

Lukisan 'Buddha" ini aku kerjakan kurang lebih seminggu, medianya cat
minyak di atas kanvas, ukurannya 59,5x89cm.
Foto lukisan ini bisa dilihat di http://harpin.wordpress.com, di
Lukisan for Free.

Bagi yang berminat memilikinya bisa menghubungi saya di emai:
harpi...@yahoo.com. 

Cukup mengganti biaya produksi serelanya agar bisa aku gunakan untuk
membeli bahan-bahan dan melukis lagi.


Salam dalam hujan,

Harpin



[MABINDO] Perjalanan MENANGKAP PIKIRAN 2

2009-01-29 Thread harpin70
Perjalanan MENANGKAP PIKIRAN 2

Shwe Oo Min Center


U Tejaniya Sayadaw memintaku merapatkan tangan anjali, “apa yang
terasa?” tanyanya.

“Hangat,” kataku

“Itu juga meditasi” katanya.

Satu hal berbeda di Shwe Oo Min center dibandingkan Panditarama Forest
Monastry, di sini kami dapat ‘curhat’ panjang lebar dengan Sayadaw
pembimbing. 

Di Panditarama Forest Monastry kami tak boleh menatap guru pembimbing
saat interviu, di sini kami bebas menatap, bertanya dan bercerita.
Guru pembimbing sangat bersahabat. Terkadang karena kondisi, interviu
dilakukan rombongan, bareng-bareng seperti klub sharing.

Di lain pihak, wajah U Tejaniya Sayadaw benar-benar mirip sahabat saya
di Indonesia, Chinese dan putih.

Ditambah metode interviu friendly, jauh dari formalitas..bahkan aku
bisa berbicara bila ketemu di jalan setapak, membuat dia reali seperti
sahabat sepermainan saya. 

Hal unik lainnya, U Tejaniya Sayadaw awet muda, dari teman biku
Vietnam aku tahu usia beliau saat itu 40 tahunan, tapi gaya dan yang
terlihat seperti baru menginjak 30an.

Dari rekan Biku Vietnam lagi aku mendapat info, penunjukan U Tejaniya
Sayadaw sebagai guru meditasi oleh Shwe Oo Min Sayadaw menimbulkan pro
kontra. Dari segi vassa, ada banyak murid Shwe Oo Min yang jauh lebih
senior di center itu, namun beliaulah yang ditunjuk oleh Shwe Oo Min
Sayadaw. 

Sekedar info, ada kesamaan antara U Tejaniya Sayadaw dan Bhante
Dharmavimala guru saya terkasih di Indonesia, Sama-sama tak pernah
menunjukkan dan menuntut diperlakukan sebagai senior, tapi lebih
memposisikan sebagai sahabat dalam Dharma, bahkan terhadap biku baru
seperti saya 

Mungkin bedanya, U Tejaniya Sayadaw lebih muda dan ekspresif.

Jadilah saya yang baru datang dari center ketat, Panditarama Forest
Monastry, bagai menikmati liburan di Shwe Oo Min center.

Saat bel jam 3 pagi berbunyi, tak ada biku menyusuri kuti dengan
‘lonceng es’ mengusir kita ke hal meditasi. Semuanya lebih berdasar
kesadaran. 
Saat di meditation hal pun, tak ada urutan senioritas pada
bantal-bantal tempat duduk seperti di Panditarama Forest Monastry.
Dengan kata lain, kita boleh duduk dimana saja, yang penting nyaman.

Ajaibnya, saking bebasnya di hal meditasi, pemandangannya agak aneh 
Ada yang meditasinya menyandar ke tiang penyangah ruangan, ada yang
duduk di kursi lipat/malas… dan tampaknya tertidur, weleh-weleh. Aku
tak bisa membayangkan yang terjadi bila hal ini di Panditarama Forest
Monastry.

Waktu meditasi jalan tak ada yang bergerak slow motion. Di sini
yogi/pemeditasi berjalan biasa. Aku yang baru dari Mahasi tradition
saat berjalan ke meditation hal masih kebawa berjalan pelan. 

U Tejaniya Sayadaw yang melihatku di kejauhan berjalan mendekat.

“Don’t need to move so slowly” katanya, tak usah berjalan selambat
itu. Berjalan biasa saja, tapi dengan kesadaran terjaga.

Saat interviu beliau bertanya, saat makan bagaimana?

“Aku menyadari makanan yang aku makan, keras, lunak, asin, pedas,
manis. Sempat juga aku nafsu karena lapar, terus aku berhenti
sebentar, menyadari nafsu itu, setelah tenang melanjutkan makan.”

“Hmm..itu dia,” kata beliau, “saat makan, saat dimana kita harus
sangat berhati-hati ketika nafsu muncul dengan kuat.”

Selain perbedaan-perbedaan di atas, ada juga perbedaan fasilitas.
Panditarama Forest Monastry adalah center besar, luas dan kaya dengan
Big Master yang masih ada. 

Sebaliknya Shwe Oo Min center tak terlalu luas. Tak ada kuti-kuti yang
berdiri sendiri, melainkan bangunan dengan kamar berjajar seperti
kamar kos, dan Shwe Oo Min Sayadaw yang sudah tutup usia.

Dari segi makanan juga begitu. Di Panditarama Forest Monastry, makanan
berlimpah yang sering membuat kita kekenyangan, di sini tak demikian.
Tak berlebih, tapi cukup. 

Di Panditarama Forest Monastry tak disediakan menu vegetarian, di sini
ada meja khusus menyediakan makanan vegetarian. Jadi tak heranlah,
banyak biku dan bikuni Mahayana yang bahagia berlatih di sini.

Dengan kondisi center lebih bebas, perlahan aku ‘bisa’ menghirup
nafas, menggunakan pikiranku, menganalisa buku-buku yang kuambil dari
front office Panditarama Forest Monastry. Mencocokkan dengan praktek
yang aku alami. 
Perlahan aku menyadari dan menyesali kebodohan-kebodohanku. Hal
mendasar Vipassana yang sebelumnya kuabaikan, sepeti mencatat proses
batin: melamun, menghayal, rencana, sakit mulai aku mengerti.


Terkadang kalau lelah, aku tak mengikuti session meditasi pagi, tapi
langsung sarapan di ruang makan jam 5.30 pagi. 

Setelah itu, mengikuti pindapata yang dipimpin langsung U Tejaniya
Sayadaw.

Tiga minggu aku di Shwe Oo Min center keadaan center mulai tak
kondusif, karena mendekati tahun baru Myanmar, center dipenuhi
orang-orang Myanmar. 

Ini merupakan tradisi turun-menurun, mungkin seperti umat Islam di
Indonesia mengikuti pesantren kilat saat liburan. 

Mereka bisa masuk center sekeluarga. Bapaknhya ditabis jadi biku,
anaknya karena dibawah 20 tahun ditabis jadi samanera, lalu ibunya
jadi siale/samaneri

[MABINDO] DHARMABOOK For Free

2009-01-30 Thread harpin70
Ada beberapa judul buku Dharma yang bisa diambil di Konter saya di
Pasar Pagi Mangga Dua secara gratis.

Sebaliknya tangan saya juga terbuka lebar mendistribusikan buku/cd
Dharma yang anda miliki.

Keterangan lebih lanjut kunjungi: http://harpin.wordpress.com



[MABINDO] Re: DHARMABOOK For Free

2009-02-02 Thread harpin70

Ini alamat konter saya:

Konter Poster/lukisan/action figure
Lt.5 blok B (depan toko Ferenssa B57)
Pasar Pagi Mangga Dua
Jl. Mangga Dua Raya, Jakarta Utara
tlp. 02193793025


Terima kasih,
Harpin





--- In MABINDO@yahoogroups.com, "Tonyadi"  wrote:
>
> Mau tanya konter pak Harpin di pasar pagi mangga dua di mana ?
>   - Original Message - 
>   From: harpin70 
>   To: MABINDO@yahoogroups.com 
>   Sent: 30 Januari 2009 17:19
>   Subject: [MABINDO] DHARMABOOK For Free
> 
> 
>   Ada beberapa judul buku Dharma yang bisa diambil di Konter saya di
>   Pasar Pagi Mangga Dua secara gratis.
> 
>   Sebaliknya tangan saya juga terbuka lebar mendistribusikan buku/cd
>   Dharma yang anda miliki.
> 
>   Keterangan lebih lanjut kunjungi: http://harpin.wordpress.com
> 
> 
> 
>
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[MABINDO] Kembali KE MYANMAR

2009-02-04 Thread harpin70
Kembali ke Myanmar.

Aku berkunjung ke Myanmar lagi saat World Buddhist Summit ke 4,
Desember 2004. Oleh Guru saya terkasih saya ditugaskan mewakili Sangha
Agung Indonesia bersama Yang Mulia Bhante Nyanasuryanadi Mahathera. 

Pada hari ‘H’ aku berangkat ke Batam. Entah mengapa aku menolak
membawa cindramata rupang besar dari Bhante Aryamaitri Mahasthavira
yang sudah seperti orang tua saya.  Aduh kualat deh. Ampun Bhante, hehe.

Tapi untunglah, belakangan aku tahu, Bhante Nyanasuryanadi yang
Mahathera sekalipun, sangat rendah hati membawakan patung itu. 

Keesokan harinya, Bhante Nyanasuryanadi Mahathera menyusul tiba di
Batam. Kami menginap di Vihara Buddhayana Nagoya Point, untuk keesokan
menyebrang dengan kapal feri ke Singapura.

Di Singapura kami mencari pesawat ke Myanmar. Sebenarnya bisa terbang
langsung dari Jakarta ke Singapura, tapi supaya irit, perjalanan
dilakukan ala back paker traveler. 

Ada rekan Hendritanti menemani dari Batam sampai Bandara Changi,
Singapura. Terimakasih dan namaskara untuk rekan Hendritanti, yang
kini menjadi Biku Nyanagupta. Siapa menyusul? Haha.

Seperti biasa, tiba di Myanmar, Bapak Handaka yang helpfull pada Monk
menunggu di airport. Berbeda dengan perjumpaan pertama saat beliau
masih menggunakan celana panjang, kini beliau ‘menyatu’ dengan
masyarakat Myanmar, kemana-mana pakai sarung kotak-kotak, hehe. 

Hari pertama kami bermalam di kediamannya. Terdapat ‘kuti’ di rumah
beliau untuk biku-biku  yang transit belajar ke Myanmar. Kami juga
menerima dana makanan Ibu Eli yang selalu memberi terbaik buat biku.

Setelah cukup istirahat, kami bersafari dengan keluarga Handaka: Bapak
Handaka, Ibu Eli dan kedua anaknya : Voni dan Nyonyo (waktu itu anak
yang ketiga , Minggala belum hadir,hehe) ke vihara-vihara suci di
Myanmar, sebelum akhirnya meregister di hotel, yang disediakan panitia
World Buddhist Summit.

