Re: [balita-anda] anak bilingual-telat bicara
Pak Joko, Saya setuju dengan semua pendapat & teori anda. Seperti saya tulis di email sebelumnya. Nda ada maksud mendebat atau berpandangan kontra. Saya cuma ingin teman2 sesama orangtua 'ngeh' bahwa tiap anak adalah individu yang unik, satu beda dengan yang lain.. dan tentunya itu punya konsekwensi logis bahwa kebutuhan akan rangsangan pada tiap anak juga berbeda. Ini saja kok. Soalnya begini ni pak.. saya sendiri suka ngalami.. faktor latahnya orangtua itu gede, kalo denger suatu metode (apapun, bukan hanya merujuk metode bilingual bapak lho ya) berhasil di anak lain.. kayanya merasa perlu mecoba metode itu di anak sendiri. Awalnya hanya sekedar coba2.. tapi kalau nda berhasil kok ya frustrasi. hehe.. Ini manusiawi toh? Jadi kita perlu saling mengingatkan untuk tetap pada prinsip bahwa tiap anak itu beda, pasti punya kelebihan & kekurangan. Speech delay, down syndrome, autism, gifted, einstein syndrome, buat saya bukan hal penting. Dalam artian bahwa menganut teori apapun, dengan metode seperti apa juga.. tugas terpenting orangtua adalah membuat anaknya merasa dicintai dan bahagia dengan menjadi dirinya.. Salam, Aida Joko Kusmanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ibu Aida, Sebenarnya kita sulit menilai keterlambatan bicara seorang anak selama anak masih dalam fase "periode kritis". Ada beberapa kemungkinan mengapa anak agak terlambat memproduksi bahasa dibandingkan dari anak yang lain. Meskipun terdapat sejumlah keyakinan yang menyatakan bahwa anak dapat berbahasa dengan baik meski dalam situasi "poverty of stimulus", saya lebih condong berpendapat bahwa ada persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh bahasa input untuk anak. Oleh karena itu, tingkat lingkungan kaya bahasa yang dimiliki oleh anak perlu diamati. Yang dimaksud dengan lingkungan kaya bahasa terutama adalah lingkungan kaya bahasa yang melibatkan faktor-faktor sosial dan psikologis. Seorang anak tidak akan dapat berbahasa jika hanya didudukkan tiap hari mendenganrkan radio atau telivisi. Anak memang akan mampu menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, tetapi dia tidak akan dapat berbahasa dengan baik. - Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
RE: [balita-anda] anak bilingual
Dear Rekan2, Mungkin apa yang dikatakan dengan IQ seorang anak dalam hal bahasa tidak berlebihan kali yach (ada benarnya). Soalnya kebenaran rekan saya (orang Indonesia) menikah dengan orang Canada. Dan mereka juga punya rekan Amerika menikah dengan orang Belanda. Rekan saya tersebut membiasakan untuk bicara dalam bahasa Indonesia, sedangkan suaminya bahasa Inggris, dan anaknya umur 10 bulan sudah dapat mengerti kedua bahasa tersebut walaupun belum bisa ngomong. Misalnya jika suaminya bilang bird bird, maka sang anak akan menunjuk gambar burung, demikian kalau rekan saya bilang burung burung dia juga akan menunjuk gambar burung. Anaknya perempuan. Sedangkan rekannya (Amerika dan Belanda) punya anak cowok berumur 31/2 tahun dan dapat berbicara dalam 2 bahasa Inggris dan Belanda. Tetapi mungkin tingkat kepandaian (IQ) seorang anak dalam bahasa berbeda-beda. Anak saya sendiri walaupun kembar (Cowok) dan sekarang saya sedang kursuskan pada native speaker (India), yang satu daya serapnya cepat satu kali diajarkan sudah bisa, yang satu lagi kita ngomong berkali-kali baru bisa itupun tidak selancar kembarannya. Dan saya tidak bisa memaksakannya karena harus kita akui IQ anak yang satu dan yang lain kan bisa berbeda walaupun mereka berdua bersaudara. Gitu saja sharing saya, maaf kalau tidak berkenan. Rgrds, Lilis -Original Message- From: Dewi W. Irawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 25, 2003 8:36 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual cuma mau sharing aja nih..soal bilingual.. kakak saya menikah dengan pria Jerman, dan menetap disana. Mereka berdua berbahasa jerman, tetapi kepada anak pertama mereka, kakak saya ngomong Bhs Indonesia, sedang suaminya berbahasa jerman ke anaknya, Kepada kami, (keluarga sang mama yang kadang2 datang menengok), kami berbahasa inggris ke si kecil. Hal ini sejak dari bayi mereka dan kami lakukan. Akibatnya si kecil ini "telat" bisa berbicara. Dia baru bisa bicara lancar pada umur 3 tahun..!!.. itupun setelah mereka membawa si kecil ke therapy bicara disana dan disarankan untuk memutuskan 1 bahasa pengantar saja ke si kecil. Akhirnya setelah hampir 3 tahun mereka memutuskan untuk hanya speaking German ke si kecil dan dalam waktu kurang dari 6 bulan ternyata si anak lancar bicara... sekarang usianya sudah 4 tahun dan kakak saya mulai mengajarkan bahasa indonesia lagi dan si kecil sudah bisa menguasai beberapa kata dasar. Ini sekedar sharing lho, maaf kalau kurang berkenan. salam, dewi - Original Message - From: "Ade Novita" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, August 22, 2003 6:06 PM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > yup mbak ratna, aku juga ngeliat contoh anak yg bingung bahasa dan dikira > autis. makanya reva yang awalnya mau aku terapkan bilingual batal. krn pas > aku itung itung banyakan ketemu neneknya yg nggak bisa english. > sekarang reva (19 bulan) dah bisa ngomong dan komunikasi tapi masih cadel, > kapan tepatnya aku mulai lagi ya englishnya? apa tanggung tunggu gede > sekalian. jadi inget dulu reva kalau liat burung akan mengucap bird, > sekarang jadi uyung (burung), lebih fasih englishnya ya? > > - Original Message - > From: "Ratna Wulansari" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Friday, August 22, 2003 5:08 PM > Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual > > > > Ikutan nimbrung nih. Ada 2 kasus yang saya lihat nih : > > 1. Bisa saja sih seorang anak dibesarkan dalam lingkungan multi-lingual. > > Saya pernah lihat sendiri, anak mantan boss saya dulu yang orang Cina > > Malaysia. Boss saya walaupun orang cina dibesarkan dalam keluarga yang > > menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari. Istrinya berbahasa > > mandarin dalam lingkungan keluarganya. Mereka berdua pernah kuliah dan > > tinggal lama di Australia sebelum kembali lagi ke Malaysia. Mereka punya > > pembantu orang Indonesia. Ajaibnya anaknya yang baru berumur 3 tahun kalau > > dengan pembantunya berbahasa Indonesia, dengan ayah ibunya kadang > berbahasa > > inggris atau mandarin. Dengan sayapun anak tersebut kadang berbahasa > Inggris > > kadang Indonesia. > > 2. Anak teman kakak saya sampai usia 3 tahun lebih tidak bisa ngomong > dengan > > jelas. Dikira autis, setelah diselidiki ternyata dia mengalami 'bingung' > > bahasa, karena sekolah di play group yang menggunakan bahasa Inggris > (kalau > > nggak salah Tumble Tots, tapi saya lupa-lupa ingat) sedangkan di rumah > > berbahasa Indonesia. Mungkin juga karena di play groupnya bahasa inggris > > gurunya juga bukan native sehingga tidak terlalu bagus/jelas. Masih lagi > > diterapi wicara sekarang. > > Jadi kesimpulannya sih kedua kemungkinan tersebut mungkin saja terjadi, > > tergantung anak
Re: [balita-anda] anak bilingual
Mau nambahin sedikit saja. Sebenarnya sih tidak ada anak-anak yang ngomongnya gak teratur, baik monolingual, bilingual maupun multilingual. Hasil-hasil pengamatan yang rinci membuktikan bahwa mereka mempunyai sistem atau istilahnya "built-in syllabus"-nya sendiri. Termasuk anak-anak yang mempunyai language disorder, termasuk juga bahasa anak-anak yang kebetulan mengidap austisme maupun down syndrome. Hanya saja orang awam mungkin tidak sampai berpikiran demikian. Pengamatan saya terhadap anak saya menunjukkan bahwa anak dalam menggunakan bahasa tidaklah acak. Itu menunjukkan bahwa anak tidak hanya membeo orang dewasa (kritikan teori behaviorisme). Kalau kita mau mengamati secara rinci perkembangan bahasa anak kita dan mendapatkan bahwa perkembangan bahasa berbeda dari teman sebayannya kita dapat memperkirakan apanya yang beda. Dari situ kita bisa mendeteksi beberapa kemungkinan yang terjadi pada anak. Language disorder pada sejumlah anak adalah keberaturan yang tidak ada pada anak lainnya. Salam, Joko - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, August 22, 2003 7:03 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > Sekalian pengen meralat sedikit yang disampaikan mbak Ratna. Biasanya > hanya segolongan anak2 tertentu yang ngomong bhs Inggris nggak teratur > begitu. Kebetulan sekali, tempat tinggal saya, dan sekolah anak saya, > kebanyakan orang Melayu. Disekolah, teacher dan temen2 sekolahnya > ngomong bhs Inggris teratur koq. Kalau nggak ngomong bhs Inggris > dirumah mereka, ya, ngomong Melayu. > - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] anak bilingual
Ibu Tiara, Justru di Amerika, bilingual education saat ini sangat dianjurkan bahkan seingat saya sudah ada UU-nya lho Salam, Joko - Original Message - From: "Tiara Heradadi" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 4:09 AM Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual Padahal banyak ya orangtua yang "khawatir" anaknya akan mengalami "bingung bahasa" kalau dimasukin ke sekolah yang bilingual. Kalau ini gimana pak Joko ? -Original Message- From: Joko Kusmanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 21 August 2003 22:30 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual Ibunya Dienta, Kami menerapkan program yang disebut dengan "Non-native Parents Bilingual Program (NNP)" yang pada dasarnya sama dengan program "One Parent One Language (OPOL)". Kalau dalam OPOL bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu orang tuanya yang berbeda (misal. Ibu --> Indonesia dan Ayah --> Inggris), tetapi dalam NNP salah satu orang tuanya secara konsisten menggunakan bahasa Asing kepada anaknya. Dalam keluarga, Saya berbicara bahasa Inggris kepada anak dan Istri berbahasa Indonesia meskipun kadang-kadang istri juga berbahasa Inggris kepada anak khususnya ketika anak sedang bermain dengan saya. Perkembangan bahasa Inggris anak yang pertama telah saya sajikan dalam sebuah seminar dan sedang dimasukkan ke sebuah jurnal. Program semacam itu telah banyak dipraktikkan oleh orang, salah satu yang paling populer adalah yang dilakukan oleh keluarga Sauders di Australia yang membesarkan anak mereka dalam bahasa Inggris dan Jerman. Bahasa ibu kedua orang tua mereka adalah bahasa Inggris tetapi ayahnya selalu berbahasa Jerman