Ada catatan kecil manfaat yang saya dapat dari kebiasaan mencatat
proses batin, chittanupassana. Terimakasih pada Sayadaw U Tejaniya
yang mematangkan karma aku tentang chittanupassana.

Setidaknya kini aku  bisa meditasi di tempat ramai sekalipun, aku bisa
meditasi dengan mata terbuka, sambil baca koran, sambil ngobrol,
sambil nonton televisi. 

Jadi saat mata aku nonton televisi, bila ada pikiran melintas aku
mencatatnya, seperti :melamun, sambil mengalihkan sejenak mata dari
televisi, plong melamun itu hilang, nonton lagi. Merencanakan, catat:
rencana, pusaran pikiran rencana itu melemah dan hilang, kembali ke
televisi. 

Terkadang kita seperti melihat dua hal pada saat bersamaan. Saat mata
menonton ke televisi tetapi batin kita melihat /merasakan proses
pikiran yang tercatat berputar lalu melemah. Kadang untuk
menyeimbangkan proses dalam batin, kepala aku bergerak pelan ke kiri
atau ke kanan 15 derajat seperti menoleh sesuatu di samping. Jadi saat
nonton televisi, televisi jadi objeck meditasi utamanya,hehe.

Proses pencatatan dalam batin ini sangat bermanfaat bagi pengendalian
diri, terutama saat mengobrol dengan umat maupun rekan biku supaya tak
hanyut dalam pikiran dan pembicaraan yang berkembang. Karena batin
yang terbiasa mencatat, aku cepat tersadar kemana pikiran atau ucapan
bergerak. 

Misalnya tanpa sadar pembicaraan menjurus ke arah benci atau iri,
biasanya sifat pembicaraan ini cepat tertangkap melalui kebiasaan
mencatat yang otomatis: Ini kebencian. Ini irihati, ini kesombongan, 
sehingga aku cepat mengerem pembicaraan.

Ringkasnya pencatatan pikiran membantu kesadaran akan hadirnya
akar-akar kejahatan yang bersifat sangat halus, seperti kebencian,
keangkuhan, keserakahan, nafsu dan irihati, yang bisa menciptakan
karma buruk melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. untuk kemudian
sadar dan tak melanjutkan.

Jadi kini dari segi wajah, menurut aku sendiri, tampaknya aku lebih
bahagia, hehe. Ups, ini keangkuhan, hehe lagi. 

Sambil menonton televisi, baca koran terkadang makan ubi berteman
secangkir teh aku mengamati proses yang berlangsung dalam batin datang
dan pergi. Tuing muncul pikiran, tuing pikiran itu menjadi lemah,
tuing muncul lagi, tuing lemah lagi. Tuing tuing tuing, terkadang
prosesnya cepat sekali, tapi kadang juga lambat sekali. 

Ketika World Buddhist Summit yang berlansung sekitar 2 minggu
berakhir, aku melanjutkan perjalanan ke Panditarama Forest Monastry. 

Sedangkan Yang Mulia Bhante Nyanasuryanadi Mahathera yang sangat
rendah hati harus segera ke Indonesia, tugasnya di Sangha Agung
Indonesia dan dosen di IIAB Smara Tunggal Ampel, Boyolali telah menanti.


Batavia, 05 Februari 2009 (05:17 am)

Harpin.




[MABINDO] The Power of MIND, a tribute for My MOM

2009-02-08 Thread harpin70
The Power of Mind
A Tribute for my MOM

Ini cerita sewaktu mama saya masih ada.  Saat aku ajak ke Jakarta dan
tinggal bersama aku, Mama memiliki keluhan penyakit kulit. Yakni
kulitnya suka bentol-bentol kayak alergi.

Kalau saya tak salah, penyakit ini cukup lama Mama pikul. Saya tak
tahu mulai kapan. Karena sejak umur 7 tahun, aku  tak ikut mama.
Melainkan tinggal dengan Tuako-adik perempuan paling besar dari Papa.

Kakak saya yang paling besar merantau sejak umur belasan. Sedangkan
Papa meninggal saat saya bayi. Jadilah Mama hanya tinggal bertiga
dengan kakak saya kedua (perempuan) dan kakak ke tiga (laki-laki) di
pedalaman Jambi.

Karena ketidakcocokan dengan paman, dilain pihak prestasi belajar yang
bagus, rutin juara kelas di SMPN 12 Jambi, menginjak kelas 3 SMP aku
dikirim ke Yogya, ikut anak bibi. Maksud Bibi, supaya saya bisa
sekolah sambil kerja di toko besi anaknya.

Semenjak di Yogyakarta, Praktis hubungan aku dengan Mama kian jauh.
Kalau masih di Jambi, bila liburan aku bisa ke tempat Mama, kini tidak
lagi. Praktis aku disibukkan sekolah dan membantu anak bibi yang
workaholic, pekerja keras. 

Pagi jam tujuh sekolah sampai jam 12.30. Jam 1 siang aku sudah di toko
besi grosiran di Bringharjo sampai jam 6 sore. Malamnya, aku pulang ke
rumah merangkap gudang di daerah Pingit. 

Yang namanya gudang, apalagi anak bibi workaholic, seringkali kita
masih bekerja sampai jam 2 pagi menyusun barang. Yang namanya barang
besi tahu sendirilah, betapa beratnya peti-peti palu, cangkul,
kunci-kunci, baut, kaleng cat dan sohib-sohibnya. 

Yah, mungkin karena mental tak siap, juga punya bakat membandel, hehe,
sebulan berselang aku cabut alias kabur dari tempat anak bibi. Aku
mencari kos di belakang gudang anak bibi, yang masih aku ingat, cuma
Rp.10 ribu per bulan.

Demikianlah, sejak itu hingga kini, kediaman resmiku tak jauh dari
kamar kos berukuran dua kali tiga, termasuk waktu tinggal di kuti
biku,hehe. 

Selama tiga tahun, untuk bertahan hidup aku dikirimi kakak kedua yang
buka warung kelontong di Jambi sebulan Rp.30 ribu. Rp.10 ribu buat
bayar kos. Bayar uang sekolah di SMPN12 Yogyakarta Rp.1000 sebulan.
Sisanya RP.19 ribu.

Sebagai gambaran, tahun 1986 makan di warung nasi pakai telor sepiring
250,- Sehari makan tiga kali jadinya RP.750. Dikalikan 30 hari sebulan
hasilnya RP.22.500. 
Kesimpulannya kiriman kakak saya tak cukup, ada defisit Rp.3.500,
itupun untuk standar makan minimun belum termasuk kebutuhan tetek
bengek lain.

Untuk mengatasinya, setelah konflik batin mendalam dengan muka badak
menahan malu, aku yang berumur 16 tahun saat itu, minta kerjaan lagi
pada anak bibi. Masuknya sepulang sekolah, tak iku kerja di gudang
malam hari, kata aku. 

Beliau setuju. Seminggunya aku dikasih Rp.5000,- lumayanlah, hehe, 
buat nutup defisit.

Karena kondisi ini harap maklum, nantinya sekolah aku kacau beliau.
Meski sukses lulus SMPN 12 dan diterima di SMUK de Britto yang
muridnya laki-laki semua, tapi inilah awal kekacauan hidup dan
kepribadian aku, sampai harus menamatkan SMU selama 6 tahun, 2 tahun
di de Britto 4 tahun di SMUN 9, weleh weleh weleh.

Tapi aku ikut anak bibi aku hanya 3 tahun. Aku dikirimin uang juga
hanya 3 tahun itu. 
 Tahun-tahun berikutnya, sambil sekolah aku memiliki dua usaha taman
bacaan kakilima di depan Rumah Sakit Panti Rapih dan tiga pegawai yang
adalah teman-teman sekolah saya.

Kembali pada cerita tentang Mama saya. 

Sudah pasti, karena tak tumbuh bersama Mama, aku tak memiliki hubungan
emosional dengan Mama. Perasaan memiliki tak ada. Oleh kenaipan dan
pemikiran usia puber, mungkin juga karena rusak dimanja waktu balita,
aku justru menyalahkan Mama atas kondisi aku.

Sehingga, saya  terlalu masa bodoh atas kondisi Mama di daerah. Hanya
sekali-kali aku pulang ke daerah dengan gaya backpacker. Di saat
itulah, aku sering melihat Mama mengoles tubuhnya dengan arak, karena
tubuhnya bentol-bentol alergi.

“Kenapa, Ma?”

“Gatel, ga tau kenapa, nggak sembuh-sembuh” kata Mama.

“Oh…” kata aku dengan mulut bulat tanpa dilandasi semangat berbakti
dan jiwa bhodisattva, mencari solusi untuk Mama. Seolah that’s not my
problem, that’s outside of me.

Hari terus berjalan. Aku sudah menjadi wartawan majalah remaja kesohor
di Jakarta. Aku memiliki pacar, mencintai pacar saya lebih dari
segalanya. Bahkan, Mama tak ada apa-apanya dibandingkan kekasih hatiku. 

Kakak perempuan saya bilang, pulang ke Jambi seminggu aku telah sibuk
menulis surat ke pacar di Jakarta. Sementara puluhan tahun di rantau,
surat yang aku kirim pulang bisa dihitung dengan jari (waktu itu belum
ada hp).

Seiring waktu berjalan, mungkin karena pemahaman Buddha Dharma yang
lebih baik, aku mulai melihat ada yang salah dalam hubunganku dengan
Mama. Terutama saat membaca buku Sutrabakti Seorang Anak, dan
mengetahui keniscayaan membalas budi ibu,  lulu lantaklah hati ini. 

Apalagi ketika aku sudah rutin meditasi di ruang meditasi Ekayana,
yang pertamanya untuk memakai ruang itu harus kucing-kucingan dengan
Awi yan

[MABINDO] The Grazy MIND

2009-02-13 Thread harpin70
The Grazy MIND
(kelanjutan The Power of MIND)

Pada awalnya bentol-bentol  alergi terhadap jamur, dan kadang muncul
seenak udel tanpa sebab jelas itu, cukup menganggu hidupku. 

Tapi syukurlah, suatu ketika bentol-bentol itu muncul lalu aku bawa
dalam meditasi, ajaib dan susah dipercaya, alergi yang hampir
‘membunuhku’ itu lenyap dalam 15 menit. 

Jadi merupakan hal wajar berpegian dengan guruku terkasih, beliau suka
melihatku duduk meditasi dalam kamar dengan jubah melilit menyelimuti
tubuh dari ujung kepala sampai kaki saat alergi itu muncul.

Aku tak pernah minum obat mengatasi alergi ini, cukup dibawa meditasi
anapanasati samata bhawana yang aku praktekkan saat itu, selesai. 

Seolah kehilangan taringnya, tak lama setelah jadi samanera
bentol-bentol ini lenyap dan tak pernah muncul lagi sampai sekarang.
Sedangkan alergi terhadap jamur itu ikut menghilang.