kepada anaknya. Dan hasilnya ternyata cukup berhasil. Program NNP yang kami terapkan juga dalam rangka untuk kepentingan penelitian yang diharapkan bermanfaat bagi pengajaran bahasa asing untuk anak dini usia. Oleh karena itu, saya menghimbau keluarga yang menerapkan program bilingual dengan bahasa asing di rumah untuk saling informasi tentang perkembangan bahasa anaknya. Dan yang terpenting adalah bahwa menurut banyak penelitian, anak bilingual mempunyai sejumlah keuntungan baik intelektual, sosial, dan psikologis. Salam buat semua, Joko - Original Message - From: "lucy ambarwati" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, August 20, 2003 9:53 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Mama Dienta, jangan via japri dong...kalo nggak keberatan saya mau tahu juga nich...tapi mungkin kebalikkannya ya, anak2ku (4 thn & 2 thn) cas cis cus melulu, aku inginnya selain bisa bahasa Inggris mereka juga harus bisa bahasa Indonesia, sebetulnya mereka mengerti bahasa Indonesia cuma kayaknya malas untuk berbicara pakai bahasa ibu..gimana nich??? boleh dong ikutan sharing > > regards, > lucy > > [EMAIL PROTECTED] wrote: > Pak Joko, > > Ngobrol nya di japri aja mau nggak, biar nggak ganggu yang lain?? > > Emangnya Pak Joko menerapkan sistem dan program yang bagaimana...?? > > Salam kenal, > ibunya Dienta (4 th) - [EMAIL PROTECTED] > > > - Original Message - > From: Joko Kusmanto > Date: Thursday, August 21, 2003 7:12 am > Subject: [balita-anda] anak bilingual > > > Dear all, > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir di keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang kami besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan tukardata > > > > hormat saya, > > Joko > > > > > > --- > > -- > > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > anda.com > > > > > > > - > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > - > Do you Yahoo!? > SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month! - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] anak bilingual --> Pengaruh Dari Luar (Info Kehamilan)
masih berkaitan dengan otak anak, berikut saya ketikkan dari Ayahbunda : oh iya, kalau ada yang berminat mendapatkan artikel masalah otak bayi/anak, berkaitan dg email saya sebelumnya, silakan japri di : [EMAIL PROTECTED] salam, femmy PENGARUH DARI LUAR Info Kehamilan - Ayahbunda No. 13 28 Juni 1997 Ketidakcukupan gizi dan stress mental yang terus-menerus akan berdampak merugikan terhadap pertumbuhan janin. Jika hal ini terjadi pada masa kritis (di awal kehamilan), bukan tak mungkin akan menghambat pertumbuhan otak janin. Itu sebabnya, ibu hamil sangat dianjurkan untuk memperhatikan hal tersebut dan selalu berusaha dalam keadaan rileks, menghindari stress. Walaupun masih dalam rahim, janin ternyata dapat menanggapi rangsangan dari luar rahim ibu. Dulu, bayi dianggap baru bisa berpikir dan menjadi makhluk yang mempunyai perasaan setelah dilahirkan. Sedangkan selama masih dalam rahim, janin masih pasif. Tetapi 20 tahun terakhir pandangan ini berubah, setelah para dokter menggunakan peralatan USG (ultrasonografi) untuk mengamati kegiatan janin selama perkembangannya. Dari penelitian diketahui bahwa bayi belajar banyak hal sejak di dalam kandungan, sehingga ketika lahir, bayi tidak sekadar mampu menangis, tidur dan menyusu, tapi juga sudah dapat membedakan benda apa yang dilihat, suara-suara yang didengar, dan bermacam bau. INDERA PENGECAP DAN PENCIUMAN Dulu, para ahli berpendapat bahwa sewaktu dalam rahim, janin belum bisa bernapas dengan paru-parunya. Menurut mereka, indera penciuman bayi pun belum berfungsi karena cairan ketuban menutup lubang hidungnya. Tetapi, kemudian diketahui bahwa bau dapat larut dalam air dan dirasakan oleh janin. Demikian pula dengan rasa manis, janin sudah dapat merasakannya sejak dalam kandungan. SENTUHAN Dari pengamatan, baik dengan ultrasound maupun alat yang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina, diketahui bahwa janin usia 7 minggu akan bereaksi bila bibirnya disentuh. Selanjutnya, pada usia 10 minggu janin akan bereaksi jika telapak tangannya disentuh. Seminggu kemudian, ia akan bergerak bila lengan bagian atas disentuh. Pada usia 14 minggu, sentuhan akan merangsang seluruh tubuh janin, kecuali punggung dan kepala bagian atas. Pada awal kehamilan, bila pipi janin disentuh, kepalanya akan menghindar. Tetapi menjelang akhir kehamilan, bila hal tersebut dilakukan, kepala janin akan dipalingkan ke arah datangnya sentuhan. Hal ini menunjukkan bahwa refleks si kecil sudah terjadi sebelum ia lahir. Kemampuan ini sangat berguna pada saat bayi disusui. Ketika kepalanya ditempelkan ke dada ibu, secara otomatis bayi akan mencari putting ibunya. PENDENGARAN Sampai akhir abad ke-19, para ahli berpendapat bahwa janin masih belum dapat mendengar. Tetapi kemudian diketahui bahwa janin akan bereaksi terhadap suara-suara yang terjadi berulang kali. Kemampuan ini mulai terjadi sejak usia kandungan antara 12-24 minggu. Di dalam rahim, janin dapat mendengar detak jantung ibunya, bunyi-bunyi dalam perut, peredaran darah serta cairan lainnya yang mengalir dalam tubuh si ibu. Janin juga dapat menangkap suara dari luar, meskipun suara dari luar tersebut berbeda dengan suara yang kita dengar. Volume suara yang didengar janin lebih kecil separuh disbanding bila didengar di luar tubuh. Hal ini karena getaran yang didengar janin lebih halus mengingat suara tersebut harus menembus dinding perut dan cairan ketuban. Umumnya, bayi baru lahir lebih suka mendengar suara ibu seperti waktu ia masih dalam kandungan daripada yang ia dengar setelah di luar. Bayi baru lahir juga akan bereaksi terhadap bunyi musik. Para ahli melakukan penelitian terhadap dua kelompok ibu hamil. Pada ibu yang secara teratur mendengar musik, bayinya akan berhenti menangis dan menjadi tenang bila mendengar musik, terutama yang pernah ia dengar sewaktu masih dalam rahim. Sedang bayi dari ibu yang tidak melakukan hal tersebut tidak akan memberi reaksi. Artinya, bayi tersebut tetap saja menangis. PENGLIHATAN Indera penglihatan merupakan indera terakhir yang bisa dilatih sewaktu janin masih dalam rahim. Indera ini baru akan bereaksi terhadap cahaya yang berasal dari luar rahim setelah janin berusia 26 minggu. Bila si ibu berada di luar rumah di bawah terik matahari, penglihatan bayi akan dihalangi oleh kulit ibu. Cahaya yang ditangkap oleh mata janin hanya berupa sinar berwarna kekuningan yang samar-samar. KETERAMPILAN MENTAL Salah satu keterampilan yang harus dipelajari janin, bahkan sampai ia dewasa kelak, ialah kemampuan beradaptasi dengan situasi (lingkungan) baru. Pertama kali menerima rangsang baru, janin akan bereaksi dengan melakukan banyak gerakan, sepertinya ia terkejut dan tidak senang. Tetapi, bila hal ini dilakukan berulang kali secara teratur, gerakan janin akan berkurang setiap kali hal tersebut dilakukan sampai ia terbiasa. Dari sini diketahui bahwa salah satu hal penting dalam proses belajar untuk hidup di luar rahim harus mulai dilakukan sejak janin masih dalam kandungan. POSISI (LETAK) TUBUH Umumnya pada
RE: [balita-anda] anak bilingual
mau ikutan ahh... buat teman2 yang pernah mengikuti seminar IQ or Bagaimana Mengajar Bayi Membaca dari Tiga Raksa mungkin tahu / pernah dijelaskan mengenai potensi otak anak/bayi, sehingga lebih mudah memahami mengapa anak yang menerima macam2 informasi sejak masih dalam kandungan or istilah lainnya "stimulasi" akan merespon hal yang sama yang pernah didengarnya waktu dalam kandungan dulu. salam, femmy Di sini saya cuplikkan : JENDELA-JENDELA KESEMPATAN DENGAN BEBERAPA kekecualian, jendela kesempatan dalam otak manusia tidak menutup dengan begitu seketika. Rupanya ada sederet jendela bagi perkembangan bahasa. Jendela untuk menguasai sintaksis mungkin sudah tertutup pada usia lima atau enam tahun, sedangkan jendela untuk menambah kata-kata baru mungkin tidak pernah tertutup. Kemampuan belajar suatu bahasa asing paling tinggi sejak kelahiran hingga usia enam tahun dan sesudah itu menurun secara tetap dan tak terpulihkan. Banyak orang dewasa masih berhasil belajar bahasa baru, tetapi biasanya harus dengan perjuangan berat. Lonjakan terbesar perkembangan otak, menurut para ilmuwan, mulai berakhir pada usia kira-kira 10 tahun. Pada saat itu keseimbangan antara terbentuknya sinapsis dan atrofi tiba-tiba bergeser. Selama beberapa tahun berikutnya, tanpa rasa sayang otak akan menghancurkan sinapsisnya yang paling lemah dan hanya mempertahankan yang telah dibentuk secara ajaib oleh pengalaman. Keajaiban ini, sekali lagi, telah dikodekan di dalam gen. Gebyaran-gebyaran listrik yang mengalir di otak dengan menciptakan apa saja, mulai dari gambar penglihatan dan perasaan senang sampai mimpi suram dan pikiran liar, akan memperkuat kelestarian sinapsis dengan merangsang gen yang meningkatkan keluarnya factor pertumbuhan kuat dan menekan gen yang mengatur enzim penghancur sinapsis. Pada akhir masa remaja, kira-kira pada usia 18 tahun, kelenturan otak menurun, tetapi dayanya bertambah. Bakat dan kecenderungan laten yang telah dipelihara sudah siap untuk berkembang. Pengalaman-pengalaman yang mendorong kegiatan neuron, kata Rakic dari Yale, adalah bagikan pisau ukir seniman pematung atau gunting tukang jahit yang menciptakan bentuk dari sebongkah batu atau sepotong bahan pakaian. Adanya bahan berlebih itu memperluas banyaknya kemungkinan, tetapi memangkas apa yang berlebih inilah yang melahirkan karya seni. "Kelebihan produksi sambungan sinapsis yang disusul dengan hilangnya kelebihan itulah yang menimbulkan pola dalam otak," kata ahli saraf William Greenough dari University of Illinois di Urbana-Champaign. Potensi bagi keunggulan mungkin sudah dikodekan di dalam gen, tetapi apakah potensi itu terealisasi sebagai bakat untuk matematika, misalnya, atau sebagai otak kejahatan yang cerdik, itu bergantung pada pola-pola yang diukirkan oleh pengalaman selama tahun-tahun awal yang menentukan ini. Para psikiater dan pendidik sudah lama mengetahui pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Tetapi, pengamatan mereka sampai sekarang tidaklah menyeluruh. Matthew Melmed, direktur eksekutif Zero to Three, sebuah organisasi nonprofit yang mengabdikan diri untuk menegaskan pentingnya tiga tahun pertama masa kehidupan, mengatakan, suatu hal yang menggembirakan adalah bahwa ilmu saraf