Selanjutnya, tahun 2004 aku berkunjung ke Myanmar untuk kedua kali. 

Setelah mengikuti Fourth  World Buddhist Summit, aku melanjutkan
perjalanan ke Panditarama Forest Monastry.

Semula sempat bingung, nanti bagaimana? Karena aku merasa sudah
‘pinter’, sudah bisa mengamati gerak pikiran (baca ‘Kembali ke MYANMAR’)

Jadi sikap dan gerak-gerik saya sesuai intruksi di Shwe Oo Min center
 just rileks, santai saja. Berjalan tak terlalu lambat, yang penting
menyadari gerak-gerik pikiran.

Saat di ruang makan pun  aku bergerak santai. Bahkan dalam hati aku
meremehkan mereka yang focus dan serius, aku bertindak sebaliknya,
menunjukkan senyum dan keramahanku.

Barulah saat interviue dengan guruku terkasih U Tamana Kyaw Sayadaw
keesokan pagi, aku menyadari telah diamati sejak kemarin.

“Kalau tak salah, kamu yogi yang dulu ditabis di sini, bukan?”

“Betul, Bhante,” kataku beranjali menunduk.

“Waktu itu kamu ke India?” tanyanya yang diterjemahkan seorang ibu
dokter penerjemah.

“Betul, Bhante.”

“Di India kamu kemana saja?”

“Saya ziarah, Bhante. Ke tempat-tempat suci Agama Buddha.”

“Oo…’ katanya senang. Kemudian beliau melanjutkan ‘setahu saya, dulu
kamu yogi yang serius dan bagus. Saya harap kamu mempertahankan sikap
yang dulu, kalau tidak, kamu tak akan mendapat kemajuan di sini.”

Deg, tiba-tiba aku menyadari, sikap yang memang tak seserius dulu.
Dalam hal berjalan, aku selalu mendahului yogi-yogi lain yang bergerak
seperti keong. Lambattt banget.

“Yah, Bhante,” kataku menunduk kian dalam. Malu bercampur takut.

“Masih ada yang ingin dilaporkan?”

“Tidak, Bhante.”

Ia berkata sesuatu pada penerjemahnya, lalu penerjemahnya mengatakan,
“now you can go.” 

Aku namaskara tiga kali perlahan-lahan, lalu bergerak slow motion
meninggalkan ruangan interview.

Sejak itu, aku kembali pada metode Mahasi di Panditarama Forest
Monastry yang serius dan keras. Berjalan sangat lambat. Aku menjadi
serius dan tak banyak mengumbar keramahan, terutama saat makan.
Benar-benar kembali hidup di dunia sendiri. 

 Hari terus berjalan, hingga suatu pagi saat bangun dan mandi jam 3
pagi, aku merasa gerakanku sangat lambat dalam arti bukan aku yang
mengontrolnya, tapi gerakan itu melambat dengan sendirinya. Rasanya
enak juga, aku tak usah melambatkan gerakanku, tapi ia melambat
sendiri, jadi tak butuh usaha lagi, hehe.

Saat interviu dengan Sayadaw, ia tertawa yang terdengar dari gelaknya. 

Aku agak tenang, berarti gerak lambat sendiri ini bukan sebuah kesalahan.

U Tamana Kyaw Sayadaw, guruku terkasih kemudian bertanya, “apakah
pusaran di ubun-ubun kamu sudah hilang?

Saya ragu.. berpikir sebentar, “sudah,” kataku.

“Apa yang kau lihat?” Tanya Sayadaw.

“Hm…tidak jelas,” kataku.

“Mungkin belum cukup bersih,” tambahnya, “dan kami melihat gerakkanmu
juga belum cukup lambat,” tambahnya lagi sambil tersenyum.

Berdasarkan pengalaman interviuw, aku bisa tahu meditasiku di trek
yang benar atau tidak dari nada suara Sayadaw. Bila nadanya lembut
berarti baik, bila suaranya tegas berarti ada yang tak beres.

“Ada lagi yang ingin kau laporkan?”

“Hm..aku ragu, sepertinya aku memiliki kekuatan aneh,” kataku sejurus
kemudian.

“Dalam vipassana tak ada keraguan, yang ada hanya kepastian,” kata
sayadaw tegas.

“Saat meditasi, tanganku bergerak sendiri. Membentuk mudra-mudra, dan
sepertinya itu memiliki kekuatan,” kataku.

“Dalam vipassana yang ada hanya kepastian. Disadari saja, itu akan
berhenti.” kata sayadaw lagi dengan tegas. 

Ups aku menyadari kekeliruanku. Semakin hari, dengan obyeb meditasi
yang kian abstrak dan hal aneh yang aku alami (baca ‘Bagai Ular
Melompat dari Jidat’), sepertinya aku makin tak tahu apa-apa dan muda
melakukan kesalahan mendasar tanpa menyadarinya. 

Di lain pihak, nasehat Sayadaw manjur sekali, begitu aku meletakkan
kesadaran pada tangan yang akan bergerak sendiri, tangan itu tiba-tiba
lemas dan tak berhasil bergerak diluar kesadaranku. 

Tapi efek dan perkembangan lebih lanjut berjalan sangat cepat. Jadwal
interview dua hari sekali tak memadai lagi denga

[MABINDO] The GRAZY MIND (2)

2009-02-27 Thread harpin70
The GRAZY MIND (2)

Pernolakan terhadap makhluk mengaku Avalokitesvara berlanjut di kuti.
Aku seperti bertempur dengan sesuatu dalam diri, seperti tubuh ini
punya dua sopir. Aku, sopir resmi, dan makhluk mengaku Avalokitesvara
sebagai sopir ‘tembak’ hehe. 

Aku merasakan proses tumbuh sel- sel kontrol baru di luar ragaku.
Seperti susunan saraf abstrak terbentuk perlahan menempel dari bahu
sampai jemari, berfungsi mengontrol tangan diluar kehendakku.

Makhluk itu mengajarkan tak usah makan nasi. Aku sudah hebat. Cukup
konsentrasi membentuk bulatan di udara lalu menelannya. Makhluk itu
juga suka main mudra di titik di tengah alis kedua mata, seperti
tengah menunggu sesuatu. 

Terus terang, ini membuat aku khawatir, apa yang ia tunggu? Whats next?

Dalam kondisi ini, pilihan kooperatif atau tidak jadi pertimbangan. 

Beruntunglah, Buddha Dharma yang menjadi pegangan hidupku mengajarkan
menjadi tuan atas tubuh sendiri. Dengan pertimbangan itu, aku
memutuskan tak mau dijadikan alat. 

Tentu pembrontakan ini tak mudah, terlebih makluk itu melakukan
perlawanan agar dibiarkan memakai tubuhku. 

Dalam kuti saat jam istirahat, aku berusaha ambil kontrol habis atas
tubuhku. Berusaha semindful mungkin, bergerak sangat lambat
berpegangaan pada lemari dan sebagainya, kesadaran penuh pada semua
pori-pori tubuhku, terbongkok-bongkok melakukan kayanupasana, mindful
atas tubuh ini.

Seorang diri dalam kuti aku benar-benar seperti sakit jiwa. Entah
benar atau tidak, merasakan ada yang terus mengawasi aku, kalau-kalau
aku lengah dan berusaha mengendarai lagi.


Meditasi Malam
Ketika meditasi malam berlangsung, tiba-tiba aku merasakan makhluk
sekecil debu yang terus menerus keluar dari tulang sayap bahu sebelah
kiri. Merasakan hal ini aku ketakutan, lalu melakukan meditasi jalan.

Saat meditasi jalan pun, aku tetap merasakan gerakan-gerakan small
things itu Ketakutanku pada si Penempel belum usai, sekarang apalagi?

Dengan ketakutan amat sangat, aku mendekati kursi tempat Sayadaw U
Panditarama biasa duduk saat berceramah, berharap some miracle terjadi
untuk melindungi diriku.

Dan, aku benar-benar mendapatkan miracle itu. Saat berdiri di samping
kursi itu, small thing itu lenyap. Ketika menjauh dari kursi Sayadaw
aku merasakan gerakan di bahuku lagi. Saat aku mendekati kursi sayadaw
lagi, small thing itu lenyap lagi. Aneh? 

Menyadari ini, aku bersujud ketakutan di samping kursi sayadaw. Aku
merasakan gerakan-gerakan small thing itu hilang lagi, sepertinya
kesedot. Yah, kesedot ke atas?

Aku melihat ke atas, ternyata di atas kursi Sayadaw biasa duduk
berceramah terdapat eksos, kipas angin menyedot udara dari dalam dan
membuangnya keluar. 

Jadi small thing hilang kesedot eksos! Nice. Aku keasyikan meditasi
duduk di dekat kursi Sayadaw. Merasa terlindungi.


Pertempuran dalam Gelap Malam
Saat meditasi malam berakhir aku kembali ke kuti. Tapi berakhirnya
meditasi malam bukan berarti berakhirnya ketakutanku. 

Bahkan ketakutan lebih besar telah menunggu. Karena menjelang tidur,
aku merasakan bulatan yang terbentuk dari titik di tengah dua alis
melompat bagai kelereng, mengenai jubah yang aku jadikan selimut. 

Tapi saat itu aku belum tahu sumber bulatan itu darititik diantara dua
alis mata. Aku berpikir bulatan yang melompat itu bersumber dari
sesuatu di luar aku. Alien, hantu dan sebagainya.

Di tengah hutan, di tengah malam gelap dan sunyi, setelah pengalaman
makluk kecil yang berlarian keluar dari tulang sayap bahu, kini
mendapati ada yang melompat mengenai jubah menjelang tidur, ketakutan
ini makin jadi. 

Celakanya, semakin takut aku, semakin liar imajinasi yang berkembang. 

Saat itu, aku tak menyadari ini. Tiap imajinasi kegelapan datang, yang
lahir dari ketakutanku, aku melawannya dengan menciptakan imajinasi
suci sebagai perisai.

Celakanya kalau bermain dengan imajinasi, kita seperti bermain dengan
air dari samudra yang tak pernah kering. Selalu ada next dan next,
sampai kita benar-benar kelelahan menghadapinya.

Oleh pikiran naib bahwa yang aku alami sama seperti malam pencerahan
Sidharta Gautama menghadapi Mara, pikiran liar makin jadi, bahwa aku
harus menaklukan Mara… agar jadi Buddha in this very moment. 

Maka kian serulah pertempuran-pertempuran itu.

Oleh batin bening selama meditasi, tak sulit bagi kita melihat jelas
melalui mata batin apa yang melintas di pikiran, layaknya melihat
dengan mata biasa. 

Tak aku sadari, penglihatan-penglihatan ini semua bersumber  dari
pikiranku sendiri. Selama aku bertindak dan bertempur dengan dan
berdasarkan pikiran itu, maka aku selalu dalam kekuasaan pikiran itu.
Gak bakalan menang!