modern memberikan bukti kuat yang dapat dikuantifikasi dan tadinya belum berungkap. "Karena kita dapat melihat hasilnya di bawah mikroskop atau dalam sebuah PET scan," kata Melmed, "hasil itu menjadi jauh lebih meyakinkan". Pelajaran apa yang dapat ditarik dari temuan-temuan baru itu ? Antara lain, jelas bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan di sekolah dasar, atau bahkan di tingkat prasekolah. Bahwa pendidikan perbaikan akan lebih efektif pada usia tiga atau empat tahun daripada sesudah usia sembilan atau 10 tahun. Bahwa penitipan anak yang baik dengan biaya terjangkau bukanlah hal yang mewah atau kenikmatan tambahan bagi ibu-ibu yang berkecukupan dan orang tua yang bekerja, melainkan merupakan makanan otak yang sangat penting bagi generasi mendatang. Makanan otak itu penting. Sebabnya, meskipun sinapsis-sinapsis baru terus terbentuk seumur hidup, dan bahkan orang dewasa pun terus-menerus melengkapi pikiran mereka dengan membaca dan belajar, namun otak tidak pernah mampu kembali dari kekeliruan dengan semudah yang terjadi pada masa kanak-kanak. -Original Message- From: Taufan Surana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 22, 2003 12:41 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual Mamanya Aldi, Terus terang saya tdk tahu detail isi hasil penelitian tsb, krn saya hanya menyampaikan apa yg ada di ebook "The Joyful Child" itu. Jadi, saya tdk bisa menjawab dg tepat apakah 6 bulan itu adalah batas usia efektif ataukah krn penelitiannya hanya dilakukan selama 6 bulan saja. Tapi menurut saya, kita tdk perlu terlalu terpaku dg usia 6 bulan ini, krn saya yakin apa saja yg diberikan ke anak (terutama usia s.d. 3 tahun pertama) akan bisa dit
RE: [balita-anda] anak bilingual
Mamanya Aldi, Terus terang saya tdk tahu detail isi hasil penelitian tsb, krn saya hanya menyampaikan apa yg ada di ebook "The Joyful Child" itu. Jadi, saya tdk bisa menjawab dg tepat apakah 6 bulan itu adalah batas usia efektif ataukah krn penelitiannya hanya dilakukan selama 6 bulan saja. Tapi menurut saya, kita tdk perlu terlalu terpaku dg usia 6 bulan ini, krn saya yakin apa saja yg diberikan ke anak (terutama usia s.d. 3 tahun pertama) akan bisa diterimanya dg baik selama anak enjoy dlm menerimanya. Kmd, isi kasetnya spt apa ? Maaf, saya tdk tahu..he..he.. Tapi dr banyak kaset ttg pembelajaran bhs inggris yg pernah saya lihat, isinya biasanya lagu anak, cerita pendek/sederhana, dan sejenisnya. Juga, menurut saya, apa yg didengar oleh anak akan efektif diterimanya jika hal tsb dilakukan secara berulang-ulang. Tadi, Pak Anggoro sempat "ngobrol" dg saya melalui japri (jalur pribadi). Di bawah ini saya forward sedikit hal yg berhubungan dh hal yg saya sampaikan dia atas tadi : Minggu lalu saya lihat acara TV di Jepang sini ttg penelitian ke bayi di dalam kandungan. Sebulan sebelum lahir sang ibu membacakan buku yg isinya sama beberapa kali dlm sehari. Begitu anaknya lahir dan dibacakan buku tsb, ternyata anak memberikan response. Tapi response tsb hanya bisa dideteksi melalui alat khusus. Artinya, secara fisik dia kelihatannya diam saja, tapi ternyata dia memberikan response di detakan jantung dan juga gelombang otaknya. Utk suara yg tdk pernah didengar dari ibunya, sang bayi tdk memberikan reaksi apapun. Saya sendiri juga mengalami hal yg sama dg anak saya, tapi bukan bhs inggris, yg mana dia akan bereaksi begitu mendengar suara yg pernah didengarnya sblmnya secara terus menerus. Itu yg saya tahu. Mungkin Pak Joko atau yg lain bisa menambahkan ataupun mengoreksi pendapat saya. rgds, Taufan www.balitacerdas.com -Original Message- From: DWIE [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 22, 2003 12:09 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual pak taufan... nanya juga boleh ya... kalau anak kita diperdengarkan kaset bhs inggris setelah umur 6 bulan, kira2 masih bisa enggak ya membuat sianak lebih mudah menguasai bhs inggris nantinya ??? dan kaset bhs inggris yg diperdengarkan itu seperti apa ??? apakah harus kst khusus atau bisa dgn kaset lagu2 barat yg biasanya makasih ya pak atas penjelasannya .. Rgrds, Aldi's mother - Original Message - From: "Taufan Surana" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, August 22, 2003 9:57 AM Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual > Ibunya Raihan, > > Yg ditanya Pak Joko, tapi saya sedikit ikutan nimbrung boleh 'kan...he..he.. > > Saya hanya ingin memberikan informasi sedikit, > utk netters yg punya ebook "The Joyful Child" (yg mrpk bonus pembelian > flashcards BalitaCerdas.com), silahkan dilihat di halaman 57. > Di situ Dr. Silvina Montanaro, MD mengatakan bahwa dari hasil penelitian > di Jepang, dg memperdengarkan kaset Bhs Inggris selama 3 kali sehari > sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, ternyata pada saat anak tsb usia 3, 4 > atau 5 tahun mulai belajar bhs inggris, mereka jauh lebih mudah menguasainya > drpd anak yg tdk pernah diperdengarkan kaset bhs inggris sebelumnya. > > Kmd, utk yg punya ebook "3 Tahun Pertama yg Menentukan", tentunya > sdh tahu bahwa bagian otak yg berfungsi utk bicara dan bagian utk > memahami informasi yg didengar ataupun dilihatnya adalah berbeda, > dan bagian ini berkembang jauh lebih cepat drpd bagian fungsi bicara. > Jadi, menurut saya, utk memulai metode yg disebutkan Pak Joko, ataupun > metode apapun, tdk perlu menunggu sampai anak bisa bicara dulu. > > Kalo menurut Pak Joko bagaimana ? > > rgds, > > Taufan > www.balitacerdas.com > - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] anak bilingual
pak taufan... nanya juga boleh ya... kalau anak kita diperdengarkan kaset bhs inggris setelah umur 6 bulan, kira2 masih bisa enggak ya membuat sianak lebih mudah menguasai bhs inggris nantinya ??? dan kaset bhs inggris yg diperdengarkan itu seperti apa ??? apakah harus kst khusus atau bisa dgn kaset lagu2 barat yg biasanya makasih ya pak atas penjelasannya .. Rgrds, Aldi's mother - Original Message - From: "Taufan Surana" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, August 22, 2003 9:57 AM Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual > Ibunya Raihan, > > Yg ditanya Pak Joko, tapi saya sedikit ikutan nimbrung boleh 'kan...he..he.. > > Saya hanya ingin memberikan informasi sedikit, > utk netters yg punya ebook "The Joyful Child" (yg mrpk bonus pembelian > flashcards BalitaCerdas.com), silahkan dilihat di halaman 57. > Di situ Dr. Silvina Montanaro, MD mengatakan bahwa dari hasil penelitian > di Jepang, dg memperdengarkan kaset Bhs Inggris selama 3 kali sehari > sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, ternyata pada saat anak tsb usia 3, 4 > atau 5 tahun mulai belajar bhs inggris, mereka jauh lebih mudah menguasainya > drpd anak yg tdk pernah diperdengarkan kaset bhs inggris sebelumnya. > > Kmd, utk yg punya ebook "3 Tahun Pertama yg Menentukan", tentunya > sdh tahu bahwa bagian otak yg berfungsi utk bicara dan bagian utk > memahami informasi yg didengar ataupun dilihatnya adalah berbeda, > dan bagian ini berkembang jauh lebih cepat drpd bagian fungsi bicara. > Jadi, menurut saya, utk memulai metode yg disebutkan Pak Joko, ataupun > metode apapun, tdk perlu menunggu sampai anak bisa bicara dulu. > > Kalo menurut Pak Joko bagaimana ? > > rgds, > > Taufan > www.balitacerdas.com > > > > -Original Message----- > From: siska novita [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, August 22, 2003 10:21 AM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > Pak Joko, saya juga mau lho softcopy nya, kalau memang boleh dua-duanya, > saya mau sekali keduanya :-) > > Tapi sebelumnya saya tanya dulu boleh khan Pak Joko ? > Untuk kita memulai metode tersebut, berarti untuk anak balita, dia harus > bisa bicara dulu khan ? Soalnya selama ini, saya hanya berani menyetelkan > lagu anak-anak berbahasa Inggris kepada anak saya Raihan (20 bulan), itupun > tidak terlalu sering karena dia belum bisa bicara, hanya beberapa kata > saja..(kosakatanya masih sedikit). Karena saya pernah baca, salah satu cara > untuk memperkenalkan bahsa asing pada anak balita adalah dengan > memperdengarkan lagu anak-anak berbahasa Inggris. Bagaimana itu Pak ? > > > Thx > > Ibunya Raihan > > > - > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] anak bilingual
Kalo boleh saya menyimpulkan, mungkin yang dimaksud Pak Joko dengan statement "anak bilingualmempunyai sejumlah keuntungan baik intelektual, sosial, dan psikologis" itu mungkin lebih ke tujuan jangka panjang ya, Pak Joko, karena kayaknya kalo anak masih kecil, belum terlalu keliatan dan mereka juga belum terlalu peduli dengan hal-hal begitu ya ... Tanpa mengecilkan nilai bahasa Indonesia dan bahasa daerah kita yang beragam, saya juga termasuk yang mengajarkan anak saya bahasa asing di samping bahasa Indonesia.. Tapi saya tetap gak mau ngoyo ngajarinnya, jadi setiap hari saya ajarkan anak saya cukup 5 kosa kata baru dan 2 kalimat sederhana ... Dalam sehari saya ulang2 itu aja, sampe' nyantol di kepalanya ... Besoknya saya ajarkan lagi kosa kata dan kalimat2 sederhana lainnya Alhamdulillah, anak saya sudah cukup bisa berbahasa Inggris dan kalo ketemu sama temen2 saya sesama pengajar bahasa inggris yang native speaker, dia udah bisa ngobrol, walaupun masih terbatas pada percakapan sederhana ... Kadang-kadang saya juga selipkan beberapa kata dalam bahasa Jepang dan Arab ... Sekarang ini dia lagi asik sekolah dan belajar iqra' jadi saya belum berniat menambah pengetahuan bahasa asingnya... setelah dia masuk SD, baru akan saya kursuskan bahasa Mandarin ... Saya mengajarkan bahasa asing ke anak saya sejak dini bukan sekedar gengsi atau ikut2an, tapi karena saya memang merasa perlu, supaya dia semakin cepat terbiasa dengan bahasa asing tersebut. Dengan kemampuan berbahasa asing, diharapkan si anak nantinya : * jadi gak minder kalo harus masuk ke satu lingkungan yang mengharuskan dia untuk menggunakan bahasa asing tertentu, misalnya bertemu klien, dll, * dapat mudah masuk ke lingkungan pergaulan yang melibatkan orang dari bangsa lain, misalnya di luar negeri, dll, * si anak jadi punya nilai jual lebih dalam mencari pekerjaan (meskipun dalam hal ini pengalaman dan keahlian lain juga menentukan), dan sejumlah kebaikan lainnya yang akan menguntungkan si anak itu sendiri. Last but not least, Pak Joko, saya juga mau dong dikirimin papernya Bapak ... thanks, iin (bunda Jemima) ---Original Message--- From: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, August 21, 2003 03:15:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual Wahseru juga mengenai anak bilingual ini. Saya juga membiasakan anaksaya dengan dua bahasa, bahasa Indonesia (yang baik tentunya) dan BahasaJawa karena takut nggak bisa komunikasi dengan Mbahnya kalo pulangkampung. Bahasa asing buat saya belum perlu, karena lingkungan kamidaerah Kebun Baru -bukan perumahan- masih banyak penduduk asli, kalosaya ajarin bahasa asing jangan jangan nanti gak bisa main dengan anaktetanggaSaya tidak yakin bahwa kemapuan intelektual, sosial dan psikologis anakditentukan oleh banyaknya bahasa yang si anak kuasai. Anak saya saat iniberusia 16 bulan sangat pandai (cantik dan lucu, menurut kaca mata sayadan suami), dia sudah menguasai lebih dari 50 kata dan sudah pintarbernyanyi dll...Memang kelak saya akan membekali anak saya dengan bahasa asing agar anaksaya mampu berkompetisi di era globalisasi. Saya yakin bila sudahwaktunya anak saya akan mampu berbahasa asing, seperti ayah ibunya.Salam,Bundanya Aulia-Original Message-From: [EMAIL PROTECTED][mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 21 August 2003 11:58To: [EMAIL PROTECTED]Subject: [balita-anda] anak bilingualSaya ingin anak saya (kelak) mampu menguasai beberapa bahasa (tidakseperti orang tuanya yang "gableknya" hanya bahasa sendiri). Tapi sayatidak ingin anak saya menjadi orang asing di negeri sendiri, yang pandaimenggunakan bahasa negeri seberang dan tapi "kacau balau" merangkai katadan kalimat dalam bahasa Indonesia.Saya amati, saat ini, banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasaInggris secara lancar dan tepat (bahkan penggunaan tata bahasanya jauhlebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tatabahasa masyarakat yangmenggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari).Berapa juta uang yang dikeluarkan untuk menyekolahkan anak-anak kita ditempat pendidikan bahasa Inggris? Berapa ribu yang kita keluarkan untukmembuat anak kita memahami tata bahasa Indonesia yang benar? Berapamacam kamus bahasa Inggris yang kita miliki? Berapa jenis kamus bahasaIndonesia yang kita miliki?Apakah seorang anak yang hanya mampu berbicara dalam bahasa Indonesiaberarti kemampuan intelektualnya lebih rendah dibanding anak yang mampuberbicara dalam lima bahasa? Apakah definisi kemampuan intelektual,sosial dan psikologis "direduksi" hanya pada kemampuan berbahasa asing?Mungkin Ibu Pertiwi akan menangis (jika Ibu Pertiwi mampu menangis!!!)melihat anak-anak negerinya tak lagi bangga dengan bahasanya sendiri.Tak lagi bangga dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Madura,bahasa Sunda, bahasa Batak, dan bahasa-bahasa lain yang tumbuh sebagaibagian dari jati diri negeri ini.Belum genap seminggu Bangsa Indonesia merayakan ulan
RE: [balita-anda] anak bilingual
Usia dini memang masa emas untuk pemahaman multi bahasa. Tetapi mudah-mudahan mendasari semuanya, kita ingat selalu bahwa setiap anak beda. Bukan saya bermaksud mendebat pendapat yang ada, tapi tetap penting untuk diperhatikan kemampuan dan kecepatan perkembangan yang tiap anak miliki. Kalau anak memiliki kesulitan dalam kemampuan verbalnya (terlambat bicara), sangat tidak disarankan untuk memberi multi-language exposure. salam, Aida - Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
RE: [balita-anda] anak bilingual
Padahal banyak ya orangtua yang "khawatir" anaknya akan mengalami "bingung bahasa" kalau dimasukin ke sekolah yang bilingual. Kalau ini gimana pak Joko ? -Original Message- From: Joko Kusmanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 21 August 2003 22:30 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual Ibunya Dienta, Kami menerapkan program yang disebut dengan "Non-native Parents Bilingual Program (NNP)" yang pada dasarnya sama dengan program "One Parent One Language (OPOL)". Kalau dalam OPOL bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu orang tuanya yang berbeda (misal. Ibu --> Indonesia dan Ayah --> Inggris), tetapi dalam NNP salah satu orang tuanya secara konsisten menggunakan bahasa Asing kepada anaknya. Dalam keluarga, Saya berbicara bahasa Inggris kepada anak dan Istri berbahasa Indonesia meskipun kadang-kadang istri juga berbahasa Inggris kepada anak khususnya ketika anak sedang bermain dengan saya. Perkembangan bahasa Inggris anak yang pertama telah saya sajikan dalam sebuah seminar dan sedang dimasukkan ke sebuah jurnal. Program semacam itu telah banyak dipraktikkan oleh orang, salah satu yang paling populer adalah yang dilakukan oleh keluarga Sauders di Australia yang membesarkan anak mereka dalam bahasa Inggris dan Jerman. Bahasa ibu kedua orang tua mereka adalah bahasa Inggris tetapi ayahnya selalu berbahasa Jerman kepada anaknya. Dan hasilnya ternyata cukup berhasil. Program NNP yang kami terapkan juga dalam rangka untuk kepentingan penelitian yang diharapkan bermanfaat bagi pengajaran bahasa asing untuk anak dini usia. Oleh karena itu, saya menghimbau keluarga yang menerapkan program bilingual dengan bahasa asing di rumah untuk saling informasi tentang perkembangan bahasa anaknya. Dan yang terpenting adalah bahwa menurut banyak penelitian, anak bilingual mempunyai sejumlah keuntungan baik intelektual, sosial, dan psikologis. Salam buat semua, Joko - Original Message - From: "lucy ambarwati" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, August 20, 2003 9:53 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Mama Dienta, jangan via japri dong...kalo nggak keberatan saya mau tahu juga nich...tapi mungkin kebalikkannya ya, anak2ku (4 thn & 2 thn) cas cis cus melulu, aku inginnya selain bisa bahasa Inggris mereka juga harus bisa bahasa Indonesia, sebetulnya mereka mengerti bahasa Indonesia cuma kayaknya malas untuk berbicara pakai bahasa ibu..gimana nich??? boleh dong ikutan sharing > > regards, > lucy > > [EMAIL PROTECTED] wrote: > Pak Joko, > > Ngobrol nya di japri aja mau nggak, biar nggak ganggu yang lain?? > > Emangnya Pak Joko menerapkan sistem dan program yang bagaimana...?? > > Salam kenal, > ibunya Dienta (4 th) - [EMAIL PROTECTED] > > > - Original Message - > From: Joko Kusmanto > Date: Thursday, August 21, 2003 7:12 am > Subject: [balita-anda] anak bilingual > > > Dear all, > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir di keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang kami besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan tukardata > > > > hormat saya, > > Joko > > > > > > --- > > --
Re: [balita-anda] anak bilingual
Dear all, Ini summary mengenai bilingualisme yang pernah dipostingkan di milis linguistlist 19 Januari 2001 yang saya juga menjadi anggotanya. Salam, Joko From: Paul J. Rychwalsk, M.D. <[EMAIL PROTECTED]> My first language is English and I am fluent in Spanish. My wife is from Mexico, her first language is Spanish and she is fluent in English. We live in the United States. Our child is now 4 months old and we are interested in theories of teaching both languages to our son. Our plan was to speak only Spanish in our home, assuming that he wil pick up English from his environment (friends, relatives, television). Some have said that this would put him at a disadvantage in English when he begins school. We have also thought about my wife speaking Spanish and me speaking English to him with Spanish between my wife and I. What are the current thoughts regarding raising a bilingual child? Are there any published data? Thank you. Dear Paul: This question and similar ones have been asked (and answered) in this forum a number of times, so you should do a search of our archives for complementary points of view (at http://linguistlist.org/cgi-bin/ask-ling.cgi). Just to give you what seems to be the generally-accepted consensus: there seems to be agreement that each parent should stick to a single language, usually each one's respective native language. What you suggest is nearly the generally accepted 'best plan'. The only bad information in your query comes from your misguided 'some' who suggest a disadvantage in school. All the information I have seen suggests that bilingualism is at worst neutral for the cognitive development of children, and most people (admittedly often on the basis of anecdotal or 'common-sense' evidence--this of course means that I just haven't read any relevant research on the topic, and I don't in fact know if any exists) think that there are positive benefits cognitively from bilingualism. In my personal case, I speak English natively and Spanish fluently. My wife speaks (Argentine) Spanish natively and English quasi-natively. We speak English with each other, and both used Spanish with our kids (a bit dumb on my part, but I just didn't know at the time, and one thing from personal experience that I can tell you is that it is *extremely* difficult to change the language you use with your kids, once you have started with one). In any case, despite the initial passivity of our kids' knowledge of English (all were raised in Mexico), they all attended a partially-English-language school in Puebla, Mexico, and all have excelled in English. The older two are now in college in the States, and doing very well, and the youngest is at least as good at English as the others were at her age. While their Mom and me [sic] are no dummies, I have the strong feeling that our kids' cognitive development was greatly aided by the bilingual environment they were raised in. In sum, your plan sounds feasible and recommendable, and I doubt that anyone here will try to argue you out of it. Jim - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] anak bilingual