Setelah sekian lama, oleh ketakutan yang makin jadi, aku mengetuk kuti
sebelah, yang baru dihuni pemeditasi baru tiba dari Jepang. Aku
mengatakan ada hantu yang coba ganggu aku, aku minta ijin nebeng di
kutinya.

Selesai menggelar matras dan tidur di lantai kuti sebelah, saat
berbaring bulatan dan gerakan itu muncul, tapi kini aku lebih tenang,
karena tak sendirian. 

Satu hal yang membuat 

[MABINDO] [Info] Gramedia Diskon 30%

2009-03-08 Thread harpin70
Gramedia Diskon 30%

Bagi Pencinta Buku, Gramedia Mal Puri Indah memberi diskon 30% untuk semua item 
kecuali barang elektronik dari 7 s/d 13 Maret 2009.

Semoga bermanfaat,

Harpin 



[MABINDO] Kebakaran di Pademangan Barat, Jakarta Utara

2009-03-08 Thread harpin70
Kebakaran di Pademangan Barat, Jakarta Utara

Kembali ini cerita orang susah.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Api melalap sebanyak 80 rumah warga 
di kawasan pemukiman padat pendudukyang dihuni sekitar 270 kepala keluarga di 
RT 16/07 Pademangan Barat, Jakarta Utara(detik.com).

Saya masih di Pasar Pagi Mangga Dua dan was-was mengetahui kejadian ini dari 
teman, jangan-jangan tempat kosku!

Setelah mengecek lewat telepon ke toko air isi ulang langananku, aku sedikit 
bernafas lega, kosku aman.

Sepulang dari Pasar Pagi Mangga Dua aku kesulitan mencapai kosku, karena 
jalan-jalan diblokir dan dipenuhi mobil pemadam kebakaran, becek oleh air hitam 
yang disedot dari got-got besar.

Setelah berkelok-kelok lewat jalan cacing dan sampai di kos, aku menaroh motor 
dan menyusuri lokasi kebakaran. Bukan apa-apa, letaknya hanya 200 an meter dari 
tempatku, aku harus memastikan situasi, apakah api berhasil dijinakkan.

Menelusuri jalan-jalan yang diblokir tadi dan hanya bisa dicapai dengan 
berjalan kaki, aku menemukan rumah-rumah bedeng yang telah jadi arang, asap dan 
bau sisa kebakaran menyengat di mana-mana. 

Entah mengapa, tubuhku jadi agak lemas. 

Aku mengenali kayu-kayu yang tak jelas itu beberapanya adalah bekas tempat aku 
membeli makan malam.

Salah satunya adalah ibu tua yang berjualan nasi kuning, yang berasal dari 
Cirebon. Ia menempati sebuah rumah petak sekitar 3x5 meter bersama suami, 
anak-anak, mantu dan cucunya di ujung gang.

Hubunganku dengan ibu ini cukup dekat. 

Entah mengapa, sejak awal membeli nasi dengannya, porsiku dikasih sangat 
banyak. Pakai telor, pakai ikan, pakai gorengan... saking banyaknya sampai 
susah dibungkus... dan hanya dia hargai lima ribu rupiah!

Melihat ini, ada temanku yang jealous, jadi pas lagi beli ke ibu ini ia bawa 
nama aku biar dikasih banyak, temennya enko yang badannya gede itu, cerita 
temanku padaku,hehe.

Bagaimana keadaan ibu itu? Dimana dia mengungsi sekarang? Pikirku. Saat itu 
badanku lemas dan situasi masih kacau, aku segera kembali ke kos.

Keesokan hari, saat pulang dari Pasar Pagi aku mencari informasi keberadaan ibu 
itu. Berbekal sekantong besar pakaian bekas layak pakai milik aku dan pacar, 
akhirnya aku menemukan ibu itu tinggal di tenda pengungsian.

"Semuanya habis," katanya, "yang ada hanya baju melekat di badan ini," ia 
menunjuk daster coklat yang ia pakai.

"Ini ada sedikit baju Bu, mungkin bisa dipakai Bapak dan anak-anak. Tapi tidak 
ada daster..." kataku pelan. Kemudian aku merogoh kantong, mengambil uang 
pendapatan hari ini yang aku siapkan, lalu menyelipkan di tangannya.

"Makasih, yah." katanya.

Tengah ngobrol ada yang datang, "ini anak saya juga ga punya baju, bajunya 
habis semua, padahal ia mau kerja butuh baju," katanya melirik kantong baju 
yang kuberikan pada si Ibu. lalu tanpa ba bi bu ia menyuruh anaknya memilih 
baju yang ada di kantong yang aku bawa.

Aku agak tak enak, "ini buat ibu yah," kataku menunjuk kantong baju itu ke si 
Ibu penjual nasi kuning yang diam, lalu berpamitan.

"Gak apa-apa, anak saya juga menantu ibu..." kata ibu penyerobot tadi.

"Oh..." kataku mengerti dan pamit.


Buat yang memiliki dan ingin menyumbangkan sedikit baju layak pakai, Anda bisa 
mengantar sendiri ke tempat ini, mau ditemani saya juga bisa. 

Bila diperlukan untuk membantu mengantarkan, Anda bisa mengedrop di konter saya:

Konter Poster Pasar Pagi Mangga Dua, LT.5 (Depan toko Ferenssa B 57). Konter 
saya buka Jam 10 s/d 17.00 setiap hari. Tlp. 021 93793025

Bila diperlukan lagi, saya bisa menjemput ke tempat Anda, dengan catatan saya 
menggunakan sepeda motor tanpa SIM dan STNK, jadi harap tempatnya tak terlalu 
jauh dari lokasi saya, terlalu beresiko,hehe.


Anjali,

Harpin





[MABINDO] BEAUTIFUL VIPASSANA

2009-03-15 Thread harpin70
BEAUTIFUL VIPASSANA

Sudah dari kecil aku jago berdebat. Boleh dibilang, kalau maunya begini... tak 
ada yang bisa merubah jadi begitu. Hebatnya, otak ini seperti sumber inspirasi 
yang tak pernah habis bagi saya merubah hitam jandi putih atau putih jadi 
hitam. 

Jadi, sudah lama aku menyadari tak ada kebenaran absolut. Sesuatu menjadi benar 
bergantung suasana hati. Kalau saya menginginkannya benar, jadilah benar. Kalau 
saya menginginkan salah, jadilah salah. Kata-kata hanyalah permainan logika.

Puncak kesewenang-wenangan saya terjadi saat di kelas 3 SMU 9 Yogyakarta tahun 
1992. Mungkin suasana kelas Sosial yang rata-rata cowok bandel dan kompak 
sebagai landasannya.

Aku mulai berani menggugat guru Sejarah Perjuangan Bangsa dengan frontal. 

Sudah rahasia umum, di jaman Orde Baru, semua materi sejarah adalah 
indoktrinasasi cuci otak tentang sucinya Orde Baru dan hinanya Orde Lama. 
Dengan mudahnya buku sejarah menyalahkan Bung Karno atas politik Ganyam 
Malaysia, tetapi melupakan keberhasilannya merebut Irian Barat.

Di tengah semangat 45 guru itu menjelekkan Bung Karno dan Orde Lama di depan 
kelas, aku intruksi, "Pak, seandainya kita berhasil merebut Malaysia dan kini 
menjadi wilayah Indonesia... mungkin sekarang kita tak akan menyalahkan Bung 
Karno atas politik Ganyang Malaysianya. Ironinya, keberhasilan yang didapat 
dari merebut Irian Barat tak pernah dipuji. So, hanya kegagalannya yang dicerca.

Kata penutup saya pada guru sejarah:"Kalau Orde Baru hanya bisa terus 
menjelekkan Orde Lama, akan datang suatu Orde berikutnya yang akan 
menhina-dinakan Orde Baru," kalimat pamungkas yang membuat muka guru sejarah 
itu merah padam dan terdiam seribu bahasa. 

Kelas hening sejenak, yang kemudian disambut sorak-sorai kemengan dari 
teman-teman sekelas.

Ada banyak event pembrontakkan yang membuat muka guru-guru saya memerah, yang 
terakhir adalah Study Tour.

Waktu itu kalau tak salah, biaya study tour ke Bali Rp.75.000,- Ada enam kelas, 
IPA satu kelas, BIOLOGI dua kelas, SOSIAL 2 kelas yang masing-masing kelas 
terdiri 50 an orang. 

Kami berangkat ke Bali dengan model bus gado-gado, anak IPA yang merupakan anak 
emas mendapat bus ber-ac, yang lain saya tak tahu, sedang kami yang anak 
SOSIAL-1, yang paling bandel kebagian bus tak ber-ac meski bayarnya sama!

Studi Tour kami antara lain mengunjungi tempat pembuatan arak bali. Tempat 
wisata yang kami kunjungi beberapanya karena tibanya malam, sudah ditutup, jadi 
kami tidak masuk dalam arti tak ada pengeluaran di situ.

Sebenarnya dari tahun sebelumnya sudah ada isu sumir pengurus Studi Tour yang 
korupsi. Yang katanya, habis Studi Tour bisa beli ini dan itu di rumah. 

Secara naluri saya menyadari ada yang tak beres, tapi saya juga menyadari tak 
ada logika membuktikan penyelewengan itu, hingga tiba study tour untuk adik 
kelas kami tahun berikutnya saat kami di kelas tiga yang diurus guru berbeda, 
yang ternyata berbiaya sama, Rp.75.000,- Padahal BBM baru naik.

Logikanya BBM adalah komponen terpenting. Kenaikan BBM pasti disusul kenaikan 
transportasi, hotel, dan konsumsi. Apalagi penyelenggara tahun ini melibatkan 
travel bonafit, seharusnya biayanya jauh lebih mahal.

Dari logika sederhana itu aku bergerak. Dengan mesin tik tua, aku mengetik 
logika-logika sederhana diatas, yang isinya diakhiri kalimat "Oh Guru, Ajarilah 
kami tentang kejujuran."

Kertas itu aku fotocopy, dibaca teman-teman, lalu bersama teman-teman, 
dicenplungkan lewat jendelah ke kantor kepala sekolah. Tak hanya itu, esoknya 
aku membawa kertas hvs dan spidol merah-biru yang aku tulis kalimat-kalimat 
provokatif, lalu ditempel teman-teman di kantin dan sudut-sudut sekolah. 

Kami memang bebas bergerak, karena kelasnya paling bandel, kompak tapi tidak 
bodoh, jadi kami seperti penguasa sekolah. Di tangga menuju kelas kami, di 
tempel kertas bertuliskan "Koruptor Dilarang Masuk!"

Entah karena aksi kami atau bukan, hari itu upacara bendera ditiadakan. 
Kertas-kertas yang kami tempel dicabut guru. Kami juga mendapat info, guru yang 
menjadi panitia Study Tour masuk kelas demi kelas mempertangungjawabkan laporan 
keuangan.