Saya setuju dengan bu Dwi - Original Message - From: "DWIE" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 1:31 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > again and again.. moms & dads mintanya langsung lewat japri aja ya > ke [EMAIL PROTECTED] jgn le milist ... > biar inbox nggak penuh.. > thanks . > > Rgrds, > Aldi's mother > > - Original Message - > From: "rini manisss" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Thursday, August 21, 2003 3:40 PM > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > Pak joko, saya sangat tertarik dengan uraian yang bapak sebutkan > > dibawah.kalo boleh saya ingin memperoleh jurnal yang bapak > bikinjuga > > mungkin artikel-2 lain yang berkaitan dengan pembelajaran bilingual > > ini..terimakasih sebelumnya > > (kalo berkenanvia japri aja ya pak!) > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > Mbak Meutia dan Pak Anggoro > > > > > > Keuntungan menjadi bilingual, trilingual, atau multilingual baik secara > > > intelektual, psikologis, dan sosial telah banyak diteliti di luar > Indonesia. > > > Justru inilah yang menjadi keprihatinan saya, khususnya buat teman-teman > > > dari jurusan psikologi perkembangan dan linguistik di Indonesia, yang > hingga > > > saat ini belum banyak melakukan berbagai penelitian tentang "menjadi > > > bilingual" dalam kaitannya dengan intelektualitas, psikologis, dan > > > sosialnya. Padahal di Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir > > > dialami oleh separuh lebih orang Indonesia. Masyarakat Indonesia > rata-rata > > > menguasai bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia, khususnya ragam bicara. > > > Keprihatinan ini pernah saya lontarkan dalam makalah tentang > perkembangan > > > bahasa anak saya dalam sebuah seminar. Tetapi hingga saat ini belum ada > satu > > > penelitian pun tentang bagaimana pemerolehan bilingual oleh anak-anak > > > Indonesia di Indonesia. > > > > > > Sebagaimana kita ketahui pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan > bagaimana > > > anak memperoleh kata, makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain > > > berhubungan dengan proses yang terjadi dalam minda (mind) dan sikap > anak. > > > Menjadi bi- atau multilingual sejak dini dengan kata lain mempunyai > > > pengalaman proses pemerolehan kata, makna, struktur, dan pragmatik yang > > > lebih kompleks sejak dini dibandingkan dari mereka yang hanya > monolingual. > > > Contohnya, secara sosial, anak saya tetap menyebut dirinya dengan > namanya > > > dan ibunya dengan sebutan Mommy ketika berbicara dalam bahasa Indonesia. > > > --> Ridho: Mommy suka ini? > > > tetapi dalam bahasa Inggris dia akan menggunakan sebutan you: > > > --> Ridho: Daddy, do you like this? > > > Hal itu wajar dalam budaya bahasa Inggris dan terasa tidak sopan atau > > > janggal dalam bahasa Indonesia mengucapkan: > > > --> *Ayah, kau suka ini? > > > *Ayah, anda suka ini? > > > > > > Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini membawa anak > > > dalam pengalaman dua bahasa yang berbeda. Pengalaman dua atau lebih > bahasa > > > sejak dini ini pasti memberikan pengaruh yang berbeda dari pengalaman > satu > > > bahasa. Permasalahan perkembangan intelektual secara makro kemudian > sangat > > > bergantung juga pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang > > > mampu memaksimalkan potensi intelektual. Begitu juga dengan perkembangan > > > psikologi dan sosialnya. Permasalahannya adalah untuk kasus bi- atau > > > multilingual di Indonesia hingga saat ini belum diamati oleh peneliti > secara > > > mendalam. Penelitian saya terhadap anak saya sendiri masih berorientasi > pada > > > permasalahan linguistik seperti Universal Grammar, Interference Bhs > Ind-Bhs > > > Ing, dll. Saya dan istri saya sendiri berencana akan mengembangkan > > > penelitian ini dan memasuki kawasan "cognitive linguistics", > > > "sociolinguistics", dan psycholinguistics". > > > > > > Banyak hal yang bisa diungkapkan, tetapi saya pikir tidak tepat di > mailing > > > list ini karena akan memakan banyak ruang di samping akan memasuki > masalah > > > teknis yang rumit. Ada sedikit artikel saya kopikan dalam attachment > yang > > > bisa dibaca jika anda tertarik "The academic, intelectual, and > linguistic &g
Re: [balita-anda] anak bilingual
Papa Hazman & Muhandist Sebenarnya saya nggak tahu banyak lho tentang ini. Ketertarikan saya tentang bilingualisme ini mulai tahun 2000. Jadi masing sejengkal juga yang saya tahu. Waktu itu saya sedang kuliah "Language Acquisition" dari Prof. Helen Borland, Victoria University. Kebetulan istri saya sedang hamil 5 bulan. Jadi dech kami pengin nyobain sekaligus meneliti dan sering berdiskusi dengan beliau yang waktu itu berada di Indonesia selama dua minggu. So, nggak ada yang baru dech dari saya. Jadi mohon maaf sebelumnya buat temen-temen yang nati setelah lihat hasilnya ternyata nggak banyak membantu. Softcopy akan dikirim dalam satu dua hari ini. Salam, Joko - Original Message - From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 8:29 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Maaf Pak Joko, Kalau sama ilmu boleh serakah kan ? > Jadi kalau Pak Joko ngak keberatan saya mau semuaaa > > Papa Hazman & Muhandist > > Joko Kusmanto wrote: > > > Papa Hazman dan Ibunya Dienta > > Paper yang saya sajikan berkaitan perkembangan sintaksis bahasa Inggris anak > > saya pada usia 2,9 tahun. Saya bersedia memberikan kopiannya, sedangkan yang > > untuk jurnal berjudul "The Acquisition of English Negation 'No' and 'Not': > > Evidences from an Indonesian Child in Non-native Bilingual Program. Tulisan > > tersebut saat ini sedang dalam review editor. Saya juga mempunyai ringkasan > > program bilingual yang saya terapkan. Manakah yang anda minati untuk dikopi? > > - Original Message ----- > > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Thursday, August 21, 2003 6:22 AM > > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > > Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? > > > Makasih sebelumnya. > > > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > > > Papa Hazman & Muhandist, > > > > > > > > Itu sangat dimungkinkan. Saat ini sudah ada sejumlah program > > "trilingual" > > > > yang dijalankan. Biasanya itu akan berjalan dengan baik jika orang tua > > > > menggunakan OPOL (one parent one language) yang tidak digunakan oleh > > > > masyarkat. Misalnya, > > > > Ayah --> Inggris, > > > > Ibu --> Jepang dan > > > > Komunitas --> Indonesia. > > > > Apakah Bapak dan Ibu berbicara secara konsisten dalam satu bahasa > > tertentu > > > > atau campur-campur? Menurut saya, berbicara secara konsisten dalam satu > > > > bahasa tertentu merupakan "input" yang menjadi prasyarat untuk > > "men-trigger" > > > > anak memahami bahasa-bahasa tersebut dengan baik. > > > > > > > > Anak saya yang pertama (3 tahun) sudah berada dalam tahap menggunakan > > bahasa > > > > "to whon he speaks". Jika kepada saya, otomatis dia menggunakan bahasa > > > > Inggris meskipun baru saja berbahasa Indonesia dengan yang lain. Begitu > > juga > > > > sebaliknya. Dia juga tergantung pada bahasa trigger-nya. Jika dia > > dimulai > > > > dengan bahasa Inggris, dia akan berbahasa Inggris, dan sebaliknya. > > > > > > > > Salam, > > > > Joko > > > > > > > > - Original Message - > > > > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Sent: Thursday, August 21, 2003 1:28 AM > > > > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > > > > > > Pagi Mas Joko, > > > > > > > > > > Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 > > tahun > > > > 7 > > > > > bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka > > setiap > > > > > mengucapkan sesuatu > > > > > untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma > > lebih > > > > > ditekan > > > > > kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini > > secara > > > > > otomatis > > > > > pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. > > > > > Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil > > mengacungkan > > > > jempol > > > > > Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " > > > > > > > > > > regard :
Re: [balita-anda] anak bilingual
again and again.. moms & dads mintanya langsung lewat japri aja ya ke [EMAIL PROTECTED] jgn le milist ... biar inbox nggak penuh.. thanks . Rgrds, Aldi's mother - Original Message - From: "rini manisss" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 3:40 PM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Pak joko, saya sangat tertarik dengan uraian yang bapak sebutkan > dibawah.kalo boleh saya ingin memperoleh jurnal yang bapak bikinjuga > mungkin artikel-2 lain yang berkaitan dengan pembelajaran bilingual > ini..terimakasih sebelumnya > (kalo berkenanvia japri aja ya pak!) > > Joko Kusmanto wrote: > > > Mbak Meutia dan Pak Anggoro > > > > Keuntungan menjadi bilingual, trilingual, atau multilingual baik secara > > intelektual, psikologis, dan sosial telah banyak diteliti di luar Indonesia. > > Justru inilah yang menjadi keprihatinan saya, khususnya buat teman-teman > > dari jurusan psikologi perkembangan dan linguistik di Indonesia, yang hingga > > saat ini belum banyak melakukan berbagai penelitian tentang "menjadi > > bilingual" dalam kaitannya dengan intelektualitas, psikologis, dan > > sosialnya. Padahal di Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir > > dialami oleh separuh lebih orang Indonesia. Masyarakat Indonesia rata-rata > > menguasai bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia, khususnya ragam bicara. > > Keprihatinan ini pernah saya lontarkan dalam makalah tentang perkembangan > > bahasa anak saya dalam sebuah seminar. Tetapi hingga saat ini belum ada satu > > penelitian pun tentang bagaimana pemerolehan bilingual oleh anak-anak > > Indonesia di Indonesia. > > > > Sebagaimana kita ketahui pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan bagaimana > > anak memperoleh kata, makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain > > berhubungan dengan proses yang terjadi dalam minda (mind) dan sikap anak. > > Menjadi bi- atau multilingual sejak dini dengan kata lain mempunyai > > pengalaman proses pemerolehan kata, makna, struktur, dan pragmatik yang > > lebih kompleks sejak dini dibandingkan dari mereka yang hanya monolingual. > > Contohnya, secara sosial, anak saya tetap menyebut dirinya dengan namanya > > dan ibunya dengan sebutan Mommy ketika berbicara dalam bahasa Indonesia. > > --> Ridho: Mommy suka ini? > > tetapi dalam bahasa Inggris dia akan menggunakan sebutan you: > > --> Ridho: Daddy, do you like this? > > Hal itu wajar dalam budaya bahasa Inggris dan terasa tidak sopan atau > > janggal dalam bahasa Indonesia mengucapkan: > > --> *Ayah, kau suka ini? > > *Ayah, anda suka ini? > > > > Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini membawa anak > > dalam pengalaman dua bahasa yang berbeda. Pengalaman dua atau lebih bahasa > > sejak dini ini pasti