Menjelang istirahat kedua, tibalah dua orang guru yang menjadi panitia ke kelas 
kami. Dari raut wajah, aku bisa merasakan sikap yang sedikit ketar-ketir, ini 
kelas singa, Bung!

Guru itu menjelaskan pengeluaran untuk ini-itu.

Saat saya tanya bayarnya sama kok busnya beda-beda yah, Pak. Ada yang pake ac 
ada yang nggak. Guru itu memberi penjelasan yang tak ada kaitannya bahwa kami 
harus memaklumi, sopirnya sampai begadang karena ban bocor dan sebagainya.

Aku dengan angkuh dan berkata menghakimi: "Lho Pak, itu bukan urusan kita, 
harusnya kita sudah bayar kita harus mendapatkan apa yang kita bayar, kalau tak 
sesuai kan kita bisa minta dikembaliin uangnya. Lagian, tidak pantas studi tour 
ke tempat pembuatan arak untuk anak sekolah," kataku. Kalimat terakhir ini 
kurang didukung teman-teman, soalnya itu salah satu kegemaran mereka,he-he.

Guru itu entah m

[MABINDO] BEAUTIFUL VIPASSANA

2009-03-15 Thread harpin70
BEAUTIFUL VIPASSANA

Sudah dari kecil aku jago berdebat. Boleh dibilang, kalau maunya begini... tak 
ada yang bisa merubah jadi begitu. Hebatnya, otak ini seperti sumber inspirasi 
yang tak pernah habis bagi saya merubah hitam jadi putih atau putih jadi hitam. 

Jadi, sudah lama aku menyadari tak ada kebenaran absolut. Sesuatu menjadi benar 
bergantung suasana hati. Kalau saya menginginkannya benar, jadilah benar. Kalau 
saya menginginkan salah, jadilah salah. Kata-kata hanyalah permainan logika.

Puncak kesewenang-wenangan saya terjadi saat di kelas 3 SMU 9 Yogyakarta tahun 
1992. Mungkin suasana kelas Sosial yang rata-rata cowok bandel dan kompak 
sebagai landasannya.

Aku mulai berani menggugat guru Sejarah Perjuangan Bangsa dengan frontal. 

Sudah rahasia umum, di jaman Orde Baru, semua materi sejarah adalah 
indoktrinasasi cuci otak tentang sucinya Orde Baru dan hinanya Orde Lama. 
Dengan mudahnya buku sejarah menyalahkan Bung Karno atas politik Ganyam 
Malaysia, tetapi melupakan keberhasilannya merebut Irian Barat.

Di tengah semangat 45 guru itu menjelekkan Bung Karno dan Orde Lama di depan 
kelas, aku intruksi, "Pak, seandainya kita berhasil merebut Malaysia dan kini 
menjadi wilayah Indonesia... mungkin sekarang kita tak akan menyalahkan Bung 
Karno atas politik Ganyang Malaysianya. Ironinya, keberhasilan yang didapat 
dari merebut Irian Barat tak pernah dipuji. So, hanya kegagalannya yang dicerca.

Kata penutup saya pada guru sejarah:"Kalau Orde Baru hanya bisa terus 
menjelekkan Orde Lama, akan datang suatu Orde berikutnya yang akan 
menhina-dinakan Orde Baru," kalimat pamungkas yang membuat muka guru sejarah 
itu merah padam dan terdiam seribu bahasa. 

Kelas hening sejenak, yang kemudian disambut sorak-sorai kemengan dari 
teman-teman sekelas.

Ada banyak event pembrontakkan yang membuat muka guru-guru saya memerah, yang 
terakhir adalah Study Tour.

Waktu itu kalau tak salah, biaya study tour ke Bali Rp.75.000,- Ada enam kelas, 
IPA satu kelas, BIOLOGI dua kelas, SOSIAL 2 kelas yang masing-masing kelas 
terdiri 50 an orang. 

Kami berangkat ke Bali dengan model bus gado-gado, anak IPA yang merupakan anak 
emas mendapat bus ber-ac, yang lain saya tak tahu, sedang kami yang anak 
SOSIAL-1, yang paling bandel kebagian bus tak ber-ac meski bayarnya sama!

Studi Tour kami antara lain mengunjungi tempat pembuatan arak bali. Tempat 
wisata yang kami kunjungi beberapanya karena tibanya malam, sudah ditutup, jadi 
kami tidak masuk dalam arti tak ada pengeluaran di situ.

Sebenarnya dari tahun sebelumnya sudah ada isu sumir pengurus Studi Tour yang 
korupsi. Yang katanya, habis Studi Tour bisa beli ini dan itu di rumah. 

Secara naluri saya menyadari ada yang tak beres, tapi saya juga menyadari tak 
ada logika membuktikan penyelewengan itu, hingga tiba study tour untuk adik 
kelas kami tahun berikutnya saat kami di kelas tiga yang diurus guru berbeda, 
yang ternyata berbiaya sama, Rp.75.000,- Padahal BBM baru naik.

Logikanya BBM adalah komponen terpenting. Kenaikan BBM pasti disusul kenaikan 
transportasi, hotel, dan konsumsi. Apalagi penyelenggara tahun ini melibatkan 
travel bonafit, seharusnya biayanya jauh lebih mahal.

Dari logika sederhana itu aku bergerak. Dengan mesin tik tua, aku mengetik 
logika-logika sederhana diatas, yang isinya diakhiri kalimat "Oh Guru, Ajarilah 
kami tentang kejujuran."

Kertas itu aku fotocopy, dibaca teman-teman, lalu bersama teman-teman, 
dicenplungkan lewat jendelah ke kantor kepala sekolah. Tak hanya itu, esoknya 
aku membawa kertas hvs dan spidol merah-biru yang aku tulis kalimat-kalimat 
provokatif, lalu ditempel teman-teman di kantin dan sudut-sudut sekolah. 

Kami memang bebas bergerak, karena kelasnya paling bandel, kompak tapi tidak 
bodoh, jadi kami seperti penguasa sekolah. Di tangga menuju kelas kami, di 
tempel kertas bertuliskan "Koruptor Dilarang Masuk!"

Entah karena aksi kami atau bukan, hari itu upacara bendera ditiadakan. 
Kertas-kertas yang kami tempel dicabut guru. Kami juga mendapat info, guru yang 
menjadi panitia Study Tour masuk kelas demi kelas mempertangungjawabkan laporan 
keuangan.

Menjelang istirahat kedua, tibalah dua orang guru yang menjadi panitia ke kelas 
kami. Dari raut wajah, aku bisa merasakan sikap yang sedikit ketar-ketir, ini 
kelas singa, Bung!

Guru itu menjelaskan pengeluaran untuk ini-itu.

Saat saya tanya bayarnya sama kok busnya beda-beda yah, Pak. Ada yang pake ac 
ada yang nggak. Guru itu memberi penjelasan yang tak ada kaitannya bahwa kami 
harus memaklumi, sopirnya sampai begadang karena ban bocor dan sebagainya.

Aku dengan angkuh dan berkata menghakimi: "Lho Pak, itu bukan urusan kita, 
harusnya kita sudah bayar kita harus mendapatkan apa yang kita bayar, kalau tak 
sesuai kan kita bisa minta dikembaliin uangnya. Lagian, tidak pantas studi tour 
ke tempat pembuatan arak untuk anak sekolah," kataku. Kalimat terakhir ini 
kurang didukung teman-teman, soalnya itu salah satu kegemaran mereka,he-he.

Guru itu entah men

[MABINDO] BEAUTIFUL VIPASSANA

2009-03-18 Thread harpin70
Re: [pmvbb] BEAUTIFUL VIPASSANA

Thx,

Tak ada yang salah dalam memperjuangkan kebenaran.

Cuman harus sabar dan tak dikuasai kebencian, ini yang susah, but this is the
only way... yang diajarkan Guru Buddha junjungan kita.

Insight Meditation, Vipassana merubah segalanya.

Salam...

--- In pmvb...@yahoogroups.com, Chandra Suciadi  wrote:
>
> wew...
>
> hebat banget nieh cerita nyapengalaman hidup yang berkesan
>
> mau tanya ko, apa yang membuat koko bisa berubah begitu? apakah bila kita
memperjuangkan kebenaran kita dengan fight terus itu salah ya??/
>
> thanks...
>
>
>



[MABINDO] Dana untuk Ibu Penjual Nasi Kuning

2009-03-23 Thread harpin70
Dana untuk Ibu Penjual Nasi Kuning

Diluar perkiraan saya, simpati berdatangan pada Ibu Penjual Nasi Kuning, lewat 
posting saya tentang kebakaran di Pademangan. 

Berikut adalah sumbangan yang masuk, baik diantar langsung atau melalui jasa 
expedisi.

1.Ibu Ani GMCBP..Rp.500.000,-

2.Ibu Lilis.Rp.500.000,-

3.Gimun Sulaiman dan Angsari Rp.500.000,-

4.Bapak Hong Tjin 2 kantong pakaian+ sepatu

5.Ibu Lisa1 kotak pakaian

6.Ibu Idawaty... 1 kotak pakaian

7.Bapak Hadi 1 tas travel + pakaian

8.Ibu Rita. 1 pack pakaian 

Paket-paket yang masuk saya antar bertahap ke si ibu sehabis aku pulang dari 
pasar pagi.

Perlu diketahui, hal positif era reformasi dan pemilihan langsung membuat 
partai politik gemar membangun posko di daerah bencana. Akan halnya kebakaran 
di Pademangan ditemukan beberapa posko partai politik, yang tentu membantu 
korban.

Sebenarnya banyak keluarga yang harus dibantu.Tetapi stock bantuan yang 
terbatas membuat dilema di sini. Apabila kita membagi langsung ke mereka yang 
mengungsi di tenda, dipastikan terjadi keributan karena banyak yang tak 
kebagian.

Apabila disalurkan melalui posko yang bertebaran, ada kekhawatiran tak sampai 
utuh ke korban.

Jadi saya mengambil jalan aman saja. Semua bantuan aku drop ke si Ibu yang aku 
kenal, dengan catatan, kalau pakaiannya berlebih silahkan berbagi dengan mereka 
yang memerlukan.

Hampir tiap kali aku datang mengantar bantuan dari Umat Buddha, Ibu yang sudah 
tua ini mengelap air mata dari matanya yang nyaris kering.

"Terima kasih, kemarin pakaiannya ibu kasih pakai ke cucu ibu, masih 
bagus-bagus," katanya.

"Iya, itu bantuan dari teman-teman saya, Ibu. Saya cuma menyampaikan," kataku. 
"kita juga berterimakasih, karena diberi kesempatan membantu ibu," tambah aku 
yang membuat si Ibu dan keluarganya sedikit heran, sudah membantu kok masih 
berterimakasih.

"Iya, kami berterimakasih karena masih bisa melakukan sesuatu untuk ibu," 
kataku lagi yang membuat si ibu reflek kembali mengelap matanya yang sudah 
hampir kehabisan air mata.