memberikan pengaruh yang berbeda dari pengalaman satu > > bahasa. Permasalahan perkembangan intelektual secara makro kemudian sangat > > bergantung juga pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang > > mampu memaksimalkan potensi intelektual. Begitu juga dengan perkembangan > > psikologi dan sosialnya. Permasalahannya adalah untuk kasus bi- atau > > multilingual di Indonesia hingga saat ini belum diamati oleh peneliti secara > > mendalam. Penelitian saya terhadap anak saya sendiri masih berorientasi pada > > permasalahan linguistik seperti Universal Grammar, Interference Bhs Ind-Bhs > > Ing, dll. Saya dan istri saya sendiri berencana akan mengembangkan > > penelitian ini dan memasuki kawasan "cognitive linguistics", > > "sociolinguistics", dan psycholinguistics". > > > > Banyak hal yang bisa diungkapkan, tetapi saya pikir tidak tepat di mailing > > list ini karena akan memakan banyak ruang di samping akan memasuki masalah > > teknis yang rumit. Ada sedikit artikel saya kopikan dalam attachment yang > > bisa dibaca jika anda tertarik "The academic, intelectual, and linguistic > > benefits of bilingualism" oleh Jim Cummins. Saya senang masalah ini menarik > > teman-teman. > > > > Salam, > > Joko. > > > > - Original Message - > > From: <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Wednesday, August 20, 2003 9:58 PM > > Subject: [balita-anda] anak bilingual > > > > > > > > Saya ingin anak saya (kelak) mampu menguasai beberapa bahasa (tidak > > seperti > > > orang tuanya yang "gableknya" hanya bahasa sendiri). Tapi saya tidak ingin > > anak > > > saya menjadi orang asing di nege
Re: [balita-anda] anak bilingual
Pak joko, saya sangat tertarik dengan uraian yang bapak sebutkan dibawah.kalo boleh saya ingin memperoleh jurnal yang bapak bikinjuga mungkin artikel-2 lain yang berkaitan dengan pembelajaran bilingual ini..terimakasih sebelumnya (kalo berkenanvia japri aja ya pak!) Joko Kusmanto wrote: > Mbak Meutia dan Pak Anggoro > > Keuntungan menjadi bilingual, trilingual, atau multilingual baik secara > intelektual, psikologis, dan sosial telah banyak diteliti di luar Indonesia. > Justru inilah yang menjadi keprihatinan saya, khususnya buat teman-teman > dari jurusan psikologi perkembangan dan linguistik di Indonesia, yang hingga > saat ini belum banyak melakukan berbagai penelitian tentang "menjadi > bilingual" dalam kaitannya dengan intelektualitas, psikologis, dan > sosialnya. Padahal di Indonesia kasus bilingual adalah kasus yang hampir > dialami oleh separuh lebih orang Indonesia. Masyarakat Indonesia rata-rata > menguasai bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia, khususnya ragam bicara. > Keprihatinan ini pernah saya lontarkan dalam makalah tentang perkembangan > bahasa anak saya dalam sebuah seminar. Tetapi hingga saat ini belum ada satu > penelitian pun tentang bagaimana pemerolehan bilingual oleh anak-anak > Indonesia di Indonesia. > > Sebagaimana kita ketahui pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan bagaimana > anak memperoleh kata, makna, struktur, dan pragmatik. Itu tidak lain > berhubungan dengan proses yang terjadi dalam minda (mind) dan sikap anak. > Menjadi bi- atau multilingual sejak dini dengan kata lain mempunyai > pengalaman proses pemerolehan kata, makna, struktur, dan pragmatik yang > lebih kompleks sejak dini dibandingkan dari mereka yang hanya monolingual. > Contohnya, secara sosial, anak saya tetap menyebut dirinya dengan namanya > dan ibunya dengan sebutan Mommy ketika berbicara dalam bahasa Indonesia. > --> Ridho: Mommy suka ini? > tetapi dalam bahasa Inggris dia akan menggunakan sebutan you: > --> Ridho: Daddy, do you like this? > Hal itu wajar dalam budaya bahasa Inggris dan terasa tidak sopan atau > janggal dalam bahasa Indonesia mengucapkan: > --> *Ayah, kau suka ini? > *Ayah, anda suka ini? > > Secara umum dan dalam logika sederhana, bilingualisme dini membawa anak > dalam pengalaman dua bahasa yang berbeda. Pengalaman dua atau lebih bahasa > sejak dini ini pasti memberikan pengaruh yang berbeda dari pengalaman satu > bahasa. Permasalahan perkembangan intelektual secara makro kemudian sangat > bergantung juga pada banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang > mampu memaksimalkan potensi intelektual. Begitu juga dengan perkembangan > psikologi dan sosialnya. Permasalahannya adalah untuk kasus bi- atau > multilingual di Indonesia hingga saat ini belum diamati oleh peneliti secara > mendalam. Penelitian saya terhadap anak saya sendiri masih berorientasi pada > permasalahan linguistik seperti Universal Grammar, Interference Bhs Ind-Bhs > Ing, dll. Saya dan istri saya sendiri berencana akan mengembangkan > penelitian ini dan memasuki kawasan "cognitive linguistics", > "sociolinguistics", dan psycholinguistics". > > Banyak hal yang bisa diungkapkan, tetapi saya pikir tidak tepat di mailing > list ini karena akan memakan banyak ruang di samping akan memasuki masalah > teknis yang rumit. Ada sedikit artikel saya kopikan dalam attachment yang > bisa dibaca jika anda tertarik "The academic, intelectual, and linguistic > benefits of bilingualism" oleh Jim Cummins. Saya senang masalah ini menarik > teman-teman. > > Salam, > Joko. > > - Original Message - > From: <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Wednesday, August 20, 2003 9:58 PM > Subject: [balita-anda] anak bilingual > > > > > Saya ingin anak saya (kelak) mampu menguasai beberapa bahasa (tidak > seperti > > orang tuanya yang "gableknya" hanya bahasa sendiri). Tapi saya tidak ingin > anak > > saya menjadi orang asing di negeri sendiri, yang pandai menggunakan bahasa > > negeri seberang dan tapi "kacau balau" merangkai kata dan kalimat dalam > bahasa > > Indonesia. > > > > Saya amati, saat ini, banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa > Inggris > > secara lancar dan tepat (bahkan penggunaan tata bahasanya jauh lebih tepat > > dibandingkan dengan penggunaan tatabahasa masyarakat yang menggunakan > bahasa > > Inggris sebagai bahasa sehari-hari). > > > > Berapa juta uang yang dikeluarkan untuk menyekolahkan anak-anak kita di > tempat > > pendidikan bahasa Inggris? Berapa ribu yang kita keluarkan untuk membuat > anak > > kita memahami tata bahasa Indonesia yang benar? Berapa macam kamus bahasa > &g
Re: [balita-anda] anak bilingual
Maaf Pak Joko, Kalau sama ilmu boleh serakah kan ? Jadi kalau Pak Joko ngak keberatan saya mau semuaaa Papa Hazman & Muhandist Joko Kusmanto wrote: > Papa Hazman dan Ibunya Dienta > Paper yang saya sajikan berkaitan perkembangan sintaksis bahasa Inggris anak > saya pada usia 2,9 tahun. Saya bersedia memberikan kopiannya, sedangkan yang > untuk jurnal berjudul "The Acquisition of English Negation 'No' and 'Not': > Evidences from an Indonesian Child in Non-native Bilingual Program. Tulisan > tersebut saat ini sedang dalam review editor. Saya juga mempunyai ringkasan > program bilingual yang saya terapkan. Manakah yang anda minati untuk dikopi? > - Original Message - > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Thursday, August 21, 2003 6:22 AM > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? > > Makasih sebelumnya. > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > Papa Hazman & Muhandist, > > > > > > Itu sangat dimungkinkan. Saat ini sudah ada sejumlah program > "trilingual" > > > yang dijalankan. Biasanya itu akan berjalan dengan baik jika orang tua > > > menggunakan OPOL (one parent one language) yang tidak digunakan oleh > > > masyarkat. Misalnya, > > > Ayah --> Inggris, > > > Ibu --> Jepang dan > > > Komunitas --> Indonesia. > > > Apakah Bapak dan Ibu berbicara secara konsisten dalam satu bahasa > tertentu > > > atau campur-campur? Menurut saya, berbicara secara konsisten dalam satu > > > bahasa tertentu merupakan "input" yang menjadi prasyarat untuk > "men-trigger" > > > anak memahami bahasa-bahasa tersebut dengan baik. > > > > > > Anak saya yang pertama (3 tahun) sudah berada dalam tahap menggunakan > bahasa > > > "to whon he speaks". Jika kepada saya, otomatis dia menggunakan bahasa > > > Inggris meskipun baru saja berbahasa Indonesia dengan yang lain. Begitu > juga > > > sebaliknya. Dia juga tergantung pada bahasa trigger-nya. Jika dia > dimulai > > > dengan bahasa Inggris, dia akan berbahasa Inggris, dan sebaliknya. > > > > > > Salam, > > > Joko > > > > > > - Original Message - > > > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > > Sent: Thursday, August 21, 2003 1:28 AM > > > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > > > > Pagi Mas Joko, > > > > > > > > Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 > tahun > > > 7 > > > > bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka > setiap > > > > mengucapkan sesuatu > > > > untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma > lebih > > > > ditekan > > > > kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini > secara > > > > otomatis > > > > pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. > > > > Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil > mengacungkan > > > jempol > > > > Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " > > > > > > > > regard : Papa Hazman & Muhandist > > > > > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > > > > > Dear all, > > > > > > > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak > lahir > > > di > > > > > keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > > > > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami > yang > > > kami > > > > > besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama > umur 3 > > > > > tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > > > > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan > > > tukar > > > > > data > > > > > > > > > > hormat saya, > > > > > Joko > > > > > > > > > > > - > > > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > > >
RE: [balita-anda] anak bilingual