Terima kasih atas dana-dana Anda. 
Foto2 Ibu Penjual nasi kuning dan rumahnya yang terbakar bisa dilihat di 
http://harpin.wordpress.com/humanism



[MABINDO] Foto Tempo Doeloe Sayadaw Ashin Jinarakkhita

2009-03-26 Thread harpin70
Foto Tempo Doeloe Sayadaw Ashin Jinarakkhita

Sederhana dan Bersahaja adalah teladan hidup Sayadaw Ashin Jinarakkhita. 

Saya ingin berbagi foto tempo doeloe Sayadaw Ashin Jinarakkhita dari anagarika, 
bersama guru mahayananya Aryamularama, bersama Mahasi Sayadaw, kedatangan 
dharma duta Thailand atas undangan Sayadaw Ashin Jinarakkhita.

Tapi masih banyak keterangan foto, tahun, siapa saja yang ada dalam foto yang 
blank/kosong,  ada  yang bisa membantu? Atau mungkin memiliki foto lain untuk 
menambah koleksi saya?

Silahkan kunjungi: http://harpin.wordpress.com/pic-history

Email: harpi...@yahoo.com

Anjali,
Harpin



[MABINDO] [Info] Gramedia Mal Kelapa Gading diskon 30%

2009-03-27 Thread harpin70
Gramedia Mal Kelapa Gading 
diskon 30% semua barang, kecuali elektronik), 25-31 Maret

Sumber Informasi: Rumini Lim



[MABINDO] Upgrade foto Tempo Doeloe Sayadaw Ashin Jinarakkhita

2009-03-29 Thread harpin70
Upgrade foto Tempo Doeloe Sayadaw Ashin Jinarakkhita


Mulanya saya hanya ingin sharing foto-foto tempo Doeloe Sayadaw Ashin 
Jinarakkhita, tapi perkembangannya saat merunut data tahun foto-foto yang 
dikirim oleh rekan Momo  dan teman-teman, juga mensearch data di forum2 diskusi 
dan web di internet, tak disangka, foto2 dan data yang didapat saling berkait 
dan bercerita banyak tentang perkembangan Sangha di Indonesia yang mungkin 
selama ini tak pernah ditulis secara formal.

Bacalah posting saksi sejarah di forum diskusi ini:

Saya rasa, perkembangan yang tidak terduga ini mencemaskan Bhante Ashin … 
Soalnya sering kali bhikkhu-bhikkhu muda itu langsung pergi ke Thailand begitu 
saja dengan bantuan Bhante Win, tanpa minta pertimbangan Bhante Ashin; 
seolah-olah Bhante Ashin di-bypass begitu saja. (Ketika pada 1969 saya 
ditahbiskan menjadi Samanera oleh Bhante Ashin, lalu pada 1970 dibantu oleh 
Bhante Win pergi ke Thailand untuk menerima upasampada, Bhante Ashin hanya 
dipamiti saja, tidak dimintai pendapat.) …
Apa lagi, semua bhikkhu-bhikkhu muda itu ditahbiskan di Wat Bovoranives, garis 
keturunannya adalah Dhammayuttika. … dengan demikian semua bhikkhu yang berasal 
dari satu garis keturunan boleh mengikuti upacara patimokkha … bhikkhu yang 
bukan dari garis keturunan yang sama tidak boleh mengikuti patimokkha garis 
keturunan itu. … Misalnya, alm Bhante Girirakkhito juga ditahbiskan di 
Thailand, tapi garis keturunannya adalah Maha Nikaya … jadi beliau tidak bisa 
ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu Dhammayuttika. … Bhante Jinapiya yang 
ditahbiskan di Sri Lanka, tidak bisa ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu 
Dhammayuttika … sampai beliau bersedia ditahbiskan-ulang dalam garis keturunan 
Dhammayuttika sebagai Bhante Thitaketuko (saya tidak tahu, vassa beliau 
dihitung dari mana, dari penahbisan pertama atau dari penahbisan belakangan) … 
Tapi bisa dibayangkan kelak, kalau bhikkhu-bhikkhu muda Dhammayuttika 
mengadakan patimokkha, maka Bhante Ashin tidak bisa ikut, karena berbeda garis 
keturunan …  
Dan posting ini ada hubungan dengan foto tahun 1969 saat Sayadaw Ashin 
Jinarakkhita mengundang 4 Dharmaduta Thailand ke Indonesia. 

Foto ini juga memiliki hubungan dengan penabisan pemuda Usodo/Ong Tik 
Tjong(sekarang  Bhante Sri Pannavaro Mahathera) menjadi samanera Tejavanto di 
Vihara Dharmasurya, desa Kaloran, Temanggung pada tanggal 24 November 1974. 
Karena sang guru penahbis adalah Ven. Phra Kru Pallad Attachariya Nukich yang 
kemudian memakai nama Chau Kun Vidhurdhammabhorn(yang juga akrab di panggil 
bhante Vin), salah satu dari 4 Dharma Duta Thailand yang diundang Sayadaw Ashin 
Jinarakkhita untuk membantu pengembangan agama Buddha di Indonesia.

Tentu banyak kekurangan dalam merangkai sejarah yang aku lakukan. Bantuan data 
dan informasi tentu dibutuhkan.

Lebih banyak tentang foto dan data yang sudah aku susun bisa dilihat di 
http://harpin.wordpress.com/pic-history

Data ini selalu diupgrade menyesuaikan dengan informasi terbaru.



[MABINDO] The Last Moment at Myanmar (1)

2009-05-02 Thread harpin70
The Last Moment at Myanmar (1)

Bagi kami yang berlatih Vipassana, terlebih metode Mahasi di Panditarama Forest 
Center, rasa sakit, jenuh, adalah makanan sehari-hari yang harus dilalui di 
awal-awal latihan.

Bayangkan, dari jam 3 pagi sudah harus di aula utama untuk meditasi. Diselingi 
break makan pagi dan siang, mandi sore, praktis hari-hari kami hanya meditasi 
dan meditasi.

Semua, tahap demi tahap bisa aku lalui hingga aku menikmatinya, terlebih oleh 
pengalaman di luar nalar yang aku alami, yang mana semua harus diakhiri oleh 
kekacauan ciptaanku sendiri.

Kekacauan yang kulalui mencapai klimaks, saat di suatu pagi, meditasi jalan di 
bawah terik matahari pagi, sengatan2 elektro dari cahaya matahari 
'membersihkan' partikel2 di ubun-ubun kepalaku.

Amazingly thats i cannot believe, meski aku pernah punya ilmu kuda lumping, 
mengalami mimpi buto muncul dari dinding kamar aku 2 kali (pertama di 
ekayana-Jakarta, kedua di Tushita Meditation Center-Dharamasala,India), saat 
aku bangun ada cahaya sebesar sinar senter bergerak di kamar aku, lalu hilang. 
Tapi pagi ini yang aku alami benar-benar membuatku takjub tak bisa berkata-kata.

Setelah ubun2ku bersih, di jidatku muncul vision. Vision ini berbeda dengan 
vision ketika duduk meditasi mendalam. Vision saat duduk meditasi mendalam 
sifatnya samar-samar, seperti mimpi. Atau bahasanya 'seperti' melihat Kwam Im. 
'Seperti' melihat Buddha, yang sifatnya seolah-olah... samar-samar seperti 
mimpi, begitu kita sadar gambar itu tak ada lagi.

Seperti juga di awal-awal saya tertarik meditasi dan sering berada di ruang 
meditasi Ekayana. Suatu kali saat mau meditasi di ruang itu aku terkaget-kaget. 
Ada rupang 1000 Armed Chenrezig/Kwam Im berwarna coklat Tibetan style di 
ruangan itu yang biasanya hanya terdapat rupang Buddha putih zen style. Sempat 
tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku aku mendekati rupang Chenrezig 
itu, meraba dan memastikan its real?

Bukan apa-apa, waktu meditasi kemarin aku 'seolah-olah' melihat rupang 
Avalokitesvara itu, persis, plek. Kehadiran rupang ini mempertegas bentuk dan 
gambar yang 'seolah-olah' aku lihat dalam meditasi kemarin.

Saat aku ceritakan ke guruku terkasih Bhante Dharmavimala, menurut beliau, 
ruang meditasi ini memang spesial. Di Ekayana yang awalnya dimulai hanya dari 
beberapa ruko, sudah menjadi rahasia umum, ruangan-ruangan yang ada bersifat 
multifungsi dan banyak dijebol untuk mencari konfigurasi terbaik. Hanya ruang 
meditasi di sebelah kantor Bhante Aryamaitri saja dari awal dibangun tak pernah 
dimanfaatkan untuk ruangan apapun selain ruang meditasi.

Di ruangan ini pulalah, air mata dan seduh sedan saya pernah bersahutan saat 
vision my mom and his suffering live muncul di meditasiku.

But, sekedar info, kemarin setelah `3 tahun tak muncul, aku tiba-tiba mampir ke 
sana. Tebak yang kulihat? Ruangan ini akhirnya jebol juga menjadi kantor, hanya 
altarnya tetap di posisi dan tak diganggu-gugat. Yah, everything is impermanen, 
anicca.

Menurut Bhante Vimala, ruangan meditasi dipindahkan ke atas, ke lantai empat.

Kembali ke vision terbaru ini. Kali ini bukan vision 'seolah-olah' seperti 
pernah aku alami. But this vision is very real, seolah-olah jidatku menjadi 
proyektor film 3 dimensi seperti di Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah.

Lazimnya vision meditasi yang aku alami bersifat 'seolah-olah' saat kita 
'terjaga' vision itu hilang, sehingga tetap menjadi vision 'seolah-olah' 
melihat ini dan itu.

Nah, vision yang ini seperti tercetak di jidat. Begitu kita mengarahkan 
pandangan ke tempat yang pencahayaannya kuat, lampu atau matahari, vision yang 
terlihat di kening kita semakin kuat dan jelas. Jadi di saat mata kita melihat 
orang dan sebagainya di depan kita, di jidat kita juga sedang berlangsung 
pemutaran gambar 3 dimensi full color. Seperti tengah menonton film saja.

Benar, seperti menyetel film 3 dimensi. Karena bila konsentrasi kita lepas dari 
fim 3 dimensi itu ke arah lain,misalnya berbicara dengan rekan dan sebagainya, 
gambaran itu hilang. Begitu kita melihat apa yang ada dalam jidat lagi, 
gambaran itu muncul, reply dari awal.

Vision apa yang aku lihat?

Ada sebuah ruangan emas. Di dalamnya sebuah rupang emas duduk di singasana emas 
dengan bantalan merah. Arca emas dan singasananya terus berputar perlahan 
seperti kita sedang bekerja dengan program desain 3 dimensi. Aku mengamati Arca 
itu, bukan Buddha, tapi seperti Tibetan Deity. Belakangan, jauh setelah 
peristiwa itu saat aku mencari jawaban di internet, aku mendapat gambaran 
sepertinya  arca itu gambaran Guru Rimpoche/ Padmasambava.