Pak Joko, Kalau tidak berkeberatan saya juga mau dong di copy paper perkembangan sintaksis bahasa inggris nya. Thanks, Mamanya Ivan -Original Message- From: Joko Kusmanto [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 22, 2003 2:54 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: [balita-anda] anak bilingual Papa Hazman dan Ibunya Dienta Paper yang saya sajikan berkaitan perkembangan sintaksis bahasa Inggris anak saya pada usia 2,9 tahun. Saya bersedia memberikan kopiannya, sedangkan yang untuk jurnal berjudul "The Acquisition of English Negation 'No' and 'Not': Evidences from an Indonesian Child in Non-native Bilingual Program. Tulisan tersebut saat ini sedang dalam review editor. Saya juga mempunyai ringkasan program bilingual yang saya terapkan. Manakah yang anda minati untuk dikopi? - Original Message - From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 6:22 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? > Makasih sebelumnya. > > Joko Kusmanto wrote: > > > Papa Hazman & Muhandist, > > > > Itu sangat dimungkinkan. Saat ini sudah ada sejumlah program "trilingual" > > yang dijalankan. Biasanya itu akan berjalan dengan baik jika orang tua > > menggunakan OPOL (one parent one language) yang tidak digunakan oleh > > masyarkat. Misalnya, > > Ayah --> Inggris, > > Ibu --> Jepang dan > > Komunitas --> Indonesia. > > Apakah Bapak dan Ibu berbicara secara konsisten dalam satu bahasa tertentu > > atau campur-campur? Menurut saya, berbicara secara konsisten dalam satu > > bahasa tertentu merupakan "input" yang menjadi prasyarat untuk "men-trigger" > > anak memahami bahasa-bahasa tersebut dengan baik. > > > > Anak saya yang pertama (3 tahun) sudah berada dalam tahap menggunakan bahasa > > "to whon he speaks". Jika kepada saya, otomatis dia menggunakan bahasa > > Inggris meskipun baru saja berbahasa Indonesia dengan yang lain. Begitu juga > > sebaliknya. Dia juga tergantung pada bahasa trigger-nya. Jika dia dimulai > > dengan bahasa Inggris, dia akan berbahasa Inggris, dan sebaliknya. > > > > Salam, > > Joko > > > > - Original Message - > > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Thursday, August 21, 2003 1:28 AM > > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > > Pagi Mas Joko, > > > > > > Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 tahun > > 7 > > > bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka setiap > > > mengucapkan sesuatu > > > untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma lebih > > > ditekan > > > kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini secara > > > otomatis > > > pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. > > > Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil mengacungkan > > jempol > > > Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " > > > > > > regard : Papa Hazman & Muhandist > > > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > > > Dear all, > > > > > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir > > di > > > > keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang > > kami > > > > besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 > > > > tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya peng
Re: [balita-anda] anak bilingual
Papa Hazman dan Ibunya Dienta Paper yang saya sajikan berkaitan perkembangan sintaksis bahasa Inggris anak saya pada usia 2,9 tahun. Saya bersedia memberikan kopiannya, sedangkan yang untuk jurnal berjudul "The Acquisition of English Negation 'No' and 'Not': Evidences from an Indonesian Child in Non-native Bilingual Program. Tulisan tersebut saat ini sedang dalam review editor. Saya juga mempunyai ringkasan program bilingual yang saya terapkan. Manakah yang anda minati untuk dikopi? - Original Message - From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 21, 2003 6:22 AM Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? > Makasih sebelumnya. > > Joko Kusmanto wrote: > > > Papa Hazman & Muhandist, > > > > Itu sangat dimungkinkan. Saat ini sudah ada sejumlah program "trilingual" > > yang dijalankan. Biasanya itu akan berjalan dengan baik jika orang tua > > menggunakan OPOL (one parent one language) yang tidak digunakan oleh > > masyarkat. Misalnya, > > Ayah --> Inggris, > > Ibu --> Jepang dan > > Komunitas --> Indonesia. > > Apakah Bapak dan Ibu berbicara secara konsisten dalam satu bahasa tertentu > > atau campur-campur? Menurut saya, berbicara secara konsisten dalam satu > > bahasa tertentu merupakan "input" yang menjadi prasyarat untuk "men-trigger" > > anak memahami bahasa-bahasa tersebut dengan baik. > > > > Anak saya yang pertama (3 tahun) sudah berada dalam tahap menggunakan bahasa > > "to whon he speaks". Jika kepada saya, otomatis dia menggunakan bahasa > > Inggris meskipun baru saja berbahasa Indonesia dengan yang lain. Begitu juga > > sebaliknya. Dia juga tergantung pada bahasa trigger-nya. Jika dia dimulai > > dengan bahasa Inggris, dia akan berbahasa Inggris, dan sebaliknya. > > > > Salam, > > Joko > > > > - Original Message - > > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Thursday, August 21, 2003 1:28 AM > > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > > Pagi Mas Joko, > > > > > > Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 tahun > > 7 > > > bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka setiap > > > mengucapkan sesuatu > > > untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma lebih > > > ditekan > > > kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini secara > > > otomatis > > > pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. > > > Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil mengacungkan > > jempol > > > Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " > > > > > > regard : Papa Hazman & Muhandist > > > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > > > Dear all, > > > > > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir > > di > > > > keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang > > kami > > > > besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 > > > > tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan > > tukar > > > > data > > > > > > > > hormat saya, > > > > Joko > > > > > > > > - > > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > - > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > > - > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > - > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: RE: [balita-anda] anak bilingual
Iya, setuju sama Pak Taufa, pak Joko hebat, dari teori bisa diterapkan dalam praktek nya, hebat lho! Saya juga mau dong copy paper yang untuk seminar nya itu. Kapan memang seminar nya? Untuk mbak Lucy, pak/bu Wirza, Ririen, pak/bu Harnofen, kalau pengalaman saya sih, sebaiknya anak dikenalkan dengan bahasa kedua setelah dia udah lancar berbicara satu bahasa dulu. Saya juga setuju dengan pak Anggoro, nggak pengen anak jadi asing di tempat sendiri Saya menganggap 'tempat' anak saya adalah di Indonesia, makanya dia tinggal sama saya sampe dia lancar ngomong usia 1.5 tahun gitu. Bahasa yang kita gunakan ke dia adalah bahasa Indonesia. Tapi, saya perkenalkan dengan kata kata bhs Inggris yang sederhana, berikut artinya dalam bhs Indonesia. Dari dia kecil belum bisa ngomong saya udah bacakan cerita dlm bhs Inggris maupun Indonesia. Hebatnya waktu usia 2 tahun, dia udah recognize misalnya kentang, trus ditanya bhs Inggris nya dia udah bisa bilang potato. Tapi dalam percakapan tetap menggunakan bhs Indonesia. Anak kecil tuh isi kepalanya kan masih kosong, jadi cepet merekam apa2 yang kita kasih. Dan jangan khawatir anak kita terlambat belajar bhs asing (atau bhs daerah). Karena ayahnya orang Malaysia, maka anak saya berkomunikasi dengan ayahnya bhs Inggris. Setelah anak saya usia 2 tahun baru deh saya boyong ikut suami tinggal di Malaysia sampe sekarang (anak saya 4 th). Nah, setelah disini saya mulai 'genjot' bhs Inggrisnya. Jadi, bhs yang saya pake ke anak campur2. Malahan di lingkungan rumah anak2 ngomong bhs Melayu. Cuman disekolah sama guru dan temen2 nya ber bhs Inggris, begitu juga dengan text book dan semua pelajaran dalam bhs Inggris. Malahan lagi, dapet tambahan bhs Mandarin. Anak saya bisa membedakan dengan siapa dan kapan bicara bhs Inggris/Melayu atau bicara bhs Inggris/Indonesia (kalau yang begini termasuk program apa tuh pak Joko?). Tapi secara umum, anak saya cukup lancar bicara bhs Inggris, teratur, dan mengerti kapan menggunakan kata bantu, dsb..dsb... Satu hal, saya nggak pernah 'meninggalkan' bhs Indonesia saya, dan tetap berkomunikasi dengan bhs Indonesia kepada anak. Bagi saya itu penting. Keponakan saya lahir di US, ibu dan bapaknya orang Indonesia sih. Dirumah ngomong bhs Indonesia, tapi komunitasnya bhs Inggris. Sampe sekarang usia 2.5 tahun belum lancar ngomong. Itupun bhs Indonesia aja. Kalo bhs Inggris dia cuman tau yes and no. Padahal dia sekolah (daycare), dan di luar rumah, keponakan saya itu jadi pemalu, penakut atau ragu ragu untuk ngomong. Bingung bahasa. Makanya menurut saya, ngenalin bhs asing sejak dini sih oke aja, tapi tergantung lingkungan kita dimana tinggal, dan dirumah bhs apa yang digunakan. Disini mungkin kita bisa pake teori nya pak Joko. Gimana? (wah, nggak jadi japri nih.) Maaf kalo email/penjelasan saya ini mengganggu yang lain. Dan untuk mbak/bapak2 yang posting masalah ini, mudah2an berkenan ya. Salam, - Original Message - From: Taufan Surana <[EMAIL PROTECTED]> Date: Thursday, August 21, 2003 1:30 pm Subject: RE: [balita-anda] anak bilingual > Pak Joko hebat ya... bisa konsisten menggunakan bahasa tertentu > (d.h.i. Bhs > Inggris) > kpd si kecilnya. Kalo saya, bahasanya campuran, kadang2 Bhs Indonesia, > kadang2 Bhs Jepang, dan sekali2 saja pake Bhs Inggris. > Dan anak saya menjawabnya ternyata menyesuaikan dg bhs apa yg saya > pake pada saat mengajaknya bicara. > Kalo saya mengajak bicaranya dg Bhs Jepang, maka dia akan menjawab dg > Bhs Jepang juga, tapi selanjutnya kita bisa berbicaranya bahasa > campuran. > Banyak yg mengkhawatirkan apakah sang anak tdk menjadi bingung > nantinya,menurut pengamatan saya sih tidak. Saya juga pernah > membaca artikel > yg mengatakan bahwa anak yg menggunakan bhs campuran pada saat > berbicaratdk perlu dirisaukan krn anak memilih kata2-nya yg paling > mudah utk > dikatakan > pada saat itu. Dan saya lihat, anak melakukannya tergantung dg > lingkungannya. > Jadi, waktu berbicara dg saya di rumah, dia akan menggunakan bhs > campuran,tapi pada saat di sekolahnya, dia hanya akan menggunakan > bhs jepang krn > memang lingkungan di sekolahnya hanya bhs jepang. > > Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? > Makasih sebelumnya. > > rgds, > > Taufan > www.balitacerdas.com > > > > > -- > > From: Joko Kusmanto[SMTP:[EMAIL PROTECTED] > > Reply To: [EMAIL PROTECTED] > > Sent: Thursday, August 21, 2003 10:29 PM > > To: [EMAIL PROTECTED] > > Subject:Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > Ibunya Dienta, > > > > Kami menerapkan program yang disebut dengan "Non-native Parents > Bilingual> Program (NNP)" yang pada dasarnya sama dengan program > "One Parent One >