Selanjutnya ada perpohonan dan air mancur yang sangat indah. Lalu di langit ada 
kuda terbang yang ada orang menungganginya terbang di awan-awan.

Darimana gambaran itu muncul? Kalau dibilang imajinasi saya, rasanya saya tak 
pernah mengkhayalkan kuda terbang. Padmasambava apalagi, Selama ini yang saya 
mengerti cuma Buddha dan Kwam Im.

Selain vision itu, di saat bersamaan terdapat sengatan el

[MABINDO] Pahlawan Dharmab

2009-08-06 Thread harpin70
Pahlawan Dharma

Banyak biksu/biksuni murid dari Ashin Jinarakkhita berjasa besar, tapi nyaris 
tak terdengar.

Misalnya saya pernah dengar cerita B.Dharmavimala Thera, di Palembang terdapat  
bikuni hebat. Kalau saya tak salah, beliau adalah almahumahYA Bhiksuni Dharma 
Bodhi Mahatheri(Teng Sim She).

Konon, sebelum meninggal YA Bhiksuni Dharma Bodhi Mahatheri(Teng Sim She) 
telepon dari Palembang ke gurunya di Lembah Cipendawa,Pacet. Namun sayang, guru 
terkasihnya Sayadaw dari Lembah Cipendawa Ashin Jinarakkhita tak di tempat, 
sehingga YA Bhiksuni Dharma Bodhi Mahatheri(Teng Sim She) hanya meninggalkan 
pesan `mau pamit' untuk gurunya.

Usai telepon ke Lembah Cipendawa, beliau bermeditasi dan meninggal dalam posisi 
meditasi. Setelah dikremasi terdapat relik berupa telinga beliau.

Satu alasan mengapa saat ini banyak terdapat devoter luar biasa dari Jambi dan 
Palembang, tentu tak lepas dari kharisma beliau yang bertugas di dua wilayah 
ini saat itu.

Kalau saya tak salah, waktu kecil sempat mencicipi kue yang ditawarkan beliau 
saat diajak mama berkunjung ke kuti beliau di Vihara Sakyakirti Jambi.

Sayangnya, kini saat search: YA Bhiksuni Dharma Bodhi Mahatheri(Teng Sim She) 
di google, saya tak mendapat info apa-apa.

Tak kenal maka tak sayang, saya juga akan melist biksu/biksuni luar biasa murid 
dari Ashin Jinarakkhita, adakah yang bisa membantu?

   1. YA Bhiksuni Dharma Bodhi Mahatheri(Teng Sim She)
   2. …..

Sumber: harpin.wordpress.com




[MABINDO] The Last Moment at Myanmar (2)

2009-08-16 Thread harpin70
The Last Moment at   Myanmar (2)

Aku diarahkan bagian pengecekan paspor ke sebuah ruangan. Meski aku menjelaskan 
ke Myanmar atas undangan Pemerintah Myanmar, mengikuti Word Buddhist Summit, 
tapi over stay karena berada di center meditasi, dan saya biku, bagian imigrasi 
masa bodoh.

Berapa hari over stay aku dihitung, lalu diwajibkan membayar baru diperbolehkan 
menuju pesawat. Poor day.

Pesawat mendarat di Bandara Changi, Singapura. Ada rekan Hendritanti (sekarang 
Biku Nyanagupta) menyambutku. Malam itu aku menginap di kontrakannya. Untuk 
keesokan hari melanjutkan perjalanan ke Indonesia.

Rekan Hendritanti menjagaku sangat baik.  Untuk makan, biar kita makan di 
tempat umum, dia mewanti-wanti penjualnya untuk tak menggunakan daging, yang 
sebenarnya bukan pantangan aku, but as long we can follow it, its doesn't 
matter. 

Dia juga selalu membuka jalan untuk aku saat berjalan di keramaian, tapi saat 
aku minta diperlakukan biasa saja, dia juga easy going. Take care me as 
friendly monk, hehe. Dia juga mau membayar penuh tiket pesawat aku ke Jakarta. 
Tapi aku menolaknya, aku masih ada sisa sedikit uang, kamu nambahin 
kekurangannya saja, kataku.

Setiba di Indonesia, aku mengontak salah satu biku senior yang punya center di 
gunung.

"Namo Buddhaya Bhante, Ini Nyanachatta. Aku baru pulang dari Myanmar, Aku butuh 
bantuan Bhante, sepertinya meditasiku mengalami gangguan," kataku to the point.

Ajaibnya, ternyata bhante itu sedang `turun gunung' dan berada di Jakarta. 
"Udah tunggu aja, nanti sekalian aku jemput ke sana," katanya.

Wah, kali ini sebuah kehormatan besar lagi bagiku. Biku sesenior dia pas lagi 
di Jakarta dan menjemput aku langsung di Ekayana.

Saat di dalam mobil, biku senior itu bertanya "dalam mobil  begini pusing gak?"

Ups, dia sangat mengerti kondisiku, kataku dalam hati. Ini yang kucari, "Mual 
banget Bhante," kataku.

Saat umat yang ada dalam mobil ikut berbicara, biku senior itu mengalihkan 
pembicaraan seolah tentang hal lain, jadi komunikasi ini cuma dua arah antara 
aku dan dia.

Singkat cerita kami sudah sampai di centernya di gunung. Biku senior itu 
berguman, "Selalu saja begini kalau udah mau jadi." Beliau juga kaget saat tahu 
aku baru satu bulan di Forest Center Myanmar, "kirain sudah berapa tahun," 
katanya.

Aku sekilas menceritakan kondisi center di Myanmar tempatku berlatih. Disiplin 
ketat.
Entah karena cerita ini atau bukan, di sini biku ini lalu memperlakukan aku 
dengan sangat keras… bahasa lainnya dibentak terus. Agak syok juga, hehe. 
Belakangan hari saat tidak di center biku senior ini lagi, dan bertemu salah 
satu yogi yang ada di sana saat itu, yogi itu bercerita mereka sempat komplain 
ke biku senior itu, kenapa memperlakukan aku begitu keras. Dalam pandangan aku, 
mungkin ada misundestanding antara disiplin dan bentakan.

Di Myanmar, guru kami begitu lembut dan tak pernah membentak. Memang 
disiplinnya sangat ketat dan seolah bisa membuat kita tak bisa bernapas, tapi 
fibrasi cintakasihnya yang kuat, rasa menyayanginya yang besar bisa kami 
rasakan dalam setiap sesi pertemuan yang terbatas.

Ketika biku senior ini, mungkin surprise dengan kemajuanku yang hanya satu 
bulan lebih di center Myanmar yang ketat ingin mengaplikasi system ini di 
tempatnya, suasana center berubah menjadi medan ospek. Disiplin tanpa loving 
kindness membuat center menjadi hanya medan bara. Dari center yang damai, saya 
tiba-tiba mendapati tiap hari harus diomelin.

Seperti ketika makan siang: Di Panditarama Forest Center, Myanmar, setiap 
moment adalah meditasi. Saat makan sekalipun, kami memasukan suap demi suap 
nasi ke mulut dengan sangat pelahan, mengunyahnya dengan penuh kesadaran, 
merasakan asin, manis, panas dan dingin makanan yang tercerap indra  lidah kami.

Agaknya belakangan aku tahu, biku senior ini juga pernah berada di Soeb  Oo Min 
Center Myanmar, dimana tidak menyarankan melakukan segala hal terlalu lambat. 
Mungkin karena hal inilah, siang itu biku senior itu membentak aku lagi. "Apa 
sih yang kamu lakukan? Makan begitu lambat! Kamu menikmati makanan itu kan?"

"Tidak Bhante," kataku pelan setelah ia menghabiskan unek-uneknya. Mendengar  
jawaban aku, ia melihatku untuk mendengar alasan lebih lanjut. Dengan 
memberanikan diri, untuk tak berkesan menggurui, aku menjelaskan aku sedang 
melakukan meditasi dalam makanan.

"Meditasi gimana?! Kamu pasti menikmati makanan itu, enak kan?!" hardiknya.

"Tidak Bhante," kataku hati-hati dengan sedikit menunduk. "Aku mengawasi rasa 
asin, asam, manis, panas atau dingin yang kurasakan dari makananku," aku tak 
menikmatinya," kataku.

Syukurlah, meski tampak keras, biku senior itu bisa menerima alasanku. Beliau 
tampak berpikir dan tak memarahiku lagi. Namun, suasana makan tentu tak 
mengenakkan lagi.

Meski tahu bahwa aku sedang mendapat gangguan dalam meditasi, aku mencoba 
selektif terhadap resep yang diberikan padaku. Berhati-hati untuk mencari tahu 
kondisi batinku ada dimana, dan resep apa yang cocok untukku. Maka keti

[MABINDO] Pahlawan Dharma Y.A Mahawiku Dharma-aji Uggadhammo

2009-08-25 Thread harpin70
Pahlawan Dharma
Y.A Mahawiku Dharma-aji Uggadhammo

YA. Mahawiku Dharma-aji lahir 10 Februari 1918, di kota Kawedanan Ambarawa 
dengan nama Darmadjie (Darmakoesoma Semi Adjie) dari pasangan Pak Slamet dan Bu 
Moerni. Oleh karena miskin, maka anak itu tak dimasukkan ke sekolah, melainkan 
diajarkan membaca oleh ayahnya: karena cuma diajarkan membaca, diumur 7 tahun 
beliau sudah pandai membaca, tapi tak dapat menulis.

Umur 9 tahun orang tuanya bercerai karena masalah ekonomi. Darmadjie kecil 
terpaksa menumpang dari rumah teman satu ke teman yang lain. Untuk mencari 
nafkah, beliau bekerja sebagai buruh pembuat selonsong bungkus rokok kretek.

Namun Darmadjie kecil tak putus asa untuk meningkatkan kemampuan dirinya, 
perlahan ia belajar menulis dari teman-teman yang bersekolah di sekolah Belanda 
dan Tionghoa, sehingga di usia 11 tahun, ia bisa mengajar teman-temannya yang 
buta huruf. 

Tahun 1932 beliau bekerja di toko P&D milik Tan Kiem Soem di ambarawa, untuk 
melayani Belanda Militer yang minum-minum di situ. Disinilah kesempatan 
mempraktekan bahasa Belanda yang ia pelajari dari teman-temannya tak ia 
sia-siakan. Karena bertubuh kurus tinggi, ia dipanggil orang-orang Belanda 
dengan sebutan Piccalo (seruling).

Tahun 1934 saat berumur 16 tahun ia dipanggil ibunya yang kini berdiam di Jalan 
Pandanaran, Semarang, untuk membantu usaha kecil ibunya yang berjualan manisan, 
kripik, gula-gula, sayur asin dan sebagainya.

Tahun 1942 Beliau menikah dengan seorang gadis dari Semarang bernama Soekini. 
Setahun kemudian dikaruniai seorang anak yang dinamai Padmawati.

Tahun 1946 Saat Belanda ingin menduduki Indonesia kembali, beliau ikut berjuang 
menghalangi niat Belanda. Di saat ini sebuah pecahan mortir yang ditembakkan 
dari Gombel menembus pahanya yang menyebabkan seketika itu beliau tak bisa 
berjalan.

Tahun 1949, saat berusia 31 tahun Puteri ketiganya lahir dan diberi nama Riza 
Arsianti, saat itu ia bekerja sebagai penjaga gudang tembakau di jalan 
Purwodinatan, Semarang. Karena harga barang-barang terus melambung, gajinya 
selalu habis di pertengahan bulan. Lalu Darmadjie mencari akal dengan menggelar 
tikar di alun-alun Semarang sebagai ahli nujum Kong Beng. Karena ramalannya 
jitu, makin hari pengunjungnya semakin ramai. Dari pekerjaan inilah, ia bisa 
menghidupi rumah tangganya. Pekerjaan ini dijalaninya kurang lebih 17 tahun.

Menginjak usia 40 tahun ia sering berjalan-jalan ke Wihara Buddha Gaya, 
Watugong, Unggaran untuk menikmati nasi pecel dan sate ayem (bukan Ayam). Di 
sana ia sering di sapa Yang Mulia Ashin Jinarakkhita "jalan-jalan?", "Ya, 
Bhante," jawab Dharmadjie. Dari saat itulah, Dharmadjie mengenal Agama Buddha 
lebih mendalam. Sebelumnya ia hanya mengenal lewat tulisan Bapak Kwee Tek Hoay. 
Sejak itu, tiap ada perayaan Waisak di Borobudur, Dharmadjie dan keluarga 
selalu hadir.

Tahun 1963 isteri tercintanya, Soekini pergi meninggalkannya dan lima anaknya 
di rumah sakit Telogorejo Semarang karena serangan jantung. Sedihnya tiada 
terkira ia rasakan hingga 3 tahun. Sebagai penghibur lara, beliau sering 
mengunjungi Wihara. Pada waktu itu sudah ada tempat puja bhakti di rumah Maha 
Upasaka Sariputra Sardono.

Tahun 1964, di gedung PHI Semarang diadakan kongres Perbuddhi menjelang Waisak 
2508. Darmadjie diwisudi menjadi upasaka oleh Yang Arya Biku Jinapiya. Ia 
kemudian bertugas di Wihara Tanah Putih sebagai penceramah Agama Buddha.

Tahun 1965, saat berusia 50 tahun, beliau mengikuti latihan vipassana selama 3 
hari di Wihara Karuna Cattra, Rembang. Beliau diwisudi oleh Yang Arya Biku 
Girirakhito sebagai Upasaka Pandita Dharmasinha, bertugas di Cetiya 
Wijayakusuma (rumah almahum Bapak Sadono, Semarang). Saat meninggalkan Wihara 
Tanah Putih beliau diikuti pengikutnya yang berjumlah 20 orang, yang kemudian 
jumlah ini terus meningkat.


Waisak 2507 Buddha Era (1970), di Maha Mandala candi Borobudur diadakan 
upasampada kebhikkuan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita (Maha Sangha Indonesia) 
dengan upajjaya: Ven. Chaukun Sasana Sobhana / Nanasamvara sekarang Sangha Raja 
Thailand, Achariya: Ven Pra Guru Palat Nukik / Chaukun Dhamma Boru (Dhammaduta 
untuk Indoensia di Jakarta, Kamavaca: Ven. Chaukun Dhamma Sobhana, Upa. Saksi: 
Ven. Bhikkhu Kantipalo dari Inggris, Upa Saksi: Ven Viriya Cariya dari 
Australia dan terakhir Upa saksi Ven. Subhato dari Indonesia.

Putra-putra Indonesia yang menerima penabhisan kebikuan adalah: Biku Agga 
Jinamitto, Biku Jinadhammo dan Biku Uggadhammo, Biku Sirivijayo, Biku 
Saccamano. Namun dalam perkembangannya Biku Sirivijayo dan Biku Saccamano 
kemudian lepas jubah.

Tahun 1972 Vihara Mahabodhi di Jalan Seroja Timur 11 diresmikan. Semua umat 
dari cetiya Wijayakusuma berpindah puja baktinya ke wihara baru ini, yang kian 
hari jumlahnya kian bertambah.

Tahun 1980, ketiga biku yang ditabhis pada Waisak 2507 menjadi Thera dan 
dirayakan di Wihara Dharma Ratna, Sukabumi. Yang Arya Biku Uggadhammo Thera 
kemudian menetap di Wihara Buddhasena, Bogor. Di sini b

[MABINDO] Perjalanan ke Medan

2009-09-10 Thread harpin70
Perjalanan ke Medan


Pesawat yang aku tumpangi mendarat di Bandara Polonia Medan. Bapak A, umat yang 
mengundangku menjemput sendiri. Karena sikapku yang  friendly monk, beliau tak 
sungkan beranjali, menggenggam dan menggandeng tanganku menuju mobil. Sikap 
yang sebenarnya mengungkapkan kerinduannya akan pertemuan ini.

Kami pertama bertemu saat bencana alam terjadi di Sumatra, saat aku baru pulang 
dari Myanmar. Komunikasi yang baik membuat hubungan berjalan baik. Beberapa 
kali beliau menelepon memintaku berkunjung lagi, hingga akhirnya kali ini aku 
turuti permintaannya.

Sebelumnya, beliau juga menawarkan tanahnya yang banyak untuk aku bangun center 
dan menetap. Namun aku tak menerima karena tahu kebikuanku masih muda, dan 
belum sanggup melakukan hal sebesar itu. Di sisi lain, aku menyadari kondisi 
meditasiku yang masih setengah jalan, masih mencari what happening with me. 
Karena dalam waktu dekat akan mengikuti Youth Bodhisatva Training di Thailand, 
saat itu aku mempunyai cukup alasan tak menerima permohonannya.

Sebagai orang terkaya di daerahnya, yang memiliki mal dan beberapa jenis usaha, 
sikap beliau terhadapku sangat rendah hati. Beliau menjemputku sendiri ke 
bandara, setelah itu kami ke tempat saudaranya menjemput anak dan istri beliau 
untuk kembali ke kota asalnya di pesisir Medan.

Berlima, Bapak A yang menyetir, aku yang duduk di sebelahnya dan istri beserta 
kedua anaknya duduk di belakang, mobil kami melaju.

Sebagaimana cerita aku sebelumnya dalam The Last Moment at Myanmar, masalahku 
berhubungan dengan mual bila berada dalam mobil dengan orang banyak, seiring 
waktu bisa aku atasi sedikit-sedikit. Yakni dengan mempertahankan kesadaran 
melalui meditasi akan sikap dudukku.

Dengan bersikap mindful atas tubuh, aku bisa merasakan udara berputar kencang 
di dalam kepalaku, lalu tersedot keluar keluar melalui ubun-ubun. Setelah itu 
isi kepalaku menjadi plong, kosong. Mual itu hilang.

Hal ini ada positif dan negatifnya. Positifnya, aku tak merasa mual lagi. 
Negatifnya, saking plongnya, kadang benar-benar tak ada lagi pikiran dalam 
kepala aku. Jadi aku bisa seperti orang ling lung tak tahu harus mengucapkan 
apa, bayangkan bila ini terjadi saat aku harus mengisi ceramah. Dan ini 
benar-benar pernah terjadi dalam sebuah kunjunganku di sebuah daerah, umat 
Mahayana terheran-heran melihat aku hanya memegang mic dalam waktu lama tanpa 
mengucap sepatah kata pun.Ini bukan mau menunjukkan ajaran Zen `tanpa kata', 
tapi memang kepalaku benar-benar blank, kosong!

Dengan latihan perhatian penuh saat duduk, berdiri dan berjalan maupun makan, 
perlahan juga aku menyadari segala bentuk pikiran yang berkecamuk itu bukan 
milikku. Bahkan pikiran itu juga bukan milikku. Bagaimana bisa menjadi milikku, 
sedangkan pikiran itu sendiri tak ada. Yang ada hanya bentuk-bentuk udara yang 
terus berputar.

Yang ada hanyalah tubuh ini, udara yang terus berputar, dan kesadaran yang 
menyadari proses yang terus berproses. Kesadaran ini juga selalu 
timbul-tenggelam. Anicca, dukkha, anatta.Tidak kekal, tidak ada aku, dukkha 
oleh kesadaran yang tak konstan. Ketika kesadaran kuat, dukkha dan sukkha 
hanyalah sikap batin yang bertamu, tapi ketika kesadaran lemah, dukkha dan 
sukha seolah menjadi `pemilik' rumah, kita tenggelam dalam ilusi. That's the 
real suffering.

Adapun halnya tubuh kasar ini, dibentuk sekian banyak bentuk kehidupan, 
mikroorganisme, kuman positif dan kuman negatif yang memiliki kehendak sendiri. 
Yang terus bertarung sepanjang hidup kita, di dalam tubuh kita. Bahkan saat 
nafas sudah pergi dari tubuh ini pun, mereka masih berproses untuk 
menghancurkan tubuh ini.

Apakah tubuh ini benar-benar milikku? Tentu saja tidak, karena di dalam tubuh 
ini juga hidup beragam mikroorganisme yang memiliki willnya sendiri, dengan 
kata lain di luar kontrol kita dan bukan milik kita. Tubuh kita hanya seperti 
lahan kehidupan bagi mereka sama seperti kita merasa bumi ini adalah lahan 
kehidupan kita. Saat kondisi batin yang tenang kita bisa merasakan 
gerakan-gerakan berproses dalam tubuh kita. Kalau dikatakan kita pemilik tubuh 
ini, bagaimana dengan ekosistim di dalam tubuh ini? Sekian banyak kehidupan 
yang ada di dalam tubuh ini, apakah mereka cuma numpang? Sepertinya tidak. 
Mereka adalah bagian dari tubuh ini, tanpa ada kehidupan dalam tubuh, berarti 
tubuh ini sendiri tak eksis lagi, jadi tubuh ini sendiri juga merupakan sebuah 
kumpulan kehidupan. Kita bukan pemilik tubuh ini, tapi kita betugas menjaga dan 
merawat tubuh ini, memakainya untuk melatih mencapai tingkat kesadaran yang 
lebih baik.

Kembali ke perjalanan aku bersama keluarga Bapak A di dalam mobil. Seperti 
biasa sepanjang perjalanan beliau banyak bertanya tentang Dharma, juga 
berkonsultasi yang aku jawab semampuku.

"Agama Buddha kita memang paling baguslah Bhante. Apa yang bhante jelaskan 
sangat bisa saya terima," katanya. Kemudian beliau membandingkan 
penjelasan-penjelasan yang sudah beliau dapat dari agama lain.

"Ini Bhante