Re: [balita-anda] anak bilingual
Pak Joko, boleh tidak saya minta copy-an paper jurnalnya ? Makasih sebelumnya. Joko Kusmanto wrote: > Papa Hazman & Muhandist, > > Itu sangat dimungkinkan. Saat ini sudah ada sejumlah program "trilingual" > yang dijalankan. Biasanya itu akan berjalan dengan baik jika orang tua > menggunakan OPOL (one parent one language) yang tidak digunakan oleh > masyarkat. Misalnya, > Ayah --> Inggris, > Ibu --> Jepang dan > Komunitas --> Indonesia. > Apakah Bapak dan Ibu berbicara secara konsisten dalam satu bahasa tertentu > atau campur-campur? Menurut saya, berbicara secara konsisten dalam satu > bahasa tertentu merupakan "input" yang menjadi prasyarat untuk "men-trigger" > anak memahami bahasa-bahasa tersebut dengan baik. > > Anak saya yang pertama (3 tahun) sudah berada dalam tahap menggunakan bahasa > "to whon he speaks". Jika kepada saya, otomatis dia menggunakan bahasa > Inggris meskipun baru saja berbahasa Indonesia dengan yang lain. Begitu juga > sebaliknya. Dia juga tergantung pada bahasa trigger-nya. Jika dia dimulai > dengan bahasa Inggris, dia akan berbahasa Inggris, dan sebaliknya. > > Salam, > Joko > > - Original Message - > From: "Harnofen" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Thursday, August 21, 2003 1:28 AM > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > Pagi Mas Joko, > > > > Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 tahun > 7 > > bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka setiap > > mengucapkan sesuatu > > untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma lebih > > ditekan > > kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini secara > > otomatis > > pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. > > Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil mengacungkan > jempol > > Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " > > > > regard : Papa Hazman & Muhandist > > > > Joko Kusmanto wrote: > > > > > Dear all, > > > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir > di > > > keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang > kami > > > besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 > > > tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan > tukar > > > data > > > > > > hormat saya, > > > Joko > > > > > > - > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > - > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > - > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] anak bilingual
Saya ingin anak saya (kelak) mampu menguasai beberapa bahasa (tidak seperti orang tuanya yang "gableknya" hanya bahasa sendiri). Tapi saya tidak ingin anak saya menjadi orang asing di negeri sendiri, yang pandai menggunakan bahasa negeri seberang dan tapi "kacau balau" merangkai kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Saya amati, saat ini, banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lancar dan tepat (bahkan penggunaan tata bahasanya jauh lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tatabahasa masyarakat yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari). Berapa juta uang yang dikeluarkan untuk menyekolahkan anak-anak kita di tempat pendidikan bahasa Inggris? Berapa ribu yang kita keluarkan untuk membuat anak kita memahami tata bahasa Indonesia yang benar? Berapa macam kamus bahasa Inggris yang kita miliki? Berapa jenis kamus bahasa Indonesia yang kita miliki? Apakah seorang anak yang hanya mampu berbicara dalam bahasa Indonesia berarti kemampuan intelektualnya lebih rendah dibanding anak yang mampu berbicara dalam lima bahasa? Apakah definisi kemampuan intelektual, sosial dan psikologis "direduksi" hanya pada kemampuan berbahasa asing? Mungkin Ibu Pertiwi akan menangis (jika Ibu Pertiwi mampu menangis!!!) melihat anak-anak negerinya tak lagi bangga dengan bahasanya sendiri. Tak lagi bangga dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Batak, dan bahasa-bahasa lain yang tumbuh sebagai bagian dari jati diri negeri ini. Belum genap seminggu Bangsa Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaannya . namun, barangkali kita harus kembali menangis. aaNg - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] anak bilingual
Pak Joko, Di akhir tulisan Bapak bilang bahwa anak yang bilingual memiliki keuntungan intelektual, sosial, dan psikologis. Mohon penjelasan, bilingual di sini apakah harus dengan bahasa asing? Bagaimana kalau bahasa daerah? Misalnya, kalau bilingual / trilingual-nya bahasa Indonesia - Jawa - Sunda, apakah efek pada intelektual, sosial, dan psikologis-nya juga sama? Tujuan utamanya sebenarnya pada penguasaan bahasanya itu sendiri, atau ke keuntungan intelektual, sosial, dan psikologis? Demikian, mohon maaf kalau pertanyaannya agak "mbulet".. :-) Meutia > -- > From: Joko Kusmanto[SMTP:[EMAIL PROTECTED] > Reply To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, August 21, 2003 10:29 PM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > Ibunya Dienta, > > Kami menerapkan program yang disebut dengan "Non-native Parents Bilingual > Program (NNP)" yang pada dasarnya sama dengan program "One Parent One > Language (OPOL)". Kalau dalam OPOL bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu > orang tuanya yang berbeda (misal. Ibu --> Indonesia dan Ayah --> Inggris), > tetapi dalam NNP salah satu orang tuanya secara konsisten menggunakan > bahasa > Asing kepada anaknya. Dalam keluarga, Saya berbicara bahasa Inggris kepada > anak dan Istri berbahasa Indonesia meskipun kadang-kadang istri juga > berbahasa Inggris kepada anak khususnya ketika anak sedang bermain dengan > saya. Perkembangan bahasa Inggris anak yang pertama telah saya sajikan > dalam > sebuah seminar dan sedang dimasukkan ke sebuah jurnal. > > Program semacam itu telah banyak dipraktikkan oleh orang, salah satu yang > paling populer adalah yang dilakukan oleh keluarga Sauders di Australia > yang > membesarkan anak mereka dalam bahasa Inggris dan Jerman. Bahasa ibu kedua > orang tua mereka adalah bahasa Inggris tetapi ayahnya selalu berbahasa > Jerman kepada anaknya. Dan hasilnya ternyata cukup berhasil. Program NNP > yang kami terapkan juga dalam rangka untuk kepentingan penelitian yang > diharapkan bermanfaat bagi pengajaran bahasa asing untuk anak dini usia. > Oleh karena itu, saya menghimbau keluarga yang menerapkan program > bilingual > dengan bahasa asing di rumah untuk saling informasi tentang perkembangan > bahasa anaknya. > > Dan yang terpenting adalah bahwa menurut banyak penelitian, anak bilingual > mempunyai sejumlah keuntungan baik intelektual, sosial, dan psikologis. > > Salam buat semua, > Joko > > > - Original Message - > From: "lucy ambarwati" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Wednesday, August 20, 2003 9:53 AM > Subject: Re: [balita-anda] anak bilingual > > > > Mama Dienta, jangan via japri dong...kalo nggak keberatan saya mau tahu > juga nich...tapi mungkin kebalikkannya ya, anak2ku (4 thn & 2 thn) cas cis > cus melulu, aku inginnya selain bisa bahasa Inggris mereka juga harus bisa > bahasa Indonesia, sebetulnya mereka mengerti bahasa Indonesia cuma > kayaknya > malas untuk berbicara pakai bahasa ibu..gimana nich??? boleh dong ikutan > sharing > > > > regards, > > lucy > > > > [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Pak Joko, > > > > Ngobrol nya di japri aja mau nggak, biar nggak ganggu yang lain....?? > > > > Emangnya Pak Joko menerapkan sistem dan program yang bagaimana...?? > > > > Salam kenal, > > ibunya Dienta (4 th) - [EMAIL PROTECTED] > > > > > > - Original Message - > > From: Joko Kusmanto > > Date: Thursday, August 21, 2003 7:12 am > > Subject: [balita-anda] anak bilingual > > > > > Dear all, > > > > > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak > lahir > di keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > > > > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang > kami besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama > umur > 3 tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > > > > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan > tukardata > > > > > > hormat saya, > > > Joko > > > > > > > > > --- > > > -- > > > > > > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > > > > > > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > > > > > > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > anda.com > > > > > > > > > > > > -
Re: [balita-anda] anak bilingual
Pagi Mas Joko, Anak saya" Hazman "umur (2 tahun 7,5 bulan) dan " Muhandist "(1 tahun 7 bulan ). Karena istri saya kebetulan lulusan bahasa jepang, maka setiap mengucapkan sesuatu untuk anak kami selalu menyampaikan dalam 3 bahasa sekaligus, cuma lebih ditekan kan ke bahasa Jepang / Inggris, karena asumsi kami anak anak ini secara otomatis pasti akan menangkap bahasa Indonesia nya dari orang selain kami. Misal nya kalau disuapkan / menyuap sendiri makan , sambil mengacungkan jempol Hazman dan Muhandist meneriakkan " oishii desu " good " very nice " regard : Papa Hazman & Muhandist Joko Kusmanto wrote: > Dear all, > > Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir di > keluarga, khususnya dengan bahasa asing? > > Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang kami > besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 > tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). > > Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan tukar > data > > hormat saya, > Joko > > - > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] anak bilingual
Dear all, Apakah di sisi ada yang membesarkan anaknya dalam dua bahasa sejak lahir di keluarga, khususnya dengan bahasa asing? Saya dan istri saya sedang meneliti perkembangan bahasa anak kami yang kami besarkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris. Anak pertama umur 3 tahun (laki-laki) dan kedua umur satu tahun enam bulan (perempuan). Kalau ada yang mempunyai program serupa, saya pengin berdiskusi dan tukar data hormat saya, Joko - >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]